ipeh
Post on 05-Jan-2016
217 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Patogenesis Tumor Ganas Rongga Mulut
Pertumbuhan sel diatur dalam suatu regulasi (siklus sel). Siklus sel adalah suatu
tahapan sel normal mengalami pembelahan secara mitosis, berfungsi untuk
menghasilkan sel-sel yang baru yang berguna untuk regenerasi dan untuk
memperbaiki kerusakan.
Tahap siklus sel antara lain :
1. Fase gap 1 yaitu fase pembesaran sel dalam ukuran sebagai persiapan
pengkopian DNA. Pada fase ini terjadi pembentukan berbagai RNA dan
protein yang berperan dan yang diperlukan dalam proses replikasi, durasi
waktu fase ini bervariasi tergantung dari tipe sel. Fase G1 berlangsung
sekitar 12 jam. Pada tahap G1 siklus sel, apabila terdapat rangsangan
ekstraseluler yang mengenai sel, maka sel akan memacu keluarnya kinase,
yang nantinya akan teraktivasi dan berikatan dengan cyclin membentuk
suatu komplek yang bernama cycl independent kinase ( CDK ), sehingga
terjadilah proliferasi sel ketahap selanjutnya. Pada tahap G1 ini, sel
dewasa akan masuk kezona perbatasan untuk menentukan apakah sel itu
akan berhenti tumbuh atau tumbuh terus sehingga masuk kefase
selanjutnya yaitu fase S.
2. Fase sintesis yaitu fase pengkopian DNA. Fase ini mengalami 3 tahapan
antara lain, tahap replikasi, transkripsi dan translasi. Permulaan replikasi
DNA terjadi saat peralihan fase akhir G1 dan awal fase S. Replikasi DNA
terjadi selama fase S, jumlah DNA keseluruhan akan bertambah dari
diploid (2n) hingga replikasi komplit menjadi tetraploid (4n). Fase ini
berlangsung selama 10-20 jam.
3. Fase gap 2 yaitu fase ini terjadi persiapan pemisahan kromosom. Gap 2
merupakan waktu antara akhir fase S sampai terjadinya mitosis atau
pembelahan, sel mempersiapkan diri untuk membelah dan mempersiapkan
2 set kromosom. Akhir dari fase G2 dan awal dari fase M ditemukan suatu
faktor yang menginduksi fase G2 untuk masuk ke fase M yang di sebut M
phase promoting factor (MPF). Fase G2 berlangsung selama 1-12 jam.
4. Fase mitosis, pada fase ini terjadi pemisahan kromosom untuk
menghasilkan 2 sel baru. Pada fase ini akan terjadi pembelahan sel dari
satu sel induk menjadi 2 sel anak yang mempunyai struktur genetika yang
sama dengan induknya. Fase ini dibagi lagi menjadi 4 tahapan antara lain
fase profase, metafase, anaphase dan telofase.
5. Phase terakhir dari proses proliferasi adalah fase M (mitosis) yang
merupakan fase tersingkat karena hanya berlangsung selama 30-60 menit.
Pada fase M terjadi pemecahan DNA yang telah berduplikasi secara
komplit.
Sel akan mempunyai 2 pilihan pada akhir siklus sel yaitu melanjutkan siklus
sel kedalam fase G1 bila sel masih aktif berproliferasi atau memasuki fase G0 bila
sel tidak aktif. Fase G0 adalah fase dalam keadaan isirahat atau tidak aktif
melakukan proses proliferasi. Siklus sel dimulai pada fase Gl dimana terjadi
penentuan apakah sel meneruskan proses atau keluar dari siklus ( GO/ istirahat
atau terminal). Adanya stimuli dari platelet derived growth factors (PDGF),
epidermal growth factor (EGF), atau insulin like growth factors (IGF 1 & IGF 2)
menyebabkan aktifnya siklus sel di Gl. Apabila replikasi sel telah dimulai pada
akhir Gl sel tidak dapat berespon terhadap stimuli faktor pertumbuhan, tetapi
berespon terhadap penghambat faktor pertumbuhan, proses ini diatur oleh cyclin
dependent kinase inhibitor (CDKi).
Sel normal memiliki siklus sel yang merupakan siklus dari proliferasi sel.
