kata pengantar

14
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Judul laporan ini adalah “INISIASI AKAR” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc.; Prof. Dr. Ir. J.M. Sitanggang, MP.; Ir. Meiriani, MP.; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP.; Ir. Haryati, MP. dan Ir. Lisa Mawarni, MP., selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari laporan ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Medan, November 2008 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ii PENDAHULUAN Latar Belakang ……………………………………………………….. 1 Tujuan Percobaan …………………………………………………….. 2 Kegunaan Percobaan …………………………………………………. 3 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. 4 Botani Tanaman ………………………………………………………. Syarat Tumbuh ………………………………………………………... Iklim …………………………………………………………….. Tanah ……………………………………………………………. Inisiasi Akar ……………………………………………………………

Upload: desy-mutiara-sari

Post on 27-Oct-2015

145 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan

rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Judul laporan ini adalah “INISIASI AKAR” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat

mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan. 

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Prof. Dr.

Ir. J. A. Napitupulu, MSc.; Prof. Dr. Ir. J.M. Sitanggang, MP.; Ir. Meiriani, MP.; Ir. Ratna

Rosanty Lahay, MP.; Ir. Haryati, MP. dan Ir. Lisa Mawarni, MP., selaku dosen mata kuliah

Fisiologi Tumbuhan dan abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam

penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Medan, November 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ……………………………………………………….. 1

Tujuan Percobaan …………………………………………………….. 2

Kegunaan Percobaan …………………………………………………. 3

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. 4

Botani Tanaman ……………………………………………………….

Syarat Tumbuh ………………………………………………………...

Iklim ……………………………………………………………..

Tanah …………………………………………………………….

Inisiasi Akar ……………………………………………………………

Stek …………………………………………………………………….

Page 2: Kata Pengantar

Zat Pengatur Tumbuh ………………………………………………….

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

Tempat dan Waktu ………………….………….……………………... 7

Bahan dan Alat ………………………………….…………………….. 7

Prosedur Percobaan …………………………….……………………... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ……………………………………………………………….….. 9

Perhitungan …………………………………………………….……... 9

Gambar ……………………………………………………………….. 10

Pembahasan …………………………………………………….…….. 11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ………………………………………………………...… 13

Saran …………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA 

LAMPIRAN

PENDAHULUANLatar BelakangCara stek banyak dipilih oleh banyak orang apalagi bagi pengebun buah-

buahan dan tanaman hias. Alasannya karena bahan untuk membuat ini sedikit.

Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam

umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat lainnya

( Wudianto, 1999 ).

Stek ada beberapa macam yaitu stek kayu yang cukuo umurnya, stek kayu

yang masih muda, stek batang, stek daun, stek akar dan stek tunas. Yang

diambil untuk stek adalah dahan kecil atau ranting yang berumur setahun,

serta cukup keras yang dipergunakan adalah pangkal dan bagian pertengahan

saja. Panjang stek itu 20 cm – 30 cm ( Satiadiredja, 1995 ).

Stek memiliki banyak manfaat yaitu menghasilkan ukuran tanaman yang baik,

performa yang baik, chloropyl memiliki perbedaan warna pada setiap

spesimen. Bermanfaat utuk hybrid, pertumbuhan lebih baik, baik pada

pembungaan, kemunculan bagian tanaman lebih baik dan harga yang lebih

bersaing ( Grewal, 2000 ).

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan

menggunakan sebagian batang, akar atau daun tanaman untuk ditumbuhkan

menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek

Page 3: Kata Pengantar

lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, cepat

dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya ( Hasim, 1995

).

Dari semua jenis zat pengatur tumbuh yang sangat penting dan evektif

mengatur pertumbuhan akar adalah golongan auksin (Ashari, 1955).

