laporan akhir tahun penelitian berbasis kompetensi
Post on 02-Oct-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
TAHUN PENELITIAN BERBASIS KOMPETENSI
DAMPAK LINGKUNGAN BISNIS DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PENERAPAN DAN KUALITAS SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI MANAJEMEN
TIM PENGUSUL Dr. WIDIA ASTUTY, SE.,MSi.,QIA.,Ak.,CA (1017037702)
Dr. FAJAR PASARIBU,SE.,MSi (0103077402)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER 2017
RINGKASAN
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena belum terintegrasinya sistem informasi akuntansi manajemen sehingga informasi yang dihasilkan belum berkualitas, demikian pula dengan lingkungan bisnis yang penuh ketidakpastian dan budaya organisasi yang belum berada pada kondisi yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empirik : (1) Pengaruh lingkungan bisnis terhadap penerapan sistem informasi akuntansi manajemen; (2) Pengaruh budaya organisasi terhadap penerapan sistem informasi akuntansi manajemen; dan (3) Pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi manajemen terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research. Populasi sasaran merupakan sampel dalam penelitian ini yang dilakukan dengan mengambil seluruh perusahaan jasa perhotelan di Sumatera Utara sebagai unit analisis (sensus), sedangkan responden dalam penelitian ini adalah para manajer hotel dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data. Selanjutnya data diolah secara statistik dengan menggunakan SEM, dengan tujuan untuk memperoleh fakta-fakta mengenai fenomena-fenomena yang terjadi serta mencari keterangan secara aktual dan sistematis pada penerapan sistem informasi akuntansi manajemen dan kualitas informasi akuntansi manajemen. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan bisnis tidak berpengeruh terhadap penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen. Sedangkan budaya organisasi berpengaruh terhadap penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen begitu juga dengan penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen berpengaruh terhadap kualitas informasi Akuntansi Manajemen
Kata kunci : Lingkungan Bisnis, Budaya Organisasi, Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
PRAKATA
Dengan mengucap Alhamdulillahirrabbil `alamin, penulis panjatkan puji syukur
kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan segala nikmat, karunia, serta hidayah
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Penelitian Berbasis Kompetensi yang
berjudul “Dampak Lingkungan Bisnis Dan Budaya Organisasi Terhadap Penerapan
Dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi manajemen ”. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan perhotelan di Sumatera Utara. Suatu kajian tentang penerapan dan kualitas
Sistem Informasi Akuntansi manajemen. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak, penelitian ini tidak dapat terlaksana
dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan,motivasi, dan
bantuan sehingga selesainya penelitian ini.
Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada yang terhormat Bapak Dr. Agussani, MAP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara beserta seluruh staf Rektorat Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, yang terus memotivasi dan memberikan pengarahan,
serta bantuan kepada penulis untuk mengikuti penelitian hibah bersaing Direktorat
Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Direktorat Riset dan
Pengabdian Masyarakat pada Direktorat Jenderal Penguatan Riset, Taknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia beserta seluruh staf yang telah membiayai
penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga bermanfaat dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas penelitian para dosen dan diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat pembacanya.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Muhammad Said
Siregar, S.Si.,M.Si selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepaada
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara beserta seluruh staf yang
memotivasi, memberikan pengarahan, bantuan, dan saran-saran kepada penulis untuk
peningkatan kualitas penelitian.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak H.
Januri, S.E.M.M.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara dan Bapak Zulaspan Tupti, SE.,MSi selaku mantan
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, serta
rekan-rekan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara yang banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis selama
melaksanakan penelitian.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada para pengusaha industri
kecil pengolahan ikan yang telah membantu penulis dengan memberikan informasi yang
dibutuhkan selama penelitian.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan pula permohonan maaf yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila selama melaksanakan penelitian ini telah
mengganggu, menyulitkan, dan melakukan kesalahan. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan karunia kepada kita semua, amin.
Medan, 30 Oktober 2017
Peneliti
Widi Astuty
Fajar Pasaribu
DAFTAR IISI Halaman
HALAMAN SAMPUL ….…………………….………………………………. i HALAMAN PENGESAHAAN ….……….……………………………………. ii RINGKASAN ….……………………………..………………………………… iii PRAKATA .……………………………..……………….……………………... iv DAFTAR ISI ….………………………………………………………………... v DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. vi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… vii
BAB 1 PENDAHULUAN ………….………………………………..…. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 6
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN …………………….. 12
BAB 4 METODE PENELITIAN ……..………………….……………. 14
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ………………..…….. 25
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ……….……….……… 44
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................……………. 46
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 49
LAMPIRAN
1. ARTIKEL ILMIAH NASIONAL.............................................. 2 ARTIKEL ILMIAH INTERNASIONAL ....................................
3. DRAF BUKU.................................................................................
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
4.1 Operasionalisasi Variabel .............................................................. 15
4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Bisnis ……………….. 18
4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi ……………… 19
4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen ………….…………….
19
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas
Informasi Akuntansi Manajemen ……………………………….
20
4.6 Hasil Uji Reliabilitas Varibel Lingkungan Bisnis ……………… 21
4.7 Hasil Uji Reliabilitas Varibel Budaya Organisasi……………..... 22
4.8 Hasil Uji Reliabilitas Varibel Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen ………….… ………....
23
4.9 Hasil Uji Reliabilitas Varibel
Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen ………….… ............
23
5.1 Tanggapan Responden Atas Variabel Lingkungan Bisnis ..…… 26
5.2 Tanggapan Responden Atas Variabel Budaya Organisasi ……... 30
5.3 Tanggapan Responden Atas Variabel Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen ………….……….…....
32
5.4 Tanggapan Responden Atas Variabel Kualitas
Informasi Akuntansi Manajemen ………….……….…................
37
5.5 Hasil Output Analisa Data ……………………………………… 40
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
4.1 Road Map Penelitian …………………………………………....
14
5.1 Frame Work Penelitian ……………………………………….... 39
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu industri di sektor jasa yang mengalami kemajuan pesat adalah industri
perhotelan. Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan yang menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa
penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. kemajuan industri
perhotelan ini sangat di dorong oleh berkembangnya industri pariwisata, bisnis,
kemudahan akses transportasi serta di dukung oleh infrastruktur yang memadai.
Pertumbuhan bisnis perhotelan di Indonesia tampaknya semakin memukau, hal
tersebut terlihat pada semakin gencarnya pelaku bisnis ini mengembangkan sayapnya ke
berbagai wilayah di Indonesia termasuk Sumatera Utara dengan membangun hotel-hotel
baru di daerah yang terbilang potensial, maupun di daerah-daerah kawasan wisata.
Pada awalnya, pertumbuhan industri perhotelan lebih tertuju pada
pengembangan sektor pariwisata. Ini dapat dilihat dari berdirinya resort hotel yaitu hotel
yang didirikan dekat dengan sebuah objek wisata. Hotel jenis ini memberikan
pemasukan berupa devisa bagi negara dan bagi masyarakat sekitarnya berupa
terbukanya lapangan pekerjaan baru. Namun seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan perekonomian, hotel tidak hanya dijadikan sebagai pendukung industri
pariwisata tetapi telah bergeser menjadi salah satu industri jasa yang berorientasi bisnis.
Persaingan yang demikian menggelobal, kompetisi merupakan faktor yang
teramat penting untuk diperhatikan oleh manajemen dalam menjalankan perusahaannya.
Untuk setiap produk yang dihasilkan, masalah yang dihadapi bukan sekedar bagaimana
perusahaan tersebut dapat memasarkannya, akan tetapi dihadapkan pada industri yang
akan bersaing secara ketat dengan industri sejenis yang setiap saat senantiasa
melakukan inovasi baru.
Dalam memahami tantangan dan peluang di industri perhotelan, para manajer di
sektor ini membutuhkan informasi yang menyatukan data keuangan dan non-keuangan
yang relevan untuk pengambilan keputusan dalam rangka melakukan berbagai
terobosan-terobosan dan inovasi-inovasi yang berkesinambungan. Para pelaku bisnis
disektor ini harus paham bahwa mereka tidak dapat mengandalkan produk utama (core
product) saja agar bisa bertahan dan berkembang, selain memberikan pelayanan yang
prima bagi tamu hotel, mereka juga memerlukan produk tambahan (augmented
products) untuk mendukung produk utama yang ditawarkan terhadap tamu hotel.
Informasi yang menyatukan data keuangan dan non-keuangan dihasilkan dari
sistem informasi akuntansi manajemen yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan perusahaan. Sebagian keputusan manajemen memerlukan
informasi yang menyatukan data keuangan dan non-keuangan secara konvensional
dihasilkan dari aplikasi sistem informasi akuntansi (SIA) dan sistem informasi
manajemen (SIM) yang berfungsi secara independen. Kedua rangkaian data ini
kemudian akan diintegrasikan dan dilaporkan kepada manajer. Tugas untuk
memberikan para manajer informasi-informasi yang terintegrasi akan menjadi tidak
efisien dan mahal ketika sistem pendukung informasinya tidak terintegrasi. Juga,
kurangnya koordinasi di antara sistem keuangan dan non-keuajngan dapat menghasilkan
keputusan manajemen yang buruk.
Mock (1971) mengemukakan bahwa informasi memiliki nilai yang potensial,
karena dapat memberikan kontribusi langsung dalam menentukan pilihan, dapat
meningkatkan pemahaman manajer terhadap dunia nyata serta dapat mengidentifikasi
kegiatan yang relevan. Chenhall dan Morris (1986) menemukan bukti empiris bahwa
terdapat empat karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi para manajer
yang dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen, yaitu lingkup keluasan (broad
scope), ketepatan waktu (timeliness), teragregasi (aggregation), dan terintegrasi
(integration).
Otley (1980) mengemukakan bahwa tingkat ketersediaan dari masing-masing
karakteristik informasi akuntansi manajemen tidak sama untuk segala situasi. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Astuty (2015) yang menyatakan
bahwa karakteristik informasi yang tersedia akan menjadi efektif apabila sesuai dengan
tingkat kebutuhan pengguna organisasi.
Lingkungan adalah faktor fisik dan sosial yang langsung dijadikan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan organisasi (Duncan, 1972). Selanjutnya
Abernethy and Guthrie (1994) menyatakan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi
manajemen pada perusahaan dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak pasti, oleh karena
itu ketidakpastian lingkungan diterapkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi
manajemen strategi, sistem informasi dan akuntansi ( Chenhall and Morris 1986). Lebih
lanjut Vanevenhoven (2008 : 10) mengemukakan lingkungan adalah: “The set of all
object a change in whose attributes are changed by the behavior of the system gap”.
(semua objek perubahan yang atributnya di ubah oleh perilaku kesenjangan sistem).
Lingkungan melekat dengan ketidakpastian, sumber ketidakpastian adalah
lingkungan external perusahaan sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga (Milliken,
1987), yaitu supplier, pesaing, pemerintah, distributor dan pelanggan. Hal senada
diungkapkan Khan and Jain (2007) bahwa yang dapat menambah ketidakpastian adalah
kemungkinan pergeseran konsumen, tindakan pesaing, perkembangan teknologi dan
perubahan dalam lingkungan ekonomi atau politik. Milliken (2001) menyatakan
lingkungan yang berubah, kompleksitas dan heterogenitas membuat lingkungan kurang
dapat diprediksi. Perekonomian global semakin tidak pasti dengan kemajuan teknologi
yang cepat, pelanggan yang terus berubah, deregulasi meningkat dan tuntutan untuk
meninggalkan hambatan perdagangan.
Keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan sebagian besar dipengaruhi oleh
manusia pelaksananya. Lingkungan yang sama yang dirasakan oleh sebuah perusahaan
sebagai sesuatu yang tidak pasti dan kompleks dapat dilihat sebagai lingkungan yang
statis dan mudah dimengerti oleh perusahaan lain, bahkan para manajer dalam
perusahaan yang sama melihat lingkungan dengan cara yang berbeda. Perbedaan ini
bisa muncul berdasarkan latar belakang, pendidikan, dan bagian fungsional tempat
manajer bekerja.
Pada saat individu bergabung dalam sebuah organisasi, mereka membawa nilai-
nilai dan keyakinan yang telah mereka miliki, dan cukup sering nilai-nilai dan
keyakinan tersebut membantu individu tersebut sukses dalam organisasi, namun mereka
juga perlu untuk mempelajari bagaimana perusahaan melakukan sesuatu (Luthon,
2005).
Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan memahami
karateristik suatu organisasi, di mana budaya organisasi berupaya mengukur bagaimana
karyawan memandang organisasi mereka sehingga diharapkan bahwa individu-individu
yang memiliki latar belakang yang berbeda atau berada ditingkatan yang tidak sama
dalam organisasi akan memahami organisasi dengan pengertian yang serupa (Robbin,
2007).
Budaya organisasi melibatkan ekspektasi, nilai, dan sikap bersama, hal tersebut
memberikan pengaruh terhadap individu, kelompok, dan proses organisasi (Ivancevich
et al., 2011). Organisasi mampu beroperasi secara efisien ketika ada nilai yang diyakini
bersama diantara karyawannya (Ivancevich et al., 2011).
Budaya merupakan lingkungan internal yang terlihat dan dirasakan oleh mereka
yang bekerja di dalamnya dan budaya juga menggambarkan bagaimana sumber daya
manusia belajar untuk melakukan sesuatu dalam suatu organisasi, kekuatannya
seringkali mutlak dan tanpa dukungannya segala upaya akan sia-sia (Azhar Susanto,
2008). Keterlibatan dalam proses implementasi sistem informasi dipandang sebagai
faktor penting dalam membawa perubahan sikap yang pada gilirannya, memfasilitasi
perubahan organisasi. Perubahan apapun dalam sistem informasi memaksa SDM untuk
melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya, karena itu upaya apapun yang dilakukan
akan tetap mendorong sistem informasi yang lama tetap bertahan, oleh karena itu
perancang sistem informasi, saat merancang sistem informasi bagi suatu organisasi
perusahaan tidak bisa mengubah norma-norma yang telah menjadi budaya dalam suatu
organisasi perusahaan, sehingga mereka harus dapat melakukan sesuatu yang akan
membuat sistem informasi lebih dapat diterima sehingga budaya akan menjadi salah
satu bagian dari sistem informasi manajemen tersebut (Azhar Susanto, 2008)
Hal yang sama diungkapkan Leidner dan Kayworth (2006) memahami budaya
merupakan hal penting untuk mengkaji sistem informasi, karena budaya pada setiap
level termasuk budaya nasional, organisasi maupun kelompok dapat mempengaruhi
suksesnya implementasi sistem informasi dalam suatu perusahaan. Begitu juga
dinyatakan oleh Pasaribu (2015) bahwa budaya dapat membentuk dan memberikan
pedoman dalam mengembangkan sistem informasi pada organisasi. Budaya berperan
penting dalam proses manajerial, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi sistem informasi (Leidner dan Kayworth, 2006).
Claver et al. (2001) menjelaskan bahwa manusia merupakan komponen penting
dalam sistem informasi, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya organisasi terkait
dengan sistem informasi, karena menjelaskan bagaimana orang berperilaku dalam
menghadapi sistem informasi (Claver et al., 2001). Dengan memahami bagaimana
perilaku manusia yang dipengaruhi oleh sesuatu hal dari organisasi dapat memperjelas
dampak potensial dari diimplementasikannya sistem informasi (Cabrera et al., 2001).
Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah diungkapkan di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai lingkungan bisnis, budaya organisasi dan
penerapan sistem informasi akuntansi manajemen serta kualitas informasi akuntansi
manajemen pada perusahaan industri jasa perhotelan yang ada di Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana industri jasa perhotelan di Sumatera Utara menghadapi
lingkungan bisnisnya ?
2) Bagaimana budaya organisasi pada industri jasa perhotelan di Sumatera Utara ?
3) Bagaimana penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen pada industri jasa
perhotelan di Sumatera Utara ?
4) Bagaimana kualitas informasi Akuntansi Manajemen pada industri jasa perhotelan
di Sumatera Utara .
5) Apakah lingkungan bisnis berpengaruh terhadap penerapan sistem informasi
Akuntansi Manajemen
6) Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap penerapan sistem informasi
Akuntansi Manajemen
7) Apakah penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen berpengaruh terhadap
kualitas informasi Akuntansi Manajemen
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Tinjauan Pustaka
1. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen merupakan akuntansi yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan manajemen dalam melaksanakan fungsi pokok manajemen, seperti
perencanaan, pengawasan, memotivasi, pengendalian kegiatan perusahaan, penilaian
kinerja, dan sebagai dasar untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan atau
bagian yang dipimpinnya.
Romney and Steinbart (2012 ) mengemukakan tentang definisi sistem adalah :
"A system is a set of two or more interrelated component that interact to achieve
a goal", Selanjutnya Sistem Informasi diungkapkan oleh Rainer and Cegielski (2011)
yaitu : "An Information System collect, processes, store, analyzes, and disseminates
information for a specific purpose".
Hansen and Mowen (2007) mengemukakan bahwa :
"The management accounting information system are processes, the are described by activities such as collecting, measuring, storing, analizing, reporting and managing information",
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sistem informasi akuntansi
manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pengumpulan, persiapan,
penafsiran, yang menghasilkan informasi yang membantu manajer memenuhi tujuan
organisasi.
Sebagai pengolah informasi akuntansi untuk para manajer dari berbagai jenjang
organisasi, akuntansi manajemen mementingkan relevansi informasi dengan keputusan
yang akan dilakukan. Manajer biasanya mengambil keputusan hanya mengenai bagian
tertentu dari perusahaan yang menjadi tanggungjawabnya saja, dan lebih
menitikberatkan untuk menghasilkan laporan yang tepat waktu dan terinci dengan
memasukkan unsur ketelitian sebagai hal nomor dua, namun berisi informasi yang
relevan dengan keputusan yang akan diambil.
Penelitian Chenhall dan Morris (1986); Astuty (2012) mememukan bukti
empiris mengenai karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi para
manajerial. Berbagai karakteristik ini adalah lingkup keluasan (broad scope), ketepan
waktu (timelines), teragregasi (Aggregation), dan terintegrasi (integration).
Lingkup keluasan mencakup informasi mengenai permasalahan baik non-
ekonomi maupun ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin terjadi di masa yang akan
datang dan aspek-aspek lingkungan. Perbedaan tingkat desentralisasi akan
mengakibatkan perbedaan kebutuhan informasi lingkup keluasan (broad scope).
Informasi broad scope berguna untuk mencapai kinerja lebih baik. Ketepatan waktu
menunjukkan kecepatan atau rentang waktu permintaan dan frekuensi pelaporan
informasi yang diinginkan. Ketepatan waktu penyampaian informasi akan
mempengaruhi kemampuan manajer untuk membuat keputusan yang tepat. Informasi
tepat waktu akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam
lingkungan kerja mereka (Gordon dan Narayanan, 1984)
Informasi yang teragregasi menggambarkan area yang menjadi tanggung jawab
para manajer, yang sesuai dengan fungsinya. Dengan kata lain informasi teragregasi
akan mengakibatkan para manajer menjadi lebih bertanggung jawab terhadap area yang
menjadi tanggungjawabnya. Dengan adanya informasi yang jelas mengenai area
tanggung jawab fungsional para manajer, maka akan mengurangi kemungkinan
terjadinya konflik (Chenhall dan Morris,1986). Adanya informasi teragregasi
menyebabkan manajer lebih cepat respon setiap permasalahan yang ada dalam daerah
pertanggungjawabannya dan akan lebih meningkatkan tanggung jawab mereka.
Informasi ini juga dapat bermanfaat bila digunakan untuk mengevaluasi kinerja.
Informasi terintegrasi menunjukkan bahwa terdapat koordinasi antara segmen
sub unit dengan sub unit lainnya. Informasi terintegrasi juga mencakup aspek seperti
ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi segmen dalam sub
unit serta antara sub unit dalam perusahaan. Kompleksitas dan saling keterkaitan
ataupun ketergantungan sub unit satu dengan sub unit lainnya akan tercerminkan dalam
informasi terintegrasi (Chenhall dan Morris ,1986). Semakin banyak segmen dalam sub
unit atau jumlah sub unit dalam perusahaan, maka informasi yang bersifat terintegrasi
makin dibutuhkan. Infomasi terintegrasi akan bermanfaat bagi manajer ketika mereka
dihadapkan pada kegiatan pembuatan keputusan (decision making) yang berdampak
pada sub unit lainnya.
Adanya informasi terintegrasi akan mengakibatkan para manajer untuk
mempertimbangkan unsur integritas di dalam melakukan evaluasi kinerja dan
memberikan kontribusi positif pada kinerja manajerial (Chia, 1995).
2. Lingkungan Bisnis
Perusahaan beroperasi dalam konteks lingkungan yang saling terkait.
Kelangsungan hidup dan kinerja perusahaan seringkali sangat bergantung pada
hubungan antara perusahaan dan lingkungan. Lingkungan eksternal adalah lingkungan
yang berada di luar perusahaan dan perlu dianalisis untuk menentukan peluang
(opportunities) dan ancaman (threath) yang akan dihadapi perusahaan.
