keefektivitasan pemeriksaan payudara sendiri
Post on 22-Dec-2015
20 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara merupakan kanker invasif yang paling sering mengenai wanita, dimana
1 dari 8 wanita dapat terkena kanker ini dalam hidupnya.1 Kanker payudara juga
merupakan kanker kedua yang menyebabkan kematian terbanyak pada wanita. Lebih dari
1,3 juta wanita di seluruh dunia terdiagnosis kanker payudara per tahunnya, dan
diperkirakan 458,000 meninggal dikarenakan penyakit ini.2 Untuk mengurangi angka
kematian akibat kanker payudara ini diperlukan deteksi dini yang dapat menunjang
penanganan yang cepat dan tepat.
Lebih dari 70% kematian akibat kanker payudara terjadi dikarenakan keterlambatan
diagnosis yang berakibat pada terlambatnya penanganan kanker tersebut.3 Pada umumnya
pasien penderita kanker datang menemui praktisi kesehatan setelah gejala kanker mulai
tampak jelas dengan stadium lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka
kematian pada penyakit ini. Saat ini modalitas pemeriksaan dalam mendiagnosis kanker
payudara adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), pemeriksaan payudara klinis,
mammografi, pemeriksaan ultrasound, magnetic resonance imaging (MRI), dan biopsy.3
Pemeriksaan – pemeriksaan deteksi dini yang telah disebutkan di atas memiliki kelebihan
dan kekurangan masing – masing. Dalam penerapannya, pemeriksaan – pemeriksaan
yang telah disebutkan menuai berbagai pro dan kontra berkaitan dengan tingkat
keefektifitasannya sehingga penelitian demi penelitian terus dilakukan dalam menilai
keefektifitasan dari pemeriksaan – pemeriksaan tersebut. Peninjauan terhadap
pemeriksaan deteksi dini utama yang sudah lumrah digunakan – pemeriksaan payudara
sendiri, mammografi, dan ultrasonografi payduara - menjadi penting dan dapat membantu
sebagai referensi dalam memberikan dan menyarankan langkah awal dalam
menanggulangi kanker payudara. Dalam makalah ini akan dirangkum sejumlah penelitian
yang telah dilakukan untuk menilai ketiga pemeriksaan deteksi dini utama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan
kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada
bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak.
Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.3,4
2.2 Deteksi Dini Kanker Payudara
Penurunan yang signifikan pada angka kematian kanker payudara, yang berjumlah
hampir 30% sejak tahun 1990 adalah sebuah pencapaian besar dalam dunia medis oleh
karena sebagian besar telah melakukan deteksi dini kanker payudara melalui
pemeriksaan mammographic. Namun demikian, upaya besar terus dilakukan untuk
melanjutkan keberhasilan ini dengan mengembangkan tambahan metode dalam skrining
kanker payudara lebih dini.5
Terdapat 3 jenis pemeriksaan deteksi dini payudara dalam menanggulangi kanker
payudara yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu pemeriksaan payudara sendiri atau
SADARI, mammografi, dan pemeriksaan ultrasonografi.
2.2.1 Pemeriksaan Payudara Sendiri
SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri
untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara.6
Langkah – langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) perlu diajarkan dengan
benar sehingga dapat diterapkan dengan baik dan memberikan keuntungan yang
maksimal, karena jika tidak maka akan banyak terjadi hasil positif palsu maupun tumor
atau kanker yang tidak dapat terdeteksi secara dini. Beberapa penelitian mengatakan
pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan secara teratur dan tepat cukup efektif dalam
memberikan diagnosis yang lebih dini sehingga pasien mendapat prognosis yang lebih
baik.
Pertama pasien berdiri di depan cermin lalu periksa kedua payudara dari sesuatu yang
tidak normal, perhatikan adanya rabas pada puting susu, keriput, dimpling atau kulit
mengelupas. Dua tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur pada
payudara. Jadi ketika melakukan SADARI, pasien harus mampu merasakan otot – otot
yang menegang. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika pasien melipat tangan
dibelakang kepala ke arah depan. Perhatikan juga setiap perubahan kontur pada payudara.
