issn 2549-872x volume 1 nomor 2 1 - journal.unper.ac.idjournal.unper.ac.id/uploads/ekonomi...
Post on 31-Mar-2019
266 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 1
PENGARUH TIPE INDUSTRI, AUDIT FIRM DAN PROFITABILITAS TERHADAP
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN UKURAN
PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA)
Ulfa Luthfia Nanda
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tipe industri, audit firm, profitabilitas
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 403 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Tahun 2014. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Software SmartPLS
2.0. Hasil pengujian hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : Pertama, hasil penelitian
menunjukan bahwa secara simultan tipe industri, audit firm, profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Kedua, penelitian ini menemukan bahwa secara
parsial variabel tipe industri dan audit firm berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan sementara variabel profitabilitas tidak berpengaruh. Ketiga, ukuran perusahaan
tidak dapat memoderasi pengaruh tipe industri, audit firm, profitabilitas terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Kata kunci : Tipe industri, audit firm, profitabilitas ukuran perusahaan, pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan
ABSTRACT
This paper is aimed to analyse influence of industrial type, audit firm, and profitability to
corporate social responsibility disclosure. This study use purposive sampling method. Sampel of this
study are consisted 403 companies which listed in Indonesia Stock Exchange during 2014. Data
processing in this study use Software SmartPLS 2.0. Result of examination hypothesis of this study
shall be as follows : First, industrial type, audit firm, and profitability silmutaneously have effect on
corporate social responsibility disclosure. Second, this study found that profitability have no effect on
corporate social responsibility disclosure partially whereas industrial type and audit firm have
effects. Third, size can not moderate the influence industrial type, audit firm, size on corporate social
responsibility disclosure.
Keywords : industrial type, audit firm, profitability, size, corporate social responsibility disclosure
PENDAHULUAN
Corporate Social Responsibility
(CSR) atau Tanggung jawab sosial perusahaan
adalah komitmen perseroan untuk berperan
serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
bagi perseroan sendiri, komunitas setempat,
serta masyarakat pada umumnya (Pasal 1 ayat
3 UU No.40/2007). CSR merupakan sebuah
gagasan yang menjadikan perusahaan tidak
lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang
berpijak pada single bottom line, yaitu nilai
perusahaan (corporate value) yang
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 2
direfleksikan dalam kondisi keuangannya
(financial) saja.
Utama (2007) menyatakan bahwa
perkembangan CSR terkait dengan semakin
parahnya kerusakan lingkungan yang terjadi di
Indonesia maupun dunia, mulai dari
penggundulan hutan, polusi udara dan air,
hingga perubahan iklim. Perkembangan CSR
juga didorong oleh revolusi teknologi
komunikasi dan didukung oleh perubahan
politik, ekonomi, dan sosial.
Informasi yang diungkapkan dalam
laporan tahunan dapat dikelompokan menjadi
dua, yaitu pengungkapan wajib (Mandatory
Disclosure) dan pengungkapan sukarela
(Voluntary Disclosure). Pengungkapan wajib
(Mandatory Disclosure) merupakan
pengungkapan informasi yang diharuskan oleh
peraturan yang berlaku, dalam hal ini
dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam). Pengungkapan wajib
meliputi semua pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan. Pengungkapan
sukarela (Voluntary Disclosure) merupakan
pengungkapan yang dilakukan secara sukarela
oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh
peraturan yang berlaku atau pengungkapan
melebihi yang diwajibkan (Soemarso, 2003).
Sejak pengesahan Undang Undang
No.40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas
(UUPT) yang menegaskan bahwa “Tanggung
jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen
perusahaan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perusahaan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya”, maka
pengungkapan CSR yang pada awalnya
bersifat sukarela (voluntary) telah menjadi
kewajiban (mandatory) bagi setiap perusahaan
yang bergerak dan atau berkaitan dengan
dengan sumber daya alam.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 47 Tahun
2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas. Penerbitan PP
ini adalah amanat dari Pasal 74 ayat (4) UU
Perseroan Terbatas. Berlakunya PP ini
menjadikan setiap perseroan selaku subjek
hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Hal itu tertuang dalam Pasal 2,
“Setiap Perseroan selaku subjek hukum
mempunyai tanggung jawab sosial dan
lingkungan”.
Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan
bahwa dalam Pengungkapan informasi CSR
dalam laporan tahunan merupakan salah satu
cara perusahaan untuk membangun,
mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi
perusahaan dari sisi ekonomi dan politis.
Karakteristik perusahaan merupakan prediktor
kualitas pengungkapan. Karakteristik
perusahaan dapat menjelaskan variasi luas
pengungkapan sukarela dalam laporan
tahunan.
Hubungan antara tipe industri, audit
firm dan profitabilitas terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan banyak
mengalami perdebatan. Hal tersebut terungkap
dalam penelitian yang dilakukan oleh Novita
dan Djakman (2008), Khan (2010), Sufian dan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 3
Zahan (2013), Sembiring (2003), Anggraini
(2006), Hackston dan Milne (1996), Branco
dan Rodriguez (2008), Reverte (2009),
Nurkhin (2009), Siregar dan Bachtiar (2010),
Hossain (2006), Khasharmeh dan Desoky
(2013), Sari, Sutrisno dan Suharsono (2013),
dll. Perbedaan hasil penelitian tersebut
membuat penulis tertaik untuk meneliti lebih
lanjut tentang tipe industri, audit firm dan
profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Rumusan Masalah
1. Apakah komisaris independen, kepemilikan
institusional, tipe industri, audit firm dan
profitabilitas secara simultan berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan pada perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun
2014?
2. Apakah komisaris independen, kepemilikan
institusional, tipe industri, audit firm dan
profitabilitas secara parsial berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan pada perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun
2014?
3. Apakah ukuran perusahaan dapat
memoderasi pengaruh komisaris
independen, kepemilikan institusional, tipe
industri, audit firm dan profitabilitas
terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan pada perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2014
?
Metode
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia pada Tahun 2014 yang berjumlah
506 perusahaan.
Sampel dipilih dengan metode
purposive sampling dengan kriteria;
a. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014.
b. Perusahaan yang memiliki ROE positif.
Sehingga total perusahaan dengan data
lengkap berjumlah 403 perusahaan.
Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Karakteristik perusahaan pada
penelitian ini diproksikan oleh tipe industri,
audit firm dan profitabilitas.
a. Tipe Industri (X1)
Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan (Hackston dan Milne, 1996)
perusahaan terklasifikasi dalam kelompok
industri high-profile dan low-profile. Tipe
industri merupakan variabel dummy (yaitu
variabel penilaian), yaitu: 1 = perusahaan yang
termasuk dalam industri high-profile dan 0 =
perusahaan yang termasuk dalam industri low-
profile.
b. Audit Firm (X2)
Audit firm (perusahaan audit) atau
Kantor Akuntan Publik (KAP) biasanya
dikaitkan dengan kualitas dan reputasi audit.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur
perusahaan audit atau Kantor Akuntan Publik
(KAP) dilakukan dengan menggunakan
variabel dummy, yaitu 1 = untuk perusahaan
yang memakai jasa KAP yang berafiliasi
dengan KAP the big four dan 0 = untuk
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 4
perusahaan yang memakai jasa KAP yang
tidak berafiliasi dengan KAP the big four.
c. Profitabilitas (X3)
Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba (profit)
pada periode tertentu. Profitabilitas dalam
penelitian ini akan menggunakan proksi return
on equity (ROE) seperti Hakston dan Milne
(1996) dan Nurkhin (2009). ROE dapat dicari
dengan membandingkan net income dan
shareholder’s equity.
Return on equity (ROE) =
2. Variabel Moderasi
Ukuran perusahaan (X4) adalah alat
untuk mengukur suatu perusahaan berdasarkan
aturan tertentu. Novita dan Djakman (2008)
menggunakan proksi log assets. Penelitian ini
menggunakan Log of total assets value seperti
yang dilakukan oleh Farook dan Lanis (2005)
dan Nurkhin (2009).
3. Variabel Dependen
Pengungkapan tanggung jawab sosial
(Y) merupakan pengungkapan informasi
terkait dengan aktivitas tanggung jawab sosial
perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab
sosial diukur dengan proksi CSRDI
(Corporate Social Responsibility Disclosure
Index) berdasarkan indikator GRI (Global
Reporting Initiatives) yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari website
www.globalreporting.org. Indikator GRI
terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu
ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagai dasar
sustainability reporting.
Pengukuran CSRDI mengacu pada penelitian
Sari dan Suharsono (2013) yang menggunakan
content analysis dalam mengukur variety dari
CSRDI. Pendekatan ini pada dasarnya
menggunakan pendekatan dikotomi yaitu
setiap item CSR dalam instrumen penelitian
diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika
tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari
setiap item dijumlahkan untuk memperoleh
keseluruhan skor untuk setiap perusahaan.
CSRDIj =
Model Penelitian
Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan (Y)
Tipe Industri (X1)
Ukuran Perusahaan (X4)
Audit Firm (X2)
Profitabilitas (X3)
Karakteristik
Perusahaan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 5
Keterangan :
Merupakan pengaruh simultan
Merupakan pengaruh parsial
Merupakan pengaruh variabel moderasi
Hipotesis
H1 : Tipe industri, audit firm dan
profitabilitas berpengaruh secara simultan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
H2a : Tipe Industri mempunyai pengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
H2b : Audit firm mempunyai pengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
H2c : Profitabilitas mempunyai pengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
H3 : Ukuran perusahaan memoderasi
pengaruh tipe industri, audit firm, profitabilitas
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Data yang digunakan
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Data berupa laporan
tahunan diperoleh dari website Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Analisis Data
Metode Analisis
Dalam penelitian ini analisis data
menggunakan pendekatan Partial Least
Square (PLS). PLS merupakan sebuah metode
untuk mengkonstruksi model-model yang
dapat diramalkan ketika faktor-faktor terlalu
banyak. Untuk menganalisis pengaruh antar
variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y) digunakan persamaan berikut :
Y = β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5|X1–X4| +
β6|X2–X4| + β7|X3-X4| + e
Dimana :
Y = Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
X1 = Tipe industri
X2 = Audit Firm
X3 = Profitabilitas
X4 = Ukuran perusahaan
| X1 – X4 | = Interaksi X1 dan X4
| X2 – X4 | = Interaksi X2 dan X4
| X3 – X4 | = Interaksi X3 dan X4
β1, β2, ..... β7 = Koefisien
e = error term
Goodnes of Fit
Outer Model
1. Uji Convergent Validity
Uji convergent validity dilakukan
untuk mengetahui validitas dari indikator yang
digunakan. Indikator dinyatakan valid dengan
nilai weights or loading factor berkisar di atas
0,50.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 6
2. Uji Discriminant Validity
Uji discriminant validity dilakukan
untuk mengetahui korelasi antara tiap
indikator dengan semua variabel laten yang
ada. Seluruh indikator dinyatakan valid jika
nilai korelasi cross loading yang digunkan
dalam membentuk variabel laten lebih besar
dibandingkan dengan korelasi terhadap
variabel laten yang lain.
3. Uji Average Variance Extracted
Uji Average Variance Extracted
(AVE) dilakukan untuk mengetahui nilai yang
menunjukan besarnya varian indikator yang
dikandung oleh variabel. Nilai AVE seluruh
variabel dinyatakan valid apabila nilai AVE
berkisar di atas 0,5.
4. Uji Composite Reliability
Uji composite reliability dilakukan
untuk mengetahui nilai yang menunjukan
sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya
untuk digunakan. Seluruh variabel dinyatakan
reliabel apabila nilai loading-nya di atas 0,70.
Inner model
1. R-Square
Koefisien determinasi dilihat dengam
melihat nilai R-square (R2). Nilai dari R2
adalah antara nol sampai dengan satu. R2
bernilai satu berarti variabel independen
menjelaskan seratus persen variansi terhadap
variabel dependen. Nilai R2 yang dapat
digunakan dalam justifikasi adalah lebih besar
atau sama dengan 0,10 (Jogiyanto, 2007).
2. Q-Square
Suatu model dianggap mempunyai
nilai predictive yang relevan jika nilai Q-
Square lebih besar dari 0 ( > 0).
Pengujian Hipotesis
Uji F
Pengujian hipotesis 1 dalam penelitian
ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh
yang signifikan dari variabel independen (tipe
industri, audit firm, profitabilitas) dengan
variabel dependen (pengungkapan CSR)
secara simultan.
Pegujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji simultan (uji F). Kriteria
pengujian yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan level of significant
dengan derajat kebebasan (degree of
freedom) df = (n-k) (k-1) untuk
menentukan nilai ftabel yang merupakan
patokan daerah penerimaan dan
penolakan.
b. Menentukan kriteria pengujian
Jika Fhitung > Ftabel (α, k-1. N-k), maka H0
ditolak atau Ha diterima
Jika Fhitung ≤ Ftabel (α, k-1. N-k), maka H0
diterima atau Ha ditolak
Uji t
Uji Parsial (Uji t) digunakan untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan
dengan membandingkan antara thitung dengan
ttabel. Tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 95%, sehingga tingkat presisi atau batas
ketidakakuratan sebesar (α) = 5% atau 0,05
dan menghasilkan nilai ttabel sebesar 1,96.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Goodnes of Fit
Outer Model
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 7
1. Uji Convergent Validity
Tabel 1
Uji Convergent Validity
Variabel Indikator
Weights
or
Loadings
Ket.
TIPE TIPE_1 1,0000 Valid
AUDIT AUDIT_1 1,0000 Valid
ROE ROE_1 1,0000 Valid
SIZE SIZE_1 1,0000 Valid
CSR CSRDI 1,0000 Valid
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 1, uji weights or loadings
menunjukan loading faktor indikator INDE_1
bernilai 1,0000; loading faktor indikator
INST_1 bernilai 1,0000; loading faktor
indikator TIPE_1 bernilai 1,0000; loading
faktor indikator AUDIT_1 bernilai 1,0000;
loading faktor indikator ROE_1 bernilai
1,0000; loading faktor indikator SIZE_1
bernilai 1,0000; loading faktor indikator
CSRDI bernilai 1,0000. Seluruh indikator
dinyatakan valid karena nilai loading faktor
lebih besar dari 0,50.
2. Uji Discriminant Validity
Tabel 2
Uji Discriminant Validity
AUDIT CSR ROE SIZE TIPE
AUDIT_1 1,0000 0,3111 0,1203 0,3711 0,0766
CSRDI 0,3111 1,0000 0,0300 0,4360 0,3086
ROE_1 0,1203 0,0300 1,0000 0,0566 0,1144
SIZE_1 0,3711 0,4360 0,0566 1,0000 -0,0963
TIPE_1 0,0766 0,3086 0,1144 -0,0963 1,0000
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 2, uji discriminant validity
menunjukan nilai korelasi cross loading
seluruh indikator tipe industri terhadap
variabel latennya lebih besar dari nilai korelasi
cross loading variabel laten lainnya yaitu
1,0000; maka seluruh indikator tipe industri
dinyatakan valid. Nilai korelasi cross loading
seluruh indikator audit firm terhadap variabel
latennya lebih besar dari nilai korelasi cross
loading variabel laten lainnya yaitu 1,0000;
maka seluruh indikator audit firm dinyatakan
valid. Nilai korelasi cross loading seluruh
indikator profitabilitas terhadap variabel
latennya lebih besar dari nilai korelasi cross
loading variabel laten lainnya yaitu 1,0000;
maka seluruh indikator profitabilitas
dinyatakan valid. Nilai korelasi cross loading
seluruh indikator ukuran perusahaan terhadap
variabel latennya lebih besar dari nilai korelasi
cross loading variabel laten lainnya yaitu
1,0000; maka seluruh indikator ukuran
perusahaan dinyatakan valid. Nilai korelasi
cross loading seluruh indikator pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
variabel latennya lebih besar dari nilai korelasi
cross loading variabel laten lainnya yaitu
1,0000; maka seluruh indikator pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dinyatakan
valid.
3. Uji Average Variance Extracted
Tabel 3
Uji Average Variance Extracted
Variabel
Laten AVE Keterangan
TIPE 1,0000 Reliabel
AUDIT 1,0000 Reliabel
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 8
ROE 1,0000 Reliabel
SIZE 1,0000 Reliabel
CSR 1,0000 Reliabel
Sumber : Data diolah
Tabel 3 di atas menunjukan bahwa nilai AVE
> 0,50 untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini. Hal ini berarti bahwa variabel
tipe industri (TIPE), audit firm (AUDIT),
profitabilitas (ROE), ukuran perusahaan
(SIZE), pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) adalah reliabel.
4. Uji Composite Reliability
Tabel 4
Uji Composite Reliability
Variabel
Laten
Composite
Reliability Keterangan
TIPE 1,0000 Reliabel
AUDIT 1,0000 Reliabel
ROE 1,0000 Reliabel
SIZE 1,0000 Reliabel
CSR 1,0000 Reliabel
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4, hasil uji composite
reliability menunjukan bahwa nilai composite
reliability variabel komisaris independen
sebesar 1,0000; nilai composite reliability
variabel kepemilikan institusional sebesar
1,0000; nilai composite reliability variabel tipe
industri sebesar 1,0000; nilai composite
reliability variabel audit firm sebesar 1,0000;
nilai composite reliability variabel
profitabilitas sebesar 1,0000; nilai composite
reliability variabel ukuran perusahaan sebesar
1,0000; dan nilai composite reliability variabel
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan sebesar 1,0000. Hal ini berarti
seluruh variabel adalah reliabel karena
memiliki nilai composite reliability lebih besar
dari 0,70.
Evaluasi Inner Model
1. R-square
Pada kalkulasi data yang dilakukan dengan
metoda algorithma PLS, didapat nilai R-
square 0,368. Pada tabel R-Square di atas
konstruk CSR mempunyai variansi yang dapat
dijelaskan oleh konstruk komisaris
independen, kepemilikan institusional, tipe
industri, audit firm, profitabilitas dan ukuran
perusahaan sebesar 36,8% sedangkan 63,2%
dijelaskan oleh faktor lain.
2. Q-square
Hasil perhitungan Q-square adalah sebagai
berikut :
Q2 = 1 – (1-R2)
Q2 = 1 – (1- 0,3682)
Q2 = 1 – (1- 0,1354)
Q2 = 1 - 0,8646
Q2 = 0,1354
Hasil perhitungan Q-Square pada
penelitian ini adalah 0,1354 atau 13,54%. Hal
ini berarti model dalam penelitian ini layak
untuk menjelaskan variabel endogen yaitu
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan.
Hasil Pengujian Hipotesis
1. Uji F (Simultan)
Hasil uji F dapat dilihat pada
ringkasan hasil dalam tabel berikut :
Tabel 5
Ringkasan hasil uji simultan (Uji F)
Keterangan Nilai
Tipe industri, audit
firm, profitabilitas)
F hitung :
18,854
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 9
terhadap pengungkapan
CSR secara simultan
Signifikansi F :
0,000
F tabel :
2,236
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas terlihat
bahwa nilai Fhitung > Ftabel (18,854 > 2,236) dan
signifikansi (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tipe industri, audit firm, profitabilitas
secara simultan berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR.
2. Uji t (Parsial)
Pengujian digunakan dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95%.
Variabel eksogen dinyatakan signifikan pada
variabel endogennya apabila hasil t-statistic
lebih besar dari 1,96. Hasil t-statistic masing-
masing variabel dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 6
Path Coefficient total effect)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
T tabel
Sig-
95%
Hasil
Pengujian
TIPE -> CSR 0,346198 0,351744 0,039625 0,039625 8,736910 1,96
Tolak H0 pada
tingkat
kepercayaan 95%
AUDIT ->
CSR 0,144214 0,138319 0,048002 0,048002 3,004325 1,96
Tolak H0 pada
tingkat
kepercayaan 95%
ROE -> CSR -0,045385 -0,087617 0,103580 0,103580 0,438161 1,96
Terima H0 pada
tingkat
kepercayaan 95%
SIZE -> CSR 0,411901 0,423878 0,052283 0,052283 7,878365 1,96
Tolak H0 pada
tingkat
kepercayaan 95%
TIPE * SIZE -
> CSR -0,048127 -0,051039 0,043636 0,043636 1,102923 1,96
Terima H0 pada
tingkat
kepercayaan 95%
AUDIT *
SIZE -> CSR -0,030235 -0,026706 0,053313 0,053313 0,567125 1,96
Terima H0 pada
tingkat
kepercayaan 95%
ROE * SIZE -
> CSR -0,004759 0,037651 0,103905 0,103905 0,045800 1,96
Terima H0 pada
tingkat
kepercayaan 95%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas, Path Cofficient
menunjukan persamaan sebagai berikut:
Y = 0,346TIPE + 0,144AUDIT - 0,045ROE
- 0,048TIPE*SIZE - 0,030AUDIT*SIZE -
0,005ROE*SIZE + e
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 10
Tipe industri dalam pengungkapan
tanggung jawab sosial menghasilkan thitung >
ttabel (8,737 > 1,96). Nilai original sample
estimate adalah 0,346 yang menunjukan
bahwa arah hubungan antara (X1) dengan (Y)
adalah positif. Hal ini berarti Ha2a dalam
penelitian ini menyatakan bahwa ‘Terdapat
pengaruh antara tipe industri (X1) perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada
Tahun 2014 dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (Y)’.
Audit firm dalam pengungkapan
tanggung jawab sosial menghasilkan thitung >
ttabel (3,004 > 1,96). Nilai original sample
estimate adalah 0,144 yang menunjukan
bahwa arah hubungan antara (X2) dengan (Y)
adalah positif. Hal ini berarti Ha2b dalam
penelitian ini menyatakan bahwa ‘Terdapat
pengaruh antara ukuran audit firm (X2) dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (Y)’.
Profitabilitas dalam pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan di thitung <
ttabel (0,438 < 1,96). Nilai original sample
estimate adalah -0,045 yang menunjukan
bahwa arah hubungan antara (X3) dengan (Y)
adalah negatif. Hal ini berarti Ha2c dalam
penelitian ini menyatakan bahwa ‘Tidak
terdapat pengaruh antara profitabilitas (X3)
dengan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (Y)’.
Ukuran perusahaan sebagai variabel
moderasi mempunyai pengaruh terhadap
hubungan antara tipe industri, audit firm dan
profitabilitas dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan dengan t-statistik
dibawah 1,96. Hal ini berarti H03 dalam
penelitian ini menyatakan bahwa ‘Tidak
terdapat pengaruh antara profitabilitas (X3)
terhadap hubungan antara tipe industri, audit
firm, profitabilitas dengan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (Y)’.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data
diketahui sebagai berikut :
1. Tipe industri yang tinggi berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Perusahaan yang
termasuk dalam industri yang high-profile
akan memberikan informasi sosial lebih
banyak dibandingkan perusahaan yang low-
profile. Perusahaan yang memiliki aktivitas
ekonomi yang memodifikasi lingkungan,
seperti industri ekstraktif, lebih mungkin
mengungkapkan informasi mengenai
dampak lingkungan dibandingkan industri
yang lain. Hasil penelitian ini didukung
oleh Anggraini (2006) yang menemukan
hubungan yang positif dari kedua variabel
tersebut. Hal serupa juga diungkapkan
Indrawati (2009), Naser dan Hasan (2013)
dan Bayoud dkk (2012).
2. Audit firm berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Perusahaan yang diaudit oleh
KAP yang lebih besar (big four) secara
umum akan menyajikan pengungkapan
yang lebih baik dibanding perusahaan yang
diaudit oleh KAP yang lebih kecil (non big
four). KAP besar dianggap sebagai
penyedia kualitas audit yang tinggi dan
menikmati reputasi tinggi dalam
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 11
lingkungan bisnis sehingga KAP besar
akan berusaha untuk mempertahankan
independensinya untuk menjaga image
mereka sehingga mampu membuat
perusahaan untuk mengungkapkan
tanggung jawab perusahaan secara
maksimal. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Choi
(1998) bahwa audit firm atau KAP
berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial.
3. Profitabilitas yang diproksikan dengan
ROE tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hasil ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Sembiring
(2005), Anggraini (2006), Reverte (2009)
serta Siregar dan Bachtiar (2010). Alasan
yang melandasi hal tersebut adalah ketika
perusahaan memiliki laba yang tinggi,
perusahaan menganggap tidak perlu
melaporkan hal-hal yang dapat
mengganggu informasi tentang kesuksesan
perusahaan. Sedangkan pada saat tingkat
profitabilitas rendah, mereka berharap para
pengguna laporan keuangan akan membaca
“good news” kinerja perusahaan, misalnya
dalam lingkup sosial (Sembiring, 2005). Di
sisi lain pengungkapan sosial perusahaan
justru memberikan kerugian kompetitif
karena perusahaan harus mengeluarkan
biaya tambahan untuk mengungkapkan
informasi sosial tersebut (Anggraini, 2006).
4. Terdapat pengaruh negatif dari ukuran
perusahaan sebagai variabel moderasi yang
mempengaruhi hubungan antara komisaris
independen terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga
dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan
bukan variabel moderasi. Hal ini
dimungkinkan mengingat bahwa ukuran
perusahaan yang dapat mempengaruhi
pengungkapan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan bisa saja
didasarkan oleh faktor lain, seperti jumlah
karyawan. Hasil pengujian hipotesis
menunjukan bahwa ukuran perusahaan
sebagai variabel moderasi tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tipe industri, audit firm dan profitabilitas
berpengaruh secara simultan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2014.
2. Tipe industri, audit firm dan profitabilitas
secara parsial terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014 menunjukan hal-
hal sebagai berikut :
a. Tipe Industri berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan pada perusahaan yang
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 12
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014.
b. Audit Firm berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014.
c. Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2014.
3. Ukuran perusahaan tidak dapat
memoderasi tipe industri, audit firm dan
profitabilitas terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan sebelumnya dapat ditarik
beberapa saran sebagai berikut:
1. Pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan investasi jangka
panjang perusahaan. Diharapkan
pelaksanaan dan pengungkapan CSR akan
semakin baik ketika perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi. Pada
penelitian ini ditemukan bahwa
profitabilitas yang diukur dengan ROE
tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hal ini mengindikasikan
bahwa transparansi pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan masih rendah.
Oleh karena itu, diharapkan segala hal
yang berkaitan dengan tanggung jawab
sosial perusahaan di masa yang akan
datang, terutama besaran dana perlu lebih
terbuka.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan :
a. Menggunakan indikator
pengungkapan CSR yang lebih
sesuai dengan karakter perusahaan di
Indonesia.
b. Menggunakan periode pengamatan
yang lebih lama sehingga akan
memberikan kemungkinan yang
lebih besar untuk memperoleh
kondisi yang sebenarnya serta
menambah jumlah sampel.
c. Menambahkan atau menggunakan
variabel lain untuk menemukan suatu
model standar pendugaan
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan, seperti budaya
organisasi, komitmen organisasi dan
media exposure.
Daftar Pustaka
Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006.
Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor
faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-
perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX,
Padang, 23-26 Agustus 2006.
Asri, Mohd. and Ruhaya Atan. 2013. The
Relationship between Corporate Governance
and Corporate Social Responsibility
Disclosure: A Case of High Malaysian
Sustainability Companies and Global
Sustainability Companies. South East Asia
Journal of Contemporary Business, Economic
and Law, Vol.3, Issue I (December) ISSN
2289-1560.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 13
Bayoud, Nagib Salem, Marie Kavanagh, Geoff
Slaughter. 2012. Factor Influencing Levels of
Corporate Social Responsibility Disclosure by
Libya Firms: A Mixed Study. International
Journal of Economics and Finance, Vol.4 No.4
April 2012. ISSN 1916-971X.
Choi, J. S. 1998. “An Investigation of the
Initial Voluntary Environmental Disclosures
Made in Korean Semi-Annual Financial
Reports”, A conference paper accepted for the
Second Asian Pacific Interdisciplinary
Research in Accounting, Osaka University,
Japan.
Dirgantari, Novi. 2002. Analisis Terhadap
Perbedaan Ekstensifikasi Praktek Social
Disclosure pada Perusahaan-Perusahaan
Emiten di Bursa Efek Jakarta Berdasarkan
Tipe Industri dan Ukuran Perusahaan. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Ekowati, Lilis & Prasetyono. 2014. Pengaruh
Profitabilitas, Likuiditas, Growth, dan Media
Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi XVII, Lombok, 24 – 27
September 2014.
Farook, Sayd dan Roman Lanis. 2005.
Banking On Islam? Determinants of
Corporate Social Responsibility Disclosure.
http://www.afaanz.org/web2005/papers.
Ghozali, Imam. 2011. Structural Equation
Modelling: Metode Alternatif Dengan Partial
Least Square. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hackston, David and Milne, Marcus J., 1996.
Some Determinants of Social And
Environmental Disclosures In New Zaeland
Companies. Accounting, Auditing and
Accountability Journal, Vol. 9, No. 1, pp. 77-
108.
Hossain, M., K. Islam dan J. Andrew. 2006.
Corporate Social and Environmental
Disclosure in Developing Countries; Evidence
from Bangladesh. Faculty of commerce
papers, University of Wollongong.
http://ro.uow.edu.au/commpapers/179.
Indrawati, Novita. 2009. Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
Annual Report serta Pengaruh Political
Visibility dan Economic performance. Pekbis
Jurnal, Vol.1, No.1, Maret 2009: 1-11.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal No. Kep-11/PM/1997 Tentang
Perubahan Peraturan Nomor IX.C.7 Tentang
Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka
Penawaran Umum Oleh Perusahaan
Mengengah atau Kecil.
Khasharmeh, Husein A and A.M Desoky.
2013. On-line Corporate Social Responsibility
Disclosure; The Case of The Gulf Cooperation
Council (GCC) Countries. Global Review of
Accounting and Finance, Vol.4 No.2
September 2013. Pp.39-64.
Kusumawati, Dwi Novi. 2006. Profitability
and Corporate Governance Disclosure: An
Indonesian Study. Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus 2006.
Nasser, Kamal dan Yousef Hasan. 2013.
Determinants of Corporate Social
Responsibility Reporting: Evidence from an
Emerging Economy. Journal of Contemporary
Issues in Business Research, Vol.2 Issue No.3
2013.
Novita & Chaerul D. Djakman. 2008.
Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR
Disclosure) pada Laporan Tahunan
Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan
Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
tahun 2006. Simposium Nasional Akuntansi
XI, Pontianak, 22 – 25 Juli 2008.
Nurkhin, Ahmad. 2009. Corporate
Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya
Dalam Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (studi empiris pada perusahaan-
perusahaan yang terdaftar Bursa Efek
Indonesia). Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol.
2, No. 1, Maret 2010, 46-55.
Parsa, Sepideh & Reza Kouhy. 2007. Social
Reporting by Companies Listed on the
Alternative Investment Market. Journal of
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 14
Business Ethics (2008) 79:345–360.. Diakses
tanggal 1 November 2014.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
Reverte, Camelo. 2009. Determinants of
Corporate Social Responsibility Disclosure
Ratings by Spanish Listed Firms, Journal of
Business Ethics, pp. 351-356.
Rouf, Md. Abdur. 2011. The Corporate Social
Responsibility Disclosure: A Study of Listed
Companies in Bangladesh. Business and
Economics Research Journal, Vol.20 No.3,
2011. ISSN: 1309-2448.
Rusdianto, Ujang. 2013. CSR Communications
A Framework for PR Practitioners.
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Said, Roshima., Yuserrie Hj Zainuddin., dan
Hasnah Haron. 2009. The Relationship
between Corporate Social Responsibility and
Corporate Governance Characteristics in
Malaysian Public Listed Companies. Social
Responsibility Journal. Vol. 5, No. 2, hal. 212-
226.
