ketahanan pangan dan strategy livelihood masyarakat desa...
Post on 03-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGY LIVELIHOOD
MASYARAKAT DESA PRAI PAHA
OLEH:
SERLY BANJA ORU
NIM: 222008021
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGY LIVELIHOOD
MASYARAKAT DESA PRAI PAHA
Oleh :
SERLY BANJA ORU
NIM: 222008021
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI
Disetujui Oleh:
Marthen L Ndoen, SE, MS, Ph.D
Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SERLY BANJA ORU
Nim : 222008021
Program Studi : ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi:
Judul : KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI
LIVELIHOOD MASYARAKAT DESA PRAI PAHA
Pembimbing : MARTHEN L NDOEN, SE, MS, Ph.D
Tanggal diuji : 23 AGUSTUS 2013
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain
yang saya ambil dengan menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru
tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 12 Agustus 2013
Yang memberi pernyataan
Serly Banja Oru
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52 - 60 Salatiga 50711 Indonesia
Telp. (0298) 321212 (hunting) ex: 464
Fax. (0298) 32143
Abstrak
Ketahanan pangan merupakan masalah yang dihadapi masyarakat Desa Prai Paha dalam
menghadapi kelaparan yang terjadi setiap tahun. Kebutuhan pangan adalah hal penting yang
harus dipenuhi karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar masyarakat untuk
mempertahankan keberlangsungan kehidupan. Perubahan iklim dapat menyebabkan kekeringan
sehingga masyarakat mengalami rawan pangan dan tidak dapat mencapai ketahanan pangan.
Strategi livelihood merupakan cara yang tepat bagi masyarakat untuk bertahan hidup dalam
menghadapi krisis dan memenuhi kebutuhan pangan. Namun strategi ini hanya mampu bertahan
dalam jangka pendek bukan jangka panjang dan hanya merupakan sebatas penanganan semata.
1
Pendahuluan
Ketahanan pangan merupakan masalah yang sangat penting untuk dibahas secara terus menerus
berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Kebutuhan pangan harus dipenuhi dengan
dikonsumsi untuk dapat bertahan hidup. Ketidaktahanan pangan terjadi karena kurang memiliki
bahan pangan untuk dikonsumsi, hal ini berkaitan erat dengan ketersediaan, distribusi agar
kebutuhan pangan terpenuhi untuk dikonsumsi. Ketidaktahanan pangan terjadi di Kabupaten
Sumba Timur setiap tahun disebabkan kegagalan panen,bahwa tidak memiliki budidaya pangan
lokal untuk dijadikan cadangan pangan.
Peningkatan ketahanan pangan hampir diseluruh wilayah Indonesia, tetapi masih banyak wilayah
yang masih berada ditingkat paling bawah dan rentan ketahanan pangan adalah Nusa Tenggara
Timur terdapat enam Kabupaten, dan wilayah lainnya seperti Maluku Utara, Nusa Tenggara
Barat dan Kalimantan (Kompas, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa tidak memiliki ketahanan
pangan, kekeringan yang mengakibatkan terjadi kelaparan setiap tahun karena curah hujan yang
tidak merata. Kelaparan paling parah di Kabupaten Sumba Timur sejak tahun 2009 sebanyak 35
Desa yang mengalami kelaparan, sedang tahun 2010 naik menjadi 121 Desa dan tahun 2011
turun menjadi 74 Desa dari 156 Desa di Kabupaten Sumba Timur (kompas, 2011). Desa Prai
Paha termasuk salah satu Desa yang mengalami kelaparan di Kabupaten Sumba Timur karena
masyarakat tidak memiliki ketahanan pangan karena ketergantungan masyarakat konsumsi bahan
pangan utama dari beras dan tidak memiliki cadangan bahan pangan lokal sehingga ketika terjadi
gagal panen mengalami kelaparan. Desa Prai Paha termasuk salah satu Desa yang mengalami
kelaparan setiap tahun.
1Berdasarkan hal tersebuat diatas, bahwa ketahanan pangan penting untuk dibahas berkaitan
dengan kelangsungan hidup dan solusi mendapatkan makanan yang cukup dan layak dikonsumsi.
Ketahanan pangan juga penting dalam perekonomian suatu Negara atau daerah yang dapat
menunjukkan perkembangan dan kemajuan dibidang ekonomi dan pertanian. Dalam hal ini
1Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat enam kabupaten yang mengalami rentan ketahanan pangan (kompas, 2010) Desa Prai Paha adalah salah satu desa di Kabupaten Sumba Timur yang mengalami kelaparan paling parah sejak tahun 2009 hingga tahun 2011 (kompas.com,2011)
2
terbukti bahwa ketidaktahanan pangan dapat mengakibatkan kelaparan dan kemiskinan, sehingga
kita perlu untuk terus membahas dan penulis ingin meneliti tentang ketahanan pangan
masyarakat Desa Prai Paha untuk dapat mengetahui permasalah utama yang dapat menimbulkan
kenapa masyarakat tidak memiliki ketahanan pangan dan bagaimana cara menghadapinya untuk
bertahan hidup.
Strategi Livelihood merupakan suatu solusi yang dilakukan untuk dapat bertahan dan
memperoleh bahan pangan saat menghadapi krisis. Hal yang dilakukan dalam mempertahankan
ketahanan pangan adalah dengan bertani, mencari ubi hutan, kunyit dan hutang atau pinjam uang
kepada pemilik penggiling untuk kembalikan pada saat selesai panen. Lahan yang kering dan
keterbatasan lapangan pekerjaan, sehingga tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan untuk dapat
bertahan hidup. Banyaknya kebutuhan, biaya hidup dan harga yang tinggi adalah suatu kesulitan
tersendiri bagi masyarakat yang dalam menjalani kehidupan. Walaupun mendapatkan bantuan
dari pemerintah berupa beras miskin tetapi tidak bisa mencukupi kebutuhan konsumsi pangan.
Kebutuhan pangan adalah sulitan yang paling besar dialami setiap masyarakat di Desa Prai Paha,
kecuali bagi pemilik penggilingan yang memiliki modal. Dimana kebutuhan pangan, suatu hal
harus dipenuhi dan tidak dapat ditunda karena berkaitan dengan kebutuhan konsumsi untuk dapat
bertahan hidup.
Keterkaitan Strategi livelihood dengan ketahanan panganmemiliki peran yang sangat penting
dalam mencapai ketahanan pangan. Strategi Livelihood merupakan cara yang dilakukan untuk
dalam bertahan hidup, terutama dalam menghadapi kelaparan. Terjadinya kelaparan disebabkan
karena masyarakat kurang memiliki sumber daya lain untuk memperoleh bahan pangan untuk
dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut bahwa masyarakat Desa Prai Paha merupakan masyarakat
miskin.
Dalam penelitian ini menanyakan, bagamana ketahanan pangan masyarakat Desa Prai
Paha?Bagaimana strategi Livelihood masyarakat Desa Prai Paha dalam menghadapi kelaparan
yang terjadi setiap tahun?
3
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan
Dampak yang dirasakan petani ketika mengalami perubahan iklim adalah kekeringan yang
mengakibatkan rawan pangan. Banyak masyarakat yang mengalami gagal panen karena curah
hujan yang tidak menentu dan kemarau yang panjang (UNDP, 2007). MasterAdmin (2011)
berpendapat bahwa perubahan iklim dapat menimbulkan kemarau yang berkepanjangan yang
dirasakan oleh masyarakat Desa Prai Paha dan berpengaruh pada produksi pangan masyarakat
yang menurun. Lebih lanjut dinyatakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
dibawa Pimpinan Kementrian Pertanian (2011), bahwa dampak perubahan iklim terhadap
ketahanan pangan dapat memberikan efek negatif kepada petani karena curah hujan yang tidak
lancar sehingga masyarakat petani mengalami keterbatasan sumber daya bahan pangan untuk
dikonsumsi dan mempertahankan kehidupan dalam menghadapi rawan pangan, serta penurunan
produksi pangan yang terus menurun.
