integritas sektor publik indonesia tahun 2008 … · lingkungan kerja 19 2.3.3. perilaku petugas...
Post on 07-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIATAHUN 2008
F A K T A K O R U P S I D A L A M L A Y A N A N P U B L I K
Komisi Pemberantasan KorupsiDirektorat Penelitian dan Pengembangan
2009
Komisi Pemberantasan KorupsiDirektorat Penelitian dan Pengembangan
2009
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIATAHUN 2008
F A K T A K O R U P S I D A L A M L A Y A N A N P U B L I K
Kegiatan Survei Integritas Sektor Publik 2008 ini didanai oleh APBN dan MCC-USAID. Terjemahan dan Pencetakan oleh World Bank.
Disusun oleh Direktorat Penelitian dan PengembanganDeputi Pencegahan - Komisi Pemberantasan Korupsi
Diterbitkan oleh Direktorat Penelitian dan PengembanganKomisi Pemberantasan Korupsi
Jakarta, April 2009
ISBN : 978-979-19557-1-3
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIATAHUN 2008
F A K T A K O R U P S I D A L A M L A Y A N A N P U B L I K
www.kpk.go.idJl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan - Indonesia
Telp. (021) 2557 8300Fax. (021) 5289 2448
iv
v
K a t a P e n g a n t a r
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Survei “Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun 2008. Fakta Korupsi dalam Layanan Publik” telah berhasil diselesaikan dengan baik oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan, Deputi Bidang Pencegahan, Komisi Pemberantasan Korupsi.
Survei dilakukan terhadap 40 instansi pusat dan 52 instansi daerah yang memberikan layanan kepada publik (masyarakat, perusahaan maupun layanan antar lembaga). Responden dalam survei ini adalah pengguna layanan langsung (bukan calo atau biro jasa) dari layanan yang disediakan oleh instansi tersebut. Survei dilaksanakan dalam waktu 3 bulan pada Juni-September 2008. Seluruh data yang diperoleh dalam laporan survei ini adalah data primer yang bersumber dari hasil wawancara secara langsung dengan responden di lapangan.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan maupun kontribusi dalam penyusunan hasil studi ini. Karena keterbatasan waktu, kami menyadari bahwa hasil survei ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, saran dan kritik sangat diharapkan, guna perbaikan survei di masa mendatang.
Jakarta, April 2009
PimpinanKomisi Pemberantasan Korupsi
vi
vii
daftar i s i
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii Bab I. Pendahuluan 2 1.1. Latar Belakang 2 1.2. Maksud dan Tujuan Survei 4 1.3. Metodologi 4
Bab II. Integritas Layanan Publik di Tingkat Pusat 5 2.1. Total Integritas Unit Layanan di Tingkat Pusat 5 2.2. Pengalaman Integritas Unit Layanan di Tingkat Pusat 12 2.2.1. Pengalaman Korupsi 13 2.2.2. Cara Pandang Korupsi 15 2.3. Potensi Integritas Unit Layanan di Tingkat Pusat 16 2.3.1. Sistem Administrasi 18 2.3.2. Lingkungan Kerja 19 2.3.3. Perilaku Petugas Layanan 21 2.3.4. Pencegahan Korupsi 23 Bab III. Integritas Layanan Publik di Daerah 25 3.1. Total Integritas Unit Layanan di Tingkat Daerah 25 3.2. Pengalaman Integritas Unit Layanan di Tingkat Daerah 29 3.2.1. Pengalaman Korupsi 34 3.2.2. Cara Pandang Korupsi 35 3.3. Potensi Integritas Unit Layanan di tingkat Daerah 37 3.3.1. Sistem Administrasi 42 3.3.2. Lingkungan Kerja 45 3.3.3. Perilaku Petugas Layanan 48 3.3.4. Upaya Pencegahan Korupsi 50 Bab IV. Kesimpulan & Rekomendasi 54
Lampiran 56 1. Metodologi 56
2. Nilai Integritas Instansi dan Layanan Tingkat Pusat 63
3. Skor Pengalaman dan Potensi Integritas Tingkat Pusat 66
4. Nilai Integritas Daerah dan Layanannya 69
5. Nilai Pengalaman dan Potensi Tingkat Daerah 80
viii
1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT DAERAH
KESIMPULAN & REKOMENDASI
LAMPIRAN
2
PENDAHULUAN
Setidaknya ada empat fungsi yang dilaksanakan
oleh pemerintah, yaitu: (1) menyediakan (memproduksi)
barang dan jasa, (2) membuat regulasi , (3) melakukan redistribusi pendapatan
(sumber daya ekonomi), serta (4) menggunakan (konsumen)
barang dan jasa (Stiglitz, 2000).
PENDAHULUAN1ba b
1.1. Latar Belakang
Setidaknya ada empat fungsi yang dilaksanakan oleh
pemerintah, yaitu: (1) menyediakan (memproduksi)
barang dan jasa, (2) membuat regulasi , (3) melakukan
redistribusi pendapatan (sumber daya ekonomi),
serta (4) menggunakan (konsumen) barang dan jasa
(Stiglitz, 2000). Pemerintah memproduksi barang dan
jasa terutama pada sektor-sektor strategis, atau karena
sifatnya yang memang harus disediakan pemerintah,
yaitu barang yang memiliki sifat sebagai barang
publik atau strategis seperti keamanan, bahan bakar,
listrik, jasa kereta api, telekomunikasi, pelabuhan,
dan lain sebagainya. Fungsi regulasi dan redistribusi
pendapatan serta instrumen pelaksanaannya yang
menyangkut aspek ekonomi (pajak dan subsidi),
pelayanan dasar (kesehatan dan pendidikan),
perijinan, pertahanan, keamanan, dan aspek-aspek
lain yang terkait dengan penyelenggaraan negara
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut,
pemerintah menggunakan instrumen birokrasi dan
unit usaha pemerintah. Dengan kata lain, birokrasi
pemerintah dan unit usaha milik pemerintah (BUMN)
yang selama ini berjalan adalah dalam rangka
melaksanakan keempat fungsi pemerintah tersebut.
Era reformasi saat ini menghendaki perbaikan
birokrasi pemerintahan melalui program yang disebut
reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi bertujuan
untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam
memberikan pelayanan terhadap masyarakat secara
maksimal serta pengelolaan keuangan negara secara
transparan dan akuntabel.
Tujuan reformasi birokrasi adalah: (a) meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat yang
dilaksanakan dengan meningkatkan efisiensi jalur
birokrasi; (b) menekan peluang-peluang terjadinya
praktek penyalahgunaan birokrasi untuk kepentingan
pihak tertentu dalam bentuk korupsi, kolusi, dan
sebagainya; (c) menurunkan beban ekonomi biaya
tinggi sehingga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi; dan (d) meningkatkan kualitas dan jangkauan
penyediaan layanan kebutuhan dasar masyarakat
(pendidikan, kesehatan). Upaya peningkatan kualitas
dilakukan menyeluruh, meliputi penyempurnaan
sistem, peningkatan SDM, penegakan hukum, dan
peningkatan kesejahteraan aparat pemerintah.
3
PENDAHULUAN
Bangsa yang Dibelit Korupsi: Korupsi di Indonesia berdasarkan Beberapa Alat Ukur
1. IPK Indonesia
Hasil Corruption Perception Indeks (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2008 yang diluncurkan
oleh Transparency International menunjukan kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Tahun 2008 IPK Indonesia berada diurutan ke-126 dengan nilai 2,6, atau naik sekitar
0,3 dibandingkan IPK 2007 lalu. Tahun lalu bahkan merosot dari 2,4 ditahun 2006, menjadi 2,3 ditahun
2007. Todung Mulya Lubis, Ketua Dewan Pengurus Transparancy Indonesia menilai, bagaimanapun ini
menunjukan bahwa upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah telah mendapat
apresiasi yang tinggi dari para responden. Selain gebrakan Komisi Pemberantasan Korupsi, upaya
pemerintah dalam membenahi pelayanan publik juga menjadi catatan tambahan. Di sejumlah kota/
kabupaten bahkan ada inovasi lokal untuk mewujudkan Good Governance dalam bentuk pelayanan satu
atap atau one stop service. Untuk menuju Indonesia lepas dari belenggu korupsi, TI Indonesia mendesak
agar Presiden memperkuat koordinasi dan kebijakan pemberantasan korupsi hingga ke aparat terendah,
seperti di Kelurahan dan Kabupaten/Kota, serta memperbaiki pelayanan publik, termasuk melakukan
revitalisasi Inpres No. 5 tahun 2004 yang tidak berjalan... http://www.ti.or.id/researchsurvey/
2. Daya Saing (Global Competetive Index)
Laporan World Economic forum, tentang daya saing memperlihatkan daya saing global Indonesia menurun
dalam tiga tahun terakhir. Dari peringkat 50 di 2006, 55 di tahun 2007 dan 55 di tahun 2008. Dalam konteks
pemberantasan korupsi, daya saing Indonesia yang semakin lemah juga diakibatkan oleh variabel institusi
yang diukur dari praktek etika dan korupsi serta inefisiensi birokasi. Adanya Persoalan kualitas infrastruktur
dan distrosi pasar terutama dalam hal jumlah prosedur dan waktu yang diperlukan untuk memulai usaha,
merupakan variabel yang diukur dalam daya saing. Korupsi dengan demikian membuat bangsa ini tidak
menarik buat pelaku usaha.. http://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_Daya_Saing_Global #Peringkat_2008-
2009.
3. Derajat Daya Saing Daerah
Hasil studi KPPOD tentang Tata Kelola Ekonomi Daerah tahun 2007, menunjukkan persoalan pelayanan
publik bidang ekonomi merupakan masalah yang dihadapi oleh daerah. Dalam hal akses terhadap lahan
usaha dan kepentingan usaha, terdapat 12 dari 243 daerah yang waktu rata rata untuk mendapatkan
sertifikat tanah memerlukan lebih dari 6 (enam) bulan. Terkait dengan perizinan usaha, sebagian pelaku
usaha menyatakan mengalami hambatan untuk mendapatkan izin usaha terutama mengenai prosedur
yang rumit, waktu yang lama, dan biaya. Dalam hal integritas kepala daerah, sepertiga pelaku usaha
berpendapat bahwa bupati/walikota terlibat dalam aktivitas korupsi bagi kepentingan pribadinya.
Selebihnya yaitu dua per tiga pelaku usaha berpendapat bahwa kepala daerah telah melakukan tindakan
tegas untuk memberantas korupsi. ..http://www.kppod.org/ind
Kinerja pemerintah harus dapat terukur dan dievaluasi secara berkala sehingga dapat disusun langkah-
langkah penyempurnaannya setiap saat. Untuk itu perlu dilakukan kajian atau survei terhadap kinerja
pemerintah. Untuk keperluan tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi (Corruption Eradication Commission),
melaksanakan survei integritas layanan publik instansi pemerintah.
4
PENDAHULUAN
1.2. Maksud dan Tujuan Survei
Hasil survei integritas ini diharapkan dapat mem-
berikan gambaran nyata mengenai kinerja layanan
publik serta potensi terjadinya penyalahgunaan
kewenangan dalam bentuk kolusi ataupun korupsi.
Penilaian survei ini akan digunakan oleh KPK untuk
menilai serta memberikan masukan terhadap lembaga
pemerintah dalam meningkatkan kualitas layanan
kepada masyarakat umum. Dengan demikian survei
ini bertujuan untuk :
1. Memetakan tingkat integritas sektor publik
melalui kegiatan survei rutin setiap tahun dengan
responden pengguna langsung layanan publik;
2. Memberikan informasi mengenai kinerja sektor
publik di Indonesia;
3. Memberikan informasi tingkat pelaksanaan unsur-
unsur integritas di sektor publik di Indonesia;
4. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan
integritas sektor publik di Indonesia.
1.3. Metodologi
Penjelasan singkat mengenai metodologi pelaksanaan
survei dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Ringkasan Metodologi Survei
Penjelasan selengkapnya terkait dengan metodologi di atas, dapat dilihat pada lampiran.
No Uraian Penjelasan 1 Waktu Pelaksanaan Survei Survei dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2008
2 Lokasi SurveiUnit Layanan Tingkat Daerah dilakukan di 52 Kabupaten/Kota
3 Lembaga yang disurvei
4 RespondenKriteria : pengguna langsung unit layanan dalam 1 tahun terakhirJumlah Responden Pusat : 4.800 respondenJumlah Responden Daerah : 6.468 responden
5 Alat Ukur
Variabel : Pengalaman dan potensi Integritas
6 Metode pengukuranPembobotan Variabel, indikator dan sub indikator oleh ahliPenilaian kuesioner oleh rersponden
7KuesionerWawancara MendalamPengamatan
8 Nilai IndeksSebaran Nilai : 0-10Arti Nilai : semakin mendekati 10 maka integritas semakin baik
Unit Layanan Tingkat Pusat dilakukan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
Tingkat pusat : 105 unit layanan pada 40 Lembaga (15 departemen, 8 LPND, 15 BUMN, 2 BLU) Tingkat Daerah : masing-masing 4 unit layanan di 52 kabupaten/Kota yang tersebar di 20 propinsi
Indikator : Pengalaman korupsi, cara Pandang terhadap korupsi, Lingkungan kerja, sistem administrasi, perilaku petugas layanan, upaya pencegahan korupsiSub-indikator : frekuensi pemberian gratifikasi, nilai/jumlah gratifikasi, cara pandang tingkat gratifikasi, penawaran dan pemberian gratifikasi, kebutuhan tatap muka berulang, kepraktisan SOP, tingkat perbaikan informasi, keadilan dalam layanan, harapan atas gratifikasi, tingkat/upaya pencegahan korupsi, kemudahan menyampaikan komplain
Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi
5
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Nilai total integritas 105 unit layanan mempunyai rentang
nilai yang cukup lebar. Rentang yang cukup lebar
tersebut menunjukkan bahwa masing-masing unit layanan
memiliki standar minimal layanan yang berbeda.
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT2bab
2.1. Total Integritas Unit Layanan di Tingkat Pusat
Penilaian Integritas Layanan Publik di tingkat pusat
pada tahun 2008 dilakukan terhadap 40 instansi
pusat yang berbentuk departemen/LPND/BUMN/
BLU. Jumlah unit layanan yang disurvei pada masing-
masing instansi rata-rata terdiri dari satu sampai
empat unit layanan, sehingga total unit layanan yang
disurvei adalah 105 unit layanan. Penilaian survei
dilakukan dengan menggabungkan dua unsur,
yakni: (1) Pengalaman Integritas (bobot 0,705); yang
merefleksikan pengalaman responden terhadap
tingkat korupsi yang dialaminya, serta (2) Potensi
Integritas (bobot 0,295), yang merefleksikan faktor-
faktor yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya
korupsi berdasarkan pengalaman/penilaian
responden.
Dengan menggunakan skala 0-10, nilai rata-rata
Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat di Indonesia
Tahun 2008 adalah 6,84. Nilai tersebut dianggap
masih cukup rendah, mengingat negara lain seperti
Korea Selatan yang memiliki nilai rata-rata mencapai
9. Namun nilai rata-rata tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai rata-rata total integritas
pemerintah pusat tahun 2007 yang hanya 5,53. Kondisi
ini setidaknya memberikan indikasi bahwa pada tahun
2008 telah ada upaya perbaikan pelayanan publik
yang dilakukan oleh pemerintah pusat yang mengarah
pada semakin berkurangnya praktek korupsi.
Gambaran secara menyeluruh mengenai nilai rata-rata
dari masing-masing indikator dan sub-indikator dari
Instansi Pusat dijelaskan dalam tabel berikut.
6
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Tabel 2. Nilai Integritas Total,Variabel,Indikator dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Pusat
Nilai total integritas terhadap 105 unit layanan
mempunyai rentang nilai yang cukup lebar yaitu
berkisar antara 2,52 sampai 8,60. Rentang yang
lebar tersebut menunjukkan bahwa masing-masing
unit layanan memiliki standar minimal layanan yang
berbeda. Bahkan masih banyak terdapat unit layanan
yang tidak memiliki standar minimal layanan. Unit
layanan yang lain walaupun memiliki standar minimal
pelayanan namun tidak dipatuhi.
Pada tabel 3 terlihat bahwa terdapat 55 unit layanan
(52,4%) yang memiliki nilai integritas di atas rata-
rata. Bahkan terdapat 10 unit layanan (9,5%) yang
memiliki nilai integritas di atas 8. Kondisi tersebut
memberikan pertanda yang cukup baik. Separuh unit
layanan sudah terlihat menunjukkan kemajuan yang
berarti dalam integritas layanannya. Kondisi yang baik
tersebut disetujui oleh masyarakat pengguna layanan
yang ditunjukkan oleh apresiasi mereka dengan
memberikan nilai yang baik pada unit layanan yang
mereka datangi.
Informasi lain yang menarik adalah ada 26,7% atau
28 unit layanan yang mempunyai nilai total integritas
masih di bawah 6,0. Lebih spesifik lagi masih ada 10
unit layanan di 5 instansi yang memiliki nilai integritas
kurang dari 5. Kondisi ini menggambarkan masih
cukup banyak unit layanan pemerintah pusat yang
masih dibayangi oleh nilai merah dalam memberikan
layanannya karena masih suburnya perilaku korup.
Integritas Total 2 Variabel 6 Indikator 11 Sub-Indikator
Integritas Total: 6,84
Pengalaman Integritas
(0,705) = 7,21
Pengalaman Korupsi (0,748) = 8,01
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,694)= 8,26Nilai atau Jumlah gratifikasi (0,306)= 7,45
Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,252) = 4,84 Cara Pandang tingkat gratifikasi (1,000)= 4,84
Potensi Integritas
(0,295) = 5,96
Lingkungan Kerja (0,265)= 5,09
Penawaran dan Pemberian Gratifikasi (0,658)= 2,83Kebutuhan kontak di luar prosedur (0,342)= 9,44
Sistem Administrasi(0,303)= 6,48
Kemudahan/Kepraktisan SOP (0,294)= 6,41Keterbukaan informasi (0,706)= 6,51
Perilaku Petugas Layanan (0,261)= 6,41
Keadilan dalam layanan (0,727)= 5,77Harapan atas gratifikasi (0,273)= 8,11
Pencegahan Korupsi (0,171)= 5,72
Upaya Pencegahan Korupsi (0,556)= 5,28Kemudahan Pengaduan Masyarakat (0,444)= 6,27
Keterangan: (.....) = bobot; ....... = nilai.
7
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Tabel 3. Peringkat dan Nilai Integritas Sektor Publik 2008 di tingkat Pusat berdasarkan Unit Layanan
NO UNIT LAYANAN INSTANSI NILAI PERINGKAT
1 LAYANAN PEMBERIAN IZIN POLITEKNIK DEPDIKNAS 8,60 1
2 LAYANAN PEGADAIAN BARANG PERUM PEGADAIAN 8,56 2
3 LAYANAN UNTUK MENDAPATKAN SERTIFIKAT HALAL MUI 8,53 3
4 LAYANANPEMBERIAN/PENDAFTARAN MD & ML BPOM 8,45 4
5 LAYANAN KAS KE BANK UMUM BANK INDONESIA 8,39 5
6 LAYANANPEMBERIAN IZIN PRINSIP DAN IZIN USAHA BPR BANK INDONESIA 8,31 6
7 LAYANAN PEMBERIAN IZIN WAKIL PIALANG BAPPEBTI 8,14 7
8 LAYANAN PENGAMBILAN UANG PENSIUN PT. POS INDONESIA 8,08 8
9 LAYANAN PENUKARAN UANG KECIL / CASH MANAGEMENT BANK INDONESIA 8,07 9
10 LAYANAN PINJAMAN PERMODALAN UKM DEP. KOPERASI & UKM 8,06 10
11 LAYANAN SERTIFIKASI PERUSAHAAN FUMIGASI DENGAN METIL BROMIDA DAN SERTIFIKASI PERUSAHAAN KEMASAN KAYU
DEPTAN 7,94 11
12 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PERDAGANGAN BERJANGKA BAPPEBTI 7,94 12
13 LAYANAN LAYANAN ASURANSI PENSIUN PT. TASPEN 7,94 13
14 LAYANAN PEMBERIAN IZIN / AKREDITAS PTS DEPDIKNAS 7,94 14
15 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN DKP 7,88 15
16 LAYANAN PENDIRIAN BALAI LATIHAN KERJA DEPNAKER 7,86 16
17 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PASAR MODAL/BAPEPAM LK BAPEPAM 7,81 17
18 LAYANAN PEMBERIAN IZIN RUMAH OBAT DEPKES 7,74 18
19 LAYANAN PENDAFTARAN USAHA WARALABA DEP. PERDAGANGAN 7,71 19
20 LAYANAN TEKNIS PENGUJIAN DAN KALIBRASI DEP. PERINDUSTRIAN 7,64 20
21 LAYANAN PEMBERIAN IZIN TAKSI BANDARA PT. ANGKASA PURA II 7,63 21
22 LAYANAN PENGAWASAN TRAPETIK, NAPZA, TRADISIONAL BPOM 7,60 22
23 LAYANAN PINJAMAN (KREDIT MULTIGUNA, KPR, KPA) BANK MANDIRI 7,57 23
24 LAYANAN PENYELENGGARAAN HAJI DEPAG 7,54 24
25 LAYANAN PEMBERIAN IZIN KE LN (EXIT PERMIT) DEPLU 7,51 25
26 LAYANAN PENYELIDIKAN OBAT DAN MAKANAN BPOM 7,51 26
27 LAYANAN LEGALISASI BAGI DOKUMEN YANG AKAN DIGUNAKAN DI LUAR NEGERI DEPLU 7,48 27
28 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN PMA BKPM 7,46 28
29 LAYANAN RAWAT JALAN RSCM 7,45 29
30 LAYANAN TAGIHAN TUNGGAKAN PT. TELKOM 7,43 30
31 LAYANAN DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BBM PERTAMINA 7,42 31
32 LAYANAN PENJUALAN TIKET PELNI 7,41 32
33 LAYANAN SERTIFKASI STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAGEMENT MUTU
DEP. PERINDUSTRIAN 7,41 33
34 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN PMDN BKPM 7,40 34
35 LAYANAN JASA STANDAR INTERNASIONAL SUCOFINDO 7,31 35
36 LAYANAN JASA PEMERIKSAAN PRODUK (SUCOFINDO) SUCOFINDO 7,31 36
37 LAYANAN PENENTUAN DISTRIBUTOR TABUNG GAS 3 KG DAN ASESSORINYA PERTAMINA 7,31 37
38 LAYANAN DISTRIBUSI DAN PEMASANGAN NON BBM PETAMINA 7,31 38
39 IZIN PERDAGANGAN BESAR FARMASI (PBF) DEPKES 7,30 39
40 LAYANAN DISTRIBUSI DAN JARINGAN PELAYANAN DOMESTIK PERTAMINA 7,30 40
41 LAYANAN PEMBERIAN IZIN OPERASI KAPAL PERIKANAN DKP 7,25 41
42 LAYANAN PENGESAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DEP. KOPERASI & UKM 7,23 42
43 LAYANAN PENYALURAN BERAS BULOG 7,23 43
44 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYALURAN ALAT KESEHATAN DEPKES 7,21 44
45 LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA PENUNJANG PERTAMBANGAN / IZIN USAHA (SEMENTARA DAN TETAP) / SERTIFIKASI PRODUK DAN PEMANFAATAN TL
ESDM 7,19 45
46 LAYANAN SANTUNAN ASURANSI ASABRI 7,15 46
47 LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA PENANGKAPAN IKAN DKP 7,11 47
48 LAYANAN KEPENGURUSAN VISA DEPLU 7,09 48
49 LAYANAN TES FISIK NARKOBA UNTUK SURAT BEBAS NARKOBA RS. FATMAWATI 7,08 49
50 LAYANAN AKSESKIN RSCM 7,05 50
51 LAYANAN PEMULIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN PT. TELKOM 6,99 51
52 LAYANAN PENGURUSAN STNK DAN BPKB POLRI 6,98 52
53 LAYANAN PENERBIT SKT ESDM 6,91 53
54 LAYANAN PENJUALAN TIKET KERETA API PT. KAI 6,90 54
8
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Tabel 3. (Lanjutan....)
