kode etik guru dan penjelasannya
Post on 29-Nov-2015
1.858 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KODE ETIK GURU
NAMA : SITI NURHASANAH
NIM : H1C1001013
MATA KULIAH : LEGISLASI PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEMDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini pendidikan menjadi masalah yang ramai dibicarakan.Berbicara
mengenai pendidikan berarti berbicara tentang profesiguru. Pada saat ini profesi guru
merupakan salah satu profesi yang banyak diminati oleh kebanyakan siswa dan siswi, hal
tersebut karena guru merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan bangsa ini, guru
yang baik dan berkualitas dapat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berkualitas juga,
begitu pun sebaliknya, seorang guru yang tidak berkualitas akan menjadikan bangsa ini
menjadi bangsa yang tertinggal dan bahkan bisa menjadi bangsa yang terjajah lagi, selain itu
saat ini profesi guru dijamin kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu, orang-orang berlomba-
lomba untuk menjadi seorang guru. Namun, menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain adalah syarat admistrasi, teknis, psikis,
dan fisik, selain itu seorang guru juga harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial dan professional.
Namun,kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang guru dalam menjalankan
profesinya tersebut tidak jarang melakukan penyimpangan atau pun pelanggaran terhadap
norma-norma menjadi seorang guru, sehingga pemerintah menetapkan suatu aturan atau
norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di Indonesia yang dikenal dengan “Kode
Etik Guru”. Dengan adanya Kode Etik Guru ini, diharapkan para guru dapat menjalankan
tugasnya dengan baik sebagaimana telah ditetapkan dalam Kode Etik Guru tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Kode Etik Guru?
2. Apakah isi dari kode etik guru?
3. Apakah hakikat kode etik guru terhadap guru di Indonesia?
4. Apakah tujuan kode etik guru?
5. Apakah fungsi kode etik terhadap guru di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian Kode Etik Guru
2. Untuk menjelaskan isi dari kode etik guru
3. Untuk menjelaskan hakikat kode etik guru terhadap guru di Indonesia
4. Untuk menjelaskan tujuan kode etik guru
5. Untuk menjelaskan fungsi kode etik terhadap guru di Indonesia
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian Kode Etik Guru
2. Dapat mengetahui isi dari Kode Etik Guru
3. Dapat mengetahui hakikat Kode Etik Guru terhadap guru di Indonesia
4. Dapat mengetahui tujuan Kode Etik Guru
5. Dapat mengetahui fungsi Kode Etik Guru di Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kode Etik Guru
Interpretasi tentang kode etik belum memiliki pengertian yang sama. Berikut ini ada
beberapa pengertian mengenai kode etik:
2.1.1 Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Pasal 28 menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai
pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan". Dalam
Penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini,
Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat
mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan
tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat di simpulkan, bahwa
kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari- hari.
2.1.2 Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan
bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah
laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiaan bekerja sebagai
guru (PGRI, 1973). Dari pendapat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode
Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan
(2) sebagai pedoman tingkah laku.
2.1.3 Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 43, dikemukakan
sebagai berikut: (1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan, dan martabat guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode
etik; (2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika yang
mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Secara harfiah, “kode etik” berarti sumber etik.Etik berasal dari
perkataan ethos, yang berarti watak.Istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai
yang mendasari perilaku manusia.Term etik berasal dari bahasa filsafat, bahkan
menjadi salah satu cabangnya.Etik juga disepadankan dengan istilah adab, moral, atau
pun akhlaq.Etik artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan
kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
Kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis
sebagai pedoman dalam berprilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma
yang dianut oleh sekolompok orang atau masyarakat tertentu.Dalam kaitannya dengan
Istilah profesi, kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standar
kegiatan anggota suatu profesi.
