laporan praktikum kecepatan reaksi - va
Post on 31-Dec-2015
372 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LABORATORIUM
KIMIA FISIKA
Percobaan : KECEPATAN REAKSI Kelompok : V A
Nama : 1. Eriska Wahyu Kusuma NRP. 2313 030 099 2. Faiz Riskullah NRP. 2313 030 027 3. Irine Ayundia NRP. 2313 030 057 4. Mulya Nugraha NRP. 2313 030 001 5. Nurul Qiftiyah NRP. 2313 030 067
Tanggal Percobaan : 25 November 2013
Tanggal Penyerahan : 2 Desember 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, S.T, M.T.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Pada percobaan ini dilakukan untuk menghitung konstanta kecepatan reaksi dan menentukan
nilai orde reaksi dari penyabunan etil asetat. Cara yang digunakan untuk menghitung konstanta kecepatan reaksi dan orde reaksi ini
adalah, membuat 500 ml larutan 0,035 N etil asetat, 500 ml larutan 0,035 NaOH, dan 500 ml larutan 0,035 N HCl. Lalu masukkan 25 ml larutan 0,035 N etil asetat ke dalam erlenmeyer. Kemudian tambahkan 25 ml larutan 0,035 N NaOH dan mengocoknya selama 8 menit. Setelah itu hentikan
proses pengocokan setelah 8 menit kemudian menambahkan 25 ml larutan 0,035 N HCl dan mengocoknya kembali selama 8 menit. Lalu tambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes ke dalam 10 ml campuran. Setelah itu mentitrasi campuran tersebut dengan larutan 0,035 N NaOH. Mengulangi
prosedur di atas sebanyak 3 kali dengan variabel waktu yang berbeda yaitu selama 16 menit, 24 menit, 32 menit, 40 menit, dan 48 menit.
Dalam percobaan didapatkan data antara waktu pengocokan penyabunan dan volume NaOH pada saat dititrasi. Hasil percobaan pada pengocokan minimum selama 8 menit dibutuhkan volume titran NaOH sebanyak 2,2ml. Sedangkan pengocokan maksimum selama 48 menit dibutuhkan volume
titran NaOH sebanyak 5,87ml. Demikian pula dengan pengaruh waktu pengocokan terhadap etil asetat (CH3COOC2H5) yang bereaksi. Semakin lama waktu pengocokan yang diberikan jumlah (mol) etil asetat yang bereaksi semakin bertambah. Hal ini dapat terjadi karena semakin lama proses
pengocokan, semakin banyak permukaan partikel yang bereaksi, artinya semakin lama hampir seluruh partikel terjadi tumbukan. Hal ini bisa terlihat pada saat dilakukan pengocokan selama 48
menit, maka jumlah etil asetat yang bereaksi yaitu sebesar 0,2054 mol. Dari data percobaan dapat diplot hubungan antara waktu dan konsentrasi etil asetat yang bereaksi sehingga pada data tersebut akan membentuk grafik dengan persamaan y=0,0429x+0,0139 yang dihubungkan dengan persamaan
orde dua yaitu xa
x
= a.k.t sehingga nilai konstanta reaksi (k) dapat ditentukan. Selain itu, dalam
percobaan antara etil asetat dan NaOH merupakan reaksi orde dua dengan melihat persamaan dua reaktan yang berpengaruh dalam proses penyabunan.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.................................................................................................. I-1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. I-1
I.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................. I-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ...................................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ........................................................................................ III-1
III.2 Bahan Yang Digunakan .................................................................................. III-1
III.3 Alat Yang Digunakan ..................................................................................... III-1
III.4 Prosedur Percobaan ........................................................................................ III-1
III.5 Diagram Alir Percobaan ................................................................................. III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan .................................................................................. III-4
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ............................................................................................. IV-1
IV.2 Pembahasan ................................................................................................... IV-1
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... vi
DAFTAR NOTASI ......................................................................................................... vii
APPENDIKS .................................................................................................................. viii
LAMPIRAN
- Laporan Sementara
- Fotokopi Literatur
- Lembar Revisi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.5 Gambar Alat Percobaan.............................................................................. III-
iv
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Hasil Titrasi Penyabunan Etil Asetat dengan Larutan NaOH .......................... IV-1
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.1 Grafik x/(a-x) terhadap t ............................................................................... IV-2
Grafik IV.2 Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap Volume titran (NaOH) yang diperlukan .. IV-4
Grafik IV.3 Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap jumlah etil asetat yang bereaksi ............. IV-5
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia pada zaman sekarang tidak dapat dipisahkan dari bahan-
bahan kimia. Hampir seluruh bagian dari kehidupan manusia berhubungan sangat erat
dengan bahan-bahan kimia. Dalam bidang kehidupan rumah tangga, kesehatan, perhiasan
dan lain-lain, hampir seluruhnya menggunakan bahan kimia.
Bahan kimia terdapat banyak sekali macamnya. Semua bahan kimia tersebut
dapat dikelompokkan sesuai sifatnya masing-masing. Salah satu sifat bahan kimia ada
bahan kimia yang mudah bereaksi dan ada juga yang sulit bereaksi.
Dalam suatu reaksi kimia terdapat perbedaan laju reaksi antara reaksi yang satu
dengan reaksi yang lain. Misalnya ketika membakar kertas, reaksi berlangsung cepat
sedangkan reaksi pembakaran minyak bumi memakan waktu yang sangat lama. Dari hal
ini dapat diketahui bahwa reaksi kimia memiliki laju reaksi yang berbeda.
Laju reaksi sangat penting untuk dipelajari karena dengan mengetahui laju reaksi
dan mengetahui hal-hal yang mempengaruhinya dapat menerapkannya dalam kehidupan.
