jurnal geografi budaya
Post on 21-Feb-2016
388 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN CAGAR BUDAYA
DI KABUPATEN LUMAJANG
Oleh : Heni Puspita Sari
Universitas Negeri Malang
heni.puspita09@gmail.com
Abstrak
Setiap daerah memiliki ragam kesenian dan kebudayaan yang harus
dikembangkan dan dilestarikan. Kegiatan pengembangan, pelestarian
dan pemanfaatan cagar budaya dapat dilakukan dengan 5 cara menurut
Martokusumo (2005). Salah satu cara mengembangkan dan
memanfaatkan cagar budaya yaitu dengan membangun atau
menginventarisasi segala bentuk seni dan cagar budaya dari semua
wilayah di daerahnya. Pemerintah Kabupaten Lumajang meresmikan
museum purbakala dan budaya yang menyimpan benda-benda
bersejarah dari Kabupaten Lumajang. Pembangunan museum daerah
oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang dalam rangka Perlindungan,
Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya yang ada di Kabupaten
Lumajang, selain itu pemerintah juga menyusun Raperda sebagai upaya
penting dalam melindungi, mengembangkan dan memanfaatan Cagar
Budaya yang ada agar dapat terus dinikmati dan diperoleh manfaatnya
oleh generasi mendatang.
Kata Kunci : Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar
Budaya
I. PENDAHULUAN
Setiap daerah memiliki ragam kesenian dan kebudayaan yang harus
dikembangkan dan dilestarikan. Seperti halnya di Kabupaten Lumajang,
yang memiliki kawasan cagar budaya yang masih belum banyak masyarakat
yang mengetahuinya. Banyak dari cagar budaya tersebut sekarang ini mulai
lapuk bahkan sudah tak berbentuk. Hal ini sangat disayangkan, karena
masih belum banyak genrasi muda yang mengetahui bahkan
mendengarnyapun sedikit asing ditelinga. Untuk itu perlu adanya upaya
pelestarian cagar budaya, secara garis besar dapat melalui tahapan-tahapan
tertentu, diantaranya
1. Upaya perlindungan, melalui tindakan pencegahan terhadap
gangguan, baik yang bersumber dari perilaku manusia, hewan,
2
tumbuhan maupun fenomena alam. Upaya perlindungan
dilakukan melalui
a. Penyelamatan,berupa ekskavasi penyelamatan, pemindahan,
pemagaran, pencukupan, penguasaan cagar budaya oleh
negara melalui imbalan, pemintakan, dan pemasangan papan
larangan.
b. Pengamanan, dilakukan untuk mencegah dari gangguan
perbuatan manusia yang dapat mengakibatkan kerugian fisik
dan nilai benda. Kegiatan dapat berupa penempatan satuan
pengamanan (SATPENJARLA) dan PPNS
c. Perijinan, dilakukan melalui pengawasan dan perijinan baik
dalam bentuk ijin pemanfaatan untuk kepentingan
pendidikan, keagamaan, serta ijin untuk penelitian.
2. Pemeliharaan, dilakukan melalui
a. Konservasi, yaitu dengan cara mengahambat proses
pelapukan dan kerusakan bangunan cagar budaya, sehingga
usianya dapat diperpanjang dengan cara kimiawi dan non
kimiawi.
b. Pemugaran, bertujuan untuk memperbaiki bangunan yang
telah rusak dengan mempertahankan keasliannya.
3. Dokumentasi/publikasi, merupakan upaya untuk menyebar-
luaskan informasi kepada masyarakat melaui media cetak atau
media elektronik.
a. Perekaman data, dengan pembuatan dokumen tentang cagar
budaya yang dapat memberi informasi tentang keberadaan
situs atau cagar budaya tersebut. Kegiatannya berupa
pemotretan, penataan, penggambaran, survei dan penomer-
an.
b. Publikasi, menyebarluaskan informasi pelestarian cagar
budaya agar dapat diketahui dan dipahami oleh masyarakat.
kegiatannya berupa pameran, penerbitan buletin dan buku,
film dokumenter, media sosial dan website.
