kuliah blok 19 gangguan sistim indera pada anak

Post on 20-Oct-2015

60 Views

Category:

Documents

8 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

blok 19

TRANSCRIPT

Sistim Sensori Manusia :

1. Raba (kulit) NyeriPanas/dinginSentuh kasar dan halusProprioseptik

2. Khusus reseptor oleh paraneuron, misalnya:- Sel batang dan kerucut (rods and cones) pada retina- Sel reseptor olfaktorius mukosa nasal- Sel reseptor gustatorik (Nervi Craniales VII, IX dan X)- Sel rambut di cochlea, canalis semicircularis dan utrikulus dan

sakulus

Reseptor :

Jaras rasa nyeri dan temperatur dari medulla spinalis ke otak

Jaras rasa nyeri dan temperatur regio fasial (nervus trigeminus)

Pada kulit, inervasi sensoris dipetakan ke segmen-

segmen medulla spinalis berbeda sesuai tempat,

atau disebut sistim dermatome

Lesi yang menyebabkan defisit sensoris dapat

dilokalisasi dengan membedakan lokasi defisit pada

kulit sesuai dermatome nya

Pemeriksaan ini sulit dilakukan pada anak yang

kecil, dan terdapat banyak overlap dermatome

Inervasi sensoris lengan

Inervasi sensoris ekstremitas inferior

Defisit sensoris dapat diakibatkan gangguan jaras

baik dari perifer, medulla spinalis hingga intracranial

Defisit sensoris yang bersifat segmental atau lebih

luas biasanya disertai defisit modalitas lain.

SENSASI PENGHIDUAN (OLFACTORY SENSE)

Dipersarafi N.Olfactorius (N.I)Jaras Penghiduan (gambar) dari reseptor olfaktorik di mukosa nasal hingga ke korteks serebri

Fungsi penghiduan dapat dilakukan pada anak yang

kooperatif dengan meminta membedakan zat-zat

lazim dengan bau khas: kopi, bedak, permen, dll

KONDISI-KONDISI YANG DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN SENSASI PENGHIDUAN

SENSASI PENGRASA (GUSTATORY SENSE)

Sensasi Gustatorik disuplai bersama oleh N.VII, IX dan X

Fungsi gustatorik dapat dilakukan pada anak yang

kooperatif dengan meminta membedakan makanan

dengan rasa berbeda: asin, manis, pahit, asam dll

Fungsi gustatorik sangat dipengaruhi fungsi

penghiduan. Penderita dengan gangguan fungsi

penghiduan akan merasakan terjadi gangguan

fungsi gustatorik meski sebenarnya tidak ada

kelainan

KONDISI-KONDISI YANG DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN GUSTATORIK

Sistim Visual

Sensasi visual diatur oleh Nervus Opticus (N.II)

Akan tetapi, keberhasilan penerimaan sensasi visual juga ditentukan oleh hal-hal berupa:- Gerakan bola mata (N.III, IV dan VI)- Kontraksi iris (N.III)- Integritas aparatus seperti palpebra, kornea, lensa, dll

Pemeriksaan fungsi visus pada anak:A. Tes E Jatuh, anak diminta

menunjuk ke arah mana kaki huruf E

B. Tes HOTV, anak diberi kartu diletakkan di pangkuannnya dengan huruf-huruf tersebut, kemudian diperlihatkan salah satu huruf dari jauh dan diminta menunjuk huruf mana yang diperlihatkan di depan.

C. Tes Allen, anak diminta menyebut gambar yang ditunjuk pemeriksa

Pemeriksaan lapangan pandang pada anak dapat

dilakukan dengan dua pemeriksa:

Pemeriksa pertama menarik perhatian anak dengan

mainan dari depan

Pemeriksa kedua di belakang anak diam-diam dan

perlahan menggerakkan benda (mainan) dengan

warna menarik memasuki lapangan pandang anak

Perhatikan respon dan gerakan mata anak terhadap

benda yang dipegang pemeriksa kedua

Pemeriksaan fungsi visus pada bayi kecil

Fiksasi benda seharusnya sudah ada pada usia 2 bulan

Bayi yang lebih muda dapat diperiksa:Apabila disenter, bayi akan mengelipkan mata untuk mengurangi cahaya

Bayi yang bangun tapi memejamkan mata pada ruang terang, apabila lampu dimatikan akan membuka mata dan nampak terkejut.