Sayar, Omid dan Ghodratollah Barzegar. 2014.
Study of The Impact of The Board Size on
Corporate Social Responsibility Disclosure of
Listed in Tehran Stock Exchange. International
Research Journal of Management Science.
Vol.2(11), 374-377, 2014. ISSN : 2147-964x.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja
Keuangan, Political Visibility,
Ketergantungan Pada Hutang, dan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi
VI, Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005.
Perkembangan Corporate Social
Responsibility di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.
Siregar, S Veronica and Yanivi Bachtiar.
2010. Corporate Social Reporting; Empirical
Evidence from Indonesian Stock Exchange.
International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management, Vol.3,
No.3,2010, pp.241-252.
Sufian, Mohammad Abu dan Muslima Zahan.
2013. Ownership Structure and Corporate
Social Responsibility Disclosure in
Bangladesh. International Journal of
Economics and Financial Issues, Vol.3 No.4,
2013, hal 901-909, ISSN: 2146-4138.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.
Tarjo. 2008. Pengaruh Konsentrasi
Kepemilikan Institusional dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang
saham serta Cost of Equity Capital.
Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak,
22 – 25 Juli 2008.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
Urip, Sri. 2013. Strategi CSR: Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan untuk Peningkatan
Daya Saing Perusahaan Di Pasar Negara
Berkembang. Jakarta: Penerbit Literati
Imprint.
Utama, Sidharta. 2007. Evaluasi Infrastruktur
Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan di Indonesia.Melalui
http://www.ui.edu [2 November 2014]
Utomo, Muhammad Muslim. 2000. Praktek
Pengungkapan Sosial Laporan Tahunan
Perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi III.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 15
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI
TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL GURU DI SMP NEGERI 1 SELOPURO
KABUPATEN BLITAR
Cicik Susana, Eka Askafi, Arisyahidin
Program Studi Magiter Manajemen Universitas Islam Kadiri, Kediri, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi berprestasi
terhadap komitmen organisasional guru di SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar. Penelitian
dilakukan dengan metode survei angket pada guru di SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket pada responden. Angket dibagikan
kepada 43 responden guru di SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar. Alat analisis yang digunakan
adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan aplikasi 16,00 for windows. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan
transformasional terhadap komitmen organisasional guru di SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten
Blitar; 2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi berprestasi terhadap komitmen
organisasional guru di SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar; dan 3) Terdapat pengaruh positif
dan signifikan kepemimpinan transformasional dan motivasi berprestasi secara simultan terhadap
komitmen organisasional guru di SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar.
Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Berprestasi, Komitmen Organisasional.
ABSTRACT
This research is to know the influence of transformational leadership and achievement motivation
toward the organizational commitment of teacher in SMP Negeri 1 Selopuro Blitar Regency. The
research was conducted by questionnaire survey method at the teacher at SMP Negeri 1 Selopuro
Blitar Regency. Data collection was done by distributing questionnaires to respondents.
Questionnaires were distributed to 43 teachers at SMP Negeri 1 Selopuro Blitar. The analytical tool
used is Multiple Linear Regression using 16.00 for windows application. The results showed that: 1)
There is no positive and significant influence of transformational leadership on organizational
commitment of teachers in SMP Negeri 1 Selopuro Blitar Regency; 2) There is a positive and
significant influence of achievement motivation on organizational commitment of teachers in SMP
Negeri 1 Selopuro Blitar Regency: and 3) There is a positive and significant influence of
transformational leadership and achievement motivation simultaneously to the organizational
commitment of teachers in SMP Negeri 1 Selopuro Blitar Regency.
Keywords: Transformational Leadership, Achievement Motivation, Organizational Commitment.
PENDAHULUAN
Manusia di dalam kehidupannya sehari-hari
tidak lepas dari kehidupan berorganisasi,
dimana manusia akan selalu untuk hidup
bermasyarakat. Baik dalam kehidupan di
masyarakat maupun di dunia kerja, yang
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 16
mendorong setiap manusia untuk berinteraksi
dengan lingkungannya.
Komitmen organisasi merupakan konsep
penting dalam manajemen dan telah dipelajari
secara luas oleh para peneliti organisasi,
terutama dalam psikologi organisasi dan
perilaku organisasi (Meyer et al dalam Laka,
2013). Komitmen organisasi sebagai keadaan
psikologis yang mencirikan hubungan
karyawan dengan organisasi dan memiliki
implikasi bagi keputusan untuk melanjutkan
keanggotaan dalam organisasi. Komitmen
organisasi mengandung pengertian sebagai
sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan
yang pasif terhadap perusahaan, dengan kata
lain komitmen organisasi menyiratkan
hubungan karyawan dengan organisasi atau
perusahaan secara aktif.
Komitmen organanisasi dipengaruhi oleh
bebarapa faktor. Menurut Morrow dalam Laka
(2013) faktor demografi seperti umur, jenis
kelamin, status perkawinan , tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja
mempengaruhi komitmen yang dimiliki oleh
seorang karyawan. Banyak penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan tingkat komitmen seorang
karyawan terhadap organisasinya. Setiap
penelitian disesuaikan dengan disiplin ilmu
dari setiap ahli (Putranta, 2008). Dalam
penelitian ini akan melihat bagaimana
komitmen dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan seseorang dan bagaimana
kedua faktor tersebut bersama-sama
mempengaruhi kinerja karyawan.
Organisasi pendidikan tidak terlepas dalam
kegiatan dan budaya organisasi. Guna untuk,
mewujudkan tujuan oraganisasi mencerdaskan
anak bangsa. Demikian halnya, SMPN 1
Selopuro untuk menciptakan tujuan irganisasi
sebagai pelayanan publik, maka perlu sekali
konmitmen organisasi semua pihak.
Keterlibatan pihak inilah yang perlu dan
penting untuk mencapai tujuan itu.Eksistensi
SMPN 1 yang berupasti dan berakreditasi A
perlu adanya peningkatan serta untuk
mempertahan mutu pendidikannya sebagai out
put dari pendidikan ini, sekaligus citra positif
dalam masyarakat.
Sikap yang ditunjukan dapat melibatkan fisik,
psikis, atau juga kognitif. Karyawan yang
merasa terikat atau engaged akan mampu
memberikan keseluruhan dirinya dalam usaha
pencapaian tujuan, visi dan misi perusahaan
(Kahn, 1990). Dalam penelitiannya, Robert
(2006) dalam Laka (2013) menemukan adanya
relasi yang positif antara employee
engagement dan komitmen organisasi.
Karyawan dengan tingkat engagement yang
tinggi mendatangkan tingkat komitmen yang
tinggi pada organanisasi dengan demikian
mendatangkan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan, kinerja yang tinggi serta rendah
turn over. Kogie (2008) dalam Laka (2013)
menemukan bahwa work engagement
mempengaruhi tingkat komitmen seorang
pekerja pada perusahaannya. Karyawan yang
engaged memiliki komitmen pada
organisasinya dengan memberikan kinerja
yang baik serta mendapatkan kesejahteraan
dalam kehidupannya. Cho, Heater dan Carol
(2006), dalam penelitian yang dilakukan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 17
menyimpulkan bahwa work engagement
memiliki pengaruh yang positif terhadap
komitmen organisasi sebagaimana yang
disimpulkan pula oleh Field dan Johana
(2011). Work engagement yang tinggi akan
berpengaruh positf terhadap komitmen bekerja
karyawan. Hasil positif tersebut secara tidak
langsung akan menggambarkan bagaimana
kepuasan seorang karyawan bekerja di dalam
sebuah organisasi.
Organisasi dapat dikatakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan, oleh karna itu organisasi
dapat dikatakan wadah kegiatan dari pada
orang-orang yang bekerjasama dalam
usahanya untuk mencapai tujuan. Di kegiatan
itu orang-orang harus jelas tugas, wewenang
dan tanggung jawabnya, hubungan dan tata
kerjanya. Pengertian yang demikian disebut
organisasi yang “statis”, karena sekedar hanya
melihat dari strukturnya. Di samping itu
terdapat pengertian organisasi yang bersifat
“Dinamis". Pengertian ini organisasi dilihat
dari pada sudut dinamikanya, aktivitas atau
tindakan dari pada tata hubungan yang terjadi
di dalam organisasi itu, baik yang bersifat
formal maupun informal.
Pemimpin yang handal bukan saja harus
piawai dalam menyusun strategi, tetapi juga
dapat menjalankan strategi dengan efektif.
Karena pemimpinlah yang akan melahirkan
strategi dan sekaligus berupaya keras agar
dapat mewujudkan strategi itu. Seorang
pemimpin yang dinilai berhasil adalah
pemimpin yang tanggap akan keadaan, situasi,
hingga adanya perubahan terhadap organisasi
yang dipimpinnya sehingga dapat
memaksimalkan segala sumber daya yang
terdapat di dalamnya dan menghasilkan
kinerja organisasi yang baik. Sampai aat ini
banyak sekali konsep tentang kepimimpinan
yang diungkapkan oleh beberapa ahli.
Kepemimpinan dideskripsikan dalam beberapa
istilah berdasarkan dengan ciri dan tindakan
yang dilakukan mulai dari kepemimpinan
kharismatik, kepimimpinan transaksional,
hingga istilah terkini yang banyak
dikemukakan adalah kepimimpinan
transformasional, yang kini banyak Model
kepemimpinan transformasional merupakan
model yang relatif baru dalam studi-studi
kepemimpinan. Model ini dianggap sebagai
model yang terbaik dalam menjelaskan
karakteristik pemimpin. Konsep
kepemimpinan transformasional
mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan
dalam pendekatan watak, gaya dan
kontingensi. Esensi kepemimpinan
transformasional adalah sharing of power.
Dalam konsep ini, seorang pemimpin
transformasional melibatkan bawahan secara
bersama-sama untuk melakukan perubahan,
atau sering disebut wujud pemberdayaan.
Melalui kepemimpinan transformasional ada
suatu keterikatan yang positif antara atasan
dan bawahan.
Pemimpin transformasional harus mampu
mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan
bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya. Pemimpin
transformasional juga harus mempunyai
kemampuan untuk menyamakan visi masa
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 18
depan dengan bawahannya, serta
mempertinggi kebutuhan bawahan pada
tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang
mereka butuhkan. Keberadaan para pemimpin
transformasional mempunyai efek
transformasi baik pada tingkat organisasi
maupun pada tingkat individu. dimensi dari
gaya kepemimpinan transformasional,
Inspirational leadership merupakan gaya
kepemimpinan yang dipilih oleh responden
untuk keefektifan seorang pemimpin,
sebaliknya gaya kepemimpinan transaksional
seperti laissez-faire merupakan kepemimpinan
yang dihindari oleh pemipinan SMP Negeri
Selopuro Kabupaten Blitar.
Berawal fenomena tersebut penulis akan
melihat pada sebuah pendidikan yang ada
SMP Negeri 1 Seloporo Kabupaten Blitar.
Fakus penelitian terfakus pada manajemen
yang ada pada intansi pendidikan yakni SMP
Negeri 1 Seloporo Kabupaten Blitar.
Sekolahan ini merupakan sekolahan Negeri
Umum tingkat pertama yang ada di Kecamatan
Selopuro Kabupaten Blitar. Selain itu SMP
Negeri 1 Seloporo Kabupaten Blitar
mendapatkan akreditasi A hal ini salah satu
latar belakang penelitian ini.
Dengan uraian diatas peneliti memfokuas
penelitian ini dengan judul “Pengaruh
Kepemimpinan Transformasional dan
Motivasi Berprestasi Terhadap Komitmen
Organisasional Studi Pada Guru di SMP
Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar”?
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini, antara lain:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan
kepemimpinan transformasional terhadap
komitmen organisasional pada guru di SMP
Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar?;
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan
motivasi berprestasi terhadap komitmen
organisasional pada guru di SMP Negeri 1
Selopuro Kabupaten Blitar?.
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan
kepemimpinan transformasional dan
motivasi berprestasi terhadap komitmen
organisasional pada guru di SMP Negeri 1
Selopuro Kabupaten Blitar?
METODE PENELITIAN
Dilihat dari tingkat eksplanasi, penelitian ini
termasuk penelitian Komparatif dengan
hubungan kausal, bahwa “penelitian
komparatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui perbandingan atau
pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Sedangkan hubungan kausal adalah sebab
akibat, bila X maka Y”. (Sugiono, 2013).
Dilihat dri jenis data penelitian ini termasuk
penelitian kuantitatif (Arikunto, 2013) dan
“data kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka atau data kualitatif yang diangkakan”.
Menurut Sugiono, (2013) maka jenis
penelitian yang digunakan adalah termasuk
dalam penelitian menguji hipotesis (hypothesis
testing reserch).
Lokasi yang akan menjadi tempat penelitian
adalah SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten
Blitar yang berlokasi di Desa Jatitengah
Selopuro Blitar , Telp. 0342.691756 ”. Alasan
pengambilan lokasi penelitian tersebut adalah
data yang dibutuhkan dapat diperoleh dan data
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 19
tersebut layak untuk dijadikan obyek
penelitian serta sesuai dengan permasalahan
yang akan diteliti mengenai komitmen guru
dalam organisasi.
Populasi merupakan keseluruhan obyek atau
subyek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu ysng ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian diatrik
kesimpulannya. (Arikunto, 2013). Adapun
yang menjadi “populasi dari penilitian ini
adalah seluruh Guru di SMP Negeri I Selopuro
Kabupaten Blitar.
Jika hanya meneliti sebagian dari populasi,
maka dilakukan dengan pengambilan sampel.
Menurut Arikunto (2013: 109) yang dikatakan
sampel adalah sebagian obyek atau wakil dari
populasi yang akan diteliti. Dinamakan
penelitian sampel apabila peneliti bermaksud
untuk menggeneralisasikan hasil penelitian
sampel. Adapun pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan teknik sampling random,
peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam
populasi sehingga semua subjek dianggap
sama, yaitu Guru SMP Negeri I Selopuro
Kabupaten Blitar. Jumlah guru kesluruhan di
SMP Negeri I Selopuro Kabupaten Blitar
berdasarakan datan 2017 Sebanyak 39 Orang
Guru tetap PNS, 4 Guru Honorer (GTT).
Jumlah ini lah yang akan menjadi populasi
dalam pebelitian ini sebanyak 43 orang.
Dikarenakan kurang dari 100 orang maka
populasi itu dibuat dipakai semua menjadi
sampel penelitian. Jadi dapat disimpulkan
populasi dan sampel sebanyak 43 orang dalam
penelitian ini.
Uji Validitas
Validasi menunjukkan sejauh mana alat itu
mengukur apa yang ingin diukur. Bila
seseorang ingin mengukur berat suatu benda,
maka dia harus menggunakan timbangan.
Timbangan alat untuk mengukur yang valid
bila dipakai untuk mengukur berat. Tetapi
timbangan bukanlah alat ukur yang valid
bilamana digunakan untuk mengukur panjang.
Dari pernyataan diatas diperoleh perhitungan
dengan menggunakan korelasi product
moment yaitu untuk mengukur kuat atau
lemahnya hubungan antara variabel bebas (X)
dengan variabel terikat (Y) sebagai berikut:
( )( ) ( )( ))2013,(
2222
Sugiono
yynxxn
yxxynr
−−
−=
Dimana:
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden
x = jumlah jawaban responden variabel bebas
y = jumlah jawban responden varibel terikat
Setelah r diperoleh, selanjutnya
membandingkan antara hasil nilai r dengan
tabel nilai perhitungan nilai kritis r pada taraf
signifikan. Tingkat kepercayaan yang
digunakan dalam perhitungan ini adalah 99%
dan 95%, apabila dalam pengujian diperoleh
hasil sama dengan taraf signifikan (α=0,01 dan
α=0,05) maka tterdapat hubungan antar
variabel, tetapi apabila yang terjadi sebaliknya
maka tidak terdapat hubungan antar variabel.
Apabila nilai r hitung diperoleh berada diatas
nilai kritis berarti alat ukur yang digunakan
telah valid.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 20
Uji Reliabilitas
Reliabilitas dapat diukur dari koefisien
korelasi antara percobaan pertama dengan
yang berikutnya, bila koefisien korelasi positif
dan signifikan maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel. (Arikunto, 2013)
Pada penelitian ini perhitungan reliabilitas
menggunakan rumus sebagai berikut:
−
−=
2
2
11 t
b
k
kr i
(Arikunto, 2013)
Dimana:
r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
2b = jumlah varians butir
2t = jumlah varian total
Uji Asumsi Klasik
Untuk tujuan pengujian hipotesis nilai
parameter model, model regresi linier juga
mengasumsikan hal-hal sebagai berikut yang
dikenal dengan nama Uji Asumsi Klasik:
a. Uji Normalitas
Data sebelum diolah menggunakan pengujian
inferesi parametrik maupun non parametrik
harus diuji normalitas (Sujarweni, 2015: 85).
Uji normalitas data dilakukan untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test. Suatu data dikatakan
mempunyai distribusi normal jika mempunyai
Asymptotic significance > 0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antar variabel bebas, sedangkan
pengujian dapat dilakukan dengan melihat VIF
dan angka tolerance, jika VIF < 10 dan angka
tolerance mendekati 1, maka dapat dikatakan
tidak terjadi multikolinearitas (Priyatno, 2009:
152)
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui
korelasi antara vaiabel dependen tidak
berhubungan dengan nilai dari variabel itu
sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau
sesudahnya. Priyatno, (2009: 158) Untuk
mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Durbin-Watson
(DW), jika angka DW sebesar < 1 maka ada
autokorelasi, jika antara 1,10 -1,54 maka tanpa
kesimpulan, jika antara 1,55 – 2,46 tidak ada
autokorelasi, jika 2,47 – 2,9 tanpa kesimpulan
dan jika > 2,9 ada autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dimaksudkan
untuk mengetahui apakah terjadi
penyimpangan model karena variance
gangguan berbeda antara satu observasi ke
observasi yang lain. Dalam regresi salah satu
asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa
variance dari residual dari satu observasi ke
observasi yang lain tidak memiliki pola
tertentu. (Priyatno, 2009: 160).
1. Metode Analisis Regresi Berganda
Analisis yang digunakan untuk peramalan
masa yang akan datang, apabila akan diadakan
perubahan pada variabel bebas. Adapun rumus
Regresinya adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e ( Sigiyono, 2013)
Dimana:
Y = Variabel bebas
a = Bilangan konstanta
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 21
b = koefisien regresi
x = Variabel bebas
a. Uji t (Pengujian secara individual atau
parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing varibel bebas (independent)
secara parsial terhadap variabel terikat
(dependent). Uji t dilakukan dengan
membandingkan t hitung terhadap t tabel
dengan ketentuan sebagai berikut (Ghozali,
2005):
1) H0 : β = 0, berarti tidak ada
pengaruh signifikan dari masing-
masing varibel bebas
(independent) terhadap variabel
terikat (dependent).
2) Ha : β > 0, berarti ada pengaruh
yang signifikan dari masing-
masing varibel bebas
(independent) terhadap variabel
terikat (dependent).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah
95% atau taraf signifikan 5% (λ = 0,05)
dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika probabilitas (nilai signifikan)
< tingkat signifikansi 5% ((λ =
0,05) maka H0 ditolak dan Ha
diterima berarti ada pengaruh
yang signifikan dari masing-
masing varibel bebas
(independent) terhadap variabel
terikat (dependent);
2) Jika probabilitas (nilai
signifikansi) > tingkat
signifikansi 5% ((λ =0,05) maka
H0 diterima dan Ha ditolak
berarti tidak ada pengaruh yang
signifikan dari masing-masing
varibel bebas (independent)
terhadap variabel terikat
(dependent).
b. Uji F (Pengujian Secara Simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah semua varibel bebas (independent)
secara bersama-sama (simultan) dapat
berpengaruh terhadap variabel terikat
(dependent). Cara yang digunakan adalah
dengan membandingkan nilai F hitung dengan
F tabel dengan ketentuan sebagai berikut
(Ghozali, 2005):
Untuk mengetahui pengaruh varibel bebas
terhadap variabel terikat secara simultan
(bersama-sama) digunakan uji F dengan
persamaan sebagai berikut:
Fhitung = ( ) ( )
)2013,(1/1
/2
2
SugionoknR
kR
−−−
Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel bebas
n = jumlah sampel
Pernyataan:
1) Ho: b1, b2, b3 = 0, berarti tidak
ada pengaruh signifikan dari
varibel bebas (independent)
terhadap variabel terikat
(dependent) secara simultan.
2) Ha = b1, b2, b3 ≠ 0, berarti ada
pengaruh signifikan dari varibel
bebas (independent) terhadap
variabel terikat (dependent)
secara simultan.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 22
Kriteria uji F:
1) Ha diterima jika F hitung ˃ F
tabel
2) Ha ditolak jika F hitung ˂ F tabel
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah
95% atau taraf signifikan 5% (λ = 0,05)
dengan kriteria sebagai beriku:
1) Jika probabilitas (nilai signifikan)
< tingkat signifikansi 5% ((λ =
0,05) maka Ha diterima dan H0
ditolak berarti ada varibel bebas
(independent) secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel
terikat (dependent;
2) Jika probabilitas (nilai
signifikansi) > tingkat
signifikansi 5% ((λ = 0,05) maka
H0 diterima dan Ha ditolak
berarti ada varibel bebas
(independent) secara bersama-
sama tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel
terikat (dependent).
c. Uji Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan variabel
bebas dalam menerangkan variasi variabel
terikat (dependent) yaitu kinerja karyawan.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
(0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-varibel bebas
(independent) dalam menjelaskan variasi
variabel terikat (dependent) amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
varibel bebas (independent) memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel terikat
(dependent) (Ghozali, 2007).
Menurut Santoso (2000) jumlah variabel satu
sampai dua menggunakan nilai R2 dan variabel
bebas lebih dari dua menggunakan Adjusted
R2, berikut rumus koefisien determinasi:
KD = R2 x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien determinasi
R = Koefisien korelasi
Berikut adalah interpretasi dari tanda pada
koefisien korelasi:
1) Jika nilai r = + (positif), maka
hubungannya adalah berbanding
lurus Artinya, semakin besar nilai
variabel X, maka semakin besar
pula nilai variabel Y atau semakin
kecil nilai variabel X maka
semakin kecil pula nilai variabel
Y.
2) Jika nilai r = - (negatif) maka
hubungannya adalah berbanding
terbalik. Artinya semakin besar
nilai variabel X , maka semakin
kecil nilai variabel Y atau
semakin kecil nilai variabel X,
maka semakin besar nilai variabel
Y.
3) Jika nilai r = 0, artinya tidak ada
hubungan sama sekali antara
variabel X dan variabel Y.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji normalitas menunjukan bahwa nilai
Kolmogorov-Smirnov Z pada variabel
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 23
kepemimpinan transformasional (X1) sebesar
1,043; motivasi berprestasi (X2) sebesar
1,097; dan variabel komitmen organisasional
(Y) sebesar 0,835 dan semua variabel tersebut
mempunyai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar
dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi dengan normal.
Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa
syarat untuk lolos dalam uji multikolinieritas
sudah terpenuhi oleh seluruh variabel
independen yang ada, yaitu nilai tolerance
yang lebih besar dari 0,1000 dan nilai VIF
(Variance Inflation Factor) yang tidak lebih
dari 10. Diketahui nilai VIF variabel
independent sebesar 1,976. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model pada
penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi
model regresi yang baik ksrena nilainya masih
di bawah 95% sehingga masih dapat dikatakan
tidak terjadi multikolinieritas (non-
multikolinieritas).
Hasil uji autokerelasi diketahui bahwa nilai
DW 1,259. Selanjutnya nilai ini akan
dibandingkan dengan nilai dU dan dL pada
tabel Durbin Watson dengan taraf signifikansi
5% , jumlah sampel (N) 43, dan jumlah
variabel independent adalah 2, maka diperoleh
nilai DW hitung sebesar dL 1,4151 dan dU
1,6091. Hipotesis tidak ada autokorelasi
karena DW hitung lebih kecil dibanding dl
atau 0 < dw < dL yaitu 0 ˂ 1,259 ˂ 1,4151.
Hasil Uji heteroskedastisitas menunjukkan
gambar Grafik Scarterplot terlihat bahwa
distribusi data tidak teratur dan tidak
membentuk pola tertentu, serta titik-titik
menyebar secara acak diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model pada penelitian ini
memenuhi syarat untuk menjadi model yang
baik karena merupakan model yang
homoskedastisitas (tidak terjadi
heteroskedastisitas) atau varians dan nilai
residual pengamatan satu dengan pengamatan
yang lain tetap.
Persamaan regresi berganda Y = 52,273 -0,436
X1+ 0,744 X2
Adapun interpretasi hubungan antara variabel
kepemimpinan transformasional (X1), variabel
motivasi berprestasi (X2) terhadap variabel
komitmen organisasional (Y) berdasarkan
persamaan diatas adalah:
a. a = 52,273
Jika segala sesuatu pada yang terdiri dari
kepemimpinan transformasional (X1) dan
motivasi berprestasi (X2) tidak terjadi
multikolinearitas dianggap konstan atau tetap,
maka komitmen organisasional (Y) guru di
SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar
adalah konstan atau tetap sebesar 52,273 point
atau unit.
b. b1 = -0,436
Nilai parameter atau koefisien b1 ini
menunjukkan bahwa apabila kepemimpinan
transformasional (X1) meningkat, maka akan
turun komitmen organisasional (Y) guru di
SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar
adalah konstan atau tetap sebesar -0,436 point
atau unit. Demikian pula sebaliknya, apabila
kepemimpinan transformasional (X1) turun,
maka akan meningkat komitmen
organisasional (Y) guru di SMP Negeri 1
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 24
Selopuro Kabupaten Blitar adalah konstan atau
tetap sebesar -0,436 point atau unit.
c. b2 = 0,744
Nilai parameter atau koefisien b1 ini
menunjukkan bahwa apabila kepemimpinan
transformasional (X1) meningkat, maka akan
meningkat komitmen organisasional (Y) guru
di SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar
adalah konstan atau tetap sebesar 0,744 point
atau unit. Demikian pula sebaliknya, apabila
kepemimpinan transformasional (X1)
meningkat, maka akan meningkat komitmen
organisasional (Y) guru di SMP Negeri 1
Selopuro Kabupaten Blitar adalah konstan atau
tetap sebesar 0,744 point atau unit.
Tabel Pengujian Hipotesis Partial
Hipotesis Nilai Status
Diduga ada pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan
transformasional (X1) terhadap variabel komitmen
organisasional (Y) guru di SMP Negeri 1 Selopuro
Kabupaten Blitar
thitung = -1.081
Sig t = 0,286
ttabel = 2,023
H01 ditolak dan Ha1
diterima
Diduga ada pengaruh positif dan signifikan motivasi
berprestasi (X2) terhadap variabel komitmen
organisasional (Y) guru di SMP Negeri 1 Selopuro
Kabupaten Blitar
thitung = 2.565
Sig t = 0,014
ttabel = 2,023
H02 ditolak dan Ha2
diterima
Sumber: Hasil output SPSS data primer yang diolah, 2017
Analisa data menunjukkan bahwa H01 diterima
dan Ha1 ditolak. Artinya tidak terdapat
pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan
transformasional (X1) terhadap komitmen
organisasional (Y) guru di SMP Negeri 1
Selopuro Kabupaten Blitar. Hasil penelitian ini
tidak mendukung hipotesis 1 bahwa ada
pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan
transformasional terhadap komitmen
organisasional (Y) pada penelitian Yuliati
(2015).
Analisa data menunjukkan bahwa H01 diterima
dan Ha1 ditolak. Artinya tidak terdapat
pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan
transformasional (X1) terhadap komitmen
organisasional (Y) guru di SMP Negeri 1
Selopuro Kabupaten Blitar. Hasil penelitian ini
tidak mendukung hipotesis 1 bahwa ada
pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan
transformasional terhadap komitmen
organisasional (Y) pada penelitian Yuliati
(2015).
Tabel Hasil Uji F
Hipotesis Nilai Status
Diduga ada pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan
transformasional (X1) dan motivasi berprestasi (X2)
terhadap variabel komitmen organisasional (Y) guru di
Fhitung = 3.807
Sig F = .031
Ftabel = 3,23
H03 ditolak dan
Ha3 diterima
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 25
SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar
Sumber: Hasil output SPSS data primer yang diolah, 2017
Analisa data menunjukkan bahwa H03 ditolak
dan Ha3 diterima. artinya kepemimpinan
transformasional (X1) dan motivasi berprestasi
(X2) berpengaruh sangat rendah terhadap
komitmen organisasional (Y) guru di SMP
Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar. Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis
yang menyatakan bahwa ada pengaruh
kepemimpinan transformasional (X1) dan
motivasi berprestasi (X2) berpengaruh secara
bersama-sama terhadap komitmen
organisasional (Y) pada jurnal penelitian
Yohan Mandala Wicaksono (2014) terbukti
kebenarannya. Motivasi berprestasi
memegang peranan kunci, sedangkan
kepemimpinan transformasional sebagai
variabel mediasi tidak berpengaruh nyata
terhadap peningkatan komitmen
organisasional guru di SMP Negeri 1 Selopuro
Kabupaten Blitar. Jadi, bukan kepemimpinan
transformasional kepala sekolah memunculkan
perilaku komitmen organisasional guru di
SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar,
tetapi yang paling berpengaruh adalah
motivasi berprestasi.
Model Summaryb diketahui nilai koefisien
determinasi (Adjusted R Square) sebesar
0,118. Artinya kepemimpinan
transformasional (X1) dan motivasi berprestasi
(X2) mempengaruhi komitmen organisasional
(Y) sebesar 11,8% sedang sisanya 88,2%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
regresi ini, pengaruh variabel lain ini sering
disebut sebagai error (e). Jadi dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan
transformasional (X1) dan motivasi berprestasi
(X2) sangat rendah berpengaruh terhadap
komitmen organisasional (Y) guru di SMP
Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar.
Variabel dominan pada penelitian ini dapat
dilihat dari nilai Beta pada persamaan
koefisien regresi pada kolom B, dari ketiga
variabel bebas yang dominan. Nilai yang
tertinggi pada koefisien Beta inilah yang
merupakan variabel dominan, pada penelitian
ini nilai yang tertinggi adalah motivasi
berprestasi (X2) yaitu 0,523 artinya motivasi
berprestasi (X2) memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap peningkatan komitmen
organisasional (Y) guru di SMP Negeri 1
Selopuro Kabupaten Blitar.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penelitian ini tentang kepemimpinan
transformasional dan motivasi berprestasi
terhadap komitmen organisasional Guru di
SMP Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar
diperoleh kesimpulkan sebagai berikut:
a. Tidak terdapat pengaruh positif dan
signifikan kepemimpinan
transformasional terhadap komitmen
organisasional guru di SMP Negeri 1
Selopuro Kabupaten Blitar;
b. Terdapat pengaruh positif dan
signifikan motivasi berprestasi
terhadap komitmen organisasional
guru di SMP Negeri 1 Selopuro
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 26
Kabupaten Blitar;
c. Terdapat pengaruh positif dan
signifikan kepemimpinan
transformasional dan motivasi
berprestasi secara simultan terhadap
komitmen organisasional guru di SMP
Negeri 1 Selopuro Kabupaten Blitar.
