laporan 4 thp teknologi hasil pertanian
Post on 30-Nov-2015
64 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk mendapatkan bahan hasil pertanian yang berkualitas baik, maka dalam
penanganan pascapanen harus dilakukan dengan baik sesuai dengan prosedur yang
ada. Di Indonesia, salah satu BHP yang banyak dilihat adalah beras. Beras merupakan
komoditas yang sangat penting bagi Indonesia, melihat bahwa masyarakat sangat
berkegantungan dengan beras sebagai bahan makanan pokok. Sepantasnya memang
bahwa beras disorot oleh masyarakat dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya.
Biasanya setiap wilayah di Indonesia mempunyai pusat industri komoditas beras,
karena memang dilihat pentingnya beras di setiap daerah. Pusat industri beras
menjadi tempat transaksi jual beli beras. Penjualan dilakukan setelah beras yang
dibeli mengalami perubahan dalam perwujudan nilai tambah seperti melalui
perbaikan kualitas dengan teknologi, seperti pengemasan, pensortiran, grading dan
lain-lain. Oleh karena itu industri beras ditantang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas beras mereka. Salah satu upaya untuk peningkatan kualitas
BHP adalah dengan melalui sortasi dan grading.
1.2. Tujuan Percobaan
1. Mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading bahan hasil pertanian
2. Melakukan perhitungan kualitas dan variable kualitas untuk mengkaji kelas
kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visible), kerusakan yang tak tampak
(invisible damage), bahan asing (foreign materials), keretakan (sound grain
and crack)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembersihan
Pembersihan dalam penanganan bahan hasil pertanian adalah mengeluarkan
atau memindahkan benda asing atau kotoran dan bahan-bahan yang tidak diinginkan
dari bahan utama (produk yang diinginkan). Pembersihan bertujuan untuk
menghilangkan kotoran yang menempel pada bahan hasil pertanian. Kebersihan
sangat mempengaruhi kenampakan. Oleh karena itu sebelum dipasarkan, hasil
pertanian harus dibersihkan dari kotoran atau benda asing dan bagian-bagian yang
tidak diperlukan. Kotoran pada hasil pertanian sering dianggap sebagai sumber
kontaminasi, karena mengandung mikroorganisme yang dapat merusak hasil panen.
Jenis kotoran pada bahan hasil pertanian, berdasarkan wujudnya dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Kotoran Berupa Tanah
Kotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan yang menempel pada
bahan hasil pertanian pada saat bahan dipanen. Kotoran ini dapat berupa:
tanah, debu, dan pasir. Tanah merupakan media tempat berkembangnya
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan hasil pertanian. Adanya
tanah pada bahan hasil pertanian terkadang sukar dihindarkan, karena
beberapa hasil pertanian terdapat di dalamtanah, seperti umbi-umbian.
2. Kotoran Berupa Sisa Pemungutan Hasil
Kotoran jenis ini meliputi kotoran sisa pemungutan hasil tanamanya itu
bagian tanaman yang bukan bagian yang dipanen, antara lain berupa: dahan,
ranting, biji, kulit.
3. Kotoran Berupa Benda-Benda Asing
Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti: unsur logam akan
memberi kesan ceroboh dalam penanganan hasil panen.
4. Kotoran Berupa Serangga Atau Kotoran Biologis Lainny
Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dan kotoran biologis
ainnya yang tercampur dengan bahan hasil pertanian dapat membawa bibit
penyakit seperti kolera, tipus, desentri dan lain-lain.
5. Kotoran Berupa Sisa Bahan Kimia
Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal antara lain dari obat-obatan
pestisida dan pupuk. Kotoran ini di samping mengganggu penampakan hasil
panen juga dapat menyebabkan keracunan pada konsumen. Pada konsentrasi
yang cukup tinggi, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan secara
langsung. Sedangkan pada konsentrasi yang rendah dan bila terus menerus
akan tertimbun di dalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Secara umum dalam melakukan proses pembersihan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu :
1. Dry method, yang diantaranya meliputi :
Penyaringan (screening)
Pemungutan dengan tangan (hand picking)
2. Wet method, yang diantaranya meliputi :
Perendaman (soaking)
Water sprays
Rotary drum
Brush washer
Shuffle of Shaker Washer
2.2. Sortasi
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai
fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis,
tekstur, warna, benda asing atau kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan rasa
ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah mikroba
dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian). Bahan yang
disortir adalah semua simplisia yaitu daun, batang, rimpang, korteks, buah, akar, biji
dan bunga. Ada dua macam proses sortasi, yaitu:
1. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan
simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat,
maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut
dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber mikroba yang potensial.