Jadi “kode etik guru” diartikan sebagai aturan tata-susila keguruan.Aturan-
aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) melibatkan
dari segi usaha.Maksud dari kode etik guru di sini adalah norma-norma yang
mengatur hubungan kemanusiaan (relationship) antar guru dengan lembaga
pendidikan (sekolah); guru dengan sesama guru; guru dengan peserta didik; dan guru
dengan lingkungannya.Sebagai sebuah jabatan pekerjaan, profesi guru memerlukan
kode etik khusus untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut.
2.2 Isi Kode Etik Guru
Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII, yang
terdiri dari Sembilan item berikut:
2.2.1 Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
Maksud dari rumusan ini, sesuai dengan roeping-nya, guru harus mengabdikan
dirinya secara ikhlas untuk menuntun dan mengantarkan anak didik seutuhnya, baik
jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental agar menjadi insan pembangunan
yang menghayati dan mengamalkan serta melaksanakan berbagai aktivitasnya dengan
mendasarkan pada sila-sila pada Pancasila. Guru harus membimbing anak didiknya
kearah hidup yang selaras, serasi dan seimbang.
2.2.2 Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing
Berkaitan dengan item ini, maka guru harus mendesain program pengajaran
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setiap anak didik.Yang lebih penting lagi guru
harus menerapkan kurikulum secara benar, sesuai dengan kebutuhan masing-masing
anak didik.Kurikulum dan program pengajaran untuk tingkat SD harus juga
diterapkan di SD, kurikulum untuk tingkat perguruan tinggi harus juga diterapkan
untuk perguruan tinggi begitu seterusnya. Bukan asal gampangnya saja, kurikulum
untuk program SMP dapat digunakan di SD, SMA dan bahkan digunakan untuk
perguruna tinggi. Hal semacam ini berarti guru sudah melanggar kejujuran
profesional.
2.2.3 Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
Dalam kaitan belajar-mengajar, guru perlu mengadakan komunikasi dan
hubungan baik dengan anak didik.Hal ini terutama agar guru mendapatkan informasi
secara lengkap mengenai diri anak didik. Dengan mengetahui keadaan dan
karakteristik anak didik ini, maka akan sangat membantu bagi guru dan siswa dalam
upaya menciptakan proses belajar-mengajar yang optimal. Untuk ini ada hal-hal yang
perlu diperhatikan, yakni:
a. Segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan
anak didik, tetapi sebaliknya harus dirangsang sedemikian rupa sehingga sifat
terbuka, berani mengemukakan pendapat dan segala masalah yang
dihadapinya.
b. Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur
kasih sayang, ibarat orang tua dengan anaknya. Guru harus bersifat sabar,
ramah, terbuka.
c. Diusahakan guru dan anak didik dalam satu kebersamaan orientasi agar
tidak menimbulkan suasana konfli. Sebab harus dimaklumi bahwa sekolah
atau kelas merupakan kumpulan subjek-subjek yang heterogen, sehingga
keadaannya cukup kompleks.
Kemudian yang harus diingat oleh guru adalah dalam mengadakan
komunikasi.Hubungan yang harmonis dengan anak didik itu tidak boleh
disalahgunakan.Dengan sifat ramah, kasih sayang dan saling keterbukaan dapat
diperoleh informasi mengena diri anak didik secara lengkap.Ini semata-mata demi
kepentingan belajar anak didik, tidak boleh untuk kepentingan guru, apalagi untuk
maksud-maksud pribadi guru itu sendiri.
2.2.4 Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah, maksudnya bagaimana guru itu
dapat menciptakan kondisi-kondisi optimal, sehingga anak itu bisa belajar, harus
belajar, perlu dididik dan perlu bimbingan. Usaha menciptakan suasana kehidupan
sekolah sebagaimana dimaksud diatas, akan menyangkut dua hal.
Pertama, yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar di kelas secara
langsung. Untuk ini meliputi hal-hal berikut:
1. Pengaturan tata-ruang kelas yang lebih kondusif untuk kepentingan
pengajaran.
