laporan mikpang
Post on 23-Oct-2015
188 Views
Preview:
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada ilmu mikrobiologi ini kita mempelajari banyak tentang jasad-jasad renik
yang disebut juga dengan microba atau protista, di mana adanya, ciri-cirinya,
kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya,
penggunaan dan peranannya dalam kesehatan serta kesejahteraan kita.
Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa di antaranya
bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni dalam
tubuh manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain
terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan anggur, keju,
yogurt, produksi penicillin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan
pembuangan limbah.
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dipengaruhi oleh zat antimikroba. Anti
mikroba adalah suatu zat kimia atau campuran zat kimia yang dipakai untuk
mengurangi gejala penyakit atau untuk menyembuhkan penyaktit. Zat antimikroba
tersebut kebanyakan tidak spesifik dan dapat menimbulkan strain mikroba baru yang
lebih resisten terhadap anti mikroba dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Kelangsungan hidup dari suatu mikroba sangat dipengaruhi oleh zat-zat kimia yang
berpengaruh terhadap siklus hidup dari mikroba tersebut dan kemampuan bakteri
dalam mempertahankan hidupnya dari penggaruh bahan-bahan tersebut.
Uji sensitivitas bakteri merupakan cara untuk mengetahui dan mendapatkan
produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada
konsentrasi yang rendah.
Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri
pada konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antimikroba dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antimikroba.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui pengaruh antimikroba terhadap aktivitas bakteri gram positif
dan gram negatif
- Mengetahui pengaruh antagonisme dan sinergisme antar antimikoba terhadap
bakteri gram posotif dan gram negatif
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
mikroorganisme dan interaksi mereka dengan organisme lain dan lingkungannya
(Singleton.2006). Sejarah tentang mikroba dimulai dengan ditemukannya mikroskop
oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana,
dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat
menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. (Skou, dan
Sogaard Jensen. 2007)
Mikroba ialah jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk
bertahan hidup. Jasad tersebut dapat hidup hamper di semua tempat di permukaan
bumi. Mikroba mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga
lingkungan yang relative panas, dari ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan
peranannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba
menguntungkan dan mikroba merugikan (Afriyanto 2005).
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya
atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer
dan sebagainya (Lutfi 2004). Bahan pengawet atau disebut juga senyawa antimikroba
pada pangan dibedakan atas tiga golongan berdasarkan sumbernya, yaitu:
1. Senyawa antimikroba yang terdapat secara alami di dalam bahan pangan, misalnya
asam pada buah-buahan, dan beberapa senyawa pada rempah-rempah.
2. Bahan pengawet yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam pangan atau pangan
olahan, misalnya: Nitrit untuk menghambat bakteri pada kornet sapi dan sosis,
Garam natrium klorida untuk menghambat mikroba pada ikan asin, Asam benzoat
untuk menghambat kapang dan kamir pada selai dan sari buah, Asam cuka (asam
asetat) untuk menghambat mikroba pada asinan, Asam propionat untuk
menghambat kapang pada roti dan keju, Sulfit untuk menghambat kapang dan
kamir pada buah-buahan kering dan anggur.
3. Senyawa antimikroba yang terbentuk oleh mikroba selama proses fermentasi
pangan. Asam laktat, hidrogen peroksida (H202), dan bakteriosin adalah senyawa
antimikroba yang dibentuk oleh bakteri asam laktat selama pembuatan
produkproduk susu fermentasi seperti yogurt, yakult, susu asidofilus, dan lain-lain,
serta dalam pembuatan pikel dari sayur-sayuran seperti sayur asin.
Antimikroba digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya
infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai
zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh
sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh
penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba
penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya
antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes.
Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia
misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik
dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif
relatif tinggi (Ganiswarna, 1995).
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan
antibiotik tersebut untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang
efektif bekerja terhadap bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya
lebih tinggi dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan
mempunyai spektrum sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Gram positif, sedangkan antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut (Sumadio,
dkk. 1994).
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik
dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis
dinding sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin,
sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin. Yang kedua yaitu antibiotik penghambat
sintesis protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan
aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga
yaitu antibiotik penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang
termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon. Keempat yaitu
antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang termasuk
kelompok ini ialah golongan polien. Dan yang kelima yaitu antibiotik penghambat
metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamida,
trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna, 1995).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan kimia sebagai
senyawa antimikroba adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan untuk mematikan mikroorganisme dalam konsentrasi
rendah pada spectrum luas, sehingga dapat membunuh berbagai mikroorganisme.
