kajian etnobotani masyarakat di sekitar taman nasional gunung merapi studi kasus di desa umbulharjo...
Post on 05-Jan-2016
92 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KAJIAN ETNOBOTANI MASYARAKAT DI SEKITAR
TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak)
ALVIAN FEBRY ANGGANA
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
KAJIAN ETNOBOTANI MASYARAKAT DI SEKITAR
TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak)
ALVIAN FEBRY ANGGANA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
ALVIAN FEBRY ANGGANA (E34060571). Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak), dibimbing oleh SISWOYO dan ERVIZAL A. M. ZUHUD
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memiliki luas total kawasan
seluas 6.410 ha, dengan rincian: di Provinsi Jawa Tengah 5.126,01 ha dan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1.283,99 ha. Dengan melihat potensi tumbuhan di kawasan TNGM dan budaya masyarakat di sekitar kawasan TNGM (dalam hal pemanfaatan tumbuhan) memungkinkan adanya interaksi masyarakat dengan kawasan tersebut. Oleh karena itu kajian etnobotani masyarakat di sekitar kawasan TNGM perlu dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mengidentifikasi macam-macam pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar TNGM dan mengetahui bentuk interaksi masyarakat sekitar dengan potensi keanekaragaman tumbuhan di kawasan TNGM.
Penelitian ini dilaksanakan pada 4 (empat) Desa di sekitar wilayah kawasan TNGM, meliputi Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak. Waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 bulan mulai dari bulan Juni sampai Agustus 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: wawancara, pembuatan herbarium, serta pengolahan data dan analisis data. Data-data yang dikumpulkan berupa data primer (etnobotani) dan data sekunder (kondisi umum lokasi). Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan responden (masyarakat yang berada di sekitar TNGM) sedangkan data sekunder dilakukan melalui studi literatur.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa karakteristik responden di sekitar TNGM sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, dan berpendidikan rendah (sekolah dasar), dengan tingkat umur terbesar yaitu 16-40 tahun. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebanyak 103 jenis, dan dapat dibedakan ke dalam sebelas kelompok kegunaan, yaitu tumbuhan obat (47 jenis), hias (11 jenis), aromatik (7 jenis), pangan (40 jenis), pakan ternak (7 jenis), pestisida nabati (4 jenis), pewarna dan tanin (2 jenis), kayu bakar (10 jenis), upacara adat (20 jenis), bahan bangunan (13 jenis) dan bahan tali, anyaman dan kerajinan (6 jenis).
Masyarakat di sekitar TNGM memiliki tingkat interaksi dengan gunung merapi yang cukup erat. Hal ini dapat dilihat dari sosial dan budaya yang berkembang.
Saran yang perlu dilakukan dari hasil penelitian ini adalah pengembangan lebih lanjut tentang pemanfaatan tumbuhan berguna guna meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar TNGM, terutama setelah terjadi erupsi gunung merapi dengan melalui budidaya jenis-jenis berbasis pengetahuan tradisional masyarakat. Kata kunci: Etnobotani, TNGM, Pemanfaatan tumbuhan, Interaksi
SUMMARY ALVIAN FEBRY ANGGANA (E34060571). The Study of Ethnobotany Community in around Mount Merapi National Park (Case Study in Village Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo and Ngablak), supervised by SISWOYO and ERVIZAL A. M. ZUHUD
Mount Merapi National Park (TNGM) has total an area about 6410 ha, with the details: in Central Java Province about 5126.01 ha and in Province of Yogyakarta Special Region about 1283.99 ha. By looking at the potential of plants and community culture in TNGM region (in the terms of plant utilization) allows interaction between community and that region. Therefore, the study of ethnobotany community around TNGM region needs to be done.
The purpose of this study are to know and identify the various utilization of plants by community around TNGM and also to know kind of interaction between community and potential plant diversity in TNGM region.
The research was conducted in 4 (four) villages in the surround TNGM region included the Village Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo and Ngablak. This research carried out about 2 months that started from June to August 2010. The method used in this research was a field survey. The activities undertaken in this research included interviews, making of herbarium, data processing and data analysis. The data was collected in the form of primary data (ethnobotany) and secondary data (general conditions of the location). Primary data collection techniques was conducted through interviews with the respondents (people around TNGM) whereas secondary data was done through literature studies.
Based on research results, indicate that the characteristics of respondents in the surround TNGM that most livelihood as farmers and low educated (Elementary School), with the largest age rate is 16-40 years. Plants that used by the community about 103 kinds, and can be differentiated into eleven groups of functions, namely medicinal plants (47 kinds), ornamental (11 kinds), aromatic (7 kinds), food (40 kinds), fodder (7 kinds), botanical pesticides (4 kinds), dyes and tannins (2 kinds), firewood (10 kinds), ceremonies (13 kinds), building materials (20 kinds) and also rope materials, wicker and crafts (6 kinds).
Community around TNGM has a level of interaction with Merapi volcano which close enough. This can be seen from the social and cultural developing.
The suggestion needs to be done from this study results is further development of the useful plants utilization in order to increase the community income around TNGM, especially after Mount Merapi eruption through kinds cultivation based on traditional knowledge of the society.
Key words: Ethnobotany, TNGM, Plant utilization, Interaction
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar TNGM (Studi kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Alvian Febry Anggana
NIM E3406071
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Kajian Etnobotani Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak)
Nama Mahasiswa : Alvian Febry Anggana
NRP : E34060571
Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas : Kehutanan
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ir. Siswoyo, M.Si Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS
NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19590618 198503 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS
NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, yang tak terkira, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan baik. Sholawat serta
salam semoga tetap kita curahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad saw,
beserta keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada para pengikutnya yang
senantiasa setia sampai akhir zaman.
Skripsi ini merupakan laporan akhir dari penelitian yang berjudul “Kajian
Etnobotani Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi
Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak)”. Skripsi ini
merupakan syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan dalam program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Penelitian ini dilakukan bulan Juni-Agustus 2010 atas bimbingan Bapak
Ir. Siswoyo, M.Si dan Bapak Prof. Dr Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
pengelola TNGM dan masyarakat sekitar Gunung Merapi untuk bersama-sama
bekerjasama dalam pengelolaan kawasan konservasi. Penulis menyadari karya
ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik akan penulis
terima dengan tangan terbuka. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi seluruh lapisan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup kita
dimasa kini, dan masa akan datang.
Bogor, Februari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Klaten, tanggal 11 Februari 1989 sebagai anak pertama dari lima bersaudara pada keluarga Margana dan Naniek Yuliaty. Penulis masuk pendidikan sekolah dasar pada tahun 1994 di SD Negeri 1 Delanggu hingga tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 1 Solo. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah umum di
SMU Negeri 1 Solo dan lulus tahun 2006.
Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Saringan Masuk IPB (USMI). Kemudian pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif diantaranya adalah Himakova (2006-sekarang), Paguyuban Mahasiswa Solo (AYUMAS) dari tahun 2006 hingga sekarang.
Pada tahun 2008 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Baturaden-Cilacap. Tahun 2009 penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi dan melaksanakan Praktek Magang di BKPH Lawu Selatan, KPH LAWU Ds. Tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi, Provinsi Jawa Tengah dan DIY.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada tahun 2010 penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak)”. Di bawah bimbingan Bapak Ir. Siswoyo, M.SI dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya bagi
seluruh ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW dan
seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah sampai akhir jaman, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Mama dan Papa tercinta “kalianlah inspirasiku”, Oma “Thank’s for the gen”,
adik-adikku tersayang, Eyang Putri, Eyang Kakung dan seluruh keluarga besar
atas doa yang tulus, dukungan, bantuan moral, spiritual dan materiil, serta kasih
sayang dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini .
2. Bapak Ir. Siswoyo M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS atas
bimbingan, arahan, motivasi, petunjuk dan waktu yang telah diberikan kepada
penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Bahruni, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Manajemen
Hutan, Bapak Ir. Trisna Priadi, M.Eng.Sc sebagai dosen penguji dari Departemen
Hasil Hutan, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr dari
Departemen Silvikultur yang telah menguji dan memberikan masukan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
4. Pengelola TNGM ( Bapak Tri, Bapak Irwan, Bapak Saifullah, Bapak Dhani dan
Ibu Silvi).
5. Ariesta dan Laily terimakasih atas doa dan dukungan yang telah kalian berikan.
6. Seluruh Masyarakat sekitar hutan TNGM beserta rimbawan-rimbawan yang telah
berjasa kepada penulis selama pengambilan data dilapangan.
7. Arga, Junef, Yunus dan Pande terima kasih bantuan dan motivasi kepada penulis.
8. Keluarga besar KSHE 43 dan rekan Corps Rimbawan Fahutan Asik atas doa,
dukungan, dan bantuan teman-teman dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.
9. Semua pihak yang belum disebutkan yang telah membantu, mendukung, dan
memotivasi penulis.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN……………………………. ..................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian ................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etnobotani .............................................................................. 3 2.2 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia ......... 3 2.3 Sistem Pengetahuan Tradisional ............................................ 4 2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Berguna .......................................... 4
2.4.1 Tumbuhan obat .............................................................. 5 2.4.2 Tumbuhan hias ............................................................... 6 2.4.3 Tumbuhan aromatik ....................................................... 6 2.4.4 Tumbuhan pangan .......................................................... 6 2.4.5 Tumbuhan pakan ternak ................................................. 7 2.4.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati ............................ 7 2.4.7 Tumbuhan bahan pewarna ............................................. 7 2.4.8 Tumbuhan bahan bangunan, anyaman dan kerajinan .... 8 2.4.9 Tumbuhan ritual adat dan keagamaan............................ 8 2.4.10 Tumbuhan penghasil kayu bakar ................................... 9
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ................................................................. 10 3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 10 3.3 Metode .................................................................................. 11 3.3.1. Pengumpulan data ........................................................... 11 3.3.2. Identifikasi spesies tumbuhan berguna ........................... 14 3.3.3. Kriteria tumbuhan berguna potensial .............................. 14 3.3.4. Analisis data .................................................................... 14
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Fisik Kawasan ............................................................ 19 4.1.1. Sejarah, letak dan luas ..................................................... 19 4.1.2. Topografi ......................................................................... 19 4.1.3. Tanah dan geologi ........................................................... 20 4.1.4. Iklim ................................................................................ 20 4.2 Potensi Biotik ............................................................................ 21 4.2.1. Flora .................................................................................. 21
viii
4.2.2. Fauna ................................................................................ 22 4.3. Potensi Wisata Alam ................................................................. 23 4.4. Kondisi Sosial Ekonomi ............................................................ 23 4.4.1. Batas wilayah desa ............................................................ 24 4.4.2. Jumlah penduduk .............................................................. 24 4.4.3. Kelas umur ........................................................................ 25 4.4.4. Tingkat pendidikan ........................................................... 25 4.4.5. Mata pencaharian .............................................................. 26
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden ............................................................ 27 5.1.1. Tingkat pendidikan .......................................................... 27 5.1.2. Mata pencaharian ............................................................. 28 5.1.3. Kelas umur ....................................................................... 30 5.1.4. Jenis kelamin .................................................................... 31 5.2. Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat di sekitar TNGM .... 31
5.2.1. Keanekaragaman hayati tumbuhan berguna berdasarkan habitusnya ........................................................................ 31
5.2.2. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili .............. 32 5.2.3. Bagian tumbuhan yang digunakan .................................. 33 5.2.4. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan kelompok manfaat/kegunaan oleh masyarakat di sekitar TNGM ..... 34 5.2.4.1. Tumbuhan obat..................................................... 35 5.2.4.2. Tumbuhan hias ..................................................... 38 5.2.4.3. Tumbuhan aromatik ............................................. 40 5.2.4.4. Tumbuhan penghasil pangan............................... 41 5.2.4.5. Tumbuhan penghasil pakan ternak ....................... 42 5.2.4.6. Tumbuhan penghasil pestisida nabati .................. 43 5.2.4.7. Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin ... 44 5.2.4.8. Tumbuhan penghasil kayu bakar ......................... 44 5.2.4.9. Tumbuhan keperluan upacara adat ....................... 46 5.2.4.10 Tumbuhan penghasil bahan bangunan ................. 47 5.2.4.11Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan 48
5.3. Interaksi Masyarakat Sekitar Dengan Kawasan TNGM .......... 49 5.3.1. Norma-norma masyarakat di sekitar TNGM .................. 51 5.3.2. Upacara nyadran ............................................................. 52 5.3.3. Upacara labuhan ............................................................. 53 5.3.4. Pengembangan spesies unggulan .................................... 54
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan .............................................................................. 55 6.2. Saran ......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 56
LAMPIRAN .................................................................................................. 65
ix
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Jenis dan metode pengumpulan data ....................................................... 11 2. Jumlah responden yang diwawancarai di sekitar TNGM ....................... 13 3. Klasifikasi kelompok kegunaan sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan ..................................................................................... 15 4. Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaannya ......................................................................... 15 5. Empat zona pemanfaatan wisata ............................................................. 23 6. Batas-batas wilayah lokasi penelitian ..................................................... 24 7. Jumlah penduduk .................................................................................... 24 8. Kelas umur .............................................................................................. 25 9. Tingkat pendidikan ................................................................................. 25 10. Mata pencaharian .................................................................................... 26 11. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal ................. 27 12. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian .............................. 28 13. Harga jual beberapa komoditas pertanian ............................................... 29 14. Tipologi masyarakat berdasarkan karakteristik kelompok umur ........... 30 15. Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM ...................................................................... 32 16. Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan ...................................................................................... 33 17. Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan kelompok manfaat/kegunaan ....... 34 18. Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan lokasi ... 34 19. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ..................................................................................... 37 20. Daftar produk olahan tumbuhan obat masyarakat di sekitar TNGM ...... 38 21. Daftar jenis tumbuhan hias yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM .................................................................................................... 39 22. Daftar jenis tumbuhan bahan aromatik yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM ..................................................................................... 40 23. Beberpa jenis tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ..................................................................................... 41 24. Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM ......................................................................................... 42 25. Daftar jenis tumbuhan sebagai penghasil pestisida nabati yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM ........................................... 43 26. Daftar jenis tumbuhan penghasil pewarna dan tannin yang masyarakat di sekitar TNGM .................................................................. 44 27. Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ................................................................. 45 28. Daftar jenis tumbuhan keprluan upacara adat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM .................................................................. 46
x
29. Daftar jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan TNGM sebagai bahan bangunan ............................................................ 47 30. Jenis tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan ....................................... 48 31. Aturan-aturan adat masyarakat terhadap pemanfaatan tumbuhan di dalam kawasan TNGM ........................................................................... 51 32. Daftar jenis tumbuhan unggulan yang terdapat di kawasan TNGM ....... 54
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Peta lokasi penelitian di 4 (empat) desa di sekitar TNGM ..................... 10 2. Metode snowball ..................................................................................... 12 3. Wawancara dengan Mbah Marijan ......................................................... 12 4. Sawah masyarakat ................................................................................... 30 5. Tanaman salak di pekarangan ................................................................. 30 6. Contoh aktivitas masyarakat ................................................................... 31 7. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili ..................................... 33 8. Jumlah bagian tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM berdasarkan famili ......................................................... 35 9. Jumlah jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ......................................................................................... 36 10. Jumlah bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TNGM ......................................................................................... 36 11. Beberapa contoh tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di TNGM .................................................................................................... 38 12. Beberapa contoh jenis tumbuhan hias ..................................................... 40 13. Pengepakan hasil panen .......................................................................... 42 14. Gula jawa berasal dari kelapa ................................................................ 42 15. Tesek (Dodonea viscosa) ........................................................................ 47 16. Bambu apus (Gigantochloa apus) ........................................................... 48 17. Pengerajin bambu .................................................................................... 49 18. Kesenian Jaka tua .................................................................................... 49 19. Kegiatan masyarakat pada saat upacara nyadran .................................... 53 20. Kegiatan masyarakat pada saat upacara labuhan .................................... 54
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM ................ 61 2. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat di sekitar TNGM .... 66 3. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan di sekitar TNGM 68 4. Kuisioner kajian potensi tumbuhan berguna ........................................... 70 5. Kuisioner masyarakat terhadap keberadaan TNGM ............................... 74 6. Data karakteristik responden masyarakat Desa Umbulharjo .................. 76 7. Data karakteristik responden masyarakat Desa Sidorejo ........................ 77 8. Data karakteristik responden masyarakat Desa Wonodoyo .................... 78 9. Data karakteristik responden masyarakat Desa Ngablak ........................ 79
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terletak di Kabupaten
Magelang, Boyolali, dan Klaten, Provinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Sleman,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas total kawasan TNGM seluas 6.410
ha, dengan rincian : di Provinsi Jawa Tengah seluas 5.126,01 ha dan di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta seluas 1.283,99 ha (TNGM 2009).
Kawasan TNGM memiliki potensi keanekaragaman hayati berupa
tumbuhan dan satwa liar. Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di wilayah
tersebut sebanyak 72 jenis, cendawan sebanyak 43 jenis, dan satwaliar sebanyak
jenis 8 jenis mamalia dan 147 jenis burung (TNGM 2009).
Berdasarkan etnis/sukunya, masyarakat di desa-desa sekitar TNGM dapat
dikelompokkan kedalam 2 (dua) macam, yaitu Etnis Jawa dengan adat-istiadat
Jawa Tengah dan Etnis Jawa dengan adat-istiadat Yogyakarta. Kedua kelompok
masyarakat Etnis Jawa tersebut diduga memiliki budaya yang masih memiliki
nilai-nilai kearifan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan,
Dengan melihat potensi tumbuhan di kawasan TNGM dan budaya
masyarakat di sekitar kawasan TNGM dalam pemanfaatan tumbuhan
memungkinkan adanya interaksi masyarakat dengan kawasan tersebut, namun
data dan informasi tentang jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat dan tingkat interaksinya belum tersedia.
