kajian komponen pekerjaan bangunan gedung …
Post on 26-Nov-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
1 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
KAJIAN KOMPONEN PEKERJAAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA
(Studi kasus : Pembangunan Perpustakaan UNS Surakarta)
Oleh :
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo
Abstrak
Pembangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, kemudahan, efisien dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras
dengan lingkungannya, dan diselenggarakan secara tertib, efektif dan efesien dan
selaras dengan lingkungannya. Pemerintah membuat aturan-aturan mengenai
pembangunannya termasuk proporsi pada masing masing bagian bangunan. Proporsi
penganggaran komponen pekerjaan bangunan yang diatur dalam Permen PUPR RI No
45/PRT/M/2007 kemudian direvisi menjadi Permen PUPR RI No 22/PRT/M/2018
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Pada perubahan permen diatas
untuk proporsi pekerjaan standart tidak perubahan sedang untuk pekerjaan non
standart banyak terjadi perubahan. Realita dilapangan semua bahan bangunan banyak
mengalami perbaikan kwalitas dan harga sehingga penulis mempunyai hipotesa
proporsi komponen pekerjaan mengalami perubahan. Hipotesa juga didasari oleh
seringnya terjadi perbedaan spesifikasi standart pada pelaksanaan dan setelah diteliti
bangunan yang dihasilkan memenuhi standart SNI tetapi menyimpang dari standart
teknis pada permen yang berlaku. Hipotesa yang kedua adalah perkembangan zaman
dan kemajuan teknologi bahan yang menciptakan bahan yang berkwalitas lebih baik
dan ramah lingkungan sebagai pengganti bahan yang telah ada. Penelitian ini akan
mengkaji pelaksanaan dilapangan seberapa besar kesesuaian dan penyimpangan
terhadap permen yang berlaku baik secara administrasi, teknis dan proporsi biaya.
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode analitis yaitu data yang
sudah ada diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil akhir yang dapat
disimpulkan. Studi kasus pada pembangunan perpustakaan UNS Surakarta akan
mengolah data hasil perencanaan yang dilakukan oleh perencana dan hasil
pelaksanaan yang dilakukan oleh kontraktor. Persyaratan teknis yang disyaratkan
pada permen PUPR no 45/PRT/M/2007 apakah telah diterapkan dengan baik sehingga
tercapai dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
kemudahan dan efisien. Metode penyusunan RAB (rencana anggaran biaya) oleh
perencana hampir tidak ada yang mengikuti standart WBS permen PUPR no
45/PRT/M/2007. Umumnya perencana membagi menjadi 4 kelompok besar yaitu : 1).
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
2 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
pekerjaan persiapan, 2). pekerjaan Struktur, 3). pekerjaan arsitektur, 4). pekerjaan
mekanikal & elektrikal. Ada dua RAB yang akan diolah yaitu RAB perencanaan dan
RAB pelaksanaan. RAB perencanaan dikelompokkan, disamakan dengan WBS yang
tertera pada permen PUPR no 45/PRT/M/2007 kemudian dibuat prosentase pada
masing masing pekerjaan. Sedang untuk RAB pelaksanaan karena dilakukan 2(dua)
tahap. Masing masing tahap diolah dahalu setelah keduanya sama dengan WBS
permen digabungkan menjadi 1(satu). Langkah berikutnya adalah gabungan pekerjaan
tahap I dan tahap II dibuatkan prosentase masing masing pekerjaan. Dengan
menggunakan metode komparatif yaitu metode yang bersifat membandingkan. Hasil
prosentase dari pelaksanaan akan dibandingkan dengan prosentase yang tertera pada
permen PUPR RI baik permen PUPR RI no 45/PRT/M/2007 maupun permen PUPR
RI no 22/PRT/M/2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesifikasi yang
dipersyaratkan menyimpang dari standart dalam permen PU no 45/PRT/M/2007.
Antara lain : bata ringan, homogenius tile, atap kaca tempred, alumunium composite
panel, batu granite dinding dan kasau serta reng dari baja ringan. Dan tidak ada
pengajuan usulan biaya ke dinas teknis terkait, hanya berdasarkan analisa berdasarkan
harga pasar. Proporsi komponen pekerjaan banyak tidak sesuai dengan proporsi yang
tertera pada permen PUPR RI no 45/PRT/M/2007 baik lebih rendah ataupun lebih
tinggi. Pada pedoman penganggaran permen no 45/PRT/M/2007 ring ambang batas
bawah dan ambang batas atas sudah cukup tinggi. Penelitian baik diperencanaan
maupun pada pelaksanaan pembangunan perpustakaan UNS Surakarta masih ada
perbedaan yang cukup signifikan (lebih dari 25%), seperti pada pekerjaan struktur
lebih tinggi dan pekerjaan plafon lebih rendah. Hasil proporsi pada pekerjaan non
standart permen 22/PRT/M/2018 lebih mendekati dibandingkan dengan proporsi
pekerjaan non standart permen no 45/PRT/M/2007. Adalah tepat permen
45/PRT/M/2007 dilakukan revisi dan penyesuaian menjadi permen no
22/PRT/M/2018 untuk memasukkan produk produk hasil dari perkembangan
teknologi yang menghasilkan produk yang lebih efisien dan lebih bermutu .
Kata kunci : Komponen pekerjaan, pedoman penganggaran, perbandingan, dan
penyimpangan
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
3 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Penelitian
Usaha yang sistematis untuk
menentukan standar yang sesuai
dengan sasaran perencanaan,
merancang sistem informasi,
membandingkan perencanaan dengan
standar, menganalisa kemungkinan
adanya penyimpangan antara standar
dan perencanaan, kemudian
mengambil tindakan pembetulan yang
diperlukan agar sumber daya
digunakan efektif dan efisien dalam
rangka mencapai sasaran (Mocler
dalam Soeharto, 1995). Penentuan
besarnya proporsi biaya untuk jenis
pekerjaan yang ada harus cukup tepat
terutama dalam konstruksi bangunan
bertingkat tinggi yang memiliki
berbagai macam komponen. Dalam
melakukan perhitungan rencana
anggaran biaya (RAB), harus
didasarkan pada sebuah analisa
masing-masing komponen biaya
penyusunnya (bahan, upah dan alat)
untuk tiap jenis pekerjaan yang
terdapat dalam keseluruhan proyek
(Halim dkk., 2015). Banyak faktor
yang dapat mempengaruhi kegagalan
dalam pembangunnan negara. Faktor-
faktor tersebut sebagai penyebab
terjadinya kerugian bagi para jasa
kontruksi (kontraktor), hal ini akan
berdampak terhadap mutu dan kualitas
pekerjaan di lapangan (Astana, 2017;
Sutirto, 2018). Nilai total dari biaya
yang diusulkan semuanya harus
dikerjakan dengan terperinci, baik
yang nampak maupun yang tidak
nampak. Salah satu faktor yang
berperan adalah fator desain dari
bangunan itu sendiri. Faktor yang
paling dominan mempengaruhi
kegagalan tujuan pembangunan
rumah susun adalah faktor desain
rumah susun (Mulyadi dkk., 2013).
Estimasi adalah metode yang
digunakan oleh estimator untuk
menentukan setiap tarif komponen
pekerjaan. Fungsi utama dari estimasi
biaya adalah menghasilkan perkiraan
biaya yang akurat dan dapat diandalkan
dalam proyek konstruksi (Sawalhi,
2012 dalam Astari, 2007). Akurasi
biaya konstruksi adalah kunci faktor
keberhasilan dalam proyek konstruksi
dan juga mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh owner (Kim dkk., 2013
dalam Astari, 2014).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyar Republik
Indonesia No 45/PRT/M/2007 tentang
Pembangunan Bangunan Gedung
Negara. Komponen pekerjaan dibagi
menjadi 8 komponen dan 18 komponen
pada pekerjaan non strandar. Masing-
masing komponen diberi batas minimal
dan batas maksimal agar dapat
dijadikan acuan dasar pada saat
pengajuan anggaran dan perencanaan.
Pembangunan terus berjalan bahkan
bahan-bahan yang digunakan lebih
bervariatif dan inovatif. Pada tanggal
15 bulan Oktober tahun 2018 Peraturan
Menteri No. 45/PRT/M/2007 dicabut
dan dikeluarkan Permen No.
22/PRT/M/2018. Proporsi komponen
bangunan untuk bangunan standar
tidak berubah sedangkan untuk
komponen bangunan non standar dari
18 komponen menjadi 21 komponen
dan proporsinya juga berubah.
Penelitian ini akan meneliti bangunan
yang didesign dan dikerjakan di akhir
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
4 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
berlakunya Permen No
45/PRT/M/2007 dan menjelang
diberlakukannya Permen No
22/PRT/M2018 untuk melihat
seberapa besar perubahan yang sudah
terjadi mengenai pemakaian bahan dan
proporsi yang terjadi.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan dapat dikumpulkan
beberapa permasalahan yang muncul
yaitu :
1. Pada proses perencanaan tuntutan
utama yang diharapkan dari user
adalah terpenuhi kebutuhan ruang,
kenyamanan dan estetika
bangunan, sehingga untuk
persyaratan teknis dan komposisi
komponen pekerjaan kurang
mendapatkan perhatian.
