kata pengantar -...
Post on 04-Jul-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil (Ditjen KP3K) Tahun 2014 disusun sebagai wujud
transparansi dan akuntabilitas Ditjen KP3K dalam melaksanakan
berbagai kewajiban pembangunannya, serta sebagai bentuk
pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi
organisasi.
Laporan Kinerja Ditjen KP3K Tahun 2014 ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja yang
telah dicapai, baik makro maupun mikro serta langkah-langkah
pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan yang telah
dilaksanakan di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil.
Sangat disadari bahwa laporan ini belum secara sempurna menyajikan prinsip transparansi
dan akuntabilitas seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai
pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran tentang hasil pembangunan
kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal KP3K.
Capaian Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini menjadi modal dasar
untuk lebih mengembangkan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil di masa
datang, khususnya untuk menyongsong RPJMN 2015-2019 sehingga sumber daya yang
dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
Harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan feed back terhadap
penyelenggaraan program Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan
sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Akhirnya atas perhatian dan bantuan semua pihak terhadap terselenggaranya program dan
kegiatan Ditjen KP3K Tahun 2014 diucapkan terima kasih.
Jakarta, Februari 2015
Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Sudirman Saad
ii
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
RINGKASAN EKSEKUTIF
Selama Tahun 2014, yang merupakan tahun terakhir masa RPJMN 2010-2014, Direktorat
Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) melakukan evaluasi target dengan
menyesuaikan reviu Renstra KKP Tahun 2010-2014 yang menggunakan pendekatan
Balanced Score Card (BSC). Dari target tersebut, Direktorat Jenderal KP3K telah berhasil
melaksanakan misi yang diemban dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Dengan rujukan hasil penilaian kinerja dengan menggunakan metode BSC, Nilai
Pengukuran Sasaran Strategis (NPSS) Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 adalah sebesar
112,38% sebagaimana Dashboard di bawah ini:
Gambar 1. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014
Capaian tersebut diperoleh dari:
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) capaian kinerja 117,79%;
Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja 116,20%;
Perspektif Internal (Internal Process Perspective) capaian kinerja 107,87%; dan
iii
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) capaian
kinerja 110,48%.
Capaian kinerja pada perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) Ditjen
KP3K Tahun 2014 sebesar 117,79%. Capaian ini berasal dari Sasaran Strategis Meningkatnya
Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dengan capaian 105,29%.
Capaian Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja 116.20% ini
berasal dari capaian 4 (empat) sasaran strategis yaitu:
1) Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah
dengan capaian 100,05%;
2) Meningkatnya kemandirian masyarakat KP3K dengan capaian 110,65%;
3) Meningkatnya Pengelolaan SDKP yang berkelanjutan dengan capaian 110,77%; dan
4) Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang KP
dengan capaian 120%.
Pada Perspektif Internal (Internal Process Perspective) dengan bobot 30%, Ditjen KP3K telah
mencapainya dengan melebihi target, capaian kinerja 107,87%, yang meliputi capaian dari
sasaran strategis:
1) Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem
produksi garam dengan capaian 100%;
2) Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan dengan capaian 105%
3) Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan
berkelanjutan dengan capaaian 115%;
4) Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk
KP yang optimal dan bermutu dengan capaian 77,60%;
5) Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara
terpadu dan berkelanjutan dengan capaian 102,66%; dan
6) Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan capaian 100%.
Capaian kinerja pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth
Perspective) dengan bobot 30%, telah tercapai sebesar 110,48%. Capaian ini berasal dari
capaian sasaran strategis:
1) Tersedianya SDM lingkup Ditjen KP3K yang kompeten dan profesional dengan capaian
120%;
2) Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses dengan
capaian 117,53%;
3) Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K dengan capaian
103,98%; dan
4) Terkelolanya anggaran Ditjen KP3K secara optimal tercapai 98,34%.
iv
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Organisasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ............. 1
1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi ....................................................................................... 2
1.3 Permasalahan Utama Yang Dihadapi .................................................................... 3
1. Keberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil .................................. 4
2. Konflik Penggunaan Ruang ............................................................................... 4
3. Penurunan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ....................... 5
4. Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Belum Dimanfaatkan Secara
Optimal............................................................................................................... 5
5. Penanganan Pulau-Pulau kecil di Perbatasan ..................................................... 5
6. Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Kawasan Belum Optimal ........ 6
7. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Belum Optimal .......................................... 6
8. Bencana dan Dampak Perubahan Iklim Global di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil .............................................................................................. 7
9. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat ................................................................. 7
1.4 Sistematika Penyajian ............................................................................................ 8
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA.............................................. 10
2.1 Rencana Strategis 2010 - 2014 ............................................................................ 10
2.2 Visi ..................................................................................................................... 10
2.3 Misi ...................................................................................................................... 10
2.4 Tujuan .................................................................................................................. 11
2.5 Rencana Kinerja Tahun 2014 .............................................................................. 13
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) ........................... 13
Perspektif Masyarakat Kelautan dan Perikanan (Costumer Perspective) ........... 13
Perspektif Internal (Internal Process Perspective) .............................................. 14
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) 15
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................. 18
SS.1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan ..................... 20
IK 1. Rata-Rata Pendapatan Petambak Garam .................................................... 21
IK 2. Pertumbuhan PDB Perikanan ..................................................................... 25
SS.2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai
Tambah ................................................................................................................ 26
IK 3. Jumlah Produksi Garam Rakyat (Juta Ton) ............................................... 27
IK 4. Ragam Produk Kelautan Non Garam Yang Terfasilitasi
Pengembangannya ...................................................................................... 30
IK 5. Jumlah BMKT Yang Dikelola ................................................................... 33
SS.3. Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K ................................................... 35
IK 6. Jumlah Pelaku Usaha Mikro Yang Mandiri Di Kawasan Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil .................................................................................... 36
IK 7. Jumlah Sarana Usaha Mikro Yang Beroperasi Di Kawasan Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil .................................................................................... 39
v
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
IK 8. Jumlah Kelompok Yang Menerima Pemberdayaan Usaha Garam
Rakyat/PUGAR (Kelompok) ................................................................... 40
SS.4. Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan ....................................... 44
IK 9. Jumlah Jenis Ikan Yang Dikonservasi Secara Berkelanjutan................... 45
IK 10. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Termasuk Pulau Kecil Terluar Yang
Dikelola .................................................................................................... 53
IK 11. Luas Kawasan Konservasi Perairan Yang Dikelola Secara
Berkelanjutan ........................................................................................... 56
IK 12. Jumlah Kawasan Pesisir Yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap
Ancaman Kerusakan ................................................................................ 62
SS.5 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan ........................................ 68
IK 13. Jumlah Tenaga Kerja (Baru) Di Bidang Pergaraman (Orang) Pada
PUGAR .................................................................................................... 68
SS6. Tersedianya Kebutuhan Inovasi Teknologi Hasil Litbang Untuk Modernisasi
Sistem Produksi Garam ...................................................................................... 70
IK 14. Jumlah Rekomendasi Inovasi Teknologi Yang Dibutuhkan Untuk
Modernisasi Sistem Produksi Garam ....................................................... 70
SS 7. Tersedianya Kebijakan Di Bidang KP3K Sesuai Kebutuhan ................................ 72
IK 15. Jumlah Kebijakan Publik Bidang KP3K .................................................. 72
IK 16. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang KP3K ................. 74
SS 8. Terkelolanya Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Secara Terpadu Dan
Berkelanjutan ....................................................................................................... 75
IK 17. Jumlah Luasan Kawasan Di Wilayah Pesisir Rusak Yang Direhabilitasi
(Ha) .......................................................................................................... 76
IK 18. Jumlah Lokasi Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Yang Memiliki
Perencanaan Pengelolaan ......................................................................... 82
IK 19. Jumlah Penambahan Kawasan Konservasi Perairan (Ha) ........................ 83
IK 20. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Yang Dikelola Melalui Kerjasama (Pulau) ... 85
SS 9. Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi KP, Pengolahan Dan
Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan Bermutu ............................................ 88
IK 21. Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat Kualitas Produksi (KP1)
Dibandingkan Total Produksi .................................................................. 88
SS 10. Meningkatnya Pemanfaatan Ekonomi, Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan ................................................. 91
IK 22. Luasan Tambak Garam Yang Dikelola (Ha) ............................................ 91
IK 23. Persentase Luas Lahan Yang Menggunakan Inovasi Teknologi
Dibanding Total Lahan Pugar .................................................................. 94
SS 11. Terselenggaranya Pengendalian Dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Dan
Perikanan Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil ........................................ 97
IK 24. Jumlah Rekomendasi Izin Pemanfaatan Perairan di WP3K .................... 97
IK 25. Jumlah Fasilitasi Izin Lokasi Reklamasi .................................................. 98
SS 12. Tersedianya SDM Lingkup Ditjen KP3K Yang Kompeten Dan Profesional .... 102
IK 26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K..... 103
IK 27. Service Level Agreement DJKP3K ........................................................ 104
SS 13. Tersedianya Informasi Bidang KP3K Yang Valid, Handal dan Mudah
Diakses ............................................................................................................... 105
IK 28. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Informasi di Ditjen KP3K 106
IK 29. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal
Pemerintah (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total
Rekomendasi di DJKP3K (%) ............................................................... 107
vi
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
SS 14. Terwujudnya Good Governance & Clean Government di Bidang KP3K ......... 109
IK 30. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K .................................. 109
IK 31. Nilai Integritas DJKP3K ........................................................................ 111
IK 32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K .................................................... 112
IK 33. Nilai Penerapan RB DJKP3K ................................................................. 113
SS 15. Terkelolanya Anggaran KP3K Secara Optimal ................................................. 114
IK 34. Persentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K .......................................... 114
Akuntabilitas Keuangan .................................................................................... 117
BAB IV. PENUTUP ............................................................................................................. 121
4.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 121
4.2. Saran ........................................................................................................................ 123
TIM PENYUSUN ......................................................................................................... 125
LAMPIRAN
vii
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Target Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 - 2014 ................................. 12 Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja KP3K Tahun 2014 ...................................... 18 Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat
Kelautan Dan Perikanan ........................................................................................... 21 Tabel 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Rata-rata pendapatan petambak garam ....... 21 Tabel 5. Data Produksi Garam ................................................................................................ 23 Tabel 6. Data Perbandingan Rerata Pendapatan Petambak Garam ........................................ 24 Tabel 7. Target dan Realisasi Indikator Pertumbuhan PDB Perikanan .................................. 25
Tabel 8. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk
Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah ................................................. 27
Tabel 9. Produksi Garam Rakyat ............................................................................................ 27 Tabel 10. Per provinsi jumlah produksi garam rakyat di tahun 2014 ....................................... 28 Tabel 11. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir atau dengan renstra jangka menengah ............... 28 Tabel 12. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah ragam produk kelautan non garam
yang terfasilitasi pengembangannya ........................................................................ 30 Tabel 13. 2 (dua) produk kelautan non garam .......................................................................... 31 Tabel 14. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir; ............................................................................. 31
Tabel 15. Perbandingan target 2010-2014 ................................................................................ 32 Tabel 16. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah BMKT yang dikelola .......... 33
Tabel 17. Perbandingan target dan realisasi Jumlah BMKT yang dikelola selama 5 tahun ..... 33
Tabel 18. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat
KP3K ........................................................................................................................ 35 Tabel 19. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah pelaku usaha mikro yang
mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang) ...................... 36
Tabel 20. Jumlah Pelaku Usaha Mikro yang Beroperasi di Kawasan Pesisir 2014 ................. 37 Tabel 21. Perbandingan antara target kinerja Jumlah Pelaku usaha mikro yang mandiri di
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil serta capaian kinerja lima tahun terakhir
(2010-2014) .............................................................................................................. 38 Tabel 22. Target dan Realisasi Indikator Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit) .......................................................... 39
Tabel 23. Target Indikator Jumlah sarana mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil ...................................................................................................... 39
Tabel 24. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah kelompok yang menerima
pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok) ........................................ 40 Tabel 25. Realisasi Jumlah Kelompok dan Penyaluran BLM .................................................. 41 Tabel 26. Keragaan PUGAR 2011-2014 .................................................................................. 43 Tabel 27. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang
Berkelanjutan............................................................................................................ 45 Tabel 28. Target dan Realisasi Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan
(jenis) ........................................................................................................................ 45 Tabel 29. Perbandingan Capaian Konservasi Jenis Ikan 2010 - 2014 ...................................... 46 Tabel 30. Capaian Pengelolaan Konservasi Jenis Ikan Tahun 2014 ........................................ 47
Tabel 31. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang
dikelola ..................................................................................................................... 53
Tabel 32. Nama Pulau Lokasi penyediaan air bersih siap minum di 30 Pulau ......................... 54
viii
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 33. Capaian Fasilitasi Sarana dan Prasarana di PPK Tahun 2010-2014 ......................... 55 Tabel 34. Capaian Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan
(juta Ha) .................................................................................................................... 56 Tabel 35. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha)
Efektivitas Pengelolaan Kawasan Tahun 2014 berdasarkan E-KKP3K .................. 57 Tabel 36. Capaian pengelolan berkelanjutan kawasan konservasi perairan tahun 2010-
2014 (juta Ha) ........................................................................................................... 60
Tabel 37. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap
ancaman kerusakan................................................................................................... 62 Tabel 38. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap
ancaman kerusakan................................................................................................... 62 Tabel 39. Target dan Realisasi IKU Jumlah Kawasan Pesisir yang Terfasilitasi
Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun 2010-2014 ........................... 63 Tabel 40. Tabel Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014 ................................................................ 65 Tabel 41. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang)
pada PUGAR ............................................................................................................ 68 Tabel 42. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang)
pada PUGAR ............................................................................................................ 69
Tabel 43. Target dan Realisasi Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan
untuk modernisasi sistem produksi garam ............................................................... 70 Tabel 44. Perbandingan capaian Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan
untuk modernisasi sistem produksi garam ............................................................... 71 Tabel 45. Tabel Target dan Realisasi Sasaran Strategis Tersedianya kebijakan di bidang
KP3K sesuai kebutuhan........................................................................................... 72
Tabel 46. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) ..... 72
Tabel 47. Rincian peraturan perundangan kebijakan publik bidang KP3K.............................. 72 Tabel 48. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) ..... 74
Tabel 49. Tabel draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (dokumen) ................... 75 Tabel 50. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau
kecil secara terpadu dan berkelanjutan ..................................................................... 75
Tabel 51. Target dan Realisasi Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang
direhabilitasi (Ha) ..................................................................................................... 76
Tabel 52. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) ............... 76 Tabel 53. Rincian wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) ............................................ 77 Tabel 54. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak
yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014 ............................................................ 80
Tabel 55. Target dan Realisasi Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang
memiliki perencanaan pengelolaan .......................................................................... 82
Tabel 56. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau
kecil secara terpadu dan berkelanjutan. .................................................................... 83 Tabel 57. Lokasi Penambahan Luas Kawasan Tahun 2014 ..................................................... 84 Tabel 58. Realisasi penambahan luas kawasan konservasi perairan tahun 2010-2014 ............ 85 Tabel 59. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia
Tahun 2014 ............................................................................................................... 85 Tabel 60. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama
(pulau) ...................................................................................................................... 85 Tabel 61. Target dan Realisasi lJumlah Pulau-pulau Kecil yang Dikelola Melalui
Kerjasama ................................................................................................................. 86
Tabel 62. Perbandingan Capaian Adopsi Pulau 2010 - 2014 ................................................... 86 Tabel 63. Target dan Realisasi Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP,
ix
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu ......................... 88 Tabel 64. Rincian Produk Garam KP1 ..................................................................................... 88
Tabel 65. Target dan Realisasi Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir
dan pulau- pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan ........................................ 91 Tabel 66. Target dan Realisasi Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) .............................. 91 Tabel 67. Rincian Luas Lahan Garam ...................................................................................... 92 Tabel 68. Target dan Realisasi Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi
teknologi dibanding total lahan pugar % .................................................................. 94 Tabel 69. Data Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi ........................................ 95 Tabel 70. Target dan Realisasi Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ........ 97 Tabel 71. Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K 2013-2014 ..................... 97
Tabel 72. Target dan Realisasi Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi..................................... 98 Tabel 73. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional ............ 102 Tabel 74. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%) ....... 103
Tabel 75. Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ
KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka
Menengah (2014) ................................................................................................... 103
Tabel 76. Service Level Agreement DJKP3K ........................................................................ 104 Tabel 77. Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan Tahun 2014 .................... 104 Tabel 78. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012
dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) .................................. 105 Tabel 79. Sasaran Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah
diakses .................................................................................................................... 105
Tabel 80. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%) ....... 106
Tabel 81. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012
dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) .................................. 107
Tabel 82. Target dan Realisasi IKU 2014 Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal
Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi
Ditjen KP3K (%) .................................................................................................... 108
Tabel 83. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang
Ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun 2014.............................................................. 108
Tabel 84. Perbandingan Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal
(APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%)
Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka
Menengah (2014) ................................................................................................... 108
Tabel 85. Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K .................. 109 Tabel 86. Target dan Realisasi IKU Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K .. 110
Tabel 87. Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K Terhadap
Realisasi Tahun 2012 dan 2013, berdasarkan Komponen penilaian AKIP ........... 110 Tabel 88. Target dan Realisasi IKU Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 ........................... 111 Tabel 89. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun
2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ......................... 112
Tabel 90. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun
2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ......................... 113 Tabel 91. Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun
2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ......................... 113 Tabel 92. Target dan Realisasi IKU Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K ................................. 113
Tabel 93. Perbandingan Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012
dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) .................................. 114
x
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 94. Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal ....................................................... 114 Tabel 95. Target dan Realisasi IKU Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K ................. 114
Tabel 96. Alokasi anggaran dan Realisasi Anggaran Kegiatan Direktorat Jenderal KP3K
tahun 2014 per 20 Januari 2015 .......................................................................... 115 Tabel 97. Perbandingan Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K Terhadap Realisasi
Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ........... 116
xi
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014 ...................................................... ii Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal KP3K ........................................................ 1 Gambar 3. Lima Pilar Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil ....................... 11
Gambar 4. PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K...................................... 17 Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Pendapatan Petambak Garam ................................... 25 Gambar 6. Grafik Perbandingan Produksi Garam ................................................................... 29 Gambar 7. Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Wilayah Kerja BPSPL Denpasar ......... 49 Gambar 8. Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya
terhadap ancaman kerusakan Tahun 2010 – 2014 ................................................ 63 Gambar 9. Ilustrasi capaian PDPT Tahun Anggaran 2014 ...................................................... 64
Gambar 10. Tangga evakuasi sekaligus sebagai akses jalan bagi masyarakat desa di
Kotawaringin Barat ................................................................................................ 65 Gambar 11. Model Sebaran Pencemaran Berdasarkan Pengaruh Kontur ................................. 66 Gambar 12. Skoring Pencemaran di Kabupaten Cirebon .......................................................... 66 Gambar 13. Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara Gembong,
Kabupaten Bekasi .................................................................................................. 80 Gambar 14. Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar ...................................................... 80 Gambar 15. Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah
Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014 ..................................... 81
Gambar 16. Grafik Jumlah Lokasi Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang Memiliki
Perencanaan Pengelolaan tahun 2010-2014 .......................................................... 83
Gambar 17. Peta Lokasi Adopsi Pulau ...................................................................................... 87
Gambar 18. Grafik Capaian Prosentase Produksi Garam Kualitas KP1 pada Tahun 2013
dan 2014 ................................................................................................................ 90 Gambar 19. Grafik Jumlah Luasan Tambak Garam (Ha) pada Tahun 2012-2014 .................... 94 Gambar 20. Grafik Persentase Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi
Dibanding Total Lahan PUGAR ........................................................................... 96 Gambar 21. Kondisi eksisting Teluk Benoa (tahun 2013) ......................................................... 99
Gambar 22. Kondisi eksisting daerah lokasi reklamasi Tanjung Carat ................................... 102 Gambar 23. Grafik Hasil Polling Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Tahun 2013 ... 107 Gambar 24. Grafik Penyerapan Anggaran Ditjen KP3K Tahun 2014..................................... 115 Gambar 25. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014.................................................. 122
1
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Organisasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil
Berdasarkan Permen KP Nomor PER.15/MEN/2010 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan sekaligus juga dalam rangka
mengemban amanah Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan PP 60 Tahun 2007 tentang
Konservasi Sumberdaya Ikan, maka struktur organisasi Direktorat Jenderal
Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah:
Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal KP3K
Direktorat Tata
Ruang Laut
Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Direktorat
Pendayagunaan
Pulau-Pulau Kecil
Direktorat Pesisir
dan Lautan
Direktorat
Konservasi
Kawasan dan
Jenis Ikan
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN,
PESISIR, DAN PULAU-PULAU KECIL
Unit Pelaksana
Teknis
Direktorat
Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir
dan Pengembangan
Usaha
1. Bagian Program
2. Bagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum
3. Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan
Masyarakat
4. Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
5. Kelompok Pejabat Fungsional
1. Sub Direktorat
Rencana Tata
Ruang Laut
Nasional dan
perairan Yurisdiksi; 2. Sub Direktorat
Rencana Tata
Ruang dan Zonasi
Wilayah I; 3. Sub Direktorat
Rencana Tata
Ruang dan Zonasi
Wilayah II; 4. Sub Direktorat
Informasi dan
Evaluasi Spasial;
dan Subbagian Tata
Usaha
1. Sub Direktorat
Mitigasi bencana
lingkungan; 2. Sub Direktorat
Pendayagunaan
Sumber Daya
Kelautan; 3. Sub Direktorat
Penanggulangan
pencemaran
Sumberdaya
pesisir dan
lautan; 4. Sub Direktorat
Rehabilitasi dan
reklamasi; dan 5. Subbagian Tata
Usaha.
1. Sub Direktorat
Identifikasi
Pulau-pulau
Kecil; 2. Sub Direktorat
Sarana dan
Prasarana Pulau-
pulau Kecil; 3. Sub Direktorat
Pengelolaan
Ekosistem Pulau-
pulau Kecil; 4. Sub Direktorat
Investasi dan
promosi pulau-
pulau kecil; dan 5. Subbagian Tata
Usaha..
1. Sub Direktorat
Jejaring, Data
dan Informasi
Konservasi;
2. Sub Direktorat
Konservasi
Kawasan;
3. Sub Direktorat
Konservasi
Jenis Ikan ;
4. Sub Direktorat
Pemanfaatan
Kawasan dan
Jenis Ikan; dan
5. Subbagian
Tata Usaha
1. Balai Pengelolaan
Sumberdaya
Pesisir dan Laut
(BPSPL) Padang,
2. Balai Kawasan
Konservasi Perairan
Nasional (BKKPN)
Kupang,
3. BPSPL Denpasar,
4. BPSPL Pontianak,
5. BPSPL Makassar,
6. Loka Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir
dan Laut (LPSPL)
Sorong,
7. Loka Kawasan
Konservasi Perairan
Nasional (LKKPN)
Pekanbaru, dan
8. Loka Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir
dan Laut (LPSPL)
Serang.
1. Sub Direktorat
Akses
Permodalan;
2. Sub Direktorat
Akses Ilmu
Pengetahuan
dan Teknologi;
3. Sub Direktorat
Sosial Budaya
Masyarakat;
4. Sub Direktorat
Pengembangan
Usaha; dan (v)
Subbagian Tata
Usaha
2
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Selain organisasi di Pusat, Direktorat Jenderal KP3K juga memiliki Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di daerah. Sampai dengan tahun 2009 telah membentuk 8 (Delapan) UPT yaitu:
1. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang;
2. Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang;
3. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar;
4. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak;
5. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar;
6. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong;
7. Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru;
8. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang.
1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Direktorat Jenderal
KP3K), sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara bertahap melakukan upaya
dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil melalui
kegiatan-kegiatan: Pengelolaan dan pengembangan konservasi kawasan dan
jenis, Penataan ruang dan perencanaan pengelolaan wilayah laut, pesisir, dan
pulau-pulau kecil, Pendayagunaan pesisir dan lautan, Pendayagunaan pulau-
pulau kecil, Pemberdayaan masyarakat pesisir dan pengembangan usaha, serta
peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
Direktorat Jenderal KP3K.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kelautan
dan Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
adalah unsur pelaksana yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau
kecil. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Direktorat
Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan dibidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang kelautan, pesisir
dan pulau-pulau kecil;
3
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelautan, pesisir dan
pulau-pulau kecil;
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil.
1.3 Permasalahan Utama Yang Dihadapi
Pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai bagian integral
dari pembangunan kelautan dan perikanan, saat ini mendapat perhatian
dengan skala prioritas yang tinggi dan menjadi bagian dari orientasi kebijakan
perencanaan pembangunan nasional ke depan. Hal ini mengingat di wilayah
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil disamping merupakan tempat sebagian
penduduk (60% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir), juga memiliki
potensi kekayaan sumberdaya alam yang besar karena didukung oleh adanya
sumberdaya hayati dan non-hayati yang bernilai tinggi seperti terumbu karang,
ekosistem mangrove, estuaria, padang lamun, mineral, minyak bumi, harta
karun, dan lain sebagainya. Sumberdaya alam tersebut telah memberikan
kontribusi pendapatan bagi masyarakat terutama dari sektor perikanan,
pertambangan dan jasa-jasa lingkungan kelautan dan sumberdaya kelautan non
konvensional (pariwisata bahari, BMKT, Pasir laut dan lain-lain) dalam
menunjang pembangunan ekonomi bangsa ke depan.
Meskipun dekat dengan sumberdaya pesisir dan laut yang melimpah, namun
masyarakat yang hidup terdekat dengan sumberdaya tersebut, masih jauh dari
unsur kesejahteraan. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari
nelayan, pembudidaya, pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat
pesisir lainnya yang kehidupannya bersumber dari sumberdaya kelautan dan
perikanan, bermukim di 10.666 desa pesisir (BPS, 2008). Sementara itu,
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang secara hayati
sangat produktif. Keadaan paradoks ini terutama disebabkan oleh rendahnya
kualitas SDM, terbatasnya akses terhadap sumber modal, teknologi, informasi
dan pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Para nelayan kecil
sangat rentan terhadap eksternalitas sektor ekonomi seperti penurunan
produktivitas sumberdaya ikan akibat eksploitasi berlebihan atau kerusakan
ekosistem. Perilaku konsumtif dari sebagian nelayan juga mempersulit upaya
pengentasan kemiskinan.
Kemiskinan dan ketertinggalan penduduk pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut
cenderung mendorong peningkatan kerusakan sumberdaya laut, pesisir dan
pulau-pulau kecil guna pemenuhan kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, upaya
pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil perlu dilakukan secara
komprehensif, meliputi pemberdayaan sosial, budaya dan ekonomi, yang
4
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
berbasis kemitraan, berorientasi peningkatan kesejahteraan, holistik, dan
berkelanjutan. Proses pemberdayaan masyarakat hendaknya disusun dalam
bingkai pendekatan yang harmonis dengan memperhatikan sistem nilai dan
kelembagaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat setempat
(kearifan lokal), potensi kemitraan dan unit usaha masyarakat. Upaya
peningkatan partisipasi masyarakat dalam berbagai tahapan pemberdayaan
masyarakat hendaknya menjadi fokus utama sehingga akan menjamin
kesinambungan peningkatan pendapatan masyarakat dan pelestarian
sumberdaya tersebut secara terintegrasi. Permasalahan di atas dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Keberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari nelayan,
pembudidaya, pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat pesisir
lainnya yang kehidupannya bersumber dari sumberdaya kelautan dan
perikanan, berjumlah sekitar 16.420.000 jiwa dan hidup di 10.666 desa pesisir.
Sementara itu, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang
secara hayati sangat produktif. Keadaan paradoks ini terutama disebabkan oleh
rendahnya kualitas SDM, terbatasnya akses terhadap sumber modal, teknologi,
informasi dan pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Para nelayan kecil
sangat rentan terhadap eksternalitas sektor ekonomi seperti penurunan
produktivitas sumberdaya ikan akibat eksploitasi berlebihan atau kerusakan
ekosistem. Perilaku konsumtif dari sebagian nelayan juga mempersulit upaya
pengentasan kemiskinan.
2. Konflik Penggunaan Ruang
Belum adanya pengaturan pemanfaatan dan ketidakpaduan antar kegiatan
berpotensi menjadi sumber terjadinya konflik penggunaan ruang wilayah pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil. Berbagai konflik di lapangan sering terjadi, misalnya
antara kegiatan nelayan tradisional dengan nelayan modern, perikanan budidaya
laut dengan pelayaran, kepentingan konservasi dengan pembangunan
permukiman, dan masih banyak yang lainnya.
Untuk mengurangi dampak dari konflik penggunaan ruang, maka diperlukan
penataan ruang wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang disepakati oleh
para pemangku kepentingan dan diperkuat dengan kerangka hukum. Namun
baik nasional maupun daerah masih belum memiliki rencana tata ruang wilayah.
Hal ini disebabkan tata ruang tersebut masih perlu dipersiapkan baik
menyangkut perencanaan, monitoring dan evaluasi, perangkat peraturan
perundang-undangan, sumber daya manusia, maupun kelembagaannya.
5
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Implikasi lebih lanjut, Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak mempunyai
dasar dalam mengarahkan kegiatan pemanfaatan ruang, baik yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemda, masyarakat maupun swasta. Bagi pelaku investasi,
keberlangsungan usahanya tidak mempunyai kepastian hukum, karena sewaktu-
waktu struktur dan peruntukan ruang dapat dialih fungsikan.
3. Penurunan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Sejak tahun 1990-an, laju kerusakan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil
telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Kerusakan ekosistem pesisir dan
pulau-pulau kecil tersebut berdampak langsung terhadap penurunan kualitas
habitat ikan dan mengurangi produktivitas perikanan untuk berkembang serta
mengurangi fungsi lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil. Penurunan kualitas
lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil antara lain diakibatkan oleh faktor alam,
seperti gempa bumi, tsunami, dampak perubahan iklim (global warming), banjir
rob, gangguan atmosferik (El Nino), dan bencana biologis, seperti munculnya
satwa asing (invasive species). Penurunan kualitas ekosistem pesisir yang lebih
cepat terjadi karena kegiatan manusia yang bersifat destruktif, seperti
pemanfaatan berlebihan, praktek-praktek penangkapan ikan yang destruktif,
penambangan terumbu karang yang merusak, perluasan daratan oleh reklamasi
pantai yang tidak mengindahkan aturan, penebangan hutan bakau, pencemaran
perairan oleh lumpur, penambatan jangkar perahu, pencemaran limbah, dan
tumpahan minyak, dan lain-lain.
4. Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Belum Dimanfaatkan Secara
Optimal
Pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil masih dihadapkan pada berbagai masalah
antara lain letaknya yang menyebar dan terpencil (remote), terbatasnya sarana,
prasarana dan sumberdaya manusia. Di samping itu di dalam pemanfaatannya
perlu memperhatikan daya dukung pulau mengingat sifatnya yang rentan
terhadap perubahan lingkungan. Optimasi pemanfaatan sumber daya pulau-
pulau kecil harus dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan melibatkan
peranserta masyarakat setempat, sehingga dapat mewujudkan pemanfaatan
potensi sumberdaya pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis
masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka pengelolaan kawasan pulau-pulau
kecil sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak.
5. Penanganan Pulau-Pulau kecil di Perbatasan
Kedaulatan negara Republik Indonesia dapat ditunjukkan dengan jelasnya batas -
batas negara baik di darat maupun di laut. Indonesia berbatasan dengan 3 (tiga)
negara lain di darat, dan 10 negara di wilayah laut. Wilayah perbatasan
6
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
merupakan daerah terdepan yang secara langsung berinteraksi dengan negara
lain, sehingga sedikit banyak berpengaruh terhadap perkembangan wilayah
tersebut. Pulau-pulau kecil terluar yang memiliki titik dasar/titik referensi (TD/TR)
sebanyak 92 pulau, maka dibutuhkan suatu kebijakan khusus dalam
pemanfaatan, pengelolaan pulau-pulau tersebut melalui kegiatan perlindungan,
pengawasan dan pemantauan secara terus menerus agar keberadaannya dapat
dipertahankan. Mengingat masih ada beberapa bagian wilayah Indonesia yang
belum disepakati batasnya dengan negara tetangga, maka pulau-pulau terluar
yang bertitik dasar ini penting artinya dalam penentuan garis pangkal yang
digunakan sebagai dasar penarikan garis batas dengan negara tetangga. Dengan
penetapan batas negara yang jelas, maka akan memudahkan kita dalam menjaga
keutuhan NKRI.
6. Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Kawasan Belum
Optimal
Sampai saat ini pengembangan dan pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan
kawasan masih belum optimal. Hal ini disebabkan antara lain:
(i) orientasi pengelolaan kawasan konservasi sumberdaya ikan dan
lingkungannya selama ini lebih banyak dititikberatkan pada manajemen
terestrial dan kurang memperhatikan pengelolaan konservasi di bidang
kelautan yang memiliki karakteristik konektivitas, keterwakilan, resistensi
dan resiliensi;
(ii) pengelolaan kawasan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungnnya selama
ini masih bersifat pencadangan lokasi yang belum banyak kearah
pengelolaan yang efektif;
(iii) terjadinya tumpang tindih pemanfaatan ruang dan benturan kepentingan
antara berbagai pihak khususnya yang menyangkut pemanfaatan kawasan
konservasi laut dan potensinya;
(iv) data dasar potensi sumberdaya ikan masih sangat terbatas;
(v) masih banyak pelanggaran yang terjadi dikawasan konservasi perairan,
seperti penangkapan biota laut dengan menggunakan bahan peledak,
penambangan karang secara liar, pembuangan limbah dari darat maupun
laut serta perdagangan ilegal biota perairan yang dilindungi sebagai akibat
dari penegakan hukum yang belum optimal;
(vi) masih banyaknya pemikiran pemerintah daerah bahwa kegiatan konservasi
tidak mendukung PAD bagi daerah tersebut.
7. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Belum Optimal
Sejauh ini perhatian terhadap sumberdaya kelautan baru, seperti energi kelautan,
jasa-jasa lingkungan seperti pariwisata bahari atau ekowisata, industri
7
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
bioteknologi dan deep sea water masih sangat kurang. Padahal masa depan
perkembangan bangsa ini akan lebih banyak bergantung kepada sumberdaya
kelautan akibat menurunnya daya dukung sumberdaya daratan. Sebagai negara
kepulauan dengan wilayah perairan meliputi 70% dari luas negara, namun
industri maritim dan jasa-jasa kelautannya belum memberikan kontribusi yang
memadai. Terdapat beberapa sumberdaya kelautan yang identifikasi dapat
menjadi produk kelautan yang besar yang akan menjadi unggulan negara kita
karena tidak dimilki oleh negara lain, yaitu Benda berharga asal Muatan Kapal
yang Tenggelam (BMKT), Deep Sea Water dan Garam serta energi pesisir/energi
alternatif.
8. Bencana dan Dampak Perubahan Iklim Global di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Indonesia secara geografis memiliki letak yang menguntungkan karena berada di
jalur pelayaran dan transportasi perdagangan dunia. Namun di balik hal tersebut,
Indonesia terletak di pertemuan lempeng dunia, yang membawa konsekuensi
tidak hanya pada pembentukan topographi Indonesia yang memiliki banyak
gunung berapi sehingga tanahnya subur. Akan tetapi, adanya pertemuan lempeng
tersebut membawa dampak rentannya wilayah Indonesia terhadap bencana
alam, khususnya gempa bumi dan tsunami.
Tidak hanya bencana gempa bumi dan tsunami yang perlu diperhatikan, dampak
perubahan iklim global juga harus masuk ke dalam isu utama dalam program
pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Dampak akibat dari
perubahan iklim global tidak dapat dirasa dalam jangka waktu yang pendek,
namun dalam jangka waktu panjang dan efeknya meluas dan merata di hampir
seluruh wilayah Indonesia. Dampak perubahan iklim global dalam dekade
belakangan ini semakin dirasakan cukup signifikan, seperti adanya perubahan
suhu udara serta curah hujan yang semakin meningkat.
Dampak Perubahan iklim global juga dirasakan di wilayah pesisir, dari adanya
degradasi perubahan lingkungan perairan, memutihnya terumbu karang hingga
naiknya paras muka air laut, mempengaruhi perekonomian masyarakat pesisir.
Tidak hanya itu, naiknya paras muka air laut dapat berakibat tenggelamnya pulau-
pulau kecil, lebih jauh lagi dapat berpengaruh terhadap kedaulatan wilayah
negara Indonesia, bila pulau kecil yang tenggela tersebut merupakan titik pangkal
batas wilayah negara.
9. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
Garam sebagai kebutuhan strategis bagi manusia, bukan hanya sebagai penyedap
makanan tetapi garam sangat dibutuhkan bagi berbagai kebutuhan. Bahkan
8
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
sangat pentingnya garam dalam hidup manusia, muncul istilah “bagai sayur tanpa
garam”. Sungguh ironis bangsa yang memiliki potensi garam, dengan luas laut 2/3
nya dengan panjang garis pantai 104.000 km, masih melakukan importasi
garam.
Sebelum adanya kegiatan PUGAR tahun 2011, nasib industri garam rakyat di
Indonesia masih memprihatinkan, tidak seperti industri-industri lainnya seperti
gula, terigu, atau beras yang memperoleh bantuan dan perhatian pemerintah.
Garam bahkan tidak pernah dikelompokkan ke dalam komoditas strategis kendati
kebutuhan nasional sangat besar dan keberadaannya sangat vital dalam
mencukupi kebutuhan konsumsi maupun bahan baku industri.
Suatu permasalahan yang memprihatinkan bukan pada saat petambak harus
bekerja di ladang garam di tengah terik sinar matahari yang menyengat.
Permasalahan justru terjadi ketika musim panen tiba: harga garam ‘terjun bebas’.
Pada musim penghujan, harga garam Kualitas 1 bisa mencapai Rp 700,- per
kilogram, sedangkan pada musim panen bisa turun mencapai Rp 250,- per
kilogram. Depresiasi harga ini adalah persoalan klasik, yaitu terjadinya
peningkatan supply yang sangat tajam, sementara demand terhadap garam
konsumsi dalam kondisi stagnan.
Memang tidak dipungkiri bahwa tingkat produktivitas lahan pergaraman di
Indonesia cukup rendah, rata-rata 60-70 ton/ha/tahun, bila dibandingkan dengan
Australia atau India yang dapat mencapai produktivitas diatas 200 ton/ha/tahun.
Kualitas garam yang dihasilkan umumnya juga masih rendah, yang mayoritas
Kualitas Produksi 2 (KP2) dengan kualitas NaCl 80-90%. Kondisi inilah yang harus
diupayakan pemerintah memperbaiki kondisi pergaraman di Indonesia.
1.4. Sistematika Penyajian
Penyusunan Laporan Kinerja Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2014
merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi suatu unit
organisasi yang transparan,dan sebagai alat kendali serta pemacu peningkatan
kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil selam kurun waktu 1 tahun yaitu pada Tahun 2014.
Adapun kaitan dari sistematika penyajian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal
KP3K Tahun 2014 sebagai berikut:
1. Ringkasan Eksekutif
Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana
strategis serta sejauh mana instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran
utama tersebut serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya.
Disebutkan juga langkah-langkah atau upaya apa yang telah dilakukan untuk
9
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala
yang mungkin akan terjadi pada tahun mendatang.
2. Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini disajikan informasi umum tentang Laporan Kinerja yang menjadi
tanggung jawab sebuah instansi pemerintah, penjelasan secara umu suatu
organisasi serta bagan organisasi dan informasi tentang alur capaian kinerja yang
meliputi dari perencanaan, pengukuran kinerja, pelaporan, evaluasi kinerja dan
capaian kinerja selama kurun waktu 1 tahun.
3. Bab II Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja
Pada bagian ini disajikan gambaran singkat mengenai visi, misi dan rencana hasil
yang akan dicapai (tujuan dan sasaran strategis, indikator kinerja dan targetnya)
dalam Rencana Jangka Menengah (RPJM/Renstra), Rencana Kinerja Tahunan
(RKT/Renja) dan Penetapan Kinerja (PK)
4. Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pada bab ini disajikan secara singkat capaian kinerja organisasi untuk setiap sasaran
dan indikator kinerja organisasi berdasarkan dokumen Penetapan Kinerja (PK)
Direktorat Jenderal KP3K sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, yang
terdiri dari:
A. Capaian Kinerja organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran. Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
5. Bab IV Penutup
Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan secara umum tentang
keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran strategis, permasalahan dan kendala
utama yang berkaitan dengan pencapaian sasaran strategis serta strategi
pemecahan masalah.
6. Lampiran
Isi dari pada lampiran merupakan kumpulan dari Penetapan Kinerja, Pengukuran
Kinerja yang telah di tandatangani oleh Direktur Jenderal KP3K dan Menteri
Kelautan dan Perikanan serta Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal dengan
para Direktur lingkup Direktorat Jenderal KP3K.
10
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis 2010 - 2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(Direktorat Jenderal KP3K) Tahun 2010-2014 disusun untuk mendukung visi dan
misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yaitu Visi: Indonesia penghasil
produk kelautan dan perikanan terbesar Tahun 2015, dan Misi:
Mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan. Selain itu, arah
kebijakan Direktorat Jenderal KP3K juga merespon salah satu arah
Pembangunan Jangka Panjang 20 tahun (UU No 17/2007), yaitu mewujudkan
Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014. Dalam dokumen Renstra Direktorat Jenderal KP3K Tahun
2010 – 2014, termuat garis besar visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis yang
akan dicapai organisasi. Adapun visi dan misi Direktorat Jenderal KP3K Tahun
2010 – 2014 adalah sebagai berikut:
2.2 Visi
Visi merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan Direktorat
Jenderal KP3K. Visi harus bersifat praktis, realistis untuk dicapai, dan
memberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat bagi pegawai
KP3K untuk mewujudkannya. Visi Direktorat Jenderal KP3K adalah:
“Sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil tertata, aman, bersih,
produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan”
Visi tersebut mengandung pengertian yang mendalam dan menunjukkan tekad
kuat dari Direktorat Jenderal KP3K untuk dapat mengelola sumberdaya laut,
pesisir dan pulau-pulau kecil guna mensejahterakan masyarakat.
2.3 Misi
Misi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Sesuai dengan bidang
tugas dan kewenangan Direktorat Jenderal KP3K, misi Direktorat Jenderal KP3K
adalah:
“Meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir dan
pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat”
11
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
2.4 Tujuan
Tujuan pelaksananaan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil
adalah:
1. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan hayati
dan non-hayati;
2. Meningkatkan kualitas ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
secara berkelanjutan.
Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal KP3K
berpedoman pada 5 (lima) pilar pembangunan KP3K yang saling sinergis, saling
mendukung dan melengkapi satu sama lainnya, dan 3 (tiga) landasan kebijakan.
Gambar 3. Lima Pilar Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil
Mengacu visi, misi dan tujuannya, Direktorat Jenderal KP3K menjalankan
program Pengelolaan Sumberdaya Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang
bertujuan untuk mewujudkan tertatanya dan pemanfaatan wilayah laut, pesisir
dan pulau-pulau kecil secara lestari.
Dari program tersebut, sasaran strategis yang ingin dicapai Direktorat Jenderal
KP3K adalah meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan,
pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan
masyarakat.
Dalam Indikator Kinerja Direktorat Jenderal KP3K di atas, terdapat 3 (tiga)
Indikator Kinerja Utama Kementerian Kelautan dan Perikanan (IKU-KKP) yang
menjadi tanggung jawab dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat
Jenderal KP3K dalam pencapaian sasarannya, yaitu luas kawasan konservasi laut
Konservasi
yang efektif
dan
mendorong
pemanfaatan
sumberdaya
pesisir dan
kelautan
secara
Pengelolaan
Pesisir yang
mampu
mengantisipasi
Tekanan alam
maupun
manusia secara
efektif
Pulau-pulau
kecil yang
produktif dan
menjadi
perisai
ketahanan
negara
Pemberdayaan
Masyarakat
yang mendorong
kemandirian dan
peningkatan
produktifitas
Penataan
Ruang yang
mengharmonis
kan kebutuhan
pemanfaatan
wilayah secara
efektif, adil,
dan transparan
12
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
dan perairan, jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
dikelola dan Jumlah produksi garam rakyat.
Secara lengkap, target kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 – 2014
sebagai berikut:
Tabel 1. Target Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 - 2014
INDIKATOR KINERJA KELUARAN (TARGET) / TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014
SASARAN : Meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan
mensejahterakan masyarakat Jumlah lokasi laut, pesisir
dan pulau-pulau kecil
yang memiliki
perencanaan
pengelolaan
35
lokasi
45
lokasi
50
lokasi
60
lokasi
60
lokasi
Jumlah kawasan pesisir
yang terfasillitasi
ketahanannya terhadap
ancaman kerusakan
10
kawasan
10
kawasan
16
kawasan
17
kawasan
18
kawasan
Jumlah ragam produk
kelautan yang
terfasilitasi
pengembangannya
2
kapal
1
kapal
2
produk
3
produk
3
produk
Luas kawasan konservasi
perairan yang dikelola
secara berkelanjutan
900.000
ha
2.542.300
ha
3.225.100
ha
3.647.500
ha
4.500.000
ha
Jumlah pulau-pulau kecil
termasuk pulau kecil
terluar yang dikelola
20
pulau
30
pulau
60
pulau
60
pulau
30
pulau
Jumlah pelaku usaha
mikro yang mandiri serta
jumlah usaha mikro di
kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil
3.380
kelompok
5.690
kelompok
6.027
kelompok
4.108
orang
7.097
kelompok
5.608
orang
11.140
kelompok
7.108
orang
25 unit 68 unit 110 unit 150 unit 190 unit
Jumlah produksi garam
rakyat
50.000
ton
220.000
ton
1.320.000
ton
500.000
ton
3.300.000
ton Sumber data: Bagian Monevpel, Sekretariat Ditjen KP3K
13
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
2.5 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014
Mulai tahun 2013, sesuai dengan dinamika organisasi yang berkembang ada
upaya perbaikan pengelolaan kinerja organisasi pada Kementerian Kelautan dan
Perikanan, yaitu berupa penggunaan metode Balanced ScoreCard (BSC).
Sehubungan dengan hal tersebut, penetapan kinerja 2013 dan 2014
menggunakan penekanan pada empat perspektif yang saling berimbang dan di
“cascading” (diturunkan) sampai level staf/individu (pegawai). Dengan
metode/pendekatan dan strategi BSC dilakukan restrukturisasi SAKIP
Kementerian Kelautan Perikanan dimulai dari level Renstra Kementerian sampai
dengan level monitoring dan pengukuran kinerja. Rencana Kinerja merupakan
penjabaran dari arah dan kebijakan pimpinan untuk pelaksanaan kegiatan
Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 yang tertuang dalam dokumen Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) 2014. Dokumen RKT 2014 tersebut kemudian
diimplementasikan dalam Penetapan Kinerja (TAPJA) Tahun 2014. Pada periode
Triwulan III Tahun 2014, sesuai dengan kebijakan pemerintahan Kabinet Kerja
Presiden RI Joko Widodo, anggaran Ditjen KP3K mengalami pemotongan dari
Rp. 710.635.308.000,- menjadi Rp. 613.114.106.000,- atau sebear 14%.
Sehubungan dengan hal tersebut, penetapan kinerja 2014 mengalami
perubahan dan penyesuaian atau revisi.
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective)
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
AWAL TARGET REVISI
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan
1.
Rata-rata pendapatan petambak garam rakyat perKK/bulan (per musim) (Rp.)
2.000.000 2.000.000
2. Pertumbuhan PDB Perikanan (%)*
7,25 7
*)mengikuti target KKP
Perspektif Masyarakat Kelautan dan Perikanan (Costumer Perspective)
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
AWAL TARGET REVISI
CUSTOMER PERSPECTIVE
2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah
3. Jumlah produksi garam rakyat (jt ton)
3,3 2,5
4.
Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)
3 2
5. Jumlah BMKT yang dikelola 3 2
3. Meningkatnya kemandirian
6. Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan
3.210/ 7,108
3.340/ 7.760
14
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
AWAL TARGET REVISI
masyarakat KP3K
pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)
7.
Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)
123 115
8.
Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)
3.500 3.500
4. Meningkatnya pengelolaan SDKP yang berkelanjutan
9.
Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secaraberkelanjutan (jenis)
15 15
10. Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)
30 20
11.
Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha)
4,5 4,5
12. Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)
27 26
5. Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang KP
13.
Jumlah tenaga kerja baru di bidang pergaraman pada PUGAR (orang)
14.244 8.000
Perspektif Internal (Internal Process Perspective)
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
AWAL TARGET REVISI
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
6. Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam
14.
Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam (rekomendasi)
5 3
7. Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan
15. Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (kebijakan)
20 20
16. Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (draft)
3 3
8. Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara
17.
Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)
120 110
15
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
AWAL TARGET REVISI
terpadu dan berkelanjutan
18. Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan (lokasi)
65 60
19. Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan (Ha)
300.000 300.000
20. Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama (pulau)
9 9
9. Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu
21.
Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi (%)
40%:60% 40%:60%
10. Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan
22. Luasantambak garam yang dikelola (Ha)
26.975 26.975
23.
Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar (%)
30 30
11. Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
24.
Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K
1 1
25. Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi
2 2
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
AWAL TARGET REVISI
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
12. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional
26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV, dan V KKP (%)
50 50
27.
Service Level Agreement DJKP3K (%)
75 75
13. Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses
28.
Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert 1-5)DJKP3K
4,25 4,25
29.
Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang ditindaklanjuti dibanding totalrekomendasi DJKP3K (%)
100 100
14. Terwujudnya good 30. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Nilai AKIP Nilai AKIP
16
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
AWAL TARGET REVISI
governance & clean government di bidang KP3K
Kinerja DJKP3K A A
31. Nilai Integritas DJKP3K 6,75 6,75
32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K 7,75 7,75
33. Nilai Penerapan RB DJKP3K
80 80
34.
Persentase penyerapan DIPA DJKP3K (%)
>95% >95%
17
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K
Sumber data : Bagian Program KP3K
Gambar 4. PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K
18
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Pengukuran capaian kinerja Ditjen KP3K tahun 2014 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target (rencana) dan realisasi indikator kinerja utama (Key
Perfomance Indicator, disingkat KPI) pada masing-masing perspektif. Pencatatan dan
pengukuran kinerja dilakukan dengan bantuan perangkat lunak berbasis Balanced
Score Card (BSC) dari Kementerian Kelautan Perikanan, yaitu pada
http://kinerjaku.com/kkp. (Seperti telah diuraikan pada Executive Sumary)
Secara rinci, capaian masing-masing sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU)
Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja KP3K Tahun 2014
No IKU
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan
1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah)
2.000.000 2.900000 145
2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,48 92,57
Sasaran Strategis 2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah
3 Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) 2,5 2,5 100,11
4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)
2 2 100
5 Jumlah BMKT yang dikelola 2 2 100
Sasaran Strategis 3 Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K
6 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)
3.340 3.542 106,05
7.760 8.903 114,73
7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)
115 128 111,30
8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)
3500 4011 165,60
Sasaran Strategis 4 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan
9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis)
15 15 100
10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)
20 30 150
19
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No IKU
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
11 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha)
4,5 7,8 173,33
12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)
26 26 100
Sasaran Strategis 5 Meluasnya Kesiapan Masyarakat Untuk Usaha Dan Kesempatan Kerja Di Bidang KP
13 Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR
8.000 15.876 198,45
Sasaran Strategis 6 Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam
14 Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam
3 3 100
Sasaran Strategis 7 Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan
15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)
20 22 110
16 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang (dokumen) KP3K
3 3 100
Sasaran Strategis 8 Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan 17 Jumlah luasan kawasan di wilayah
pesisir rusak yang direhabilitasi (ha) 110 135,03 122,75
18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan (lokasi)
60 60 100
19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan (ha)
300.000 875.492 291,83
20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama (pulau)
9 12 133,33
Sasaran Strategis 9 Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu
21 Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi
40% 31,04% 77,60
Sasaran Strategis 10 Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan
22 Luasan tambak garam yang dikelola (Ha)
26.975 27.897 103,42
23 Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi
30% 30,57% 101,90
20
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No IKU
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
dibanding total lahan pugar (%)
Sasaran Strategis 11 Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
24 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K
1 1 100,00
25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi 2 2 100,00
Sasaran Strategis 12 Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan professional
26 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K
50 13,73 364.17
27 Service Level Agreement DJKP3K 75 93,13 124,17
Sasaran Strategis 13 Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses
28 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K (skala likert 1-5)
4,25 4,89 115,06
29 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di DJKP3K (%)
100 92,66 92,66
Sasaran Strategis 14 Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K
30 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja DJKP3K
Nilai AKIP A
80,59 (A) 100,00
31 Nilai Integritas DJKP3K 6,75 7,46 110,52
32 Nilai Inisiatif anti korupsi di DJKP3K 7,75 7,9 101,94
33 Nilai Penerapan RB di DJKP3K 80 84,23 105,29
Sasaran Strategis 15 Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal
34 Persentase penyerapan DIPA di DJKP3K (%)
95% 92,97% 97,69
SS.1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan
Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Kelautan dan Perikanan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 2 (dua) Indikator kinerja,
yaitu Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah) dan Pertumbuhan
PDB Perikanan %. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator
kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada
tabel berikut:
21
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan
No Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir
Capaian (%)
1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah)
2.000.000 2.900.000 145
2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,9 98,57
Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
IK 1. Rata-Rata Pendapatan Petambak Garam
Tabel 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Rata-rata pendapatan petambak garam
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir
Capaian (%)
1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah)
2.000.000 2.900.000* 120
*Angka dibulatkan
Rata-rata Pendapatan Petambak Garam per-Kepala Keluarga/bulan dihitung dari
jumlah pendapatan petambak garam penerima Program Pemberdayaan Usaha Garam
Rakyat (PUGAR) atau biasa disebut Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) per-Kepala
Keluarga selama musim panen dibagi lama bulan produksi.
Dari laporan 43 Kabupaten/Kota penerima PUGAR 2014, diketahui bahwa lama masa produksi rata – rata secara nasional sekitar 5 bulan, termasuk masa persiapan, masa evaporasi dan pemanenan, dan pemulihan lahan. Daerah–daerah tertentu yang menggunakan sistem perebusan memiliki masa produksi yang lebih variatif dan lama, misalnya Aceh Utara yang mulai memproses sejak pertengahan Januari hingga Desember 2014. Perhitungan pendapatan menggunakan beberapa variabel, yakni:
Luas lahan PUGAR;
Produksi Nasional;
Produktifitas PUGAR per hektar per musim;
Penjualan garam (estimasi nilai produksi);
dan lama bulan dalam satu kali periode produksi (musim).
Harga garam bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya, dan setelah
pengolahan data diketahui bahwa per hektar lahan mampu menghasilkan pendapatan
secara rata-rata sebesar Rp. 2.900.000,-. Dengan luasan lahan 27.897,30 Ha dan jumlah
total petambak sebanyak 58.007 orang.
Hasil perhitungan pendapatan rata-rata petambak garam secara nasional diperoleh
sebesar Rp. 2.900.000,-. per bulan selama musim panen. Dari nilai rerata nasional,
terdapat peningkatan pendapatan petambak garam, walaupun ada beberapa daerah
22
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
yang mengalami penurunan bila dibandingkan pendapatan sebelumnya. Tingkat
pendapatan sangat dipengaruhi oleh lamanya masa produksi dan harga jual garam.
Pada tahun 2014 lama masa produksi garam lebih baik dibanding pada tahun 2013.
Sementara pada tahun 2013 terjadi anomali cuaca, lama masa produksi rata-rata
selama hanya 1,5 bulan.
Program atau kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja ini
adalah produksi garam dan harga jual garam per kilonya. Jumlah produksi sangat
dipengaruhi oleh lama musim kemarau atau musim kering, khususnya di wilayah yang
menggunakan metode tambak sebagai metoda produksi. Sementara harga jual
dipengaruhi oleh kualitas garam dan suplai garam pada saat yang bersamaan. Secara
teori maka harga berbanding lurus dengan kualitas garam, maka terlihat seperti di
daerah-daerah (Aceh, Karangasem, dan Lombok Barat) yang kualitas garamnya tinggi
mempunyai harga yang tinggi pula. Pada umumnya harga tinggi di lokasi-lokasi metode
perebusan yang menghasilkan garam halus. Akan tetapi adapula terjadi di daerah-
daerah tertentu yang menggunakan metode tambak dengan system TUF dan
Geomembran, dimana sebaik apapun kualitas garam, tidak berpengaruh secara
signifikan kepada harga, hal ini karena tengkulak masih beroperasi di daerah tersebut.
Di daerah tertentu, seperti Madura dan Pantai Utara Jawa, peran tengkulak sangat
penting dalam penentuan harga beli.
Upaya perbaikan yang dilakukan Ditjen KP3K adalah dengan pengembangan teknologi
TUF dan Geomembran, serta memperbaiki tata niaga garam sehingga harga di tingkat
petambak berbanding lurus dengan kualitas garam. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa
pedapatan meningkat setiap tahun, pendapatan rata-rata petambak garam meningkat
dari tahun 2012 Sebesar 2,3 juta rupiah, menjadi 2,8 juta rupiah di tahun 2013, dan
naik kembali menjadi 2,9 juta rupiah di tahun 2014.
Hal-hal yang mempengaruhi kinerja ini adalah;
1. Harga garam yang masih naik turun di pasaran sangat mempengaruhi pendapatan
petani garam, masalah yang utama adalah belum adanya penetapan harga garam di
pasar oleh pemerintah. Dalam hal ini adalah kewenangan Kementerian
Perdagangan.
2. Disamping itu pengenalan kepada petani garam pada teknologi produksi garam
seperti teknologi ulir filter, geomembran, dan proses pasca produksi seperti
pengolahan pemutihan dan penghalusan garam, mendorong petani untuk
menghasilkan garam dengan kualitas yang lebih baik, sehingga dapat menaikkan
harga jual garam.
23
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 5. Data Produksi Garam
NO KAB/KOTA
JUMLAH PETAMBAK GARAM (Orang)
HARGA (Rp/Kg)
JML PRODUKSI (Kg)
PENDAPATAN PER-MUSIM (Rp)
MASA PRODUKSI (Bulan)*
PENDAPATAN PER-BULAN
(Rp)
1 Aceh Utara 267 3.250 2.970.000 36.151.685 8,0 4.518.960,7
2 Aceh Timur 247 3.250 661.170 8.699.605 6,0 1.449.934,2
3 Aceh Besar 262 4.000 442.480 6.755.420 6,0 1.125.903,3
4 Pidie 235 2.650 4.020.250 45.334.734 8,0 5.666.841,8
5 Cirebon 7.897 500 314.480.000 19.911.359 5,0 3.982.271,7
6 Indramayu 3.820 500 311.187.400 40.731.335 5,0 8.146.267,0
7 Karawang 217 400 3.735.780 6.886.230 5,0 1.377.246,1
8 Brebes 766 400 25.461.300 13.295.718 4,5 2.954.604,0
9 Jepara 582 339 72.871.700 42.445.887 5,0 8.489.177,4
10 Demak 1.339 440 105.587.000 34.696.251 5,0 6.939.250,2
11 Rembang 4.210 465 141.943.130 15.677.804 4,0 3.919.451,0
12 Pati 6.781 500 287.997.000 21.235.585 5,0 4.247.116,9
13 Tuban 396 500 24.952.380 31.505.530 5,0 6.301.106,1
14 Lamongan 295 350 32.810.000 38.927.119 5,0 7.785.423,7
15 Pasuruan 221 350 16.086.950 25.477.070 4,0 6.369.267,5
16 Gresik 97 425 8.664.750 37.964.111 5,0 7.592.822,2
17 Probolinggo 538 488 25.148.820 22.788.197 4,0 5.697.049,1
18 Kota Surabaya 824 375 156.220.760 71.095.613 5,0 14.219.122,6
19 Pamekasan 3.027 413 89.282.500 12.166.842 5,0 2.433.368,4
20 Sampang 3.013 287 256.540.100 24.436.445 5,0 4.887.289,0
21 Sumenep 9.313 396 292.051.540 12.418.384 5,0 2.483.676,8
22 Kota Pasuruan 121 550 10.760.000 48.909.091 4,5 10.868.686,9
23 Bangkalan 223 475 8.641.620 18.407.038 4,0 4.601.759,5
24 Karangasem 338 3.250 1.430.510 13.754.904 6,0 2.292.484,0
25 Buleleng 200 708 6.243.600 22.086.735 5,0 4.417.347,0
26 Bima 3.064 250 156.339.000 12.756.119 5,0 2.551.223,9
27 Sumbawa 228 780 4.559.000 15.596.579 4,0 3.899.144,7
28 Kota Bima 298 315 3.016.400 3.188.477 5,0 637.695,3
29 Lombok Timur 1.237 1.025 22.881.100 18.959.683 5,0 3.791.936,5
30 Lombok Barat 608 1.750 9.313.230 26.806.172 8,0 3.350.771,5
31 Lombok Tengah 196 830 2.101.440 8.898.955 4,0 2.224.738,8
32 Nagekeo 775 900 1.865.730 2.166.654 4,0 541.663,5
33 Ende 333 1.000 720.400 2.163.363 5,0 432.672,7
34 TTU 358 875 260.450 636.575 5,0 127.314,9
35 Kupang 172 500 3.146.450 9.146.657 5,0 1.829.331,4
36 Alor 170 3.000 261.100 4.607.647 5,0 921.529,4
37 Sumba Timur 604 650 622.380 669.780 5,0 133.956,0
38 Manggarai 115 450 329.200 1.288.174 5,0 257.634,8
24
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
NO KAB/KOTA
JUMLAH PETAMBAK GARAM (Orang)
HARGA (Rp/Kg)
JML PRODUKSI (Kg)
PENDAPATAN PER-MUSIM (Rp)
MASA PRODUKSI (Bulan)*
PENDAPATAN PER-BULAN
(Rp)
39 Kota Palu 160 1.000 1.123.580 7.022.375 8,0 877.796,9
40 Jeneponto 2.988 400 24.547.950 3.286.205 4,0 821.551,2
41 Pangkep 1.218 600 54.893.990 27.041.374 4,0 6.760.343,6
42 Takalar 159 300 15.957.050 30.107.642 4,0 7.526.910,4
43 Selayar 95 1.000 762.000 8.021.053 4,0 2.005.263,2
Total 58.007 951 2.502.891.190 19.863.306 5,1 3.987.393,2
Rata-rata Pendapatan Akhir (0,75**x Rp. 3.987.393,2) 2.990.544,9
Keterangan :
1. *) Masa produksi dihitung dari rata-rata masa persiapan lahan dan masa panen selama
Tahun 2014
2. **)Faktor pengali 0,75 diperoleh dari perhitungan rata-rata luas lahan yang dimiki setiap
petambak garam, yaitu 0,75 Ha per petambak
3. Rata-rata untuk persiapan lahan dan masa panen 2014 adalah 5 bulan (2 bulan persiapan
dan 3 bulan masa produksi/panen) sehingga didapat pendapatan rata-rata sebesar Rp.
3.917.991,63 (didapatkan dari pendapatan total dibagi jumlah bulan Rp. 19.863.306,- / 5)
4. Kepemilikan Luas Lahan Rata-rata masing-masing petambak adalah 0,75 Ha sehingga
pendapatan rata-rata petambak dengan luas lahan 0,75 Ha perbulan adalah
Rp.2.938.493,72 ( didapatkan dari pendapatan rata-rata per lama produksi dikali 0,75 atau
Rp. 3.917.991,63 x 0,75)
5. Angka Rp.2.938.493,72 dibulatkan menjadi Rp. 2.900.000,- (dua juta sembilan ratus
rupiah)
Tabel 6. Data Perbandingan Rerata Pendapatan Petambak Garam
No Kabupaten/Kota Pendapatan Rerata (Rp)
2012 2013 2014
Pendapatan 2.330.530,00 2.819.540 2.900.000
Masa Produksi 5 bulan 1,5 bulan 5 bulan
Harga rata-rat/kg 651,- 500-1000/kg Rp. 951,-
Sumber data: Tim Pokja PUGAR Dit PMPPU
25
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Pendapatan Petambak Garam
IK 2. Pertumbuhan PDB Perikanan
Tabel 7. Target dan Realisasi Indikator Pertumbuhan PDB Perikanan
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 7 100
Sumber data : Sekjen KKP , Pusdatin
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan adalah
meningkatnya nilai PDB Perikanan. Pertumbuhan PDB Perikanan dari tahun ke tahun
selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan sumberdaya
perikanan sebagai andalan dalam perekonomian nasional. Indikator ini merupakan
salah satu dukungan Direktorat Jenderal KP3K terhadap indikator kinerja utama
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam hal ini, Ditjen KP3K tidak terkait langsung
dengan indikator pertumbuhan PDB Perikanan karena sifat tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal KP3K yang lebih ke arah fungsi lingkungan hidup, penataan ruang,
pemberdayaan masyarakat pesisir dan ketahanan terhadap bencana dan perubahan
iklim. PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa
perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu (per tahun). Adapun angka
persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh dengan membandingkan nilai PDB
Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2014 dibandingkan dengan nilai PDB
Perikanan tahun 2014. Capaian Pertumbuhan PDB Perikanan adalah 6,9 % dari target
tahun 2014 sebesar 7 %, jadi capaiannya adalah 98,57%
Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu
dan beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan PDB perikanan tahun 2013 ditargetkan
mencapai 7%. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDB
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
2012 2013 2014
Target
Realisasi
26
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
perikanan berdasarkan harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu setahun terakhir
meningkat sebesar 6,86 %, yakni Rp. 57.702,6 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.
