kajian terhadap ayat-ayat surah al-baqarah
Post on 07-Aug-2015
692 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diskursus mengenai al Qur’an adalah diskursus yang tidak pernah lapuk
karena hujan dan tidak pernah lekang karena panas. Ayat-ayat kauniyah dan
qauliahnya selalu aktual untuk dijadikan bahan kajian. Terbukti bahwa sejak
diturunkan empat belas abad silam al Qur’an telah diteliti dan dikaji oleh baik
muslim maupun non muslim. Jutaan buku dari berbagai kalangan intelektual
telah dipublikasikan. Namun, hingga saat ini “mata air” itu tidak juga kering.
Bahkan, semakin banyak diambil semakin banyak juga mata air yang
memancar dari sumber utama itu.
Ayat-ayat qauliyah yang dikandung al Qur’an dikaji dari bagiannya yang
terkecil. Dari segi huruf ia dikaji jumlahnya, susunannya, cara melafalkannya,
cara membacanya bila bertemu huruf lain, perubahan huruf dari yang satu
kepada yang lain bila terjadi kaidah tertentu.
Dari aspek kata ia dikaji jumlahnya, susunannya yang terkadang
seharusnya didahulukan namun pada saat-saat tertentu justru diakhirkan dan
2
2
sebaliknya, maknanya yang seringkali mengandung metafora, lawan
katanya, diksinya, dan lain-lain.
Dari sisi kalimat ia diteliti dari jumlah huruf dan katanya, struktur
kalimatnya, keserasian dan keseimbangannya dengan kalimat lain, situasi
dan kondisi ketika ia diungkapkan , pengertiannya yang terkadang samar
dan terkadang jelas, dan lain sebagainya.
Para pengkaji ayat-ayat qauliyah menyajikan kajian-kajiannya sesuai
dengan sudut pandang yang mereka lihat. Para sastrawan menampilkan
kajiannya sesuai dengan sudut pandang sastra, para linguis menawarkan
kajian lewat aspek linguistik, para mutakallimun (ahli kalam)
menyuguhkannya dari aspek tauhid, kaum sufi menelaahnya dari aspek
sufisme, dan lain-alin.
Dengan keberagaman latar belakang pengkaji dan keberagaman ruang
lingkup kajian sebuah ayat maka tidak heran kalau satu ayat bisa dikaji
hingga menghasilkan berjilid-jilid buku.
Mengutip tulisan Abdullah Darraz, Quraish Shihab mengatakan, “apabila
Anda membaca al Qur’an, maknanya akan jelas di hadapan Anda. Tetapi
3
3
bila anda membacanya sekali lagi, akan anda temukan pula makna-makna
lain yang berbeda dengan makna-makna sebelumnya. Demikian seterusnya,
sampai-sampai Anda (dapat) menemukan kalimat atau kata yang
mempunyai arti bermacam-macam, semuanya benar atau mungkin benar.
(Ayat-ayat al Qur’an) bagaikan intan:setiap sudutnya memancarkan cahaya
yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak
mustahil, jika anda mempersilakan orang lain memandangnya, maka ia akan
melihat lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat.”1
Hal ini merupakan salah satu bukti dari firman Allah yang berbunyi:
نفدت ما أحبر سبعة بعده من ميده والبحر أقالم شجرة من األرض يف أنما ولو
)٢٧: ٣١\لقمان (حكيم عزيز الله إن الله كلمات
“Seandainya terjadi bahwa pepohonan di muka bumi menjadi pena dan tujuh lautan yang airnya berubah menjadi tinta untuk menulis kalimat Allah, maka pena dan tinta itu akan habis sementara kalimat Allah tidak akan habis.”(Q.S. Lukman/31 : 27)
Dalam ayat lain Allah berfirman :
1 Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung:Mizan, 1996), cet ke-2, h. 16
4
4
ولو ربي كلمات تنفد أن قبل البحر لنفد ربي لكلمات مدادا البحر كان لو قل
)١٠٩: ١٨\الكهف( مددا مبثله جئنا
“Katakanlah: ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).’ (Q.S. Al kahfi/18 : 109). Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Sebagaimana firman Allah:
)٢: ١٢\يوسف (تعقلون لعلكم عربيا قرءانا أنزلناه إنا
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Q.S. Yusuf:2) Untuk memahami suatu kalimat dalam bahasa Arab tidak cukup hanya
mengerti arti leksikal dan atau penguasaan gramatikal saja dari kalimat
tersebut. Sebagai contoh adalah ungkapan berikut "مدح أحمد عمر" . Secara
leksikal makna ungkapan ini adalah “memuji, Ahmad, Umar”. Pelaku dan
obyek dalam ungkapan ini belum diketahi sebelum ungkapan ini dibaca
dengan benar secara gramatikal. Kecuali bila lawan bicara sudah mengetahui
konteks pembicaraannya.
5
5
Dalam al Qur’an kita temukan ayat yang pemahamannya tidak cukup
hanya dengan mengetahui makna leksikal saja. Ayat berikut misalnya:
)٢٨: ٣٥\فاطر (العلماء عباده من الله خيشى إنما
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (Q.S. Fathir/35 : 28) Orang yang hanya mengandalkan pengetahuan secara leksikal untuk
memahami ayat ini akan membuka peluang kekeliruan yang sangat
mendasar.
Ayat ini memiliki pengertian sebagaimana tertera dalam terjemahan di
atas apabila lafal jalālah ) اهللا( dalam ayat tersebut dibaca dengan manshūb
)اهللا( dan lafal ulama dibaca dengan marfū’ )العلماء( . Namun, bila kedua lafal
tersebut dibaca terbalik, Allah dibaca dengan dammah dan ulama dibaca
dengan fathah maka pengertiannya menjadi “sesungguhnya Allah takut
kepada para ulama”.
Contoh lain: ketika suatu jama’ah sedang menunggu kedatangan
penceramah yang cukup lama ditunggu-tunggu, lalu salah satu dari jamaah
itu mengabarkan bahwa ia telah melihat penceramah itu di halaman. Kabar
6
6
seperti ini diungkapkan dengan "الخطیب رأیت فى ساحةالمسجد" (saya melihat
penceramah di halaman masjid). Karena yang menjadi pusat pembicaraan
dalam hali ini adalah penceramah, bukan siapa yang melihat, maka lafal
“ الخطیب" didahulukan.
Ungkapan tersebut berbeda fokus perhatiannya dengan ungkapan " فى
"ساحةالمسجد رأیت الخطیب dan . "رأیت الخطیب فى ساحةالمسجد " .
Mengerti makna dan memahami gramatikal saja juga tidak cukup untuk
memahami suatu ayat al Qur’an. Ayat berikut misalnya :
هم إنهم أال السفهاء ءامن كما أنؤمن قالوا الناس ءامن كما ءامنوا هلم قيل وإذا
)١٣: ٢\البقرة ( يعلمون ال ولكن السفهاء
“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (Q.S. Al-Baqarah/2 :13) Bila ayat ini dibaca dengan harkat yang benar disertai pengertian kata per
kata juga benar tidak berarti bahwa memahami ayat itu sudah benar.
Potongan ayat yang digarisbawahi tersebut bermakna “tetapi mereka tidak
7
7
tahu”. Obyek dari ketidaktahuan mereka belum jelas dalam ayat itu. Obyek
itu tidak disebutkan. Bila obyeknya disebut ayat itu akan menjadi, ولكن ال
”.mereka tidak mengetahui bahwa mereka bodoh) 2 یعلمون أنهم سفهاء
صراط إىل ربهم بإذن النور إىل الظلمات من الناس لتخرج إليك أنزلناه كتاب
)١: ١٤\إبراهيم (احلميد العزيز
“ (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Ibrahim14:1)
Ayat ini bila dipahami secara harfiah tentu saja membingungkan. Sebab,
bagaimana mungkin al Kitab bisa mengeluarkan manusia dari suasana yang
gelap kepada suasana yang terang. Karenanya, memahami ayat ini tidak cukup
dengan mengerti secara harfiah. Dalam kajian ilmu bayān, kata “al zhulumā t” dan
“al-Nūr” dalam ayat tersebut adalah termasuk isti’arah. Yang dimaksud dengan
kedua lafal itu adalah “al-dhalāl” (kesesatan) dan “al hadyu” (petunjuk).3
Di antara ayat-ayat al Qur an yang memiliki pemahaman yang harus
dicermati dari ilmu balaghah adalah"
2 Abdul Aziz Atik, Fi al Balāghah al ‘Arabiyyah:’Ilm al Ma’āni, (Beirut:Dar al Nahdlah al
Mishriyyah, 1985), h. 131 3 Al Zamakhsyari, Al Kasysyāf ‘an Haqāiq al Tanzīl wa ‘Uyūn al-Aqāwīl fi Wujuh al
Takwil, (Beirut:Dar al Fikr, tth), jilid 2, h. 365
8
8
) ٣: ٢٥\الفرقان (خيلقون وهم شيئا خيلقون ال ءاهلة دونه من واتخذوا
“Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain dari pada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan.” (Q.S. Al Furqan:3)
)٦١: ٥\املائدة (به خرجوا قد وهم بالكفر دخلوا وقد ءامنا قالوا جاءوكم وإذا
“Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman’, padahal mereka datang kepada kamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (daripada kamu) dengan kekafirannya.”(Q.S. Al Maidah/5 : 61)
)٥: ١\الفاحتة (نستعني إياك و نعبد إياك
“Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan.” (Q.S. Al Fatihah/1 : 5)
الدنيا احلياة يف ا ليعذم الله يريد إنما أوالدهم وال أمواهلم تعجبك فال
)٥٥: ٩\التوبة(
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia.” (At Taubah/9 : 55)
)٢٣: ٤٥\الجاثیة( أفرأیت من اتخذ إلهه هواه
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.” (Q.S. Al Jatsiah/45 : 23)
9
9
الإميان إلى تدعون إذ أنفسكم مقتكم من أكبر الله لمقت ينادون كفروا الذين إن
)١٠: ٢٣\الغافر( فتكفرونSesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): "Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir"(Q.S. Gafir:10) Enam contoh terakhir tersebut adalah ayat-ayat yang mengandung taqdīm-
takkhīr . Taqdīm-takkhīr ini merupakan salah satu bagian dari kajian ‘ilmu ma’āni
dan merupakan bagian kecil dari ilmu balaghah.
Mengenai fungsi taqdīm-takkhīr para ulama berbeda pendapat. Para ulama
balaghah sebelum Abdul Qahir berpendapat bahwa fungsi takdim takkhir adalah
untuk memberikan perhatian kepada yang ditakdim dan karena mentakdimnya
lebih penting dari pada mentakkhirnya.4
Perbedaan pendapat ini pada gilirannya memunculkan aliran-aliran
tentang fungsi tersebut. Di antara aliran-aliran itu adalah aliran ulama
balaghah, aliran Symsuddin bin al Soigh, aliran Diauddin bin al Atsir, dan
aliran mufassir.5
4 Al-Jurjani, Dalāil al I’jāz, (Kairo:Maktabat al Khanji, tth), h. 108 5 Al-Math’ani, Khashāish al Ta’bīr al Qur āani wa Simā tuhu al Balāgiyyah,
(Kairo:Maktabah Wahbah, 1992), jilid 1, h. 80
10
10
Karenanya, untuk memahami sebuah ayat al Qur’an dibutuhkan
pemahaman ilmu-ilmu bahasa Arab secara menyeluruh.. ilmu-ilmu bahasa
Arab itu mencakup:sharf, I’rab (nahwu), rasm, al ma’ani, al bayan, al badi’,
al ‘arud, alqawafi, qarld syi’ir, insya, khathabah, tarikh al adab, dan matn al
lughah.6
Untuk memahami ayat-ayat qauliyah di atas dibutuhkan penguasaan
ilmu sharf, ilmu Nahwu, ilmu bayan, ilmu badi’, dan ilmu ma’ani.
Ilmu sharf adalah ilmu yang mengkaji tentang perubahan bentuk kata dari
yang satu kepada yang lain untuk merubah arti, mengambil derivasi dari isim
mashdar, membentuk kalimat pasif, dan lain-lain. Ia juga adalah ilmu tentang
perubahan kata dari bentuknya yang asal kepada bentuk lain dengan tujuan
lain, tidak untuk merubah makna.7
6 Musthafa Ghulayayni, Jāmi’ al Durūs al ‘Arabiyyah, (Beirut:al Mathba’ah al
‘Ashriyyah, 1992), jilid 1, h. 8 7 Amin Ali al Sayyid, Fi ‘Ilm al Sharf, (Mesir:Dar al Ma’arif, 1976), cet ke-3, h. 17
11
11
Ilmu Nahwu adalah kaidah-kaidah yang membahas tentang fungsi setiap
kata dalam kalimat, memberikan harakat pada setiap akhir kata, dan cara
meng-i’rabnya.8
Mengenai kedudukan ilmu nahwu dalam kajian keislaman, Abbas Hasan
berkata, “ilmu nahwu adalah penyangga ilmu-ilmu bahasa Arab dan
undang-undangnya yang tertinggi. Tidak ada satu ilmu bahasa Arabpun yang
bisa berdiri tanpa ilmu ini. Ilmu-ilmu naqliyyah tidak bisa terhindar darinya.”9
Ilmu Bayan adalah ilmu tentang menyampaikan suatu arti dari sebuah
ungkapan dengan ungkapan yang bermacam-macam, baik dengan cara
menambah lafal atau menguranginya, untuk memperoleh maksud yang tepat. Untuk mengatakan “Zaid dermawan” misalnya, bisa diungkapkan
dengan ungkapan ".زید بحر", "زید كالبحر", "زید كالبحر فى السخاء", "زید جواد" 10
8 Fuad Nikmah, Mulakhkhash Qawā’id al Lugah al Arabiyyah, (Beirut:Dar al Saqafah al
Islamiyyah, tth), h. 17 9 Abbas Hasan, Al Nahw al Wāfī, (Mesir:Dar al Fikr:, 1961), , cet. Ke-5, jilid 1, h. 1 10 Badruddin bin Malik, Al Misbāh fi al-Ma’āni wa al-Bayān wa al Badi’,
Jamamiz:Maktabah al Adab, tth), h. 103
12
12
Ilmu Badi adalah ilmu untuk memperindah pembicaraan setelah
pembicaraan itu sesuai dengan situasi dan kondisi.11
Ilmu ma’ani adalah ilmu merangkai kalimat.12
Al Sakkaki mendefinisikan ilmu ma’ani dengan:
من ا يتصل ما و إلفادة ا ىف الكالم تراكيب خواص تتبع هو املعاىن علم
ما على الكالم تطبيق ىف اخلطأ من عليها ليحترزبالوقوف غريه و االستحسان
.احلال يقتضى
“Ilmu ma’āni adalah ilmu yang menelaah karakteristik susunan kalimat
dari pemberi pengertian serta keindahan dan lain-lain yang terkait agar dapat
terhindar dari kesalahan dalam menerapkan kalimat sesuai dengan situasi
dan kondisi”13
Esensi kedua definisi ilmu ma’ani tersebut adalah mengajarkan orang
untuk menghadapi lawan bicara. Bagaimana berbicara dengan intelektual,
awam, bodoh, dewasa, anak-anak, dan lain-lain. Pendeknya, ilmu ini
11 Al-Hasyimi, Jawāhir al Balāghah fi al Ma’āni wa al Bayān wa al Badi’, (Beirut:Dar al
Fikr, 1991), h. 360 12 Fadhl Hasan Abbas, Al-Balāghah : Funūnuhā wa Afnānuhā, (Yordan:Dar al Furqan,
1985) h. 87 13 Al Sakkaki, Miftāh al-‘Ulūm, (Mesir:Al Mathba’ah al Maimaniyah, tth), h. 70
13
13
mengajarkan cara berbicara sesuai dengan porsi dan secara proporsional
(likulli maqamin maqalun wa likulli maqalin maqamun).
Dari latar belakang masalah tesis ini bisa diketahui bahwa betapa ilmu-
ilmu bahasa Arab saling terkait untuk memahami ayat-ayat al Qur’an.
Mengingat bahwa ilmu-ilmu bahasa Arab sangat banyak dan memiliki
kajian yang sangat luas, maka untuk mempermudah penelitian ini penulis
membatasi penelitian ini pada pembahasan tentang taqdim-ta’khir pada
seratus ayat pertama surat al Baqarah. Penulis juga hanya membatasi kajian
ini menurut aliran Ibn Al Shoigh. B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas tergambar bahwa ruang
lingkup kajian ilmu balagah sangat luas. Karenanya, untuk meneliti seluruh
kajian yang dicakup ilmu balagah dibutuhkan waktu yang cukup lama, biaya
yang tidak sedikit, dan kemampuan yang sangat mendalam.
Pada contoh-contoh yang mengandung struktur taqdīm-ta’khīr yang
penulis kemukakan dalam latar belakang masalah nampak bahwa para
14
14
ulama memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai fungsi taqdīm-
takkhīr, sebagaimana, secara sekilas, telah penulis singgung.
Selain itu, takdim-ta’khir yang telah penulis kemukakan ada yang dapat
diketahui dengan mudah. Lafal yang ditakdim atau ditakkhir ada dalam ayat
tersebut dan jelas bahwa lafal tertentu ditakdim. Seperti dalam ayat-ayat
berikut
دينكم لكم
Musnad ilaih dalam ayat ini didahulukan
نستعني إياك و نعبد إياك
Maf’ul bih dalam ayat ini didahulukan
Kedua ayat tersebut berbeda dengan ayat beirikut
الدنيا احلياة يف ا ليعذم الله يريد إنما أوالدهم وال أمواهلم تعجبك فال
Artinya:
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia. (Q.S. At-Taubah/9 : 55)
15
15
Taqdīm-takkhīr dalam ayat ini berbeda dengan ayat-ayat sebelumnya.
Taqdīm-takkhīr dalam ayat ini tidak bisa dilihat hanya dari teks. Ia perlu
ditafsirkan. Tafsiran dari ayat ini adalah
ىف ا ليعذم الله يريد إنما الدنيا احلياة يف أوالدهم وال أمواهلم تعجبك فال
االخرة
“Janganlah kalian tercengang dengan harta dan anak mereka di dunia. Sesungguhnya dikarenakan harta dan anak mereka itu Allah akan mengazab mereka di akhirat.”14 Untuk mengetahui adanya takdim-takkhir dalam ayat berikut juga
diperlukan penafsiran.
هواه إهله اتخذ من أفرأيت
Makna leksikal ayat ini adalah “apakah kamu pernah melihat orang yang
menjadikan tuhannya sebagai hawanya?”
Pengertian semacam ini tentu saja tidak salah. Sebab, orang yang
menjadikan Tuhan sebagai hawanya tidak menyalahi prinsip Islam.
Karenanya, tidak tercela. Namun, maksud ayat ini tidak demikian. Yang
14 Al-Suyuthi, Al Itqan fi ‘Ulum al Qur’an, (Beirut:Dar al Fikr, tt), h 180
16
16
dimaksud adalah, “apakah anda pernah menemukan orang yang
menjadikan hawanya sebagai tuhannya.”15 (Q.S. Al-Jatsiah/45 : 23)
Adapun yang menjadi bahan pertanyaan penulis dalam tesis ini adalah:
1. Bagaimana mengidentifikasi suatu ayat yang mengandung taqdīm-ta’khīr
dalam perspektif Syamsuddin Ibn al-Shaigh?
2. Ayat-ayat manakah yang termasuk dalam perspektif Syamsuddin Ibn al-
Shaigh dalam surat al-Baqarah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah dan pokok permasalahan
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1. Dapat mengidentifikasi suatu ayat yang mengandung taqdīm-ta’khīr
dalam perspektif Syamsuddin ibn al- Shaigh dalam surat al-Baqarah
2. Ayat-ayat yang mengandung taqdīm-takkhīr menurut perspektif
Syamsuddin ibn al-Shaigh dalam surat al-Baqarah
15 Ibid
17
17
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peminat kajian al Qur an dan pengkaji bahasa Arab.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagaimana telah disebutkan dalam pokok permasalahan bahwa
penelitian ini memusatkan perhatian pada penyelidikan tentang ayat-ayat
dalam surat al-Baqarah yang mengandung taqdīm-takkhīr dalam perspektif
Syamsuddin ibn al-Shaigh.
Sepanjang yang penulis ketahui bahwa penelitian semacam ini belum
ada. Namun, kajian tentang teori taqdīm-takkhīr Ibn al-Shaigh yang penulis
dapatkan ada dua buku: Al-Itqān fi ‘Ulūm al-Qur ān karya al-Suyuthi dan
Khashāish al-Ta’bīr al-Qur āni wa Simātuhu al-Balāghiyyah karya Abdul
Azhim al-Math’ani.
Dalam karyanya itu, al-Suyuthi hanya memaparkan pembagian taqdīm-
takkhīr yang dimunculkan Ibn al-Shaigh.
Dalam disertasinya –yang kemudian dibukukan itu—al-Math’ani
mengkritisi teori ibn al-Shaigh.
18
18
Di antara obyek yang menjadi kritikannya adalah bahwa ibn al-Shaigh
tidak menyingkap rahasia yang terkandung dalam taqdīm-takkhīr yang
diajukannya.
E. Metodologi Penelitian
Karena penelitian ini sepenuhnya bertumpu pada kajian pustaka, maka
riset ini akan dilakukan dengan cara menganalisis data-data yang tertulis
dalam sumber-sumber kepustakaan yang bertalian dengan masalah yang
dikaji. Sumber-sumber kepustakaan tersebut terbagi dua: sumber primer (al-
marā ji’ al-awwaliyyah) dan sumber-sumber sekunder (al-marā ji’ al-
tsānawiyyah).
Untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, akan
digunakan metode analisis. Melalui metode ini penulis akan menguraikan
teori-teori tentang struktur taqdīm-takkhīr dari empat perspektif, yaitu
perspektif ulama balaghah, Syamsuddin ibn al- Shaigh, Ibn al-Atsir, dan para
mufassirun. Dari teori ibn al- Shaigh penulis akan menganalisis ayat-ayat
dalam surat al-Baqarah yang mengandung struktur taqdīm-ta’khīr menurut
teorinya.
19
19
Karena penulis tidak mendapatkan karya Syamsuddin ibn al-Shaigh ,
maka penulis menjadikan karya al- Suyuthi, yaitu al-Itqān fī ‘Ulūm al- Qur
ān dan karya Abdul Azhim al-Math’ani, yaitu Khshāish al-Ta’bīr al- Qur āni
wa Simā tuhu al-Balāghiyyah sebagai sumber-sumber primer.
Sumber-sumber rujukan sekunder adalah karya-karya yang terkait
dengan kajian tentang al-Qur’an.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini mengacu kepada sistem penulisan yang
berlaku dalam penyusunan tesis. Adapun sistematika penulisan tesis ini
adalah sebagai berikut:
1. Bab I merupakan bab pendahuluan yang mencakup sub-sub
bahasan, yaitu latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
2. Bab II merupakan deskripsi tentang struktur taqdīm-takkhīr dalam
perspektif para ulama, yaitu ulama balaghah, Syamsuddin ibn al-
Shaigh, ibn al-Atsir, dan para mufassirun serta tentang taqdīm-takkhīr
ghair ishthilāhi
20
20
3. Bab III adalah bab yang membahas tentang surat al-Baqarah yang
mencakup latar belakang penamaan surat al-Baqarah, cakupan surat
al-Baqarah, keutamaan surat al-Baqarah, pelajaran dari surat al-
Baqarah, ayat-ayat dalam surat al-Baqarah yang mengandung
struktur taqdīm-takkhīr dalam perspektif Ibn al-Shaigh, baik yang
sulit difahami maknanya secara lahiriah maupun yang mudah
4. Bab IV merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan
21
21
22
22
15
BAB II
TAQDĪM-TAKKHĪR DALAM PERSPEKTIF PARA ULAMA
Bila struktur bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa lain, nampak bahwa
struktur bahasa Arab memiliki keunikan tersendiri. Salah satu keunikannya terdapat
pada kelenturan pokok-pokok kalimat atau pelengkapnya yang bisa dikedepankan
(taqdim) atau diakhirkan (takkhir). Contoh :”jalasa Umar”. Kalimat ini adalah
kalimat sederhana (jumlah basithah) yang terdiri dari dua pokok kalimat, yaitu
musnad (jalasa)dan musnad ilaih (Umar). Kalimat ini tetap menjadi kalimat yang
benar bila berbunyi “Umar jalasa”. Kata “Umar” didahulukan dari kata kerjanya,
jalasa.
Kalimat tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
“Umar duduk” atau ke dalam bahasa Inggris “Umar sits”. Masing-masing kata dalam
kedua ungkapan ini tidak benar bila posisinya ditukar.
Pergantian posisi suatu kata atau kalimat seperti yang tertera dalam contoh
bahasa Arab tersebut memiliki penekanan subyek pembicaraan yang berbeda,
sebagaimana yang telah penulis jelaskan dalam pokok permasalahan.
Karenanya, mengetahui urgensi taqdīm-takkhīr adalah sebuah keniscayaan
bagi para pengkaji dan atau peminat bahasa Arab.
A. Pengertian taqdīm-takkhīr
Secara etimologi kata taqdim adalah isim mashdar dari kata kerja qaddama.
Dalam kamus Hans Wehr kata ini berarti: sending forward, sending off, dispatching,
16
presentation, submission, turning in, filing, offering up, oblation, dedication, offer,
proffer, tender, bid, memorial.1
Kata-kata tersebut bermakna: pengiriman, pemberian, penyajian, perkenalan,
ketundukkan, kepatuhan, lemari, arsip, pengabdian, persembahan, tawaran, saran,
pengajuan, penguluran (tangan).2
Dalam kamus al-Munjid kata ini juga memiliki beragam makna sesuai dengan
konteksnya. Memberikan
Memperlihatkan
Mengajukan
قدم دليال طلبا
Menyerahkan diri
النفس
Memberikan jam الساعة
Mempersenjatai
سالحا
Mengangkat senjata untuk penghormatan
السالح
Mengedepankan
أباه
Berbuat
قدمت يداهما
Membuat pendahuluan (buku) تقدمي
1 J.M. Cowan (editor), Arabic English Dictionary:The Hans Wehr Dictionary of Modern
Written Arabic, (New York: Itacha, 1976), h. 749 2 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia(Jakarta:Gramedia, 1996), cet.