Sehingga, pembersihan tanah dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada
bahan obat.
2. Sortasi Kering
Sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuannyauntuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal
pada simplisia kering.Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik
(Anonim, 1985)
Mengapa kita melakukan sortasi. Tujuan dalam mensortasi bahan hasil
pertanian adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun
kebersihannya (Widyastuti, 1997).
2. Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat.
3. Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat
kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asingyang
mencemari tanaman obat (Santoso, 2009)
Pada dasarnya, penyortiran bahan tanaman obat dilakukan sesuai dengan jenis
simplisia yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan perlakuan terhadap setiap
jenis simplisia berbeda. Berikut ini adalah beberapa contoh batasan penyortiran
terhadap beberapa simplisia:
1. Simplisia daun
Yang diambil adalah daun yang berwarna hijau muda sampai tua. Yang
dibuang adalah daun yang berwarna kuning atau kecoklatan.
2. Simplisia bunga
Misal pada simplisia bunga Srigading, yang dibuang adalah tangkai bunga dan
daun yang terikut saat panen (Widyastuti,1997).
3. Simplisia buah
Misal pada buah kopi, sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang
superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah,
berlubang dan terserang hama atau penyakit). Kotoran seperti daun, ranting,
tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. Pada
simplisia buah Adas, buah yang sudah kering dipisahkan dari
tangkainyadengan cara memukul batang atau tangkai buah sehingga buah adas
lepas( Widyastuti,1997 ).
4. Simplisia rimpang
Biasanya, pada simplisia rimpang seringkali jumlah akar yang melekat pada
rimpang terlampau besar, sehingga harus dibuang (Anonim, 1985).
Dalam mensortasi bahan hasil pertanian tidak boleh sembarangan, karena di
sortasi sendiri memiliki peraturan mensortasi bahan. Menurut WHO Guidelines on
Good Agricultural and Collection Practice (GACP) for Madicinal Plants:
1. Pemeriksaan visual terhadap kontaminan yang berupa bagian-bagian tanaman
yang tidak dikehendaki atau digunakan.
2. Pemeriksaan visual terhadap materi asing.
3. Evaluasi organoleptik, meliputi : penampilan, kerusakan, ukuran, warna,
bau,dan mungkin rasa.
2.3. Grading
Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen
atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan tingkat
selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran
suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar tingkat
menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading
sangat menentukan apakah suatu produk laku pasar atau tidak.
Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada
kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan,
kesegaran, ada atau tidak adanya serangan atau kerusakan oleh penyakit,adanya
kerusakan oleh serangga, dan luka atau lecet oleh faktor mekanis. Pada usaha
budidaya tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakukan secara manual,yaitu
menggunakan tangan. Sedangkan grading dapat dilakukan secara manual
ataumenggunakan mesin penyortir. Grading secara manual memerlukan tenaga yang
terampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan lebih
banyak tenaga kerja.
2.4. Standar Nasional Beras
Saat melakukan sortasi tidak boleh sembarangan menetapkan mutu standar
beras seuai SNI beras yang ditentukan.
Gambar 1. Tabel SNI 6128: 2008
Sumber: http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt152102.pdf
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1. Wadah plastik
2. Moisture tester
3. Timbangan
4. Rice Standard Chart
3.1.2. Bahan
1. Beras
3.2. Prosedur Percobaan
1. Beras terlebih dahulu diambil sebanyak 500 gram
2. Lalu beras tersebut diukur kadar airnya menggunakan moisture center
3. Beras disortasi ke kriteria yang telah ditentukan yaitu butir yang utuh, butir
patah, butir menir, butir hijau atau mengapur, butir kuning atau rusak.
