laporan penelitian 2014 1
Post on 17-Dec-2015
47 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
Kata Pengantar
Pelaksanaan Kajian Efektifitas Model Penumbuhan Klaster Bisnis UKM Berbasis
Agribisnis ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas sentra UKM dalam
menumbuhkan klaster bisnis berbasis agribisnis yang ada dalam perekonomian
Indonesia dan mengidentifikasi sumber pembentuk efektifitas tersebut. Kajian ini
diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan efektifitas
penumbuhan klaster bisnis UKM berbasis agribisnis di masa mendatang.
Laporan Akhir Kajian ini berisi 7 (tujuh) bab yang menjelaskan mengenai
Pendahuluan, Kajian Literatur, Metode Kajian yang digunakan, Dinamika UKM
dalam Sektor Agribisnis, Gambaran Sentra Agribisnis Fasilitasi Kementerian
Koperasi dan UKM, Penumbuhan Klaster Agribisnis dalam Sentra UKM, serta
Kesimpulan dan Saran.
PT. LaMally mengucapkan terima kasih kepada Deputi Bidang Pengkajian
Sumberdaya UKMK Kementerian Negara Koperasi dan UKM yang telah
memberikan kepercayaan dalam melaksanakan kegiatan ini. Kami menyadari
masih banyak kekurangan pada Laporan Akhir Kajian ini, untuk itu kami tetap
memohon saran lebih lanjut demi sempurnanya Laporan Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis UKM Berbasis Agribisnis ini. Semoga Laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan kegiatan ini.
Jakarta, 7 November 2007
PT. LaMally
i
-
Kajian Efektifitas Model 1
LAPORAN AKHIR
1 Pendahuluan
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
1.1. Latar Belakang
UMKM telah memberikan kontribusi yang penting dan besar dalam menyediakan
lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat Indonesia. Karena itu,
pemberdayaan dan pengembangan yang berkelanjutan perlu dilakukan terhadap
nya agar UMKM tidak hanya tumbuh dalam jumlah tetapi juga berkembang dalam
kualitas dan daya saing produknya.
Salah satu pendekatan untuk mengembangkan UKM yang dianggap berhasil
adalah melalui pendekatan kelompok. Dalam pendekatan kelompok, dukungan
(baik teknis maupun keuangan) disalurkan kepada kelompok UKM bukan per
individu UKM. Pendekatan kelompok diyakini lebih baik karena (1) UKM secara
individual biasanya tidak sanggup menangkap peluang pasar dan (2) Jaringan
bisnis yang terbentuk terbukti efektif meningkatkan daya saing usaha karena dapat
saling bersinergi. Bagi pemberi dukungan, pendekatan kelompok juga lebih baik
karena proses identifikasi dan pemberdayaan UKM menjadi lebih fokus dan
efisien. Dari kasus berhasil (success story) yang ditemui, pengembangan UKM
dalam kelompok berhasil meningkatkan kapasitas daya saing usaha UKM,
mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam setempat,
memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah
UKM.
Kajian literatur awal menunjukkan bahwa di masa lalu telah terdapat program
pengembangan UKM berbasis kelompok yang dilakukan dalam kerangka program
pemerintah seperti melalui (1) extension workers, (2) penyediaan motivator kepada
kelompok usaha, (3) pemberian dukungan teknis melalui unit pelayanan teknis dan
BDS, (4) pelaksanaan trade fairs untuk mengembangkan jejaring pemasaran UKM,
(5) pembuatan trading house, dan lain-lain. Beberapa nama juga telah dikaitkan
dengan model pendekatan kelompok ini misalnya: Sentra UKM, Klaster,
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
2
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR
Perkampungan Industri Kecil (PIK), Lingkungan Industri Kecil (LIK), Enclave,
Agropolitan dan lain sebagainya. Lembaga/Instansi yang melaksanakan upaya ini
pun beragam, mulai dari Pemerintah melalui Departemen-Departemen dalam
pemerintahan hingga kelompok-kelompok masyarakat melalui lembaga swadaya
masyarakat.
Kementerian Negara Koperasi dan UKM secara intensif melaksanakan
pengembangan UKM melalui pendekatan kelompok ini sejak akhir tahun 2000
dengan didirikannya BPS-KPKM1
dan dilaksanakannya program Sentra UKM pada
tahun 2001.
Di beberapa negara yang menjadi rujukan, Klaster bisnis telah menjadi mekanisme
yang ampuh untuk mengatasi keterbatasan UKM dalam hal ukuran usaha dan
untuk mencapai sukses dalam lingkungan pasar dengan persaingan yang
senantiasa meningkat. Langkah kolaboratif yang melibatkan UKM dan perusahaan
besar, lembaga pendukung publik dan swasta serta pemerintah lokal dan regional,
semuanya akan memberikan peluang untuk mengembangkan keunggulan lokal
yang spesifik dan daya saing perusahaan yang tergabung dalam klaster.
Berbeda dengan Jaringan Bisnis yang merupakan sistem tertutup yang ditujukan
untuk mengembangkan proyek bersama, Klaster bisnis merupakan suatu sistem
terbuka yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan kelompok
perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis dengan
institusi-institusi terkait dalam suatu bidang tertentu.
Pembentukan klaster menjadi issue yang penting karena (sekali lagi) secara
individual UKM seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang
membutuhkan jumlah volume produksi yang besar, standar yang homogen dan
penyerahan yang teratur. UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai skala
ekonomis dalam pembelian input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses
jasa-jasa keuangan dan konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu hambatan
yang signifikan untuk internalisasi beberapa fungsi pendukung penting seperti
pelatihan, penelitian pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian pula dapat
menghambat pembagian kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara
keseluruhan fungsi-fungsi tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.
Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik dari sebuah kerjasama dalam
1 BPS-KPKM kemudian dilebur ke dalam struktur Kementerian Koperasi dan UKM pada
bulan Agustus 2001 sesuai dengan Keppres 103/2001.
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
3
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR
klaster adalah:
Melalui kerjasama horisontal, misalnya bersama UKM lain menempati
posisi yang sama dalam mata rantai nilai (value chain) secara kolektif
perusahaan-perusahaan dapat mencapai skala ekonomis melampaui
jangkauan perusahaan kecil secara individual, dan dapat memperoleh
input pembelian curah, mencapai skala optimal dalam penggunaan
peralatan dan mengabungkan kapasitas produksi untuk memenuhi order
skala besar.
Melalui integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan
perusahaan besar dalam mata rantai pasokan), perusahaan-perusahaan
dapat memfokuskan diri ke bisnis intinya dan memberi peluang pembagian
tenaga kerja eksternal.
Kerjasama antar perusahaan juga memberikan kesempatan tumbuhnya ruang
belajar secara kolektif untuk meningkatkan kualitas produk dan pindah ke segmen
pasar yang lebih menguntungkan. Terakhir, jaringan bisnis diantara perusahaan,
penyedia jasa layanan usaha (misal institusi pelatihan, sentra teknologi, dan lain-
lain) dan perumus kebijakan lokal, dapat mendukung pembentukan suatu visi
pengembangan lokal bersama dan memperkuat tindakan kolektif untuk
meningkatkan daya saing UKM.
Dengan demikian Klaster bisnis dapat menjadi alat yang baik untuk mengatasi
hambatan akibat ukuran UKM dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu
lingkungan pasar yang semakin kompetitif.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No:
32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan
dan Pengembangan Sentra UKM, SENTRA didefinisikan sebagai pusat kegiatan di
kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan
baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki
prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sedangkan KLASTER didefinisikan
sebagai pusat kegiatan UKM pada sentra yang telah berkembang, ditandai oleh
munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju, terjadi spesialisasi proses
produksi pada masing-masing UKM dan kegiatan ekonominya saling terkait dan
saling mendukung. Kedua istilah ini dalam pembahasan mengenai UKM kerap
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
4
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR
digunakan dalam arti yang saling bergantian, namun klaster sesungguhnya
memiliki cakupan yang lebih luas dan kompleks dibandingkan sentra.
Salah satu sasaran dari pelaksanaan program sentra UKM adalah terciptanya
mekanisme yang terstruktur untuk mentransformasikan sentra-sentra UKM menjadi
klaster-klaster bisnis UKM yang dinamis dan berdaya saing. Klaster bisnis yang
diharapkan terbentuk ini dapat berkembang dari sebuah sentra atau dari gabungan
beberapa sentra yang memiliki produk/kompetensi yang saling mendukung.
Keinginan sentra ke klaster ini didasarkan pada kenyataan bahwa klaster
memberikan ruang tumbuh yang lebih luas dibandingkan sentra.
Untuk itu, sejak tahun 2001 hingga tahun 2005, Kementerian Koperasi dan UKM
telah memfasilitasi 1.111 sentra UKM di seluruh Indonesia, memberikan dukungan
keuangan kepada sentra sebesar lebih dari Rp 200 milyar, dan
menugaskan/mengembangkan 920 konsultan lokal untuk membantu memberikan
dukungan non keuangan kepada sentra-sentra tersebut.
Menurut harapan pelaksanaan program, setelah 3 hingga 5 tahun dalam
perkuatan/ fasilitasi, diharapkan sebagian sentra telah mulai mengembangkan
dirinya dengan melakukan kerjasama dan interaksi yang lebih terarah untuk
mengembangkan daya saing produknya dan menumbuhkan ciri-ciri klaster. Ide
sentra ke klaster ini dibuat dengan keyakinan bahwa dalam klaster unit usaha
cenderung lebih efisien sehingga meningkatkan daya saing produk sentra. Karena
itu, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melihat apakah program yang digulirkan
berhasil memenuhi sasaran tersebut. Kajian terhadap hal ini diharapkan dapat
menunjukkan sejauh mana efektifitas program dalam menumbuhkan klaster bisnis
UKM dan memberikan petunjuk tentang dukungan (pada beragam tataran
makro, meta dan meso) yang dibutuhkan untuk mempertinggi efektifitas
penumbuhan sentra ke klaster tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah
yang ingin dijawab dalam kajian ini adalah bagaimana efektifitas program sentra
UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis UKM.
