kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar pengaruhnya terhadap kemampuan mengetik sistem 10...
Post on 27-Jul-2015
1.254 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN
FASILITAS BELAJAR PENGARUHNYA TERHADAP
KEMAMPUAN MENGETIK SISTEM 10 JARI BUTA
SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN
ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK NEGERI 1
PEMALANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Nur Aeni Yuniarsih
NIM 7101406598
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ade Rustiana, M.Si Nina Oktarina, S.Pd M.Pd
NIP 196801021992031002 NIP 197810072003122002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen
Drs. Sugiharto, M.Si
NIP 195708201983031002
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji skripsi
Drs. Marimin, M.Pd
NIP. 195202281980031003
Anggota I Anggota II
Drs. Ade Rustiana, M.Si Nina Oktarina, S.Pd M.Pd
NIP. 196801021992031002 NIP. 197810072003122002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M.Si
NIP. 196208121987021001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini berdasarkan kode
etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari
karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Semarang, September 2010
Nur Aeni Yuniarsih
NIM 7101406598
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Semangat manusia tidak pernah berakhir saat dikalahkan,
ia berakhir kalau ia menyerah (Ben Stein).
Persembahan
Karya ini kupersembahkan untuk
Bapak, dan ibu.
Guru dan Dosen.
Almamater.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahnat, taufik, hidayah, dan inayahNya, sehingga penulis dapat
meyelesaikan skripsi yang berjudul Kompetensi Profesional Guru Dan Fasilitas
Belajar Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta Siswa
Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran Di SMK Negeri 1
Pemalang. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
berpartisipasi dalam memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan
skripsi ini:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah mengesahkan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang,
Drs. Sugiharto M.Si, yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
4. Dosen pembimbing I, Drs. Ade Rustiana M.Si, dan dosen pembimbing II,
Nina Oktarina S.Pd M.Pd, yang dengan penuh kesabaran telah membimbing
dan mengarahkan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini.
5. Drs. Dahuri, M.Pd Kepala SMK Negeri 1 Pemalang yang telah memberikan
ijin mengadakan penelitian.
6. Dra. Retno Ari Budi Guru SMK Negeri 1 Pemalang yang telah membantu
dalam penelitian.
vii
7. Siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Pemalang atas
kerjasama dan kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Kedua orang tua dan keluarga besarku atas segala dukungan.
9. Ikmalul Hakim atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.
10. Firsta, siyam, peje, mba santi, silfi, dede, dan dwi, atas bantuan dan motivasi.
11. Teman-teman PAP paralel 2006 atas kebersamaan dan persaudaraan selama
ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
doa serta bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan
dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca.
Semarang, September 2010
Penulis
viii
SARI
Yuniarsih, Nur Aeni. 2010. Kompetensi Profesional Guru Dan Fasilitas
Belajar Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta
Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1
Pemalang. Skripsi. Jurusan manajemen. Fakultas ekonomi. Universitas negeri
semarang. Pembimbing I. Drs. Ade Rustiana, M.Si. II Nina Oktarina, S.Pd M.Pd.
Kata Kunci : Kompetensi Profesional Guru, Fasilitas Belajar, Dan
Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta.
Kompetensi profesional artinya guru harus memiliki pengetahuan yang
luas dari subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan
metode dalam arti memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses
belajar mengajar. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu
mengelola kelas, sehingga belajar siswa berada pada tingkat optimal. Fasilitas
belajar adalah sarana dan prasarana. Dengan didukung adanya fasilitas belajar
mengajar yang memadai di sekolah berupa peralatan dan perlengkapan mengetik
maka akan memperoleh hasil belajar berupa kemampuan mengetik sistem 10 jari
buta cenderung lebih baik. Kenyataan bahwa kompetensi profesional guru dan
fasilitas belajar yang telah baik ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian
dengan judul “Kompetensi Profesional Guru Dan Fasilitas Belajar Pengaruhnya
Terhadap Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta Siswa Kelas X Program
Keahlian Administrasi Perkantoran Di SMK Negeri 1 Pemalang”. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh kompetensi profesional guru dan
fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta baik secara
parsial ataupun simultan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
antara kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X program keahlian administrasi
perkantoran di SMK negeri 1 Pemalang baik secara parsial ataupun simultan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X program
keahlian administrasi perkantoran dengan jumlah 80 siswa, penelitian ini disebut
penelitian populasi. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu
kompetensi prfesional guru (X1), dan fasilitas belajar (X2), serta variabel terikat
yaitu kemampuan mengetik sistem 10 jari buta (Y). Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah metode kuesioner (angket), tes dan dokumentasi. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripsi
persentase dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian dengan menggunakan SPSS 12 diperoleh persamaan
regresi berganda Y = 39,880 + 0,140X1 + 0,168X2. Uji keberartian persamaan
regresi dengan uji F diperoleh F hitung = 19,494 dengan nilai signifikansi = 0,000
< 0,05 yang berarti secara simultan ada pengaruh positif dan signifikan antara
kompetensi profesional guru, dan fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta. Hasil uji parsial diperoleh t hitung = 2,126 dengan nilai
signifikansi 0,037 < 0,05 hal ini berarti ada pengaruh secara signifikan antara X1
ix
terhadap Y, thitung = 2,119 dengan nilai signifikansi antara 0,037 < 0,05 hal ini
berarti ada pengaruh secara signifikan antara X2 terhadap Y.
Simpulan bahwa kompetensi profesional guru memiliki pengaruh terhadap
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Fasilitas belajar memiliki pengaruh
terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Kompetensi profesional guru
dan fasilitas belajar secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Saran yang dapat diberikan dalam
penelitian ini mengenai kompetensi profesional guru adalah guru perlu
meningkatkan lagi kompetensi profesionalnya terutama pada kompetensi
profesional sebagai pengganjar yaitu dengan meningkatkan keterampilan cara
memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi, serta
meningkatkan kompetensi profesional sebagai penanya yaitu dengan
meningkatkan keterampilan cara bertanya yang merangsang kelas berpikir dan
cara memecahkan masalah, dalam hal ini guru hendaknya mengadakan tanya
jawab dalam proses belajar mengajar agar siswa lebih aktif dan kreatif. Mengenai
fasilitas belajar, bahwa pihak sekolah perlu menyediakan buku literatur terbitan
terbaru dan mengupayakan bagaimana cara agar siswa tidak merasa terganggu
karena letak laboratorium yang dekat dengan jalan raya contohnya dengan
penggunaan alat peredam suara di laboratorium praktek mengetik sehingga tidak
mengganggu konsentrasi kegiatan belajar mengajar.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian. ........................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 12
2.1 Landasan teori .............................................................................. 12
2.1.1 Kemampuan mengetik sistem 10 jari buta ......................... 12
2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Mengetik Sistem 10 jari
Buta ........................................................................ 12
xi
2.1.1.2 Tujuan Pengajaran Mengetik 10 Jari Buta ............ 12
2.1.1.3 Mengetik ................................................................ 14
2.1.1.4 Cara Mengetik yang Efisien ................................. 15
2.1.1.5 Teknik Mengetik Dan Penerapannya .................... 16
2.1.1.6 Alat-alat dan Perlengkapannya ........................... .. 19
2.1.2 Kompetensi Profesional Guru ............................................ 20
2.1.2.1 Kompetensi Guru .................................................. 20
2.1.2.2 Kriteria Profesional ............................................... 22
2.1.2.3 Karakteristik Kompetensi Prfesional..................... 24
2.1.2.4 Peranan dan Kompetensi Profesional Guru........... 26
2.1.3 Fasilitas .............................................................................. 34
2.1.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar ................................... 34
2.1.3.2 Ruang Lingkup Fasilitas Belajar ........................... 35
2.2 Kerangka Berfikir ........................................................................ 40
2.3 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 44
3.1 Populasi Penelitian ....................................................................... 44
3.2 Variabel Penelitian ....................................................................... 44
3.2.1 Variabel Bebas (X) ............................................................ 44
3.2.2 Variabel Terikat (Y) ........................................................... 45
3.3 Metode Pengumpulan data ........................................................... 46
3.3.1 Metode Dokumentasi ......................................................... 46
3.3.2 Metode Angket atau Kuesioner ......................................... 46
xii
3.3.3 Metode Tes.................................................................. ...... 47
3.4 Uji Instrumen Penelitian .............................................................. 47
3.4.1 Validitas ............................................................................. 48
3.4.2 Reliabilitas ......................................................................... 50
3.5 Metode Analisis Data ................................................................... 51
3.5.1 Metode Analisis Deskriptif Persentase .............................. 51
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 54
3.5.2.1 Uji Multikolonieritas ............................................. 54
3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas .......................................... 54
3.5.2.3 Uji Normalitas ....................................................... 54
3.5.3 Metode Analisis Regresi Linier Berganda ......................... 55
3.6 Pengujian Hipotesis ..................................................................... 56
3.6.1 Uji Simultan ....................................................................... 56
3.6.2 Uji Parsial .......................................................................... 56
3.6.3 Koefisien Determinasi ....................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 57
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 57
4.1.1 Deskriptif persentase .......................................................... 57
4.1.1.1 Variabel Kompetensi Profesional Guru ................ 57
4.1.1.2 Variabel Fasilitas Belajar ...................................... 69
4.1.1.3 Variabel Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari
Buta ........................................................................ 71
4.1.2 Uji Asumsi Klasik .............................................................. 73
xiii
4.1.2.1 Uji Multikolonieritas ............................................. 73
4.1.2.2 Uji Heteroskedastisitas .......................................... 73
4.1.2.3 Uji Normalitas ....................................................... 74
4.1.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................. 76
4.1.4 Pengujian Hipotesis ........................................................... 77
4.1.4.1 Uji Simultan .......................................................... 77
4.1.4.2 Uji parsial .............................................................. 78
4.1.5 Koefisien Determinasi ..................................................... 79
4.2 Pembahasan.................................................................................. 80
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 86
5.1 Simpulan ...................................................................................... 86
5.2 Saran ............................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 88
Lampiran-lampiran ....................................................................................... 90
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Daftar Inventasis Laboratorium Mengetik Manual .................... 6
Tabel 1.2 Prestasi Mengetik Siswa ............................................................. 8
Tabel 2.1 Karakter Kompetensi Guru ......................................................... 25
Tabel 2.2 Jenis, rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana Ruang Praktek
Program Keahlian Administrasi Perkantoran ............................. 39
Tabel 3.1 Hasil Uji Coba Validitas Variabel Kompetensi Profesional
Guru ............................................................................................ 49
Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Validitas Variabel Fasilitas Belajar ................... 50
Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Reliabilitas ......................................................... 51
Tabel 3.4 Kriteria Kompetensi Profesional Guru ....................................... 53
Tabel 3.5 Kriteria Fasilitas Belajar ............................................................. 53
Tabel 3.6 Kriteria Nilai Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta ......... 53
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Deskriptif Presentase Variabel Kompetensi
Profesional Guru ......................................................................... 58
Tabel 4.2 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Pengajar ............................ 59
Tabel 4.3 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Pemimpin Kelas ................ 60
Tabel 4.4 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Pembimbing ...................... 61
Tabel 4.5 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Pengatur Lingkungan ........ 61
Tabel 4.6 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Partisipan .......................... 62
Tabel 4.7 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Ekspeditur ......................... 63
xv
Tabel 4.8 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Perencana .......................... 64
Tabel 4.9 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Supervisor ......................... 64
Tabel 4.10 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Motivator .......................... 65
Tabel 4.11 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Penanya ............................. 66
Tabel 4.12 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Pengganjar ........................ 67
Tabel 4.13 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Evaluator ........................... 67
Tabel 4.14 Deskriptif Presentase Guru Sebagai Konselor ............................ 68
Tabel 4.15 Deskriptif Presentase Variabel Fasilitas Belajar ......................... 69
Tabel 4.16 Deskriptif Presentase Indikator Sarana ....................................... 70
Tabel 4.17 Deskriptif persentase Indikator Prasarana .................................. 71
Tabel 4.18 Deskriptif persentase Indikator Kemamapuan Mengetik
Sistem 10 Jari Buta ..................................................................... 72
Tabel 4.19 Rangkuman Nilai Tolerance dan VIF ......................................... 73
Tabel 4.20 One Sample Kolmogrove-Sminor Test ....................................... 75
Tabel 4.21 Analisis Regresi Linear Berganda .............................................. 76
Tabel 4.22 Hasil Uji Simultan ...................................................................... 77
Tabel 4.23 Hasil Uji Parsial .......................................................................... 78
Tabel 4.24 Hasil Koefisien Determinasi ....................................................... 79
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka berfikir ...................................................................... 42
Gambar 4.1 Diagram Batang Variabel Kompetensi profesional Guru......... 58
Gambar 4.2 Diagram Batang Variabel Fasilitas Belajar .............................. 69
Gambar 4.3 Diagram Batang Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari .........72
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastis ................................................................... 74
Gambar 4.5 Uji Normalitas .......................................................................... 75
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar nama responden .......................................................... 90
Lampiran 2 Kisi-kisi Angket penelitian .................................................... 92
Lampiran 3 Angket Penelitian ................................................................... 94
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Kompetensi
Profesional Guru Dan Fasilitas Belajar .................................. 99
Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ................................. 102
Lampiran 6 Kriteria Skor Penilaian Tes Mengetik Sistem 10 Jari ........... 105
Lampiran 7 Petunjuk dan Soal Tes Mengetik............................................ 108
Lampiran 8 Hasil Tes Kecepatan Mengetik Sistem 10 Jari Buta .............. 109
Lampiran 9 Hasil Penilaian Ketepatan Mengetik ...................................... 111
Lampiran 10 Hasil Penilaian Kerapian Mengetik ....................................... 131
Lampiran 11 Nilai Tes Kemampuan Mengetik Sistem 10 jari Buta ........... 143
Lampiran 12 Deskriptif presentase .............................................................. 145
Lampiran 13 Tabulasi Data angket .............................................................. 154
Lampiran 14 Tabel Nilai r Product Moment ............................................... 158
Lampiran 15 Surat keterangan penelitian .................................................... 159
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya. Merujuk pada penjelasan pasal 15 Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, tujuan pendidikan menengah
kejuruan adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu bekerja pada
bidang tertentu. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat
mengembangkan keahlian dan keterampilan, peserta didik harus memiliki
stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu
berkomunikasi dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan
mengembangkan diri, maka struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam
hal ini sekolah menengah kejuruan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional pasal 37, kurikulum SMK wajib memuat: pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan social, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga,
keterampilan/kejuruan, dan muatan local. Mata pelajaran tersebut bertujuan
untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia
2
kerja Mata pelajaran kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang
dikelompokan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) dan Kompetensi
Kejuruan (KK), dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja
(SKK) melalui proses analisis. Mata diklat mengetik merupakan salah satu
mata diklat yang dikelompokan dalam program produktif atau mata pelajaran
kejuruan.
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang terdiri dari
beberapa program keahlian, salah satunya adalah program keahlian
administrasi perkantoran. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa
SMK program keahlian administrasi perkantoran adalah mampu mengetik
dengan sistem 10 (sepuluh) jari buta. Menurut Suwandi (2007:9), mengetik
adalah suatu pekerjaan yang berupa keterampilan yang sangat didambakan
oleh setiap orang yang telah memiliki dasar pendidikan umum. Mengingat
bahwa aktifitas mengetik banyak digunakan di instansi pemerintah maupun
swasta dan pentingnya penguasaan kemampuan mengetik dengan sistem 10
jari buta sebagai efisiensi kerja, maka lulusan SMK yang nantinya akan
bersaing di dunia kerja harus mampu mengetik dengan sistem 10 jari buta.
Pada kenyataanya, seorang pegawai kantor yang terampil dalam mengetik 10
jari dengan menggunakan mesin ketik manual akan sangat bermanfaat ketika
mereka mengerjakan tugas-tugas dengan menggunakan teknologi komputer.
Keterampilan yang dimiliki akan sangat mendukung kinerja, kualitas dan
kerja mereka.
3
Kenyataan menunjukan bahwa telah banyak orang yang dapat mengetik
dalam praktek sehari-hari, namun belum semua menguasai atau
mempergunakan cara mengetik modern (touch sistem), sehingga hasil
pekerjaan yang diperoleh kurang memuaskan. Di era global ini, bidang
pekerjaan harus pula mencapai kemajuannya. Bertambahnya pekerjaan,
haruslah ditempuh cara-cara bekerja yang lebih efisien dan praktis,
menguasai mengetik dengan sistem 10 jari buta diharapkan mengatasi hal ini.
Oleh karena itu, SMK sebagai akademi yang mencetak sekretaris/pegawai
kantor yang profesional tetap memberikan fasilitas laboratorium mengetik
untuk digunakan sebagai ajang berlatih menggunakan mesin ketik manual.
Selain fasilitas, SMK juga harus menyediakan pengajar yang memiliki
kompetensi dalam proses belajar mengajar mengetik, sehingga diharapkan
akan menghasilkan output yang profesional.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dan guru sebagai pemegang peranan utama. Menurut Hamalik
(2008:36), proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan
oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar
ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.
Mengutip pernyataan dari jurnal Naree Aware Achwarin, R.N., Ed.D
(2005:4) “The researcher believes that the teacher with high competency
could generate the competent teachers individually and increase student
learning and achievement” (kompetensi guru yang tinggi dapat menghasilkan
guru yang kompeten secara individu dan meningkatkan prestasi belajar
4
siswa). Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Salah satu
kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi profesional. Menurut
Endang Komara dalam Asman (2008:157) kompetensi profesional
merupakan kompetensi yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang
guru, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh
sebab itu, tingkat profesionalitas seorang guru dapat dilihat dari kompetensi
sebagai berikut: kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan,
pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, kemampuan dalam
penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan,
kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi
pembelajaran, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media
dan sumber belajar, kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran,
kemampuan dalam menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam
melaksanakan unsur penunjang, dan kemampuan dalam melaksanakan
penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja. Sedangkan
menurut Asman (2008:157), di atas kompetensi profesionalah seorang guru
layak disebut guru karena guru identik dengan transfer pengetahuan, jadi
harus mempunyai ilmu yang mendalam, itulah yang ada dalam kompetensi
profesional.
Peranan seorang guru sangat berpengaruh dalam proses belajar
mengajar, oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi profesional agar
dapat menentukan dan meningkatkan keterampilan belajar siswa. Menurut
5
Sardiman (1994:161), guru sebagai tenaga profesional di bidang
kependidikan, harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat
teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan
melaksanakan interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki
dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan
mengkomunikasikan program itu kepada anak didik.
Proses belajar mengajar akan tercapai dengan baik apabila ada fasilitas
belajar yang mendukung selain kompetensi profesional yang dimiliki oleh
gurunya saja. Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai akan
mempermudah guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Mengutip dari jurnal Dr. (Mrs.) Ihuoma P. Asiabaka (2008:1) School
facilities, constitute the major components of both direct and indirect action
elements in the environment of learning. Several studies have shown that a
close relationship exists between the physical environment and the academic
performance of students. Nwagwu (1978) and Ogunsaju (1980) maintained
that the quality of education that children receive bears direct relevance to
the availability or lack thereof of physical facilities and overall atmosphere in
which learning takes place. (fasilitas sekolah merupakan bagian dari
lingkungan belajar yang memiliki hubungan yang sangat erat terhadap
prestasi siswa. Kualitas pendidikan memiliki hubungan langsung dengan
ketersediaan atau ketiadaan fasilitas fisik dan keseluruhan suasana di mana
pembelajaran berlangsung).
Menurut Bafadal (2003:2) fasilitas adalah sarana dan prasarana.
Menurut Dimyati (2009:249) prasarana pembelajaran meliputi gedung
sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian,
peralatan olah raga, sedangkan sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,
buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media
pengajaran yang lain. Dengan tersedianya prasarana dan sarana belajar
berarti menuntut guru dan siswa dalam menggunakannya. Sedangkan
6
menurut Mendiknas (2008: 2) Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang
dapat dipindah-pindah, prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan
fungsi SMK/MAK. Berdasarkan teori di atas adanya fasilitas belajar yang
baik, maka akan dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah.
SMK Negeri 1 Pemalang merupakan salah satu sekolah menengah
kejuruan yang berusaha mencetak lulusan yang siap kerja dan siap bersaing
dalam dunia kerja. Maka dari itu SMK Negeri 1 Pemalang berusaha
menyediakan segala kebutuhan untuk menunjang proses belajar mengajar
yang baik. Diantaranya adalah menyediakan fasilitas belajar dan guru yang
memiliki kompetensi profesional.
Berdasarkan observasi pendahuluan di SMK Negeri 1 Pemalang,
bahwa fasilitas belajar mengajar mengetik di SMK Negeri 1 Pemalang cukup
memadai, hal ini terlihat dari adanya laboratorium mengetik manual yang luas
dengan penerangan yang cukup dan kondisi laboratorium yang bersih, jumlah
mesin ketik manual yang sesuai dengan jumlah siswa kelas X yaitu 40 unit
mesin ketik dan kertas untuk mengetik yang tersedia bagi siswa, serta buku
pegangan dimana setiap siswa mendapat satu buku latihan mengetik. Berikut
daftar inventaris laboratorium mengetik manual:
Tabel 1.1 Daftar Inventaris Laboratorium Mengetik Manual
No Inventaris lab. mengetik Jumlah
1 Mesin ketik manual 40
2 Buku paket:
Mengetik SMK jilid 1 40
Mengetik SMK jilid 2 40
Mengetik SMK jilid 3 40
3 Lampu penerangan 9
4 Meja mengetik siswa 40
5 Kursi mengetik siswa 40
7
6 Meja guru 1
7 Kursi guru 2
8 Whiteboard 1
9 Rak buku 1
Sumber: Data SMK N 1 Pemalang, diolah.
Latar belakang pendidikan dan pengalamam mengajar adalah dua
aspek yang mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan
dan pengajaran (Djamarah 1994:127). Kompetensi guru terutama dalam
proses belajar mengajar mengetik dapat dikatakan baik, hal ini dapat
diketahui dari latar belakang pendidikan guru dan pengalaman mengajarnya,
yakni guru yang mengampu mata diklat mengetik manual adalah guru yang
berasal dari lulusan program studi pendidikan administrasi perkantoran, telah
sertivikasi dan memiliki pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun
(wawancara dengan Ibu Dra. Retno Ari Budi selaku guru mata diklat
mengetik manual). Disamping itu berdasarkan pengamatan langsung penulis
dan wawancara dengan beberapa murid, bahwa dalam kegiatan belajar
mengajar guru telah menguasai materi, mampu menyampaikan materi dengan
baik kepada siswa, mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa,
dan membimbing siswa agar dalam mengetik siswa selalu menggunakan 10
jarinya, serta setiap kali praktek mengetik siswa selalu didampingi oleh dua
guru sekaligus sebagai pengajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Akan tetapi jika dilihat melalui
hasil praktek mengetik siswa kelas X program keahlian Administrasi
Perkantoran di SMK N 1 Pemalang bahwa pencapaian hasil belajar mengetik
manual sebagian siswa masih belum optimal.
8
Hal ini dapat diketahui dari kemampuan kecepatan mengetik sistem 10
jari buta siswa masih bervariasi hasil pengetikannya, rata-rata kecepatan
berkisar kurang dari 150 epm, belum ada yang mencapai target indikator
keberhasilan kecepatan mengetik sampai 200 epm. Sebagian siswa juga
belum bisa menyelesaikan pekerjaan mengetik sebuah surat dalam berbagai
bentuk dengan maksimal, terlihat dari waktu yang dibutuhkan siswa untuk
mengetik sebuah surat lebih dari 20 menit, belum ada yang mencapai target
indikator keberhasilan kecepatan mengetik sebuah surat dalam berbagai
bentuk selama 20 menit dengan cepat, tepat, dan rapi. Saat praktek
berlangsung dari cara kerja siswa masih terlihat belum mampu menghentakan
jarinya sesuai tugas entakan jari dan masih melihat papan tuts. Untuk
mengatasi hal tersebut guru selalu mengadakan program remidial sampai
siswa mampu mengetik dengan hasil yang maksimal berdasarkan standar
yang ditetapkan. Berikut tabel hasil praktek mengetik:
Tabel 1.2 Prestasi Mengetik Siswa
No Kelas Hasil praktek kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta
Jumlah
murid
Belum kompeten Kompeten
1 X AP 1 29 11 40
2 X AP 2 27 13 40
Sumber: guru, diolah.
Berdasarkan pengamatan di SMK Negeri 1 Pemalang, diketahui bahwa
fasilitas belajar mengetik dan kompetensi profesional guru baik, akan tetapi
apabila dilihat dari tabel prestasi mengetik siswa di atas terlihat bahwa
sebagian besar siswa masih belum kompeten dalam hal mengetik sistem 10
jari buta. Hal ini mendorong penulis untuk mengungkapkan lebih jauh
9
tentang pengaruh kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Berdasarkan urian tersebut maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Kompetensi
Profesional Guru dan Fasilitas Belajar Pengaruhnya Terhadap
Kemampuan Mengetik Sistem 10 (sepuluh) Jari Buta Siswa kelas X
Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1
Pemalang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut ;
1.2.1 Adakah pengaruh kompetensi profesional guru terhadap kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X program keahlian
Administrasi Perkantoran di SMK N 1 Pemalang.
1.2.2 Adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta pada siswa kelas X program keahlian Administrasi
Perkantoran di SMK N 1 Pemalang.
1.2.3 Adakah pengaruh kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar
terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X
program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1
Pemalang.
10
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1.3.1 Mengetahui adakah pengaruh kompetensi profesional guru terhadap
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X program
keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang.
