jurnal faktor-faktor kejadian berat bayi lahir rendah.pdf

Post on 12-Dec-2015

64 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

1

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT

BAYI LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTER

KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Ikeu Nurhidayah., M.Kep., Sp.Kep. An1 R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep2

Emma Aprilia Hastuti,S.Kep3 123 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

STIKes Dharma Husada Bandung, Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung

ABSTRAK

Penyebab utama tingginya angka kematian bayi adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

Kota Bandung termasuk 5 besar dalam kelahiran BBLR sebanyak 920 kasus (2,3 %). Hal

ini disebabkan oleh faktor ibu (umur, pendidikan, jarak kelahiran, paritas, status gizi,

hipertensi dalam kehamilan, dan kebiasaan merokok), faktor janin (kehamilan gemeli)

dan faktor lingkungan (status sosial ekonomi dan Antenatalcare). Tujuan penelitian ini

mengetahui faktor-faktor yang berhubngan dengan BBLR. Rancangan penelitian

menggunakan Case control dengan jumlah sampel 32 orang kelompok kasus dan 32

kelompok kontrol. Data penelitian menggunakan kuesioner dan buku register. Analisis

data menggunakan distribusi frekuensi dan chi square dengan hasil umur ibu (p-

value=0,000; OR 12,429), pendidikan (p-value=0,000; OR 9,000), jarak kehamilan (p-

value=0,001; OR 5,727), paritas (p-value=0,000; OR 5,162), status gizi (p-value= 0,001;

OR 16,238), kebiasaan merokok (p-value= 0,000; OR 7,857), status sosial ekonomi (p-

value= 0,000; OR 15,476), frekuensi Antenatalcare (p-value= 0,001; OR 0,418) dan

tidak ada hubungan yang bermakna antara hipertensi dalam kehamilan (p-value= 0,074;

OR 2,829) dengan kejadian BBLR di Puskesmas Puter Kota Bandung. Kesimpulan

penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR adalah ada hubungan antara

umur, pendidikan, jarak kehamilan, paritas, status gizi, kebiasaan merokok, status sosial

ekonomi, Antenatalcare dan tidak ada hubungan antara hipertensi dalam kehamilan

dengan BBLR. Diharapkan puskesmas dapat mengoptimalkan peran perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan.

Kata kunci: Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), faktor ibu, faktor janin, dan

faktor Lingkungan

2

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

PENDAHULUAN

Angka kematian merupakan indikator

outcome pembangunan kesehatan suatu

wilayah. Angka kematian dapat

menggambarkan seberapa tinggi derajat

kesehatan masyarakat suatu wilayah

(Manuaba, 2010). Indikator kematian

yang paling sering digunakan adalah

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka

Kematian Balita (Akaba). Angka

mortalitas yang tinggi pada anak

menjadi krisis secara global, terdapat 6,6

juta kematian anak di dunia dan terdapat

150 ribu kematian anak di Indonesia

pada tahun 2012 (UNICEF Indonesia,

2013).

Program menurunkan angka kematian

dan kesakitan anak secara global

Millennium Development Goal’s 4

(MDG’s 4) tahun 2015 terbukti tidak

berhasil mengatasi masalah mortalitas

dan morbiditas pada anak, dengan masih

tingginya angka kematian anak di dunia.

Menurut laporan pencapaian MDG’s

(2014), angka kematian balita dan

kematian bayi telah mengalami

penurunan tajam tetapi diperkirakan

masih belum mencapai target MDG’s

pada tahun 2015. Angka Kematian

Neonatal turun, tetapi sejak tahun 2007

tidak mengalami penurunan. Kematian

Neonatal memberikan kontribusi yang

besar bagi kematian Bayi dan Balita.

Terjadi disparitas yang konsisten dalam

pencapaian MDG ke 4 antar provinsi di

Indonesia.

Diharapkan pada tahun 2015 AKI

menjadi 102 per 100.000 Kelahiran

Hidup (KH), AKB 23 per 1.000 KH.

Khususnya di Indonesia berdasarkan

Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2012, AKI sebesar 359 per

100.000, AKB 32 per 1.000 KH dan

Akaba sebesar 38 per 1000 KH.

Kesenjangan terlihat antara AKB 2012

di Indonesia yang masih tinggi diatas

target penurunan kematian bayi yang

sudah ditetapkan.

Kematian bayi di Indonesia salah

satunya dipengaruhi oleh berat bayi saat

lahir yang merupakan salah satu

indikator kesehatan masyarakat,

sehingga Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR) menjadi prioritas utama

masalah kesehatan. Di Indonesia

penyebab kematian neonatal

berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013 pada perinatal

(0-6 hari) terbanyak adalah gangguan

pernapasan (36,9%), prematuritas

(32,4%), sepsis (12%), hipotermi

(6,8%), kelainan darah/ikterus (6,6%)

dan lain-lain. Penyebab kematian bayi

usia 7-28 hari adalah karena sepsis

(20,5%), kelainan kongenital (18,1%),

pneumonia (15,4%), prematuritas dan

BBLR (12,8%) dan Retradasi down

syindrom (12,8%).

