kp bab fixxxxxxx
Post on 26-Jan-2016
38 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Bahkan dapat
dikatakan sebagai kebutuhan primer, sebab manusia tidak bisa hidup tanpa air.
Air juga bisa dikatakan sebagai sumberdaya multiguna. Kegunaannya mulai dari
untuk pengaturan ekosistem, irigasi, pembangkit tenaga listrik sampai kepada
pemenuhan kebutuhan hajat hidup manusia, seperti mandi, masak, minum dan
sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen
yang paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas
dan keberlanjutan kehidupan manusia, oleh karena hal tersebut air harus
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain merupakan sumber
daya alam, air juga merupakan komponen ekosistem yang sangat penting bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, yang dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hal ini tertuang dalam
Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Mengingat pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka sangatlah wajar
apabila sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena
menyangkut kehidupan orang banyak.
Air yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari harus memenuhi standar
kualitas air bersih. Kualitas air bersih dapat ditinjau dari segi fisik,kimia,
mikrobiologi dan radioaktif. Namun kualitas air yang baik ini tidak selamanya
tersedia di alam sehingga diperlukan upaya perbaik an, baik itu secara
sederhana maupun modern. Jika air yang digunakan belum memenuhi standar
kualitas air bersih, akibatnya akan menimbulkan masalah lain yang dapat
menimbulkan kerugian bagi penggunanya. Penyediaan air bersih untuk
masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam
menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan
air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup
masyarakat.
1 dari 73
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air dengan memanfaatkan sumber air
bersih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang akan semakin
bertambah karena meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya
aktivitas masyarakat yang meliputi kebutuhan domestik, perikanan, pertanian dan
perindustrian serta kapasitas mata air yang tidak dapat memenuhi kebutuhan air
penduduk. Hal tersebut mengakibatkan tidak semua penduduk mendapatkan
fasilitas air bersih.Sistem penyediaan air bersih yang memenuhi syarat mutlak
yang terdiri dari 4 komponen yaitu sumber, transmisi, instalasi pengolahan dan
distribusi. Instalasipengolahan merupakan bagian penting dari pelayanan air
bersih kepada masyarakat untuk mencapai target kualitas, kuantitas dan
kontinuitas.
Water Treatment Plant adalah sebuah system yang difungsikan untuk
mengolah air dari kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar
mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standart yang di
inginkan/ditentukan atau siap untuk di konsumsi. Air bersih adalah salah satu
jenis sumber daya berbasis air bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh
manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari hari
termasuk diantaranya adalah sanitasi.
Di Instalasi Pengolahan Air (IPA) 2 Pinus PDAM Intan Banjar memiliki
sistem pengolahan air bersih dan air minum. Pada sistem pengolahan air bersih
memiliki 3 WTP, yang terdiri dari WTP 30 L/det, 50 L/det, dan 60 L/det.
Parameter yang diuji adalah turbidity, suhu, dan warna. Parameter yang diuji
mengacu pada PERMENKESNO.416 /MENKES/PER/IX/1990 tentang Standar
Kualitas Air bersih dan Air Minum. Sedangkan sistem pengolahan untuk air
minum hanya memiliki satu WTP dengan kapasitas 20 L/det. Dengan parameter
yang diuji adalah turbidity, suhu, warna, dan sisa klor.Parameter yang diuji
mengacu pada PERMENKES NO.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
2 dari 73
1.2 Tujuan
Tujuan dari kerja praktek di PDAM Intan Banjar ini adalah :
1. Mengetahui sistem proses pengolahan air bersih dan air minum pada WTP
20 L/Det dan WTP 30 L/Det di IPA 2 Pinus PDAM Intan Banjar.
2. Mengetahui operasional dan pemeliharaan pada WTP 20 L/Det dan WTP 30
L/Det pada IPA 2 Pinus PDAM Intan Banjar.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
1. Proses pengolahan air bersih dan air minum pada WTP 20 L/Det dan WTP
30 L/Det di IPA 2 Pinus PDAM Intan Banjar.
2. Mengetahui operasional dan pemeliharaan pada WTP 20 L/Det dan WTP 30
L/Det di IPA 2 Pinus PDAM Intan Banjar.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : 01 September 2015 – 31 September 2015
Tempat : PDAM Intan Banjar Cabang Pinus
Hari kerja : Senin – Kamis pukul 07.30 -16.00 WITA
Jumat pukul 07.30-11.00 WITA
3 dari 73
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Dan Perkembangan Perusahaan
PDAM Intan Banjar berdiri sejak tahun 1982 dengan nama Badan
Pengelola Air Minum (BPAM), kemudian pada tahun 1988 berdasarkan perda no.
5 Tahun 1988 didirikan PDAM Kabupaten Banjar. Setelah berlakunya undang-
undang no 22 Tahun 1999, maka perda no 5 tahun 1988 dicabut dan diganti
dengan perda no. 8 Tahun 2001, dan terakhir sesuai dengan perkembangan
adanya penyertaan modal, maka perda tersebut diperbaiki kembali dengan perda
no. 1 Tahun 2006 dengan nama PDAM Intan Banjar Kabupaten Banjar.Sejak
berdiri PDAM Intan Banjar melayani Kabupaten Banjar, dan Kotif Banjarbaru.
Setelah di berlakukan undang- undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi
daerah maka banjarbaru yang tadinya hanya kota administratif dari kabupaten
Banjar status pemerintahannya meningkat menjadi kota madya Banjarbaru,
walaupun kabupaten Banjar dan Kota madya Banjarbaru masing- masing punya
otoritas namun untuk pelayanan air bersih yang melayani masyarakat kabupaten
Banjar dan Kota Banjarbaru secara pengelolaanya di atur dengan perda nomor
1 tahun 2006 pada bab III pasal – 5 ayat 1 berbunyi : Perusahaan didirikan
dengan maksud dan tujuan untuk memberikan pelayanan air minum bagi
masyarat dan membantu mendorong pertumbuhan perekonomian daerah serta
sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Bab IV pasal - 6
ayat 3 yang berbunyi : modal perusahaan terdiri dari : dijelaskan pada
konsideran huruf b berbunyi : Penyertaan Modal dari Pemerintah Kabupaten,
Pemerintah Kota, Provinsi, Pusat, Pihak Ketiga, Luar Negeri dan masyarakat
lainnya.
Perusahaan daerah Air Minum PDAM Intan Banjar didirikan atas dasar
hukum :
1. Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
No. 014/KPTS/CK/1982 tanggal 8 Februari 1982 Tentang Pembentukan
Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Banjar
4 dari 73
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 553/KPTS/1988 Tentang
Penyerahan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Bersih di Kabupaten
Banjar
3. Peraturan Daerah No 5 tahun 1988 Tentang Pembentukan Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Banjar. Dirubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Banjar No. 8 tahun 2001 tentang Perusahaan Daerah Air
Minum, dirubah kembali dengan Peraturan Daerah No 1 Tahun 2006
Tentang Perusahaan Daerah Air Minum Intan Banjar
4. Peraturan Daerah No. 2 tahun 2006 tentang kepengurusan dan
kepegawaian PDAM
5. Surat Keputusan Bupati Kabupaten Banjar No.550 tahun 2008, tgl 4
September 2008 & 144 Tahun 2009 Tanggal 17 Februari 2009 tentang
pengangkatan Direksi PDAM Intan Banjar Kabupaten Banjar
6. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 01 tahun 2006 tentang
Peraturan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Banjar
7. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar nomor 02 tahun 2006 tentang
Kepengurusan dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Banjar
Pembangunan fisik PDAM Kabupaten Banjar dimulai tahun 1979 dengan
system aerasi di IPA I STM dengan kapasitas 100 l/dt. Sumber air baku diambil
dari sumur bor dalam dengan jumlah 8 unit dengan kapasitas masing-masing
sebesar 12,5 l/dt sehingga total semuanya berjumlah 100 l/dt. Pada saat ini
kondisi ke delapan sumur bor tersebut yang berfungsi dan masih dioperasikan
berjumlah 2 unit dengan kapasitas 10 l/dt. Hal ini dikarenakan debitnya yang
terus menurun. Tahun 1992 dibangun IPA II PINUS di Kota Banjarbaru dengan
sistem paket pengolahan lengkap konstruksi baja dengan kapasitas awal 20 l/dt.
Pada saat sekarang kapasitas IPA II Pinus sudah bertambah menjadi 95 l/dt.
5 dari 73
2.2 Struktur Organisasi Dan Fungsi Bagian-Bagiannya
2.2.1 Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI TAHUN 2013
Sumber : PDAM Intan Banjar
6 dari 73
Struktur organisasi PDAM Intan Banjar saat ini sehari-hari berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota dengan dibina oleh
Badan Pengawasan yang terdiri atas unsur profesional sebagai ketua didukung
oleh unsur pelanggan sebagai sekretaris dan unsur pemegang saham sebagai
anggota.
Organisasi PDAM secara struktural terdiri atas dua bidang yakni bidang
teknis, dipimpin oleh seorang direktur teknik dan bidang administrasi dan
keuangan dipimpin oleh seorang direktur umum. Secara keseluruhan,
tanggungjawab pelaksanaan tugas PDAM ini berada pada direktur utama,
didukung oleh kedua direktur bidang. Selain dibantu oleh 2 orang direktur,
direktur utama juga dibantu oleh staf ahli yang bertanggung langsung kepada
direktur utama.
2.2.2 Fungsi Bagian-Bagian Struktur Organisasi
1. Direktur Utama
a. Direktur Utama bertanggung jawab kepada Bupati Banjar.
b. Direktur Utama membawahi :
1. Direktur Teknik;
2. Direktur Umum;
3. Kepala Satuan Pengawas internal (SPI);
4. Kepala Sekretariat, Teknologi Informasi dan Pengolahan Data (TI dan
PD); dan
5. Kepala Cabang.
c. Direktur Utama memimpin kegiatan usaha Perusahaan Air Minum sesuai
dengan tujuan pokoknya seperti digariskan oleh Pemerintah, dalam
rangka menuju suatu tujuan yang ditentukan dan mampu mengurus
kebutuhan PDAM.
d. Direktur Utama memiliki tugas:
1. Merupakan pimpinan umum pengelolaan dan karenanya
memimpin seluruh kegiatan perusahaan.
7 dari 73
2. Merancang kegiatan usaha, baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan sesuai dengan
kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan Pemerintah.
4. Menyusun rencana strategi perusahaan/corporate plan untuk
jangka panjang, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan dalam
bidang teknik, keuangan dan administrasi untuk mencapai tujuan
perusahaan.
5. Merumuskan strategi perusahaan dan menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh Bupati dalam pelaksanaan operasi perusahaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Menandatangani anggaran perusahaan, perubahan-perubahan
anggaran dan program pelaksanaan untuk diajukan kepada Bupati
melalui Dewan Pengawas 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku mulai
berlaku.
7. Mengkoordinasi, mengawasi dan menilai pelaksanaan anggaran
perusahaan dan program yang telah disahkan.
8. Menetapkan sistem dan standar operasi prosedur dalam bidang
administrasi, keuangan, pembukuan, teknik, penyusunan laporan,
anggaran dan Peraturan-Peraturan Intern, sesuai dengan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Bupati Banjar.
9. Secara berkala menilai, efektivitas dan efisiensi sistem standar
operasi prosedur dan peraturan yang berlaku, bila perlu melakukan
penyempurnaan atau perbaikan.
10. Merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan kepegawaian dan
program pembinaan tenaga kerja.
e. Direktur Utama memiliki tanggung jawab:
1. Direktur Utama bertanggung jawab langsung kepada Bupati
Banjar.
2. Memberikan laporan kegiatan PDAM kepada Bupati melalui
Dewan Pengawas baik yang diminta maupun tidak diminta.
8 dari 73
3. Memberikan laporan tahunan kepada Bupati melalui Dewan
Pengawas dalam bentuk Neraca Perhitungan Rugi / Laba, serta
laporan berkala keuangan dan operasional.
4. Membina dan memotivasi bawahan dalam rangka peningkatan
produktifitas dan pengembangan karir bawahan.
5. Secara berkala meninjau kembali dan menilai apakah berbagai
fungsi perusahaan dibidang teknik, keuangan dan administrasi telah
dilakukan sebagaimana mestinya, menilai apakah setiap fungsi
tersebut menghambat atau memperlancar tercapainya tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, untuk kemudian diadakan penyesuaian
atau perubahan seperlunya.
6. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dalam
seluruh organisasi.
7. Berusaha secara terus menerus agar organisasi mencapai tingkat
efisiensi dan administrasi yang makin baik.
8. Secara berkala mengadakan penilaian terhadap manfaat dan
efisiensi dari Sistem Operasi Prosedur (SOP) atau prosedur
administrasi, pembukuan, laporan dan Peraturan-Peraturan yang
berlaku dan jika dianggap perlu mengadakan penyempurnaan.
f. Direktur Utama memiliki wewenang:
1. Mengangkat atau memberhentikan karyawan sesuai dengan
Peraturan-Peraturan yang berlaku.
2. Memantau, mengendalikan, mengevaluasi dan memberikan
penilaian terhadap kinerja bawahan (Direksi Bidang) dan pegawai atas
penyampaian laporan direksi bidang secara berjenjang kebawah.
3. Mengambil inisiatif dalam penempatan, pemindahan dan
pemberhentian pegawai dan menentukan batas ganti rugi dan
sebagainya sesuai dengan peraturan yang berlaku, memberikan
penilaian terkhir kepada petugas-petugas tertentu dan efisiensi kerja
mereka.
4. Mewakili PDAM didalam dan luar peradilan.
5. Memberikan saran-saran kepada Dewan Pengawas untuk bahan
perumusan dan penetapan kebijaksanaan umum pengelolaan.
9 dari 73
6. Menyelenggarakan dan memelihara hubungan baik dengan
kalangan masyarakat, instansi-instansi pemerintah daerah dan pusat.
7. Memberikan keputusan terakhir terhadap masalah-masalah yang
mendasar (prinsipil).
2. Direktur Teknik
1. Direktur Teknik bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
2. Direktur Teknik membawahi :
a. Bagian Perencanaan dan Pengawasan Teknik
b. Bagian Produksi dan Perawatan
c. Bagian Transmisi dan Distribusi
3. Direktur Teknik mengatur agar semua sumber daya produksi, transmisi,
distribusi, laboratorium, pipa dinas dan perencanaan teknik, selalu tersedia
digunakan dan dirawat secara efektif dan efisien untuk menghasilkan air
minum yang memenuhi persyaratan, kesehatan yang berlaku di Indonesia,
bertanggung jawab penuh atas mutu barang dan alat perlengkapan teknik
yang diadakan dan / atau dipasang oleh dan untuk PDAM serta atas air
yang disalurkan kepada pelanggan dan masyarakat.
4. Direktur Teknik mempunyai tugas :
1. Memimpin kegiatan perancangan dan kegiatan usaha di bidang teknik
Produksi dan Perawatan dan distribusi air bersih, perawatan dan
perbaikan terhadap seluruh alat dan perlengkapan IPA.
2. Mengkoordinasi, mangatur, memberi pengarahan dan mengawasi
kegiatan pelaksanaan tugas-tugas Bagian yang ada dibawahnya,
sehingga berjalan lancar.
3. Mengusahakan secara terus-menerus peningkatan efesiensi Produksi
dan Perawatan dan distribusi air bersih, perawatan dan perbaikan
seluruh alat dan perlengkapan pabrik air, mutu air yang dihasilkan
serta pelayanan kepada masyarakat.
4. Mengadakan dan memelihara hubungan baik dengan semua instansi
terutama yang bersangkut paut dengan bidangnya.
5. Memimpin penyusunan dan mengendalikan pelaksanaan anggaran
tahunan Bidang Teknik.
10 dari 73
6. Melaksanakan kontrol/pengawasan dan pemeriksaan bidang-bidang
teknik.
7. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan dibidang teknik dan melaksanakan
pemeriksaan di lapangan.
8. Memimpin untuk melakukan evaluasi atas segala kegiatan di bidang
teknik pada tahun yang sedang berjalan maupun kegiatan pada tahun-
tahun sebelumnya berdasarkan data-data yang tersaji melalui laporan-
laporan perusahaan.