61.661,2 miliar pada tahun 2013, atau tercapai 98,00% dari target yang telah
ditetapkan. Sama halnya dengan pertumbuhan pada periode tahun 2013 dengan tahun
sebelumnya, selama kurun waktu 2009-2013, pertumbuhan PDB perikanan meningkat
rata-rata sebesar 14,83% per tahun dan merupakan rata-rata tertinggi dalam kelompok
pertanian secara umum. Dalam dua tahun terakhir PDB perikanan tumbuh di atas rata-
rata nasional dan dalam 4 tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi
dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan
memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok
pertanian secara umum, maupun pada PDB Nasional.
Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Apabila
pencapaian indikator kinerja pertumbuhan PDB perikanan sebesar 6,86% di tahun 2013
ini dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana tercantum pada
Renstra 2010-2014, maka pencapaian pada indikator kinerja ini telah mencapai 94,63 %
dibandingkan dengan target sampai dengan tahun 2014 sebesar 7 %.
Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja. Pencapaian Sasaran Strategis 1, yaitu meningkatnya
kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh
kegiatan antara lain:
1) Pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan;
2) Pengembangan usaha pasca panen nonkonsumsi hasil kelautan dan perikanan;
3) Peningkatan serapan pasar domestik hasil perikanan;
4) Peningkatan dan perluasan akses pasar ekspor hasil kelautan dan perikanan;
5) Peningkatan investasi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; dan
6) Pengembangan uji terap ragam produk dan alat pasca panen dan pemasaran hasil
kelautan dan perikanan.
Dengan melihat faktor pendukung 1 sampai 6 di atas, maka terlihat bahwa Ditjen KP3K
tidak terkait langsung dengan indikator kinerja Pertumbuhan PDB Perikanan ini.
SS.2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah
Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk
Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam
3 (tiga) Indikator kinerja, yaitu Jumlah produksi garam rakyat (jt ton), Jumlah ragam
produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk) dan
Jumlah BMKT yang dikelola. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan
27
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 8. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah
No IKU
Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir
Capaian (%)
3 Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) 2,5 2,502891 100,12
4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)
2 2 100
5 Jumlah BMKT yang dikelola 2 2 100
Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
IK 3. Jumlah Produksi Garam Rakyat (Juta Ton)
Indikator Jumlah Produksi Garam Rakyat Yang Dihasilkan dihitung dari jumlah produksi
garam yang dihasilkan Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) yang menerima
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
(PUGAR) Tahun 2014.
Target awal jumlah produksi garam rakyat yang dihasilkan berdasarkan Dokumen
Penetapan Kinerja Tahun 2014 adalah sebesar 3,3 juta ton. Namun, dikarenakan
adanya pemotongan anggaran maka target juga dikoreksi menjadi 2,5 juta ton. Hingga
akhir masa tanam 2014 mampu berproduksi sebesar 2,5 juta ton (tercapai 100% dari
target).
Tabel 9. Produksi Garam Rakyat
No IKU
Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir
Capaian (%)
3 Produksi Olahan (juta ton) 2,5 2,5 100
distribusi Jumlah produksi garam rakyat di setiap provinsi terlihat bervariasi daerah
dengan tingkat produksi cukup tinggi di atas 200.000 ton diantaranya Cirebon,
Indramayu, Pati, Sampang, dan Sumenep. Hasil pemetaan ini menunjukan sentra
produksi garam rakyat di Jawa-Madura, sedangkan luas lahannya sudah semakin
sempit.
28
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 10. Per provinsi jumlah produksi garam rakyat di tahun 2014 No. KAB./
KOTA Produksi
(Ton) No. KAB./
KOTA Produksi
(Ton)
1 Aceh Utara 2,970.00 23 Bangkalan 8,641.62
2 Aceh Timur 661.17 24 Karangasem 1,430.51
3 Aceh Besar 442.48 25 Buleleng 6,243.60
4 Pidie 4,020.25 26 Bima 156,339.00
5 Cirebon 314,480.00 27 Sumbawa 4,559.00
6 Indramayu 311,187.40 28 Kota Bima 3,016.40
7 Karawang 3,735.78 29 Lombok Timur 22,881.10
8 Brebes 25,461.30 30 Lombok Barat 9,313.23
9 Jepara 72,871.70 31 Lombok Tengah 2,101.44
10 Demak 105,587.00 32 Nagekeo 1,865.73
11 Rembang 141,943.13 33 Ende 720.40
12 Pati 287,997.00 34 TTU 260.45
13 Tuban 24,952.38 35 Kupang 3,146.45
14 Lamongan 32,810.00 36 Alor 261.10
15 Pasuruan 16,086.95 37 Sumba Timur 622.38
16 Gresik 8,664.75 38 Manggarai 329.20
17 Probolinggo 25,148.82 39 Kota Palu 1,123.58
18 Kota Surabaya 156,220.76 40 Jeneponto 24,547.95
19 Pamekasan 89,282.50 41 Pangkep 54,893.99
20 Sampang 256,540.10 42 Takalar 15,957.05
21 Sumenep 292,051.54 43 Selayar 762.00
22 Kota Pasuruan 10,760.00 Total 2,502,891
Perbandingan antara realisasi kinerja beberapa tahun terakhir atau seperti tabel
berikut.
Tabel 11. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir atau dengan renstra jangka menengah
Jumlah produksi garam rakyat (jt ton)
Target 2011
Realisasi 2011
Target 2012
Realisasi 2012
Target 2013
Realisasi Akhir 2013
Target 2014 Realisasi Akhir 2014
0,349 0,856 1,326 2,020 0,545 1,041 2,5 2,5
29
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Gambar 6. Grafik Perbandingan Produksi Garam
Tabel di atas menggambarkan target dan realisasi mulai tahun 2011 hingga tahun 2014,
dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 selalu terjadi kenaikan target, dan pencapaian
produksi garam selalu dapat memenuhi target tersebut. Seiring dengan berjalannya
program PUGAR, keberhasilan PUGAR dapat dilihat dari capaian produksi pada awal
pelaksanaan PUGAR tahun 2011 dengan produksi sebesar 856.356 Ton dari target
sebesar 349.200 ton. Capaian produksi PUGAR tahun 2012 adalah sebesar 2.020.109,70
ton dari yang ditargetkan 1.326.000 ton. Dengan produksi PUGAR 2012 tersebut,
peningkatan produktivitas yang tadinya rata-rata hanya menghasilkan sekitar 60 ton
per hektar menjadi 80-100 ton per hektar. Pada tahun 2012, dengan estimasi
kebutuhan garam konsumsi nasional sebesar 1.440.000 ton/tahun telah terjadi surplus
garam konsumsi, karena produksi tahun 2012 sebesar 1.538.616 ton. Dengan demikian,
melalui dukungan PUGAR, Indonesia telah berhasil memenuhi terget swasembada
garam konsumsi dimana PUGAR telah menyumbang produksi sebesar 2 juta ton.
Dengan keberhasilan ini, Pemerintah pada tahun 2012, telah menyatakan bahwa
bangsa ini telah mencapai Swasembada Garam Konsumsi, dan Impor Garam Konsumsi
dinyatakan distop.
Kenaikan atau penurunan produksi garam sangat dipengaruhi cuaca. Cuaca adalah
faktor utama yang mempengaruhi besar tidaknya produksi garam rakyat, karena
sebagian besar daerah-daerah penghasil garam bergantung pada musim kemarau
sebagai musim produksi garam, apabila dalam setahun, musim kemarau pendek seperti
tahun 2013, maka produksi garam akan menurun.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
2011 2012 2013 2014
Target
Realisasi
30
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Hal-hal yang sangat mendukung capaian produksi garam adalah PUGAR. Disamping
dana BLM yang digunakan untuk perbaikan dan penambahan sarana produksi garam,
tenaga pendamping PUGAR juga berperan penting. Tenaga pendamping yang sudah
mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang cukup, serta sudah mengenal wilayah
kerjanya karena merupakan TPD tahun sebelumnya, sangat membantu keberhasilan
capaian program PUGAR. Rasio tenaga pendamping terhadap jumlah kelompok saat ini
masih rendah sebesar 1 : 3 dengan rincian jumlah tenaga pendamping sebanyak 129
orang dan jumlah kelompok sebanyak 3521 kelompok, jumlah TPD belumlah memadai
dari rasio ideal 1 : 10. Penganggaran penyediaan TPD dari anggaran APBD dianggap
perlu dilakukan dalam rangka mendukung proses penetapan kelompok.
Produksi garam PUGAR pada tahun 2013 PUGAR mengalami hanya menghasilkan
produksi garam sebesar 1.041.472, 55 ton, hal ini disebabkan adanya anomali cuaca
dimana masa produksi hanya berlangsung 1–1,5 bulan. Kenyataan tersebut
membuktikan bahwa kondisi pergaraman kita memang masih sangat tergantung pada
cuaca sehingga kondisi inilah yang harus menjadi perhatian untuk mengupayakan
peningkatan produktivitas dengan teknologi produksi tepat guna dan diterima oleh
petambak.
Solusi dalam menghadapi kondisi cuaca adalah diperkenalkannya kepada masyarakat
teknologi geomembran, TUF, dan geofilter. Teknologi-teknologi tersebut dapat
meningkatkan produksi garam disaat musim tanam.
IK 4. Ragam Produk Kelautan Non Garam Yang Terfasilitasi Pengembangannya
Indikator Jumlah Ragam Produk Kelautan Non Garam yang Terfasilitasi
Pengembangannya dihitung dari jumlah ragam produk kelautan selain dari garam yang
berhasil difasilitasi pengembangannya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Tahun
2014. Indikator kinerja ini mempunyai 2 (dua) produk sebagai targetnya . Produk
kelautan non garam yang difasilitasi pengembangannya oleh Ditjen KP3K pada tahun
2014 ini adalah Bioteknologi dan Wisata Bahari.
Tabel 12. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)
2 2 100
31
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 13. 2 (dua) produk kelautan non garam
Pengembangan Bioteknologi Kelautan ini merupakan tahap awal Blue Economy
Kelautan dengan memanfaatkan limbah perikanan dilaksanakan di Batam dan Demak.
Di Batam, dilakukan 2 (dua) tema pelatihan, yaitu pelatihan membuat kerajinan dari
limbah kulit kerang dan pelatihan membuat mie tulang ikan. Sedangkan di Kab. Demak
diadakan Pelatihan Pengembangan Produk Pengolahan Mangrove untuk Bahan
Makanan dan Pewarna alam.
Pada tahun 2014, wisata bahari yang dikembangkan adalah model berbasis pantai dan
laut, berupa wisata selam kapal tenggelam, yang pada 2014 ini telah disusun
perencanaan pengelolaan wisata bahari kapal tenggelam di Manado (Prov. Sulawesi
Utara)
Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2014. Target awal jumlah
Jumlah Ragam Produk Kelautan Non Garam yang terfasilitasi Pengembangannya adalah
3 produk, karena efisiensi anggaran maka targetnya turun menjadi 2 produk saja.
Produk yang difasilitasi pengembangannya adalah bioteknologi dan wisata bahari.
Kedua produk ini telah difasilitasi pengembangannya menggunakan tahun anggaran
2014, sehingga target IKU ini telah tercapai 100 %.
Tabel 14. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
No Indikator Kinerja
2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)
2 2 3 3 2 2
Jenis produk - Air Bersih
- BMKT
- Air Bersih
- BMKT
- Sarana air bersih,
- Bioteknologi
- BMKT
- Sarana air bersih,
- Bioteknologi
- BMKT
- Bioteknologi
- Wisata Bahari
Bioteknolo-gi
- Wisata Bahari
No Produk
Lokasi
1 Bioteknologi Bioteknologi: telah dilakukan pendampingan dan meningkatan kapasitas kelompok masyarakat dalam mengelola produk kelautan di Batam dan Demak
2 Wisata Bahari Wisata Bahari: telah disusun perencanaan pengelolaan wisata bahari kapal tenggelam di Manado
32
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tahun 2013 mempunyai target 3 produk yaitu fasilitasi sarana air bersih, bioteknologi
dan pengelolaan Barang Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Pada TA
2011 telah dibangun 72 unit Sarana Air Bersih dan tahun 2012 telah membangun 60
unit fasilitas sarana air bersih melalui desalinasi air laut sebagai keberlanjutan
kegiatannya. Pada Tahun 2013, dilakukan pembinaan terhadap pengelolaan sarana
yang telah dibangun, melalui: monitoring berkala, diskusi teknis, serta kunjungan
lapangan untuk mengetahui operasionalisasi alat dan pemanfaatannya oleh
masyarakat.
Selain itu juga dilakukan pelatihan produk olahan mangrove untuk makanan dan
pewarna batik di Kedonganan, Kab.Badung dan sosialisasi pengembangan produk
gelatin dan kolagen di Kabupaten Brebes dan Cirebon serta jasa kelautan berupa
pengembangan Diving Site.
Tabel 15. Perbandingan target 2010-2014
` KELUARAN (TARGET)
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah ragam produk kelautan yang terfasilitasi pengembangannya
2 kapal 50.000 ton
1 kapal 220.000
ton
2 produk 3 produk 3 produk
Bioteknologi dan Wisata bahari adalah pekerjaan yang melibatkan banyak stakeholder
dan hampir semua lapisan masyarakat sebagai pendukungnya. Disamping masyarakat
pesisir sebagai pelaku utamanya. Diperlukan kerjasama dan kesatuan visi dari semua
pihak agar kedua produk ini tidak hanya sukses di tataran output kegiatan Ditjen KP3K,
tetapi dapat menghasilkan outcome yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir, dengan kata lain keberhasilan kinerja ternyata dipengaruhi oleh
kerjasama antar pihak terkait.
Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian kinerja. Salah satu tujuan utama wisata bahari adalah mengembangkan
dan meningkatkan produk kelautan non garam adalah upaya memanfaatkan
lingkungan alam, memberikan gambaran mengenai pengelolaan wisata bahari secara
tepat dan profesional dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat dalam
kerangka peningkatan kesejahteraan, dan mengkoordinasikan peran pihak-pihak yang
berminat mengembangkan kawasan wisata bahari. Dengan output: sarana dan
prasarana pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir dan outcome:
meningkatnya kesejahteraan masyarakat pesisir setempat sekaligus melestarikan
ekosistem pesisir. Pengembangan wisata bahari bukanlah hal yang mudah, diperlukan
beberapa tahapan yang harus dilakukan, antara lain; Menyusun perencanaan meliputi:
Survei dan identifikasi, detail desain, RAB, gambar dan animasi perencanaan serta
33
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
dokumen pengadaan barang dan jasa, Melakukan sosialisasi dan koordinasi,
Melaksanakan pembangunan fasilitas infrastruktur pengembangan wisata bahari sesuai
dengan spesifikasi teknis meliputi keramba jaring apung, ponton, kapal wisata bawah
air (bottom glass), pusat rehabilitasi dan perlindungan mangrove (PRPM), koperasi
pengelola wisata selam/snorkeling, water slide dan sarana pendukung. Melakukan
pembentukan kelompok-kelompok masyarakat yang akan menjadi pengelola wisata
bahari di lokasi terpilih. Melaksanakan pelatihan, pembinaan dan pemberdayaan
kelompok masyarakat yang akan mengelola aktivitas wisata bahari yang akan
dikembangkan di lokasi terpilih.
IK 5. Jumlah BMKT Yang Dikelola
Tabel 16. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah BMKT yang dikelola
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
5 Jumlah BMKT yang dikelola 2 2 100
Indikator Jumlah Barang Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dihitung dari
jumlah kegiatan pengangkatan Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang dikelola
pada tahun 2014. Pada tahun 2014, ditargetkan pengelolaan BMKT untuk dua lokasi
pengangkatan dan telah terealisasi 2 lokasi yaitu BMKT yang berasal dari lokasi
Heliputan dan Teluk Sumpit. Kegiatan yang dilakukan berupa pemindahan BMKT
tersebut dari gudag swasta ke Gudang Cileungsi, lalu dilaksanakan proses perendaman,
dan saat ini sedang dilakukan proses penghitungan ulang. Dokumentasi sejarah telah
disusun dalam buku berjudul “Keramik Heliputan dan Teluk Sumpat” yang
ditandatangani oleh Bapak Dirjen KP3K. Sehingga, dapat disimpulkan dari target 2
BMKT, telah tercapai 2 BMKT (100%).
Tabel 17. Perbandingan target dan realisasi Jumlah BMKT yang dikelola selama 5 tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target
Realisasi
2
1
1 1 1 0 2
2
2
2
Target pengelolaan BMKT tahun 2013 tidak berbeda dengan tahun 2014, adalah
banyaknya BMKT hasil pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan, yang
pengelolaannya meliputi kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan
pembuatan katalog, yang pada tahun 2013 ditargetkan dikelola BMKT dari 2 lokasi
pengelolaan, dan di tahun 2013 telah dilakukan pengelolaan di BMKT Kab. Cirebon dan
Kab. Jepara.
34
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Kegagalan pencapaian indikator kinerja tahun 2010 dan 2012 disebabkan pada tahun
2010 terjadi gagal lelang pada BMKT Cirebon, pada tahun 2012 kegagalan pengelolaan
BMKT timbul sejak terbitnya UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, ada
beberapa isu pengelolaan yang bersinggungan antara Cagar Budaya dan BMKT, salah
satunya adalah pada pasal 26 ayat 3 menyebutkan larangan atas pencarian benda cagar
budaya atau benda yang diduga cagar budaya selain untuk kepentingan penelitian dan
pasal 68 mengenai ketentuan membawa Cagar Budaya ke luar negeri. Untuk menjamin
kepastian hukum atas pengelolaan BMKT ke depan, tahun 2011 anggota PANNAS BMKT
memutuskan moratorium kegiatan survei dan pengangkatan BMKT hingga terbitnya
peraturan pelaksana dari Undang-undang tersebut. Dengan status moratorium
pengangkatan BMKT maka target dari indikator kinerja tahun 2011-2012 berupa
jumlah pengangkatan BMKT tidak pernah tercapai (0%). Kemudian dengan
mempertimbangkan banyaknya BMKT yang sudah diangkat dan belum terkelola
dengan baik maka dilakukan revisi terhadap indikator kinerja yang semula berupa
jumlah BMKT yang diangkat menjadi jumlah BMKT yang dikelola. Pengertian BMKT
yang dikelola meliputi pemindahan BMKT dari gudang swasta ke warehouse PANNAS
BMKT, pemeliharaan dan penanganan, pemilihan koleksi negara, dokumentasi dan
reinventarisasi, penyusunan buku sejarah BMKT dan koordinasi antar instansi
pengawas terus berlanjut untuk menjamin keamanan dan mempertahankan kualitas
BMKT serta mendukung fungsi BMKT sebagai salah satu sumber sejarah dan ilmu
pengetahuan.
Program yang mendukung Pengelolaan BMKT adalah Pembentukan Panitia Nasional
BMKT (PANNAS BMKT) yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun
2007 tentang Panitia Nasional BMKT jo. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2009,
dengan tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan
pelaksanaan pengelolaan BMKT, yang mencakup kegiatan survei, pengangkatan,
penanganan, penilaian dari aspek sejarah, kebudayaan dan ekonomi, serta
pemasaran/pelelangan. Namun pada tahun 2013 ini pengelolaan BMKT didefinisikan
sebagai banyaknya BMKT hasil pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan,
yang pengelolaannya meliputi kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan
pembuatan katalog. Pengelolaan BMKT mencakup kegiatan survei, pengangkatan dan
pemanfaatan BMKT. Dalam pengelolaan BMKT tersebut pelestarian nilai-nilai sejarah,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan
survei, pengangkatan dan pemanfaatan yang sesuai dengan kaidah ilmiah/arkeologis.
Terhadap BMKT yang telah diangkat, sebelum dilakukan penjualan/pelelangan terlebih
dilakukan pemilihan BMKT tertentu untuk ditetapkan sebagai milik negara dan
disimpan sesuai dengan peraturan perundangan.
Rencana tahun 2014 meliputi: penyusunan buku sejarah BMKT hasil pengangkatan
Belitung Timur dan Kawarang, pemindahan BMKT Karang Heluputan dan Teluk Sumpat
35
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
dari Bintan Kepulauan Riau ke Warehouse BMKT di Cileungsi, renovasi warehouse dan
koordinasi lanjutan dengan instansi pengawas.
Permasalahan pengelolaan BMKT yang ditemui selama ini terkait dengan tugas dan
fungsi PANNAS yang melibatkan berbagai instansi seperti lamanya proses pemilihan
BMKT yang akan dijadikan koleksi Negara oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Solusi yang dapat dilakukan adlah menggiatkan koordinasi antar lembaga dan
Kementrian yang terkait dengan BMKT, harapan besar disandarkan pada Kementrian
Koordiator Kemaritiman agar dapat membantu kelancaran koordinasi antar K/L ini.
SS.3. Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K
Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat,
Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 3 (tiga) Indikator kinerja, yaitu Jumlah pelaku
usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang),
Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
(unit) dan Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam
rakyat/PUGAR (kelompok). Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan
indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 18. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K
No IKU
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
6 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)
3.340 3.542 106,05
7.760 8.903 117,73
7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)
115 128 111,30
8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)
3500 4.011 114,60
Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
36
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
IK 6. Jumlah Pelaku Usaha Mikro Yang Mandiri Di Kawasan Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil
Tabel 19. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
6 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)
Kelompok 3.340 3.542 106,05
Orang 7.760 8.903 117,73
Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 terhadap satuan kelompok adalah
3.340 kelompok usaha dan 7.760 orang yang mandiri di kawasan pesisir pulau–pulau
kecil. Penetapan target kinerja dihitung selama tahun anggaran berjalan dan kumulatif
dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada tahun 2014 terjadi perubahan
berupa pemotongan jumlah anggaran yang berimplikasi pada revisi penetapan
indikator kinerja yang harus sesuai dengan target Balanced Score Card (BSC). Target
pelaksanaan kegiatan sebelum tahun 2014 diperoleh dari penjumlahan kelompok dari
kegiatan regenerasi nelayan, kelompok teknologi tepat guna (TTG), kelompok IFAD,
kelompok pengelola SDPN, kelompok Pengembangan Usaha, kelompok pengelola
kedai pesisir, kelompok Grameen pesisir, kelompok koperasi LEPP-M3, kelompok dari
LPDB dan Non LPDB, kelompok PNPM Mandiri (tahun 2010), kelompok usaha garam
rakyat (tahun 2011 dan 2012), dan kelompok perempuan pesisir. Sementara pada
tahun 2014 sesuai dengan Manual IKU, maka pelaku usaha hanya dihitung dari 5
komponen saja, yaitu: SPDN, Kedai Pesisir, Perempuan Pesisir, LKM pesisir dan
Regenerasi Nelayan.
Pada perkembangannya, akibat revisi anggaran berupa penghematan, maka kegiatan
regernerasi nelayan tidak dilanjutkan, walaupun telah melalui lebih dari 50% kegiatan.
Akibatnya dari penghentian tahapan akhir kegiatan, maka sasaran regenerasi nelayan
tidak bisa dicapai.
Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini: Hasil penetapan target
kinerja pada tahun 2014 terhadap satuan orang adalah 7.760 orang pelaku usaha yang
mandiri di kawasan pesisir pulau–pulau kecil. Dari hasil pelaksanaan kegiatan
diperoleh capaian jumlah orang/nasabah sampai saat ini sebanyak 8.903 orang, atau
meningkat sebanyak 3.295 (tahun 2013 sebanyak 5.608 orang). Jumlah penambahan
itu dihitung dari penjumlahan nasabah kelompok LKM 2.500 orang, anggota
perempuan pesisir 240 orang, SPDN 425 orang dan Kedai Pesisir 130 orang. Capaian
realisasi target pelaku usaha ini adalah 117,73% dari target yang telah ditetapkan.
Sementara hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 terhadap satuan
kelompok/unit adalah 3.340 kelompook usaha yang mandiri di kawasan pesisir pulau–
37
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
pulau kecil, atau bertambah 200 (tahun 2013 sebanyak 3.140 kelompok/unit). Hasil
tersebut meningkat Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel berikut:
Tabel 20. Jumlah Pelaku Usaha Mikro yang Beroperasi di Kawasan Pesisir 2014
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
Jumlah usaha mikro yang mandiri di
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
3.340 kelompok/
7.760 orang
3.542 kelompok/ 8.903
orang
106
115
1. SPDN 85 kelompok
425 orang
85 kelompok/
425 orang
2. Kedai Pesisir 10 kelompok
30 orang
43 kelompok/
130 orang
3. Perempuan Pesisir 17 kelompok
170 orang
24 kelompok
240 orang
4. LKM 100 kelompok
1000 orang
250 kelompok
2500 orang
Dari tabel diatas jika target tersebut diakumulasikan bahwa target jumlah pelaku
usaha mikro yang beroperasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil telah tercapai,
bahkan telah melebihi dari target yang ditetapkan, yakni sebesar 106,05% untuk
jumlah kelompok dan 117,73% untuk jumlah anggota. Hal ini mengindikasikan bahwa
masyarakat pesisir sangat antusias terhadap program-program yang diadakan oleh
pemerintah pusat, salah satunya terlihat dari jumlah nasabah dari koperasi LEPP-M3
dan Grameen Bank yang cukup tinggi, serta SPDN yang sangat dibutuhkan nelayan.
Sementara kelompok penerima PNPM mandiri tidak ada penambahan, karena tidak
ada lagi program kegiatannya.
Apabila dibandingkan dengan persentase capaian IKU ini dengan tahun sebelumnya,
maka memang mengalami penurunan. Pada tahun 2013, capaian pelaku usaha adalah
268% untuk jumlah kelompok dan 592% untuk jumlah anggota/orang. Penurunan
persentase capaian ini terjadi karena beberapa hal, yaitu:
1. Pemangkasan anggaran pada lewat tengah tahun, yang mengakibatkan tidak
tuntasnya tahapan kegiatan yang berimplikasi pada capaian target.
2. Pembangunan SPDN yang sesuai standar Pertamina dan persyaratan lainnya serta
bernilai ekonomis bagi pengelolanya telah mendekati titik jenuh, sehingga
penambahan unit baru menjadi lebih lambat.
3. Kelompok/koperasi LKM yang belum mandiri pada awal 2014, adalah
kelompok/koperasi LKM yang mempuyai kemampuan dasar manajerial dan
sumberdaya lainnya lebih sedikit dibanding keadaan pada tahun 2013.
Rendahnya kemampuan dasar tersebut berdampak pada kemudahan untuk
memfasilitasinya menjadi kelompok yang mandiri.
38
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Capaian target pada tahun ini ditolong dengan fasilitasi kegiatan yang berasal dari
Proyek CCDP-IFAD. Pada tahun ini kegiatan pada proyek ini masih dalam tahap awal,
sehingga belum bisa mencapai hasil yang maksimal. Diharapkan pada tahun 2015,
capaian dari jumlah pelaku usaha akan meningkat tajam. Capaian selama RPJM 2010-
2014 terlihat pada tabel berikut
Tabel 21. Perbandingan antara target kinerja Jumlah Pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil serta capaian kinerja lima tahun terakhir (2010-2014)
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Indikator T R T R T R T R T R
Kelompok 800.000 18.276 5.690 6.892 6.027 6.473 3.140 3.140 3.340 3.542
Orang - - - - 4.108 46.046 5.608 5.610 7.760 8.903
%
Dari tabel di atas terlihat pada target restra 2010-2014 tercapai melebihi target, yaitu
dari target 3.340 kelompok, tercapai 3.542 kelompok, dan jumlah orang dari 7760
tercapao 8903 orang.
Penyebab keberhasilan pencapaian di indikator kinerja ini adalah koordinasi yang baik
antara pusat, dinas kelautan dan perikanan kabupaten, serta pihak –pihak lain yaitu: PT
Pertamina, PT AKR Corporindo, Bank Indonesia, LPDB, Kementerian/Dinas
Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Sosial, Kementerian/Dinas Koperasi dan
UMKM, serta Perbankan (BRI, Bank Mandiri, Bukopin, dan Bank Pembangunan Daerah).
Semua kelompok sasaran adalah rekomendasi dari dinas kabupaten, sehingga
pembinaan tidak lepas dari peran dinas kabupaten yang besar. Pihak di luar lingkup
kelautan dan perikanan juga berperan dalam memberikan pelatihan, informasi,
maupun bantuan pendanaan.
Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja:
1. Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa BLM, atau pinjaman lunak seperti
Grameen/KUR, berandil besar dalam pembinaan kelompok mikro mandiri.
2. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal
yang maksimal, seperti dalam hal pengurusan pembangunan dan perijinan SPDN,
tanpa usaha keras dan berkelanjutan, akan susah untuk berhasil dikarenakan
banyaknya proses persyaratan dan perijinan yang diperlukan
3. Kemudahan proses perijinan (untuk kasus pembangunan SPDN), karena jika
diberlakukan normal, maka akan sulit dilengkapi, seperti banyaknya lokasi strategis
untuk pembangunan SPDN tidak memiliki surat kepemilikan tanah yang sah.
Akibatnya calon pengelola tidak bisa mengurus IMB, Ijin lingkungan, dan ijin
lainnya.
39
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
IK 7. Jumlah Sarana Usaha Mikro Yang Beroperasi Di Kawasan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Tabel 22. Target dan Realisasi Indikator Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)
115 128 111,30
Indikator jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil dihitung dari jumlah sarana usaha yang dibentuk/dibangun untuk
mendukung keberdayaan dan kemandirian pelaku usaha di kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil. Sarana usaha mikro yang dimaksud adalah Lembaga Keuangan Mikro yang
beroperasi dan mampu melayani pelaku usaha yang membutuhkan pinjaman
pembiayaan untuk pengembangan usahanya, yang terdiri dari Solar Packed Dealer dan
kedai pesisir. Target kinerja untuk indikator ii adalah 85 unit, namun realisasinya
mencapai 128 unit (111,30%)
Tabel 23.Target Indikator Jumlah sarana mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
- SPDN 75 unit 85 unit 113
- Kedai Pesisir 10 unit 43 unit 430
Jumlah 85 unit 128 unit 111,3
Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir tidak dapat dilakuka, karena mempunyai target yang
berbeda. Kedai Pesisir tidak ditargetkan pada tahun sebelumnya, karena tidak
dianggarkan. Sedangkan pada tahun 2014 ditargetkan karena ada dana
pembangunannya yang berasal dari Proyek CCDP IFAD.
Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya maupun Renstra
tidak dapat dijelaskan secara spesifik, karena dalam Renstra tidak disebutkan jumlah
target untuk Kedai Pesisir. Sedangkan target SPDN juga adalah target terbangunnya
SPDN, bukan SPDN yang mandiri.
Beberapa faktor penting dalam pencapaian target jumlah sarana usaha mikro yang
mandiri pada tahun ini adalah:
1. Pembinaan dan fasilitasi pendirian SPDN
2. Bantuan pemberian dana (Kedai Pesisir) dari dana IFAD.
40
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
3. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal
yang maksimal, seperti dalam hal pengurusan pembangunan dan perijinan SPDN,
tanpa usaha keras dan berkelanjutan, akan susah untuk berhasil dikarenakan
banyaknya proses persyaratan dan perijinan yang diperlukan
4. Kemudahan proses perijinan (untuk kasus pembangunan SPDN), karena jika
diberlakukan normal, maka akan sulit dilengkapi, seperti banyaknya lokasi strategis
untuk pembangunan SPDN tidak memiliki surat kepemilikan tanah yang sah.
Akibatnya calon pengelola tidak bisa mengurus IMB, Ijin lingkungan, dan ijin
lainnya.