1.3.2 Mengetahui adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X program keahlian
Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang.
1.3.3 Mengetahui adakah pengaruh kompetensi profesional guru dan
fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sisitem 10 jari buta
pada siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di
SMK Negeri 1 Pemalang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai kompetensi profesional guru, fasilitas belajar dan
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta.
11
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran perbaikan dalam penanganan masalah pentingnya
kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta.
1.4.2.2 Bagi Guru.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
pada guru untuk meningkatkan kompetensinya dan fasilitas belajar
terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta.
1.4.2.3 Bagi Peneliti.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman secara praktis sesuai hasil dari
pengamatan langsung serta dapat menambah disiplin ilmu yang
diperoleh selama studi di perguruan tinggi khususnya ilmu
kependidikan.
12
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta
2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan
(Poerwadarminto, 2000:628). Menurut Spencer and Spencer dalam Uno
(2008:62), mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol
dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan atau
superior dalam suatu pekerjaan atau situasi.
Menurut Suwandi (2007:10), mengetik sepuluh jari yaitu teknik
mengetik dengan memanfaatkan semua jari tangan. Setiap jari mempunyai
tugas sendiri yang harus dilatih satu demi satu dan berkelanjutan, sehingga
jari tersebut secara maksimal dan optimal dapat bekerja dengan baik.
Kemampuan mengetik sistem 10 jari buta yaitu kesanggupan,
kecakapan, dan kekuatan yang dimiliki oleh individu dalam kegiatan
mengetik dengan melakukan entakan jari sesuai dengan tugas entakan jari
secara tepat tanpa melihat naskah.
2.1.1.2 Tujuan Pengajaran Mengetik Sistem 10 Jari Buta
Menurut Djanewar, (1999:25), tujuan pengajaran mengetik sistem 10
jari buta adalah siswa mampu memahami sikap dan teknik mengetik tanpa
melihat papan tuts dan berirama. Pengetahuan mengetik pekerjaan kantor
13
yang perlu diberikan kepada siswa ternyata tidak hanya mampu dan terampil
mengetik surat saja, tetapi wajib tahu juga bagaimana cara mengetik naskah,
dimana diletakannya naskah itu dan dapat meletakkkan jari-jari pada tuts
sesuai dengan fungsinya. Siswa tidak hanya dituntut mengetahui cara
meletakkan masing-masing jari di atas tuts, tetapi wajib terampil dalam
mengetik sistem 10 jari buta dengan waktu terbatas melakukan pekerjaan tik
tersebut.
Tujuan pengajaran mengetik adalah memperoleh hasil yang tepat,
rapi, bersih sesuai dengan bentuk yang diinginkan, disamping perhitungan
waktu yang relative singkat.
1. Kecepatan mengetik
Kecepatan merupakan kemampuan untuk mengurangi jumlah waktu
yang diperlukan untuk berpindah dari suatu titik fisik ke titik fisik yang
lain. Siswa mampu mengetik cepat dengan pencapaian 150-250
epm/5menit. Menurut Setiawan, dkk (1994:47) untuk dapat mengetik
dengan cepat perlu memakai sistem mengetik dengan 10 jari buta, karena
sistem ini adalah sistem yang terbaik yang selalu digunakan dalam
mengetik cepat.
2. Ketepatan mengetik
Ketepatan adalah ketelitian. Ketelitian mengetik mempunyai tujuan
menanamkan dasar agar siswa yang mengetik selalu bersikap teliti dalam
setiap tugasnya.
14
3. Kerapian mengetik
Kerapian dalam mengetik berarti mengetik dengan hasil yang baik
dan bersih sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Tujuan akhir dari
seluruh kegiatan pengetikan adalah memperoleh hasil yang rapi, bersih
sesuai dengan yang diinginkan, disamping perhitungan waktu yang relatif
singkat.
Tegasnya, tujuan pembinaan kecepatan, ketepatan dan kerapian
mengetik adalah untuk menanamkan sikap teliti dalam pengetikan, dapat
menyelesaikan tugas dengan cepat, dan rapi sesuai dengan bentuk yang
diinginkan. Untuk terlaksananya pembinaan ketelitian, kerapian, dan
kecepatan mengetik, pengajar memberikan contoh bagaimana cara mengetik
kecepatan, mulai dari sikap duduk, posisi jari, gerak entakan, serta tarikan
kait dengan cepat, sementara mata tetap tertuju pada naskah/teks.
2.1.1.3 Mengetik
Menurut Djanewar (1999:12), mengetik merupakan pekerjaan yang
bersifat keterampilan. Pekerjaan mengetik adalah pekerjaan bagaimana cara
mengetik yang baik. Pekerjaan mengetik kelihatannya begitu sederhana dan
seakan-akan merupakan suatu pekerjaan yang remeh, Sebenarnya suatu mata
rantai penyelesaian pekerjaan yang tidak kalah penting, karena itu mengetik
dikatakan sebagai pekerjaan yang bersifat keterampilan.
Mengetik adalah pekerjaan yang hampir terdapat pada semua bilang,
baik itu organisasi swasta, organisasi pemerintah, atupun itu organisasi
kepartaian maupun organisasi yang lain. Untuk menyesuaikan adanya
15
kemajuan-kemajuan pada bidang pekerjaan, maka harus pula disesuaikan
adanya cara untuk menghadapi pekerjaan yang makin bertambah itu. Dengan
bertambahnya pekerjaan itu, maka haruslah ditempuh cara-cara bekerja yang
lebih efisien agar tidak terjadi adanya penumpukan pekerjaan sehingga dapat
menimbulkan suatu kemacetan kerja (Sularso,dkk 1984:1).
2.1.1.4 Cara Mengetik yang Efisien
1. Mengetik dengan sistem 10 (sepuluh) jari buta
Sejak orang mulai menggunakan mesin tulis untuk mengetik
pekerjaan yang sifatnya tulis menulis, maka pada tahun 1890
diperkenalkan suatu cara mengetik yang efisien yang disebut sistem 10
jari buta (Touch Sistem). Sistem ini diperkenalkan oleh perusahaan
pembuatan mesin tulis merk “Remington”. Caranya dengan memberikan
penerangan-penerangan dan kursus untuk dapat mengetik dengan cepat
dan baik dengan memakai pedoman-pedoman tertentu.
Dapat dikatakan bahwa, selama ini kebanyakan dari mereka yang
mengerjakan pekerjaan mengetik adalah mengerjakan pekerjaan yang
tanpa teori yang cukup. Cara-cara yang sederhana yang banyak kita kenal
adalah cara mengetik dengan menggunakan dua jari yaitu dengan
menggunakan kedua jari telunjuk. Cara ini sebenarnya kurang bahkan
tidak efisien jika dibandingkan dengan mengetik yang menggunakan
sistem 10 jari.
Dengan sistem 10 jari buta, maka dapat dikatakan bahwa cara
yang selama ini dipakai, yaitu dengan mengetik dengan dua jari
16
merupakan cara yang kurang menguntungkan. Hal itu dapat diketahui
dengan adanya gerak-gerak yang sebenarnya dapat ditiadakan apabila
digunakan cara 10 jari, dengan tidak mengurangi hasil kerja baik
kuantitatif maupun kualitataif. Mengetik dengan sistem 10 jari
mengharuskan tiap-tiap jari melakukan entakan sesuai dengan tugasnya
sendiri-sendiri.
2. Mengetik sistem berirama
Untuk mendapatkan entakan yang sama serta volume entakan
yang tepat pada waktu mengetik, diperlukan suatu cara mengetik yang
entakannya ajeg (jarak antara entakan yang satu dengan entakan yang
lain jaraknya sama). Dengan mengetik berirama, dengan sendirinya
merupakan sumbangan yang besar untuk mendukung berhasilnya sistem
10 jari.
2.1.1.5 Teknik Mengetik dan Penerapannya
1. Sikap pada waktu mengetik
Sikap yang baik pada waktu mengetik adalah merupakan
persiapan kerja untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik. Orang yang
tidak memperhatikan sikap yang benar pada waktu mengetik adalah
bagaikan orang yang bekerja tanpa rencana atau tanpa persiapan. Dengan
sikap yang baik pada waktu mengetik, dimaksudkan agar supaya tidak
menganggu jalannya pekerjaan. Kelelahan akan cepat timbul apabila
mengetik dengan duduk seenaknya tanpa sikap yang benar. Misalnya
duduk terlalu membungkuk, jarak badan dengan mesin tulis terlalu jauh,
17
posisi tangan terlalu tinggi untuk mengentak dan sebagainya. Sikap yang
benar pada waktu mengetik adalah dengan menggunakan pedoman seperti
dibawah ini:
1. Duduk lurus di depan mesin tulis, dengan badan sedikit kemuka.
2. Lengan atas sejajar dengan badan, lengan bagian bawah horizontal.
3. Pergelangan tangan melengkung dan jari-jari melengkung pada tuts
basis.
4. Kedua ibu jari punggungnya saling berdampingan dan siap untuk
melakukan entakan pada bilah spasi.
5. Kedua paha lurus, tetrapi tidak saling berhimpitan dan kedua kaki
tegak lurus di lantai.
6. Kepala dalam sikap bebas untuk melihat ke nasksah yang akan
diketik.
(Sularso, dkk 1984:4)
2. Memasang dan mengeluarkan kertas.
a. Cara memasang kertas:
1. Kertas dimasukkan ke dalam mesin dengan dituntun oleh alat
penuntun kertas yang ditempatkan pada titik nol, sehingga kertas
akan keluar pada rol tepat pada nol yang ada pada mistar kertas.
2. Pada waktu memasukkan kertas pada mesin, tangan kiri memegang
sudut kiri kertas, sedangkan tanga kanan memegang tombol
penggulung.
18
3. Setelah kertas dimasukkan ke dalam mesin, maka luruskanlah
kertas tersebut dengan menggunakan pembebas kertas.
b. Cara mengeluarkan kertas.
Setelah pekerjaan mengetik selesai, kertas harus segera
dikeluarkan dari mesin tik. Untuk menjaga agar pekerjaan tidak rusak,
sebaiknya menggunakn cara-cara sebagai berikut:
1) Memutar rol kertas kearah muka kita sampai kertas tersebut
keluar.
2) Dengan cara melepas pembebas kertas, lalu secara perlahan-lahan
kertas ditarik keatas sampai lepas seluruhnya
3. Memasang penekan segi.
Setelah kertas dimasukkan ke dalam mesin dan diluruskan dengan
sempurna, maka harus diatur batas-batas pengetikan dengan cara
memasang penekan segi atau margin. Dengan ketentuan asebagai berikut:
a. Sebelah kiri (margin kiri) untuk memberikan batas mulai mengetik
setiap halaman kertas.
b. Sebelah kanan (margin kanan) untuk menentukan batas akhir
pengetikan tiap-tiap baris ketikan.
4. Memasang jarak baris
Pengaturan jarak baris atau pengatur spasi, gunanya untuk
menentukan berapa jarak baris atau jarak spasi yang akan dipakai dalam
mengetik, diantaranya menggunakan jarak baris satu, satu setengah, dan
dua.
19
5. Penguasaan tuts dasar.
Tuts dasar adalah tuts-tuts yang terletak pada baris kedua dari
bawah. Tuts dasar ini berfungsi untuk meletakkan ujung jari. Setelah ujung
jari menekan tuts pada baris tuts yang lain, maka ujung jari harus segera
kembali pada baris tuts dasar. Adapun pembagian tugas jari tuts dasar
adalah sebagai berikut:
1. Tangan kiri
a. Jari kelingking : a
b. Jari manis : s
c. Jari tengah : d
d. Jari telunjuk : f
2. Tangan kiri
a. Jari telunjuk : j
b. Jari tengah : k
c. Jari manis : l
d. Jari kelingking : ;
(Setiawan, dkk 1994:25)
2.1.1.6 Alat-alat dan Perlengkapannya
Menurut Rianggoro (2001:10), ruang mengetik harus cukup bersih
dan tenang. Udara dalam ruangan harus dapat masuk dan keluar dengan
leluasa sehingga sirkulasi udara di dalam tetap lancar dan sehat. Selain
tersedia peralatan mesin tulis dengan cukup, meja yang digunakan hendaknya
juga mempunyai ukuran yang standar. Sebelum mengetik sebaiknya
20
dipersiapkan terlebih dahulu perlengkapan, agar waktu mengetik dapat
dipakai sepenuhnya tanpa terganggu harus mencari alat-alat yang akan
diperlukan. Menurut Sularso (1984:12), pada waktu mengetik diperlukan alat-
alat pokok, yaitu: mesin tulis, kertas, karbon, stopmap, dan sebagainya.
Sedangkan perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan, yaitu:
1. Meja dan kursi yang mempunyai ukuran yang sesuai dengan orang yang
akan melakukan pekerjaan tersebut.
2. Sikat pembersih blok huruf (tipe block) yang akan digunakan secara
teratur untuk membersihkan blok huruf supaya hasil entakan tetap bersih.
3. Karet penghapus yang akan digunakan apabila memang terpaksa untuk
dihapus.
4. Penerangan yang cukup terang dan sebaiknya sinar datang dari sebelah kiri
agar naskah yang diletakkan di sebelah kiri mesin tidak terhalang
bayangan mesin tulis.
2.1.2 Kompetensi Profesional Guru
2.1.2.1 Kompetensi Guru
Menurut Uno (2008, 62), pengertian dasar kompetensi adalah
kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dikatakan kompeten di bidang
tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian
selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan.
Pada sisi lain, Medley dan Shannon (1994) dalam jurnal Feryal
Cubukcu (2010:1) berpendapat bahwa “teacher competence (the extent to
21
which a teacher has the knowledge and skills). The second component
includes that which in more general terms is called teaching skills, i.e. the
ability to organize and teach in interesting and flexible ways, using good
teaching methods”. (kompetensi guru yaitu sejauh mana guru memiliki
pengetahuan dan keterampilan atau yang lebih umum disebut keterampilan
mengajar, yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengajar dengan metode
mengajar yang baik).
Menurut Harwanto (2008:47), kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dikuasai,
dihayati, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian yaitu seorang guru yang
kompeten secara kepribadian sekurang kurangnya mencakup kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia,
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif menguasai
kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang kurangnya memiliki kompetensi untuk berkomunikasi lisan,
tulisan dan atau isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan bergaul
22
secara santun dengan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional merupakan
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, yang
harus dikuasai oleh seorang guru, tidak saja materi yang sesuai dengan bidang
tugasnya, tetapi juga kemampuan mengintegrasikan dan menghubungkan
materi-materi pelajaran lainnya, sehingga seorang guru mampu menyajikan
materi pelajaran secara utuh kepada muridnya.
Menurut Uno (2008:69), kompetensi profesional artinya guru harus
memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter (bidang studi) yang akan
diajarkan serta penguasaan metode dalam arti memiliki konsep teoritis
mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar. Dalam standar
nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (c) dikemukakan bahwa
yang dimaksud kompetensi profesional adalah penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional
pendidikan (Asman, 2008:158-159). Menurut (Whitty, 1996, p.89-90) dalam
jurnal Feryal Cubukcu (2010:1) “Professional competences include
knowledge and understanding of children and their learning, subject
knowledge, curriculum, the education sistem, and the teacher’s role”
(kompetensi profesional diantaranya adalah pengetahuan dan pemahaman
terhadap mata pelajaran, kurikulum, sistem pendidikan, dan peran guru).
Menurut Hamalik (2008:34), kompetensi profesional guru
merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru
dalam jenjang pendidikan apapun. Kompetensi profesional guru penting
23
dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa. Proses belajar dan
hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur,
dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi
guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan,
dan akan lebih mampu mengelola kelas, sehingga belajar siswa berada pada
tingkat optimal.
2.1.2.2 Kriteria Profesional
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian
khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional,
(hasil lokakarya pembinaan Kurikulum Pendidikan guru UPI Bandung)
sebagai berikut:
1. Fisik
a. Sehat jasmani dan rohani.
b. Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan
ejekan/cemoohan atau rasa kasihan pada anak didik.
2. Mental/kepribadian
a. Berkepribadian/berjiwa pancasila.
b. Mampu menghayati GBHN.
c. Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada
anak didik.
d. Berbudi pekerti luhur.
24
e. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara
maksimal.
f. Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.
g. Mampu mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab yang besar
akan tugasnya.
h. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
i. Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.
j. Menunjukan rasa cinta kepada profesinya.
k. Ketaatannya akan disiplin.
l. Memiliki sense of humor.
3. Keilmiahan/pengetahuan
a. Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.
b. Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu
menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik.
c. Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan
diajarkan.
d. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain.
e. Senang membaca buku-buku ilmmiah.
f. Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang
berhubungan dengan bidang studi.
g. Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
4. Keterampilan
a. Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.
25
b. Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural,
interdisipliner, fungsional, behavior dan teknologi.
c. Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP).
d. Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang
baik dalam mencapai tujuan pendidikan.
e. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.
f. Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar
sekolah. (Hamalik, 2008:37)
2.1.2.3 Karakteristik Kompetensi profesional
Menurut Hamalik (2008:38), jabatan guru adalah suatu jabatan
profesi yang melakukan fungsinya di sekolah. Dalam pengertian tersebut
telah terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memilki kompetensi-
kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan
tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan
lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah sebagai indikator,
maka guru yang dinilai kompeten secara profesional, apabila: (1) guru
tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya,
(2) guru tesebut mampu melaksanakan peranan-perananya secara berhasil,
(3) guru tersebut mampu bekerja dalm usaha mencapai tujuan pendidikan
(tujuan instruksional) sekolah. (4) guru tersebut mampu melaksanakan
26
peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas. Hamalik
memberikan karakter yang lebih rinci lagi terhadap 4 indikator diatas:
Tabel 2.1 Karakter Kompetensi Guru
No Karakter kompetensi Indikator
1 Guru mampu mengembangkan
tanggung jawab dengan sebaik-
baiknya.
a. Tanggung jawab moral
b. Tanggung jawab
bidang pendidikan di
sekolah
c. Tanggung jawab dalam
bidang kemasyarakatan
d. Tanggung jawab dalam
bidang keilmuan
2 Guru mampu melaksanakan
peranannya secara berhasil.
a. Guru sebagai pendidik
dan pengajar
b. Guru sebagai anggota
masyarakat
c. Guru sebagai pemimpin
d. Guru sebagai pelaksana
administrasi ringan
e. Kompetensi guru
model P3G
3 Guru mampu bekerja dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan (tujuan
instruksional) sekolah.
a. Bidang pengetahuan
b. Bidan keterampilan
c. Bidang nilai dan sikap
4 Guru mampu melaksanakan
perananya dalam proses mengajar
dan belajar dalam kelas.
a. Guru sebagai pengajar
b. Guru sebagai pemimpin
kelas
c. Guru sebagai
pembimbing
d. Guru sebagai pengatur
lingkungan
e. Guru sebagai partisipan
f. Guru sebagai
ekspeditur
g. Guru sebagai perencana
h. Guru sebagai
supervisor
i. Guru sebagai motivator
j. Guru sebaga penanya
k. Guru sebagai
pengganjar
l. Guru sebagai evaluator
m. Guru sebagai konselor
27
2.1.2.4 Peranan dan Kompetensi Profesional Guru dalam Proses
Mengajar dan Belajar
Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam bidang
pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan
berbagai peranan yang bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar.
Berdasarkan studi literatur terhadap pandangan Adams & Dickey
dalam bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat ditarik
kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas
(dalam situasi belajar mengajar). Tiap peranan menuntut berbagai
kompetensi atau keterampilan mengajar yang dipandang inti untuk masing-
masing peranan tersebut (Hamalik, 2008:48-49). Dari peranan tersebut yang
akan menjadi indikator dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Guru sebagai pengajar (menguasai materi),
Guru sebagai pengajar yakni menyampaikan ilmu pengetahuan,
perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas. Guru
bertugas memberikan pengajaran di dalam kelas. Ia menyampaikan
pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan yang
telah disampaikan itu. Selain dari itu juga ia juga berusaha agar terjadi
perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi dan
sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya (Hamalik, 2003:124).
Guru sebagai pengajar harus menguasai bahan pelajaran.
Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai bagian integral dari
28
proses belajar mengajar. Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak
harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Penguasaan bahan
pelajaran memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Dikemukakan oleh Petters, bahwa proses dan hasil belajar tergantung
kepada penguasaan mata pelajaran guru dan keterampilan mengajarnya.
Pendapat ini diperkuat oleh Hilda Taba yang menyatakan bahwa
keefektifan pengajaran dipengaruhi oleh karakteristik guru dan siswa,
bahan pelajaran, dan aspek lain yang berkenaan dengan situasi pelajaran.
Jadi terdapat hubungan yang positif antara penguasaan bahan oleh guru
dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Artinya makin tinggi
penguasaan bahan pelajaran oleh guru makin tinggi pula hasil belajar
yang dicapai siswa (Sudjana, 2008:5).
2. Guru sebagai pemimpin kelas (mampu mengelola kelas)
Guru sebagai pemimpin kelas yaitu perlu memiliki keterampilan
cara memimpin kelompok-kelompok murid.
Sebagai pemimpin kelas maka guru harus dapat mengelola kelas,
untuk mengajar suatu kelas guru dituntut mampu mengelola kelas yakni
menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar
mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal
mungkin untuk membenahinya (Sardiman,1994:166). Menurut Hamalik
(2008:54), kemampuan mengelola kelas meliputi:
1. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran, meliputi mempelajari
macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan kelas
29
yang sesuai dengan tujuan intruksional yang ingin dicapai,
mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat
duduk setting ruangan.
Menurut Sardiman (1994:167), mengatur tata ruang kelas
maksudnya guru harus dapat mendesain dan mengatur tata ruang kelas
sedemikian rupa sehingga guru dan anak didik itu kreatif, kerasan
belajar di ruangan itu. Misalnya bagaimana mengatur meja dan tempat
duduk, menempatkan papan tulis, tempat meja guru, bahkan
bagaimana pula harus mengatur hiasan di dalam ruangan kelas.
2. Menciptakan iklim belajar yang serasi, meliputi: mempelajari
faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar yang serasi,
mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat
preventif, berlatih menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan
kelas yang bersifat preventif, mempelajari pendekatan-pendekatan
pengelolaan kelas yang bersifat kuratif, dan berlatih menggunakan
prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.
Menurut Sardiman (1994:167), menciptakan iklim belajar yang
serasi, maksudnya guru harus mampu menangani dan mengarahkan
tingkah laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas. Kalau
sekiranya terdapat tingkah laku anak didik yang kurang serasi
misalnya ramai, nakal, ngantuk atau menganggu teman lain, guru
harus dapat mengambil tindakan yang tepat, menghentikan tingkah
laku anak tadi, kemudian mengarahkan yang lebih produktif.
30
3. Guru sebagai pembimbing (mengarahkan dan mendorong kegiatan
belajar siswa)
Guru sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan cara
mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.
Pendidik senantiasa harus menunjukan kepada anak manusia yang
masih muda, tentang kepentingan masyarakat lingkungannya dengan
segala variasi dan perubahan-perubahan yang progresif, tujuan mereka
belajar harus digarisbawahi dengan tebal dan jelas, maka diperlihatkan
jalan dan arah serta perlengkapan menuju tujuan yang sedang dikejar.
Semua aktivitas belajar harus tunduk terhadap tujuan mereka harus terus
menerus diberi semangat yang kuat dan benar (Mustaqim, 2001:99).
4. Guru sebagai pengatur lingkungan (mampu menyediakan media
pembelajaran)
Guru sebagai pengatur lingkungan perlu memiliki keterampilan
mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.
Menurut Hamalik (1994:54-55), kemampuan menggunakan
media/sumber dengan pengalaman belajarnya, meliputi yang berikut ini.
1. Mengenal, memilih, dan menggunakan media, meliputi:
(a) Mempelajari macam-macam media pendidikan.
(b) Mempelajari kriteria pemilihan media pendidikan.
(c) Berlatih menggunakan media pendidikan.
(d) Merawat alat-alat bantu belajar mengajar.
31
2. Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, meliputi:
(a) Mengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah
untuk membuat alat-alat bantu.
(b) Mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar.
3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses
belajar mengajar, meliputi:
(a) Mempelajari cara-cara menggunakan laboratorium.
(b) Mempelajari cara-cara dan aturan pengamanan kerja di
laboratorium.
(c) Berlatih mengatur tata ruang laboratorium.
(d) Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat.
5. Guru sebagai partisipan (berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar)
Guru sebagai partisipan perlu memiliki keterampilan cara
memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan
penjelasan.
6. Guru sebagai ekspeditur (mampu memberikan bahan ajar dengan
contoh-contoh yang benar)
Guru sebagai ekspeditur perlu memiliki keterampilan menyelidiki
sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.
7. Guru sebagai perencana (mempunyai keterampilan memilih bahan ajar)
Guru sebagai perencana perlu memiliki keterampilan cara
memilih dan meramu bahan pelajaran secara profesional.
32
Menurut Hamalik (1994: 46), guru sebagai perencana mempunyai
peranan agar perencanaan senantiasa direlevansikan dengan kondisi
masyarakat, kebiasaan belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa,
metode belajar yang serasi, dan materi pelajaran yang sesuai dengan
minatnya.
8. Guru sebagai supervisor (menjaga ketertiban kelas)
Guru sebagai supervisor perlu memiliki keterampilan mengawasi
kegiatan anak dan ketertiban kelas.
9. Guru sebagai motivator (sebagai motivator belajar)
Guru sebagi motivator perlu memiliki keterampilan mendorong
motivasi belajar kelas.