3
Cagar budaya di masing-masing daerah pasti memiliki nilai historis
yang berbeda baik berkaitan dengan asal-usul daerah atau peradapan dimasa
lampau, untuk itu perlu diadakan suatu tindakan nyata baik upaya
perlindungan atau pengembangannya seperti yang tertulis sebelumnya.
Segala upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan Cagar Budaya
menjadi kawasan bersejarah menurut Undang-Undang RI No.11 tahun
2010, bertjuan sebagai berikut:
1. Cagar Budaya bertujuan untuk melestarikan warisan budaya bangsa dan
warisan umat manusia.
2. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya.
3. Memperkuat kepribadian bangsa.
4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
5. Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat
Internasional.
Sedangkan Menurut Perda 9/1999 DKI Pelestarian dan pemanfaatan
lingkungan dan bangunan Cagar Budaya yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini bertujuan :
1. Mempertahankan dan memulihkan keaslian lingkungan dan bangunan
yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
2. Melindungi dan memelihara lingkungan dan bangunan Cagar Budaya
dari kerusakan dan kemusnahan baik karena tindakan manusia maupun
proses alam.
3. Mewujudkan lingkungan dan bangunan Cagar Budaya sebagai
kekayaan budaya untuk dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya untuk kepentingan pembangunan
dan citra positif.
Kegiatan pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dapat terus
berlangsung jika ada kesadaran dari semua pihak, sehingga kebudayaan
tersebut dapat diingat dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman yang
semakin modern. Sebagai upaya pengenalan dan pelestarian cagar budaya,
perlu juga adanya pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya. Upaya
4
pengembangan dan pemanfaatan penting dilakukan untuk pelestarian atau
kelangsungan cagar budaya itu sendiri, karena tidak semua seni dan
kebudayaan di suatu wilayah terus berkembang yang bisa saja hilang karena
tergerus oleh perkembangan zaman. Dari melihat kenyataan tersebut,
hendaknya setiap daerah dapat melestarikan, mengembangkan, dan
memanfaatkan cagar budaya tersebut dengan membangun atau
menginventarisasi segala bentuk seni dan cagar kebudayaan dari daerahnya
masing-masing.
II. PEMBAHASAN
Cagar Budaya merupakan warisan budaya bersifat kebendaan
berupa Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya,
Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya baik di darat maupun di
air yang perlu dilestarikan keberadaannya, karena memiliki nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan
melalui proses penetapan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian Kawasan Cagar Budaya dapat berupa suatu situs landscape
dengan monumen benda bersejarah tapi juga dapat berupa sekumpulan
bangunan. Sekumpulan bangunan ini dapat berupa kompleks dengan fungsi
beragam atau sejenis. Kawasan pemugaran dapat berupa juga perumahan
maupun kawasan dengan tipologi fungsi lain seperti kawasan perkantoran
dan perdagangan, kawasan pergudangan dan kawasan campuran lainnya.
Menurut Undang-Undang RI Nomer 11 tahun 2010 yang disebut
dengan Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan
keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya. Dalam mempertahankan Cagar
Budaya dilakukan upaya pengelolaan terpadu, melindungi dan
mengembangkan cagar budaya tersebut. Sedangkan memanfaatkan Cagar
Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dari Pemerintah dan Dinas terkait untuk sebesar-besarnya
memberi manfaat bagi kesejahteraan rakyat.
5
Kabupaten Lumajang mempunyai beberapa kawasan cagar budaya,
diantaranya Situs Biting yang berada di Desa Kutorenon Kecamatan
Sukodono, Situs Kedungmoro di Desa Kedungmoro Kecamatan Kunir,
Candi Agung di Kecamatan Randuagung, dan Candi Gedong Putri yang
berada di Kecamatan Candipuro. Dari keempat Cagar Budaya tersebut
memiliki daya tarik, sejarah dan nilai seni budayanya masing-masing.