2. Bisa larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang diperlukan secara efektif.
3. Memiliki stabilitas tinggi, jika dibiarkan dalam waktu relatif lama tidak kehilangan
sifat antimikrobanya.
4. Bersifat letal bagi mikroorganisme, tetapi aman bagi manusia maupun hewan.
5. Bersifat homogen, sehingga komposisi selalu sama untuk setiap aplikasi dosis
takaran.
6. Senyawa tersedia dalam jumlah besar dengan harga yang pantas.
7. Sifat bahan harus serasi.
8. Dapat menentukan tipe mikroorganisme yang akan dibasmi.
9. Aman terhadap lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja antimikroba adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi bahan, setiap mikroorganisme memerlukan konsentrasi yang berbeda
untuk senyawa antimikroba yang sama dalam menghambat atau membunuh.
2. Waktu, setiap mikroorganisme memerlukan waktu yang berbeda-beda ketika
dipaparkan terhadap suatu senyawa antimikroba untuk dapat menghambatatau
mematikan.
3. pH. Konsentrasi ion hydrogen mempengaruhi peranan bakterisida dengan cara
mempengaruhi organisme dan bahan kimia dalam bakterisida tersebut.
4. Temperatur. Pembunuhan bakteri oleh bahan kimia akan meningkat dengan suatu
peningkatan temperature.
5. Sifat organisme. Kemampuan suatu bahan tertentu bergantung pada komponen
organisme yang diuji dengan bahan tersebut.
6. Usia mikroorganisme. Tingkat kerentanan mikroorganisme sangat ditentukan oleh
umur biakan mikroorganisme.
7. Bahan ekstra. Adanya bahan organic seperti serum, darah atau nanah
mempengaruhi aktivitas beberapa senyawa antimikroba.
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya
akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat
pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya:
tetracycline, erytromycin, dan streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang
memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
secara luas (Pelczar, 1986).
Logam berat terbagi atas 2 kelompok yaitu logam berat yang bersifat
sangat beracun (toksik) seperti: Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Cadmium
(Cd) danChromium (Cr) dan logam esensial yang juga dapat menjadi racun
apabila dikonsumsi secara berlebihan, antara lain: Tembaga (Cu), Besi (Fe), Zink
(Zn) dan Selenium (Se) (Suhendrayatma, 2001).
Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis merupakan kelompok bakteri
enterobacteriaceae yang hidup di dalam saluran pencernaan manusia sebagai
penghuni usus (enteron) dan bersifat patogen. Bakteri E. coli dapat menyebabkan
gastroenteritis pada manusia, sedangkan B. subtilis dapat menyebabkan kerusakan
pada makanan kaleng yang juga dapat mengakibatkan gastroenteritis pada manusia
yang mengkonsumsinya. Penyakit infeksi hingga saat ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat, penyakit ini merupakan penyebab kematian manusia
sepanjang sejarah. Tumbuhan memiliki metabolit sekunder yang dapat bertanggung
jawab terhadap ketahanan alami dari tumbuhan, mungkin karena alasan ini banyak
tumbuhan yang digunakan untuk terapi infeksi dan penelitian untuk eksplorasi
senyawa yang potensial sebagai anti mikroba. Salah satu diantaranya adalah
pemanfaatan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman Jahe (Zingiber
officinale Roxb.).
Berdasarkan uji fitokimia jahe memiliki kandungan minyak atsiri, fenol yang
larut dalam pelarut etanol, berdasarkan uraian ini dapat diharapkan bahwa ekstrak
dari tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc) dapat menghambat pertumbuhan dari
bakteri Eschercia coli dan Staphylococcus aureus(Mutholib, 2009).
Kunyit mengandung lebih dari satu senyawa yang bersifat bakterisidal. Salah
satu senyawa tersebut adalah senyawa kurkumin yang merupakan senyawa golongan
fenol yang terdiri dari dua cincin fenol simetris dan dihubungkan dengan satu rantai
hiptadiena. Senyawa fenol menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara merusak
membrane sel yang akan menyebabkan denaturasi protein sel dan mengurangi
tekanan permukaan sel (Hidayati, 2002).