Selanjutnya tekan kedua tangan ke arah pinggang dan agak membungkuk ke arah cermin
sambil menarik bahu dan siku ke arah depan. Perhatikan setiap perubahan kontur pada
payudara. Beberapa wanita melakukan pemeriksaan payudara berikut ketika sedang
mendi dengan shower. Jari – jari akan meluncur dengan mudah diatas kulit yang
bersabun, sehingga anda dapat berkonsentrasi dan merasakan setiap perubahan yang
terjadi pada payudara anda. Berikutnya angkat tangan kiri anda. Gunakan 3 atau 4 jari
untuk meraba payudara kiri dengan kuat, hati – hati dan menyeluruh. Mulailah pada tepi
luar, tekan bagian datar dari jari tangan dalam lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan
lambat di sekitar payudara. Secara bertahap lakukan ke arah puting susu, pastikan untuk
melakukanya pada seluruh payudara. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara
dan bawah lengan, termasuk bagian di bawah lengan itu sendiri dan rasakan adanya
benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit. Dengan perlahan remas puting susu
dan perhatikan adanya rabas. Ulangi pemeriksaan pada payudara kanan. Pemeriksaan
dapat diulangi dalam posisi berbaring. Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan
kiri anda di bawah kepala dengan sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah bahu
kiri. Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan diatas. Ulangi pada
payudara kanan.6
Penerapan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur dan berkala telah
direkomendasikan sebagai metode deteksi dini pada kanker payudara. Pemeriksaan ini
direkomendasikan karena dapat dilakukan sendiri tanpa biaya yang mahal dan dapat
dilakukan kapan saja. O’Malley dan Fletcher mengemukakan diperlukan berbagai
penelitian lebih lanjut sebelum SADARI dapat dipertimbangkan sebagai deteksi kanker
payudara primer. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai keefektivitasan
pemeriksaan payudara sendiri sebagai modalitas deteksi dini dan menghasilkan berbagai
pendapat. Namun beberapa studi akhir – akhir ini menunjukan kurangnya keuntungan
langsung yang diberikan oleh pemeriksaan ini. Beberapa penelitian tidak menunjukan
pengurangan dari angka kematian melainkan peningkatan dari angka biopsi jinak yang
lebih tinggi pada pengguna teknik ini daripada yang tidak mempraktekkannya.3,7
Sebuah studi non random di Inggris yang melibatkan 190,753 wanita menunjukan
pemeriksaan payudara sendiri tidak memberikan dampak yang signifikan dalam
mengurangi angka kematian kanker payudara, dari penelitian ini diperkirakan kurangnya
ketaatan pada wanita dengan instruksi untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri
dan ketidaktepatan teknik yang digunakan menjadi penyebab hasil yang negatif ini.7
Sebuah studi case-control oleh Canadian National Breast Screening mengemukakan
bahwa penggunaan teknik pemeriksaan payudara sendiri dapat mengurangi angka
kematian akibat kanker payudara. Namun penelitian meta analisis lebih lanjut oleh badan
peneliti yang sama menunjukan pemeriksaan ini tidak efektif melainkan menambah biaya
karena banyak hasil positif palsu yang didapat dari pemeriksaan ini sehingga pemeriksaan
ini tidak disarankan.8
Penelitian yang dilakukan di Shanghai oleh Thomas DB, dengan jumlah sampel sebesar
266,064 wanita, menunjukan wanita pada kelompok dengan instruksi untuk melakukan
pemeriksaan payudara sendiri tidak mengurangi angka kematian dari kanker payudara
bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.8 Pada penelitian ini penulis berpendapat
bahwa jika teknik ini diajarkan dengan benar dan para wanita tersebut termotivasi untuk
mempraktekkannya secara teratur dan efektif maka mungkin angka kematian dari
penelitian ini akan dapat berbeda. Menurutnya masalah sebenarnya bukan pada tekniknya
melainkan penerapannya dan itu merupakan dua konsep yang berbeda.