Sayangnya seiring berjalannya waktu Cagar Budaya tersebut semakin tidak
terawat bahkan terlihat lapuk termakan usia. Berikut ini merupakan Cagar
Budaya tersebut :
1. Situs Biting
Situs Biting, merupakan salah
satu peninggalan Kerajaan
Lamajang Tigang Juru. Situs
tersebut berbentuk sebuah benteng
yang mengelilingi kerajaan yang
dipimpin oleh Aria Wiraraja.
Benteng Situs Biting ini berdiri
diareal lahan seluas 135 hektare.
Catatan sejarah yang ada, belum ada benteng seluas itu yang ditemukan di
zaman Majapahit. Jika ada benteng yang ditemukan luasnya lebih dari itu,
rata-rata berada di era kolonial. Situs Biting ini berada di Dusun Biting,
Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Situs ini mengelilingi pusat kota Kerajaaan Lamajang Tigang Juru. Benteng
ini setebal 6 meter dengan tinggi 8-10 meter. Beberapa areal Situs Biting
saat ini berdiri di lahan milik warga dan Perhutani. Bahkan, ketika menggali
tempat yang diduga mejadi pintu utama Benteng berada di perumahan milik
warga. Situs kuno Kerajaan Lumajang ini terancam rusak. Karena beberapa
lahan digunakan oleh pengembang sebagai perumahan. Jarak antara
bangunan perumahan dengan situs kerajaan bersejarah ini hanya 40 meter.
6
2. Situs Kedungmoro,
Lokasi penemuan konstruksi
batu bata candi di Dusun
Kedungsari, Desa Kedung
Moro, Kecamatan Kunir,
Kabupaten Lumajang, Jawa
Timur, pernah disinggahi
Raja Hayam Wuruk dan
Patih Gajah Mada dalam
perjalanannya berkeliling Lamajang. Tulisan kisah itu tertulis dalam
Babad Negara Kertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada 1359 Masehi.
Dalam babad itu tercantum nama 'Kunir' yang kini menjadi nama
kecamatan tempat konstruksi candi tersebut ditemukan. Daerah Kunir
disebut sebagai tempat untuk mencapai daerah Sadeng, yang merupakan
pelabuhan besar Kerajaan Lamajang Tigang Juru. Konstruksi candi
berkaitan erat dengan Arya Wiraraja. "Artinya, sebelum kedatangan
Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kunir merupakan sebuah permukiman
yang ramai, Arya Wiraraja banyak meninggalkan bangunan berbahan
berupa batu bata merah seperti Situs Biting. Arya Wiraraja, disebut pula
Banyak Wide (brahmana yang cerdik), juga banyak meninggalkan
bangunan pemujaan, seperti Candi Agung di Kecamatan Randu Agung,
petilasan Menak Koncar, dan Situs Biting di Kecamatan Sukodono.
3. Candi Agung, terletak
di Desa Randu Agung,
bagian utara Kabupaten
Lumajang. Saat ini, sejumlah
candi Randu Agung yang
merupakan peninggalan
kerajaan hindu Majapahit
kondisinya mulai hancur
akibat kurang terawat.
7
Bentuk bangunan candi yang semula menjulang tinggi kini telah hancur
bahkan nyaris rata dengan tanah. Akibat minimnya perhatian dari
pemerintah setempat, Candi Agung kini hanya menyisakan reruntuhan
bangunan yang sudah tidak terbentuk. Kondisi ini makin parah dengan
hilangnya sejumlah artefak dan arca kuno yang terdapat di dalam
bangunan candi. Dengan terjadinya aksi pencurian itu, pengelola candi
bersama warga telah berupaya maksimal untuk menemukan kembali
arca yang hilang. Namun meski telah dilakukan pencarian hingga
kawasan Jawa Tengah arca yang hilang tetap belum bisa ditemukan.