Adanya pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar di kawasan
TNGM sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari kepada masyarakat di sekitar TNGM, hal tersebut merupakan
pengetahuan yang sangat berharga dan merupakan kekayaan budaya yang perlu
digali agar pengetahuan tradisional tersebut tidak hilang.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dan dalam rangka menunjang
upaya pelestarian dan pemanfaatannya maka kajian etnobotani oleh masyarakat di
sekitar kawasan TNGM ini perlu dilakukan.
2
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan mengidentifikasi pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di
sekitar TNGM.
2. Mengetahui interaksi masyarakat sekitar dengan keanekaragaman tumbuhan di
kawasan TNGM.
1.3 Manfaat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh data dan informasi
yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak pengelola TNGM bersama
masyarakat dalam menyusun kebijakan terkait dengan pelestarian pemanfaatan
tumbuhan di kawasan tersebut.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani
Chandra (1990) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992) menyebutkan
bahwa etnobotani berasal dari dua kata, yaitu etnos (berasal dai bahasa Yunani)
yang berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan. Menurut
Soekarman dan Riswan (1992) istilah etnobotani sebenarnya sudah lama dikenal,
etnobotani sebagai ilmu mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional
oleh suku-suku terkecil, saat ini menjadi perhatian banyak pakar karena
keberadaanya dan statusnya. Rifai dan Waluyo (1992) mengemukakan bahwa
etnobotani adalah mendalami hubungan budaya manusia dengan alam nabati
sekitarnya. Dalam hal ini diutamakan pada persepsi dan konsepsi budaya
kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan tentang tumbuhan
yang dimanfaatkan di dalam masyarakat tersebut.
Status etnobotani sebagai ilmu tidak mengalami masalah, akan tetapi
status obyek penelitiannya sangat rawan karena cepatnya laju erosi sumber daya
alam, terutama flora dan pengetahuan tradisional pemanfaatan tumbuhan dari
suku bangsa tertentu. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan
pendokumentasian berupa dokumen tertulis, foto, majalah, film, atau dilakukan
dengan pengumpulan spesimen (Soekarman & Riswan 1992).
2.2 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia
Sumberdaya hayati Indonesia yang begitu besar baik yang berupa
tumbuhan, hewan, maupun jasad renik sangat beranekaragam. Menurut
Soekarman dan Riswan (1992), Indonesia diperkirakan dihuni oleh kurang lebih
100-150 suku tumbuhan meliputi 25-30 ribu jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di
hutan-hutan.
Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu modal
dasar dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pemanfaatan tersebut
harus sesuai dengan kemampuan (carrying capacity), karakteristik, dan fungsinya
(Ismanto 2007).
4
Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati sebagai penyedia berbagai
barang dan jasa, mulai dari pangan, energi, dan bahan produksi hingga sumber
daya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat dan selain
berfungsi juga untuk mendukung sistem kehidupan, maka pemanfaatan
keanekaragaman hayati harus dilakukan dengan benar (Noor 2007).
2.3 Sistem Pengetahuan Tradisional
Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan
menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa
digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan (Kartikawati 2004). Menurut Soekarman dan Riswan
(1992), pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat lokal secara turun-temurun. Pusat dari pengetahuan tradisional
mengenai pemanfaatan tumbuhan ini umumnya dijumpai di negara-negara
berkembang, yang umumnya terletak pada kawasan tropika baik di Amerika,
Afrika, dan Asia. Di negara-negara ini pula terdapat suku bangsa yang merupakan
sumber dari pengetahuan tradisional serta sumber daya hayati yang meliputi
tumbuhan, hewan dan jasad renik.
Pada masyarakat lokal, sistem pengetahuan tentang tumbuhan merupakan
pengetahuan dasar yang amat penting dalam mempertahankan kelangsungan
hidup mereka. Dalam lingkup kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia,
ketergantungan hidup masyarakat kepada sumber daya alam yang tersedia
tercermin dalam berbagai bentuk tatanan adat istiadat yang kuat (Setyowati &
Wardah 2007). Nopandry (2007) mengemukakan bahwa secara tradisional,
masyarakat memiliki kearifan lokal yang merupakan potensi dan kekuatan dalam
pengelolaan suatu kawasan hutan. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan mereka
yang diiringi dengan eksistensi hutan selama beratus-ratus tahun yang merupakan
suatu bukti peradaban dan potensi dalam pelestarian hutan.
2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Berguna
Indonesia memiliki hutan yang sangat luas, tercatat 143.970.000 hektar
luasan hutan tersebar di seluruh pulau. Tidak heran jika hutan yang sangat luas
5
itu, memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi (Sastrapradja et al.
1992).
Dalam perkembangan hidupnya, manusia mengenal betul keadaan
sekelilingnya dan memperhatikan segala sesuatu yang bias dipakai untuk
mempertahankan hidupnya. Salah satu benda hidup yang berada di sekitar
manusia adalah tumbuh-tumbuhan. Manusia benar-benar memperhatikan tumbuh-
tumbuhan karena merupakan salah satu benda yang sangat penting dalam menjaga
kelangsungan hidupnya, yaitu sebagai sumber makanan pokok (Kartiwa &
Martowikrido 1992).
Menurut Purwanto dan Walujo (1992), tumbuhan berguna dikelompokkan
berdasarkan pemanfaatannya antara lain tumbuhan sebagai bahan pangan,
sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetik, alat rumah tangga dan pertanian, tali-
temali, anyaman, pelengkap upacara adat dan kegiatan sosial, minuman dan
kesenian.
2.4.1 Tumbuhan obat
Menurut Zuhud et al. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies
tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat, yang
dikelompokkan menjadi 3 kelompok tumbuhan obat, yaitu: (1) Tumbuhan obat
tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki
khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional; (2) Tumbuhan
obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan
mengadung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya
dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) Tumbuhan obat potensial,
yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif
yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunannya
sebagai bahan obat tradisional.
Keuntungan obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat
adalah kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di
pekarangan sendiri, murah dan dapat diramu sendiri di rumah (Zein 2005). Bagi
masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan (di sekitar hutan),
maka pemanfaatan tumbuhan sebagai obat untuk kepentingan kesehatannya
6
bukanlah merupakan hal yang baru tetapi sudah berlangsung cukup lama (Uji et
al. 1992).
2.4.2 Tumbuhan hias
Secara umum, tanaman hias dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanaman
hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun yaitu jenis tanaman hias
yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik. Daya tarik tanaman hias bunga
terletak pada bentuk, warna, dan aroma bunganya (Ratnasari 2007).
2.4.3 Tumbuhan aromatik
Tumbuhan penghasil aroma atau wangi-wangian dikenal dengan istilah
penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berbau dan aroma karena
fungsi utamanya adalah sebagai pengharum baik parfum, kosmetik, penyegar
ruangan, sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah
tangga (Kartikawati 2004).
Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri
diantaranya adalah dari famili Lauraceae, misalnya kulit kayu manis
(Cinnamomum burmanii); Poaceae. Misalnya akar wangi (Andropogon
zizanoides); Santalaceae, misalnya cendana (Santalum album); Zingiberaceae,
misalnya jahe (Zingiber offcinale); Annonaceae, misalnya kenanga (Canangium
odoratum) dan sebagainya.
2.4.4 Tumbuhan penghasil pangan
Tumbuhan pangan digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1)
Komoditas utama: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan
ubi kayu; (2) Komoditas potensial: sorgum, gude, kacang tunggak, wijen, talas,
ubi kelapa dan sagu; dan (3) Komoditas introduksi: terigu, jawawut, kara,
ganyong (Soekarman & Riswan 1992). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kartikawati (2004), sumber makanan pokok dan sumber karbohidrat
masyarakat Dayak Meratus selain padi adalah sagu aren (Arenga pinnata), gadung
(Dioscorea hispida), ubi kayu (Manihot utillisima), talas (Colocasia esculata), ubi
jalar/lelayap (Ipomea batatas), lumbu (Colocasia gigantea), jagung (Zea mays),
dan jawau/gumbili (Dioscore esculata).
7
2.4.5 Tumbuhan pakan ternak
Pada umumnya jenis tumbuhan hutan yang bermanfaat sebagai pakan
ternak adalah tumbuhan bawah dan perdu. Jenis tumbuhan bawah atau semak
yang banyak dimanfaatkan adalah jenis rumput gajah (Acleracne punctata Roxb)
dan alang-alang (Imperata cylindrica (L) Beauv) (Ardiansyah 2008). Menurut
Manetje dan Jones (1992) diacu dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah
tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan
bagi satwa herbivora. Jenis ini bisa dibudidayakan dan mudah dijumpai. misalnya
di padang rumput, pematang sawah, tebing, dan tanaman pentup pada perkebunan.
Salah satu jenisnya adalah rumput pahit (Axonopus compressus).
2.4.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Greshof (1893) diacu dalam Hamid dan Nuryani (1992) melaporkan
bahwa tumbuhan penghasil racun ikan/hama di dunia tidak kurang dari 48 suku.
Baru 3 jenis yang diteliti, yaitu: (1) Akar tuba (Derris elliptica Benth); (2)
Pyrethrum (Chrysanthemum cinerariaefolium Vis); dan (3) Bangkuang
(Pachyrrhizus erosus).
2.4.7 Tumbuhan bahan pewarna
Menurut Lemmens dan Soetjipto (1999) diacu dalam Inama (2008),
pewarna nabati adalah pewarna yang berasal dari tumbuhan. Sebagian besar
warna dapat diperoleh dari tumbuhan seperti warna kuning, merah, biru, cokelat,
dan warna hitam.
Menurut Rostiana et al. (1992), masyarakat pada umumnya membuat
warna hijau alami secara tradisional dengan menggunakan daun suji (Pleomele
angutifolia) atau daun pandan (Pandanus tectorius). Heyne (1987)
mengemukakan, masyarakat Indonesia telah banyak menggunakan tumbuhan
sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tumbuhan
untuk makanan, seperti daun suji (Pleomele angustifolia N. E. Brown.) untuk
warna hijau, daun (Iresine herbstii Hook). Untuk warna merah pada agar-agar,
rimpang kunyit (Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, kulit kayu
soga (Peltophorum pterocarpum Backer.) sebagai bahan pewarna cokelat untuk
8
Bagi masyarakat adat tumbuhan penghasil bahan bangunan berfungsi
sebagai bahan untuk membangun rumah, sarana beribadat dan sarana transportasi
pewarna batik.
2.4.8 Tumbuhan bahan bangunan, anyaman dan kerajinan
Berdasarkan penelitian Purwanto dan Walujo (1992) terhadap Suku Dani
diketahui bahwa masyarakat Suku Dani di pedalaman Irian Jaya pada umumnya
telah mengenal berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan. Bahan bangunan utama pada masyarakat suku Dayak Meratus adalah
pohon-pohon dihutan, rotan dan bambu. Jenis-jenis yang umum digunakan adalah
sengon (Paraserienthes falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon
zwageri), dan sebagainya (Kartikawati 2004). Bahan kerajinan dan anyaman lebih
banyak didominasi oleh jenis bambu tali (Bamboosa sp), sedangkan cara
pengambilan bambu dilakukan masyarakat secara berkelompok (Ardiansyah
2008).
2.4.9 Tumbuhan ritual adat dan keagamaan
Kartiwa dan Martowikrido (1992) mengemukakan bahwa di berbagai etnis
atau daerah jenis tumbuh-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-beda
menurut pengetahuan masyarakat masing-masing, tetapi banyak penggunaan
bahan- bahan yang sama, misalnya daun dan bunga sirih yang hampir semua etnis
menggunakan jenis tumbuhan tersebut didalam upacara-upacara tertentu.
Salah satu contoh pemanfaatan tumbuhan untuk upacara tradisional yaitu
upacara tradisional pada masyarakat suku Banjar. Upacara tradisional yang masih
dilaksanakan oleh suku Banjar adalah upacara “manaradak”, upacara “manuping”,
upacara “manyanggar danau”, upacara “manyanggar banua”, upacara “maarak
kitab bukhari”, upacara “bamuludan”, upacara “batajak” rumah, upacara yang
berkaitan dengan peristiwa alam, dan upacara yang berkaitan dengan daur hidup.
Misalnya untuk hiasan upacara digunakan tebu kuning, tebu (betung) merah,
mayang bungkus, mayang urai, beringin kurung, anyaman janur kuning, dan lain-
lain. Tumbuhan bagi orang Banjar tidak hanya digunakan untuk upacara adat,
tetapi juga digunakan untuk kekuatan ilmu hitam dan penangkis ilmu hitam itu
sendiri. Dengan demikian upacara itu sendiri sebenarnya untuk mendatangkan
9
kesejahteraan bagi pelaksananya baik kerabat maupun masyarakat dan
kampungnya (Asnawi 1992).
2.4.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Sebagian masyarakat pemungut kayu bakar (Jawa = rencek) yang berasal
dari potongan-potongan kayu, ranting-ranting yang jatuh ke permukaan tanah.
Adapun kriteria tumbuhan yang dijadikan bahan kayu bakar menurut Sutarno
(1996) diacu dalam Arafah (2005) antara lain :
1. Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim.
2. Pertumbuhan tajuk baik, setiap tumbuh pertunasan yang baru.
3. Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang
singkat.
4. Kadar air rendah dan mudah dikeringkan.
5. Menghasilkan kayu yang padat dan tahan lama ketika dibakar.
6. Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar.
10
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di empat desa di sekitar TNGM, yaitu: Desa
Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman; Desa Sidorejo,
Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten; Desa Wonodoyo, Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali; dan Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten
Magelang. Waktu penelitian selama kurang lebih 2 bulan, yaitu dari bulan Juni
sampai Agustus 2010.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian di (empat) Desa di sekitar TNGM (Sumber: BAPLAN Bogor 2009).
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: kamera digital,
sasak, kantong plastik, kuisioner, alat perekam suara, koran, tally sheet, alat tulis-
menulis, kompas, label gantung, meteran, tali rafia, komputer dan
perlengkapannya, sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara
11
lain: dokumen atau laporan, literatur, laporan, serta keterangan mengenai Desa
yaitu (data monografi Desa), tumbuhan untuk herbarium, dan alkohol 70%.
3.3 Metode
3.3.1 Pengumpulan Data
3.3.1.1 Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain pemanfaatan
tumbuhan berguna oleh masyarakat di sekitar TNGM, potensi tumbuhan berguna
di sekitar TNGM dan foto spesies-spesies tumbuhan berguna. Data sekunder yang
dikumpulkan yaitu kondisi umum lokasi penelitian dan jenis-jenis tumbuhan yang
terdapat di sekitar TNGM. Jenis dan teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini secara rinci disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data
No. Jenis Data Data dan Informasi Yang Dikumpulkan Metode Pengumpulan Data
1 Primer 1. Etnobotani Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ( Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak):
a. Nama lokal b. Nama ilmiah c. Famili d. Habitat e. Habitus f. Kegunaan g. Bagian tumbuhan yang digunakan h. Cara penggunaan
1. Survei lapang 2. Wawancara
dengan masyarakat
2
Sekunder
1. Kondisi umum lokasi penelitian a. Sejarah Kawasan b. Letak dan luas c. Topografi d. Iklim e. Kondisi sosial ekonomi 2. Spesies tumbuhan berguna a. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan b. Habitus c. Habitat d. Kegunaan e. Bagian tumbuhan yang digunakan f. Cara penggunaan
Studi literatur
12
3.3.1.2 Teknik pengumpulan data
a. Pengumpulan data primer
1) Etnobotani
Data etnobotani dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara semi
terstruktur dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan yang ada di sekitar TNGM. Pemilihan
responden dilakukan dengan menggunakan metode snowball (Gambar 2) dan
jumlah yang diwawancarai sebanyak 120 orang dengan rincian seperti tersaji pada
Tabel 2.
Gambar 2 Metode snowball.
Keterangan : R = Remaja D = Dewasa L = Lansia
Gambar 3 Wawancara dengan Mbah Marijan.
Kepala Adat
Kepala kampung
Pengguna Pengguna
Tabib
Pengguna
Dukun
R D L R D L R D L
13
Tabel 2 Jumlah responden yang diwawancarai di sekitar TNGM No Responden Kelas Umur Jumlah Responden (orang) 1 2 3 4 5
Kepala adat Kepala kampung Dukun Tabib Pengguna
Lansia Dewasa Lansia Dewasa Lansia Remaja Dewasa
2 4 1 2
23 2
86 Jumlah 120
2) Pembuatan herbarium
Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari
bagian-bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, buah, dan bunga).
Herbarium dapat dibuat dengan cara basah ataupun kering. Tahapan-tahapan
yang dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah:
a) Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil.
b) Pengambilan contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan wawamcara dengan masyarakat.
c) Contoh herbarium dipotong dengan menggunakan gunting sepanjang kurang
lebih 40 cm.
d) Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan
memberikan etiket yang berukuran 3 cm x 5 cm. Etiket berisi keterangan
tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama
pengumpul/kolektor.
e) Selanjutnya beberapa herbarium disusun diatas sasak yang terbuat dari bambu
dan disemprot dengan alkohol 70%.
f) Herbarium selanjutnya dioven dengan suhu 500C-700C selama ± 2 jam.
g) Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang
diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya di Laboratorium
Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB dan LIPI.
14
b. Pengumpulan data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur, yaitu meliputi
kondisi umum lokasi 4 (empat) Desa, yaitu: Desa Umbulharjo, Sidorejo,
Wonodoyo, Ngablak dan jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar TNGM dari
berbagai laporan survei dan penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai
instansi terkait.
