laporan sken2 ked.komunitas
Post on 02-Jan-2016
32 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
PRISNSIP KEDOKTERAN KELUARGA SEBAGAI
PELAYANAN TINGKAT PERTAMA
Oleh :
KELOMPOK A4
Bani Zakiyah G0010037Dewantari Saputri G0010055Engine Rabindra A. G0010073Firstiafina Tiffany G0010081Ivan Setiawan G0010105Kevin Wahyudy P. G0010109Nurlatifah Febriana W. G0010143Shelly Lavenia Sambodo G0010175Viola Belivia Tripuspita G0010193
Winda A. Panjaitan G0010197
Tutor : dr. Widana Primaningtyas
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Berikut kasus dalam skenario ini:
Ny Atik, umur 63 tahun datang ke klinik dokter keluarga ditemani oleh anak
perempuannya yang masih tinggal serumah dengan keluhan kepala pusing, leher cengeng.
Penderita telah menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Selama ini, penderita minum obat
Captopril 2x25 mg sesuai anjuran dokter, tetapi bila sudah merasa enak obat tidak diminum lagi
karena penderita khawatir ginjalnya akan rusak akibat minum obat jangka panjang. Anak
perempuan penderita mengatakan bahwa ibunya sering cemas memikirkan penyakitnya takut
trekena stroke seperti kakeknya sehingga penderita mudah tersinggung dan sering marah,
akibatnya hubungan dengan keluarganay menjadi kurang harmonis. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan T= 180/100, RR= 16x per menit, S=37,2OC, IMT= 28, status neurologis normal.
Dokter keluarga menanyakan mengenai struktur keluarga ny Atik, siklus kehidupan keluarga,
membuat genogram, serta menilai faktor resiko internal dan faktor resiko eksternal serta
dampak kesakitan terhadap keluarga dalam rangka membuat diagnosis secara holistik dan
melakukan penatalaksanaan secara komprehensif. Dokter merencanakan kunjungan rumah dan
konseling.
Rumusan masalah yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana siklus kehidupan, struktur, dan fungsi keluarga?
2. Apa yang dimaksud dengan genogram dan apa fungsinya?
3. Apakah yang dimaksud kedokteran keluarga dan dokter keluarga?
4. Bagaimana peran, manfaat, dan fungsi dokter keluarga?
5. Apakah manfaat dari kunjungan rumah dan bagaimana prosedurnya?
6. Apa yang dimaksud diagnosis secara holistik dan penatalaksanaan komprehensif yang
dihubungkan dengan skenario?
7. Apa yang dimaksud konseling dan bagaimana prosedurnya?
BAB II
STUDI PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA
1. Struktur Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus
berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota
keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat
kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dan
sebagainya yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola
hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur
keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga
tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat
kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga.
Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti :
sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
1) Karakteristik pengirim yang berfungsi
a. Yakin ketika menyampaikan pendapat
b. Jelas dan berkualitas
c. Meminta feedback
d. Menerima feedback
2) Pengirim yang tidak berfungsi
a. Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang
obyektif)Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi
wajahnya)
b. Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu
yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar,
baik/buruk, normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel…”, ”kamu
harus…”
c. Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
d. Komunikasi yang tidak sesuai
3) Karakteristik penerima yang berfungsi
a. Mendengar
b. Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
c. Memvalidasi
4) Penerima yang tidak berfungsi
a. Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
b. Diskualifikasi, contoh : ”iya dech…..tapi….
c. Offensive (menyerang bersifat negatif)
d. Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
e. Kurang memvalidasi
5) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
a. Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
b. Komunikasi terbuka dan jujur
c. Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
d. Konflik keluarga dan penyelesaiannya
6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
a. Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
b. Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
c. Kurang empati
d. Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
e. Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
f. Komunikasi tertutup
g. Bersifat negative
h. Mengembangkan gosip
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Perilaku peran
a. Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya,
pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah
positif. Tipe struktur kekuatan yaitu:
1) Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap
anak)
2) Referent power (seseorang yang ditiru)
3) Resource or expert power (pendapat ahli)
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga seperti:
1) Konsensus
2) Tawar menawar atau akomodasi
3) Kompromi atau de facto
4) Paksaan
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2. Fungsi Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga.
Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai
tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga,
penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari
internal maupun eksternal.
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan
dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak
didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan
perilaku yang menyimpang.
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi
komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah
menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:
a) Fungsi afektif dan koping, yaitu keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat
terjadi stress.
b) Fungsi sosialisasi, yaitu keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk
dalam pemecahan masalah.
c) Fungsi reproduksi, yaitu keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak
dan meneruskan keturunan.
d) Fungsi ekonomi, yaitu keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya
dan kepentingan di masyarakat
e) Fungsi fisik, yaitu keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk
penyembuhan dari sakit.
Fungsi keluarga menurut Allender (1998):
a) Affection
1) Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan
2) Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual
3) Menambah anggota baru
4) Security and acceptance
5) Mempertahankan kebutuhan fisik
6) Menerima individu sebagai anggota
b) Identity and satisfaction
1) Mempertahankan motivasi
2) Mengembangkan peran dan self image
3) Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktivitas
4) Affiliation and companionship
5) Mengembangkan pola komunikasi
6) Mempertahankan hubungan yang harmonis
c) Socialization
1) Mengenal kultur (nilai dan perilaku)
2) Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal
3) Melepas anggota
d) Controls
1) Mempertahankan kontrol sosial
2) Adanya pembagian kerja
3) Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada
Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992):
a) Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga
yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan
bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain
setelah di dunia ini.
b) Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
c) Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan
perhatian diantara anggota keluarga
d) Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik,
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman
e) Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memelihara dan merawat anggota keluarga
f) Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat yang baik
g) Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang
h) Fungsi pembinaan lingkungan
3. Fungsi Keluarga yang Berhubungan dengan Struktur
a. Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat (demokrasi)
b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran (honesty and authenticity)
d. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan
e. Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes)
f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar)
g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)
SIKLUS HIDUP KELUARGA
Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat. Masing-masing
tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri, dan meliputi
tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang selanjutnya.
Mc Goldrick dan Carter (1985) mengembangkan model tahap kehidupan keluarga
yang didasari oleh ekspansi, kontraksi, dan penyusunan kembali (realigment) dari hubungan
keluarga yang memberikan support terhadap masuk, keluar dan perkembangan anggota
keluarga. Model ini diberikan dengan menggunakan aspek emosional, transisi, perubahan
dan tugas yang diperlukan untuk perkembangan keluarga.
1. Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Duval
1) Tahap pembentukan keluarga : Dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dengan
membentuk rumah tangga
2) Tahap menjelang kelahiran anak : Tugas utama untuk mendapat kan keturunan
sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga
yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan
3) Tahap menghadapi bayi : Keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih
sayang kepada anak, karena pada tahap ini kehidupan bayi sangat tergantung pada
kedua orangtuanya.
4) Tahap menghadapi anak prasekolah : Pada tahap ini anak mulai mengenal
kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebayanya, tetapi sangat
rawan dengan masalah kesehatan. Anak sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan
tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma
agama, norma-norma sosial budaya.
5) Tahap menghadapi anak sekolah : Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak,
mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar
secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan
umum anak.
6) Tahap menghadapi anak remaja : Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak
akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri
tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian
antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
7) Tahap melepas anak ke masyarakat : Melepas anak ke masyarakat dalam memulai
kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan
berumah tangga
8) Tahap berdua kembali : Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga
sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan
merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan
depresi dan stress.
9) Tahap masa tua : Tahap ini masuk ke tahap lansia, dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia fana ini.