Kencur (Kaempferia galanga L.) sudah sejak lama dikenal dan ditanam di
Indonesia. Tanaman kencur mempunyai kegunaan tradisional dan sosial cukup luas
dalam masyarakat Indonesia (Rukmana, 1994: 10). Rimpang tanaman kencur
mempunyai khasiat obat antara lain untuk menyembuhkan batuk dan mengeluarkan
dahak (ekspektoansia), mencuci luka yang bernanah, borok atau kudis (Afriatini,
2001: 14). Khasiat lain dari kencur adalah untuk mengobati diare dan menghilangkan
darah kotor (Ramadoni, 2008).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat :
- Cawan petri steril
- Pipet mikro
- Jangka sorong
- Kertas saring whatman (cakram)
Bahan :
- Medium NA
- E.coli
- B.subtilis
- Natrium benzoat 0,1%
- Asam sitrat 0,1%
- Kunyit
- Kencur
- Jahe
- Asam asetat 0,1%
- Aquades
B. Prosedur Praktikum
1. Penggunaan single kertas cakram
2. Penggunaan Double kartas cakram
Menyiapkan 2 cawan petri steril, masukkan masing-masing 1 ml starter mikroba
Memasukkan medium ke dalam cawan petri steril dalam keadaan hangat 45oC
Memutar-mutar cawan petri untuk meratakan medium
Mencelupkan kertas cakram 1 ke dalam larutan pengawet A selama 10 menit lalu kering anginkan dan memasukkannya ke dalam cawan petri yang telah diisi medium
Mencelupkan kertas cakram 2 ke dalam larutan pengawet B selama 10 menit lalu kering anginkan dan memasukkannya ke dalam cawan petri yang telah diisi medium
(diletakkan diatas kertas cakram 1)
Menginkubasi medium selama 48 jam pada suhu ruang dengan posisi cawan terbalik
Mengamati zona bening dan melakukan pengukuran penghambatan antimikroba terhadap bakteri. pengamatan dikakukan 2 kali setelah 24 jam dan 48 jam.
Menyiapkan 2 cawan petri steril, masukkan masing-masing 1 ml starter mikroba
memasukkan medium ke dalam cawan petri steril dalam keadaan hangat 45oC
Memutar-mutar cawan petri untuk meratakan medium
mencelupkan kertas cakram ke dalam larutan pengawet selama 10 menit lalu kering anginkan dan memasukkannya ke dalam cawan petri yang telah diisi medium
menginkubasi medium selama 48 jam pada suhu ruang dengan posisi cawan terbalik
Mengamati zona bening dan melakukan pengukuran penghambatan antimikroba terhadap bakteri. pengamatan dikakukan 2 kali setelah 24 jam dan 48 jam.
IV. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Tabel hasil pengamatan diameter zona bening antimikroba single cakram
(Diameter kertas cakram = 5,5 mm)
Waktu
pengamatanBakteri Antimikroba
Pengukuran zona jernih (mm)
I II III Rata-rata
24 jam
E.coli
Kunyit 6,1 8,3 7,2 7,2
As.Benzoat 12,4 10,3 12,7 11,8
aquades 4,2 5,2 4,5 4,63
B.subtilis
Kunyit 5,2 7,2 8,1 6,83
As.Benzoat 5,1 7,2 6,2 6,17
aquades 6,8 8,1 7,9 7,6
48 jam
E.coli Kunyit 6,8 6,9 6,7 6,8
As.Benzoat 7,3 5,9 5,9 6,37
aquades 4,7 5,7 4,3 4,9
B.subtilis Kunyit 8,0 7,9 6,9 7,6
As.Benzoat 7,0 6,9 6,8 6,9
aquades 8,7 6,6 7,1 7,47
Tabel 2. Tabel hasil pengamatan diameter zona bening antimikroba double cakram
(Diameter kertas cakram = 5,5 mm)
Waktu
pengamatanBakteri
Antimikrob
a
Pengukuran zona jernih (mm)
I II III Rata-rata
24 jam
E.coliKunyit +
As.Benzoat7,4 8,6 9,7 8,56
B.subtilisKunyit +
As.Benzoat7,1 7,4 8,2 7,56
48 jam
E.coliKunyit +
As.Benzoat7,8 6,6 6,6 7,0
B.subtilisKunyit +
As.Benzoat8,1 8,5 8,7 8,43
V. PEMBAHASAN
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya
atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer
dan sebagainya (Lutfi 2004).