9. Memimpin dan mengatur untuk penyusunan program pengembangan
bidang Teknik dimasa yang akan datang, termasuk penyusunan
program yang bakal dituangkan di dalam anggaran tahunan
perusahaan.
10. Menganalisa dan menilai laporan-laporan tentang kegiatan
pelaksanaan tugas dan keadaan dalam bidangnya serta menentukan
langkah-langkah yang diperlukan.
11. Bersama para anggota pimpinan lainnya dan kepala Bagian
perencanaan dan pengawasan mengadakan pertemuan secara
berkala.
12. Mengadakan analisa dan penelitian terhadap rancangan-rancangan
serta program kegiatan pengusahaan air bersih / minum.
13. Menetapkan usulan perubahan anggaran Bidang Teknik.
14. Merumuskan kebijaksanaan - kebijaksanaan lainnya yang berkaitan
dengan Bidang Teknik.
15. Melakukan rapat koordinasi Bidang Teknik dengan Kepala Bagian dan
Kepala Sub Bagian serta Kepala Cabang minimal 2 (dua) kali dalam
satu bulan untuk membahas program kerja dan hasilnya dilaporkan
kepada Direktur Utama.
16. Minimal 1 (satu) kali dalam satu bulan harus melakukan rapat
koordinasi dengan Direktur Umum dan Bagian-bagian terkait guna
membahas program kerja dan kegiatan yang terkait dengan itu serta
melaporkan hasilnya kepada Direktur Utama.
11 dari 73
17. Menetapkan pedoman serta petunjuk teknis di bidang perencanaan,
pengawasan, penelitian dan pengembangan Produksi dan Perawatan,
transmisi distribusi dan perawatan yang meliputi :
1) Bidang Perencanaan dan Pengembangan
a. Spesifikasi bahan kimia dan peralatan Produksi dan
Perawatan.
b. Spesifikasi pipa dan peralatannya.
c. Spesifikasi barang elektrikal dan mekanikal.
d. Spesifikasi pekerjaan borongan.
e. Kualifikasi pemborongan jasa dan fisik.
f. Penetapan harga satuan upah, perpipaan dan
peralatannya.
2) Bidang Produksi dan Perawatan / Laboratorium
a. Kuantitas dan kualitas serta kontinuitas Produksi dan
Perawatan yang harus dicapai.
b. Operation manual semua peralatan Produksi dan
Perawatan.
c. Standar pelayanan dan pemeriksanaan kualitas air
(laboratorium).
d. Standar efisiensi dan efektifitas proses Produksi dan
Perawatan masing-masing IPA.
e. Standar perawatan rutin peralatan Produksi dan
Perawatan.
f. Standar perawatan mekanikal & elektrikal.
g. Standar perawatan bangunan sipil.
h. Penetapan asset-asset/ harta tidak bergerak yang menjadi
bagian tugas bidang perawatan.
i. Standar kriteria penetapan, tugas-tugas pemeliharaan
yang bersifat rutin, rehabilitasi dan atau renovasi.
3) Bidang Transmisi – Distribusia. Standar pemasangan perpipaan.
b. Standar pemasangan pipa sambungan langganan.
c. Standar pemeliharaan meter induk dan meter pelanggan.
12 dari 73
d. Standar monitoring tekanan air dijaringan pipa.
e. Standar pengaturan Gate Valve dan Assecories perpipaan.
f. Standar pengurasan pipa.
g. Standar penanganan dan penurunan kebocoran.
h. Standar air siap minum.
18. Meneliti dan menganalisa laporan berkala yang dibuat oleh
bawahannya untuk kepentingan evaluasi program tahunan dibidang
Produksi dan Perawatan dan distribusi.
19. Membantu menyiapkan konsep surat untuk kepentingan perusahaan
terutama yang berhubungan dengan masalah-masalah teknik.
20. Meneliti, menganalisa dan menyimpulkan laporan-laporan dari
bawahan termasuk laporan dari Cabang yang menyangkut bidang
tugasnya dalam rangka menentukan langkah-langkah dan tindakan
yang perlu dilakukan.
21. Memelihara dan meningkatkan disiplin dan gairah kerja seluruh
karyawan terutama dalam lingkungannya.
22. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Direktur
Utama.
e. Direktur Teknik mempunyai tanggung jawab :
1. Direktur Teknik bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
2. Direktur Teknik membawahi :
Bagian Perencanaan dan Pengawasan
Bagian Produksi dan Perawatan.
Bagian Transmisi - Distribusi.
Cabang Bagian Operasional teknik.
3. Membuat laporan Triwulan Direksi dibidang Teknik untuk dikirim
kepada Bupati melalui Dewan Pengawas.
4. Memantau dan mengawasi penyampaian laporan bulanan masing-
masing Bagian dalam bentuk jadi dan di flash disk disampaikan
kepada Sub Bagian TI dan Pengolahan Data.
5. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada
bawahan.
13 dari 73
6. Membina dan memotivasi bawahan dalam rangka peningkatan
produktifitas dan pengembangan karir bawahan.
7. Memantau dan mengendalikan kegiatan bawahan.
8. Mengevaluasi dan menilai hasil kerja bawahan.
9. Senantiasa mengupayakan suasana kerja yang dinamis dan
harmonis.
f. Direktur Teknik mempunyai wewenang :
1. Bersama-sama dengan Direktur Utama dan Anggota Direksi lainnya,
mengatur dan menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan
perusahaan, khususnya yang menyangkut bidang teknik Produksi
dan Perawatan, distribusi, perencanaan teknik dan perawatan sesuai
dengan kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah melalui Dewan Pengawas.
2. Mempertimbangkan permintaan sambungan instalasi langganan
baru, penyambungan kembali, perbaikan atau revisi sambungan
instalasi langganan.
3. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja/organisasi lain baik
secara vertikal maupun horizontal untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.
4. Mendistribusikan dan memberi petunjuk tentang bagaimana rencana
pelaksanaan program kerja yang telah ditetapkan kepada Kepala
Bagian yang berada dibawahnya sesuai dengan bidang tugas bagian
masing-masing.
5. Mengatur, mengendalikan dan menetapkan tentang
penyelenggaraan operasional perusahaan dibidang perencanaan
teknik, jumlah dan kualitas Produksi dan Perawatan air, jumlah dan
tekanan air di dalam jaringan perpipaan distribusi, pengendalian
jumlah pelanggan air minum dan penyelenggaraan sistem perawatan
dan pemeliharaan asset-asset, harta bergerak dan tidak bergerak.
6. Menilai keterangan-keterangan mengenai supplier barang teknik dan
kontraktor-kotraktor lokal.
14 dari 73
7. Menyetujui rencana-rencana dan program kerja beserta perubahan-
perubahan serta biaya pelaksanaannya yang diajukan oleh semua
Bagian dibawahnya.
8. Memberikan keputusan sesuai dengan wewenang untuk
penyelesaian masalah-masalah yang mendasar dalam bidang atau
meneruskan kepada Direktur Utama bila persoalannya sedemikian
rupa, hingga tidak dapat diputuskan sendiri.
9. Mengadakan pertemuan-pertemuan berkala dengan Kepala Bagian
untuk membahas rancangan pelaksanaan pekerjaan dan
pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dalam melaksanakan
tugas.
10. Menilai dan menyetujui promosi para karyawan bawahannya sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
11. Melakukan pengawasan terhadap pemakaian dan frekwensi waktu
lembur.
12. Meneliti sebab-sebab ketidakhadiran dan keadaan sosial para
karyawan Bidang Teknik khususnya, untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan bila dimungkinkan.
13. Melakukan peninjauan keliling ke instalasi pengolahan air baik di
Pusat maupun di Cabang, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
sebulan agar terjalin hubungan langsung dengan petugas
bawahannya dan melihat sendiri bagaimana pabrik air bekerja.
14. Melakukan penegakan disipliner sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
15. Menetapkan dan memutuskan untuk menyetujui atau tidak
menyetujui permintaan cuti atau izin untuk tidak kerja yang diajukan
oleh karyawan yang berada di dalam lingkungan bidang tugasnya.
16. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan SOP oleh semua
pegawai dalam bidangnya dan melaporkan pada Direktur Utama
untuk ditindaklanjuti.
17. Melakukan evaluasi Key Performance Indicator (KPI) para pegawai
dibidang Teknik Pusat, Cabang dan menyampaikan hasil evaluasi itu
kepada Direktur Utama untuk ditindak lanjuti.
15 dari 73
18. Selalu melakukan Update Coorporate Plan, Bussines Plan, Master
Plan, Program Jangka Menengah (PJM) Perusahaan, Hasil Studi
Kelayakan, Detail Enggeenering Design (DED) dan lain – lain untuk
disampaikan guna dipertimbangkan oleh Direktur Utama.
19. Mendampingi tamu-tamu perusahaan dibidang Teknik dalam
memperlancar kerjasama perusahaan.
3. Direktur Umum
a. Direktur Umum bertanggung jawab kepada Direktur Utama
b. Direktur Umum membawahi :
1. Bagian Sumber Daya Manusia
2. Bagian Keuangan
3. Bagian Hubungan Langganan
4. Bagian Aset dan Perlengkapan
c. Direktur Umum mengatur, memimpin dan mengawasi mengendalikan dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dibidang Sumber Daya Manusia,
Hubungan Langganan, Keuangan, dan Aset Perlengkapan untuk
mencapai tujuan Perusahaan.
d. Direktur Umum mempunyai tugas :
1. Memimpin kegiatan perencanaan dan operasional PDAM di
bidang kas, penagihan pembukuan, rekening, pembinaan langganan,
pembacaan meter, personalia, pergudangan, pembelian,
administrasi umum dan hubungan langganan.
2. Mengkoordinasi, mengatur, memberi pengarahan dan mengawasi
kegiatn pelaksanaan tugas bagian-bagian yang ada dibawahnya
sehingga berjalan dengan lancar.
3. Menjaga posisi likuiditas perusahaan dan menganalisa laporan
tentang posisi likuiditas serta rencana-rencana perputaran uang.
4. Mengawasi lalu lintas keuangan perusahaan dengan meneliti
buku-buku catatan penerimaan uang dan buku catatan pengeluaran
uang.
5. Memimpin dan mengawasi ketertiban penyelenggaraan tugas
pembukuan berdasarkan syarat-syarat umum akuntansi.
6. Mengetahui bukti setor uang ke Bank.
16 dari 73
7. Mengetahui dan memberikan persetujuan terhadap semua bukti-
bukti pembukuan.
8. Menerima dan menganalisa seluruh laporan keuangan.
9. Memimpin penyusunan dan mengendalikan pelaksanaan
anggaran tahunan Bidang Umum.
10. Menganalisa dan menilai laporan-laporan tentang kegiatan
pelaksanaan tugas dalam bidangnya serta menentukan langkah-
langkah yang diperlukan.
11. Mengadakan pertemuan-pertemuan berkala dengan para Kepala
Bagian untuk membahas permasalahan dan pemecahan masalah-
masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas.
12. Membina dan memelihara hubungan baik dengan semua instansi,
terutama yang erat hubungannya dengan bidangnya.
13. Minimal 1 (satu) kali dalam satu bulan melakukan rapat koordinasi
dengan para kepala bagian untuk membahas program kerja dan
kegiatan yang terkait dengan itu dan melaporkan hasilnya kepada
Direktur Utama.
14. Minimal 1 (satu) kali dalam satu bulan melakukan rapat koordinasi
dengan Direktur Teknik dan Bagian yang terkait dengan itu untuk
membahas program kerja serta melaporkan hasilnya kepada Direktur
Utama.
15. Memelihara dan meningkatkan disiplin serta gairah kerja seluruh
pegawai perusahaan.
16. Menilai dan menyetujui promosi para pegawai bawahannya
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
17. Melakukan pengawasan terhadap pemakaian dan frekuensi
waktu lembur.
18. Meneliti sebab-sebab ketidakhadiran dan keadaan sosial pada
Pegawai Bidang Umum khususnya, untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan bila dimungkinkan.
19. Bersama Direktur Bidang lainnya.
- Mengadakan analisa dan penilaian terhadap rancangan-
rancangan serta program kegiatan perusahaan.
17 dari 73
- Menyiapkan dan menetapkan perubahan Anggaran Perusahaan.
- Merumuskan kebijaksanaan – kebijaksanaan lainnya.
20. Meneliti dan menyetujui daftar gaji dan uang lembur dengan
menandatangani daftar tersebut beserta data pelengkapnya.
21. Meneliti, mempertimbangkan dan menyetujui atau menolak
rancangan pengadaan fasilitas-fasilitas kepegawaian yang diajukan
oleh Kepala Bagian Umum.
22. Mempertimbangkan rancangan pendidikan dan latihan yang
diajukan oleh Kepala Bagian Umum untuk disetujui atau tidak
disetujui.
23. Mengatur dan mengawasi kegiatan-kegiatan korespondensi,
dokumentasi, arsip dan kegiatan-kegiatan sekretariat lainnya.
24. Mengatur dan mengawasi kegiatan-kegiatan pengamanan dan
penertiban dilingkungan perusahaan.
25. Memimpin penyusunan dan pengendalian pelaksanaan anggaran.
26. Menganalisa laporan berkala bagian-bagian secara teratur
mengenai kegiatan dalam bidangnya untuk dapat dijadikan bahan
masukan bagi Direktur Utama dalam mengambil suatu kebijakan
maupun keputusan.
27. Mengawasi dan menilai pengamanan terhadap Aktiva
Perusahaan dan selalu mengusahakan solusi yang terbaik.
28. Menandatangani dan menyetujui surat keluar sesuai dengan
wewenangnya atas sepengetahuan Direktur Utama.
29. Menyampaikan saran dan pertimbangan tentang kegiatan tugas
kepada Direktur Utama.
30. Menyampaikan kegiatan tugas secara berkala kepada Direktur
Utama.
31. Melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan SOP pada
Bagian, Cabang sesuai bidangnya dan melaporkan hasil evaluasi itu
pada Direktur Utama untuk ditindaklanjuti.
32. Menerima laporan bulanan Key Performance Indicator (KPI) dari
tim verifikasi KPI dan segera melakukan evaluasinya.
18 dari 73
33. Melaporkan hasil evaluasi KPI kepada Direktur Utama untuk
ditindaklanjuti.
34. Selalu melakukan update data Corporate Plan, Bussines Plan,
Program Jangka Menengah Perusahaan dan melaporkan hasil
telaahannya kepada Direktur Utama.
35. Mendampingi tamu-tamu bidang umum dalam peninjauan ke
perusahaan.
36. Menandatangani Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Pajak
Tahunan Perusahaan.
37. Menerima laporan bulanan Administrasi Keuangan dari Kepala
Bagian / Cabang setiap tanggal 5 (lima) dan segera melakukan
evaluasinya untuk disampaikan pada Direktur Utama guna
pertimbangan selanjutnya.
38. Melakukan kunjungan dan melaporkan hasil lapangan pada Unit
Kerja untuk mengetahui jalannya semua aturan dan ketentuan
perusahaan ataupun menerima keluhan pegawai ke Direktur Utama
sebagai bahan pertimbangan selanjutnya.
39. Melakukan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
Direktur Utama sesuai bidang tugasnya.
e. Direktur Umum mempunyai tanggung jawab :
1. Direktur Umum bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
2. Membuat laporan bulanan dan evaluasi yang disampaikan ke
Direktur Utama
3. Membuat dan menyusun laporan triwulan Direksi untuk disampaikan
pada Direktur Utama dan Bupati melalui Dewan Pengawas.
f. Direktur Umum mempunyai wewenang :
1. Memberikan persetujuan tentang pelaksanaan pembayaran
berdasarkan bukti-bukti pembayaran dengan menandatangani cek
bersama Direktur Utama atau alat pembayaran lainnya sesuai
dengan wewenangnya.
2. Memberikan persetujuan tentang pelaksanaan pembayaran melalui
kas kecil berdasarkan bukti pembayaran untuk keperluan yang
19 dari 73
berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidang administrasi
keuangan sesuai dengan wewenangnya.
3. Menandatangani bukti-bukti penerimaan kas.
4. Memberikan persetujuan prinsip atas permintaan-permintaan
langganan baru, dengan mempertimbangkan saran dan pendapat
Kepala Bagian Hubungan Langganan.