XXIII, h. 188,403,445, 565, 240, 169, dan 449
17
Tidak memberi manfaat dan tidak
memberi bahaya
يؤخر يقدم و ال ال
Mendekatkan لفالنكرسيا
Mempercepat perjalanan سفره
Memperkenalkan 3 الدولةرئيس إىل سفريا
Kata ini dengan fi’il mudhari dan amr nya dalam al-Qur’an disebutkan tidak
kurang dari 27 ayat, yaitu pada : Shād/38:60,61, Al-Qiyāmah/75:3, Al-
Baqarah/2:95,110, 223 Al-Imrān/3:182, An-Nisā/4:62, Al-Māidah/5:80, Al-
Anfāl/8:51, Al-Kahfi/18:57, Al-Hajj/22:10, Al-Qashash/28:47, Al-Rūm/30:36, Al-
Syūrā/42:48, Al-Hasyr/59:18, Al-Jumu’ah/62:7, Al-Naba/78:40, Al-Infithār/82:5,
Qāf/50:28, Al-Fajr/89:24, Yusuf/12:48, Yāsin/36:12, Al-Hujurāt/49:1, Al-
Mujādilah/58:12, 13, Al-Muzzammil/73:20.
Berikut ini ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung kata “qaddama” dengan
pengertian yang berbeda-beda.
) ٩ :٢\ةالبقر( أيديهم قدمتو لن يتمنوه أبدا مبا Artinya:
Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selamanya karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh mereka. (Q.S. Al-Baqarah/2:9)
)٢٨ : ٥٠\ق( إليكم بالوعيد قدمتفال ختتصموا لدي و قد
3 Antowan Nikmah, Isham Mudawwar dkk (editor), Al Munjid fi al-Lughah al-Arabiyyah al-Mu’āshirah, (Bairut:Dar al-Masyriq, 2000), h. 1132
18
Artinya: Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, pada hal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu. (Q. S. Qāf/50:28)
) ٤٨ : ١٢\يوسف(هلن قدمتم مث يأتى من بعد ذلك سبع شداد يأكلن ما Artinya: Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya. (Q.S. Yusuf/12:48)
)٦١ : ٣٨\ص( لنا هذا فزده عذابا ضعفا ىف النار قدمقالوا ربنا من
Artinya: Mereka berkata (lagi): “ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan kami ke dalam azab ini maka tambahkanlah azab kepadanya di neraka.(Q.S. Shad/38:61)
)٨٠ : ٥\املائدة( هلم أنفسهم أن سخط اهللا عليهم قدمتلبئس ما
Artinya: Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka. (Q.S. Al-Maidah/5:80)
) ١ : ٤٩\احلجرات(امنوا ال تقدموا بني يدى اهللا و رسوله يا أيها الذين
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. (Q.S. Al-Hujurāt/49:1)
)١٣ : ٥٨\اادلة(أ أشفقتم أن تقدموا بني يدى جنويكم صدقات Artinya:
19
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah….(Q.S. Al-Mujādilah/58:13) Secara etimologi kata “takkhīr” adalah isim mashdar dari kata kerja
“akhkhara” .Makna kata ini tidak Sebanyak makna yang dimiliki oleh kata taqdīm.
Dalam kamus Al-Munjid kata ini berarti: membentangkan, menunda,
menangguhkan, memalingkan, merintangi, membatalkan, mengkhirkan, meletakkan
sesuatu setelah sesuatu yang lain.4
Dalam kamus Hans Wehr kata ini berarti: delay, deferment, postponement,
obstruction, retardation, putting back.5
Dalam kamus Inggris-Indonesia, kata-kata tersebut bermakna: kelambatan,
penundaan, penangguhan, pemunduran, halangan, gangguan, kembali.6
Dalam al-Qur’an, kata ini dengan fi’il mudhari dan amrnya disebutkan
sebanyak 15 kali, yaitu : Al-Qiyāmah/75 : 13, Al-Infithār/82 : 5, An-Nisā/4 : 77, Al-
Isrā/17 : 62, Al-Munāfiqūn/63 : 10, 11, Hūd/11 : 8, 104, Ibrāhīm/14 : 10, 42, 44,
Nuh/71 : 4, An-Nahl/16 : 61, dan Fāthir/35 : 45.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang mengandung kata tersebut dengan
pengertian yang berbeda-beda:
) ١٣ : ٧٥\القيامة (أخرينبأ اإلنسان يومئذ مبا قدم و Artinya: Apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dilalaikannya. (Q.S. Al-Qiyāmah/75:13
4 Antowan Nikmah, Isham Mudawwar dkk (editor), op. cit., h.11. lihat juga Majma’ al-
Lughah al-Arabiyyah, Al-Mu’jam al-Wajīz, h.8 5 J.M. Cowan (editor), op. cit., h. 8 6 John M. Echols dan Hassan Shadily, op. cit., h. 172, 440, 401, 458
20
)٧٧ : ٤\النساء(ا إىل اجل قريب أخرتنو قالوا ربنا مل كتبت علينا القتال لوال Artinya: Mereka berkata:”ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi? (Q.S. An-Nisa/4:77) Pengertian taqdīm-takkhīr secara terminologis tidak didapatkan dalam
literatur balaghah. Namun, dari literatur yang mengulas tentang taqdīm-takkhīr dapat
disimpulkan bahwa definisi taqdīm-takkhīr sangat beragam sesuai dengan perspektif
ulama yang mengkajinya:
1. Menurut ahli Balaghah taqdīm-takkhīr adalah mengedepankan atau
mengakhirkan letak suatu kata atau kalimat sebelum atau sesudah kata atau
kalimat yang lain baik dengan maksud mengedepankan atau mengakhirkan
ataupun tanpa maksud tersebut.
2. Menurut Syamsuddin ibn al-Shaigh taqdīm-takkhīr adalah mengedepankan
atau mengakhirkan suatu kata atau kalimat dari suatu kata atau kalimat
yang lain.
3. Menurut Ibn al-Atsir taqdīm-takkhīr adalah mendahulukan atau
mengakhirkan suatu kata dari kata yang lain dengan adanya perubahan
makna. Atau lafal yang didahulukan lebih difokuskan dari pada yang
diakhirkan
4. Menurut Mufassirin taqdīm-takkhīr adalah mendahulukan atau
mengakhirkan suatu makna dari makna yang lain atau suatu kisah dari
kisah yang lain atau jār dan majrūr dari yang lain
21
B. Taqdīm-Takkhīr dalam al-Qur’an
Ayat-ayat al-Qur’an yang zhanni al-dalālah membuka peluang kemungkinan
interpretasi yang sangat beragam. Keberagaman ini memunculkan banyaknya aliran-
aliran dalam tafsir. Interpretasi terhadap ayat-ayat itu sesuai dengan mainstream (alur
berfikir) mufassirnya.
Keberagaman penafsiran ayat-ayat al-Qur’an juga terjadi dari perspektif
keindahan susunan kata-kata dan kalimat-kalimatnya. Di antaranya adalah terjadi
pada salah satu bagian kecil yang dikaji dalam ilmu balaghah, yaitu taqdīm-takkhīr.
Keberagaman dalam perspektif ini melahirkan banyak perspektif di kalangan para
pakar di bidangnya. Di antara perspektif-perspektif itu adalah:
1. Perspektif Ulama Balaghah
Para ulama balaghah membagi taqdīm menjadi dua:
a. Taqdīm (mendahulukan) dengan niat mengakhirkan yang lain. Seperti
mendahulukan khabar (predikat) dari mubtadanya (subyek) dan maf’ūl (obyek) dari
fa’ilnya (pelaku). Contoh “ " منطلق زید" dan "ضرب عمرا زید". Lafal منطلق dan عمرا
meskipun letaknya berada sebelum lafal زید namun urutan yang sebenarnya adalah di
akhir.
b. Taqdīm tanpa maksud mengakhirkan yang lain. Contoh زید المنطلق dan
berubah sesuai dengan letaknya.7 المنطلق dan زید Kedudukan I’rab lafal . المنطلق زید
7 Abd al-Qahir al-Jurjani, Dalā il al I’jāz, (Kairo:Maktabat al Khanji, tth), h. 106
22
Obyek taqdīm-takkhīr mereka klasifikasikan menjadi : taqdīm al musnad
ilaih, taqdīm al musnad, dan taqdīm al muta’alliqāt ‘ala ‘awamilihā.8 Masing-
masing obyek tersebut memiliki tujuan-tujuan tertentu.
Yang termasuk kategori musnad adalah: 1. Khabar al Mubtada . Contoh kata
2. Al-Fi’il al Tam (kata kerja .(Allah Maha Mampu) اهللا قادر dalam kalimat قادر
sempurna). Contoh kata kerja حضر dalam kalimat حضر األمیر (pemimpin telah
datang). 3. Isim al Fi’il. Seperti 4 .امین-وي-هیهات. Mubtada shifat yang marfu’nya
tidak memerlukan khabar .contoh kata عارف dalam kalimat 5. أ عارف أخوك قدر اإلنصاف.
Khabar kāna dan akhwatnya dan khabar inna dan akhawatnya. 6. Al Maf’ūl al tsāni
li Zhanna wa akhawāatuhā . 7. Al-Maf’ūl al Tsālits li Arā wa Akhawātuhā . 8.
Mashdar yang berfungsi sebagai fi’il amr. contoh سعیا فى الخیر (berusahalah untuk
kebaikan).
Musnad ilaih ada enam: 1. fa’il 2. Asmā Nawāsikh. 3. Mubtada yang memiliki
khabar . 4. Al-Maf’ūl al Awwal lizhanna wa akhawātihā. 5. Al-Maf’ūl al Tsāni li Arā
wa akhawātihā. 6. Naib al-Fa’il.9
Tujuan-tujuan taqdīm al-musnad ilaih adalah sebagai berikut:
a. Sesuai dengan asal urutan letaknya dan tidak ada kepentingan untuk
meletakkannya di akhir. Contoh :al-‘adl asās al-najāh (keadilan adalah pangkal
kesuksesan)
8 Abdul Azhim Ibrahim al Mathla’i, Khashā ish al Ta’bïr al Qur’āni wa Simātuhu al
Balāghiyyah, (Kairo:Maktabah wahbah, 1992), Cet. Ke-I, Jilid 2, h. 81 9 Ahmad al-Hasyimi, Jawāhir al Balāghah fī al Ma’ānī wa al-Bayān wa al-Badī, (Beirut:Dar
al-Fikr, 1991), h. 49-52
23
b. Menjadikan khabar berkesan/menarik pada telinga pendengar. Sebab, pada
mubtada ada sesuatu yang membuat pendengar tertarik untuk mengetahuinya.10
Contoh bait syair Abul Ala al-Ma’arri berikut ini:
حيوان مستحدث من مجاد# و الذى حارت الربية فيه Yang membuat bingung manusia pada hari kebangkitan
Kebangkitan mereka kembali setelah mereka menjadi tanah
Musnad ilaih dalam bait syair ini adalah isim maushūl, yaitu kata “alladzī”.
Shilahnya adalah “hārat al- bariyyat fīhi”. Yang membuat menarik keingintahuan
mukhāthab (lawan bicara) adalah “mā alladzī hārat al-bariyyat fīhi” (apa
yang membuat bingung makhluk?). Lalu dijawab dengan “hayawānun mustahdatsun
min jamādin”11
c. Mempercepat kabar yang menggembirakan atau yang menyedihkan (ta’jīl al-
masarrah aw al-masā ah). Contoh : Al-sa’d fī dārika aw al-nahs fī dārika (di
rumah Anda ada kebahagiaan. Atau di rumah Anda ada kesialan)
d. Mempercepat berkah (ta’jīl al-barakah). Contoh : ismullāh ‘ alaika (semoga Allah
memberkatimu)
e. Mempercepat rasa aman (ta’jīl al-amān). Contoh : Al-salāmu’alaikum
warahmatullāh wabarakā tuh (semoga Allah melimpahkan keselamatan, berkah,
dan rahmat-Nya pada mu)
10 Ahmad Mushthafa al-Maraghi, ‘Ulûm al Balâghagh:al Bayân wa al Ma’âni wa al Badî’,
(Makkah al Mukarromah:Dâr al Ihyâ al Turâts al Islâmi, 1992), Cet ke-10, h. 93 11 Fadhl Hasan Abbas, Al-Balāghah Funūnuhā wa Afnānuhā : Ilm al-Ma’ānī, (tt:Dar al-
Furqān, tth), Cet ke-2, h.212
24
f. Mempercepat kenikmatan (ta’jīl al-taladzdzudz). Contoh bait syair Imru al-Qais
berikut ini:
ليالي منكن أم ليلى من البشر # قلن لنا با هللا يا ظبيات القاع
wahai wanita-wanita cantik katakanlah kepada kami adakah Lailaku berada di antara kalian
g. Mempercepat penghormatan atau penghinaan. Contoh :
)٤٨\٢٩: الفتح ( حممد رسول اهللا والذين معه أشداء على الكفار رمحاء بينهم Artinya:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang yang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (Q.S. Al-Fath/48 : 29)
h. Yang diinginkan adalah kaitan informasi dengan musnad ilaih, bukan informasi itu
sendiri. Contoh : bila Anda ditanya tentang si Fulan “kaifa hā luhu? Mā bāluhu?
(bagaimana kabar si Fulan). Maka Anda menjawab “Fulan yasyrab wa yuthrib wa
yalhū wa yal’ab” (si Fulan suka minum, bernyanyi, dan main-main)12
i. Berfungsi untuk generalisasi negasi (‘umūm al salab) dan menegasikan
generalisasi (salab al ‘umūm)
Fungsi pertama (‘umūm al-salab) terjadi bila musnad ilaih yang ditaqdim
menunjukkan makna umum dan diikuti oleh huruf nafyi. Musnad ilaih tersebut
tidak mengandung makna nafyi (negasi). Contoh “kullu muhmil lā yanjah” (setiap
12 Abduh Abd al-Aziz Kalkilah, Al-Balāghah al-Ishthilāhiyyah, (Kairo:Dār al-Fikr, 1991), cet
ke-2, h. 204
25
orang yang tidak peduli tidak sukses). Musnad ilaih dalam contoh ini adalah lafal
“kull” yang menunjukkan makna umum. Lafal ini tidak memberikan makna
negasi. Yang memberikan makna negasi adalah huruf nafyi. Struktur ini berfungsi
untuk men-generalisasi sesuatu yang negatif. Ungkapan dalam contoh tersebut
bermakna “semua orang yang mengabaikan (suatu urusan) tidak sukses”. Dalam
struktur ini lafal yang menunjukkan makna umum mendominasi huruf nafyi.
Fungsi generalisasi sesuatu yang negatif itu akan memiliki makna sebaliknya,
menegasikan generalisasi ketika lafal yang menunjukkan makna umum terletak
setelah huruf nafyi. Sebagai contoh adalah bait syair Al-Mutanabbi berikut ini:
تأتى الرياح مبا ال تشتهى السفن# ما كل ما يتمىن املرء يدركه Tidak semua yang diangan-angankaى seseorang dapat diraihnya Angin berhembus dari arah yang tidak disenangi perahu.13
Badruddin bin Malik al-Andalusi brpendapat bahwa ada tiga syarat bagi
musnad ilaih yang ditaqdim bila brfungsi untuk ‘umūm al-salab (‘umūm al-nafyi) :
1. musnad ilaih dihubungkan dengan huruf umum. Bila tidak dihubungkan maka
didahulukan atau diakhirkan tidak berbeda. Contoh “Muhammad lam yuqshir”
(Muhammad tidak mengqashar). Makna ungkapan ini sama saja dengan “lam
yuqshir Muhammad”, lafal “Muhammad” diakhirkan.
2. I’rab musnad ilaih bila diakhirkan menjadi fa’il. Bila tidak demikian maka
didahulukan atau diakhirkan tidak ada pengaruhnya. Contoh : “kullu insānin lam
13 Abduh Abdul Aziz Qalqilah, op.cit., h.206
26
yaqum abūhu” (bapak semua orang tidak berdiri) menjadi “lam yaqum abū kullu
insanin”, lafal “kullu insanin” tidak lagi menjadi fa’il.
3. Musnad ilaih harus dihubungkan dengan huruf nafyi. Bila tidak maka tidak wajib
didahulukan. Contoh : “kullu insanin qāma”. Musnad ilaih (kull) dalam contoh
ini didahulukan atau diakhirkan tetap memilki makna umum.
Mendahulukan musnad ilaih untuk fungsi ‘umūm al-nafyi, yaitu untuk
menafyikan hukum (aturan) dari semua orang seperti dalam contoh “kullu insaanin
lam yaqum”(semua orang tidak berdiri) adalah wajib. Bila ungkapan tersebut menjadi
“lam yaqum kullu insanin” maka bisa mengandung makna menafyikan hukum bagi
sebagian orang saja.14
j. Memberikan fungsi pengkhususan (ifādat al-takhshīsh).15
Fungsi ini terjadi bila pada musnad ilaih terpenuhi dua syarat :
Pertama, khabar atau musnadnya terbentuk dari fi’il (kata kerja)
Kedua, musnad ilaih terletak setelah huruf nafyi.
Taqdīm-takkhīr yang berfungsi untuk takhshīsh ini memiliki tiga pola:
1. Musnad ilaih terletak setelah huruf nafyi dan musnadnya terbentuk dari fi’il.
Contoh : bila Anda mengatakan “mā anā fatahtu al-bāb” (bukan saya yang
membuka pintu), maka Anda ingin mengatakan bahwa: 1. Anda tidak mengakui
bahwa Anda yang membuka pintu. 2. Anda menyatakan bahwa orang lain yang
14 Mahmud al-Sayyid Syaikhun, Asrar al-Taqdim wa al-Takkhir fi Lughat al-Qur’an al-
Karim, (Kairo:Dar al-Hidayah, tth), h. 64 15 Yang dimaksud dengan fungsi pengkhususan adalah suatu perbuatan tidak dilakukan oleh
musnad ilaih, namun dilakukan oleh yang lain. Contoh : bila Anda mengatakan “mā anā ghasyisytu fī al-imtihān” maka yang Anda maksud adalah anda menafikan bahwa Anda menyontek dan menyatakan bahwa yang menyontek adalah orang lain. (Fadhl Hasan Abbas, op.cit., h. 214
27
membukanya.Secara tersirat, struktur ini menyatakan bahwa, “orang lain yang
membuka pintu, bukan saya”
Bila Anda mengatakan, “mā anā ghibtu fi al-muhādharah” (bukan saya yang
absen pada perkuliahan tersebut) maka Anda ingin mengatakan bahwa :1. Anda
hadir dalam perkuliahan. 2. Yang tidak hadir dalam perkuliahan adalah orang lain,
bukan Anda.
Berdasarkan kaedah di atas adalah salah bila kita berkata “anā mā fatahtu al-
bāb wa lā ghairī” (bukan saya yang membuka pintu dan juga bukan orang lain).
Sebab, dalam struktur ini terjadi dua makna yang bertentangan, yaitu antara makna
positif yang tersirat dari ugkapan “anā mā fatahtu al-bāb” dengan makna negatif
dari ungkapan “lā ghairī” (bukan orang lain). Makna positif yang tersirat adalah
“orang lain yang membukanya.”
Persyaratan pertama untuk ifādat al-takhshīsh (musnad ilaih terletak setelah
huruf nafyi) disepakati oleh para ulama balaghah. Sementara untuk syarat yang
kedua (musnad terbentuk dari fi’il) adalah pendapat Abd al-Qahir. Al-Zamakhsyari
memperluas syarat kedua ini dengan isim-isim yang semakna dengan fi’il, seperti
isim fa’il dan isim maf’ul. Contoh firman Allah berikut:
قالوا يا شعيب ما نفقه كثريا مما تقول وإنا لنراك فينا ضعيفا ولوالرهطك )٩١:١١\هود (لرمجناك
Artinya:
Mereka berkata:”hai Syuaib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami
28
telah merajam kamu, sedang kamu bukanlah seorang yang berwibawa. (Q.S. Hud/11 : 91) Musnad ilaih dalam ayat tersebut jelas berfungsi untuk pengkhususan. Sebab,
tujuan kaumnya tidak hanya menafikan kemuliaan darinya. Namun mereka
memilki tujuan lain, yaitu menetapkan kemuliaan itu kepada keluarga dan
kaumnya.
Al-Zamakhsyari memperkuat pendapatnya itu dengan ayat selanjutnya
)٩٢ \١١: هود (وما أنت علينا بعزيز
Artinya:
Syu’aib menjawab : “hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandangamu dari pada Allah. (Q.S. Hud/11:92) Musnad ilaih dalam ayat tersebut jelas berfungsi untuk pengkhususan. Sebab,
tujuan kaumnya tidak hanya menafikan kemuliaan darinya, namun mereka
memiliki tujuan lain, yaitu menetapkan kemuliaan itu kepada keluarga dan
kaumnya.
Al-Zamakhsyari memperkuat pendapatnya itu dengan ayat selanjutnya
)٩٢ : ١١\هود( قوم أرهطى أعز عليكم من اهللا قال ياArtinya
Syu’aib menjawab, “hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu dari pada Allah.” (Q.S. Hud/11 : 92)
Di antara contoh yang semakna dengan fi’il adalah firman Allah:
)٣٧ \٥: املائدة ( من النار و ما هم خبارجني منها يريدون أن خيرجوا
29
Artinya:
Mereka ingin keluar dari neraka, padahal mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya. (Q.S. Al-Maidah/5:37) Tujuan ayat ini tidak hanya menafyikan mereka keluar dari neraka, tapi juga
memberikan pernyataan lain, yaitu selain mereka keluar dari neraka.16
2. Huruf nafyi terletak setelah musnad ilaih dan musnadnya terbentuk dari fi’il.
Contoh : anā mā fatahtu al-bāb (saya tidak membuka pintu)
Pola ini berfungsi untuk memperkuat pernyataan/perlakuan (taqwiat al-
hukm).17 Contoh : anā lā udhī’u waqtī, al-muslim lā yusāwim ‘alā dīnihi, al-
mustaghriq fī syahwatihi lā yu’awwalu ‘ alaihi fi khidmati wathanihi (saya tidak
menyia-nyiakan waktu saya, orang muslim tidak melakukan penawaran terhadap
agamanya, orang yang tenggelam dalam syahwatnya tidak dapat diandalkan untuk
berkhidmat kepada tanah airnya).
Ungkapan-ungkapan tersebut Anda tidak maksudkan untuk takhshīsh dan
tidak juga untuk menyatakan bahwa orang lain melakukan hal yang sama dengan
yang Anda lakukan. Yang Anda maksud adalah untuk menegaskan bahwa Anda
melakukan perbuatan itu.18
Ungkapan “anta lā tuhsinu hādzā” (Anda tidak pandai untuk melakukan hal
ini) bentuk negasinya lebih kuat dari pada bila Anda mengatakan “lā tuhsinu
16 Ibid., h. 216 17 Yang dimaksud dengan taqwiat al-hukm adalah menegaskan kebenarannya. (Ibid., h. 217) 18 Ibid
30
hādzā”. Bahkan sekalipun Anda memperkuat ungkapan ini mejadi “lā tuhsinu anta
hādzā”.19
Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung fungsi ini adalah :
)٥٩ : ٢٣\املؤمنون( والذين هم برم ال يشركون Artinya: dan orag-ornag ang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka sesuatu apapun (Al-Mu’minun/23 : 59),
)٥٣ : ٢٩\العنكبوت( وهم ال يشعرون Artinya:
sedang mereka tidak menyadarinya (Q.S. Al-Ankabut/29 : 53)
Pola ini bisa juga memberi pengertian pengkhususan dengan syarat ada
qarinahnya (konteks). Contoh firman Allah berikut:
)٥ : ٣\ال عمران(إن اهللا ال خيفى عليه شئ ىف األرض و ال ىف السماء Artinya:
sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit) (Q.S. Al Imran/3 : 5) Ayat ini, selain mengandung makna taqwiat al-hukm bila dilihat dari
konteksnya, juga mengandung fungsi pengkhususan. Sebab, hanya Allah yang
dapat melihat semua apa yang ada di langit dan di bumi.20
Semua ini bila musnad ilaih terbentuk dari isim makrifat (definite). Namun
bila musnad ilaih terbentuk dari isim nakirah (indefinite) dan khabarnya terbentuk
19 Abd al-Qahir, op.cit., h. 138 20 Fadhl Hasan Abbas, op.cit., h. 218
31
dari fi’il maka pengertiannya tergantung pada qarīnah, khususnya tergantung pada
mukhāthab (lawan bicara). Karenanya pola ini terkadang megandung makna
takhshīsh dan terkadang taqwiat al-hukm. Bila Anda mengatakan “thālibun nā la
al-jāizah”(seorang mahasiswa menerima hadiah) maka bisa Anda maksudkan
untuk menekankan jenis kelamin. Hal ini adalah bila lawan bicara beranggapan
bahwa yang menerima hadiah adalah wanita. Bisa juga Anda maksud untuk
menyatakan bilangan tunggal bagi lawan bicara yang beranggapan bahwa yang
menerima hadiah lebih dari satu.
Bila Anda berkata “rajulun jāanī” (seorang laki-laki mendatangiku)” dengan
mendahulukan isim dari kata kerjanya, maka Anda ingin memberitahukan bahwa
yang datang adalah seorang laki-laki, bukan wanita dan ungkapan tersebut Anda
tujukan kepada orang yang sudah mengetahui bahwa seseorang telah datang
kepada Anda.21 Ungkapan tersebut berbeda dengan apabila anda mendahulukan
fi’il (kata kerja) dari isimnya. Seperti “jā anī rajulun” tidak berfungsi untuk
takhshsīsh dan tidak juga untuk taqwiat al-hukm. Sebab, ungkapan itu tidak
menutup kemungkinan ada orang lain yang datang bersama orang laki-laki
tersebut, baik laki-laki atau wanita.22
3. Musnad ilaih Mutsbat (positif). Contoh : anā fatahtu al-bāb (saya sudah
membuka pintu).23
21 Abd al-Qahir, op.cit., h. 143 22 Fadhl Hasan Abbas, loc.cit. 23 Ibid., h. 214
32
Tujuan pola ini adalah untuk memberikan perhatian pada fa’il yang
didahulukan dan pusat pembicaraan tertuju kepadanya.
Sebab terjadinya perhatian tersebut ada dua:
a. Jelas, tujuannya adalah membatasi fi’il hanya kepada fa’il dan menafikan
yang lainnya atau semua kecuali isim yang muqaddam (didahulukan). Contoh
: “anā katabtu fī ma’nā fulān (saya yang menulis semua urusan si fulan).
Ungkapan ini Anda maksud untuk menghilangkan anggapan bahwa ada orang
lain yang menulis bersama Anda.
b. Struktur dengan pola ini hanya untuk menjelaskan dan meyakinkan pendengar
bahwa fā’il telah berbuat suatu perbuatan, tidak berfungsi untuk membatasi
perbuatan itu hanya kepada fā’il yang muqaddam tersebut. Contoh: “huwa
yu'th al-jazīl, huwa yuhib al-tsanā” (dia banyak memberi, dia senang
pujian).24
Contoh ini hanya ingin menegaskan bahwa dia banyak memberi dan senang
pujian tanpa ada maksud untuk menafikan ada juga orang lain yang banyak
memberi dan senang pujian.