Antibiotika/antimikroba adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau
diturunkan oleh organisme hidup, termasuk struktur analognya yang dibuat secara
sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam
kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Pada awalnya antibiotika diisolasi
dari mikroorganisme, tetapi sekarang beberapa antibiotika telah didapatkan dari
tanaman tinggi atau binatang (Soekardjo, 1995).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya
akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat
pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya:
tetracycline, erytromycin, dan streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang
memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
secara luas (Pelczar, 1986).
Pada praktikum ini, dilakukan uji pengaruh antimikroba dalam menghambat
pertumbuhan mikroba. Dalam praktikum ini menggunakan mikroba E.coli dan
B.subtilis dimana E.coli adalah bakteri gram negatif sedangkan B.subtilis adalah
bakteri gram positif. Dan untuk mengetahui pengaruh antimikroba terhadap
pertumbuhan E.coli dan B. subtilis.dilakukan percobaan dengan menggunakan kertas
cakram.
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu biakan E.coli dan B. subtilis sebanyak
1 ml dimasukkan kedalam cawan petri steril kemudian ditambahkan dengan medium
NA dalam keadaan hangat suhu 45oC sebagai sumber nutrien dan media tumbuh
bakteri. Kemudian cawan diputar-putar untuk meratakan medium NA dan dibiarkan
hingga medium memadat. Setelah itu, kertas cakram dicelupkan ke dalam larutan
pengawet selama 10 menit kemudian dikeringanginkan dan dimasukkan kedalam
cawan petri yang berisi medium. Kertas cakram digunakan karena kertas cakram
berfungsi untuk mengukur sensitivitas senyawa antimikroba terhadap aktivitas
mikroba. Senyawa antimikroba atau pengawet yang digunakan pada praktikum ini
adalah kunyit dan asam benzoat 0,1% serta digunakan pula akuades sebagai kontrol.
Selain menggunakan metode single cakram, digunakan pula metode double
cakram yaitu dengan dua buah kertas cakram. Prosedur yang digunakan pada metode
ini hampir sama dengan metode single cakram, metode double kertas cakram
menggunakan 2 buah kertas cakram berfungsi untuk mengukur sensitivitas senyawa
antimikroba terhadap aktivitas mikroba .Kertas cakram yang pertama dicelupkan ke
dalam larutan kunyi dan kertas cakram yang kedua dicelupkan ke dalam larutan asam
benzoat 0,1% kemudian diletakkan secara menumpuk. Setelah kertas cakram
dimasukkan kedalam cawan petri berisi medium, medium kemudian diinkubasi
selama 48 jam pada suhu ruang dengan posisi cawan terbalik. Pengamatan terhadap
zona bening/zona hambat dilakukan dua kali yaitu setelah 24 jam dan 48 jam.
Pengukuran zona hambat antimikroba terhadap bakteri dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong. Jangka sorong memiliki tingkat ketelitian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan penggaris biasa sehingga diharapkan hasil pengukuran
yang didapat bisa lebih akurat.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil pada waktu inkubasi
24 jam, untuk E.coli dengan antimikroba kunyit diameter zona hambatnya yaitu 7,2
mm, antimikroba asam benzoat 0,1% diameter zona hambatnya 11,8 mm,
antimikroba double cakram (kunyit dan asam abenzoat 0,1%) zona hambatnya 8,56
mm dan zona hambat akuades sebagai kontrol yaitu 4,63 mm. Pada inkubasi 24 jam
ternyata zona hambat terbesar adalah pada antimikroba asam benzoat 0,1% yaitu
sebesar 11,8 mm.
Pada waktu inkubasi 48 jam, untuk E.coli dengan antimikroba kunyit diameter
zona hambatnya yaitu 6,8 mm, antimikroba asam benzoat 0,1% diameter zona
hambatnya 6,37 mm, antimikroba double cakram (kencur dan asam benzoat 0,1%)
zona hambatnya 7,0 mm dan zona hambat akuades sebagai kontrol yaitu 4,9 mm.
Pada inkubasi 48 jam zona hambat terbesar adalah dengan menggunakan metode
double cakram (kunyit dan asam benzoat 0,1%). Adanya perbedaan jenis zona
hambat terbesar pada masing-masing inkubasi hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan kandungan senyawa bioaktif pada masing antimikroba.
Pada waktu inkubasi 24 jam, untuk B.subtilis dengan antimikroba kunyit
diameter zona hambatnya yaitu 6,83 mm, antimikroba asam benzoat 0,1% diameter
zona hambatnya 6,17 mm, antimikroba double cakram (kencur dan asam benzoat
0,1%) zona hambatnya 7,56 mm dan zona hambat akuades sebagai kontrol yaitu 7,6
mm. Pada inkubasi 24 jam zona hambat terbesar adalah dengan menggunakan
aquades sebagai kontrol.