5. Memberikan persetujuan, menandatangani rekening-rekening
penagihan, baik air, maupun non air.
6. Menetapkan pengembangan dan penyempurnaan sistem akuntansi
PDAM.
7. Memberikan keputusan sesuai dengan wewenangnya untuk
penyelesaian masalah-masalah yang mendasar dalam bidangnya
atau meneruskan ke Direktur Utama bila persoalannya sedemikian
rupa hingga tidak dapat diputuskan sendiri.
8. Menandatagani laporan-laporan berkala secara teratur mengenai
kegiatan-kegiatan dalam bidangnya.
9. Mempertimbangkan rancangan kepegawaian yang diajukan oleh
Kepala Bagian SDM yang meliputi :
- Pengembangan dan Pelatihan Pegawai
- Penerimaan Baru / Rekruitmen Pegawai
- Pengangkatan, promosi, mutasi
- Pemberhentian
2.2.3 Gambaran Umum PDAM Intan Banjar
Sistem penyediaan air minum di Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar
dikelola oleh PDAM Intan Banjar. PDAM Intan Banjar melayani dua wilayah
tersebut dengan coverage atau cakupan pelayanannya baru 51,24 % dari
Jumlah penduduk, Kabupaten Banjar yang terdiri dari 19 Kecamatan dengan
Jumlah penduduk 750.000 jiwa baru terlayani 26 % dan kota Banjarbaru yang
terdiri dari 5 kecamatan dengan Jumlah penduduk 235.000 jiwa cakupan
pelayanannya sudah mencapai 74 % dengan Jumlah pelanggan PDAM Intan
Banjar per 31 Nopember 2015 sebanyak 63.100 sambungan rumah.
20 dari 73
Kapasitas terpasang PDAM Intan Banjar sendiri adalah 417,5 l/detik
sedangkan kapasitas produksi nyata saat ini sebesar 320,4 l/detik. Sumber air
yang digunakan oleh PDAM Intan Banjar adalah saluran Irigasi, Sungai Tabuk
dan Sungai Martapura. Unit Produksi PDAM Intan Banjar adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Unit Produksi PDAM Intan Banjar
No. LOKASIJumlah
Sambungan (Buah)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)Cakupan Pelayanan (%)
1BNA (Banjarbaru –
Martapura)21.186 258.208 42,65
2 Karang Intan 148 30.291 3,10
3 Cab. I Landasan Ulin 7.552 83.519 46,41
4 Cab. II Kertak Hanyar 4.180 40.612 53,92
5 Sungai Tabuk 1.878 54.243 19,15
6 Tambak Sirang 2.296 17.629 76,46
7 Astambul 598 35.047 9,67
8 Mataraman 864 23.482 20,95
9Cab. III Simpang
Empat479 33.392 10,17
10 Cab. III Pengaron 510 15.724 23,21
Jumlah 39.691 592.147 35,63
Sumber : PDAM Intan Banjar
Proses pengolahan yang ada pada seluruh IPA tersebut merupakan
proses pengolahan lengkap yakni :
1. koagulasi (Proses pencampuran bahan kimia)
2. flokulasi (Proses pengikatan butir-butir pengeruh oleh bahan kimia)
3. sedimentasi (proses pemisahan butir pengeruh)
4. filtrasi (proses penyaringan)
5. klorinasi (proses penghilangan bakteri dari air terolah).
21 dari 73
Sistem penyediaan air minum PDAM Intan Banjar dapat dilihat dalam
Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Intan Banjar
Ditinjau dari batas administratif pemerintahan, jaringan pipa PDAM Intan
Banjar sudah mencakup seluruh kecamatan yang ada di Kota Banjarbaru namun
belum semua kecamatan di Kabupaten Banjar, dan belum semua kelurahan
dalam kecamatan kecamatan tersebut tercakup dalam pelayanan PDAM. Detail
pelayanan PDAM Intan Banjar dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Wilayah Daerah Pelayanan
No. LOKASI Sumber Air Zona Wilayah Pelayanan
1 STM AeratorSumur dalam Transmisi IPA Pinus
UtamaBanjarbaru, Martapura, Martapura Timur
2 IPA II Pinus Irigasi Riam Kanan Utama Banjarbaru Utara, Martapura
3 Booster Muslimin Trasmisi IPA I STM UtamaBanjarbaru Selatan, Cempaka
4Booster Guntung Manggis
Trasmisi IPA Pinus UtamaBanjarbaru Selatan, Landasan Ulin
5 IPA Karang Intan Sumur Riam kanan Utama Karang Intan
6Aerator Landasan Ulin
Sumur Dalam BaratLandasan Ulin, Liang Anggang, Gambut
7 IPA Kertak HanyarAir baku PDAM Bandarmasih
BaratKertak Hanyar, Sebagian Wilayah Gambut
8 IPA Sungai Tabuk Sungai Martapura BaratSungai Tabuk, Martapura Barat
22 dari 73
No. LOKASI Sumber Air Zona Wilayah Pelayanan
9 Tambak SirangAir Curah PDAM Bandarmasih
BaratAluh-aluh, Beruntung Baru, Sebagian Gambut
10 IPA AStambul Sungai Riam Kiwa Timur Astambul
11 IPA Mataraman Sungai Riam Kiwa Timur Mataraman
12 IPA Simpang Empat Sungai Riam Kiwa Timur Simpang Empat
13 IPA Pengaron Sungai Riam Kiwa Timur Pengaron
Sumber : PDAM Intan Banjar
2.3 Uraian Proses
Proses produksi adalah kegiatan untuk mengubah dan menambah
kegunaan barang dan jasa dari bahan mentah menjadi barang setengah
jadi ,bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi menjadi
barang setengah jadi yang memiliki nilai tambah tambah. Pada proses produksi
juga terdapat system produksi yang berarti bahwa kumpulan dari komponen
input, proses dan output yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk
mencapai satu tujuan yang optimal.
2.3.1 Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor penting dalam proses produksi yang akan
mempengaruhi produk akhir. Dalam proses pembuatan air, PDAM Intan Banjar
menggunakan bahan baku yaitu air permukaan yang diambil dari saluran irigasi.
Air irigasi akan masuk melalui screen intake atau penyaringan yang telah ada di
irigasi dan air telah siap diproses ke tahapan selanjutnya.
2.3.2 Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang digunakan oleh PDAM Intan Banjar dalam proses
pengolahan air adalah :
a. PAC ( Poli Alumunium klorida )
23 dari 73
PAC adalah garam yang dibentuk oleh aluminium – aluminium
klorida yang khusus ditentukan guna member daya koagulasi dan flokulasi
(pengumpulan dan pemadatan penggumpalan) yang lebih besar
dibandingkan garam – garam aluminium dari besi lainnya. Poli Aluminium
Klorida dengan arti vital yang kuat mengumpulkan setiap zat – zat yang
tersuspensi atau yang secara koloidal tersuspensi dalam air, membentuk
flok – flok (kepingan, gumpalan – gumpalan) akan mengendap dengan
cepat agar membentuk sludge (lumpur endapan) yang dapat disaring
dengan mudah.
b. Kaporit dan Gas Klor
Kaporit berfungsi untuk membunuh bakteri dan protozoa yang berbahaya di
air serta menghambat pertumbuhan lumut.
2.3.3 Proses Produksi
Air permukaan merupakan sumber air baku yang paling tidak baik (kotor)
dan merupakan alternative pilihan terakhir karena memerlukan pengolahan
secara lengkap selain mahal dalam investasi pembangunan juga mahal dalam
biaya operasi dan pemeliharaan. Proses pengolahan air di IPA II Pinus dilakukan
secara kontinu, karena air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi
kehidupan manusia.
1. Proses Pendahuluan
Proses menghilangkan benda-benda kasar, halus ,pasir, lumpur kasar
dari air yang akan diolah/diproses. Penghilangan bahan olahan berupa
sampah kasar dan halus umumnya dihilangkan dengan saringan yang terdiri
dari berbagai ukuran, sedangkan untuk menghilangkan pasir dan lumpur
biasanya air dialirkan lewat bangunan perangkap pasir dan lumpur untuk
mengendapkan material tersebut.
2. Proses Kougulasi
Proses kougulasi disebut juga pengadukan cepat atau flash mixing
setelah bahan kimia dicampurkan kedalam air sehingga diharapkan
pencampuran bahan kimia tersebut (koagulan) dapat terjadi dengan cepat dan
merata. Tentunya proses dimana air baku yang telah bebas dari sampah,
24 dari 73
kotoran kasar, pasir dan lumpur dibubuhkan koagulan alumunium sulfat
(Al2(SO4)2) atau lebih umum dikenal dengan tawas, bahan koagulan lainya
seperti abu soda (Na2CO3) ialah untuk mengikat partikel-partikel halus
kedalam air. Dengan kata lain kougulasi adalah proses dimana ion-ion dengan
muatan-muatan yang berlawanan dengan muatan koloid dimasukan kedalam
air sehingga meniadakan kestabilan koloid atau untuk lebih jelasnya adalah
proses pembentukan koloid yang stabil menjadi koloid yang tidak stabil (koloid
harus dihilangkan karena penyebab kekeruhan dan warna pada air).
3. Proses Flokulasi
Proses flokulasi sangat berhubungan erat dengan proses kougulasi,
keduanya saling berhubungan karena adanya destabilisasi dan tumbukan
antara partikel, sehingga terjadi saling ikat antara satu dengan yang lainya.
Flokuasi secara umum disebut juga pengadukan lambat dimana dalam
flokuasi ini berlangsung proses terbentuknya penggumpalan flok-flok yang
lebih besar dan akibatnya akan mudah mengendap. Dengan kata lain proses
flokuasi adalah proses terjadinya pengikatan partikel-partikel yang
menyebabkan kekeruhan air. Ikatan tersebut mempunyai massa yang kecil
sekali sehingga belum bisa diendapkan.
Pada proses flokuasi, pola aliran diatur sedemikian rupa sehingga
memberikan kesempatan pada ikatan-ikatan yang sudah besar (flok) dan
mudah diendapkan.Pengaturan aliran biasanya dengan cara mekanis
(menggunakan motor penggerak peddle) dan secara hidraulis baffled channel
saluran bersekat atau aliran voltec dimana aliran air berputar membentuk
kerucut.
4. Proses Sedimentasi
Secara umum proses sedimentasi diartikan sebagai proses
pengendapan, dimana akibat gaya gravitasi ,partikel yang mempunyai berat
jenis lebih besar dari berat jenis air akan mengendap kebawah dan yang lebih
kecil akan mengapung/melayang. Secara lebih terperinci merupakan proses
pengendapan massa flok yang telah terbentuk pada proses flokuasi. Arah
dalam proses sedimentasi dapat berupa aliran horizontal atau aliran vertical.
Bidang pengendapan dapat berbentuk bidang horizontal atau bidang miring.
25 dari 73
Dalam selang waktu tertentu, akumulasi lumpur hasil pengendapan
harus dibuang.Waktu yang dibutuhkan untuk pengendapan
bervariasi ,tergantung dari tipe /model pengendapan, umumnya lebih dari 30
menit sampai dengan 4 jam ,lumpur halus yang dapat diendapkan sekitar 90%
sampai dengan 95%.
5. Proses Filtrasi/Penyaringan
Prinsip dasar filtrasi adalah proses penyaringan partikel secara fisik,
kimia,biologi untuk memisahkan /menyaring partikel yang tidak terendapkan
dalam proses sedimentasi melalui media berpori. Proses penyaringan
tersebut diperlukan untuk memisahkan flok-flok yang berukuran kecil/halus
yang tidak dapat diendapkan oleh proses pengendapan ialah antara 5 – 10 %.
Pada umumnya media penyaringan terdiri dari pasir kwarsa dengan antrasit.
6. Proses Desinfeksi
Proses desinfeksi merupakan penambahan suatu senyawa klor pada air
minum dan air bersih dengan tujuan membunuh organisme bakteriologis
khususnya organism pathogen yang dapat menyebabkan penyakit dan
kematian pada manusia. Pembubuhan desinfektan dilakukan terhadap air
yang sudah mengalami penyaringan sebelum air tersebut ditampung, dialirkan
,dan disalurkan pada konsumen langganan.Penambahan desinfektan pada air
minum menggunakan gas khlor, sedangkan untuk air bersih menggunakan
kaporit.
2.3.4 Peta Kerja
2.3.4.1 Peta Proses Operasi
Peta proses operasi adalah suatu peta yang menggambarkan langkah-
langkah proses yang akan dilalui oleh bahan baku sesuai urutan-urutan operasi
dari aplikasi.
Kegunaan peta proses operasi :
26 dari 73
a. Untuk mengetahui waktu penyelesaian produk tiap unit produk
b. Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan alat
c. Untuk mengetahui kebutuhan bahan
d. Untuk perbaikan cara kerja
Peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan
operasi dan pemeriksaan. Peta proses operasi juga memuat informasi-informasi
yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut dari proses awal sampai menjadi
produk utuh maupun sebagai komponen, seperti : waktu yang dihabiskan,
material yang digunakan, dan tempat atau alat mesin yang dipakai.
Dalam peta proses operasi terdapat lambang - lambang yang
memudahkan dalam pembuatan suatu peta kerja. Penyederhanaan kedalam
setiap notasi mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena setiap lambang
mempunyai kandungan arti yang sangat luas.
Lambang – lambang dalam peta proses operasi dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Operasi
Suatu kegiatan operasi apabila sebuah obyek (benda
kerja) mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun
kimiawi, mengalami informasi pada suatu keadaan juga
termasuk operasi. Operasi merupakan kegiatan yang
paling banyak terjadi dalam suatu stasiun kerja. Dalam
prakteknya, lambang ini juga biasa dipakai untuk
menyatakan administrasi, misalnya : aktivitas perencanaan
atau perhitungan.
2. Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja
atau peralatan mengalami pemeriksaan untuk segi kualitas
maupun kuantitas.Lambang ini digunakan jika kita
melakukan pemeriksaan terhadap suatu obyek atau
membandingkan obyek tertentu dengan suatu standar.
3. Transportasi
27 dari 73
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja
atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang
merupakan bagian dari transportasi. Bilamana gerakan
perpindahan tersebut merupakan bagian dari operasi atau
inspeksi seperti halnya dengan loading atau unloading
material, maka hal tersebut bukan termasuk kegiatan
transportasi.
4. Menunggu / Delay
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja,
atau perlengkapan tidak melakukan kegiatan apa – apa
selain menunggu (biasanya sebentar). Kejadian ini
menunjukkan suatu obyek ditinggalkan untuk sementara
sampai suatu saat dikerjakan atau diperlukan kembali.
5. Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan
untuk jangka waktu yang cukup lama. Jika benda kerja
tersebut akan diambil kembali, biasanya memerlukan suatu
prosedur atau perijinan tertentu.
6. Aktivitas Gabungan
Kegiatan ini terjadi apabila antar aktivitas operasi dan
pemeriksaan dilakukan bersama pada suatu tempat kerja.
28 dari 73
Gambar 2.2
Skema Pengolahan air bersih
29 dari 73
Air Baku
O-
1
Penyaringan
Awal
O-2 Prasedimentasi
I 1 Pengujian Mutu Air
O-
3
PAC
O-
4
Koagulasi
Flokuasi
O-5 Sedimentasi
KAPORIT
Sumber : Hasil Penelitian
2.4 Uraian Peralatan
Mesin dan peralatan produksi yang akan digunakan untuk proses
produksi didalam perusahaan mempunyai peranan yang sangat besar
karena akan sangat berpengaruh terhadap produk. Oleh karena
itu ,perusahaan harus mengetahui tentang spesifikasi dari mesin dan
peralatan produksi yang akan digunakan. Secara umum karakteristik mesin
dan peralatan yang digunakan oleh PDAM Intan Banjar (IPA II PINUS)
sebagai berikut :
Tabel 2.3 Mesin dan Peralatan Proses Produksi
No. Nama Alat Kegunaan
1. Intake
Tempat berkumpulnya air baku, baik itu dari sumber mata air, danau, sungai, sumur bor atau irigasi. Yang dapat dimanfaatkan untuk proses produksi / pengolahan air.
