kajian ekonomi dan keuangan regional ... bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan....
Post on 02-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TRIWULAN IV 2015
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara i
Kata
Pengantar
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) disusun
setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, mencakup aspek
pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses
keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan
masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini disamping bertujuan
untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan
moneter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan
Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi
stakeholder di wilayah kerjanya.
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 menunjukkan percepatan laju
pertumbuhan yang disebabkan oleh masih terjaganya konsumsi rumah tangga dan investasi di sisi
permintaan. Sementara dari sisi penawaran, percepatan laju perekonomian tersebut disebabkan oleh
akselerasi yang terjadi pada kategori pertanian dan kategori konstruksi. Selama triwulan IV 2015,
perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 7,5% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 7,0% (yoy). Sementara itu, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015
mengalami penurunan yang cukup tajam, dari 7,24% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 2,27%
(yoy) di akhir tahun 2015. Penurunan laju inflasi tersebut disebabkan oleh menurunnya laju inflasi
yang terjadi di Kota Kendari maupun Kota Baubau yang bersumber dari komponen administered prices
akibat minimnya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2015.
Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai
institusi baik secara langsung melalui survei dan liason maupun data yang sudah tersedia. Sehubungan
dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada
semua pihak yang telah berkontribusi, baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi
secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami
harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.
Kendari, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Dian Nugraha
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara ii
VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki
serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil
MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan
menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional
bekerja secara efektif dan efisien
serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal
untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan
dapat berkontribusi pada
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar
yang berkontribusi terhadap
perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan
dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja,
serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas
dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang
NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai
untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:
Trust and Integity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara iii
Daftar
Isi
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
VISI MISI BANK INDONESIA ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... vi
TABEL INDIKATOR TERPILIH ...................................................................................... viii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................. 1
BAB 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ............................. .............................. 5
1.1. Kondisi Umum .................................................................................. 6
1.2. Perkembangan Sisi Pengeluaran ......................................................... 7
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................... 7
1.2.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................... 8
1.2.3 Investasi ................................................................................... 9
1.2.4 Ekspor dan Impor ..................................................................... 9
1.3. Perkembangan Sisi Penawaran: Kategori Ekonomi Utama ................... 12
1.3.1 Kategori Pertanian .................................................................... 12
1.3.2 Kategori Pertambangan ............................................................ 13
1.3.3 Kategori Industri Pengolahan .................................................... 14
1.3.4 Kategori Perdagangan Besar dan Eceran ................................... 15
1.3.5 Kategori Konstruksi .................................................................. 17
1.3.6 Kategori Transportasi dan Pergudangan .................................... 18
BOKS 1: PAKET KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAH ................................................... 20
BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ............................................... 23
2.1 Struktur Anggaran dan Realisasi Semester I 2015 ............................... 24
2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi ............................... 26
2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan ................................................ 26
2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja ....................................................... 27
BAB 3. INFLASI DAERAH ...... .......................................................................... 29
3.1 Kondisi Umum .................................................................................. 30
3.2 Disagregasi Inflasi .............................................................................. 33
3.3 Upaya Pengendalian Inflasi ................................................................ 35
BOKS 2: KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI UTAMA ................................................. 38
BOKS 3: SISTEM LOGISTIK SULAWESI TENGGARA MELALUI TRANSPORTASI LAUT ........ 40
BAB 4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN ...... .. 46
4.1 Kondisi Umum Perbankan ................................................................. 46
4.1.1 Perkembangan Kelembagaan .................................................... 46
4.1.2 Aset Perbankan ....................................................................... 46
4.1.3 Intermediasi Perbankan ............................................................ 47
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara iv
4.1.4 Bank Syariah ............................................................................ 48
4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat ........................................................... 49
4.2 Stabilitas Sistem Keuangan ................................................................ 49
4.2.1 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi ...................... 49
4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga .......................................... 51
4.3 Pengembangan Akses Keuangan ....................................................... 52
BAB 5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG.... ................................. 55
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................... 56
5.1.1 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................... 56
5.1.2 Perkembangan Transaksi Kliring ............................................. 57
5.2 Pengelolaan Uang Tunai .......... ......................................................... 57
5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal .......................................... 57
5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar .................................................. 58
5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu ........................................ 58
BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ............................................ 61
6.1 Ketenagakerjaan ............................................................................... 62
6.2 Kesejahteraan .......... ......................................................................... 63
BAB 7. PROSPEK EKONOMI ...................................................................................... 65
7.1 Prospek Ekonomi Makro .................................................................... 66
7.2 Prospek Inflasi .......... ........................................................................ 72
DAFTAR ISTILAH
TIM PENYUSUN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
v
Daftar
Tabel
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) ........................................ 7
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) .......................................... 12
Tabel 2.1. Realisasi APBD Kabupaten/Kota di Sultra hingga Triwulan IV 2015 ........ 26
Tabel 2.2. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi
Tenggara pada Triwulan IV .................................................................. 27
Tabel 2.3. Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara 28
Tabel 3.1. Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (mtm) Per Kelompok .......................... 31
Tabel 3.2. Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (qtq) Per Kelompok ............................ 32
Tabel 3.3. Penurunan Tarif Tenaga Listrik .............................................................. 34
Tabel 3.4. Produksi Ikan Tangkap Kendari ............................................................. 34
Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR ............................... 46
Tabel 4.2. Aset Perbankan Sulawesi Tenggara ....................................................... 46
Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum ...................... 47
Tabel 4.4. Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah ........................................ 48
Tabel 4.5. Perkembangan Indikator BPR ................................................................ 49
Tabel 5.1. Ketentuan Terbaru Terkait Penerapan BI RTGS Generasi II ...................... 56
Tabel 5.2. Perputaran Transaksi Kliring .................................................................. 57
Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kategorial Triwulan I 2016 ................... 68
Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2016 .......... 69
Tabel 7.3. Faktor Resiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan IV 2015 ....... 74
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara vi
Daftar
Grafik
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ............................................ 6
Grafik 1.2. Pangsa PDRB Sultra............................................................................... 6
Grafik 1.3. Kredit Konsumsi ................................................................................... 8
Grafik 1.4. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen ............................................... 8
Grafik 1.5. Penerimaan PPn dan PPnBM ................................................................ 8
Grafik 1.6. Pertumbuhan Konsumsi Listrik .............................................................. 8
Grafik 1.7. Kredit Investasi Sulawesi Tenggara ........................................................ 9
Grafik 1.8. Impor Barang Modal ............................................................................. 9
Grafik 1.9. Pertumbuhan Nilai Ekspor ..................................................................... 10
Grafik 1.10. Pangsa Komoditas Ekspor ..................................................................... 10
Grafik 1.11. Nilai Ekspor Feni Sultra .......................................................................... 10
Grafik 1.12. Ekspor Feni ........................................................................................... 10
Grafik 1.13. Pertumbuhan Ekspor Perikanan ............................................................. 11
Grafik 1.14. Pertumbuhan Arus Muat Barang ........................................................... 11
Grafik 1.15. Volume Impor ...................................................................................... 12
Grafik 1.16. Arus Bongkar Barang Pelabuhan ........................................................... 12
Grafik 1.17. Luas Lahan Panen Padi .......................................................................... 13
Grafik 1.18. Kredit Kategori Pertanian ...................................................................... 13
Grafik 1.19. Produksi Ore Nikel ................................................................................ 14
Grafik 1.20. Kredit Kategori Pertambangan .............................................................. 14
Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Feronikel ......................................................... 15
Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Kategori Industri ................................................. 15
Grafik 1.23. Volume Ekspor Sulawesi Tenggara ........................................................ 16
Grafik 1.24. Transaksi Perdangan Luar Negeri ........................................................... 16
Grafik 1.25. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Kendari........................................ 16
Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Kategori Perdagangan ......................................... 16
Grafik 1.27. Kredit Kategori Konstruksi .................................................................... 17
Grafik 1.28. Penjualan Semen .................................................................................. 17
Grafik 1.29. Kredit Konsumsi KPR ............................................................................ 18
Grafik 1.30. Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan
Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara ............................................... 18
Grafik 1.31. Kredit Kategori Transportasi .................................................................. 19
Grafik 1.32. Arus Penumpang Kapal ........................................................................ 19
Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulawesi Tenggara . 24
Grafik 2.2. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD
Sulawesi Tenggara ................................................................................ 25
Grafik 2.3. Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target
Bulanan APBD Sulawesi Tenggara ........................................................ 25
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
vii
Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara ................................................... 30
Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan ............................................................... 30
Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari dan Kota Baubau ...................................... 32
Grafik 3.4. Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari.................................................. 32
Grafik 3.5. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi ................... 33
Grafik 4.1. Pertumbuhan Kredit Kategori Utama ..................................................... 50
Grafik 4.2. NPL Kredit Kategori Utama ................................................................... 50
Grafik 4.3. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ...................................................... 51
Grafik 4.4. NPL Kredit Rumah Tangga .................................................................... 51
Grafik 4.5. Komposisi Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga .............................. 52
Grafik 4.6. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM .................................................... 52
Grafik 4.7. Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja ............................................ 53
Grafik 4.8. Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja ......................................... 53
Grafik 5.1. Transaksi RTGS From (dari Bank di Sultra) ............................................. 56
Grafik 5.2. Volume RTGS From (dari Bank di Sultra) ............................................... 56
Grafik 5.3. Aliran Uang Kartal ............................................................................... 57
Grafik 5.4. Selisih Inflow dan Outflow ................................................................... 57
Grafik 5.5. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar .................................................... 58
Grafik 5.6. Temuan Uang Palsu ............................................................................. 58
Grafik 6.1. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha ............................................................ 62
Grafik 6.2. Indeks Perkiraan Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja ............................... 62
Grafik 6.3. Indeks Perkiraan Ketersediaan Lapangan Kerja ....................................... 62
Grafik 6.4. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Agustus 2015) ............ 62
Grafik 6.5. Indeks Penghasilan Konsumen .............................................................. 64
Grafik 6.6. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara ................................................. 64
Grafik 6.7. Jumlah Penduduk Miskin ...................................................................... 64
Grafik 6.8. Ekspektasi Indeks Penghasilan Konsumen .............................................. 64
Grafik 7.1. Perkiraan Luas Panen ............................................................................ 66
Grafik 7.2. Perkembangan dan arah pertumbuhan Ekonomi ................................... 70
Grafik 7.3. PerkembanganHarga Nikel ................................................................... 71
Grafik 7.4. Proyeksi Harga Nikel Internasional ......................................................... 71
Grafik 7.5. Perkembangan Harga Jual..................................................................... 74
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
viii
Tabel
Indikator Terpilih
A. Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
III IV I II III IV I II III IV
Indeks Harga Konsumen
- Kendari 109,46 108,16 107,34 108,71 110,43 116,16 114,65 115,67 118,00 118,06
- Baubau - - 109,84 112,72 115,31 121,89 121,39 123,88 124,87 126,70
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
- Sulawesi Tenggara 7,30 5,92 5,21 4,50 0,88 7,39 7,81 7,35 7,24 2,27
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.155 3.970 4.004 4.333 4.502 4.082 3.984 4.253 4.323 4.360
2. Pertambangan dan Penggalian 3.849 3.837 3.371 3.499 3.632 3.646 3.687 3.920 4.222 3.915
3. Industri Pengolahan 926 966 905 1.016 1.054 1.146 1.069 1.128 1.092 1.151
4. Pengadaan Listrik, Gas 8 8 8 8 8 9 8 9 8 10
5. Pengadaan Air 33 34 35 34 35 36 36 36 35 36
6. Konstruksi 1.894 2.086 1.953 2.027 2.110 2.290 1.986 2.269 2.444 2.738
7. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Spd Motor 1.921 1.977 1.927 1.991 2.075 2.146 2.057 2.195 2.224 2.274
8. Transportasi dan Pergudangan 713 746 700 717 739 793 740 768 817 847
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 91 94 92 98 99 103 99 104 106 114
10. Informasi dan Komunikasi 384 395 370 376 390 403 384 401 421 434
11. Jasa Keuangan 342 345 354 368 371 388 382 373 403 426
12. Real Estate 277 283 290 294 294 299 302 310 314 307
13. Jasa Perusahaan 32 34 34 35 35 36 37 39 39 40
14. Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 881 903 872 906 1.003 1.048 938 1.000 1.033 1.066
15. Jasa Pendidikan 712 808 737 755 804 924 843 844 857 931
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 153 164 164 168 166 181 175 180 180 187
17. Jasa Lainnya 228 242 244 252 252 260 258 267 273 282
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7.927 8.137 8.099 8.164 8.463 8.658 8.409 8.565 8.859 8.982
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 174 178 199 194 192 197 177 181 196 208
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2.528 2.883 2.149 2.528 2.607 3.030 2.202 2.627 2.784 3.159
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6.241 6.721 6.241 6.453 6.974 7.435 6.483 7.117 7.676 8.730
5. Perubahan Inventori (152) 51 (88) 631 395 (563) 153 152 111 (89)
6. Eksport Luar Negeri 1.961 3.838 1.483 729 893 961 856 932 712 714
7. Import Luar Negeri 811 1.097 708 752 1.167 1.579 988 945 1.000 1.504
8. Net Eksport Antar Daerah (1.270) (3.819) (1.314) (1.071) (785) (348) (310) (542) (540) (1.084)
Total PDRB (Rp Miliar) 16.599 16.893 16.061 16.876 17.571 17.790 16.984 18.095 18.791 19.117
Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 6,0 7,8 8,7 5,5 5,9 5,3 5,7 7,2 7,0 7,5
Indikator2013 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
ix
B. Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
I II III IV I II III IV I II III IV
Total Asset (Rp miliar) 17.523 17.874 19.145 17.847 19.184 20.245 19.686 18.833 20.871 22.965 23.338 21.580
- Bank Umum (Konvensional & Syariah) 16.347 16.676 17.785 16.765 17.827 19.100 18.598 17.743 19.702 21.562 22.182 20.371
- BPR 104 105 112 114 133 142 163 187 200 234 240 261
- Syariah 1.072 1.094 1.248 968 1.224 1.003 925 903 969 1.169 916 947
Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 11.111 11.384 11.284 11.033 11.502 12.166 12.440 11.476 12.597 13.675 14.883 14.517
- Giro 3.188 3.327 3.572 2.263 3.223 3.807 3.670 2.138 3.475 4.169 4.548 2.829
- Tabungan 5.944 6.072 5.920 6.933 6.002 5.971 6.084 6.733 5.887 5.923 6.619 8.129
- Deposito 1.979 1.985 1.791 1.837 2.277 2.387 2.685 2.604 3.235 3.583 3.716 3.558
Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 11.732 12.692 12.531 12.963 13.089 13.633 13.910 14.186 14.444 15.174 15.644 16.092
- Modal Kerja 3.778 3.824 3.605 3.663 3.782 3.858 3.918 3.932 3.967 4.266 4.313 4.288
- Investasi 1.339 1.835 1.779 1.886 1.720 1.647 1.643 1.671 1.689 1.701 1.692 1.791
- Konsumsi 6.614 7.033 7.147 7.414 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 9.206 9.639 10.013
NPL Bank Umum(%) 1,78 1,86 1,89 1,74 2,14 2,49 2,59 2,36 2,88 3,06 2,95 2,45
LDR (%) 106 111 111 117 114 112 112 124 115 111 105 111
Kredit UMKM (Rp miliar) 3.765 4.131 4.247 4.360 4.391 4.729 4.780 4.786 4.859 5.144 5.212 5.200
NPL Kredit UMKM (%) 3,25 3,68 3,59 3,58 4,38 5,16 5,41 4,94 5,87 6,47 6,34 5,31
Kredit ke Rumah Tangga (Rp miliar) 6.429 6.827 7.147 7.414 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 9.206 9.639 10.013
NPL Kredit ke Rumah Tangga (%) 0,84 0,93 0,89 0,74 0,87 1,05 1,07 1,00 1,39 1,30 1,23 1,04
- Inflow 522 188 572 397 632 319 462 281 939 431 754 262
- Outflow 162 604 1.221 1.430 120 675 1.056 1.025 230 923 1.757 1.807
- Net (Inflow - Outflow) 360 (417) (649) (1.032) 512 (356) (595) (744) 708 (492) (1.003) (1.545)
- Volume (transaksi) 30.167 39.590 997 11.619 893 825 822 1.050 878 918 1.051 1.748
- Nominal (Rp miliar) 599 944 34 43 43 38 39 44 41 42 44 55
- Volume (transaksi) 7.812 12.357 13.643 18.337 13.942 15.517 15.426 14.503 5.462 5.891 6.821 4.010
- Nominal (Rp miliar) 6.536 18.336 13.616 17.047 10.712 11.769 13.454 13.799 12.863 18.445 18.698 10.959
*Lokasi Bank
2015
Kas (Rp miliar)
Perbankan
Kliring
RTGS dari Perbankan Sultra
Indikator2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
x
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 1
Ringkasan
Eksekutif
Perekonomian
Sulawesi
Tenggara pada
Triwulan IV tumbuh
terakselerasi diiringi
dengan tekanan
inflasi yang lebih
rendah
Akselerasi kategori
pertanian dan
konstruksi
mengakibatkan
percepatan
perekonomian pada
triwulan IV 2015
Gambaran Umum
Pada Triwulan IV 2015 ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh
sebesar 7,5% (yoy) mengalami percepatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan Sultra lebih
tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai
5,0% (yoy). Sementara itu, inflasi di Sulawesi Tenggara mencapai 2,27%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 7,24% (yoy). Penurunan inflasi tersebut terutama
bersumber dari berkurangnya tekanan inflasi komponen administered
prices. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan khususnya perbankan di
Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan pada periode
laporan seiring dengan percepatan laju pertumbuhan perekonomian
Sulawesi Tenggara.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Selama triwulan IV 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar
7,5% (yoy), mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 7,0% (yoy). Percepatan tersebut disebabkan oleh masih
terjaganya konsumsi rumah tangga dan investasi di sisi permintaan. Stabilnya
kinerja konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh masih terjaganya
pendapatan dan daya beli masyarakat. Sementara untuk komponen investasi
disebabkan oleh peningkatan realisasi belanja modal pemerintah daerah pada
periode berjalan.
Sedangkan di sisi penawaran, kinerja kategori pertanian dan kategori
konstruksi yang terakselerasi menjadi sumber utama percepatan
perekonomian Sulawesi Tenggara di periode laporan. Peningkatan kinerja
kategori pertanian terjadi seiring dengan meningkatnya luas panen padi di
Sulawesi Tenggara meskipun terdapat penurunan produktivitas. Sementara
itu, peningkatan kinerja konstruksi terjadi seiring dengan peningkatan fokus
pemerintah pusat maupun daerah pada upaya perbaikan infrastruktur di akhir
tahun 2015.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 2
Hingga akhir tahun
2015, masih terdapat
ruang fiskal di
Sulawesi Tenggara
sebesar Rp4,4 triliun
Tekanan inflasi Sultra
menurun yang
disebabkan oleh
minimnya kebijakan
pemerintah untuk
menaikkan harga
BBM bersubsidi di
akhir tahun 2015
Kinerja perbankan
mengalami
peningkatan diiringi
dengan perbaikan
risiko kredit
Keuangan Pemerintah
Sampai dengan triwulan IV 2015, total anggaran belanja yang sudah
direalisasikan adalah sebesar Rp18,1 triliun dan realisasi terhadap target dari
APBN Provinsi merupakan yang paling besar, yaitu sebesar 93,5% dari
keseluruhan anggaran tahun 2015. Sementara realisasi APBD hanya sebesar
88,2% dan APBD Kota/Kabupaten hanya mencapai 69,1% dari target selama
tahun 2015. Dengan demikian, masih ada ruang fiskal di Sulawesi Tenggara
sebesar Rp4,4 triliun pada akhir 2015.
Inflasi Daerah
Inflasi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dari 7,24% (yoy) di triwulan
sebelumnya menjadi 2,27% (yoy) pada triwulan IV 2015. Penurunan laju
inflasi tersebut disebabkan oleh menurunnya laju inflasi yang terjadi di Kota
Kendari dan Kota Baubau. Sumber penurunan tekanan inflasi tersebut
terutama bersumber dari komponen administered prices seiring dengan
minimnya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi di
akhir tahun 2015. Sementara itu, upaya pengendalian inflasi pada periode
tersebut difokuskan pada koordinasi dalam upaya pemantauan harga
berbagai komoditas di pasar, ketersediaan stok dan juga kelancaran distribusi
untuk mengantisipasi kenaikan harga di Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
Selain itu telah terbentuk TPID Kabupaten Buton Selatan sebagai upaya
pengendalian inflasi di daerah.
Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan IV 2015 mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan baik dari
sisi penghimpunan dana masyarakat maupun kredit yang disalurkan kepada
masyarakat serta peningkatan ketahanan perbankan yang merupakan
cerminan dari kondisi risiko kredit yang membaik. Adapun untuk risiko kredit
pada periode laporan masih berada dalam level yang aman. Sejalan dengan
kondisi perbankan, pengembangan akses keuangan di Sulawesi Tenggara
juga mengalami perbaikan seiiring dengan rasio jumlah rekening DPK dan
jumlah rekening kredit yang meningkat.
Bab 6- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
3
Sistem pembayaran
non tunai mengalami
peralihan dari BI-
RTGS menjadi SKNBI
Kondisi
ketenagakerjaan dan
kesejahteraan
mengalami
perbaikan seiring
dengan percepatan
laju perekonomian
Pertumbuhan
ekonomi Sultra pada
triwulan IV 2015
diperkirakan akan
mengalami
perlambatan disertai
dengan peningkatan
tekanan inflasi
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Pada periode laporan terjadi peralihan transaksi pembayaran secara non tunai
nominal besar yang menggunakan fasilitas Real Time Gross Settlement (BI-
RTGS) menjadi transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
(SKNBI) akibat penerapan BI-RTGS Generasi II. Meskipun demikian, secara
agregat aliran pembayaran non tunai mengalami penurunan seiring dengan
masih terkontraksinya ekspor dan impor. Sementara itu, dari sisi sistem
pembayaran tunai, layanan uang tunai pada triwulan laporan mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat dan
perbankan akan uang fisik menjelang akhir tahun 2015.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Percepatan kinerja perekonomian Sulawesi Tenggara yang terjadi di triwulan
IV 2015 diikuti pula dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Kondisi
tersebut terlihat dari indeks realisasi kegiatan usaha dan indeks realisasi
jumlah penggunaan tenaga kerja yang meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kondisi kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara pun
mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan indeks tingkat
penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP).
Prospek Perekonomian
Pada triwulan I 2016 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara
diperkirakan mengalami perlambatan disertai dengan adanya adanya sedikit
peningkatan tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada
triwulan I 2016 diprakirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,0% (yoy).