Ungkapan “muhammad najaha” dengan “najaha muhammad” (muhammad
berhasil) memiliki implikasi pengertian yang berbeda. Ungkapan pertama
berfungsi untuk taqwiat al-hukm, yaitu dengan menisbahkan keberhasilan kepada
muhammad dan kata ganti (dhamīr) huwa dari kata kerja “najaha” yang juga
24 Abd al-Qahir, op.cit., 128
33
kembali kepada Muhammad. Sementara ungkapan kedua tidak berfungsi
demikian.25
Dengan demikian, sebab pertama berfungsi untuk takhshīsh dan yang kedua
adalah untuk taqwiat al-hukm.
Taqdīm musnad ilaih yang berfungsi untuk taqwiat al-hukm menurut Abd
al-Qahir terjadi pada tujuh tempat:
1. Bila didahului oleh pengingkaran mukhāthab (lawan bicara). Contoh : mukhāthab
berkata “ laisa lî 'ilmun billadzī taqūl” (saya tidak mengetahui apa yang Anda
katakan). Lalu Anda berkata kepadanya “anta ta’lamu anna al-amr 'alā mā aqūl,
walākinnaka tamīlu ilā khashmī” (Anda mengetahui apa yang aku katakan.
Namun, Anda tidak menerimanya)
2. Ketika ada keraguan. Contoh : bila seseorang berkata kepada Anda “ka annaka lā
ta’lamu mā shana’a fulān wa lam yuballighka” (nampaknya Anda tidak tahu apa
yang dilakukan si Fulan dan tidak ada yang menginformasikannya kepada Anda).
Untuk menghilangkan keraguan itu Anda berkata “anā a’lam walākinnī udārīhi”
(saya mengetahuinya, tapi saya meragukannya).26
3. Untuk dusta. Contoh firman Allah berikut :
)٦١ : ٥\املائدة(و إذا جاؤوكم قالوا امنا و قد دخلوا بالكفر و هم قد خرجوا به Artinya:
Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”, padahal mereka datang kepada kamu
25 Abduh Abdul Aziz Kalkilah, op.cit., .205 26 Abd al-Qahir, op.cit., h. 133
34
dengan kekafirannya dan mereka pergi (dari pada kamu) dengan kekafirannya juga. (Q. S. Al Maaidah/5: 61) Ungkapan “āmannā” adalah pengakuan mereka bahwa mereka tidak keluar
dengan kekafirannya.
4. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak masuk akal. Contoh firman Allah
berikut:
)٣ : ٢٥\الفرقان( و اختذوا من دونه اهلة ال خيلقون شيئا و هم خيلقون Artinya:
Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain dari pada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan. (Q.S. Al-Furqan/25:3)
5. Segala sesuatu yang menyalahi kebiasaan dan dianggap asing. Contoh :alā ta’jab
min fulān? Yadda’i al azhīm wa huwa ya’yā bil yasīr, wa yaz’am annahu
syujā’un, wa huwa yafza’u min adnā syai” (tidakkah Anda heran terhadap si
Fulan? (Dia mengaku terhormat, padahal terhadap sesuatu yang remeh ia tidak
menyadari. Dia menganggap dirinya pemberani, padahal dia takut terhadap
sesuatu yang paling rendah).
6. Ketika orang yang Anda janjikan atau berikan jaminan ragu terhadap penepatan
janji Anda. Dia membutuhkan pernyataan yang lebih tegas. Contoh: “anā
u’thīka, anā akfīka, anā aqūmu bihādzal amr” (saya akan memberimu, saya akan
mencukupimu, saya akan mengatasi masalah ini)
35
7. Untuk memuji. Contoh : anta tu’thi al jazīl, anta tuqrī fī al mahall, anta tajūdu
hīna lā yajūdu ahad” (Anda banyak memberi, Anda menghormati (tamu) di
rumah (Anda), Anda sangat baik ketika orang lain tidak baik)
Tujuan-tujuan mendahulukan musnad :
1. Untuk pengkhususan. Contoh firman Allah berikut:
)٤ : ٣٠\الروم( هللا األمر من قبل و من بعد Artinya:
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (Q.S. Al-Rum/30:4) Maksud ayat ini adalah “ inna al amr lillāhi wahdah” (semua urusan hanyalah
milik Allah). Maksud ayat ini bukan hanya meyatakan bahwa segala urusan
adalah milik Allah, tapi juga ingin menafyikan bahwa selain Allah tidak memiliki
urusan.
2. Untuk mengingatkan bahwa musnad adalah khabar
Khabar dan shifat sangat mirip. Keduanya dibedakan dari segi arti. Kata
shifat terkadang bisa juga menjadi khabar. Contoh : “mustaqarr fī al-ardh lanā”.
Kata “lanā” dalam kalimat tersebut bisa menjadi shifat bisa juga menjadi khabar.
Kedudukan khabar lebih kuat dari shifat. Sebab, khabar adalah termasuk pokok
kalimat. Sementara shifat hanya sebagai pelengkap.
3. Menarik (tasywīq)
Musnad ditaqdim sebagai daya tarik untuk mengetahui musnad ilaihnya.
Contoh bait syair berikut :
36
مشس الضحى و ابو إسحاق و القمر# ثالثة تشرق الدنيا ببهجتها Ada tiga yang menyinari dunia dengan tulus Mata hari di waktu dhuha, Abu Ishaq, dan rembulan
Asal bait syair tersebut adalah
ة تشرق الدنيا ببهجتهاثالث# مشس الضحى و ابو إسحاق و القمر Mata hari di waktu dhuha, Abu Ishaq, dan rembulan Adalah tiga yang menyinari dunia dengan tulus
4. Untuk optimisme (Al Tafāul). Contoh :
كل مين على األمري اهلجان# مبن اهللا طلعة املهرجان 5. Untuk menjadikan hati pendengar terpaut. Contoh: qad halaka khashmuka, qad
zhahara natījatu imtihānik (musuhmu telah musnah, hasil ujianmu sudah ada)
6. Untuk menunjukkan bahwa musnad lebih penting dari musnad ilaih. Contoh :
‘alaihi min al-rahmān mā yastahiq (dia berhak menerima apa pun dari Allah)
7. Untuk memperlihatkan kepedihan. Contoh : min sūi hazhzhī annī tazawwajtu
imra ah lādzi’ah (di antara nasibku yang tidak baik adalah bahwa aku menikahi
wanita tidak baik).27
C. Taqdīm-Takkhīr Ghair Ishthilāhi
Pada aliran-aliran taqdīm-takkhīr di atas telah dibicarakan mengenai taqdīm-
takkhīr seputar :
1. Taqdīm dengan niat mengakhirkan yang lain
27 Abduh Abd al-Aziz Qalqilah, op.cit., h. 208
37
2. Taqdīm tanpa maksud mengakhirkan yang lain
Taqdīm-takkhīr ghair ishthilāhi adalah taqdīm-takkhīr yang bila dilihat secara
tekstual tidak terlihat adanya taqdīm-takkhīr , setiap kata atau kalimat sudah berada
sesuai dengan letaknya. Tadīm-takkhīr jenis ini baru kelihatan bila ada perbandingan
antara satu ungkapan dengan ungkapan lain yang memiliki makna yang
sama.28Contoh :
و ادخلوا الباب سجداو إذ قلنا ادخلوا هذه القرية فكلوا منها حيث شئتم رغدا )٥٨ : ٢\البقرة(و قولوا حطة نغفر لكم خطاياكم و سرتيد احملسنني
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: “Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah:’Bebaskanlah kami dari dosa’, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik,”(Q. S. Al-Baqarah/2 : 58)
هلم اسكنوا هذه القرية و كلوا منها حيث شئتم و قولوا حطة و ادخلوا و إذ قيل )١٦١ : ٧\األعراف(الباب سجدا نغفر لكم خطئاتكم سرتيد احملسنني
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil): “Diamlah di negeri ini saja (Baitul Maqdis) dan makanlah darinya (hasil bumi) di mana saja kamu kehendaki.” Dan katakanlah: “Bebaskanlah kami dari dosa kami dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu”. Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada orang-orang yang berbuat baik. “ (Q. S. Al-A’raf/7 : 161)
28 Al-Mathla’i, op.cit., h. 147
38
Dari kedua ayat di atas jelas bahwa bila kita hanya melihat salah satu di
antaranya, maka kita tidak akan menemukan adanya kata atau kalimat yang ditaqdīm
atau ditakkhīr.
Pada surat al-Baqarah kata “sujjadan” lebih dahulu dari kata “hiththah”.
Sebaliknya pada surat al-A’raf, kata “hiththah” terletak lebih dahulu dari kata
“sujjadan”.
Untuk melihat adanya taqdīm-takkhīr dalam kedua ayat tersebut al-Math’lai
menjelaskan bahwa sujud yang dikenal ada dua : karena bersyukur dan karena
memohon ampun (istighfār). Sujud dalam surat al-Baqarah didahulukan dari
permohonan ampun adalah untuk menunjukkan bahwa syukur dalam ayat tersebut
lebih diutamakan dari pada permohonan ampun. Pengutamaan ini berangkat dari dua
alasan:
Pertama, dalam ayat tersebut Allah dengan jelas memerintahkan untuk
bersyukur
Kedua, nikmat yang Allah berikan kepada mereka –dalam ayat ini—lebih
jelas dan lebih sempurna
Teks dalam surat al-Baqarah berlangsung dengan cara percakapan. Sementara
dalam al-A’raf dengan cara hikayat.
Makan (kulū) dalam surat al-Baqarah diathafkan kepada masuk (udkhulū)
dengan huruf fa. Hal ini menujukkn bahwa “makan” yang mereka lakukan terjadi
39
setelah mereka masuk. Sementara athaf dalam surat al-A’raf dengan huruf “wawu”
yang hanya berfungsi untuk menghimpun (li al-jam’i al-muthlaq).29
Perintah untuk bersujud dan memohon ampunan (al-qaul bi al-hiththah)
dalam surat al-Baqarah disandarkan kepada kata ganti yang, dengan jelas, kembali
kepada Allah(wa idz qulnā) sementara dalam surat al-A’raf fa’il (pelaku) nya tidak
disebutkan (wa idz qīla).
Ungkapan dalam surat al-Baqarah berfungsi untuk terjadinya pemberian
nikmat sebagai akibat dari rasa syukur. Sementara dalam al-A’raf tidak demikian.
Sebab, makna udkhulū berbeda dengan uskunū. Yang pertama mengindikasikan
bahwa mereka berada di luar kemudian diperintahkan untuk masuk. Sementara yang
kedua menunjukkan bahwa mereka sudah ada di dalam, kemudian datang perintah
baru agar mereka tetap tinggal di dalamnya.30
Untuk lebih jelas mengenai kedua ayat tersebut berikut penulis kutipkan ayat
sebelum ayat-ayat di atas:
و ظللنا عليكم الغمام و أنزلنا . مث بعثناكم من بعد موتكم لعلكم تشكرون ظلمونا و لكن كانوا عليكماملن و السلوى كلوا من طيبات ما رزقناكم و ما
)٥٧-٥٦ : ٢\البقرة(أنفسهم يظلمون
Artinya:
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan
29 Ibn Hamdun, Hāsyiyat al-‘Allāmah ibn Hamdun ‘alā Syarh al-Makudi li Alfiat ibn Malik,
(Indonesia:Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, tth), jilid 2, h. 21 30 Al-Mathla’i, op.cit., h. 152
40
kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q. S. Al-Baqarah/2 : 56-57)
وقطعناهم اثنيت عشرة أسباطا أمما و أوحينا إىل موسى إذ استسقاه قومه أن اضرب نه اثنتا عشرة عينا قد علم كل أناس مشرم و ظللنابعصاك احلجر فانبجست م
عليهم الغمام و أنزلنا عليهم املن و السلوى كلوا من طيبات ما رزقناكم )١٦٠ : ٧\األعراف(وماظلمونا و لكن كانوا انفسهم يظلمون
Artinya:
Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!”. Maka memancarlah dari padanya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman)’ “Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu”. Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri. (Q. S. Al-A’raf/7 : 160) Ayat-ayat yang mengandung jenis taqdīm-takkhīr seperti ini ada pada 21
tempat,31selain ayat dalam surat al-Baqarah dan al-A’raf tersebut adalah ayat-ayat
berikut:
واليوم ا الخر و إن الذين ءامنوا والذين هادوا والنصارى والصابئني من امن با هللا ٢/البقرة(عمل صاحلا فلهم أجرهم عند رم وال خوف عليهم و ال هم حيزنون
:٦٢(
31 Ibid, h. 148
41
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, orang-orang Shābi-īn, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian dan beramal saleh mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Q.S. Al-Baqarah/2 : 62)
صارى واابئني والنوس والذين أشركوا إن إن الذين ءامنوا والذين هادوا والص )١٧ : ٢٢/احلج(الله يفصل بينهم يوم القيامة إن الله على كل شيء شهيد
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu (Q.S. Al-Hajj/22 :17)
ولن ترضى عنك اليهود وال النصارى حتى تتبع ملتهم قل إن هدى الله هو الله من ويل وال ولئن اتبعت أهواءهم بعد الذي جاءك من العلم ما لك من اهلدى )١٢٠ : ٢\البقرة(نصري
Artinya:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu ((Q.S. Al-Baqarah/2 :120)
42
قل أندعو من دون الله ما ال ينفعنا وال يضرنا ونرد على أعقابنا بعد إذ هدانا الله ريان له أصحاب يدعونه إىل اهلدى ائتنا قل كالذي استهوته الشياطني يف األرض ح
)٧١ : ٦\األنعام(إن هدى الله هو اهلدى وأمرنا لنسلم لرب العاملني
Artinya:
Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfa`atan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami". Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, (Q.S. Al-An’ām/6 :71)
وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكمعلى شهيدا وما جعلنا القبلة اليت كنت عليها إلا لنعلم من يتبع الرسول ممن ينقلب
إميانكم إن عقبيه وإن كانت لكبرية إلا على الذين هدى الله وما كان الله ليضيع )١٤٣ : ٢\البقرة(الله بالناس لرءوف رحيم
Artinya:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia . (Q.S. Al-Baqarah/2 :143)
43
وجاهدوا يف الله حق جهاده هو اجتباكم وما جعل عليكم يف الدين من حرج ملة هذا ليكون الرسول شهيدا عليكم أبيكم إبراهيم هو مساكم املسلمني من قبل ويف
وتكونوا شهداء على الناس فأقيموا الصالة وءاتوا الزكاة واعتصموا بالله هو ) ٧٨ : ٢٢\احلج(موالكم فنعم املوىل ونعم النصري
Artinya:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong (Q.S. Al-Hajj/22 : 78)
إنما حرم عليكم امليتة والدم وحلم اخلرتير وما أهل به لغري الله فمن اضطر غري باغ )١٧٣ : ٢\البقرة(وال عاد فال إمث عليه إن الله غفور رحيم
Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah/2 : 173)
واملنخنقة حرمت عليكم امليتة والدم وحلم اخلرتير وما أهل لغري الله به واملوقوذةواملتردية والنطيحة وما أكل السبع إلا ما ذكيتم وما ذبح على النصب
)٣ : ٥\املائدة( ذلكم فسق تستقسموا باألزالم وأن
44
Artinya:
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. (Q.S. Al- Māidah/5 :3)
قل ال أجد يف ما أوحي إيل حمرما على طاعم يطعمه إلا أن يكون ميتة أو دما إنه رجس أو فسقا أهل لغري الله به فمن اضطر غري باغ مسفوحا أو حلم خرتير ف
)١٤٥ : ٦\األنعام(وال عاد فإن ربك غفور رحيم
Artinya:
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi --karena sesungguhnya semua itu kotor-- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-An’ām/6 : 145)
إنما حرم عليكم امليتة والدم وحلم اخلرتير وما أهل لغري الله به فمن اضطر غري باغ )١١٥ : ١٦\النحل(وال عاد فإن الله غفور رحيم
Artinya:
" Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang(Q.S. Al-Nahl/16 :115)
45
ياأيها الذين ءامنوا ال تبطلوا صدقاتكم باملن واألذى كالذي ينفق ماله رئاء الناس وال يؤمن بالله واليوم اآلخر فمثله كمثل صفوان عليه تراب فأصابه وابل فتركه
: ٢\البقرة(القوم الكافرينصلدا ال يقدرون على شيء مما كسبوا والله ال يهدي ٢٦٤(
Artinya:
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (Q.S. Al-Baqarah/2 : 264)
ال مثل الذين كفروا بربهم أعماهلم كرماد اشتدت به الريح يف يوم عاصف )١٨ : ١٤\إبراهيم(يقدرون مما كسبوا على شيء ذلك هو الضالل البعيد
Artinya:
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh (Q.S. Ibrahim/14 : 18)
ياأيها الذين ءامنوا ال تكونوا كالذين كفروا وقالوا إلخوام إذا ضربوا يف األرض ليجعل الله ذلك حسرة يف قلوم أو كانوا غزى لو كانوا عندنا ما ماتوا وما قتلوا
)١٥٦ : ٣\انال عمر(والله حييي ومييت والله مبا تعملون بصري
46
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S. Ali Imran/3 : 156)
وما جعله الله إلا بشرى ولتطمئن به قلوبكم وما النصر إلا من عند الله إن الله )١٠ : ٨\األنفال(عزيز حكيم
Artinya:
Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Anfāl/8 : 10)
ياأيها الذين ءامنوا كونوا قوامني بالقسط شهداء لله ولو على أنفسكم أو إن يكن غنيا أو فقريا فالله أوىل ما فال تتبعوا اهلوى أن تعدلوا الوالدين واألقربني
)١٣٥ : ٤\النساء(وإن تلووا أو تعرضوا فإن الله كان مبا تعملون خبريا
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan (Q.S. An Nisa/4 : 135)
47
ياأيها الذين ءامنوا كونوا قوامني لله شهداء بالقسط وال جيرمنكم شنآن قوم الله إن الله خبري مبا تعملون علىألا تعدلوا اعدلوا هو أقرب للتقوى واتقوا
)٨ : ٥\املائدة(
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Maidah/5 : 8)
يء فاعبدوه وهو على كل شيء وكيل ذلكم الله ربكم ال إله إلا هو خالق كل ش ) ١٠٢ : ٦\األنعام(
Artinya:
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu(Q.S. Al-An’am/6 : 102)
)٦٢ : ٤٠\غافر(ذلكم اهللا ربكم خلق كل شئ ال اله إال هو فأىن تؤفكون
Artinya:
Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, {encipta segala sesuatu, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan (Q.S. Ghafir/40 : 62)
) ١٣١ : ٦\األنعام(ذلك أن مل يكن ربك مهلك القرى بظلم وأهلها غافلون
48
Artinya:
Yang demikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah (Q.S. Al-An’am/6 : 131)
وال تقتلوا أوالدكم خشية إمالق حنن نرزقهم وإياكم إن قتلهم كان خطئا كبريا )٣١ : ١٧\اإلسراء(
Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (Q.S. Al-Isra/17 : 31)
وجحدوا ا واستيقنتها أنفسهم ظلما وعلوا فانظر كيف كان عاقبة املفسدين )١٤ : ٢٧\النمل(
Artinya:
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan (Q.S. An Naml/27 :14)
وما يستوي البحران هذا عذب فرات سائغ شرابه وهذا ملح أجاج ومن كل تأكلون حلما طريا وتستخرجون حلية تلبسوا وترى الفلك فيه مواخر لتبتغوا من
)١٢ : ٣٥\فاطر(فضله ولعلكم تشكرون
Artinya:
Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal
49
berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur (Q.S. Fāthir/35 : 12)
را ولقد صرفنا للناس يف هذا القرءان من كل مثل فأىب أكثر الناس إلا كفو )٨٩ : ١٧\اإلسراء(
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur'an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (nya) (Q.S. Al-Isra/17 : 89)
للناس من كل مثل وكان اإلنسان أكثر شيء جدال ولقد صرفنا يف هذا القرءان )٥٤ : ١٨\الكهف(
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Q.S. Al-Kahfi/18 : 54)
: ٢٣\املؤمنون(لقد وعدنا حنن وءاباؤنا هذا من قبل إن هذا إلا أساطري األولني ٨٣(
Artinya: Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala!". (Q.S. Al-Mukminun/23 :83)
: ٢٧\النمل(لقد وعدنا هذا حنن وءاباؤنا من قبل إن هذا إلا أساطري األولني ٦٨(
Artinya: Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala"(Q.S. An Naml/27 : 68).
50
: ١٧\اإلسراء(قل كفى بالله شهيدا بيين وبينكم إنه كان بعباده خبريا بصريا ٩٦(
Artinya: Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya".(Q.S. Al-Isra/17: 96)
قل كفى بالله بيين وبينكم شهيدا يعلم ما يف السموات واألرض والذين ءامنوا )٥٢ : ٢٩\العنكبوت(بالباطل وكفروا بالله أولئك هم اخلاسرون
Artinya: Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi (Q.S. Al-Ankabut/29 : 52)
وجاء رجل من أقصى املدينة يسعى قال ياموسى إن املأل يأمترون بك ليقتلوك )٢٠ : ٢٨\القصص (فاخرج إني لك من الناصحني
Artinya: Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu" (Q.S. Al-Qashash/28 : 20)
)٢٠ : ٣٦\يس(وجاء من أقصى املدينة رجل يسعى قال ياقوم اتبعوا املرسلني
Artinya: Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib An Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu (Q.S. Yāsīn/36 : 20)
51
قال رب أنى يكون يل غالم وقد بلغين الكرب وامرأيت عاقر قال كذلك الله يفعل )٤٠ : ٣\ال عمران(ما يشاء
Artinya: Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isterikupun seorang yang mandul?" Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya" (Ali Imran/3 : 40)
قال رب أنى يكون يل غالم وكانت امرأيت عاقرا وقد بلغت من الكرب عتيا )٨ : ١٩\مرمي(
Artinya:
Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua"(Q.S. Maryam/19 :8)
ربنا وابعث فيهم رسوال منهم يتلو عليهم ءاياتك ويعلمهم الكتاب واحلكمة )١٢٩ : ٢\البقرة( العزيز احلكيم ويزكيهم إنك أنت
Artinya:
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S. Al-Baqarah/2 : 129)
هو الذى بعث ىف األميني رسوال منهم يتلوا عليهم ءايته و يزكيهم و يعلمهم )٢ : ٦٢\اجلمعة(الكتب و احلكمة
Artinya:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As- Sunnah) (Q.S. Al-Jumu’ah/62 : 2)
52
هذه وقلنا ياآدم اسكن أنت وزوجك اجلنة وكال منها رغدا حيث شئتما وال تقربا )٣٥ : ٢\البقرة(الشجرة فتكونا من الظاملني
Artinya:
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim (Q.S. Al-Baqarah/2 : 35)
وإذ قلنا ادخلوا هذه القرية فكلوا منها حيث شئتم رغدا وادخلوا الباب سجدا )٥٨ : ٢\البقرة(وقولوا حطة نغفر لكم خطاياكم وسرتيد احملسنني
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik" (Q.S. Al-Baqarah/2 : 58)
واتقوا يوما ال جتزي نفس عن نفس شيئا وال يقبل منها عدل وال تنفعها شفاعة )١٢٣ : ٢\البقرة(وال هم ينصرون
Artinya:
Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfa`at sesuatu syafa`at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong (Q.S. Al-Baqarah/2 : 123)
اتقوا يوما ال جتزي نفس عن نفس شيئا وال يقبل منها شفاعة وال يؤخذ منها و )٤٨ : ٢\البقرة(عدل وال هم ينصرون
Artinya:
Dan jagalah dirimu dari (`azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak
53
diterima syafa`at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong (Q.S. Al-Baqarah/2 : 48)
وما احلياة الدنيا إلا لعب وهلو وللدار اآلخرة خري للذين يتقون أفال تعقلون )٣٢ : ٦\األنعام(
Artinya:
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Q.S. Al-An’am/6 :32)
إنما احلياة الدنيا لعب وهلو وإن تؤمنوا وتتقوا يؤتكم أجوركم وال يسألكم )٣٦ : ٤٧\دحمم(أموالكم
Artinya:
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu (Q.S. Muhammad/47 : 36)
با وغرم احلياة الدنيا فاليوم ننساهم كما نسوا لقاء الذين اتخذوا دينهم هلوا ولع )٥١ : ٧\األعراف(يومهم هذا وما كانوا بآياتنا جيحدون
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka". Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.( Al-A’raf/7:51)
وما هذه احلياة الدنيا إلا هلو ولعب وإن الدار اآلخرة هلي احليوان لو كانوا )٦٤ : ٢٩\العنكبوت(علمون ي
Artinya:
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Al-Ankabut/29 : 64)
BAB III
STRUKTUR TAQDīM-TAKKHīR DALAM SURAT AL-BAQARAH
A. Sekilas tentang Surat Al-Baqarah
Surat al-Baqarah adalah surat terpanjang yang ada di dalam al-Qur’an.
Surat ini memuat dua setengah juz (7,5 %) dari isi al-Qur’an yang berjumlah tiga
puluh juz. Dengan jumlah ayat dua ratus delapan puluh enam ayat (286), surat
ini memiliki jumlah kata sebanyak enam ribu seratus dua puluh satu kata (6121).1
Surat ini adalah termasuk surat yang diturunkan di Madinah kecuali satu,
yaitu ayat 281 yang diturunkan di Mina ketika haji wada.2 Seperti surat-surat
lainnya yang turun di Madinah, surat ini membahas tentang aturan-aturan dan
undang-undang syariat yang membekali umat islam untuk bersosial.3
A. 1. Latar Belakang Penamaan Surat al-Baqarah
Khalid bin Mi’dan menamakan surat ini dengan fusthāth al-Qur ān (tenda
al-Qur’an). Nama ini tertera dalam musnad al-firdaus dengan hadits marfū’.
Dinamakan dengan fusthāth al-Qur ān adalah karena ia memuat sebagian
hukum-hukum yang tidak ada pada surat lain. Bahkan, sebagian ulama berkata,
“dalam surat ini terdapat seribu perintah, seribu larangan, seribu informasi, dan
1 Abdullah Mahmud Syahanah, Ahdāfu kulli sūrah wa maqāshiduhā fī al-qur- ān al-
Karīm, (Kairo : Al-Haiah al-Mishriyyah al-‘āmmah li al-Kitāb, 1986), juz 1, h. 11 2 Abu Ali al-Fadhl bin al-Hasan al-Thabrasi, Majma’ al-Bayān fī tafsīr al-Qur ān, (Kairo :
Syirkat al-Ma’ārif al-Islāmiyyah, tth), jilid 1, h. 32 3 Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafāsīr, (Beirut : Dār al-Qur ān al-Karīm, 1981),
jilid 1, h.29
lima belas permisalan. Karena itulah ibn Umar menghabiskan waktu selama
delapan tahun untuk mempelajarinya.” Dalam hadits al-mustadrak, surat ini juga
dinamakan dengan sanām al-Qur ān(pemimpin al-Qur’an).4
Nama lain dari kedua nama tersebut dan yang termasyhur adalah al-
Baqarah.5 Dinamakan dengan al-Baqarah adalah karena mengingat
pembunuhan yang terjadi pada Bani Israil pada zaman nabi Musa as. Al-Baqarah
adalah nama hewan yang sudah dikenal yang dijadikan Bani Israil sebagai tuhan.