Menurut Slameto (2003: 96), seorang guru harus mampu
menimbulkan semangat belajar secara individual. Masing-masing siswa
mempunyai perbedaan dalam pengalaman, kemampuan dan sifat-sifat
pribadi yang lain, sehingga dapat memberikan kebebasan dan kebiasaan
pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan penuh
inisiatif dan kreatif dalam pekerjaannya.
10. Guru sebagai penanya (dapat mengaktifkan siswa)
Guru sebagai penanya perlu memiliki keterampilan cara bertanya
yang merangsang kelas berpikir, dan cara memecahkan masalah.
33
11. Guru sebagai pengganjar (memberikan penghargaan kepada murid
yang berprestasi)
Guru sebagai pengganjar perlu memilki keterampilan cara
memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi. Menurut
Hamalik (2003:99), dengan memberikan ganjaran terhadap prestasi yang
dicapai oleh siswa dapat merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih
baik dikemudian hari.
12. Guru sebagai evaluator (menilai siswa secara objektif)
Guru sebagai evaluator perlu memilki keterampilan cara menilai
anak-anak secara objektif, kotinue, dan komprehensif.
Setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan
evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan tadi orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang
telah dicapai, baik oleh pihak terdidik, maupun oleh pendidik. Demikian
pula dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Suatu kegiatan belajar mengajar jika tidak
dilengkapi dengan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah
tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang
akan diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, apakah metode
yang digunakan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tesebut akan dapat
dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
34
Dengan kata lain, penilaian perlu dilakukan karena dengan
penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan
metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk
mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan
penilaian guru dapat menetapkan apakah seorang siswa termasuk ke
dalam kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di
kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya. Dengan menelaah
pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses
belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif, cukup memberikan hasil
yang baik dan memuaskan, atau bahkan sebaliknya. Dengan ini, jelaslah
bahwa guru hendaknya mampu dan terampil dalam melaksanakan
penilaian karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang
dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru
hendaknya terus menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai
oleh siswa dari waktu kewaktu. Informasi yang diperoleh melalui
evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap proses belajar
mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki
dan meningkatakan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan
demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk
memproleh hasil yang optimal (Usman, 1990:9).
35
13. Guru sebagai konselor
Guru sebagai konselor perlu memiliki keterampilan cara
membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu.
Menurut Hamalik (1994: 48), dalam rangka mempermudah dan
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar, maka sudah
barang tentu banyak masalah dan current issues yang dihadapi oleh anak-
anak, baik dalam segi belajar maupun dalam segi pribadi. Bimbingan
yang diberikan oleh guru adalah sejenis pemberian fasilitas belajar bagi
anak, oleh sebab melalui bimbingan itu, guru dapat mendorong dan
membantu anak mengatasi kesulitannya dan sekaligus memberi jalan
yang seharusnya ditempuh oleh anak agar berhasil.
2.1.3 Fasilitas
2.1.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar
Fasilitas adalah sarana dan prasarana. Menurut Bafadal (2003: 2)
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang
secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan
prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara
tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Menurut Dimyati, dkk (2009:249-250), prasarana pembelajaran
meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah,
ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku
pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorim sekolah, dan berbagai
36
media pengajaran yang lain. Menurut Djamarah (2002,92), fasilitas adalah
kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Mengutip dari
jurnal Ihuoma P. Asiabaka (2008,10), “School facilities are the material
resources provided for staff and students to optimize their productivity in the
teaching and learning process” (fasilitas sekolah merupakan sumber-sumber
materi yang disediakan untuk staf dan siswa untuk mengoptimalkan
produktivitas mereka dalam mengajar dan proses belajar). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memperlancar
kegiatan.
2.1.3.2 Ruang Lingkup Fasilitas Belajar
Menurut Suharsimi (1988: 268), persyaratan fasilitas pendidikan
kejuruan tergantung dari dua hal: (1) waktu relatif yang diperlukan untuk
kegiatan laboratorium dan (2) tingkat kegunaan alat-alat untuk berbagai
bidang pelajaran. Kegiatan belajar di lembaga pendidikan kejuruan (sebagai
persiapan kerja di masyarakat), lebih dititikberatkan pada action learning.
Pemilihan bentuk pengajaran ini juga dipengaruhi oleh fasilitas ruangan yang
tersedia. Pendidikan kejuruan harus menyesuaikan tersedianya ruangan untuk
keperluan pemberian teori dan praktik.
Nawawi (1987) dalam Bafadal mengklasifikasikan sarana pendidikan
menjadi beberapa macam yaitu (1) ditinjau dari habis tidaknya dipakai (2)
ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan (3) ditinjau dari
hubungannya dengan proses belajar mengajar.
37
1. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai
a. Sarana pendidikan yang habis pakai
Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala bahan atau
alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu relative singkat.
Sebagai contohnya adalah kapur tulis yang biasa digunakan oleh guru
dan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, ada beberapa sarana
pendidikan yang berubah misalnya, kayu, besi, dan kertas karton yang
sering kali digunakan oleh guru mengajar materi pelajaran
keterampilan. Sementara, sebagai contoh sarana pendidikan yang
berubah bentuk adalah pita mesin tulis, bola lampu, dan kertas.
b. Sarana pendidikan yang tahan lama
Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan
atau alat yang dapat digunakan secara terus-menerus dalam waktu yang
relative lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis,
globe, dan beberapa peralatan olahraga.
2. Ditinjau dari bergerak tidaknya
a. Sarana pendidikan yang bergerak
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan
yang bisa digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan
pemakaiannya. Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan salah satu
sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan ke mana-
mana bila diinginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana
pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan ke mana saja.
38
b. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua
sarana pendidikan yang bisa atau relative sangat sulit untuk
dipindahkan.
3. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua
jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung
digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai contoh adalah kapur
tulis, atlas, dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam
mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti lemari arsip di kantor
sekolah merupakan sarana pendidikan yang secara tidak langsung
digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan
menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung
digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang
perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium. Kedua,
prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses
belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya
proses belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis
terakhir tersebut diantaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah
dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah,
ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.
39
Menurut peraturan Mendiknas (2008: 3) SMK / MAK sekurang-
kurangnya memiliki prasarana yang dikelompokkan dalam ruang
pembelajaran umum, ruang penunjang, dan ruang pembelajaran khusus.
ruang pembelajaran umum terdiri dari ruang kelas, ruang perpustakaan.
Kelompok ruang penunjang terdiri dari ruang pimpinan, ruang guru, ruang
tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang
organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat
bermain/olah raga. Sedangkan kelompok ruang pembelajaran khusus
meliputi ruang praktek yang disesuaikan dengan program keahlian.
a. Ruang praktik program Keahlian administrasi perkantoran berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, kegiatan
mengetik berbagai warkat dan dokumen, kearsipan dengan berbagai
cara, pengoperasian kantor, serta administrasi dan perkantoran.
b. Luas minimum ruang praktik Program Keahlian administrasi
perkantoran adalah 176 m2 untuk menampung 32 peserta didik yang
meliputi : ruang praktik mengetik/komputer 32 m2, ruang praktik
kearsipan 32 m2, ruang praktik mesin kantor 32 m2, ruang praktik
perkantoran 32 m2, ruang penyimpanan dan instruktur 48 m2.
c. Ruang praktik Program Keahlian Administrasi Perkantoran dilengkapi
prasarana sebagaimana tercantum pada tabel berikut :
d. Jenis, rasio, dan deskripsi standar prasarana ruang praktik program
keahlian administrasi perkantoran.
40
Tabel 2.2 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana Ruang
Praktik Program Keahlian Administrasi Perkantoran
No. Jenis Rasio Deskripsi
1 Ruang praktik
Mengetik/computer
4 m2/peserta
didik
Kapasitas untuk 8 peserta didik.
Luas minimum adalah 32 m2.
Lebar minimum adalah 4 m.
2 Ruang praktik
Kearsipan
4 m2/peserta
didik
Kapasitas untuk 8 peserta didik.
Luas minimum adalah 32 m2.
Lebar minimum adalah 4 m.
3 Ruang praktik mesin
kantor
4 m2/peserta
didik
Kapasitas untuk 8 peserta didik.
Luas minimum adalah 32 m2.
Lebar minimum adalah 4 m.
4 Ruang praktik
Perkantoran
4 m2/peserta
didik
Kapasitas untuk 8 peserta didik.
Luas minimum adalah 32 m2.
Lebar minimum adalah 4 m.
5 Ruang penyimpanan
dan instruktur
4 m2/peserta
didik
Kapasitas untuk 8 peserta didik.
Luas minimum adalah 32 m2.
Lebar minimum adalah 4 m.
Sumber : Peraturan Mendiknas Tahun 2008.
The liang gie dalam Nur ahlikhah (2008: 30-32) menjelaskan aspek-
aspek fasilitas belajar sebagai berikut:
a. Tempat atau ruang belajar
Salah satu syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya ialah
tersedianya tempat atau ruang belajar. Tempat/ruang belajar inilah yang
digunakan oleh siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
b. Penerangan cukup
Penerangan yang terbaik ialah sinar matahari karena warnanya
putih dan sangat intensif. Namun apabila cuaca tidak baik pihak sekolah
41
juga harus menyediakan penerangan sehingga tidak akan mengganggu
proses belajar mengajar dikelas.
c. Buku-buku pegangan
Syarat yang lain dalam kegiatan belajar mengajar yaitu buku-buku
pegangan. Buku-buku pegangan yang dimaksud disini adalah buku-buku
pelajaran yang dapat menunjang pemahaman siswa dalam menerima
materi yang disampaikan oleh guru.
d. Kelengkapan belajar
Selain buku-buku pegangan, peralatan praktek juga penting untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar.
2.2 Kerangka Berpikir
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang berusaha
mencetak lulusan yang siap kerja dan siap bersaing dalam dunia kerja.
Berdasarkan kurikulum SMK, salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa program studi keahlian administrasi perkantoran adalah mampu
mengetik dengan sistem 10 jari buta. Mengingat pentingnya mengetik dengan
sistem 10 jari sebagai efisiensi kerja, maka lulusan SMK yang nantinya akan
bersaing di dunia kerja harus mampu mengetik dengan sistem 10 jari buta.
Agar siswa terampil mengetik maka dibutuhkan suatu pembelajaran yang
efektif dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai peranan yang cukup
besar dalam proses belajar mengajar. Guru yang efektif adalah guru yang
mempunyai empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
42
sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Kompetensi
profesional adalah kemampuan guru dalam menjalankan profesinya sebagai
pendidik yang berkaitan dengan penguasan ilmu pengetahuan dan
kemampuan guru untuk mentranfer ilmu pengetahuan kepada anak didik
sehingga anak didik dapat memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Selain kompetensi profesional, fasilitas juga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
memperlancar usaha/kegiatan. Dengan adanya kompetensi profesional guru
dan fasilitas belajar di sekolah yakni berupa peralatan dan perlengkapan yang
mendukung siswa dalam prosees belajar mengajar, dapat menghasilkan
perolehan belajar yang baik.
43
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Kompetensi Professional Guru (X1),
indikator:
1. Guru sebagai pengajar
2. Guru sebagai pemimpin kelas
3. Guru sebagai pembimbing
4. Guru sebagai pengatur lingkungan
5. Guru sebagai partisipan
6. Guru sebagai ekspeditur
7. Guru sebagai perencana
8. Guru sebagai supervisor
9. Guru sebagai motivator
10. Guru sebagai penanya
11. Guru sebagai pengganjar
12. Guru sebagai evaluator
13. Guru sebagai konselor
(Hamalik, 2008:48-49)
Fasilitas Belajar (X2), indicator:
1. Sarana
2. Prasarana
(Bafadal, 2004:2)
Kemampuan
Mengetik System 10
Jari Buta (Y),
indikator: diambil dari
nilai tes mengetik
manual.
44
2.3 Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul (Suharsimi, 2006: 71). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu
“ada pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan antara
kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X program keahlian Administrasi
Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang”.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2006: 130).
Sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 215). Penelitian ini merupakan penelitian
populasi. Hal ini dikarenakan jumlah subyek penelitian kurang dari 100
siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X program
studi Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Pemalang Tahun pelajaran
2009/2010 yang berjumlah 80 siswa.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008: 38). Variabel
dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu
variabel terikat.
3.2.1 Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,
2008:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
46
1. Kompetensi profesional guru (X1), indikatornya:
a. Guru sebagai pengajar
b. Guru sebagai pemimpin kelas
c. Guru sebagai pembimbing
d. Guru sebagai pengatur lingkungan
e. Guru sebagai partisipan
f. Guru sebagai ekspeditur
g. Guru sebagai perencana
h. Guru sebagai supervisor
i. Guru sebagai motivator
j. Guru sebagai penanya
k. Guru sebagai pengganjar
l. Guru sebagai evaluator
m. Guru sebagai konselor
2. Fasilitas belajar (X2), indikatornya:
a. Sarana
b. Prasarana
3.2.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa, indikatornya berupa
nilai dari hasil tes praktek mengetik siswa.
47
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan
penelitian (Suharsimi, 2006: 21). Dalam penelitian ini menggunakan
metode/teknik pengumpulan data sebagai berikut:
3.3.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, agenda dan sebagainya
(Suharsimi, 2006: 158). Metode ini adalah suatu metode pengumpulan data
yang dilakukan secara sistematis dan digunakan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan objek penelitian yaitu berupa daftar nama siswa.
3.3.2 Metode Angket atau Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008: 142). Angket ini digunakan untuk
mendapatkan informasi data tentang pengaruh kompetensi profesional guru,
dan fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta
program studi administrasi perkantoran di SMK N 1 Pemalang.
Angket/kuesioner yang digunakan menggunakan pendekatan skala likert
dimana setiap pernyataan dalam angket memiliki lima alternatif jawaban
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS),
Sangat Tidak Setuju (STS). Dari kelima jawaban tersebut masing-masing
memiliki skor yang akan menentukan apakah jawaban dari pernyataan
48
tentang variabel-variabel penelitian terebut tinggi atau tidak. Skor tersebut
terdiri dari:
1. Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS)
2. Skor 4 untuk jawaban Setuju (S)
3. Skor 3 untuk jawaban Kurang Setuju (KS)
4. Skor 2 untuk jawaban Tidak setuju (TS)
5. Skor 1 untuk jawaban Sangat tidak Setuju (STS)
3.3.3 Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengukur ada tidaknya serta besarnya
kemampuan objek yang diteliti (Arikunto, 2006:198). Instrument yang berupa
tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian/prestasi.
Dalam metode tes, siswa diminta untuk mengetik naskah yang telah
disediakan, kemudian menghitung hasil kecepatan mengetik sehingga dapat
diketahui kemampuan mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X
program keahlian Administrasi Perkantoran.
3.4 Uji Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen penelitian dilakukan sebelum angket diberikan
kepada responden. Tujuan dari uji coba instrumen adalah untuk menghindari
pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas, menghilangkan kata-kata yang sulit
dipahami, mempertimbangkan penambahan atau pengurangan item.
Instrumen ditentukan oleh tingkat kesahihan dan keterandalan. Uji coba
instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen
49
sehingga dapat diketahui layak tidaknya instrumen tersebut digunakan dalam
pengambilan data penelitian.
Instrumen penelitian yang diuji cobakan adalah instrumen kompetensi
profesional guru (X1), dan Fasilitas belajar (X2).
3.4.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 2006: 168). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji
validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung (pada kolom corrected
item-Total Correlation) dengan nilai rtabel (pada tabel r product moment)
sebesar 0,444. Pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel dengan
menggunakan level signifikan 5%. Untuk mengetahui kevalidan butir-butir
angket dapat diketahui dengan membandingkan rhitung pada hasil perhitungan
dengan SPSS for windows release 15 dengan rtabel.
Berdasarkan hasil uji validitas kompetensi profesional guru,
memperlihatkan nilai r hitung item pernyataan no 6, 10, 14, dan 33 yang lebih
kecil dari nilai r tabel tidak valid untuk digunakan sebagai alat ukur variabel
kompetensi profesional guru, adapun item pernyataan yang tidak valid
terdapat pada indikator guru sebagai pemimpin kelas, guru sebagai
pembimbing, guru sebagai pengatur lingkungan, dan guru sebagai evaluator,
karena sudah terwakili oleh pernyataan lain yang valid maka pernyataan yang
tidak valid dihilangkan.
50
Berdasarkan ujicoba angket kepada 20 responden diperoleh hasil
seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Hasil Ujicoba Validitas Variabel Kompetensi Profesional
Guru
Kompetensi Profesional guru
No R hitung R table Keterangan
1 0.603 0.444 Valid
2 0.536 0.444 Valid
3 0.488 0.444 Valid
4 0.545 0.444 Valid
5 0.475 0.444 Valid
6 -0.330 0.444 Tidak valid
7 0.615 0.444 Valid
8 0.496 0.444 Valid
9 0.617 0.444 Valid
10 0.360 0.444 Tidak valid
11 0.528 0.444 Valid
12 0.466 0.444 Valid
13 0.580 0.444 Valid
14 0.317 0.444 Tidak valid
15 0.603 0.444 Valid
16 0.487 0.444 Valid
17 0.629 0.444 Valid
18 0.545 0.444 Valid
19 0.553 0.444 Valid
20 0.680 0.444 Valid
21 0.664 0.444 Valid
22 0.483 0.444 Valid
23 0.578 0.444 Valid
24 0.545 0.444 Valid
25 0.493 0.444 Valid
26 0.573 0.444 Valid
27 0.548 0.444 Valid
28 0.538 0.444 Valid
29 0.511 0.444 Valid
30 0.505 0.444 Valid
31 0.617 0.444 Valid
32 0.523 0.444 Valid
33 0.365 0.444 Tidak valid
34 0.456 0.444 Valid
35 0.591 0.444 Valid
Sumber : Data Primer, diolah 2010
51
Tabel 3.2 Hasil Ujicoba Validitas Variabel Fasilitas Belajar
Fasilitas Belajar
No R hitung R tabel Keterangan
36 0.514 0.444 Valid
37 0.615 0.444 Valid
38 0.544 0.444 Valid
39 0.599 0.444 Valid
40 0.603 0.444 Valid
41 0.554 0.444 Valid
42 0.535 0.444 Valid
43 0.551 0.444 Valid
44 0.062 0.444 Tidak valid
45 0.625 0.444 Valid
46 0.496 0.444 Valid
47 0.266 0.444 Tidak valid
48 0.107 0.444 Tidak valid
49 0.544 0.444 Valid
50 0.712 0.444 Valid
51 0.506 0.444 Valid
52 0.481 0.444 Valid
Sumber: Data Primer, diolah 2010
Berdasarkan hasil uji validitas variabel fasilitas belajar
memperlihatkan, nilai r hitung pada item pernyataan no 44, 47 pada
indikator sarana, dan item pernyataan no 48 pada indikator prasarana
lebih kecil dari nilai r table, maka tidak valid untuk digunakan sebagai
alat ukur variabel fasilitas belajar, karena sudah terwakili oleh
pernyataan lain yang valid maka pernyataan yang tidak valid
dihilangkan.
3.4.2 Reliabilitas
Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 174).
52
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunkan SPSS versi
15 dengan memilih menu analyze, kemudian pilih submenu scale, lalu
pilih reliability analysis. Hasil analisis tersebut akan diperoleh melalui
Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai Crombach Alpha > 0,60 (Nunnally dalam Ghazali
2009: 46). Berdasarkan ujicoba angket kepada 20 responden diperoleh
hasil uji reliabilitas seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Tabel Hasil Uji Coba Reliabilitas
No Variabel Cronbach
Alpha
Cronbach Alpha
yang disyaratkan Keterangan
1 Kompetensi
profesional
guru
0.931 > 0.60 Reliabel
2 Fasilitas
Belajar 0.872 > 0.60 Reliabel
Hasil cronbach alpha variabel kompetensi profesional guru, dan
fasilitas belajar > 0,60 sehingga semua indikator yang digunakan oleh
kedua variabel tersebut reliabel atau handal untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Metode Analisis Deskriptif Persentase
Penelitian ini akan menggunanakan tabel statistik yang menunjukkan
angka kisaran teoritis dan sesungguhnya, rata-rata standart deviasi dengan
rumus:
DP = 𝑛
𝑁 x 100%
53
(Ali, 1984: 59)
Keterangan:
DP = Depkriptif Persentase
n = Nilai yang diperoleh
N = Jumlah seluruh nilai
Metode analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengkaji
variabel kompetensi profesional guru, fasilitas belajar serta kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta siswa. Variabel tersebut terdiri dari beberapa
indikator yang sangat mendukung dan kemudian indikator tersebut
dikembangkan menjadi instrumen (angket).
Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1 Mengumpulkan angket yang telah diisi responden dan memeriksa
kelengkapan.
2 Mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif
3 Membuat tabulasi
4 Memasukkan dalam rumus deskriptif presentase
5 Menbuat tabel rujukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menetapkan presentase tertinggi = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%
= 5
5 x 100% = 100%
2. Menetapkan presentase terendah = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 x 100%
= 1
5 x 100% = 20%
3. Menetapkan rentangan presentase = 100% - 20% = 80%
54
4. Menetapkan kelas interval = 5
5. Interval = 80% : 5 = 16%
Berikut adalah tabel dan kriteria dari perhitungan diatas:
Tabel 3.4 Kriteria kompetensi profesional guru
Tabel 3.5 Kriteria Fasilitas Belajar
No Interval Kriteria
1 85% < skor ≤ 100% Sangat Baik
2 69% < skor ≤ 84% Baik
3 53% < skor ≤ 68% Cukup Baik
4 37% < skor ≤ 52% Kurang Baik
5 20% ≤ skor ≤ 36% Tidak Baik
Untuk membuat tabel 3.6, kategori nilai kemampuan mengetik sistem
10 jari buta siswa disusun berdasarkan kriteria hasil belajar mata pelajaran
produktif administrasi perkantoran di SMK N 1 Pemalang.
Tabel 3.6 Kriteria Nilai Kemampuan Mengetik Sistem
10 Jari Buta Siswa
No Rentang Nilai Kriteria
1 70-100 Kompeten
2 0-69 Belum kompeten
Sumber: Data nilai SMK N 1 Pemalang
No Interval Kriteria
1 85% < skor ≤ 100% Sangat Baik
2 69% < skor ≤ 84% Baik
3 53% < skor ≤ 68% Cukup Baik
4 37% < skor ≤ 52% Kurang Baik
5 20% ≤ skor ≤ 36% Tidak Baik
55
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum menentukan persamaan atau model regresinya, maka
persamaan regresi harus memenuhi uji asumsi klasik terlebih dahulu karena
akan dijadikan sebagai alat prediksi.
3.5.2.1 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regesi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen
(Ghazali, 2009: 95). Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas dengan
melihat nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Jika
nilai tolerance tidak kurang dari 10% dan VIF tidak lebih dari 10 maka
tidak terjadi multikolonieritas.
3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan yang
lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedatisitas dilakukan dengan
cara melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (Zpred)
dengan residuanya (Sresid). Apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-
titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi (bebas) heteroskedatisitas (Ghazali, 2009: 125).
3.5.2.3 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak.
56
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Selain itu juga bisa menggunakan one sample
kolmogrov-smirnov test ( dengan menggunakan SPSS).
3.5.3 Metode Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependen, yaitu kompetensi
profesional guru (X1), dan fasilitas belajar (X2) terhadap kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta (Y).
Analisis regresi yang dipergunakan menggunakan rumus:
Y = a + b1𝑋1 + 𝑏2𝑋2
Keterangan:
Y = variabel terikat (kemampuan mengetik sistem 10 jari buta)
a = konstanta
b1 = Nilai Koefisien variabel bebas X1
b2 = Nilai Koefisien variabel bebas X2
(Sugiyono, 2007: 275)
3.6 Pengujian Hipotesis
3.6.1 Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel terikat yaitu melalui alat
bantu SPSS. Dengan cara membandingkan antara nilai signifikan hitung
dengan signifikan α = 5% apabila perhitungan signifikan hitung < dari α (5%)
57
maka Ho ditolak dan Ha diterima dan variabel bebas berpengaruh terhadap
variabel terikat.
3.6.2 Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial digunakan untuk menguji kemampuan koefisien parsial.
Dengan menggunakan alat bantu SPSS membandingkan antara signifikansi
hitung masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan nilai
signifikan hitung dengan signifikan α = 5%. Apabila perhitungan signifikan
hitung masing-masing variabel bebas (variabel X1, X2) < α (5%) maka Ho di
tolak dan Ha diterima artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
terikat.
3.6.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti varibel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghazali, 2009: 87). Dalam
menganalisis data penelitian digunakan program SPSS.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Ada dua analisis yang digunakan dalam skripsi ini yaitu analisis
deskriptif persentase dan analisis regresi. Analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan variabel kompetensi profesional guru, fasilitas belajar, dan
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Analisis berikutnya adalah analisis
regresi yang menggambarkan pengaruh kompetensi profesional guru dan
fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Perincian
hasil penelitian nampak sebagai berikut :
4.1.1 Deskriptif Persentase
Analisis deskriptif persentase terhadap skor yang diperoleh digunakan
untuk mengetahui gambaran jawaban responden terhadap kompetensi
profesional guru, fasilitas belajar dan kemampuan mengetik sistem 10 jari
buta pada siswa kelas X program keahlian administrasi perkantoran di SMK
N 1 Pemalang tahun ajaran 2009/2010.