2. Saran
a. Disarankan bagi peneliti selanjutnya
agar dapat melakukan penelitian pada
komponen lain selain masalah
kepemimpinan transformasional,
motivasi berprestasi terhadap
komitmen organisasional guru yang
telah dibahas oleh penulis atau dengan
dimensi dan indikator yang berbeda
sehingga pengetahuan akan ilmu
manajemen sumber daya manusia
untuk masyarakat akan semakin
berkembang dan bermanfaat serta
dapat menghasilkan ide-ide kreatif
yang tentunya berguna untuk masa
yang akan datang;
b. Disarankan bagi peneliti lain agar
dapat melakukan penelitian lebih
mendalam terhadap kombinasi dari
kedua determinan mnegenai komitmen
organisasional;
c. Disarankan bagi institusi agar
meningkatkan komitmen
organisasional guru di SMP Negeri 1
Selopuro Kabupaten Blitar , dapat
memperhatikan hubungan
kepemimpinan transformasional dan
motivasi berprestasi sehingga capaian
akhir yaitu peningkatan komitmen
organisasional dapat dilaksanakan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
A.S. Munandar, Bertina Sjabadhyni dan Rufus
Patty Wutun. 2004. Peran Budaya Organisasi
dalam Peningkatan Unjuk Kerja Perusahaan.
Depok: Penerbit PIO Fakultas Psikologi UI.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2011.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suhasimi. 2013. Prosedur
Penelitian Suatu Penddekatan Prakti. Rineke
Cipta, Jakarta.
Augusty, Ferdinand. 2010. Metode Penelitian
Manajemen. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Candra, Heri. 2013. Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional dan Pemeberian Insentif
Terhadap Kienrja Karyawan dan Tingkat
Perputaran (Studi pada PT. Honda Semoga
Jaya di Samarinda – Kalimantan Timur. Tesis.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Hadi, Sutrisno. 2014. Metodologi Research
Jilid 3. Yogyakarta: Andi
Handoko, T. Hani, 2012. Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi
kedua. Yogyakarta: BPFE.
Harold Koontz dan C.O'Donnel. 1996.
Principles of Management. New York: Mc
Graw-Hill Book
Hasibuan, M. 2013. Organisasi dan Motivasi:
Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu SP. 2013. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi Jakarta:
Bumi Aksara.
Imam Ghozali. 2009. Analisis Multivariate
dengan SPSS. Semarang: BPUNDIP
Kurniasari, Luvi. 2014. Pengaruh Komitmen
Organisasi dan Job Security terhadap Intensi
Turnover di PT Indo C. Tesis Ilmu
Manajemen, Program Pascasarjana,
Universitas Airlangga. Tidak Dipublikasikan.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 27
Laka, Mmakgomo Roseline dan Mathebula.
2013. Modelling the Relationship
Mangkunegara Anwar Prabu. 2013.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Cetakan Keenam, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Ordway Tead. 1985. The Art Leadership. New
York: MC. Graw-Hill.
Pasolong, Harbani. 2010. Kepemimpinan
Birokrasi. Bandung: Alfabeta
Rauch & Behling. 1984. Dalam Pelatiahan
Menejerial SPMK. Yogyakarta: UGM
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif. Bandung: Alfa Beta
Sunyoto, Danang, 2013. Teori, Kuesioner, dan
Analisis Data Sumber Daya Manusia (Praktik
Penelitian). Cetakan ke-2. Yogyakarta: CAPS.
Sutikno, Sobry. 2014. Metode & Model-Model
Pembelajaran Menjadikan Proses
Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif,
Efektif, dan Menyenangkan. Lombok:
Holistica.
Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi 1. Cetakan Kedua. Jakarta:
Prenada Media Group.
Terry, George. 2005. Dasar-Dasar
Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Thoha, Miftah. 2014. Perilaku Organisasi:
Konsep dasar dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Wali.
Veithzal, Rivai. 2014. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Raja Grafindo Persada ;
Jakarta.
Wijayanti, Feny Candra. 2013. Pengaruh
Kepuasan Kerja dan Komitmen
Organisasional Terhadap Keinginan Untuk
Keluar (Intensi Keluar) Dari Suatu Organisasi
Pada Perawat di RSI Hidayatullah
Yogyakarta. Dalam Jurnal Manajerial Volume
5 No. 2. Hal 1-9.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 28
PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA
DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PERTANIAN DAN
KETAHANAN PANGAN KOTA BANJAR
Maman Sulaeman1
Sri Herdiani2
1. Dosen Politeknik Triguna Tasikmalaya
2. PNS di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Banjar
Abstrak
Tingginya tingkat penyimpangan yang terjadi di instansi-instansi pemerintah baik dalam bentuk
penyimpangan kekuasaan, tanggung jawab maupun kepercayaan telah menunjukkan betapa
rendahnya kinerja terutama di dalam mematuhi peraturan-peraturan kerja dan norma-norma
sosial yang berlaku dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis pengaruh motivasi dan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja dan dampaknya
terhadap kinerja pegawai Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Banjar. Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan path analisis. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Banjar yang berdasarkan data
kepegawaian sebanyak 62 orang. Teknik pengambilan sampel secara sensus yaitu sebanyak 62
orang. Hasil penelitian menunjukkan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai
pada dimensi kebutuhan dan harapan. Kepuasan pegawai berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pada dimensi pekerjaan itu sendiri, upah, peluang promosi, pengawasan, kelompok
kerja, kondisi kerja. Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pada dimensi
frekuensi kehadiran, tingkat kewaspadaan, ketaatan pada standar kerja, ketaatan pada peraturan
kerja dan etika kerja. Kinerja pegawai dipengaruhi oleh motivasi, kepuasan dan disiplin.
Kata Kunci: Motivasi, Kepuasan, Disiplin, Kinerja
Abstract
The high level of irregularities that occur in establishments-government agencies in the form of
deviation authority, responsibility or the trust has shown just how low performance especially
in complying with regulations and social norms that apply in carrying out the task given. The
purpose of this research was to analyze the influence of motivation and job satisfaction against
the discipline of work and its impact on the performance of the employees of the Department of
Agriculture And food security the town of Banjar. This research was carried out by using path
analysis. The population in this study are all employees of the Department of agriculture and
food security based on Banjar staffing as many as 62 people. The technique of sampling in the
census that is as many as 62 people. The results showed a significant effect of motivation on
performance clerk on the dimensions of your needs and expectations. Employee satisfaction the
significant effect on performance on the dimensions of the work itself, wages, promotion
opportunities, supervision, group work, working conditions. Influential work discipline
significantly to performance in the presence of frequency dimensions, level of alertness,
adherence to standards, adherence to the rules of work and work ethic. The performance of the
employees affected by the motivation, satisfaction and discipline.
Keywords: Motivation, Satisfaction, Discipline, Performance
PENDAHULUAN
Pegawai pada sebuah organisasi pemerintah,
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
terbaik atau pelayanan prima sesuai dengan
fungsi organisasinya. Kualitas pelayanan
pegawai yang ditunjuk melalui kinerjanya
dapat diukur melalui penilaian yang
didasarkan pada kemampuannya, untuk
menjabarkan uraian tugas (job description) ke
dalam perilaku pelayanan kepada masyarakat
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 29
dengan baik dan memuaskan sesuai standar
pelayanan. Penilaian kinerja pegawai secara
konseptual dan empiris juga berhubungan erat
dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja,
uraian tugas dan standar kinerja
Tingginya tingkat penyimpangan yang terjadi
di instansi-instansi pemerintah baik dalam
bentuk penyimpangan kekuasaan, tanggung
jawab maupun kepercayaan telah
menunjukkan betapa rendahnya kinerja
terutama di dalam mematuhi peraturan-
peraturan kerja dan norma-norma sosial yang
berlaku dalam melaksanakan tugas yang
diberikan. Fenomena yang terjadi di
lingkungan Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota Banjar saat ini adalah adanya
pelanggaran disiplin yang dilakukan sebagai
pegawai terhadap aturan jam kerja yaitu pasca
apel pagi, beberapa pegawai tidak langsung
melaksanakan tugasnya masing-masing
menuju ruangan kerja.
Selain hal tersebut di atas kondisi pegawai di
lingkungan Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota Banjar terlihat masih rendahnya
disiplin pegawai pada kantor tersebut pada
situasi kerja berikut: (1) Tingginya angka
kemangkiran (absensi) pegawai; (2) Sering
terlambatnya pegawai masuk kantor atau
pulang lebih cepat dari jam yang sudah
ditentukan; (3) Menurunnya semangat, gairah
kerja, dan inisiatif para pegawai dalam
melaksanakan pekerjaan; (4) Penyelesaian
pekerjaan yang lambat, karena pegawai lebih
senang mengobrol dari pada bekerja; (5)
Rendahnya rasa kepedulian pegawai terhadap
pencapaian tujuan organisasi; (6) Rendahnya
rasa tanggung jawab para pegawai untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Peningkatan disiplin kerja menjadi bagian
yang penting dalam sumber daya manusia,
sebagai faktor penting dalam kinerja karyawan
itu sendiri. Disiplin kerja adalah suatu alat
yang digunakan para manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta
sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati
norma-norma sosial yang berlaku sehingga
menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja itu
berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja atau hasil dari pekerjaan.
Berbicara mengenai kinerja erat kaitannya
dengan cara mengadakan penilaian terhadap
pekerjaan seseorang sehingga perlu ditetapkan
standar kerja. Kinerja dapat dinilai dari apa
yang dilakukan seorang karyawan dalam
kerjanya, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja
(output) baik kualitas atau kuantitas yang
dicapai individu persatuan waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan
TINJAUAN TEORI
Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin
“movere” yang berarti dorongan atau daya
penggerak “motivasi ini hanya diberikan
kepada manusia khususnya kepada para
bawahan atau pengikut, jadi motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya
mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka
mau bekerja keras dengan memberikan semua
kemampuan dan keterampilannya untuk
mewujudkan tujuan yaitu mencapai hasil kerja
yang optimal
Kepuasan
Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-
kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait
dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan
dikaitkan dengan karyawan, merupakan sikap
umum yang dimiliki oleh karyawan yang erat
kaitannya dengan imbalan-imbalan yang
mereka yakini akan mereka terima setelah
melakukan sebuah pengorbanan
Disiplin
Menurut Hasibuan (2008:193), “Kedisiplinan
adalah kesadaran dan kesediaan seseorang
mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosila yang berlaku”. Jadi
kedisiplinan dapat diartikan jika karyawan
datang dan pulang tepat pada waktunya,
mengerjakan semua tugasnya dengan sebaik
mungkin, mematuhi peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku
Kinerja
Mathis dan Jackson (2006:78) menyatakan
bahwa :” kinerja pada dasarnya adalah apa
yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi
seberapa banyak mereka memberi kontribusi
kepada organisasi, dalam hal antara lain:
kuantitas output, kualitas output, jangka waktu
output
METODE PENELITIAN
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 30
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Bila ditinjau dari bagaimana
variabel-veriabel yang diteliti akan
menjelaskan fenomena yang ada dan
hubungan diantara variabel-variabel, maka
penelitian ini termasuk deskriptif korelasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan (Persero) di Cabang Priangan
Timur yang berjumlah 1201 peserta aktif.
Penelitian ini populasinya homogen
(peserta BPJS Ketenagakerjaan), maka
penelitian ini adalah penelitian sampel. Cara
pengambilan sampel yang digunakan adalah
simple random sampling yaitu cara
pengambilan sampel dari anggota populasi
dengan menggunakan cara acak tanpa
memperhatikan strata (tingkatan) dalam
anggota populasi tersebut dan didapat 100
perusahaan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Pengaruh GCG (X) terhadap Reputasi
(Y1)
Hasil pengolahan data dapat diketahui
pengaruh GCG terhadap reputasi dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Gambar Pengaruh Secara Parsial GCG
Terhadap Reputasi
Berdasarkan data pada gambar di atas
diketahui bahwa pengaruh variable GCG
terhadap reputasi sebesar 0, 369 atau 36,9%.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t
hitung > t table yaitu 7,568 > 1,67 sehingga
dapat disimpulkan terdapat pengaruh
signifikan good corporate governance
terhadap reputasi dengan p-value 0,000 <
alpha 0,05.
2. Pengaruh GCG ( X) terhadap CRM
(Y2)
Hasil pengolahan data dapat diketahui
pengaruh GCG terhadap CRM dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Gambar Pengaruh Secara Parsial GCG
Terhadap CRM
Berdasarkan data pada gambar di atas
diketahui bahwa pengaruh variable GCG
terhadap reputasi sebesar 0, 395 atau 39,5%.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t
hitung > t table yaitu 7,999 > 1,67 sehingga
dapat disimpulkan terdapat pengaruh
signifikan good corporate governance
terhadap reputasi dengan p-value 0,000 <
alpha 0,05.
3. Pengaruh Reputasi ( Y1) dan CRM (Y2)
terhadap Loyalitas Pelanggan (Z)
a. Pengaruh secara parsial Reputasi
(Y1) terhadap Loyalitas Pelanggan
(Z)
Hasil pengolahan data dapat diketahui
pengaruh reputasi terhadap loyalitas pelanggan
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Berdasarkan data pada gambar di atas
diketahui bahwa pengaruh variable reputasi
terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,231
atau 23,1%. Hasil uji hipotesis menunjukkan
bahwa t hitung > t table yaitu 5,382 > 1,67
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh
signifikan reputasi terhadap loyalitas
pelanggan dengan p-value 0,000 < alpha 0,05.
b. Pengaruh secara parsial CRM ( Y2)
terhadap Loyalitas Pelanggan (Z)
Hasil pengolahan data dapat diketahui
pengaruh CRM terhadap loyalitas pelanggan
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Y1 X pY1X = 0.369
t tabel = 7.568
Y2 X pY2X = 0.395
t tabel = 7,999
Z Y1
pZY12= 0.4812 = 0,231
t tabel = 5,382
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 31
rY1Y2= 0.753 pZY1 = 0.300
pZY2 = 0.368
rY1Y2= 0.753
rXY1 = 0.607
rXY2 = 0.629
pZX= 0287
Berdasarkan data pada gambar di atas
diketahui bahwa pengaruh variable CRM
terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,151
atau 15,1%. Hasil uji hipotesis menunjukkan
bahwa t hitung > t table yaitu 4,342 > 1,67
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh
signifikan CRM terhadap loyalitas pelanggan
dengan p-value 0,000 < alpha 0,05.
c. Pengaruh secara simultan Reputasi
(Y1) dan CRM ( Y2) terhadap Loyalitas
Pelanggan (Z)
Hasil pengolahan data dapat diketahui
pengaruh CRM terhadap loyalitas pelanggan
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Berdasarkan data pada gambar di atas dapat
diketahui pengaruh langsung dan tidak
langsung variable reputasi, CRM dan loyalitas
pelanggan sebagai berikut:
Tabel Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung Y1, Y2 Terhadap Z
Keterangan Nilai
Pengaruh Y1
Pengaruh langsung Y1 0.231
Pengaruh melalui Y2 0.141
Pengaruh Total Y1 terhadap Z 0.372
Pengaruh Y2
Pengaruh langsung Y2 0.151
Pengaruh melalui Y1 0.141
Pengaruh Total Y1 terhadap Z 0.292
Pengaruh Total Y1,Y2 terhadap Z 0.664
Pengaruh Variabel lain 0.336
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui
bahwa pengaruh variable reputasi terhadap
loyaitas pelanggan sebesar 0,372 atau 37,2%,
pengaruh CRM terhadap loyalitas pelanggan
sebesar 0,292 atau 29,2%. Sehingga pengaruh
total Y1 dan Y2 terhadap Z sebesar 0,664 atau
66,4%. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
F hitung > F table yaitu 95,963 > 2,69
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh
signifikan reputasi dan CRM terhadap
loyalitas pelanggan dengan p-value 0,000 <
alpha 0,05.
4. Pengaruh secara GCG (X) terhadap
Reputasi (Y1) dan CRM (Y2) serta
dampaknya terhadap Loyalitas
Pelanggan (Z)
Hasil pengolahan data dapat diketahui
pengaruh GCG terhadap reputasi dan CRM
serta dampaknya terhadap loyalitas pelanggan
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Untuk mengetahui pengaruh langsung dan
tidak langsung dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung X, Y1, Y2 Terhadap Z
Keterangan Nilai
Pengaruh X
Pengaruh langsung X Terhadap Z 0.0824
Pengaruh melalui Y1 0.1045
Pengaruh melalui Y2 = 0.1329
Pengaruh Total X terhadap Z 0.3198
Pengaruh Y1
Pengaruh langsung Y1Terhadap Z 0.0900
Pengaruh melalui Y2 = 0.0831
Z Y2
t tabel = 4,342
Z
Y1 pZY1 = 0.231
Y2 pZY2 = 0.151
Z
Y1
Y2
X
Ɛ=289
28,9%
pZY22= 0.3882 = 0,151
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 32
Pengaruh total Y1 terhadap Z 0.1731
Pengaruh Y2
Pengaruh langsung Y2Terhadap Z 0.1354
Pengaruh melalui Y1 0.0831
Pengaruh total Y2 terhadap Y 0.2186
Pengaruh Total X, Y1, Y2 terhadap
Z 0.711
Pengaruh Variabel lain yang tidak
diteliti 0.289
Berdasarkan data pada gambar di atas
diketahui bahwa pengaruh X terhadap Y1 dan
Y2 serta dampaknya terhadap Z sebesar 0,711
atau 71,1%. Hasil uji hipotesis menunjukkan
bahwa F hitung > F table yaitu 78,583 > 2,69
sehingga dapat disimpulkan terdapat terdapat
pengaruh signifikan good corporate
governance terhadap reputasi dan CRM yang
berdampak terhadap loyalitas pelanggan
dengan p-value 0,000 < alpha 0,05.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian
sebelumnya yaitu Rustiarini (2010:2) bahwa
beberapa hal yang dapat menyebabkan
corporate governance berpengaruh pada nilai
perusahaan yaitu: (1) tingginya kesadaran
perusahaan untuk menerapkan GCG sebagai
suatu kebutuhan, bukan sekedar kepatuhan
terhadap regulasi yang ada, (2) manajemen
perusahaan tertarik manfaat jangka panjang
penerapan GCG, (3) meningkatnya
kepemilikan saham oleh manajemen dan
investor institusi menyebabkan tekanan kepada
perusahaan untuk menerapkan GCG pun
semakin besar, (4) keberadaan dewan
komisaris dan komite audit dalam perusahaan
dapat memantau perusahaan dalam
melaksanakan GCG, (5) unsur budaya yang
berkembang di lingkungan usaha nasional
sangat menunjang perkembangan penerapan
GCG.
Berbagai penelitian telah menyebutkan bahwa
untuk memperoleh keunggulan bersaing yang
nampak dari reputasi yang baik, tergantung
pada bagaimana perusahaan mengelola
manajemennya (Dolphin, 2004:1). Prinsip-
prinsip tata kelola perusahaan yaitu
transparansi, yang meliputi kejujuran
merupakan elemen yang penting bagi reputasi.
Hasil penelitian Retno (2011:1) menunjukan
bahwa GCG berpengaruh positif terhadap
Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size
dan Leverage pada perusahaan yang terdaftar
di BEI periode 2007-2010. Silveira dan Barros
(2006) dalam Vinola Herawati (2008: 9)
meneliti pengaruh kualitas CG terhadap nilai
pasar atas 154 perusahaan Brazil yang
terdaftar di bursa efek pada tahun 2002.
Mereka membuat suatu governance index
sebagai ukuran atas kualitas CG. Sedangkan
ukuran untuk market value perusahaan adalah
dengan menggunakan dua variabel yaitu
Tobin’s Q dan PBV. Temuan yang diperoleh
menunjukkan adanya pengaruh kualitas CG
yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar
perusahaan.
Reputasi merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan
strategi perusahaan. Strategi harus
mempertimbangkan seluruh sumber daya yang
dimiliki perusahaan sebagai satu paket,
khususnya dimana perusahaan pesaing tidak
memiliki dan tidak dapat memproduksinya.
Dengan mengetahui faktor yang
mempengaruhi reputasi perusahaan maka
perusahaan diharapkan dapat membuat strategi
yang berkenaan dengan mempertahankan
reputasi dan meningkatkan citra BPJS
Ketenagakerjaan secara keseluruhan.
Hasil penelitian ini mengautkan phasil
penelitian sebelumnya yaitu Retno (2012:2)
bahwa Reputasi perusahaan (X1) dan
kepercayaan (X2) berpengaruh positif secara
simultan dan parsial terhadap loyalitas nasabah
pengguna ATM pasca peristiwa cybercrime
(studi pada nasabah BCA Purworejo), dan
kepercayaan (X2) merupakan variabel
dominan yang mempengaruhi loyalitas
nasabah pengguna ATM pasca peristiwa
cybercrime
Kosep Manajemen Hubungan Pelanggan
(CRM) berasal dari kosnep pemasaran
hubungan (Relationship Marketing) yaitu
suatu konsep dimana perusahaan menjalin
hubungan dengan stakeholder
perusahaan.Pada konsep Manajemen
Hubungan Pelanggan (CRM) perusahaan
hanya menekankan pada pelanggan karena
dalam hal ini pelanggan dianggap sebagai
ujung tombak suatu usaha. Seiring dengan
perkembangan bisnis saat ini maka peran
konsumen terus menerus mengalami
perubahan, dimana dewasa ini konsumen
semakin terlibat dalam komunikasi yang
efektif dan eksplisit dengan perusahaan
sebagai penghasil produk atau jasa. Yang lebih
penting lagi, saat ini komunikasi tersebut tidak
lagi dikendalikan oleh perusahaan. Konsumen
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 33
secara individu dapat mengetahui perusahaan
yang ia hadapi dengan pengetahuan mereka
sendiri atau dari pengetahuan konsumen lain
dari perusahaan tersebut.
Pelanggan yang loyal adalah salah satu tujuan
akhir dari perusahaan, karena loyalitas
pelanggan dapat menjamin kelanggengan
hidup perusahaan dalam jangka panjang. Pada
dasarnya loyalitas pelanggan didefinisikan
sebagai sebuah kesetiaan seseorang terhadap
sesuatu hal. Menurut Oliver (2007:392)
loyalitas pelanggan adalah komitmen untuk
bertahan secara mendalam untuk melakukan
pembelian ulang atau berlangganan kembali
produk atau jasa terpilih secara konsisten di
masa yang akan datang, meskipun pengaruh
situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai
potensi untuk menyebabkan perubahan
perilaku. Definisi Oliver tersebut dapat
dikatakan bahwa pelanggan yang loyal
mempunyai fanatisme yang relatif permanen
dalam jangka panjang terhadap suatu
produk/jasa atau suatu perusahaan yang telah
menjadi pilihannya.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian
sebelumnya yaitu Munadar (2010:2) bahwa (1)
Customer Relationship Management yang
dilaksanakan oleh perusahaan melalui
Continuity Marketing, One to One Marketing,
dan Partnering Program termasuk dalam
kategori cukup baik. (2) Loyalitas pelanggan
bisnis perusahaan termasuk dalam kategori
client yaitu pelanggan yang berulang yang
telah memiliki sikap loyal terhadap perusahaan
dan mendukung perusahaan secara pasif
sebesar 86%. (3) Customer Relationship
Management berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan
bisnis, dengan besar pengaruh 0.4822, jadi
berdasarkan data dari hasil penelitian di
ketahui bahwa 23.25% perubahan yang terjadi
pada customer loyality perusahaan secara
langsung disebabkan oleh adanya perubahan
pada pelaksanaan Customer Relationship
Management.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Terdapat pengaruh positif good corporate
governance terhadap reputasi.
2. Terdapat pengaruh signifikan good
corporate governance terhadap CRM.
3. Secara parsial terdapat pengaruh
signifikan reputasi dan CRM terhadap
loyalitas pelanggan. Secara simultan
terdapat pengaruh signifikan reputasi dan
CRM terhadap loyalitas pelanggan.
4. Terdapat pengaruh signifikan good
corporate governance terhadap reputasi
dan CRM serta berdampak positif
terhadap loyalitas pelanggan.
Sa ran
1. Tata kelola perusahaan perlu perbaikan
dalam peningkatan pengetahuan dan
kemampuan karyawayan agar lebih
kompeten dan transparan.
2. BPJS Ketenagakerjaan perlu
meningkatkan profesionalisme
karyawannya dengan sering mengadakan
pendidikan dan pelatihan. Pengelolaan
reputasi merupakan tanggung jawab
bersama, tidak cukup hanya dibebankan
pada bagian public relations atau bahkan
pimpinan perusahaan semata.
3. Pelayanan yang tersedia pada saat ini
belum dapat menjangkau kepada seluruh
peserta, oleh karena itu perlu dijadwalkan
sosialisasi berkelanjutan terhadap peserta
yang berada di beberapa wilayah cakupan
pemasaran, dan perlu ditindak lanjuti
dengan pelayanan yang tepat guna
terhadap kebutuhan peserta, seperti
penyaluran program bina lingkungan
kepada peserta yang berada di daerah
tertinggal atau pelaksanaan pekan orientasi
administrasi kepesertaan yang continues.
4. BPJS Ketenagakerjaan perlu membangun
kualitas sumber daya manusia dengan cara
pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan, dan workshop skala
kecil seperti seminar atau training.
5. Perlu adanya forum komunikasi yang
membahas mengenai kebutuhan-
kebutuhan peserta yang telah dievaluasi
sebelumnya dan permasalahan-
permasalahan yang ada, sehingga akan
lahir suatu program-program kerja yang
akan ditindak lanjuti oleh setiap karyawan
untuk pemenuhan kebutuhan peserta
DAFTAR PUSTAKA
Chan, Syafruddin. 2003. Relationship
Marketing : Inovasi Pemasaran yang Membuat
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 34
Pelanggan Bertekuk Lutut. Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama
Dolphin, Richard R., 2004, “Corporate
Reputation – A Value Creating
Strategy”,Corporate Governance, Vol. 4, No.3,
pp. 77-92
G. Suprayitno, et all. 2004. Komitmen
Menegakkan Good Corporate Governance:
Praktik Terbaik Penerapan GCG Perusahaan
di Indonesia. Jakarta: The Institute for
Corporate Governance (IICG).
Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty How to
Earn It, How to Keep It. Kentucky:McGraw-
Hill
Kaihatu, J.E. Kaihatu, 2006, Asuransi
Kebakaran, Djambatan, Jakarta
Kotcha dan Nair, 2005. Strategic and
Environment as Determinant of Performance :
Evidence from the Japanese Machine Tools
Industry”, Strategic Management Journal
Kottler, Philip. 2008. Marketing Management.
Edisi 13. Prentice Hall International
Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata. 2007.
Good Corporate Governance pada Bank:
Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris
dalam Pelaksanakannya. Jakarta: PT Hikayat
Dunia
Nakra, Prema, 2008, “Corporate Reputation
Management : “CRM” with a Strategic
Twist?”, Public Relation Quaterly
Porter, M.E., 2007 Competitive: Techniques
for Analyzing Industries and Competitors, The
Free Press, New York
Puente, Esther De Quevedo, Juan Manuel de la
Fuente-Sabate, Juan Bautista Delgado-Garcia,
2007, “Corporate Social Performance and
Corporate Reputation : Two interwoven
Perspectives”, Corporate Reputation Review,
Vol. 10, No 1, pp. 60-72
Retno Darmawati. 2011. Pengaruh
Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi
terhadap Kualitas Implementasi Corporate
Governance. Makalah disajikan pada
Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang
23-26.
Rose, Caspar and Steen Thomsen, 2004, “The
Impact of Corporate Reputation on
Performance : Some Danish Evidence”,
European Management Journal, Vol. 22, No. 2
Sutojo, Siswanto, E. John Aldridge, 2005,
Good Corporate Governance, Damar Mulia
Pustaka, Jakarta, Indonesia
Tjiptono, Fandy. 2008. Managemen
Pemasaran Jasa. Edisi 8. Prentice Hall
International
Wang, Yonggui, Jay A. Kandampully, Hing-
Po Lo, Guicheng Shi, 2006, “The Roles of
Brand Equity and Corporate Reputation in
CRM : A Chinese Study”, Corporate
Reputation Review, Vol. 9, No 3, pp. 179-197
Wartick, S. L, 2003, “Measuring Corporate
Reputation : Definition and Data”,Business
and Society, Vol. 41, No. 4, pp. 371-392
Wibowo S, 2006. Dasar-Dasar Pemasaran.
Edisi Bahasa Indonesia, UI Jakarta
Wilson Arafat. 2008. How to Implement GCG
Effectively. Jakarta: Skyrocketing Publisher
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 35
PENGARUH MOTIVASI DAN PROGRAM KESEJAHTERAAN TERHADAP
KEPUASAN PEGAWAI DINAS PERTANIAN KABUPATEN PANGANDARAN
Kusuma Agdhi Rahwana*
Arga Sutrisna
Universitas Perjuangan Tasikmalaya
*agdhikusuma@gmail.com
Abstract
The purpose of this study is to determine the effect of motivation and welfare programs on
employee satisfactory at the Department of Agriculture Pangandaran Regency.
BSTRACT The research method used in this research is explanatory research` The use of this
method because researchers not only describe the empirical facts encountered in the field, but
also intends to analyze and explain the influence among variables. Data collection was
obtained through interviews, questionnaires and literature study. Population in this research is
civil servant at the Department of Agricultural Pangandaran Regency.
Data analysis method used is Multiple Regression Analysis, where data is processed by
operating SPSS
Keyword\; motivation, welfare programs, employee satisfactory
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi dan program kesejahteraan
terhadap kepuasan pegawai pada Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanatori
(explanatory research). Penggunaan metode ini karena peneliti tidak hanya menggambarkan
fakta-fakta empiris yang ditemui di lapangan, tetapi juga bermaksud menganalisis dan
menjelaskan pengaruh antar variabel. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara,
kuesioner dan studi pustaka. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil pada
Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran.
Metode Analisis data yang digunakan adalah Multiple Regression Analysis, dimana data yang
diolah dengan bantuan SPSS
Kata kunci : motivasi, program kesejahteraan, kepuasan pegawai
1. PENDAHULUAN
Motivasi pegawai dalam organisasi dapat
dilakukan oleh pimpinan yaitu dengan
mendorong tumbuhnya inspirasi dan semangat
kepada pegawai untuk bekerja lebih baik.
Kalau hal ini dapat terlaksana, maka tujuan
organisasi akan mudah tercapai dan pegawai
juga akan merasa puas. Dalam hal ini kepuasan
kerja pegawai merupakan kunci pendorong
moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja
pegawai dalam mendukung terwujudnya tujuan
organisasi.
Program kesejahteraan merupakan bagian dari
balas jasa dimana program kesejahteraan
termasuk balas jasa tidak langsung, Program
kesejahteraan secara teoritis dapat
menumbuhkan ketenangan dan kepuasan kerja.
Program kesejahteraan merupakan bagian dari
balas jasa dimana program kesejahteraan
termasuk balas jasa tidak langsung atau lebih
dikenal dengan benefit and service. Program
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 36
kesejahteraan secara teoritis dapat
menumbuhkan ketenangan dan kepuasan kerja.
Program kesejehteraan biasanya berupa
tunjangan, dimana tunjangan ini merupakan
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak
organisasi di luar upah, gaji, insentif serta
berbagai macam pelayanan bagi pegawai,
dengan kata lain tunjangan merupakan balas
jasa tidak langsung yang diterima pegawai
dalam bentuk uang atau fasilitas tambahan.
(Henry Simamora, 2006 : 364).
Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah
kepuasan yang dinikmati dalam pekerjaan
dengan memperoleh pujian hasil kerja,
penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana
lingkungan kerja yang baik. Pegawai yang lebih
suka menikmati kepuasan kerja dalam
pekerjaan akan lebih mengutamakan
pekerjaannya daripada balas jasa walaupun
balas jasa itu penting. Kepuasan dari luar
pekerjaan adalah kepuasan pegawai yang
dinikmati diluar pekerjaan dengan besarnya
balas jasa yang akan diterima dari hasil
kerjanya, agar ia dapat membeli kebutuhan-
kebutuhannya. Pegawai yang lebih suka
menikmati kepuasan di luar pekerjaan lebih
mempersoalkan balas jasa daripada pelaksanaan
tugas-tugasnya.
Untuk menunjang aktivitas organisasi dan
upaya meningkatkan kepuasan kerja pegawai,
maka pihak instansi berupaya untuk
memberikan motivasi berupa materiil dan non
materiil. Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran selalu memberikan motivasi
kepada para pegawainya dan melaksanakan
program pemeliharaan dengan cara memberikan
program kesejahteraan bagi pegawainnya.
Dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran berusaha untuk memenuhi
kesejahteraan pegawai, pegawai akan semangat
bekerja dan organisasi akan memperoleh
banyak manfaat seperti pekerjaan akan cepat
selesai, dan tingkat perpindahan pegawai yang
pontensial dapat ditekan seminimal mungkin
dan tentunya pegawai memperoleh kepuasan
kerja. Namun demikian, program kesejahteraan
yang telah diberikan kepada pegawai oleh
Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran belum
tentu dapat meningkatkan kepuasan kerja, hal
ini dapat dilihat dari beberapa pegawai masih
kurang puas dengan program kesejahteraan
yang diterima. Umumnya mereka beranggapan
bahwa sekeras apa pun mereka bekerja, ukuran
program kesejahteraan sudah baku dan tidak
akan mengalami perubahan sehingga diduga
ada kecenderungan ketidakpuasakan dalam
bekerja. Namun para pegawai Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran harus bisa memberikan
pelayanan yang prima terhadap seluruh
masyarakat yang khususnya bergelut di bidang
pertanian. Agar pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat sesuai tujuan yang
ditargetkan. Masalah kesejahteraan pegawai
dalam organisasi merupakan masalah yang
perlu untuk diteliti dan ditelaah lebih
mendalam.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
eksplanatori (explanatory research).
Penggunaan metode ini karena peneliti tidak
hanya menggambarkan fakta-fakta empiris yang
ditemui di lapangan, tetapi juga bermaksud
menganalisis dan menjelaskan pengaruh antar
variabel.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini sesuai pendapat Winarno
Surakhmad (2008: 251), yaitu:
1. Wawancara
Wawancara akan dilakukan dengan Kepala
Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran,
dimana menanyakan berbagai hal khususnya
yang berhubungan dengan kepemimpinan,
penanganan konflik dan kepuasan kerja
pegawai sebagai pelaksana yang memberikan
pelayanan tugas dan pekerjaan di lingkungan
Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran.
2. Studi Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan pelaksanaan gaya
kepemimpinan dan kepuasan kerja pegawai
Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran.
3. Kuesioner;
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan
melalui penyebaran daftar pertanyaan yang
bersifat tertutup, cara ini peneliti lakukan
terhadap para pegawai pelaksana dan pejabat
Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran.
Alternatif Jawaban Skor
Positif
Skor
Negatif
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Ada Pendapat
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 37
Perolehan data dari hasil penyebaran kuesioner
berbentuk skala likert dengan komposisi nilai
positif dan negatif dengan alternatif jawaban
sebagai berikut : SS (Sangat Setuju), S (Setuju),
TAP (Tidak Ada Pendapat), TS (Tidak Setuju),
STS (Sangat Tidak Setuju). Adapun untuk lebih
jelasnya formasi nilai, notasi dan predikat
masing-masing pilihan jawaban dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Alternatif Jawaban, Skor Positif dan Skor
Negatif
Sumber : Sugiyono, (2010: 87)
Operasional Variabel
Variabel Defenisi Operasional Indikator Ukuran Skala
(1) (2) (3) (4) (5)
Motivasi
Kerja
(X1)
Dorongan yang
diberikan kepada
pegawai dalam
memotivasi kerja pada
Dinas Pertanian
Kabupaten
Pangandaran.
1. Pemberian insentif
2. Memperhatikan
rasa harga diri
3. Memenuhi
kebutuhan rohani
4. Memenuhi
kebutuhan
berpartisipasi
5. Menempatkan
pekerja pada
tempat yang tepat
6. Menimbulkan rasa
aman di masa
depan
7. Memperhatikan
lingkungan tempat
kerja
8. Memberikan
kesempatan untuk
maju
9. Menciptakan
persaingan yang
sehat
− Tingkat pemberian
insentif
− Tingkat Perhatian
oleh atasan
− Tingkat kebebasan
beribadah
− Tingkat kebutuhan
berpartisipasi
− Tingkat kesesuaian
penempatan
− Tingkat keamanan di
masa depan
− Tingkat perhatian
lingkungan kerja
− Tingkat
pengembangan diri
− Tingkat persaingan
yang sehat
Ordinal
(1) (2) (3) (4) (5)
Program
Kesejateh
teraan
(X2)
Pembayaran dan jasa
jasa yang melindungi
dan melengkapi gaji
pokok, dan membayar
semua atau sebagian
dari tunjangan di Dinas
Pertanian Kabupaten
Pangandaran
1. Memuaskan
kebutuhan
pegawai
− Sesuai dengan
keinginan pegawai
− Menimbulkan rasa
senang
− Mampu memenuhi
kebutuhan
Ordinal
2. Menggunakan
dasar yang seluas
mungkin
3. Dapat dihitung
dan dikelola
4. Menarik dan
mempertahankan
pegawai
− Dasar perhitungan
fleksibel
− Dapat dinikmati
semua pegawai
− Dapat dihitung secara
nominal
− Dapat dikelola dengan
bijak
− Program sangat
menarik
− Pegawai merasa betah
bekerja
− Sebagai penghasilan
tambahan
Populasi Penelitian
Yang menjadi populasi penelitian ini adalah
sebanyak 44 pegawai Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran. Semua anggota
populasi dijadikan responden, sehingga
penentuan responden dilakukan secara sensus.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah teknik sensus
dimana populasi yang diteliti dijadikan sampel
seluruhnya. Menurut Sugiyono (2010: 161):
“Sensus terjadi apabila setiap anggota atau
karakteristik di dalam populasi dikenai
penelitian”.
Dengan demikian penelitian ini akan meneliti
keseluruhan pegawai pada Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran yaitu sebanyak 44
orang.
Paradigma Penelitian
Untuk mengetahui gambaran umum mengenai
pengaruh motivasi dan program kesejahteraan
terhadap kepuasan kerja maka disajikan
paradigma penelitian berdasarkan pada
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Kepuasan Kerja
(Y)
Motivasi (X1)
Program
Kesejahteraan
(X2)
Teknik Analisis Data
Metode Analisis data yang digunakan adalah
Multiple Regression Analysis, dimana data yang
diolah dengan bantuan SPSS
Transformasi Data Ordinal ke Data Interval
Data yang diperoleh dari responden merupakan
data ordinal, maka data tersebut harus diubah
menjadi data berskala interval dengan
menggunakan successive interval methode.
Adapun langkah-langkah successive interval
methode menurut Harun Al-Rasyid, 2005:131)
adalah sebagai berikut :
1. Perhatikan nilai jawaban dan setiap
pertanyaan dalam kuesioner
2. Untuk setiap pertanyaan tersebut,
lakukan penghitungan ada berapa
responden yang menjawab skor 1,2,3,4,5 =
frekuensi (f).
3. Setiap frekuensi dibagi dengan
banyaknya n responden dan hasilnya = (p).
4. Kemudian hitung proporsi
kumulatifnya (Pk).
5. Dengan menggunakan tabel normal,
dihitung nilai z untuk setiap proporsi
kumulatif yang diperoleh.
6. Tentukan nilai densitas normal (fd)
yang sesuai dengan nilai Z
7. Tentukan nilai interval (scale value)
untuk setiap skor jawaban dengan rumus
sebagai berikut:
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 38
SV = (Scale value) =
LimitLower Under AreaLimit) Under Area
Limit)At Upper sity Limit)(DenLower at (Density
−
8. Sesuaikan nilai skala ordinal ke
interval, yaitu skala value (SV) yang
nilainya terkecil (harga negatif yang
terbesar) diubah menjadi sama dengan
jawaban responden yang terkecil melalui
transformasi berikut ini:
Tranformed Scale Value: SV = SV + (SV min)
+ 1
1. Tabulasi Data
Penelitian ini menguraikan bagaimana
pengolahan data akan dilaksanakan, analisis
apa yang harus digunakan, dan bagaimana hasil
analisis diinterpretasikan. Hasil penelitian diuji
sesuai dengan hipotesis penelitian yang telah
dirumuskan sehingga dapat menjawab
identifikasi masalah sesuai dengan maksud dan
tujuan penelitian yang dilakukan. Agar
keberadaan data yang diperoleh dapat
digunakan sebagai ukuran besaran pengaruh
dari setiap variabel penelitian (Variabel X1,
Variabel X2 dan Variabel Y), maka dalam
penelitian ini akan dilakukan pengujian
kausalitas dari beberapa dimensi variabel bebas
X terhadap Y, maka analisis data yang
digunakan analisis jalur (path analysis).
2. Nilai Jenjang Interval
Yaitu melakukan pengukuran dengan
prosentase dan skoring, dengan menggunakan
rumus Sugiyono, (2007: 152) sebagai berikut:
X = N
F
x 100%
Keterangan :
X = Jumlah persentase jawaban
F = Jumlah jawaban frekuensi
N = Jumlah responden
Selanjutnya untuk mengetahui klasifikasi nilai
skor dari masing-masing variabel akan
digunakan NJI atau Nilai Jenjang Interval yang
perhitungannya dapat ditentukan sebagai
berikut:
NJI = Pertanyaan KriteriaJumlah
Terendah Nilai- Tertinggi Nilai
Keterangan :
NJI : nilai jenjang interval
adalah interval untuk menentukan tinggi sekali,
tinggi, sedang, rendah, sangat rendah, suatu
variabel.
Nilai Tertinggi : Skor tertinggi x Jml
Responden x Jml Pernyataan
Nilai Tertinggi : Skor terendah x Jml
Responden x Jml Pernyataan
Jml Kriteria Pertanyaan : untuk menentukan
klasifikasi penilaian.
Setelah nilai tertinggi dan nilai terendah
diketahui maka dilakukan klasifikasi dengan
cara membuat interval dari hasil jenjang
tersebut sebanyak 5 kriteria yang terdiri dari
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat
rendah.
Dari hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini ”Terdapat pengaruh tunjangan kinerja
terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran”, maka
hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :
Uji statistik untuk uji hipotesis secara simultan :
( )
−
−−
=
=
=
k
i
yxyx
k
i
yxyx
ii
ii
rPk
rPkn
F
1
1
1
1
Kaidah keputusan :
Jika ( )1;; −− knkhitung FF maka 0H ditolak dan
Ha diterima
Jika ( )1;; −− knkhitung FF maka 0H diterma dan
Ha ditolak
Kriteria uji untuk uji hipotesis secara parsial :
( )( )( )1
.14321 ,,,
2
−−
−=
kn
CR
Pt
iixxxxy
yxi
Kaidah Keputusan:
Jika ( )1; −− knhitung tt maka 0H ditolak dan Ha
diterima
Jika ( )1; −− knhitung tt maka 0H diterima dan
Ha ditolak
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Motivasi Kerja dan Program
Kesejahteraan Terhadap Kepuasan Pegawai
pada Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran
Penelitian ini mempunyai tiga variabel yang
diteliti, yaitu motivasi kerja sebagai variabel
bebas ke-1 (X1), program kesejahteraan sebagai
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 39
variabel bebas ke-2 (X2), dan kepuasan
pegawai sebagai variabel terikat (Y).
Dari hasil pengolahan data melalui nilai
koefisien beta variabel X1, variabel X2 dan
variabel Y secara keseluruhan yang terdapat
pada Lampiran, maka dapat divisualisasikan ke
dalam bentuk struktur sebagai berikut:
Ɛ
X1
Ɛ =0,254
Y
X2
PYX1=0,309
PYX2=0,629
rX1X2 = 0,654
Dari nilai koefisien jalur di atas, kemudian
digunakan untuk mencari pengaruh
proporsional setiap variabel independen
terhadap variabel dependen, rinciannya adalah
sebagai berikut :
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Variabel X1 dan X2 terhadap Variabel Y
Pengaruh X1 terhadap Y
Pengaruh Langsung X1 (PYX1) (pYX1) 0,309 0,309 0,095
Melalui X2 (PYX1) (rX1X2) (PYX2) 0,309 0,654 0,629 0,127
0,223 (a)
Pengaruh X2 terhadap Y
Pengaruh Langsung X2 (PYX2) (pYX2) 0,629 0,629 0,396
Melalui X1 (PYX1) (rX2X1) (PYX1) 0,629 0,654 0,309 0,128
0,524 (b)
Pengaruh Secara Bersama-sama (a + b) 0,746 (c)
Koefisien Non Determinasi (1 – c) 0,254
Sumber : Data olahan
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat diketahui
bahwa total pengaruh variabel motivasi kerja
dan program kesejahteraan terhadap kepuasan
pegawai sama dengan nilai koefisien
determinasi (R2) yaitu sebesar 0,746 artinya
pengaruh motivasi kerja dan program
kesejahteraan terhadap kepuasan pegawai pada
Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran yaitu
sebesar 74,6 %. Hal ini menunjukan bahwa
kepuasan pegawai terhadap pada Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran sebesar 74,6
% dipengaruhi oleh variabel motivasi kerja dan
program kesejahteraan, sedangkan sisanya 25,4
% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti.
Adapun pengaruh proporsional setiap variabel
independen terhadap variabel dependen dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Pengaruh motivasi kerja (X1) terhadap
kepuasan pegawai (Y)
Secara ekonomi dapat diartikan bahwa motivasi
kerja terhadap kepuasan pegawai secara
langsung akan dapat berpengaruh pada
kepuasan pegawai yaitu sebesar 9,5 %
sedangkan pengaruh motivasi kerja terhadap
kepuasan pegawai melalui hubungannya dengan
program kesejahteraan yaitu sebesar 12,7 %,
sehingga dengan demikian secara total variabel
motivasi kerja dapat mempengaruhi kepuasan
pegawai pada Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran yaitu sebesar 22,3 %.
b. Pengaruh program kesejahteraan (X2)
terhadap kepuasan pegawai (Y)
Secara ekonomi dapat diartikan bahwa program
kesejahteraan terhadap kepuasan pegawai
secara langsung akan dapat berpengaruh pada
kepuasan pegawai sebesar 39,6 %, sedangkan
pengaruh program kesejahteraan terhadap
kepuasan pegawai melalui hubungannya dengan
motivasi kerja yaitu sebesar 12,8 %, sehingga
dengan demikian secara total variabel program
kesejahteraan dapat mempengaruhi kepuasan
pegawai pada Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran yaitu sebesar 52,4 %.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara
simultan motivasi kerja dan program
kesejahteraan berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pegawai pada Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran, dengan demikian
hipotesis dapat diterima kebenarannya. Hal ini
jelas menandakan bahwa semakin tinggi
motivasi kerja dan program kesejahteraan
semakin baik, maka cenderung akan
meningkatkan kepuasan pegawai pada pegawai
pada Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran.
Motivasi kerja menjadi bagian penting dalam
upaya mendorong setiap anggota organisasi
untuk secara besama-sama mewujudkan tujuan
organisasi.
Selanjutnya, secara parsial motivasi kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan pegawai pada Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran, artinya semakin tinggi
motivasi maka kepuasan pegawai cenderung
akan semakin meningkat. Adapun secara parsial
program kesejahteraan berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan pegawai pada
Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran,
artinya semakin baik program kesejahteraan
maka kepuasan pegawai akan semakin
meningkat. Program kesejahteraan mempunyai
pengaruh lebih tinggi daripada motivasi, hal ini
dikarenakan variabel tersebut menjadi elemen
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 40
penting dalam mewujudkan kesejahteraan
pegawai secara berkesinambungan.
Tindak lanjut dari hasil penelitian ini, terdapat
implikasi manajerial yang dapat disampaikan,
yaitu dilihat dari kontribusinya, motivasi kerja
dan program kesejahteraan memiliki pengaruh
yang signifikan dalam meningkatkan kepuasan
pegawai pada Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran. Dengan demikian semakin tinggi
motivasi kerja pegawai dan semakin baik
program kesejahteraan maka kepuasan pegawai
pada Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran
cenderung semakin meningkat.
Program kesejehteraan pegawai negeri sipil
(PNS) sangat berbeda dengan pegawai non
PNS. Dasar Hukum kebijakan pemberian
kesejahteraan bagi PNSD di lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat didasarkan
kepada : Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang pada
intinya bahwa Usaha kesejahteraan yang
dimaksud meliputi kesejahteraan materiil dan
spiritual, seperti jaminan hari tua, bantuan
perawatan kesehatan, bantuan kematian,
ceramah keagamaan, dan lain-lain yang serupa
dengan itu.
Dengan melihat ketentuan Pasal 32 Undang-
undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian, bahwa bentuk kesejahteraan
kepada PNS ini bisa berupa pemberian
sejumlah uang dan diberikan peluang dan
keleluasaan untuk menciptakan atau
mengupayakan bentuk-bentuk kesejahteraan
lainnya yang sesuai kebutuhan daerah masing-
masing dengan prinsip tidak bertentangan
dengan peraturan perundangundangan.
Demikian juga untuk kesejahteraan dalam
bentuk spiritual, Pasal 32 mengatur dan
memberi peluang untuk melaksanakan kegiatan
spiritual dalam bentuk lainnya selain kegiatan
ceramah keagamaan.
Selain itu juga dasar hukum di atas ditunjang
oleh Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor
8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian; Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang
Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1981
tentang Perawatan, Tunjangan Cacat, dan Uang
Duka Pegawai Negeri Sipil; dan Peraturan
Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
Nomor 14 Tahun 1994 tentang Pemberian
Penghargaan Kepada Seseorang Atau Badan
Yang Telah Berjasa Kepada Daerah Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat dan lain-lain.
Keberhasilan Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran dalam mengelola organisasi
sangat ditentukan oleh kinerja pegawainya.
Untuk kelancaran, seorang pimpinan harus
mendelegasikan tugas dan pekerjaan kepada
seluruh pegawai yang ada dalam unit kerjanya
sesuai hierarki. Seorang pimpinan harus mampu
menciptakan suasana yang kondusif,
memberikan perhatian yang cukup,
memberikan penghargaan terhadap prestasi
kerja pegawai, serta mampu menjalin
komunikasi yang baik dengan seluruh pegawai.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan kriteria atau standar pada diri
masing-masing pegawai. Semakin banyak
aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginannya, maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakan oleh seorang pegawai.
Secara teoritis, hasil penelitian ini juga sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Luthans (2006:
126) tentang adanya hubungan yang positif
antara motivasi terhadap kepuasan kerja.
Hubungannya dapat terlihat dari variabel
motivasi, koordinasi dan penempatan pegawai
yang terbukti signifikan dalam mempengaruhi
variabel kepuasan. Motivasi kerja yang tinggi
cenderung akan meningkatkan kinerja yang
pada akhirnya akan memberikan kepuasan
kerja. Dengan kata lain, semakin banyak aspek
dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
dan aspek-aspek individu, maka akan semakin
tinggi tingkat kepuasan kerjanya.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Daryatmo, (2005), hasil
penelitian menunjukkan bahwa motivasi,
kompensasi dan budaya kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan Perusahaan Daerah
Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Desa
Kabupaten Karanganyar baik secara parsial
maupun simultan. Demikian bahwa kepuasan
kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
misalnya dengan pemberian motivasi dan
pemberian kompensasi yang layak dan adil
4. KESIMPULAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi
kerja dan program kesejahteraan berpengaruh
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 41
terhadap kepuasan pegawai pada Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran baik secara
simultan maupun parisal. Semakin tinggi
motivasi dan program kesejahteraan semakin
baik maka kepuasan pegawai juga cenderung
akan semakin meningkat`
Dengan demikian secara empiris penelitian ini
menguatkan teori yang sudah ada, yaitu bahwa
apabila pegawai mempunyai motivasi kerja
yang tinggi, dan program kesejahteraan
semakain baik maka akan berpengaruh positif
terhadap kepuasan pegawai
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah – Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian dan membuat laporan
akhir dari skema Penelitian dosen Pemula
Tahun Anggaran 2016/2017 dengan judul
Pengaruh Motivasi dan Program Kesejahteraan
Terhadap Kepuasan Pegawai Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran. Dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan ini kami
sebagai penulis menyampaikan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Para
pimpinan Rektor, Wakil Rektor, dan
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Perjuangan
2. LP2M
Universitas Perjuangan yang telah
mendanai Penelitian Dosen Pemula.
3. Ibu Rita Tri
Yusnita, S.E, M.M selaku Ketua Prodi
Manajemen Universitas Perjuangan
2. Bapak/ibu Dosen beserta karyawan
Universitas Perjuangan.
Semoga Alloh SWT memberikan balasan yang
berlipat ganda dan pahala yang sebesar-
besarnya.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak guna
memperbaiki penelitian ini. Akhir kata penulis
berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya
bidang Manajemen.
6. REFERENSI
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah.
2009. Pengantar Manajemen, Edisi Pertama,
Jakarta : Prenada Media.
Flippo, Edwin B. 2002. Personel Management
(Manajemen Personalia), Edisi. VII Jilid II,
Terjemahan Alfonso S, , Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Hani T. Handoko. 2009. Manajemen, Edisi Ke-
2, Cetakan Keduapuluh, Yogyakarta : BPFE.
Harun Al Rasyid. 2003. Metodologi Penelitian,
Edisi Aplikasi dalam Pemasaran, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Henry Simamora, 2006 Manajemen Sumber
Daya Manusia, Edisi Keempat, penerbit : STIE
YKPN, Yogyakarta.
Hidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan.
2002. Manajemen Personalia,. Edisi 4,
Yogyakarta : Pustaka Binawan Presindo FE –
UGM.
Luthans, Fred. 2006. Organizational Behavior,
7th edition. New York: Mc. Graw Hill Book
Company.
Malayu S.P. Hasibuan. 2008. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta :
PT.Bumi Aksara.
Muhammad As’ad,. 2004. Seri Ilmu Sumber
Daya Manusia, Psikologi Industri. Edisi
Keempat. Yogyakarta: Liberty.
Mutiara, S. Panggabean, 2004, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bogor: Ghalia
Indonesia.
Robins, Stephen P., Timothy A. Judge. 2008.
Perilaku Organisasi – Organizational
Behavior. Alih Bahasa Ernawati Sule. Buku 1.
Jakarta : Selemba Empat.
Sikula, Andrew F. 2000. Personnel
Administration and Human Resources
Management, Willey Trans Edition, by John
Willey and Sonc., Inc.
Singarimbun dan Effendi, 2003. Metode
Penelitian Survey. Edisi Revisi. Jakarta : LP3S.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 42
Sirait, J. T. 2005. Memahami Aspek-Aspek
Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam
Organisasi. Edisi Pertama. Jakarta : PT.
Grasindo.
Sugiyono, 2007. Statistik untuk Penelitian.
Revisi Terbaru. Bandung : CV. Alfabeta.
Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja. Edisi
Kedua. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 43
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI
NEGERI SIPIL PADA DINAS PERTANIAN KABUPATEN PANGANDARAN
Oleh:
Arga Sutrisna, Cece Rakhmat, Ari Arisman
Fakultas Ekonomi Universitas Perjuangan Tasikmalaya
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui bagaimana kecerdasan
emosional, kedua mengetahui bagaimana kinerja, ketiga mengetahui bagaimana pengaruh
kecerdasan emosional terhadap kinerja pegawai, serta keempat menjadi dasar penelitian
berikutnya. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan diatas adalah metode
penelitian eksplanatori (explanatory research), penggunaan metode ini karena peneliti
tidak hanya menggambarkan fakta-fakta empiris yang ditemui di lapangan, tetapi juga
bermaksud menganalisis dan menjelaskan pengaruh antar variabel. Penelitian ini
dilakukan terhadap Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran
yang berjumlah 47 orang dalam kurun waktu empat bulan. Luaran dari penelitian ini
berupa publikasi ilmiah dijurnal nasional terakreditasi dan sebagai bahan ajar.
Kecerdasan emosional pada Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran termasuk klasifikasi
baik. Dalam hal ini cara Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran mengkomunikasikan
kecerdasan emosional melalui kecerdasan diri dan kecerdasan sosial yang baik. Kinerja
Pegawai Negeri Sipil konsumen pada Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran termasuk
klasifikasi baik. Kinerja Pegawai Negeri Sipil berhubungan erat dengan kecerdasan
emosional. Hasil analisis menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran, sehingga dengan demikian hipotesis dapat diterima kebenarannya.
Kata kunci :kecerdasan emosional, kinerja pegawai
ABSTRACT
The purpose of this research is first to know how emotional intelligence, second know
how performance, third know how the influence of emotional intelligence to employee
performance, and fourth become base of next research. The method used to achieve the
above objective is explanatory research method, the use of this method because
researchers not only describe the empirical facts encountered in the field but also intends
to analyze and explain the influence between variables. This study was conducted on
Civil Servants at the Agricultural Service of Pangandaran Regency which amounted to 47
people within a period of four months. The output of this research is scientific publication
accredited national journal and as teaching material.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 44
Emotional intelligence at Pangandaran Regency Agriculture Office includes good
classification. In this case, the Pangandaran District Agricultural Office communicates
emotional intelligence through self-intelligence and good social intelligence. The
performance of Civil Servant of Consumer at Pangandaran Regency Agriculture Office
includes good classification. The performance of Civil Servants is closely related to
emotional intelligence. The result of the analysis shows that emotional intelligence has a
significant effect on the Performance of Civil Servant at Agricultural Service of
Pangandaran Regency so that the hypothesis can be accepted correctness.
Keywords: emotional intelligence, employee performance
PENDAHULUAN
Kabupaten Pangandaran menjadi salah
satu dari beberapa Kabupaten baru yang
dibentuk, oleh karena itu jumlah
Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di
lingkungan Kabupaten Pangandaran
masih mengalami kekurangan. Hal ini
juga terjadi di Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran yang
sebelumnya di bawah Dinas KPK
(Kelautan Pertanian dan Kehutanan).
Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran merupakan salah satu
dinas di Kabupaten Pangandaran yang
menaungi pelayanan tentang bidang
pertanian. Sebagai lembaga yang
berada dalam naungan pemerintahan
Pangandaran, Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran harus bisa
memberikan pelayanan yang prima
terhadap seluruh masyarakat yang
khususnya bergelut di bidang pertanian,
agar pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat sesuai tujuan yang
ditargetkan. Dengan jumlah Pegawai
Negeri Sipil sebanyak 27 orang,
menyebabkan masing-masing Pegawai
Negeri Sipil yang ditempatkan di Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran
mempunyai beban kerja yang lebih
berat dibandingkan Dinas Pertanian di
daerah lain.
Hal ini dapat mengakibatkan kondisi
kerja yang tidak kondusif dan
berkecenderungan mengakibatkan
tingkat emosional pegawai menjadi
sulit di kontrol. Untuk membatasi
masalah yang akan dibahas dalam
penulisan ini, maka penulis hanya
melakukan pembahasan tentang
Pengaruh Kecerdasan Emosional
terhadap Kinerja, dengan hipotesa awal
“Terdapat Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran’’
KAJIAN PUSTAKA
1.1. Kecerdasan Emosional
2.1.1. Pengertian Kecerdasan emosional
Dari beberapa pengertian mengenai
kecerdasan emosional di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Kecerdasan emosional
mengandung makna, tidak hanya berarti
bersikap ramah; pada saat-saat tertentu,
jika diperlukan dapat bersikap tegas
bahkan dapat juga tidak menyenangkan,
dan mengungkapkan kebenaran yang
sebenarnya tidak diinginkan.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 45
b. Kecerdasan emosional adalah
kemampuan interpesonal dan
intrapersonal yang berfungsi sebagai
tali pengendali untuk menyeimbangkan
perasaan, pikiran serta tindakan.
c. Kecerdasan emosional
mengelola perasaan sedemikian rupa
sehingga terekspresikan secara tepat
dan efektif yang memungkinkan orang
bekerja sama dengan orang lain secara
lancar menuju tujuan bersama.
Berdasarkan pengalaman apabila suatu
masalah menyangkut pengambilan
keputusan dan tindakan aspek perasaan
sama pentingnya dan seringkali lebih
penting daripada nalar. Emosi itu
memperkaya : model pemikiran yang
tidak menghiraukan emosi merupakan
model yang miskin. Nilai-nilai yang
lebih tinggi dalam perasaan manusia,
seperti kepercayaan, harapan,
pengabdian cinta, seluruhnya lenyap
dalam pandangan kognitif yang dingin.
Kita sudah terlalu lama menekankan
pentingnya IQ dalam kehidupan
manusia. Bagaimanapun kecerdasan
tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang
berkuasa. Kecerdasan emosional
menambahkan jauh lebih banyak sifat-
sifat yang membuat kita membuat
menjadi lebih manusiawi.
Kecerdasan emosi atau emosional
quotation ( EQ ) meliputi kemampuan
mengungkapkan perasaan, kesadaran
serta pemahaman tentang emosi dan
kemampuan untuk mengatur dan
mengendalikannya. Kecerdasan emosi
dapat juga diartikan sebagai
kemampuan Mental yang membantu
kita mengendalikan dan memahami
perasaan-perasaan kita dan orang lain
yang menuntun kepada kemampuan
untuk mengatur perasaan – perasaan
tersebut.
Jadi orang yang cerdas secara emosi
bukan hanya memiliki emosi atau
perasaan-perasaan tetapi juga
memahami apa artinya. Dapat melihat
diri sendiri, seperti orang lain melihat
kita. Mampu memahami orang lain
seolah-olah apa yang dirasakan orang
itu kita rasakan juga. Tidak ada standar
EQ yang resmi dan baku. Namun
kecerdasan emosi dapat ditingkatkan
baik terukur maupun tidak tetapi
dampaknya dapat dirasakan baik oleh
diri sendiri maupun orang lain. Banyak
ahli berpendapat kecerdasan emosi
yang tinggi akan sangat berpengaruh
pada peningkatan kualitas hidup.
Setidaknya ada 5 unsur yang
membangun kecerdasan emosi yaitu ;
Memahami emosi-emosi sendiri,
mampu mengelola emosi-emosi sendiri,
memotivasi diri sendiri, memahami
emosi-emosi orang lain, dan mampu
membina hubungan sosial.
Sejauh mana kecerdasan emosi anda ?
untuk mengetahuinnya, kelima unsur
diatas dapat dijadikan barometer untuk
mengukur apakah anda termasuk orang
yang cerdas secara emosi. Apa itu
kecerdasan emosional ? Ada banyak
perbedaan pendapat tentang kecerdasan
emosional. Secara relatif bidang ini
dianggap masih baru dalam psikologi
dan masih mencari bentuknya yang
lebih mantap. Secara sederhana
perbedaan tersebut bertumpu pada;
Kemampuan mengenali emosi diri
sendiri, kemampuan mengendalikan
emosi dan mengambil tindakan yang
tepat, kemampuan mengenali emosi
orang lain, kemampuan bertindak dan
berinteraksi dengan orang lain.
Dengan demikian orang yang cerdas
secara emosional adalah orang yang
memahami kondisi dirinya. Emosi-
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 46
emosi yang terjadi, serta mengambil
tindakan yang tepat. Orang tersebut
mampu mengenali dan berempati
terhadap apa yang terjadi pada orang
lain dan menanggapinya secara
proposional.