Pada waktu inkubasi 48 jam, untuk B.subtilis dengan antimikroba kunyit
diameter zona hambatnya yaitu 7,6 mm, antimikroba asam benzoat 0,1% diameter
zona hambatnya 6,9 mm, antimikroba double cakram (kencur dan asam benzoat
0,1%) zona hambatnya 8,43 mm dan zona hambat akuades sebagai kontrol yaitu 7,47
mm. Pada inkubasi 48 jam zona hambat terbesar adalah dengan menggunakan metode
double cakram (kunyit dan asam benzoat 0,1%). Perbedaan diameter zona hambat ini
disebabkan karena berbeda pula jenis antimikroba dan kandungan yang ada pada
senyawa tersebut.
Dalam praktikum yang kami lakukan didapat kunyit memiliki zona hambat
yang lebih besar dibadingkan dengan asam benzoat 0,1%, hal ini disebabkan karena
kunyit mengandung lebih dari satu senyawa yang bersifat bakterisidal. Salah satu
senyawa tersebut adalah senyawa kurkumin yang merupakan senyawa golongan fenol
yang terdiri dari dua cincin fenol simetris dan dihubungkan dengan satu rantai
hiptadiena. Senyawa fenol menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara merusak
membrane sel yang akan menyebabkan denaturasi protein sel dan mengurangi
tekanan permukaan sel (Hidayati, 2002).
Setelah kami melakukan pengukuran zona hambat dari bakteri E. coli dan B.
substilis baik single cakram maupun double cakram yaitu didapatkan rata-rata hasil
pengukuran terbesar yaitu zona hambat yang dihasilkan oleh bakteri B. substilis
dengan single cakram maupun double cakram yang diinkubasikan selama 24 jam dan
48 jam.
Pada beberapa penelitian meyebutkan bahwa efek penghambatan
senyawa antimikroba lebih efektif terhadap bakteri Gram positif daripada dengan
bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan perbedaan komponen penyusun dinding sel
kedua kelompok bakteri tersebut. Pada bakteri Gram posiitif 90 persen dinding selnya
terdiri atas lapisan peptidoglikan, selebihnya adalah asam teikoat, sedangkan bakteri
Gram negatif komponen dinding selnya mengandung 5-20 persen peptidoglikan,
selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein. Namun dalam
praktikum ini justru penghambatan senyawa antimikroba lebih efektif terhadap
bakteri Gram Negatif.
Hal ini disebabkan karena mikroorganisme E. coli merupakan
mikroorganisme yang resisten terhadap zat antimikroba atau antibiotik. Sehingga
antibiotik yang digunakan harus memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi. Hanya
dari golongan antibiotik tertentu saja yang bisa membunuh E. coli. Konsentrasi
antimikroba yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit juga mempengaruhi pengaruh
antimikroba terhadap bakteri.
Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Menggangu pembentukan dinding sel
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat yang
terdapat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan komposisi
penyusun dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa antimikroba dipengaruhi oleh
bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul phenol yang
terdapat pada minyak thyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi, lebih hidrofobik,
dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein, dan dapat melarut baik pada fase
lipid dari membran bakteri.
Beberapa laporan juga meyebutkan bahwa efek penghambatan senyawa
antimikroba lebih efektif terhadap bakteri Gram positif daripada dengan bakteri Gram
negatif. Hal ini disebabkan perbedaan komponen penyusun dinding sel kedua
kelompok bakteri tersebut. Pada bakteri Gram posiitif 90 persen dinding selnya
terdiri atas lapisan peptidoglikan, selebihnya adalah asam teikoat, sedangkan bakteri
Gram negatif komponen dinding selnya mengandung 5-20 persen peptidoglikan,
selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein.
2. Bereaksi dengan membran sel
Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas
membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler,
seperti senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan meyebabkan denaturasi
protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan
menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel.
3. Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu
dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan
enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan
kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika kondisi ini
berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif).
Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim jika mempunyai
spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun struktur enzim dengan
komponen senyawa antimikroba. Gugus hidroksil (-OH) dan gugus aldehid (-CHO)
yang terdapat pada komponen aktif rempah, menunjukan aktivitas antimikroba yang
kuat. Mekanisme penghambatannya yaitu Gugus hidroksil membentuk ikatan
hidrogen dengan sisi aktif enzim sehingga menyebabkan deaktivasi enzim.