Masalah utama bayi baru lahir pada

masa perinatal dapat menyebabkan

kematian, kesakitan dan kecacatan. Hal

ini merupakan akibat dari kondisi ibu

yang jelek, perawatan selama kehamilan

yang tidak adekuat, penanganan selama

persalinan yang tidak tepat dan tidak

bersih serta perawatan neonatal yang

tidak adekuat. Kondisi tersebut di atas

lebih diperparah lagi oleh adanya

keterlambatan penanganan kasus

Emergensi/komplikasi maternal dan atau

neonatal secara adekuat akibat oleh

kondisi 3T (Terlambat), yaitu: 1)

Terlambat mengambil keputusan

merujuk, 2) Terlambat mengakses

fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat,

dan 3) Terlambat memperoleh

pelayanan dari tenaga kesehatan yang

tepat/ kompeten (Pedoman

Penyelenggaraan Puskesmas Mampu

PONED, 2013).

BBLR merupakan keadaan dimana bayi

lahir dengan berat kurang dari 2.500

gram (sampai dengan 2.499 gram) dan

memiliki angka mortalitas yang tinggi di

dunia terdapat 20 juta bayi yang

mengalami BBLR. Tingkat BBLR di

negara berkembang terdapat 16,5% dan

3

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

di negara maju terdapat 7% (WHO,

2009).

Tingginya AKB terlihat juga di Provinsi

Jawa Barat sebagai provinsi dengan

jumlah penduduk terbanyak di Indonesia

dengan tingkat AKB sebesar 30 per

1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Menurut profil Kota Bandung (2013),

Kota Bandung memiliki AKB mencapai

36 per 1.000 kelahiran hidup. Dari data

tersebut dapat diketahui bahwa AKB di

Kota Bandung masih sangat tinggi dari

target penurunan kematian bayi. Salah

satu penyebab utama kematian bayi

tahun 2013 di Kota Bandung adalah

BBLR yang mencapai 920 kasus.

Menurut Riskesdas (2013) terdapat

gambaran prevalensi BBLR Indonesia

tahun 2013 sebesar 10,2% di Provinsi

Jawa Barat pada tahun 2013 terdapat

prevalensi (10,8%) dan prevalensi

kejadian BBLR di Kota Bandung

menurut profil Kota Bandung 2013

mencapai (2,3%). Salah satu upaya yang

telah dilaksanakan untuk mempercepat

penurunan AKI dan AKB melalui

penanganan obstetri dan neonatal

Emergensi/komplikasi di tingkat

pelayanan dasar adalah melalui upaya

melaksanakan Puskesmas Mampu

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Dasar (PONED).

Puskesmas mampu PONED adalah

Puskesmas rawat inap yang mampu

menyelenggarakan pelayanan obstetri

dan neonatal Emergensi/komplikasi

tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7

hari seminggu. Kota Bandung memiliki

5 Puskesmas yang sudah memiliki

standar PONED yaitu, Puskesmas

Garuda, Puskesmas Ibrahim Adjie,

Puskesmas Padasuka, Puskesmas Puter,

dan Puskesmas Pagarsih (P3M PONED,

2013).

Berdasarkan data di atas, peneliti

menggunakan prevalensi untuk

menentukan angka kejadian BBLR

dengan rumus (jumlah BBLR / jumlah

bayi lahir x 100) (WHO, 2009).

Prevalensi kejadian BBLR juga masih

cukup tinggi terjadi di Puskesmas

dengan PONED terbukti dari data

register persalinan 2014 sebagai berikut:

Puskesmas Ibrahim Adjie 5,9%,

Puskesmas Puter 8,5%, Puskesmas

Padasuka 3,7%, Puskesmas Garuda

2,7%, dan Puskesmas Pagarsih 5,5%.

Maka dapat diketahui bahwa kejadian

BBLR tertinggi terjadi di Puskesmas

Puter dengan prevalensi 8,5% dari total

kelahiran tahun 2014.

Masalah pada bayi dengan BBLR

terutama pada prematur terjadi karena

ketidakmatangan sistem organ pada

bayi tersebut. BBLR mempunyai

kecenderungan ke arah peningkatan

terjadinya infeksi dan mudah

terserang komplikasi. Masalah pada

BBLR yang sering terjadi adalah

gangguan pada sistem pernafasan,

susunan saraf pusat, kardiovaskuler,

hematologi, gastro intestinal, ginjal,

termoregulasi (Winkjosastro, 2008).