2. Rencana anggaran biaya yang
disajikan mengacu pada hasil
design yang tercipta tanpa
menghiraukan pada koridor
permen PUPR yang berlaku.
3. Penyedia jasa perencanaan gedung
pemerintah tidak selalu
berpedoman dengan standart
peraturan yang berlaku atau tidak
faham tentang standart
Pembangunan Bangunan Gedung
Negara.
4. Sering terjadi penyimpangan
khususnya dalam komponen
pekerjaan sesuai dengan koridor
yang diberikan dari Peraturan
Menteri No. 45/PRT/M/2007
5. Permen PUPR No.
45/PRT/M/2007 direvisi menjadi
Permen No. 22/PRT/M/2018,
tetapi proporsi komponen
pekerjaan standart masih tetap
sama, hipotesa peneliti dengan
rentang waktu 11 tahun dan
perkembangan teknologi bahan
sudah maju seharusnya terjadi
perubahan komposisinya.
I.3. Batasan Masalah
Banyaknya permasalahan yang
muncul peneliti melakukan
pembatasan:
1. Bangunan yang ditinjau adalah
bangunan gedung negara.
2. Kajian penelitian focus pada syarat
syarat teknis dan komponen
pekerjaan
3. Bangunan yang ditinjau merupakan
bangunan gedung dengan jumlah
lantai maximal 8 lantai.
4. Bangunan yang ditinjau adalah
Perpustakaan UNS Surakarta.
I.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
menjadi dasar penelitian ini adalah:
1. Apakah Penyedia jasa perencanaan
gedung pemerintah selalu
berpedoman dengan standart
peraturan yang berlaku baik secara
teknis maupun komposisi
komponen pekerjaannya sesuai
dengan pedoman Pembangunan
Bangunan Gedung Negara ?
2. Seberapa besar penyimpangan
yang terjadi khususnya dalam
komponen pekerjaan sesuai dengan
koridor yang diberikan dari
Peraturan Menteri No.
45/PRT/M/2007 ?
3. Lebih mendekati mana komposisi
komponen pekerjaan yang
pelaksanaanya dilakukan diakhir
berlakunya Permen PUPR No.
45/PRT/M/2007 atau menjelang
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
5 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
diberlakukannya Permen No.
22/PRT/M/2018 ?
4. Sudah tepat atau masih perlu
penyempurnaan dalam penentuan
komponen pekerjaan Permen no
22/PRT/M/2018 ?
I.5. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah hasil
perencanaan dilapangan sesuai
dengan Permen PUPR no
45/PRT/M/2007 yang sedang
berlaku, baik secara persyaratan
teknis maupun komposisi
komponen pekerjaannya
2. Mengetahui seberapa besar
penyimpangan yang terjadi
mengenai komponen pekerjaan
terhadap adanya Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik
Indonesia no 45/PRT/M/2007.
3. Mengetahui apakah hasil
perencanaan yang dilaksanakan di
akhir berlakunya permen PUPR
no 45/PRT/M/2007, komposisi
komponen pekerjaannya
mendekati komponen pada
permen no 22/PRT/M/2018.
4. Untuk mengetahui apakah tepat
permen PUPR no 45/PRT/M/2007
direvisi menjadi permen no
22/PRT/M/2018.
II. Kajian Pustaka
II.1. Definisi Gedung Negara
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
22 Tahun 2018 Pasal 1 tentang
Pedoman Pembangunan Gedung
Negara, yang dimaksud sebagai
Bangunan Gedung Negara adalah
bangunan gedung untuk keperluan
dinas yang menjadi barang milik
negara atau daerah dan diadakan
dengan sumber pembiayaanyang
berasal dari dana APBN, APBD,
dan/atau perolehan lainnya yang sah.
Dapat disimpulkan bahwa semua
bangunan yang bertujuan untuk
keperluan kedinasan dan dibiayai oleh
negara, dapat diklasifikasaikan sebagai
bangunan gedung negara.
II.2. Jenis Bangunan Gedung
Permen PUPR No. 22 Tahun 2018 pada
Bab III Bagian Kesatu Umum Pasal 13
menyebutkan bangunan gedung negara
dalam memenuhi klasifikasi, standar
luas, dan standar jumlah lantai
dikelompokkan menjadi:
1. Bangunan gedung kantor,
2. Rumah negara, dan
3. Bangunan gedung negara lainnya.
Klasifikasi bangunan gedung negara
sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia meliputi:
1. Bangunan sederhana.
2. Bangunan tidak sederhana.
3. Bangunan khusus.
Secara garis besar perubahan Peraturan
Menteri PUPR No. 45/PRT/M/2007
menjadi Peraturan Menteri PUPR No.
22/PRT/M/2018 dapat dilihat pada
tabel sebagai beikut:
Standar tipe dan luas Rumah Negara
bagi pejabat dan pegawai negeri
ditetapkan sebagai berikut:
1. tipe Khusus diperuntukkan bagi
Menteri, Pimpinan Lembaga
Tinggi Negara, atau pejabat yang
setingkat dengan menteri, dengan
luas bangunan 400 m2 (empat ratus
meter persegi) dan luas tanah 1000
m2 (seribu meter persegi);
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
6 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
2. tipe A diperuntukkan bagi
Sekretaris Jenderal, Direktur
Jenderal, Inspektur Jenderal,
pejabat yang setingkat, atau
Anggota Lembaga Tinggi Negara
atau Dewan dengan luas bangunan
250 m2 (dua ratus lima puluh meter
persegi) dan luas tanah 600 m2
(enam ratus meter persegi);
3. tipe B diperuntukkan bagi
Direktur, Kepala Biro, Kepala
Pusat, Pejabat yang setingkat atau
Pegawai Negeri Sipil Golongan
IV/d dan IV/e, dengan luas
bangunan 120 m2 (seratus dua
puluh meter persegi) dan luas tanah
350 m2 (tiga ratus lima puluh meter
persegi);
4. tipe C diperuntukkan bagi Kepala
Sub Direktorat, Kepala Bagian,
Kepala Bidang, Pejabat yang
setingkat, atau Pegawai Negeri
Sipil Golongan IV/a dan IV/c,
dengan luas bangunan 70 m2 (tujuh
puluh meter persegi) dan luas tanah
200 m2 (dua ratus meter persegi;
5. tipe D diperuntukkan bagi Kepala
Seksi, Kepala Sub Bagian, Kepala
Sub Bidang, Pejabat yang
setingkat, atau Pegawai Negeri
Sipil Golongan III, dengan luas
bangunan 50 m2 (lima puluh meter
persegi) dan luas tanah 120 m2
(seratus dua puluh meter persegi);
dan
6. tipe E diperuntukkan bagi Pegawai
Negeri Sipil Golongan I dan
Golongan II, dengan luas bangunan
36 m2 (tiga puluh enam meter
persegi) dan luas tanah 100 m2
(seratus meter persegi)
Standar Luas Gedung Negara Permen
PUPR No. 45/PRT/M/2007
Dalam menghitung luas ruang
bangunan gedung kantor yang
diperlukan, dihitung berdasarkan
ketentuan sebagai berikut:
1. Standar luas ruang gedung kantor
pemerintah yang termasuk
klasifikasi sederhana rata-rata
sebesar 9,6 m2 per-personil;
2. Standar luas ruang gedung kantor
pemerintah yang termasuk
klasifikasi tidak sederhana rata-rata
sebesar 10 m2 per-personil;
3. Untuk bangunan gedung kantor
yang memerlukan ruang- ruang
khusus atau ruang pelayanan
masyarakat,
kebutuhannya dihitung secara
tersendiri (studi kebu- tuhan ruang)
diluar luas ruangan untuk seluruh
personil yang akan ditampung.
Kebutuhan total luas gedung kantor
dihitung berdasarkan jumlah personil
yang akan ditampung dikalikan standar
luas sesuai dengan klasifikasi
bangunannya.