Dalam kajian ini, pandangan lebih diarahkan pada dinamika transformasi sentra ke
klaster di sektor agribisnis. Hal ini dilakukan mengingat sebagian besar pekerjaan
masyarakat Indonesia bergerak di lapangan usaha yang berkaitan dengan sektor
ini, menurut hasil kajian sebelumnya sentra-sentra yang bergerak di sektor
agribisnis ini memiliki kesiapan dan peluang yang besar untuk dikembangkan
menjadi klaster bisnis, dan pengembangan sektor ini merupakan salah satu
wahana yang dipilih oleh pemerintah untuk memperluas basis dan kesempatan
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
5
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR
berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru berkeunggulan untuk mendorong
pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja, seperti
tercantum dalam RPJM 2004-2009.
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian
Tujuan kajian ini, adalah:
1) Mengkaji efektifitas penumbuhan klaster bisnis UKM pada sentra-sentra
UKM Kementerian Koperasi dan UKM yang bergerak di sektor agribisnis;
2) Menetapkan faktor dominan yang mempengaruhi penumbuhan klaster
bisnis UKM berbasis agribisnis;
3) Menyusun rumusan model penumbuhan klaster bisnis UMKM berbasis
agribisnis;
Melalui tujuan pertama, kajian ingin mempelajari sentra-sentra yang telah
difasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM yang bergerak di sektor agribisnis.
Pembelajaran ditujukan untuk mengetahui kondisi terakhir sentra-sentra tersebut
dan menemukan bibit-bibit penumbuhan klaster bisnis manakala telah terjadi
pada sentra-sentra fasilitasi tersebut.
Jika diperhatikan, sejak tahun 2001 Kementerian Koperasi dan UKM
menggunakan pendekatan kelompok dalam mengembangkan UKM di Indonesia.
Titik masuknya adalah melalui penetapan/pembentukan Sentra UKM di sentra-
sentra historikal pilihan di seluruh Indonesia. Sentra-sentra historikal ini rata-rata
tergolong sebagai sentra yang aktif, namun ada juga beberapa sentra yang
sebenarnya bersifat dormant namun masih memiliki potensi untuk diaktifkan.
Terhadap sentra-sentra terpilih ini kemudian diberikan dukungan perkuatan, baik
dukungan keuangan (melalui dana bergulir yang disalurkan melalui KSP/USP di
sentra) maupun dukungan non keuangan (yang diberikan oleh konsultan
lokal/LPB/BDS di sekitar sentra yang disetujui oleh Kementerian). Harapannya
dukungan perkuatan ini akan mengembangkan kapasitas dan produktifitas sentra
dan mendorongnya untuk berkembang menjadi sebuah klaster bisnis. Dalam
materi Bimbingan Teknis bagi para penyelenggaraan LPB/BDS sentra,
Kementerian Negara Koperasi dan UKM selalu mendorong para pengelola BDS
untuk mencoba mengembangkan sentra yang dibinanya menjadi klaster bisnis.
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
6
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR
Gambar 1. Pembentukan dan Pengembangan Klaster Menuju
Peningkatan Daya saing
Dengan demikian, pihak Kementerian Koperasi dan UKM telah menjalankan
proses pembentukan klaster. Klaster-klaster ini kemudian diharapkan melakukan
siklus perkuatan diri dan tumbuh menjadi klaster bisnis yang kuat. Kajian
diharapkan dapat melihat apakah dari sentra-sentra fasilitasi yang bergerak di
sektor agribisnis ini telah ada yang tumbuh menjadi klaster agribisnis seperti yang
diharapkan disamping mengukur indikator pertumbuhan sentra sebagai bahan
pemutakhiran data.
Peningkatan
Daya Saing
UKM
a. Keuangan
b. Non Keuangan
UKM UKM UKM UKM
Sentra
UKM
Sentra
UKM
UKM
Persaingan yang
sehat
Akses Pemasaran
SDM Lokal
SDA Lokal
Ekonomi Lokal
Kemampuan Ekspor
KLASTER
BISNIS UKM Keunggulan Kompetitif
Teknologi &
Teknologi Informasi
Sinergi &
Kemitraan
Dukungan perkuatan
Pemerintah Lokal/Pusat
Lembaga Keuangan
BUMN/BUMD
Swasta
Perguruan Tinggi
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
7
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. Pembentukan dan Pengembangan Klaster Menuju
Peningkatan Daya saing
Pembentukan
Klaster
Siklus
Pertumbuhan
Klaster
Muncul supplier
khusus
Spesialisasi anggota
klaster pada kegiatan
yang paling dikuasai
Interaksi antar anggota
klaster untuk berbagi
peran sesuai kompetensi
Akumulasi informasi
Institusi lokal
mengembangkan
pelatihan, penelitian, dan
infrastruktur khusus
Kekuatan dan identitas
klaster tampak nyata
Jika klaster Tumbuh:
Daya saing produk
klaster meningkat
Sinyal peluang
Pekerja ahli tertarik
Wirausahawan
tertarik ikut serta/
menanamkan
modal
Migrasi pekerja
perkuatan diri,
Dengan demikian pada tujuan pertama, kajian adalah menyusun profil sentra yang
diamati, mengukur indikator keluaran sentra (baik kapasitas maupun produktivitas),
mengidentifikasikan indikator leverage dari dukungan perkuatan yang diterima
sentra, mengukur indikator efektifitas perkuatan sentra dan penumbuhan klaster,
dan mengidentifikasikan keberadaan ciri-ciri klaster di sentra yang bersangkutan.
Untuk tujuan kedua, kajian mengolah lebih lanjut data dan informasi hasil tujuan
pertama agar dapat mengkategorikan sentra yang diamati ke dalam kelompok
mendekati klaster dan kelompok tidak mendekati klaster. Berdasarkan
pengelompokkan ini, kajian mengidentifikasikan variabel-variabel dalam indikator
leverage, indikator efektifitas perkuatan dan keberadaan ciri-ciri klaster untuk
menemukan variabel-variabel determinan yang dimiliki oleh sentra-sentra yang
termasuk dalam kategori mendekati klaster. Berdasarkan pengetahuan ini
diharapkan dapat diidentifikasi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi
penumbuhan klaster bisnis agribisnis dari sentra-sentra Kementerian Koperasi dan
UKM.
Tujuan ketiga meminta kajian menggunakan informasi dan pengetahuan hasil
tujuan pertama dan kedua tersebut, untuk merumuskan rekomendasi langkah yang
perlu ditempuh dan kebijakan yang dibutuhkan agar Kementerian Koperasi dan
UKM serta pemangku kepentingan lainnya dapat secara efektif menumbuhkan
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
8
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR
klaster bisnis UKM berbasis agribisnis.
Manfaat yang dapat diperoleh dari kajian ini adalah diketahuinya informasi terakhir
sentra agribisnis fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM dan rekomendasi
langkah penumbuhan klaster bisnis yang efektif yang dapat dijadikan referensi bagi
pemberdayaan UMKM melalui pendekatan sentra.
1.4. Output Kajian
Output kajian adalah:
1) Deskripsi efektifitas sentra UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis UKM
berbasis agribisnis;
2) Deskripsi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penumbuhan dan
pengembangan klaster bisnis UKM yang bergerak di bidang agribisnis
3) Rumusan rekomendasi model yang efektif untuk menumbuhkan klaster
bisnis UMKM yang berbasis agribisnis.
Sedangkan kemasan keluaran adalah sebagai berikut:
1) Laporan Desain Kajian yang memuat desain penelitian dan instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data.
2) Laporan Sementara atau draf laporan akhir yang berisi hasil pelaksanaan
penelitian.
3) Laporan Akhir kajian yang harus memuat: (a) deskripsi efektifitas sentra
UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis UKM yang berbasis agribisnis,
(b) deskripsi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penumbuhan dan
pengembangan klaster bisnis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis,
dan (c) rekomendasi model penumbuhan dan pengembangan klaster
bisnis yang berbasis agribisnis dan persyaratan kondisi lingkungannya.
4) Ringkasan laporan kajian untuk pejabat terkait di lingkungan Kementerian
koperasi dan UKM, serta instansi terkait lainnya.
5) Soft copy dari laporan penelitian dan ringkasan penelitian.
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
9
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR
1.5. Susunan Penyajian Laporan Akhir
Desain Kajian Efektifitas Model Penumbuhan Klaster Bisnis UKM Berbasis
Agribisnis disajikan dalam 7 bab, sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, yang terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat, serta Output Kajian.
Bab 2 Kerangka Pikir dan Ruang Lingkup, yang memaparkan mengenai
kerangka pemikiran dan ruang lingkup kajian.
Bab 3 Metode Kajian, yang terdiri dari: jenis metode, lokasi kajian, jenis dan cara
pengumpulan data, metode sampling yang digunakan, dan metode analisis
yang dilaksanakan.
Bab 4 Dinamika UKM dalam Sektor Agribisnis, yang memaparkan mengenai
dinamika UKM yang bergerak dalam sektor agribisnis (pertanian tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan) dan peran
mereka dalam ekonomi nasional.
Bab 5 Gambaran Sentra Agribisnis Fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM,
menggambarkan sentra-sentra fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM
sejak dari tahun 2001 hingga tahun 2005.
Bab 6 Penumbuhan Klaster Agribisnis Dalam Sentra UKM, memaparkan
mengenai perhitungan dan analisis yang dilakukan terhadap data-data
yang dimiliki untuk menjawab penumbuhan klaster agribisnis dalam sentra
UKM.
Bab 7 Simpulan dan Saran, menyajikan butir-butir kesimpulan dan saran yang
dapat ditarik dari seluruh kajian ini.
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model 10
2 Kajian Literatur
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
2.1. Pemahaman Klaster
2.1.1. Definisi Klaster
Menurut Porter (1998) Klaster merupakan konsentrasi geografis perusahaan dan
institusi yang saling berhubungan pada sektor tertentu. Mereka berhubungan
karena kebersamaan dan saling melengkapi. Klaster mendorong industri untuk
bersaing satu sama lain. Selain industri, klaster termasuk juga pemerintah dan
industri yang memberikan dukungan pelayanan seperti pelatihan, pendidikan,
informasi, penelitian dan dukungan teknologi. Sedangkan menurut Schmitz (1997)
klaster didefinisikan sebagai grup perusahaan yang berkumpul pada satu lokasi
dan bekerja pada sektor yang sama. Sementara Enright, M,J, 1992 mendefinisikan
klaster sebagai perusahaan-perusahaan yang sejenis/sama atau yang saling
berkaitan, berkumpul dalam suatu batasan geografis tertentu.
Pengertian klaster (JICA, 2004)5 juga dapat didefinisikan sebagai pemusatan
geografis industri-industri terkait dan kelembagaan-kelembagaannya.