Dengan demikian, kelaparan (kekurangan pangan) merupakan suatu sebab akibat dari
kemiskinan masyarakat. Kemiskinan yang terjadi bukan karena lahan yang sempit dan tidak
memiliki lahan pertanian tetapi karena kondisi iklim yang sangat tidak mendukung. Kecukupan
pangan merupakan suatu hal yang sangat strategis bagi masyarakat dalam bertahan hidup.
Ketahanan pangan menjadi tuntutan agar seluruh rumah tangga petani dapat menjangkau
kebutuhan pangannya dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu yang mengacu
pada adanya kemampuan dalam mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan
kehidupan yang aktif dan sehat (Atmanti, 2010).
Strategi Livelivood merupakan bagian penting yang dilakukan masyarakat untuk dapat bertahan
hidup dengan mencari nafkah dengan bertani, mencari kunyit, ubi dan pinjam uang. Hal ini
dilakukan oleh masyarakat lokal karena jatuh dalam kemiskinan (Dharmawan, 2007). Tetapi
sumber daya lokal ini yang diperoleh masyarakat belum mampu memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, bahwa hal tersebut membutuhkan peran dari pemerintah
untuk mengatasi kelaparan yang terjadi. Peran pemerintah terhadap kelaparan yang yang terjadi
adalah berupa uang tunai, pangan dalam bentuk beras seperti beras miskin (beras murah),
penyuluhan teknis budidaya dan pemberdayaan pangan telah dilakukan, namun ypaya tersebut
4
baru pada penanganan kelaparan yang bersifat sementara, belum ada kebijakan khusus dalam
mengantisipasi kemungkin terjadi kelaparan dalam jangka panjang (Ayib, 2013).
Untuk lebih melihat mengenai hal tersebut diatas mengenai kemiskinan dinyatakan oleh
Satriawan (2012) bahwa hal yang menyebabkan kemiskinan pada petani lokal akses input
pertanian terbatas, ketersediaan teknologi terbatas, pengetahuan dan skill rendah, keterbatasan
modal, harga yang terus meningkat, sedangkan pendapatan petani sebanding dengan pengeluaran
yang dikeluarkan untuk pengolahan sawah. Hal tersebut yang dialami oleh masyarakat desa Prai
Paha dan tetap berada dalam lingkaran kemiskinan.
Pengentasan kemiskinan dan meningkatkan produksi dinyatakan oleh Sudaryanto (2006), bahwa
hal yang dilakukan dalam mendorong ketahanan pangan rumah dan peningkatan kesejahteraan
perlu dilakukan pengembangan infrastruktur, seperti teknologi. Peran sektor pertanian sangat
penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat karena memiliki multifungsi.
5
Metode Penelitian Berdasarkan Pengalaman Lapangan
Penelitian dilaksanakan di Desa Prai Paha, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba
Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa ini masyarakatnya bertani, penghasilan utama dari
hasil pertanian. Wawancara dilaksanakan terhadap perempuan yang merupakan ibu rumah
tangga dan laki-laki yang berperan sebagai bapak kepala rumah tangga. Informasi dikumpulkan
selama satu (1) bulan, pada bulan Juli 2012. Aspek yang ditanyakan antara lain mencakup
ketahanan pangan, strategi livelihood yaitu ketersediaan pangan, cara bertahan hidup pada saat
krisis, pengelolaan bahan pangan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengidentifikasi dan mengekstrapolasi
ketahanan pangan dan livelihood dengan menggunakan teknik wawancara resmi dan pengamatan
langsung dilapangan. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data Primer adalah data
yang diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber data dengan menggunakan kuesioner sebagai
pedoman untuk wawancara. Data yang dikaji berdasarkan analisis percakapan. Jumlah responden
yang diwawancarai secara keseluruh 28 responden, yang terdiri dari 10 orang laki-laki sebagai
kepala keluarga dan 18 orang perempuan sebagai ibu rumah tangga.
Selain itu juga dilakukan wawancara secara mendalam dengan 5 respoden yang merupakan
pemilik penggiling di Desa Prai Paha untuk mengetahui dengan lebih mendalam tentang
pemberian pinjaman atau hutang yang merupakan alternatif bertahan hidup dan proses jual beli
beras. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang menggambarkan
fenomena yang ada dilapangan.
Tujuan penelitian penulis dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan setiap tahun,
sehingga penulis ingin mengetahui ketahanan pangan dan strategi livelihood masyarakat Desa
Prai Paha dalam menghadapi krisis setiap tahun.
Temuan Empirik
Perubahan Iklim Sebagai Penyebab Kelaparan
Desa Prai Paha merupakan salah satu Desa yang memiliki mata Pencaharian utamanya
bersumber dari sektor pertanian yang terletak di Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten
6
Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Masyarakat di Desa ini memiliki ketergantungan
konsumsi terhadap beras dari padi yang sangat tinggi sedangkan lahan yang digunakan adalah
lahan sawah tadah hujan dan hanya sebagian kecil yang mendapat irigasi dari kali besar yang
bersumber dari mata air dan bendungan dekat hutan. Curah hujan yang tidak lancar sehingga
dapat mempengaruhi hasil panen, menimbulkan terjadinya kemiskinan dan kelaparan yang tak
dapat di hindari. Kelaparan yang terjadi di Desa Prai Paha merupakan sebuah fenomena yang
terjadi setiap tahun. Kelaparan mulai dirasakan pada bulan September – Mei setiap tahun. Pada
bulan Juni – Agustus dikenal dengan istilah musim panen (Musim Kering), sedangkan bulan
September-Mei dikenal dengan musim lapar (wawancara dengan Ibu-ibu rumah tangga,
pada tanggal 9 Juli 2012).
Masalah kelaparan merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi, meskipun masyarakat
mengetahui bahwa akan terjadi kelaparan tetapi tidak memiliki cara lain untuk dapat
mengantisipasi kelaparan. Pada bulan Desember-Februari panen jagung tetapi bahan makanan
pokok masyakat adalah nasi, sedangkan jagung dan ubi-ubian hanya sebagai makanan
sampingan, lebih mengutamakan untuk mengkonsumsi nasi di bandingkan dengan makanan lain,
seperti jagung dan ubi-ubian, meskipun dalam kondisi ekstrim atau terjadi kelaparan dan krisis
pangan, nasi dari beras tetap menjadi konsumsi utama. Nasi merupakan makanan pokok,
sehingga selalu berusaha mencari beras bagaimanapun caranya, seperti mengambil pinjaman
atau yang lebih dikenal dengan istilah hutang oleh masyarakat Desa. Hutang bagi masyarakat
Desa berupa pinjaman uang bunga, padi, beras kepada orang Cina, pemilik penggilingan dan
masyarakat Desa lainnya yang mampu mengeluarkan pinjaman pada bulan Desember dengan
bunga pengembaliannya pada bulan Juni dua kali lipat. Lama masa pinjamannya harus dihitung
selama enam bulan baru bisa dikembalikan baik berupa uang, beras, maupun padi.2
Ketahanan pangan sangat berpengaruh besar terhadap tingkat kesejahteraan hidup. Dimana
pangan merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat yang harus di konsumsi sehari-hari.
Pangan adalah kebutuhan yang harus di penuhi agar kelangsungan hidup masyarakat terjamin.
Oleh karena itu, dengan begitu pentingnya kebutuhan pangan dalam kehidupan. Desa Prai Paha
adalah salah satu Desa yang mata Pencahariannya tergantung pada sektor Pertanian. Masyarakat
Desa Prai Paha memiliki lahan yang cukup luas, tetapi sebagian lahan besar lahan merupakan
2 Berdasar Hasil wawancara dengan 18 orang ibu-ibu rumah tangga di Desa Prai Paha
7
lahan kering yang mengharapkan air hujan atau lahan tadah hujan. Kondisi iklim yang tidak
dapat di prediksi sehingga mengalami kegagalan panen dan panen yang kurang maksimal. Hal
ini disebabkan karena kurangnya irigasi dan curah hujan yang tidak lancar setiap tahun.Musim
kering lebih panjang dibandingkan dengan musim Hujan.