Misalnya dalam kegiatan industri, dengan mengetahui laju reaksi dapat membuat
produksi lebih terkendali sehingga didapat jumlah produk dalam jangka waktu yang bisa
diperhitungkan.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi laju reaksi serta mengetahui bagaimana reaksi kimia berlangsung
dan berapa laju reaksinya.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat?
2. Bagaimana menentukan orde reaksi dalam reaksi penyabunan etil asetat?
I.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat.
2. Menentukan orde reaksi dalam reaksi penyabunan etil asetat.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Kecepatan reaksi atau laju reaksi adalah banyaknya mol per liter suatu zat yang
dapat berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu. Pada umumnya kecepatan
reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup besar. Dengan berkurangnya
konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi, maka akan berkurang pula kecepatannya. Laju
reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Hubungan ini
ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu diperhatikan bahwa beberapa reaksi
memiliki kelajuan yang tidak tergantung pada konsentrasi reaksi. Hal ini disebut sebagai
reaksi orde nol. Laju reaksi pada reaksi sederhana berbanding lurus dengan hasil kali
konsentrasi. Konsentrasi reaktan yang di pangkatkan koefisien reaksinya. Sehingga dapat
lebih mudah dihitung secara matematis. Tetapi untuk beberapa reaksi kompleks akan
sangat sulit untuk ditentukan orde reaksinya. Orde reaksi adalah banyaknya faktor
konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi kecepatan reaksi. Penentuan orde reaksi
tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan
percobaan (Napitupulu, 2013).
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung.
Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan
waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Reaksi kimia adalah proses
perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi,
maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi
dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk (Rohmah,
2012)
Untuk sistem homogen, laju reaksi umum dinyatakan sebagai laju penguragan
konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk untuk satu
satuan waktu, sebagai berikut:
Jika diketahui satuan dari konsentrasi molar adalah mol/L. Maka satuan dari laju
reaksi adalah mol/L.det atau M/det.
a. Laju rerata
Laju rerata adalah rerata laju untuk selang waktu tertentu. Perbedaan antara laju
rerata dengan laju sesaat dapat diandaikan dengan laju kendaraan. Misalnya suatu
II-2
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
kendaraan menempuh jarak 300 km dalam 5 jam. Laju rerata kendaraan itu adalah 300
km/5 jam = 60 km/jam. Tentu saja laju kendaraan tidak selalu 60 km/jam. Laju sesaat
ditunjukkan oleh speedometer kendaraan.
b. Laju Sesaat
Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat sebelumnya, laju
reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi makin kecil seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi. Oleh karena itu, plot konsentrasi terhadap waktu
berbentuk garis lengkung, seperti gambar di bawah ini. Laju sesaat pada waktu t dapat
ditentukan dari kemiringan (gradien) tangen pada saat t tersebut, sebagai berikut.
1. Lukis garis singgung pada saat t
2. Lukis segitiga untuk menentukan kemiringan
3. Laju sesaat = kemiringan tangen
(Rohmah, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi yaitu :
1. Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi dapat diterangkan melalui
pendekatan teori tumbukan.makin besar konsentrasi zat yang terlibat dalam suatu
reaksi berarti makin banyak partikel atau molekul yang bertumbukan. Akibatnya,
jumlah tumbukan per satuan luas, per satuan waktu juga mengalami kenaikan.dengan
kata lain, pada keadaan seperti itu kecapatan reaksi bertambah cepat (Napitupulu, 2013).
2. Suhu
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi.akibatnya jumlah dan energi
tumbukan bertambah besar (Napitupulu, 2013).
3. Luas permukaan
Ukuran materi atau luas permukaan sentuh sangat mempengaruhi kecepatan
reaksi.untuk mengetahui seberapa besar luas permukaan, bandingkan ketika sebuah zat
dibiarkan menjadi satu bagian padat dan zat yang sama dalam bentuk serbuk.tentu luas
permukaan zat tersebut akan lebih banyak ketika zat tersebut dalam bentuk serbuk
karena semakin besar luas permukaan (partikel) semakin banyak pula partikel saling
bertumbukan (Napitupulu, 2013).
II-3
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
4. Katalis
Katalisator adalah senyawa yang dapat mempercepat reaksi. Senyawa yang
memperlambat reaksi disebut inhibitor. Ketika reaksi selesai, maka akan didapatkan
kembali massa katalasis yang sama seperti pada awal ditambahkan.katalis dapat dibagi
berdasarkan dua tipe dasar, yaitu reaksi heterogen dan reaksi homogen. Di dalam
reaksi heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan reaktan. Sedangkan
pada dalam reaksi homogen, katalis berada dalam fase yang sama dengan reaktan
(Napitupulu, 2013).
5. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi
seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil
volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju
reaksi (Rohmah, 2012).
Dalam kimia fisik, kinetika kimia atau kinetika reaksi mempelajari laju
reaksidalam suatu reaksi kimia. Analisis terhadap pengaruh berbagai kondisi reaksi
terhadap laju rekasi memberikan informasi mengenai mekanisme reaksi dan keadaan
transisi dari suatu reaksi kimia. Pada tahun 1864, Peter Waage merintis pengembangan
kinetika kimia dengan memformulasikan hokum aksi massa, yang menyatakan bahwa
kecepatan suatu reaksi kimia proposional dengan kuantitas zat yang bereaksi (Wikipedia,
2013).
Tahap Menuju Kecepatan Reaksi
Dalam suatu reaksi kimia berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan semula (awal)
sampai keadaan ahkir diperkirakan melalui beberapa tahap reaksi.
