konsep laporan akhir ri unicef-2011

Post on 28-May-2015

2.351 Views

Category:

Documents

7 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

L A P O R A N A W A L

KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

MENENGAH NASIONAL 2004-2009

BIDANG KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

DIREKTORAT KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

TAHUN 2009

KATA PENGANTAR

Menurut UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 menyatakan setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Perubahan Kedua UUD Republik Indonesia

1945). Pembangunan kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam

pembangunan sumber daya manusia untuk menuju manusia Indonesia yang berdaya saing

tinggi sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025.

Sesuai dengan Keputusan Menneg PPN/Kepala Bappenas No.

PER-01/M.BAPPENAS/08/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas

pokok Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan dan

evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan gizi masyarakat,

serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya.

Tahun 2009 merupakan salah satu tonggak penting dalam pembangunan kesehatan karena

pada saat ini mulai dilakukan penyusunan RPJMN tahap kedua yang merupakan sekuen dari

tahap sebelumnya. Evaluasi ini dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan

pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan

rencana pembangunan dapat dinilai dan dipeajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana

pembangunan dimasa yang akan datang.

Dokumen ini merupakan Laporan Awal kegiatan “Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 Bidang Kesehatan dan Gizi

Masyarakat”. Laporan awal ini berisi kerangka acuan dan hasil kegiatan evaluasi

pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 Bidang

Kesehatan dan Gizi Masyarakat selama kuartal pertama tahun 2009.

Laporan awal ini masih memerlukan penyempurnaan karena itu kami

mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan agar laporan evaluasi pertengahan

tahun 2009 selanjutnya dapat lebih baik. Terima kasih

Jakarta, Mei 2009

1Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Tim Penyusun Rekomendasi Kebijakan

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Bappenas

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Tim Penyusun ii

Daftar Istilah ................................................................................................................................................ iii

Daftar Isi .......................................................................................................................................................v

Daftar Tabel ..................................................................................................................................................vi

Daftar Gambar ............................................................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1. Latar Belakang .........................................................................................................................................1

1.2.Tujuan Evaluasi ................................................................................... .................................................2

1.3.Ruang Lingkup ......................................................................................................................................2

1.4.Metodologi ..............................................................................................................................................3

1.5.Hasil yang Diharapkan .....................................................................................................................4

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN 2010-

2014) BIDANG KESEHATAN ..................................................................................................5

2.1. Sasaran ...................................................................................................................................................5

2.2.Arah Kebijakan .....................................................................................................................................5

2.3.Program Pembangunan ....................................................................................................................6

BAB III HASIL PELAKSANAAN PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP

KESEHATAN YANG BERKUALITAS ....................................................................................11

3.1.Kondisi Awal RPJMN 2004-2009 ...............................................................................................11

3.2.Pencapaian RPJMN 2005-2008 ...................................................................................................13

BAB IV ISU STRATEGIS DAN UPAYA YANG DILAKUKAN .....................................61

4.1.Isu Strategis .................................................................................................................................61

4.2.Upaya yang Dilakukan Untuk Mencapai Sasaran ........................................................65

4.3.Perkiraan Pencapaian Sasaran RPJMN 2004-2009 ...................................................66

2Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

BAB V EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN STRATEGIS ..............................68

5.1.Peningkatan Pendidikan Kesehatan Pada Masyarakat

Sejak Usia Dini ...........................................................................................................................68

5.2.Evaluasi Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) ...................................................75

5.3.Evaluasi Pelaksanaan Jamkesmas/Askeskin ................................................................79

5.4.Peningkatan Sosialisasi Kesehatan Lingkungan

dan Pola Hidup Sehat ..............................................................................................................82

BAB VI KESIMPULAN ...................................................................................................90

Daftar Pustaka

Lampiran

KAJIAN

PERENCANAAN KESEHATAN, GIZI, OBAT DAN MAKANAN

3Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sasaran pokok Pembangunan Nasional yang pada dasarnya diarahkan untuk mencapai visi terciptanya Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta kesejahteraan rakyat yang meningkat, antara lain diprioritaskan pada (a) Meningkatnya kualitas manusia yang tercermin dari terpenuhinya hak sosial rakyat melalui peningkatan akses masyarakat pada pendidikan dan kesehatan yang lebih berkualitas, dan peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial; (b) Terjaminnya keadilan jender bagi peningkatan kualitas dan peran perempuan, serta kesejahteraan dan perlindungan anak, dan (c) Meningkatnya penyelenggaraan otonomi daerah dan kepemerintahan daerah melalui revitalisasi proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

Sejalan dengan upaya tersebut, Pemerintah Republik Indonesia menjalin kerjasama dengan United Children Fund’s (UNICEFUNICEF), Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bergerak dalam pembangunan sumberdaya manusia, khususnya Ibu dan Anak. Kerjasama ini dituangkan dalam Piagam Rencana Kerja Program Kerjasama (Country Program Action Plans – CPAP) yang ditandatangani pada tanggal 1427 JanuariFebruari 201106. Program Kerjasama Pemerintah RI deangan UNICEFUNICEF periode 201106-20150 sebagai tindak lanjut dari kerjasama periode-periode sebelumnya, yang telah dimulai sejak tahun 1966. Program kerjasama periode 2006-2010 bertemakan “Meningkatkan Martabat Setiap Anak” pada prinsipnyaini difokuskan pada upaya peningkatan Kelangsungan Hidup, Perkembangan, Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA), khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan dan keadilan anak, dan keadilan.

Program Kerjasama Pemerintah RI dengan UNICEFUNICEF selanjutnya diarahkan untuk turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium atau dikenal dengan sebutan MDGs (Milenium Development Goals). Tujuan yang ingin dicapai di dalam MDGs pada tahun 2015 sangat erat kaitannya dengan upaya bangsa Indonesia dalam mewujudkan kualitas SDM yang optimal, yaitu antara lain:; a) Mengurangi tingkat kemiskinan dan kelaparan, b) Mencapai pendidikan dasar universal, c) Mengurangi angka kematian balita, d) Meningkatkan kesehatan ibu, serta e) Memerangi penyakit HIV/AIDS, malaria, dan penyakit-penyakit lainnya.

Program Kerjasama Pemerintah RI-UNICEF periode 2006-2010 ditandatangani oleh Pemerintah RI yang diwakili oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan UNICEF Representative for Indonesia pada tanggal 26 Januari 2006. Dalam perjanjian ini, Bappenas merupakan institusi yang bertanggung jawab sebagai koordinator nasional dan.

uUntuk mengakomodasi upaya re-focusing dan konvergensi serta menjawab berbagai tantangan pembangunan., Sementara Bappeda bertanggung jawab di tingkat daerah. Ssalah satu rekomendasi tinjauan tengah program (MTR) tahun 2008 adalah pengelompokan program semula 7 menjadi 4 kelompok. Kelompok program yang baru adalah: (a) Program

4Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Kelangsungan Hidup dan Perkembangan Anak (Child Survival &and Development), (b) Program Pendidikan dan Perkembangan Remaja (Education and Adolescent Development), (c) Program Kebijakan Sosial dan Perlindungan Anak (Social Policy & Child Protection), dan (d) Program Komunikasi (Communication). Perubahan pengelompokan program tersebut tidak berdampak pada struktur Pokja di pusat dan Tim KHPPIA di daerah, di mana Bappenas dan Bappeda bertindak sebagai Ketua POKJA dari masing-masing program..

Lokasi program mencakup 14 propinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara Utara, Papua Barat, dan Papua. Dalan keadaaan emergency, kerjasama ini dapat menjangkau daerah diluar provinsi kerjasama RI-UNICEFUNICEF, seperti pada tahun 2008 membantu korban gempa Daerah IstimewaI Yogyakarta dan Sumatera Barat.

Seperti diamanatkan oleh perjanjian kerjasama (CPAP) dan Surat Keputusan (SK) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. KEP 51023A/M.PPN/034/201108 (terlampir), Bappenas sebagai koordinator bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan perencanaan tahunan, pemantauan di pusat dan daerah antara lain dilakukan melalui pertemuan 3 bulanan, monitoring rutin di daerah lokasi kerjsama, monitoring tengah tahunan, evalusi akhir tahun, evaluasi tengah program dan evaluasi akhir. Koordinasi ini meliputi koordinasi manajemen dan substansi ketujuh program kerjasama tersebut diatas. Koordinasi dilakukan di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Institusi yang terlibat dalam kerjasama antara lain DepartemenKementerian Dalam Negeri, KementerianDepartemen Kesehatan, KementerianDepartemen Pendidikan Nasional, KementerianDepartemen Agama, Kementerian Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Departemen Pekerjaan Umum, Kementerian Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kantor Sekretariat Negara, Polisi Republik Indonesia, Komite Perlindungan Anak (KPA) dan lembaga sosial kemasyarakatan (LSM) serta pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota.

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat (KGM), Bappenas bertanggung jawab untuk menjamin pelaksanaan kegiatan, dan menjaga sinkronisasi pelaksanaan mengingat banyak institusi yang terlibat dalam kerjasama ini. Melalui Sekretariat Kerjasama Program Kerjasama RI-UNICEFUNICEF 201106-20150, Direktorat KGM bertugas mengkoordinasikan secara terarah penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program kerjasama. Disamping itu, mempersiapkan materi dan jadwal kegiatan untuk Tim Pengarah dan Tim Teknis, mempersiapkan pelaksanaan tinjauan tahunan, tinjauan tengah program dan tinjauan akhir, menyiapkan laporan pelaksanaan program kerjasama, dan mempersiapkan dukungan teknis dalam pelaksanaan program kerjasama di Pusat dan Daerah.

1.2. Tujuan

Koordinasi strategis pengelolaan program kerjasama Pemerintah RI – UNICEF periode 2011-2015 adalah untuk meningkatkan koordinasi lintas institusi baik pemerintah

5Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

maupun non pemerintah, lintas program dan lintas wilayah dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kerjasama Pemerintah RI dan UNICEF tahun 2011.

Sementara itu, tujuan khusus kegiatan ini mencakup :

1. Identifikasi capaian dan permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan;

2. Menyusun rekomendasi tindak lanjut hasil pemantauan pelaksanaan kegiatan tahun 2011; dan

3. Menyusun rekomendasi kebijakan perencanaan kegiatan untuk periode kerjasama berikutnya.

1.3. Sasaran

Terlaksananya koordinasi strategsis Kerjasama RI-UNICEF pada tahun 2011.Tersusunnya kebijakan DAK bidang kesehatan dalam RKP 2012 dan terlaksananya pemantauan DAK bidang kesehatan tahun anggaran 2011 dan evaluasi DAK bidang kesehatan tahun anggaran 2010.

1.4. 1.4 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan pengelolaan program kerjasama pemerintah RI-UNICEF 2011 ini adalah:

1. Melakukan koordinasi dalam perencanaan program tahunan di tingkat pusat;2. Melakukan pemantauan program kerjasama lintas sektor di tingkat pusat secara

rutin;3. Bersama-sama kementerian/lembaga teknis tingkat pusat melakukan pemantauan

dan kunjungan lapang pelaksanaan program kerjasama di tingkat propinsi dan kabupaten/kota lokasi kerjasama;

4. Melakukan evaluasi pelaksanaan program kerjasama tahun 2011;. 5. Memberikan dukungan operasional pengelolaan kerjasama kepada Tim Pengarah

Pusat, Tim Teknis Pusat, Tim Fasilitasi dan Sekretariat Program Kerjasama RI-UNICEF.

Koordinasi ini meliputi koordinasi manajemen dan substansi ketujuhkeempat program kerjasama tersebut diatas. Koordinasi dilakukan di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Institusi yang terlibat dalam kerjasama antara lain Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Tenaga Kerja dan

6Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Transmigrasi, Kantor Sekretariat Negara, Polisi Republik Indonesia, Komite Perlindungan Anak (KPA) dan lembaga sosial kemasyarakatan (LSM), serta pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota.

1.5. K eluaran

Hasil yang akan dicapai dalam kegiatan koordinasi ini adalah sebagai berikut:1. Revisi Rencana Kerja Multi-tahun (Multi-year Workplan = MYWP) program Kerjasama

RI-UNICEF untuk tahun 2012;,2. Pertemuan dan laporan evaluasi akhir tahun program kerjasama RI-UNICEF tahun

2011;,3. Rumusan tentang rekomendasi dari pelaksanaan monitoring dan evaluasi ditingkat

daerah.[4.]

4.[5.]

1.4 Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan program seperti tercantum dalam perjanjian kerjasama Pemerintah RI dan UNICEF tahun 2006-2010, maka tujuan umum koordinasi strategis adalah untuk meningkatkan koordinasi lintas institusi baik pemerintah maupun non pemerintah, lintas program dan lintas wilayah dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kerjasama Pemerintah RI dan UNICEF tahun 201009. Sedangkan tujuan khusus adalah (a) Melakukan identifikasi permasalahan dan capaian dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan; (b) menyusun rekomendasi hasil pemantauan pelaksanaan kegiatan tahun 201008, dan; (c) mengkoordinasikan penyusunan dokumen Rencana Kerja Program Kerjasama (Country Program Action Plans – CPAP) 2011-2015 serta; (d) menyusun rekomendasi kebijakan perencanaan kegiatan untuk tahun 201109. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan pengelolaan program kerjasama pemerintah RI-UNICEFUNICEF 20110 ini adalah:Melakukan koordinasi dalam perencanaan program tahunan di tingkat pusatMelakukan pemantauan program kerjasama lintas sektor di tingkat pusat secara rutinBersama-sama departemenkementerian/lembaga teknis tingkat pusat melakukan pemantauan dan kunjungan lapang pelaksanaan program kerjasama di tingkat propinsi dan kabupaten/kota lokasi kerjasamaMelakukan evaluasi pelaksanaan program kerjasama tahun 20110.

7Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Memberikan dukungan operasional pengelolaan kerjasama kepada Tim Pengarah Pusat, Tim Teknis Pusat, Tim Fasilitasi dan Sekretariat Program Kerjasama RI-UNICEFUNICEF.

Koordinasi ini meliputi koordinasi manajemen dan substansi ketujuh program kerjasama tersebut diatas. Koordinasi dilakukan di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Institusi yang terlibat dalam kerjasama antara lain Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kantor Sekretariat Negara, Polisi Republik Indonesia, Komite Perlindungan Anak (KPA) dan lembaga sosial kemasyarakatan (LSM) serta pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota.

1 Keluaran2 Hasil yang akan dicapai dalam kegiatan koordinasi ini adalah sebagai berikut:

5.[6.] Dokumen Rencana Kerja Program Kerjasama (Country Program Action Plans – CPAP) 2011-2015,

6.[7.] Rencana Kerja Multi-tahun Tahunan (Multi-year Workplan Annual Work Plan = MWPAWP) program Kerjasama RI-UNICEF 2011,0

[8.] Pertemuan dan laporan evaluasi akhir tahun program kerjasama RI-UNICEF 2006-2010,tahun 2009

7.[9.] Rumusan tentang rekomendasi dari pelaksanaan monitoring dan evaluasi ditingkat daerah,

8.[10.] Terlaksananya koordinasi dalam pelaksanaan Program Kerjasama RI-UNICEF dengan lancar.

8Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

BAB II1.6. 1.6 MetodologiETODOLOGI Pelaksanaan koordinasi strategis Pengelolaan Program Kerjasama

Pemerintah RI – UNICEF periode 2011-2015 dilakukan melalui serangkaian kegiatan

sebagai berikut:

1. Pertemuan koordinasi lintas Kelompok Kerja (POKJA), untuk mendapatkan laporan

pelaksanaan kegiatan dan membahas isu-isu lintas pokja maupun lintas program

dengan melibatkan Tim Pengarah;

2. Kunjungan lapangan dan fasilitasi ke pemerintah daerah maupun ke masyarakat; dan

3. Penyusunan laporan hasil analisis evaluasi pelaksanaan program kerjasama Pemerintah

RI – UNICEF tahun 2011.

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang saling melengkapi dengan kegiatan-kegiatan koordinasi yang dibiayai dari hibah UNICEF.

Pelaksanaan koordinasi strategis Pengelolaan Program Kerjasama Pemerintah RI – UNICEF Tahun 2006-2010 dilakukan melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:

Melakukan pertemuan koordinasi setiap triwulan bagi Kelompok Kerja (POKJA) secara rutin, untuk mendapatkan laporan pelaksanaan kegiatan dan membahas permasalahan yang dihadapi.Melakukan pertemuan koordinasi khusus untuk membahas isu-isu lintas pokja maupun lintas program dengan melibatkan Tim Pengarah Melakukan kunjungan lapangan dan fasilitasi ke pemerintah daerah maupun ke masyarakat dan unit pelayanan.Melakukan kegiatan peningkatan kapasitas SDM atau pelatihan. Melakukan pertemuan koordinasi tinjauan tengah program (mid-term review) dan tinjauan akhir tahunprogram (final annual review) dalam rangka perumusan permasalahan dan alternatif pemecahan.Menyusun rencana kerja tahun 201109 dengan mempertimbangkan hasil tinjauan tengah program dan tinjauan akhir tahunprogram serta dokumen perencanaan pembangunan nasional dan Country Programme Development (CPD).Lokasi pelaksanaan Koordinasi Program Kerjasama Pemerintah RI - Unicef adalah 5 provinsi terpilih, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua.

1.7. Pelaksana Kegiatan 1.8.

Kegiatan koordinasi strategis Kerjasama RI-UNICEF pada tahun dilaksanakan secara swakelola oleh Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat.

9Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

1.9. Jadwal Kegiatan

Direncanakan kegiatan akan dilaksanakan selama 12 bulan sejak Januari hingga Desember 2011, sebagaimana jadwal terlampir.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Koordinasi Strategis Kerjasama RI-UNICEF 2011

No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyempurnaan TOR √

2 Workshop Lintas Pokja √

3 Kunjungan Daerah √ √

4 Konsinyering √ √ √ √

5 Seminar Evaluasi Akhir Program

6 Penyusunan Laporan √ √ √

10Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

11Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

A. Latar BelakangB. Sasaran pokok Pembangunan Nasional yang pada dasarnya diarahkan untuk

mencapai visi terciptanya Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta kesejahteraan rakyat yang meningkat, antara lain diprioritaskan pada (a) Meningkatnya kualitas manusia yang tercermin dari terpenuhinya hak sosial rakyat melalui peningkatan akses masyarakat pada pendidikan dan kesehatan yang lebih berkualitas, dan peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial; (b) Terjaminnya keadilan jender bagi peningkatan kualitas dan peran perempuan, serta kesejahteraan dan perlindungan anak, dan (c) Meningkatnya penyelenggaraan otonomi daerah dan kepemerintahan daerah melalui revitalisasi proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

C. Sejalan dengan upaya tersebut, Pemerintah Republik Indonesia menjalin kerjasama dengan United Children Fund’s (UNICEF), Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bergerak dalam pembangunan sumberdaya manusia, khususnya Ibu dan Anak. Kerjasama ini dituangkan dalam Piagam Rencana Kerja Program Kerjasama (Country Program Action Plans – CPAP) yang ditandatangani pada tanggal 27 Januari 2006. Program Kerjasama Pemerintah RI dangan UNICEF periode 2006-2010 sebagai tindak lanjut dari kerjasama periode-periode sebelumnya, yang telah dimulai sejak tahun 1966. Program kerjasama periode 2006-2010 bertemakan “Meningkatkan Martabat Setiap Anak” pada prinsipnya difokuskan pada upaya peningkatan Kelangsunan Hidup, Perkembangan, Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA), khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan anak, dan keadilan.

D. Program Kerjasama Pemerintah RI dengan UNICEF selanjutnya diarahkan untuk turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium atau dikenal dengan sebutan MDG (Milenium Development Goals). Tujuan yang ingin dicapai di dalam MDG pada tahun 2015 sangat erat kaitannya dengan upaya bangsa Indonesia dalam mewujudka kualitas SDM yang optimal, yaitu antara lain; a) Mengurangi tingkat kemiskinan dan kelaparan, b) Mencapai pendidikan dasar universal, c) Mengurangi angka kematian balita, d) Meningkatkan kesehatan ibu, serta e) Memerangi penyakit HIV/AIDS, malaria, dan penyakit-penyakit lainnya.

12Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

E. Program Kerjasama Pemerintah RI-UNICEF periode 2006-2010 ditandatangani oleh Pemerintah RI yang diwakili oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan UNICEF Representative for Indonesia pada tanggal 26 Januari 2006. Dalam perjanjian ini, Bappenas merupakan institusi yang bertanggung jawab sebagai koordinator nasional. Untuk mengakomodasi upaya re-focusing dan konvergensi serta menjawab berbagai tantangan pembangunan, salah satu rekomendasi tinjauan tengah program (MTR) tahun 2008 adalah pengelompokan program semula 7 menjadi 4 kelompok. Kelompok program yang baru adalah: (a) Program Kelangsungan Hidup dan Perkembangan Anak (Child Survival & Development), (b) Program Pendidikan dan Perkembangan Remaja (Education and Adolescent Development), (c) Program Kebijakan Sosial dan Perlindungan Anak (Social Policy & Child Protection), dan (d) Program Komunikasi (Communication). Perubahan pengelompokan program tersebut tidak berdampak pada struktur Pokja di pusat dan Tim KHPPIA di daerah.

F. Lokasi program mencakup 14 propinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara Utara, Papua Barat, dan Papua. Dalan keadaaan emergency, kerjasama ini dapat menjangkau daerah diluar provinsi kerjasama RI-UNICEF, seperti pada tahun 2008 membantu korban gempa DI Yogyakarta dan Sumatera Barat.

G. Seperti diamanatkan oleh perjanjian kerjasama (CPAP) dan Surat Keputusan (SK) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. KEP 023A/M.PPN/03/2008 (terlampir), Bappenas sebagai koordinator bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan perencanaan tahunan, pemantauan di pusat dan daerah antara lain dilakukan melalui pertemuan 3 bulanan, monitoring rutin di daerah lokasi kerjsama, monitoring tengah tahunan, evalusi akhir tahun, evaluasi tengah program dan evaluasi akhir. Koordinasi ini meliputi koordinasi manajemen dan substansi ketujuh program kerjasama tersebut diatas. Koordinasi dilakukan di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Institusi yang terlibat dalam kerjasama antara lain Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kantor Sekretariat Negara, Polisi Republik Indonesia, Komite Perlindungan Anak (KPA) dan lembaga sosial kemasyarakatan (LSM) serta pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota.

13Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

H. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat (KGM), Bappenas bertanggung jawab untuk menjamin pelaksanaan kegiatan, dan menjaga sinkronisasi pelaksanaan mengingat banyak institusi yang terlibat dalam kerjasama ini. Melalui Sekretariat Kerjasama Program Kerjasama RI-UNICEF 2006-2010, Direktorat KGM bertugas mengkoordinasikan secara terarah penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program kerjasama. Disamping itu, mempersiapkan materi dan jadwal kegiatan untuk Tim Pengarah dan Tim Teknis, mempersiapkan pelaksanaan tinjauan tahunan, tinjauan tengah program dan tinjauan akhir, menyiapkan laporan pelaksanaan program kerjasama, dan mempersiapkan dukungan teknis dalam pelaksanaan program kerjasama di Pusat dan Daerah.

I. Tujuan

J. Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan program seperti tercantum dalam perjanjian kerjasama Pemerintah RI dan UNICEF tahun 2006-2010, maka tujuan umum koordinasi strategis adalah untuk meningkatkan koordinasi lintas institusi baik pemerintah maupun non pemerintah, lintas program dan lintas wilayah dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kerjasama Pemerintah RI dan UNICEF tahun 2009. Sedangkan tujuan khusus adalah (a) Melakukan identifikasi permasalahan dan capaian dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan; (b) menyusun rekomendasi hasil pemantauan pelaksanaan kegiatan tahun 2008, dan; (c) menyusun rekomendasi kebijakan perencanaan kegiatan untuk tahun 2009.

K. L. M. Ruang Lingkup Kegiatan

N. Ruang lingkup kegiatan pengelolaan program kerjasama pemerintah RI-UNICEF 2010 ini adalah:

O. Melakukan koordinasi dalam perencanaan program tahunan di tingkat pusat

P. Melakukan pemantauan program kerjasama lintas sektor di tingkat pusat secara rutin

Q. Bersama-sama departemen/lembaga teknis tingkat pusat melakukan pemantauan dan kunjungan lapang pelaksanaan program kerjasama di tingkat propinsi dan kabupaten/kota lokasi kerjasama

R. Melakukan evaluasi pelaksanaan program kerjasama tahun 2010. S. Memberikan dukungan operasional pengelolaan kerjasama kepada Tim

Pengarah Pusat, Tim Teknis Pusat, Tim Fasilitasi dan Sekretariat Program Kerjasama RI-UNICEF

T. K eluaranU. Hasil yang akan dicapai dalam kegiatan koordinasi ini adalah sebagai

berikut:V. Rencana Kerja Tahunan (Annual Work Plan = AWP) program Kerjasama RI-

UNICEF 2010

14Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

W. Pertemuan dan laporan evaluasi akhir tahun program kerjasama RI-UNICEF tahun 2009

X. Rumusan tentang rekomendasi dari pelaksanaan monitoring dan evaluasi ditingkat daerah

Y. Terlaksananya koordinasi dalam pelaksanaan Program Kerjasama RI-UNICEF dengan lancar.

Z.

AA.M etodologiBB. Pelaksanaan koordinasi strategis Pengelolaan Program Kerjasama Pemerintah RI –

UNICEF Tahun 2006-2010 dilakukan melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:CC. Melakukan pertemuan koordinasi setiap triwulan bagi Kelompok Kerja (POKJA) secara rutin, untuk

mendapatkan laporan pelaksanaan kegiatan dan membahas permasalahan yang dihadapi.

DD. Melakukan pertemuan koordinasi khusus untuk membahas isu-isu lintas pokja maupun lintas program dengan melibatkan Tim Pengarah

EE. Melakukan kunjungan lapangan dan fasilitasi ke pemerintah daerah maupun ke masyarakat dan unit pelayanan.

FF. Melakukan kegiatan peningkatan kapasitas SDM atau pelatihan.

GG. Melakukan pertemuan koordinasi tinjauan tengah program (mid-term review) dan tinjauan akhir tahun (annual review) dalam rangka perumusan permasalahan dan alternatif pemecahan.

HH. Menyusun rencana kerja tahun 2009 dengan mempertimbangkan hasil tinjauan tengah program dan tinjauan akhir tahun.

II. Lokasi pelaksanaan Koordinasi Program Kerjasama Pemerintah RI - Unicef adalah 5 provinsi terpilih, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua.

1.1 LATAR BELAKANGsalahsatu badan dari nabcdefgKhusus dalam keadaan dapat dilakukan pada,

Sumatera Barat Hal ini sejalan dengan tugas pokok dan fungsi Bappenas dalam koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan. Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem yang disebut dengan Sistem Kesehatan. Sistem kesehatan ini akan berpengaruh terhadap perencanaan di bidang lainnya seperti gizi, obat dan makanan. Pada intinya semua perencanaan yang dilakukan, merupakan seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan kesehatan, gizi, obat dan makanan adalah kompleksitas upaya-upaya pembangunan yang meliputi bidang pelayanan kesehatan, penanggulanggan masalah gizi, kefarmasian, obat, dan keamanan makanan yang terkait dengan faktor-faktor sosial-budaya, pendidikan, ekonomi dsb. Di samping itu, perubahan lingkungan strategis secara nasional, terutama dengan struktur dan mekanisme baru mengenai kepemerintahan dalam kerangka desentralisasi ikut menambah pelik permasalahan perencanaan kesehatan. Demikian pula, dengan adanya ketentuan

15Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

mengenai pembagian urusan dan pembiayaan antara pusat dan daerah, maka perencanaan kesehatan, gizi, obat dan makanan perlu disesuaikan di setiap daerah. Oleh karena itu, perencanaan kesehatan harus dilakukan secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan. Hal ini sejalan dengan tuntutan UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Sebagai respons atas permasalahan tersebut, maka penyiapan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) bidang kesehatan 2010-2014 telah dimulai dengan melakukan background study yang telah dilaksanakan pada tahun 2008. Pelaksanaan kegiatan tersebut telah menghasilkan : 1) permasalahan pembangunan kesehatan, 2) Isu-isu strategis, 3) arah kebijakan dan sasaran pembangunan kesehatan, dan 4) Indikatif program dan kegiatan pokok.

Sesuai dengan Pola Penyusunan Dokumen RPJMN 2010-2014, maka masih dipandang perlu untuk melakukan kajian lanjutan terhadap isu-isu yang masih diperlukan pendalaman lebih lanjut khususnya tentang aspek : 1) konfirmasi atas isu strategis, sasaran dan arah kebijakan pembangunan kesehatan, gizi, obat dan makanan, 2) kajian untuk penetapan indikator masing-masing program yang teridentifikasi beserta pembiayaannya, 3) rancangan perencanaan kesehatan berdimensi kewilayahan, dan 4) pengawasan obat dan makanan yang belum tercakup pada kajian tahun 2008.

Beberapa pertanyaan yang ingin dijawab dalam kajian ini antara lain adalah:Apakah isu strategis, sasaran, arah kebijakan dan program yang telah disusun

Bappenas telah sesuai dengan pandangan pengambil keputusan pada mitra kerja, dalam hal ini Departemen kesehatan dan Badan POM?

Bagaimana sistem pengawasan mutu obat dan keamanan makanan dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat?

Bagaimana program dan indikatornya dikembangkan untuk mengevaluasi keberhasilan program, dan bagaimana dengan pembiayaannya?

Bagiamana rancangan perencanaan program pembangunan kesehatan berdimensi kewilayahan disesuaikan dengan arah kebijakan nasional?

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, mempunyai tanggung jawab dalam koordinasi penyusunan rancangan dokumen perencanaan RPJMN 2010-2014 khususnya bidang yang terkait dengan kesehatan, gizi, obat dan makanan. Dengan mempertimbangkan lingkup tugas tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan kegiatan kajian yang merupakan kelanjutan dari kajian tahun 2008 yaitu penyusunan Background Study Pembangunan Kesehatan dan Gizi 2010-2014, yang akan menjadi masukan dalam penyusunan draft RPJM 2010-2014 Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat.

1.2 TUJUAN Tujuan umum dari kajian ini adalah memantapkan rancangan RPJM bidang kesehatan dan gizi masyarakat tahun 2010-2014, agar sesuai dengan Pola Penyusunan RPJMN.Tujuan khusus meliputi :

1. pemantapan rancangan isu strategis, sasaran dan arah kebijakan

16Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

2. tersusunnya rancangan program, kegiatan, indikator dan pembiayaannya3. tersusunnya rancangan perencanaan kesehatan dan gizi berdimensi kewilayahan.4. terlaksananya telaahan bidang pengawasan obat dan makanan yang akan

melengkapi rancangan Hasil kajian akan menjadi bahan masukan dalam RPJMN 2010-2014.

1.3 RUANG LINGKUP[1.4] Ruang lingkup kegiatan meliputi :1. Melakukan sintesis terhadap hasil Background study Pembangunan

kesehatan dan gizi 2010-2014.2. Melakukan kajian terkait terhadap isu strategis dan arah kebijakan3. Melakukan kajian terkait pengawasan obat dan makanan,4. Menyelenggarakan kajian terhadap rancangan program, kegiatan dan

indikator bidang kesehatan dan gizi masyarakat. 5. Menyelenggarakan kajian terkait perencanaan wilayah di bidang kesehatan

dan gizi masyarakat

1.4[1.5] KELUARAN (OUTPUT)Keluaran dari Kajian Perencanaan Kesehatan dan Gizi ini adalah tersusunnya rekomendasi

kebijakan yang akan menjadi bahan utama dalam perumusan: (1) Rancangan RPJM bidang kesehatan dan gizi masyarakat 2010-2014

dengan mitra pelaksanan Departemen Kesehatan; dan(2) Rancangan RPJM bidang kesehatan dan gizi masyarakat 2010-2014

dengan mitra pelaksanan Badan POM

1.5[1.6] KERANGKA PIKIR DAN METODOLOGI KAJIAN1.6[1.7] Kegiatan kajian yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut meliputi :

studi literatur, pengumpulan data primer dan sekunder, diskusi, workshop dan kunjungan lapangan ke beberapa daerah (DIY, Sumbar, Sulsel).