2.2.2 Mammografi
Mammografi adalah teknik radiografi yang digunakan untuk mendeteksi kista atau tumor
pada payudara, terutama yang tidak dapat dipalpasi pada pemeriksaan fisik. Dalam
xeromammografi, suatu plat khusus digunakan untuk merekam dan memindahkan gambar
hasil rekaman ke dalam kertas khusus. Setelah itu biopsi pada daerah yang mencurigakan
diperlukan untuk memastikan adanya keganasan. Meskipun 90% sampai 95% dari
keganasan tumor payudara dapat dideteksi dengan menggunakan mammografi, prosedur
pemeriksaan ini banyak menghasilkan hasil positif palsu. Mammografi dapat dikerjakan
setelah dilakukan pemeriksaan dini lainnya seperti usg dan SADARI.9
Sebelum menjalankan pemeriksaan pasien perlu dipersiapkan agar memaksimalkan hasil
pemeriksaan. Pertama berikan inform konsen mengenai pemeriksaan ini. Instruksikan
pasien untuk menghindari penggunaan deodoran ataupun bubuk ketiak sehari sebelum
sampai pemeriksaan. Pastikan apakah pasien menggunakan implantasi payudara. Setelah
pasien siap maka prosedur pemeriksaan dapat dikerjakan. Pertama posisikan salah satu
payudara pasien. Letakkan kompresor pada payudara. Pasien menahan nafas sampai foto
diambil. Setelah foto sisi kraniokauda diambil, mesin dirotasikan dan payudara dikompres
kembali, ambil foto sisi lateral. Ulangi prosedur tersebut pada payudara lainnya. Periksa
kualitas film.5
Posisi payudara merupakan faktor yang sangat penting dan sangat memengaruhi hasil
mammogram. Jika diposisikan dengan benar, maka jumlah jaringan yang dapat terfoto
akan menjadi maksimal dan juga menghilangkan sebagian besar artifak, serta
meningkatkan sensitifitas mammogram itu sendiri. Pada pelaksanaannya sendiri, banyak
terjadi kesalahan posisi payudara pada pemeriksaan mammografi sehingga hasil
pemeriksaan menjadi inkonklusif dan mengurangi angka sensifitas dari mammografi itu
sendiri. 10
Pada studi oleh Tytti Sarkeala di finlandia ditemukan terdapat pengurangan angka
kematian akibat kanker payudara yang signifikan sebesar 22% pada wanita yang
melakukan deteksi dini menggunakan mammografi, serta terdapat peningkatan resiko
relatif yang signifikan pada kelompok wanita yang tidak melakukannya. Selama masa
studi terjadi peningkatan angka insiden kanker payudara dan pengurangan angka
kematian akibat kanker payudara pada populasi wanita pada rentang umur 50 – 69.11
Terdapat Bukti untuk mendukung rekomendasi skrining mamografi secara reguler dari
hasil beberapa Randomized Controlled Trial (RCTs) dilakukan di Eropa dan Amerika
Utara pada total hampir 500.000 perempuan. Pada pencobaan ini bervariasi dalam usia
dan frekuensi pemeriksaan yang dilakukan oleh responden, tetapi secara statistik
menunjukkan penurunan yang signifikan pada angka mortalitas kanker payudara pada
populasi percobaan. Secara keseluruhan berdasarkan hasil meta analisis, terdapat
penurunan angka mortalitas sebanyak 26%. Studi terbaru efek dari skrining mamografi
yang rutin dilakukan telah menunjukkan manfaat yang lebih besar. Duffy et al
melaporkan penurunan 39% dalam angka mortalitas kanker payudara dengan
membandingkan periode sebelum diperkenalkannya skrining berdasarkan populasi
dengan periode sesudahnya. Diperkirakan bahwa tiga perempat dari penurunan ini oleh
karena skrining mammografis.12
Baru-baru ini the United States Preventive Services Task Force (USPSTF), agen
pemerintah independen yang terdiri dari 16 dokter dan spesialis mengumumkan untuk
merevisi rekomendasi untuk dilakukannya skrining. Mereka sebelumnya telah
merekomendasikan skrining rutin setiap satu sampai dua tahun dimulai pada usia 40, dan
sekarang mereka merekomendasikan pemeriksaan rutin tahunan untuk wanita berusia 40-
49 dan dua tahunan untuk wanita berusia 50-74. Mereka membuat tidak ada rekomendasi
untuk wanita berusia 74.
Dalam penelitan meta-analisis RCT mereka, terdapat penurunan 50% angka kematian
yang secara signifikan pada wanita berusia 40-49 yang melakukan skrining tetapi
menyatakan bahwa terdapat efek samping yang terkait dengan skrining, termasuk
kecemasan atas hasil positif palsu, perlu untuk pengujian tambahan atau biopsi, dan
kemungkinan overdiagnosis dan overtreatment lebih besar daripada manfaat yang
didapat. Mereka juga menggunakan model matematis untuk memprediksi penurunan
angka mortalitas yang dicapai dengan berbagai strategi skrining dan ditentukan melalui
model ini bahwa skrining tiap dua tahun menurunkan 81% angka kematian dan mulai usia
40 akan menurunkan angka kematian tambahan hanya sebanyak 3% saja.13,14
2.2.3 Ultrasonografi
USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara.