2.1.2. Kecerdasan emosional dan
realita dunia kerja
Dalam bukunya yang terkenal , Daniel
Goleman menyebutkan disamping
Kecerdasan Intelektual ( IQ ) ada
kecerdasan lain yang membantu
seseorang sukses yakni kecerdasan
emosional ( EQ ). Bahkan secara
khusus dikatakan bahwa kecerdasan
emosional lebih berperan dalam
kesuksesan dibandingkan kecerdasan
intelektual. Klaim ini memang terkesan
agak dibesarkan meskipun ada beberapa
penelitian yang menunjukkan
kebenaran kearah sana.
Jika kita melihat dunia kerja, maka kita
bisa menyaksikan bahwa seseorang
tidak cukup hanya pintar dibidangnya.
Dunia pekerjaan penuh dengan interaksi
sosial dimana orang harus cakap dalam
menangani diri sendiri maupun orang
lain. Orang yang cerdas secara
intelektual dibidangnya akan mampu
bekerja dengan baik. Namun jika ingin
melejit lebih jauh dia membutuhkan
dukungan rekan kerja, bahawan
maupun atasannya.
Disinilah emosional membantu
seseorang untuk mencapai keberhasilan
yang lebih jauh.
2.1.3. Komponen-Komponen
Kecerdasan Emosional
Segal (2001:5) mengatakan bahwa;
“Ruang lingkup EQ adalah hubungan
pribadi dan sosial”, sehingga dapat
dikatakan, kecerdasan emosional pada
manusia dikelompokkan menjadi dua,
yaitu kecerdasan pribadi dan
kecerdasan sosial.
a. Kecerdasan Pribadi
Goleman (2007:44) menjelaskan bahwa
“kecerdasan pribadi adalah kemauan
untuk mengelola / mengembangkan diri
sendiri.” Keuntungan orang yang dapat
memperhatikan diri sendiri, dapat juga
memperhatikan orang lain, artinya
mereka yang mempunyai kemampuan
pribadi tinggi akan mampu mengenali
dan menerima perasaan orang lain. Hal
ini menunjukkan bahwa kecerdasan
pribadi ada kaitan dengan kecerdasan
sosial (Segal, 2001:8). Tanpa
kecerdasan pribadi seperti di atas,
mustahil dapat hidup secara produktif.
Sebagian besar peneliti yakin begitu
lahir kedunia maka tingkat kecerdasan
berkembang berkat kombinasi antara
keturunan, lingkungan, dan
pengalaman. Kecerdasan pribadi
menurut Goleman (2007:41) memiliki
beberapa unsur, yaitu: kesadaran diri,
pengaturan diri, dan motivasi diri.
b. Kesadaran diri
Kesadaran diri adalah mengetahui
kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber
daya dan intuisi; dan merupakan
keterampilan dasar yang vital seperti:
1). Pengaturan diri. Pengaturan diri
adalah mengelola kondisi emosi-emosi
dan sumber daya diri sendiri. Suatu
hormon yang berperan penting dalam
pengendalian diri adalah amigdala.
Amigdala adalah bank memori emosi
otak, tempat penyimpanan semua
kenangan baik tentang kejayaan dan
kegagalan, harapan dan ketakutan,
kejengkelan dan frustasi (Goleman,
2007:117).
2). Motivasi diri. Motivasi diri
adalah kecenderungan emosi yang
mengantar atau memudahkan peraihan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 47
sasaran. Kecerdasan motivasi diri
umumnya meliputi: dorongan
berprestasi, komitmen, inisiatif dan
optimisme.
3). Kecerdasan Sosial. Kecerdasan
sosial adalah kemampuan untuk
menentukan bagaimana menangani
suatu hubungan (Goleman, 2007:43).
Stein dan Book (2002:139)
menerangkan bahwa “kecerdasan sosial
adalah keterampilan memahami,
berinteraksi, bergaul secara baik dengan
orang lain.”
Berdasarkan ketiga pendapat di atas,
maka kecerdasan sosial adalah
kemampuan dan keterampilan
berkomunikasi dan berinteraksi secara
baik dengan orang lain. Pegawai yang
mempunyai kecerdasan sosial
menyukai berinteraksi dengan teman
sesama pegawai. Kapasitas kecerdasan
sosial pegawai sangat dipengaruhi oleh
sesama pegawai, melebihi kelompok
kerja, tim usaha, dan proyek-proyek
kerjasama. Mereka biasanya sangat
sensitif terhadap perasaan orang lain,
ingin tahu berbagai macam gaya hidup,
tertarik dengan lingkungan tempat
bekerja. Kecerdasan sosial juga
ditunjukkan dengan humor yang bisa
membuat teman-teman sesama pekerja
serta kepala bagian tertawa. Goleman
(2007:162) menyatakan ada tiga
kecakapan yang perlu dimiliki dalam
berinteraksi dengan orang lain, yaitu: 1)
empati, 2) keterampilan sosial, dan 3)
koordinasi sosial. Empati merupakan
keterampilan dasar untuk semua
kecakapan sosial yang penting untuk
bekerja. Kecakapan ini mencakup:
memahami orang lain, orientasi
melayani, memberdayakan orang lain,
memanfaatkan keragaman dan
kesadaran politik.Kecerdasan
emosional dalam interaksi sosial
merupakan kecakapan untuk mengenali
dan memahami emosi, dan selanjutnya
menggunakan/ menerapkan secara
efektif kekuatan dan ketajaman emosi
sebagai sumber kekuatan, informasi dan
pengaruh yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku membina hubungan
dengan orang lain. Indikator kecerdasan
emosional dalam interaksi sosial
meliputi: (a) kesadaran diri, (b)
pengaturan diri, dan (c) memotivasi
diri; kecakapan/kecerdaan sosial yang
mencakup: (a) empati dan (b)
keterampilan sosial.
2.2. Kinerja Pegawai
2.2.1. Pengertian Kinerja
Menurut Cooper (dalam Samsudin,
2006:159), “A general term applied to
part or all of the conduct or activities of
an organization over period of time,
often with reference to some standard
such as past projected cost, an
efficiency base, management
responsibility or accountability, or the
like.” Artinya, kinerja kerja adalah
tingkat pelaksanaan tugas yang dapat
dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi
dengan menggunakan kemampuan yang
ada dan batasan-batasan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan
organisasi / perusahaan.
“Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan
kepadanya” (Mangkunegara, 2007:67).
“Kinerja adalah suatu ukuran yang
mencakup keefektifan dalam pencapain
tujuan dan efisiensi yang merupakan
rasio dari keluaran efektif, terhadap
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 48
masukan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan” (Robbins, 2001:75).
Dengan demikian dapat disimpulkan,
kinerja merupakan tindakan-tindakan
atau pelaksanaan tugas yang telah
diselesaikan oleh seseorang dalam
kurun waktu tertentu dan patut diukur.
Hal ini dapat berkaitan dengan jumlah
kuantitas dan kualitas pekerjaan yang
dapat diselesaikan oleh individu dalam
kurun waktu tertentu.
2.2.2. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja pegawai pada dasarnya
merupakan penilaian yang sistematik
terhadap penampilan kerja pegawai itu
sendiri dan terhadap taraf potensi
pegawai dalam upayanya
mengembangkan diri untuk
kepentingan organisasi. Dessler
(2001:131), mendefinisikan kinerja
sebagai prosedur apa saja yang
meliputi: (1) penetapan standar kinerja;
(2) penilaian kinerja aktual pegawai
dalam hubungan dengan standar-
standar ini; dan (3) memberi umpan
balik kepada pegawai dengan tujuan
memotivasi orang tersebut untuk
menghilangkan kemorosotan kinerja
atau terus berkinerja lebih tinggi lagi.
Andrew E. Sikula (dalam
Mangkunegara, 2007:69) menjelaskan
bahwa “Empolyee appraising is the
systematic evaluation of a worker’s job
performance and potential for
development. Appraising is the process
of estimating or judging the value,
excellence, qualities, or satus of some
object, person, or thing” (Penilaian
pegawai merupakan evaluasi yang
sistematis dari pekerjaan pegawai dan
potensi yang dapat dikembangkan.
Penilaian adalah proses penaksiran atau
penentuan nilai, kualitas, atau status
dari beberpa objek, orang ataupun
sesuatu).
Berdasarkan pendapat di atas, penilaian
kinerja pegawai adalah suatu proses
penilaian prestasi kerja pegawai yang
dilakukan pimpinan instansi atau
perusahaan secara sistematis
berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan
kepada pegawai.
Rumusan kinerja pegawai relatif
berbeda, namun pada dasarnya
mempunyai makna yang sama. Istijanto
(2006: 187) menyatakan ada beberapa
indikator yang perlu diperhatikan dalam
perumusan kinerja pegawai, yaitu;
Kualitas kerja, tanggung jawab Pegawai
terhadap pekerjaan, kerja sama tim,
motivasi kerja, orientasi, inisiatif
Pegawai.
2.2.3. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja, Para pemimpin
suatu instansi sangat menyadari adanya
perbedaan kinerja antara seorang
Pegawai dengan Pegawai yang lainnya
yang berada di bawah pengawasannya.
Menurut Gibson (2001:52) ada tiga
perangkat variabel yang mempengaruhi
perilaku dan prestasi yaitu; a).Variabel
individu, terdiri dari kemampuan dan
ketrampilan baik mental dan fisik, latar
belakang keluarga, tingkat sosial dan
pengalaman, demografi terdiri dari
umur, asal-usul dan jenis kelamin.
b).Variabel organisasi terdiri dari
sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur dan desain pekerjaan.
c).Variabel psikologis terdiri dari
persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
motivasi.
Menurut Mangkunegara (2007:67-68),
faktor yang mempengaruhi pencapaian
kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi
(motivation).
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 49
(1). Faktor Kemampuan
(Ability).Secara psikologis,
kemampouan (ability) pegawai terdiri
dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill).
Artinya, pegawai yang memiliki IQ di
atas rata-rata (110-120) dengan
pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
maka ia akan lebih mudah mencapai
kinerja yang diharapkan.
(2). Faktor Motivasi
(Motivation). Motivasi terbentuk dari
sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja.
Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai yang
terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja). Selanjutnya
menurut McClelland (dalam
Mangkunegara, 2007:68)
mengemukakan enam karakteristik
pegawai yang memiliki motif
berprestasi tinggi, yaitu pertama,
memiliki tanggung jawab pribadi yang
tinggi. Kedua, berani mengambil
resiko. Ketiga, memiliki tujuan yang
realistis. Keempat, memiliki rencana
kerja yang menyeluruh dan berjuang
untuk merealisasi tujuannya. Kelima,
memanfaatkan umpan baik (feed back)
yang konkret dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukan. Keenam, mencari
kesempatan untuk merealisasi rencana
yang telah diprogramkan. Berdasarakan
pendapat McClelland tersebut, pegawai
akan mampu mencapai kinerja
maksimal jika ia memiliki motif
berprestasi tinggi. Motif berprestasi
yang perlu dimiliki oleh pegawai harus
ditumbuhkan dari dalam diri sendiri
selain dari lingkungan kerja.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksplanatori (explanatory
research). Penggunaan metode ini
karena peneliti tidak hanya
menggambarkan fakta-fakta empiris
yang ditemui di lapangan, tetapi juga
bermaksud menganalisis dan
menjelaskan pengaruh antar variabel.
Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Singarimbun (2008: 4)
bahwa :
Penelitian penjelasan (explanatory
research) menyoroti hubungan antara
variabel-variabel penelitian dan
menguji hipotesis yang telah disusun
sebelumnya. Karena itu penelitian ini
disertai testing research. Meskipun
uraiannya mengandung deskripsi tetapi
fokusnya diarahkan pada penjelasan
hubungan antara tiga variabel.
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini sesuai
pendapat Winarno Surakhmad (2008:
251), yaitu:
4. Wawancara
Yaitu mengadakan wawancara secara
langsung dengan Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran,
dimana menanyakan berbagai hal
khususnya yang berhubungan dengan
kecerdasan emosional dan kinerja
pegawai sebagai pelaksana yang
memberikan pelayanan tugas dan
pekerjaan di lingkungan Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran.
5. Studi Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan
pelaksanaan kecerdasan emosional dan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 50
kinerja pegawai Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran.
6. Kuesioner;
Yaitu pengumpulan data yang
dilakukan melalui penyebaran daftar
pertanyaan yang bersifat tertutup, cara
ini peneliti lakukan terhadap para
pegawai pelaksana dan pejabat Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan klasifikasi penilaian
indikator keseluruhan maka dapat
dilihat bahwa total skor nilai tanggapan
responden mengenai kecerdasan
emosional adalah sebesar 1439
sehingga termasuk klasifikasi baik,
artinya sebagian besar responden
memberikan penilain yang baik
terhadap Pegawai Negeri Sipil pada
Dinas Peternakan Kabupaten
Pangandaran.
Berdasarkan klasifikasi penilaian
indikator keseluruhan maka dapat
dilihat bahwa total skor nilai tanggapan
responden mengenai Kinerja Pegawai
Negeri Sipil adalah sebesar 897
sehingga termasuk klasifikasi baik,
artinya sebagian besar Kinerja Pegawai
Negeri Sipil pada Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran Ciamis sudah
baik. Kinerja Pegawai Negeri Sipil
berhubungan erat dengan kecerdasan
emosional.
PEMBAHASAN
Selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis secara simultan untuk menguji
apakah terdapat pengaruh secara
signifikan atau tidak, nilai signifikansi
dihitung dengan program SPSS dengan
hasil sebagai berikut :
Dengan menggunakan tingkat
keyakinan sebesar 95% (α = 0,05) dan
degree of freedom (k) dan (n-k-1)
diperoleh nilai Pvalue = 0,000 < 0,05
sehingga dapat diartikan bahwa secara
simultan kecerdasan emosional
berpengaruh signifikan terhadap
Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada
Dinas Pertanian Kabupaten
Pangandaran Ciamis, dengan demikian
hipotesis dapat diterima kebenarannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai pengaruh
kecerdasan emosional terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran,
maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Kecerdasan emosional pada Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran
termasuk klasifikasi baik. Dalam
hal ini cara Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran
mengkomunikasikan kecerdasan
emosional melalui kecerdasan diri
dan kecerdasan sosial yang baik.
2. Kinerja Pegawai Negeri Sipil
konsumen pada Dinas Pertanian
Kabupaten Pangandaran termasuk
klasifikasi baik. Kinerja Pegawai
Negeri Sipil berhubungan erat
dengan kecerdasan emosional.
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran,
sehingga dengan demikian
hipotesis dapat diterima
kebenarannya.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil simpulan maka
diperoleh saran sebagai berikut:
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 51
1. Nilai skor terendah dari variabel
kecerdasan emosional yaitu
mengenai keegoisan dalam
memberikan pendapat oleh para
Pegawai Negeri sipil pada Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran,
oleh karena itu sebaiknya para
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran
agar jangan mementingkan ego
masing-masing dalam berpendapat.
2. Nilai skor terendah dari variabel
Kinerja Pegawai Negeri Sipil yaitu
mengenai pencapaian pekerjaan
sesuai target yang ditentukan,
sebaiknya DinasPertanian
memeberikan waktu yang tidak
yang memungkinkan para Pegawai
mengerjakan tugasnya secara
optimal mengingat pekerjaan yang
dilakukan adalah pekerjaan
lapangan.
3. Melihat pengaruhnya yang kuat
kecerdasan emosional terhadap
Kinerja Pegawai Negeri Sipil, maka
sebaiknya perusahaan harus
mempertahankan dan lebih
meningkatkan kecerdasan
emosional yang selama ini telah
dilaksanakan.
REFERENSI
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan
Saefullah. 2009. Pengantar
Manajemen, Edisi Pertama, Jakarta :
Prenada Media.
Hani T. Handoko. 2009.
Manajemen,Edisi Ke-2, Cetakan
Keduapuluh, Yogyakarta : BPFE
Henry Simamora, 2006 Manajemen
Sumber Daya Manusia, Edisi Keempat,
penerbit : STIE YKPN, Yogyakarta.
Malayu S.P. Hasibuan. 2008.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Edisi Revisi. Jakarta : PT.Bumi Aksara
Sugiyono, 2007. Statistik untuk
Penelitian. Revisi Terbaru. Bandung :
CV. Alfabeta.
Nugroho, Rakhmat. 2008. Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
KinerjaKaryawan (Studi Empiris pada
PT Bank Tabungan Negara
(Persero)Cabang Bandung).Jurnal
Universitas Diponegoro Semarang
Vol.8, No.3,
hal.17-29.
Tukijan, Hernoto. 2011. Analisis
Perbedaan Kecerdasan Emosional,
motivasi kerja, kinerja, ditinjau dari
gender dan tingkat pendidikan (studi
faskel ekonomi PNPM Mandiri
Perkotaan jawa tengah). Ejurnal STIE
Dharmaputra, Semarang Vol.18, No. 30
Goleman, Daniel. 2007. Emotional
Intellegence. Diterjemahkan oleh T.
Hermaya.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 52
PENGARUH HARGA DAN DESAIN PRODUK TERHADAP PROSES
KEPUTUSAN PEMBELIAN
KELOM SHENY DI KOTA TASIKMALAYA
Oleh:
DEPY MUHAMAD PAUZY
KUSUMA AGDHI RAHWANA
e-mail: depypauzy89@gmail.com
Universitas Perjuangan Tasikmalaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga dan desain produk terhadap
proses keputusan pembelian produk Kelom Sheny. Tujuan penelitian tersebut didasarkan
atas kenyataan lapangan bahwa dalam kurun waktu satu tahun terakhir (2016) telah
terjadi penurunan penjualan produk Kelom Sheny. Diduga penyebab penurunan tersebut
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya adalah penyediaan produk yang kurang lengkap
serta potongan harga yang jarang dilakukan, serta daya beli konsumen semakin menurun.
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey. Pengumpulan data diperoleh
melalui wawancara, studi pustaka dan kuesioner. Objek dalam penelitian ini adalah
semua konsumen yang berada di sekitar wilayah jalan Tamansari–Gunung Kanyere Kota
Tasikmalaya.
Dengan menggunakan analisis regresi berganda, dalam penelitian menemukan bahwa
harga berpengaruh signifikan terhadap proses keputusan pembelian Kelom Sheny,
sehingga hipotesis teruji kebenarannya.
Kata kunci: Harga, desain produk dan keputusan pembelian
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of price and product design on the decision
process of purchasing products Kelom Sheny. The purpose of the study is based on the
fact that in the last year (2016) there has been a decline in sales of Kelom Sheny
products. Suspected causes of the decline is influenced by various factors, including the
provision of incomplete products and rarely discounted prices, and consumer purchasing
power decreased.
The research method used is survey method. Data collection was obtained through
interview, literature study and questionnaire. Objects in this study are all consumers who
are located around the area of Tamansari-Gunung Kanyere Tasikmalaya.
By using multiple regression analysis, in the study found that the price has a significant
effect on the purchasing decision process Kelom Sheny, so the hypothesis tested the truth.
Keywords: Price, product design and purchase decision
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 53
BAB 1 PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk yang tidak
pernah puas dan cenderung memiliki
keinginan yang tidak terbatas. Bagi para
produsen, kalimat tersebut merupakan
sebuah celah peluang yang harus
dimanfaatkan untuk berbisnis, sehingga
dapat menghasilkan suatu keuntungan.
Secara teoritis banyak alternatif yang
bisa ditempuh oleh suatu perusahaan
dalam rangka mencapai dan
meningkatkan volume keputusan yang
diambil konsumen untuk membeli
produk-produk atau jasa-jasa yang
ditawarkan oleh produsen. Dalam fungsi
pemasaran, upaya untuk mencapai
penjualan yang menguntungkan tidak
lepas dari kemampuan perusahaan
dalam menguasai pemasaran. Strategi
pemasaran tersebut mencakup tiga
bagian pokok (Tjiptono, 2008:303)
yaitu:
1. Rencana penempatan produk,
dalam hasil penjualan, pasar
sasaran serta keuntungan selama
beberapa tahun mendatang.
2. Perincian harga produk, strategi
distribusi atau anggaran
pemasaran.
3. Sasaran jangka panjang dalam
penjualan, keuntungan serta
stategi bauran pemasaran.
Dalam pemasaran biasanya dihadapkan
pada masalah produk, harga, distribusi
dan promosi. Disamping masalah
tersebut biasanya masalah yang lain
yaitu tentang keputusan pembelian
konsumen. Kegiatan pemasaran
bertujuan untuk mempengaruhi
konsumen dalam pembelian suatu
produk. Dalam melakukan pembelian
konsumen membutuhkan informasi
tentang produk yang akan dibeli. Salah
satunya adalah informasi tentang harga
produk.
Ibu-ibu rumah tangga biasanya sangat
jeli dalam membeli dan menyeleksi
harga produk, mereka lebih
menginginkan dengan harga yang relatif
terjangkau mendapatkan produk yang
berkualitas apalagi produk yang sudah
mempunyai merek. Proses pengambilan
keputusan sangat bervariasi, ada yang
sederhana dan ada yang sangat
kompleks. Pengambilan keputusan tidak
hanya berakhir dengan terjadinya
transaksi pembelian akan tetapi diikuti
pula tahap perilaku pembeli
Salah satu produk andalan Kota
Tasikmalaya yaitu Kelom Geulis
Tasikmalaya. Kelom Geulis
Tasikmalaya di ambil dari bahasa
belanda ‘kelompen’ yang artinya sandal
kayu. Istilah Kelom Geulis Tasikmalaya
sendiri berasal dari bahasa sunda yang
berarti sandal kayu cantik. Sandal kelom
biasanya di pakai untuk acara hajatan
ataupun acara resmi. Kelom Geulis
Tasikmalaya terbuat dari kayu mahoni
atau albasia. Kelom Geulis Tasikmalaya
ini di buat secara manual dengan
menggunakan tangan. Agar tampak
menarik, kelom di berikan hiasan.
Hiasan kelom umumnya adalah hiasan
ukiran dengan motif bunga. Sekarang
ini, terdapat juga kelom dengan
menggunakan hiasan cat air brush dan
juga hiasan batik atau yang lebih di
kenal dengan kelom batik. Kerajinan
Kelom Geulis Tasikmalaya banyak di
produksi sebagai Home Industry sebagai
contoh Kelom Sheny yang bertempat di
Gunung Kanyere – Tamansari Kota
Tasikmalaya, tetapi atas kenyataan
lapangan bahwa dalam kurun waktu satu
tahun terakhir telah terjadi penurunan
penjualan produk Kelom Sheny. Diduga
penyebab penurunan tersebut
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya
adalah penyediaan produk yang kurang
lengkap serta potongan harga yang
jarang dilakukan, serta daya beli
konsumen semakin menurun.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis
cenderung mengambil judul “Pengaruh
harga dan desain produk terhadap
proses keputusan pembelian Kelom
Sheny di Kota Tasikmalaya”.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Harga
(Pricing)
Dalam Lupiyoadi (2011:
61) Strategi penentuan harga (pricing)
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 54
sangat signifikan dalam pemberian value
kepada konsumen dan mempengaruhi
image produk, serta keputusan
konsumen untuk membeli. Harga juga
berhubungan dengan pendapatan dan
turut mempengaruhi supply atau
marketing channels. Akan tetapi, yang
paling penting adalah keputusan dalam
harga harus konsisten dengan strategi
pemasaran secara keseluruhan. Kotler
(2012: 509) metode penentuan harga
dapat didekati dengan menseleksi harga
akhir dengan menambahkan faktor-
faktor diantaranya psychological pricing
di mana konsumen menggunakan harga
sebagai indikator kualitas dan
kebijaksanaan harga perusahaan
(company pricing policies) dengan
tujuan memberikan kuota harga kepada
tenaga penjualan untuk diberikan kepada
konsumen dan untuk profitabilitas
perusahaan.
Menurut Tjiptono (2012: 151) “harga
adalah satuan moneter atau ukuran
lainnya (termasuk barang dan jasa
lainnya) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikanatau
pengunaan suatu barang atau jasa.
Pengertian ini sejalan dengan konsep
pertukaran (exchange) dalam
pemasaran”. Jadi bisa dikatakan harga
tergantung pada kemampuan
bernegosiasi dari pihak penjual atau
pembeli untuk memperoleh harga
kesepakatan yang sesuai dengan
keinginan masing-masing pihak,
sehingga pada awalnya pihak penjual
akan menetapkan harga yang tinggi dan
pembeli akan menetapkan penawaran
dengan harga terendah. Harga sebuah
produk atau jasa merupakan faktor
penentu dalam permintaan pasar. Harga
merupakan hal yang sangat penting yang
diperhatikan oleh konsumen dalam
membeli produk atau jasa. Jika
konsumen merasa cocok dengan harga
yang ditawarkan, maka mereka akan
cenderung melakukan pembelian ulang
untuk produk yang sama. Dalam teori
ekonomi disebutkan bahwa harga suatu
barang atau jasa yang pasarnya
kompetitif, maka tinggi rendahnya harga
ditentukan oleh permintaan dan
penawaran pasar. Menurut Fure
(2013:276), indikator yang digunakan
untuk mengukur harga antara lain :
1. Harga yang sesuai dengan manfaat
2. Persepsi harga dan manfaat
3. Harga barang terjangkau
4. Persaingan harga
5. Kesesuaian harga dengan kualitasnya
2.1.2. Peranan Harga
Harga memiliki dua peran
utama dalam proses pengambilan
keputusan para pembeli yaitu:
1. Peranan alokasi dari harga, yaitu
fungsi harga membantu para
pembeli untuk memutuskan cara
memperoleh tertinggi yang
diharapkan berdasarkan daya
belinya. Dengan demikian
dengan adanya harga dapat
membantu para pembeli untuk
memutuskan cara
mengalokasikan daya belinya
pada berbagai jenis barang atau
jasa. Pembeli membandingkan
harga dari berbagai alternatif
yang tersedia, kemudian
memutuskan alokasi dana yang
dikehendaki.
2. Peranan informasi dari harga,
yaitu fungsi harga dalam
mendidik konsumen mengenai
faktor-faktor produksi, seperti
kualitas. Hal ini terutama
bermanfaat dalam situasi
dimana pembeli mengalami
kesulitan untuk menilai faktor
produksi atau manfaatynya
secara objektif. Persepsi yang
sering berlaku adalah bahwa
harga yang mahal
mencerminkan kualitas yang
tinggi. (Tjiptono, 2007:152).
Dalam menentukan keputusan
pembelian, informasi tentang harga
sangat dibutuhkan dimana informasi ini
akan diperhatikan, dipahami dan makna
yang dihasilkan dari informasi harga ini
dapat mempengaruhi perilaku
konsumen.
2.2. Desain produk
Mark Gobe (2008:7) menyatakan bahwa
“desain produk yang baik harus dapat
memberikan pengalaman sentuhan yang
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 55
menyenangkan bagi pelanggan”. Mark
Gobe (2008:97) meyakini bahwa “dalam
membeli sesuatu konsumen tidak hanya
memerlukan informasi mengenai
produk, mereka cenderung menyentuh
produk untuk proses evaluasi”. Dalam
praktiknya kita dapat melihat bahwa
desain produk dari merek tertentu,
berbeda dengan desain produk yang
sama pada merek yang berbeda.
2.3. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan yang luas
merupakan jenis pengambilan keputusan
yang paling lengkap, bermula dari
pengenalan masalah konsumen yang
dapat dipecahkan melalui pembelian
beberapa produk. Untuk keperluan ini,
konsumen mencari informasi tentang
produk atau merek tertentu dan
mengevaluasi produk atau merek akan
mengarah pada keputusan pembelian.
Selanjutnya konsumen akan
mengevaluasi dari hasil keputusannya,
proses pengambilan keputusan yang luas
terjadi untuk kepentingan khusus bagi
konsumen atau untuk pemgambilan
keputusan yang membutuhkan tingkat
keterlibatan tinggi. Tingkat keterlibatan
merupakan karakteristik konsumen,
bukan karakteristik produk sebagaimana
yang sering disalah artikan. Konsumen
dikatakan mempunyai tingkat
keterlibatan yang tinggi jika dalam
membeli suatu produk atau jasa, mereka
meluangkan cukup banyak waktu,
perhatian dan usaha untuk
membandingkan berbagai merek
(Tjiptono, 2008:20).
Berikut jurnal penelitian
relevan yang lain mengenai judul
penelitian yang penulis angkat :
1. Evelina dkk., (2013), Harga,
kualitas produk dan kualitas
pelayanan pengaruhnya terhadap
keputusan pembelian mobil
Toyota Avanza, Jurnal EMBA
1251Vol.1 No.3 September
2013, Hal. 1251- 1259.
2. Rachim, T. & Setiawan, I.
(2014), The Effects of Product
Attributes and Pricing Policy to
Netbook Purchase Decision:
(Case Study of Universitas
Widyatama Students),
International Journal of Science
and Research (IJSR) Vol. 3
Issue 4 April 2014.
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh harga produk
Kelom Sheny terhadap proses
keputusan pembelian
2. Untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh harga produk
Kelom Sheny terhadap proses
keputusan pembelian
3.2. Manfaat Penelitian
Dari sisi pengembangan ipteks dan
perguruan tinggi. Penelitian ini seiring
dengan visi Perguruan Tinggi
(Universitas Perjuangan) yaitu hasil
penelitian dapat dimanfaatkan untuk
menunjang kondisi pegawai di
lingkungan Universitas Perjuangan.
Pengembangan ipteks di perguruan
tinggi yang dipublikasikan pada jurnal
ilmiah dan di seminarkan akan
menambah kontribusi perguruan tinggi
dalam pengembangan ipteks secara
sosial.
Dari sisi pengembangan materi
pembelajaran. Hasil penelitian dapat
digunakan sebagai materi pembelajaran
berbasis hasil riset (research-based
learning), terutama untuk
mengembangkan materi pembelajaran
yang terkait dengan manajemen
pemasaran.
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah masyarakat
di sekitar jalan Tamansari-Gunung
Kanyere kota Tasikmalaya sebagai
konsumen Kelom Sheny. Ruang Lingkup
dalam penelitian ini adalah seberapa
besar pengaruh harga dan desain produk
terhadap proses keputusan pembelian
produk Kelom Sheny.
4.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan
adalah metode survey (Nur Indriyanto
dan Bambang Supomo, 2009 :152)
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 56
dengan instrumen pengumpulan data
menggunakan wawancara dan
kuesioner.
4.2.1. Instrumen Pengumpulan
Data
Instrumen utama yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah kuesioner.
Bentuk pertanyaan yang digunakan
kuesioner adalah struktur non disqued,
yaitu bentuk pertanyaan yang telah
disusun sebelumnya dengan tujuan agar
maksud pertanyaan dapat diketahui
dengan jelas, dengan kombinasi pilihan
ganda yang berisi seperangkat
pertanyaan responden mengenai suatu
objek sikap. Setiap jenis responden
dinilai dengan menggunakan skala sikap
yang berpedoman kepada skala likert.
Sikap – sikap pertanyaan tersebut
memperlihatkan pendapat positif atau
negatif. Setiap jenis responden dinilai
sesuai arah pertanyaan yaitu :
a) Untuk pertanyaan positif
skala nilai yang dipergunakan
adalah 5-4-3-2-1
b) Untuk pertanyaan negatif
skala nilai yang dipergunakan
adalah 1-2-3-4-5
4.2.2. Teknik Penarikan Sampel
- Populasi
Adapun pengertian populasi menurut
Sugiyono (2008: 55):
“wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat di sekitar Kota Tasikmalaya
tepatnya Gunung Kanyere-Tamansari.