Serial diskusi intensif melalui pertemuan-pertemuan dengan mitra kerja sesuai isu pembangunan kesehatan termasuk dalam perumusan program dan kegiatan pembangunan kesehatan 2010-2014.

17Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

RPJM 2010-2014 Sub Ba:

Kesehatan dan Gizi

Kajian melalui Serial Diskusi :Pengawasan Obat dan MakananPembangunan Kesehatan Berdimensi WilayahProgram, Indikator, dan Target Isu Strategis dan Arah Kebijakan Pembangunan

Kesehatan dan Gizi

Buku I :

Prioritas & Pembangunan

Nasional

Buku II :

Prioritas & Pembangunan

Bidang K/LK/L

Buku III :

Aspek Pengembangan

Wilayah

18Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Background Study 2008

BAB IIIKEGIATAN YANG DILAKUKANHASIL KEGIATANKEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pelaksanaan program kerjasama Pemerintah RI dengan UNICEF periode 2011-2015 dilandasi oleh kerangka konsep yang disebut Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Dini, yaitu suatu proses membangun manusia sejak dini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia melalui upaya Kelangsungan Hidup, Perkembangan, Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA). Mengingat program kerjasama dimaksud merupakan bagian dari upaya strategis untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia, maka program kerjasama ini dilihat sebagai prioritas penting dalam pembangunan (termasuk pembangunan daerah). Bantuan UNICEF dipandang sebagai stimulan dan pendukung untuk mendorong dan meningkatkan kualitas program-program pembangunan SDM Dini yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Fokus area kerjasama dibagi atas 56 bagian utama yaitu Perkembangan dan Kelangsungan Hidup Anak, Pendidikan Dasar dan Kesetaraan GenderPerkembangan Remaja, HIV/AIDS dan Anak-anak, Perlindungan Anak,: Pencegahan dan Respon terhadap Perlakuan Salah, Kekerasan, dan Eksploitasi terhadap Anak, danserta Kebijakan, Advokasi dan Kemitraan bagi Hak-hak Anak. Selanjutnya fokus area dibagi atas 67 ruang lingkup program kerjasama, yaitu: (1) Kesehatan dan Gizi, (2) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, (3) Pendidikan dan Perkembangan Remaja, (4) Penanggulangan HIV/AIDS, (45) Perlindungan Anak, (56) Kebijakan Sosial dan PemantauanPerencanaan, Monitoring, dan Evaluasi serta (76) Komunikasi, Mobilisasi Sumber Daya dan Kemitraan. Setiap program terdiri dari beberapa kegiatan utama, pelaksanaannya dilakukan di tingkat pusat dan daerah. (ggambar 1).

Program kerjasama menjadicakup 14 provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara Utara, Irian JayaPapua Barat, dan Papua (gambar 2). Dalan keadaaan emergency, kerjasama ini juga meliputi daerah-daerah yang mengalami bencana seperti saat terjadi gempa di Sumatra Barat, DI Yogyakarta dan lain-lain.

19Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Gambar 1:. Struktur Program Kerjasama Pemerintah RI – UNICEF Tahun 2011-2015

STRUKTUR PROGRAM

20Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Program Kerjasama RI-UNICEF 2011-2015

Perlindungan Anak (Child Protection)

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social

Policy and Monitoring)

Pendidikan dan Perkembangan Remaja (Education and

Adolescents Development)

Kelangsungan Hidup dan Tumbuh Kembang Anak

(Child Survival and Development)

Komunikasi (Communication, Resource

Mobilisation and Partnerships)

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Advo

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Analisa trend sosial-

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Kapasitas kelembagaan dalam

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Kemitraan pada

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Penguatan sistem

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Kapasitas kelembagaan pada kebijakan, keuangan,

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Pengembangan model berbasis bukti

KesiapKebijakan Sosial dan Pemantauan

Kapasitas kelembagaan pada kebijakan, keuangan, perencanaan dan penganggaranKebijakan Sosial

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Transisi dari pendidikan

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Penguatan sistem pada kualitas

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Pembe

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Penguatan sistem

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Sistem informasi manajemen perlindungan

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Kom

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and Monitoring)Kemi

Kebijakan Sosial dan Pemantauan (Social Policy and

KesiapKebijakan Sosial dan Pemantauan

KesiapKebijakan Sosial dan Pemantauan

Gambar 2:. Wilayah Daerah Kerjasama Pemerintah RI-UNICEF 2011-2015

21Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Bantuan UNICEF terdiri daridiberikan dalam bentuk dana, barang perlengkapan dan bantuan teknis, ketiga jenis bantuan tersebut dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan seperti : (1) manajemen program; (2) pelatihan dan orientasi; (3) komunikasi, informasi dan edukasi; (4) monitoring dan evaluasi; (5) barang yang berkaitan dengan tujuan program, dan (6) bantuan teknis.

Pengelolaan pelaksanaan program kerjasama di pusat dan daerah dilakukan sesuai pentahapan dalam siklus manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi. Pengorganisasian program kerjasama dilakukan dengan membentuk Tim Koordinasi yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis di tingkat pusat, Tim Kelangsungan Hidup Pertumbuhan dan Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA) Provinsi, serta Tim KHPPIA Kabupaten/Kota. Tim Koordinasi baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah tersebut secara teknis didukung oleh Sekretariat KHPPIA. Mekanisme koordinasi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dilakukan melalui Rapat Koordinasi di tingkat pusat dan di tingkat provinsi (Gambar 3).

Gambar 3:. Bagan Organisasi Program Kerjasama

Berdasarkan ruang lingkup program kerjasama, pada Tim Teknis Pusat dibentuk 5 (lima) Kelompok Kerja (Pokja), yaitu: Pokja Advokasi Kebijakan dan Kemitraan Hak Anak, Pokja Kelangsungan Hidup dan Tumbuh Kembang Anak, Pokja Pendidikan, Pokja Perlindungan Anak, dan Pokja Komunikasi. Masing-masing Pokja diketuai oleh Pejabat Eselon II Bappenas, anggota Pokja adalah eEselon II dari instansi/lembaga Pemerintah terkait. Tugas Pokja sebagaimana tercantum dalam Pedoman Umum adalah: (a) Menyusun Pedoman/panduan bagi pelaksanaan

8 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

program di Pusat dan daerah; (b) Mengkoordinasikan perencanaan kerja tahunan (annual work plan); (c) Melaksanakan asistensi dan fasilitasi program ke daerah; (d) Melakukan pengkajian dan pengembangan dalam rangka mendukung program kerjasama; (e) Melakukan monitoring dan evaluasi program kerjasama, dan (f) Menyusun laporan kerjasama di pusat dan daerah secara periodik berdasarkan kerjasama, keluaran dan indikator sebagaimana tercantum dalam rencana kerja.

Laporan pelaksanaan kegiatan program kerjasama Pemerintah RI dan UNICEF sepanjang tahun 2011 adalah sebagai berikut: Kegiatan koordinasi strategis program kerjasama pemerintah RI – Unicef Tahun 2006-2010

mendapatkandilaksanakan dengan mendapat dukungan dari 2 sumber pembiayaan yaitu DIPA

Bappenas dan Unicef. Adapun , laporan dari pelaksanaan . kKegiatan adalah sebagai berikut

tersebut antara lain meliputi :

2.1 Pertemuan Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) (15-16

Januari 2009)

2.2 Pertemuan Gizi (5 Februari 2009)

2.3 Pertemuan Mengenai Rekening Hibah (9 Februari 2009)

2.4 Workshop Draft RPJMN Perlindungan Anak (26-27 Februari 2009)

2.5 Rapat Kerja Kuartal I Program HIV/AIDS (3 Maret 2009)

Rapat bertujuan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan AWP 2009 program HIV/AIDS,

permasalahan yang dihadapi, serta tindak lanjut yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah

tersebut dan menginformasikan rekomendasi utama Forum Koordinasi Perencanaan &

Penganggaran tgl 26 Februari 2009

Hasil diskusi pada pertemuan tersebut adalah sebagai berikut::

Harus mulai dilaksanakannya rekomendasi Lokakarya Nasional Forum Perencanaan dan Penganggaran

Penanggulangan HIV/AIDS 26 Februari 2009, yaitu perumusan konsep kebijakan penanggulangan HIV/AIDS

untuk rancangan RPJMN 2010-2014, evaluasi komprehensif pelaksanaan RAN Penanggulangan HIV/AIDS

tahun 2007-2010 dan penyusunan RAN Penanggulangan HIV/AIDS tahun 2010-2014 yang terintegrasi dalam

RPJMN 2010-2014.

9 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Salah satu langkah untuk memulai pelaksanaan dari rekomendasi loknas tersebut adalah akan dilaksanakan

roadshow dan technical assistance ke Papua, Papua Barat dan Jawa Timur oleh perwakilan dari Dit.KGM

Bappenas, KPAN, Dit.Kesibu Depkes) pada pertengahan bulan Mei 2009.

PMTCT merupakan salah satu program penanggulangan HIV/AIDS yang penting terutama bagi ibu dan anak,

namun program tersebut pada list activities GF ATM Round 8 belum banyak tercakup.

Perlunya pencarian sumber dana untuk membiayai program PMTCT di Papua, Papua Barat dan Jawa Timur,

salah satunya melalui pengajuan proposal program PMTCT ke program grant yang ditawarkan oleh KPAN yang

akan disusun oleh Depkes.

Perlunya penyiapan document yang akan dimasukkan pada list activities GF ATM round 9 (deadline minggu

pertama bulan April).

Lima mainstreaming pada comprehensive plan of action di Papua:

Education for all

Policy management

Curriculum

Training guru

Kemitraan dengan berbagai sector dan donor

Dari lima mainstreaming tersebut, program penanggulangan HIV/AIDS dapat dimasukkan pada

kurikulum di sekolah dan policy management.

2.6 Perumusan RPJMN 2010-2014 Bidang Pangan dan Gizi (19-20 Maret 2009)

2.7 Pertemuan ini bertujuan mengevaluasi pencapaian pembangunan pangan dan

gizi dalam kurun waktu 2004-2008, mengidentifikasi isu-isu strategis, merumuskan

konsep arah kebijakan, prioritas, program dan kegiatan serta indikator kinerja

pembangunan pangan dan gizi, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJMN) 2010-2014. Selain itu, pertemuan ini merumuskan opsi-opsi penguatan dan

positioning pangan dan gizi dalam RPJMN 2010 -2014.

2.8 Isu pokok yang disampaikan antara lain: (a)

2.9 Mengurai dasar filosofis pangan dan gizi, permasalahan pangan dan gizi hingga

saat ini (diuraikan dari penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan akar

masalah), dan (b) pilihan intervensi yang digunakan, serta penguatan 4 pilar (plus 1)

yaitu: Kecukupan Gizi; Keamanan Pangan; Akses pada pangan yang berkelanjutan; Pola

hidup sehat; Kelembagaan.

Konsep awal dari Prof. Soekirman menjadi bahan dasar dalam pengajuan draft RPJMN,

beberapa catatan yang perlu ditambahkan antara lain:

Perbaikan dan up-dating data yang digunakan baik dari sisi gizi maupun pangan.

Penggunaan istilah ‘ketahanan pangan dan gizi’, untuk mencerminkan lingkup penanganan

gizi dari hulu hingga hilir sesuai amanat UU No. 17/2007 tentang RPJP Nasional.

10 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Penyederhanaan istilah sehingga lebih mudah dipahami oleh awam dan para pengembil

keputusan.

Disarankan untuk lebih fokus pada ibu hamil dan bayi di bawah 2 tahun.

Pengayaan dalam identifikasi masalah, meliputi status gizi, ketahanan pangan, pola hidup

sehat, dan kelembagaan, serta tantangan masa mendatang seperti: adaptasi terhadap

perubahan iklim, trade-off antara pangan-pakan-energi, perdagangan internasional.

Mempertajam indikator dalam sasaran program serta memperjalas indikator outcome-

output.

Perlu elaborasi lebih dalam mengenai arah kebijakan dan intervensi, seperti: stabilisasi

harga; peningkatan mutu dan gizi; peningkatan daya saing; pengolahan pangan yang lebih

industrial dengan melibatkan UMKM; serta peningkatan produksi melalui reformasi agraria,

infrastruktur, produktivitas lahan dan tenaga kerja.

Memperkuat kelembagaan dengan mengganti istilah Dewan Ketahanan Pangan menjadi

Dewan Ketahanan Pangan dan Gizi serta memperkuat peran masyarakat dan swasta.

Perlu ditambahkan sub-bab khusus mengenai KAIDAH PELAKSANAAN, yang berisi sektor

terkait yang bertanggung jawab dalam Ketahanan Pangan dan Gizi.

Beberapa usulanDiusulkan mengenai penempatan Bidang Pangan dan Gizi dalam RPJMN

2010-2014 yaitu menjadi bidang tersendiri atau masuk menjadi bagian ke dalam bidang yang

sudah ada khususnya bidang I (Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama) dan IX (Sumber Daya

Alam dan Lingkungan Hidup). Usulan lain menyebutkan dengan memecah menjadi 2 sub sistem,

sub sistem gizi masuk ke dalam bidang yang I (Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama)

sedangkan sub sistem pangan masuk ke dalam bidang II (Ekonomi). Disamping itu Adapun

masukan lainnya adalah: (a) Disarankan untuk lebih fokus pada ibu hamil dan bayi di bawah 2

tahun, (b) Penggunaan istilah ‘ketahanan pangan dan gizi’, untuk mencerminkan lingkup

penanganan gizi dari hulu hingga hilir sesuai amanat UU No. 17/2007 tentang RPJP Nasional, (c)

Pengayaan dalam identifikasi masalah, meliputi status gizi, ketahanan pangan, pola hidup sehat,

dan kelembagaan, serta tantangan masa mendatang seperti: adaptasi terhadap perubahan iklim,

trade-off antara pangan-pakan-energi, perdagangan internasional., (d) Perlu elaborasi lebih

dalam mengenai arah kebijakan dan intervensi, seperti: stabilisasi harga; peningkatan mutu dan

gizi; peningkatan daya saing; pengolahan pangan yang lebih industrial dengan melibatkan

UMKM; serta peningkatan produksi melalui reformasi agraria, infrastruktur, produktivitas

lahan dan tenaga kerja, dan (e) Perlu ditambahkan sub-bab khusus mengenai KAIDAH

PELAKSANAAN, yang berisi sektor terkait yang bertanggung jawab dalam Ketahanan Pangan

dan Gizi

Sebagai tindakla

11 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Tindak Lanjut diusulkan :

pPembentukan Tim Kecil untuk merumuskan kembali rekomendasi lokakarya ini.

Selanjutnya, Tim Kecil ini akan menuliskan draft mengenai Bab Ketahanan Pangan dan Gizi,

selanjutnyauntuk selanjutnya akan menjadi bahan pembahasan pada workshop ke-2

penyusunan RPJMN bidang Pangan dan Gizi yang akan dilaksanakan pada 1 disampaikan pada

minggu-1 bulan April 2009.

2.10 Workshop Posyandu (23 Maret 2009)

Pertemuan bertujuan untuk identifikasi peran dan tanggung jawab Departemen Kesehatan

dalam menjamin keberlangsungan dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di Posyandu

Isu pokok yang disampaikan antara lain:

Perumusan tujuan Posyandu yang lebih operasional: apa output dan outcome-nya?

Dengan demikian, tidak sekedar tujuan visioner (menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan

balita), tapi penetapan tujuan yang lebih spesifik dan dapat diukur (measurable) sehingga

mudah dimonitoring dan dievaluasi.

Paket kegiatan Posyandu. Perlu ditinjau lagi relevansi kegiatan Posyandu yang ada

sekarang ini, sebab kadangkala kegiatan tambahan menjadi lebih prioritas dibandingkan

kegaiatan pokok (penimbangan). Dengan demikian, perlu klasifikasi kegiatan antara pokok dan

tambahan. Selain itu, perlu penilaian kapasitas dan kapabilitas organisasi Posyandu sehingga

dapat ditentukan kelayakan Posyandu untuk melakukan kegiatan tambahan.

Organisasi Posyandu. Perlu disepakati mengenai instansi yang mengelola Posyandu. Opsi

yang ditawarkan adalah di bawah Pemerintahan Desa dengan bantuan teknis dari Puskesmas.

Di tingkat nasional hingga kab/kota, Pokjanal Posyandu yang merupakan forum koordinasi,

perlu lebih di-tegas-kan peran dan fungsi masing-masing instansi. Diusulkan, di Departemen

Kesehatan sendiri ditunjuk pejabat eselon II yang menjadi focal point Posyandu. Selain itu, perlu

optimalisasi peran swasta seiring dengan menguatnya program CSR (Corporate Social

Responsibility), sehingga Posyandu dapat dijadikan salah satu alternatif kegiatan.

Pengelolaan sumber daya pendukung, meliputi pengelolaan kader Posyandu (perlunya

insentif), sarana pendukung (buku pedoman, paket gizi, alat timbang, pelatihan, pelaporan).

Selain itu perlu sinkronisasi dengan unit pelayanan lainnya yang dikelola oleh lintas sektor

terkait, seperti BKB, PAUD, TPA, dan lain-lain.

12 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

a. Sebagai Perumusan tujuan Posyandu yang lebih operasional: apa

output dan outcome-nya? Dengan demikian, tidak sekedar tujuan visioner

(menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan balita), tapi penetapan tujuan

yang lebih spesifik dan dapat diukur (measurable) sehingga mudah

dimonitoring dan dievaluasi.

b. Paket kegiatan Posyandu. Perlu ditinjau lagi relevansi kegiatan

Posyandu yang ada sekarang ini, sebab kadangkala kegiatan tambahan

menjadi lebih prioritas dibandingkan kegaiatan pokok (penimbangan).

Dengan demikian, perlu klasifikasi kegiatan antara pokok dan tambahan.

Selain itu, perlu penilaian kapasitas dan kapabilitas organisasi Posyandu

sehingga dapat ditentukan kelayakan Posyandu untuk melakukan kegiatan

tambahan.

c. Organisasi Posyandu. Perlu disepakati mengenai instansi yang

mengelola Posyandu. Opsi yang ditawarkan adalah di bawah Pemerintahan

Desa dengan bantuan teknis dari Puskesmas. Di tingkat nasional hingga

kab/kota, Pokjanal Posyandu yang merupakan forum koordinasi, perlu lebih

di-tegas-kan peran dan fungsi masing-masing instansi. Diusulkan, di

Departemen Kesehatan sendiri ditunjuk pejabat eselon II yang menjadi focal

point Posyandu. Selain itu, perlu optimalisasi peran swasta seiring dengan

menguatnya program CSR (Corporate Social Responsibility), sehingga

Posyandu dapat dijadikan salah satu alternatif kegiatan.

d. Pengelolaan sumber daya pendukung, meliputi pengelolaan

kader Posyandu (perlunya insentif), sarana pendukung (buku pedoman,

paket gizi, alat timbang, pelatihan, pelaporan). Selain itu perlu sinkronisasi

dengan unit pelayanan lainnya yang dikelola oleh lintas sektor terkait,

seperti BKB, PAUD, TPA, dan lain-lain.

tTindaklanjut dari pertemuan Lanjut:

adalah kesepakatan untuk melakukan Akan dilakukan pertemuan lanjutan dengan agenda

menyepakati: (a) Perumusan Paket Pelayanan Posyandu, (b) Pembagian Tugas Pusat-Provinsi-

Kabupaten/Kota-Puskesmas, (c) Organisasi pengelola Posyandu dan (d) Sumber daya

Pendukung (Pusat, Provinsi, Kabupaten/kota), serta (e) mekanisme Koordinasi Pengelolaan

Posyandu.

2.11 Pertemuan Tim Fasilitasi Program Kerjasama Pemerintah RI – Unicef Tahun

2006-2010 (16 April 2009)

13 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

2.12 Tujuan dari pertemuan adalah adalah : (a) Sosialisasi Tugas dan Peran Tim

Fasilitasi, dan kesepakatan rencana kerja, (b) Identifikasi kendala dalam mekanisme

penge-lolaan dan koordinasi program di pusat dan KHPPIA di daerah, (c) Membangun

sinergi pelaku program, secara vertikal (pusat dan daerah) dan horizontal (antar

anggota), dan (d) Review Umum atas pelaksanaan kegiatan Kuartal I dan rencana kerja

Kuartal II.

2.13 Adapun pokok-pokok pembahasan dan kesimpulan pertemuan adalah sebagai

berikut:

2.14 Peserta menyarankan agar ada pembagian yang jelas mengenai peran dan fungsi antara Tim

Teknis dan Tim Pengarah, dengan demikian dapat menjalankan koordinasi program secara lebih

sinergis dan efektif-efisien. Hal lain adalah masih ada kesulitan dalam pembinaan teknis (bintek) dan

monitoring-evaluasi (monev) oleh instansi pusat dalam kegiatan kerjasama di daerah, dengan demikian

perlu dibuat tata kerja/mekanisme pengelolaan program.

2.15 Ditemukan beberapa permasalahan mengenai pendaftaran rekening kerjasama, diantaranya

karena keengganan pendaftaran rekening oleh instansi pelaksana program akibat peraturan

perundangan yang masih belum jelas. Salah satu hal yang masih membingungkan adalah kewajiban

pencantuman hibah dalam mekanisme DIPA K/L tersebut.

2.16 Dari pihak Unicef menjelaskan mengenai isu lintas sektoral lainnya yang

membutuhkan dukungan dari seluruh komponen, yaitu: akan disusunnya Situasi

Analisis Nasional sebagai bahan dalam penyusunan CPAP termasuk didalamnya kondisi

ibu dan anak dalam krisis ekonomi global sekarang ini. Selain itu, Unicef pada tahun

2009 akan mendukung penyusunan RPJMN 2010-2014 erutama untuk isu pendidikan,

kesehatan, gizi dan perlindungan anak.

2.17 Sebagai tindaklanjut dari pertemuan ini, antara lain disepakati : (a) penyusunan

jadual bimbingan teknis dan monitoring evaluasi yang diketahui seluruh anggota tim

fasilitasi, (b) Perlu disusun pedoman pemantauan terpadu, (c) Mengembangkan

jaringan mailing list dan website, (d) Mendokumentasikan praktek unggulan, (e)

Menyusun pedoman penilaian praktek unggulan, (f) Mengembangkan perencanaan

berbasis data (situasi analisis) dalam pengarustamaan praktek unggulan dalam

RPJMN/D, (g) Memantau pendaftaran rekening hibah di tiap instansi pelaksana

program, dan (h) Melakukan amandemen Pedoman Umum kerjasama RI-UNICEF 2006-

2010 terkait rekening hibah

RENCANA KERJA TIM FASILITASI PUSAT

PROGRAM KERJASAMA RI – UNICEF 2006-2010

14 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

No ISU KEGIATAN

1. Pembinaan teknis dan

monitoring-evaluasi

daerah

Disusun jadual bintek dan monev yang diketahui seluruh

anggota Tim Fasilitasi.

Perlu pedoman pemantauan terpadu.

Mengembangkan jaringan mailing list dan website.

2. Praktek unggulan (best

practice)

Mendokumentasikan praktek unggulan.

Menyusun pedoman penilaian praktek unggulan.

Menyebarluaskan praktek unggulan.

Mengembangkan perencanaan berbasis data (situasi analisis)

dalam pengarustamaan praktek unggulan dalam RPJMN/D.

3. Penataan rekening hibah Memantau pendaftaran rekening hibah di tiap instansi

pelaksana program.

Mengadakan pertemuan pembahasan hibah RI-Unicef bersama

Depkeu dan BPK.

Amandemen Pedum terkait rekening hibah.

2.18 Pertemuan Tim Teknis Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan

Yodium/GAKY (30 Mei 2009)

2.19 Pertemuan bertujuan untuk melakukan evaluasi dan mendapatkan laporan

tentang pelaksanaan kegiatan Tim GAKY sesuai sektor terkait pada kuartal I.

Beberapa isu yang dibahas antara lain: (a) Laporan tiap instansi/lembaga; (b). Review hasil

Riskesdas 2007; (c). Mekanisme koordinasi Tim GAKY; (d) Pembahasan draft RAN GAKY 2010-

2014. Pertemuan dihadiri oleh anggota Tim Fasilitasi dari: Deperin, Depkes, BPOM, Depdagri,

dan staf Unicef.

Beberapa isu terkait selama pembahasan antara lain:

Pada tinjauan hasil Riskesdas, penggunaan cut-off point hasil lab/iodometry yang

seharusnya cukup 15 ppm untuk menentukan garam yodium standar, pada Riskesdas 2007

digunakan 30 ppm (terlalu tinggi). Hal ini perlu mempertimbangkan bahwa standar SNI di

tingkat produsen saat ini adalah 30 ppm Kalium Iodat yang ekuivalen dengan 15-17 ppm

Iodium.

Terkait dengan hal tersebut, akan dilakukan tinjauan SNI melalui langkah-langkah antara

lain: (1) surat dari Unicef ke Pemerintah RI tentang tinjauan SNI sekaligus rekomendasi dan

perbandingan dengan negara-negara lain; (2) dibentuk tim pembahasan kandungan garam

yodium (dibawah Depkes); (3) berdasarkan rekomendasi tim, Depkes menyurati Deperin,

mengenai revisi SNI garam beryodium; (4) membuat Panitia Teknis SNI garam yodium dengan

bahan masukan: hasil pemantauan dari Deperin, BPOM, dan Depkes (Riskesdas 2007); (5) SNI

diharapkan keluar, dengan lingkup: mutu garam meja, mutu garam krosok; (6) menyusun

15 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

petunjuk produsen garam beryodium. (7) sosialisasi dan pelatihan pengendalian mutu interdep

di daerah.

Untuk mekanisme koordinasi Tim GAKY Pusat, akan dibentuk struktur meliputi: Tim

Pengarah, Tim Teknis, Tim Fasilitasi, dan Tim Pakar. Adanya 2 struktur baru, yaitu Tim

Fasilitasi berfungsi mendukung dalam penyiapan konsep kebijakan/kajian, monitoring dan

evaluasi, pelaporan, dan penguatan sinergi program antar instansi. Sedangkan Tim Pakar

berfungsi dalam memberi masukan dan saran dalam penyusunan kebijakan/program

berdasarkan kajian ilmiah. Selain itu, diharapkan Tim Pakar menjadi focal point dalam

penanggulangan GAKY di regional tertentu. Usulan Tim Pakar ini seperti tersebut dalam

lampiran.

Terkait dalam revitalisasi peraturan penanggulangan GAKY di daerah, akan dikeluarkan

Permendagri tentang Penanggulangan GAKY dan Larangan Peredaran Garam Tidak Beryodium.

Peraturan ini berisi antara lain: larangan dan sangsi, pembinaan dan pengawasan, serta

tanggung jawab. Diharapkan pada bulan Juli 2009 nanti, peraturan ini sudah dapat disahkan.

Dalam rangka penyusunan RAN GAKY 2010-2014, akan dilakukan langkah-langkah antara

lain: (1) mengumpulkan masukan dari eksternal review; (2) inventarisasi kegiatan K/L; (3)

menyusun dan menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan masukan dari daerah (misal: forum

musrenbangnas – mid Mei); (4) Pertemuan koordinasi; (5) finalisasi draft pada bulan November

2009.

Selain hal tersebut di atas, dari hasil Riskesdas 2007 akan dilakukan studi lanjutan untuk

menjawab pertanyaan, ’mengapa kandungan yodium dalam urin meningkat?’. Studi ini

didukung Unicef dengan mitra pelaksana BP GAKY, akan dilakukan di Karawang, Grobogan,

Salatiga, dan Bantul.

16 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

2.20 Rapat Internal Pembahasan TOR (1) (30 Januari 2009)

Rapat bertujuan untuk mendapatkan masukan awal guna menyempurnakan TOR

Kajian Perencanaan Kesehatan, Gizi, Obat dan Makanan.. Rapat dihadiri oleh seluruh staf

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat.

Ruang lingkup kegiatan kajian bidang kesehatan dan gizi masyarakat disepakati

terdiri dari 5 kluster, yaitu:

1) Pengawasan obat dan makanan

2) Rencana pembangunan kesehatan berdimensi wilayah

3) Program, indikator, dan target

4) Isu strategis dan arah kebijakan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat

5) Rancangan RPJM bidang kesehatan dan gizi masyarakat

2.21 Rapat Internal Pembahasan TOR (2) (6 Maret 2009)

Rapat dilakukan untuk menyempurnakan TOR Kajian Perencanaan Kesehatan, Gizi,

Obat dan Makanan. Rapat dihadiri oleh seluruh staf Direktorat Kesehatan dan Gizi

Masyarakat.

Kajian akan dilakukan melalui rangkaian serial diskusi yang terdiri dari 5 seri

dengan rancangan materi pembahasan dan narasumber sebagai berikut :

Diskusi Seri I

Tema : Pengawasan Obat dan Makanan

Materi Pembahasan :

1. Isu-isu strategis Obat/Farmasi (Dra. Kustantinah, Apt, M.App.Sc - Dirjen Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan)

2. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (Dr. Husniah Rubiana Thamrin

Akib, MS, MKes, SpFK - Kepala Badan POM)

3. Tantangan Industri Obat dan Farmasi di Indonesia (Ir. Ferry Sutikno, MSc, MBA,

Ketua Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia)

4. Pengawasan Makanan dari Perspektif Pengusaha (Bapak Thomas Darmawan, Ketua

Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman)

Moderator : Dr. Arum Atmawikarta

Pembahas : Prof. Iwan Darmansjah (Farmakolog UI), Husna Zahir (Ketua Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia), Drs. Darodjatun Sanusi, Apt., MBA, (Majelis Penasehat

Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI))

Diskusi Seri II

17 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Tema : Rencana Pembangunan Kesehatan Berdimensi Wilayah

Materi Pembahasan :

1. Konsep Perencanaan Pembangunan Berdimensi Wilayah RPJM 2010-2014 (Ir. Max

H. Pohan, CES., MA - Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah

Bappenas)

2. Pembangunan Kesehatan Berbasis Wilayah (Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH,

Ph.D - Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia)

3. Pemanfaatan Riskesdas dalam Perencanaan Kesehatan Berdimensi Wilayah (Dr.

Trihono, M.Sc - Kapuslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan)

4. Aspek Kapasitas Fiskal Daerah dalam Perencanaan Pembangunan (Prof. Dr.

Mardiasmo, Ak., MBA - Dirjen Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan)

Moderator : Dr. Arum Atmawikarta

Pembahas : Dr. I Made Suwandi, M.Soc.Sc (Direktur Urusan Pemerintahan Daerah,

Departemen Dalam Negeri), Dr. Ir. Dewi Sawitri, MT (Departemen Teknik Planologi

ITB), dr. Adang Bachtiar, MPH, D.Sc (IAKMI)

Diskusi Seri III

Tema : Program, Indikator, dan Target dalam RPJMN 2010-2014

Materi Pembahasan :

1. Penetapan Indikator dan target (Prof. Purnawan)

2. Pembiayaan Program Kesehatan (Prof. Ascobat Gani)

3. Hasil Riskesdas untuk mengukur pencapaian pembangunan kesehatan (Badan

Litbangkes Depkes)

4. Ketersediaan data bersumber Profil Kesehatan untuk mengukur pencapaian

pembangunan kesehatan (Kepala Pusdatin Depkes)

Panel presentasi :

1. Penyajian Matriks Program, Kegiatan, Indikator, dan Target Departemen Kesehatan

(Kepala Puskabangkes Depkes)

2. Penyajian Matriks Program, Kegiatan, Indikator, dan Target Badan POM

Moderator : Dr. Arum Atmawikarta

Diskusi Seri IV

Tema : Isu Strategis dan Arah Kebijakan Pembangunan Kesehatan

dan Gizi Masyarakat

Materi Pembahasan :

18 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

1. Rancangan RPJMN Kesehatan 2010-2014 (Bappenas)

2. Gagasan untuk pengembangan Renstra Depkes 2010-2014 (Depkes)

3. Gagasan untuk pengembangan Renstra BPOM 2010-2014 (Badan POM)

Moderator : Dr. Arum Atmawikarta

Pembahas :

1. DR. Adang Bachtiar - IAKMI

2. Prof. Ascobat Gani

3. Prof. Laksono

4. Dr. Broto Wasito

5. Prof. Soekirman

6. Dr. Hapsara

7. Yulfita Rahardjo

8. WHO

9. World Bank

10. Perwakilan dari Legislatif

Diskusi Seri V

Tema : Rancangan RPJM Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Materi Pembahasan : Sosialisasi dan Uji Publik Rancangan RPJM Bidang Kesehatan

dan Gizi Masyarakat

2.22 Pelaksanaan Diskusi Seri 1 (31 Maret 2009)

Tema : Pengawasan Obat dan Makanan

Tujuan

1. Melakukan identifikasi masalah dan tantangan di bidang obat dan farmasi yang

meliputi ketersediaan, distribusi, dan keterjangkauan obat.

