kata pengantar
Post on 27-Oct-2015
145 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Judul laporan ini adalah “INISIASI AKAR” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Prof. Dr.
Ir. J. A. Napitupulu, MSc.; Prof. Dr. Ir. J.M. Sitanggang, MP.; Ir. Meiriani, MP.; Ir. Ratna
Rosanty Lahay, MP.; Ir. Haryati, MP. dan Ir. Lisa Mawarni, MP., selaku dosen mata kuliah
Fisiologi Tumbuhan dan abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Medan, November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
Tujuan Percobaan …………………………………………………….. 2
Kegunaan Percobaan …………………………………………………. 3
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. 4
Botani Tanaman ……………………………………………………….
Syarat Tumbuh ………………………………………………………...
Iklim ……………………………………………………………..
Tanah …………………………………………………………….
Inisiasi Akar ……………………………………………………………
Stek …………………………………………………………………….
Zat Pengatur Tumbuh ………………………………………………….
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu ………………….………….……………………... 7
Bahan dan Alat ………………………………….…………………….. 7
Prosedur Percobaan …………………………….……………………... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ……………………………………………………………….….. 9
Perhitungan …………………………………………………….……... 9
Gambar ……………………………………………………………….. 10
Pembahasan …………………………………………………….…….. 11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ………………………………………………………...… 13
Saran …………………………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUANLatar BelakangCara stek banyak dipilih oleh banyak orang apalagi bagi pengebun buah-
buahan dan tanaman hias. Alasannya karena bahan untuk membuat ini sedikit.
Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam
umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat lainnya
( Wudianto, 1999 ).
Stek ada beberapa macam yaitu stek kayu yang cukuo umurnya, stek kayu
yang masih muda, stek batang, stek daun, stek akar dan stek tunas. Yang
diambil untuk stek adalah dahan kecil atau ranting yang berumur setahun,
serta cukup keras yang dipergunakan adalah pangkal dan bagian pertengahan
saja. Panjang stek itu 20 cm – 30 cm ( Satiadiredja, 1995 ).
Stek memiliki banyak manfaat yaitu menghasilkan ukuran tanaman yang baik,
performa yang baik, chloropyl memiliki perbedaan warna pada setiap
spesimen. Bermanfaat utuk hybrid, pertumbuhan lebih baik, baik pada
pembungaan, kemunculan bagian tanaman lebih baik dan harga yang lebih
bersaing ( Grewal, 2000 ).
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menggunakan sebagian batang, akar atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek
lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, cepat
dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya ( Hasim, 1995
).
Dari semua jenis zat pengatur tumbuh yang sangat penting dan evektif
mengatur pertumbuhan akar adalah golongan auksin (Ashari, 1955).
Hormon merupakan zat pengatur tumbuh yaitu molekul organik yang
dihasilkan oleh suatu bagian tumbuhan dan ditransportasikan kebagian lain
yang dipengaruhinya. Hormon dalam konsentrasi rendah menimbulkan respon
fisiologis. Terdapat dua kelompok hormon yaitu hormon pemicu pertumbuhan
dan penghambat pertumbuhan ( Lakitan, 1995 ).
Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari percobaan Inisiasi Akar ini adalah untuk
mengetahui pertumbuhan stek tanaman pada Bougenville ( Bougenvillea spectabillis Wild. )
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda.
Kegunaan Percobaan- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKABotani TanamanMenurut Steenis (1978) klasifikasi dari bunga bougenville adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Caryophyllales
Suku : Nyctaginaceae
Marga : Bougenvillea
Jenis : Bougenvillea spectabillis Wild.
Tanaman bougenville termasuk tanaman perdu tegak, tinggi tanaman kira-kira
2-4 meter. Sistem perakarannya adalah tunggang. Dengan akar-akar cabang
yang melebar ke semua arah dengan kedalaman 40 cm – 80 cm. Akar yang
terletak dekat permukaan tanah kadang tumbuh terus atau akar bakal tanaman
bara ( Hasim, 1995 ).
Bougenville merupakan perdu yang memanjatdan menggantung, tinggi 0,3 m –
10 m. batang memiliki cabang berkayu bulat, beruas, dan memiliki diameter 5
mm – 8 mm, berwarna coklat dan majemuk ( Steenis, 1978 ).
