laporan kunjungan kerja spesifik komisi viii dpr ri …daftar nama anggota tim kunjungan kerja...
Post on 09-Feb-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK
KOMISI VIII DPR RI
KE PROVINSI BANTEN
MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
DALAM RANGKA PENGAWASAN DAN PENYALURAN BANTUAN SOSIAL PANGAN
NON TUNAI (BPNT) DI KOTA SERANG, PROVINSI BANTEN
TANGGAL 6-8 DESEMBER 2019
Sekretariat Komisi VIII DPR RI
set_komisi8@dpr.go.id
2
JAKARTA
TAHUN 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
JADWAL DAN TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK
BAB I PENDAHULUAN
BAB II BANTUAN SOSIAL PANGAN NON TUNAI
BAB III HASIL KUNJUNGAN KERJA
BAB IV REKOMENDASI
3
DAFTAR NAMA ANGGOTA
TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK
KOMISI VIII DPR RI
NOMOR N A M A JABATAN FRAKSI DAPIL
URUT ANGG
1. A-509 H. YANDRI SUSANTO, S.Pt Ketua/Ketu
a Tim PAN
BANTEN II
2. A-107 LAKSDYA. TNI (PURN) MOEKHLAS SIDIK,
MPA. W. Ketua GERINDRA
JATIM II
3. A-003 MARWAN DASOPANG W. Ketua PKB SUMUT II
4. A-257 Drs. SAMSU NIANG, M.Pd Anggota PDIP SULSEL II
5. A-218 INA AMMANIA Anggota PDIP JATIM VII
6. A-225 MOCHAMAD HASBI ASYIDIKI JAYABAYA Anggota PDIP BANTEN I
7. A-280 MOHAMMAD SALEH, S.E. Anggota GOLKAR BENGKULU
8. A-304 Hj. ENDANG MARIA ASTUTI, S.Ag., SH., MH Anggota GOLKAR JATENG IV
9. A-125 Drs. H. SAIFUL RASYID, MM Anggota GERINDRA KALSEL I
10. A-354 Hj. LISDA HENDRAJONI, S.E., MMTr. Anggota NASDEM SUMBAR I
11. A-042 H. AN'IM FALACHUDDIN MAHRUS Anggota PKB JATIM VI
12. A-564 IR. NANANG SAMODRA, KA, M.SC
Anggota DEMOKRA
T NTB II
13. A-413 H. ISKAN QOLBA LUBIS, M.A. Anggota PKS SUMUT II
14. A-424 Dr. H. MUHAMMAD HIDAYAT NUR WAHID,
M.A. Anggota PKS
DKI JKT II
15. A-483 H. MHD ASLI CHAIDIR, SH Anggota PAN SUMBAR I
16. A-473 H. IIP MIFTAHUL CHOIRI, S.Pd.I. Anggota PPP BANTEN I
17. Sri Lestari SEKRETARIAT KOMISI VIII
18. Yusup Kamaludin SEKRETARIAT KOMISI VIII
19. HARJA SAPUTRA, S.Sos., M.M. TENAGA AHLI
20. Dwi Ayu Lestari TV PARLEMEN
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI, sesuai ketentuan Peraturan
Tata Tertib DPR RI, maka Komisi VIII DPR-RI dalam kunjungan Kerja Spesifik
Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019-2020 telah membentuk 3 Tim yakni ke
Provinsi Banten, Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat.
B. Dasar Kunjungan Kerja Spesifik
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20, 20A,
21 dan 23 tentang tugas DPR-RI di bidang Legislasi, Anggaran dan
Pengawasan.
2. Undang undang Nomor 17 tahun 2014 tentang MD3 sebagaimana telah diubah
dalam Undang undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang
undang Nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
3. Keputusan DPR RI Nomor 01 tahun 2014 tentang Tata Tertib:
a. Pasal 6 dan 7 tentang Wewenang dan Tugas DPR RI;
b. Pasal 58 Ayat (3) tentang Tugas Komisi di bidang Pengawasan;
c. Pasal 59 Ayat (3) huruf (f) tentang Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik
pada Masa Sidang.
4. Keputusan rapat Internal Komisi VIII DPR RI
C. Maksud Dan Tujuan Kunjungan Spesifik
1. Maksud
a. Melakukan komunikasi intensif antara DPR RI khususnya Komisi VIII DPR
RI dengan daerah, baik Pemerintah Daerah maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan di
Bidang Sosial.
b. Melaksanakan fungsi Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-undang
termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Bidang Sosial.
5
c. Menggali dan menyerap aspirasi daerah dari unsur Pemerintah Daerah
maupun masyarakat.
2. Tujuan
Mendapatkan masukan berupa data faktual tentang pelaksanaan program
pembangunan secara umum dan secara khusus di bidang sosial yang terjadi di
wilayah Provinsi Banten.