Hormon merupakan zat pengatur tumbuh yaitu molekul organik yang

dihasilkan oleh suatu bagian tumbuhan dan ditransportasikan kebagian lain

yang dipengaruhinya. Hormon dalam konsentrasi  rendah menimbulkan respon

fisiologis. Terdapat dua kelompok hormon yaitu hormon pemicu pertumbuhan

dan penghambat pertumbuhan ( Lakitan, 1995 ).

Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari percobaan  Inisiasi Akar ini adalah                       untuk

mengetahui pertumbuhan stek tanaman  pada Bougenville                                         ( Bougenvillea spectabillis Wild. )

konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda.

Kegunaan Percobaan-         Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian                 Universitas

Sumatera Utara, Medan.

-         Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKABotani TanamanMenurut Steenis (1978) klasifikasi dari bunga bougenville adalah sebagai

berikut:

Kingdom          : Plantae

Divisi                : Spermatophyta

Subdivisi           : Angiospermae

Kelas               : Dicotyledoneae

Bangsa             : Caryophyllales

Page 4: Kata Pengantar

Suku                : Nyctaginaceae

Marga              : Bougenvillea

Jenis                 : Bougenvillea spectabillis Wild.

Tanaman bougenville  termasuk tanaman perdu tegak, tinggi tanaman kira-kira

2-4 meter. Sistem perakarannya  adalah tunggang. Dengan akar-akar cabang

yang melebar ke semua arah dengan kedalaman 40  cm – 80 cm. Akar yang

terletak dekat permukaan tanah kadang tumbuh terus atau akar bakal tanaman

bara ( Hasim, 1995 ).

Bougenville  merupakan perdu yang memanjatdan menggantung, tinggi 0,3 m –

10 m. batang memiliki cabang berkayu bulat, beruas, dan memiliki diameter 5

mm – 8 mm, berwarna coklat dan majemuk ( Steenis, 1978 ).

Bunga bogenville termasuk bunga majemuk, payung 3  – 15 bunga. Bunga

beranekaragam ada kuning, merah, merah jambu, ungu, putih dan sebagainya.

Kelopak bunga berbentuk tabung 2 – 4 mm. taju bunga 5 -8, berbentuk paku,

berambut halus ( Suryowinoto, 1997 ).

Pasangan daun yang sama dihubungkan dengan tonjolan yang melintang. Daun

menyirip berdaun satu, helaian daun lebar bulat sampai memanjang, bertepi

rata, bertulang menyirip atau bertulang tiga sampai lima ( Atjung, 1988 ).

Bougenville memiliki buah buni yang masak hitam megnkilat, panjang 1 cm,

bebiji dua atau karena kegagalan berbiji satu dan tidak memiliki lekukan         (

Steenis, 1978 ).

Syarat TumbuhIklimBougenville sangat menyukai sinar matahari, maka sangat cocok ditanam di

tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung

( Suryowinoto, 1997 ).

Bougenville menghendaki curah hujan 112 – 199 mm/bulan dengan 6 – 9 hari

hujan tiap bulan, serta mempunyai iklim kering dan 5 – 6 bulan basah             

( Steenis, 1978 ).

Page 5: Kata Pengantar

Tanaman bougenville menghendaki suhu udara siang 28° – 36° c dan suhu

udara pada malam hari 24° – 30° c agar dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik ( Wudianto, 1999 ).

Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah 50% –

80 %. Selain itu, pengembangan budidaya melati paling cocok di daerah yang

cukup mendapat sinar matahari ( Suryowinoto, 1997 ).

TanahDalam penanaman, hanya lubang tanam yang perlu diolah. Struktur tanah yang

gembur akan sangat mendukung pertumbuhan akar, sehingga tanamannya pun

akan dapat tumbuh baik ( Hasim, 1995 ).

Tanaman bougenville umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Padsolik Merah

kuning (PMK) latosol dan andosol. Tanaman melati membutuhkan tanah yang

bertekstur pasir sampai liat, aerase dan drainase yang baik, sumbur, gembur

dan banyak mengandung bahan organik ( Wudiarto, 1999 ).