2. Prasedimentasi
a. Tempat untuk pengendapan awal pada air baku yang diambil dari sumber asalnya.
b. untuk pengendapan awal, sehingga kekeruhan air baku untuk produksi bisa lebih konstan.
3. Pompa air bakuUntuk mengambil air baku untuk proses produksi / pengolahan air, dan pompa air baku bisa di pasang diIntake atau dipasang di Prasedimentasi.
4. Pipa air baku Membawa air baku ke bangunan pengolahan5. Tempat pengolahan Sarana untuk proses pengolahan air, atau yang
30 dari 73
I-2 Pengujian Mutu Air
O-
6
I-3
O-
7
I-4
T-1
Filtrasi
Pemeriksaan Mutu Air
Desnfeksi (Kaporit)
Pengujian Mutu Air
Distribusi ke Pelanggan
No. Nama Alat Kegunaansering disebut WTP (water treament plan).
6. Flash mixingMedia untuk tempat kontak antara bahan kimia dengan air baku.
7. Kougulan / FlokulasiMedia untuk proses pembentukan flok - flok air atau pemisahan zat koloid air
8. SedimentasiMedia yang berfungsi sebagai tempat pengendapan kumpulan flok - flok air. Yang dihasilkan pada media flokulator.
9. ShatlerUntuk meredam kecepatan flok-flok air, sehingga tidak lolos ke media berikutnya ( flok harus mengendap di sedimen).
10.Gutter
Untuk meratakan aliran pada sedimen, sehingga pada Gutter dibuat Vinot ( bentuk V).
11. Filtrasi
Media yang berfungsi untuk penyaringan flok - flok air yang ikut larut, dan untuk penyaringan zat-zat organik maupun non organik dalam air
12. Clair water
media yang berfungsi untuk pengendapan akhir dan menampung air hasil produksi dan selanjutnya diteruskan ke reservoir ( bak penampungan air bersih ) dan berfungsi untuk pencucian filter dengan cara gravitasi.
13. Bak Penampungan (Reservoir)Tempat untuk menampung air bersih hasil pengolahan / produksi.
14. Pompa Distribusiberfungsi untuk memompa air bersih ke pelanggan PDAM.
15. Pompa Dosingalat untuk proses produksi air, dengan cara bekerjanya menginjeksi dosis bahan kimia, baik untuk Alum S, PAC dan Kaporit.
16. Pipa sludge (lumpur)Untuk membuang limbah atau flok hasil dari flokuasi dan koagulasi
17. Pipa backwashUntuk mengalirkan air yang digunakan untuk melakukan pembersihan pada media filter yang ada
18. Pipa Air ScoringUntuk menyalurkan udara yang dihasilkan oleh blower sebagai bagian dari proses pembersihan media filter yang ada.
19. Pipa dosingUntuk membawa bahan kimia yang telah dicampur dan diaduk di bak pencam puran bahan kimia
20. Pipa serviceMenyalurkan air bersih untuk pencampuran bahan kimia.
21. Pipa Distribusi menyalurkan air bersih ke pelanggan PDAM.
22. Pipa TransmisiUntuk membawa air bersih sebelum didistribusikan pada suatu daerah
23. Pompa transmisiUntuk memompa air bersih sebelum di distribusikan pada suatu daerah
24. Listrik/Generator SetUntuk menggerakan / menjalankan pompa-pompa operasional.
Sumber : PDAM Intan Banjar
2.5 Manajemen Sanitasi dan Pemeliharaan Fasilitas Produksi
31 dari 73
Sanitasi merupakan salah satu upaya perusaan untuk menjaga kebersihan
dan keamanan produk yang dihasilkan. Sanitasi ini meliputi sanitasi terhadap
bahan baku,alat dan mesin produksi, ruang dan lingkungan produksi,pekerja dan
penanganan limbah.
1. Sanitasi terhadap bahan baku
Sanitasi terhadap bahan baku bertujuan untuk mendapatkan kondisi
yang ideal dan terbebas dari kontaminasi oleh mikroba maupun kotoran-
kotoran lainya sehingga diperoleh mutu yang baik.
Pada Instalasi Pengolahan Air II, sanitasi terhadap air irigasi dengan
cara menghilangkan benda-benda kasar atau halus dari air irigasi tersebut.
2. Sanitasi terhadap Alat dan Mesin Produksi
Sanitasi terhadap alat dan mesin produksi bertujuan agar alat dalam
keadaan bersih pada saat digunakan dalam proses pengolahan sehingga
tidak menimbulkan efek buruk bagi produk yang diolah. Seperti filtrasi, setelah
digunakan media filtrasi dibersihkan dari kotoran-kotoran atau flok yang telah
mengendap dengan cara menguras dan menyikat media tersebut.
Pembersihan juga dilakukan pada saat proses berlangsung bila dilihat perlu
dan jika media tersebut sudah terlalu kotor.
Pembersihan pompa dan generator dilakukan dengan cara memeriksa
keadaannya dan melakukan pembersihan sehingga pendistribusian tidak
terganggu.
3. Sanitasi terhadap Ruang dan lingkungan Produksi
Sanitasi terhadap ruang dan lingkungan produksi ini meliputi sanitasi
terhadap lantai dan sisi luar media pengolahan air. Sanitasi terhadap lantai
dan sisi media pengolahan dilakukan setiap pagi dan bila terlihat
kotor ,licin.Lantai dibersihkan dengan cara di sikat dan dipel. Lingkungan
produksi belum memadai karena keterbatasan biaya yang ada untuk
membuat atap,sehingga dapat mengganggu aktivitas pada saat hujan dan
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
4. Sanitasi terhadap pekerja
32 dari 73
Di PDAM Intan Banjar khususnya di IPA II , sanitasi terhadap operator
kurang mendapatkan perhatian karena dalam proses pengontrolan, operator
hanya menggunakan sepatu boot, sedangkan masih banyak kelengkapan
yang harus digunakan seperti helm,masker,penutup telinga, sarung tangan.
Kelengkapan pemakaian tersebut akan sangat berpengaruh dalam
memaksimalkan pengontrolan proses pengolahan air.
5. Sanitasi terhadap penanganan limbah
Pada proses pengolahan air ini limbah yang merupakan hasil
pembuangan dari dari proses produksi.Limbah yang dihasilkan adalah
sampah kasar,sampah halus dan kotoran-kotoran lainya. Limbah tersebut
dibuang dan dibakar, sedangkan limbah pembuangan air kotor yang di kuras
dialirkan ke area persawahan.
33 dari 73
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Jadwal Kerja Praktek
Kerja Praktek dilaksanakan di IPA 2 Pinus PDAM Intan Banjar pada
tanggal 01 September 2015 – 30 September 2013.
Hari kerja Senin – Kamis pukul 07.30 - 16.00 WITA
Hari kerja Jumat : 07.00 - 11.00 WITA
3.2 Hasil Uraian Kegiatan Selama Kerja Praktek
Uraian kegiatan selama kerja praktek di IPA 2 Pinus PDAM Intan Banjar
dapat di lihat pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Kerja Praktek
Minggu Ke Tanggal Kegiatan
Minggu ke 1
01 September 2015
Observasi tempat kerja praktek
02 September 2015
Observasi tempat kerja praktekMengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.
03 September 2015
Orientasi tempat kerja praktek
04 September 2015
Pengenalan alat-alat laboratorium
Minggu ke 2
07 September 2015
Mengamati pembubuhan kaporit dan jalannya produksi
08 September 2015
Mengamati proses pelarutan PAC
09 September 2015
Menguji jartest pada sampel air baku yang dilakukan oleh peserta magang
10 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.
34 dari 73
Minggu Ke Tanggal Kegiatan
11 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
Minggu ke 3
14 September 2015
Mengamati pengukuran zat organik pada sampel air baku yang dilakukan oleh analis laboratorium.
15 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
16 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
17 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
18 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
Minggu ke 4
21 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
22 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
23 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
24 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
35 dari 73
Minggu Ke Tanggal Kegiatan
25 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
Minggu ke 5
28 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
29 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
30 September 2015
Mengukur kualitas air baku, air bersih, dan air minum dari keran per jam.Mengukur sisa khlor air bersih dan air minum.Pengambilan sampel ke titik kontrol, pengukuran sampel titik kontrol.
36 dari 73
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Proses Produksi
Proses produksi adalah kegiatan untuk mengubah dan menambah
kegunaan barang dan jasa dari bahan mentah menjadi barang setengah
jadi ,bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi menjadi
barang setengah jadi yang memiliki nilai tambah. Pada proses produksi juga
terdapat sistem produksi yang berarti bahwa kumpulan dari komponen input,
proses dan output yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai
satu tujuan yang optimal.
4.1.1 Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor penting dalam proses produksi yang akan
mempengaruhi produk akhir. Dalam proses pembuatan air, PDAM Intan Banjar
menggunakan bahan baku yaitu air permukaan yang diambil dari saluran irigasi.
Air irigasi akan masuk melalui screen intake atau penyaringan yang telah ada di
irigasi dan air telah siap diproses ke tahapan selanjutnya.
4.1.2 Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang digunakan oleh PDAM Intan Banjar dalam proses
pengolahan air adalah :
a. PAC ( Poli Alumunium klorida )
PAC adalah garam yang dibentuk oleh aluminium – aluminium klorida
yang khusus ditentukan guna memberdaya koagulasi dan flokulasi
(pengumpulan dan pemadatan penggumpalan) yang lebih besar dibandingkan
garam – garam aluminium dari besi lainnya. Poli Aluminium Klorida dengan
arti vital yang kuat mengumpulkan setiap zat – zat yang tersuspensi atau yang
secara koloidal tersuspensi dalam air, membentuk flok – flok (kepingan,
gumpalan – gumpalan) akan mengendap dengan cepat agar membentuk
sludge (lumpur endapan) yang dapat disaring dengan mudah.
37 dari 73
b. Kaporit dan Gas Klor
Kaporit berfungsi untuk membunuh bakteri dan protozoa yang
berbahaya di air serta menghambat pertumbuhan lumut.
4.2 Mesin dan Peralatan Produksi
Mesin dan peralatan produksi yang akan digunakan untuk proses
produksi didalam perusahaan mempunyai peranan yang sangat besar karena
akan sangat berpengaruh terhadap produk. Oleh karena itu ,perusahaan harus
mengetahui tentang spesifikasi dari mesin dan peralatan produksi yang akan
digunakan. Secara umum karakteristik mesin dan peralatan yang digunakan oleh
PDAM Intan Banjar ( IPA II PINUS ) sebagai berikut :
Tabel 4.1 Mesin dan Peralatan Proses Produksi
No. Nama Alat Kegunaan
1. Intake
Tempat berkumpulnya air baku, baik itu dari sumber mata air, danau, sungai, sumur bor atau irigasi. Yang dapat dimanfaatkan untuk proses produksi / pengolahan air.
2. Prasedimentasi
a. Tempat untuk pengendapan awal pada air baku yang diambil dari sumber asalnya.
b. untuk pengendapan awal, sehingga kekeruhan air baku untuk produksi bisa lebih konstan.
3.Pompa air baku
Untuk mengambil air baku untuk proses produksi / pengolahan air, dan pompa air baku bisa di pasang diIntake atau dipasang di Prasedimentasi.
4. Pipa air baku Membawa air baku ke bangunan pengolahan
5. Tempat pengolahanSarana untuk proses pengolahan air, atau yang sering disebut WTP (water treament plan).
6. Flash mixingMedia untuk tempat kontak antara bahan kimia dengan air baku.
7. Kougulan / FlokulasiMedia untuk proses pembentukan flok flok air atau pemisahan zat koloid air
8. SedimentasiMedia yang berfungsi sebagai tempat pengendapan kumpulan flok-flok air. Yang dihasilkan pada media flokulator.
9. ShatlerUntuk meredam kecepatan flok - flok air, sehingga tidak lolos ke media berikutnya (flok harus mengendap di sedimen).
10. GutterUntuk meratakan aliran pada sedimen, sehingga pada Gutter dibuat Vinot (bentuk V).
11. FiltrasiMedia yang berfungsi untuk penyaringan flok - flok air yang ikut larut, dan untuk penyaringan zat - zat organik maupun non organik dalam air
12. Clair water media yang berfungsi untuk pengendapan akhir
38 dari 73
No. Nama Alat Kegunaandan menampung air hasil produksi dan selanjutnya diteruskan ke reservoir (bak penampungan air bersih) dan berfungsi untuk pencucian filter dengan cara gravitasi.
13. Bak Penampungan (Reservoir)Tempat untuk menampung air bersih hasil pengolahan / produksi.
14. Pompa Distribusiberfungsi untuk memompa air bersih ke pelanggan PDAM.
15. Pompa Dosingalat untuk proses produksi air, dengan cara bekerjanya menginjeksi dosis bahan kimia, baik untuk Alum S, PAC dan Kaporit.
16. Pipa sludge (lumpur)Untuk membuang limbah atau flok hasil dari flokuasi dan koagulasi
17. Pipa backwashUntuk mengalirkan air yang digunakan untuk melakukan pembersihan pada media filter yang ada
18. Pipa Air ScoringUntuk menyalurkan udara yang dihasilkan oleh blower sebagai bagian dari proses pembersihan media filter yang ada.
19. Pipa dosingUntuk membawa bahan kimia yang telah dicampur dan diaduk di bak pencam puran bahan kimia
20. Pipa serviceMenyalurkan air bersih untuk pencampuran bahan kimia.
21. Pipa Distribusi menyalurkan air bersih ke pelanggan PDAM.
22. Pipa TransmisiUntuk membawa air bersih sebelum didistribusikan pada suatu daerah
23. Pompa transmisiUntuk memompa air bersih sebelum di distribusikan pada suatu daerah
24. Listrik/Generator SetUntuk menggerakan/menjalankan pompa pompa operasional.
Sumber : PDAM Intan Banjar
4.3 Proses Produksi di IPA II Pinus PDAM Intan Banjar
Air permukaan merupakan sumber air baku yang paling tidak baik (kotor)
dan merupakan alternatif pilihan terakhir karena memerlukan pengolahan secara
lengkap selain mahal dalam investasi pembangunan juga mahal dalam biaya
operasi dan pemeliharaan. Proses pengolahan air di IPA II Pinus dilakukan
secara kontinu, karena air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi
kehidupan manusia.
1. Proses Pendahuluan
Proses menghilangkan benda-benda kasar, halus ,pasir, lumpur
kasar dari air yang akan diolah/diproses. Penghilangan bahan olahan
39 dari 73
berupa sampah kasar dan halus umumnya dihilangkan dengan saringan
yang terdiri dari berbagai ukuran ,sedangkan untuk menghilangkan pasir
dan lumpur biasanya air dialirkan lewat bangunan perangkap pasir dan
lumpur untuk mengendapkan material tersebut.
2. Proses Kougulasi
Proses kougulasi disebut juga pengadukan cepat atau flash
mixing setelah bahan kimia dicampurkan kedalam air sehingga
diharapkan pencampuran bahan kimia tersebut (koagulan) dapat terjadi
dengan cepat dan merata. Tentunya proses dimana air baku yang telah
bebas dari sampah, kotoran kasar, pasir dan lumpur dibubuhkan
koagulan alumunium sulfat ( Al2(SO4)2) atau lebih umum dikenal dengan
tawas, bahan koagulan lainya seperti abu soda (Na2CO3) ialah untuk
mengikat partikel-partikel halus kedalam air. Dengan kata lain kougulasi
adalah proses dimana ion-ion dengan muatan-muatan yang berlawanan
dengan muatan koloid dimasukan kedalam air sehingga meniadakan
kestabilan koloid atau untuk lebih jelasnya adalah proses pembentukan
koloid yang stabil menjadi koloid yang tidak stabil (koloid harus
dihilangkan karena penyebab kekeruhan dan warna pada air).