Bunga bogenville termasuk bunga majemuk, payung 3 – 15 bunga. Bunga
beranekaragam ada kuning, merah, merah jambu, ungu, putih dan sebagainya.
Kelopak bunga berbentuk tabung 2 – 4 mm. taju bunga 5 -8, berbentuk paku,
berambut halus ( Suryowinoto, 1997 ).
Pasangan daun yang sama dihubungkan dengan tonjolan yang melintang. Daun
menyirip berdaun satu, helaian daun lebar bulat sampai memanjang, bertepi
rata, bertulang menyirip atau bertulang tiga sampai lima ( Atjung, 1988 ).
Bougenville memiliki buah buni yang masak hitam megnkilat, panjang 1 cm,
bebiji dua atau karena kegagalan berbiji satu dan tidak memiliki lekukan (
Steenis, 1978 ).
Syarat TumbuhIklimBougenville sangat menyukai sinar matahari, maka sangat cocok ditanam di
tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung
( Suryowinoto, 1997 ).
Bougenville menghendaki curah hujan 112 – 199 mm/bulan dengan 6 – 9 hari
hujan tiap bulan, serta mempunyai iklim kering dan 5 – 6 bulan basah
( Steenis, 1978 ).
Tanaman bougenville menghendaki suhu udara siang 28° – 36° c dan suhu
udara pada malam hari 24° – 30° c agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik ( Wudianto, 1999 ).
Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah 50% –
80 %. Selain itu, pengembangan budidaya melati paling cocok di daerah yang
cukup mendapat sinar matahari ( Suryowinoto, 1997 ).
TanahDalam penanaman, hanya lubang tanam yang perlu diolah. Struktur tanah yang
gembur akan sangat mendukung pertumbuhan akar, sehingga tanamannya pun
akan dapat tumbuh baik ( Hasim, 1995 ).
Tanaman bougenville umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Padsolik Merah
kuning (PMK) latosol dan andosol. Tanaman melati membutuhkan tanah yang
bertekstur pasir sampai liat, aerase dan drainase yang baik, sumbur, gembur
dan banyak mengandung bahan organik ( Wudiarto, 1999 ).
Tanaman bougenville dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada
ketinggian tempat 10 – 1600 meter dpl. Namun demikian, tiap jenis melati
mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh
( Suryowinoto, 1997 ).
Tanaman bougenville dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah
yang memiliki keasaman (pH) netral yaitu pada pH 5 – 7 ( Hopkins, 1995 ).
Media TanamBanyak media yang digunakan untuk menyemaikan stek ini, asalkan gembur
dan halus, sehingga akar yang baru keluar tidak terhalang pertumbuhannya.
Pasir halus yang telah dibersihkan dari lumpur dan steril sangat diperlukan
untuk media ( Wudiarto, 1999 ).
Media yang digunakan untuk perbanyakan tanaman harus memenuhi syarat-
syarat berikut :
1. Cukup kompak (firm an dense)2. Mempunyai kapasitas pegang air (Water holding capasity) yang baik atau
tinggi3. Mempunyai aerase yang baik
4. Bebas dari benih gulma
5. Menyediakan unsur hara essensial bagi tanaman.
( Lakitan, 1995 ).
Supaya akar muncul lebih cepat, pangkal batang dapat diolesi dengan ZPT (Zat
Perangsang Tumbuh) seperti rootone-F atau ataoruk dengan dosis sesuai
petunjuk pada kemasan ( Widiarto, 1996 ).
Fungsi media yang digunkan pada stek adalah untuk mendukung tegaknya
batang, tidak mudah goyah, memberikan kelembaban yang cukup, dapat
menyimpan air sehingga tersedia bagi bibit tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya ( Lakitan, 1995 ).
Inisiasi AkarUntuk stek diambil dari semak (pohon kecil), dipilih cabang belum berkayu
terlampau keras. Panjang stek 5 cm – 10 cm. Semak akan diambil steknya yang
dapat hidup dengan subur, berbunga bagus serta lebat ( Atjung, 1988 ).
Proses pertumbuhan akar adventif terdiri atas tiga bagian difresiasi sel yang
diikuti dengan terbentuknya sel-sel meristem (inisiasi akar), diffrensiasi sel-sel
meristem tadi sampau terbentuk priomordia akar dan munculnya akar-akar
baru ( Ashari,1995 ).