Contoh: 4 HBr (g) + O2 (g) 2 H2O + 2 Br2
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa tiap 1 molekul O2 bereaksi dengan 4
molekul HBr. Suatu reaksi barru dapat berlangsung apabila ada tumbukan yang berhasil
antara molekul-molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus antara 4 molekul HBr
dengan 1 molekul O2 kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil. Tumbukan yang
mungkin berhasil adalah tumbukan antara 2 molekul yaitu 1 molekul HBr dengan 1
molekul O2. Hal ini berarti reaksi di atas harus berangsung dalam beberapa tahap dan
diperkirakan tahap-tahapnya adalah:
Tahap HBr + O2 HOOBr (lambat)
II-4
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
1 : Tahap HBr + HOOBr 2HOBr (cepat)
2 : Tahap (HBr + HOBr H2O + Br2) x 2 (cepat)
3 : 4 HBr + O2 H2O + 2 Br2
(Anonim, 2010)
Dari contoh di atas ternyata secara eksperimen kecepatan berlangsungnya
reaksi tersebut ditentukan oleh kecepatan reaksi pembentukan HOOBr yaitu reaksi yang
berlangsungnya paling lambat (Anonim, 2010).
Rangkaian tahapan-tahapan reaksi dalam suatu reaksi disebut “mekanisme
reaksi” dan kecepatan berlangsungnya reaksi keseluruhan ditentukan oleh reaksi yang
paling lambat dalam mekanisme reaksi. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap penentu
kecepatan reaksi (Anonim, 2010).
Pengaruh dari beberapa faktor tersebut terhadap laju rekasi dapat dijelaskan
dengan teori tumbukan. Menurut teori ini, reaksi berlangsung sebagai hasil tumbukan
antar partikel pereaksi. Akan tetapi, tidaklah setiap tumbukan antar partikel yang
memiliki energi cukup serta arah tumbukan yang tepat. Jadi laju reaksi akan tergantung
pada suatu hal berikut ini.
1. Frekuensi Tumbukan
Reaksi tumbukan yang melibatkan partikel dengan energi cukup. Reaksi pertikel
dengan energy cukup yang bertumbukan dengan arah partikel yang tepat. Berikut
akan diuraikan syarat-syarat terjadinya suatu reaksi, meliputi tumbukan efektif dan
energy tumbukan yang cukup.
a. Tumbukan Efektif
Tumbukan yang menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif. Molekul
pereaksi dalam wadahnya selalu bergerak ke segala arah, dan berkemungkinan
besar bertumbukan satu dengan lain, baik dengan molekul yang sama maupun
berbeda. Tumbukan itu dapat memutuskan ikatan dalam molekul pereaksi dan
kemudian membentuk ikatan baru yang menghasilkan molekul hasil reaksi.
Sedangkan tumbukan tidak efektif jika yang bertabrakan adalah atom-atom dengan
ukuran yang berbeda.
Supaya terjadi banyak tumbukan, maka terjadi penambahan molekul
persamaan pereaksi. Makin banyak molekul yang bereaksi, makin banyak
kemungkinan terjadi tumbukan untuk menghasilkan molekul hasil reaksi.
II-5
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
b. Energi Tumbukan yang Cukup
Bila terjadi tabrakan molekul pereaksi, walaupun sudah bertabrakan
langsung dengan posisi yang efektif, tetapi ternyata kurang maka tidak dapat
menimbulkan reaksi. Energi pengaktifan (Ea = energi aktivasi) adalah energi
minimum yang harus dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga menghasilkan
tumbukan efektif.
Semua reaksi membutuhkan energi pengaktifan. Reaksi yang berlangsung
pada suhu rendah berarti memiliki energi pengaktifan yang rendah, begitupun
sebaliknya. Energi pengaktifan ditafsirkan sebagai energi penghalang antara
pereaksi dan produk. Pereaksi harus didorong sehinga dapat melewati energi
penghalang tersebut baru dapat berubah menjadi produk.
Dengan demikian, dalam suatu reaksi terdapat tiga keadaan yaitu keadaan
awal (pereaksi), keadaan transisi, dan keadaan ahkir (hasil reaksi). Keadaan transisi
selalu lebih tinggi dari keadaan dua keadaan lain, tetapi keadaan awal dapat lebih
tinggi atau lebih rendah dari keadaan ahkir.
(Fathan, 2009).
Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat. Pada umumnya reaksi
akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup besar. Dengan berkurangnya konsentrasi
pereaksi sebaga akibat reaksi, maka akan berkurang pula kecepatannya.
Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut
V = k (A) x (B)
y
Keterangan :
V = kecepatan reaksi y = orde reaksi terhadap zat b
k = tetapan laju reaksi (x+y) = orde reaksi keseluruhan
x = orde reaksi terhadap zat A (A),(B) = konsentrasi zat
pereaksi
(Fathan, 2009).
Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Sifat suatu zat
Sifat ini berhubungan dengan wujud, masa molekul relative dan bentuk partikel. Hal
ini meliputi :
II-6
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
a. Wujud zat
Suatu senyawa yang berwujud gas akan lebih cepat bereaksi daripada
senyawa yang berwujud padatan atau cair. Begitu pula untuk cair, akan lebih
cepat bereaksi daripada yang berwujud padatan. Hal ini berkitan dengan kerapatan
molekul zat tersebut. Zat padat mempunyai partikel-partikel yang tersusun secara
rapat, sehingga sukar bergerak. Sedangkan substansi cair memiliki partikel-
partikel yang tersusun rapat tetapi dapat mengalir, sehingga pertikel-partikelnya
lebih bebas bergerak.