Hewan ini memiliki unsur ketuhanan dalam peristiwa pembunuhan tersebut.
Ketika suatu hari terjadi pembunuhan di antara penduduk Bani Israil, tidak
satupun yang mau berterus terang untuk mengatakan siapa pembunuhnya. Alih-
alih, mereka mereka saling menuduh. Sebenarnya di antara mereka ada yang
mengetahui pelakunya. Namun, ia tetap diam.6
Untuk menengahi perselisihan yang terjadi di antara mereka, akhirnya
mereka sepakat untuk memilih seseorang menjadi penengah. Pilihan itu pun
jatuh kepada Musa as.
Musa bertanya kepada Tuhannya tentang cara mengetahui pelaku
pembunuhan tersebut. Berdasarkan wahyu yang diterimanya, Musa
memerintahkan penduduk Bani Israil untuk menyembelih sapi dan memukul
4 Al-Alusi, Rūh al-Ma’ānī fī Tafsīr al-Qurān wa al-Sab’I al-Matsānī, (Beirut : Dār Ihyā
al-Turāts al-‘Arabiy, tth), juz 1, h. 98 5 Ibid 6 Abdullah Mahmud Syahanah, loc.cit.
korban tersebut dengan lidah sapi. Alih-alih mengerjakan perintah musa, mereka
malah berdiri tegak sambil berkata, “apakah kamu mempermainkan kami hai
Musa?”7
Mereka banyak mengajukan pertanyaan mengenai perintah ini.
Sebagaimana tertera dalam ayat 68 sampai ayat 71 dalam surat ini.
Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu,?” Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu!” Mereka berkata : “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kami apa warnanya?” Musa menjawab : “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).” Musa berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.” Mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.” 8 Sapi yang dimaksud adalah milik seorang kakek yang miskin tapi soleh
dan zahid. Ia tidak memiliki harta kecuali satu ekor sapi itu. Ketika mendekati
7 Ibid 8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta :
DEPAG, 1971), h. 21
ajalnya, ia berkata, “ duhai Allah aku titipkan sapi ini kepada-Mu untuk anak
hingga ia dewasa.” Sepeninggalnya, sapi itu dipelihara anaknya yang yatim dan
mewariskan kesalehan ayahnya.9
Ketika Bani Isra’il diperintah untuk menyembelih sapi, mereka banyak
bertanya tentang perihal sapi tersebut sehingga mereka hampir saja tidak
mendapatkannya. Sebab, semua keterangan mengenai sapi itu tertuju hanya
kepada satu sapi yang dimiliki anak yatim itu. Mereka pun akhirnya membeli sapi
itu dengan harga yang sangat mahal. Perintah Allah pun dapat dilaksanakan.
Setelah disembelih, terjadilah mukjizat dari sapi itu, yaitu korban pembunuhan
hidup kembali setelah dipukul dengan sebagian anggota tubuh sapi. Korban pun
berbicara atas nama pembunuhnya.10
A. 2. Cakupan Surat al-Baqarah
Dengan jumlah ayat yang paling banyak ketimbang surat-surat lain, surat
al-Baqarah memuat banyak hal yang di antaranya mencakup :
1. Sebagian besar hukum Islam yang terkait dengan akidah, ibadah,
muamalat, moral, perkawinan, cerai, ‘iddah (masa menunggu bagi istri
yang dicerai), dan lain-lain.11 Misalnya, tentang qishash pembunuhan
dengan sengaja, puasa, I’tikaf, peringatan tentang makan harta anak
9 Abdullah Mahmud Syahanah, op.cit., h. 12 10 Ibid 11 Al-Shabuni, loc.cit.
yatim dengan cara yang tidak benar, bulan-bulan yang menjadi sandaran
manusia untuk beribadah, pertanian, haji, umrah, sebab-sebab dan tujuan
perang, arak, perjudian, hukum pernikahan dengan orang-orang musyrik,
menstruasi dan pembersihannya, cerai, ‘iddah (masa menunggu untuk
istri yang dicerai), khulu’ (permintaan istri untuk cerai), persusuan, jual-
beli dan riba, hutang-piutang, dan pegadaian.12
2. Surat ini mengawali pembicaraannya tentang sifat-sifat orang-orang
mukmin, kafir, dan munafik. Karenanya, ia menjelaskan dengan
gamblang tentang hakekat orang-orang tersebut dalam rangka
mengadakan perbandingan antara penduduk surga dan penduduk
neraka.13
3. Pembicaraan tentang awal penciptaan manusia. Karenanya, ia berbicara
sejarah Nabi Adam, bapak seluruh umat manusia lengkap dengan
peristiwa-peristiwa yang mengagumkan yang terjadi ketika itu untuk
menunjukkan betapa Allah memuliakan makhluknya yang bernama
manusia.14
4. Memaparkan sejarah kaum Yahudi, mendiskusikan akidah mereka,
mengingatkan mereka atas nikmat Allah yang telah Ia berikan kepada
12 Abdullah Mahmud Syahanah, op.cit., h. 14 13 Al-Shabuni, loc.cit. 14 Ibid
pendahulunya dan musibah yang menimpanya, yaitu ketika mereka
kebingungan menerima kebenaran dari nabi-nabi terdahulu.15 Alasan
kenapa surat ini jauh lebih banyak membahas kaum Yahudi dari pada
Nashrani adalah karena kaum yahudi hidup bertetangga dengan orang-
orang Islam di Madinah. Karenanya, surat ini mengingatkan umat Islam
untuk waspada kepicikan dan kelicikan mereka, pengingkaran janji, dan
kriminalitas lainnya yang menunjukkan betapa mereka sangat berbahaya.
Pembicaraan tentang Yahudi ini memuat sepertiga isi surat dimulai dari
ayat 40 sampai 124.16
A.3. Keutamaan Surat al-Baqarah
Sebuah riwayat mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw., bertanya
kepada para sahabatnya, “apa yang paling mulia dalam al-Qur’an?” mereka
menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi berkata, “surat al-Baqarah.”
Nabi melanjutkan pertanyaannya, “ayat manakah yang paling mulia dalam surat
ini?” mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi saw., berkata,
“ayat kursi.”17
Ubay bin Ka’ab dari Nabi saw., berkata, “siapa yang membacanya maka
akan memperoleh rahmat dari Allah, ganjarannya seperti orang yang berjihad di
15 Abdullah Mahmud Syahanah, op.cit., h. 13 16 Al-Shabuni, loc.cit. 17 Al-Alusi, loc.cit.
jalan Allah dan selama satu tahun tidak dihinggapi kegundahan. Nabi saw.,
berkata kepadaku ‘hai Ubay perintahkan umat Islam untuk mempelajarinya.
Sebab, mempelajarinya adalah berkah dan meninggalkannya adalah rugi.
Bathalah tidak bisa membacanya.’ Apa itu bathalah wahai baginda? Tanyaku.
“Bathalah adalah tukang sihir” jawabnya.18
Sahl bin Sa’ad meriwayatkan bahwa Nabi saw., bersabda, “segala sesuatu
memiliki pemimpin dan pemimpin al-Qur’an adalah surat al-Baqarah. Siapa
yang membacanya di dalam rumahnya di siang hari maka selama tiga hari setan
tidak bisa memasuki rumahnya. Siapa yang membacanya di malam hari maka
selama tiga malam setan tidak bisa memasuki rumahnya.19
Melalui al-Sya’bi, al-Darimi meriwayatkan dalam musnadnya bahwa
Abdullah bin Mas’ud berkata, “siapa yang membaca sepuluh ayat dari surat al-
Baqarah di malam hari maka setan tidak bisa memasuki rumahnya pada malam
itu : empat ayat pertama, ayata kursi, dua ayat setelahnya, dan tiga ayat
terakhir.” Dalam riwayat lain redaksinya adalah “setan tidak mendekatinya dan
keluarganya pada hari itu dan tidak ada suatu apa pun yang ia benci. Bila
dibacakan kepada orang gila maka ia akan sembuh.”20
A. 4. Pelajaran dari Surat al-Baqarah
18 Al-Thabrasi, loc.cit. 19 Ibid 20 Sa’id Hawwa, al-Asās fī al-Tafsīr, (Kairo : Dār al-salām, 1991), cet. Ke-3, jilid 1, h. 60
Ketika Bani Israil diperintah untuk menyembelih sapi, mereka banyak
mengajukan pertanyaan yang justru akibatnya menyulitkan mereka. Kalau saja
mereka langsung mengerjakannya, maka mereka tidak akan mendapatkan
kesulitan dalam menemukan sapi. Karenanya, ada atsar yang mengatakan,
“janganlah seperti Bani Israil, mereka mempersulit karenanya mereka
dipersulit.”21
Dalam surat al-A’raf/7 :144 Allah berfirman, “berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur.”
B. Ayat-Ayat dalam Surat Al-Baqarah yang Mengandung Struktur Taqdīm-
Takkhīr dalam Perspektif Syamsuddin ibn Al-Shaigh
Untuk mengetahui ayat-ayat yang terkait dengan kajian penulis, maka
penulis memandang perlu untuk mengutip tafsiran-tafsiran sebagian ayat-ayat
yang penulis anggap pemahamannya tidak cukup hanya dengan mengetahui
terjemahannya atau tanpa dikutipkan tafsirnya.
Selain itu, penulis juga mengutip ayat secara utuh pada ayat-ayat yang
penulis anggap tidak bisa dipahami bila tidak dikutipkan secara utuh. Pada ayat-
ayat tertentu yang penulis anggap bisa dipahami dengan penggalannya saja
maka penulis hanya mengutipkan penggalan ayatnya saja.
21 Abdullah Mahmud Syahanah, loc.cit.
Di sisi lain, penulis sengaja mengulang penafsiran ayat-ayat yang sama
tafsirannya untuk memperjelas alasan ayat-ayat yang mengandung pembahasan
dalam tesis ini. Untuk lebih jelasnya tentang pembahasan ini penulis akan
membuat tabel.
Ayat-ayat yang digarisbawahi berikut ini adalah ayat-ayat yang
mengandung struktur taqdīm-takkhīr dalam perspektif Syamsuddin ibn al-Shaigh.
B.1. Taqdīm-Takkhīr yang termasuk mā Asykala Ma’nāhu bi Hasab al-
Zhāhir
و إذ قال إبراهیم رب اجعل هذا بلدا امنا و ارزق أهله من الثمرات
من امن منهم باهللا و الیوم االخر قال ومن كفر فأمتعه قلیال ثم
و إذ یرفع إبراهیم القواعد . اضطره إلى عذاب النار و بئس المصیر
)١٢٧-١٢٦(و إسماعیل ربنا تقبل منا إنك أنت السمیع العلیم
126-127. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo’a): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dalam kedua ayat tersebut terdapat struktur taqdīm-takkhīr . sebab,
ungkapan “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa” tidak
mungkin terjadi kecuali bila Ibrahim telah memasuki negeri itu. Karenanya,
kalimat” Ibrahim meninggikan (membina)” meskipun diakhirkan
penyebutannya, namun dari segi makna ia lebih dahulu.22
)١٢٤(و إذ ابتلى إبراهیم ربه
“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya”
Kedudukan “Ibrahim” dalam ayat ini adalah obyek (maf’ūl bih) dan
“Rabbuhu” pelaku (fā’il). Pelaku dalam susunan kalimat dalam ayat ini harus
diakhirkan. Sebab, ia sudah digabungkan dengan kata ganti (dhamīr) yang
kembali kepada obyek.23
B.2. Taqdīm-takkhīr yang Mudah Didiketahui
فقونالذينني ماهقنزا رمملاة وون الصقيميب ويون بالغمنؤ٣ (ي(
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Sumber keimanan adalah hati. Mereka (orang-orang yang beriman)
adalah sahabat-sahabat Rasulullah dan para pengikutnya hingga hari kiamat.
22 Mahmud al- Sayyid Syaikhun, Asrār al-Taqdīm wa al-Takkhīr fī lughat al-Qur ān al-
Karīm, (Kairo : Dar al-Hidayah, tth), h. 110 23 Gharāib al-Qur ān, juz 1, h. 453
Mereka percaya dengan kegaiban al-Qur’an—meskipun mereka tidak
menyaksikan—bahwasanya ia dari Allah. Berangkat dari keimanan seperti inilah
mereka menjadikan al-Qur’an sebagai tolok ukur untuk menghalalkan dan
mengharamkan sesuatu. Mereka juga selalu mengerjakan shalat dan
mengeluarkan zakat.24
Dalam menafsirkan ayat ini, Said Hawa berkata, “sifat orang-orang yang
bertakwa adalah beriman, shalat, dan bersedekah. Iman merupakan dasar semua
ibadat. Sementara shalat dan sedekah adalah kriteria ibadah jasmaniah dan
material. Dengan demikian, ibadat-ibadat yang lain adalah dinisbahkan kepada
kedua ibadah ini.25
Dari tafsiran-tafsiran tersebut dapat diketahui bahwa kewajiban beriman
kepada yang gaib adalah mendahului kewajiban-kewajiban yang lain. Sebab, ia
merupakan fondasi keimanan. Sementara kewajiban yang lain adalah bangunan.
Di antara kewajiban iman kepada yang ghaib adalah iman kepada Allah.
Dan iman kepada Allah adalah fondasi dari segala keimanan. Dalam sebuah
ceramahnya di salah satu televisi, Quraish Syihab mengumpamakan orang baik
yang tidak beriman kepada Allah lalu di akhirat ia meminta ganjaran kepada
24 Al-Samarqandi, Tafsīr al-Samarqandi al-Musammā Bahr al-’UlūmBahr al-‘Ulūm,
(Beirut : Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1993), cet. Ke-1, jilid 1, h. 90 25 Sa’id Hawwa, op.cit., h. 68
Allah adalah bagaikan orang yang bekerja kepada si A namun meminta upahnya
kepada si B.
Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk taqdīm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang
harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
الذينولكقب زل منا أنمو كزل إليا أنون بممنؤي مة هبالآخرون ووقن٤( ي(
Mereka yang beriman kepada yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.
Ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang masih hidup
sedangkan nabi-nabi yang lain yang mendapatkan kitab telah tiada.
Dengan demikian struktur penggalan ayat ini termasuk taqdīm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrīf). Dalam hal ini memuliakan yang hidup dari
yang mati.
) ٧ ( وعلى أبصارهم غشاوة على قلوبهم وعلى سمعهمختم الله
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup
Dalam tafsir al-Jamāl, ungkapan “’alā qulūbihim” ditafsirkan sebagai
berikut : yang dimaksud hati di sini bukanlah hati yang berbentuk raga sanubari.
Sebab, hati semacam ini adalah hati hewan dan makhluk Allah yang mati.
Namun, yang dimaksud adalah raga (jism) yang halus yang berada di hati yang
berbentuk daging. Hati inilah yang menjadi wadah pengetahuan.26
Al-Alusi dalam Rūh al-Ma’ānī menyatakan bahwa hati adalah tempat
iman bersemi. Sementara telinga dan mata adalah sekadar sarananya.27
Penafsiran lain menyatakan bahwa Sama’ didahulukan dari bashar
adalah karena sama’ mempunyai keserupaan dengan qalb (hati) dalam hal
fungsinya, yaitu dapat menerima sesuatu dari enam arah. Sementara bashar
tidak. Dari sinilah sama’ dianggap lebih mulia dari bashar.28
Sama’ (pendengaran) adalah kekuatan mendengar. Para ulama
berpendapat bahwa sama’ lebih mulia dari bashar (penglihatan). Sebab, sama’
adalah syarat untuk kenabian. Karenanya, Allah tidak pernah mengutus seorang
26 Sulaiman bin Umar al-Ajili al-Syafi’I, Al-futūhāt al-Ilāhiyyah bi Taudhīh Tafsīr al-
Jalālain li al-Daqāiq al-Khafiyyah, (Kairo:Dār Ihyā al-Kutub al-‘Arabiyyah, tth), h. 15
27 Al-Alusi, op.cit., h. 135 28 Ibid., h. 138 27. Abu Sa’ud Muhammad bin Muhammad al-‘Amādi, Tafsīr Abī al-Sa’ūd al Musammā
Irsyād al-‘Aql al-Salīm ilā Mazāyā al-Qur ān al-Karīm, (Beirut : Dār Ihyā al-Turāts al-‘Arabiy, tth), juz 1, h. 38
utusanpun yang pekak (asham). Karena, pendengaran merupakan sarana
kesempurnaan akal untuk memperoleh pengetahuan.29
Dengan demikian struktur penggalan ayat ini termasuk taqdīm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrīf).
)٨ ( وما هم بمؤمننيءامنا بالله وباليوم الآخرومن الناس من يقول
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman
Kalau pada ayat tiga dalam surat ini keimanan kepada yang ghaib tidak
dirinci, maka pada ayat ini kita bisa melihat di antara rincian kewajiban beriman
kepada yang ghaib adalah beriman kepada Allah lalu hari akhir.
Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk taqdīm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang
harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
يمع كمب مونصجعرلا ي م١٨ ( فه(
18. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)
Al-Shumm (tuli) disebutkan lebih dahulu adalah karena, secara otomatis,
bila seseorang tuli ia juga menjadi bisu.30
Kata shummun (pekak/tuna rungu) didahulukan dari kata bukmun(tuna
wicara) adalah karena tuna rungu menyebabkan orang menjadi tuna wicara.
Sedangkan ‘umyun (buta) diakhirkan adalah karena ia mencakup kebutaan hati
yang disebabkan oleh panca indera.31
Dalam ayat ini sesuatu yang dianggap lebih berharga disebutkan lebih
dahulu. Dengan demikian struktur ayat ini termasuk taqdīm dengan tujuan untuk
memuliakan lafal yang disebut lebih dahulu (al-tasyrīf).
يجعلون أصابعهم في ءاذانهم من ظلمات ورعد وبرقأو كصيب من السماء فيه
)١٩( يط بالكافرينالصواعق حذر الموت والله مح
19. atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir
Yang dimaksud dengan gelap dalam ayat ini adalah kegelapan karena
derasnya hujan, gelapnya awan, dan malam.32
Ra’d adalah suara yang didengar dari awan dan barq adalah api yang
keluar dari suara itu. Ali, Ibn Abbas, dan sebagian besar mufassir menafsirkan
30 Al-Alusi, op.cit., h. 171 31 Ibid 32 Abu al-Sa’ud, op.cit., h. 53
ra’d dengan nama malaikat yang menggiring awan. Barq adalah kilatan pecut
dari cahaya yang dijadikan malaikat untuk menggiring awan. Ada juga yang
mengatakan tasbihnya malaikat. Tafsiran lain mengatakan bahwa ra’d adalah
ucapan malaikat dan barq adalah suara tawanya. Mujahid berkata bahwa ra’d
adalah nama malaikat yang suaranya juga dinamakan dengan ra’d, barq juga
nama malaikat yang menggiring awan.33
Dari tafsiran tersebut ayat ini dapat dikatakan bahwa barq terjadi setelah
ra’d. Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
اء اللهش لوو بلذه عهممارهم و بسصأب ء قديريلى كل شع ٢٠( إن الله(
20. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu
Sama’ didahulukan dari bashar adalah karena sama’ mempunyai
keserupaan dengan qalb (hati) dalam hal fungsinya, yaitu dapat menerima
33 All-Baghawi, Tafsīr al-Baghawi al-Musammā Ma’ālim al-Tanzīl, (Beirut : Dār al-Kutub
al-‘Ilimiyyah, tth), juz 1, h. 25
sesuatu dari enam arah. Sementara bashar tidak. Dari sinilah sama’ dianggap
lebih mulia dari bashar.34
Sama’ (pendengaran) adalah kekuatan mendengar. Para ulama
berpendapat bahwa sama’ lebih mulia dari bashar (penglihatan). Sebab, sama’
adalah syarat untuk kenabian. Karenanya, Allah tidak pernah mengutus seorang
utusanpun yang pekak (asham). Karena, pendengaran merupakan sarana
kesempurnaan akal untuk memperoleh pengetahuan.35
Dengan demikian struktur ayat ini termasuk taqdīm dengan tujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu lebih mulia dari yang
setelahnya (al-tasyrīf).
)٢١ (قبلكم خلقكم والذين من ياأيها الناس اعبدوا ربكم الذي
21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,
Struktur ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdīm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia dari yang
sesudahnya (li al-tasyrīf). Sebab, ungkapan “menciptakanmu” menunjukkan
bahwa yang diajak bicara masih hidup sementara ungkapan “yang sebelummu”
dalam ayat ini menunjukkan orang-orang yang sudah tiada.
34 Al-Alusi, loc.cit. 33. Abu Sa’ud, loc.cit.
ل لكمعاءالذي جمالسا واشفر ض٢٢ (الأر(
22. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd). Sebab, Allah menciptakan bumi lebih
dahulu dari pada langit.36
ر الذينشباتوالحملوا الصعوا ونءام ارها الأنتهحت ري منجات تنج م٢٥( أن له(
25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya
Dalam banyak ayat al-Qur’an kata iman sering kali dipersandingkan
dengan amal saleh. Dalam surat al-‘Ashr misalnya disebutkan
)٣ : ١٠٣\العصر(إال الذين امنوا و عملوا ا لصا حلات . . .
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh
Pada ayat 3 surat al-Baqarah di atas telah disebutkan bahwa iman adalah
fondasi semua perbuatan dan perbuatan itu sendiri adalah bangunannya.
Namun demikian, dalam Islam berbuat baik adalah juga sebuah kewajiban.
Hanya saja prioritasnya berada di bawah kewajiban iman kepada yang ghaib.
36 Al-Alusi, op.cit., h. 187
Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk taqdīm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang
harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
)٢٦(ا ما بعوضة فما فوقهإن الله لا يستحيي أن يضرب مثلا
26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.
Sa’id Hawa menafsirkan kalimat “famā fauqahā” dengan “yang melebihi
sesuatu yang diumpamakannya baik dalam hal kehinaan maupun bentuknya.”37
Struktur ayat ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu lebih rendah dari yang
sesudahnya.(al-tadallī min al-a’lā ilā al-adnā).
الله را أمون مقطعيد ميثاقه وعب الله من دهون عقضني ون الذينفسديل ووصيبه أن
)٢٧ (في الأرض أولئك هم الخاسرون
27. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi
Yang dimaksud dengan alladzīna yanqudhūna ‘ahdallāh min ba’di
mītsāqih adalah melanggar apa yang Allah tetapkan dalam kitab-kitab para
37 Sa’id Hawwa, op.cit., h. 98
Rasul, yaitu beriman kepada Muhammad saw., atau melanggar semua perjanjian
tentang iman kepada Allah, Rasul, dan pelaksanaan syari’at.
Wa yaqtha’ūna mā amarallāhu bihi an yūshala adalah memutuskan
tali persaudaraan dengan saudara kandung, kerabat, dan kepada semua yang
Allah anjurkan.
Wa yufsidūna fī al-ardh adalah membuat kerusakan di muka bumi
dengan berbuat maksiat, membuat dan menyebarkan fitnah, melarang untuk
beriman, dan memunculkan keraguan terhadap al-Qur’an.38
Beriman kepada yang Allah perintahkan adalah kewajiban pertama yang
harus dipatuhi oleh semua hamba Allah. Kewajiban selanjutnya, dalam ayat ini,
adalah menyambung tali persaudaraan (shilat al-rahim) lalu dilanjutkan dengan
kewajiban untuk menjaga keutuhan lingkungan agar tidak terpecah belah.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
متكنون بالله وكفرت فاكمكييا فأحاتوأم ثم ثم كمميتي يحي ه يكمإلي ثم
)٢٨( ترجعون
38 Al-Shabuni, op.cit., h. 45
28. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Pendapat-pendapat mengenai tafsiran ayat ini:
1. Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, dan Mujahid ra., berkata: “yang dimaksud dengan
kematian dalam kalimat “padahal kamu tadinya mati” adalah sebelumnya
tidak ada.” Dan yang dimaksud dengan “Allah menghidupkan kamu”
adalah penciptaan kamu. Ungkapan “Mematikan” adalah yang dijanjikan
di dunia. Dan “menghidupkan” yang kedua adalah kebangkitan di hari
kiamat
2. Ada yang berpendapat bahwa kematian pertama adalah sejak mereka
menjadi nuthfah (sperma) di dalam rahim hingga masa-masa setelah di
dalam rahim habis. Kehidupan pertama adalah peniupan ruh setelah
masa-masa tersebut. Mematikan adalah kematian yang dijanjikan.
Menghidupkan berikutnya adalah kebangkitan.39
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
39 Al-Alusi, op.cit., h. 214
تأن ككيمإنالح ليم٣٢( الع(
32. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana
Baidhawi menafsirkan kata al-‘Alīm dengan “tidak ada yang tersembunyi
bagi-Nya (Maha Mengetahui) dan al-Hakīm “hanya berbuat sesuatu bila ada
hikmahnya.40
al-‘Alīm dalam al-Nukat ditafsirkan dengan “mengetahui tanpa ada yang
mengajarkan” dan al-Hakīm memiliki tiga tafsiran: 1. Yang berkuasa terhadap
seluruh perbuatan-Nya 2. Yang Mencegah kerusakan 3. Yang selalu benar atau
memiliki kebenaran.41
Al-Thabari dalam Jāmi’ al-Bayān mengatakan bahwa kata al-‘Alīm
berarti Yang ilmu-Nya sudah sempurna dan al-Hakīm adalah Yang telah
sempurna kebijaksanaan-Nya.42
Al-Halabi menafsirkan potongan ayat ini sebagai berikut : kata al-‘Alīm
didahulukan dari al-Hakīm adalah karena kata al-‘Alīm mempunyai hubungan
dengan kata al-Hakīm yang tertera dalam potongan ayat ‘allama dan lā ‘ilma
40 Al-Baidhawi, Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Takwīl al-Ma’rūf bi Tafsīr al-Baidhāwi,
(Beirut : Dār Shādir, tth), juz 1, h. 139 41 Al-Mawardi, Al-Nukat wa al-‘Uyūn Tafsīr al-Māwardi, (Beirut : Dār al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, tth), juz 1, h. 101 42 Al-Thabari, Jāmi’ al-Bayān ‘an Takwīl Āy al-Qur ān, (Beirut : Dār al-Fikr,tth), juz 1,
h. 221
lanā. Selain itu, hikmah (kebijaksanaan) muncul dari pengetahuan dan
pengaruhnya.43
Dari tafsiran-tafsiran tersebut nampak jelas bahwa kata al-Hakīm
mengandung makna berbuat segala sesuatu dengan penuh pertimbangan dan
kadar tertentu yang didasarkan pada pengetahuan. Dengan demikian dalam ayat
ini pengetahuan akan melahirkan suatu perbuatan yang akan menguntungkan.