Tipe-tipe dari sistem perakaran memiliki jenis dan perbedaan pada tanaman.
Namun secara garis besar ada dua tipe sistem perakaran yaitu primary root
system dan adventitious root system ( Cronguist, 1982 ).
Pemebentukan akar dipengaruhi oleh adanya auksin. Auksin pada akar lebih
cepat dibandingkan dengan batang, tetapi konsentrasi auksin distimulasi untuk
batang dapat menghambat pertumbuhan akar ( Witham and Devlin, 2002 ).
Cara menyemaikan stek batang adalah cabang dipilih sepanjang 10 cm – 15
cm, beberapa daun disisakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan
batang-batang setelah disemaikan dalam pot atau kantung plastik lalu
diselubungi plastik bening, atau dapat juga pot-pot itu dimasukkan ke dalam
kotak kayu yang bertutup ( Widarto, 1996 ).
Keberhasilan perbanyakan tanaman hanya ditentukan oleh langkah-langkah
yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan. Faktor terpenting yang
harus mendapat perhatian adalah ketersediaan air, suhu udara, suhu media,
cahaya dan ketersediaan unsur hara essensial bagi tanaman ( Lakitan, 1995 ).
Peranan daun pada stek cukup besar, karena daun melakukan proses assimilasi
dan hasil assimilasi tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar. Tetapi dalam
jumlah daun yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek,
oleh karena penguapan yang cukup besar. Maka dari itu daun pada stek yang
diikutkan satu atau dua saja atau lebih aman dihilangkan sama sekali
( Wudianto, 1999 .
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)Dari semua jenis zat penagtur tumbuh yang sangat evektif untuk pertumbuhan
akar adalah golongan Auksin-Asam Indol-3 Asetat (IAA) diidentifikasikan pada
tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang
dapat mendorong pertumbuhan akar adventif ( Ashari, 1995 ).
Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Ialah Charles
Darwin m bahwa ketika dia melihat rumput tumbuh kearah cahaya, Darwin
berhasil menunjukkan bahwa organ yang membelok adalah ujung apikal dari
benih ( Heddy, 1996 ).
Auksin disentesis dari asam amino triprofan pada daerah pertumbuhan aktif
dari pada tanaman. Auksin umumnya dibentuk pada tanaman. Konsentrasi
tertinggi hormon ini terletak pada ujung cokoptil, ujung akar dan ujung batang.
Auksin berfungsi untuk pertumbuhan daun, meningkatkan pembungaan dan
pembentukan akar ( Hopkins, 1999 ).
Inisiasi akar pada umumnya diatur oleh adanya akusin. Daerah tergenerasi
akar terletak pada absisat batang yang dipotong mengikuti perpindahan polar
auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat pada ujung
tanaman ( Mukherji and Ghosh, 2000 ).
Auksin berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan sel, fototropisme,
geotropisme, dominansi pucuk, pemunculan akar, partenokarpi, absisi sel,
pembentukan kalus, bahkan respirasi. Namun, adapula sel yang tidak
memerlukan auksin untuk melangsungkan pertumbuhan ( Sulaiman dan
Sinurya, 1994 ).
Pada era yang sama ditemukan indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat
(NAA) yang mempunyai efek sama dengan IAA. Pada saat sekarang ini
masyarakat sudah mengetahui peran auksin sebagai zat tumbuh perangsang
perakaran yang dijual dengan nama dagang Biotron atau Rootone-
F ( Ashari, 1995 ).
Auksin alami, asam indole -3-(IAA) dari tiga auksin sintesis yang sering
digunakan dalam percobaan dan aplikasi praktek yaitu IBA, 2,4,-diklorophenoxi
dan NAA, rumus bangun NAA yakni :
CH2COOH
(Mohr and Schopfer, 1998).
BAHAN DAN METODETempat dan Waktu PercobaanPercobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ±
25 meter dpl. Percobaan ini dilakukan pada tanggal 12 September 2009 sampai
dengan selesai.