Dari 105 layanan publik yang disurvei KPK tersebut
terdapat 35 instansi dengan 85 unit layanan yang
mendapat perhatian lebih dari KPK karena unit
layanan dan instansi yang bersangkutan bersentuhan
langsung serta memberikan manfaat dan dampak bagi
masyarakat secara luas.
NO UNIT LAYANAN INSTANSI NILAI PERINGKAT
55 LAYANAN IZIN INVESTASI BIDANG USAHA HORTIKULTURAL DEPTAN 6,86 55
56 LAYANAN KENOTARIATAN DEPKUMHAM 6,81 56
57 LAYANAN PEMBERIAN IZIN ANGKA PENGENAL IMPORT TERBATAS (APIT) BKPM 6,65 57
58 LAYANAN PEMERIKSAAN SPT DEPKEU 5,57 58
59 LAYANAN PASANG SAMBUNGAN BARU PT. TELKOM 6,57 59
60 LAYANAN JARINGAN / TAMBAHAN DAYA PT. PLN 6,57 60
61 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN HAJI DEPAG 6,54 61
62 LAYANAN PELANGGARAN LALU LINTAS POLRI 6,53 62
63 LAYANAN RAWAT INAP RSCM 6,50 63
64 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIDIKAN AGAMA / SEKOLAH AGAMA DEPAG 6,49 64
65 LAYANAN PENJGUJIAN K3 DEPNAKER 6,45 65
66 LAYANAN KEPENGURUSAN PASPOR DINAS DEPLU 6,44 66
67 LAYANAN KEBERANGKATAN DAN KEPULANGAN TKI DEPNAKER 6,44 67
68 LAYANAN IZIN PEMBERIAN IZIN TRAYEK DEPHUB 6,44 68
69 LAYANAN IZIN PENDAFTARAN PUPUK ORGANIK DEPTAN 6,42 69
70 LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN DARAT DAN IZIN USAHA ANGKUTAN UDARA DEPHUB 6,41 70
71 LAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA (NARKOBA) DEPSOS 6,38 71
72 PELAYANAN GANGGUAN PT. PLN 6,36 72
73 LAYANAN KREDIT BANK INDONESIA 6,30 73
74 LAYANAN PEMBERIAN IZIN MENGADAKAN KURSUS-KURSUS DEPDIKNAS 6,29 74
75 PN JAKARTA SELATAN MA 6,19 75
76 LAYANAN FIDUSIA (JAMINAN ATAS BARANG BERGERAK) DEPKUMHAM 6,19 76
77 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYAMBUNGAN DAN PEMASANGAN LISTRIK PT. PLN 6,16 77
78 LAYANAN IZIN TENAGA KERJA ASING DEPNAKER 5,98 78
79 LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN LAUT DEPHUB 5,98 79
80 LAYANAN PASPOR, PASPOR HILANG / RUSAK, PERUBAHAN PASPOR RI UNTUK WNI DEPKUMHAM 5,83 80
81 LAYANAN DAN REHABILITASI TUNA SOSIAL DEPSOS 5,76 81
82 LAYANAN PENDAFTARAN KEAGENAN / DISTRIBUTOR (BARANG ATAU JASA DALAM NEGERI) DEP. PERDAGANGAN 5,72 82
83 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA BAPPEBTI 5,69 83
84 LAYANAN BARANG PT. PELINDO II 5,68 84
85 LAYANAN PENGADUAN (CURANMOR, PERAMPOKAN, DLL) POLRI 5,65 85
86 LAYANAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL BPN 5,59 86
87 LAYANAN SEWA RUANG PENDINGIN (COLD STORAGE) DKP 5,48 87
88 LAYANAN ADMINISTRASI PERNIKAHAN, TALAK, RUJUK, CERAI (KUA) DEPAG 5,43 88
89 LAYANAN PERIJINAN EKSPOR DAN IMPORT & LAYANAN PEMBERIAN IJIN USAHA PERDAGANGAN BAHAN BERBAHAYA
DEP. PERDAGANGAN 5,27 89
90 LAYANAN BALIK NAMA HAK TANAH BPN 5,26 90
91 LAYANAN PENGURUSAN SIM POLRI 5,22 91
92 LAYANAN PEMBERIAN IZIN OPERASIONAL TAMAN KANAK-KANAN DEPDIKNAS 5,21 92
93 LAYANAN PARKIR BANDARA PT. ANGKASA PURA II 5,14 93
94 LAYANAN KAPAL PT. PELINDO II 5,13 94
95 LAYANAN PEMBUATAN TDP DEP. PERINDUSTRIAN 5,12 95
96 LAYANAN SEWA TEMPAT BANDARA PT. ANGKASA PURA II 4,94 96
97 LAYANAN KARGO PT. ANGKASA PURA II 4,92 97
98 LAYANAN HAK TANGGUNGAN BPN 4,85 98
99 LAYANAN PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH / PENGGABUNGAN SERTIFIKAT BPN 4,56 99
100 LAYANAN BEA MASUK DEPKEU 4,48 100
101 PN JAKARTA PUSAT MA 4,47 101
102 PN JAKARTA UTARA MA 3,07 102
103 LAYANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DEPKUMHAM 2,99 103
104 LAYANAN PENGURUSAN PERBENDAHARAAN NEGARA / KPPN DEPKEU 2,75 104
105 PN JAKARTA BARAT MA 2,52 105
RATA-RATA 6,84
9
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Tabel 4. Peringkat dan Nilai Integritas Sektor Publik 2008 di tingkat Pusat berdasarkan Unit Layanan yang Berkaitan Langsung dengan Masyarakat
NO UNIT LAYANAN INSTANSI NILAI PERINGKAT
1 LAYANAN PEGADAIAN BARANG PERUM PEGADAIAN 8,56 1
2 LAYANAN PENGAMBILAN UANG PENSIUN PT. POS INDONESIA 8,08 2
3 LAYANAN PINJAMAN PERMODALAN UKM DEP. KOPERASI & UKM 8,06 3
4 LAYANAN ASURANSI PENSIUN PT. TASPEN 7,94 4
5 LAYANAN PEMBERIAN IZIN / AKREDITAS PTS DEPDIKNAS 7,94 5
6 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN DKP 7,88 6
7 LAYANAN PENDIRIAN BALAI LATIHAN KERJA DEPNAKER 7,86 7
8 LAYANAN PEMBERIAN IZIN RUMAH OBAT DEPKES 7,74 8
9 LAYANAN PENUKARAN PENDAFTARAN USAHA WARALABA DEP. PERDAGANGAN 7,71 9
10 LAYANAN TEKNIS PENGUJIAN DAN KALIBRASI DEP. PERINDUSTRIAN 7,64 10
11 LAYANAN PEMBERIAN IZIN TAKSI BANDARA PT. ANGKASA PURA II 7,63 11
12 LAYANAN PENGAWASAN TRAPETIK, NAPZA, TRADISIONAL BPOM 7,60 12
13 LAYANAN PENYELENGGARAAN HAJI DEPAG 7,54 13
14 LAYANAN PEMBERIAN IZIN KE LN (EXIT PREMIT) DEPLU 7,51 14
15 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN PMA BKPM 7,46 15
16 LAYANAN RAWAT JALAN RSCM 7,45 16
17 LAYANAN TAGIHAN TUNGGAKAN PT. TELKOM 7,43 17
18 LAYANAN DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BBM PERTAMINA 7,42 18
19 LAYANAN PENJUALAN TIKET PELNI 7,41 19
20 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN PMDN BKPM 7,40 20
21 LAYANAN JASA STANDAR INTERNASIONAL SUCOFINDO 7,31 21
22 LAYANAN JASA PEMERIKSAAN PRODUK (SUCOFINDO) SUCOFINDO 7,31 22
23 LAYANAN PENENTUAN DISTRIBUTOR TABUNG GAS 3 KG DAN AKSESORINYA PERTAMINA 7,31 23
24 LAYANAN DISTRIBUSI DAN PEMASANGAN NON BBM PERTAMINA 7,31 24
25 LAYANAN PEMBERIAN IZIN OPERASI KAPAL PERIKANAN DKP 7,25 25
26 LAYANAN PENGESAHAN BADAN HUKUM OPERASI DEP. KOPERASI & UKM 7,23 26
27 LAYANAN PENYALURAN BERAS BULOG 7,23 27
28 LAYANAN SANTUNAN ASURANSI ASABRI 7,15 28
29 LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA PENGKAPAN IKAN DKP 7,11 29
30 LAYANAN KEPENGURUSAN VISA DEPLU 7,09 30
31 LAYANAN TES FISIK NARKOBA UNTUK SURAT BEBAS NARKOBA RS. FATMAWATI 7,08 31
32 LAYANAN AKSESKIN RSCM 7,05 32
33 LAYANAN PEMULIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN PT. TELKOM 6,99 33
34 LAYANAN KEPENGURUSAN STNK DAN BPKB POLRI 6,98 34
35 LAYANAN PENERBIT SKT ESDM 6,91 35
36 LAYANAN PENJUALAN TIKET KERETA API PT. KAI 6,90 36
37 LAYANAN IZIN INVESTASI BIDANG USAHA HORTIKULTURA DEPTAN 6,86 37
38 LAYANAN KENOTARISAN DEPKUMHAM 6,81 38
39 LAYANAN PEMBERIAN IZIN ANGKA PENGENAL IMPORT TERBATAS (APIT) BKPM 6,65 39
40 LAYANAN PEMERIKSAAN SPT DEPKEU 6,57 40
41 LAYANAN PASANG SAMBUNGAN BARU PT. TELKOM 6,57 41
42 LAYANAN JARINGAN / TAMBAHAN DAYA PT. PLN 6,57 42
43 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN HAJI DEPAG 6,54 43
44 LAYANAN PELANGGARAN LALU LINTAS POLRI 6,53 44
45 LAYANAN RAWAT INAP RSCM 6,50 45
46 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIDIKAN AGAMA / SEKOLAH AGAMA DEPAG 6,49 46
47 LAYANAN PENGUJIAN K3 DEPNAKER 6,45 47
48 LAYANAN KEBERERANGKATAN DAN KEPULANGAN TKI DEPNAKER 6,44 48
49 LAYANAN PEMBERIAN IZIN TRAYEK DEPHUB 6,44 49
50 LAYANAN IZIN PENDAFTARAN PUPUK ORGANIK DEPTAN 6,42 50
51 LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN DARAT DAN IZIN USAHA ANGKUTAN UDARA
DEPHUB 6,41 51
52 LAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYELAHGUNAAN NAPZA (NARKOBA)
DEPSOS 6,38 52
53 LAYANAN PELAYANAN GANGGUAN PT. PLN 6,36 53
54 LAYANAN PEMBERIAN IZIN MENGADAKAN KURSUS-KURSUS DEPDIKNAS 6,29 54
55 PN JAKARTA SELATAN MA 6,19 55
10
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Tabel 4. (Lanjutan....)
Dengan adanya perhatian khusus KPK terhadap unit
layanan dan instansi yang bersentuhan langsung serta
memberikan manfaat dan dampak bagi masyarakat
secara luas, tercatat bahwa 3 unit layanan yang berada
di bawah Mahkamah Agung, 2 unit layanan di bawah
Departemen Keuangan, BPN dan PT. Angkasa Pura
II serta 1 unit layanan di bawah Departemen Hukum
dan HAM merupakan unit layanan-unit layanan
yang memiliki nilai integritas di bawah 5. Artinya,
unit layanan-unit layanan tersebut masih harus terus
berupaya menghilangkan potensi dan pengalaman
korupsi dalam pengelolaan layanan publiknya,
mengingat menurut penilaian pengguna layanan,
sampai saat ini di unit layanan-unit layanan tersebut
masih dianggap korup.
Dalam satu instansi, terdapat unit layanan yang berada
pada peringkat baik dan unit layanan yang berada
di peringkat buruk. Di samping itu ada instansi yang
seluruh unit layanan sampel nya berada di peringkat
baik. Namun yang lebih memprihatinkan adalah
apabila seluruh unit layanan yang menjadi sampel
di suatu instansi berada pada peringkat yang buruk.
Kondisi tersebut dijelaskan dalam tabel berikut.
NO UNIT LAYANAN INSTANSI NILAI PERINGKAT
56 LAYANAN FIDUSIA (JAMINAN ATAS BARANG BERGERAK) DEPKUMHAM 6,19 56
57 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYAMBUNGAN DAN PEMASANGAN LISTRIK PT. PLN 6,16 57
58 LAYANAN LAYANAN IZIN TENAGA KERJA ASING DEPNAKER 5,98 58
59 LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN LAUT DEPHUB 5,98 59
60 LAYANAN PASPOR, PASPOR HILANG / RUSAK, PERUBAHAN PASPOR RI UNTUK WNI DEPKUMHAM 5,83 60
61 LAYANAN DAN REHABILITASI TUNA SOSIAL DEPSOS 5,76 61
62 LAYANAN PENDAFTARAN KEAGENAN / DISTRIBUTOR (BARANG ATAU JASA DALAM NEGERI)
DEP. PERDAGANGAN 5,72 62
63 LAYANAN BARANG PT. PELINDO II 5,68 63
64 LAYANAN PENGADUAN (CURANMOR, PERAMPOKAN, DLL) POLRI 5,65 64
65 LAYANAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL BPN 5,59 65
66 LAYANAN SEWA RUANG PENDINGIN (COLD STORAGE) DKP 5,48 66
67 LAYANAN ADMINISTRASI PERNIKAHAN, TALAK, RUJUK, DAN CERAI DEPAG 5,43 67
68 LAYANAN PERIJINAN EKSPOR DAN IMPORT & LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERDAGANGAN BAHAN BERBAHAYA
DEP. PERDAGANGAN 5,27 68
69 LAYANAN BALIK NAMA HAK TANAH BPN 5,26 69
70 LAYANAN KEPENGURUSAN SIM POLRI 5,22 70
71 LAYANAN PEMBERIAN IZIN OPERASIONAL TAMAN KANAK-KANAK DEPDIKNAS 5,21 71
72 LAYANAN PARKIR BANDARA PT. ANGKASA PURA II 5,14 72
73 LAYANAN KAPAL PT. PELINDO II 5,13 73
74 LAYANAN PEMBUATAN TDP DEP. PERINDUSTRIAN 5,12 74
75 LAYANAN SEWA TEMPAT BANDARA PT. ANGKASA PURA II 4,94 75
76 LAYANAN KARGO PT. ANGKASA PURA II 4,92 76
77 LAYANAN HAK TANGGUNGAN BPN 4,85 77
78 LAYANAN PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH / PENGGABUNGAN SERTIFIKAT BPN 4,56 78
79 LAYANAN BEA MASUK DEPKEU 4,48 79
80 PN JAKARTA PUSAT MA 4,47 80
81 PN JAKARTA UTARA MA 3,07 81
82 LAYANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DEPKUMHAM 2,99 82
83 LAYANAN PENGURUSAN PERBENDAHARAAN NEGARA / KPPN DEPKEU 2,75 83
84 PN JAKARTA BARAT MA 2,52 84
11
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Tabel 5. Posisi dan Nama 40 Instansi Pusat dengan Nilai Integritas Unit Layanan di Atas, Bawah dan Sekitar Rata-rata
Dengan fakta nilai unit layanan tersebut, beberapa
instansi diharapkan memberikan perhatian lebih
kepada kepada unit layanannya karena keseluruhan
unit layanan yang dijadikan sampel nilainya di bawah
rata-rata. Sedangkan instansi dengan unit layanan
sampelnya yang memiliki nilai integritas di atas rata-
rata sebaiknya terus meningkatkan kualitas layanan
yang diberikan, mengingat nilai integritas maksimal
adalah 10.
Nilai integritas yang diperoleh di tiap unit layanan dan
instansi merupakan akumulasi dari nilai pengalaman
integritas dan potensi integritas dengan masing-
masing bobot 0,705 dan 0,295. Nilai rata-rata integritas
sektor publik tingkat pusat Tahun 2008 sebesar 6,84
tersebut diperoleh dengan memperhitungkan nilai
rata-rata pengalaman integritas 7,21 dan nilai rata-rata
potensi integritas 5,96.
Terlihat bahwa nilai rata-rata pengalaman integritas
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai potensi
integritas. Oleh karena bobot pengalaman integritas
yang lebih tinggi, tingginya nilai pengalaman integritas
membuat nilai total integritas tingkat pusat juga
menjadi tinggi. Hal ini sekaligus memberikan jawaban
mengapa nilai integritas total tingkat pusat meningkat
lebih dari satu poin di banding tahun yang lalu
(nilai integritas tahun 2007=5,53). Nilai pengalaman
integritas yang lebih tinggi daripada nilai potensi
integritas dapat menjelaskan kondisi berikut:
1. Nilai potensi integritas yang masih rendah
menunjukkan bahwa secara umum belum
tersedia sistem dan lingkungan yang berpotensi
mendukung terselenggaranya transparansi
dan profesionalitas petugas dalam melayani
masyarakat. Peluang terjadinya korupsi masih
terbuka karena sistem pendukung layanan belum
menuju ke arah anti korupsi
2. Sistem dan fasilitas yang telah tersedia untuk
mendukung pelayanan publik dinilai masyarakat
belum mendukung terselenggaranya pelayanan
sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat
3. Nilai pengalaman integritas yang meningkat
menunjukkan bahwa praktek-praktek suap dan
pungutan liar secara nyata telah mulai berkurang.
Nilai Integritas Total Jumlah InstansiPusat
Nama Departemen/Instansi
Nilai Integritas Unit Layanan yang berbeda di Instansi Pusat seluruhnya di atas rata-rata
17 Perum Pegadaian, Majlis Ulama Indonesia (MUI), PT. Pos Indonesia, PT. Taspen, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), BAPEPAM, Departemen Koperasi dan UKM, Departemen Kesehatan, Bank Mandiri, PT. PELNI, PT. PERTAMINA, PT. SUCOFINDO, BULOG, PT. ASABRI, Rumah Sakit Fatmawati, Deparetmen ESDM, PT. KAI.
Nilai Integritas Unit Layanan yang berbeda di Instansi Pusat sebagian di atas rata-rata sebagian di bawah rata-rata
17 Bank Indonesia, BAPPEBTI, BKPM, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertanian, RSCM, PT. TELKOM, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Kepolisian RI, PT. Angkasa Pura II, Departemen Hukum dan HAM, Departemen Keuangan
Nilai Integritas Unit Layanan yang berbeda di Instansi Pusat seluruhnya di bawah rata-rata
6 PT. PLN, Departemen Perhubungan, Departemen Sosial, PT. PELINDO II, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Mahkamah Agung (MA)
12
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
2.2. Pengalaman Integritas Unit Layanan di Tingkat Pusat
Nilai rata-rata pengalaman integritas dari 105 unit
layanan dan 40 instansi pusat adalah 7,21. Nilai
ini memiliki rentang nilai yang sangat lebar, yaitu
dari 9,41 pada layanan pemberian/pendaftaran
MD & ML (BPOM) sampai yang terendah 2,22 pada
layanan perbendaharaan negara/KPPN (Departemen
Keuangan). Rentang yang sangat lebar tersebut
mengindikasikan bahwa unit layanan yang berada di
instansi pusat belum seragam mempraktekkan anti
korupsi dalam layanan publiknya. Beberapa unit layanan
memang berdasarkan pengalaman responden sudah
mulai bebas dari korupsi, namun beberapa layanan
yang lain masih sangat banyak muatan korupsinya.
Sebagai gambaran ditunjukkan 5 unit layanan tingkat
pusat yang memiliki nilai pengalaman integritas terbaik
dan terburuk dalam pelayanan publik tahun 2008. Nilai
yang cukup tinggi dengan nilai pengalaman integritas
mencapai 9 atau lebih dapat dicapai oleh unit layanan
Pemberian/pendaftaran MD&ML (BPOM), Pegadaian
barang (Perum Pegadaian), Sertifikat Halal (MUI), Izin
Politeknik (Depdiknas) serta Izin Prinsip dan izin Usaha
BPR (BI).
Lima unit layanan (kecuali layanan pegadaian barang)
dengan nilai pengalaman integritas tertinggi tersebut
pada dasarnya bukan layanan yang bersentuhan
langsung serta memberikan manfaat dan dampak bagi
masyarakat secara luas. Pada umumnya unit layanan-
unit layanan tersebut berhubungan atau melayani
perusahaan/lembaga yang pasca pemberian izin
tersebut masih membutuhkan adanya hubungan baik
antara keduanya. Hal tersebut menjadikan salah satu
alasan mengapa nilai pengalaman integritas untuk
unit layanan-unit layanan tersebut tinggi. Oleh karena
itu bagi unit layanan dan instansi yang memiliki nilai
pengalaman integritas yang tinggi hendaknya tetap
melakukan evaluasi terhadap unit layanannya. Evaluasi
tersebut tentunya juga menilai apakah memang
pelayanan yang diberikan sudah cukup baik, ataukah
antara pengguna layanan dan petugas layanan/unit
layanan telah memiliki ‘hubungan yang baik dan
saling menguntungkan” sehingga berpengaruh
terhadap penilaian mereka terhadap layanan yang
diberikan.
Variabel Indikator Sub-Indikator
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,694)=8,26 Pengalaman Korupsi (0,748)= 8,01 Nilai/Jumlah gratifikasi (0,306)=7,45
Pengalaman Integritas (0,705)=7.21 Cara Pandang Terhadap
Korupsi (0,252)=4,84 Cara Pandang tingkat gratifikasi (1,000)=4,84
Pengalaman Integritas merupakan salah satu
unsur penyusun nilai integritas publik. Pengalaman
Integritas disusun dari indikator Pengalaman Korupsi
(Experienced Corruption) dengan bobot 0,748 dan Cara
Pandang Korupsi (Perceived Corruption) dengan bobot
0,252.
Tabel 6. Nilai Pengalaman Integritas, Indikator dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Pusat
13
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Gambar 1. Pengalaman Integritas Unit Layanan Tingkat Pusat (5 Tertinggi dan 5 Terendah)
Lima unit layanan dengan nilai pengalaman integritas
yang terendah adalah layanan KPPN dan Bea
Masuk (Departemen Keuangan), layanan Lembaga
Pemasyarakatan (Departemen Hukum dan HAM)
serta layanan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat
dan Jakarta Utara (Mahkamah Agung). Rendahnya
nilai pengalaman integritas di unit layanan milik
Departemen Keuangan hendaknya mendapatkan
perhatian yang serius. Dengan adanya reformasi
birokrasi yang telah mulai dilakukan oleh Departemen
Keuangan, nilai pengalaman integritas yang rendah
tentu saja memberikan hasil yang tidak baik.