2. Mengenali berbagai isu global terkait industri obat dan farmasi di Indonesia dan

alternatif langkah antisipasinya.

3. Mengidentifikasi isu-isu strategis terkait obat dan makanan

4. Mengenali sistem pengawasan mutu obat dan makanan di Indonesia, termasuk

strategi dan arah kebijakan untuk mendukung upaya penguatannya

Keluaran (Output)

19 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Diperolehnya isu-isu strategis, alternatif strategi, dan rekomendasi kebijakan untuk

pengawasan obat dan makanan di Indonesia dalam melengkapi rancangan RPJMN 2010

– 2014.

Lingkup Pembahasan

1. Topik : Isu-isu Strategis Obat/Farmasi

1) Bagaimana situasi ketersediaan dan akses masyarakat terhadap obat esensial?

2) Apa masalah dan tantangan dalam penyediaan dan pengelolaan obat?

3) Bagaimana peran dan kapasitas pemerintah (pusat dan daerah) dalam

penyediaan dan pengelolaan obat publik?

4) Bagaimana strategi pemerintah dalam menjamin ketersediaan obat esensial

dengan harga terjangkau dan berkesinambungan?

5) Apa isu-isu strategis, sasaran dan arah kebijakan serta program-program di

bidang obat dan farmasi?

6) Apa dukungan peraturan perundangan untuk menjamin ketersediaan dan

keterjangkauan obat?

7) Apa indikator yang digunakan dan target yang akan dicapai pada RPJM 2010-

2014?

8) Hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan.

2. Topik : Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

1) Bagaimana situasi gambaran umum terkait mutu, keamanan dan khasiat obat

dan makanan di Indonesia?

2) Apa masalah dan tantangan dalam penerapan pengawasan obat dan makanan?

3) Bagaimana peran dan kapasitas BPOM dan jaringannya dalam penerapan sistem

pengawasan obat dan makanan?

4) Apa isu-isu strategis, kebijakan dan strategi penguatan sistem pengawasan obat

dan makanan untuk menjamin mutu dan keamanan obat dan makanan yang

beredar di masyarakat?

5) Apa dukungan peraturan perundangan untuk menjamin pengawasan dan mutu

obat?

6) Apa indikator yang digunakan dan target yang akan dicapai pada RPJM 2010-

2014.?

7) Isu-isu lain yang dianggap penting dan relevan

3. Topik : Antisipasi isu global industri obat dan farmasi di Indonesia

20 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

1) Apa tantangan dan masalah industri obat dan farmasi saat ini?

2) Bagaimana antisipasi industri obat dan farmasi dalam menghadapi isu global?

3) Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk mengantisipasi bahan baku obat yang

saat ini masih bergantung pada impor?

4) Bagaimana keterjangkauan harga obat di Indonesia?

5) Bagaimana implementasi GMP pada industri obat di Indonesia?

6) Bagaimana peran swasta dalam meningkatkan akses obat esensial yang

terjangkau masyarakat?

7) Bagaimana kualitas sistem pengawasan obat dan makanan di Indonesia dari

perspektif pengusaha farmasi?

8) Apa pandangan pengusaha farmasi untuk meningkatkan peran Depkes dan BPOM

dalam penyediaan dan pengelolaan obat?

9) Isu-isu lain yang dianggap penting dan relevan.

4. Topik : Pengawasan Makanan dari Perspektif Pengusaha

1) Bagaimana masalah dan tantangan dalam menjamin keamanan produk pangan?

2) Bagaimana implementasi GMP pada industri makanan dan minuman di

Indonesia?

3) Bagaimana penerapan sistem pengawasan makanan dari perspektif pengusaha?

4) Langkah-langkah apa yang ditempuh industri untuk menjamin keamanan produk

pangan?

5) Apa pandangan pengusaha makanan dan minuman untuk meningkatkan peran

Depkes dan BPOM dalam menjamin keamanan produk pangan?

6) Isu-isu lain yang dianggap penting dan relevan

Peserta Serial Diskusi

Peserta serial diskusi 1 terdiri dari perwakilan Departemen Kesehatan, Badan POM,

Departemen Perdagangan, perusahaan farmasi, Direktorat KP3A, Direktorat KPPO, dan

Direktorat Agama dan Pendidikan Bappenas

Agenda Acara

WAKTU ACARA

21 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

(WIB)

08.30-

09.00

Registrasi Peserta

09.00 –

09.15

Pembukaan

Dr. Arum Atmawikarta, SKM, MPH, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Bappenas

09.15-

10.45

Paparan Pembicara

1. Isu-isu Strategis Obat/Farmasi

Dra. Kustantinah, Apt, M.App.Sc, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan, Departemen Kesehatan

2. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, MKes, SpFK, Badan Pengawasan

Obat dan Makanan

3. Antisipasi Isu Global Industri Obat dan Farmasi di Indonesia

Ir. Ferry Sutikno, MSc, MBA, Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia

4. Pengawasan Makanan dari Perspektif Pengusaha

Bapak Thomas Darmawan, Ketua Asosiasi Pengusaha Makanan dan

Minuman

10.45-

11.00

Coffee Break

11.00-

12.00

Diskusi Panel

Moderator:

Dr. Arum Atmawikarta, SKM, MPH, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Bappenas

Pembahas:

1. Prof. Dr. Iwan Darmansjah, SpPK (K), Farmakolog Fakultas Kedokteran

UI

2. Husna Zahir, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

3. Drs. Darodjatun Sanusi, Apt., MBA, Majelis Penasehat Pengurus Pusat

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

12.00-

13.00

Diskusi Umum

22 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

13.30 Penutupan

(dilanjutkan dengan makan siang)

2.1. PROGRAM ADVOKASI POKJA ADVOKASI KEBIJAKAN SOSIAL DAN KEMITRAAN HAK

ANAK

Program ini menekankan pada dukungan pencapaian RPJMN 2010-2014 pada aspek peningkatan kesejahteraan dan hak-hak ibu dan anak melalui pendekatan ekuitas di tingkat nasional dan daerah. Komponen kegiatannya meliputi perencanaan dan penganggaran berbasis bukti yang berpihak pada anak dengan mengembangkan studi-studi, lokakarya dan seminar untuk mendiseminasikan isu-isu terkait anak serta memperkuat proses advokasi kepada pengambil keputusan. Kegiatan-kegiatan pada program ini adalah:

PEMANTAUANKEMITRAAN HAK ANAKRAPAT KOORDINASIA.1 Rapat Koordinasi terbatas Kelompok Kerja Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (Pokja PME), 19-20 Februari 2010 Adapun pokok-pokok pikiran dan tindak lanjut pertemuan tersebut, adalah sebagai berikut:Rapat Koordinasi Awal Tahun, membahas agenda pokok antara lain: Dokumen pelaporan 2009. Saat ini sedang dikembangkan kumpulan paparan/presentasi Tinjauan Akhir Tahun 2009 lalu, dalam bentuk elektronik-book. E-book merupakan proceeding yang memuat target, capaian, tantangan, dan penganggaran dari pelaksanaan Program Kerjasama Pemerintah RI-UNICEF sepanjang tahun 2009. Selain itu juga memuat Praktek Unggulan di 5 instansi Pusat dan Daerah. Laporan ini akan di up-load pada website Kerjasama RI-UNICEF.E-book proceeding Kegiatan 2009 ditata dalam lay-out yang menarik. , untuk itu forum mengusulkan dibuat dalam versi cetak. Diharapkan dokumen ini selanjutnya dapat menjadi media advokasi/sosialisasi kepada stakeholder pusat dan daerah, khususnya bagi daerah non kerjasama RI-UNICE. FTindak lanjut: Sekretariat RI-UNICEF di Bappenas akan menindaklanjuti masukan dan mempelajari kemungkinan untuk pencetakan. Penutupan Field Office (FO) UNICEF di Bandung Sehubungan dengan penutupan FO UNICEF di Bandung, Bappenas melalui Surat dari Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan telah mengirimkan surat tanggapan kepada UNICEF. Pada surat tersebut diusulkan perlunya menempatkan 1 orang staf masing-masing di provinsi Jawa Barat dan Banten, dengan mempertimbangkan kesinambungan kegiatan, advokasi sekaligus administrasi serta komitmen 5 tahun kerjasama dengan pemerintah daerah. Diinformasikan oleh staf UNICEF bahwa pertimbangan Bappenas tersebut akan dibahas internal UNICEF pada akhir Februari 2010 karena pimpinan UNICEF berada di luar negeri. o Tindak lanjut: Menunggu tanggapan resmi dari UNICEF atas surat Deputi SDM dan Kebudayaan Bappenas serta merencanakan pertemuan dengan pihak terkait untuk menindaklanjutinya. o Pembahasan Kerangka Monitoring dan Evaluasio

Walaupun instrument monitoring dan evaluasi sudah ada dalam Pedoman Umum (Pedum), namun pelaksanaannnya dirasakan masih belum efektif,. Kendala umum penerapannya adalah pemahaman dan kepatuhan stakeholder yang kurang dalam mengisi format dan melaporkan laporan serta kurang efektifnya forum-forum monitoring dan evaluasi di daerah.

23 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Salah satu upaya untuk meningkatkan efektifitas monitoring dan evaluasi adalah pengembangan website Program Kerjasama. Diharapkan arus pelaporan dari K/L di Pusat dan SKPD di daerah melalui media ini menjadi lebih lancar dan rutin. Untuk itu, akan dilakukan pengembangan website antara lain melalui: Pelatihan Admin Pusat dan Daerah sebagai focal point pengisian data pelaporan kegiatan/program, pengembangan pedoman umum admin, serta pemeliharaan situs dan jaringan Program Kerjasama. Pelatihan direncanakan pada bulan Maret 2010 untuk K/L Pusat. Sedangkan untuk daerah, akan dilakukan 2 kegiatan, yaitu pengiriman Pedoman Admin dan pelatihan untuk Admin daerah.Tindak lanjut: (a) pembahasan intensif untuk menyempurnakan kerangka monitoring dan evaluasi dalam Pedum; (b) penyiapan pelatihan admin website menyangkut: materi pelatihan, mentor, dan penyelenggaraan lapangan; (c) perbaikan rutin situs Program Kerjasama; Penataan Rekening Hibah.

Saat ini masih banyak K/L belum mendaftarkan rekeningnya ke Kementerian Keuangan sesuai Permenkeu No. 57/2007 yang mengatur tentang pengelolaan rekening milik kementerian negara/lembaga/kantor/satuan kerja. Bappenas sudah mengirimkan surat pemberitahuan di tahun 2009 lalu. Saat ini baru BPS yang sudah terdaftar, sedangkan Kemendagri, Kemensos, dan Kemendiknas masih dalam proses. Disepakati, UNICEF akan ikut mendorong K/L yang mengelola rekening Kerjasama RI-UNICEF untuk mulai di proses pendaftarannya ke Kemenkeu. Disamping itu, pengelolaan rekening hibah diusulkan menjadi salah satu materi dalam pelatihan HACT/FACE pengelola keuangan Program Kerjasama RI-UNICEF di setiap K/L. Tindak lanjut: (a) Sekretariat akan mengirimkan kembali softcopy Surat Bappenas tahun 2009 mengenai pemberitahuan pengelolaan rekening hibah ke UNICEF, (b) menjadi salah satu Tupoksi tambahan bagi staf UNICEF dalam pelaksanaan program di K/L. (c) penyiapan materi pengelolaan rekening hibah untuk pelatihan HACT/FACE Pengembangan ASIA.Secara resmi telah menjadi salah satu instrumen perencanaan daerah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No 25 tahun 2009 tentang pedoman penyusunan APBD tahun 2010. Di tahun 2010 akan dilakukan sosialisasi ASIA di seluruh Indonesia baik dengan pengiriman Petunjuk Teknis maupun lokakarya nasional. Untuk mendukung hal tersebut, saat ini telah dikembangkan pilot project di Polman (Sulbar) dan Solo (Jateng). Tindak lanjut: (a) pertemuan Tim Fasilitasi Pusat di Ditjen. Bangda; (b) asistensi di 2 daerah pilot; (c) pendampingan di daerah untuk integrasi ASIA dalam perencanaan pembangunan daerah.Penyusunan CPAP 2011-2015.Country Program Action Plan (CPAP) merupakan dokumen acuan program kerjasama lima tahunan UNICEF dan pemerintah. Sehubungan dengan penyusunan CPAP untuk periode 2011-2015, akan dilakukan serangkaian kegiatan, yaitu: (a) diskusi internal UNICEF (Januari-Maret), (b) pertemuan/lokakarya dengan Pemerintah Pusat dan Daerah serta penulisan draft CPAP (Maret-Juni), serta (c) pembahasan final CPAP bulan September 2010. Rangkaian kegiatan lain untuk mendukung analisa situasi Indonesia pada CPAP adalah final review program kerjasama 2006-2010 yang akan dipandu oleh konsultan, serta studi Situasi Analisis (SITAN) Nasional yang saat ini sedang dikembangkan.

24 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Tindak lanjut: penyiapan pertemuan awal penyusunan CPAP 2011-2015 termasuk term of reference dan agenda kerja Studi SITAN NasionalSaat ini pelaksanaan studi sudah sampai tahap pengembangan studi lebih lanjut, baik pengumpulan data, analisis, dan pelaporan. Pelaksanaan Studi SITAN tidak sesuai waktu yang direncanakan. Untuk itu, forum mengusulkan agar segera diadakan pertemuan melihat progress terakhir. Dengan demikian, jika ada kendala teknis dan substantif dapat segera diatasi bersama, dan tidak mengganggu rangkaian kegiatan berikutnya, seperti pengembangan CPAP 2011-2015. Tindak lanjut: (a) memantau perkembangan draft pelaporan studi SITAN dari konsultan; (b) persiapan pertemuan Tim Teknis Sitan Nasional.Pengembangan Studi Child Budget AnalysisPertemuan Tim Teknis sudah dilakukan pada awal Februari 2010 lalu. Peserta rapat menyarankan beberapa hal substansial untuk diperbaiki, yaitu; metodologi, ruang lingkup studi, dan kebutuhan data.

2.1.1. Studi SITAN Ibu dan AnakLatar belakang dan Tujuan

Salah satu strategi pada Kerjasama RI-UNICEF pada periode 2006-2010 adalah melakukan Studi Situasi Analisa Ibu dan Anak (SITAN). Hal ini perlu dilakukan untuk menyediakan suatu bukti (evidence based) sebagai acuan merancang kerjasama pemerintah Indonesia dan UNICEF 5 tahun mendatang (CPAP 2011-2015) yang bersinergi dengan RPJMN 2010-2014. Studi ini dimaksudkan untuk:; (i) mendapatkan informasi mengenai arah perencanaan secara nasional dan daerah terhadap kebijakan yang berkaitan dengan anak, anggaran belanja dan kelembagaan; (ii) memberikan gambaran atas kesadaran masyarakat umum terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh anak dan perempuan; (iii) memberikan suatu dasar (baseline) untuk studi lanjutan, dan meningkatkan pengetahuan masyarakat umum terhadap hak-hak anak dan perempuan.

Hasil Kegiatan

Studi telah dilakukan pada tahun 2010 dan hasilnya telah dipresentasikan kepada Bappenas pada bulan Maret 2011. Studi ini memberikan analisa mendalam tentang kesejahteraan ibu dan anak serta memberikan rekomendasi kepada pembuat kebijakan untuk menindaklanjuti strategi pencapaian MDGs. Selain itu studi ini telah merekemondasikan tiga konsep kertas kebijakan kepada pemerintah Indonesia yaitu:; (i) MDGs dan ekuitas; (ii) Melaksanakan desentralisasi yang bermanfaat bagi anak Indonesia dan; (iii) Pengelolaan data, riset dan pengetahuan yang berbasis pada anak.

Rekomendasi dan Tindak LanjutRekomendasi dari kegiatan ini adalah agar Bappenas dengan dukungan UNICEF dapat

meningkatkan komitmen para pembuat kebijakan dengan mengadvokasi dan mensosialisasikan hasil studi ini. Kemudian Bappenas akan memfinalisasikan tiga konsep kertas kebijakan sebelum didiseminasikan pada tahun 2012.

25 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Gambar 4:. Pembahasan Konsep Kertas Kebijakan SITAN (12 Oktober 2011)

2.1.2. Studi Dampak Perubahan Iklim dan Migrasi Terhadap AnakLatar Belakang dan Tujuan

Anak-anak merupakan kelompok paling rentan terhadap perubahan iklim yang sedang terjadi. Mereka dapat menjadi korban akibat minimnya ketersediaan air bersih, terjadinya bencana alam, penyebaran penyakit dan migrasi (mengungsi karena kehilangan tempat tinggal). Selama ini studi tentang perubahan iklim yang khususnya menyoroti isu tentang anak sangat terbatas. Sementara itu kebijakan pemerintah terhadap kelompok rentan belum dimasukkan pada strategi nasional, dokumen perencanaan atau perundang-undangan. Dengan demikian perencanaan dan kebijakan pemerintah yang ada tidak cukup untuk mengakomodir hak-hak dan kepentingan anak akibat terjadinya perubahan iklim.

Untuk itu diperlukan sebuah studi yang spesifik menyoroti dampak perubahan iklim untuk menganalisa kecenderungan perubahan iklim dan faktor-faktor bio-fisik dan socsial ekonomi yang mempengaruhinya. Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi dampak perubahan iklim terhadap anak-anak dengan fokus pada gizi dan migrasi serta melihat kebijakan-kebijakan yang sudah dilakukan. Pelaksana studi dilakukan oleh Nossal Institute

26 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Gambar 4: Pembahasan Konsep Kertas Kebijakan SITAN (12 Oktober 2011)

Australia bekerjasama dengan Litbang Kementerian Kesehatan. Kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kunjungan lapangan yang sudah dilakukan pada tanggal 4 – 18bulan Mei 2011 di 3 lokasi yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, dan NTT. Selain kunjungan lapangan, tim terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan Kementerian/Lembaga terkait pada tanggal 6 Mei 2011. Pada tanggal 18Bulan Mei 2011, tim studi melaporkan hasil studi sementara, sedangkan hasil studi akhir yang sudah tersusun dilaporkan pada bulan Juli 2011. dilanjutkan pada tanggal 4 Juli 2011 sudah tersusun hasil akhir.

Hasil StudiHasil dari studi ini telah memberikan beberapa temuan utama, antara lain:; (i)

perubahan iklim dapat mengakibatkan gagal panen sehingga menambah beban kerja kaum Ibu dan dapat mempengaruhi pemberian ASI pada anak; (ii) kegagalan panen juga mengakibatkan kaum Ibu beralih mata pencaharian sebagai buruh migran sehingga dapat mempengaruhi pola asuh pada anak; (iii) Jawa Timur dan NTT merupakan provinsi yang paling rentan terhadap memburuknya ketahanan pangan akibat perubahan iklim.

Rekomendasi dan Tindak LanjutRekomendasi dari studi adalah perlunya dilakukan tindakan sebagai berikut:; (i)

memperkuat surveilans dengan focus terhadap anak; (ii) memfokuskan upaya-upaya penanganan perubahan iklim pada anak; (iii) meningkatkan komitmen terhadap program gizi dan kesehatan anak. Kemudian tindak lanjut yang akan dilakukan adalah melakukan diseminasi akhir pada tahun 2012.

2.1.3. Studi Kemiskinan Anak (Child Poverty Study)Latar Belakang dan Tujuan

Sejak tahun 2007, UNICEF Indonesia telah mengambil bagian dalam Studi Global Kemiskinan dan Disparitas Anak yang dilaksanakan melalui pendekatan riset konteks lokal di 47 negara. Studi ini merupakan instrument advokasi kebijakan kritis yang berupaya mengidentifikasi kelompok masyarakat rentan dan menyediakan rekomendasi pada peraturan, kebijakan dan program yang dapat mendukung hak-hak anak. Studi ini mengkombinasikan pendekatan penghasilan (income) dengan pendekatan Bristol Deprivations yang melihat bagaimana anak-anak dapat memperoleh akses terhadap tujuh dimensi kritis yaitu:; (i) tempat tinggal; (ii) sanitasi; (iii) air bersih; (iv) informasi; (v) makanan; (vi) pendidikan; dan (vii) kesehatan.

Tujuan studi adalah menyajikan analisa berbasis bukti (dari analisis statistik dan narasi pandangan anak dan pihak terkait) mengenai anak yang hidup dalam kemiskinan dan mengenali adanya celah dan peluang untuk memperbaiki kebijakan (termasuk alokasi anggaran) dan pengaturan kelembagaan di tingkat nasional (dan regional) dalam rangka mendukung terpenuhinya hak-hak anak. UNICEF telah menunjuk Lembaga Penelitian SMERU untuk melaksanakan kajian ini di Indonesia dan studi ini telah dilaksanakan sejak tahun 2010. Di tahun 2011, hasil kajian tersebut akan direvisi berdasarkan masukan dari pihak terkait dan didiseminasikan. Bappenas berperan sebagai fasilitator untuk menjamin agar kajian yang sudah dilaksanakan telah sesuai dengan kebutuhan kebijakan pemerintah dan siap pakai untuk mendukung advokasi dan formulasi kebijakan.

27 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Hasil Studi

Hasil studi ini telah mengidentifikasi kemiskinan multi-dimensi, yaitu:; (i) sekitar 13.8 juta anak Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan; (ii) prevalensi kemiskinan anak lebih tinggi daripada kemiskinan secara umum; (iii) hanya sekitar 15% anak yang terbebas dari ketujuh aspek deprivasi (pendidikan, pekerja anak, kesehatan, tempat tinggal, sanitasi, air, pendapatan); (iv) >50% anak terdeprivasi dalam satu atau dua aspek deprivasi; (v) dimensi dengan prevalensi tertinggi: pendapatan (55.8%), sanitasi (35.6%) dan air (35.1%).

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Rekomendasi dari hasil studi antara lain:; (i) upaya untuk memperkuat landasan hukum dan peraturan serta program terkait pemenuhan hak anak – tanpa diskriminasi – perlu terus dilanjutkan; yang lebih penting lagi adalah penguatan dalam aspek pelaksanaannya; (ii) penguatan upaya penanggulangan kemiskinan yang lebih fokus pada kemiskinan anak. Diantaranya melalui penguatan kapasitas rumah tangga dan komunitas; seperti PKH dan PNPM generasi; (iii) menerapkan cara penargetan yang berbeda, tergantung kondisi daerah; (iv) meningkatkan kerjasama vertikal (pusat – dearahdaerah) dan meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam menangani kemiskinan anak; dan (v) memperbaiki ketersediaan dan kualitas data terutama yang terkait dengan perlindungan anak dan deprivasi non-material.

Tindak lanjut yang telah dilakukan diantaranya:; (i) finalisasi laporan pada September 2011; dan (ii) diseminasi pada China-ASEAN conference on poverty reduction through inclusive growth (14-16 September 2011) dan children’s conference (17 November 2011).

Gambar 5:. Pembahasan Draft Studi Kemiskinan Anak (16 Agustus 2011)Gambar 5: Pembahasan Draft Studi Kemiskinan Anak (16 Agustus 2011)

28 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

2.1.4. Pengembangan Model Program Keluarga Harapan – Penguatan Gizi2.1.5.

Latar Belakang dan TujuanDokumen kerjasama RI-UNICEF Country Programme Action Plan (CPAP) 2011-2015

lebih ditujukan kepada kelompok paling rentan dan miskin untuk menjamin ketersediaannya akses terhadap pelayanan dasar. Oleh karenanya Social Policy and Monitoring (SPM) Cluster UNICEF Indonesia, telah melakukan konsultasi kepada kementerian terkait diantaranya Bappenas, Kemensos, Kemkes, Bank Dunia dan TNP2K untuk untuk mengembangkan model yang dapat memperkuat komponen gizi pada program pemerintah yang telah ada melalui Conditional Cash Transfer (CCT).

Sehingga dipilihlah Program PKH yang dapat memberikan peluang untuk memperbaiki dan meningkatkan kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi masalah stunting. Selain itu target populasi PKH yang terdiri dari ibu mengandung, bayi dan badulita, merupakan sasaran yang ideal dalam pengarusutamaan mengatasi stunting.

Untuk saat ini desain model PKH-Gizi direncanakan dilaksanakan di dua kabupaten pilot; Sikka di NTT dan Brebes di Jawa Tengah. Dua daerah ini dipilih karena angka stunting yang cukup tinggi untuk anak di bawah lima tahun, Sikka 49.6% dan Brebes 48.7% (Riskesdas 2001)

Tim teknis dan koordinasi telah dibentuk mulai bulan Juni 2011, yang difasilitasi oleh Bappenas (Dit PKM) dan beranggotakan Kemensos, Kemkes, TNP2K dan pemerintah daerah dari lokasi sasaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah tersusunnya nota konsep Penguatan Komponen Kesehatan dan Gizi Program Keluarga Harapan (PKH-Gizi).

Hasil Kegiatan Hasil dari kegiatan ini adalah adanya kesepakatan di tingkat nasional dan daerah antara

berbagai pihak berkepentingan tentang desain dan rencana pelaksanaan model PKH-Gizi sebagaimana tersusun pada nota konsep. Nota konsep ini telah didiseminasikan pada Seminar PKH Gizi pada tanggal 5bulan Oktober 2011 di Jakarta. Sehingga model ini dapat dijadikan pedoman pelaksanaan pilot project yang ditargetkan mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2012.

Rekomendasi dan Tindak LanjutRekomendasi dari keseluruhan kegiatan ini adalah:; (i) perlunya peningkatan koordinasi

lintas sektor, terutama oleh Kemkes dan Kemsos, dalam pelaksanaan pilot project; (ii) perlunya penyepakatan instrument monitoring dan evaluasi; (iii) meningkatkan kesiapan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam mereplikasi PKH-Gizi pada daerah lain.

29 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Sementara itu tindak lanjut yang akan dilakukan adalah:; (i) sosialisasi pilot project PKH-Gizi di Brebes dan Sikka; dan (ii) implementasi pilot project PKH-Gizi di Brebes dan Sikka yang dikoordinir oleh Kemkes dan Kemsos.

2.1.6. Pengembangan Modul CBES (Child Budgeting Engagement Study)2.1.7.

Latar Belakang dan Tujuan

Kegiatan ini merupakan upaya UNICEF dalam mendukung penguatan kebijakan publik dengan identifikasi area-area kunci terutama menyangkut kepentingan anak. Adapun tujuannya adalah untuk melihat komitmen Pemerintah terhadap kesejahteraan anak yang direfleksikan dalam dokumen kebijakan dan peraturan, serta dalam penganggaran. Diharapkan pula, kegiatan ini menjadi bahan evidence base untuk para decision maker baik Pusat maupun Daerah dalam optimalisasi alokasi budget untuk Anak Indonesia.

Tahapan pelaksanaannya:; (i) Tahap 1I (Januari – Juni 2010) meliputi pengembangan konsep dan Child Budgeting Analysis: perlindungan anak & gizi; (ii) Tahap II (Juli – Desember 2010) meliputi Reference Panel , pengembangan modul pelatihan, dan pelatihan di 3 lokasi (Salatiga, Jayapura, Jakarta) melibatkan aparat K/L pusat, dinas propinsi, fasilitator ASIA, staff UNICEF; dan (iii) dan Tahap III (2011) adalah finalisasi & diseminasi modul/ panduan teknis,; peningkatan kapasitas staf aparat daerah untuk melakukan penganggaran yg berpihak pada anak yang telah dilaksanakan di Makassar (21-25 Juni 2011), Jayapura (8-11 Agustus 2011) dan Semarang (27-28 Juli 2011).

Hasil Kegiatan

Hasil utama dari kegiatan ini adalah penyempurnaan modul yang sesuai dengan sistem perencanaan & penganggaran, lebih praktis, sederhana, user-friendly, terstruktur & fokus , dan modul pelatihan dijadikan panduan teknis.

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Rekomendasi untuk kegiatan ini adalah:; (i) upaya peningkatan kapasitas di 3 propinsi (Sulsel, Sulbar, Jateng), sebagai pilot project, ,terutama staf perencana dan koordinator program di SKPD; (ii) membentuk aliansi multi-sektor di Undip untuk menganalisa isu yang terkait dengan (penganggaran) anak; dan (iii) mengintegrasikan CBES (costing) pada ASIA. Sementara itu tindak lanjut yang akan dilakukan adalah:; (i) melakukan validasi oleh Reference Panel; (ii) dan melaksanakan Studi Benefit Incidence Analysis (BIA).

30 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

2.1.8. Konferensi Anak (Child Conference)Latar Belakang dan TujuanUntuk memberikan pelayanan pendidikan yang merupakan hak asasi setiap warga

negara Indonesia, para pembuat kebijakan menyadari pentingnya pemanfaatan hasil-hasil penelitian yang relevan untuk meningkatkan pelayanan pendidikan tersebut, terutama dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan perencanaan program yang menyangkut pendidikan anak. Upaya ini diharapkan dapat menjamin tersedianya, terjangkaunya, serta terwujudnya kepastian bagi semua anak –termasuk anak dari keluarga miskin, terpinggirkan, dan anak yang memiliki kebutuhan khusus – untuk memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas dan relevan. Konferensi ini adalah bagian dari upaya untuk memanfaatkan hasil-hasil penelitian sebagai dasar bagi pengembangan kebijakan, strategi dan perencanaan program yang dapat mendorong peningkatan pelayanan pendidikan.

