issue kekerasan presentasi

Post on 13-Aug-2015

75 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

ISSUE KEKERASAN PADA ISTRI DALAM RUMAH TANGGA

BERDAMPAK TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ;

Tindak KDRT (Domestic violence)

Jenis kejahatan yg kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum.

Tindak KDRT Melibatkan pelaku & korban diantara anggota kelg di dlm RT

Bentuk KDRT kekerasan fisik & verbal (ancaman kekerasan)

Tindak KDRT bisa menimpa siapa saja

Tidak dibatasi oleh strata, status sosial,tingkat pendidikan dan suku bangsa.Tindak kekerasan pada istri didalam RT

Masalah sosial yg serius tapi kurangmendapat tanggapan dari masy & parapenegak hukum dikarenakan bbrp alasan ;

Ketiadaan statistik kriminal yg akurat.

Ruang lingkup sangat pribadi & terjaga privacynya Kesucian dan keharmonisan RT

Dianggap wajar hak suami sbg KK

Terjadi dalam lembaga legal

perkawinan

Menurut Berger (1990), perilaku individu mrpk produk sosial

nilai & norma yg berlaku dalam masy turut membentuk prilaku individuNilai yg dianut suatu masy bersifat patriakal yg muncul Superioritas laki-laki dihadapan perempuan

Manifestasi nilai tsb dlm kehidupan kelg dominasi suami atas istri.

Mave Cormack & Stathern (1990)

terbentuknya dominasi laki-laki atas perempuan ditinjau dari teori nature & culture.

Dalam proses tarnsformasi dari nature menjadi culture

penaklukan.

Secara kulture laki-laki ditempatkan pada posisi lebih tinggi dari perempuan.

Dari kedua teori tsb Gambaran aspek sosiokultural sosial struktur yg kondusif bagi dominasi laki-laki atas perempuan

perilaku individu dlm kehidupan kelg.Sebagian perempuan sering bereaksi pasif dan apatis thd tindak kekerasan yg dihadapi.Ini memantapkan kondisi yg tersembunyi tjdnya tindak kekerasan pd istri yg di buat oleh suami

Minimnya respon masy thd tindakan yg dilaku’k suami dlm ikatan pernikahan

Rumah tangga, kelg suatu institusi sosial paling kecil dan bersifat otonom, shg mjd wilayah domestik yg tertutup dari jangkauan publik.

Campur tangan thd kepentingan masing-masing rumah tangga perbuatan yg tdk pantas timbul sikap pembiaran thd KDRT

Di Ind data ttng kekerasan thd perempuan tdk dikumpulkan secara sistematis pd tingkat nasional.

Lap dari institusi pusat perempuan, adanya peningkatan tindak kekerasan thd perempuan & 9 dari 10 yg menggunakan pelayanan yg mengalami > 1 jenis kekerasan (fisik, psikis,sexual,ekonomi & pembiaran) dan 17% kasus berpengaruh thd kes-pro perempuan.

Komisi perempuan (2005) 72% dari perempuan melaporkan tindak kekerasan sdh menikah & pelakunya adalah suami mereka.

Mitra perempuan (2006) 80% dari perempuan yg melapor pelakunya adl suami, mantan suami, pacar laki-laki, kerabat atau orang tua & 4,5% berusia 18 th.

Hasil penelitian Rifka Annisa Woman Crisis Centre (1995) tentang KDRT thd 262 responden (istri) menunjukan

48% mengalami kekerasan verbal

52% mengalami kekerasan fisik

Penelitian yg mengkaitkan kekerasan pd istri yg berdampak pd Kes-pro masih sedikit.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum : Mampu memahami secara menyeluruh ttg tindak KDRT & dampaknya thd Kes-pro serta implikasi kep yg dapat diberikan.

2. Tujuan khusus : Dapat mengidentifikasi bentuk KDRT, faktor yg mendorong tjd KDRT dan dapat menjelaskan dampak tindak kekerasan pd istri thd kes-pro.

II. PEMBAHASAN

Komnas perempuan (2001) : Bahwa kekerasan thd perempuan adl segala tindakan kekerasan yg dilakukan thd perempuan yg berakibat atau kecendrungan untuk mengakibatkan kerugian & penderitaan fisik,sexual maupun psikologis thd perempuan baik perempuan dewasa atau anak perempuan dan remaja.

KDRT menurut UU RI no.23 th 2004 adl Setiap perbuatan thd sso t’utama perempuan, yg berakibat timbulnya kesengsaraan a/ penderitaan secara fisik, sexual, psikologis & atau penelantaraan rumah tangga t’masuk ancaman u/ melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Tindakan kekerasan thd istri dlm RT mrpk salah satu bentuk kekerasan yg seringkali tjd pd perempuan & tjd di balik pintu tertutup.