Beberapa alasan yang memungkinkan mengapa nilai
pengalaman integritas terutama di 2 unit layanan
Departemen Keuangan rendah padahal reformasi
birokrasi sudah dilakukan adalah:
1. Responden yang disurvei adalah responden yang
mendapatkan pelayanan setahun ke belakang (Juni
2007-Juni 2008), sehingga ada kemungkinan pada
saat responden yang bersangkutan mendapatkan
pelayanan, reformasi birokrasi belum/baru
dimulai;
2. Responden mendapatkan pelayanan bukan di
unit layanan yang sudah direformasi (unit layanan
percontohan);
3. Sosialisasi yang kurang sampai dari unit layanan
kepada pengguna layanan mengenai reformasi
yang dilakukan dalam unit layanan (misalnya,
informasi mengenai tidak lagi menerima uang
tambahan di luar biaya resmi untuk mempercepat
layanan tidak sampai ke masyarakat, sehingga
pengguna layanan tetap memberikan uang suap
seperti yang biasa dulu dilakukan dengan harapan
bisa mendapatkan pelayanan yang lebih cepat);
4. Sulitnya mengubah kebiasaan yang telah lama
terjadi dalam memberikan dan menerima layanan
terkait dengan suap, pungutan liar maupun
gratifikasi (misalnya: kebiasaan mentraktir
atau memberikan uang sebagai tanda ucapan
terimakasih kepada petugas layanan oleh
pengguna layanan setiap selesai mengurus
layanan);
5. Masih adanya oknum petugas layanan yang
tetap melakukan praktek lama (secara sembunyi-
sembunyi) dalam bentuk meminta biaya tambahan
kepada pengguna layanan.
Selain unit layanan yang berada di bawah Departemen
Keuangan, unit layanan yang berada di bawah
Mahkamah Agung dan Departemen Hukum dan
HAM juga harus mendapatkan perhatian yang serius
dan segera diupayakan untuk dilakukan perbaikan-
perbaikan. Berdasarkan pengalaman pengguna
layanan, unit-unit layanan tersebut masih rawan terjadi
suap, pungutan liar maupun gratifikasi.
Bagian selanjutnya akan membahas 2 indikator dari
pengalaman integritas, yaitu pengalaman korupsi dan
cara pandang masyarakat terhadap korupsi.
2.2.1. Pengalaman Korupsi
Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan
masyarakat dalam mengurus atau memperoleh
layanan publik ditunjukkan dalam bentuk biaya-biaya
tambahan yang harus dibayarkan oleh masyarakat
pengguna layanan di luar biaya resmi yang ditetapkan,
pada berapa titik biaya tambahan harus dikeluarkan
dan bentuk-bentuk imbalan yang lazim diberikan
sebagai gratifikasi.
Bea Masuk (Depkeu)
Pengadilan Negeri Jakut (MA)
Lembaga Pemasyarakatan (DepKumHAM)
Pengadilan Negeri Jakbar (MA)
KPPN (Dep.Keuangan)
Izin Prinsip dan Izin Usaha BPR (BI)
Izin Politeknik (Depdiknas)
Sertifikat Halal (MUI)
Pegadaian Barang(Perum Pegadaian)
Pendaftaran MD&ML(BPOM) 9,41
9,21
0,00 5,00 10,00
9,11
Integritas
9,02
9,00
2,22
2,45
2,63
2,99
4,38
Nilai Pengalaman
14
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Tabel 7. Nilai Pengalaman Korupsi dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Pusat
Nilai pengalaman korupsi adalah 8,01 yang
menunjukkan kondisi yang semakin membaik
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun
demikian secara umum gambaran yang diberikan
terkait dengan pengalaman korupsi belum
memuaskan.
Masih ada 34% responden dari total 4800 responden di
unit layanan pusat yang menyatakan membayar biaya
tambahan di luar biaya resmi. Dari 34% responden
tersebut, 22% menyatakan membayar biaya tambahan
satu kali, dua kali (6%) dan lebih dari 2 kali atau 2 titik
(6%).
Gambar 2. Frekuensi Membayar Biaya Tambahan di Unit Layanan Pusat (%)
Berdasarkan bentuk gratifikasi, masyarakat pengguna
layanan sebagian besar memberikannya dalam bentuk
uang tunai. Namun ada juga beberapa pengguna
layanan di unit layanan tertentu yang memberikannya
dalam bentuk barang/souvenir dan fasilitas.
Gambar berikut menjelaskan bahwa pada beberapa
unit layanan yang berada di instansi pusat, pemberian
imbalan tidak hanya diberikan dalam satu jenis. Hal
tersebut terlihat dari nilai persentase yang melebihi
100% pada responden yang mengaku memberikan
bentuk biaya tambahan di luar biaya resmi.
Indikator Sub-Indikator
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,634)=8,26 Pengalaman Korupsi (0,748)= 8,01 Nilai/Jumlah gratifikasi (0,306)=7,45
Satu kali 22,00%
Dua kali 6,00%
Lebih dari dua kali 6,00%Tidak ada 66,00%
Dep.Luar Negeri
Dep.Keuangan
PT. PERTAMINA
BPN
Dep.Hukum dan HAM
Dep.Agama
Dep.Perindustrian
Dep.Perhubungan
Dep.ESDM
Mahkamah Agung
PT. Angkasa Pura II
PT. Sucofindo
BKPM
Dep.Kelautan dan Perikanan
PT. Pelabuhan Indonesia II
0,0 50,0 100,0 150,0 200,0
100,0
98,4
98,6
98,7
100,0
2,8
3,2
2,8
3,9
9,7
3,2
4,2
1,3
1,4
1,6
2,6
1,6
66,7
100,0
97,1
100,0
5,6
3,3
2,9
8,1
36,2
10,0
17,71,2
33,3
17,7
3,5
30,6
14,7
4,7
100,0
88,9
13,0 41,6 16,9
8,3
10,4
11,1
100,0 12,5 2,1
96,2 9,61,9
1,9
98,7
100,0
2,6
15,0
2,6
10,0
1,3
10,0
FasilitasEntertainmentVoucer/Tiket PesawatBarang/Souvenir/HadiahUang Tunai/Cek
persen
Gambar 3. Bentuk Imbalan yang Diberikan kepada Petugas Layanan di Instansi Pusat (% Responden)
15
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Mengenai nilai biaya tambahan yang harus
diberikan oleh pengguna layanan, gambar berikut
menjelaskan unit layanan-unit layanan yang lebih
Dijelaskan bahwa cukup banyak responden yang
menyatakan membayar biaya tambahan lebih besar
dibanding biaya resmi. Kondisi ini tentu saja cukup
Gambar 4. Pengalaman Masyarakat terhadap Ada Tidaknya Biaya Tambahan di Luar Biaya Resmi dan Nilainya
keluarkan, apakah tergolong korupsi atau tidak? Dan
seberapa jauh tingkat toleransi masyarakat terhadap
biaya-biaya tambahan yang harus mereka keluarkan?
Tabel 8. Nilai Cara Pandang Korupsi dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Pusat
memberatkan pengguna layanan, terutama untuk unit
layanan yang biaya resminya sudah cukup tinggi.
2.2.2. Cara Pandang Korupsi
Yang dimaksud dengan cara pandang adalah
bagaimana masyarakat memandang korupsi di
lembaga layanan publik, bagaimana masyarakat
menilai biaya-biaya atau imbalan yang mereka
Indikator Sub-Indikator Cara Pandang )=4,84 Terhadap Korupsi (0,252)=4,84 Cara Pandang tingkat gratifikasi (1,000
Bea Masuk (Depkeu)
KPPN (Dep.Keuangan)
Pembuatan/Penggabungan sertifikat tanah (BPN)
Lembaga Pemasyarakatan (DepKumHAM)
Administrasi pernikahan (KUA)(Dep.Agama)
Pembuatan TDP (Dep.Perindustrian)
Pengadilan Negeri Jakut (MA)
Pengadilan Negeri Jakbar (MA)
Cargo (PT.Angkasa Pura II)
Parkir bandara (PT.Angkasa Pura II)
Sewa tempat bandara (PT.Angkasa Pura II)
Layanan Kapal (PT.Pelindo II)
0,00% 25,00% 50,00% 75,00% 100,00%
17,5
25
22,2
6,4
13,3
27,3
22,2
5,9
24,2
28,3
22,8
30
37
9,7
6,7
23,6
33,3
17,6
33,4
23,9
59,7
45
40,8
83,9
80
49,1
44,5
76,5
42,4
100
47,8
26 26 48
Ada,lebih dari biaya resmiAda,Kurang atau sama dengan biaya resmiTidak ada
dari 70% respondennya menyatakan membayar biaya
tambahan di luar biaya resmi yang nilainya bervariasi.
Masyarakat Indonesia memiliki toleransi yang cukup
tinggi dalam memandang korupsi di lembaga layanan
publik. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh nilai cara
pandang yang sangat kecil, yaitu 4,84. Fakta tersebut
didasarkan pada data bahwa sekitar 59% responden
menyatakan bahwa pemberian imbalan pada unit/
petugas layanan merupakan hal yang wajar dalam
proses pengurusan layanan.
16
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Gambar 5.Pendapat Responden terhadap Adanya Biaya Tambahan
Artinya, pemberian imbalan dalam pengurusan
layanan dianggap oleh 59% responden pengguna
layanan di tingkat pusat merupakan hal yang biasa
dilakukan dan bisa diterima sebagai salah satu bagian
dari proses pelayanan yang mereka lakukan. Pendapat
tersebut tentunya dipengaruhi oleh kondisi dan
pengalaman selama bertahun-tahun yang terjadi
dalam pelayanan publik di Indonesia.
Fakta-fakta yang dijumpai dalam pengalaman
integritas ini mencerminkan kondisi nyata dari unit
layanan dan instansi berdasarkan pengalaman yang
langsung dirasakan oleh pengguna layanan. Penilaian
pengalaman integritas yang buruk mencerminkan
kondisi pelayanan aktual yang buruk menurut
penilaian pengguna layanan yang selama maksimal
2 tahun terakhir (sebagian besar 1 tahun terakhir)
melakukan pengurusan layanan di unit layanan yang
bersangkutan.
2.3. Potensi Integritas Unit Layanan di Tingkat Pusat
Potensi Integritas merupakan salah satu unsur
penyusun nilai integritas publik. Terdapat empat
indikator yang digunakan untuk menyusun Potential
Integrity yakni indikator Sistem Administrasi
(Administration System) dengan bobot 0,303,
Lingkungan Kerja (Working Environtment) dengan
bobot 0,265, Perilaku Petugas Layanan (Personal
Attitude) dengan bobot 0,261 dan Upaya Pencegahan
Korupsi (Corruption Control Measures) dengan bobot
0,171.
Variabel Indikator Sub-Indikator
Penawaran dan Pemberian Gratifikasi (0,658)=2,83 Lingkungan Kerja (0,265)= 5,09 Kebutuhan kontak di luar prosedur (0,342)= 9,44
Kemudahan/Kepraktisan SOP (0,294)=6,41 Sistem Administrasi (0,303)= 6,48 Keterbukaan informasi (0,706)=6,51 Potensi Integritas
Keadilan dalam layanan (0,727)=5,77 (0,295)= 5,96
Perilaku Petugas Layanan (0,261)=6,41 Harapan atas gratifikasi (0,273)=8,11
Upaya Pencegahan Korupsi (0,556)= 5,28 Pencegahan Korupsi (0,171)=5,72 Kemudahan Pengaduan Masyarakat (0,444)=6,27
Sangat wajar 2,00%
Tidak wajar 36,00%
Sangat tidak wajar 5,00%
Wajar 57,00%
Tabel 9. Nilai Potensi Integritas, Indikator dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Pusat
17
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Nilai rata-rata potensial integritas dari 105 unit
layanan dan 40 instansi pusat adalah 5,96. Nilai rata-
rata tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan
dengan nilai rata-rata pengalaman integritas yang
7,21. Kondisi ini menunjukkan bahwa walaupun pada
prakteknya pelaksanaan pelayanan publik sudah
berkurang praktek suap dan pungutan liarnya, namun
sistem dan perangkat untuk mendukung pelaksanaan
pelayanan publik yang bebas korupsi masih jauh dari
yang diharapkan masyarakat.
Nilai potensi integritas, memiliki rentang nilai yang
lebar, yaitu dari 7,66 pada layanan kas ke Bank Umum
(Bank Indonesia) sampai yang terendah 2,69 pada
layanan Pengadilan Negeri Jakarta Barat (Mahkamah
Agung). Sedikit berbeda dengan keragaman nilai
pengalaman integritas, sebaran nilai potensi integritas
memberikan indikasi masih banyaknya unit layanan
publik yang berpotensi sebagai tempat tumbuhnya
korupsi. Hal ini terlihat dari cukup banyaknya unit
layanan yang mempunyai nilai potensi integritas di
bawah 6,0 yaitu lebih dari 50% atau 53 unit layanan.
Sebagai gambaran ditunjukkan 5 unit layanan tingkat
pusat yang memiliki nilai potensi integritas terbaik dan
terburuk dalam pelayanan publik tingkat pusat tahun
2008. Nilai yang cukup tinggi dengan nilai potensi
integritas mencapai 7 atau lebih dapat dicapai oleh
unit layanan Kas ke Bank Umum (Bank Indonesia), Izin
Politeknik (Dept. Pendidikan Nasional), Penukaran uang
kecil/cash management (Bank Indonesia), Sertifikat
Halal (MUI), Tagihan Tunggakan (PT.Telkom) dan Izin/
Akreditasi PTS (Dept. Pendidikan Nasional).
Gambar 6. Potensial Integritas berdasarkan Unit Layanan Tingkat Pusat (5 tertinggi dan 5 terendah)
Seperti halnya pada nilai pengalaman integritas,
sebagian unit layanan yang memiliki nilai potensi
integritas tinggi adalah unit layanan yang tidak
bersentuhan langsung serta memberikan manfaat dan
dampak bagi masyarakat secara luas. Pada umumnya
unit layanan tersebut berhubungan atau melayani
perusahaan/lembaga yang pasca pemberian izin
tersebut masih membutuhkan adanya hubungan baik
antara keduanya. Hal tersebut menjadikan salah satu
alasan mengapa nilai potensi integritas untuk unit
layanan tersebut tinggi. Terkait dengan hal tersebut,
nilai potensial integritas yang tinggi hendaknya
tetap memberi semangat bagi unit layanan untuk
tetap meningkatkan kualitas layanannya. Di samping
itu evaluasi mengenai pencapaian nilai yang tinggi
tersebut sebaiknya tetap dilakukan dalam hal apakah
sistem dan perangkat maupun petugas layanan terkait
layanan yang diberikan sudah cukup baik, ataukah
pengguna layanan memiliki “hubungan yang baik
dan menguntungkan” dengan unit layanan tersebut
sehingga berpengaruh terhadap penilaian mereka
terhadap layanan yang diberikan.
Lima unit layanan dengan nilai potensi integritas
yang terendah adalah layanan Pengadilan Negeri
Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta Pusat untuk
penanganan kasus narkoba, pidana dan tilang (MA),
layanan Lembaga Pemasyarakatan (Dep. Hukum
dan HAM) serta layanan KPPN (Dep. Keuangan).
Rendahnya nilai potensi integritas unit layanan di
bawah Mahkamah Agung hendaknya mendapat
perhatian yang serius. Selain Departemen Keuangan,
Mahkamah Agung merupakan salah satu instansi
yang sudah mulai melaksanakan reformasi birokrasi.
Sistem dan perangkat untuk mendukung peningkatan
kualitas pelayanan publik juga sudah mulai dilakukan.
Namun demikian usaha ini sepertinya belum
memberikan hasil yang optimal, terbukti dari
penilaian masyarakat terhadap potensi integritas
pada unit layanan di bawah Mahkamah Agung
yang masih rendah. Menurut masyarakat,
sistem administrasi, lingkungan kerja, upaya
pencegahan korupsi, serta perilaku petugas
layanan di 3 pengadilan negeri tersebut belum
mencerminkan upaya-upaya anti korupsi.
Kas ke Bank Umum (BI)
Pengadilan Negeri JakPus (MA)
KPPN (Dep.Keuangan)
Lembaga Pemasyarakatan(DepKumHAM)
Pengadilan Negeri Jakut (MA)
Pengadilan Negeri Jakbar (MA)
Izin/Akreditasi PTS (Depdiknas)
Tagihan Tunggakan (PT.Telkom)
Sertifikat Halal (MUI)
Penukaran uang kecil/cashmanagement (BI)
Izin Politeknik (Depdiknas)
7,66
7,59
7,30
7,15
7,01
7,01
2,69
3,27
3,84
4,01
0,00 5,00
4,06
Skor Potensi Integritas
18
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Selain unit layanan yang berada di bawah Mahkamah
Agung, unit layanan lain yang harus mendapatkan
perhatian serius dan segera diupayakan untuk
dilakukan perbaikan-perbaikan adalah lembaga
pemasyarakatan (Dep. Hukum dan HAM) dan KPPN
(Dep. Keuangan).
Bagian selanjutnya akan membahas 4 indikator dari
potensi integritas, yaitu sistem administrasi, lingkungan
kerja, perilaku petugas layanan dan upaya pencegahan
korupsi.
2.3.1. Sistem Administrasi
Keterbukaan informasi dan kemudahan layanan atau
kepraktisan SOP merupakan sub sistem administrasi
yang baik.
Hasil survei menunjukkan bahwa 88% responden
menyatakan prosedur untuk mendapatkan layanan
relatif mudah dan sangat mudah. Kondisi tersebut
didukung dengan kejelasan informasi tentang
persyaratan, tahapan yang harus dilalui serta
transparansi biaya yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat (93%).
Gambar 7. Prosedur/Cara Pengurusan Layanan Gambar 8. Kejelasan Syarat dan prosedur Layanan
Waktu pengurusan layanan merupakan salah satu
aspek yang disorot oleh pengguna layanan. Berikut
adalah unit layanan yang menurut lebih dari 50%
Indikator Sub-Indikator Kemudahan/Kepraktisan SOP (0,294)=6,41 Sistem Administrasi (0,303)= 6,48 Keterbukaan informasi (0,706)=6,51
Sangat jelas 6,00%
Jelas 87,00%
Kurang jelas 6,00%Tidak jelas 1,00%Sangat mudah 4,00%
Mudah 84,00%
Sulit 11,00%
Sangat sulit 1,00%
Tabel 10. Nilai Sistem Administrasi dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Pusat
pengguna layanannya menyatakan bahwa waktu yang
diperlukan untuk mengurus layanan di unit layanan
tersebut tergolong lambat.
19
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Gambar 9. Penilaian Masyarakat terhadap Waktu Penyelesaian Pengurusan Layanan di Unit Layanan Pusat
Dari 9 unit layanan yang berada di 8 instansi pusat,
dijelaskan bahwa 3 unit layanan yaitu layanan kasus
pidana, tilang dan narkoba di Pengadilan Negeri Jakarta
Barat dan Jakarta Utara serta layananan pemberian/
pendaftaran MD & ML dinilai oleh lebih dari 70%
2.3.2. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja memiliki potensi untuk mendorong
terjadinya praktik korupsi, tidak terkecuali lingkungan
kerja di sektor pelayanan publik. Kondisi lingkungan
kerja seperti adanya tawar menawar pengurusan
layanan, terlebih jika terdapat praktik percaloan,
keinginan masyarakat untuk mendapatkan jalur
cepat atau layanan eksklusif akan mendorong tawar
menawar imbalan atau jasa dan berujung pada
pemberian gratifikasi. Kondisi lingkungan kerja juga
memungkinkan terjadinya transaksi di luar prosedur.
Kecenderungan ini bisa menjadi suatu kebiasaan
yang diterima secara umum. Hal lain terkait dengan
lingkungan kerja yang menjadi perhatian adalah
adanya kebutuhan atau keharusan pertemuan antara
pengguna dan petugas layanan yang berulang-ulang.
Tabel 11. Nilai Lingkungan Kerja dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Pusat
Data menunjukkan bahwa 39% masyarakat pengguna
layanan di tingkat pusat dengan meyakinkan
menyatakan bahwa masih ada praktik korupsi terutama
suap dan pungutan liar di unit layanan yang mereka
datangi. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan kerja masih menyuburkan praktik tawar
menawar dalam proses pelayanan dan pemberian
imbalan.
Indikator Sub-Indikator
Penawaran dan Pemberian Gratifikasi (0,658)=2,83 Lingkungan Kerja (0,265)= 5,09 kebutuhan kontak di luar prosedur (0,342)= 9,44
respondennya lambat dalam penyelesaiannya. Kondisi
tersebut pantas untuk mendapatkan perhatian serius
dari unit layanan dan instansi yang menaunginya,
karena terlihat ada ketidakpuasan pelayanan di sana.
Sewa Ruang Pendingin (DKP)
Pengadilan Negeri Jakut (MA)
Pengadilan Negeri Jakbar (MA)
Rehabilitasi Tuna Sosial (Dep.Sosial)
Izin Penyambungan&Pemasangan Listrik (PLN)
KPPN (Dep.Keuangan)
Pemberian/Pendaftaran MD&ML (BPOM)
Lembaga Pemasyarakatan (DepKumHAM)
Rawat Inap (RSCM)
0% 50% 100%
54,8
64,7
74
68,2
51,3
60
45,2
35,3
26
31,8
48,7
40
53,9
73,3
80,7
46,1
26,7
19,3CepatLambat
20
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Gambar 10. Keyakinan Responden terhadap Ada Tidaknya Praktek Korupsi di Unit Layanan Tingkat Pusat
Selanjutnya, kapan imbalan itu diberikan? Banyaknya
imbalan yang diberikan oleh pengguna layanan
pada awal dan saat proses pengurusan layanan
mengindikasikan bahwa unit layanan yang
bersangkutan masih rawan terjadi suap dan pungutan
liar.
Gambar berikut menampilkan instansi pusat yang
unit layanannya berdasarkan pengalaman lebih dari
50% respondennya pernah memberikan imbalan
dalam mengurus layanan. Terlihat bahwa unit
layanan-unit layanan di bawah Mahkamah Agung,
Departemen Sosial, BPN, Dep. Hukum dan HAM serta
POLRI kecenderungan terjadi suap dan pungutan liar
dalam rangka melicinkan atau mempercepat proses
pengurusan masih besar. Hal tersebut ditunjukkan
oleh tingginya jumlah masyarakat yang membayar biaya
tambahan (imbalan) pada saat awal dan saat proses
pengurusan dilakukan. Bahkan sebagian masyarakat
memberikan imbalan/suap atau membayar pungutan
liar lebih dari satu kali.