- Sample Penelitian
Menurut Sugiyono (2008 : 57) sampel
adalah sebagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Untuk menentukan ukuran
sampel yang akan diambil agar mewakili
seluruh populasi digunakan rumus yang
dikemukakan oleh Slovin yang dikutip
oleh Husein Umar (2007 : 141) sebagai
berikut :
( )2
1 eN
Nn
+=
→
n = 690.495 / (1 + 690.495
(0.01)) = 87.35
n = 90 orang (dibulatkan)
Dimana :
N = Jumlah Populasi
n = ukuran sampel
e² = standard error (10%)
4.3. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini,
kemudian dianalisis dengan
menggunakan statistik yaitu analisis
regresi berganda untuk mengetahui
pengaruh harga dan desain produk
terhadap proses keputusan pembelian.
Berikut adalah tabel operasional variabel
dimana variabel X1 adalah Harga,
variabel X2 adalah Desain Produk dan
Variabel Y adalah Proses Keputusan
Pembelian pada Produk Kelom Sheny.
Variabel Definisi Operasional Indikator Ukuran Skala
Harga (X1) Jumlah uang
(ditambah beberapa
barang kalau
mungkin) yang
dibutuhkan untuk
mendapatkan
sejumlah kombinasi
dari barang beserta
pelayanannya (Basu
Swastha, 2010:147).
Terjangkaunya
harga pada
konsumen
• Harga Kelom Sheny
Murah
ORDI
-NAL
• Harga Kelom Sheny
terjangkau untuk
konsumen
• Harga Kelom Sheny
sesuai dengan kualitas
yang diberikan
Perbandingan
harga dengan
kompetitor
• Harga Kelom Sheny
bersaing dengan produk
kompetitor
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 57
• Harga Kelom Sheny
sesuai dengan kualitas
yang diberikan jika
dibandingkan dengan
harga dan kualitas
produk kompetitor
Desain Produk
(X2)
Pengemasan yang
berkaitan dengan
perancangan dan
pembuatan wadah
atau pembungkus
untuk suatu produk
(Fandy Tjiptono,
2007:106).
Pelindung isi
(protection)
Memberikan
kemudahan
dalam
penggunaan
Memberikan
daya tarik
(promotion)
• Desain produk Kelom
Sheny dapat melindungi
produk rokoknya
• Desain produk Kelom
Sheny praktis untuk
dibawa
• Warna produk Kelom
Sheny menarik
• Bentuk kemasan produk
Kelom Sheny menarik
Identitas produk
(image) • Produk Kelom Sheny
memberikan kesan
mewah
Proses
Keputusan
Pembelian (Y)
Beberapa tahapan
yang dilakukan oleh
konsumen sebelum
melakukan keputusan
pembelian suatu
produk (Kotler,
2007:223)
Mengenali
adanya
kebutuhan
• Merupakan pemakai
loyal produk Kelom
Sheny
• Memakai produk Kelom
Sheny memuaskan anda
dalam memakainya
• Produk Kelom Sheny
memberikan rasa
nyaman yang baru yang
sesuai dengan perkiraan
anda
Pencarian
informasi
sebelum
pembelian
(Prepurchase
search)
• Konsumen produk
Kelom Sheny
mendapatkan Informasi
yang cukup tentang
produk
Keputusan
Pembelian
(Purchase
Decision)
• Akan membeli produk
Kelom Sheny
• Menjadi pemakai loyal
produk Kelom Sheny
Perilaku
konsumen
setelah
pembelian
• Akan melakukan
pembelian ulang produk
Kelom Sheny
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 58
• Menyarankan
komsumen lain untuk
membeli produk Kelom
Sheny
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG
DICAPAI
5.1. Hasil Penelitian
Untuk lebih jelas mengenai hasil
penelitian dengan judul pengaruh harga
dan desain produk terhadap proses
keputusan pembelian produk Kelom
Sheny kota Tasikmalaya dilakukan
pengolahan data primer/hasil kuesioner
dengan software SPSS 24. Berikut hasil
regresi berganda/output dengan
menggunakan software SPSS 24:
Tabel 4.1 Korelasi Antar Variabel
Correlations
VarY VarX1 VarX2
Pearson Correlation VarY 1,000 ,732 ,676
VarX1 ,732 1,000 ,832
VarX2 ,676 ,832 1,000
Sig. (1-tailed) VarY . ,000 ,000
VarX1 ,000 . ,000
VarX2 ,000 ,000 .
N VarY 90 90 90
VarX1 90 90 90
VarX2 90 90 90
Sumber: Data diolah.
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas,
menunjukan bahwa korelasi antara
variabel X1 (Harga) dengan variabel X2
(Desain Produk) sebesar 0,832
sedangkan variabel X1 (Harga) terhadap
variabel Y (Proses Keputusan
Pembelian) sebesar 0,732 dan korelasi
antara variabel X2 (Desain Produk)
dengan variabel Y (Proses Keputusan
Pembelian) sebesar 0,676.
Tabel 4.2 Uji F
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,742a ,551 ,540 5437,06671 ,551 53,295 2 87 ,000 1,647
a. Predictors: (Constant), VarX2, VarX1
b. Dependent Variable: VarY
Sumber: Data diolah.
Dari Tabel 4.2 diatas menunjukan
bahwa nilai Rsquare sebesar 0,551
artinya dari model persamaan regresi
dimana X1 (Harga) dan X2 (Desain
Produk) berpengaruh sebesar 55,1%
terhadap Y (Proses Keputusan
Pembelian), nilai tersebut tidak terlalu
besar dan mengindikasikan bahwa ada
faktor lain sebesar 44.9% yang
berpengaruh terhadap proses keputusan
pembelian selain harga dan desain
produk dan dilihat dari sig. F kurang
dari 0,05 menunjukan model bagus
secara keseluruhan atau simultan dan
bisa dilanjutkan dengan uji t atau uji
secara parsial.
Tabel 4.3 Uji Parsial
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2077,893 2597,610 ,800 ,426
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 59
VarX1 ,992 ,233 ,550 4,250 ,000
VarX2 ,662 ,392 ,218 1,687 ,095
Sumber: Data diolah.
Pada Tabel 4.3 dalam uji t atau uji
secara parsial terlihat bahwa hanya ada
satu variabel bebas yang berpengaruh
signifikan terhadap proses keputusan
pembelian yakni variabel harga dengan
sig. 0,000 kurang dari 0,005 sedangkan
variabel desain produk dengan nilai sig.
0,095 lebih besar dari 0,005. Hal ini
menunjukan bahwa konsumen tidak
terlalu melihat desain produk khususnya
pada produk Kelom Sheny dan lebih
melihat dari segi harga, karena produk
Kelom Sheny dibuat dari mulai bahan
baku sampai ke produk akhir siap jual
sehingga produk Kelom Sheny siap
bersaing dari segi harga dibanding
dengan harga kompetitor yang
kebanyakan bahan bakunya beli atau
dengan kata lain tidak berproduksi dari
awal.
5.2. Pembahasan
Pengujian pengaruh harga dan desain
produk terhadap proses keputusan
pembelian ditunjukan oleh hasil analisis
data diolah yang menunjukan bahwa
variabel harga berpengaruh signifikan
terhadap proses keputusan pembelian.
Hal ini menjelaskan bahwa dilihat dari
tingkat signifikansi variabel harga lebih
kecil dari tingkat signifikansi 5%, selain
itu juga responden mengakui bahwa
harga Kelom Sheny relatif lebih murah
dari kompetitor dikarenakan produk
Kelom Sheny berproduksi dari awal
(bahan baku awal) sampai tahap akhir
produksi dan siap dipasarkan sehingga
lebih efisien dari segi ekonomi
dibandingkan dengan kompetitor.
Responden melihat hal yang positif dari
harga Kelom Sheny, sehingga responden
tertarik dengan harga tersebut dan
variabel harga menjadi salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap proses
keputusan pembelian.
Hasil analisis Kuesioner pada variabel
harga menunjukan rata-rata total skor
dan tingkat interpelasi setuju. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat harga jual
produk Kelom Sheny diterima oleh
responden. Secara umum responden
menanggapi bahwa responden setuju
dengan tingkat harga yang murah,
tingkat harga yang terjangkau, tingkat
harga yang bersaing dan kesesuaian
kualitas terhadap harga yang Kelom
Sheny tawarkan dengan produk yang
mereka dapatkan. Hal ini yang
menyebabkan variabel harga
berpengaruh signifikan terhadap proses
keputusan pembelian.
Dilihat dari uji parsial variabel desain
produk menunjukkan bahwa nilai
signifikansi variabel desain kemasan
lebih besar dari tingkat signifikansi 5%,
hal ini menjelaskan bahwa variabel
desain produk tidak berpengaruh
signifikan terhadap proses keputusan
pembelian. Hal ini dikarenakan para
responden kurang memperhatikan desain
produknya dan lebih mementingkan
harga yang terjangkau, sehingga desain
produk tidak signifikan pada keputusan
pembelian produk Kelom Sheny
Pada Analisis pengujian variabel harga
dan desain produk secara simultan
menyatakan bahwa variabel harga dan
desain produk berpengaruh signifikan
terhadap proses keputusan pembelian.
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Adapun dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa:
1. Besarnya pengaruh desain
produk terhadap proses
keputusan pembelian produk
Kelom Sheny pada pengujian
hipotesis pada variabel desain
produk menunjukan bahwa
terdapat pengaruh yang tidak
signifikan terhadap proses
keputusan pembelian.
2. Pada pengujian hipotesis pada
variabel harga menunjukan
bahwa variabel harga
berpengaruh signifikan terhadap
proses keputusan pembelian,
dan hasil rekapitulasi kuesioner
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 60
responden variabel harga
didapat hasil dengan kriteria
setuju.
3. Secara simultan pengaruh desain
produk dan harga terhadap
proses keputusan pembelian
Kelom Sheny dapat disimpulkan
bahwa model baik digunakan
untuk menunjukan pengaruh
desain produk dan harga
terhadap proses keputuasan
pembelian.
6.2. Saran
Berdasarkan data dan simpulan yang
telah diperoleh dalam penelitian ini,
maka penulis memberikan beberapa
saran yang sekiranya dapat bermanfaat
sebagai masukan bagi pihak yang
berkepentingan. Adapun saran yang
dapat diberikan diambil dari poin
terendah dari indikator tiap variabel
adalah sebagai berikut:
1. Produsen produk Kelom Sheny
disarankan membuat sebuah
program marketing yang dapat
meningkatkan brand image pada
masyarakat.
2. Produsen produk Kelom Sheny
disarankan membuat sebuah
inovasi tentang produk tersebut
sehingga loyalitas konsumen
dapat tumbuh pada masyarakat.
3. Untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk mencari
variabel moderasi lain selain
variabel desain produk dan
harga.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 61
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Alma, Buchari. 2008, Manajemen
Pemasaran & Pemasaran Jasa. Bandung:
CV. Alfabeta.
Husein Umar. 2007. Metode penelitian
Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Edisi
1,-10: Rajawali Pers, Jakarta.
Gobe, Marc. 2005, Emotional Branding,
Jakarta, penerbit : Erlangga.
Kotler, P. & Armstrong, G. 2008,
Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12
penerbit Erlangga.
Kotler, P. & Armstrong, G. 2009,
marketing an introduction, Ninth
Edition.New Jersey: Prentice Hall.
Sugiyono, Prof. Dr. 2008, Statistik
Untuk Penelitian, Cetakan kesepuluh,
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, Prof. Dr. 2008, Metodologi
Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Tjiptono, Fandy. 2007. Strategi
Pemasaran. Edisi ke dua, penerbit Andi,
Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. 2008. “Stratergi
Pemasaran”, Edisi Kedua, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra,
2012, Pemasaran Strategik. Yogyakarta.
Jurnal :
Evelina dkk., (2013), Harga, kualitas
produk dan kualitas pelayanan
pengaruhnya terhadap keputusan
pembelian mobil Toyota Avanza, Jurnal
EMBA1251Vol.1No.3 September 2013,
Hal. 1251-1259.
Rachim, T. & Setiawan, I. (2014),The
Effects of Product Attributes and
PricingPolicy to Netbook Purchase
Decision: (Case Study of Universitas
Widyatama Students), International
Journal of Science and Research
(IJSR)Vol. 3 Issue 4 April 2014.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 62
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN
DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL
(Sensus Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods) yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)
==============================================================
Rita Tri Yusnita
ABSTRACT
The objectives of this research are to find out the influences of size firm and profitability, both
simultaneously and partially, to capital structure at Consumer Goods Industry listed on Bursa
Efek Indonesia 2013. The used method in this research is census method. The population that
was observed is 32 companies of Consumer Goods Industry listed on Bursa Efek Indonesia
2013. The data collected are secondary data. Data analyses in this research used the multiple
linier regression analyses by using SPSS software. The results of this research showed that
there were influences of size firm and profitability, simultaneously, to capital structure, but not
significant, at Consumer Goods Industry listed on Bursa Efek Indonesia 2013. There was a
negative influence of size firm, partially, to capital structure, but not significant, at Consumer
Goods Industry listed on Bursa Efek Indonesia 2013. There was a negative influence of
profitability partially to capital structure, but not signicant, at Consumer Goods Industry listed
on Bursa Efek Indonesia 2013.
Key Words: Size firm, profitability, capital structure
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial ukuran
perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal pada Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode sensus. Populasi yang diteliti yaitu sebanyak 32 perusahaan Sektor
Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Data yang
dikumpulkan berupa data sekunder. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda dengan menggunakan software SPSS. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas, secara simultan, berpengaruh tapi tidak signifikan,
terhadap struktur modal pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Ukuran perusahaan, secara parsial, berpengaruh negatif tapi
tidak signifikan, terhadap struktur modal pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Profitabilitas, secara parsial, berpengaruh
negatif tapi tidak signifikan, terhadap struktur modal pada Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013.
Kata Kunci: Ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur modal
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 63
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dan kelanjutan hidup
perusahaan, terutama perusahaan besar,
tidak akan terlepas dari kebutuhan dana.
Pemenuhan kebutuhan dana dapat berasal
dari sumber dana internal maupun sumber
dana eksternal. Jika kebutuhan dana suatu
perusahaan sudah sedemikian
meningkatnya karena pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan, dan dana
internal atau modal sendiri tidak lagi
mencukupi karena telah dipergunakan
seluruhnya, maka perusahaan dapat
menggunakan pinjaman atau hutang (debt
financing) maupun dengan menerbitkan
saham baru.
Beberapa alternatif sumber pendanaan
dapat berupa hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang, penerbitan saham dan
obligasi, serta laba ditahan (Riyanto, 2001).
Pemilihan kombinasi sumber pendanaan
perusahaan tersebut menciptakan struktur
modal perusahaan.
Struktur modal adalah perbandingan hutang
dan modal sendiri dalam struktur finansial
perusahaan (Husnan, 2002). Struktur modal
optimal akan diperoleh jika tepat dalam
menentukan kombinasi struktur modal,
yang mana struktur modal optimal mampu
menjadi fondasi kuat bagi perusahaan untuk
menjalankan aktivitas bisnisnya, yang
selanjutnya dapat menghasilkan keuntungan
optimal bagi perusahaan.
Struktur modal akan dipengaruhi oleh
keputusan manajemen dalam penggunaan
hutang dan modal sendiri, atau dengan kata
lain dipengaruhi keputusan manajemen
dalam menentukan kombinasi penggunaan
hutang dan modal sendiri, dimana
keputusan manajemen dalam penggunaan
hutang dan modal sendiri didasarkan pada
beberapa hal yang dapat dijadikan
pertimbangan, diantaranya adalah ukuran
perusahaan dan tingkat profitabilitas.
Faktor ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi struktur modal, karena
semakin besar perusahaan akan
memerlukan dana yang semakin besar pula
untuk kepentingan investasi (Ariyanto,
2002). Perusahaan besar dengan total aktiva
yang besar cenderung berani untuk
menggunakan modal dari pinjaman dalam
membelanjai seluruh aktiva, dibandingkan
dengan perusahaan yang lebih kecil
ukurannya.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 64
Profitabilitas dapat mempengaruhi struktur
modal karena profitabilitas akan
mempengaruhi keputusan perusahaan
dalam menggunakan hutang. Perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang tinggi
atas investasi cenderung menggunakan
hutang yang relatif kecil.
Hasil penelitian Ni Wayan Yuliani dan Ica
Rika (2014) menunjukan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap struktur
modal. Hasil penelitian yang dilakukan
Mardiansyah (2012) menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur modal. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan lebih
menggunakan modal sendiri berupa laba
yang diperoleh (laba ditahan).
Namun penelitian yang dilakukan Nadia
Puspawardani (2012) menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal, dan
profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal. Hal ini
berarti bahwa perusahaan dengan profit
yang tinggi lebih berani menggunakan
hutang untuk pendanaan perusahaannya.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai dampak ukuran perusahaan dan
profitabilitas terhadap struktur modal pada
perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi (Consumer Goods) yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013. Alasan pemilihan perusahaan sektor
industri barang konsumsi, karena
perusahaan sektor industri barang konsumsi
berkembang pesat dan sebagian besar
merupakan kebutuhan sehari-hari
masyarakat, sehingga kemungkinan
mengalami kerugian sangat kecil.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Ukuran perusahaan, profitabilitas dan
struktur modal pada Perusahaan Sektor
Industri Barang Konsumsi (Consumer
Goods) yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013.
2. Pengaruh ukuran perusahaan dan
profitabilitas, secara parsial, terhadap
struktur modal pada Perusahaan Sektor
Industri Barang Konsumsi (Consumer
Goods) yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013.
3. Pengaruh ukuran perusahaan dan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 65
profitabilitas, secara simultan, terhadap
struktur modal pada Perusahaan Sektor
Industri Barang Konsumsi (Consumer
Goods) yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai
suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai
cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai
pasar saham, dan lain-lain (Agnes Sawir;
2009). Sementara itu, Arens dan Loebbeck
(2005) menyatakan ukuran perusahaan
dapat dinilai dari seberapa besar total
asset/aktiva yang dimiliki perusahaan.
Pendapat lain mengatakan bahwa pada
dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi
pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar
(large firm), perusahaan menengah
(medium-size), dan perusahaan kecil (small
firm). Penentuan perusahaan ini didasarkan
pada total asset perusahaan.
Untuk melakukan pengukuran terhadap
ukuran perusahaan dapat digunakan ukuran
aktiva digunakan untuk mengukur besarnya
perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur
sebagai logaritma dari total aktiva
(Yogiyanto; 2007). Nilai total asset atau
total aktiva biasanya bernilai sangat besar
dibandingkan dengan variabel keuangan
lainnya, untuk itu variabel asset diperhalus
menjadi log asset atau ln asset (Asnawi;
2005).
2.2 Profitabilitas
Profitabilitas selalu dijadikan alat ukur
kinerja manajemen perusahaan, karena
menunjukkan sejauh mana kemampuan
perusahaan dalam meraih keuntungan dan
juga memberikan gambaran tentang tingkat
efektifitas manajemen dalam melaksanakan
kegiatan operasinya. Menurut Bambang
Riyanto (2001) profitabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama suatu periode
tertentu. Sementara itu Ridwan Tobing dan
Nirwan Talankky (2004) mendefinisikan
profitabilitas sebagai kemampuan perseroan
untuk memperoleh laba dan potensi untuk
memperoleh penghasilan pada masa yang
akan datang yang dapat diukur dengan
Return on Equity (ROE) dan Return on
Assets (ROA).
Ukuran profitabilitas suatu perusahaan
dapat dilihat dari rasio profitabilitas. Rasio
profitabilitas memberi gambaran tentang
tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 66
Rasio profitabilitas yang dikemukakan para
ahli, yang umum digunakan adalah Return
on Assets (ROA), Return on Equity (ROE),
Return on Investment (ROI), Profit Margin
(Gross Profit Margin, Nett Profit Margin,
dan Operating Profit Margin).
2.3 Struktur Modal
Modal merupakan faktor penting dalam
suatu bisnis dan menentukan kelancaran
berjalannya aktivitas bisnis suatu
perusahaan. Modal yang merupakan
pembiayaan perusahaan dapat bersumber
dari internal (modal sendiri) maupun dari
eksternal (modal asing). Setiap perusahan
senantiasa berupaya untuk dapat menjaga
keseimbangan finansialnya dengan menjaga
struktur modal optimal. Struktur modal
adalah perimbangan atau perbandingan
antara modal asing (hutang jangka panjang)
dengan modal sendiri (Riyanto, 2001).
Rumus perhitungan struktur modal adalah
total hutang dibagi modal sendiri. Total
hutang yang dijadikan komponen struktur
modal lebih kepada hutang jangka panjang,
yang terdiri dari berbagai jenis obligasi dan
kredit investasi jangka panjang lainnya.
Modal sendiri terdiri dari berbagai jenis
saham, cadangan dan laba ditahan.
Penambahan hutang jangka panjang atau
pengurangan hutang jangka panjang akan
berakibat berubahnya struktur modal
perusahaan tersebut.
Struktur modal penting diperhatikan oleh
perusahaan karena menunjukkan kekuatan
finansial perusahaan, oleh karena itu
manajer perusahaan sebaiknya dapat
mengetahui faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi struktur modal supaya
tercapai struktur modal optimal, yaitu
struktur modal yang dapat memaksimalkan
kemakmuran/kesejahteraan para pemegang
saham.
Faktor-faktor yang umumnya
dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan terkait struktur modal menurut
Brigham dan Houston (2006) diantaranya;
stabilitas penjualan, struktur aktiva,
operating leverage, tingkat pertumbuhan
perusahaan, profitabilitas, pajak, bunga
hutang, pengendalian, sikap manajemen,
sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi
peringkat, kondisi pasar, kondisi internal
perusahaan, dan fleksibilitas keuangan.
Untuk mengukur struktur modal digunakan
Debt to Equity Ratio (DER), karena struktur
modal mencerminkan kombinasi antara
hutang dan ekuitas sehingga
membandingkan antara hutang jangka
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 67
panjang (long term debt) dengan jumlah
modal sendiri (saham) yang digunakan
perusahaan. Semakin tinggi rasio DER
menunjukkan modal sendiri yang
digunakan semakin sedikit dibandingkan
dengan hutang jangka panjangnya.
2.4 Kerangka Pemikiran
Struktur modal adalah perimbangan atau
perbandingan antara modal asing (hutang
jangka panjang) dengan modal sendiri
(Riyanto, 2001). Struktur modal perusahaan
dipengaruhi keputusan pendanaan
perusahaan. Keputusan pendanaan
keuangan perusahaan akan sangat
menentukan kemampuan perusahaan dalam
melakukan aktivitas operasinya dan juga
berpengaruh terhadap risiko keuangan
perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan
meningkatkan leverage maka perusahaan
ini dengan sendirinya akan meningkatkan
risiko keuangan perusahaan. Namun, ketika
perusahaan memerlukan tambahan dana
untuk operasinya, dan tidak berusaha
meningkatkan leverage, maka akan
kehilangan kesempatan meningkatkan
keuntungannya. Oleh karena itu keputusan
pendanaan harus didasarkan pada
keputusan struktur modal optimal.
Terdapat beberapa faktor yang mampu
mempengaruhi struktur modal yang
optimal, namun dalam penelitian ini penulis
akan memfokuskan kepada faktor ukuran
perusahaan dan profitabilitas.
Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi
struktur modal karena umumnya semakin
besar ukuran perusahaan akan cenderung
menggunakan modal asing (hutang jangka
panjang) dalam pembiayaan
perusahaannya, hal ini disebabkan karena
perusahaan besar membutuhkan dana lebih
besar untuk menunjang kelancaran aktivitas
operasinya dan salah satu alternatif
pemenuhannya adalah dengan modal asing
jika modal sendiri tidak mencukupi (Abdul
Halim, 2007).
Perusahaan yang berukuran besar
cenderung lebih fleksibel dalam mengakses
sumber dana, sehingga akan meningkatkan
hutangnya untuk memaksimalkan struktur
modal.
Brigham dan Houston (2001) mengatakan
bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan hutang yang relatif kecil.
Tingkat pengembalian yang tinggi atau
perolehan profit yang tinggi memungkinkan
perusahaan untuk membiayai sebagian
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 68
besar kebutuhan pendanaan dengan dana
yang dihasilkan secara internal, sehingga
akan mengurangi pendanaan dari hutang
jangka panjang.
Perusahaan dengan profit yang tinggi
cenderung mendanai investasinya dengan
laba ditahan daripada pendanaan dengan
hutang. Jika laba ditahan bertambah, rasio
hutang dengan sendirinya akan menurun,
dengan asumsi perusahaan tidak menambah
jumlah hutang.
Namun di sisi lain, ada pula kecenderungan
perusahaan akan lebih berani melakukan
pinjaman dana dari eksternal karena
didukung profitabilitas perusahaan yang
tinggi. Profit yang tinggi memungkinkan
perusahaan untuk dapat membayar hutang-
hutangnya. Meningkatnya profit akan
meningkatkan daya tarik pihak eksternal
(investor dan kreditor), dan jika kreditor
semakin tertarik untuk menanamkan
dananya ke dalam perusahaan, sangat
memungkinkan debt to equity ratio juga
semakin meningkat (dengan asumsi
peningkatan hutang relatif lebih tinggi
daripada peningkatan modal sendiri).
Beberapa penelitian terdahulu yang
dijadikan rujukan dan bahan perbandingan,
diantaranya penelitian Idayu dan Nurul
(2014), dimana hasil penelitiannya
menyatakan bahwa secara parsial
profitabilitas, ukuran perusahaan dan risiko
berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal. Hasil penelitian Ni Wayan
Yuliani dan Ica Rika (2014) menunjukan
bahwa profitabilitas berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap struktur
modal. Hasil penelitian yang dilakukan
Mardiansyah (2012) menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur modal. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan lebih
menggunakan modal sendiri berupa laba
yang diperoleh (laba ditahan).
Namun penelitian yang dilakukan Nadia
Puspawardani (2012) menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal, dan
profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal. Hal ini
berarti bahwa perusahaan dengan profit
yang tinggi lebih berani menggunakan
hutang untuk pendanaan perusahaannya.
Hasil penelitian Friska Firnanti (2011)
menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap struktur
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 69
modal, sedangkan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap struktur modal.
Meidera Elsa Dwi Putri (2012) dalam hasil
penelitiannya menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap struktur modal dan
ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian yang dilakukan Eko
Prihatiningtyas (2014) menunjukkan bahwa
tingkat pertumbuhan, profitabilitas, dan
ukuran perusahaan berpengaruh negatif tapi
tidak signifikan terhadap struktur modal.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas,
maka hipotesis yang diajukan adalah:
1. Ukuran perusahaan, secara parsial,
berpengaruh terhadap struktur modal.
2. Profitabilitas, secara parsial,
berpengaruh terhadap struktur modal.
3. Ukuran perusahaan dan profitabilitas,
secara simultan, berpengaruh
terhadap struktur modal.
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan struktur modal.
Sedangkan yang menjadi subjek penelitian
adalah Perusahaan Consumer Goods
(Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi) yang listing di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013.
3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Variabel Indikator Ukuran Skala
Ukuran
Perusahaan
(X1)
Ukuran perusahaan merupakan
suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecil
perusahaan menurut berbagai
cara, antara lain: total aktiva,
log size, nilai pasar saham, dan
lain-lain (Agnes Sawir; 2009:
101).
Total Aktiva (Total
Aset) yang
dinyatakan dalam
Logaritma Normal
(ln) Aset
Rupiah
Interval
Profitabilitas
(X2)
Profitabilitas merupakan
kemampuan perseroan untuk
memperoleh laba dan potensi
untuk memperoleh
penghasilan pada masa yang
akan datang yang dapat diukur
dengan Return on Equity
Return On Asset
yang dihitung
dengan cara Laba
Bersih dibagi Total
Aktiva
Rasio
Interval
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 70
(ROE) dan Return on Assets
(ROA) (Ridwan Tobing dan
Nirwan Talankky; 2004: 263)
Struktur
Modal
(Y)
Struktur modal adalah
perimbangan atau
perbandingan antara modal
asing (hutang jangka panjang)
dengan modal sendiri
(Riyanto, 2001).
Debt to Equity
Ratio (DER) yang
dihitung dengan
cara hutang jangka
panjang dibagi total
ekuitas
Rasio Interval
3.2 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel,
dimana dua variabel merupakan variabel
bebas/variabel independen (Independent
Variable) yakni ukuran perusahaan (X1) dan
profitabilitas (X2), serta satu variabel
lainnya merupakan variabel terikat/variabel
dependen (Dependent Variable) yaitu
struktur modal (Y).
Teknik yang digunakan adalah analisis
regresi berganda, yang diterjemahkan
dalam sebuah diagram dalam Gambar 3.1.
ε
Gambar 3.1
Struktur Lengkap Regresi Ganda
4. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan
Secara Parsial Terhadap Struktur
Modal pada Perusahaan Consumer
Goods (Sektor Industri Barang
Konsumsi) yang listing di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013
Dari hasil output SPSS diperoleh nilai
koefisien korelasi antara ukuran
perusahaan dengan struktur modal
sebesar -0,072 yang menunjukkan
keeratan hubungan antara ukuran
perusahaan dengan struktur modal,
dimana keeratan hubungan tersebut
masuk kategori sangat rendah.
Nilai koefisien korelasi yang negatif
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berkorelasi negatif dengan struktur
rYX1 X1
Y
rYX2 X2 rYε
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 71
modal, hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin kecil jumlah pinjaman dana
eksternal yang diambil perusahaan, dan
sebaliknya, semakin kecil ukuran
perusahaan maka semakin tinggi
pinjaman dana eksternal yang diambil
perusahaan.
Sedangkan untuk mengetahui besar
pengaruh ukuran perusahaan terhadap
struktur modal secara parsial, dapat
dilihat dari nilai koefisien
determinasinya, yaitu sebesar 0,519%.
Hal ini menunjukkan variabilitas
struktur modal dapat dijelaskan oleh
ukuran perusahaan hanya sebesar
0,519%.
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
terdapat pengaruh negatif dari ukuran
perusahaan terhadap struktur modal
sebesar 0,519%, dan nilai tersebut
sangat kecil. Uji signifikansi terhadap
nilai pengaruh tersebut menunjukkan
hasil bahwa besar pengaruh ukuran
perusahaan terhadap struktur modal
tidak signifikan, sehingga pengaruh
negatif ukuran perusahaan terhadap
struktur modal tidak memiliki makna.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Eko
Prihatiningtyas (2014) yang menyatakan
bahwa tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif tapi tidak signifikan
terhadap struktur modal.
4.2.3 Pengaruh Profitabilitas Secara
Parsial Terhadap Struktur Modal
pada Perusahaan Consumers Good
yang Terdaftar di BEI Tahun 2013
Dari hasil output SPSS diperoleh nilai
koefisien korelasi antara profitabilitas
dengan struktur modal sebesar -0,173
yang menunjukkan keeratan hubungan
antara profitabilitas dengan struktur
modal, dimana keeratan hubungan
tersebut masuk kategori sangat rendah.
Nilai koefisien korelasi negatif
menunjukkan bahwa profitabilitas
berkorelasi negatif dengan struktur
modal, hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi profitabilitas maka
jumlah hutang semakin kecil, karena
perusahaan lebih mengandalkan laba
ditahan untuk pendanaan
perusahaannya, dan sebaliknya, semakin
kecil profitabilitas maka jumlah hutang
semakin besar, karena laba ditahan atau
keuntungan perusahaan tidak mencukupi
untuk pendanaan perusahaannya.