Kondisi iklim yang ekstrim menghambat ketahanan pangan masyarakat Desa Prai Paha.
Ketahanan pangan dapat menunjukkan kemandirian Desa dalam produksi bahan pangan untuk
konsumsi sehingga dapat bertahan hidup yang di dukung oleh pangan yang cukup dan merata.
Tetapi Desa Prai Paha kurang memiliki ketahanan pangan di karenakan lahan yang di jadikan
lahan pertanian untuk menanam padi adalah sebagian besar lahan kering, tetapi setelah panen
hanya di gunakan untuk mengikat ternak dan tempat untuk menggembala ternak seperti sapi,
kebau dan kuda, hanya sebagian kecil masyarakat yang menanam kedelai dan padi kedua tetapi
hasilnya kurang maksimal dan terkadang hanya kembali bibit atau modal sehingga masyarakat
kurang berminat untuk menanam padi kedua. Meskipun, terdapat air kali dan mata air besar serta
bendungan disekitar lahan yang dapat memberikan irigasi sebagian kecil lahan tetapi tidak
menggunakan untuk menanam jenis tanaman lain yang berumur pendek untuk cadangan pangan
dan konsumsi pada saat terjadi kelaparan. Hal tersebut sangat berdampak pada ketahanan pangan
karena kurangnya jenis bahan pangan lain untuk dikonsumsi, sekalipun ada beberapa masyarakat
yang memilki kebun tetapi ketergantungan pada nasi dari beras yang sangat tinggi sehingga
mengalami kelaparan. Bahan pangan lokal ubi-ubian seperti ubi iwi (ubi Hutan), singkong,
keladi, ubi manusia dan lain-lain hanya sebagai bahan pangan sampingan. Dalam hal konsumsi,
jika masyarakat belum mengkonsumsi masih tetap merasa lapar dan belum cukup sehingga
setiap hari harus mengkonsumsi nasi dari beras.3
Rawan Pangan adalah kondisi kekurangan bahan pangan bagi masyarakat Desa,dalam hal ini
bahan pangan beras untuk dikonsumsi. Sehingga tidak heran banyak masyarakat mengonsumsi
ubi iwi atau ubi hutan yang beracun dan sangat beresiko tinggi terhadap kesehatan, apabila
pengolahannya tidak maksimal maka dapat mengakibatkan mabuk. Hal ini sangat memperihatin
karena yang seharusnya yang memproduksi bahan pangan adalah masyarakat petani tetapi tidak
memiliki ketahanan pangan sendiri. Keterbatasan pangan ini sangat mempengaruhi tingkat
3Hasil wawancara dengan Ibu Oce yang sebagai seorang ibu rumah tangga dan petani padi dan kebun pada tanggal 16 Juli 2012.
8
kesejahteraan masyarakat. Pangan merupakan hal yang sangat berperan penting dalam kehidupan
masyarakat untuk dikonsumsi dan bertahan hidup. Masalah ketahanan pangan yang dihadapi
masyarakat Desa Prai Paha, bukan hanya masalah iklim saja tetapi juga, serangan hama,
penyakit, tidak memiliki bibit unggulan dan kurangnya pengetahuan untuk mengelolah lahan
dengan baik. Oleh karena itu, Ilmu pengetahuan sangat penting dalam meningkat kualitas sumber
daya manusia untuk bisa mencapai ketahanan pangan dan tingkat kesejahteraan masyarakat Desa
Prai Paha.
Desa Prai Paha kurang memiliki keanekaragaman pangan lokal yang dapat membantu ketika
terjadi kelaparan. Kebutuhan pangan masyarakat lebih diutamakan pada pemenuhan pangan
pokok yaitu berupa beras sehingga kurangnya budidaya pangan lokal untuk dijadikan bahan
pangan konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa beras yang sangat dominan dalam pemenuhan
kebutuhan pangan sebagai makanan pokok. Produksi pangan selain Padi yaitu jagung, ubi dan
kedelai sangat rendah, bahkan hampir tidak terlihat di Desa Prai Paha, jagung di tanam satu kali
dalam setahun sama dengan tanaman padi tapi ketika habis panen jagung lebih banyak dijual
untuk memenuhi kebutuhan lain dan membeli beras, dibandingkan dengan mengkonsumsi.4
Ketahanan pangan berkaitan dengan persediaan, distribusi dan konsumsi pangan. Desa Prai Paha
kurang memiliki persediaan beras untuk konsumsi sehingga ketersediaan bahan pangan sangat
rendah di Desa Prai Paha, sedangkan pada kenyataannya, Desa ini merupakan salah satu Desa
penghasil beras di Kabupaten Sumba Timur karena mata pencaharian utama dari sektor
pertanian, tetapi tidak memiliki persediaan beras untuk mengantisipasi terjadinya kelaparan.
Beras yang dihasilkan lebih banyak dijual kepada pemilik penggilingan dan pemilik
penggilingan menjualnya ke Desa lain atau sekitar kota Waingapu. Desa yang produksi beras dan
seharusnya memiliki ketahanan pangan tetapi mengalami kelaparan yang disebabkan karena
kurang memiliki ketersediaan bahan pangan beras. Setelah panen masyarakat lebih banyak
menjual hasil panen untuk memenuhi kebutuhan lain dan membayar hutang. Permasalahan
distribusi bahan pangan yang dihadapi adalah prasarana distribusi darat dan antar pulau,
kelembagaan dan keamanan jalur distribusi, serta bervariasinya kapasitas produksi antar wilayah
dan antar musim. Distribusi pangan yang dimaksud adalah distribusi pangan yang berasal dari
pemerintah seperti beras murah (Beras Miskin) dan beras bantuan khusus pada saat terjadi
4Hasil Wawancara dengan ibu Hewa Tanda Mbitu pada tanggal 15 Juli 2012
9
kelaparan yang sering terlambat. Sedangkan permasalahan konsumsi adalah belum terpenuhinya
kebutuhan pangan masyarakat Desa Prai Paha, karena kekurangan bahan pangan setiap tahun
serta belum tercukupinya konsumsi energi, meskipun konsumsi protein sudah mencukupi serta
konsumsi energi yang sebagian besar dari padi-padian yaitu beras. Ketahanan pangan merupakan
komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kualitas sumber daya manusia (Saleh dkk, 2011).
Dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka akan meningkatkan
produktifitas produksi bahan pangan. Individu dalam rumah tangga dapat memperoleh bahan
pangan yang cukup, aman, dan bergizi. Sehubungan dengan hal tersebut tidak adanya
pengembangan pengetahuan, seperti penyuluhan ketahanan pangan yang berbasis kearifan lokal.
Ubi Iwi, Kunyit, dan Hutang Sebagai Strategi Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat Desa
Berbagai cara yang dilakukan masyarakat untuk dapat bertahan hidup yang merupakan strategi
pemenuhan kebutuhandalam menghadapi ketidaktahan pangan. Berikut ini adalah hasil
wawancara dengan Bapak Jefry Tai Kamangi yang merupakan seorang bapak kepala rumah
tangga, pada tanggal 10 juli 2012, mengenai strategi pemenuhan kebutuhan masyarakat:
“Kalau musim hujan atau musim lapar biasa saya pinjam padi tiga-lima belek (satu belek
ukuran sama dengan 10-12 kg beras bila padinya digiling menjadi beras) dan kemudian
saya kembalikan pada saat panen dengan dua kali lipat dari yang saya pinjam. Sama
halnya juga kalau saya pinjam uang bunga (Ndui Por) jika ada keperluan mendadak atau
biaya kebutuhan anak-anak, pinjam Rp. 100.000 dan saya kembalikan Rp. 200.000 ketika
saya habis panen. Kalau pinjam beras lipat juga sama 50 kg kembalinya dua kali lipat
menjadi 100 kg”.