Perkembangan sarana transportasi dan telekomunikasi telah mengurangi
pentingnya kedekatan secara geografis, oleh karena itu batasan geografi menjadi
fleksibel tergantung dari kepentingannya, yaitu:
1) Merujuk dari segi usaha (business), klaster diidentifikasikan atas daerah
yang luas di sepanjang pertalian-pertalian industri. Ini artinya bisa
mencakup satu desa, kabupaten, provinsi bahkan lintas provinsi yang
berkaitan
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
11
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
2) Sedangkan dipandang dari kepentingan pembangunan daerah, batasan
geografis dipergunakan dalam konteks kontribusinya terhadap ekonomi
daerah dan kesejahteraan penduduknya.
Kementerian Koperasi dan UKM seperti tersurat dalam buku Pemberdayaan UKM
Melalui Pemberdayaan SDM dan Klaster Bisnis, menunjukkan pengertian klaster
sebagai kelompok kegiatan yang terdiri atas industri inti, industri terkait, industri
penunjang, dan kegiatan-kegiatan ekonomi (sektor-sektor) penunjang dan terkait
lain, yang dalam kegiatannya akan saling terkait dan saling mendukung.
Mudrajat, melalui buku Analisis Spasial dan Regional, lebih banyak bicara
mengenai klaster industri. Dalam bukunya, Klaster Industri awal diasosiasikan
dengan Marshallian Industrial District. Menurut pemahaman Marshallian ini sentra
industri merupakan klaster produksi tertentu yang berdekatan. Ia membedakan
antara kota manufaktur dan sentra industri sebagai berikut:
Marshall, menekankan pentingnya tiga jenis penghematan eksternal yang
memunculkan sentra industri: (1) Konsentrasi pekerja trampil, (2) berdekatannya
para pemasok spesialis, dan (3) tersedianya fasilitas untuk mendapatkan
pengetahuan. Adanya jumlah pekerja terampil dalam jumlah besar memudahkan
terjadinya penghematan dari sisi tenaga kerja. Lokasi para pemasok yang
berdekatan menghasilkan penghematan akibat spesialisasi yang muncul dari
terjadinya pembagian kerja yang meluas antar perusahaan dalam aktivitas dan
proses yang saling melengkapi. Tersedianya fasilitas untuk memperoleh
pengetahuan terbukti meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi
melalui proses bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan
organisasi secara umum.
Becattini, mendefinisikan sentra industri sebagai wilayah sosial yang ditandai
dengan adanya komunitas manusia dan perusahaan, dan keduanya cenderung
bersatu.
Hampir setiap sentra industri berpusat pada satu kota besar atau lebih.
Tiap kota besar ini telah menjadi pemimpin dalam teknik industri dan
perdagangan; dan sebagian besar penduduknya merupakan para pengrajin.
Setelah pabrik-pabrik memerlukan lebih banyak ruang daripada
sebelumnya, padahal nilai tanah mulai tinggi, maka terjadilan pergerakan
menuju pinggiran (luar) kota; dan pabrik-pabrik baru mengalami
pertumbuhan yang pesat di daerah perdesaan dan kota-kota kecil.
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
12
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kluster yang
didominasi
perusahaan inti
Perusahaan atau
bengkel dengan
berbagai pabrik/skala
JENIS
Kluster yang didominasi
perusahaan-perusahaan
kecil
aan Kecil
Penghematan skala ekonomis dan
cakupan yang berasal dari partisipasi
Karakteristik
Pekerja
Studi empiris membuktikan bahwa sentra-sentra industri dalam praktek di berbagai
negara dapat digolongkan menurut: (1) struktur Kelembagaan, (2) tingkat
kepemilikan, (3) Klaster dewasa atau baru.
Gambar 3. Industrial District Sebagai Jaringan Lokal
Perusah
Perilaku dan
kebijakan
nasional/lokal
Tingkat Kepemilikan
Tingkat Koordinasi
Perilaku terhadap Inovasi
Hubungan industrial Bentuk pelatihan Mobilitas Pekerja
Independen Terintegrasi secara parsial
Asosiasi industri Kerjasama perusahaan Pertukaran informasi Pembiayaan Ciri Subkontrak
Strategi perusahaan Formasi bentuk baru
Ketrampilan rendah Ketrampilan tinggi
Spesialis Polivalen
Produktifitas rendahProduktifitas tinggi
Upah rendah Upah tinggi
Sumber: Mudrajat Kuncoro
Dilihat dari struktur Kelembagaan, perbedaan jelas terlihat antara sentra industri
yang hanya terdiri atas perusahaan kecil dan menengah (UKM) dan sentra industri
dimana UKM diorganisir di seputar perusahaan-perusahaan inti. Gambar 3
mengilustrasikan bahwa kedua jenis sentra industri ini mampu menciptakan
penghematan skala ekonomis dan penghematan cakupan secara eksternal dan
Jaringan
Kewirausahaan
Jaringan Pasar
Tenaga Kerja Informasi dan jaringan
Pembelanjaan
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
13
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
lokal.
Seberapa jauh penghematan ini dapat dilakukan tergantung sepenuhnya pada ciri
jaringan wirausaha yang berkaitan dan jaringan pasar tenaga kerja yang terdapat
dalam sentra-sentra industri tersebut. Selain itu juga tergantung dari sejauh mana
jaringan-jaringan tersebut diorganisasi untuk proses pembelajaran dan inovasi.
Jenis kategori klaster yang kedua menggunakan kerangka dua dimensi, yaitu
tingkat kepemilikan dan koordinasi, lihat gambar 4.
Gambar 4. Sentra Industri Menurut Tingkat Kepemilikan dan Koordinasi
Tinggi
Tingkat Integrasi
Kepemilikan
Rendah
Sumber: Mudrajat Kuncoro
Rendah Tinggi Tingkat
Koordinasi
Argumennya, meningkatnya kepemilikan menyiratkan semakin kuatnya peran
perusahaan inti, sedangkan meningkatnya koordinasi mencerminkan semakin
kuatnya kerjasama antar UKM. Dengan kerangka ini sentra industri yang
didominasi oleh UKM memiliki tingkat integrasi kepemilikan yang rendah namun
bervariasi tergantung pada koordinasi yang mereka lakukan.
Kategori ke tiga mencoba membedakan antara klaster dewasa dan klaster baru.
Pembedaan ini didasarkan atas asal sejarah dan peranan kebijakan pemerintah.
Klaster dewasa biasanya terbentuk karena faktor sejarah, klaster ini sering
dikaitkan dengan sentra industri tradisional yang telah lama dikenal seperti pusat
industri kerajinan.
Tidak seperti klaster dewasa yang mengalami evolusi historis, klaster industri yang
Lokasi
UKM
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
14
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
baru muncul terutama berkat inisiatif kebijakan pemerintah.
Menilik penjelasan diatas, pemahaman Klaster dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
Klaster bisnis dan klaster industri. Dalam studi literatur, lebih banyak ditemukan
definisi untuk klaster industri, sedangkan Klaster bisnis lebih banyak dikaitkan
dengan klaster industri. Pengembangan klaster industri dapat digunakan untuk
mengembangkan industri yang bersifat luas (broad base) dan terfokus
(spesialisasi) pada jenis-jenis produk yang berpeluang memiliki daya saing
internasional yang tinggi di pasar domestik dan global.
Lingkup geografis klaster dapat sangat bervariasi, terentang dari satu desa saja
atau salah satu jalan di daerah perkotaan sampai mencakup sebuah kecamatan
atau provinsi. Sebuah klaster dapat juga melampaui batas negara menjangkau
beberapa negara tetangga (mis. Batam, Singapore, Malaysia).
2.1.2. Jenis Klaster
Ada banyak jenis klaster dalam hubungannya dengan pengembangan wilayah.
Dua kategori yang paling umum ditemui adalah klaster regional dan klaster bisnis.
Klaster regional adalah kelompok perusahaan yang muncul dalam/dibentuk oleh satu batas wilayah perekonomian tertentu. Klaster ini
memperoleh keunggulan dari interaksi antar perusahaan, penggunaan
asset bersama, dan/atau penyediaan layanan bersama.
Klaster bisnis adalah sekelompok perusahaan yang kendati memiliki bisnis yang saling berbeda tetapi memiliki aktivitas yang saling berhubungan.
Kemudian secara bersama-sama melakukan sinergi dan proses belajar
yang saling menguntungkan.
Biasanya, kedua klaster ini ada dalam satu wilayah yang sama.
2.1.3. Keanekaragaman Klaster
Membentuk klaster berarti menyusun rangkaian kesatuan unit-unit, lihat gambar 5.
Bagian paling gelap di lingkaran gambar 5 merupakan klaster Artisanal. Klaster
artisanal memperlihatkan karakteristik sektor informal dengan produktivitas dan
skala upah yang jauh lebih rendah daripada skala perusahaan menengah dan
besar. Tingkat spesialisasi dan kerja sama antar perusahaan yang rendah
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
15
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
menunjukkan kelangkaan keahlian di angkatan kerja lokal maupun struktur sosial
yang rapuh. Proses pembentukan klaster peningkatan kerja sama, masih pada
tingkat sangat awal.
Banyak klaster artisanal bersifat tidur (dormant), dengan pengertian bahwa selama
beberapa tahun praktis hampir tidak ada pengembangan pasar, peningkatan cara
produksi dan pengembangan produk. Beberapa penulis merujuk klaster artisanal
yang tidur sebagai klaster bertahan hidup (survival klaster) dari perusahaan mikro
dan kecil. Namun demikian, klaster lainnya telah berkembang dengan cepat dari
segi peningkatan ketrampilan, teknologi, dan keberhasilan penetrasi pasar
domestik dan ekspor.
Gambar 5. Komponen Klaster
Sumber: TA-ADB Praktik Terbaik Klaster
Dalam perjalanan waktu, banyak klaster aktif makin menjadi kompleks dari segi
struktur dan berkembang menjadi klaster industri maju. Terjadi peningkatan
spesialisasi dan kerjasama antar perusahaan, dan klaster tersebut menarik serta
mengembangkan pemasok input khusus, komponen dan peralatan, penyedia jasa-
Pemerintah
Pusat
Propinsi Asosiasi
Nasional/ Propinsi
Kabupaten / Kota
Pasar Pasar Pasar Nasional
lokal Regional
Produsen INPUT PEMASOK DISTRIBUTOR
Input Nasional/
Internasional Lembaga
Keuangan Pemasok
Peralatan
BDS
Lembaga SDM/R&D
Pa ar
Na ional/
Internasiona
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
16
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
jasa yang mengikat seperti perusahaan periklanan dan penerjemahan, yang
disertai dengan jaringan perdagangan dan distribusi masing-masing. Anggota
klaster mulai mengorganisir diri untuk jasa-jasa tertentu seperti pembelian
bersama, branding, periklanan, distribusi atau ekspor. Klaster makin
meningkatkan kerjasama dengan pemerintah lokal, regional ataupun nasional,
maupun dengan lembaga-lembaga spesialisasi pelatihan riset seperti universitas.