3.3.2 Identifikasi spesies tumbuhan berguna
Identifikasi spesies tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek
silang dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada,
meliputi: nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian
yang digunakan. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies
tumbuhan berguna antara lain Heyne (1987), Haryanto (2009), Hariana (2005),
Zuhud et al. (1994), Zuhud et al. (2000), dan Zuhud et al. (2001).
3.3.3 Kriteria tumbuhan berguna potensial
Dalam menentukan jenis-jenis tumbuhan berguna potensial, ada beberapa
faktor yang biasanya dijadikan sebagai dasar pemilihan. Menurut Purnawan
(2006), faktor-faktor tersebut antara lain: (1) Ekologis, karena jenis tersebut
langka atau terancam punah; (2) Ekonomis, karena jenis tersebut memiliki potensi
ekonomi yang tinggi bila dikembangkan; (3) Manfaat, karena jenis tersebut
memiliki kegunaan yang cukup banyak; (4) Seluruh bagian tumbuhan dari jenis
tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia (daun, batang, akar, bunga, dan buah).
3.3.4 Analisis data
Hasil identifikasi tumbuhan yang telah diperoleh kemudian disusun
berdasarkan spesies dan familinya untuk dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Setiap spesies tumbuhan dianalisis mengenai potensi, habitus, kegunaan, dan
bagian tumbuhan yang digunakan.
3.3.4.1 Klasifikasi Kelompok Kegunaan
Data hasil identifikasi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan manfaat
dari masing-masing tumbuhan, seperti tersaji pada pada Tabel 3.
15
Tabel 3 Klasifikasi kelompok kegunaan sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan
No Kelompok Kegunaan 1 Tumbuhan obat
2 Tumbuhan hias
3 Tumbuhan aromatik
4 Tumbuhan penghasil pangan
5 Tumbuhan pakan ternak
6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
7 Tumbuhan penghasil serat
8 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin
9 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
10 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan
11 Tumbuhan anyaman dan kerajinan
12 Tumbuhan penghasil kayu bakar
13 Tumbuhan sebagai tolak balak
14 Lainnya
Sumber : Purwanto dan Walujo (1992)
3.3.4.2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat
Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut
berdasarkan kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 Klasifikasi kelompok Penyakit/penggunaan dan macam
penyakit/penggunaannya.
No. Kelompok
Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan
1 Gangguan Peredaran Darah Darah kotor, kanker darah, kurang darah, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah
2 Keluarga Berencana (KB) KB, membatasi kelahiran, pencegah kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB
3 Penawar Racun Digigit lipat, digigit serangga, keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan
4 Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka
5 Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes
6 Penyakit Gangguan Urat Syaraf
Lemah urat syaraf, susah tidur, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf
16
Tabel 4 (Lanjutan)
No. Kelompok
Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan
7 Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, saki gigi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi
8 Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal
9 Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung
10 Penyakit Kanker/Tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kanker dan tumor
11 Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), raja singa/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin
12 Penyakit Khusus Wanita Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit khusus wanita
13 Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit
14 Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit kuning
15 Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan malaria
16 Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan mata
17 Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut
18 Penyakit Otot dan Persendian
Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan otot dan persendian
19 Penyakit Telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga terasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga
20 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum
21 Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tulang
17
Tabel 4 (Lanjutan)
No. Kelompok
Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan
22 Penyakit Saluran Pembuangan
Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan lainnya yang berhubungan penyakit saluran pembungan
23 Penyakit Saluran Pencernaan
Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak lendir, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan
24 Penyakit Saluran Pernafasan/THT
Asma, batuk, flu, influenza, pilek, sesak nafas, sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran penafasan/THT
25 Perawatan Kehamilan dan Persalinan
Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan/persalinan, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran
26 Perawatan Organ Tubuh Wanita
Kegemukan, perawatan organ kewanitaan, pelangsing, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan organ tubuh wanita
27 Perawatan Rambut, Muka, Kulit
Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka, dan kulit
28 Sakit Kepala dan Demam Sakit kepala, demam, demam pada anak-anak, demam menggigil, penurun panas, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam
29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas.
Sumber: Zuhud et al. (2000)
3.3.4.3 Persentase Habitus
Persentase habitus merupakan besarnya suatu jenis habitus yang digunakan
terhadap seluruh habitus yang ada. Habitus tersebut meliputi pohon, semak, perdu
liana, dan herba. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase
habitus, yaitu sebagai berikut :
18
3.3.4.4 Persentase Bagian yang Dimanfaatkan
Persentase bagian tumbuhan yang digunakan meliputi bagian tumbuhan
yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling atas/daun sampai ke
bagian bawah/akar. Untuk menghitung persentase bagian yang digunakan
digunakan rumus :
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Fisik Kawasan
4.1.1. Sejarah, letak dan luas
Kawasan Gunung Merapi merupakan kawasan lindung sejak tahun 1931
dengan tujuan penetapan kawasan adalah untuk perlindungan sumber air, sungai
dan penyangga sistem kehidupan Kabupaten/Kota Sleman, Yogyakarta, Klaten,
Boyolali, dan Magelang. Pada tahun 1975, Menteri Pertanian menetapkan
sebagian kawasan hutan lindung Gunung Merapi menjadi Cagar Alam Plawangan
Turgo. Pada tahun 1984 Menteri Kehutanan merubah sebagian kawasan lindung
Gunung Merapi yang ada di Yogyakarta menjadi Taman Wisata Alam Plawangan
Turgo. Selanjutnya di tahun 1989 Menteri Kehutanan menunjuk Cagar Alam dan
Taman Wisata Alam Plawangan Turgo seluas 282,25 ha yang terletak di
Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta, dan pada tahun 2004 Menteri
Kehutanan mengubah fungsi kawasan Hutan Lindung (HL), Cagar Alam (CA)
dan Taman Wisata Alam (TWA) pada kelompok hutan Gunung Merapi seluas
kurang lebih 6.410 ha, Penunjukan Kawasan Gunung Merapi sebagai taman
nasional adalah dengan SK Menhut 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004.
Kawasan TNGM terletak di tiga kabupaten Provinsi Jawa Tengah yaitu
Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten; Sedangkan
kawasan TNGM di Provinsi D.I Yogyakarta terletak di satu kabupaten yaitu
Kabupaten Sleman. Luas total kawasan adalah 6.410 ha (5.126,01 ha di Jateng
dan 1.283,99 ha di DIY). Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada koordinat
110o15’-110o37’ BT dan 07o22’– 07o52’ LS.
4.1.2. Topografi
Secara umum kondisi topografi di kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi merupakan bentang alam yang sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan
lerengnya yang menuju kesegala arah dengan lereng yang sangat curam di
wilayah yang dekat dengan puncak dan semakin melandai kearah bawah. Lereng
Merapi di bagian Timur (Selo) relatif lebih terjal, sementara di bagian Barat dan
Utara (Babadan, Kinahrejo) relatif lebih landai.
20
Arah letusan gunung api sangat jarang menuju ke Timur, yang paling
sering menuju ke arah Barat Daya. Proses letusan sering terjadi, dan lereng Barat
sering menerima dampak letusan, sehingga lereng Barat akan semakin landai.
Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl,
merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30o. Wilayah yang paling
luas adalah kawasan dengan kemiringan 12 - 30o terletak pada ketinggian tempat
750 – 1.500 m dpl, dan daerah inilah yang merupakan daerah resapan air.
4.1.3. Tanah dan geologi
Kawasan ini berjenis tanah Regosol dan mendominasi kawasan gunung
Merapi. Dengan masih aktifnya gunung Merapi menjadikan material vulkanis
merupakan bahan induk tanah di kawasan ini. Dengan demikian tanahnya
merupakan tanah muda karena belum mengalami perkembangan profil. Tanah di
kawasan ini dicirikan oleh warna kelabu sampai kehitaman dengan tekstur
pasiran. Struktur tanah belum terbentuk sehingga masih merupakan struktur
granuler. Dengan struktur ini maka kemampuan untuk menyerap air cukup tinggi,
namun kandungan bahan organiknya relatif rendah. Kemasaman tanah pada
umumnya netral.
Secara geologis, wilayah Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada
perpotongan antara dua sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau
Jawa. Batuan utama penyusun Gunung Merapi terdiri dari 2 fase yaitu :
1. Endapan vulkanik Gunung Merapi Muda yang tersusun oleh tufa, lahar,
breksi, dan lava andesitis hingga basaltis yang merata di seluruh wilayah
Gunung Merapi.
2. Endapan vulkanik kwarter tua yang terdapat secara lokal pada topografi
perbukitan kecil disekitar Gunung Merapi Muda, yang merupakan bagian dari
aktivitas Gunung Merapi Tua, yaitu terdapat di bukit Gono, Turgo,
Plawangan, Maron dan dinding bagian Timur kawah gunung api Merapi
(Geger Boyo).
4.1.4. Iklim
Secara klimatologis, keberadaan kawasan TNGM masuk wilayah iklim
muson tropis, yang dicirikan dengan hujan dengan intensitas yang tinggi pada
21
musim hujan (November-April) yang kemudian berganti dengan bulan-bulan
kering (April-Oktober). Hujan tahunannya berkisar antara 2.500-3.500 mm.
Tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk tipe
iklim C atau agak basah. Curah hujan bervariasi dengan curah hujan terendah
sebesar 875 mm per tahun dan curah hujan tertinggi sebesar 2.527 mm per tahun.
Curah hujan di kawasan TNGM pada masing-masing kabupaten adalah sebagai
berikut :
1. Kabupaten Magelang: 2.252 – 3.627 mm/tahun
2. Kabupaten Boyolali: 1.856 – 3.136 mm/tahun
3. Kabupaten Klaten: 902 – 2.490 mm/tahun
4. Kabupaten Sleman: 1.869,8 – 2.495 mm/tahun
Variasi hujan di sepanjang lereng Gunung Merapi dipengaruhi oleh hujan
orografis. Seperti juga wilayah muson tropis lainnya, variasi suhu dan kelembaban
udara pada dasarnya tidaklah menyolok. Suhu berkisar antara 20-33oC dan
kelembaban udara bervariasi antara 80 - 99%.
4.2. Potensi Biotik
4.2.1. Flora
Pada kawasan hutan Gunung Merapi dijumpai kurang lebih 72 jenis flora.
Hutan primer didominasi oleh jenis Castanopsis argentea, sedangkan hutan
sekunder dan hutan tanaman didominasi oleh jenis Puspa (Schima wallichii) dan
Pinus (Pinus merkusii). Disamping itu, di kawasan hutan ini dapat dijumpai jenis
anggrek endemik dan langka, yaitu Vanda tricolor. Jenis anggrek lainnya yang
ada dikawasan ini tidak kurang dari 47 jenis, antara lain Dendrodium saggitatum,
D. crumenatum, Eria retusa, Oboronia similis, dan Spathoglottis plicata (TNGM
2009).
Tumbuhan lain yang banyak ditemui adalah bambu. Berdasarkan hasil
inventarisasi bambu yang dilakukan tim PKL DKSHE IPB tahun 2009
menyebutkan ada 8 jenis bambu yang terdapat di TNGM. Jenis-jenis tersebut
antara lain Gigantochloa apus (bambu apus), Gigantochloa pseudoarundinacea
(bambu gombong/andong/surat), Dendrocalamus asper (bambu betung), Bambusa
spinosa (bambu gesing), Bambusa arudinacea (bambu ori), Gigantochloa atter
22
(bambu legi), Bambusa vulgaris (bambu ampel), dan Phyllostachys aurea (Bambu
cendani) (TNGM 2009).
Jenis tumbuhan lain yang telah diinventarisasi adalah paku-pakuan. Jenis
paku-pakuan yang ditemukan di kawasan TNGM sebanyak 24 jenis antara lain:
Adiantum cuneatum, Adiantum tenerum, Blechnum patersonii, Botrychium
daucifollium, dan Cyathea contaminans. Jenis-jenis flora lainnya antara lain
Acacia decurens, Euphatorium inufolium, Lithocarpus elegans, Leucaena glauca,
Melia azeadirach, Erythrina variegata, dan Ficus alba (TNGM 2009).
4.2.2. Fauna
Potensi fauna di kawasan Gunung Merapi mencakup mamalia, reptil, dan
burung. Beberapa jenis mamalia yang ditemukan di TNGM, diantaranya macan
tutul (Panthera pardus), Kucing besar (Felis sp), musang (Paradoxurus
hermaphroditus), bajing kelapa (Calosciurus notatus), monyet ekor panjang
(Macaca fasicularis), dan rusa (Cervus timorensis).
Hasil inventarisasi tahun 2009 menunjukan bahwa kawasan Gunung
Merapi memiliki 152 jenis burung. Beberapa diantaranya memiliki status endemik
dengan wilayah sebaran terbatas, yaitu antara lain elang jawa (Spizaetus bartelsi),
bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung madu jawa (Aethopyga
mystacalis), burung madu gunung (A. eximia), cabai gunung (Dicaeum
sanguinolentum), Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), gemak tegalan (Turnix
sylvatica), dan Serindit jawa (Loriculus pusillus). Beberapa jenis lainnya, seperti
elang hitam (Ictinaetus malayensis), jalak suren (Sturnus contra), betet (Psittacula
alexandri), alap-alap macan (Falco severus), elang bido (Spilornis cheela), dan
walet gunung (Callocalia volcanorum) banyak dijumpai di kawasan ini (TNGM
2009).
4.3. Potensi Wisata Alam
Kawasan TNGM dengan kekayaan hayati yang beragam serta kekhasan
wisata vulkanonya merupakan suatu potensi wisata yang dapat dikembangkan.
Potensi wisata yang terdapat pada kawasan tersebut masih sangat banyak yang
harus dikembangkan. Pengembangan potensi itu salah satunya dengan membagi
23
TNGM menjadi empat zona pemanfaatan wisata yang terletak di empat
Kabupaten, seperti disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Empat zona pemanfaatan wisata
Wilayah Wisata Alam
Kekhasan Obyek Wisata
Kaliurang (Kab. Sleman, DIY)
Objek wisata alam dengan unggulan sumberdaya alam khas wilayah tropis, khususnya berupa flora dan fauna langka, hidrologi kawasan vulcano aktif, pemandangan alam dan panorama pegunungan sekitar kawasan vulcano aktif.
Selo (Kab. Boyolali, Jateng)
Objek wisata alam dengan unggulan pemandangan alam, khususnya panorama pegunungan.
Musuk – Cepogo (Kab. Magelang, Jateng)
Objek wisata alam dengan unggulan pemandangan alam, khususnya panorama lembah dan lereng terjal.
Ketep (Kab. Magelang, Jateng)
Objek wisata alam dengan unggulan pemandangan kawasan vulkano.
Deles (Kab. Klaten, Jateng)
Objek wisata alam dengan unggulan sumberdaya alam khas wilayah tropis, khususnya berupa fauna langka, hidrologi kawasan vulcano aktif, pemandangan alam dan panorama pegunungan sekitar kawasan vulcano aktif.
Sumber : (TNGM 2009).
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan kawasan Gunung
Merapi adalah memanfaatkan hutan negara sebagai sumber rumput untuk pakan
ternak dan kayu bakar (akasia dan tanaman yang sakit) sebagai bahan pembuatan
arang yang dijual di wilayah mereka. Perilaku konservasi yang sudah tampak
diantara masyarakat, dan dapat dijadikan pendukung pilar-pilar konservasi adalah:
a. Kesepakatan diantara masyarakat apabila ingin mengambil atau menebang
tanaman harus menanam terlebih dulu dengan jenis yang sama minimal 5
pohon.
b. Adanya pendapat apabila hutan dihijaukan oleh masyarakat maka warga
masyarakat tidak akan kelaparan; serta pendapat apabila hutan ditanami
palawija (jagung, ketela) maka warga masyarakat sekitar kawasan akan
mengalami kekurangan makan (tidak akan pernah merasa kenyang).
c. Adanya keyakinan hubungan spiritual dan supranatural antara Merapi. Kraton
Yogya dan Laut Selatan yang didasari atas anggapan Gunung Merapi bukan
ancaman tapi sebagai sumber kehidupan.
24
4.4.1. Batas wilayah desa Batas-batas wilayah yang dijadikan lokasi penelitian berdasarkan Data
Potensi Desa seperti disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Batas-batas wilayah lokasi penelitian No Desa Batas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan 1 Umbulharjo Sebelah Utara
Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat
Gunung Merapi Wukirsari Kepuharjo Hargobinangun
Cangkringan Cangkringan Cangkringan Pakem
2
Sidorejo
Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat
Gunung Merapi Bimuharjo Balerante Tegal mulyo dan Tlogowatu
Kemalang Kemalang Kemalang Kemalang
3
Wonodoyo
Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat
Suroteleng Cluntung Gedangan Taman Nasional
Selo Cepogo Cepogo Selo
4 Ngablak Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat
Taman Nasional Banyu adem Kemiren Mbrangen
Srumbung Srumbung Srumbung Srumbung
Sumber: - Data Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Data Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Data Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Data Potensi Desa Ngablak tahun 2010.
4.4.2. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk berdasarkan Data Potensi Keempat Desa seperti
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Desa (Jiwa)
Umbulharjo Sidorejo Wonodoyo Ngablak
1. 2.
Laki-laki Perempuan
2.189 2.191
1.982 1.952
1.201 1.252
1.020 1.109
Jumlah total Jumlah KK
4.380 1.317
3.934 1.016
2.453 728
2.129 610
Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010.
25
4.4.3. Kelas umur Kelas umur berdasarkan Data Potensi Desa seperti disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Kelas umur berdasakan Data Potensi Desa No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Desa (Jiwa)
Umbulharjo Sidorejo Wonodoyo Ngablak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
0 – 9 10 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 >79
599 548 640 790 630 530 286
306 51
535 530 510 504 553 604 483 215
530 452 238 428 407 334
64
310 534 477 243 252 180 123
Total 4.380 3.934 2.453 2.129 Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010.
