istilah asing
Post on 25-Jul-2015
96 Views
Preview:
TRANSCRIPT
le.gi.ti.ma.si[n] (1) Huk keterangan yg mengesahkan atau membenarkan bahwa pemegang keterangan adalah betul-betul orang yg dimaksud; kesahan; (2) pernyataan yg sah (menurut undang-undang atau sesuai dng undang-undang); pengesahan
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/LEGITIMASI#ixzz1zep2HeELre.gu.la.si[n] pengaturan
ur.gen.si[n] keharusan yg mendesak; hal sangat penting:meningkatkan disiplin dl menggunakan bahasa Indonesia jelas sekali -- nya
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/URGENSI#ixzz1zepR4Ojali.be.ra.lis[n] penganut liberalisme; kaum liberal
li.be.ral.is.me[n] (1) aliran ketatanegaraan dan ekonomi yg menghendaki demokrasi dan kebebasan pribadi untuk berusaha dan berniaga (pemerintah tidak boleh turut campur); (2) usaha perjuangan menuju kebebasan
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/LIBERALISME#ixzz1zephhIR6ka.pi.ta.lis[n] kaum bermodal; orang yg bermodal besar; golongan atau orang yg sangat kaya
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/KAPITALIS#ixzz1zepq3ZJFka.pi.tal.is.me[n] sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yg modalnya (penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pd modal pribadi atau modal perusahaan swasta dng ciri persaingan dl pasaran bebas
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/KAPITALISME#ixzz1zeq2s7b0ko.mun.is.me[n] paham atau ideologi (dl bidang politik) yg menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels, yg hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dng hak milik bersama yg dikontrol oleh negara
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/KOMUNISME#ixzz1zeqGSWhpim.pe.ri.a.lis[n] bangsa (negara) yg menjalankan politik menjajah bangsa (negara) lain; negara yg memperluas daerah jajahannya untuk kepentingan industri dan modal: perasaan dendam kpd -- meluap-luap di dada para pahlawan kemerdekaan kita
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/IMPERIALIS#ixzz1zeqS424g
im.pe.ri.a.lis.me[n] sistem politik yg bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yg lebih besar
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/IMPERIALISME#ixzz1zeqXie00fe.o.dal[a] (1) berhubungan dng susunan masyarakat yg dikuasai oleh kaum bangsawan; (2) mengenai kaum bangsawan (tt sikap, cara hidup, dsb); (3) mengenai cara pemilikan tanah pd abad pertengahan di Eropa
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/FEODAL#ixzz1zeqerrzK
fe.o.dal.is.me[n] (1) sistem sosial atau politik yg memberikan kekuasaan yg besar kpd golongan bangsawan; (2) sistem sosial yg mengagung-agungkan jabatan atau pangkat dan bukan mengagung-agungkan prestasi kerja; (3) sistem sosial di Eropa pd Abad Pertengahan yg ditandai oleh kekuasaan yg besar di tangan tuan tanah
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/FEODALISME#ixzz1zeqndZX8
he.ge.mo.ni[n] pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan, dsb suatu negara atas negara lain (atau negara bagian)
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/HEGEMONI#ixzz1zerIksKPsis.tem[n] (1) perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas: -- pencernaan makanan, pernapasan, dan peredaran darah dl tubuh; -- telekomunikasi; (2) susunan yg teratur dr pandangan, teori, asas, dsb: -- pemerintahan negara (demokrasi, totaliter, parlementer, dsb); (3) metode: -- pendidikan (klasikal, individual, dsb); kita bekerja dng -- yg baik; -- dan pola permainan kesebelasan itu banyak mengalami perubahan
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/SISTEM#ixzz1zernSdpT
ali.an.si[n Pol] ikatan antara dua negara atau lebih dng tujuan politik
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/ALIANSI#ixzz1zervmkCRpro.pa.gan.da[n] (1) penerangan (paham, pendapat, dsb) yg benar atau salah yg dikembangkan dng tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu: -- biasanya disertai dng janji yg muluk-muluk; (2) cak reklame (spt menawarkan obat, barang dagangan, dsb): perusahaan itu giat melakukan -- produknya
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/PROPAGANDA#ixzz1zes65RXF
MasehiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari
Ilustrasi Dionysius Exiguus (atau "Denis Pendek") sedang menghitung penanggalan Paskah
Kalender Masehi adalah kalender yang mulai digunakan oleh umat Kristen awal. Mereka berusaha menetapkan tahun kelahiran Yesus atau Isa sebagai tahun permulaan (tahun 1). Namun untuk penghitungan tanggal dan bulan mereka mengambil kalender bangsa Romawi yang disebut kalender Julian (yang tidak akurat) yang telah dipakai sejak 45 SM, mereka hanya menetapkan tahun 1 untuk permulaan era ini. Perhitungan tanggal dan bulan pada Kalender Julian lalu disempurnakan lagi pada tahun pada tahun 1582 menjadi kalender Gregorian. Penanggalan ini kemudian digunakan secara luas di dunia untuk mempermudah komunikasi.