Karenanya, dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah sebab yang
memunculkan kebijaksanaan (hikmah).
Struktur ayat ini adalah termasuk jenis taqdīm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab
munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah).
بغي لمي أعضإنالأرات ووم٣٣( الس(
33. bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi Langit dalam ayat ini didahulukan dari bumi adalah mengindikasikan
bahwa yang didahulukan lebih mulia dari yang diakhirkan. Struktur ayat ini
termasuk taqdīm dengan tujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu lebih mulia dari yang setelahnya (al-tasyrīf).
43 Al-Halabi, Al-Durr al-Mashūn f ī ‘Ulūm al-Kitāb al-Maknūn, (Beirut: Dār al-Kutub al-
Ilmiyyah, tth), juz 1, h. 184
ليسوا إلا إبدجفس موا لآددجلائكة اسا للمإذ قلنوركبتاسى وأب كان منو
)٣٤(الكافرين
34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir
Abā (أبى ) berarti menolak untuk mengerjakan perintah. Istakbara
berarti sombong. Bila dilihat dari segi lahiriah, penolakan merupakan awal(استكبر)
kesombongan. Sedangkan bila dilihat dari batiniah maka kesombongan adalah
awal dari penolakan.44
Potongan ayat abā wa istakbara dalam tafsir al-Wādhih dijelaskan sebagai
berikut : Iblis menolak untuk bersujud dan bersikap sombong sambil berkata.
“apakah aku harus bersujud kepadanya (Adam) padahal aku lebih baik darinya.
Kau ciptakan aku dari api. Sedangakan dia dari tanah.”45
Abu Al-Sa’ud menyatakan bahwa kata abā didahulukan dari kata
istakbara adalah karena kata abā adalah penyebab munculnya kata istakbara
(sombong).46
44 Ibn Athiyyah, Al-Muharrar al-Wajīz fī Tafsīr al-Kitāb al-‘Azīz, (Dār al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1993), cet. Ke-1, juz 1h. 247 45 Tafsīr al-Wādhih, h. 31 46 Abu Sa’ud, op.cit., h. 89
Struktur ayat ini adalah termasuk jenis taqdīm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab
munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah).
كناس ماآدا يقلنوكجوزو تة أنن٣٥( الج(
35. Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini,
Allah menciptakan Siti Hawa dari rusuk kiri Nabi Adam as. Karenanya
perempuan disebut dhil’un a’waj (tulang rusuk yang bengkok).47
Struktur ayat ini termasuk taqdīm dengan tujuan untuk menyatakan
bahwa lafal yang disebut lebih dahulu lebih mulia dari yang setelahnya (al-
tasyrīf). Sebab, Nabi Adam as., adalah laki-laki dan Siti Hawwa perempuan.
وه هإن حيمالر ابو٣٧ (الت (
37. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang
Dalam menafsirkan penggalan ayat ini, Al Mawardi berkata, “kata
al-Tawwāb (Maha Penerima taubat) dipersandingkan dengan ungkapan
al-Rahīm (Pemberi rahmat) adalah dengan tujuan agar Allah memberikan nikmat
kepada hamba-Nya.”48
47 Al-Mawardi, op.cit., h. 104 46. Ibid., h. 110
Dengan tafsiran seperti ini dapat dikatakan bahwa taubat adalah sarana
atau proses untuk memunculkan kasih sayang dari Sang Penerima taubat.
Hal ini juga sejalan dengan permohonan pertolongan dari Allah. Seorang
hamba tidak serta merta langsung dapat memperolehnya tanpa ada proses.
Proses itu adalah berdedikasi kepada Allah sebagaimana tertuang dalam ayat 5
surat al Fatihah : نعبد و إياك نستعنيإياك yang ditafsirkan oleh Nasafi dengan : ibadah
adalah wasilah untuk memungkinkan diterimanya sebuah permohonan.
Karenanya, ibadah didahulukan dari permohonan pertolongan.49
Dari kedua tafsiran tersebut dapat dikatakan bahwa Struktur ayat ini
adalah termasuk jenis taqdīm yang bertujuan untuk menjelaskan bahwa lafal
yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya lafal yang
setelahnya(al-sababiyyah).
اكعنيالر عوا مكعاركاة ووا الزءاتلاة ووا الصأقيم٤٣( و(
43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku
Dalam tafsīr al-Qur’ān al-Karīm ayat ini ditafsirkan dengan “hai orang-
orang Yahudi shalatlah seperti shalatnya orang-orang Muslim! Bayarlah zakat
sesuai dengan syariat mereka. Sebab, melakukan shalat dan menunaikan zakat
49 Al Nasafi, Tafsīr al-Nasafi al-Musammā bi Madārik al-Tanzīl wa Haqāiq al-Takwīl,
(Beirut : Dār al-Fikr, tth), juz 1, h. 7
tanpa mengikuti syariat Islam hanya sia-sia. Karenanya, kalian wajib shalat
bersama-sama orang-orang Muslim yang salah satu rukunnya adalah ruku.”50
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
كم ويستحيون يذبحون أبناءوإذ نجيناكم من ءال فرعون يسومونكم سوء العذاب
اءكمنس ظيمع كمبر لاء منب في ذلكم٤٩( و(
49. Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu
Ayat ini berbicara tentang penyiksaan Fir’aun terhadap kaum Yahudi.
Memiliki anak laki-laki adalah lebih mulia dari perempuan. Karenanya,
penyembelihan anak laki-laki di sini lebih didahulukan dari perempuan agar
siksaan terasa lebih pedih.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
memperlihatkan bahwa lafal yang didahulukan adalah sesuai dengan
konteksnya (munāsabat al-muqaddam li siyāq al-kalām)
50 Mahmud Muhammad Hamzah dan Husain Ulwan, Tafsīr al-Qur ān al-Karīm, (Kairo :
Dār al-Ma’āriff, 1953), jilid 1, h. 44
حيمالر ابوالت و٥٤(ه(
Dalam menafsirkan penggalan ayat ini, Al Mawardi berkata, “kata
al-Tawwāb (Maha Penerima taubat) dipersandingkan dengan ungkapan
al-Rahīm (Pemberi rahmat) adalah dengan tujuan agar Allah memberikan nikmat
kepada hamba-Nya.”51
Dengan tafsiran seperti ini dapat dikatakan bahwa taubat adalah sarana
atau proses untuk memunculkan kasih sayang dari Sang Penerima taubat.
Hal ini juga sejalan dengan permohonan pertolongan dari Allah. Seorang
hamba tidak serta merta langsung dapat memperolehnya tanpa ada proses.
Proses itu adalah berdedikasi kepada Allah sebagaimana tertuang dalam ayat 5
surat al Fatihah : نعبد و إياك نستعنيإياك yang ditafsirkan oleh Nasafi dengan : ibadah
adalah wasilah untuk memungkinkan diterimanya sebuah permohonan.
Karenanya, ibadah didahulukan dari permohonan pertolongan.52
Struktur ayat ini adalah termasuk jenis taqdīm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab
munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah).
51 Al -Mawardi, loc.cit. 52 Al Nasafi, loc.cit.
ابئنيالصى وارصالنوا واده الذينوا ونءام م الآخر إن الذينواليبالله و نءام نم
عون مل ونزحي ملا هو همليع فولا خو همبر دعن مهرأج ما فلهالح٦٢(ص(
62. Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati
Kewajiban dalam penggalan ayat ini didahului oleh kewajiban beriman
kepada Allah yang merupakan fondasi seluruh ibadah, 53 lalu disusul dengan
kewajiban untuk beriman kepada hari akhirat dan kewajiban beramal saleh.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
)٦٤(تم من الخاسرين لكنفضل الله عليكم ورحمتهثم توليتم من بعد ذلك فلولا
64. Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi
Dalam al-Nahr al-Mad, fadhlullāh ditafsirkan dengan diterimanya taubat
dan rahmah dengan pemberian ampunan dari kesalahan.٥٤
53 Sa’id Hawwa, op.cit., h.68 54 Al-Andalusi, Al-Nahr al-Mād min al-Nahr al-Muhīth, (Beirut :Dār al-Fikr, 1987), cet.
Ke-1, juz 1, h. 86
Said hawa menafsirkannya dengan menunda adzab kepada kalian atau
dengan memberikan taufik kepada kalian untuk bertaubat dan mengutus para
Nabi dan Rasul.55
Dari kedua tafsir tersebut dapat dihemati bahwa seseorang akan
mendapatkan rahmat Allah bila telah melakukan taubat yang dalam ayat ini
diistilahkan dengan fadhlullāh (pemberian taubat dari Allah).
Struktur ayat ini adalah termasuk jenis taqdīm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab
munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah).
)٦٦( وموعظة للمتقني بين يديها وما خلفها فجعلناها نكالا لما
66. Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang bertujuan
menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu
(al-sabaq bi I’tibār al-wujūd). Sebab, ungkapan “datang kemudian”
mengindikasikan masa depan (mustaqbal) dan ungkapan “masa itu” dalam ayat
ini menunjukkan masa lampau (mādhin)
55 Sa’id Hawwa, op.cit., h. 157
عوان لا فارض ولا بكرقالوا ادع لنا ربك يبين لنا ما هي قال إنه يقول إنها بقرة
)٦٨(بين ذلك فافعلوا ما تؤمرون
68.Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu"
Struktur ayat ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menjelaskan penurunan dari yang besar kepada yang lebih kecil (al-tadallī min
al-a’lā ilā al-adnā).
)٨٢( أولئك أصحاب الجنة هم فيها خالدونوالذين ءامنوا وعملوا الصالحات
82. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
Kewajiban dalam penggalan ayat ini didahului oleh kewajiban beriman
kepada Allah yang merupakan fondasi seluruh ibadah, 56 lalu disusul dengan
kewajiban untuk beramal saleh.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
56 Sa’id Hawa, op.cit., h. 68
حسنا وأقيموا وبالوالدين إحسانا وذي القربى واليتامى والمساكني وقولوا للناس
)٨٣(الصلاة وءاتوا الزكاة
83. berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
Susunan ini adalah berangkat dari yang paling dekat. Dimulai dengan
kedua orang tua. Sebab, tentu saja pertama-tama yang harus diperlakukan
dengan baik oleh seorang anak adalah orang tua. Kerabat adalah hubungan
rahim. Sehingga, hubungan ini sangat kuat. Dalam hubungan kerabat ini orang
tua berperanserta sebagai sumber adanya hubungan. Dalam hadits disebutkan
bahwa Allah berbicara kepada rahim, “kamu rahim dan Aku Rahman. Aku
menyambung persaudaraan kepada orang yang menyambung persaudaraan
denganmu. Dan Aku memutuskannya kepada orang yang memutuskannya. Lalu
disambung dengan yatāmā adalah karena mereka tidak mempunyai kemampuan
untuk mencari nafkah. Sementara miskin bisa menjaga diri sendiri dan bisa
mencari nafkah.٥٧
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
57 Al-Alusi, op.cit., h. 308
)٩٨( للكافرين فإن الله عدولله وملائكته ورسله وجبريل وميكالمن كان عدوا
98. Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
Jibril didahulukan dari Mikail adalah karena ia lebih mulia. Malaikat
disebut lebih dahulu dari Rasul dan Allah dari yang lainnya adalah karena
permusuhan terhadap Rasul disebabkan oleh turunnya kitab-kitab. Kitab-kitab
turun disebabkan turunnya para malaikat dan malaikat turun karena perintah
Allah.58
Dalam ayat ini nama Allah didahulukan. Perspektif ibn Shaigh dalam hal
taqdīm adalah bila suatu hal yang dianggap penting didahului dengan nama
Allah maka itu menunjukkan tujuannya adalah untuk mendapat berkah (al-
tabarruk)
نيجهبوزء ور١٠٢( الم (
102. antara seorang (suami) dengan isterinya.
Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdīm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrīf). Seperti tertera dalam ayat 35 ketika Adam
58 Sulaiman bin Umar al-Jili al-Syafi’I, op.cit., h. 83
dianggap lebih mulia dari Siti Hawwa karena kelelakiannya. Begitu juga dalam
ayat ini. Suami dianggap lebih mulia dari istri.
مهأن لوا وقواتوا ونون ءاملمعوا يكان لو ريد الله خعن ة منثوب١٠٣( لم(
103. Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.
Potongan ayat yang digarisbawahi tersebut ditafsirkan dengan “kalaulah
mereka yang belajar sihir percaya kepada Allah dan takut terhadap azab-
Nya…”59
Dalam ayat tiga telah disebutkan bahwa iman adalah fondasi yang
menjadi dasar kewajiban yang lain. Sehingga ia merupakan kewajiban pertama
yang harus dimiliki oleh semua hamba Allah.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
لكم له أن الله لمعت ضألمالأرات ووم١٠٧ ( الس(
107. Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi
59 Al-Shabuni, op.cit., h. 84
Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdīm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrīf). Sebab, langit lebih mulia dari bumi. Karena
itu, ia didahulukan.
)١١٠ (وأقيموا الصلاة وءاتوا الزكاة
110. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
Ketika membicarakan iman sebagai fondasi atas segala perbuatan dalam
ayat tiga, di sana juga dibahas tentang kewajiban berzakat –dalam ayat tiga
disebut dengan infaq-- yang berada dalam urutan setelah shalat.
Ayat ini menggunakan kalimat “tunaikanlah zakat”, tidak menggunakan
kata infaq sebagaimana dalam ayat tiga. Namun demikian, ungkapan
“tunaikanlah zakat” dalam ayat ini juga berada pada urutan kewajiban setelah
shalat.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
ها أولئك ما ومن أظلم ممن منع مساجد الله أن يذكر فيها اسمه وسعى في خراب
ائفنيا إلا خلوهخدأن ي مكان له ذابة عفي الآخر ملهو يا خزينفي الد مله
ظيم١١٤ (ع(
114. Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd). Sebab, dunia disebutkan lebih dahulu
dari akhirat .
)١١٦( كل له قانتونات والأرضالسمووقالوا اتخذ الله ولدا سبحانه بل له ما في
116. Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.
Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdīm yang
bertujuan untuk memuliakan (al-tasyrīf ). Sebab, langit lebih mulia dari bumi.
Karena itu, ia didahulukan.
ديعض بالأرات ووم١١٧( الس(
117. Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam ketegori taqdīm
yang bertujuan untuk memuliakan (al-tasyrīf ). Sebab, langit lebih mulia dari
bumi. Karena itu, ia didahulukan.
أن طهرا بيتي للطائفني والعاكفني والركع إبراهيم وإسماعيلوعهدنا إلى )١٢٥(السجود
125. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i`tikaaf, yang ruku` dan yang sujud".
Isma’il as. adalah anak Ibrahim as. Karenanya, Ibrahim as., ada lebih
dahulu dari Isma’il as. Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai
taqdīm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi
atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
نم االخرمواليبالله و مهمن ن١٢٦ (ءام(
126. Siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir Kewajiban dalam penggalan ayat ini didahului oleh kewajiban beriman
kepada Allah yang merupakan fondasi seluruh ibadah, 60 lalu disusul dengan
kewajiban untuk beriman kepada hari akhir.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
فعرإذ ياعيلومإست ويالب من اعدالقو اهيمر١٢٧ (إب(
60 Sa’id Hawa, loc.cit.
127. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail
Nabi Ibrahim as., adalah orang tua nabi Isma’il. Karenanya Struktur ayat
ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
ة لكلمسة ما أمتنيذر منو ن لكيلمسا ملنعاجا ونبا رنليع بتا واسكننا مأرنو
تأن كحيم إنالر ابو١٢٨ ( الت(
128. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Kewajiban menjaga diri dalam Islam adalah kewajiban yang pertama
sebelum menjaga yang lain, bahkan terhadap anak dan istri sekalipun. Ayat ini
mengajarkan hamba Allah untuk menjaga diri dari penyimpangan terhadap
Allah, yaitu agar ia selalu dijadikan Allah termasuk orang-orang muslim.
Selain itu, ayat ini juga mengajarkan orang tua untuk bertanggungjawab
tidak hanya terhadap dirinya sendiri. Namun, ia juga harus bertanggungjawab
terhadap anak dan keturunannya. Karenanya, doa dalam ayat ini tidak hanya
dikhususkan untuk keselamatan pribadi orang tua, tapi lebih dari itu juga untuk
anak-cucunya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Tahrim/66 : 6 yang
berbunyi :
يا أيها الذين امنوا قوا أنفسكم و أهليكم نارا
“Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
Dalam menafsirkan penggalan kedua ayat ini, Al Mawardi berkata, “kata
al-Tawwāb (Maha Penerima taubat) dipersandingkan dengan ungkapan
al-Rahīm (Pemberi rahmat) adalah dengan tujuan agar Allah memberikan nikmat
kepada hamba-Nya.”61
Dengan tafsiran seperti ini dapat dikatakan bahwa taubat adalah sarana
atau proses untuk memunculkan kasih sayang dari Sang Penerima taubat.
Hal ini juga sejalan dengan permohonan pertolongan dari Allah. Seorang
hamba tidak serta merta langsung dapat memperolehnya tanpa ada proses.
Proses itu adalah berdedikasi kepada Allah sebagaimana tertuang dalam ayat 5
61 Al-Mawardi, loc.cit.
surat al Fatihah : نعبد و إياك نستعنيإياك yang ditafsirkan oleh Nasafi dengan : ibadah
adalah wasilah untuk memungkinkan diterimanya sebuah permohonan.
Karenanya, ibadah didahulukan dari permohonan pertolongan.62
Dari kedua tafsiran tersebut dapat dikatakan bahwa struktur ayat ini
adalah termasuk jenis taqdīm yang bertujuan untuk menjelaskan bahwa lafal
yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya lafal yang
setelahnya(al-sababiyyah).
مهولا منسر ث فيهمعابا ونباترءاي همليلو عتة يالحكمو ابالكت مهلمعيو ك )١٢٩( ويزكيهم إنك أنت العزيز الحكيم
62 Al-Nasafi, loc.cit.
129. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat al-Azīz al-Hakīm dengan Yang
Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua perbuatan-Nya terhadap
hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah berbuat sesuatu kecuali ada
hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.63
Selain bermakna Maha Kuat, al-‘Azīz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menjelaskan
bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya
lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapan “li annahu ‘azza
fa hakama”64 (kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).
اصطفيناه في الدنيا وإنه في ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه ولقد
الحنيالص ة لمن١٣٠ (الآخر(
130. Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya
63 Al maraghi, Tafsīr al-Marāghi, (Kairo : Syirkat al-Maktabah wa Mathba’ah Mushthafa
al-Bābi al-Halabi wa Awlāduhu, 1973), cet. Ke-4, jilid 1, h. 217 64 Mahmud al-Sayyid Syaikhun, h. 81
di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Dengan dunia didahulukan dari akhirat, Struktur ayat ini adalah termasuk
taqdīm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi
atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
يابني إن الله اصطفى لكم الدين فلا تموتن إلا إبراهيم بنيه ويعقوب ووصى بها
متأنون ولمس١٣٢( م(
132. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
Struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang bertujuan
menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu
(al-sabaq bi I’tibār al-wujūd). Sebab, Ya’qub adalah Israil bin Ishaq bin Ibrahim.65
الم قوبعي رضإذ ح دبعدي قالوا نعب ون مندبعا تنيه مإذ قال لب تو إلهو كإله
اقحإساعيل ومإسو اهيمرإب ائكون ءابلمسم له نحنا واحدا و١٣٣( إله(
133. Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu
65 Al-Jazairi, Aisar al-Tafāsīr li Kalām al-‘Aliy al-Kabīr, (Al-Madinah al-Munawwarah :
Maktabat al-‘Ulūm wa al-Hikam, 1994), cet. Ke-1, jilid 1, h. 117
dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."
Ungkapan “menyembah Tuhanmu” menunjukkan bahwa seseorang
sedang berbicara dengan mukhāthab (orang kedua). Dengan demikian, orang itu
masih hidup. Sedangkan ungkapan “nenek moyang” dalam ayat ini
mengindikasikan bahwa orang-orang tersebut telah tiada. Karenanya, yang hidup
dalam ayat ini lebih dimuliakan dari yang telah tiada dengan mengedepankan
penyebutannya.
Oleh sebab itu, Struktur penggalan ayat ini adalah termasuk dalam
ketegori taqdīm yang bertujuan untuk memuliakan (al-tasyrīf ).
لتخ ة قدأم لكمتبا كسم لكمو تبا كسا موا لها كانمألون عسلا تلون ومعي
)١٣٤(
133. Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Ungkapan “umat yang lalu:baginya apa yang telah diusahakannya”
menunjukkan masa yang telah lampau. Karenanya ungkapan ini lebih
didahulukan penyebutannya dari “bagimu apa yang sudah kamu usahakan”
yang menunjukkan bahwa orang yang sedang diajak bicara (mukhāthab) masih
hidup.
Struktur ayat ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan menjelaskan
bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi
I’tibār al-wujūd).
ق ويعقوب قولوا ءامنا بالله وما أنزل إلينا وما أنزل إلى إبراهيم وإسماعيل وإسحا
من ربهم لا نفرق بين أحد والأسباط وما أوتي موسى وعيسى وما أوتي النبيون
) ١٣٦ (منهم ونحن له مسلمون
134. Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Allah adalah Zat yang menurunkan wahyu untuk orang-orang mukmin.
Karenanya, iman kepada-Nya merupakan kewajiban sebelum mengimani yang
lain.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
Setelah berbicara tentang iman kepada Allah dan wahyu yang diturunkan
untuk orang-orang mukmin, ayat ini juga memerintahkan orang-orang beriman
untuk mengimani wahyu yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq,
Ya’qub, dan nabi-nabi yang lain.
Susunan nama-nama tersebut adalah sesuai dengan urutan yang paling
dahulu diutus Allah. Sebab, Isma’il adalah anak Ibrahim. Ishaq dilahirkan setelah
beberapa tahun dari kelahiran Isma’il dan Ya’qub adalah anak dari Ishaq.66
Dengan demikian, penggalan struktur ayat ini adalah termasuk taqdīm
yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau
ada lebih ada dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
كانوا هودا أو إن إبراهيم وإسماعيل وإسحاق ويعقوب والأسباط أم تقولون
)١٤٠(نصارى
140. ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?
Susunan nama-nama tersebut adalah sesuai dengan urutan yang paling
dahulu diutus Allah. Sebab, Isma’il adalah anak Ibrahim. Dengan demikian,
penggalan struktur ayat ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan menjelaskan
bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi
I’tibār al-wujūd).
متبا كسم لكمو تبا كسا مله لتخ ة قدأم ١٤١( تلك(
66 Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-Nabi Allah, (Jakarta : Lentera, 2001), h. 144
141. Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan;
Dalam Aisar al-tafāsīr ayat ini ditafsirkan dengan “bagi umat yang lalu
keimanan dan perbuatannya (amal saleh) yang baik dan bagi kalian (umat
yahudi) kekufuran dan maksiat.”67
Bunyi ayat ini persis sama dengan ayat 134 di atas. Potongan ayat ini
disebutkan kembali adalah untuk lebih mengingatkan (mubālaghah fī al-
tahdzīr).68
Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu (umat yang lalu)
terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
)١٥٢( فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون
152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.
Mengingat nama, sifat, janji, dan ancaman-Nya akan menumbuhkan cinta
dan ridha-Nya. Dan dengan bersyukur kepada-Nya dengan cara menegakkan
shalat dan melaksanakan semua kewajiban akan mendatangkan rahmat-Nya.
Ingatlah Aku dengan cara mentaati perintah-Ku niscaya Aku akan mengingat
67 Al-Jazairi, op.cit., h.118 68 Mahmud Muhammad Hamzah dan Husain Ulwan, op.cit., h.104
kalian dengan memberikan ganjaran dan bersyukurlah kepada-Ku atas segala
nikmat yang Kuberikan kepada kalian.69
Dari tafsiran tersebut kita bisa mengatakan bahwa struktur ayat ini adalah
termasuk jenis taqdīm yang bertujuan untuk menjelaskan bahwa lafal yang
disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya lafal yang
setelahnya(al-sababiyyah).
)١٥٨( من شعائر اللهالصفا والمروةإن
158. Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah.
Al-Shafā adalah bukit yang berhadapan dengan ka’bah yang berada di
bagian tenggara. Secara etimologi kata al-Shafā adalah bentuk jama dari shafāt,
shafan, dan ashfā. maknanya adalah batu-batu licin yang keras berwarna putih.
Al-Marwah adalah bukit/gunung yang berhadapan dengan al-Shafā dari
arah utara. Secara etimologi al-marwah adalah bentuk jama dari al-marwu.
Maknanya adalah batu-batu kecil yang di dalamnya ada līn.70
Kewajiban sa’I (lari-lari kecil) dalam haji adalah dimulai dari bukit shafa ke
bukit marwah. Ayat ini adalah termasuk taqdīm dari sisi kewajiban.
69 Al-Zamakhsyari, Al-Kasysyāf ‘an Hāqāiq al-Tanzīl fī wujūh al-Takwīl, (Beirut : Dār al-
Fikr, tth), jilid 1, h. 323 70 Al-Jazairi, op.cit., h. 135
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan
melihat kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-
taklīf)
إن الذين يكتمون ما أنزلنا من البينات والهدى من بعد ما بيناه للناس في الكتاب ون أولئكاللاعن مهنلعيو الله مهنلع١٥٩( ي(
159. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila`nati Allah dan dila`nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela`nati,
Dalam penggalan ayat ini lafal “Allah” didahulukan dari makhluk ketika
melaknat adalah bertujuan untuk mengagungkan nama Allah. Karenanya,
struktur taqdīm dalam ayat ini adalah untuk mengagungkan (al-ta’zhīm)
واإلا الذيننيبوا ولحأصوا وابا تأنهم وليع وبأت فأولئك حيمالر ابو160 (الت ( 160. kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Penerima taubat dan Maha Penyayang. Tābū berarti kembali beriman dan berislam. Ashlahū berarti memperbaiki
akidah, akhlak, dan jiwa manusia yang telah mereka rusak. Bayyanū berarti
menerangkan ilmu yang wajib dijelaskan dan yang tidak boleh disembunyikan
yang telah mereka sembunyikan.71
71 Ibid., h.137
Ayat ini menjelaskan bahwa ada beberapa kewajiban yang harus dijalani
oleh seorang pendosa bila ingin mendapatkan ampunan dari Allah.
Kewajiban-kewajiban tersebut adalah bertaubat, melakukan perbaikan
terhadap apa yang telah diperbuatnya, dan tidak menyembunyikan kebenaran.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
همليع أولئك كفار مهوا واتموا وكفر لإن الذينالمة الله وناسلعالنائكة و
عنيم١٦١(أج(
161. Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la`nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.
Dengan mendahulukan nama Allah dari malaikat dan manusia, maka
struktur penggalan ayat ini adalah bertujuan untuk mengagungkan (al-
ta’zhīm)Allah.