2. Menciptakan iklim atau suasana belajar-mengajar yang lebih serasi dan
menyenangkan, misalnya pembinaan situasi keakraban di dalam kelas. Untuk
menciptakan iklim yang lebih serasi ini antara lain dengan:
a. Adanya keterikatan antara guru dengan anak didik, anak didik
dengan anak didik;
b. Menetapkan standar tingkah-laku;
c. Diadakan diskusi-diskusi kelompok;
d. Memberi penghargaan dan pemeliharaan sengat kerja.
Kedua, menciptakan kehidupan sekolah dalam arti luas yakni meliputi sekolah
secara keseluruhan.Dalam hubungan ini dituntut adanya hubungan baik dan interaksi
antara guru dengan guru, guru dengan anak didik, guru dengan pegawai, pegawai
deengan anak didik. Dengan demikian, memang dituntut adanya keterlibatan semua
pihak di dalam lembaga kependidikan, sehingga dapat menunjang berhasilnya proses
belajar-mengajar.
Selanjutnya dalam mengusahakan keberhasilan proses belaja-mengajar itu,
guru juga harus membina hubungan baik dengan orang tua murid. Melalui hal ini
diharapkan dapat mengetahui keadaan anak didiknya dan bagaimana kegiatan
belajarnya di rumah.Juga untuk mengetahui beberapa hal tentang anak didik melalui
orang tuanya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan kegiatan
belajar-mengajar yang lebih baik.Hubungan baik antara guru dengan orang tua murid
merupakan factor yang tidak dapat ditinggalkan, karena keberhasilan belajar anak
didim tidak dapat dipisahkan dengan bagaimana keadaan dan usaha orang tua
murid.Apalagi kalau ada kaitannya dengan tugas dan kewajiban guru sebagai
pendidik, dalam upaya membina kepribadian anak didik, maka andil orang tua sangat
menentukan (ingat tri pusat pendidikan).
2.2.5 Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
Sesuai denga tri pusat pendidikan, masyarakat ikut bertanggung jawab atas
pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu,gru juga harus membina hubungan baik
dengan masyarakat, agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pelaksana proses
belajar mengajar. Dalam hal ini mengandung dua dimensi penglihatan, yakni
masyarakat disekitar sekolah, bagi guru sangat penting untuk selalu memelihara
hubungan baik, Karena guru akan mendapat masukan, pengalaman serta memahami
berbagai kejadian atau perkembangan masyarakat itu. Hal ini dapat dimanfaatkan
sebagai usaha pengembangan sumber belajar yang lebih mengena demi kelancaran
proses belajar mengajar. Sebagai contoh guru yang sedang menerangkan sesuatu
pelajaran, kemudian untuk memperjelas dapat diberikan ilustrasi dengan beberapa
perkembanganyang terjadi di masyarakat sekitar.Di samping itu jika sekolah
mengadakn berbagai kegiatan, sanagt memerlukan kemudahan dari masyarakat
sekitar.
Selanjutnya jika dilihat dari masyarakat secara luas, kererikan atau hubungan
baik guru dengan masyarakat luas itu akan mengembangkan pengetahuan guru
tentang persepsi kemasyarakatan yang lebih luas. Misalnya tentang budaya
masyarakat dan bagaimana masyarakat sebagai pemakai lulusan.
2.2.6 Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, guru harus selalu
meningkatkan mutu profesinya, baik dilaksanakan secara perseorangan ataupun
secara bersama-sama. Hal ini sangat penting, karena baik buruknya layanan kan
mempengaruhi vitra guru ditenga-tengan masyarakat. Adapun cara-cara
meningkatkan mutu profesi guru dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Secara sendiri-sendiri, yaitu dengan jalan:
a. Menekuni dan mempelajari secaa kontinu pengetahuan-
pengetahuan yang berhubunga dengan teknik atau proses belajar-
mengajar secara umum, misalnya pengetahuan-pengetahuan tentang
PBM (Proses Belajar Mengajar), ilmu-ilmu lain yang relevan dengan
tugas keguruanya;
b. Mendalami spesialisasi bidang studi yang diajarkan;
c. Melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan denga tugas
keprofesiannya;
d. Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai denga
kebutuhan pengajaran;
e. Melakukan supervisi dialog dan konsultasi denga guru-guru yang
sudah lebih senior.