4.1.1.1 Variabel Kompetensi Profesional Guru
Hasil analisis deskriptif pada data variabel kompetensi profesional guru
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
59
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan deskriptif Persentase Variabel Kompetensi
Profesional Guru
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
42
30
8
0
0
52.50
37.50
10.00
0.00
0.00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat ada 42 siswa yang menyatakan bahwa
kompetensi profesional guru termasuk dalam kategori sangat baik yaitu
sebesar 52,50% dengan indikator guru sebagai pengajar, guru sebagai
pemimpin kelas, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pengatur
lingkungan, guru sebagai partisipan, guru sebagai ekspeditur, guru sebagai
perencana, guru sebagai supervisor, guru sebagai motivator, guru sebagai
penanya, guru sebagai pengganjar, guru sebagai evaluator, dan guru sebagai
konselor. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada diagram di bawah ini:
Gambar 4.1 Diagram Batang Variabel Kompetensi Profesional Guru
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
1 2 3 4 5
60
Dilihat dari masing-masing indikator terlihat bahwa indikator yang
paling tinggi persentasenya adalah pada indikator guru sebagai pengajar yaitu
sebesar 82,50% dengan kategori sangat baik.
Secara lebih rinci gambaran tentang kompetensi profesionl guru
ditinjau dari tiap-tiap indikator dapat disajikan sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Pengajar
Guru sebagai pengajar yakni menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu
memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas yang diajarnya.
Hasil perhitungan analisis deskriptif presentase guru sebagai pengajar mata
diklat mengetik di SMK N 1 Pemalang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai pengajar
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
66
8
4
2
0
82,50
10,00
5,00
2,50
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut sebanyak 82,50% terrmasuk dalam
kriteria sangat baik, dan 2,50% dalam kriteria kurang baik. Terlihat bahwa
guru sebagai pengajar meliputi kemampuan menguasai materi, kemampuan
menjelaskan materi kepada siswa dan kemampuan menjawab pertanyaan
siswa dalam kategori sangat baik. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa menyatakan bahwa kompetensi profesional guru sebagai
pengajar sangat baik.
61
2. Guru Sebagai Pemimpin Kelas
Guru sebagai pemimpin kelas yaitu perlu memiliki keterampilan cara
memimpin kelompok-kelompok muridnya. Hasil perhitungan analisis
deskriptif persentase guru sebagai pemimpin kelas untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai pemimpin kelas
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
54
18
5
3
0
67,50
22,50
6,30
3,80
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut sebanyak 67,50% terrmasuk dalam
kriteria sangat baik, dan 3,80% dalam kriteria kurang baik. Terlihat bahwa
guru sebagai pemimpin kelas meliputi kemampuan mengatur tempat duduk
dan mesin ketik yang akan digunakan siswa sebelum latihan mengetik, serta
kemampuan mengkondisikan kelas dalam kategori sangat baik. Dari data
tersebut menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa
kompetensi profesional guru sebagai pemimpin kelas sangat baik.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan cara
mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar mengajar siswa. Hasil
perhitungan analisis deskriptif persentase guru sebagai pembimbing untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
62
Tabel 4.4 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai pembimbing
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
61
13
5
1
0
76,30
16,30
6,30
1,30
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut sebanyak 76,30% terrmasuk dalam
kriteria sangat baik, dan 1,30% dalam kriteria kurang baik. Terlihat bahwa
guru sebagai pembimbing meliputi kemampuan memberikan dorongan
kepada siswa agar selalu belajar menggunakan kesepuluh jarinya ketika
mengetik, dalam proses belajar mengajar guru mengingatkan cara mengetik
yang baik, serta memberikan arahan berupa nasehat apabila melihat siswa
melakukan kesalahan ketika praktek mengetik dalam kategori sangat baik.
Dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyatakan
bahwa kompetensi profesional guru sebagai pembimbing sangat baik.
4. Guru Sebagai Pengatur Lingkungan
Guru sebagai pengatur lingkungan perlu memiliki keterampilan
mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. Hasil perhitungan
analisis deskriptif persentase guru sebagai pengatur lingkungan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
63
Tabel 4.5 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai pengatur
lingkungan
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
42
23
15
0
0
52,50
28,80
18,80
0,00
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.5 tersebut sebanyak 52,50% termasuk dalam
kriteria sangat baik, dan 18,80% dalam kriteria cukup baik. Terlihat bahwa
guru sebagai pengatur lingkungan meliputi kemampuan memanfaatkan media
sebagai sumber belajar sehingga memudahkan siswa mengembangkan materi
mengetik yang siswa pelajari, serta kemampuan menjelaskan materi mengetik
dengan menggunakan media gambar dalam kategori sangat baik. Dari data
tersebut menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa
kompetensi profesional guru sebagai pengatur lingkungan sangat baik.
5. Guru Sebagai Partisipan
Guru sebagai partisipan perlu memiliki keterampilan cara memberikan
saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan. Hasil
perhitungan analisis deskriptif persentase guru sebagai partisipan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Deskriptif Persentase guru sebagai partisipan
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
43
32
4
1
0
53,80
40,00
5,00
1,30
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
64
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut sebanyak 53,80% termasuk dalam
kriteria sangat baik, dan 1,30% dalam kriteria kurang baik. Terlihat bahwa
guru sebagai partisipan meliputi kemampuan mengawasi cara kerja siswa
dalam mengetik satu persatu serta mendampingi siswa sampai praktek
mengetik selesai dalam kategori sangat baik. Dari data tersebut menunjukan
bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa kompetensi profesional guru
sebagai partisipan sangat baik.
6. Guru Sebagai Ekspeditur
Guru sebagai ekspeditur perlu memiliki keterampilan menyelidiki
sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan. Hasil perhitungan analisis
deskriptif persentase guru sebagai ekspeditur untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai ekspeditur
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
29
37
9
5
0
36,30
46,30
11,30
6,30
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut sebanyak 46,30% termasuk dalam
kriteria baik, dan 6,30% dalam kriteria kurang baik. Terlihat bahwa guru
sebagai ekspeditur meliputi kemampuan memberikan contoh-contoh dengan
menghubungkan masalah yang sedang dihadapi ketika menyampaikan materi,
serta memberikan contoh bagaimana cara mengetik dengan menggunakan
sistem 10 jari dalam kategori baik. Dari data tersebut menunjukan bahwa
65
sebagian besar siswa menyatakan bahwa kompetensi profesional guru sebagai
ekspeditur baik.
7. Guru Sebagai Perencana
Guru sebagi perencana perlu memiliki keterampilan cara memilih,
meramu bahan pelajaran secara profesional. Hasil perhitungan analisis
deskriptif persentase guru sebagai perencana untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai perencana
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
43
25
12
0
0
53,80
31,30
15,00
0,00
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.8 tersebut sebanyak 53,80% termasuk dalam
kriteria sangat baik, dan 15,00% dalam kriteria cukup baik. Terlihat bahwa
guru sebagai perencana meliputi kemampuan menggunakan metode mengajar
sesuai dengan materi yang diajarkan, kemampuan menggunakan cara
mengajar yang mudah dipahami siswa, serta kemampuan memanfaatkan
variasi mengajar dengan menggunakan metode berirama atau sistem buta
dalam kategori sangat baik. Dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar siswa menyatakan bahwa kompetensi profesional guru sebagai
perencana sangat baik.
66
8. Guru Sebagai Supervisor
Guru sebagai supervisor perlu memiliki keterampilan mengawasi
kegiatan anak dan ketertiban kelas. Hasil perhitungan analisis deskriptif
persentase guru sebagai supervisor untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.9 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai supervisor
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
53
19
7
1
0
66,30
23,80
8,80
1,30
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.9 tersebut sebanyak 66,30% termasuk dalam
kriteria sangat baik, dan 1,30% dalam kriteria kurang baik. Terlihat bahwa
guru sebagai supervisor meliputi kemampuan mengkondisikan suasana
belajar sehingga tidak terjadi keributan antar siswa, selalu memeriksa
kehadiran siswa sebelum praktek dimulai, serta memeriksa peralatan
mengetik yang akan digunakan siswa sebelum dimulainya praktek dalam
kategori sangat baik. Dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
siswa menyatakan bahwa kompetensi profesional guru sebagai supervisor
sangat baik.
9. Guru Sebagai Motivator
Guru sebagai motivator perlu memiliki keterampilan mendorong
motivasi belajar kelas. Hasil perhitungan analisis deskriptif persentase guru
sebagai motivator untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
67
Tabel 4.10 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai motivator
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
48
22
8
1
1
60,00
27,50
10,00
1,30
1,30
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.10 tersebut sebanyak 60,00% termasuk dalam
kriteria sangat baik, dan 1,30% dalam kriteria tidak baik. Terlihat bahwa guru
sebagai motivator meliputi kemampuan membangkitkan motivasi belajar
siswa, memberikan motivasi agar siswa selalau belajar mengetik
menggunakan 10 jarinya dalam kategori sangat baik. Dari data tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa kompetensi
profesional guru sebagai motivator sangat baik.
10. Guru Sabagai Penanya
Guru sebagai penanya perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang
merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah. Hasil perhitungan
analisis deskriptif persentase guru sebagai penanya untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai penanya
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
20
37
15
7
1
25,00
46,30
18,80
8,80
1,30
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
68
Berdasarkan tabel 4.11 tersebut sebanyak 46,30% termasuk dalam
kriteria baik, dan 1,30% dalam kriteria tidak baik. Terlihat bahwa guru
sebagai penanya meliputi kemampuan mengadakan tanya jawab agar siswa
lebih aktif dan kreatif, sehingga dapat merangsang siswa untuk berpikir,
mendidik, dan mengenai sasaran dalam kategori baik. Dari data tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa kompetensi
profesional guru sebagai penanya sudah baik.
11. Guru Sebagai Pengganjar
Guru sebagai pengganjar perlu memiliki keterampilan cara
memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi. Hasil
perhitungan analisis deskriptif persentase guru sebagai pengganjar untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai pengganjar
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
26
36
12
6
0
32,50
45,00
15,00
7,50
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.12 tersebut sebanyak 45,00% termasuk dalam
kriteria baik, dan 7,50% dalam kriteria kurang baik. Terlihat bahwa guru
sebagai pengganjar meliputi kemampuan memberikan pujian apabila siswa
dapat menyelesaikan latihan mengetik dengan benar, serta memberikan nilai
lebih ketika siswa dapat menyelesaikan pekerjaan mengettik dengan benar
dalam kategori baik. Dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
69
siswa menyatakan bahwa kompetensi profesional guru sebagai pengganjar
sudah baik.
12. Guru Sebagai Evaluator
Guru sebagi evaluator perlu memiliki keterampilan cara menilai
anak-anak secara objektif, continue, dan komprehensif. Hasil perhitungan
analisis deskriptif persentase guru sebagai evaluator untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai evaluator
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
47
19
10
4
0
58,80
23,80
12,50
5,00
0,00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.13 tersebut sebanyak 58,80% termasuk dalam
kriteria sangat baik, dan 5,00% dalam kriteria kurang baik. Terlihat bahwa
guru sebagai evaluator meliputi kemampuan memberikan penilaian terhadap
hasil pekerjaan mengetik siswa serta mengadakan remidial bagi siswa yang
belum tuntas dalam kategori sangat baik. Dari data tersebut menunjukan
bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa kompetensi profesional guru
sebagai evaluator sangat baik.
13. Guru Sebagai Konselor
Guru sebagai konselor perlu memilki keterampilan cara membantu
anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu. Hasil perhitungan analisis
deskriptif persentase guru sebagai konselor untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
70
Tabel 4.14 Deskriptif Persentase Indikator guru sebagai evaluator
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
23
25
19
12
1
28,80
31,30
23,80
15,00
1,30
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.14 tersebut sebanyak 31,30% termasuk dalam
kriteria baik, dan 1,30% dalam kriteria tidak baik. Terlihat bahwa guru
sebagai konselor meliputi kemampuan membantu memecahkan masalah
kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam kategori baik. Dari data tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa kompetensi
profesional guru sebagai konselor sudah baik.
4.1.1.2 Variabel Fasilitas Belajar
Hasil analisis deskriptif pada data variabel fasilitas belajar dapat diihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Deskriptif Persentase Variabel Fasilitas
Belajar
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
57
19
4
0
0
71.30
23.80
5.00
0.00
0.00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Dari tabel 4.15 terlihat ada 57 siswa yang menyatakan bahwa variabel
fasilitas belajar dalam keadaan sangat baik, yaitu sebesar 71,30% dan
sebanyak 19 siswa yang menyatakan dalam kriteria baik, yaitu sebesar
23,80%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:
71
Gambar 4.2 Diagram Batang Variabel Fasilitas Belajar
Secara lebih rinci gambaran tentang fasilitas belajar mengetik kelas X
prodi administrasi perkantoran di SMK N 1 Pemalang ditinjau dari tiap-tiap
indikator dapat disajikan sebagai berikut:
1. Sarana
Indikator sarana dapat dirangkum dalam tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.16 Deskriptif Persentase Indikator Sarana
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
51
24
5
0
0
63.80
30.00
6.30
0.00
0.00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.16 tersebut terlihat ada 51 siswa yang menyatakan
bahwa sarana belajar mengetik termasuk dalam kriteria sangat baik, yaitu
sebesar 63,80% dan 24 siswa menyatakan dalam kriteria baik, yaitu sebesar
30,00%. Dari data tersebut terlihat bahwa indikator sarana yang meliputi
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
1 2 3 4 5
72
keadaan penerangan baik penerangan alami maupun buatan, keadaan sirkulasi
udara, penyediaan buku-buku paket oleh sekolah dan kelengkapan peralatan
praktek di laboratorium mengetik manual dalam keadaan sangat baik, dapat
dilihat bahwa tidak ada siswa yang menyatakan bahwa sarana belajar
mengetik dalam kategori kurang baik.
2. Prasarana
Indikator prasarana dapat dirangkum dalam tabel 4.17 berikut ini:
Tabel 4.17 Deskriptif Persentase Indikator Prasarana
No Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
85% < skor ≤ 100%
69% < skor ≤ 84%
53% < skor ≤ 68%
37% < skor ≤ 52%
20% ≤ skor ≤ 36%
57
19
4
0
0
71.30
23.80
5.00
0.00
0.00
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.17 tersebut terlihat ada 57 siswa yang menyatakan
bahwa prasarana belajar mengetik dalam kategori sangat baik, yaitu sebesar
71,30% dan 19 siswa menyatakan dalam kriteria baik. Dari data tersebut
terlihat bahwa dari indikator prasarana yang meliputi ukuran tempat/ruang,
kebersihan, keadaan pada saat hujan dan keadaan laboratorium mengetik
manual sangat baik. Terlihat dari jumlah persentase yang paling tinggi pada
kategori sangat baik.
4.1.1.3 Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta
Kemampuan mengetik sistem 10 jari buta yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa pada saat mengikuti tes
mengetik yang dinyatakan dalam bentuk nilai/angka. Nilai kemampuan
73
mengetik siswa diambil dari nilai kecepatan, ketepatan, dan kerapian
mengetik siswa.
Berikut hasil analisis deskriptif presentase variabel kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X program keahlian Administrasi
Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang:
Tabel 4.18 Deskriptif Persentase Indikator Kemampuan mengetik sistem
10 jari buta
No Nilai Frekuensi Persentase Kriteria
1
2
70-100
0-69
29
51
36,25%
63,75%
Kompeten
Belum
kompeten
Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif persentase pada tabel 4.18
diketahui dari hasil tes mengetik ternyata dari 80 siswa hanya ada 29 siswa
yang kompeten/mampu dalam mengetik sistem 10 jari buta. Dengan kata lain
dapat dinyatakan sebagian besar hasil belajar berupa kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta siswa masih belum memuaskan, karena masih ada 51
siswa yang belum mampu mencapai nilai standar yang ditetapkan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini:
74
Gambar 4.3 Diagram batang variabel kemampuan mengetik sistem 10 jari
buta.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
4.1.2.1 Uji Multikolonieritas
Syarat berlakunya model regresi berganda adalah antar variabel
bebasnya tidak memiliki hubungan sempurna atau tidak mengandung
multikolonieritas. Pengujian multikolonieritas dapat dilihat dari nilai
Variance Inflation Factor (VIF) dengan nilai tolerance melalui SPSS for
windows 12.0.
Tabel 4.19 Rangkuman Nilai tolerance dan VIF
Variabel Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Kompetensi profesional guru 0.409 2.447
Fasilitas Belajar 0.409 2.447
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
1 2
75
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tolerance dan nilai
VIF menunjukkan tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih
dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 10% ini berarti model regresi
yang dihasilkan tidak mengandung multikolonieritas.
4.1.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125).
Untuk mengetahui gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan
mengamati grafik scatterplot melalui SPSS 12, model yang bebas dari
heteroskedastisitas memiliki grafik scatterplot dengan pola titik-titik
menyebar.
76
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
4.1.2.3 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009:
147). Normalitas dapat dilihat dari grafik normal P-P plot dengan bantuan
SPSS for windows release 12.0, apabila titik-titik mendekati garis diagonal
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Untuk lebih
jelasnya akan disajikan grafik normal P-P plot seperti gambar berikut ini.
77
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.20 One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Terlihat dari tabel di atas berdasarkan hasil uji kolmogorov-
sirnov test juga diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,965 > 0,05, yang
berarti bahwa data setiap variabel berdistribusi normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
80
.0000000
3.89819226
.056
.056
-.048
.498
.965
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
78
4.1.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier yang dilakukan melalui
analisis statistik dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 maka
diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y = 39,880 + 0,140X1 + 0,168X2
Keterangan:
Y = Kemampuan mengetik sistem 10 jari buta
39,880 = Konstanta
X1 = Kompetensi profesionl guru
X2 = Fasilitas belajar
Tabel 4.21 Analisis Regresi Linier Berganda
Dari persamaan regresi tersebut dapat diartikan bahwa :
1. Jika segala sesuatu pada variabel-variabel bebas dianggap konstan, maka
nilai kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X prodi
administrasi perkantoran di SMK N 1 Pemalang sebesar 39,880 satu
satuan.
2. Koefisien regresi variabel X1 sebesar 0,140 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan satu satuan variabel kompetensi profesional guru, sedangkan
fasilitas belajar diasumsikan konstan, maka akan menyebabkan
Coefficientsa
39.880 4.429 9.004 .000
.140 .066 .309 2.126 .037 .235 .409 2.447
.168 .079 .308 2.119 .037 .235 .409 2.447
(Constant)
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Part ial
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butaa.
79
peningkatan kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa sebesar
0,140 satu satuan.
3. Koefisien regresi variabel X2 sebesar 0,168 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan satu satuan variabel fasilitas belajar, sedangkan variabel
kompetensi profesional guru diasumsikan konstan, maka akan
menyebabkan peningkatan kemampuan mengetik sistem 10 jari buta
siswa sebesar 0,168 satu satuan.
4.1.4 Uji Hipotesis
4.1.4.1 Uji Simultan (Uji F)
Pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh secara simultan
kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta dapat dilihat dari hasil uji F. Kriteria
pengujiannya apabila p-value < 0.05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak.
Hasil uji simultan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.22 Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
607.857 2 303.929 19.494 .000a
1200.476 77 15.591
1808.333 79
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Fasilitas Belajar, Kompetensi Prof esional Gurua.
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butab.
80
Hasil Uji F diperoleh nilai F sebesar 19,494 dan nilai p-value = 0,000,
karena nilai signifikansi F < α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara kompetensi profesional guru dan fasilitas
belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa.
4.1.4.2 Uji Parsial (Uji t)
Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji
keberartian pengaruh masing-masing variabel bebas yaitu antara kompetensi
profesional guru (X1), dan fasilitas belajar (X2) terhadap kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X prodi administrasi perkantoran di
SMK N 1 Pemalang.
Tabel 4.23 Hasil Uji Parsial (Uji t)
1. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Kemampuan
Mengetik Sistem 10 Jari Buta
Berdasarkan tabel coefficient hasil perhitungan keberartian regresi
dengan uji t diperoleh thitung = 2,126 dengan signifikansi 0,037 < 0,05. Hal ini
berarti menyatakan bahwa kompetensi profesional guru mempunyai pengaruh
terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta.
Coefficientsa
39.880 4.429 9.004 .000
.140 .066 .309 2.126 .037 .235 .409 2.447
.168 .079 .308 2.119 .037 .235 .409 2.447
(Constant)
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Part ial
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butaa.
81
2. Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Kemampuan Mengetik
Sistem 10 Jari Buta
Berdasarkan tabel coefficient hasil perhitungan keberartian regresi
dengan uji t diperoleh thitung = 2,119 dengan signifikansi 0.037 < 0.05. Hal ini
berarti menyatakan bahwa fasilitas belajar mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta.
4.1.5 Koefisien Determinasi
Tabel 4.24 Hasil Koefisien Determinasi
Dari tabel model summary diperoleh nilai koefisien determinasi
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh kompetensi profesional guru
(X1), dan fasilitas belajar (X2) terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari
buta (Y). Berdasarkan perhitungan dengan bantuan program komputasi SPSS
for Windows release 12 diperoleh nilai koefisien determinasi simultan (R2)
adjusted R square sebesar 0,319, dengan demikian menunjukkan bahwa
kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar secara bersama-sama
mempengaruhi kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X prodi
administrasi perkantoran di SMK N 1 Pemalang sebesar 31,9% dan sisanya
Model Summaryb
.580a .336 .319 3.94849 19.494 2 77 .000
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Est imate F Change df1 df2
Sig. F
Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Fasilitas Belajar, Kompetensi Profesional Gurua.
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butab.
82
68,1% dari kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas X1 (kompetensi
profesional guru), dan X2 (fasilitas belajar) terhadap variabel terikat Y
(kemampuan mengetik sistem 10 jari buta) dapat dilihat pada tabel 4.21
diketahui besarnya koefisien determinasi parsial antara kompetensi
profesional guru terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta adalah
(0,235)2 atau 0,0552, besarnya koefisien determinasi parsial fasilitas belajar
terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta adalah (0,235)2
atau
0,0552, dengan demikian menunjukkan bahwa pengaruh kompetensi
profesional guru terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta sebesar
5,52%, sedangkan pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta sebesar 5,52%. Hal ini berarti bahwa variabel kompetensi
profesional guru dan fasilitas belajar memiliki pengaruh yang sama terhadap
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta.
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis, digunakan analisis
regresi linier berganda. Data diolah menggunakan program SPSS for windows
release 12 dan diperoleh persaman regresi Y = 39,880 + 0,140X1 + 0,168X2.
Berdasarkan data hasil penelitian, variabel kompetensi profesional
guru dan fasilitas belajar baik secara parsial ataupun simultan mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari
83
buta siswa kelas X program keahlian administrasi perkantoran di SMK
Negeri 1 Pemalang. Variabel kompetensi profesional guru dan fasilitas
belajar secara simultan dilihat dari nilai Adjusted R Square memberikan
pengaruh sebesar 31,9% terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta
dan sisanya sebesar 68,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji
dalam penelitian ini.
Variabel kompetensi profesional guru mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas
X program keahlian administrasi perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang.
Koefisien regresi variabel kompetensi profesional guru sebesar 0,140
menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan variabel kompetensi
profesional guru maka menyebabkan peningkatan kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta sebesar 0,140 satu satuan jika variabel lain diasumsikan
konstan. Koefisien regresi b1 bertanda positif artinya semakin baik nilai
variabel kompetensi profesional guru maka akan semakin baik pula
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswanya. Menurut Harwanto
(2008:47), bahwa kompetensi profesional guru merupakan kemampuan
penguasaan mata pelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai
oleh guru. Tidak hanya materi yang sesuai bidang tugasnya, tetapi juga
kemampuan mengintegrasikan dan menghubungkan materi-materi mata
pelajaran lainnya, sehingga seorang guru mampu menyajikan materi secara
utuh kepada anak muridnya. Berdasarkan hasil uji parsial dapat diketahui
bahwa kompetensi profesional guru berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta, terbukti dari nilai
signifikansi 0,037 < 0,05. Adanya pengaruh tersebut menunjukkan bahwa
84
semakin baik kompetensi profesional guru akan meningkatkan kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta siswa, sebaliknya semakin rendah kompetensi
profesional guru semakin menurun pula kemampuan mengetik sistem 10 jari
buta. Kompetensi profesional guru memberikan kontribusi yang kecil
terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta, walaupun memberikan
kontribusi yang kecil, akan tetapi kompetensi profesional guru tetap
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta
siswa. Adanya pengaruh tersebut menunjukkan bahwa semakin baik
kompetensi profesional guru akan meningkatkan kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta, sebaliknya semakin buruk kompetensi profesional guru
semakin menurun pula kemampuan mengetik sistem 10 jari buta.
Menurut Uno (2008:69), kompetensi profesional guru artinya guru
harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter (bidang studi) yang
akan diajarkan serta penguasaan metode dalam arti memiliki konsep teoritis
mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar. Menurut Hamalik
(2008:34), kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan
apapun. Kompetensi profesional guru penting dalam hubungan dengan
kegiatan dan hasil belajar siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa
bukan hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya,
akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar
dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih
mampu mengelola kelas, sehingga belajar siswa berada pada tingkat optimal.
85
Menurut Hamalik ada 13 peranan dan kompetensi profesional guru dalam
proses belajar mengajar, dimana tiap peranan menuntut berbagai kompetensi
atau keterampilan mengajar yang dipandang inti untuk masing-masing
peranan tersebut, yakni guru sebagai pengajar (menguasai materi), guru
sebagai pemimpin kelas (mampu mengelola kelas), guru sebagai pembimbing
(mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa), guru sebagai pengatur
lingkungan (mampu menyediakan media pembelajaran), guru sebagai
partisipan (berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar), guru sebagai
ekspeditur (mampu memberikan bahan ajar dengan contoh-contoh yang
benar), guru sebagai perencana (mempunyai keterampilan memilih bahan
ajar), guru sebagai supervisor (menjaga ketertiban kelas), guru sebagai
motivator (sebagi motivator belajar), guru sebagai penanya (dapat
mengaktifkan siswa), guru sebagai pengganjar (memberikan penghargaan
kepada murid yang berprestasi), guru sebagai evaluator (menilai siswa secara
objektif), dan guru sebagai konselor.