Gambar 11. Pengalaman Masyarakat mengenai Kapan Imbalan dalam Mengurus Layanan diberikan kepada petugas di unit Layanan Pusat
Praktik terjadinya suap, biaya tambahan atau imbalan
melibatkan pengguna layanan sebagai pemberi
imbalan dan petugas layanan sebagai penerima
imbalan. Transaksi ini pada dasarnya merupakan proses
penawaran dan permintaan. Berdasarkan pengalaman
dalam memperoleh layanan, pada masyarakat yang
mengalami dan melakukan pembayaran imbalan,
sebagian besar didasarkan pada inisiatif bersama
(52%), inisiatif dari petugas layanan (28%) dan 19%
masyarakat menyatakan bahwa inisiatif tersebut
berasal dari masyarakat sendiri. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam
mendorong atau menyuburkan praktek korupsi cukup
dominan. Masih diperlukan upaya lebih keras lagi
untuk menyadarkan masyarakat bahwa menghentikan
praktik korupsi pada pelayanan publik tidak cukup
hanya dengan pembenahan pada sumberdaya
manusia maupun sistem pendukung di layanan
Mahkamah Agung
Departemen Sosial
PT.Angkasa Pura II
PT.Pelabuhan Indonesia II
Badan Pertanahan Nasional
Departemen Hukum dan HAM
Kepolisian Republik Indonesia
Departemen Perhubungan
Departemen Keuangan
Perusahaan Listrik Negara
0 50 100 150
32,9
39,5
39,1
56,8
59,3
61,9
12,4
11,4
69,6
74,7
31,7
41,9
31,3
35,8
51,9
45,2
82,7
79,6
17,7
69,2
42,7
33,7
53,2
32,1
33,2
39,3
18,5
21,6
22,8
29
Saat akhirSaat prosesSaat awal persen
Sangat yakin ada 10,00%
Yakin ada 29,00%
Tidak yakin ada 30,00%
Tidak ada 31,00%
21
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
publiknya saja, namun peran masyarakat untuk tidak
melakukan inisiatif memberi biaya tambahan di luar
Gambar 12. Siapa yang Berinisiatif Menawarkan Kemudahan Pelayanan dengan Imbalan tertentu
Apabila dilihat dari sisi kredibilitas petugas layanan
terkait dengan respon mereka terhadap tawaran
imbalan yang diberikan oleh pengguna layanan terlihat
bahwa sekitar 40% petugas layanan menerima tawaran
imbalan tersebut. Apabila dijabarkan lebih lanjut
Gambar 13. Sikap Petugas Layanan Instansi Pusat ketika Ditawari Imbalan di Luar Ketentuan: Menerima atau Menolak
2.3.3. Perilaku Petugas Layanan
Perilaku petugas layanan yang negatif merupakan
salah satu faktor yang mendorong terjadinya korupsi
dalam pelayanan publik. Terdapat dua hal penting
Dari sebagian besar masyarakat yang menyatakan
bahwa memberikan biaya tambahan merupakan
hal yang wajar dalam pengurusan layanan, 30%
responden melaporkan bahwa mereka akan dipersulit
oleh petugas dalam mengurus layanan apabila mereka
tidak membayar biaya tambahan.
Rehabilitasi Tuna Sosial (Dep.Sosial)Jaringan/Tambahan Daya (PLN)
Pengaduan (Curanmor,perampokan,dll)(Kepolisian RI)Pengurusan SIM (Kepolisian RI)
Izin Ekspor&Impor dan Usaha Perdagangan BB (Dep.Perdagangan)KPPN (Dep.Keuangan)
Bea Masuk (Dep.Keuangan)Hak Tanggungan (BPN)
Pembuatan/Penggabungan Sertifikat Tanah (BPN)Lembaga Pemasyarakatan (DepKumHAM)
Administrasi Pernikahan (Depag)Pembuatan TDP (Dep.Perindustrian)
Pengadilan Negeri Jakut (MA)Pengadilan Negeri Jakbar (MA)Pengadilan Negeri JakPus (MA)
Cargo (PT.Angkasa Pura II)Sewa Tempat Bandara (PT.Angkasa Pura II) 21
14,8
17,2
6,5
13,3
23,6
25,9
2,9
21,2
26,1
13,8
28,6
79
85,2
82,8
93,5
86,7
76,4
74,1
97,1
78,8
73,9
86,2
71,4
23,9
18,2
26,1
76,1
81,8
73,9
0,00% 50,00% 100,00%
28
28
72
MenerimaMenolak
72
Indikator Sub-Indikator
Keadilan dalam layanan (0,727)=5,77 Perilaku Petugas Layanan (0,261)=6,41 harapan atas gratifikasi (0,273)=8,11
biaya resmi (imbalan) merupakan hal yang tidak kalah
penting.
kepada unit layanan, gambar berikut menjelaskan
secara terperinci unit-unit layanan yang lebih dari
70% pengguna layanannya menyatakan bahwa sikap
petugas layanan pada saat ditawari imbalan adalah
‘menerima’.
dalam menilai perilaku petugas dalam survei ini, yaitu
keadilan perlakuan terhadap pengguna layanan dan
ada tidaknya harapan petugas terhadap gratifikasi.
Tabel 12. Nilai Perilaku Petugas Layanan dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Pusat
Tidak ada suap1,00%
Pengguna layanan 19,00%
Kedua belah pihak 52,00%
Petugas layanan28,00%
22
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Gambar 14. Penilaian Pengguna Layanan terhadap Petugas Layanan di Tingkat Pusat jika Tidak Membayar Lebih
Apabila diperhatikan secara lebih terperinci pada
setiap unit layanan, gambar berikut menjelaskan
pengalaman lebih dari 70% pengguna layanan yang
Gambar 16. Pendapat Pengguna Layanan di Tingkat Pusat: Bila tidak memberikan Imbalan/Biaya Tambahan kepada Petugas, apakah Pengurusan Layanan akan dipersulit?
bahwa masyarakat pengguna layanan belum merasa
nyaman mengurus layanan publik. Dalam pikiran
mereka petugas layanan masih membeda-bedakan
pelayanan terhadap pengguna layanan. Tentu saja
dalam benak mereka hal tersebut berkaitan dengan
adanya tips, imbalan yang harus diberikan kepada
petugas layanan.
Fakta lain menunjukkan bahwa hanya 29%
masyarakat yang merasa yakin bahwa tidak ada
perbedaan pelayanan dalam layanan publik yang
mereka datangi. Selebihnya 71% masyarakat
mengindikasikan ada perbedaan pelayanan yang
ditunjukkan oleh kalimat: ada, sangat yakin (15%),
ada tapi tidak yakin (19%), tidak ada tapi tidak yakin
(15%) dan tidak tahu (22%). Kondisi ini menunjukkan
Tidak ada,sangat yakin 29,00%
Tidak ada,tidak yakin 15,00%
Ada, tidak yakin 19,00%
Ada, sangat yakin 15,00%
Tidak tahu 22,00%
menyatakan bahwa proses kepengurusan layanan
mereka akan dipersulit bila tidak memberikan imbalan/
biaya tambahan.
Dipersulit di semua tahap 6,00%
Dipersulit di tahap tertentu 24,00%
Tidak dipersulit 70,00%
Gambar 15. Penilaian Pengguna Layanan terhadap Petugas LayananTingkat Pusat tentang Adanya Perbedaan Layanan
Layanan Kapal (PT.Pelindo II)
Layanan Barang (PT.Pelindo II)
Cargo (PT.Angkasa Pura II)
Parkir Bandara (PT.Angkasa Pura II)
Sewa Tempat Bandara (PT.Angkasa Pura II)
Pengadilan Negeri Jakut (MA)
Pengadilan Negeri Jakbar (MA)
Lembaga Pemasyarakatan (DepKumHAM)
Pembuatan/Penggabungan Sertifikat Tanah (BPN)
KPPN (Dep.Keuangan)
Pengurusan SIM (Kepolisian RI) 72,4
100
27,6
72,7
82,4
90,3
77,2
75
70,4
72,9
74
27,3
17,6
9,7
22,8
25
29,6
27,1
26
86,7 13,3
Tidak ada pengaruh
0,00% 50,00% 100,00 %Dipersulit
23
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
2.3.4. Pencegahan Korupsi
Kampanye anti korupsi dan pelayanan pengaduan
atas layanan yang diberikan merupakan faktor yang
Data menunjukkan bahwa 65% responden
mengatakan bahwa unit layanan dan instansi
yang mereka datangi tidak melakukan kampanye
pencegahan korupsi. Apabila diperinci lebih lanjut,
pada 2 gambar berikut terlihat perbandingan
antara unit layanan dan instansi yang menurut
lebih dari 70% masyarakat pengguna layanannya
tidak melakukan kampanye anti korupsi dan yang
melakukannya.
bisa mencegah terjadinya korupsi, sehingga menjadi
salah satu aspek yang dinilai dalam survei ini.
Gambar 17. Unit Layanan yang Tidak Melakukan Upaya (Kampanye) Pencegahan Korupsi
Indikator Sub-Indikator
Upaya Pencegahan Korupsi (0.556)= 5.28 Pencegahan Korupsi (0.171)=5Kemudahan Pengaduan Masyarakat (0.444)=6.27
.72
Tabel 13. Nilai Pencegahan Korupsi dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Pusat
Terlihat bahwa sebagian besar unit layanan dan instansi
belum melakukan kampanye anti korupsi di antaranya
Bapebti, Sucofindo, Angkasa Pura II, Mahkamah
Agung, Departemen Perhubungan, Departemen
Perindustrian, RSCM, Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Tenaga Kerja, BPOM, Departemen Sosial
dan Departemen Kesehatan belum terlihat nyata
upaya kampanye pencegahan korupsinya. Sementara
sebagian kecil unit layanan dan instansi seperti
Departemen Keuangan dan Departemen Kelautan
dan Perikanan secara konsisten telah melakukan
kampanye pencegahan korupsi.
Izin Penyaluran Alat Kesehatan (Dep.Kesehatan)Izin Rumah Obat (Dep.Kesehatan)
Rehabilitasi Sosial Korban Narkoba (Dep.Sosial)Rehabilitasi Tuna Sosial (Dep.Sosial)
Layanan Gangguan (PLN)Pengaduan (Curanmor,perampokan,dll)(Kepolisian RI)
Pendaftaran Usaha Waralaba (Dep.Perdagangan)Pemberian/Pendaftaran MD&ML (BPOM)
Pengawasan Trapetik,napza,tradisional (BPOM)Pengujian K3 (Depnaker)
Pendirian Balai Latihan Kerja (Depnaker)Distribusi dan Pemasaran BBM (Pertamina)
Izin Politeknik (Depdiknas)Izin Mengadakan Kursus (Depdiknas)
Layanan ASKESKIN (RSCM)Rawat Jalan (RSCM)Rawat Inap (RSCM)
Sertifikasi SNI &Sistem Manajemen Mutu (Dep.Perindustrian)Teknis Pengujian dan Kalibrasi (Dep.Perindustrian)
Izin Trayek (Dep.Perhubungan)Izin Usaha Angkutan Laut (Dep.Perhubungan)
Penerbitan SKT (ESDM)Pinjaman (Kredit Multiguna,KPR,KPA)(Bank Mandiri)
Sertifikat Halal (MUI)Pengadilan Negeri Jakbar (MA)Pengadilan Negeri JakPus (MA)
Cargo (PT.Angkasa Pura II)Parkir Bandara (PT.Angkasa Pura II)
Sewa Tempat Bandara (PT.Angkasa Pura II)Pinjaman Permodalan UKM (UKM)
Jasa Standar Internasional (Sucofindo)Jasa Pemeriksaan Produk (Sucofindo)
Izin Pendirian Perusahaan PMDN (BKPM)Izin Pasar Modal (Bapepam)
Sertifikasi Perusahaan Fumigasi dengan Metil Bromida (Dep.Pertanian)Izin Perdagangan Berjangka (Bapebti)
Izin Wakil Pialang (Bapebti)Izin Perusahaan Pialang (Bapebti)
Pegadaian Barang (Perum Pegadaian)Pengambilan Uang Pensiun (Pos&Giro)
Tes Fisik untuk Surat Bebas Narkoba(RS.Fatmawati) 25,826,7
74,2
73,39,2
22,9
90,8100
77,17,1
29,4
10,329
2016,7
25,8
26,429,6
11,4
1914,317,9
7,720
16
254,818,2
29,226
22,514,3
25,88
92,9
70,6
89,771
8083,3
74,2
73,670,4
88,6
8185,782,1
92,38084
7595,2
81,8
70,874
77,585,7
74,292
18,42028,2
11,923,1
81,68071,8
88,176,9
15,8
2522,2
84,2
7577,8
0,00% 50,00% 100,00 %
26,7
29,617,2
73,3
70,482,8
TidakYa
24
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Gambar 19. Pengalaman Pengguna Layanan terkait dengan Kemudahan Menyampaikan Pengaduan/Keluhan
Di antara pengakuan pengguna layanan yang
menyatakan mereka tidak mengalami kesulitan
terkait dengan penyampaian pengaduan
layanan, masih ada unit layanan di bawah
Mahkamah Agung yang lebih dari 70% respondennya
menyatakan mengalami kesulitan dalam
menyampaikan pengaduan terkait layanan yang
mereka terima.
Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan
keseriusan unit layanan dan instansi di sektor layanan
publik dalam memerangi korupsi secara komprehensif
di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin
intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan
potensi integritas, maka semakin efektif pula upaya
pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan
dan instansi yang bersangkutan.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam perannya
sebagai trigger mechanism sangat mendorong
upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui
perbaikan layanan publik. Potret kondisi aktual
pelayanan publik terkait dengan transparansi, suap,
pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku
petugas layanan, lingkungan kerja dan upaya-upaya
pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam upaya
meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang
dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.
Sangat mudah 5,00%
Mudah 80,00%
Sulit 13,00%
Sangat sulit 2,00%
Gambar 18. Unit Layanan dan Instansi yang Melakukan Upaya (Kampanye) Pencegahan Korupsi
Kas ke Bank Umum (BI)
Layanan Kapal (PT.Pelindo II)
Izin Investasi Bidang Hortikultura (Dep.Pertanian)
Sewa Ruang Pendingin (DKP)
Izin Pengembangan Usaha Perikanan (DKP)
Kenotariatan (Depkumham)
Pemeriksaan SPT (Dep.Keuangan)
Bea Masuk (Dep.Keuangan) 78,3 21,7
0,00% 50,00% 100,00%
73,1
73,1
79,6
72
72,5
26,9
26,9
20,4
28
27,5
85 15
90,9 9,1
TidakYa
Terkait dalam kemudahan menyampaikan pengaduan/
keluhan, sebagian besar masyarakat (85%) tidak
merasakan kesulitan dalam menyampaikan pengaduan.
Pengaduan umumnya mereka sampaikan melalui
kotak pengaduan, datang langsung ke petugas
ataupun melalui telpon dan sms.
25
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DI TINGKAT PUSAT
Secara umum dapat dilihat bahwa Integritas Layanan pada
masing-masing unit layanan maupun secara keseluruhan, kota cenderung lebih rendah
dibanding kabupaten.
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA3bab
3.1. Total Integritas Unit Layanan di Tingkat Daerah
Penilaian Integritas Layanan Publik di tingkat daerah
pada tahun 2008 dilakukan terhadap 52 daerah (22
Pemerintah Kota, 29 Pemerintah Kabupaten dan 1
Pemerintah DKI). Terdapat 4 jenis unit layanan yang
disurvei yaitu: layanan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Kartu Tanda
Penduduk (KTP), dan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Penilaian terhadap survei dilakukan dengan
menggabungkan dua unsur, yakni: (1) Pengalaman
Integritas (bobot 0,705); yang merefleksikan
pengalaman responden terhadap tingkat korupsi yang
dialaminya, serta (2) Potensi Integritas (bobot 0,295),
yang merefleksikan faktor-faktor yang berpotensi
menjadi penyebab terjadinya korupsi berdasarkan
pengalaman/penilaian responden.
Dalam skala 0-10 dengan angka 10 untuk penilaian
yang terbaik, rata-rata nilai integritas sektor publik
dari 52 daerah tersebut adalah 6,69. Nilai tersebut
dianggap masih cukup rendah dibanding dengan
nilai rata-rata instansi pusat pada tahun yang sama
yang mencapai 6,84. Namun demikian, rata-rata nilai
integritas ini lebih tinggi jika dibandingkan nilai
integritas instansi pusat di Indonesia tahun 2007 yang
memiliki rata-rata 5,53.
Gambaran secara menyeluruh mengenai rata-rata nilai
dari masing-masing indikator dan sub indikator dari
pemerintah daerah ditunjukkan oleh tabel berikut.
26
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Tabel 14. Nilai Integritas Total, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Daerah
Gambar 20. Nilai Integritas 4 Unit Layanan dan Nilai Total Integritas di Tingkat Daerah
Jika dilihat dari masing-masing jenis layanan, rata-
rata nilai integritas layanan Publik yang paling tinggi
adalah PDAM (7,43) disusul KTP (6,48), kemudian SIUP
(6,43) dan yang paling kecil IMB (6,39), sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di atas. Nilai ini
menunjukkan bahwa diantara keempat unit layanan
publik tersebut, hanya layanan PDAM yang nilainya
di atas rata-rata, sementara tiga layanan lainnya, yaitu
KTP, SIUP dan IMB, nilai integritasnya di bawah rata-
rata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
integritas layanan publik pada unit layanan PDAM
Keterangan: (.....) = bobot; ....... = nilai.
Integritas Total 2 Variabel 6 Indikator 11 Sub-Indikator Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,694)= 7,97 Pengalaman Korupsi
(0,748)= 7,41 Nilai atau Jumlah gratifikasi (0,306)= 6,14 Pengalaman Integritas
(0,705)=7,00 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,252)= 5,80 Cara Pandang tingkat gratifikasi (1,000)= 5,80
Penawaran dan Pemberian Gratifikasi (0,658)= 4,34 Lingkungan Kerja (0,265)= 5,94 kebutuhan kontak di luar prosedur (0,342)= 9,02
Kemudahan/Kepraktisan SOP (0,294)= 6,47 Sistem Administrasi (0,303)= 6,11 Keterbukaan informasi (0,706)= 5,96
Keadilan dalam layanan (0,727)= 6,37 Perilaku Petugas Layanan (0,261)= 6,67 harapan atas gratifikasi (0,273)= 7,48
Upaya Pencegahan Korupsi (0,556)= 4,09
Integritas Total: 6,69
Potensi Integritas (0,295)= 5,94
Pencegahan Korupsi (0,171)= 4,53 Kemudahan Pengaduan Masyarakat (0,444)= 5,07
menjadi faktor yang mengangkat atau memperbaiki
nilai integritas daerah.
Secara umum dapat dilihat bahwa integritas layanan
publik pada masing-masing unit layanan maupun
secara keseluruhan, Kota cenderung lebih rendah nilai
integritasnya dibanding Kabupaten.
Berikut ini adalah rincian selengkapnya nilai integritas
layanan publik di 52 daerah.
PDAM KTP SIUP IMB Total
7,43
6,48 6,43 6,39 6,69
27
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Tabel 15. Nilai Integritas Total dan Peringkat Daerah
Dengan menggunakan acuan nilai rata-rata tersebut,
terdapat 26 daerah yang memiliki nilai integritas di atas
rata-rata. Sementara itu, terdapat pula 26 daerah yang
integritasnya di bawah rata-rata. Dari 26 daerah yang
mendapatkan nilai di atas rata-rata, lima diantaranya
yang paling tinggi nilai integritas layanan publiknya
berturut turut adalah kota Gorontalo (8,52) Kab
Magelang (8,30), Kota Balikpapan (7,90), Kab Jembrana
(7,84) dan Kota Yogyakarta (7,72). Sedangkan dari 26
daerah dimana nilainya berada di bawah rata-rata,
No Pemerintah Daerah Nilai Peringkat1 Kota Gorontalo 8.52 12 Kab. Magelang 8.30 23 Kota Balikpapan 7.90 34 Kab. Jembrana 7.84 45 Kota Yogyakarta 7.72 56 Kab. Barito Utara 7.63 67 Kab. Kudus 7.51 78 Kab. Kapuas 7.50 89 Kab. Barito Kuala 7.45 910 Kab. Probolinggo 7.44 1011 Kota Palembang 7.42 1112 Kab. Brebes 7.40 1213 Kab. Kotawaringin Barat 7.40 1314 Kab. Pasir 7.37 1415 Kab. Jepara 7.37 1516 Kab. Jember 7.35 1617 Kab. Karangasem 7.34 1718 Kota Padang 7.28 1819 Kota Banda Aceh 7.25 1920 Kota Pekanbaru 7.19 2021 Kab. Bondowoso 7.12 2122 Kab. Jombang 7.11 2223 Kota Bogor 7.06 2324 Kab. Subang 6.82 2425 Kab. Ketapang 6.80 2526 Kota Surabaya 6.70 2627 Kab. Bekasi 6.67 2728 Kota Semarang 6.61 2829 Kab. Kendal 6.61 2930 Kab. Sleman 6.61 3031 Kota Medan 6.57 3132 Kota Denpasar 6.50 3233 Kota Manado 6.48 3334 Kota Makassar 6.42 3435 Kota Kediri 6.40 3536 Kab. Sragen 6.38 3637 Kab. Banyumas 6.36 3738 DKI Jakarta 6.24 3839 Kab. Hulu Sungai Tengah 6.24 3940 Kota Tangerang 5.85 4041 Kota Banjarmasin 5.75 4142 Kab. Kota Baru 5.70 4243 Kota Malang 5.65 4344 Kab. Kutai Kartanegara 5.59 4445 Kab. Serang 5.58 4546 Kota Palangkaraya 5.58 4647 Kab. Sambas 5.54 4748 Kota Pontianak 5.52 4849 Kab. Bandung 5.39 4950 Kab. Sumenep 5.25 5051 Kota Bandung 5.07 5152 Kota Tanjung Pinang 4.51 52
28
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
yang paling rendah nilai integritas layanan publiknya
adalah Kota Tanjung Pinang (4,51), kemudian berturut
turut diikuti Kota Bandung (5,07), Kab Sumenep (5,25),
Kab Bandung (5,39) dan Kota Pontianak (5,52)
Secara umum total nilai peringkat integritas yang
tinggi dari suatu daerah tidak mencerminkan tingginya
peringkat integritas pada unit-unit layanannya. Dari 52
daerah lokasi survei, yang paling konsisten menjaga
peringkat layanan tertinggi hanya Kota Gorontalo,
karena semua layanannya berada pada peringkat 1
sampai 3 tertinggi. Kondisi ini tidak terjadi pada empat
daerah yang mendapatkan peringkat tertinggi lainnya,
seperti ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel 16.1. Peringkat Integritas Total Daerah (Berdasarkan 5 Daerah Tertinggi)
Bagi masing-masing daerah yang termasuk dalam
peringkat 5 terendah, peringkat antara empat layanan
tidak jauh berbeda. Kota Tanjung Pinang, misalnya,
merupakan kota yang paling “konsisten” karena
baik nilai integritas totalnya maupun nilai integritas
masing-masing unit layanannya menduduki peringkat
lima terendah. Lihat tabel berikut.
Tabel 16.2. Peringkat Integritas Total Daerah (Berdasar 5 Daerah Terendah)
Sebagai kesimpulan, dalam satu pemerintah daerah,
terdapat unit layanan yang berada di peringkat baik
dan unit layanan yang berada di peringkat buruk. Di
samping itu ada instansi yang seluruh unit layanan
sampel nya berada di peringkat baik. Namun yang
lebih memprihatinkan adalah apabila seluruh unit
layanan yang menjadi sampel di pemerintah daerah
tersebut berada pada peringkat yang buruk.