2. Tahap Lingkaran Kehidupan Keluarga
Tahap lingkaran kehidupan keluarga merupakan proses emosional transisi
perubahan status keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan keluarga dengan anak
dewasa yang belum menikah yang menerima pemisahan dengan orang tua
a. Mengembangkan hubungan saudara yang intim
b. Pemisahan dengan keluarga
c. Mampu bekerja sendiri. Keluarga yang baru menikah Komitmen dengan sistem
baru
d. Membentuk sistem keluarga
e. Menyusun kembali hubungan dengan ekstended family dan teman-teman. Keluarga
dengan anak muda/anak yang masih kecil Menerima generasi baru dari anggota
yang ada dalam sistem
f. Mengambil peran orangtua
g. Menyusun kembali hubungan dengan ekstended family terhadap peran orangtua
dan kakek nenek
h. Menyediakan tempat untuk anaknya. Keluarga dengan anak remaja Meningkatkan
fleksibilitas keluarga dari ketergantunga anak
i. Perubahan hubungan orang tua-anak dari masuk remaja ke arah dewasa
j. Memfokuskan kembali pada masa mencari teman dekat dan karir
k. Memulai perubahan perhatian untuk generasi yang lebih tua. Keluar dan pindahnya
anak-anak Menerima sistem yang keluar dan masukj dalam jumlah yang banyak ke
dalam kelurga
l. Membicarakan kembali sistem perkawinan sebagai keluarga dyad
m. Mengembangkan hubungan orang dewasa ke orang dewasa diantara anak-anak
yang sudah besar dengan orang tua
n. Menyesuaikan hubungan termasuk kepada menantu dan cucu
o. Menerima ketidakmampuan dan kematian dari orang tua (kakek/nenek). Keluarga
lansia Menerima perubahan dari peran generasi
p. Mempertahankan diri sendiri dan atau pasangan dalam fungsi dan minat dalam
menghadapi penurunan fisiologis, eksplorasi terhdap keluarga baru dan pilihan
peran sosial
q. Mendukung lebih banyak peran sentral untuk generasi pertengahan
r. Membuat ruang sistem untuk hal-hal yang bijaksana dan pengalaman pada saat
dewasa akhir, mendukung generasi yang lebih tua tanpa memberikan fungsi yang
berlebihan kepada mereka
s. Menerima kehilangan pasangan, sibling, dan teman sebaya dan mempersiapkan
untuk kematian diri sendiri, menerima dengan pandangan dan keutuhan.
3. Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Spradley
1. Pasangan baru (keluarga baru)
a) Membina hubungan dan kepuasan bersama
b) Menetapkan tujuan bersama
c) Mengembangkan keakraban
d) Membina hubungan dengan kelaurga lain, teman, kelompok sosial
e) Diskusi tentang anak yang diharapkan
2. Child bearing (menanti kelahiran)
a) Persiapan untuk bayi
b) Role masing-masing dan tanggung jawab
c) Persiapan biaya
d) Adaptasi dengan pola hubungan seksual
e) Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua
3. Keluarga dengan anak pra-remaja
a) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan keluarga
b) Merencanakan kelahiran anak kemudian
c) Pembagian tanggung jawab dengan anggota keluarga
4. Keluarga dengan anak sekolah
a) Menyediakan aktivitas untuk anak
b) Biaya yang diperlukan semakin meningkat
c) Kerjasama dengan penyelenggara kerja
d) Memperhatikan kepuasan anggota kelaurga dan pasangan
e) Sistem komunikasi keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
a) Menyediakan fasilitas dengan kebutuhan yang berbeda
b) Menyertakan remaja untuk tanggung jawab dalam keluarga
c) Mencegah adanya gap komunikasi
d) Mempertahankan filosuf hidup dalam keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
a) Penataan kembali fasilitas dan sumber-sumber
b) Penataan kembali tanggung jawab antar anak
c) Kembali suasana suami istri
d) Mempertahankan komunikasi terbuka
e) Meluasnya keluarga dengan pelepasan anak dan mendapatkan menantu
7. Keluarga dengan usia pertengahan
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b) Tanggung jawab semua tugas rumah tangga
c) Keakraban pasangan
d) Mempertahankan kontak dengan anak
e) Partisipasi aktivitas sosial
8. Keluarga dengan usia lanjut
a) Persiapan dan menghadapi masa pensiun
b) Kesadaran untuk saling merawat
c) Persiapan suasana kesepian dan perpisahan
d) Pertahankan kontak dengan anak cucu
e) Menemukan arti hidup
f) Mempertahankan kontak dengan masyarakat
Genogram atau Potret keluarga Merupakan gambaran menyeluruh dari keluarga asal dan
keluarga sekarang (bagi yang sudah menikah), baik dari pihak ibu dan ayah atau dari pihak
suami maupun istri.