Terdapat beberapa hal penting dalam pencapaian target IKU ini penggunaan sumber
daya yang ada dapat efisien, yaitu;
1. Anggaran pemerintah yang digunakan dalam pencapaian target ini cukup kecil
(terutama SPDN yang rerata adalah dana swasta) jika dibandingkan dengan biaya
pembangunan-pendirian secara keseluruhan. Sebagian besar pendanaan untuk
mewujudkan sarana usaha yang mandiri adalah dari masyarakat/kelompok.
2. Setiap pembangunan sarana usaha ini akan dapat melayani kebutuhan banyak
orang disekitar. Sebagai contoh, satu unit SPDN dapat memenuhi kebutuhan
sampai 500 perahu/kapal yang diawaki lebih dari 3-30 orang.
3. Dalam realisasinya, sumber daya alam yang digunakan atau terkena imbasnya
cukup kecil dan tidak terlalu merusak. Cukuip sepadan jika dinilai dari manfaat
yang ada dari pendiriannya
Dalam pelaksanaan kegiatannya, beberapa hal yang berpengaruh dalam pencapaian
target tersebut adalah:
1. Menyempurnakan & meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan
2. Pemilihan lokasi dan penerima sasaran kegiatan
3. Fasilitasi yang terus menerus dan intensif baik dari pusat maupun instansi daerah
4. Meningkatkan harmonisasi antar pelaku & para pihak agar efektif dalam
pelaksanaannya.
IK 8. Jumlah Kelompok Yang Menerima Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat / PUGAR (Kelompok)
Tabel 24. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)
3500 4.011 114,60
Target kinerja pada terhadap jumlah kelompok yang menerima bantuan pemberdayaan
usaha garam rakyat (PUGAR) tahun 2014 adalah sebesar 4011 kelompok. Capaian
41
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
jumlah kelompok tahun ini adalah 4011 kelompok, terdiri dari kelompok baru penerima
PUGAR tahun 2014 sebanyak 483 kelompok dan 3528 kelompok yang merupakan
kelompok lama penerima BLM Pugar tahun 2014 serta kelompok yang menerima BLM
tahun 2013 dan hanya mendapat pembinaan saja di tahun 2014. Target kinerja tahun
ini tercapai 114,60%.
Tingginya capaian kinerja tahun ini disebabkan karena dana BLM dicairkan dalam 2
tahap, akibat kebijakan pemotongan anggaran yang dibatalkan. BLM tahap II sebesar
50% oleh dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota diberikan kepada kelompok
baru, sehigga jumlah kelompok menjadi melebihi target. Khusus kabupaten Cirebon
karena desakan masyarakat, BLM diberikan kepada 687 kelompok dari 48 kelompok
yang dtargetkan.
Tabel 25. Realisasi Jumlah Kelompok dan Penyaluran BLM
NO KABUPATEN/
KOTA
Target Tahun 2014
REALISASI S,D 31 DESEMBER 2014
Kelompok Penerima BLM BLM
Jumlah
kelompok
BLM
(Rp,)
Jumlah Jumlah
Tersalurkan
(Rp,)
% dari
Target KUGAR
% dari
Target Petambak
1 Aceh Utara 12
240.000.000
31 258 267 240.000.000 100
2 Aceh Timur 12
240.000.000
19 158 178 240.000.000 100
3 Aceh Besar 23
452.500.000
27 119 205 452.500.000 100
4 Pidie 33
650.000.000
28 86 159 650.000.000 100
5 Cirebon 48
2.400.000.000
687 1431 6.252 2.400.000.000 100
6 Indramayu 40
2.000.000.000
58 145 572 2.000.000.000 100
7 Karawang 10
500.000.000
31 310 217 496.000.000 99,20
8 Brebes 17
842.500.000
17 101 119 842.500.000 100
9 Jepara 16
805.000.000
63 391 541 805.000.000 100
10 Demak 16
782.500.000
16 102 144 782.500.000 100
11 Rembang 40
2.000.000.000
56 140 505 2.000.000.000 100
12 Pati 36 38 106 321 1.800.000.000 100
42
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
NO KABUPATEN/
KOTA
Target Tahun 2014
REALISASI S,D 31 DESEMBER 2014
Kelompok Penerima BLM BLM
Jumlah
kelompok
BLM
(Rp,)
Jumlah Jumlah
Tersalurkan
(Rp,)
% dari
Target KUGAR
% dari
Target Petambak
1.800.000.000
13 Tuban 4
200.000.000
7 175 66 200.000.000 100
14 Lamongan 13
627.500.000
38 303 295 627.500.000 100
15 Pasuruan 5 252.500.000 6 119 42 252.500.000 100
16 Gresik 5
240.000.000
6 125 45 240.000.000 100
17 Probolinggo 15
755.000.000
20 132 182 377.500.000 50
18 Kota Surabaya 13 642.500.000 14 109 108 618.044.000 96,19
19 Pamekasan 40
2.000.000.000
95 238 809 2.000.000.000 100
20 Sampang 40
2.000.000.000
88 220 388 2.000.000.000 100
21 Sumenep 60
3.000.000.000
136 227 1.252 3.000.000.000 100
22 Kota Pasuruan 4
200.000.000
10 250 100 200.000.000 100
23 Bangkalan 8
387.500.000
11 142 85 387.500.000 100
24 Karangasem 25
500.000.000
38 152 338 500.000.000 100
25 Buleleng 15
300.000.000
6 40 193 300.000.000 100
26 Bima 46
2.300.000.000
142 309 1.175 2.300.000.000 100
27 Sumbawa 7
350.000.000
23 329 228 350.000.000 100,
28 Kota Bima 6
300.000.000
17 283 121 299.800.000 99,93
29 Lombok Timur 12
600.000.000
36 300 263 600.000.000 100
30 Lombok Barat 30
600.000.000
33 110 310 600.000.000 100
31 Lombok Tengah 12
600.000.000
20 167 169 430.000.000 71,67
32 Nagekeo 25 15 60 162 210.000.000 42
43
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
NO KABUPATEN/
KOTA
Target Tahun 2014
REALISASI S,D 31 DESEMBER 2014
Kelompok Penerima BLM BLM
Jumlah
kelompok
BLM
(Rp,)
Jumlah Jumlah
Tersalurkan
(Rp,)
% dari
Target KUGAR
% dari
Target Petambak
500.000.000
33 Ende 7
327.500.000
28 427 267 327.500.000 100
34 Timur Tengah
Utara
20
400.000.000
15 75 106 400.000.000 100
35 Kupang 7
327.500.000
22 336 162 327.500.000 100
36 Alor 10
200.000.000
17 170 170 200.000.000 100
37 Sumba Timur 17
340.000.000
17 100 147 340.000.000 100
38 Manggarai 15
300.000.000
16 107 115 300.000.000 100
39 Kota Palu 10
200.000.000
16 160 160 200.000.000 100
40 Jeneponto 46
2.300.000.000
115 250 749 2.300.000.000 100
41 Pangkep 40
2.000.000.000
72 180 2.000.000.000 100
42 Takalar 30
1.500.000.000
107 357 1.020 1.500.000.000 100
43 Selayar 12
230.000.000
11 96 95 230.000.100 100
Total 898 37.192.500.000 2.268 252 18.802 36.326.344.10
0 97,67
Sumber data: Tim Pokja PUGAR Dit PMPPU
Tabel 26. Keragaan PUGAR 2011-2014 No
Rincian 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1 Jumlah kab/ kota
40 40 40 40 42 42 43 43
2 Jumlah kelompok
750 1.728 3.035 3.473 3.347 3.521 3.500* 4011
3 Jumlah BLM (Rp. 000)
72.000.000 69.021.870 84.736.300 84.952.400 54.592.400 54.394.803 37.192.500 36.326.344
3 Jumlah petambak
14.400 16.399 29.746 32.610 22.422 31.432 6.286 18.802
4 Luas lahan produksi
4.365 10.972,73 16.569 20.870 22.043 24.207 26.975 27.897
44
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
(Ha)
5 Produksi garam (Ton)
349.200 856.356 1.326.017 2.020.109 1.845.000 1.041.472**
2.500.000***
2.502.891
*Alokasi dana BLM turun secara signifikan
**Anomali cuaca dengan masa produksi rata-rata 1,5 bulan (BMKG, 2013).
*** Asumsi cuaca normal dengan masa produksi rata-rata 5-6 bulan.
Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Capaian
realiasi target jumlah kelompok penerima dana PUGAR, maka jika disandingkan
dengan target jangka menengah yang telah disusun dapat disimpulkan telah
melampaui ekspektasi yang ada. Pada renstra, jumlah akumulasi penerima BLM PUGAR
adalah 3.500 kelompok atau sekira 24.500 sampai 35.000 orang. Sementara realisasi
yang tercapai adalah sebanyak 4011kelompok atau 58.007 orang.
Keberhasilan pencapaian jumlah kelompok ini disebabkan karena kebijakan daerah
setempat untuk menyalurkan BLM disesuaikan jumlah kelompok yang ada, karena
memakai azas pemerataan untuk menghindari gejolak sosial. Contohnya, sesuai
pedoman tenkis satu kelompok memperoleh Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
akan tetapi di lapangan ada kelompok yag menerima 20-30 juta rupiah.
Semua kelompok sasaran adalah rekomendasi dari dinas KP kabupaten/kota, sehingga
penunujukan dan pembinaan kelompok sasaran tidak lepas dari peran dinas kabupaten
yang besar. Jika Dinas KP kabupaten/kota salah mengidentifikasi kelompok sasaran,
maka capaian produksi akan terganggu. Saat ini banyak pihak yang mengusulkan dan
mengaku sebagai pihak yang layak menerima bantuan dari PUGAR.
Beberapa faktor yang berperan dalam pencapaian target jumlah penerima BLM PUGAR
pada tahun ini adalah:
1. Identifikasi dan verifikasi petambak dan kelompok sasaran yang tepat dan
tidaak terlalu banyak intervensi pihak luar
2. Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa BLM.
3. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai
hal yang maksimal.
SS.4. Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan
Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang
Berkelanjutan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 4 (empat) Indikator kinerja, Jumlah
jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan, Jumlah pulau-pulau kecil termasuk
pulau kecil terluar yang dikelola, Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara
berkelanjutan, dan Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap
45
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
ancaman kerusakan. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator
kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada
tabel berikut:
Tabel 27. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis)
15 15 100
10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)
20 30 150
11 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha)
4,5 7,7 171,11
12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)
26 26 100
Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
IK 9. Jumlah Jenis Ikan Yang Dikonservasi Secara Berkelanjutan
Tabel 28. Target dan Realisasi Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis)
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis)
15 15 100
Dalam rangka mencapai tujuan konservasi jenis ikan, Ditjen KP3K pada tahun 2014
telah melakukan upaya perlindungan dan pelestarian terhadap beberapa jenis ikan
terancam punah, khususnya terhadap 15 spesies yang menjadi taget prioritas dalam
pengelolaan. Ke – 15 spesies tersebut meliputi : dugong, penyu, terubuk, Napoleon,
BCF, Karang hias, hiu, arwana, labi – labi, paus, kuda laut, bambu laut, pari manta,
sidat, hiu (koboy dan martil). Indikator ini dihitung dari jumlah jenis ikan yang
terancam punah, langka, endemik yang dilakukan upaya perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan guna menjamin ketersediaannya di masa sekarang dan masa yang akan
datang pada tahun 2014 yaitu dari target 15 jenis, telah tercapai 15 jenis (100%).
Capaian 15 jenis ini adalah kumulatif capaian dari tahun 2010 – 2014. Sebagai
perbandingan pada tahun 2013, Jumlah jenis ikan yang telah dikonservasi secara
berkelanjutan adalah 12 jenis ikan (kumulatif). Sehingga pada tahun 2014 jumlah jenis
ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan telah mengalami penambahan 3 (tiga)
jenis ikan.
46
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 29. Perbandingan Capaian Konservasi Jenis Ikan 2010 - 2014
2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
3
Jenis
3
Jenis
6
Jenis
6
Jenis
9
Jenis
9
Jenis
12
Jenis
12
Jenis
15
Jenis
15
Jenis
Tabel di atas merupakan perbandingan antara pecapaian tahun ini dengan renstra atau
RPJM, dapat dilihat target selalu tercapai, dan target dan capaian tahun 2014
merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2014 ini ada sejumlah 10 jenis ikan yang dilakukan pengelolaan secara
berkelanjutan yaitu : Napoleon (Cheilinus undulatus), Penyu, Terubuk (Tenualosa
macrura), Sidat (Anguilla spp), Hiu Appendiks II CITES (hiu koboy dan martil), Hiu Paus
(Rhincodon typus); BambuLaut (Isis hippuris), Paus (Cetacean), Dugong, dan Pari Manta
(Manta spp).
Konservasi jenis ikan adalah upaya melindungi, melestarikan dan memanfaatkan
sumberdaya ikan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis
ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Dalam pasal 22 PP No. 60
Tahun 2007 disebutkan bahwa “Konservasi Jenis Ikan dilakukan melalui :
(a) penggolongan jenis ikan;
(b) penetapan status perlindungan jenis ikan;
(c) pemeliharaan;
(d) pengembangbiakan; dan
(e) penelitian.
Tahapan pengelolaan yang dilakukan meliputi : Penguatan data dan Informasi,
Penyusunan Rencana Pengelolaan, Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan,
Pelestarian, dan Pemanfaatan Berkelanjutan.
Pepenyebab keberhasilan dalam pencapaian indikator kinerja ini antara lain adalah
adanya koordinasi yang baik antara pihak pusat, kantor pelaksana teknis (UPT), dan
dinas kelautan dan perikanan daerah. Sebagai contoh dalam kegiatan penanganan
konsumsi telur penyu di Sumatera Barat, dan penangaan mamalia terdampar, sangat
besar peran komunikasi dengan pihak dinas daerah dan masyarakat sekitar.
Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan konservasi jenis adalah, apabila jenis
ikan yang dilindungi memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pendekatan yang paling tepat
adalah sosialisasi-sosialisasi tentang status ikan yang dilindungi dan keuntungan apabila
47
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
spesies tersebut lestari. Pendekatan hukum adalah alternative terakhir dalam
melindungi jenis ikan tertentu. Indikator kinerja ini sangat didukung oleh kegiatan
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh semua pihak yang berwenang untuk
melakukannya.
Tabel 30. Capaian Pengelolaan Konservasi Jenis Ikan Tahun 2014
No. Target Jenis Satker Capaian/Kegiatan
1 NAPOLEON Pusat Draft Strategi dan Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Napoleon
WEB SIG Napoleon
BPSPL MAKASSAR
Kajian Status Populasi dan Pemanfaatan Ikan Napoleon di Sulawesi Selatan
Survey Identifikasi Potensi dan Status Pemanfaatan Napoleon di Kabupaten Buton
BPSPL PONTIANAK
Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang dilindungi dan terancam punah di Kalimantan Timur (Napoleon);
LPSPL SORONG
Monitoring Populasi Napoleon (Cheilinus undulatus)di Halmahera Selatan
2 PENYU Pusat Review Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu
WEB SIG Penyu Draft Pedoman Pemanfaatan Non Ekstratif Penyu
BPSPL PADANG Penguatan kelembagaan pelestarian jenis ikan yangdilindungi/tidak dilindungi/appendikcites (penyu dan terubuk)
Identifikasi potensi dan pemanfaatan jenis ikan dilindungi/tidak dilindungi di 7 kawasan konservasi perairan (Nias Utara, Kep. Mentawai, Pesisir Selatan, Batam, Lingga, Kep. Anambas, dan Natuna)
BPSPL PONTIANAK
Pembinaan pemanfaatan dan peredaran jenis ikan dilindungi (Penyu);
LPSPL SORONG
Fasilitasi Pengembangbiakan Penyu Berbasis Masyarakat di Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Tambrauw
3 DUGONG Pusat Perancangan Program Perlindungan dan Konservasi Dugong (GEF Project)
WEB SIG Dugong
4 TERUBUK Pusat Pengembangan Kelembagaan Pengelola Suaka Perikanan Terubuk
WEB SIG Terubuk
BPSPL PADANG
Penguatan kelembagaan pelestarian jenis ikan yangdilindungi/tidak dilindungi/appendikcites (penyu dan terubuk)
5 KARANG HIAS Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi
48
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No. Target Jenis Satker Capaian/Kegiatan
6 LABI-LABI Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi
Dekon Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi
PONTIANAK
Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang dilindungi dan terancam punah di Kalimantan Selatan (Labi-labi);
7 ARWANA Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi
8 CAPUNGAN BANGGAI
Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi di Banggai Kep. - Sulteng
9 BAMBU LAUT Pusat Kepmen KP 46 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu Laut
Draft Strategi dan Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Bambu Laut
WEB SIG Bambu Laut
BPSPL MAKASSAR
Survey Populasi dan Pemanfaatan Bambu Laut di Wilayah Banggai Kepulauan
LPSPL SORONG
Dukungan COREMAP dalam Rangka Monitoring Bambu Laut
10 Hiu Paus Pusat Perancangan Model Pemanfaatan Hiu Paus Untuk Kegiatan Wisata Bahari
Draft Pedoman Umum Monitoring Populasi Hiu Paus
WEB SIG Hiu Paus
BPSPL DENPASAR Penanganan mamalia laut dan hiu paus yang terdampar selama tahun 2014 didominasi oleh spesies Rhincodon typus atau dikenal dengan hiu paus sebanyak 40 %.
11 Kuda Laut Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi
BPSPL MAKASSAR
Survey Identifikasi Jenis, Populasi dan Status Pemanfaatan Kima dan Kuda Laut di Kabupaten Pangkep
12 Hiu Martil & Hiu Koboi
Pusat Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Sirip Hiu Appendiks II CITES
Formulasi kuota hiu appendiks II CITES
Dokumen NDF (Non-Detrimental Findings) Hiu Appendiks II CITES
Bimtek Identifikasi dan Pengenalan Sirip Hiu Appendiks II CITES
Perancangan Permen KP Larangan Ekspor Hiu Appendiks II CITES Sinkronisasi Peredaran
Permen KP 59 tahun 2014 tentang larangan ekspor hiu koboy dan martil
BPSPL Denpasar
Survei Monitoring Jenis Ikan Yang Terancam Punah(Hiu)
49
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No. Target Jenis Satker Capaian/Kegiatan
LPSPL SERANG
Monitoring jenis ikan hiu di wilayah kerja Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serang Banten”.
Monitoring jenis ikan hiu di wilayah kerja Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serang Banten”
BPSPL PADANG Pendataan ikan hiu dan upaya perlindungannya di Sibolga – Sumatera Utara
PONTIANAK Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang dilindungi dan terancam punah di Kalimantan Timur (Hiu Paus).
13 Paus Pusat Koordinasi Penanganan Paus Terdampar
WEB SIG Paus Terdampar
Koordinasi Penanganan Paus Terdampar, WEB SIG Paus Terdampar Jakarta, Lembata - NTT, Kulonprogo – DIY
BPSPL Denpasar
Survey Monitoring Jenis Ikan (Pari Manta), Melakukan monitoring terhadap spesies Pari Manta, dengan tujuan Tersedianya data yang akurat mengenai populasi pari manta
15 Sidat Pusat Draft Strategi dan Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Sidat
BPSPL MAKASSAR
Survey Populasi dan Pemanfaatan Sidat di Wilayah Perairan Poso
Sumber data : Dit. KKJI
Gambar 7. Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Wilayah Kerja BPSPL Denpasar
50
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Beberapa Kegiatan Penting Berkaitan dengan Konservasi Jenis
Kepmen KP 04 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari
Manta (Manta spp)
Pari manta merupakan spesies yang khas dengan nilai yang sangat tinggi bagi industri
pariwisata, Berdasarkan data yang dikumpulkan dari empat lokasi – Bali, Komodo, Raja
Ampat dan Sangalaki, total pendapatan pariwisata parimanta diperkirakan mencapai
145,6 milyar rupiah (US$15 juta) per tahun. Namun, keberadaan pari manta di
Indonesia sangat terancam oleh meningkatnya tekanan terhadap perikanan tangkap
yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan tapis insang manta (gill plates).
Populasi pari manta di Indonesia berdasarkan data dari berbagai sumber sudah
menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, di perairan Cilacap data pari manta
yang didaratkan telah mengalami penurunan sekitar 31% pada periode tahun 2006 –
tahun 2011, sedangkan di wilayah NTB dan NTT laju penurunan hasil tangkapan sudah
mencapai 57% selama periode 10 tahun terakhir. Melihat kondisi tersebut, untuk
menghindari laju penurunan yang lebih tajam maka diperlukan regulasi yang cukup
ekstrim, diantaranya dengan menetapkannya sebagai ikan yang dilindungi.
Kepmen KP 46 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu
Laut (Isis spp)
Bambu laut, merupakan biota penyusun terumbu karang kedua sesudah karang
batu.Tingginya permintaan pasar mengakibatkan bambu laut banyak diburu dan
diperdagangkan oleh masyarakat. Eksploitasi bambu laut di beberapa tempat sudah
berlebihan dan sudah membahayakan ekosistem.Disebut merusak karena metode
pengambilannya mencungkil untuk mengambil koloninya sehingga merusak karang
keras di bawahnya. Hasil kajian dan survey status populasi bambu laut yang dilakukan
Peneliti UNHAS dan BPSPL Makassar menunjukan bahwa populasinya sudah jarang
ditemukan di perairan Sulawesi. Gubernur Sulawesi pun telah menindaklanjuti hasil
kajian dari UNHAS dengan mengeluarkan SK Pelarangan Pemanfaatan Bambu Laut
pada Tahun 2009.
Mencegah terjadinya eksploitasi yang berlebihan dan meluasnya kerusakan ekosistem
terumbu karang, KKP setelah mendapat rekomendasi ilmiah dari LIPI dan bedasarkan
hasil analisis kebijakan akhirnya menetapkan spesies ini menjadi jenis yang dilindungi
secara terbatas waktu, menutup sementara pemanfaatan bambu laut selama kurun
waktu 5 tahun. Penutupan bertujuan untuk pemulihan dan perbaikan tata kelola (tata
niaga) bambu laut. Sehingga diharapkan pasca 5 tahun pemanfaatan bambu laut dapat
berkelanjutan dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibanding saat ini
Selain Kepmen KP diatas, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Nomor 59 Tahun 2014 tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hiu
Koboi (Charcharinus longimanus) dan Hiu Martil (Spyrna spp.) dari Wilayah Negara
Republik Indonesia Ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia. Saat ini juga tengah
51
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
dilakukan upaya inisiasi perlindungan jenis lobster (Panulirus spp.)dan kepiting (Scylla
spp.).
Pelestarian Jenis ikan
Upaya pelestarian adalah serangkaian kegiatan konservasi yang dilakukan dengan
tujuan untuk menambah atau meningkatkan jumlah individu baru dalam populasi suatu
jenis dan juga upaya untuk mempertahankan jumlah individu dalam suatu populasi.
Berbagai upaya pelestarian jenis ikan yang telah dilakukan pada tahun 2014, sebagai
berikut :
Perancangan Program Konservasi Dugong dan Lamun (Pilot Project di Bintan).
Proyek ini mendapat mendapat dukungan dan hibah dari Global Environmental Facility
yang dikordinasikan oleh United Nations Environment Program.Proyek yang sekiranya
akan diimplementasikan pada tahun ini belum bisa dipastikan pelaksanaannya, saat ini
sedang proses persiapan project antara UNEP dengan The Mohamed bin Zayed Species
Conservation Fund (MbZSCF) selaku Executing Agency.
Penyusunan Dokumen NDF (Non-Detrimental Findings) Hiu Appendiks II CITES
Dokumen Non Detriment Findings (NDF) merupakan salah satu pertimbangan bagi
Scientific Authority dalam memberikan rekomendasi kebijakan bagi Otoritas Pengelola
(Management Authority) sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan perikanan hiu
berkelanjutan yang lebih baik. Dokumen Non Detriment Findings (NDF) hiu ini berisikan
informasi terkini mengenai kondisi perikanan hiu di Indonesia, mulai dari aspek
bioekologis, aspek perikanan, aspek pemanfaatan, upaya-upaya pengelolaan dan
rekomendasi yang didasarkan pada data-data terkini terkait perikanan hiu. Data-data
yang disajikan di dalam dokumen ini bersumber dari berbagai literatur, data tangkapan
dan data hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia. Pengumpulan data ini
dilakukan oleh pemerintah pusatdan daerah, lembaga penelitian dalam dan luar negeri,
perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat yang terkait.
Formulasi Kuota Hiu Appendiks II CITES
Spesies yang masuk dalam lampiran Appendik II CITES pada dasarnya belum terancam
punah, namun apabila tidak dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang baik maka
dikhawatirkan dapat mengalami ancaman kepunahan. Penangkapan / pengambilan
spesies Appendik II dari habitat alam untuk tujuan perdagangan internasional masih
diperbolehkan selama negara penangkap menerapkan prinsip-prinsip NDF (Non-
Detrimental Findings), yaitu keyakinan yang didasarkan pada bukti ilmiah bahwa
jumlah spesies yang ditangkap tidak akan menyebabkan kepunahan spesies tersebut di
habitatnya.Hiu umumnya tertangkap secara tidak sengaja (by-catch) pada
pengoperasian berbagai alat tangkap, seperti gillnet, pancing, pukat dan lain-lain.
Menyikapi permasalahan tersebut salah satu opsi yang mungkin untuk dilakukan pada
saat ini untuk membatasi jumlah penangkapan ikan hiu yang ditujukan bagi
52
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
perdagangan internasional adalah dengan menerapkan pembatasan jumlah ekspor
melalui penetapan kuota. Dokumen formulasi penetapan kuota ini pada dasarnya
merupakan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam melakukan pengontrolan
perdagangan internasional hiu, terutama Sirip Hiu.
Penanganan Mamalia Laut Terdampar
Untuk kegiatan Bimtek penanganan mamalia laut terdampar yang sekiranya pada
tahun 2014 akan dilaksanakan di sorong tidak jadi dilaksanakan karena adanya
efesiensi anggaran. Sehingga kegiatan penangan mamalia laut terdampar hanya
difokuskan pada koordinas penanganan terhadap kejadian mamalia laut terdampar.
Bimbingan Teknis Identifikasi dan Pengenalan Sirip Hiu App. II CITES dan Pari Suku
Mobulida
Dalam rangka meningkatkan upaya pengelolaan dan implementasi ketentuan CITES,
khususnya dalam pendataan, pemantauan, dan pengawasan peredaran perdagangan
hiu dan pari yang masuk dalam Appendiks CITES, SDM pengelola baik di pusat dan
daerah perlu memahami dan mengenal jenis – jenis hiu dan pari yang masuk Appendiks
CITES dan mekanisme pemanfaatannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat
Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan pada tahun 2014 ini mengadakan kegiatan
Bimbingan Teknis Identifikasi dan Pengenalan Sirip Hiu App. II CITES dan Pari Suku
Mobulida. Bimtek yang diadakan di Lombok, NTB ini dihadiri oleh peserta dari UPT
B/LPSPL Ditjen KP3K, Karantina Ikan, PSDKP, Bea Cukai dan DKP Lombok Timur.
Monitoring Populasi Pari Manta
Pasca ditetapkannya status perlindungan pari manta, agar regulasi perlindungan dapat
berjalan secara efektif di tingkat lapangan, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis
Ikan bekerjasama dengan CI Indonesia telah melakukan monitoring populasi di 2 lokasi
habitat manta. Monitoring diilakukan dengan melakukan pemasangan tagging satellite
pada pari manta yang terdapat di perairan Nusa Penida, Bali dan Raja Ampat.
Penyusunan Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Sirip Hiu Appendiks II CITES
Buku panduan ini disusun sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait dalam melakukan
identifikasi sirip hiu di lapangan. Metode identifikasi ataupengenalan sirip hiu yang
digunakan dalam buku panduan ini dititikberatkan pada pengenalan bagian sirip
punggung pertama dalam kondisi kering dan belum mengalami proses pengolahan
lebih lanjut. Secara umum bentuk, ukuran dan warna tubuh antar spesies hiu lebih
mudah untuk dibedakan dari pada membandingkan spesies hiu hanya berdasarkan
siripnya. Buku pedoman pengenalan sirip hiu ini hanya memuat 4 spesies hiu yang
masuk dalam daftar Appendiks II CITES yaitu: 3 spesies hiu martil (Sphyrna lewini,
Sphyrna mokarran, Sphyrna zygaena) dan hiu koboi (Carcharhinus longimanus),
termasuk sirip dari jenis hiu/pari yang mempunyai kesamaan bentuk dengan sirip hiu
Appendik II CITES.
53
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Penyusunan Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Pari Manta
Pemerintah Indonesia telah menetapkan Pari Manta sebagai jenis ikan yang dilindungi
penuh berdasarkan Keputusan Menteri Kelautandan Perikanan Nomor 4 Tahun 2014
tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Pari Manta. Implikasi dari adanya
Kepmen tersebut yaitusegala jenis kegiatan yang berhubungan dengan ekploitasi
sumberdaya ikan danperdagangan pari manta menjadi kegiatan yang dilarang.Dalam
rangka pengawalan kebijakan tersebut di tingkat lapangan dan untukmenghindari
kesalahan dalam aspek pengawasan dan penegakan hukum makadiperlukan pedoman
pelaksanaannya. Hal ini mengingat Pari manta mempunyai kemiripan denganbeberapa
spesies pari jenis mobula atau pari setan, sehingga keberadaan buku “Panduan
Lapangan Identifikasi dan Pengenalan Pari Manta di Lapangan” dipandang perlu,
karena kurangnya pemahaman dalam melakukan identifikasi jenis Pari Manta di
lapangan oleh pihak-pihak terkait dan masyarakat umum. Oleh karena itu pada tahun
2014, Dit. KKJI telah menyusun Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Pari Manta.
IK 10. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Termasuk Pulau Kecil Terluar Yang Dikelola
Tabel 31. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)
20 30 120
Indikator jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola dihitung
dari jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola pada tahun
2014. Adapun jenis pengelolaan pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar adalah:
1. Identifikasi potensi dan pemetaan pulau-pulau kecil;
2. Fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana pulau-pulau kecil;
3. Fasilitasi perbaikan Lingkungan, Mitigasi dan Adaptasi Bencana di pulau-pulau
Kecil;
4. Fasilitasi Kegiatan investasi di pulau-pulau kecil
Indikator jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola.
Kriteria dikelola adalah Pulau-Pulau Kecil yang telah dilakukan salah satu atau lebih dari
hal berikut: diidentifikasi & dipetakan potensinya, terfasilitasi penyediaan infrastruktur,
terfasilitasi perbaikan lingkungan dan adaptasi berbasis mitigas, dan difasilitasi
pengelolaan pulau-pulau kecil melalui investasi oleh pihak swasta. Teknik menghitung
menginventarisir data pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
dipetakan potensinya, Menginventarisir data pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau
kecil terluar yang terfasilitasi penyediaan infrastruktur, Menginventarisir data pulau-
54
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang terfasilitasi perbaikan lingkungan
dan adaptasi berbasis mitigasi, Menginventarisir data pulau-pulau kecil termasuk
pulau-pulau kecil terluar yang difasilitasi kegiatan investasi, Menginventarisir pulau-
pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang telah dilakukan salah satu atau
lebih dari hal berikut: diidentifikasi dan dipetakan potensinya, terfasilitasi penyediaan
infrastruktur, terfasilitasi perbaikan lingkungan dan adaptasi berbasis mitigasi.
Kegiatan yang dihitung dalam indikator kinerja ini adalah kegiatan pemberian bantuan
infrastruktur dasar pada suatu pulau. Infrastruktur dasar tersebut adalah Transportasi,
Air Minum, Listrik/Penerangan dan Telekomunikasi. Inilah dasar pemikiran sehingga
pemberian bantuan desalinasi air laut (penyediaan air bersih) sebagai capaian dalam
indikator kinerja ini. Kegiatan tersebut adalah fasilitasi penyediaan sarana dan
prasarana dasar di Pulau-pulau kecil, termasuk di Pulau-pulau kecil terluar (PPKT).
Untuk tahun 2014, penyediaan sarpras difokuskan pada penyediaan air berih siap
minum di 30 Pulau.
