juduuuul
Post on 07-Aug-2015
73 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Kamboja Plumeria acuminata Ait Nama umum
Indonesia: Kamboja
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Gentianales
Famili: Apocynaceae
Genus: Plumeria
Spesies: Plumeria acuminata Ait
Plumeria is related to the Oleander, Nerium oleander, and both possess a irritating, milky sap,
rather similar to that of Euphorbia. Contact with the sap may irritate eyes and skin.[4]
Each of the
separate species of Plumeria bears differently shaped alternate leaves, with distinct form and
growth habits. The leaves of P. alba are quite narrow and corrugated, whereas leaves of P.
pudica have an elongated shape and glossy, dark-green color. P. pudica is one of the
everblooming types with non-deciduous, evergreen leaves. Another species that retains leaves
and flowers in winter is P. obtusa; though its common name is "Singapore," it is originally from
Colombia.
Plumeria flowers are most fragrant at night in order to lure sphinx moths to pollinate them. The
flowers have no nectar, and simply dupe their pollinators. The moths inadvertently pollinate
them by transferring pollen from flower to flower in their fruitless search for nectar.
Plumeria species may be easily propagated from cuttings of leafless stem tips in spring. Cuttings
are allowed to dry at the base before planting in well-drained soil. Cuttings are particularly
susceptible to rot in moist soil. Propagation can also be by tissue culture from cuttings of freshly
elongated stems or aseptically germinated seed. Pruning is best accomplished in the winter for
deciduous varieties, or when cuttings are desired.
There are more than 300 named varieties of Plumeria.
[edit] Etymology and common names
The genus, originally spelled Plumiera, is named in honor of the seventeenth-century French
botanist Charles Plumier, who traveled to the New World documenting many plant and animal
species. The common name "Frangipani" comes from an Italian noble family, a sixteenth-century
marquess who invented a plumeria-scented perfume. Many English speakers also simply use the
generic name "plumeria". In Hawaii, the name is "melia". In Sri Lanka, it is referred to as araliya
and (in English) as the Temple Tree. In Cantonese it is known as, 'gaai daan fa' or the 'egg yolk
flower' tree.
[edit] In culture
Frangipani trunk in Kolkata, West Bengal, India
Leaves
These are now common naturalised plants in southern and southeastern Asia. In local folk beliefs
they provide shelter to ghosts and demons. The scent of the Plumeria has been associated with a
vampire in Malay folklore, the pontianak. They are associated with temples in both Hindu and
Buddhist cultures.
In several Pacific islands, such as Tahiti, Fiji, Samoa, Hawaii, New Zealand, Tonga, and the
Cook Islands Plumeria species are used for making leis.[5]
In modern Polynesian culture, it can
be worn by women to indicate their relationship status - over the right ear if seeking a
relationship, and over the left if taken.
P. alba is the national flower of Nicaragua and Laos, where it is known under the local name
"Sacuanjoche" (Nicaragua) and "Champa" (Laos).
In Bangladeshi culture most white flowers, and, in particular, plumeria (Bengali, চ chômpa
or চ chãpa), are associated with funerals and death.
In the Philippines and Indonesia, Plumeria, which is known in Tagalog as calachuchi, is often
associated with ghosts and graveyard. Plumerias are often planted on cemetery grounds in both
countries. Balinese Hindus use the flowers in their temple offerings.
Indian incenses containing Plumeria have "Champa" in their name, for example Nag Champa.
In Hindu mythology[citation needed]
, there is a saying " - , औ ;
एक क आए " (Hey Champa you have three qualities color, beauty,
and fragrance, but the only thing you lack is that honey-bees never sit on you.)"roop tajey to
Radhikey, or bhanwar Krishna ko daas, is mariyaadey ke liye bhanwar na aaye pass" (the beauty
of champa is compared to Radhika, who is wife of lord Krishna and honey-bees are servants of
Lord Krishna and this is the reason honey-bees don't sit on the champa flower.)