Kata Masehi (disingkat M) dan Sebelum Masehi (disingkat SM) berasal dari bahasa Arab (yang berarti "yang membasuh," "mengusap" atau "membelai." (lihat pula Al-Masih) ,(المسيح
Dalam bahasa Inggris penanggalan ini disebut "Anno Domini" / AD (dari bahasa Latin yang berarti "Tahun Tuhan kita") atau Common Era / CE (Era Umum) untuk era Masehi, dan "Before Christ" / BC (sebelum [kelahiran] Kristus) atau Before Common Era / BCE (Sebelum Era Umum).
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah 2 Kesulitan dan kontroversi 3 Penggunaan
o 3.1 Indonesia o 3.2 Dunia
4 Lihat pula 5 Referensi
[sunting] Sejarah
Awal tahun Masehi merujuk kepada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa Al-Masih karena itu kalender ini dinamakan menurut Yesus atau Masihiyah. Kebalikannya, istilah Sebelum Masehi (SM) merujuk pada masa sebelum tahun tersebut. Sebagian besar orang non-Kristen biasanya mempergunakan singkatan M dan SM ini tanpa merujuk kepada konotasi Kristen tersebut. Sistem penanggalan yang merujuk pada awal tahun Masehi ini mulai diadopsi di Eropa Barat selama abad ke-8. Penghitungan kalender ini dimulai oleh seorang biarawan bernama Dionysius Exiguus (atau "Denis Pendek") dan mula-mula dipergunakan untuk menghitung tanggal Paskah (Computus) berdasarkan tahun pendirian Roma.
[sunting] Kesulitan dan kontroversi
Meskipun tahun 1 dianggap sebagai tahun kelahiran Yesus, namun bukti-bukti historis terlalu sedikit untuk mendukung hal tersebut [1]. Dionysius Exiguus tidak memperhitungkan tahun 0 serta tahun ketika kaisar Augustus memerintah Kekaisaran Romawi menggunakan nama Oktavianus. Para ahli menanggali kelahiran Yesus secara bermacam-macam, dari 18 SM hingga 7 SM.
Sejarawan tidak mengenal tahun 0, tahun 1 M adalah tahun pertama sistem Masehi dan tepat setahun sebelumnya adalah tahun 1 SM. Dalam perhitungan sains, khususnya dalam penanggalan tahun astronomis, hal ini menimbulkan masalah karena tahun Sebelum Masehi dihitung dengan menggunakan angka 0, maka dari itu terdapat selisih 1 tahun di antara kedua sistem.
[sunting] Penggunaan
[sunting] Indonesia
Di Indonesia selain tahun Masehi yang digunakan secara resmi, secara tidak resmi masyarakat juga mengenal tahun Hijriyah/tahun Jawa dan tahun Imlek/tahun Tionghoa.
[sunting] Dunia
Dalam bahasa Inggris dan dipergunakan secara internasional, istilah Masehi disebut menggunakan bahasa Latin Anno Domini / AD (Tahun Tuhan kita) dan Sebelum Masehi disebut sebagai Before Christ / BC (Sebelum Kristus). Sistem ini mulai dirancang tahun 525, namun tidak begitu luas digunakan hingga abad ke-11 hingga ke-14. Pada tahun 1422, Portugis menjadi negara Eropa terakhir yang menerapkan sistem penanggalan ini. Setelah itu, seluruh negara di dunia mengakui dan menggunakan konvensi ini untuk mempermudah komunikasi.
[sunting] Lihat pula
Anno Domini
[sunting] Referensi
1. ̂ Doggett. (1992). "Calendars" (Ch. 12), in P. Kenneth Seidelmann (Ed.) Explanatory supplement to the astronomical almanac. Sausalito, CA: University Science Books, 579
2. Umur Dunia sudah Tertulis Dalam Al Quran 3. Ada yang mencoba, menghitung Umur Semesta. Namun, bukan melalui penelitian
selama bertahun-tahun. Akan tetapi, hanya cukup dengan beberapa ayat di dalam Al Qur’an. Hasilnya !
Umur Semesta diperoleh angka 18,26 milyar tahun…
Perhitungannya :
1. Berdasarkan informasi Al Qur’an, keberadaan alam dunia tidak lebih dari 1 hari. Ini termuat dalam QS. Thaha ayat 104.
“Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, ‘Kami tinggal (di dunia) tidak lebih dari sehari saja.’.”