4.4.4. Tingkat pendidikan Sebagian besar masyarakat di keempat desa memiliki tingkat
pendidikan tidak sekolah, seperti disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Tingkat pendidikan berdasarkan Data Potensi Desa No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Desa (Jiwa)
Umbulharjo Sidorejo Wonodoyo Ngablak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tidak Sekolah Tamat Kanak-kanak Sekolah Dasar SMP SMA D1 - D3 S1- S3
3.724 49
499 108
0 0 0
1.427 55
1.208 716 509
9 10
530 452 238 428 407 334
64
978 34
437 290 375 15
0 Total 4.380 3.934 2.453 2.129 Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010.
26
4.4.5. Mata pencaharian Sebagian besar masyarakat di keempat desa adalah petani atau
peternak, seperti disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Mata pencaharian masyarakat berdasarkan Data Potensi Desa No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Desa (Jiwa)
Umbulharjo Sidorejo Wonodoyo Ngablak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Pegawai Negeri Sipil TNI/POLRI Swasta Wiraswasta Petani/Peternak Pertukangan Buruh Tani Pensiunan Pemulung Jasa Seniman Buruh swasta
37 7
156 75
902 0
18 36
0 0 0 0
44 2 7 7
345 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0
20 1.328
0 145
0 0 0 0
38
31 0 0
43 606
0 152
0 14
0 0 0
Total 1.231 399 1.539 846 Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa pendidikan masyarakat
kawasan TNGM masih rendah. Sebagian besar masyarakat yang menjadi
responden di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak memiliki
tingkat pendidikan formal yaitu Tidak sekolah sampai SD. Rendahnya tingkat
pendidikan formal tersebut tidak lepas dari jarak tempuh antara sekolah dengan
tempat tinggal yang cukup jauh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa, masing-masing desa hanya tersedia fasilitas pendidikan SD, sedangkan
untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya diperlukan waktu perjalanan relatif
lama. Disamping itu pola pikir masyarakat yang belum mementingkan pendidikan
dan biaya pendidikan yang tinggi masih menjadi faktor penghambat. Masyarakat
yang mampu menyekolahkan ke jenjang berikutnya pada umumnya hanya
masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi yang cukup. Distribusi
responden berdasarkan tingkat pendidikan formal di keempat desa lokasi
penelitian disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Distribusi responden berdasakan tingkat pendidikan formal No Desa Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Umbulharjo Tidak sekolah
SD SMP SMA S1
13 8 5 4 0
43,33 26,67 16,67 13,33 0,00
Total 30 100,00 2. Sidorejo
Tidak sekolah SD SMP SMA S1
11 8 5 4 2
36,67 26,67 16,67 13,33 6,67
Total 30 100,00 3. Wonodoyo Tidak sekolah
SD SMP SMA S1
3 22 3 0 2
10,00 73,33 10,00 0,00 6,67
Total 30 100,00
28
Tabel 11 (Lanjutan) No Desa Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 4. Ngablak
Tidak sekolah SD SMP SMA S1
8 13 5 3 1
26,67 43,33 16,67 10,00 3,33
Total 30 100,00
5.1.2 Mata pencaharian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat yang menjadi responden di keempat desa tersebut bermata
pencaharian sebagai petani.
Besarnya persentase responden yang bermata pencaharian di Desa
Umbulharjo sebesar 96,67%, Desa Sidorejo sebesar 86,67%, Desa Wonodoyo
sebesar 86,67% dan Desa Ngablak sebesar 86,67%, seperti tersaji pada Tabel 12.
Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian No Desa Mata
pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Umbulharjo Buruh Petani Pegawai
0 29 1
0,00 96,67 3,33
Total 30 100,00 2. Sidorejo
Buruh Petani Pegawai
4 26 0
13,33 86,67 0,00
Total 30 100,00 3. Wonodoyo Buruh
Petani Pegawai
2 26 2
6,67 86,67 6,67
Total 30 100,00 4. Ngablak
Buruh Petani Pegawai
3 26 1
10,00 86,67 3,33
Total 30 100,00
Masyarakat di keempat desa tersebut umumnya bertani dan beternak di
lahan milik sendiri yang sudah turun temurun diwariskan. Masing-masing desa
memiliki karakteristik pola bertani dan jenis tanaman yang berbeda-beda. Hal ini
didasarkan oleh iklim, jenis tanah, ketersediaan air dan kebudayaan masyarakat di
desa tersebut secara turun menurun. Masyarakat Desa Umbulharjo umumnya
melakukan kegiatan beternak di kebun setiap pagi bekerja untuk mencari rumput.
Kegiatan pertanian hanya dilakukan secara tumpang sari dan sebagian besar
lahannya ditanami jenis rumput-rumputan yang merupakan famili Poaceae seperti:
29
rumput teki (Cyperus rotundus) dan rumput kulonjono (Pennisetum purpureum).
Jenis rumput pakan ternak yang paling sering dimanfaatkan adalah rumput
kulonjono atau rumput gajah, bahkan rumput ini sengaja ditanam di dalam
kawasan TNGM sebagai persediaan pada saat musim kemarau. Masyarakat Desa
Sidorejo dan Wonodoyo sebagian besar lahan pertaniannya ditanami jenis
tanaman sayur-sayuran seperti : cabe, kol, kubis, sawi dan wortel. Khusus pada
musim kemarau sebagian besar areal pertanian diubah menjadi hanya satu jenis
tanaman yaitu tembakau. Di Desa Ngablak sebagian besar lahan pertaniannya
ditanami salak. Adapun jenis tumbuhan kehutanan yang pada umumnya ditanam
masyarakat di lahan pribadi yaitu sengon (Paraserianthes falcataria), puspa
(Schima wallichii), akasia (Acacia deguren), mahoni (Swietenia macrophylla),
mindi (Melia azedarach) dan suren (Toona sureni). Berdasarkan hasil wawancara
dengan masyarakat petani yang menjadi responden, sebagian besar komoditas
hasil pertanian mereka dijual ke pasar tradisional terdekat yang kemudian
didistribusikan ke pasar-pasar luar daerah. Adapun Harga jual beberapa komoditas
pertanian, seperti disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Harga jual beberapa komoditas pertanian No. Jenis Komoditas Pertanian Harga jual per Kg (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Cabe rawit
Cabe biasa
Kol
Sawi
Wortel
Tembakau
Salak
13.000-15.000
30.000-35.000
2.000-3.000
2.500-3.500
4.500-5.000
30.000-35.000
6.000-7.000
30
5.1.3 Karakteristik umur
Menurut Hurlock (1980), pengklasifikasian kelas umur dibedakan kedalam
enam kategori yaitu kelas umur bayi (0-2), balita (3-5), anak-anak (6-12 tahun),
remaja (13-18 tahun), dewasa (19-59 tahun) dan lansia (≥60 tahun). Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur produkif pada responden di
keempat desa tersebut didominasi oleh kelas umur dewasa. Kelompok umur ini
memberikan informasi bahwa masyarakat keempat desa tersebut memiliki potensi
yang cukup tinggi untuk melakukan kegiatan memenuhi kebutuhan perekonomian
mereka, sedangkan kelompok umur remaja dan lansia merupakan jumlah yang
paling sedikit. Hal ini disebabkan efektivitas dan tenaga mereka sudah jauh
berkurang yang kemudian digantikan oleh keluarga yang umurnya lebih muda,
seperti tersaji pada Tabel 14.
Tabel 14 Tipologi masyarakat berdasarkan karakteristik kelas umur responden No Desa Kelas umur(th) Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Umbulharjo Remaja
Dewasa Lansia
1 23 6
3,33 76,67 20,00
Total 30 100,00 2. Sidorejo
Remaja Dewasa Lansia
0 21 9
0,00 70,00 30,00
Total 30 100,00 3. Wonodoyo Remaja
Dewasa Lansia
1 23 6
3,33 76,67 20,00
Total 30 100,00
Gambar 4 Sawah di Desa Sidorejo. Gambar 5 Salak di Desa Ngablak.
31
Tabel 14 (Lanjutan) No Desa Kelompok
umur(th) Jumlah (orang) Persentase (%)
4. Sidorejo
Remaja Dewasa Lansia
0 25 5
00,00 83,33 16,67
Total 30 100,00
5.1.4 Jenis kelamin
Dari 120 responden, jumlah laki-laki sebanyak 68 orang 57% dan wanita
52 orang 43%. Mayoritas kegiatan laki-laki adalah mengolah lahan seperti
mencangkul, mengambil bibit dari rumah, mengangkut hasil panen, kegiatan
memupuk, mencari pakan ternak dan memeras susu sapi. Untuk wanita hanya
menanam pakan ternak, dan mencari pakan hewan ternak.
(a) (b)
Gambar 6 Contoh aktivitas masyarakat (a) kegiatan mencari rumput; (b) kegiatan pemeliharaan tanaman.
5.2 Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat di sekitar TNGM
Berdasarkan hasil kajian wawancara dengan masyarakat di sekitar
kawasan TNGM, terdapat 103 jenis dan 53 famili tumbuhan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM untuk berbagai kegunaan.
5.2.1 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitusnya
Berdasarkan habitusnya, jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di sekitar kawasan TNGM dapat dikelompokan menjadi delapan
32
macam habitus, yaitu pohon, herba, perdu, semak, epifit, bambu, palma dan paku-
pakuan, seperti tersaji pada Tabel 15.
Tabel 15 Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan yang yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di sekitar kawasan TNGM No Nama habitus Jumlah jenis Persentase (%) 1 Pohon 25 24,27 2 Herba 54 52,43 3 Perdu 6 5,82 4 Semak 7 6,80 5 Epifit 3 2,91 6 Bambu 4 3,88 7 Palma 3 2,91 8 Paku-pakuan 1 0,97 Total 103 100,00
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah jenis tertinggi terdapat pada
kelompok habitus herba, yaitu sebanyak 54 jenis 52,43%, sedangkan jumlah
habitus terendah terdapat pada habitus paku-pakuan, yaitu sebanyak 1 jenis
0,97%. Habitus herba memiliki jumlah jenis terbanyak karena hampir seluruh
bagian tumbuhan herba dapat dimanfaatkan.
5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili
Dilihat dari familinya, jumlah jenis terbanyak terbanyak termasuk dalam
famili poaceae 9 jenis, seperti disajikan pada Gambar 7.
33
Gambar 7 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili.
5.2.3 Bagian tumbuhan yang digunakan
Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM dalam
pemenuhan kebutuhan hidup menggunakan seluruh bagian tumbuhan mulai dari
bagian akar sampai daun. Bagian yang paling banyak digunakan adalah daun
sebanyak 47 jenis 38,84% dan terkecil adalah akar sebanyak 1 jenis 0,83%, seperti
tersaji pada Tabel 16.
Tabel 16 Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan
No Bagian yang digunakan Jumlah jenis Persentase (%) 1 Daun 47 38,84 2 Batang 25 20,66 3 Kulit 3 2,48 4 Akar 1 0,83 5 Buah 20 16,52 6 Umbi/rimpang 12 9,92 7 Bunga 5 4,13 8 Biji 8 6,61 Total 121 100,00
34
Jumlah bagian terbanyak dari tumbuhan yang dimanfaatkan sesuai dengan
penelitian lain, diantaranya penelitian yang dilakukan Hidayat (2009) tentang
Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh di Garut, Jawa Barat, menyebutkan
dari 292 jenis tumbuhan yang ditemukan sebanyak 110 jenis 37,67% diantaranya
diambil pemanfaatannya dari bagian daun.
5.2.4 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan kelompok
manfaat/kegunaan oleh masyarakat di sekitar TNGM Berdasarkan kelompok kegunaannya, jenis-jenis tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM dapat dikelompokan ke
dalam 11 kelompok kegunaan, seperti tersaji pada Tabel 17.
Tabel 17 Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan kelompok manfaat/kegunaan
No Kelompok Kegunaan Jumlah Jenis Famili
1 Tumbuhan Obat 47 28 2 Tumbuhan Hias 11 9 3 Tumbuhan Aromatik 7 4 4 Tumbuhan Penghasil pangan 40 27 5 Tumbuhan Penghasil pakan ternak 7 5 6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati 4 1 7 Tumbuhan Penghasil bahan pewarna dan tanin 2 2 8 Tumbuhan Penghasil kayu bakar 11 5 9 Tumbuhan Keperluan upacara adat 20 15 10 Tumbuhan Penghasil bahan bangunan 13 8 11 Tumbuhan Penghasil bahan tali, anyaman, dan
kerajinan 6 5
Dari hasil wawancara meunjukkan bahwa tidak semua tumbuhan yang
terdapat di kawasan TNGM dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan tidak
semua jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari kawasan
TNGM. Jumlah jenis yang dimanfaatkan masyarakat yang berasal dari TNGM
dan lokasi lainnya, seperti tersaji pada Tabel 18.
Tabel 18 Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan lokasi No Lokasi diperoleh Jumlah jenis Persentase(%) 1. 2.
Di dalam TNGM Di luar kawasan TNGM (pekarangan, sawah)
44 89
33,08 66,92
Total 133 100,00
35
5.2.4.1 Tumbuhan obat
Dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan TNGM
diketahui bahwa terdapat sekitar 47 jenis dan 28 famili tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGM yang digunakan sebagai obat.
Famili Zingiberaceae merupakan kelompok terbanyak dengan 7 jenis,
seperti tersaji pada Gambar 8.
Gambar 8 Jumlah tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM berdasarkan famili.
Persentase habitus tumbuhan obat didominasi oleh herba sebanyak 35
jenis 74,47% sedangkan paling sedikit adalah tingkat epifit sebanyak 1 jenis
2,13%, seperti tersaji pada Gambar 9.
36
35
5 3 3 10
10
20
30
40
Herba Pohon Perdu Semak Epifit
Jum
lah
jeni
s
Kategori habitus
Gambar 9 Jumlah jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar kawasan TNGM.
Pengunaan tumbuhan sebagai bahan obat oleh masyarakat menggunakan
seluruh bagian tumbuhan mulai dari akar sampai daun. Bagian yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat kawasan TNGM adalah daun 27 jenis 51,9%
dan yang terkecil adalah akar yaitu 1 jenis 1,96%. Data selengkapnya tersaji
pada Gambar 10.
Gambar 10 Jumlah bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di
sekitar TNGM.
Seperti penelitian yang lainnya tentang tumbuhan obat pada suatu
masyarakat, pada umumnya daun merupakan bagian tumbuhan yang paling
banyak digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayat (2009) yang
menyatakan hal yang sama yaitu bagian daun paling banyak digunakan oleh
masyarakat Kampung Adat Dukuh, Jawa Barat sebesar 50% dari 150 jenis
37
tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat. Daun juga memiliki regenerasi
yang tinggi untuk kembali bertunas dan tidak memberi pengaruh yang besar
terhadap pertumbuhan suatu tanaman meskipun daun merupakan tempat
fotosintesis (Fakhrozi 2009).
Tujuan pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat, dibagi menjadi 2
tujuan yaitu dikonsumsi sendiri dan dijual ke pasaran luar sebagai pendapatan
tambahan. Untuk jenis-jenis komersial yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar
Taman Nasional Gunung Merapi antara lain: kayu angin (Usnea div) dan parijoto
(Medinella speciosa). Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,
parijoto merupakan jenis tumbuhan obat yang menjadi primadona bagi
masyarakat Jawa khususnya masyarakat lereng Gunung Merapi karena dipercaya
dapat meningkatkan kesuburan janin dan kesehatan ibu. Masyarakat pada awalnya
mengambil parijoto (Medinella speciosa) di dalam kawasan TNGM kemudian
oleh masyarakat dibudidayakan sendiri. Beberapa jenis tumbuhan obat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM disajikan pada Tabel 19
dan Gambar 11 sedangkan selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 19 Beberapa jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM
No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan Manfaat/kegunaan
1. Kayu angin Usnea spec. div Daun Stamina, demam
2. Parijito Medinella speciosa Bunga Penguat Janin
3. Leng-lengan Lucas lavandulifolia Daun, batang Penenang
4. Patikan kerbau Euphorbia hirta Daun Obat mata
5. Binahong Anredera cordifolia Daun Gagar otak
6. Kerokot Portulaca oleracea Daun Penurun demam
38
(a) (b)
Gambar 11 Beberapa contoh tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM. (a) Patikan kerbau (Euphorbia hirta). (b) Kerokot (Portulaca oleracea).
Masyarakat di sekitar TNGM melakukan pengelolaan tumbuhan obat dalam penganekaragaman produk, seperti: simplisia, basah, kering dan bubuk yang bertujuan agar lebih awet dalam penggunaannya.
Tabel 20 Daftar produk olahan tumbuhan obat masyarakat di sekitar TNGM No Produk olahan Beberapa contoh tumbuhan obat Persentase(%)
1 Simplisia Jahe, kunir, lempuyang, temulawak 10,90
2 Basah Kantong semar, Dadap serep, Asam jawa dan Daun katu 30,90
3 Kering Kina, Sidogiri, Lenglengan, Kayu angin, Lada dan Adas 48,30
4 Serbuk Meniran, Jinten, Jahe 10,90
Total 100,00
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa masyarakat lebih banyak memilih cara pengawetan dengan cara kering dikarenakan mudah dalam pengelolaannya dan sudah dilakukan secara turun-temurun.
5.2.4.2 Tumbuhan hias
Pemanfaatan tumbuhan hias oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM
sangat mudah ditemukan. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa jumlah jenis
tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan hias sebanyak
11 jenis dan 9 famili.