Tanaman bougenville dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada

ketinggian tempat 10 – 1600 meter dpl. Namun demikian, tiap jenis melati

mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh

( Suryowinoto, 1997 ).

Tanaman bougenville dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah

yang memiliki keasaman (pH) netral yaitu pada pH 5 – 7 ( Hopkins, 1995 ).

Media TanamBanyak media yang digunakan untuk menyemaikan stek ini, asalkan gembur

dan halus, sehingga akar yang baru keluar tidak terhalang pertumbuhannya.

Pasir halus yang telah dibersihkan dari lumpur dan steril sangat diperlukan

untuk media ( Wudiarto, 1999 ).

Media yang digunakan untuk perbanyakan tanaman harus memenuhi syarat-

syarat berikut :

1. Cukup kompak (firm an dense)2. Mempunyai kapasitas pegang air (Water holding capasity) yang baik atau

tinggi3. Mempunyai aerase yang baik

4. Bebas dari benih gulma

Page 6: Kata Pengantar

5. Menyediakan unsur hara essensial bagi tanaman.

( Lakitan, 1995 ).

Supaya akar muncul lebih cepat, pangkal batang dapat diolesi dengan ZPT (Zat

Perangsang Tumbuh) seperti rootone-F atau ataoruk dengan dosis sesuai

petunjuk pada kemasan ( Widiarto, 1996 ).

Fungsi media yang digunkan pada stek adalah untuk mendukung tegaknya

batang, tidak mudah goyah, memberikan kelembaban yang cukup, dapat

menyimpan air sehingga tersedia bagi bibit tanaman untuk pertumbuhan dan

perkembangannya ( Lakitan, 1995 ).

Inisiasi AkarUntuk stek diambil dari semak (pohon kecil), dipilih cabang belum berkayu

terlampau keras. Panjang stek 5 cm – 10 cm. Semak akan diambil steknya yang

dapat hidup dengan subur, berbunga bagus serta lebat ( Atjung, 1988 ).

Proses pertumbuhan akar adventif terdiri atas tiga bagian difresiasi sel yang

diikuti dengan terbentuknya sel-sel meristem (inisiasi akar), diffrensiasi sel-sel

meristem tadi sampau terbentuk priomordia akar dan munculnya akar-akar

baru ( Ashari,1995 ).

Tipe-tipe dari sistem perakaran memiliki jenis dan perbedaan pada tanaman.

Namun secara garis besar ada dua tipe sistem perakaran yaitu primary root

system dan adventitious root system ( Cronguist, 1982 ).

Pemebentukan akar dipengaruhi oleh adanya auksin. Auksin pada akar lebih

cepat dibandingkan dengan batang, tetapi konsentrasi auksin distimulasi untuk

batang dapat menghambat pertumbuhan akar ( Witham and Devlin, 2002 ).

Cara menyemaikan stek batang adalah cabang dipilih sepanjang 10 cm – 15

cm, beberapa daun disisakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan

batang-batang setelah disemaikan dalam pot atau kantung plastik lalu

diselubungi plastik bening, atau dapat juga pot-pot itu dimasukkan ke dalam

kotak kayu yang bertutup ( Widarto, 1996 ).

Keberhasilan perbanyakan tanaman hanya ditentukan oleh langkah-langkah

yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan. Faktor terpenting yang

Page 7: Kata Pengantar

harus mendapat perhatian adalah ketersediaan air, suhu udara, suhu media,

cahaya dan ketersediaan unsur hara essensial bagi tanaman ( Lakitan, 1995 ).

Peranan daun pada stek cukup besar, karena daun melakukan proses assimilasi

dan hasil assimilasi tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar. Tetapi dalam

jumlah daun yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek,

oleh karena penguapan yang cukup besar. Maka dari itu daun pada stek yang

diikutkan satu atau dua saja atau lebih aman dihilangkan sama sekali

( Wudianto, 1999 .

