kajian akreditasi
Post on 14-Dec-2015
217 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Seiring dengan perubahan peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan di
Indonesia, maka terjadi pula perubahan berbagai aspek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
mulai dari paradigma pendidikan, substansi pendidikan, proses pendidikan, evaluasi sampai
pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, serta jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi ini dilaksanakan melalui proses akreditasi, yaitu kegiatan
penilaian kelayakan program studi dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
Landasan hukum akreditasi perguruan tinggi dan program studi yakni UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, PP No. 4
tahun 2004 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, serta Permendikbud No. 49
Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDIKTI). Berdasarkan Undang-Undang RI
No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 55 ayat (4), akreditasi Perguruan Tinggi dilakukan
oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, sedangkan Program studi oleh Lembaga Akreditasi
Mandiri yang dibentuk oleh Pemerintah dan masyarakat (Pasal 5) yang dilakukan setiap 5 tahun
sekali. Untuk akreditasi program studi kesehatan dilaksanakan oleh LAM-PT Kesehatan (LAM-PTKes)
yang mengakreditasi 7 prodi kesehatan yakni dokter, dokter gigi, farmasi, kebidanan, keperawatan,
ners, dan ahli kesehatan masyarakat.
Standar akreditasi program studi kedokteran mencakup standar tentang komitmen
program studi kedokteran terhadap kapasitas institusional (institutional capacity) dan komitmen
terhadap efektivitas program pendidikan (educational effectiveness), yang dikemas dalam tujuh
standar akreditasi, yaitu: (1) Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian; (2) Tata
pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu; (3) Mahasiswa dan lulusan; (4)
Sumber daya manusia; (5) Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik; (6) Pembiayaan, sarana
dan prasarana, serta sistem informasi; dan (7) Penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada
masyarakat, dan kerja sama. Dari 7 standar tersebut, terdapat kriteria khusus di tiap standar yang
memiliki poin tersendiri. Poin-poin tersebut akan diakumulasikan sehingga didapatkan nilai akhir
(skala 0-400), kemudian dibagi dalam tingkatan akreditasi A untuk prodi dengan nilai akhir 361-
400, akreditasi B nilai 301-360, dan akreditasi C nilai 201-300.
Akreditasi program studi dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik itu
pemerintah, calon mahasiswa atau orang tua, pasar kerja nasional maupun internasional, dan bagi
perguruan tinggi atau program studi yang bersangkutan. Melalui akreditasi ini, pemerintah bisa lebih
mudah menjamin mutu program studi dan tenaga kerja yang lulus dari program studi yang sudah
terakreditasi. Program studi yang sudah terakreditasi juga menjadi media informasi bagi para calon
mahasiswa atau orang tua serta pasar kerja, mengenai kualitas program studi serta lulusannya.
Kemudian manfaat bagi program studi yang bersangkutan, mereka akan mendapatkan informasi
untuk lebih meningkatkan kualitas dan perencanaan akademiknya. Mereka juga akan lebih mudah
menjaring kemitraan dengan institusi lain dari dalam maupun luar negeri. Program studi yang sudah
terakreditasi menjadi semakin menyadari pentingnya akreditasi tersebut, kesadaran terhadap
tantangan persaingan global juga ikut meningkat, sehingga program studi bersangkutan semakin
meningkatkan kualitas pendidikannya agar para lulusannya juga bisa ikut bersaing dalam persaingan
global tersebut.
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura merupakan satu-satunya Fakultas
Kedokteran yang ada di Kalimantan Barat, sehingga keberadaannya sangat vital dan diharapkan
dapat menghasilkan sarjana dan profesional kedokteran yang berkualitas tinggi dan kompetitif di
tingkat regional, nasional dan internasional untuk mewujudkan Kalimantan Barat sehat pada tahun
2020, sesuai dengan visi Program Studi Pendidikan Dokter FK Untan. FK Untan sendiri terdiri atas 3
program studi, yakni Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD), Program Studi Farmasi (PSF) dan
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK).