Kompetensi profesional guru kecil pengaruhnya terhadap kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X program keahlian Administrasi
Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang. Hal ini disebabkan guru sebagai
pendidik belum memiliki kompetensi profesional secara menyeluruh,
berdasarkan jawaban dari responden terlihat bahwa kompetensi profesional
guru sebagai pengganjar dan penanya masih belum maksimal, yakni
keterampilan memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi
masih rendah, serta masih rendahnya keterampilan cara bertanya guru yang
merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah. Diharapkan guru
86
dapat lebih meningkatkan lagi kompetensi profesionalnya sebagai pengganjar
dan penanya. Sebagai pengganjar yaitu dengan memberikan pujian kepada
siswa apabila siswa dapat menyelesaikan latihan mengetik dengan benar,
memberikan nilai lebih apabila siswa dapat menyelesaikan pekerjaan
mengetik dengan benar. Sedangkan sebagai penanya yaitu dalam proses
belajar mengajar guru harus mengadakan tanya jawab agar siswa lebih aktif
dan kreatif, serta mengupayakan agar pertanyaan yang dilontarkan kepada
siswa lebih merangsang siswa untuk berpikir, mendidik, dan mengenai
sasaran. Diharapkan dengan optimalnya kompetensi profesional yang dimiliki
guru dapat meningkatkan kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa.
Berdasarkan data hasil penelitian, variabel fasilitas belajar mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari
buta siswa kelas X prodi administrasi perkantoran di SMK N 1 Pemalang
tahun ajaran 2009/2010. Koefisien regresi variabel fasilitas belajar sebesar
0,168 menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan variabel fasilitas
belajar maka menyebabkan peningkatan kemampuan mengetik sistem 10 jari
buta sebesar 0,168 satu satuan jika variabel lain diasumsikan konstan.
Koefisien regresi b2 bertanda positif artinya semakin baik nilai variabel
fasilitas belajar maka akan semakin baik pula pula kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta.
Menurut Bafadal (2003: 2) fasilitas belajar meliputi sarana dan
prasarana. Menurut Arikunto (1988: 268) kegiatan belajar di lembaga
pendidikan kejuruan (sebagai persiapan kerja di masyarakat), lebih
dititikberatkan pada action learning. Pemilihan bentuk pengajaran ini juga
87
dipengaruhi oleh fasilitas ruangan yang tersedia. Pendidikan kejuruan harus
menyesuaikan tersedianya ruangan untuk keperluan pemberian teori dan
praktik. Berdasarkan hasil uji parsial dapat diketahui bahwa fasilitas belajar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan mengetik sistem 10
jari buta, terbukti dari nilai signifikansi 0,037 < 0,05. Adanya pengaruh
tersebut menunjukkan bahwa semakin baik fasilitas belajar mengetik akan
meningkatkan kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa, sebaliknya
semakin tidak baik fasilitas semakin menurun pula kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta. Fasilitas belajar memberikan kontribusi yang kecil
terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa, walaupun
memberikan kontribusi yang kecil, akan tetapi fasilitas belajar tetap
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta
siswa. Adanya pengaruh tersebut menunjukkan bahwa semakin baik fasilitas
belajar akan meningkatkan kemampuan mengetik sistem 10 jari buta,
sebaliknya semakin buruk fasilitas belajar semakin menurun pula kemampuan
mengetik sistem 10 jari buta.
Kontribusi fasilitas belajar yang belum begitu besar terhadap
kemampuan mengetik sistem 10 jari buta, disebabkan sarana dan prasarana
belum terpenuhi secara menyeluruh seperti penggunaan buku literatur
mengetik yang masih terbitan lama dan letak laboratorium mengetik yang
kurang mendukung yaitu letak laboratorium yang dekat dengan jalan raya
sehingga siswa merasa terganggu pada saat proses belajar mengajar.
Meskipun pihak sekolah sudah berusaha memberikan fasilitas belajar
semaksimal mungkin kepada siswa seperti sarana belajar mengetik yang baik
88
berupa lampu untuk penerangan, pengaturan suhu dan suirkulasi udara,
penyediaan buku paket untuk siswa, penyediaan mesin ketik manual, meja
dan kursi mengetik yang nyaman, dan penyediaan kertas mengetik, serta
prasarana mengetik berupa tersedianya laboratorium mengetik yang nyaman
dan bersih. Diharapkan dengan tersedianya fasilitas belajar mengetik tentunya
dapat meningkatkan kemampuan mengetik sistem 10 jari buta.
89
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diambil beberapa
simpulan, antara lain:
5.1.1 Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi
profesional guru terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta.
5.1.2 Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar
terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta.
5.1.3 Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi
profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik
sistem 10 jari buta.
5.2 Saran
Ada beberapa saran yang diajukan sehubungan dengan kompetensi
profesional guru dan fasillitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem
10 jari buta, saran yang dapat diajukan:
5.2.1 Guru hendaknya lebih meningkatkan kompetensi profesionalnya
sebagai pengganjar. Misalnya dengan pemberian pujian kepada siswa
apabila siswa dapat menyelesaikan latihan mengetik dengan benar
karena dengan penghargaan yang diberikan guru kepada siswa, akan
90
membuat siswa lebih bersemangat lagi untuk belajar yang akan
berdampak pada perolehan hasil belajar.
5.2.2 Guru hendaknya lebih meningkatkan kompetensi profesionalnya
sebagai penanya. Sebagai penanya, guru perlu meningkatkan
keterampilan cara bertanya yang merangsang kelas berpikir dan cara
memecahkan masalah. Misalnya dengan mengadakan tanya jawab
dalam proses belajar mengajar agar siswa lebih aktif dan kreatif.
5.2.3 Pihak sekolah hendaknya dapat lebih meningkatkan fasilitas belajar
mengetik, terutama dalam hal penggunaan buku literatur dengan
menambah buku literatur terbitan terbaru.
5.2.4 Pihak sekolah diharapkan dapat mengupayakan agar siswa tidak
merasa terganggu karena letak laboratorium mengetik yang dekat
dengan jalan raya, contohnya dengan penggunaan alat peredam suara
yang dapat mengurangi suara yang ditimbulkan dari luar sehingga
tidak mengganggu konsentrasi kegiatan belajar mengajar mengetik.
91
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.
Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
. 1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Departmen Pendidikan dan
Kebudayaan Diektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Asman, Jamal Mamur. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan
profesional. Jogjakarta: Power Book Banguntapan.
Bafadal, Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori Dan
Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Teknis Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dan Silabus Sekolah Menengah Kejuruan.
Jakarta: Depdiknas.
Dimyati, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. (Mrs.) Ihuoma P. Asiabaka. “The Need for Effective Facility Management
in Schools in Nigeria”. New York Science Journal. Department of
Education Foundations and Administration, Faculty of Education,
Imo State University, Owerri, Nigeria.
Feryal Cubukcu.” student teachers’ perceptions of teacher competence and
their attributions for success and failure in learning”. Faculty of
Education, Dokuz eylul University.
Ghozali, Ahmad. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Sinar Baru
Algesindo.
Hamalik, Oemar. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
92
. 2008. Perencanaa Pengajaran Berdasarkan pendekatan
Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Harwanto. 2008. Memilih Profesi Guru?. Banten: Cerad Insan Cendekia.
Mendiknas. 2008. Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejurun (SMK/MAK). Jakarta: Citra
Utama Media.
Mustaqim. 2008. Psikologi Pendidikan. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
Naree Aware Achwarin. “The study of teacher competence of teachers at
schools in the three southern provinces of thailand”. Graduate School
of Education, Assumption University of Thailand.
Poerwadarminta, WJS. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rianggoro, Krisna. 2001. Marilah Belajar Mengetik. Semarang: Aneka ilmu.
Sardiman. 1994. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Setiawan, Iwan dkk. 1994. Pengetahuan Mengetik SMK. Bandung: Armico.
Sudarmin, Djanewar. 1999. Mengetik SMK jilid 1 Kelompok Bisnis dan
manajemen. Bandung: Armico.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung :Alfabeta
Sularso, dkk. 1984. Mengetik dengan sistem 10 jari. Yogyakarta: Liberty.
Suwandi. 2007. Makalah Peranan Mesin Ketik Manual dan Keterampilan
Mengetik 10 Jari di Era Komputerisasi. Probolinggo.
Uno, Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi aksara.
93
DAFTAR NAMA RESPONDEN PENELITIAN
Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1
Pemalang
No NIS Nama Siswa L/P
1 9696 AFI RISIATUN P
2 9697 ANDRI SUSANTO L
3 9698 APRILIANI SITTA NINGTIYAS W. P
4 9699 ARO MARIA ULFA P
5 9700 DESI WULANDARI P
6 9701 DESI SETYA ANGGRAINI P
7 9702 DEVI DWIANA P
8 9703 DIDI RUDIYANTO L
9 9704 EFI SANTIKA P
10 9705 FITRIANI P
11 9706 FUJI TRIYONO L
12 9707 IFFAH UTAMI LESTARI P
13 9708 ISNI KOMALASARI P
14 9709 ISTIQOMAH P
15 9710 KHAMIDAH P
16 9711 LILIAN HANINGTIYAS P
17 9712 LISTIO FRENKI L
18 9713 LITA MARSIH P
19 9714 LOLA LARANINGTIYAS P
20 9715 MUNAWAROH P
21 9716 MURTI AYU WIJAYANTI P
22 9717 NAELUL FAZAH P
23 9718 NAFISAH FITRI P
24 9719 NOVI LUFITANINGSIH P
25 9720 NOVIDA CATUR ARISTIYANINGSIH P
26 9721 NURUL FITRIYANINGRUM P
27 9722 OKTA NOOR AZHARI P
28 9723 PARTIN PARLINAH P
29 9724 PUJIYANTO L
30 9725 RIYANTI WIDI ASTUTI P
31 9726 RISKI AMELIA P
32 9727 RUWASIH P
33 9728 SALAMI NURHIKMAH P
34 9729 SEPTI MAULIDIANA P
35 9730 SITI NURWATI P
36 9731 SRI ANDAYANI P
37 9732 TRIANI P
38 9733 WIDYA ARDILESTARI P
39 9734 YULI MAESAROH P
40 9735 YUNITA RATNASARI P
94
41 9736 ADNAN AZIZ AININ L
42 9737 AMI ROHAYATI P
43 9738 ANISAH P
44 9739 ARI FEBRINA P
45 9740 ASTRI YULIANINGRUM P
46 9741 DARYATI WITRI LESTARI P
47 9742 DEVI SANATI P
48 9743 DEWI RIAMITA P
49 9744 DIAN RETNOWATI P
50 9745 EKI NOVIANTI P
51 9746 ENI MARIANI P
52 9747 ETI PUSPITASARI P
53 9748 FUJIANAH P
54 9749 HANIDAH NUR AIN P
55 9750 HEIK MATUS SOLICA P
56 9751 HERLINA APRILIANI P
57 9752 IDA JAYANTI P
58 9753 INDAH MERYANI P
59 9754 ISTIQOMAH P
60 9755 KENI P
61 9756 KIKI ASTRIDA P
62 9757 LIDIYA VALENCIANA P
63 9758 LISA FITRIANA P
64 9759 LUTHFI ALFIANTO P
65 9760 MEI SULASMI P
66 9761 MUTI SURANI P
67 9762 NURISMANTO L
68 9763 PUTRI SAKINAH P
69 9764 RAHAYUNINGSIH P
70 9765 RATNA SARI P
71 9766 RESKI AMALIA P
72 9767 RETNO KUNANTI P
73 9768 SAVITA PRIYANI P
74 9769 SITI NURROHMAH P
75 9770 SITI WULANDARI P
76 9771 TUZIA INAFITRI P
77 9772 VINO VERDIAN P
78 9773 WIDIATI P
79 9774 WULAN SUCI P
80 9775 ZAUZATUN SOLIHAH P
95
KISI-KISI ANGKET PENELITIAN
Variabel Indikator No. Item Jumlah
Kompetensi
profesional
guru
1. Guru sebagai pengajar
(Menguasai materi)
2. Guru sebagai pemimpin (mampu
mengelola kelas)
3. Guru sebagai pembimbing
(mengarahkan dan mendorong
kegiatan belajar siswa)
4. Guru sebagai pengatur
lingkungan (mampu
menyediakan media
pembelajaran)
5. Guru sebagai partisipan
(Berpartisipasi dalam kegiatan
belajar mengajar)
6. Guru sebagai ekspeditur (mampu
memberikan bahan ajar dengan
contoh-contoh yang benar)
7. Guru sebagai perencana
(mempunyai keterampilan
memilih bahan ajar)
8. Guru sebagai supervisor
(Menjaga ketertiban kelas)
9. Guru sebagai motivator
10. Guru sebagai penanya (
dapat mengaktifkan siswa)
11. Guru sebagai pengganjar
(memberikan penghargaan
1, 2, 3
4, 5
6, 7, 8
9, 10, 11
12, 13
14, 15
16, 17, 18
19, 20, 21
22, 23
24, 25
26, 27
3
2
3
3
2
2
3
3
2
2
2
96
Fasilitas
belajar
kepada siswa yang berprestasi)
12. Guru sebagai evaluator
(menilai siswa secara objektif)
13. Guru sebagai konselor
1. Sarana
2. Prasarana
28, 29, 30
31
32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41
42, 43, 44, 45
3
1
10
4
97
ANGKET PENELITIAN
Kepada
Siswa kelas X Administrasi Perkantoran
SMK Negeri 1 Pemalang
di Pemalang
Dengan hormat,
Sehubungan diadakan penelitian dengan judul “Kompetensi
Profesional Guru dan Fasilitas Belajar Pengaruhnya Terhadap Kemampuan
Mengetik Sistem 10 Jari Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi
Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang” sebagai prasyarat menyelesaikan
studi strata 1 (satu), peneliti bermaksud mengumpulkan data untuk
menyelesaikan tersebut.
Maka peneliti mohon bantuan anda untuk mengisi angket yang
terlampir pada halaman berikut dengan sejujurnya. pengisian ini tidak akan
mempengaruhi keberadaan anda selaku siswa SMK negeri 1 Pemalang.
Demikian permohonan peneliti, atas bantuan dan partisipasi yang
anda berikan saya ucapkan terimakasih.
Peneliti,
Nur Aeni Yuniarsih
7101406598
98
ANGKET PENELITIAN
I. Identitas Responden
Nama :
Kelas :
No. absen :
II. Petunjuk Pengisian
1. Sebelum menjawab pertanyaan, isilah identitas responden telebih
dahulu.
2. Berilah tanda cek ( V) pada kolom jawaban yang anda anggap
paling benar, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak setuju (STS).
3. Bila siswa membatalkan jawaban, silahkan (X) jawaban yang
dibatalkan, kemudian beri jawaban baru dengan tanda cek ( V ).
III. Keterangan Jawaban
1. SS : Sangat Setuju
2. S : Setuju
3. KS : Kurang Setuju
4. TS : Tidak Setuju
5. STS : Sangat Tidak Setuju
99
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
1 Sebelum memulai latihan mengetik, guru
menjelaskan terlebih dahulu materi latihan-latihan
yang harus dikerjakan oleh siswa.
2 Dalam menyampaikan pelajaran mengetik, guru
menguasai materi yang akan diajarkan, sehingga
siswa memahami materi yang disampaikan.
3 Ketika siswa bertanya tentang materi mengetik,
guru mampu menjawab pertanyaan siswa dengan
baik.
4 Sebelum memulai mengetik, guru mengatur tempat
duduk dan mesin ketik yang akan digunakan siswa.
5 Guru dapat mengkondisikan kelas dengan baik,
sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif.
6 Guru memberikan dorongan kepada siswa agar
selalu belajar menggunakan 10 jarinya ketika
mengetik.
7 Dalam proses belajar mengajar, guru mengingatkan
bagaimana cara mengetik yang baik kepada siswa
agar diperoleh hasil ketikan yang baik juga.
8 Guru memberikan arahan berupa nasihat apabila
melihat siswa melakukan kesalahan dalam
melakukan praktek mengetik.
9 Dalam mengajar guru memanfaatkan media sebagai
sumber belajar.
10 Penggunaan media membantu memudahkan siswa
mengembangkan materi mengetik yang siswa
pelajari.
11 Guru mampu menjelaskan materi mengetik dengan
menggunakan media gambar dengan baik.
12 Guru mendampingi siswa sampai praktek mengetik
selesai.
13 Guru mengawasi cara kerja siswa dalam mengetik
satu persatu.
14 Dalam menyampaikan materi, guru memberikan
contoh-contoh dengan menghubungkan masalah
yang sedang dihadapi.
15
Dalam menyampaikan materi, guru memberikan
contoh mengetik dengan menggunakan 10 jari.
100
16 Dalam proses belajar mengajar, guru menggunakan
metode mengajar sesuai dengan materi yang akan
diajarakan.
17 Dalam mengajar, guru menggunakan cara mengajar
yang mudah dipahami oleh siswa.
18 Guru memanfaatkan variasi mengajar dalam
menggunakan metode berirama atau sistem buta.
19 Sebelum praktek mengetik dimulai, guru
memeriksa kehadiran siswa.
20 Sebelum praktek mengetik dimulai, guru
memeriksa peralatan mengetik yang akan
digunakan siswa.
21 Selama praktek mengetik berlangsung, guru mampu
mengkondisikan suasana belajar sehingga tidak
terjadi keributan antar siswa.
22 Guru mamu membangkitksn motivasi belajar siswa,
sehingga siswa bersemangat untuk belajar dengan
sungguh-sungguh.
23 Guru memberikan motivasi kepada siswa agar
selalu belajar mengetik menggunakan 10 jari.
24 Dalam proses belajar mengajar, guru mengadakan
Tanya jawab agar siswa lebih aktif dan kreatif.
25 Pertanyaan yang dilontarkan oleh guru merangsang
siswa untuk berpikir, mendidik, dan mengenai
sasaran.
26 Guru memberikan pujian kepada siswa, apabila
siswa dapat menyelesaikan latihan mengetik dengan
benar.
27 Guru memberikan nilai lebih apabila siswa dapat
menyelesaikan pekerjaan mengetik dengan benar.
28 Setelah latihan mengetik yang diberikan oleh guru
selesai dikerjakan, guru meminta kepada siswa
menyerahkan laporan hasil pekerjaan siswa untuk
dikoreksi oleh guru.
29 Setelah latihan siswa dikoreksi oleh guru, guru
kemudian memerikan nilai terhadap hasil pekerjaan
siswa.
30 Guru mengadakan remidial bagi siswa yang belum
tuntas.
31 Apabila siswa mengalami kesulitan dalam belajar
karena masalah pribadi, guru membantu
memecahkan masalah agar hal tersebut tidak
mengganggu proses belajar.
101
32 Dalam kegiatan belajar di laboratorium mengetik
lampu selalu dinyalakan agar ruangan telihat lebih
terang.
33 Ketika cuaca mendung penerangan lampu di ruang
laboratorium mengetik berfungsi dengan baik
sehingga kegiatan belajar tidak terganggu.
34 Ketika lampu mati, cahaya matahari mampu
memberikan penerangan sehingga proses belajar
siswa tidak terganggu.
35 Pengaturan suhu dan sirkulasi udara di laboratorium
mengetik terasa nyaman untuk belajar.
36 Ventilasi yang ada dalam ruang laboratorium
mengetik selalu terbuka sehingga dalam praktek
mengetik siswa tidak merasa pengap.
37 Untuk menunjang pembelajaran mengetik siswa
memperoleh buku paket dari sekolah.
38 Dalam mengajar guru menggunakan buku literatur
terbitan terbaru.
39 Dalam praktek mengetik masing-masimg siswa
mendapatkan satu mesin ketik sehingga siswa akan
lebih cepat menguasai pelajaran.
40 Meja dan kursi yang digunakan untuk mengetik
membuat siswa duduk dengan nyaman ketika
mengetik
41 Dalam praktek mengetik guru menyediakan kertas
untuk mengetik, sehingga siswa tidak kekurangan
kertas dalam mengerjakan latihan.
42 Letak laboratorium mengetik jauh dari jalan
raya/pabrik sehingga tidak terdengar suara gaduh
yang dapat mengganggu konsentrasi belajar.
43 Ketika hujan ruang laboratorium tidak bocor
sehingga tidak mengganggu kegiatan praktek
mengetik.
44 Siswa tidak merasa desak-desakan pada saat berada
dalam laboratorium mengetik.
45 Ruang laboratorium mengetik yang ada di sekolah
selalu bersih sehingga siswa merasa nyaman.
102
VALIDITAS DAN RELIABELITAS FASILITAS BELAJAR
Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.872 17
Cronbach's
Alpha N of Items
Scale Statistics
70.30 71.800 8.473 17
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Item-Total Statistics
65.75 64.934 .514 .865
65.80 62.379 .615 .860 66.05 63.103 .544 .863 66.30 61.695 .599 .860 66.00 61.579 .603 .860 66.00 62.842 .554 .863 67.10 62.832 .535 .863 65.80 63.221 .551 .863 67.40 70.358 .062* .881 66.30 60.747 .625 .859
65.80 63.958 .496 .865 66.00 68.947 .266* .873 65.50 70.895 .107* .876 67.15 61.818 .544 .863 65.90 62.726 .712 .857 65.95 62.892 .506 .865
66.00 64.947 .481 .866
soal36 soal37 soal38 soal39 soal40 soal41 soal42
soal43 soal44 soal45 soal46 soal47 soal48 soal49 soal50 soal51 soal52
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
103
VALIDITAS DAN RELIABELITAS KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU
Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.931 35
Cronbach's
Alpha N of Items
104
Scale Statistics
141.25 336.408 18.341 35
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Item-Total Statistics
137.25 304.618 .603 .928 136.70 314.326 .536 .929 136.75 321.250 .488 .929 137.25 313.461 .545 .928 137.15 312.976 .475 .930 136.50 341.632 -.330* .934 137.30 302.011 .615 .928 137.35 314.555 .496 .929 137.05 312.261 .617 .928 137.10 328.411 .360* .930 137.30 320.116 .528 .929 136.95 320.155 .466 .929 137.80 311.642 .580 .928 137.65 326.345 .317* .931 136.80 316.589 .603 .928 136.85 321.397 .487 .929 137.45 320.261 .629 .928 137.10 318.621 .545 .928 136.95 315.103 .553 .928 136.90 316.095 .680 .927 137.55 312.471 .664 .927 136.45 323.839 .483 .929 137.45 319.945 .578 .928 136.80 321.011 .545 .929 137.25 320.513 .493 .929 136.90 316.516 .573 .928 138.10 318.516 .548 .928 137.50 319.316 .538 .929 137.80 319.432 .511 .929 137.40 319.832 .505 .929
136.75 311.250 .617 .928 137.40 314.042 .523 .929
137.60 321.726 .365* .930 137.70 318.221 .456 .929 137.70 325.274 .591 .929
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034
VAR00035
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
105
Regression
Descriptive Statistics
66.2500 4.78438 80
83.9758 10.52248 80
87.0357 8.78803 80
Kemampuan
mengetik 10 jari buta
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Mean Std. Dev iation N
Correlations
1.000 .545 .545
.545 1.000 .769
.545 .769 1.000
. .000 .000
.000 . .000
.000 .000 .
80 80 80
80 80 80
80 80 80
Kemampuan
mengetik 10 jari buta
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Kemampuan
mengetik 10 jari buta
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Kemampuan
mengetik 10 jari buta
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kemampuan
mengetik 10
jari buta
Kompetensi
Prof esional
Guru
Fasilitas
Belajar
Model Summaryb
.580a .336 .319 3.94849 19.494 2 77 .000
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Est imate F Change df1 df2
Sig. F
Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Fasilitas Belajar, Kompetensi Profesional Gurua.
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butab.
ANOVAb
607.857 2 303.929 19.494 .000a
1200.476 77 15.591
1808.333 79
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Fasilitas Belajar, Kompetensi Prof esional Gurua.
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butab.
106
Coefficientsa
39.880 4.429 9.004 .000
.140 .066 .309 2.126 .037 .235 .409 2.447
.168 .079 .308 2.119 .037 .235 .409 2.447
(Constant)
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Part ial
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butaa.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
80
.0000000
3.89819226
.056
.056
-.048
.498
.965
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
107
108
Kriteria skor penilaian tes mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X
Program Keahlian Adminstrasi Perkantoran Di SMK Negeri 1 Pemalang
1. Ketepatan
1. Sikap mengetik
Skor 30, apabila sikap mengetik dilakukan berdasarkan ketentuan
di bawah ini:
a. Duduk lurus di depan mesin tulis, dengan badan sedikit ke
muka dan lengan atas sejajar dengan badan, lengan bagian
bawah horisontal.
b. Pergelangan tangan memengkung dan jari-jari memengkung
pada tuts basis.
c. Kedua ibujari punggungnya saling berdampingan dan siap
untuk melakukan entakan pada bilah spasi.
d. Kedua paha lurus, tetapi tidak saling berhimpitan dan kedua
kaki tegak lurus di lantai.
e. Kepala dalam sikap bebas untuk melihat ke naskah yang akan
di ketik.
Skor 20, apabila sikap mengetik dilakukan hanya 3-4 ketentuan di
atas.
Skor 10, apabila sikap mengetik dilakukan hanya 1-2 ketentuan di
atas.