In Sri Lankan tradition, Plumeria is associated with worship. One of the heavenly damsels in the
frescoes of the 5th-Century rock fortress Sigiriya holds a 5-petalled flower in her right hand that
is indistinguishable from Plumeria.[6]
In Eastern Africa, frangipangi are sometimes referred to in Swahili love poems.[7]
Tanaman termasuk familia Apocynaceae.Tumbuhan ini banyak tumbuh di pekuburan, juga ada
yang sengaja di tanam di halaman rumah. Pada umumnya tumbuhan ini hidup subur di dataran
rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Untuk pengembangbiakannya dengan jalan menyetek batangnya.
Nama lain : samboja, semboja, kamboja (Jawa), kamoja, samoja (Sunda).
Tanaman ini mengandung : fuvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan
bateri. Di samping itu juga mengandung minyak menguap antara lain: geraniol, farnesol,
sitronellol, fenetilalkohol dan linallol. Juga terdapat saponin, zat pahit dan damar.
Kegunaan :
Patek (frambosia); belak (pecah-pecah pada telapak kaki: Kulit kayu ditumbuk
dan air perasannya dapat dipakai sebagai obat luar. (3)
Merendam kaki yang bengkak: Kulit kayu direbus lebih kurang selama setengah
jam, setelah dingin airnya dapat dipergunakan untuk merendam. (3)
Mempercepat pecahnya bisul: Daunnya dipanggang di atas api, lalu diolesi dengan
sedikit minyak kelapa kemudian ditaruh di atas bisul. Getah kamboja yang dioleskan
pada bisul, juga dapat mempercepat pecahnya bisul. (3) (mrd)
SUMBER :
Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran : Trubus
Agriwidya, 1999.
Muhlisah, Fauziah. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya, 1999.
Tampubolon, Oswald T. Tumbuhan Obat. Jakarta : Penerbit Bhratara, 1995.
Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : PT. Intisari Mediatama, 1999.
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/lipi_pdii/kamboja.htm
Kamboja (Plumeria acuminate)
1. Nama daerah
Kamboja, Kamoja, Cempaka malja, Cempaka sabakul (Stenis, 1976).
2. Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Apocynales
Suku : Apocyanaceae
Marga : Plumeria
Jenis : Plumeria acuminate, W.T.Ait
(Backer and Brink Jr, 1965 ; Tjitrosoepomo, 2000)
3. Uraian tanaman
Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 m, bengkok, dan mengandung
getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman,
dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendah 1-
700 m di atas permukaan laut. Rantingnya besar, daun berkelompok rapat pada ujung ranting,
bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset, panjang daun 20-40 cm, lebar 6-12,5 cm,
ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip. Bunga dalam malai rata,
berkumpul diujung ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk corong,
sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning, putih atau merah,
berbau harum. Tangkai putik pendek, tumpul, lebar, bakal buah 1 atau 2, saling berjauhan,
berbentuk tabung gepeng memanjang, panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm, berbiji banyak, biji
bersayap, tanpa kuncung rambut, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua hitam
kecoklatan (Steenis, 1976; Dalimartha, 1999).
4. Kandungan kimia Tanaman kamboja (Plumeria acuminate, W.T.Ait) mengandung senyawa agoniadin, plumierid,
asam plumerat, lipeol, dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun.
Menurut Sastroamidjojo (!967). kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam
plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya mengandung zat pahit
beracun. Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun Plumeria acuminate,
W.T.Ait mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga
mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya
mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol,
farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja
mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol (Dalimartha, 1999 ; Prihandono, 1996).
Kamboja
(Plumeria rubra L.cv. Acutifolia.)
Sinonim : Plumeria acuminata, Ait. P. acuminata, Roxb. P. acutifolia, Poir. P. alba, Blanco. P. obtusa, Lour.