Tindak kekerasan thd istri dlm RT tjd krn telah diyakini bahwa masy atau budaya yg mendominasi saat ini adl patriarkhi, dimana laki-laki adalah superior dan perempuan inferior shg laki-laki dibenarkan untuk menguasai dan mengontrol perempuan.

Kecenderungan tindak KDRT tjd karena faktor dukungan sosial dan kultur (budaya) dimana istri di persepsikan orang nomor dua & bisa diperlakukan dg cara apa saja. Hal ini muncul karena transformasi pengetahuan yg diperoleh dari masa lalu, istri harus nurut kata suami, bila istri mendebat suami, dipukul. Kultur di masy suami lebih dominan pada istri, ada tindak KDRT dianggap mas privasi, masy tidak boleh ikut campur.

Saat ini dg berlakunya UU anti kekerasan dlm RT yg disetujui th 2004, maka tindak KDRT bukan hanya urusan suami istri tetapi sudah menjadi urusan publik, Kelg & masy dapat ikut mencegah & mengawasi bila terjadi KDRT.

B. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan

Menurut UU No.23 th 2004 tindak kekerasan thd istri dalam rumah tangga dibedakan dalam 4 macam :

1. Kekerasan fisik

2. Kekerasan psikologis / emosional

3. Kekerasan seksual

4. Kekerasan ekonomi.

C. Faktor-faktor yg mendorong tjd tindak KDRT

1. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki

2. Diskriminasi dan pembatasan di bidang ekonomi

3. Beban pengasuhan anak

4. Wanita sebagai anak-anak

5. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki.

D. Dampak kekerasan thd Kesehatan reproduksi

Kes-pro menurut ICPD (1994) adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.

Dampak tindak kekerasan thd kehidupan seksual dan reproduksi perempuan, penelitian yang dilakukan oleh Rance (1994) yang dikutip oleh Heise, Moore dan Toubia (1995) kekerasan dan dominasi laki-laki dapat membatasi dan membentuk kehidupan seksual dan reproduksi perempuan. Selain itu, laki-laki juga sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tentang alat kontrasepsi yang dipakai oleh pasangannya.

Tindak kekerasan pd istri berdampak terganggunya kes-pro yaituBila tdk hamil, mengalami gangguan menstruasi spt ; menorrhagia, hipomenorrhagia atau metrorhagia, menopause lebih awal,penurunan libido, ketidakmampuan mendapatkan orgasme, Pada saat hamil, dapat terjadi keguguran / abortus, persalinan imatur dan bayi meninggal dalam rahim.

Pada saat bersalin, perempuan akan mengalami penyulit persalinan seperti hilangnya kontraksi uterus, persalinan lama, persalinan dengan alat bahkan pembedahan. Hasil dari kehamilan dapat melahirkan bayi dengan BBLR, terbelakang mental, bayi lahir cacat fisik atau bayi lahir mati.

Dampak lanjutnya : Perubahan pola pikir, emosi,depresi, penyalahgunaan zat, kecemasan,percobaan bunuh diri, keadaan pasca trauma dan rendahnya kepercayaan diri jg berpengaruh thd ekonomi kelg.

E. Issue tentang kekerasan dalam rumah tangga

Isu penindasan thd wanita terus menerus mjd perbincangan hangat. Salah satunya adl KDRT. Perjuangan p’hapusan KDRT nyaring disuarakan org, kelp a/ negara yg meratifikasi konvensi ttg p’hapusan segala bentuk diskriminasi thd perempuan mll UU No 7 th 1984. Jg berdasar Deklarasi P’hapusan Kekerasan Thd Perempuan yg dilahirkan PBB tgl 20 Des 93 & telah di artifikasi oleh pem Ind. Bahkan di Ind telah disahkan UU No 23 Th 2004 ttg ‘P’hapusan KDRT’.

Perjuangan penghapusan KDRT berangkat dari fakta banyaknya kasus KDRT yg tjd dg korban mayoritas perempuan dan anak-anak. Hal ini berdasarkan sejumlah temuan Komisi Nasional Anti-Kekerasan thd Perempuan (Komnas Perempuan) dari bbg organisasi penyedia layanan korban kekerasan.

Tgl 22 Sep 2004 mrpk tgl bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pd tgl tsb, perjuangan perempuan Indonesia, terutama yg tergabung dlm Jaringan Advokasi Kebijakan Penghapusan Kekerasan Thd Perempuan (Jangka-PKTP), yg mrpk gabungan LSM perempuan se-Indonesia, membuahkan hasil disahkannya RUU Penghapusan KDRT menjadi UU.