Sedangkan untuk mengetahui besar
pengaruh profitabilitas terhadap struktur
modal secara parsial, dapat dilihat dari
nilai koefisien determinasinya, yaitu
sebesar 2,99%. Hal ini menunjukkan
variabilitas struktur modal dapat
dijelaskan oleh profitabilitas hanya
sebesar 2,99%.
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
dapat disimpulkan terdapat pengaruh
negatif dari profitabilitas secara parsial
terhadap struktur modal, namun
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 72
pengaruh tersebut tidak signifikan.
Hasil penelitian sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Eko
Prihatiningtyas (2014) yang menyatakan
bahwa tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif tapi tidak signifikan
terhadap struktur modal
4.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan
dan Profitabilitas Secara Simultan
Terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Consumer Goods (Sektor
Industri Barang Konsumsi) yang
listing di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013
Dari hasil output SPSS diperoleh nilai
koefisien korelasi antara ukuran
perusahaan dan profitabilitas dengan
struktur modal sebesar 0,196 yang
menunjukkan keeratan hubungan antara
ukuran perusahaan dan profitabilitas
secara bersamaan (simultan) dengan
struktur modal, dimana keeratan
hubungan tersebut masuk ke dalam
kategori sangat rendah.
Sedangkan untuk mengetahui besar
pengaruh ukuran perusahaan dan
profitabilitas, secara simultan, terhadap
struktur modal, dapat dilihat dari nilai R2
, yaitu sebesar 0,039, maka diperoleh
nilai koefisien determinasinya sebesar
3,9%. Hal ini menunjukkan bahwa
variabilitas struktur modal dapat
dijelaskan oleh ukuran perusahaan dan
profitabilitas, secara simultan, sebesar
3,9%. Pengaruh faktor lain yang tidak
diteliti adalah sebesar 96,1%. Faktor lain
yang tidak diteliti tersebut antara lain
stabilitas penjualan, struktur aktiva,
operating leverage, tingkat pertumbuhan
perusahaan, pajak, bunga hutang,
pengendalian, sikap manajemen, sikap
pemberi pinjaman dan agen pemberi
peringkat, kondisi pasar, kondisi internal
perusahaan, dan fleksibilitas keuangan,
dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan dan profitabilitas, secara
simultan, berpengaruh tidak signifikan
terhadap struktur modal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Eko
Prihatiningtyas (2014) yang menyatakan
bahwa tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif tapi tidak signifikan
terhadap struktur modal
5. Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat disimpulkan:
1. Ukuran perusahaan,
secara parsial,
berpengaruh negatif
namun tidak signifikan
terhadap struktur modal.
2. Profitabilitas, secara
parsial, berpengaruh
negatif namun tidak
signifikan terhadap
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 73
struktur modal.
3. Ukuran Perusahaan dan
Profitabilitas, secara
simultan, berpengaruh
namun tidak signifikan
terhadap struktur modal.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
simpulan, ada beberapa hal yang dapat
penulis sarankan sebagai berikut ini:
1. Bagi perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dan profitabilitas
dapat mempengaruhi struktur modal,
meskipun besaran pengaruhnya sangat
kecil, namun tidak dapat begitu saja
diabaikan. Ukuran perusahaan dan
profitabilitas tetap harus diperhatikan
pihak manajemen perusahaan sebagai
dasar pengambilan keputusan
pendanaan. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan 6 perusahaan dengan jumlah
pinjaman melebihi 50% struktur modal,
bahkan diantaranya terdapat 2
perusahaan yang memiliki jumlah
hutang sampai 4 kali lipat dari total
ekuitasnya, sehingga profitabilitasnya
bernilai negatif.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Disarankan untuk
menambah variabel
independen lainnya, seperti
stabilitas penjualan,
struktur aktiva dan bunga
hutang.
b. Disarankan perusahaan
yang dijadikan subjek
penelitian tidak hanya
perusahaan dalam satu
sektor industri yang sama,
namun menggunakan pula
perusahaan dari sektor
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono. 2008. Manajemen
Keuangan, Edisi Keempat. Yogyakarta:
BPFE.
Friska Firnanti. 2011. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal
Bisnis & Akuntansi, Vol. 3 No. 2
Agustus 2011, halaman 119-128.
Idayu Restiyowati dan Nurul
Widyawati. 2014. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Property di BEI. e-journal
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3
No. 2 STIESIA.
Mohammad Nazir. Ph.D. 2005.
Metode Penelitian. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Ni Wayan Yuliani dan Ica Rika
Candraningrat. 2014. Analisis Variabel
Yang Memengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). E-jurnal
Manajemen Universitas Udayana Vol. 3,
No. 5.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Manaje
men/article/view/7669.
Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja
Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 74
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Edisi Kesepuluh. Bandung:
CV. Alfabeta.
Syafri Harahap, Sofyan. 2008. Analisa
Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Syamsuddin, Lukman, 2001.
Manajemen Keuangan Perusahaan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tommy Mardiansyah. 2012. Pengaruh
Profitabilitas dan Operating Leverage
terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Makanan dan Minuman
yang Terdaftar di BEI 2008-
2011.http://ejournal.unp.ac.id/students/in
dex.php/mnj/article/viewFile/316/161.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 75
PENGELOLAAN KEUANGAN UMKM BERBASIS IT UNTUK
MENINGKATKAN PENDAPATAN DI KELURAHAN SUKAHURIP
KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA
Kusuma Agdhi Rahwana 1
Gea Aristi 2
e-mail: agdhikusuma@gmail.com 1
Fakultas Ekonomi Universitas Perjuangan Tasikmalaya 1
Fakultas Teknik Universitas Perjuangan 2
ABSTRAK
Kelurahan Sukahurip adalah salah satu kelurahan di Kota Tasikmalaya yang penghasilan
penduduknya didapat dari berwirausaha diantaranya yaitu kelom geulis, spon bahan alas
sandal, tas, aneka makanan ringan, alat peraga interaktif. Akan tetapi masyarakat tersebut
masih perlu pembinaan dan pendampingan terutama dalam pengelolaan keuangan
dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum terlalu paham mengenai pengelolaan
keuangan yang benar. Dibutuhkan keterampilan dalam pengelolaan keuangan agar sesuai.
Pada kenyataannya sebagian masyarakat yang berwirausaha disana masih ada yang
berlatang belakang lulusan SMP yang sebagian masih belum mengerti tentang
pengelolaan keuangan dengan benar. Selain itu masih jauh dari perkembangan IT yang
ada. Pemanfaatan Teknologi informasi maka pengelolaan akan menjadi semakin mudah,
cepat, efisien dan efektif. Metode pelaksanaan adalah dengan cara pendekatan quality
awareness , Metoda Rapid Rural Appraisal (RRA) untuk menyusun tindakan
Pendampingan, Pelatihan, dan Pembinaan Metoda RRA digunakan untuk menyusun
rencana tindak kesiapan masyarakat Kelurahan Sukahurip dalam menyongsong dan
mengembangkan desa tersebut sebagai kawasan tujuan berbelanja, terutama rencana
tindak yang berkaitan dengan bagaimana kelompok UMKM mengatasi masalah
penentuan harga penjualan, pengelolaan keuangan.
Kata kunci: Informasi, Keuangan, Pengelolaan, Teknologi
ABSTRACT
Suburbs Sukahurip is one of the urban villages in Tasikmalaya City whose income is
obtained from entrepreneurship such as kelom geulis, sponge material of sandal base,
bag, various snacks, interactive props. However, the community still needs guidance and
assistance, especially in financial management because there are still many people who
do not really understand about proper financial management. It takes skills in financial
management to fit. In fact, some of the entrepreneurial community there are still behind
the graduates of the junior high school who some still do not understand the financial
management properly. In addition, it is still far from the development of existing IT.
Utilization Information technology then the management will become easier, faster,
efficient and effective. The method of implementation is by approaching the quality
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 76
awareness, Rapid Rural Appraisal (RRA) Method for preparing the Assistance, Training,
and Development of RRA Method is used to prepare the action plan of the community of
Sukahurip Village in welcoming and developing the village as a shopping destination,
which relates to how SME groups overcame the problem of selling pricing, financial
management.
Keywords: Information, Finance, Management, Technology
I. PENDAHULUAN
Sukahurip adalah salah satu kelurahan di
kecamatan Tamansari Kota
Tasikmalaya. Luas kelurahan ini adalah
200 ha dengan jumlah penduduk 7600
orang. Sumber pendapatan masyarakat
di kelurahan Sukahurip ini beragam,
salah satunya adalah berwirausaha dari
mulai usaha mikro, kecil, sampai
menengah atau UMKM. Komoditas
produk UMKM sangat variatif,
diantaranya adalah kelom geulis, spon
bahan alas sandal, tas, aneka makanan
ringan, dan alat peraga interaktif.
Masyarakat di Desa tersebut mengatur
kegiatan usahanya secara mandiri. Mulai
dari operasional sampai dengan
pengelolaan keuangan. Akan tetapi
masyarakat tersebut masih perlu
pembinaan dan pendampingan terutama
dalam pengelolaan keuangan
dikarenakan masih banyak masyarakat
yang belum terlalu paham mengenai
pengelolaan keuangan yang benar.
Dibutuhkan keterampilan dalam
pengelolaan keuangan agar sesuai. Pada
kenyataannya sebagian masyarakat yang
berwirausaha disana sebagian masih
belum mengerti tentang pengelolaan
keuangan dengan benar. Selain itu masih
jauh dari perkembangan IT yang ada.
Dengan demikian dibutuhkan
keterampilan khusus dalam pengelolaan
keuangan terutama untuk masyarakat
yang masih belum memahami tentang
teknologi informasi yang ada. Karena
dengan pemanfaatan Teknologi
informasi maka pengelolaan akan
menjadi semakin mudah, cepat, efisien
dan efektif.
Dari analisis situasi yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan beberapa prioritas masalah
yang harus diselesaikan, diantaranya:
1. Kesulitan dalam pengelolaan
keuangan yang ada
2. Masih belum terbiasa dalam
memanfaatkan teknologi informasi
3. Belum memahami pengelolaan
keuangan yang benar.
Dari uraian di atas, maka solusi yang
disetujui sebagai solusi yang akan
dilakukan pada kegiatan pengabdian ini
adalah dengan melakukan
pendampingan, pelatihan mengenai
pengelolaan keuangan. Selain itu
dilakukan juga pelatihan pengelolaan
keuangan dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi yang ada.
Setiap tahun selama 3 tahun akan
dilakukan pengelolaan keuangan yang
berbeda tema.
Tujuan dari pengabdian ini adalah
untuk:
1. Membantu masyarakat dalam
mengelola keuangan
2. Membantu masyarakat dalam
memaksimal hasil yang diperoleh
3. Menumbuhkan kreativitas
masyarakat dan melakukan inovasi
pengelolaan yang dihasilkan dengan
mengikuti perkembangan IPTEK
yang ada
4. Mendorong pertumbuhan pendapatan
masyarakat Kelurahan Sukahurip
Adapun manfaat yang dapat diperoleh
dari pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap pengelolaan
keuangan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 77
2. Memaksimalkan pendapatan yang
mereka peroleh
3. Terciptanya masyarakat yang kreatif,
inovatif dan mengikuti
perkembangan IPTEK
4. Meningkatkan pendapatan
masyarakat pelaku UMKM di
Kelurahan Sukahurip
II. METODE PELAKSANAAN
Untuk mendukung tujuan, Tim dari
Universitas Perjuangan akan melakukan
pelatihan, pendampingan dan pembinaan
berkaitan dengan pengelolaan keuangan
yaitu:
3. Pendekatan quality awareness
Kualitas pelayanan merupakan faktor
yang penting untuk dapat mendatangkan
konsumen dan mempertahankan
konsumen untuk kembali berbelanja.
Tujuan aktivitas tersebut adalah
memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang betapa pentingnya
kualitas pelayanan yang akan diterima
oleh para konsumen.
Kualitas pelayanan terkait dengan harga
penjualan. Penentuan besarnya harga
penjualan maka perhitungan unit cost
diperlukan. Pentingnya adalah
mengetahui besarnya biaya yang benar-
benar dibutuhkan untuk menghasilkan
harga jual konsumen serta disamping
faktor kemampuan dan kemauan
membayar dari masyarakat. Implikasi
harga produksi adalah dasar penetapan
harga jual serta menentukan kebijakan
cara penjualan produk bila diperlukan
perluasan. Kebijakan ini diperlukan
untuk menghindari persaingan yang
tidak sehat. Bentuk dari quality
awareness adalah sosialisasi pengelolaan
keuangan dan workshop, serta
melibatkan aparat pemerintahan
setempat untuk mengorganisasi semua
penduduk yang memiliki fasilitas-
fasilitas komersial.
2. Metoda Rapid Rural Appraisal (RRA)
untuk menyusun tindakan
Pendampingan, Pelatihan, dan
Pembinaan
Metoda penyusunan data dan rencana
pengembangan Rapid Rural Appraisal
(RRA). Rapid Rural Appraisal (RRA)
merupakan suatu kegiatan sistematik
dan terstruktur yang dilakukan oleh
peneliti atau tenaga ahli dari berbagai
disiplin dengan tujuan mengumpulkan
informasi dan data secara cepat dan
efisien tentang fenomena kehidupan dan
sumberdaya masyarakat di pedesaan.
RRA memfokuskan pada upaya dan
peran yang lebih besar kepada tim
peneliti (expert) untuk melakukan
pengkajian secara mendalam.
Masyarakat cenderung ditempatkan
sebagai objek kajian yang akan menjadi
bahan bagi tim untuk menyusun asumsi,
deskripsi dan kerangka tindakan.
Metoda RRA digunakan untuk
menyusun rencana tindak kesiapan
masyarakat Kelurahan Sukahurip dalam
menyongsong dan mengembangkan desa
tersebut sebagai kawasan tujuan
berbelanja, terutama rencana tindak
yang berkaitan dengan bagaimana
kelompok UMKM mengatasi masalah
penentuan harga penjualan, pengelolaan
keuangan dan akuntansi. Kegiatan
tersebut meliputi pelatihan dan
pendampingan pengelolaan keuangan
berbagai UMKM di Kelurahan
Sukahurip sejak produksi, menjual
barang sampai konsumen meninggalkan
Kelurahan Sukahurip.
RRA akan dihasilkan rencana tindak
pemberdayaan UMKM yang dilanjutkan
dalam pendampingan sebagai berikut:
1. Melakukan pendampingan dan
pembinaan dalam pengelolaan keuangan
UMKM
2. Melakukan pendampingan dalam
penyusunan modal kerja yang likuid
dalam bisnis UMKM
3. Melakukan pendampingan dan
pembinaan dalam proses penyusunan
laporan perencanaan keuangan dan
modal kerja UMKM
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 78
4. Usulan program pelatihan,
pembinaan dan pendampingan
proses pengelolaan UMKM
Kelurahan Sukahurip berbasis IT
akan digunakan sebagai dasar
pelaksanaan pengelolaan keuangan
UMKM Adapun hasil dari proses
tersebut adalah Terciptanya
pengelolaan keuangan yang
akuntabel.
III. PEMBAHASAN
Target dan luaran dari kegiatan
pengabdian ini mengacu pada
permasalahan yang mana membutuhkan
sekali pelatihan dalam pengelolaan
keuangan terutama pelatihan yang
memanfaatkan teknologi informasi yang
ada agar bisa memaksimalkan
pertumbuhan pendapatan masyarakat di
Kelurahan Sukahurip. Nantinya akan
dilakukan pelatihan tentang pengelolaan
keuangan dan dilakukan pula pelatihan
dengan menggunakan excel untuk
memudahkan pengelolaan keuangan.
Luaran dari pengabdian ini adalah
berupa jurnal yang akan diterbitkan di
lingkungan Universitas Perjuangan.
Selain itu dibuat bahan ajar untuk mata
kuliah manajemen keuangan dan
aplikasi komputer. Target dan luaran
yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
Tabel 1 Target dan luaran yang akan dilaksanakan.
No Permasalahan Solusi Target Luaran
1. Kesulitan dalam
pengelolaan
keuangan yang
ada
Dilakukan pelatihan
pengelolaan
keuangan
Masyarakat
memahami tentang
pengelolaan
keuangan
Berhasil melakukan
pengelolaan keuangan
2. Masih belum
terbiasa dalam
memanfaatkan
teknologi
informasi
Dilakukan pelatihan
dengan
memanfaatkan
aplikasi excel
Masyarakat
memahami
pemanfaatan
aplikasi excel
Kemampuan
masyarakatmemanfaatkan
aplikasi excel
3. Belum
memahami
pengelolaan
keuangan yang
benar
Dilakukan
pendampingan
dalam pengelolaan
keuangan dan
pemanfaatan
teknologi yang ada
masyarakat
terampil
menggunakan
komputer dan
teknologi internet
untuk mendukung
pengelolaan
keuangan
Meningkatnya
kemampuan masyarakat
dalam menggunakan
teknologi TI
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 79
Program ini di laksanakan sebagai
implementasi dari tri dharma perguruan
tinggi bidang pengabdian masyarakat,
Universitas Perjuangan. Kegiatan ini
dilaksanakan mulai bulan Juni sampai
Bulan September 2017
Tabel 2. Pelaksanaan Teknologi Tepat Guna Bagi Masyarakat di Kelurahan
Sukahurip
No Materi Tujuan Metode/Media Peserta Tempat Waktu
1 Pelatihan
Pengelolaan
Keuangan untuk
UMKM oleh
Kusuma Agdhi,
MM
Dapat
mengetahui
pengelolaan
keunagan
bagi UMKM
• Presentasi
• Pelatihan
• Diskusi
interaktif
anggota
UMKM
Kelurahan
Sukahurip
Senin,
19 Juni
2017
2 Pelatihan
Pengelolaan
Keuangan untuk
UMKM oleh
Kusuma Agdhi,
MM
Dapat
mengetahui
pengelolaan
keunagan
bagi UMKM
• Presentasi
• Pelatihan
• Diskusi
interaktif
anggota
UMKM
Kelurahan
Sukahurip
Senin,3
Juli
2017
3 Pelatihan
Pengelolaan
Keuangan
dengan
memanfaatkan
aplikasi excel
Mengetahui
pemanfaatan
apliksai excel
untuk
mengelola
keuangan
• Presentasi
• Pelatihan
Diskusi
interaktif
anggota
UMKM
Kelurahan
Sukahurip
Senin,
17 Juli
2017
4 Pelatihan
Pengelolaan
Keuangan
dengan
memanfaatkan
aplikasi excel
Mengetahui
pemanfaatan
aplikasi excel
untuk
mengelola
keuangan
• Presentasi
• Pelatihan
Diskusi
interaktif
anggota
UMKM
Kelurahan
Sukahurip
Senin,
12
Agustus
2017
5 Menyusun
Laporan
Melakuakan
pengerjaan
laporan
Akhir
• Diskusi
interaktif
Ketua,
anggota
Rumah
Makan
16
Agustus
2017
6 Penyusunan
Bahan Ajar
Melakukan
penyusunan
bahan ajar
• Diskusi
interaktif
Ketua,
Anggota
Rumah
Makan
27
Agustus
2017
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 80
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pengabdian yang telah
dilakukan maka dapat diperoleh:
1. Berdasarkan hasil pengabdian yang
telah dilakukan maka dapat
dianalisa para pelaku UMKM
sebagian besar masih belum
mengetahui pengelolaan keuangan
yang benar.
2. Berdasarkan hasil pengabdian yang
telah dilakukan maka dapat
dianalisa para pelaku UMKM
sebagian besar masih mengelola
keuangan secara manual dan
sederhana
3. Berdasarkan hasil pengabdian yang
telah dilakukan maka dapat
dianalisa para pelaku UMKM
sebagian besar masih belum
mengetahui pemanfaatan teknologi
informasi untuk membantu
pengelolaan keuangan
4. Berdasarkan hasil pengabdian yang
telah dilakukan maka dengan
pelatihan pengelolaan keuangan
pelaku UMKM merasa terbantu
dalam mengelola keuangan
5. Berdasarkan hasil pengabdian yang
telah dilakukan maka dengan
pelatihan pemanfaatan aplikasi
MYOB dapat memudahkan para
pelaku UMKM untuk mengelola
keuangan
Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil
pengabdian ini adalah:
1. Hasil dari pelatihan pengelolaan
keuangan untuk para pelaku
UMKM sebaiknya
diimplementasikan dalam
pengelolaan keuangan sehari-hari
2. Hasil dari pelatihan pemanfaatan
aplikasi MYOB untuk para pelaku
UMKM sebaiknya
diimplementasikan dalam
pengelolaan keuangan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti,
“Dasar-dasar Manajemen Keuangan”,
UPP AMP YKPN, 2004
Danang Sunyoto, Dasar-dasar
Manajemen Keuangan Perusahaan”,
Caps Publishing, 2013
Kotler, Philip. 2007. Manajemen
Pemasaran Indonesia.Buku 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Kelurahan Sukahurip Kecamatan
Tamansari Kota Tasikmalaya
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 81
MENCIPTAKAN NILAI TAMBAH MELALUI OPTIMALIASI TQM PRODUK
UMKM SANDAL DI KELURAHAN MANGKUBUMI KECAMATAN
MANGKUBUMI KOTA TASIKMALAYA
Ari Arisman1, Depy Muhamad Pauzy2, Arga Sutrisna3
ABSTRAK
Tujuan utama Penerapan Teknologi Tepat Guna (PTTG) di Kelurahan
Mangkubumi Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya adalah menghasilkan produk
UMKM berupa sandal yang berkualitas dan memiliki ciri khas yang diberi merk tertentu,
selain itu untuk meningkatkan pangsa pasar yang dimiliki oleh produk ini dengan
memperbaiki saluran pemasarannya. Mitra dari program ini memiliki permasalahan yang
berkaitan dengan pengetahuan mereka dalam hal produksi dan pemasaran serta
permasalahan mengenai penyediaan peralatan produksi yang mumupuni untuk
menghasilkan produk yang memiliki nilai lebih. Mitra diberikan pendampingan selama
delapan bulan dengan diberikan tambahan wawasan dan informasi yang berguna dalam
peningkatan kulaitas produksi dan pemasarannya. Oleh karena itu mitra dapat memiliki
usaha yang bernilai dan mandiri.
Kata kunci : nilai tambah, UMKM, produk sandal.
ABSTRACT
The main objective of Implementation of Appropriate Technology (PTTG) in
Mangkubumi, Tasikmalaya City is to produce a qualified micro business sandals product
and to own special characteristics with a certain brand, in addition to increasing market
share owned by this product by improving its marketing channel. Partners of this
program have issues related to their knowledge of production and marketing and issues
regarding the provision of adequate production equipment to produce more valuable
products. Partners are given mentoring for eight months with additional insight and
useful information in improving the production and marketing capacity. Therefore
partners can have a valuable and independent business.
Keywords: value improvement, micro business, sandal product
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 82
PENDAHULUAN
Kelurahan Mangkubumi di Kota
Tasikmalaya adalah sebuah kelurahan
dengan mata pencaharian masyarakatnya
sebagian besar dari proses produksi
sandal. Pada dasarnya Aktivitas warga
desa rata-rata dilakukan di belakang
rumah, yaitu, di gudang atau bengkel
pembuatan sandal. Berdasarkan hasil
pengamatan awal, mereka tidak
mempunyai gerai atau showroom.
Dimana hasil semua home industry yang
dihasilkan, akan dikirim ke luar
kecamatan sesuai dengan tempat tujuan
pemesan / distributor. Pembuatan sandal
di Kelurahan Mangkubumi berawal dari
beberapa pengusaha sandal rumahan.
Lambat laun, usaha itu berkembang
hingga ke wilayah sekitarnya. Meski
berskala rumahan, sandal yang
diproduksi sudah berada di seluruh
wilayah tasikmalaya, bahkan sampai ke
beberapa kota lain di sekitar Kota
Tasikmalaya.
Mitra disini adalah UKM yang
bergerak dalam bidang home industry
sandal di Kelurahan Mangkubumi,
dengan produk andalan sandal kulit
imitasi. Untuk pembuatan sandal, selain
sandal resmi, juga ada sandal jepit yang
biasanya terbuat dari busa spon. Pembeli
yang datang umumnya memang
distributor besar. Namun, ada juga yang
membeli eceran. dari segi pemasaran
yang mitra lakukan, mereka sangat
tergantung kepada distributor, biasanya
distributor memakai merek sendiri
didalam memasarkan produk pengrajin.
Selama ini distributorlah yang
menentukan jenis produk dan juga
merek yang mereka inginkan tanpa
mencantumkan sumber pengrajinnya.
Beberapa sandal bahkan masuk ke
pusat-pusat perbelanjaan, namun tentu
mereknya bukan merek dari pengrajin,
melainkan merek dari para distributor.
Ada beberapa distributor yang
mengirimkan ke luar negeri misalnya ke
Malaysia namun sekali lagi dengan
merek dagang distributor sendiri.
Supplay bahan baku sebagian
besar berasal dari toko-toko penjual
bahan baku sandal yang tersebar di
wilayah Kecamatan Mangkubumi Kota
Tasikmalaya. Untuk kulit avalan karena
merupakan kulit hasil limbah pabrik/
kulit sisa pabrik, mitra memperoleh kulit
tersebut dari orang- orang jualan kulit
yang ada disekitar kelurahan. Bahan
baku biasanya dibedakan dengan
berbagai macam type yang ada, semakin
bagus bahan baku,tentunya harga
belipun akan semakin mahal. Desain
produk sandal yang ada selama ini
merupakan desain yang masih umum
ada dipasaran,selain juga desain berasal
dari pemesan/distributor sendiri. Mitra
belum memiliki desain yang unik yang
mencirikan keunggulan usahanya dan
masih meniru desain yang menjadi trend
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 83
di pasaran. Dari proses pemasaran yang
telah ada selama ini, mitra masih perlu
dukungan riil didalam mewujudkan
kegiatan pemasaran yang lebih aktif
serta didukung oleh marketing tool yang
jauh lebih memadai sehingga
keberadaan dari Kelurahan Mangkubumi
sebagai lokasi yang memproduksi sandal
berkualitas dapat diketahui oleh
masyarakat secara luas.
Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka diperlukan upaya pembinaan dan
penyediaan peralatan sebagai stimuli
awal untuk kedua Mitra (Bapak
Nuryamin dan Bapak Emi) yang
sebenarnya potensial untuk
dikembangkan, hal ini nampak dari
antusiasme mereka tatkala ditawarkan
kemungkinan untuk meningkatkan nilai
dan pemberian merk produk. Sayangnya
antusiasme mereka tidak terdukung oleh
kemampuan pengetahuan untuk mencari
informasi bagaimana menghasilkan
produk yang memiliki nilai tinggi selain
itu juga terkendala dengan kemampuan
pendanaan guna menyediakan peralataan
yang diperlukan dalam proses produksi.
Berdasarkan masalah yang dihadapi
UMKM Mitra dan usulan solusi yang
ditawarkan di atas, maka diajukan
program kegiatan pengabdian Penerapan
Teknologi Tepat Guna (PTTG) dengan
tema: “Menciptakan Nilai Tambah
Melalui Optimalisasi TQM Produk
UMKM Sandal di Kelurahan
Mangkubumi Kecamatan Mangkubumi
Kota Tasikmalaya”.
METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksaanaan untuk
menjalankan program Penerapan
Teknologi Tepat Guna (PTTG) di
Kelurahan Mangkubumi Kecamatan
Mangkubumi Kota Tasikmalaya adalah
pemberian pengetahuan berbentuk
pelatihan dan pendampingan baik
dengan lisan, tulisan, ilustrasi, dan
praktik/demonstari dengan tujuan agar
mitra betul-betul memahami dan mampu
melakukanya sendiri pengoperasian
peralatan yang disediakan/didanai
melalui program Penerapan Teknologi
Tepat Guna (PTTG) Universitas
Perjuangan Tasikmalaya.
Adapun partisipasi mitra dalam
kegiatan Penerapan Teknologi Tepat
Guna (PTTG) ini, yaitu : menyiapkan
ruangan untuk pelaksanaan tutorial
(lisan, tulisan, praktik), serta peran aktif
dalam mendiskusikan beberapa masalah
yang dihadapi seperti penentuan merk
dagang, kemungkinan perluasan pasar,
pengadministrasian/ pembuatan
pembukuan, dan lain-lain. Metode yang
akan digunakan adalah diskusi, simulasi
dan praktek. Kegiatan ini akan diikuti
oleh 2 mitra utama dan disertai oleh
karyawan dari masing-masing mitra. Hal
ini dilakukan untuk membuka wawasan
dan cara berpikir para mitra dan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 84
karyawannya supaya mau meningkatkan
lagi kemampuan produksinya. Karena
pada awalnya guru banyak menganggap
remeh kegiatan ini. Pertemuan kedua
dilakukan untuk monitoring sekaligus
memberikan kesempatan bagi mitra
yang mendapatkan kendala selama
menerapkan teknologi tepat guna yang
telah di berikan sebelumnya.
HASIL DAN LUARAN YANG
DICAPAI
Kegiatan PTTG yang
dilaksanakan dengan acara tatap muka
dan praktek pengembangan alat
pendukung produksi berjalan dengan
baik dan lancar. Pertemuan tatap muka
dengan metode ceramah dan
demonstrasi, dilanjutkan latihan/praktek
untuk membuat dan menggunakan alat
pendukung produksi.
Koordinasi dengan mitra
dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyelaraskan atau menyeimbangkan
persiapan kegiatan yang akan
dilaksanaakan demi mencapai tujuan
akhir yang sesuai dengan harapan dari
pelaksana PPTG dan mitra. Koordinasi
ini dilakukan dengan pendekatan
informal di tempat usaha ke-dua mitra
PTTG yaitu Bapak Emi dan Bapak
Nuryamin. Setelah dilakukannya
koordinasi dengan Mitra, tim pelaksana
membagi tugas dalam mempersiapkan
peralatan dan perlengkapan yang akan
dibutuhkan untuk melaksanakan
kegiatan penyuluhan dan pelatihan
kepada Mitra dan para pekerjanya.
Pelaksanaan kegiatan pertama diikuti
oleh peserta kegiatan yang berjumlah 11
orang, terdiri dari dua orang pengusaha
(mitra) dan sembilan orang pekerja.
Pelaksanan kegiatan PTTG ini dilakukan
oleh 3 (tiga) orang tim pengabdi dengan
pokok bahasan yang disampaikan
mengenai :
1. Pemahaman penciptaan nilai
tambah produk
2. Teori TQM dan branding
3. Evaluasi hasil produksi
Pelaksanaan kegiatan kedua atau
tambahan ini dilaksanakan karena
adanya permintaan dari mitra mengenai
cara memasarkan produk dengan
memanfaatkan teknologi internet.
Kegiatan ini dilakukan berupa
pemberian pemahaman mengenai
pembuatan blog-site sederhana supaya
mitra dapat beradaptasi dengan
teknologi yang mereka harapkan dapat
membantu pemasaran produknya.
Peserta dalam kegiatan ini sebanyak
enam orang yang terdiri dari dua mitra
ditemani masing-masing pekerjanya
berjumlah dua orang yang dianggap
memiliki kemampuan akan pemahaman
dan penggunaan teknologi internet.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh
3 (tiga) orang tim pelaksana pengabdian
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 85
dan mendatangkan seorang ahli di
bidang teknologi informasi juga seorang
ahli pemasaran untuk memberikan tips
dan trik measarkan produk dengan
memanfaatkan teknologi internet.