Tabel 17. Posisi dan Nama Pemerintah Daerah dengan Nilai Integritas Unit Layanan di Atas, Bawah dan Sekitar Rata-rata
KATEGORI SKORINTEGRITAS
NAMA PEMERINTAH KOTA NAMA PEMERINTAH KABUPATEN JUMLAH
Semua layanan skornya di atas rata-rata
Yogyakarta, Balikpapan, Gorontalo, Padang, Pekanbaru, Palembang, Banda Aceh
Jembrana, Magelang, Jepara, Barito Utara, Kotawaringin Barat, Barito Kuala
13
Sebagian layanan skornya di atas rata-rata dan sebagian lainnya di bawah rata-rata
DKI Jakarta, Bogor, Semarang, Surabaya, Kediri, Medan, Banjarmasin, Denpasar, dan Makasar
Serang, Subang, Bekasi, Banyumas, Brebes, Kendal, Kudus, Sragen, Bondowoso, Jember, Jombang, Probolinggi, Sleman, Hulu Sungai Tengah, Ketapang, Pasir, kapuas dan Karangasem
27
Semua layanan skornya di bawah rata-rata
Bandung, Tangerang, Malang, Pontianak, Tanjung Pinang, Palangkaraya, dan Manado
Bandung, Sumenep, Sambans, Kota baru, dan Kutai Kartanegara
12
Total 23 29 52
Pemerintah Daerah Nilai PeringkatTotal PDAM KTP SIUP IMB
1 Kota Gorontalo 8,52 1 2 2 3 12 Kab Magelang 8,30 2 9 1 5 43 Kota Balikpapan 7,90 3 12 6 18 34 kab Jembrana 7,84 4 13 11 11 25 Kota Yogyakarta 7,72 5 3 20 6 14
Rata-rata nilai 6,69 7,43 6,48 6,43 6,39
Pemerintah Daerah Nilai PeringkatTotal PDAM KTP SIUP IMB
1 Kota Tanjung Pinang 4,51 52 52 49 48 512 Kota Bandung 5,07 51 51 40 44 503 Kab. Sumenep 5,25 50 46 52 41 444 kab Bandung 5,39 49 48 48 45 475 Kota Pontianak 5,52 48 49 42 43 45
Rata-rata nilai 6,69 7,43 6,48 6,43 6,39
29
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Dengan fakta tersebut, beberapa pemerintah daerah
diharapkan memberikan perhatian serius kepada
unit layanan-unit layanannya yang keseluruhan unit
layanan sampelnya memiliki nilai di bawah rata-rata.
Sedangkan pemerintah daerah yang unit layanan
sampelnya memiliki nilai integritas di atas rata-rata
sebaiknya terus meningkatkan kualitas layanan yang
diberikan, mengingat nilai integritas maksimal adalah
10.
Nilai integritas yang diperoleh di tiap pemerintah
daerah, merupakan akumulasi dari nilai pengalaman
integritas dan potensi integritas dengan masing-
masing bobot 0,705 dan 0,295. Nilai rata-rata integritas
pemerintah daerah Indonesia Tahun 2008 sebesar 6,69
tersebut diperoleh dengan memperhitungkan nilai
rata-rata pengalaman integritas 7,00 dan nilai rata-rata
potensi integritas 5,94.
Tidak berbeda dengan di tingkat pusat, terlihat bahwa
nilai rata-rata pengalaman integritas lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai potensi integritas. Oleh
karena bobot pengalaman integritas yang lebih tinggi,
tingginya nilai pengalaman integritas membuat nilai
total integritas tingkat daerah juga menjadi tinggi. Nilai
pengalaman integritas yang lebih tinggi daripada nilai
potensi integritas dapat menjelaskan kondisi berikut:
1. Nilai potensi integritas yang masih rendah
menunjukkan bahwa secara umum belum
tersedia sistem dan lingkungan yang berpotensi
mendukung terselenggaranya transparansi
dan profesionalitas petugas dalam melayani
masyarakat. Peluang terjadinya korupsi masih
terbuka karena sistem pendukung layanan belum
menunjukkan ke arah anti korupsi;
2. Sistem dan fasilitas yang telah tersedia untuk
mendukung pelayanan publik dinilai masyarakat
belum mendukung terselenggaranya pelayanan
sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat;
3. Nilai pengalaman integritas yang cukup baik
menunjukkan bahwa praktek-praktek suap dan
pungutan liar secara nyata telah mulai berkurang.
3.2. Pengalaman Integritas Unit Layanan di Tingkat Daerah
pertanyaan yang mengukur frekuensi pemberian
gratifikasi, nilai atau jumlah gratifikasi; dan Cara
Pandang terhadap Korupsi (bobot 0,252), yaitu berupa
cara pandang untuk melihat tingkat gratifikasi yang
terjadi dalam pelayanan publik.
Tabel 18. Nilai Pengalaman Integritas, Indikator dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Daerah
Sebagaimana penilaian menyeluruh pada integritas
pelayanan publik, kota-kota yang memperoleh nilai
integritas pengalaman di bawah angka rata-rata (7,00)
jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah
kabupaten yang berada di bawah nilai rata-rata.
Jumlah Kota dengan nilai di bawah nilai rata-rata
ada sebanyak 15 dari 23 kota yang disurvei (65,2%),
sedangkan Kabupaten hanya 11 dari 29 kabupaten
yang disurvei (37,93%). Sementara kalau dilihat
dari nilai rata-rata menurut sektor layanan, hanya
pelayanan PDAM yang mendapatkan penilaian di
atas rata-rata, yakni sebesar 7,83. Sementara tiga
pelayanan lainnya mempunyai nilai di bawah rata-rata,
yaitu IMB (6,73), KTP (6,73) dan SIUP (6,70).
Banyaknya jumlah kota dengan nilai di bawah
rata-rata menunjukkan bahwa sekalipun pelayanan
di tiap kota sama atau bahkan lebih baik, namun
Variabel Indikator Sub-Indikator Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,694)= 7,97 Pengalaman Korupsi
(0,748)= 7,41 Nilai atau Jumlah gratifikasi (0,306)= 6,14 Pengalaman Integritas
(0,705)=7,00 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,252)= 5,80 Cara Pandang tingkat gratifikasi (1,000)= 5,80
Salah satu aspek penting untuk mengukur integritas
publik yang digunakan untuk survei ini adalah
pengalaman integritas. Pengalaman integritas
ditetapkan dengan dua indikator utama, yakni:
Pengalaman Korupsi (bobot 0,748) menyangkut
30
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
karena masyarakat kota cenderung lebih kritis,
memiliki ekspektasi yang tinggi dan jumlah populasi
pengguna layanan lebih besar, maka banyak kota yang
memperoleh nilai integritas di bawah rata-rata.
PDAM memperoleh nilai tertinggi di atas rata-rata
karena terkait dengan status PDAM sebagai badan
usaha milik pemerintah daerah (BUMD). Sebagai
lembaga yang berorientasi pada keuntungan,
PDAM dituntut memberikan layanan terbaik untuk
mendapatkan keuntungan. Motivasi tersebut tidak
terjadi pada ketiga instansi layanan publik lain,
dimana lembaga-lembaga ini sama sekali tidak
dituntut menghasilkan keuntungan atas pelayanan
yang diberikan. Terlebih di dalam konteks survei ini,
proses pelayanan PDAM yang dilihat terutama pada
saat pelayanan pemasangan instalasi baru, bukan pada
proses pasca pemasangan.
Terkait dengan nilai untuk pengalaman integritas,
masih ada 19 daerah yang memiliki layanan dengan
nilai pengalaman integritas 10 terendah; dengan
satu, dua atau lebih dari dua jenis layanan. Dari
ke-19 daerah tersebut, 9 diantaranya adalah Kota dan
10 sisanya adalah Kabupaten. Lihat tabel berikut.
Tabel 19. Pemerintah Daerah dengan Nilai Pengalaman Integritas 10 terendah dan Jenis Layanan di Bawah Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas, nampak jika keempat
layanan digabung, maka nilai pengalaman integritas
terburuk akan mengerucut pada enam daerah yakni
Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Sumenep, Kota
Malang, Kota Pontianak, Kota Bandung dan Kota
Palangkaraya. Dari 6 daerah tersebut, 5 diantaranya
merupakan pemerintah kota dimana sekali lagi
menunjukkan bahwa kota lebih banyak dihadapkan
pada banyak masalah. Masyarakat kota lebih kritis atas
berbagai bentuk layanan publik; sehingga pemerintah
kota menyelenggarakan pelayanan publik dengan
persoalan yang lebih kompleks dan dengan
permintaan yang terus meningkat. Tingkat
pendidikan yang lebih baik pada masyarakat
perkotaan juga merupakan faktor yang mendorong
tingginya ekspektasi masayarakat terhadap pelayanan
yang lebih baik dari lembaga/unit layanan publik
yang ada.
PEMERINTAH DAERAH
Daerah dan Pengalaman Integritas 10 Terendah
Daerah dan Jenis Layanan dengan Nilai Pengalaman Integritas di Bawah Rata-
rata
KTP IMB PDAM SIUP Skor rata-rata : KTP = 6,73 IMB=6,74 PDAM = 7,83 SIUP = 6,70
1 Kota Tanjung Pinang X X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP2 Kabupaten Sumenep X X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP3 Kota Malang X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP4 Kota Pontianak X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP5 Kota Bandung X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP6 Kota Palangkaraya X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP7 Kabupaten Bandung X X KTP, IMB, PDAM,SIUP8 Kabupaten Kota Baru X X KTP, IMB, PDAM,SIUP9 Kota Tangerang X X KTP, IMB, PDAM,SIUP
10 Kabupaten Sambas X X KTP, IMB, PDAM,SIUP11 Kabupaten Kutai Kartanegara X X KTP, IMB, PDAM,SIUP12 Kabupaten Hulu Sungai Tengah X X KTP, PDAM, SIUP13 Kabupaten Serang X X IMB, SIUP14 Kota Banjarmasin X KTP, IMB, SIUP15 Kabupaten Sragen X KTP, IMB, SIUP16 Kota Kediri X KTP, IMB, SIUP17 Kota Denpasar X IMB, PDAM. SIUP18 Kabupaten Subang X KTP19 Kabupaten Bekasi X PDAM
31
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Gambar 21. Nilai Pengalaman Integritas Total 5 Tertinggi dan 5 Terendah (Akumulasi dari 4 jenis layanan)
Sebagaimana pada nilai pengalaman integritas
keseluruhan layanan dengan jumlah kota yang
menempati posisi di bawah rata-rata lebih banyak
dibandingkan kabupaten; untuk pengalaman
integritas layanan PDAM yang mendapat nilai 5
terendah pun juga lebih banyak kota. Hal ini sekali
lagi memperlihatkan, masyarakat kota cenderung
bersikap kritis akan kebutuhan layanan PDAM yang
lebih baik, berpengaruh pada perolehan nilai “merah”
untuk pengalaman integritas Kota. Grafik di atas juga
menunjukkan bahwa 2 kota yang mempunyai tingkat
HDI (Human Developent Index) tinggi di atas 70,
yaitu Kota Bandung dan Kota Malang, juga masuk
penilaian “5 terendah” pada pengalaman integritas
di dalam survei publik ini. Sementara 2 kabupaten
dengan HDI lebih rendah di bawah 70 seperti
Kabupaten Jepara, Kabupaten Brebes dan Kabupaten
Jember sebaliknya masuk dalam kategori 5 terbaik
pada pengalaman integritas.
Gambar 22. Nilai Pengalaman Integritas Layanan PDAM 5 Tertinggi dan 5 Terendah
Selanjutnya, gambaran mengenai kinerja pelayanan
publik dari sisi pengalaman integritas untuk masing-
masing layanan diuraikan sebagaimana uraian
berikut:
a) Layanan PDAMDari 52 daerah yang disurvei, terdapat 26 daerah
yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata (dengan
nilai antara 5,13 sampai 7,75), yakni 13 kabupaten
dan 13 kota. Lima diantaranya merupakan daerah
yang memiliki nilai terendah, terdiri dari tiga kota dan
dua kabupaten, yakni: Kabupaten Sumenep (6,45),
Kabupaten Bandung (6,49), Kota Tanjung Pinang
(5,13), Kota Bandung (5,30) dan Kota Malang (6,62).
Pada poros yang lain, juga terdapat 26 daerah yang
memiliki angka di atas rata-rata (7,83), terdiri dari 10
kota dan 16 kabupaten.
Kota Gorontalo
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
9,04
Kab. Magelang 8,65
Kota Balikpapan 8,40
Kab. Kapuas 8,02
Kab. Jembrana 8,76
Kota Tanjung Pinang 4,81Kab. Sumenep 5,37Kab. Kota Baru 5,42Kab. Bandung 5,49
Kota Malang 5,57
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
Kab. Jepara 9,63
9,18Kota Yogyakarta9,00Kota Palembang8,96Kab. Jember
9,39Kota Gorontalo
6,62Kota Malang6,49Kab. Bandung6,45Kab. Sumenep
5,30Kota Bandung5,13Kota Tanjung Pinang
32
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
b) Layanan KTPHasil survei menunjukkan bahwa, pengalaman
integritas untuk layanan KTP rata-rata cukup baik. Dari
52 daerah yang disurvei, 20 daerah berada di bawah
nilai rata-rata dan 30 daerah memiliki nilai di atas
rata-rata (6,73). Kabupaten yang memperoleh rapor
merah karena menduduki peringkat 5 terburuk untuk
pengalaman integritas adalah Kab Kotabaru (4,00),
Kab Sumenep (4,06), Kab Sambas (4,60), Kab Subang
(4,60) dan Kab Sragen (4,73). Sedangkan daerah yang
menduduki peringkat 5 terbaik di dalam pengalaman
integritas layanan KTP berturut-turut adalah Kota
Gorontalo (9,54), Kab Magelang (9,38), Kab Pasir (8,94),
Kab Kapuas (8,74) dan Kab Brebes (8,68). Lihat gambar
berikut.
Gambar 23. Nilai Pengalaman Integritas Layanan KTP 5 tertinggi dan 5 terendah
Dari gambar di atas tampak bahwa daerah yang
menempati peringkat 5 tertinggi maupun terendah
dalam nilai pengalaman integritas didominasi oleh
Kabupaten. Hanya ada satu kota, yakni Gorontalo,
yang masuk dalam peringkat 5 tertinggi bersama
empat kabupaten yang lain.
Yang menarik adalah fenomena Kabupaten Sragen
yang sering disebut sebagai kabupaten percontohan
untuk pelayanan terpadu. Pelayanan publik di
Kabupaten Sragen diselenggarakan secara khusus oleh
Badan Pelayanan Terpadu (BPT). Badan yang dipimpin
oleh seorang Kepala Badan yang bertanggungjawab
langsung kepada Bupati tersebut menyediakan dan
memberikan layanan untuk perijinan dan non perijinan
di bawah satu atap dan satu pintu (one stop service).
Bahkan untuk layanan KTP, BPT menyediakan fasilitas
pelayanan komputerisasi dengan sistem on line
sampai ke tingkat kelurahan. Karena kondisi ini, bisa
dimengerti kalau nilai potensi integritas termasuk
dalam kategori tinggi (peringkat ke-6). Anehnya dari
segi pengalaman integritas, nilai Kabupaten Sragen
anjlok ke peringkat ke-48 bahkan memperoleh
“rapor merah” bersama 4 kabupaten lain. Kasus
Sragen menunjukkan bahwa meskipun potensi
integritas baik, tetapi pada saat yang sama perhatian
dan upaya perbaikan aspek-aspek pelayanan
yang terkait dengan pengalaman integritas juga
harus tetap dilakukan. Upaya perbaikan tersebut
dilakukan dengan memperhitungkan ekspektasi
masyarakatnya, di mana pada umumnya semakin
tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin
tinggi pula ekspektasi masyarakat terhadap kualitas
pelayanan publik yang mereka terima.
c) Layanan SIUPNilai rata-rata untuk pengalaman integritas layanan
SIUP adalah 6,70. Dari 52 daerah lokasi survei, yang
berada di atas dan di bawah nilai rata-rata yaitu
masing-masing 26 daerah. Untuk daerah dengan
peringkat 5 terendah adalah Kota Banjarmasin
(3,95), Kab Serang (4,64), Kota Malang (4,66), Kota
Palangkaraya (4,69), dan Kab Kutai Kartanegara
(5,08). Sedangkan 5 daerah dengan nilai pengalaman
integritas tertinggi untuk pelayanan SIUP adalah Kab
Jember (8,98), Kota Gorontalo (8,53), Kab Karangasem
(8,53), Kab Probolinggo (8,45), dan Kab Magelang
(8,21).
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
Kota Gorontalo 9,54
8,94Kab. Pasir8,74Kab. Kapuas8,68Kab. Brebes
9,38Kab. Magelang
4,73Kab. Srageb4,60Kab. Subang4,60Kab. Sambas
4,06Kab. Sumenep4,00Kab. Kota Baru
33
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Gambar 24. Nilai Pengalaman Integritas Layanan SIUP 5 Tertinggi dan 5 Terendah
Gambar di atas menunjukkan hanya 1 kota yang
menjadi lokasi survei yang mendapatkan penilaian 5
tertinggi dalam pelayanan integritas untuk layanan
SIUP. Sebaliknya pada peringkat 5 terendah justru
didominasi oleh sejumlah kota seperti Kota Malang,
Banjarmasin, dan Palangkaraya. Gambaran ini kembali
memperlihatkan bahwa masyarakat di perkotaan
menunjukkan penilaian yang lebih kritis di dalam
menilai integritas layanan publik dibandingkan
masyarakat di wilayah kabupaten.
d) Layanan IMBDari 52 daerah yang disurvei, terdapat 24 daerah di
bawah nilai rata-rata, dan 26 daerah memiliki nilai
di atas rata-rata dalam hal pengalaman integritas
layanan IMB. Daerah yang memperoleh nilai merah
karena mendapat nilai atau peringkat 5 terbawah
adalah Kota Tanjung Pinang (3,81), Kab Serang (3,91),
Kab Kota Baru (4,24), Kab Bandung (4,77), dan Kota
Banjarmasin (4,97). Sedangkan 5 daerah terbaik adalah
Kota Gorontalo (9,73), Kota Balikpapan (9,06), Kab.
Magelang (8,90), Kab Jembrana (8,82) dan Kab Subang
(8,76). Lihat gambar berikut.
Gambar 25. Nilai Pengalaman Integritas Layanan IMB 5 Tertinggi dan 5 Terendah
Gambar di atas memperlihatkan bahwa terdapat dua
kota dan tiga kabupaten untuk 5 peringkat terendah
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
Kab. Jember 8,98
Kab. Karangasem8,45Kab. Probolinggo8,21Kab. Magelang
8,53Kota Gorontalo
3,95Kota Banjarmasin4,64Kab. Serang
4,66Kota Malang4,69Kota Palangkaraya5,08Kab. Kutai Kartanegara
8,53
serta dua kota dan tiga kabupaten yang masuk dalam
peringkat 5 tertinggi dalam pengalaman integritas.
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00
Kota Gorontalo9,068,908,828,76
9,73
Kab. MagelangKab. Jembrana
Kab.Subang
Kota Balikpapan
4,97Kota Banjarmasin4,77Kab. Bandung
4,24Kab. Kota Baru3,91Kab. Serang3,81Kota Tanjung Pinang
34
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
3.2.1. Pengalaman Korupsi
Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan
masyarakat dalam mengurus atau memperoleh
layanan publik ditunjukkan dalam bentuk biaya-biaya
tambahan yang harus dibayarkan oleh masyarakat
Hasil survei memperlihatkan bahwa di hampir semua
jenis layanan, masyarakat harus mengeluarkan biaya
tambahan sekurangnya untuk satu titik (orang/meja/
jenjang). Dalam pelayanan KTP, misalnya, sebanyak
36,9 % responden mengaku sekurangnya masih harus
mengeluarkan biaya tambahan pada satu titik, 7,83%
responden harus membayar untuk 2 titik, dan 3,98%
untuk 3 titik. Hal yang nyaris sama juga terjadi di
dalam pengurusan IMB dan SIUP, meskipun dalam
persentase yang lebih kecil.
Pada layanan PDAM masih ada masyarakat yang
mengaku harus membayar biaya tambahan. Biaya
tambahan tersebut dikeluarkan untuk pengurusan
PDAM, terutama yang tinggal di daerah yang
memang kebutuhannya dan mobilitas masyarakatnya
yang tinggi, seperti di Kota Bandung, Kota Malang
dan Kabupaten Bandung. Dalam kasus PDAM,
masyarakat biasanya membayar pada petugas
lapangan yang bertanggung jawab dalam
pemasangan/penyambungan instalasi PDAM.
Gambar 26. Jenjang yang harus Dilalui dalam Pelayanan Publik untuk Pemberian Gratifikasi di Tingkat Daerah
Gambar di atas menunjukkan kepada kita bahwa
untuk pengurusan IMB, tampaknya masyarakat harus
menyediakan biaya tambahan pada titik-titik atau meja
yang lebih banyak. Lebih dari 15% responden layanan
IMB mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan
sekurangnya terhadap dua petugas. Masyarakat
biasanya mengeluarkan biaya tambahan ini pada saat
harus melengkapi persyaratan-persyaratan mulai dari
tingkat RT/RW, kelurahan/ kecamatan sampai pada
petugas teknis yang menindaklanjuti permohonan
IMB.
Dilihat dari bentuk gratifikasi, masyarakat dari keempat
jenis layanan sebagian besar (lebih dari 80%) mengaku
memberikan gratifikasi dalam bentuk uang cash. Lebih
dari 15% dalam bentuk barang/sovenir dan sedikit
saja (kurang dari 3%) yang memberikan gratifikasi
dalam bentuk fasilitas/kemudahan. Agaknya uang
merupakan bentuk pemberian yang paling praktis
dibandingkan dengan bentuk-bentuk lainnya.
Indikator Sub-Indikator
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,634)= 7,97 Pengalaman Korupsi (0,748)= 7,41 Nilai/Jumlah gratifikasi (0,306)= 6,14
33.63
24.57
30.31
36.99 7.83 3.98 51.20
6.56 9.00 54.13
4.55 2.65 68.22
6.79 4.40 55.19SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 20%
1 Orang 2 Orang
40% 60% 80% 100%
3 Orang Tidak ada
pengguna layanan di luar biaya resmi yang ditetapkan,
pada berapa titik biaya tambahan harus dikeluarkan
dan bentuk-bentuk imbalan yang lazim diberikan
sebagai gratifikasi.
Tabel 20. Nilai Pengalaman Korupsi dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Daerah
35
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Gambar 27. Bentuk Gratifikasi yang Biasa Diberikan Pengguna Layanan di Daerah kepada Petugas (%)
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian kecil
masyarakat menganggap tidak ada “korupsi”
dalam pelayanan publik. Mereka yang menyatakan
bahwa tidak ada biaya tambahan tertinggi ada pada
pelayanan PDAM (42,74%) dan terendah pada layanan
SIUP (26,09%).
Namun demikian, masyarakat pengguna layanan yang
menyatakan adanya pungutan tambahan dari biaya
resmi juga tinggi. Diantara mereka yang menyatakan
bahwa terdapat pungutan dalam pelayanan publik
bahkan menyebutkan bahwa pungutannya bisa
mencapai 10 kali lipat. Menurut pengakuan responden,
tambahan seperti ini terutama terjadi pada layanan
KTP (32,7%) dan SIUP (30,6%). Selanjutnya, tambahan
lebih kurang 50% juga diungkapkan terjadi terutama
untuk layanan PDAM (27,53%) dan layanan IMB
(25,51%). Namun demikian, ada pengakuan dari
pengelola PDAM bahwa biaya tambahan yang terjadi
dalam layanan PDAM umumnya merupakan akibat
dari adanya tambahan pipa sambungan.
Gambar 28. Besarnya Biaya Tambahan menurut Jenis Layanan (%)
3.2.2. Cara Pandang Korupsi
Yang dimaksud dengan cara pandang adalah
bagaimana masyarakat memandang korupsi di
lembaga layanan publik, bagaimana masyarakat
menilai biaya-biaya atau imbalan yang mereka
keluarkan, apakah tergolong korupsi atau tidak? Dan
seberapa jauh tingkat toleransi masyarakat terhadap
biaya-biaya tambahan yang harus mereka keluarkan?