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)Dari semua jenis zat penagtur tumbuh yang sangat evektif untuk pertumbuhan

akar adalah golongan Auksin-Asam Indol-3 Asetat (IAA) diidentifikasikan pada

tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang

dapat mendorong pertumbuhan akar adventif                         ( Ashari, 1995 ).

Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Ialah Charles

Darwin m bahwa ketika dia melihat rumput tumbuh kearah cahaya, Darwin

berhasil menunjukkan bahwa organ yang membelok adalah ujung apikal dari

benih ( Heddy, 1996 ).

Auksin disentesis dari asam amino triprofan pada daerah pertumbuhan aktif

dari pada tanaman. Auksin umumnya dibentuk pada tanaman. Konsentrasi

tertinggi hormon ini terletak pada ujung cokoptil, ujung akar dan ujung batang.

Auksin berfungsi untuk pertumbuhan daun, meningkatkan pembungaan dan

pembentukan akar ( Hopkins, 1999 ).

Inisiasi akar pada umumnya diatur oleh adanya akusin. Daerah tergenerasi

akar terletak pada absisat batang yang dipotong mengikuti perpindahan polar

auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat pada ujung

tanaman ( Mukherji and Ghosh, 2000 ).

Auksin berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan sel, fototropisme,

geotropisme, dominansi pucuk, pemunculan akar, partenokarpi, absisi sel,

pembentukan kalus, bahkan respirasi. Namun, adapula sel yang tidak

memerlukan auksin untuk melangsungkan pertumbuhan ( Sulaiman dan

Sinurya, 1994 ).

Page 8: Kata Pengantar

Pada era yang sama ditemukan indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat

(NAA) yang mempunyai efek sama dengan IAA. Pada saat sekarang ini

masyarakat sudah mengetahui peran auksin sebagai zat tumbuh perangsang

perakaran yang dijual dengan nama dagang Biotron atau Rootone-

F                       ( Ashari, 1995 ).

Auksin alami, asam indole -3-(IAA) dari tiga auksin sintesis yang sering

digunakan dalam percobaan dan aplikasi praktek yaitu IBA, 2,4,-diklorophenoxi

dan NAA, rumus bangun NAA yakni :

CH2COOH

(Mohr and Schopfer, 1998).

BAHAN DAN METODETempat dan Waktu PercobaanPercobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ±

25 meter dpl. Percobaan ini dilakukan pada tanggal 12 September 2009 sampai

dengan selesai.

Bahan dan AlatAdapun bahan yang digunakan adalah batang bunga melati sebagai objek

percobaan, top soil dan pasir sebagai media tanam, plastik transparan, tali

plastik untuk mengikat, lebel nama untuk memberi naman, dan polibag wadah

tanam serta larutan Rootone-F sebagai perangsang pertumbuhan akar.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gunting dan pisau

untuk memotong, beker glass sebagai tempat larutan Rootone-F,  plastik untuk

menyungkupi tanman, gembor utnuk menyiram tanaman, cangkul untuk

mengambil tanah dan mencampurnya.

Prosedur Percobaan-         Dipilih cabang tanaman yang baik, tidak terlalu tua dan tidak terlalu

muda sepanjang ± 20 cm.

-         Direndam cabang bagian bawah dengan larutan Rootone-F selama

beberapa menit.

Page 9: Kata Pengantar

-         Diisi media kedalam polibag yaitu campuran topsoil dan pasir dengan

perbandingan 2:1 selama beberapa menit.

-         Ditanama bahan stek, disiram sedikit air.

-         Ditanam dengan disungkup dengan plastik transparan.

-         Diikat dengan tali plastik.

-         Diamati pertumbuhan tanaman setiap minggu.

HASIL DAN PEMBAHASANHasilKomoditi          : Bougenville ( Bougenvillea spectabillis Wild.)