Standar Luas Gedung Negara Permen
PUPR No. 22/PRT/M/2018
Standar luas ruang bangunan gedung
kantor sebagaimana terdiri atas:
1. ruang utama terdiri atas:
a. ruang menteri atau ketua lembaga
atau gubernur atau yang setingkat
seluas 247 m2 (dua ratus empat
puluh tujuh meter persegi) terdiri
atas ruang kerja, ruang tamu, ruang
rapat, ruang tunggu, ruang istirahat,
ruang sekretaris, ruang staf untuk 8
(delapan) orang, ruang simpan, dan
ruang toilet;
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
7 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
b. ruang wakil menteri atau wakil
ketua lembaga atau yang setingkat
seluas 117 m2 (seratus tujuh belas
meter persegi) terdiri atas ruang
kerja, ruang tamu, ruang rapat,
ruang tunggu, ruang istirahat, ruang
sekretaris, ruang staf untuk 5 (lima)
orang, ruang simpan, dan ruang
toilet;
c. ruang pimpinan tinggi utama atau
pimpinan tinggi madya setara
eselon IA atau wali kota atau
Bupati atau yang setingkat seluas
117 m2 (seratus tujuh belas meter
persegi) terdiri atas ruang kerja,
ruang tamu, ruang rapat, ruang
tunggu, ruang istirahat, ruang
sekretaris, ruang staf untuk 5 (lima)
orang, ruang simpan, dan ruang
toilet;
d. ruang anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia atau
Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia seluas 117 m2
(sembilan puluh empat meter
persegi) terdiri atas ruang kerja,
ruang tamu, ruang rapat, ruang
tunggu, ruang istirahat, ruang
sekretaris, ruang staf untuk 5 (lima)
orang, ruang simpan, dan ruang
toilet;
e. ruang pimpinan tinggi madya
setara eselon IB atau yang setingkat
seluas 83,4 m2 (delapan puluh tiga
koma empat meter persegi) terdiri
atas ruang kerja, ruang tamu, ruang
rapat, ruang tunggu, ruang istirahat,
ruang sekretaris, ruang staf untuk 2
(dua) orang, ruang simpan,dan
ruang toilet;
f. ruang pimpinan tinggi pratama
setara eselon IIA atau Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi atau Kabupaten atau Kota
atau yang setingkat seluas 74,4 m2
(tujuh puluh empat koma empat
meter persegi) terdiri atas ruang
kerja, ruang tamu, ruang rapat,
ruang tunggu, ruang istirahat, ruang
sekretaris, ruang staf untuk 2 (dua)
orang, ruang simpan, dan ruang
toilet;
g. ruang pimpinan tinggi pratama
setara eselon IIB atau yang
setingkat seluas 62,4 m2 (enam
puluh dua koma empat meter
persegi) terdiri atas ruang kerja,
ruang tamu, ruang rapat, ruang
tunggu, ruang istirahat, ruang
sekretaris, ruang staf untuk 2 (dua)
orang, ruang simpan, dan ruang
toilet;
h. ruang administrator setara eselon
IIIA atau yang setingkat seluas 24
m2 (dua puluh empat meter
persegi) terdiri atas ruang kerja,
ruang tamu, ruang sekretaris, dan
ruang simpan;
i. ruang administrator setara eselon
IIIB atau yang setingkat seluas 21
m2 (dua puluh satu meter persegi)
terdiri atas ruang kerja, ruang tamu,
dan ruang simpan; dan
j. ruang pengawas setara eselon IV
atau yang setingkat seluas 18,8 m2
delapan belas koma delapan meter
persegi) terdiri atas ruang kerja,
ruang staf untuk 4 (empat) orang,
dan ruang simpan.
2. Ruang Penunjang terdiri
atas:
a. ruang rapat utama kementerian
dengan luas 140 m2 (seratus
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
8 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
empat puluh meter persegi) untuk
kapasitas 100 (seratus) orang;
b. ruang rapat utama pimpinan tinggi
utama atau pimpinan tinggi madya
setara eselon I atau yang setingkat
dengan luas 90 m2 (sembilan puluh
meter persegi) untuk kapasitas 75
(tujuhpuluh lima) orang;
c. ruang rapat utama pimpinan tinggi
pratama setara eselon II atau yang
setingkat dengan luas 40 m2
(empat puluh meter persegi) untuk
kapasitas 30 (tiga puluh) orang;
d. ruang studio dengan luas 4 m2
(empat meter persegi) per orang
untuk pemakai 10% (sepuluh per
seratus) dari staf;
e. ruang arsip dengan luas 0,4 m2 (nol
koma empat meter persegi) per
orang untuk pemakai seluruh staf;
f. WC atau toilet dengan luas 2 m2
(dua meter persegi) per 25 (dua
puluh lima) orang untuk pemakai
Pejabat administrator, pengawas
dan seluruh staf; dan
g. musholla dengan luas 0,8 m2 (nol
koma delapan meter persegi) per
orang untuk pemakai 20% (dua
puluh per seratus) dari jumlah
personel
II.3. Komponen Biaya
Pembangunan Gedung
Negara
Pembiayaan pembangunan bangunan
gedung negara berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia
meliputi:
1. Komponen biaya pembangunan
bangunan gedung negara.
2. Biaya standar dan biaya
nonstandar.
3. Standar harga satuan tertinggi.
4. Biaya pekerjaan lain yang
menyertai atau melengkapi
pembangunan.
5. Biaya pembangunan dalam
rangka perawatan.
Komponen biaya pembangunan
bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia meliputi:
1. Biaya pelaksanaan konstruksi.
2. Biaya perencanaan teknis.
3. Biaya pengawasan teknis.
4. Biaya pengelolaan kegiatan.
Biaya-biaya pengelolaan kegiatan,
biaya managemen konstruksi, biaya
perencanaan, biaya pengawasan teknis
dan biaya fisik dihitung menurut
persentase terhadap besarnya biaya
pelaksanaan konstruksi sesuai dengan
klasifikasi bangunan gedung negara.
Persentase komponen pekerjaan
standar untuk bangunan gedung negara
untuk permen 45/PRT/M/2007 dan
permen 22/PRT/M/2018 sebagai
berikut :
1. Pekerjaan pondasi sebesar 5%
(lima persen) s/d 10% (sepuluh
persen).
2. Pekerjaan struktur sebesar 25%
(dua puluh lima persen) s/d 35%
(tiga puluh lima persen).
3. Pekerjaan lantai sebesar 5% (lima
persen) s/d 10% (sepuluh persen).
4. Pekerjaan dinding sebesar 7%
(tujuh persen) s/d 10% (sepuluh
persen).
5. Pekerjaan plafon sebesar 6% (enam
persen) s/d 8% (delapan persen).
6. Pekerjaan atap sebesar 8% (delapan
persen) s/d 10% (sepuluh persen).
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
9 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
7. Pekerjaan utilitas sebesar 5% (lima
persen) sampai dengan 8%
(delapan persen).
8. Pekerjaan perampungan (finishing)
sebesar 10% (sepuluh persen) s/d
15% (lima belas persen).
Total biaya pekerjaan non-standar
maksimum sesuai Permen PUPR
No.45/PRT/M/2007 sebesar 150% dari
total biaya pekerjaan standar bangunan
gedung negara yang bersangkutan,
yang dalam penyusunan anggarannya,
perinciannya antara lain dapat
berpedoman pada prosentase disajikan
pada Tabel II.1 sbb.,
Tabel II.1.
Biaya Pekerjaan Non Standar sesuai
Permen PUPR No.45/PRT/M/2007
Catatan :
X = total biaya konstruksi fisik pekerjaan
standar.
Biaya Pekerjaan Non Standar
berpedoman pada rincian persentase
sebagai berikut:
1. alat pengkondisian udara
ditetapkan sebesar 7%(tujuh per
seratus) sampai dengan 15% (lima
belas per seratus) dari keseluruhan
biaya standar;
2. lift, eskalator, dan/atau lantai
berjalan (moving walk) ditetapkan
sebesar 8% (delapan per seratus)
sampai dengan 14% (empat belas
per seratus) dari keseluruhan biaya
standar;
3. tata suara (sound system)
ditetapkan sebesar 2% (dua per
seratus) sampai dengan 4% (empat
per seratus) dari keseluruhan biaya
standar;
4. telepon dan perangkat
penyambungan komunikasi telepon
(private automatic branch
exchange atau PABX) ditetapkan
sebesar 1% (satu per seratus)
sampai dengan 3% (tiga per
seratus) dari keseluruhan biaya
standar;
5. instalasi Informasi dan Teknologi
ditetapkan sebesar 6% (enam per
seratus) sampai dengan 11%
(sebelas per seratus) dari
keseluruhan biaya standar;
6. elektrikal (termasuk genset)
ditetapkan sebesar 7% (tujuh per
seratus) sampai dengan 12% (dua
belas per seratus) dari keseluruhan
biaya standar;
7. sistem proteksi kebakaran
ditetapkan sebesar 7% (tujuh per
seratus) sampai dengan 12% (dua
belas per seratus) dari keseluruhan
biaya standar;
8. penangkal petir khusus ditetapkan
sebesar 1% (satu per seratus)
sampai dengan 2% (dua per
seratus) dari keseluruhan biaya
standar;
9. Instalasi Pengolahan Air Limbah
ditetapkan sebesar 1% (satu per
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
10 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
seratus) sampai dengan 2% (dua
per seratus) dari keseluruhan biaya
standar;
10. interior (termasuk furnitur)
ditetapkan sebesar 15% (lima belas
per seratus) sampai dengan 25%
(dua puluh lima per seratus) dari
keseluruhan biaya standar;
11. gas pembakaran ditetapkan sebesar
1% (satu per seratus) sampai
dengan 2% (dua per seratus) dari
keseluruhan biaya standar;
12. gas medis ditetapkan sebesar 2%
(dua per seratus) sampai dengan
4% (empat per seratus) dari
keseluruhan biaya standar;
13. pencegahan bahaya rayap
ditetapkan sebesar 1% (satu per
seratus) sampai dengan 3% (tiga
per seratus) dari keseluruhan biaya
standar;
14. fondasi dalam ditetapkan sebesar
7% (tujuh per seratus) sampai
dengan 12% (dua belas per seratus)
dari keseluruhan biaya standar;
15. fasilitas penyandang difabel atau
berkebutuhan khusus ditetapkan
sebesar 3% (tiga per seratus)
sampai dengan 5% (lima per
seratus) dari keseluruhan biaya
standar;
16. sarana atau prasarana lingkungan
ditetapkan sebesar 3% (tiga per
seratus) sampai dengan 8%
(delapan per seratus) dari
keseluruhan biaya standar;
17. peningkatan mutu ditetapkan
paling banyak 30% (tiga puluh per
seratus) dari keseluruhan biaya
komponen pekerjaan yang
ditingkatkan mutunya;
18. perizinan selain Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) ditetapkan paling
banyak 1% (satu per seratus) dari
keseluruhan biaya standar;
19. penyiapan dan pematangan lahan
ditetapkan paling banyak 3,5%
(tiga koma lima per seratus) dari
keseluruhan biaya standar;
20. pemenuhan persyaratan Bangunan
Gedung Hijau (green building)
ditetapkan paling banyak 9,5%
(sembilan koma lima per seratus)
dari keseluruhan biaya standar; dan
21. penyambungan utilitas ditetapkan
paling banyak 2% (dua per seratus)
dari keseluruhan biaya standar
Tabel II.2.