Tabel 32. Nama Pulau Lokasi penyediaan air bersih siap minum di 30 Pulau No Nama Pulau Kabupaten/Kota Provinsi
1 Giliyang Sumenep Jawa Timur
2 Mare Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara
3 Molana Maluku Tengah Maluku
4 Nusalaut Maluku Tengah Maluku
5 Karas Kota Batam Kepulauan Riau
6 MenjanganBesar Jepara Jawa Timur
7 Segara Pangkajene Kepulauan Sulawesi Selatan
8 Serudung Kotabaru Kalimantan Selatan
9 Ambo Mamuju Sulawesi Barat
10 Bawa Nias Barat Sumatera Utara
11 Duyung Lingga Kepulauan Riau
12 Karoniki Kepulauan Mentawai Sumatera Barat
13 Kayuadi Selayar Kepulauan Riau
14 Romang Maluku Tenggara Barat Maluku
15 Talaga Buton Sulawesi Tenggara
16 Tuangku Aceh Singkil Aceh
17 Weh Kota Sabang Aceh
18 Subi Kecil Natuna Kepulauan Riau
19 Tenggel Bintan Kepulauan Riau
20 Seliuk Belitung Bangka Belitung
21 Maya Kayong Utara Kalimantan Barat
22 Giligede Lombok Barat Nusa Tenggara Barat
23 Medang Sumbawa Nusa Tenggara Barat
24 Ujung Betok Lombok Timur Nusa Tenggara Barat
25 Kanalo Sinjai Sulawesi Selatan
26 Marputi Donggala Sulawesi Tengah
27 Labengki Kecil Konawe Utara Sulawesi Tenggara
28 Matutuang Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara
29 Letti Maluku Barat Daya Maluku
30 Tayando Kota Tual Maluku Sumber data: Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil - Ditjen KP3K
55
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Selama tahun 2011 hingga 2014 telah diupayakan pengembangan desalinasi air laut di
117 pulau. Pengembangan desalinasi air laut mampu merubah air payau atau air laut
menjadi air yang langsung bisa dikonsumsi dengan tingkat kemurnian mencapai 98,
kualitas air yang dihasilkan memenuhi standar kualitas air bersih yang dikeluarkan oleh
United Nation World Health Organization (UN-WHO) yaitu Organisasi Kesehatan
International dari PBB, tingkat efisiensinya cukup tinggi karena menggunakan energy
recovery, cost effective, mengingat biaya operasional yang dikeluarkan cukup murah,
ukuran dari mesih RO cukup mudah untuk dipindahkan (mobilisasi), membutuhkan
perawatan yang cukup mudah, hemat energi. Daya listrik yang dibutuhkan hanya
sekitar 900–1.100 watt bahkan bisa menggunakan generator kecil, panel surya atau
turbin angin, air minum yang dihasilkan bisa mencapai 9.000 liter/hari.
Secara ekonomi pengembangan desalinasi air laut sangat ekonomis untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat, melalui alat desalinasi dalam satu hari mampu
menghasilkan 9.000 liter atau setara dengan 470 galon. Maka dapat dikatakan bahwa
air bersih yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan 470 keluarga. Dengan
pengelolaan dan pemasaran yang baik diharapkan dalam 1 (satu) hari dapat menjual
100 galon air, sehingga dalam 1 tahun dapat menjual 36.500 galon. Apabila harga
ditingkat konsumen sebesar Rp.5.000,-/galon, maka nilai penjualan sebesar Rp.
182.500.000,-. Biaya yang dikeluarkan untuk menggaji karyawan dan biaya
pemeliharaan diperkirakan Rp. 6.000.000,-/bulan, sehingga dalam satu tahun biaya
operasional pemeliharaan sebesar Rp. 72.000.000,-. Sementara itu biaya riil penjualan
air di pulau-pulau kecil per galon diperkirakan Rp. 12.000,-, sehingga subsidi yang
diberikan pemerintah sebesar Rp. 12.000, - Rp. 5.000,- = Rp. 7.000,-. Apabila
dijumlahkan dalam 1 tahun subsidi yang diberikan pemerintah terhadap harga air
bersih sebesar Rp. 225.500.000,-. Dengan demikian keuntungan bersih penjualan air
minum dalam satu tahun adalah : Rp. 366.000.000,-.
Selama tahun 2010-2014 banyak dilakukan kegiatan penyediaan sarana dan prasarana
di pulau-pulau kecil sebagaimana yang telah dituangkan dalam Indikator Kinerja Utama
(IKU) khusus untuk pembangunan fasilitas air bersih dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 33. Capaian Fasilitasi Sarana dan Prasarana di PPK Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
AIR BERSIH - 21 pulau - 66 pulau 30 pulau
Sumber data: Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil - Ditjen KP3K
Keberhasilan Ditjen KP3K dalam memenuhi target kinerja antara lain disebabkan
adanya pendanaan yang cukup besar dari APBNP, sehingga dapat menambah jumlah
pulau yang diberi bantuan, dari 20 pulau menjadi 30 puluh pulau. Proses lelang yang
lancar tanpa menemui kendala yang berarti juga merupakan penyebab keberhasilan.
TAHUN KEGIATAN
56
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Hal-hal yang menghambat penyerahan bantuan adalah kondisi alam, terutama kondisi
laut dari daratan utama menuju pulau tujuan. Apabila cuaca tidak mendukung dapat
menghambat proses pengiriman dari bantuan, atau menghambat teknisi yang akan
melakukan proses instalasi di sana.
Keadaan alam merupakan force major yang sulit diatasi, Ditjen KP3K hanya dapat
melakukan antisipasi guna memperkecil kerugian yang dialami. Antisipasi tersebut
adalah perencanaan yang matang dengan memperkirakan waktu-waktu yang kondusif
untuk melakukan pengiriman bantuan. Disamping itu koordinasi yang baik antara pihak
Ditjen KP3K dan Dinas Kelautan Kabupaten penerima bantuan adalah hal yang penting
untuk memperlancar pemberian bantuan ke lokasi yang dituju.
Program yang mendukung pencapaian indikator ini adalah identifikasi pulau yang
dilakukan baik oleh pihak Ditjen KP3K sendiri atau dari Kementerian atau Lembaga lain
yang memberikan informasi tentang kodisi suatu pulau, apakah pulau tersebut layak
diberi bantuan air bersih atau tidak.
IK 11. Luas Kawasan Konservasi Perairan Yang Dikelola Secara Berkelanjutan
Tabel 34. Capaian Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha)
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
11 Luas kawasan konservasi perairan (LKKP) yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha)
4,5 7,8 120
Dua indikator keberhasilan pencapaian target ini adalah luas kawasan dan hasil
evaluasi perangkat E-KKP3K. Pertama, dalam konteks luas kawasan yang dikelola,
secara kumulatif hampir 7,8 juta hektar kawasan telah terkelola efektif hingga akhir
tahun 2014. Angka ini jauh melampaui target pengelolaan efektif yang telah
ditentukan pada periode awal renstra 2010-2014 seluas 4,5 juta hektar antara lain
karena implementasi kebijakan blue economy di tiga lokasi kawasan konservasi yakni
di Taman Wisata Perairan (TWP) Anambas, TWP Nusa Penida Klungkung dan TWP
Lombok Timur. Tiga lokasi ini menyumbang hampir 1,3 juta luas kawasan pengelolaan
efektif tambahan selama periode RPJM 2010-2014 dan menggenapkan jumlah fokus
lokasi pengelolaan efektif pada periode tersebut menjadi 24 lokasi. Selain itu, sejumlah
kawasan juga telah mengubah (menambah dan mengurangi) area konservasinya
seperti yang terjadi di Taman Pesisir (TP) Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TP
Pangumbahan Sukabumi dan TWP Kepulauan Raja Ampat. Kedua, dalam konteks hasil
evaluasi E-KKP3K, seluruh kawasan konservasi yang masuk dalam fokus pengelolaan
efektif telah meningkat level pengelolaannya.
57
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 35. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha) Efektivitas Pengelolaan Kawasan Tahun 2014 berdasarkan E-KKP3K
No Nama
KKP/Lokasi
Luas
terkini
(Ha)
Status
Kawasa
n
(KKPN/
KKPD)
STATUS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN (berdasarkan EKKP3K)
TARGET
YANG INGIN
DICAPAI
PADA TAHUN
2014
KET. 2014
MERAH KUNING HIJAU BIRU
EMA
S
STATUS
AKHIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1 KKPD
Indramay
u
720 KKPD
Merah 100
Kuning 55
Merah 100
Kuning 50
2 KKPD
Alor
400,008 KKPD
Merah 100
Kuning 91
Hijau 76
Biru 48
Merah 100
Kuning 50
3 KKPD
Berau
285,000 KKPD
Merah 100
Kuning 91
Hijau 29
Merah 100
Kuning 75
Hijau 25
4 KKPD
Batang
4,015 KKPD
Merah 100
Kuning
100
Hijau 38
Biru 18
Merah 100
Kuning 100
Hijau 35
Biru 15
5 KKPD
Bone
Bolango
2,460 KKPD
Merah 100
Kuning 82
Merah 100
Kuning 75
6 KKPD
Raja
Ampat
1,026,540 KKPD
Merah 100
Kuning
100
Hijau 81
Biru 75
Merah 100
Kuning 100
Hijau 25
7 KKPD
Bintan
472,905 KKPD
Merah 100
Kuning
100
Merah 100
Kuning 100
8 KKPD
Batam
66,867 KKPD
Merah 100
Kuning
100
Merah 100
Kuning 100
58
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No Nama
KKP/Lokasi
Luas
terkini
(Ha)
Status
Kawasa
n
(KKPN/
KKPD)
STATUS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN (berdasarkan EKKP3K)
TARGET
YANG INGIN
DICAPAI
PADA TAHUN
2014
KET. 2014
MERAH KUNING HIJAU BIRU
EMA
S
STATUS
AKHIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
9 KKPD
Natuna
142,997 KKPD
Merah 100
Kuning 82
Merah 100
Kuning 75
1
0
TP
Ngambur
Lampung
Barat
14,866.00 KKPD
Merah 100
Kuning 55
Merah 100
Kuning 50
1
1
TP
Pangumb
ahan
Sukabumi
2,660 KKPD
Merah 100
Kuning
100
Hijau 52
Biru 15
Merah 100
Kuning 100
Hijau 50
Biru 15
1
2
KKP
Daerah
Pesisir
Selatan
733 KKPD
Merah 100
Kuning 82
Merah 100
Kuning 75
1
3
TNP Laut
Sawu
3,355,352 KKPN
Merah 100
Kuning
100
Hijau 86
Biru 39
Merah 100
Kuning 100
Hijau 25
1
4
SAP Raja
Ampat
60,000 KKPN
Merah 100
Kuning
100
Merah 100
Kuning 100
1
5
SAP
Waigeo
Barat
271,630 KKPN
Merah 100
Kuning
100
Hijau 38
Merah 100
Kuning 100
Hijau 35
1
6
SAP Aru
Tenggara
114,000 KKPN
Merah 100
Kuning 91
Hijau 57
Biru 16
Merah 100
Kuning 75
1
7
TWP
Pulau
Pieh
39,900 KKPN
Merah 100
Kuning
100
Hijau 57
Biru 18
Merah 100
Kuning 100
Hijau 35
59
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No Nama
KKP/Lokasi
Luas
terkini
(Ha)
Status
Kawasa
n
(KKPN/
KKPD)
STATUS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN (berdasarkan EKKP3K)
TARGET
YANG INGIN
DICAPAI
PADA TAHUN
2014
KET. 2014
MERAH KUNING HIJAU BIRU
EMA
S
STATUS
AKHIR
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
TWP
Kapoposa
ng
50,000 KKPN
Merah 100
Kuning
100
Hijau 38
Merah 100
Kuning 100
Hijau 35
1
9
TWP Laut
Banda
2,500 KKPN
Merah 100
Kuning
100
Hijau 38
Biru 20
Merah 100
Kuning 100
Hijau 25
2
0
TWP Gili
Matra
2,954 KKPN
Merah 100
Kuning
100
Hijau 38
Merah 100
Kuning 100
Hijau 35
2
1
TWP
Padaido
183,000 KKPN
Merah 100
Kuning
100
Hijau 29
Merah 100
Kuning 100
Hijau 25
2
2
TWP
Anambas
1,262,686 KKPN
Merah 100
Kuning
100
Hijau 62
Biru 5
Merah 100
Kuning 50
2
3
KKPD
Lombok
Timur
(blue
economy)
9,162 KKPD
Merah 100
Kuning 73
Hijau 19
Merah 100
Kuning 50
Hijau 15
Blue
Econ
omy
2
4
KKPD
Klungkun
g (blue
economy)
20,057 KKPD
"Merah
100
Kuning
100
Hijau 80
Biru 71
Emas 33
Merah 100
Kuning 75
Hijau 25 Blue
Econ
omy
TOTAL 7,791,013
Sumber data: Direktorat KKJI - Ditjen KP3K
Sembilan dari 24 kawasan konservasi yang menjadi fokus pengelolaan menunjukan
level pengelolaan yang sangat menggembirakan karena telah berhasil menapaki level
biru (lihat tabel di atas). Kawasan konservasi tersebut yakni: KKPD Alor, KKPD Batang,
KKPD Raja Ampat, KKPD Sukabumi, KKPN Laut Sawu, KKPN Pulau Pieh, KKPN Laut
60
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Banda, KKPN Aru Tenggara dan KKPN Anambas. Sementara itu, meski pembenahan
pengelolaan masih perlu terus dilakukan, KKPD Klungkung selangkah lebih maju
ketimbang lokasi lain lantaran telah berhasil menapaki level E-KKP3K tertinggi yakni
level emas yang berarti bahwa upaya pokok pengelolaan telah mulai terasa
manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Perbandingan capaian tahun ini dengan
tahun-tahun sebelumnya seperti berikut;
Tabel 36. Capaian pengelolan berkelanjutan kawasan konservasi perairan tahun 2010-2014 (juta Ha)
Target
2010
Realisasi
2010
Target
2011
Realisasi
2011
Target
2012
Realisasi
2012
Target
2013
Realisasi
2013
Target
2014
Realisasi
2014
0,9 1,2 2,54 2,54 3,22 3,22 3,64 3.64 4,5 7,8
Pada tahun 2014 antara lain adalah telah disahkannya 10 dokumen rencana
pengelolaan dan zonasi seluruh kawasan konservasi perairan nasional (KKPN) yang
dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni Taman Wisata Perairan (TWP)
Pulau Pieh, TWP Anambas, TWP Padaido, TWP Laut Banda, TWP Gili Matra, TWP
Kapoposang, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat, SAP Waigeo Barat, SAP Aru
Tenggara dan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu.
Dua KKPN yakni TWP Anambas dan TNP Laut Sawu telah ditetapkan oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan. Dua kawasan konservasi perairan daerah (KKPD), yakni TWP
Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan TWP Kepulauan Raja Ampat juga telah
ditetapkan melalui keputusan menteri. Penetapan oleh Menteri merupakan langkah
signifikan dalam pengelolaan efektif sebuah kawasan konservasi untuk menjamin
masa depan pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia.
Upaya inisiasi penataan batas kawasan juga telah dilakukan pada tahun 2014 di TP
Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TWP Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan
TWP Pulau Pieh. Fokus kegiatan penataan batas ini terutama menyangkut konsolidasi
panitia tata batas pusat-daerah.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mendukung konservasi perairan meliputi:
1. Pelatihan E-KKP3K yang telah dilaksanakan di Batam dan Makassar pada tahun
2014 menjadi langkah penting menuju tercapainya sasaran tersebut, pelatihan
tersebut dilakukan di beberapa kesempatan pada World Parks Congress,
November lalu di Sydney Australia, Economic Tool For Conservation di Palau, MPA
Management and Networks -BOBLME di Penang dan Sustainable Fisheries di
Rhode Island.
2. pilot project perlindungan dan pelestarian kawasan di beberapa lokasi seperti
revitalisasi fungsi kawasan di TWP Gili Matra (font box), turtle watching dan
61
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
program adopsi penyu di TP Pangumbahan-Sukabumi disertai dialog peran para
pihak dalam pengelolaan efektif kawasan konservasi juga telah dilakukan pada
tahun 2014. Tabel berikut ini memperlihatkan upaya pengelolaan yang telah
dilakukan oleh sejak tahun 2010-2014
3. disahkannya 10 dokumen rencana pengelolaan dan zonasi seluruh kawasan
konservasi perairan nasional (KKPN) yang dikelola Kementerian Kelautan dan
Perikanan yakni Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh, TWP Anambas, TWP
Padaido, TWP Laut Banda, TWP Gili Matra, TWP Kapoposang, Suaka Alam Perairan
(SAP) Raja Ampat, SAP Waigeo Barat, SAP Aru Tenggara dan Taman Nasional
Perairan (TNP) Laut Sawu.
4. Dua KKPN yakni TWP Anambas dan TNP Laut Sawu telah ditetapkan oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan. Kedua kawasan yang dikelola KKP ini mencakup berturut-
turut perairan seluas 1,2 juta hektar dan 3,3 juta hektar.
5. Dua kawasan konservasi perairan daerah (KKPD), yakni TWP Nusa Penida
Kabupaten Klungkung dan TWP Kepulauan Raja Ampat juga telah ditetapkan
melalui keputusan menteri. TWP Nusa Penida meliputi wilayah perairan
Kabupaten Klungkung seluas lebih kurang 20 ribu hektar sementara TWP
Kepulauan Raja Ampat memiliki luas keseluruhan 1.026.540 Ha yang terdiri atas
lima area yakni Perairan Kepulauan Ayau-Asia seluas lebih kurang 101.440 Ha,
Teluk Mayalibit seluas lebih kurang 53.100 Ha, Selat Dampier seluas lebih kurang
336.000 Ha, Perairan Kepulauan Misool seluas lebih kurang 366.000 Ha dan
Perairan Kepulauan Kofiau dan Boo seluas lebih kurang 170.000 Ha.
6. Penetapan oleh Menteri merupakan langkah signifikan dalam pengelolaan efektif
sebuah kawasan konservasi untuk menjamin masa depan pengelolaan
sumberdaya ikan di Indonesia.
7. Upaya inisiasi penataan batas kawasan juga telah dilakukan pada tahun 2014 di TP
Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TWP Nusa Penida Kabupaten Klungkung
dan TWP Pulau Pieh.Fokus kegiatan penataan batas ini terutama menyangkut
konsolidasi panitia tata batas pusat-daerah. Untuk mendukung efektifitas
implementasi perangkat E-KKP3K, pada tahun yang sama Direktorat KKJI juga telah
mengembangkan Sembilan Suplemen Pedoman E-KKP3K meliputi : Panduan
Penetapan Kawasan, Panduan Sarana dan Prasarana, Panduan Rencana
Pengelolaan dan Zonasi, Panduan Sosial Ekonomi, Panduan Identifikasi, Panduan
Kelembagaan, panduan Pendanaan Berkelanjutan, Panduan Biofisik dan Panduan
Penataan Batas Kawasan.
8. Lahirnya Undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
merupakan bagian penting dari upaya pokok pengelolaan kawasan konservasi di
62
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Indonesia. Undang-Undang yang mengamanatkan harmonisasi pengelolaan
kawasan konservasi pada pasal 78A ini telah ditindaklanjuti dengan penerbitan
Keputusan Menteri Nomor 75/KEPMEN-KP/SJ/2014 tentang Tim Persiapan
Pelimpahan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Dan Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dari Kementerian Kehutanan kepada Kementerian
Kelautan dan Perikanan.Tindak lanjut peraturan ini juga telah disusun rancangan
peraturan menteri tentang tata cara perubahan zona inti kawasan konservasi.
Juga, penerbitan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan turut
mendukung pengelolaan efektif kawasan konservasi lantaran memberikan payung
hukum baru yang jelas bagi substansi upaya konservasi di laut lepas.
IK 12. Jumlah Kawasan Pesisir Yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan
Tabel 37. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)
26 26 100
Indikator jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan
ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim dihitung dari berapa banyak
jumlah kawasan pesisir yang memperoleh fasilitasi kegiatan fisik dan non fisik terkait
dengan mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim. Teknik menghitungnya yakni
dengan metode scoring empat parameter ketahanan terhadap bencana, perubahan
iklim meliputi kelembagaan, sosial budaya, lingkungan dan infrastruktur yang terlihat
dari 5 bina yang dikembangkan pada program PDPT. Realisasi Tahun 2014 adalah
sejumlah 26 kawasan yaitu 22 kawasan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)
dan 4 kawasan kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi penanggulangan
pencemarannya. Capaian terealisasi sebesar 100% capaian.
Tabel 38. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan
No Indikator
Lokasi Keterangan
1 Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim (kawasan)
22 22 Lokasi PDPT Asahan, Pesisir Selatan, Kaur, Tangerang, Sukabumi, Kendal, Kulon Progo, Pacitan, Pontianak (Mempawah), Kotawaringin Barat, Banjar, Parigi Moutong, Pinrang, Baubau, Seram Bagian Barat, Teluk Wondama, Lebak, Cirebon, Malang, Demak, Tanggamus, Sikka,
63
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No Indikator
Lokasi Keterangan
Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi penanggulangan pencemarannya (kawasan)
4 1. Lokasi Cirebon, identifikasi kerusakan pesisir dan laut akibat kerusakan, output berupa album peta kerusakan akibat pencemaran
2. Peraturan Walikota Batam tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner
3. Peraturan Walikota Manado tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner
4. Pembangunan drainase di Kabupaten Pati,Jateng
Apabila dibandingkan dengan target selama periode RPJMN 2010 – 2014, dapat dilihat
pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 39. Target dan Realisasi IKU Jumlah Kawasan Pesisir yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
10 15 10 13 16 22 25 35 26 26
Gambar 8. Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya
terhadap ancaman kerusakan Tahun 2010 – 2014
Pada tahun 2013 capaian yang diperolah jauh melebihi target yang ditetapkan, hal ini
dikarenakan ada penambahan anggaran BA-99 yang direalisasikan menjadi kegiatan
greenbelt untuk mitigasi tsunami menunjang indikator jumlah kawasan di wilayah
0
5
10
15
20
25
30
35
2010 2011 2012 2013 2014
10 10
16
25 26
15 13
22
35
26
Target
Realisasi
64
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
pesisir yang terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan
iklim atau bila dicascadingkan ke lebel customer perspective, menunjang capaian
indikator jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman
kerusakan.
Penyebab keberhasilan pencapaian indikator kinerja ini adalah adanya koordinasi yang
baik antara Ditjen KP3K, Dinas Kelautan Kabupaten, dan Desa penerima bantuan.
Perencanaan yang bersifat bottom up atau dari masyarakat sendiri, adalah faktor
penting yang dapat membangkitkan rasa bertanggung jawab dan ikut memiliki dari
masyarakat desa penerima bantuan, sehingga mereka ikut berperan serta aktif dalam
kegiatan ini. Tenaga pendamping yang berkomitmen tinggi dalam membina masyarakat
adalah faktor lain yang memperlancar kegiatan
Program kegiatan yang mendukung pelaksanaan indikator kinerja ini adalah proses
legalisasi melalui penetapan rencana Pengembangan Desa Pesisir yang ditetapkan
dengan peraturan desa atau peraturan kelurahan
PDPT
Pencapaian kegiatan PDPT pada tahun 2014 didukung antara lain oleh:
(i) Proses perencanaan partisipatif,
(ii) Rencana jangka menengah berupa 66 dokumen Rencana Pengembangan Desa
Pesisir (RPDP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Desa (PerDes) atau
Peraturan Kelurahan (PerKel),
(iii) Tumbuhnya semangat kegotongroyongan dan swadaya masyarakat,
(iv) Terbentuknya Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP),
(v) Sinergi antar sektor, provinsi dan pusat di lokasi PDPT dan
(vi) Tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) melalui pencairan ke
rekening setiap KMP di 22 Kabupaten/Kota dengan total nilai Rp.
19.939.312.494,-
Gambar 9. Ilustrasi capaian PDPT Tahun Anggaran 2014
19.939.312.494
total dana BLM (dalam Rupiah) tersalurkan kepada masyarakat melalui
KMP
66 Dokumen Rencana Pengembangan
Desa Pesisir/RPDP (Ditetapkan dengan Per Desa/Per Kelurahan)
403 Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP)
3.665 orang Laki-laki: 2.885 + Perempuan: 780
65
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Adapun pemanfaatan BLM PDPT Tahun Anggaran 2014 diwujudkan dengan
terbangunnya prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan/atau lingkungan pada tingkat
desa seperti tabel berikut:
Tabel 40. Tabel Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014 No. Pekerjaan Volume
1 Pembuatan dan/atau peningkatan Jalan 19.979 meter
2 Sarana Air Bersih 12 Unit pompa, 7 titik bor, Pipa distribusi 2.792 meter
3 MCK 188 unit
4 Rehab Rumah 17 unit
5 Penanaman vegetasi pantai dan mangrove
67.731 pohon
6 Pengelolaan Sampah Tong sampah 38 unit, Motor pengangkut 9 unit
7 Shelter penampungan 18 Unit
8 Pembuatan Bronjong/pelindung pantai Panjang 5.107 meter
9 Pondok Informasi Pesisir dan Pos Siaga Bencana
8 unit
10 Usaha dan pelatihan kewirausahaan 708 unit/kegiatan
Gambar 10. Tangga evakuasi sekaligus sebagai akses jalan bagi masyarakat desa di Kotawaringin Barat
Pengembangan Sarana Pengendalian Pencemaran Di Kawasan Pesisir di Kabupaten
Pati, Jawa Tengah.
Dalam rangka meningkatkan sarana prasarana penanggulangan pencemaran di pesisir,
inisiasi pembangunan drainase dilakukan di Desa Tlogo Harum, Kab. Pati, Provinsi Jawa
Tengah dengan tujuan menurunnya pencemaran akibat pengolahan hasil perikanan di
kawasan tersebut. Kegiatan Pengembangan Sarana Penanggulangan Pencemaran di
Kawasan Pesisir di Desa Tlogoharum, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati adalah
berupa pembangunan saluran drainase sepanjang ± 763 meter yang dibangun di
kawasan pemukiman penduduk yang merupakan daerah pengolahan garam dan hasil
perikanan
66
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Identifikasi Kerusakan Wilayah Pesisir Dan Laut Akibat Pencemaran di Kabupaten
Cirebon.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun peta kerusakan wilayah pesisir dan laut akibat
pencemaran yang meliputi penentuan sepuluh titik sebagai basis pemindaian
kerusakan kawasan pesisir dan pantai Kab. Cirebon, pemodelan sebaran arus dan
gelombang, analisa potensi dan sumber pencemaran pesisir dan laut, analisa
pencemaran terhadap kerusakan wilayah pesisir dan laut serta strategi pengendalian
pencemarannya. Selain itu dilakukan penyusunan basis data spasial oseanografi,
ekosisitem pesisir, dan pencemaran pesisir dan laut melalui pendekatan Sistem
Informasi geographic (SIG) yang tertuang dalam peta kerusakan wilayah pesisir dan laut
akibat pencemaran skala 1:25.000.
Gambar 11. Model Sebaran Pencemaran Berdasarkan Pengaruh Kontur
Gambar 12. Skoring Pencemaran di Kabupaten Cirebon
Hasil dari kegiatan ini adalah peta kerusakan wilayah pesisir dan laut akibat
pencemaran, dengan terlebih dahulu melalui tahapan perencanaan, proses lelang,
pelaksanaan, dan pembahasan dengan prosentase yang baik. Hasil peta tersebut juga
dilengkapi rekomendasi terkait penanggulangan pencemaran dan ruang lingkupnya
diantaranya:
1) Menyusun standar pengendalian Kualitas Lingkungan Laut (marine
environmental quality controls) daerah;
2) Memperbaiki manajemen pengelolaan DAS, yang lebih terintegrasi dengan
dampaknya di pesisir;
3) Memperketat aturan dan pengawasan terhadap kajian AMDAL yang sudah ada
dan akan disusun;
4) Memberdayakan pemuda dan kelompok masyarakat untuk mendukung
program sadar kebersihan lingkungan;
5) Menyiapkan prasarana sarana pengelolaan limbah sesuai daya tampung dan
proyeksi tingkat pencemaran;
67
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
6) Mensosialisasikan program Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu.
Pengelolaan Limbah Di Kawasan Wisata Kuliner Pantai Di Kota Batam dan Kota
Manado
Kegiatan dimaksud bertujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam menata
kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, indah, menarik dan ramah
lingkungan serta melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha wisata dan usaha
kuliner pantai. Rangkaian kegiatan Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner
Pantai di Kota Batam dan Manado pada tahun 2013 adalah melakukan kajian
pengelolaan limbah dan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan
untuk menyusun isu pengelolaan limbah di kawasan wisata kuliner pantai sekaligus
penyusunan rencana aksi.
Output dari kegiatan ini adalah:
1) peraturan Walikota Batam Nomor 42 tahun 2014 tentang Pencegahan
Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan lingkungannya Akibat
Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner;
2) peraturan Walikota Manado nomor tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran
Dan Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Usaha
Wisata Kuliner Pantai.
Secara garis besar peraturan walikota tersebut mengatur tentang:
(i) upaya pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan sumberdaya ikan dan
lingkungannya akibat aktivitas wisata dan usaha kuliner oleh pelaku usaha wisata
dan usaha kuliner baik skala besar, menengah, kecil maupun skala mikro
termasuk PKL, pelaku wisata dan pemerintah;
(ii) Pengawasan / monitoring dan;
(iii) Sertifikasi dan labeling yaitu pengklasifikasian usaha kuliner menjadi 3 kelas (A,B
dan C) dengan beberapa kriteria tertentu serta pemberian labeling.
Pada tahun ini pula diberikan bantuan stimulant pengolah limbah di kedua kota
tersebut yang selanjutnya akan diberikan kepada pengusaha kuliner yang mau
berkomitmen untuk menjaga lingkungan. Stimulant tersebut berupa perangkap lemak.
Perangkap lemak tersebut ditujukan untuk menangkap lemak/minyak sisa makanan
dari proses kuliner dengan kemampuan mereduksi lemak ±80 dengan harapan
pencegahan lemak masuk ke perairan bisa dilakukan. Selanjutnya dengan adanya
pemberian stimulant pengolah limbah dan fasilitasi penyusunan peraturan walikota di
kedua lokasi tersebut, diharapkan akan menjadi acuan bagi usaha wisata dan usaha
kuliner dalam pengelolaan limbah wisata kuliner pantai dengan mempertimbangkan
aspek ekologi, ekonomi dan sosial kemasyarakatan, sehingga dapat mewujudkan
kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, menarik dan berkontribusi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
68
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Sebagai rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sbb:
1. perlu dilakukan tindaklanjut dari implementasi perwako;
2. menetapkan lokasi wisata kuliner sebagai lokasi binaan;
3. perlu pembentukan kelompok usaha kuliner dan pendampingnya di lokasi
binaan tersebut; dan
4. perlu dilakukan inisiasi Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner Pantai ke
lokasi lain.
SS. 5 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan
Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang
Berkelanjutan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 1 (satu) Indikator kinerja, Jumlah
tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR Target yang ditetapkan
untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi
pada tahun 2014 ini dijelaskan pada sebagai berikut:
IK 13. Jumlah Tenaga Kerja (Baru) Di Bidang Pergaraman (Orang) Pada PUGAR
Tabel 41. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
13 Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR
8.000 15.876 198,45
Jumlah tenaga kerja baru (orang) di bidang pergaraman pada PUGAR tahun 2014
ditargetkan sebanyak 8.000 orang, jumlah ini menurun dari target awal sebesar 14.244
orang. Pada tahun 2014 ini, jumlah tenaga kerja baru bidang pergaram tersebut
dihitung tidak lagi 8-10 orang, namun 7 orang perkelompok PUGAR, sedangkan jumlah
kelompok penerima BLM PUGAR 2014 adalah 2.268 kelompok. Tenaga kerja baru
tersebut terdiri dari kuli tambak produksi, kuli angkut, dan pengepul. Sehingga capaian
IKU ini adalah sebesar 2.268 x 7 = 15.876 orang. Jadi capaian IKU ini adalah sebesar
198,45% dari target.
Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan beberapa
tahun terakhir tidak dapat ditampilkan karena IKU ini baru mulai ditetapkan pada tahun
2013. Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2013 terhadap tenaga kerja baru di
bidang pergaraman adalah 16.400 orang. Namun, hingga tahun anggaran berjalan
ternyata jumlah tenaga kerja di bidang pergaraman mengalami peningkatan yang
cukup signifikan yakni sebesar 32.447 orang, dimana setiap kelompok PUGAR terdiri
dari 8-10 orang. Nilai tahun 2013 lebih besar dari tahun 2014, hal ini karena ada revisi
metode penghitungan. Jika pada tahun 2013, babis data adalah seluruh kelompok
69
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
penerima BLM dari tahun 2011, sedangkan pada tahun 2014 basis perhitungannya
adalah penerima BLM pada tahun 2014 saja serta asumsi setiap kelompok PUGAR
hanya mempekerjakan 7 orang. Penurunan nilai asumsi tenaga kerja baru ini karena
semakin modernnya parasaraana yang ada, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang
lebih sedikit.