Perlambatan tersebut diperkirakan didorong oleh perlambatan kinerja
kategori pertanian dan kategori konstruksi. Namun demikian akselerasi yang
terjadi pada kategori pertambangan dan penggalian serta kategori industri
pengolahan diperkirakan mampu menahan laju perlambatan ekonomi.
Sementara itu, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2016
diperkirakan mengalami peningkatan yakni pada kisaran 2,9%-3,3% (yoy)
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi
dari kelompok volatile food akibat kenaikan harga beras dan ikan segar akibat
masih terbatasnya stok di pasaran.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 4
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 5
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 tumbuh sebesar 7,5% (yoy),
mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh
sebesar 7,0% (yoy). Percepatan tersebut disebabkan oleh masih terjaganya konsumsi
rumah tangga dan konstruksi di sisi permintaan. Dari sisi penawaran, kinerja kategori
pertanian dan konstruksi yang terakselerasi merupakan penyebab utama percepatan yang
terjadi pada periode laporan.
Bab 1
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 6
1.1 KONDISI UMUM
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 tumbuh sebesar 7,5% (yoy)1,
mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh
sebesar 7,0% (yoy). Percepatan laju pertumbuhan tersebut didorong oleh stabilnya aktivitas
konsumsi rumah tangga dan investasi serta peningkatan pertumbuhan net ekspor antar daerah di
sisi permintaan. Stabilnya kinerja konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh masih terjaganya
pendapatan dan daya beli masyarakat. Sementara itu, investasi masih memberikan kontribusi yang
tinggi terhadap perekonomian terutama dari peningkatan realisasi belanja modal pemerintah
daerah pada periode laporan.
Dari sisi penawaran, kinerja kategori2 pertanian dan kategori konstruksi yang terakselerasi menjadi
sumber utama percepatan perekonomian Sulawesi Tenggara di periode laporan. Peningkatan
kinerja kategori pertanian terjadi seiring dengan meningkatnya luas panen padi di Sulawesi
Tenggara. Sementara itu, peningkatan kinerja konstruksi terjadi seiring dengan peningkatan fokus
pemerintah pusat maupun daerah pada upaya perbaikan infrastruktur di akhir tahun 2015.
Sumber : BPS Sultra, Diolah Sumber : BPS Sultra, Diolah
Grafik 1.1.Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi
Tenggara
Grafik 1.2. Pangsa PDRB Sultra
Peningkatan laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara tersebut berada di atas kinerja
perekonomian nasional yang hanya tumbuh sebesar 5,0% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa
perekonomian Sulawesi Tenggara tetap menunjukkan adanya ruang yang dapat dioptimalkan
untuk peningkatan perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara.
1Angka pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan pembulatan dari angka rilis BPS sebesar 6,96% (yoy). 2 Istilah “Kategori” digunakan menggantikan istilah “Sektor” sesuai dengan SNA2008.
8,7%
5,5%5,9%
5,3%5,8%
7,2%7,0%
7,5%
5,1% 5,0% 4,9% 5,0%4,7% 4,7% 4,7%
5,0%
I II III IV I II III IV
2014 2015
Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional
%, yoy
Pertanian23%
Pertambangan
20%
Industri
Pengolahan6%
Konstruksi
14%
Perdagangan
12%
Lainnya 25%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
7
1.2 PERKEMBANGAN SISI PENGELUARAN
Dari sisi pengeluaran, percepatan laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara di triwulan
IV 2015 didorong oleh masih stabilnya aktivitas konsumsi rumah tangga dan pengeluaran
untuk investasi serta adanya peningkatan net ekspor antar daerah di Sulawesi Tenggara.
Stabilnya kinerja komponen konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh masih stabilnya tingkat
pendapatan masyarakat dan daya beli masyarakat di akhir tahun 2015. Sementara itu masih
terjaganya aktivitas investasi disebabkan oleh tingginya realisasi belanja modal pemerintah daerah.
Di sisi lain, laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada periode laporan tertahan oleh
penurunan konsumsi pemerintah. Penurunan tersebut disebabkan karena realisasi anggaran
belanja pemerintah daerah termasuk pemberian gaji ke-13 juga lebih banyak dilakukan pada
triwulan sebelumnya.
Dari sisi pangsanya, konsumsi rumah tangga masih mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara
dengan pangsa sebesar 47,0% diikuti oleh pengeluaran untuk kegiatan investasi sebesar 45,7%.
Dari pertumbuhan ekonomi secara total sebesar 7,5%, kontribusi konsumsi rumah tangga
mencapai 2,4% sedangkan kontribusi investasi adalah sebesar 1,3%.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy)
PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto;
Sumber : BPS Sultra, Diolah
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga
Aktivitas konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 tumbuh relatif
stabil dengan tren yang sedikit melambat. Pada triwulan IV konsumsi rumah tangga tercatat
mengalami pertumbuhan sebesar 5,0% (yoy). Masih stabilnya laju pertumbuhan konsumsi
rumah tangga dipengaruhi oleh terjaganya daya beli masyarakat. Hal tersebut tercermin dari Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia pada triwulan IV yang
tercatat sebesar 129,8, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 123,6. Dengan
indeks di atas level 100 menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki keyakinan untuk
melakukan kegiatan konsumsi. Selain itu, keyakinan konsumen yang meningkat menunjukkan
bahwa rumah tangga memiliki tendensi untuk meningkatkan sebagian konsumsinya untuk
berbagai kebutuhan. Sejalan dengan itu, pertumbuhan kredit konsumsi pada periode laporan pun
juga mengalami pertumbuhan yang stabil. Pada triwulan IV 2015, kredit konsumsi di Sulawesi
Pangsa % SOG %
I II III IV I II III IV
1. Konsumsi Rumah Tangga 7.0% 6.6% 6.3% 6.7% 6.4% 5.1% 4.3% 4.8% 5.1% 5.0% 47.0% 2.4%
2. Konsumsi LNPRT 1.8% 11.9% 15.0% 14.4% 7.1% 10.8% -11.0% -9.0% 5.1% 5.5% 1.1% 0.1%
3. Konsumsi Pemerintah 5.5% 3.4% 2.2% 2.8% 3.1% 5.1% 2.5% 3.9% 6.8% 4.3% 16.5% 0.7%
4. PMTB 6.2% 9.2% 8.2% 7.8% 19.4% 26.4% 2.2% 10.3% 3.0% 2.8% 45.7% 1.3%
5. Perubahan Inventori -37.2% -31.8% -13.2% -29.4% -454.0% -1042.0% -275.0% -71.3% -79.2% -81.6% -0.5% 2.2%
6. Eksport Luar Negeri -2.5% -63.8% -52.7% -69.7% -53.5% -74.2% -40.3% 27.8% -21.9% -27.9% 3.7% -1.6%
7. Import Luar Negeri 37.9% 28.3% 41.8% 76.4% 102.2% 81.9% -5.6% -15.0% -39.1% -24.6% 7.9% -2.8%
8. Net Eksport Antar Daerah -15.1% -68.1% -68.3% -77.8% -27.8% -73.8% -68.8% -13.0% -41.2% 8.3% -5.7% -0.5%
PDRB 7.5% 6.3% 8.7% 5.4% 5.9% 5.3% 5.7% 7.2% 7.0% 7.5% 100.0% 7.5%
2014Komponen Pengeluaran 2013 2014
Tw IV 2015
2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 8
Tenggara tercatat sebesar Rp10,8 triliun atau tumbuh sebesar 14,2% (yoy), sedangkan pada
triwulan III tercatat sebesar Rp10,5 triliun atau tumbuh sebesar 14,1 % (yoy).
Peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari adanya penerimaan pajak pertambahan nilai
(PPN) dan pajak pembelian barang mewah (PPnBM) yang juga menunjukkan adanya peningkatan.
Adapun angka pertumbuhan atas penerimaan pajak di triwulan IV 2015 tercatat sebesar 59,6%
(yoy). Di samping itu, konsumsi listrik rumah tangga di Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 6,4%
(yoy).
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 1.3.Kredit Konsumsi Grafik 1.4. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: KPP Kendari (diolah) Sumber: PT. PLN
Grafik 1.5.Penerimaan PPn dan PPnBM Grafik 1.6. Pertumbuhan Konsumsi Listrik
1.2.2 Konsumsi Pemerintah
Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan IV 2015 tercatat
mengalami perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada periode laporan hanya sebesar 4,3% (yoy), sementara
pada triwulan III 2015 mampu tumbuh sebesar 6,8% (yoy). Sampai dengan akhir tahun 2015,
realisasi belanja operasional Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hanya mencapai 92,2%.
10,4910,80
14,1% 14,2%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
-
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)
Rp Triliunyoy
124
130
111
119
136
141
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Ekspektasi Konsumen
Indeks
optimispesimis
73,9
205,4
4,6%
59,6%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
PPN dan PPnBM (miliar) Growth PPN&PPnBM (yoy)
Rp miliaryoy
86
89
4%
6%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
76
78
80
82
84
86
88
90
I II III IV I II III IV
2014 2015
Komsumsi Listrik (g) Konsumsi Listrik
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
9
Pencapaian tersebut masih dibawah dari yang ditargetkan. Beberapa hal yang menyebabkan
perlambatan realisasi yaitu beberapa kabupaten/kota telah memperbanyak realisasi anggaran pada
periode sebelumnya dan beberapa kabupaten/kota berfokus pada pelaksanaan pemilukada di akhir
tahun 2015.
1.2.3 Investasi
Kinerja komponen Investasi Sulawesi Tenggara di triwulan IV 2015 tercatat sebesar 2,8%
(yoy), tumbuh relatif stabil pada level moderat setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh
sebesar 3,0% (yoy). Kinerja positif komponen investasi didorong oleh tingginya realisasi belanja
modal pemerintah daerah. Sampai dengan triwulan IV 2015, Pemprov Sultra telah mampu
merealisasikan anggaran belanja modal sebesar 83,1%, jauh lebih tinggi daripada periode yang
sama di tahun sebelumnya yang hanya merealisasikan anggaran sebesar 76,1%. Selain itu, aktivitas
impor barang modal menunjukkan adanya peningkatan, dari sebesar 3,4 ribu ton pada triwulan
sebelumnya menjadi hanya 21,8 ribu ton pada triwulan laporan.
Meskipun demikian, stabilnya aktivitas investasi tersebut tidak diikuti oleh pertumbuhan realisasi
kredit investasi yang pada periode laporan tercatat mengalami kontaksi sebesar 2,6% (yoy). Pada
triwulan IV 2015 jumlah penyaluran kredit investasi adalah sebesar Rp3,6 triliun atau turun Rp154
miliar dibandingkan periode sebelumnya.
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.7. Kredit Investasi Sulawesi Tenggara Grafik 1.8.Impor Barang Modal
1.2.4 Ekspor Dan Impor
Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 tercatat mengalami
kontraksi sebesar 27,9% (yoy). Kondisi tersebut menunjukkan kontraksi yang terjadi pada
triwulan laporan lebih dalam setelah di triwulan sebelumnya hanya terkontraksi sebesar 21,9%
(yoy). Penurunan aktivitas ekspor di Sultra diantaranya disebabkan oleh menurunnya tingkat
permintaan pada komoditas nikel olahan dari negara mitra dagang akibat belum pulihnya kondisi
3,8 3,6
0,0%-2,6%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
-
1
1
2
2
3
3
4
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Kredit Sektor Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)
Rp Triliunyoy
9,9
7,6
3,4
22
-
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Impor Barang Modal (ton)
Volume (ribu ton)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 10
ekonomi global. Disamping itu, kondisi harga komoditas dunia yang relatif belum kembali pulih
juga mendorong pelaku usaha untuk cenderung menahan penjualan hingga kondisi harga
komoditas dunia kembali normal.
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.9.Pertumbuhan Nilai Ekspor Grafik 1.10. Pangsa Komoditas Ekspor
Kondisi penurunan ekspor dalam perhitungan PDRB tersebut searah dengan data dan informasi
dari KP Bea dan Cukai Sulawesi Tenggara yang menunjukkan nilai ekspor aktual Sulawesi Tenggara
pada periode laporan tercatat sebesar USD50,1 juta atau terkontraksi cukup dalam yakni sebesar
38,6% (yoy) setelah pada periode triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 37,1% (yoy).
Penurunan kinerja ekspor tersebut secara dominan disebabkan oleh penurunan ekspor feronikel
sebesar USD1,1 juta dibanding nilai ekspor feronikel di triwulan sebelumnya. Komoditas ekspor
Sultra secara dominan diwakili oleh komoditas nikel olahan dengan pangsa sebesar 94,0% dari
total ekspor atau senilai USD47,1 juta . Kondisi tersebut menunjukan bahwa feronikel memberikan
andil yang sangat besar terhadap kinerja ekspor di Sultra.
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra
Grafik 1.11.Nilai Ekspor Feni Sultra Grafik 1.12.Ekspor Feni
Meskipun demikian, kondisi berbeda terjadi di salah satu pelaku usaha ekspor nikel olahan di
Sulawesi Tenggara yang mengalami peningkatan ekspor pada periode laporan. Berdasarkan hasil
49,8 50,1
-37%-39%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Millions
Ekspor Sultra g Ekspor Sultra
Juta US$yoy
Ikan hidup374,3
1%
Tuna398,5
1%
Rajungan326,7
1%Gurita
841,92%
Feronikel47097,7
94%
Lainnya764,4
1%
48 47
-35,17% -40,44%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
450%
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)
Juta US$yoy
2.081
5.254
-47,0%
10,9%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Ekspor Feni (ton) g Ekspor Feni
Volume (WMT)yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
11
liaison pelaku usaha tersebut mengkonfirmasi bahwa pada periode laporan tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 10,9% (yoy) atau sebanyak 5,3 ribu ton feronikel, meningkat dibandingkan
periode sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 47,0% (yoy) atau hanya sebesar
2,1 ribu ton. Peningkatan ekspor feronikel sebanyak 3,2 ribu ton tersebut terjadi seiring adanya
diversifikasi pasar yang dilakukan pada periode laporan menuju pasar asia seperti Korea Selatan,
India dan Taiwan.
Sementara itu, kinerja ekspor atas komoditas ikan segar di periode laporan terlihat juga mengalami
penurunan yang melambat. Pada periode laporan, ekspor komoditas ikan segar tercatat sebesar
43,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 68,6%
(yoy). Perlambatan tersebut utamanya didorong oleh menurunnya ekspor ikan tuna yang hanya
USD398,5 ribu atau menurun sebanyak USD14,7 ribu jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: Pelindo IV Kendari
Grafik 1.13.Pertumbuhan Ekspor Perikanan Grafik 1.14.Pertumbuhan Arus Muat Barang
Sementara itu, aktivitas impor luar negeri di Sulawesi Tenggara tercatat mengalami perbaikan
pada periode laporan. Selama triwulan IV 2015, nilai tambah dari aktivitas impor tersebut
terkontraksi sebesar 24,6% (yoy), tidak sedalam triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar
39,1% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan laju kinerja impor Sultra yang pada periode laporan
tercatat sebesar USD59,2 juta atau meningkat dari sebelumnya hanya sebesar USD43,6 juta.
Peningkatan tersebut berasal dari peningkatan impor barang modal yang mencapai USD43,4 juta
pada periode laporan. Selain itu untuk barang antara juga mengalami peningkatan sebesar USD
15,8 juta pada periode laporan. Di sisi lain, peningkatan kinerja impor juga tercermin dari arus
bongkar barang di pelabuhan peti kemas yang pada periode laporan tercatat mengalami
peningkatan jumlah volume sebesar 126,7 ribu MT, atau terakselerasi sebesar 14,3% (yoy).
287%
-24%
-40%
56%
69%
123%
-34%
-20%
-100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350%
Ikan Hidup
Tuna
Rajungan
Gurita
Tw III Tw IV
%,yoy
54.498
117.783
-41,09%
-1,10%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Arus muat g Arus muat
Volume (T/M3)
yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 12
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: PT. Pelindo IV (diolah)
Grafik 1.15.Volume Impor Grafik 1.16.Arus Bongkar Barang Pelabuhan
1.3 PERKEMBANGAN SISI PENAWARAN: KATEGORI EKONOMI UTAMA
Dari sisi penawaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara disebabkan oleh
akselerasi pertumbuhan yang terjadi pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan serta
kategori konstruksi. Sementara itu, perlambatan kinerja yang terjadi pada kategori pertambangan,
industri pengolahan dan kategori perdagangan besar dan eceran (PBE) pada periode laporan
menahan laju pertumbuhan ekonomi Sultra di periode laporan.
Tabel 1.2.Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy)
Sumber : BPS Sultra, Diolah
1.3.1 Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Pada triwulan IV 2015, kategori pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami akselerasi
pertumbuhan yang tinggi dan memberikan andil positif. Kinerja kategori tersebut mengalami
akselerasi sebesar 6,8% (yoy) setelah di periode sebelumnya mengalami kontraksi yang cukup
dalam sebesar 3,8% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan ini terjadi di seluruh sub-kategori, baik
subketegori pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian, sub kategori kehutanan dan
16
59
-74%
223%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
-
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV
2014 2015
Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)
Juta US$yoy
243.016
369.747
-7,5%
14,3%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Arus bongkar g Arus bongkar (sb. Kanan)
Volume (T/M3)
yoy
Pangsa % SOG %
I II III IV I II III IV
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.0% 9.1% 13.9% 12.0% 8.3% 2.8% -0.5% -1.8% -3.8% 6.8% 22.8% 1.6%
Pertambangan dan Penggalian 7.5% -4.8% 0.0% -8.1% -5.6% -5.0% 9.4% 12.0% 16.2% 7.4% 20.5% 1.5%
Industri Pengolahan 4.2% 7.7% -3.8% 2.3% 13.9% 18.7% 18.2% 11.0% 3.5% 0.4% 6.0% 0.0%
Pengadaan Listrik, Gas 13.6% 10.6% 7.1% 7.3% 9.1% 18.6% 5.2% 5.7% 0.7% 4.5% 0.1% 0.0%
Pengadaan Air 9.3% 7.0% 9.5% 4.9% 7.3% 6.2% 3.0% 8.1% 0.2% 0.3% 0.2% 0.0%
Konstruksi 8.7% 12.6% 16.2% 13.8% 11.4% 9.8% 1.7% 11.9% 15.8% 19.5% 14.3% 2.5%
Perdagangan Besar dan Eceran 9.1% 8.3% 10.8% 6.0% 8.0% 8.5% 6.7% 10.0% 7.1% 6.0% 11.9% 0.7%
Transportasi dan Pergudangan 6.4% 5.1% 7.0% 3.6% 3.7% 6.3% 5.6% 7.1% 10.5% 6.8% 4.4% 0.3%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.3% 9.4% 9.7% 9.5% 8.8% 9.6% 6.8% 6.4% 7.7% 10.5% 0.6% 0.1%
Informasi dan Komunikasi 13.8% 2.9% 4.8% 3.3% 1.7% 2.0% 3.6% 6.6% 7.8% 7.6% 2.3% 0.2%
Jasa Keuangan 14.2% 9.4% 8.8% 8.2% 8.4% 12.2% 8.3% 2.1% 8.8% 11.5% 2.2% 0.2%
Real Estate 5.6% 6.6% 7.7% 7.5% 5.9% 5.5% 4.0% 5.5% 6.9% 2.8% 1.6% 0.0%
Jasa Perusahaan 13.0% 9.7% 13.0% 9.9% 9.3% 7.1% 7.7% 10.7% 11.0% 11.6% 0.2% 0.0%
Administrasi Pemerintahan 4.3% 13.0% 11.3% 10.2% 13.9% 16.1% 7.6% 9.9% 3.0% 1.7% 5.6% 0.1%
Jasa Pendidikan 11.5% 14.0% 14.9% 13.7% 13.0% 14.4% 14.4% 11.8% 6.5% 0.8% 4.9% 0.0%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11.1% 12.1% 15.2% 15.6% 8.2% 10.0% 6.8% 7.1% 8.7% 3.3% 1.0% 0.0%
Jasa Lainnya 8.5% 12.9% 16.7% 18.0% 10.5% 7.4% 5.5% 5.9% 8.5% 8.3% 1.5% 0.1%
PDRB 7.5% 6.3% 8.7% 5.5% 5.9% 5.3% 5.7% 7.2% 7.0% 7.5% 100.0% 7.5%
Sektoral 2013 20142014
Tw IV 2015
2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
13
penebangan kayu dan sub-kategori perikanan. Selain itu, bantuan pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah kepada para petani guna menangani dampak negatif yang terjadi akibat
adanya fenomena el-nino juga diperkirakan turut memberikan pengaruh pada peningkatan kinerja
ketegori tersebut. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan pertumbuhan luas panen tanaman
padi dari sebelumnya terkontraksi sebesar 6,2% (yoy) di triwulan III menjadi hanya terkontraksi
sebesar 3,6% (yoy) di triwulan IV.
Peningkatan kinerja kategori pertanian juga terlihat dari adanya peningkatan Nilai Tukar Petani
(NTP). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara NTP pada triwulan IV
tercatat sebesar 100,8, meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 100,2.
Peningkatan NTP tersebut bersumber dari peningkatan NTP pada subsektor tanaman pangan (dari
92,4 di triwulan III menjadi 95,4 di triwulan IV), subsektor hortikultura (dari 93,0 di triwulan III
menjadi 95,2 di triwulan IV) dan subsektor perikanan (dari 103,9 di triwulan III menjadi 105,0 di
triwulan IV).
Meskipun demikian, penyaluran kredit pada kategori pertanian justru mengalami kontraksi. Pada
triwulan IV 2015 jumlah penyaluran kredit pada kategori tersebut tercatat sebesar Rp369,8 milliar
atau terkontraksi sebesar 1,3% (yoy), jauh menurun dibandingkan periode sebelumnya yang
mampu tumbuh sebesar 12,4%.
Sumber: Distan Prov. Sultra Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.17.Luas Lahan Panen Padi Grafik 1.18.Kredit Kategori Pertanian
1.3.2 Kategori Pertambangan
Kinerja kategori pertambangan pada periode laporan mengalami kontraksi yang cukup dalam
sehingga menahan laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara, pada triwulan IV
2015 kategori pertambangan hanya mampu tumbuh sebesar 7,4% (yoy), jauh menurun
dibandingkan periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 16,2% (yoy). Penurunan
kinerja kategori pertambangan tersebut disebabkan oleh penurunan jumlah produksi ore nikel.