2. Secara bersama-sama,dapat dilakukan misalnya dengan:
a. Mengikuti berbagai bentuk penataran dan lokakarya;
b. Mengikuti program pembinaan keprofesian secara khusus,
misalnya program akta ataupun reedukasi bagi yang merasa belum
memenuhi kompetensinya;
c. Mengadakan kegiatan diskusi dan salig tukar pikiran dengan
teman sejawata terutama yang berkaitan dengan peningkatan mutu
profesi.
2.2.7 Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
Kerja sama dan pembinaan hubungan antar guru di lingkungan tempat kerja,
merupakan usaha yang sangat penting. Sebab dengan pembinaan kerja sama antar
guru di suatu lingkungan kerja akan dapat meningkatkan kelancaran mekanisme kerja,
bahkan juga sebagai langkah-langkah peningkatan mutu profesi guru secara
kelompok. Bergayut dengan ini guru juga perlu membina hubungan dengan sesama
guru secara keseluruhan, termasuk guru-guru di luar lingkungan tempat kerja. Hal ini
dapat memberi masukan dan menambah pengalaman masing-masing guru, karena
mungkin perkembangan di suatu daerah berbeda dengan perkembangan daerah yang
lain (study komperasi).
2.2.8 Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
Salah satu ciri profesi adalah dimilikinya organisasi professional.Begitu juga
guru sebagai tenaga professional kependidikan, juga memiliki organisasi
professional.Di Indonesia wadah atau organisasi professional itu adalah PGRI, atau
juga ISPI.Untuk meningkatkan pelayanan dan sarana pengabdiannya organisasi itu
harus tetap dipelihara, dibina bahkan ditingkatkan mutu dan kekompakkan. Sebab
denga peningkatan mutu organisasi berarti akan mampu merencanakan dan
melaksanakan program yang bermutu dan yang sesuai denga kebutuhan masyarakat.
Karena itu organisasi PGRI dan ISPI harus lebih ditingkatkan dan perlu setiap
kali mengadakan pertemuan antarpara guru di berbagai daerah atau mungkin secaraa
nasional.Dalam pertemuan itu dibicarakan berbagi program yang bermanfaat, terutam
bagaimana upaya meningkatkan mutu organnisasi tersebut.Peningkatan mutu
organisasi professional itu, di samping untuk melindungi kepentingan anggota (para
guru) juga sebagai wadah kegiatan pembinaan dan peningkatan mutu profesionalisme
guru.
2.2.9 Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
Guru adalah bagian warga negara dan warga nasyarakat yang merupakan
aparat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Atau aparat pemerintah
di bidang pendidikan.Pemerintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai
pengelola bidang pendidikan sudah pasti memiliki ketentuan-ketentuan yang
merupakan policy, agar pelaksanaan dapat terarah.
Guru sebagai aparat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan
pelaksanaan langsung kurikulum dan proses belajar-mengajar, harus memahami dan
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh pemerintah mengenai
bagaimana menangani persoalan-persoalan pendidikan. Dengan melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan itu, diharapkan proses pendidikan berjalan
lancer sehingga bisa menopang pelaksanaan pembangunan bangsa secara integral.
Tetapi harus diingat bahwa kebijaksanaan atau ketentuan-ketentuan
pemerintah itu biasanya bersifat umum.Oleh karena itu guru sebagai pelaksana yang
paling operasional harus memahami secara cermat dan kritis serta
mengembangkannya secara rasional dan kreatif yang akhirnya dapat mendukung
policy pihak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tersebut. Untuk mengarahkan
kepada maksud-maksud sebagaiman disebutkan diatas, maka perlu dilakukan hal-hal
antara lain sebagai berikut:
1. Guru harus memahami betul-betul maksud dan arah kebikjasanaan
pendidikan nasional, agar dapat mengambil langkah-langkah secara tepat.