4. Candi Gedong Putri
Situs ini terletak di
Dususn Gedong Putri, Desa
Klopo Sawit, Kecamatan
Candipuro. Situs ini terletak
bekas jalur lahar Gunung
Semeru pada sisi Tenggara,
sehingga kondisi Situs
menjadi rusak dan
berserakan. Struktur batu bata
bekas bangunan yang berserakan, Lumpang batu, umpak batu dan 7
lempeng batu andesit berbentuk persegi panjang yang dipahat diperkirakan
sisa struktur bangunan pintu suatu pemukiman kuno. Yoni yang terletak di
sisi Barat Laut kompleks Candi Gedong Putri dengan jarak sekitar 50 meter
di lahan persawahan. Pada lubang Yoni tertancap Lingga yang telah rusak
bagian atasnya akibat pengrusakan masyarakat. Luas tumpukan batu
bangunan Candi Gedongputri 11 meter dengan panjang 7,5 meter.
Dari kondisi cagar budaya di atas terlihat masih rendahnya upaya
pelestarian dan juga pemanfaatannya. Keterlibatan masyarakat dalam
pelestarian warisan budaya menjadi keharusan dan diharapkan menjadi
energi baru dalam pelestarian warisan budaya yang selama ini masih
didominasi oleh pemerintah. Dengan digelarnya event seperti seminar
sejarah yang dihadiri oleh siswa-siswi yang ada di Kabupaten Lumajang
8
merupakan sebuah langkah untuk memberikan pengetahuan kepada
generasi penerus bangsa untuk dapat melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkan cagar budaya yang ada.
Hal ini menjadi tantangan bagi pegiat pelestarian warisan budaya
maupun pemerintah untuk memperjelas pengaturannya, setidaknya dalam
peraturan lain di bawah Undang-Undang yang saat ini masih dalam
pembahasan, seperti peraturan daerah dan peraturan presiden. Harapannya,
peraturan tersebut mempertegas perlindungan terhadap keberadaan cagar
budaya yang ada di Kabupaten Lumajang, selain itu peraturan tersebut juga
melindungi kepentingan publik sebagaimana perubahan orientasi
pelestarian, dapat benar-benar terwujud dan bermakna bagi pembangunan.
Berikut ini merupakan bentuk kegiatan pelestarian untuk cagar
budaya Menurut Martokusumo (2005), diantaranya dengan :
1. Konservasi, yaitu dengan cara pemugaran/dinamik secara aktif
terhadap cagar budaya.
2. Preservasi, yaitu upaya elestarian/statis secara pasif terhadap
cagar budaya.
3. Rekonstruksi, yaitu upaya untuk mengembalikan keadaan
sebuah obyek bangunan, fabric, kawasan, yang telah hilang atau
hancur kepada kondisi awal.
4. Restorasi, yaitu upaya mengembalikan sebuah bangunan atau
kawasan kepada kondisi asli, sejauh yang diketahui dengan
menghilangkan penambahan baru atau membuat elemen
eksisting tanpa adanya penggunaan bahan baru.
5. Renovasi, yaitu upaya mengubah sebagian atau beberapa bagian
bangunan tua terutama bagian interior, agar bangunan tersebut
dapat diadaptasikan untuk mengakomodasikan fungsi atau
kegiatan baru, tanpa menimbulkan perubahan yang berarti bagi
keutuhan struktur maupun fasade bangunan tersebut.
9
6. Rehabilitasi, yaitu upaya mengembalikan kondisi obyek,
bangunan atau kawasan hingga dapt berfungsi kembali dengan
baik.
7. Gentrifikasi, yaitu proses perubahan struktur komunitas urban
yang dapat berarti relokasi penduduk sebagai dampak dari
kegiatan peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan
ekonomi.
8. Revitalisasi, yaitu upaya menghidupkan kembali sebuah distrik
suatu kawasan kota yang telah mengalami degradasi, melalui
intervensi ekonomi, sosial dan fisik.