Dipisahkan juga bila terdapat benda-benda asing dan butir gabah
4. Lalu setelah itu hitung derajat sosoh dari beras tersebut dan hitung berapa
gram beras yang hilang
5. Bandingkan data yang sudah kita dapatkan dengan standar beras yang terbaru
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada 50 gram BerasNo Komponen Berat (gram) Hasil (%) Standar (mutu
III) (%)1 Derajat sosoh - 92,64 95
2 Butir utuh 2,78 43,55 78
3 Butir patah 17,1 34,19 20
4 Butir menir 7,37 14,73 1
5 Butir hijau/mengapur 7,435 6,89 1
6 Butir kuning/rusak 0,21 0,41 1
7 Benda asing 0,02 0,03 0,02
8 Butir gabah - - 1
Total 49,93 99,81
Beras hilang 0,08 0,19
4.1. Rumus Dalam Perhitungan
1. Rata-rata kadar air beras : KA = KA1+KA 2+KA 3
3
2. Massa total (Mt) : Total jumlah komponen dari tabel 2 sampai 8
3. Beras hilang : Ma – Mt
4. Derajat sosoh :[ Ma−(komponen ditabel no5+6+7+8 )]
Ma x
100%
4.2. Kadar Air
1. KA1= 13%
2. KA2= 12,9%
3. KA3= 12,9%
Maka rata-ratanya = 13 %+12,9 %+12,9 %
3 = 12,93%
4.3. Massa Total (Mt)
Mt = 21,78 + 17,1 + 7,37 + 7,435 + 0,21 + 0,02 + 0
= 49,97
4.4. Beras Hilang
Beras hilang = 50,01 – 49,93
= 0,08
4.5. Derajat Sosoh
Derajat sosoh = [50,01−(3,45+0,31+0,02+0 )]
50,01 x 100%
= 50,01−3,68
50,01 x 100%
= 46,3350,01
x 100%
= 92,64%
4.6. Hasil Persentase
1. Butir utuh = 21,9850,01
x 100% = 43,55 %
2. Butir patah = 17,1
50,01 x 100% = 34,19 %
3. Butir menir = 7,3750,01
x 100% = 14,73 %
4. Butir utuh = 3,45
50,01 x 100% = 6,89 %
5. Butir kuning = 0,21
50,01 x 100% = 0,42 %
6. Benda asing = 0,02
50,01 x 100% = 0,03 %
7. Butir gabah = -
BAB V
PEMBAHASAN
Percobaan kali ini mengenai sortasi beras dapat dilihat dari tabel 1. yang
menunjukkan bahwa butir utuh pada 50 gram beras yang diuji sebanyak 43,55%,
hasil ini menunjukkan bahwa beras 50 gram sangat sedikit dibandingkan standar
mutu yang ada gambar 1. yang utuhnya. Lalu selanjutnya butir yang digolongkan
butir patah adalah butir patah yang rata-rata masih memiliki ¾ bagian, yaitu sebanyak
34,19%, jika dilihat persentase butir yang patah cukup banyak, hanya berbeda sedikit
dengan butir yang utuh. Dari kedua golongan diatas, hal ini tidak menunjukkan
bahwa beras tersebut masih di bawah berstandar SNI.
Selanjutnya adalah beras yang digolongkan ke butir menir, butir menir adalah
butir beras yang memiliki ¼ bagian. Dari hasil pengamatan, butir beras yang
tergolong ke butir menir sebanyak 14,73%, jumlah ini menunjukkan butir menir pada
50 gram beras yang diuji sangat banyak dibandingkan dengan SNI maksimal butir
menir sebanyak 1%.
Selanjutnya adalah beras yang mengapur, beras yang mengapur adalah butir
beras yang bagian mulai berwarna putih. Di dalam hasil pengamatan, beras yang
tergolong mengapur sebanyak 6,89%. Jika dilihat di SNI, bahwa butir yang mengapur
dibawah 5%, bisa dibilang cukup banyak bila dibandingkan dengan pengamatan yang
dilakukan.
Butir kuning atau rusak adalah butir beras dimana lebih dari separuhnya
berwarna kekuningan atau kecoklatan. Untuk butir kuning atau rusak hanya diperoleh
sebesar 0,41% saja yang berarti memenuhi standar SNI yaitu maksimal 1%.
Lalu selanjutnya adalah benda-benda asing atau kotoran yang ditemukan di
beras 50 gram yang diuji sebanyak 0,03%. Benda-benda yang ditemukan seperti batu-
batu kerikil yang berukuran kecil, bahkan ditemukan juga sehelai rambut. Bila
dibandingkan dengan SNI, benda asing seharusnya maksimal 0,02%. Jadi masih
dibawah standar bila dibandingkan dengan beras uji pengamatan.