2. Guru harus terus-menerus meningkatkan profesi dan kesadaran guru
untuk memenuhi hakikat keprofesiannya.
3. Dilkuakn penilaian, pengawasan dan sanksi yang objektif dan rasional.
4. Pemimpin lembaga-lembaga pendidikan harus bersifat terbuka, dalam
upaya menerjemahkan setiap ketentuan dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
5. Guru yang semata-mata sebagai kiat dan pelaksana pemerintah di bidang
kurikulum dan proses belajar-mengajar, perlu netral, tidak memihak pada
golongan politik apa pun.
6. Dalam melaksanakan kebijakan pemerintah (Departemen Pendidika dan
Kebudayaan), yang berkenaan dengan pembaruan di bidang pendidikan, perlu
diupayakan kerja sama antara pemrintah dan organisasi professional guru
(PGRI) dan juga dengan ISPI.
Dengan memahami Sembilan butir kode etik guru seperti diuraikan di atas,
diharapka guru mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi
kepada subjek belajar yang dihadapi oleh anak didik/subjek belajar berarti akan dapat
dipecahkan atas bimbingan guru dan kemampuan serta kegairahan mereka
sendiri.Dengan demikian, kegiatan belajar-mengajar akan berjalan degan baik,
sehingga hasilnya optimal.
Adapun menurut kesepakatan para guru Indonesia, dalam melaksanakan tugas
profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik
Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah
dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-
puteri bangsa. Sehingga Kode Etik Guru Indonesia pun dirumuskan sebagai berikut:
Bagian Satu
Pengertian, tujuan, dan Fungsi
Pasal 1
1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku
dalammelaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota maasyarakat dan
warga negara.
2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
pasal ini adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik
dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan
tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar,membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap
pergaulan sehari-hari di dalam dan luar sekolah.
Pasal 2
1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku
bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan
bermartabat yang dilindungi undang-undang.
2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan
norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru
dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan
rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai
agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.
Bagian Dua
Sumpah/Janji Guru Indonesia
Pasal 3
1) Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud
pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-
nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
2) Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi
profesi guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.
3) Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh
penyelenggara satuan pendidikan.
Pasal 4
1) Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.
2) Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara
perorangan atau kelompok sebelumnya melaksanakan tugas.
Bagian Tiga
Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional
Pasal 5
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
1) Nilai-nilai agama dan Pancasila
2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.
3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi
perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual,
Pasal 6
1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
a) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga
didik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
b) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati
dan mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga
sekolah, dan anggota masyarakat.
c) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki
karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas
layanan pembelajaran.
d) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan
menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
e) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-
menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan
suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang
efektif dan efisien bagi peserta didik.
f) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa
kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang
di luar batas kaidah pendidikan.
g) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap
gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi
peserta didik.
h) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya
untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
i) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-
kali merendahkan martabat peserta didiknya. Guru bertindak dan
memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
j) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
k) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan
penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta
didiknya.
l) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi
peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
m) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk
alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan
pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
n) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar
norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama
o) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-
keuntungan pribadi.
2) Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :
a) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan
efisien dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses
pedidikan.
b) Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur
dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.
c) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang
lain yang bukan orangtua/walinya.
d) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan
berpatisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa
mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan
pada umumnya.
f) Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk
berkonsultasin dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan,
dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.
g) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional
dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungna-
keuntungan pribadi.
3) Hubungan Guru dengan Masyarakat :
a) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif
dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
b) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam
mengembnagkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan
pembelajaran.
c) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat
d) Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk
meningkatkan prestise dan martabat profesinya.
e) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya
f) Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi
nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan
dengan masyarakat.
g) Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta
didiknya kepada masyarakat.
h) Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam
kehidupam masyarakat.