Prosentase Biaya Pembangunan sesuai
Permen PUPR No. 45/PRT/M/2007
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
11 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Tabel II.3.
Prosentase biaya pembangunan sesuai
Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018
II.4. Perencanaan Bangunan
Negara
II.4.1. Tahap Penyusunan
Anggaran
Tahapan pembangunan bangunan
gedung negara merupakan hal yang
perlu dipahami secara keseluruhan,
mengingat tahapan pembangunan
bangunan gedung negara yang
sebelumnya khusus untuk bangunan
gedung yang dibiayai dengan sumber
pembiayaan APBN. Sejak terbit dan
diundangkannya Peraturan Presiden
Nomor 73 Tahun 2011 tentang
Pembangunan Bangunan Gedung
Negara, semua bangunan gedung yang
pembangunannya dibiayai dari sumber
pembiayaan baik berasal dari APBN
ataupun APBD wajib mengikuti
ketentuan sesuai Peraturan Presiden
tersebut. Penyusunan program
kebutuhan ruang dan bangunan
dilaksanakan dengan mengikuti
pedoman, standar, dan petunjuk teknis
pembangunan bangunan gedung
negara yang berlaku (Diklat Kemen
PUPR: Tahapan pembangunan
bangunan gedung Negara, 2016).
Rencana pendanaan merupakan
kegiatan penyusunan rencana yang
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
12 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
diperlukan atau dibutuhkan
berdasarkan program kebutuhan yang
telah ditetapkan. Rencana pendanaan
inilah yang akan diusulkan kepada
pemerintah untuk diusulkan menjadi
DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran). Dengan adanya DIPA
(Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran)
kuasa pengguna anggaran dapat
melelangkan proses perencanaan.
Secara bagan dapat digambarkan
seperti bagan disajikan pada Gambar
II.1 sbb.,
Gambar II.1. Bagan Penyusunan
Pendanaan sebagai Usulan DIPA
II.4.2. Tahap Perencanaan
Secara umum, persyaratan teknis
bangunan gedung negara mengikuti
ketentuan yang diatur dalam:
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 36
Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung;
3. Keputusan Menteri Negara
Pekerjaan Umum Nomor
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan;
4. Keputusan Menteri Negara
Pekerjaan Umum Nomor
11/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 29/PRT/M/2006
tentang Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 30/PRT/M/2006
tentang Pedoman Teknis
Aksesibilitas dan Fasilitas pada
Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 06/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum
Penyusunan RTBL;
8. Peraturan daerah setempat tentang
bangunan gedung; serta
9. Standar teknis dan pedoman teknis
yang dipersyaratkan.
Persyaratan teknis bangunan gedung
negara harus dengan lengkap dan jelas
tertuang pada Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) dalam dokumen
perencanaan. Secara garis besar,
persyaratan teknis bangunan gedung
negara adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan Tata Bangunan dan
Lingkungan Persyaratan tata
bangunan dan lingkungan
bangunan gedung negara meliputi
ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi dalam pembangunan
bangunan gedung negara dari segi
tata bangunan dan lingkungannya.
Hal ini meliputi syarat peruntukan
dan intensitas bangunan gedung,
arsitektur bangunan gedung,
ketinggian maksimum bangunan,
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
13 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
kelengkapan sarana dan prasarana
bangunan, keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), dan
persyaratan pengendalian dampak
lingkungan sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan/atau Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kabupaten/Kota atau
Peraturan Daerah tentang
Bangunan Gedung
Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
2. Persyaratan Bahan Bangunan
Bahan bangunan untuk bangunan
gedung negara harus memenuhi
persyaratan dari Standar Nasional
Indonesia (SNI), diupayakan
menggunakan bahan bangunan
setempat/produksi dalam negeri,
termasuk bahan bangunan sebagai
bagian dari komponen bangunan
sistem fabrikasi.
3. Persyaratan Struktur Bangunan.
Struktur bangunan gedung negara
harus memenuhi persyaratan
keselamatan (safety) dan kelayanan
(serviceability) serta SNI
konstruksi bangunan gedung, yang
dibuktikan dengan analisis struktur
sesuai ketentuan.
4. Persyaratan Utilitas Bangunan.
Utilitas yang berada di dalam dan
di luar bangunan gedung negara
harus memenuhi persyaratan dari
SNI. Persyaratan ini dari sisi
kualitas air minum, metode
pembuangan air kotor, limbah dan
sampah, pembuatan saluran air
hujan, sarana pencegahan dan
penanggulangan bahaya
kebakaran, instalasi listrik,
penerangan dan pencahayaan,
penghawaan dan pengkondisian
udara, sarana transportasi dalam
bangunan gedung, sarana
komunikasi, sistem
penangkal/proteksi petir, instalasi
gas, kebisingan dan getaran,
sampai dengan aksesibilitas dan
fasilitas bagi penyandang cacat dan
yang berkebutuhan khusus.
5. Persyaratan Sarana Penyelamatan.
Setiap bangunan gedung negara
wajib memiliki kelengkapan sarana
penyelamatan dari bencana atau
keadaan darurat dengan memenuhi
persyaratan standar sarana
penyelamatan bangunan sesuai SNI
yang dipersyaratkan. Spesifikasi
teknis sarana penyelamatan
bangunan gedung negara meliputi
ketentuan-ketentuan: tangga
darurat, pintu darurat, pencahayaan
darurat dan tanda penunjuk arah
EXIT, koridor/selasar, sistem
peringatan bahaya, dan fasilitas
penyelamatan.
Sesuai peraturan menteri pekerjaan
umum dan perumahan rakyat bahwa
seluruh anggaran yang bersumber dari
APBD dan APBN perlu pendampingan
teknis yang berasal dari unsur
kementerian PUPR maka dalam
pembuatan Rencana anggaran biaya
harus juga mendapat persetujuan dari
team teknis kementrian PUPR.
Dipertegas lagi lewat Permen No. 22
Tahun 2018 Tentang Pembangunan
gedung Negara bahwa team teknis
memberi informasi/rujukan kepada
konsultan perencana tentang standar,
pedoman teknis yang berlaku untuk
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
14 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
perencanaan. Kerangka di atas bisa
digambarkan bagan alur pembuatan
RAB dari penyedia jasa perencanaan
dan monitoring dari team teknis
kementerian PUPR seperti dibawah ini.
II.5. Pelaksanaan Kontraktor
Dalam proses penawaran lelang
konstruksi, penawaran kontraktor
meliputi 3 (tiga) hal yaitu administrasi,
teknis dan biaya. Namun bahasan
dalam tulisan ini mengutamakan
mengenai penawaran biaya, dimana
estimasi biaya pada kontraktor berbeda
dengan estimasi perencana. Estimasi
kontraktor merupakan estimasi detail,
yaitu estimasi setelah mengetahui
desain dari konsultan perencana
(bestek dan gambar bestek), estimasi
dibuat lebih terperinci, detail dan teliti
karena sudah melakukan penghitungan
dari segala kemungkinan (melihat
medan, mempertimbangkan metode
pelaksanaan, mempunyai stok bahan-
bahan tertentu). Estimasi kontraktor
mencakup banyak hal yang meliputi
bermacam maksud dan kepentingan
bagi berbagai strata manajemen dalam
organisasi. Pemilik menggunakannya
sebagai alat bantu dalam hal
menentukan biaya investasi modal
yang harus ditanam. Estimasi biaya
adalah perhitungan kebutuhan biaya
yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai
dengan persyaratan atau kontrak.
Secara umum estimasi dapat dibagi
dalam 4 (empat) jenis , yaitu:
1. Estimasi kasar. Estimasi ini
dibutuhkan oleh pemilik untuk
memutuskan akanmelaksanakan
ide membangun proyek atau tidak.
Biasanya dalam hal ini, pemilik
dibantu dengan studi kelayakan.
2. Estimasi pendahuluan oleh
konsultan perencana. Estimasi ini
dilakukan setelah desain selesai
dibuat oleh konsultan
perencana.Estimasi ini lebih teliti
daripada estimasi yang
sebelumnya, sebab sudah ada
gambar dan RKS.
3. Estimasi detail oleh kontraktor.
Kontraktor membuat estimasi
setelah melihat desain dari
konsultan perencana (bestek dan
gambar bestek), estimasi ini dibuat
lebih terperinci detail dan teliti
dengan memperhitungkan segala
kemungkinan (melihat medan,
mempertimbangkan metode
pelaksanaan, mempunyai stok
bahan-bahan tertentu).
4. Biaya sesungguhnya setelah
proyek selesai. Bagi pemilik
sebetulnya fixed price yang
tercantum dalam kontrak
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
15 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
adalah yang terakhir, kecuali
dalam pelaksanaan terjadi
pekerjaan tambah dan kurang.