Siklus sel dipengaruhi supresor gen dan protoonkogen. Supresor gen merupakan
gen yang menghambat proliferasi sel sedangkan protoonkogen adalah gen yang
memicu proliferasi gen. Apabila gen-gen tersebut termutasi oleh bahan-bahan
karsinogenik maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Kemungkinan yang
pertama adalah kerusakan DNA tersebut dapat diperbaiki melalui proses
perbaikan DNA dan kemungkinan kedua adalah proses perbaikan DNA tidak
sukses. Apabila perbaikan DNA gagal maka mutasi tersebut dapat mempengaruhi,
1. aktivasi dari onkogen, dimana onkogen sendiri merupakan gen yang memicu
pertumbuhan sel-sel tumor.
2. perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan sel (supresor gen),
sehingga tidak ada yang menghambat pertumbuhan sel
3. perubahan pada gen yang mengatur apoptosis (kematian sel)
Dari ketiga hal yang disebabkan adanya mutasi tersebut, menyebabkan
peningkatan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Apabila pertumbuhan yang
tidak terkontrol tersebut disertai dengan mutasi pada produk gen regulator maka
akan menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak dapat dibedakan dengan sel
normal (atipical). Sel-sel atipical ini memiliki karakteristik yaitu adanya
perubahan struktur dan fungsi dari sel, sehingga bentuk sel satu dengan yang lain
heterogen. Sel-sel atipical inilah yang merupakan ciri khas dari tumor ganas.
Proses penyebaran
Proses penyebaran (metastase) terjadi karena ada interaksi antara sel
kanker dengan sel tubuh normal penderita. Sel-sel tubuh mempunyai daya tahan,
baik mekanis, maupun imunologis, sedang sel kanker mempunyai daya tahan
untuk mengadakan invasi, mobilisasi dan metastasis. Proses penyebaran berjalan
secara bertahap, yaitu dari inisiasi, promosi lalu progresi sama seperti halnya
pertumbuhan tumor primer juga.
Pada proses metastasis sel kanker menginvasi dan masuk ke dalam pembuluh
darah dan akan:
a. Terhenti pada suatu tempat dan menempel pada endothel pembuluh darah
Sel kanker yang masuk sirkulasi dapat sendirian (80%) atau bergerombol lalu
dengan bekuan darah membentuk emboli. Tidak semua sel kanker yang masuk
sirkulasi dapat tumbuh menjadi metastasis, diperkirakan kurang dari 0,01%.
Sebagian besar akan mati dan yang tahan hidup pada suatu tempat pada endothel
kapiler dalam organ akan melekat dengan bantuan glikoprotein, seperti
fibronektin, laminin dan reseptor membrane sel penderita. Berhasil atau tidaknya
sel kanker melekat dan tumbuh disitu tergantung pada keadaan organ ditempat itu,
apakah sesuai atau tidak.
b. Sel kanker merusak membrane basal dan matriks pembuluh darah
Setelah melekat pada endothel membrane sel basal, sel kanker itu
mengeluarkan enzim, seperti protease, kolagenase, cathepsin yang dapat merusak
membrane basal sehingga sel kanker dapat keluar dari pembuluh darah.
c. Sel kanker migrasi ke jaringan ekstravaskuler
Sel kanker dengan gerakan amoeboid masuk ke jaringan ekstravaskuler dan
tumbuh disitu membentuk koloni sel-sel. Arah gerakan dipengaruhi oleh faktor
chemotaxis yang dapat berasal dari serum, parenchyma organ atau membrane
basal yang mungkin mempengaruhi lokasi metastase. Untuk dapat tumbuh perlu
ada pasokan darah yang hanya dicukupi dengan angiogenesis, yaitu pembentukan
pembuluh darah baru.
d. Sel kanker merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru
Untuk dapat tumbuh sel kanker merangsang angiogenesis dan neovascularisasi
untuk memberikan pasokan darah ke tumor. untuk dapat tumbuh tumor
memerlukan pasokan darah yang cukup. Sel-sel kanker dapat memproduksi
sendiri faktor pertumbuhan, angiotropin, suatu angiogenic peptide, yang dapat
merangsang pertumbuhan pembuluh (angiogenesis) sehingga dapat timbul
pembuluh darah baru (neurovaskularisasi).