Sesuai dengan pernyataan diatas perlu

adanya penanggulangan terhadap

kejadian BBLR oleh semua pihak,

khususnya perawat yang memiliki peran

sebagai pemberi asuhan keperawatan

kepada klien. Maka kejadian BBLR

dapat ditanggulangi dengan efisien

melalui upaya pencegahan, apabila

diketahui faktor – faktor penyebab yang

berhubungan dengan BBLR. Menurut

Kliegman (2010), banyak faktor yang

berperan terhadap penyebab terjadinya

BBLR antara lain berkaitan dengan

faktor ibu seperti: umur ibu, pendidikan

ibu, jarak kehamilan, paritas, status

gizi, kebiasaan merokok, penyakit

penyerta (misalnya anemia, hipertensi

kehamilan, dan perdarahan antepartum),

faktor janin meliputi: kehamilan

kembar/gemeli, hidroamnion, dan

kelainan kromosom, dan faktor

lingkungan seperti: status sosial

4

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

ekonomi dan frekuensi Antenatal Care

(ANC).

Hasil penelitian Rusji (2009), pada 352

responden menyatakan bahwa faktor

umur ibu memiliki hubungan paling

penting dengan kejadian BBLR. Hasil

penelitian Budiman, dkk (2010) pada

408 sampel ibu melahirkan disimpulkan

faktor umur ibu, pekerjaan, status gizi

dan Antenatal care tidak memiliki

hubungan yang berarti dengan kejadian

BBLR.

Hasil penelitian Sondari (2006), pada

113 sampel ibu partus bahwa tidak ada

hubungan Frekuensi Antenatal care

dengan kejadian BBLR. Menurut

Sistiarani (2008), pada 69 sampel

terdapat hubungan yang signifikan

antara kunjungan ibu hamil/Antenatal

care dengan kejadian BBLR.

Hasil penelitian Trihardiani (2011), pada

sampel 250 ibu hamil angka kejadian

BBLR sangat dipengaruhi oleh jumlah

anak atau paritas yang dimiliki ibu.

Hasil uji statistik menunjukkan

hubungan yang bermakna antara

paritas dengan berat badan lahir. Hasil

penelitian Sulistyorini, dkk (2014)

menunjukan bahwa tidak ada

hubungan antara paritas dengan

kejadian BBLR. Kepercayaan popular

yang ada dikalangan masyarakat,

bahwa persalinan akan semakin

mudah dan baik dengan semakin

banyaknya pengalaman melahirkan.

Hasil penelitian Sulistyorini, dkk (2014)

juga menyebutkan tidak adanya

hubungan jarak kehamilan dengan

kejadian BBLR.

Hal ini bertentangan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh

Rahayuningtias, dkk (2010), pada 60

orang ibu bersalin jarak kelahiran yang

pendek akan menyebabkan seorang

ibu belum cukup waktu untuk

memulihkan kondisi tubuhnya setelah

melahirkan sebelumnya.

Banyaknya hasil penelitian yang

kontradiktif mengenai faktor yang

menyebabkan terjadinya BBLR antara

berhubungan dan tidak berhubungan.

Maka penting untuk dilakukan

penelitian agar mengetahui penyebab

pasti dari terjadinya BBLR. Sehingga

memberikan langkah pasti dalam upaya

untuk membantu menurunkan angka

kematian anak khususnya bayi yang

disebabkan oleh BBLR.

Maka dari itu dengan mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan berat

bayi lahir rendah, maka kejadian bayi

dengan BBLR akan dapat dicegah dan

dapat diperkecil prevalensinya.

Berdasarkan data tersebut di atas jumlah

kasus BBLR di wilayah kerja Puskesmas

Puter cukup tinggi di tahun 2014. Maka

penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian BBLR di

wilayah kerja Puskesmas Puter Kota

Bandung Tahun 2014”.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah

survey analitik, yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Kemudian melakukan analisis dinamika

korelasi antara faktor risiko dengan

faktor efek (Notoatmojo, 2010). Jenis

penelitian menggunakan survey case

control, yaitu suatu penelitian (survei)

analitik yang menyangkut bagaimana

faktor resiko dipelajari, dengan cara

membandingka antara kelompok kasus

dan kelompok kontrol. Pada penelitian

dilakukan untuk mengetahui hubungan

faktor–faktor dengan kejadian BBLR di

wilayah kerja Puskesmas Puter Kota

Bandung 2014.

Rancangan penelitian dalam

pengumpulan data menggunakan

Retrospektive yaitu efek (penyakit atau

status kesehatan) diidentifikasi pada saat

5

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi

ada atau terjadinya pada waktu yang lalu

(Notoatmodjo, 2010).