Variabel lingkungan telah banyak diteliti oleh peneliti di bidang akuntansi
manajemen, perilaku, dan manajemen strategi. Variabel ini mengadopsi teori kontijensi.
Penelitian dengan pendekatan kontijensi terutama yang menggunakan ketidakpastian
lingkungan sudah banyak diteliti, diantaranya Chong dan Ming Chong (1997)
menemukan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap perancangan
sistem akuntansi manajemen dan kinerja.
Hitt et.al (2003: 41) membagi lingkungan eksternal dalam tiga wilayah utama,
yaitu lingkungan umum (general environment), lingkungan industri (industry
environment), dan lingkungan pesaing (competitor environment). Perusahaan harus
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses adaptasi merupakan proses
dinamis. Posisi perusahaan sepanjang waktu bergerak akibat strategic choice atau
perubahan lingkungan eksternal. Perubahan lingkungan yang cepat (turbulence)
mengakibatkan tingginya dinamika lingkungan yang selanjutnya menimbulkan
ketidakpastian lingkungan.
Menurut Miliken (1987), ketidakpastian diartikan sebagai rasa ketidakmampuan
individu memprediksi sesuatu secara tepat, dan persepsi ketidakpastian lingkungan
eksternal didefinisikan sebagai persepsi individual atas ketidakpastian yang berasal dari
lingkungan eksternal yang mempengaruhi organisasi.
Gordon dan Narayanan, (1984), menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan
mengacu pada dapat atau tidak dapat diduganya lingkungan luar yang mempengaruhi
perusahaan seperti pelanggan, pemasok persaingan pasar, lingkungan industri,
teknologi, ekonomi dan politik. Ketidakpastian lingkungan yang dirasakan menjadi
variabel independen yang penting sebab menjadikan perusahaan sulit untuk melakukan
prediksi (Gul dan Chia,1994).
Dari berbagai riset-riset tentang ketidakpastian lingkungan dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya ketidakpastian lingkungan merupakan ketidakmampuan persepsi
manajemen dalam memprediksi lingkungan eksternal organisasi secara tepat
(Milliken,1987). Hal senada dinyatakan Gul dan Chia (1994) yang menyimpulkan
bahwa ketidakpastian lingkungan lebih merupakan persepsi manajemen terhadap
ketidakpastian lingkungan daripada ketidakpastian lingkungan itu sendiri.
Lingkungan umum adalah sekumpulan elemen-elemen dalam masyarakat yang
lebih luas yang mempengaruhi suatu industri dan perusahaan-perusahaan yang ada di
dalamnya. Sedangkan lingkungan industri adalah elemen-elemen atau kelompok yang
secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi.
Lingkungan umum (General environment) (Hitt et.al, 2003), disebut juga Lingkungan
masyarakat (Societal environment) (Wheelen dan Hunger ,2006), dan lingkungan jauh
(remote environment) (Pearce dan Robinson, 2003) terdiri dari kekuatan politik dan
hukum, kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, kekuatan sosial dan budaya. Model
Lingkungan Industri diambil dari model lima kekuatan bersaing dari Porter (1985),
yaitu : (1) Ancaman pesaing baru(Threat of new entrants); (2) Kekuatan tawar-menawar
pemasok (Bargaining power of supplies); (3) Kekuatan tawar-menawar pembeli
(Bargaining power of buyers); (4) Ancaman produk substitusi atau pengganti (Threat of
substituties); dan (5) Persaingan di antara perusahaan yang ada (Intensity of rivalry).
3. Budaya Organisasi
Budaya organisasi menggambarkan bagaimana sumber daya manusia belajar
untuk melakukan sesuatu di suatu organisasi. Ivancevich et.al, (2011) mendefinisikan
budaya organisasi sebagai : "Aspek kompleks dan mendalam organisasi yang kuat yang
dapat mempengaruhi anggota organisasi". Selanjutnya Malthis dan Jackson (2008)
memberikan definisi : "Organizational culture is the shape values and beliefs in an
organization".
Menurut Robbins and Judge (2007) karakteristik utama nilai-nilai organisasi
yang merupakan esensi dari budaya organisasi, yaitu sebagai berikut:
1) Innovation and risk taking : The degree to which employess are encouraged to be innovative and take risks
2) Attention to detail : The degree to which employess are expected to exhibit precision, analysis, and attention to detail
3) Outcome orientation : The degree to which management focuses on result or outcomes rather than on the techniques and processes used to achieve those outcome
4) People Orientation : The degree to which management decisions take into consideration the effect of outcomes on people within the organization.
5) Team Orientation : The degree to which work activities are organized around team rather than individuals.
6) Aggresiveness : The degree to which people are aggresive and competitive rather than easygoing
7) Stability : The degree to which organizational activities emphasize maintaining the status quo in contrast to growth
Luthon (2005) menyatakan budaya organisasi memiliki beberapa karateristik
yang penting :
1) Observed behavioral regularities, when organizational participants interact with one another, they use common language, terminilogy, and ritual related to deference and demeanor
2) Norms, standards of behavior exist, including guidelines on how much work to do, which in many organizations come down to " do not do too much, do not do too little.
3) Dominant value, there are major values that the organization advocates and expects the participants to share. Typical examples are high product quality, low absenteeism, and high efisiency.
4) Philosophy, there are policies that set forth the organization's beliefs about how employees and/or customers are to be related
5) Rules, there are strict guidelines related to getting along in the organization. New comers must learn those ropes in order to be accepted as full fledged members of the group
6) Organizatinal climate, this in an overall feeling that is conveyed by the physical layout, the way participants interact, and the way members of the organization conduct themselves with customer or other outsiders.
Budaya organisasi secara umum dilakukan dalam kerangka pikiran anggota
organisasi (Smith, 2004). Menurut Smith, kerangka ini berisi asumsi dasar dan nilai-
nilai. Asumsi-asumsi dasar dan nilai-nilai yang diajarkan kepada anggota baru sebagai
cara untuk memahami, berpikir, merasa, berperilaku, dan mengharapkan orang lain
berperilaku dalam organisasi.
Berdasarkan kajian di atas dapat dikatakan bahwa budaya organisasi adalah nilai nilai,
prinsip prinsip, tradisi dan cara cara bekerja yang dianut bersama oleh anggota organisasi
dan mempengaruhi cara mereka bertindak.
2.3. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
1. Lingkungan bisnis berpengaruh terhadap penerapan sistem informasi Akuntansi
Manajemen.
2. Budaya organisasi berpengaruh terhadap penerapan sistem informasi Akuntansi
Manajemen.
3. Penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen berpengaruh terhadap
kualitas informasi Akuntansi Manajemen
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud menganalisis dan membuktikan secara empiris melalui
penelitian lapangan ke industri jasa perhotelan di Sumatera Utara untuk :
1. Mengetahui kondisi lingkungan bisnis yang dihadapi industri jasa perhotelan di
Sumatera Utara .
2. Mengetahui budaya organisasi pada industri jasa perhotelan di Sumatera Utara .
3. Mengetahui penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen pada industri
jasa perhotelan di Sumatera Utara .
4. Mengetahui kualitas informasi Akuntansi Manajemen pada industri jasa
perhotelan di Sumatera Utara .
5. Mengetahui besarnya pengaruh lingkungan bisnis terhadap penerapan sistem
informasi Akuntansi Manajemen
6. Mengetahui besarnya pengaruh budaya organisasi terhadap penerapan sistem
informasi Akuntansi Manajemen
7. Mengetahui besarnya pengaruh penerapan sistem informasi Akuntansi
Manajemen terhadap kualitas informasi Akuntansi Manajemen
3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembanganilmu dan
pemecahan masalah. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah bagi
pengembangan dan penyempurnaan Ilmu Akuntansi khususnya Akuntansi
Manajemen yang sudah ada, melalui pembuktian secara empirik mengenai
pengaruh lingkungan bisnis dan Budaya Organisasi terhadap Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen serta dampaknya terhadap kualitas informasi
akuntansi manajemen, sehingga berdasarkan pembuktian tersebut dapat
memverifikasi bahwa ilmu yang digunakan masih berlaku.
2. Manfaat untuk pemecahan Masalah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan mengenai
kurang berkualitasnya informasi akuntansi manajemen yang dihasilkan oleh
penerapan sistem informasi akuntansi manajemen, yaitu dengan mengetahui
faktor lingkungan, dan pembentukan budaya organisasi yang positif.
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Road Map Penelitian
Road map penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.1 Road Map Penelitian
DAMPAK LINGKUNGAN BISNIS DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PENERAPAN DAN KUALITAS SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI MANAJEMEN
(1) Widia Astuty, 2015 An Analysis of Effect on Aplication of Management Accounting Information System and Quality Management Accounting Information
(2) Fajar Pasaribu, 2015 The Situasional Leadership Behavior, Organizational Culture and Human Resources Management Strategy in Increasing Productivity of Private Training Institutions.
(3) Widia Astuty, 2014 An Analysis on the impact of Participatory Budgeting and Procedural Fairness Toward Manager’s Commitment and Performance.
(4) Fajar Pasaribu, 2014 The Effect of Organizational Culture on Career Planning and Its Impact to Work Motivation and Employees Performance.
(5) Widia Astuty, 2012 Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Informasi Akuntansi Manajemen, dan Penganggaran Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan.
(6) Fajar Pasaribu, 2008 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja PDAM
TAHUN 2017-2019 1. Menganalisis dan
membuktikan secara empiris melalui penelitian lapangan ke industri jasa perhotelan di Sumatera Utara tentang :
(a) Pengaruh lingkungan bisnis terhadap penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen.
(b) Pengaruh budaya organisasi terhadap penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen
(c) Pengaruh penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen terhadap kualitas informasi Akuntansi Manajemen.
1. Merancang suatu model sistem informasi akuntansi.
2. Penerapan model sistem informasi akuntansi.
TAHUN 2020-2022 1) Evaluasi Penerapan
model sistem informasi Akuntansi.
2) Rekomendasi kepada pengelola industri jasa perhotelan
3) Mengembangkan industri jasa perhotelan di Sumatera Utara
PENELITIAN YANG TELAH DILAKUKAN BEBERAPA TAHUN
SEBELUMNYA
PENELITIAN YANG DIRENCANAKAN
RENCANA ARAH PENELITIAN
SETELAH KEGIATAN YANG DIUSULKAN
4,2. Objek Penelitian Objek dan ruang lingkup penelitian ini adalah lingkungan bisnis, budaya organisasi,
penerapan sistem informasi akuntansi manajemen dan kualitas informasi akuntansi
Manajemen. Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode explanatory research. Metode explanatory research adalah penelitian yang
digunakan untuk memperoleh deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta, sifat serta hubungan antar variabel yang diteliti (Sekaran dan Bougie,
2010).
4.2. Operasionalisasi Variabel
Secara ringkas operasionalisasi variabel dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala Lingkungan
Bisnis (Duncan,
1972) (X1)
1. Lingkungan Internal
1. Personel organisasi 2. fungsional Organisasi dan unit
staf 3. Level organisasi
Ordinal
2. Lingkungan
Eksternal
1. Pelanggan 2. Supplier 3. Pesaing Sosial 4. Politik 5. Teknologi
Ordinal
Budaya Organisasi
(X2) (Luthon, 2005; Champoux, 2003; Robbins and Judge, 2010)
1) Artifacs (Luthon, 2005; Champoux, 2003)
1. Terdapatnya Interaksi SDM dalam perusahaan dengan menggunakan terminologi yang sama
2. Adanya Sikap saling menghormati dalam interaksinya
3. Terdapatnya Iklim organisasi yang kondusif, terdapatnya lay out fisik yang memadai
4. Terdapatnya aturan yang ketat, untuk berinteraksi dalam organisasi
Ordinal
2) Norms (Luthon, 2005)
Terdapatnya pedoman/standar perilaku; pedoman mengenai pekerjaan yang harus dilakukan.
Ordinal
Variabel Dimensi Indikator Skala 3)Dominant Value (Luthon, 2005; Champoux, 2003; Robbins and Judge; 2010)
1. Dihasilkannya produk berkualitas tinggi,
2. Memiliki tingkat absensi yang rendah,
3. Terdapatnya efficiency tinggi. 4. Tingkat dimana karyawan
mampu melakukan pekerjaan secara agresif dan berkompetisi.
Ordinal
4) Basic Assumption (Champoux, 2003)
1. Terdapatnya hubungan yang baik antar individu, dalam organisasi
2. Terdapatnya hubungan yang baik dengan unsur lingkungan eksternal organisasi
Ordinal
Penerapan Sistem
Informasi akuntansi
manajemen (Y)
(DeLone and McLane, 2008
1) System Quality (DeLone and McLane, 2008)
1. Terdapatnya kemudahan dalam menggunakan sistem
2. Terdapatnya keandalan system
Ordinal
2) Service Quality (DeLone and McLane, 2008)
1. Kemampuan sistem dalam merespon kebutuhan
2. Sistem Memiliki Ketepatan waktu dalam memproses
Ordinal
3) System Use (DeLone and McLane, 2008)
1. Tingkat penggunaan 2. Tujuan penggunaan
Ordinal
Kualitas informasi akuntansi
manajemen (Z)
( McLeod, 2007; Morris and Chenhal,
1985)
1) Relevance (McLeod, 2007)
Terdapatnya kesesuaian informasi yang dihasilkan dengan yang dibutuhkan.
Ordinal
2) Accuracy (McLeod, 2007)
Informasi yang dihasilkan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Ordinal
3) ) Completeness (McLeod, 2007)
Informasi yang diberikan harus lengkap
Ordinal
4) Timeliness (McLeod, 2007;
(Morris and Chenhal, 1985)
Informasi tersedia atau ada pada saat informasi tersebut dperlukan.
Ordinal
5) Broadscope (Morris and Chenhal, 1985)
Memiliki informasi yang dapat mengestimasi kejadian masa yang akan datang.
Ordinal
6) Aggregation (Morris and
Chenhal, 1985)
Informasi yang disampaikan ringkas namun lengkap
Ordinal
7) Integration (Morris and
Chenhal, 1985)
Informasi mencerminkan adanya keterkaitan antar bagian
Ordinal
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi sasaran merupakan sampel dalam penelitian ini yang dilakukan dengan
mengambil seluruh hotel berbintang di Sumatera Utara sejumlah 113 hotel sebagai unit
analisis (sensus). Selanjutnya responden dalam penelitian ini adalah para manajer hotel
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sehubungan dengan jenis penelitian ini, maka metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah metode survei. Metode survei adalah penelitian pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang diteliti adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi dan
hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis (Sekaran dan Bougie, 2010).
4.5. Pengujian Instrumen Penelitian
Sebelum kuesioner disebarkan ke perusahaan perhotelan di Sumatera Utara
maka terlebih dàhulu dilakukan diuji instrumen penelitian melalui pengujian validitas
dan uji reliabilitas.
Terkait dengan kegiatan ini peneliti melakukan beberapa aktivitas antara lain :
a. Uji coba dengan menyebarkan kuesioner ke beberapa perusahaan perhotelan di
Medan berjumlah 30 perusahaan.
b. Setelah data hasil jawaban kuesioner terkumpul yang didapat dari setiap
responden, maka diuji instrumen penelitiannya melalui pengujian validitas dan
uji reliabilitas data.
1. Uji Validitas
Uji validitas berguna untuk menguji apakah instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat ukur yang tepat atau benar untuk mengukur variabel. Jika
hasilnya valid maka berarti instrumen yang digunakan adalah instrumen yang tepat atau
benar, sehingga data yang dikumpulkan dari instrumen tersebut juga merupakan data
yang tepat sebagai bahan analisis data selanjutnya. Pengujian validitas tiap instrumen
bebas dengan cara mengkorelasikan tiap butir pertanyaan tersebut. Syarat minimum
untuk memenuhi apakah setiap pertanyaan valid atau tidak valid dengan
membandingkan rhitung terhadap rtabel= 0,361 (lihat r tabel untuk N=30), dimana
rhitung > rtabel. Berikut ini pengujian validitas pada variabel lingkungan bisnis, budaya
organisasi, penerapan sistem informasi akuntansi manajemen, dan kualitas informasi
akuntansi manajemen :
a. Suatu instrument dapat dikatakan valid apabila nilai korelasi (r) ≥ r tabel atau nilai
probabilitas sig. < (α = 5%)
b. Suatu instrument dapat dikatakan Tidak valid apabila nilai korelasi (r) ≤ r tabel atau
nilai probabilitas sig. > (α = 5%)
Pengujian validitas tiap butir instrumen bebas dengan cara mengkorelasi tiap
butir pertanyaan tersebut, syarat minimum untuk memenuhi syarat apakah tiap butir
pertanyaan valid atau tidak valid, dengan membandingkan r hitung dengan r table,
maka berdasarkan hasil kuesioner maka seluruh item ditunjukan pada Tabel 3.2 berikut
ini:
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Bisnis
No item r hitung r tabel Status 1 0,675 0,361 Valid 2 0,778 0,361 Valid 3 0,721 0,361 Valid 4 0,748 0,361 Valid 5 0,670 0,361 Valid 6 0,750 0,361 Valid 7 0,625 0,361 Valid 8 0,592 0,361 Valid
Sumber : Data diolah kembali Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari pengujian validitas
instrumen dari pertanyaan no 1 s/d 8 dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk
menjelaskan variabel lingkungan bisnis, dimana keseluruhan r-hitung instrumen
pengamatan > r-tabel.
Selanjutnya uji validitas untuk instrumen variabel budaya organisasi dapat
diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi
No item r hitung r tabel Status 9 0,854 0,361 Valid
10 0,944 0,361 Valid 11 0,944 0,361 Valid 12 0,944 0,361 Valid 13 0,944 0,361 Valid 14 0,913 0,361 Valid 15 0,820 0,361 Valid 16 0,626 0,361 Valid 17 0,864 0,361 Valid 18 0,708 0,361 Valid 19 0,820 0,361 Valid 20 0,484 0,361 Valid 21 0,854 0,361 Valid 22 0,861 0,361 Valid 23 0,874 0,361 Valid 24 0,673 0,361 Valid 25 0,694 0,361 Valid
Sumber : Data diolah kembali
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari pengujian validitas instrumen dari
pertanyaan no 9 s/d 25 dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk menjelaskan
variabel budaya organisasi, dimana keseluruhan r-hitung instrumen pengamatan > r-
tabel
Sedangkan uji validitas untuk instrumen variabel penerapan sistem informasi
akuntansi manajemen dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan
Sistem Informasi Akuntansi Manajemen No item r hitung r tabel Status
26 0,632 0,361 Valid 27 0,504 0,361 Valid 28 0,575 0,361 Valid 29 0,689 0,361 Valid 30 0,700 0,361 Valid 31 0,659 0,361 Valid
Sumber : Data diolah kembali
Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari pengujian validitas instrumen dari
pertanyaan no 26 s/d 31 dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk menjelaskan
variabel penerapan sistem informasi akuntansi manajemen, dimana keseluruhan r-hitung
instrumen pengamatan > r-tabel
Lebih lanjut uji validitas untuk instrumen variabel kualitas informasi akuntansi
manajemen dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
No item r hitung r tabel Status 32 0,779 0,361 Valid 33 0,684 0,361 Valid 34 0,787 0,361 Valid 35 0,779 0,361 Valid 36 0,895 0,361 Valid 37 0,921 0,361 Valid 38 0,910 0,361 Valid 39 0,838 0,361 Valid 40 0,812 0,361 Valid 41 0,684 0,361 Valid 42 0,812 0,361 Valid
Sumber : Data diolah kembali Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari pengujian validitas instrumen dari
pertanyaan no 32 s/d 42 dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk menjelaskan
variabel kualitas informasi akuntansi manajemen, dimana keseluruhan r-hitung
instrumen pengamatan > r-tabel.
2. Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas atas pertanyaan atau pernyataan yang digunakan
dalam penelitian ini, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas bertujuan
untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukkan tingkat
ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan
gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda.
Uji reliability dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan
yang sudah valid.
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
teknik belah dua (split half), yang langkah kerjanya sebagai berikut : (1) Membagi
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan menjadi dua belah. (2) Skor untuk
masing-masing pertanyaan atau pernyataan pada tiap belahan dijumlahkan sehingga
menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden. (3) Mengkorelasikan skor
total belahan pertama dengan skor total belahan kedua, dengan menggunakan korelasi
product moment, (4) Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan atau pernyataan
dengan rumus Spearman-Brown.
Keterangan :
r = Koefisien Pearson antara belahan ganjil dan genap
Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini reliable, atau sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga bersifat
normal. pula yang memaknakannya sebagai berikut:
1) Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
2) Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi
3) Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat
4) Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrumen, maka di peroleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Varibel Lingkungan Bisnis
Case Processing Summary
N % Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0 Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .840 8
Sumber : Data diolah kembali
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas terlihat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,840. sehingga
instrumen variabel lingkungan bisnis dinyatakan memiliki reliabilitas tinggi (Jika alpha
antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi).
Selanjutnya uji reliabilitas untuk variabel budaya organisasi diuraikan dalam
Tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Varibel Budaya Organisasi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.966 17
Sumber : Data diolah kembali Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,966, sehingga
instrumen variabel budaya organisasi dinyatakan memiliki reliabilitas sempurna (Jika
alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna).