Diharapkan nantinya semua pihak dapat ikut serta dalam upaya
Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya yang paling
penting, Pemerintah tidak boleh secara sepihak untuk mengalihfungsikan
wilayah cagar budaya yang bernilai kultural tinggi menjadi sumberdaya
ekonomi, tanpa mengindahkan nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan
yang lain. Sebagai sebuah karya manusia, Cagar Budaya bukanlah
merupakan wujud yang mati, melainkan memiliki nilai-nilai tertentu dan
mencerminkan gagasan dari masyarakat yang hidup di masa itu. Nilai-nilai
tersebut merupakan modal karena dapat diambil nilai historisnya untuk
pegangan generasi-generasi penerusnya. Demikian pula ketika Cagar
Budaya itu berpindah kepemilikan ke generasi berikutnya, maka
pemaknaannya pun mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosialnya.
Jadi, letak sumberdaya bukan pada bendanya, tapi pada manusia yang
memaknainya.
Selain bangunan bersejarah kabupaten Lumajang juga memiliki
banyak sekali kebudayaan lainnya. Salah satu tindakan Pemerintah
Kabupaten Lumajang untuk menginventarisasi kebudayaan khas Lumajang
tersebut, dinas pariwisata dan kebadayaan Kabupaten Lumajang
meresmikan “Museum Purbakala Dan Budaya” pada 24 Agustus 2015.
Dalam museum menyimpan benda-benda bersejarah dari Kabupaten
Lumajang, selain itu museum ini dibagi dua yakni untuk sejarah purbakala
dan budaya. Walaupun tidak semuanya asli dan merupakan replika,
10
termasuk patung-patung, prasasti yang dulu berkaitan dengan sejarah
Lumajang, tulisan-tulisan dari lontar, tersimpan di museum ini, seperti
tulisan-tulisan yang menyebutkan Lumajang, seperti dalam kitab Pararaton
dan Negara Kertagama, cuplikannya disimpan di museum ini. Selain itu ada
juga peninggalan masa kolonial. Museum juga menyimpan hasil kesenian
daerah yakni Jaran Kencak beserta asesorisnya, Topeng Kaliwungu,
Gamelan Danglung khas Lumajang, Busana pengantin khas Lumajang serta
Batik Lumajang.
Gambar. Museum daerah Kabupaten Lumajang
Meskipun pembangunan museum belum terlaksana secara
maksimal, tetapi kedepannya Pemerintah melalui dinas terkait akan terus
mencoba untuk melengkapi lagi isi museum daerah ini seperti yang di
tuturkan oleh Bapak Indriyanto. Museum nantinya tidak hanya menjadi
media menyimpan dan melestarikan saja, tetapi juga media untuk
pembelajaran dan penelitian. Pembangunan museum ini bertujuan untuk
mewujudkan keinginan masyarakat Lumajang. Pemerintah berupaya
melengkapi semua koleksi yang berkaitan dengan sejarah dan budaya di
Kabupaten Lumajang.
Koleksi benda purbakala diantaranya prasejarah, kolonial serta
sejarah klasik. Benda-benda yang disimpan di museum ini ada yang berasal
dari hibah maupun penemuan. Hibah atau pemberian untuk museum ini
berasal dari Bupati Lumajang pada masa Belanda seperti pusaka serta
barang-barang lainnya. Sedangkan untuk benda temuannya seperti prasasti
11
Pasrujambe karena yang asli tersimpan di Museum Mpu Tantular,
Pemerintah Kabupaten Lumajang membuat replikanya. Karena barang yang
sudah masuk museum dicatat di arsip nasional dan tidak boleh dipindahkan.
Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Lumajang tengah berupaya
untuk menginventarisasi benda-benda bersejarah yang dipegang
masyarakat.