Pemeriksaan tumor payudara dengan USG mulai dikembangkan oleh Wild dan Reid pada
tahun 1952 dan saat ini pemeriksaan dengan USG sudah semakin popular dan
berkembang dengan pesat.15 Keuntungan pemeriksaan USG ialah tidak menggunakan
sinar pengion, jadi tidak ada bahaya radiasi. Pemeriksaannya bersifat non invasif, relatif
mudah dikerjakan, cepat dan dapat dipakai berulang-ulang serta biayanya relatif rendah.
USG terutama berperan pada payudara wanita muda di bawah 30 tahun, dimana jenis
payudara ini kadang-kadang sulit dinilai oleh mammografi. Hal ini dikarenakan payudara
di usia muda lebih padat dan kelenjar susunya lebih banyak daripada usia tua yang
payudaranya lebih tersusun oleh lemak sehingga lebih muda dideteksi dengan
mammogram. USG juga sangat bermanfaat untuk membedakan apakah tumor itu solid
atau kistik, dimana gambarannya pada mammografi hampir sama, tetapi mikrokalsifikasi
tak dapat dikenal dengan USG. Pembesaran kelenjar aksiler yang dapat merubah
pengobatan dan prognosis penderita juga dapat dikenali dengan pemeriksaan USG,
terutama pembesaran kelenjar aksiler yang sulit teraba secara klinis. Tetapi, efektifitas
pemeriksaan USG sangat tergantung dari pengalaman dan keahlian operator.16
Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker
payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi, kelainan pada payudara dapat
ditentukan dengan lebih akurat.
Gambar 1. USG Ca mammae
Gambar USG ini mengungkapkan, gambaran hypoechoic dan massa yang
pada payudara. Ada juga bukti akustik membayangi posterior. Temuan pada USG ini
menunjukkan massa ganas payudara. 16
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi penderita terlentang dengan ganjal pada bahu sisi
payudara yang akan diperiksa, lengan ipsilateral ditaruh di belakang kepala dengan
maksud agar daerah payudara yang akan diperiksa menjadi lebih luas dan jelas.
Dilakukan skening sistematis, dimulai dari daerah kuadran superior ke daerah kuadran
inferior kemudian dari kuadran lateral kearah medial. Daerah selanjutnya, skening daerah
retro papilla. Dilakukan juga pemeriksaan pada daerah aksila, untuk mengetahui adanya
pembesaran pada kelenjar getah bening ( Lymp Node ). Pemeriksaan dilakukan pada
kedua payudara secara bergantian.16
Beberapa makalah dari institusi skrining payudara melaporkan bahwa USG payudara
pada wanita dengan payudara yang padatdan mammogram negatif dan pemeriksaan
klinis meningkatkan deteksi kanker 2,8 untuk 4,6 kanker per 1.000 perempuan. Baru-
baru ini dilakukan penelitian tentang skrining USG payudara multi-institutional
disponsori yang oleh ACRIN, termasuk wanita yang tidak hanya punya berpayudara
padat tapi juga yang mempunyai resiko terkena kanker payudara. Penelitian ini
melaporkan hasil yang serupa dengan penelitian yang diketahui deteksi kankernya
berada pada tingkat 4.2 per 1.000 perempuan yang diskrining. Dalam semua dari
penyelidikan tersebut, kanker payudara terdeteksi oleh usg dikethaui hanyalah kanker
invasif yang ringan, dengan proporsi kakus node-negatif yang tinggi. Sebelumnya telah
diketahui bahwa sensitivitas mamografi lebih rendah pada wanita dengan payudara yang
padat, dan terlepas dari apakah wanita dengan payudara padat berada pada tingkat resiko
yang tinggi atau tidak, telah menunjukkan bahwa penggunaan USG tambahan
menghasilkan deteksi kanker yang tersembunyi. Ada beberapa tantangan yang terkait
dengan pengadopsian secara luas dari pemeriksaan USG. Semua penelitian dengan
menggunakan USG telah melaporkan tingkat positif palsu tinggi.17
Beberapa studi yang membandingkan penggunan mamografi, breast ultrasound, dan MRI
payudara untuk skrining dilaporkan memiliki sensitivitas yang tinggi pada penggunan
MRI untuk deteksi kanker pada wanita berisiko tinggi. Melakukan skrining tambahan
dengan USG tidak memberikan manfaat lain dibandingkan skrining mamografi dan MRI.