Sedangkan uji reliabilitas untuk variabel penerapan sistem informasi akuntansi
manajemen diuraikan dalam Tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Varibel Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0 Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .672 6
Sumber : Data diolah kembali
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,672, sehingga
instrumen variabel penerapan sistem informasi akuntansi manajemen dinyatakan
memiliki reliabilitas tinggi (Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi)
Lebih lanjut uji reliabilitas untuk variabel Kualitas Informasi Akuntansi
Manajemen diuraikan dalam Tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Varibel Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0 Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items .943 11
Sumber : Data diolah kembali
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas terlihat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,943,
sehingga instrumen variabel kualitas informasi akuntansi manajemen dinyatakan
memiliki reliabilitas sempurna ( Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna)
4.6. Analisis dan Pengujian Hipotesis
Penelitian ini dilakukan dengan dua jenis analisis untuk memperoleh hasil yang
sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu : (1) Analisis deskriptif untuk menjelaskan
karateristik variabel yang diteliti guna membantu pemecahan masalah untuk
memperoleh saran secara operasional, (2) Analisis melalui pemodelan persamaan
struktural (Structural Equation Model – SEM) agar dapat menjawab rumusan masalah
dan menjawab hipotesis. Yamin dan Kurniawan (2009) menyebutkan bahwa SEM
memiliki kemampuan mengestimasi hubungan multiple relationship yang dibentuk
dalam model struktural, mampu menggambarkan pola hubungan antara konstruk laten
(unobserved) dan variabel manifest (manifest variable atau variabel indikator) serta
mampu mengukur besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh
total antara konstruk laten.
BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1 Data Hasil Penelitian
Sebelum membahas lebih lanjut data hasil penelitian khususnya yang diperoleh
melalui kuesioner, maka terlebih dahulu dikemukakan mengenai seleksi data hasil
penelitian. Seleksi data ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah jumlah kuesioner yang
disebarkan dapat terkumpul kembali dalam jumlah yang sama, apakah kuesioner yang
dikembalikan lengkap dan tidak meragukan.
Jumlah kuesioner yang berhasil disebarkan sebanyak 113 eksemplar pada 113 hotel
berbintang di Sumatera Utara. dimana pengembalian kuesioner dilakukan dengan cara
mendatangi kembali perusahaan perhotelan tersebut. Unit analisis menurut Sekaran (116:
2010) adalah tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis data
selanjutnya, dapat berupa individu, pasangan, kelompok, organisasi, budaya. Pada
penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah organisasi yaitu hotel berbintang di
Sumatera Utara, adapun pihak yang akan menjawab kuesioner yang diajukan adalah
General manager. Setelah dilakukan pemeriksaan setiap halaman kuesioner, maka
kuesioner yang lengkap, pengisiannya jelas dan tidak meragukan digunakan dalam
pengolahan data penelitian.
5.1.2. Deskripsi Variabel Penelitian
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara penyebaran kuesioner
kepada para manajer hotel berbintang yang tersebar di Sumatera Utara. Untuk melihat
dan mengetahui hasil dari jawaban dari kuesioner yang disebar, maka peneliti
mendeskripsikan hasil penelitian dari masing-masing variable penelitian sebagai berikut
:
1) Variabel Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis penelitian dalam dilihat dari lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Dimensi lingkungan internal pada variabel lingkungan bisnis
dioperasionalisasikan dengan menggunakan tiga indikator, yaitu personel organisasi,
fungsional organisasi dan unit staf level organisasi. Sedangkan dimensi lingkungan
eksternal pada lingkungan bisnis dioperasionalisasikan dengan menggunakan 5
indikator, yaitu pelanggan, supplier, pesaing sosial, politik, dan teknologi. Adapun hasil
jawaban responden tentang lingkungan bisnis pada setiap butir pernyataan diuraikan
pada Tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1 Tanggapan Responden Atas Variabel Lingkungan Bisnis
No Indikator Frekuensi Tanggapan Responden 5 4 3 2 1
1 Personel organisasi 9 (8%)
58 (51%)
44 (39%)
2 (2%)
0 (0%)
2 Fungsional organisasi 12 (11%)
66 (58%)
27 (24%)
5 (4%)
3 (3%)
3 Unit staf level organisasi 66 (58%)
32 (28%)
14 (12%)
1 (1%)
1 (1%)
Lingkungan internal 29 (27%)
52 (46%)
28 (25%)
3 (2%)
2 (2%)
4 Pelanggan 75 (66%)
18 (16%)
12 (11%)
5 (4%)
3 (2%)
5 Supplier 34 (30%)
37 (33%)
36 (32%)
7 (6%)
0 (0%)
6 Pesaing sosial 50 (44%)
57 (50%)
5 (4%)
2 (2%)
0 (0%)
7 Sosial Politik 24 (21%)
64 (57%)
20 (18%)
5 (4%)
0 (0%)
8 Teknologi 40 (35%)
67 (59%)
7 (6%)
0 (0%)
0 (0%)
Lingkungan Eksternal 45 (39%)
48 (43%)
16 (14%)
3 (3%)
1 (1%)
Sumber : data diolah kembali, 2017
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa lingkungan internal yang
dilihat indikator personel organisasi berada pada kondisi moderate-high uncertainty
karena masih terdapat personel yang belum memiliki keterampilan yang dibutuhkan
dalam bisnis perhotelan. Ketidakmampuan tersebut dapat disebabkan karena tidak
sesuainya spesifikasi yang diharapkan pada saat rekruitmen karyawan dan juga dampak
dari persaingan hotel yang mengharuskan hotel secara terus menerus meningkatkan
layanan sehingga perusahaan perhotelan perlu meningkatkan SDM menjadi lebih
berkualitas.
Selanjutnya dilihat dari indikator fungsional organisasi dapat disimpulkan
lingkungan internal yang dilihat indikator fungsional organisasi berada pada kondisi
high-moderate uncertainty karena teknologi seiring perkembangan jaman terus menerus
berubah.
Sedangkan dilihat dari indikator unit staf level organisasi dapat disimpulkan
bahwa lingkungan internal yang dilihat indikator unit staf level organisasi berada pada
kondisi high uncertainty, karena hotel beroperasi berdasarkan kepercayaan masyarakat,
sehingga perusahaan perhotelan harus mampu menjaga kepercayaan pelanggan, dan
keluhan pelanggan yang tidak dapat di mediasi pihak hotel dapat menurunkan
kepercayaan pelanggan terhadap hotel tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian tentang dimensi lingkungan internal menunjukan
bahwa lingkungan internal perusahaan perhotelan berada pada kondisi moderate-high
uncertainty, yang dibentuk oleh masih adanya personel organisasi yang belum memiliki
keterampilan yang dibutuhkan hotel, seperti standar penampilan petugas, standar
kebersihan dan kerapihan hotel, pengetahuan mengenai produk dan jasa perhotelan,
standar berkomunikasi dengan pelanggan, serta kemampuan dalam menggunakan
teknologi yang dimiliki hotel, karena jika sumber daya manusianya tidak menguasai
teknologi, maka hal tersebut menjadi suatu pemborosan mengingat mahalnya teknologi
yang digunakan perusahaan perhotelan. Selain itu disebabkan kurangnya kajian atas
teknologi yang menunjang sistem informasi, sebab seiring perkembangan jaman akan
terus menerus berubah, perusahaan perhotelan harus dapat membaca dan beradaptasi
dengan cepat terhadap kemajuan teknologi, karena pelanggan akan mencari hotel yang
memiliki fasiltas yang lengkap, nyaman dan memberikan kemudahan selama menginap
serta kemudahan dalam bertransaksi.
Hasil penelitian untuk dimensi lingkungan eksternal menggunakan lima
indikator, yaitu pelanggan, supplier, pesaing sosial politik, dan teknologi. Berdasarkan
Tabel 5.1 dilihat dari indikator pelanggan dapat disimpulkan bahwa lingkungan
eksternal yang dilihat indikator pelanggan berada pada kondisi moderate-high
uncertainty yang menunjukkan bahwa kenaikan jumlah pelanggan hotel tidak pasti.
Hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan yang menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa
penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Kemajuan industri
perhotelan ini sangat di dorong oleh berkembangnya industri pariwisata, bisnis,
kemudahan akses transportasi serta di dukung oleh infrastruktur yang memadai.
Selanjutnya dilihat dari indikator supplier dapat disimpulkan bahwa lingkungan
eksternal yang dilihat indikator supplier berada pada kondisi moderate-high uncertainty
karena karyawan memiliki tingkat turn over (karyawan yang keluar/masuk) yang tinggi.
Sedangkan dilihat dari indikator pesaing dapat disimpulkan bahwa lingkungan
eksternal yang dilihat indikator pesaing berada pada kondisi high uncertainty, karena
dengan banyaknya hotel yang berusaha memberikan layanan yang terbaik,
menyebabkan hotel tidak mudah untuk memperoleh pelanggan loyal, karena pelanggan
akan mencari hotel yang memberikan layanan yang prima dan mempermudah aktivitas
pelanggan tersebut.
Selanjutnya dilihat dari indikator sosial politik dapat disimpulkan lingkungan
eksternal yang dilihat indikator sosial politik berada pada kondisi moderate-high
uncertainty. Hal ini menunjukan bahwa aturan yang di tetapkan sudah dijalankan oleh
perusahaan perhotelan, sehingga hotel harus mampu beradaptasi dengan aturan yang
ditetapkan tersebut. Sosial politik menunjukkan bahwa peraturan pemerintah memegang
kendali terhadap aktivitas perhotelan di Sumatera Utara.
Lebih lanjut dilihat dari indikator teknologi dapat disimpulkan bahwa
lingkungan eksternal yang dilihat indikator teknologi berada pada kondisi high
uncertainty, karena teknologi cepat berkembang yang menyebabkan ketidakpastiannya
sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tentang dimensi lingkungan eksternal menunjukkan
bahwa lingkungan eksternal perusahaan perhotelan berada pada kondisi moderate-high
uncertainty, yang dibentuk dengan adanya kenaikan jumlah pelanggan hotel tidak pasti.
tingginya tingkat turn over (karyawan yang keluar/masuk), tingginya tingkat persaingan
karena dengan banyaknya hotel yang berusaha memberikan layanan yang terbaik,
menyebabkan hotel tidak mudah untuk memperoleh pelanggan loyal, adanya aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah dan sudah dijalankan oleh perusahaan, sehingga hotel
harus mampu beradaptasi dengan aturan yang ditetapkan tersebut, serta perkembangan
teknologi yang cepat menyebabkan ketidakpastiannya sangat tinggi bagi perusahaan
perhotelan.
Perubahan lingkungan bisnis merupakan salah satu faktor yang sering
menyebabkan perusahaan melakukan penyesuaian terhadap kondisi perusahaan dengan
lingkungan. Percepatan perubahan lingkungan bisnis yang tinggi akan mengarah dan
menghasilkan ketidakpastian lingkungan yang semakin tinggi pula, sehingga
menyulitkan manajemen mendapatkan informasi relevan, valid, akurat dan tepat waktu
untuk pengambilan keputusan (Miliken, 1990). Ketidakpastian lingkungan merupakan
ancaman bagi manajemen strategis karena ketidakpastian menghambat kemampuan
organisasi untuk mengembangkan rencana jangka panjang dan untuk membuat
keputusan strategis untuk menjaga perusahaan seimbang dengan lingkungan eksternal
(Wheelen dan Hunger, 2006; Astuty, 2012).
Elenkov (1997) menjelaskan bahwa persepsi dan interpretasi manajer terhadap
lingkungannya merupakan dasar bagi tindakan strategik (strategic action). Argumen ini
mendukung pengukuran lingkungan berdasarkan persepsi (subjective measure), dalam
hal ini persepsi manajer secara metodologi adalah valid, serta mempunyai tingkat
akurasi yang tidak kalah dengan ukuran objektif. Selanjutnya Gul dan Chia (1994)
menegaskan bahwa persepsi tentang ketidakpastian lingkungan lebih baik daripada
ketidakpastian lingkungan aktual, karena persepsi tersebut berpengaruh terhadap
keputusan-keputusan yang dibuat manajer dalam merespon lingkungan operasional
perusahaan.
2) Variabel Budaya Organisasi
Terdapat empat dimensi pada variable Budaya Organisasi, yaitu artifacs, norms,
dominant value, dan basic assumption. Dimensi artifact dioperasionalisasikan dengan
menggunakan empat indikator. Dimensi Norms dioperasionalisasian dengan satu
indikator. Dimensi dominant value dioperasionalisasikan dengan empat indikator dan
dimensi basic assumption dioperasionalisasikan dengan menggunakan dua indikator.
Adapun hasil jawaban responden tentang budaya organisasi pada setiap butir pernyataan
diuraikan pada Tabel 5.2 berikut ini :
Tabel 5.2 Tanggapan Responden Atas Variabel Budaya Organisasi
No Indikator Frekuensi Tanggapan Responden 5 4 3 2 1
1. Terdapatnya Interaksi SDM dalam perusahaan dengan menggunakan terminologi yang sama
0 (0%)
63 (56%)
50 (44%)
0 (0%)
0 (0%)
2. Adanya Sikap saling menghormati dalam interaksinya
0 (0%)
65 (57%)
48 (43%)
0 (0%)
0 (0%)
3. Terdapatnya Iklim organisasi yang kondusif, terdapatnya lay out fisik yang memadai
0 (0%)
65 (57%)
48 (43%)
0 (0%)
0 (0%)
4. Terdapatnya aturan yang ketat untuk berinteraksi dalam organisasi
0 (0%)
66 (58%)
47 (42%)
0 (0%)
0 (0%)
Artifacs
0 (0%)
65 (57%)
48 (43%)
0 (0%)
0 (0%)
Terdapatnya pedoman/standar perilaku; pedoman mengenai pekerjaan yang harus dilakukan.
0 (0%)
65 (57%)
48 (43%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
65 (57%)
48 (43%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
64 (57%)
49 (43%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
61 (54%)
52 (46%)
0 (0%)
0 (0%)
Norms
0 (0%)
64 (56%)
49 (44%)
0 (0%)
0 (0%)
1. Dihasilkannya produk berkualitas tinggi,
0 (0%)
65 (57%)
48 (43%)
0 (0%)
0 (0%)
2. Memiliki tingkat absensi yang rendah,
0 (0%)
49 (43%)
64 (57%)
0 (0%)
0 (0%)
3. Terdapatnya efficiency tinggi.
0 (0%)
53 (47%)
60 (53%)
0 (0%)
0 (0%)
4. Tingkat dimana karyawan mampu melakukan pekerjaan secara agresif dan berkompetisi.
0 (0%)
42 (37%)
71 (63%)
0 (0%)
0 (0%)
Dominant Value 0 (0%)
52 (46%)
61 (54%)
0 (0%)
0 (0%)
1. Terdapatnya hubungan yang baik antar individu dalam organisasi
0 (0%)
57 (50%)
43 (38%)
13 (12%)
0 (0%)
0 (0%)
52 (46%)
48 (43%)
13 (12%)
0 (0%)
0 (0%)
52 (46%)
48 (43%)
13 (12%)
0 (0%)
2. Terdapatnya hubungan yang baik dengan unsur lingkungan eksternal organisasi
0 (0%)
100 (88%)
13 (12%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
100 (88%)
13 (12%)
0 (0%)
0 (0%)
Basic Assumption 0 (0%)
72 (64%)
41 (36%)
0 (0%)
0 (0%)
Sumber : data diolah kembali, 2017
Hasil penelitian tentang budaya organisasi untuk dimensi Artifact menggunakan
empat indikator, yaitu terdapatnya interaksi SDM dalam perusahaan dengan
menggunakan terminologi yang sama, adanya sikap saling menghormati dalam
interaksinya, terdapatnya iklim organisasi yang kondusif, terdapatnya lay out fisik yang
memadai, terdapatnya aturan yang ketat untuk berinteraksi dalam organisasi.
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa para manajer di 113 hotel berbintang
sekitar 56% menjawab memiliki pemahamanyang sama atas (terminologi ciri, arti,
bahasa, istilah) yang digunakan dalam perusahaan dan menjunjung tinggi sikap saling
menghormati, merasa nyaman bekerja pada perusahaan. Perusahaan juga memberikan fasilitas
kepada karyawan untuk mengembangkan potensi/ kemampuan. Selanjutnya budaya organisasi yang dilihat dari dimensi norms dengan satu
indikator yaitu terdapatnya pedoman/standar perilaku; pedoman mengenai pekerjaan
yang harus dilakukan. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa para manajer di
113 hotel berbintang sekitar 56% menjawab perusahaan menetapkan aturan yang ketat
yang mengatur karyawannya dari mengenai kehadiran, perilaku/ sikap.
Berikutnya budaya organisasi yang dilihat dari dimensi Dominant Value dengan
indicator : dihasilkannya produk berkualitas tinggi, Memiliki tingkat absensi yang rendah,
Tingkat dimana karyawan mampu melakukan pekerjaan secara agresif dan
berkompetisi. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa para manajer di 113
hotel berbintang sekitar 54% menjawab secara langsung diawasi dan dikendalikan
perilakunya oleh aturan, kebijakan, dan supervisi. Selanjutnya adanya aturan mengenai
standar perilaku di dalam perusahaan. Selama ini bekerja sesuai dengan prosedur
perusahaan dan perusahaan menyediakan fasilitas untuk kepuasan pelanggan. Tingkat
kehadiran karyawan cukup tinggi danmembutuhkan pelatihan tambahan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
Lebih lanjut budaya organisasi dilihat dari dimensi basic assumption yang
dilihat dari dimensi dua indicator, yaitu terdapatnya hubungan yang baik antar individu
dalam organisasi dan terdapatnya hubungan yang baik dengan unsure lingkungan
eksternal organisasi. Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa para manajer di 113 hotel
berbintang sekitar 72% menjawab perusahaan memberikan target kepada karyawan,
menyukai persaingan untuk menghasikan kinerja, memiliki hubungan kerja yang baik
dengan atasan maupun bawahan. Memberikan respon yang cepat jika mendapat keluhan
dari pelanggan dan memberikan kemudahaan kepada pelanggan yang membutuhkan
jasa hotel.
3) Variabel Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Terdapat tiga dimensi pada variabel penerapan sistem informasi
akuntansi manajemen, yaitu system quality, service quality dan system use (DeLone and
McLane, 2008). System quality dapat dilihat dari adanya kemudahan menggunakan dan
keadalan sistem. Sedangkan service quality dapat diihat dari kemampuan sistem dalam
merespon kebutuhan dan memiliki ketepatan waktu dalam merespon. Selanjutnya
System use dapat diihat dari tingkat penggunaan dan tujuan penggunaannya. Adapun
hasil jawaban responden tentang penerapan sistem informasi akuntansi manajemen pada
perusahaan perhotelan di Sumatera Utara yang dikemukakan dalam Tabel 3 berikut ini:
Tabel 5.3 Tanggapan Responden Atas Variabel
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen No Indikator Frekuensi Tanggapan Responden
5 4 3 2 1
1 Terdapatnya kemudahan dalam menggunakan sistem
26 (23%)
61 (54%)
24 (21%)
2 (2%)
0 (0%)
2 Terdapatnya keandalan system 17 (15%)
36 (32%)
36 (32%)
24 (21%)
0 (0%)
System Quality 22 (20%)
48 (49%)
30 (30%)
13 (13%)
0 (0%)
3 Kemampuan sistem dalam merespon kebutuhan 19 (17%)
63 (56%)
28 (25%)
2 (2%)
0 (0%)
4 Sistem memiliki ketepatan waktu dalam memproses
17 (15%)
71 (61%)
27 (24%)
0 (0%)
0 (0%)
Service Quality
18 (16%)
67 (59%)
28 (25%)
1 (1%)
0 (0%)
5 Tingkat penggunaan 11 (10%)
77 (68%)
19 (17%)
5 (4%)
1 (1%)
6 Tujuan penggunaan 16 (14%)
71 (63%)
25 (22%)
1 (1%)
0 (0%)
System Use
14 (12%)
74 (66%)
22 (20%)
3 (3%)
1 (0,5%)
Sumber : data diolah kembali, 2017
Hasil penelitian untuk dimensi system quality menggunakan dua indikator yaitu
terdapatnya kemudahan dalam menggunakan sistem dan terdapatnya keandalan system.
