itp uns semester 2 laporan kimor acara 4 ekstraksi kafein
Post on 19-Jun-2015
10.081 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ACARA IV
EKSTRAKSI KAFEIN
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara Ekstraksi Kafein adalah :
1. Mendapatkan kafein yang terkandung dalam bahan pangan dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut etanol, aseton, dan kloroform.
2. Menghitung kadar kafein dalam bahan pangan
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Daun kopi mengandung alkaloida, saponin flavonoida, dan
polivenol. Biji kopi mengandung zat kimia yaitu kafein, sitosterin,
stigmasterin, kolin, dan zat samak. Bagian yang dapat larut dalam air,
kopi menyumbangkan kalori 352 kal; protein 17,4gram; lemak1,3gram;
hidrat arang 69 gram; kalsium 296mg; fosfor 368mg; dan zat besi 4,1mg.
Daun teh mengandung kafeina, teobromina, teofilina, tanin, saponin,
kuersetin, dan minyak atsiri. Semakin muda umur daun teh semakin
tinggi kandungan kafeinnya. Komposisi kimia pada daun teh terdiri atas
selulosa dan serat kasar 34%; protein 17%; klorofil dan pigmen 1,5%;
tanin 25%; kafein 4%; asam amino 8%; gula 3%; dan abu 5,5%. Dalam
teh kering terdapat kira-kira 3% caffeine. Bahan inilah yang
menimbulkan rasa nikmat dari air teh. Pada galibnja kadar caffeine tidak
dimana-mana bagian dari tanaman sama. Daun yang termuda misalnya
mengandung caffeine yang terbanyak, yaitu 3-4%, daun kelima dan
keenam 1½%, sedang dalam tangkai hanya terdapat 0,5% caffeine.
Dalam bulu daun peko terdapat 2% caffeine (Setijo, 2009).
Kopi dan teh mengandung kafein yaitu senyawa yang pahit rasanya.
Kafein ini bersifat diuretik, merangsang pengeluaran kelenjar urine,
merangsang kerja otak, dan aktivitas jantung. Jika konsumsi berlebihan,
kafein memberikan dampak positif yaitu badan terasa segar dan
menghilangkan kantuk. Jika konsumsi melebihi ambang batas, konsumsi
teh dan kopi akan menyebakan jantung berdebar debar, bayi lahir cacat
jika dikonsumsi ibu hamil (Nurchasanah, 2008).
Penurunan kadar kafein kopi yang dihasilkan pada proses
dekafeinasi dipengaruhi oleh waktu proses pelarutan dan ukuran biji
kopi, semakin lama pelarutan dan semakin kecil ukuran buji kopi,akan
meningkatkan jumlah kafein yang terekstrak. Proses dekafeinasi kopi
pada dasarnya tidak mengganggu kesehatan akan tetapi akan menggangu
citarasa kopi yang dihasilkan. Semakin lama proses dekafeinasi
berlangsung semakin merusak citarasa yang dihasilkan. Pada penelitian
ini penurunan kafein berkisar antara 90% sampai dengan 83%. Hasil ini
telah mendekati standar internasional kadar kafein kopi rendah kafein
yaitu 0,1-0,3% (Amin, 2012).
2. Tinjauan Teori
Eter pada umumnya tidak bereaksi dengan asam encer, basa encer,
reduktor ataupun dengan oksidator dan juga tidak bereaksi denga logam
natrium. Inilah yang membedakan dengan alkohol. Kelembaman eter dan
etanol, ditambah dengan kenyataan bahwa bayak senyawa organik yang
larut dalam eter dan etanol, menyebabkan eter dan etanol merupakan
pelarut yang baik untuk melakukan reaksi organik. Pelarut ini sering
digunakan untuk memisahkan senyawa organik dari sumber alamnya.
Karena titik didihnya yang rendah sehingga mudah diuapkan dari
ekstraknya untuk kemudian dipulihkan kembali sebagai pelarut
(Hart, 1983).
Yang dimaksud dengan ekstraksi adalah pemisahan satu atau
beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut.
Pemisahan terjadi atas dasar kemapuan larut yang berbeda dari
komponen komponen dalam campuran. Pemilihan pelarut pada umumnya
dipengaruhi oleh faktor faktor selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak
saling campur, kerapatan, reaktivitas, dan titik didih. Beberapa pelarut
yang terpenting adalah air asam-asam oragnik dan anorganik,
hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang
mengandung khlor, isopropanol dan etanol (Bernasconi, 1995).