2. Sehari langit sama artinya dengan 1.000 tahun perhitungan manusia. Dijelaskan dalam QS. Al Hajj ayat 47.
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar adzab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
3. Sehari kadarnya 50.000 tahun yang termuat dalam QS. Ma’arij ayat 4.
“Para malaikat dan Jibril naik, (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”
Bila 1 tahun manusia adalah 365,2422 hari, maka sehari langit diperoleh:
365,2422 x 50.000 x 1.000 x 1 diperoleh 18,26 milyar tahun.
Sebuah perhitungan matematika yang sangat canggih!
Ternyata paparan itu dibuktikan oleh pendapat Moh. Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything. Dia menyatakan kalau umur alam semesta itu 17—20 milyar tahun. Sementara, Profesor Jean Claude Batelere bilang kalau umur semesta itu kisarannya ada di 18 milyar tahun. Terus ditambah dengan teori NASA yang mengeluarkan data umur semesta itu ada di kisaran 12—18 milyar tahun.
Para ilmuwan dengan segala peralatan canggihnya dan ilmu ’tingginya’ berusaha menguak berapa umur semesta, ternyata di dalam Al Qur’an sudah tertera dengan begitu jelasnya tentang misteri itu.
4. Kamus Istilah Asing5. 6. 7. 8. 9. 10. 12. 13. 1 Votes14.15.16. Government bonds : sanak famili James Bond yang bekerja pada BUMN17. Teleconversation : pembicaraan yang bertele-tele18. 4-wheel drive : kendaraan beroda empat19. Brain storm : gegar otak20. Duty-free : pengangguran21. Marketing management : PD Pasar Jaya22. Waterproof : pawang hujan23. Walk-in interview : wawancara di jalan24. Undercover police : polisi tidur25. Golden handshake : mas kawin26. General manager : ajudan jendral, biasanya berpangkat kopral27. Parent company : perusahaan bapak gue28. Background : halaman belakang rumah29. Lip service : perawatan bibir30. Understanding : jongkok31. Natural gas : kentut32. Outgoing personality : cablak, mulut ember, biang gosip33. Outlook express : curi-curi pandang34. Rush hour : jam yang kecepetan35. Search and rescue : siapa cepat dia dapat36. Self service : egois
37. In house training : olahraga di rumah, biasanya karena di luar hujan38. Umbrella organization : pabrik payung39. Walk out : cari angin40. Wall street : jalan buntu41. Word processing : tel-mi42. Yellow pages : kertas pembungkus belanjaan tukang sayur43. Wall paper : gubuk berdinding kardus44. Room boy : anak rumahan45. Office boy : anak kantoran46. Hand out : tangan keluar47. French fries: orang Perancis yang sedang berjemur48. Barber shop : toko/pedagang peralatan angkat berat49. Black list : buronan Afrika50. Brotherhood : saudaranya Robinhood51. Hospitality : rumah sakit dengan perawatan teliti52. Buloggate : satpam kantor bulog53. Main reason : bermain kata
Kalender HijriyahDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Akurasi TerperiksaLangsung ke: navigasi, cari
Sumber referensi dari artikel atau bagian ini belum dipastikan dan mungkin isinya tidak benar.Tolong diperiksa, dan lakukan modifikasi serta tambahkan sumber yang benar pada bagian yang diperlukan.
Artikel ini adalah bagian dari seri
Islam
Rasul
Nabi Muhammad SAW.
Kitab Suci
Al-Qur'an.
Rukun Islam
1. Syahadat · 2. Salat · 3. Zakat
4. Puasa · 5. Haji
Rukun Iman
Iman kepada: 1. Allah2. Malaikat · 3. Kitab Allah ·4. Rasul
5. Hari Akhir · 6. Qada & Qadar
Tokoh Islam
Muhammad SAWNabi & Rasul · Sahabat
Ahlul Bait
Kota Suci
Mekkah · & · Madinah
Kota suci lainnya
Yerusalem · Najaf · KarbalaKufah · Kazimain
Mashhad ·Istanbul · Ghadir Khum
Hari Raya
Idul Fitri · & · Idul Adha
Hari besar lainnya
Isra dan Mi'raj · Maulid NabiAsyura
Arsitektur
Masjid ·Menara ·MihrabKa'bah · Arsitektur Islam
Jabatan Fungsional
Khalifah ·Ulama ·MuadzinImam·Mullah·Ayatullah · Mufti
Hukum Islam
Al-Qur'an ·HadistSunnah · Fiqih · Fatwa
Syariat · Ijtihad
Manhaj
Salafush Shalih
Mazhab
1. Sunni:Hanafi ·HambaliMaliki ·Syafi'i
2. Syi'ah:Dua Belas Imam
Ismailiyah·Zaidiyah
3. Lain-lain:Ibadi · Khawarij
Murji'ah·Mu'taziliyah
Lihat Pula
Portal IslamIndeks mengenai Islam
lihat • bicara • sunting
Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab: الهجري ,(at-taqwim al-hijri ;التقويمadalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran Matahari.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah 2 Nama-nama bulan
o 2.1 Keterangan 3 Nama-nama hari 4 Sejarah
o 4.1 Sistem kalender pra-Islam di Arab o 4.2 Revisi penanggalan o 4.3 Penentuan Tahun 1 Kalender Islam
5 Tanggal-tanggal penting 6 Hisab dan Rukyat 7 Rupa-rupa 8 Kalender Hijriah dan Penanggalan Jawa 9 Lihat pula 10 Pranala luar
[sunting] Sejarah
Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan Matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan
bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala: ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS : At Taubah(9):36). Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah pada tahun gajah.Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.