P. rubra, Linn. from acutifolia Woods. P. rubra, Linn. var. acutifolia (Poir) Bailey.
Familia : Apocynaceae
Uraian : Morfologi Kamboja Daerah asal tumbuhan ini dari Amerika tropik dan Afrika, Termasuk
tanaman hias, Varitas tumbuhan kamboja terdiri dari beberapa jenis antara lain : Kamboja putih
dan kamboja merah / Kamboja jepang. Batang : batang berkayu keras tinggi, mencapai 6 meter,
percabangannya banyak, batang utama besar, cabang muda lunak, batangnya cenderung bengkok
dan bergetah. Daun : daun hijau, berbentuk lonjong dengan kedua ujungnya meruncing dan agak
keras dengan urat-urat daun yang menonjol, sering rontok terutama saat berbunga lebat, Bunga :
Bunganya berbentuk terompet, muncul pada ujung-ujung tangkai, daun bunga berjumlah 5 buah,
berbunga sepanjang tahun. Syarat Tumbuh : Tumbuh subur di dataran rendah sampai ketinggian
tanah 700 meter di atas permukaan laut, tumbuh subur hampir di semua tempat dan tidak
memilih iklim tertentu untuk berkembang biaknya.
Nama Lokal : Kamboja (Indonesia), Semboja (Jawa), Bunga jebun (Bali); Samoja, Kamoja (Sunda), Bunga
lomilate (Gorontalo); Campaka molja/bakul (Madura), Pandam (Minangkabau); Karasuti,
Kolosusu, Tintis (Minahasa), Capaka kubu(Tidore);
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=13
Daftar Pustaka
Syamsuhidayat, S. S., dan Hutapea, J. R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I),
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, page 452-453
Tampubolon, A.S., 1967, Obat Asli Indonesia, 214-215, Dian Rakjat, Jakarta
Dalimartha, S., dr., 1999, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker, hal 62-63, Penebar
Swadata, Jakarta.
Backer, C.A., Backhuizen van den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, Spermatophytes only,
Volume I, N.V.P. Noordhoff, Gronigen, The Netherlands.
Tjitrosoepomo, G., 2000, Morfologi Tumbuhan, cetakan ke 12, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Prihandono, I. W., 1996, Isolasi dan Uji Aktifitas Anti Bakteri Kandungan Daun Plumeria
acuminate,.Ait beserta Profil Kromatografinya, Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
unga Kamboja
Bunga Kamboja merupakan tumbuhan yang termasuk dalam keluarga( Plumeria) Bentuknya unik seperti
pohon mini dengan daun yang sedikit namun besar dengan wangi bunga yang sedikit beda dengan
puncak mahkota berwarna putih dan kadang-kadang ungu, dan bau bunga ini doleh orang-orang
membuat bulu kuduk berdiri dan menyeramkan bagi sebagian orang.
Bunga Kamboja datang dari amerika, asal namanya diambil dari seorang nama botani asal negara
menara eiffel Charles Plumier, bunga ini memjadi tanaman yang wajib dimilik pleh masarakat bali dan
sekitarnya. tanaman ini biasanya ditanam di pekarangan dan digunakan sebagai tanaman makam, ini
yang membuat bunga kamboja membuat bulu kudu berdiri juka menciumnya. dikarenakan bunga ini
banyak ditanam di pemakaman, dan membuat wanginya khas bau pemakaman
http://www.tokobungacantik.com/2011/05/bunga-kamboja.html
Kemboja atau semboja merupakan sekelompok tumbuhan dalam marga Plumeria. Bentuknya
berupa pohon kecil dengan daun jarang namun tebal. Bunganya yang harum sangat khas, dengan
mahkota berwarna putih hingga merah keunguan, biasanya lima helai. Bunga dengan empat atau
enam helai mahkota bunga oleh masyarakat tertentu dianggap memiliki kekuatan gaib.
Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah. Nama Plumeria diberikan untuk menghormati
Charles Plumier (1646-1706), pakar botani asal Perancis. Walaupun berasal dari tempat yang
jauh, kemboja sekarang merupakan pohon yang sangat populer di Pulau Bali karena ditanam di
hampir setiap pura serta sudut kampung, dan memiliki fungsi penting dalam kebudayaan
setempat. Di beberapa tempat di Nusantara, termasuk Malaya, kemboja ditanam di pekuburan
sebagai tumbuhan peneduh dan penanda tempat. Kemboja dapat diperbanyak dengan mudah,
melalui stek batang.
Plumeria saat ini populer digunakan sebagai tanaman hias outdoor awalnya tanaman ini hanya
digunakan sebagai tanaman kuburan.
