laporan tss dan tds
Post on 09-Apr-2016
294 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui atau mengukur total dissolved solid sampel air yang
diteliti
2. Untuk mengetahui atau mengukur total suspended solid sampel air yang
diteliti
1.2. Landasan Teori
1.2.1.Pengolahan limbah pewarnaan konveksi dengan bantuan adsorben
ampas tebu dan activated sludge.
Pendahuluan
Dibalik semua keindahan berbagai macam pakaian yang penuh
variasiwarna, tersimpan satu masalah yang cukup membahayakan bagi
lingkungan, yaitu limbah. Hampir semua sungai yang mengalir di
Pekalongan berwarna-warni bak pelangi. Sebagian besar limbah berasal
dari industri rumah tangga. Bahkan, sebagian industri rumahan
membuang limbah ke sungai tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
Efek negatif pewarna kimiawi dalam proses pewarnaan oleh pengusaha
pewarnaan konveksi adalah risiko pencemaran lingkungan dan
kesehatan masyarakat sekitar industri. Proses pewarnaan menggunakan
bahan kimia berbahaya seperti naptol, yang termasuk dalam kategori
B3 (bahan beracun berbahaya). Apabila limbah hasil
pewarnaan dibuang langsung ke sungai tanpa treatment akan
berdampak buruk. Penelitian treatment limbah konveksi sebelum
dibuang, adalah memanfaatkan limbah ampas tebu yang sudah tidak
digunakan lagi sehingga mengurangi biaya pengolahan limbah bagi
pabrik gula itu sendiri. Selain itu, activated sludge juga
merupakan limbah di beberapa industri, dan tidak banyak dimanfaatkan
sehingga mudah untuk diperoleh. Keunggulan dari treatment limbah
konveksi ini adalah mudah mendapatkan bahan baku dan tidak
memakan banyak biaya dalam penyediaan bahan
baku. Selama ini banyak produsen pewarnaan konveksi memproduksi
pakaian dengan zat pewarna kimia yang berbahaya. Bahan kimia
tersebut sangat membahayakan kesehatan seperti kanker dan
membahayakan lingkungan hidup. Selain itu, produsen-
produsen tersebut tidak mengolah limbahnya terlebih dahulu sebelum
dibuang. Untuk mengkaji hal ini maka diperlukan alternative lain dalam
pengolahan limbah yang mudah dan aman dengan menggunakan
adsorben ampas tebu yang dikeringkan di bawah sinar
matahari hingga kering kemudian diberi perlakuan dua macam variasi
yakni variabel pertama dengan ditambahkan larutan formaldehid 1%,
dengan perbandingan berat terhadap volume 1:5 . Variabel kedua
dengan larutan asam sulfat dan larutan natrium bikarbonat 1%. Bahan
baku lainnya adalah activated sludge. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari pengolahan limbah yang aman dengan pemanfaatan ampas
tebu yang tidak digunakan, dimana ampas tebu digunakan sebagai
penyerap warna dan activated sludge sebagai pengurai kandungan dari
limbah tersebut Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
treatment pengolahan limbah pewarnaan konveksi sebelum dibuang.
Pengolahan limbah dilakukan secara biologis yakni dengan
menggunakan mikoba sebagai pengurai kandungan limbah. Dengan
adanya pengolahan tersebut dapat mengurangi tingkat pencemaran
lingkungan dan bahaya yang mengancam kesehatan masyarakat sekitar
konveksi tersebut. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menangani
dua masalah limbah sekaligus, yaitu masalah limbah pewarnaan
konveksi dan ampas tebu. Selain itu, dapat pula membantu
produsen dalam mengolah limbah dengan cara yang mudah, aman dan
biaya rendah. Teknologi pengolahan limbah dengan adsorben ampas
tebu dan activated sludge ini merupakan pengembangan proses
pengolahan limbah dengan keunggulan sifatnya yang beragam dapat
memungkinkan pemanfaatan dari skala kecil hingga untuk
skala besar, dapat mengeliminasi bahan organik, dicapainya oksidasi
dan nitrifikasi, stabilisasi lumpur, mampu mengurangi padatan
tersuspensi sebesar 97%. Diharapkan informasi ini nantinya dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan dan scale-up alat
pemroses dari skala laboratorium menjadi skala industri, serta
digunakan secara komersial oleh home industy pewarnaan konveksi
yang belum mengolah limbah.
METODE
Pada percobaan ini, ampas tebu yang diperoleh dari pabrik gula
dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kering kemudian digiling
hingga halus. Bubuk ampas tebu diayak sehingga ukurannya 80 hingga
230 mesh. Agar dapat menyerap zat warna, bubuk tersebut dikerjakan
dengan larutan formaldehid 1%, dengan perbandingan berat terhadap
volume 1:5 pada suhu 500C selama 4 jam. Selanjutnya dibilas dengan
air suling untuk menghilangkan formaldehid bebas dan diaktifkan pada
suhu 800C di dalam oven selama 24 jam.