Berdasarkan Tabel 3 dilihat dari indikator terdapatnya kemudahan dalam
menggunakan sistem dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan
sampel menyatakan sangat nyaman dalam menggunakan sistem yang ada/yang
digunakan perusahaan sekitar 23%, selanjutnya yang menyatakan nyaman dalam
menggunakan sistem yang ada/yang digunakan perusahaan sekitar 54%, sedangkan
yang menyatakan cukup nyaman dalam menggunakan sistem yang ada/yang digunakan
perusahaan adalah 21% dan yang menyatakan tidak nyaman dalam menggunakan sistem
yang ada/yang digunakan perusahaan sekitar 2 %. Berdasarkan hasil tersebut
menunjukan bahwa sistem yang digunakan pada perusahaan jasa perhotelan di
Sumatera Utara belum memberikan kenyaman kepada pengguna (user). Selanjutnya
dilihat dari indikator terdapatnya keandalan sistem dapat disimpulkan bahwa dari 113
pengusaha yang dijadikan sampel menyatakan sistem informasi pada perusahaan selama
ini sangat rentan terhadap risiko sekitar 15%. Sedangkan yang menyatakan sistem
informasi pada perusahaan selama ini rentan terhadap risiko sekitar 32%, dan yang
menyatakan sistem informasi pada perusahaan selama ini cukup rentan terhadap risiko
adalah 32%. Selanjutnya yang menyatakan sistem informasi pada perusahaan selama ini
kurang rentan terhadap risiko sekitar 24%. Berdasarkan hasil penelitian tentang dimensi
system quality menunjukan bahwa sistem pada perusahaan jasa perhotelan di Sumatera
Utara masih terdapat kelemahan.
Hasil penelitian untuk dimensi service quality menggunakan dua indikator
yaitu kemampuan sistem dalam merespon kebutuhan dan sistem memiliki ketepatan
waktu dalam memproses. Berdasarkan Tabel 3 dilihat dari indikator kemampuan
sistem dalam merespon kebutuhan dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang
dijadikan sampel menyatakan sistem informasi pada perusahaan sangat mampu
memberikan pelayanan yang baik (menghemat waktu dan lebih cepat) sekitar 17 %,
sedangkan yang menyatakan mampu memberikan pelayanan yang baik (menghemat
waktu dan lebih cepat) sekitar 56%, dan yang menyatakan cukup memberikan
pelayanan yang baik (menghemat waktu dan lebih cepat) adalah 25 %, selanjutnya yang
menyatakan jarang memberikan pelayanan yang baik (menghemat waktu dan lebih
cepat) sekitar 2%. Selanjutnya berdasarkan indikator sistem memiliki ketepatan waktu
dalam memproses dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan sampel
menyatakan sistem informasi mampu memproses data selalu tepat waktu sekitar 15%,
sedangkan yang menyatakan sistem informasi mampu memproses data selalu tepat
waktu adalah 61%, dan yang menyatakan sistem informasi mampu memproses data
cukup tepat waktu sekitar 24%. Berdasarkan hasil penelitian tentang dimensi service
quality menunjukan bahwa sistem informasi pada perusahaan jasa perhotelan di
Sumatera Utara belum sepenuhnya mampu meningkatkan daya saing perusahaan
perhotelan yang ditunjukan dengan kecepatan, ketepatan, efisiensi, produktivitas,
validitas dan pelayan yang semakin meningkat.
Hasil penelitian untuk dimensi system use dengan indikator tingkat penggunaan
dan tujuan penggunaan. Berdasarkan Tabel 3 dilihat dari indikator tingkat penggunaan
dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan sampel menyatakan
selama ini sangat tergantung atas sistem informasi dalam organisasi sekitar 10%,
sedangkan yang menyatakan selama ini tergantung atas sistem informasi dalam
organisasi sekitar 68%, dan yang menyatakan selama ini cukup tergantung atas sistem
informasi dalam organisasi sekitar 17%, sedangkan yang menyatakan jarang tergantung
atas sistem informasi dalam organisasi sekitar 4%, dan yang menyatakan tidak
tergantung atas sistem informasi dalam organisasi sekitar 1%. Selanjutnya berdasarkan
indikator tujuan penggunaan dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang
dijadikan sampel menyatakan sistem informasi pada perusahaan sangat mampu
memperlancar proses bisnis sekitar 14%, sedangkan yang menyatakan sistem informasi
pada perusahaan mampu memperlancar proses bisnis adalah 63%, dan yang menyatakan
sistem informasi pada perusahaan cukup mampu memperlancar proses bisnis sekitar
22%, dan yang menyatakan sistem informasi pada perusahaan kurang mampu
memperlancar proses bisnis sekitar 1%. Berdasarkan hasil penelitian tentang dimensi
system use menunjukan bahwa Jumlah penggunaan, frekuensi penggunaan, sifat
penggunaan, kesesuaian penggunaan, tingkat penggunaan, dan tujuan penggunaan dari
sistem informasi akuntansi manajemen pada perusahaan perhotelan di Sumatera Utara
belum maksimal digunakan untuk memperlancar proses bisnis perhotelan di Sumatera
Utara
Sistem informasi Akuntansi manajemen tidak terikat oleh suatu kriteria formal
yang mengatur sifat dari masukan atau proses bahkan keluarannya, ketidakterikatan
tersebut disesuaikan pada tujuan yang hendak dicapai manajemen. Sistem informasi
akuntansi manajemen berperan/ berfungsi untuk mendukung aktivitas sehari hari,
mendukung proses pengambilan keputusan, dan membantu pengelola perusahaan
dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada pihak eksternal (Hansen and Mowen,
2007, Azhar Susanto, 2008)
Sistem informasi akuntansi manajemen hotel bertujuan membantu manajemen
hotel dalam kegiatan hotel baik kegiatan sehari-hari maupun laporan-laporan yang
diperlukan hotel. Kegiatan itu adalah menerima tamu (check in), mendata tagihan tamu
(guest folio), pembayaran tamu (guest payment). Dengan adanya sistem ini diharapkan
para tamu mendapatkan pelayanan yang lebih baik (good of service). Karena semakin
bagus manejemen suatu hotel dan kemudahan pelanggan untuk mencari informasi
tentang hotel tersebut menambah point plus tersendiri. Hasil lain yang dicapai dengan
pemakaian sistem manajemen adalah efisiensi dalam operasional sehari-hari hotel.
Aliran data yang dihasilkan sistem informasi akuntansi manajemen ini dapat
dibagi tiga katagori, yaitu : 1) level paling atas untuk kebutuhan top manajer.
Kebutuhan akan data/informasi bersifat jangka panjang, sangat tidak pasti,
environmental, perencanan dan kebijaksanaan dan laporan yang berbentuk ringkas; 2)
Level menengah untuk midle manager. Kebutuhan akan data/informasi bersifat jangka
menengah, relatif lebih pasti, organizational, pelaksanaan kebijaksanaan dan
perencanaan taktis, laporan relatif terperinci; dan 3) Level bawah untuk lower manajer.
Kebutuhan akan data/informasi bersifat jangka pendek, sedikit pasti, departmental,
pelaksanaan aktifitas harian dan pemeliharaan, laporan yang terperinci.
Penelitian Chenhall dan Morris (1986); Astuty (2012) mememukan bukti
empiris mengenai karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi para
manajerial. Berbagai karakteristik ini adalah lingkup keluasan (broad scope), ketepan
waktu (timelines), teragregasi (Aggregation), dan terintegrasi (integration).
Ruang lingkup sebuah sistem informasi akuntansi manajemen hotel sangatlah
luas, tergantung kelengkapan fitur yang disediakan oleh program tersebut. Kelengkapan
itu sendiri sangat tergantung pada type/jenis hotel dan struktur organisasi perhotelan.
Sistem informasi akuntansi manajemen hotel, umumnya dapat menangani
pekerjaan pada Pada divisi kamar (room devision), terutama bagian kantor depan (front
office) dan bagian tata graha (housekeeping); divisi accounting (accounting devision)
untuk semua bagian accounting; divisi restoran dan bar (bar and restourant division);
divisi marketing (marketing devision); dan divisi teknisi dan peralatan (engginering
division).
Otley (1980) mengemukakan bahwa tingkat ketersediaan dari masing-masing
karakteristik informasi akuntansi manajemen tidak sama untuk segala situasi. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Astuty (2015) yang menyatakan
bahwa karakteristik informasi yang tersedia akan menjadi efektif apabila sesuai dengan
tingkat kebutuhan pengguna organisasi. Perkembangan kemajuan teknologi dan
sebuah sistem dapat dihubungkan dengan perangkat-perangkat keras lainnya (hardware)
seperti kamera pengintai (spy camera) dan menyimpan datanya dalam database untuk
pengarsipan data-data tamu guna memenuhi keamaan publik jika suatu saat diperlukan.
Dengan menghubungkan sistem informasi akuntansi manajemen dengan kunci otomatis
dengan menggunakan kartu (smart card, optic card, dll) maka keamanan tamu lebih
terjamin dan pengawasan terhadap tamu yang keluar masuk (check in or check out)
dapat dikontrol dengan baik. Penggunaan telepon genggam (handphone) oleh para calon
tamu dalam memesan kamar hotel dengan menggunakan fasilitas kirim pesan pendek
(SMS, sort mesagge system) dan pengintegrasian alat-alat lainnya semakin menambah
kompleksnya sebuah sistem informasi akuntansi manajemen hotel.
4) Variabel Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
Terdapat tujuh dimensi pada variable Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen ,
yaitu relevance, accuracy, Completeness, Timeliness, Broadscope, Aggregation, Integration.
Adapun hasil jawaban responden tentang budaya organisasi pada setiap butir pernyataan
diuraikan pada Tabel 5.4 berikut ini :
Tabel 5.4 Tanggapan Responden Atas Variabel
Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen No Indikator Frekuensi Tanggapan Responden 5 4 3 2 1
1. Terdapatnya kesesuaian informasi yang dihasilkan dengan yang dibutuhkan.
0 (0%) (0%)
74 (66%)
39 (34%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%) (0%)
45 (40%)
68 (60%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%) (0%)
63 (56%)
50 (44%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%) (0%)
75 (66%)
38 (34%)
0 (0%)
0 (0%)
Relevance
0 (0%) (0%)
75 (64%)
38 (25%)
0 (0%)
0 (0%)
No Indikator Frekuensi Tanggapan Responden 5 4 3 2 1
2. Informasi yang dihasilkan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
0 (0%)0 (0%)
52 (46%)
51 (51%)
10 (9%)
0 (0%)
Accuracy
0 (0%)0 (0%)
52 (46%)
51 (51%)
10 (9%)
0 (0%)
3. Informasi yang diberikan harus lengkap
0 (0%) (0%)
55 (49%)
49 (43%)
9 (8%)
0 (0%)
Completeness
0 (0%) (0%)
55 (49%)
49 (43%)
9 (8%)
0 (0%)
4. Informasi tersedia atau ada pada saat informasi tersebut dperlukan.
0 (0%)
47 (42%)
57 (43%)
9 (8%)
0 (0%)
0 (0%)
96 (49%)
17 (43%)
9 (8%)
0 (0%)
Timeliness
0 (0%)
72 (64%)
41 (36%)
9 (8%)
0 (0%)
5. Memiliki informasi yang dapat mengestimasi kejadian masa yang akan
0 (0%)
87 (77%)
24 (21)
9 (8%)
0 (0%)
Broadscope 0 (0%)
87 (77%)
24 (21)
9 (8%)
0 (0%)
6. Informasi yang disampaikan ringkas namun lengkap
16 (14%)
75 (77%)
21 (21)
1 (2%)
0 (0%)
Aggregation 16 (14%)
75 (77%)
21 (21)
1 (2%)
0 (0%)
7. Informasi mencerminkan adanya keterkaitan antar bagian
5 (0%)
73 (77%)
22 (21)
1 (1%)
0 (0%)
Integration
5 (0%)
73 (77%)
22 (21)
1 (1%)
0 (0%)
Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner
Hasil penelitian tentang variable kualitas informasi akuntansi manajemen
menggunakan tujuh dimensi dan indikator, yaitu relevance, accuracy, Completeness,
Timeliness, Broadscope, Aggregation, Integration. Berdasarkan tabel 5.4 diketahui
bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan sampel untuk dimensi relevance sekitar 66 %
menyatakan nyaman dalam menggunakan sistem yang ada diperusahaan, sistem
informasi pada perusaan rentan terhadap risiko. Sistem informasi yang ada mampu
memberikan pelayanan yang baik dan mampu memproses data tepat waktu. Selanjutnya
dilihat dari dimensi accuracy sekitar 46% menjawab adanya ketergatungan atas sistem
informasi dalam organisasi. Lebih lanjut dilihat dari dimensi completeness sekitar 49%
meyatakan sistem informasi pada perusahaan mampu memperlancar proses bisnis dan
untuk dimensi timeliness sekitar 64% menyatakan sistem yang ada di perusahaansudah
sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan pekerjaan dan sering menggunakan
sistem untuk memperoleh informasi. Selanjutnya untuk dimensi broadscope sekitar 77%
menjawab bahwa adanya pengawasan yang baik atas penggunaan sistem informasi dan
untuk dimensi aggregation sekitar 77% menjawab informasi yang dihasilkan oleh
sistem informasi perusahaan selama ini sudah sesuasi dengan kebutuhan.
5.2. PEMBAHASAN
Untuk menjawab permasalahan penelitian berkaitan dengan pengaruh
Lingkungan bisnis dan Budaya Organisasi terhadap Penerapan Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen dan pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen pada Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen, dalam penelitian ini
digunakan Struktural Equation Modelling (SEM). Unit analisis dalam penelitian ini
adalah hotel berbintang yang tersebar di Sumatera utara berjumlah 113 hotel. Adapun
hasil diagram jalur full model yang dihipotesiskan dikemukakan dalam Gambar
5.1.berikut ini :
Sumber: HasilPengolahan Data AMOS (2017)
Gambar 5.1 Frame Work Penelitian
Selanjutnya hasil output analisis datanya dikemukakan dalam Tabel 5.5 sebagai beikut :
Tabel 5.5 Hasil Output Analisa Data
Regression Weights: (Group number 1 - Default model) HubunganAntarVariabel Estimate P Hasil Hipotesis
penerapan_ SIAM <---
lingkungan_bisnis
.001 .982 Lingkunganbisnistidakberpengaruhsignifikanterhadappenerapan SIAM
Ditolak
penerapan_ SIAM <--- budaya .994 .000 Budayaberpengarhpositifsignifika
nterhadappenerapan SIAM Diterima
kualitas_ SIAM <---
penerapan_ SIAM
.417 .013 Penerapan SIAM berpengaruhpositifsignifikanterhadapkualitas SIAM
Diterima
Sumber: HasilPengolahan Data (2017) Berdasarkan hasil analisas memperlihatkan bahwa: Lingkungan bisnis tidak
bepengaruh signifikan terhadap penerapan sistem informasi akuntansi manajemen. Hasil
analisa pada table ouput memperlihatkan nilai signifikansi yang diperoleh adalah p
(0,982) >nilai p 0,05 yang menunjukkan bahwa lingkungan bisnis tidak memberikan
pengaruh yang nyata dan secara kuat terhadap penerapan sistem informasi akutansi
manajemen. Nilai pengaruh yang diberikan juga terlihat dari hasil output estimate yaitu
(0,001) bahwa lingkungan bisnis memiliki kontribusi yang kecil terhadap penerapan
sistem informasi akuntansi manajemen.
Hasil ini menunjukkan bahwa lingkungan bisnis bukan merupakan salah satu
faktor yang dapat berperan dalam menentukan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen. hal ini bertentangan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Ajibolade et
al. (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan berpengaruh dalam penerapan dan
desain Sistem Informasi Akuntansi Manajemen. Hal ini juga diungkapkan oleh Vijian
(2005) kualitas penerapan akuntansi manajemen penekanannya pada kemampuan
organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan perusahaan baik internal dan
eksternal. Hal yang sama diungkapkan Khandwalla (1972) dalamVijian (2005) bahwa
Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh terhadap Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen.
Selanjutnya budaya organisasi bepengaruh positif signifikan terhadap penerapan
sistem informasi akuntansi manajemen. Hasil analisa pada table ouput memperlihatkan
nilai signifikansi yang diperoleh adalah p (0,000) >nilai p (0,05) yang menunjukkan
bahwa budaya memberikan pengaruh yang sangat nyata dan sangat kuat terhadap
penerapan sistem informasi akuntansi manajemen. Nilai pengaruh yang diberikan juga
terlihat dari hasil output estimate yaitu (0,994) bahwa budaya organisasi memiliki
kontribusi yang besar terhadap penerapan sistem informasi akuntansi manajemen yaitu
99,40%
Budaya organisasi diketahui sebagai variabel yang paling memberikan pengaruh
yang paling kuat dan paling nyata terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen. Kontribusi budaya juga merupakan yang paling besar berperan
terhadap penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dibandingkan lingkungan
bisnis. Oleh karena itu budaya organisasi merupakan variabel yang paling memiliki
dampak terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen.
Budaya organisasi yang baik dan sehat akan memberikan pengaruh yang sangat positif
terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen, sebaliknya
pada saat budaya organisasi tidak baik dan negatif maka akan menurunkan performa
penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen sebuah perusahaan.
Hasil ini menunjukkan bahwa Budaya Organisasi memperkuat Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen pada perusahaan perhotelan di Sumatera Utara.
Budaya organisasi melibatkan ekspektasi, nilai, dan sikap bersama, hal tersebut
memberikan pengaruh terhadap individu, kelompok, dan proses organisasi dengan
demikina organisasi mampu beroperasi secara efisien ketika ada nilai yang diyakini
bersama diantara karyawannya. Semakin kuat budaya organisasi pada suatu organisasi
mendukung penerapan sistem informasi akuntansi manajemen. Budaya organisasi pada
perusahaan perhotelan di Sumatera utara mendukung penerapan sistem informasi
akuntansi manajemen, di mana sistem informasi akuntansi manajemen sebagai alat
untuk memberikan koordinasi, kontrol dan pencapaian efisiensi proses bisnis pada
perusahaan perhotelan. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh
Granlud and Lukka dalam Drury ( 2005) yang menyatakan bahwa perbedaan bangsa
dan budaya perusahaan dapat mengakibatkan terjadinya praktek akuntansi manajemen
yang berbeda di seluruh negara. Didukung pernyataan Wagdy Moustafa Abdallah
(2001) bahwa budaya mempengaruhi pemilihan sistem akuntansi dan praktek. Begitu
juga menurut Radebought and Gray dalam Mourik and C. Van (1993) yang menyatakan
nilai-nilai Budaya mempengaruhi perkembangan sistem akuntansi nasional.
Hal senada diungkapkan oleh Schroeder et al., (2011) bahwa budaya negara
tidak hanya mempengaruhi praktek bisnis tetapi juga sistem akuntansi. Selanjutnya
menurut Sisaye (2001) Budaya Organisasi membentuk sistem akuntansi dan sejauh
mana rencana perubahan inovatif administrasi dapat diimplementasikan. Chapman,
Hopwood, and Shields (2009) mengungkapkan bahwa budaya mempengaruhi cara
individu melihat organisasi dan pentingnya peran akuntansi manajemen. Hal yang sama
diungkapkan oleh Keplinger, Durstmueller and Mitter (2009) yang menyatakan
perbedaan budaya berpengaruh pada akuntansi manajemen. Begitu juga dengan Mahdi
Salehi and Abdoreza Abdipour (2011) mengungkapkan budaya organisasi diidentifikasi
sebagai faktor hambatan yang berpengaruh terhadap pembentukan sistem informasi
akuntansi dalam perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek. Selanjutnya Teheran, dan
Zouhour, Adrien B, Philippe, dan Abdallah (2011) memberikan dukungan untuk
kontingensi budaya berpengaruh terhadap kompleksitas sistem akuntansi manajemen.
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen berpengaruh positif
signifikan terhadap kualitas Informasi Akuntansi Manajemen. Hasil output analisa
memperlihatkan nilai signifikansi sebesar p (0,013) < p (0,05). Hasil ini menunjukkan
bahwa penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen memiliki dampak yang kuat
dan secara nyata terhadap kualitas Informasi Akuntansi Manajemen. Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen dengan baik dan tepat maka akan memberikan
kualitas Informasi Akuntansi Manajemen semakin baik dan tepat, sebaliknya jika
penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dilakukan dengan tidak baik dan
tidak tepat maka akan menurunkan kualitas Informasi Akuntansi Manajemen.
Kontribusi penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen ini terhadap kualitas
Informasi Akuntansi Manajemen dapat dilihat pada nilai estimate pada tabel output
yaitu 0,417. Artinya penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen memberikan
pengaruh atau kotribusi terhadap kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
sebesar 41,70%.
Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas informasi mengacu pada kualitas output yang
dihasilkan oleh sistem informasi, dengan demikian semakin baik Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen dapat menyebabkan tercapainya kualitas informasi
akuntansi manajemen secara optimal.
Hasil tersebut sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Kirmizi (2011)
menyatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi Manajemen di desain untuk
menyediakan informasi bagi manajer. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
bertujuan untuk meningkatkan kualitas informasi (Laudon et al., 1986) in Wang et al.,
(2005 : 7). Hal senada diungkapkan Duggan and Reichgelt (2006 : 18) bahwa Sistem
informasi harus mengumpulkan data dan mengubahnya menjadi informasi yang
memiliki kualitas. Selanjutnya Sacer et al., (2006 : 59) menyebutkan bahwa kualitas
informasi akuntansi merupakan syarat tercapainya tujuan bisnis perusahaan, dan secara
nyata tidak ada kualitas informasi akuntansi tanpa adanya sistem informasi akuntansi.
Hal tersebut diungkapkan pula oleh Azhar Susanto (2008 : 20 ) yang menyebutkan
bahwa Sistem informasi akuntansi penekanannya kepada informasi berkualitas.