.Klasifikasi tanaman
_________ __
Tanaman Kamboja (Plumeria Acuminate )
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Apocynales
Suku : Apocyanaceae
Marga : Plumeria
Jenis : Plumeria acuminate, W.T.Ait
(Backer and Brink Jr, 1965 ; Tjitrosoepomo, 2000)
2.Nama daerah
Kamboja, Kamoja, Cempaka malja, Cempaka sabakul (Stenis, 1976).
3.Kandungan kimia Tanaman kamboja (Plumeria acuminate, W.T.Ait) mengandung senyawa agoniadin, plumierid,
asam plumerat, lipeol, dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun.
Menurut Sastroamidjojo (!967). kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam
plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya mengandung zat pahit
beracun. Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun Plumeria acuminate,
W.T.Ait mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga
mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya
mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol,
farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja
mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol (Dalimartha, 1999 ; Prihandono, 1996).
4.Morfologi Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 m, bengkok, dan mengandung
getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman,
dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendah 1-
700 m di atas permukaan laut. Rantingnya besar, daun berkelompok rapat pada ujung ranting,
bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset, panjang daun 20-40 cm, lebar 6-12,5 cm,
ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip. Bunga dalam malai rata,
berkumpul diujung ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk corong,
sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning, putih atau merah,
berbau harum. Tangkai putik pendek, tumpul, lebar, bakal buah 1 atau 2, saling berjauhan,
berbentuk tabung gepeng memanjang, panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm, berbiji banyak, biji
bersayap, tanpa kuncung rambut, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua hitam
kecoklatan (Steenis, 1976; Dalimartha, 1999)
Daftar Pustaka
Syamsuhidayat, S. S., dan Hutapea, J. R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I),
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, page 452-453
Tampubolon, A.S., 1967, Obat Asli Indonesia, 214-215, Dian Rakjat, Jakarta
Dalimartha, S., dr., 1999, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker, hal 62-63, Penebar
Swadata, Jakarta.
Backer, C.A., Backhuizen van den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, Spermatophytes only,
Volume I, N.V.P. Noordhoff, Gronigen, The Netherlands.
Tjitrosoepomo, G., 2000, Morfologi Tumbuhan, cetakan ke 12, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Prihandono, I. W., 1996, Isolasi dan Uji Aktifitas Anti Bakteri Kandungan Daun Plumeria
acuminate,.Ait beserta Profil Kromatografinya, Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
http://istanabenalu.blogspot.com/2009/10/kamboja-plumeria-acuminate.html
1. Nama Tanaman Kamboja, Kamoja, Cempaka malja, Cempaka sabakul (Stenis, 1976).
2. Klasifikasi tanaman Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Apocynales
Suku : Apocyanaceae
Marga : Plumeria
Jenis : Plumeria acuminate, W.T.Ait
(Backer and Brink Jr, 1965 ; Tjitrosoepomo, 2000)
3. Uraian Tanaman Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 m, bengkok, dan mengandung
getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman,
dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendah 1-
700 m di atas permukaan laut. Rantingnya besar, daun berkelompok rapat pada ujung ranting,
bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset, panjang daun 20-40 cm, lebar 6-12,5 cm,
ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip. Bunga dalam malai rata,
berkumpul diujung ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk corong,
sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning, putih atau merah,
berbau harum. Tangkai putik pendek, tumpul, lebar, bakal buah 1 atau 2, saling berjauhan,
berbentuk tabung gepeng memanjang, panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm, berbiji banyak, biji
bersayap, tanpa kuncung rambut, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua hitam
kecoklatan (Steenis, 1976; Dalimartha, 1999).
4. Kandungan Kimia Tanaman kamboja (Plumeria acuminate) mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam
plumerat, lipeol, dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun. Menurut
Sastroamidjojo (!967). Kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria
C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya mengandung zat pahit beracun.
Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun Plumeria acuminate, mengandung
senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga mengandung alkaloid.
Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan
bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol,
fenetilalkohol dan linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja mengandung flavonoid,
alkaloid, polifenol (Dalimartha, 1999 ; P
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/kamboja-plumeria-acuminate.html
top related