Data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu data mengenai hubungan faktor

– faktor dengan kejadian BBLR di

Puskesmas Puter Kota Bandung 2015

adalah dengan cara observasi dan

dilakukan dengan mengisi kuisioner

lembar ceklis yang dilihat berdasarkan

data buku register dan wawancara

langsung dengan responden.

Populasi adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi yang

menjadi sasaran dalam penelitian ini

adalah jumlah ibu yang melahirkan bayi

di wilayah kerja Puskesmas Puter Kota

Bandung, demi memperoleh data yang

baik maka peneliti mengambil kejadian

kelahiran periode Bulan Januari –

Desember tahun 2014. Terdapat jumlah

kasus bayi yang lahir BBLR sebanyak

32 orang dan bayi yang Berat Bayi Lahir

Normal (BBLN) sebanyak 340 orang.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2014). Sampel merupakan

bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang

dimiliki oleh populasi.

Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini yaitu menggunakan cara

probability sampling dengan metode

simple random sampling. Metode simple

random sampling merupakan

pengambilan sampel secara acak

sederhana, bahwa setiap populasi

mempunyai kesempatan yang sama

untuk diseleksi sebagai sampel

(Notoatmojo, 2010).

Metode sampling yang dipakai adalah

mengundi tabel angka acak (random)

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jumlah populasi sampel kasus dan

kontrol dibuat dalam tabel bilangan

random, dimana setiap nomor diberi

identitas masing-masing ibu dengan

bayi BBLR diberi nomor 1-32 dan

ibu dengan bayi BBLN diberi nomor

33-372.

2. Sampling menggunakan cara sistem

undian yaitu setelah kita

memberikan nomor sesuai dengan

langkah pertama. Untuk kelompok

kasus tidak dilakukan pengundian

karena semua kejadian ibu dengan

bayi BBLR dilakukan penelitian

sedangkan untuk kelompok kontrol

dilakukan pengundian. Maka kita

mulai untuk mencari sampel kasus

yaitu kita masukan nomor 33-372

kita masukan kedalam kotak undian,

setelah itu kita ambil 1 nomor maka

nomor orang yang pertama keluar

akan dijadikan sampel pertama,

kemudian mengambil lagi untuk

dijadikan sebagai sampel nomor 2

begitu seterusnya sampai mendapat

32 sampel kontrol.

3. Dari bilangan 32 bilangan kasus dan

32 bilangan kontrol tersebut dilihat

identitas sampel dalam kerangka

sampling.

Semakin besar sampel maka

semakin mendekati distribusi

normal. Maka peneliti mengambil

perbandingan sampel 1:1, sehingga

besar sampel kasus adalah 32 orang

dan sampel kontrol adalah 32 orang

dengan total 64 orang. Pengambilan

sampel ini dilakukan terpisah pada

ibu yang memiliki bayi dengan

BBLR dan pada ibu yang memiliki

bayi Berat Bayi Lahir Normal

(BBLN) yang memiliki bayi lahir

periode Januari-Desember 2014.

Variabel Peneltian

Variabel mengandung pengertian ukuran

atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok

lain. Definisi lain mengatakan bahwa

variabel adalah sesuatu yang digunakan

sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan

penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu (Hidayat, 2007).

6

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Variabel adalah objek penelitian, atau

apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Ada dua macam variabel,

yaitu variabel independen dan variabel

dependen (Arikunto, 2006).

Variabel independen penelitian ini yaitu

faktor ibu (umur ibu, pendidikan ibu,

jarak kehamilan, paritas, status gizi,

kehamilan gemeli, kebiasaan merokok/

dan penyakit penyerta) dan faktor

lingkungan (status sosial ekonomi dan

frekuensi ANC). Variabel dependen

penelitian ini yaitu kejadian BBLR.

Ho : p = 0, 0 berarti tidak ada

hubungan

Ha : p ≠ 0, “tidak sama dengan nol”

berarti lebih besar atau kurang (-) dari

nol berarti ada hubungan, p = nilai

korelasi dalam formulasi yang

dihipotesiskan.

Maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

Hipotesis 1 : Adanya hubungan

faktor ibu (Umur ibu, Jarak kelahiran,

Paritas, Status gizi, Kebiasaan

merokok/alkhohol, dan Penyakit

penyerta anemia) dengan kejadian

BBLR

Hipotesis 2 : Adanya hubungan

faktor janin (kehamilan gemeli) dengan

kejadian BBLR

Hipotesis 3 : Adanya hubungan

faktor lingkungan (pendidikan ibu,

status sosial ekonomi, dan frekuansi

Antenatal Care/ANC) dengan kejadian

BBLR.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh

variabel dependen BBLR menggunakan

data sekunder yang diperoleh dari

melihat buku register kelahiran Bulan

Januari-Bulan Desember 2014 di

PONED Puskesmas Puter. Dalam

pengumpulan data variabel independen

umur ibu, paritas, status gizi, riwayat

penyakit HDK, dan frekuensi ANC,

variabel status sosial ekonomi, dan

variabel pendidikan ibu dan kebiasaan

ibu merokok/ dalam kehamilan

diperoleh dari kuesioner lembar ceklis

melalui wawancara langsung dengan

responden.Setelah data terkumpul

peneliti melakukan analisis data yaitu

univariat dan bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel. 4.1 Distribusi responden

berdasarkan faktor ibu di wilayah

kerja Puskesmas Puter Kota Bandung

(N=64)