Dalam proses ini, klaster dapat juga memperluas secara geografis, misalnya
dengan mengambil input secara teratur dari suatu daerah dekat, atau
mengembangkan kerja sama teratur dengan sebuah universitas di kota lain.
Lingkaran-lingkaran luar di gambar 5 mencerminkan secara skematis berbagai
tahap yang berbeda dalam proses perluasan tersebut.
Contoh yang menonjol klaster industri maju dengan orientasi ekspor di negara
berkembang ialah manufaktur sepatu di Brazil, India, dan Mexico; peralatan bedah
di Pakistan; garmen di Peru atau mebel di Indonesia.
Klaster-klaster maju seringkali tumpang tindih dan saling terkait dengan klaster-
klaster lainnya dalam daerah yang sama. Pengelompokkan klaster-klaster
demikian atau distrik industri (terminologi Italia) merupakan bentuk susunan klaster
yang paling kompleks dimana berbagai sektor yang berbeda saling bergantung
dan saling memberikan manfaat. Contoh pengelompokkan klaster ialah sekitar
timur laut Italia (tourism, makanan, fashion, mebel, produksi permesinan); bagian
selatan Jerman (industri kendaraan, elektronika, produksi permesinan, software
dan greater London (perbankan, asuransi, software, penerbitan, film, musik,
tourism, fashion, periklanan, jasa-jasa bisnis).
Suatu contoh pengelompokan klaster ialah di daerah Jogjakarta Solo dengan
klaster turis, mebel, dan dekorasi interior, pengolahan logam, produk kulit dan
tekstil/pakaian yang semuanya saling menguntungkan. Pengolahan logam di
Klaten, misalnya menyediakan suku cadang untuk perusahaan pakaian dan
komponen logam untuk produsen mebel di daerah. Batik kayu adalah contoh
innovasi yang tercipta karena kerjasama klaster yang sebelumnya tidak terkait.
Sementara klaster individual dalam pengelompokkan klaster mungkin masih dalam
bentuk artifisial, karena klaster individual dalam pengelompokkan klaster mungkin
masih dalam bentuk artisanal, karakter maju klaster0klaster lainnya menonjol
karena kerjasama intensif dengan lembaga-lembaga secondary seperti Universitas
Gadjah Mada.
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
17
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
a. Pembentukan Klaster
Secara teoritis, sentra/klaster terbentuk karena dua hal yaitu (1) Faktor Sejarah
dan (2) faktor Bentukan/Manipulasi. Dua faktor ini akan membentuk dua jenis
klaster yaitu (1) Klaster Dewasa dan (2) Klaster Baru.
Klaster Dewasa biasanya terbentuk ketika sebuah daerah/kota memiliki banyak
pengrajin, pada kota tersebut, pada awalnya akan terbentuk sebuah Klaster
Artisanal. Karena satu dan lain hal, klaster ini mampu bertahan melewati waktu
dan menarik pihak-pihak lain untuk mendukung kegiatan mereka. Kemunculan
klaster industri dimulai ketika muncul pihak yang bersedia menjadi pemasok input
khusus bagi klaster artisanal tersebut.
Jika Klaster Dewasa muncul secara alami. Maka kemunculan Klaster Bentukan
terjadi karena kesengajaan pemerintah atau institusi lain yang berkeinginan untuk
membentuk sebuah klaster. Klaster-klaster bentukan sering disebut sebagai
Klaster Baru karena pendiriannya cenderung lebih muda usianya dibandingkan
klaster tradisional yang ada saat ini.
b. Sinergi dalam Klaster
Sinergi atau kerja sama antar anggota klaster tentunya didasari oleh faktor
ekonomi dan keuangan. Kajian literatur menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga
jenis penghematan yang dapat terjadi akibat sinergi anggota dalam sebuah klaster
tertentu yaitu: (1) Konsentrasi pekerja trampil, (2) berdekatannya para pemasok
spesialis, dan (3) tersedianya fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan. Adanya
jumlah pekerja terampil dalam jumlah besar memudahkan terjadinya penghematan
dari sisi tenaga kerja. Lokasi para pemasok yang berdekatan menghasilkan
penghematan akibat spesialisasi yang muncul dari terjadinya pembagian kerja
yang meluas antar perusahaan dalam aktivitas dan proses yang saling
melengkapi. Tersedianya fasilitas untuk memperoleh pengetahuan terbukti
meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi melalui proses
bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan organisasi secara
umum.
2.1.4. Konsepsi Klaster
Pandangan Porter mengenai klaster adalah hal yang paling banyak dikutip dalam
kajian-kajian yang ditemukan.
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
18
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
A consequence of the system of [diamond] determinants is that a nations
competitive industries are not spread evenly through the economy but are
connected in what I term cluster consisting of industries related by links of various
kinds (Porter, 1990)
Kendati Porter belum mendefinisikasi klaster secara jelas tetapi ia telah
menghubungkan antara kinerja sebuah negara dalam ekonomi global yang
diringkaskan dalam kata daya saing dengan klaster. Konsep ini muncul setelah
ia mengamati 16 klaster yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi
dalam studinya tahun 1990 meskipun pada saat itu, dia belum memberikan
penekanan yang besar pada masalah klaster. Menurut Porter, daya saing
dibentuk oleh interaksi dari beberapa faktor yang disebut sebagai faktor diamond.
Diamond dibentuk oleh (1) factor condition, (2) demand conditions, (3) related and
supporting industries, dan (4) firm strategy, structure and rivalry. Dia juga
memasukkan 2 faktor konteks yang berhubungan secara tidak langsung melalui:
(1) role of chance dan (2) role of government. Faktor-faktor ini secara dinamik
mempengaruhi posisi daya saing perusahaan dalam suatu negara.
competitive advantage in advanced industries is increasingly determined by
differential knowledge, skills and rates of innovation which are embodied in skilled
people and organizational routines (Porter, 1990)
Hasil hubungan faktor-faktor ini mungkin akan menunjukkan pola klaster, dimana
hubungan antara bisnis (dan organisasi) seharusnya mendukung pencapaian
competitive advantage.
2.1.5. Karakteristik Pendekatan Klaster
Kendati definisi klaster dapat bermacam-macam, namun pengamatan
menunjukkan beberapa karakteristik umum yang melekat pada konsep ini. Dari
sisi output, setidaknya ada 3 dimensi yang dapat diperhatikan:
1) Competitiveness, tercermin dalam konteks dinamis dan global, misalnya
berhubungan erat dengan innovasi dan adopsi praktik terbaik.
2) Economic specialization, dalam batas tertentu dari aktifitas-aktifitas yang
berhubungan (klaster automotive, klaster budaya, klaster bunga potong,
dll)
-
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
19
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
3) Spatial identity, yang relevan dengan agen dan organisasi di dalam klaster
ataupun yang di luar klaster. Misalnya Asosiasi Peternak Susu Lembang,
Sedangkan dari sisi dalam/pembentuk klaster, setidaknya ada 4 elemen yang
dapat diperhatikan yaitu:
1) Menekankan pada interaksi antar perusahaan
2) Kombinasi sumberdaya dan kompetensi yang dikontrol oleh organisasi/
perusahaan
3) Interaksi antar usaha dalam sistem pendukung institusi yang lebih luas
4) Konsentrasi spatial
Dengan menggabungkan dimensi-dimensi ini, kita akan tiba pada kerangka yang
memberikan definisi klaster sebagai berikut:
Gambar 6. Dimensi Umum Dalam Pendekatan Klaster
Klaster terdiri dari kelompok perusahaan-perusahaan yang memiliki kompetensi
yang berbeda namun berhubungan berlokasi dalam sebuah wilayah tertentu,
dimana melalui sebuah bentuk interaksi tertentu diantara mereka dan melalui
sebuah institusi bentukan bersama, yang mungkin juga dibentuk bersama
Speciali-
zation
Competi-
tiveness
Interaksi antar Hubungan perusahaan institusional
(network/
supply chain)
KLASTER
Kombinasi Spatial
sumberdaya/ proximity
kompetensi
yang berbeda
Identity
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
20
Kajian Literatur
organisasi lain, meningkatkan daya saing, spesialisasi dan identitas mereka dalam
perekonomian global
Berikut penjelasan dari masing-masing dimensi tersebut:
Interaksi antar perusahaan: Interaksi antar perusahaan dalam batas wilayah
tertentu merupakan ciri dasar konsep klaster; Ciri ini membedakannya dari konsep
global seperti sektor. We use the term cluster generally when describing
locational and transactional relationships between firms; sector when discussing
industry-targeted strategies and policies to enhance competitiveness (Rosenfeld,
1995).
Tetapi transaksi seperti apa yang penting? Pertama, pengklasteran dilihat dalam
konteks pergerakan barang secara fisik dan pertukaran jasa diantara perusahaan.
Khususnya dalam manufaktur, klaster diartikan sebagai sistem saluran dari supply
chain. Klaster telah diasosiasikan , secara khusus, dengan meningkatnya
kebutuhan pada metode pengiriman just in time dalam insutri otomotif. Kendati
demikian, bukti hubungan antara sistem logistik baru dengan kemunculan klaster
spatial belumlah terlalu kuat (Sadler, 1994). JIT, tampak semakin terbatas pada
jenis komponen yang besar dengan nilai tambah yang kecil. Perhatian kemudian
dialihkan dari dimensi aliran fisik kepada aspek-aspek manajemen rantai pasokan
dan pembelajaran antara perusahaan, yaitu hubungan dari material ke immaterial.
Kajian lain diseputar analisis klaster tampak semakin menekankan pada upaya
kolaborasi dan penciptaan saling kepercayaan sebagai salah satu kunci timbulnya
daya saing. It is this hidden dimension of co-operation that helps give cluster their
competitive advantage (Cooke, 1995).