2. Memasang dan melepas kertas
Skor 20, apabila siswa melakukan langkah-langkah memasang dan
melepas kertas sesuai prosedur sebagai berikut:
a. Kertas dmasukan ke dalam mesin dengan dituntun oleh alat
penuntun kertas yang ditempatkan pada titik nol sehingg kertas
akan keluar pada rol dimana sisi kiri kertastepat pada angka
nol yang ada pada mistar kertas.
109
b. Pada waktu hendak memasukkan kertas pada mesin, peganglah
kertas pada sudut kiri atas dengan tangan kiri dan putarlah
tombol penggulung dengan tangan kanan.
c. Setelah kertas dimasukkan ke dalam mesin, luruskanlah kertas
dengan mempergunakan pembebas kertas.
d. Tarik pembebas kertas, lalu angkatlah mistar dan cabut kertas
dengan memegang ujungnya.
e. Kertas yang memakai karbon dapat dipisahkan tanpa perlu
menekan karbon dan kembalikan mistar ke tempat semula dan
pembebas kertas tetap terbuka.
Skor 10, apabila siswa hanya dapat dengan benar memasang atau
mengeluarkan kertas saja.
3. Memasang penekan segi dan jarak baris
Skor 20, apabila siswa dapat dengan benar menentukan penekan
segi sebelah kiri, sebelah kanan, dan jarak baris sesuai dengan
yang diperintahkan.
Skor 10, apabila dari prosedur ketiga aspek diatas ada diantara 1
yang salah.
4. Penguasaan tuts
Skor 30, apabila siswa dapat meletakkan jari-jarinya diatas tuts
dengan benar, dimulai dengan meletakkan jarinya pada tuts dasar
dan dapat menggunakan kesepuluh jarinya sesuai tugas
entakannya pada tuts kedua dari atas dan bawah.
Skor 20, apabila bisa menempatkan jarinya pada tuts dasarnya
saja.
Skor 10, apabila tidak bisa menempatkan jarinya pada tuts
dasar/menggunakan 11 jari.
2. Kerapian
a. Kesalahan dalam 5 menit tidak boleh lebih dari 10 kesalahan tik
Skor 60, apabila siswa tidak melakukan kesalahan tik lebih dari 10
110
Skor 50, apabila siswa melakukan kesalahan tik antara 11-20
Skor 40, apabila siswa melakukan kesalahan tik antara 21-30
Skor 30, apabila siswa melakukan kesalahan tik antara 31-40
Skor 20, apabila siswa melakukan kesalah tik antara 41-50
Skor 10, apabila siswa melakukan kesalahan lebih dari 50
b. Tidak menggunakan tuts pemundur.
Skor 10, apabila siswa tidak menggunakan tuts pemundur dalam
mengetik naskah.
c. Tidak menggunakan tipex untuk memperbaiki kesalahan.
Skor 10, apabila siswa tidak menggunakan tipex untuk
memperbaiki kesalahaan tik.
d. Sesuai format yang diperintahkan.
Skor 20, apabila siswa mengetik sesuai dengan format yang
ditentukan dalam naskah kecepatan yaitu naskah harus diketik
sesuai dengan aslinya baris perbaris
Skor 10, apabila siswa mengetik tidak sesuai dengan format yang
diperintahkan.
Kecepatan
No Waktu(menit) Aspek penilaian Kecepatan
1 5 Hasil entakan-salah
5
150 epm=standar nilai minimal
111
Petunjuk dalam mengetik
1. Tentukan pasak terlebih dahulu dengan pasak kiri 10 dan kanan
dibebaskan.
2. Tentukan jarak baris yang akan digunakan yaitu 1,5.
3. Naskah harus diketik sesuai dengan aslinya baris perbaris (sesuai dengan
format).
4. Jangan sekali-kali menggunakan tuts pemundur apabila terjadi kesalahan
entakan.
5. Jangan menggunakan tipex untuk memperbaiki kesalahan entakan.
6. Usahakan kesalahan dalam 5 menit tidak boleh lebih dari 10 kesalahan
tik.
Soal mengetik
Hubungan antara pimpinan dengan staf, ataupun
antara pimpinan dengan pegawainya dapat juga dikatakan
hubungan vertikal. Hubungan ini ditinjau dari lingkup
kegiatannya termasuk dalam komunikasi internal atau
internal relation (hubungan ke dalam) pada suatu
organisasi kekaryaan.
Perlu diketahui apa yang dimaksud pengertian
pimpinan, staf dan di dalam suatu organisasi. Ditinjau
dari segi manajemen, yang dimaksud dengan pimpinan ialah pihak
yang diangkat dalam jabatan organisasi untuk mempengaruhi
dan menggerkaan orang lain agar rela, mampu, dan dapat
mengikuti keinginan manajemen demi tercapainya tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya denga efisien, efektif
dan ekonomis.
Mengenai pengertian staf atau pejabat staf ialah
Seorang pejabat dalam suatu organisasi atau satuan
Organisasi yang tidak mempunyai kekuasaan komando,
Kedudukannya sebagai pembantu pimpinan tertinggi atau
Pimpinan satuan-satuan organisasi dalam hal pemberian
Nasihat, memberikan pelayanan dalam bidang pekerjaan
Tertentu, merencanakan membantu mengadakan pemeriksaan.
Mengenai pengertian staf ini dijumpai dalam organisasi
Bentuk lini dan staf.
Sedangkan yang dimaksud pegawai ialah golongan
Masyarakat yang penghidupannya dilakukan dengan bekerja
Dalam kesatuan organisasi, baik kesatuan kerja
Pemerintah maupun kesatuan kerja swasta. Perbedaan
Antara pengertian pegawai dan buruh terletak pada unit
Organisasi tempat ia kerja.
112
Hasil Tes Kecepatan Kemampuan mengetik sistem 10 jari buta
Kelas: X AP 1 No Nama Aspek yang dinilai Nilai
1-50
epm
51-100
epm
101-150
epm
151-200
epm
201-251
epm
50 60 70 80 90
1 AFI RISIATUN √ 60
2 ANDRI SUSANTO √ 60
3 APRILIANI SITTA √ 50
4 ARO MARIA ULFA √ 60
5 DESI WULANDARI √ 60
6 DESI SETYA A. √ 60
7 DEVI DWIANA √ 60
8 DIDI RUDIYANTO √ 60
9 EFI SANTIKA √ 60
10 FITRIANI √ 60
11 FUJI TRIONO √ 50
12 IFFAH UTAMI L. √ 50
13 ISNI COMALASARI √ 60
14 ISTIQOMAH √ 60
15 KHAMIDAH √ 60
16 LILIAN HANING T. √ 50
17 LISTIO FRENKI √ 60
18 LITA MARSIH √ 60
19 LOLLA L. √ 60
20 MUNAWARIH √ 60
21 MURTI AYU W. √ 60
22 NAELUL FAZAH √ 60
23 NAFISAH FITRI √ 60
24 NOVI LUFITA N. √ 60
25 NOVIDA CATUR A. √ 60
26 NURUL F. √ 60
27 OKTA NOOR A. √ 50
28 PARTIN PARLINAH √ 60
29 PUJIYANTO √ 50
30 RIYANTI W. √ 70
31 RIZKI AMELIA √ 50
32 RUWASIH √ 60
33 SALAMI NUR H. √ 60
34 SEPTI MAULIDIANA √ 60
35 SITI NURWATI √ 60
36 SRI ANDAYANI √ 60
37 TRIANI √ 60
38 WIDIYA ARDI L. √ 60
39 YULI MAESAROH √ 60
40 YUNITA RATNA
SARI √ 60
113
Kelas: X AP 2 No Nama Aspek yang dinilai Nilai
1-50 epm 51-100
epm
101-150
epm
151-200
epm
201-251
epm
50 60 70 80 90
1 ADNAN AZIZ
AININ √ 60
2 AMI ROHAYATI √ 50
3 ANISAH √ 60
4 ARI FEBRINA √ 60
5 ASTRI YULIA N. √ 60
6 DARYATI WITRI L. √ 60
7 DEVI SANATI √ 60
8 DEWI RIAMITA √ 50
9 DIAN RETNOWATI √ 60
10 EKI NOVIANTI √ 50
11 ENI MARIANI √ 60
12 ETI PUSPITA SARI √ 60
13 FUJIANAH √ 60
14 HANIDAH NURAIN √ 60
15 HEIK MATUS S. √ 60
16 HERLINA
APRILIANI √ 50
17 IDA JAYANTI √ 60
18 INDAH MERYANI √ 60
19 ISTIQOMAH √ 60
20 KENI √ 50
21 KIKI ASTRIDA √ 50
22 LIDYA
VALENCIANA √ 50
23 LISA FITRIANA √ 60
24 LUTHFI ALFIANTO √ 50
25 MEI SULASMI √ 70
26 MUTI SURANI √ 60
27 NURISMANTO √ 60
28 PUTRI SAKINAH √ 60
29 RAHAYU NINGSIH √ 70
30 RATNA SARI √ 60
31 RESKI AMALIA √ 60
32 RETNO KUNANTI √ 60
33 SAVITA PRIYANI √ 70
34 SITI NURROHMAH √ 50
35 SITI WULANDARI √ 60
36 TUZIA INAFITRI √ 60
37 VINO VERDIAN √ 60
38 WIDIATI √ 50
39 WULAN SUCI √ 60
40 ZAUZATUN S. √ 60
93
DAFTAR NAMA RESPONDEN PENELITIAN
Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1
Pemalang
No NIS Nama Siswa L/P
1 9696 AFI RISIATUN P
2 9697 ANDRI SUSANTO L
3 9698 APRILIANI SITTA NINGTIYAS W. P
4 9699 ARO MARIA ULFA P
5 9700 DESI WULANDARI P
6 9701 DESI SETYA ANGGRAINI P
7 9702 DEVI DWIANA P
8 9703 DIDI RUDIYANTO L
9 9704 EFI SANTIKA P
10 9705 FITRIANI P
11 9706 FUJI TRIYONO L
12 9707 IFFAH UTAMI LESTARI P
13 9708 ISNI KOMALASARI P
14 9709 ISTIQOMAH P
15 9710 KHAMIDAH P
16 9711 LILIAN HANINGTIYAS P
17 9712 LISTIO FRENKI L
18 9713 LITA MARSIH P
19 9714 LOLA LARANINGTIYAS P
20 9715 MUNAWAROH P
21 9716 MURTI AYU WIJAYANTI P
22 9717 NAELUL FAZAH P
23 9718 NAFISAH FITRI P
24 9719 NOVI LUFITANINGSIH P
25 9720 NOVIDA CATUR ARISTIYANINGSIH P
26 9721 NURUL FITRIYANINGRUM P
27 9722 OKTA NOOR AZHARI P
28 9723 PARTIN PARLINAH P
29 9724 PUJIYANTO L
30 9725 RIYANTI WIDI ASTUTI P
31 9726 RISKI AMELIA P
32 9727 RUWASIH P
33 9728 SALAMI NURHIKMAH P
34 9729 SEPTI MAULIDIANA P
35 9730 SITI NURWATI P
36 9731 SRI ANDAYANI P
37 9732 TRIANI P
38 9733 WIDYA ARDILESTARI P
39 9734 YULI MAESAROH P
40 9735 YUNITA RATNASARI P
94
41 9736 ADNAN AZIZ AININ L
42 9737 AMI ROHAYATI P
43 9738 ANISAH P
44 9739 ARI FEBRINA P
45 9740 ASTRI YULIANINGRUM P
46 9741 DARYATI WITRI LESTARI P
47 9742 DEVI SANATI P
48 9743 DEWI RIAMITA P
49 9744 DIAN RETNOWATI P
50 9745 EKI NOVIANTI P
51 9746 ENI MARIANI P
52 9747 ETI PUSPITASARI P
53 9748 FUJIANAH P
54 9749 HANIDAH NUR AIN P
55 9750 HEIK MATUS SOLICA P
56 9751 HERLINA APRILIANI P
57 9752 IDA JAYANTI P
58 9753 INDAH MERYANI P
59 9754 ISTIQOMAH P
60 9755 KENI P
61 9756 KIKI ASTRIDA P
62 9757 LIDIYA VALENCIANA P
63 9758 LISA FITRIANA P
64 9759 LUTHFI ALFIANTO P
65 9760 MEI SULASMI P
66 9761 MUTI SURANI P
67 9762 NURISMANTO L
68 9763 PUTRI SAKINAH P
69 9764 RAHAYUNINGSIH P
70 9765 RATNA SARI P
71 9766 RESKI AMALIA P
72 9767 RETNO KUNANTI P
73 9768 SAVITA PRIYANI P
74 9769 SITI NURROHMAH P
75 9770 SITI WULANDARI P
76 9771 TUZIA INAFITRI P
77 9772 VINO VERDIAN P
78 9773 WIDIATI P
79 9774 WULAN SUCI P
80 9775 ZAUZATUN SOLIHAH P
95
KISI-KISI ANGKET PENELITIAN
Variabel Indikator No. Item Jumlah
Kompetensi
profesional
guru
1. Guru sebagai pengajar
(Menguasai materi)
2. Guru sebagai pemimpin (mampu
mengelola kelas)
3. Guru sebagai pembimbing
(mengarahkan dan mendorong
kegiatan belajar siswa)
4. Guru sebagai pengatur
lingkungan (mampu
menyediakan media
pembelajaran)
5. Guru sebagai partisipan
(Berpartisipasi dalam kegiatan
belajar mengajar)
6. Guru sebagai ekspeditur (mampu
memberikan bahan ajar dengan
contoh-contoh yang benar)
7. Guru sebagai perencana
(mempunyai keterampilan
memilih bahan ajar)
8. Guru sebagai supervisor
(Menjaga ketertiban kelas)
9. Guru sebagai motivator
10. Guru sebagai penanya (
dapat mengaktifkan siswa)
11. Guru sebagai pengganjar
(memberikan penghargaan
1, 2, 3
4, 5
6, 7, 8
9, 10, 11
12, 13
14, 15
16, 17, 18
19, 20, 21
22, 23
24, 25
26, 27
3
2
3
3
2
2
3
3
2
2
2
96
Fasilitas
belajar
kepada siswa yang berprestasi)
12. Guru sebagai evaluator
(menilai siswa secara objektif)
13. Guru sebagai konselor
1. Sarana
2. Prasarana
28, 29, 30
31
32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41
42, 43, 44, 45
3
1
10
4
97
ANGKET PENELITIAN
Kepada
Siswa kelas X Administrasi Perkantoran
SMK Negeri 1 Pemalang
di Pemalang
Dengan hormat,
Sehubungan diadakan penelitian dengan judul “Kompetensi
Profesional Guru dan Fasilitas Belajar Pengaruhnya Terhadap Kemampuan
Mengetik Sistem 10 Jari Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi
Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang” sebagai prasyarat menyelesaikan
studi strata 1 (satu), peneliti bermaksud mengumpulkan data untuk
menyelesaikan tersebut.
Maka peneliti mohon bantuan anda untuk mengisi angket yang
terlampir pada halaman berikut dengan sejujurnya. pengisian ini tidak akan
mempengaruhi keberadaan anda selaku siswa SMK negeri 1 Pemalang.
Demikian permohonan peneliti, atas bantuan dan partisipasi yang
anda berikan saya ucapkan terimakasih.
Peneliti,
Nur Aeni Yuniarsih
7101406598
98
ANGKET PENELITIAN
I. Identitas Responden
Nama :
Kelas :
No. absen :
II. Petunjuk Pengisian
1. Sebelum menjawab pertanyaan, isilah identitas responden telebih
dahulu.
2. Berilah tanda cek ( V) pada kolom jawaban yang anda anggap
paling benar, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak setuju (STS).
3. Bila siswa membatalkan jawaban, silahkan (X) jawaban yang
dibatalkan, kemudian beri jawaban baru dengan tanda cek ( V ).
III. Keterangan Jawaban
1. SS : Sangat Setuju
2. S : Setuju
3. KS : Kurang Setuju
4. TS : Tidak Setuju
5. STS : Sangat Tidak Setuju
99
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
1 Sebelum memulai latihan mengetik, guru
menjelaskan terlebih dahulu materi latihan-latihan
yang harus dikerjakan oleh siswa.
2 Dalam menyampaikan pelajaran mengetik, guru
menguasai materi yang akan diajarkan, sehingga
siswa memahami materi yang disampaikan.
3 Ketika siswa bertanya tentang materi mengetik,
guru mampu menjawab pertanyaan siswa dengan
baik.
4 Sebelum memulai mengetik, guru mengatur tempat
duduk dan mesin ketik yang akan digunakan siswa.
5 Guru dapat mengkondisikan kelas dengan baik,
sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif.
6 Guru memberikan dorongan kepada siswa agar
selalu belajar menggunakan 10 jarinya ketika
mengetik.
7 Dalam proses belajar mengajar, guru mengingatkan
bagaimana cara mengetik yang baik kepada siswa
agar diperoleh hasil ketikan yang baik juga.
8 Guru memberikan arahan berupa nasihat apabila
melihat siswa melakukan kesalahan dalam
melakukan praktek mengetik.
9 Dalam mengajar guru memanfaatkan media sebagai
sumber belajar.
10 Penggunaan media membantu memudahkan siswa
mengembangkan materi mengetik yang siswa
pelajari.
11 Guru mampu menjelaskan materi mengetik dengan
menggunakan media gambar dengan baik.
12 Guru mendampingi siswa sampai praktek mengetik
selesai.
13 Guru mengawasi cara kerja siswa dalam mengetik
satu persatu.
14 Dalam menyampaikan materi, guru memberikan
contoh-contoh dengan menghubungkan masalah
yang sedang dihadapi.
15
Dalam menyampaikan materi, guru memberikan
contoh mengetik dengan menggunakan 10 jari.
100
16 Dalam proses belajar mengajar, guru menggunakan
metode mengajar sesuai dengan materi yang akan
diajarakan.
17 Dalam mengajar, guru menggunakan cara mengajar
yang mudah dipahami oleh siswa.
18 Guru memanfaatkan variasi mengajar dalam
menggunakan metode berirama atau sistem buta.
19 Sebelum praktek mengetik dimulai, guru
memeriksa kehadiran siswa.
20 Sebelum praktek mengetik dimulai, guru
memeriksa peralatan mengetik yang akan
digunakan siswa.
21 Selama praktek mengetik berlangsung, guru mampu
mengkondisikan suasana belajar sehingga tidak
terjadi keributan antar siswa.
22 Guru mamu membangkitksn motivasi belajar siswa,
sehingga siswa bersemangat untuk belajar dengan
sungguh-sungguh.
23 Guru memberikan motivasi kepada siswa agar
selalu belajar mengetik menggunakan 10 jari.
24 Dalam proses belajar mengajar, guru mengadakan
Tanya jawab agar siswa lebih aktif dan kreatif.
25 Pertanyaan yang dilontarkan oleh guru merangsang
siswa untuk berpikir, mendidik, dan mengenai
sasaran.
26 Guru memberikan pujian kepada siswa, apabila
siswa dapat menyelesaikan latihan mengetik dengan
benar.
27 Guru memberikan nilai lebih apabila siswa dapat
menyelesaikan pekerjaan mengetik dengan benar.
28 Setelah latihan mengetik yang diberikan oleh guru
selesai dikerjakan, guru meminta kepada siswa
menyerahkan laporan hasil pekerjaan siswa untuk
dikoreksi oleh guru.
29 Setelah latihan siswa dikoreksi oleh guru, guru
kemudian memerikan nilai terhadap hasil pekerjaan
siswa.
30 Guru mengadakan remidial bagi siswa yang belum
tuntas.
31 Apabila siswa mengalami kesulitan dalam belajar
karena masalah pribadi, guru membantu
memecahkan masalah agar hal tersebut tidak
mengganggu proses belajar.
101
32 Dalam kegiatan belajar di laboratorium mengetik
lampu selalu dinyalakan agar ruangan telihat lebih
terang.
33 Ketika cuaca mendung penerangan lampu di ruang
laboratorium mengetik berfungsi dengan baik
sehingga kegiatan belajar tidak terganggu.
34 Ketika lampu mati, cahaya matahari mampu
memberikan penerangan sehingga proses belajar
siswa tidak terganggu.
35 Pengaturan suhu dan sirkulasi udara di laboratorium
mengetik terasa nyaman untuk belajar.
36 Ventilasi yang ada dalam ruang laboratorium
mengetik selalu terbuka sehingga dalam praktek
mengetik siswa tidak merasa pengap.
37 Untuk menunjang pembelajaran mengetik siswa
memperoleh buku paket dari sekolah.
38 Dalam mengajar guru menggunakan buku literatur
terbitan terbaru.
39 Dalam praktek mengetik masing-masimg siswa
mendapatkan satu mesin ketik sehingga siswa akan
lebih cepat menguasai pelajaran.
40 Meja dan kursi yang digunakan untuk mengetik
membuat siswa duduk dengan nyaman ketika
mengetik
41 Dalam praktek mengetik guru menyediakan kertas
untuk mengetik, sehingga siswa tidak kekurangan
kertas dalam mengerjakan latihan.
42 Letak laboratorium mengetik jauh dari jalan
raya/pabrik sehingga tidak terdengar suara gaduh
yang dapat mengganggu konsentrasi belajar.
43 Ketika hujan ruang laboratorium tidak bocor
sehingga tidak mengganggu kegiatan praktek
mengetik.
44 Siswa tidak merasa desak-desakan pada saat berada
dalam laboratorium mengetik.
45 Ruang laboratorium mengetik yang ada di sekolah
selalu bersih sehingga siswa merasa nyaman.
102
VALIDITAS DAN RELIABELITAS FASILITAS BELAJAR
Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.872 17
Cronbach's
Alpha N of Items
Scale Statistics
70.30 71.800 8.473 17
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Item-Total Statistics
65.75 64.934 .514 .865
65.80 62.379 .615 .860 66.05 63.103 .544 .863 66.30 61.695 .599 .860 66.00 61.579 .603 .860 66.00 62.842 .554 .863 67.10 62.832 .535 .863 65.80 63.221 .551 .863 67.40 70.358 .062* .881 66.30 60.747 .625 .859
65.80 63.958 .496 .865 66.00 68.947 .266* .873 65.50 70.895 .107* .876 67.15 61.818 .544 .863 65.90 62.726 .712 .857 65.95 62.892 .506 .865
66.00 64.947 .481 .866
soal36 soal37 soal38 soal39 soal40 soal41 soal42
soal43 soal44 soal45 soal46 soal47 soal48 soal49 soal50 soal51 soal52
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
103
VALIDITAS DAN RELIABELITAS KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU
Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.931 35
Cronbach's
Alpha N of Items
104
Scale Statistics
141.25 336.408 18.341 35
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Item-Total Statistics
137.25 304.618 .603 .928 136.70 314.326 .536 .929 136.75 321.250 .488 .929 137.25 313.461 .545 .928 137.15 312.976 .475 .930 136.50 341.632 -.330* .934 137.30 302.011 .615 .928 137.35 314.555 .496 .929 137.05 312.261 .617 .928 137.10 328.411 .360* .930 137.30 320.116 .528 .929 136.95 320.155 .466 .929 137.80 311.642 .580 .928 137.65 326.345 .317* .931 136.80 316.589 .603 .928 136.85 321.397 .487 .929 137.45 320.261 .629 .928 137.10 318.621 .545 .928 136.95 315.103 .553 .928 136.90 316.095 .680 .927 137.55 312.471 .664 .927 136.45 323.839 .483 .929 137.45 319.945 .578 .928 136.80 321.011 .545 .929 137.25 320.513 .493 .929 136.90 316.516 .573 .928 138.10 318.516 .548 .928 137.50 319.316 .538 .929 137.80 319.432 .511 .929 137.40 319.832 .505 .929
136.75 311.250 .617 .928 137.40 314.042 .523 .929
137.60 321.726 .365* .930 137.70 318.221 .456 .929 137.70 325.274 .591 .929
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034
VAR00035
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
105
Regression
Descriptive Statistics
66.2500 4.78438 80
83.9758 10.52248 80
87.0357 8.78803 80
Kemampuan
mengetik 10 jari buta
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Mean Std. Dev iation N
Correlations
1.000 .545 .545
.545 1.000 .769
.545 .769 1.000
. .000 .000
.000 . .000
.000 .000 .
80 80 80
80 80 80
80 80 80
Kemampuan
mengetik 10 jari buta
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Kemampuan
mengetik 10 jari buta
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Kemampuan
mengetik 10 jari buta
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kemampuan
mengetik 10
jari buta
Kompetensi
Prof esional
Guru
Fasilitas
Belajar
Model Summaryb
.580a .336 .319 3.94849 19.494 2 77 .000
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Est imate F Change df1 df2
Sig. F
Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Fasilitas Belajar, Kompetensi Profesional Gurua.
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butab.
ANOVAb
607.857 2 303.929 19.494 .000a
1200.476 77 15.591
1808.333 79
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Fasilitas Belajar, Kompetensi Prof esional Gurua.
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butab.
106
Coefficientsa
39.880 4.429 9.004 .000
.140 .066 .309 2.126 .037 .235 .409 2.447
.168 .079 .308 2.119 .037 .235 .409 2.447
(Constant)
Kompetensi
Prof esional Guru
Fasilitas Belajar
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Part ial
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari butaa.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
80
.0000000
3.89819226
.056
.056
-.048
.498
.965
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
107
108
Kriteria skor penilaian tes mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X
Program Keahlian Adminstrasi Perkantoran Di SMK Negeri 1 Pemalang
1. Ketepatan
1. Sikap mengetik
Skor 30, apabila sikap mengetik dilakukan berdasarkan ketentuan
di bawah ini:
a. Duduk lurus di depan mesin tulis, dengan badan sedikit ke
muka dan lengan atas sejajar dengan badan, lengan bagian
bawah horisontal.
b. Pergelangan tangan memengkung dan jari-jari memengkung
pada tuts basis.
c. Kedua ibujari punggungnya saling berdampingan dan siap
untuk melakukan entakan pada bilah spasi.
d. Kedua paha lurus, tetapi tidak saling berhimpitan dan kedua
kaki tegak lurus di lantai.
e. Kepala dalam sikap bebas untuk melihat ke naskah yang akan
di ketik.