Berdasarkan SNI 6774: 2008, kriteria perencanaan unit koagulasi
(pengaduk cepat) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Kriteria Perencanaan Unit Koagulasi (Pengaduk Cepat)
Unit KriteriaPengaduk cepat Tipe
Waktu Pengadukan (detik) Nilai G/detik
Hidrolis :- Terjunan- Saluran bersekat- Dalam instalasi pengolahan air bersekatMekanis :- Bila (Blade), pedal (padle) instalasi
pengolahan air- Flotasi
1-5> 750
3. Proses Flokulasi
Proses flokulasi sangat berhubungan erat dengan proses
kougulasi ,keduanya saling berhubungan karena adanya destabilisasi
dan tumbukan antara partikel, sehingga terjadi saling ikat antara satu
40 dari 73
dengan yang lainya. Flokulasi secara umum disebut juga pengadukan
lambat dimana dalam flokulasi ini berlangsung proses terbentuknya
penggumpalan flok-flok yang lebih besar dan akibatnya akan mudah
mengendap. Dengan kata lain proses flokuasi adalah proses terjadinya
pengikatan partikel-partikel yang menyebabkan kekeruhan air. Ikatan
tersebut mempunyai massa yang kecil sekali sehingga belum bisa
diendapkan.
Pada proses flokulasi ,pola aliran diatur sedemikian rupa sehingga
memberikan kesempatan pada ikatan-ikatan yang sudah besar (flok) dan
mudah diendapkan.Pengaturan aliran biasanya dengan cara mekanis
( menggunakan motor penggerak peddle) dan secara hidraulis baffled
channel saluran bersekat atau aliran voltec dimana aliran air berputar
membentuk kerucut.
Berdasarkan SNI 6774: 2008, kriteria perencanaan unit flokulasi
(pengaduk lambat) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Kriteria Perencanaan Unit Flokulasi (Pengaduk Lambat)
Kriteria umumFlokulator
hidrolis
Flokulator mekanis
Flokulator clarifierSumbu horizontal
dengan pedal
Sumbu vertikal
dengan bilah
G (gradien kecepatan) 1/detik
60 (menurun)
-5
60 (menurun)-10
70 (menurun)-10
100 - 10
Waktu tinggal (menit) 30 - 45 30 - 40 20 - 40 20 - 100Tahap flokulasi (buah) 6 - 10 3 - 6 2 - 4 1
Pengendalian energiBukaan
pintu/ sekatKecepatan putaran
Kecepatan putaran
Kecepatan
aliran airKecepatan aliran max
(m/det)0,9 0,9 1,8 – 2,7 1,5 – 0,5
Luas bilah/pedal dibandingkan luas bak
(%)- 5 - 20 0,1 – 0,2 -
Kecepatan perputaran sumbu (rpm)
- 1 - 5 8 - 25 -
Tinggi (m) 2 – 4
4. Proses Sedimentasi
Secara umum proses sedimentasi diartikan sebagai proses
pengendapan , dimana akibat gaya gravitasi ,partikel yang mempunyai
berat jenis lebih besar dari berat jenis air akan mengendap kebawah dan
41 dari 73
yang lebih kecil akan mengapung/melayang. Secara lebih terperinci
merupakan proses pengendapan massa flok yang telah terbentuk pada
proses flokuasi. Arah dalam proses sedimentasi dapat berupa aliran
horizontal atau aliran vertical. Bidang pengendapan dapat berbentuk
bidang horizontal atau bidang miring.
Dalam selang waktu tertentu, akumulasi lumpur hasil
pengendapan harus dibuang. Waktu yang dibutuhkan untuk
pengendapan bervariasi ,tergantung dari tipe /model pengendapan,
umumnya lebih dari 30 menit sampai dengan 4 jam ,lumpur halus yang
dapat diendapkan sekitar 90% sampai dengan 95%
Dari SNI 0004: 2008 penilaian kinerja unit sedimentasi bias dinilai
dari parameter kecepatan pengendapan (Vs), waktu tinggal (Td) dan
kemampuan sistem sedimentasi untuk menyisihkan kekeruhan dan
warna. Pengurasan apabila bagian-bagian flok yang mempunyai
kecepatan pengendapan lebih besar dari aliran keatas akan terkumpul
pada bagian bawah bak, sehingga terjadi penumpukan.
Berdasarkan SNI 6774: 2008, kriteria perencanaan unit
sedimentasi (bak pengendap) lanjutan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Kriteria Perencanaan Unit Sedimentasi (Bak Pengendap) Lanjutan
Kriteria umum
Bak persegi (aliran
horizontal)
Bak persegi aliran vertikal (menggunakan pelat/tabung
pengendap)
Bak bundar – (aliran vertikal
– radial)
Bak bundar – (kontak
padatan)
Clarifier
Kemiringan dasar bak (tanpa scraper)
450 - 600 450 - 600 450 - 600 > 600 450 - 600
Periode antar pengurasan lumpur (jam)
12 - 24 8 - 24 12 – 24 kontinyu12 – 24***
Kemiringan tube/plate
300 / 600 300 / 600 300 / 600 300 / 600 300 / 600
Catatan : *) luas bak yang tertutup oleh pelat/tabung pengendap
**) waktu retensi pada pelat/tabung pengendap
***) pembuanganlumpur sebagian
42 dari 73
5. Proses Filtrasi/Penyaringan
Prinsip dasar filtrasi adalah proses penyaringan partikel secara
fisik, kimia, biologi untuk memisahkan /menyaring partikel yang tidak
terendapkan dalam proses sedimentasi melalui media berpori. Proses
penyaringan tersebut diperlukan untuk memisahkan flok-flok yang
berukuran kecil/halus yang tidak dapat diendapkan oleh proses
pengendapan ialah antara 5 – 10 %. Pada umumnya media penyaringan
terdiri dari pasir kwarsa dengan antrasit.
Berdasarkan SNI 6774: 2008, kriteria perencanaan unit filtrasi
(saringan cepat) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Kriteria Perencanaan Unit Filtrasi (Saringan Cepat)
No. Unit
Jenis SaringanSaringan
Bertekanan
Saringan Biasa (Gravitasi)
Saringan dengan Pencucian Antar Saringan
1. Jumlah bak saringan N= 12 Q 0,5 *) Minimum 5 bak -
2.Kecepatan penyaringan (m/jam)
6 - 11 6 - 11 12 – 33
3.
Pencucian :
System Pencucian
Kecepatan (m/jam)
Lama pencucian (menit) Periode antara dua
pencucian (jam) Ekspansi (%)
Tanpa/dengan blower & atau surface wash
36 – 50
10 – 1518 – 24
30 - 50
Tanpa/dengan blower & atau surface wash
36 – 50
10 – 1518 – 24
30 – 50
Tanpa/dengan
blower & atau
surface wash
72 – 198--
30 – 50
4.
Media pasir, Tebal (mm) Single media Media ganda Ukuran efektif, ES (mm) Koefisien keseragaman,
UC Berat jenis (kg/dm2) Porositas Kadar SiO2
300 – 700600 - 700300 – 6000,3 – 0,71,2 – 1,4
2,5 – 2,651,2 – 1,4> 95 %
300 – 700600 - 700300 – 6000,3 – 0,71,2 – 1,4
2,5 – 2,651,2 – 1,4> 95 %
300 – 700600 - 700300 – 6000,3 – 0,71,2 – 1,4
2,5 – 2,651,2 – 1,4> 95 %
5.
Media antrasit : Tebal (mm) ES (mm) UC Berat jenis (kg/dm3) Porositas
400 – 5001,2 – 1,8
1,51,350,5
400 – 5001,2 – 1,8
1,51,350,5
400 – 5001,2 – 1,8
1,51,350,5
43 dari 73
No. Unit
Jenis SaringanSaringan
Bertekanan
Saringan Biasa (Gravitasi)
Saringan dengan Pencucian Antar Saringan
6.
Filter bottom/dasar saringan1) Lapisan penyangga dari
atas ke bawah Kedalaman (mm)
Ukiran butir Kedalaman (mm)
Ukiran butir Kedalaman (mm)
Ukiran butir Kedalaman (mm)
Ukiran butir
80 – 1002 – 5
80 – 1005 – 10
80 – 10010 – 15
80 – 15015 – 30
80 – 1002 – 5
80 – 1005 – 10
80 – 10010 – 15
80 – 15015 – 30
--------
2)Filter Nozel Lebar slot nozel (mm) Prosentase luas slot nozel
terhadap luas filter (%)
< 0,5> 4 %
< 0,5> 4 %
< 0,5> 4 %
Catatan : *) untuk saringan dengan jenis kecepatan menurun
**) untuk saringan dengan jenis kecepatan konstan, harus dilengkapi dengan pengatur aliran otomatis
6. Proses Desinfeksi
Proses desinfeksi merupakan penambahan suatu senyawa klor
pada air minum dan air bersih dengan tujuan membunuh organisme
bakteriologis khususnya organisme pathogen yang dapat menyebabkan
penyakit dan kematian pada manusia. Pembubuhan desinfektan
dilakukan terhadap air yang sudah mengalami penyaringan sebelum air
tersebut ditampung, dialirkan ,dan disalurkan pada konsumen
langganan.
4.3 Kualitas Air
Sumber air di alam saat ini terdapat dalam kuantitas yang sangat besar
sehingga memiliki potensi untuk dipergunakan sebagai air baku bagi instalasi
pengolahan air minum. Air baku tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa
kelas, yaitu :
1. Air Baku yang langsung dapat digunakan sebagai air minum.
2. Air Baku yang perlu pengolahan sederhana untuk dapat digunakan sebagai
air minum.
3. Air Baku yang perlu pengolahan lengkap untuk bisa digunakan sebagai air
minum.
44 dari 73
4. Air Baku yang tidak bisa digunakan sebagai air minum.
Air yang aman bagi kesehatan manusia harus memenuhi persyaratan-
persyaratan parameter kualitas air. Penilaian kualitas air ini didasarkan atas
karakteristik fisika, kimia, dan biologi dari air tersebut. Pemilihan unit pengolahan
air minum salah satunya adalah dengan mempertimbangkan kualitas air baku
dan kualitas yang diharapkan dari hasil pengolahan yaitu kualitas air yang
memenuhi baku mutu air minum. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa kualitas
air baku terhadap baku mutu air minum. Persyaratan kualitas untuk air minum
dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Parameter Wajib Persyaratan Kualitas Air Minum Berdasarkan
PerMenKes No 492 Tahun 2010
NNo
Jenis parameter SatuanKadar maksimum yang
diperbolehkan
1 Parameter yang langsung berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi1) E.Coli 02) Total Bakteri Coliform 0b. Kimia Anorganik1) Arsen mg/l 0,012) Fluorida mg/l 1,53) Total Kromium mg/l 0,054) Kadmium mg/l 0,0035) Nitrit mg/l 36) Nitrat mg/l 507) Sianida mg/l 0,078) Selenium mg/l 0,01
2 Parameter yang tidak langsung berhubungan
dengan kesehatana. Parameter Fisik1) Bau Tidak berbau2) Warna TCU 153) TDS mg/l 5004) Kekeruhan NTU 55) Rasa Tidak Berasa6) Suhu 0C suhu udara + 3
b. Parameter Kimiawi1) Aluminium mg/l 0,22) Besi mg/l 0,33) Kesadahan mg/l 5004) Khlorida mg/l 2505) Mangan mg/l 0,46) pH 6,5 - 8,57) Seng mg/l 3
45 dari 73
NNo
Jenis parameter SatuanKadar maksimum yang
diperbolehkan
8) Sulfat mg/l 2509) Tembaga mg/l 210) Ammonia mg/l 1,5
Sumber : PerMenKes No 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
4.5 Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air
4.5.1 Pemeliharaan Fasilitas Sadap
Pemeliharaan fasilitas penyadap dilakukan seperti tabel 4.7
Tabel 4.7 Pemeliharaan Fasilitas sadap
No. Unit PemeliharaanJangka Waktu
1. Sarana penyadap1. Periksa dan bersihkan lumpur yang
mengendap2. Bersihkan lingkungan bangunan penyadap
Setiap minggu
2.Pompa Submersible
1. Ukur dan periksa tahanan isolasi motor pompa
2. Hitung efisiensi pompa3. Ganti oli dan periksa mesin pompa4. Periksa kabel pompa5. Lakukan overhaul pompa6. Lakukan pengecatan
Tahunan
3. Pompa sentrifugal
1. Bersihkan pompa dan ruangan2. Periksa dan perbaiki kebocoran packing3. Periksa dan pastikan ketepatan kelurusan
kopling4. Periksa dan perbaiki kebocoran pipa, katup
dan manometer5. Tambahkan gemuk6. Periksa tahanan isolasi pompa7. Hitung efisiensi8. Periksa kabel pompa9. Lakukan overhaul pompa10. Lakukan pengecatan pompa
HarianMingguanMingguan
Mingguan
BulananBulanan BulananTahunanTahunanTahunan
4. Panel pompa
1. Periksa dan bersihkan dengan hati-hati bagian dalam panel termasuk sisibelakang pintu panel
2. Periksa dan bersihkan sambungan kabel3. Periksa dan ukur tahanan isolasi kabel4. Perbaiki dan cat kembali rumah panel apabila