2.1.6. Faktor Penentu Perkembangan Klaster
Penumbuh kembangan klaster, sebagaimana dirumuskan oleh Michael Porter
(1998), mengandung empat faktor penentu atau dikenal dengan nama diamond
model yang mengarah kepada daya saing industri6, yaitu: (1) faktor input
(factor/input condition), (2) kondisi permintaan (demand condition), (3) industri
pendukung dan terkait (related and supporting industries), serta (4) strategi
perusahaan dan pesaing (context for firm and strategy). Berikut adalah penjelasan
tentang diamond model dari Porter:
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
21
Kajian Literatur
1. Faktor Input
Faktor input dalam analisis Porter adalah variable-variable yang sudah ada dan
dimiliki oleh suatu cluster industri seperti sumber daya manusia (human resource),
modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure), infrastruktur
informasi (information infrastructure), infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi
(scientific and technological infrastructure), infrastruktur administrasi
(administrative infrastructure), serta sumber daya alam. Semakin tinggi kualitas
faktor input ini, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya
saing dan produktivitas.
2. Kondisi Permintaan
Kondisi permintaan menurut diamond model dikaitkan dengan sophisticated and
demanding local customer. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin
demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk
meningkatkan kualitas produk atau melakukan innovasi guna memenuhi keinginan
pelanggan lokal yang tinggi. Namun dengan adanya globalisasi , kondisi
permintaan tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri.
3. Industri Pendukung dan Terkait
Adanya industri pendukung dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan sinergi
dalam Clusters. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama dalam transaction
cost, sharing teknologi, informasi maupun skill tertentu yang dapat dimanfaatkan
oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri pendukung dan terkait
adalah akan terciptanya daya saing dan produktivitas yang meningkat.
4. Strategi Perusahaan dan pesaing
Strategi perusahaan dan pesaing dalam diamond model juga penting karena
kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk selalu meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya
persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari strategi baru yang cocok
dan berupaya untuk selalu meningkatkan efisiensi.
Best (1999)7 kemudian mengembangkan lebih lanjut argument Porter dan
mengajukan model klaster dinamis sebagaimana digambarkan dalam gambar 7.
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
22
Kajian Literatur
Integrasi
horosontal
/re-integrasi
Peusahaan
Entrepreneurial
Spin-off
Model Best bisa menjelaskan proses secara evolusi dari suatu klaster yang tidak
aktif bertransformasi menjadi dinamis. Prosesnya adalah:
1) Berbagai perusahaan menghasilkan komoditas serupa di dalam klaster
2) Munculnya perusahaan dinamis yang mengakibatkan terjadinya inovasi
dan difusi teknologi
3) Saat berbagai perusahaan saling bersaing untuk mengembangkan
kemampuan produksi, variasi teknis tumbuh di dalam klaster
4) Sementara perusahaan berupaya meningkatkan kemampuan produksi
melalui spesialisasi, mereka membutuhkan rekanan yang bisa mendukung
kegiatan, sehingga timbullah peluang bisnis baru
5) Masing-masing perusahaan berspesialisasi dalam suatu proses produksi
tertentu sambil terus meningkatkan kemampuan teknologi
Gambar 7. Model Klaster Dinamis
Karakteristik kunci klaster yang dinamis dapat disimpulkan dalam tiga hal:
1) Klaster memproduksi barang-barang berkualitas tinggi
2) Masing-masing perusahaan mempunyai spesialisasi dalam teknik produk
tertentu atau proses produksi tertentu
3) Klaster mempunyai atmosfir terbuka, sehingga mengundang UMKM baru
Variasi Teknologi
Spesialisasi
Klaster
Spesialisasi
Perusahaan
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
23
Kajian Literatur
untuk bergabung ke dalam klaster
2.1.7. Manfaat Klaster
Pendekatan klaster menjadi penting karena UKM seringkali terisolasi. Pengusaha
kecil-menengah tidak pernah melakukan pertemuan dengan sesama perusahaan
sejenis dalam lingkungan mereka. Akibatnya mereka acap kehilangan
kesempatan untuk saling bertukar informasi dan pengalaman serta kesempatan
untuk melakukan kerjasama pengembangan produk untuk menggarap potensi
pasar yang ada. PKM cenderung memandang perusahaan sejenis di daerahnya
lebih sebagai pesaing dari pada sebagai mitra kolaborasi yang potensial.
Pendekatan klaster berupaya menghilangkan hambatan praktis dan budaya untuk
menciptakan kolaborasi tersebut. Pengklasteran juga merupakan upaya untuk
membuat PKM menjadi lebih berorientasi pada pasar nasional dan global. Dengan
menghilangkan persaingan di kandang sendiri, kekuatan dapat digabungkan untuk
meraih daya saing nasional dan (internasional).
Dalam pelaksanaan klaster, dukungan yang diberikan kepada pengusaha lokal,
diberikan dalam kerangka ekonomi lokal dan regional yang lebih luas. Dukungan
ini dilakukan melalui Lembaga Pengembangan Bisnis yang diharapkan mampu
mengembangkan klaster sebagai komunitas (community development) dan secara
bisnis (business development). Kerangka ini memiliki dua dimensi. Pertama, ia
meliputi pembuatan hubungan dengan pelaku regional lainnya (pusat dukungan
dan pengembangan teknologi, perguruan tinggi, KADIN, dll). Kedua, mendukung
tujuan spesialisasi regional. Tujuan spesialisasi regional dapat diidentifikasi dari
peta klaster. Peta ini menunjukkan wilayah-wilayah yang ditempati oleh aktifitas-
aktifitas ekonomi yang saling berhubungan dan menunjukkan aktivitas mana yang
memiliki daya saing utama di daerah tersebut.
Dinamika klaster mempengaruhi daya saing dari pelaku yang terlibat di dalam
klaster. Dinamika klaster juga meningkatkan kinerja ekonomi secara regional.
Impact pengembangan klaster dengan demikian ada di dua tataran. Meskipun
demikian, hubungan antara pengembangan bisnis dan wilayah ini tidaklah
langsung, masih perlu ditemukan, dalam kondisi apa pengembangan klaster bisnis
ini memberikan manfaat kepada pengembangan wilayah.
Menurut Scorsone (2002) klaster UMKM yang berbasis pada komunitas publik
memiliki manfaat baik bagi UMKM itu sendiri maupun bagi perekonomian di
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
24
Kajian Literatur
wilayahnya. Bagi UMKM, klaster membawa keuntungan sebagai berikut :
a. Lokalisasi ekonomi. Melalui klaster, dengan memanfaatkan kedekatan lokasi,
UMKM yang menggunakan input (informasi, teknologi atau layanan jasa) yang
sama dapat menekan biaya perolehan dalam penggunaan jasa tersebut.
Misalnya pendirian pusat pelatihan di klaster akan memudahkan akses UMKM
pelaku klaster tersebut.
b. Pemusatan tenaga kerja. Klaster akan menarik tenaga kerja dengan berbagai
keahlian yang dibutuhkan klaster tersebut, sehingga memudahkan UMKM
pelaku klaster untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya dan mengurangi
biaya pencarian tenaga kerja.
c. Akses pada pertukaran informasi dan patokan kinerja. UMKM yang tergabung
dalam klaster dapat dengan mudah memonitor dan bertukar informasi
mengenai kinerja supplier dan nasabah potensial. Dorongan untuk inovasi dan
teknologi akan berdampak pada peningkatan produktivitas dan perbaikan
produk.
d. Produk komplemen. Karena kedekatan lokasi, produk dari satu pelaku klaster
dapat memiliki dampak penting bagi aktivitas usaha UMKM yang lain.
Disamping itu kegiatan usaha yang saling melengkapi ini dapat bergabung
dalam pemasaran bersama.
Adapun manfaat klaster UMKM bagi perekonomian wilayah diantaranya adalah :
a. Klaster UMKM yang saling terhubung cenderung untuk memiliki produktivitas
yang lebih tinggi dan kemampuan untuk membayar upah lebih tinggi.
b. Dampak penyerapan tenaga kerja dan pendapatan wilayah dari klaster
umumnya lebih besar dibanding bentuk ekonomi lainnya.
Sedangkan keberhasilan klaster dapat dilihat dari beberapa faktor penentu
kekuatan klaster yaitu : (1) spesialisasi, (2)kapasitas penelitian dan
pengembangan,(3) pengetahuan dan keterampilan, (4) pengembangan sumber
daya manusia, (5) jaringan kerjasama dan modal sosial, (6) kedekatan dengan
pemasok, (7)ketersediaan modal, (8) jiwa kewirausahaan, serta (9) kepemimpinan
dan visi bersama (Rosenfeld,1997).
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
25
Kajian Literatur
2.1.8. Kategori Klaster
Berdasarkan kondisi klaster (merujuk diamond model) dengan menilai dari kualitas
produksi, teknologi, pasarnya, kapasitas sumber daya manusia dan hubungannya
dengan pihak-pihak terkait bagi pengembangan klaster baik dari pemerintah,
swasta maupun industri terkait, maka klaster dapat digolongkan menjadi 3 yaitu
klaster tidak aktif (dormant), klaster aktif (berkembang) dan klaster dinamis
(advantage). Beberapa ciri yang dimiliki (disarikan dari Laporan JICA, 2004) adalah
sebagai berikut:
1) Klaster tidak aktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Produk tidak berkembang (cenderung mempertahankan produk yang
sudah ada)
b. Teknologi tidak berkembang (memakai teknologi yang ada, biasanya
tradisional, tidak ada investasi untuk peralatan dan mesin)
c. Pasar lokal (memperebutkan pasar yang sudah ada, tidak termotivasi
untuk memperluas pasar, ini mendorong terjadinya persaingan pada
tingkat harga bukan kualitas) dan tergantung pada perantara/pedagang
antara
d. Tingkat keterampilan pelakunya statis (keterampilan turun temurun)
e. Tingkat kepercayaan pelaku dan antar pelaku rendah (modal sosialnya
rendah, mendorong saling menyembunyikan informasi pasar, teknis
produksi dsb)
f. Informasi pasar sangat terbatas (hanya perorangan atau kelompok tertentu
yang mempunyai akses terhadap pembeli langsung)
2) Klaster Aktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Produk berkembang sesuai dengan permintaan pasar (kualitas)
b. Teknologi berkembang untuk memenuhi kualitas produk di pasar
c. Pamasaran lebih aktif mencari pembeli
d. Terbentuknya informasi pasar
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
26
Kajian Literatur
e. Berkembangnya kegiatan bersama untuk produksi dan pasar (misalnya
pembelian bahan baku bersama, kantor pemasaran bersama dst)
3) Klaster Dinamis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Terbentuknya spesialisasi antar perusahaan dari klaster (misalnya: untuk
industri logam ada spesialisasi pengecoran, pembuatan bentuk,
pemotongan dsb)
b. Klaster mampu menciptakan produk baru yang dibutuhkan
pasar/konsumen
c. Teknologi berkembang sesuai dengan inovasi produk yang dihasilkan
d. Berkembangnya kemitraan dengan industri terkait baik dalam
pengembangan produk, pengembangan teknologi maupun menjadi bagian
industri terkait
e. Berkembangnya kelembagaan klaster
f. Berkembangnya informasi pasar
Hasil penelitian dari proyek percontohan pengembangan klaster di Indonesia yang
dilakukan oleh JICA (2004) mengungkapkan bahwa Klaster di Indonesia dibatasi
oleh bentuknya yang mudah tercerai berai dari modal sosial. Modal sosial yang
dimaksud merupakan aset tak wujud seperti kepercayaan yang terbentuk, ikatan
internal atau jejaring sosial.