Zat gas mempunyai partikel yang sangat renggang sehingga lebih mudah
bergerak bebas. Wujud rekatan sangat mempengaruhi laju reaksinya, meskipun
sifat-sifat lain yang dimiliki zat tersebut ikut menentukan (Soekardjo, 1989).
b. Massa molekul relatif
Senyawa yang memiliki harga Mr kecil lebih ringan dibandingkan senyawa
yang memiliki Mr besar, sehingga mengakibatkan laju reaksinya lebih cepat.
(Soekardjo, 1989)
c. Bentuk Partikel
Pada keadaan sebagai larutan dalam air, partikel yang berbentuk ion (senyawa
elektrolit) biasanya akan lebih cepat bereaksi dibandingkan partikel yang
berbentuk molekul (senyawa non-elektrolit), karena dalam bentuk ion akan terjadi
suatu gaya tarik elektrostatika antar muatan yang berbeda (Soekardjo, 1989).
Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi zat-zat pereaksinya maka semakin cepat reaksinya
berlangsung. Makin besar konsentrasi maka makin banyak zat-zat yang bereaksi
sehingga makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan. Dengan demikian makin
basar pula kemungkinan terjafinya reaksi.
Sifat Zat yang Bereaksi
Mudah atau sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan seberapa cepat reaksi
tersebut terjadi. Merubah konsentrasi ke dalam suatu reaksi biasanya merubah juga
laju reaksi. Persamaan laju menggambarkan perubahan ini secara matematis. Orde
reaksi adalah bagian dari persamaan laju. Halaman ini memperkenalkan dan
menjelaskan berbagai istilah yang perlu anda tahu.
Ada beberapa cara untuk mengukur laju dari suatu reaksi. Sebagai contoh, jika gas
dilepaskan dalam suatu reaksi, kita dapat mengukurnya dengan menghitung volume gas
II-7
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
yang dilepaskan per menit pada waktu tertentu selama reaksi berlangsung. Definisi laju
ini dapat diukur dengan satuan cm3s
-1
Bagaimanapun, untuk lebih formal dan matematika dalam menentukan laju suatu
reaksi, laju biasanya diukur dengan melihat berapa cepat konsentrasi suatu reaktan
berkurang pada waktu tertentu. Sebagai contoh, andaikan kita melihat suatu reaksi antara
dua senyawa A dan B. Misalkan setidaknya salah satu mereka merupakan zat yang bisa
diukur konsentrasinya-misalnya, larutan atau dalam bentuk gas. Untuk reaksi ini kita
dapat mengukur laju reaksi dengan menyelidiki berapa cepat konsentrasi, katakan A,
berkurang per detik.
Kita mendapatkan, sebagai contoh, pada awal reaksi, konsentrasi berkurang
dengan laju 0.0050 mol dm-3
s-1
. Hal ini berarti tiap detik konsentrasi A berkurang 0.0050
mol per desimeter kubik. Laju ini akan meningkat seiring reaksi dari A berlangsung.
Untuk persamaan laju dan orde reaksi, laju reaksi diukur dengan cara berapa cepat
konsentrasi dari suatu reaktan berkurang. Satuannya adalah mol dm-3
s-1
.
Orde reaksi selalu ditemukan melalui percobaan. Kita tidak dapat menentukan
apapun tentang orde reaksi dengan hanya mengamati persamaan dari suatu raeksi. Jadi
dengan laju reaksi dimana konsentrasi dari suatu reaktan A berubah, beberapa hal-hal
sederhana yang akan kita temui adalah :
Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi A
Hal ini berarti jika kita meliptgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan berlipat
ganda pula. Jika kita meningkatkan konsentrasi A dengan faktor 4, laju reaksi pun akan
menjadi 4 kali lipat. Ini menunjukkan konsentrasi yang diukur dalam mol per desimeter
kubik (liter).
Laju reaksi berbanding terbalik dengan kuadrat konsentrasi A
Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi dari A, laju reaksi akan
bartambah 4 kali lipat (22). Jika konsentrasi dari A ditingkatkan tiga kali lipat, laju reaksi
akan bartambah menjadi 9 kali lipat (32).
Dengan melakukan percobaan yang melibatkan reaksi antara A dan B, kita akan
mendapatkan bahwa laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi A dan B dengan cara :
Kita dapat malakukan percobaan yang melibatkan reaksi bahwa laju reaksi
dipengaruhi oleh konsentrasi dari A dan B. Pangkat-pangkat ini disebut dengan orde
reaksi terhadap A dan B. Jika orde reaksi terhadap A adalah 0 (nol), berarti konsentrasi
dari A tidak mempengaruhi laju reaksi. Orde reaksi total (keseluruhan), didapat dengan
II-8
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
menjumlahkan tiap-tiap orde. Sebagai contoh, di dalam reaksi orde satu terhadap kedua A
dan B (a = 1 dan b = 1), orde reaksi total adalah 2. Kita menyebutkan reaksi total dua.
Tiap contoh yang melibatkan reaksi antara A dan B, dan tiap persamaan laju
reaksi dapat eksperimen untuk menentukan bagaimana konsentrasi A dan B
mempengaruhi laju reaksi. Dalam kasus ini, orde reaksi terhadap A dan B adalah 1. Orde
reaksi total adalah 2, didapat dengan menjumlah tiap-tiap orde. Pada reaksi ini, A berorde
satu dan B berorde nol, karena konsentrasi B tidak mempengaruhi laju reaksi. Orde reakai
total adalah satu.
Bila kita memiliki reaktan-reaktan lebih dari dua lainnya, tidak menjadi masalah
berapa banyak reaktan yang ada. Konsentrasi dari tiap reaktan akan berlangsung pada laju
reaksi dengan menaikkan beberapa pangkat. Pangkat-pangkat ini merupakan orde
tersendiri dari setiap reaksi. Orde total (keseluruhan) dari reaksi didapat dengan
menjumlahkan tiap-tiap orde tersebut.