4,92
0,106,66
1,494,57
27,5316,90
0,9416,90
2,66
2,36
7,8432,70
10,3016,92
1,32
> 1000 % 101-1000 % 100 % < 100 % 10-50 % < 50 %
28,54
42,74
9.86
10,9525,51
33,18
30,607,10
7,5117,90
5,8726,09
SIUP
PDAM
IMB
KTP
Tidak ada biaya tambahan
17,3SIUP
PDAM
IMB
KTP
81,91
Lainnya
Fasilitas
Uang
80,33
83,96
86,2
0,97
2,04
14,981,06
1,0612,72
17.63
36
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Tabel 21. Nilai Cara Pandang Korupsi dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Daerah
Hasil survei memperlihatkan bahwa terdapat hampir
separuh responden dari keempat unit layanan publik
di 52 daerah mengaku mengeluarkan biaya tambahan
di luar biaya resmi untuk memperoleh pelayanan.
Tetapi bagaimana masyarakat menilai biaya-biaya
yang dikeluarkan ini, apakah tergolong korupsi atau
tidak? Lalu, seberapa jauh tingkat toleransi masyarakat
terhadap biaya-biaya tambahan yang harus mereka
keluarkan?
Sampai di sini, pandangan masyarakat atas praktik
korupsi di pelayanan publik agak membingungkan. Di
satu sisi, terdapat penilaian bahwa jika mereka tidak
mengeluarkan biaya tambahan mereka yakin proses
layanan akan “dipersulit” petugas. Tetapi di sisi lain,
hampir separuh responden memandang pemberian
ini sebagai bentuk “ucapan terima kasih” dan
agaknya layanan yang diberikan petugas dihayati
sebagai bentuk pertolongan terhadap kebutuhan
pengguna layanan, bukannya sebagai kewajiban
petugas untuk memberikan layanan kepada
masyarakat. Dari penelusuran terhadap sejumlah
informan melalui wawancara mendalam juga dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemberian imbalan
terhadap para petugas dalam pelayanan publik juga
dianggap sebagai salah satu budaya masyarakat.
Kalau tidak memberi imbalan, malah justru muncul
perasaan tidak enak dan tidak nyaman, sehingga
praktik pemberian imbalan di luar ketentuan resmi
ini, kendati tidak terlalu besar jumlahnya; tumbuh
terpelihara dengan suburnya di masyarakat.
Gambar 29. Persepsi terhadap Proses Layanan di Daerah jika Tidak Ada Gratifikasi: Apakah Dipersulit atau Tidak?
Grafik di atas memperlihatkan bahwa 28,34%
masyarakat pengguna layanan SIUP dan 27,79%
masyarakat pengguna layanan IMB mengaku dan
yakin bahwa mereka dipersulit di dalam pengurusan
jika mereka tidak mengeluarkan biaya tambahan.
Berbagai bentuk perilaku petugas yang mempersulit
misalnya “pemberian informasi yang tidak jelas”,
“lamanya proses penyelesaian dari ketentuan waktu
yang ditetapkan” dan sebagainya.
Pandangan mayarakat yang membingungkan diakui
lebih dari seperempat responden, dimana mereka ragu
bahwa mereka akan dipersulit atau tidak kalau mereka
tidak memberikan gratifikasi. Pada saat yang sama,
masyarakat yang meyakini bahwa petugas tidak
akan mempersulit proses pelayanan jika tidak
diberikan gratifikasi juga cukup tinggi, terutama
pada layanan PDAM (59,89%) dan yang terendah
dalam layanan IMB (40,57%). Karena itu, oleh
masyarakat yang yakin tidak akan dipersulit dan
sebagian yang ragu, pemberian uang tambahan
di luar biaya resmi lebih dilihat sebagai bentuk
terimakasih atas pelayanan yang diberikan petugas,
misalnya sebagai tips bagi petugas teknis yang
melakukan pemasangan instalasi.
Indikator Sub-Indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,252)= 5,80 Cara Pandang tingkat gratifikasi (1,000)= 5,80
SIUPYa : 28.34
Ya : 16.42
Ya : 27.79
Ya : 25.53
Ragu : 23.68
Ragu : 29.01
Ragu : 31.64
Tidak : 59.89
Tidak : 40.57
Tidak : 45.46
Ragu : 28.27 Tidak : 43.40
PDAM
IMB
KTP
0% 20% 40% 60% 80% 100%
37
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Oleh sebab itu tidak mengherankan jika tidak sedikit
masyarakat yang mengaku bahwa pemberian biaya
tambahan di luar resmi biaya dipandang sebagai
pelicin atau untuk mempercepat proses pelayanan.
Ini terutama diakui oleh responden dalam pelayanan
KTP (21,75%), pelayanan IMB (20,19%) dan pelayanan
SIUP (18,62%); sebagaimana ditunjukkan oleh grafik
berikut ini:
Gambar 30. Cara Pandang Masyarakat Daerah tentang Pemberian Gratifikasi
3.3. Potensi Integritas Unit Layanan di Tingkat Daerah
Potensi integritas merupakan salah satu unsur
penyusun nilai integritas dalam pelayanan publik.
Empat indikator yang digunakan untuk menyusun
potensi integritas, yaitu Sistem Administrasi
(Administrative System) dengan bobot 0,303,
Lingkungan Kerja (Working Enviromnmet) dengan
bobot 0,265, Perilaku Petugas pelayanan (Personal
Attitude) dengan bobot 0,261, dan Pencegahan
Korupsi (Corruption Control Measures) dengan bobot
0,171.
Tabel 22. Nilai Potensi Integritas, Indikator dan Sub Indikator Sektor Publik 2008 di Tingkat Daerah
Secara umum, nilai keempat layanan publik masih
tergolong kurang atau rendah. Nilai rata-rata potensi
integritas dari 52 daerah dan 4 unit layanan yang
disurvei adalah 5,94, dengan nilai terendah 3,80 dan
nilai tertinggi 7,78. Untuk melihat sebaran daerah
yang memiliki nilai di atas atau di bawah rata-rata,
Variabel Indikator Sub-Indikator
Penawaran dan Pemberian Gratifikasi (0,658)=4,34 Lingkungan Kerja (0,265)= 5,94 kebutuhan kontak d (0,342)= 9,02 i luar prosedur
Kemudahan/Kepraktisan SOP (0,294)=6,47 Sistem Administrasi (0,303)= 6,11 Keterbukaan informasi (0,706)=5,96
Keadilan dalam layanan (0,727)=6,37 Perilaku Petugas Laya(0,261)=6,67
nan harapan atas gratifikasi (0,273)=7,48 Upaya Pencegahan Korupsi (0,556)= 4,09
Potensi Integritas (0,295)= 5,94
444)=5,07 Pencegahan Korupsi (0,171)=4,53 Kemudahan Pengaduan Masyarakat (0,
SIUP
PDAM
IMB
KTP
10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
23.926.69
2.675.14
18.62
17.415.31
1.899.90
11.06
24.626.29
3.526.33
20.19
13.766.76
3.948.05
21.75
39.05
45.74
54.43
42.95
Ucapan Terimakasih
Pelicin
Tambahan
Kompensasi
Memudahkan dalam pengurusan yang lain
Lainnya
38
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
berikut ini analisis dikelompokkan berdasarkan
Kabupaten dan Kota. Dari 29 kabupaten yang menjadi
lokasi survei, terdapat 17 diantaranya yang memiliki
nilai di atas rata-rata, dan sisanya 12 kabupaten
mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Sementara
itu, dari 23 kota yang disurvei terdapat 8 kota yang
mendapatkan nilai di atas rata-rata, sementara 15 kota
lainnya nilainya di bawah rata-rata.
Diantara empat unit layanan, PDAM memiliki nilai
rata-rata potensi integritas tertinggi sebesar 6,47
yang diikuti oleh KTP (5,88), SIUP (5,78), dan IMB (5,56)
–yang ketiganya kurang atau di bawah 6. Tingginya
nilai rata-rata potensi integritas PDAM dibandingkan
layanan lainnya ini dapat dipahami karena PDAM
merupakan layanan yang berorientasi bisnis yang
memiliki kepentingan untuk memperbanyak
pelanggan. Sehingga dengan demikian institusi ini
akan lebih proaktif untuk memasarkan jasanya dan
terdorong untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Sedangkan jenis layanan lain, tidak menuntut
pemberi layanan proaktif, dan lebih ditentukan oleh
pengguna layanan.
Terkait dengan nilai untuk potensi integritas,
masih ada 20 daerah yang di dalamnya terdapat
layanan dengan nilai potensi integritas 10 terendah;
baik untuk satu, dua atau lebih jenis layanan. Dari
ke-20 daerah tersebut, 8 diantaranya adalah Kota
dan 12 lainnya adalah Kabupaten, seperti
ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel 23. Daerah dengan Nilai Potensi Integritas Sepuluh terendah dan Jenis Layanan di Bawah Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas, nampak jika keempat
layanan digabung, maka nilai potensi integritas
terburuk akan mengerucut pada tujuh daerah yakni
Kota Tanjung Pinang, Kota Pontianak, Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Sambas, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kota Palangkaraya. Berbeda
dengan fakta pada nilai total integritas dan
pengalaman integritas, nilai potensi integritas
memperlihatkan bahwa antara kota dan kabupaten
memiliki problem yang relatif sama dalam upaya
peningkatan kualitas integritas dari sisi sistem
penunjang maupun upaya pencegahan korupsi.
Ekspektasi masyarakat kota maupun kabupaten relatif
seragam dalam hal ini.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa daerah-daerah
yang memiliki nilai integritas total dengan nilai 4
unit layanan yang tinggi menggambarkan upaya
komprehensif dari pemerintah daerah bersangkutan
dalam mencegah terjadinya korupsi dan menciptakan
sistem yang baik dalam pelayanan publiknya.
Sementara daerah yang memiliki nilai integritas total
yang tinggi dengan hanya diwakili oleh nilai tinggi dari
satu unit layanan, menunjukkan bahwa tingginya nilai
tersebut adalah upaya individual yang dilakukan oleh
unit layanan, bukan pemerintah daerah.
PEMERINTAH DAERAH
Daerah dan Potensi Integritas 10 Terendah Daerah dan Jenis Layanan dengan Nilai Potensi Integritas di Bawah Rata-rata
KTP IMB PDAM SIUP Skor rata-rata : KTP = 5,88 IMB=5,56 PDAM = 6,47 SIUP = 5,78
1 Kota Tanjung Pinang X X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP2 Kota Pontianak X X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP3 Kota Bandung X X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP4 Kabupaten Bandung X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP5 Kabupaten Sambas X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP6 Kabupaten Kutai Kartanegara X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP7 Kota Palangkaraya X X X KTP, IMB, PDAM,SIUP8 Kabupaten Sumenep X X KTP,IMB,PDAM,SIUP9 Kabupaten Serang X X IMB,PDAM,SIUP10 Kota Malang X KTP,IMB,SIUP11 Kabupaten Banyumas X KTP,IMB,SIUP12 Kabupaten Kendal X IMB,PDAM,SIUP13 Kabupaten Subang X X KTP, PDAM14 Kota Banjarmasin X KTP,SIUP15 Kabupaten Jember X KTP,IMB16 Kota Pekanbaru X KTP,PDAM17 Kota Surabaya X X IMB,SIUP18 Kabupaten Hulu Sungai Tengah X KTP19 Kabupaten Sleman X IMB20 Kabupaten Ketapang X SIUP
39
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Untuk lebih dapat fokus memperoleh pembelajaran
di daerah yang tergolong baik, dan mendorong
perbaikan terhadap daerah yang buruk, berikut
disajikan 5 daerah yang memiliki nilai tertinggi dan 5
daerah yang memiliki nilai terendah.
Gambar 31. Nilai Potensi Integritas Tngkat Daerah 5 Tertinggi dan 5 Terendah (Akumulasi dari 4 jenis layanan)
Nilai potensi integritas daerah gabungan empat unit
layanan menempatkan Kabupaten Jembrana sebagai
peringkat pertama dengan nilai 7,48. Sementara
peringkat terakhir diduduki oleh Kota Tanjung Pinang
dengan nilai 3,80. Kecuali Kabupaten Sambas, empat
daerah lainnya yang masuk kategori 5 kabupaten/
kota yang memiliki nilai potensi integritas terendah
merupakan ibukota provinsi. Jadi, secara umum,
daerah perkotaan yang memiliki ciri mobilitas
penduduk tinggi dan permintaan masyarakat ter-
hadap jasa layanan relatif tinggi belum melakukan
upaya yang serius untuk menata administrasi,
lingkungan kerja, perilaku petugas layanan, dan
kampanye untuk mencegah terjadinya korupsi.
Gambaran di atas merupakan akumulasi dari
keempat layanan. Perlu diingat, beberapa daerah
yang menempati peringkat atau posisi di atas rata-
rata sebenarnya jika dilihat per unit layanan beberapa
diantaranya tergolong di bawah rata-rata. Demikian
pula sebaliknya, beberapa daerah yang tergolong ke
dalam kelompok di bawah rata-rata, namun ada unit
layanan tertentu yang sebenarnya berada di atas rata-
rata.
Selanjutnya, gambaran mengenai kinerja pelayanan
publik dari sisi potensi integritas untuk masing-masing
layanan diuraikan sebagaimana uraian berikut:
a) Layanan PDAM Dari 52 daerah, terdapat 29 daerah yang memiliki
potensi integritas di atas rata-rata terdiri 18 kabupaten
dan 11 kota. Sedangkan 23 lainnya yang berada di
bawah rata-rata terdiri 11 kabupaten dan 12 kota.
Gambaran ini menunjukkan suatu kecenderungan
bahwa nilai untuk daerah kabupaten lebih baik
dibandingkan nilai daerah kota. Selain itu, terdapat 12
daerah yang dikategorikan memiliki angka “merah”
karena mendapatkan nilai di bawah 6,00.
Untuk lebih jelasnya ditunjukkan 5 daerah yang
memiliki potensi integritas tertinggi dan terendah
untuk layanan PDAM dalam gambar berikut:.
Kota Yogyakarta
Kab. Kudus
Kota Gorontalo
Kab. Magelang
Kab. Jembrana 7,48
7,22
7,24
7,28
7,45
Kota Tanjung Pinang 3,80
Kota Bandung 4,06 Kab. Sambas 4,63
Kota Pontianak 4,65
Kota Palangkaraya 4,68
40
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Gambar 32. Nilai Potensi Integritas Layanan PDAM 5 Tertinggi dan 5 Terendah
Gambar di atas menunjukkan bahwa untuk layanan
PDAM, peringkat pertama dengan nilai 8,10 ditempati
oleh Kota Malang. Sementara peringkat terakhir
ditempati oleh Kota Tanjung Pinang dangan nilai
3,78. Nampaknya, potensi integritas layanan PDAM
tidak memiliki kaitan signifikan apakah suatu daerah
termasuk Kabupaten ataukah Kota. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai potensi 5 tertinggi didominasi oleh Kota,
demikian pula halnya dengan nilai 5 terendah. Biasanya,
penilaian masyarakat yang kritis bisa mempengaruhi
penilaian terhadap suatu unit layanan. Namun, nilai
nilai potensi integritas yang tidak menggambarkan
pola Kabupaten atau Kota ini menunjukkan bahwa
potensi integritas lebih ditentukan oleh upaya/
kegiatan lembaga layanan itu sendiri.
b) Layanan KTPDari 52 daerah, terdapat 27 daerah yang memiliki
nilai potensi integritas di atas rata-rata, yang terdiri
18 kabupaten dan 9 kota. Sedangkan, yang berada
di bawah rata-rata sebanyak 25 daerah yang terdiri
11 kabupaten dan 14 kota. Perlu ditekankan bahwa
terdapat 30 daerah memiliki angka “merah” karena
mendapatkan nilai di bawah 6,00.
Untuk lebih jelasnya ditunjukkan 5 daerah yang
memiliki potensi integritas tertinggi dan terendah
untuk layanan KTP sebagai berikut:.
Gambar 33. Nilai Potensi Integritas Layanan KTP 5 Tertinggi dan 5 Terendah
Kab. Jembrana
Kab. Pasir
Kab. Kapuas
Kab. Kudus
Kab. Magelang
7,15
7,16
7,25
7,54
7,90
Kota Tanjung Pinang 3,30
Kab. Subang 3,83
Kota Banjarmasin 4,16
Kab. Bandung 4,39
Kab. Sumenep 4,41
Kota Gorontalo
Kota Yogyakarta
Kab. Brebes
Kota Surabaya
Kota Malang
7,86
7,89
7,95
8,07
8,10
Kota Tanjung Pinang 3,78
Kab. Sambas 4,36
Kota Palangkaraya 4,46
Kota Bandung 4,57
Kota Pontianak 5,01
41
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Pada layanan KTP, peringkat pertama dicapai oleh
Kabupaten Magelang dengan nilai 7,90 dan peringkat
terakhir kembali ditempati oleh Kota Tanjung Pinang
dangan nilai 3,30. Nampak bahwa untuk potensi
integritas layanan KTP, tidak ada satu kota pun yang
berada pada 5 nilai tertinggi. Sementara untuk
daerah dengan nilai 5 terendah, terdapat daerah Kota
dan Kabupaten. Mobilitas penduduk atau tingkat
kepentingan penduduk untuk mengurus KTP di
Kabupaten biasanya tidak sebesar di Kota, sehingga
dimungkinkan pelayanan KTP dapat berjalan lebih baik.
Karena itu, kabupaten dengan nilai potensi integritas
yang rendah memerlukan perhatian khusus.
c) Layanan SIUPDari 52 daerah, terbagi jumlah yang sama antara
kelompok di atas dengan di bawah rata-rata, yakni
masing-masing 26 daerah: 18 kabupaten dan 8 kota
berada di atas rata-rata, sementara 11 kabupaten
dan 15 kota lainnya berada di bawah rata-rata. Perlu
diingat, bahwa jumlah daerah yang memiliki angka
“merah” yaitu kurang 6,00 cukup tinggi yakni sebanyak
31 daerah.
Daerah dengan nilai atau peringkat potensi integritas
5 tertinggi dan 5 terendah untuk layanan SIUP
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 34. Nilai Potensi Integritas Layanan SIUP 5 Tertinggi dan 5 Terendah
Gambar menunjukkan bahwa Kabupaten Subang
menempati peringkat pertama dari 5 tertinggi
dengan nilai 7,78 dan peringkat terakhir ditempati
oleh Kabupaten Bandung dangan nilai 3,60. nilai
potensi integritas layanan SIUP tidak memiliki kaitan
signifikan apakah daerah Kabupaten atau Kota
memiliki kecenderungan penilaian baik atau buruk,
meskipun biasanya pada masyarakat yang kritis bisa
mempengaruhi penilaian suatu unit layanan. Pada
layanan SIUP, tinggi rendahnya nilai lebih ditentukan
oleh upaya yang dilakukan lembaga layanan itu
sendiri.
d) Layanan IMBUntuk layanan IMB, dari 52 daerah yang menjadi lokasi
survei, 27 diantaranya memiliki potensi integritas di
atas rata-rata yang terdiri 16 kabupaten dan 11 kota.
Sisanya, sebanyak 25 kabupaten/ kota mendapatkan
nilai di bawah rata-rata yang terdiri 13 kabupaten dan
12 kota. Selain itu, perlu ditekankan bahwa terdapat
38 daerah diantaranya yang memiliki angka “merah”
karena mendapatkan nilai di bawah 6,00. Jumlah ini
relatif banyak dan menunjukkan bahwa layanan IMB
merupakan layanan yang mendapatkan penilaian
paling buruk diantara tiga unit layanan lainnya.
Nilai potensi integritas 5 tertinggi dan terendah untuk
layanan IMB dapat digambarkan oleh gambar berikut.
Kab. Magelang
Kota Yogyakarta
Kab. Jembrana
Kab. Karangasem
Kab. Subang
7,59
7,68
7,74
7,81
7,88
Kab. Bandung 3,60
Kab. Sambas 3,65 Kota Bandung 3,82
Kab. Ketapang 3,97
Kab. Serang 4,08
42
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Gambar 35. Nilai Potensi Integritas Layanan IMB 5 Tertinggi dan 5 Terendah
Dari gambar di atas nampak bahwa Kota Gorontalo
menempati peringkat pertama diantara 5 daerah
tertinggi dengan nilai 8,68. Sementara itu, peringkat
terakhir diantara 5 daerah dengan nilai terendah
ditempati oleh Kabupaten Serang. Seperti halnya
dengan layanan SIUP dan PDAM, potensi integritas
layanan IMB juga tidak memiliki kaitan apakah
Kabupaten atau Kota cenderung dinilai baik ataukah
buruk oleh masyarakat penggunanya.
Selanjutnya, akan dibahas empat aspek yang menjadi
indikator potensi integritas secara lebih detil, yakni
menyangkut sistem administrasi, lingkungan kerja,
perilaku petugas, dan upaya pencegahan korupsi.
Pembahasan indikator-indikator tersebut akan
disajikan untuk melihat gambaran mengenai kondisi
keempat unit layanan. Demikian juga akan ditelusuri
indikator dan sub indikator yang menjadi faktor
utama penyebab suatu kabupaten/ kota memiliki nilai
yang rendah. Dalam hal ini, pembahasan akan lebih
dititikberatkan terhadap 5 daerah yang memiliki nilai
terendah.
3.3.1. Sistem Administrasi
Keterbukaan informasi dan kemudahan layanan
atau kepraktisan Sistem Operasi dan Prosedur (SOP)
merupakan sub-indikator sistem administrasi. Kondisi
keterbukaan atau ketersediaan informasi merupakan
gambaran potensi integritas suatu unit layanan. Hasil
survei menunjukkan, lebih dari dua-pertiga pengguna
layanan menyatakan bahwa informasi layanan
tersedia dengan jelas. Secara umum, ketersediaan
informasi mengenai prosedur layanan dinilai lebih
baik dibandingkan informasi mengenai biaya dan
waktu pengurusan. Pengguna layanan juga menilai
bahwa informasi mengenai prosedur layanan PDAM
dinilai paling baik dibandingkan ketiga unit layanan
lainnya, diikuti oleh informasi mengenai prosedur
layanan KTP. Sebalik-nya, masih terdapat sekitar 20 %
penggunaan layanan SIUP dan IMB yang menyatakan
bahwa informasi prosedur layanan tidak tersedia
dengan jelas. Jumlah ini merupakan angka yang tidak
kecil, sehingga untuk kedua layanan ini informasi
mengenai prosedur pelayanan masih memerlukan
perhatian.
Gambar 36. Kejelasan Informasi Adminsitratif pada Empat Sektor Layanan Publik (%)
Kab. Kudus
Kab. Barito Utara
Kab. Probolinggo
Kab. Jembrana
Kota Gorontalo
7,02
7,09
7,09
7,67
8,68
Kab. Serang 3,09 Kota Bandung 3,39
Kab. Sambas 3,71
Kab. Kutai Kartanegara 3,88
Kota Tanjung Pinang 4,00
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0 50 100
81,873,9
73,2
90,384,3
84,6
77,766,4
65,4
83,873,1
69,8
Prosedur
Jangka Waktu
Biaya
43
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Kecuali untuk layanan PDAM, gambar juga menunjuk-
kan bahwa lebih 20% pengguna layanan menyatakan
bahwa informasi mengenai jangka waktu pengurusan
tidak tersedia dengan jelas. Bahkan untuk layanan
IMB, terdapat sekitar sepertiga (33,6%) pengguna
layanan menyatakan informasi tidak tersedia dengan
jelas. Demikian pula dengan ketersediaan informasi
mengenai biaya. Kecuali layanan PDAM, terdapat lebih
20 % pengguna layanan menyatakan bahwa informasi
tidak tersedia dengan jelas.