Tabel 42. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR
2010 2011 2012 2013 2014
0 0 0 0 0 0 16.400 35.210
8.000
15.876
Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi dapat
dijelaskan sebagai berikut; Dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Usaha Garam
Rakyat (PUGAR), dampak ikutan yang diharapkan dari pemberian dana BLM adalah
adanya tambahan tenaga kerja baru yang direkrut karena ada program ini. Tenaga yang
diharapakan adalah pendukung produksi dan distribusi garam dari lokasi ke pemasar.
Melalui komponen Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) sesuai dengan
Renstra maka dampak dari target ini merupakan hasil nyata dari peningkatan kapasitas
Sumber Daya Manusia (SDM) Petambak Garam Rakyat dan Kemitraan dalam Usaha
Garam Rakyat. Seperti dijelaskan pada awal, dalam renstra awal, IKU ini tidak
dimasukan dalam target, dan baru ditetapkan pada tahun 2013, yang pada
kenyataannya berhasil melampaui target.
Analisis penyebab keberhasilan dan kegagalan atau peningkatan kinerja serta
alternatif solusi yang telah dilakukan. Penyebab keberhasilan pencapaian di indikator
kinerja ini adalah koordinasi yang baik antara pusat, dinas kelautan dan perikanan
kabupaten, serta pihak–pihak lain yaitu Kementerian Perindustrian, BMKG,
Kementerian PU, dan Bakosurtanal . Kementerian Perindustrian pun berperan dalam
membantu menjaga pemberian ijin suplai impor garam. Kementerian PU berkontribusi
dalam membangun jalan produksi dan saluran air di pertambakan. Sementara BMKG
sangat membantu dalam memberikan data prakiraaan cuaca dan musim bagi
petaambak garam. Sedangkan Bakosurtanal berkontribusi dalam memberikan peta
lahan yang berpotensi untuk dibuat tambak garam.
Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya; Dari realisasi anggaran PUGAR yang
hanya mencapai 92,23% untuk anggaran TP di daerah-daerah dan 90,43% di pusat,
maka kegiatan PUGAR ini bisa dikatakan sangat efisien dalam merealisasikan target
jumlah penerima bantuan, karena selain memberikan bantuan yang dapat
meningktkan pendapatan penerima bantuan, juga bisa memberikan damapak ikutan
70
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
berupa tenaga kerja baru . Walaupun masih ada dana sisa namun sudah melewati
target capaian. Tentu saja jika realisasi anggaran bisa dimaksimalkan, maka hasil yang
didapat bisa dan sangat mungkin akan lebih baik.
Sedangkan dalam hal efisiensi sumber daya, maka hasil ini sudah maksimal, karena
keberhasilan realisasi IKU ini sangat bergantung pada kondisi cuaca yang pada tahun ini
agak kurang bersahabat. Sementara untuk efisiensi sumber daya manusia masih dapat
ditingkatkan lagi, jika petambak lebih serius untuk mengusahakan produksi garam
dengan sistim ulir filtrasi.
Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian
pernyataan kinerja: Beberapa faktor yang berperan dalam pencapaian target jumlah tenaga
kerja baru bidang pergaraman pada tahun ini adalah:
1. Identifikasi dan verifikasi petambak dan kelompok sasaran yang tepat
2. Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa BLM.
3. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal
yang maksimal.
SS6. Tersedianya Kebutuhan Inovasi Teknologi Hasil Litbang Untuk Modernisasi Sistem Produksi Garam
Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi
hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam, Ditjen KP3K menjabarkannya
dalam 1 (satu) Indikator kinerja, Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang
dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam. Target yang ditetapkan untuk
mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada
tahun 2014 ini dijelaskan sebagai berikut:
IK 14. Jumlah Rekomendasi Inovasi Teknologi Yang Dibutuhkan Untuk Modernisasi Sistem Produksi Garam
Tabel 43. Target dan Realisasi Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
14 Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam
3 3 100
Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem
produksi garam pada tahun 2014 berjumlah 3 jenis Teknologi yaitu :
1. Teknologi Ulir Filter untuk peningkatan produksi garam;
71
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
2. Penerapan Biofilter untuk peningkatan mutu garam dan diversifikasi usaha
budidaya artemia; serta
3. Penggunaan Geomembran/Geo Isolator untuk peningkatan kualitas garam.
Ketiga rekomendasi teknologi tersebut dapat direalisasikan penggunaannya
sehingga target kinerja pada Dokumen Penetapan Kinerja pada tahun 2014
tercapai 100.
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran tersedianya
kebutuhan inovasi teknologi hasil penelitian dan pengembangan untuk modernisasi
sistem produksi garam terdiri atas indikator kinerja “Jumlah rekomendasi inovasi
teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam”. Indikator ini
dihitung dari jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk
meningkatkan produksi dan kualitas garam.
Terobosan PUGAR dengan teknologi yang dipilih diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas garam rakyat dengan dengan hasil garam yang lebih bersih, putih dan
kandungan NaCl mencapai 97,4% .
Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem
produksi garam pada tahun 2014 meskipun berjumlah 3 jenis teknologi, namun
berbeda jenis teknologi yang diterapkan. Pada tahun 2013 jenis teknologi yang
digunakan berupa TUF (Teknologi Ulir Filter), UPG (Unit Pengolah Garam) dan
Packaging. Penggunaan teknologi yang berbeda, diharapkan dapat memproduksi garam
dengan kualitas bagus dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
Tabel 44. Perbandingan capaian Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam
Indikator Kinerja Target 2013
Realisasi 2013
Target 2014
Realisasi 2014
Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam
3 2 3 3
Indikator Kinerja Utama yang tertuang dalam renstra Ditjen KP3K dapat dicapai sesuai
target jangka menengah yang telah direncanakan, meskipun mengalami kendala pada
tahun sebelumnya dalam penerapan teknologi yang baru bagi petambak garam.
Pencapaian Indikator Utama ini dapat dicapai apabila teknologi yang diterapkan dapat
meningkatkan harga garam yang diproduksi dengan teknologi yang digunakan.
Program kerjasama dengan Balitbang KP atau bahan riset lain, atau praktisi dalam
rangka mencari teknologi yang tepat dalam pengolahan garam sangat membantu
dalam mendapatkan teknologi baru yang dapat diterapkan
72
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
SS 7. Tersedianya Kebijakan Di Bidang KP3K Sesuai Kebutuhan
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya
kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhanterdiri atas dua indikator kinerja, dengan
capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 45. Tabel Target dan Realisasi Sasaran Strategis Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)
20 22 110
16 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang (dokumen) KP3K
3 3 100
IK 15. Jumlah Kebijakan Publik Bidang KP3K
Tabel 46. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)
20 22 110
Indikator jumlah kebijakan publik bidang KP3K ini dihitung dari jumlah Kebijakan publik
merupakan kebijakan di bidang KP3K yang dihasilkan berupa undang-undang,
peraturan presiden, keputusan presiden, peraturan dan keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan, peraturan dan keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil yang melalui proses tahapan dalam penyusunannya.
Dari target 20 kebijakan, telah tercapai 22 kebijakan (110%). Adapun rincian 22
kebijakan tersebut terdiri atas (i) 1 Undang-undang; (ii) 3 Peraturan Menteri KP; dan
(iii) 18 Keputusan Menteri KP dengan rincian terlampir dalam data dukungnya.
Pencapaian indikator kinerja pada tahun 2014 ini tidak lepas dari adanya pendelegasian
kewenangan untuk membuat keputusan menteri KP tentang penghapusan BMN
lingkup Eselon 1 yang dilimpahkan dari Sekretariat Jenderal ke masing-masing Eselon I
sehingga dengan banyaknya satker terutama tugas pembantuan lingkup Ditjen KP3K
menyebabkan terlampauinya capaian kinerja untuk indikator ini.
Tabel 47. Rincian peraturan perundangan kebijakan publik bidang KP3K PERATURAN
PUU
JUDUL NOMOR
Undang-Undang
1 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP3K
1 Tahun 2014 Telah ditetapkan dan diundangkan pada tanggal
15 Januari 2014
Peraturan Menteri
2 Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Nomor 34/PERMEN-
Telah ditetapkan pada tanggal 14 Agustus 2014
73
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
PERATURAN PUU
JUDUL NOMOR
KP/2014
3 Peran Serta dan PemberdayaaMasyarakat Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Nomor 40/PERMEN-
KP/2014
Telah ditetapkan pada tanggal 17 September
2014
4 Jejaring Kawasan Konservasi Perairan
Nomor 13/PERMEN-
KP/2014
Telah ditetapkan pada tanggal 19 Maret 2014
Keputusan Menteri
5 KKPN Laut Sawu dan Sekitarnya di Provinsi NTT
05/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 27
Januari 2014
6 Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung di Provinsi Bali
24/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 21 Maret
2014
7 Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat
36/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan
15 Juli 2014
8 KKPN Kepulauan Anambas dan Laut Sekitarnya di Provinsi Kepulauan Riau
37/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan
15 Juli 2014
9 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan Sekitarnya di Provinsi NTT Tahun 2014-2034
06/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan
27 Januari 2014
10 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014-2034
38/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 15 Juli
2014
11 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Kepulauan Anambas dan laut sekitarnya di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014-2034
53/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 2 Oktober 2014
12 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan di Provinsi NTB Tahun 2014-2034
57/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 6 Oktober 2014
13 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Laut Banda di Provinsi Maluku Tahun 2014-2034
58/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 6 Oktober 2014
14 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014-2034
59/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 6 Oktober 2014
15 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan Laut Sekitarnya di Provinsi Papua Barat Tahun 2014-2034
60/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 6 Oktober 2014
16 Sekretariat Regional Interim Coral Triangle Initiative on Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI-CFF)
2/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 10 Januari 2014
17 Perubahan kedua atas Keputusan MenKP Nomor KEP.31/MEN/2012
3/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 10 Januari 2014
74
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
PERATURAN PUU
JUDUL NOMOR
tentang Sekretariat Nasional Coral Triangle Initiative on Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Indonesia
18 Dewan Pengarah, Komite Teknis dan Pengelola Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang – Inisiatif Segitiga Karang
(Coral Reef Rehabilitation and Management Program - Coral Triangle Initiative Project)
30/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 26 Juni 2014
19 Panitia Antar Kementerian Penyusun Rancangan Peraturan Presiden tentang Komite Nasional Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Indonesia
38/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan ....
20 Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta
04/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 27 Januari 2014
21 Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu Laut (Isis spp.)
46/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 27 Agustus 2014
22 Organisasi Pengelola (Project Management Office) Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir Tahun 2014
16/KEPMEN-KP/2014
Telah ditetapkan 28 Februari 2014
Sumber data: Bagian Hukum Ditjen KP3K
IK 16. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang KP3K
Tabel 48. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir
Capaian (%)
15 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (dokumen)
3 3 100
Indikator jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K dihitung dari
jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K yang dihasilkan berupa
undang-undang, peraturan presiden, keputusan presiden, peraturan dan keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan, peraturan dan keputusan Direktur Jenderal Kelautan,
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Dari target pada tahun 2014 sebanyak 3 draft, telah tercapai 3 draft. Pencapaian
kinerja ini tidak lepas dari peran direktorat teknis lingkup Ditjen KP3K yang turut aktif
dalam mengajukan draft peraturan perundangan berdasarkan program legislasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 13/KepMen-KP/2014 tentang Program
Legislasi Kementerian Kelautan dan Perikanan sehingga lebih banyak draft peraturan
perundangan yang diselesaikan.
75
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 49. Tabel draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (dokumen)
Peraturan PUU
Judul Status Keterangan
Undang-Undang
1. Kelautan 1 Setneg
Menunggu paraf klarifikasi dari DPR yang disampaikan oleh Setneg
Peraturan Pemerintah
1. Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
2 Dit.PL
Substansi teknis masih dirumuskan Direktorat
Pesisir dan Lautan
1. Prolegkem 2014; 2. Amanat Pasal 19 ayat (3)
dan Pasal 22 (c) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2. Sanksi
Administratif Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3 Dit.PL
Substansi teknis masih dirumuskan Direktorat Pesisir dan Lautan
1. Prolegkem 2014;
2. Amanat Pasal 71 ayat (5) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
SS 8. Terkelolanya Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaranTerkelolanya
wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutanterdiri atas
empat indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 50. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan
No
IK
Indikator kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)
110
135,03 122,75
18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan
60 60 100
19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan(Ha)
300.000 875.492,00 291,83
20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau)
9 12 133,33
76
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
IK 17. Jumlah Luasan Kawasan Di Wilayah Pesisir Rusak Yang Direhabilitasi (Ha)
Tabel 51. Target dan Realisasi Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)
No IK
Indikator kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)
110
135,03 122,75
Indikator Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi dihitung
dari jumlah luas wilayah yang direhabilitasi akibat kerusakan ekosistem pesisir. Dari
target seluas 110 ha, telah tercapai 135,03 ha. Target ini dicapai dari kegiatan
penanaman mangrove dan vegetasi pantai di sejumlah kabupaten/kota dengan
pelaksana pusat dan melalui dana dekonsentrasi provinsi oleh daerah. Dengan
demikian prosentase capaian diperoleh sebesar 122,75. Hasil penanaman mangrove
dan vegetasi pantai pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 52. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)
No Pelaksana Lokasi Jumlah Tanaman (batang)
Luas (ha)
1 Pusat Aceh Besar, Pandeglang, Serang, Jakarta Utara, Bekasi, Indramayu, Karawang, Sukabumi, Brebes, Cilacap, Demak, Kalimantan Timur, Kutai Kartanegara
• Mangrove 265.800 batang (24,08 ha)
• Vegetasi pantai 3.000 batang (5 ha)
± 29,08 ha
2. Dekonsentrasi Klungkung, Serang, Gunung Kidul, Kepulauan Seribu, Pahuwato, Tanjung Jabung Timur, Bekasi, Cirebon, Indramayu, Sukabumi, Brebes, Demak, Pati, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Mempawah, Singkawang, Tanah Bumbu, Kutai Kartanegara, Bontang, Lombok Timur, Belu, Luwu, Kolaka Utara, Manado
• Mangrove 748.167 batang (94,95 ha);
• Vegetasi 6.000 batang (6 ha);
• Terumbu karang 4.280 unit (5 ha)
± 105,95 ha
Total 135,03 ha
77
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 53. Rincian wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)
NO
Kegiatan Jumlah Bibit
Mangrove (btg)
Luas Tanam
Mangrove (ha)
Jumlah Vegetasi
(btg)
Luas Tanam
Vegetasi (ha)
Jumlah Terumbu
Karang (unit)
Luas Rehabilitasi
Terumbu Karang (ha)
Keterangan
I DEKONSENTRASI 748.167 94,95 6.000 6 4.280 5
Bali, Kabupaten Klungkung
500 1
2 unit terumbu karang buatan, masing-masing berupa 5 gentong bersusun (1 unit @ 250 bibit). Bibit karang yang digunakan adalah 350 bibit acropora dan 150 bibit montipora
Banten, Kabupaten Serang
31.250 3,10
DI Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul
6.000 6
DKI Jakarta Kabupaten Kepulauan Seribu
1.380 1 345 base beton @ 4 bibit, total jumlah bibit karang adalah 1380
Gorontalo Kabupaten Pohuwato
100.000 20
Jambi
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
38.000 18
Jawa Barat
Kabupaten Bekasi
26.000 2,60
Kabupaten Cirebon
26.000 2,60
Kabupaten Indramayu
26.000 2,60
Kabupaten Sukabumi
26.000 2,60
78
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
NO
Kegiatan Jumlah Bibit
Mangrove (btg)
Luas Tanam
Mangrove (ha)
Jumlah Vegetasi
(btg)
Luas Tanam
Vegetasi (ha)
Jumlah Terumbu
Karang (unit)
Luas Rehabilitasi
Terumbu Karang (ha)
Keterangan
Jawa Tengah
Kabupaten Brebes
53.750 1,25
Kabupaten Demak
53.750 1,25
Kabupaten Pati
53.750 1,25
Jawa Timur 60.000 6
Kabupaten Pasuruan
20.000 2
Kabupaten Probolinggo
20.000 2
Kabupaten Situbondo
20.000 2
Kalimantan Barat
Kabupaten Mempawah
32.000 3,20
Kota Singkawang
15.000 1,50
Kalimantan Selatan Kabupaten Tanah Bumbu
30.000 3
Kalimantan Timur
Kabupaten Kutai Kertanegara
40.667 10
Kota Bontang 1.000 1
Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Timur
2.100 1
Nusa Tenggara Timur Kabupaten Belu
100.000 10
Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu
35.000 5
Sulawesi Tenggara Kabupaten Kolaka Utara
300 1 meja substrat transplantasi
79
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
NO
Kegiatan Jumlah Bibit
Mangrove (btg)
Luas Tanam
Mangrove (ha)
Jumlah Vegetasi
(btg)
Luas Tanam
Vegetasi (ha)
Jumlah Terumbu
Karang (unit)
Luas Rehabilitasi
Terumbu Karang (ha)
Keterangan
Sulawesi Utara Kota Manado
4 1 2 unit terumbu karang buatan (rangkaian besi) dan 2 unit terumbu karang buatan beton
II PUSAT 265.800 24,08 3.000 5
Aceh -
Kabupaten Aceh Besar
15.000 1,50 -
Banten
Kabupaten Pandeglang
10.000 1 3.000 5
Kabupaten Serang
15.000 1,50 -
DKI Jakarta
Kota Jakarta Utara
55.000 3 -
Jawa Barat
Kabupaten Bekasi
18.000 1,80 -
Kabupaten Indramayu
45.000 4,50 -
Kabupaten Karawang
48.000 4,80 -
Kabupaten Sukabumi
3.000 0,30 -
Jawa Tengah
Kabupaten Brebes
25.000 2,50 -
Kabupaten Cilacap
15.000 1,50 -
Kabupaten Demak
11.800 1,18 -
Kalimantan Timur
5.000 0,50 -
Kutai Kartanegara
5.000 0,50 -
Total 1.013.967 119,03 9.000 11 4.280 5
Luas Total Rehabilitasi Pesisir
135,03 ha
80
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Beberapa dokumentasi penanaman mangrove:
Gambar 13. Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi
Gambar 14. Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar
Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, perolehan target dan realisasi
untuk indikator jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha)
terlihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel 54. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014
81
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014
T R T R T R T R T R
Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha)
60 68,2 90 90 100 183 110 150 110 135,03
Gambar 15. Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014
Beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja rehabilitasi antara lain:
(i) Dukungan pemerintah daerah;
(ii) Kerjasama dengan para stakeholder diantaranya dengan dunia usaha melalui
program CSR dan dengan perguruan tinggi;
(iii) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem pesisir
sehingga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
2010 2011 2012 2013 2014
60
90 100
110 110
68,2
90
183
150,55
135,03
Target
Realisasi
82
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
IK 18. Jumlah Lokasi Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan
Tabel 55. Target dan Realisasi Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki
perencanaan pengelolaan
No
IK
Indikator kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan
60 60 100
Indikator jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan
pengelolaan dihitung dari jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki
perencanaan pengelolaan berupa dokumen rencana strategis, rencana zonasi, rencana
zonasi rinci kawasan dan rencana zonasi rinci kawasan yang telah diinisiasi legalitasnya.
Dari target 60 lokasi/dokumen pada tahun 2014, telah tercapai 60 dokumen RZWP-3-K
di 60 lokasi (100).
Penataan ruang yang menerapkan prinsip-prinsip transparansi dan partisipasi publik
merupakan salah satu instrumen dalam implementasi pembangunan berkelanjutan.
Kawasan pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang rentan terhadap
dampak aktivitas manusia. Kondisi ini semakin diperparah dengan pergeseran aktivitas
ekonomi yang sebelumnya berpusat di darat ke arah laut, maka penataan ruang laut,
pesisir, dan pulau-pulau kecil, seperti amanat UU 27/2007, menjadi penting sebagai
acuan dan referensi tata ruang serta sumberdaya yang ada untuk dimanfaatkan secara
berkelanjutan serta optimal dalam mensejahterahkan masyarakat.
Kegiatan penyusunan RZWP-3-K dilakukan dalam rangka:
1. Mengakselerasi pengelolaan WP-3-K secara terpadu dan berkelanjutan sesuai
amanah UU 27/2007 Jo.UU 1/2014;
2. Menyiapkan dasar pemberian izin pemanfaatan ruang WP-3-K;
3. Mendukung kegiatan prioritas nasional (MP3EI, PPKT, KSN/KSNT), kegiatan
prioritas KKP (Blue Economy, Industrialisasi Perikanan/Minapolitan dan PUGAR).
Dalam kurun waktu Renstra 2010 – 2014, capaian kinerja indikator utama ini dapat
dicapai bahkan selama tahun 2011-2013 capaian kinerjanya telah melampaui target
yang telah ditetapkan, hal ini tidak lepas dari perencanaan pembagian tugas
penyusunan dokumen pada kegiatan baik Pusat, UPT maupun Dekonsentrasi.
Rincian capaian kinerja untuk indikator dalam kurun waktu 2010-2014 dapat dilihat
pada gambar berikut:
83
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Gambar 16. Grafik Jumlah Lokasi Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan tahun 2010-2014
Rencana Zonasi WP3K di 29 Provinsi dimana 4 (empat) Provinsi telah melegalkan
dokumen tersebut dalam bentuk Peraturan Daerah, yaitu; Sumatera Barat, Jawa Timur,
D.I Yogyakarta, dan Kalimantan Barat. Kabupaten/Kota yang telah dilegalkan menjadi
Perda sebanyak 10 Kabupaten/Kota, yaitu; Kab. Sinjai, Kab. Pekalongan, Kab. Serang,
Kota Pekalongan, Kota Ternate, Kab. Gresik, Kab. Berau, Kota Sorong, Kab. Serang, dan
Kab. Pasaman Barat.
Program atau kegiatan yang mendukung kegiatan tersebut, diselenggarakan pula
kegiatan-kegiatan lainnya seperti bimbingan teknis penyusunan RZWP-3-K, rapat
koordinasi RZWP-3-K, penyusunan NSPK RZWP-3K dan terlibat aktif dalam forum
BKPRN.
Hal-hal yang membantu keberhasilan capaian indikator kinerja ini adalah adanya
Undang-Undang Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka telah
berimplikasi terhadap upaya Pemerintah untuk mengakselerasi Pemerintah Provinsi
agar segera menyelesaikan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP-3-K) sebagai acuan penerbitan ijin kegiatan pembangunan di perairan laut yang
telah diberikan kewenangan pengelolaannya kepada Pemerintah Provinsi. Sehingga
perlu dilaksanakan revisi Norma Standar Prosedur dan Kriteria terkait dengan
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
IK 19. Jumlah Penambahan Kawasan Konservasi Perairan (Ha)
Tabel 56. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan.
No IK
Indikator kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan(Ha)
300.000 875.492,00 291,83
35
45 50
60 60
35
73 73 71
60
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2010 2011 2012 2013 2014
Jum
lah
Lo
kasi
Tahun
Target
Realisasi
84
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Pada tahun 2014, penambahan luas kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-
pulau kecil ditargetkan seluas 300 ribu hektar. Realisasi penambahan luas kawasan
konservasi sebesar 875.492,47 ha, yang artinya realisasi capaiannya mencapai 291,83
ha dari target yang telah ditetapkan.
Hal-hal yang mendukung pencapaian indikator ini adalah pelibatan pemerintah daerah
disejumlah lokasi potensial yang memiliki komitmen untuk mencadangkan sebagian
wilayah perairannya sebagai kawasan konservasi. Lokasi penambahan luas kawasan
pada Tahun 2014 terdapat di 14 kabupaten. Faktor penting tercapainya target
penambahan kawasan konservasi ini adalah tambahan signifikan di Kabupaten Belitung
sebesar 662,984 Ha.
Tabel 57. Lokasi Penambahan Luas Kawasan Tahun 2014
No Provinsi Kabupaten Luas
1 Jawa Tengah Kab. Jepara 180.13
2 Bali Kab. Jembrana 3,532.52
3 NTB Kab. Dompu 2,240.00
4 Sulawesi Utara Kota Bitung 9,647.00
5 DI Yogyakarta Bantul 182.00
6 Bangka Belitung Belitung 662,984.00
7 Bangka Belitung Bangka Selatan 186.00
8 Sulawesi Tengah Toli-toli 74,060.37
9 Jawa Timur Sidoarjo 3,005.00
10 Sulawesi Tenggara Kota Kendari , Kab. Konawe dan Kab. Konawe Selatan
10,371.78
11 Sulawesi Selatan Barru 605.94
12 Sulawesi Utara Minahasa Utara 32,217.00
13 JAWA TENGAH Pekalongan 66.40
14 LAMPUNG Tanggamus 76,214.33
TOTAL 875.492,47
Jika membandingkan antara realisasi penambahan luas kawasan konservasi tahun 2014
dengan realisasi tahun sebelumnya, maka pada Tabel berikut ini dapat dilihat bahwa
realisasi penambahan luas kawasan pada tahun 2014 melebihi realisasi penambahan
luas kawasan pada tahun 2013. Pada tahun 2014 realisasi capaian penambahan luas
kawasan sebesar 875.492,47 ha, sedangkan pada tahun 2013 realisasinya mencapai
689.945 ha dan 2012 sebesar 698.397 ha. Namun demikian realisasi capaian pada
tahun 2014 ini masih kurang luas jika dibandingkan dengan realisasi capaian
penambahan luas kawasan tahun 2011. Pada tahun 2011 realisasi capaian
penambahan luasnya mencapai 1.319.649 ha. Jika target utama renstra sebesar
2000.000 Ha maka target ini sudah tercapai di tahun 2014
85
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 58. Realisasi penambahan luas kawasan konservasi perairan tahun 2010-2014 No Realisasi
Target 2011
Realisasi 2011
Capaian %
1 2011 700.000 ha 1.319.649 ha 189
2 2012 500.000 ha 698.397 ha 140
3 2013 500.000 ha 689.945 ha 138
4 2014 300.000 ha 875.492 ha 292
2.000.000 3.583.483 179
Selanjutnya apabila dihitung sejak kawasan konservasi dikelola oleh Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka hingga tahun 2014 luas kawasan sudah
mencapai 16,451,076.96 Ha untuk menuju target 20 juta hektar pada tahun 2019
sebagaimana yang dicanangkan presiden, lebih detil dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 59. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia Tahun 2014
No Kawasan Konservasi Jumlah Kawasan Luas (Ha)
A Dikelola Kemenhut 32 4,694,947.55
Taman Nasional Laut 7 4,043,541.30
Taman Wisata Alam Laut 14 491,248.00
Suaka Margasatwa Laut 5 5,678.25
Cagar Alam Laut 6 154,480.00
B Dikelola KKP dan Pemda 113 11,756,129.41
Taman Nasional Perairan 1 3,355,352.82
Suaka Alam Perairan 3 445,630.00
Taman Wisata Perairan 6 1,541,040.20
Kawasan Konservasi Perairan Daerah 103 6,414,106.39
Jumlah Total 145 16,451,076.96
IK 20. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Yang Dikelola Melalui Kerjasama (Pulau)
Tabel 60. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau)
No IK
Indikator kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau)
9 12 133,33
Indikator jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama ini dihitung dari
jumlah pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama yang dihasilkan. Target adopsi pulau
pada tahun 2014 adalah sebanyak 9 pulau kecil namun kerjasama pengelolaan pulau
yang telah dihasilkan adalah sebanyak 12 pulau kecil atau telah melebihi target sebesar
133,33.
86
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 61. Target dan Realisasi lJumlah Pulau-pulau Kecil yang Dikelola Melalui Kerjasama
No Nama Pulau Kab/Kota, Provinsi Kerjasama
1 Pulau Sebatik Kab. Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara)
DJKP3K dengan UNHAS
2 Pulau Nusakambangan
Kab. Cilacap, Jawa Tengah DJKP3K dengan IPB
3 Pulau Subi Kecil Kab. Natuna, Kepri DJKP3K dengan IPB
4 Pulau Larat Kab. Maluku Tenggara Barat (MTB), Maluku
DJKP3K dengan UI
5 Pulau Alor Kab. Alor, NTT DJKP3K dengan UGM
6 Pulau Batu Kecil Kab. Lampung Barat, Lampung
DJKP3K dengan Yayasan Kalpatma dan Kodam II Sriwijaya
7 Pulau Maratua Kab. Berau, Kaltim DJKP3K dengan ITS
8 Pulau Poteran Kab. Sumenep, Jawa Timur DJKP3K dengan ITS
9 Pulau Karimun Kecil
Kab. Karimun, Kepulauan Riau (Kepri)
DJKP3K dengan UNDIP
10 Pulau Mega Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu
DJKP3K dengan Universitas Bengkulu (UNIB)
11 Pulau Enggano Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu
DJKP3K dengan Universitas Bengkulu (UNIB)
12 Pulau Lingian Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah
DJKP3K dengan Universitas Halu Oleo
Sumber data: Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil - Ditjen KP3K
Adopsi Pulau diprioritaskan pada Pulau-pulau Kecil Terluar dengan pertimbangan
bahwa PPKT memiliki nilai strategis terkait kedaulatan NKRI serta upaya percepatan
pembangunan PPKT yang umumnya tertinggal. Selain itu Undang-Undang memberikan
mandat untuk pengelolaan PPKT melalui Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005
tentang Pengelolaan PPKT dan melalui UU No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil beserta produk turunannya, yaitu Peraturan
Pemerintah No.62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan PPKT.
Tabel 62. Perbandingan Capaian Adopsi Pulau 2010 - 2014
2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
9
Jenis
9
Jenis
9
Jenis
9
Jenis
9
Jenis
12
Jenis
Sejak Tahun 2012 terjalin 9 (sembilan) kemitraan kerjasama pengelolaan pulau-pulau
kecil, termasuk PPKT antara Direktorat Jenderal KP3K-KKP dengan 8 (delapan)
Perguruan Tinggi dan 1 (satu) Lembaga Masyarakat. Melalui program adopsi pulau ini,
87
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
pihak perguruan tinggi dan Lembaga Masyarakat sebagai mitra kerjasama,
berkesempatan langsung untuk mendiseminasikan dan mempraktekan ilmu dan
teknologi yang dimilikinya sebagai wujud pengejawantahan tridharma perguruan
tinggi. Masuknya keunggulan teknologi dan kompetensi perguruan tinggi, diharapkan
dapat mengakselerasi pengembangan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan, yang
diharapkan berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
pulau-pulau kecil.
