kata penganta 1r
Post on 23-Dec-2015
216 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas perkenan
dari beliau lah kami bisa menyelesaikan laporan ini dengan cukup baik dan tepat pada
waktunya. Yaitu “LAPORAN PENDIDIKAN PANCASILA” Walaupun dengan
buku penunjang yang terbatas.
Adapun laporan ini sengaja kami susun atas dasar kelengkapan tugas PKN ,
Dan agar para mahasiswa juga dapat mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan
pancasila sebagai sistem filsafat dalam praktek penyelenggaraan negara, nilai-nilai
perjuangan bangsa sebelum proklamasi, kondisi yang terjadi dalam NKRI sesudah
proklamasi, dan kondisi yang terjadi dalam NKRI pada masa orde lama baik dari segi
pemerintahannya, keadaan sosial masyarakatnya maupun dari segi perekonomiannya.
kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan laporan ini, semua yang telah memberi informasi yang kami tidak bisa
sebut satu persatu.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan di dalamnya, maka untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa. Sekali lagi saya ucapkan
terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila
memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-
starbagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman
dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan
berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama
dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres
Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan
yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di
antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr.
Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan
selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah
karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang
menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi. Pancasila sebagai dasar falsafah
negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan
oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk
kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa memahami konsep filsafat
2. Mahasiswa memahami pancasila sebagai sistem filsafat
3. Mahasiswa memahami pancasila sebagai ideologi dan dasar kehidupan
berbangsa dan bernegara
4. Mahasiswa memahami makna nilai-nilai pancasila
BAB II
Landasan teori
2.1 Pengertian Filsafat
Secara etimologi istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “alphilein” artinya
“cinta” dan “shopos” artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan”
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut:
Pertama : Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian:
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan ilmu, konsep pemikiran-
pemikiran daripada filsafat pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran
atau sistem filsafat tertentu. Misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme, dan
lain sebagainya.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia
sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang
tinggi dari persoalan yang bersumber pada akal sehat.
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses, yang dalam hal ini filsafat diartikan
dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses suatu pemecahan permasalahan
dengan menggunakan cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya. Dalam
pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.
Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan suatu kumpulan dogma
yang hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai suatu nilai tertentu tetapi lebih
merupakan suatu aktivitas berfilsafat suatu proses yang dinamis dengan
menggunakan suatu metode tersendiri.
2.2 Fungsi filsafat
Pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan menyebabkan munculnya disiplin
ilmu yang semakin spesifik (lebih khusus). Berbagai ilmu spesifik tersebut
bermunculan di muka bumi yang perannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat
sekitar. Spesialisasi yang terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang
dan ranting ilmu pengetahuan semakin kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada
yang masih dekat, tetapi ada pula yang telah jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak
mempunyai hubungan. Ketika ilmu-ilmu pengetahuan tersebut terus berusaha
memperdalam dirinya, maka pada kedalaman tertentu akhirnya sampai juga pada
filsafat. Sehubungan dengan keadaan tersebut di atas, filsafat dapat berfungsi sebagai
sistem interdisipliner. Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu
pengetahuan yang telah kompleks tersebut. Filsafat dapat berfungsi sebagai tempat
bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
2.3 Guna filsafat
Dengan memperhatikan uraian penjelasan dari fungsi filsafat di atas, filsafat
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtuk dan menyusun hasil pikiran tersebut
secara sistematik.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir dan
bersifat sempit dan tertutup.
3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau mengambil
kesimpulan mengenai suatu hal secara mendalam dan komprehensif.
4. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai
problem.
5. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleran dan tenggang rasa.
6. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadinya
maupun dalam hubungan dengan orang lain.
7. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun hubungan
dengan orang lain alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa
Filsafat juga memiliki beberapa sifat dasar, yaitu mempunyai tingkat
keumuman yang tinggi, tidak faktawi (mendasarkan pada fakta-fakta yang ada),
berkaitan dengan makna, berkaitan dengan nilai, dan implikatif (memunculkan
pertanyaan-pertanyaan baru, jawaban yang diperoleh tidak pernah memuaskan
sehingga muncullah pertanyaan baru). Metode dalam filsafat ada empat macam,
yaitu:
1. Metode Analisis, yaitu melakukan perincian terhadap istilah-istilah atau
pertanyaan-pertanyaan ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat menangkap makna
yang dikandungnya.