Apabila dicurigai ada gangguan visus dengan defisit neurologis lain, pencitraan otak (CT-Scan atau MRI) dapat dilakukan untuk menilai apakah ada lesi otak.

Tes obyektif untuk memeriksa visus:- Visual Evoked Potential- Eletroretinografi

PENYEBAB GANGGUAN VISUS PADA ANAK KECIL

PENYEBAB GANGGUAN VISUS PADA ANAK KECIL (SAMBUNGAN)

SENSASI AUDITORIK

Sensasi auditorik (suara) disuplai oleh N.VIII (N.Vestibulocochlear)

yang juga berperan dalam sensasi akselerasi dan identifikasi

posisi kepala pada bidang vertikal (sistim vestibular)

Perjalanan suara menjadi sensasi syaraf

Telinga luar Telinga tengah Telinga dalam N.VIII(gendang telinga (sistim cochlear &dan sistim tulang) vestibulus)

Jaras auditori dan vestibular (kiri) dan

korteks auditorik di Area Brodmann

41,42 (atas)

Gangguan Pendengaran

Berdasarkan lokasi gangguan dapat dibagi menjadi:

- Konduktif: gangguan pada telinga luar sampai tengah

- Sensorik: gangguan pada sel rambut telinga dalam

- Neuropati auditorik: pada ganglion sel spiral dan nervus akustikus

- Sentral : pada otak

PENYEBAB GANGGUAN PENDENGARAN BERDASARKAN LOKASI

Pemeriksaan:

o Pada gangguan pendengaran berat, orang tua dapat mengidentifikasi anak

tidak memberikan respon terhadap suara

o Dapat terjadi keterlambatan perkembangan bahasa

o Dapat dikelirukan dengan gangguan kognitif. Membedakan apakah terdapat

gangguan kognitif pada anak dengan gangguan pendengaran membutuhkan

keahlian khusus

o Pemeriksaan subyektif:

- Pemeriksaan konduksi : Weber, Rinne perilaku anak diperhatikan

- Tes skrining dengan sumber bunyi khusus

- Audiometri formal

Pemeriksaan Daya Dengar Elektrofisiologis:

o Otoacustics Emission (OAE) deteksi suara yang dihasilkan pergerakan

stereocilia sel rambut

o Brainstem Audiory Evoked Responses (BAER)

Dapat digunakan pada anak yang tidur, merekam respon gelombang pada

elektrode kepala terhadap suara dengan berbagai intensitas.

Dapat menentukan jenis gangguan pendengaran.

VERTIGO

Fisiologi Keseimbangan:

Stereosilia pada sel rambut akan terstimulasi oleh pergerakan, rotasi,

perubahan orientasi tubuh yang kemudian mengaktifasi N.VIII

N.VIII juga mendapat input dari informasi visual, auditorik dan

sensori somatik.

Output yang dihasilkan N.VIII digunakan untuk menyesuaikan

pergerakan mata, stabilitas batang tubuh dan orientasi ruang

Pemeriksaan terhadap anak dengan Vertigo:

Pada anamnesis, anak besar mungkin dapat mendeskripsikan

gejalanya dengan baik: pusing, mual, seperti mabuk laut, seperti

berada di komidi putar.