Variabel

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

f % f %

Umur Ibu 20-35 thn

< 20 thn dan > 35 thn

14

18

43,8

56,2

29

3

90,6

9,4

43

21

Pendidikan

Pendidikan tinggi

Pendidikan dasar

14

18

43,8

56,2

28

4

87,5

12,5

32

32

Jarak kelahiran

≥ 3 tahun < 3 tahun

11 21

34,4 65,6

24 8

75,0 25,0

35 29

Paritas

Paritas 2-3 Paritas 1 dan > 3

10 22

31,3 68,7

23 9

71,9 28,1

33 31

Status gizi

Gizi Baik

Gizi Buruk

21

11

65,6

34,4

31

1

96,9

3,1

52

12

Penyakit hipertensi dalam

kehamilan

Tidak Ya

21 11

65,6 34,4

27 5

84,4 15,6

48 16

Kebiasaan merokok Tidak merokok dan

tidak terpapar asap

rokok Merokok atau terpapar

rokok

10

22

31,3

68,7

25

7

78,1

21,9

35

29

Tabel 4.1 menunjukan gambaran faktor

ibu tertinggi pada umur ibu kehamilan

terakhir, kelompok kasus umur < 20 dan

> 35 tahun ada 18 orang (56,2%) dan

kelompok kontrol umur 20 – 35 tahun

ada 29 orang (90,6%). Pendidikan ibu,

kelompok kasus yang berpendidikan

dasar ada 18 orang (56,2%) dan

7

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

kelompok kontrol yang berpendidikan

tinggi ada 28 orang (87,5%). Jarak

kelahiran, kelompok kasus < 3 tahun ada

21 orang (65,6%) dan kelompok kontrol

≥ 3 tahun ada 24 orang (75,0%). Paritas

kelompok kasus paritas 1 dan > 3 ada 22

orang (68,7%) dan kelompok kontrol

paritas 2 – 3 ada 23 (71,9%). Status gizi

kelompok kasus gizi baik ada 21 orang

(65,6%) dan kelompok kontrol gizi baik

31 orang (96,6%). Penyakit hipertensi

dalam kehamilan kelompok kasus tidak

hipertensi ada 21 orang (65,6%) dan

kelompok kontrol tidak hipertensi ada

27 orang (84,4%). Kebiasaan merokok

kelompok kasus merokok atau terpapar

asap rokok ada 22 orang (68,7%) dan

kelompok kontrol tidak merokok dan

tidak terpapat asap rokok ada 25 orang

(78,1%)

Tabel 4.2 Distribusi responden

berdasarkan faktor janin di wilayah

kerja Puskesmas Puter Kota Bandung

(N=64)

Variabel K. Kasus K.Kontrol

f % f %

Kehamilan

gemeli

Tidak Ya

32

0

50,0

0

3

2 0

50,0

0

64

0

Tabel 4.2 menunjukan gambaran faktor

janin yaitu kehamilan gemeli, dimana

pada kelompok kasus tidak gemeli ada

32 orang (50%), kelompok kontrol tidak

gemeli ada 32 (50%) dan tidak terdapat

kehamilan gemeli pada setiap kelompok.

Maka penelitian faktor janin hanya

sebatas univariat dan tidak dilanjutkan

dengan analisis bivariat.

Tabel 4.3 Distribusi responden

berdasarkan faktor lingkungan di

wilayah kerja Puskesmas Puter Kota

Bandung (N=64)

Variabel

K.Kasus K.Kontrol

f % f %

Status sosial ekonomi

Non Gakin

Gakin

7

25

21,9

78,1

26

6

81,3

18,7

33

31

Antenatalcare

≥ 4 kali

< 4 kali

23

9

71,9

28,1

32

0

100

0

55

9

Tabel 4.3 menunjukan gambaran faktor

lingkungan yang tertinggi pada status

sosial ekonomi, kelompok kasus warga

miskin ada 25 orang (78,1%) dan

kelompok kontrol Non warga miskin ada

26 orang (81,3%). Frekuensi

Antenatalcare, kelompok kasus ≥ 4 kali

ada 23 orang (71,9%) dan kelompok

kontrol ≥ 4 kali ada 23 orang (71,9%).