Diungkapkan pula oleh Turner and Weickgenannt (2009 : 245 ) sistem informasi
berbasis proses yang memberikan informasi berkualitas tinggi kepada manajemen.
Begitu juga diungkapkan oleh Jackson, Sawyer and Jenkins (2009 : 30) Sistem
informasi memiliki beberapa manfaat untuk meningkatkan kecepatan dan pertukaran
kualitas informasi, mengurangi lead time, mengurangi biaya pengolahan.
Menurut penelitian Hongjiang Xu (2003) terdapat 26 faktor yang berdampak
pada kualitas informasi dalam Sistem Informasi Akuntansi. Hal senada disampaikan
Sabrina Zaidi Chtourou and Laid Bouzidi (2010) terdapat hubungan antara kualitas
informasi manajemen dalam suatu sistem informasi dan kinerja pada tingkat strategis
organisasi. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen.
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Lingkungan bisnis tidak bepengaruh signifikan terhadap penerapan sistem
informasi akutansi manajemen. Hasil analisa pada table ouput memperlihatkan nilai
signifikansi yang diperoleh adalah p (0,982) >nilai p 0,05 yang menunjukkan bahwa
lingkungan bisnis tidak memberikan pengaruh yang nyata dan secara kuat terhadap
penerapan sistemin formasi akutansi manajemen. Nilai pengaruh yang diberikan juga
terlihat dari hasil output estimate yaitu (0,001) bahwa lingkungan bisnis memiliki
kontribusi yang kecil terhadap penerapan system informasi akutansi manajemen.
Sedangkan budaya organisasi bepengaruh signifikan terhadap penerapan sistem
informasi akutansi manajemen. Hasil analisa pada table ouput memperlihatkan nilai
signifikansi yang diperoleh adalah p (0,000) >nilai p (0,05) yang menunjukkan bahwa
budaya memberikan pengaruh yang sangat nyata dan sangat kuat terhadap penerapan
sistem informasi akuntansi manajemen. Nilai pengaruh yang diberikan juga terlihat dari
hasil output estimate yaitu (0,994) bahwa budaya organisasi memiliki kontribusi yang
besar terhadap penerapan system informasi akutansi manajemen yaitu 99,40%.
Budaya organisasi diketahui sebagai variabel yang paling memberikan pengaruh
yang paling kuat dan paling nyata terhadap keberhasilan penerapan sistem informasi
akuntansi manajemen. Kontribusi budaya juga merupakan yang paling besar berperan
terhadap penerapan sistem informasi akuntansi manajemen dibandingkan lingkungan
bisnis. Oleh karena itu budaya organisasi merupakan variabel yang paling memiliki
dampak terhadap keberhasilan penerapan sistem informasi akuntansi manajemen.
Selanjutnya penerapan sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh
signifikan terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen. Hasil output analisa
memperlihatkan nilai signifikansi sebesar p (0,013) < p (0,05). Hasil ini menunjukkan
bahwa penerapan sistem informasi akuntansi manajemen memiliki dampak yang kuat
dan secara nyata terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen. Penerapan sistem
informasi akuntansi manajemen dengan baik dan tepat maka akan memberikan kualitas
informasi akuntansi manajemen semakin baik dan tepat, sebaliknya jika penerapan
sistem informasi akuntansi manajemen dilakukan dengan tidak baik dan tidak tepat
maka akan menurunkan kualitas informasi akuntansi manajemen. Kontribusi penerapan
sistem informasi akuntansi manajemen ini terhadap kualitas informasi akuntansi
manajemen dapat dilihat pada nilai estimate pada tabel output yaitu 0,417. Artinya
penerapan sistem informasi akuntansi manajemen memberikan pengaruh atau kotribusi
terhadap kualitas informasi akuntansi manajemen sebesar 41,70%.
Dalam penelitian lanjutan (tahun kedua) tujuan khusus yang akan dicapai adalah
mengetahui unsur-unsur lingkungan bisnis dan budaya organisasi yang paling dominan
mempengaruhi penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen dan kualitas
informasi Akuntansi Manajemen sehingga dari pengaruh yang paling dominan tersebut
lebih diprioritaskan pengelolaannya. Hal ini dilakukan dengan cara merancang suatu
model sistem informasi akuntansi yang dapat meningkatkan pangsa pasar industri
perhotelan dan mengantisipasi lingkungan bisnis yang tidak pasti.
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan penelitian
ini sebagai berikut :
1. Lingkungan bisnis yang dihadapi perusahaan perhotelan yang dilihat dari
dimensi lingkungan internal menunjukan bahwa berada pada kondisi moderate-
high uncertainty dan dilihat dari dimensi lingkungan eksternal perusahaan
perhotelan berada pada kondisi moderate-high uncertainty. 2. Kurangnya pemahaman yang sama atas terminologi (tujuan, ciri, arti, bahasa,
istilah) yang digunakan organisasi dan masih terdapat kelemahan dalam sisi
pengawasan menyebabkan komitmen pribadi terhadap pengembangan organisasi
yang sehat terkalahkan oleh Kurangnya pemahaman yang sama atas terminologi
(tujuan, ciri, arti, bahasa, istilah) yang digunakan organisasi dan masih terdapat
kelemahan dalam sisi pengawasan menyebabkan komitmen pribadi terhadap
pengembangan organisasi yang sehat terkalahkan oleh kepentingan karyawan.
Selanjutnya adanya otorisasi yang tinggi oleh pihak intern organisasi dalam
mengelola dan mengawasi oganisasi.
3. Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen pada perusahaan perhotelan
di Sumatera Utara masih terdapat kelemahan dan belum sepenuhnya mampu
meningkatkan daya saing perusahaan perhotelan yang ditunjukan dengan
kecepatan, ketepatan, efisiensi, produktivitas, validitas dan pelayan yang
semakin meningkat. jumlah penggunaan, frekuensi penggunaan, sifat
penggunaan, kesesuaian penggunaan, tingkat penggunaan, dan tujuan
penggunaan dari sistem informasi akuntansi manajemen belum maksimal
digunakan untuk memperlancar proses bisnis perhotelan di Sumatera Utara dan
masih terdapat SDM yang belum mahir dalam menggunakan teknologi; Sistem
informasi masih mengandung risiko; dan Teknologi yang digunakan memiliki
kelemahan
4. Informasi akuntansi manajemen di perusahaan perhotelan memiliki kualitas
yang masih rendah karena belum terintegrasinya sistem informasi sehingga sulit
mengakses informasi, informasi yang dihasilkan belum mampu mengestimasi
masa yang akan datang, Informasi yang disampaikan tidak akurat, tidak tepat
waktu, tidak lengkap dan tidak transparan
5. lingkungan bisnis tidak berpengeruh terhadap penerapan sistem informasi
Akuntansi Manajemen.
6. Budaya organisasi berpengaruh terhadap penerapan sistem informasi Akuntansi
Manajemen
7. Penerapan sistem informasi Akuntansi Manajemen berpengaruh terhadap
kualitas informasi Akuntansi Manajemen
7.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan Kesimpulan maka saran yang diberikan adalah sebagai
berikut:
1) Untuk meningkatkan kualitas penerapan sistem informasi dengan kondisi
lingkungan bisnis yang mengalami ketidakpastian maka manajemen :
a) Melakukan assestment terhadap sistem informasi untuk setiap kurun waktu
tertentu/ peninjauan sistem secara rutin untuk memantau keamanan sistem
sekaligus mengukur kinerja sistem yang sedang berjalan
b) Dalam penerapan sistem, pendekatan yang harus dilakukan adalah pendekatan
dalam rangka memecahkan suatu permasalahan di dalam sistem tersebut.
c) Untuk memperoleh customer loyal, perusahaan harus mampu membaca dengan
cepat kondisi lingkungan, mengetahui apa yang dibutuhkan customer,
memberikan kemudahan dan kenyamanan serta kepuasan atas penggunaan
produk yang ditawarkan, selain itu menyusun program agar produk yang
dimiliki tidak mudah ditiru dan disaingi.
2) Dalam upaya meningkatkan budaya organisasi menjadi lebih baik diterapkan oleh
anggota organisasi maka :
a) Pimpinan harus menjadi role model bagi seluruh pegawai atau memiliki
komitmen pribadi yang tinggi terhadap pengembangan budaya organisasi
yang sehat;
b) Pimpinan harus mampu mengelola sumber daya manusia, termasuk dalam
proses penempatan pegawai yang sesuai dengan ketrampilan, pengetahuan
dan perilakunya;
d) Meningkatkan kesadaran seluruh pegawai mengenai pentingnya efektivitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab masing-masing dan selanjutnya
pegawai mengkomunikasikan pada pihak manajemen yang terkait mengenai
setiap permasalahan yang terjadi dalam kegiatan operasional organisasi.
e) Seluruh kebijakan, standar dan prosedur operasional harus didokumentasikan
secara tertulis dan tersedia bagi setiap pegawai yang terkait.
3) Dalam meningkatkan kualitas informasi akuntansi manajemen, sebagai output dari
sistem informasi, maka :
a) Organisasi melaksanakan verifikasi terhadap akurasi dan kelengkapan dari
transaksi dan melaksanakan prosedur otorisasi, sesuai dengan ketentuan intern.
b) Melaksanakan pengendalian umum meliputi pengendalian terhadap operasional
pusat data, sistem pengadaan dan pemeliharaan software, pengamanan akses,
serta pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi yang ada; dan
pengendalian aplikasi diterapkan terhadap program yang digunakan organisasi
dalam mengolah transaksi dan untuk memastikan bahwa semua transaksi
adalah benar, akurat dan telah diotorisasi secara benar.
4. Berkaitan dengan perkembangan ilmu akuntansi khususnya akuntansi manajemen,
penelitian ini telah membuktikan secara empirik variabel independensi Budaya
Organisasi memiliki pengaruh terhadap Penerapan sistem informasi akuntansi
manajemen sedangkan lingkungan bisnis tidak berpengaruh. Disarankan bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian kembali berdasarkan penelitian ini dengan
metode penelitian yang sama pada unit analisis dan sampel yang berbeda agar
menunjukkan hasil yang sama sehingga akan meningkatkan keyakinan terhadap
penelitian yang telah dilakukan dan kegunaan penelitian dapat diterima luas karena
scope keberlakuan hasil penelitian diterima oleh banyak organisasi.
DAFTAR PUSTAKA Astuty, Widia. 2015. An Analysis of Effect on Aplication of Management Accounting
Information System and Quality Management Accounting Information. Information Management and Business Review, Volume 7 No.3
_____________.2014. An Analysis on the impact of Participatory Budgeting and
Procedural Fairness Toward Manager’s Commitment and Performance. International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences, Volumn 4, Issue 4.
______________. 2012. Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Informasi Akuntansi
Manajemen, dan Penganggaran Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Trikonomika Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung, Volume 11 N0. 2.
Azhar Susanto. 2008. Sistem Informasi Akuntansi : Struktur, Pengendalian, Resiko,
Pengembangan. Penerbit Lingga Jaya Chia. Y.M. 1995. Decentralization, Mangement Accounting System (MAS) Information
Characteristics and Their Interaction Effects on Managerial Performance: A Singapore Study. Journal of Business Finance & Accounting, pp. 811-830.
Champoux, Joseph E. 2003. Organizational Behavior : Essential Tenets. Second
Edition. Thomson South Western Chenhall, Robert H. & Deigan Morris, 1986. The Impact of Structure, Enviroment, and
Interdependence on the Perceived Usefulness of Managerial Accounting Systems. The Accounting Review.Vol. LXI, No. 1, pp. 16-35.
Chong, Vincent K. and Kar Min Chong. 1997. Stategic Choice, Environmental
Uncertainty and SBU Performance: A Note on Intervening Role of Management Accounting System. Accounting Business Reseach, Vol 27. No.24.
Claver, E., Llopis, J., Gonzalez, MR. 2001. The Performance of Information Systems
through Organizational Culture. ua. Emeraldinsight.com. DeLone, William,. Petter, Stacie and McLean, Ephraim. 2008. Measuring information
systems success: models, dimensions, measures, and interrelationships Duncan, R. B. 1972. Characteristics of Organizational Environments and Perceived
Environmental Uncertainty. Administrative Science Querterly, pp. 313-327 Gordon, L. A. & Narayanan, V. K. 1984. Management Accounting System, Perceived
Enviromental Uncertainty and Organization Structure: An Emperical Investigation. Accounting, Organization, and Society. Vol. 9, pp. 33-47.
Gul, F.A dan Chia, Y.M. 1994. The Effect of Management Accounting Systems, Perceived Environmental Uncertainty and Decentralization an Managerial Performance: A Test of Thee Way Interaction. Accounting, Organization and Society. Vol 19, pp 413-426.
Hansen and Mowen. 2007. Managerial Accounting. 8th edition. Thomson South Hitt, A. Michael., R. Duane Ireland, and Robert E. Hoskisson. 2003. Stategic
Management: Competitiveness and Globalization. Fifth Edition. South-Western College Publishing.
Ivancevich, John M., Konopaske, Robert and Matteson, Michael T. 2011.
Organizational behavior and Management. Ninth edition. McGraw Hill Khan, M.Y and Jain, P.K. 2007. Management Accounting:Text, Problem and Cases.
Fourth edition . The McGraw Hill Companies Leidner, Dorothy E., Kayworth, T. 2006. A Review of Culture in Information Systems
Research: Toward a Theory of Information Technology Culture Conflict. Management Information systems Quarterly (30:2).
Luthon, Fred. 2005. Organizational Behavior. Tents Edition. McGraw Hill International
Edition Malthis, Robert L and Jackson, John H. 2008. Human Resources. Management. Twelfth
Edition. Thomson South Western McLeod, Raymond and Schell, George P. 2007. Management Information system.
Tenth Edition. Pearson Education,Inc Mia, I. & Robert H. Chenhall. 1994. The usefulness of Management Accounting
System Functional Differentiation and Managerial Effectiveness. Accounting, Organization, and Society, pp. 1-13.
Milliken, Frances J. 1987, Three Types of Perceived Uncertainty about Environment:
State, Effect and Response Uncertainty. Academy of Management review Vol 12 no. 1
Mock, T.J. 1971. Concepts of Information Value and Accounting. The Accounting
Review. Pp. 765-778. Otley, David. T. 1980. The Contingency Theory of Management Accounting:
Achievement and Prognosis. Accounting, Organizations, and Society, pp. 413-428.
Pasaribu, Fajar. 2015. The Situasional Leadership Behavior, Organizational Culture and
Human Resources Management Strategy in Increasing Productivity of Private Training Institutions. Information Management and Business Review, Volume 7 No.3, pp 65-79
_____________.2014. The Effect of Organizational Culture on Career Planning and Its Impact to Work Motivation and Employees Performance. International Journal of Management Sciences and Business Research. USA and UK Based Research Journal, Volume 3, Issue 12
_____________.2008. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja PDAM. Jurnal
Riset Akuntansi dan Bisnis, Volume 8 No. 2 _____________.2008. Persepsi Manajer dan Lingkungan Eksternal Perusahaan.
Majalah Ilmiah Cemerlang, Edisi 4. Porter, Micheal E. 1985. Competitive Advantage. New York: Fee Press. Robbins, Stephen. P and Judge, Timothy A. 2007. Organizational Behavior. Twelfth
Edition. Pearson Education Inc Romney and Steinbart. 2012. Accounting Information System. Twelfth Edition. Pearson
Education as Prentice Hall. Smith, L.Aiman. 2004. What Do We Know about Developing and Sustaining a Culture
of Innovation. Sekaran, Uma., and Bougie, Roger. 2010. Reseach Method for Business : A skill
Building Approach. John Wiley & Sons Ltd. UK Vanevenhoven, Jeff. P. 2008. Taxonomies of Environmental Uncertainty Sources
Perceived by Executives in The US, Taiwan and Mexico. Uni Microform. Copyright by Proquest LLC
Wheelen, Thomas L. & J. David Hunger. 2006. Startegic Management and Business
Policy. Tenth Edition. New Jersey: Pearson Edition Inc. Prentice Hall.
ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN
DI SUMATERA UTARA
Widia Astuty Program Studi Magister Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan, Indonesia widiamaksi@gmail.com
Abstrak Krisis global yang sedang melanda dunia belakangan ini sangat
berdampak pada menurunnya penerimaan tamu yang berkunjung ke hotel. Banyak pengunjung yang membatalkan rencana untuk berpergian dalam rangka berwisata. Pembatalan ini tentulah berdampak signifikan pada bisnis perhotelan. Oleh sebab itu, manajemen hotel perlu untuk semakin meningkatkan pelayanan terhadap tamu-tamu hotel yang berkunjung sehingga meninggalkan kesan dan menjadi referensi bagi tamu-tamu lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan sistem informasi akuntansi manajemen hotel. Fenomena belum terintegrasinya sistem informasi akuntansi manajemen sehingga informasi yang dihasilkan belum berkualitas menjadi latarbelakang dilakukannya penelitian ini dengan tujuan utuk menganalisis penerapan sistem informasi akuntansi manajemen pada perusahaan industri jasa perhotelan yang ada di Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif , yang dilakukan melalui survey pada perusahaan perhotelan di Sumatera Utara berjumlah 113 hotel berbintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi manajemen dilihat dari dimensi system quality masih terdapat kelemahan, selanjutnya dilihat dari dimensi service quality belum sepenuhnya mampu meningkatkan daya saing perusahaan perhotelan yang ditunjukan dengan kecepatan, ketepatan, efisiensi, produktivitas, validitas dan pelayan yang semakin meningkat. Selanjutnya dilihat dari dimensi system use jumlah penggunaan, frekuensi penggunaan, sifat penggunaan, kesesuaian penggunaan, tingkat penggunaan, dan tujuan penggunaan dari sistem informasi akuntansi manajemen belum maksimal digunakan untuk memperlancar proses bisnis perhotelan. Masih terdapat SDM yang belum mahir dalam menggunakan teknologi, sistem informasi masih mengandung risiko dan teknologi yang digunakan memiliki kelemahan.
Kata kunci : system quality, service quality, system use
PENDAHULUAN Salah satu industri di sektor jasa yang mengalami kemajuan pesat adalah industri
perhotelan. Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan yang menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. kemajuan industri perhotelan ini sangat di dorong oleh berkembangnya industri pariwisata, bisnis, kemudahan akses transportasi serta di dukung oleh infrastruktur yang memadai.
Pada awalnya, pertumbuhan industri perhotelan lebih tertuju pada pengembangan sektor pariwisata. Ini dapat dilihat dari berdirinya resort hotel yaitu hotel yang didirikan dekat dengan sebuah objek wisata. Hotel jenis ini memberikan pemasukan berupa devisa bagi negara dan bagi masyarakat sekitarnya berupa terbukanya lapangan pekerjaan baru. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perekonomian, hotel tidak hanya dijadikan sebagai pendukung industri pariwisata tetapi telah bergeser menjadi salah satu industri jasa yang berorientasi bisnis.
Pertumbuhan bisnis perhotelan di Indonesia tampaknya semakin memukau, hal tersebut terlihat pada semakin gencarnya pelaku bisnis ini mengembangkan sayapnya ke berbagai wilayah di Indonesia termasuk Sumatera Utara dengan membangun hotel-hotel baru di daerah yang terbilang potensial, maupun di daerah-daerah kawasan wisata. Adapun perkembangan jumlah hotel berbintang di Sumatera Utara selama tiga tahun terakhir sebagai berikut :
Tabel 1.1 Jumlah Hotel Berbintang di Sumatera Utara
Tahun 2013 s/d 2015
Tahun Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5 2013 23 26 25 16 6 2014 20 31 32 16 7 2015 22 31 36 17 7
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2016
Berdasarkan Tabel 1.1. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan setiap tahun jumlah hotel yang ada di Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan diantara perusahaan cukup tinggi. Persaingan yang demikian menggelobal dan kompetisi merupakan faktor yang teramat penting untuk diperhatikan oleh manajemen dalam menjalankan perusahaannya. Untuk setiap produk yang dihasilkan, masalah yang dihadapi bukan sekedar bagaimana perusahaan tersebut dapat memasarkannya, akan tetapi dihadapkan pada industri yang akan bersaing secara ketat dengan industri sejenis yang setiap saat senantiasa melakukan inovasi baru.
Dalam memahami tantangan dan peluang di industri perhotelan, para manajer di sektor ini membutuhkan informasi yang menyatukan data keuangan dan non-keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan dalam rangka melakukan berbagai terobosan-terobosan dan inovasi-inovasi yang berkesinambungan. Para pelaku bisnis disektor ini harus paham bahwa mereka tidak dapat mengandalkan produk utama (core product) saja agar bisa bertahan dan berkembang, selain memberikan pelayanan yang
prima bagi tamu hotel, mereka juga memerlukan produk tambahan (augmented products) untuk mendukung produk utama yang ditawarkan terhadap tamu hotel.