والفلك التي تجري في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهارإن في
فأحيا به الأرض بعد موتها من ماء البحر بما ينفع الناس وما أنزل الله من السماء
وبث فيها من كل دابة وتصريف الرياح والسحاب المسخر بين السماء والأرض
)١٦٤(
164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
Dalam perspektif ibn Shaigh langit lebih mulia dari bumi. Karenanya,
penyebutannya didahulukan dari bumi. Dengan demikian struktur penggalan
ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang
didahulukan adalah lebih mulia dari yang sesudahnya (li al-tasyrīf).
Sedangkan malam didahulukan dari siang adalah karena malam lebih
dahulu diciptakan.72 Karenanya, penggalan ayat ini adalah termasuk taqdīm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
Ayat ini diakhiri dengan taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa
lafal yang didahulukan adalah lebih mulia dari yang sesudahnya (li al-tasyrīf).
صم بكم عميومثل الذين كفروا كمثل الذي ينعق بما لا يسمع إلا دعاء ونداء
)١٧١(فهم لا يعقلون
171. Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.
72 Al –Alusi, op.cit., h. 429
Al-Shumm (tuli) disebutkan lebih dahulu adalah karena, secara otomatis,
bila seseorang tuli ia juga menjadi bisu.73
Kata shummun (pekak/tuna rungu) didahulukan dari kata bukmun(tuna
wicara) adalah karena tuna rungu menyebabkan orang menjadi tuna wicara.
Sedangkan ‘umyun (buta) diakhirkan adalah karena ia mencakup kebutaan hati
yang disebabkan oleh panca indera.74
Dalam ayat ini sesuatu yang dianggap lebih berharga disebutkan lebih
dahulu. Dengan demikian struktur penggalan ayat ini termasuk taqdīm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia
dari yang sesudahnya (li al-tasyrīf).
كموهجلوا ووأن ت البر سبالله لي نءام نم البر لكنرب وغالمرق وشل المقب
واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيني وءاتى المال على حبه ذوي القربى
امتاليكاة وى الزءاتلاة والص أقامقاب وفي الرو ائلنيالسبيل والس نابو اكنيسالمى و
والصابرين في البأساء والضراء وحني البأس أولئك والموفون بعهدهم إذا عاهدوا
)١٧٧(ئك هم المتقون الذين صدقوا وأول
177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
73 Ibid., h. 171 74 Ibid
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Ayat ini menjelaskan ukuran kebaikan yang meliputi beberapa kewajiban.
Ukuran kebaikan pertama adalah kewajiban keimanan yang merupakan fondasi
dari kewajiban-kewajiban berikutnya. Kewajiban pertama ini meliputi beriman
kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan nabi-nabi. Karenanya, struktur ayat
ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-
wujūb wa al-taklīf).
Ukuran kebaikan kedua adalah kewajiban mengeluarkan harta yang
disukai untuk diberikan kepada orang-orang yang sudah terinci dalam ayat ini.
Dzawi al qurbā didahulukan dari yang lain adalah karena memberikan sedekah
kepada mereka lebih baik dari pada golongan selanjutnya.75
Nabi saw., bersabda:
الصدقة على املسكني صدقة و على ذى القرىب اثنتان صدقة و صلة
Sedekah kepada orang miskin memperoleh saatu ganjaran, yaitu ganjaran bersedekah dan sedekah kepada kerabat memperoleh dua ganjaran, yaitu ganjaran sedekah dan ganjaran mempererat persaudaraan
75 Al Alusi, op.cit., h. 443
Dengan demikian, penggalan struktur ayat ini juga termasuk taqdīm yang
bertujuan melihat kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-
wujāb wa al-taklīf)
كمليع وا كتبنءام ا الذينهاأيلى يفي القت اصد القصببالع دبالعو ربالح رالح
)١٧٨( والأنثى بالأنثى
178. hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Orang merdeka didahulukan dari hamba dan wanita adalah karena
dianggap lebih mulia. Karenanya, potongan struktur ayat ini termasuk taqdīm
yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih
mulia dari yang sesudahnya (li al-tasyrīf).
الوصية للوالدين كتب عليكم إذا حضر أحدكم الموت إن ترك خيرا بنيالأقرووف حرعا بالم١٨٠(ق(
180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib-kerabatnya secara ma’ruf
Ayat ini adalah termasuk termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf). Sebab, kewajiban berbuat
baik kepada orang tua adalah lebih dahulu dari pada kewajiban berbuat baik
kepada yang lain. Indikasi ini bisa dilihat dari ayat al-Qur’an yang
mempersandingkannya dengan kewajiban bersyukur kepada Allah dalam surat
Luqman / 31 : 14 yang berbunyi :
و وصينا اإلنسان بوالديه محلته أمه وهنا على وهن و فصاله ىف عامني أن اشكرىل
و لوالديك
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya: ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lelah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada Kedua orang tuanya.”
كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكمين ءامنوا ياأيها الذ )١٨٣(لعلكم تتقون
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, Lawan bicara (mukhāthab) dalam ayat ini adalah orang yang masih
hidup, yaitu tertera dalam kalimat “hai orang-orang yang beriman”. Ayat ini
adalah taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan
adalah lebih mulia dari yang sesudahnya (li al-tasyrīf). Karena, kalimat tersebut
didahulukan dari ungkapan “orang-orang sebelum kamu” yang mengindikasikan
bahwa mereka telah tiada.
فليستجيبوا لي وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان
)١٨٦( بي لعلهم يرشدون وليؤمنوا
186.Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Falyastajībū lī walyu’minū bī (وا بيمنؤليوا وجيبتسفلي) ditafsirkan dengan “bila
berdoa, hendaklah mereka memohon perkenan-Ku atau hendaklah mereka
memenuhi panggilan-Ku bila Aku mengajak mereka untuk beriman”
sebagaimana Aku memenuhi permohonan mereka bila mereka memohon
kepada-Ku.76
Ungkapan واجيبتسفلي didahulukan dari ومنؤليو adalah karena konteks ayat ini
berbicara tentang permohonan. Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk
taqdīm yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa lafal yang didahulukan
adalah sesuai dengan konteksnya (munāsabat al-muqaddam li siyāq al-kalām)
76 Al- Alusi, op.cit., h. 460
له فإن أحصرتم فما استيسر من الهدي ولا تحلقوا ل وأتموا الحج والعمرة
أذى من رأسه رءوسكم حتى يبلغ الهدي محله فمن كان منكم مريضا أو به
من تمتع بالعمرة إلى الحج فما ففدية من صيام أو صدقة أو نسك فإذا أمنتم ف
جدي لم ني فمداله من رسيتاسمتعجة إذا رعبسو جام في الحثلاثة أي امفصي
)١٩٦(
196. Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (didalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali.
Penggalan struktur ayat ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu lebih rendah lebih ringan
dari yang sesudahnya (al-tadallī min al-a’lā ilā al-adnā). Sebab, berpuasa tiga
hari lebih ringan dari pada tujuh hari. Karena itu kedudukannya lebih tinggi.
وقنا عذاب في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة ومنهم من يقول ربنا ءاتنا
)٢٠١( النار
201. Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
Struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang bertujuan
menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu
(al-sabaq bi I’tibār al-wujūd). Sebab, kata “dunia” yang ada lebih dahulu dari
akhirat dalam ayat ini didahulukan penyebutannya.
كيمح زيزع ٢٠٩( أن الله(
209. Bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat al-Azīz al-Hakīm dengan Yang
Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua perbuatan-Nya terhadap
hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah berbuat sesuatu kecuali ada
hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.77
Selain bermakna Maha Kuat, al-‘Azīz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menjelaskan
bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya
77 Al maraghi, op.cit., h. 217
lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapkan “li annahu ‘azza
fa hakama”78 (kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).
)٢١٣( مبشرين ومنذرينن الناس أمة واحدة فبعث الله النبيني كا
213. Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan,
)٢١٥(فللوالد ين و األقربني و اليتمى و املسكني و ابن السبيلفقتم من خري ما أن
215. Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Susunan ini adalah berangkat dari yang paling dekat. Dimulai dengan
kedua orang tua. Sebab, tentu saja pertama-tama yang harus diperlakukan
dengan baik oleh seorang anak adalah orang tua. Kerabat adalah hubungan
rahim. Sehingga, hubungan ini sangat kuat. Dalam hubungan kerabat ini orang
tua berperanserta sebagai sumber adanya hubungan. Dalam hadits disebutkan
bahwa Allah berbicara kepada rahim, “kamu rahim dan Aku Rahman. Aku
menyambung persaudaraan kepada orang yang menyambung persaudaraan
denganmu. Dan Aku memutuskannya kepada orang yang memutuskannya. Lalu
disambung dengan yatāmā adalah karena mereka tidak mempunyai kemampuan
78 Mahmud al-Sayyid Syaikhun, op.cit., h. 81
untuk mencari nafkah. Sementara miskin bisa menjaga diri sendiri dan bisa
mencari nafkah.٧٩
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
مالهمأع بطتح فأولئك كافر وهو تمدينه في نع كممن ددتري نما وينفي الد
)٢١٧ (والآخرة
217. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat,
Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd). Sebab, kata “dunia” yang ada lebih
dahulu dari akhirat dalam ayat ini didahulukan penyebutannya.
واإن الذيننبيل اللهءاموا في سداهجوا وراجه الذينة الله ومحون رجري أولئك
اللهحيم ور ٢١٨( غفور(
79 Al-Alusi, op.cit., h. 308
218. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Landasan semua perbuatan mukmin adalah iman. Iman dalam ayat ini
didahulukan dari hijrah dan jihad adalah karena kewajiban beriman mendahului
kewajiban yang lain.
Dengan demikian, struktur ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
)٢١٩(لناس لإثم كبري ومنافعيسألونك عن الخمر والميسر قل فيهما
219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia,
Al-Khamr adalah semua yang merusak dan menutp akal, sehingga
peminumnya tidak bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk serta
tidak bisa berfikir. Pada dasarnya, kata al-khamr digunakan untuk air anggur bila
telah mendidih kemudian maknanya berkembang menjadi semua yang
memabukkan yang dapat menutup akal.
Al-Maisir adalah berasal dari kata yusr (mudah). Maknanya adalah al-
qimār (perjudian). Dinamakan maisir adalah karena orang yang bermain judi
memperoleh uang (harta) dengan mudah.80
Itsm didahulukan dari manāfi’ adalah karena bahaya yang terdapat dalam
khamr lebih banyak dari pada manfaatnya.81
Dengan demikian, struktur penggalan ayat ini adalah termasuk taqdīm
dengan tujuan menjelaskan bahwa yang didahulukan memiliki makna lebih
banyak (al-katsrah ‘alā al-qillah).
)٢٢٠( إن الله عزيز حكيم,في الدنيا والآخرة
220. tentang dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Struktur potongan ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang bertujuan
menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu
(al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).Sebab, kata “dunia” yang ada lebih dahulu dari
akhirat dalam ayat ini didahulukan penyebutannya.
Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat kedua dalam ayat “al-Azīz al-
Hakīm dengan Yang Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua
80 Al-Jazairi, op.cit., h, 201 81 Al-Alusi, op.cit., h. 509
perbuatan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah
berbuat sesuatu kecuali ada hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.82
Selain bermakna Maha Kuat, al-‘Azīz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menjelaskan
bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya
lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapkan “li annahu ‘azza
fa hakama”83 (kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).
)٢٢٨ (عزیز حكیمالله و, بالله والیوم الآخرإن كن یؤمن 228. jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Struktur penggalan ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus
didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).Sebab, dalam ayat ini,
iman kepada Allah yang merupakan rukun iman pertama bagi orang-orang islam
didahulukan dari iman kepada hari akhirat.
Sedangkan struktur penggalan ayat kedua termasuk taqdīm yang
bertujuan untuk menjelaskan bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah
82 Al maraghi, loc.cit. 83 Mahmud al-Sayyid Syaikhun, loc.cit.
menjadi penyebab munculnya lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Seperti pada
ayat 220 di atas.
كمكان من نظ به موعي م الآخرذلكواليبالله و منؤيرأطهو كى لكمأز ذلكم
)٢٣٢( والله يعلم وأنتم لا تعلمون
232. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Seperti ayat 228 di atas, penggalan pertama dalam ayat ini juga termasuk
taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu
adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-
taklīf).
مافإن خفتانكبر الا أو٢٣٩( فرج(
239. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan.
Berkendaraan adalah lebih mulia atau lebih tinggi dari berjalan.
Karenanya, ayat ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan
bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih bawah (al-taraqqī)
الذينو كمن منفووتون يذريا واجوأز صيو اجهموة لأز . . اللهوكيمح زيزع
)٢٤٠(
240. Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antaramu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat kedua dalam ayat “al-Azīz al-
Hakīm dengan Yang Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua
perbuatan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah
berbuat sesuatu kecuali ada hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.84
Selain bermakna Maha Kuat, al-‘Azīz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menjelaskan
bahwa lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya
lafal yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapkan “li annahu ‘azza
fa hakama”85 (kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).
ن يشاء والله يؤتي ملكه مالعلم والجسمإن الله اصطفاه عليكم وزاده بسطة في اللهوليمع اسع٢٤٧( و(
247. "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Maha Luas Pemberian-Nya didahulukan dari Maha Mengetahui adalah
untuk munāsabah (kesesuaian), yaitu kesesuaian dengan informasi
84 Al maraghi, loc.cit. 85 Mahmud al-Sayyid Syaikhun, loc.cit.
pertama(memilih menjadi raja). Sebab, pemilihan ini merupakan anugerah juga.
Selain itu, kata ‘Alīm juga lebih tepat untuk fāshilah.86
Dengan demikian, struktur ayat ini juga termasuk taqdīm yang bertujuan
untuk memperlihatkan bahwa lafal yang didahulukan adalah sesuai dengan
konteksnya (munāsabat al-muqaddam li siyāq al-kalām)
م إن ءایة ملكه أن یأتیكم التابوت فیه سكینة من ربكم وقال لهم نبیه
تحمله الملائكة إن في ءال موسى وءال هارونوبقیة وبقیة مما ترك
)٢٤٨(ذلك لآیة لكم إن كنتم مؤمنین 248.Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat.
Dengan demikian, struktur ayat ini dikategorikan sebagai taqdīm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
Struktur potongan ayat ini adalah termasuk kategori taqdīm yang
bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi atau ada
lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd). Sebab, Musa lebih tua dari Harun.
الله اهءاتو الوتج داول دقتبإذن الله و موهمزةفهالحكمو لكلالمعا ومم هم
)٢٥١(يشاء
86 Al-Alusi, op.cit., h. 559
251. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.
Al-Mulk didahulukan dari al-hikmah adalah karena Allah lebih dahulu
memberikannya.87
Dengan penafsiran seperti ini, maka ayat ini digolongkan kepada jenis
termasuk kategori taqdīm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
وإلا ه لا إله الله ومالقي يالح ذهأخلا ت مولا نة وسن ا في لهمات ووما في السم
ولا بين أيديهم وما خلفهم عنده إلا بإذنه يعلم ما من ذا الذي يشفعالأرض
هسيكر سعاء وا شعلمه إلا بم ء منيحيطون بشيضالأرات وومالس هئودلا يو
ظيمالع ليالع وها وم٢٥٥(حفظه(
254. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
87 Al-Alusi, op.cit., h. 564
Kebiasaan yang terjadi pada manusia sebelum tidur adalah selalu diawali
dengan mengantuk. Karenanya, penggalan ayat ini adalah termasuk jenis
taqdīm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi
atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
Dalam penggalan kedua, langit didahulukan dari bumi adalah karena
langit lebih mulia dari bumi. Karenanya, struktur taqdīm dalam penggalan ayat
ini bertujuan untuk menyatakan bahwa yang disebut lebih dahulu lebih mulia
(al-tasyrīf)
Mengenai penafsiran mā baina aidīhim, Mujahid, Ibn Juraij, dan lain-lain
menafsirkannya dengan urusan di dunia dan wa mā khalfahum dengan urusan
di akhirat. Ada juga yang menafsirkannya dengan “sebelum dan sesudah
mereka”.88
Kedua penafsiran tersebut mengindikasikan bahwa struktur potongan ayat
ini taqdīm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu
terjadi atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd).
في ر اهيمرإب اجإلى الذي ح رت ألم يبر اهيمرإذ قال إب لكالم الله اهه أن ءاتب
)٢٥٨( أحيي وأميت قال أنا يحيي ويميتالذي
258. Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku
88 Al-Alusi, Ibid., juz 2, h. 10
ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan".
Kedua struktur penggalan ayat yang digarisbawahi tersebut sebagai
taqdīm yang bertujuan menjelaskan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu terjadi
atau ada lebih dahulu (al-sabaq bi I’tibār al-wujūd). Sebab, tidak ada yang
dimatikan kecuali sebelumnya dihidupkan. Dengan demikian, hidup berada
sebelum mati.
قال بل لبثت مائة عام فانظر إلى يوما أو بعض يوملبثت قال كم لبثت قال
هنستي لم ابكرشو امك٢٥٩(طع(
259. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah
Masa satu hari adalah lebih lama dari setengah hari. Karenanya, dalam
ayat ini ungkapan “satu hari” didahulukan dari “setengah hari.” Struktur ayat ini
adalah termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang
didahulukan adalah lebih sedikit atau lebih ringan (al-tadallī min al-a’lā ilā al-
adnā)
كيمح زيزع أن الله لماع٢٦٠(و(
260. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat kedua dalam ayat “al-Azīz al-
Hakīm dengan Yang Maha Kuat dan Yang Maha Bijaksana atas semua
perbuatan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Karenanya, Ia tidak pernah
berbuat sesuatu kecuali ada hikmah dan maslahat untuk hamba-hamba-Nya.89
Selain bermakna Maha Kuat, al-‘Azīz juga bermakna Maha Mulia. Dari
Yang Maha Mulialah muncul kebijaksanaan. Karenanya, Syaikhun
mengkategorikan ayat ini termasuk taqdīm bertujuan untuk menjelaskan bahwa
lafal yang disebutkan lebih dahulu adalah menjadi penyebab munculnya lafal
yang setelahnya(al-sababiyyah). Syaikhun mengungkapkan “li annahu ‘azza fa
hakama”90 (kerena Dia Mulia maka bertindak bijaksana).
مالهوفقون أمني فقوا الذينا أنون مبعتلا ي بيل الله ثملا أذى في سا ونم مهرأج مله
همبر دونعننزحي ملا هو همليع فولا خ٢٦٢( و(
262. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Pada dasarnya kata Al-Mann berarti al-qath’u (memotong/memutuskan).
Karenanya ada ungkapan hablun manīn (tali yang terputus). Kata (al-mann) ini
juga terkadang digunakan untuk makna pemberian. Sebab, yang memberikan
memotong/mengurangi hartanya untuk orang yang diberi.
89 Al maraghi, op.cit. 90 Mahmud al-Sayyid Syaikhun, op.cit.
Makna al-adzā adalah al-tathāwul wa al-tafākhur (sombong/congkak)
terhadap orang yang diberikan. Al-mann didahulukan dari kata al-adzā adalah
karena al-mann lebih sering terjadi dari pada al-adzā.91
Dengan demikian, struktur ayat ini adalah termasuk taqdīm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa yang disebutkan lebih dahulu adalah lebih
banyak dari yang setelahnya (al-katsrah ‘alā al-qillah).
قاتكمدطلوا صبوا لا تنءام ا الذينهاأيالأذىيو نرئابالم الهم فقناس كالذي يء الن
)٢٦٤(يؤمن بالله واليوم الآخرولا
264. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Pada dasarnya kata Al-Mann berarti al-qath’u (memotong/memutuskan).
Karenanya ada ungkapan hablun manīn (tali yang terputus). Kata (al-mann) ini
juga terkadang digunakan untuk makna pemberian. Sebab, yang memberikan
memotong/mengurangi hartanya untuk orang yang diberi.
Makna al-adzā adalah al-tathāwul wa al-tafākhur (sombong/congkak)
terhadap orang yang diberikan. Al-mann didahulukan dari kata al-adzā adalah
karena al-mann lebih sering terjadi dari pada al-adzā.92
91 Al-Alusi, op.cit.,, h. 33 92 Ibid
Dengan demikian, ayat ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa yang disebutkan lebih dahulu adalah lebih banyak dari
yang setelahnya (al-katsrah ‘alā al-qillah).
Beriman kepada Allah dan hari kemudian dalam ayat ini termasuk
struktur taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa yang disebutkan lebih
dahulu adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb
wa al-taklīf)
اء متغاب مالهوفقون أمني ثل الذينمة ووبة برنثل جكم فسهمأن ا منثبيتتاة الله وضر
)٢٦٥(وابل فطللم يصبها أصابها وابل فآتت أكلها ضعفين فإن
265. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Struktur ayat ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan untuk
menyatakan bahwa lafal yang didahulukan merupakan sesuatu yang lebih besar
dari lafal yang diakhirkan(al-tadallī min al-a’lā ilā al-adnā). Dalam ayata ini
“hujan lebat” diungkapkan lebih dahulu dari “gerimis”.
مالهوفقون أمني ةالذينلانيعا وار سرهالنل وباللي همبر دعن مهرأج ملا فلهو
)٢٧٤(خوف عليهم ولا هم يحزنون
274. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
“Malam” dalam ayat ini didahulukan dari siang adalah karena ia lebih
dahulu diciptakan dari pada siang.93 Karenanya, penggalan ayat ini adalah
termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut
lebih dahulu adalah lebih dahulu adanya (al-sabaq fī al-wujūd).
وعملوا الصالحات وأقاموا الصلاة وءاتوا الزكاة لهم أجرهم عند إن الذين ءامنوا )٢٧٧( ربهم ولا خوف عليهم ولا هم يحزنون
277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Dalam ayat 3 telah disebutkan bahwa iman adalah fondasi semua amal
orang-orang yang beriman. Karenanya, ia adalah kewajiban pertama yang harus
terpatri pada setiap mukmin. Oleh karena itu, dalam ayat ini ia didahulukan dari
“mengerjakan amal saleh”.
93 Ibid., jilid 1, h. 429
Dengan demikian, struktur taqdīm ayat ini dapat dikategorikan sebagai
taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa yang disebutkan lebih dahulu
adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-
taklīf).
Mendirikan shalat dalam ayat ini didahulukan dari membayar zakat juga
merupakan sebagai taqdīm karena kewajiban yang harus didahulukan (al-sabaq
bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
) ٢٧٩ (بحرب من الله ورسوله فإن لم تفعلوا فأذنوا
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.
Lafal “Allah” dalam ayat ini didahulukan dari “Rasul” adalah untuk
mengagungkan-Nya. Karenanya, ayat ini termasuk struktur taqdīm yang
bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah Zat Yang
Maha Agung (al-ta’zhīm).
تنايدوا إذا تنءام ا الذينهاأيي كاتب كمنيب بكتليو وهبى فاكتمسل من إلى أجيبد م
قه الحليلل الذي عمليو بكتفلي الله هلما عكم بكتأن ي كاتب أبلا يل ودبالع
يش همن سخبلا يو هبر ق اللهتليلا و عيفا أوض ا أوفيهس قه الحليئا فإن كان الذي ع
فإن لم الكمرج ن منيهيدوا شهدشتاسل ودبالع هليلل ومفلي ومل هأن ي طيعتسي
ون من الشهداء أن تضل إحداهما فتذكر ممن ترضرجلين فرجل وامرأتانيكونا
وهبكتوا أن تأمسلا توا وعا داء إذا مدهالش أبلا يى ورا الأخماهدإح ا أوغريص
وأدنى ألا ترتابوا إلا أن تكون إلى أجله ذلكم أقسط عند الله وأقوم للشهادةكبريا
متعايبوا إذا تهدأشا ووهبكتألا ت احنج كمليع سفلي كمنيا بهونديرة تاضرة حارتج
بكم وقفس هلوا فإنفعإن تو هيدلا شو كاتب ارضلا يو الله كملمعيو قوا اللهاتو
ليمء عيبكل ش الله٢٨٢(و(
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah mu`amalahmu itu), kecuali jika mu`amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Laki-laki dalam .(seorang laki-laki dan dua perempuan) فرجل وامرأتان
potongan ayat ini didahulukan dari perempuan adalah untuk menunjukkan
kemuliaan laki-laki. Karenanya, ayat ini berstruktur taqdīm dengan kategori untuk
menyatakan bahwa lafal yang didahulukan adalah lebih mulia dari yang
sesudahnya (li al-tasyrīf).
Potongan ayat ini adalah termasuk .(kecil maupun besar) صغريا أو كبريا
berstruktur taqdīm dengan kategori menurun dari yang tinggi kepada yang lebih
rendah (al-tadallī min al-a’lā ilā al-adnā). Sebab, hutang yang kecil
kedudukannya lebih tinggi dari pada hutang yang banyak.
)٢٨٤( ما في السموات وما في الأرضلله
284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
Lafal “langit” didahulukan dari “bumi” adalah karena langit lebih mulia
dari bumi. Karenanya, penggalan ayat ini berstruktur (al-tasyrīf)
نبه ءامكتلائكته ومبالله و نون كل ءاممنؤالمه وبر ه منزل إليا أنول بمسالر
غفرانك ربنا وإليك وقالوا سمعنا وأطعنا لا نفرق بين أحد من رسله ورسله
صري٢٨٥(الم(
285. Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan kami ta`at". (Mereka berdo`a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
Penggalan pertama ayat ini adalah termasuk taqdīm yang bertujuan
untuk menyatakan bahwa lafal yang disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang
harus didahulukan ( al-sabaq bi I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
Rasul, sebagai pemimpin orang-orang yang beriman, memiliki kewajiban
lebih dahulu dari pada yang dipiminnya untuk mempercayai apa yang ia
sampaikan.
Penggalan kedua ayat ini adalah perincian hal-hal yang wajib diimani. Ini
pun termasuk taqdīm yang bertujuan untuk menyatakan bahwa lafal yang
disebut lebih dahulu adalah kewajiban yang harus didahulukan ( al-sabaq bi
I’tibār al-wujūb wa al-taklīf).
Kewajiban beriman kepada Allah adalah berada sebelum kewajiban
mengimani yang lain yang kemudian dirinci dalam ayat ini.
Sami’nā wa atha’nā adalah kalimat yang termasuk berstruktur al-sabaq fī
al-wujūd. Sebab, ketika ayat “wa in tubdū mā fī anfusikum aw tukhfūhu
yuhāsibkum bihillāh” dibacakan orang-orang mukmin gundah dan berkata
“siapa yang akan menyelamatkan kami bila kami disalahkan karena kami
menyembunyikan kesedihan dan gangguan di dalam diri kami.” Lalu Nabi
menjawab, “katakanlah kami mendengar dan mentaati.”94
94 Al-Jazairi, op.cit. h. 280
CATATAN SMP ayat 105
٢٣٧ ذي بیده عقدة النكاحأن یعفون أو یعفو ال*Ibn Shaigh tidak membedakan konteks dalam tabarruk atau yang lainnya. Yang
jelas bila kata Allah didahulukan dari yang lain adalah termasuk tabarruk
*Yang ditaqdim dari fi’il/jumlah al sabaq fi alwujub, sababiyyah (contoh iyyaka
na’budu wa iyyaka nasta’inī
*ukuran ma asykal maknahu adalah meskipun sudah jelas I’rabnya namun tidak
bisa difahami maknanya secara tekstual.