Gambar 8. Modal Sosial Dalam
A = Demand condition
B = Factor Condition
C = Firm strategy, structure and rivalry
D = Related and supporting industries
C
A
B
D
E
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
27
Kajian Literatur
Pembentukan dan konsolidasi modal sosial menjadi unsur inti dalam penguatan
klaster. Modal sosial klaster ini sebagai ikatan internal akan menjembatani dalam
hubungan dengan pihak eksternal. Secara skematis klaster aktif yang
direkomendasikan untuk kondisi Indonesia adalah:
Pada klaster aktif dinamis, keterkaitan kelima faktor dari diamond model Porter
akan membentuk rantai nilai (value chain) yang kuat. Sebagai ilustrasi suatu
mekanisme rantai nilai dalam konteks suatu klaster industri, misalnya terbentuknya
suatu hubungan dengan suatu pasar baru akan memicu terbentuknya suatu
kelompok produsen-produsen (UMKM baru) yang mempunyai spesialisasi dalam
kegiatan logistik dan penjualan.
2.2. Model Peningkatan Daya Saing UKM
2.2.1. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
Melalui Klaster UKM
Sampai dengan akhir tahun 1999, pendekatan pengembangan UKM masih
terkesan didominasi oleh Pemerintah, dengan corak sektoral yang menonjol dan
sepotong-sepotong. Sementara itu keunggulan UKM terletak pada dua ciri
dasarnya yaitu fleksibilitas dan dinamika dalam menanggapi perubahan.
Dengan demikian membangun kemampuan UKM berarti membangun kemampuan
untuk menjaga dinamika.
Pada akhir tahun 2000 pemerintah membentuk Badan Pengembangan
Sumberdaya Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (BPS-KPKM) dengan tugas
mengembangkan sumberdaya UKMK dengan segala kelengkapan personilnya.
Pada awal masa bekerjanya, BPS-KPKM harus mencari terobosan untuk masuk
secara efisien dan efektif kepada UKM agar mereka segera dapat bekerja
membantu pemulihan ekonomi. Terobosan tersebut haruslah efektif, tidak
tumpang tindih dengan program-program yang telah dijalankan, bukan merupakan
pengulangan, dan dapat segera dilaksanakan. Oleh karena itu pada tahun 2001
BPS-KPKM menetapkan pengembangan sumberdaya UKMK melalui pendekatan
klaster. Strategi ini dipilih karena dinilai fokus, efisien dan mempunyai fungsi
akselerasi perubahan yang diharapkan mampu memenuhi harapan.
Pada saat ini, proses pengembangan tersebut masih terus bergulir untuk
menyelesaikan tahapan 3 tahun pengembangan menuju dinamika klaster. Pada
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
28
Kajian Literatur
bulan Agustus 2001 BPS-KPKM diintegrasikan kedalam struktur Kementerian
Koperasi dan UKM RI sesuai dengan Keppres Nomor 103/2001, dan selanjutnya
program pengembangan sentra-klaster UKM ini diteruskan sebagai salah satu
program unggulan pengembangan UKM oleh Kementerian Koperasi dan UKM.
Rintisan BPS-KPKM tersebut amatlah strategis, karena di beberapa negara yang
menjadi rujukan, Klaster Industri telah menjadi mekanisme yang ampuh untuk
mengatasi keterbatasan UKM dalam hal ukuran usaha dan untuk mencapai sukses
dalam lingkungan pasar dengan persaingan yang senantiasa meningkat. Langkah
kolaboratif yang melibatkan UKM dan perusahaan besar, lembaga pendukung
publik dan swasta serta pemerintah lokal dan regional, semuanya akan
memberikan peluang untuk mengembangkan keunggulan lokal yang spesifik dan
daya saing perusahaan yang tergabung dalam klaster.
Gambar 9. Model Peningkatan Daya Saing UKM
Berbeda dengan Jaringan Bisnis yang merupakan sistem tertutup yang ditujukan
untuk mengembangkan proyek bersama, Klaster Industri merupakan suatu sistem
terbuka yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan kelompok
perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis dengan
institusi-institusi terkait dalam suatu bidang tertentu.
Akses Pemasaran
Kemampuan Ekspor
Keunggulan
Teknologi Informasi
a. Keuangan
b. Non Keuangan
UKM UKM UKM UKM
Sentra UKM
Sentra UKM
UKM
SDM Lokal
SDA Lokal Ekonomi Lokal
KLASTER UKM Peningkatan Daya Saing UKM
SINERGI & KEMITRAAN
DUKUNGAN PERKUATAN Pemerintah Lokal/Pusat
Lembaga Keuangan
BUMN/BUMD
Swasta
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
29
Kajian Literatur
Pembentukan klaster menjadi isu yang penting karena secara individual, UKM
seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang membutuhkan jumlah
volume produksi yang besar, standar yang homogen dan penyerahan yang teratur.
UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai skala ekonomis dalam pembelian
input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses jasa-jasa keuangan dan
konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu hambatan yang signifikan untuk
internalisasi beberapa fungsi pendukung penting seperti pelatihan, penelitian
pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian pula dapat menghambat pembagian
kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara keseluruhan fungsi-fungsi
tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.
Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik dari sebuah kerjasama adalah:
Melalui kerjasama horisontal, misalnya bersama UKM lain menempati
posisi yang sama dalam mata rantai nilai (value chain) secara kolektif
perusahaan-perusahaan dapat mencapai skala ekonomis melampaui
jangkauan perusahaan kecil secara individual, dan dapat memperoleh
input pembelian curah, mencapai skala optimal dalam penggunaan
peralatan dan mengabungkan kapasitas produksi untuk memenuhi order
skala besar.
Melalui integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan perusahaan besar dalam mata rantai nilai), perusahaan-perusahaan dapat
memfokus ke bisnis intinya dan memberi peluang pembagian tenaga kerja
eksternal.
Kerjasama antar perusahaan juga memberikan kesempatan tumbuhnya ruang
belajar secara kolektif untuk meningkatkan kualitas produk dan pindah ke segmen
pasar yang lebih menguntungkan. Terakhir, jaringan bisnis diantara perusahaan,
penyedia jasa layanan usaha (misal institusi pelatihan, sentra teknologi, dan lain-
lain) dan perumus kebijakan lokal, dapat mendukung pembentukan suatu visi
pengembangan lokal bersama dan memperkuat tindakan kolektif untuk
meningkatkan daya saing UKM.
Dengan demikian Klaster Industri dapat menjadi alat yang baik untuk mengatasi
hambatan akibat ukuran UKM dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu
lingkungan pasar yang semakin kompetitif.
Masalahnya kebanyakan negara tidak memiliki informasi terstruktur untuk
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
30
Kajian Literatur
membuat penilaian tentang pentingnya klaster. Untuk Amerika Serikat, misalnya,
diperkirakan bahwa sekitar 380 klaster utama dengan menyerap kurang lebih 57%
angkatan kerja, menyumbang kurang lebih 60% dari output negara di pertengahan
tahun 1990. Di Indonesia, sekitar 10.000 dari 70.000 desa disebut terdaftar
sebagai klaster industri. Klaster-klaster ini mempuyai batasan ukuran terendah 20
perusahaan termasuk klaster orientasi ekspor yang lebih kecil. Walaupun masih
meragukan data ini menunjukkan bahwa klaster itu penting.
Pengembangan UKM melalui pendekatan sentra/klaster ini dipandang memiliki
beberapa keunggulan antara lain intervensi pemerintah secara bertahap semakin
berkurang, karena pemerintah hanya sebagai fasilitator dan akselerator. Hal lain
adalah pemerintah tidak perlu lagi melakukan pembinaan yang berulang-ulang
untuk obyek yang sama, yang penting dipantau adalah kemajuannya. Disitulah
institusi-institusi pembinaan (dinas UKM pemerintah) bertanggung jawab. Dengan
demikian, diharapkan implementasi program akan berjalan secara terarah, efektif,
efisien dan merata dalam rangka pemerataan pembangunan ekonomi dan
pengembangan UKMK yang eksis ditengah derasnya kompetisi global.
2.2.2. Strategi Pengembangan UKM Melalui Klaster UKM
Di Indonesia, strategi pemberdayaan UKM melalui pembentukan klaster industri,
mulai digulirkan tahun 1999. Strategi ini bukanlah strategi baru, melainkan sebuah
adopsi pengalaman keberhasilan dari beberapa negara sahabat yang lebih dahulu
menerapkannya.
Melalui strategi ini, sentra UKM dijadikan titik masuk kedalam upaya
pemberdayaan UKM. Pendekatan ini didasarkan pemikiran untuk memberikan
layanan kepada UKM secara lebih fokus, kolektif dan efisien, karena dengan
sumber daya yang terbatas mampu menjangkau kelompok UKM yang lebih luas.
Pendekatan ini juga mempunyai efektifitas yang tinggi, karena jelas sasarannya
dan unit usaha yang ada pada sentra umumnya dicirikan dengan kebutuhan dan
permasalahan yang sama, baik dari sisi produksi, pemasaran, teknologi dan lain-
lain. Disamping itu, sentra-sentra UKM akan menjadi pusat pertumbuhan (growth
pool) di daerahnya, sehingga mampu mendukung upaya peningkatan penyerapan
tenaga kerja, nilai tambah dan ekspor.