Informasi yang menyatukan data keuangan dan non-keuangan dihasilkan dari sistem informasi akuntansi manajemen yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan perusahaan. Sebagian keputusan manajemen memerlukan informasi yang menyatukan data keuangan dan non-keuangan secara konvensional dihasilkan dari aplikasi sistem informasi akuntansi (SIA) dan sistem informasi manajemen (SIM) yang berfungsi secara independen. Kedua rangkaian data ini kemudian akan diintegrasikan dan dilaporkan kepada manajer. Tugas untuk memberikan para manajer informasi-informasi yang terintegrasi akan menjadi tidak efisien dan mahal ketika sistem pendukung informasinya tidak terintegrasi. Juga, kurangnya koordinasi di antara sistem keuangan dan non-keuajngan dapat menghasilkan keputusan manajemen yang buruk.
Mock (1971) mengemukakan bahwa informasi memiliki nilai yang potensial, karena dapat memberikan kontribusi langsung dalam menentukan pilihan, dapat meningkatkan pemahaman manajer terhadap dunia nyata serta dapat mengidentifikasi kegiatan yang relevan. Chenhall dan Morris (1986) menemukan bukti empiris bahwa terdapat empat karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi para manajer yang dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen, yaitu lingkup keluasan (broad scope), ketepatan waktu (timeliness), teragregasi (aggregation), dan terintegrasi (integration).
Otley (1980) mengemukakan bahwa tingkat ketersediaan dari masing-masing karakteristik informasi akuntansi manajemen tidak sama untuk segala situasi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Astuty (2015) yang menyatakan bahwa karakteristik informasi yang tersedia akan menjadi efektif apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan pengguna organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan sistem informasi akuntansi manajemen pada perusahaan industri jasa perhotelan yang ada di Sumatera Utara. LANDASAN TEORI
Akuntansi manajemen merupakan akuntansi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam melaksanakan fungsi pokok manajemen, seperti perencanaan, pengawasan, memotivasi, pengendalian kegiatan perusahaan, penilaian kinerja, dan sebagai dasar untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan atau bagian yang dipimpinnya.
Romney and Steinbart (2012 ) mengemukakan tentang definisi sistem adalah : "A system is a set of two or more interrelated component that interact to achieve a goal", Selanjutnya Sistem Informasi diungkapkan oleh Rainer and Cegielski (2011) yaitu : "An Information System collect, processes, store, analyzes, and disseminates information for a specific purpose".
Hansen and Mowen (2007) mengemukakan bahwa : "The management accounting information system are processes, the are described by activities such as collecting, measuring, storing, analizing, reporting and managing information",
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pengumpulan, persiapan,
penafsiran, yang menghasilkan informasi yang membantu manajer memenuhi tujuan organisasi.
Sebagai pengolah informasi akuntansi untuk para manajer dari berbagai jenjang organisasi, akuntansi manajemen mementingkan relevansi informasi dengan keputusan yang akan dilakukan. Manajer biasanya mengambil keputusan hanya mengenai bagian tertentu dari perusahaan yang menjadi tanggungjawabnya saja, dan lebih menitikberatkan untuk menghasilkan laporan yang tepat waktu dan terinci dengan memasukkan unsur ketelitian sebagai hal nomor dua, namun berisi informasi yang relevan dengan keputusan yang akan diambil.
Penelitian Chenhall dan Morris (1986); Astuty (2012) mememukan bukti empiris mengenai karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi para manajerial. Berbagai karakteristik ini adalah lingkup keluasan (broad scope), ketepan waktu (timelines), teragregasi (Aggregation), dan terintegrasi (integration).
Lingkup keluasan mencakup informasi mengenai permasalahan baik non- ekonomi maupun ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dan aspek-aspek lingkungan. Perbedaan tingkat desentralisasi akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan informasi lingkup keluasan (broad scope). Informasi broad scope berguna untuk mencapai kinerja lebih baik. Ketepatan waktu menunjukkan kecepatan atau rentang waktu permintaan dan frekuensi pelaporan informasi yang diinginkan. Ketepatan waktu penyampaian informasi akan mempengaruhi kemampuan manajer untuk membuat keputusan yang tepat. Informasi tepat waktu akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam lingkungan kerja mereka (Gordon dan Narayanan, 1984)
Informasi yang teragregasi menggambarkan area yang menjadi tanggung jawab para manajer, yang sesuai dengan fungsinya. Dengan kata lain informasi teragregasi akan mengakibatkan para manajer menjadi lebih bertanggung jawab terhadap area yang menjadi tanggungjawabnya. Dengan adanya informasi yang jelas mengenai area tanggung jawab fungsional para manajer, maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik (Chenhall dan Morris,1986). Adanya informasi teragregasi menyebabkan manajer lebih cepat respon setiap permasalahan yang ada dalam daerah pertanggungjawabannya dan akan lebih meningkatkan tanggung jawab mereka. Informasi ini juga dapat bermanfaat bila digunakan untuk mengevaluasi kinerja.
Informasi terintegrasi menunjukkan bahwa terdapat koordinasi antara segmen sub unit dengan sub unit lainnya. Informasi terintegrasi juga mencakup aspek seperti ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi segmen dalam sub unit serta antara sub unit dalam perusahaan. Kompleksitas dan saling keterkaitan ataupun ketergantungan sub unit satu dengan sub unit lainnya akan tercerminkan dalam informasi terintegrasi (Chenhall dan Morris ,1986). Semakin banyak segmen dalam sub unit atau jumlah sub unit dalam perusahaan, maka informasi yang bersifat terintegrasi makin dibutuhkan. Infomasi terintegrasi akan bermanfaat bagi manajer ketika mereka dihadapkan pada kegiatan pembuatan keputusan (decision making) yang berdampak pada sub unit lainnya.
Adanya informasi terintegrasi akan mengakibatkan para manajer untuk mempertimbangkan unsur integritas di dalam melakukan evaluasi kinerja dan memberikan kontribusi positif pada kinerja manajerial (Chia, 1995).
Untuk mengerti dan mengukur kesuksesan dari penerapan sistem informasi akuntansi manajemen dapat digunakan the D&M model yang berisi enam dimensi faktor kesuksesan (DeLone and McLane 2008) :
1. System quality : the desirable characteristics of an information system. For example: ease of use, system flexibility, system reliability, and ease of learning, as well as system features of intuitiveness, sophistication, flexibility, and response times.
2. Information quality : the desirable characteristics of the system outputs; that is, management reports and Web pages. For example: relevance, understandability, accuracy, conciseness, completeness, understandability, currency, timeliness, and usability.
3. Service quality : the quality of the support that system users receive from the IS department and IT support personnel. For example: responsiveness, accuracy, reliability, technical competence, and empathy of the personnel staff. SERVQUAL, adapted from the field of marketing, is a popular instrument for measuring IS service quality (Pitt et al., 1995).
4. System use : the degree and manner in which staff and customers utilize the capabilities of an information system. For example: amount of use, frequency of use, nature of use, appropriateness of use, extent of use, and purpose of use.
5. User satisfaction: users’ level of satisfaction with reports, Web sites, and support services. For example, the most widely used multi-attribute instrument for measuring user information satisfaction can be found in Ives et al. (1983).
6. Net benefits – the extent to which IS are contributing to the success of individuals, groups, organizations, industries, and nations. For example: improved decision- making, improved productivity, increased sales, cost reductions, improved profits, market efficiency, consumer welfare, creation of jobs, and economic development.
Sedangkan Seddon and Kiew (1996) menggunakan model kesuksesan sistem informasi yang terdiri dari :
1) System quality, 2) Information quality, 3) Use, and 4) User satisfaction
Berdasarkan kajian di atas dapat dikatakan bahwa Sistem informasi akuntansi
manajemen adalah sistem informasi akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pengumpulan, persiapan, penafsiran, yang menghasilkan informasi yang membantu manajer memenuhi tujuan organisasi. Kesuksesan sistem informasi akuntansi manajemen dapat di ukur dengan menggunakan (DeLone and McLane, 2008) :
1) System quality: Measure of the information processing system itself. For example: ease of use, system flexibility, system reliability, and ease of learning, as well as system features of intuitiveness, sophistication, flexibility, and response times.
2) Service quality : The effect of information system on the behavior of the recipient. For example: responsiveness, accuracy, reliability, technical competence, and empathy of the personnel staff.
3) Sistem use : Recipient consumption of the output of an information system. amount of use, frequency of use, nature of use, appropriateness of use, extent of use, and purpose of use.
METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran sistematis, serta hubungan dantara fenomena yang diselidiki. Penelitian memfokuskan pada penerapan sistem informasi akuntansi manajemen. Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan dengan cara survei pada perusahan perhotelan di Sumatera Utara. 3.2. Operasionalisasi Variabel
Secara ringkas operasionalisasi variabel dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen
1) System Quality 3. Terdapatnya kemudahan dalam menggunakan sistem
4. Terdapatnya keandalan system
Ordinal
2) Service Quality 1. Kemampuan sistem dalam merespon kebutuhan
2. istem Memiliki Ketepatan waktu dalam memproses
Ordinal
System Use 3. Tingkat penggunaan
4. Tujuan penggunaan
Ordinal
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu dilakukan dengan cara mengirim daftar pertanyaan kepada para pengusaha perhotelan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan penerapan sistem informasi akuntansi manajemen yang dilakukan. Untuk mendukung analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini diperlukan data-data yang valid, baik berupa data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari para pengusaha perhotelan yang dijadikan sampel
yang berkaitan dengan penerapan sistem informasi akuntansi manajemen sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). 3.4. Metode Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi meliputi seluruh perusahaan perhotelan yang berada di Sumatera Utara yang berjumlah 113 perusahaan. Selanjutnya teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh/ sensus, yaitu menggunakan seluruh anggota populasi untuk dijadikan sampel penelitian, sehingga jumlah sampel adalah 113 perusahaan. 3.5 Pengujian Instrumen Penelitian
Sebelum kuesioner disebarkan ke lapangan, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen penelitian melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas ini dilakukan dengan mengkorelasi masing-masing skor pernyataan untuk masing-masing variabel dengan skor total pernyataan. Selanjutnya angka korelasi yang bernilai positif berarti bahwa data valid. Metode korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment. Dari nilai skor korelasi selanjutnya dicari nilai t-hitungnya, kemudian dibandingkan dengan nilai t-
tabel. Jika t-hitung t-tabel maka item tersebut valid. Selanjutnya untuk mengetahui reliabilitas tidaknya data variabel penelitian yang digunakan maka dilihat nilai koefisien Reliabilitas melalui Spearman-Brown (ttot). Berdasarkan nilai r-reliabilitas Spearman-Brown tersebut, selanjutnya akan di dicari nilai t-hitungnya, kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika t-hitung t-tabel maka item tersebut Reliabel. 3.6. Metode Analisis Penelitian ini mengunakan teknik analisis deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara kualitatif dan diuraikan dalam bentuk deskriptif. Adapun tahapan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data sekunder dari Badan Pusat Statistik. 2. Melakukan survey ke perusahaan perhotelan untuk memperoleh data-data yang
diperlukan berupa lembar hasil penyebaran kuesioner. 3. Menganalisis data hasil penyebaran kuesioner. 4. Mencari teori-teori yang mendukung analisis penelitian. 5. Menginterprestasikan hasil penyebaran kuesioner dengan cara membandingkan
antara teori-teori dengan data di lapangan. 6. Menarik kesimpulan tentang penerapan informasi akuntansi manajemen pada
perusahaan perhotelan di Sumatera Utara
PEMBAHASAN Terdapat tiga dimensi pada variabel penerapan sistem informasi
akuntansi manajemen, yaitu system quality, service quality dan system use (DeLone and McLane, 2008). System quality dapat dilihat dari adanya kemudahan menggunakan dan keadalan sistem. Sedangkan service quality dapat diihat dari kemampuan sistem dalam merespon kebutuhan dan memiliki ketepatan waktu dalam merespon. Selanjutnya
System use dapat diihat dari tingkat penggunaan dan tujuan penggunaannya. Adapun hasil jawaban responden tentang penerapan sistem informasi akuntansi manajemen pada perusahaan perhotelan di Sumatera Utara yang dikemukakan dalam Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 Tanggapan Responden Atas Variabel
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen No tem
Indikator Frekuensi Tanggapan Responden
5 4 3 2 1
1 Terdapatnya kemudahan dalam menggunakan sistem
26 (23%)
61 (54%)
24 (21%)
2 (2%)
0 (0%)
2 Terdapatnya keandalan system 17 (15%)
36 (32%)
36 (32%)
24 (21%)
0 (0%)
System Quality 22 (20%)
48 (49%)
30 (30%)
13 (13%)
0 (0%)
3 Kemampuan sistem dalam merespon kebutuhan
19 (17%)
63 (56%)
28 (25%)
2 (2%)
0 (0%)
4 Sistem memiliki ketepatan waktu dalam memproses
17 (15%)
71 (61%)
27 (24%)
0 (0%)
0 (0%)
Service Quality
18 (16%)
67 (59%)
28 (25%)
1 (1%)
0 (0%)
5 Tingkat penggunaan 11 (10%)
77 (68%)
19 (17%)
5 (4%)
1 (1%)
6 Tujuan penggunaan 16 (14%)
71 (63%)
25 (22%)
1 (1%)
0 (0%)
System Use
14 (12%)
74 (66%)
22 (20%)
3 (3%)
1 (0,5%)
Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner
Hasil penelitian untuk dimensi system quality menggunakan dua indikator yaitu terdapatnya kemudahan dalam menggunakan sistem dan terdapatnya keandalan system. Berdasarkan Tabel 3 dilihat dari indikator terdapatnya kemudahan dalam menggunakan sistem dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan sampel menyatakan sangat nyaman dalam menggunakan sistem yang ada/yang digunakan perusahaan sekitar 23%, selanjutnya yang menyatakan nyaman dalam menggunakan sistem yang ada/yang digunakan perusahaan sekitar 54%, sedangkan yang menyatakan cukup nyaman dalam menggunakan sistem yang ada/yang digunakan perusahaan adalah 21% dan yang menyatakan tidak nyaman dalam menggunakan sistem yang ada/yang digunakan perusahaan sekitar 2 %. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa sistem yang digunakan pada perusahaan jasa perhotelan di Sumatera Utara belum memberikan kenyaman kepada pengguna (user). Selanjutnya dilihat dari indikator terdapatnya keandalan sistem dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan sampel menyatakan sistem informasi pada perusahaan selama ini sangat rentan terhadap risiko sekitar 15%. Sedangkan yang menyatakan sistem informasi pada perusahaan selama ini rentan terhadap risiko sekitar 32%, dan yang menyatakan sistem informasi pada perusahaan selama ini cukup rentan terhadap risiko adalah 32%. Selanjutnya yang
menyatakan sistem informasi pada perusahaan selama ini kurang rentan terhadap risiko sekitar 24%. Berdasarkan hasil penelitian tentang dimensi system quality menunjukan bahwa sistem pada perusahaan jasa perhotelan di Sumatera Utara masih terdapat kelemahan.
Hasil penelitian untuk dimensi service quality menggunakan dua indikator yaitu kemampuan sistem dalam merespon kebutuhan dan sistem memiliki ketepatan waktu dalam memproses. Berdasarkan Tabel 3 dilihat dari indikator kemampuan sistem dalam merespon kebutuhan dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan sampel menyatakan sistem informasi pada perusahaan sangat mampu memberikan pelayanan yang baik (menghemat waktu dan lebih cepat) sekitar 17 %, sedangkan yang menyatakan mampu memberikan pelayanan yang baik (menghemat waktu dan lebih cepat) sekitar 56%, dan yang menyatakan cukup memberikan pelayanan yang baik (menghemat waktu dan lebih cepat) adalah 25 %, selanjutnya yang menyatakan jarang memberikan pelayanan yang baik (menghemat waktu dan lebih cepat) sekitar 2%. Selanjutnya berdasarkan indikator sistem memiliki ketepatan waktu dalam memproses dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan sampel menyatakan sistem informasi mampu memproses data selalu tepat waktu sekitar 15%, sedangkan yang menyatakan sistem informasi mampu memproses data selalu tepat waktu adalah 61%, dan yang menyatakan sistem informasi mampu memproses data cukup tepat waktu sekitar 24%. Berdasarkan hasil penelitian tentang dimensi service quality menunjukan bahwa sistem informasi pada perusahaan jasa perhotelan di Sumatera Utara belum sepenuhnya mampu meningkatkan daya saing perusahaan perhotelan yang ditunjukan dengan kecepatan, ketepatan, efisiensi, produktivitas, validitas dan pelayan yang semakin meningkat.
Hasil penelitian untuk dimensi system use dengan indikator tingkat penggunaan dan tujuan penggunaan. Berdasarkan Tabel 3 dilihat dari indikator tingkat penggunaan dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan sampel menyatakan selama ini sangat tergantung atas sistem informasi dalam organisasi sekitar 10%, sedangkan yang menyatakan selama ini tergantung atas sistem informasi dalam organisasi sekitar 68%, dan yang menyatakan selama ini cukup tergantung atas sistem informasi dalam organisasi sekitar 17%, sedangkan yang menyatakan jarang tergantung atas sistem informasi dalam organisasi sekitar 4%, dan yang menyatakan tidak tergantung atas sistem informasi dalam organisasi sekitar 1%. Selanjutnya berdasarkan indikator tujuan penggunaan dapat disimpulkan bahwa dari 113 pengusaha yang dijadikan sampel menyatakan sistem informasi pada perusahaan sangat mampu memperlancar proses bisnis sekitar 14%, sedangkan yang menyatakan sistem informasi pada perusahaan mampu memperlancar proses bisnis adalah 63%, dan yang menyatakan sistem informasi pada perusahaan cukup mampu memperlancar proses bisnis sekitar 22%, dan yang menyatakan sistem informasi pada perusahaan kurang mampu memperlancar proses bisnis sekitar 1%. Berdasarkan hasil penelitian tentang dimensi system use menunjukan bahwa Jumlah penggunaan, frekuensi penggunaan, sifat penggunaan, kesesuaian penggunaan, tingkat penggunaan, dan tujuan penggunaan dari sistem informasi akuntansi manajemen pada perusahaan perhotelan di Sumatera Utara belum maksimal digunakan untuk memperlancar proses bisnis perhotelan di Sumatera Utara
Sistem informasi Akuntansi manajemen tidak terikat oleh suatu kriteria formal yang mengatur sifat dari masukan atau proses bahkan keluarannya, ketidakterikatan tersebut disesuaikan pada tujuan yang hendak dicapai manajemen. Sistem informasi akuntansi manajemen berperan/ berfungsi untuk mendukung aktivitas sehari hari,
mendukung proses pengambilan keputusan, dan membantu pengelola perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada pihak eksternal (Hansen and Mowen, 2007, Azhar Susanto, 2008)
Sistem informasi akuntansi manajemen hotel bertujuan membantu manajemen hotel dalam kegiatan hotel baik kegiatan sehari-hari maupun laporan-laporan yang diperlukan hotel. Kegiatan itu adalah menerima tamu (check in), mendata tagihan tamu (guest folio), pembayaran tamu (guest payment). Dengan adanya sistem ini diharapkan para tamu mendapatkan pelayanan yang lebih baik (good of service). Karena semakin bagus manejemen suatu hotel dan kemudahan pelanggan untuk mencari informasi tentang hotel tersebut menambah point plus tersendiri. Hasil lain yang dicapai dengan pemakaian sistem manajemen adalah efisiensi dalam operasional sehari-hari hotel.
Aliran data yang dihasilkan sistem informasi akuntansi manajemen ini dapat dibagi tiga katagori, yaitu : 1) level paling atas untuk kebutuhan top manajer. Kebutuhan akan data/informasi bersifat jangka panjang, sangat tidak pasti, environmental, perencanan dan kebijaksanaan dan laporan yang berbentuk ringkas; 2) Level menengah untuk midle manager. Kebutuhan akan data/informasi bersifat jangka menengah, relatif lebih pasti, organizational, pelaksanaan kebijaksanaan dan perencanaan taktis, laporan relatif terperinci; dan 3) Level bawah untuk lower manajer. Kebutuhan akan data/informasi bersifat jangka pendek, sedikit pasti, departmental, pelaksanaan aktifitas harian dan pemeliharaan, laporan yang terperinci.
Penelitian Chenhall dan Morris (1986); Astuty (2012) mememukan bukti empiris mengenai karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi para manajerial. Berbagai karakteristik ini adalah lingkup keluasan (broad scope), ketepan waktu (timelines), teragregasi (Aggregation), dan terintegrasi (integration).
Ruang lingkup sebuah sistem informasi akuntansi manajemen hotel sangatlah luas, tergantung kelengkapan fitur yang disediakan oleh program tersebut. Kelengkapan itu sendiri sangat tergantung pada type/jenis hotel dan struktur organisasi perhotelan.
Sistem informasi akuntansi manajemen hotel, umumnya dapat menangani pekerjaan pada Pada divisi kamar (room devision), terutama bagian kantor depan (front office) dan bagian tata graha (housekeeping); divisi accounting (accounting devision) untuk semua bagian accounting; divisi restoran dan bar (bar and restourant division); divisi marketing (marketing devision); dan divisi teknisi dan peralatan (engginering division).