Strategi pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh masyarakat adalah pinjaman uang
terkadang bermacam-macam bentuk pengembaliannya bahwa sangat tergantung pada pemilik
pinjaman, jika pemilik pinjaman mengeluarkan untuk uang bunga maka pengembaliannya uang
dua kali lipat, tetapi jika pemiliknya mengeluarkan uang pinjaman untuk membeli beras atau
jagung maka pengembaliannya dalam bentuk beras dan jagung sesuai jumlah uang yang
dipinjam dengan harga sesuai pada harga yang berlaku pada saat pengembalian dan harga yang
rendah. Uang yang dikeluarkan untuk membeli beras atau jagung biasanya dikeluarkan pada saat
belum panen dan waktunya tergantung pemilik pinjaman melihat situasi desa pada saat terjadi
10
krisis pangan dan kelaparan. Untuk dapat bertahan hidup, maka tidak ada pilihan lain yang bisa
dilakukan. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan cadangan bahan pangan dengan terpaksa harus
mengambil pinjaman kepada orang lain.5
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Bapak Kataucu Retang, yang merupakankan seorang
kepala keluarga, pada tanggal 11Juli 2012, mengenai strategi pemenuhan kebutuhan:
“Saya pinjam uang, padi kalau musim hujan karena saya tidak ada pilihan lain untuk bisa
memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya, walaupun habis panen padi saya habis untuk
bayar utang mau bagaimana lagi, nanti cari lagi jalan lain untuk bisa makan, kalau tidak
ada saya hutang lagi tidak apa-apa, begitu sudah hidup”.6
Strategi pemenuhan kebutuhan yang dilakukan dengan cara peminjaman atau hutang merupakan
hal yang bisa dan sebagai salah satu alasan yang mendasar bagi masyarakat untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup dan bagi masyarakat Desa adalah sebuah solusi yang sangat tepat
untuk mengatasi krisis pangan dan kelaparan yang terjadi pada bulan Desember-Mei setiap
tahun. Krisis pangan sudah mulai dirasakan setelah sebulan habis panen. Hasil yang diperoleh
gunakan untuk membayar hutang dan jual untuk memenuhi kebutuhan lain, sebagian dikonsumsi
sehari-hari. Masyarakat bukan saja mengutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi
juga untuk memberikan sumbangan kepada keluarga, saudara, tetangga yang mengadakan acara
adat, pernikahan, mengalami duka. Hal ini dilakukan atas kepedulian sosial yang tinggi kepada
orang lain. Sumbangan yang berikan berupa beras, kopi, gula, uang dan hewan, masyarakat
merasa sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan setiap individu dan harus dibalas bagi
pihak yang mengadakan acara. Dengan demikian dapat menyebabkan terjadinya krisis dan
kelaparan bagi masyarakat Desa setempat karena ketika mereka tidak memikili dana, atau uang
untuk sumbangan maka masyarakat terpaksa melakukan pinjam kepada orang lain yang memiliki
dana. Sumbangan tersebut suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat dalam pergaulan untuk
menjaga harga diri dan kehormatan yang sudah menjadi tradisi dan adat-istiadat masyarakat ian
besar hanya digunakan untuk membayar hutang tersebut.
5 Hasil wawancara dengan bapak Jefri Tay Kamangi yang merupakan seorang bapak kepala rumah tangga pada tanggal 10 Juli 2012 6Hasil wawancara dengan Bapak Kataucu Retang yang merupakan seorang bapak kepala rumah tangga, pada
tanggal 11 juli 2012, mengenai strategi pemenuhan kebutuhan.
11
Hal yang menarik bagi masyarakat desa adalah bahwa utang itu merupakan hal biasa karena
krisis dan kelaparan terjadi setiap tahun sehingga masyarakat Desa mengganggap sesuatu hal
yang biasa dan yang dialami setiap orang yang ada di Desa tersebut. Rata-rata semua masyarakat
Desa mengalami yang namanya hutang karena mata pencaharian utama di Desa tersebut hanya
dari bertani dan panen terjadi satu kali dalam satu tahun hasil panen yang sangat tergantung
pada kondisi yang terjadi setiap tahun karena curah hujan yang kadang tidak maksimal, hama
tikus dan penyakit.Solusi masyarakat untuk dapat keluar dari kondisi ekstrim seperti kelaparan
yang dihadapi setiap musim hujan selain dengan cara hutang yaitu dengan mencari kunyit di
hutang, kebun dan padang untuk dijual dengan harga Rp. 7000- Rp. 9000 per kg. Hasil yang
diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk konsumsi, biaya sekolah
anak dan memenuhi kebutuhan lain.7
Strategi pemenuhan kebutuhan tidak selama dilakukan setiap tahun karena sangat tergantung
pada pembeli atau peluang pasar yang ada, jika ada permintaan pasar maka masyarakat akan
mencari kunyit, mengolah dan menjual. Proses pengolahannya dengan cara mengiris tipis, lalu
dijemur selama satu –dua hari hingga kering lalu dijual kepada pembeli lokal. Selain itu juga
banyak masyarakat yang mengosumsi umbu Iwi untuk dapat mencukupi kebutuhan pangan. Jenis
ubi ini sangat beracun dan beresiko, apabila proses pengolahannya tidak maksimal mengeluarkan
racunnya. Pengolahan ubi ini di kupas, lalu diiris dan kemudian diremdam selama dua (2)
minggu untuk mengeluarkan racunnya dan dijemur kembali hingga kering untuk siap di
konsumsi, tetapi sebelum di konsumsi harus direndah lagi selama 1 malam.8
Kesulitan Pengelolaan Lahan atau Sawah Untuk Strategi Livelihood
Sistem pengelolaan sawah merupakan bagian strategi pemenuhan kebutuhan untuk memperoleh
pendapatan dan bahan pangan konsumsi. Pendapatan masyarakat berasal dari hasil panen setiap
tahun. Sawah yang di kelola terdapat sawah air dan sawah tadah hujan yang dapat dijadikan
lahan pertanian untuk menanam padi. Sawah air merupakan sawah yang mendapat irigasi dari
kali dan bendungan yang mengalir sepanjang musim. Bendungan dan kali ini cukup mampu
7Hasil Wawancara dengan Bapak Dominggus Domu Wulang pada tanggal 11 Juli 2012
8Hasil wawancara dengan bapak Yance pada tanggal 18 Juli 2012, Sebagian masyarakat yang telah diwawancarai
menyatakan bahwa pendapatan mereka hanya dari sektor pertanian.
12
untuk memberikan irigasi sebagian kecil sawah tetapi selebihnya merupakan sawah tadah hujan.
Meskipun sebagian kecil sawah mendapat irigasi yang cukup sepanjang musim, tetapi tetap
menanam padi satu kali dalam setahun karena merasa lebih baik untuk menanam padi satu kali
setahun karena hasil lebih baik atau maksimal. Jika menanam padi dua kali setahun, maka hasil
yang di dapatkan kurang maksimal.
Sawah tadah hujan tidak digunakan untuk tanaman lain selain padi yang dapat mengakibat lahan
sawah sangat kering. Setelah panen lahan sawah hanya digunakan untuk mengikat ternak dan
dijadikan tempat penggembalaan ternak, hanya sebagian kecil masyarakat yang menanam
kedelai dan padi kedua tetapi hasilnya tidak maksimal dan terkadang hanya kembali bibit atau
modal sehingga banyak yang tidak mau menanam dan lebih memilih untuk tinggal dirumah.
Meskipin terdapat air sungai dan mata air besar disekitar lahan sawah yang dapat memberikan
irigasi sebagian kecil sawah tetepi masyarakat tidak digunakan untuk menanam jenis tanaman
lain yang berumur pendek. Hal tersebut sangat berdampak pada ketahanan pangan masyarakat
setempat karena masyarakat tidak memiliki jenis pangan lain, sekalipun memilki kebun, tetapi
hanya di tanami jagung pada musim hujan, sangat tergantung pada nasi dari beras.
Pengelolaan sawah hanya merupakan solusi semata dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Masyarakat Desa Prai Paha tidak berarientasi pada pasar tetapi lebih konsumtif. Pada bulan Mei
sampai Agustus adalah masa berkelimpatahan bahan pangan. Walaupun setelah panen akan
menjual hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan lain, seperti biaya sekolah dan lain-lain yang
merupakan kebutuhan ekonomi rumah tangga.