Kelp mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yg menyebabkan tjdnya KDRT yaitu faktor pembelaan atas kekuasaan laki-laki dimana laki-laki dianggap sbg superioritas sumber daya dibandingkan dg wanita, shg mampu mengatur & mengendalikan wanita. Kedua, faktor Diskriminasi & pembatasan dibidang ekonomi, dimana diskriminasi pembatasan kesempatan bagi perempuan untuk bekerja mengakibatkan perempuan (istri) tergantung thd suami, & ketika suami kehilangan pek maka istri mengalami tindakan kekerasan.

Ketiga, faktor beban pengasuhan anak dimana istri yg tdk bekerja, mjd menanggung beban sbg pengasuh anak. Ketika tjd hal yg tdk diharapkan thd anak, maka suami akan menyalahkan istri shg tjd KDRT. Keempat, faktor wanita sbg anak-anak, dimana konsep wanita sbg hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan keleluasaan laki-laki untuk mengatur & mengendalikan segala hak & kewajiban wanita. Kelima faktor orientasi peradilan pidana pd laki-laki, dimana posisi wanita sbg istri dlm RT yg mengalami kekerasan oleh suaminya, diterima sbg pelanggaran hukum, shg penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup.

Menurut pasal 11 UU PKDRT, pemerintah bertanggung jawab dlm upaya pencegahan KDRT & menurut pasal 12 ayat 1 menyelenggarakan advokasi & sosialisasi ttg KDRT namun nyatanya sosialisasi & advokasi KDRT masih minim. Masih byk masy yg belum tahu apalgi paham ttg UU PKDRT, bahkan dikalangan aparat penegak hukum masih timbul bbg persepsi.

Dg byknya hal baru dlm UU PKDRT yg tdk ditemukan dlm UU lain, spt perlindungan sementara & perintah perlindungan, jg adanya tindak pidana berupa jenis kekerasan lain di luar kekerasan fisik, diperlukan pendidikan dan pelatihan yg memadai bagi aparat penegak hukum & pekerja sosial untuk menyamakan persepsi.

Perlu sosialisasi yg memadai pd masy luas

UU PKDRT perlu direvisi pd bgn yg rancu & perlu penambahan jenis kekerasan, spt kekerasan ekonomi & kekerasan sosial. Selain itu, diperlukan harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak sejalan dengan napas kesetaraan gender, antara lain dengan merevisi UU Perkawinan, agar peraturan perundang-undangan bisa saling mendukung dan tidak saling bertentangan, supaya UU PKDRT dapat dirasakan efektivitasnya.

F. Implikasi kep dalam tindak KDRT1. Merekomendasikan tempat perlindungan seperti

crisis center, shelter dan one stop crisis center.2. Memberikan pendampingan psikologis &

pelayanan pengobatan fisik korban. Peran perawat berfokus pd meningkatkan harga diri korban,

3. Memberikan pendampingan hukum dalam acara peradilan.

4. Melatih kader-kader (LSM) untuk mampu menjadi pendampingan korban kekerasan.

5. Mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak KDRT sbg bekal perawat untuk mendampingi korban.

III. Kesimpulan dan saranA. Kesimpulan :1. Tindak KDRT mrpk jenis kejahatan yg kurang

mendapat perhatian & jangkauan hukum pidana. Bentuk kekerasannya dapat berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, dan verbal serta penelantaran RT.

2. Faktor yg mendorong tjdinya tindak kekerasan pd istri dlm RT yaitu pembelaan atas kekuasaan laki-laki, diskriminasi & pembatasan bidang ekonomi, beban pengasuhan anak, wanita sbg anak-anak, & orientasi peradilan pidana pd laki-laki.

3. Dampak tindak kekerasan pd istri thd kes-pro dpt mempengaruhi psikologis ibu shg tjd ggn pd saat kehamilan & bersalin, serta setelah melahirkan dan bayi yang dilahirkan.

Implikasi kep yg harus dilakukan adl sesuai dg peran perawat antara lain mesupport secara psikologis korban, melakukan pendampingan, melakukan perawatan fisik korban & merekomendasikan crisis women centre.Fenomena gunung es KDRT mulai terungkap setelah UU KDRT th 2004 diberlakukan, dimana KDRT yg sblmnya mas privacy mjd mas publik ditandai laporan kasus KDRT semakin meningkat setiap tahunnya & pelaku mendapat hukuman pidana walaupun saat ini kultur Indonesia masih dominasi laki-laki.

B. Saran

Dg disahkan UU KDRT, pemerintah & masy lebih berupaya menyadarkan dan membuka mata serta hati untuk tidak berdiam diri bila ada kasus KDRT lebih ditingkatkan pengawasannya.Meningkatkan peran perawat untuk ikut serta menangani kasus KDRT dan menekan dampak yg tjd pd kes-pronya dg memfasilitasi setiap R S memiliki ruang perlindungan korban KDRT, mendampingi dan memulihkan kondisi psikisnya.

top related