*bisa jadi yang ditaqdim/ditakkhir tertera dalam ayat atau tidak. Contoh yang
tertera=tidak mesti mahdzuf “qaaluu arinallah jahratan menjadi jahratan
arinallah. Yang tidak tertera “falaa tu’jibka amwaaluhum……
dalam menafsirkan ayat wa maa yastawii al ahyaa wa lalamwaat, Zamakhsyari
mengetakan bahwa ini adalah perumpamaan. Al-Ahy ia umpamakan dengan
orang yang sudah msuk Islam dan al-amw t dengan orang yang masih kafir. H.
306, j 3
*kriteria tabarruk, memulai sesuatu yang penting dengan nama Allah tidak jelas. Lahaa….tasyrif
’’’’’’’’’’’’ربنا أفرغ Berikan kami kekuatan untuk menghadapi kekerasan dan kekejaman perang Urutan doa ini adalah sangat indah. Permohonan dikuatkan kesabaran didahulukan karena kesabaranlah yang menguasai hal tersebut lalu dilanjutkan dengan permohonan itsbat al qadam sebagai bagian dari kesabaran dan diakhiri dengan permohonan kemenangan yang merupakan tujuan tertinggi dari doa ini. Sa’ud, 283-284 Kesimpulan
Dari keempat pandangan para ulama tentang taqdim-takkhir kita dapat melihat bahwa: *tidak menyebtukan rahasia apa yang terdapat dalam maa asykal ma’nahu. Al mathlai, 104. Analisa:karena yang dibutuhkan dalam takdim-takkhir semacam ini adalah pemahaman terhadap teks. Apa yang menjadi ukuran maa asykala ma’nahu adalah arti teks sulit difahami meskipun struktur katanya sudah jelas. Contoh
إنى متوفیك و رافعك إلي *Baik pada model I maupun II taqdim-takkhir Ibn al-Shaigh tidak berkisar pada mendahulukan atau mengakkhirkan musnad atau musnad ilaih seperti metode ulama balaghah dan tidak juga seperti Ibn al-Atsir dan Mufassirun. Taqd m-takkh r yang ia suguhkan cenderung lebih bisa difahami lewat konteks. #Taqd m-takkh r jenis kedua sangat sarat dengan muatan norma-norma Islam. Hal ini berangkat dari kapasitasnya yang dikenal sangat relegius dan sebagai seorang ahli fiqih (faq h). Pada jenis kedua Taqd m-takkh r dalam poin berikut ini membuktikan muatan norma-norma itu. a. nampaknya, Taqd m yang terjadi adalah secara hirarkis, yaitu Allah, malaikat, dan ulul ilmi b. Tabarruk. Contoh…………………….. konsep tabarruk dalam hadits dan qur’an?????????????? Dalam hadits disebutkan “man lam yabda bi bismillah………….. Nampaknya ibn shaigh cenderung kepada konsep ini
#bila dilihat secara sekilas antara tabarruk dan takzhim nampak tidak ada perbedaan.al mathla’I tidak melihat perbedaan antara keduanya. H.105 analisa almathlai bisa jadi benar. Sebab, ibn shaigh sendiri tidak memberikan kriteria khusus untuk keduanya. Namun, penulis berpendapata bahwa antara keduanya memiliki perbedaan, yaiatu kriteria takzhim terkait dengan kewajiban hamba kepada Allah sementara tabarruk terkait dengan otoritas Allah #kriteria dzawat al sya’n juga tidak didefinisikannya. Sehingga pada contoh tabarruk dan takzhim tidak berbeda. Karena, keduanya penting. #secara hirarkis memang Allah, tentu saja, lebih mulia dari selain-Nya. Namun, pendahuluan lafal Allah pada contoh tersebut tidak hanya terbatas pada hirarkisme. Lebih jauh contoh itu juga sesuai dengan konsep tabarruk yang difahami umat islam. Dalam contoh untuk tasyrif, ibn shaigh nampaknya melihat kemuliaan dari perspektif fiqh. Hal ini bisa jadi berangkat dari kapasitasnya sebagai ahli fiqih dan ahli nahwu.
Untuk Taqd m-takkh r ini ibn shaigh di antaranya memberikan contoh ayat-ayat yang ;mendahuylukan laki-laki dari permpuan. Seperti dalam ayat berikkut:
...إن المسلمین و المسلماتSesungguhnya orang-orang Islam laki-laki dan orang-orang Islam perempuan…
Dalam tata bahasa Arab laki-laki selalu memenangkan kondisi. Misalnya, bila Anda bertemu dengan tiga orang yang dua di antaranya perempuan maka salam Anda menggunakan kata ganti laki-laki (al-sal mu ‘alaikum), bukan kata ganti wanita (al-sal mu ‘alaikunna). Dalam bidang fiqih laki-laki selalu dijadikan orang terdepan. Misalnya dalam shalat, warisan, dan lain-lain. Penulis tidak sependapat dengan ibn shaigh. Sebab, menurut jpenulis Taqd m-takkh r ini tidak ada tendensi untuk lebih memuliakan laki-laki dari perempuan. Sebab, dalam al-Qur’an Allah dengan jelas menyatakan bahwa yang membedakan nilai hamba di sisi-Nya adalah ketakwaan. Sebagaimana tertera dalam ayata berikut:
إن أكرمكم عند اهللا اتقكمSesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.
......من عمل صالحا من ذكر أو أنثى Penulis lebih cenderung untuk mengatakan bahwa ini adalah karena laki-laki diciptakan lebih dahulu (al-sabaq f al- j d) Dalam contoh lain ia mengatakan bahwa telinga lebih mulia dari penglihatan di antaranya dengan merujuk kepada ayat-ayat berikut:
سمیع بصیر, و على سمعهم و على أبصارهم Dalam banyak ayat al-Qur’an didapatkan bahwa kata sama’ atau yang satu
pecahan dengannya tidak hanya didahulukan dari bash r atau yang satu
pecahan dengannya, namun juga dengan kata-kata yang lain, seperti al-Sam ’u
al-‘Al m, Sam ’un Qar b.
Nampaknya, tasyrif yang diajukan ibn shaigh tidak bisa dijadikan hujjah untuk
struktur Taqd m-takkh r.
Mengenai alasan kenapa pendengaran didahulukan dari penglihatan, al-Rajihi
berkata adalah karena seorang bayi lebih cepat mendengar dari pada melihat.
Selain itu, daya dengar bisa diperoleh dari berbagai arah. Sementara penglihatan
hanya satu arah. Hal ini berlaku untuk semua hamba-hamba Allah kecuali bila
ada kepentingan kesusastraan (malhazh bal ghiy). Abdul Ghani Iwadh al-
Rajihi, Al-Manhaj al-Had ts f Tafs r Ahsan al-Had ts, h. 83
Namun demikian, hal ini tidak berlaku bagi Allah. Baginya tidak ada perbedaan
antara pendengaran yang didahulukan atau penglihatan. Dalam surat kahfi
ayat……yang berbunyi…….didahulukan dari…..dan dalam surat
Thaha…..didhulukan dari…….
Dalam hal ini tidak ada yang lebih mulia atau lebih rendah dari yang lain.
Apalagi bila konteks lafal dan maknanya menuntut salah satu antara keduanya
untuk didahulukan. Ibid
Mengenai pernyataan ibn shaigh tentang manusia lebih mulia dari jin karena
dalam al-Qur’an ada ayat yang mendahulukan lafal ins (manusia) dari jin seperti
dalam surat Al-Rahmãn ayat 39, 56, 74 Al-An’m/…. :112 Al-Isr/17:88 dan Al-
Jin…..:5 Al-Mathla’I menyebutkan bahwa lafal jin disebut lebih dahulu dalam al-
Qur’an sebanyak 12 kali, yaitu dalam Al-An’m/…:13, Al-A’rf/…:38, 179, Al-
Naml/….:17, Fushshilat/….: 25, 29, Al-Ahqf/…: 18, Al-Dzriyt/…:56, Al-
Rahmn/…:33, Hûd/…:119, Al-Sajadah/….:13, Al-Ns/…:6. dengan demikian,
pernyataan ibn shaigh bahwa manusia disebut dalam al-Qur’an lebih dahulu dari
jin karena lebih memuliakan manusia adalah salah. Al-Mathla’I, h.114
Ayat berikut memperkuat pendapat Al-Mathla’I bahwa tidak semua ayat yang
mendahulukan lafal ins dari jin selalu berfungsi untuk lebih memuliakan manusia
dari jin.
)١١٢...:\األنعام(و كذلك جعلنا لكل نبي شیاطین اإلنس و الجن
Ayat ini jelas-jelas menyatakan bahwa setan yang berbentuk manusia dan jin
adalah musuh setiap Nabi. Menurutnya, taqd´m di sini adalah karena kasus yang
lebih besar, yaitu permusuhan manusia kepada Rasul sangat jelas dan
penolakannya juga tidak bisa dibantah. Bani Israil misalnya, membangkang
terhadap Rasul, bahkan membunuhnya. Sementara jin tidak ada yang
membunuh Rasul atau Nabi. Al-Mathla’I, h. 115
*kriteria ma asykal maknahu adalah taqdim maknanya
Al-Sabaq
١٢٦من ءامن منهم بالله والیوم
No. AYAT TUJUAN KETERANGAN
1 Maa asykal
وملائكته ورسله وجبریل لله من كان عدوا 2
ومیكال
Al-Tabarruk
(mendapat
berkah)
3 Al-Ta’zh m
(mengagungkan
یؤمنون بما أنزل إلیك وما أنزل من والذین 4
وبالآخرة هم یوقنون قبلك
وعلى وعلى سمعهمعلى قلوبهم ختم الله
٧أبصارهم غشاوة
صم بكم عمي )٢٠(بسمعهم وأبصارهم لذهب
٢١ خلقكم والذین من قبلكم
)٣٣(السموات والأرضغیب كناس كجوزو ت٣٥(أن(
نيجهبوزء ور١٠٢ الم
Al-Tasyr f
(memuliakan)
فویل لهم مما كتبت أیدیهم وویل لهم مما یكسبون 5
٧٩
Al-Mun sabah
(kesesuaian)
6 Al-Hatstsu ‘alaih
(menganjurkan)
یؤمنون بالغیب ویقیمون الصلاة ومما الذین 7
٣ قناهم ینفقونرز ١٢٦من ءامن منهم بالله والیوم
Al-Sabaq (lebih
dahulu)
والذین یؤمنون بما أنزل إلیك وما أنزل من
قبلك وبالآخرة هم یوقنونءامنا بالله وبالیوم ومن الناس من یقول
٨ هم بمؤمنین وماالآخر ٢٢ الأرض فراشا والسماءالذي جعل لكم
ر الذينشباتوالحملوا الصعوا ون٢٥ ( ءام(
أمواتا فأحياكم ثم يميتكم ثم يحييكم ثم إليه
٢٨ترجعون
)٦٤(عليكم ورحمته فضل الله فلولا
)٦٦(بين يديها وما خلفهالما
)٨٢(والذین ءامنوا وعملوا الصالحات
وبالوالدین إحسانا وذي القربى والیتامى
والمساكین وقولوا للناس حسنا وأقیموا
٨٣اتوا الزكاة الصلاة وء
)١٠٣(ءامنوا واتقوا
الذين ينقضون عهد الله من بعد ميثاقه ويقطعون ما
(٢٨(أمر الله به أن يوصل ويفسدون في الأرض
٣٢ حكیمالعلیم الإنك أنت 8
(٣٤(أبى واستكبر
٥٤ هو التواب الرحیم ٣٧ التواب الرحیمإنه هو
١٦٠ التواب الرحیموأنا
Al-Sababiyyah
(sebab)
9 Al-Katsrah ‘al
al-qillah (lebih
banyak
ما یسرون وما أولا یعلمون أن الله یعلم 10
٧٧ یعلنون
٨٥بالإثم والعدوان
Al-Taraqq
(meningkat)
) ٢٤(الناس والحجارة وقودها 11
٢٦ا ما بعوضة فما فوقهمثلا ) ٦٨ ( لا فارض ولا بكر
٩٧ للمؤمنین هدى وبشرى
Al-Tadall
(menurun)
BAB IV
Kesimpulan
Perspektif ibn al- Shaigh tentang taqdīm-ta’khīr tidak mengkaji struktur
bahasa Arab secara kesuluruhan. Namun, perspektifnya hanya terbatas pada
ayat-ayat al- Qur ‘an. Perspektif ini mencoba memahami ayat al- Qur ‘an melalui
konteks ketika suatu ayat sulit difahami melalui teks apa adanya. Karenanya,
menurut perspektif ini, memahami suatu ayat tidak bisa hanya melalui perangkat
gramatikal dan leksikal saja. Ini bisa dilihat pada taqdīm-ta’khīr yang ia sebut
dengan mā asykala ma’nāhu ‘alā hasab al-zhāhir.
Setelah penulis meneliti ayat-ayat yang terdapat dalam surat al- Baqarah
yang termasuk struktur taqdīm-ta’khīr dalam perspektif ibn al- Shaigh, penulis
dapat menyimpulkan bahwa ayat-ayat tersebut berpijak pada dua kategori:
1. Ayat-ayat yang tidak dapat dilogikakan, yaitu ayat-ayat yang terkait
dengan keimanan, seperti mendahulukan iman kepada Allah dari
pada iman kepada yang lainnya, hukum, seperti mendahulukan
kewajiban shalat dari zakat, dan norma-norma ke-Islaman, seperti
184
184
untuk mendapat berkah ketika suatu ayat diawali dengan lafal jalâlah
atau lebih memuliakan laki-laki dari perempuan.
2. Ayat-ayat yang dapat dilogikakan, yaitu ayat-ayat yang mengandung
sejarah, seperti mendahulukan Ibrahim as., dari Ismail, as., hukum
alam (sunnatullah), seperti mendahulukan rasa kantuk dari tidur,
sebab-akibat, seperti mendahulukan untuk mengakhirkan pemberian
rahmat dari pada pemberian taubat.
Penulis juga menyimpulkan bahwa jumlah ayat yang dianggap termasuk
struktur taqdīm-taikhīr dalam perspektif Syamsuddin ibn al-Shaigh dalam surat
al-Baqarah berjumlah 79 ayat dari 286 ayat. Dalam satu ayat bisa terdiri dari
satu sampai tiga struktur, yaitu dengan rincian sebagai berikut :
1. Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb sebanyak 23 struktur
2. Al-Tasyrīf sebanyak 21 struktur
3. Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūd sebanyak 21 struktur
4. Al-Tadallī sebanyak 4 struktur
5. Al-Sababiyyah sebanyak 12 struktur
6. Munasābat al-lafzh li Siyāq al-Kalām sebanyak 3 struktur
185
185
7. Al-Ta’zhm sebanyak 4 struktur
8. Mā Asykala Ma’nāh ‘Alā Hasab al-Zhāhir sebanyak 2 struktur
9. Al-Taraqqī sebanyak 2 struktur
10. Al-Katsrah ‘alā al-Qillah sebanyak 2 struktur
Dengan demikian, tidak semua struktur taqdīm-takkhīr yang diajukan
Ibn al-Shaigh penulis dapatkan dalam surat al-Baqarah. Perincian ayat-ayat
tersebut dapat dilihat dalam lampiran.
Struktur taqdīm-takkhīr yang diajukan Syamsuddin ibn al-Shaigh sangat
berpeluang untuk menuai kritik. Dalam taqdīm-takkhīr yang berfungsi untuk al-
tabarruk misalnya, ia katakan bahwa bila dalam hal yang penting suatu ayat
didahului dengan nama Allah maka ayat ini berfungsi untuk al-tabarruk. Ia tidak
memberikan kriteria atau batasan yang jelas tentang kalimat “hal yang penting.”
Pada hal, ada juga ayat yang berbunyi untuk melaknat dan didahului dengan
nama Allah. Misalnya ayat berikut :
)١٥٩: ٢\البقرة(اولئك يلعنهم اهللا و يلعنهم الالعنون
“Mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang bisa melaknati.” (Q.S. Al-Baqarah/2 :159)
186
186
Meskipun begitu struktur dalam perspektif ini tetap sangat penting untuk
lebih dalam memahami al-Qur’an.
187
187
LAMPIRAN
Ayat-ayat dari surat al- Baqarah yang termasuk dalam perspektif Ibn al-
Shaigh dalam surat al-Baqarah adalah sebagaimana yang tertera dalam tabel
berikut:
No.
Urut
Penggalan
Ayat
Jenis Taqdīm-
takkhīr
No. Ayat dan Keterangan
1. 2. 3. 4.
یؤمنون بالغیب ویقیمون الصلاة )٣ ( ومما رزقناهم ینفقون
بما أنزل إلیك وما أنزل من قبلك )٤(وبالآخرة
سمعهم وعلى على قلوبهم وعلى
)٧(أبصارهم غشاوة
)٨ (ا بالله وبالیوم الآخرءامن
Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Tasyrīf
Al-Tasyrīf Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb
3. Iman kepada yang ghaib didahulukan dari shalat dan shalat dari zakat 4. Kata ganti kamu (Muhammad, nabi yang masih hidup) didahulukan dari nabi-nabi yang telah tiada 7. Hati didahulukan dari telinga dan telinga dari mata 8. Iman kepada Allah didahulukan dari hari
188
188
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
)١٨(صم بكم عمي
)١٩ (ظلمات ورعد وبرق
)٢٠(بسمعهم وأبصارهم لذهب
) ٢١ ( خلقكم والذین من قبلكم
(٢٢(السماء..الأرض
)٢٥( ..ملواءامنوا وع
)٢٦(بعوضة فما فوقها
wa al-Taklīf
Al-Tasyrīf Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd
Al-Tasyrīf
Al-Tasyrīf Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf
Al-Tadallī
akhirat 18. Shummun(tuli)yang bersumber pada telinga didahulukan dari Bukmun (bisu) yang bersumber pada mulut dan bisu didahulukan dari ‘umyun (buta) yang bersumber pada mata 19. Gelap didahulukan dari guntur dan guntur dari kilat 20. Pendengaran didahulukan dari penglihatan 21. Yang hidup didahulukan dari yang telah tiada 22. Bumi didahulukan dari langit 25.beriman didahulukan dari beramal saleh 26.Nyamuk didahulukan dari yang
189
189
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
ینقضون عهد الله من بعد میثاقه ویقطعون ما أمر الله به أنیوصل ویفسدون في
)٢٧ (الأرض
)٣٢( العلیم الحكیم
)٣٣(غیب السموات والأرض
(٣٤(أبى واستكبر
)٣٥(أنت وزوجك اسكن
) ٣٧ (التواب الرحیم
وأقیموا الصلاة وءاتوا الزكاة واركعوا )٤٣ (مع الراكعین
Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf
Al-Sababiyyah Al-Tasyrīf Al-Sababiyyah Al-Tasyrīf Al-Sababiyyah Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb
lebih rendah 27.(kewajiban menepati) perjanjian kepada Allah didahulukan dari (kewajiban) silaturrahmi dan merusak di muka bumi 32. Maha Mengetahui didahulukan dari Maha Bijaksana 33. Langit didahulukan dari bumi 34. Menolak didahulukan dari sombong 35. Laki-laki (Adam) didahulukan dari perempuan (Siti Hawwa) 37. Maha Penerima taubat didahulukan dari Maha Pengasih 43. Shalat didahulukan dari zakat dan zakat dari shalat berjamaah
190
190
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
یذبحون أبناءكم ویستحیون
)٤٩(نساءكم
)٥٤ (الرحیمالتواب
ءامن بالله والیوم الآخر وعمل )٦٢(صالحا
)٦٤ (فضل الله علیكم ورحمتهفلولا
)٦٦(بین یدیها وما خلفها
)٦٨(لا فارض ولا بكر
ات والذین ءامنوا وعملوا الصالح)٨٢(
وبالوالدین إحسانا وذي القربى والیتامى والمساكین وقولوا للناس حسنا وأقیموا الصلاة
) ٨٣ (وءاتوا الزكاة
wa al-Taklīf Munāsabat al-Lafzh li Siyāq al-Kalām Al-Sababiyyah Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Sababiyyah Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Tadallī Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf
Menyembelih anak laki-laki didahulukan dari membiarkan hidup anak-anak perempuan 54.Maha Penerima taubat didahulukan dari Maha Pengasih 62. Iman kepada Allah didahulukan dari hari akhirat dan hari akhirat dari beramal saleh 64. Pemberian taubat didahulukan dari pemberian rahmat 66. Dunia didahulukan dari akhirat 68. Tua didahulukan dari muda 82. beriman didahulukan dari beramal saleh 83. Berbuat baik kepada orang tua didahulukan dari anak-anak yatim dan orang-
191
191
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
) ٨٣ ( وأقیموا الصلاة وءاتوا الزكاة
ملائكته ورسله لله ومن كان عدوا
)٩٨(
)٩٨(وجبریل ومیكال
)١٠٢( المرء وزوجه بین
)١٠٣(ءامنوا واتقوا
)١٠٧ ( السموات والأرضملك
)١١٠ (وأقیموا الصلاة وءاتوا الزكاة
)١١٤( لآخرةفي ا ..في الدنیالهم
)١١٦(السموات والأرضما في
Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Ta’zhīm Al-Tasyrīf Al-Tasyrīf Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Tasyrīf Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd
orang miskin dan juga didahulukan dari shalat. 83. Shalat didahulukan dari zakat 98. Allah didahulukan dari yang lainnya 98. Jibril didahulukan dari Mikail 102. Suami didahulukan dari istri 103. Beriman didahulukan dari bertakwa 107. Langit didahulukan dari bumi 110. shalat didahulukan dari zakat 114. Dunia didahulukan dari akhirat 116. Langit
192
192
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
)١١٧( السموات والأرضبدیع
)١٢٤(و إذ ابتلى إبراهیم ربه
)١٢٥(إبراهیم وإسماعیل
)١٢٦( بالله والیوم االخر..ءامن
بلدا و إذ قال إبراهیم رب اجعل هذا )١٢٦( امنا
)١٢٧ (و إذ یرفع إبراهیم
)١٢٧ (وإسماعیل .. إبراهیم
ربنا واجعلنا مسلمین لك )١٢٨ (..ومن ذریتنا
)١٢٨ (یم حتواب الرلا
Al-Tasyrīf Al-Tasyrīf Mā Asykala Ma’nāhu bi hasab al-Zhāhir Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Mā Asykala Ma’nāhu bi hasab al-Zhāhir Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf
didahulukan dari bumi 117. Langit didahulukan dari bumi 124. Obyek didahulukan dari pelaku 125. Ibrahim didahulukan dari Isma’il 126. Iman kepada Allah didahulukan dari Hari Akhir 126. Dari segi makna ayat 126 seharusnya berada setelah ayat 127 127. Ibrahim didahulukan dari Isma’il 128. orang tua (Ibrahim as.) didahulukan dari anak-cucu 128. Maha Penerima taubat didahulukan dari
193
193
44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51.
)١٢٩( العزیز الحكیم
)١٣٠(آخرة في ال..في الدنیا
)١٣٢(إبراهیم بنیه ویعقوب )١٣٣(لهك وإله ءابائك ا
)١٣٤( لها ما كسبت ولكم ما كسبتم
وما أنزل إلى إبراهیم وإسماعیل وإسحاق ویعقوب والأسباط وما
موسى وعیسى وما أوتي أوتي )١٣٦(النبیون
قولوا ءامنا بالله وما أنزل إلینا وما أنزل إلى إبراهیم وإسماعیل وإسحاق ویعقوب والأسباط وما أوتي موسى
)١٣٦(وعیسى وما أوتي النبیون
إبراهیم وإسماعیل وإسحاق ویعقوب
)١٤٠(والأسباط
Al-Sababiyyah Al-Sababiyyah Al-Sababiyyah Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Tasyrīf Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-sabaq bi
Maha Pengasih 129. Maha Perkasa didahulukan dari Maha Bijaksana 130. Dunia didahulukan dari akhirat 132. Ibrahim didahulukan dari Ya’qub 133. Yang hidup didahulukan dari yang mati 134. Umat yang lalu didahulukan dari umat sekarang 136. Nama-nama ini dimulai dari yang lebih dahulu ada 136. Kewajiban beriman kepada Allah didahulukan dari iman kepada kitab-kitab 140. Ini adalah urutan nabi-nabi yang ada lebih dahulu
194
194
52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59.
أمة قد خلت لها ما كسبت
)١٤١( ولكم ما كسبتم
)١٥٢(ركمكذذكروني أاف
من الصفا والمروةإن )١٥٨(شعائر الله
الله ویلعنهم اللاعنون یلعنهم)١٥٩(
)160 (تابوا وأصلحوا وبینوا
)١٦٠(التواب الرحیم
)١٦١(لعنة الله والملائكة والناس
)١٦٤(خلق السموات والأرض في
i’tibār al-Wujūd Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Sababiyyah Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Ta’zhīm Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Sababiyyah Al-Ta’zhīm
141. Umat yang lalu Ini didahulukan dari umat sekarang 152. Dzikir didahulukan dari pemberian ganjaran (dari Allah) 158. Shafa didahulukan dari Marwah 159. Allah didahulukan dari yang lain 160. Kewajiban bertaubat didahulukan dari mengadakan perbaikan dan mengadakan perbaikan dari menjelaskan kebenaran 160. Maha Penerima taubat didahulukan dari Maha Pengasih 161. Allah didahulukan dari yang lain 164. Langit didahulukan dari bumi
195
195
60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.
)١٦٤(بین السماء والأرض
)١٦٤( اللیل والنهار
ءامن بالله والیوم الآخر والملائكة والكتاب والنبیین وءاتى المال على حبه ذوي القربى والیتامى والمساكین وابن السبیل والسائلین
قام الصلاة وءاتى وفي الرقاب وأ )١٧٧( .. الزكاة والموفون
)١٧٨(الحر بالحر والعبد بالعبد
الوصیة للوالدین والأقربین
بالمعروف )١٨٠(
كتب علیكم الصیام كما كتب على
)١٨٣( بلكمالذین من ق
Al-Tasyrīf Al-Tasyrīf Al-sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Tasyrīf Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Tasyrīf
164. Langit didahulukan dari bumi 164. Malam didahulukan dari siang 177. Ini adalah urutan hal-hal yang wajib diimani lalu urutan orang-orang yang wajib diberikan infaq dan diakhiri dengan kewajiban mendirikan shalat, membayar zakat, dan menepati janji 178. Orang merdeka didahulukan dari budak 180. Kewajiban berwasiat kepada orang tua didahulukan dari saudara-saudara 183. Yang hidup didahulukan dari yang mati (kalian dan orang-orang sebelum kalian) 186. Perintah untuk memenuhi perintah
196
196
67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74.
