laporan kasus pp ulkus kornea

Post on 25-Oct-2015

179 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

ULKUS KORNEA SENTRAL

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Nurjanah Umur : 36 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : MTS Status Pernikahan : Menikah Agama : Islam Alamat : Aur Duri, Mendalo darat

Anamnesa

Keluhan utama : Nyeri pada mata kiri

Keluhan tambahan : Mata kiri silau dan berair

Riwayat Perjalanan Penyakit

Os terkena patahan paku pada mata kiri pada tanggal 16 november 2010. Os hanya merasakan nyeri pada saat itu. Kemudian os berobat ke bidan terdekat dan di rujuk ke RSUD Raden Mattaher Jambi. Tetapi karena os merasa tidak ada gangguan dengan penglihatan, os tidak melakukan anjuran bidan.

• Pada tanggal 18 november os mulai merasakan penglihatannya kabur pada mata kiri. Os juga mengeluh nyeri semakin bertambah, silau jika melihat cahaya, dan mata berair. Os merasa seperti ada benda asing di mata kirinya.

• Os juga mengeluh sakit kepala.

Kemudian, 1 bulan setelah kejadiaan os berobat ke dokter spesialis mata dan di anjurkan untuk di rawat.

Riwayat Penyakit Dahulu

– Os tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya

– Hipertensi disangkal– Diabetes Mellitus disangkal

Status Generalis

– Keadaan umum : Baik– Kesadaran : Compos mentis– Vital sign :

TD : 120/80 mmHg Nadi : 84 x /menit RR : 24x/ menit Suhu : Afebris

Status oftalmologis

Diagnosa Kerja : Ulkus Kornea Sentral OS e.c. bakteri

Differential Diagnosa : Ulkus kornea Sentral OS e.c. - jamur

- virus

Penatalaksanaan

- Moxifloxacin HCl (Vigamox) 4x1 tetes- Atropin Sulfat ED 3x1 tetes- Natamysin ED 4x1 tetes- Sub konjungtival injeksi : - lidokain 1 amp (0,2 ml)

- Deksametason 1 amp (0,4 ml)- Dibekasin 1 amp (0,4 ml)

(selama 5 hari)- irigasi betadine : RL (tiap hari) = 1: 19- Levofloxacin ( 1x500 mg)- Rencana : dilakukan screeping

Pemeriksaan Penunjang/ anjuran : Uji kultur resistensi kuman

Prognosis : Dubia Ad bonam

Tanggal 13 desember 2010

Tanggal 18 desember 2010

Analisa kritis

Pasien, 36 tahun, jenis kelamin perempuan datang dengan keluhan mata kiri terasa nyeri. Dari anamnesa didapatkan informasi bahwa ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit os terkena patahan paku pada mata kiri. Os mengeluh nyeri pada mata kiri, silau dan berair.

Dari riwayat penyakit dahulu, os belum pernah menderita sakit seperti ini, Hipertensi disangkal, dan Diaabetes Mellitus disangkal.

Dari status generalis didapatkan, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis dan vital sign dalam batas normal.

Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan kelainan pada kornea. Terdapat ulkus pada kornea OS yang berbatas tegas, dasar jernih, diameter ± 3 mm dan tidak ditemukan lesi satelit. Pada lensa terlihat keruh di bagian sentral OS.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan oftalmologis, maka didapatkan diagnosa untuk kasus ini adalah Ulkus kornea sentral OS e.c. bakteri. Diagnosa bandingnya adalah Ulkus kornea sentral OS e.c. jamur dan ulkus kornea sentral OS e.c. virus.

Pasien dengan ulkus kornea sentral dilakukan perawatan agar pengobatannya lebih optimal.

Pasien ini diberikan terapi : Moxifloxacin HCl (vigamox) 4x1 tetes, yang

merupakan golongan sefalosporin. Antibiotik ini bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba baik gram negatif maupun gram positif.

Atrofin sulfat ED 3x1 tetes, pada pasien ini diberikan untuk melebarkan pupil.

Natamysin ED 4x1 tetes, pada pasien ini diberikan obat anti jamur karena berdasarkan penyebab trauma pasien adalah karena patahan paku maka di curigai pada paku tersebut juga terdapat jamur walaupun pada pemeriksaan oftalmologis tidak ditemukan lesi satelit.

Levofloxacin 1x 500mg, yang memiliki spektrum antibakteri yang luas. Levofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, termasuk bakteri anaerob.

Subkonjungtival injeksi yang terdiri dari : lidokain (0,2 ml), deksametason (0,4 ml), dan dibekasin (0,2 ml).

Irigasi betadine dan RL dengan perbandingan 19 : 1

Pasien ini direncakan untuk dilakukan screeping, untuk membersihkan sisa-sisa ulkus.

Untuk diagnosa pasti pasien ini seharusnya dilakukan uji kultur resistensi, untuk menemukan kuman yang terdapat pada ulkus. Tetapi, pada pasien ini tidak dilakukan karena pasien datang ± 1 bulan setelah trauma terjadi dan pasien ketika baru pertama kali datang telah diberikan antibiotik daan anti jamur. Sehingga jika dilakukan kerokan untuk uji kultur resistensi akan sulit untuk menemukan kuman penyebab.

Pada pasien ini telah dilakukan follow up mulai tanggal 16 desember 2010 sampai tanggal 23 desember 2010. Dari hasil follow up sebelum dilakukan screeping yaitu tanggal 16 desember sampai 20 desember, diameter ulkus kornea mengalami perubahan dari 3 mm sampai 2 mm, pada kornea juga telah mengalami epitelisasi. Setelah dilakukan screeping, diameter ulkus mengalami perubahan menjadi 1,5 mm.

TINJAUAN PUSTAKA

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.

etiologi

A. Infeksi

a. infeksi jamur

b. infeksi virus

c. infeksi bakteri

d. Acanthamoeba

B. Non Infeksia. bahan kimiab. radiasic. sindrom sjorgend. defisiensi vitamin Ae. obat-obatanf. Kelainan dari membran basal, misalnya karena

trauma.g. Pajanan (exposure)h. Neurotropik

C. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas) Granulomatosa wagener Rheumathoid arthritis

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa a. Gejala Subjektif Eritema kelopak mata dan konjungtiva Sekret mukopurulen Merasa ada benda asing di mata Pandangan kabur Bintik putih pd kornea pd lokasi ulkus Mata berair Silau Nyeri

b. Gejala Objektif Injeksi siliar Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan

adanya infiltrat Hipopion

PENGOBATAN

Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang sekecil apapu harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

Pemberian sikloplegika Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena

bekerjannya lama 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :

– Sedatif, menghilangkan rasa sakit– Dekongestif, menurunkan tanda radang– Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan

lumpunya m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpunya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru.

Antibiotik Antibiotik yang sesuai dengan kuman

penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva.

Bedah (keratoplasti)

Indikasi keratoplasti : Dengan pengobatan tidak sembuh Terjadinya jaringan parut yang menganggu

penglihatan Kedalaman ulkus telah mengancam

terjadinya perforasi

Penanganan komplikasi

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat. Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakan-gerakan.

Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan :

Iridektomi dari iris yang prolaps Iris direposisi Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva Beri sulfas atropin dan salep antibiotik Balut yang kuat

TERIMA KASIH

top related