6
BAB II
BANTUAN SOSIAL PANGAN NON TUNAI
1. Umum
Program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) diluncurkan sebagai upaya
untuk menyalurkan bantuan pangan, yang selama ini melalui program Raskin, agar
lebih tepat sasaran, tepat jumlah dan tepat waktu. Melalui Program BPNT
diharapkan dapat memberikan keleluasaan penerima manfaat progam dalam
memilih jenis, kualitas, harga, dan tempat membeli bahan pangan.
Selain itu, program BPNT juga diharapkan dapat sekaligus meningkatkan
ekonomi rakyat dengan memberdayakan ribuan kios/warung/toko yang ada
sehingga dapat melayani transaksi secara elektronik melalui sistem perbankan.
Dengan melalui sistem perbankan, penyaluran BPNT dapat mendorong perilaku
produktif masyarakat. Lebih jauh lagi, penggabungan dengan program bantuan
sosial lain melalui sistem perbankan akan memberikan kesempatan akumulasi aset
yang berpotensi mendorong kegiatan ekonomi.
Program umum BPNT ini disusun oleh Kementerian/Lembaga lintas Sektor
terkait, yaitu Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Sosial, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Bank
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kantor Staf Presiden, dan Sekretariat Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
BPNT sebagai bantuan sosial yang diterapkan untuk menggantikan
program bantuan Beras untuk Keluarga Sejahtera (Rastra yang diwujudkan dalam
bentuk non tunai diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) setiap
bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk
membeli bahan pangan di pedagang/e-warong yang bekerja sama dengan bank.
2. Dasar Hukum
a. Undang undang RI No. 25/Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
b. Undang undang RI No. 13/Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin.
c. Undang undang RI No. 18/Tahun 2012 tentang Pangan.
d. Undang undang RI No. 23/Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
7
e. Perpres No. 82/Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif
(SNKI).
f. Perpres No. 63/Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non
Tunai (BSNT).
g. Arahan Presiden 26 Maret 2017, 16 April 2017, 19 Juli 2017
3. Tujuan
a. Mengurangi beban pengeluaran Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melalui
pemenuhan sebagian kebutuhan pangan.
b. Memberikan gizi yang lebih seimbang kepada KPM.
c. Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan Bantuan Pangan bagi
KPM.
d. Memberikan pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan
pangan.
e. Mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs).
4. Manfaat
a. Meningkatnya ketahanan pangan di tingkat KPM, sekaligus sebagai
mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.
b. Meningkatnya efisiensi penyaluran bantuan sosial.
c. Meningkatnya transaksi non tunai dalam agenda Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT).
d. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah, terutama usaha mikro dan
kecil yang sudah berpengalaman dalam usaha penjualan telur dan beras.
5. Konsepsi
Bantuan Pangan Non Tunai adalah bantuan pangan dari pemerintah yang
diberikan kepada KPM setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang
digunakan hanya untuk membeli pangan di e-warong KUBE PKH/pedagang bahan
pangan yang bekerja sama dengan Bank Himbara. Prinsip umum BPNT adalah
mudah dijangkau dan digunakan oleh KPM; memberikan lebih banyak pilihan dan
kendali kepada KPM tentang kapan, berapa, jenis, dan kualitas bahan pangan
8
dengan preferensi; mendorong usaha eceran rakyat untuk melayani KPM; serta
memberikan akses jasa keuangan kepada KPM.
6. Pedoman Umum BPNT
a. Latar Belakang, Definisi, Tujuan, Manfaat
b. Prinsip Umum
c. Kepesertaan
d. Besaran Manfaat
e. Pagu
f. Mekanisme pelaksanaan: persiapan, penyiapan data KPM dan penyerahan ke
bank, penyiapan e-warong, edukasi sosialisasi, registrasi, pembukaan
rekening, penyaluran, pemanfaatan bantuan
g. Pengendalian (pemantauan dan evaluasi)
h. Pengaduan
Disusun bersama oleh Kemenko PMK, Kementerian PPN/BAPPENAS,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, KSP, BI, OJK, TNP2K,
berdasarkan pembelajaran dari uji coba 2016, pelaksanaan dan hasil
pemantauan-evaluasi 2017, dan uji coba 2017.
7. Pembinaan dan Pengawasan BPNT
Pusat ke Provinsi
a. Mendagri, melakukan pembinaan umum terhadap pelaksanaan BPNT di
provinsi
b. Menteri Teknis, melakukan pembinaan teknis terhadap pelaksanaan BPNT di
provinsi
Provinsi ke Kabupaten/Kota
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah (GWP), pembinaan yang bersifat umum &
teknis pelaksanaan BPNT di kabupaten/kota.
8. Transformasi Bantuan Pangan (dari Subsidi menjadi Bansos)
a. Tahun 2016 SUBSIDI RASTRA 15,5 juta
b. Tahun 2017 ada kebijakan bahwa bantuan dibagi 2, yaitu SUBSIDI RASTRA
14,3 juta dan BPNT 1,2 juta.
9
c. Tahun 2018 mulai berlaku dua program tersebut baik Subsidi Rastra maupun
Bantuan Pangan Non Tunai. Perluasan implementasi BPNT di 2018 dilakukan
secara bertahap dan ditetapkan dengan SK Dirjen PFM Kemensos.
