laporan pendahuluan isos.docx
Post on 20-Jan-2016
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL
DI RUANG SADEWA, RS. GRHASIA
YOGYAKARTA
PUTRI RIZKA DEWI LINDA
2412020
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL AHMAD YANI
YOGYAKARTA
2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan
Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik
(.....................................................) (..................................................)
Nama & Tanda Tangan
Mahasiswa
( Putri Rizka Dewi Linda )
A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ).
Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang
lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial
budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi
Anna Kelliat, 2006).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993)
Isolasi sosial adalah keadaan dimana indifidu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu membuat kontak.
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami indifidu karna orang
lain menyatakan sikap yang negative dan mengancam.
Isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
B. FAKTOR PREDISPOSISI
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
GejalaKlinis :
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
c) Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
d) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
e) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)
C. FAKTOR PRESIPITASI
a. Faktor eksternal :
stressor sosial budaya : stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial
budaya ( keluarga.
b. Faktor Internal :
stresor psikologik : stres terjadi akibat ansietas berkepanjangan
disertaiakibatketerbatasan kemampuan m’atasinya
D. POHON MASALAH
Resiko Perubahan Sensori-persepsi : Halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri core problem
Gangguan Konsep Diri : HarGa diri rendah
( Budi Anna Keliat, 1999)
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi
sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
Data objektif
a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tampak sedih, afek datar
e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan
perkembangan usianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
j. Mengekspresikan perasaan kesepiandan penolakan di wajahnya
F. AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan
persepsi sensorihalusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Perubahan persepsi
sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus
eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti
melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada
(Johnson, B.S, 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah
pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana orang tersebut
sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan
fungsional, organik atau histerik.
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya
stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum
adalah halusinasi pendengaran danhalusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nihart,
M.A, 1998: 303; Rawlins, R.P & Heacock, P.E, 1988 : 198). Menurut Carpenito, L.J
(1998: 363) perubahan persepsi sensorihalusinasi merupakan keadaan dimana
individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam
jumlah, pola atau intepretasi stimulus yang datang. Sedangkan menurut pendapat
lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi dan ilusi yang merupakan kekeliruan
persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien mengganggaphalusinasi sebagai
suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997 : 284). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) ;
Townsend, M.C (1998: 156); dan Stuart, G.W & Sundeen, S.J (1998: 328-329)
perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan adanya:
Datasubjektif:
a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat
b. Tidak mampu memecahkan masalah
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat
bayangan)
d. Mengeluh cemas dan khawatir
Data objektif:
a. Apatis dan cenderung menarik diri
b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti
berbicara seolah-olah mendengarkan sesuatu
c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
e. Gerakan mata yang cepat
f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah
g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk
yangkompleks.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009 : hal.120)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan
kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung
25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak
menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
a) Depresi mayor
(1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada
perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat
badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
(2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan
respon membaik pada ECT.
(3) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
b) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain
atau terapi lain berbahaya bagi klien.
c) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi
bermanfaat pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan
yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi
klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan dan jujur kepada klien.
Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan
harga diri seseorang.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Pengertian : TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. (Keliat, 2004 : hal.1).
Tujuan : Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain
serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. (Keliat,
2004 : hal.3).
Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan
isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu untuk
melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal,
kelompok dan massa. (Keliat, 2004 : hal.14).
b) Prinsip Perawatan Isolasi Sosial
Psikoterapeutik
1) Bina hubungan saling percaya
2) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama
perawat pada waktu interaksi dan tujuan.
3) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama
klien, untuk menunjukan penghargaan yang tulus.
4) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi
klien tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang
tidak berkepentingan.
c) Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka
1) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai
istilah yang sederhana.
2) Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraan dengan
perawat.
3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas
dan teratur.
4) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya.
d) Kenal dan dukung kelebihan klien
Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa
digunakan klien, cara menceritakan perasaannya kepada orang lain yang
terdekat/dipercaya.
(1) Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.
(2) Dukung koping klien yang konstruktif.
(3) Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
e) Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal
(1) Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal
terapi.
(2) Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.
(3) Temani klien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.
(4) Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap.
(5) Libatkan klien dalam aktifitas kelompok.
f) Pendidikan kesehatan
1) Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain
kata-kata seperti menulis, menangis, menggambar, berolahraga
atau bermain musik.
2) Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik
diri.
3) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan
hubungan dengan klien.
4) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam
kegiatan di masyarakat.
g) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
1) Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat
melaksanakan secara mandiri.
2) Bimbing klien berpakaian yang rapi.
3) Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan
hiburan seperti majalah, surat kabar, radio dan televisi.
4) Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
h) Lingkungan terapeutik
1) Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun
orang lain di lingkungan.
2) Cegah agar klien tidak berada di dalam ruang sendiri dalam jangka
waktu yang lama.
3) Beri rangsangan sensorik seperti suara musik, gambar hiasan di
ruangan.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi
2. Isolasi Sosial : menarik diri
No Diagnosa TUM TUK
1 Resiko perubahan
persepsi - sensori :
halusinasi
Klien dapat
berinteraksi
dengan orang lain
sehingga tidak
terjadi halusinasi
jadwal 11. Klien dapat membina hubungan
saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya
merupakan landasan utama untuk
hubungan selanjutnya
Tindakan:
1.1 Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
dengan sapa klien dengan
ramah baik verbal maupun
non verbal
perkenalkan diri dengan
sopan
tanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan yang
disukai
jelaskan tujuan pertemuan
jujur dan menepati janji
tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
berikan perhatian kepada
klien dan perhatian
kebutuhan dasar klien
2. dapat menyebutkan penyebab
menarik diri
Rasional : Memberi kesempatan
untuk mengungkapkan
perasaannya dapat membantu
mengurangi stres dan penyebab
perasaaan menarik diri
Tindakan
Kaji pengetahuan klien tentang
perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau
bergaul
Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta penyebab yang
muncul
Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan
keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang
lain.