Fungsi :
1. Bagaimana proses traingulasi terjadi dalam keluarga; mencari dimana komunikasi
mengalami masalah.
2. Memahami label/julukan apa saja yang pernah diungkapkan orangtua dan cukup
“membentuk” karakter diri kita sendiri.
3. Memahami ikatan ganda yang pernah dilakukan orangtua yang mungkin membuat diri
sendiri tidak bisa mandiri melainkan takut berdiri sendiri tanpa bantaun (dukungan)
orangtua.
Simbol pada genogram:
Bentuk - bentuk hubungan yang terdapat pada genogram:
Contoh genogram:
Kedokteran Keluarga
1. Definisi Ilmu Kedokteran Keluarga
Ilmu Kedokteran Keluarga adalah disiplin dari ilmu kedokteran dengan core
knowledge dan karakteristik pelayanannya berbeda (bersifat khusus), yang merujuk
pada individu, keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor ekonomi,
kebudayaan, sosial, dan sumber-sumber yang ada di lingkungan (Wonca,1979).
Ilmu Kedokteran Keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu
kedokteran yang orientasinya adalah untuk memberikan Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan
individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan,
ekonomi dan sosial (PB IDI, 1983).
Ilmu Kedokteran Keluarga adalah body of knowledge tentang fenomena yang
dihadapi serta teknik yang dipergunakan oleh para dokter yang menyelenggarakan
perawatan kesehatan perseorangan pada tingkat pertama dan berkelanjutan (Whinney,
1969).
2. Definisi Dokter Keluarga
Dokter Keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga
dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya,
dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk menyediakan
pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar belakang
budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas
berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambung bagi pasiennya
(Wonca,1991).
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan
tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarganya (IDI, 1982).
Dokter Keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
personal, tingkat pertama, menyeluruh, dan berkesinambungan kepada pasiennya
yang terkait dengan keluarga, komunitas serta lingkungan di mana pasien tersebut
berada (Singapore College of General Practitioners, 1987).
3. Definisi Pelayanan Dokter Keluarga
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung
jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau
jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja
(The American Academy of Family Physician, 1969).
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak
dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya
terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan,
ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan membentuk kesatuan
yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu-ilmu klinik, dan
karenanya mampu mempersiapkan dokter untuk mempunyai peranan yang unik
dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan
konseling, serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan
seluruh pelayanan kesehatan (The American Academy of Family Physician, 1969).
4. Prinsip-prinsip Pelayanan Dokter Keluarga
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan
Wonca yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip-prinsip ini
juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam
melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/ pendekatan kedokteran
keluarga adalah memberikan/ mewujudkan:
Pelayanan yang holistik dan komprehensif,
Pelayanan yang kontinu.
Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
Penanganan personal bagi setap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya.
Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
tempat tinggalnya.
Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.
5. Ciri-ciri Pelayanan Kedokteran Keluarga
Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan sebagai
anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.
Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan
perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah
keseluruhan keluhan yang disampaikan.
Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati
penyakit sedini mungkin.
Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha
memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan (IDI, 1982).