Jual Beli Beras Sebagai Pemenuh Kebutuhan
Strategi pemenuhan kebutuhan ini dilakukan setiap tahun dan pada saat habis panen untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti biaya sekolah anak, dan kebutuhan rumah tangga
lainnya, masyarakat menjual hasil panennya dalam bentuk beras dengan harga yang murah.
Sedangkan pada musim hujan atau musim lapar pada bulan Oktober- April, masyarakat membeli
beras dengan harga mahal pada pemilik penggilingan.Menjual beras disebabkan karena
minimnya pengetahuan tentang tujuan dan sistem pasar. Selain itu tidak memiliki sumber daya
lain yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan karena pendapatan berasal dari hasil penjualan
13
beras. Hasil ini tentu sangat tidak memuaskan atau tidak memcukupi kebutuhan hidup, karena
hasil panen yang diperoleh belum tentu maksimal dan hasil panen yang diperoleh selain di jual
untuk konsumsi sehari-hari. Sistem seperti ini yang terjadi dari tahun ke tahun yang tidak pernah
berubah dan sudah menjadi suatu tradisi bagi masyarakat yang sulit untuk dirubah pemahaman
dan pola pikir.Meskipun mengetahui bahwa mulai pada bulan Oktober dan bahkan sebulan
setelah habis akan terjadi krisis pangan, tetapi tetap menjual beras atau hasil panen mereka
dengan harga yang murah pada saat panen karena tidak memiliki pilihan lain. Berikut ini adalah
hasil wawancara dengan pemilik penggilingan, Ibu Marta Engalika, Bapak Dolop Mbiliyora, Ibu
Hammu Landu Pari, pada tanggal 12 juli 2012, tentang jual beli Beras kepada masyarakat:
Saya membeli beras dengan harga Rp.5000 per kg dan jual di toko-toko beras di
waingapu, Desa-Desa lain dan saya jual per karong Rp.300.000 berdasarkan pesanan, sisa
sebagian saya simpan digudang untuk dijual nanti pada saat musim lapar, biasanya saya
mulai menjual pada bulan Desember, lebih banyak saya jual pada musim lapar karena
lebih dapat untung.
Pemilik penggilingan membeli beras dengan harga murah untuk dijual kembali ke Desa lain,
kota Waingapu dan sebagiannya ditampung digudang untuk dijual pada musim hujan saat terjadi
krisis pangan dengan harga yang lebih tinggi. Hal menimbulkan masyarakat terpaksa harus
pinjam uang kepada pihak lain untuk membeli beras dan kebutuhan lain dan bahkan mengambil
pinjaman langsung kepada pemilik penggilingan berupa uang beras yang akan dikembalikan
dalam bentuk beras dan uang bunga yang dibayar dua kali lipat pada saat pengembaliannya,
sehingga dapat bertahan hidup.
Masyarakat menjual beras bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja dan
membayar hujam pinjaman saja, tetapi banyak juga masyarakat yang menjual hasil panennya
hanya untuk mabuk-mabukan. Hal ini dapat mempengaruhi ketahanan pangan masyarakat
sendiri karena tidak dapat mengelola pangan dengan baik.
Sedangkan setelah panen mulai dari bulan Agustus sampai bulan November, masyarakat tidak
memiliki aktivitas lagi, lebih banyak untuk menganggur dirumah. Keterbatasan lapangan
14
pekerjaan terhadap masyarakat sehingga semakin terpuruk dalam menghadapi kemiskinan dan
tidak dapat mengakses pangan yang cukup.9
Hasil Kebun Sebagai Penopang Kebutuhan Pangan dan Pemeliharaan Ternak Lebih di
Utamakan untuk adat
Strategi pemenuhan kebutuhan masyarakat, selain dari hasil dari sektor pertanian, juga terdapat
hasil dari kebun masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan pangan.Hasil kebun masyarakat
yaitu ubi-ubian dan sayur-sayuran. Ubi-ubian seperti Singkong, ubi Petatas, ubi Talas, ubi
Manusia, sedangkang sayuran berupa, sayuran daun singkong, Kacang Panjang, Buncis, Daun
dan buah Labu. Hasil kebun tersebut hanya dikonsumsi sendiri oleh masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak di jual. Tanaman ubi-ubian dan sayuran hanya tanam
pada musim hujan karena pada musim kering masyarakat tidak memiliki akses irigasi untuk
menanam tanaman sayuran dan ubi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan sebagian besar masyarakat Desa Prai Paha, menyatakan
bahwa mereka memelihara ternak seperti Sapi, Kuda, Kerbau, Babi, anjing dan ayam. Ternak
seperti Sapi, Kuda, Kerbau, dan Babi, kebanyakan di pelihara hanya untuk upacara adat untuk
membantu memenuhi kebutuhan dalam melaksanakan upacara adat dan masyarakat rata-rata
memelihara satu sampai lima ekor dan di Desa Prai Paha tidak banyak yang memiliki ternak
tersebut dalam jumlah yang banyak. Ayam di pelihara guna menjamu jika ada tamu yang datang
berkunjung di rumah dan di jual jika ada keperluaan mendadak. Tetapi masyarakat yang
diwawancarai hanya memelihara ayam satu ekor sampai sepuluh ekor. Bahkan ada masyarakat
yang tidak memelihara ayam sama sekali dengan alasan karena jika ada ayam hanya untuk di
konsumsi. Sedangkan Anjing dipelihara hanya untuk konsumsi sendiri dan menjaga rumah.
Pelihara anjing bagi masyarakat Desa Prai Paha merupakan suatu kewajiban jika tidak ada
Anjing yang menggonggong menganggapnya kurang baik bagi masyarakat Desa.10
9 hasil wawancara dengan pemilik penggilingan, Ibu Marta Engalika, Bapak Dolop Mbiliyora, Ibu Hammu Landu
Pari, pada tanggal 12 juli 2012, tentang jual beli Beras kepada masyarakat 10 Sebagian besar masyarakat Desa Prai Paha yang diwawancarai mengatakan bahwa hasil kebun seperti ubi-ubian dan sayuran hanya ditanam pada saat musim hujan, sedang tenak seperti sapi, kuda, kerbau dan babi lebih banyak
15
Arti Penting Ketahanan Pangan dan Strategi Livelihood Desa Prai Paha
Strategi Livelihood yang di lakukan oleh masyarakat Desa Prai Paha adalah kunci nafkah utama.
Dharmawan (2007), Menyatakan bahwa kedua basis nafkah yang saling mengisi yaitu sektor
pertanian dan non pertanian, menyebabkan keterlekatan warga komunitas pedesaan kepada dua
sektor tersebut secara khas. Setiap lapisan menggandakan kegiatan ekonominya dikedua sektor
tersebut. Dalam pemanfaatan peluang nafkah, setiap masyarakat menggunakan kombinasi modal
dan usaha keras dalam mencari nafkah. Modal yang dimaksud adalah tanah, sedangkan usaha
keras adalah fisik mental yang kuat dalam mencari ubi Iwi di Hutan dan kunyit di Padang untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
Ketahanan pangan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan Negara dan khususnya
masyarakat Desa Prai Paha. Berdasarkan temuan empirik yang diperoleh dilapangan bahwa
masyarakat Desa Prai Paha tidak memiliki ketahanan pangan yang disebabkan karena perubahan
iklim yang sangat ekstrim dengan curah hujan yang kurang lancar setiap tahun. Curah hujan
setiap tahun rata-rata terjadi selama bulan November sampai bulan Maret. Dengan perubahan
iklim yang seperti ini dapat menimbulkan kerentanan pangan dan kelaparan yang
berkepanjangan setiap tahun. Berdasarkan hasil penelitian lapangan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informasi RI mengatakan (2011), bahwa Perubahan iklim berdampak langsung
pada ketahanan pangan yaitu berdampak pada kapasitas produksi pertanian dan ketersediaan
pangan yang masih sangat bergantung pada iklim, bahwa Indonesia merupakan daerah tropis
yang memiliki dua (2) adalah musim hujan dan musim kering. Oleh karena itu peran penting
ketahanan pangan dalam kehidupan masyarakat pedesaan sehingga dapat membantu ekonomi
rumah tangga masyarakat miskin. Prihatin, Hariadi dan Mudiyono (2012), Dalam penelitian
mereka mengatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang utama dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kerentanan pangan mengekibat rendahnya kualitas hidup masyarakat,
baik pada aspek fisik, kesehatan, sosial maupun ekonomi.