Gambar 17 Peta Lokasi Adopsi Pulau
88
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
SS 9. Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi KP, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan Bermutu
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk
KP yang optimal dan bermutu terdiri atas satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja
sebagai berikut:
IK 21. Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat Kualitas Produksi (KP1) Dibandingkan Total Produksi
Tabel 63. Target dan Realisasi Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu
NO IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
21 Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi (%)
40 31,04 77,06
Indikator Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1)
dibandingkan total produksi dihitung dari Perbandingan Kualitas Produksi 1 (KP1) dan
Kualitas Produksi 2 (KP2) garam rakyat yang dihasilkan dengan total produksi garam
rakyat. Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 untuk persentase jumlah
produksi garam rakyat kualitas produksi (KP1) dibanding total produksi adalah 40% :
60%. Pada pelaksanaannya hingga akhir tahun 2014 baru tercapai sebesar 31,04% :
68,96% dengan rincian seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 64. Rincian Produk Garam KP1
No Kab/Kota Luas Lahan (Ha)
Produksi Persentase KP1 Data Validasi (ton)
TOTAL KP 1
1 Aceh Utara 15,55 2.970,00 2.970,00 100,00
2 Aceh Timur 27,79 661,17 661,17 100,00
3 Aceh Besar 68,00 442,48 442,48 100,00
4 Pidie 28,30 4.020,25 4.020,25 100,00
5 Cirebon 3.858,00 314.480,00 56.606,40 18,00
6 Indramayu 2.714,46 311.187,40 90.244,35 29,00
7 Karawang 171,90 3.735,78 523,01 14,00
8 Brebes 307,80 25.461,30 4.583,03 18,00
9 Jepara 732,51 72.871,70 11.659,47 16,00
10 Demak 1.172,94 105.587,00 67.047,00 63,50
11 Rembang 1.543,22 141.943,13 48.260,66 34,00
12 Pati 2.828,90 287.997,00 66.239,31 23,00
13 Tuban 267,16 24.952,38 3.538,76 14,18
14 Lamongan 371,50 32.810,00 9.710,00 29,59
89
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No Kab/Kota Luas Lahan (Ha)
Produksi Persentase KP1 Data Validasi (ton)
TOTAL KP 1
15 Pasuruan 272,77 16.086,95 2.622,17 16,30
16 Gresik 112,04 8.664,75 1.559,66 18,00
17 Probolinggo 382,24 25.148,82 5.281,25 21,00
18 Kota Surabaya 1.470,25 156.220,76 65.612,72 42,00
19 Pamekasan 1.000,00 89.282,50 35.726,60 40,02
20 Sampang 3.208,20 256.540,10 59.004,22 23,00
21 Sumenep 2.386,00 292.051,54 149.395,54 51,15
22 Kota Pasuruan 127,00 10.760,00 5.057,20 47,00
23 Bangkalan 159,80 8.641,62 1.356,73 15,70
24 Karangasem 10,42 1.430,51 1.430,51 100,00
25 Buleleng 173,91 6.243,60 2.872,06 46,00
26 Bima 1.733,00 156.339,00 37.521,36 24,00
27 Sumbawa 355,00 4.559,00 Belum menerapkan
teknologi
28 Kota Bima 40,00 3.016,40 476,59 15,80
29 Lombok Timur 244,30 22.881,10 4.324,53 18,90
30 Lombok Barat 131,70 9.313,23 8.413,65 90,34
31 Lombok Tengah 58,04 2.101,44 210,14 10,00
32 Nagekeo 96,10 1.865,73 186,57 10,00
33 Ende 28,00 720,40 Belum menerapkan
teknologi
34 TTU 43,50 260,45 44,25 16,99
35 Kupang 53,78 3.146,45 345,30 10,97
36 Alor 17,00 261,10 15,30 5,86
37 Sumba Timur 70,00 622,38 131,49 21,13
38 Manggarai 15,32 329,20 16,46 5,00
39 Kota Palu 18,00 1.123,58 Belum menerapkan
teknologi
40 Jeneponto 810,00 24.547,95 2.454,80 10,00
41 Pangkep 580,00 54.893,99 21.957,60 40,00
42 Takalar 181,19 15.957,05 4.308,40 27,00
43 Selayar 12,00 762,00 36,58 4,80
Total 27.897,59 2.502.891,19 776.867,56 31,04
Sumber data: Direktorat PMPPU - Ditjen KP3K
Pencapaian kinerja jika dibandingkan dengan tahun lalu lebih rendah karena tidak
tercapainya target realisasi pada tahun 2014, yaitu hanya sekitar 31,04 dari target
sebesar 40 produksi garam dengan kualitas KP1 atau mencapai 77,6 dari target seperti
terlihat pada Gambar dibawah ini:
90
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Gambar 18. Grafik Capaian Prosentase Produksi Garam Kualitas KP1 pada Tahun 2013 dan 2014
Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2013 untuk persentase jumlah produksi
garam rakyat kualitas produksi (KP1) dibanding total produksi adalah 30%:70%.
Sedangkan pada pelaksanaannya hingga akhir tahun 2013 telah tercapai sebesar
32%:68%.
Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi tidak dapat
dilakukan karena IKU ini adalah IKU capaian kinerja Direktorat PMPPU yang tidak
masuk dalam Renstra, dana baru ditargetkan pada tahun 2013. Berdasarkan target,
maka IKU ini tidak mencapai reaalisasi capaian yang diinginkan. Dari target 40 %
kualitas garam KP1 baru tercapai 31,04 % atau 77,60% dari target.
Beberapa penyebab kegagalan mencapai target produksi KP1 adalah:
a. Perbedaan harga KP1 dan KP2 yang tidak signifikan, sementara untuk memproduksi
KP1, petambak garam perlu lebih banyak waktu (hari) penjemuran (evaporasi) dan
perlakuan yang memerlukan tenaga dan biaya lebih.
b. Penurunan nilai anggaran yang berdampak pada besaran BLM yang diterima
masyarakat. Penurunan BLM ini berdampak pada biaya yang dibutuhkan petambak
untuk menerapkan teknologi yang dapat meningkatkan produksi garam
c. Musim kering yang singkat menyebabkan petambak berupaya memproduksi garam
sebesar mungkin mengejar waktu yang tersedia, serta riskannya menunggu lebih
lama untuk menjemur air tua karena takut hujan.
d. Di beberapa daerah seperti di Kabupaten Pamekasan belum banyaknya petambak
garam yang mau mengadopsi TUF dengan alasan antara lain mahalnya biaya
produksi dan sedikitnya garam yang dihasilkan namun keuntungan yang diperoleh
sama saja dari segi jumlah pendapatan meskipun dengan biaya dan usaha yang lebih
untuk menggunakan TUF;
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Target Realisasi
30% 32%
40%
31%
Pro
sen
tase
KP
1
Indikator Kinerja Utama - Produksi Garam Kualitas KP1
2013
2014
91
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
e. Rencana adopsi TUF melalui BLM PUGAR tidak berjalan karena nilai BLM terbatas
dan menjadi lebih kecil disebabkan bertambahnya jumlah kelompok PUGAR,
sehingga biaya awal yang direncakan tidak cukup membiayai lahan yang mengadopsi
TUF.
Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya; Dengan capaian IKU sebesar 77,6%
maka anggaran yang ada belum cukup efisien. Pembengkakan jumlah penerima
sasaran BLM yang menyebabkan jumlah nilai bantuan ke setiap penerima menjadi
kecil. Akibat dari hal tersebut adalah penerima bantuan tidak mempunyai cukup dana
untuk mengaplikasikan teknologi yang dapat memproduksi garam dengan kualitas yang
diharapakan (KP1). Selain hal itu, fluktuasi harga garam yang belum memggembirakan
dan dapat memotifasi petambak garam untuk memproduksi garam dengan kualitas
KP1.
Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja. Program atau kegiatan yang menunjang pencapaian
IKU ini adalah: Perbaikan saluran tambak oleh Kementerian PU, penetapan jumlah
impor garam, penetapan harga jual garam,
SS 10. Meningkatnya Pemanfaatan Ekonomi, Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Meningkatnya
pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan
berkelanjutanterdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 65. Target dan Realisasi Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau- pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
22.
Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) 26.975 27.897 103.42
23.
Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar %
30 30,57 101,90
IK 22. Luasan Tambak Garam Yang Dikelola (Ha)
Tabel 66. Target dan Realisasi Luasan tambak garam yang dikelola (Ha)
No IK
Indikator kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
22. Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) 26.975 27.897 103.42
92
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Indikator luasan tambak garam yang dikelola (Ha) dihitung dari luas lahan tambak
garam yang difasilitasi oleh PUGAR. Dari target luasan tambak garam seluas 26.975 Ha
pada tahun 2014, telah tercapai luasan tambak garam seluas 27.897,59 Ha atau
mencapai 103,42 dari 43 kabupaten/Kota penerima bantuan PUGAR. Luasan tambak
garam yang dikelola pada Tahun 2014 secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 67. Rincian Luas Lahan Garam
No Kab/Kota Target Produksi 2014
Lahan Potensi (Ha)
Produksi Produkti-vitas (Ton/Ha)
Luas Lahan (Ha)
Data Validasi (ton)
1 Aceh Utara 806,92 177,00 15,55 2.970,00 191.00
2 Aceh Timur 374,81 33,13 27,79 661,17 23,79
3 Aceh Besar 1,283,45 430,00 68,00 442,48 6,51
4 Pidie 2,090,18 2,00 28,30 4.020,25 142,06
5 Cirebon 391.379.79 4.000,00 3.858,00 314.480,00 81,51
6 Indramayu 285.926,53 3.664,30 2.714,46 311.187,40 114,64
7 Karawang 13.403,57 670,00 171,90 3,735,78 21,73
8 Brebes 60,912,04 703,00 307,80 25.461,30 82,72
9 Jepara 66.238,88 1.168,66 732,51 72.871,70 99,48
10 Demak 77.961,92 1.834,67 1.172,94 105.587,00 90,02
11 Rembang 165.454,72 1.998,30 1.543,22 141.943,13 91,98
12 Pati 273.812,46 3.382,80 2.828,90 287.997,00 101,81
13 Tuban 21.643,58 393,35 267,16 24.952,38 93,40
14 Lamongan 32.795,48 371,50 371,50 32.810,00 88,32
15 Pasuruan 18.598,21 803,54 272,77 16.086,95 58,98
16 Gresik 9.418,80 0,00 112,04 8.664,75 77,34
17 Probolinggo 32.666,20 750,00 382,24 25.148,82 65,79
18 Kota Surabaya
95.455,39 1.470,25 1.470,25 156.220,76 106,25
19 Pamekasan 170.206,61 2.096,50 1.000,00 89.282,50 89,28
20 Sampang 281.935,16 4.200,00 3.208,20 256.540,10 79,96
21 Sumenep 208.866,99 982,20 2.386,00 292.051,54 122,40
22 Kota Pasuruan
13.420,93 150,00 127,00 10.760,00 84,72
23 Bangkalan 6,696,99 742,50 159,80 8.641,62 54,08
24 Karangasem 1.226,10 10,42 10,42 1.430,51 137,29
25 Buleleng 3,587,11 276,00 173,91 6.243,60 35,90
26 Bima 135.059,33 4.068,00 1.733,00 156.339,00 90,21
27 Sumbawa 7.153,56 3.500,00 355,00 4.559,00 12,84
28 Kota Bima 4.687,11 55,00 40,00 3.016,40 75,41
93
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No Kab/Kota Target Produksi 2014
Lahan Potensi (Ha)
Produksi Produkti-vitas (Ton/Ha)
Luas Lahan (Ha)
Data Validasi (ton)
29 Lombok Timur
12.972,29 1.383,13 244,30 22.881,10 93,66
30 Lombok Barat
10.350,00 354,19 131,70 9.313,23 70,72
31 Lombok Tengah
3.950,49 369,40 58,04 2.101,44 36,21
32 Nagekeo 3.363,59 2.443,00 96,10 1.865,73 19,41
33 Ende 918,51 1.120,00 28,00 720,40 25,73
34 Timur Tengah Utara
4.265,78 1.097,00 43,50 260,45 5,99
35 Kupang 1.271,94 7.300,00 53,78 3.146,45 58,51
36 Alor 124,98 35,00 17,00 261,10 15,36
37 Sumba Timur
837,57 1.111,00 70,00 622,38 8,89
38 Manggarai 727,10 - 15,32 329,20 21,49
39 Kota Palu 1.417,50 - 18,00 1.123,58 62,42
40 Jeneponto 48.948,32 979,10 810,00 24.547,95 30,31
41 Pangkep 19.819,46 672,00 580,00 54.893,99 94,64
42 Takalar 10.353,96 388,36 181,19 15.957,05 88,07
43 Selayar 1.155,06 22,00 12,00 762,00 63,50
Total 2.503.539,36 55.207,31 27.897,59 2.502.891,19 89,72
Sumber data: Direktorat PMPPU - Ditjen KP3K
Apabila dibandingkan luasan tambak garam yang dikelola dari tahun 2012 dan 2014,
terjadi peningkatan luasan tambak garam yang dikelola sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar berikut:
94
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Gambar 19. Grafik Jumlah Luasan Tambak Garam (Ha) pada Tahun 2012-2014
IKU ini terkait dengan IKU 8 yaitu jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan
usaha garam rakyat/KUGAR. Pada IKU 8 tersebut telah dijelaskan mengenai
keberhasilan penyaluran bantuan langsung masyarakat kepada kelompok usaha garam
rakyat (KUGAR) sebanyak 5.796 kelompok.
IK 23. Persentase Luas Lahan Yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan Pugar
Tabel 68. Target dan Realisasi Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar %
No IK
Indikator kinerja Target Realisasi Capaian (%)
23. Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar %
30 30,57 101,90
Indikator persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total
lahan pugar dihitung dari peningkatan luas lahan yang menerapkan ketiga rekomendasi
teknologi seperti pada IKU 14. Capaian kinerja luas lahan yang menggunakan inovasi
teknologi pada tahun 2014 mencapai 105,23 dengan jumlah luasan sebesar 8.589,94
Ha atau 31,57 dari target pada tahun 2014 sebanyak 30 dari total luas lahan PUGAR.
Luasan lahan tersebut berada pada 19 Kabupaten/kota dengan rincian dapat dilihat
pada Tabel berikut:
20870
24207
27897
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2012 2103 2014
Luas
an T
amb
ak G
aram
(H
a)
Tahun
95
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 69. Data Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi
No Kab/Kota Luas Lahan
(Ha)
Luas Lahan yang Menggunakan
Teknologi (Ha)
1 Aceh Utara 15,55 Teknologi Perebusan
2 Aceh Timur 27,79 Teknologi Perebusan
3 Aceh Besar 68,00 Teknologi Perebusan
4 Pidie 28,30 Teknologi Perebusan
5 Cirebon 3.858,00 2.231,11
6 Indramayu 2.714,46 459,90
7 Karawang 171,90 171,90
8 Brebes 307,80 110,55
9 Jepara 732,51 618,09
10 Demak 1.172,94 606,71
11 Rembang 1.543,22 463,06
12 Pati 2.828,90 363,30
13 Tuban 267,16 39,32
14 Lamongan 371,50 281,90
15 Pasuruan 272,77 53,80
16 Gresik 112,04 45,00
17 Probolinggo 382,24 65,56
18 Kota Surabaya 1.470,25 298,58
19 Pamekasan 1.000,00 524,18
20 Sampang 3.208,20 669,89
21 Sumenep 2.386,00 782,39
22 Kota Pasuruan 127,00 25,20
23 Bangkalan 159,80 35,90
24 Karangasem 10,42 10,42
25 Buleleng 173,91 33,49
26 Bima 1.733,00 243,18
27 Sumbawa 355,00 Belum memanfaatkan
28 Kota Bima 40,00 27,80
29 Lombok Timur 244,30 225,76
30 Lombok Barat 131,70 52,30
31 Lombok Tengah 58,04 55,36
32 Nagekeo 96,10 15,00
33 Ende 28,00 Belum memanfaatkan
34 Timur Tengah
Utara 43,50 7,50
35 Kupang 53,78 35,00
96
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No Kab/Kota Luas Lahan
(Ha)
Luas Lahan yang Menggunakan
Teknologi (Ha) 36 Alor 17,00 17,00
37 Sumba Timur 70,00 28,00
38 Manggarai 15,32 15,32
39 Kota Palu 18,00 Belum memanfaatkan
40 Jeneponto 810,00 97,90
41 Pangkep 580,00 32,00
42 Takalar 181,19 53,50
43 Selayar 12,00 12,00
Total 27.897,59 8.807,88
Sumber data: Direktorat PMPPU - Ditjen KP3K
Keterangan: Persentase lahan yang menggunaan linovasi teknologi:
8.807,88 x 100 = 31,57
27.897,59
Pada tahun 2014 capaian kinerja ini dapat dicapai bahkan melampaui target yang
direncanakan, jika dibandingkan dengan tahun lalu maka capaian ini lebih baik. hal ini
dikarenakan cuaca yang tidak mendukung untuk pemanfaatan teknologi yang
direkomendasikan. Sehingga banyak petambak yang tidak berani menggunakaan
teknologi yang telah direkomendasikan untuk peningkatan produksi garam di lokasi
tambaknya, dan tetap memilih menggunakan teknologi yang masih tradisional.
Gambar 20. Grafik Persentase Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan PUGAR
20%
30%
0%
31,57%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
2013 2014
Tahun
Target
Realisasi
97
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tidak seluruh kabupaten/kota penerima program PUGAR mangadopsi salah satu
rekomendasi teknologi yang disarankan antara lain disebabkan oleh : (i) harga garam di
petambak tidak membedakan kualitas atau tidak signifikan, sehingga petambak enggan
memproduksi garam KP1; (ii) Di beberapa daerah seperti di Kabupaten Pamekasan
belum banyaknya petambak garam yang mau mengadopsi TUF dengan alasan antara
lain mahalnya biaya produksi dan sedikitnya garam yang dihasilkan namun keuntungan
yang diperoleh sama saja dari segi jumlah pendapatan meskipun dengan biaya dan
usaha yang lebih untuk menggunakan TUF; (iii) Rencana adopsi TUF melalui BLM
PUGAR tidak berjalan karena nilai BLM menjadi lebih kecil disebabkan bertambahnya
jumlah kelompok PUGAR, sehingga biaya awal yang direncakan tidak cukup membiayai
lahan yang mengadopsi TUF.
SS 11. Terselenggaranya Pengendalian Dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilterdiri atas dua indikator kinerja, dengan
capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 70. Target dan Realisasi Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
NO IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
24 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K
1 1 100
25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi 2 2 100
IK 24. Jumlah Rekomendasi Izin Pemanfaatan Perairan di WP3K
Indikator rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K dihitung dari Penerbitan
rekomendasi izin pemanfaatan perairan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dari
target 1 rekomendasi, telah tercapai 1 rekomendasi (100,00). Pada Tahun 2014, telah
dikeluarkan 1 rekomendasi izin pemanfaatan perairan dengan fasilitasi Penyusunan
Rencana Zonasi WP3K di Kabupaten Batubara.
Tabel 71. Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K 2013-2014
Indikator Kinerja Target 2013
Realisasi 2013
Target 2014
Realisasi 2014
Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K
2 2 1 3
98
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Pada Tahun 2013, telah disusun Detail Engineering Design Ekstensifikasi Lahan Garam
dan Perencanaan Sarana Tambak Garam dalam rangka ekstensifikasi berbasis potensi
untuk konsep pengembangan usaha garam rakyat menuju industrialisasi dan
Perencanaan Sarana Tambak Garam dalam rangka ekstensifikasi berbasis potensi,
tujuan dan sasaran utamanya adalah untuk menghitung kebutuhan kapasitas dan
jumlah gudang dan Unit Pengolah Garam (UPG) dalam mendukung ekstensifikasi lahan
garam di lokasi terpilih Kabupaten Sampang, Sumenep, Bangkalan dan Pamekasan.
Salah satu pendorong dalam pencapaian target ini adalah ketersediaan data yang
diperluka dalam melakukan perencanaan
IK 25. Jumlah Fasilitasi Izin Lokasi Reklamasi
Tabel 72. Target dan Realisasi Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi
No Ik
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi 2 2 100
Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi dihitung dari Jumlah kawasan pesisir
yang difasilitasi dalam melakukan kegiatan reklamasi dan penerbitan izin lokasi
reklamasi agar memperhatikan kelestarian lingkungan serta keberlanjutan kehidupan
dan penghidupan masyarakat.
Dari target 2 izin, telah tercapai 100, yaitu izin lokasi reklamasi di Tanjung Benoa, Bali
dan fasilitasi izin lokasi reklamasi di Tanjung Carat, Sumatera Selatan. Sebagai
penjabaran Pasal 34 UU 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil, setelah diterbitkan PERPRES 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau – pulau Kecil yang mengatur tentang perencanaan dan pelaksanaan
reklamasi, dan PERMEN KP No. 17 tahun 2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau – pulau Kecil yang mengatur secara rinci persyaratan dan mekanisme
perizinan reklamasi di WP3K.
Seiring dengan telah diterbitkannya PERPRES 122 tahun 2012, dan PERMEN KP No. 17
tahun 2013, tentunya terdapat wilayah – wilayah yang mengajukan izin reklamasi di
WP3K.
Sebagai upaya pemeriksaan kualitas dan substansi dokumen – dokumen yang diajukan
oleh pemrakarsa reklamasi di WP3K dan kondisi eksisting di lapangan (termasuk
seluruh aspek yang terkait), maka perlu dilakukan verifikasi dokumen – dokumen
reklamasi tersebut.
99
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai
fasilitator dan motivator pengelolaan reklamasi wilayah pesisir dan laut, dipandang
perlu untuk berperan aktif dalam kegiatan reklamasi di WP3K. Pengamatan terhadap
kondisi beberapa daerah rencana reklamasi maupun daerah reklamasi yang sudah
selesai dibangun ialah munculnya manfaat sekaligus permasalahan. Beberapa issue
mengenai kegiatan reklamasi diantaranya mengenai AMDAL, degradasi lingkungan, dan
perubahan morfologi pantai, disamping manfaat utama yang diharapkan yaitu
peningkatan nilai ekonomi pada wilayah reklamasi yang baru. Mengingat kompleksitas
permasalahan di wilayah reklamasi, maka pada tahun 2014 Direktorat Pesisir dan
Lautan - Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil melaksanakan kegiatan
“Verifikasi dan Fasilitasi Kegiatan Reklamasi Pesisir”.
A. Izin Lokasi Reklamasi Teluk Benoa
Latar belakang rencana reklamasi Teluk Benoa ialah terjadinya pendangkalan yang
meluas sehingga menyebabkan degradasi ekosistem pesisir dan terbentuknya lahan
yang tidak produktif. Kondisi tersebut menyebabkan perlunya penanganan kawasan
Teluk Benoa secara komprehensif dan terpadu. Potret kondisi eksisting Teluk Benoa
dapat ditampilkan pada gambar-gambar berikut :
Gambar 21 Kondisi eksisting Teluk Benoa (tahun 2013)
Surat permohonan izin lokasi reklamasi dari pemrakarsa PT. Tirta Wahana Bali
Internasional (TWBI) disampaikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan pada
tanggal 11 Juni 2014. Rencana lokasi reklamasi Teluk Benoa sesuai dengan proposal
yang diajukan dengan luas 810 ha, dan yang disetujui seluas 700 Ha sesuai dengan
telaahan dan evaluasi terhadap domumen dan lokasi rencana reklamasi.
Sesuai dengan PERMEN KP No. 17 tahun 2013, persyaratan untuk memperoleh izin
lokasi yang harus dipenuhi pemrakarsa yaitu : (a). Surat permohonan Menteri Kelautan
dan Perikanan, (b). Bukti kesesuaian lokasi reklamasi dengan RZWP3K dan/atau RTRW
dari instansi yang berwenang, (c). Peta lokasi reklamasi dan lokasi sumber material
dengan skala 1:1.000 dengan sistem koordinat lintang (longitute) dan bujur (latitute)
pada lembar peta, dan (d). Proposal perencanaan reklamasi.
100
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Menteri memberikan izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013
berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW provinsi,
kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi; kondisi ekosistem
pesisir; akses publik; dan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Berdasarkan aspek hukum, proposal yang disampaikan, dan hasil verifikasi lapangan,
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Lokasi reklamasi sudah sesuai arahan pemanfaatan ruang dalam PERPRES 51 tahun
2014 sesuai dengan alokasi ruang;
b. Ekosistem pesisir di daerah rencana reklamasi didominasi oleh ekosistem
mangrove dengan kondisi baik dengan jenis beragam. Apabila reklamasi dilakukan
di lokasi tersebut, ekosistem mangrove tidak akan terganggu karena reklamasi
akan dilakukan dengan reklamasi berbentuk pulau-pulau buatan;
c. Pemrakarsa tetap mempertahankan akses nelayan dan pembudidaya ikan;
d. Mempersiapkan beberapa alternatif seperti kompensasi atau pemindahan lokasi
penangkapan ke tempat yang lain terdekat untuk keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
Sesuai hasil evaluasi, dalam pemberian Izin Lokasi tersebut direkomendasikan
beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin Lokasi sebagai berikut:
a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau – pulau buatan yang dipisahkan oleh kanal-
kanal dengan jarak minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak mengganggu
keseimbangan dan keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di sekitar lokasi
reklamasi dan keberadaan taman hutan rakyat;
b. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar
memperhatikan aspek lingkungan;
c. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi;
d. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan
wilayah pesisir di sekitar lokasi reklamasi.
B. Rekomendasi Izin Lokasi Tanjung Carat
Rencana lokasi reklamasi Tanjung Carat, Kabupaten Banyuasin merupakan satu
kesatuan dengan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api dengan
rencana luas reklamasi ± 3.000 Ha. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk
memperoleh Rekomendasi Izin Lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013
adalah sebagai berikut : Surat keterangan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material
dari gubernur, bupati/walikota; Peta lokasi reklamasi dan lokasi sumber material
dengan skala 1 : 1.000 dengan sistem koordinat lintang (longitute) dan bujur (latitute)
pada lembar peta, Proposal perencanaan reklamasi
Menteri memberikan rekomendasi izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun
2013 berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW provinsi,
101
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi; Kondisi ekosistem
pesisir; Akses publik; dan Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat
Berdasarkan proposal yang disampaikan dan hasil verifikasi lapangan, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Berdasarkan pola ruang pada Pasal 33 poin b Perda Kabupaten Banyuasin No. 28
Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 – 2032, calon lokasi
reklamasi telah sesuai dengan alokasi ruang pada pola ruang;
b. Terdapat ekosistem mangrove dengan kondisi baik dan jenis beragam, antara lain:
Api-Api (Avicennia sp), Bakau-bakau (Rhizophora sp), Bruguiera sp, Kandelia sp dan
Ceriops sp. Apabila reklamasi dilakukan di lokasi tersebut, ekosistem mangrove
tidak akan terganggu karena reklamasi akan dilakukan dengan jarak minimal 300
meter dari daratan dan dipisahkan dengan kanal. Apabila dilaksanakan reklamasi,
maka kemungkinan akan mengganggu akses nelayan dan pembudidaya ikan dalam
kegiatan perikanan serta akses pelayaran rakyat. Akan tetapi hal ini sudah
diantisipasi dalam proposal;
c. Apabila kegiatan reklamasi dilaksanakan akan mengganggu wilayah penangkapan
nelayan, dan telah ada perencanaan pada proposal dengan melakukan beberapa
alternatif seperti kompensasi atau memindahkan lokasi penangkapan ke tempat
yang lain terdekat sesuai dengan kesepakatan.
Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin Lokasi sebagai berikut:
a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau yang dipisahkan oleh kanal dengan jarak
minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak mengganggu keseimbangan dan
keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di sekitar lokasi reklamasi dan
keberadaan hutan lindung;
b. Agar memperhatikan rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Api-api;
c. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar
memperhatikan aspek lingkungan;
d. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi;
e. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan
wilayah pesisir di sekitar lokasi reklamasi.
102
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Gambar 22. Kondisi eksisting daerah lokasi reklamasi Tanjung Carat
Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi (izin) merupakan indikator yang baru
ditetapkan menjadi indikator kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada tahun 2013 dan
2014 (seiring diterapkannya sistem Balanced Score Card di Kementerian Kelautan dan
Perikanan). Pada tahun 2013 target untuk indikator ini adalah sebanyak 1 izin yang
terfasilitasi dengan capaian 1 izin, sedangkan tahun 2014 memiliki target 2 izin
reklamasi yang terfasilitasi dengan capaian 2 izin yang terfasilitasi. Target indikator ini
bersifat kumulatif, dengan capaian 100 untuk tahun 2013 dan 2014.
SS 12. Tersedianya SDM Lingkup Ditjen KP3K Yang Kompeten Dan Profesional
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya
SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional terdiri atas dua indikator
kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 73. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional
Lokasi RencanaReklamasi
No Ik
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
26 Indeks kesenjangan kompetensi eselon II, III, IV dan V DJ KP3K (%)
50% 13,73% 120
27 Service Level Agreement DJKP3K 75% 93,13% 120
103
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
IK 26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K
Indikator Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV, dan V KP3K dihitung dari
perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan untuk satu jabatan tertentu dan
kompetensi yang dimiliki oleh pejabat tersebut.
Pada Tahun 2014, target indeks kesenjangan kompetensi Eselon II hingga IV sebesar
50%. Dari target tersebut, telah dicapai 13,73% atau tercapai 120% sebagaimana tersaji
pada tabel di bawah ini.
Tabel 74. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%)
Sumber data: Biro Perencanaan KKP
Data capaian pada tabel di atas hasil dari assessment terhadap pejabat eselon II dan III
pada satu Unit Eselon I sebagai sample. Dari hasil kegiatan ini dapat diketahui
kesenjangan kompetensi (competency gap) pada setiap pejabat eselon II dan III.
Kompetensi merupakan kombinasi keterampilan, pengetahuan dan sikap yang
kompleks yang ditunjukkan oleh seorang anggota organisasi yang sangat penting bagi
terselenggaranya fungsi organisasi secara efektif dan efisien. Kombinasi keterampilan,
pengetahuan, perilaku dan atribut personal yang terobservasi dan mampu memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kinerja seorang pegawai dan kesuksesan organisasi.
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 75. Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*
REALISASI 2013
REALISASI 2014
% REALISASI 2014 thdp TARGET JANGKA
MENENGAH
Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DITJEN KP3K
- 56,68% 13,73% 120
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Salah satu penyebab keberhasilan pencapaian target ini adalah dengan adanya
program pendidikan dan pelatihan pegawai yang dilaksanakan oleh Badan SDMKP.
NO IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
26 Indeks kesenjangan kompetensi eselon II, III, IV dan V DJ KP3K (%)
50% 13,73% 120
104
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
IK 27. Service Level Agreement DJKP3K
Service Level Agreement (SLA) adalah tingkat layanan yang diberikan oleh penyedia
layanan terhadap pengguna layanan dalam hal akses informasi dengan sasaran
tersedianya informasi kelautan dan perikanan yang valid, handal dan mudah diakses.
Pada Ditjen KP3K, SLA dihitung dari jumlah waktu layanan (hari) terhadap akses
informasi pada website Ditjen KP3K.
Pada tahun 2014, tingkat SLA ditargetkan sebesar 75 % dan terealisasi sebesar 93,13%,
atau mencapai 120% dari target yang diproyeksikan, sebagaimana tersaji dalam tabel
berikut:
Tabel 76. Service Level Agreement DJKP3K
Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas
Nilai tersebut diperoleh berdasarkan rumus :
Jumlah waktu Layanan yang diberikan Tingkat Layanan = ----------------------------------------------------------- X 100 % Jumlah waktu layanan dalam setahun
233 Tingkat Layanan = ----------- X 100 = 93,17 % 250
Tabel 77. Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan Tahun 2014 Periode Nilai
Triwulan I
Jumlah Hari Akses Pelayanan 52 85,25
Jumlah Hari Kerja 61
Triwulan II
Jumlah Hari Akses Pelayanan 58 95,08
Jumlah Hari Kerja 61
Triwulan III
Jumlah Hari Akses Pelayanan 62 96,88
Jumlah Hari Kerja 64
Triwulan IV
Jumlah Hari Akses Pelayanan 61 95,31
Jumlah Hari Kerja 64
Rata-rata 93,13
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Humas
NO IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
27 Service Level Agreement DJKP3K 75% 93,13% 120
105
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Apabila dibandingkan terhadap capaian tingkat SLA pada Tahun 2013 yaitu sebesar
99,24%, capaian SLA Tahun 2014 masih tercapai di atas 100%, sebagaimana terlihat
pada tabel berikut:
Tabel 78. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*
REALISASI 2013
REALISASI 2014
% REALISASI 2014 thdp TARGET JANGKA
MENENGAH
Service Level Agreement DJKP3K
- 99,24 93,13 120
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Capaian kinerja di atas 100% ini didasarkan atas adanya pembangunan dan
pengembangan Sistem Informasi KKP (SI-KKP) yang jaringan infrastrukturnya telah
mulai terintegrasi baik di pusat maupun di daerah dengan sistem koneksi berbasis
internet yang kontinyu yang pada akhirnya akan dimanfaatkan untuk memperoleh dan
menyampaikan data dan informasi secara cepat. Untuk menjalankan infrastruktur
jaringan SI-KKP yang optimal memerlukan kapasitas dan kualitas bandwidth internet
yang memadai sehingga jalur komunikasi data menjadi lancar dan tidak terhambat.
Dengan kapasitas bandwidth yang lebih besar dan infrastruktur yang memadai akan
berdampak kepada koneksi internet yang optimal, sehingga layanan akses untuk
mendapatkan data dan informasi kelautan dan perikanan yang valid, handal dan
mudah diakses semakin meningkat.
SS 13. Tersedianya Informasi Bidang KP3K Yang Valid, Handal dan Mudah Diakses
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya
informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses, dengan capaian kinerja
sebagai berikut:
Tabel 79. Sasaran Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses
No IK
Indikator kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
28 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K (skala likert 1-5)
4,25 4,89 115,06
29 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di DJKP3K (%)
100 92,66 92,66
106
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
IK 28. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Informasi di Ditjen KP3K
Indikator Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert 1-5) DJKP3K dihitung
dari tingkat kepuasan user terhadap pelayanan terhadap kemudahan aksesibilitas yang
disepakati bersama di lingkup Ditjen KP3K. Indikator ini dihitung menggunakan angket
yang terdiri dari 5 skala (sangat memuaskan, memuaskan, cukup memuaskan, kurang
memuaskan, tidak memuaskan). Angket tersebut dilampirkan pada website KP3K
dengan alamat www.kp3k.kkp.go.id dan diharapkan setiap pengguna/user website
KP3K memberikan penilaian.