6. Tujuan Pelayanan Kedokteran Keluarga
Tujuan umum pelayanan kedokteran keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yaitu terwujudnya keadaan sehat
bagi setiap anggota keluarga. Sedangkan tujuan khususnya yaitu, terpenuhinya kebutuhan
keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif dan efisien.
7. Manfaat Pelayanan Kedokteran Keluarga
Apabila pelayanan kedokteran keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan banyak
manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge Research
Institute, 1976):
Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya,
bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin
kesinambungan pelayanan kesehatan.
Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah,
terutama di tengah - tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan
suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya.
Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan
tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan
sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang
dihadapi.
Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
termasuk faktor sosial dan psikologis.
Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.
Home Visit
Kunjungan rumah (home visit) adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih
mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan pasien.
Alasan dilakukan kunjungan dan perawatan dokter keluarga secara umum dapat dibedakan
menjadi dua:
1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran menyeluruh, karena itu
diperlukan antara lain tersedianya data yang lengkap tentang keadaan pasien. Untuk itu
diperlukan adanya kunjungan ke rumah pasien.
2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang berkesinambungan. Untuk
dapat mewujudkannya, tidak cukup kalau pelayanan hanya bersifat pasif, dalam arti
hanya menunggu pasien berkunjung ke tempat praktek. Pelayanan dokter keluarga yang
baik harus bersifat aktif, dalam arti jika memang diperlukan, melakukan kunjungan dan
atau merawat pasien di rumah pasien. Dua alasan yang dianggap penting bagi dokter
untuk melakukan pertolongan atau kunjungan rumah:
a. Karena keadaan pasien tidak memungkinkan untuk datang ke tempat praktek
b. Sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap di rumah sakit
Manfaat kunjungan dan perawatan pasien di rumah:
1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
2. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter pasien
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien
Tiga masalah pokok yang sering dihadapi dalam kunjungan dan perawatan pasien di rumah:
1. Terbatasnya pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan
Untuk dapat memberikan pertolongan kedokteran yang lengkap, diperlukan antara lain
peralatan yang lengkap pula. Peralatan kedokteran lengkap tidak mungkin dibawa saat
kunjungan rumah, menyebabkan pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan akan
sangat terbatas.
2. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan
Terjadinya peristiwa seperti ini hanya membuang waktu dan tenaga, yang apabila
berlanjut sampai timbul rasa kesal dapat membuat hubungan dokter pasien menjadi
buruk.
3. Ketergantungan pasien atau keluarga yang berlebihan
Beberapa pasien tidak mempunyai kemandirian untuk memelihara kesehatannya dan
lebih tergantung pada dokter. Hal ini akan memberatkan pekerjaan dokter.
Tata cara kunjungan rumah secara umum dapat dibedakan atas tiga macam hal, yaitu:
1. Untuk mengumpulkan data pasien
a. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
b. Mengatur jadwal kunjungan
c. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
d. Melakukan pengumpulan data
e. Melakukan pencatatan data
f. Menyampaikan nasehat atau penyuluhan kesehatan
2. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter keluarga
a. Mempersiapkan jadwal kunjungan
b. Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun pada pasien
c. Mempersiapkan keperluan kunjungan
d. Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
e. Mengisi rekam medis keluarga
f. Menyusun rencana tindak lanjut
3. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif pasien atau pihak keluarga
a. Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
b. Mempersiapkan keperluan kunjungan
c. Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
d. Mengisi rekam medis keluarga
e. Menyusun rencana tindak lanjut
1. Tahapan untuk menegakkan diagnostik holistik:
a. Menyusuns truktur keluarga dalam bentuk karakteristik demografi keluarga.
b. Membuat status pasien mulai anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, penyusunan diagnosis dan penatalaksanaan medikamentosa.
c. Mengidentifikasi fungsi-fungsi keluarga.
d. Mencari literatur ilmiah untuk memecahkan masalah keluarga pasien (evidence
based medicine).
e. Menyusun kesimpulan diagnostik holistik dan perencanaan penatalaksanaan yang
komprehensif.