Selain perubahan iklim dan cuaca yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu juga
terjadi hal lain yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki akses pangan yang cukup yaitu
dipelihara untuk gunakan pada saat mengadakan dan menyumbang untuk upacara adat, sedang ayam untuk tamu yang berkunjung dan dijual jika ada keperluan mendadak dan Anjing untuk penjaga rumah dan konsumsi.
16
dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia dan pengetahuaan, sehingga pengelolaan bahan
pangan yang diperoleh tidak digunakan dengan dengan baik yang dapat menunjang ekonomi
rumah tangga. Kebanyakan masyarakat setelah panen selesai, hasilnya dijual dengan harga
murah, bayar utang, jual, konsumsi dan sebagiannya hanya untuk berpesta pora dengan minum
keras (mabuk-mabukan). Hal tersebut sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Desa Prai Paha,
sehingga sulit untuk merubah pemahaman dan pola pikir masyarakat.
Ketika masyarakat tidak dapat mengakses pangan yang cukup, yang terjadi adalah kelaparan.
Dengan demikian masyarakat harus mencari jalan keluar untuk dapat bertahan hidup. cara yang
dilakukan adalah bertani, mencari ubi hutan untuk diolah jadikan bahan konsumsi, sedangkan
kunyit, masyarakat mencari dipadang rumput atau hutan, bahkan masrakat rela pergi kelain Desa
untuk mencari kunyit , lalu diiris tipis dan jemur hingga kering untuk dijual. Karena masyarakat
membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sehari-hari, sehingga terpaksa
menjual dengan harga yang lebih murah kepada pembeli lokal.
Kelaparan terjadi setiap tahun di Desa Prai Paha karena masyarakat tidak memiliki bahan pangan
lokal. Pangan lokal sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat yang berada dipedesaan
untuk dijadikan bahan pangan cadangan yang dapat dikonsumsi sehari-hari dan dapat bertahan
hidup dalam menghadapi kelaparan. Seperti yang di nyatakan oleh Rauf dan Sri Lestari (2009),
bahwa pemanfaatan sumber pangan lokal yang merupakan sumber pangan alternatif bagi
masyarakat yang harus dikembangkan dengan baik dari segi budidaya, maupun pengelolaan
setelah panen. Jenis pangan lokal yang harus di kembangkan dan kelola dengan baik berupa
umbi-umbian, buah-buahan, dan tanaman obat yang dapat menyediakan bahan pangan yang
cukup bagi masyarakat pedesaan sehingga terhidar dari kekurangan gizi dan kelaparan. Hal ini
juga dapat memberikan perubahan terhadap pemahaman masyarakat agar ketergantungan pola
konsumsi masyarakat berubah dan memberikan kemajuan dalam ekonomi rumah tangga
masyarakat yang tinggal didaerah pedesaan.
Strategi pemenuhan kebutuhan ini yang dilakukan oleh masyarakat merupakan strategi
Livelihood. Strategi livelihood (strategi nafkah) merupakan cara yang tepat dilakukan
masyarakat dalam mempertahankan hidup, dimana ketersediaan bahan pangan, seperti beras
tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat Desa Prai Paha. Oleh karena itu, strategi
17
nafkah memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat pedesaan dalam menghadapi
kelaparan. Widodo (2011) mengatakan bahwa rendahnya pendapatan masyarakat yang bekerja
disektor pertanian yang menyebabkan terjadinya kemiskinan rumah tangga petani. Strategi
nafkah merupakan alternatif pendapatan untuk dapat bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Dengan melakukan berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan, bahkan masyarakat rela
mengonsumsi ubi iwi atau hutan yang sangat berbahaya atau berracun jika pengolahannya tidak
maksimal, hutang dan mencari kunyit. Hal tersebut dikarenakan bahwa masyarakat tergolong
sebagai masyarakat miskin. Strategi hutang yang dilakukan masyarakat menyebabkan terus
berada dalam lingkaran garis kemiskinan. Karena hasil panen digunakan untuk membayar hutang
dan sisanya dikonsumsi dan dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Strategi pemenuhan
kebutuhan yang dilakukan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dengan cara tersebut diatas
adalah yang disebut dengan istilah strategi livelihood.
Strategi pemenuhan kebutuhan yang dilakukan masyarakat Desa Prai Paha dengan cara menjual
beras setelah habis panen merupakan cara yang kurang efektif. Kebanyakkan masyarakat
menjual hasil panennya secara berlebihan sehingga yang sisa untuk konsumsi hanya
sedikit.Sedangkan panen hanya satu (1) kali setiap tahun, lebih banyak masyarakat yang
menganggur setelah panen. Dengan menjual hasil panen secara berlebihan juga dapat
menyebabkan terjadinya kelaparan di Desa Prai Paha.
Dalam pengelolaan hasil panen, membutuhkan pengetahuan dan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk dapat mengelola dengan baik. Tetapi yang terjadi di Desa Prai Paha masih
kurangnya Ilmu pengetahuan, teknologi dan sumber daya manusia sehingga masyarakat tidak
dapat membudidaya pangan lokal untuk dijadikan cadangan pangan ketika terjadi kelaparan
sehingga dapat menghidari hutang. Teknologi dan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
meningkatkan kreativitas, tentu membutuhkan bantuan dari Stakeholder terkait, seperti
pemerintah, LSM dan lain sebagainya. Namun di Desa Prai Paha belum ada program yang
berhasil memberikan kemajuan kepada masyarakat dalam pengentasan kemiskinan dan
mengatasi kelaparan yang terjadi setiap tahun. Berdasarkan pengamatan dilapangan bahwa
program PNPM Mandiri yang sudah ada di Desa Prai Paha belum mampu memberikan kemajuan
18
yang signifikan pada masyarakat Desa tersebut. Kebanyak program ini tidak berjalan dengan
baik dan inovasi teknologi untuk dapat mendorong peningkatan produksi pangan lokal belum
dilakukan. Inovasi teknologi merupakan hal yang sangat penting, hal ini juga dikemukakan oleh
Yuliatmoko (2011), yang menyatakan bahwa produk pangan lokal belum mampu menarik minat
konsumen untuk dikonsumsi dan memperoleh bahan pangan yang cukup bergizi dan mencapai
ketahanan pangan masyarakat. Djaafar, Sarjiman, dan Pustika (2010) juga menyatakan bahwa
ketahanan pangan merupakan tujuan dari pembangunan pertanian sehingga pangan lokal perlu
untuk dilestarikan karena memiliki potensi sebagai pangan alternatif guna mendukung ketahanan
pangan nasional. Hal tersebut dapat mengurangi ketergantungan masyarakat untuk mengonsumsi
bahan pangan dari beras karena beras selalu mendominasi dan paling terutama untuk
dikonsumsi. Oleh karena itu inovasi teknologi dan kreatifitas masyarakat harus dilakukan
sehingga bahan pangan lokal dapat menarik minat konsumen untuk dikonsumsi. Dalam hal
tersebut juga harus ditunjang dengan ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Kemiskinan yang terjadi di Desa Prai Paha, bukan karena masyarakat malas bekerja, tidak
memiliki lahan sawah atau karena lahan yang sempit. Tetapi karena pola pikir dan hidup
masyarakat yang tidak berubah serta pengelolaan bahan pangan yang kurang baik, sehingga tidak
dapat mendukung ekonomi rumah tangga masyarakat. Hal yang penting dan harus dilakukan
bagi masyarakat adalah perubahan terhadap pola pikir dan pengelolaan hasil panen yang agar
dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Jika tidak melakukan perubahan maka akan terus berada
dalam lingkaran kemiskinan dan bahwa keuntungan besar hanya diperoleh oleh Pemilik
penggilingan yang memiliki modal.