Pada Tahun 2014, angket kepuasaan publik terhadap Website KP3K disampling dari
unit kerja internal Ditjen KP3K yang melibatkan 5 direktorat dan 8 unit pelaksana teknis
(UPT) dengan jumlah responden yang terlipat sebanyak 200 orang.
Adapun daftar pertanyaan yang diberikan meliputi:
1. Pengalaman menggunankan Website KP3K :
2. Frekuensi menggunakan Website KP3K ;
3. Angket kepuasan meliputi pertanyaan:
4. Apakah saudara puas dengan tampilan/design Website KP3K
5. Apakah anda puas dengan koneksi internet pada web KP3K
6. Apakah anda puas dengan konten/isi dari web KP3K
7. Apakah anda puas dengan timbal balik pada konten pengaduan di Web KP3K
8. Apakah anda puas dengan tampilan foto/video pada web KP3K
9. Apakah isi konten web KP3K sudah relevan dengan TUPOKSI Ditjen KP3K
10. Apakah isi konten web KP3K menyediakan info terkini/update
11. Apakah isi konten web KP3K mudah difahami/dimengerti
Dari hasil polling tersebut, didapat nilai 4,63 dari target nilai 4,25. Capaian tersebut
sebagaimana tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel 80. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%)
Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas
Indikator kinerja Target Realisasi %
Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K
4,25 4,63 109
107
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Secara lengkap, nilai dari masing-masing kuisioner adalah sebagai berikut:
Gambar 23 Grafik Hasil Polling Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Tahun 2013
Apabila dibandingkan dengan target dan realisasi pada Tahun 2013, dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 81. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*
REALISASI 2013
REALISASI 2014 % REALISASI 2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K
- 4,01 4,63 109
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Prestasi ini dicapai karena telah dibentuk tim kehumasan lingkup Ditjen KP3K pada
Tahun 2014.
IK 29. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal Pemerintah (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi di DJKP3K (%)
Indikator IKU Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang
ditindaklanjuti dibanding totalrekomendasi Ditjen KP3K dihitung dari persentase saran
atau perbaikan yang ditindaklanjuti berdasarkan laporan hasil pengawasan Aparat
Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah selama Tahun 2014. Dari target nilai
100%, tercapai 85,87%. Dari 191 saran dan rekomendasi sudah ditindaklanjuto dan
dinyatakan tuntas 137, dan yang masih dalam proses sebanyak 54 saran dan
rekomendasi. Capaian tersebut sebagaimana tersaji pada tabel dibawah ini.
3,84
4,24,44,64,8
5Hasil Polling Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Tahun 2014
108
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tabel 82. Target dan Realisasi IKU 2014 Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi Ditjen KP3K (%)
100 85,87 85,87
Sumber data: Inspektorat Jenderal KKP
Secara rinci, temuan keuangan dari APIEP yang telah tuntas ditindaklanjuti (100%)
selama Tahun 2014, namun masih terdapat temuan administrasi 71%, sebagaimana
tersaji pada tabel berikut:
Tabel 83. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun 2014
No APIEP Keuangan Administrasi
Temuan (Rp.) Tindak Lanjut
(Rp.) % Temuan Tindak Lanjut %
1 BPK-RI 86.549.594 86.549.594 100 6 6 100
2 BPKP 317.564.731 317.564.731 100 26 26 100
3 ITJEN KKP 4.193.441.270 4.193.441.270 100 223 151 67,71
Total 4.597.555.595 4.597.555.595 100 255 183 71,73
Rata-rata Keuangan dan Administrasi 85,87
Sumber data : Itjen KKP (Februari, 2015)
Tabel 84. Perbandingan Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%) Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*
REALISASI 2013
REALISASI 2014
% REALISASI 2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal
(APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi
Ditjen KP3K (%)
- 88,36 85,87 85,87
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelesaian rekomendasi adalah:
Ketiadaan kewenangan penangung jawab satker untuk melakukan intervensi
kebijakan pada masyarakat (contoh terhadap koperasi),
Pihak ketiga yang sulit untuk ditelusuri keberadaannya,
Pihak ketiga yang sudah tidak aktif atau telah pailit, dan
Penanggung jawab mutasi/pensiun.
109
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Adapun rencana percepatan penyelesaian sisa temuan diatas dilakukan melalui
koordinasi dengan direktorat teknis terkait, Inspektorat Jenderal KKP, BPKP Perwakilan
setempat, dan dengan dinas/badan pelaksana proyek KP3K di tingkat provinsi/
kabupaten/kota.
SS 14. Terwujudnya Good Governance & Clean Government di Bidang KP3K
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terwujudnya
good governance & clean government di bidang KP3K, dengan capaian kinerja sebagai
berikut:
Tabel 85. Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Akhir Capaian
(%)
1 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja DJKP3K Nilai AKIP A 80,57 (A) 100,00
2 Nilai Integritas DJKP3K 6,75 7,46 110,52
3 Nilai Inisiatif anti korupsi di DJKP3K 7,75 7,9 101,94
4 Nilai Penerapan RB di DJKP3K 80 84,23 105,29
IK 30. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan integrasi dari
sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem pelaporan kinerja, yang selaras
dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Dalam hal ini, setiap organisasi
diwajibkan mencatat dan melaporkan setiap penggunaan keuangan negara serta
kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku.
Akuntabilias kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan
yang telah di amanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi
organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui
laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Indikator Tingkat
Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K dihitung dari pedoman Penilaian AKIP instansi
dari KemenPAN atas akuntabilitas kinerja Ditjen KP3K. Yang melakukan penilaian AKIP
Ditjen KP3K pada Tahun 2014 adalah Inspektorat III sebagai mitra kerja Ditjen KP3K
dengan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Perencanaan Kinerja dengan bobot 35%;
b. Pengukuran Kinerja dengan bobot 20%;
c. Pelaporan Kinerja dengan bobot 15%;
d. Evaluasi kinerja dengan bobot 10%;
e. Pencapaian Kinerja dengan bobot 20%.
110
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Tahun 2014 dari target nilai A, Ditjen KP3K telah tercapai A (80,59), sebagaimana tersaji
pada tabel berikut:
Tabel 86. Target dan Realisasi IKU Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K
No IK
Indikator Kinerja Target Realisasi
Ahir Capaian
(%)
30 Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K
Nilai AKIP A (75)
Nilai AKIP A (80,59)
104,86
Sumber data : Ijten KKP (Juni,2014)
Perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) Ditjen KP3K dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun 2012, nilai Ditjen KP3K
adalah 77,73 (kategori A), tahun 2013 bertambah menjadi 78,52 (A) dan pada Tahun
2014 naik menjadi 80,59 (A), sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 87. Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, berdasarkan Komponen penilaian AKIP
NO KOMPONEN NILAI
2012
NILAI
2013
NILAI
2014
A. Perencanaan Kinerja (35%) 32,19 30,53 33,03
1. Perencanaan Strategis (12,5%) 10,83 10,31 11,38
2. Perencanaan Kinerja Tahunan (22,5%) 21,36 20,21 21,65
B. Pengukuran Kinerja (20%) 16,10 16,70 17,70
1. Pemenuhan Pengukuran (4%) 4,00 3,50 3,00
2. Kualitas Pengukuran (10%) 9,29 9,82 9,82
3. Implementasi Pengukuran (6%) 2,81 3,38 4,88
C Pelaporan Kinerja (15%) 13,96 13,46 9,50
1. Pemenuhan Pelaporan (3%) 3,00 3,00 2,29
2. Penyajian Informasi Kinerja (8%) 7,71 7,71 5,71
3. Pemanfaatan Ingormasi Kinerja (4%) 3,25 2,75 1,50
D. Evaluasi Internal (10%) - - 3,98
1. Pemenuhan Evaluasi (2%) - - 1,75
2. Kualitas Evaluasi (5%) - - 2,23
3. Pemanfaatan Evaluasi (3%) - - 0,00
E Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi
(20%)
15,48 17,83 16,38
1. Kinerja Yang Dilaporkan (Output) (5%) 4,30 5,25 4,00
2. Kinerja Yang Dilaporkan (Outcome) (5%) 3,94 4,31 8,88
3. Kinerja Tahun Berjalan (5%) 4,03 4,38 -
4. Kinerja Dari Penilaian Itjen KKP (5%) 3,21 3,90 -
Total Nilai 77,73 78,52 80,59 Sumber data: Ijten KKP (Juni,2014)
111
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Salah satu hal yang mendorong kenaikan nilai AKIP Ditjen KP3K pada Tahun 2014
adalah dengan mulai dibangunnya sistem monitoring kinerja yang berbasis teknologi
informasi yaitu Sistem Informasi Manajemen Kinerja Ditjen KP3K (Satker 07) yang
disingkat SIMANJA-07. Sistem ini melibatkan seluruh satker di lingkungan Ditjen KP3K,
mulai dari satker pusat, satker Unit Pelaksana Teknis (UPT), hingga satker
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di daerah. Selain itu, dalam pengelolaan sistem
akuntabilitas kinerja di lingkungan Ditjen KP3K, telah dibentuk suatu tim SAKIP dan
LAKIP dan tim pengelola SIMANJA-07.
Program lain yang mendorong meningkatnya nilai akuntabilitas kinerja Ditjen KP3K ini
adalah adanya aplikasi kinerja di lingkungan KKP yaitu aplikasi kinerjaku.kkp.go.id dan
aplikasi Sistem Penilaian Kinerja Individu (Sipkindu) di lingkungan KKP.
IK 31. Nilai Integritas DJKP3K
Indikator Nilai Integritas Ditjen KP3K mengacu pada nila integritas Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP). Indikator Nilai Integritas dihitung dari :
1. Survei dilakukan terhadap unit layanan dengan melibatkan jumlah responden
pengguna layanan. Seluruh responden merupakan pengguna langsung dari
layanan publik yang disurvei dalam satu tahun terakhir.
2. Penilaian survei dilakukan dengan menggabungkan dua unsur, yakni
pengalaman integritas: yang merefleksikan pengalaman responden terhadap
tingkat korupsi yang dialaminya; dan potensi integritas yang merefleksikan
faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya korupsi dipersepsikan
oleh responden
3. Dari kedua unsur tersebut, kemudian dijabarkan menjadi variable, indikator,
dan sub-sub indikator.
4. Besarnya bobot dari setiap variabel, inidikator, dan sub-indikator ditentukan
oleh para pakar yang memiliki keilmuan terkait dengan pemberantasan dan
pencegahan korupsi seperti sosiologi, psikologi, hukum, administrasi negara,
ekonomi, dan disiplin ilmu lainnya
Penilaian indikator ini dilakukan oleh KPK, dengan tujuan untuk mewujudkan
pemerintahan yang good governance dan clean government. Pada tahun 2014
dilakukan penilaian atas layanan: 1) Izin Penangkapan Ikan; dan 2) Pengadaan Barang
dan Jasa dengan hasil nilai 7,46 dari target 6,75 (tercapai 110,52%) sebagaimana pada
tabel berikut:
Tabel 88. Target dan Realisasi IKU Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Nilai Integritas DJKP3K 6,75 7,46 110,52 Sumber data: Biro Perencanaan, KKP
112
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Jika dibandingkan dengan nilai integritas KKP tahun 2012 mendapat nilai 6,89, tahun
2013 naik sebesar 10,23 dan nilai integritas KKP 2014 menjadi 7,46.
Tabel 89. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*
REALISASI 2013
REALISASI 2014
% REALISASI 2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
Nilai Integritas DJKP3K 6,89 10,23 7,46 110,52
Program yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan dibentuknya Unit
Layanan Pengadaan (ULP) di setiap unit Eselon I yang terintegrasi dan dengan
menggunakan sistem online.
IK 32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K
Indikator Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K dihitung dari penilaian Itjen terhadap
inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh masing-masing unit Eselon II Ditjen KP3K
dengan kuesioner.
Berdasarkan Intruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Ditjen KP3K) memberikan dukungan maksimal terhadap upaya-upaya penindakan
korupsi untuk terciptanya sebuah “good and clean governance” (tata kelola
pemerintah baik dan bersih) di Indonesia dengan pilar utama transparansi, partisipasi
dan akuntabilitas. Ditjen KP3K juga melakukan peningkatan upaya pengawasan dan
pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di lingkungan Ditjen KP3K.
Penilaian Inisatif Anti Korupsi (PIAK) adalah alat ukur dalam menilai kemajuan suatu
instansi dalam mengembangkan upaya pemberantasan korupsi di instansinya. Tujuan
dari PIAK ini adalah untuk mengukur apakah suatu instansi telah menerapkan sistem
dan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di
lingkungannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur yaitu:
Indikator Utama
o Kode etik khusus
o Peningkatan transparansi dalam manajemen sdm
o Peningkatan transparansi dalam pengadaan
o Peningkatan transparansi penyelenggaraan negara
o Peningkatan akses publik dalam memperoleh informasi
o Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh KPK/BPK/APIP
o Kegiatan promosi anti korupsi
Indikator Inovasi
113
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
o Laporan kualitatif
Pada tahun 2014 Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen KP3K telah ditargetkan yaitu 7,75.
Hingga akhir tahun 2014 capain untuk Indikator Kinerja ini telah tercapai sebesar 7,9.
Capaian tersebut sebagaimana tersaji pada tabel dibawah ini.
Tabel 90. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K 7,75 7,9 101,94 Sumber data : Itjen KKP
Capaian nilai pada Tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya
dan dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai berikut:
Tabel 91. Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan
2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*
REALISASI 2013
REALISASI 2014
% REALISASI 2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K
- 7,8 7,9 101,94
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Program/kegiatan yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan adanya
sosialisasi dan promosi anti korupsi di lingkungan Ditjen KP3K baik di tingkat pusat
maupun di daerah yang terus menerus di setiap kesempatan, baik melalui media cetak
dan elektronik.
IK 33. Nilai Penerapan RB DJKP3K
Indikator Nilai Penerapan RB DJKP3K secara mandiri dihitung berdasarkan Pedoman
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi melalui Peraturan MenPAN Nomor
1 Tahun 2012. Instansi yang menilai RB pada Ditjen KP3K adalah Inspektorat Jenderal.
Nilai RB Ditjen KP3K Tahun 2014 adalah 83,89. Nilai ini merupakan nilai sementara yang
dihitung oleh tim RB Ditjen KP3K. Angka final nial RB akan diperoleh dari hasil reviu dari
Tim RB Inspektorat Jenderal KKP yang keluar pada awal Februari 2014. Capaian nialai
83,89 ini dikategorikan pada level 4 yaitu termasuk kategori instansi yang telah
melakukan langkah penyesuaian/perbaikan terkait pelaksanaan RB dan hasilnya telah
menunjukkkan perkembangan yang substansial dan semua target yang relevan
terpenuhi.
Tabel 92. . Target dan Realisasi IKU Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Nilai Penerapan RB DJKP3K 80 84,23 105,23 Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas
114
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Capaian nilai pada Tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya
dan dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai berikut:
Tabel 93. Perbandingan Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*
REALISASI 2013
REALISASI 2014
% REALISASI 2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
Nilai Penerapan RB DJKP3K - 70,86 84,23 105,23
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Program/kegiatan yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan dibentuknya
Tim PMP-RB di lingkungan Ditjen KP3K serta dukungan dari seluruh unsur pada Ditjen
KP3K dalam memperbaiki kekurangan pada program reformasi birokrasi di lingkungan
Ditjen KP3K.
SS 15. Terkelolanya Anggaran KP3K Secara Optimal
Tabel 94. Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terwujudnya
good governance & clean government di bidang KP3K, dengan capaian kinerja sebagai
berikut:
IK 34. Persentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terkelolanya
anggaran Ditjen KP3K secara optimal adalah Indikator Persentase penyerapan DIPA
DJKP3K. Indikator ini dihitung dari persentase pelaksanaan anggaran dibanding dengan
alokasi anggaranatas satu indikator kinerja.Dari target penyerapan DIPA TA 2014>
tercapai 92,97% per 20 Januari 2015.
Tabel 95. Target dan Realisasi IKU Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K
>95 92,97 97,86
Sumber data : Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
No IK
Indikator kinerja Target Realisasi Akhir
Capaian (%)
34 Persentase penyerapan DIPA di DJKP3K (%)
95% 92,97% 97,69
115
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Gambar 24. Grafik Penyerapan Anggaran Ditjen KP3K Tahun 2014
Alokasi anggaran yang dikelola oleh Direktorat Jenderal KP3K TA.2014, dilaksanakan
dalam rangka menunjangvisi dan misi program/kegiatan Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Direktorat Jenderal KP3K melaksanakan 1 (satu) program dari semua
program Kementerian Kelautan dan Perikanan yang terdiri dari 5 (lima) Kegiatan.
Keenam program tersebut dijabarkan ke dalam 139 Satuan Kerja (satker), yaitu 8
(tujuh) satker yang terdapat di pusat, 8 (delapan) satker di UPT/Kantor Daerah, 33
Satker Dekonsentrasi dan 86 Satker Tugas Pembantuan yang terdapat di daerah.
Gambaran alokasi Total anggaran kegiatan Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 96. Alokasi anggaran dan Realisasi Anggaran Kegiatan Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 per 20 Januari 2015
No.
NAMA SATKER PAGU AWAL
(Rp 1000)
PAGU REVISI
(Rp1000)
REALISASI
(Rp 1.000) %
1 2 3 3 7 8
A. KANTOR PUSAT (8 Satker)
1. DIREKTORAT TRLP3K 26.225.000 21.737.972 21.660.980 99,65
2 DIREKTORAT KKJI 19.285.700 16.960.084 16.377.875 96,57
3 DIREKTORAT PESISIR DAN LAUTAN 77.800.000 34.001.809 33.774.539 99,33
4 DIREKTORAT PPPK 169.850.000 133.350.000 126.428.052 94,81
5 DIREKTORAT PMPPU 21.250.000 14.154.685 11.409.376 80,60
6 CCD-IFAD 21.747.825 21.547.825 14.997.629 69,60
116
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
No.
NAMA SATKER PAGU AWAL
(Rp 1000)
PAGU REVISI
(Rp1000)
REALISASI
(Rp 1.000) %
1 2 3 3 7 8
7 COREMAP - CTI 13.014.300 12.854.300 10.903.413 84,82
8 SEKRETARIAT DITJEN KP3K 74.372.827 90.628.925 84.902.302 93,68
T O T A L (I) 423.545.652 345.235.600 320.454.166 92,82
B. UPT/KANTOR DAERAH (8 Satker)
1 BPSPL Padang 8.456.205 8.456.205 8.038.745 95,06
2 BPSPL Pontianak 6.329.361 6.329.361 6.038.442 95,40
3 BPSPL Makassar 7.139.976 7.139.976 6.737.401 94,36
4 BPSPL Denpasar 7.301.682 7.301.682 6.647.845 91,05
5 BKKPN Kupang 15.466.082 15.466.082 12.542.740 81,10
6 LPSPL Serang 6.998.794 6.998.794 6.800.378 97,16
7 LPSPL Sorong 6.496.649 6.496.649 6.244.140 96,11
8 LKKPN Pekanbaru 9.428.732 9 428.732 9.022.230 95,69
T O T A L (II) 67.617.481 67.617.481 62.071.921 91,80
C DAERAH (33 Satker)
1 Satker Dekonsentrasi/PKP ( 33 Provinsi )
48.840.000 48.840.000 45.662.383 93,49
D Satker Tugas Pembantuan (86 Satker)
1 Kegiatan PUGAR (43 Kab/Kota ) 65.000.000 65.000.000 61.248.919 94,23
2 Kegiatan PDPT ( 22 Kab/Kota ) 21.000.000 21.000.000 20.914.339 99,59
3 Kegiatan CCD-IFAD (13 Kab/Kota) 70.632.175 70.632.175 66.383.136 93,98
4 Kegiatan COREMAP-CTI (14 Kab/Kota)
14.000.000 14.000.000 11.128.106 79,49
T O T A L (III) 219.472.175 219.472.175 205.336.883 93,56
T O T A L (I + II + III) 710.635.308 632.325.256 587.862.970 92,97
Sumber data : Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (20 Januari 2015)
Capaian indikator kinerja ini jika dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya dan
dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai berikut:
Tabel 97. Perbandingan Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun
2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012
REALISASI 2013
REALISASI 2014 % REALISASI
2014 thdp TARGET JANGKA
MENENGAH
Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K
95,78 70,86 92,97 97,86
Penurunan realisasi anggaran ini disebabkan karena dari anggaran yang diterima oleh
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada tahun anggaran 2014
117
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
sebesar Rp. 710.635.308.000,- terjadi pemotongan untuk subsidi BBM dan Tunjangan
Kinerja serta penambahan anggaran untuk APBNP dan BA-999. DIPA Revisi yang
dikelola Ditjen KP3K menjadi sebesar Rp. 632.325.256.000,-. Anggaran tersebut
didistribusikan dengan rincian :
Pagu Anggaran Satker Pusat Rp.345.235.600.000-
Pagu Anggaran Satker Unit Pelaksana Teknis Rp. 67.617.481.000,-
Pagu Anggaran Satker Dekonsentrasi Rp 48.840.000,000,-
Pagu Anggaran Satker Tugas Pembantuan Rp. 170.632.175.000,-
Dengan dikeluarkannya Surat edaran dari Kementerian PAN dan RB mengenai
penghematan anggaran dan karena adanya permasalahan pencairan anggaran di
daerah terutama pada Belanja Sosial (Bansos) maka penyerapan anggaran Ditjen KP3K
pada Tahun 2014 tidak mencapai 100%.
Akuntabilitas Keuangan
Apabila ditinjau dari target dan realisasi anggaran pada tiap indikator kinerja Tahun
2014, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 98. Presentase Realisasi Anggaran pada Masing-masing Indikator Kinerja (IKU) Ditjen KP3K Tahun 2014
N
O KEGIATAN/INDIKATOR KINERJA PAGU REALISASI %
1. Pengelolaan dan Pengembangan
Konservasi Kawasan dan Jenis,
meliputi:
68.709.198 59.974.364 87,29%
IKU 9. Jumlah jenis ikan yang
dikonservasi secara
berkelanjutan
IKU 11. Luas kawasan konservasi
perairan yang dikelola secara
berkelanjutan
IKU 19. Jumlah penambahan
kawasan konservasi perairan
2. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
dan Pengembangan Usaha,
meliputi:
171.334.685 154.039.060 89,91% IKU 1. "Rata-rata pendapatan
petambak garam per
KK/bulan (permusim)”
IKU 2. Pertumbuhan PDB Perikanan
IKU 3. Jumlah produksi garam rakyat
118
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
N
O KEGIATAN/INDIKATOR KINERJA PAGU REALISASI %
IKU 6. Jumlah pelaku usaha mikro
yang mandiri di kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil
IKU 7. Jumlah sarana usaha mikro
yang beroperasi di kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil
(unit)
IKU 8. Jumlah kelompok yang
menerima pemberdayaan
usaha garam rakyat/PUGAR
(kelompok)
IKU 13. Jumlah tenaga kerja (baru) di
bidang pergaraman (orang)
pada PUGAR
IKU 14. Jumlah rekomendasi inovasi
teknologi yang dibutuhkan
untuk modernisasi sistem
produksi garam
IKU 21. Persentase jumlah produksi
garam rakyat Kualitas
Produksi (KP1) dibandingkan
total produksi
IKU 22. Luasan tambak garam yang
dikelola
IKU 23. Persentase luas lahan yang
menggunakan inovasi
teknologi dibanding total
lahan pugar
3. Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil
154.147.125
146.120.415
94,79% IKU 10. Jumlah pulau-pulau kecil
termasuk pulau kecil terluar
yang dikelola
IKU 20. Jumlah pulau-pulau kecil
yang dikelola melalui
kerjasama
4. Pendayagunaan Pesisir dan Lautan
103.841.809 100.351.261 96,64% IKU 4.Jumlah ragam produk kelautan
non garam yang terfasilitasi
pengembangannya (produk)
119
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
N
O KEGIATAN/INDIKATOR KINERJA PAGU REALISASI %
IKU 12. Jumlah kawasan pesisir yang
terfasilitasi ketahanannya
terhadap ancaman kerusakan
IKU 5. Jumlah BMKT yang dikelola
IKU 17. Jumlah luasan kawasan di
wilayah pesisir rusak yang
direhabilitasi
Iku 25. Jumlah fasilitasi izin lokasi
reklamasi
5. Penataan Ruang dan Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Laut. Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil
43.663.514 42.475.568 97,28%
IKU 18. Jumlah lokasi laut, pesisir
dan pulau-pulau kecil yang
memiliki perencanaan
pengelolaan
IKU 24. Jumlah rekomendasi izin
pemanfaatan perairan di
WP3K
6. Peningkatan Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Ditjen KP3K
90.628.925 84.902.302 93,68
IKU 15. Jumlah kebijakan publik
bidang KP3K
IKU 16. Jumlah draft peraturan
perundang-undangan bidang
KP3K
IKU 26. Indeks Kesenjangan
Kompetensi Eselon II, III, IV
dan V DJ KP3K
IKU 27. Service Level Agreement
DJKP3K
IKU 28. Persepsi user terhadap
kemudahan akses informasi
di DJKP3K (skala likert 1-5)
IKU 29. Jumlah rekomendasi Aparat
Pengawas Internal dan
Eksternal Pemerintah (APIEP)
yang ditindaklanjuti
120
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
N
O KEGIATAN/INDIKATOR KINERJA PAGU REALISASI %
dibanding total rekomendasi
di DJKP3K (%)
IKU 30. Tingkat kualitas akuntabilitas
kinerja DJKP3K
IKU 31. Nilai Integritas DJKP3K
IKU 32. Nilai Inisiatif anti korupsi di
DJKP3K
IKU 33. Nilai Penerapan RB di DJKP3K
IKU 34. Persentase penyerapan DIPA
di DJKP3K (%)
TOTAL 632.325.256 587.862.970 92,97
121
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
BAB IV. PENUTUP
Berbagai hasil pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dicapai
selama Tahun 2014, telah dikemukakan di atas. Upaya pembangunan perlu terus
ditingkatkan dan perbaikan kualitas pelayanan harus dilaksanakan lebih konsisten dan
secara terus menerus oleh semua jajaran aparatur pada semua tingkatan, sehingga
pelayanan selalu dapat diberikan secara tepat, cepat dan mudah dilaksanakan serta
tidak diskriminatif.
Sangat disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan pembangunan kelautan, pesisir dan
pulau-pulau kecil masih memerlukan perbaikan dan kerja keras oleh seluruh jajaran
Ditjen KP3K. Selain itu, sangat diperlukan dukungan lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya, serta para stakeholderskelautan dan perikanan dalam rangka mewujudkan
tujuan dan sasaran pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil terutama
dalam meningkatkan perekonomian nasional.
Pelaksanaan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil sepanjang Tahun
2014 ini mudah-mudahan dapat memenuhi harapan masyarakat serta
menyumbangkan gagasan dan pemikiran tentang arah dan strategi pembangunan
kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil ke depan secara lebih kompleks.
Tugas membangun sektor kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil ke depan, bukanlah
merupakan tugas pemerintah semata. Dibutuhkan partisipasi aktif pihak lain dan juga
masyarakat luas dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan analisis pencapaian akuntabilitas kinerja
tahun 2014, Direktorat Jenderal KP3K telah melaksanakan kegiatannya
berdasarkan pada program untuk mencapai sasaran, sesuai dengan pengukuran
kinerja terlihat bahwa target-target dari sasaran yang ingin dicapai, secara
umum tercapai (rata-rata capaian 112,38%), sebagaimana tersaji pada
dashboard kinerjaku.kkp.go.id sebagai berikut:
122
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
Gambar 25. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014
Hal ini tercapai karena dari 34 Indikator Kinerja Direktorat Jenderal KP3K, terdapat
30 Indikator Kinerja yang mencapai target 100% yakni:
IK 1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (permusim)
IK 3 Jumlah produksi garam rakyat
IK 4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi
pengembangannya (produk)
IK 5 Jumlah BMKT yang dikelola
IK 6 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil
IK 7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil (unit)
IK 8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam
rakyat/PUGAR (kelompok)
IK 9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan
IK10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola
IK11 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan
123
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
IK12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap
ancaman kerusakan
IK13 Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR
IK14 Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk
modernisasi sistem produksi garam
IK15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K
IK16 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K
IK17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi
IK18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki
perencanaan pengelolaan
IK19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan
IK20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama
IK22 Luasan tambak garam yang dikelola
IK23 Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding
total lahan pugar
IK24 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K
IK25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi
IK26 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K
IK27 Service Level Agreement DJKP3K
IK28 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K
IK30 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja DJKP3K
IK31 Nilai Integritas DJKP3K
IK32 Nilai Inisiatif anti korupsi di DJKP3K
IK33 Nilai Penerapan RB di DJKP3K
Namun demikian, masih terdapat 4 indikator kinerja yang belum mencapai target,
yaitu:
IK2 Pertumbuhan PDB Perikanan, tercapai 92,57% dari yang ditargetkan;
IK21 Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1)
dibandingkan total produksi, tercapai 77,60% dari yang ditargetkan;
IK29 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal
Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di
DJKP3K, tercapai 85,87% dari yang ditargetkan; dan
IK34 Persentase penyerapan DIPA di DJKP3K, tercapai 97,69 dari yang
ditargetkan
4.2. Saran
Berkenaan dengan capaian indikator kinerja Ditjen KP3K Tahun 2014, hal-hal
yang perlu ditindaklanjuti di tahun 2015, antara lain berupa:
124
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
1) Untuk mencapai target (IK2) Pertumbuhan PDB Perikanan, perlu dilakukan
langkah strategis dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, terutama
Eselon I yang terkait langsung dengan indikator kinerja ini;
2) Untuk mencapai target (IK21) Persentase jumlah produksi garam rakyat
Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi, beberapa saran yang
perlu dilakukan untuk perbaikan pencapaian kinerja ke depan antara lain:
(i) Perlunya duduk bersama dengan instansi terkait dan membahas tata
niaga garam terutama untuk produk yang berkualitas (KP1) guna
memberikan jaminan kepastian pasar dan harga; (ii) Pemilihan teknologi
pengolahan dan revitalisasi Unit Pengolah Garam yang ada sehingga dapat
memproduksi KP1;
3) Untuk mencapai target (IK29) Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas
Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding
total rekomendasi di DJKP3K, diperlukan langkah : penerapan Sistem
Pengendalian Intenal Instanti Pemerintah (SPIP) dan Manajemen Risiko
(MR) secara menyeluruh di lingkungan Ditjen KP3K serta perlu
meningkatkan koordinasi dengan direktorat teknis terkait, Inspektorat
Jenderal KKP, BPKP Perwakilan setempat, dan dengan dinas/badan
pelaksana proyek KP3K di tingkat provinsi/kabupaten/kota;
4) Untuk mencapai target (IK34) Persentase penyerapan DIPA di Ditjen KP3K,
diperlukan langkah antara lain : penguatan sistem monitoring dan evaluasi,
Sistem Pengendalian Intenal, dan Manajemen Risiko (MR) secara
menyeluruh di lingkungan Ditjen KP3K.
125
LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K
TAHUN 2014
TIM PENYUSUN
PENGARAH Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
PENANGGUNG JAWAB
1. Sekretaris Direktorat Jenderal KP3K
2. Direktur Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3. Direktur Pesisir dan Lautan.
4. Direktur Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
5. Direktur Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha.
6. Direktur Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan
7. Direktur Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil
KETUA TIM PENYUSUN
Kepala Bagian Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Setditjen KP3K
TIM PENYUSUN
1. Asri Nurhayati
2. Achmad Murman
3. Endratno
4. Ugeng Wijanarko
5. Nikki Yunio
TIM DATA DAN INFORMASI/KONTRIBUTOR
1. Sekretariat Direktorat Jenderal KP3K
2. Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3. Direktorat Pesisir dan Lautan.
4. Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
5. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha.
6. Direktorat Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan
7. Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil
Diterbitkan oleh :
Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia
Gedung Mina Bahari 3 Lantai 11 , Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat 10110
Telp. 021-3513268, Fax. 021-3520357
www.kp3k.kkp.go.id
dipersilahkan mengutip sebahagian atau keseluruhan isi buku ini dengan menyebutkan sumber sitasi.
top related