Bagi kontraktor nilai tersebut
adalah penerimaan yang fixed,
sedangkan pengeluaran yang
sesungguhnya (real cost) yaitu
segala yang dikeluarkan untuk
menyelesaikan proyek tersebut.
Besarnya real cost tersebut
hanya diketahui oleh kontraktor
sendiri.
Estimasi biaya kontraktor mencakup
analisis perhitungan dari lima unsur
utamanya, yaitu:
1. Biaya Material. Analisis meliputi
perhitungan seluruh kebutuhan
volume dan biaya material yang
digunakan untuk setiap komponen
bangunan,baik material pokok
maupun penunjang.
2. Biaya Tenaga Kerja. Estimasi
komponen tenaga kerja merupakan
aspek paling sulit dari keseluruhan
analisis biaya konstruksi. Banyak
sekali faktor berpengaruh yang
harus diperhitungkan antara lain
kondisi tempat kerja, ketrampilan,
lama waktu kerja, produktivitas
dan indeks biaya hidup setempat
3. Biaya Peralatan. Estimasi biaya
peralatan termasuk pembelian atau
sewa, mobilisasi, memasang,
membongkar dan pengoperasian
selama konstruksi berlangsung.
Karena menyangkut pembiayaan
mahal, maka untuk memilih
sesuatu peralatan harus dilihat
kebutuhan sebenarnya berdasarkan
kemampuannya, kapasitas, cara
operasi dan spesifikasi teknis
lainnya.
4. Biaya Tidak Langsung. Biaya tidak
langsung dibagi dua golongan yaitu
biaya umum (overhead) dan biaya
proyek. Pengelompokkan sebagai
biaya umum meliputi: sewa kantor,
gaji personil tetap kantor pusat dan
lapangan, telepon dan lainnya.
Sedangkan yang dikelompokkan
sebagai biaya proyek
pengeluarannya dapat dibebankan
pada proyek tetapi tidak
dimasukkan pada biaya material,
upah kerja atau peralatan.
5. Keuntungan Perusahaan. Nilai
keuntungan yang di dapat ole
perusahaan dinyatakan sebagai
persentase dari seluruh jumlah
pembiayaan.
Perbedaan estimasi perencana dengan
kontraktor adalah berada pada basic
data, perencana data koefisien upah
dan bahan berdasarkan lampiran
Permen PUPR dan turunannya dan
harga mengambil dari daftar harga atau
jurnal yang diterbitkan oleh pemerintah
daerah setempat. Sedangkan untuk
estimasi kontraktor koefisien bahan
dan upah berdasarkan metode
pelaksanaan yang akan diterapkan di
lapangan. Sedangkan untuk harga
bahan didapat dari survey lapangan dan
hasil evaluasi suplyer. Penawaran
kontraktor didalamnya termasuk
pengeluaran yang non materiil seperti
overhead, PPh dan keuntungan
sehingga koefisien yang ada pada
penawaran sifatnya tidak riil tetapi
sudah di markup.
III. Teknik Pengolahan Data
Analisis data menggunakan metode
analitis yaitu data yang sudah ada
diolah sedemikian rupa sehingga
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
16 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
menghasilkan hasil akhir yang dapat
disimpulkan. Penelitian dengan judul
“Kajian Komponen Pekerjaan
Bangunan Gedung Negara (Studi
Kasus Pembangunan Perpustakaan
Universitas Negeri Surakarta)” akan
meneliti hasil perencanaan dan hasil
pelaksanaan apakah telah sesuai
dengan standart permen No.
45/PRT/M/2017 atau terjadi
penyimpangan.
Analisis yang kedua dengan
menggunakan metode komparatif yaitu
metode yang bersifat membandingkan.
Pada penelitian ini variabelnya masih
mandiri tetapi untuk sampel yang lebih
dari satu atau dalam waktu yang
berbeda. Pada tahap analisis dilakukan
dengan memproses data kuesioner
sehingga diketahui seberapa jauh
pengaplikasian Permen PUPR Nomor
45/PRT/M/2017 dikalangan perencana
konstruksi dan pelaksana konstruksi
bangunan negara.
KUESIONER PENELITIAN
KAJIAN KOMPONEN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA
A. Identitas Responden
1. Nama email :
............................................
........................
B. Pengetahuan tentang
Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia
Nomor 45/PRT/M/2017 dan
22/PRT/M/2018
1. Dalam Organisasi pengadaan tahun
2013 - 2015 Bapak/Ibu menempati
posisi :……………….
2. Dalam Organisasi pengadaan tahun
2019 - 2020 Bapak/Ibu menempati
posisi :……………….
3. Apa yang Bapak/Ibu tau mengenai
permen PUPR no 45/PRT/M/2007
atau permen PUPR no
22/PRT/M/2018 atau
perubahannya ?....................
4. Apakah Bapak/Ibu dalam satu
tahun menangani lebih dari satu
paket pekerjaan Bangunan gedung
negara ?
o Ya
o Tidak
5. Apakah Bapak/Ibu bekerja
berpedoman dengan aturan
pemerintah yang mengatur tentang
pembangunan Bangunan Negara?
o Ya
o Tidak
6. Apakah anda mengetahui peraturan
mengenai proporsi komponen
pekerjaan bangunan gedung Negara
?
o Ya
o Tidak
7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui
Permen PUPR no 45/PRT/M/2007
atau Permen PUPR no
22/PRT/M/2018 tentang
Pembangunan Bangunan Gedung
Negara?
o Ya
o Tidak
8. Apakah Anda mengetahui
perubahan Permen PUPR nomor
45/PRT/M/2007 menjadi Permen
PUPR nomor 22/PRT/M/2018
tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara?
o Ya
o Tidak
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
17 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
9. Apakah Bapak/Ibu sudah
memahami point-point perubahan
dalam Permen PUPR nomor
22/PRT/M/2018 tentang
Pembangunan Bangunan Gedung
Negara?
o Ya
o Tidak
10. Apakah Bapak/Ibu sudah
menggunakan tentang
Pembangunan Bangunan Gedung
Negara dalam perencanaan?
o Ya
o Tidak
Dilakukan pula analisis terhadap data
RAB perencanaan Perpustakaan UNS
Surakarta dengan mengelompokkan
sesuai kelompok yang terdapat pada
permen. Kemudian dimasukkan
kedalam grafik yang sesuai dengan
standar permen PUPR.
Tabel III.2. Tabel komponen pekerjaan
pada hasil perencanaan
RAB pelaksanaan Pembangunan
Perpustakaan UNS Surakarta juga
dikelompokkan sesuai kelompok yang
terdapat pada permen yang sedang
berlaku. Kemudian dibuat grafik dan
dimasukkan kedalam grafik yang
sesuai dengan standar permen PUPR.
Tabel III.3. Tabel komponen pekerjaan
pada hasil penawaran kontraktor
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
18 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
IV. Studi Kasus Pembangunan
Perpustakaan UNS Surakarta
Gambaran Umum Proyek
Pembangunan perpustakaan UNS
Surakarta merupakan proyek yang
dibiayai dari anggaran pendapatan
belanja negara sehingga merupakan
bangunan gedung negara. Dibangun
dalam II tahap dimana tahap I
mengerjakan pekerjaan pondasi,
struktur lantai basement 1 sampai
dengan lantai 7 serta pekerjaan atap.
Sedangkan untuk tahap II
menyelesaikan pekerjaan finishing dari
lantai basement 1 sampai dengan lantai
atap, pekerjaan mekanikal dan
elektrikal serta bangunan powerhouse.
Pemilihan proyek pembangunan
perpustakaan UNS Surakarta karena
dibangun tahun 2014 dan 2015 yaitu
dimana 3 tahun setelah dibangun
terjadi perubahan peraturan menteri
pekerjaan umum dari permen PU no
45/PRT/M/2007 menjadi permen PU
no 22/PRT/M/2018 yaitu peraturan
menteri yang mengatur tentang
pembangunan gedung negara. Permen
PU no 45/PRT/M/2007 direvisi
menjadi permen PU no
22/PRT/M/2018 karena Permen PU no
45/PRT/M/2007 belum mengcaver
perkembangan teknologi bahan dan
perkembangan kota di negara republik
Indonesia.
Karena itulah penulis memilih proyek
pembangunan perpustakaan UNS
Surakarta sebagai sample apakah pada
proyek tersebut telah memakai bahan
bahan dengan teknologi terbaru sesuai
dengan permen 22/PRT/M/2018. Data
proyek pembangunan perpustakaan
UNS Surakarta adalah sebagai berikut :
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
19 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Lokasi bangunan
IV. 2 Pembahasan
IV.2.1 Persyaratan Teknis
Pembangunan Gedung Negara
Setiap pembangunan gedung negara
harus memenuhi persyaratan teknis
pembangunan bangunan gedung
negara . Persyaratan teknis
pembangunan bangunan gedung
negara adalah ketentuan mengenai
persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan
gedung yang bertujuan untuk
terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman,
dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna bangunan
gedung, serta efisien, serasi, dan
selaras dengan lingkungannya. Dalam
penelitian ini data bahan diambil dari
laporan akhir perencanaan yang telah
di sampaikan konsultan perencana
yaitu PT Yodya Karya (persero)
Cabang Utama semarang kepada
Pejabat Komitmen pembangunan
perpustakaan UNS Surakarta. Data
memuat seluruh bahan bahan utama
yang dijadikan spesifikasi teknis
sebagai dasar pelelangan
pembangunan. Evaluasi dilakukan
dengan membandingkan standart
perencanaan yang dilakukan PT Yodya
Karya (persero) Cabang Utama
Semarang dengan spesifikasi teknis
bangunan gedung pemerintah yang
berlaku pada tahun yang bersamaan
yaitu lampiran permen PU no
45/PRT/M/2007. Sesuai permen PU
no 45/PRT/M/2007 bahwa
perpustakaan UNS Surakarta
merupakan gedung pendidikan tinggi
dengan lebih dari 2 lantai dan luas lebih
dari 500M2 sehingga dikategorikan
sebagai bangunan tidak sederhana.