Konferensi “Penelitian tentang Pendidikan Anak” yang diselenggarakan bersama oleh KEMENDIKNAS, BAPPENAS, UNICEF, dan Lembaga Penelitian SMERU ini bertujuan untuk: (i) membahas berbagai temuan utama penelitian dan kajian tentang pendidikan anak ditinjau dari berbagai aspek, mencakup perencanaan, kebijakan dan pelaksanaannya, pemantauan dan evaluasi, serta upaya penjaminan kualitas pendidikan yang terkait dengan kepentingan pendidikan anak baik di tingkat nasional maupun daerah; (ii) menyediakan rekomendasi dan advokasi kebijakan berbasis bukti tentang pendidikan anak; (iii) dan mempublikasikan hasil konferensi kepada pihak terkait dan masyarakat luas sebagai bagian dari upaya penyebarluasan informasi dan kegiatan advokasi.

Hasil KegiatanKonferensi telah dilaksanakan di Hotel Aryaduta KarawaciJakarta pada tanggal

17 November 2011 yang dihadiri oleh 150 orang mewakiliperwakilan dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, LSM, perguruan tinggi dan sektor swasta dengan menampilkan 19beberapa peserta yang mempresentasikan topik tentang isu pendidikan dan anak di Indonesia.

Rekomendasi dan Tindak LanjutRekomendasi utama dari kegiatan ini adalah membentuk Jaringan Peduli Anak

pada tahun 2012 sebagai wadah bertukar informasi antar peneliti dan penentu kebijakan yang dikelola secara mandiri dan berkelanjutan untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan. Sehingga diharapkan hasil-hasil penelitian yang telah disampaikan pada konferensi ini dapat diakomodir pada jaringan tersebut.Tindak lanjut: Akan dilakukan Pertemuan Tim Teknis untuk membahas ruang lingkup

studi dan jenis data yang dibutuhkan pada minggu ke IV Bulan Februari 2010.Rapat Koordinasi Rencana Penutupan Kantor Lapangan Unicef di Perencanaan Kegiatan

KHPPIA Jawa Barat Tahun 2010Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari rapat di Ditjen. Bina Bangda 8 Maret

2010 lalu. Agenda utamanya adalah membahas mekanisme pencairan dana setelah tidak adanya

31 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

FO Bandung serta sinkronisasi kegiatan antara usulan kab/kota dengan dokumen AWP 2010 yang sudah ditandatangani awal Januari lalu. Hadir dalam pertemuan ini adalah: Ditjen. Bina Bangda, Bappenas, Bappeda Jawa Barat, Dinas Kesehatan Jabar, Dinas Pendidikan Jabar, Tim KHPPIA dari 5 kab/kota (Cirebon, Subang, Indramayu, Sukabumi, dan Garut).

Adapun Mmekanisme pencairan dana setelah tidak ada FO Bandung, adalah dengan . Hal ini akan ditempuh dengan transfer langsung dari Unicef Jakarta. Adapun pProses

pengajuan, akan difasilitasi Bappeda Jawa Barat, selanjutnya akan dikirim ke Unicef Jakarta (ditujukan kepada Program Officer masing-masing kegaiatan) dengan tembusan Ditjen. Bangda dan Bappenas. Sementara itu, specimen PJOK dan PUMK, masih dapat menggunakan seperti yang berlaku saat ini.

TSinkronisasi kegiatan antara usulan kab/kota dengan AWP 2010.Terdapat perbedaan antara usulan kab/kota dengan AWP 2010 yang telah

ditandatangani. Mengingat keterbatasan dana (untuk Jabar menurun hingga 50%, dari USD 700 ribu menjadi USD 250 ribu), maka usulan yang dibahas tahun 2009 lalu menjadi dipersempit. Akibatnya adalah adanya 2 kabupaten (Subang dan Garut) yang tahun ini tidak mendapat bantuan Unicef. Beberapa kegiatan yang dijanjikan Unicef tahun lalu, seperti WES untuk Sukabumi, tidak tercermin dalam AWP 2010. Beberapa kesepakatan, antara lain:

AWP 2010 tidak bisa secara langsung diubah total, seperti dengan membagi rata ke semua daerah, karena mengingat beberapa sumber pendanaan (Mayora dan P&G), hanya berkomitmen membiayai daerah tertentu (Cirebon dan Sukabumi).

Kemungkinan modifikasi AWP 2010 adalah untuk Program Pendidikan, yang menawarkan kegiatan advokasi mengenai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) kepada stakeholder daerah tersebut (Subang dan Garut).

Unicef Jakarta dalam kurun 2010 ini akan terus menggali dana dari negara/lembaga donor yang potensial, khususnya untuk program KIBBLA. Dengan demikian, seandainya ada komitmen baru di 2010 ini, akan ada prioritas untuk usulan-usulan kab/kota yang tidak masuk dalam AWP 2010.

Kegitan di tahun 2010 ini, sedapat mungkin dirancang dalam rangka exit strategy di akhir CPAP 2006-2010. Dengan demikian, proses alih tugas dan fungsi program kegiatan tetap terjaga kesinambungan di kemudian hari.

Rapat Koordinasi Perencanaan Kegiatan KHPPIA Banten Tahun 2010Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari rapat di Ditjen. Bina

Bangda 8 Maret 2010 lalu. Agenda utamanya adalah penjelasan mekanisme pencairan dana setelah tidak adanya FO Bandung serta sinkronisasi kegiatan antara usulan kab/kota dengan dokumen AWP 2010 yang sudah ditandatangani awal Januari lalu. Hadir dalam pertemuan ini adalah: Ditjen. Bina Bangda, Bappenas, Bappeda Banten, Dinas Kesehatan Banten, Dinas Pendidikan Banten, Tim KHPPIA dari 3 kab (Lebak, Pandeglang, dan Serang).

Mekanisme pencairan dana setelah tidak ada FO Bandung (disepakati sesuai dengan pertemuan di KHPPIA Jawa Barat sebelumnya). Hal ini akan ditempuh dengan transfer langsung dari Unicef Jakarta. Adapun proses pengajuan, akan difasilitasi Bappeda Banten, selanjutnya akan dikirim ke Unicef Jakarta (ditujukan

32 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

kepada Program Officer masing-masing kegiatan) dengan tembusan Ditjen. Bangda dan Bappenas. Sementara itu, specimen PJOK dan PUMK, masih dapat menggunakan seperti yang berlaku saat ini.

Sinkronisasi kegiatan antara usulan kab/kota dengan AWP 2010. Untuk Provinsi Banten, status pendanaan lebih jelas (sekitar USD 500 ribu), yaitu untuk program MBS di 2 kabupaten, yaitu Pandeglang dan Lebak. Sedangkan Kab. Serang, untuk saat ini tidak ada program intervensi langsung, baik kesehatan maupun pendidikan. Namun demikian, seperti halnya Jawa Barat, ditawarkan untuk advokasi MBS di Kabupaten Serang. Hal ini akan dikomunikasikan lebih lanjut antara Program Officer dan pihak Dinas Pendidikan Kab. Serang.

Diamanatkan dalam pertemuan ini, agar kegiatan di tahun 2010 ini, sedapat mungkin dirancang dalam rangka exit strategy di akhir CPAP 2006-2010. Dengan demikian, proses alih tugas dan fungsi program kegiatan tetap terjaga kesinambungan di kemudian hari.

Koordinasi, monitoring dan evaluasi. Dari pihak Bappeda Banten, menegaskan lagi perlunya penguatan koordinasi antar SKPD serta antar daerah (provinsi dan kab/kota). Untuk itu, akan ditempuh pertemuan tiap kuartal, dimana tuan rumahnya bergilir di kabupaten-kabupaten tersebut dan di provinsi.

Rapat Koordinasi Kuartal II Pokja Perencanaan, Monitoring, dan EvaluasiPertemuan ini bertujuan untuk melakukan review atas pelaksanaan Kuartal I 2010,

identifikasi permasalahan dan tindak lanjut, serta penyusunan Rencana Kerja Kuartal II 2010. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari beberapa instansi pemerintah pusat diantaranya Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, BPS, dan Program Officer Unicef.

Adapun pertemua terdiri atas: (1) Pembukaan; (2) Presentasi tiap instansi pelaksana program; (3) Diskusi dan Tanya-jawab; (4) Penutup dan kesimpulan.

Beberapa hal khusus yang perlu disampaikan adalah:BappenasDalam kurun 3 bulan awal ini, di Bappenas melakukan 3 kegiatan, yaitu rapat

koordinasi, pertemuan studi Child Budget Analisis, dan dukungan Studi Situasi Nasional Ibu dan Anak. Ada 2 isu utama dalam kuartal ini, yaitu:

Sitan Ibu dan Anak, meskipun konsultan Sitan terus mengerjakan dari tahun 2009 tapi progresnya dirasa masih lambat. Draft-1 pada akhir Bulan April 2010 ini, oleh Unicef masih belum layak untuk di-share.

Studi Child Budget Analyze: pada dasarnya telah malukan lokakarya finalisasi pada akhir bulan Maret 2010 lalu. Pertemuan merekomendasikan untuk dibuat laporan lengkap.

Dit. Statistik Kesra BPSDua dari 5 kegiatan di Kuartal I dapat dilaksanakan, yaitu: pelatihan DevInfo bagi staf

internal BPS, pencetakan paket pemasaran Proyek MDGs. Adapun kegiatan lain di BPS, terkendala oleh kesibukan internal BPS dalam penyiapan Sensus Nasional 2010 di Bulan Mei 2010 ini. Kegiatan yang ditunda antara lain: pengembangan juklak Proyek MDGs, lokakarya sosialisasi di daerah pengembangan, dan fasilitator pendamping untuk lokakarya di daerah.

Ditjen. Bangda, KemendagriPada kesempatan ini, menyampaikan 2 kegiatan utama, yaitu pengembangan ASIA di

daerah dan Rakor Pusat-Daerah. Isu utama adalah:

33 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

ASIA, saat ini masih dilakukan pendampingan untuk 2 daerah contoh pengembangan ASIA (Polman dan Solo) dalam rangka memasukkan hasil rekomendasi ASIA dalam RKPD 2011. Dalam proses ini, dibantu oleh Fasilitator Daerah yang sudah direkrut dan dilatih pada bulan April 2010 lalu.

Rakor Pusat-Daerah, disampaikan isu mengenai hal-hal ‘klasik’ seperti mutasi pejabat daerah yang cukup tinggi, sinkronisasi perencanaan daerah dengan Program Kerjasama RI-Unicef, serta perlu monev terpadu antara Pemerintah dan Unicef di daerah terutama di komunitas penerima manfaat. Sedangkan hal baru adalah: penutupan kantor FO Bandung menyebabkan implementasi program masih terkendala.

Pusat Promosi Kesehatan, KemenkesSaat ini sedang dilakukan penyusuanan buku Fact For Life versi Indonesia. Buku

berisikan materi kampanye dan advokasi praktis dalam rangka kesejahteraan ibu dan anak. Telah dilakukan lokakarya pertama dengan mengundang stakeholder terkait. Adapun saat ini, sedang dimintakan review mengenai materi tertulisnya kepada stakeholder terkait.

Asdep Perlindungan Hak Sipil Anak, KPPPAUntuk kegiatan di kuartal I, baru dilakukan pengumuman untuk lombapenulisan

mengenai hak anak serta lomba pemimpin muda Indonesia. Proses penjurian akan dilakukan di kuartal II. Hal lain yang dilakukan adalah penulisan laporan pemenuhan hak anak di Indonesia (KHA). Saat ini sedang dilakukan koordinasi dengan pihak Kementerian Luar Negeri.

Rapat Koordinasi Kuartal II Pokja Kesehatan dan GiziPertemuan ini bertujuan untuk melakukan review atas pelaksanaan Kuartal I 2010,

identifikasi permasalahan dan tindak lanjut, serta penyusunan Rencana Kerja Kuartal II 2010. Selain itu, dalam forum ini juga dipaparkan mengenai rencana penyusunan CPAP 2011-2015. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari beberapa instansi pemerintah pusat diantaranya Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, BPOM, dan Program Officer Unicef.

Adapun pertemuan terdiri atas: (1) Pembukaan; (2) Presentasi rencana penyusunan CPAP 2011-2015; (3) Presentasi tiap instansi pelaksana program; (4) Diskusi dan Tanya-jawab; (5) Penutup dan kesimpulan.

Beberapa hal khusus yang perlu disampaikan adalah:Rencana Penyusunan CPAP 2011-2015:CPAP merupakan dokumen pernyataan komitmen antara Pemerintah Indonesia dan

Unicef yang menjelaskan mengenai garis besar rancangan program selama 5 tahun kerjasama RI-Unicef. CPAP adalah. Adapun landasan penyusunan CPAP yaitu dokumen UNDAF dan RPJMN 2010-2014.

Secara umum, dokumen CPAP terdiri atas beberapa bagian, yaitu: (i) Dasar Kerjasama; (ii) Situasi Ibu dan Anak; (iii) Kerjasama 2006-2010 dan pengalaman yang diperoleh; (iv) Rencana Program; (v) Strategi kemitraan; (vi) Manajemen Program; (vii) Monitoring dan evaluasi; (viii) Komitmen Unicef; (ix) Komitmen Pemerintah Indonesia.

Secara khusus, untuk strategi program pada periode ini, direncanakan lebih berfokus pada advokasi berbasis bukti dalam rangka formulasi kebijakan yang berpihak pada anak; pengembangan kapasistas baik individu maupun institusional untuk peningkatan kualitas pelayanan pada masyarakat; pengurangan dampak kemiskinan dan kesenjangan pada anak dengan mendorongo efisiensi belanja publik; serta penguatan kapasitas dalam tanggap dan siaga darurat.

34 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Adapun struktur Program Kerjasama RI-Unicef ini, terbagi atas 5 cluster menurut fungsinya, yaitu: (i) social policy and monitoring; (ii) child survival and development; (iii) education and adolescent development; (iv) child protection; (v) communication, partnership, and knowledge management.

Pelaksanaan penyusunan CPAP melalui beberapa tahap, antara lain: laporan konsolidasi hasil CPAP 2006-2010; penyusunan ‘result matrix’ 2011-2015; revisi Pedoman Umum; pengembangan draft CPAP, serta penandatanganan direncanakan pada akhir Desember 2010.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan CPAP kali ini adalah: Lokasi kerjasama, dimana perlu dikembangkan kriteria seleksi daerah menurut

beberapa indikator, antara lain: angka pembangunan SDM, komitmen kepala daerah, rata-rata kemiskinan.

Dalam pengembangan result matrix, hendaknya selaras dengan RPJMN 2010-2015 dimana berdasarkan pada sistem indikator berbasis kinerja.

Isu desentralisasi, dimana termasuk fund channeling, jalur technical asisstance yang jelas (Pusat-Provinsi-Kab/Kota).

Sinergi dengan program yang sudah adaPerlu dilakukan evaluasi untuk implementasi CPAP 2006-2010 sebagai bahan masukan

untuk CPAP periode berikutnya.

Rapat Koordinasi Triwulan II Pusat-Daerah Program Kerjasama RI – UNICEF, 26-27 April 2010

Pertemuan ini merupakan forum teknis antara pusat dan Bappeda Provinsi, dengan tujuan untuk menelaah perkembangan/capaian program di daerah selama Januari-Maret/April 2010 serta mengidentifikasi isu dan permasalahan di daerah sehingga ada rekomendasi untuk penyempurnaan pelaksanaan program triwulan berikutnya. Hadir dalam pertemuan ini, para wakil dari Bappeda 9 provinsi (Aceh, Jabar, Jateng, Jatim, NTT, Sulsel, Sulbar, Maluku, dan Papua Barat), dan Tim Fasilitasi Pusat dari K/L terkait, yaitu: Kemenkes, Kemendiknas, Bappenas, dan Kementerian PP&PA.

Tindak lanjut dari pertemuan ini adalah:Hasil rapat teknis Triwulan Pusat dan Daerah akan disampaikan secara resmi oleh

Ditjen. Bina Bangda, Kemendagri kepada Unicef dan Bappenas untuk menjadi salah satu pertimbangan ke depan.

Untuk membantu penyediaan data bagi kab/kota sebagai output lebih lanjut dari ujicoba Mointoring MDGs, BPS dan Ditjen. Bina Bangda akan membuat SE ke daerah.

Untuk pengembangan website, Ditjen. Bina Bangda Kemendagri akan menyampaikan Surat Edaran Petunjuk Admin di Daerah.

Bappeda Provinsi akan melaksanakan Rapat Koordinasi Manajemen dengan Tim KHPPIA kab/kota untuk penyiapan isu dan agenda terkait di tahun 2010.

Rapat Koordinasi Pokja PME, Emergensi, dan Komunikasi Program Kerjasama RI – Unicef, 5 Mei 2010

Pertemuan bertujuan untuk melakukan review atas pelaksanaan Kuartal I Tahun 2010, identifikasi permasalahan dan tindak lanjut, serta penyusunan Rencana Kerja Kuartal II 2010. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari beberapa instansi pemerintah pusat diantaranya Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA), BPS, dan Program Officer

35 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Unicef. Pertemuan dipimpin oleh Kasubdit Promosi Kesehatan dan Gizi Masyarakat dan Chief of Social Sector Protection Cluster Unicef

Laporan pelaksanaan dari institusi terkait adalah sebagai berikut:BappenasPada Kuartal I di Bappenas melakukan 3 kegiatan, yaitu rapat koordinasi, pertemuan

studi Child Budget Analysis (CBA), dan dukungan Studi Situasi Nasional (Sitan) Ibu dan Anak. Ada 2 isu utama yang dibahas, yaitu:

Telah dilakukan lokakarya finalisasi Studi Child Budget Analysis pada akhir bulan Maret 2010 . Namun, masih menunggu laporan lengkap dari konsultan

Pelaksanaan Studi Situasi Nasional Ibu dan Anak masih dalam proses penulisan sehingga tidak dapat disesuaikan dengan target April 2010

Tindak Lanjut: Unicef akan terus mengawal konsultan yang sudah ditunjuk dalam penulisan laporan Sitan dan CBA. Selanjutnya akan dilakukan pertemuan dengan pihak Pemerintah.

Dit. Statistik Kesra BPSPada Kuartal I Dit. Statistik Kesra melaksanakan dua dari 5 kegiatan, yaitu: pelatihan

DevInfo bagi staf internal BPS, pencetakan paket pemasaran Proyek MDGs. Adapun kegiatan lain di BPS, terkendala oleh kesibukan internal BPS dalam penyiapan Sensus Nasional 2010 di Bulan Mei 2010 ini. Kegiatan yang ditunda antara lain: pengembangan petunjuk pelaksanaan Proyek MDGs, lokakarya sosialisasi di daerah pengembangan, dan fasilitator pendamping untuk lokakarya di daerah.

Tindak Lanjut: kegiatan Pusat yang belum terlaksana akan dilakukan pasca Sensus Penduduk, sedangkan lokakarya di daerah menyesuaikan dengan jadual Pemkab/Pemkot.

Ditjen. Bangda, Kementerian Dalam NegeriPada kuartal I Ditjen Bangda Kementerian Dalam Negeri melaksanakan 2 kegiatan

utama, yaitu pengembangan Analisa Situasi Ibu dan Anak (ASIA) di daerah dan Rakor Pusat-Daerah. Isu utama adalah:

Pengembangan ASIA, saat ini masih dilakukan pendampingan untuk 2 daerah contoh pengembangan ASIA (Polman, Sulbar dan Solo, Jawa Tengah) dalam rangka memasukkan hasil rekomendasi ASIA dalam RKPD 2011. Dalam proses ini, dibantu oleh Fasilitator Daerah yang sudah direkrut dan dilatih pada bulan April 2010 lalu.

Rakor Pusat-Daerah, disampaikan isu mengenai hal-hal ‘klasik’ seperti mutasi pejabat daerah yang cukup tinggi, sinkronisasi perencanaan daerah dengan Program Kerjasama RI-Unicef, serta perlu monitoring dan evaluasi terpadu antara Pemerintah dan Unicef di daerah terutama di komunitas penerima manfaat. Sedangkan hal baru adalah: penutupan kantor Field Office Bandung yang menyebabkan implementasi program masih terkendala.

Tindak Lanjut: dalam rangka pengembangan ASIA, akan dilakukan pemantauan dari Pusat untuk memastikan hasil rekomendasi ASIA dapat masuk dalam RKPD melalui jalur Fasilitator Daerah yang sudah direkrut. Selanjutnya akan dilakukan lokakarya nasional untuk finalisasi dokumen ASIA di 2 daerah tersebut.

Pusat Promosi Kesehatan, Kementerian KesehatanPusat Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan sedang melakukan penyusunan buku

“Fact For Life” versi Indonesia. Buku berisikan materi kampanye dan advokasi praktis dalam rangka kesejahteraan ibu dan anak. Telah dilakukan lokakarya pertama dengan mengundang stakeholder terkait. Adapun saat ini, sedang dimintakan review mengenai materi tertulisnya kepada stakeholder terkait.

Asdep Perlindungan Hak Sipil Anak, Kementerian PP dan PA

36 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Pada kuartal I baru dilakukan pengumuman untuk lomba penulisan mengenai hak anak serta lomba pemimpin muda Indonesia. Proses penjurian akan dilakukan di kuartal II.

Hal lain yang dilakukan adalah penulisan laporan pemenuhan hak anak di Indonesia (KHA). Saat ini sedang dilakukan koordinasi dengan pihak Kementerian Luar Negeri.

Rapat Koordinasi Pokja Kesehatan dan Gizi Program Kerjasama RI – Unicef, 7 Mei 2010Pertemuan ini bertujuan untuk melakukan review atas pelaksanaan Kuartal I 2010,

identifikasi permasalahan dan tindak lanjut, penyusunan Rencana Kerja Kuartal II 2010, serta Rencana CPAP 2011 – 2015 Pokja Kesehatan dan Gizi. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari beberapa instansi pemerintah pusat diantaranya Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, BPOM, dan Program Officer Unicef.

Rapat Koordinasi Penataan Dana Hibah RI – UNICEFTujuan pertemuan antara lain: (a) Memahami proses pengajuan Surat Perintah

Pembukuan/Pengesahan (SP3); (b) Mengetahui tata cara pengisian formulir SP3 dan persyaratannya; dan (c) Penyusunan tindak lanjut pelaporan dana hibah UNICEF. Adapun pokok-pokok pikiran dan tindak lanjut pertemuan tersebut, adalah sebagai berikut:

Proses pengajuan SP3:Selambat-lambatnya pada 31 Desember 2009, sedangkan status/jenis pembayaran yang

bisa dilakukan dalam SP3 adalah PL (Pembayaran Langsung)Kelengkapan SP3 adalah NOD (Notice of Disbursement), Rekening Koran, Surat

Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari PA/KPA/PPK Status dana hibah UNICEF 2009 adalah:Pengajuan SP3 dilakukan pada 6 Januari 2010 (melebihi batas waktu yang ditentukan).

Hal ini karena batas akhir penyampaian SP3 tidak terinformasikan ke unit pelaksana program hibah.

Jenis pembayaran hibah UNICEF dalam DIPA 2009 adalah RK (Rekening Khusus) dimana proses pengesahannya tidak menggunakan SP3.

Dokumen kelengkapan SP3 dana hibah UNICEF untuk semester 1 tahun anggaran 2009 telah dipenuhi.

Nilai hibah UNICEF dalam DIPA 2009 adalah sebesar Rp 2,8 Milyar. Sedangkan, transfer dari UNICEF mencapai Rp 8 Milyar. Realisasi pada akhir tahun sebesar Rp 5,8 Milyar. Menurut ketentuan yang berlaku SP3 tidak dapat dikeluarkan apabila nilai realisasi lebih besar dari DIPA.

KPPN VI Jakarta tidak dapat menerima SP3 dana hibah UNICEF karena telah melebihi batas waktu yang ditentukan dan jenis pembayaran masih RK. Tata laksana dana hibah UNICEF di masa mendatang

Perlu disusun mekanisme kerja perencanaan dan pelaporan antara: unit kerja-Biro Umum- Biro Renortala hingga KPPN VI Jakarta dan Ditjen Anggaran sehingga lebih efektif dan efisien.

Perlu diinformasikan kepada UNICEF tentang batas waktu perencanaan, penggunaan dana, dan pelaporan karena hibah UNICEF sudah dicatatkan dalam DIPA K/L

Untuk proses perencanaan (pen-DIPA-an), setelah dilakukan penandatanganan AWP, sebaiknya pagu anggaran segera diinformasikan untuk ditampung ke dalam DIPA revisi.

Sesuai dengan ketentuan penggunaan APBN, disarankan batas akhir transfer dana UNICEF sebaiknya sebelum 1 Desember tahun berjalan, sedangkan pelaksanaan kegiatan sebaiknya dilakukan sebelum 15 Desember

Untuk menghindari akumulasi laporan pada tahun anggaran disarankan pelaporan SP3 dilakukan bertahap (per kuartal atau per semester) hingga batas akhir 31 Desember.

37 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Pengaturan hibah luar negeri kepada daerah diatur oleh sejumlah regulasi. Selain itu, dasar yang menjadi acuan hibah luar negeri juga tersebut dalam Jakarta Commitment yang menyebutkan antara lain bahwa mitra pembangunan pemerintah menaati peraturan yang berlaku dalam pengelolaan dana hibah.

Pada dasarnya, fundchannel ke daerah tidak bisa langsung dari donor. Harus melalui Pemerintah Pusat dan harus melalui pencatatan dalam sistem keuangan negara. Beberapa skema yang berlaku saat ini adalah: desentralisasi, dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan on-granting (penerusan hibah). Satu lagi adalah hibah yang di-eksekusi langsung oleh mitra pembangunan (donor atau UN agencies). Karakter dari tipe-tipe tersebut seperti tersebut dalam lampiran.

Pihak UNICEF menyatakan sepakat dan siap mengikuti peraturan yang ada. Namun demikian, UNICEF meminta jaminan bahwa dana ini dapat dikelola lebih tepat waktu, efektif-efisien, dan fleksibel (sebab kadangkala ada penambahan/pengurangan dana UNICEF di tengah tahun anggaran berjalan).

Berdasarkan diskusi dan klarifikasi, sebaiknya jalur fundchannel ke daerah tidak ditutup untuk 1 opsi saja. Namun demikian, secara umum, yang memungkinkan mekanisme hibah ke daerah adalah skema on-granting (hibah yang diterusakan hibah ke daerah). Dengan skema ini, masih dimungkinkan pemantauan oleh K/L di Pusat dan jajaran FO UNICEF di daerah.

Rapat Koordinasi Kuartal II (dilaksanakan bersama Ditjen. Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri)

Pertemuan ini merupakan forum teknis antara pusat dan Bappeda Provinsi, dengan tujuan untuk menelaah perkembangan/capaian program di daerah selama Januari-Maret/April 2010 serta mengidentifikasi isu dan permasalahan di daerah sehingga ada rekomendasi untuk penyempurnaan pelaksanaan program triwulan berikutnya. Hadir dalam pertemuan ini, para wakil dari Bappeda 9 provinsi (Aceh, Jabar, Jateng, Jatim, NTT, Sulsel, Sulbar, Maluku, dan Papua Barat), dan Tim Fasilitasi Pusat dari K/L terkait, yaitu: Kemenkes, Kemendiknas, Bappenas, dan Kementerian PP&PA. Agenda pertemuan meliputi:

PembukaanDisampaikan arahan oleh Direktur Pengembangan Wilayah, Ditjen. Bina Bangda,

Kemendagri dan Kasubdit. Promosi Kesehatan dan Gizi, Dit. Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Bappenas. Dalam kesempatan ini, dipaparkan mengenai penegasan kembali bahwa tahun 2010 ini merupakan akhir kerjasama periode 2006-2010, untuk itu ada beberapa agenda-agenda besar di tahun ini, antara lain: penyusunan CPAP 2011-2015, Tinjauan Akhir Program 2006-2010, yang akan melibatkan daerah, hingga kab/kota.

Presentasi tiap provinsi dilanjutkan diskusi dan tanya jawabTiap provinsi menyajikan presentasi, dengan sistematika: program yang dikerjakan,

hasil yang diharapkan, capaian program, status pendanaan, permasalahan, dan rekomendasi. Diskusi KelompokDalam sesi ini, dibagi atas 2 kelompok untuk mendiskusikan isu-isu pokok yang

dianggap perlu perhatian bersama (Pusat dan Daerah). Beberapa hal pokok dari diskusi kelompok ini mengemuka, antara lain:

Dalam CPAP mendatang (2011-2015), provinsi menghendaki agar lokasi program dan jumlah pendanaan sudah dapat diketahui pada bulan Juli 2010 (saat Rakorman 2010).

Provinsi mengharapkan perlu peningkatan peran Bappenas dan Kemendagri serta Unicef dalam monitoring terpadu hingga ke daerah (lokasi proyek), dengan demikian menjadi apresiasi tersendiri bagi daerah serta informasi pelaksanaan lebih detil dan up-to-date.

38 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Sinkronisasi perencanaan program antara Program Kerjasama RI-Unicef dengan Pemerintah (Pusat-Daerah), dengan sharing informasi dokumen perencanaan (RKP, RKPD, AWP) serta keterlibatan Unicef dalam forum-forum perencanaan.

Presentasi informasi hal-hal terkait kerjasama RI-Unicef, seperti: pengembanganASIA di daerah, pengembangan survei MDGs di kab/kota, dan pengembangan website

www.khppia.org, Diskusi Pleno dan penyusunan Rencana Tindak LanjutMerupakan forum bersama untuk merumuskan tindakan yang akan dilakukan dalam

mengatasi isu permasalahan yang muncul.

Rapat Koordinasi Manajemen (Rakorman), dilaksanakan bersama Ditjen. Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri

Pertemuan ini merupakan kegiatan rutin dalam rangka evaluasi pelaksanaan Program Kerjasama RI-UNICEF selama 2 kuartal pertama di tahun 2010, baik tingkat nasional maupun daerah. Agenda umum dari acara ini adalah: pembukaan dan arahan, overview pelaksanaan program di Pusat dan Daerah, diskusi penajaman masalah. Bahasan utama dalam Rakorman kali ini adalah: identifikasi permasalahan program dalam implementasi CPAP 2006-2010, usulan dalam penyusunan CPAP 2011-2015, usulan kriteria lokasi untuk periode 2011-2015, dan usulan konsep fundchanneling hibah Unicef.

Identifikasi permasalahan program dan masukan untuk matrik result pada draft CPAP 2006-2010:

Permasalahan pelaksanaan program selama Januari-Juni 2010 telah diidentifikasi dan direkomendasikan perbaikannya. Selanjutnya Bappenas dan Bangda akan mengkoordinasikan upaya tindak lanjut di pusat.

Matrik Result 2006-2010 telah dikomunikasikan dan didiskusikan dengan pemerintah daerah. Selanjutnya Bappenas dan Bangda akan mengkoordinasikan masukan penyempurnaannya sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk penyusunan CPAP 2011-2015.

Penyusunan CPAP 2011-2015Rakorman 2010 merupakan kick off Penyusunan CPAP 2011-2015, dan akan dilanjutkan

dengan kegiatan pengembangan kerangka CPAP dan pedoman umum kerjasama, serta penulisan dokumen CPAP.

Penandatanganan CPAP dijadwalkan pada Desember 2010.Pengembangan Area dan strategi kerjasama yang tertuang dalam CPAP akan diarahkan

sejalan dengan RPJMN, RPJMD, dan Kerangka UNDAF.

Kriteria lokasi kerjasama 2011-2015:Pemilihan lokasi provinsi akan ditentukan oleh Pusat dengan berbagai kriteria yang

digunakan, dan mempertimbangkan masukan daerah.Pemilihan lokasi kabupaten/kota akan ditentukan oleh provinsi dengan menggunakan

kriteria yang telah disepakati bersama dengan Tim Pusat.Kepastian kriteria pemilihan lokasi yang digunakan akan ditentukan Tim Pengarah

Pusat.