Namun, pemeriksaan USG mungkin memiliki peran sebagai alat skrining tambahan
untuk perempuan yang berisiko tinggi yang memiliki kontraindikasi MRI atau bagi
mereka dengan tingkat risiko yang tidak mencapai tingkat yang direkomendasikan untuk
skrining MRI oleh ACS.18
Secara Jelas hal diatas menjadi kekurangan dari ahli Radiologi yang melakukan imaging
payudara pada semua wanita dengan payudara padat sebagai satu-satunya faktor risiko
untuk menjalani pemeriksaan USG tambahan. Isu yang berkaitan dengan
reproduktibilitas, hasil positif palsu yang tinggi, nilai prediktif positif yang rendah untuk
rekomendasi biopsi, ketergantungan terhadap operator, ketidakmampuan untuk
mencitrakan DCIS secara umumnya, dan kurangnya penemuan lesi yang solid dan
kompleks pada biopsi telah mengakibatkan kegagalan penerimaan luas dari USG
payudara. Karena sensitivitas yang tinggi ditunjukkan bagi wanita yang beresiko tinggi,
kekurangan yang berkaitan dengan USG dan kendala dari sejumlah ahli Radiologi yang
melakukan pencitraan payudara, menjadikan banyak fasilitas dan institusi memilih untuk
tidak menawarkan pemeriksaan USG.19
BAB III
SIMPULAN
Kanker payudara merupakan kanker invasif yang paling sering mengenai wanita, dimana
1 dari 8 wanita dapat terkena kanker ini dalam hidupnya.1 Kanker payudara juga
merupakan kanker kedua yang menyebabkan kematian terbanyak pada wanita. Untuk
mengurangi angka kematian akibat kanker payudara ini diperlukan deteksi dini yang
dapat menunjang penanganan yang cepat dan tepat. Lebih dari 70% kematian akibat
kanker payudara terjadi dikarenakan keterlambatan diagnosis yang berakibat pada
terlambatnya penanganan kanker tersebut. Saat ini modalitas pemeriksaan dalam
mendiagnosis kanker payudara adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI),
pemeriksaan payudara klinis, mammografi, pemeriksaan ultrasound, magnetic resonance
imaging (MRI), dan biopsy.3 Di antara pemeriksaan yang telah disebutkan sebelumnya,
pemeriksaan payudara sendiri merupakan pemeriksaan dengan biaya terendah dan dapat
dilakukan setiap saat. SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri adalah pemeriksaan
atau perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara
Namun, tingkat efektivitas dari pemeriksaan payudara sendiri masih menjadi perdebatan.
Banyak terjadi pro dan kontra dan penelitian terus dikembangkan berkaitan dengan
keefektifitasan teknik deteksi dini ini dalam mengurangi angka kematian akibat kanker
payudara. Meskipun terdapat penelitian yang mendukung hasil positif pada
keefektifitasan teknik ini namun sebagian lainnya menunjukan hasil sebaliknya. Sebagian
besar penelitian menunjukan tidak adanya makna yang signifikan dari teknik pemeriksaan
ini dalam mengurangi angka kematian dari penyakit kanker payudara. Terdapat juga
penelitian yang menyatakan bahwa banyak terjadi positif palsu pada pemeriksaan ini
sehingga meningkatkan biaya kesehatan. Beberapa penelitian menyatakan bila teknik ini
dapat diajarkan dengan benar dan para wanita tersebut termotivasi untuk menjalankannya
dan dapat menerapkan teknik pemeriksaan ini secara teratur dan tepat mungkin hasil yang
didapat akan berbeda.
Mammografi adalah teknik radiografi yang digunakan untuk mendeteksi kista atau tumor
pada payudara, terutama yang tidak dapat dipalpasi pada pemeriksaan fisik. Mammografi
dapat dikerjakan setelah dilakukan pemeriksaan dini lainnya seperti usg dan SADARI.