Tabel 4.5 Hubungan faktor ibu

dengan kejadian BBLR di wilayah

kerja Puskesmas Puter Kota Bandung

(N=64)

K. Kasus K.Kontrol

P

Valu

e

OR

(CI 95%) f % f %

Umur Ibu

20-35 thn

< 20 thn dan > 35

thn

14

18

43,8

56,2

29

3

90,6

9,4

43

21

0,0

00

12,42

(3,13-49,33)

Pendidikan

Pendidikan tinggi

Pendidikan dasar

14

18

65,6

34,4

28

4

87,5

12,5

32

32

0,0

00

9,00

(2,55-31,70)

Jarak kelahiran

≥ 3 tahun

< 3 tahun

11

21

34,4

65,6

24

8

75,0

25,0

35

29

0,0

01

5,72

(1,94-16,91)

Paritas

Paritas 2-3

Paritas 1 dan > 3

10

22

31,3

68,7

23

9

71,9

28,1

33

31

0,0

01

5,62

(1,92-16,45)

Status gizi

Gizi Baik

Gizi Buruk

21

11

65,6

34,4

31

1

96,9

3,1

52

12

0,0

01

16,23

(1,94-135,38)

Penyakit hipertensi

dalam kehamilan

Tidak

Ya

21

11

65,6

34,4

27

5

84,4

15,6

48

16

0,0

74

2,82

(0,85-9,40)

Kebiasaan merokok

Tidak merokok dan

tidak terpapar asap

rokok

Merokok atau

terpapar asap

rokok

10

22

31,3

68,7

25

7

78,1

21,9

35

29

0,0

00

7,85

(2,55-24,15)

8

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Hasil pada tabel 4.5 menunjukan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara

umur ibu dengan kejadian BBLR dengan

p-value 0,000 < α (0,05) dan nilai OR

12,42 menunjukkan bahwa ibu dengan

umur < 20 tahun dan > 35 berisiko 12

kali mempunyai bayi yang BBLR

dibandingkan ibu dengan umur 20-35

tahun.

Hasil pada tabel 4.5 menunjukan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan kejadian BBLR

dengan p-value 0,000 < α (0,05) dan

nilai OR sebesar 9,00, menunjukkan

bahwa ibu dengan pendidikan dasar 9

kali berisiko mempunyai bayi yang

BBLR dibandingkan ibu dengan

pendidikan tinggi.

Hasil pada tabel 4.5 menunjukan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara

jarak kehamilan dengan kejadian BBLR

dengan p-value 0,001 < α (0,05), dan

nilai OR sebesar 5,72 menunjukkan

bahwa ibu dengan jarak kelahiran < 3

tahun berisiko 6 kali mempunyai bayi

yang BBLR dibandingkan ibu dengan

jarak lahir ≥ 3 tahun.

Hasil pada tabel 4.5 menunjukan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara

paritas dengan kejadian BBLR dengan

p-value 0,001 < α (0,05), dan nilai OR

sebesar 5,62 menunjukkan bahwa ibu

dengan paritas 1 dan > 3 memiliki risiko

6 kali mempunyai bayi yang BBLR

dibandingkan dengan paritas 2-3.

Hasil pada tabel 4.5 menunjukan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara

status gizi dengan kejadian BBLR

dengan p-value 0,001 < α (0,05), dan

nilai OR sebesar 16,23 menunjukkan

bahwa ibu dengan status gizi buruk

berisiko 16 kali mempunyai bayi yang

BBLR dibandingkan ibu dengan status

gizi baik.

Hasil pada tabel 4.5 menunjukan bahwa

tidak ada hubungan yang antara riwayat

penyakit hipertensi dalam kehamilan

dengan kejadian BBLR dengan p-value

0,074 > α (0,05), dan nilai OR sebesar

2,82 menunjukkan bahwa ibu dengan ya

hipertensi berisiko 3 kali mempunyai

bayi yang BBLR dibandingkan ibu

dengan tidak hipertensi.

Hasil pada tabel 4.5 menunjukan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan merokok dengan kejadian

BBLR dengan p-value 0,000 < α

(0,05), dan nilai OR sebesar 7,85

menunjukkan bahwa ibu yang merokok

atau terpapar asap rokok berisiko 8 kali

mempunyai bayi yang BBLR

dibandingkan ibu tidak merokok dan

tidak terpapar asap rokok

Sesuai hasil Tabel 4.2 menunjukan

gambaran faktor janin yaitu kehamilan

gemeli, dimana pada kelompok kasus

tidak gemeli ada 32 orang (50%),

kelompok kontrol tidak gemeli ada 32

(50%) dan tidak terdapat kehamilan

gemeli pada setiap kelompok. Maka

penelitian faktor janin hanya sebatas

univariat dan tidak dilanjutkan dengan

analisis bivariat.