Fund channeling hibah unicef ke daerah

39 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Dari 4 mekanisme penyaluran hibah UNICEF ke daerah yang sesuai peraturan perundangan yaitu mekanisme desentralisasi berupa DAK atau Dana Perimbangan, mekanisme dekonsentrasi, mekanisme tugas pembantuan, serta mekanisme hibah, maka mekanisme hibah dianggap lebih memungkinkan berdasarkan karakteristik bantuan UNICEF.

Mekanisme hibah melalui NPH (Nota Penerusan Hibah) atau on-granting, dana UNICEF ditransfer ke Kemenkeu dan selanjutnya Kemenkeu mentransfer dana tersebut ke rekening Pemerintah Daerah. Pencairan dana oleh daerah melalui mekanisme APBD.

Kepastian tentang mekanisme fund channeling yang digunakan, akan diputuskan oleh Tim Pengarah Pusat dan Kementerian Keuangan. Namun demikian, masukan pemda dalam Rakorman akan menjadi pertimbangan dalam penentuan mekanisme yg akan digunakan

2.2. POKJA KOMUNIKASI ,omunikasi, Mobilisasi Sumber Daya dan KemitraanOBILISASI SUMBER DAYA DAN KEMITRAAN Program ini meliputi:; (i) kemitraan pemerintah, masyarakat dan sektor swasta pada

pengambilan keputusan yang efektif; dan (ii) ) ketersediaannya saluran komunikasi bagi anak dan kelompok muda untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kedua hal tersebut akan dicapai melalui penguatan komitmen politik untuk mengarusutamakan hak-hak perempuan dan anak melalui kemitraan strategis dan manajemen pengetahuan, dan melibatkan media sebagai mitra aktif dalam mempromosikan hak-hak tersebut.

2.2.1. Pengembangan Modul C4DLatar Belakang dan Tujuan UUsaha pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian AnakBayi (AKB) dapat didukung dengan perubahan perilaku di tingkat keluarga dan individu dengan memasyarakatkan perilaku seperti ASI eksklusif, cuci tangan dengan sabun, persalinan dibantu tenaga kesehatan terlatih dan imunisasi rutin. Walau demikian, perilaku masyarakat dalam hal ini belumlah menggembirakan. Aspek pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku dalam pembangunan nasional perlu dikuatkan. Ini sesuai dengan RPJMN 2009-2014 dalam pembangunan kesehatan yang menekankan pemberdayaan masyarakat, promosi kesehatan untuk memperkuat individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan program kesehatan yang berbasis masyarakat dan mengembangkan perilaku sehat.

Pembangunan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku saat ini tidak hanya dilakukan di dalam sektor kesehatan oleh kementerian kesehatan, tetapi bersifat lintas sektor dan menjadi tanggung jawab berbagai kementerian.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, penguatan koordinasi berbagai program pembangunan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perlu dilakukan agar terjadi harmonisasi dan sinergisitas antara berbagai kementerian dan lembaga pemerintah melalui melalui konsultasi, komunikasi, dan sosialisasi yang lebih luas dan melibatkan lintas sektor. Oleh karenanya akan dilakukan kajian mekanisme koordinasi pada

40 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

pencapaian sasaran pembangunan nasional terkait ibu dan anak (C4D) yang bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi program dan kegiatan pembangunan nasional inter dan antar kementerian/lembaga dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku.

Hasil Kegiatan

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 adalah pertemuan pembahasan awal konsep modul C4D pada tanggal 17 bulan September. Rekomendasi dari kegiatan ini adalah, Bappenas dan UNICEF akan menginisiasi PKH-Gizi sebagai model contoh penerapan C4D. Sebelumnya akan dilakukan studi awal yang melibatkan tenaga ahli komunikasi dari Universitas Padjadjaran selama kurun waktu Oktober-Desember.

Tindak Lanjut

Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah akan dilaksanakan seminar hasil kajian penyiapan pelaksanaan C4D untuk PKH pada awal tahun 2012 dan kajian lanjutan yang melibatkan kementerian/lembaga yang banyak.

STUDI CHILD BUDGETTING ANALYSIS (CBA) Studi ini merupakan upaya UNICEF dalam mendukung penguatan kebijakan publik dengan identifikasi area-area kunci terutama menyangkut kepentingan anak. Studi ini akan melihat jumlah pendanaan Pemerintah dan sumber lain yang berdampak pada anak secara langsung serta peluang dalam pengembangan kebijakan yang berpihak pada pemenuhan hak anak.Adapun tujuannya adalah untuk melihat komitmen Pemerintah terhadap kesejahteraan anak yang direfleksikan dalam dokumen kebijakan dan peraturan, serta dalam penganggaran. Diharapkan pula, studi ini menjadi bahan evidence base untuk para decision maker baik Pusat maupun Daerah dalam optimalisasi alokasi budget untuk Anak Indonesia. Tahapan studi:Fase I, Sept-Des 2009: telah dilakukan review APBN 2009 yang analisisnya mencakup tingkat kementerian dan program pilot desk top studyFase II, Jan – Mar 2010: akan dilakukan pengambilan data lapangan di dua provinsi dan indepth interview dengan K/L terkait. Selanjutnya penyusunan dan finalisasi laporan akan dilakukan pada Maret 2010.Hingga akhir April 2010, telah dilakukan sejumlah pertemuan antara Konsultan, Unicef, dan stakeholder Pemerintah Pusat, yaitu pada tanggal:

Pertemuan Tim Fasilitasi 8 Februari 2010 Tujuan pertemuan adalah sosialisasi konsep penganggaran anak dan analisis

anggaran untuk anak serta menyepakati definisi dan metodologi analisis yang tepat untuk pelaksanaan studi bagi kondisi Indonesia. Selain itu, dalam pertemuan ini dipaparkan dan dibahas rencana kerja tentative. Adapun pokok-pokok pikiran dan tindak lanjut pertemuan tersebut, adalah sebagai berikut:

Studi ini merupakan upaya UNICEF dalam mendukung penguatan kebijakan publik dengan identifikasi area-area kunci terutama menyangkut kepentingan anak. Studi ini akan melihat jumlah pendanaan Pemerintah dan sumber lain yang berdampak

41 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

pada anak secara langsung serta peluang dalam pengembangan kebijakan yang berpihak pada pemenuhan hak anak.

Adapun tujuannya adalah untuk melihat komitmen Pemerintah terhadap kesejahteraan anak yang direfleksikan dalam dokumen kebijakan dan peraturan, serta dalam penganggaran. Diharapkan pula, studi ini menjadi bahan evidence base untuk para decision maker baik Pusat maupun Daerah dalam optimalisasi alokasi budget untuk Anak Indonesia.

Tahapan studi: Fase I, Sept-Des 2009: telah dilakukan review APBN 2009 yang analisisnya

mencakup tingkat kementerian dan program pilot desk top study Fase II, Jan – Mar 2010: akan dilakukan pengambilan data lapangan di dua provinsi

dan indepth interview dengan K/L terkait. Selanjutnya penyusunan dan finalisasi laporan akan dilakukan pada Maret 2010.

Pertemuan Tim Fasilitasi 1 Maret 2010 Workshop tingkat Pusat, 30 Maret 2010

Pada pertemuan terakhir, didapatkan beberapa pokok pikiran, antara lain:Pemerintah Indonesia sudah memiliki komitmen yang tinggi pada perlindungan anak,

terbukti dari alokasi anggaran yang disediakan. Secara spesifik, tercermin pada Rencana Tindak Lintas Bidang untuk Perlindungan Anak yang melibatkan 14 K/L dalam kurun waktu 2010 – 2014. Secara rata – rata, 33.5% dari Total Budget 14 K/L, dialokasikan untuk anak.

Dana yang dialokasikan untuk PBPTA masih relatif kecil, yaitu hanya 1% dari total budget Rencana Aksi Lintas Bidang perlindungan anak 2010 – 2014. Program masih terbatas pembentukan KAP dan KAK.

Alokasi dana untuk anak sebagian besar dibelanjakan untuk barang dan pelayanan langsung.

Alokasi anggaran untuk anak di Provinsi Jawa Tengah mengalami tren kenaikan. Sebaliknya, alokasi anggaran untuk anak di Provinsi Aceh mengalami tren penurunan. Walaupun secara jumlah, alokasi anggaran di Provinsi Jawa Tengah lebih besar daripada Provinsi Aceh, tetapi secara proporsi, justru anggaran di Provinsi Aceh lebih besar daripada Provinsi Jawa Tengah.

Alokasi anggaran untuk anak di Provinsi Aceh mengalami penurunan yang drastis karena pemerintah provinsi mengenalkan Asuransi / Jaminan Kesehatan untuk seluruh Penduduk Aceh di luar Jamkesmas dan Askin.

Karena adanya otonomi di provinsi dan kabupaten kota implementasi program dan alokasi finansial nya tidak konsisten. Tidak adanya SPM menyebabkan pelayanan dan alokasi anggaran yang tidak merata.

Lini anggaran di Kemeneg PP&PA lebih difokuskan pada advokasi, monitoring, formulasi kebijakan bukan pada kegiatan pelayanan.

Kebijakan belum menyentuh pekerja anak di rumah tangga.Tanggapan umum dalam pertemuan antara lain:Anggaran untuk anak dalam deskripsi kegiatan tidak akan muncul secara langsung, tetapi muncul dalam RKA K/L.Tujuan akhir dari analisis ini adalah bagaimana kita dapat mereplikasi metodologi untuk daerah lainnya di Indonesia.CBA merupakan salah satu instrumen untuk menjaring informasi untuk pembiayaan anak.Perlu adanya mapping kebijakan untuk masing-masing K/L, karena kebijakan mengenai anak secara langsung memang tidak ada.Anggaran dalam CBA adalah baseline RPJMN, tidak termasuk inisiatif baru dari K/L.

42 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

CBA tidak bisa mengukur dampak (impact) secara langsung, tetapi bisa mengukur output-nya.Analisis di tingkat daerah adalah studi kasus, sehingga tidak bisa digunakan untuk mengeneralisasi permasalahan secara nasional.Analisis temuan awal CBA belum bisa digunakan untuk perencanaan kebijakan karena data yang digunakan belum akurat, lengkap, dan representatif.Masukan yang diberikan untuk penyempurnaan CBA antara lain:Definisi dan konsep untuk masing-masing variabel harus dijelaskan terlebih dahulu.Kejelasan tujuan, ruang lingkup, metodologi, dan metode sampling penelitian.Adanya informasi mengenai pengeluaran langsung dan tidak langsung.Perlu dikonfirmasi mengenai jumlah dan sumber data CBA di K/L terkait.Adanya kejelasan setiap pernyataan dalam analisis.Perlunya identifikasi anggaran untuk anak pada masing-masing sektor dan K/L.Adanya rekomendasi kebijakan untuk nasional serta daerah yang dijadikan studi kasus.Adanya kolaborasi mulai dari pusat sampai daerahCBA hendaknya disesuaikan dengan jadwal penganggaran yang ada.Penelitian mengenai anggaran harus tetap ada (setiap tahun), tetapi harus dihubungkan dengan indikator output-nyaPerlu adanya pelatihan/orientasi mengenai CBAAda pokja khusus CBA yang melibatkan K/L terkait dengan koordinator Bappenas

Studi CBA di Indonesia Fase II (Juli – Desember 2010): Studi CBA Fase II dilakukan berdasarkan hasil rekomendasi Studi CBA Fase I mengenai perlunya penyamaan persepsi atas isu anak dan pelibatan lebih banyak stakeholders untuk melakukan analisis anggaran berbasis anak, dikombinasikan dengan sudah tersedianya Module of CBES Training Manual untuk Indonesia. Kegiatan yang dilakukan meliputi: Pertemuan Reference Panel: telah dilakukan tanggal 29 Juli 2010, bertujuan untuk mendiskusikan hasil Studi CBA Fase I dan menyepakati usulan Studi CBA Fase II. Validasi modul pelatihan CBES Training Manual: dilakukan oleh staf dari Universitas Diponegoro – Semarang, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, BPS, Bappenas dan UNICEF. Melakukan Pelatihan CBES yang bertujuan untuk membangun pemahaman yang sama tentang : (1) peran penting perencanaan dan penganggaran yang berpihak pada anak; (2) dasar – dasar strategi keterlibatan penganggaran untuk anak berikut prosesnya; (3) konsep – konsep dasar tentang “costing” dalam konteks anggaran yang berpihak pada anak; (4) mengenalkan kepada peserta pelatihan terminologi penting dan ketrampilan dalam melakukan CBA, dan (5) Mengidentifikasi kegiatan – kegiatan lanjutan yang perlu dilakukan setelah pelaksanaan pelatihanJadwal pelaksanaan pelatihan adalah : (1) Pelatihan 1: dilakukan Salatiga telah dilaksanakan tanggal 25-26 Oktober 2010; (2) Pelatihan ke-2: di Jayapura tanggal 2-3 Nopember 2010, dan (3) Pelatihan ke-3 dilakukan di Jakarta akan dilaksanakan tanggal 8-9 Nopember 2010. Pelatihan di Jakarta dilaksanakan paling akhir, agar rekomendasi dari pelaksanaan pelatihan sebelumnya dapat disampaikan pada saat pelatihan untuk bahan kajian lebih lanjut.Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta mengenai perencanaan dan penganggaran secara efektif serta memahami dan mempraktekkan berbagai pendekatan teoritis dalam melakukan analisa anggaran yang berpihak pada anak.

43 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Peserta pelatihan terdiri atas staf kementerian/lembaga terkait dengan peningkatan kesejahteraan anak, antara lain: Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Sosial, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta kalangan internal Bappenas dan Unicef. Pelatihan diberikan selama 2 hari, dengan materi umum adalah:Costing (Pembiayaan)Proses mengestimasi cost/biaya untuk produk, jasa/pelayanan, konsumen dan item-item suatu aktivitas atau program. Manfaat costing untuk perencanaan adalah: sebagai alat untuk menyiapkan anggaran dan memberi informasi untuk membuat anggaran lebih efisien. Sedangkan untuk pengendalian, costing berfungsi memberi umpan balik untuk evaluasi pelaksanaan Melakukan Kajian CBA (Child Budget Analyze)Mengidentifikasi alokasi anggaran program – program untuk anak dan menganalisis proporsi anggaran untuk melihat trennya. Selanjutnya, memperhitungan sejumlah uang yang dialokasikan pemerintah untuk program yang menyangkut kepentingan anak Benefit Incidence Analysis (BIA)Analisis tentang bagaimana manfaat pengeluaran pemerintah terdistribusi ke seluruh kelompok populasi (penduduk), yaitu mengukur insidens distribusi manfaat dari berbagai kelompok penduduk, biasanya dilakukan dalam kelompok pendapatan atau pengeluaran; misalnya persentil atau quintile distribusi pendapatan atau pengeluaran Regression AnalysisEstimasi atau prediksi nilai rata-rata pada satu variabel dengan basis tetap untuk variabel lainnya. Fungsinya adalah untuk menjelaskan dampak perubahan variabel independen terhadap variabel dependen Analisis Korelasi:Mengukur kekuatan atau tingkat hubungan linier antara 2 variabel. Namun demikian, korelasi hanya pada kekuatan hubungan serta tidak selalu mengimplikasikan hubungan sebab akibat

Adapun tinjauan umum dari pelatihan ini adalah:Secara umum, peserta dapat memahami konsep CBES. Namun demikian, agar peserta lebih mudah memahami CBES, perlu dijelaskan secara runtut dari awal, yaitu: Planning, CBA, Costing, Analisis Regresi, dan BIA.Waktu pelaksanaan pelatihan masih terlalu singkat. Sedangkan materi yang diberikan relativ padat. Sebaiknya dalam modul disebutkan waktu yang dibutuhkan setiap materi. (misal: sebaiknya, pelaksanaan pelatihan di luar hari Jum’at karena waktu lebih pendek).Peserta pelatihan sebaiknya menginap, sehingga proses pelatihan lebih intensif (misal: latihan-latihan soal dapat dilakukan pada malam hari).Untuk pelatihan berikutnya, disarankan sebaiknya peserta membawa data dan informasi terkait untuk dilakukan analisis dan digunakan sebagai bahan untuk latihan soal.

2.3. POKJA PROGRAM KelaKELANGSUNGAN HIDUP DAN TUMBUH KEMBANG ANAK ngsungan Hidup dan Tumbuh Kembang Anak (SUB-PROGRAM Fokus Area Kesehatan dan GiziKESEHATAN DAN GIZI)

Fokus area kelompok program ini terbagi pada dua fokus area: (i) kesehatan dan gizi dan (ii) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Dengan komponen kegiatan antara lain: (1) Peningkatan akses ibu dan anak terhadap pelayanan kesehatan dasar yaitu asupan gizi, penyediaan air bersih, sanitasi dan higienitas, pencegahan penularan penyakit dari ibu ke anak serta akses kesehatan pada keadaan darurat (seperti bencana alam); dan (2) Keberlanjutan perubahan perilaku keluarga dan komunitas sebagai dampak positif dari peningkatan akses kesehatan dan tempat tinggal pada ibu dan anak.

44 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Kegiatan-kegiatan pada fokus area kesehatan dan gizi diantaranya adalah peningkatan kapasitas pemerintah, perguruan tinggi dan aktivis kesehatan untuk memahami isu “ekuitas” melalui lokakarya, pelatihan dan seminar. Selain itu Bappenas melalui dukungan UNICEF telah memfasilitasi penyusunan dokumen RAD-PG pada beberapa provinsi dan policy paper tentang ketersediaan tenaga kesehatan pada DTKP.

2.3.1. STUDI Tujuan pertemuan adalah mempertajam pertemuan sebelumnya dalam menentukan fokus dan ruang lingkup studi serta menyepakati definisi dan metodologi analisis yang tepat untuk kondisi Indonesia. Adapun pokok-pokok pikiran dan tindak lanjut pertemuan tersebut, adalah sebagai berikut:Menyediakan informasi untuk pertimbangan perencanaan dan anggaran yang berpihak pada anak. Secara spesifik dengan melakukan: identifikasi kebijakan, program dan kegiatan; Pemetaan anggaran Nasional, Provinsi dan kabupaten/kota; mempelajari komitmen dan tanggungjawab pemerintah. Tahapan Analisis: (a) review kebijakan; (b) Penyusunan kriteria pemilihan daerah; (c) Pengumpulan data lapangan; (d) Indepth interview dengan K/L terkait di tingkat pusat dan dinas terkait di tingkat provinsi/kabupaten/kota; (e) Penyusunan dan finalisasi laporanUnit analisis dan lokasi: Nasional (kementerian/lembaga) dan Provinsi – kab/kota. Jenis data yang dianalisis: (i) Perlindungan Anak à pekerja anak dan perdagangan anak; (ii) Perbaikan Gizi: Alokasi anggaran di tingkat Nasional, Provinsi dan Kota/Kabupaten dan mekanisme Penyalurannya (fund channeling), data-data terkait lainnya dari tingkat pusat sampai dengan kab/kotaBeberapa komentar dan pertanyaan kunci dalam studi ini adalah:Pemilihan lokasi di 2 kota dan 2 provinsi, belum tentu akan didapatkan data yang memadai terutama untuk kasus perlindungan anak (pekerja anak dan perdagangan anak). Untuk itu, peserta menyarankan 2 opsi: memindah lokasi studi atau mengganti isu perlindungan anak selain dari pekerja anak dan perdagangan anak. Selain melihat data anggaran lapangan, perlu dilihat juga situasi dan kondisi yang melingkupi saat itu, antara lain perubahan SKPD terkait PP 38/2007 tentang pembagian kewenangan daerah. Peserta menyarankan agar mulai membatasi data anggaran pada unit kerja (K/L di Pusat dan SKPD di daerah), dengan melihat lebih detil hingga kegiatan. Dengan adanya pembatasan ini, studi ini akan lebih valid dan reliabel. Perlu ada pemilahan anggaran dalam pemetaannya, misal anggaran langsung tidak langsung, anggaran pelayanan dan operasionalStudi ini diharapkan tidak hanya melihat peta anggaran anak, tapi juga analisis kebijakan misal: kenapa tren-nya menarik/turun. Apa yang terjadi dan apa yang dilakukan saat itu sehingga ada perubahan tren. Selain itu, hasil ini perlu dibandingkan dengan negara lain. Tindak LanjutMelakukan pengumpulan data lanjutan baik di tingkat Pusat dan Daerah terpilih.

45 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Tim Konsultan akan merumuskan laporan awal, akan disampaikan pada akhir bulan Maret 2010Sosialisasi Studi tentang Child Budget Analysis (CBA), 30 Maret 2010Tujuan pertemuan adalah melakukan sosialiasai terhadap temuan awal CBA di Indonesia serta memberikan masukan kepada konsultan untuk penyempurnaan laporan akhir CBA.Paparan mengenai latar belakang dan pengalaman CBA di negara lain disampaikan oleh Niloufar Porzand (UNICEF), sedangkan paparan hasil kajian CBA di Indonesia disampaikan oleh tim konsultan yang terdiri dari Johanna Kodoatie dan Ian Mackenzie.Pokok-pokok bahasan dari konsultan antara lain:Pemerintah Indonesia sudah memiliki komitmen yang tinggi pada perlindungan anak, terbukti dari alokasi anggaran yang disediakan. Secara spesifik, tercermin pada Rencana Tindak Lintas Bidang untuk Perlindungan Anak yang melibatkan 14 K/L dalam kurun waktu 2010 – 2014. Secara rata – rata, 33.5% dari Total Budget 14 K/L, dialokasikan untuk anak. Dana yang dialokasikan untuk PBPTA masih relatif kecil, yaitu hanya 1% dari total budget Rencana Aksi Lintas Bidang perlindungan anak 2010 – 2014. Program masih terbatas pembentukan KAP dan KAK.Alokasi dana untuk anak sebagian besar dibelanjakan untuk barang dan pelayanan langsung.Alokasi anggaran untuk anak di Provinsi Jawa Tengah mengalami tren kenaikan. Sebaliknya, alokasi anggaran untuk anak di Provinsi Aceh mengalami tren penurunan. Walaupun secara jumlah, alokasi anggaran di Provinsi Jawa Tengah lebih besar daripada Provinsi Aceh, tetapi secara proporsi, justru anggaran di Provinsi Aceh lebih besar daripada Provinsi Jawa Tengah. Alokasi anggaran untuk anak di Provinsi Aceh mengalami penurunan yang drastis karena pemerintah provinsi mengenalkan Asuransi / Jaminan Kesehatan untuk seluruh Penduduk Aceh di luar Jamkesmas dan Askin.Karena adanya otonomi di provinsi dan kabupaten kota implementasi program dan alokasi finansial nya tidak konsisten. Tidak adanya SPM menyebabkan pelayanan dan alokasi anggaran yang tidak merata.Lini anggaran di Kemeneg PP&PA lebih difokuskan pada advokasi, monitoring, formulasi kebijakan bukan pada kegiatan pelayanan.Kebijakan belum menyentuh pekerja anak di rumah tangga.Isu-isu yang muncul dalam pertemuan antara lain:Anggaran untuk anak dalam deskripsi kegiatan tidak akan muncul secara langsung, tetapi muncul dalam RKA K/L.Tujuan akhir dari analisis ini adalah bagaimana kita dapat mereplikasi metodologi untuk daerah lainnya di Indonesia.CBA merupakan salah satu instrumen untuk menjaring informasi untuk pembiayaan anak.Perlu adanya mapping kebijakan untuk masing-masing K/L, karena kebijakan mengenai anak secara langsung memang tidak ada.Anggaran dalam CBA adalah baseline RPJMN, tidak termasuk inisiatif baru dari K/L.

46 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

CBA tidak bisa mengukur dampak (impact) secara langsung, tetapi bisa mengukur output-nya.Analisis di tingkat daerah adalah studi kasus, sehingga tidak bisa digunakan untuk mengeneralisasi permasalahan secara nasional.Analisis temuan awal CBA belum bisa digunakan untuk perencanaan kebijakan karena data yang digunakan belum akurat, lengkap, dan representatif.Masukan yang diberikan untuk penyempurnaan CBA antara lain:Definisi dan konsep untuk masing-masing variabel harus dijelaskan terlebih dahulu.Kejelasan tujuan, ruang lingkup, metodologi, dan metode sampling penelitian.Adanya informasi mengenai pengeluaran langsung dan tidak langsung.Perlu dikonfirmasi mengenai jumlah dan sumber data CBA di K/L terkait.Adanya kejelasan setiap pernyataan dalam analisis.Perlunya identifikasi anggaran untuk anak pada masing-masing sektor dan K/L.Adanya rekomendasi kebijakan untuk nasional serta daerah yang dijadikan studi kasus.Adanya kolaborasi mulai dari pusat sampai daerahPerlu adanya “point entry” di setiap K/L terkait: Pusat: Bappenas, K/L terkait, dan pemegang data anggaran daerah (Kemendagri), Daerah: BappedaKeterlibatan perguruan tinggi, LSM, dan lembaga penelitian lainnyaCBA hendaknya disesuaikan dengan jadwal penganggaran yang ada.Penelitian mengenai anggaran harus tetap ada (setiap tahun), tetapi harus dihubungkan dengan indikator output-nyaPerlu adanya pelatihan/orientasi mengenai CBAAda pokja khusus CBA yang melibatkan K/L terkait dengan koordinator BappenasTindak lanjut dari pertemuan ini adalah:Pertemuan akan menjadi landasan untuk Child Budget Engagement di masa mendatang.Banyak peluang yang dapat diimplementasikan, seperti:Memperbaharui hasil CBA setiap tahun.Membuat database untuk memantau Child Budget.Melakukan survei Public Expenditure Tracking pada area fokus.Membentuk forum Child Budget untuk memantau spesifik anggaran untuk anak di masa mendatang.

ANALISA SITUASI IBU DAN ANAK (ASIA)Koordinasi Pemantapan Analisa Situasi Ibu dan Anak (ASIA), 3 Maret 2010Pelatihan

Ekuitas pada Sistem Kesehatan

Latar Belakang dan TujuanAKI dan AKB selama lima tahun terakhir mengalami penurunan meski tidak begitu

menggemberiirakan. Begitu juga dengan pada sektor gizi, meski angka anak kurang berat badan telah berkurang namun 18% dari seluruh anak Indonesia masih memiliki berat badan di bawah normal. Pencapaian tersebut masih mempunyai tantangan yang cukup besar pada 5 tahun yang akan datang. Ketidakmerataan atau rendahnya ekuitas menjadi kendala utama upaya pemerintah meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Disparitas pada sektor kesehatan yang terjadi di Indonesia bisa terlihat pada kesenjangan antar provinsi, daerah perkotaan dan perdesaan, usia dan jenis kelamin, dan status sosial-ekonomi yang berbeda. Anggaran di bidang

47 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

kesehatan sudah dialokasikan pemerintah hingga mencapai 5% dari total APBN. Namun, masih sedikit dari masyarakat kurang mampu dan rentan yang menikmati layanan kesehatan yang layak. Misalnya angka golongan masyarakat mampu yang menikmati pelayanan rumah sakit pemerintah mencapai 52%, sementara hanya 3.3% yang berasal dari golongan miskin.

Hal-hal tersebut di atas menjadi gambaran meski telah terjadi penurunan pada angka kematian rata-rata nasional, berkurangnya angka anak kurang gizi dan peningkatan anggaran di sektor kesehatan, kesenjangan atau disparitas masih terjadi di daerah-daerah/provinsi-provinsi tertinggal pada masyarakat miskin perdesaan.

Oleh karenanya strategi kebijakan yang berfokus pada pemerataan/ekuitas (equity) dapat berdampak positif pada penurunan angka kematian anak dan ibu, dan meningkatkan percepatan pencapaian MDGs 4 dan 5. Selain itu, pendekatan ini mampu mengefektifkan aspek pembiayaan. Bappenas bekejasama dengan UNICEF melakukan pelatihan ekuitas untuk para staf pada unit kerja kementerian/lembaga yang terkait dengan perencanaan dan penganggaran serta akademisi dari beberapa universitas di Indonesia.

Pelatihan ini sendiri bertujuan untuk:; (i) meningkatkan pemahaman tentang ekuitas dan mengapa penting untuk diterapkan dalam upaya pencapaian MDGs 4 dan 5 di Indonesia; (ii) memperkenalkan instrumen-instrumen yang dapat membantu mengukur kesenjangan dan menyediakan indikator untuk mengukur kemajuan program/kegiatan; dan (iii) membantu pengarusutamaan pendekatan ekuitas dalam perencanaan dan penganggaran untuk semua pihak yang berkepentingan di Indonesia.

Hasil Kegiatan

Hasil dari kegiatan ini adalah: ; (i) terlatihnya 30 peserta yang mewakili K/L, perguruan tinggi dan lembaga donor tentang materi ekuitas pada sistem kesehatan yang selanjutnya dapat mempengaruhi para pengambil kebijakan dalam menyusun perencanaan dan penganggaran KIA berbasis ekuitas; dan (ii) hasil analisa awal para peserta akan dintindaklanjuti pada pertemuan diseminasi studi ekuitas yang direncanakan pada bulan Januari 2012.

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Rekomendasi dari pelatihan ini adalah:; (i) pendekatan ekuitas dapat dimanfaatkan bagi kementerian/lembaga dan perguruan tinggi terkait dalam menyusun dokumen kebijakan, penelitian dan riset yang mendukung pemenuhan akses kesehatan yang layak bagi ibu dan anak; dan (ii) perguruan tinggi dapat melakukan transfer ilmu di lingkungannya untuk mendukung pengarusutamaan ekuitas.

Sementara untuk tindak lanjutnya bahwa pelatihan ekuitas secara rutin dilaksanakan mulai tahun depan melalui pendanaan kerjasama RI-UNICEF dan inisiatif Bappenas dengan melibatkan semua stakeholder terkait (kementerian/lembaga, universitas, LSM dan pengambil keputusan).

Gambar 6: Pelatihan Ekuitas pada Sistem Kesehatan (19 September 2011)

48 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Gambar 6. Pelatihan Ekuitas pada Sistem Kesehatan(19 September 2011)

2.3.2. Pendekatan Investment Case pada Perencanaan dan Penganggaran KIALatar Belakang dan Tujuan

Untuk memperluas pencapaian MDGs 4 dan 5 Bappenas bekerjasama dengan UNICEF sejak tahun 2010 telah melaksanakan pendekatan Investment Case (IC) yang merupakan inisiatif global dengan memberikan informasi kepada pengambil keputusan dan mitra pembangunan. Informasi terseburt berupa intervensi terbaik yang dapat diterapkan secara luas yang menyasar kepada masalah kematian ibu, bayi baru lahir, dan anak secara adil dan merata. Di Asia, studi dan pendekatan ini dilaksanakan di lima Negara antara lain: India, Nepal, Filipina, Papua Nugini, dan Indonesia. Inisiatif ini didanai oleh AusAID and the Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF), inisiatif ini dilaksanakan dengan melibatkan konsorsium beberapa mitra yang dikenal dengan the AusAID knowledge hubs, dan mitra lembaga peneliti nasional (UGM dan Balitbangkes). Pendekatan ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan dari masing-masing negara, termasuk siklus perencanaan dan penyusunan anggaran dan belanja tahunan pemerintah.

49 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Tujuan dari kegiatan ini adalah: (a) mengidentifikasi hambatan utama dari system kesehatan dan sumbatan atau bottlenecks yang menghalangi upaya memperluas “intervensi-intervensi terbaik” untuk mencapai MDG 4 dan 5 secara adil dan merata, dan (b) menghitung tambahan dana yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah-masalah dan hambatan-hambatan, dan memperluas “intervensi-intervensi terbaik” secara efektif untuk mencapai MDG 4 dan 5.