Yang terakhir adalah pengamatan pada kadar air beras yang diuji. Pada beras
yang diuji dihitung tiga kali untuk menemukan kadar air. Didapatkan rata-rata kadar
air bera yang diuji sebesar 12,93%. Pada SNI kadar air beras maksimumnya adalah
14%. Maka dibilang bahwa kadar air pada beras ini tergolong baik.
Bila dilihat dengan SNI tahun 2008, bahwa beras yang diuji pada pengamatan
dibilang tidak memenuhi standar. Dilihat juga dari derajat sosoh, dimana beras yang
diuji memiliki derajat sosoh sebesar 92,64%, dan bila dilihat di SNI maka beras ini
masuk ke mutu V.tentu dikarenakan ada sekitar 0,08 gram (0,19%) mnghilang, maka
total berasnya adalah 49.93 (0,81%) yang masih tersisa.
Bila diperhatikan kalau SNI 2008 ini mengambil sebanyak 1000 gram (1 kg)
sebagai sampel, sehingga menghasilkan perbedaan angka yang signifikan dengan
beras yang diuji dan beras yang diuji untuk SNI. Lalu faktor lainnya adalah SNI
menggunakan mesin modern untuk menguji mutu beras, sedangkan saat kita
melakukannya menggunakan cara manual atau tradisional. Tetapi jika kita
menyampingkan dengan faktor-faktor tersebut, maka beras ini bisa dikategorikan
beras mutu V.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari percobaan kali ini mengenai sortasi dan grading suatu bahan hasil
pertanian (beras), kita dapat mengambil kesimpulan yaitu :
1. Beras yang beredar di pasaran belum tentu memenuhi standar SNI yang
ditentukan
2. Walaupun beras yang beredar sudah melalui tahap-tahapan pembersihan,
sortasi dan grading, bahkan berlabel SNI, belum tentu itu memenuhi standar.
Diakibatkan faktor seperti kemampuan, alat yang digunakan, penanganan
pasca panen, cara penyimpanan dan lain-lain
3. Proses sortasi bisa berbeda, karena ada yang manual dan mesin. Hal ini akan
menghasilkan nilai yang berbeda, karena kemampuan manusia dengan mesin
berbeda
4. Derajat sosoh ditentukan oleh massa awal dengan massa beras yang tidak utuh
dan tidak patah
5. Pembersihan, sortasi dan grading itu sangat penting dilakukan untuk
mendapatkan kualitas beras yang baik
6.2. Saran
1. Sebaiknya pratikum kali ini menggunakan mesin yang bisa menompang
pratikum, karena hal itu yang membuat menarik, seperti bagaimana cara
mesin itu bekerja. Jika kita menggunakan mesin, mungkin pratikum akan
semakin menarik
2. Harus membuat situasi nyaman saat pratikum, karena pratikum kali ini
membutuhkan kosentrasi yang tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Sortasi Dan Pengecilan Ukuran Partikel. Diakses melalui
http://siskhana.blogspot.com, pada tanggal 26 Maret 2011.
Bertha, Julisti. 2009. Grading Gabah Dan Beras. Diakses melalui
http://btagallery.blogspot.com, pada tanggal 26 Maret 2011.
Dewi, M.K.Kemala. 2008. Proses Cleaning, Sortasi, Grading Dan Size Reduction
Pada Buah Apel. Diakses pada tanggal 26 Maret 2011.
Mansyur. 2007. Analisis Kelayakan Aspek Pemasaran Pendirian Pusat Grading
Industri Beras (Pgib) Perum Bulog – Tambun 2006.
Sudaryanto, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Mata Kuliah Teknologi Hasil Pertanian.
Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.
Sutrisno, dkk. Pengembangan Teknologi Pasca Panen Diakses pada tanggal 26 Maret
2011.
Widyastuti, Yuli. 1997. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Trubus
Agriwidya, Semarang.
LAMPIRAN
Gambar 2. Beras Utuh dan Patah Gambar 3. Timbangan Analitik
Gambar 4. Beras yang Diuji Gambar 5. Moisture Tester
Gambar 6. Beras untuk Kadar Air Gambar 7. Massa Awal
Gambar 8. Beras Menir Gambar 9. Beras Utuh
Gambar 10. Beras Patah
top related