[sunting] Nama-nama bulan
Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan:
No Penanggalan Islam Lama Hari1 Muharram 302 Safar 29
No Penanggalan Islam Lama Hari3 Rabiul awal 304 Rabiul akhir 295 Jumadil awal 306 Jumadil akhir 297 Rajab 308 Sya'ban 299 Ramadhan 3010 Syawal 2911 Dzulkaidah 3012 Dzulhijjah 29/(30)
Total 354/(355)
[sunting] Keterangan
Tanda kurung merupakan tahun kabisat dalam kalender Hijriyah dengan metode sisa yaitu 3-3-2 yang berjumlah 11 buah yaitu 2,5,8,10,13,16,18,21,24,26 dan 29.
[sunting] Nama-nama hari
Kalender Hijriyah terdiri dari 7 hari. Sebuah hari diawali dengan terbenamnya Matahari, berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam. Berikut adalah nama-nama hari:
1. al-Itsnayn (Senin)2. ats-Tsalaatsa' (Selasa)3. al-Arba'aa / ar-Raabi' (Rabu)4. al-Khamsatun (Kamis)5. al-Jumu'ah (Jumat)6. as-Sabat (Sabtu)7. al-Ahad (Minggu)
[sunting] Sejarah
Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode Madinah.
[sunting] Sistem kalender pra-Islam di Arab
Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (komariyah) maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi).
Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting pada tahun tersebut. Misalnya, tahun dimana Muhammad lahir, dikenal dengan sebutan "Tahun Gajah", karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka'bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia).
[sunting] Revisi penanggalan
Pada era kenabian Muhammad, sistem penanggalan pra-Islam digunakan. Pada tahun ke-9 setelah Hijrah, turun ayat 36-37 Surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.
[sunting] Penentuan Tahun 1 Kalender Islam
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad.
Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H, PERF 558.
[sunting] Tanggal-tanggal penting
Tanggal-tanggal penting dalam Kalender Hijriyah adalah:
1 Muharram: Tahun Baru Hijriyah 10 Muharram: Hari Asyura. Hari ini diperingati bagi kaum Syi'ah untuk memperingati
wafatnya Imam Husain bin Ali 12 Rabiul Awal: Maulud Nabi Muhammad (hari kelahiran Nabi Muhammad) 27 Rajab: Isra' Mi'raj Bulan Ramadan: Satu bulan penuh umat Islam menjalankan Puasa di bulan Ramadan
o 17 Ramadan: Nuzulul Qur'ano 10 hari ganjil terakhir di Bulan Ramadan terjadi Lailatul Qadar
1 Syawal: Hari Raya Idul Fitri 8 Dzulhijjah: Hari Tarwiyah 9 Dzulhijjah: Wukuf di Padang Arafah 10 Dzulhijjah: Hari Raya Idul Adha 11-13 Dzulhijjah:Hari Tasyriq
[sunting] Hisab dan Rukyat
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni mengamati penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah bulan baru (ijtima). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Apabila hilal terlihat, maka pada petang tersebut telah memasuki tanggal 1.
Sedangkan hisab adalah melakukan perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan astronomis. Hisab merupakan alat bantu untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan baru) dapat terlihat. Hisab seringkali dilakukan untuk membantu sebelum melakukan rukyat.
Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah, seperti bulan Ramadan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha). Penentuan kapan hilal dapat terlihat, menjadi motivasi ketertarikan umat Islam dalam astronomi. Ini menjadi salah satu pendorong mengapa Islam menjadi salah satu pengembang awal ilmu astronomi sebagai sains, lepas dari astrologi pada Abad Pertengahan.
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal). Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Metode hisab juga memiliki berbagai kriteria penentuan, sehingga seringkali menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan, yang berakibat adanya perbedaan hari melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.