Studi tahap I telah dilakukan pada tahun 2009-2010, dan tahap ke II akan dilakukan mulai pertengahan 2011 hingga akhir 2012. Lokasi sasaran: Papua, Jawa Barat, Kalimantan Barat, NTT, Aceh, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Pada kegiatan tahap I meliputi, (i) pemetaan pada dokumen kebijakan di tingkat pusat dan daerah, (ii) pemetaan ketersediaan data dan analisa kerja program kesehatan ibu dan anak, dan (iii) pemetaan identifikasi ketersediaan informasi pada kesehatan ibu dan anak di daerah.

Hasil Kegiatan

Temuan utama dari kegiatan tahap I antara lain:; (i) kebijakan desentralisasi telah melemahkan rasa kepemilikan pemerintah daerah terhadap program kesehatan ibu dan anak; dan (ii) lemahnya ketersediaan data KIA menjadi penghambat penyediaan dana tambahan dalam pengembangan program KIA di daerah.

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Rekomendasi yang perlu dilaksanakan pada studi IC tahap II adalah:; (i) perlu dilakukannya analisa kesetaraan/ekuitas khususnya kegiatan terkait angka kematian di bawah 5 tahun (U5MR) dan pada intervensi program kesehatan ibu dan anak; (ii) perlu dilakukannya analisa pengembangan program secara luas (scaling up) pada daerah tertinggal yang dapat diterapkan pada daerah lain dan digunakan sebagai acuan Standar Pelayanan Minimum kesehatan ibu dan anak; (iii) perlu dihubungkannya analisa scaling up dengan perencanaan dan penganggaran di tingkat daerah untuk mengetahui kebutuhan sebenarnya alokasi dana untuk kesehatan ibu dan anak. Sementara itu tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain; (i) memperkuat kapasitas daerah melalui pendekatan IC tahap II, yakni pada Pemerintah Provinsi Papua; (ii) melakukan advokasi dan penguatan pemahaman kepada Kementerian Kesehatan agar dapat direplikasi pada rencana kegiatan pemerintah tahun 2013; dan (iii) melibatkan peran perguruan tinggi, LSM dan PNS fungsional sebagai tenaga fasilitator/pelatih dalam perencanaan dan penganggaran IC di masa datang.

50 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Gambar 7. Pertemuan Steering Committee Pendekatan Investment Case (1 Agustus 2011)

Gambar 7: Pertemuan Steering Committee Pendekatan Investment Case (1 Agustus 2011)

Gambar 8: Seminar Perencanaan dan Penganggaran Investment Case di Papua (7 Desember 2011)

Gambar 8. Seminar Perencanaan dan Penganggaran Investment Case di Papua (7 Desember 2011)

51 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

2.3.3. Dukungan Lokakarya RAD-PGLatar Belakang dan Tujuan

Sebagai tindak lanjut penyusunan RAN-PG 2011-2015 sebagaimana diamanatkan di dalam Instruksi Presiden No.3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, Pemerintah Provinsi diinstruksikan untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG). Untuk itu, dalam rangka membantu daerah dalam penyusunan RAD-PG, telah disusun Pedoman Penyusunan RAD-PG, dimana pedoman tersebut telah disosialisasikan Selanjutnya, dilakukan kegiatan fasilitasi penyusunan RAD-PG di beberapa provinsi terpilih dalam bentuk workshop daerah dengan pembiayaan yang bersumber dari dana UNICEF di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Jawa Tengah.

Hasil Kegiatan

Terlaksananya sosialisasi Pedoman Penyusunan RAD- PG dan fasilitasi penyusunan RAD-PG di Provinsi NTT, Aceh dan Sumatera Utara.

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Rekomendasi yang perlu dilakukan pada periode berikutnya adalah:; (i) dukungan dana UNICEF untuk memfasilitasi RAD-PG pada provinsi lainnya; dan (ii) revisi buku pedoman penyusunan RAD-PG berdasarkan masukan daerah dari pertemuan sebelumnya.

Tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain:; (i) Daerah akan menindaklajuti jadwal pelaksanaan kegiatan penyusunan RAD-PG serta mekanisme sesuai dengan tercantum pada buku pedoman penyusunan yang direncanakan akan selesai pada Bulan November 2011; dan (ii) Bappenas akan melakukan pemantauan dan evaluasi perkembangan penyusunan RAD-PG pada daerah yang telah difasilitasi.

2.3.4. Dukungan Penyusunan Kertas Kebijakan: “Alokasi Sumber Daya Kesehatan pada DTKP”

Latar Belakang dan Tujuan

52 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Untuk mempercepat pencapaian status pembangunan kesehatan saat ini dan masa mendatang, salah satu komponen dalam pembangunan kesehatan maka keberadaan SDM Kesehatan yang berkompeten mempunyai arti penting dan strategis. Oleh karenanya, diperlukan SDM kesehatan yang handal, berkualitas serta tersedia dan terdistribusi secara adil dan merata dalam jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan termasuk di DTPK.

Masalah SDM kesehatan telah menjadi salah satu kebijakan prioritas pemerintahkarena mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk kesuksesan pembangunankesehatan dan merupakan salah satu dari 6 subsistem dalam sistem kesehatan nasional (SKN). SDM kesehatan yang dimaksud meliputi tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dalam manajemen kesehatan. Permasalahan SDM kesehatan di DTPK pada paper ini difokuskan pada tenaga kesehatan strategis (dokter, dokter gigi, perawat, bidan). Inpres nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 menekankan upaya penempatan tenaga kesehatan strategis di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dalam rangka peningkatan pemerataan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Saat ini pemenuhan tenaga kesehatan strategis di DTPK ini masih menghadapi beragam kendala, antara lain : belum meratanya distribusi tenaga kesehatan dan masih rendahnya kualitas tenaga kesehatan yang ada dihadapkan pada kebutuhan akan tenaga kesehatan yang semakin meningkat. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap isu ketenagaan kesehatan baik menyangkut aspek kebijakan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pembinaan serta pengawasan tenaga kesehatan (supply) dan kebutuhan akan tenaga kesehatan yang berkualitas (demand).

Kegiatan ini bertujuan untuk:; (i) mendapatkan masukan dan bahan penyusunan policy paper pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan berbasis sinkronisasi pada demand dan supply side; dan (ii) mendapatkan gambaran persepsi daerah terkait ketenagaan kesehatan.

Hasil Kegiatan

Telah dilaksanakan kunjungan lapangan di Kecamatan Talegong Kabupaten Garut pada tanggal 18bulan Oktober 2011 untuk mendapatkan gambaran awal tentang kondisi tenaga kesehatan di daerah terpencil. Kemudian konsep kertas kebijakan telah disusun dan diseminarkan pada pertemuan tanggal 20bulan Desember 2011 di Jakarta.

.

Rekomendasi dan Tindak LanjutRekomendasi dari kegiatan ini adalah:; (i) insentif yang diberikan kepada tenaga

kesehatan tidak harus berupa uang tapi yang bersifat local specific atau peningkatan kompetensi setelah keluar dari daerah itu; (ii) mengisi kompetensi tenaga kesehatan dari SDM lokal daerah, seperti mahasiswa kedokteran NTT yang ditempatkan oleh Bupati untuk selanjutnya dapat menjadi dokter tetap; dan (iii) mensinergikan kebijakan pemerintah pusat dengan daerah.

53 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Sementara tindak lanjut dari kegiatan ini antara lain:; (i) mengadakan pertemuan lintas K/L untuk membicarakan rencana tindak lanjut tahun 2012, mekanisme block grant dan sinkronisasi data; dan (ii) mengadakan pertemuan dengan kabupaten/kota di daerah perbatasan untuk mensinergikan perencanaan dan data.

2.3.5. Seminar dan Lokakarya Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) di IndonesiaLatar Belakang dan Tujuan

Masih adanya permasalahan Kurang Vitamin A di Indonesia, khususnya pada bayi dan balita dapat menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan resiko kebutaan, dan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian akibat infeksi. Maka dari itu, penanggulangan masalah kurang zat gizi mikro, termasuk upaya penanggulangan KVA merupakan prioritas dalam bidang kKesehatan dan gizi masyarakat pada RPJMN 2010-2014. Sebagai tindak lanjut telah dilaksanakan Semiloka ini pada tanggal 19 Agustus 2011 dengan tema “Menghantarkan Vitamin A secepatnya kepada anak balita sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kurang vitamin A (KVA)”. Tujuan utama penyelenggaraan semiloka ini adalah sebagai sarana menyamakan pemahaman tentang opsi strategi penanggulangan KVA, sedangkan tujuan khususnya meliputi (i) meningkatkan pemahaman tentang masalah KVA, (ii) meningkatkan pemahaman tentang berbagai intervensi penanggulangan KVA, dan (iii) mengidentifikasi strategi efektif untuk upaya pencegahan dan penanggulangan KVA.

Hasil Kegiatan

Keluaran dari semiloka ini diharapkan adanya pemahaman mengenai masalah kekurangan vitamin A dan kesepakatan mengenai cost effective strategi intervensi penanggulangan KVA. Acara semiloka diikuti kurang lebih 45 peserta yang diikuti oleh kementerian dan lembaga terkait, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian PPN/Bappenas, Badan POM, dan Badan Standarisasi Nasional, serta dari lembaga lainnya, seperti perguruan tinggi, organisasi profesi, dan mitra pembangunan.

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Rekomendasi dari pertemuan semiloka ini adalah: (i) masih diperlukan penerapan berbagai strategi secara simultan, yaitu: penerapan gizi seimbang dalam pola makan masyarakat; pemberian suplementasi kapsul vitamin A pada anak balita 6-59 bulan sesuai dengan anjuran WHO tahun 2011, ; dan fortifikasi pangan; (ii) mendorong penelitian dan pengembangan pemanfaatan minyak sawit merah sebagai sumber pro-vitamin A sehingga bisa diterima oleh industri dan masyarakat, terutama kelompok keluarga miskin; dan (iii) perlu disusun roadmap penanggulangan KVA dengan menggunakan berbagai strategi, termasuk penetapan SNI bagi metodologi yang sudah teruji efikasi, efektivitas, serta keamanannya.

Dan sebagai tindakk lanjut, maka langkah-langkah yang perlu diambil adalah : (i) melakukan review terhadap SNI No. 01-4796-1998, yaitu: (i) Minyak Goreng Merah perlu dilakukan untuk disesuaikan dengan perkembangan terkini; dan (ii) melakukan pembahasan secara rinci pada rapat panitia teknis terkait Rancangan SNI Minyak Goreng Sawit.

54 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

2.4. PROGRAM KELANGSUNGAN HIDUP DAN TUMBUH KEMBANG ANAK (SUB-PROGRAM AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN)

Untuk sub-program air minum dan penyehatan lingkungan focus kegiatan lebih

ditekankan pada penguatan kapasitas dan peran POKJA AMPL pusat dan daerah dalam memfasilitasi perencanaan terpadu di sektor air bersih dan sanitasi. Kegiatan-kegiatan utamanya antara lain pelatihan fasilitator mendukung POKJA AMPL di daerah, semiloka dan seminar dukungan program STBM, dan dukungan pada kegiatan nasional seperti jambore sanitasi seperti HCTPS dan KSAN.

2.4.1. Kick Off Program WISEKetersediaannya air bersih dan sanitasi yang layak bagi anak tidak hanya pada

lingkungan tempat tinggal saja. Lingkungan pendidikan seperti sekolah juga membutuhkan akses dasar air bersih dan sanitasi yang baik. Hal ini mengingat bahwa anak-anak yang bersekolah menghabiskan hampir sebagian besar waktunya dalam satu hari di lingkungan sekolah. Pemerintah RI melalui dukungan UNICEF dan pendanaan dari Dubai Cares telah mengintegrasikana program baru di bidang AMPL dan pendidikan, yaitu WISE (Water Sanitation in School Empowerment). Kick off ini telah dilakukan pada tanggal 24bulan April di Jakarta yang melibatkan perwakilan dari Bappenas, Kemdikbud, POKJA AMPL, pemerintah daerah dan LSM terkait.

Sebagai tindak lanjut akan dilaksanakan roadshow pada enam kabupaten/kota di Indonesia Timur yang terpilih untuk program ini, yaitu Belu, TTS, Manokwari, Jayapura, Soppeng dan Takalar.

23.4.2. Pengelolaan dan Pengembangan Situs WES-RIUNICEFKetersediannya akses informasi dan pegelolaan manajemen pengetahuan di bidang

AMPL, yang didukung oleh UNICEF, membutuhkan adanya situs atau web site yang dapat diakses oleh masyarakat. Oleh karenanya pada tahun ini situs www.wes-riunicef.org kembali diprioritaskan untuk dikelola dan dikembangkan. Media ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang sektor AMPL yang dikelola oleh Kerjasama RI-UNICEF dan mendukung advokasi yang dilakukan terhadap pemangku kebijakan.

Sepanjang tahun ini jumlah pengakses situs tersebut meningkat secara signifikan di mana pada waktu-waktu tertentu jumlahnya bisa mencapai lebih dari 5,700 orang. Namun demikian hambatan yang sering dihadapi adalah up date berita yang tidak konsisten serta koordinasi yang kurang baik antara pengelola situs dan Sekretariat WES-RIUNICEF. Sehingga kedepannya kedua hal ini akan ditingkatkan kinerjanya.

23.4.3. Dukungan Program STBM

55 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program yang sedang dikembangkan menjadi program nasional oleh Bappenas, Kemkes, Kemdagri, Kem PU dan UNICEF beserta dukungan dari LSM dan sektor swasta. Salah satu tujuan utama dari program ini adalah meningkatkan PHBS di tengah masyarakat melalui target 20,000 Desa bebas BABS. Dukungan yang diberikan untuk program ini adalah menyediakan alokasi dana (operasional dan koordinasi) selama tahun 2011 untuk Sekretariat STBM. Mengingat untuk meningkatkan optimalisasi capaian, sejak tahun 2011 Sekretariat STBM telah terpisah dari Sekretariat WES-RIUNICEF dan berkantor langsung di bawah Ditjen. P2PL Kemkes. Sebagai tindak lanjut, kedepannya sekretariat ini diharapkan mendapatkan dukungan dana dari APBN agar dapat berjalan mandiri dan berkelanjutan.

32.4.4. Dukungan Penguatan Kelembagaan POKJA AMPL Kabupaten Bima

Kabupaten Bima, melalui inisiatif POKJA AMPL Kab. Bima, berupaya untuk memperbaiki sektor air bersih dan sanitasi di masyarakat. Kendala yang dialami saat ini adalah program yang masih bersifat sektoral dari masing-masing SKPD dan belum jelasnya mekanisme reward and punishment. Maka dari itu penguatan kelembagaan yang diharapkan adalah adanya penerbitan Peraturan Daerah yang dapat mengurangi angka BABS, meningkatkan cakupan penyediaan air bersih dan meningkatkan kebersihan lingkungan. Kegiatan ini sendiri berupa fasilitasi oleh POKJA AMPL pusat dan UNICEF dalam pelaksanaan penyusunan Perda AMPL Kabupaten Bima, pemaparan draft rancangan Perda dan Perbup, serta diskusi klausul yang tercantum dalam Raperda.

Hasil dari kegiatan ini adalah telah terbitnya Perda AMPL No. 7/2011 yang secara efektif mengatur pengelolaan AMPL-BM dan dukungan keberlanjutan dari pemerintah. Rekomendasi dari kegiatan ini adalah: (a) Perlunya waktu sosialisasi yang cukup tentang pemberlakuan Perda sehngga masyarakat mendapatkan informasi dengan jelas; dan (b) diperlukan panduan operasional dalam mengartikan klausul-klausul yang belum terdefinisikan operasionalnya.

Hasil dari kegiatan ini adalah telah terbitnya Perda AMPL No. 7/2011 yang secara efektif mengatur pengelolaan AMPL-BM dan dukungan keberlanjutan dari pemerintah. Rekomendasi dari kegiatan ini adalah (a) perlunya waktu sosialisasi yang cukup tentang pemberlakuan Perda sehingga masyarakat mendapatkan informasi dengan jelas; dan (b)

diperlukan panduan operasional dalam mengartikan kalusul-klausul yang belum terdefinisikan operasionalnya.

32.4.5. Pelatihan Fasilitator Kelembagaan

Guna menindaklanjuti penguatan peran POKJA AMPL baik di tingkat pusat maupun daerah, telah direkrut fasilitator kelembagaan yang akan ditempatkan di provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia Timur. Harapannya adalah untuk meningkatkan koordinasi lintas sektor yang berdampak pada terintegrasinya perencanaan dan peningkatan penganggaran sektor AMPL. Kegiatan ini dilaksanakan di Makassar pada tanggal 20-24bulan Oktober 2011 yang melibatkan 12 peserta. Hasil dari kegiatan ini adalah telah tersusunnya rencana kerja fasilitator kelembagaan untuk mencapai target provinsi dan kabupaten. Sebagai tindak lanjut akan dilaksanakan koordinasi secara rutin antara fasilitator kelembagaan dengan POKJA AMPL

56 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

pusat dan pembahasan rencana kerja fasilitator kelembagaan dengan POKJA AMPL di masing-masing daerah.

???

2.5. PROGRAM PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN REMAJAKomponen kegiatan pada kelompok program pendidikan dan perkembangan

remaja meliputi: (i) anak dan pemuda, terutama dari kelompok rentan, diberdayakan dan dibekali dengan pengetahuan, pendidikan dasar dan kecakapan hidup yang cukup untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang; (ii) peningkatan kapasitas organisasi berbasis pemerintah dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah untuk melaksanakan perkembangan anak usia dini yang holistik, penguatan perundangan dan peningkatan alokasi anggaran untuk mencapai kesiapan bersekolah bagi anak-anak yang berusia di bawah 7 tahun; dan (iii) rencana kesiapan sektor pendidikan terhadap bencana ditingkatkan, kapasitas pemerintah serta kapasitas organisasi berbasis masyarakat juga diperkuat.

2.5.1. Rapat Koordinasi POKJA Pendidikan2.5.2.

Kegiatan yang terlaksana melalui koordinasi Bappenas sepanjang 2011 adalah rapat koordinasi POKJA yang dilaksanakan pada tanggal 9bulan Mei dan 9 November. Pertemuan pada bulan Mei membahas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan tahun 2011 sementara di bulan November membahas kemajuan kegiatan dan rencana program di 2012.

Secara keseluruhan, pertemuan ini berupaya mengkoordinasikan kegiatan di bidang pendidikan dan remaja yang dijalankan oleh K/L terkait agar sejalan dengan dokumen perencanaan yang ada. Seperti pelaksanaan PAUD yang melibatkan Kemdikbud dan Kemkokesra. Melalui pertemuan ini telah disepakati pembagian peran Kemdikbud sebagai penggagas konsep pengembangan PAUD dan diujicobakan dengan dukungan UNICEF di beberapa provinsi, sementara Kemkokesra bertanggungjawab dalam menerbitkan buku panduan PAUD dan mengintregasikannya dengan kegiatan Posyandu. Selain itu dibahas juga pembagian tugas dan fungsi dari KPAN dan Kemdikbud dalam mensosialisaskan HIV/AIDS di sekolah-sekolah.

Kedepannya, pertemuan ini akan menggagas penyusunan konsep life skill atau pendidikan karakter dan pendidikan kegawatdaruratan bencana.

2.6. PROGRAM PERLINDUNGAN ANAK

Program ini berupaya untuk mendukung upaya mengarusutamakan perencanaan perlindungan anak di bidang hukum (perundang-undangan), pelayanan dasar dan kegawatdaruratan bencana.

57 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

2.6.1. Lokakarya SBA (System Based Approach) dalam Program Perlindungan Anak

Pendekatan perlindungan anak internasional telah berkembang dari mulai pendekatan berdasarkan isu, pengembangan lingkungan dan saat ini dilakukan pendekatan berbasis system. Pergeseran dalam pendekatan ini menuju kepada upaya pencegahan, penanggulangan, penyalahgunaan, penelantaran, kekerasan, eksploitasi melalui system perlindungan anak yang komprehensif. Dalam pendekatan ini terdapat tiga elemen penting yaitu norma, struktur dan proses. Ketiga elemen ini harus tercakup dalam sistem kerangka kebijakan, kesejahteraan sosial anak, peradilan dan perubahan perilaku. Oleh karenanya pendekatan ini perlu diperkenalkan dan diinternalisasikan kepada pemangku kepentingan terkait, terutama pemerintah daerah.

Pertemuan ini telah dilaksanakan pada tanggal 18-21bulan Januari di Bogor yang difasilitasi oleh Bappenas dan UNICEF serta mengundang perwakilan pemerintah daerah dari 14 provinsi lokasi kerjasama RI-UNICEF. Tujuan dari pertemuan ini adalah meningkatkan pemahaman komitmen tentang SBA sebagai sebuah strategi perlindungan anak di tingkat nasional dan daerah. Hasil dari kegiatan ini adalah setiap daerah menyusun rencana tindak lanjut membangun sistem perlindungan anak.

2.6.2. Lokakarya Perencanaan Survei Prevalensi Kekerasan terhadap AnakSalah satu kegiatan dalam Program Kerjasama RI-UNICEF 2011-2015 adalah

mengembangkan survey yang tepat untuk mendapatkan data prevalensi anak yang mengalami kekerasan. Survei tersebut sangat dibutuhkan untuk mengetahui besaran masalah kekerasan terhadap anak di Indonesia. Sehingga dapat dirancang kebijakan atau program yang tepat untuk mencegah terjadinya kekerasan dan memberikan respon yang baik bagi anak-anak yang menjadi korban.

Maka dari itu Bappenas dengan dukungan teknis UNICEF telah melaksanakan lokakarya perencanaan survey mengenai kekerasan terhadap anak. Metode yang digunakan adalah survei rumah tangga nasional dengan responden anak-anak dan orang muda, baik laki-laki maupun perempuan, berusia 13 dan 24 tahun, yang dipilih secara acak.

Tujuan dari survey ini sendiri adalah: (i) mendapatkan gambaran tentang besaran masalah segala bentuk kekerasan terhadap anak-anak; (ii) mengidentifikasi potensi resiko dan faktor pelindung dari kekerasan terhadap anak; dan (iii) menilai pengetahuan dan pemanfaatan layanan kesehatan, kesejahteraan social, houkum dan layanan lain yang tersedia bagi korban kekerasan.

Lokakarya ini telah dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 8-9 Juni dan 14-16 Juni.pada bulan Juni. Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini adalah melakukan pertemuan tim POKJA untuk menyusun kuesioner sesuai dengan konteks Indonesia dengan merujuk hasil survey lain, menyusun metodologinya, serta membahas bagaimana analisis dan diseminasi hasilnya.

2.6.3. Workshop Persiapan Pemetaan Sistem Perlindungan Anak dengan Pendekatan SBA di 6 ProvinsiMenindaklanjuti lokakarya SBA yang telah dilaksanakan pada bulan Januari lalu,

Bappenas dengan dukungan teknis dari UNICEF mengadakan Wokrshop persiapan pemetaan

58 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

sistem perlindungan anak pada 6 provinsi, yaitu: Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Papua dan Sulawesi Selatan. Tujuannya adalah daerah-daerah tersebut dapat mengindentifikasi instrumen pemetaan SBA sehingga dapat tersusunnya Rencana Aksi Program Perlindungan Anak. Pendekatan yang dilakukan adalah Cross Sectional yaitu melihat pada waktu tertentu, dalam hal ini akan dipetakan kondisi tiga tahun yang lalu sampai pada saat ini. Kegiatan ini telah terlaksana pada tanggal 11-14bulan Juli 2011 yang melibatkan SKPD terkait perwakilan enam provinsi. Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya protokol dan instrumen pemetaan pada daerah-daerah tersebut. Sebagai tindak lanjut akan dilaksanakan orientasi tim fasilitator pemetaan sistem perlindungan anak pada enam provinsi.

2.7. Pertemuan bertujuan untuk pendalaman materi ASIA dan kaitannya dengan berbagai model analisa situasi yang relatif sejenis dari Kementerian/Lembaga (K/L) terkait seperti Registrasi Ibu dan Anak tingkat Dusun (RIAD) dari Kementerian Dalam Negeri dan District Team Problem Solving(DTPS) dari Kementerian Kesehatan. Peserta pertemuan adalah perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Sosial, BAPPENAS dan perguruan tinggi (UGM dan IPB).

2.8. Agenda pertemuan meliputi : (a) Presentasi dari Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) (Kemendagri) mengenai RIAD; (b) presentasi dari Dit. Bina Kesehatan Ibu (Kemenkes) mengenai DTPS; (c) presentasi dari fasilitator ASIA tentang Langkah-langkah ASIA; (d) diskusi; serta (e) kesimpulan dan tindak lanjut

2.9. Beberapa catatan utama dalam pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:

2.10. Dokumen ASIA perlu disempurnakan dengan berbagai model analisa lainnya dari SKPD/sektoral terkait seperti RIAD dan DTPS, sehingga menjadi instrumen yang terintegrasi.

2.11. Perlu dibuat diagram tentang keterkaitan antara berbagai model pengumpulan dan analisa data dari SKPD/sektoral yang ada di lapangan.

2.12. Disarankan dalam menyusun ASIA untuk membentuk Tim Khusus Data untuk pengelolaan data dari SKPD/sektoral karena adanya berbagai sumber data. Untuk itu perlu dikembangkan format sistem database yang sederhana (meliputi jenis data dan format). Dalam pelatihan ASIA perlu sesi khusus untuk verifikasi dan validasi data.

2.13. Akan dibentuk Tim Fasilitator Pusat ASIA melalui SK Kemendagri, sehingga diharapkan keterlibatan multisektor di Pusat menjadi lebih kuat.

2.14. Isu hak anak seperti yang tercantum dalam Petunjuk Teknis ASIA diusulkan menjadi isu strategis dalam SE Mendagri tentang penyusunan RKPD 2011. formulasi penulisan akan disusun dalam pertemuan berikutnya.

2.15. Dalam rangka penguatan Tim Fasilitator ASIA ini, akan diadakan ToT, pada minggu ke-3 Maret 2010 yang akan dikoordinasikan oleh Ditjen Bangda, Kemendagri. Untuk itu, perlu ada tim kecil untuk penyempurnaan bahan pelatihan ASIA

2.16. Training of Trainer Tim Fasilitasi ASIA tingkat Daerah, 31 Maret – 1 April 2010

2.17. Pertemuan ini bertujuan untuk melatih Tim Fasilitator Daerah mengenai materi-materi yang perlu disampaikan dalam pendampingan pengembangan ASIA di daerah, sekaligus sebagai ajang sosialisasi Petunjuk Teknis ASIA serta dokumen pendukung lainnya (bahan bacaan, pedoman fasilitator, dan contoh-contoh dokumen ASIA daerah). Hadir dalam pertemuan ini, dari konsultan fasilitator daerah Jawa Tengah dan Sulawesi Barat, KPP, BPS, Bappenas, dan Kemendagri, serta officer Unicef.

2.18. R APAT KOORDINASI

59 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Mengingat pelaksanaan program kerjasama dilakukan oleh setiap instansi terkait, maka perlu dilakukan koordinasi dalam rangka optimalisasi dan sinkronisasi kegiatan yang difasilitasi oleh Bappenas, yaitu melalui penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi (rakor) secara 3 bulanan (triwulan) dari masing-masing program, rakor manajemen atau semester dan rakor lintas POKJA.

2.7.1 Rakor Triwulan Rakor triwulan atau disebut juga Rapat Koordinasi POKJA merupakan forum yang

diselenggarakan di tingkat pusat dan daerah dan bertujuan untuk menelaah perkembangan dan capaian kegiatan program selama triwulan berjalan, serta mengkoordinasikan pelaksanaan program beserta rencana kerja/kegiatan di daerah untuk triwulan berikutnya. Penyelenggaraan rapat koordinasi dilakukan pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember setiap tahunnya oleh masing-masing kcoordinator Komponen Program Kerjasama. Untuk Program Advokasi Kebijakan, Komunikasi, dan Kesehatan dan Gizi dikoordinir oleh Direktorat KGM Bappenas. Sementara Program Pendidikan oleh Direktorat AP Bappenas dan Program Perlindungan Anak oleh Dikretorat KP3A Bappenas.

Acuan dalam penyelenggaraan rakor triwulan adalah rencana kerja tahunan untuk tahun berjalan, alokasi usulan anggaran untuk triwulan berjalan, dan laporan hasil kegiatan. Adapun proses pelaksanaannya adalah dengan melakukan telaahan rencana tahunan dan rencana kegiatan 3 bulan berjalan, telaahan hasil kegiatan triwulan berjalan, diskusi permasalahan, pemecahan, rekomendasi, dan, melakukan penyusunan permintaan anggaran untuk triwulan berikutnya. Keluaran dari rakor ini adalah laporan pelaksanaan kegiatan triwulan berjalan, kerangka acuan untuk kegiatan triwulan berikutnya, dan hasil rakor triwulanan menjadi masukan bagi pelaksanaan rakor berikutnya.

Kesimpulan umum pelaksanaan rapat koordinasi triwulan sepanjang tahun 2011 adalah: (1) Kurangnya frekwensi koordinasi dan lambatnya arus informasi dari tingkat pusat dan daerah, serta dari UNICEF kepada Bappenas; (2) Kontribusi anggota Pokja belum optimal dalam penyusunan rencana kerja tahunan atau triwulanan termasuk dalam pelaksanaan kegiatan, supervisi dan pemantauan ke lapangan.

Rekomendasi tindak lanjut sehubungan dengan kesimpulan tersebut diatas adalah: (1) Perlu disepakati jadwal pertemuan/koordinasi rutin di pusat dan di daerah; (2) Anggota POKJA harus lebih terlibat dalam penyusunan rencana kerja tahunan dan triwulanan, pelaksanaannya, serta pemantauannya di pusat dan daerah, dan memastikan laporan dari daerah terkirim ke pusat.

2.7.2 Rapat Lintas POKJA

Tujuan dari pelaksanaan rapat ini adalah membahas isu yang bersifat lintas program atau lintas pokja, dan memerlukan tindaklanjut diluar mekanisme rutin yang ditetapkan dalam pedoman umum kerjasama. Raapat lintas POKJA dikoordinasikan oleh Ketua Tim Teknis (dibawah Direktorat KGM Bappenas), dan dihadiri oleh anggota Tim Teknis dan narasumber atau pakar, serta bila diperlukan mengundang perwakilan dari Tim Pengarah. Kegiatan ini hanya dilakukan di tingkat Pusat.

Pada tahun 2011, penyelenggaraan rapat lintas POKJA dilaksanakan sebanyak empat kali, yaitu pada bulan Februari dan Mei di semester pertama, serta di bulan Oktober dan

60 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Desember di semester kedua. Rapat pada semester pertama pada dasarnya membahas mekanisme koordinasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan. Sementara pertemuan di bulan Oktober dan Desember lebih difokuskan pada pelaporan perkembangan program dan evaluasi akhir tahun.

Dari pelaksanaan lokakarya tersebut telah dirumuskan rekomendasi dan langkah tindaklanjut sebagai berikut: 1) Proses pemantauan dan evaluasi kegiatan program kerjasama dalam MYWP 2011-

2012 akan dilaksanakan di tingkat pusat dan daerah;2) Untuk tingkat pusat, akan dilakukan di Rapat Kordinasi Manajemen Nasional (Mid Term

Review) Nasional dan Tinjauan Akhir Tahun (Annual Review)3) U ntuk di daerah melalui Rapat Koordinasi Manajemen Daerah yang dibagi pada

beberapa wilayah yang mewakili 14 Provinsi lokasi sasaran program kerjasama4) Secara umum seluruh kegiatan pada masing-masing program di tahun 2011 telah

berjalan ”on track” yaitu tercapai sesuai dengan rencana atau dalam proses pencapaian tapi masih dalam batas waktu yang telah direncanakan. Namun kegiatan lain yang belum selesai dan masih terhambat akan diselesaikan serta disesuaikan dengan perubahan indikator hasil antara (IR) MYWP 2012.