2. Metode Sintesis, yaitu melakukan penggabungan semua pengetahuan yang
diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia.
3. Metode Analitiko Sintesis, yaitu penggabungan antara metode sintesis dan
analisis dengan melakukan perincian terhadap istilah atau pernyataan, kemudian
mengumpulkan kembali suatu istilah atau pengetahuan itu untuk menyusun suatu
rumusan umum.
4. Metode Dialog Sokrates, yang merupakan dialog antara dua pendirian yang
berbeda.
2.4 Pancasila sebagai sistem filsafat
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan
cara deduktif dan induktif.
§ Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
§ Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam
Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan
diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki
Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang
berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme,
rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.
2.5 Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh.
Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya
terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan
5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
2.6 Inti sila-sila Pancasila meliputi:
§ Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
§ Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
§ Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
§ Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
§ Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep
kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan
juga bagi manusia pada umumnya.
Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi,
dan aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.
Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan Ontologis Pancasila,
Epistemologis Pancasila dan Aksiologis Pancasila.
2.7 Pancasila sebagai ideologi dan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara
A.Defenisi ideology
Definisi ideologi dapat dilakukan melalui pendekatan bahasa (etimologis) dan
istilah. Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos dan logos.
Eidos berarti gagasan dan logos berarti berbicara (ilmu). Maka secara etimologis
ideologi adalah berbicara tentang gagasan, atau ilmu yang mempelajari tentang
gagasan. Gagasan yang dimaksud di sini adalah gagasan yang murni ada dan menjadi
landasan atau pedoman dalam kehidupan masyarakat yang ada atau berdomisili
dalam wilayah negara di mana mereka berada.
Secara istilah, ideologi memiliki beragam makna. Dalam beberapa kamus atau
referensi, dapat terlihat bahwa definisi ideologi ada beberapa macam.
Keanekaragaman definisi ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang keahlian dan
fungsi lembaga yang memberi definisi tersebut.
2.8 Fungsi Ideologi Dalam Suatu Negara
1.Struktur Kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan
untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian di alam sekitar.
2. Orientasi Dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
3. Norma-norma yang menjadi pedoman pegangan bagi seseorang untuk melangkah
dan bertindak.
4. Bekal dan Jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya, kekuatan yang
mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan
mencapai tujuan.
5. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta
memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung didalamnya.
Secara singkat dapat disimpuklan bahwa Pancasila sebagai Ideologi Nasional
berfungsi sebagai tujuan atau cita-cita dari bangsa Indonesia serta sebagai sarana
pemersatu bangsa. Makna Ideologi Pancasila yaitu sebagai keseluruhan pandangan,
cita-cita, keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2.9 Fungsi dan peranan pancasila
Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika,
Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas beragam budaya dan etnis dari
Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila
meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
2.10 Makna nilai-nilai pancasila
a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antarumat beragama.
b. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap
dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
c. Nilai Persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam
kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia..
d. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan.
e. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna
sebagai
dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan
Makmur secara lahiriah atauun batiniah.
Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan
normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional
dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai
instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan
bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai
instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang saya dapat dari pembelajaran tentang pancasila sebagai filsafat
yaitu Filsafat Pancasila merupakan hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu
(kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
1. Aspek Ontologis
Hubungan aspek ontologis pancasila dengan kehidupan bangsa indonesia
yakni Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui
hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila terdiri atas lima sila memiliki satu
kesatuan dasar ontologis maksudnya setiap sila bukan merupakan asas yang berdiri
sendiri-sendiri.
Kesesuaian hubungan negara dengan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa
hubungan sebab-akibat. Yaitu sebagai berikut :
A. Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat,
dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.
B. Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah
sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.
2. Aspek Epistimologi
Hubungan aspek epistimologi yaitu suatu paham, maka Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai dalam upaya untuk
mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
3. Aspek Aksiologis
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik.
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar
aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Dalam filsafat Pancasila, terdapat tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai
instrumental, dan nilai praktis.
A. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
B. Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum
yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-
lembaga negara.
C. Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.
Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-
benar hidup dalam masyarakat.
3.2 Kritik dan saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca
dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan – kekurangan baik dari bentuk maupun isinya
- kami menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana
pembaca mempelajari tentang filsafat Pancasila
- Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu
pengetahuan
top related