Hal yang cukup mengejutkan, ketetapan laju sebenarnya tidak benar-benar
konstan. Konstan ini tidak berubah, sebagai contoh, jika kita mengubah temperatur dari
reaksi, menambahkan katalis atau merubah katalis. Tetapan laju akan konstan untuk
reaksi yang diberikan hanya apabila kita mengganti konsentrasi dari reaksi tersebut.
Definisi orde reaksi adalah suatu bilangan pangkat konsentrasi pada persamaan
laju reaksi. Orde reaksi dapat berupa bilangan bulat positif, nol, atau bilangan pecahan.
Pada umumnya suatu reaksi kimai memiliki orde reaksi berupa bilangan bulat positf.
Orde reaksi menyatakan suatu bentuk matematis dimana hasil percobaan dapat
ditunjukkan. Ia dapat dihitung secara eksperimen laju reaksi dan hanya dapat diramalkan
apabila suatu mekanisme reaksi diketahui pada seluruh percobaan yang nantinya dapat
ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan. Sehingga, dasar
perhitungan dari kecepatan laju reaksi adalah memperbandingkan data laju reaksi yang
diketahui apabila ada data yang sama maka dibandingkan dengan data yang sudah sama
terlebih dahulu (Maroon and Lando, 1989).
Macam-macam Orde Reaksi :
1. Reaksi Orde Nol
Adalah reaksi-reaksi yang laju reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi asam.
Dimana, harga satuan k (konstanta) adalah sama dengan nol. Hal ini dapat dituliskan
sebagai berikut :
d (A) = k dimana k adalah konstanta laju orde nol
II-9
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
dt
Contoh dari reaksi orde ini :
CH3COCCH3 + H2O CH3COOH + CH3OH
Maka, persamaan laju reaksinya adalah :
R = k (CH3COOH) (H2O)0
Grafiknya :
Laju (m/s)
Konsentrasi (M)
2. Reaksi Orde Satu
Adalah reaksi yang lajunya berbanding langsung dengan konsentrasi reaktan
(pereaksi).
Contoh reaksi orde ini :
2H2O 2H2O + O2 , V = k (H2O2)
SO2Cl2 SO2 + Cl2 , V = k (SO2Cl2)
Grafik reaksi orde satu :
Laju (m/s)
Konsentrasi (M)
(Samuel H. Maron and Jerome B.Lando, Fundamentals of Physiscal Chemistry)
Bila konsentrasi A meningkat, maka V juga akan meningkat secara linier.
3. Reaksi Orde Dua
Adalah reaksi-reaksi yang laju reaksinya berbanding langsung dengan kuadrat
konsentrasi dari suatu reaktan atau dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat
sampai pangkat satu atau dua dari reaktan-reaktan tersebut.
Kasus I :
2A produk
II-10
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
-d ( A ) = k ( A )2
Dt
Pada integrasi memberikan :
1 = 1 + kt
A ( A0)
Dimana ( A0) adalah konsetrasi reaktan pada t = 0
Kasus II :
aA + bB produk
dimana a , b , dan ( A0) ( B0) persamaan laju diferensial adalah :
l d ( A ) = l d ( A ) = k ( A ) (B)
a dt b dt
konstanta laju (k) dapat kita hitung dari kemiringan dan konsentrasi awal reaktan
di intercept. Contoh reaksi ini :
NO2 + O3 NO2 + O2
2NO2 2NO + O2
Grafik orde ini :
Laju (m/s)
Konsetrasi (M)
Apabila konsentrasi A meningkat, maka V meningkat secara parabola.
4. Orde Reaksi Tiga
Dalam orde reaksi tiga dapat dilihat dalam tiga hal yang berbeda, yakni :
Kasus I :
Laju berbanding langsung dengan pangkat 3 konsentrasi dari suatu reaktan, yaitu :
3R P
-d ( R ) = k ( R )3
dt
Kasus II :
Laju sebanding dengan kuadrat konsentrasi dari reaktan dan pangkat satu dari
konsentrasi reaktan kedua, yaitu :
II-11
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
-d ( R2 ) = k ( R1 )2 (R2)
dt
Kasus III :
Laju sebanding dengan hasil kali konsentrasi ke-3 rekatan, yaitu :
-d ( R1 ) = k ( R1 ) (R2) (R3)
dt
5. Reaksi Orde Semu
Pada reaksi ini konsentrasi satu atau lebih dari satu reaktan melebihi konsentrasi
reaktan lainnya, atau salah satu reaktan bekerja sebagai katalis, karena konsentrasi dari
jenis-jenis ini hampir tetap sama dan dapat dianggap konstan, maka orde reaksi akan
berkurang, misalnya hidrolisis dari beberapa ester yang dikatalis oleh beberapa asam
adalah :
RCOOR’ + H2O RCOOH + R’OH
Orde dari reaksi tersebut adalah bernilai satu apabila air dalam keadaan surplus
(berlebihan).
Suatu reaksi kimia terjadi apabila ada tumbukan antar partikel suatu substansi,
namun tumbukan tersebut tidaklah selalu menghasilkan reaksi dan energi. Reaktan
yang terjadi akan melebihi energi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi minimum
yang diperlukan untuk melakukan suatu reaksi.
