kasus pertemuan 8 glaxo smith klein
Post on 02-Feb-2016
37 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LANDASAN TORI
Peran Internal Audit dalam Manajemen Risiko Perusahaan
Menurut KNKG tahun 2011 tentang Draft Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Berbasis
Governance, manajemen risiko merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan
dalam elemen perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).
Manajemen risiko bertugas untuk memberikan jaminan yang wajar atas pencapaian sasaran
keberhasilan perusahaan. Dibutuhkan pelaksanaan prinsip GCG yang baik dalam pengelolaan
risiko perusahaan, yang meliputi transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab dan
independensi. Manajemen risiko harus dilibatkan dalam pengelolaan perusahaan agar
meningkatkan tingkat kepastian mengenai kelangsungan usaha dan kondisi perusahaan
kedepannya.
Internal audit berperan signifikan dalam masalah ini, menurut The Institute of Internal
Auditors (IIA) mengenai The Role of Internal Auditing in Enterprise-wide Risk Management,
internal auditor berperan dalam memberikan jaminan agar risiko dikelola dengan baik dan
manajemen risiko beroperasi secara efektif.
Dalam memberikan jaminan, internal audit berperan dalam:
1. Memberikan jaminan pada proses manajemen risiko.
2. Memberikan jaminan bahwa manajemen risiko dievaluasi dengan benar.
3. Mengevaluasi proses manajemen risiko.
4. Mengevaluasi risiko-risiko utama dalam pelaporan.
5. Meninjau ulang hasil dari manajemen risiko utama.
Selain itu internal audit memiliki peran konsultasi. Konsultasi menjadi efektif dengan cara
mempertahankan objektivitas dan independensi. Apabila internal audit ingin membantu
manajemen dalam menetapkan atau meningkatkan risiko, perencanaan tersebut harus
memiliki strategi yang jelas dan pemberian tanggung jawab terhadap aktivitas manajemen
harus terperinci. Dalam konsultasi, internal audit memiliki peran:
1. Memfasilitasi identifikasi dan evaluasi terhadap risiko.
2. Melatih manajemen dalam merespon risiko.
3. Mengkoordinasikan aktivitas manajemen risiko.
4. Melakukan konsolidasi pelaporan risiko.
5. Mengembangkan dan mempertahankan kerangka risiko.
6. Memperjuangkan pembentukan manajemen risiko.
7. Mengembangkan strategi manajemen risiko untuk hal persetujuan dewan.
Peran Internal Audit dalam Pelaksanaan Gorporate Governance yang Efektif
Dalam jurnal Crowe Horwath (2011) mengenai Strengthening Corporate Governance with
Internal Audit, peran internal audit berperan dalam peningkatan tata kelola perusahaan.
Internal audit dianggap memainkan role dalam manajemen yang disebut sebagai strategic
team player. Kewajiban internal audit dalam menjamin dan mengevaluasi risiko perusahaan
mulai meningkat sejak diberlakukannya regulasi mengenai tata kelola perusahaan yang baru.
Dalam jurnal tersebut, dikatakan bahwa ada 7 peran penting internal audit dalam penerapan
tata kelola perusahaan:
1. Mendukung Komite Audit dalam menjalankan tugasnya.
2. Berpartisipasi dalam komite pengungkapan organisasi.
3. Meninjau efektifitas kode organisai perilaku, kebijakan etika, dan ketentuan
whistleblower.
4. Membantu menilai risiko dan mengukur kinerja seluruh organisasi.
5. Pemantauan kegiatan tata kelola perusahaan dan kepatuhan terhadap kebijakan
organisasi.
6. Memfasilitasi dan meningkatkan komunikasi dengan CEO, penasihat umum, kepala
keuangan, kepala kantor informasi, dan pengawas eksekutif lainnya
7. Mengevaluasi efektifitas kegiatan tata kelola perusahaan dan merekomendasi area
untuk perangkat tambahan.