Parameter         : Jumlah Tunas

Perlakuan         : Tanpa daun

Tanggal Pengamatan

Kontrol 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm

12/09/2009 - - 1 tunas 2 tunas

19/09/2009 2 tunas - 2 tunas 4 tunas

26/09/2009 2 tunas 2 tunas 4 tunas 6 tunas

03/10/2009 2 tunas 3 tunas 4 tunas 8 tunas

10/10/2009 3 tunas 5 tunas 5 tunas 9 tunas

17/10/2009 4 tunas 6 tunas 5 tunas 9 tunas

23/10/2009 5 tunas 6 tunas 5 tunas 9 tunas

Komoditi          : Bougenville ( Bougenvillea spectabillis Wild.)

Parameter        : Tinggi tunas

Perlakuan        : Tanpa daun

Tanggal Pengamatan

Kontrol 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm

12/09/2009 - - 2,9 cm 1,4 cm

19/09/2009 1,5 cm - 3,1cm 2,9 cm

Page 10: Kata Pengantar

26/09/2009 2,3 cm 2,5 cm 3,6 cm 2,1 cm

03/10/2009 3,2 cm 3,5cm 3,6 cm 2,1 cm

10/10/2009 3,5 cm 4,6 cm 3,9 cm 3,0 cm

17/10/2009 4,3 cm 4,7 cm 4,5 cm 3,5 cm

23/10/2009 5,0 cm 4,9 cm 5,3 cm 4,3 cm

PembahasanDari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penutupan atau

penyungkupan tanaman stek dapat mengurangi proses penguapan tanaman,

dan ini merupakan tujuan utama dalam penyungkupan tersebut agar proses

penguapan oleh daun tidak tinggi sehingga pertumbuhan akar tidak terhambat.

Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto (1999) yang menyatakan peranan

daun pada stek cukup besar  karena daun akan melakukan proses asimilasi dan

hasil asimilasi tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar, tetapi jumlah daun

yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek oleh karena

penguapan yang cukup besar.

Dari  hasil percobaan diketahui bahwa pemberian ZPT yang optimal  yaitu

pada  1000 ppm, hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut merupakan dosis

yang sesuai umtuk memacu pertumbuhan organ-organ vegetatif, misalnya pada

akar sehingga akar dapat berkembang secara optimal. Hal ini sesuai dengan

literatur Widiarto (1996) yang menyatakan bahwa supaya akar muncul lebih

cepat, pangkal batang dioles dengan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) seperti

Rootone- F atau  atonik dengan dosis yang sesuai petunjuk keasaman.

Dari percobaan diketahui untuk dapat menghasilkan stek yang baik, maka kita

harus memenuhi persyaratan-persyaratan dari stek, yaitu  pemotongan  harus

dilakukan dengan  pisau  yang  tajam, batang dipilih yang memiliki sekurang-

kurangnya 2 mata tunas dan dipotong antara 10-30 cm, dan permukaan

pemotongan juga harus halus, agar  pembentukan  bakal lebih mudah

terbentuk. Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto  (1999) yang menyatakan

batang kita potong antara 10-30 cm, bergantung pada jenis tanamannya. Atau

paling tidak setiap stek mempunyai 3-5 mata tunas.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas dan jumlah tunas tertinggi

terdapat pada perlakuan 1500 ppm  pada V, VI, dan VII MST yaitu masing-

masing 9 tunas, hal ini diakibatkan pada perlakuan tersebut tanaman dapat

tumbuh  secara optimal karena sesuai dengan kebutuhan yang paling sesuai

bagi tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dapat lebih optimal. Hal ini

Page 11: Kata Pengantar

sesuai dengan literatur Lakitan (1995) yang menyatakan keberhasilan

perbanyakan ditentukan oleh langkah-langkah yang tepat dalam melaksanakan

metode pembiakan.