39
Tabel 21 Daftar jenis tumbuhan hias yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM
No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan
Manfaat/kegunaan
1. Kenanga Canangium odoratum Baill. Bunga, batang, daun
Peneduh
2. Edelweis Anaphalis javanica Bunga Penghias ruangan
3. Pakis raja Cycas rhumpii Miq. Bunga, batang, daun
Peneduh
4. Parijoto Medinella speciosa Linn. Bunga, batang, daun
Peneduh
5. Kantong semar Nepenthes alata Bunga Penghias taman 6. Melati Jasminum Sambac Ait. Bunga Penghias taman
7. Anggrek pandan
Vanda tricolor Bunga Penghias taman
8. Anggrek tanah Eulophia spec. Bunga Penghias taman9. Jali Coix lacryma jobi Linn. Daun Penghias taman
10. Bambu cendani Bambusa multiplex Raeusch. Daun, batang Peneduh 11. Cepoko geni Rhododendron javanicum Benn. Daun, batang Peneduh
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa
masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan sebagai tumbuhan hias berasal dari
dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Tumbuhan hias tersebut
kemudian dikembangkan oleh responden di pekarangan rumah dan selanjutnya
dijual. Jenis-jenis tumbuhan hias yang dimanfaatkan oleh masyarakat antara lain:
anggrek pandan (Vanda tricolor), parijoto (Medinella speciosa), dan bambu
cendani (Bambusa multiplex.). Ketiga tumbuhan hias tersebut merupakan
tumbuhan hias khas di kawasan TNGM. Anggrek pandan (Vanda tricolor)
merupakan salah satu jenis tumbuhan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi yang termasuk endemik dan memiliki kombinasi tiga corak warna yaitu
putih, ungu dan kuning.
40
(a) (b)
Gambar 12 Beberapa contoh jenis tumbuhan hias. (a) Parijoto (Medinella speciosa).
(b) Anggrek pandan (Vanda tricolor).
5.2.4.3 Tumbuhan aromatik
Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi
atau penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan
(Kartikawati 2004). Tumbuhan penghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan
aroma karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati
adalah sebagai pengharum baik itu parfum, kosmetik, pengharum ruangan,
pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah
tangga lainnya. Dari hasil wawancara diperoleh 7 jenis yang dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Tabel 22 Daftar jenis tumbuhan bahan aromatik yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM
No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang Dimanfaatkan
Manfaat/kegunaan
1 Kenanga Canangium odoratum Baill. Bunga Pengharum ruangan 2 Lengkuas Alpinia galanga Sw. Batang Aroma makanan 3 Kunir Curcuma domestica Val. Rimpang Aroma makanan 4 Jahe Zingiber officinale Rosc. Rimpang Aroma makanan 5 Lempuyang Zingiber aromaticum Rimpang Aroma makanan 6 Melati Jasminum sambac Ait. Bunga Pengharum ruangan 7 Kayu manis Cinnamomum burmannii Bl. Kulit Aroma makanan
Seperti disajikan pada Tabel 22, jenis yang banyak digunakan sebagai
aroma makanan yaitu kayu manis (Cinnamomum burmannii), jahe (Zingiber
officinale) dan kunir (Curcuma domestica). Kayu manis dan jahe merupakan jenis
tumbuhan aromatik yang paling sering digunakan oleh masyarakat di sekitar
41
TNGM, terutama pada malam hari. Hal ini dikarenakan suhu pegunungan yang
cukup dingin, sehingga kedua jenis tersebut berguna untuk menghangatkan tubuh.
5.2.4.4 Tumbuhan penghasil pangan
Pangan merupakan kebutuhan primer manusia yang sangat mempengaruhi
keberlangsungan hidup manusia. Dalam berbagai macam tumbuhan sering
dimanfaatkan manusia sebagai bahan pangan baik karena nilai kandungan yang
terdapat didalamnya, rasa, budaya maupun karena kemudahan dalam
memperolehnya. Tumbuhan yang merupakan makanan pokok masyarakat adalah
beras. Tidak bisa dipungkiri bahwa beras merupakan makanan pokok bagi
sebagian besar masyarakat di Indonesia terutama di Jawa. Selain itu juga terdapat
makanan yang biasa di konsumsi sehari-hari yaitu singkong (Manihot utillisima)
dan kentang (Solanum tuberosum).
Dari hasil wawancara terdapat 40 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di sekitar kawasan TNGM sebagai bahan pangan, seperti tersaji pada
Lampiran 3, sedangkan beberapa jenis tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di sekitar kawasan TNGM disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Beberapa jenis tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM
No Nama lokal
Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan
Manfaat /kegunaan
1 Mangga Mangifera indica Linn. Buah Bahan pangan 2 Adas Foeniculum vulgare Mill. Daun Bahan pangan 3 Talas Colocasia gigantea (Blume) Hook f. Umbi Bahan pangan 4 Kelapa Cocos nucifera Linn. Buah Bahan pangan 5 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Buah Bahan pangan 6 Aren Arenga pinnata Merr. Buah Bahan pangan 7 Duren Durio zibethinus Murr. Buah Bahan pangan 8 Sawi Brassica rapa var. parachinensis
Linn. Daun Bahan pangan
9 Nanas Ananas comosus Merr. Buah Bahan pangan 10 Sledri Cosmos caudatus H.B.K. Daun Bahan pangan
Kebutuhan akan bahan pangan merupakan kebutuhan dasar pokok yang tidak
dapat tergantikan. Seperti halnya masyarakat sekitar pegunungan yang
menggantungkan hidupnya dari lahan pertanian dan tumpangsari, seperti jenis
buah, sayur dan umbi-umbian. Jenis sayur-sayuran merupakan jenis yang banyak
ditanam oleh masyarakat disekitar TNGM dikarenakan iklim yang mendukung.
42
Khusus salak, di Desa Ngablak memang sengaja dijadikan sebagai daerah
agrowisata karena begitu banyaknya salak yang dihasilkan dari daerah ini.
Gambar 13 Pengepakan hasil panen. Gambar 14 Gula jawa berasal dari kelapa.
5.2.4.5 Tumbuhan penghasil pakan ternak
Kartikawati (2004) mengemukakan bahwa tanaman pakan merupakan
tanaman yang mempunyai konsentrasi nutrisi rendah dan mudah dicerna yang
merupakan penghasil pakan bagi satwa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar kawasan
TNGM, terdapat 7 jenis tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai pakan
ternak, seperti tersaji pada Tabel 24.
Tabel 24 Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang digunakan masyarakat di sekitar kawasan TNGM
No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan
Manfaat /kegunaan
1 Poh-pohan Buchanania arborescens Bl. Daun Bahan pakan ternak
2 Ketela Ipomoea batatas Poir. Daun Bahan pakan ternak
3 Ketela pohon Manihot utilisima Phol. Daun Bahan pakan ternak
4 Kaliandra Calliandra calothyrsus. Daun Bahan pakan ternak
5 Kulonjono Pennisetum purpureum Schum. Daun Bahan pakan ternak
6 Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. Daun Bahan pakan ternak
7 Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. Daun Bahan pakan ternak
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, tumbuhan berupa pohon
dan herba merupakan jenis tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak sebagai pakan
ternak. Jenis tumbuhan berhabitus pohon yang dimanfaatkan oleh masyarakat
43
sebagai pakan ternak adalah kaliandra (Calliandra spp). Jenis tumbuhan tersebut
tidak memerlukan perawatan selama pertumbuhannya dan tersedia banyak di
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Di daerah perbatasan dengan
masyarakat, sebagian besar masyarakat melakukan usaha tanam di dalam dan di
luar kawasan TNGM untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak setiap harinya.
Selain kaliandra, jenis tumbuhan bawah dan semak juga banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu: rumput gajian (Panicum distachyum),
rumput kolonjono (Pennisetum purpureum), dan rumput teki (Cyperus rotundus).
Pada umumnya jenis rumput tersebut digunakan oleh masyarakat di keempat desa
tersebut untuk meningkatkan nilai produksi susu dan daging.
Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar responden
sudah memiliki pola pikir bahwa jenis-jenis tumbuhan perdu dan rumput-
rumputan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak umumnya memiliki daya
pertumbuhan yang begitu cepat sehingga mereka cenderung berpindah lokasi di
setiap ada tempat yang berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan pakan ternak.
Dengan melihat permasalahan tersebut pihak Taman Nasional memberikan
inisiatif kepada setiap peternak yaitu untuk membagi suatu lahan di kawasan ke
dalam plot-plot untuk ditanami jenis pakan, sehingga masyarakat juga
memikirkan ke arah pembudidayaan di dalam kawasan sekaligus ikut menjaga
vegetasi didalam kawasan seperti vegetasi pohon. Oleh karena itu timbul
hubungan saling menguntungkan antara pihak Taman Nasional dengan
masyarakat.
5.2.4.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM
sebanyak 4 jenis dari 1 famili, seperti disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25 Daftar jenis tumbuhan sebagai penghasil pestisida nabati yang
dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang
dimanfaatkan Manfaat/ kegunaan
1 Lengkuas Alpinia galanga Rimpang Bahan pestisida 2 Jahe Zingiber officinale Rimpang Bahan pestisida 3 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Rimpang Bahan pestisida 4 Kunir Curcuma domestica Rimpang Bahan pestisida
44
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di keempat desa (Desa
Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak) responden berpendapat bahwa
penggunaan pestisida organik lebih baik daripada pestisida kimia yang tidak
ramah lingkungan. Masyarakat percaya bahwa apabila menanam sayur-sayuran
tanpa menggunakan pestisida nabati tersebut, sayur yang ditanam tidak akan
tumbuh dengan subur. Hingga sekarang kepercayaan tersebut masih digunakan
oleh masyarakat sebagai pengetahuan yang telah dilakukan secara turun menurun.
5.2.4.7 Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin Di Indonesia orang sudah lama mengenal dalam menggunakan tumbuhan
sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami
tetumbuhan untuk makanan, seperti rimpang kunir (Curcuma domestica) untuk
warna kuning (Heyne 1987).
Jenis tumbuhan yang berpotensi menghasilkan bahan pewarna dan tanin
yang digunakan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM sebanyak 2 jenis,
seperti tersaji pada Tabel 26.
Tabel 26 Daftar jenis tumbuhan penghasil pewarna dan tanin yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM
No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan
Manfaat/ kegunaan
1 Akasia Acacia deguren Biji Pewarna pakaian 2 Kunir Curcuma domestica Rimpang Pewarna makanan
Masyarakat memanfaatkan 2 jenis tumbuhan pewarna, yaitu akasia
(Acacia deguren) dan kunir (Curcuma domestica). Jenis yang paling banyak
digunakan sebagai bahan pewarna yaitu kunir (Curcuma domestica) untuk bahan
makanan. Kunir juga digunakan sebagai bahan pewarna dalam pembuatan nasi
kuning pada upacara nyadran.
5.2.4.8 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Kayu bakar merupakan sumberdaya yang penting bagi masyarakat di
sekitar kawasan TNGM. Dari hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan
bahwa kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya alam yang diminati oleh
masyarakat sekitar hutan. Meskipun sudah mendapatkan subsidi kompor gas
gratis dari pemerintah, namun intensitas penggunaan kayu bakar lebih sering
digunakan dari pada gas. Hal ini dikarenakan harga gas mencapai Rp 15.000/3 kg
45
sedangkan harga minyak tanah mencapai Rp 9.000/1 liternya bertolak belakang
dengan kehidupan masyarakat yang serba sederhana. Oleh karena itu masih
banyak masyarakat yang memanfaatkan potensi sumber daya alam berupa kayu
bakar di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi maupun di areal pekarangannya
yang sering disebut dengan istilah rencek. Pada dasarnya semua tumbuhan
berkayu atau bentuk pohon dapat digunakan sebagai kayu bakar (Purwanto dan
Walujo, 1992). Pada umumnya masyarakat enggan mengambil di kawasan Taman
Nasional dikarenakan lokasi ke kawasan cukup jauh dan pengawasan yang cukup
ketat.
Terdapat 11 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan bakar, seperti
tersaji pada Tabel 27.
Tabel 27 Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM
No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan
Manfaat/ kegunaan
1 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Dahan Bahan kayu bakar
2 Manis rejo Vaccinium varingfolium Miq. Batang, ranting Bahan kayu bakar
3 Akasia Acacia deguren Willd. Batang, ranting Bahan kayu bakar
4 Kaliandra Calliandra callothyrsus. Batang, ranting Bahan kayu bakar
5 Dadap duri Erythrina lithosperma Miq. Batang, ranting Bahan kayu bakar
6 Mindi Melia azedarach Linn. Batang, ranting Bahan kayu bakar
7 Suren Toona sureni Merr. Batang, ranting Bahan kayu bakar
8 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Batang, ranting Bahan kayu bakar
9 Bambu apus Gigantochloa apus. Batang Bahan kayu bakar
10 Bambu betung Dendrocalamus asper Batang Bahan kayu bakar
11 Sengon Paraserianthes falcataria Batang, ranting Bahan kayu bakar
Adapun jenis-jenis tumbuhan yang paling sering digunakan oleh
masyarakat sebagai bahan kayu bakar antara lain: kaliandra (Calliandra
callothyrsus), akasia (Acacia deguren). Akasia umumnya dimanfaatkan oleh
masyarakat yang terdapat di pinggiran kawasan Taman Nasional dan lahan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan penelitian Inama (2008) yang mengemukakan
bahwa akasia paling disukai sebagai kayu bakar oleh masyarakat Suku Marind,
Papua.
46
5.2.4.9 Tumbuhan keperluan upacara adat
Kepercayaan masyarakat adat merupakan suatu tradisi dan budaya yang
tidak dapat dipisahkan dari tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan dianggap sebagai salah
satu bagian dari upacara adat. Masyarakat di sekitar kawasan TNGM sering
mengadakan tradisi-tradisi upacara adat khususnya menjelang bulan Ramadhan
dan tahun baru Hijriah. Adanya ritual-ritual yang masih dilakukan sampai saat ini
karena masyarakat masih percaya dengan nenek moyang dan tokoh masyarakat
yang sangat mereka hormati yaitu Mbah Marijan.
Terdapat 20 jenis tumbuhan yang digunakan masyarakat di sekitar
kawasan TNGM untuk upacara adat, seperti tersaji pada Tabel 28.
Tabel 28 Daftar Jenis tumbuhan keperluan upacara adat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM
No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan
Manfaat/ kegunaan
1 Kenanga Canangium odoratum Baill. Bunga Pengharum 2 Binahong Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis. Daun Pengobat
keserupan 3 Dlingo Acorus calamus Linn. Daun Upacara adat 4 Sawi Brassica rapa var.
parachinensis Linn. Daun Upacara adat
5 Nanas Ananas comosus Merr. Buah Upacara adat 6 Oyong Luffa acutangula Roxb. Buah Upacara adat 7 Kacang Panjang Vigna sinensis Endl. Buah Upacara adat 8 Melati Jasminum sambac Ait. Bunga Pengharum 9 Tesek Dodonaea viscosa Jacq. Batang Daya kekuatan 10 Tomat Solanum lycopersicum Linn. Buah Upacara adat 11 Terong Solanum melongena Linn. Buah Upacara adat 12 Lombok Capsicum annum Linn. Buah Upacara adat 13 Wortel Daucus carota Linn. Umbi Upacara adat 14 Kelapa Cocos nucifera Linn. Buah, daun Upacara adat 15 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Buah Upacara adat 16 Kubis Brassica oleracea Daun Upacara adat 17 Bawang putih Allium sativum Linn. Umbi Upacara adat 18 Bawang merah Allium cepa var. aggregatum
Linn. Umbi Upacara adat
19 Ketela pohon Manihot utilisima Phol. Umbi Upacara adat 20 Labu siam Sechium edule (Jacq.) Sw. Buah Upacara adat
Dari hasil wawancara, zaman dulu masyarakat memanfaatkan tumbuhan
sebagai kepercayaan. Tumbuhan tesek (Dodonaea viscosa), dipercaya
masyarakat mempunyai kekuatan apabila digenggam, sebagai bahan baku
pembuatan pegangan keris dan dipercaya memiliki kemampuan untuk menolak
serangan dari ilmu hitam; sedangkan potongan kayunya dapat digunakan jimat
47
saat bepergian. Binahong (Anredera cordifolia) biasa dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai pengusir roh pada ritual tarian anak-anak dolanan yang sering
dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM.
Gambar 15 Tesek (Dodonaea viscosa).
5.2.5.10 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
Bagian yang tumbuhan digunakan sebagai bahan bangunan adalah batang
kayu. Pada umumnya batang kayu digunakan sebagai bahan tiang, rangka atap
dan daun pintu. Jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan bangunan
sebanyak 13 jenis, seperti tersaji pada Tabel 29.
Tabel 29 Daftar jenis tumbuhan bahan bangunan yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar kawasan TNGM
No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan
Manfaat/ kegunaan
1 Kelapa Cocos nucifera Linn. Batang Tiang bangunan
2 Dadap duri Erythrina lithosperma Miq. Batang Pintu, jendela
3 Blinjo Gnetum gnemon Linn. Batang Pintu, jendela
4 Alpukat Persea americana P. Mill. Batang Pintu
5 Mindi Melia azedarach Linn. Batang Pintu, jendela
6 Suren Toona sureni Merr. Batang Pintu, jendela
7 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Batang Tiang, pintu, jendela
8 Sengon Paraserianthes falcataria Batang jendela
9 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Batang Pintu, jendela
10 Bambu apus Gigantochloa apus. Batang Reng/usuk
11 Bambu legi Gigantochloa acer. Batang Reng/usuk
12 Bambu betung Dendrocalamus asper Batang Reng/usuk
13 Puspa Schima wallichii Reinw. Batang Jendela
48
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sumberdaya tumbuhan yang
berasal dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang digunakan
sebagai bahan bangunan oleh masyarakat sangat jarang dilakukan, masyarakat
lebih banyak menggunakan kayu bahan bangunan yang berasal dari lahan
masyarakat sendiri, seperti: mahoni (Swietenia macrophylla), suren (Toona
sureni), mindi (Melia azidarach), nangka (Artocarpus heterophyllus), dan dadap
duri (Erythrina lithosperma). Jarangnya pemanfaatan sumberdaya alam berupa
kayu oleh masyarakat di dalam kawasan taman nasional dikarenakan sebagian
masyarakat masih percaya adanya mitos dari nenek moyang tentang larangan
penebangan pohon didalam kawasan hutan yang saat ini dijadikan taman nasional.