Ketersediaan informasi mengenai SOP tidak otomatis
menunjukkan suatu sistem yang baik untuk mencegah
terjadinya tindakan korupsi suatu lembaga atau
unit layanan. Masih ada faktor lain yaitu tingkat
kemudahan SOP itu sendiri. Artinya, walaupun
informasi mengenai SOP relatif tersedia, tetapi kalau
persyaratan, prosedur pengurusan, dan mekanisme
pembayaran suatu unit layanan sulit dilakukan maka
tetap akan mendorong terjadinya praktik korupsi
dalam layanan publik.
Hasil survei menunjukkan, pada umumnya pengguna
layanan menyatakan bahwa persyaratan, prosedur,
dan cara pembayaran mudah untuk dilakukan. Bahkan
untuk layanan PDAM, hampir semua pengguna
layanan menyatakan bahwa persyaratan, prosedur,
dan cara pembayarannya mudah.
Gambar 37. Kemudahan dalam Mengurus Layanan pada empat layanan publik di Daerah (%)
Sejalan dengan ketersediaan informasi dan kemudahan
pengurusan layanan, biasanya pengguna layanan juga
menginginkan pelayanan yang lebih cepat sesuai
harapan atau ketentuan yang mereka ketahui. Hasil
survei menunjukkan bahwa kecuali layanan PDAM,
lebih dari 20% pengguna di setiap layanan menyatakan
lambat atau sangat lambat. Terdapat 32,6% pengguna
layanan IMB dan 28,5% pengguna layanan KTP yang
menyatakan waktu pengurusan layanan tersebut
lambat. Hal ini dapat menjadi penilaian kritis
masyarakat pengguna layanan terhadap dua kondisi,
yaitu pertama, jika pengurusan yang dilakukan lebih
cepat dari jangka waktu berdasarkan ketentuan berarti
jangka waktu berdasarkan di SOP perlu ditinjau. Kedua,
mungkin pelayanan petugas dalam memberi layanan
itu sendiri memang lambat atau sangat lambat.
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0 50 100
86,390,9
93,5
95,097,2
97,5
83,686,7
92,0
90,093,0
96,8
Prosedur
Persyaratan
Cara Pembayaran
Gambar 38. Waktu Pengurusan Layanan pada Empat Unit Layanan di daerah (%)
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 50% 100%
77,3 22,7
83,5 16,5
67,4 32,6
71,5 28.5
Lambat
Cepat
44
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Uraian mengenai berbagai aspek Sistem Adminstrasi
di atas merupakan kondisi umum di setiap unit
layanan tanpa memperhatikan daerah. Walaupun
secara umum terlihat bahwa beberapa sub-indikator
memperlihat performa yang relatif memadai, namun
sub indikator-sub indikator ini memberi pengaruh
terhadap peringkat potensi integritas suatu daerah.
Untuk menelusuri penyebab buruknya nilai suatu
daerah, pembahasan lebih difokuskan pada kelima
daerah yang memiliki nilai terendah. Lihat gambar
berikut.
Gambar 39. Keterbukaan Informasi dan Kemudahan Prosedur(Berdasarkan daerah dengan nilai Terendah) (%)
Berdasarkan gambar, dari segi keterbukaan informasi
dan kepraktisan prosedur, terlihat bahwa informasi
mengenai biaya dan jangka waktu pengurusan
menunjukkan persentase yang rendah. Kedua sub-
indikator ini menyebabkan kelima kabupaten/ kota di
atas memiliki nilai terburuk.
Gambar juga memperlihatkan untuk Kota Tanjung
Pinang, Kabupaten Sambas dan Kota Palangkaraya,
walaupun mereka menganggap bahwa informasi dan
kemudahan prosedur relatif baik, tetapi kurang dari
50% pengguna layananannya menyatakan informasi
biaya dan jangka waktu pengurusan tidak tersedia
dengan jelas. Sementara itu, untuk Kota Bandung
terlihat bahwa lebih sepertiga pengguna layanan
menyatakan informasi tidak tersedia dengan jelas dan
prosedurnya juga tidak mudah untuk dilaksanakan. Hal
yang menarik terjadi di Kota Palangkaraya, walaupun
menurut pengguna layanan informasi cenderung
tertutup tetapi pada saat pengurusan mereka
menganggap mudah untuk dilaksanakan. Sementara
itu, dari segi kemudahan prosedur, masih terdapat
lebih dari 20% pengguna layanan menyatakan
prosedur tidak mudah untuk dilakukan.
41,6
34 ,233,4
75,8
70,565,2
52,270,2
60,148,3
44,972,9
62,255,0
63,360,0
91,639,2
35,867,5
Kota Tanjung Pinang
Kota Bandung
Kemudahan Prosedur Info Jangka waktu
Kab. Sambas
Info Biaya Info Prosedur
Kota Pontianak
Kota Palangka Raya
45
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
3.3.2. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja lembaga layanan juga memiliki
potensi untuk mendorong terjadinya praktik korupsi.
Kondisi lingkungan kerja memungkinkan terjadinya
transaksi di luar prosedur. Tawar menawar pengurus-
an layanan, apalagi jika terdapat praktik percaloan,
serta keinginan pengguna layanan untuk memperoleh
layanan istimewa akan mendorong terjadinya tawar-
menawar imbalan/jasa dan berujung pada pemberian
gratifikasi. Kecenderungan ini bisa menjadi suatu
kebiasaan secara umum. Hal lain yang juga akan
dilihat terkait dengan aspek lingkungan kerja adalah
adanya kebutuhan atau keharusan pertemuan antara
pengguna layanan dengan petugas yang berulang-
ulang.
Gambar di atas menunjukkan bahwa praktik suap atau
pemberian imbalan di luar biaya resmi termasuk tinggi.
Kecuali PDAM, hampir separuh pengguna layanan
di ketiga unit layanan menyatakan bahwa praktik
suap sudah umum terjadi. Kondisi ini menujukkan
bahwa kondisi lingkungan kerja masih menyuburkan
praktik tawar-menawar dalam proses pelayanan dan
pemberian imbalan. Lalu, kapan imbalan itu diberikan?
Imbalan diberikan oleh pengguna layanan di saat
awal, saat proses, dan saat akhir. Sebagian pengguna
layanan memberikan imbalan hanya pada salah satu
tahap tersebut, namun sebagian memberikan di setiap
tahapan, sebagaimana ditunjukkan oleh grafik berikut
ini.
Gambar 41. Kapan Imbalan dalam Mengurus Layanan Diberikan? (%)
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 50% 100%
48,9 51,1
30,1 70,8
49,9 50,1
48,7 51,3
Tidak
Ya
Gambar 40. Penilaian terhadap terjadinya Praktik Suap pada Instansi Pelayanan Publik
Gambar di atas memberikan penjelasan bahwa
praktik suap dilakukan dalam rangka melicinkan atau
mempercepat proses pengurusan layanan. Hal ini
nampak dari adanya kecenderungan bahwa pengguna
layanan biasanya memberi imbalan pada saat awal
pengurusan (61% di KTP). Pengguna layanan yang
memberikan pada saat proses pengurusan tengah
berlangsung, tertinggi terjadi di unit layanan IMB,
yaitu 29,8%. Sedangkan imbalan yang diberikan pada
saat akhir ketika proses layanan sudah selesai, tertinggi
terjadi di unit PDAM yaitu 44,0%.
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0 10 20 30 40 50 60 70
51,420,0
36,1
42,719,6
44,0
50,829,8
38,2
61,019,1
28,7
Saat Awal
Saat Proses
Saat Akhir
46
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Praktik terjadinya suap dapat disorot dari pengguna
layanan sebagai pemberi imbalan dan petugas
layanan sebagai penerima imbalan. Transaksi ini
pada dasarnya merupakan suatu proses penawaran
dan permintaan. Gambar menunjukkan bahwa
inisiatif suap-menyuap ini pada umumnya seimbang
dilakukan oleh pengguna layanan maupun petugas
layanan. Hal yang menarik, pada semua unit layanan
terlihat bahwa sekitar sepertiga pengguna layanan
menyatakan praktik suap sudah menjadi keinginan
kedua belah pihak, atau diistilahkan “tahu sama
tahu”, antara pengguna maupun petugas layanan.
Gambar 42. Inisiatif dalam Pemberian Imbalan
Fakta yang diperoleh dalam survei ini, kepentingan
pengguna layanan untuk melicinkan pengurusan
yang diberikan pada saat awal dan proses atau sekedar
ucapan terima kasih direspon oleh petugas layanan.
Menurut lebih dari 60% masyarakat pengguna
layanan, para petugas layanan SIUP, PDAM, IMB, dan
KTP menerima tawaran imbalan.
Gambar 43. Sikap Petugas ketika Ditawari Imbalan Di luar Ketentuan:Menerima atau Tidak Menerima (%)
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 50% 100%
74,2
61,7
75,9
73,0 27,0
24,1
38,3
25,8
Tidak
Ya
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 20% 40% 60% 80% 100%
34,5 21,2 17,1 27,2
35,2 18,9 19,8 26,1
21,8 13,2 17,4 47,6
32,5 17,1 21,5 28,9
Petugas
Tahu Sama
Tahu
47
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Hal lain terkait aspek lingkungan kerja adalah seberapa
sering frekuensi pertemuan antara petugas dengan
masyarakat penguna layanan. Asumsinya adalah
semakin sering pertemuan antara pengguna layanan
dan petugas terjadi, semakin mengindikasikan
buruknya suatu proses layanan karena peluang suap
maupun pungutan liar menjadi terbuka.
Gambar 44. Frekuensi Pertemuan dengan Petugas dalam Mengurus Layanan
Hasil survei menunjukkan, lebih dari dua-pertiga
pengguna layanan di setiap unit layanan menyatakan
bahwa mereka membutuhkan pertemuan dengan
petugas dua kali atau lebih. Bahkan hampir setengah
dari pengguna layanan IMB melakukan pertemuan
tiga kali atau lebih, demikian halnya pengguna
layanan SIUP (49,2%). Namun demikian hanya
sedikit pertemuan yang dilakukan di luar prosedur.
Artinya, banyaknya pertemuan tersebut lebih
banyak ditentukan oleh ketentuan dalam prosedur
itu sendiri. Apalagi untuk layanan IMB dan SIUP yang
melibatkan lembaga pemerintah lainnya di luar
penanggung jawab layanan itu sendiri.
Gambar 45. Ada Tidaknya Pertemuan Di Luar Prosedur
Uraian mengenai aspek lingkungan kerja yang telah
dijelaskan merupakan kondisi umum di setiap unit
layanan tanpa memperhatikan daerah. Secara umum
terlihat bahwa pengguna layanan yang menyatakan
praktik pemberian suap kurang dari 50%. Demikian
halnya dengan pertemuan yang berulang-ulang, yaitu
3 kali ke atas kurang 50% (kecuali IMB). Akan tetapi
kedua sub-indikator ini memberi pengaruh terhadap
peringkat potensi integritas suatu daerah. Untuk
menelusuri penyebab buruknya nilai atau nilai daerah,
penilaian lebih difokuskan pada kelima daerah yang
memiliki nilai terendah, sebagaimana ditunjukkan
oleh gambar berikut:
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 20% 40% 60% 80% 100%
21,2 29,6 49,2
34,9 37,2 27,9
15,2 35,1 49,7
29,8 42,4 27,8
Dua Kali Tiga Kali atau LebihSatu Kali
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 50% 75%25% 100%
10,5 89,5
8,8 91,2
13,6 86,4
6,4 93,6
TidakYa
48
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Gambar 46. Praktik Pemberian Imbalan dan Frekuensi Menghadap Petugas pada Pelayanan Publik di Daerah dengan nilai Integritas 5 Terendah (%)
Gambar di atas menunjukkan bahwa pemberian
imbalan di luar biaya resmi yang dianggap sudah umum
terjadi merupakan faktor penyumbang terhadap
buruknya nilai kelima daerah sehingga mendapatkan
nilai terendah. Terlihat bahwa lebih dari 60% pengguna
layanan menyatakan praktik suap sudah umum terjadi,
dengan tertinggi dinyatakan oleh pengguna layanan
di Kota Bandung (90,8%). Sementara pertemuan yang
berulang sangat mempengaruhi buruknya nilai Kota
Tanjung Pinang (91,7%).
3.3.3. Perilaku Petugas Layanan
Terdapat dua hal penting dalam menilai perilaku
petugas dalam survei ini, yaitu keadilan perlakuan
terhadap pengguna layanan dan ada tidaknya
harapan petugas terhadap gratifikasi. Hasil survei
menunjukkan bahwa masih terdapat perbedaan
perlakuan petugas terhadap pengguna layanan,
paling tinggi untuk layanan IMB (dinyatakan oleh
20,9 % responden) dan terendah untuk layanan
PDAM (11,1 %), sebagaimana ditunjukkan oleh
gambar berikut.
Gambar 47. Penilaian terhadap Ada Tidaknya Diskriminasi dalam Pelayanan
10,277,3
32,2
41,5
37,2
91,7
76,5
61,9
90,8
85,8
Kota Palangka Raya
Kota Pontianak
Kab. Sambas
Kota Bandung
Pemberian imbalan sudah umum terjadi Menghadap Petugas tiga kali keatas
Kota Tanjung Pinang
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 20% 40% 60% 80% 100%
19,7 30,7 35,8
11,1 28,3 46,3
20,9 37,4 26,2
20,2 31,4 37,7
Ragu-Ragu Tidak Ada Tidak TahuAda
13,8
14,3
15,5
10,7
49
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Perbedaan perlakuan atau perilaku yang tidak adil oleh
petugas dapat berimplikasi respon atau anggapan
bahwa petugas akan meminta imbalan atau mau
disuap. Transaksi antara pengguna layanan dengan
petugas seperti yang telah dijelaskan bisa dimulai
dari petugas ataupun pengguna layanan. Namun
demikian, sebagian hanya memberi kesan meminta
imbalan secara tidak langsung, sebagaimana
ditunjukkan oleh gambar berikut.
Gambar 48. Ada Tidaknya Kesan Petugas Meminta Imbalan pada Saat Melayani
Gambar menunjukkan meskipun pada umumnya
pengguna layanan menyatakan tidak ada kesan
petugas meminta imbalan di luar ketentuan baik
langsung ataupun tidak langsung, tetapi tidak sedikit
dari mereka yang merasa kesan tersebut ada. Lebih
dari 40% dari para pengguna layanan SIUP, IMB, dan
KTP menyatakan bahwa petugas meminta imbalan.
Diantara petugas yang meminta imbalan, sebagian
besar pengguna layanan mengatakan bahwa mereka
memintanya secara tidak langsung atau tidak secara
terang-terangan.
Gambar 49. Persepsi terhadap Layanan Petugas jika tidak Diberi Imbalan
Berkaitan dengan kesan yang diciptakan oleh petugas,
terlihat bahwa antara 20 sampai 40% pengguna
layanan merasa akan dipersulit jika tidak memberi
imbalan. Sekitar 38% pengguna layanan IMB dan
SIUP mengatakan akan dipersulit jika tidak memberi
imbalan, sementara hanya sekitar 20% saja pengguna
layanan PDAM menyatakan akan dipersulit.
Uraian Perilaku Petugas yang telah dijelaskan
merupakan kondisi umum di setiap unit layanan tanpa
memperhatikan daerah. Secara umum, beberapa
sub indikator bervariasi antar unit layanan. Lima
puluh persen lebih pengguna layanan mengatakan
bahwa tidak menangkap kesan petugas meminta
imbalan. Demikian juga dengan anggapan pengguna
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 20% 40% 60% 80% 100%
10,8 34,6 54,6
5,0 23,0 72,0
11,0 37,4 51,6
11,2 30,5 58,3
Ada, Langsung Ada, Tidak Langsung Tidak Ada
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 50% 100%
37,7
19,8
37,8
32,0 58,0
62,2
80,2
62,3
Tidak DipersulitDipersulit
50
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
jika tidak memberi layanan, masih lebih 60% yang
mengatakan tidak akan dipersulit. Kedua sub-
indikator mempengaruhi peringkat potensi integritas
Gambar 50. Penilaian terhadap Keadilan dalam Layanan dan Harapan atas Imbalan di Daerah dengan nilai Integritas 5 Terendah
suatu daerah yang mendapatkan nilai atau peringkat
terendah, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar
berikut.
Selain Kota Bandung, gambar di atas menunjukkan
perbedaan perlakuan oleh petugas tidak terlalu
buruk sehingga faktor ini bukan menjadi faktor
utama rendahnya nilai daerah tersebut. Gambar juga
memperlihatkan bahwa pada kelima daerah dengan
nilai terendah, petugas yang meminta imbalan baik
langsung maupun tidak langsung cukup besar. Faktor
ini menjadi penyebab buruknya nilai kelima daerah
dengan nilai terendah tersebut. Kejadian terparah
terjadi di Kota Pontianak, dimana 90,4% pengguna
layanan publik di Ibukota Provinsi Kalimantan Barat
tersebut menyatakan bahwa petugasnya lazim
meminta imbalan secara langsung ataupun tidak
langsung. Demikian halnya dengan tindakan petugas
yang mempesulit pengguna layanan tergolong tinggi,
dengan angka tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pinang
(83,7%).
3.3.4. Upaya Pencegahan Korupsi
Kampanye anti korupsi dan pelayanan pengaduan atas
layanan yang diberikan merupakan faktor yang bisa
mencegah terjadinya korupsi, oleh karena itu menjadi
salah satu aspek yang dinilai dalam survei ini. Terkait
dengan kedua aspek upaya pencegahan korupsi ini,
hasil survei menunjukkan hanya sebagian kecil (kurang
20%) pengguna layanan yang menyatakan bahwa unit
layanan yang bersangkutan melakukan kampanye anti
korupsi. Yang paling parah adalah instansi pelayanan
PDAM, dimana hanya 7,5% saja penguna layanan yang
mengatakan bahwa lembaga ini melakukan kampanye
anti korupsi.
Kota Palangka Raya
Kota Tanjung Pinang
Kota Bandung
Perbedaan perlakuan dalammemberikan layanan
81,783,7
78,262,7
19,568,6
60,2
90,449,6
61,7
Meminta imbalan langsung/tidak langsung
Kab. Sambas
Mempersulit jika tidak diberiimbalan
Kota Pontianak
38,3
64,2
53,7
20,8
17,4
51
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Gambar 51. Ada Tidaknya Kampanye Anti Korupsi yang Dilakukan oleh unit Layanan di Daerah
Pada umumnya kampanye yang dilakukan lebih
bersifat pasif. Hal ini ditunjukkan bahwa kampanye
anti korupsi lebih banyak bersifat penyampaian
anjuran yang ditempel di papan pengumuman kantor.
Sarana lain yang digunakan adalah stiker atau spanduk,
pamflet atau brosur; dan hanya sedikit instansi
penyedia layanan publik yang melakukan kampanye
anti korupsi melalui media massa.
Gambar 52. Cara Kampanye Anti Korupsi yang Dilakukan oleh Instansi Pelayanan Publik di Daerah
Sementara itu, upaya yang dilakukan lembaga
pelayanan untuk menangani pengaduan juga belum
maksimal. Hal ini nampak dari masih banyaknya
masyarakat pengguna yang merasa kesulitan untuk
mengajukan komplain/pengaduan atas kualitas
pelayanan yang diberikan. Pelayanan KTP dan IMB
misalnya, dianggap oleh penggunanya sebagai
instansi yang paling sulit dalam melakukan komplain
dibandingkan dua instansi lainnya, sebagaimana
ditunjukkan oleh gambar berikut.
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 20% 40% 60% 80% 100%
18,3 54,7 27,0
7,5 65,6 26,9
18,8 53,9 27,3
14,2 63,7 22,1
Ya, Ada Tidak Ada Tidak Tahu
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0 40 80
51,337,6
21,115,4
49,533,3
20,711,7
62,242,3
15,46,6
47,045,1
13,07,9
Pengumuman di Kantor
Stiker/Spanduk
Panflet/brosur
Media Massa
52
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Gambar 53. Penilaian terhadap Kemudahan Mengajukan Komplain
Instansi penyedia layanan menerima pengaduan/
keluhan masyarakat dengan berbagai cara, diantara-
nya melalui petugas secara langsung, kotak saran,
pusat pengaduan, call center, surat dan sebagainya.
Terlihat bahwa banyak pengguna mengatakan bahwa
instansi menerima pengaduan dengan melalui pe-
tugas layanan secara langsung. Sementara itu cara
lain tidak banyak dilakukan oleh instansi karena
ketemu dengan petugas secara langsung merupakan
cara yang paling mudah dilakukan oleh pengguna.
Gambar 54. Cara Unit Layanan Daerah Menerima Komplain Masyarakat
Uraian mengenai upaya pencegahan korupsi yang
telah dijelaskan di atas merupakan kondisi umum
di setiap unit layanan tanpa memperhatikan daerah
daerah. Secara umum, terlihat pengguna layanan
merasa mudah untuk menyampaikan pengaduan
kepada instansi layanan yang bersangkutan.
Sedangkan kampanye anti korupsi, hanya sedikit saja
pengguna (kurang 20%) yang mengatakan instansi
layanan publik tidak melakukannya.
Kampanye anti korupsi dan penanganan pengaduan
merupakan faktor yang mempengaruhi peringkat
potensi integritas suatu daerah. Untuk menelusuri
penyebab buruknya nilai integritas daerah,
pembahasan lebih difokuskan pada kelima daerah
yang memiliki nilai terendah sebagaimana ditunjuk-
kan oleh gambar berikut.
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0
57,131,3
11,29,6
69,517,0
12,015,7
59,828,0
10,28,0
3,6
60,129,0
13,1
Melalui Petugas Kotak Saran Pusat Pengaduan Call Centre
Mudah Sulit Tidak Tahu
SIUP
PDAM
IMB
KTP
0% 25% 50% 75% 100%
66,5 16,0 17,5
77,6 11,1 11,3
62,2 19,8 18,0
61,1 23,5 15,4
53
INTEGRITAS LAYANAN PUBLIK DAERAH DI INDONESIA
Gambar 55. Ada tidaknya Upaya Anti Korupsi dan Penanganan Pengaduan pada Instansi Pelayanan Publik Di Daerah dengan nilai Integritas 5 Terendah
Dari kedua faktor, tampak bahwa instansi tidak
melakukan kampanye anti korupsi menjadi penyebab
rendahnya nilai daerah. Namun demikian, bagi
Kabupaten Sambas, baik kampanye anti korupsi
maupun penanganan pengaduan bukanlah menjadi
faktor yang berpengaruh besar dalam membuatnya
memiliki nilai rendah dibandingkan daerah lainnya.
Karena pada kabupaten ini, kedua faktor tersebut
relatif baik kondisinya dibandingkan empat daerah
lainnya yang mendapatkan nilai terendah. Artinya ada
faktor lain di luar upaya pencegahan korupsi yang
nilainya rendah di Kabupaten Sambas yang memiliki
pengaruh besar terhadap rendahnya integritas
Kabupaten Sambas.
Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan
keseriusan unit layanan dan pemerintah daerah di
sektor layanan publik dalam memerangi korupsi
secara komprehensif di luar upaya penindakan yang
dilakukan. Semakin intensif usaha-usaha dilakukan
untuk meningkatkan potensi integritas, maka semakin
efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa
dilakukan di unit layanan dan pemerintah daerah
bersangkutan.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam perannya
sebagai trigger mechanism sangat mendorong
upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui
perbaikan layanan publik. Potret kondisi aktual
pelayanan publik terkait dengan transparansi, suap,
pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku
petugas layanan, lingkungan kerja dan upaya-upaya
pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam upaya
meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang
dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.