Perbandingan Peraturan Bapepam-LK no. IX.I.7 dengan Jurnal IIA dan Crowe
Horwath
Berdasarkan hasil telaah kami, dalam peraturan Bapepam LK no IX.I.7 telah gamblang
dijelaskan mengenai tugas dan kewajiban Internal audit dan sudah cocok dengan pedoman
IIA dan Crowe Horwath. Secara garis besar peraturannya sama, mulai dari fungsi sebagai
assurance (menjamin), konsultasi, dan evaluasi risiko. Namun ada yang kurang, seperti
didalam jurnal Crowe Horwath disebutkan bahwa Intenal Audit harus dapat memfasilitasi
komunikasi antar badan eksekutif dan non eksekutif, direksi dan komisaris. Komunikasi aktif
antar dewan memacu peningkatan dalam Corporate Governance dan akses informasi
mengenai segala bentuk risiko menjadi mudah dicerna. Selain itu yang terpenting adalah
peran internal audit dalam manajemen sistem whistleblower, tentang bagaimana prosedur,
penerapan dan sebagainya tidak tercantum dalam peraturan ini.
Manajemen Risiko Menurut KNKG (2011) tentang Draft Pedoman Penerapan
Manajemen Risiko Berbasis Governance
Manajemen resiko adalah upaya organisasi yang tekoordinasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan risiko. Risiko sendiri adalah dampak atas ketidakpastian yang terjadi di masa
depan. Dalam menjalankan organisasi, perusahaan memiliki strategi yang berisi tentang visi
dan misi perusahaan, selain itu juga memiliki suatu proses untuk mendukung tercapainya
misi yang telah ditetapkan.
Setiap perusahaan pasti berupaya untuk mengejar tujuan dari yang mereka tetapkan karena
perusahaan ingin berhasil. Namun ada kalanya keinginan perusahaan tidak sejalan dengan
realita. Banyaknya kendala, halangan, dan rintangan selama proses siklus bisnis menjadi
ancaman tersendiri bagi perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi berasal dari internal
(dari dalam organisasi seperti karyawan, pimpinan, produksi dll) maupun dari eksternal
(lingkungan, politik, budaya, ekonomi, geografis dll). Apabila terdapat salah satu faktor
tersebut mengancam keberlangsungan perusahaan maka pasti akan mempengaruhi tujuan dari
usaha.
Dalam hal ini, manajemen risiko merupakan elemen penting dalam menanggulangi hal- hal
seperti ini. Manajemen risiko berguna untuk memprediksi dan menilai seberapa besar risiko
yang akan diterima oleh perusahaan seandainya sesuatu hal terjadi. Penilaian, analisis dan
prediksi tersebut sekurang-kurangnya dapat meminimalisir dampak dari risiko yang didapat
dan mengurangi kejutan-kejutan atau shock theraphy dari hal-hal yang tidak menyenangkan.
Peran manajemen risiko juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen dalam
menghadapi risiko apabila semua risiko yang mungkin akan menghambat perusahaan telah
diidentifikasi dengan baik dan diantisipasi sebelumnya.
Terdapat aspek yang harus diperhatikan dalam penerapan manajemen risiko:
1. Aspek Struktural, yaitu aspek yang memastikan arah penerapan, struktur organisasi
penerapan, akuntabilitas pelaksanaan manajemen risiko organisasi dan penyediaan
sumber daya. Aspek ini menjadi pondasi untuk membangun konsep manajemen risiko
yang akan diterapkan perusahaan.
2. Aspek Operasional, aspek yang bersifat penerapan manajemen risiko di seluruh
organisasi, pembagian tugas untuk bagian-bagian perusahaan bahkan bagian-bagian
pemilik risiko. Hal ini berupa penyusunan manual manajemen risiko serta proses
manajemen risiko dan penanganan manajemen perubahan.
3. Aspek Perawatan, yaitu berupa pengawasan, memastikan bahwa perusahaan menjaga
efektivitas penerapan dan perbaikan yang berkesinambungan, dengan cara melakukan
monitoring, review dan audit manajemen risiko.