Gambar 16 Bambu apus (Gigantochloa apus).
5.2.5.11 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan
Jenis-jenis tumbuhan ini menghasilkan serat dengan kualitas yang baik.
Ada 6 jenis yang berpotensi sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan,
selengkapnya tersaji pada Tabel 30.
Tabel 30 Jenis tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan
No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan
Manfaat/ kegunaan
1 Kelapa Cocos nucifera Linn. Daun Anyaman
2 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Biji Kerajinan
3 Bambu apus Gigantochloa apus. Batang Tikar
4 Tesek Dodonaea viscosa Jacq. Batang Sarung keris
5 Jaka tua Scoparia dulcis Linn. Batang Kerajinan
6 Pandan Pandanus tectorius. Daun Tikar
49
Masyarakat di sekitar kawasan TNGM kurang mengetahui kegunaan
tumbuhan sebagai bahan penghasil tali, anyaman dan kerajinan karena mereka
lebih memilih tali yang terbuat dari plastik yang mereka anggap lebih kuat dan
lebih mudah didapat. Hal ini dikarenakan proses regenerasi dari generasi tua ke
generasi muda tidak berjalan dengan baik dalam hal pengetahuan tentang
kerajinan tali dan anyaman. Hanya beberapa orang saja yang masih aktif
melakukan kegiatan membuat kerajinan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa jenis yang paling
banyak dimanfaatkan masyarakat yaitu awi/bamboo apus (Gigantochloa apus)
yang digunakan sebagai bahan tali. Disamping itu terdapat pula pengembangan
kesenian ukir jaka tua (Scoparia dulcis) yang saat ini sedang dirintis oleh
masyarakat Desa Ngablak.
Gambar 17 Pengrajin bambu. Gambar 18 Kesenian kayu jaka tua.
5.3 Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Kawasan TNGM
Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi yang bertempat
tinggal dan berbatasan langsung dengan kawasan hutan memiliki kecenderungan
dalam memberi kontribusi yang besar dalam proses pengenalan tumbuhan yang
ada di suatu wilayah, meliputi tumbuhan obat, tumbuhan hias, tumbuhan
aromatik, tumbuhan penghasil pakan ternak, tumbuhan penghasil pangan,
tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin, tumbuhan penghasil pestisida
nabati, tumbuhan untuk kayu bakar, tumbuhan untuk upacara adat, tumbuhan
penghasil bahan bangunan, dan tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan.
50
Interaksi masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Merapi sudah berlangsung
sejak lama dalam bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang ada dalam kawasan
hutan. Seperti diketahui tujuan didirikannya Taman Nasional yaitu melindungi
suatu kawasan hutan beserta isinya tanpa terkecuali. Agar tidak terjadi konflik
antar Taman Nasional dengan masyarakat sekitar hutan maka perlu adanya
kerjasama. Pihak Taman Nasional mengajak masyarakat untuk memanfaatkan
sumberdaya hayati tanpa merusak ekosistem hutan serta ikut berperan aktif
mengawasi keutuhan ekosistem di dalam Taman Nasional Gunung Merapi baik
flora maupun fauna sehingga kelestarian alam khususnya hutan dapat lestari.
Masyarakat suku Jawa, terutama yang bertempat tinggal disekitar hutan
ditandai dengan kehidupan masyarakat yang homogen dan lebih banyak bermata
pencaharian yaitu pada sektor pertanian, peternakan dan kehutanan. Corak budaya
Jawa yang kental dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat di keempat desa
tersebut yaitu : Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak dalam
melakukan aktivitas sosial kemasyarakatan, masih sering dijumpai tradisi
masyarakat yang melakukan syukuran secara bersama diladang ataupun hewan
ternak manakala sehabis pemanenan hasil bumi yang berkaitan langsung dengan
Gunung Merapi. Ritual yang terdapat di Desa Umbulharjo tersebut dikenal dengan
istilah labuhan yaitu sebagai tanda syukur atas hasil bumi yang mereka peroleh
kepada Tuhan dengan memberikan sesajen ke puncak Gunung Merapi. Masih
adanya tokoh adat disekitar Taman Nasional Gunung Merapi yang masih diyakini
kemampuannya seperti Mbah Marijan membuat nilai tradisional Jawa khususnya
masyarakat daerah Jawa di pegunungan tetap bertahan hingga saat ini.
Sebagaimana menurut Budhisantoso (1989) diacu dalam Pahmi (2010)
menyebutkan bahwa nilai budaya dan norma-norma sosial membuktikan
ketangguhannya sebagai pedoman dalam menghadapi tantangan hidup, tidak
mudah tersisihkan oleh nilai-nilai ekonomi yang lebih mengutamakan keuntungan
materi dari kepuasan spiritual.
Masyarakat Jawa yang bermukim di sekitar hutan Taman Nasional
Gunung Merapi juga masih menjaga tradisi nenek moyang mengenai pelestarian
dan perlindungan hutan. Hal ini masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar
hutan, upacara nyadran yang dilakukan menjelang Bulan Ramadhan rutin
51
dilakukan setiap tahunnya. Keterkaitan pola pikir dengan adat-budaya setempat
jika memanfaatkan sesuatu apapun yang berasal dari hutan maka jangan sekali-
kali membuat kerusakan dan harus memberikan usaha untuk mempertahankan
hutan menjadi lebih baik .
5.3.1 Norma-norma masyarakat di sekitar TNGM
Masyarakat sekitar TNGM memiliki aturan adat yang kental dengan adat
Jawa. Di dalam aturan tersebut diatur mengenai hubungan dengan alam dan
masyarakat. Aturan adat memuat hal-hal tentang cara memperlakukan lampahan,
hal yang dilarang dan sanksi terhadap pelanggaran aturan-aturan adat setempat.
Tabel 31 Aturan-aturan adat masyarakat terhadap pemanfaatan tumbuhan di dalam kawasan TNGM
Kegiatan Norma
Menebang 1 pohon di dalam hutan gunung merapi
Menanam 5 pohon sebelumnya
Hutan ditanami palawija Masyarakat akan mengalami kelaparan
Melasanakan nyadran 1 bulan menjelang puasa
Memberikan hasil bumi kepada nenek moyang
Melaksanakan labuhan 1 bulan menjelang puasa
Memberikan hasil bumi berupa tumbuhan berguna melalui perantara Mbah Marijan sebagai perantara antara masyarakat dengan Gunung Merapi
Memburu satwa liar di hutan Peringatan keras oleh masyarakat
Aturan adat tersebut wajib ditaati oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi
secara umum karena bentuk pelanggaran yang terjadi akan dikenai sanksi.
Sebagian sanksi yang diberikan kepada pelanggar adalah teguran dan teguran
keras yaitu dikucilkan dan diusir dari masyarakat.
Hal tersebut seperti dikatakan oleh tokoh adat, Mbah Marijan : Masyarakat sekitar gunung merapi selalu menjaga kelestarian
lingkungannya, hal ini wajib dilakukan, karena masyarakat di sini hidup dari
mendapatkan air, udara berasal dari merapi, apabila hutan rusak dan tandus maka
kehidupan masyarakat merapi akan terganggu, amanah dan niat yang suci harus
dilakukan untuk menjaga gunung merapi baik pohon, hewan beserta isinya. Bagi
siapapun yang melanggar silahkan dengan segala hormat untuk keluar dari
kehidupan kami.
52
Pernyataan tersebut disampaikan karena sudah banyak pendatang
melanggar atau tidak memperdulikan kelestarian hutan di kawasan TNGM dan
kehidupan asli masyarakat sekitar kawasan TNGM yang terpengaruh oleh pola
hidup masyarakat luar atau pendatang, sehingga adat-istiadat dapat terganggu.
5.3.2 Upacara Nyadran
Bagi masyarakat sekitar TNGM kegiatan nyadran atau sadranan
merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka
menghormati nenek moyang dengan menziarahi makam para leluhur. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Sholikhin (2010) bahwa nyadran merupakan
bentuk ritual melalui doa dan sedekahan (uberampe makanan), yang dimaksudkan
untuk mendoakan arwah atau orang-orang yang sudah meninggal. Tradisi ini biasa
dilakukan pada bulan tertentu menjelang bulan Ramadhan yaitu Sya’ban atau
Ruwah. Budaya nyadran tidak hanya sebatas membersihkan makam-makam
leluhur, selamatan (kenduri). Nyadran merupakan suatu bentuk silaturahmi
keluarga dan sekaligus transformasi sosial, budaya dan keagamaan bagi
masyarakat. Silaturahmi ini sendiri merupakan ajaran teologis, dimana Rasulullah
SAW menyebutkannya sebagai amal salih. Dengan kandungan maknanya yang
begitu mendalam, maka wajar apabila berbagai kelompok masyarakat, khususnya
masyarakat sekitar kawasan TNGM merayakannya, keramaiannya melebihi
keramaian lebaran pada bulan Syawal.
Prosesi nyadran biasanya dimulai dengan pembuatan apem, nasi ketan dan
kolak, Tiga jenis tersebut dimasukkan ke dalam takir (tempat makanan dari daun
pisang) kemudian makanan tersebut dipakai ater-ater (dibagikan) kepada sanak
saudara yang lebih tua dengan suatu wadah dari anyaman bambu yang disebut
tempah. Selesai melakukan pembersihan makam warga menggelar kenduri yang
berlokasi di sepanjang jalan menuju makam leluhur. Kenduri dimulai setelah ada
bunyi kentongan yang dipukul, lalu seluruh warga dari anak-anak hingga dewasa
hadir pada acara kenduri. Kemudian Mbah Kaum (ulama lokal) memimpin doa
menggunakan tata cara agama Islam. Selesai berdoa, semua warga tukar menukar
makanan. Tatacara tersebut jelas tidak hanya sekedar ziarah ke makam leluhur
tetapi juga terdapat nilai-nilai sosial budaya, seperti gotong-royong dan
pengorbanan ekonomi.
53
(a) (b)
Gambar 19 Kegiatan masyarakat pada saat upacara nyadran (a) Seorang warga sedang menuju upacara nydran. (b) Tempah sebagai tempat makanan dibuat dari bambu.
5.3.3 Upacara Labuhan
Labuhan merupakan upacara adat yang diadakan pada tanggal 30 bulan
Rejeb pada penanggalan Jawa, dilakukan oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi
yang merupakan bentuk rasa syukur masyarakat sekitar Gunung Merapi diberi
limpahan hasil bumi oleh Tuhan YME. Labuhan merupakan rangkaian upacara
yang diawali di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kraton Ngayogyakarta oleh
utusan Sri Sultan HB X memberikan srah-srahan berupa kain yang disimpan ke
dalam kotak kayu, kepada Camat Cangkringan dilanjutkan penyerahan kepada
juru kunci merapi, kemudian dilanjutkan dengan kirab budaya oleh Prajurit
Gadung Arum dari kali adem yang membawa gunungan menuju rumah juru kunci
merapi. Gunungan tersebut merupakan simbol kemakmuran masyarakat berupa
sayur-mayur dan buah-buahan yang dibentuk menyerupai gunung.
Setibanya di halaman rumah Mbah Marijan dilaksanakan kenduri
wilujengan dengan tembang macapat. Prosesi yang terakhir dilakukan setelah
sholat subuh, diawali dengan kirab prajurit yang membawa srah-srahan bersama
juru kunci menuju ke puncak merapi dilanjutkan dengan doa-doa. Upacara adat
labuhan merapi merupakan kegiatan tahunan yang cukup besar yang
mendatangkan ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara.
54
(a) (b)
Gambar 20 Kegiatan masyarakat pada saat upacara labuhan (a) Warga antusias menghadiri upacara labuhan. (b) Gunungan yang merupakan simbol kemakmuran.
5.3.4 Pengembangan jenis unggulan di TNGM
Di kawasan TNGM terdapat beberapa jenis tumbuhan yang sudah
dikembangkan oleh masyarakat baik digunakan sendiri maupun untuk dijual,
namun ada juga jenis-jenis yang belum dikembangkan baik oleh pengelola
maupun oleh masyarakat. Padahal jenis-jenis tersebut memiliki potensi untuk
dikembangkan. Beberapa jenis tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan
sesuai kegunaanya masing-masing seperti tercantum pada Tabel 32.
Tabel 32 Daftar jenis tumbuhan yang unggulan yang terdapat di kawasan TNGM No Nama
lokal Nama lokal Famili Kegunaan Harga jual
1 Parijoto* Medinella speciosa
Melastomataceae Tumbuhan hias dan obat
Rp. 30.000,00/tangkai
2 Anggrek* pandan
Vanda tricolor Orchidaceae Tumbuhan hias Rp. 200.000,00/pot
3 Kayu angin
Usne spec.div Lichenes Tumbuhan obat Rp. 5.000,00/kg
4 Lombokan Jussieva peruviana
Oxalidaceae Tumbuhan obat Rp. 3.000,00/kg
5 Tesek Dodonea viscosae Sapindaceae Kerajinan Rp. 175.000,00/lusin 6 Kantong
semar Nepenthes alata Nepenthaceae Tumbuhan hias
dan obat Rp. 20.000,00/pot
Keterangan : * sudah dikelola secara tradisional
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar
kawasan TNGM sebanyak 103 jenis dalam 53 famili:
a. Jumlah jenis tumbuhan yang berasal dari kawasan TNGM sebanyak 44
jenis dan berasal dari luar kawasan 89 jenis.
b. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dapat dibedakan
kedalam 8 macam, yaitu: daun, batang, kulit, akar, buah, umbi/rimpang,
bunga, biji.
c. Kelompok manfaat/kegunaan dapat dibedakan kedalam 10 kegunaan,
yaitu: tumbuhan obat, hias, aromatik, penghasil pangan, pengahasil pakan
ternak, penghasil pestisida nabati, penghasil bahan pewarna dan tannin,
penghasil kayu bakar, keperluan upacara adat, penghasil bahan bangunan,
penghasil bahan tali, anyaman dan kerajinan.
d. Tumbuhan potensial di kawasan TNGM, antara lain: Parijoto (Medinella
speciosa Linn.), Anggrek pandan (Vanda tricolor), Tesek (Dodonaea
viscosa Jacq.), Jaka tua (Scoparia dulcis Linn), Lombokan (Jussieva
peruviana) dan Kantong semar (Nepenthes alata).
2. Terdapat interaksi antara masyarakat di sekitar TNGM dengan
keanekaragaman tumbuhan di kawasan TNGM, diantaranya: Upacara
Nyadran di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Ngablak dan Upacara Labuhan di
Desa Umbulharjo.
6.2 Saran
Perlu dilakukannya pengembangan yang lebih lanjut tentang pemanfaatan
tumbuhan berguna untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar TNGM,
terutama setelah terjadinya erupsi gunung merapi, melalui budidaya jenis-jenis
berbasis pengetahuan tradisional masyarakat di sekitar TNGM yang harus
dipertahankan dan dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Monografi Desa Ngablak. Magelang. Tidak diterbitkan.
. 2008. Monografi Desa Sidorejo. Klaten. Tidak diterbitkan.
. 2008. Monografi Desa Umbulharjo. Sleman. Tidak diterbitkan.
. 2010. Monografi Desa Wonodoyo. Boyolali. Tidak diterbitkan.
Arafah D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna Di Kawasan Taman Nasional Bali Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Ardiansyah S. 2008. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Hasil Hutan Non-Kayu (Studi Kasus di KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Propinsi Jawa Timur). [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Asnawi A. 1992. Peranan Tumbuhan dalam Upacara Daur Hidup Suku Bangsa Banjar. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal: 202-215.
Fakhrozi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Hamid A, Nuryani Y.1992. Pengetahuan Tradisional Tumbuhan Racun di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 72-77.
Hariana A. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya. Haryanto S. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Palmall. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV. Badan Litbang Kehutanan,
penerjemah. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Terjemahan dari: de Nuttige Planten van Indonesie).
Hidayat S. 2010. Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh di Garut, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
57
Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Istiwidayati dan Soedjarwo, penerjemah; Sijibat RM, editor. McGraw-Hill, Inc. Terjemahan dari: Developmental Psycology: A Life-Span Approach, Fifth Edition.
Inama. 2008. Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Marind Sendawi Anim di Kawasan Konservasi Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Ismanto. 2007. Inventarisasi Potensi Pakis (Cyathea sp) di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Buletin Konservasi Alam 7 (1): 48-56.
Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Gunung Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Kartiwa S, Martowikrido W. 1992. Hubungan antara Tumbuhan dan Manusia Dalam Upacara Adat di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 149-155.
Noor F. 2007. Pentingnya konservasi dalam pengelolaan hutan. Buletin Konservasi Alam 3(7): 16-21.
Nopandry B. 2007. Hutan Untuk Masyarakat Pemanfaatan Lestari Hutan Konservasi. Buletin Konservasi Alam 7 (1): 4-8.
Pahmi. 2010. Prespektif Baru Antropologi Pedesaan. Jakarta: GP Press.
Purnawan BI. 2006. Inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Purwanto Y, Walujo EB. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem-Irian Jaya : Suatu Telaah tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Tumbuhan. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 132-148.
Ratnasari J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Jakarta: Penebar Swadaya.
58
Rifai AM, Waluyo EB. 1992. Etnobotani dan Pengembangan Tetumbuhan Pewarna Indonesia: Ulasan Suatu Pengamatan di Madura. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 119-126.
Rostiana O, Hadipoentyanti E, Abdullah A. 1992. Potensi Bahan Pewarna Alam di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 127-131.