1. Persyaratan tata bangunan dan
lingkungan
2. Persyaratan bahan bangunan
3. Persyaratan struktur bangunan
4. Persyaratan utilitas dan prasaran
dan sarana dalam bangunan
5. Persyaratan sarana keselamatan
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
20 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Metode penyusunan rencana
anggaran biaya
Penyusunan rencana anggaran biaya
pada pembangunan perpustakaan UNS
Surakarta menggunakan metode WBS
(work breakdown struktur) dimana
biaya dikelompokkan menjadi 4
kelompok besar pada derajat 1 (satu)
yaitu :
1. Pekerjaan persiapan
2. pekerjaan struktur
3. pekerjaan arsitektur
4. pekerjaan Mekanikal & Elektrikal.
Gambar IV.4. Rab perencanaan
Gambar IV.5. Gambar sub rab struktur
perencanaan
Gambar IV.6. Gambar sub rab
arsitektur perencanaan
Gambar IV.7. Gambar sub rab
mekanikal&elektrikal perencanaan
Ada beberapa kaidah yang berbeda dari
hasil perencanaan PT Yodya Karya
(persero) Cabang Utama semarang
untuk pendefinisian pekerjaan terhadap
permen PU no 45/PRT/M/2007
sehingga perlu diselaraskan dalam
pengelompokan pekerjaan sesuai
kaidah dalam permen 45/PRT/M/2007
seperti :
A. Pekerjaan Standar
1. Pekerjaan pondasi meliputi seluruh
pekerjaan dibawah lantai basement.
Pada pembangunan perpustakaan
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
21 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
ini meliputi pondasi sumuran,
pondasi borpile, pile cap dan sloof
2. Pekerjaan struktur meliputi
pekerjaan struktur dari basement
sampai balok cincin (ring balok)
dibawah struktur atap dan atau
dibawah balok atap jika atapnya
terbuat dari beton. Pada
pembangunan perpustakaan ini
meliputi kolom, balok, plat dan
struktur tangga.
3. Pekerjaan lantai meliputi pekerjaan
yang melapisi lantai dari doop off,
lobby, ruang kerja, pelataran,
pelapis tangga, plin lantai.Pada
pembangunan perpustakaan ini
meliputi pasang keramik,
homogenius tile, batu alam roof
garden dan drop off
4. Pekerjaan dinding meliputi
pekerjaan dinding, partisi, pintu
dan jendela. Pada pembangunan
perpustakaan ini meliputi
pekerjaan dinding bata ringan,
pekerjaan partisi gypsum, pintu
jendela almunium,
5. Pekerjaan Plafond meliputi
pekerjaan penutup plafond, list
keliling, droup ceiling. Pada
pembangunan perpustakaan ini
meliputi penutup plafond gypsum.
6. Pekerjaan atap meliputi balok dan
lantai atap beton termasuk finishing
penyelesaian atap dan atau
konstruksi atap termasuk penutup
dan asesorice atap. Pada
pembangunan perpustakaan ini
meliputi Konstruksi baja WF anti
karat, penutup atap genteng metal
warna berpasir, penutup kaca
tempert 12mm dan penutup atap
konstruksi beton berikut pelapis
waterproofingnya
7. Utilitas meliputi semua jaringan
utilitas yang menyangkut
kepentingan masyarakat banyak
yang mempunyai sifat pelayanan
lokal maupun wilayah di luar
bangunan pelengkap dan
perlengkapan jalan, antara lain
jaringan listrik, jaringan telkom,
jaringan air bersih, jaringan
distribusi gas dan bahan bakar
lainnya, jaringan sanitasi, dan
sejenisnya tetapi yang diluar non
standart. Pada pembangunan
perpustakaan ini meliputi
aksesorise toilet seperti, kloset,
urinoir, wastafel,floordrain,
jetspray, kitchenzink dll. Pemipaan
air panas , air dingin, pipa vent,
pipa kotor dll.
8. Finishing meliputi pekerjaan
penyelesaian bangunan selain
pekerjaan diatas atau yang melekat
pada bangunan untuk
memperindah dan melengkapi
fungsi bangunan. Pada
pembangunan perpustakaan ini
meliputi pengecatan dinding,
pekerjaan dinding marmer ,
pekerjaan fasade bangunan,
pekerjaan railing tangga.
B. Pekerjaan Non Standart
1. Alat Pengkondisian Udara meliputi
pekerjaan instalasi tata udara/ AC
dan Exhause fan.
2. Elevator/Escalator
3. Tata Suara (Sound System)
4. Telepon dan PABX,
5. Instalasi IT (Informasi &
Teknologi) meliputi pekerjaan
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
22 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
instalasi kabel data komputer,
instalasi CCTV
6. Elektrikal (termasuk genset)
meliputi penyambungan daya PLN,
pengadaan genset, instalasi
penerangan, instalasi stop kontak ,
panel.
7. Sistem Proteksi Kebakaran
meliputi pekerjaan fire alarm,
instalasi hidrand & springkler,
pengadaan appar.
8. Sistem Penangkal Petir Khusus
9. Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL),
10. Interior (termasuk furniture),
11. Gas Pembakaran Gas Medis
12. Pencegahan Bahaya Rayap
13. Pondasi dalam Fasilitas
penyandang cacat & kebutuhan
khusus
14. Sarana/Prasarana Lingkungan
15. Pekerjaan basemen meliputi
pekerjaan diatas pondasi sampai
dengan dibawah balok lantai
dasar/lantai 1. Pada pembangunan
perpustakaan ini meliputi struktur
lantai basement dinding basement
dan penyelesaiaan arsitektur
basement dan M&E basement.
16. Peningkatan Mutu adalah
pekerjaan peningkatan penampilan
arsitektur dan peningkatan struktur
terhadap aspek keselamatan
bangunan. Dalam pembangunan
perpustakaan ini meliputi
pekerjaan fasade, pemasangan
granit dinding lift, perubahan lantai
keramik menjadi homogenius tile,
bata merah berubah menjadi bata
ringan, rangka usuk dan reng dari
kayu menjadi baja ringan, atap
genteng keramik berubah menjadi
kaca tempered.
Metode konversi dari WBS
perencanaan menjadi WBS permen PU
no 45/PRT/M/2007.
Untuk pekerjaan persiapan tetap tidak
dikonversi kedalam item pekerjaan
karena persiapan adalah pekerjaan
yang mendukung seluruh kegiatan jadi
tetap mejadi satu item pekerjaan .
Pekerjaan struktur yang terdiri dari 11
pekerjaan dikonvesi menjadi 3
pekerjaan sesuai WBS permen yaitu
menjadi :
1. Struktur bawah menjadi pekerjaan
pondasi.
2. Struktur lantai basement s/d
struktur lantai 7 menjadi pekerjaan
struktur.
3. Struktur atap dan pekerjaan lainnya
menjadi pekerjaan atap.
Gambar IV.8. Gambar rab struktur
perencanaan konversi
Pekerjaan arsitektur yang terdiri dari 11
pekerjaan dikonvesi menjadi 8
pekerjaan sesuai WBS permen yaitu
menjadi :
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
23 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Sedang untuk pekerjaan Mekanikal dan
Elektrikal yang terdiri dari 12
pekerjaan dikonvesi menjadi 9
pekerjaan sesuai WBS permen yaitu
menjadi
Secara keseluruhan dari hasil
perencanaan pembangunan
perpustakaan masing masing sub
bagian dikonversi sesuai WBS permen
menjadi sebagai berikut :
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
24 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Gambar IV.11. Gambar konversi rekap
rab perencanaan
Dari WBS sub bagian kemudian di
gabungkan sub bagian yang sama
menjadi item pekerjaan sesuai standart
WBS permen no 45/PRT/M/2007 :
Gambar IV.12. Gambar konversi rab
perencanaan
Setelah WBS sama baru bisa dibuatkan
prosentase pekerjaan untuk
dibandingkan kemudian dievaluasi
tingkat kesesuaian atau penyimpangan
dengan standart yang berada dalam
daftar permen pu no 45/PRT/M/2007
Gambar IV.13. Gambar hasil
prosentase perencanaan
Analisa komparatif dilakukan dengan
cara memasukkan komponen
prosentase item pekerjaan kedalam
posisi tabel.