(Maron and Lando, 1988)
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
1. Variabel Bebas : Etil asetat 0,035N, NaOH 0,035N, HCl 0,035N
2. Variabel Terikat : Volume Titran
3. Variabel Kontrol : 8 menit, 16 menit, 24 menit, 32 menit, 40 menit, dan 48 menit
III.2 Alat dan Bahan yang Digunakan
III.2.1 Alat
1. Beaker glass
2. Buret
3. Erlenmeyer
4. Gelas Ukur
5. Kaca Arloji
6. Klem
7. Labu ukur
8. Pengaduk
9. Pipet Tetes
10. Statif
11. Stopwatch
III.2.2 Bahan
1. Padatan NaOH
2. HCl pekat
3. Indikator PP
4. Etil Asetat
5. Aquadest
III.3 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membuat 100ml larutan 0,035N etil asetat, 100ml larutan 0,035N NaOH, dan
100ml larutan 0,035N HCl.
3. Memasukkan 25ml larutan 0,035N etil asetat ke dalam erlenmeyer.
III-2
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
4. Menambahkan 25ml larutan 0,035N NaOH dan mengocoknya selama 8 menit.
5. Menghentikan proses pengocokan setelah 8 menit kemudian menambahkan 25ml
larutan 0,035N HCl dan mengocoknya kembali selama 8 menit.
6. Mengambil 10ml larutan campuran yang telah dikocok untuk kedua kalinya ke
dalam erlenmeyer.
7. Menambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes ke dalam 10ml campuran.
8. Menitrasi campuran tersebut dengan larutan 0,035N NaOH.
9. Mengulangi prosedur 7 sampai sebanyak 3 kali.
10. Mengulangi prosedur 2-8 dengan variabel waktu yang berbeda yaitu selama 16
menit, 24 menit, 32 menit, 40 menit, dan 48 menit.
III-3
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.4 Diagram Alir Percobaan
Mulai
Menyiapkan alat dan bahan
Membuat 100ml larutan 0,035N etil asetat, 100ml larutan
0,035N NaOH, dan 100ml larutan 0,035N HCl
Memasukkan 25ml larutan 0,035N etil asetat ke dalam erlenmeyer.
Menambahkan 25ml larutan 0,035N NaOH dan mengocoknya selama 8 menit.
Menghentikan proses pengocokan setelah 8 menit kemudian
menambahkan 25ml larutan 0,035N HCl dan mengocoknya
kembali selama 8 menit.
Mengambil 10ml larutan campuran yang telah dikocok untuk
kedua kalinya ke dalam erlenmeyer.
Menambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes ke dalam 10ml campuran.
Menitrasi campuran tersebut dengan larutan 0,035N NaOH.
III-4
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Mengulangi prosedur 7 sampai sebanyak 3 kali.
Mengulangi prosedur 2-8 dengan variabel waktu yang berbeda
yaitu selama 16 menit, 24 menit, 32 menit, 40 menit, dan 48 menit.
Selesai
III-5
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.5 Gambar Alat Percobaan
Beaker gelas
Buret
Corong Kaca
Erlenmeyer
Gelas Ukur
Klem holder, Statif
Pipet Tetes
Timbangan Elektrik
Labu Ukur
IV-1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1 Hasil Titrasi Penyabunan Etil Asetat dengan Larutan NaOH
Perlakuan
Volume
Etil
Asetat
(ml)
Volume
NaOH
(ml)
Volume
HCl
(ml)
Waktu
Pengocokkan
(menit)
Volume Titrasi
Larutan
Campuran
(ml)
NaOH
(ml)
Titrasi
25 25 25 8 10 2,2
25 25 25 16 10 2,3
25 25 25 24 10 2,5
25 25 25 32 10 2,7
25 25 25 40 10 4,97
25 25 25 48 10 5,87
t
(menit)
V NaOH
(ml)
a
(N)
x
(N) )( xa
x
8 2,2 0,035 0,0008 0,0964
16 2,3 0,035 0,00322 0,1013
24 2,5 0,035 0,0035 0,1111
32 2,7 0,035 0,00378 0,1210
40 4,97 0,035 0,006958 0,2481
48 5,87 0,035 0,008218 0,30684
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Menentukan Konstanta Reaksi dari Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH.
Dalam percobaan yang dilakukan, penentuan konstanta dan orde kecepatan
reaksi menggunakan metode reaksi penyabunan yaitu antara CH3COOC2H5 dan
NaOH. Dalam percobaan ini terjadi reaksi dengan mekanisme sebagai berikut :
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan x/(a-x)
IV-2
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
C 2 H 5 OH(aq) + CH3COONa(aq) CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq)
Reaksi senyawa tersebut dibantu dengan proses pengocokan yang dilakukan
selama t menit. Setalah t menit, penambahan HCl pada campuran larutan
CH3COOC2H5 dan NaOH. Penambahan HCl dilakukan untuk mempercepat
reaksi atau disebut juga sebagai katalisator, sehingga terjadi reaksi :
NaOH sisa (aq) + HCl(aq) NaCl(s) + H2O(l)
Pada reaksi ini, NaOH bertindak sebagai reaktan pembatas (limiting reaktan)
sehingga berdasarkan reaksi ini konsentrasi etil asetat yang bereaksi dapat
ditentukan. Untuk menentukan jumlah HCl sisa reaksi, maka dilakukan titrasi
HCL oleh NaOH :
NaCl(s) + H 2 O(l) HCl sisa (aq) + NaOH(aq)
Sehingga jumlah mol etil asetat yang bereaksi dapat diketahui dengan
mengetahui jumlah mol NaOH yang diperlukan untuk titrasi. Selanjutnya,
konstanta reaksi dari reaksi penyabunan etil asetat ini didapatkan dari
persamaan yang berasal dari grafik antara xa
x
terhadap t, yang diperoleh dari :
xa
x
= a.k.t ............................................................................................ (7)
0,0964 0,10130,1111 0,121
0,2481
0,30684
y = 0,0429x + 0,0139R² = 0,7939
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
8 16 24 32 40 48
x/(a
-x)
t (menit)
Grafik IV.1 Grafik xa
x
terhadap t
IV-3
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Sehingga dari plot antara xa
x
terhadap t didapatkan kurva dengan intercept 0.