Bahan dan AlatAdapun bahan yang digunakan adalah batang bunga melati sebagai objek
percobaan, top soil dan pasir sebagai media tanam, plastik transparan, tali
plastik untuk mengikat, lebel nama untuk memberi naman, dan polibag wadah
tanam serta larutan Rootone-F sebagai perangsang pertumbuhan akar.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gunting dan pisau
untuk memotong, beker glass sebagai tempat larutan Rootone-F, plastik untuk
menyungkupi tanman, gembor utnuk menyiram tanaman, cangkul untuk
mengambil tanah dan mencampurnya.
Prosedur Percobaan- Dipilih cabang tanaman yang baik, tidak terlalu tua dan tidak terlalu
muda sepanjang ± 20 cm.
- Direndam cabang bagian bawah dengan larutan Rootone-F selama
beberapa menit.
- Diisi media kedalam polibag yaitu campuran topsoil dan pasir dengan
perbandingan 2:1 selama beberapa menit.
- Ditanama bahan stek, disiram sedikit air.
- Ditanam dengan disungkup dengan plastik transparan.
- Diikat dengan tali plastik.
- Diamati pertumbuhan tanaman setiap minggu.
HASIL DAN PEMBAHASANHasilKomoditi : Bougenville ( Bougenvillea spectabillis Wild.)
Parameter : Jumlah Tunas
Perlakuan : Tanpa daun
Tanggal Pengamatan
Kontrol 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm
12/09/2009 - - 1 tunas 2 tunas
19/09/2009 2 tunas - 2 tunas 4 tunas
26/09/2009 2 tunas 2 tunas 4 tunas 6 tunas
03/10/2009 2 tunas 3 tunas 4 tunas 8 tunas
10/10/2009 3 tunas 5 tunas 5 tunas 9 tunas
17/10/2009 4 tunas 6 tunas 5 tunas 9 tunas
23/10/2009 5 tunas 6 tunas 5 tunas 9 tunas
Komoditi : Bougenville ( Bougenvillea spectabillis Wild.)
Parameter : Tinggi tunas
Perlakuan : Tanpa daun
Tanggal Pengamatan
Kontrol 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm
12/09/2009 - - 2,9 cm 1,4 cm
19/09/2009 1,5 cm - 3,1cm 2,9 cm
26/09/2009 2,3 cm 2,5 cm 3,6 cm 2,1 cm
03/10/2009 3,2 cm 3,5cm 3,6 cm 2,1 cm
10/10/2009 3,5 cm 4,6 cm 3,9 cm 3,0 cm
17/10/2009 4,3 cm 4,7 cm 4,5 cm 3,5 cm
23/10/2009 5,0 cm 4,9 cm 5,3 cm 4,3 cm
PembahasanDari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penutupan atau
penyungkupan tanaman stek dapat mengurangi proses penguapan tanaman,
dan ini merupakan tujuan utama dalam penyungkupan tersebut agar proses
penguapan oleh daun tidak tinggi sehingga pertumbuhan akar tidak terhambat.
Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto (1999) yang menyatakan peranan
daun pada stek cukup besar karena daun akan melakukan proses asimilasi dan
hasil asimilasi tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar, tetapi jumlah daun
yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek oleh karena
penguapan yang cukup besar.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pemberian ZPT yang optimal yaitu
pada 1000 ppm, hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut merupakan dosis
yang sesuai umtuk memacu pertumbuhan organ-organ vegetatif, misalnya pada
akar sehingga akar dapat berkembang secara optimal. Hal ini sesuai dengan
literatur Widiarto (1996) yang menyatakan bahwa supaya akar muncul lebih
cepat, pangkal batang dioles dengan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) seperti
Rootone- F atau atonik dengan dosis yang sesuai petunjuk keasaman.
Dari percobaan diketahui untuk dapat menghasilkan stek yang baik, maka kita
harus memenuhi persyaratan-persyaratan dari stek, yaitu pemotongan harus
dilakukan dengan pisau yang tajam, batang dipilih yang memiliki sekurang-
kurangnya 2 mata tunas dan dipotong antara 10-30 cm, dan permukaan
pemotongan juga harus halus, agar pembentukan bakal lebih mudah
terbentuk. Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto (1999) yang menyatakan
batang kita potong antara 10-30 cm, bergantung pada jenis tanamannya. Atau
paling tidak setiap stek mempunyai 3-5 mata tunas.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas dan jumlah tunas tertinggi
terdapat pada perlakuan 1500 ppm pada V, VI, dan VII MST yaitu masing-
masing 9 tunas, hal ini diakibatkan pada perlakuan tersebut tanaman dapat
tumbuh secara optimal karena sesuai dengan kebutuhan yang paling sesuai
bagi tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dapat lebih optimal. Hal ini
sesuai dengan literatur Lakitan (1995) yang menyatakan keberhasilan
perbanyakan ditentukan oleh langkah-langkah yang tepat dalam melaksanakan
metode pembiakan.