بي فلیستجیبوا لي ولیؤمنوا )١٨٦(لعلهم یرشدون
فصیام ثلاثة أیام في الحج )١٩٦( وسبعة إذا رجعتم
في الدنیا حسنة وفي الآخرة حسنة
)٢٠١( )٢٠٩( ز حكیمیزع
فللوالد ین و األقربین و الیتمى و المسكین و ابن
)٢١٥(السبیل
)٢١٧ (في الدنیا والآخرة
)٢٣٩(فرجاال أو ركبانا
)٢٤٧( واسع علیموالله
)٢٤٨(ءال موسى وءال هارون
Munāsabat al-Lafzh li Siyāq al-Kalām Al-Taraqqī Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Sababiyyah Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Taraqqī Munāsabat al-Lafzh li Siyāq al-Kalām Al-Sabaq bi
Allah didahului dari perintah untuk beriman kepada-Nya 196. Tiga hari didahulukan dari tujuh hari 201. Dunia didahulukan dari akhirat 209. Maha Perkasa didahulukan dari Maha Bijaksana 215. Ini adalah urutan orang-orang yang wajib diberi infaq 217. Dunia didahulukan dari akhirat 239. Berjalan didahulukan dari berkendaraan 247. Maha Luas didahulukan dari Maha Mengetahui 248. Musa as., didahulukan dari Harun as.
197
197
75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83
)٢٥١(الملك والحكمةوءاتاه الله
)٢٥٥(سنة ولا نوم
)٢٥٥ ( السموات وما في الأرض
)٢٥٥(السموات والأرض
)٢٥٥ (بین أیدیهم وما خلفهم
أحیي قال أنا یحیي ویمیت )٢٥٨( وأمیت
)٢٦٠(عزیز حكیم
)٢٦٢(منا ولا أذى )٢٦٤(ىذألمن والاب
i’tibār al-Wujūd Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Tasyrīf Al-Tasyrīf Al- Sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al- Sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Sababiyyah Al-Katsrah ‘alā al-Qillah Al-Katsrah ‘alā
251. Kerajaan didahulukan dari hikmah 255. Kantuk didahulukan dari tidur 255. Langit didahulukan dari bumi 255. Langit didahulukan dari bumi 255. Dunia didahulukan dari akhirat 258. Menghidupkan didahulukan dari mematikan 260. Maha Perkasa didahulukan dari Maha Bijaksana 262. Menyebut-nyebut didahulukan dari menyakiti 264. Menyebut-nyebut didahulukan dari menyakiti
198
198
84. 85. 86. 87. 88. 89 90. 91. 92.
والیوم الآخر همن باللؤیلا و)٢٦٤(
)٢٦٥(وابل فطل
)٢٧٤(باللیل والنهار
وأقاموا الصلاة وءاتوا )٢٧٧(الزكاة
)٢٧٧( ءامنوا وعملوا الصالحات
)٢٧٩ (لله ورسولهبحرب من ا
)٢٨٢(رجلین فرجل وامرأتان
)٢٨٢(صغیرا أو كبیرا
)٢٨٤( الأرض..السموات
al-Qillah Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Tadallī Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūd Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Ta’zhīm Al-Tasyrīf Al-Tadallī Al-Tasyrīf
264. Iman kepada Allah didahulukan dari Hari Akhir 265. Hujan lebat didahulukan dari gerimis 274. Malam didahulukan dari siang 277. Mendirikan shalat didahulukan dari membayar zakat 277. Beriman didahulukan dari beramal saleh 279. Allah didahulukan dari yang lain 282. Laki-laki didahulukan dari perempuan 282. Sedikit didahulukan dari banyak 284. Langit didahulukan dari bumi
199
199
93. 94.
والمؤمنون كل ءامن بالله )٢٨٥(وملائكته وكتبه ورسله
)٢٨٥ ( سمعنا وأطعنا
Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf Al-Sabaq bi i’tibār al-Wujūb wa al-Taklīf
285. Iman kepada Allah didahulukan dari iman kepada malaikat dan lalu kepada kitab-Nya 285. Mendengar didahulukan dari mentaati
200
200
No. AYAT JENIS/TUJUAN KETERANGAN
1
و إذ قال إبراهیم رب اجعل هذا بلدا امنا )١٢٦( )١٢٧ (و إذ یرفع إبراهیم
)١٢٤(و إذ ابتلى إبراهیم ربه
Mā asykala ma’nāhu ‘alā hasab al-zhāhir
Dari segi makna ayat 126 seharusnya berada setelah ayat 127 Obyek didahulukan dari pelaku
2 Al-Tabarruk (mendapat berkah)
3
لله وملائكته ورسله وجبریل من كان عدوا
Al-Ta’zhīm (mengagungkan)
Semua ayat ini mendahulukan nama Allah dari
201
201
)٩٨(ومیكال
)٢٧٩ (بحرب من الله ورسوله
)١٥٩( یلعنهم الله ویلعنهم اللاعنون
)١٦١(اسلعنة الله والملائكة والن
yang lainnya
4
یؤمنون بما أنزل إلیك وما أنزل والذین
)٤(وبالآخرة هم یوقنون من قبلك
) ٢١ ( خلقكم والذین من قبلكم
)١٣٣(إلهك وإله ءابائك
كتب علیكم الصیام كما
كتب على الذین من قبلكم
)١٨٣(لعلكم تتقون
سمعهم وعلى على قلوبهم وعلى
)٧(أبصارهم غشاوة
)١٨(صم بكم عمي
Al-Tasyrīf (memuliakan)
Ayat 4, 21, 133, dan 183 mendahulukan yang hidup dari yang mati Hati didahulukan dari telinga dan telinga dari mata Shummun(tuli)yang bersumber pada telinga didahulukan
202
202
)٢٠(بسمعهم وأبصارهم لذهب
)٣٣(غیب السموات والأرض
)١٠٧ ( السموات والأرضملك
)١١٦( كل له قانتونالسموات والأرضما في
)١١٧( السموات والأرضبدیع
)١٦٤(ات والأرض خلق السموفي
)١٦٤(بین السماء والأرض
)٢٥٥ (ما في السموات وما في الأرض
)٢٥٥(السموات والأرض وسع كرسیه
)٢٨٤( الأرض..السموات
dari Bukmun (bisu) yang bersumber pada mulut dan bisu didahulukan dari ‘umyun (buta) yang bersumber pada mata Pendengaran didahulukan dari penglihatan Langit dalam ayat 33, 107, 116, 117, 164, 255, 284 didahulukan dari bumi
203
203
)٣٥(أنت وزوجك اسكن
)١٠٢( المرء وزوجه بین
)٢٨٢(جلین فرجل وامرأتان ر
)١٧٨(الحر بالحر والعبد بالعبد
Laki-laki (Adam) dalam ayat 35 didahulukan dari perempuan (Siti Hawa), begitu pula dalam ayat 102 dan 282. Orang merdeka didahulukan dari budak.
5
)٤٩(یذبحون أبناءكم ویستحیون نساءكم
بي لعلهم فلیستجیبوا لي ولیؤمنوا
)١٨٦(یرشدون
Munāsabah Siyāq al-Kalām (kesesuaian konteks pembicaraan)
Menyembelih anak laki-laki didahulukan dari membiarkan hidup anak-anak perempuan Perintah untuk memenuhi perintah Allah didahului dari perintah untuk beriman kepada-Nya
204
204
)٢٤٧( واسع علیموالله
Maha Luas didahulukan dari Maha Mengetahui
6 Al-Hatstsu ‘alaih (menganjurkan)
7
نون بالغیب ویقیمون الصلاة یؤمالذین
)٣ ( ومما رزقناهم ینفقون
ءامنا بالله وبالیوم ومن الناس من یقول
)٨ ( وما هم بمؤمنینالآخر
)١٢٦ (ءامن منهم بالله والیوم االخرمن
)٢٦٤(والیوم الآخر ه باللمنؤیلا و
)٢٥ ( ءامنوا وعملوا الصالحاتالذین
)٨٢(والذین ءامنوا وعملوا الصالحات
الذین ینقضون عهد الله من بعد
میثاقه ویقطعون ما أمر الله به
یفسدون في الأرض أولئك أنیوصل و
)٢٧ (هم الخاسرون
Al-Sabaq (lebih dahulu) Ayat 3, 8, 126, 264, 25, 27, 43, 62, 82, 83, 110, 103, 215, 128, 136, 158, 160, 177, 180, dan 258 adalah termasuk jenis al-sabaq
bi I’tibār al-
wujūb wa al-
taklīf).
Dalam ayat 3, 8, 126,dan264, Kewajiban beriman kepada yang ghaib didahulukan dari shalat dan zakat Dalam ayat 25 dan 82 kewajiban beriman didahulukan dari beramal saleh Dalam ayat 27 Perjanjian kepada Allah adalah kewajiban pertama yang mereka langgar, kemudian memutus hubungan yang Allah perintahkan untuk menyambungnya,
205
205
وأقیموا الصلاة وءاتوا الزكاة واركعوا مع
)٤٣ (الراكعین
من ءامن بالله والیوم الآخر وعمل
)٦٢(صالحا
ذي القربى والیتامى وبالوالدین إحسانا و
والمساكین وقولوا للناس حسنا وأقیموا
) ٨٣ (الصلاة وءاتوا الزكاة
)١١٠ (وأقیموا الصلاة وءاتوا الزكاة
)٢٧٧( وأقاموا الصلاة وءاتوا الزكاة
dan membuat kerusakan di bumi. Kewajiban shalat lebih didahulukan dari membayar zakat dan shalat berjamaah Iman kepada Allah didahulukan dari iman kepada hari akhir dan iman kepada hari akhir didahulukan dari beramal saleh. Ini adalah urutan orang-orang yang harus diperlakukan dengan baik lalu disusul dengan kewajiban shalat yang didahulukan dari membayar zakat Kewajiban mendirikan shalat dalam ayat 110 dan 277
206
206
)١٠٣(وا ءامنوا واتق
فللوالد ین و األقربین و ما أنفقتم من خیر
)٢١٥(الیتمى و المسكین و ابن السبیل
ربنا واجعلنا مسلمین لك ومن ذریتنا أمة
)١٢٨(مسلمة لك
قولوا ءامنا بالله وما أنزل إلینا وما أنزل
لى إبراهیم وإسماعیل وإسحاق ویعقوب إ
والأسباط وما أوتي موسى وعیسى وما
)١٣٦(أوتي النبیون
من شعائر الصفا والمروةإن
)١٥٨(الله
تابوا وأصلحوا وبینواإلا الذین ) 160( أتوب علیهم فأولئك
didahulukan dari membayar zakat Kewajiban beriman didahulukan dari bertakwa Ini adalah urutan orang-orang yang wajib diberi infaq Permohonan untuk keselamatan diri didahulukan dari anak-cucu. Kewajiban beriman kepada Allah didahulukan dari iman kepada kitab-kitab Kewajiban sa’I diawali dari shafa Kewajiban bertaubat didahulukan dari mengadakan perbaikan dan menjelaskan
207
207
ءامن بالله والیوم الآخر والملائكة من
والكتاب والنبیین وءاتى المال على حبه
ذوي القربى والیتامى والمساكین وابن
أقام السبیل والسائلین وفي الرقاب و
الصلاة وءاتى الزكاة والموفون بعهدهم إذا
)١٧٧(عاهدوا
الوصیة للوالدین والأقربین )١٨٠(بالمعروف
والمؤمنون كل ءامن بالله وملائكته وكتبه
)٢٨٥(ورسله
)٢٨٥ ( معنا وأطعناس
إن الذین ءامنوا وعملوا الصالحات
bi I’tibār al-
wujūd.
kebenaran Ini adalah urutan hal-hal yang wajib diimani lalu urutan orang-orang yang wajib diberikan infaq dan diakhiri dengan kewajiban mendirikan shalat, membayar zakat, dan menepati janji Kewajiban berwasiat kepada orang tua didahulukan dari saudara-saudara Iman kepada Allah didahulukan dari iman kepada malaikat dan lalu kepada kitab-Nya Mendengarkan didahulukan dari mentaati Kewajiban beriman didahulukan dari
208
208
)٢٧٧(
)٦٦(بین یدیها وما خلفهالما
)١٩ (ظلمات ورعد وبرق
الأرض فراشا جعل لكم
)٢٢(والسماء
في الآخرة لهم في الدنیا خزي ولهم
)١١٤ (عظیمعذاب
في الدنیا وإنه في الآخرة لمن
)١٣٠ (الصالحین
في الدنیا حسنة وفي الآخرة
)٢٠١( حسنة
)٢١٧ (في الدنیا والآخرة
)١٢٥(إبراهیم وإسماعیل
)١٢٧ (عد من البیت وإسماعیلإبراهیم القوا
)١٣٢(إبراهیم بنیه ویعقوب
beramal saleh Dunia didahulukan dari akhirat Gelap didahulukan dari guntur dan guntur didahulukan dari kilat Dunia diciptakan lebih dahulu dari langit Dalam ayat 114, 130, 201, dan 217 dunia didahulukan dari akhirat Pada ayat 125 dan
209
209
وما أنزل إلى إبراهیم وإسماعیل وإسحاق
ویعقوب والأسباط وما أوتي موسى
)١٣٦(وعیسى وما أوتي النبیون
)٢٤٨(ل هارونءال موسى وءا
إن إبراهیم وإسماعیل وإسحاق ویعقوب )١٤٠(والأسباط
)٢٥١(الملك والحكمةوءاتاه الله
)٢٥٨( أحیي وأمیت قال أنا یحیي ویمیت
)٤١٣( لها ما كسبت ولكم ما كسبتم
تلك أمة قد خلت لها ما كسبت ولكم
)١٤١( ما كسبتم
127 Ibrahim as., didahulukan dari isma’il as. Ibrahim as., didahulukan dari Ya’qub as. Ini adalah urutan nabi-nabi yang ada lebih dahulu Musa as., didahulukan dari Harun as. Susunan nama-nama ini adalah sesuai dengan yang ada lebih dahulu Kerajaan yang Allah berikan kepada Daud as., lebih dahulu dari pada hikmah
210
210
)١٦٤(واختلاف اللیل والنهار
باللیل الذین ینفقون أموالهم
)٢٧٤(والنهار
)٢٥٥(سنة ولا نوم
)٢٥٥ (بین أیدیهم وما خلفهم
Menghidupkan didahulukan dari mematikan Pada ayat 134 dan 141 umat yang telah berlalu didahulukan dari lawan bicara yang masih hidup Pada ayat 164 dan 274 malam didahulukan dari siang karena Allah lebih dahulu menciptakan malam dari siang Rasa kantuk didahulukan dari tidur Dunia didahulukan dari akhirat
8 Al-Sababiyyah (sebab)
211
211
)٣٢( العلیم الحكیمإنك أنت
)١٢٩( زیز الحكیم نك أنت العإ )٢٠٩( ز حكیمیز الله عنأ
)٢٦٠(عزیز حكیم
) ٣٧ (التواب الرحیمإنه هو
)٥٤ (هو التواب الرحیم
)١٢٨ (یم حتواب الرلا نتأ
)١٦٠ (التواب الرحیموأنا
(٣٤(أبى واستكبر
)٦٤ (فضل الله علیكم ورحمتهفلولا
)١٥٢(ركمكذذكروني أاف
Maha Mengetahui didahulukan dari Maha Bijaksana Dalam ayat 129, 209, dan 260 Maha Mulia didahulukan dari Maha Bijaksana Maha Penerima taubat dalam ayat 37, 54, 128, dan 160 didahulukan dari Maha Pengasih Menolak didahulukan dari sombong Pemberian taubat dari Allah (fadhlullah) didahulukan dari rahmat Dzikir hamba kepada Allah
212
212
memunculkan dzikir (pemberian ganjaran) Allah kepadanya
)٢٦٢(منا ولا أذى 9
)٢٦٤(ىذألمن والاب
Al-Katsrah ‘alā al-qillah (lebih banyak
Dalam ayat 262 dan 264 menyebut-nyebut (al-mann) didahulukan dari menyakiti (al-adzā)
)٢٣٩(فرجاال أو ركبانا 10
Al-Taraqqī (meningkat)
Berjalan didahulukan dari berkendaraan
11
)٢٦(ما بعوضة فما فوقها
)٦٨(لا فارض ولا بكر
)٢٦٥(وابل فطل
)٢٥٩(یوما أو بعض یوم
)٢٨٢(صغیرا أو كبیرا
فصیام ثلاثة أیام في الحج وسبعة إذا )١٩٦( رجعتم
Al-Tadallī (menurun)
Nyamuk didahulukan dari yang lebih rendah darinya Tua (fāridhun) didahulukan dari muda (bikr) Hujan lebat (wābilun) didahulukan dari hujan gerimis (thallun)
213
213
Satu hari didahulukan dari beberapa hari Hutang yang kecil didahulukan dari hutang yang besar Puasa tiga hari didahulukan dari tujuh hari
CATATAN SMP ayat 105
*batasan penting tidak jelas
*maa asykala ma’nahu bisa terjadi antar ayat (taqdim-tak ibn
shaigh)
٢٣٧ أن یعفون أو یعفو الذي بیده عقدة النكاح*Ibn Shaigh tidak membedakan konteks dalam tabarruk atau yang lainnya. Yang
jelas bila kata Allah didahulukan dari yang lain adalah termasuk tabarruk
*Yang ditaqdim dari fi’il/jumlah al sabaq fi alwujub, sababiyyah (contoh iyyaka
na’budu wa iyyaka nasta’inī
214
214
*ukuran ma asykal maknahu adalah meskipun sudah jelas I’rabnya namun tidak
bisa difahami maknanya secara tekstual.
*bisa jadi yang ditaqdim/ditakkhir tertera dalam ayat atau tidak. Contoh yang
tertera=tidak mesti mahdzuf “qaaluu arinallah jahratan menjadi jahratan
arinallah. Yang tidak tertera “falaa tu’jibka amwaaluhum……
dalam menafsirkan ayat wa maa yastawii al ahyaa wa lalamwaat, Zamakhsyari
mengetakan bahwa ini adalah perumpamaan. Al-Ahy ia umpamakan dengan
orang yang sudah msuk Islam dan al-amw t dengan orang yang masih kafir. H.
306, j 3
*kriteria tabarruk, memulai sesuatu yang penting dengan nama Allah tidak jelas. Lahaa….tasyrif
’’’’’’’’’’’’ربنا أفرغ Berikan kami kekuatan untuk menghadapi kekerasan dan kekejaman perang Urutan doa ini adalah sangat indah. Permohonan dikuatkan kesabaran didahulukan karena kesabaranlah yang menguasai hal tersebut lalu dilanjutkan dengan permohonan itsbat al qadam sebagai bagian dari kesabaran dan diakhiri dengan permohonan kemenangan yang merupakan tujuan tertinggi dari doa ini. Sa’ud, 283-284 Kesimpulan Dari keempat pandangan para ulama tentang taqdim-takkhir kita dapat melihat bahwa: *tidak menyebtukan rahasia apa yang terdapat dalam maa asykal ma’nahu. Al mathlai, 104. Analisa:karena yang dibutuhkan dalam takdim-takkhir semacam ini adalah pemahaman terhadap teks. Apa yang menjadi ukuran maa asykala ma’nahu adalah arti teks sulit difahami meskipun struktur katanya sudah jelas. Contoh
215
215
إنى متوفیك و رافعك إلي *Baik pada model I maupun II taqdim-takkhir Ibn al-Shaigh tidak berkisar pada mendahulukan atau mengakkhirkan musnad atau musnad ilaih seperti metode ulama balaghah dan tidak juga seperti Ibn al-Atsir dan Mufassirun. Taqd m-takkh r yang ia suguhkan cenderung lebih bisa difahami lewat konteks. #Taqd m-takkh r jenis kedua sangat sarat dengan muatan norma-norma Islam. Hal ini berangkat dari kapasitasnya yang dikenal sangat relegius dan sebagai seorang ahli fiqih (faq h). Pada jenis kedua Taqd m-takkh r dalam poin berikut ini membuktikan muatan norma-norma itu. a. nampaknya, Taqd m yang terjadi adalah secara hirarkis, yaitu Allah, malaikat, dan ulul ilmi b. Tabarruk. Contoh…………………….. konsep tabarruk dalam hadits dan qur’an?????????????? Dalam hadits disebutkan “man lam yabda bi bismillah………….. Nampaknya ibn shaigh cenderung kepada konsep ini
#bila dilihat secara sekilas antara tabarruk dan takzhim nampak tidak ada perbedaan.al mathla’I tidak melihat perbedaan antara keduanya. H.105 analisa almathlai bisa jadi benar. Sebab, ibn shaigh sendiri tidak memberikan kriteria khusus untuk keduanya. Namun, penulis berpendapata bahwa antara keduanya memiliki perbedaan, yaiatu kriteria takzhim terkait dengan kewajiban hamba kepada Allah sementara tabarruk terkait dengan otoritas Allah #kriteria dzawat al sya’n juga tidak didefinisikannya. Sehingga pada contoh tabarruk dan takzhim tidak berbeda. Karena, keduanya penting. #secara hirarkis memang Allah, tentu saja, lebih mulia dari selain-Nya. Namun, pendahuluan lafal Allah pada contoh tersebut tidak hanya terbatas pada hirarkisme. Lebih jauh contoh itu juga sesuai dengan konsep tabarruk yang difahami umat islam. Dalam contoh untuk tasyrif, ibn shaigh nampaknya melihat kemuliaan dari perspektif fiqh. Hal ini bisa jadi berangkat dari kapasitasnya sebagai ahli fiqih dan ahli nahwu.
216
216
Untuk Taqd m-takkh r ini ibn shaigh di antaranya memberikan contoh ayat-ayat yang ;mendahuylukan laki-laki dari permpuan. Seperti dalam ayat berikkut:
...إن المسلمین و المسلماتSesungguhnya orang-orang Islam laki-laki dan orang-orang Islam perempuan…
Dalam tata bahasa Arab laki-laki selalu memenangkan kondisi. Misalnya, bila Anda bertemu dengan tiga orang yang dua di antaranya perempuan maka salam Anda menggunakan kata ganti laki-laki (al-sal mu ‘alaikum), bukan kata ganti wanita (al-sal mu ‘alaikunna). Dalam bidang fiqih laki-laki selalu dijadikan orang terdepan. Misalnya dalam shalat, warisan, dan lain-lain. Penulis tidak sependapat dengan ibn shaigh. Sebab, menurut jpenulis Taqd m-takkh r ini tidak ada tendensi untuk lebih memuliakan laki-laki dari perempuan. Sebab, dalam al-Qur’an Allah dengan jelas menyatakan bahwa yang membedakan nilai hamba di sisi-Nya adalah ketakwaan. Sebagaimana tertera dalam ayata berikut:
إن أكرمكم عند اهللا اتقكمSesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.
......من عمل صالحا من ذكر أو أنثى Penulis lebih cenderung untuk mengatakan bahwa ini adalah karena laki-laki diciptakan lebih dahulu (al-sabaq f al- j d) Dalam contoh lain ia mengatakan bahwa telinga lebih mulia dari penglihatan di antaranya dengan merujuk kepada ayat-ayat berikut:
سمیع بصیر, و على سمعهم و على أبصارهم Dalam banyak ayat al-Qur’an didapatkan bahwa kata sama’ atau yang satu
pecahan dengannya tidak hanya didahulukan dari bash r atau yang satu
pecahan dengannya, namun juga dengan kata-kata yang lain, seperti al-Sam ’u
al-‘Al m, Sam ’un Qar b.
217
217
Nampaknya, tasyrif yang diajukan ibn shaigh tidak bisa dijadikan hujjah untuk
struktur Taqd m-takkh r.
Mengenai alasan kenapa pendengaran didahulukan dari penglihatan, al-Rajihi
berkata adalah karena seorang bayi lebih cepat mendengar dari pada melihat.
Selain itu, daya dengar bisa diperoleh dari berbagai arah. Sementara
penglihatan hanya satu arah. Hal ini berlaku untuk semua hamba-hamba Allah
kecuali bila ada kepentingan kesusastraan (malhazh bal ghiy). Abdul Ghani
Iwadh al-Rajihi, Al-Manhaj al-Had ts f Tafs r Ahsan al-Had ts, h.
83
Namun demikian, hal ini tidak berlaku bagi Allah. Baginya tidak ada perbedaan
antara pendengaran yang didahulukan atau penglihatan. Dalam surat kahfi
ayat……yang berbunyi…….didahulukan dari…..dan dalam surat
Thaha…..didhulukan dari…….
Dalam hal ini tidak ada yang lebih mulia atau lebih rendah dari yang lain.
Apalagi bila konteks lafal dan maknanya menuntut salah satu antara keduanya
untuk didahulukan. Ibid
218
218
Mengenai pernyataan ibn shaigh tentang manusia lebih mulia dari jin karena dalam
al-Qur’an ada ayat yang mendahulukan lafal ins (manusia) dari jin seperti dalam surat
Al-Rahmãn ayat 39, 56, 74 Al-An’m/…. :112 Al-Isr/17:88 dan Al-Jin…..:5 Al-
Mathla’I menyebutkan bahwa lafal jin disebut lebih dahulu dalam al-Qur’an
sebanyak 12 kali, yaitu dalam Al-An’m/…:13, Al-A’rf/…:38, 179, Al-
Naml/….:17, Fushshilat/….: 25, 29, Al-Ahqf/…: 18, Al-Dzriyt/…:56, Al-
Rahmn/…:33, Hûd/…:119, Al-Sajadah/….:13, Al-Ns/…:6. dengan demikian,
pernyataan ibn shaigh bahwa manusia disebut dalam al-Qur’an lebih dahulu dari jin
karena lebih memuliakan manusia adalah salah. Al-Mathla’I, h.114
Ayat berikut memperkuat pendapat Al-Mathla’I bahwa tidak semua ayat yang
mendahulukan lafal ins dari jin selalu berfungsi untuk lebih memuliakan manusia
dari jin.
)١١٢...:\األنعام(و كذلك جعلنا لكل نبي شیاطین اإلنس و الجن
Ayat ini jelas-jelas menyatakan bahwa setan yang berbentuk manusia dan jin adalah
musuh setiap Nabi. Menurutnya, taqd´m di sini adalah karena kasus yang lebih besar,
yaitu permusuhan manusia kepada Rasul sangat jelas dan penolakannya juga tidak
bisa dibantah. Bani Israil misalnya, membangkang terhadap Rasul, bahkan
membunuhnya. Sementara jin tidak ada yang membunuh Rasul atau Nabi. Al-
Mathla’I, h. 115
*kriteria ma asykal maknahu adalah taqdim maknanya
219
219
Al-Sabaq
١٢٦من ءامن منهم بالله والیوم
top related