Otley (1980) mengemukakan bahwa tingkat ketersediaan dari masing-masing karakteristik informasi akuntansi manajemen tidak sama untuk segala situasi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Astuty (2015) yang menyatakan bahwa karakteristik informasi yang tersedia akan menjadi efektif apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan pengguna organisasi. Perkembangan kemajuan teknologi dan sebuah sistem dapat dihubungkan dengan perangkat-perangkat keras lainnya (hardware) seperti kamera pengintai (spy camera) dan menyimpan datanya dalam database untuk pengarsipan data-data tamu guna memenuhi keamaan publik jika suatu saat diperlukan. Dengan menghubungkan sistem informasi akuntansi manajemen dengan kunci otomatis dengan menggunakan kartu (smart card, optic card, dll) maka keamanan tamu lebih terjamin dan pengawasan terhadap tamu yang keluar masuk (check in or check out) dapat dikontrol dengan baik. Penggunaan telepon genggam (handphone) oleh para calon tamu dalam memesan kamar hotel dengan menggunakan fasilitas kirim pesan pendek (SMS, sort mesagge system) dan pengintegrasian alat-alat lainnya semakin menambah kompleksnya sebuah sistem informasi akuntansi manajemen hotel.
KESIMPULAN 1. Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen pada perusahaan perhotelan di
Sumatera Utara dilihat dari dimensi system quality menunjukkan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi manajemen masih terdapat kelemahan,
2. Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen pada perusahaan perhotelan di Sumatera Utara dilihat dari dimensi service quality menunjukan bahwa sistem informasi pada perusahaan perhotelan belum sepenuhnya mampu meningkatkan daya saing perusahaan perhotelan yang ditunjukan dengan kecepatan, ketepatan, efisiensi, produktivitas, validitas dan pelayan yang semakin meningkat.
3. Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen pada perusahaan perhotelan di Sumatera Utara dilihat dimensi system use menunjukan bahwa jumlah penggunaan, frekuensi penggunaan, sifat penggunaan, kesesuaian penggunaan, tingkat penggunaan, dan tujuan penggunaan dari sistem informasi akuntansi manajemen belum maksimal digunakan untuk memperlancar proses bisnis perhotelan di Sumatera Utara.
4. Masalah pada penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen disebabkan: a) Masih terdapat SDM yang belum mahir dalam menggunakan teknologi; b) Sistem informasi masih mengandung risiko; dan c) Teknologi yang digunakan memiliki kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Astuty, Widia, “An Analysis of Effect on Aplication of Management Accounting Information System and Quality Management Accounting Information”, Information Management and Business Review, Volume 7 No.3, 2015.
[2] Astuty, Widia, “Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Informasi Akuntansi Manajemen, dan Penganggaran Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan“, Jurnal Trikonomika Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung, Volume 11 No. 2, 2012.
[3] Chenhall, Robert H. & Deigan Morris, “The Impact of Structure, Enviroment, and Interdependence on the Perceived Usefulness of Managerial Accounting Systems”, The Accounting Review.Vol. LXI, No. 1, pp. 16-35, 1986.
[4] Chia. Y.M, “Decentralization, Mangement Accounting System (MAS) Information Characteristics and Their Interaction Effects on Managerial Performance: A Singapore Study”, Journal of Business Finance & Accounting, pp. 811-830, 1995.
[5] DeLone, William,. Petter, Stacie and McLean, Ephraim, “Measuring information systems success: models, dimensions, measures, and interrelationships, 2008.
[6] Gordon, L. A. & Narayanan, V. K, “Management Accounting System, Perceived Enviromental Uncertainty and Organization Structure: An Emperical Investigation” ,Accounting, Organization, and Society. Vol. 9, pp. 33-47, 1984.
[7] Gul, F.A dan Chia, Y.M, “The Effect of Management Accounting Systems, Perceived Environmental Uncertainty and Decentralization an Managerial Performance: A Test of Thee Way Interaction”, Accounting, Organization and Society. Vol 19, pp 413-426, 1994.
[8] Hansen and Mowen, “Managerial Accounting”, 8th edition. Thomson South, 2007.
[9] Mia, I. & Robert H. Chenhall, “The usefulness of Management Accounting System Functional Differentiation and Managerial Effectiveness”, Accounting, Organization, and Society, pp. 1-13, 1994.
[10] Mock, T.J, “Concepts of Information Value and Accounting”. The Accounting Review. Pp. 765-778, 1971.
[11] Otley, David. T, “The Contingency Theory of Management Accounting: Achievement and Prognosis”, Accounting, Organizations, and Society, pp. 413-428, 1980.
[12] Rainer and Cegielski, “Introduction to Information System: Suporting and Transforming Business”, Third Edition. John Wiley & Son Inc, 2011.
[13] Romney and Steinbart, “Accounting Information System”, Twelfth Edition. Pearson Education as Prentice Hall, 2012.
[14] Seddon, PB and Kiew MY, “A partial test and development of DeLone and McLean's model of IS success”, Australian Journal of Information Systems, 1996.
[15] Susanto, Azhar, “Sistem Informasi Akuntansi : Struktur, Pengendalian, Risiko, Pengembangan”, Penerbit Lingga Jaya, 2008.
ANALYSIS OF BUSINESS ENVIRONMENT IN HOSPITALITY COMPANIES IN NORTH SUMATERA
Widia Astuty Department of Accounting, Faculty of Economic, University of Muhammadiyah SumateraUtara 20238, Indonesia; *Corresponding author: widiamaksi@gmail.com
Abstract The aim of the research is to find out the empirical evidence about the business environment which is faced by hospitality companies in North Sumatra. The business environment can be seen on an internal environment and an external environment. The internal environment consists of variables (advantage and disadvantage) which are inside of the company whereas the external environment consists of variables (threat and opportunity) which are outside the company. The research uses descriptive approach. The data collection is done by a survey which distributes a questionnaire to 113 the luxury hotel in North Sumatra. The result of the research shows that the business environment is viewed from the internal environment dimension with three indicators, namely organizational personnel, organizational function, and organizational level staff are in moderate-high uncertainty condition.Furthermore, the business environment is seen from the external environment dimension with five indicators, namely customers, suppliers, social, political, and technological competitors are in moderate-high uncertainty condition. Keywords: Internal Environment, External Environment. INTRODUCTION
The growth of the hotel business in Indonesia seems to be more intriguing, it is seen in the increasingly incessant business actors to expand their wings to various regions in Indonesia, including North Sumatra by building new hotels in potential areas, as well as in tourist areas.The total of hotel in North Sumatera as follows: Table 1. The Total Hotel in North Sumatera Province Year of 2013 – 2015
Year 1st
Star 2nd
Star 3th
Star 4th
Star 5th
Star Hotel Melati
Total
2013 23 26 25 16 6 693 789 2014 20 31 32 16 7 717 828 2015 22 32 36 17 7 735 848
Source: BPS Sumatera Utara, 2016
Based on Table 1, it shows that the development of the total hotel increased every year in North Sumatera. At the beginning, the development of hotel industry is more directed on the development of tourism sector. In this case, it can be seen from hotel resort which is built near in the tourism sector. It contributes an income that is a foreign exchange for the country and for the around society that there is a job vacancy. However a long with the development of knowledge and economics, hotel is not as the tourism industry support but it has changed into as one of the service industry of business oriented.
The era of global competition is the most factors which are interested for a management to manage the company. For every products were produced, the problem is not how to market them but it was faced on the industry competition with the kind of industry as always doing a new innovation.
In understanding the challenges and opportunities in the hospitality industry, managers in this sector need information that brings together relevant financial and non-financial data for decision making in order to make various breakthroughs and continuous innovations. Businesspeople in this sector must understand that they can not rely on core products to survive and thrive, in addition to providing excellent service to hotel guests, they also need augmented products to support the main product offered Against hotel guests.Otley (1980) suggests that the level of availability of each characteristic of management accounting information is not the same for all situations. This is in line with the opinion expressed by Astuty (2015) which states that the characteristics of available information will be effective when appropriate to the level of user organization needs.
Environment is a physical and social factor that is directly taken into consideration in organizational decision making (Duncan, 1972). Furthermore, Abernethy and Guthrie (1994) stated that the application of management accounting information system to companies is influenced by uncertain environment, therefore environmental uncertainty is applied as a factor that can influence management strategy, information system and accounting (Chenhall and Morris 1986). Furthermore Vanevenhoven (2008) suggests the environment is: "The set of all objects a change in the attributes are changed by the behavior of the system gap". (All object changes whose attributes are changed by the system gap behavior).
The environment is embedded with uncertainty, the source of uncertainty is the company's external environment as something unpredictable (Milliken, 1987), ie suppliers, competitors, governments, distributors and customers. The same thing is expressed by Khan and Jain (2007) that that can add to the uncertainty is the possibility of consumer shifts, the actions of
competitors, technological developments and changes in the economic or political environment. Milliken (2001) states that the changing environment, complexity and heterogeneity make the environment less predictable. The global economy is increasingly uncertain with rapid technological advances, ever-changing customers, increasing deregulation and the demand to abandon trade barriers.Based on the description above, The authors are interested to conduct research on the business environment at hospitality companies in North Sumatra. LITERATURE RIVIEW
A company will survive in the long term if it can adapt to the environment.Environment is everything that is outside the organization(Robbins 1994).The population ecological theory explains that the survival and success of the firm is determined by the environmental characteristics in which the firm is located(Child,1997). Furthermore Vanevenhoven (2008) suggests that the environment is: The set of all object a change in whose attributes are changed by the behavior of the system gap.
Wheleen and Hunger (2006) distinguish the corporate environment over the external environment and the internal environment as follows:
“The external environment consists of variables (opportunities and threat) that are outside the organization and not typically within the short- run contol of top management. These variables form the context within which the corporation exists. The internal environment of a corporation consist of variables (strengths and weaknesses) that are within the organization itself and are not usually within the short-run control ot top management. These variables form the context in which work is done. The include the corporation`s structure, culture, and resources”.
Environment is inherent with uncertainty, The source of uncertainty is the company's external environment as something unpredictable (Milliken, 2001), that is supplier, Competitors, governments, distributors and customers. The same thing is expressed Khan and Jain (2007), That which can add to the uncertainty is the possibility of consumer shifts, the actions of competitors, technological developments and changes in the economic or political environment.Milliken (2001) states that the changing environment, complexity and heterogeneity make the environment less predictable. The global economy is increasingly uncertain with rapid technological advances, ever-changing customers, increasing deregulation and the demand to leave trade barriers (Mia and Clarke, 1999 in Schulz et al, 2010).
Duncan in Daft (2010) suggests a framework for assessing environmental uncertainty as follows:
Source: Duncan in Daft (2010)
Figure 1. Framework for Assesing Environmental Uncertainty According to Schulz (2010), three types of the certainty about business environment in general namely,
1) Technological uncertainty 2) Economic Uncertainty (or macroeconomic volatility) 3) Political uncertainty The technology of uncertainty adds the range of uncertainty affected to
industry, company, and economy. The more innovation technology period, be inclined has the high of uncertainty technology while economics uncertainty connects with financial market function, economic development, costumer trust, rate exchanged or inflation. In addition, the most extreme from the uncertainty is political risk. The discontinuity risk in the business environment is resulted from the political changing.
Furthermore, according to Milliken (2010) is about the three uncertainty environment, namely:
1) State Environment (or`Perceived Environmental Uncertainty) 2) Impact Uncertainty 3) Response Uncertainty
The organization faces the uncertainty when they see the organization environment cannot be predicted. The uncertainty about the environment situation is that someone does not understand how the environment component might be changed. In spite of with the uncertainty, it connects with the individual ability to predict what the impact of environment change, the effect of organization change will be in the uncertainty. The impact of uncertainty is defined as disability to predict the impact from the environment in the future. Meanwhile, the uncertainty is connected with the effort to comprehend what the available response choice to organization and what the value or the function from each choice. The response of the uncertainty is defined as the less of knowledge about response choice and/or the uncertainty to predict the possibility consequence from the response choice itself.
From the study, it can be said that the uncertainty environment is the uncertainty of someone to know what will happen in the organization environment in the future, because in the future it will not decide. The comprehending of environment uncertainty is the important factor to comprehend the organization. RESEARCH METHOD
Design Research is a descriptive research, which holds activities of data collection and analysis with the aim to create a description, systematic description, and relationships and the phenomenon being investigated. Research focuses on the business environment. To achieve the purpose of this study was conducted by survey at hospitality companies in North Sumatra.In summary the operationalization of variables in this study are presented in the following table: Table 1. Operationalization of Research Variables Variable Dimension Indicator Scale
Business Environment (Duncan, 1972)
1. Internal Environment
1. Organization personnel 2. Functional Organizations and staffing units 3. Ordinal organizational level
Ordinal
2. External Environment
1. Customers 2. Supplier 3. Social Competitors 4. Politics 5. Ordinal Technology
Ordinal
Data collection in this study using a questionnaire, which is done by sending a list of questions to the hoteliers to obtain data related to the application of management accounting information system conducted. To support the analysis to be performed in this study required valid data, both in the form of primary data and secondary data. Primary data were obtained from hotel entrepreneurs who were sampled related to the application of management accounting information system while secondary data was obtained from Badan Pusat Statistik (BPS).In this study, the population includes all hospitality companies located in North Sumatra, amounting to 113 companies. Therefore, the number of population is 113 companies. Research Instruments.
Before the questionnaires were distributedto the field, at the beginning it is tested the research instrument through validity test and reliability testto 30 hotels in Medan. The validity instrument is done by correlated score in each item with the total score. The technic analyzing used is coefficient correlation of product moment pearson, it is the correlation analyzing which is the function to determine a scale stated how the strong connection a variable with another variable ( Sugiyono, 2012). The minimum qualification is to
complete whether every questions is a valid or not by using rhitungthrough rtabel= 0,361 (see r tablefor N=30), where rhitung> rtabel. Based on the result counting done is the question no 1 until 8 is a valid and it can be used to explain business environment variable, where all the rhitungthe observer instrument > r-table. Next the reliability instrument is a function to know what is a data collection tool in the basic form shows that the appropriate range, accuracy, stable and consistency tool in explore the certain indication from individual’s group, even though it is done on the different time. The reliability instrument is done through the questions or the valid questions. Based on the counting result it is known a value Cronbach’s Alpha is 0,840 so the business environment variable instrument is concluded having the highest reliability (if alpha between 0,8 so the reliability is good). Analysis Method.
This research uses descriptive analysis techniques, with more descriptive of the results of questionnaires and interviews. The data obtained are then analyzed qualitatively and described in descriptive form. RESULT AND DISCUSSION
The results of respondents' answers about the business environment on each item of statement are outlined in Table 3 below:
Table 3. Responder's Response Up Business Environment Variable No Indicator
Respondents Response Frequency
5 4 3 2 1 1 Organization personnel 9 (8%) 58 (51%) 44 (39%) 2 (2%) 0 (0%) 2 Functional organization
12 (11%) 66 (58%) 27 (24%) 5 (4%) 3 (3%)
3 Organizational level staff unit
66 (58%) 32 (28%) 14 (12%) 1 (1%) 1 (1%) Internal Environment
29(27%) 52 (46%) 28 (25%) 3 (2%) 2 (2%)
4 Customer
75 (66%) 18 (16%) 12 (11%) 5 (4%) 3 (2%) 5 Supplier
34 (30%) 37 (33%) 36 (32%) 7 (6%) 0 (0%)
6 Competitor
50 (44%) 57 (50%) 5 (4%) 2 (2%) 0 (0%) 7 Social politics
24 (21%) 64 (57%) 20 (18%) 5 (4%) 0 (0%)
8 Technology
40 (35%) 67 (59%) 7 (6%) 0 (0%) 0 (0%)
External Environment
45 (39%) 48 (43%) 16 (14%) 3 (3%) 1 (1%)
The research results for the internal environment dimension using three indicators, namely organizational personnel, organizational function and organizational level staff unit. Based on Table 3, it can be concluded that the internal environment seen indicator personnel organization is in moderate-high uncertainty condition because there are still personnel who do not have the skills needed in the hospitality business. The inability can be caused by the inappropriate specs expected at the time of employee recruitment
and also the impact of the hotel competition which requires the hotel to continuously improve the service so that the hotel company needs to improve the human resources to be more qualified.Furthermore, seen from the functional indicators of the organization can be summed up the internal environment seen functional organizational indicators are at high-moderate uncertainty condition because technology as the development of the era is constantly changing.From the indicator of organizational level staff level, it can be concluded that the internal environment seen by organizational staff unit level indicator is in the condition of high uncertainty, because the hotel operates based on public trust, so that hotel company should be able to maintain customer trust, and customer's complaints can not be mediated The hotel can reduce customer confidence in the hotel.
Based on the results of research on the internal environment dimension shows that the internal environment of hospitality company is in moderate-high uncertainty condition, which is formed by the existence of organization personnel who do not have the required skills of the hotel, such as officer performance standards, hotel hygiene and neatness standards, product knowledge And hospitality services, standards of communication with customers, and the ability to use technology owned hotel, because if its human resources do not master the technology, then it becomes a waste considering the expensive technology used by hospitality companies. In addition due to lack of reviews of technology that support information systems, because over the times will continue to change, hospitality companies must be able to read and adapt quickly to technological advances, because customers will find a hotel that has a complete facility, comfortable and provide ease during Stay and ease in transacting.
The research results for the external environment dimension using five indicators, namely customers, suppliers, socio-political competitors, and technology. Based on Table 3, it can be concluded that that the external environment seen customer indicator is in moderate-high uncertainty condition which indicates that the increase in the number of hotel customers is uncertain. The hotel is a type of accommodation that uses part or all of the buildings that provide lodging services, food and beverages and other publicly-owned commercial services. The progress of the hospitality industry is strongly driven by the development of tourism industry, business, ease of transportation access and supported by adequate infrastructure.Furthermore, it can be concluded from the indicator suppliers can be concluded that the external environment seen by competitors' indicator is in the condition of high uncertainty, because with the number of hotels trying to give the best service, cause the hotel is not easy to obtain loyal customers, because customers will
find a hotel that provides excellent service and facilitate the activity Customer.While seen from competitor indicator can be concluded that the external environment seen by competitor indicator is in condition of high uncertainty, because with the number of hotel trying to give the best service, cause hotel not easy to get loyal customer, because customer will look for hotel which give excellent service And simplify the customer's activity.Furthermore, from socio-political indicator it can be concluded that the external environment seen socio-political indicators are in moderate-high uncertainty condition. This shows that the rules that have been set by the hotel company, so the hotel must be able to adapt to the rules set. Social politics shows that government regulations are in control of hotel activities in North Sumatra.Furthermore, the technological indicator can be concluded that the external environment that is seen indicator technology is in the condition of high uncertainty, because the rapidly developing technology that causes uncertainty is very high.
Based on the results of research on the external environmental dimension shows that the external environment of hospitality companies is in moderate-high uncertainty condition, which is formed by the increasing number of uncertain hotel customers. High rate of turn over, high level of competition due to the number of hotels trying to provide the best service, cause the hotel is not easy to obtain loyal customers, the rules set by the government and already run by the company, so the hotel should Able to adapt to the established rules, as well as rapid technological developments cause the uncertainty is very high for the hospitality company.
Changes in the business environment is one factor that often causes the company to make adjustments to the company's condition with the environment. The acceleration of high business environment changes leads to higher environmental uncertainty, making management difficult to get relevant, valid, accurate and timely information for decision making (Miliken, 1990). Environmental uncertainty poses a threat to strategic management as uncertainty hampers an organization's ability to develop long-term plans and to make strategic decisions to keep companies balanced with the external environment (Wheelen and Hunger, 2006; Astuty, 2012; Astuty, 2015).
Elenkov (1997) explains that the perception and interpretation of managers to their environment is the basis for strategic action. This argument supports the measurement of the environment based on the perception (subjective measure), in this case the manager's perception methodology is valid, and has a level of accuracy that is not inferior to the objective measure. Furthermore, Gul and Chia (1994) assert that perceptions about environmental uncertainty are better than actual environmental uncertainty, because they affect the
decisions managers make in responding to the company's operational environment.
CONCLUSIONS 1. The internal environment of hotel companies in North Sumatra is
in moderate-high uncertainty condition, this is due to the presence of organization personnel who do not have the required skills of the hotel, such as officer appearance standards, hotel hygiene and neatness standards, knowledge of hospitality products and services, Standards communicate with customers, as well as the ability to use technology owned hotel. In addition to the lack of reviews of technology that support information systems, hospitality companies should be able to read and adapt quickly to technological advances, because customers will find a hotel that has a complete facility, comfortable and provide ease during the stay and ease in transacting.
2. The external environment of hospitality companies in North Sumatra is in moderate-high uncertainty condition, due to the increasing number of uncertain hotel customers. High turn-over rate, high level of competition due to the number of hotels trying to provide the best service, cause the hotel is not easy to obtain loyal customers, the existence of rules set by the government and has been run by the company.
3. In the facing of uncertainty in business environment, the company is able to know the environment condition automatically, to know what is the customer needed, to give the ease, the comfortable, and the satisfaction on the using product offered, meanwhile the arrangement of the program is in order to a product offered is not easy to imitate and to compete it so that it is able to achieve customer loyal. In spite of the study needed through the technology supports the company information system because the customer will find out hotel which has a complete facilities and to give the easy way of transaction.