2. Penatalaksanaan secara komprehensif
Pelayanan dokter keluarga mempunyai posisi yang strategis dalam keberhasilan
penatalaksanaan pembangunan kesehatan karena perannya dalam penatalaksanaan sub
sistem pelayanan kesehatan dari orientasi kuratif ke orientasi komprehensif dengan
mengedepankan aspek promotif-preventif seimbang dengan kuratif-rehabilitatif,
pelayanan yang fragmentatif ke pelayanan yang integratif berjenjang, dengan tingkat
primer sebagai ujung tombak, serta perannya dalam penatalaksanaan sub sistem
pembiayaan kesehatan yakni kesediaannya untuk menerima pembayaran secara
prospektif yang juga bermakna pengendalian biaya pelayanan kesehatan.
Penatalaksanaan komprehensif adalah penatalaksanaan secara menyeluruh, meliputi3
pengertian:
a. Pelayanan mencakup semua usia / breadth depth
b. Pelayanan melingkupi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif
c. Pelayanan meliputi bio-psiko-sosial.
3. Konseling
Pelayanan konseling adalah suatu komunikasi tatap muka untuk membantu penderita
menetapkan pilihan atas dasar pemahaman yg lengkap ttg dirinya serta masalah
kesehatan yg sedang dihadapi secara mandiri.
Tujuan konseling adalah membantu klien agar:
a. Mengetahui apa yang harus dan akan dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan
b. Merasa lebih baik, jauh dari ketegangan dan tekanan terus-menerus
c. Berfungsi maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki
d. Mencapai sesuatu yang lebih baik karena sifat positif dan optimistis
e. Bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap tuntutan dari lingkungan
Tahapan konseling:
Tahap I yaitu penciptaan hubungan mencakup:
- Entry konseling yaitu mempersiapkan klien dan membuka hubungan.
- Clarification yaitu pelajaran mengenai masalah dan yang ada kaitanya dengan
masalah itu serta sebab-sebab mencari bantuan.
- Structure yaitu merumuskan kesepakatan mengenai apa yang akan dilakukan.
- Relationship yaitu membina hubungan yang bersifat bantuan.
Tahap II yaitu pengadaan fasilitas untuk dilakukannya langkah yang positif:
- Exploration yaitu mengungkapkan masalah melalui pengumpulan fakta sampai
merumuskan masalah.
- Consolidation yaitu menkonsolidasi dalam rangka menjajaki alternatif-alternatif.
- Planing yaitu menyusun rencana untuk melakukan langkah-langkah dengan
menggunakan strategi untuk membantu klien.
- Termination yaitu memperhatikan konseling dengan melakukan penilaian terhadap
hasil-hasil yang telah diperoleh.
Usia Ny. Atik adalah 63 tahun, ini merupakan faktor pemicu hipertensi yang tidak dapat
diubah dimana sejak usia > 40 mempunyai risiko terkena hipertensi lebih tinggi. Selain itu
wanita juga lebih rentan terkena hipertensi jika sudah menopause karena pengaruh
hormon.Pasien sudah menderita hipertensi selama 10 tahun yang lalu dan minum Captopril 2 x
25 mg sesuai anjuran dokter, tetapi bila sudah merasa enak obat tidak diminium. Hal ini
berkaitan dengan perilaku dan tingkat kesadaran pasien yang masih kurang. Selain itu pasien
juga sering merasa cemas karena takut akan menderita stroke seperti ayahnya sehingga mudah
tersinggung dan sering marah-marah. Cemas, mudah tersinggung, dan sering marah-marah
berhubungan dengan pengendalian emosi pasien yang kurang baik akibat stressor yang diterima.