Jika suatu transfer ekstraksi tidaklah menimbulkan pemisahan yang
bersih, maka dilakukan pemisahan parsial yang berurutan sampai
akhirnya dicapai derajat kemurnian yang diinginkan. Satu fase dapat
diulang dikontakkan dengan porsi yang segar dari suatu fase kedua. Ini
akan dapat diterapkan bila satu zat secara kuantitatif tetap tinggal dalam
satu fase, sedangkan zat yang lain terbagi antara kedua fase. Ekstraktor
soxhlet dapat termasuk dalam kategori ekstraksi ganda juga teknik
pengendapan dalam gravimetri (Underwood, 2002).
Ekstraksi mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam memilih
kondisi operasi, karena jenis dan jumlah pelarutnya dapat diubah ubah.
Ekstraksi lebih menyerupai absorpsi gas dibanding dengan distilasi biasa.
Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan lebih dari dua komponen
dan dalam penerapan tertentu digunakan campuran pelarut
(Warren, 1985).
Ekstraksi adalah penyaringan dari bahan mentah dengan
menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan dapat
larut. Bahan mentah yang berasal dari tumbuh tumbuhan tidak perlu
diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan da dikeringkan. Ekstraksi
menggunakan pelarut yang ideal adalah yang mempunyai sifat tidak
toksik, tidak eksplosif interval titik didih sempit. Pelarut alkohol
menghasilkan rendemen paling tinggi dan pelarut kloroform paling
rendah tetapi rendemennya paling murni. Hal ini karena alkohol yang
digunakan tidak murni 100% (Petrus, 2012).
Kafein dapat diekstrak dari sampel bahan hasil pertanian dengan
metode ekstraksi yang beraneka ragam, seperti ekstraksi dengan air,
ekstraksi dengan karbon dioksida, dan ekstraksi dengan pelarut organik.
Pelarut seperti kloroform, metil klorida, etanol, dan etil asetat sangat
umum unutk digunakan dalam ekstraksi kafein. Beberapa metode yang
bisa digunakan dalam ekstraksi adalah ekstraksi soxhlet, ekstraksi
ultraviolet, dan ekstraksi Heat Reflux (Nedunjeliyan, 2010).
Ekstraksi dengan menuggunakan soxhlet pada umumnya digunakan
aseton dan alkohol sebagai pelarut untuk menguapkan bahan yang akan
diekstrak. Namun bbila dibandingkan dengan metode PLE (pressurized
liquid extraction), hasil yang didapat dari soxhlet lebih rendah daripada
hasil dari PLE. PLE menghasilkan ekstrak yang lebih banyak dan cepat
dalam penggunaannya. Hasil dari PLE juga rendah dari bahaya
kontaminasi pelarut lain (Noorashikin, 2009).
Berat jenis yang masih terlalu rendah ini dapat juga dipengaruhi
oleh fraksi berat yang bersifat larut dalam air. Fraksi berat tersebut akan
tertinggal dalam air hasil destilasi, karena metode pemisahan yang
digunakan (dengan menggunakan corong pemisah) pada pemisahan
minyak atsiri dan air sulit untuk memisahkan senyawa yang larut dalam
air. Komponen yang larut dalam air sebagian besar terdiri dari senyawa-
senyawa teroksigenasi (termasuk sinamaldehid) yang mempunyai bobot
jenis lebih besar dari senyawa-senyawa tidak teroksigenasi (terpen,
sesqueterpene, dan lain-lain) (Yuliarto, 2012).
C. Metodologi
1. Alat
a. Timbangan analitik
b. Soxhlet
c. Pendingin balik
d. Hotplate
e. Kertas saring
f. Pipet ukur
g. Corong pemisah
h. Beker glass
2. Bahan
a. 8 gram kopi dan 8 gram teh
b. 200ml etanol 96%
c. 2,5 gram MgCl
d. 63 ml aquades
e. 1,5 ml H2SO4
f. 40 ml kloroform
g. 1,5 ml NaOH
3. Cara kerja
Ditimbang dan dimasukkan ke dalam soxhlet
Dimasukkan ke dalam labu pada soxhlet
8 gram kopi / 8 gram teh
Ditambahkan dan dipanaskan hingga kering
200 ml etanol
25 gram MgCl
63 ml aquades
Ditambahkan dan disaring
Panaskan selama 12 sirkulasi
Isi labu dan pindahkan ke gelas beker
1,5 ml H2SO4
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.4 Hasil Pengamatan Ekstraksi Kafein pada Kopi dan Teh
Sumber : Laporan sementara
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan
satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip
kelarutan. Jika kedua fasa tersebut adalah zat cair yang tidak saling bercampur,
disebut ekstraksi cair-cair. Dalam sistem ini satu atau lebih senyawa
berpartisipasi di antara kedua pelarut, yaitu sebagian kecil senyawa akan berada
dalam salah satu pelarut dan sebagian besar lainnya akan berada dalam pelarut
yang kedua. Partisi adalah keadaan kesetimbangan keberhasilan pemisahan
sangat tergantung pada perbedaan kelarutan senyawa tersebut dalam kedua
pelarut. Secara umum prinsip pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang
larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut di pelarut lainnya. Pelarut lainnya
adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air (yaitu bukan dari
golongan alkohol dan aseton). pelarut organik harus mempunyai titik didih jauh
lebih rendah dari senyawa terekstraksi (biasanya dibawah 1000C), tidak mahal
dan tidak bersifat racun.
Kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa
pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan.
Kafein juga dikenal sebagai trimetilsantin. Selain pada kopi, kafein juga
banyak ditemukan dalam minuman teh, cola, coklat, minuman berenergi
(energy drink), cokelat, maupun obat-obatan.
Prinsip soxhletasi adalah salah satu model ekstraksi yang
menggunakan pelarut selalu baru dalam mengekstraknya sehingga terjadi
Ditambahkan dan diuapkan
Didapat cruide kafein
Kelompok Sampel Berat Awal Berat Kafein Kadar KafeinShift A Teh 8 gram 0,0018 gram 0,225%Shift B Kopi 8 gram 0,024 gram 0,30%
ekstraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah pelarut yang konstan yang
juga dibantu dengan pendingin balik (kondensor). Penarikan komponen kimia
yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong
yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyaring
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan
oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke
dalam klonsong mencari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari
telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu
alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Penyaringan dan corong pisah. Corong pisah adalah alat untuk
melakukan ekstraksi cair-cair yaitu proses pengocokan sistem dua pelarut,
agar proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Setelah dibiarkan beberapa lama
sampai kedua pelarut terpisah dengan baik, baru dilakukan pemisahan salah
satu pelarut. Identifikasi pelarut bagian atas dan bawah, ditentukan atas dasar
perbedaan kerapatannya. Kerapatan yang besar ada di bagian bawah. Proses
penyaringan merupakan bagian penting dalam pemisahan zat padat dari
larutan atau zat cair. Dilakukan dengan menggunakan kertas saring yang
dipasang dalam corong. Kertas saring yang digunakan adalah jenis lipat
(fluted).
Pengeringan ekstrak yang melibatkan air sebagai pelarut umumnya
air akan sedikit terlarut dalam sejumlah pelarut organik seperti kloroform,
benzen dan eter. Air ini harus dikeluarkan sebelum dilakukan destilasi
pelarut. Ada dua tahap pengeringan, pertama ekstrak ditambahkan larutan
jenuh natrium klorida (garam dapur) sejumlah volume yang sama. Garam
akan menaikkan polaritas air berarti menurunkan kelarutannya dalam pelarut
organik. Kemudian tambahkan zat pengering garam anorganik anhidrat yang
betul betul kering atau baru. Zat pengering ini adalah anhidrat dari garam
berair kristal yang kapasitasnya sebanding dengan jumlah air kristalnya.
Dalam ekstraksi soxhlet, terdapat beberapa larutan solvent yang
mempunyai fungsi masing masing. Antara lain adalah MgCl2, H2SO4,
khloroform, dan NaOH. Fungsi penambahan MgCl2 adalah untuk menaikkan
polaritas air berarti menurunkan kelarutannya dalam pelarut organik.
Magnesium klorida larut dalam air menghasilkan larutan asam lemah (pH =
kira-kira 6). Pemberian H2SO4 pada larutan berkafein yang dimana kafein
mengandung alkaloid yang merupakan basa organik, maka ini adalah cara
pengambilan kafein (alkaloid) yang efektif karena pH nya dapat stabil dengan
adanya H2SO4 ini sehingga lebih terpisah lagi antara zat yang kita butuhkan
yakni kafein dan melepaskan dari pengotor- pengotornya. Selain itu juga
larutan ditambah 1,5 ml NaOH setelah ditambah kloroform. Penambahan
NaOH ini agar pH semakin tinggi sehingga kemampuan ekstraksi atau
pemisahan larutan kafein dengan pelarut kloroform semakin besar. Kafein
yang terekstraksi dalam kloroform dicuci dengan NaOH untuk
menghilangkan warna alaminya juga untuk menetralkan kelebihan H2SO4.
Dalam praktikum ini digunakan pelarut berupa etanol dan kloroform. Ketiga
pelarut tersebut merupakan bahan pelarut organik yang biasa digunakan
sebagai zat cair ekstraksi. Dalam praktikum ini tujuan digunakannya
kloroform adalah sebagai pelarut yang efektif untuk alkaloid (kafein). Karena
berdasarkan referensi, kloroform adalah pelarut yang umum di laboratorium
karena relatif tidak reaktif, larut dengan cairan organik.
Pada praktikum uji kadar kafein ini mendapatkan hasil kadar kafein
pada teh sebesar 0,225 % dan kadar kafein pada kopi sebesar 0,3 %.