Dari hasil percobaan menunjukan bahwa jumlah tunas terendah terdapat pada
perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST, hal ini dikarenakan
pemberian dosis yang terlalu sedikit menyebabkan tanaman tidak dapat
melakukan perkembangan vegetative. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan
(1995) yang menyatakan keberhasilan perbanyakan ditentukan oleh langkah-
langkah yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada perlakuan tinggi tunas, maka
tunas tertinggi ditunjukan pada perlakuan 1000 ppm pada VII MST, hal ini
dikarenakan pada kondisi tersebut tanaman dapat tumbuh secara optimal. Hal
ini sesuai dengan litaratur Widiarto (1996) yang menyatakan bahwa supaya
akar muncul lebih cepat, pangkal batang dioles dengan ZPT (Zat Pengatur
Tumbuh) seperti Rootone- F atau atonik dengan dosis yang sesuai petunjuk
keasaman.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas terendah terdapat pada
perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST hal ini disebabkan pada
pertumbuhanya tanaman belum mampu menghasilkan tunas. Hal ini sesuai
dengan literatur Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto (1999) yang
menyatakan batang kita potong antara 10-30 cm, bergantung pada jenis
tanamannya atau paling tidak setiap stek mempunyai 3-5 mata tunas.
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Pemberian ZPT pada perbanyakan tanaman melalui stek dapt mempercepat
pertumbuhan tanaman.
2. Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas dan jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan 1500 ppm pada V, VI, dan VII MST
3. Dari hasil percobaan menunjukan bahwa jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST
4. Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada tunas tertinggi ditunjukan pada perlakuan 1000 ppm pada VII MST
5. Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas terendah terdapat pada perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST.
Saran
Sebaiknya pada saat pengamatan bila tanaman sudah mulai bertunas
hendaknya penyungkupnya segera dibuka untuk menguangi penguapan
sehingga perkembangan tanaman yang optimal.
DAFTAR PUSTAKAAshari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Atjung., 1988. Tanaman Hias, Memelihara, Menanam dana Gunanya. Jakarta.
Cronguist, A., 1982. Basic Botany Third Edition. Harper & Row Publisher. New
York.
Grewal., 2000. Propagation of Ornamental Plants. Kalyani Publisher. New
Delhi.
Hasim, I., 1995. Aneka Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahannya.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Heddy, S., 1996. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali. Jakarta.
http//www.Google.com., diakses pada tanggal 24 juli 2007.
http//www.Vegetatif/slekt+100%.com., diakses pada tanggal 01 September
2009.
http//www.prestasihertein.blogspot.com. pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Html diakses pada tanggal 01 september 2009.
htttp//www.iptek.apiji.or.id., diakses pada tanggal 01 September 2009.
Hopkins, W.G., 1995. Aneka Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahannya.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Lakitan, B., 1995. Hortikultura Teori, Budidaya dan Pascapanen. PT Raja
Grafindo. Jakarta.
Mohr, H and Schopfer., 1998. Plant Physiologi. Springer. New Delhi.
Mukherji, S and Ghosh., 2002. Plant Physiology. Tata Mc. Graw Hill Publishing
Company Limite. New Delhi.
Suryowinoto, S.M., 1997. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Yogyakarta.
Satiadiredja, S., 1995. Hortikultura Pekarangan dan Buah-Buahan. Yasaguna.
Jakarta.
Sulaiman, A.H. dan Sinurya, G., 1994. Dasar-Dasar Biokimia Untuk Pertanian.
USU Press. Medan.
Steenis, C.G.G.J., 1978. Flora Untuk Sekolah Indonesia. Pradnya Paramitha.
Jakarta.
Wudianto, R., 1999. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Wudiarto, L., 1996. Perbanyakan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Witham, F.H and Devlin, R.M., 2002. Plant Physiology Fourth Edition. CBS
Publisher & Distributors. New Delhi.
top related