Sastrapradja O, Sutisna, Kalima T. 1992. Keanekaragaman pemanfaatan jenis-jenis pohon dipterocarpaceae oleh penduduk asli Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 344-357
Setyowati FM, Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Talang Mamak Disekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Biodiversitas Vol. 8 (3), Juli : 228-232. http://www.pdf-search-engine.com/keanekaragaman tumbuhan obat-pdf-pdf.html [14 November 2009].
Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 1-7.
Sholikhin M. 2009. Misteri Bulan Suro Prespektif Islam Jawa. Jakarta: Narasi.
TNGM. 2009. Taman Nasional Gunung Merapi. http://www.tngunungmerapi.org [11 November 2010].
Uji T, Wiriadinata H, Kitagawa I, Shibuya H, Ohashi K. Penelitian pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional di Rejang Lebong, Bengkulu. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 323-327.
Zein U. 2005. Pemanfaatan tumbuhan obat dalam upaya pemeliharaan kesehatan Medan: Universitas Sumatera Utara. http//www.pdf-search-engine.com/pemanfaatan tumbuhan obat-pdf.html [ 17 Desember 2009].
Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Dalam Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB-Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).
59
Zuhud EAM, Hikmat A, Siswoyo, Sandra E, Sumantri H. 2000. Inventarisasi, identifikasi dan pemetaan potensi wanafarma Provinsi Jawa Timur: Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, Laporan Akhir. Fahutan IPB. Bogor.
Zuhud, E.A.M., Hikmat A, Siswoyo, Sandra E, Jamil N. 2001. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid IV. Bogor: Yayasan Sarana Wana Jaya. Fakultas Kehutanan IPB.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar kawasan TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan
diperoleh
1 Keji beling Staurogyne elongata O.K. Acanthaceae Herba Wawancara Pk
2 Gandarusa Justicia gendarussa Burm. Acanthaceae Semak Wawancara Tn
3 Dlingo Acorus calamus Linn. Acoraceae Herba Wawancara Pk, S
4 Bayam duri Amaranthus spinosus Linn. Amaranthaceae Herba Wawancara Pk
5 Mangga Mangifera indica Linn. Anacardiaceae Pohon Wawancara Pk
6 Poh-pohan Buchanania arborescens Bl. Anacardiaceae Herba Wawancara Tn, Pk
7 Kenanga Canangium odoratum Baill. Anonaceae Pohon Wawancara Pk
8 Adas Foeniculum vulgare Mill. Apiaceae Herba Wawancara S
9 Talas Colocasia gigantea (Blume) Hook f. Araceae Herba Wawancara Tn, Pk
10 Kelapa Cocos nucifera Linn. Arecaceae Palma Wawancara Pk
11 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Arecaceae Palma Wawancara Pk, S
12 Aren Arenga pinnata Merr. Arecaceae Palma Wawancara Tn
13 Tapak liman Elephantopus scaber Linn. Asteraceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
14 Edelweis Anaphalis javanica Asteraceae perdu Wawancara Tn
15 Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Basellaceae Herba Wawancara Pk
16 Duren Durio zibethinus Murr. Bombacaceae Pohon Wawancara Pk
17 Sawi Brassica rapa var. parachinensis Linn. Brassicaceae Herba Wawancara Pk, S
18 Nanas Ananas comosus Merr. Bromeliaceae Semak Wawancara Pk
19 Secang Caesalpinia sappan Linn. Caesalpiniaceae Herba Wawancara Pk
20 Sledri Cosmos caudatus H.B.K. Compositae Herba Wawancara Pk, S
21 Ketela Ipomoea batatas Poir. Convolvulaceae Semak Wawancara Pk, S
61
Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan diperoleh
22 Cocor bebek Kalanchoe pinnata Pers. Crassulaceae Herba Wawancara Pk
23 Kubis Brassica oleracea fa acephala Cruciferae Herba Wawancara S
24 Oyong Luffa acutangula Roxb. Cucurbitaceae Herba Wawancara Pk, S
25 Labu siam Sechium edule (Jacq.) Sw. Cucurbitaceae Herba Wawancara Pk, S
26 Pakis Raja Cycas rhumpii Miq. Cycadaceae Paku Wawancara Tn
27 Gereges otot Equisetum debile Roxb. Equisetaceae Herba Wawancara Tn, Pk
28 Cepoko geni Rhododendron javanicum Benn. Ericaceae Semak Wawancara Tn
29 Manis rejo Vaccinium varingfolium Miq. Ericaceae Pohon Wawancara Pk, S
30 Katu Saurpopus androgynus Merr. Euphorbiaceae Pohon Wawancara Pk
31 Meniran Phyllanthus niruri Linn. Euphorbiaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
32 Patikan kerbau Euphorbia hirta Linn. Euphorbiaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
33 Jarak Jatropha curcas Linn. Euphorbiaceae Perdu Wawancara Tn
34 Ketela pohon Manihot utilisima Phol. Euphorbiaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
35 Krokot Portulaca oleracea Linn Euphorbiaceae Herba Wawancara Pk, S
36 Akasia Acacia deguren Willd. Fabaceae Pohon Wawancara Tn, Pk, S
37 Kaliandra Calliandra calothyrsus. Fabaceae Perdu Wawancara Pk, S
38 Dadap duri Erythrina lithosperma Miq. Fabaceae Pohon Wawancara Tn, Pk, S
39 Kacang Panjang Vigna sinensis Endl. Fabaceae Herba Wawancara Pk, S
40 Asam Jawa Tamarindus indica Linn. Fabaceae Pohon Wawancara Pk, S
41 Dadap serep Erythrina lithosperma Miq.var inermis. Fabaceae Pohon Wawancara Pk, S
42 Sengon Paraserianthes falcataria Fabaceae Pohon Wawancara Pk, S
43 Blinjo Gnetum gnemon Linn. Gnetaceae Pohon Wawancara Pk, S
62
Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan diperoleh
44 Kemangi Ocimum sanctum Linn. Labiaceae Herba Wawancara Pk, S
45 Jinten Coleus amboinicus Lour. Labiatae Herba Wawancara S
46 Leng-lengan Leucas lavandulifolia Smith. Lamiaceae Herba Wawancara Pk, S
47 Alpukat Persea Americana P. Mill. Lauraceae Pohon Wawancara Pk, S
48 Kayu manis Cinnamomum burmannii Bl. Lauraceae Pohon Wawancara Pk, S
49 Kayu angin Usnea spec.div Lichenes Epifit Wawancara Tn
50 Bawang merah Allium cepa var. aggregatum Linn. Liliaceae Herba Wawancara Pk, S
51 Bawang putih Allium sativum Linn. Liliaceae Herba Wawancara Pk, S
52 Sidogori Sida rhombifolia Linn. Malvaceae Perdu Wawancara Pk, S
53 Parijoto Medinella speciosa Linn. Melastomataceae Perdu Wawancara Tn
54 Mindi Melia azedarach Linn. Meliaceae Pohon Wawancara Pk, S
55 Suren Toona sureni Merr. Meliaceae Pohon Wawancara Pk, S
56 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Meliaceae Pohon Wawancara Pk, S
57 Brotowali Tinospora tuberculata Beumee. Menispermaceae Herba Wawancara Pk, S
58 Cincau Cyclea barbata Miers. Menispermaceae Herba Wawancara Pk, S
59 Putri malu Mimosa pudica Linn. Mimosaccae Semak Wawancara Pk, S
60 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Moraceae Pohon Wawancara Pk
61 Sukun Artocarpus communis Forst. Moraceae Pohon Wawancara Pk, S
62 Pisang Musa paradisiacal Linn. Musaceae Herba Wawancara Pk, S
63 Salam Eugenia polyantha Wight. Myrtaceae Pohon Wawancara Pk, S
64 Jambu air Eugenia aquea Burm.f. Myrtaceae Pohon Wawancara Pk, S
63
Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan diperoleh
65 Kantong semar Nepenthes alata Nepenthaceae Herba Wawancara Tn
66 Melati Jasminum Sambac Ait. Oleaceae Semak Wawancara Pk, S
67 Anggrek pandan Vanda tricolor Orchidaceae Epifit Wawancara Tn
68 Anggrek tanah Eulophia spec. Orchidaceae Epifit Wawancara Tn
69 Vanili Vanilla planifolia Andrews. Orchidaceae Herba Wawancara Pk, S
70 Lombokan Jussieva peruviana Linn. Oxalidaceae Herba Wawancara Tn
71 Pandan Pandanus tectorius Sol.var. Pandanacae Semak Wawancara Tn
72 Sirih merah Piper crocatum Ruiz & Pav. Piperaceae Herba Wawancara Pk, S
73 Sirih Piper betle Linn. Piperaceae Herba Wawancara Pk, S
74 Cabai jawa Piper retrofractum Vahl. Piperaceae Herba Wawancara Pk, S
75 Lada Piper nigrum Linn. Piperaceae Herba Wawancara Pk, S
76 Kulonjono Pennisetum purpureum Schum. Poaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
77 Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. Poaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
78 Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. Poaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
79 Bambu apus Gigantochloa apus. Poaceae Bambu Wawancara Tn, Pk, S
80 Bambu legi Gigantochloa acer. Poaceae Bambu Wawancara Tn, Pk, S
81 Padi Oryza sativa Linn. Poaceae Herba Wawancara S
82 Jali Coix lacryma jobi Linn. Poaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
83 Bambu betung Dendrocalamus asper Poaceae Bambu Wawancara Tn, Pk, S
84 Bambu cendani Bambusa multiplex Raeusch. Poaceae Bambu Wawancara Tn, Pk, S
85 Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will. Rubiaceae Pohon Wawancara Pk
64
Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan diperoleh
86 Kina Cinchona ledgeriana Moens Rubiaceae Pohon Wawancara Tn, Pk
87 Gambir Uncaria gambir Hunter R Rubiaceae Pohon Wawancara Pk
88 Tesek Dodonaea viscosa Jacq. Sapindaceae Pohon Wawancara Tn
89 Jaka tua Scoparia dulcis Linn. Scrophulariaceae Perdu Wawancara Tn
90 Tembakau Nicotiana tabacum Linn Solanaceae Herba Wawancara S
91 Tomat Solanum lycopersicum Linn. Solanaceae Herba Wawancara Pk, S
92 Terong Solanum melongena Linn. Solanaceae Herba Wawancara Pk, S
93 Lombok Capsicum annum Linn. Solanaceae Herba Wawancara Pk, S
94 Kentang Solanum tuberosum Linn. Solanaceae Herba Wawancara Pk, S
95 Puspa Schima walichii Reinw. Theaceae Pohon Wawancara Tn, Pk, S
96 Wortel Daucus carota Linn. Umbelliferaceae Herba Wawancara Pk, S
97 Lengkuas Alpinia galanga Sw. Zingiberaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
98 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
99 Jahe Zingiber officinale Rosc. Zingiberaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S
100 Bengle Zingiber cassumunar Roxb. Zingiberaceae Herba Wawancara Pk, S
101 Temu ireng Curcuma aeruginosa Roxb. Zingiberaceae Herba Wawancara Pk, S
102 Lempuyang Zingiber aromaticum Zingiberaceae Herba Wawancara Pk, S
103 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. Zingiberaceae Herba Wawancara Pk, S Keterangan: Tn = Jenis tumbuhan yang diperoleh dari dalam kawasan TNGM Pk = Jenis tumbuhan yang diperoleh dari lahan pekarangan S = Jenis tumbuhan yang diperoleh dari lahan persawahan
65
Lampiran 2 Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat di sekitar TNGM
No Nama Lokal Nama Imiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat kegunaan
1 Keji beling Staurogyne elongata O.K. Daun Batu ginjal
2 Gandarusa Justicia gendarussa Burm. Daun Memar, luka bakar
3 Dlingo Acorus calamus Linn. Daun Kesurupan
4 Bayam duri Amaranthus spinosus Linn. Daun Kencing nanah, produksi asi
5 Adas Foeniculum vulgare Mill. Daun, biji Sakit perut, ASI sedikit
6 Talas Colocasia gigantea (Blume) Hook f. Umbi Sakit perut
7 Tapak liman Elephantopus scaber Linn. Daun Susah tidur
8 Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Daun Kesurupan
9 Secang Caesalpinia sappan Linn. Kulit Penghangat tubuh
10 Cocor bebek Kalanchoe pinnata Pers. Daun Luka bakar
11 Oyong Luffa acutangula Roxb. Biji Pelancar metabolism tubuh
12 Gereges otot Equisetum debile Roxb. Batang Radang otot,influenza,diare
13 Katu Saurpopus androgynus Merr. Daun Meningkatkan air asi
14 Meniran Phyllanthus niruri Linn. Daun Lever, demam
15 Patikan kerbau Euphorbia hirta Linn. Daun Radang tenggorokan, asma
16 Jarak Jatropha curcas Linn. Daun Penurun demam,
17 Krokot Portulaca oleracea Linn Daun Penurun demam
18 Kacang Panjang Vigna sinensis Endl. Daun Kesuburan
19 Asam Jawa Tamarindus indica Linn. Kulit Asma,batuk,demam
20 Dadap serep Erythrina lithosperma Miq.var inermis. Daun Demam
21 Jinten Coleus amboinicus Lour. Biji, daun Bayi muntah, sakit jantung
22 Leng-lengan Leucas lavandulifolia Smith. Daun, batang Susah tidur
23 Kayu angin Usnea spec.div Daun Stamina tubuh
66
Lampiran 2 (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Imiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat kegunaan
24 Bawang merah Allium cepa var. aggregatum Linn. Umbi, daun Batuk, haid, kembung
25 Bawang putih Allium sativum Linn. Umbi Asma, masuk angin
26 Sidogori Sida rhombifolia Linn. Akar Influenza , demam
27 Parijoto Medinella speciosa Linn. Bunga Menyuburkan kandungan
28 Brotowali Tinospora tuberculata Beumee. Daun Nafsu makan, kencing manis
29 Cincau Cyclea barbata Miers. Daun Pelancar saluran pencernaan
30 Putri malu Mimosa pudica Linn. Daun Susah tidur, cacingan
31 Kantong semar Nepenthes alata Bunga Obat mata
32 Melati Jasminum Sambac Ait. Bunga Sesak nafas, sakit mata
33 Lombokan Jussieva peruviana Linn. Daun Stamina tubuh
34 Sirih merah Piper crocatum Ruiz & Pav. Daun Kewanitaan
35 Sirih Piper betle Linn. Daun Kewanitaan
36 Cabai jawa Piper retrofractum Vahl. Biji Membersihkan rahim, stamina pria
37 Lada Piper nigrum Linn. Biji Penghangat tubuh
38 Jali Coix lacryma jobi Linn. Daun Demam
39 Kina Cinchona ledgeriana Moens Daun, kulit Stamina tubuh
40 Gambir Uncaria gambir Hunter R Biji Sariawan,obat mulut
41 Lengkuas Alpinia galanga Sw. Batang Rematik, nafsu makan, gairah
42 Kunyit Curcuma domestica Val. Rimpang Nafsu makan
43 Jahe Zingiber officinale Rosc. Rimpang Penghangat tubuh, kembung
44 Bengle Zingiber cassumunar Roxb. Rimpang Penghangat tubuh
45 Temu ireng Curcuma aeruginosa Roxb. Rimpang Stamina tubuh
46 Lempuyang Zingiber aromaticum Rimpang Penyegar tubuh, sakit kuning
67
Lampiran 2 (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Imiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat/kegunaan
47 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. Rimpang Penyegar tubuh, stamina tubuh
Lampiran 3 Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yang
dimanfaatkan Manfaat/kegunaan
1 Mangga Mangifera indica Linn. Buah Bahan pangan
2 Adas Foeniculum vulgare Mill. Daun Bahan pangan
3 Talas Colocasia gigantea (Blume) Hook f. Umbi Bahan pangan
4 Kelapa Cocos nucifera Linn. Buah Bahan pangan
5 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Buah Bahan pangan
6 Aren Arenga pinnata Merr. Buah Bahan pangan
7 Duren Durio zibethinus Murr. Buah Bahan pangan
8 Sawi Brassica rapa var. parachinensis Linn. Daun Bahan pangan
9 Nanas Ananas comosus Merr. Buah Bahan pangan
10 Sledri Cosmos caudatus H.B.K. Daun Bahan pangan
11 Ketela Ipomoea batatas Poir. Umbi Bahan pangan
12 Kubis Brassica oleracea fa acephala Daun Bahan pangan
13 Oyong Luffa acutangula Roxb. Buah Bahan pangan
14 Labu siam Sechium edule (Jacq.) Sw. Buah Bahan pangan
15 Ketela pohon Manihot utilisima Phol. Umbi Bahan pangan
16 Krokot Portulaca oleracea Linn Daun Bahan pangan
17 Kacang Panjang Vigna sinensis Endl. Daun, buah Bahan pangan
68
Lampiran 3 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat/kegunaan
18 Asam Jawa Tamarindus indica Linn. Buah Bahan pangan
19 Blinjo Gnetum gnemon Linn. Buah, daun Bahan pangan
20 Kemangi Ocimum sanctum Linn. Daun Bahan pangan
21 Jinten Coleus amboinicus Lour. Biji Bahan pangan
22 Alpukat Persea Americana P. Mill. Buah Bahan pangan
23 Kayu manis Ocimum sanctum Linn. Daun Bahan pangan
24 Bawang merah Allium cepa var. aggregatum Linn. Umbi, daun Bahan pangan
25 Bawang putih Allium sativum Linn. Umbi Bahan pangan
26 Cincau Cyclea barbata Miers. Daun Bahan pangan
27 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Buah Bahan pangan
28 Sukun Artocarpus communis Forst. Buah Bahan pangan
29 Pisang Musa paradisiacal Linn. Buah, daun Bahan pangan
30 Salam Eugenia polyantha Wight. Daun Bahan pangan
31 Jambu air Eugenia aquea Burm.f. Buah Bahan pangan
32 Vanili Vanilla planifolia Andrews. Daun Bahan pangan
33 Padi Oryza sativa Linn. Biji Bahan pangan
34 Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will. Biji Bahan pangan
35 Tembakau Nicotiana tabacum Linn Daun Bahan pangan
36 Tomat Solanum lycopersicum Linn. Buah Bahan pangan
37 Terong Solanum melongena Linn. Buah Bahan pangan
38 Lombok Capsicum annum Linn. Buah Bahan pangan
39 Kentang Solanum tuberosum Linn. Umbi Bahan pangan
40 Wortel Daucus carota Linn. Umbi Bahan pangan
69
70
Lampiran 4
KUISIONER KAJIAN POTENSI TUMBUHAN BERGUNA
Nama : Luas lahan :
Umur : Jumlah kk :
Jenis Kelamin : L/P Suku :
Pendidikan :
Pertanyaan :
1. Dalam satu minggu berapa kali saudara masuk ke hutan?
a. Satu c. Tiga e. Lainnya…...
b. Dua d. setiap hari
2. Apa yang saudara lakukan?
a. Berburu c. Mengambil kayu bakar e. Lainnya…...
b. Mengambil tumbuhan d. Bertani
3. Jenis-jenis tumbuhan apa yang saudara ambil dari hutan :
a) ........................
b) .......................
c) ........................
d) .......................
e) ........................