ada yang rusak5. Periksa semua peralatan dalam panel dan
ganti apabila ada yang rusak
Bulanan
Bulanan BulananSesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
46 dari 73
No. Unit PemeliharaanJangka Waktu
5.Pipa dan perlengkapan
1. Periksa kerusakan dan kebocoran pipa transmisi, perbaiki bila perlu.
2. Bersihkan lingkungan disepanjang pipa transmisi
3. Lakukan pembersihan pengurasan pipa transmisi
4. Periksa kerusakan dan kebocoran katup, perbaiki bila perlu
5. Lumasi katup-katup dengan gemuk6. Lakukan pengecatan pipa dan katup-katup
Bulanan
Bulanan
Bulanan
Bulanan
BulananTahunan
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air
4.5.2 Pemeliharaan tenaga pembangkit
Pemeliharaan tenaga pembangkit dan perlengkapannya dilakukan seperti
Tabel 4.8
Tabel 4.8 Pemeliharaan tenaga pembangkit
No. Unit Pemeliharaan Jangka Waktu1. Genset
1. Mesin diesel
1. Ganti minyak pelumas
2. Ganti saringan minyak pelumas
3. Bersihkan saringan bahan bakar
4. Ganti saringan bahan bakar
5. Bersihkan saringan pipa hisap bahan bakar
6. Periksa dan pastikan tekanan penyemprotan dan pengabutan bahan bakar
7. Bersihkan kotak saringan udara
8. Ganti elemen saringan udara
9. Stel klep mesin10. Ukur tekanan
kompresi silinder mesin11. Bersihkan
radiator dari kerak12. Periksa dan stel
kembali tali kipas13. Periksa dan
pastikan tinggi muka air
Setiap 125 operasiSetiap 125 operasiSetiap 60 operasi
Setiap 250 operasiSetiap 125 operasi
Setiap 250 operasi
Setiap 125 operasiSetiap 500 operasiSetiap 250 operasi
Setiap 2000 operasiSetiap 2000 operasiSetiap 125 operasiSetiap 125 operasi
14. dalam bateral dan tambahkan bila kurang
15. Periksa dan perbaiki hubungan kabel baterai
16. Periksa dan kencangkan baut-baut
17. Lakukan “top overhaul” Lakukan “general overhaul”
Setiap 125 operasi
Setiap 500 operasi
Setiap 5000 operasiSetiap 10000 operasi
47 dari 73
No. Unit Pemeliharaan Jangka Waktu2. alternator 1. Periksa tahanan isolasi gulungan
2. Lumasi bearing3. Ganti dan Perbaiki cat ulang rumah
panel apabila ada yang rusak
Setiap 3 bulanSetiap 16000 jamSetiap 2000 jam
2. Panel 1. Periksa dan besihkan bagian dalam panel termasuk sisi belakang pintu panel
2. Periksa dan bersihkan sambungan kabel
3. Periksa dan ukur tahanan isolasi kabel4. Perbaiki cat ulang rumah panel apabila
ada yang rusak
Bulanan
Bulanan
BulananSesuai kebutuhan
3. Tangki bahan bakar
1. Periksa dan pastikan tangki dalam keadaan baik, perbaiki bila terjadi kebocoran
2. Periksa dan pastikan kebersihan tangki bahan bakar
Mingguan
Mingguan
4. Pompa bahan bakar
1. Periksa da pastikan kebersihan pompa2. Beri gemuk pada poros putaran pompa
MingguanMingguan
5. Saluran 1. Periksa dan pastikan saluran dalam keadaan baik, perbaiki bila terjadi kebocoran
Mingguan
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air
4.5.3 Pemeliharaan unit paket IPA
Pemeliharaan unit paket IPA dilakukan seperti Tabel 4.9
Tabel 4.9 Pemeliharaan unit paket IPA
No. Unit PemeliharaanJangka Waktu
1. Sarana pencampur kimia
1. Bersihkan alat pembubuh bahan kimia dan sarana lingkungan pencampur kimia
2. Periksa dan bersihkan bak dan pengaduk kimia dengan air
3. Bersihkan bak pengaduk kimia dengan asam encer
4. Periksa dan perbaiki bak dan pengaduk kimia bila terjadi kerusakan
Harian
Harian
Bulanan
Sesuai kebutuhan
2. Pompa pembubuh kimia
1. Bersihkan pompa pembubuh kimia
2. Bersihkan lingkungan ruang pompa
3. Bersihkan saringan pompa
4. Bilasi saluran pembubuh dengan air bersih, bila pompa akan dihentikan
5. Periksa kebocoran pompa, saluranPembubuh kimia dann perbaiki bila terjadi kebocoran
6. Periksa tingkat akurasi pompa
HarianHarianHarianHarian
Harian
Tahunan
48 dari 73
No. Unit PemeliharaanJangka Waktu
3. Pipa pengaduk 1. Periksa kebocoran dan kerusakan pipa, perbaiki bila terjadi kebocoran
2. Lakukan pengecatan pipa
Bulanan
Tahunan4. Pengaduk lambat 1. Periksa dan bersihkan pintu-pintu, serta
sistem ruang alat pengaduk lambat2. Bersihkan busa dan kotoran-kotoran yang
mengapuk di atas permukaan air3. Buka katup-katup penguras beberapa detik
untuk membuang lumpur yang mungkin mengendap
4. Periksa pertumbuhan lumut dan bersihkan jika ada
5. Periksa katup pintu dan diberi gemuk6. Periksa pertumbuhan lumut pada dinding bak
pengaduk lambat. Lakukan pembubuhan kaporit atau bahan desinfektan lainnya dengan dosis yang cukup
7. Periksa katup-katup pembuangan lumpur dan bila perlu lakukan perbaikan
8. Apabila mengaduk lambat dilengkapi dengan alat pengaduk, periksa fungsi
Harian
Harian
Harian
Harian
MingguanBulanan
Bulanan
Bulanan
dari peralatan tersebut dan bila perludilakukan perbaikan atau penggantian bagian-bagian yang tidak berfungsi
9. Perbaiki kerusakan pintu dan lakukan pengecatan
Sesuai kebutuhan
5. pengendapan 1. Bersihkan alur pengendapan2. Periksa kebocoran pipa dan katup pembuang lumpur, perbaiki bila terjadi kebocoran
3. Periksa, lakukan pengurasan bak, bersihkan dengan desinfektan
4. Lakukan pengecatan bila unit terbuat dari baja5. Perbaiki kerusakan yang terjadi di alur
pengendapan, perpipaan katup-katup dan alur pengumpul
Sesuai kebutuhanMingguan
Tahunan
TahunanSesuai kebutuhan
6. penyaringan 1. Bersihkan bagian dalam dan luar bak penyaring
2. Periksa kebocoran bak, katup-katupDan perpipaan, perbaiki bila terjadi kebocoran
3. Lakukan pembersihan dan pengecatan4. Keluarkan media penyaring dan bersihkan5. Periksa dasar unit saringan dan lakukan
perbaikan, perbaiki bila terjadi kebocoran6. Periksa dan perbaiki noozle, katup dan
perbaiki pipa7. Masukkan pasir yang telah dibersihkan dan
tambahkan media apabila kurang dan periksa kemungkinan terbentuknya bola-bola lumpur pada media penyaring
Mingguan
Mingguan
TahunanTahunanSesuai kebutuhanSesuai kebutuhanTahunan
7. Bak penampung air minum
1. Periksa dan bersihkan lingkungan bak penampung air bersih dari rumput dan kotoran
2. Periksa kemungkingan tumbuhnya lumut dalam bak penampung air bersih
3. Periksa dan bersihkan kelengkapan saran, dan lakukan perbaikan jika ada kebocoran katup dan pipa
4. Lakukan perbaikan jika kebocoran katup dan
Harian
Harian
Bulanan
Bulanan
49 dari 73
No. Unit PemeliharaanJangka Waktu
pipa5. Bersihkan lumut pada dinding bak dengan
larutan kaporitBulanan
6. Bersihkan endapan lumpur atau pasir jika ada7. Bersihkan pipa masukan, keluarkan, katup-
katup dan ventilasi udara8. Periksa berfungsinya alat ukur9. Laporkan kepada atasan dan lakukan
perbaikan jika ada kerusakan konstruksi10. Lakukan pembersihan karet dan pengecatan11. Periksa kemungkinan terbentuknya endapan
dalam bak, bila perlu lakukan pengurasan serta berikan desinfektan
12. Perbaiki bak, katup, pipa dan tutup lubang pemeriksaan
BulananBulanan
BulananTahunan
TahunanTahunan
Sesuai kebutuhan
8. Pompa dan pencucian balik
1. Bersihkan pompa dan ruangan2. Periksa dan pastikan kebocoran3. Tambahkan gemuk4. Periksa ketepatan dan kelurusan kopling,
perbaikan bila terjadi kelainan5. Periksa kebocoran pipa, katup, dan
manometer, perbaiki bila terjadi kebocoran6. Periksa tahanan isolasi pompa dan sesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku
HarianMingguan BulananMingguan
Bulanan
Sesuai kebutuhan
9. aerasi 1. Tipe terjunan:a. Periksa adanya pertumbuhan ganggang,
ketidakseragaman distribusi aliran atau noda, bersihkan dan gunakan desinfektan bila perlu
b. Bersihkan dan bila perlu, perbaiki atau ganti nampan aerator dan bagian-bagiannya
c. Perbaiki atau ganti lapisan permukaan terjunan sekali setahun
2. Tipe difusi:a. Apabila ditemui distribusi udara yang
tidak merata kosongkan tangki, periksa dan bersihkan difuser
b. Kosongkan tangki dan periksa kemungkingan kebocoran, difuser yang rusak dan penyumbatan,
Harian
Enam bulan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Enam bulan
bersihkan dengan sikat c. menggunakan air dan deterjen
3. Tipe nozzle spray:a. Periksa nozzle terhadap penyumbatan;
bersihkan atau ganti apabila diperlukan; jangan menggunakan tang pipa, Periksa perpipaan udara; buka penutup dan bersihkan sedimen, periksa kebocoran dan penyangga pipa, cat ulang bagian luar pipa bila perlu
b. Bila ada pagar spray, perbaiki dan cat ulang
4. Tipe blower:a. Beri pelumas pada kompresor sesuai
instruksi produsen alatb. Periksa tekanan keluaran (output)c. Periksa filter udara: bersihkan, perbaiki
Mingguan
Harian
Harian
Harian
MingguanTahunan
50 dari 73
No. Unit PemeliharaanJangka Waktu
atau ganti sesuai dengan kebutuhand. Buka kompresor dan periksa terhadap
kemungkinan korosi di dalam atau penyimpanan lainnya; apabila ada perbaiki secepatnya
e. Cat kembali bagian luar kompresor
Harian
HarianMingguanTahunan
10. Upflow clarifier/ kontak padatan
1. Pemeriksaan oleh operator:a. Periksa kemungkinan kebocoran pipa
dan katup, terutama katup pembilas lumpur
b. Periksa alat-alat pendukung operasi katup pembilas lumpur seperti penunjuk waktu dan lain-lain
2. Pemeliharaan pembersihan:a. Bilas, bersihkan dan periksa bagian-
bagian yang terpakaib. Buang material pengganggu/pengotor
yang mengganggu kinerja alatc. Periksa jalur pembubuhan zat kimia
terhadap kemungkinan penyumbatan dan gangguan lainnya
Bulanan
Bulanan
Enam bulananEnam bulananEnam bulanan
11. Pembubuh kapur 1. Bersihkan peralatan pembuang debu dan uap serta pastikan tidak terjadi pengendapan atau korosi pada mekanisme pembubuhan kapur
2. Bersihkan pengotor dalam kompartemen pengaduk kapur apabila sedang tidak beroperasi; lumuri bagian luar pengaduk dengan lapisan tipis lemak; bersihkan sistem pembungan uap dan perlengkapan lainnya; periksa apakah alat bekerja dengan semestinya
3. Periksa dan perbaiki atau ganti jika perlu baling-baling, semua kabel dan gangguan yang terjadi pada benda logam; kencangkan baut dan belt, kurangan getaran, beri pelumas pada bearing serta cat eksterior dan tepian mulut unik pengaduk kapur bila perlu
Harian
Mingguan
Bulanan
12. Penukar ion 1. Bagian luar selongsong dibersihkan dan disikat dengan sikat kawat, kemudian dicat kembali untuk melindungi dari korosi
2. Periksa sambungan-sambungan pendistribusi air dan air garam terhadap kemungkinan kerusakan, korosi dan kekencangan pemasangan
3. Katup-katup diperiksa dan diuji terhadap kemungkinan kebocoran dan diganti jika perlu
4. Bila resin penukar ion dengan air yang mengandung sedikitnya 2 mg/l klorin. Pastikan bahwa ph air tersebut netral dan kesadahannya tidak lebih dari 170 mg/l
5. Periksa permukaan tumpukan resin dari kotoran, partikel-partikel kecil dan tumbuhan organik; buang material pengganggu dan tambahkan atau ganti resin sampai level yang sesuai
6. Periksa ketinggian permukaan kerikil di bawah resin; apabila tidak merata maka kerikil dapat diratakan kembali pada saat backwash
Tahunan
Tiga bulanan
Enam bulananTiga bulanan
Tiga bulanan
Tiga bulanan
51 dari 73
No. Unit PemeliharaanJangka Waktu
7. Ganti kerikil apabila sudah menyatu atau banyak resin yang terbawa dalam aliran keluaran; cuci dan susun kerikil dalam empat lapisan serta
8. gunakan kerikil yang bebas kapur9. Cuci tangki penyimpan garam10. Cuci tangki pengendali air garam
Tiga bulanan
Sesuai kebutuhanEnam bulanan
11. Cat bagian dalam dan luar tangki air garam12. Penginjeksi air garam harus dibersihkan,
dibongkar dan diperiksa terhadap erosi atau korosi; penyumbatan pada perpipaan harus dibersihkan sebelum penginjeksi dipasang kembali atau diganti
13. Apabila unit penukar ion tidak beroperasi lebih dari 10 jam maka tangki resin harus dikosongkan dari air dan resin dibiarkan lembab
Sesuai kebutuhanTahunan
Sesuai kebutuhan
13. Klorinasi 1. Periksa klorinator dan perpipaan terhadap kebocoran
2. Buka dan tutup katup-katup klorin untuk menjamin pengoperasian yang baik, segera perbaiki atau ganti katup yang rusak
3. Bersihkan saluran air dan bersihkan katup penurun tekanan (pressure reducing valve) agar tetap beroperasi baik
4. Bersihkan injector nozzle air dan salurannya5. Periksa perpipaan dan semua bagian
pembawa gas klorin serta konektor fleksibel pada kontainer penyuplai gas; bersihkan dan ganti bagian yang rusak
6. Periksa tabung larutan klorin terhadap kemungkinan kebocoran serta deposit besi dan mangan; tangani denagn larutan hexametafosfat
7. Periksa dan bongkar benang-benang karet katup dan bagian-bagiannya, beri lapisan pencegah korosi, kencangkan kembali dengan tangan
Harian
Harian
Bulanan
TahunanHarian
Tahunan
Tiga bulanan
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air
4.5.4 Pencucian Arus Balik (Backwash)
Pada kondisi kerja normal dimana air masuk dari atas filter (untuk tipe
filter yang vertikal) kemudian menembus filter media (pasir atau karbon aktif)
kemudian keluar menuju proses berikutnya. Dengan berjalannya waktu dan
karena pemakain dari filter itu sendiri, media filter akan menjadi kotor oleh
polutan-polutan dalam air yang terperangkap di dalamnya. Untuk mengembalikan
kondisi filter media seperti semula maka di perlukan pembersihan/pencucian
media filter secara berkala. Proses ini yang dinamakan ‘backwashing‘ yaitu
52 dari 73
mencuci media filter tanpa harus mengeluarkan media filter itu sendiri dari dalam
bak filter.
Filter Backwashing (Pencucian Filter) merupakan bagian yang terintegrasi
dalam pengoperasian Instalasi Pengolahan Air (IPA). Filter dicuci dengan
membilasnya dengan air dengan arah aliran yang berlawanan dengan arah aliran
normal. Aliran air harus memiliki tekanan yang cukup untuk dapat melepaskan
partikel-partikel yang menempel pada media, sehingga digunakan aliran air yang
lebih besar atau dibantu dengan aliran udara yang dipompakan, atau dengan
modifikasi teknis secara gravitasi. Air buangan yang dihasilkan dari pencucian
filter mengandung partikel-partikel yang terbilas dari media filter yang berasal dari
partikel yang terkandung dalam air baku, flok-flok yang terbentuk pada proses
flokulasi yang tidak terendapkan pada sedimentasi, dan juga mikroba (seperti
Cryptosporidium). Proses backwash berlangsung selama 10 – 25 menit dengan
kecepatan berkisar 15 – 20 gpm/ft2 dan memproduksi volume air buangan yang
terbanyak dari keseluruhan proses IPA.
Pada saat filtrasi berlangsung, media filtrasi akan diliputi oleh flok-flok dari
air yang diolah, yang akan menyumbat rongga di antara butiran-butiran media
dan menyulitkan proses pencucian filter. Proses backwash dilakukan untuk
mengekspansi media sehingga filter dapat dibersihkan. Ekspansi ini akan
menyebabkan butiran filter bergesekan satu sama lain dengan kuat, sehingga
flok-flok yang tertahan sepanjang kedalaman filter bed akan terlepas untuk
selanjutnya dibuang keluar filter. Secara umum proses pencucian filter
(backwashing) dilakukan dengan arah aliran balik ke atas (up flow water wash)
dengan fluidisasi bed secara penuh. Air pencuci melewati media filter melalui
sistem underdrain. Pada awal proses selama 30 detik air pencuci disemprotkan
tidak dengan kecepatan penuh. Hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya
media penyangga akibat tekanan kuat yang secara tiba-tiba disemprotkan dari
bawah. Aliran backwash akan melepas partikel tersuspensi yang melekat pada
media filter. Untuk kemudian diberikan kecepatan penuh sampai semua partikel
tersuspensi terlepas dari media filter.
Fasilitas backwash harus dapat menghasilkan kecepatan backwash yang
memadai dan distribusi aliran yang merata. Kecepatan backwash haruslah cukup
tinggi untuk memfluidisasi media filter seluruhnya. Kecepatan aliran backwash ini
53 dari 73
tergantung pada metode yang digunakan untuk pencucian pada filter tersebut,
apakah hanya menggunakan sistem backwash saja dalam proses pencucian
ataukah ada sistem tambahan seperti air wash atau surface wash. Selain itu juga
kecepatan backwash yang sesuai harus ditentukan berdasarkan specific grafity
(Sg) media, ukuran butiran-butiran media, dan temperatur air. Namun kecepatan
backwash yang terlalu tinggi harus dihindari karena merupakan suatu
pemborosan air, disamping itu juga dapat merusak lapisan kerikil sebagai media
penyangga. Disamping itu, kecepatan backwash yang berlebih tidak efektif untuk
pencucian filter karena butiran-butiran pasir terpisah jauh melebihi ekspansi
media yang dibutuhkan, dan ada kemungkinan media filter dapat terbawa keluar
sampai ke dalam gutter-gutter air pencuci.
Pada umumnya durasi pencucian menggunakan sistem backwash
berlangsung antara 10 – 15 menit. Proses pencucian filter akan membersihkan
media filter dari kotoran yang menempel akan tetapi proses pembersihan
tersebut dapat meningkatkan terbentuknya “mud ball”. Mud ball merupakan
penggumpalan dari kekeruhan yang terkoagulasi, flok, pasir, dan bahan pengikat
lainnya. Mud ball menyerupai agar-agar pada permukaan media filter akibat
proses pencucian filter yang kurang sempurna.