Skor 20, apabila sikap mengetik dilakukan hanya 3-4 ketentuan di
atas.
Skor 10, apabila sikap mengetik dilakukan hanya 1-2 ketentuan di
atas.
2. Memasang dan melepas kertas
Skor 20, apabila siswa melakukan langkah-langkah memasang dan
melepas kertas sesuai prosedur sebagai berikut:
a. Kertas dmasukan ke dalam mesin dengan dituntun oleh alat
penuntun kertas yang ditempatkan pada titik nol sehingg kertas
akan keluar pada rol dimana sisi kiri kertastepat pada angka
nol yang ada pada mistar kertas.
109
b. Pada waktu hendak memasukkan kertas pada mesin, peganglah
kertas pada sudut kiri atas dengan tangan kiri dan putarlah
tombol penggulung dengan tangan kanan.
c. Setelah kertas dimasukkan ke dalam mesin, luruskanlah kertas
dengan mempergunakan pembebas kertas.
d. Tarik pembebas kertas, lalu angkatlah mistar dan cabut kertas
dengan memegang ujungnya.
e. Kertas yang memakai karbon dapat dipisahkan tanpa perlu
menekan karbon dan kembalikan mistar ke tempat semula dan
pembebas kertas tetap terbuka.
Skor 10, apabila siswa hanya dapat dengan benar memasang atau
mengeluarkan kertas saja.
3. Memasang penekan segi dan jarak baris
Skor 20, apabila siswa dapat dengan benar menentukan penekan
segi sebelah kiri, sebelah kanan, dan jarak baris sesuai dengan
yang diperintahkan.
Skor 10, apabila dari prosedur ketiga aspek diatas ada diantara 1
yang salah.
4. Penguasaan tuts
Skor 30, apabila siswa dapat meletakkan jari-jarinya diatas tuts
dengan benar, dimulai dengan meletakkan jarinya pada tuts dasar
dan dapat menggunakan kesepuluh jarinya sesuai tugas
entakannya pada tuts kedua dari atas dan bawah.
Skor 20, apabila bisa menempatkan jarinya pada tuts dasarnya
saja.
Skor 10, apabila tidak bisa menempatkan jarinya pada tuts
dasar/menggunakan 11 jari.
2. Kerapian
a. Kesalahan dalam 5 menit tidak boleh lebih dari 10 kesalahan tik
Skor 60, apabila siswa tidak melakukan kesalahan tik lebih dari 10
110
Skor 50, apabila siswa melakukan kesalahan tik antara 11-20
Skor 40, apabila siswa melakukan kesalahan tik antara 21-30
Skor 30, apabila siswa melakukan kesalahan tik antara 31-40
Skor 20, apabila siswa melakukan kesalah tik antara 41-50
Skor 10, apabila siswa melakukan kesalahan lebih dari 50
b. Tidak menggunakan tuts pemundur.
Skor 10, apabila siswa tidak menggunakan tuts pemundur dalam
mengetik naskah.
c. Tidak menggunakan tipex untuk memperbaiki kesalahan.
Skor 10, apabila siswa tidak menggunakan tipex untuk
memperbaiki kesalahaan tik.
d. Sesuai format yang diperintahkan.
Skor 20, apabila siswa mengetik sesuai dengan format yang
ditentukan dalam naskah kecepatan yaitu naskah harus diketik
sesuai dengan aslinya baris perbaris
Skor 10, apabila siswa mengetik tidak sesuai dengan format yang
diperintahkan.
Kecepatan
No Waktu(menit) Aspek penilaian Kecepatan
1 5 Hasil entakan-salah
5
150 epm=standar nilai minimal
111
Petunjuk dalam mengetik
1. Tentukan pasak terlebih dahulu dengan pasak kiri 10 dan kanan
dibebaskan.
2. Tentukan jarak baris yang akan digunakan yaitu 1,5.
3. Naskah harus diketik sesuai dengan aslinya baris perbaris (sesuai dengan
format).
4. Jangan sekali-kali menggunakan tuts pemundur apabila terjadi kesalahan
entakan.
5. Jangan menggunakan tipex untuk memperbaiki kesalahan entakan.
6. Usahakan kesalahan dalam 5 menit tidak boleh lebih dari 10 kesalahan
tik.
Soal mengetik
Hubungan antara pimpinan dengan staf, ataupun
antara pimpinan dengan pegawainya dapat juga dikatakan
hubungan vertikal. Hubungan ini ditinjau dari lingkup
kegiatannya termasuk dalam komunikasi internal atau
internal relation (hubungan ke dalam) pada suatu
organisasi kekaryaan.
Perlu diketahui apa yang dimaksud pengertian
pimpinan, staf dan di dalam suatu organisasi. Ditinjau
dari segi manajemen, yang dimaksud dengan pimpinan ialah pihak
yang diangkat dalam jabatan organisasi untuk mempengaruhi
dan menggerkaan orang lain agar rela, mampu, dan dapat
mengikuti keinginan manajemen demi tercapainya tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya denga efisien, efektif
dan ekonomis.
Mengenai pengertian staf atau pejabat staf ialah
Seorang pejabat dalam suatu organisasi atau satuan
Organisasi yang tidak mempunyai kekuasaan komando,
Kedudukannya sebagai pembantu pimpinan tertinggi atau
Pimpinan satuan-satuan organisasi dalam hal pemberian
Nasihat, memberikan pelayanan dalam bidang pekerjaan
Tertentu, merencanakan membantu mengadakan pemeriksaan.
Mengenai pengertian staf ini dijumpai dalam organisasi
Bentuk lini dan staf.
Sedangkan yang dimaksud pegawai ialah golongan
Masyarakat yang penghidupannya dilakukan dengan bekerja
Dalam kesatuan organisasi, baik kesatuan kerja
Pemerintah maupun kesatuan kerja swasta. Perbedaan
Antara pengertian pegawai dan buruh terletak pada unit
Organisasi tempat ia kerja.
112
Hasil Tes Kecepatan Kemampuan mengetik sistem 10 jari buta
Kelas: X AP 1 No Nama Aspek yang dinilai Nilai
1-50
epm
51-100
epm
101-150
epm
151-200
epm
201-251
epm
50 60 70 80 90
1 AFI RISIATUN √ 60
2 ANDRI SUSANTO √ 60
3 APRILIANI SITTA √ 50
4 ARO MARIA ULFA √ 60
5 DESI WULANDARI √ 60
6 DESI SETYA A. √ 60
7 DEVI DWIANA √ 60
8 DIDI RUDIYANTO √ 60
9 EFI SANTIKA √ 60
10 FITRIANI √ 60
11 FUJI TRIONO √ 50
12 IFFAH UTAMI L. √ 50
13 ISNI COMALASARI √ 60
14 ISTIQOMAH √ 60
15 KHAMIDAH √ 60
16 LILIAN HANING T. √ 50
17 LISTIO FRENKI √ 60
18 LITA MARSIH √ 60
19 LOLLA L. √ 60
20 MUNAWARIH √ 60
21 MURTI AYU W. √ 60
22 NAELUL FAZAH √ 60
23 NAFISAH FITRI √ 60
24 NOVI LUFITA N. √ 60
25 NOVIDA CATUR A. √ 60
26 NURUL F. √ 60
27 OKTA NOOR A. √ 50
28 PARTIN PARLINAH √ 60
29 PUJIYANTO √ 50
30 RIYANTI W. √ 70
31 RIZKI AMELIA √ 50
32 RUWASIH √ 60
33 SALAMI NUR H. √ 60
34 SEPTI MAULIDIANA √ 60
35 SITI NURWATI √ 60
36 SRI ANDAYANI √ 60
37 TRIANI √ 60
38 WIDIYA ARDI L. √ 60
39 YULI MAESAROH √ 60
40 YUNITA RATNA
SARI √ 60
113
Kelas: X AP 2 No Nama Aspek yang dinilai Nilai
1-50 epm 51-100
epm
101-150
epm
151-200
epm
201-251
epm
50 60 70 80 90
1 ADNAN AZIZ
AININ √ 60
2 AMI ROHAYATI √ 50
3 ANISAH √ 60
4 ARI FEBRINA √ 60
5 ASTRI YULIA N. √ 60
6 DARYATI WITRI L. √ 60
7 DEVI SANATI √ 60
8 DEWI RIAMITA √ 50
9 DIAN RETNOWATI √ 60
10 EKI NOVIANTI √ 50
11 ENI MARIANI √ 60
12 ETI PUSPITA SARI √ 60
13 FUJIANAH √ 60
14 HANIDAH NURAIN √ 60
15 HEIK MATUS S. √ 60
16 HERLINA
APRILIANI √ 50
17 IDA JAYANTI √ 60
18 INDAH MERYANI √ 60
19 ISTIQOMAH √ 60
20 KENI √ 50
21 KIKI ASTRIDA √ 50
22 LIDYA
VALENCIANA √ 50
23 LISA FITRIANA √ 60
24 LUTHFI ALFIANTO √ 50
25 MEI SULASMI √ 70
26 MUTI SURANI √ 60
27 NURISMANTO √ 60
28 PUTRI SAKINAH √ 60
29 RAHAYU NINGSIH √ 70
30 RATNA SARI √ 60
31 RESKI AMALIA √ 60
32 RETNO KUNANTI √ 60
33 SAVITA PRIYANI √ 70
34 SITI NURROHMAH √ 50
35 SITI WULANDARI √ 60
36 TUZIA INAFITRI √ 60
37 VINO VERDIAN √ 60
38 WIDIATI √ 50
39 WULAN SUCI √ 60
40 ZAUZATUN S. √ 60
114
Hasil Penilaian Ketepatan
Kelas : X AP 1
No Nama Ketepatan sikap Perolehan
skor Duduk lurus di
depan mesin tulis,
dengan badan
sedikit ke muka
dan lengan atas
sejajar dengan
badan, lengan
bagian bawah
horisontal.
Pergelangan
tangan
memengkung dan
jari-jari
memengkung
pada tuts basis.
Kedua ibujari
punggungnya saling
berdampingan dan
siap untuk melakukan
entakan pada bilah
spasi.
Kedua paha lurus,
tetapi tidak saling
berhimpitan dan
kedua kaki tegak
lurus di lantai.
Kepala dalam
sikap bebas untuk
melihat naskah
yang akan di
ketik.
1 AFI RISIATUN √ - - √ - 10
2 ANDRI SUSANTO √ √ √ √ - 20
3 APRILIANI SITTA NW √ √ √ √ - 20
4 ARO MARIA ULFAH √ √ √ √ - 20
5 DESI WULANDARI √ - √ √ - 20
6 DESI SETYA A. √ - - √ - 10
7 DEVI DWIANA √ √ √ √ - 20
8 DIDI RUDIYANTO √ √ √ √ - 20
9 EFI SANTIKA √ - √ √ - 20
10 FITRIANI √ - √ √ - 20
11 FUJI TRIONO √ - - √ - 10
12 IFFAH UTAMI LESTARI √ √ √ √ - 20
13 ISNI KOMALASARI √ √ √ √ - 20
14 ISTIQOMAH √ - √ √ - 20
15 KHAMIDAH √ - √ √ - 20
16 LILIAN HANINGTIYAS √ √ √ √ - 20
17 LISTIO FRENKI √ - - √ - 10
18 LITA MARSIH √ - - √ - 10
115
19 LOLA LARANINGTIYAS √ √ √ √ - 20
20 MUNAWAROH √ √ √ √ - 20
21 MURTI AYU W. √ - - √ - 10
22 NAELUL FAZAH √ √ √ √ - 20
23 NAFISAH FITRI √ √ √ √ - 20
24 NOVI LUFITANINGSIH √ - - √ - 10
25 NOVIDA CATUR A. √ √ √ √ - 20
26 NURUL F. √ - √ √ - 20
27 OKTA NOOR AZHARI √ - √ √ - 20
28 PERTIN PARLINAH √ √ √ √ - 20
29 PUJIYANTO √ √ √ √ - 20
30 RIYANTI WIDI ASTUTI √ - √ √ - 20
31 RIZKI AMELIA √ √ √ √ - 20
32 RUWASIH √ - √ √ - 20
33 SALAMI NURHIKMAH √ √ √ √ - 20
34 SEPTI MAULIDIANA √ √ √ √ - 20
35 SITI NURWATI √ √ √ √ - 20
36 SRI ANDAYANI √ - √ √ - 20
37 TRIANI √ - √ √ - 20
38 WIDIYA ARDI LESTARI √ - √ √ - 20
39 YULI MAESAROH √ - - √ - 10
40 YUNITA RATNA SARI √ - - √ - 10
116
No Nama Ketepatan memasang dan mengeluarkan kertas Perolehan
skor Kertas dimasukkan
ke dalam mesin dg
dituntun oleh
penuntun kertas
yang ditempatkan
pada titik nol.
Pada waktu
hendak
memasukkan
kertas, peganglah
kertas pada sudut
kiri atas dg tangan
kiri dan putarlah
tombol
penggulung
dengan tangna
kanan
Setelah kertas
dimasukkan ke dalam
mesin, luruskan kertas
dengan
mempergunakan
pemebas kertas.
Tarik pembebas
kertas, lalu
angkatlah mistar
dan cabut kertas
dengan
memegangn
ujungnya.
Kertas yang
memakai karbon
dapat dipisahkan
tanpa perlu
menekan karbon
dan kembalikan
mistar ketempat
semula dan
pembebas kertas
tetap di muka
1 AFI RISIATUN √ √ √ √ √ 20
2 ANDRI SUSANTO √ √ √ √ √ 20
3 APRILIANI SITTA √ √ √ √ √ 20
4 ARO MARIA ULFAH √ √ √ √ √ 20
5 DESI WULANDARI √ √ √ √ √ 20
6 DESI SETYA A. √ √ √ √ √ 20
7 DEVI DWIANA √ √ √ √ √ 20
8 DIDI RUDIYANTO √ √ √ √ √ 20
9 EFI SANTIKA √ √ √ √ √ 20
10 FITRIANI √ √ √ √ √ 20
11 FUJI TRIONO √ √ √ √ √ 20
12 IFFAH UTAMI L. √ √ √ √ √ 20
13 ISNI KOMALASARI √ √ √ √ √ 20
14 ISTIQOMAH √ √ √ √ √ 20
15 KHAMIDAH √ √ √ √ √ 20
16 LILIAN H. √ √ √ √ √ 20
17 LISTIO FRENKI √ √ √ √ √ 20
18 LITA MARSIH √ √ √ √ √ 20
19 LOLA L. √ √ √ √ √ 20
117
20 MUNAWAROH √ √ √ √ √ 20
21 MURTI AYU W. √ √ √ √ √ 20
22 NAELUL FAZAH √ √ √ √ √ 20
23 NAFISAH FITRI √ √ √ √ √ 20
24 NOVI LUFITA N. √ √ √ √ √ 20
25 NOVIDA CATUR A. √ √ √ √ √ 20
26 NURUL F. √ √ √ √ √ 20
27 OKTA NOOR AZHARI √ √ √ √ √ 20
28 PERTIN PARLINAH √ √ √ √ √ 20
29 PUJIYANTO √ √ √ √ √ 20
30 RIYANTI WIDI A. √ √ √ √ √ 20
31 RIZKI AMELIA √ √ √ √ √ 20
32 RUWASIH √ √ √ √ √ 20
33 SALAMI NUR H. √ √ √ √ √ 20
34 SEPTI MAULIDIANA √ √ √ √ √ 20
35 SITI NURWATI √ √ √ √ √ 20
36 SRI ANDAYANI √ √ √ √ √ 20
37 TRIANI √ √ √ √ √ 20
38 WIDIYA ARDI L. √ √ √ √ √ 20
39 YULI MAESAROH √ √ √ √ √ 20
40 YUNITA RATNA S. √ √ √ √ √ 20
118
No Nama Ketepatan memasang penekan segi dan jarak baris Perolehan
skor Penekan segi kanan Penekan segi kiri Jarak baris
1 AFI RISIATUN - √ √ 10
2 ANDRI SUSANTO - √ √ 10
3 APRILIANI SITTA NW - √ √ 10
4 ARO MARIA ULFAH - √ √ 10
5 DESI WULANDARI - √ √ 10
6 DESI SETYA ANGGRAINI - √ √ 10
7 DEVI DWIANA √ √ √ 20
8 DIDI RUDIYANTO - √ √ 10
9 EFI SANTIKA - √ √ 10
10 FITRIANI - √ √ 10
11 FUJI TRIONO - √ √ 10
12 IFFAH UTAMI LESTARI - √ √ 10
13 ISNI KOMALASARI - √ √ 10
14 ISTIQOMAH - √ √ 10
15 KHAMIDAH - √ √ 10
16 LILIAN HANINGTIYAS - √ √ 10
17 LISTIO FRENKI √ √ √ 20
18 LITA MARSIH √ √ - 10
19 LOLA LARANINGTIYAS - √ √ 10
20 MUNAWAROH - √ √ 10
21 MURTI AYU WIJAYANTI - √ √ 10
22 NAELUL FAZAH - √ √ 10
23 NAFISAH FITRI - √ √ 10
24 NOVI LUFITANINGSIH - √ √ 10
25 NOVIDA CATUR A. - √ √ 10
26 NURUL FITRIANINGRUM - √ √ 10
27 OKTA NOOR AZHARI - √ √ 10
28 PERTIN PARLINAH - √ √ 10
119
29 PUJIYANTO - √ √ 10
30 RIYANTI WIDI ASTUTI - √ √ 10
31 RIZKI AMELIA - √ √ 10
32 RUWASIH - √ √ 10
33 SALAMI NURHIKMAH - √ √ 10
34 SEPTI MAULIDIANA - √ √ 10
35 SITI NURWATI - √ √ 10
36 SRI ANDAYANI √ √ √ 20
37 TRIANI - √ √ 10
38 WIDIYA ARDI LESTARI - √ √ 10
39 YULI MAESAROH - √ √ 10
40 YUNITA RATNA SARI √ √ √ 20
120
No Nama Ketepatan penguasaan tuts Perolehan skor
Meletakan jarinya di atas tuts
dengan benar dengan meletakkan
jarinya pada tuts dasar dan dapat
menggunakan kesepuluh jarinya
sesuai tugas entakannya pada tuts
kedua dari atas dan bawah
Dapat menempatkan
jarinya pada tuts
dasarnya saja
Tidak bisa menempatkan
jarinya pada tuts
dasar/menggunakan 11 jari
1 AFI RISIATUN - √ - 20
2 ANDRI SUSANTO - √ - 20
3 APRILIANI SITTA NW - - √ 10
4 ARO MARIA ULFAH - - √ 10
5 DESI WULANDARI - √ - 20
6 DESI SETYA ANGGRAINI - √ - 20
7 DEVI DWIANA - √ - 20
8 DIDI RUDIYANTO - √ - 20
9 EFI SANTIKA - √ - 20
10 FITRIANI - - √ 10
11 FUJI TRIONO - √ - 20
12 IFFAH UTAMI LESTARI - √ - 20
13 ISNI KOMALASARI - √ - 20
14 ISTIQOMAH √ - - 30
15 KHAMIDAH - √ - 20
16 LILIAN HANINGTIYAS - - - 20
17 LISTIO FRENKI √ - - 30
18 LITA MARSIH - - √ 10
19 LOLA LARANINGTIYAS - - √ 10
20 MUNAWAROH √ - - 30
21 MURTI AYU WIJAYANTI - √ - 20
22 NAELUL FAZAH - √ - 20
23 NAFISAH FITRI - - √ 10
24 NOVI LUFITANINGSIH - √ - 20
121
25 NOVIDA CATUR A. - - √ 10
26 NURUL FITRIANINGRUM - √ - 20
27 OKTA NOOR AZHARI - √ - 20
28 PERTIN PARLINAH - √ - 20
29 PUJIYANTO - √ - 20
30 RIYANTI WIDI ASTUTI √ - - 30
31 RIZKI AMELIA - √ - 20
32 RUWASIH - - √ 10
33 SALAMI NURHIKMAH - √ - 20
34 SEPTI MAULIDIANA - √ - 20
35 SITI NURWATI - √ - 20
36 SRI ANDAYANI - - √ 10
37 TRIANI - √ - 20
38 WIDIYA ARDI LESTARI - √ - 20
39 YULI MAESAROH - - √ 10
40 YUNITA RATNA SARI √ - - 30
122
Rekap Nilai Aspek Ketepatan
Kelas: X AP 1
No Nama Aspek yang dinilai Nilai
Sikap mengetik Memasang dan
mengeluarkan kertas
Memasang penekan segi
dan jarak baris
Penguasaan tuts
Skor maksimal
30 20 20 30
1 AFI RISIATUN 10 20 10 20 60
2 ANDRI SUSANTO 20 20 10 20 70
3 APRILIANI SITTA NW. 20 20 10 10 60
4 ARO MARIA ULFA 20 20 10 10 60
5 DESI WULANDARI 20 20 10 20 70
6 DESI SETYA ANGGRAINI 10 20 10 20 50
7 DEVI DWIANA 20 20 20 20 80
8 DIDI RUDIYANTO 20 20 10 20 70
9 EFI SANTIKA 20 20 10 20 70
10 FITRIANI 20 20 10 10 60
11 FUJI TRIONO 10 20 10 20 60
12 IFFAH UTAMI LESTARI 20 20 10 20 70
13 ISNI COMALASARI 20 20 10 20 70
14 ISTIQOMAH 20 20 10 30 80
15 KHAMIDAH 20 20 10 20 70
16 LILIAN HANINGTIYAS 20 20 10 20 70
17 LISTIO FRENKI 10 20 20 30 80
18 LITA MARSIH 10 20 10 10 50
19 LOLLA LARANINGTIYAS 20 20 10 10 60
20 MUNAWAROH 20 20 10 30 80
21 MURTI AYU WIJAYANTI 10 20 10 20 60
22 NAELUL FAZAH 20 20 10 20 70
23 NAFISAH FITRI 20 20 10 10 60
24 NOVI LUFITANINGSIH 10 20 10 20 60
123
25 NOVIDA CATUR A. 20 20 10 10 60
26 NURUL FITRIANINGRUM 20 20 10 20 70
27 OKTA NOOR AZHARIE 20 20 10 20 70
28 PARTIN PARLINAH 20 20 10 20 70
29 PUJIYANTO 20 20 10 20 70
30 RIYANTI WIDIASTUTI 20 20 10 30 80
31 RIZKI AMELIA 20 20 10 20 70
32 RUWASIH 20 20 10 10 60
33 SALAMI NURHIKMAH 20 20 10 20 70
34 SEPTI MAULIDIANA 20 20 10 20 70
35 SITI NURWATI 20 20 10 20 70
36 SRI ANDAYANI 20 20 20 10 70
37 TRIANI 20 20 10 20 70
38 WIDIYA ARDI LESTARI 20 20 10 20 70
39 YULI MAESAROH 10 20 10 10 50
40 YUNITA RATNA SARI 10 20 20 30 80
124
Hasil Penilaian Ketepatan
Kelas : X AP 2
No Nama Ketepatan sikap Perolehan
skor Duduk lurus di
depan mesin tulis,
dengan badan
sedikit ke muka
dan lengan atas
sejajar dengan
badan, lengan
bagian bawah
horisontal.
Pergelangan
tangan
memengkung dan
jari-jari
memengkung
pada tuts basis.
Kedua ibujari
punggungnya
saling
berdampingan
dan siap untuk
melakukan
entakan pada
bilah spasi.
Kedua paha lurus,
tetapi tidak saling
berhimpitan dan
kedua kaki tegak
lurus di lantai.
Kepala dalam sikap
bebas untuk melihat
naskah yang akan di
ketik.
1 ADNAN AZIZ AININ √ √ √ √ - 20
2 AMI ROHAYATI √ √ √ √ - 20
3 ANISAH √ - - √ - 10
4 ARI FEBRINA √ √ √ √ - 20
5 ASTRI YULIA N. √ √ √ √ - 20
6 DARYATI WITRI L. √ - - √ - 10
7 DEVI SANATI √ - - √ - 10
8 DEWI RIAMITA √ √ √ √ - 20
9 DIAN RETNOWATI √ - √ √ - 20
10 EKI NOVIANTI √ - √ √ - 20
11 ENI MARIANI √ - √ √ - 20
12 ETI PUSPITASARI √ √ √ √ - 20
13 FUJUANAH √ √ √ √ - 20
14 HANIDAH NUR AIN √ - √ √ - 10
15 HEIK MATUS S. √ - √ √ - 20
16 HERLINA APRILIANI √ - √ √ - 20
17 IDA JAYANTI √ - √ √ - 20
18 INDAH MERYANI √ √ √ √ - 20
19 ISTIQOMAH √ - √ √ - 20
125
20 KENI √ √ √ √ - 20
21 KIKI ASTRIDA √ √ √ √ - 20
22 LIDYA VFALENSIANA √ √ √ √ - 20
23 LISA FITRIANA √ √ √ √ - 20
24 LUTHFI ALFIANTO √ √ √ √ √ 20
25 MEI SULASMI √ √ √ √ - 20
26 MUTI SURANI √ - √ √ - 20
27 NURISMANTO √ √ √ √ - 20
28 PUTRI SAKINAH √ - √ √ - 20
29 RAHAYU NINGSIH √ - √ √ - 20
30 RATNA SARI √ - - √ - 10
31 RESKI AMALIA √ - - √ - 10
32 RETNO KUNANTI √ √ √ √ - 20
33 SAVITA PRIYANI √ √ √ √ - 20
34 SITI NUROHMAH √ - √ √ - 20
35 SITI WULANDARI √ √ √ √ - 20
36 TUSIA INAFITRI √ √ √ √ - 20
37 VINO VERDIAN √ - √ √ - 20
38 WIDIATI √ - - √ - 10
39 WULAN SUCI √ - - √ - 10
40 ZAUZATUN S. √ - - √ - 10
126
No Nama Ketepatan memasang dan mengeluarkan kertas Perolehan
skor Kertas
dimasukkan ke
dalam mesin
dg dituntun
oleh penuntun
kertas yang
ditempatkan
pada titik nol.