Proses angiogenesis berjalan secara bertahap
1. Sel endothel pembuluh darah dirangsang untuk mengadakan proliferasi dan
mengadakan lisis membrane basal dan matriks pembuluh darah. Ada beberapa
protein yang dapat merangsang angiogenesis seperti, FGF (fibroblast growth
factor), UPA (urokinase type plasmin activator), TGFβ-1 (transforming
growth factor β-1), TIMP-2 (tissue inhibitor of metallo-proteinase tipe-2) dsb.
Ada pula protein yang dapat menghambat angiogenesis seperti, TIMP (tissue
inhibitor of metalo-proteinase), PAI (plasmin activator inhibitor), collagenase
inhibitor type IV, inhibitor serine proteinase. Transfeksi antisense mRNA
dapat memblokade TIMP sehingga meningkatkan metastase.
Pada binatang percobaan memberikan recombinant TIMP-1 dapat
menghambat metastasis. Produksi TIMP-1, TIMP-2 diatur oleh TPA (tissue
plasmin activator), TGFb dan sitokine lain. Sel-sel kanker dapat memproduksi
sendiri TMP (tissue metalo-proteinase) dan TIMP.
2. Untuk dapat menghancurkan matriks pembuluh darah, sel endothel
mengeluarkan enzim kolagenase tipe IV, TIMP-2 dan serine proteinase.
Adanya inhibitor enxim colagenase tipe IV, TIMP dan inhibitor serine-
proteinase, akan menghambat pertumbuhan endothel ke stroma ekstravaskuler.
3. Setelah terjadi lisis matriks pembuluh darah sel-sel endothel mengadakan
migrasi ke jaringan stroma perivaskuler, membentuk tunas pembuluh darah
baru.
4. Tunas itu kemudian tumbuh membentuk mikrovaskuler tubulus dan loop
pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir kedalam tumor.
MACAM-MACAM TUMOR GANAS RONGGA MULUT
JARINGAN MESENKIM
a. Chondrosarcoma
Chondrosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan
jaringan tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas tulang
primer terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Chondrosarkoma merupakan
tumor tulang yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) anaplastik yang
berkembang menjadi ganas. Chondrosarkoma biasanya ditemukan pada
daerah tulang femur, humerus, kosta dan bagian permukaan pelvis. Tumor ini
memiliki banyak ciri dan bentuk perkembangan. Dari pertumbuhan yang
lambat hingga pertumbuhan metastasis yang agresif.
Chondrosarkoma dapat dibagi menjadi Chondrosarkoma primer dan
sekunder. Untuk keganasan yang berasal dari kartilago itu sendiri disebut
Chondrosarkoma primer. Sedangkan apabila merupakan bentuk degenerasi
keganasan dari penyakit lain seperti enkondroma, osteokondroma dan
kondroblastoma disebut Chondrosarkoma sekunder. Chondrosarkoma
sekunder kurang ganas dibandingkan Chondrosarkoma primer.
Chondrosarkoma dapat diklasifikasi menjadi tumor sentral atau perifer
berdasarkan lokasinya di tulang.
Etiologi
Etiologi Chondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti. Informasi
etiologi Chondrosarkoma masih sangat minimal. Namun berdasarkan
penelitian yang terus berkembang didapatkan bahwa Chondrosarkoma
berhubungan dengan tumor-tumor tulang jinak seperti enkondroma atau
osteokondroma sangat besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi
Chondrosarkoma. Tumor ini dapat juga terjadi akibat efek samping dari terapi
radiasi untuk terapi kanker selain bentuk kanker primer. Selain itu, pasien
dengan sindrom enkondromatosis seperti Ollier disease dan Maffucci
syndrome, beresiko tinggi untuk terkena Chondrosarkoma.
Patofisiologi
Patofisiologi Chondrosarkoma primer maupun sekunder adalah
terbentuknya kartilago oleh sel-sel tumor tanpa disertai osteogenesis. Sel
tumor hanya memproduksi kartilago hialin yang mengakibatkan abnormalitas
pertumbuhan tulang dan kartilago. Secara fisiologis, kondrosit yang mati
dibersihkan oleh osteoklas kemudian daerah yang kosong itu, diinvasi oleh
osteoblas-osteoblas yang melakukan proses osifikasi. Proses osifikasi ini
menyebabkan diafisis bertambah panjang dan lempeng epifisis kembali ke
ketebalan semula. Seharusnya kartilago yang diganti oleh tulang di ujung
diafisis lempeng memiliki ketebalan yang setara dengan pertumbuhan
kartilago baru di ujung epifisis lempeng. Namun pada Chondrosarkoma proses
osteogenesis tidak terjadi, sel-sel kartilago menjadi ganas dan menyebabkan
abnormalitas penonjolan tulang, dengan berbagai variasi ukuran dan lokasi.
Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral. Apabila
lesi awal dari kanalis intramedular, di dalam tulang itu sendiri dinamakan
Chondrosarkoma sentral sedangkan Chondrosarkoma perifer apabila lesi dari
permukaan tulang seperti kortikal dan periosteal.Tumor kemudian tumbuh
membesar dan mengikis korteks sehingga menimbulkan reaksi periosteal pada
formasi tulang baru dan soft tissue.
Gejala Klinis
Berikut adalah gejala yang bisa ditemukan pada Chondrosarkoma:
1. Nyeri, merupakan gejala yang paling banyak ditemukan. Sekitar 75%
pasien Chondrosarkoma merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan
tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa
nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan.
Nyeri berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat
nyeri tidak menghilang. Nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.
2. Pembengkakan, biasanya ditemukan pembengkakan lokal.
3. Massa yang teraba, diakibatkan penonjolan tulang.
4. Frekuensi miksi meningkat
Penentuan Grade dan Stage dari Chondrosarkoma
Grade(G) dilihat dari agresif tidaknya tumor tersebut. Disebut grade
rendah (G1) apabila jinak dan grade tinggi (G2) bila agresif.Penilaian grade
Chondrosarkoma dapat juga melalui pemeriksaan mikroskopis Pada grade
rendah biasanya sel tumor masih mirip dengan sel normal dan
pertumbuhannya lambat serta kemungkinan metastase sangat kecil.Pada grade
tinggi, sel tumor tampak abnormal dengan pertumbuhan dan kemampuan
metastase yang sangat cepat.Kebanyakan Chondrosarkoma itu berada pada
grade rendah. Grade tinggi Chondrosarkoma lebih sering akibat rekurensi dan
metastase ke bagian tubuh yang lain. Yang termasuk grade rendah adalah
Chondrosarkoma sekunder sedangkan yang termasuk grade tinggi adalah
Chondrosarkoma primer.Tujuan penentuan stage ialah mendeskripsikan
ukuran dan mengetahui apakah sel tumor ini telah bermetastase di luar lokasi
aslinya.
Gambaran HPA
Adanya sel tulang rawan primitive yang menimbulkan kerusakan jaringan
tulang sekitarnya. Tumor mengandung jaringan mesenkim yang malignan
yang memproduksi sel tulang rawan abnormal.
Chondrosarcoma, Terlihat sel tumor dengan inti besar, pleomorfik, dan hiperkromatik
B. Angiosarcoma
Angiosarkoma adalah kanker yang jarang, yang berasal dari pembuluh
darah di hati. Angiosarkoma bisa disebabkan oleh pemaparan vinil
klorida .Angiosarkoma (hemangioedothelioma) tulang sangat jarang
ditemukan. Lesi pada kelainan ini merupakan lesi multiple pada satu tulang,
kemudian dengan sangat cepat akanmetastasis ke tulang sekitarnya atau
menuju ke paru. Terutama pada tulang panjang pada diafisis tulang.
Gejala klinis:
Jarang terjadi di mulut, tumor telihat sebagai massa daging yang
terulserasi, warna merah atau keunguan.
Bentuk lesi tidak khas
Mudah terbentuk anak sebar yang luas dengan prognosa yang sangat
buruk.
Nyeri yang berat pada bagian diafisis tulang terutama tulang ekstremitas
bawah.
Gambaran HPA :
Tumor anaplastik dengan tipe sel yang tidak teratur tetapi dengan
pembentukan beberapa pembuluh darah.
Radiologi:
Terdapat gambaran lesi pada mid-diafisis ataupun ipsilateral tulang dan
pada bagian kontralateral dari lesi yang pertama. CT Scan thorak
menunjukkan nodule pada paru, jika dilakukan biopsy akan ditegakkan
diagnosis angiosarkoma derajat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi edisi 7. Jakarta: EGC
Sudiono, Janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.
Jakarta: EGC.
Syafriadi, Mei drg. 2008. Patologi Mulut, Tumor Neoplastik & Non Neoplastik
Rongga Mulut. Yogyakarta : Penerbit Andi.
top related