Sehingga dari percobaan didapatkan grafik IV.1
Dari kurva didapatkan slope a.k dimana a merupakan konsentrasi mula-mula
sehingga konstanta reaksi dapat dicari dengan membagi harga slope dengan a
yang diketahui nilainya. Setelah kita memperoleh persamaan garis y = 0,0429x +
0,0139, maka kita mensubsitusikannya ke dalam rumus xa
x
= a.k.t , sehingga
diperoleh persamaan sebagai berikut :
y = 0,0429x + 0,0139
xa
x
= a.k.t
0,0429x + 0,0139= a.k.t
Berdasarkan persamaan sehingga didapatkan k = 2,88 M-1
s-1
. Berdasarkan
literatur disebutkan bahwa konstanta laju reaksi untuk penyabunan etil asetat
dengan NaOH berkisar 0,057 M-1
s-1
( Glasstone, 1946 ).
Hasil percobaan yang didapatkan berbeda dengan literatur. Hal ini
disebabkan karena ketika proses penimbangan NaOH, timbangan yang
digunakan kurang valid, sehingga mempengaruhi konsentrasi larutan NaOH
yang dibuat. Selain itu, pada saat pengamatan perubahan larutan menjadi merah
muda (pink) sulit untuk memberi batasan warna saat awal mulai terjadinya
perubahan warna menjadi merah muda (pink) yang sama pada setiap perbedaan
lamanya waktu yang diperoleh dalam proses pengocokan. Hal ini menyebabkan
perbedaan volume NaOH yang digunakan untuk mentitrasi larutan sehingga hal
itu dapat berpengaruh terhadap data yang didapatkan.
IV.2.2 Pengaruh Waktu (t) Pengocokan terhadap Volume Titran (NaOH) yang
Bereaksi.
Dalam percobaan kecepatan reaksi dilakukan proses pengocokan
terhadap larutan etil asetat dan NaOH serta pada saat setelah penambahan HCl.
Berdesarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hubungan antara lama
waktu pengocokan terhadap volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya.
IV-4
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
2,2 2,32,5
2,7
4,97
5,87
0
1
2
3
4
5
6
7
8 16 24 32 40 48
Vo
lum
e N
aOH
(m
l)
t (menit)
Dari grafik IV.2 “ Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap volume titran
(NaOH) yang Diperlukan ” dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pengocokan
yang diberikan pada campuran larutan etil asetat dan NaOH serta setelah
penambahan HCl , maka semakin besar pula volume titran NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi. Hal ini dapat terlihat pada saat t = 8 menit dimana
membutuhkan volume titran (NaOH) paling besar yaitu sebesar 2,2 ml untuk
mencapai titik ekivalennya.
IV.2.3 Pengaruh Waktu (t) Pengocokan terhadap Etil asetat (CH3COOC2H5)
yang Bereaksi.
Dalam percobaan kecepatan reaksi yang telah dilakukan, salah satu
prosedur percobaannya yaitu melakukan proses pengocokan larutan etil asetat
dan NaOH serta pada saat setelah penambahan HCl. Berdesarkan percobaan
yang telah dilakukan diperoleh hubungan antara lama waktu pengocokan
terhadap volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalennya.
Grafik IV.2 Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap Volume titran
(NaOH) yang diperlukan
IV-5
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
0,077 0,08050,0875 0,0945
0,1739
0,2054
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
8 16 24 32 40 48
Jum
lah
Eti
l A
seta
t ya
ng
Be
reak
si (
mo
l)
t (menit)
Dari grafik IV.3 “ Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap etil asetat yang
bereaksi ” dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pengocokan yang diberikan
jumlah (mol) etil asetat yang bereaksi semakin bertambah. Hal ini dapat terjadi
karena semakin lama proses pengocokan berlangsung semakin banyak
permukaan partikel yang bereaksi, karena adanya tumbukan antara partikel satu
dengan partikel lainnya. Hal ini bisa terlihat pada saat dilakukan pengocokan
selama 48 menit, maka jumlah etil asetat yang bereaksi semakin besar pula.
IV.2.4 Menetukan Besarnya Konstanta Kecepatan Reaksi Penyabunan Etil
Asetat
Pada penentuan orde reaksi penyabunan etil asetat kita dapat
menggunakan persamaan yang terjadi antara etil asetat dan NaOH. Berdasarkan
teori yang ada yaitu :
A + B hasil ......................................................................................... (c)
Rate = k2 . CA . CB
Karena konsentrasi yang digunakan dalam penyabunan antara etil asetat dan NaOH
sama, maka A = B, sehingga menjadi :
2A hasil ......................................................................................... (b)
Rate = k2 . CA
(Sukardjo, 1985)
Grafik IV.3 Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap jumlah etil asetat
yang bereaksi
IV-6
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) C 2 H 5 OH(aq) + CH3COONa(aq)
Dari reaksi yang terjadi antara etil asetat dan NaOH mempunyai molaritas sama
yaitu 0,035 N. Sehingga, dengan menggunakan dasar teori persamaan (b) maka
orde reaksi penyabunan etil asetat dan NaOH merupakan orde reaksi tingkat dua.
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Prosedur percobaan penyabunan etil asetat dengan NaOH diperoleh konstanta
kecepatan reaksi sebesar 2,88 M-1
s-1
.