RINGKASAN KASUS
GlaxoSmithKlein (GSK) adalah perusahaan multinasional produsen farmasi, peralatan medis,
dan barang konsumsi yang bermarkas di Brentford, London, Inggris. Perusahaan yang
didirikan tahun 2000 ini beroperasi di 70 negara, dan mempekerjakan sekitar 100.728
pekerja.
GlaxoSmithKlein terkena kasus dugaan penyuapan dan penyogokan terhadap dokter-dokter
dan beberapa rumah sakit yang ada di China, agar para dokter tersebut memberi resep obat
produksinya tersebut kepada pasien. Aksi ini tentu memberikan keuntungan bagi GSK
shingga penjualan pun meningkat tajam.
Kasus ini bermula dari temuan seorang investigator kasus korupsi, Gao Feng memberikan
pernyataan bahwa GSK melakukan penyuapan sebesar USD 500 juta (Rp 5 T), kepada
petugas kesehatan dan dokter. GSK melakukan penyuapan dalam bentuk cek perjalanan,
gratifikasi seks, hiburan dan lainnya. Dengan kedok melakukan program berupa medical
conference, para travel agencies pun melakukan penyaluran dana bagi para dokter dalam
bentuk biaya cek perjalanan, padahal bersifat fiktif. Kasus ini juga diperparah dengan
beredarnya video skandal seks mantan pimpinan GSK di China, Mark Reily.
Mark Reily pun akhirnya ditangkap dan dipidana 2-4 tahun penjara serta dilarang untuk
keluar dari China. Kasus ini pun juga melibatkan para manajer eksekutif bagian investasi dari
GSK China dan eksekutif dari beberapa travel agencies yang bekerjasama dengan GSK.
ANALISIS KASUS
Analisis Kasus berdasarkan KNKG (2011) tentang Draft Pedoman Manajemen Risiko
Berbasis Governance
Dalam penerapannya, manajemen risiko merupakan sebuah ketidakpastian suatu sasaran dan
masa depan yang terjadi. Dalam KNKG dijelaskan bahwa dalam mengelola dan mengatur
risiko, manajemen risiko harus berprinsip untuk melindungi dan menciptakan nilai tambah,
dimana maksudnya adalah peningkatan kemungkinan pencapaian suatu sasaran, tetapi masih
dalam koridor aspek hukum dan sosial. Pencapaian target dan sasaran organisasi dilihat dari
persepsi berbagai kalangan, terutama publik dan regulator.
Dalam KNKG juga disebutkan adanya aspek struktural, operasional dan perawatan. Dalam
manajemen risiko, Perusahaan dalam praktiknya membutuhkan suatu landasan dan pondasi
dalam penerapan manajemen risiko; penanganan metode dan instruksi untuk menghadapi
berbagai risiko yang akan ditanggung; serta pelaksanaan pengawasan, peninjauan kembali
dan audit terhadap risiko.
Dalam kasus GSK, terlihat jelas bahwa manajemen telah melakukan penyimpangan dengan
melakukan segala cara untuk meningkatkan sasaran/target perusahaan dengan cara yang tidak
etis, baik dari sisi etika farmasi maupun juga etika keuangan dan bisnis. Dalam praktiknya,
GSK melakukan penyuapan untuk mengejar terget produksi yang ingin dicapai dan
mengabaikan risiko yang mereka terima. Mereka melakukan pelanggaran baik secara hukum
dan kode etik profesi farmasi dan bisnis. Fungsi pengawasan dalam manajemen risiko juga
tidak terlihat, mereka mengabaikan prosedur-prosedur yang dilakukan dalam kode etik bisnis.
Hal-hal yang penting tersebut tidak dijalankan karena penyimpangan yang dilakukan oleh
GSK sudah berskala berjama’ah, baik dari top manajemen hingga ke manajemen tingkat
menengah pun ikut terlibat dalam kasus ini.
Analisis berdasarkan Institute of Internal Auditor (IIA) mengenai The Role of Internal
Audit in Enterprise-wide Risk Management
Pada jurnal diatas disebutkan bahwa kunci dari peran Internal Audit terhadap manajemen
risiko adalah sebagai penjamin (assurance), konsultasi (consulting) dan penjaga (safeguard).