[sunting] Rupa-rupa
Menurut perhitungan, dalam satu siklus 30 tahun Kalender Hijriyah, terdapat 11 tahun kabisat dengan jumlah hari sebanyak 355 hari, dan 19 tahun dengan jumlah hari sebanyak 354 hari. Dalam jangka panjang, satu siklus ini cukup akurat hingga satu hari dalam sekitar 2500 tahun. Sedangkan dalam jangka pendek, siklus ini memiliki deviasi 1-2 hari.
Microsoft menggunakan Algoritma Kuwait untuk mengkonversi Kalender Gregorian ke Kalender Hijriyah. Algoritma ini diklaim berbasis analisis statistik data historis dari Kuwait, namun dalam kenyataannya adalah salah satu variasi dari Kalender Hijriyah tabular.
Untuk konversi secara kasar dari Kalender Hijriyah ke Kalender Masehi (Gregorian), kalikan tahun Hijriyah dengan 0,97, kemudian tambahkan dengan angka 622.
Setiap 33 atau 34 tahun Kalender Hijriyah, satu tahun penuh Kalender Hijriyah akan terjadi dalam satu tahun Kalender Masehi. Tahun 1429 H lalu terjadi sepenuhnya pada tahun 2008 M.
[sunting] Kalender Hijriah dan Penanggalan Jawa
Sistem Kalender Jawa berbeda dengan Kalender Hijriyah, meski keduanya memiliki kemiripan. Pada abad ke-1, di Jawa diperkenalkan sistem penanggalan Kalender Saka (berbasis Matahari) yang berasal dari India. Sistem penanggalan ini digunakan hingga pada tahun 1625 Masehi (bertepatan dengan tahun 1547 Saka), Sultan Agung mengubah sistem Kalender Jawa dengan mengadopsi Sistem Kalender Hijriah, seperti nama-nama hari, bulan, serta berbasis lunar (komariyah). Namun demikian, demi kesinambungan, angka tahun saka diteruskan, dari 1547 Saka Kalender Jawa tetap meneruskan bilangan tahun dari 1547 Saka ke 1547 Jawa.
Berbeda dengan Kalender Hijriah yang murni menggunakan visibilitas Bulan (moon visibility) pada penentuan awal bulan (first month), Penanggalan Jawa telah menetapkan jumlah hari dalam setiap bulannya.
[sunting] Lihat pula
Hisab dan rukyat Islam Kalender Kalender Gregorian Kalender Julian Kalender Aritmatikal Lunar
[sunting] Pranala luar
(Indonesia) Fatwa menggunakan Kalender Islam (Indonesia) Situs web Rukyatul Hilal Indonesia Indonesia) Situs web Rukyatul Hilal Indonesia
[sembunyikan] l • b • s
Bulan dalam Kalender HijriyahMuharram • Safar • Rabiul awal • Rabiul akhir • Jumadil awal • Jumadil akhir • Rajab • Sya'ban • Ramadan • Syawal • Dzulkaidah • Dzulhijjah
[sembunyikan] l • b • s
KalenderKalender suryacandra · Kalender surya · Kalender candraKalenderIstilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability yang berarti
pertanggunganjawab atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta
pertanggunganjawaban. Akuntabilitas (accountability) yaitu berfungsinya seluruh komponen
penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-masing.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa
yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan
dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggung jawabannya.
Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal
pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada
masyarakat.
Pengertian akuntabilitas ini memberikan suatu petunjuk sasaran pada hampir semua reformasi
sektor publik dan mendorong pada munculnya tekanan untuk pelaku kunci yang terlibat untuk
bertanggungjawab dan untuk menjamin kinerja pelayanan publik yang baik. Prinsip akuntabilitas
adalah merupakan pelaksanaan pertanggung jawaban dimana dalam kegiatan yang dilakukan
oleh pihak yang terkait harus mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan kewenangan
yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan
pertanggung jawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target
kebijakan atau program yang telah ditetapkan itu.
Pengertian akuntabilitas menurut Lawton dan Rose dapat dikatakan sebagai sebuah proses
dimana seorang atau sekelompok orang yang diperlukan untuk membuat laporan aktivitas
mereka dan dengan cara yang mereka sudah atau belum ketahui untuk melaksanakan
pekerjaan mereka. Akuntabilitas sebagai salah satu prinsip good corporate governance
berkaitan dengan pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai
dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola
organisasi. Prinsip akuntabilitas digunakan untuk menciptakan sistem kontrol yang efektif
berdasarkan distribusi kekuasaan pemegang saham, direksi dan komisaris. Prinsip akuntabilitas
menuntut 2 (dua) hal, yaitu : 1) kemampuan menjawab dan 2) konsekuensi. Komponen pertama
(istilah yang bermula dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para
aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya telah
digunakan dan apa yang telah tercapai dengan menggunakan sumber daya tersebut.