Filter yang bersih merupakan awal yang baik untuk menyaring air dari
sedimentasi. Tindakan lain yang digunakan agar media tidak cepat kotor
sehingga harus melakukan backwash lebih sering adalah dengan penggunaan
polimer sebagai langkah awal. Selain itu pencucian filter juga harus melihat dari
segi ekonomisnya karena air yang digunakan untuk proses pencucian
merupakan air bersih yang siap untuk didistribusikan pada masyarakat. Pada
umumnya air yang digunakan untuk pencucian filter antara 10-15% dari air bersih
yang dihasilkan.
Adapun indikator untuk menentukan waktu backwash menurut SNI
0004:2008, antara lain :
a. apabila parameter untuk penentuan waktu pencucian menggunakan
perbedaan tekanan antara muka air diatas saringan dan didasar saringan
(pressure differential), pastikan indikator/sensor tekanan berjalan baik, atur
beda tekanan sesuai dokumen perencanaan;
54 dari 73
b. apabila parameter untuk penentuan waktu pencucian menggunakan tinggi
muka air diatas saringan, pastikan indikator/sensor ketinggian (level
sensor/indicator) berjalan baik, atur tinggi muka air sesuai dokumen
perencanaan;
c. apabila parameter untuk penentuan waktu pencucian berdasarkan umur
saringan, pastikan “timer” berjalan baik, atur umur saringan (umumnya 24
jam) sesuai dokumen perencanaan.
Operasi pencucian balik bisa direncanakan secara manual atau
otomatis/semi otomatis. Operasi pencucian otomatis/semi otomatis umumnya
menggunakan timer, berdasarkan umur saringan atau berdasarkan parameter
tertentu seperti perbedaan tekanan antara permukaan dan dasar saringan
(pressure differential) atau tinggi muka air pada saringan saja. Pencucian efektif
dilakukan apabila kehilangan tekanan (head loss) pada saringan maximum,
ditandai dengan naiknya muka air pada saringan.
Berikut ini merupakan tahapan pencucian filter dengan menggunakan air
menurut SNI 0004:2008, yaitu:
• pastikan semua katup bisa dioperasikan dengan baik;
• tutup semua katup inlet pada saringan, buka katup pembuangan dan
setelah itu buka katup pencucian;
• pada saat pencucian , katup yang menuju reservoar ditutup;
• lakukan pencucian selama 10-15 menit sampai semua kotoran pada filter
terbuang;
• amati apakah terdapat penerobosan (breaktrough) aliran yang besar pada
media penyaring, yang menandakan aliran yang tidak merata atau
”underdrain system” tidak terpasang sempurna;
• backwash dilakukan sampai air buangan pada saat backwash itu sudah
cukup jernih
• hentikan proses backwash
• tutup kembali katup pembuangan dan katup pencucian;
• buka katup menuju reservoar dan katup inlet saringan;
• lakukan pencucian saringan satu persatu;
55 dari 73
• pencucian saringan selesai.
4.6 Pembahasan Topik Kerja Praktek
Pembahasan yang ada pada kerja praktik ini adalah bagaimana
pemeliharaan pada WTP 20 L/Det dan WTP 30 L/Det terhadap kualitas air bersih
dan air minum pada IPA II Pinus PDAM Intan Banjar dengan standar baku mutu
yang ada.
4.6.1 Analisis Drain Dan Backwash di WTP 30 L/Det (Zona Air Bersih)
Water Treatment Plant adalah sebuah sistem yang difungsikan untuk
mengolah air dari kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar
mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standar yang di inginkan atau
ditentukan agar siap untuk di konsumsi. Salah satu Instalasi Pengolahan Air
yang ada di IPA II Pinus PDAM Intan Banjar, yaitu WTP dengan kapasitas
pengolahan 30 L/det. WTP ini merupakan salah satu dari beberapa WTP yang
dioperasikan untuk mengolah air baku menjadi air bersih.
Gambar 4.1 Pipa backwash dan drain pada WTP 30 L/Det
Pada Gambar 4.1, WTP 30 L/det mempunyai pipa pembuangan lumpur
untuk melakukan drain sebanyak dua buah dan terletak masing-masing satu
buah disamping bagian dasar bak sedimentasi. Untuk pipa outlet dari proses
backwash berjumlah 6 buah dan masing-masing terletak tiga buah di setiap
samping bagian kanan dan kiri dasar dari bak filtrasi. Pipa outlet hasil dari
melakukan drain dan backwash dialirkan langsung ke saluran drainase berupa
56 dari 73
parit tanpa dilakukan proses pengolahan lebih lanjut terhadap air buangan
tersebut.
Gambar 4.2 Bak sedimentasi pada WTP 30 L/Det
Untuk pemeliharaan pada bak sedimentasi yang ditunjukkan pada
Gambar 4.2, dilakukan drain, yaitu pengurasan atau pembuangan lumpur melalui
pipa outlet drain yang sudah tersedia pada bak sedimentasi. Drain dilakukan
apabila flok-flok pada bak sedimentasi banyak yang melayang dan lubang-
lubang pada settler sudah banyak yang tertutup atau terakumulasi. Aliran air dari
bak flokulasi dibiarkan mengalir agar pancuran air dari bak tersebut juga
membantu menghancurkan atau membersihkan sisa-sisa lumpur yang masih
melekat didasar bak ataupun pada settler. Drain harus dilakukan secara teratur
dan berkelanjutan karena apabila tidak dilakukan secara teratur, maka akan
mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan pada efluent dari bak sedimentasi.
Di IPA II Pinus PDAM Intan Banjar akan melakukan backwash terhadap
bak filtrasi apabila bak filtrasi yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 pada WTP 30
L/det sudah jenuh air. Perawatan dan pembersihan terhadap bak filtrasi harus
dilakukan secara teratur karena apabila tidak dilakukan secara teratur, maka
akan terjadi penyumbatan pada media filter yang terdapat pada bak filtrasi.
Biasanya penyumbatan tersebut diakibatkan karena penumpukan flok-flok atau
kotoran pada media filter yang mengakibatkan filter atau saring menjadi
terhambat. Backwash dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang terakumulasi
di atas media filter dengan metode aliran terbalik (dari bawah ke atas).
57 dari 73
Gambar 4.3 Bak filtrasi pada WTP 30 L/Det
Nilai suhu air baku di IPA II Pinus, selama bulan januari sampai bulan
november tahun 2015 ditunjukkan pada Gambar 4.4. Suhu air baku selama 11
bulan berada di kisaran 27,17 °C sampai dengan 33 °C dengan suhu rata-rata
per bulannya, yaitu 28,57 °C. Pada bulan januari sampai bulan juni, suhu air
baku relatif stabil dengan nilai suhu masing-masing pada bulan tersebut ,yaitu
27,20 °C; 27,17 °C; 27,95 °C; 27,86 °C; 28,29 °C; 28,53 °C. Kemudian pada
bulan juli sampai bulan september, suhu air baku mengalami peningkatan, yaitu
28,25 °C; 29,48 °C; 33,00 °C. Peningkatan suhu ini terjadi karena dipengaruhi
oleh musim kemarau. Pada bulan juli suhu sudah mulai meningkat karena sudah
mulai memasuki musim kemarau dan puncaknya pada musim september dengan
suhu tertinggi. Pada bulan oktober dan bulan november suhu relatif stabil, yaitu
dengan nilai 29,33 °C dan 27,20 °C. Data suhu air baku ditunjukan dalam
lampiran A.3.
58 dari 73
Gambar 4.4 Nilai Suhu Air Baku di IPA II Pinus (PDAM Intan Banjar, 2015)
Nilai suhu air baku dan suhu air sesudah filter pada WTP 30 L/det,
selama bulan januari sampai bulan november tahun 2015 ditunjukkan pada
Gambar 4.5. Suhu air sesudah filter selama 11 bulan berada di kisaran 26,70 °C
sampai dengan 29,90 °C dengan suhu rata-rata per bulannya, yaitu 28,21 °C.
Suhu air sesudah filter dari bulan januari sampai bulan november berturut-turut,
yaitu 27,10 °C; 26,70 °C; 27,60 °C; 27,80 °C; 28,05 °C; 28,25 °C; 28,20 °C;
28,75 °C; 29,10 °C; 29,90 °C; 28,85 °C. Hal ini menunjukan nilai suhu air
sesudah filter relatif stabil dan cenderung mengalami peningkatan suhu secara
bertahap karena pengaruh dari adanya cuaca yang panas. Nilai suhu tersebut
sudah memenuhi standar baku mutu karena suhu standar yang diperbolehkan
adalah sesuai dengan suhu ruangan dimana kadar suhu udara maksimum yang
diperbolehkan adalah ± 3 °C dengan maksud suhu air sampel tersebut harus
lebih besah dari ± 3 °C. Data untuk nilai suhu sesudah filter pada WTP 30 L/det
ditunjukkan pada lampiran I (A.1).
59 dari 73
Gambar 4.5 Nilai Suhu WTP 30 L/Det di IPA II Pinus (PDAM Intan Banjar, 2015)
Frekuensi drain pada WTP 30 L/det, selama bulan januari sampai bulan
november tahun 2015 ditunjukkan pada Gambar 4.6. Frekuensi drain selama 11
bulan berada di kisaran 8 kali sampai 35 kali dengan frekuensi drain rata-rata per
bulannya, yaitu 22 kali. Pada bulan januari sampai bulan maret, frekuensi untuk
melakukan drain itu rendah, yaitu 18 kali; 16 kali; dan 16 kali. Hal ini karena pada
bulan-bulan tersebut adanya penurunan debit pada WTP 30 L/det dan suhu pada
bulan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.4 itu relatif rendah, yaitu 27,20 °C;
27,17 °C; 27,95 °C. Pada bulan april, mei, dan juni disebabkan karena suhu yang
meningkat, yaitu 27,86 °C; 28,29 °C; 28,53 °C, hal ini berakibat pada bak
sedimentasi menjadi cepat jenuh, sehingga frekuensi drain yang dilakukan lebih
banyak, yaitu 33 kali, 35 kali, 31 kali. Pada bulan juli, agustus, dan september,
frekuensi drain menurun menjadi 29 kali, 22 kali, dan 17 kali karena pada bulan-
bulan ini mulai memasuki musim kemarau, sehingga suhu air meningkat dari
28,25 °C sampai 33,00 °C yang menyebabkan banyak flok-flok yang terbentuk
tidak mengendap tetapi flok-flok tersebut mengambang atau melayang dan
terbawa dengan air ke proses pengolahan selanjutnya. Pada bulan oktober
hanya dilakukan 8 kali pembuangan lumpur atau drain karena pada bulan
tersebut debit WTP mengalami penurunan dan ada beberapa hari WTP 30 L/det
berhenti beroperasional karena level irigasi pada bulan tersebut kritis. Pada
bulan november, frekuensi untuk melakukan drain berjumlah sebanyak 15 kali.
Pemeliharaan WTP dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan apabila bak
60 dari 73
sedimentasi tidak dilakukan drain akan membebani kinerja filter yang akan
mempercepat jenuhnya filter. Data lengkap untuk frekuensi drain ditunjukkan
pada lampiran I (A.6).
Gambar 4.6 Frekuensi Drain di WTP 30 L/det (PDAM Intan Banjar, 2015)
Frekuensi backwash pada WTP 30 L/det, selama bulan januari sampai
bulan november tahun 2015 ditunjukkan pada Gambar 4.6. Frekuensi backwash
selama 11 bulan berada di kisaran 156 kali sampai 217 kali dengan frekuensi
backwash rata-rata per bulannya, yaitu 179 kali. Dari data tersebut pada bulan
januari sampai bulan agustus terjadi peningkatan frekuensi melakukan backwash
berturut-turut, yaitu 165 kali; 176 kali; 157 kali; 169 kali; 179 kali; 187 kali; 190
kali; 202 kali. Hal ini karena suhu pada bulan januari sampai bulan agustus
mengalami peningkatan secara bertahap, yakni 27,20 °C; 27,17 °C; 27,95 °C;
27,86 °C; 28,29 °C; 28,53 °C; 28,25 °C; 29,48 °C. Puncaknya dapat dilihat pada
bulan September yang merupakan bulan yang paling banyak dilakukan
backwash, yaitu sebanyak 217 kali dan diikuti juga dengan suhu air baku pada
bulan tersebut, yaitu 33,00°C. Hal ini terjadi karena musim kemarau yang
menyebabkan suhu meningkat dan adanya pembersihan irigasi, yaitu berupa
penutupan pintu air di bendungan karang intan dan dari enam pintu air yang ada,
hanya dua pintu yang dibuka pada bulan September yang mengakibatkan level
air baku turun drastis menjadi 40 cm. Pada bulan oktober, frekuensi backwash
mengalami penurunan menjadi 156 kali yang disebabkan ada beberapa hari
WTP 30 L/det berhenti beroperasional karena level irigasi pada bulan tersebut
61 dari 73
kritis. Pada bulan november frekuensi untuk melakukan backwash meningkat
tipis, yaitu sebanyak 168 kali. Hal ini terjadi karena disebabkan beban filter atau
saringan sudah cukup jenuh sehingga terjadi peningkatan backwash. Filter yang
jenuh maka tidak dapat menyaring partikel padat sehingga akan berpengaruhi
terhadap kualitas air yang ditandai dengan air hasil dari filter dan sesedah
sedimetasi tidak ada penurunan dari kualitas air tersebut. Data lengkap untuk
frekuensi backwash ditunjukkan pada lampiran I (A.6).
Gambar 4.7 Frekuensi Backwash di WTP 30 L/det (PDAM Intan Banjar, 2015)
Nilai kekeruhan air baku dan air sesudah filter pada di WTP 30 L/det,
selama bulan januari sampai bulan november tahun 2015 ditunjukkan pada
Gambar 4.8. Untuk nilai kekeruhan air baku, pada bulan januari sampai bulan
november berada di kisaran 2,99 NTU sampai dengan 19,92 NTU dengan suhu
rata-rata per bulannya, yaitu 9,03 NTU. Selama 11 bulan nilai kekeruhan air baku
terjadi fluktuasi dengan nilai kekeruhan tiap bulan berturut-turut, yaitu 10,59 NTU;
8,04 NTU; 19,92 NTU; 7,08 NTU; 2,99 NTU; 8,95 NTU; 5,24 NTU; 4,6 NTU; 5,74
NTU; 17,23 NTU; 9 NTU. Hal ini disebabkan karena kondisi cuaca, khususnya
pada bulan maret yang terjadi musim hujan dan bulan september yang terjadi
musim kemarau, sehingga nilai kekeruhan di kedua bulan ini menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Untuk nilai kekeruhan sesudah filter
selama 11 bulan berada di kisaran 1,21 NTU sampai dengan 3,20 NTU dengan
suhu rata-rata per bulannya, yaitu 1,88 NTU. Pada bulan januari sampai
november, nilai kekeruhan relatif stabil, yaitu 2,63 NTU; 3,20 NTU; 2,41 NTU;
62 dari 73
1,21 NTU; 1,25 NTU; 1,42 NTU; 1,71 NTU; 1,90 NTU; 1,72 NTU; 1,41 NTU;
1,85 NTU; dan semua nilai kekeruhan air hasil olahan tersebut sudah memenuhi
standar baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES
NO.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Standar Kualitas Air bersih, yaitu nilai
kekeruhan air bersih itu harus dibawah 5 NTU. Dan berdasarkan hasil
pengukuran tersebut diketahui bahwa rata-rata kekeruhan per bulannya, yaitu
1,88 NTU serta untuk rata-rata presentase penurunan kekeruhan selama 11
bulan, yaitu 74,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk pemeliharaan berupa
backwash dan drain dalam upaya untuk menjaga kualitas air hasil olahan dan
kinerja dari pengolahan pada WTP 30 L/det sudah cukup baik karena dapat
menghasilkan air olahan atau air bersih dengan kualitas yang baik dan
memenuhi standar baku mutu yang sudah ditetapkan. Data untuk nilai kekeruhan
air baku ditunjukkan pada lampiran I (A.3). dan untuk kekeruhan air sesudah filter
ditunjukkan pada lampiran I (A.1).