4) Hubungan Guru dengan sekolah:
a) Guru memelihara dan eningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
b) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif
dalam melaksanakan proses pendidikan.
c) Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.
d) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar
sekolah.
e) Guru menghormati rekan sejawat.
f) Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat
g) Guru menjunung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
h) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan
juniornya untuk tumbuh secara profsional dan memilih jenis pelatihan
yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.
i) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapat-pendapat profesionalberkaitan dengan tugas-tugas
pendidikan dan pembelajaran
j) Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan
kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
k) Guru memliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
l) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang
dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat
profesionalnya.
m) Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru
berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon
sejawat.
n) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang akan merendahkan martabat pribadi dan profesional
sejawatnya
o) Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional
sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarnya.
p) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
q) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang
langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan
sejawat.
5) Hubungan Guru dengan Profesi :
a) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi
b) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu
pendidikan dan bidang studi yang diajarkan
c) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi
dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggungjawab
atas konsekuensiinya.
e) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindkan-tindakan profesional
lainnya.
f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya.
g) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang
dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya
h) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud
menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat
kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.
6) Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya :
a) Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta
secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi
kepentingan kependidikan.
b) Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan
c) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi
pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru
dan masyarakat.
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi
dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan
bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu
bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam
tindakan-tindakan profesional lainnya.
f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensis organisasi
profesinya.
g) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu
untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai
organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
7) Hubungan Guru dengan Pemerintah :
a) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program
pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang
Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan Perundang-Undang lainnya.
b) Guru membantu Program pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan berbudaya.
c) Guru berusaha menciptakan, memeliharadan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan pancasila dan UUD1945.
d) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan
pembelajaran.
e) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang
berakibat pada kerugian negara.
Bagian Empat
Pelaksanaan , Pelanggaran, dan sanksi
Pasal 7
1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan
Kude Etik Guru Indonesia.
2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik
Guru Indonesia kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan, masyarakat
dan pemerintah.
Pasal 8
1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan
Kode Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang
berkaitan dengan protes guru.
2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.
Pasal 9
1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan
pelanggaran terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang
Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif
3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya
pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga
harkat dan martabat profesi guru.
5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru
Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia,
organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa
bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
Bagian Lima
Ketentuan Tambahan
Pasal 10
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di
Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Enam
Penutup
Pasal 11
1) Setiap guru secara sungguh-sungguh menghayati,mengamalkan serta
menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih
organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru
yang telah secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.
2.3 Hakikat Kode Etik Guru
Pada dasarnya guru adalah tenaga professional di bidang kependidikan yang memiliki
tugas mengajar, mendidik, dan membimbing anak didik agar menjadi manusia yang
berpribadi (pancasila).Dengan demikian, guru memiliki kedudukan yang sangat penting dan
tanggung jawab yang sangat besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program
pendidikan.Kalau boleh dikatakan sedikit secara ideal, baik atar buruknya suatu bangsa di
masa mendatang banyak terletak di tangan guru.
Sehubungan dengan itu guru sebagai tenaga professional memerlukan pedoman atau
kode etik guru agar terhidar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman
baginya untuk tetap professional (sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi).Setiap guru
yang memegang keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang epada kode etik
guru. Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri.
Kode etik yang memedomani setiap tingkah laku guru senantiasa sangat diperlukan.
Karena dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus bertambah
baik. Ia akan terus menerus memperhatikan dan mengembangkan profesi keguruannya. Kalau
kode etik yang merupakan pedoman atau pegangan itu tidak dihiraukan berarti akan
kehilangan pola umum sebagai guru. Jadi postur kepribadian guru akan dapat dilihat
bagaimana pemanfaatan dan pelaksanaan dari kode etik yang sudah disepakati bersama
tersebut. Dalam hubungan ini jabatan guru yang betuk-betuk professional selalu dituntut
adanya kejujuran professional. Sebab kalau tidak ia akan kehilangan pamornya sebagai guru
atau boleh dikatakan hidup diluar lingkup keguruan.