Aspek yang terkandung dalam pengertian akuntabilitas adalah bahwa publik mempunyai hak
untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak yang mereka beri kepercayaan.
Media pertanggungjawaban dalam konsep akuntabilitas tidak terbatas pada laporan
pertanggungjawaban saja, tetapi mencakup juga praktek-praktek kemudahan si pemberi
mandat mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun
tulisan. Dengan demikian, akuntabilitas akan tumbuh subur pada lingkungan yang
mengutamakan keterbukaan sebagai landasan penting dan dalam suasana yang transparan
dan demokrasi serta kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Akuntabilitas, sebagai salah
satu prasyarat dari penyelenggaraan negara yang baru, didasarkan pada konsep organisasi
dalam manajemen, yang menyangkut :
1. Luas kewenangan dan rentang kendali (spand of control) organisasi.
2. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable) pada level manajemen atau tingkat
kekuasaan tertentu.
Pengendalian sebagai bagian penting dari masyarakat yang baik saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa pengendalian tidak dapat berjalan dengan efesien dan efektif bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik, demikian pula sebaliknya. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara periodik. Sumber daya ini merupakan masukan bagi individu maupun unit organisasi yang seharusnya dapat diukur dan diidentifikasikan secara jelas. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dari karyawan organisasi sehingga tercapai kelancaran dan keterpautan dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Malang, 08 Januari 2012 Diposkan oleh ASWAD LIPU di 12:19 Definisi 'kredibilitas'
Indonesian to Indonesiannoun1. perihal dapat dipercaya: ketidaksediaan Pemerintah untuk memberikan bantuan kpd bank akan mempengaruhi -- bank di mata umum
Kapabilitas, akseptabilitas, kompetensi, loyalitas, elektabilitasPosted by TimRedaksi ⋅ 22 April 2009 ⋅ 4 Komentar
3 Votes
Selama musim pemilu ini, saya terganggu benar oleh sejumlah istilah asing yang menyerbu kita tanpa dipertimbangkan padanan Indonesianya. Baru-baru ini, dalam sekali pukul, Presiden Yudhoyono secara “rombongan” menggunakan istilah-istilah yang dipinjam dari bahasa Inggris — kapabilitas, kompetensi, akseptabilitas, loyalitas.
Oleh : Ulil Abshar Abdalla
Kapabilitas. Haruskan kita memakai istilah itu? Tampaknya ada kecenderungan di kalangan masyarakat untuk meminjam kata benda dalam bahasa Inggris yang berakhiran “ty” atai “ity” ke dalam bahasa Indonesia dengan cara menerjemahkan kedua akhiran itu menjadi “tas”. Demikianlah, “capability” menjadi “kapabilitas”, “acceptability” menjadi “akseptabilitas”. Menurut saya, ini pertanda kemalasan berbahasa (hampir saja, agar nampak keren, saya membubuhkan susunan “linguistic laziness” seperti kebiasaan penulis kita).
Saya bukanlah seorang ahli bahasa. Tetapi, dengan akal sehat biasa, saya tahu bahwa kaidah dasar dalam berbahasa adalah usahakan memakai istilah dalam bahasa sendiri selama itu masih dimungkinkan. Meminjam istilah asing hanyalah diperlukan ketika dalam keadaan (saya hampir saja memakai istilah situasi, pinjaman dari kata “situation”) darurat (ini juga istilah Arab; sebaiknya saya katakan “terdesak”, meskipun kata “darurat” dalam bahasa Arab lebih tepat diterjemahkan sebagai “berbahaya”; tetapi akan lucu kalau saya katakan, boleh meminjam istilah asing hanya dalam “keadaan berbahaya”).
Seandainya istilah “kapabilitas” diganti dengan “kemampuan”, tentu akan lebih baik. Tidak ada makna yang hilang di sana. Kapabilitas dan kemampuan berbanding lurus secara makna, dan karena itu, menurut saya yang bukan ahli bahasa ini, tidak ada alasan untuk memakai istilah yang berasal dari bahasa Inggris itu dan meninggalkan padanan Indonesianya.
Bagaimana dengan dua istilah berikut ini: kapabilitas dan kompetensi? Tampaknya memang dua istilah itu memiliki pengertian yang nyaris serupa meskipun tidak sama. Ada beda-halus (ini saya pakai sebagai terjemahan dari istilah “nuance” dalam bahasa Inggris) antara keduanya. Saya mengusulkan “kebisaan” untuk “kapabilitas” dan “kemampuan” untuk “kompetensi”. Terserah kepada para ahli bahasa, apakah usulan ini masuk akal atau tidak, atau mungkin ada usulan lain yang lebih baik. Yang penting, bagi saya, ada kemungkinan memakai padanan Indonesia untuk dua istilah itu.