Berdasarkan data yang diperoleh dari salah satu pelaku usaha pertambangan di Sulawesi Tenggara
pada periode laporan jumlah produksi tercatat sebesar 110ribu WMT atau menurun sebanyak
-6,2%
-3,6%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Luas Panen Pertumbuhan(sb. Kanan)
(ha)yoy
12,4%
-1,3%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Kredit Sek. Tani (miliar) g Kredit Sek. Tani (Proyek)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 14
49.380 WMT dibandingkan periode sebelumnya. Berdasarkan hasil liaison diperoleh informasi
bahwa harga komoditas nikel dunia saat ini mengalami penurunan seiring penurunan permintaan
dunia atas komoditas tersebut.
Sejalan dengan perlambatan yang terjadi, penyaluran kredit pada kategori tersebut juga
mengalami penurunan. Pada triwulan IV 2015, tercatat mengalami kontraksi sebesar 6,9% (yoy),
jauh melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat mengalami akselerasi
sebesar 1,7% (yoy). Sementara itu, untuk risiko penyaluran kredit masih berada pada kondisi yang
baik yakni 0,2%.
Sumber: Salah Satu Produsen Nikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.19.Produksi Ore Nikel Grafik 1.20.Kredit Kategori Pertambangan
1.3.3 Kategori Industri Pengolahan
Pada triwulan IV 2015 kinerja kategori industri pengolahan kembali mengalami perlambatan.
Kinerja kategori industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 0,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan
kinerja pada triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 3,5% (yoy). Berdasarkan data BPS
Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui bahwa pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan
sedang pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 9,05% (yoy), menurun dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 9,10%(yoy).
Sejalan dengan kondisi tersebut, industri manufaktur mikro dan kecil mengalami penurunan dari
4,13% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 2,23% (yoy) di triwulan IV 2015. Penurunan tersebut
terjadi pada jenis industri tekstil (dari 18,31%-yoy di triwulan III menjadi 9,65%-yoy di triwulan IV),
industri percetakan dan reproduksi media rekaman (dari 51,60%-yoy di triwulan III menjadi
29,63%-yoy di triwulan IV) dan industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (dari -
10,11%-yoy di triwulan III menjadi -11,79%-yoy di triwulan IV)
Melambatnya kinerja industri pengolahan juga tercermin dari produksi feronikel di salah satu
perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi Tenggara yang masih mengalami kontraksi.
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Produksi nikel (MWT)
Volume (WMT)
1.549
1.334
1,7%
-6,9%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Billions
Kredit Sektor Pertambangan g Kredit Pertambangan (sb. Kanan)
Rp miliaryoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
15
Pada periode laporan, produksi feronikel di perusahaan tersebut terkontraksi sebesar 15,0% (yoy).
Namun perusahaan tersebut telah melakukan diversifikasi pasar yakni ke beberapa negara di Asia
seperti Korea Selatan, India dan Taiwan sehingga kontraksi yang terjadi tidak sedalam periode
sebelumnya. Saat ini pangsa pasar terbesar ekspor perusahaan tersebut masih tetap didominasi
oleh Eropa (40%), diikuti oleh Tiongkok (22%) dan Korea Selatan (21%).
Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum Sultra, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.21.Perkembangan Produksi Feronikel Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Kategori Industri
Meskipun demikian, realisasi kredit perbankan di kategori ini mengalami peningkatan. Pada
triwulan IV 2015, kredit ke kategori industri pengolahan mampu tumbuh sebesar 14,1% (yoy),
jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang hanya mampu mencapai
0,7% (yoy). Peningkatan kinerja penyaluran kredit di sektor tersebut juga diikuti oleh perbaikan
risiko kredit yaitu dari 8,4% pada triwulan III menjadi 4,5% pada triwulan IV 2015.
1.3.4 Kategori Perdagangan Besar Dan Eceran
Kinerja kategori perdagangan besar dan eceran pada triwulan IV 2015 masih mengalami tren
perlambatan dengan tumbuh sebesar 6,0% (yoy), melambat dari periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 7,2% (yoy). Perlambatan yang terjadi pada triwulan ini lebih didominasi oleh
penurunan kinerja perdagangan ekspor luar negeri. Pada triwulan IV 2015, total ekspor provinsi
Sulawesi Tenggara tercatat sebesar USD 50,1 juta atau terkontraksi sebesar 38,6%, menurun
dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar USD 49,8 juta atau terkontraksi sebesar
37,1%. Penurunan kinerja ekspor tersebut lebih disebabkan oleh menurunnya harga komoditas
dunia. Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa saat ini harga komoditas dunia tengah mengalami
penurunan akibat perekonomian dunia yang masih belum pulih.
Pada triwulan IV 2015 komoditas utama yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan pada
kategori perdagangan adalah komoditas Ferronickel dengan tercatat sebesar USD 47,1 juta atau
tumbuh terkontraksi sebesar 40,4% (yoy). Begitu juga dengan komoditas ikan hidup tercatat
3.395
4.372
-17,81%
-14,95%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Produksi feni g Produksi feni
Volume (WMT)yoy
178
204
0,7%
14,1%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Kredit Sektor Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)
Rp miliaryoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 16
tumbuh melambat dari sebelumnya tercatat sebesar 68,1% (yoy) menjadi tumbuh sebesar 43,6%
(yoy) di periode laporan.
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.23 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.24. Transaksi Perdagangan luar negeri
Meskipun demikian, kinerja perdagangan domestik mampu menahan laju penurunan kinerja
ekspor di periode laporan. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya aktivitas bongkar muat yang
mendominasi kegiatan di pelabuhan Kendari. Dari data PT. Pelindo IV, diketahui bahwa pada
triwulan IV 2015 pertumbuhan arus bongkar tercatat mengalami akselerasi sebesar 14,3% (yoy).
Kondisi tersebut menunjukkan adanya perbaikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang mengalami kontraksi sebesar 7,5%. Perbaikan aktivitas bongkar tersebut disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan masyarakat pada saat akhir tahun 2015. Sejalan dengan hal tersebut,
aktivitas muat tercatat terkontraksi sebesar 1,1% (yoy), mengalami perbaikan jika dibandingkan
periode triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi cukup dalam sebesar 41,1% (yoy). Secara
total, aktivitas di pelabuhan Kendari sebagai salah satu sentra aktivitas bongkar-muat di Sulawesi
Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 10,1% (yoy), atau mengalami peningkatan yang
cukup tinggi dibandingkan kinerja di triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,3% (yoy).
Sumber: PT Pelindo (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.25.Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan
Kendari
Grafik 1.26.Perkembangan Kredit Kategori
Pedagangan
49,8 50,1
-37,1% -38,6%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Millions
Nilai Eksport g Nilai Eksport
Juta (USD)yoy
66,1 70,749,8 50,1
17,1 11,9
16,0
59,2
-
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV
2014 2015
Nilai Eksport Nilai Import
Juta USD
14,3%
-1,10%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
g Arus bongkar g Arus muat
%, yoy
4.140 4.313
7,2%
9,1%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Kredit Sektor Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)
Rp miliar yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
17
Sementara itu, laju pertumbuhan penyaluran kredit kategori perdagangan mengalami
peningkatan. Pada periode laporan total penyaluran kredit pada sektor tersebut tercatat sebesar
Rp4,3 triliun atau tumbuh sebesar 9,1 %(yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang
hanya tumbuh sebesar 7,2%(yoy). Peningkatan laju penyaluran kredit pada kategori tersebut juga
diikuti oleh perbaikan risiko kredit dari 5,3% pada triwulan III menjadi sebesar 4,4% pada triwulan
IV 2015.
1.3.5 Kategori Konstruksi
Pada triwulan IV 2015, kategori konstruksi tercatat tumbuh positif sebesar 19,5% (yoy),
meningkat cukup tinggi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar15,8% (yoy). Akselerasi tersebut terjadi seiring fokus pemerintah pusat maupun daerah
pada upaya perbaikan infrastruktur di akhir tahun 2015 seperti pembangunan dan pelebaran jalan,
reklamasi Teluk Kendari, dilanjutkannya proses pembangunan jembatan Bahteramas, perbaikan
pelabuhan, perbaikan bandara maupun pembangunan dan perbaikan saluran irigasi. Hal tersebut
terlihat dari penyelesaian fisik pekerjaan pembangunan pengadaan barang dan jasa pemerintah
daerah yang cukup tinggi yang mencapai angka 88,2%. Sementara itu, berdasarkan hasil liaison
diperoleh informasi bahwa beberapa realisasi proyek swasta terkait konstruksi beberapa hotel dan
komplek perumahan juga masih turut mendorong perkembangan pertumbuhan kategori
konstruksi pada periode triwulan IV 2015.
Pertumbuhan kategori konstruksi terkonfirmasi dari peningkatan penjualan semen di Sulawesi
Tenggara. Penjualan semen pada periode laporan tercatat sejumlah 183,1 ton atau tumbuh sebesar
34,38% (yoy), angka tersebut relatif masih tumbuh cukup tinggi bila dibandingkan dengan
penjualan semen di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 143,0 ton atau tumbuh positif
sebesar 18,5% (yoy).
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Asosiasi Semen
Grafik 1.27. Kredit Kategori Konstruksi Grafik 1.28. Penjualan Semen
600 677
8,1%
44,9%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Kredit Sektor Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)
Rp miliaryoy
142.994
183.084
18,53%
34,38%
-40,00%
-20,00%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
200.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
kg
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 18
Selain itu, kredit yang diberikan kepada usaha konstruksi di Sulawesi Tenggara juga mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya sejalan dengan akselerasi yang terjadi
di kategori konstruksi. Pada triwulan IV 2015, kredit konstruksi mengalami pertumbuhan cukup
tinggi mencapai angka 44,9% (yoy) setelah pada periode sebelumnya tumbuh hanya sebesar 8,1%
(yoy). Namun demikian jumlah kredit konsumsi KPR, yang merupakan salah satu indikator kinerja
kategori konstruksi khususnya untuk perumahan pada periode laporan mengalami perlambatan
pertumbuhan. Pada triwulan III 2015 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,0% (yoy), lebih
tinggi jika dibandingkan dengan periode triwulan IV 2015 yang tercatat hanya mampu tumbuh
sebesar 3,8% (yoy) atau senilai Rp2,29 triliun.
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Grafik 1.29. Kredit Konsumsi KPR Grafik 1.30 Perkembangan Penyelesaian Fisik
Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan
APBD Sulawesi Tenggara
1.3.6 Kategori Transportasi Dan Pergudangan
Kategori transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh melambat
sebesar 6,8% (yoy) pada triwulan IV 2015 setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar
10,5% (yoy). Perlambatan laju pertumbuhan pada kategori tersebut terkonfirmasi oleh penurunan
jumlah penumpang kapal laut maupun pesawat udara.
Berdasarkan data dari otoritas perhubungan, jumlah penumpang angkutan laut di triwulan IV
tercatat sebesar 146,6 ribu jiwa atau terkontraksi sebesar 3,7% (yoy), jauh menurun dibandingkan
periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 0,6% (yoy). Sementara itu, jumlah penumpang
angkutan udara di triwulan IV 2015 tercatat sebanyak 290,8 ribu orang atau tumbuh sebesar
16,32% (yoy), menurun dibandingkan triwulan III yang tercatat tumbuh sebesar 20,31% (yoy).
2.277
2.294
6,0 3,8
-
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Kredit Kons. KPR g Kons.KPR
Rp miliar %, yoy
19,5%
31,5%
49,9%
100,0%
32,3%
59,4%
90,3%
100,0%
10,6%
26,7%
47,4%
86,3%
14,1%
36,0%
66,0%
88,2%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 . 2015
Target
Realisasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
19
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Pelindo IV
Grafik 1.31 Arus Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.32. Arus Penumpang Kapal
-30,00%
-20,00%
-10,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Penumpang udara yoy
orang
144.088
146.593
0,57%
-3,68%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
200.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Penumpang kapal g Penumpang kapal
orang
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 20
BOKS 1
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAH
Di tengah perlambatan ekonomi dunia yang juga berdampak pada perekonomian nasional,
pemerintah berupaya menggerakkan perekonomian nasional agar lebih kondusif. Dalam paket
kebijakan ekonomi, pemerintah juga memfokuskan pengembangan Kawasan Timur Indonesia
termasuk Sulawesi Tenggara antara lain melalui pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) dan
peningkatan konektivitas antar daerah.
PAKET I (9 September 2015)
PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA
Mendorong daya saing industri nasional melalui
deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan
hukum dan kepastian usaha
Mendorong industrialisasi hilir produk tambang dan
produk pertanian (tabama, perkebunan, dan
perikanan)
Sinkronisasi RTRW Provinsi dan RTRW
Kabupaten/Kota
Mendorong tumbuhnya kawasan industri
Mempercepat proses perizinan dan AMDAL
Meningkatkan ketersediaan listrik untuk industri
Mempercepat proyek strategis nasional dengan
mengilangkan berbagai hambatan, sumbatan
dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek
nasional
Sinkronisasi RTRW Provinsi dan RTRW
Kabupaten/Kota
Memiliki ketentuan dan kepastian hukum terkait
dengan pembebasan lahan
Meningkatkan investasi di sektor properti Perlunya pemetaan kebutuhan rumah (back log) di
Sulawesi Tenggara
Sinkronisasi kebijakan lintas sektor untuk
mendukung pertumbuhan pusat ekonomi di
Sulawesi Tenggara
PAKET II (29 September 2015)
PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA
Kemudahan layanan investasi 3 jam Perlunya koordinasi pusat dan daerah mengenai
proyek investasi yang dapat dipermudah dan
dipercepat serta mendapatkan kemudahan fiskal Pengurusan tax holliday dan tax allowance lebih
cepat
Pemerintah tidak memungut PPN untuk alat
transportasi
Dapat digunakan untuk pembenahan sistem
transportasi di Sultra terutama untuk pembaruan
alat transportasi laut dan darat.
Insentif fasilitas di Kawasan Pusat Logistik Berikat Perlu kajian khusus mengenai kemungkinan
pembangunan Kawasan Pusat Logistik Berikat di
Sultra.
Insentif pengurangan pajak bunga deposito Peningkatan Dana Pihak Ketiga dari masyarakat
Sultra
Perampingan izin sektor kehutanan Perlu koordinasi pusat dan daerah untuk
penyesuaian ketentuan perizinan pemanfaatan
kehutanan di daerah.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
21
PAKET III (7 Oktober 2015)
PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA
Penurunan harga BBM, Listrik dan Gas Sebagai salah satu sumber penurunan tekanan
inflasi di Sultra.
Perluasan wirausahawan penerima KUR Peluang untuk pengembangan UMKM di Sulawesi
Tenggara, terutama untuk kegiatan pengolahan
hasil pertanian.
Penyederhanaan izin pertanahan dalam kegiatan
penanaman modal
Perlu disusun implementasi penyederhanaan izin
pertanahan dalam Perda di tingkat provinsi maupun
kabupaten.
PAKET IV (15 Oktober 2015)
PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA
Kebijakan pengupahan yang adil, sederhana dan
terproyeksi
Perlunya dibangun mekanisme penyusunan upah di
daerah dengan mempertimbangkan kondisi inflasi
dan perekonomian.
Membangun iklim usaha yang kondusif
Menciptakan angkatan kerja yang memiliki
kompetensi tinggi termasuk melalui transfer
knowledge dari tenaga kerja ahli asing maupun dari
luar daerah.
Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih
murah dan luas.
Peluang untuk pengembangan UMKM di Sulawesi
Tenggara, terutama untuk kegiatan pengolahan
hasil pertanian.
PAKET V (22 Oktober 2015)
PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA
Revaluasi aset Perlu penyesuaian NJOP di Sulawesi Tenggara.
Menghilangkan pajak berganda dana investasi
real estate, properti dan infrastruktur
Peluang untuk peningkatan kinerja sektor
konstruksi dan investasi di bidang bangunan.
Peluang untuk mempercepat pembagunan
infrastruktur di Sultra.
Deregulasi di bidang perbankan syariah Peluang untuk meningkatkan kinerja perbankan
syariah.
Mendorong tumbuhnya kantor bank syariah di
kabupaten/kota.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 22
PAKET VI (5 November 2015)
PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA
Upaya menggerakkan perekonomian di wilayah
pinggiran melalui pengembangan kawasan
ekonomi khusus (KEK)
Diperlukan fokus pemerintah daerah bersama
seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung
pemanfaatan KEK.
Penyediaan air untuk masyarakat secara
berkelanjutan dan berkeadilan
Peluang untuk pembangunan jaringan air maupun
perbaikan sumber daya air di Sulawesi Tenggara.
Proses cepat (paperless) perizinan impor bahan
baku obat
PAKET VII (7 Desember 2015)
PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA
Percepatan proses sertifikasi tanah Peluang peningkatan kapabilitas petani untuk
mendapatkan pinjaman dari perbankan dengan
menggunakan sertifikat tanah.
Insentif pajak bagi industri padat karya Potensi untuk pengembangan industri padat karya
di Sultra yang disinergikan dengan kawasan industri
dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
PAKET VIII (21 Desember 2015)
PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA
Kebijakan satu peta Perbaikan dan sinkronisasi RTRW Provinsi dengan
RTRW Kabupaten/Kota serta dengan instansi
lainnya untuk menghindari tumpang tindih lahan.
Pembangunan kilang minyak Berdampak positif pada perekonomian dan inflasi
Sultra saat terdapat kilang minyak baru.
Insentif bagi perusahaan jasa pemeliharaan
pesawat
PAKET IX (27 Januari 2016)
PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA
Stabilisasi pasokan dan harga daging sapi Peningkatan produksi sapi di Sulawesi Tenggara
dengan membentuk klaster sapi (termasuk integrasi
pertanian perkebunan dengan peternakan).
Perbaikan jalur distribusi daging sapi di Sultra
Meningkatkan efisiensi dan daya saing serta
pembangunan konektivitas ekonomi desa-kota
Perlu program pemberdayaan masyarakat yang
dikaitkan dengan pemberdayaan UMKM dan
pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 23
Keuangan
Pemerintah
Hingga akhir tahun 2015, total anggaran belanja yang sudah direalisasikan adalah sebesar
Rp18,1 triliun dengan realisasi terhadap target dari APBN Provinsi paling besar, yaitu
sebesar 93,5% dari keseluruhan anggaran tahun 2015. Sementara realisasi APBD provinsi
mencapai 88,2% dan APBD Kota/Kabupaten hanya sebesar 69,1% dari target selama tahun
2015. Dengan demikian, masih ada ruang fiskal di Sulawesi Tenggara sebesar Rp4,4 triliun
di akhir tahun 2015 yang tidak digunakan.
Bab 2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 24
2.1 STRUKTUR ANGGARAN DAN REALISASI HINGGA TRIWULAN IV 2015
Keuangan Pemerintah di Sulawesi Tenggara terbagi atas keuangan pemerintah daerah
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD) dengan keuangan pemerintah pusat di
daerah, dengan porsi terbesar adalah APBD Kabupaten/Kota. Keuangan pemerintah daerah
terdiri atas APBD Provinsi Sulawesi Tenggara dengan seluruh APBD Kabupaten dan Kota.
Sementara keuangan pemerintah pusat di daerah, merupakan anggaran instansi vertikal yang
berada di Sulawesi Tenggara. Total anggaran pemerintah daerah maupun anggaran pemerintah
pusat di daerah untuk Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai Rp22,45 Triliun di tahun 2015,
meningkat sebesar 27,2% dibandingkan tahun 2014. Adapun porsi terbesar adalah anggaran
keuangan Pemerintah Kota/Kab sebesar 52,2% (Rp11,72 triliun), diikuti dengan anggaran
keuangan bersumber dari APBN1 sebesar 37,4% (Rp8,41 triliun) dan APBD Provinsi sebesar 10,3%
(Rp2,32 triliun).
*belanja operasional termasuk belanja tidak langsung dan belanja langsung pegawai, belanja hibah, bansos, dll
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu RI, Kanwil Perbendaharaan Negara Prov. Sultra
Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulawesi Tenggara
Sampai dengan akhir tahun 2015, total anggaran belanja yang sudah direalisasikan adalah sebesar
Rp18,1 triliun dengan pangsa terbesar didominasi oleh realisasi anggaran APBN sebesar 93,5%,
APBD sebesar 88,2% dan APBD Kota/Kabupaten hanya sebesar 69,1%. Dengan demikian, masih
1 Anggaran bersumber dari APBN tidak termasuk dana transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah karena dana transfer tersebut sudah tercatat dalam APBD.
Belanja Modal31%
Belanja Barang
17%
Operasional52%
Belanja Modal Belanja Barang Operasional
Belanja Modal26%
Belanja Barang
14%
Operasional60%
Belanja Modal Belanja Barang Operasional
Belanja Modal44%
Belanja Barang31%
Operasional25%
Belanja Modal Belanja Barang OperasionalAPBD
Provinsi
APBD Kota/Kab
APBN
Rp2,32 Triliun
Rp8,41 Triliun
Rp11,72 Triliun
10,3%
52,2%
37,4%
meningkat 6,2% (yoy)
meningkat 18,4% (yoy)
meningkat 51,2% (yoy)
89,1% (yoy)
39,5% (yoy)
20,9% (yoy)
-4,1% (yoy)
0,3% (yoy)
12,9% (yoy)
31,3% (yoy)
7,0% (yoy)
15,5% (yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
25
ada ruang fiskal di Sulawesi Tenggara sebesar Rp4,4 triliun sampai akhir 2015 yang tidak
digunakan.
Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per
bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan IV 2015 relatif rendah dibandingkan
dengan target yang ditetapkan. Sampai dengan triwulan IV 2015, kondisi realisasi keuangan
Pemprov Sultra baru mencapai 88,2% jauh di bawah target 100%. Sementara itu kondisi
penyelesaian fisik baru mencapai 79,6%, jauh di bawah target 100%. Namun demikian,
pencapaian tersebut lebih tinggi jika dibandingkan periode tahun sebelumnya. Pada tahun 2014
tingkat realisasi keuangan mencapai 86,3% dan penyelesaian fisik hanya sebesar 74,2%.
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Sumber : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara
Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi
Tenggara
Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesaian Fisik
Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD
Sulawesi Tenggara
Adapun untuk realisasi belanja APBD Kota/Kabupaten relatif bervariasi antar daerah. Daerah
dengan realisasi sampai dengan triwulan IV 2015 yang terbesar adalah di Kab. Kolaka Utara sebesar
93,4% diikuti dengan Kab. Bombana sebesar 88,1%. Sementara itu, daerah dengan realisasi
terendah adalah di Kab. Konawe Kepulauan yang baru merealisasikan anggarannya sebesar
29,4%.