4. Jenis-jenis tumbuhan tersebut digunakan untuk :
a) Bahan bangunan
b) Bahan pangan
c) Bahan sandang
d) Bahan obat
e) Bahan racun
f) Bahan pewarna
g) Upacara adat
h) Lainnya..............................
5. Apakah tumbuhan tersebut untuk keperluan sendiri atau dijual?
71
a. Sendiri b. Dijual c. Lainnya…….
6. Apakah tumbuhan berguna yang diambil dibudidayakan?
a. Ya b. Tidak
7. Bagaimanakah cara pengambilan tumbuhan di alam?
a. Musiman c. Lainnya.........................
b. Tidak tergantung musim
8. Apa nama tumbuhan yang sering digunakan tersebut?
N
o
Nama Lokal Kegunaan
1
2
3
4
5
9. Darimana tumbuhan berguna tersebut diambil?
a. Hutan c. Lainnya........................
b. Kebun/ladang
10. Berapa kali saudara mengambil/memanen tumbuhan tersebut?
a. Kurang dari satu minggu d. Satu bulan
b. Satu minggu e. Jika perlu
c. Dua minggu f. Lainnya………..
11. Apabila Saudara memanfaatkan sebagai obat tradisional atau fungsi lain, bagaimanakah
cara pengolahannya dan bagian apa yang dimanfaatkan?
a. Tumbuhan obat
b. Tumbuhan hias
c. Tumbuhan pangan
d. Bahan bangunan
e. Adat
f. Lainnya…………………………….
72
g. Bagian yang digunakan :
h. Cara pengolahannya :
12. Apakah ada persediaan tumbuhan di rumah?
a. Ada b. Tidak ada
13. Jika ada, disimpan dalam bentuk apa?
a. Basah c. Kering d. Serbuk
b. Simplisia utuh
14. Apakah Saudara menanam tumbuhan di rumah?
a. Ya b. Tidak
15. Jenis apa yang ditanam?
a. Tumbuhan obat c. Tumbuhan hias e. ……
b. Tumbuhan pangan d. Bahan bangunan
16. Sering digunakan untuk apa?
a. Obat c. Hiasan e. Lainnya…...
b. Masak d. Pakan
17. Apabila anda memakai tumbuhan obat tersebut bagaimana cara mengolahnya?
a………………. c…………… e. ……
b. ……………… d……………
18. Apa saja spesies tumbuhan yang dibudidayakan oleh masyarakat?
a. Tumbuhan Obat d. Bahan bangunan
1. Nama lokal 1. Nama lokal
2. Asal 2. Asal
3. Khasiat
b. Tumbuhan hias e. Acara adat
1. Nama lokal 1. Nama lokal
2. Asal 2. Asal
c. Tumbuhan pangan f. Lainnya……
1. Nama lokal 1. Nama lokal
2. Asal 2. Asal
73
1111111111rrffgfg
19. Dari tanaman tersebut bagian apa yang dimanfaatkan?
a. Buah c. Bunga e. Akar
b. Daun d. Batang
20. Bagaimana cara mengelolanya?
a. …………………………. c……………… e. ……
b. …………………………. d…………….. f. …….
21. Bagaimana teknik budidayanya?
a. ……………… c. …………… e. ……
b. ……………... d. ……………
22. Bagaimana sumber pengetahuan tersebut diperoleh?
a. Sendiri c. Sekolah
b. Orang tua d. Lainnya………………..
74
Lampiran 5
KUISIONER MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI 1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan TNGM ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tujuan dari didirikan TNGM ?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, apa saja tujuan dari didirikannya TNGM ?
a. ..........................................................................
b. ..........................................................................
c. ..........................................................................
d. ..........................................................................
e. ..........................................................................
4. Menurut Bapak/Ibu, manfaat apa saja yang dapat diperoleh dari keberadaan KHS baik secara
langsung maupun tidak langsung ?
a. Tersedianya bahan konstruksi (kayu)
b. Tersedianya kayu bakar
c. Tersedianya bahan pangan (hayati dan hewan)
d. Tersedianya obat-obatan
e. Tersedianya air bersih
f. Mengurangi banjir dan tanah longsor
g. Tersedianya udara yang bersih dan segar
h. Tersedianya panorama alam yang indah
i. lainnya…
5. Menurut Bapak/Ibu, apa yang seharusnya dilakukan agar manfaat keberadaan TNGM dapat
tetap dirasakan oleh generasi yang akan datang ?
a. Pemanfaatan SDA secara langsung di TNGM dihentikan
b. Pemanfaatan SDA secara langsung di TNGM dikurangi/dibatasi
c. Dilakukan pengaturan terhadap pemanfaatan SDA di TNGM
75
d. Dilakukan pengawasan yang ketat terhadap pemanfaatan SDA di TNGM
e. Dilakukan kegiatan budidaya di luar TNGM terhadap jenis-jenis yang sering dimanfaatkan
6. Menurut Bapak/Ibu, kegiatan apa saja yang boleh dilakukan di TNGM ?
a. Pemanfaatan Sumberdaya air
b. Kegiatan Rekreasi terbatas
c. Kegiatan Penelitian
d. Lainnya
e. Tidak tahu
7. Menurut Bapak/Ibu, kegiatan apa saja yang tidak boleh dilakukan di kawasan TNGM ?
a. Pengambilan pohon
b. Pengambilan vegetasi lainnya
c. Pengambilan satwaliar
d. Pembukaan lahan untuk kegiatan pertanian
e. Pembuatan jalan
f. lainnya…
g Tidak tahu
Lampiran 6 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Umbulharjo No Nama Jenis Kelamin Umur
(Tahun) Jumlah Anggota Keluarga (orang)
Pendidikan Mata Pencaharian
Tingkat Pendapatan
Luas Penguasaan Lahan
1 Sini P 52 5 - Petani 540 ribu/bulan 300 m² 2 Poyo L 45 7 - Petani < 500 ribu/bulan 400 m² 3 Rejo L 56 4 SD Petani < 500 ribu/bulan 400 m² 4 Margono L 35 5 SD Petani 550 ribu/bulan 300 m² 5 Suci P 14 4 SMP Petani < 500 ribu/bulan - 6 Sri Lestari P 25 5 SMP Petani >1 juta/bulan 500 m² 7 Yanto L 37 5 STM Petani 1,5 juta/bulan 3.000 m² 8 Rahmat Nur L 16 4 SD Petani 200 ribu/bulan - 9 Cipto Sumandji L 68 6 - Petani < 500 ribu/bulan 180 m²
10 Maronggo Prasetyo L 50 4 SMP Petani 2 juta/bulan 1,5 ha² 11 Mursani P 40 4 SMA Pegawai 1,8 juta/bulan - 12 Mbah Marijan P 85 6 - Petani < 500 ribu/bulan - 13 Purwito P 60 4 - Petani < 500 ribu/bulan - 14 Yamirah P 40 5 SD Petani 1,1 juta/bulan 1 ha² 15 Priyana L 30 5 SMP Petani 1 juta/bulan 1 ha² 16 Ahdi L 85 6 - Petani 3,3 juta/bulan 2 ha² 17 Yatini P 40 4 SMP Petani < 500 ribu/bulan 500 m² 18 Dewis P 28 4 - Petani < 500 ribu/bulan 500 m² 19 Udi L 55 3 - Petani 700 ribu/bulan 400 m² 20 Murdiyoko L 76 7 SD Petani < 500 ribu/bulan 600 m² 21 Saludin L 50 4 SMA Petani 900 ribu/bulan 1.500 m² 22 Pairem P 58 3 - Petani >500 ribu/bulan 400 m² 23 Wignyo P 75 3 SR Petani >500 ribu/bulan 300 m² 24 Suparno L 45 3 SD Petani <500 ribu/bulan 600 m² 25 Lita P 32 3 - Petani <500 ribu/bulan 200 m² 26 Rudi L 37 4 - Petani <500 ribu/bulan 300 m² 27 Panut P 57 4 SD Petani >1 juta/bulan 1,5 ha² 28 Tita P 40 3 - Petani <500 ribu/bulan - 29 Sabri P 41 6 - Petani <500 ribu/bulan - 30 Sulsam L 48 5 SMA Petani 750 juta/bulan 600 m²
76
Lampiran 7 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Sidorejo No Nama Jenis Kelamin Umur
(Tahun) Jumlah Anggota Keluarga (orang)
Pendidikan Mata Pencaharian
Tingkat Pendapatan
Luas Penguasaan Lahan
1 Pak Nanto L 59 5 SD Petani 150 ribu/bulan 500 m² 2 Muji P 38 4 SD Petani 120 ribu/bulan 300 m² 3 Darso L 40 5 - Petani 150 ribu/bulan 500 m² 4 Hardi L 60 3 - Petani 2,5 juta/bulan 5.000 m² 5 Reno L 60 2 - Petani 1,2 juta/bulan 1.500 m² 6 Permo L 50 5 - Petani < 500 ribu/bulan - 7 Yami P 51 6 S1 Petani, Pegawai < 500 ribu/bulan 2 ha² 8 Kiryono - 29 4 SMA Petani < 500 ribu/bulan - 9 Nanto Wiyono L 60 3 - Petani < 500 ribu/bulan -
10 Yono L 27 5 SMA Petani < 500 ribu/bulan - 11 Purwanto L 34 4 SMA Petani < 500 ribu/bulan - 12 Suhartini P 57 4 SMP Petani 225 ribu/bulan 600 m² 13 Dewi P 34 3 - Buruh < 500 ribu/bulan - 14 Ibu Dibyo P 55 5 SD Petani 1,2 juta/bulan 5.000 m² 15 Sarjoko L 36 4 SMK Petani 7,5 juta/bulan 2 ha² 16 Dewi P 38 5 SD Petani < 500 ribu/bulan 1000 17 Suhani P 40 5 SD Petani < 500 ribu/bulan - 18 Sulami P 21 3 SMP Petani < 500 ribu/bulan 200 m² 19 Nike P 24 6 - Buruh < 500 ribu/bulan - 20 Sukaryo P 70 5 - Petani < 500 ribu/bulan - 21 Marsono L 66 6 S1 Guru 1, 85 juta/bulan 7.000 m² 22 Tari P 34 3 SMP - 150 ribu/bulan 300 m² 23 Marmo L 67 5 SD - 1, 2 juta/bulan 4.000 m² 24 Bini L 70 7 - Buruh 100 ribu/bulan 500 m² 25 Syueib L 53 5 SD - 180 ribu/bulan 600 m² 26 Giyono L 43 4 SMP - 260 ribu/bulan 700 m² 27 Walidi L 45 4 SMP - 562 ribu/bulan 1.500 m² 28 Suminah P 32 3 SD - 1,3 juta/bulan 2.500 m² 29 Suyat P 90 7 - - < 500 ribu/bulan - 30 Sugiyem P 89 6 - - < 500 ribu/bulan -
77
Lampiran 8 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Wonodoyo No Nama Jenis Kelamin Umur
(Tahun) Jumlah Anggota Keluarga (orang)
Pendidikan Mata Pencaharian
Tingkat Pendapatan Luas Penguasaan
Lahan
1 Pak Rusdi L 56 6 - Petani 600-750ribu/bulan 3.000 m² 2 Pak Jimmy L 39 4 SD Petani >1 juta/bulan 5.850 m² 3 Pak Warsito L 46 4 - Petani <500 ribu/bulan 500 m² 4 Ibu Kamti P 47 5 SD Petani <500 ribu/bulan 1.500 m² 5 Agus L 23 3 SMP Petani 800 ribu/bulan 1.500 m² 6 Daryono L 16 7 MI Petani <500 ribu/bulan 500 m² 7 Sumarto L 75 4 SR / SD Petani <500 ribu/bulan 300 m² 8 Hartono L 56 7 SD Petani <500 ribu/bulan 2.000 m² 9 Sukarmi P 50 4 SD Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 2.400 m²
10 Yamini P 65 6 MI Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 2.250 m² 11 Supatmi P 21 7 SMP Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 3.000 m² 12 Agus L 21 6 SD Petani <500 ribu/bulan 1.000 m 13 Muhammad L 55 4 SD / MI Petani <500 ribu/bulan 1.000 m² 14 Mitro L 55 5 SD / MI Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 2.000 m² 15 Fahrudin L 35 4 S1 Pegawai >1 juta/bulan 1 ha² 16 Hadiuman L 79 7 SD Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 3.500 m² 17 Suparno L 33 3 MI Petani >1 juta/bulan 4.000 m² 18 Sastro Martono L 75 7 SD Petani <500 ribu/bulan - 19 Farhan L 20 6 S1 Pegawai >1 juta/bulan 5.000 m² 20 Jupri P 60 6 SD Petani <500 ribu/bulan 3.000 m² 21 Ahmad Min L 80 4 - Petani 1,5 juta/bulan 5.000 m² 22 Sutami P 35 5 SD Petani <500 ribu/bulan - 23 Sulistyo L 32 7 SD Petani >1 juta/bulan 2 ha² 24 Wagimin L 40 4 SD Petani <500 ribu/bulan - 25 Sumarto L 39 4 SD Petani >1 juta/bulan 1,5 ha² 26 Tati P 35 4 SD Petani >1 juta/bulan 3.000 m² 27 Marsiyah P 28 5 SMP Petani <500 ribu/bulan 1.000 m² 28 Rusti P 34 3 SD Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 1.500 m² 29 Martiyem P 40 6 SD Petani 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 2.000 m² 30 Sumirah P 32 4 SD Petani <500 ribu/bulan 1.000 m²
78
Lampiran 9 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Ngablak No Nama Jenis Kelamin Umur
(Tahun) Jumlah Anggota Keluarga (orang)
Pendidikan Mata Pencaharian
Tingkat Pendapatan Luas Penguasaan
Lahan
1 Jumadi L 50 5 - Petani 324 ribu/bulan 300 m² 2 Bambang L 37 6 S1 Petani >1 juta/bulan 4.000 m² 3 Muwardi L 60 2 Petani >1 juta/bulan 1.000 m² 4 Samsudin L 40 4 SD Petani >1 juta/bulan 1.000 m² 5 Suharni P 55 5 - Petani 500 ribu/bulan-1 juta/bulan 500 m² 6 Sugiyanto L 33 4 SMA Petani <500 ribu/bulan 750 m² 7 Rahkini P 45 4 SD Petani 400ribu/bulan-500 ribu/bulan 700 m² 8 Ranto L 50 4 - Petani >1 juta/bulan 1.500 m² 9 Praptodiharjo L 70 5 SD Petani <500 ribu/bulan 30 m²
10 Sangkrip L 40 5 SD Petani <500 ribu/bulan 200 m² 11 Wahyudin L 30 3 SMP Buruh <500 ribu/bulan - 12 Ugi L 55 4 SD Petani <500 ribu/bulan 200 m² 13 Iksan L 67 5 SD Petani <500 ribu/bulan 120 m² 14 Murni L 55 4 SD Petani >1 juta/bulan 5.000 m² 15 Khoiriah P 31 3 SD Buruh >1 juta/bulan 1.000 m² 16 Ismail L 65 6 - Petani <500 ribu/bulan 1.000 m² 17 Muslimah P 25 6 SD Petani <500 ribu/bulan 200 m² 18 Yasrimah P 53 4 SMP Petani <500 ribu/bulan - 19 Sutopo L 43 4 SMA Petani >1 juta/bulan 9.000 m² 20 Elzam L 47 6 SLTP Lurah/petani >1 juta/bulan 8500 m² 21 Andreas L 35 3 SLTP Petani >1juta/bulan 7000 m² 22 Suharsih P 31 3 SD Buruh /Petani 800 ribu/bulan 400 m² 23 Sarno L 31 3 - Petani 500 ribu/bulan- 700 ribu/bulan 400 m² 24 Siswo L 70 3 - Petani >500 ribu/bulan 500 m² 25 Murti P 52 4 - Petani >500 ribu/bulan 500 m² 26 Ratna P 29 4 SMP Petani >1 juta/bulan 1.500 m² 27 Tarisiah P 40 5 SD Petani >1 juta/bulan 2.500 m² 28 Martiya P 38 3 SMA Petani >1 juta/bulan 3.000 m² 29 Sifa P 37 4 SD Petani >1 juta/bulan 10.000 m² 30 Rahma P 38 5 SD Petani >1 juta/bulan 2.000 m²
79
Keterangan : X(Y) X = Orang tua Y = Anak
top related