Kata loyalitas memang bisa diganti dengan “ketaatan”. Tetapi, di telinga kita, kata ketaatan terlalu dibebani oleh makna yang entah berbau feodal atau agama. Memang agaknya kurang tepat jika kata loyalitas diganti dengan ketataan. Bagaimana kalau kita coba “kesetiaan”? Saya kira beban feodal dalam kata kesetiaan lebih ringan ketimbang kata ketaatan.
Istilah lain adalah “akseptabilitas”. Lagi-lagi, ini adalah salin-rekat (ini adalah terjemahan dari istilah “copy-paste” yang akhir-akhir ini juga mulai luas dipakai dalam versi Inggrisnya langsung) dari kata “acceptability”. Kenapa kita tidak memakai padanan Indonesianya saja: keterterimaan, kecocokan, kepantasan, misalnya? Saya kira istilah kecocokan jauh lebih tepat dipakai di sini.
Kalau ini semua diterima, saya usulkan kepada Presiden Yudhoyono untuk mulai memberikan contoh memakai bahasa sendiri dan pelan-pelan membuang jauh-jauh kebiasaan memakai istilah asing. Oleh karena itu, saat mengemukakan kembali syarat-syarat untuk siapapun yang akan mendaftar menjadi wakil presiden, Presiden Yudhoyono hendaknya, sekali lagi mohon hendaknya, memakai istilah ini: kebisaan, kemampuan, kecocokan, dan kesetiaan, tidak lagi kapabilitas, kompetensi, akseptabilitas, dan loyalitas.
Ada kata lain yang tidak dipakai oleh Presiden Yudhoyono, tetapi oleh sejumlah lembaga survey (saya masih bisa menerima istilah ini, sebab kalau saya katakan “lembaga penyelidikan” agaknya menjadi sangat menakutkan; tetapi boleh juga dicoba “lembaga peninjauan” atau “lembaga peninjau”). Istilah itu adalah elektibilitas, terjemahan langsung dari “electability”. Terus terang, penggunaan istilah ini sangat mengganggu saya.
Istilah “elektabilitas” mengingatkan saya pada kata “elek” dalam bahasa Jawa yang artinya “buruk sekali” (setara dengan istilah “ugly” dalam bahasa Inggris). Saya tak tahu padanan yang tepat untuk kata ini. Mungkin “keterpilihan”? Saya kira itu bisa dicoba.
Ini semua tidak berarti saya anti bahasa asing. Saya tentu menghendaki bangsa Indonesia bisa berbahasa Inggris dengan baik, sebab itulah bahasa pergaulan internasional saat ini. Tetapi, kalau sedang berbahasa Indonesia, silahkan memakai bahasa itu dengan baik. Jika mau berbahasa Inggris, silahkan memakai bahasa itu dengan baik pula.
Yang kurang senonoh adalah manakala kita malas dan memindahkan begitu saja berkarung-karung istilah dalam bahasa Inggris tanpa mau berlelah-lelah dahulu untuk mencari padanannya dalam bahasa sendiri.
Selamat tinggal kapabilitas, akseptabilitas, elektabilitas!
Ulil Abshar AbdallaKapabilitas, akseptabilitas, kompetensi, loyalitas, elektabilitas
Selama musim pemilu ini, saya terganggu benar oleh sejumlah istilah asing yang menyerbu kita tanpa dipertimbangkan padanan Indonesianya. Baru-baru ini, dalam sekali pukul, Presiden Yudhoyono secara “rombongan” menggunakan istilah-istilah yang dipinjam dari bahasa Inggris — kapabilitas, kompetensi, akseptabilitas, loyalitas.
Kapabilitas. Haruskan kita memakai istilah itu? Tampaknya ada kecenderungan di kalangan masyarakat untuk meminjam kata benda dalam bahasa Inggris yang berakhiran “ty” atai “ity” ke dalam bahasa Indonesia dengan cara menerjemahkan kedua akhiran itu menjadi “tas”. Demikianlah, “capability” menjadi “kapabilitas”, “acceptability” menjadi “akseptabilitas”. Menurut saya, ini pertanda kemalasan berbahasa (hampir saja, agar nampak keren, saya membubuhkan susunan “linguistic laziness” seperti kebiasaan penulis kita).