Besaran Manfaat Bantuan Sosial Pangan
a. Bansos Rastra
Bantuan sosial diberikan dalam bentuk beras berkualitas medium sejumlah 10
kg per KPM per bulanm. Selanjutnya KPM menerima Bansos Rastra tanpa
dikenakan harga/biaya tebus.
b. BPN
Bantuan diberikan sebesar Rp110.000/ KPM/ bulan. Bantuan tidak dapat
diambil tunai dan hanya dapat ditukarkan dengan beras dan/atau telur sesuai
keinginan. Bantuan dapat disisakan di dalam rekening Bantuan Pangan untuk
digunakan lagi sebelum penyaluran bulan berikutnya.
Pagu Alokasi Program Bansos Pangan
a. Pagu Penerima Bansos Pangan Nasional ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Sosial No: 4/HUK/2018, tanggal 2 Januari 2018
b. Pemprov dan Pemkab/Pemkot dapat menganggarkan pada APBD belanja
bansos untuk menambah Pagu Penerima Bansos Pangan bagi keluarga yang
dianggap miskin dan tidak termasuk dalam Daftar KPM, sesuai dengan
kemampuan daerah, setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan
pemerintahan wajib dan pilihan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundangan.
c. Mekanisme Bansos Pangan dengan APBD dilakukan dengan mengacu pada
mekanisme penyaluran program nasional.
Kelembagaan Program Bantuan Sosial Pangan
Bansos Rastra dan BPNT dikelola dan dikendalikan oleh Tim Koordinasi Bantuan
Sosial Pangan di setiap tingkatan wilayah. Di Tingkat Pusat dikendalikan oleh Tim
Pengendali PelaksanaanPenyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai, Perpres
No. 63/2017
10
BAB III
HASIL KUNJUNGAN KERJA
Sesuai dengan agenda kunjungan kerja, Tim Kunker Spesifik Komisi VIII DPR RI
berangkat dari Kantor DPR menggunakan bis dan langsung ke lokasi acara. Acara
berlangsung di Kantor Kecamatan Serang, Kota Serang.
Hadir pada acara tersebut adalah Direktur PKH Kementerian Sosial RI, Walikota
Serang, Dinas Sosial Kota Serang, para pendamping PKH dan TKSK, dan para
penerima manfaat BPNT dan PKH.
Pada sambutannya, Ketua Tim Kunker yang dipimpin oleh Ketua Komisi VIII DPR
RI, H. Yandri Susanto, S.Pt, menyampaikan mengenai tujuan kunjungan kerja yaitu
sebagai bentuk kepedulian dan kiprah nyata Komisi VIII DPR RI dalam mendukung
pengentasan kemiskinan melalui program Bantuan Pangan Non Tunai dan Program
Keluarga Harapan (PKH).
Pada pertemuan itu diberikan bantuan simbolis yaitu penyerahan kartu BPNT dan
PKH bagi keluarga penerima manfaat dan diperagakan langsung cara pengambilan dan
penukarannya di ATM dan konter E-Warung.
11
Melalui Program BPNT diharapkan dapat memberikan keleluasaan penerima
manfaat progam dalam memilih jenis, kualitas, harga, dan tempat membeli bahan
pangan. Program BPNT juga diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rakyat dengan
memberdayakan ribuan kios/warung/toko yang ada sehingga dapat melayani transaksi
secara elektronik melalui sistem perbankan.
Dengan melalui sistem perbankan, penyaluran BPNT diharapkan juga mampu
mendorong perilaku produktif masyarakat. Lebih jauh lagi, penggabungan dengan
program bantuan sosial lainnya melalui sistem perbankan akan memberikan
kesempatan akumulasi aset yang berpotensi mendorong kegiatan ekonomi.
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sebagai bantuan sosial yang diterapkan
untuk menggantikan program bantuan Beras untuk Keluarga Sejahtera (Rastra), yang
diwujudkan dalam bentuk non tunai dan diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk
membeli bahan pangan di pedagang/e-warong yang bekerja sama dengan bank BRI,
BNI dan Bank Mandiri yang terhimpun dalam HIMBARA.
12
BAB IV
REKOMENDASI
Rekomendasi dari kunjungan kerja spesifik ke Provinsi Banten terkait
pengawasan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah sebagai berikut:
1. Perlu lebih diprioritaskan validasi dan verifikasi pendataan penerima bantuan
BPNT dan PKH sehingga tidak terjadi lagi kesalahan yang menimbulkan
kecemburuan di masyarakat.
2. Perlu dirancang kebijakan yang sistematis mengenai upaya mengurangi
kemiskinan, sehingga para penerima manfaat PKH dan BPNT dari tahun ke tahun
bukannya bertambah tetapi berkurang. Penerima bantuan tidak selamanya
mengulurkan tangan, tetapi harus diarahkan sebagai Keluarga Mandiri yang bisa
terbebas (graduasi) dari program bantuan, sehingga bisa dialihkan untuk bantuan
lain.
TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK
KOMISI VIII DPR RI
top related