Program Penerapan Teknologi Tepat
Guna (PTTG) yang berupa pelatihan
pembuatan blog-site sederhana dan cara
pengoprasiannya bagi pengrajin sandal
di Kelurahan Mangkubumi, Kecamatan
Mangkubumi Kota Tasikmalaya yang
sudah dilaksanakan ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan, keterampilan
dan lebih meningkatkan rasa percaya
diri para pengrajin sandal dalam
memasarkan produknya. Kegiatan ini
hanya sebatas menghasilkan pemahaman
baru dalam alternatif cara pemasaran
produk bagi para pengrajin sandal di
Kota tasikmalaya.
Monitoring dilakukan utuk
mengetahui sejauhmana efektivitas dari
kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang
telah diberikan kepada Mitra.
Berdasarkan hasil monitoring dapat
diketahui bahwa penggunaan alat
pendukung proses produksi yaitu oven
memang memberikan manfaat lebih bagi
Mitra. Selain dapat digunakan sebagai
alat pemanas pengganti sinar matahari,
alat pendukung proses produksi ini dapat
diatur tingkat pemanasannya sehingga
menghasilkan pengeleman produk yang
maksimal. Oleh karena itu Mitra dapat
menghasilkan produk yang lebih
berkualitas. Monitoring juga dilakukan
dalam hal pemanfaatan blog-site sebagai
alat pemasaran alternatif yang
sebelumnya telah dibuat bagi Mitra.
Namun dalam hal pemanfaatan blog-site
ini, pekerja teknis dari Mitra memang
belum sepenuhnya memahami dalam hal
pengoprasian blog-site yang dapat
membantu proses pemasarannya. Oleh
karena itu, hal ini menjadi masukan dan
pertimbangan baru bagi tim pelaksana
PTTG dalam mencari solusi supaya
pemanfaatan blog-site ini dapat lebih
maksimal yang mungkin akan diusulkan
kembali dalam PTTG di tahun
berikutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pelatihan yang telah
dilaksanakan, para pengrajin merasa
termotivasi untuk meningkatkan
kemampuannya dalam proses produksi
dan meminta kegiatan ini terus
dilakukan minimal sampai pada proses
pemasarannya. Pelatihan tambahan yang
diberikan mengenai pembuatan dan
pengoprasian blog-site yang merupakan
permintaan dari mitra telah dilaksanakan
dengan cukup baik sebagai langkah awal
alternatif cara pemasaran produk untuk
produk sandal di Kelurahan
Mangkubumi, Kecamatan Mangkubumi,
Kota Tasikmalaya meskipun masih
banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki supaya pemanfaatan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 86
teknologi ini dapat diaplikasikan secara
maksimal.
Setelah dilaksanakan kegiatan
ini, penulis memberikan saran kepada
para pengrajin untuk senantiasa
meningkatkan kualitas diri seiring
dengan perkembangan teknologi yang
ada sehingga mampu mengikuti ritme
perubahan jaman kearah yang lebih
baik. Selain itu, penulis juga berharap
kepada Universitas Perjuangan melalui
Lembaga Penelitian, Pengabdian pada
Masyarakat dapat mengembangkan
program-program pelatihan di UMKM
terutama pada UMKM pengrajin sandal
sehingga mampu meningkatkan
kompetensi pengelola dan mampu
berkembang dengan mengutamakan
kualitas dalam berbagai aspek.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari, Alma, 2000, Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran
Jasa, Cetakan Kelima, Bandung :
Alfabeta
Dharmesta, Basu Swastha, 2002, Azas-
azas Marketing, Yogyakarta :
Liberty
Dharmesta dan Irawan, 2005,
Manajemen Pemasaran
Modern, Edisi Kedua,
Yogyakarta : Liberty
Juanim, 2004, Analisis Jalur dalam
Riset Pemasaran, Bandung :
Universitas Pasundan
Kotler, Philip, 2002, Manajemen
Pemasaran, Jilid 2, Alih Bahasa
oleh Hendra Teguh dkk, Edisi
Milenium, Jakarta : PT
Prenhallindo
Kotler, Philip dan A.B. Susanto, 2000,
Manajemen Pemasaran
Indonesia, Alih Bahasa oleh
Ancella Anitawati dan
Hermawan, Edisi Pertama,
Jakarta : Salemba Empat
Retno Maryani, dkk., 2012,
Pengembangan Pola Kemitraan
Masyarakat Desa Hutan
Mendukung Strategi
Pembangunan Daerah
Berwawasan Lingkungan,
Kementerian Kehutanan Badan
Penelitian Dan Pengembangan
Kehutanan Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Perubahan Iklim
Dan Kebijakan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 87
PENGARUH ATRIBUT TOKO TERHADAP KEPUASAN DAN KEPERCAYAAN
KONSUMEN PADA BIDANG USAHA RETAIL BERBASIS B2B DI KOTA
TASIKMALAYA
Oleh:
ARI ARISMAN
DEPY MUHAMAD PAUZY
UNIVERSITAS PERJUANGAN
TASIKMALAYA
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh atribut
toko terhadap kepuasan dan kepercayaan konsumen pada bidang usaha retail berbasis
B2B di Kota Tasikmalaya. Teknik pengumpulan data melalui penyebaran angket kepada
150 orang responden yang merupakan konsumen toko bahan kerajinan sandal berbasis
Business to Business (B2B) dengan menggunakan analisis Structural Equation Model
(SEM) dimana atribut toko online menjadi variabel exogen dan dua variebel endogen
yaitu kepuasan dan kepercayaan konsumen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode penelitian survey. Pada penelitian ini, data yang diperoleh secara langsung dari
para pengusaaha sandal di Kota Tasikmalaya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat angka yang menunjukan nilai
CR>2,58. Oleh karena itu data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan
berdistribusi normal, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bebas dari outliers
univariate, karena tidak ada variabel yang mempunyai z-score diatas angka batas (≥ ±3,00
), tidak terdapat nilai mahalanobis distance yang lebih besar dari 24,938. Oleh karena itu
dalam penelitian ini tidak terdapat gejala outliers multivariat.
Tanggapan Responden mengenai atribut toko berbasis B2B yang dipilih responden
termasuk dalam kategori cukup baik; mengenai kepuasan yang dirasakan oleh responden
terhadap toko berbasis B2B yang telah digunakan termasuk dalam kategori cukup baik;
mengenai kepercayaan responden terhadap toko berbasis B2B termasuk dalam kategori
cukup baik.
Kata kunci : atribut toko, kepuasan konsumen, kepercayaan konsumen..
ABSTRACT
The purpose of this study is to find out the influence of store attributes on customer
satisfaction and trust in the field of B2B-based retail business in Tasikmalaya City. The
technique of data collection through questionnaires distributed to 150 respondents who
are consumers of sandals shop based on Business to Business (B2B) by using Structural
Equation Model (SEM) analysis where the attributes of online stores become exogenous
variables and two endogenous variables are customer satisfaction and trust.
The method used is survey research method. In this study, the data obtained directly
from the entrepreneurs of sandals in Tasikmalaya City.
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 88
The results indicated that there is no number that shows the value of CR> 2.58.
Therefore, the data used in this study can be said to be normal distribution, the data
used in this study is free from univariate outliers, because no variable has z-score above
the limit number (≥ ± 3.00), there is no mahalanobis distance value is greater than
24,938. Therefore in this study there were no symptoms of multivariate outliers.
Respondents' responses regarding attributes of B2B-based stores selected by them is in
quite good category; regarding the satisfaction felt by the respondents to the B2B-based
store that has been used is in quite good category; regarding the respondent's trust
toward B2B-based store is in good enough category.
Keywords: store attributes, consumer satisfaction, consumer trust.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Konsep pemasaran menegaskan
bahwa kunci untuk mencapai sasaran
organisasi adalah perusahaan harus
menjadi lebih efektif dibandingkan para
pesaing dalam menciptakan,
menyerahkan, dan mengkonsumsi nilai
pelanggan kepada pasar sasaran yang
terpilih (Kotler, 2009:22). Pada intinya
konsep pemasaran adalah menempatkan
pembeli sebagai pusat kegiatan
pemasaran.
Kondisi atribut toko (Store
Attributes) merupakan hal yang sangat
mempengaruhi proses pemilihan toko
dan menarik keputusan pembelian
konsumen. Store Attributes memiliki
peran penting karena lingkungan
(seluruh fisik sekitar maupun benda-
benda yang memiliki bentuk) dapat
memberikan pengaruh pada perilaku
konsumen. Konsumen mencari tempat
yang dianggap menarik dan juga dapat
menyediakan pengalaman berbelanja
yang menyenangkan.Kesan terhadap
toko dapat dibentuk pada saat konsumen
memasuki atau baru saja memasuki area
fasilitas toko.
Kepuasan konsumen merupakan
salah satu tahap yang harus dicapai
untuk dapat mendapatkan kepercayaan
dari konsumen di tengah maraknya
persaingan usaha. Lim et al (2001)
menyatakan kepercayaan konsumen
dalam berbelanja sebagai kesediaan
konsumen untuk mengekspos dirinya
terhadap kemungkinan rugi yang
dialami selama transaksi berbelanja,
didasarkan harapan bahwa penjual
menjanjikan transaksi yang akan
memuaskan konsumen.
Beberapa penelitian yang
mengangkat topik atribut toko hanya
terfokus pada bidang retail yang berbasis
B2C (Jin dan Jai, 2003; Lim et al, 2001),
sedangkan masih sedikitnya penelitian
yang mengangkat topik yang sama pada
bidang retail berbasis B2B. hal ini
menjadi menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai hubunngan antara
atribut toko dengan kepuasan dan
kepercayaan dalam bidang usaha retail
berbasis B2B di Tasikmalaya karena
merupakan salah satu kota industri
kerajinan terbesar yang ada di jawa barat
yang menghasilkan komoditi unggulan
yang khas. Penelitian tersebut akan
dituangkan dalam usulan penelitian yang
berjudul “Pengaruh atribut toko terhadap
kepuasan dan kepercayaan konsumen
pada bidang usaha retail berbasis B2B di
Kota Tasikmalaya”.
1.2. Identifikasi Masalah
Untuk memudahkan dalam
menganalisis masalah pokok tersebut
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana atribut toko,
kepuasan dan kepercayaan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 89
konsumen pada bidang usaha
retail berbasis B2B.
2. Bagaimana pengaruh atribut
toko terhadap kepuasan
konsumen pada bidang usaha
retail berbasis B2B.
3. Bagaimana pengaruh atribut
toko terhadap kepercayaan
konsumen pada bidang usaha
retail berbasis B2B.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi
masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan menganalisis:
1. Atribut toko, kepuasan dan
kepercayaan pada bidang usaha
retail berbasis B2B.
2. Pengaruh atribut toko terhadap
kepuasan konsumen pada bidang
usaha retail berbasis B2B.
3. Pengaruh atribut toko terhadap
kepercayaan konsumen pada
bidang usaha retail berbasis
B2B.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat
memberikan manfaat bagi :
1. Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi untuk
perkembangan ilmu manajemen
pemasaran serta menjadi bahan
acuan khususnya yang
berhubungan dengan atribut
toko, kepuasan dan kepercayaan
konsumen.
2. Terapan Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan berpikir
bagi penulis sehingga dapat
menambah pengetahuan dan
memperdalam pemahaman,
khususnya pengaruh atribut toko
terhadap kepuasan dan
kepercayaan konsumen. Hasil
penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai suatu
pegangan atas bahan informasi
yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan bagi
para pengusaha dan sebagai
bahan evaluasi permasalahan
yang sama di masa yang akan
datang. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat
menambah pembendaharaan di
Universitas Perjuangan dan
sebagai bahan pembanding bagi
kalangan akademisi yang
mengadakan penelitian terhadap
permasalahan yang serupa di
masa yang akan datang.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Atribut Toko (Store
Attributes)
Menurut Kotler dalam Piyali
Gosh (2010), Store attributes berkaitan
dengan retail outlet dapat
dikelompokkan dalam atmosfir toko
(store atmospherics) dan lokasi toko
(store locations). Pada umumnya toko
yang menawarkan konsep yang berbeda
baik dari tata-letak barang, maupun
sistem pelayanan akan menarik
perhatian konsumen karena konsumen
akan selalu mencari sesuatu yang baru
dan berbeda sebagai penyegaran. Jin
dan Kim (2001) membagi atribut
toko menjadi 5 unsur yaitu:
1. Facility and Location
Convenience (Kenyamanan Fasilitas dan
Lokasi)
Strategi lokasi adalah salah satu
determinan yang sangat penting,
dimana orang berbelanja dipengaruhi
oleh rincian spesifik dari tempat ritel itu
sendiri. Fasilitas yang tersedia juga
sangat menentukan pilihan
konsumen akan ritel seperti memiliki
tempat parkir yang baik, hal ini menjadi
sangat penting karena apabila konsumen
kesulitan mencari parkir pada suatu ritel
maka mereka akan mencari pusat
perbelanjaan lain yang memiliki fasilitas
parkir yang lebih baik.
2. Service Convenience
(Kenyamanan Pelayanan)
Kenyamanan pelayanan ditambah
dengan adanya berbagai fasilitas
penunjang servis dapat meningkatkan
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 90
ketertarikan konsumen akan suatu ritel,
seperti kemudahan pembayaran dengan
menggunakan kartu debit dan kredit,
karena tidak semua orang mau
membayar dengan uang tunai dengan
alasan keamanan, selain itu dengan
menawarkan pengiriman barang sesuai
dengan waktu yang diinginkan yang
disertai pembayaran dengan kartu kredit.
3. Neat/Spacious Atmosphere
(Suasana yang Lapang dan Rapi)
Semakin rapi, bersih dan didukung
suasana yang lapang dari suatu ritel
akan memberikan nilai tambah untuk
kesenangan konsumen, seperti barang-
barang diatur dengan jarak yang baik
dan dikelompokkan berdasarkan jenis
barang, akan mempermudah konsumen
untuk mencari barang yang diinginkan
dengan suasana yang lebih
menyenangkan untuk berbelanja.
4. Price Competitiveness
(Persaingan Harga)
Harga adalah variabel yang penuh
dengan risiko, dimana tingkat harga
yang ditawarkan akan menentukan
keputusan pembelian konsumen.
Konsumen akan memperhatikan tingkat
harga yang lebih rendah dibandingkan
dengan tempat lain, dan apakah harga
barang sesuai dengan nilai dan kualitas
yang diberikan.
5. Fashion Goods (Barang
Fashion)
Produk yang umum ditawarkan dan
dapat menarik lebih banyak konsumen
seperti pakaian, dimana keragaman
produk pakaian sering menjadi faktor
yang menentukan dalam pemilihan toko
ritel.
2.2. Kepuasan Konsumen
MenurutKotler (2004:42),
kepuasan pelangganadalahperasaan
senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara
persepsi/kesannya terhadap kinerja atau
hasildarisuatu produkdan harapan-
harapannya. Untuk dapat mengukur
kepuasan, maka perusahaan harus
mengetahui kebutuhan dan harapan
pelanggan terhadap suatu produk baik
barang maupun jasa melalui persepsi dan
sikap. Pengetahuan persepsi dan sikap
pelanggan tentang organisasi bisnis akan
meningkatkan peluangnya untuk
membuat keputusan bisnis lebih baik.
Tidak satu pun ukuran tunggal
‘terbaik’ mengenai kepuasan pelanggan
yang disepakati secara universal.
Meskipun demikian, di tengah
beragamnya cara mengukur kepuasan
pelanggan, terdapat kesamaan paling
tidak dalam enam konsep inti mengenai
objek pengukuran menurut Fandy
Tjiptono (2006:366) sebagai berikut :
1. Kepuasan Pelanggan
Keseluruhan (Overall Customer
Satisfaction)
2. Dimensi Kepuasan Pelanggan
3. Konfirmasi Harapan
(Confirmation of Expectations)
4. Minat Pembelian Ulang
(Repurchase Intent)
5. Kesediaan Untuk
Merekomendasikan (Willingness to
Recommend)
6. Ketidakpuasan Pelanggan
(Customer Dissatisfaction)
2.3. Kepercayaan Konsumen
Kepercayaan adalah semua
pengetahuan yang dimiliki oleh
konsumen dan semua kesimpulan yang
dibuat konsumen tentang objek, atribut,
dan manfaatnya. Objek dapat berupa
produk, orang, perusahaan, dan segala
sesuatu dimana seseorang memiliki
kepercayaan dan sikap. Atribut adalah
karakteristik atau fitur yang mungkin
dimiliki objek. Manfaat adalah hasil
positif yang diberikan atribut kepada
objek (Mowen dan Minor, 2002: 242).
2.4. Kerangka Pemikiran
Ketika atribut toko sudah
terpenuhi dengan baik, maka konsumen
akan lebih merasa nyaman dan lebih
jauhnya akan memiliki hubungan
emosional dengan toko tersebut. Lebih
lanjutnya, ketika hubungan emosional
tersebut sudah terbentuk dengan kuat
dimana terjadi kesesuaian antara
harapan dengan kenyataan konsumen
itulah yang disebut dengan kepuasan
konsumen (Westbrook dan Reilly dalam
Tjiptono, 2005).
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 91
Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Balasubramanian (2001) dan Roberts (2003),
menyatakan ada pengaruh kenyamanan belanja pada
kepuasan pelanggan. Jun (2006), menyatakan bahwa ada
pengaruh keinformatifan terhadap kepuasan pelanggan.
Selain itu, keamanan dan
komunikasi juga memiliki pengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Ketika atribut toko sudah dapat
membuat konsumen puas, maka
selanjutnya sebuah toko harus juga
membuat konsumen percaya pada toko
tersebut. Lim et al. dalam Hanif (2011)
menyatakan kepercayaan konsumen
dalam berbelanja internet sebagai
kesediaan konsumen untuk mengekspos
dirinya terhadap kemungkinan rugi yang
dialami selama transaksi berbelanja,
didasarkan harapan bahwa penjual
menjanjikan transaksi yang akan
memuaskan konsumen dan mampu
untuk mengirim barang atau jasa yang
telah dijanjikan. Menurut Karimov
(2011) Menemukan bahwa membuat
tampilan yang atraktif dan menggunakan
desain yang sesuai akan menambah
kepercayaan konsumen. Menurut
McKnight (2001) menyatakan bahwa
Structural assurance (susunan
keamanan) adalah susunan yang
membuat lingkungan terasa aman untuk
konsumen. Lebih lanjutnya, penelitian
dari McKnight menyatakan bahwa
informasi positif yang didengar oleh
konsumen tentang penjual dapat
mengurangi persepsi risiko dan
ketidakamanan ketika bertransaksi
dengan penjual. Hal ini dapat membantu
meningkatkan kepercayaan.
Di tahap selanjutnya,
ketika konsumen merasa puas maka akan timbul juga
kepercayaan akan suatu toko, ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rianto (2011)
yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan .juga
berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan konsumen, jika
konsumen merasa puas ini akan berdampak pada tingkat
kepercayaan yang dimilikinya. Sehingga ia akan menggunakan
situs tersebut sebagai media
untuk bertransaksi dan akan merekomendasikan kepada
pihak lain bahwa situs tersebut baik dan dapat dipercaya.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas,
maka dapat digambarkan
paradigma penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran
Oleh karena itu, hipotesis
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Atribut toko berpengaruh positif
terhadap kepuasan konsumen.
2. Atribut toko berpengaruh positif
terhadap kepercayaan
konsumen.
H3
H2
H1
Kepuasan Konsumen
Atribut Toko
Kepercayaan
Konsumen
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 92
3. Kepuasan konsumen
berpengaruh positif terhadap
kepercayaan konsumen.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah atribut
toko, kepuasan dan kepercayaan
konsumen pada bidang retail yang
termasuk ke dalam kategori Business to
Business (B2B) diantaranya adalah toko-
toko bahan kerajianan sandal yang ada
di Kota Tasikmalaya.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode penelitian survey.
Pada penelitian ini, data yang diperoleh
secara langsung dari para pengusaaha
sandal di Kota Tasikmalaya.
3.3. Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Dimensi/Definisi Indikator Skala
(1) (2) (3) (4)
Atribut Toko Penyajian terakhir dari
semua atribut toko yang
dipersepsikan oleh
pembelanja melalui
pengalaman mereka dalam
toko.
• Facility and Location
Convenience
• Service Convenience
• Neat/ Spacious
Atmosphere
• Price Competitiveness Ord
ina
l
Kepuasan
Konsumen
Perasaan yang muncul
setelah membandingkan
antara kinerja (hasil) produk
yang diharapkannya dari
suatu toko online.
• Overall Customer
Satisfaction
• Confirmation of
Expectations
• Repurchase Intention
• Willingness to Recommen Ord
ina
l
Kepercayaan
Konsumen
Pengetahuan yang dimiliki
oleh konsumen dan semua
kesimpulan yang dibuat
konsumen tentang objek,
atribut, dan manfaatnya
• Perceived web vendor
reputation
• Perceived web site
quality O
rdin
al
3.4. Metode pengumpulan data
Teknik-teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari:
1. Wawancara
Wawancara yaitu dengan
cara mengadakan tanya
jawab langsung dengan
pihak-pihak terkait yaitu
konsumen mengenai atribut
toko, kepuasan dan
kepercayaan konsumen.
2. Kuesioner
Kuesioner yaitu
menyebarkan pertanyaan
mengenai masalah-masalah
terkait kepada responden
terpilih untuk mengetahui
respon mereka terhadap
atribut toko, kepuasan dan
kepercayaan konsumen.
3.5. Metode Pengambilan dan
Penentuan Sampel
1. Metode pengambilan sampel
a. Populasi dalam penelitian ini
adalah konsumen toko bahan
kerajianan sandal yang
merupakan para pelaku usaha
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 93
yang berada di kota
Tasikmalaya.
b. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive
sampling dimana penarikan
sampel didasarkan pada
pertimbangan pribadi peneliti
yang bersangkutan (Sugiama,
2008). Pada sampling ini
peneliti berupaya mencari
keyakinan terlebih dahulu
bahwa individu yang dipilih
sebagai sampel merupakan
individu yang tepat yaitu
orang-orang yang pernah
melakukan pembelian di toko
bahan kerajinan sandal lebih
dari dua kali.
2. Penentuan ukuran sampel
Penentuan ukuran sampel yang
dilakukan dengan menggunakan
cara interval taksiran karena
jumlah populasi sangat banyak
dan tidak diketahui secara pasti
seberapa besarnya. Untuk
mengetahui seberapa banyak
sampel yang mewakili populasi,
maka digunakan perhitungan
dengan rumus Husain (2002 :
150). 2
2/
epqn
Dimana:
n = ukuran sampel
Zα/2 = nilai Z tabel
e = persentase
kelonggaran
ketidaktelitian
karena
pengambilan
sampel yang
masih dapat
ditolerir (10%)
p q = nilai probabilitas
(p = 0,5 dan q = 0,5)
Dengan menggunakan rumus di
atas maka dapat dihitung jumlah
sampel sebagai berikut : 2
1,0
96,15,0.5,0
n
04,96n
Berdasarkan perhitungan, maka
sampel minimum yang harus
diambil sebesar 96,04
responden. Dalam penelitian ini
penentuan ukuran sampel
didasarkan pada pendapat Hair
(2010: 444) yaitu untuk
penelitian survey ukuran
minimal sampel adalah 100
orang responden.
3.6. Teknik Analisis Data
1. Pembobotan Jawaban
Responden
Teknik pengolahan data untuk
menentukan pembobotan
jawaban responden dilakukan
dengan menggunakan skala
Likert yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 3.2.
Bobot Nilai
Skala Bobot
Positif Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Tidak Ada Pendapat 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
2. Analisis Structural Equation
Model (SEM)
Untuk mengetahui pengaruh
atribut toko online terhadap
kepuasan konsumen, digunakan
metode analisis SEM dengan
bantuan program AMOS 4.0.
Analisis SEM bertujuan untuk
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 94
menerangkan akibat langsung
dan tidak langsung seperangkat
variabel, sebagai variabel
penyebab terhadap seperangkat
variabel lainnya yang
merupakan variabel akibat
Suliyanto (2007: 4). SEM
merupakan gabungan dari dua
metode statistik yang terpisah
yaitu analisis faktor yang
dikembangkan di ilmu psikologi
dan psikometri serta model
persamaan simultan yang
dikembangkan di ekonometrik
menjadi metode statiustik yang
komprehensip (Iman Ghozali,
2013:4). Hair et. al. (dalam
Iman Ghozali, 2013:61)
mengemukakan beberapa
langkah yaitu :
a. Pengembangan model
berdasar teori
Model persamaan struktural
didasarkan pada hubungan
kausalitas. Dalam
penelitian ini yang menjadi
variabel eksogen adalah
atribut toko dan yang
menjadi variabel endogen
adalah kepuasan dan
kepercayaan konsumen.
b. Menyusun Diagram Jalur
(Path Diagram)
Model teoritis di atas
selanjutnya digambarkan
dalam sebuah path diagram,
sebagai berikut :
Atribut toko
x4e4
1
1
x3e31
x2e21
x1e11
Kepuasan
y1 e5
y2 e6
y3 e7
y4 e8
1
1
1
1
1
Kepercayaan
y5 e911
y6 e101
z11
z21
Gambar 3.1.
Kerangka alur hubungan antar variabel
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai atribut
toko, tanggapan responden atas atribut
toko adalah sebesar 3316 yang berada
dalam klasifikasi cukup baik. Hal ini
menunjukan bahwa keseluruhan
indikator dari atribut toko yang berbasis
B2B berada dalam klasifikasi yang
cukup baik, sedangkan untuk kepuasan
tanggapan responden atas kepuasan
mereka adalah sebesar 3342 yang berada
dalam klasifikasi cukup baik, artinya
konsumen merasa cukup puas
bertransaksi/berbelanja pada toko bahan
baku sandal yang yang ada di Kota
Tasikmalaya dan untuk kepercayaan
tanggapan responden atas kepercayaan
mereka adalah sebesar 1687 yang berada
dalam klasifikasi cukup baik. Artinya
konsumen merasa cukup percaya untuk
bertransaksi/berbelanja pada toko bahan
baku sandal berbasis B2B yang ada di
Kota Tasikmalaya.
Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa tidak terdapat angka yang
menunjukan nilai CR>2,58. Oleh karena
itu data yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dikatakan
berdistribusi normal, karena data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
bebas dari outliers univariate, karena
tidak ada variabel yang mempunyai z-
score diatas angka batas (≥ ±3,00 ),
tidak terdapat nilai mahalanobis
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 95
distance yang lebih besar dari 24,938.
Oleh karena itu dalam penelitian ini
tidak terdapat gejala outliers multivariat.
Standarized Regression Weight untuk Uji Hipotesis
Variabel CR ttabel Keterangan (Ha)
Atribut toko → Kepuasan 29.519 1,96 Signifikan
Atribut toko → Kepercayaan 2.291 1,96 Signifikan
Kepuasan → Kepercayaan -0.108 1,96 Tidak Signifikan
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Tanggapan Responden mengenai
atribut toko berbasis B2B yang dipilih
responden termasuk dalam kategori
cukup baik; mengenai kepuasan yang
dirasakan oleh responden terhadap
toko berbasis B2B yang telah
digunakan termasuk dalam kategori
cukup baik; mengenai kepercayaan
responden terhadap toko berbasis B2B
termasuk dalam kategori cukup baik.
Terdapat pengaruh positif atribut toko
terhadap kepuasan konsumen.
Terdapat pengaruh positif atribut toko
terhadap kepercayaan konsumen.
Kepuasan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kepercayaan
konsumen.
5.2. Saran
1. Lebih meningkatkan segi kepercayaan
konsumen, misalnya dari tampilan
toko yang lebih menarik agar memiliki
reputasi yang baik di mata konsumen.
2. Untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk mencari variabel
moderasi lain seperti terhadap kualitas
pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Balasubramanian, S., and Mahajan, V. 2001.
The economic leverage of the
virtual community, International
Journal ofElectronic Commerce 5
(Spring), hal 103-110
Durianto, Darmadi, Sugiartodan lie Joko
Budiman,2004,Brand Equity Ten:
Stategi memimpin Pasar. PT
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation
Modelling dalam Penelitian
Manajemen. Semarang:FE
UNDIP.
Hair, J.F, et al., 2010, Multivariate Data
Analysis,7th Edition, New Jersey,
Prentice-Hall.
Hanif Muhammad, 2011, Meningkatkan
Kepercayaan Konsumen Serta
Dampaknya Pada Persepsi
Resiko Konsumen Terhadap
Online Shopping (Studi Kasus
Pada Situs www.kaskus.us
Sebagai Media Internet yang
Menyediakan Fasilitas Online
Shopping), Jurnal
UNDIP,Semarang.
Iman Ghozali, 2013, Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program
IBM SPSS 21. Edisi 7, Penerbit
Universitas Diponegoro,
Semarang.
Indriantoro, N., Bambang S., 2009,
Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen,
Edisi Pertama, Yogyakarta,
BPFE Yogyakarta.
Jin. Byoungho, Jai‐Ok Kim, 2003, "A
typology of Korean discount
shoppers: shopping motives, store
attributes, and
outcomes", International Journal
of Service Industry Management,
Vol. 14 Iss: 4, pp.396 – 419.
Jun, S.E., and Chung, K.H. 2006. A study on
the factors of Internet shopping
site affecting customer’s e-
satisfaction, e-loyalty, and
repurchasing intention, Journal of
ISSN 2549-872X Volume 1 Nomor 2 96
Internet Electronic Research 6(2),
hal 133-158
Karimov, F. P., Brengman, M., Hove, L. V.,
2011. The Effect of Website
Design Dimension on Initial
Trust: A Synthesis of The
Empirical Literature. Journal of
Electronic Commerce Research,
hal 272-301
Kotler, Philip, 2004, Manajemen Pemasaran,
Edisi Millenium, Penerbit PT.
Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran.
Jakarta : Erlangga.
Lim. Et.al.2001. Sustainble Marketing
Enterprise In Asia. Prentice Hall.
McKnight, DH and NL Chervany, 2001, Trust
and Distrust Definitions: One Bite
at A Time. In R. Falcone, M.
Singh, & Y.-H. Tan (Eds.), Trust
in Cyber-Societies: Integrating
The Human and Artifical
Perspectives, pp. 27–54.
Mowen, John, C., dan Minor, M., 2002,
Perilaku Konsumen Jilid 1, Edisi
Kelima (terjemahan), Erlangga,
Jakarta
Piyali, Ghosh., Tripathi Vibhuti & Kumar
Anil. (2010). “Customer
expectations of store attributes: A
study of organized retail outlets in
India”, Journal of Retail &
Leisure Property, Vol 9, 1, 75-87.
Rianto, D., 2011, Membangun Kepercayaan
Pelanggan Melalui Kepuasan,
Jurnal Teknologi Informasi
Politeknik Telkom Vol. 1, No. 1,
Mei 2011
Roberts, K.; Varki, S.; and Brodie, R. 2003.
Measuring the quality of
relationships in consumer
services: An empirical
study,European Journal of
Marketing 37(1/2), hal169-196
Sugiama, G., 2008, Metode Riset Bisnis Dan
Manajemen, Guardaya
Intimarta,Bandung.
Suliyanto, 2007, Pelatihan Analisis Data,
Purwokerto, Laboratotium
Manajemen Fakultas Ekonomi
Kampus Unsoed Grendeng.
Tjiptono, F., 2002, Strategi Pemasaran,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
__________, 2005. Prinsip dan Dinamika
Pemasaran. J & J Learning,
Yogyakarta.
__________, 2006, Manajemen Pemasaran
Jasa, Bayumedia,Jakarta.
Todd, A., 2007, Trust Measures and Indicators
for Customers and Investors: Part
I – Measuring Trust Indicators for
Customer, The Conference Board
of Canada, Canada.
top related