4. Menginaktivasi fungsi material genetik
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA dan
DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya akan
menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses
pembelahan sel untuk pembiakan (Dwidjoseputro, 2003).
Pada beberapa penelitian meyebutkan bahwa efek penghambatan
senyawa antimikroba lebih efektif terhadap bakteri Gram positif daripada dengan
bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan perbedaan komponen penyusun dinding sel
kedua kelompok bakteri tersebut. Pada bakteri Gram posiitif 90 persen dinding selnya
terdiri atas lapisan peptidoglikan, selebihnya adalah asam teikoat, sedangkan bakteri
Gram negatif komponen dinding selnya mengandung 5-20 persen peptidoglikan,
selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein. Namun dalam
praktikum ini justru penghambatan senyawa antimikroba lebih efektif terhadap
bakteri Gram Negatif.
Pada percobaan ini perlakuan yaitu single cakram dan double cakram. Perlakuan
single cakram adalah untuk mengetahui kemampuan masing-masing antimikroba
dalam menghambat pertumbuhan mikroba, sedangkan perlakuan double cakram
adalah untuk mengetahui reaksi antimikroba jika digunakan secara bersamaan. Reaksi
yang ditimbulkan bisa reaksi antagonisme ataupun sinergisme.
Pada perlakuan menggunakan double kertas cakram kelompok kami
mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penggabungan senyawa antimikroba
asam benzoat dan kunyit memberikan reaksi yang antagonis pada penghambatan
pertumbuhan bakteri E. coli (bakteri Gram -) sedangkan pada bakteri Bacillus
substilis (bakteri Gram +) menunjukan reaksi yang sinergis.
Terjadinya reaksi yang sinergis disebabkan oleh penggunaan senyawa
antimikroba yang bersamaan yang dapat meningkatkan efektifitas penghambatan
mikroba. Pada hasil pengamatan diatas bisa dicontohkan bahwa adanya senyawa
bioaktif dengan penambahan senyawa asam asetat menjadi reaksi yang sinergis.
Sedangkan reaksi yang antagonis disebabkan karena adanya dua jenis senyawa
antinmikroba yang memiliki daya hambat satu sama lain sehingga kedua jenis
senyawa tersebut sulit menyatu
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Zona hambat terbesar yaitu zona hambat yang dihasilkan oleh antimikroba
asam benzoat pada bakteri E. coli yang memiliki diameter sebesar 11,8 mm
Zona hambat terkecil yaitu zona hambat yang dihasilkan oleh aquades pada
bakteri E. coli yang memiliki diameter sebesar 4,63 mm
Zona hambat yang dihasilkan oleh bakteri B. substilis dengan single cakram
maupun double cakram yang diinkubasikan selama 24 jam dan 48 jam
memiliki rata-rata yang terbesar.
Penggabungan senyawa antimikroba asam benzoat dan kunyit pada perlakuan
double cakram memberikan reaksi yang antagonis pada penghambatan
pertumbuhan bakteri E. coli (bakteri Gram -) sedangkan pada bakteri Bacillus
substilis (bakteri Gram +) menunjukan reaksi yang sinergis.
B. Saran
Dalam melakukan praktikum pengujian antimikroba terhadap pertumbuhan
mikroba, harus diperhatikan kesterilan alat yang digunakan dalam praktikum,
prosedur kerja serta dalam pengukuran zona hambat harus dilakukan secara teliti
agar didapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanto Eddy. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Jakarta : Penerbit
Kanisius.
Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
Dwidjoseputro, D.1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.
Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B., 1992, Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua, Yogyakarta, UGM – Press.
Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Jati Wijaya. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta : Ganeca Exact.
Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan, Jakarta, EGC.
Lutfi Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Pelczar, Michael J, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.
Suhendrayatna, 2001, Bioremoval logam berat dengan menggunakan
mikroorganisme,Disampaikan pada seminar on-Air Bioteknologi untuk
Indonesia Abad 21. 1-14 Februari 2001, Sinergy Forum-PPI Tokyo Institute
of Technology.
Sumadio, H., dan Harahap, 1994, Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU Press,
Medan.
Suwandi U. 1999. Peran Media Untuk Identifikasi Mikroba Patogen Cermin Dunia
Kedokteran. Jakarta : Grup Kalbe Farma.
top related