PSPD FK Untan mulai mendapat ijin untuk menjalankan program studi pada tahun
akademik 2005/2006 berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 1366/D/T/2005 pada tanggal 10 Mei 2005.
Sampai saat ini PSPD FK Untan baru sekali ikut serta dalam program akreditasi program studi, yakni
pada tahun 2012 dengan hasil Indeks Mutu C. Mengingat jumlah lulusan yang semakin banyak (2005
dan angkatan dibawahnya) yang ingin membuka praktik pribadi, bekerja pada instansi swasta
maupun negeri, serta keinginan lulusan untuk melanjutkan studi mengambil Program Pendidikan
Dokter Spesialis (PPDS) yang memiliki beberapa syarat antara lain harus merupakan lulusan dari
program Pendidikan Dokter yang terakreditasi, tentunya hal ini merupakan salah satu urgensi yang
sedang dihadapi oleh PSPD FK Untan. Dalam hal ini, lulusan dari program studi dengan Indeks Mutu
lebih tinggi tentunya akan menjadi prioritas, terutama bagi lulusan yang ingin mendaftar manjadi
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Selain itu, indeks mutu suatu program studi atau institusi
pendidikan terkait merupakan salah satu pertimbangan bagi para calon mahasiswa (lulusan SMA
atau sederajat) untuk melanjutkan kuliahnya. Hal ini membuat pihak PSPD FK Untan mengambil
kebijakan untuk melakukan Reakreditasi pada tahun 2015 dalam rangka percepatan peningkatan
mutu program studi.
Untuk saat ini sudah ada beberapa hal yang dilakukan oleh pihak PSPD FK Untan dalam
meningkatkan indeks mutu akreditasi. Salah satunya menyosialisasikan visi dan misi PSPD FK Untan
dengan cara pengadaan poster berisi visi dan misi PSPD FK Untan yang ditempatkan di berbagai titik
strategis agar dapat dibaca dan diketahui oleh seluruh civitas akademika. Pihak prodi juga telah
menetapkan beberapa kebijakan yang mendorong mahasiswa untuk menyelesaikan studinya tepat
waktu, seperti kebijakan sidang skripsi yang harus sudah diselesaikan sebelum mengikuti modul
terakhir di PSPD FK Untan, yakni modul Fundamental of Clinical Practice (FCP) yang mulai
diberlakukan bagi mahasiswa angkatan 2012 dan angkatan dibawahnya. Dengan diberlakukannya
kebijakan ini, otomatis mahasiswa terdorong untuk cepat menyelesaikan skripsinya dan tidak
mengganggu jadwal koass.
Penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan akademik juga semakin
ditingkatkan, seperti pembenahan ruang perkuliahan sehingga tercipta suasana perkuliahan yang
lebih nyaman. Pihak prodi lebih kooperatif dalam mendukung dan ikut serta dalam kegiatan
kemahasiswaan, serta lebih mengapresiasi prestasi mahasiswanya dilihat dari mulai dilakukannya
perekapan prestasi mahasiswa. Selain itu, pihak prodi juga telah beberapa kali mengadakan
pelatihan pengisian borang akreditasi dengan tujuan meningkatkan kesiapan prodi dalam
reakreditasi ini.
Mengingat kesiapan pihak PSPD FK Untan dalam melakukan reakreditasi, ada beberapa hal
yang masih perlu dibenahi agar dapat meningkatkan indeks mutu akreditasi ini. Dilihat dari upaya
sosialisasi yang dilakukan, dirasa masih kurang karena tidak semua mahasiswa memiliki pemikiran
yang kritis dan ikut tanggap terhadap isu-isu yang sedang berkembang. Hal ini dibuktikan dari hasil
kuisioner yang disebarkan pada mahasiswa dan alumni PSPD FK Untan mengenai visi dan misi prodi
dan mayoritas menyatakan tidak tahu (lebih dari 50%). Sehingga diperlukan sosialisasi yang lebih
gencar dan ditekankan bahwa mahasiswa juga turut berperan dalam peningkatan akreditasi ini.