Stress yang berkepanjangan juga dikaitkan dengan kejadian hipertensi karena meningkatkan
aktivitas saraf simpatis. Akibatnya hubungan pasien dengan keluarganya menjadi kurang
harmonis. Karakteristik keluarga sehat adalah komunikasi yang baik, adanya otonomi individu,
fleksibilitas saling memberi dan menerima, apresiasi saling menegur dan memuji, serta pemberi
semangat. Apalabila dalam suatu anggota keluarga yang sakit, secara tidak langsung akan
mempengaruhi keadaan anggota keluarga lain. Keluarga yang sehat akan memberikan semangat
kepada pasien sehingga dapat menimbulkan rasa aman bagi pasien sehingga pasien akan
terhindar dari stress tingkat lanjut.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah sistole 180 dan diastole 100. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pasien di skenario mengalami hipertensi grade II. Respiratory rate
16 kali permenit berarti frekuensi pernafasan dalam batas normal yang berkisar antara 14- 20 kali
per menit. Suhu menunjukan 37,2°C dalam batas normal sehingga dapat disimpulkan tidak ada
kelainan berupa infeksi maupun peradangan. Indeks massa tubuh 28 menunjukkan bahwa pasien
mengalami obesitas atau kegemukan. Kegemukan adalah salah satu faktor resiko dari terjadinya
hipertensi. Status neurologis normal menunjukan belum ada komplikasi dari penyakit hipertensi
yang diderita oleh pasien. Dokter menanyakan struktur keluarga pesien, siklus kehidupan dan
membuat genogram. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui data- data terintergrasi antara
kesehatan fisik dan mental dalam keluarga pasien serta pola multigenerasi dari penyakit. Ini
sesuai dengan fungsi genogram yaitu untuk mengetahui apakah penyakit hipertensi yang diderita
pasien merupakan penyakit turunan dan apakah keturunan pasien ada yang menderita penyakit
serupa. Dukungan keluarga dan status ekonomi juga bisa dilihat pada genogram pasien. Sehingga
pembuatan enogram penting untuk penatalasanaan secara holistik. Lalu dokter menilai faktor
internal dan eksternal. Pada pasien ini didapatkan faktor internal berupa:
1. Jenis kelamin
Pasien adalah seorang wanita sudah menopause sehingga resiko terkena hipertensi lebih
besar daripada seorang laki-laki.
2. Usia
Pasien berusia 63 tahun, sehingga resiko untuk orang beusia lebih dari 40 tahun lebih
tinggi daripada yang belum berusia 40 tahun.
3. Keturunan
Kakek pasien menderita stroke yang merupakan komplikasi dari hipertensi sehingga
kemungkinan penyakit ini diturunkan dari kakek pasien.
4. Stess
Pasien mudah tersinggung dan sering marah menunjukkan tingkat stess yang tinggi
sehingga lebih rentan mengalami hipertensi.
5. Kegemukan
IMT pasien lebih dari 27 sehingga pesien dapat dikatakan mengalami obesitas.
Sedangakan faktor eksternal dari tejadinya hipertensi pada pasien adalah gaya hidup yaitu
pasien tidak meminum obat bila sudh merasa enak. Dampak kesakitan dapat berupa
terganggunya fungsi keluarga, terjadinya kecemasan pada keluarga pasien dan meningkatnya
resiko terjadinya penyakit pada keturunan pasien serta beban ekonomi bagi keluarga pasien.
Hubungan sosial pasien dengan keluarga menjadi salah satu faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam rangka membuat diagnosis secara holistik dan merencanakan
penatalaksanaan secara komprehensif. Dalam membuat diagnosis secara holistik, dokter mencari
adanya penyebab peningkatan tekanan darah pasien di samping penyebab fisik. Hubungan sosial
pasien dan keluarga yang kurang harmonis juga dapat menjadi pemicu stres yang bisa
meningkatkan tekanan darah pasien. Sikap keluarga terhadap pasien sangat mempengaruhi
kondisi kesehatan pasien.
Kunjungan rumah (home visit) terkadang perlu dilakukan dokter dalam rangka melihat
secara langsung kondisi pasien dan lingkungannya serta memberikan pengobatan pada pasien.