Pada waktu hendak
memasukkan kertas,
peganglah kertas
pada sudut kiri atas
dg tangan kiri dan
putarlah tombol
penggulung dengan
tangan kanan
Setelah kertas
dimasukkan ke
dalam mesin,
luruskan kertas
dengan
mempergunakan
pemebas kertas.
Tarik pembebas
kertas, lalu
angkatlah mistar
dan cabut kertas
dengan
memegangn
ujungnya.
Kertas yang memakai
karbon dapat dipisahkan
tanpa perlu menekan
karbon dan kembalikan
mistar ketempat semula
dan pembebas kertas
tetap di muka
1 ADNAN AZIZ A. √ √ √ √ √ 20
2 AMI ROHAYATI √ √ √ √ √ 20
3 ANISAH √ √ √ √ √ 20
4 ARI FEBRINA √ √ √ √ √ 20
5 ASTRI YULIA N. √ √ √ √ √ 20
6 DARYATI WITRI √ √ √ √ √ 20
7 DEVI SANATI √ √ √ √ √ 20
8 DEWI RIAMITA √ √ √ √ √ 20
9 DIAN RETNO W. √ √ √ √ √ 20
10 EKI NOVIANTI √ √ √ √ √ 20
11 ENI MARIANI √ √ √ √ √ 20
12 ETI PUSPITASARI √ √ √ √ √ 20
13 FUJUANAH √ √ √ √ √ 20
14 HANIDAH NUR A. √ √ √ √ √ 20
15 HEIK MATUS S. √ √ √ √ √ 20
16 HERLINA A. √ √ √ √ √ 20
17 IDA JAYANTI √ √ √ √ √ 20
18 INDAH MERYANI √ √ √ √ √ 20
19 ISTIQOMAH √ √ √ √ √ 20
20 KENI √ √ √ √ √ 20
21 KIKI ASTRIDA √ √ √ √ √ 20
22 LIDYA V. √ √ √ √ √ 20
127
23 LISA FITRIANA √ √ √ √ √ 20
24 LUTHFI A. √ √ √ √ √ 20
25 MEI SULASMI √ √ √ √ √ 20
26 MUTI SURANI √ √ √ √ √ 20
27 NURISMANTO √ √ √ √ √ 20
28 PUTRI SAKINAH √ √ √ √ √ 20
29 RAHAYU NINGSIH √ √ √ √ √ 20
30 RATNA SARI √ √ √ √ √ 20
31 RESKI AMALIA √ √ √ √ √ 20
32 RETNO KUNANTI √ √ √ √ √ 20
33 SAVITA PRIYANI √ √ √ √ √ 20
34 SITI NUROHMAH √ √ √ √ √ 20
35 SITI WULANDARI √ √ √ √ √ 20
36 TUSIA INAFITRI √ √ √ √ √ 20
37 VINO VERDIAN √ √ √ √ √ 20
38 WIDIATI √ √ √ √ √ 20
39 WULAN SUCI √ √ √ √ √ 20
40 ZAUZATUN S. √ √ √ √ √ 20
128
No Nama Ketepatan memasang penekan segi dan jarak baris Perolehan skor
Penekan segi kanan Penekan segi kiri Jarak baris
1 ADNAN AZIZ AININ - √ √ 10
2 AMI ROHAYATI - √ √ 10
3 ANISAH - √ √ 10
4 ARI FEBRINA - √ √ 10
5 ASTRI YULIANINGRUM - √ √ 10
6 DARYATI WITRI LESTARI - √ √ 10
7 DEVI SANATI - √ √ 10
8 DEWI RIAMITA √ √ √ 20
9 DIAN RETNOWATI - √ √ 10
10 EKI NOVIANTI - √ √ 10
11 ENI MARIANI - √ √ 10
12 ETI PUSPITASARI - √ √ 10
13 FUJUANAH - √ √ 10
14 HANIDAH NUR AIN - √ √ 10
15 HEIK MATUS SOLIKAH √ √ √ 20
16 HERLINA APRILIANI - √ √ 10
17 IDA JAYANTI - √ √ 10
18 INDAH MERYANI - √ √ 10
19 ISTIQOMAH - √ √ 10
20 KENI - √ √ 10
21 KIKI ASTRIDA √ √ √ 20
22 LIDYA VFALENSIANA - √ √ 10
23 LISA FITRIANA √ √ √ 20
24 LUTHFI ALFIANTO √ √ √ 20
25 MEI SULASMI - √ √ 10
26 MUTI SURANI - √ √ 10
27 NURISMANTO - √ √ 10
28 PUTRI SAKINAH - √ √ 10
29 RAHAYU NINGSIH - √ √ 10
129
30 RATNA SARI - √ √ 10
31 RESKI AMALIA - √ √ 10
32 RETNO KUNANTI - √ √ 10
33 SAVITA PRIYANI - √ √ 10
34 SITI NUROHMAH - √ √ 10
35 SITI WULANDARI - √ √ 10
36 TUSIA INAFITRI - √ √ 10
37 VINO VERDIAN - √ √ 10
38 WIDIATI - √ √ 10
39 WULAN SUCI - √ √ 10
40 ZAUZATUN SOLIKHAH - √ √ 10
130
No Nama Ketepatan penguasaan tuts Perolehan skor
Meletakan jarinya di atas
tuts dengan benar dengan
meletakkan jarinya pada tuts
dasar dan dapat
menggunakan kesepuluh
jarinya sesuai tugas
entakannya pada tuts kedua
dari atas dan bawah
Dapat menempatkan jarinya
pada tuts dasarnya saja
Tidak bisa menempatkan
jarinya pada tuts
dasar/menggunakan 11 jari
1 ADNAN AZIZ AININ √ - - 30
2 AMI ROHAYATI - - √ 10
3 ANISAH - √ - 20
4 ARI FEBRINA
-
√ - 20
5 ASTRI YULIANINGRUM √ - - 30
6 DARYATI WITRI LESTARI - √ - 20
7 DEVI SANATI - √ - 20
8 DEWI RIAMITA - √ - 20
9 DIAN RETNOWATI - √ - 20
10 EKI NOVIANTI - √ - 20
11 ENI MARIANI √ - - 30
12 ETI PUSPITASARI √ - - 30
13 FUJUANAH - √ - 20
14 HANIDAH NUR AIN √ - - 30
15 HEIK MATUS SOLIKAH - - √ 10
16 HERLINA APRILIANI - √ - 20
17 IDA JAYANTI - - √ 10
18 INDAH MERYANI - √ - 20
19 ISTIQOMAH - √ - 20
20 KENI - - √ 10
21 KIKI ASTRIDA - √ - 20
131
22 LIDYA VFALENSIANA - √ - 20
23 LISA FITRIANA - - √ 10
24 LUTHFI ALFIANTO - √ - 20
25 MEI SULASMI - √ - 20
26 MUTI SURANI - √ - 20
27 NURISMANTO - - √ 10
28 PUTRI SAKINAH - √ - 20
29 RAHAYU NINGSIH - - √ 10
30 RATNA SARI √ - - 30
31 RESKI AMALIA - √ - 20
32 RETNO KUNANTI - - √ 10
33 SAVITA PRIYANI - √ - 20
34 SITI NUROHMAH - √ - 20
35 SITI WULANDARI - √ - 20
36 TUSIA INAFITRI - √ - 20
37 VINO VERDIAN - √ - 20
38 WIDIATI - √ - 20
39 WULAN SUCI - - √ 10
40 ZAUZATUN SOLIKHAH - √ - 20
132
Rekap Nilai Aspek Ketepatan
Kelas: AP 2
No Nama Aspek yang dinilai Nilai
Sikap mengetik Memasang dan
mengeluarkan kertas
Memasang penekan
segi dan jarak baris
Penguasaan tuts
Skor maksimal
30 20 20 30
1 ADNAN AZIZ AININ 20 20 10 30 80
2 AMI ROHAYATI 20 20 10 10 60
3 ANISAH 10 20 10 20 60
4 ARI FEBRINA 20 20 10 20 70
5 ASTRI YULIANINGRUM 20 20 10 30 80
6 DARYATI WITRI LESTARI 10 20 10 20 60
7 DEVI SANATI 10 20 10 20 60
8 DEWI RIAMITA 20 20 20 20 80
9 DIAN RETNOWATI 20 20 10 20 60
10 EKI NOVIANTI 20 20 10 20 70
11 ENI MARIANI 20 20 10 30 80
12 ETI PUSPITA SARI 20 20 10 30 80
13 FUJIANAH 20 20 10 20 70
14 HANIDAH NURAIN 10 20 10 30 70
15 HEIK MATUS SOLIKAH 20 20 20 10 70
16 HERLINA APRILIANI 20 20 10 20 70
17 IDA JAYANTI 20 20 10 10 60
18 INDAH MERYANI 20 20 10 20 70
19 ISTIQOMAH 20 20 10 20 70
20 KENI 20 20 10 10 60
21 KIKI ASTRIDA 20 20 20 20 80
22 LIDYA VALENCIANA 20 20 10 20 70
23 LISA FITRIANA 20 20 20 10 70
133
24 LUTHFI ALFIANTO 20 20 20 20 80
25 MEI SULASMI 20 20 10 20 70
26 MUTI SURANI 20 20 10 20 70
27 NURISMANTO 20 20 10 10 60
28 PUTRI SAKINAH 20 20 10 20 70
29 RAHAYU NINGSIH 20 20 10 10 60
30 RATNA SARI 10 20 10 30 60
31 RESKI AMALIA 10 20 10 20 60
32 RETNO KUNANTI 20 20 10 10 70
33 SAVITA PRIYANI 20 20 10 20 70
34 SITI NURROHMAH 20 20 10 20 70
35 SITI WULANDARI 20 20 10 20 70
36 TUZIA INAFITRI 20 20 10 20 70
37 VINO VERDIAN 20 20 10 20 70
38 WIDIATI 10 20 10 20 60
39 WULAN SUCI 10 20 10 10 50
40 ZAUZATUN SOLIKAH 10 20 10 20 60
134
Hasil Penilaian Kerapian
Kelas: X AP 1
No Nama Kesalahan dalam 5 menit tidak boleh lebih dari 10 kesalahan tik Perolehan
Skor Siswa tidak
melakukan
kesalahan tik
lebih dari 10
Siswa
melakukan
kesalahan tik
antara 11-20
Siswa
melakukan
kesalahan tik
antara 21-30
Siswa
melakukan
kesalahan tik
antara 31-40
Siswa melakukan
kesalahan tik 41-
50
Siswa
melakukan
kesalahan tik
lebih dari 50
1 AFI RISIATUN - √ - - - - 50
2 ANDRI SUSANTO - - - - √ - 20
3 APRILIANI SITTA NW. - √ - - - - 50
4 ARO MARIA ULFA - √ - - - - 50
5 DESI WULANDARI √ - - - - - 60
6 DESI SETYA ANGGRAINI - √ - - - - 50
7 DEVI DWIANA - √ - - - - 50
8 DIDI RUDIYANTO - √ - - - - 50
9 EFI SANTIKA - √ - - - - 50
10 FITRIANI - √ - - - - 50
11 FUJI TRIONO - √ - - - - 50
12 IFFAH UTAMI LESTARI - √ - - - - 50
13 ISNI COMALASARI - √ - - - - 50
14 ISTIQOMAH - √ - - - - 50
15 KHAMIDAH - √ - - - - 50
16 LILIAN HANINGTIYAS √ - - - - - 60
17 LISTIO FRENKI √ - - - - - 60
18 LITA MARSIH - √ - - - - 50
19 LOLLA LARANINGTIYAS - - √ - - - 40
20 MUNAWAROH √ - - - - - 60
21 MURTI AYU WIJAYANTI √ - - - - - 60
22 NAELUL FAIZAH - - √ - - - 40
23 NAFISAH FITRI - √ - - - - 50
24 NOVITA LUVITA NINGSIH - √ - - - - 50
135
25 NOVIDA CATUR A. - √ - - - - 50
26 NURUL FITRIANINGRUM - √ - - - - 50
27 OKTA NOOR AZHARI - √ - - - - 50
28 PARTIN PARLINAH - - √ - - - 40
29 PUJIYANTO - - √ - - - 40
30 RIYANTI WIDI ASTUTI - √ - - - - 50
31 RIZKI AMELIA √ - - - - - 60
32 RUWASIH - √ - - - - 50
33 SALAMI NURHIKMAH - √ - - - - 50
34 SEPTI MAULIDIANA - - √ - - - 40
35 SITI NURWATI - √ - - - - 50
36 SRI ANDAYANI - √ - - - - 50
37 TRIANI √ - - - - - 60
38 WIDIYA ARDI LESTARI - √ - - - - 50
39 YULI MAESAROH - √ - - - - 50
40 YUNITA RATNASARI - √ - - - - 50
136
No Nama Sesuai format yang diperintahkan Perolehan
skor Siswa mengetik sesuai dengan format yang
diperintahkan
Tidak sesuai dengan format yang diperintahkan
1 AFI RISIATUN √ - 20
2 ANDRI SUSANTO - √ 10
3 APRILIANI SITTA NW. - √ 10
4 ARO MARIA ULFA - √ 10
5 DESI WULANDARI - √ 10
6 DESI SETYA ANGGRAINI √ - 10
7 DEVI DWIANA - √ 10
8 DIDI RUDIYANTO - √ 10
9 EFI SANTIKA - √ 20
10 FITRIANI √ - 10
11 FUJI TRIONO - √ 20
12 IFFAH UTAMI LESTARI √ - 20
13 ISNI COMALASARI - √ 10
14 ISTIQOMAH - √ 10
15 KHAMIDAH - √ 20
16 LILIAN HANINGTIYAS √ - 10
17 LISTIO FRENKI - √ 10
18 LITA MARSIH - √ 20
19 LOLLA LARANINGTIYAS √ - 10
20 MUNAWAROH - √ 10
21 MURTI AYU WIJAYANTI - √ 10
22 NAELUL FAIZAH - √ 10
23 NAFISAH FITRI - √ 10
24 NOVITA LUVITA NINGSIH √ - 20
25 NOVIDA CATUR A. √ - 20
26 NURUL FITRIANINGRUM - √ 10
27 OKTA NOOR AZHARI - √ 10
28 PARTIN PARLINAH √ - 20
137
29 PUJIYANTO - √ 10
30 RIYANTI WIDI ASTUTI - √ 10
31 RIZKI AMELIA - √ 10
32 RUWASIH - √ 10
33 SALAMI NURHIKMAH √ - 20
34 SEPTI MAULIDIANA √ - 20
35 SITI NURWATI - √ 10
36 SRI ANDAYANI - √ 10
37 TRIANI - √ 10
38 WIDIYA ARDI LESTARI - √ 10
39 YULI MAESAROH √ - 20
40 YUNITA RATNASARI - √ 10
138
Rekap Nilai Akhir Aspek Kerapian
Kelas: X AP 1
No Nama Aspek yang dinilai Nilai
Kesalahan dalam 5
menit tidak boleh
lebih dari 10
kesalahan tik
Tidak menggunakan
tuts pengundur apabila
terjadi kesalahan
Tidak menggunakan
tipex untuk memperbaiki
kesalahan tik
Sesuai dengan format
yang diperintahkan.
skor maksimal
60 10 10 20
1 AFI RISIATUN 50 - 10 20 80
2 ANDRI SUSANTO 20 - 10 10 40
3 APRILIANI SITTA NW. 50 10 10 10 80
4 ARO MARIA ULFA 50 10 10 10 80
5 DESI WULANDARI 60 - 10 10 80
6 DESI SETYA ANGGRAINI 50 10 10 10 80
7 DEVI DWIANA 50 10 10 10 80
8 DIDI RUDIYANTO 50 - 10 10 70
9 EFI SANTIKA 50 - 10 20 80
10 FITRIANI 50 10 10 10 80
11 FUJI TRIONO 50 - 10 20 80
12 IFFAH UTAMI LESTARI 50 10 10 10 80
13 ISNI COMALASARI 50 10 10 10 80
14 ISTIQOMAH 50 10 10 10 80
15 KHAMIDAH 50 - 10 20 80
16 LILIAN HANINGTIYAS 60 - 10 10 80
17 LISTIO FRENKI 60 - 10 10 80
139
18 LITA MARSIH 50 - 10 20 80
19 LOLLA LARANINGTIYAS 40 10 10 10 70
20 MUNAWARIH 60 - 10 10 80
21 MURTI AYU WIJAYANTI 60 - 10 10 80
22 NAELUL FAZAH 40 - 10 10 60
23 NAFISAH FITRI 50 - 10 10 70
24 NOVI LUFITANINGSIH 50 - 10 20 80
25 NOVIDA CATUR A. 50 - 10 20 80
26 NURUL FITRIANINGRUM 50 10 10 10 80
27 OKTA NOOR AZHARIE 50 - 10 10 70
28 PARTIN PARLINAH 40 - 10 20 70
29 PUJIYANTO 40 - 10 10 60
30 RIYANTI WIDIASTUTI 50 - 10 10 70
31 RIZKI AMELIA 60 - 10 10 80
32 RUWASIH 50 10 10 10 80
33 SALAMI NURHIKMAH 50 - 10 20 80
34 SEPTI MAULIDIANA 40 - 10 20 70
35 SITI NURWATI 50 - 10 10 70
36 SRI ANDAYANI 50 - 10 10 70
37 TRIANI 60 - 10 10 80
38 WIDIYA ARDI LESTARI 50 - 10 10 70
39 YULI MAESAROH 50 - 10 20 80
40 YUNITA RATNA SARI 50 10 10 10 80
140
Hasil Penilaian Kerapian
Kelas: X AP 2
No Nama Kesalahan dalam 5 menit tidak boleh lebih dari 10 kesalahan tik Perolehan
skor Siswa tidak
melakukan
kesalahan
tik lebih
dari 10
Siswa
melakukan
kesalahan tik
antara 11-20
Siswa
melakukan
kesalahan tik
antara 21-30
Siswa
melakukan
kesalahan
tik antara
31-40
Siswa melakukan
kesalahan tik 41-
50
Siswa melakukan
kesalahan tik lebih
dari 50
1 ADNAN AZIZ AININ - - - - - √ 10
2 AMI ROHAYATI - - - - √ - 20
3 ANISAH - - - - √ - 20
4 ARI FEBRINA - √ - - - - 50
5 ASTRI YULIANINGRUM - √ - - - - 50
6 DARYATI WITRI LESTARI - √ - - - - 50
7 DEVI SANATI - - - - √ - 20
8 DEWI RIAMITA - √ - - - - 50
9 DIAN RETNOWATI - - √ - - - 40
10 EKI NOVIANTI - - √ - - - 40
11 ENI MARIANI - - √ - - - 40
12 ETI PUSPITASARI - √ - - - - 50
13 FUJUANAH √ - - - - - 60
14 HANIDAH NUR AIN - - √ - - - 40
15 HEIK MATUS SOLIKAH - √ - - - - 50
16 HERLINA APRILIANI - - √ - - - 50
17 IDA JAYANTI - - - √ - - 30
18 INDAH MERYANI - - - - √ - 20
19 ISTIQOMAH - √ - - - - 50
141
20 KENI - √ - - - - 50
21 KIKI ASTRIDA √ - - - - - 60
22 LIDYA VFALENSIANA - √ - - - - 50
23 LISA FITRIANA √ - - - - - 60
24 LUTHFI ALFIANTO - √ - - - - 50
25 MEI SULASMI - √ - - - - 50
26 MUTI SURANI - √ - - - - 50
27 NURISMANTO - √ - - - - 50
28 PUTRI SAKINAH - √ - - - - 50
29 RAHAYU NINGSIH - √ - - - - 50
30 RATNA SARI - - - - - √ 10
31 RESKI AMALIA √ - - - - - 60
32 RETNO KUNANTI - √ - - - - 50
33 SAVITA PRIYANI - - - - - √ 10
34 SITI NUROHMAH - √ - - - - 10
35 SITI WULANDARI √ - - - - - 50
36 TUSIA INAFITRI - √ - - - - 50
37 VINO VERDIAN - √ - - - - 50
38 WIDIATI √ - - - - - 60
39 WULAN SUCI - √ - - - - 50
40 ZAUZATUN SOLIKHAH √ - - - - - 60
142
No Nama Sesuai format yang diperintahkan Perolehan
skor Siswa mengetik sesuai dengan format
yang diperintahkan
Tidak sesuai dengan format yang
diperintahkan
1 ADNAN AZIZ AININ - √ 10
2 AMI ROHAYATI - √ 10
3 ANISAH - √ 10
4 ARI FEBRINA - √ 10
5 ASTRI YULIANINGRUM - √ 10
6 DARYATI WITRI LESTARI - √ 10
7 DEVI SANATI - √ 10
8 DEWI RIAMITA √ - 20
9 DIAN RETNOWATI - √ 10
10 EKI NOVIANTI - √ 10
11 ENI MARIANI - √ 10
12 ETI PUSPITASARI - √ 10
13 FUJUANAH - √ 10
14 HANIDAH NUR AIN - √ 10
15 HEIK MATUS SOLIKAH √ - 20
16 HERLINA APRILIANI - √ 10
17 IDA JAYANTI - √ 10
18 INDAH MERYANI - √ 10
19 ISTIQOMAH - √ 10
20 KENI - √ 10
21 KIKI ASTRIDA - √ 10
22 LIDYA VALENSIANA √ - 20
23 LISA FITRIANA - √ 10
24 LUTHFI ALFIANTO √ - 20
25 MEI SULASMI - √ 10
26 MUTI SURANI - √ 10
143
27 NURISMANTO - √ 10
28 PUTRI SAKINAH - √ 10
29 RAHAYU NINGSIH - √ 10
30 RATNA SARI - √ 10
31 RESKI AMALIA - √ 10
32 RETNO KUNANTI √ - 20
33 SAVITA PRIYANI - √ 10
34 SITI NUROHMAH √ - 20
35 SITI WULANDARI - √ 10
36 TUSIA INAFITRI - √ 10
37 VINO VERDIAN - √ 10
38 WIDIATI - √ 10
39 WULAN SUCI - √ 10
40 ZAUZATUN SOLIKHAH - √ 10
144
Rekap Nilai Aspek Kerapian
Kelas: X AP 2
No Nama Aspek yang dinilai Nilai
Kesalahan dalam 5
menit tidak boleh lebih
dari 10 kesalahan tik
Tidak
menggunakan
tuts pengundur
apabila terjadi
kesalahan
Tidak menggunakan
tipex untuk
memperbaiki
kesalahan tik
Sesuai dengan
format yang
diperintahkan.
skor maksimal
60 10 10 20
1 ADNAN AZIZ AININ 10 10 10 10 40
2 AMI ROHAYATI 20 - 10 10 40
3 ANISAH 20 10 10 10 50
4 ARI FEBRINA 50 10 10 10 80
5 ASTRI YULIANINGRUM 50 - 10 10 70
6 DARYATI WITRI LESTARI 50 10 10 10 80
7 DEVI SANATI 20 - 10 10 40
8 DEWI RIAMITA 50 - 10 20 80
9 DIAN RETNOWATI 40 - 10 10 60
10 EKI NOVIANTI 40 10 10 10 70
11 ENI MARIANI 40 - 10 10 60
12 ETI PUSPITA SARI 50 10 10 10 80
13 FUJIANAH 60 - 10 10 80
14 HANIDAH NURAIN 40 10 10 10 70
15 HEIK MATUS SOLIKAH 50 - 10 20 80
16 HERLINA APRILIANI 50 - 10 10 70
17 IDA JAYANTI 30 10 10 10 60
18 INDAH MERYANI 20 10 10 10 50
145
19 ISTIQOMAH 50 10 10 10 80
20 KENI 50 10 10 10 80
21 KIKI ASTRIDA 60 - 10 10 80
22 LIDYA VALENCIANA 50 - 10 20 80
23 LISA FITRIANA 60 - 10 10 80
24 LUTHFI ALFIANTO 50 - 10 20 80
25 MEI SULASMI 50 - 10 10 70
26 MUTI SURANI 50 10 10 10 80
27 NURISMANTO 50 - 10 10 70
28 PUTRI SAKINAH 50 - 10 10 70
29 RAHAYU NINGSIH 50 - 10 10 70
30 RATNA SARI 10 10 10 10 40
31 RESKI AMALIA 60 - 10 10 80
32 RETNO KUNANTI 50 - 10 20 80
33 SAVITA PRIYANI 10 10 10 10 40
34 SITI NURROHMAH 50 10 10 10 80
35 SITI WULANDARI 60 - 10 10 80
36 TUZIA INAFITRI 50 10 10 10 80
37 VINO VERDIAN 50 10 10 10 80
38 WIDIATI 60 - 10 10 80
39 WULAN SUCI 50 10 10 10 80
40 ZAUZATUN SOLIKAH 60 - 10 10 80
top related