Sebagian dari ampas tebu dikerjakan dengan larutan asam sulfat
kemudian dipanaskan pada suhu 1500C selama 24 jam. Ampas tebu
yang telah dipanaskan dibilas dengan air suling dan direndam dalam
larutan natrium bikarbonat 1% selama semalam untuk menghilangkan
sisa-sisa asam. Selanjutnya bahan tersebut dikeringkan di dalam
oven pada suhu 1500C selama 24 jam, dihaluskan dan diayak sehingga
diperoleh ukuran 80 hingga 230 mesh.
Setelah itu, didiamkan hingga dingin. Kemudian dialirkan ke aquarium
(aerasi) dengan menggunakan pompa. Pada aquarium (aerasi) tersebut
terdapat agitator sehingga oksigen dapat diperoleh sebanyak mungkin
untuk mikrobia aerob, proses ini berlangsung selama 3 hari. Setelah 3
hari, dialirkan menggunakan pompa ke penampungan lumpur aktif
selama 5 hari. Setelah 5 hari, lumpur dibuang sebagian dan
sebagian lagi di recycle.Kemudian diuji dengan menggunakan beberapa
parameter.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan selama empat bulan, Februari hingga Mei. Tempat
pelaksanaan program dilaksanakan, antara lain bertempat di
Laboratorium Operasi Teknik Kimia PSD III Teknik Kimia penelitian
menggunakan alat. Laboratorium analisa teknik kimia untuk analisa TS,
TSS, TDS, pH, COD.
Instrumen Pelaksanaan
Peralatan utama yang digunakan dalam pelaksanaan program ini
adalah Alat kolam karantina, spesifikasi alat sesuai dengan rancangan
yang telah diajukan.Mengetahui kelimpahan dan keragaman jenis
mollusca bentik yang dominan di daerah Perairan Sungai Kawal
Kelurahan Kawal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan Alat Peralatan utama yang dipakai pada penelitian ini
adalah tangki (aquarium) yang dilengkapi dengan agitator, motor
mesin, pompa/aerator. Alat lain yang diperlukan adalah pipa dengan
diameter 3cm, valve, statif, meja.
Gambar 1. Kolam karantina limbah
variabel kolam ke-analisa organoleptik
variabel kolam ke-Warna Bau
Formaldhid I Hitam keunguan pekat menyengat
Formaldhid II coklat tua Lumpur
Formaldhid III coklat muda Lumpur
H2SO4 +
NaHCO3
I Hitam keunguan pekat menyengat
H2SO4 +
NaHCO3
II coklat tua lumpur menyengat
H2SO4 + III coklat muda lumpur menyengat
Analisa Murni Variabel (mg/l)formaldehid H2SO4 + NaHCO3
TS 150 30 29TDS 87 16 15TSS 52 10 9COD 275 122 101pH 5 6 5
Tabel 1. Hasil analisa organoleptik limbah olahan
Dari hasil analisa organoleptik warna variabel formaldehid tidak jauh berbeda
dengan organoleptik variabel asam sulfat dan natrium bikarbonat.
Formaldehid yang digunakan ml, asam sulfat ml, dan natrium karbonat ml.
Hal ini membuktikan bahwa ampas tebu yang digunakan sebagai adsorben
warna dapat dikatakan bekerja secara optimal dalam menyerap warna limbah
konveksipada kolam I warna limbah yang semula hitam keungunan pekat
menjadi coklat tua yng kemudian dialirkan ke kolam II yang kemudian diberi
lumpur aktif dalam keadaan anaerob.. Analisa organoleptik bau yang
dihasilkan pada variabel asam sulfat menghasilkan bau yang lebih menyengat
karena mengandung asam ampas tebu yang digunakan mengandung asam
kuat.