Menjamin berarti internal audit harus menganalisa, menjamin dan mengevaluasi kegiatan
risiko manajemen dan kunci utama risiko yang paling berpengaruh kepada perusahaan.
Konsultasi berarti internal audit harus memberikan saran, pelatihan, memfasilitasi
pengelolaan risiko perusahaan serta membentuk dan mempertahankan kerangka konsep
Enterprise Risk Management (ERM). Penjaga berarti menjaga independensi dan objektivitas
untuk tetap pada koridornya supaya keterlibatan internal audit terhadap penanganan risiko
tidak terlalu jauh, karena penanganan risiko perusahaan merupakan tugas dan kewajiban dari
manajemen perusahaan itu sendiri.
Dalam kasus GSK ini pun juga terlihat bahwa peran internal audit sebagai pemberi saran,
pemberi jaminan dan penjaga tidak terlihat sama sekali. Padahal mereka harusnya tahu bahwa
kebijakan pemasaran yang dilakukan GSK berisiko terhadap etika bisnis dan regulator yang
berujung pada tindak pidana. Internal audit GSK dianggap tidak tanggap terhadap transaksi-
transaksi mencurigakan yang walaupun sebenarnya tidak material, akibat bentuk suap yang
canggih dan hampir tidak terlihat. Internal audit juga tidak melakukan evaluasi lebih
mendalam mengenai aksi dan tindakan ilegal perusahaan tersebut apabila sudah mulai
kelewatan. Hal ini memunculkan kecurigaan seandainya pihak internal audit pun turut serta
dalam melakukan praktik tidak sehat tersebut.
Analisis Berdasarkan Crowe Horwath (2011) tentang Strengthening Corporate
Governance with Internal Audit
Dalam jurnal Crowe Horwath dijelaskan bahwa regulasi mengenai tata kelola perusahaan
telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga peran internal audit pun juga ikut lebih
mendalam dan bervariatif. Internal audit dituntut tidak hanya memiliki kemampuan teknis
dalam melakukan analisis risiko, tetapi juga dapat memfasilitasi dan menjembatani
komunikasi antar pihak eksekutif secara aktif untuk mengurangi risiko perusahaan. Selain itu,
Internal audit sebagai monitoring yaitu melakukan kontrol dan pemantauan agar pelaksanaan
manajemen risiko tepat dengan yang diharapkan. Internal audit juga menjaga agar
pelaksanaan tata kelola perusahaan sudah diverifikasi agar sesuai dengan aspek-aspek seperti
sosial, ekonomi, regulasi dan lainnya.
Dalam kasus GSK, peran internal audit seperti yang disebutkan diatas hampir tidak ada.
Internal audit GSK terkesan melakukan pembiaran terhadap tindakan perusahaan tanpa
melakukan telaah dan analisis terhadap risiko atas tindakan perusahaan. Penerapan GCG
yang rendah mengakibatkan fungsi pengawasan (monitoring) dalam internal audit di GSK
juga rendah. Internal audit juga tidak melakukan verifikasi terhadap legalitas dan regulasi
yang berlaku dalam wilayah tersebut sehingga tidak memahami risiko akibat pelanggaran
tersebut. Dalam praktik bisnisnya, GSK melakukan penyimpangan berupa pemasaran produk
yang tidak sehat dengan melakukan penyuapan terhadap dokter-dokter di China agar
menyarankan pasien membeli produknya. Anehnya internal audit tidak mendeteksi
penyimpangan tersebut dan sehingga kasus tersebut muncul ke publik dan memicu adanya
tindak pidana.
http://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2013/07/20/5577/china-agar-obat-
laris-gsk-sogok-dokter-dengan-uang-dan-seks.html
http://www.kompasiana.com/ilyani/gsk-diinvestigasi-menyuap-dokter-refleksi-kode-etik-
industri-farmasi-global_54f76713a33311d4358b478e
top related