Jika Strategi pemenuhan kebutuhan tetap menggunakan dengan cara hutang akan terus dilakukan
oleh masyarakat Desa Prai Paha, maka akan menghambat pertumbuhan ekonomi pedesaan dan
kemajuan suatu Kabupaten Sumba Timur, khususnya di Desa Prai Paha. Strategi ini dapat
memberikan resiko yang besar kepada masyarakat miskin untuk tetap tinggal dalam lingkaran
kemiskinan. Kemiskinan merupakan sebuah masalah yang sulit di selesai oleh setiap Negara dan
merupakan sebuah penyakit dalam pembangunan wilayah dan perekonomian di Kabupaten
Sumba Timur. Dengan demikian, dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat Desa
Prai Paha maka membutuhkan peran pemerintah dalam kebijakan mengatasi kelaparan yang
19
terjadi setiap tahun dalam jangka panjang, meskipun selama ini peran pemerintah menangani
kelaparan dalam bentuk uang tunai, beras miskin tetapi hanya bersifat sementara dalam jangka
pendek. Tetapi belum ada penanganan dalam jangka panjang untuk mengantisipasi terulang
terjadinya kelaparan. Kurangnya kebijakan lumbung Desa, penyuluhan dan budidaya pangan
lokal yang menjadi cadangan pangan alternatif masyarakat.
Secara garis besar konsep ketahanan pangan dan strategi livelihood masyarakat Desa Prai Paha
ditunjukkan melalui bagan sebagai berikut:
Berdasarkan bagan diatas bahwa ketahanan pangandan strategi livelihood masyarakat Desa Prai
Paha memiliki keterkaitan, dimana ketika masyarakat kurang memiliki ketahanan pangan, maka
cara utama yang dilakukan dalam memenuhi ketahanan pangan adalah strategi livelihood dengan
bertani yaitu kebun, sawah, ternak, mencari ubi Iwi, mencari Kunyit dan hutang. Hasil sawah
dan kunyit masyarakat menjualnya kepada pembeli lokal dengan harga yang lebih murah.
Sedangkan jika masyarakat menjual langsung di kota waingapu maka harganya lebih tinggi di
bandingkan kepada pembeli lokal. Sedangkan ternak masyarakat lebih banyak gunakan pada saat
upacara adat, dan disana terdapat pasar dengan sistem barter untuk memenuhi kebutuhan upacara
adat dan konsumsi sendiri. Sedangkan kebun dan hutang di lakukan pada saat musim hujan
Pasar
Musim Kering Musim hujan
Sawah
Kunyit
Kebun
Ternak
Livelihood Ubi Iwi Hutang
Ketahanan
Pangan
20
antara bulan Desember sampai bulan Maret yang merupakan strategi livelihood untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan konsumsi. Ubi iwi hanya untuk dikonsumsi oleh masyarakat sendiri
dan menjadi cadangan bahan pangan lokal pada saat terjadi kelaparan di musim kering. Strategi
Livelihood sangat berperan penting dalam mengatasi kelaparan tetapi harus membutuhkan
kreativitas masyarakat Desa Prai Paha dalam sektor bisnis, sehingga dapat mendorong
perekonomian. Hal ini disebabkan karena kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam
mendorong kreatifitas. Kreatifitas dalam sektor bisnis masih sangat kurang sehingga kurangnya
pendapatan selain dari sektor pertanian. Pengembangan kreatifitas dapat meningkatkan tingkat
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dalam menghadapi kerawanan pangan yang
mengakibatkan kelaparan.
Kesimpulan
Perubahan iklim di Desa Prai Paha yang tidak dapat di prediksi setiap tahun mengakibatkan
masyarakat tidak memiliki ketahanan pangan sehingga terjadi kelaparan setiap tahun. Hal ini
terjadi bahwa masyarakat merupakan masyarakat miskin yang tidak memiliki sumber daya lain
untuk dijadikan cadangan bahan pangan konsumsi. Selain itu juga kelaparan terjadi karena
masyarakat kurang memiliki pengetahuan dalam pengelolaan hasil panen yang diperoleh setiap
tahun.
Strategi livelihood merupakan solusi yang dianggap tepat bagi masyarakat Desa Prai Paha.
Strategi yang dilakukan dalam mempertahankan kehidupan yaitu mencari ubi hutan, kenyit
dipadang dan hutang. Ubi iwi (ubi hutan) merupakan cadangan pangan lokal yang dikonsumsi
masyarakat. Kunyit dijual kepada penmbeli lokal yang ada di Desa Prai Paha. Sedangkan hutang
masyarakat melakukan pinjaman kepada masyarakat yang memiliki modal seperti uang, beras,
dan padi. Menjual beras juga merupakan strategi pemenuhan kebutuhan tetapi strategi ini kurang
efektif karena jika berlebihan dalam menjual hasil panennya maka tidak ada lagi bahan pangan
untuk dikonsumsi sehingga dapat menyebabkan terjadinya kelaparan.
Strategi livelihood belum efektif dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, walaupun
sudah mampu mempertahankan hidup dalam menghadapi kelaparan. Strategi hutang atau
pinjaman yang di lakukan masyarakat akan terus memberikan tanggung jawab berat. Masyarakat
tidak bisa maju dan mendorong ekonomi keluarga untuk keluar dari kemiskinan yang di alami.
21
Perlu dilakukan adalah sistem pengelolaan hasil panen dan perubahan pola pikir masyarakat
untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dalam menunjang ekonomi rumah tangga. Teknologi,
ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang harus ditingkat.
Masalah ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan tingkat
kesejahteraan masyarakat dan mengatasi kemiskinan. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama dari
semua pihak untuk dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat Desa Prai Paha, melalui
program-program seperti penyuluhan, pelatihan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Masyarakat harus merubah pola pikir sehingga sumber daya yang di miliki dapat di
kelola dengan baik dan memiliki nilai tambah, agar dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga.
Meskipun demikian, bahwa Desa Prai Paha mengalami masalah ketahanan pangan, tetapi
Strategi Livelihood merupakan solusi yang tepat bagi masyarakat untuk dapat bertahan hidup.
Masyarakat memang hidup dalam kemiskinan karena mengalami kelaparan setiap tahun tetapi
pertumbuhan penduduk relatif stabil karena tidak ada peningkatan kematian dan masyarakat
yang mengalami gizi buruk.
22
Daftar Pustaka
Tambunan, 2008, Ketahanan Pangan di Indonesia, Inti Permasalahan dan Alternatif Solusinya,
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCgQFjAA&ur
l=http%3A%2F%2Fwww.kadinindonesia.or.id%2Fenm%2Fimages%2Fdokumen%2FKADIN-
98291810062008.pdf&ei=kevTUZ6hIsfrrQfTzYDQCw&usg=AFQjCNHd1q9YG8kp
8n0HORXrKc53xz7ew&bvm=bv.48705608,d.bmk, di akses 3 Juli 2013.
Dharmawan, 2007, Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (livelihood Sosiology)
Mazhad Barat dan Mazhad Bogor,
http://www.google.com/search?hl=en&source=hp&q=sistem+penghidupan+dan+nafkah+pedesaan&gbv=2
&oq=sistem+penghidupan+dan+nafkah+pedesaan&gsl=heirloomhp56.3184.0.3772.7.7.0.0.0.0.0.0..0.0.0.1
c.1.fk8TiLQufbk, diakses 20 Maret 2013.