Rasional :
• Untuk mengetahui keuntungan
dari bergaul dengan orang lain.
• Untuk mengetahui akibat yang
dirasakan setelah menarik diri.
Tindakan :
1. Kaji pengetahuan klien
tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
1. Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan prang lain
2. Diskusikan bersama klien
tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
3. Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
2. Kaji pengetahuan klien
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
1. Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
2. Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
3. Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan
hubungan sosial
Rasional :
• Mengeksplorasi perasaan klien
terhadap perilaku menarik diri
yang biasa dilakukan.
• Untuk mengetahui perilaku
menarik diria dilakukan dan
dengan bantuan perawat bisa
membedakan perilaku
konstruktif dan destruktif.
Tindakan
1. Kaji kemampuan klien membina
hubungan dengan orang lain
2. Dorong dan bantu kien untuk
berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
• K – P
• K – P – P lain
• K – P – P lain – K lain
• K – Kel/ Klp/ Masy
1. Beri reinforcement positif
terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
2. Bantu klien untuk mengevaluasi
manfaat berhubungan
3. Diskusikan jadwal harian yang
dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
4. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan ruangan
5. Beri reinforcement positif atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan
perasaannya setelah
berhubungan dengan orang
lain
Rasional : Dapat membantu
klien dalam menemukan cara
yang dapat menyelesaikan
masalah
Tindakan
1. Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya
bila berhubungan dengan
orang lain
2. Diskusikan dengan klien
tentang perasaan manfaat
berhubungan dengan orang
lain
3. Beri reinforcement positif
atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan
oranglain
6. Klien dapat memberdayakan
sistem pendukung atau
keluarga
Rasional : memberikan
penanganan bantuan terapi
melalui pengumpulan data
yang lengkap dan akurat
kondisi fisik dan non fisik
pasien serta keadaan perilaku
dan sikap keluarganya
Tindakan
1. Bina hubungan saling
percaya dengan keluarga :
• salam, perkenalan diri
• jelaskan tujuan
• buat kontrak
• eksplorasi perasaan klien
1. Diskusikan dengan anggota
keluarga tentang :
• perilaku menarik diri
• penyebab perilaku menarik
diri
• akibat yang terjadi jika
perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
• cara keluarga menghadapi
klien menarik diri
3. Dorong anggota keluarga
untukmemberikan dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang
lain
4. Anjurkan anggota keluarga
secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu
kali seminggu
5. Beri reinforcement positif
positif atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga
2 Isolasi Sosial :
menarik diri
Klien dapat
berhubungan
dengan orang lain
secara optimal
1. Klien dapat membina hubungan
saling percaya
Rasional : Hubungan saling
percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapetutik
1. sapa klien dengan ramah baik
verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan
sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan yang
disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
7. Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Rasional :
• Diskusikan tingkat
kemampuan klien seperti
menilai realitas, kontrol diri atau
integritas ego diperlakukan
sebagai dasar asuhan
keperawatannya.
• Reinforcement positif akan
meningkatkan harga diri klien
• Pujian yang realistik tidak
menyebabkan klien melakukan
kegiatan hanya karena ingin
mendapatkan pujian
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki klien
2.1. Setiap bertemu klien
hindarkan dari memberi
penilaian negatif
2.1. Utamakan memberikan
pujian yang realistic
3. Klien dapat menilai kemampuan
yang digunakan
Rasional :
• Keterbukaan dan pengertian
tentang kemampuan yang
dimiliki adalah prasyarat untuk
berubah.
• Pengertian tentang kemampuan
yang dimiliki diri memotivasi
untuk tetap mempertahankan
penggunaannya
Tindakan:
1. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
2. Diskusikan kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan)
merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang
dimiliki
Rasional :
• Membentuk individu yang
bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri
• Klien perlu bertindak secara
realistis dalam kehidupannya.
• Contoh peran yang dilihat
klien akan memotivasi klien
untuk melaksanakan kegiatan
Tindakan:
1. Rencanakan bersama klien
aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
• Kegiatan mandiri
• Kegiatan dengan bantuan
sebagian
• Kegiatan yang membutuhkan
bantuan total
1. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi klien
2. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien
lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
Rasional :
Memberikan kesempatan
kepada klien mandiri dapat
meningkatkan motivasi dan
harga diri klien
Reinforcement positif dapat
meningkatkan harga diri
klien
Memberikan kesempatan
kepada klien ntk tetap
melakukan kegiatan yang
bisa dilakukan
Tindakan:
1. Beri kesempatan pada klien
untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas
keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan
sistem pendukung yang ada
Rasional:
• Mendorong keluarga untuk
mampu merawat klien mandiri
di rumah
• Support sistem keluarga akan
sangat berpengaruh dalam
mempercepat proses
penyembuhan klien.
• Meningkatkan peran serta
keluarga dalam merawat klien di
rumah.
Tindakan:
1. Beri pendidikan kesehatan
pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri
rendah
2. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah
I. DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.2003
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :
Lipincott-RavenPublisher.1998
Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :
FIKUI.1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung
: RSJP Bandung. 2000
top related