Hubungan faktor janin dalam penelitian

terdiri dari status sosial ekonomi dan

Antenatalcare dengan kejadian BBLR,

yang akan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.5 Hubungan faktor

lingkungan dengan kejadian BBLR di

wilayah kerja Puskesmas Puter Kota

Bandung (N=64)

Variabel

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

P

Valu

e

OR

(CI

95%) f % f %

Status sosial ekonomi

Non Gakin Gakin

26

6

81,3

18,7

7

25

21,9

78,1

33

31

0.000

15,47

(4,56-

52,46

)

Antenatalcare >4 kali

< 4 kali

32

0

100

23

9

71,9

28,1

55

9

0.001

0,41

(0,30-

0,51)

Hasil pada tabel 4.6 menunjukan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara

status sosial ekonomi dengan kejadian

BBLR dengan p-value 0,000 < α (0,05)

dan nilai OR sebesar 15,47

menunjukkan bahwa ibu dengan status

sosial ekonomi warga miskin berisiko 15

kali mempunyai bayi yang BBLR

9

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

dibandingkan ibu dengan status sosial

ekonomi Non garis kemiskinan.

Hasil pada tabel 4.6 menunjukan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara

frekuensi Antenatalcare dengan kejadian

BBLR dengan p-value 0,001 < α

(0,05), dan nilai OR sebesar 0,41

menunjukkan bahwa ibu dengan

frekuensi Antenatalcare tidak pernah

atau < 4 kali mengurangi risiko 0,41 kali

mempunyai bayi yang BBLR

dibandingkan ibu dengan frekuensi

Antenatalcare > 4 kali.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Penelitian tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan berat bayi lahir

rendah di Puskesmas Puter, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran faktor ibu sebagian besar

ibu yang melahirkan BBLR di

PONED Puskesmas Puter

mempunyai umur < 20 tahun atau >

35 tahun sebanyak 18 responden

(56,2%), pendidikan SD/SMP

sebanyak 18 responden (34,4%),

jarak kehamilan < 3 tahun sebanyak

21 responden (65,6%), paritas 1 dan

> 3 sebanyak 22 responden (68,7%),

status gizi buruk sebanyak 11

responden (34,4%), riwayat

penyakit hipertensi dalam kehamilan

sebanyak 11 responden (34,4%),

kebiasaan merokok atau terpapar

asap rokok sebanyak 22 responden

(68,7%).

2. Gambaran faktor janin dengan

kehamilan gemeli, terdapat 32

responden (100%) tidak dengan

kehamilan gemeli.

3. Gambaran faktor lingkungan

sebgaian besar ibu yang melahirkan

BBLR di PONED Puskesmas Puter

mempunyai status sosial ekonomi

dengan Garis Kemiskinan (Gakin)

sebanyak 31 (48,4%), frekuensi

Antenatalcare < 4 kali sebnayak 9

responden (14,1%).

4. Terdapat hubungan yang signifikan

antara faktor ibu yaitu; umur ibu (p-

value=0,000; OR 12,429),

pendidikan (p-value=0,000; OR

9,000), jarak kehamilan (p-

value=0,001; OR 5,727), paritas (p-

value=0,000; OR 5,162), status gizi

(p-value= 0,001; OR 16,238),

kebiasaan merokok (p-value= 0,000;

OR 7,857) dengan kejadian BBLR

di wilayah kerja Puskesmas Puter

Kota Bandung. Tidak ada hubungan

antara riwayat penyakit hipertensi

dalam kehamilan (p-value= 0,074;

OR 2,829) dengan kejadian BBLR

di Puskesmas Puter Kota Bandung.

5. Terdapat hubungan yang signifikan

antara status sosial ekonomi (p-

value= 0,000; OR 15,476),

frekuensi Antenatalcare (p-value=

0,001; OR 0,418) dengan kejadian

BBLR di wilayah kerja Puskesmas

Puter Kota Bandung.

Saran

Bagi Puskesmas

Diharapkan untuk lebih meningkatkan

pelayanan kesehatan terutama

berhubungan dengan pelayanan

keperawatan seperti pemberian asuhan

keperawatan keluarga, melakukan Home

visit, menggalakan program KB,

motivasi periksa kehamilan, pendidikan

kesehatan, dan memberi dukungan

psikososial. Pihak puskesmas juga dapat

mengadakan pelatihan yang

berhubungan dengan BBLR pada para

perawat sehingga perawat mampu

untuk melakukan pencegahan dan

penanganan sesuai dengan

kewenangannya.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya

agar melakukan penelitian di bidang

kesehatan khususnya keperawatan agar

memperhatikan kejadian BBLR dengan

mengetahui pendekatan dan cara paling

efektif untuk mencegah kejadian BBLR.