5) Penerusan hibah ke daerah (fundchanelling) direkomendasikan untuk menggunakan mekanisme ”Hibah Langsung” karena dinilai lebih efektif dan efisien serta tidak berbenturan dengan peraturan yang ada

6)

2.8.1. 2.8. TINJAUAN AKHIR TAHUN (Annual Review)

2.8.2.

Forum Tinjauan Akhir Tahun merupakan pertemuan nasional yang bertujuan untuk menilai sejauh mana capaian program dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan pada awal program dan awal tahun 2011 baik di Pusat maupun daerah. Dalam pelaksanaan tinjauan akhir tahun ini dilakukan identifikasi kegiatan unggulan yang diharapkan bisa menjadi bahan pelajaran bagi pemerintah pusat dan daerah lain, dan direplikasi pelaksanaan kegiatannya. Kegiatan ini telah diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 2011, diikuti oleh Tim Teknis Pusat dan Tim KHPPIA provinsi dari 14 provinsi kerjasama, perwakilan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan pimpinan Lembaga swadaya Masyarakat terkait.

a. Hasil Utama Secara umum pelaksanaan program kerjasama pada paruh tahun pertama MYWP 2011-

2012 telah sesuai dengan yang direncanakan. Penyerapan anggaran untuk tahun 2011 sebesar rata-rata 39% (Tabel 11) atau US$ 19,2 juta dari total anggaran 49,3 juta. Penyerapan anggaran terbesar pada Program Kelangsungan Hidup dan Tumbuh Kembang Anak yaitu sebesar 65%.

Tabel 12:. Alokasi dan Realisasi Anggaran per Program Tahun 2011

No Program Alokasi MYWP 2011-2012(US$)

Realisasi 2011

Jumlah (US$) %1 Advokasi Kebijakan dan

Kemitraan Hak Anak (SPM)3,104,866

2,029,68665

2 Komunikasi dan Mobilisasi 4,735,300 1,642,472 35

61 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Sumber Daya (Comm)3 Kelangsungan Hidup dan

Tumbuh Kembang Anak (CSD)24,035,001

8,642,99736

4 Pendidikan dan Perkembangan Remaja (EAD)

12,248,965 5,241,51143

5 Perlindungan Anak (CP) 4,940,000 1,524,541 31TOTAL 49,335,132 19,263,443 39

Capaian utama antara lain adalah dukungan untuk pelaksanaan berbagai program di daerah dalam lingkup program kerjasama RI-UNICEF telah ditingkatkan melalui peningkatan kapasitas baik aparatur Pemda, masyarakat, maupun kelompok sasaran, pelatihan-pelatihan, workshop, serta forum-forum koordinasi program. Disamping itu Program kerjasama dengan UNICEF ini dapat mendukung upaya revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah. Salah satu aspek revitalisasi tersebut adalah penguatan peran Pemerintah Provinsi sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah. Juga perlu menjadi catatan penting bahwa pada kenyataannya dapat (a) Membantu penajaman indikator-indikator keberhasilan tugas Gubernur/ Bupati/ Walikota; (b) Mendorong optimalisasi peran pemerintah provinsi sebagai koordinator pembangunan lintas kabupaten/kota;, dan (c) Membantu penyiapan program-program yang menjadi kebutuhan dan prioritas pemerintah daerah.

b. Kegiatan Unggulan Tebaik

Melalui pertemuan Lintas POKJA, disepakati bahwa Annual Review tahun 2011 akan mempresentasikan kegiatan unggulan terbaik yang dilaksanakan oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Masing-masing program menampilkan satu kegiatan unggulan yang akan dipresentasikan oleh perwakilan instansi terkait.

Kegiatan-kegiatan unggulan terpilih diantaranya:

(1)(1) Pengembangan SBA (System Based Approach) pada Program Perlindungan Anak oleh Bappeda Provinsi Jawa Tengah; (2) Penerbitan Perda AMPL oleh Kabupaten Bima untuk meningkatkan jumlah desa ODF, ketersediaan air bersih dan PHBS pada sub-program AMPL; (3) Program Penurunan Stunting di Kabupaten Klaten pada sub-program Kesehatan dan Gizi; (4) Program MICS di tanah Papua oleh Badan Pusat Statistik pada Program Advokasi kebijakan; dan (5) Studi Out of School oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Program Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (SIPBM) oleh Kabupaten Polewali Mandar untuk Program Pendidikan. Untuk detail kegiatan unggulan tersebut dapat dilihat pada lampiran.

c. RekomendasiSecara umum, hasil komponen program (PCR) baik di tingkat pusat dan daerah telah

“on track” yaitu telah tercapai sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selain itu pada setiap komponen program selama tahun 2011 sudah dapat diidentifikasi dan ditampilkan pencapaian utama baik di tingkat pusat dan daerah.

Pada isu manajemen program, Kementerian Dalam Negeri melalui Ditjen Bina Bangda diharapkan dapat segera menerbitkan revisi Pedoman Umum Kerjasama RI-UNICEF 2011-2015 sesuai standar satuan biaya yang disepakati dan mekanisme hibah PP 10/2011. Dimana mekanisme hibah yang telah disepakati adalah “hibah langsung” dan harus dicatatkan pada DIPA.

62 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Kedepannya mekanisme pengelolaan Kerjasama RI-UNICEF akan terus ditata untuk meningkatkan pelaksanaan kerjasama lebih efektif dan efisien di Bappenas, Kemdagri, dan K/L; serta UNICEF.

Gambar 9. Tinjauan Akhir Tahun 2011 Program Kerjasama RI-UNICEF 2011-2015 (15 Desember 2011)

Gambar 9: Tinjauan Akhir Tahun 2011 Program Kerjasama RI-UNICEF 2011-2015 (15 Desember 2011)

63 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Gambar 9: Tinjauan Akhir Tahun 2011 Program Kerjasama RI-UNICEF 2011-2015 (15 Desember 2011)(

BAB IIIISU-ISU STRATEGIS

3.1. PengelolaanPENGELOLAAN HibahHIBAH UNICEF berdasarkanBERDASARKAN PP No. 10/2011

Sejalan dengan terbitnya PP No. 10/2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan Penerimaan Hibah, maka pemanfaatan dana yang bersumber dari hibah UNICEF perlu disesuaikan dengan peraturan tersebut. Di mana segala pemanfaatan dana hibah pada K/L dan pemerintah daerah harus dicatatkan kepada Kementerian Keuangan (DIPA) dan harus melalui mekanisme Hibah Terencana atau Hibah Langsung. Permasalahan yang terjadi selama ini adalah Bappenas, Kemendagri dan UNICEF belum memiliki pemahaman yang sama dan menerapkan mekanisme yang berbeda dalam mengelola hibah. Seperti contoh, Bappenas yang telah mencatatkan hibah UNICEF ke dalam DIPA sejak 2010 sementara Kemendagri belum melakukannya. Kemudian UNICEF yang tidak ingin mekanisme DCT (Direct Cash Transfer) harus berubah karena pencatatan DIPA dan Hibah Terencana. Setelah melalui rangkaian proses diskusi yang panjang, akhirnya pada pertemuan Lintas POKJA, 9 Desember 2011 di Jakarta, telah disepakati bahwa mekanisme pengelolaan Hibah UNICEF pada K/L dan pemerintah daerah menggunakan sistem “Hibah Langsung”. Sistem ini yang dipilih karena lebih efektif dan efisien, sejalan dengan mekanisme HACT and FACE, dan DCT UNICEF, serta tidak bertentangan dengan peraturan yang ada.

3.2. Penguatan PeranPENGUATAN PERAN Sekretariat KerjasamaSEKRETARIAT KERJASAMA RI-UNICEF diDi BappenasBAPPENAS

Pada pertemuan kedeputian SDM dan K Bappenas pada tanggal 24 Oktober 2011, Direktorat KGM melaporkan kemajuan program serta memaparkan permasalahan dan

64 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

kendala pada pengelolaan program. Sekalipun penyerapan anggaran hibah dan kemajuan kegiatan dinilai cukup baik, namun peran advokasi, focal point dan manajemen administrasi pada Sekretariat Kerjasama RI-UNICEF di Bappenas dirasa perlu diperkuat. Hal ini bertujuan untuk dapat memantau optimalisasi kegiatan pada K/L lain di luar Bappenas, membantu terlaksananya tertib administrasi pada seluruh K/L dan pemerintah daerah, dan membantu percepatan penyerapan dana hibah.

Oleh karenanya sesuai arahan pimpinan, akan diusulkan penambahan tenaga ahli pada sekretariat yang memiliki keahlian khusus dalam mengelola program donor. Mengenai teknis perekrutan dan sumber pendanaan akan dibicarakan lebih lanjut pada pertemuan koordinasi di tahun 2012.

3.3. Amandemen DokumenAMANDEMEN DOKUMEN CPAP

Penandatanganan dokumen CPAP pada bulan Februari lalu telah menempatkan 14 provinsi sebagai lokasi sasaran kerjasama RI-UNICEF. Akan tetapi, Provinsi Sumatera Utara, Banten dan Jawa Barat tidak mendapatkan alokasi dana yang signifikan pada dokumen MYWP 2011-2012. Akibatnya provinsi-provinsi ini, melalui fasilitasi Ditjen Bina Bangda Kemendagri, meminta kepada UNICEF agar diperhatikan pada alokasi dana MYWP. Apabila dalam perubahan MYWP 2012 ketiga provinsi itu tidak dicantumkan lagi, maka diusulkan dilakukan amandemen CPAP dengan tidak mencantumkan provinsi-provinsi itu pada daftar lokasi kerjasama. Hal ini perlu dilakukan sebagai jalan keluar dari polemik yang sedang terjadi. Tindak lanjut dari pertemuan ini adalah:Tim Fasilitator Daerah akan me-review lagi dokumen ASIA kab/kota yang sudah dihasilkan, selanjutnya akan mendampingi kab/kota tersebut untuk menyempurnakan.Tim Fasilitator Daerah akan mendampingi Tim ASIA kab/kota agar program intervensi yang sudah dihasilkan selama proses analisis ASIA dapat terintegrasi dalam RKPD, terutama dalam pertemuan dengan Tim Anggaran Daerah, DPRD, hingga diputuskannya RKPD di bulan Juli 2010. Tim Fasilitator Daerah akan membantu Tim ASIA Provinsi dalam pengembangan strategi replikasi di kab/kota lain dalam provinsi tersebut. Tim Fasilitator Pusat akan memantau dan evaluasi perkembangan di kab/kota melalui pelaporan Tim Fasilitator Daerah. Selain itu akan mendampingi dalam lokakarya ASIA, baik untuk penyempurnaan dokumen maupun pelatihan di lokasi baru

3.3 PROGRAM ELANGSUNGAN HIDUP DAN TUMBUH KEMBANG ANAKSUB-PROGRAM AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGANSTUDI INVESTMENT CASE STUDY MDGs 4 AND 5

3.4 Studi ini sudah berlangsung dari sejak Agustus 2009. Pada tahun 2009 lebih difokuskan pada elaborasi data dan pustaka. Sedangkan pada tahun 2010, mulai dilakukan pengumpulan data di lapangan.

3.5 Studi ini merupakan inisiatif global dengan memberikan informasi kepada pengambil keputusan dan mitra pembangunan dengan intervensi terbaik yang dapat diterapkan secara luas yang menyasar kepada masalah kematian ibu, bayi baru lahir, dan anak secara adil dan merata. Di Asia, studi ini dilaksanakan di lima Negara antara lain: India, Nepal, Filipina,

65 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Papua Nugini, dan Indonesia, dengan melibatkan lembaga penilitan baik dalam dan luar negeri..

3.6 Diharapkan dari studi ini dapat memberikan masukan mengenai: rekomendasi kegiatan-kegiatan yang efektif masuk dalam APBN, APBD, dan berbagai sumber lainnya. Khusus untuk APBD, program ini diharapkan dapat membantu daerah untuk menyusun paket dan memasukkannya ke anggaran berbasis kinerja sesuai dengan aturan Kementerian Dalam Negeri.

3.7 Langkah-langkah analisis dalam studi, antara lain akan melakukan analisis sistem kesehatan dan equity, analisis kendala baik di tingkat supply dan demand, estimasi dampak, estimasi seluruh biaya marjinalROGRAM PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA , penganggaran dan analisis sumber pembiayaan serta fiskal.Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan seperti tersebut di atas, pada tahun 2010 ini telah dilakukan sejumlah pertemuan, antara lain:Pertemuan Tim Teknis Pusat, pada 19 Januari 2010 untuk persiapan Workshop NasionalWorkshop Nasional untuk sosialisasi studi di daerah pilot project (22 Januari 2010)Pertemuan Tim Teknis Pusat, pada 29 Januari 2010 untuk merumuskan kuesioner dalam rangka pengumpulan data di daerah pilot project.Workshop Nasional analisa bottleneck untuk daerah pilot project pada 13-15 April 2010.Lokakarya Nasional Pembahasan Pembiayaan Tingkat Nasional (19-20 Agustus 2010)Lokakarya Nasional untuk Strategi Inovasi dalam Mencapai Target MDGs 4 dan 5 (22-23 September 2010)Sejauh ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kesehatan menggunakan pendekatan IC-MBB, memungkinkan:Identifikasi masalah utama, “bottleneck” dan strategi pemilihan strategi intervensi MNCH yang efektif untuk berbagai daerah (kab & kota) di Indonesia dengan tipologi dan karakteristik yang berbedaPerlu menggunakan pendekatan spesifik/local dalam melakukan intervensi disamping melaksanakan implementasi MNCH generik yang “cost-effective”Identifikasi hambatan utama dalam sistem kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan kesehatanBesar tambahan anggaran yang dibutuhkan untuk meningkatkan cakupan efektifPeningkatan yang dihasilkan melalui indicator dampak, setelah menghilangkan berbagai hambatanSecara umum, rekomendasi penajaman strategi untuk daerah pilot adalah:Penguatan PONED dan PONEKPeningkatan kualitas ANC, baik melalui pelatihan maupun supervisi dan monitoring yang kuat pasca pelatihan. Khusus daerah Kab. Merauke, perlu penanganan penyakit malaria, HIV&AIDS di kalangan ibu hamil. Selain itu juga, karena jumlah tenaga kesehatan masih terbatas, perlu pembahasan opsi mendatangkan dari luar wilayah Papua.Penguatan Jejaring KIA di daerahJaringan ini merupakan kumpulan yang diharapkan dapat membahas berbagai intervensi yang dianggap tepat untuk daerahnya. Jaringan terdiri dari berbagai profesi. Observer menyarankan sebaiknya tidak terlalu banyak istilah, misalnya gunakan organisasi jejaring yang sudah ada misalnya: DTPS. Berbagai kebijakan pusat dan daerah tentang KIA belum menempatkan jaringan multiprofesi sebagai hal penting, antara lain: pada kasus Profesi Bidan seperti

66 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

sendirian dalam kebijakan-kebijakan publik, Dokter, khususnya dokter spesialis jarang masuk dalam agenda kebijakan, Adanya fragmentasi antara program DitJen BinKesmas dan DitJen Pelayanan Medik.

B C PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM ROGRAM

PERLINDUNGAN ANAK[D] .

Program GAKY di Bappenas difokuskan pada koordinasi dan pengembangan kebijakan. Beberapa aktivitas di tahun ini adalah:pertemuan pada GAKY 18 Februari 2010pertemuan pada GAKY 19 April 2010pertemuan pada GAKY 30 April 2010Hingga pertemuan terakhir, didapatkan pokok-pokok isu, antara lain: Draft peraturan tentang pengaturan larangan peredaran garam non-yodium untuk konsumsi manusia, pengasinan ikan, penolong industri pangan, dan makanan ternak, serta monitoring evaluasi/QC industri garam menengah-kecil di daerah akan dilegitimasi melalui beberapa alternatif bentuk badan hukum yaitu Keputusan Presiden, Peraturan Bersama (Mendagri-Mendag-Menperin-Menkes), dan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Namun demikian, forum cenderung mengusulkan dalam bentuk Peraturan Menteri Dalam Negeri karena mempunyai kekuatan di tingkat provinsi dan kab/kota pada era otonomi daerah Peninjauan pelayanan penerapan SNI untuk industri garam beryodium masih dalam tahap penyusunan draft final di Kementerian Industri. Penyusunan masih menemui kendala terkait dengan penetapan batas atas dan batas bawah kadar yodium dalam garam. Penyusunan RAN-Penanggulangan GAKY 2010-2014 akan segera dilakukan penyusunan dengan lebih menekankan pada strategi operasional penanggulangan GAKY Tindaklanjut:Melakukan pertemuan dengan para pakar untuk mendapatkan masukan bentuk badan hukum yang sesuai untuk memayungi peraturan terkait diatas. Serta, untuk mengadvokasi dan sosialisasi stakeholder terkait di tingkat pusat khususnya Kementerian Dalam Negeri. Hal ini akan diperkuat dengan surat dari Menteri PPN/Kepala Bappenas kepada Menteri Dalam Negeri.Terkait dengan SNI, Kementerian Kesehatan akan memberikan telaahan ilmiah kepada Tim Sekretariat Penyusunan SNI Kementerian Perindutrian terkait dengan penetapan batas atas dan batas bawah kadar yodium dalam garam.Unicef akan mendukung dalam penyusunan RAN-Penanggulangan GAKY. Sebagai analisa situasi akan menggunakan hasil penelitian dari MI-Unicef terkait dengan penanggulangan GAKY. Draft sistematika RAN akan diselesaikan pada bulan Maret 2010. PENYUSUNAN DOKUMEN KERJASAMA (CPAP) 2011-2015Dokumen CPAP merupakan Grant Agreement yang memberikan arahan kebijakan Program Kerjasama RI-Unicef 2011-2015. Pada dokumen sebelumnya, CPAP 2006-2010 terdiri atas 10 bagian, yaitu: (i) Dasar Kerjasama; (ii) Situasi Ibu dan Anak; (iii) Kerjasama 2001-2005 dan pengalaman yang diperoleh; (iv) Rencana Program; (v) Strategi kemitraan; (vi) Manajemen Program; (vii) Monitoring dan evaluasi; (viii) Komitmen Unicef; (ix) Komitmen Pemerintah Indonesia; (x) Ketentuan lainnya.

67 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Proses penyusunan CPAP 2011-2015 melalui beberapa tahapan, yaitu:Review atas pelaksanaan CPAP 2006-2010, yang menghasilkan bahan pembelajaran dalam kurun waktu tersebut.Penyusunan matriks hasil yang merupakan pengembangan dari Country Program Development (CPD). Dalam penyusunan matriks hasil ini, dilakukan pembahasan dengan pokja-pokja terkait.Pengembangan dokumen CPAP lengkap, meliputi matriks hasil dan narasi program kerjasama.Penandatanganan dokumen CPAP 2011-2015, yang rencananya dilakukan oleh pihak RI (Ibu Menteri PPN/Kepala Bappenas) dan UNICEF (Representative Indonesia).Hal lain dalam penyusunan CPAP adalah dengan memperhatikan dokumen-dokumen antara lain: CPAP 2006-2010, Tinjauan Akhir Tahun (2006 s/d 2010), Tinjauan Tengah Program (2008), hasil-hasil Rakorman (2006 s/d 2010). Adapun lingkup dokumen yang mendasari CPAP nanti, perlu memperhatikan kebijakan dalam: RPJMN 2010-2014, UNPDF 2011-2015, Reflection Outcome Paper Unicef 2010. Program kerjasama RI-UNICEF yang dituangkan dalam CPAP 2011-2015 terdiri dari 5 area, sebagai berikut : Social Policy and MonitoringPengembangan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan, serta penguatan analisis dan monitoring situasi ibu dan anak di Indonesia. Child Survival and DevelopmentMemberikan dukungan dalam memecahkan masalah disparitas status kesehatan dan gizi masyarakat. Education and Adolescent DevelopmentAdvokasi untuk kebijakan peningkatan sistem pendidikan dan regulasi untuk peningkatan partisipasi pendidikan, termasuk tanggap darurat. Child ProtectionDukungan pada penguatan sistem perlindungan anak yang komprehensif di tingkat nasional dan daerah, pengembangan sistem peradilan yang child sensitive, serta mendukung program universal birth registration. Communication, Partnership, and KnowledgeMendukung seluruh area kerjasama melalui Communication for Development serta menjalin kemitraan dengan media dan institusi lain. Program kerjasama tersebut terdiri atas 4 komponen program dengan total indikatif anggaran sebesar USD 139 juta, yang terdiri dari dana bersumber Regular Resources sebesar USD 22 Juta, dan bersumber dari Other Resources sebesar USD 117 Juta, dalam kurun waktu 2011-2015, sebagaimana tercantum pada tabel 1.Tabel 1. Komponen Program Kerjasama dan Sumber Dana Hibah

68 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Program Component tersebut di atas telah dibahas dan dijabarkan oleh Tim Teknis dan Pokja dalam Result matrix dengan indikator dan target yang terukur. Result matrix akan dimantapkan dalam rapat lintas Pokja mendatang dan akan disajikan pada rapat Tim Pengarah berikutnya. Lokasi Program Kerjasama, ditentukan sebagai berikut:Program kerjasama antara lain ditujukan untuk memperkecil adanya kesenjangan situasi Ibu dan anak di Indonesia. Sehubungan dengan itu, telah disepakati kriteria pemilihan lokasi program kerjasama tahun 2011-2015. Provinsi yang terpilih adalah seluruh Provinsi CPAP 2006-2010, kecuali Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur terpilih sebagai lokasi yang akan melaksanakan keberlanjutan program (HIV/AIDS).Untuk menjaga efektifitas pembinaan, jumlah kabupaten dalam provinsi terpilih dibatasi maksimal 4 kabupaten. Pemilihan kabupaten akan dilakukan oleh Tim Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Teknis Pusat dengan berpedoman pada kriteria yang ditetapkan.Tim Teknis diharapkan dapat menindaklanjuti langkah-langkah fasilitasi pemilihan lokasi. Tabel 2. Daftar Provinsi Lokasi Kerjasama RI-UNICEF 2011-2015

Manajemen yang efektif diperlukan untuk menjamin terlaksananya kegiatan dalam upaya mencapai tujuan program kerjasama. Beberapa komponen yang masih memerlukan perhatian bersama, meliputi :Penguatan mekanisme koordinasi dalam struktur organisasi Mekanisme pelaporan untuk monitoring dan evaluasi Mekanisme penyaluran dana (fund chanelling) hibah, khususnya di tingkat daerah Struktur OrganisasiMemperhatikan pengalaman selama periode 2006-2010, pada struktur organisasi akan lebih diperjelas peran dan fungsi masing-masing anggota Tim di pusat dan daerah (Diagram 1).

69 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Fungsi dan peran (term of reference) Tim Teknis da Pokja akan ditinjau dan dirumuskan kembali dalam Pedoman Umum pelaksanaan CPAP 2011-2015.Peran kelompok kerja (Pokja) akan diperkuat, antara lain pada kegiatan pembinaan/fasilitasi program kegiatan terkait di daerah. Tidak diperlukan pembentukan baru kantor UNICEF di daerah.Diagram 1. Struktur Organisasi

Mekanisme PelaporanPemantapan mekanisme pelaporan kegiatan kerjasama dipandang perlu untuk menjamin pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang efektif. Pelaporan berjenjang dari daerah hingga ke pusat akan dikonsolidasikan dalam forum Tim Teknis untuk digunakan sebagai bahan pemantauan dan evaluasi. Menugaskan Tim Teknis untuk menyusun format yang sederhana dan memantapkan mekanisme konsolidasi pelaporan yang efektifDiagram 2. Mekanisme Pelaporan

70 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Mekanisme Penyaluran Dana HibahPenyaluran dana hibah untuk Kementerian/Lembaga di Pusat, telah diupayakan mengikuti mekanisme sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu PMK No. 40/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah.Penyaluran dana hibah untuk SKPD di daerah, akan diupayakan mengikuti pola seperti PMK No. 168/2008 tentang Hibah Daerah dan PMK 169/2008 dan Tata Cara Penyaluran Hibah kepada Pemerintah Daerah. Memperhatikan potensi kendala yang ada dalam penyaluran dana hibah ke daerah, maka saat ini masih menggunakan mekanisme transfer yang dilaksanakan pada CPAP 2006-2010. Namun demikian, upaya-upaya perlu terus dilakukan untuk menjamin penyaluran dana mengikuti ketentuan yang berlaku.

PELATIHAN WEBSITE Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan bekal teknis pengelolaan situs web dan penulisan laporan dan berita. Diharapkan, staf yang dilatih akan menjadi focal point dalam upaya peningkatan monitoring dan evaluasi kegiatan RI-Unicef di tahun 2010 ini. Pelatihan dilakukan 2 kali (bulan April dan Juni 2010, total dihadiri oleh sekitar 40 peserta dari K/L tingkat Pusat, yaitu: Kemendagri, Kemendiknas, Kemenkes, BPS, KPAI, KPP&PA, Bappenas, Kemenkumham, dan beberapa perwakilan daerah (Surakarta, Polewali Mandar, Jawa Timur, dan NTT). Materi pelatihan meliputi pembukaan dan sekilas program kerjasama RI-Unicef, pengenalan dasar media online, pengelolaan situs web, serta teknik dan praktek penulisan

71 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

berita media online. Adapun sebagai narasumber dari kalangan akademisi, praktisi, Unicef, dan Tim Web Developer. Beberapa tanggapan peserta mengenai pelatihan ini antara lain:Menanggapi secara positive pelatihan ini, selain berguna untuk mendukung situs web HYPERLINK "http://www.khppia.org" www.khppia.org, juga secara internal berguna dalam mendukung keberadaan situs web di masing-masing K/L. Peserta secara antusias mempraktekan penulisan dalam media online. Selama ini, penulisan masih terkesan birokratis sehingga belum mampu mendongkrak popularitas sebuah situs web. Peserta perlu dukungan secara legal formal dalam rangka meliput berita dan pelaporan di masing-masing K/L. Karena ditemui, beberapa focal point yang dilatih kemarin, secara struktural tidak berhubungan langsung dengan kegiatan RI-Unicef di K/L tersebut.

DUKUNGAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RANPG)

DUKUNGAN STUDI PROMOSI KESEHATAN

STUDI ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA MISKIN (CHILD POVERTY)Tujuan dari studi ini adalah menyajikan analisis mengenai kondisi “anak-anak yang hidup dalam kemiskinan” berdasarkan data statistik dan naratif (kualitiatif) dari sudut pandang anak-anak dan pihak yang berkepentingan. Selain itu juga untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kelembagaan dan kebijakan (termasuk alokasi anggaran) yang mendukung terpenuhinya hak anak-anak, di tingkat nasional dan di beberapa daerahMetodologi yang digunakan dalam studi adalah menganalisa hubungan antara hasil (outcome) dan kebijakan untuk mengetahui kebijakan serta program yang paling efektif dalam mendukung hak anak, lelaki dan perempuan, dalam konteks yang berbeda. Studi juga akan mengeksplorasi berbagai dimensi kemiskinan (tidak terbatas pada pendekatan moneter, tetapi juga kebutuhan dasar manusia dan hak anak) untuk memahami bagaimana proses dalam pengurangan kemiskinan di satu aspek justru dapat meningkatkan kemajuan di aspek lainnya.Adapun Ruang Lingkup studi meliputi: Analisis Statistik Menghitung statistik dan indeks dari data set yang tersedia di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.Menghasilkan analisis deskriptif untuk menyoroti kecenderungan, variasi dan kesenjangan melalui indikator kemiskinan anak. Menghasilkan analisis mengenai kesenjangan berdasarkan data statistik yang tersedia, untuk perbandingan di tingkat internasional dan antar-daerah dalam hal kondisi kemiskinan anak Review kelembagaan dan kebijakan Regulasi yang penting dan kesenjangan kebijakan dalam upaya memenuhi hak-hak anak Isu-isu belanja publik yang penting untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan kondisi anak Cakupan analisis: (i) Kebijakan dan strategi ekonomi makro; (ii) analisis kebijakan khusus terkait kemiskinan & ketimpangan kondisi anak; (iii) Analisis anggaran Analisis Kualitatif: Memahami masalah dan kebutuhan anak yang berasal dari keluarga miskin berdasarkan perspektif anak-anak dan komunitas secara umum

72 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Mengkaji kondisi kesejahteraan anak-anak (material and non material) dan faktor-faktor yang mempengaruhi, dalam berbagai konteks (contoh: pedesaan, perkotaan)Menilai kecenderungan dalam kesejahteraan anak Menghubungkannya dengan komponen pertama dan kedua dari studi, yaitu melihat kebijakan/program daerah dalam rangka memperbaiki kesejahteraan anak (secara langsung atau tidak langsung), alokasi anggaran dan pemetaaan upaya untuk mengurangi disparitas anakTanggapan umum peserta:Pada dasarnya, tidak ada segmentasi kemiskinan, baik untuk anak, remaja, maupun orang dewasa. Jadi kalaupun studi ini judulnya: child poverty, sebaiknya dideskripsikan dalam judul tersebut lebih jelas dan lengkap. Selain itu, jika studi ini hanya mengambil studi kasus di daerah tertentu, sebaiknya dicantumkan pula dalam judul. Sebaiknya dalam studi ini tidak memunculkan definisi atau istilah baru, misalnya kemiskinan multidimensional. Isu ini sifatnya sangat sensitif secara politis. Jadi sebaiknya, menggunakan istilah dan definisi yang sudah ada seperti tersebut dalam dokumen resmi. Peserta rapat menangkap bahwa hasil akhir dari studi ini masih belum jelas. Kalau sekedar deskripsi, lalu apa kira-kira intervensi programnya. Apakah akan ada intervensi khusus mengenai anak dalam lingkungan kemiskinan? Peserta menangkap sinyal, bahwa studi ini terlalu ambisius jika dilihat rentang waktu yang hanya sebentar (4 bulan). Sebaiknya, studi ini fokus saja pada hal tertentu. Apalagi, kajian mengenai kemiskinan ini sudah cukup banyak, dalam konteks intervensi program nasional, misal: PNPM, PKH, Raskin, BLT, dan sejenisnya. Jadi sebaiknya, fokus pada hal-hal yang memang selama ini jarang diangkat permasalahannya. Peserta mempertanyakan mengenai definisi kesejahteraan anak yang cukup luas, yaitu: “Anak tersebut tidak dapat merasakan dan memiliki sumber daya material, spritual, dan emosional yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, berkembang, dan maju, serta membuat mereka tidak bisa menikmati hak mereka,

merealisasikan potensi mereka atau berpartisipasi sebagai anggota masyarakat yang utuh dan setara”. Jika hal ini dilihat benar, barangkali akan ada banyak kasus di masyarakat ‘anak miskin’ yang hidup di keluarga kaya. Oleh karena itu, konsekuensi studi ini bisa berdampak luas –jika nantinya dikaitkan dengan hal-hal politis. Peserta juga mengkhawatirkan jika dilakukan analisis kelembagaan dan kebijakan, terutama mengkaji anggaran, data akan sulit didapat baik tingkat pusat maupun daerah. Hal ini pengalaman pada studi child budget analysis lalu. Apalagi dengan konteks waktu yang cukup terbatas. Jadi sebaiknya, jika data sulit didapat, sebaiknya tidak dilakukan saja daripada menghasilkan analisis yang dangkal. Temuan Awal Studi:Seperti apakah gambaran anak dalam sensus dan survei-survei nasional di Indonesia?Akumulasi pertumbuhan ekonomi dan jaringan pengaman sosial selama kurun waktu 1998-2009 berhasil mengurangi kemiskinan di Indonesia, yang merupakan target MDG #1Akan tetapi, Indonesia masih kurang berhasil dalam target mengurangi kemiskinan dalam kebutuhan dasar (Target RPJMN 2004-09 = 8.2%; realisasi = 14.15%).Orang yang miskin menurut pendapatan pada 2009 diperkirakan mencapai 32.44 juta orang; dimana 42.33% diantaranya (13.86 juta) adalah anak.Dalam kurun waktu 2003 sampai 2009, perihal kemiskinan moneter dan non-moneter, deprivasi-deprivasi utama apa sajakah yang dialami anak?Deprivasi berganda pada anak, antara lain kombinasi dari: pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, perumahan, sanitasi, air minum, gizi, dan pendapatan keluarga yang rendah.