Idealnya suatu program studi harus melakukan evaluasi terhadap setiap proses
pembelajaran, baik dari sisi mahasiswa maupun dosen, sehingga tercipta peningkatan kualitas
pembelajaran untuk kedepannya. Maka dari itu perlu dibentuk suatu badan yang berfungsi untuk
mengevaluasi proses pembelajaran ini (timbal balik antara mahasiswa dan dosen). Jadwal
perkuliahan PSPD FK Untan juga masih bisa dibilang belum sesuai dengan jadwal yang sudah disusun
oleh pihak akademik. Saat ini masih ditemukan jadwal yang berubah-ubah karena mengikuti jadwal
pengajar tidak tetap yang berasal dari luar PSPD FK Untan, hal ini disebabkan oleh jumlah pengajar
tetap PSPD FK Untan yang tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa dan mata kuliah yang ada.
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran pasal 6 ayat (3) poin c.,
program studi kedokteran di Fakultas Kedokteran harus memiliki beberapa laboratorium seperti
laboratorium biomedis, laboratorium kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora
kesehatan, serta laboratorium kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat. Sedangkan
laboratorium yang dimiliki oleh PSPD FK Untan sendiri belum lengkap, meskipun sudah ada
peningkatan penyediaan sarana dan prasarana yang lain. Selain itu alat-alat penunjang keterampilan
klinis dasar juga dirasa masih belum lengkap, sehingga diperlukan penambahan alat-alat penunjang
untuk mendukung proses pembelajaran klinis.
Dalam pengadaan program studi kedokteran harus memiliki Rumah Sakit Pendidikan.
Berdasarkan UU Dikdok, Rumah Sakit Pendidikan terbagi menjadi RS Pendidikan Utama, RS
Pendidikan Afiliasi, dan RS Pendidikan Satelit. Pada kenyataannya, status RS Pendidikan yang bekerja
sama dengan FK Untan masih belum jelas. Sehingga diperlukan kejelasan dan sosialisasi kepada
mahasiswa terutama bagi mahasiswa preklinik yang akan melanjutkan ke tahap klinik (koass).
Dalam peningkatan akreditasi ini banyak pihak yang turut berperan, termasuk
mahasiswanya sendiri. Sebagai agent of change, mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dan
tanggap terhadap isu-isu yang sedang berkembang, baik itu isu eksternal maupun internal seperti isu
mengenai reakreditasi PSPD ini. Lalu hal apa saja yang dapat dilakukan oleh mahasiswa PSPD FK
Untan menghadapi hal ini? Sebagai mahasiswa tentunya kita tetap harus fokus dalam meningkatkan
kualitas akademik, karena dengan kualitas akademik yang baik maka akan turut meningkatkan
kualitas dari program studi yang bersangkutan, dan tentunya mutu akreditasi juga akan meningkat.
Namun peran mahasiswa tidak cukup sebatas hal ini. Mahasiswa juga dituntut untuk peduli dan aktif
ikut serta dalam kegiatan non akademik lainnya seperti kegiatan kemahasiswaan (organisasi) yang
tanggap terhadap lingkungan sekitar, contohnya dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat
atau kegiatan kemahasiswaan lainnya yang dapat meningkatkan kualitas diri maupun lingkungan.
Selain itu kegiatan di bidang penelitian juga harus lebih ditingkatkan, hal ini sesuai dengan tri
dharma perguruan tinggi yang nantinya akan memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk menjadi
lulusan yang berkualitas dan kompeten.
Dalam menyikapi isu ini, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Universitas Tanjungpura (IMKU)
berinisiatif untuk menginisiasi adanya suatu forum diskusi yang menjadi wadah untuk saling
berdiskusi dan mengkritisasi serta mengevaluasi jalannya proses belajar mengajar serta segala aspek
yang berkaitan dalam peningkatan mutu akreditasi prodi dengan menghadirkan pihak stakeholder
serta mahasiwa dan alumni PSPD FK Untan, demi mewujudkan akreditas PSPD FK Untan yang lebih
baik.
top related