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
31
Kajian Literatur
a. Strategi Klaster Bisnis UKMK
Strategi pengembangan sumberdaya manusia UKMK melalui klaster bisnis, dalam
konteks ini, tergolong baru pelaksanaannya di tanah air, dan merupakan
reformulasi dari akumulasi pengalaman terbaik atas pengembangan UKM
sebagaimana disarankan oleh lembaga-lembaga bisnis internasional. Pendekatan
inilai yang dicoba diterapkan oleh BPS-KPKM di Indonesia. Dengan demikian,
sesungguhnya, pendekatan sentra sebagai titik masuk bukan merupakan ide baru,
tetapi sudah banyak dilaksanakan diberbagai negara dan direkomendasikan oleh
UNCTAD, karena tingkat keberhasilannya cukup signifikan. Oleh karena itu
pemerintah berusaha mereplikasi pendekatan ini sebagai sistem yang dapat
berjalan di kalangan masyarakat sendiri. Dengan demikian, intervensi pemerintah
secara bertahap semakin berkurang, karena pemerintah hanya sebagai fasilitator
dan akselerator. Diharapkan melalui pendekatan sentra ini, penyebaran hasil
pembangunan ekonomi akan lebih merata.
Hal ini merupakan salah satu keunggulan yang disandang oleh strategi ini, dan ini
dipandang sesuai dalam konteks pengembangan UKMK di Indonesia. Sejumlah
keunggulan lain yang dapat digunakan oleh strategi ini adalah, antara lain
pemerintah tidak perlu lagi melakukan pembinaan yang berulang-ulang untuk
obyek yang sama, yang penting dipantau adalah kemajuannya. Disitulah institusi-
institusi pembinaan (dinas UKM pemerintah) bertanggung jawab. Dengan
demikian, diharapkan implementasi program akan berjalan secara terarah, efektif
dan efisien dalam rangka pengembangan UKMK yang eksis ditengah derasnya
kompetisi global.
b. Kebijakan Pengembangan Klaster di Indonesia
Inisiatif pengembangan klaster di Indonesia sudah dimulai pada tahun 1950-an dan
di-intensifkan akhir tahun 1970-an melalui program BIPIK (Program Pembinaan
dan Pengembangan Industri Kecil) pada Departemen Perindustrian. Program
tersebut memberi prioritas pada klaster (sentra) yang berskala kecil tetapi yang
mempunyai prospek. Instrumen kebijakan utama terdiri dari pelatihan untuk
perusahaan dalam klaster melalui tenaga penyuluh lapangan pemerintah.
Pelatihan dari produsen terpilih yang berfungsi sebagai 'motivator'
Pemberian 'peralatan' pada produsen terpilih yang telah mengikuti pelatihan
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
32
Kajian Literatur
Penyediaan kredit kecil untuk mendukung pembelian peralatan baru oleh para produsen di dalam klaster
Akhirnya, dan yang paling penting, pendirian unit pelayanan teknis (common service facilities) di sekitar 100 klaster.
Adapun sejumlah program pemerintah lain yang komplementer pada program
perkembangan klaster tersebut, yaitu:
Pemberian subsidi kepada para produsen untuk berkunjung ke pameran (trade fairs)
Berbagai program yang bertujuan memperkuat hubungan antara universitas dan UKM di daerah
Berbagai program pengembangan hubungan sub-kontrak antara perusahaan besar asing dan klaster UKM, terutama di dalam sektor cor
logam
Suatu instrumen penting untuk pengembangan pedesaan ialah promosi investasi
luar untuk proses produk agro (inti-plasma) yang digabungkan dengan kredit
preferensial usaha kecil untuk pemasok lokal (estate), secara khusus untuk sektor
minyak kelapa sawit dan pembibitan udang.
Akhirnya, investasi besar di infrastruktur sektor transpor dan komunikasi serta
fasilitas seperti pengembangan Lingkungan Industri Kecil dan Inkubator Bisnis di
sejumlah klaster kunci tertentu.
2.2.3. Pendekatan Pengembangan Sentra/Klaster UKM
a. Pendekatan Pengembangan UKM dengan Klaster Bisnis
Pada dasarnya pendekatan pengembangan UKM dengan membuat fokus sasaran
adalah memberikan perkuatan untuk menjaga dinamika sentra agar tumbuh
menjadi klaster bisnis UKM melalui tiga komponen yaitu : dukungan non finansial,
advokasi, dan dukungan finansial sebagai penggerak awal. Prinsip dasar
pembinaan UKM melalui strategi klaster bisnis dengan pengembangan dukungan
non finansial dan finansial antara lain :
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
33
Kajian Literatur
1) Bertujuan untuk meningkatkan fokus pembinaan agar lebih terarah
2) Melakukan proses transformasi pembinaan UKM agar menjadi sebuah
industri jasa yang dapat dilakukan oleh swasta secara profesional melalui
pasar.
3) Dengan penetapan jangka waktu yang cukup akan terjadi proses
pengguliran program secara berkelanjutan, bukan sekedar pengguliran
dana.
4) Hadirnya dukungan non finansial akan mengawal proses dinamika klaster
yang tidak terpaku pada pengembangan jenis industri yang ada, sehingga
eksistensi UKM di dalam klaster dapat terus menanggapi setiap
perubahan.
b. Pengembangan Sentra UKM
Pemberdayaan UKM dilakukan dengan menetapkan sentra UKM sebagai titik
masuk (entry point). Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran untuk memberikan
layanan kepada UKM secara lebih fokus, kolektif dan efisien, karena dengan
sumberdaya yang terbatas mampu menjangkau kelompok UKM yang lebih luas.
Pendekatan ini juga mempunyai efektifitas yang tinggi, karena jelas sasarannya
dan unit usaha yang ada pada sentra umumnya dicirikan dengan kebutuhan dan
permasalahan yang sama, baik dari sisi produksi, pemasaran, teknologi dan lain-
lain. Disamping itu, sentra-sentra UKM yang akan menjadi titik pertumbuhan
(growth point) di daerahnya, sehingga mampu mendukung upaya peningkatan
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah.
Adapun beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan dasar
sebuah klaster, agar dapat berkembang secara sehat:
1) Dalam setiap sentra yang akan ditumbuhkan sebagai klaster harus
memiliki satu usaha sejenis yang prospek pasarnya jelas. Sekurang-
kurangnya terdapat 50 unit usaha kecil yang melakukan kegiatan sejenis.
2) Omzet dari keseluruhan unit usaha dalam klaster tersebut paling sedikit
Rp 500 juta,-/bulan. Angka ini akan memungkinkan timbulnya pasar jasa
pengembangan yang dapat tumbuh secara sehat, industri pendukung
yang terdorong masuk dan pengembangan outlet yang layak. Dari segi
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
34
Kajian Literatur
finansial dengan total transaksi semacam itu akan menjamin tumbuhnya
jasa perkreditan koperasi yang layak.
3) Telah terjadi sentuhan teknologi yang memungkinkan tercapainya
peningkatan produktivitas, karena masalah pokok usaha kecil di bidang
pertanian adalah produktivitas/tenaga kerja hanya kurang dari 3%
produktivitas usaha besar disektor yang sama, atau hanya 1,5% dari
produktivitas usaha menengah. Sentuhan teknologi harus menjadi elemen
penting untuk melaksanakan perubahan bagi peternak.
4) Persyaratan lain yang berkaitan dengan infrastruktur, jaringan pasar,
ketersediaan lembaga keuangan dan lain-lain merupakan syarat
tambahan yang menyediakan daya tarik klaster bersangkutan melalui
jaringan informasi.
Adapun kriteria pemilihannya bisa didasarkan pada prospek pasar domestik
ataupun eksport, potensi kesempatan kerja yang dapat diciptakan,serta intensitas
penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya lokal. Selanjutnya dilakukan cluster
diagnosis, untuk memetakan kelebihan dan kelemahannya, serta untuk
merumuskan bentuk-bentuk bantuan yang tepat. Pengembangan klaster dalam
konteks UKM agaknya harus berorientasi bisnis (klaster bisnis), sehingga klaster
tersebut bisa mandiri, kokoh, dan mampu bersaing di pasar bebas. Strategi klaster
bisnis, merupakan salah satu solusi dan jawaban bagi pengembangan UKM
secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
Untuk tercapainya tujuan pengembangan UKM, yaitu peningkatan efisiensi dan
daya saing yang berorientasi pada pemenuhan permintaan pasar (market driven),
maka sumberdaya yang dialokasikan pada sentra meliputi dukungan kebijakan
untuk menciptakan iklim yang kondusif, dukungan finansial dalam bentuk modal
awal dan padanan (MAP) dan dukungan non finansial berupa Layanan
Pengembangan Bisnis/ Business Development Service (LPB/BDS) serta
pendidikan dan latihan. Dengan berbagai dukungan yang diberikan, terutama
LPB/BDS dan lembaga keuangan mikro (KSP/USP) yang terkait dengan lembaga
keuangan modern yang saling bersinergi dengan UKM di sentra, maka diharapkan
dapat langsung meningkatkan dinamika bisnis mereka. Terlebih lagi, secara
kultural, UKM di sentra tidak akan mengalami perubahan budaya, karena sentra
usaha mereka tetap berada di tempat semula.
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
35
Kajian Literatur
2.2.4. Program Tindak Lanjut Pengembangan Sentra/Klaster
UKM Melalui Peranan BDS-P dan KSP/USP/LKM
Pokok-pokok program dalam mekanisme pembinaan UKM dengan pendekatan
sentra/klaster melalui perkuatan BDS-P dan KSP/USP/LKM adalah sebagai
berikut:
1) Penumbuhan Iklim Kondusif Pengembangan Sentra/Klaster UKM
a. Partisipasi Lintas Pelaku dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM,
yang bertujuan untuk meningkatkan peran serta dan dukungan lintas
pelaku dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM; melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
Membentuk Forum Lintas Pelaku di Prop dan Kab/Kota dalam
pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.
Meningkatkan Kapasitas Lintas Pelaku daerah dalam
pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.
Merumuskan Kebijakan dan Program Operasional Pemda
Propinsi dan Kab/Kota dalam pengembangan sentra/klaster bisnis
UKM.
b. Sinkronisasi Program Pengembangan Sentra/Klaster Bisnis UKM, yang
bertujuan untuk menyamakan persepsi pengembangan sentra/klaster
bisnis UKM; melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Mengkoordinasikan Lintas Sektor dalam Pengembangan
Sentra/Klaster Bisnis UKM.