Dari hasil percobaan menunjukan bahwa jumlah tunas terendah terdapat pada

perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST, hal ini dikarenakan

pemberian dosis yang terlalu sedikit menyebabkan tanaman tidak dapat

melakukan perkembangan vegetative. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan

(1995) yang menyatakan keberhasilan perbanyakan ditentukan oleh langkah-

langkah yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada  perlakuan tinggi tunas, maka

tunas tertinggi ditunjukan pada perlakuan 1000 ppm pada VII MST, hal ini

dikarenakan  pada kondisi tersebut tanaman dapat tumbuh secara optimal. Hal

ini sesuai dengan litaratur Widiarto (1996) yang menyatakan bahwa supaya

akar muncul lebih cepat, pangkal batang dioles dengan ZPT (Zat Pengatur

Tumbuh) seperti Rootone- F atau  atonik dengan dosis yang sesuai petunjuk

keasaman.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas terendah  terdapat pada

perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST hal ini disebabkan pada

pertumbuhanya tanaman belum mampu menghasilkan tunas. Hal ini sesuai

dengan literatur Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto  (1999) yang

menyatakan batang kita potong antara 10-30 cm, bergantung pada jenis

tanamannya atau paling tidak setiap stek mempunyai 3-5 mata tunas.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Pemberian ZPT pada perbanyakan tanaman melalui stek dapt mempercepat

pertumbuhan tanaman.

2. Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas dan jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan 1500 ppm  pada V, VI, dan VII MST

3. Dari hasil percobaan menunjukan bahwa jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST

4. Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada  tunas tertinggi ditunjukan pada perlakuan 1000 ppm pada VII MST

5. Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas terendah  terdapat pada perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST.

Saran

Page 12: Kata Pengantar

Sebaiknya pada saat pengamatan bila tanaman sudah mulai bertunas

hendaknya penyungkupnya segera dibuka untuk menguangi penguapan

sehingga  perkembangan tanaman yang optimal.

DAFTAR PUSTAKAAshari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

Atjung., 1988. Tanaman Hias, Memelihara, Menanam dana Gunanya. Jakarta.

Cronguist, A., 1982. Basic Botany Third Edition. Harper & Row Publisher. New

York.

Grewal., 2000. Propagation of Ornamental Plants. Kalyani Publisher. New

Delhi.

Hasim, I., 1995. Aneka Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahannya.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Heddy, S., 1996. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali. Jakarta.

http//www.Google.com., diakses pada tanggal 24 juli 2007.

http//www.Vegetatif/slekt+100%.com.,  diakses pada tanggal 01 September

2009.

http//www.prestasihertein.blogspot.com. pertumbuhan dan perkembangan

tumbuhan. Html diakses pada tanggal 01 september 2009.

htttp//www.iptek.apiji.or.id., diakses pada tanggal 01 September  2009.

Hopkins, W.G., 1995. Aneka Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahannya.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Lakitan, B., 1995. Hortikultura Teori, Budidaya dan Pascapanen. PT Raja

Grafindo. Jakarta.

Mohr, H and Schopfer., 1998. Plant Physiologi. Springer. New Delhi.

Mukherji, S and Ghosh., 2002. Plant Physiology. Tata Mc. Graw Hill Publishing

Company Limite. New Delhi.

Page 13: Kata Pengantar

Suryowinoto, S.M., 1997. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Yogyakarta.

Satiadiredja, S., 1995. Hortikultura Pekarangan dan Buah-Buahan. Yasaguna.

Jakarta.

Sulaiman, A.H. dan Sinurya, G., 1994. Dasar-Dasar Biokimia Untuk Pertanian.

USU Press. Medan.

Steenis, C.G.G.J., 1978. Flora Untuk Sekolah Indonesia. Pradnya Paramitha.

Jakarta.

Wudianto, R., 1999. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Wudiarto, L., 1996. Perbanyakan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Witham, F.H and Devlin, R.M., 2002. Plant Physiology Fourth Edition. CBS

Publisher & Distributors. New Delhi.