Seperti yang telah dijelaskan pada langkah sebelumnya, dalam kunjungan rumah biasanya juga
dilakukan konseling. Salah satu tujuan konseling adalah untuk promosi kesehatan, untuk
menyadarkan pasien dan anggota keluarga untuk dapat meningkatkan kontrol terhadap kesehatan
mereka dan memperbaikinya. Ada 5 pendekatan pada promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2003),
pendekatan tersebut adalah:
a. Pendekatan Medik. Pendekatan ini melibatkan intervensi kedokteran untuk meringankan
kesakitan, misalnya pemberian obat Captopril untuk menurunkan tekanan darah.
b. Pendekatan Perubahan Perilaku. Mengubah sikap dan perilaku individual masyarakat,
sehingga mereka mengambil gaya hidup sehat.
c. Pendekatan Edukasional. Memberikan informasi, memastikan pengetahuan dan
pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat mungkin keputusan ditetapkan atas
dasar informasi yang ada.
d. Pendekatan Berpusat Pada Klien. Bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan
dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka.
e. Pendekatan Perubahan Sosietal. Melakukan perubahan–perubahan pada lingkungan fisik,
sosial, dan ekonomi supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang
sehat. Jika keluarga menunjukkan sikap yang kurang baik terhadap pasien, maka dokter
perlu melakukan konseling terhadap keluarga. Keluarga perlu diberi pengertian agar tidak
menyalahkan pasien atas kondisi yang dialaminya dan lebih memaklumi kondisi pasien
dalam batasan yang semestinya, artinya sikap maklum keluarga jangan sampai membuat
pasien menjadi manja dan membuat perkecualian untuk dirinya sendiri sehingga
kehilangan kemandirian secara bertahap. Sebaliknya, sikap pasien terhadap keluarga juga
perlu diperhatikan. Jika pasien, seperti Tn. Burhan, sering marah-marah tanpa alasan
yang jelas, maka pasien perlu diberi pengertian agar lebih menerima penyakitnya dan
berusaha keras untuk sembuh atau memperbaiki kondisi dirinya dan hendaknya tidak
menumpahkan kemarahan atas penyakitnya pada orang-orang di sekitarnya, khususnya
keluarga. Kondisi yang tidak sehat seperti di atas justru dapat memperberat penyakit
pasien dan memungkinkan menjadi risiko munculnya penyakit pada keluarga terdekat.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan:
1. Dokter keluarga memiliki peran yang besar terhadap terwujudnya kesehatan baik
personal maupun keluarga dan lingkungan sekitarnya.
2. Kegiatan konseling dan kunjungan rumah perlu dilakukan oleh dokter keluarga dalam
rangka memberikan pelayanan kesehatan dan meningkatkan hubungan antara dokter dan
pasien.
B. Saran:
1. Mahasiswa disarankan memahami prinsip kedokteran keluarga dan dapat menerapkannya
pada saat melakukan tahap profesi di masyarakat.
2. Mahasiswa disarankan mampu mengintegrasikan ilmu kedokteran klinis dan kedokteran
keluarga dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan masyarakat terutama aspek
promotif dan preventif.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2010). Sinergi pelayanan kedokteran keluarga. http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=206%3Asinergi-pelayanan-kedokteran-
keluarga&Itemid=140 – Diakses11 September 2013
Murti B, Hadinoto SH, Herlambang G (2011). Home visit. Surakarta: Field Lab Fakultas
Kedokteran UNS.
Philips WR, Haynes DG (2001). The domain of Family practice: Scope, role, and function. Farm
Med, 33(4): 273-277.
Prasetyawati AK (2010). Kedokteran keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Wonodirekso S, Pattiradjawane D (2010). Peran Depkes dalam pemberdayaan, pendayagunaan,
dan pengembangan karir dokter layanan primer dalam rangka mencapai target MDGs. Maj
Kedokt Indon, 60(3): 101-106.
top related