Purwaningsih, 2008, Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan
Masyarakat,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=masalah%20ketahanan%20pangan%20pdf&source
=web&cd=8&cad=rja&ved=0CEsQFjAH&url=http%3A%2F%2Fpub
likasiilmiah.ums.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F98%2F1.%2520Yunasti%2520Purwani
ngsih%2520(Ketahann%2520Pangan).pdf%3Fsequence%3D1&ei=HC3UUZT_FYSNrQfi3YC4Dw&usg=
AFQjCNFHWVmdJr-N5rW7lycgtMnLYkyr Wg&bv m=bv.48705608,d.bmk, Diakses 3 Juli 2013.
Kompas.com, 2010, Wilayah Indonesia Timur Rentan Pangan, http://bisniskeuangan.kompas
.com/read/2010/05/20/12342176/Wilayah.Indonesia. Timur.Rentan.Pangan.
Kompas.com, 2011, Kelaparan Melanda Sumba Timur, http://regional.kompasiana.com/2011 /09/20/kelaparan-
melanda-sumba-timur-394976.html.
Ayip, 2013, Bergandengan Melawan Kerawanan Pangan di Sumba Timur,
http://kedaulatanpangan.net/2013/04/bergandengan-melawan-kerawanan-pangan-di-sumba-timur-bagian-1/
Saleh dkk, 2011, Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Melalui Kelembagaan Pangan
Lokal,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=strategi%20
peningkatan%20ketahanan%20pangan%20rumah%20tangga%20miskin%20melalui
%20kelembagaan%20pangan%20lokal&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%
2F%2Fdosen.narotama.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012 %2F03%2FStrategi-Peningkatan-
Ketahanan-PanganRumahtangga-Miskin-Melalui-Kelembagaan-
PanganLokal.pdf&ei=mi3cUcP8GcKqrAfS44DAAQ&usg=AFQjCNF cBk42PTcef9
i8JmBxagEwK6oG7A&bvm=bv.48705608,d.bmk, Di akses 7 Juli 2013.
23
Widodo, Juli 2011, Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin Di Daerah Pesisr,
http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/view/890/849, Di akses 16 Maret 2013.
Widodo, Juli 2011, Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin Di Daerah Pesisr,
http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/view/890/849, Di akses 16 Maret 2013
Atmanti, 2010, Kajian Ketahanan Pangan di Indonesia,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&
q=ketahanan%20pangan%20pdf&source=web&cd=11&cad=rja&ved=0CCUQFjAAOAo&url=htt%3A%2
F%2Feprints.undip.ac.id%2F33749%2F1%2FKajian_ketahanan_pangan_.pdf&ei=DqTrUbDRFIKxrge2pI
CoDg&usg=AFQjCNFQsgupwtUFuHKuXdM2kxwlQieJBA&bvm=bv.49478099,d.bmk, dia akses 21 Juli
2013.
Prasodjo, 2011, Tingkat Ketahanan Pangan pada Rumah Tangga yang dikepalai Pria dan Rumah Tangga yang di
Kepalai Wanita,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=j
\urnal%20ketahanan%20pangan%20pdf&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDEQFjAC&url=http%3A
%2F%2Fjournal.ipb.ac.id%2Findex.php%2Fsodality%2Farticle%2Fdownload%2F5822%2F4490&ei=ZrH
rUe24MsmGrgeKzYGoAw&usg=AFQjCNHBwZqlOpVsx7OGYAJW883Cu3li4w&bvm=bv.49478099,d.
bmk, di akses 21 Juli 2013.
Rosyadi dan Purnomo, 2012, Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Desa Tertinggal,
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20ketahanan%20pangan%20pdf&source=web&cd=9&
cad=rja&ved=0CFEQFjAI&url=http%3A%2F%2Fpublikasiilmiah.ums.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F
123456789%2F2839%2F10Didit.pdf%3Fsequence%3D1&ei=rTztUc_OAsTVrQfDkoD4Bg&usg=AFQjC
NHhMdouJyxDp43GwszLyDIkS1qchg&bvm=bv.49478099,d.bmk, diakses 23 Juli 2013
UNDP, 2007, Sisi Lain Perubahan Iklim, Mengapa Indonesia Harus Beradaptasi Untuk Melindungi Rakyat
Miskinnya,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurna
l%20dampak%20perubahan%20iklim%20iklim%20terhadap%20rawan%20pangan&source=web&cd=12&
cad=rja&ved=0CCoQFjABOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.undp.or.id%2Fpubs%2Fdocs%2FUNDP%2
520%2520Sisi%2520Lain%2520Perubahan%2520Iklim%2520ID.pdf&ei=abrvUb7CGIfqrQe5z4CQBw&u
sg=AFQjCNFTZD4-pH-BzxNwQ-BdlmNZkvpSdw&bvm=bv.49641647,d.bmk, diakses 24 Juli 2013
MasterAdmin (2011) Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Tanaman Pangan,
http://litbang.patikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=111:dampak-perubahan-
iklim-terhadap-produksi-tanaman-pangan&catid=124:dampak-perubahan-iklim-terhadap-produksi-
tanaman-pangan&Itemid=109.
Satriawan dan Oktavianti, 2012, Upaya Pengentasan Kemiskinan Pada Petani Menggunakan Model Tidak Kolektif,
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal %20kemiskinan
%20petani%20lokal%20pdf&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDYQFjAC&url=http%3A%2F%2Fpub
24
likasiilmiah.ums.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F1732%2F07Bondan.pdf&ei=_vL1UcG9EYSPrg
f7x4B4&usg=AFQjCNFsnugKKgLO6idh_0biz5L4gOHa5g&bvm=bv.49784469,d.bmk.
Sudaryanto dan Rusastra, 2006, Kebijakan Strategis Usaha Pertanian Dalam Rangka Perningkatan Produksi dan
Pengentasan Kemiskinan,http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=jurnal%20kemiskinan%20petani%20lokal%20pdf&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CD
0QFjAD&url=http%3A%2F%2Fftp.pustakadeptan.go.id%2Fpublikasi%2Fp3254061.pdf&ei=_vL1UcG9E
YSPrgf7x4B4&usg=AFQjCNHw2MLakPWA3U2WArSFct1LY0ogGw&bvm=bv.49784469,d.bmk.
A. Wahid Rauf dan Martina Sri Lestari, 2009, Pemanfaatan Komoditas Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan
Alternatif di Papua,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=
jurnal%20ketahanan%20pangan%20di%20papua&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CD4QFjAE&url=h
ttp%3A%2F%2Fpustaka.litbang.deptan.go.id%2Fpublikasi%2Fp3282093.pdf&ei=toT3UbroLIKPrgesioG
QAw&usg=AFQjCNHGL8y7YR9ub1EPp_xsne4nD3c8QA&bvm=bv.49967636,d.bmk, diakses 30 juli
2013.
Titiek F. Djaafar, Sarjiman, dan Arlyna B. Pustika, 2010, Pengembangan Budi Daya Tanaman Garut dan Teknologi
Pengolahannya Untuk Mendukung Ketahanan Pangan.
Welli Yuliatmoko, 2011, Inovasi Teknologi Produk Pangan Lokal Untuk Percepatan Ketahanan
Pangan,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20ketahanan%20pangan%20di%20papua&sour
ce=web&cd=4&cad=rja&ved=0CDkQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.pustaka.ut.ac.id%2Fdev25%2Fp
dfprosiding2%2Ffmipa201120.pdf&ei=toT3UbroLIKPrgesioGQAw&usg=AFQjCNERbgE9vkZBhlFVoD
g7GGpYIEz87g&bvm=bv.49967636,d.bmk, diakses 30 juli 2013.
S. Djuni Prihatin, Sunarru Samsi Hariadi dan Mudiyono, 2012, Ancaman Ketahanan Pangan RumahTangga Petani,
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20pentingnya
%20ketahanan%20pangan%20&source=web&cd=10&cad=rja&ved=0CF4QFjAJ&url=http%3A%2F%2Fe
jurnal.ikippgrismg.ac.id%2Findex.php%2Fcivis%2Farticle%2Fdownload%2F446%2F427&ei=XML3UfiO
EIzOrQf1Pg&usg=AFQjCNHXWtbdXUl1sfkxAnthpuVKY93LgQ&bvm=bv.49967636,d.bmk.
top related