Mensosialisasikan Pengembangan Sentra/Klaster Bisnis UKM.
Melaksanakan Forum Konsultasi dan Evaluasi tingkat pusat dan
daerah.
c. Penyusunan/Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan untuk
Pengembangan Sentra/Klaster Bisnis UKM, yang bertujuan untuk :
Memberikan perlakuan yang sama untuk tumbuh dan
berkembangnya sentra/klaster bisnis UKM .
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
36
Kajian Literatur
Mempercepat perkembangan sentra/klaster bisnis UKM.
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut :
Mengidentifikasi berbagai peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.
Menyusun/menyempurnakan peraturan perundang-undangan
yang diperlukan untuk pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.
2) Program Pengembangan Sentra/Klaster UKM
a. Pemilihan Sentra/Klaster Bisnis UKM, yang bertujuan untuk Memilih
sentra/klaster bisnis UKM yang potensial untuk dikembangkan, melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
Mensosialisasikan Program Pengembangan Sentra/Klaster Bisnis
UKM di daerah.
Mengkompilasi usulan sentra/klaster bisnis UKM dari daerah.
Melakukan survey identifikasi sentra/klaster bisnis UKM yang
diusulkan daerah.
Menetapkan sentra/klaster bisnis UKM yang akan dikembangkan
sesuai dengan kriteria yang disepakati.
b. Penguatan Sentra/Klaster Bisnis UKM, yang bertujuan untuk
Meningkatkan Peran UKM dalam pembangunan ekonomi nasional dan
daerah; melalui langkah-langkah :
Meningkatkan kemampuan UKM dibidang manajerial dan teknis
usaha.
Meningkatkan akses UKM pada sumberdaya produktif
(pasar/kemitraan usaha, finansial, informasi dan teknologi).
Mengembangkan jaringan sentra/klaster bisnis UKM.
3) Program Dukungan Keuangan
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
37
Kajian Literatur
a. Pemilihan Lembaga Finansial (KSP/USP/LKM, Modal Ventura, dan
Lembaga Penjaminan), yang bertujuan untuk memilih Lembaga Finansial
yang potensial untuk dikembangkan; melalui langkah-langkah :
Mensosialisasikan Peran Lembaga Finansial di daerah dalam
pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.
Mengkompilasi usulan Lembaga Finansial dari daerah dalam
pengembangan sentra/sentra/klaster bisnis UKM.
Melakukan survey identifikasi Lembaga Finansial yang diusulkan
daerah dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.
Menetapkan Lembaga Finansial yang akan dikembangkan sesuai
dengan kriteria yang disepakati dalam pengembangan
sentra/klaster bisnis UKM.
b. Penguatan Lembaga Finansial (KSP/USP/LKM, Modal Ventura, dan
Lembaga Penjaminan), yang bertujuan meningkatkan Peran Lembaga
Finansial dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM; melalui
langkah-langkah :
Meningkatkan kemampuan Lembaga Finansial dibidang
manajerial usaha
Membangun jejaring dengan lembaga finansial modern.
Mengembangkan lembaga penjaminan kredit di tingkat daerah.
Meningkatkan peran serta Pemda dalam fasilitasi lembaga
finansial.
Meningkatkan peran Pemda dalam fungsi pembinaan dan
pengendalian/pengawasan terhadap lembaga finansial.
4) Program Dukungan Non Keuangan
a. Penumbuhan Lembaga Layanan Pengembangan Bisnis (LPB/BDS-P),
yang bertujuan untuk Menumbuhkembangkan BDS-P; melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
38
Kajian Literatur
Melatih calon konsultan UKM
Menyusun sistem insentif untuk tumbuh kembangnya konsultan
UKM.
Menumbuhkembangkan BDS-P.
b. Pemilihan BDS-P, yang bertujuan untuk Memilih BDS-P yang potensial
dalam mengembangkan sentra/klaster bisnis UKM; melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
Mensosialisasikan Peran BDS-P di daerah dalam pengembangan
sentra/klaster bisnis UKM.
Mengkompilasi usulan BDS-P dari daerah dalam pengembangan
sentra/klaster bisnis UKM.
Melakukan survey identifikasi BDS-P yang diusulkan daerah
dalam pengembangan sentra/klaster bisnis UKM.
Menetapkan BDS-P yang akan dikembangkan sesuai dengan
kriteria yang disepakati dalam pengembangan sentra/klaster bisnis
UKM.
c. Penguatan Peran dan Kapasitas BDS-P, yang bertujuan untuk
Meningkatkan kemampuan dan kapasitas BDS-P dalam pelayanan pada
UKM yang ada di sentra; melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Meningkatkan keterampilan pengelola dan konsultan BDS-P
Melakukan studi banding dan magang
Menumbuhkembangkan BDS Fasilitator di daerah.
Melakukan akreditasi konsultan BDS-P
Mengembangkan sistem insentif bagi BDS-P.
Membangun jaringan BDS-P.
d. Penumbuhkembangan Lembaga Non Finansial lainnya, yang bertujuan
untuk meningkatkan dukungan pengembangan sentra/klaster bisnis UKM;
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
39
Kajian Literatur
melalui langkah-langkah :
Menumbuh kembangkan lembaga non finansial lain seperti :
trading house, pusat riset dan pengembangan, pusat desain, pusat
pengendalian mutu, dll.
Mengembangkan sistem insentif bagi Lembaga Non Finansial
lainnya.
2.3. Gambaran Umum Kondisi Klaster Di Indonesia
2.3.1. Beberapa Model Pengembangan UKM Melalui Klaster
Kajian literatur awal yang dilakukan menemukan beberapa nama yang biasanya
dikaitkan dengan model pengembangan usaha melalui pendekatan kelompok ini,
seperti antara lain: Sentra, Klaster, Perkampungan Industri Kecil (PIK), Enclave,
Agropolitan dan lain sebagainya. Secara umum, deskripsi dan perbedaan diantara
mereka dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Karakteristik Bentuk-Bentuk Pengembangan UKM Berbasis
Kelompok
No Nama Karakteristik Umum Keterangan
Pengelompokkan Hubungan
Anggota
Dukungan
1 Sentra
(Kementerian
Koperasi)
Alamiah yang ditetapkan;
Tempat tinggal dan
tempat usaha dapat
sama atau berbeda
Leader-Follower,
persaingan
Dari luar
berbentuk MAP
dan BDS
Kementerian Koperasi dan UKM.
Jumlah Sentra (Kementerian
Koperasi) ada lebih dari 1000 di
30 propinsi
Sentra Alamiah Leader-Follower (inti plasma dan
sub-kontrak)
Dari dalam oleh
perusahaan inti
(Leader)
Dari luar oleh
institusi
pendukung seperti
perguruan tinggi
dan LSM
Instansi BUMN/BUMD,
perusahaan Swasta dan LSM
Contoh: Dipasena di Lampung,
Sampoerna di Sidoarjo, Perikani
di KTI.
2 Klaster Alamiah atau artifisial;
Pengelompokkan lebih
fokus pada terbentuknya
linkage rantai nilai yang
efisien
Leader-Follower Dari dalam
3 Perkampungan
Industri Kecil (PIK)
Artifisial; Tempat tinggal
menyatu dengan tempat
usaha
Setara,
persaingan
Dari luar dalam
bentuk UPT
Departemen Perindustrian.
Jumlah sekitar 5
4 Lingkungan Industri
Kecil (LIK) dan LIK
Transmigrasi
Artifisial; Hanya
menyatukan tempat
usaha, tempat tinggal
diluar LIK
Setara,
persaingan
Dari luar dalam
bentuk UPT
Departemen Perindustrian,
Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Jumlah sekitar 5
-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis
UKM Berbasis Agribisnis
40
Kajian Literatur
No Nama Karakteristik Umum Keterangan
Pengelompokkan Hubungan
Anggota
Dukungan
5 Sarana Usaha Industri
Kecil (SUIK)
Artifisial; Penyediaan
tempat usaha bagi usaha
kecil di lingkungan
industri besar
Setara Dari luar dalam
bentuk UPT
Departemen Perindustrian
Jumlah sekitar 2
6 Enclave Alami, bentang alam dan
pertumbuhan wilayah
menyebabkan sebuah
daerah menjadi
kantong dengan karaktgeristik usaha,
budaya, dan
kesejahteraan yang
berbeda dari wilayah
tetangganya
Setara,
persaingan
Tidak ada, dari
dalam, dari luar
Contoh enclave alami akibat
sekat bentang alam adalah
Baduy
Contoh enclave akibat
pertumbuhan wilayah adalah
kantong masyarakat yang
terjepit antara
Enclave alami biasanya
diberdayakan oleh Departemen
Sosial yang kemudian dibantu
oleh Kementerian Koperasi
dan/atau Departemen
Perindustrian
Jumlah enclave alami mencapai
ribuan lokasi tersebar di seluruh
Indonesia
Artifisial, wilayah berkembang lebih pesat
dibandingkan wilayah
tetangga akibat
keberadaan proyek
industri strategis seperti
tambang minyak, batu
bara, gas bumi, industri
logam, dll yang
otoritasnya berada di
luar jangkauan daerah
pemangkunya
Setara,
persaingan
Dari dalam Infrastruktur wilayah industri
strategis relatif lebih maju
sehingga menciptakan enclave
dengan karakteristik usaha yang
lebih maju dan tingkat
kesejahteraan yang relatif lebih
tinggi.
Contoh enclave artificial ada di Gorontalo, Cilacap dan Bontang
7 Kelompok Usaha
Bersama (KUB)
Artifisial, utamanya
berdasarkan tempat
tinggal
Setara Dari luar Departemen perindustrian,
Departemen Sosial, Departemen
Kesehatan
8 Agropolitan Artifisial Leader-Follower Dari dalam
2.3.2. Kondisi Umum Klaster
Secara umum 9 klaster di Indonesia masih berupa sentra UMKM. Sentra UMKM
terdiri dari sekumpulan industri skala kecil dan menengah yang terkonsentrasi
pada suatu lokasi yang sama serta telah berkembang cukup lama. Sentra UMKM
mencerminkan suatu jenis klaster yang paling sederhana dan berkembang secara
alamiah tanpa intervensi dari pemerintah. Klaster-klaster ini pada umumnya
berkembang di wilayah pedesaan, merupakan kegiatan tradi
top related