Studi terbaru efek dari skrining mamografi yang rutin dilakukan telah menunjukkan
manfaat yang lebih besar. dilaporkan terjadi penurunan 39% dalam angka mortalitas
kanker payudara dengan membandingkan periode sebelum diperkenalkannya skrining
berdasarkan populasi dengan periode sesudahnya. Diperkirakan bahwa tiga perempat dari
penurunan ini oleh karena skrining mammografis. Baru-baru ini United States Preventive
Services Task Force (USPSTF) merekomendasikan pemeriksaan rutin tahunan untuk
wanita berusia 40-49 dan dua tahunan untuk wanita berusia 50-74. Mereka tidak
merekomendasikan skrining untuk wanita berusia 74. Keuntungan pemeriksaan USG
ialah tidak menggunakan sinar pengion, jadi tidak ada bahaya radiasi. Pemeriksaannya
bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, cepat dan dapat dipakai berulang-ulang
serta biayanya relatif rendah. USG terutama berperan pada payudara wanita muda di
bawah 30 tahun, dimana jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai oleh mammografi.
Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat tergantung dari pengalaman dan keahlian
operator. Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk
deteksi kanker payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi, kelainan pada
payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Friedman EB, Chun J, Schnabel F, et all. Screening Prior to Breast Cancer Diagnosis :
The more things change, the more they stay the same. International Journal of Breast
Cancer, 2013 : 1-6
2. Mistry D, Haklani J, French P. Identification of breast cancer associated lipids in
scalp hair. Breast Cancer : Basic and Clinical Research, 2012 : 6 113 - 123
3. Sarvazyan A, Egorov V, Son JS, Kaufman CS. Cost – Effective Screening for Breast
Cancer Worldwide : Current State and Future Directions. Breast Cancer : Basic and
Clinical Research, 2008 : 1 91 – 99
4. Baines CJ. Breast Self – Examination. Cancer Supplement. 1992 : 69 (7) 1942 – 1946
5. Smith, R., Saslow D., Sawyer K., Burke, W., Costanza, M., et all. American Cancer
Guideliness For Breast Cancer Screening. A journal For Clinicians. Diakses dari
http://caonline.amcanceroc.org pada tanggal 13 November 2014
6. Morrison AS. Is Self-Examination Effective in Screening for Breast Cancer ?. Journal
of the National Cancer Institute. 1991 : 83 (4) 226 – 227
7. Steven J, Suzette M, Chopin. Rethinking Breast Self-Examination : Are We Asking
the Right Questions?. Breast Cancer : Basic and Clinical Research, 2008 : 2 , 31-35
8. Thomas DB, Gao DL, Ray RM, Wang WW, et all. Randomized Trial of Breast Self-
Examination in Shanghai : Final Results. Journal of National Cancer Institue. 2002 :
94 (19) 1445 – 1457
9. Popli, BM, Teotia, Rahul, Narang, Meenakshi, Khrisna, Hare. Breast Positioning
during Mammography: Mistakes to be Avoided. Breast Cancer: Basic And Clinical
Research. 2014:8
10. Sarkeala, Tytti, et all. Organised mammography screening reduces breast cancer
mortality: A cohort study from Finland
11. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya,
Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
12. Duffy SW, Tabar L, Chen H, et al. The impact of organized mammography service
screening on breast carcinoma mortality in seven Swedish counties. Cancer
2002;95:458-69.
13. U.S. Preventive Services Task Force. Screening for breast cancer: U.S. Preventive
Services Task Force recommendation statement. Ann Intern Med 2009;151:716-26.
14. Nelson HD, Tyne K, Naik A, Bougatsos C, Chan BK, Humphrey L. Screening for
breast cancer: An update for the U.S. Preventive Services Task Force. Ann Inter Med
2009;151:727-37.
15. Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari
2000. Jakarta.
16. Kumar, Cotran, Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. EGC. Jakarta. 2007
17. Crystal P, Strano SD, Shcharynski S, Koretz MJ. Using sonography to screen women
with mammographically dense breasts. AJR Am J Roentgenol 2003;181:177-82.
18. Berg WA, Blume JD, Cormack JB, et al. Combined screening with ultrasound and
mammography vs mammography alone in women at elevated risk of breast cancer.
JAMA 2008;299:2151-63.
19. Beahrs OH, Shapiro S, Smart CR. Report of the working group to review the National
Cancer Institute-American Cancer Society Breast Cancer Detection Demonstration
Projects. J Natl Cancer Inst 1979; 62:641-709.
top related