Tabel 2. Analisa hasil olahan limbah
Analisis yang dilakukan meliputi pH, kandungan TSS (padatan terlarut),
kandungan TDS (padatan tersuspensi) dan COD limbah. Hasil dari analisa
dibandingkan dengan standar baku mutu air limbah PERDA Prov.Jateng
No.10 Tahun 2004 tentang Industri tekstil dan batik, untuk memastikan
limbah olahan variabel kolam ke- analisa organoleptik variabelkolam ke-
Warna Bau Formaldhid I Hitam keunguan pekat menyengat Formaldhid II
coklat tua Lumpur Formaldhid III coklat muda Lumpur H2SO4 + NaHCO3 I
Hitam keunguan pekat menyengat H2SO4 + NaHCO3 II coklat tua lumpur
menyengat H2SO4 + NaHCO3 III coklat muda lumpur menyengat
Analisa
Murni Variabel (mg/l) AnalisaMurni formaldehid
H2SO4 + NaHCO3 TS1503029 TDS871615] TSS52109 COD 275 122 101
pH5,65 sudah memenuhi standar baku mutu. Analisa terakhir yaitu dengan
mengujikan hasil olahan limbah pada ikan. Limbah olahan formaldehid
menghasilkan TS, TSS, TDS dan CO yang lebih besar dibandingkan limbah
olahan variabel H2SO4 dan NaHCO3 . Nilai pH pada variabel asam sulfat
lebih rendah, karena faktor penggunaan bahan asam pada ampas
tebu. Nilai TS yang semakin besar menandakan bahwa kandungan bahan
yang tersuspensi dan terlarut besar. Total Suspended Solid atau padatan
tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal
dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan
Untuk angka COD yang menunjukan angka oksigen dalam proses kimia
limbah. Nilai COD pada variabel formaldehid lebih sedikit 122 mg/l, dan
variabel 101 mg/l. Jadi metode pengolahan limbah dari
penelitian adalah variabel asam sulfat dan natrium bikarbonat dengan hasil
analisa 29 mg/l total padatan, 15 mg/l padatan tersuspensi, 9 mg/l padatan
terlarut, 101 mg/l COD dan pH 5. Analisa terakhir yakni dengan
menggunakan air limbah olahan sebagai media tempat hidup ikan. Kedua
limbah hasil olahan dapat digunaan sebagi media hidup ikan. Hal ini
menunjukan bahwa limbah yang sudah di olah tidak tercemar
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama kurang lebih satu bulan
didapat hasil bahwa ampas tebu dapat digunakan sebagai penyerap warna
limbah konveksi dibukt ikan dengan hasil pengolahan limbah, warna limbah
menjadi lebih jernih dari pada kadar warna limbah sebelum diolah.
Pengolahan limbah menggunakan activated sludge terbukti dapat
menguraikan kandungan di dalam limbah. Hasil pengolahan limbah yang baik
adalah denagn menggunakan penambahan variabel formaldehid dengan hasil
analisa 30 mg/l total padatan, 16 mg/l padatan tersuspensi, 10 mg/l padatan
terlarut, 122 mg/l COD dan pH 6 bukan variabel H2SO4 dan Natrium
Bikarbonat dengan hasil analisa 29 mg/l total padatan,
15 mg/l padatan tersuspensi, 9 mg/l padatan terlarut, 101 mg/l COD dan pH
5. Hasil peneltian menunjukan bahwa penggunaan variabel formaldhid lebih
sesuai dengan standar baku mutu air limbah PERDA Prov. Jateng No.10
Tahun 2004 tentang Industri dan Batik. Penggunaan ampas tebu hendaknya
dengan konsentrasi yang lebih tinggi lagi karena sudah terbukti dapat
menjernihkan suatu perairan yang kotor. Penggunaan activated sludge
memerlukan perhatian yang lebih ekstra karena daya hidup mikroba yang
sangat rentan terhadap kondisi lingkungan. Kami sadar bahwa
penelitian yang kami lakukan jauh dari kata sempurna karena semua yang
dilakukan merupakan proses pembelajaran oleh karena itu, saran dan kritik
kami butuhkan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik.
1.2.2.TDS dan TSS
Total Suspended Solid (TSS)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS)
adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan
ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel
koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida,
sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan
dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk
kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak
dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran
sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi
oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah
murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda
akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum powder
akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
yang mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel
juga akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
mengandung 1.000 mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel
tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan
terlarut total (TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan
selalu diukur sebagai berat kering dan prosedur pengeringan harus
diperhatikan untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh
kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan akibat penguapan atau
oksidasi.
Prinsip analisa TSS yaitu Contoh uji yang telah homogen
disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang
tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada
suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili
padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat
saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan
perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk
memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut
total dan padatan total.
Total Dissolved Solid
Pengertian TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut
(baik itu zat organic maupun anorganic, mis : garam, dll) yang terdapat
pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya
zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang
berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum
digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk
pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia,
pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat mengetahui air
minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk
keperluan kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan,
makanan, dll.
Sebagai informasi, bahwa sebenarnya cara yang paling baik dan
paling akurat untuk mengukur TDS adalah menggunakan metoda
Gravimetry sebab keakuratannya bisa sampai 0.0001 gram. Diantara
kedua metoda pengukuran TDS tersebut, yang akan digunakan dalam
TDS meter ini adalah metode ke-dua, yaitu menggunakan prinsip
Electricl Conductivity.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
1.1. Alat
Beaker glass 500 ml 6 buah
Kertas saring 6 buah
Gelas ukur 250 ml 1 buah
Cawan porselin 4 buah
Cawan petry 2 buah
Gelas ukur 10 ml 1 buah
Corong 1 buah
Pipet tetes 1 buah
Pompa vakum 1 buah
Labu buchner 2 buah
Corong buchner 1 buah
Alat Jar test 1 buah
Oven 1 buah
Incubator
1.2. Bahan
Sampel limbah tahu 2 liter
H2SO4 0,02 N
Indikator MO
Aquades
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1. Prosedur Kerja
1. Sampel limbah tahu dimasukkan kedalam beaker glass smasing-masing
250 ml sebanyak 5 buah beaker glass.