16,2%
43,6%
66,9%
100,0%
27,5%
62,9%
90,5%
100,0%
2,7%
12,4%
28,8%
74,2%
8,0%
18,1%
37,5%
79,6%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 . 2015
Target
Realisasi
19,5%
31,5%
49,9%
100,0%
32,3%
59,4%
90,3%
100,0%
10,6%
26,7%
47,4%
86,3%
14,1%
36,0%
66,0%
88,2%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 . 2015
Target
Realisasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 26
Tabel 2.1. Realisasi APBD Kabupaten/Kota di Sultra hingga Triwulan IV 2015
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu RI, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI2
2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan
Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap anggaran yang
disediakan pada triwulan IV 2015 relatif lebih baik jika dibandingkan realisasi pendapatan
pemerintah daerah di periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara di triwulan IV 2015 terealisasi senilai Rp2,47 triliun, atau sebesar 105,5% dari
target total pendapatan dalam APBD 2015. Angka serapan tersebut tercatat jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan realisasi di triwulan IV 2014 yang tercatat hanya sebesar Rp2,18 triliun atau
102,0% dari target dalam APBD.
Kinerja positif realisasi pendapatan daerah tersebut secara dominan disebabkan oleh sudah
terealisasinya pendapatan asli daerah (PAD) yang pada periode triwulan IV 2015 mencapai Rp684
miliar atau 126,9% dari target dalam APBD. Peningkatan realisasi (PAD) pada periode laporan
disebabkan oleh capaian pendapatan pajak daerah yang mencapai 128,5% atau senilai Rp533,7
miliar. Capaian tersebut jauh melebihi realisasi pada tahun 2014 yang tercatat hanya sebesar
88,4% atau Rp 413,2 miliar.
2 Asesmen pada sub-bab dimaksud menggunakan data realisasi pendapatan dan belanja pemerintah daerah hanya pada triwulan IV2015 (Oktober-Desember) bukan data kumulatif s.d triwulan IV 2015 (Januari-Desember).
Kota/Kabupaten 2015
Kota Kendari 65,89%
Kota Baubau 73,92%
Kab.Buton 65,72%
Kab. Konawe 81,12%
Kab. Kolaka 86,69%
Kab. Muna 84,73%
Kab. Konawe selatan 61,13%
Kab. Bombana 88,08%
Kab. Wakatobi 75,09%
Kab. Kolaka Utara 93,37%
Kab. Konawe Utara 85,63%
Kab. Buton Utara 67,48%
Kab. Kolaka Timur 39,95%
Kab. Konawe Kepulauan 29,37%
Kab. Muna Barat 65,31%
Kab. Buton Selatan 45,00%
Kab. Buton Tengah 66,24%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
27
Sementara itu, pendapatan transfer pada periode triwulan IV tahun 2015 hanya mencapai 98,8%
atau senilai Rp1,8 triliun, menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tercatat
sebesar 101,5% atau senilai Rp1,5 triliun.
Tabel 2.2. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara Pada Triwulan IV
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja
Seperti halnya kinerja di sisi pendapatan, penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi
Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan
realisasi anggaran di triwulan IV 2014. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
pada periode laporan mencapai 88,2% atau sebesar Rp2,7 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan
kinerja pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mampu merealisasikan anggaran
sebesar 85,2%. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja modal
yang mencapai 83,1% atau sebesar Rp683,5 miliar. Beberapa hal yang menjadi sumber
peningkatan penyerapan anggaran adalah adanya program percepatan realisasi anggaran oleh
pemerintah daerah berupa pelaksanaan pelelangan 200 proyek secara masal pada saat HUT Sultra
bulan April 2015 yang lalu serta pemanfaatan fasilitas lelang secara elektronik yang berguna juga
untuk transparansi proses lelang.
AnggaranRealisasi
(Miliar Rp)Serap (%) Anggaran
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%) Anggaran
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
PENDAPATAN 1.951,96 1.969,13 100,88 2.136,55 2.178,20 101,95 2.342,79 2.470,90 105,47
PENDAPATAN ASLI DAERAH 502,59 511,43 101,76 570,19 555,24 97,38 539,90 683,97 126,68
Pendapatan Pajak Daerah 375,68 408,11 108,63 467,50 413,20 88,39 415,49 533,68 128,45
Hasil Retribusi Daerah 24,20 24,47 101,12 23,04 18,29 79,38 16,67 17,68 106,06
Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,82 23,84 100,09 24,00 23,32 97,15 23,45 22,92 97,74
Lain-lain PAD 78,89 55,01 69,73 55,65 100,43 180,47 84,30 109,69 130,12
PENDAPATAN TRANSFER 1.443,56 1.451,90 100,58 1.526,47 1.549,73 101,52 1.785,51 1.764,01 98,80
Transfer Pemerintah Pusat 1.141,33 1.160,90 101,71 1.212,20 1.236,02 101,96 1.383,88 1.360,93 98,34
Dana Bagi Hasil Pajak 67,25 67,21 99,95 60,04 62,48 104,06 66,42 24,54 36,95
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 39,77 59,38 149,30 39,77 61,15 153,76 54,64 73,57 134,64
Dana Alokasi Umum 981,04 981,04 100,00 1.053,64 1.053,64 100,00 1.176,42 1.176,42 100,00
Dana Alokasi Khusus 53,27 53,27 100,00 58,75 58,75 100,00 86,40 86,40 100,00
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 302,24 291,00 96,28 314,27 313,71 99,82 401,63 403,08 100,36
Dana Otonomi Khusus - - - - - - -
Dana Penyesuaian 302,24 291,00 96,28 314,27 313,71 99,82 401,63 403,08 100,36
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 5,80 64,03 1.103,29 39,89 73,23 183,60 17,38 22,92 131,89
Pendapatan Hibah 63,66 1.096,83 39,89 39,89 100,00 17,38 - -
Pendapatan Dana Darurat - - - - - - - - -
Pendapatan Lainnya 5,80 0,38 - - 33,35 - - 22,92 -
APBD 2013
U R A I A N
APBD 2014 APBD 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 28
Tabel 2.3 Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lebih lanjut, realisasi belanja operasi pemerintah daerah juga mengalami perbaikan. Pada periode
laporan tercatat realisasi belanja operasi mencapai 92,2% atau sebesar Rp1,4 triliun, lebih tinggi
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 91,6% atau Rp1,3
triliun.
AnggaranRealisasi
(Miliar Rp)Serap (%) Anggaran
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%) Anggaran
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
BELANJA 2.176,89 1.812,82 83,28 2.450,85 2.088,45 85,21 2.665,15 2.349,42 88,15
BELANJA OPERASI 1.326,21 1.163,34 87,72 1.453,54 1.331,74 91,62 1.571,42 1.448,60 92,18
Belanja Pegawai 580,88 493,85 85,02 576,08 517,03 89,75 594,49 546,99 92,01
Belanja Barang 297,35 259,29 87,20 406,15 362,83 89,33 429,17 374,35 87,23
Belanja Bunga 29,30 18,33 62,56 25,54 22,63 88,58 24,16 21,13 87,44
Belanja Hibah 307,27 295,63 96,21 326,75 324,56 99,33 419,88 419,77 99,97
Belanja Bantuan Keuangan 111,40 96,25 86,39 119,01 104,70 87,98 103,71 86,36 83,27
BELANJA MODAL 603,33 430,71 71,39 727,63 553,49 76,07 822,75 683,50 83,07
Belanja Tanah 27,90 1,93 6,93 42,35 26,00 61,39 34,43 32,08 93,17
Belanja Peralatan dan Mesin 48,51 39,48 81,38 49,46 38,40 77,64 62,91 52,57 83,57
Belanja Bangunan dan Gedung 56,12 45,15 80,46 198,61 160,07 80,59 199,56 160,15 80,26
Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan 470,13 343,49 73,06 436,02 328,43 75,32 523,82 426,70 81,46
Belanja Aset Tetap Lainnya 0,67 0,65 97,31 1,17 0,59 50,27 2,04 2,00 98,17
BELANJA TIDAK TERDUGA 11,18 3,95 35,35 20,00 - - 25,20 - -
Belanja Tak Terduga 11,18 3,95 35,35 20,00 - - 25,20 - -
TRANSFER 236,17 214,81 90,96 249,68 203,22 81,39 245,77 217,33 88,43
Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota 236,17 214,81 90,96 249,68 203,22 81,39 245,77 217,33 88,43
U R A I A N
APBD 2013 APBD 2014 APBD 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 29
Inflasi
Daerah
Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 mengalami penurunan
dari 7,24% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 2,27% (yoy). Penurunan laju inflasi
Sulawesi Tenggara tersebut disebabkan oleh menurunnya laju inflasi yang terjadi di Kota
Kendari dan Kota Baubau. Sumber penurunan inflasi adalah dari penurunan tekanan pada
komoditas administered prices seiring dengan minimnya kebijakan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2015.
Pada periode laporan, upaya pengendalian inflasi difokuskan pada koordinasi dalam upaya
pemantauan harga berbagai komoditas di pasar, ketersediaan stok dan juga kelancaran
aliran distribusi barang untuk mengantisipasi kenaikan harga di Hari Raya Natal dan Tahun
Baru. Selain itu telah terbentuk TPID Kabupaten Buton Selatan sebagai upaya pengendalian
inflasi di daerah.
Bab 3
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 30
3.1 KONDISI UMUM
Analisa Inflasi Tahunan (year on year)
Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara1 mencapai 2,27% (yoy) pada triwulan IV 2015,
jauh membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,24% (yoy).
Penurunan tekanan inflasi tersebut terjadi baik pada kelompok administered prices, volatile food
maupun kelompok inflasi inti. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh based effect setelah
pada akhir bulan November 2014 terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi sementara selama tahun
2015 tekanan inflasi yang bersumber dari perubahan harga BBM relatif berkurang. Hal tersebut
membuat inflasi tahunan Sulawesi Tenggara lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat
inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,35% (yoy).
Dilihat dari kota yang menjadi daerah perhitungan inflasi nasional, penurunan inflasi tahunan
Sulawesi Tenggara terjadi di Kota Kendari dan Kota Baubau. Inflasi di Kota Kendari menurun dari
6,86% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 1,64% (yoy) di triwulan IV 2015. Sementara itu, inflasi di
Kota Baubau menurun dari 8,29% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 3,95% (yoy) di triwulan IV
2015.
Sumber: BPS Prov Sultra (diolah) Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan
Penurunan inflasi tahunan di Kota Kendari terjadi di seluruh kelompok komoditas terutama pada
kelompok bahan makanan, sandang, tarif listrik dan bensin. Komoditas bahan makanan tercatat
mengalami penurunan dari 6,86% (yoy) di triwulan III menjadi 1,64% (yoy) di triwulan IV 2015.
Penurunan laju inflasi bahan makanan di Kota Kendari disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi
komoditas beras dan ikan segar. Untuk komoditas beras, risiko pergeseran musim tanam padi
akibat kekeringan bisa diminimalkan dengan operasi pasar yang dilakukan oleh Perum Bulog Sultra.
1 Angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Baubau yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2014 2015
Nasional Kendari
Sultra Baubau
IHK Inflasi
Kendari
IHK Inflasi
Baubau
IHK Inflasi
Sultra
IHK Inflasi
Nasional
IHK Inflasi KTI
1,64%
3,95%
2,27%
3,35%
4,06%
Perbandingan Inflasi Tahunan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 31
Sementara itu untuk komoditas ikan segar dipengaruhi oleh faktor cuaca dan gelombang laut yang
relatif kondusif mendorong peningkatan hasil tangkapan ikan.
Relatif serupa dengan kondisi di Kota Kendari, penurunan inflasi di Kota Baubau bersumber dari
berkurangnya tekanan kelompok bahan makanan, sandang, tarif listrik dan bensin. Di dalam
kelompok bahan makanan, komoditas sayur mayur dan ikan segar mendorong terjadinya
penurunan inflasi. Meskipun demikian terdapat komoditas cabai rawit yang mengalami kenaikan
sehingga menahan laju penurunan pada periode laporan. Peningkatan inflasi komoditas cabai rawit
di Kota Baubau berdasarkan hasil liaison disebabkan oleh terganggunya produksi di daerah sentra
produksi cabai rawit di sekitar Kota Baubau maupun di Jawa Timur.
Analisa Inflasi Bulanan (month to month)
Tabel 3.1 Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (mtm) Per Kelompok
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
Secara bulanan, pergerakan inflasi Sulawesi Tenggara selama triwulan IV 2015 mengalami tren
meningkat. Dimulai dengan kondisi deflasi sebesar 0,53% (mtm) pada bulan Oktober, lalu diikuti
dengan terjadinya inflasi sebesar 0,27% (mtm) pada bulan November dan inflasi pada akhir tahun
sebesar 0,71% (mtm). Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober, selain disebabkan oleh kebijakan
pemerintah yang menurunkan harga BBM bersubsidi juga disebabkan oleh adanya penurunannya
tekanan pada komoditas ikan segar seiring dengan telah kondusifnya gelombang laut untuk
nelayan melaut pada bulan tersebut. Selanjutnya pada bulan November, tekanan inflasi disebabkan
oleh kenaikan tarif angkutan udara di Kota Baubau (24,04%, mtm). Hal tersebut dipengaruhi oleh
peningkatan permintaan masyarakat menjelang libur natal dan akhir tahun. Meskipun kegiatan
liburan dilaksanakan pada bulan Desember, namun terbatasnya penerbangan di Kota Baubau
mendorong masyarakat cenderung melakukan transaksi pembelian tiket pada bulan November.
Sedangkan untuk bulan Desember, sumber terjadinya inflasi disebabkan oleh meningkatnya harga
komoditas ikan segar, bawang merah, dan cabai rawit.
Kondisi tersebut sejalan dengan pergerakan laju inflasi yang terjadi di Kota Baubau selama triwulan
IV 2015. Kota Baubau tercatat mengalami deflasi sebesar 1,02% (mtm) di bulan Oktober, inflasi
sebesar 1,27% (mtm) di bulan November dan pada bulan Desember tercatat mengalami inflasi
Jul Aug Sep Okt Nov Des
Bahan Makanan 3,63 0,62 0,50 -2,25 -0,20 1,95
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,18 0,83 0,82 0,35 0,39 0,69
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,09 0,18 0,28 -0,01 0,09 0,59
Sandang -0,61 -0,19 1,47 -0,13 0,18 -0,50
Kesehatan -0,25 0,49 0,26 -0,02 0,14 0,05
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0,14 0,52 1,25 -0,01 -0,01 -0,02
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,14 0,03 -0,03 -0,14 1,47 0,33
Inflasi (mtm) 0,87 0,33 0,46 -0,53 0,27 0,71
Kelompok2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 32
sebesar 1,22% (mtm). Sementara itu, kondisi inflasi di kota Kendari memiliki pola yang sedikit
berbeda dengan Kota Baubau dimana pada bulan Oktober dan November mengalami deflasi
masing-masing sebesar 0,36% (mtm) dan 0,10% (mtm) dan pada bulan Desember mengalami
inflasi sebesar 0,51% (mtm).
Sumber: BPS Prov Sultra Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari dan Kota
Baubau
Grafik 3.4 Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari
Analisa Inflasi Triwulanan (quarter to quarter)
Secara triwulanan, Sulawesi Tenggara mengalami inflasi sebesar 0,44% (qtq) pada triwulan IV
2015, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi
sebesar 1,67% (qtq). Penurunan tersebut didorong oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan
makanan dan kelompok sandang yang masing-masing tercatat mengalami deflasi sebesar 0,54%
(qtq) dan 0,45% (qtq), setelah pada periode sebelumnya masing-masing tercatat mengalami inflasi
sebesar 4,79% (qtq) dan 0,66 (qtq). Penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan disebabkan
oleh penurunan tekanan pada komoditas ikan segar, dan sayur mayur seiring telah kembali
normalnya permintaan masyarakat pasca bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sedangkan untuk
komoditas sandang didorong oleh banyaknya potongan harga yang diberikan oleh para retailer
menjelang akhir tahun 2015.
Tabel 3.2 Inflasi Sulawesi Tenggara (qtq) Per Kelompok
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
Apr Mei Jun Jul Aug Sep
TW III TW IV
0,75 0,64 0,61
(0,36)
(0,10)
0,51
1,21
(0,49)
0,08
(1,02)
1,27 1,22
Kendari, % (mtm) Baubau, % (mtm)
-0,36%
-0,94%
-0,10%
0,33%0,51%
0,74%
Okt '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiOkt 2010-2014
Nov '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiOkt 2010-2014
Des '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiDes 2010-2014
DesNovOkt
I II III IV I II III IV
Bahan Makanan -2,32 5,05 4,16 4,48 -2,31 2,66 4,79 -0,54
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,78 1,12 1,84 1,50 1,77 2,94 1,84 1,43
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1,02 0,35 1,89 5,34 1,01 0,24 0,55 0,68
Sandang 0,75 0,06 0,35 1,45 0,75 -0,41 0,66 -0,45
Kesehatan 1,62 1,10 1,03 2,02 1,61 1,03 0,50 0,18
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga -0,33 0,40 0,74 1,89 -0,33 0,27 1,91 -0,04
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -4,31 1,09 -0,20 11,72 -4,31 0,95 0,14 1,66
Inflasi (qtq) -1,06 1,64 1,78 5,33 -1,05 1,21 1,67 0,44
2015Kelompok
2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 33
Kondisi inflasi triwulanan Sulawesi Tenggara tersebut sejalan dengan kondisi di Kota Kendari yang
tercatat mengalami inflasi sebesar 0,05% (qtq) setelah triwulan sebelumnya mengalami inflasi
sebesar 2,01% (qtq). Penurunan tekanan inflasi di kota Kendari tersebut juga disebabkan oleh
penurunan tekanan pada kelompok bahan makanan (dari 7,13% qtq di triwulan III 2015 menjadi
-0,89%, qtq di triwulan IV 2015) dan kelompok sandang (dari 0,71%, qtq di triwulan III 2015
menjadi -0,75% qtq). Di sisi lain, inflasi yang terjadi di kota Baubau mengalami peningkatan dari
0,80%(qtq) pada triwulan III 2015 menjadi 1,47% (qtq) pada triwulan IV 2015. Peningkatan
tekanan tersebut disebabkan oleh peningkatan harga pada komoditas cabai rawit (184,47%, qtq)
karena terganggunya produksi di daerah sentra-sentra sekitar Kota Baubau dan peningkatan tarif
angkutan udara (25,12%, qtq).
3.2 DISAGREGASI INFLASI2
Grafik 3.5.Perkembangan Inflasi Tahunan Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi
Penurunan tekanan inflasi Sulawesi Tenggara secara tahunan pada triwulan IV 2015,
terutama bersumber dari komponen administered prices. Penurunan tekanan inflasi pada
komponen administered prices di periode laporan disebabkan oleh based effect akibat kebijakan
pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi pada bulan November 2014 yang lalu.
Sementara pada akhir tahun 2015 kebijakan pemerintah dalam pengaturan harga BBM bersubsidi
relatif minim. Selain itu terdapat kebijakan penurunan tarif listrik yang juga mendorong terjadinya
penurunan inflasi administered prices. Pada Bulan Oktober dan Desember 2015 tarif tenaga listrik
mengalami penurunan berkisar antara 1,1% - 1,5% (mtm). Namun pada bulan November tarif
tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,7% (mtm) sehingga di akhir periode terjadi penurunan
sebesar 0,9% (qtq). Penyesuaian tersebut disebabkan oleh tiga faktor yaitu:1.Penguatan kurs dolar
Amerika Serikat. 2. Penurunan harga minyak internasional dan 3. Penurunan inflasi nasional.
2Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
(2)
-
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2015
Inflasi Umum Inflasi Inti Volatile Food Administered Prices
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 34
Tabel 3.3 Penurunan Tarif Tenaga Listrik
Sumber: PT. PLN (Persero)
Untuk komponen volatile food, pada triwulan IV 2015 juga mengalami penurunan tekanan inflasi.
Beberapa kelompok yang mengalami penurunan harga pada periode laporan yaitu kelompok ikan
segar, padi-padian, umbi-umbian serta kelompok sayur-sayuran (terutama komoditas kacang
panjang dan terong panjang). Berdasarkan data dari BPS Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui
bahwa inflasi komoditas ikan segar mengalami penurunan dari 6,35% (yoy) menjadi 0,98% (yoy).
Tabel 3.4 Produksi Ikan Tangkap Kendari
Sumber: PP. Kendari
Sept Okt Nov Des Okt Nov Des
R-2/TR 3,500VA s.d 5,500VA Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5
R-3/TR 6,600VA ke atas Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5
B-2/TR 6600VA s.d 200kVA Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5
B-3/TM di atas 200kVA Rp1.115,01 Rp1.103,02 Rp1.121,85 Rp1.104,73 -1,1 1,7 -1,5
I-3/TM di atas 200kVA Rp1.115,01 Rp1.103,02 Rp1.121,85 Rp1.104,73 -1,1 1,7 -1,5
I-4/TT 30,000kVA ke atas Rp1.069,85 Rp1.058,35 Rp1.076,42 Rp1.059,99 -1,1 1,7 -1,5
P-1/TR 6,600VA s.d 200kVA Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5
P-2/TM di atas 200kVA Rp1.115,01 Rp1.103,02 Rp1.121,85 Rp1.104,73 -1,1 1,7 -1,5
P-3/TR Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5
L/TR,TM,TT Rp1.650,12 Rp1.642,28 Rp1.670,32 Rp1.644,82 -0,5 1,7 -1,5
TarifPerubahan Tarif
(%,mtm)Gol Tarif Batas Daya
Volume (kg) Harga (Rp/Kg) Volume (kg) Harga (Rp/Kg) Volume (kg) Harga (Rp/Kg)
Tuna Mata Besar [BET] (Bigeye Tuna) 26.764 16.071,43 27.018 14.333,33 1.326 17.000,00
Madidihang [YFT] (Yellowfin Tuna) 251.012 14.300,00 269.332 18.857,14 183.449 13.304,44
Cakalang[SKJ] (Skipjack Tuna) 982.627 12.625,00 585.088 12.857,14 423.409 14.812,50
Tongkol Pisang-Balaki [FRI] (Frigate
Tuna;Mackarel Tuna;Frigate Mackarel)360.929 26.250,17 1.076.924 9.125,00 1.173.066 8.136,36
Lemuru (Indonesian Oil) 13.260 7.500,00
Kembung Lelaki (Stiriped Mackerel) 3.672 15.000,00
Lemadang (Common Dolphinfish) 2.060 8.750,00
Layang Bonggol (Slander Scad;Russels
Scad)155.702 16.125,00 77.906 13.000,00 123.244 13.083,33
Tembang (Deep-Body Sardinella) 1.482 8.500,00 5.948 7.500,00
Tembang (Fringesscale Sardinella) 3.222 16.900,00
Tongkol Pisang-Cerutu [BLT] (Bullet Tuna) 2.142 14.000,00 2.972 85.000,00
Gurita (Octopus) 3.434 25.000,00 15.148 24.000,00 47.705 24.000,00
Lencam (Emperors) 859 18.500,00
Lamadang (Common Dolphinfish) 316 10.250,00
Kakap Merah (Red Snapper, North
American, Genuine Red; Pargo Colorado)790 30.000,00
Kakap Merah (Timoriensis Snapper) 772 2.500,00
Cumi-Cumi (Squid, Common Squid) 1.848 19.750,00
Gurita (Sanbird octopus) 5.555 24.000,00
Total 1.787.314 2.076.356 1.965.311
Des-15Okt-15Keterangan
Nov-15
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 35
Hal ini sejalan dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Prov. Sultra
yang menunjukkan adanya penurunan harga pada komoditas ikan cakalang yang mencapai
11,66% jika dibandingkan dengan triwulan III 2015. Penurunan harga ikan disebabkan oleh relatif
lebih kondusifnya kondisi cuaca selama triwulan IV 2015 jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang terlihat dari adanya peningkatan produksi ikan tangkap pada periode laporan
(tabel 3.4). Selain itu, komoditas beras juga mengalami penurunan tekanan inflasi tahunan yakni
dari 20,07% (yoy) menjadi 12,09% (yoy).