2.4 Tujuan Kode Etik Guru
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.profesi itu sendiri.Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.
2.4.1 Menjunjung tinggi martabat profesi.
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat,
agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh
karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-
tanduk atau kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi.
2.4.2 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin (spiritual,
emosional, dan mental).Kode etik umumnya memuat larangan-larangan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya.
Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorarium anggota profesi
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa saja yang mengadakan tarif di bawah
minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan seprofesi. Dalam hal
kesejahteraan batin, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada
anggotanya untuk melaksanakan profesinya.
2.4.3 Pedoman berperilaku
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak
pantas dan tidak jujur bagi para anggota prof'esi dalam berinteraksi dengan sesama
rekan anggota profesi.
2.4.4. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatanpengabdian profesi, sehingga
bagi para anggota profesidapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggungjawabpengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya.Olehkarena itu, kode
etik merumuskan ketentuan-ketentuanyang perlu dilakukan para anggota profesi
dalammenjalankan tugasnya.
2.4.5 Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik memuat norma norma dan anjuran agar paraanggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutupengabdian para anggotanya.
2.4.6 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Kode etik mewajibkan setiap anggotanya untuk aktifberpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dankegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.Dari
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwatujuan suatu profesi menyusun kode etik
adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara
kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan
meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
2.5 Fungsi Kode Etik Guru
Pada dasarnya kode etik berfungsi sebagai, perlindungan dan pengembangan bagi
profesi itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan suatu profesi.
Gibson and Mitchel (1995;449), sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota
suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta
pertanggungjawaban jika anggota profesi yang bertindak di luar kewajaaran.
Secara umum fungsi kode etik guru adalah sebagai berikut:
1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggungjawab atas profesinya.
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
4. Agar guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.
5. Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri.
6. Agar profesi ini terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah tersebut adalah :
1. Bahwa Kode Etik Guru merupakan aturan tata-susila keguruan. Aturan-aturan
tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) melibatkan dari segi
usaha.
2. Aturan yang terdapat dalam Kode Etik Guru dirumuskan oleh PGRI dan para
guru di Indonesia
3. Kode etik sangatlah penting bagi para guru di Indonesia karena dengan kode etik
penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus bertambah baik. Dan
akan terus menerus memperhatikan dan mengembangkan profesi keguruannya.
4. Tujuan kode etik guru antara lain adalah menjunjung tinggi martabat profesi,
menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, pedoman berperilaku,
menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan mutu profesi
dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
5. Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki pedoman dan arah
yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab atas profesinya,
terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal, meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan, membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri dan
terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.
3.2 Saran
1. Sebaiknya sebagai sseorang guru yang professional harus mematuhi kode etik guru.
2. Dengan adanya kode etik guru, sebaiknya seorang guru tidak melakukan tindakan-
tindakan yang menyimpang dari kode etik guru.
3. Dalam melaksanakan profesi keguruannya, sebagai seorang orang guru harus sesuai
dengan kode etik guru yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman A.M.2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT Raja Grafindo Persada:Jakarta
Purwanto Ngalim.2005.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.PT Remaja Rosdakarya Offset:Bandung
http://syadiashare.com/kode-etik-guru-di-indonesia.html(di posting tanggal 11 Maret 2011, pada hari minggu pukul 10:30)
wrks.itb.ac.id/app/images/files_produk_hukum/uu_14_2005.pdf(di posting tanggal 11 Maret 2011, pada hari minggu pukul 10:30)
www.4shared.com/office/Bod3Ajru/ kode - etik - guru - indonesia .html di posting tanggal 12 Maret 2011, pada hari Senin pukul 13:30)
file.upi.edu/.../ETIKA.../pert_4_dan_5_kode_etik_guru.pdfdi posting tanggal 12Maret 2011, pada hari Senin pukul 13:30)
www.uin-malang.ac.id/index.php?... kode - etik - guru .di posting tanggal 12Maret 2011, pada hari Senin pukul 13:30)
top related