Identifikasi onset, lamanya, frekuensi, aktifitas yang mencetuskan,

apakah terdapat gangguan pendengaran, apakah terdapat progresifitas

dan apakah terdapat kejang atau defisit neurologis lain

Lakukan pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis yang

lengkap pada anak-anak dengan vertigo

Perhatikan apakah terdapat gangguan koordinasi

Yang sangat penting, perhatikan ada tidaknya nystagmus (gerakan

mata yang ritmik dan involunter)

Nystagmus dapat spontan (pada mata yang tidak digerakkan) atau

dicetuskan karena gerakan bola mata (gaze-evoked)

Tes kalori: Irigasi telinga dengan air 30oC dan 44oC, air yang dingin

akan menyebabkan nystagmus cepat dengan arah menjauhi irigasi

sedangkan air hangat menyebabkan nystagmus cepat ke arah irigasi

Bandingkan respon kiri dan kanan, apabila terdapat perbedaan

respon lebih dari 24%, maka terdapat lesi vestibuler pada sebelah

yang lebih kecil.

Uji platform posturography:

Dapat dilakukan untuk menguji

fungsi vestibuler disertai atau

tanpa berbagai input sensorik

BERBAGAI PENYEBAB VERTIGO

BELL PALSY DAN PARALISIS

NERVUS FASIALIS

N. FASIALIS (N.VII)

Fungsi:- Inervasi otot-otot ekspresi wajah, digastricus, stylohyoid, dan

stapedius- Inervasi eferen refleks kornea- Inervasi parasimpatis kelenjar ludah submandibular, dan sublingual,

mukosa hidung, dan kelenjar lakrimal- Inervasi perasa dua pertiga anterior lidah- Inervasi sensoris sebagian kecil orofaring dan kulit telinga

Otot –otot wajah bagian atas

(termasuk otot-otot untuk menutup

mata) mendapat inervasi N.VII

bilateral sedangkan otot-otot wajah

bagian bawah mendapat inervasi

unilateral (dari korteks kontralateral)

Oleh karena itu paralisis N.VII

sentral (jaras antara korteks dan

pons) menyebabkan paralisis hanya

otot fasial bagian bawah

kontralateral

Sedangkan paralisis N.VII perifer

(setelah pons) menyebabkan

paralisis otot fasial atas dan bawah

ipsilateral

Jenis paresis apa pada

anak ini?

Jawab:

Paresis N.VII perifer kanan

BELL PALSY

Merupakan penyebab palisis N.Fasial perifer terbanyak

Angka kejadian pada anak 2,7 tiap 100.000 anak di bawah 10 tahun

Untuk dekade kedua 10 tiap 100.000 orang

Etiologi

Tidak diketahui, diduga reaksi inflamasi post infeksi virus, terutama

Herper Simpleks dan Herpes Zooster, namun mungkin juga virus-virus

lain seperti influenza

Terjadi inflamasi dan penekanan N.VII saat melewati canalis fascialis

BELL PALSY

99% unilateral, hanya 1-2% bilateral.

Untuk kasus-kasus bilateral pikirkan dulu etiologi lain

Gejala klinis:

- Kelemahan bersifat akut (dalam beberapa jam – 3 hari)

- Kelemahan otot-otot wajah, otot orbicularis oculi

- Nyeri pada telinga dan mastoid

- Gangguan gustatorik

- Hiperakusis

- Epifora

- Hiperakusis

BELL PALSY

Gejala klinis tergantung bagian mana dari N.VII yang terkena

BELL PALSY

Terapi Bell Palsy:

• Umumnya self limiting

• Steroid dapat bermanfaat, diberikan prednison 1 mg/kg per hari selama

enam hari

• Lagoftalmos diberi obat tetes mata untuk mencegah kerusakan kornea

• Terapi bedah untuk penderita yang gagal pulih

BELL PALSY

Prognosis:

80-90% sembuh sempurna, sisanya dengan gejala sisa atau tidak

berubah.

Kesembuhan terjadi dalam 4 – 8 minggu. Apabila dalam waktu

tersebut tidak ada perbaikan, pikirkan etiologi lain

Pada hingga 7% kasus dapat terjadi kekambuhan. Pada rekurensi juga

pikirkan kemungkinan lain.

KEMUNGKINAN ETIOLOGI PARALISIS NERVUS FASIALIS PADA ANAK

top related