Di sisi lain, perkembangan komponen inflasi inti (core inflation) di Sulawesi Tenggara juga
mengalami penurunan. Salah satu komoditas inti yang mendorong penurunan adalah emas.
Berdasarkan hasil SPH diketahui bahwa harga emas 22 karat turun dari Rp420.000,-/gram menjadi
Rp400.000,-/ gram, sedangkan untuk harga emas 24 karat turun dari Rp520.000,-/gram menjadi
Rp500.000,-/ gram. Penurunan harga komoditas tersebut diduga disebabkan oleh adanya
penguatan kurs rupiah terhadap dollar.
3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI
Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan Bank Indonesia selama
triwulan IV 2015 difokuskan untuk meningkatkan koordinasi pemantauan harga berbagai
komoditas di pasar, ketersediaan stok dan juga kelancaran aliran distribusi mengantisipasi adanya
Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Selain itu juga dilakukan penguatan kelembangaan TPID
Kabupaten/Kota. Secara ringkas langkah-langkah pengendalian inflasi yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
1. High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Dalam rangka melakukan evaluasi program kerja pengendalian inflasi daerah di tahun 2015
dan penyusunan mekanisme kerjasama antar daerah di Sulawesi Tenggara, pada tanggal 15
hingga 16 Oktober 2015, Sekretaris daerah sekaligus Ketua TPID Prov. Sultra, Dr. H. Lukman
Abunawas SH, Msi memimpin High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
Provinsi Sultra dan diputuskan beberapa rekomendasi strategis sebagai berikut:
a. Untuk dapat meminimalkan keluarnya komoditas beras dari Sultra perlu dilakukan
beberapa upaya:
i. Membangun penggilingan padi berkualitas bagus dengan
mempertimbangkan skala prioritas daerah mana saja yang perlu dibuatkan
mesin penggilingan.
ii. Mengadakan mesin panen di lokasi yang selama ini menjadi sentra penghasil
beras.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 36
iii. Mendorong pelaksanaan sistem resi gudang untuk beras sekaligus
membangun gudang dengan kapasitas yang optimal.
iv. Pencatatan stok dan aliran keluar masuk untuk komoditas beras, baik melalui
jalur darat maupun laut.
b. Pembuatan demplot bawang merah di beberapa lokasi di Sulawesi Tenggara yang saat
ini menjadi sentra penghasil bawang merah.
c. Salah satu faktor penyebab tingginya inflasi di Sulawesi Tenggara adalah kurangnya
interkoneksi antar wilayah yang mengalami surplus komoditas dengan daerah yang
mengalami defisit.
d. Sebagai salah satu upaya dalam pengendalian inflasi daerah, kerjasama perdagangan
antar daerah wajib dilakukan untuk dapat saling membantu memenuhi kebutuhan di
masing-masing daerah. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut setiap daerah wajib
menyusun data pemenuhan dan kebutuhan komoditas strategis sebagai bahan
penyusunan mekanisme kerjasama perdagangan antar daerah.
e. Untuk mendukung kegiatan TPID, setiap TPID Kabupaten/Kota diharapkan
mengalokasikan anggaran untuk kegiatan TPID pada tahun 2016.
f. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan koordinasi pengendalian inflasi di
Provinsi Sulawesi Tenggara, diharapkan setiap TPID Kabupaten/Kota menyampaikan
laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan masing masing ke Sekretariat Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara.
g. Bagi daerah yang belum membentuk TPID, diminta untuk segera membentuk TPID di
masing-masing daerahnya dan melaporkannya kepada TPID Provinsi Sulawesi
Tenggara sebelum akhir tahun 2015.
2. Sidak di Pasar Tradisonal dan Modern.
TPID juga menuju beberapa pasar di Kota Kendari untuk memantau secara langsung
perkembangan pergerakan harga serta ketersediaan bahan kebutuhan pokok menjelang
Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Kegiatan sidak diawali dari Pasar Basah Mandonga dan
pasar Andounohu yang merupakan pasar tradisional yang banyak dikunjungi masyarakat.
Pedagang beras, telur, daging ayam dan sapi serta bumbu-bumbuan merupakan sasaran
sidak tersebut. Dari kegiatan itu diketahui beberapa harga bumbu-bumbuan seperti cabai
rawit dan bawang merah mulai mengalami peningkatan harga seiring dengan naiknya
permintaan menjelang memasuki Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Meskipun demikian,
kenaikan harga yang terjadi masih dalam tingkatan yang wajar. Sedangkan untuk pasar
modern, TPID Prov Sultra mengunjungi Swalayan Sanya. Harga pada pasar modern masih
berada pada level yang stabil.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 37
3. Penguatan Kelembagaan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buton
Selatan
Dalam rangka melakukan penguatan kelambagaan TPID, pemerintah daerah Kabupaten Buton
Selatan pada tanggal 4 Desember 2015 membentuk TPID Kabupaten Buton Selatan. Dengan
pembentukan tersebut, hingga akhir tahun 2015 telah terbentuk 15 TPID, yaitu 1 TPID Provinsi
dan 14 TPID Kabupaten/Kota. Masih terdapat 3 kabupaten yang belum membentuk TPID yakni
Kabupaten Konawe Kepulauan, Kabupaten Buton Tengah dan Kabupaten Muna Barat.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 38
BOKS 2
KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI UTAMA
Laju inflasi tahunan Sulawesi Tenggara tahun 2015 jauh mengalami penurunan dibanding dengan
tahun 2014, yakni dari 8,45% (yoy) di tahun 2014 menjadi 2,27% (yoy) di tahun 2015. Meskipun
penurunan tersebut dipengaruhi oleh turunnya inflasi administered price, namun fokus pengendalian
inflasi tetap perlu diarahkan pada komoditas pangan strategis. Selama tahun 2015 terdapat 10
komoditas yang menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar.
Ikan Tangkap
Komoditas yang paling sering masuk sebagai top-5 penyumbang inflasi adalah ikan cakalang.
Bahkan komoditas ini pada bulan Juni dan Desember merupakan sumber utama peningkatan inflasi.
Selain cakalang, ikan layang dan ikan kembung juga merupakan sumber utama inflasi di Sulawesi
Tenggara.
Grafik Harga Ikan Cakalang di Kota Kendari Grafik Harga Ikan Kembung di Kota Kendari
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00%
Bobot dalam Nilai Konsumsi
Frek
uen
si s
ebag
ai
Top
5 P
enyu
mb
ang
Infl
asi B
ula
nan
Beras
Angkutan Udara
Bahan Bakar RT
Cakalang
Bayam
Cabai Rawit
Tomat Sayur
Layang
Kembung
Terong
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
20
13
-1
20
13
-2
20
13
-4
20
13
-5
20
13
-7
20
13
-9
20
13
-10
20
13
-12
20
14
-1
20
14
-3
20
14
-5
20
14
-6
20
14
-8
20
14
-9
20
14
-11
20
15
-1
20
15
-2
20
15
-4
20
15
-6
20
15
-7
20
15
-9
20
15
-10
20
15
-12
Rp/kg
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
20
13
-1
20
13
-2
20
13
-4
20
13
-5
20
13
-7
20
13
-9
20
13
-10
20
13
-12
20
14
-1
20
14
-3
20
14
-5
20
14
-6
20
14
-8
20
14
-9
20
14
-11
20
15
-1
20
15
-2
20
15
-4
20
15
-6
20
15
-7
20
15
-9
20
15
-10
20
15
-12
Rp/kg
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 39
Harga ikan cakalang dan ikan kembung di Kota Kendari terus menunjukkan tren yang meningkat.
Inflasi ikan tangkap tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor musim, cuaca dan tinggi gelombang
laut. Dengan demikian, diperlukan adanya sistem logistik perikanan untuk menjaga tingkat
ketersediaan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat.
Beras
Karena komoditas ini memiliki bobot yang tinggi yaitu sebesar 4,74% dalam keranjang konsumsi
masyarakat Sulawesi Tenggara, maka perubahan harga beras akan sangat berpengaruh pada
dinamika inflasi di Sultra. Selama tahun 2015, komoditas beras menjadi sumber inflasi terbesar pada
bulan Februari, Maret dan September. Kondisi tersebut sejalan dengan terbatasnya pasokan beras
dari hasil produksi sendiri. Harga beras di Kota Kendari menunjukkan pergerakan yang relatif
berfluktuatif sepanjang tahun 2015 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini
diperkirakan terjadi karena adanya pergeseran masa tanam padi dan adanya kendala produksi
karena masa kemarau yang lebih panjang.
Grafik Luas Panen Padi Sultra 2015 Grafik Harga Beras di Kota Kendari
Ke depan, perlu suatu upaya untuk dapat lebih menstabilkan harga beras di Sultra melalui berbagai
program, beberapa diantaranya adalah perbaikan irigasi primer, sekunder, dan tersier untuk
meningkatkan produktifitas tanaman beras, pemanfaatan resi gudang untuk meningkatkan stok
beras dan membangun fasilitas pasca panen di sentra-sentra pertanian Sultra.
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Luas
Pan
en P
adi S
awah
(h
a)
2015
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
20
13
-1
20
13
-2
20
13
-3
20
13
-5
20
13
-6
20
13
-7
20
13
-9
20
13
-10
20
13
-12
20
14
-1
20
14
-2
20
14
-4
20
14
-5
20
14
-7
20
14
-8
20
14
-9
20
14
-11
20
14
-12
20
15
-1
20
15
-3
20
15
-4
20
15
-6
20
15
-7
20
15
-8
20
15
-10
20
15
-11
20
15
-12
Rp/kg
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 40
BOKS 3
SISTEM LOGISTIK SULAWESI TENGGARA MELALUI TRANSPORTASI LAUT
Masih minimnya produksi hortikultura dan industri di Sulawesi Tenggara yang memenuhi kebutuhan
rumah tangga mengharuskan beberapa komoditas harus didatangkan dari luar daerah. Hal ini
menyebabkan ada disparitas harga karena ada komponen biaya transportasi yang turut menjadi
beban konsumen.
Sumber: hargapangan.id
Grafik Disparitas Harga Antar Daerah Beberapa Komoditas
Dari grafik disparitas harga di atas, terlihat bahwa ada perbedaan harga di daerah yang memiliki
industri atau sebagai produsen dengan harga yang ada di daerah konsumen. Adanya pengaruh biaya
transportasi yang linier dengan jarak pengiriman terlihat pada komoditas minyak goreng dan tepung
terigu. Namun jika melihat kondisi yang terjadi pada komoditas bawang putih terdapat anomali yang
terjadi. Sebagai contoh harga bawang putih di Sulawesi Tenggara mencapai Rp31.000/kg, lebih
tinggi daripada harga di Gorontalo. Padahal jarak antara Sulawesi Selatan ke Sulawesi Tenggara
lebih dekat dibandingkan dengan jarak antara Sulawesi Selatan ke Gorontalo. Anomali tersebut
menunjukkan bahwa terdapat masalah dengan jalur logistik sehingga akan berdampak pada harga
yang lebih tinggi.
Dalam kerangka aliran perdagangan, Sulawesi Tenggara selama ini terhubung dengan provinsi
lainnya melalui jalur darat dan laut. Secara umum jalur masuk komoditas pangan yang didatangkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 41
dari luar Sultra adalah melalui Kendari, Kolaka dan Baubau dengan menggunakan kapal laut.
Provinsi yang memiliki keterkaitan erat dalam pasokan barang adalah Sulawesi Selatan, Jawa Timur
dan NTB.
Grafik Jalur Masuk Komoditas ke Sultra
Pelabuhan Laut di Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara tidak memiliki pelabuhan utama sehingga tidak ada kegiatan transportasi laut
internasional. Saat ini Sultra memiliki 36 pelabuhan dan 8 diantaranya adalah pelabuhan
pengumpul.
Konawe
Kolaka Utara
Kolaka
Bombana
Komoditas Asal Jumlah(% dari total barang yang dijual)
Beras MakasarSidrapBone
11,3% (Kdi)16,5% (Kdi)7,6% (Kdi), 98,4% (Bau)
Bawang Merah
EnrekangMakasarBima
75,1% (Kdi)24,9% (Kdi), 11,1% (Bau)88,9% (Bau)
Cabai Merah
Makasar 25,7% (Bau), 3,3% (Kdi)
Gula Pasir
MakasarSurabaya
41,2% (Kdi), 28,4% (Bau)36,2% (Kdi), 62,7% (Bau)
Telor Ayam
SidrapSurabaya
70% (Kdi)70% (Bau)
Komoditas Pangan Strategis Dari Provinsi Lain
KOLAKA
Ke Sulawesi Selatan via darat
Ke Sulawesi Selatan via kapal ferry
Ke Sulawesi Selatan, Jawa Timur, NTBVia kapal
KENDARI
BAUBAU
Pusat Ekonomi
Jalur Transportasi Utama
Ke Sulawesi Selatan &Jawa Timur via kapal kargo
(hasil penelitian Perdagangan Antar Wilayah)
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KP. 414 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
1. Pelabuhan Kendari2. Pelabuhan Bungkutoko3. Pelabuhan Baubau4. Pelabuhan Raha5. Pelabuhan Kolaka6. Pelabuhan Pomala7. Pelabuhan Wanci8. Pelabuhan Watunohu
PELABUHAN PENGUMPUL
Total Pelabuhan: 67 pelabuhanPelabuhan Pengumpul : 8Pelabuhan Regional : 7Pelabuhan Lokal : 52
Di Sulawesi Tenggara terdapat 1 KSOP dan 5 UPP yaitu :1. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)
Kendari2. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Baubau3. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Raha4. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kolaka5. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Pomalaa6. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Langara
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 42
Gambaran Sistem Logistik Melalui Laut
Jarak menjadi faktor utama pada biaya pengiriman di wilayah Sulawesi dan Maluku Papua
dipengaruhi juga oleh faktor lainnya seperti frekuensi kapal dan kapasitas pelabuhan. Menurut riset
yang telah dilakukan oleh Bank Dunia pada tahun 2012, komponen biaya pengiriman terdiri dari
biaya transportasi (12%), biaya inventaris (10%) dan biaya administrasi (5%). Jika dirinci lebih lanjut,
biaya pengiriman barang sebagian besar berasal dari biaya operasional kapal, biaya penanganan di
pelabuhan, frekuensi kapal/rit, kapasitas kapal yang membawa dan kinerja pelabuhan.
Sumber: Perusahaan Penyedia Jasa Pengiriman Barang di Surabaya (Tarif tahun 2014)
Untuk rata-rata biaya operasional kapal dari Surabaya ke Balinusra cenderung lebih tinggi dibanding
pengiriman ke wilayah lainnya. Sementara rata-rata penambahan harga barang (misalnya pada
komoditas Beras) untuk KTI adalah Rp691/kg, dengan penambahan terendah di Makasar Rp420/kg
dan paling tinggi di Biak Rp995/kg. Untuk pengiriman barang ke Sulawesi Tenggara terutama ke
Kendari, biaya pengiriman masih berada pada kondisi yang wajar searah dengan jaraknya. Namun
untuk pengiriman ke Baubau yang relatif lebih dekat secara jarak, biaya pengirimannya lebih mahal
daripada ke Kendari.
Selain dipengaruhi oleh jarak, faktor efisiensi pengiriman barang juga menjadi determinan biaya
pengiriman melalui laut. Berdasarkan rasio bongkar/muat di pelabuhan utama di Sulawesi Tenggara
memiliki rasio sebesar 1,56. Dengan kata lain setiap kapal yang datang ke Sultra dengan membawa
muatan sebesar 1.560 ton, maka kapal tersebut akan memuat barang lainnya dari Sultra hanya
sebanyak 1.000 ton atau hanya memuat balik sebesar 64% saja. Meskipun demikian, kondisi
tersebut sudah relatif baik jika dibandingkan dengan provinsi lainnya yang ada di Kawasan Timur
8.58
21.45
0
1000
2000
3000
4000
5000
-
5
10
15
20
25
30
Ben
oa
Lom
bo
kK
up
ang
Mau
me
reM
akas
sar
Pal
uK
end
ari
Go
ron
talo
Tolit
oli
Bau
bau
Man
ado
Luw
uk
Am
bo
nTe
rnat
eSo
ron
gM
ano
kwar
Jaya
pu
raN
abir
eTu
alK
aim
ana
Fakf
akTi
mik
aM
erau
keB
iak
Bal
ikp
apan
Ban
jarm
asin
P.r
aya
Sam
arin
da
Sam
pit
Pan
g. B
un
Bat
ulic
inP
on
tian
akN
un
uka
nB
erau
Bat
amP
adan
gP
ekan
bar
u
Sin
gap
ore
Ch
ina
Rp Juta
Handling Tujuan
Handling Asal
Ocean Frieght
Jarak (sb.kanan)
km
Ocean Freight: biaya angkutan kapalHandling Asal: Trucking Pick Up +THC/LOLO AsalHandling Tujuan: THC/LOLO Tujuan + Trucking DeliveryTHC: Terminal Handling Cost; LOLO: Lift On Lift Off
BALINUSTRA SULAWESI MALUKU PAPUA
Biaya Pengiriman 1 Kontainer 20’ (1 TEU) dari Surabaya
KALIMANTAN SUMATERA
19.6 20.4
7.1 8.1
-
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
LN
R2 = 84,75% (KTI)(korelasi antara biaya angkut lautdengan jarak)
R2 = 59,17% R2 = 53,8% R2 = 52,7% R2 = 44,9% R2 = 69%
Rp12.000/km
1000 Rp/km
Rp6.500/km Rp5.000/km Rp10.700/km Rp6.000/km
Rp6.700/km
24 ton beras1
TEU Sumber: PT Kunci Inti Trasindo, 2014
(diolah)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 43
Indonesia. Rasio yang mendekati 1 akan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi sehingga akan
mempengaruhi biaya pengiriman per satuan produk.
Pembangunan Infrastruktur Logistik dan Tol Laut
Dalam upaya peningkatan logistik, terutama melalui laut, pemerintah membangun pelabuhan
Bungkutoko (dana APBN) dan Kendari New Port (dana Pelindo IV) di Kendari. Selain itu, perbaikan
Dermaga pelabuhan Baubau juga akan meningkatkan lalu lintas barang ke Baubau dan sekitarnya.
Di samping itu, program pemerintahan Jokowi-JK yang mulai mengimplementasikan tol laut
diharapkan dapat meningkatkan pasokan pangan ke Sulawesi Tenggara. Adapun daerah yang
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Ras
ioB
on
gkar
Mu
at
Rata-rata Ukuran Kapal yang berlabuh
PapbarJATIM
Papua
SULSEL
NTB
Maluku
NTT
Bali
Gto
Sulteng
Sultra
Malut
Sulut
Rata-Rata KTI1977 GT/ kapal
GT
Kapal lebih banyakkosong saat pergi dari
pelabuhan
Rasio bongkarmuat = 1Biaya lebihefisien
Kapasitas Kapal dan Efisiensi Pengiriman Barang di Pelabuhan Utama ProvBerdasarkan Statistik Perhubungan Laut 2014 (Dephub)
PELABUHAN BUNGKUTOKO (menunggu peresmian) Kendari New Port ini memiliki luas total 106 ha untuk
peti kemas dan fasilitas terminal penumpang.Dibangun untuk menggantikan Pelabuhan Kendari danmengantisipasi rendahnya clearance jembatanBahteramas yang akan dibangun 2016. Untuk tahap Iakan dibangun seluas 16 ha.
Merupakan Pelabuhan Petikemas seluas 5 ha. Pembangunan sejak 2009 dengan biaya sebesar Rp480 miliar. Dibangun untuk mengimbangi tingginya frekuensi kedatangan kapal, terutama kapal barang/kargo di Pelabuhan Kendari
KENDARI NEW PORT Rp1 triliunRp480 M
PELABUHAN BAUBAU
Perbaikan dermaga yang ambruk pada bulan November 2014 sepanjang 35 meter. Pembangunan dan pembenahan pelabuhan telah mencapai 90% dan dapat digunakan pada triwulan I 2016
Rp125 M
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 44
disinggahi oleh Tol Laut adalah pelabuhan Wanci di Kabupaten Wakatobi dan termasuk ke dalam
trayek 1.
Peta Jalur Tol laut
Tabel Pengiriman Barang Melalui Tol Laut
Trayek Dry Container Reefer Container General Cargo
Tg.Perak - Wanci Rp3.501.000 Rp5.251.500 Rp288.000
Wanci - Namlea Rp2.424.000 Rp3.636.000 Rp239.000
Wanci - Fakfak Rp3.291.000 Rp4.936.500 Rp278.000
Wanci - Kaimana Rp3.746.000 Rp5.619.000 Rp299.000
Wanci - Timika Rp4.229.000 Rp6.343.500 Rp321.000
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 45
Sistem Keuangan dan
Pengembangan Akses
Keuangan
Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan. Hal ini
terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan baik di sisi penghimpunan dana maupun kredit
yang disalurkan kepada masyarakat serta peningkatan ketahanan perbankan yang merupakan
cerminan dari kondisi risiko kredit yang membaik. Adapun untuk risiko kredit pada periode
laporan masih berada dalam level yang aman.
Bab 4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
46
4.1 KONDISI UMUM PERBANKAN1
Secara umum, perkembangan sistem keuangan terutama kinerja perbankan di Sulawesi
Tenggara mengalami peningkatan seiring dengan adanya pertumbuhan laju perekonomian
Sulawesi Tenggara pada Triwulan IV 2015. Hal ini terlihat dari peningkatan pertumbuhan
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), kredit dan juga perbaikan risiko penyaluran kredit kepada
masyarakat.