73 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Deprivasi ganda ini tertranslasi ke dalam jerat kemiskinan; memperlemah upaya nasional penanggulangan kemiskinan. Pada kasus daerah, menurut ukuran kemiskinan moneter, anak-anak di Nusa Tenggara Timurlah yang termiskin di Indonesia. Namun demikian, anak-anak di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur harus juga menjadi fokus intervensi karena populasinya yang besar Pencapaian-pencapaian penting dan tantangan-tantangan apa yang telah dilakukan dengan menyasar kemiskinan pendapatan dan kemiskinan non pendapatan selama 2003 sampai 2009 dalam mengurangi kerentanan anak? Dukungan terhadap pendapatan bagi rumah tangga miskin, yaitu dengan Raskin, PKH dan BLT. Adapun rekomendasi studi: Raskin, BLT, dan PKH memberikan manfaat tidak langsung kepada anak dan dapat mendukung penanggulangan kemiskinan pada anak. Selain itu, perlu perkuatan efisiensi dari perlindungan sosial dapat dilakukan melalui perbaikan penargetan, mekanisme pelaksanaan, partisipasi aktif masyarakat dalam monitoring evaluasi. Gizi, dengan usaha pengentasan malnutrisi pada anak-anak rentan dengan fokus utama anak-anak dari keluarga miskin.Adapun rekomendasi studi: Program perbaikan gizi masyarakat seharusnya lebih fokus pada rumah tangga miskin. Adanya kelemahan data, terutama mengenai status gizi hanya tersedia di RISKESDAS dan tidak di publikasi setiap tahun. Oleh karena itu dibutuhkan data status gizi yang diterbitkan setiap tahun.Kesehatan, dengan mengangkat Persoalan Kematian Bayi dan Anak melalui Peningkatan dari sisi Suplai Sektor Kesehatan dan “PHBS” diantara Kemiskinan di Perkotaan dan PerdesaanAdapun rekomendasi studi, antara lain:Peningkatan pengetahuan ibu mengenai kesehatan berdampak signifikan dalam menurunkan angka kematian balita.Peningkatan peran laki-laki dalam masa kehamilan hingga pengasuhan anak balita, seperti halnya program Suami Siaga. Peningkatan keterampilan bidan desa untuk menangani asphyxia pada bayi baru lahir. Peningkatan fokus pada kesehatan anak seharusnya termasuk anak dalam rentang 0-18 tahun, tidak hanya balita. Selama ini priorias masih pada penanganan diare, tapi masih belum banyak menyentuh penceganan pneumonia. Pendidikan, dengan meningkatkan Kualitas Pendidikan dan memaksimalkan Pembentukan Ketrampilan di Sekolah untuk Meningkatkan Kelayakan Kaum Muda saat Memasuki Lapangan Kerja yang Kompetitif Adapun rekomendasi, adalah:Pemerintah harus mempertimbangkan memberikan beasiswa untuk siswa SMUMemberikan dukungan lebih untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah di daerah terpencil dan yang banyak anak-anak miskinSosialisasi yang masif mengenai pentingnya PAUD yang dapat dilakukan di PosyanduPerlindungan anak, Untuk menjamin dan melindungi semua anak terhadap hak untuk bertumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan martabat kemanusiaannya, dan terlindung dari kekerasaan dan diskriminasiAdapun rekomendasi studi, adalah:Pengembangan model Pencatatan Kelahiran dan penerapan kerangka kebijakan pada pendaftaran kelahiran Penguatan kapasitas stakeholder dalam melaksanakan program-program aksi tentang kekerasan terhadap anak;

74 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Memberikan bantuan langsung yang perlu dan sesuai dan membebaskan anak-anak dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak , serta melaksanakan upaya rehabilitasi dan integrasi sosial; Mengidentifikasi dan menjangkau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus, dan secara khusu memberi perhatian kepada anak perempuan. Advokasi untuk melibatkan masyarakat dalam inisiatif pencegahan dan dan perubahan sikap dan kesadaran tentang bahaya perdagangan manusia Tanggapan umum peserta:Studi ini masih melihat anak dalam rumah tangga miskin. Padahal masih ada anak dalam kuantil di atas, mengalami deprivasi dalam pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, permukiman, dan gizi.Rekomendasi dalam studi ini masih terlalu umum, masih kurang memberi arahan kebijakan bagi Pemerintah. Data yang digunakan masih belum lengkap, hendaknya Tim Peneliti menghubungi Kementerian/Lembaga terkait untuk melengkapi data tersebut. Beberapa peraturan perundangan masih belum teridentifikasi dalam studi ini. Studi ini masih belum konsisten dalam analisis kurun waktu data. Misalnya, ada analisis anggaran pada periode RPJMN 2010-2014. Artinya, Tim Konsultan hendaknya membatasi lingkup studi ini secara lebih tegas.

KONFERENSI PENELITIAN MENGENAI ISU ANAK DI INDONESIA (Jakarta, 22 November 2011) Konferensi ini merupakan forum untuk mempertemukan para peneliti mengenai isu-isu tentang anak dengan para perumus kebijakan dan pelaksana berbagai program peningkatan kesejahteraan anak Indonesia. Harapannya adalah:Mengumpulkan temuan berbagai penelitian mengenai isu-isu anak membangun kesepahaman dan kerjasama antardisiplin dalam hal desain metodologi dalam menganalisis isu-isu mengenai anak memberikan rekomendasi bagi pengembangan kebijakan publik tersusunnya rekomendasi untuk peningkatan kualitas pelaksanaan program kerjasama Hasil-hasil penelitian yang disampaikan secara paralel pada 4 kelompok sangat relevan dengan kebijakan pembangunan terkait anak sebagaimanan tercantum dalam RPJMN 2010-2014. sekaligus menjadi masukan dalam penyusunan CPAP RI-UNICEF 2011-2015. Metodologi penelitian yang digunakan sudah sesuai dengan isu/permasalahan yang akan diteliti. Policy respone bisa ditangkap pada tataran:Kebijakan umum dan pnyempurnaan peraturan perundangan Penyempurnaan pelaksanaan program/kegiatan terkait anak di tiap kementerian/lembaga.Di tingkat mikro: menjadikan keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pengarstamaan anak yang baik Koordinasi untuk menjamin pemenuhan hak anak secara holistik integratif Pemerintah menyadari pentingnya penelitian/kajian yang kredibel dan berkeseinambungan terhadap perumusan kebijakan daan pelaksanaan program dan kegiatan yang berkualitas demi terpenuhinya hak-hak anak di Indonesia.

Kemajuan saat ini dalam peningkatan kesejahteraan ibu dan anak adalah

75 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

adanya perubahan paradigm pembanguanan anak, dari bersifat parsial, segementatif,d an sektoral menjadi lebih holistic, integrative, dan berkelanjutan. Hal ini yang mendasari pengembangan kab/kota layak anak. pengembangan tugas pokok dan fungsi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. keluarnya regulasi seperti UU Perlindungan Anak, penghapusan KDRT, pemberantasan pornografi, penanganan anak yang berhadapan dengan hukum, dan kota layak anak. Namun demikian, yang menjadi catatan adalah munculnya regulasi ini masih ada yang belum konsisten dengan konvensi hak anak, tidak komprehansif antara kebijakan pusat dan daerah, pengelolaan data dan informasi yang masih lemah, serta kapasitas stakeholder yang masih rendah. Selain itu, hal yang menjadi kendala signifikan adalah meskipun kebijakan sebenarnya cukup jelas namun masih ada gap dalam implementasinya.

Pendidikan secara umum, dalam konferensi ini memetakan adanya: Perlu ada kerjasama lintas sektor pendidikan-kesehatan, dimana pada kenyataannya kualitas pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatannya.Perlu dikaji lebih jauh bagaimana implikasi Retardasi Mental (RM) terhadap PAUD-HIAnak RM ringan tidak direkomendasikan untuk digabung dengan anak normal di sekolah umum, terkait dengan tidak siapnya kompetensi guru sekolah umum untuk mendidik anak RM.Sistem evaluasi terhadap siswa RM berat perlu dikaji sesuai kemampuan anak.Pendidikan kritis-kreatif sesuai prioritas nasional dapat dicapai melalui banyak metode, diantaranya melalui CBSA, CTLC, matematik-realistik dan sebagainya. Sharing antara guru mengenai best practices yang diperoleh perlu dilakukan melalui forum-forum resmi.Rekomendasi untuk Pendidikan Dasar Perlu Intervensi dan regulasi perbaikan distribusi guru dengan memperkuat kerjasama antara Kemendiknas, Kemendagri, PAN, dan RB Perlu peningkatan professionalisme guru yang berkelanjutan, a.l. melalui bimbingan karya ilmiah, penelitian tindakan kelas, kelompok kerja guru, sertifikasi guru, peningkatan kualitas akademik guru, peingkatan kompetensi, pengembangan karir, penghargaan dan perlindungan, tunjangan guru, dan maslahat tambahan. Perlu peningkatan alokasi dana untuk peningkatan mutu guru. Peningkatan kualitas hidup anak di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan. Indicator dasar seperti angka partisipasi sekolah, angka kematian bayi dan balita, telah mengalami kemajuan pesat dari sejak tahun 1990. Namun demikian, tantangan baru muncul seperti permasalahan tingginya angka HIV/AIDS pada anak, tingkat kekerasan terhadap anak, dan rendahnya partisipasi anak dalam proses pembangunan.

Untuk bidang Pendidikan Anak Usia Dini, dideskripsikan mengenai: Program PAUD di Lembah Balim perlu mengintegrasikan kearifan local yang melibatkan peran actor lokal serta pendayagunaan sumber daya alam local sebagai alat pembelajaran baik di rumah maupun di pusat-pusat program dan memberikan dukungan kapasitas professionalPeningkatan pendidikan kesehatan pada anak usia dini melalui integrasi pembelajaran social dan emosional dalam kurikulm pendidikan dan lanjutan serta pendidkan nonformal tentang lifeskills. Upaya pencegahan dan penanggulangan secara bersama dan koordinasi lintas sector secara integrasi melalui peningkatn surveillance, peran dan organisasi social masyarakt dalam intervensi kesmas (gerakan anti rokok, gerakan cinta serat, budayakan aktif fisik

76 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Mengembangkan model pendidikan yang mengarusutamakan pengembangan perdamaian dan perlindungan anak,mengembangkan model advokasi yang berbasis system ekologi social anak seperti orangtua di rumah, guru di sekolah, dan perangkat pemerintah di lingkungannya Integrasi modul kecakapan hidup dalam kurikulum sekolah sehingga memberikan keuntungan untuk meningkatkan kompetensi psikososial remajar dan guru dapat disertakan menjadi fasilitator Kebijakan dan peraturan terkait TKI/TKW perlu diupayakan agar akomodatif terhadap kepentingan anak. Mendesain program dengan kemitraan dengan lembaga terkait, LSM dan yayasan yang relevan di kantong-kantong TKI/TKW untuk memberikan pengasuhan dan konsultasi bagi keluarga TKI/TKW dalam hal pengasuhan anak. Kerja sama dengan lembaga2 keuangan untuk pengembangan layananbagi pemanfaatan remittance, misalnya untuk simpanan/tabungan, investasi dan layanan kredit usaha, dsb Kerja sama dengan lembaga masyarakt misalnya melalui PKK dalam memberikan kewirausahaan Perlu pendekatan PAUD yang holistik, lengkap, dan terintegrasi dalam satu atap, mencakup komponen: gizi, kesehatan, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. Perlu perubahan pola pikir sektoral menjadi multi-sektor, multi disiplin dan dalam satu kerjasama tim yang terpadu, dari tingkat kelembagaan hingga tingkat kader.

Penelitan dalam bidang kesehatan, menjelaskan mengenai:mendukung program pendidikan anak usia dini untuk ikut mensosialisasikan pentingny aspek kesehatan mendukung beragam strategi untuk menstimulasi kognisi anak baik di rumah dan di sekolah tata cara pemberian asi eksklusif dengan inisiasi menyusui dini dan pemberian makanan anak (mp-asi) yang tepat ditambah asi sampai 2 tahun. pendekatan komunikasi perubahan perilaku untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu dan petugas kesehatan untuk penyelesaian masalah anemia balita Perlu mengupayakan advokasi terhadap pemerintah, toga, toma, dan lsm dalam rangka meningkatkan peran masyarakat untuk memberdayakan para ibu dalam pemberian asi eksklusif Isu khsusu dalam Kesehatan: Pernikahan dini Wajib belajar sampai 18 tahun Pemberian edukasi tentang bahaya pernikahan dini terhadap guru, Toga dan TomasBeasiswa lebih ditujukan pada kelompok miskin yang rentan pernikahan dini Adolescent Birth Rate menjadi indikator pembangunan Isu khsusu dalam Kesehatan:ASI Promosi ASI melalui media komunikasi Film menggunakan Bahasa lokal Membentuk kelompok ibu menyusui seperti: Ayah, Orang tua/ mertua Program ASI eklusif, MPASI dan IMB harus menjadi program unggulan pemerintah Isu khsusu dalam Kesehatan:Resitensi Insulin/Obesitas Diperlukan screaning status gizi anak di sekolah (SD-SMA)Perlunya program penurunan berat badan Pendidikan pendikan kesehatan gizi harus masuk kurikulum Pengawasan terhadap penyediaan makanan bagi anak di kantin sekolah

77 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Penelitan sector Perlindungan Anak, mengupas antara lain:ancaman kekerasan anak dri berbagai aspek dimulai dari RT, sekolah, pengaruh negative nonton TV, konflik dan bencana, eksploitasi seksual thdp anak, terganggunya tumbuh kembang anak Kekerasan pd anak bukan hanya fisik, dapat juga berupa pemukulan, dll tapi bisa juga psikologis Kekerasan fisik umumnya disertai kekerasan psikologis, tdk sebaliknya Pmulihan trauma non fisik lebih lamaPresentasi memberikan gambaran yang luas terhadap isu anak. Beberapa tahun terakhir digunakan konsep eksploitasi seksual anak untuk menggambarkan tentang eksploitasi anak sebagai pekerja seksual Presentasi ini memberikan pengayaan terhadap metode dalam melihat isu anak. Ada yang melihat dari situasi anak, melihat dari kapasitas dan aturan yang sudah ada, dll Presentasi ini juga memperkuat bahwa jenis kekerasan terhadap anak sangat banyak baik fisik dan non fisik Kapasitas lembaga yang berperan dalam memberikanPerlunya advokasi PA, L, Y< e dn jg masyarakat baik tingkat Pst dan daerah Kordinasi sinkriponisasi kebijakan antar lembaga ataupun pemerintah pusat dan daerah Data dan informasi yang akurat sangat penting ttg jenis dan kejadian kekerasan pada anak Psikososial anak dalam penyembuhan trauma sangat diperukan Mengaktifkan aktor lebih luas dari sisis supky misalnya parenting, pendidikan dasar menengah, gizi, rekreasi, peneakan hukum, dan akte kelahiran Pemenuhan hak anak secara optimal dibutuhkan secara holistic dan terintegrasi Perlunya peningkatan kapasitas bagi lembaga pelayanan Perlunya peningkatan lembaga hukum Perlunya data dan informasi tentang perlindungan anak Isu perlindungan anak tidak terlepas dari isu-isu lainnya, seperti kesehatan, pendidikan, akte kelahiran. Perlunya melihat kebijakan sebagai bagian dari suatu sistem dan tidak semata-mata sebagai suatu yang berjalan sendiri. Kebijakan juga harus merangkum bagaimana memastikan suatu layanan untuk melindungi nak, bukan hanya memenuhi kebutuhan anak Kebijakakan tidak bisa di generalisir secara nasional dan mengabaikan hal-hal khusus pada kelompok tertentu atau daerah tertentu

REALISASI BIAYA

Realisasi Anggaran (Januari-November Desember 2010)

Program   Pagu Rencana REALISASI Sumber

a. PME : 2,062,359,500

2,432,810,082 1,245,759,500 UNICEF

b. Kesehatan : 1,616,192,655

1,770,137,331 986,764,455 UNICEF

c. Pendidikan : 1,513,480,299 1,251,730,299 1,514,165,400 UNICEF

d. Air Minum dan Sanitasi : 7,108,313,800

4,140,134,0668,141,075,904 UNICEF

e. Perlindungan Anak : 371,328,200 1,208,611,850 UNICEF

78 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

301,070,000

f.

Penanggulangan HIV&AIDS

: 9,769,900

9,769,9009,403,500 UNICEF

 TOTAL DIPA :

12,681,444,354 15,076,204,067 7,935,228,220  

*)DIPA tahun ini mendapatkan luncuran dari DIPA tahun 2009, sehingga realisasi ditambahkan dari tahun 2009

79 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Pokok Pikiran Hasil DiskusiIsu Strategis Obat/Farmasi mencakup :

Krisis ekonomi global yang berdampak pula pada sektor farmasiSustainability eksistensi industri farmasi Indonesia menengah ke bawah

Ketersediaan dan keterjangkauan obat untuk masyarakat termasuk untuk program kesehatan

Permasalahan dan tantangan ketersediaan dan keterjangkauan obat antara lain :Kemampuan unit, antara lain kurangnya komitmen politik dari pemerintah daerah,

kompetensi SDM, dan sumber danaPerubahan pola penyakit dan perilaku

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian, termasuk kualitas dan kuantitas ketersediaan tenaga farmasi masih kurang

Pembinaan, advokasi, dan promosi penggunaan obat rasional belum optimalImplementasi desentralisasi terkait ketersediaan obat belum optimal, masih banyak

daerah yang masih bergantung pada pemerintah pusatKetergantungan industri terhadap bahan baku obat impor

Pengembangan potensi bahan alam Indonesia kurangDukungan aspek legal untuk mengantisipasi isu global

Isu strategis pengawasan obat dan makanan tahun 2010-2014 :Inspeksi sarana produksi dan distribusi obat dan makanan untuk pelaksanaan GMP

dan GDPPenyidikan dan penegakan hukum terutama untuk pemberantasan peredaran produk obat dan makanan yang mengandung bahan berbahaya dan impor ilegal

Kapasitas pengujian laboratoriumHarmonisasi standar dan regulasi tingkat ASEAN

Peran strategis industri farmasi meliputi :Aspek sosial (memiliki kapasitas cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar dan

meningkatkan keterjangkauan)Aspek ekonomi (kontribusi pajak, lapangan kerja, dan investasi di sector farmasi)

Aspek teknologi (kemajuan teknologi di bidang kefarmasian dan mendorong investasi berkelanjutan)

Fokus strategi program kefarmasian Departemen Kesehatan yaitu : 1) Peningkatan POR, 2) Penyediaan obat dan alkes sektor publik, 3) Peningkatan mutu pelayanan

kefarmasian, dan 4) Peningkatan peran daerah.Fokus kegiatan tahun 2010 Badan POM antara lain : pemberantasan produk ilegal dan

pengamanan produk mengandung bahan berbahaya, perluasan cakupan pengawasan, pembinaan industri dalam penerapan GMP dan GDP, dan pengembangan kapasitas

laboratorium POM.Tindak Lanjut Ke Depan :

Perlu disusun rencana jangka panjang, jangka menengah, dan jangka panjang untuk pengawasan obat dan makanan dengan indikator yang lebih terukur

Perlunya memasukkan aspek capacity building bidang pengawasan obat dan makanan dalam RPJM yang meliputi : SDM, infrastruktur, sistem manajemen, dan

legal aspek

80 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Ke depan Badan POM dan Depkes akan menghasilkan UU mengenai obat. Sebelumnya UU tersebut harus masuk dalam prolegnas agar dapat segera disahkan.

Dampak dari globalisasi akan di-explore, kita jangan sampai mematikan UKM di Negara kita walaupun ada standardisasi peraturan regional seperti AFTA

Chapter, ASEAN Chapter. Namun, keamanan makanan dan obat untuk konsumen harus tetap diperhatikan.

Upaya pengembangan obat asli Indonesia yang melibatkan lintas sektor ke depan harus diperhatikan pembinaannya.

Perlunya kerjasama dalam bidang kefarmasian, yang diawali dengan komitmen, mobilisasi sumber daya dan sumber dana dan diikuti dengan regulasi yang

kondusif untuk mencapai ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan, dan mutu obat.

Rapat Pembahasan TOR Dengan Mitra (8 April 2009)Rapat bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap rencana pelaksanaan serial diskusi dalam rangka kajian perencanaan kesehatan, obat, dan makanan. Peserta rapat terdiri dari

perwakilan Biro Perencanaan dan Anggaran, Sesditjen Litbangkes, PP & PL, Pusdatin, Binkesmas, Yanmedik, Binfar dan Alkes (Depkes) dan Biro Perencanaan dan Anggaran BPOM.

Beberapa masukan dari peserta rapat :Diskusi seri 2 : Rencana Pembangunan Kesehatan Berdimensi Wilayah

Untuk topik Pemanfaatan Riskesdas dalam Perencanaan Kesehatan Berdimensi Wilayah, Badan Litbangkes juga akan menyajikan data dan informasi terkait

kesehatan dan gizi per wilayah (terbagi atas 7 wilayah). Namun, harus dipilih indikator apa yang akan digunakan sebagai dasar untuk penyusunan

perencanaan pembangunan kesehatan berbasis wilayah.Informasi mengenai indikator-indikator yang dibutuhkan untuk rencana

pembangunan berbasis wilayah yang dihasilkan dari diskusi seri 2 akan dipertajam di diskusi seri 3 mengenai program, indikator, dan target.

Sebaiknya, kajian juga mengundang pakar sosiologi di bidang kesehatan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi sosial budaya per wilayah dikaitkan

dengan kesehatan.Diskusi seri 3 : Program, Indikator, dan Target

Program, kegiatan prioritas, dan indikator terpilih yang akan disampaikan adalah matriks Buku II (prioritas K/L).

Presentasi program, kegiatan prioritas, dan indikator terpilih untuk Depkes diusulkan untuk disampaikan oleh Kepala Puskabangkes sehingga diperoleh

gambaran holistik program. Namun, penanggung jawab masing-masing program harus tetap hadir agar dapat menerima masukan perbaikan dari para pembahas.

Diskusi seri 4 : Isu Strategis dan Arah Kebijakan Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Pada diskusi seri 4 untuk menelaah kembali dan memantapkan draft isu strategis dan arah kebijakan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat sebaiknya

mengundang perwakilan dari legislatif untuk mendapatkan persamaan persepsi dan masukan mengenai arah kebijakan pembangunan kesehatan dari perspektif

legislatif.

81 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

BAB IIVIIIIIKESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan uraian diatas, maka kesimpulan yang bisa kami dapatkan adalah sebagai berikut:RENCANA KEGIATAN SELANJUTNYA

Kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan dalam rangka Kajian Perencanaan Kesehatan, Gizi, Obat dan Makanan adalah sebagai berikut :

4

Kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan dalam rangka Koordinasi Strategis Program Kerjasama Pemerintah RI – Unicef Tahun 2006-2010 adalah beberapa lokakarya dan diskusi dengan pokok bahasan sebagai berikut :

Prakarsa Strategis “ Strategi Manajemen Akselerasi Pencapaian MDGs Kesehatan”

Koordinasi Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)

Koordinasi Penyusunan RPJMN 2010-2014 Bidang Kesehatan dan Bidang Pangan dan Gizi

Workshop Pengembangan Posyandu: Paket dan Mekanisme Pelaksanaan Pelayanan

Rapat Quartal Meeting Tim Teknis Pokja Kesehatan

82 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

4.1. KESIMPULAN

Secara umumkeseluruhan, sebagian besar program selama tahun pertama MYWP 2011-2012 telah mencapai hasil yang diharapkan. Pencapaian target program-program tersebut tidak terlepas dari beberapa hal yang menjadi faktor pendukung berjalannya program, yaitu:1. Pelaksanaan Program

a. Masih kurangnya koordinasi antara POKJA dengan Kementerian dan lembaga-lembaga terkait baik yang dipusat maupun di daerah yang disebabkan karena K/L tidak mengetahui fungsi mereka dalam pelaksanaan program;

b. Advokasi dan sosialisasi mengenai program kepada masyarakat masih terlalu sedikit;

c. Pada dokumen CPAP yang telah ditandatangani pada bulan Februari telah menempatkan 14 provinsi sebagai lokasi sasaran kerjasama. Akan tetapi Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat tidak mendapat alokasi dana yang signifikasn pada dokumen MYWP 2011-2012, akibatnya tidak ada program kerjasama yang berjalan pada ketiga provinsi tersebut;

2. Anggaran untuk Pelaksanaan Program dan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Berbagai instrumen untuk peningkatan kapasitas telah dikembangkan dan

diterapkan melalui upaya koordinasi, komunikasi, dan advokasi.b. Program kerjasama RI dan UNICEF dilaksanakan secara variatif di K/L terkait

dan 14 provinsi dengan realisasi anggaran tahun 2011 mencapai 39%, dan diharapkan sisa anggaran dapat terserap seluruhnya pada tahun 2012.

c. Masih lemahnya koordinasi antar dan inter POKJA, antara instansi pelaksana kegiatan di pusat dan daerah serta pihak pemerintah dan UNICEF. Hasil ini terlihat dari partisipasi K/L dan pemerintah daerah yang rendah akibat minimnya pemahaman tentang tugas dan fungsi mereka.

4.2. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan, perlu adanya rekomendasi untuk kelancaran pelaksanaan program:a. Penguatan peran pokja: dalam meningkatkan koordinasi dan perencanaan serta

fasilitasi/pembinaan ke daerah. Selain itu juga arus data dan informasi antara daerah-pusat dan pusat-pusat lebih optimal dengan penggunaan teknologi informasi serta partisipasi dalam forum koordinasi pusat.

b. Melanjutkan upaya advokasi kegiatan unggulan kepada pemangku kebijakan menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan nasional termasuk penganggaran yang ramah anak; dokumentasi praktek unggulan; memperkuat knowledge management; keterpaduan program; serta didukung partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dan memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga penelitian.

c. Meningkatkan manajemen kerjasama, antara lain dengan mengelola hibah UNICEF sesuai dengan PP No. 10/2011 dan mengupayakan tertib administrasi.

83 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Secara umum, sebagian besar program selama tahun 2010 telah mencapai hasil yang diharapkan. Program-program yang dilaksanakan di pusat telah diupayakan untuk mendukung

sasaran dan capaian di tingkat daerah melalui peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah dan masyarakat di dalam area-area strategis program kerjasama.

Berbagai instrumen untuk peningkatan kapasitas telah dikembangkan dan diterapkan melalui upaya koordinasi, komunikasi, dan advokasi.

Program kerjasama RI dan UNICEF dilaksanakan secara variatif di 14 provinsi lokasi kerjasama, dengan fokus pada program-program kesehatan dan gizi, pendidikan, air minum dan

penyehatan lingkungan, perlindungaan anak, serta perencanaan, monitoring, dan evaluasi.Program tahun 2010 di daerah telah menghasilkan berbagai kemajuan yang berarti, dengan

telah diperkuatnya berbagai pengembangan kelembagaan untuk pencapaian tujuan program, tersusunnya pedoman-pedoman ataupun SOP, peraturan-peraturan yang terkait dengan payung

hukum untuk keberlanjutan program, serta berbagai kisah sukses sebagai praktek yang diunggulkan untuk dapat direplikasikan kepada daerah lainnya.

Berbagai permasalahan yang muncul selama tahun 2010 di daerah, telah dapat diantisipasi dan ditangani oleh pemerintah daerah (Provinsi/kab/kota) sesuai karakteristik di masing -masing

daerah. Disamping itu, berbagai permasalahan dan rekomendasi yang perlu mendapat perhatian dan dukungan pusat telah dapat diidentifikasi sehingga program di tahun depan

dapat lebih ditingkatkan.

4.2 REKOMENDASI

Dalam pelaksanaan Program Kerjasama RI-UNICEF tetap diupayakan agar proses fasilitasi dari pusat kepada Pemerintah Daerah dapat efektif dan sejalan dengan era desentralisasi dan

otonomi daerah, melalui:

Penyusunan dan sosialisasi indik indikator-indikator keberhasilan program yang mengacu pada komitmen global dan nasional

Penyusunan Pedoman-pedoman yang sesuai dengan kebijakan dan pelaksanaan program di daerah baik dari segi substansi maupun setting kelembagaan yang dapat mendorong lancarnya

arus informasi dan pelaporan baik dari pusat ke daerah maupun sebaliknya.

84 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Upaya sinkronisasi yang lebih sistematis antara kebijakan pusat dengan kegiatan di daerah, dengan memperkuat bimbingan teknis dan monitoring pusat ke daerah

Optimalisasi pemanfaatan website program kerjasama ( HYPERLINK "http://www.khppia.org/" \t "_parent" www.khppia.org) untuk meningkatkan arus

informasi dan pelaporan baik antarprogram maupun antartingkatan pemerintahan (pusat ke daerah dan sebaliknya)

Peningkatan kerjasama multisektor dalam rangka penyiapan kerjasama RI-UNICEF 2011-2015, kegiatannya akan dimulai tahun 2010.

Perlu adanya konvergensi antar program kerjasama RI-UNICEF dalam periode 2011-2015, dengan demikian dampak pada masyarakat lebih optimal.

Pengaturan fundchannel hibah ke daerah mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan di tingkat Pusat, K/L didorong supaya lebih compliance peraturan perundangan.

Pemanfaatan hasil studi, seperti child budget analysis dan child poverty dalam advokasi peningkatan kesejahteraan ibu dan anak di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

85 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Surat Keputusan (SK) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

No. KEP 023A/M.PPN/03/2008enas

Country Program Actions Plans (CPAP) Program Kerjasama RI-Unicef 2006-2010

86 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

Pelaksanaan Serial Diskusi LanjutanSeri 2 : Rencana Pembangunan Kesehatan Berdimensi Wilayah

Seri 3 : Program, Indikator, dan TargetSeri 4 : Isu Strategis dan Arah Kebijakan Pembangunan Kesehatan dan Gizi

Seri 5 : Uji Publik dan Sosialisasi Rancangan RPJMN 2010-2014 Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Penyusunan Outline Laporan Kajian

Persiapan Kunjungan LapanganKunjungan lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran kebutuhan informasi

dan langkah-langkah yang diperlukan pemerintah daerah untuk menjabarkan rencana pembangunan berdimensi kewilayahan dalam rencana pembangunan daerah.

Kunjungan lapangan ke Yogyakarta, Padang, dan NTB akan dilakukan dengan mengundang perwakilan Bappeda dan Dinkes wilayah setempat.

Penyusunan Laporan Tengah Tahun

87 Laporan Akhir Tahun 2011 Kerjasama RI-UNICEF

top related