10

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

______, Berita Resmi Statistik BPS

Provinsi Jawa Barat. 2015.

http://jabar.bps.go.id/new/website/br

s_ind/brsInd-20150311095437.pdf.

(Diakses tanggal 15 april 2015)

Budiman, Riyanto Agus, Juhaeriah Juju,

dan Gina H. 2010. Faktor Ibu yang

Berhubungan dengan Berat Badan

Bayi Lahir di Puskesmas Garuda

Tahun 2010. Stikes Jenderal A.

Yani. Cimahi.

Behram Richard E, Kliegman Robert M.

2010. Text Book Of Esensi Pedoatri

Nelson.

Bobak, Lowdermik, jensen.

Keperawatan maternitas edisi 4. 2005

Jakarta : EGC

Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan

Indonesia 2011. Jakarta: Departeman

Kesehatan

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

2013. Profil dinas kesehatan Provinsi

Jawa Barat tahun 2013.

Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2012.

Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung

tahun 2012.

http//www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145

_11persalinan preterm pdf/145_11

persalinan preterm html

[Diakses tanggal 30 Maret 2015]

Hull David, Jhonston Derek I. 2009.

Dasar – dasar Pediatri edisi 3.

Jakarta : EGC

Jauniaux et al ., (2007). Morphological

and biological effects of maternal

exposure to tobacco smoke on the feto-

placental unit.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubbmed

Diakses pada tanggal 3 Maret 2015)

Kemenkes. 2012. Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI).

Manuaba, I. A. C, 2010. Ilmu

Kebidanan Penyakit Kandungan dan

KB

Untuk Pendidikan Bidan.

Jakarta: EGC

Notoatmojo, Soekidjo. 2010.

Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta : Rineka

Cipta

Rahayuningtyas Kartika, Windy

Rakhmawati, Purwono. 2010. faktor–

faktor ibu

yang berhubungan dengan

kejadian bayi berat lahir rendah.

Rasyid Puspita Sukmawaty, Buraerah

H.Abd. Hakim, Saifuddin Sirajuddin.

2008.

Faktor risiko kejadian bayi

berat lahir rendah di rsud prof. dr. h.

Aloei

saboe kota gorontalo provinsi

gorontalo tahun 2012.

Rukmana Siva Candra. 2013. Hubungan

asupan gizi dan status gizi ibu hamil

trimester III dengan berat

badan lahir bayi di wilayah kerja

puskesmas

suruh. Universitas Dipenogoro.

Semarang

Rusji Mirnawati. 2009. Faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian

berat

badan lahir rendah (BBLR) di

Kabupaten Kotawaringin Timur.

Program

pasca sarjana ilmu kesehatan

masyarakat. Universitas gajah mada.

Sondari, Fitri. 2006. Hubungan

beberapa faktor ibu dengan kejadian

berat bayi lahir rendah (bblr) di rumah

sakit dr hasan sadikin bandung januari

– februari 2006.

11

Jurnal Keperawatan Oleh Emma Aprilia Hastuti,S.Kep -Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Sugiyono. 2014. Metode penelitian

kuantitatif, kualitatif dan R & D.

Bandung : Alfabeta

Sulistyorini Dewie, Shinta Siswoyo.

2014. Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian bblr di

puskesmas perkotaan kabupaten

banjarnegara. Politeknik

Banjarnegara.

Trihardiani, Ismi. 2011. Faktor Resiko

Kejadian BBLR di Wilayah

Puskesmas Singkawang Timur

dan Utara Kota Singkawang.

Universitas Diponegoro.

Semarang. diakses tanggal 20 maret

2015.

Ward C, Lewis S, Coleman T,.

(2007). Prevalence of maternal and

Environmental tobacco smoke

exposure during pregnancy and

impact

on birth weight: retrospective

study using Millennium Cohort.

(Online),

http://www.biomedcentral.com/1471245

8/7/81, (Diakses

tanggal 29 Maret 2015).

Wati Leni Maulinda. 2013. faktor -

faktor yang berhubungan dengan

kejadian

bblr (berat badan lahir rendah)

di rsud ambarawa tahun 2013. Stikes

ngudi waluyo

Winkjosastro, H. (2008). Ilmu

Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wismanto Bagus, Sarwo Budi. 2007.

Strategi Penghentian Perilaku Merokok

.http://eprints.unika.ac.id/236/1/Strahen_

Prilaku_Mrokok.pdf. (diakses tanggal

15 April 2015)

Nuraini Razak. UNICEF Indonesia.

2013. http://w

ww.unicef.org/indonesia/id/media_2139

3.html (Diakses tanggal 27 april 2015)

top related