Sedangkan menurut Setijo (2009), dalam teh kering terdapat kira-kira 3%
caffeine. Daun yang termuda misalnya mengandung caffeine yang terbanyak,
yaitu 3-4%, daun kelima dan keenam 1½%, sedang dalam tangkai hanya
terdapat 0,5% caffeine. Dalam bulu daun peko terdapat 2% caffeine. Kadar
kafein dalam biji kopi (Cafea sp.) ialah 0,2 - 2,2 %. Misalnya kadar kafein
pada kopi robusta 1,5 – 2,5 persen, kopi arabika 1,0 – 1,2 % kopi liberia 1,4 -
1,6 % dan kopi mukka 1,4 – 1 %. Dapat kita ketahui bahwa kadar kafein
antara teh dan kopi lebih besar kadar kafein pada teh (0,30%) daripada kadar
kafein pada kopi (0,225%). Pada prinsipnya pembuatan kopi dekafein ialah
melarutkan kafein dengan suatu pelarut tertentu. Berdasarkan teori,
kandungan kafein dalam teh relatif lebih besar daripada kandungan kafein
yang terdapat dalam kopi, namun pemakaian teh dalam minuman lebih encer
dibandingkan dengan kopi. Hal ini menyebabkan kadar kafein yang terdapat
dalam teh berkurang sehingga jika dibandingkan dengan kopi kadar kafeinnya
lebih rendah.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Ektraksi Kafein antara lain :
1. Prinsip soxhletasi adalah salah satu model ekstraksi yang menggunakan
pelarut selalu baru dalam mengekstraknya sehingga terjadi ekstraksi yang
kontinyu dengan adanya jumlah pelarut yang konstan yang juga dibantu
dengan pendingin balik (kondensor).
2. Pada proses ekstraksi, MgCl2 digunakan untuk menaikkan polaritas cairan
ekstrak. Pemberian H2SO4 adalah cara pengambilan kafein (alkaloid) yang
efektif karena pH nya dapat stabil dengan adanya H2SO4 ini sehingga lebih
terpisah lagi antara zat yang kita butuhkan yakni kafein dan melepaskan
dari pengotor- pengotornya. NaOH digunakan untuk mencuci ekstrak
kafein yang sudah tercampur dengan khloroform dan H2SO4. Dan
kloroform digunakan sebagai pelarut kafein yang efektif karena tidak
reaktif dan larut dalam senyawa organik.
3. Menurut teori kadar kafein pada teh sebesar 3% dan pada kopi sebesar 0,2
– 2,2 %. Sedangkan data yang diperoleh kadar kafein pada teh sebesar
0,225% dan pada kopi sebesar 0,3%. Pemakaian teh dalam minuman lebih
encer dibandingkan dengan kopi. Hal ini menyebabkan kadar kafein yang
terdapat dalam teh berkurang sehingga jika dibandingkan dengan kopi
kadar kafeinnya lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Pradnya Paramita Pustaka Teknologi dan Informasi. Jakarta.
Darmawan, Petrus. 2012. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Rendemen Minyak Bunga Cengkeh Dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Soxhletasi. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Setia Budi. Surakarta.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.McCabe, Warren. 1985. Operasi Teknik Kimia Jilid Dua Edisi Keempat. PT
Gelora Aksara Pratama. Jakarta.Nedunjeliyan. 2010. Batch Solvent Extraction Of Caffeine From Mcbc2. Faculty
of Chemical and Natural Resources Engineering University Malaysia Pahang. Malaysia.
Nurchasanah. 2008. What Is In Your Food. Multi Trust Creative. Bandung.Pitojo, Setijo. 2009. Pewarna Nabati Makanan. Penerbit Kanisius. Jogjakarta.Rejo, Amin. 2012. Karakteristik Mutu Biji Kopi Pada Proses Dekafeinasi.
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang. Vol.5. Hal.8.Saleh, Noorashikin. 2009. Comparison Of Pressurized Liquid Extraction With
Soxhlet Extraction In The Determination Of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons In Soil. Department of Chemical Sciences Faculty of Science and Technology. Malaysia. Vol.13. No.1. Hal.141-145.
Underwood, AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Yuliarto, Fuki Tri. 2012. Pengaruh Ukuran Bahan Dan Metode Destilasi (Destilasi Air Dan Destilasi Uap-Air) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Vol.1. No.1. Hal.17-18.
Analisis perhitungan
Rumus : Kadar kafein = massa kafeinberat awal
x 100 %
a. Sampel teh
Kadar kafein = 0,018
8x 100 %=0,225 %
b. Sampel kopi
Kadar kafein = 0,024
8x100 %=0,3 %
Foto Dokumentasi
top related