Seperti telah dibahas sebelumnya, museum daerah ini tidak hanya
menjadi media menyimpan dan melestarikan saja, tetapi juga media untuk
pembelajaran dan penelitian. Sebagai tempat penelitian serta pembelajaran,
di museum telah disediakan pemandu untuk melayani keingintahuan
pengunjung tentang isi museum daerah ini, seperti benda-benda bersejarah
dari kabupaten lumajang, kesenian dan kebudayaan khas, dan banyak lagi.
Selain pembukaan museum Daerah Kabupaten Lumajang, juga akan digelar
pameran dari Asosiasi Museum Daerah (Ameda) Jawa Timur yang diikuti
sejumlah museum dari Malang, Bangkalan, Probolinggo serta beberapa
daerah lainnya.
III. PENUTUP
Kabupaten Lumajang memiliki beberapa cagar budaya diataranya
Situs Biting yang berada di Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono, Situs
Kedungmoro di Desa Kedungmoro Kecamatan Kunir, Candi Agung di
Kecamatan Randuagung, dan Candi Gedong Putri yang berada di
Kecamatan Candipuro. Sayangnya keadaan keempat cagar budaya ini
sekarang memperihatinkan, terlihat dari mulai rapuhnya bangunan dan
diantaranya mulai dialih fungsikan, seperti untuk area perumahan.
Dari permasalah cagar budaya tersebut diperlukan upaya
Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan, seperti yang disampaikan
pada pembahasan di atas. Pertama, mengembalikan kepada kondisi awal
agar dapat diketahui nilai-nilai asli yang dikandung. Kedua, memperbaiki
kondisi yang ada agar nilai-nilai kultural dan historisnya dapat diapresiasi
oleh pengamat pada masa kini. Ketiga, menyiapkan setting baru agar dapat
diapresiasikan sesuai dengan jamannya.
12
Selain ketiga upaya tersebut tindakan yang tidak kalah paling harus
dilakukan yaitu membuat undang-undang yang bertujuan melindungi dan
melestarikan cagar budaya yang terdapat di Kabupaten Lumajang ini.
Dengan menyusun Raperda Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
Cagar Budaya karena segala aktifitas yang dapat menggangu dan merusak
cagar budaya dapat diminimalisir. Semua usaha Perlindungan,
Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya yang ada di Kabupaten
Lumajang akan berjalan dengan baik jika terjadi kerjasama semua pihak
yang terkait yaitu, pemerintah, akademisi, dan masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
KEMDIKBUD. 2014. Kebudayaan. (Online)
(http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/) diakases pada 20 Oktober 2015
Nurul, Arifin. 2013. Situs Biting. (Online)
(http://news.okezone.com/read/2013/10/08/522/878484/situs-biting-benteng-
terbesar-di-era-majapahit) diakses pada 22 Oktober 2015
Priyasidharta, David. 2015. Hari ini, Lumajang Resmi Punya Museum Purbakala dan
Budaya. (Online)
(http://travel.tempo.co/read/news/2015/08/24/242694413/hari-ini-lumajang-
resmi-punya-museum-purbakala-dan-budaya) diakses pada 22 oktober 2015
Lumajang, wartawan.com. 2014. Sekda: Cagar Budaya Lumajang Harus Segera
Dilindungi. (Online)
(http://www.wartalumajang.com/birokrasi-lumajang/1178-sekda-cagar-budaya-
lumajang-harus-segera-dilindungi) diakses 22 Oktober 2015
Afifah, Nur. 20115. Makalah Sejarah dan Kebudayaan Lumajang. (online)
http://pasjeknom.blogspot.co.id/2015/03/makalah-sejarah-dan-kebudayaan-
lumajang.html diakses pada 25 Oktober 2015
Zakiah, Muna. 2013. Cagar budaya-bangunan. (Online)
(http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1573/cagar-budaya) diakses pada
25 Oktober 2015
Pipink. 2011. Mpuh Nambi, Minak Koncar dan Candi Agung. (Online)
(http://randuagungcom.blogspot.co.id/2011/03/mpuh-nambi-minak-koncar-dan-
candi-agung.html) diakses pada 25 Oktober 2015
top related