REFERENCES Albernaty, M. A. & Guthrie,C.H. (1994). An Empirical Assessment of
Fit Between Strategy and Management Information System Design. Accounting and Finance, No.34, pp 49-66.
Astuty, Widia. (2015). An Analysis of Effect on Aplication of Management Accounting Information System and Quality Management Accounting Information. Information Management and Business Review, Volume 7 No.3
____________.(2012). Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Informasi Akuntansi Manajemen, dan Penganggaran Dampaknya
terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Trikonomika Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung, Volume 11 N0. 2.
Chenhall, Robert H. & Deigan Morris.(1986). The Impact of Structure, Enviroment, and Interdependence on the Perceived Usefulness of Managerial Accounting Systems. The Accounting Review.Vol. LXI, No. 1, pp. 16-35.
Daft, Richard L. (2010). Management.Ninth Edition.South Western. Duncan, R. B. (1972). Characteristics of Organizational Environments
and Perceived Environmental Uncertainty.Administrative Science Querterly, pp. 313-327.
Elenkov, Detelin S. (1997). Strategic Uncertainty and Environmental Scanning. The Case for Institutional Influences on Scanning Behavior. Stategic Management Journal. Vol 18, pp. 287-302.
Gul, F.A dan Chia, Y.M. (1994). The Effect of Management Accounting Systems, Perceived Environmental Uncertainty and Decentralization an Managerial Performance: A Test of Thee Way Interaction. Accounting, Organization and Society. Vol 19, pp 413-426.
Khan, M.Y and Jain, P.K. (2007).Management Accounting:Text, Problem and Cases. Fourth edition . The McGraw Hill Companies
Milliken, F. J. (1987). Three Types of Perceived Uncertainty About the Enviroment: State, Effect and Response Uncertainty. Academy of Mangement Review. Vol. 12, pp. 133-143.
_____________(1990).Perceiving and Interpreting Environmental Change: An Examination of College Administrators Interpretation of Changing Demographics. Academy of Management Journal. Vol 33 No.1 , pp 42-63.
_____________(2001).Three Types of Perceived Uncertainty about Environment: State, Effect and Response Uncertainty. Academy of Management review Vol 12 no. 1
Otley, David. T. (1980).The Contingency Theory of Management Accounting: Achievement and Prognosis. Accounting, Organizations, and Society, pp. 413-428.
Vanevenhoven, Jeff. P. (2008).Taxonomies of Environmental Uncertainty Sources Perceived by Executives in The US, Taiwan and Mexico. Uni Microform. Copyright by Proquest LLC
Wheelen, Thomas L. & J. David Hunger. (2006). Startegic Management and Business Policy.Tenth Edition. New Jersey: Pearson Edition Inc. Prentice Hall
AKUNTANSI MANAJEMEN
PENYUSUN Dr. WIDIA ASTUTY, SE.,MSi.,QIA.,Ak.,CA.,CPAI
Dr. FAJAR PASARIBU,SE.,MSi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER 2017
Daftar Isi Kata Pengantar ....................................................................................... ...... Ucapan Terima Kasih .............................................................................. ...... Daftar Isi ................................................................................................ ...... Tinjauan Mata Kuliah ............................................................................. ..... Bab 1. RUANG LINGKUP AKUNTANSI MANAJEMEN ............................... ...... 1.1. Fungsi-fungsi manajemen................................................................. ......
1.2. Informasi akuntansi manajemen ...................................................... ......
1.3. Pengertian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan ............. ......
1.4. Perspektif historis akuntansi manajemen ......................................... ......
1.5. Tema-tema baru dalam akuntansi manajemen ................................ ......
1.6. Perbedaan dan persamaan akuntansi keungan dengan
akuntansi manajemen ...................................................................... ......
1.7. Posisi akuntan manajemen dalam organisasi perusahaan ................ ......
1.7.1. Fungsi garis/line (line department) ......................................... ......
1.7.2. Fungsi staf (staff department) ................................................ ......
1.7.3. Perilaku etis bagi akuntan manajemen .................................. ......
1.8. Sertifikasi ......................................................................................... ......
1.8.1. Sertifikat akuntansi menajemen (CMA) .................................. ......
1.8.2. Sertifikasi akuntan publik (CPA) .............................................. ......
1.8.3. Sertifikasi auditor internal (CIA) .............................................. ......
Soal latihan ............................................................................................. ......
Bab 2. KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN DAN PERILAKU BIAYA ......
2.1. Konsep biaya .................................................................................... ......
2.2. Jenis-jenis biaya ............................................................................... ......
2.3. Objek biaya, keterlacakan dan penelusuran ..................................... ......
2.4. Metode pembebanan biaya ............................................................. ......
2.5. Biaya produk dan jasa ...................................................................... ......
2.6. Biaya yang berbeda untuk tujuan berbeda ....................................... ......
2.7. Biaya produk untuk pelaporan keuangan eksternal .......................... ......
2.8. Laporan keuangan eksternal ............................................................ ......
2.9. Konsep perilaku biaya ...................................................................... ......
2.10. Asumsi linearitas ............................................................................ ......
2.11. Perilaku biaya step ......................................................................... ......
2.12. Perilaku biaya campuran ................................................................ ......
2.13. Metode pemisahan biaya campuran .............................................. ......
2.13.1. Metode tinggi rendah (high low method) ............................. ......
2.13.2. Metode diagram menyebar (statistical scattergraph method) ......
2.13.3. Metode kuadrat terkecil (least square method) .................... ......
2.14. Reabilitas rumus biaya ................................................................... ......
2.15. Regresi berganda............................................................................ ......
2.16. Pertimbangan manajerial ............................................................... ......
Soal latihan ............................................................................................. ......
Bab 3. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ................................................. ......
3.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi …………………………………………......
3.2. Ruang Lingkup Sistem Informasi Akuntansi...................................................
3.3. Komponen Dan Sub Sistem Informasi Akuntansi (SIA) .............................
3.4. Peran Sistem Informasi Akuntansi Dalam Rantai Nilai (Value Chain).......
3.5. Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi .......................................... ......
Bab 4. SISTEM PENENTUAN HARGA POKOK FULL COSTING
DAN VARIABEL COSTING ............................................................. ...... 4.1. Full costing ....................................................................................... ......
4.2. Direct costing ................................................................................... ......
4.2.1. Penentuan harga pokok produksi ........................................... ......
4.2.2. Perbedaan dalam penyajian laporan laba-rugi ........................ ......
4.3. Kelemahan direct costing ................................................................. ......
4.4. Manfaat direct costing bagi manajemen .......................................... ......
4.4.1. Direct costing sebagai petunjuk harga jual .............................. ......
4.4.2. Direct costing sebagai alat perencanaan laba ......................... ......
4.4.3. Direct costing untuk pengambilan keputusan manajemen ..... ......
Soal latihan ............................................................................................. ......
Bab 5. ANALISA BIAYA, VOLUME, DAN LABA ......................................... ......
5.1. Strategi berbasis biaya ..................................................................... ......
5.2. Dasar analisis hubungan biaya volume dan laba ............................... ......
5.3. Break even point .............................................................................. ......
5.3.1. Pendekatan persamaan .......................................................... ......
5.3.1.1. Persamaan biasa......................................................... ......
5.3.1.2. Metode kontribusi margin .......................................... ......
5.3.2. Pendekatan grafik................................................................... ......
5.4. Anggapan-anggapan yang mendasari analisis break even point ....... ......
5.5. Analisis biaya, volume dan laba melalui grafik .................................. ......
5.5.1. Pendekatan Grafik volume dan laba ....................................... ......
5.5.2. Break even poin (BEP) campuran ............................................ ......
5.5.3. Jenjang keamanan (margin of safety) ..................................... ......
Soal latihan ............................................................................................. ......
Bab 6. KONSEP BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN ......................................................... ......
6.1. Karakteristik informasi yang digunakan dalam
pengambilan keputusan ................................................................... ......
6.2. Model pembuatan keputusan taktis ................................................. ......
6.3. Klasifikasi konsep biaya dalam pengambilan keputusan ................... ......
6.3.1. Konsep biaya masa lalu dan biaya yang akan datang .............. ......
6.3.2. Konsep biaya tenggelam dan biaya tunai ................................ ......
6.3.3. Konsep biaya relevan dan tidak relevan .................................. ......
6.3.4. Konsep biaya kesempatan dalam pengambilan keputusan ..... ......
6.3.5. Konsep biaya marginal dan diferensial dalam
pengambilan keputusan ........................................................ ......
6.3.6. Konsep biaya terhindarkan dan tidak terhindarkan dalam
pengambilan keputusan ........................................................ ......
6.3.7. Konsep biaya modal sendiri dalam pengambilan keputusan ... ......
6.4. Keputusan menyewakan atau menjual ............................................. ......
6.5. Keputusan terhadap suatu pesanan khusus (special order decision) . ......
6.6. Keputusan membeli atau membuat sendiri (make or buy decision) .. ......
6.7. Keputusan meneruskan atau menghentikan lini produk .................. ......
6.8. Keputusan menjual atau memproses produk lebih lanjut ................ ......
Soal latihan ............................................................................................. ......
Bab 7. ACTIVITY BASED COSTING DAN JUST IN TIME (JIT) ...................... ...... 7.1. Konsep dan penerapan sistem ABC………………………………………………….......
7.2. Keunggulan dan Kelemahan ABC ...................................................... ......
7.3. Langkah-langkah pendekatan ABC .................................................... ......
7.3. Just in Time (JIT) ............................................................................... ......
7.4. Keterbatasan Just in Time (JIT) ......................................................... ......
Soal latihan ............................................................................................. ......
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 RUANG LINGKUP AKUNTANSI
MANAJEMEN
1.1. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Akuntansi manajemen memberikan dorongan didalam bentuk penyediaan
informasi didalam berbagai tingkatan pengambilan keputusan. Akuntansi Manajemen
memiliki fungsi yang lebih khusus yaitu membantu manajemen intern didalam
melakukan perencanaan, pengendalian, evaluasi dan pengambilan keputusan. Secara
umum Akuntansi manajemen datang memenuhi kebutuhan manajemen didalam
menjalankan fungsinya yang dikenal dengan konsep PDCA (Plan- Do – Control dan
Action)
- Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini manajemen melakukan rancangan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam upaya menjalankan organisasi perusahaan kearah sasaran
tertentu
- Pengorganisasian dan pengarahan (Do)
Manajemen memutuskan bagaimana cara terbaik mengkombinasikan sumber
daya manusia dengan sumber daya ekonomi lainnya, mengembangkan struktur
perusahaan untuk membagi berbagai tanggungjawab,tugas dan wewenang
pada masing-masing bagian agar dapat mencapai rencana yang ditetapkan.
- Pengendalian (Control)
Pengendalian berfungsi untuk memastikan tercapainya tujuan organisasi.
Manajemen mengambil langkah-langkah guna memastikan bahwa
organisasi telah berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Pengendalian biasanya dicapai dengan menggunakan umpan balik, yaitu
informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi atau memperbaiki
BAB 2 KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
DAN PERILAKU BIAYA
2.1. KONSEP BIAYA
Biaya (cost) adalah sejumlah pengorbanan kas atau setara kas untuk
mendapatkan barang atau jasa, yang diharapkan dapat memberikan manfaat atau
keuntungan pada masa yang akan datang. Kas yang dikeluarkan untuk membeli bahan
baku disebut biaya bahan baku. Barang jadi yang belum terjual, dimana biaya sudah
dikeluarkan untuk memproduksi barang jadi tersebut, maka perlakuaan akuntansinya
dicatat didalam neraca yang merupakan aktiva dan apabila barang jadi tersebut sudah
terjual, maka akan disajikan sebagai beban (expense) di laporan rugi laba. Beban
merupakan biaya yang tidak dapat memberikan manfaat dimasa yang akan datang
atau biaya yang sudah habis masa manfaatnya.
2.2. JENIS-JENIS BIAYA
Biaya dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam kelompok biaya.
Berikut ini merupakan pengelompokkan jenis biaya sesuai dengan dasar yang
digunakan :
Dasar Pengelompokan Jenis Biaya Fungsi Organisasi 1. Biaya Produksi
a. Biaya Bahan Baku b. Biaya Tenaga Kerja c. Biaya Overhead
2. Biaya Non produksi a. Biaya Administrasi b. Biaya Penjualan
Perioda Penandingan 1. Biaya Produk 2. Biaya Periodik
Ketelusuran ke Objek Biaya 1. Biaya Langsung 2. Biaya Tidak Langsung
BAB 3 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
3.1. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Tidak diragukan bahwa peranan Sistem informasi Akuntansi berperan penting
terhadap kemajuan organisasi.Berkembangnya teknologi informasi menjadi
pendukung berkembangnya Sistem Informasi Akuntansi dan menjadi bagian
penting didalam Akuntansi sehingga secara erat mampu dikoordinasikan menjadi
transformasi data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan pada suatu
organisasi.
Pada bagian ini akan dibahas tentang definisi Sistem Informasi Akuntansi dan
beberapa istilah lainnya untuk dapat memahami materi dalam buku ini.
Pentingnya pemahaman tentang sistem informasi akuntansi sehingga pada buku ini
akan dipaparkan tentang beberapa konsep menurut beberapa ahli yaitu sebagai
berikut :
1. Sistem merupakan suatu rangkaian dan jaringan kerja yang saling terhubung
dan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan dan
menyelesaikan (Jerry FithGerald).
2. Sistem adalah seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu relasi diantara
unsur-unsur tersebut dengan lingkungan (Ludwig Von Bartalanfy).
3. Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama
lain (Anotol Raporot).
Tujuan dasar suatu sistem tergantung pada bagaimana sistem itu dibangun,
sistem administrasi yang dikembangkan mempunyai tujuan yang berbeda-beda.
Organisasi bisnis mempunyai tujuan yang jelas yaitu mendapatkan keuntungan.
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) merupakan susunan berbagai formulir
catatan, peralatan, termasuk computer dan perlengkapannya serta alat
komunikasi, tenaga pelaksanaannya, dan laporan yang terkoordinasikan secara
erat didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang
dibutuhkan manajemen (Nugroho Widjajanto, Sistem Informasi Akuntansi,
Erlangga, Jakarta 2001).
Hal ini mendasari bahwa Sistem Informasi Akuntansi merupakan sistem
informasi yang bersifat fungsional dan mendasari sistem informasi fungsional
BAB 4 SISTEM PENENTUAN HARGA POKOK
FULL COSTING DAN VARIABEL COSTING
4.1. FULL COSTING
Kalkulasi biaya produksi full costing/absorption costing adalah pengorbanan
sumber daya untuk menghasilkan barang atau jasa, dimana unsur-unsurnya adalah
biaya bahan langsung, upah langsung, biaya overhead pabrik tetap dan biaya
overhead pabrik variabel.
Full costing berbeda dengan full cost/biaya produk penuh. Full cost adalah
seluruh pengorbanan sumber daya sampai produk dikonsumsi oleh konsumen,
dimana unsur-unsurnya adalah biaya bahan langsung, upah langsung, biaya
overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel, biaya pemasaran tetap,
biaya pemasaran variabel, biaya administrasi tetap dan biaya administrasi variabel.
Perhitungan biaya full costing diperlukan untuk pelaporan eksternal
(pemerintah, kreditur, pemegang saham, dan lainnya). Full costing berguna untuk
(1) menyajikan perhitungan laba-rugi untuk pihak luar (pemegang saham, jawatan
pajak, kreditur,dsb) (2) memisahkan beban menurut fungsi manajemen)
menentukan kinerja divisi pemasaran, pabrik dan divisi adminstrasi.
4.2. DIRECT COSTING
Direct costing merupakan cara penentuan harga pokok produksi yang
membebankan biaya produksi yang berubah sesuai dengan perubahan volume
produksi. Unsur-unsurnya adalah biaya bahan langsung, upah langsung dan biaya
overhead pabrik variabel.
Direct costing digunakan untuk pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan produk oleh manajemen. Full costing yang peruntukkannya untuk pihak luar,
BAB 5 ANALISIS BIAYA VOLUME DAN LABA
5.1. STRATEGI BERBASIS BIAYA
Biaya, volume, laba merupakan elemen pokok dalam penyusunan laporan laba-
rugi pada suatu perusahaan. Analisis biaya, volume dan laba adalah pemeriksaan
bagaimana jumlah pendapatan dan jumlah biaya berubah seiring dengan perubahan
volume penjualan. Pemahaman mengenai konsep biaya, volume dan laba dapat
digunakan oleh manajemen sebagai dasar untuk merencanakan komposisi tingkat
biaya, volume dan laba yang menguntungkan. Hal yang menjadi elemen utama dalam
analisis ini meliputi :
a. Volume penjualan
b. Harga jual produk
c. Biaya variabel perunit
d. Total biaya tetap
e. Bauran penjualan
Sifat dunia bisnis yang senantiasa bersifat dinamis, kemungkinan pola-pola
perilaku biaya non-linear dan ketidakpastian masa depan menuntut asumsi-asumsi
yang membatasi aplikasi teknik analisis biaya, volume dan laba. Asumsi-asumsi
tersebut diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel ataupun biaya tetap. Lebih
jauh dianggap bahwa biaya-biaya lainnya seperti biaya campuran, dapat dipilah
menjadi unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan
pada saat aktivitas berubah dan biaya variabel perunit tidak berganti ketika
aktivitas berubah. Efisiensi dan produktifitas proses produksi serta tenaga kerja
dianggap konstan pula.
BAB 6 KONSEP BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN MANAJEMEN 6.1. KARAKTERISTIK INFORMASI YANG DIGUNAKAN DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Biaya relevan merupakan hasil pengolahan data historis oleh akuntan intern atau
ahli lainnya. Biaya relevan berhubungan erat dengan pengambilan keputusan
manajemen. Ketika manajer menetapkan suatu keputusan, tidak seluruh data
keuangan berguna dalam menentukan pilihan di antara berbagai alternatif keputusan
yang tersedia. Dalam praktiknya seorang manajer juga perlu mempertimbangkan dan
mengevaluasi faktor non keuangan sebelum keputusan itu bersifat final. Informasi
yang diperlukan dalam pengambilan keputusan harus mempunyai karakteristik
informasi, yaitu: relevan, akurat, tepat waktu dan juga berkualitas.
Biaya relevan adalah biaya masa mendatang dalam berbagai alternatif untuk
pengambilan suatu keputusan manajemen. Kriterian biaya relevan diantaranya :
1. Terjadi pada masa yang akan datang, dengan kata lain biaya relevan
merupakan biaya taksiran
2. Berbeda diantara berbagai alternatif yang dipertimbangkan.
Untuk menjadi relevan, suatu biaya tidak harus merupakan biaya yang timbul
di masa akan datang, tetapi juga harus berbeda untuk masing-masing alternatif.
Jika biaya masa akan datang tersebut terdapat dalam beberapa alternatif, maka biaya
tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap keputusan. Biaya semacam ini disebut biaya
tidak relevan.
6.2. MODEL PEMBUATAN KEPUTUSAN TAKTIS
Pembuatan keputusan taktis adalah pembuatan keputusan dengan memilih dari
beberapa alternatif dalam waktu yang singkat. Misalnya: menerima pesanan khusus
BAB 7 ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
DAN JUST IN TIME (JIT)
7.1. KONSEP DAN PENERAPAN SISTEM ABC
Perusahaan yang ingin terus hidup dan berkembang harus mulai mengikuti cara-
cara penentuan biaya produksi berteknologi tinggi, salah satunya adalah akuntansi
biaya berbasis aktivitas (activity based costing). Pada intinya akuntansi biaya berbasis
aktivitas memberikan cara pembebanan biaya tidak langsung produksi berdasarkan
aktivitas untuk menambah nilai dari suatu produk, tidak hanya berdasarkan pada satu
cara pembebanan yaitu jam kerja langsung, jam kerja mesin. Activity based costing
(ABC) merupakan pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya
kepada produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh
aktivitas. ABC digunakan pada saat perusahaan menghadapi persaingan yang ketat dari
pesaingnya dan penetapan harga jual terhadap keunggulan bersaing.
Seiring berkembangnya dunia teknologi, membuat sistem biaya tradisional tidak
sanggup untuk mengurukur biaya secara akurat. Lingkungan bisnis saat ini yang begitu
kompleks mengakibatkan sistem akuntansi biaya tradisional tidak dapat menjawab
keadaan tersebut. Kelemahan dari sistem akuntansi biaya tradisional yaitu :
1. Sistem biaya akuntansi tradisional memperlakukan biaya riset, pengembangan
dan perekayasaan sebagai biaya periode.
2. Sistem biaya akuntansi tradisional menekankan pada kinerja jangka pendek.
3. Sistem biaya akuntansi tradisional menganggap biaya muncul diakibatkan faktor
tunggal seperti jam kerja langsung, jam kerja mesin, volume produk sehingga
tidak mencerminkan sebab akibat biaya.
2. Sistem biaya akuntansi tradisional memusatkan pada alokasi dan distribusi biaya
overhead daripada mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah.
top related