2. Kemudian larutan PAC dimasukkan kedalam beaker glass tersebut 10
ppm,20 ppm,30 ppm,40 ppm dan 50 ppm.
3. Beaker glass tersebut di agitasi selama 15 menit.
4. Setelah selesai diagitasi,sampel dipindahkan kedalam kedalam erlenmeyer.
5. Kertas saring diambil sebanyak 6 buah lalu disiramkan aquades guna
membuka pori-porinya dengan menggunakan pompa vakum.
6. Lalu kertas saring diletakkan diatas cawan dan dikeringkan didalam oven
selama 50 menit.
7. Kertas saring yang sudah kering dan dingin ditimbang.
8. Masing – masing sampel dalam erlenmeyer diambil sebanyak 10 ml lalu
disaring filtratnya dengan kertas saring yang tadi menggunakan pompa
vakum.
9. Dimasukkan lagi kedalam oven selama 50 menit.
10. Setelah kertas saring didinginkan dalam dsikator kertas saring tersebut
ditimbang,kemudian dicatat beratnya,dan dihitung TDS dan TSS nya.
BAB IV
GAMBAR RANGKAIAN
1. Gambar Percobaan Saat Agitasi
2. Gambar percobaan saat kertas saring dan cawan dimasukkan dalam
oven
3. Gambar percobaan saat cawan dan kertas saring didinginkan dalam
desikator
BAB V
DATA PENGAMATAN
1. Data pengamatan TDS
NO Kertas saring kosong (gr) Kertas saring + endapan (gr)
1 0,3073 0,3318
2 0,3208 0,3503
3 0,3235 0,3517
4 0,3240 0,3768
5 0,3297 0,3613
6 Sampel 0,3225 0,3791
2. Data Pengamatan TSS
NO Cawan kosong (gr) Cawan + endapan (gr)
1 41,5230 41,7079
2 40,3450 40,5535
3 40,4697 40,6600
4 40,9439 40,1536
5 56,8783 57,0710
6 Sampel 0,3225 56,5425
BAB VI
PENGOLAHAN DATA DAN REAKSI
1. Perhitungan TSS
Untuk 10 ml
TSS=(BERAT KERTAS+ENDAPAN )−BERAT KERTAS KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=0,3318−0,307320
=0,001225
Untuk 20 ml
TSS=(BERAT KERTAS+ENDAPAN )−BERAT KERTAS KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=0,3503−0,320820
=0,001475
Untuk 30 ml
TSS=(BERAT KERTAS+ENDAPAN )−BERAT KERTAS KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=0,3517−0,323520
=0,001410
Untuk 40 ml
TSS=(BERAT KERTAS+ENDAPAN )−BERAT KERTAS KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=0,3768−0,324020
=0,00264
Untuk 50 ml
TSS=(BERAT KERTAS+ENDAPAN )−BERAT KERTAS KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=0,3613−0,329720
=0,00153
Untuk sampel
TSS=(BERAT KERTAS+ENDAPAN )−BERAT KERTAS KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=0,3791−0,322520
=0,0566
1.2. Perhitungan TDS
Untuk 10 ml
TSS= (CAWAN +ENDAPAN )−CAWAN KOSONGVOLUME SAMPEL
TSS=41,7079−41,523010
=0,01849
Untuk 20 ml
TSS=(CAWAN +ENDAPAN )−CAWAN KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=40,5535−40,345010
=0,02085
Untuk 30 ml
TSS=(CAWAN +ENDAPAN )−CAWAN KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=40,6600−40,469710
=0,01903
Untuk 40 ml
TSS=(CAWAN +ENDAPAN )−CAWAN KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=42,1536−41,943910
=0,02097
Untuk 50 ml
TSS=(CAWAN +ENDAPAN )−CAWAN KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=57,0710−56,878310
=0,01927
Untuk SAMPEL
TSS=(CAWAN +ENDAPAN )−CAWAN KOSONG
VOLUME SAMPEL
TSS=56,5425−55,173610
=0,13689
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://bardowenang.blogspot.com/2010/04/tds-meter-dan-cara-
kerjanya.html
2. http://environmentalchemistry.wordpress.com/2012/01/11/total-
suspended-solid-tss-2/
3. http://risnotes.com/2011/08/teknologi-pengolahan-limbah-dengan-jartest/
4. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/
karakteristik-kimia-limbah-cair/
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas
top related