Tabel IV.1 Tabel komposisi pekerjaan
standart hasil perencanaan
Komposisi pekerjaan standart tidak ada
perubahan antara permen no
45/PRT/M/2007 dan permen no
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
25 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
22/PRT/M/2018. Dan hasil
perbandingan diatas dari 8 item
pekerjaan utama pada pekerjaan
standart terdapat 3 item pekerjaan
komposisi proporsi berada dibawah
standart permen yang berlaku yaitu :
1. Pekerjaan Plafond dengan
prosentase 2.41% sementara
standart permen PU adalah 6 s/d 8
persen.
2. Pekerjaan Utilitas dengan
prosentase 2.46% sementara
standart permen PU adalah 5 s/d 8
persen.
3. Pekerjaan Finishing dengan
prosentase 9.09% sementara
standart permen PU adalah 10 s/d
15 persen.
Pekerjaan plafond dan utilitas
prosentasi terpaut jauh yaitu +/- hanya
50% dari yang standart yang berlaku
sedang pekerjaan finishing meskipun
dibawah hanya 10% perbedaannnya.
Pada pekerjaan standart terdapat 3 item
pekerjaan komposisi proporsi berada
dalam koridor standart permen yang
berlaku yaitu :
1. Pekerjaan pondasi dengan
prosentase 6.92% sementara
standart permen PU adalah 5 s/d 10
persen.
2. Pekerjaan lantai dengan prosentase
8.29% sementara standart permen
PU adalah 5 s/d 10 persen.
3. Pekerjaan dinding dengan
prosentase 9.51% sementara
standart permen PU adalah 7 s/d 10
persen.
Dan ada 2 (dua) pekerjaan yang diatas
standart yang berlaku yaitu :
1. Pekerjaan struktur dengan
prosentase 49.3% sementara
standart permen PU adalah 25 s/d
35 persen.
2. Pekerjaan atap dengan prosentase
11.51% sementara standart
permen PU adalah 8 s/d 10
persen.
Pada pekerjaan struktur perbedaannya
cukup siknifikan yaitu 14,3% dari
maximal 35% jadi lebih dari 40%
selisihnya
Tabel IV.2 Tabel komposisi pekerjaan
non standart hasil perencanaan
Komposisi pada pekerjaan non standart
terdapat 10 pekerjaan yang
komposisinya berubah dalam
perubahan permen dari no
45/PRT/M/2007 ke no
22/PRT/M/2018 yaitu : Pengkondisian
udara, Elevator, Tata suara, Telepon
dan PABX, Instalasi IT, Elektrikal,
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
26 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Sistem penangkal petir, Instalasi
pengolahan air limbah, Fasilitas
penyandang cacat dan Peningkatan
mutu. Dan terdapat 7 pekerjaan yang
tetap yaitu : Sistem proteksi kebakaran,
Interior, Gas pembakaran, gas medis,
pencegahan anti rayap, pondasi dalam
dan sarana prasarana lingkungan. Dan
terdapat 5 item pekerjaan baru yang
belum diatur dalam permen no
45/PRT/M/2007 yaitu : Komposisi
basement, IMB (ijin mendirikan
bangunan), penyiapan dan pematangan
lahan, greend building dan
penyambungan utilitas. Dari analisa
komparatif hasil perencanaan didapat
data 11 pekerjaan dibawah standart
permen no 45/PRT/M/2007 anatara
lain sebagai berikut :
1. Pekerjaan plafond didapat hasil
2,41%
2. Pekerjaan utilitas didapat hasil
2,46%
3. Pekerjaan finishing didapat hasil
9,09%
4. Pekerjaan alat pengkondisian udara
didapat hasil 7,25% .
5. Pekerjaan elevator didapat hasil
4.35% .
6. Pekerjaan tata suara didapat hasil
0.53% .
7. Pekerjaan Telepon dan PABX
didapat hasil 0.43%.
8. Pekerjaan Instalasi IT didapat hasil
0.9%
9. Pekerjaan proteksi kebakaran
didapat hasil 5.97%
10. Pekerjaan penangkal petir didapat
hasil 0.11%.
11. Pekerjaan peningkatan mutu
didapat hasil 7.45%
Terdapat 1 (satu) pekerjaan yang sesuai
dengan standart permen no
45/PRT/M/2007 yaitu Pekerjaan
Elektrikal dengan hasil 12.27%.
Dan terdapat 2 (dua) item pekerjaan
yang belum diatur dalam permen no
45/PRT/M/2007 yaitu komposisi
pekerjaan basement dan pengurusan
IMB (ijin mendirikan bangunan).
Komposisi hasil perencanaan
perpustakaan UNS Surakarta ini lebih
mendekati pada proporsi komposisi
permen 22/PRT/M/2018 meskipun ada
juga yang timpangnya terlalu jauh
seperti pekerjaan elevator yang didapat
hasil 4.35% dari 7% yang
distandartkan dan pekerjaan Instalasi
IT yang didapat hasil 0.9% dari
minimal 6% dari standart.
Metode konversi dari WBS
pelaksanaan menjadi WBS permen
PU no 45/PRT/M/2007.
Untuk konversi rencana anggaran
biaya kontraktor dilakukan 2 tahap,
karena pelaksanaan dilaksanakan 2
tahun anggaran yaitu tahun 2014 dan
2015. Untuk tahap I tahun 2014 dibagi
menjadi 4 kelompok besar yaitu :
1. Persiapan
2. Pekerjan Struktur,
3. Bangunan penunjang dan
4. Pekerjaan Mekanikal & Elektrikal
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
27 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Gambar IV.14. Gambar rab
pelaksanaan tahap I
Pada pekerjaan struktur poin II.11
pada pekerjaan lain lain terdapat
pekerjaan dinding dan pekerjaan
Utiltas sehingga jika dikonversikan
kedalam WBS sesuai permen PU
sebagai berikut :
sementara untuk pekerjaan mekanikal
elektrikal sub bagian dibawahnya
dibagi menjadi 5 sub bagian yaitu :
1. Pekerjaan Listrik, Pekerjaan
2. Penyalur petir,
3. Pekerjaan instalasi air bersih,
4. Pekerjaan pembuangan air hujan
dan
5. Pekerjaan instalasi Hidran
Gambar IV.16. Gambar sub rab M&E
tahap I
Jadi pelaksanaan tahun anggaran 2014
jika dikonversikan ke permen menjadi
sebagai berikut :
Pekerjaan tahap II lebih dominan pada
pekerjaan Arsitektur dan Mekaikal
Elektrikal. Rekapitulasi pekerjaan tahun
anggaran 2015 adalah sebagai berikut :
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
28 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Untuk struktur terbagi menjadi 4 sub
struktur pada derajat 2 yaitu :
1. Pekerjaan pondasi
2. Pekerjaan Struktur
3. Pekerjaan atap
4. Pekerjaan Sarana dan prasarana
Untuk pekerjaan struktur sudah bisa
masuk kedalam konversi standart
permen karena item pekerjaan sudah
ada pada daftar WBS permen.
Pekerjaan arsitektur dibagi lagi menjadi
11 kelompok pada derajat 2 (dua) yaitu
1. Pekerjaan Arsitektur lantai basement
2. Pekerjaan Arsitektur lantai 1
3. Pekerjaan Arsitektur lantai 2
4. Pekerjaan Arsitektur lantai 3
5. Pekerjaan Arsitektur lantai 4
6. Pekerjaan Arsitektur lantai 5
7. Pekerjaan Arsitektur lantai 6
8. Pekerjaan Arsitektur lantai 7
9. Pekerjaan Arsitektur Ruang lift
10. Pekerjaan Penutup atap
11. Pekerjaan Fasade luar
12. Pekerjaan renovasi bangunan lama
Pekerjaan Mekanikal & Elektrikal
dibagi menjadi 12 sub item pada derajat
2 yaitu
1. Mekanikal & Elektrikal lantai
basement
2. Mekanikal & Elektrikal lantai 1
3. Mekanikal & Elektrikal lantai 2
4. Mekanikal & Elektrikal lantai 3
5. Mekanikal & Elektrikal lantai 4
6. Mekanikal & Elektrikal lantai 5
7. Mekanikal & Elektrikal lantai 6
8. Mekanikal & Elektrikal lantai 7
9. Mekanikal & Elektrikal lantai atap
10. Pressurrized Fan
11. Elevator
12. Test sistem M&E
Pekerjaan arsitektur yang terdiri dari 12
pekerjaan dikonvesi menjadi 5
pekerjaan sesuai WBS permen yaitu
menjadi :
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
29 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Secara keseluruhan pekerjaan tahap II
dikonversi sesuai WBS permen adalah
sebagai berikut
Setelah WBS sama baru bisa dibuatkan
prosentase pekerjaan untuk
dibandingkan kemudian dievaluasi
tingkat kesesuaian atau penyimpangan
dengan standart yang berada dalam
daftar permen pu no 45/PRT/M/2007
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
30 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Analisa komparatif dilakukan dengan
cara memasukkan komponen prosentase
item pekerjaan kedalam posisi tabel.:
Komposisi pekerjaan standart tidak ada
perubahan antara permen no
45/PRT/M/2007 dan permen no
22/PRT/M/2018. Dan hasil
perbandingan diatas dari 8 item
pekerjaan utama pada pekerjaan
standart terdapat 2 item pekerjaan
komposisi proporsi berada dibawah
standart permen yang berlaku yaitu :
1. Pekerjaan Plafond dengan
prosentase 2.17% sementara
standart permen PU adalah 6 s/d 8
persen.