4.1.1 Perkembangan Kelembagaan
Dari sisi kelembagaan, pada triwulan IV 2015, jumlah bank umum di Sulawesi Tenggara tidak
mengalami perubahan dari triwulan sebelumnya yaitu sebanyak 25 bank. Begitu pula dengan
jumlah BPR juga tercatat masih tetap sama seperti periode sebelumnya yaitu sebanyak 17 BPR
(Tabel 4.1).
Tabel 4.1.Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR
Jumlah kantor termasuk KP, Kanwil, KC, KCP, BRI Unit, dan KK Sumber: LBU & LBBPR
4.1.2 Aset Perbankan
Tabel 4.2.Aset Perbankan Sulawesi Tenggara
Sumber: LBU & LBBPR
Total aset perbankan di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan tercatat hanya tumbuh sebesar 15,1% (yoy)
atau menjadi Rp20,6 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh
sebesar 19,5%-yoy (Tabel 4.2). Penurunan pertumbuhan aset tersebut terjadi pada bank umum
pemerintah, bank swasta nasional. Bahkan pertumbuhan aset bank swasta nasional mengalami
kontraksi (-4,3%-yoy) pada triwulan IV 2015. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan
1 Asesmen perkembangan perbankan di Sulawesi Tenggara di bab ini menggunakan data lokasi bank untuk kredit/pembiayaan yang disalurkan dan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun.
I II III IV I II III IV
Bank Umum 21 23 25 25 25 25 25 25 25 25
Konvensional 18 18 19 19 19 19 19 19 19 19
UUS 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Syariah 3 5 6 6 6 6 6 6 6 6
Jumlah Kantor Bank Umum 147 190 199 224 224 237 236 236 236 236
BPR 12 12 12 12 12 17 17 17 17 17
Jumlah Kantor 18 18 18 18 18 25 25 25 25 25
KATEGORI 2012 20132014 2015
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Total Aset 9,2 14,7 4,8 6,2 10,8 13,3 19,5 15,1 17.960 19.242 18.761 17.930 19.902 21.796 22.423 20.632
Bank Umum 9,1 14,5 4,6 5,8 10,5 12,9 19,3 14,8 17.827 19.100 18.598 17.743 19.702 21.562 22.182 20.371
Bank Pemerintah 7,6 16,6 5,7 6,2 12,8 14,3 23,5 20,3 13.862 15.136 14.736 13.811 15.634 17.303 18.197 16.609
Bank Swasta Nasional 14,6 7,4 0,5 4,7 2,6 7,5 3,2 -4,3 3.965 3.964 3.862 3.932 4.068 4.259 3.985 3.762
BPR 28,0 36,0 45,8 64,7 50,9 64,4 47,6 39,5 132,7 142,2 163,0 187,0 200,3 233,8 240,5 260,9
2014 2014KATEGORI
Pertumbuhan (%, yoy)
2015 2015
Nominal Aset (Rp miliar)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
47
dana pihak ketiga, khususnya pada simpanan giro. Hal ini terjadi karena pencairan dana giro
pemerintah daerah di akhir tahun 2015 untuk berbagai pembelanjaan dan pembayaran proyek.
Secara umum berdasarkan pangsanya, bank pemerintah masih mendominasi industri perbankan
di Sulawesi Tenggara dengan porsi aset mencapai 80,5%, sedangkan total bank swasta nasional
mencapai 18,2% dari total aset perbankan di Sulawesi Tenggara. Adapun porsi BPR masih sangat
kecil yaitu hanya sebesar 1,3%.
4.1.3 Intermediasi Perbankan
Tabel 4.3.Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum
Sumber: LBU
Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum pada triwulan IV 2015
mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, dari 19,6%
(yoy) di triwulan III menjadi 26,5% (yoy) di triwulan IV. Peningkatan kinerja tersebut terjadi di
seluruh komponen DPK. Pada periode laporan pertumbuhan giro mencapai 26,5% (yoy), tabungan
tumbuh sebesar 32,3% (yoy) dan untuk deposito mengalami pertumbuhan sebesar 20,7% (yoy).
Meskipun demikian, secara nominal jumlah dana yang berhasil dihimpun tersebut mengalami
penurunan dari Rp14,9 triliun di triwulan III menjadi Rp14,5 triliun.
Penyaluran Kredit/ Pembiayaan
Dari sisi penyaluran kredit, secara keseluruhan penyaluran kredit oleh bank umum juga mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi. Pada triwulan IV 2015, kredit perbankan tumbuh sebesar 13,4%
(yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,5%
(yoy). Secara nominal, kredit perbankan yang disalurkan sampai dengan triwulan IV 2015 mencapai
Rp16,1 triliun.
Peningkatan penyaluran kredit tersebut lebih didorong adanya perbaikan pada penyaluran kredit
konsumsi yang mendominasi kredit di Sulawesi Tenggara. Pangsa kredit konsumsi mencapai
62,2% dari total penyaluran kredit pada triwulan IV 2015. Pada periode laporan, kredit konsumsi
mengalami pertumbuhan sebesar 16,7% (yoy) setelah pada periode sebelumnya hanya tumbuh
sebesar 15,4% (yoy). Sedangkan untuk kredit investasi pada periode laporan tercatat sebesar Rp1,8
triliun atau tumbuh sebesar 7,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
DPK Bank Umum 8,8 12,1 10,3 4,1 9,6 12,5 19,6 26,5 11.502 12.166 12.440 11.476 12.597 13.675 14.883 14.517
Giro 8,7 12,1 10,2 4,0 9,5 12,4 19,6 26,5 3.223 3.807 3.670 2.138 3.475 4.169 4.548 2.829
Tabungan 2,3 15,6 2,7 -5,5 7,8 9,5 23,9 32,3 6.002 5.971 6.084 6.733 5.887 5.923 6.619 8.129
Deposito 6,5 3,6 2,8 -2,9 -1,9 -0,8 8,8 20,7 2.277 2.387 2.685 2.604 3.235 3.583 3.716 3.558
Kredit Bank Umum 17,6 13,6 11,0 9,4 10,4 11,3 12,5 13,4 13.089 13.633 13.910 14.186 14.444 15.174 15.644 16.092
Modal Kerja 7,9 10,5 8,7 7,3 4,9 10,6 10,1 9,1 3.782 3.858 3.918 3.932 3.967 4.266 4.313 4.288
Investasi 44,0 -2,0 -7,7 -11,4 -1,8 3,3 3,0 7,2 1.720 1.647 1.643 1.671 1.689 1.701 1.692 1.791
Konsumsi 18,0 19,1 16,8 15,8 15,8 13,3 15,4 16,7 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 9.206 9.639 10.013
LDR 113,8 112,1 111,8 123,6 114,7 111,0 105,1 110,9
NPLs Gross 2,14 2,49 2,59 2,36 2,88 3,06 2,95 2,45
KATEGORI 2014 2014 2015
Nominal (Rp miliar)Pertumbuhan (%, yoy)
2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
48
yang tercatat hanya tumbuh sebesar 3,0% (yoy). Sementara itu, kredit modal kerja pada periode
laporan tercatat melambat daripada triwulan sebelumnya sehingga menahan percepatan
pertumbuhan kinerja kredit perbankan di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan IV 2015 kredit modal
kerja mengalami pertumbuhan sebesar 9,1% (yoy) setelah pada periode sebelumnya tumbuh
mencapai 10,1% (yoy).
LDR dan NPL
Kondisi intermediasi perbankan yang diindikasikan dengan indikator Loan to Deposit Ratio (LDR)
masih berada pada tren yang meningkat. Pada triwulan IV 2015 LDR bank umum di Sulawesi
Tenggara mencapai 110,9%, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 105,1%.
Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan pada penyaluran kredit lebih besar dari laju pertumbuhan
penghimpunan dana masyarakat.
Peningkatan kredit perbankan juga diiringi dengan perbaikan risiko kredit yang tercermin dari
indikator Non Performance Loans (NPLs) Gross dari 2,95% pada triwulan III 2015 menjadi 2,45%
pada periode laporan seiring dengan terjadinya penurunan nominal NPL sebesar 67,1 miliar selama
triwulan IV 2015.
4.1.4 Bank Syariah
Berbeda halnya yang terjadi pada perbankan umum di Sulawesi Tenggara, aset perbankan syariah
pada triwulan IV 2015 mengalami akselerasi. Aset perbankan syariah tumbuh sebesar 5,0% (yoy)
atau sebesar Rp947 miliar pada periode laporan, setelah pada periode sebelumnya mengalami
kontraksi sebesar 1,0% (yoy). Dengan adanya akselerasi pertumbuhan tersebut, pangsa aset
perbankan syariah meningkat dari 4,1% menjadi 4,7% dari total aset perbankan di Sulawesi
Tenggara. Peningkatan tersebut juga dipengaruhi oleh peningkatan kinerja penghimpunan DPK
yang pada periode laporan yang mampu tumbuh sebesar 3,5% (yoy) setelah pada periode
sebelumnya hanya mampu tumbuh sebesar 1,2% (yoy).
Tabel 4.4.Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah
Sumber: LBU
Kondisi berbeda terjadi pada kinerja penyaluran pembiayaan. Pada periode laporan, penyaluran
pembiayaan perbankan syariah Sulawesi Tenggara masih mengalami kontraksi. Pada triwulan III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Aset Bank Syariah 14,2 -8,3 -25,9 -6,8 -20,8 16,5 -1,0 5,0 1.224 1.003 925 903 969 1.169 916 947
%Aset thd Total Aset Bank 6,9 5,3 5,0 5,1 4,9 5,4 4,1 4,7
DPK 35,3 14,6 11,8 0,8 -12,1 3,5 1,2 3,5 639 533 568 602 561 551 575 623
Giro -19,1 -10,9 40,8 22,3 24,6 23,2 2,2 -2,8 30,1 28,9 42,1 42,9 37,5 35,6 43,0 41,7
Tabungan 13,0 5,0 5,5 -1,5 -2,1 1,9 5,0 2,5 312,6 291,1 311,1 351,7 306,2 296,6 326,7 360,5
Deposito 87,4 37,1 17,1 1,1 -26,5 3,0 -4,5 6,5 295,8 212,5 215,4 207,6 217,3 218,9 205,6 221,1
Pembiayaan 45,6 34,0 29,2 18,4 10,8 4,6 -1,6 -4,7 755 811 846 853 837 849 833 813
FDR 61,7 80,9 91,5 94,5 86,4 72,6 90,9 85,8
NPF Gross 3,08 3,72 3,83 4,80 5,00 5,37 6,17 5,54
KOMPONEN 2014 2014 2015
Nominal (Rp miliar)
2015
Pertumbuhan (%, yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
49
2015 pembiayaan bank syariah dapat terkontraksi sebesar 1,6% (yoy), namun pada periode
laporan mengalami kontraksi lebih dalam yaitu sebesar 4,7% (yoy). Hal ini menyebabkan rasio
Finance deposit ratio (FDR) mengalami penurunan dari 90,9% menjadi 85,8% di triwulan IV 2015.
Di sisi lain, risiko pembiayaan di bank syariah mengalami perbaikan dari 6,17% di triwulan III
menjadi sebesar 5,54% di triwulan IV. Meskipun demikian, kondisi tersebut masih di atas level
aman yang telah ditetapkan sehingga perlu mendapat perhatian dari pihak terkait.
4.1.5 Bank Perkreditan Rakyat
Di triwulan IV 2015, kinerja BPR (termasuk BPR Syariah) tetap tumbuh tinggi namun mengalami
tren yang melambat. Aset BPR tumbuh sebesar 39,5% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya
sehingga secara nominal asetnya mencapai Rp260,9 miliar. Selain itu, penyaluran kredit juga
tumbuh melambat yaitu sebesar 29,4% (yoy) dengan nominal kredit sebesar Rp175,6 miliar.
Sementara itu, penghimpunan DPK tumbuh sebesar 30,9% (yoy) atau tercatat sebesar Rp122,9
miliar, meningkat dibandingkan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,2% (yoy). Kondisi tersebut
menyebabkan tingkat intermediasi BPR mengalami penurunan dengan perbaikan tingkat risiko
kredit pada periode laporan.
Tabel 4.5.Perkembangan Indikator BPR
Sumber: LBBPR
4.2 STABILITAS SISTEM KEUANGAN
4.2.1 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi2
Di triwulan IV 2015, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh kredit usaha kategori
perdagangan. Kredit korporasi (di luar kredit konsumsi) pada triwulan IV 2015 mencapai Rp6,01
triliun, dengan pangsa terbesar adalah kategori perdagangan yaitu sebesar 69,5%. Adapun porsi
kredit untuk kategori pertanian, pertambangan dan industri pengolahan masih relatif kecil yaitu
masing-masing sebesar 3,3%, 0,8% dan 3,1%. Rendahnya penyaluran kredit dari perbankan
Sulawesi Tenggara ke kategori utama tersebut menunjukkan peran perbankan pada kategori
utama masih memiliki ruang untuk ditingkatkan.
2 Asesmen Ketahanan Sektor Keuangan sisi Korporasi menggunakan pendekatan kredit kepada korporasi dilihat secara sektoral untuk kredit investasi dan kredit modal kerja.
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Aset BPR 28,0 36,0 45,8 64,7 50,9 64,4 47,6 39,5 132,7 142,2 163,0 187,0 200,3 233,8 240,5 260,9
DPK 27,3 19,1 22,3 19,9 18,8 35,4 20,2 30,9 77,9 77,1 85,2 93,9 92,5 104,4 102,4 122,9
Kredit 25,6 29,7 41,4 40,0 42,9 47,5 34,6 29,4 105,8 115,2 129,9 135,7 151,2 170,0 174,8 175,6
FDR 79,8 81,0 79,7 72,6 75,5 72,7 72,7 67,3
NPLs Gross 11,30 10,10 9,80 8,30 10,42 9,44 10,21 7,95
KOMPONEN 2014 2014 2015
Nominal (Rp miliar)
2015
Pertumbuhan (%, yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
50
Pada periode laporan, percepatan kinerja kredit dipicu oleh pertumbuhan kinerja kredit di kategori
perdagangan yang tumbuh sebesar 9,1% (yoy) pada triwulan IV 2015 setelah sebelumnya hanya
tumbuh sebesar 8,2% (yoy) pada triwulan III. Percepatan pertumbuhan kredit kategori
perdagangan juga diikuti oleh perbaikan ketahanan penyaluran kredit pada kategori tersebut. Pada
triwulan IV 2015, NPL kategori perdagangan tercatat sebesar 4,5% setelah pada periode
sebelumnya tercatat sebesar 5,4%.
Hal senada juga terjadi pada kategori pertanian. Sejalan dengan akselerasi yang terjadi pada
kategori tersebut, laju pertumbuhan penyaluran kredit kategori pertanian juga mengalami
akselerasi dari 38,2% (yoy) di triwulan III menjadi 57,2% (yoy) di triwulan IV 2015. Sementara
untuk ketahanan penyaluran kredit juga mengalami perbaikan dari 4,7% di periode sebelumnya
menjadi 3,3% di periode laporan.
Selain itu, kinerja penyaluran kredit industri pengolahan juga mengalami peningkatan. Hal tersebut
terlihat dari pertumbuhan penyaluran kredit kategori industri pengolahan yang meningkat dari
semula mengalami kontraksi 0,2% (yoy) menjadi 5,4% (yoy) pada periode laporan. Peningkatan
kinerja penyaluran kredit tersebut juga diikuti oleh perbaikan ketahanan pada kategori tersebut
yang tercermin dari rasio NPL kategori industri pengolahan yang turun dari 8,5% menjadi 4,9%
pada triwulan IV 2015.
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.1.Pertumbuhan Kredit Kategori Utama Grafik 4.2.NPL Kredit Kategori Utama
Selain itu, terdapat kategori utama Sulawesi Tenggara yang mengalami tekanan risiko kredit pada
triwulan IV 2015 dibanding dengan triwulan sebelumnnya, tercermin dari peningkatan NPL.
Kategori utama yang mengalami peningkatan tekanan yaitu kategori konstruksi dengan kenaikan
NPL dari 6,1% pada triwulan III menjadi 6,7% pada triwulan IV. Di sisi lain, NPL pada kategori
pertambangan dan kategori industri pengolahan mengalami perbaikan yang masing-masing
tercatat sebesar 10,6% menjadi 5,% untuk pertambangan dan 8,5% menjadi 4,9% untuk industri
pengolahan.
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan
Konstruksi Perdagangan
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan
Konstruksi Perdagangan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
51
4.2.2 Ketahanan Sektor rumah tangga3
Pada triwulan IV 2015, pertumbuhan kredit sektor rumah tangga yang dicerminkan oleh kredit
konsumsi mengalami peningkatan dibandingkan periode laporan sebelumnya. Pada periode
laporan, kredit sektor rumah tangga tumbuh sebesar 16,7% (yoy), meningkat dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh sebesar 15,4% (yoy). Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat. Hal ini juga tercermin dari peningkatan Indeks
Pengeluaran saat ini dibandingkan dengan 3 bulan yang lalu berdasarkan Survei Konsumen yang
dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara. Indeks Pengeluaran meningkat dari 172 pada
triwulan III 2015 menjadi 184 pada triwulan IV 2015. Peningkatan pengeluaran tersebut utamanya
terjadi pada komoditas perumahan, listrik, gas dan bahan bakar serta komoditas kesehatan.
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.3. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.4.NPL Kredit Rumah Tangga
Secara umum ketahanan sektor rumah tangga mengalami perbaikan pada triwulan IV 2015 dan
masih dalam risiko yang rendah. Hal ini tercermin dari rasio NPL untuk kredit rumah tangga yang
sedikit mengalami penurunan dari 1,2% pada triwulan III 2015 menjadi 1,0% pada triwulan IV
2015, akibat perbaikan rasio NPL pada hampir seluruh kredit, kecuali pada kredit peralatan rumah
tangga. Kredit multiguna masih merupakan kredit dengan pangsa terbesar yang mencapai 73,2%
dari total penyaluran kredit ke sektor rumah tangga di Sulawesi Tenggara.
Ketahananan sektor rumah tangga yang masih kuat juga terlihat dari stabilitas keuangan rumah
tangga. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara,
porsi pembayaran cicilan pinjaman terhadap pendapatan (debt to income ratio) meningkat dari
sebesar 17,6 % dari triwulan sebelumnya menjadi 18,6%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
menurunnya porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi (average propensity to consume
ratio) dari 59,0% di triwulan III menjadi 58,0% di triwulan IV serta porsi tabungan terhadap
pendapatan (savings to income) yang juga menurun dari 0,8% dari periode sebelumnya menjadi
3 Asesmen Ketahanan Sektor Rumah Tangga menggunakan pendekatan pemberian kredit konsumsi.
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
KPR Kendaraan Peralatan Rumah Tangga Multiguna Lain-lain
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
KPR Kendaraan Peralatan Rumah Tangga Multiguna Lain-lain
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
52
24,7%. Peningkatan porsi pembayaran cicilan pinjaman menunjukkan bahwa terjadi perbaikan
pada stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Tenggara .
Sumber: Survei Konsumen BI Provinsi Sultra
Grafik 4.5. Komposisi Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga
4.3 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Berbeda dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM
mengalami perlambatan, dari yang semula tumbuh sebesar 9,1% (yoy) pada triwulan sebelumnya
menjadi sebesar 8,6% (yoy) di periode laporan. Perlambatan laju penyaluran kredit UMKM
dipengaruhi oleh perlambatan penyaluran kredit di kategori konstruksi yang semula tercatat
mampu tumbuh sebesar 20,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya, namun pada triwulan laporan
hanya tumbuh sebesar 8,0%(yoy). Di sisi lain, kategori perdagangan yang memiliki pangsa terbesar
yakni mencapai 72,0% mengalami peningkatan dari 8,5% (yoy) menjadi 9,0% (yoy) sehingga
mampu menahan perlambatan lebih dalam lagi.
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.6. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM
Meskipun realisasi kredit mengalami perlambatan, ketahanan kategori UMKM menunjukan adanya
perbaikan. Hal ini terlihat dari rasio NPL kredit UMKM yang turun dari 6,3% menjadi sebesar 5,3%.
Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya nominal kredit bermasalah sebanyak Rp54,5
59,8 62,4 64,6 65,0
57,5 58,9 59,2 58,7 59,8 59,7 59,0
58,0
22,4 19,0 16,9 17,0 20,1 18,2 16,9 17,3 18,6 16,8 17,6
18,6
21,4 21,9 21,9 22,1 25,3 25,3 27,2 27,3
23,9 25,1 25,5
24,7
-
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Konsumsi Cicilan Pinjaman Tabungan
-
1
2
3
4
5
6
7
-
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
g Kredit (%) Rasio NPL (%) Batas aman NPL
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
53
miliar selama triwulan IV 2015. Beberapa kategori utama Sulawesi Tenggara yang mengalami
perbaikan antara lain adalah kategori perdagangan, pertambangan, dan industri pengolahan.
Upaya pengembangan akses keuangan memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, KPw BI
Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya memberikan dan memfasilitasi berbagai kegiatan edukasi
keuangan yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk dan jasa keuangan serta
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat pada umumnya untuk menabung dan melakukan
pengelolaan keuangan. Pada bulan Desember 2015, telah dilakukan kegiatan edukasi keuangan,
elektronifikasi dan keuangan inklusif kepada mahasiswa Univesitas Haluoleo.
Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami
peningkatan, begitu juga dari sisi kredit. Rasio jumlah rekening DPK terhadap penduduk angkatan
kerja di Sulawesi Tenggara tetap menunjukkan tren peningkatan, dimana pada triwulan laporan
rasio tersebut tercatat sebesar 133,5%. Rasio yang lebih besar dari 100% menunjukkan bahwa
terdapat penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara yang memiliki rekening simpanan lebih
dari satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga mengindikasikan adanya penduduk bukan angkatan
kerja yang juga memiliki rekening seperti siswa sekolah maupun mahasiswa.
Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi
Tenggara menunjukkan sedikit peningkatan menjadi 18,6% di bulan Desember 2015. Masih
rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan
oleh masyarakat di provinsi ini dan masih terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit
di masa yang akan datang.