Gambar 4.8 Nilai Kekeruhan WTP 30 L/Det di IPA II Pinus
(PDAM Intan Banjar, 2015)
4.6.2 Analisis Drain Dan Backwash Di WTP 20 L/Det (Zona Air Minum)
Pada WTP dengan debit 20 L/det memproduksi air minum pada beberapa
kawasan untuk saat ini tidak dapat memenuhi memproduksi air minum ke semua
pelanggan PDAM. Bak filter pada WTP 20L/det berbeda dengan WTP yang lain
hal ini dikarenakan terdiri dari 2 bak filter.
63 dari 73
Bak sedimentasi yang ditunjukkan pada Gambar 4.9, pemeliharaan yang
dilakukan pada proses sedimentasi adalah drain, yaitu pengurasan atau
pembuangan lumpur melalui pipa outlet drain yang sudah tersedia pada bak
sedimentasi. Drain dilakukan apabila flok-flok pada bak sedimentasi banyak yang
melayang dan lubang-lubang pada settler sudah banyak yang tertutup atau
terakumulasi. Aliran air dari bak flokulasi dibiarkan mengalir agar pancuran air
dari bak tersebut juga membantu menghancurkan atau membersihkan sisa-sisa
lumpur yang masih melekat didasar bak ataupun pada settler. Drain harus
dilakukan secara teratur dan berkelanjutan karena apabila tidak dilakukan secara
teratur, maka akan mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan pada efluent dari
bak sedimentasi.
Gambar 4.9 Gambar Bak Sedimentasi di WTP 20 L/det
Bak Filtrasi yang ditunjukkan pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11.
Perawatan dan pembersihan terhadap bak filtrasi harus dilakukan secara teratur
dan berkelanjutan. Karena apabila tidak dilakukan secara teratur dan sesuai
prosedur, maka akan terjadi penyumbatan pada pipa yang menghubungkan
antar bak filtrasi. Biasanya penyumbatan tersebut diakibatkan karena
penumpukan kapur pada pipa penyaluran yang mengakibatkan saluran
terhambat dan debit aliran pun tidak stabil. Selain itu backwash dilakukan untuk
menghilangkan kotoran yang terakumulasi di atas media filter dengan metode
aliran terbalik (dari bawah ke atas).
64 dari 73
Gambar 4.10 Bak Filtrasi di WTP 20 L/det
Gambar 4.11 Bak Filtrasi Tabung di WTP 20 L/det
Gambar 4.12 (a) pipa drain, (b) pipa backwash di WTP 20 L/det
merupakan pembuangan lumpur. Pipa outlet hasil dari melakukan drain dan
backwash dialirkan langsung ke saluran drainase berupa parit tanpa dilakukan
proses pengolahan lebih lanjut terhadap air buangan tersebut.
Gambar 4.12 Gambar (a) Pipa Drain, (b) Pipa Backwash di WTP 20 L/det
65 dari 73
a b
Nilai suhu air baku di IPA II pinus PDAM Intan Banjar pada tahun 2015
ditunjukkan dalam gambar 4.13. Suhu air baku pada 11 bulan dengan rata-rata
28,57 oC dengan kisaran 27,17– 33.0 oC. Dapat dilihat pada bulan januari sampai
agustus relatif terjadi kenaikan suhu, pada bulan september merupakan suhu
yang tertinggi 33,0 oC karena pada bulan ini termasuk bulan kemarau sehingga
suhu tinggi. Dan pada bulan oktober dan november terdapat penurunan suhu
karena sudah memasuki musim hujan. Data suhu air baku ditunjukan dalam
lampiran A.3.
Gambar 4.13 Nilai Suhu Air Baku di IPA II Pinus (PDAM Intan Banjar, 2015)
Nilai suhu air baku dan suhu air sesudah filter pada WTP 20 L/det di IPA
II pinus PDAM Intan Banjar pada tahun 2015 ditunjukkan dalam gambar 4.14.
Suhu air pada WTP 20 L/det pada 11 bulan dengan rata-rata 28,33 oC dengan
kisaran 27,3 – 29,3 oC. Dapat dilihat pada bulan januari sampai juli relatif terjadi
kenaikan suhu, pada bulan september merupakan suhu yang tertinggi 29,3 oC
karena pada bulan ini termasuk bulan kemarau sehingga suhu tinggi. Pada WTP
20 L/det tidak ada atap sehingga berpengaruh terhadap suhu, apabila pada saat
musim kemarau suhu akan naik begitu juga dengan suhu air pada WTP 20 L/det.
Hal ini menunjukan nilai suhu air sesudah filter relatif stabil dan cenderung
mengalami peningkatan suhu secara bertahap karena pengaruh dari adanya
cuaca yang panas. Nilai suhu tersebut sudah memenuhi standar baku mutu
karena suhu standar yang diperbolehkan adalah sesuai dengan suhu ruangan
dimana kadar suhu udara maksimum yang diperbolehkan adalah ± 3 °C dengan
66 dari 73
maksud suhu air sampel tersebut harus lebih besar dari ± 3 °C. Data nilai suhu
air baku dan suhu air sesudah filter pada WTP 20 L/det ditunjukan dalam
lampiran A.2.
Gambar 4.14 Nilai Suhu WTP 20 L/det di IPA II Pinus (PDAM Intan Banjar, 2015)
Frekuensi backwash pada WTP 20 L/det di IPA II pinus PDAM Intan
Banjar pada tahun 2015 ditunjukkan dalam gambar 4.15. Frekuensi backwash
pada 11 bulan dengan rata-rata 197 kali dengan kisaran 173 – 230 kali. Dapat
dilihat pada bulan januari sampai juni relatif terjadi kenaikan jumlah backwash
yang dilakukan. Pada bulan september merupakan paling banyak backwash
sebanyak 230 kali karena pada bulan ini termasuk bulan kemarau sehingga suhu
tinggi, karena pada saat suhu air yang tinggi akan mempengaruhi proses
pengendapan pada proses sedimentasi, flok-flok yang terbentuk tidak
mengendap tapi melayang dan ikut dengan air ke proses filtrasi yang akan
mempercepat jenuhnya filter. Dan jumlah backwash di WTP 20 L/det banyak
dilakukan karena standar baku mutu yang diterapkan di PDAM untuk air minum
kurang dari 1 NTU dari pada standar baku mutu air bersih kurang dari 5 NTU,
sehingga pemeliharan WTP 20 L/det lebih diperhatikan. Data Frekuensi
backwash ditunjukan dalam lampiran A.7.
67 dari 73
Gambar 4.15 Frekuensi Backwash di WTP 20 L/det (PDAM Intan Banjar, 2015)
Nilai kekeruhan air baku di IPA II pinus PDAM Intan Banjar pada tahun
2015 ditunjukkan dalam gambar 4.16. Kekeruhan air baku pada 11 bulan dengan
rata-rata 9,03 NTU dengan kisaran 2,99 – 19,93 NTU. Dapat dilihat pada bulan
februari ke bulan maret terjadi kenaikan kekeruhan dari 8,04 sampai 19,92 NTU
pada bulan maret merupakan puncak dari musim hujan sehingga intensitas
terjadinya hujan yang tinggi yang mempengaruhi kekeruhan pada air baku. Pada
bulan juni sampai september terjadi penurunan yaitu : 8.95 NTU; 5,24 NTU; 4,6
NTU; 5,74 karena pada bulan-bulan ini merupakan musim kemarau. Pada bulan
oktober terjadi kenaikan nilai kekeruhan sebesar 17,23 NTU karena merupakan
musim hujan. Data Kekeruhan air baku ditunjukan dalam lampiran A.3.
68 dari 73
Gambar 4.16 Nilai Kekeruhan Air Baku di IPA II Pinus
(PDAM Intan Banjar, 2015)
Nilai kekeruhan air baku dan air sesudah filter pada WTP 20 L/det di IPA II
pinus PDAM Intan Banjar pada tahun 2015 ditunjukkan dalam gambar 4.17.
Selama 11 bulan nilai kekeruhan air baku dengan nilai kekeruhan tiap bulan
berturut-turut, yaitu 10,59 NTU; 8,04 NTU; 19,92 NTU; 7,08 NTU; 2,99 NTU; 8,95
NTU; 5,24 NTU; 4,6 NTU; 5,74 NTU; 17,23 NTU; 9 NTU. Hal ini disebabkan
karena kondisi cuaca, khususnya pada bulan maret yang terjadi musim hujan
dan bulan september yang terjadi musim kemarau, sehingga nilai kekeruhan di
kedua bulan ini menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
Kekeruhan air WTP 20 L/det pada 11 bulan dengan rata-rata 0,96 NTU dengan
kisaran 0,77–1,22 NTU. Dapat dilihat pada bulan januari sampai bulan november
nilai kekeruhan relatif sama. Dan semua nilai kekeruhan air hasil olahan tersebut
sudah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES
NO.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yaitu
nilai kekeruhan air bersih itu harus dibawah 5 NTU. Data nilai kekeruhan air baku
ditunjukkan pada lampiran I (A.3) dan untuk kekeruhan air sesudah filter WTP 20
L/det ditunjukkan pada lampiran I (A.1).
Gambar 4.17 Nilai Kekeruhan WTP 20 L/Det di IPA II Pinus
(PDAM Intan Banjar, 2015)
Frekuensi drain pada WTP 20 L/det di IPA II pinus PDAM Intan Banjar
pada tahun 2015 ditunjukkan dalam gambar 4.18. Frekuensi drain pada 11 bulan
dengan rata-rata 24 kali dengan kisaran 19 - 29 kali. Dapat dilihat pada bulan
januari sampai april relatif terjadi kenaikan jumlah drain yang dilakukan antara 24
69 dari 73
– 27 kali dalam sebulan, karena pada bulan tersebut musim hujan pada saat
musim hujan suhu air normal membantu pengendapan pada proses sedimentasi
sehingga perlu dilakukan drain. Pada bulan mei sampai bulan oktober terjadi
penurunan dilakukannya drain, yaitu dari 26 – 19 kali, hal ini disebabkan karena
pada musim kemarau dimana suhu atau temperatur air pada bak sedimentasi
mengalami peningkatan yang diakibatkan oleh panasnya matahari. Apabila suhu
air tersebut meningkat atau dengan kata lain air tersebut panas maka flok-flok di
air tersebut akan melayang dan sulit untuk mengalami pengendapan atau waktu
yang dibutuhkan flok-flok tersebut untuk mengendap akan lebih lama daripada
saat keadaaan temperatur air dalam keadaan normal. Data frekuensi drain
ditunjukan dalam lampiran A.7.
Gambar 4.18 Frekuensi Drain di WTP 20 L/det (PDAM Intan Banjar, 2015)
Untuk menjaga kualitas air yang dihasilkan maka harus dilakukannya
pemeliharan pada WTP. Apabila sedimentasi tidak dilakukan backwash maka
akan terjadi jenuhnya sedimentasi yang ditandai meluapnya air dari WTP dan
akan membebani kinerja filter sehingga mempercepat jenuhnya filter. Filter jenuh
maka kinerja filter tersebut akan berkurang ataupun tidak berkerja dengan
semestinya yang ditandai dengan air hasil dari filter dan sesudah sedimetasi
tidak ada penurunan dari kualitas air tersebut.
70 dari 73
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil laporan kerja praktek ini adalah :
1. Proses produksi pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) II PDAM Intan Banjar
menggunakan air baku dari Bendungan Riam Kanan yang terdiri dari intake,
koagulasi, flukolasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Pada proses
koagulasi dan flokulasi dilakukan pembubuhan koagulan berupa PAC. Pada
reservoir dilakukan pembubuhan disinfektan berupa kaporit dan gas klor.
2. Operasional dan pemeliharaan pada IPA II PDAM Intan Banjar, salah
satunya, yaitu melakukan drain dan backwash. Pada tahun 2015, Untuk
WTP 30 L/det dari bulan januari sampai bulan november melakukan drain
berturut-turut sebanyak 18 kali; 16 kali; 16 kali; 33 kali; 35 kali; 31 kali; 29
kali; 22 kali; 17 kali; 8 kali dan 15 kali. Dan melakukan backwash berturut-
turut selama 11 bulan sebanyak 165 kali; 176 kali; 157 kali; 169 kali; 179
kali; 187 kali; 190 kali; 202 kali; 217 kali; 156 kali dan 168 kali. Sedangkan,
untuk WTP 20 L/det dari bulan januari sampai bulan november melakukan
drain berturut-turut sebanyak 24 kali; 25 kali; 24 kali; 27 kali; 26 kali; 25 kali;
25 kali; 21 kali; 19 kali; 19 kali dan 26 kali. Dan melakukan backwash
berturut-turut selama 11 bulan sebanyak 178 kali; 174 kali; 173 kali; 185 kali;
195 kali; 208 kali; 203 kali; 199 kali; 230 kali; 199 kali dan 221 kali.
3. Tingginya temperatur air baku akan mempengaruhi peningkatan frekuensi
backwash dan penurunan frekuensi drain karena pada saat suhu air yang
tinggi akan mempengaruhi proses pengendapan flok pada proses
sedimentasi, dimana flok-flok yang terbentuk hanya sebagian yang
mengendap dan kebanyakan flok cenderung mengambang atau melayang
dan terbawa air ke proses filtrasi yang akan membebani filter pada bak
filtrasi, akibatnya akan mempercepat jenuhnya filter tersebut. Selain itu,
kuantitas air baku juga mempengaruhi dilakukannya drain dan backwash
dengan mempertimbangkan jumlah air bersih dan air minum yang
dibutuhkan pelanggan PDAM Intan Banjar.
71 dari 73
4. Pemeliharan WTP akan mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan, apabila
filter jenuh maka kinerja filter tersebut akan berkurang ataupun tidak berkerja
dengan semestinya yang ditandai dengan air hasil dari filter dan sesudah
sedimetasi tidak ada penurunan dari kualitas air tersebut, sehingga
pemeliharan perlu dilakukan untuk menjaga kualitas air yang dihasilkan.
Pemeliharaan berupa backwash dan drain dalam upaya untuk menjaga
kualitas air hasil olahan pada WTP 30 L/det dan WTP 20 L/det sudah baik
karena dapat menghasilkan air bersih dibawah 5 NTU dan air minum
dibawah 1 NTU sesuai dengan standar baku mutu yang sudah ditetapkan.
5.2 Saran
Agar pemeliharaan di semua WTP di pada Instalasi Pengolahan Air (IPA)
II PDAM Intan Banjar harus dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Karena
pemeliharaan juga mempengaruhi kualitas pada Instalasi Pengolahan Air atau
WTP. Sebaiknya dilakukan peremajaan kembali atau pembersihan menyeluruh
terhadap WTP 30 L/det dan 20 L/det sehingga kualitas air bersih yang dihasilkan
menjadi lebih baik. Serta perlu adanya pembangunan sludge drying bed yang
merupakan unit pengolahan lumpur menggunakan lumpur yang berasal dari
endapan pada unit sedimentasi dan unit fitrasi.
72 dari 73
DAFTAR PUSTAKA
PDAM Intan Banjar. 2015. Laporan Harian Operasional WTP Ipa Pinus “
Backwash Filter Dan Drain Lumpur Flokulasi Dan Sedimentasi”.
Banjarbaru.
PDAM Intan Banjar. 2015. Laporan Hasil Uji Laboratorium Proses Produksi
Harian Dan Bulanan. Banjarbaru
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416 Tahun 1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Ridwan, Muhammad dan Jame Nobelia I. (2010). Penyisihan Besi Mangan, Kekeruhan Dan Warna Menggunakan Saringan Pasir Lambat Dua Tingkat Pada Kondisi Aliran Tak Jenuh Studi Kasus: Air Sungai Cikapundung. Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Bandung. (2010). Pengaruh Kekeruhan, Ph, Alkalinitas Dan Zat Organic Terhadap Dois Koagulan Pada Pengolahan Air Minum (Studi Kasus: IPAM Ciparay PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung). Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Bandung.
SNI 0004:2008. Tata Cara Commissioning Instalasi Pengolahan Air. Badan Standardisasi Nasional.
SNI 6775:2008. Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air. Badan Standardisasi Nasional.
SNI 6774:2008. Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air. Badan Standardisasi Nasional.
73 dari 73
top related