2. Pekerjaan Utilitas dengan
prosentase 3.62% sementara
standart permen PU adalah 5 s/d 8
persen.
Pekerjaan plafond dan utilitas prosentasi
terpaut jauh yaitu +/- hanya 50% dari
yang standart yang berlaku sedang
pekerjaan finishing meskipun dibawah
hanya 10% perbedaannnya.
Pada pekerjaan standart terdapat 4 item
pekerjaan komposisi proporsi berada
dalam koridor standart permen yang
berlaku yaitu :
1. Pekerjaan pondasi dengan
prosentase 8.42% sementara
standart permen PU adalah 5 s/d 10
persen.
2. Pekerjaan lantai dengan prosentase
6.80% sementara standart permen
PU adalah 5 s/d 10 persen.
3. Pekerjaan dinding dengan
prosentase 9.17% sementara
standart permen PU adalah 7 s/d 10
persen.
4. Pekerjaan finishing dengan
prosentase 15.00% sementara
standart permen PU adalah 10 s/d
15 persen.
Dan ada 2 (dua) pekerjaan yang diatas
standart yang berlaku yaitu :
1. Pekerjaan struktur dengan
prosentase 40.00% sementara
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
31 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
standart permen PU adalah 25 s/d
35 persen.
2. Pekerjaan atap dengan prosentase
10.67% sementara standart permen
PU adalah 8 s/d 10 persen.
Dari analisa komparatif hasil
pelaksanaan didapat data 8 pekerjaan
dibawah standart permen no
45/PRT/M/2007 dan no
22/PRT/M/2018 anatara lain sebagai
berikut :
1. Pekerjaan alat pengkondisian udara
didapat hasil 5.22% .
2. Pekerjaan elevator didapat hasil
6.03% .
3. Pekerjaan tata suara didapat hasil
0.43% .
4. Pekerjaan Telepon dan PABX
didapat hasil 0.35%.
5. Pekerjaan Instalasi IT didapat hasil
0.74%
6. Pekerjaan penangkal petir didapat
hasil 0.16%.
7. Pekerjaan peningkatan mutu
didapat hasil 7.45%
Terdapat 2 (dua) pekerjaan yang sesuai
dengan standart permen no
45/PRT/M/2007 dan no
22/PRT/M/2018 yaitu
1. Pekerjaan Sistem proteksi
kebakaran dengan hasil 8,65%
2. Sarana prasarana lingkungan
dengan hasil 3.20%.
Dan terdapat 2 (dua) item pekerjaan
yang belum diatur dalam permen no
45/PRT/M/2007 yaitu komposisi
pekerjaan basement dan pengurusan
IMB (ijin mendirikan bangunan).
Komposisi hasil pelaksanaan
perpustakaan UNS Surakarta ini lebih
mendekati pada proporsi komposisi
permen 22/PRT/M/2018 meskipun ada
juga yang timpangnya terlalu jauh
seperti pekerjaan Instalasi IT yang
didapat hasil 0.74% dari minimal 6%
dari standart.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian mengenai
komposisi pekerjaan pembangunan
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
32 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
perpustakaan UNS Surakarta ini
dapat penulis simpulkan sebagai
berikut : Persyaratan teknis
bangunan.
a. Dalam persyaratan tata
bangunan dan lingkungan tidak
menghitung tentang intensitas
bangunan sebagai kawasan
yang berada dalam komplek
kampus.
b. Persyaratan bahan bangunan
telah memakai bahan bahan
yang belum distandartkan
dalam permen PU no
45/PRT/M/2007. Antara lain :
bata ringan, homogenius
tile, atap kaca tempred,
alumunium composite panel,
batu granite dinding dan kasau
sertareng dari baja ringan. Dan
tidak ada pengajuan usulan
biaya ke dinas teknis terkait,
hanya berdasarkan analisa
berdasarkan harga pasar.
c. Persyaratan utilitas telah
terencana dengan baik, baik
utilitas pencegahan bahaya
kebakaran, transportasi, dan
fasilitas lingkungan.
d. Komponen pekerjaan pada
perencanaan perpustakaan
banyak terjadi penyimpangan
baik terlalu rendah maupun
lebih tinggi dari standart yang
disyaratkan.
2. Besaran penyimpangan komponen
pekerjaan adalah :
a. Proporsi komponen pekerjan
sesuai adalah 4 item = 23.5
b. Proporsi komponen pekerjan
tidak sesuai adalah 17 item =
76.5%
3. Hasil komponen pekerjaan
perencanaan perpustakaan
dibandingkan proporsi yang tertera
pada permen no 45/PRT/M/2007
adalah :
a. Sesuai proporsi 4 pekerjaan.
b. Tidak sesuai proporsi 13
pekerjaan jika dibandingkan
proporsi yang tertera pada
permen no 22/PRT/M/2018
1) Sesuai proporsi 8
pekerjaan. Tidak sesuai
proporsi 11 pekerjaan
2) Sehingga bisa disimpulkan
bahwa proporsi komponen
pekerjaan pada
pembangunan
perpustakaan UNS
Surakarta lebih dekat
dengan proporsi yang
tertera pada permen no
22/PRT/M/2018
4. Adalah tepat permen
45/PRT/M/2007 dilakukan revisi
menjadi permen no
22/PRT/M/2018 untuk
memasukkan produk produk hasil
dari perkembangan teknologi yang
menghasilkan produk yang lebih
efisien dan lebih bermutu .
V.2. Saran – saran
1. Hasil penelitian menunjukkan
proporsi komponen pekerjaan yang
menyimpang terlalu besar perlu
evaluasi, evaluasi bisa mengenai
komponennya atau jenis
bangunan gedungnya lebih
diperinci agar dikelompokkan
gedung yang sejenis.
2. Bagi penyedia jasa konstruksi agar
lebih tertib administrasi, karena
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
33 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
pada penelitian pembangunan
perpustakaan terdapat material
yang diluar standart tetapi tidak ada
persetujuan atau ijin dari dinas
teknis terkait,
3. Bagi penyedia jasa konstruksi pada
penghitungan akhir agar
memperhatikan koridor yang
tertera sesuai permen yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Alisyahbana, Iskandar. (2000)
: Teknologi dan Perkembangan.
Jakarta : Yayasan Idayu
Arruan, A., Sompie, B. F., Sibi, M., dan
Pratasis, P. (2014) : Analisis
Koefisien Harga Satuan Tenaga
Kerja di Lapangan dengan
Membandingkan Analisis SNI dan
Analisis BOW pada Pembesian
dan Bekisting Kolom. Jurnal Sipil
Statik, 2(2), 81–93.
Astana, I. N. Y. (2017) : Estimasi Biaya
Konstruksi Gedung dengan Cost
Significant Model. Jurnal Riset
Rekayasa Sipil, 1(1), 7.
https://doi.org/10.20961/jrrs.v1i1.
14706
Astari, Mutiara. (2014) : Studi
Perbandingan Analisis Biaya
Pekerjaan Struktur Beton Metode
AHSP dan Penawaran Kontraktor.
Skripsi Sarjana Teknik, Institut
Pertanian Bogor, Bogor. skripsi
https://repository.ipb.ac.id/handle
/123456789/74401
Devin, R., dan Gondokusumo, O.
(2017) : Analisis Biaya
Preliminaries Proyek Bangunan
Gedung Bertingkat (Studi Pada
Perusahaan Kontraktor X). Jurnal
Muara Sains Teknologi
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan 1
(1), 261–271.
https://doi.org/10.24912/jmstkik.v
1i1.438.
Tinjauan Modul Tehkik Penyusunan
HPS/OE
http://luk.staff.ugm.ac.id/phk/adm
/2004/PenyusunanHPS.pdf
Halim, C., Maximilian, Proboyo, B.,
dan Santoso, I. (2015) : Proporsi
Komponen Biaya Harga Bahan,
Upah dan Alat pada Proyek
Konstruksi Bangunan Tinggi.
Jurnal Dimensi Pratama Teknik
Sipil, August .
Handayani, F.S., Sugiyarto., dan
Panuwun, R.T. (2015) :
Komponen Biaya yang
Mempengaruhi Estimasi Biaya
Peningkatan Jalan Provinsi Fajar.
Jp. Teknik Sipil. https://www.e-
jurnal.com/2016/08/komponen-
biaya-yang-mempengaruhi.html
Mulyadi, L., Iskandar, T., dan Haryoto,
D. (2013) : Faktor–Faktor yang
Mempengaruhi Kegagalan Tujuan
Pembangunan Gedung Bertingkat
(Studi Kasus: Pembangunan
Rumah Susun Kaligawe Di
Semarang). Jurnal Info
Manajemen Proyek, 4(1), 1–13.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 22
Agus Maryudi dan Bambang Priyambodo, Kajian Komponen Pekerjaan Bangunan …..
34 Jurnal Sain dan Teknologi TEKNIK UTAMA, Edisi khusus, No 3, Oktober 2020
Tahun 2018 tentang Pedoman
Pembangunan Gedung Negara
Sutirto, S. (2018) : Faktor Penyebab
Terjadinya Inflasi Kerugian
Pelaksanaan Pekerjaan Fisik Jasa
Konstruksi. JUTEKS - Jurnal
Teknik Sipil, 2(2), 169.
https://doi.org/10.32511/juteks.v2
i2.171
top related