2. Prosedur percobaan penyabunan etil asetat dengan NaOH diperoleh orde reaksi 2.
3. Semakin lama waktu pengocokan yang diberikan pada campuran larutan etil asetat
dan NaOH , maka semakin kecil volume titran NaOH yang dibutuhkan untuk
titrasi. Yaitu pada pengocokan minimum selama 8 menit dibutuhkan volume titran
NaOH sebanyak 2,2ml. sedangkan pengocokan maksimum selama 48 menit
dibutuhkan volume titran NaOH sebanyak 5,87ml.
4. Semakin lama waktu pengocokan yang diberikan pada campuran larutan etil asetat
dan NaOH, maka jumlah (mol) etil asetat yang bereaksi semakin kecil karena
adanya tumbukan antara partikel satu dengan partikel lainnya sehingga semakin
banyak permukaan partikel yang bereaksi. Yaitu pada pada pengocokan minimum
selama 8 menit membutuhkan jumlah etil asetat sebanyak 0,077 mol. sedangkan
pengocokan maksimum selama 48 menit membutuhkan jumlah etil asetat
sebanyak 0,2054 mol.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Tahap Menuju Kecepatan Reaksi. Tersedia di:
http://kimiaindah.blogspot.com/2010/10/tahap-menuju-kecepatan-reaksi.html
Fathan, F., 2009. Laju Reaksi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Tersedia di:
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700779/materi3.htm
Napitupulu, J., 2013. Laporan Praktikum Kecepatan Reaksi. Tersedia di:
http://joksansamuel.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-kimia-dasar-pembuatan.html.
Diakses pada 27 November 2013
Rohmah, M., 2012. Laporan Praktikum Kimia Kecepatan Reaksi. Tersedia di:
http://mamach1805ndut.blogspot.com/2012/11/laporan-praktikum-kimia-kecepatan-
reaksi.html. Diakses pada 27 November 2013
Wikipedia, 2013. Kinematika Kimia. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Kinematika
Kimia
vii
DAFTAR NOTASI
SIMBOL KETERANGAN SATUAN
N Normalitas N
V Volume ml
t Waktu menit
ρ Massa Jenis gr/ml
% Kadar %
BM Berat Molekul -
M Molaritas M
mol Jumlah mol mol
k Konstanta reaksi -
viii
APPENDIKS
Perhitungan massa NaOH yang dibutuhkan untuk membuat 100ml larutan 0,035N
NaOH Na+ + OH-
e = 1
N = M x e
0,035 = M x 1
M = 0,035M
M =
0,035 =
gr = 0,14 gram
Perhitungan volume Etil Asetat yang dibutuhkan
0,035 = M1 x e
0,035 = M1 x 1
M1 = 0,035M
M2 =
=
= 10,16M
M1 . V1 = M2 . V2
0,035 . 100 = 10,16 . V2
V2 = 0,34 ml
Jadi, 0,34ml etil asetat dimasukkan ke dalam labu ukur, kemudian ditambahkan aquades
sampai volumenya 100ml.
ix
Perhitungan volume HCl yang dibutuhkan
0,035 = M1 x e
0,035 = M1 x 1
M1 = 0,035M
M2 =
=
= 10,16M
M1 . V1 = M2 . V2
0,035 . 100 = 10,16 . V2
V2 = 0,34 ml
Penyabunan CH3COOC2H5 oleh NaOH
Untuk t = 30 detik
CH3COOC2H5 awal = 0,035N
NaOH awal = 0,035 N
HCl awal = 0,035 N
Volume CH3COOC2H5 = 25 ml
Volume NaOH = 25 ml
Volume HCl = 25 ml
mol CH3COOC2H5 awal = 0,035 x 25
= 0,875 mmol
mol NaOH awal = 0,035 x 25
= 0,875 mmol
mol HCl = 0,035 x 25
= 0,875 mmol
Volume NaOH titrasi = 2,2 ml
mol NaOH titrasi = 0,035 x 2,2 = 0,077 mmol
x
Reaksi (1)
CH3COOC2H5 + NaOH C2H5OH + CH3COONa
Awal 1 1 - -
Bereaksi x x - -
Sisa 1-x 1-x x X
Reaksi (2)
NaOH sisa + HCl NaCl + H2O
Awal 1-x 1 - -
Bereaksi 1-x 1-x - -
Sisa 0 x 1-x 1-x
Reaksi (3)
NaOH + HCl sisa NaCl + H2O
Awal 0,5 x - -
Bereaksi 0,5 x - -
Sisa 0 0 x x
Pada reaksi (3)
mol NaOH titrasi = 0,077 mmol
mol HCl titrasi = x mmol
mol HCl = mol NaOH
x = 0,077 mmol
CH3COOC2H5 yang bereaksi = 0,077 mmol/ 25 ml
= 0,00308 M
Untuk perhitungan t selanjutnya dengan cara yang sama.
Perhitungan pembuatan grafik
x = CH3COOC2H5 yang bereaksi = 0,00308 M = 0,00308 N
a = CH3COOC2H5 mula-mula = 0,035 N = 0,035 M
xa
x
= 0,00308/ (0,035-0,00308)
= 0,0964
xi
Untuk perhitungan t selanjutnya dengan cara yang sama pada tabel 1.1 di bawah ini :
T
(menit)
V NaOH
(ml)
a
(N)
X
(N) )( xa
x
16 2,3 0,035 0,00322 0,1013
24 2,5 0,035 0,0035 0,1111
32 2,7 0,035 0,00378 0,1210
40 4,97 0,035 0,006958 0,2481
48 5,87 0,035 0,008218 0,30684
Dari data pada tabel 1.1, dibuat plot antara xa
x
lawan t, sehingga diperoleh:
Persamaan : y = 0,0323x + 0,0386
Dimana persamaan reaksi orde 2 : xa
x
= a.k.t
k = 0,1009/ 0,035 = 2,88 M-1
menit-1
top related