Saya bukanlah seorang ahli bahasa. Tetapi, dengan akal sehat biasa, saya tahu bahwa kaidah dasar dalam berbahasa adalah usahakan memakai istilah dalam bahasa sendiri selama itu masih dimungkinkan. Meminjam istilah asing hanyalah diperlukan ketika dalam keadaan (saya hampir saja memakai istilah situasi, pinjaman dari kata “situation”) darurat (ini juga istilah Arab; sebaiknya saya katakan “terdesak”, meskipun kata “darurat” dalam bahasa Arab lebih tepat diterjemahkan sebagai “berbahaya”; tetapi akan lucu kalau saya katakan, boleh meminjam istilah asing hanya dalam “keadaan berbahaya”).
Seandainya istilah “kapabilitas” diganti dengan “kemampuan”, tentu akan lebih baik. Tidak ada makna yang hilang di sana. Kapabilitas dan kemampuan berbanding lurus secara makna, dan karena itu, menurut saya yang bukan ahli bahasa ini, tidak ada alasan untuk memakai istilah yang berasal dari bahasa Inggris itu dan meninggalkan padanan Indonesianya.
Bagaimana dengan dua istilah berikut ini: kapabilitas dan kompetensi? Tampaknya memang dua istilah itu memiliki pengertian yang nyaris serupa meskipun tidak sama. Ada beda-halus (ini saya pakai sebagai terjemahan dari istilah “nuance” dalam bahasa Inggris) antara keduanya. Saya mengusulkan “kebisaan” untuk “kapabilitas” dan “kemampuan” untuk “kompetensi”. Terserah kepada para ahli bahasa, apakah usulan ini masuk akal atau tidak, atau mungkin ada usulan lain yang lebih baik. Yang penting, bagi saya, ada kemungkinan memakai padanan Indonesia untuk dua istilah itu.
Kata loyalitas memang bisa diganti dengan “ketaatan”. Tetapi, di telinga kita, kata ketaatan terlalu dibebani oleh makna yang entah berbau feodal atau agama. Memang agaknya kurang tepat jika kata loyalitas diganti dengan ketataan. Bagaimana kalau kita coba “kesetiaan”? Saya kira beban feodal dalam kata kesetiaan lebih ringan ketimbang kata ketaatan.
Istilah lain adalah “akseptabilitas”. Lagi-lagi, ini adalah salin-rekat (ini adalah terjemahan dari istilah “copy-paste” yang akhir-akhir ini juga mulai luas dipakai dalam versi Inggrisnya langsung) dari kata “acceptability”. Kenapa kita tidak memakai padanan Indonesianya saja: keterterimaan, kecocokan, kepantasan, misalnya? Saya kira istilah kecocokan jauh lebih tepat dipakai di sini.
Kalau ini semua diterima, saya usulkan kepada Presiden Yudhoyono untuk mulai memberikan contoh memakai bahasa sendiri dan pelan-pelan membuang jauh-jauh kebiasaan memakai istilah asing. Oleh karena itu, saat mengemukakan kembali syarat-syarat untuk siapapun yang akan mendaftar menjadi wakil presiden, Presiden Yudhoyono hendaknya, sekali lagi mohon hendaknya, memakai istilah ini: kebisaan, kemampuan, kecocokan, dan kesetiaan, tidak lagi kapabilitas, kompetensi, akseptabilitas, dan loyalitas.
Ada kata lain yang tidak dipakai oleh Presiden Yudhoyono, tetapi oleh sejumlah lembaga survey (saya masih bisa menerima istilah ini, sebab kalau saya katakan “lembaga penyelidikan” agaknya menjadi sangat menakutkan; tetapi boleh juga dicoba “lembaga peninjauan” atau “lembaga peninjau”). Istilah itu adalah elektibilitas, terjemahan langsung dari “electability”. Terus terang, penggunaan istilah ini sangat mengganggu saya.
Istilah “elektabilitas” mengingatkan saya pada kata “elek” dalam bahasa Jawa yang artinya “buruk sekali” (setara dengan istilah “ugly” dalam bahasa Inggris). Saya tak tahu padanan yang tepat untuk kata ini. Mungkin “keterpilihan”? Saya kira itu bisa dicoba.
Ini semua tidak berarti saya anti bahasa asing. Saya tentu menghendaki bangsa Indonesia bisa berbahasa Inggris dengan baik, sebab itulah bahasa pergaulan internasional saat ini. Tetapi, kalau sedang berbahasa Indonesia, silahkan memakai bahasa itu dengan baik. Jika mau berbahasa Inggris, silahkan memakai bahasa itu dengan baik pula.
Yang kurang senonoh adalah manakala kita malas dan memindahkan begitu saja berkarung-karung istilah dalam bahasa Inggris tanpa mau berlelah-lelah dahulu untuk mencari padanannya dalam bahasa sendiri.
Selamat tinggal kapabilitas, akseptabilitas, elektabilitas!
top related