*Jumlah penduduk bekerja Desember diasumsikan sama dengan
Agustus
Sumber: LHBU, BPS (diolah)
*Jumlah penduduk bekerja Desember diasumsikan sama dengan
Agustus
Sumber: LHBU, BPS (diolah)
Grafik 4.7. Rasio Rekening DPK per Penduduk
Bekerja
Grafik 4.8.Rasio Rekening Kredit per Penduduk
Bekerja
69,371,577,676,1
90,6
97,9
108,4
115,5
144,0
126,8
124,3
130,6
114,6
123,6
133,5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Feb
Ag
ust
Des
Feb
Ag
ust
Des
Feb
Ag
ust
Des
Feb
Ag
ust
Des
Feb
Ag
ust
Des
2011 2012 2013 2014 2015
12,8
14,014,514,1
16,716,916,2
17,718,0
15,7
16,917,0
15,8
17,4
18,6
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Feb
Ag
ust
Des
Feb
Ag
ust
Des
Feb
Ag
ust
Des
Feb
Ag
ust
Des
Feb
Ag
ust
Des
2011 2012 2013 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
54
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 55
Sistem Pembayaran dan
Pengelolaan Uang
Pada periode laporan terjadi peralihan transaksi pembayaran secara non tunai nominal besar
yang menggunakan fasilitas Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) menjadi transaksi melalui
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) akibat penerapan BI-RTGS Generasi II yang
menaikan batas minimal transaksi dari Rp 100 juta menjadi Rp500 juta sejak tanggal 16
November 2015.
Sementara itu penggunaan uang tunai di masyarakat pada triwulan laporan tercatat mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat dan perbankan akan uang fisik
menjelang akhir tahun 2015. Untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar
tersebut, Bank Indonesia senantiasa melakukan kegiatan pengelolaan uang tunai melalui
kegiatan pembukaan layanan penukaran uang, kas keliling, pemusnahan uang tidak layak edar
dan edukasi ciri-ciri keaslian uang rupiah.
Bab 5
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
56
5.1 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI
5.1.1 Perkembangan Transaksi RTGS
Transaksi pembayaran non-tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
baik dari nilai transkasi maupun volume transaksi. Penurunan transaksi pembayaran BI-RTGS
tersebut disebabkan oleh pembaruan teknologi dan peningkatan perlindungan terhadap nasabah
melalui implementasi sistem Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement (BI-RTGS) generasi II
pada tanggal 16 November 2015. Selain peningkatan kualitas teknologi dan jaringan komunikasi,
Bank Indonesia juga meningkatkan perlindungan nasabah dengan menerapkan kewajiban
maksimal proses dana transfer nasabah. Bank diwajibkan untuk memproses dana transfer
nasabah paling lama 1 jam setelah bank penerima memperoleh dana di Sistem BI-RTGS.
Ketentuan yang mengatur mengenai hal tersebut adalah Surat Edaran Bank Indonesia
No.17/30/DPSP tanggal 13 November 2015.
Tabel 5.1.Ketentuan Terbaru Terkait Penerapan BI-RTGS Generasi II
Sebagai akibat dari penerapan kebijakan di atas, pada triwulan IV 2015, nilai traksaksi BI-RTGS
dari perbankan Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp 11,0 triliun, jauh menurun dibandingkan
periode sebelumnya yang tercacat sebesar Rp18,7 triliun. Sementara untuk volume transaksi
menurun dari 6.821 di triwulan III 2015 menjadi hanya sebesar 4.010 transaksi di triwulan IV
2015.
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.1. Transaksi RTGS From
(dari Bank di Sultra).
Grafik 5.2. Volume RTGS From
(dari Bank di Sultra).
BI-RTGS SKNBI
Batas minimal transaksi
(flooring ) Rp500 jutaTidak dibatasi Mulai 16 November 2015 sd. 30 Juni 2016
Batas minimal transaksi
(flooring ) Rp100 juta
Batas maksimal transaksi
Rp 500 juta Mulai 1 Juli 2016
Nominal TransaksiMasa Berlaku
18,7
11,0
39,0
(20,6)
(60,0)
(40,0)
(20,0)
-
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Nilai RTGS From g Nilai RTGS (sb. Kanan)
%, yoyRp Triliun
(72) (80)
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Volume RTGS g Volume RTGS (sb. Kanan)
%, yoyRp Triliun
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
57
5.1.2 Perkembangan Transaksi Kliring
Tabel 5.2.Perputaran Transaksi Kliring
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Transaksi pembayaran non-tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
mengalami peningkatan pada triwulan IV 2015, baik dari sisi volume maupun nominalnya.
Peningkatan tersebut merupakan akibat dari peralihan peningkatan batas minimal transaksi yang
diperbolehkan menggunakan RTGS. Jumlah nilai kliring pada periode laporan tercatat sebesar
Rp1,7 triliun atau tumbuh 66,5 % (yoy). Nilai kliring tersebut mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat hanya sebesar Rp1,1 triliun. Sementara
itu, dari sisi jumlah transaksi juga mengalami peningkatan dari semula tercatat sebanyak 44,2
ribu transaksi menjadi sebesar 54,5 ribu transaksi.
5.2 PENGELOLAAN UANG TUNAI
5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal
Sumber: KPwBI Prov Sultra Sumber: KPwBI Prov Sultra
Grafik 5.3. Aliran Uang Kartal Grafik 5.4 Selisih Inflow dan Outflow
Transaksi pembayaran tunai pada triwulan IV 2015 memiliki pola yang sama dengan triwulan
sebelumnya berupa net-outflow yakni lebih banyak uang yang keluar dibandingkan dengan uang
yang masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal tersebut dikarenakan pada periode laporan
terdapat Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2016 sehingga kebutuhan masyarakat akan uang tunai
meningkat. Pada periode laporan terdapat aliran outflow atau keluar dari KPwBI Provinsi Sulawesi
Tenggara senilai Rp1,9 triliun atau meningkat 2,8% (qtq). Sementara itu untuk aliran intflow atau
I II III IV I II III IV
Perputaran Kliring
- Lembar (ribu) 43,3 37,6 38,7 43,8 40,8 41,7 44,2 54,5
- Nominal (miliar) 893,2 825,2 821,8 1.050,3 878,4 917,8 1.051,1 1.748,4
Rata-rata Harian Perputaran Kliring
- Lembar (ribu) 687,1 597,3 613,6 694,7 647,4 662,0 701,1 852,2
- Nominal (miliar) 14,2 13,1 13,0 16,7 13,9 14,6 16,7 27,3
Penolakan Cek/BG Kosong
- Lembar (ribu) 520 861 723 666 1.273 1.144 843 830
- Nominal (miliar) 16,2 20,3 14,9 15,7 28,8 47,9 64,7 35,7
2014Keterangan
2015
(100)
-
100
200
300
400
500
600
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Inflow Outflow g Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan)
%, yoyRp Triliun
(2.000)
(1.500)
(1.000)
(500)
-
500
1.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
58
masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara adalah senilai Rp262,0 miliar atau menurun 65,2%
(qtq), sehingga terjadi net-outflow sebesar Rp1,54 triliun.
5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar
Bank Indonesia secara berkala terus menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di
masyarakat. Terhitung mulai bulan Maret 2015, Bank Indonesia memperluas jaringan pelayanan
terhadap kebutuhan masyarakat atas uang layak edar, dengan mengajak perbankan yang ada di
Sulawesi Tenggara. Sementara untuk usaha yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara adalah dengan melakukan kas keliling, baik untuk dalam
kota Kendari maupun di luar Kota Kendari hingga wilayah terpencil yang sulit dijangkau.
Berdasarkan data administrasi kegiatan yang ada, dari bulan Oktober hingga Desember 2015,
kegiatan kas keliling telah dilakukan sebanyak 14 (empat belas) kali, dengan rincian 7 (tujuh) kali
di Kota Kendari dan 5 (lima) kali di Luar Kota Kendari. Kas keliling di luar Kota Kendari tersebut
dilakukan di Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe Kepulauan, Kabupaten Kolaka,
Kabupaten Bombana, Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat.
Di samping itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga melakukan
distribusi uang ke daerah Kota Baubau dan sekitarnya dengan melakukan kas titipan bekerjasama
dengan salah satu bank yang ada di Kota Baubau. Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang
yang diterima masyarakat dalam kondisi yang baik, Bank Indonesia juga secara berkala
melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE).
5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu
Sumber: KPwBI Prov Sultra Sumber: KPwBI Prov Sultra
Grafik 5.5. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik 5.6 Temuan Uang Palsu
Pecahan besar masih mendominasi peredaran uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV
2015. Selama triwulan IV 2015, telah ditemukan uang palsu sebanyak 157 lembar, jauh
meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang hanya sebanyak 40 lembar. Temuan
254
83
(200)
-
200
400
600
800
1.000
1.200
-
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Nominal UTLE g Nominal UTLE (sb.Kanan)
Rp , Miliar %, yoy
Pecahan 100.00098%
Pecahan 50.0002%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
59
uang palsu selama triwulan IV 2015 didominasi oleh pecahan uang Rp 100.000,- sebanyak 154
lembar dan sisanya adalah pecahan Rp 50.000,-. Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran
uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang
rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga telah senantiasa
melakukan kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Selama triwulan IV 2015 kegiatan
tersebut telah dilakukan sebanyak 6 (enam) kali yaitu di Kota Kendari.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
60
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 61
Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan
Percepatan kinerja perekonomian Sulawesi Tenggara yang terjadi pada triwulan IV 2015
diikuti pula dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Kondisi tersebut terlihat dari
indeks realisasi kegiatan usaha dan indeks realisasi jumlah penggunaan tenaga kerja yang
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, untuk periode yang
akan datang, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan akan tetap mengalami peningkatan.
Seiring dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi
Tenggara mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari peningkatan tingkat penghasilan
dan nilai tukar petani. Meskipun demikian, terdapat peningkatan jumlah penduduk miskin
di Sulawesi Tenggara karena peningkatan garis kemiskinan.
Bab 6
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 62
6.1 KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 diindikasikan
mengalami perbaikan akibat terjadinya percepatan laju perekonomian pada periode tersebut.
Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi
Sulawesi Tenggara. SKDU menunjukkan bahwa terjadi peningkatan realisasi penggunaan tenaga
kerja dilihat dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)1 yang meningkat dari -6,5 pada triwulan III 2015
menjadi -4,8 pada triwulan IV 2015 (Grafik 6.3). Kondisi tersebut terutama terjadi pada kategori
perdagangan, hotel dan restoran. Kondisi realisasi penggunaan tenaga kerja tersebut sejalan
dengan realisasi kegiatan dunia usaha yang juga mengalami peningkatan dari -16,9% di triwulan
III menjadi 12,8% di triwulan IV 2015.
Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra
Grafik 6.1 Indeks Realisasi Kegiatan Usaha
Grafik 6.2.Indeks Realisasi Jumlah Pengunaan Tenaga
Kerja
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)
Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran
LGA = Listrik Gas dan Air
Grafik 6.3 Indeks Perkiraan Ketersediaan
Lapangan Kerja
Grafik 6.4. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per
Sektor (per Agustus 2015)
Selain itu, berdasarkan hasil survei konsumen yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulawesi
Tenggara diperoleh informasi bahwa kondisi ketenagakerjaan masih menunjukkan tren yang
meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya indeks ekspektasi masyarakat mengenai ketersediaan
1 Saldo Bersih Tertimbang dihasilkan dari perkalian antara saldo bersih yang berasal dari selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan responden yang memberikan jawaban “menurun”, dengan bobot yang dihitung dari pangsa sektor tersebut dalam PDRB tahun 2000.
34,2%
-9,8%
1,4%4,4%
-9,8%
3,1%
-16,9%
-12,8%
-20,0%
-10,0%
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
I II III IV I II III IV
2014 2015
Indeks Realisasi Kegiatan Usaha
4,0%
1,9%
0,3%
1,8% 2,1% 3,0%
-6,5%
-4,8%
-8,0%
-6,0%
-4,0%
-2,0%
0,0%
2,0%
4,0%
6,0%
I II III IV I II III IV
2014 2015
Indeks Realisasi Jumlah Pengunaan Tenaga Kerja
147 147 144 142 127
120 127 134
-
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV
2014 2015
Indeks Perkiraan KetersediaanLapangan Kerja
Pertanian45%
Tambang2%Industri
5%LGA0%
Konstruksi7%
PHR18%
Transportasi4%
Jasa Dunia Usaha2%
Jasa17%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
63
lapangan kerja pada 6 bulan mendatang yang meningkat dari 127,0 di triwulan III menjadi 134,3
di triwulan IV 2015.
Berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah penduduk bekerja tercatat sebanyak 1,07
juta orang pada bulan Agustus 2015, dengan jumlah pengangguran terbuka sebesar 63,1 ribu
orang. Hal tersebut membuat tingkat penggangguran terbuka di Sulawesi Tenggara pada bulan
Agustus 2015 adalah sebesar 5,55%. Sementara itu berdasarkan pangsanya, kategori pertanian,
kategori perdagangan dan rumah makan serta ketegori jasa merupakan sektor yang menyerap
tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tenggara sejak tahun 2013 dengan pangsa masing-masing
sebesar 45,5%, 17,8% dan 17,1% (Grafik 6.6). Oleh sebab itu, pekerja yang berada di sektor
informal juga masih mendominasi struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara. Pekerja informal
dalam perekonomian Sulawesi Tenggara mencapai 69,52% atau sebanyak 747,2 ribu jiwa.
6.2 KESEJAHTERAAN
Sejalan dengan peningkatan yang terjadi dari sisi ketenagakerjaan, kondisi kesejahteraan
Sulawesi Tenggara terindikasi mengalami peningkatan pada akhir tahun 2015. Hal tersebut
tercermin dari peningkatan indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani (NTP) pada
triwulan IV 2015 jika dibandingkan dengan triwulan III 2015. NTP merupakan suatu indikator
kemampuan tukar produk pertanian untuk keperluan memproduksi produk pertanian. Oleh karena
itu, NTP dapat dijadikan alat ukur untuk tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang bekerja
di sektor pertanian.
Pada triwulan IV 2015, NTP Sulawesi Tenggara tercatat mencapai 100,8 atau naik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,2. Karena sebagian besar tenaga kerja (45,5%)
bekerja di sektor pertanian peningkatan maka NTP dapat memberikan indikasi positif adanya
perbaikan kesejahteraan. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan NTP yang
terjadi pada subsektor tanaman pangan, dari 92,4 pada triwulan III menjadi 95,4 pada triwulan IV
2015. Hal tersebut dipengaruhi oleh peningkatan produksi padi pada periode laporan. Selain itu,
NTP subsektor perikanan juga mengalami peningkatan, dari 103,9 pada triwulan III 2015 menjadi
105,0 pada triwulan IV 2015 akibat peningkatan NTP subsektor perikanan tangkap (dari 106,7
menjadi 108,5). Pencapaian NTP Provinsi Sulawesi tenggara sampai triwulan IV 2015 yang masih
berada di atas 100 menunjukkan bahwa total pendapatan yang diterima oleh para petani lebih
tinggi dibandingkan dengan total pengeluaran untuk memproduksi hasil usahanya. Namun
demikian masih terdapat dua subsektor yang NTP nya berada di bawah angka 100, yaitu subsektor
tanaman pangan (95,4) dan subsektor holtikultura (95,2).
Selain itu indikasi peningkatan kesejahteraan juga tercermin dari peningkatan penghasilan
masyarakat. Hal ini terlihat dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 64
Tenggara yang menunjukkan kenaikan Indeks Penghasilan Konsumen (IPK) dari 135,7 pada
triwulan III 2015 menjadi 142,3 pada triwulan IV 2015.
Meskipun demikian, berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan September 2015
terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin jika dibandingkan dengan bulan Maret 2015. Pada
bulan September 2015 diketahui bahwa penduduk miskin tercatat sebanyak 345 ribu jiwa atau
sebesar 13,7% dari total penduduk Sulawesi Tenggara, meningkat jika dibandingkan dengan data
pada bulan Maret 2015 yang tercatat sebanyak 321,8 ribu jiwa atau sebanyak 12,9%. Peningkatan
tersebut terjadi pada daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Meningkatnya jumlah
penduduk miskin di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh meningkatnya garis kemiskinan dari
Rp257.553/kapita per bulan menjadi Rp269.516/kapita per bulan.
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 6.5.Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.6. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS Sultra (diolah) Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 6.7. Jumlah Penduduk Miskin Grafik 6.8. Ekpektasi Indeks Penghasilan Konsumen
Dari jumlah penduduk miskin tersebut, sebanyak 83,5% atau 288,25 ribu jiwa berada di daerah
pedesaan sedangkan sisanya sebesar 19,7% atau 56,77 ribu jiwa berada di daerah perkotaan.
Konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan menjadi tantangan pembangunan ekonomi dan
wilayah oleh pemangku kepentingan terkait khususnya pemerintah daerah, mengingat potensi
sumber daya alam Sulawesi Tenggara yang dominan berada di pedesaan khususnya di sektor
primer pertanian namun hasilnya belum secara optimal mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di pedesaan secara lebih luas.
144,7
146,0
148,7
137,7
143,3
134,3
135,7
142,3
125,0
130,0
135,0
140,0
145,0
150,0
I II III IV I II III IV
2014 2015
Indeks Penghasilan Konsumen
100,2
92,4
93,0
103,4
107,2
103,9
100,8
95,4
95,2
102,9
105,5
105,0
85,0 90,0 95,0 100,0 105,0 110,0
Total
Tanaman Pangan
Hortikultura
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Perikanan
Triwulan IV Triwulan III
13,7
13,1
12,8
13,7
14,1
12,8 12,9
13,7
12,0
12,5
13,0
13,5
14,0
14,5
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15
Penduduk Miskin Kota Penduduk Miskin Desa
Persentase Penduduk Miskin
154,7
145,0
150,3
137,7
151,3
146,0 145,0
150,3
125,0
130,0
135,0
140,0
145,0
150,0
155,0
160,0
I II III IV I II III IV
2014 2015
Indeks Penghasilan Konsumen
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 65
Prospek
Perekonomian
Pada triwulan I 2016 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan
akan mengalami sedikit perlambatan namun masih berada pada level yang cukup tinggi.
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2016 diprakirakan berada pada kisaran 6,6% –
7,0% (yoy). Perlambatan tersebut diperkirakan terjadi karena perlambatan kinerja
kategori pertanian dan kategori konstruksi. Di samping itu, tingkat konsumsi masyarakat
yang relatif masih tumbuh terbatas dan melambatnya kinerja investasi di periode awal
tahun juga diperkirakan turut menyebabkan perlambatan kinerja ekonomi di periode
triwulan mendatang.
Di sisi lain, perkembangan inflasi Sultra diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan
sebagai dampak lanjutan atas kenaikan harga beras atas keterbatasan stok yang
diakibatkan kemarau panjang di periode semester II tahun 2015. Inflasi Sulawesi Tenggara
pada triwulan I 2016 diprakirakan mengalami peningkatan yakni pada kisaran 2,9% - 3,3%
(yoy). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh tingginya tekanan inflasi dari
kelompok volatile food akibat kenaikan harga beras akibat masih terbatasnya stok di pasar
setelah musim kemarau panjang yang melanda di periode semester II 2015. Sejalan dengan
kondisi tersebut, kedepannya masih terdapat beberapa faktor risiko (upside risk) yang
perlu menjadi perhatian Tim Pengendali Inflasi Daerah Prov. Sultra.
Bab 7
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 66
7.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2016 diprakirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,0% (yoy).
Dari sisi penawaran, perlambatan tersebut diperkirakan akan disebabkan oleh perlambatan yang
terjadi pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan. Disamping itu, kategori konstruksi dan
akomodasi makan minum juga diperkirakan masih akan tumbuh melambat dan turut memberikan
andil terhadap perlambatan kinerja perekonomian secara umum. Sementara itu dari sisi
permintaan, perlambatan kondisi perekonomian Sultra diperkirakan didorong oleh melambatnya
aktivitas investasi seiring dengan masih terbatasnya tingkat realisasi proyek/pembangunan
pemerintah daerah. Di samping itu, tingkat konsumsi masyarakat yang masih tumbuh terbatas
seiring dengan relatif belum pulihnya daya beli dan permintaan masyarakat juga diperkirakan turut
menjadi salah satu hal yang menyebabkan perlambatan ekonomi Sultra pada triwulan I 2016
mendatang.
Grafik 7.1. Perkiraan Luas Panen
Dari sisi penawaran, kategori pertanian diperkirakan menjadi salah satu kategori yang secara
dominan memberikan kontribusi atas melambatnya kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan I
2016. Kategori pertanian diperkirakan akan tumbuh terkontraksi seiring dengan masih belum
pulihnya kinerja sub-sektor tabama pasca kemarau panjang yang terjadi di periode semester II
tahun 2015. Hal tersebut tercermin dari perkiraan penurunan luas panen pada triwulan I 2016
mendatang. Bedasarkan data yang diperoleh, perkiraan luas panen pada triwulan I 2016
mengalami kontraksi sebesar 21,5%(yoy), jauh menurun dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 13,1% (yoy). Sementara itu, berdasarkan hasil liaison
yang dilakukan pada periode bulan Januari 2016, kontak dari sektor pertanian-tabama
mengungkapkan bahwa sampai dengan akhir periode Januari 2016, tingkat curah hujan relatif
masih sangat rendah, disamping itu kondisi saluran irigasi/pengairan sawah yang ada pun dinilai
13,1%
-21,5%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Perkiraan Luas Panen Pertumbuhan(sb. Kanan)
(ha)yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
67
masih belum mencukupi untuk memberikan sarana pengairan yang optimal khususnya terhadap
areal persawahan di beberapa lokasi di sentra penanaman padi di Sulawesi Tenggara. Beberapa
pelaku usaha di sektor pertanian mengungkapkan bahwa secara normal pada bulan Januari
seharusnya sudah mulai memasuki masa tanam, namun berdasarkan perkembangan terakhir di
lapangan masih banyak areal persawahan yang belum memasuki masa tanam. Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh keterbatasan air dan kondisi cuaca yang belum kondusif. Dengan demikian
diperkirakan akan terjadi pergeseran musim panen raya yang semula diperkirakan berada di
periode bulan Maret 2016, menjadi bulan April-Mei 2016. Sementara itu pada pertanian
perkebunan, perlambatan terjadi karena tanaman kakao masih memasuki masa kultivitas selama
rentang periode triwulan I 2016. Dengan demikian sub perkebunan juga diperkirakan belum
mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kinerja kategori pertanian.
Sementara itu, perkembangan kinerja kategori konstruksi juga diperkirakan akan tumbuh
melambat seiring dengan belum optimalnya realisasi anggaran belanja/proyek pembangunan
pemerintah daerah. Selain itu perlambatan juga dipengaruhi oleh melambatnya aktivitas investasi
bangunan di periode triwulan mendatang. Aktivitas investasi bangunan dalam suatu proyek akan
meningkat pada fase pertengahan sementara di fase awal lebih banyak pada kegiatan persiapan
lahan.
Disamping itu, kinerja kategori akomodasi makan dan minum juga diperkirakan akan turut
mengalami perlambatan di periode triwulan mendatang. Kondisi tersebut sejalan dengan hasil
liaison yang mengungkapkan bahwa kinerja sektor perhotelan relatif mengalami perlambatan di
periode triwulan I 2016. Hal tersebut tercermin dari TPK hotel yang diperkirakan hanya berada di
kisaran 30%-40% di periode triwulan I 2016. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh relatif
minimnya pelaksanaan event/rapat dari pemerintah daerah di periode awal tahun.
Di sisi lain, kinerja positif dari kategori pertambangan dan industri pengolahan yang juga memiliki
multiplier effect pada kinerja kategori pedagangan besar dan eceran diperkirakan akan mampu
memberikan andil positif sehingga dapat menahan laju perlambatan ekonomi Sultra di periode
triwulan mendatang. Perkembangan positif dari kategori pertambangan dan industri pengolahan
sejalan dengan asumsi telah mulai beroperasinya beberapa proyek smelter di tahun 2016. Mulai
berjalannya operasional smelter diharapkan akan turut memberi dampak positif atas peningkatan
kinerja di kategori pertambangan. Dari hasil liaison, diketahui bahwa salah satu kontak usaha yang
bergerak di kategori pertambangan dan industri pengolahan mengungkapkan bahwa
pembangunan salah satu tungku pemurnian nikel diharapkan dapat selesai di akhir tahun 2015
sehingga sudah memulai proses commissioning di periode triwulan I 2016. Dengan dimulainya
operasional tungku pemurnian tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi feni
sebesar 6.000-8.000 ton feni per tahun. Kondisi serupa diungkapkan oleh beberapa pelaku usaha
pertambangan dan industri pengolahan yang mengungkapkan optimismenya terkait penyelesaian
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 68
pembangunan tahap I tungku pemurnian smelter sehingga sudah dapat mulai beroperasi di
periode triwulan I 2016.
Tabel 7.1.Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kategorial Triwulan I 2016
Sementara itu pada sisi permintaan, melambatnya kinerja ekonomi Sultra pada triwulan I 2016
diperkirakan disebabkan oleh melambatnya kinerja komponen investasi dan tingkat konsumsi
masyarakat yang masih tumbuh terbatas seiring dengan belum pulihnya daya beli dan tingkat
permintaan masyarakat. Melambatnya kinerja komponen investasi di periode triwulan I 2016
diperkirakan sejalan dengan telah selesainya sebagian besar proyek investasi yang berjalan selama
tahun 2015 seperti selesainya pembangunan ruang VIP dan garbarata di Bandara Haluoleo,
selesainya proses overlaying dan perbaikan runway bandara Haluoleo, telah selesainya sebagian
besar proyek pelebaran dan perbaikan jalan baik di beberapa ruas Kota Kendari maupun di jalur
lintas perbatasan antar kabupaten, serta selesainya proses perbaikan dan perluasan beberapa
dermaga penyeberangan antar pulau di Sulawesi Tenggara. Disamping itu, belum optimalnya
realisasi belanja modal/proyek pembangunan pemerintah daerah untuk periode anggaran tahun
2016 juga turut menjadi salah satu hal yang mendorong perlambatan kinerja komponen investasi
di periode triwulan I 2016.
Di sisi lain, perkembangan tingkat konsumsi masyarakat juga diperkirakan masih akan tumbuh
terbatas di periode triwulan I 2016. Kondisi tersebut diantaranya diprakirakan sejalan dengan
2016-P
I II III IV IPPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,0% 9,1% -0,5% -1,8% -3,8% 6,8% 0,0% (0,5)-0%
Pertambangan dan Penggalian 7,5% -4,8% 9,4% 12,0% 16,2% 7,4% 11,3% 10,0-10,5%
Industri Pengolahan 4,2% 7,7% 18,2% 11,0% 3,5% 0,4% 7,7% 8,1-8,4%
Pengadaan Listrik, Gas 13,6% 10,6% 5,2% 5,7% 0,7% 4,5% 3,5% 30,0-32,0%
Pengadaan Air 9,3% 7,0% 3,0% 8,1% 0,2% 0,3% 2,8% 9,3-9,5%
Konstruksi 8,7% 12,6% 1,7% 11,9% 15,8% 19,5% 12,6% 9,3-9,6%
Perdagangan Besar dan Eceran 9,1% 8,3% 6,7% 10,0% 7,1% 6,0% 7,5% 7,9-8,3%
Transportasi dan Pergudangan 6,4% 5,1% 5,6% 7,1% 10,5% 6,8% 7,5% 6,0-6,5%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,3% 9,4% 6,8% 6,4% 7,7% 10,5% 7,9% 3,6-4,0%
Informasi dan Komunikasi 13,8% 2,9% 3,6% 6,6% 7,8% 7,6% 6,5% 4,5-4,8%
Jasa Keuangan 14,2% 9,4% 8,3% 2,1% 8,8% 11,5% 7,0% 12,0-12,5%
Real Estate 5,6% 6,6% 4,0% 5,5% 6,9% 2,8% 4,8% 6,6-6,9%
Jasa Perusahaan 13,0% 9,7% 7,7% 10,7% 11,0% 11,6% 10,3% 7,6-8,0%
Administrasi Pemerintahan 4,3% 13,0% 7,6% 9,9% 3,0% 1,7% 5,4% 11,0-11,5%
Jasa Pendidikan 11,5% 14,0% 14,4% 11,8% 6,5% 0,8% 7,9% 3,7-4,1%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,1% 12,1% 6,8% 7,1% 8,7% 3,3% 6,4% 7,4-7,7%
Jasa Lainnya 8,5% 12,9% 5,5% 5,9% 8,5% 8,3% 7,1% 12,-12,4%
PDRB 7,5% 6,3% 5,7% 7,2% 7,0% 7,5% 6,9% 6,6-7%
*Keterangan
Meningkat
Melambat
2015Sektoral 2013 20142015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
69
menurunnya kinerja kategori pertanian yang akan turut memberikan pengaruh pada menurunnya
tingkat penghasilan maupun daya beli masyarakat. Hal tersebut juga didasari oleh tekanan inflasi
yang diperkirakan akan mengalami kenaikan di periode triwulan mendatang sehingga turut
memberikan dampak kepada rendahnya tingkat permintaan masyarakat. Disamping itu,
perlambatan yang terjadi juga tercermin melalui Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi
Ekonomi saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) di Kota Kendari yang merupakan hasil
Survei Konsumen-Bank Indonesia yang juga mengalami penurunan di periode bulan Januari 2016.
Tabel 7.2.Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2016
Sementara itu, komponen ekspor diperkirakan masih akan tumbuh terkontraksi sejalan dengan
masih belum pulihnya tingkat permintaan dari negara mitra dagang atas komoditas nikel olahan
yang disebabkan oleh belum pulihnya kondisi ekonomi global. Disamping itu, masih belum
pulihnya harga komoditas dunia juga diprakirakan turut menjadi salah satu hal yang menyebabkan
penurunan kinerja ekspor Sultra, hal tersebut juga diperkirakan akan turut memberikan dampak
atas melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Sultra di triwulan I 2016.
Sejalan dengan kondisi diatas, perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara di tahun 2016
diperkirakan masih akan berada pada tren peningkatan di kisaran 6,9% - 7,3% (yoy).
Perkembangan perekonomian di Sultra tersebut searah dengan prakiraan perekonomian Indonesia
dan dunia yang juga mengalami peningkatan. Kinerja kategori pertanian dan pertambangan yang
mendominasi perekonomian Sultra secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.
2016-P
I II III IV IP
1. Konsumsi Rumah Tangga 7,0% 6,6% 4,3% 4,8% 5,1% 5,0% 4,8% 4,8-5,0%
2. Konsumsi LNPRT 1,8% 11,9% -11,0% -9,0% 5,1% 5,5% -2,5% 6,5-6,8%
3. Konsumsi Pemerintah 5,5% 3,4% 2,5% 3,9% 6,8% 4,3% 4,5% 4,3-4,6%
4. PMTB 6,2% 9,2% 2,2% 10,3% 3,0% 2,8% 4,4% 2,2-2,7%
5. Perubahan Inventori -37,2% -31,8% -275,0% -71,3% -79,2% -81,6% -33,9% 82-85%
6. Eksport Luar Negeri -2,5% -63,8% -40,3% 27,8% -21,9% -27,9% -20,9% (5,0)-(5,5)%
7. Import Luar Negeri 37,9% 28,3% -5,6% -15,0% -39,1% -24,6% -23,4% 9,0-9,5%
8. Net Eksport Antar Daerah -15,1% -68,1% -68,8% -13,0% -41,2% 8,3% -30,0% 9,1-9,56
PDRB 7,5% 6,3% 5,7% 7,2% 7,0% 7,5% 6,9% 6,6-7%
*Keterangan
Meningkat
Melambat
Komponen Pengeluaran 2013 20142015
2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 70
Sumber: IMF World Economic Outlook Oktober 2015 (Proyeksi Indonesia & World), BI Sultra (Proyeksi Sultra)
Grafik 7.2. Perkembangan dan arah pertumbuhan ekonomi
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 tersebut didasari beberapa asumsi sbb:
1. Peningkatan kinerja lapangan usaha utama
a. Lapangan Usaha Pertanian (Tabama, Perkebunan, Perikanan)
Kondisi cuaca pada tahun 2015, terutama kemarau panjang yang terjadi pada
semester II menyebabkan penurunan produksi beberapa komoditas utama pertanian
seperti padi, kakao, merica dan kacang mete. Sementara itu, pada tahun 2016 kondisi
cuaca diperkirakan akan kembali normal dan mendukung peningkatan produktivitas
pertanian di Sultra.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang diperkirakan akan mendorong peningkatan
produsi di sektor pertanian, antara lain:
1) Perikanan
- Terdapat program dari Pemprov di tahun 2016 untuk pembenahan
produksi perikanan tangkap maupun budidaya seperti Penyusunan Tata
Ruang Wilayah Laut, pentaan perizinan 5-30 GT, dan peningkatan balai
benih perikanan.
- Terdapat bantuan kapal kepada nelayan di akhir tahun 2015 sebanyak
140 kapal ukuran 5-15 GT.
- Beberapa proyek pembangunan cold storage di Kota Kendari dan Kota
Baubau sudah diselesaikan dan dapat beroperasi pada tahun 2016.
2) Perkebunan
- Sulawesi Tenggara ditunjuk sebagai salah satu sentra produksi kakao.
Produksi tanaman kakao di Sultra rata-rata mencapai 157.537
ton/tahun. Perusahaan pengolah kakao di Sultra sudah mulai beroperasi
dan dapat mendorong petani kakao untuk meningkatkan produksinya.
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
World (IMF)
IMF: IMF World Economic Outlook, Oktober 2015%, yoy
%, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
71
- Beberapa daerah mulai mengembangkan perkebunan kelapa sawit,
pada tahun 2016 diperkirakan tanaman kelapa sawit mulai dapat
berproduksi
3) Tanaman Bahan Makanan
- Terdapat penambahan lahan sawah di beberapa kabupaten, Salah
satunya adalah di kabupaten Bombana dengan luas 1.500 hektar.
- Terdapat beberapa kabupaten yang memanfaatkan lahannya untuk
penanaman jagung.
- Perbaikan sarana irigasi diperkirakan akan meningkatkan produksi dan
masa tanam padi di Sulawesi Tenggara.
b. Lapangan Usaha Industri & Pertambangan (Feronikel, Nikel, Aspal)
Produksi tambang nikel diperkirakan akan kembali meningkat 5-10% pada tahun 2016
khususnya untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang semakin meningkat seiring
dengan telah beroperasinya beberapa smelter pengolahan nikel (output sebagai
feronikel maupun NPI). Salah satu perusahaan besar pengolah nikel memperkirakan
perluasan pabrik pengolah nikel maupun fasilitas pendukungnya dapat beroperasi
pada awal tahun 2016. Selain itu, beberapa lembaga internasional memprediksi bahwa
harga nikel akan mulai meningkat di tahun 2016 seiring dengan meningkatnya
permintaan dunia terhadap baja. Kondisi ini diperkirakan akan menumbuhkan kembali
beberapa perusahaan pertambangan nikel sebagai feeder untuk smelter. Di sisi lain,
kinerja pertambangan aspal di Sulawesi Tenggara (Buton) diperkirakan akan semakin
meningkat. Beberapa proyek pembangunan jalan oleh pemerintah diperkirakan akan
semakin banyak menggunakan produk aspal Buton ini di 2016. Permintaan luar negeri
untuk komoditas aspal juga semakin meningkat, terutama ke Tiongkok dan Myanmar.
Grafik 7.3. Perkembangan harga nikel
sumber: WEO-IMF
Grafik 7.4. Proyeksi Harga Nikel
47691,97
10550,37
26904,86
15859,82
9560,56
I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
16893
13000
13572
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 72
2. Peningkatan konsumsi rumah tangga
Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih tumbuh pada level yang tinggi di kisaran 5,5%
(yoy) dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk sebesar 2,0% (yoy) mencapai 2,55
juta orang. Selain itu, persentase penduduk yang masuk dalam usia produktif juga semakin
meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan dapat mendorong
peningkatan jumlah masyarakat berpenghasilan menengah (middle income group) yang
menopang konsumsi domestik. Disamping itu, kondisi perekonomian dunia yang
meningkat diperkirakan dapat memperbesar permintaan komoditas utama ekspor Sultra.
Hal tersebut diperkirakan akan meningkatkan penghasilan masyarakat Sultra dan
mendorong konsumsi domestik.
3. Peningkatan investasi
Pada tahun 2016, aktivitas investasi di Sultra diperkirakan akan kembali meningkat
terutama yang dilakukan oleh pemerintah. Beberapa proyek pembangunan infrastruktur
seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan bendungan direncanakan dimulai pada tahun
2016. Selain itu, beberapa perusahaan tambang juga masih dalam proses pembangunan
smelter nikel.
4. Peningkatan ekspor
Seiring dengan peningkatan perekonomian global dan negara mitra dagang, ekspor Sultra
pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh positif. Ekspor nikel olahan seperti feronikel dan
NPI (nikel pig iron) diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan permintaan
dari Eropa dan Tiongkok seiring dengan peningkatan permintaan baja dan stainless steel
dunia. Ekspor aspal juga diperkirakan akan mendorong peningkatan ekspor secara umum.
Selain produk hasil tambang, ekspor hasil perikanan Sultra diperkirakan akan meningkat
seiring dengan peningkatan permintaan dari negara tujuan ekspor.
7.2 PROSPEK INFLASI
Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2016 mendatang diperkirakan akan
mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada kelompok
volatile food. Peningkatan tersebut diduga bersumber dari peningkatan tekanan komoditas beras
dan ikan segar. Inflasi pada triwulan I 2016 diperkirakan berada pada kisaran 2,9% s.d 3,5% (yoy),
mengalami peningkatan yang dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 2,3% (yoy).
Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa diperkirakan pada triwulan I 2016, stok komoditas beras
di sentra-sentra produksi seperti Kabupaten Kolaka Timur, Konawe, Kolaka dan Bombana
mengalami penurunan. Kondisi tersebut diperkiran akan meningkatkan tekanan inflasi pada
triwulan I 2016. Sementara itu, untuk komoditas ikan segar pada periode 2016 mendatang juga
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
73
diperkirakan akan mengalami peningkatan tekanan inflasi akibat terbatasnya stok komoditas
tersebut di pasar.
Kelompok administered prices diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan tekanan sehingga
mampu menahan peningkatan tekanan inflasi pada peride triwulan I mendatang. Penurunan
tersebut seiring dengan adanya potensi adjusment yang terjadi pada tarif dasar listrik dan
penurunan harga BBM bersubsidi. Sedangkan untuk komponen inflasi inti diperkirakan masih akan
stabil akibat terkendalinya nilai tukar pada periode mendatang.
Sejalan dengan inflasi tahunan yang diperkirakan akan mengalami peningkatan tekanan inflasi,
secara tren bulanan tekanan inflasi diprakirakan masih akan muncul dan berada pada tren yang
meningkat. Secara umum terdapat beberapa faktor yang diperkirakan dapat mendorong laju inflasi
khususnya pada kelompok volatile food. Sementara untuk administered prices diperkirakan akan
mampu menahan laju tekanan. Hal tersebut diantaranya adalah:
1. Peningkatan tekanan inflasi pada komoditas kelompok bumbu-bumbuan seperti cabai
rawit, cabai merah dan bawang merah. Berdasarkan pola musimannya, pergerakan harga
khususnya komoditas bawang merah dan cabai diperkirakan cenderung akan mengalami
kenaikan di periode awal tahun.
2. Potensi tekanan inflasi dari komoditas beras seiring dengan musim kemarau panjang yang
mengakibatkan gagal panen di beberapa sentra produksi beras di Sultra dan dikhawatirkan
memberikan dampak atas kenaikan harga beras.
3. Peningkatan tekanan inflasi pada komoditas ikan segar akibat kenaikan permintaan
masyarakat atas komoditas tersebut diperkirakan akan mengalami kenaikan di bulan
Januari hingga Februari.
4. Kemungkinan kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga LPG dan tarif dasar listrik
baik untuk golongan industri maupun rumah tangga.
5. Pada bulan Januari (terhitung sejak tanggal 5 Januari 2016) harga BBM bersubsidi
mengalami penurunan. Harga bensin premium turun dari Rp7.300,- per liter menjadi
Rp7.150,- per liter. Sedangkan untuk harga solar turun menjadi Rp5.950,- per liter dari
harga sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6.700,- per liter. Kondisi tersebut diperkirakan
akan mampu menahan laju inflasi Sultra.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 74
Tabel 7.3.Faktor Risiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan I 2016
Selain itu, peningkatan tekanan inflasi juga terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU). Dalam survei tersebut realisasi dan perkiraan harga jual di periode mendatang yang
mengalami peningkatan dari 15,8% menjadi 18,5%.
Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra
Grafik 7.5. Perkembangan Harga Jual
Tekanan inflasi di Sultra pada tahun 2016 diperkirakan moderat pada kisaran 3,0%-3,4%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang tercatat sebesar 2,27% (yoy). Meningkatnya
tekanan inflasi pada tahun tersebut didorong oleh peningkatan tekanan dari imported inflation
dan administered price terkait dengan kebijakan energi. Beberapa asumsi yang mendasari
peningkatan tersebut adalah sebagai berikut:
Faktor Risiko PotensiDampak thdp
Inflasi IHK
Volatile Food
a. Pasokan:
• Mulai meningkatnya pasokan ikan tangkap oleh nelayan di pasar akibat telah kondusifnya faktor cuaca.
• Berkurangnya pasokan cabai rawit akibat terganggunya produksi di beberapa sentra.
• Telah terjaganya pasokan komoditas beras di pasar pasca tejadinya El Nino.
LOW
b. Distribusi:
• Terjaganya distribusi komoditas bahan pangan yang didatangkan dari luar Sultra, baik yang melalui darat maupun laut.
Adm.Prices
• Penyesuaian tarif BBM pada awal Januari diharapkan akan diikuti oleh adanya penurunan tarif angkutan umum dalam kota.
• Penyesuaian TDL sesuai harga keekonomian (faktor penentu: harga minyak, nilai tukar, dan inflasi) masih menjadi risiko sepanjang tahun karena bergantung pada keputusan pemerintah.
LOW
Core • Pergerakan nilai tukar yang masih dalam tren depresiasi terhadap US$ menambah tekanan dari sisi imported inflation, khususnya untuk komoditas pangan berbahan baku impor, kosmetika, dan obat.
• Dampak second-round dari kebijakan harga pemerintah.
• Harga emas global mengalami kecenderungan yang menurun dalam beberapa pekan terakhir
LOW
31%
21%
28%
37%
13%
21%
16%
15%
19%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016
Realisasi Perkiraan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
75
1. Tekanan inflasi inti relatif meningkat
Perkembangan inflasi inti dipengaruhi oleh faktor domestik dan faktor eksternal.
Permintaan domestik diperkirakan masih tinggi namun masih dapat direspon oleh sisi
penawaran. Meskipun demikian, perkembangan ekonomi yang diperkirakan meningkat
turut memberikan tekanan pada inflasi inti. Sementara itu, dari faktor eksternal
diperkirakan juga memberikan tekanan yang mendorong peningkatan inflasi inti . Hal ini
diperkirakan terjadi karena nilai tukar rupiah yang relatif menurun pada kisaran
Rp14.000/USD menyebabkan tekanan dari sisi imported inflation akan semakin tinggi.
2. Tekanan inflasi volatile foods menurun
Kinerja produksi bahan pangan di Sultra pada tahun 2016 diperkirakan akan meningkat
dan membantu tersedianya pasokan bahan makanan baik serelia maupun dari komoditi
ikan dan unggas. Program kerja peningkatan bahan pangan sebagai salah satu program
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra diperkirakan turut mendorong peningkatan
kinerja tersebut. Di sisi lain, dengan terbentuknya TPID di seluruh Kota/Kabupaten maka
pasokan dan distribusi bahan pangan diperkirakan akan semakin lancar seiring dengan
peningkatan koordinasi antar daerah. Selain itu, terbangunnya jalan dan pelabuhan yang
memadai diperkirakan akan meningkatkan jumlah arus barang di Sultra.
3. Tekanan inflasi administered price meningkat
Mempertimbangkan relatif terbatasnya kebijakan strategis yang diambil pada tahun 2015,
maka diperkirakan pemerintah akan mengambil kebijakan tersebut pada tahun 2016.
Beberapa kebijakan yang diperkirakan akan meningkatkan tekanan inflasi administered
price antara lain adalah rencana kenaikan tarif tenaga listrik untuk kategori industri.
Kenaikan ini akan berdampak pada kenaikan biaya produksi industri yang ada terutama
pada industri consumer goods dan akan berpengaruh kepada kenaikan harga jual produk.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 76
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Daftar
Istilah
Administered
price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya
diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota
terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi
secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi
masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana
Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi
daerah.
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu
bank.
Faktor
Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh
kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,
eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non
Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar
kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan
(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah
(administered price)
Imported
inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan
harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1---100.
Indeks Harga
Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa
yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi
Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat
ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1---100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan
modal.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada
pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara
yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit
Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan
dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri
minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Non Performing
Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total
keseluruhan kreditnya
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah
negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban meningkat
dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban menurun
danmengabaikan jawaban sama .
SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih
sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi
dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai
pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya
sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
West Texas
Intermediate
Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Tim
Penyusun
PENANGGUNG JAWAB
Dian Nugraha
KOORDINATOR PENYUSUN
Harisuddin
TIM PENULIS
Daniel Agus Prasetyo, Argo Hadianto
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Akses Keuangan dan UMKM
Unit Operasional Kas
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
Email :daniel_ap@bi.go.id
top related