72.5
73.9
46.6
76.5
80.0
44.2
41.7
14.4
31.4
41.7
0 5 100
Kota Palangka Raya
Kota Pontianak
Kab. Sambas
Kota Bandung
Kota Tanjung Pinang
Sulit mengajukan Pengaduan Instansi tidak melakukan kampanye anti korupsi
54
KESIMPULAN & REKOMENDASI
Agar memudahkan maka kesimpulan dari fakta yang dijumpai di lapangan dirangkai dengan rekomendasi
dalam bentuk matriks berikut;
KESIMPULAN & REKOMENDASI
Kesimpulan Fakta dari Hasil Survei RekomendasiIntegritas sektor publik di Indonesia masih rendah
1. Rata-rata nilai integritas publik dari 40 instansi pusat dengan 105 unit layanan adalah 6,84
2. Rata-rata nilai integritas publik dari 52 pemkab/ pemkot dengan 208 unit layanan adalah 6,69
1. Unit layanan dan Instansi atau pemerintah daerah yang membawahi layanan tersebut melakukan peningkatan kualitas layanan sesuai dengan variabel-variabel penyusun integritas yang ditetapkan
2. Berpartisipasi aktif dalam survei AIA Sistem dan mekanisme layanan dalam rangka pencegahan korupsi mulai dibangun namun belum sanggup/ kurang efektif mendukung terciptanya kondisi ideal yang seharusnya
Rata-rata potensi integritas tingkat pusat (5,96) dan rata-rata potensi integritas daerah (5,94) lebih rendah daripada pengalaman integritas pusat (7,21) dan pengalaman integritas daerah (7,0).
1. Unit layanan dan Instansi atau pemerintah daerah yang membawahi layanan tersebut perlu menciptakan mekanisme yang dapat memastikan bahwa seluruh perangkat baik itu berupa SOP/sistem/aturan maupun fasilitas yang telah ada dijalankan oleh petugas layanan
Cara pandang masyarakat/pengguna layanan masih permisif/ toleran terhadap perilaku korupsi.
1. Di tingkat pusat, 59 persen responden menyatakan bahwa pemberian imbalan/ biaya tambahan merupakan hal yang wajar dalam pengurusan layanan. Di tingkat daerah yang menyatakan hal tersebut mencapai 45 persen
2. Masyarakat memiliki peran yang besar dalam melakukan inisiatif pemberian imbalan/ biaya tambahan kepada petugas layanan
1. Pimpinan unit layanan/ instansi/pemerintah daerah harus menanamkan dan mempraktekkan sikap bahwa birokrat adalah pelayan masyarakat
2. Memberikan sanksi yang nyata terhadap petugas layanan yang menerima atau meminta imbalan/tips/biaya tambahan dalam melayani masyarakat dalam mengurus layanan publik
Imbalan/tips/suap yang diberikan umumnya dalam bentuk uang tunai/cek
1. Sebagian besar responden menyatakan bahwa imbalan/ tips/suap yang diberikan dalam bentuk uang tunai/cek. Hal tersebut menunjukkan bahwa praktek suap masih dilakukan dalam bentuk yang sederhana dan praktis. Praktis karena mudah proses transaksinya.
1. Unit layanan harus menciptakan suasana/ desain/layout ruangan yang memungkinkan tidak terjadi kontak antara petugas dan pengguna layanan. Jikalau harus ada, pertemuan antara petugas dan pengguna sebaiknya dilakukan di tempat yang terbuka dan dapat dimonitor oleh banyak orang, sehingga proses pemberian suap dapat segera terlihat.
2. Memberikan sanksi bagi petugas layanan yang meminta imbalan dan menerima suap
4bab
K e s i m p u l a n d a n R e k o m e n d a s i
55
KESIMPULAN & REKOMENDASI
Kesimpulan Fakta dari Hasil Survei RekomendasiPetugas masih berperilaku koruptif
1. Pada unit layanan di tingkat pusat, 71 persen pengguna layanan mengindikasikan ada perbedaan pelayanan dari petugas layanan pada unit layanan yang mereka datangi, terkait dengan diberikan/tidak diberikannya tips/imbalan kepada petugas layanan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa akibat dari tidak diberikannya imbalan/ tips/biaya tambahan membuat petugas mempersulit pengurusan layanan (dinyatakan oleh 30% responden).
2. Di tingkat daerah, 20-40 persen responden pada unit layanan KTP, IMB, PDAM dan SIUP memiliki kesan petugas mempersulit layanan bila yang bersangkutan tidak diberi tips/imbalan/biaya tambahan.
1. Mekanisme reward and punishment terhadap petugas suatu unit layanan perlu untuk ditegakkan
2. Perlu adanya mekanisme check and balances, dalam memonitor kinerja petugas.
Belum ada upaya pencegahan korupsi yang secara nyata dilakukan oleh unit layanan publik
1. Enam puluh lima persen (65%) pengguna layanan di unit layanan tingkat pusat dan 60 persen pengguna layanan di tingkat daerah tidak melihat adanya kampanye anti korupsi di unit layanan tersebut
Perlu upaya yang serius dari pimpinan unit layanan/instansi/ pemerintah daerah untuk meningkatkan upaya pencegahan korupsi di unit layanan tersebut dalam bentuk praktek-praktek good governance, termasuk di dalamnya kampanye antikorupsi
56
LAMPIRAN
5bab
Pelaksanaan Survei Integritas 2008 (SI 2008), secara
teknis metodologis tidak berbeda dengan yang
dilakukan sebelumnya di tahun 2007. Sebagaimana
layaknya survei, SI 2008 merupakan salah satu upaya
untuk menjaring penilaian responden terhadap
variabel-variabel tertentu yang diterjemahkan
dalam suatu set kuesioner. Dalam SI 2008, penilaian
responden sebisa mungkin diarahkan untuk menjaring
pengalaman langsung responden selama mengurus
layanan. Karenanya, responden yang dipilih pun
adalah responden yang mengurus langsung layanan
dalam satu sampai dua tahun terakhir.
Urut-urutan pelaksanaan kegiatan SI 2008, dimulai dari
penentuan instrumen dan variabel pengukuran. Dalam
hal ini, SI 2008 mengadopsi variabel pengukuran yang
digunakan oleh KICAC dalam mengukur hal yang sama
di Korea. Sejalan dengan penentuan instrumen dan
variabel, KPK untuk kepentingan pengkajian layanan
publik, menyeleksi unit-unit layanan yang akan disurvei
termasuk lokasi dari unit layanan tersebut.
Variabel, indikator dan sub indikator yang telah
ditetapkan, diterjemahkan ke dalam pertanyaan-
pertanyaan yang ada pada kuesioner. Sebelum
kuesioner tersebut disebarkan ke semua daerah
penelitian, terlebih dahulu kuesioner diuji coba untuk
melihat validitas dan keandalannya. Hasilnya kuesioner
yang telah disesuaikan berdasakan hasil evaluasi uji
coba, siap untuk disebar ke responden.
Lampiran 1. Metodologi
Selama kurun waktu Juni hingga September 2008,
pengisian kuesioner dilakukan serentak di semua
lokasi survei. Tim enumerator yang diawasi oleh
supervisor dan peneliti menjaring responden
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hasil dari
pengisian kuesioner, kemudian disortir dan ditabulasi
dengan menggunakan bantuan data set yang dapat
menghindari kesalahan seminimal mungkin. Data
tersebut kemudian diolah dan hasilnya adalah berupa
nilai indeks survei integritas yang berkisar antara 0-10.
Nilai indeks tersebut menunjukkan bahwa, semakin
mendekati 10 integritas unit layanan semakin bagus,
dan sebaliknya jika mendekati 0 integritas layanan
semakin buruk.
A. Lokasi
Lokasi pada dasarnya menyesuaikan dengan unit
layanan yang diukur yakni unit layanan di tingkat
pusat dan unit layanan di tingkat daerah. Lokasi
unit layanan tingkat pusat yang diukur adalah yang
berlokasi di Jakarta. Karenanya, responden yang dipilih
untuk menilai unit layanan ini adalah responden yang
berlokasi di sekitar Jakarta. Sementara responden yang
dipilih untuk menilai unit layanan di daerah adalah
responden yang menjadi pengguna unit layanan dan
berlokasi di kabupaten/kota dimana unit layanan
berada. Gambaran tentang unit layanan dan lokasinya,
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
LAMPIRAN
L a m p i r a n
57
LAMPIRAN
Tabel 1. Unit Layanan Tingkat Pusat dan Instansi Survei Integritas 2008
NAMA INSTANSI UNIT LAYANAN
PERUM PEGADAIAN LAYANAN PEGADAIAN BARANGMAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) LAYANAN UNTUK MENDAPATKAN SERTIFIKAT HALAL BANK INDONESIA (BI) LAYANAN KAS KE BANK UMUM (BANK INDONESIA)
LAYANAN PENUKARAN UANG KECIL / CASH MANAGEMENTLAYANAN PEMBERIAN IZIN PRINSIP DAN IZIN USAHA BPRLAYANAN KREDIT
PT. POS INDONESIA LAYANAN PENGAMBILAN UANG PENSIUN PT. TASPEN LAYANAN ASURANSI PENSIUNANBADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) LAYANAN PENYELIDIKAN OBAT DAN MAKANAN
LAYANAN PEMBERIAN /PENDAFTARAN MD & MLLAYANAN PENGAWASAN TRAPETIK , NAPZA, TRADISIONAL
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) LAYANAN PEMBERIAN IZIN PASAR MODAL/ BAPEPAM LKDEPARTEMEN KOPERASI DAN UKM LAYANAN PINJAMAN PERMODALAN UKM
LAYANAN PENGESAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DEPARTEMEN KESEHATAN IZIN PERDAGANGAN BESAR FARMASI (PBF )
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYALURAN ALAT KESEHATANLAYANAN PEMBERIAN IZIN RUMAH OBAT
BADAN PENGAWASAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI (BAPPEBTI)
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PERDAGANGAN BERJANGKALAYANAN PEMBERIAN IZIN WAKIL PIALANGLAYANAN PEMBERIAN IZIN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA
BANK MANDIRI LAYANAN PINJAMAN (KREDIT MULTIGUNA, KPR,KPA)PT. PELNI LAYANAN PENJUALAN TIKETPT. PERTAMINA LAYANAN PENENTUAN DISTRIBUTOR TABUNG GAS 3 KG DAN ASESSORISNYA
LAYANAN DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BBMLAYANAN DISTRIBUSI DAN PEMASANGAN NON BBMLAYANAN DISTRIBUSI DAN JARINGAN PELAYANAN DOMESTIK
PT. SUCOFIDO LAYANAN JASA PEMERIKSAAN PRODUKLAYANAN JASA STANDAR INTERNASIONAL
BADAN URUSAN LOGISTIK (BULOG) LAYANAN PENYALURAN BERASBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL-BKPM LAYANAN PEMBERIAN IZIN ANGKA PENGENAL IMPORT TERBATAS (APIT)
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN PMDNLAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN PMA
PT. ASABRI LAYANAN SANTUNAN ASURANSIDEPARTEMEN LUAR NEGERI LAYANAN LEGALISASI BAGI DOKUMEN YANG AKAN DIGUNAKAN DI LUAR NEGERI
LAYANAN KEPENGURUSAN VISALAYANAN KEPENGURUSAN PASPOR DINASLAYANAN PEMBERIAN IZIN KE LN (EXIT PERMIT)
DEPARTEMEN PERTANIAN LAYANAN IZIN PENDAFTARAN PUPUK ORGANIKLAYANAN IZIN INVESTASI BIDANG USAHA HORTIKULTURALLAYANAN SERTIFIKASI PERUSAHAAN FUMIGASI DENGAN METIL BROMIDA and SERTIFIKASI PERUSAHAAN KAMASAN KAYU
RS FATMAWATI LAYANAN TES FISIK NARKOBA UNTUK SURAT BEBAS NARKOBADEPARTEMEN ENERGI SUMBERDAYA MINERAL (ESDM)
LAYANAN PENERBIT SKTLAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA PENUNJANG PERTAMBANGAN/IZIN USAHA (SEMENTARA DAN TETAP)/SERTIFIKASI PRODUK PERALATAN DAN PEMANFAATAN TL
RS CIPTO MANGUN KUSUMO (RSCM) LAYANAN RAWAT INAPLAYANAN RAWAT JALANLAYANAN ASKESKIN
PT. TELKOM LAYANAN PASANG SAMBUNGAN BARULAYANAN PEMULIHAN PEMUTUSAN HUBUNGANLAYANAN TAGIHAN TUNGGAKAN
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN LAYANAN PEMBERIAN IZIN OPERASI KAPAL PERIKANANLAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA PENANGKAPAN IKANLAYANAN SEWA RUANG PENDINGIN (COLD STORAGE)LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN
58
LAMPIRAN
Tabel 1. Lanjutan....
NAMA INSTANSI UNIT LAYANAN
PT. KERETA API INDONESIA LAYANAN PENJUALAN TIKET KERETA API DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL LAYANAN PEMBERIAN IZIN OPERASIONAL TAMAN KANAK- KANAK
LAYANAN PEMBERIKAN IZIN/ AKREDITASI PTSLAYANAN PEMBERIAN IZIN MENGADAKAN KURSUS- KURSUSLAYANAN PEMBERIAN IZIN POLITEKNIK
DEPARTEMEN AGAMA LAYANAN ADMINISTRASI PERNIKAHAN, TALAK,RUJUK, DAN CERAI ( KUA)LAYANAN PENYELENGGARAAN HAJILAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIDIKAN AGAMA / SEKOLAH AGAMALAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN HAJI
DEPARTEMEN TENAGA KERJA LAYANAN KEBERANGKATAN DAN KEPULANGAN TKILAYANAN PENDIRIAN BALAI LATIHAN KERJALAYANAN PENGUJIAN K3 LAYANAN IZIN TENAGA KERJA ASING
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN LAYANAN PEMBUATAN TDPLAYANAN TEKNIS PENGUJIAN DAN KALIBRASILAYANAN SERTIFIKASI STANDAR NASIONAL INDONESIA ( SNI) DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAGEMENT MUTU
PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYAMBUNGAN DAN PEMASANGAN LISTRIK LAYANAN JARINGAN / TAMBAHAN DAYAPELAYANAN GANGGUAN
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN LAYANAN PEMBERIAN IZIN TRAYEKLAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN LAUTLAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN DARAT DAN IZIN USAHA ANGKUTAN UDARA
DEPARTEMEN PERDAGANGAN LAYANAN PERIJINAN EKSPOR DAN IMPORT & LAYANAN PEMBERIAN IJIN USAHA PERDAGANGAN BAHAN BERBAHAYA LAYANAN PENDAFTARAN KEAGENAN / DISTRIBUTOR (BARANG ATAU JASA DALAM NEGERI)LAYANAN PENDAFTARAN USAHA WARALABA
KEPOLISIAN RI LAYANAN KEPENGURUSAN SIMLAYANAN PELANGGARAN LALU LINTASLAYANAN PENGADUAN (CURANMOR, PERAMPOKAN, DLL )LAYANAN KEPENGURUSAN STNK DAN BPKB
DEPARTEMEN SOSIAL LAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA ( NARKOBA )LAYANAN DAN REHABILITASI TUNA SOSIAL
PT. PELABUHAN INDONESIA II (PELINDO II) LAYANAN BARANGLAYANAN KAPAL
PT. ANGKASA PURA II LAYANAN SEWA TEMPAT BANDARALAYANAN PARKIR BANDARALAYANAN PEMBERIAN IZIN TAKSI BANDARALAYANAN CARGO
DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM LAYANAN PASPOR, PASPOR HILANG / RUSAK, PERUBAHAN PASPOR RI UNTUK WNI LAYANAN LEMBAGA PERMASYARAKATANLAYANAN KENOTARISANLAYANAN FIDUSIA ( JAMINAN ATAS BARANG BERGERAK )
BADAN PERTANAHAN NASIONAL LAYANAN BALIK NAMA HAK TANAHLAYANAN PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH / PENGGABUNGAN SERTIFIKATLAYANAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRALLAYANAN HAK TANGGUNGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN LAYANAN PEMERIKSAAN SPTLAYANAN BEA MASUKLAYANAN KPPN
MAHKAMAH AGUNG PN JAKARTA BARATPN JAKARTA UTARA PN JAKARTA PUSATPN JAKARTA SELATAN
59
LAMPIRAN
Jumlah unit layanan yang disurvei untuk tingkat
pusat adalah sebanyak 105 unit layanan. Unit-unit
layanan tersebut menyebar di 40 instansi yang
merupakan 15 instansi setingkat Departemen, 8 instansi
setingkat Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND), 15 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan 2 Badan
Layanan Umum (BLU). Sementara untuk unit layanan
yang disurvei di tingkat daerah terdiri dari empat unit
Tabel 2. Daerah yang menjadi Lokasi Survei Integritas 2008
Tabel 3. Jumlah Responden
No Pemerintah Daerah No Pemerintah Daerah1 Kota Gorontalo 27 Kab. Bekasi2 Kab. Magelang 28 Kota Semarang3 Kota Balikpapan 29 Kab. Kendal4 Kab. Jembrana 30 Kab. Sleman5 Kota Yogyakarta 31 Kota Medan 6 Kab. Barito Utara 32 Kota Denpasar7 Kab. Kudus 33 Kota Manado 8 Kab. Kapuas 34 Kota Makassar 9 Kab. Barito Kuala 35 Kota Kediri
10 Kab. Probolinggo 36 Kab. Sragen11 Kota Palembang 37 Kab. Banyumas12 Kab. Brebes 38 DKI Jakarta13 Kab. Kotawaringin Barat 39 Kab. Hulu Sungai Tengah14 Kab. Pasir 40 Kota Tangerang15 Kab. Jepara 41 Kota Banjarmasin16 Kab. Jember 42 Kab. Kota Baru17 Kab. Karangasem 43 Kota Malang18 Kota Padang 44 Kab. Kutai Kartanegara19 Kota Banda Aceh 45 Kab. Serang20 Kota Pekanbaru 46 Kota Palangkaraya21 Kab. Bondowoso 47 Kab. Sambas22 Kab. Jombang 48 Kota Pontianak23 Kota Bogor 49 Kab. Bandung24 Kab. Subang 50 Kab. Sumenep25 Kab. Ketapang 51 Kota Bandung26 Kota Surabaya 52 Kota Tanjung Pinang
B. Karakteristik Responden
No Uraian Jumlah
1 Total Responden SI 2008 11,2682 Responden di Tingkat Pusat 4,8003 Responden di Tingkat Daerah 6,4684 Responden Untuk Setiap Unit Layanan 30
layanan. Keempatnya adalah unit layanan pembuatan
Kartu Tanda Penduduk (KTP), Unit layanan pembuatan
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), unit layanan
pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan unit
layanan air minum (PDAM). Keempat unit layanan
tersebut, disurvei di 52 Kabupaten/Kota yang tersebar
di 20 propinsi.
60
LAMPIRAN
Tabel 4. Karakteristik Responden
Tabel 5. Variabel, Indikator dan Sub Indikator berserta Bobot Penilaian
C. Variabel dan Instrumen Pengukuran
No. Kriteria RespondenTingkat Pusat Tingkat Daerah
% %A. Berdasarkan Jenis Kelamin
1 Laki-laki 63% 69%2 Perempuan 37% 31%
B. Berdasarkan Tingkat Pendidikan1 SD atau tidak pernah sekolah 3% 9%2 SMP atau sederajat 5% 11%3 SMA atau sederajat 32% 45%4 Akademi / Diploma 20% 10%5 S1 / S2 / S3 38% 24%6 Tidak menjawab 2% 1%
C. Berdasarkan Pekerjaan1 Bekerja sendiri 17% 45%2 Karyawan Swasta 65% 29%3 Pegawai negeri / militer 3% 11.%4 Tidak bekerja 14% 14%5 Tidak menjawab 1% 1%
D. Berdasarkan Umur1 Kurang dari 25 tahun 7% 11%2 26 - 35 tahun 39% 30%3 36 - 45 tahun 34% 33%4 46 - 55 tahun 12% 19%5 Di atas 55 tahun 8% 7%
Variabel Indikator Sub-Indikator
IndeksIntegritas
Pengalaman Integritas (0.705)
Pengalaman Korupsi (0.748)
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.694)Nilai atau Jumlah gratifikasi (0.306)
Cara Pandang(0.252) Cara Pandang tingkat gratifikasi (1.000)
Potensi Integritas
(0,295) = 5,96
Lingkungan Kerja (0.265)
Penawaran dan Pemberian Gratifikasi (0.658)Kebutuhan kontak di luar prosedur (0.342)
Sistem Administrasi(0.303)
Kemudahan/Kepraktisan SOP (0.294)Keterbukaan Informasi (0.706)
Perilaku Petugas Layanan (0.261)
Keadilan dalam layanan (0.727)Harapan atas gratifikasi (0.273)
Pencegahan Korupsi (0.171)
Upaya Pencegahan Korupsi (0.556)Kemudahan Pengaduan Masyarakat (0.444)
Variabel, Indikator dan sub indikator pada tabel diatas,
merupakan panduan dalam menyusun kuesioner.
Dalam hal ini, pertanyaan-pertanyaan yang ada pada
kuesioner diarahkan untuk menilai hal-hal tersebut.
Untuk menjaga agar tidak salah responden, pertanyaan
awal diarahkan untuk menscreening status responden
dalam pengurusan. Selanjutnya item-item inti
pertanyaan dimulai dari pertanyaan pada aspek-aspek
potensi integritas yang kemudian dilanjutkan dengan
pertanyaan terkait pengalaman integritas. Pengisian
kuesioner ditutup dengan pertanyaan seputar
demografi responden. Struktur pertanyaan yang ada
pada kuesioner, dapat dilihat pada tabel berikut.
61
LAMPIRAN
No. Item PertanyaanA. Pertanyaan Screening
1 Status responden sebagai pengguna layanan publik2 Keterlibatan responden dalam pengurusan layanan publik
B. Sistem Administrasi3 Sumber informasi tentang layanan4 Ketersediaan informasi tentang biaya, cara dan jangka waktu
pengurusan layanan5 Tingkat kemudahan dalam mengurus layanan6 Tingkat kecepatan waktu pengurusan hingga selesai
C. Lingkungan Kerja7 Intensitas pemberian suap / uang tambahan di unit layanan8 Waktu pemberiang uang tambahan / suap9 Pihak yang berinisiatif dalam suap menyuap
10 Sikap petugas terhadap tawaran suap11 Intensitas pertemuan dengan petugas dalam proses pelayanan12 Keberadaan pertemuan yang tidak resmi / diluar prosedur
D. Perilaku Petugas Layanan13 Adanya perbedaan perlakuan petugas dalam memberikan pelayanan14 Harapan petugas yang memberikan layanan terhadap imbalan / uang
tambahan15 Dampak dari pemberian imbalan / uang tambahan terhadap kelancaran
pelayananE. Pencegahan Korupsi
16 Keberadaan kampanye anti korupsi di lingkungan pelayanan17 Cara / bentuk kampanye anti korupsi yang dilakukan oleh unit layanan18 Kemudahan dalam memahami isi pesan anti korupsi19 Kemudahan dalam mengajukan pengaduan terkait layanan yang
diberikan20 Cara instansi / unit layanan dalam menerima pengaduan atau keluhan
masyarakatF. Pengalaman Pribadi terkait Korupsi
21 Total biaya yang dikeluarkan dalam mengurus layanan22 Biaya resmi pengurusan23 Biaya tambahan di luar biaya resmi yang dikeluarkan oleh pengguna
layanan24 Frekuensi pemberian biaya tambahan25 Bentuk biaya tambahan yang diberikan26 Tingkat kewajaran pembayaran biaya tambahan27 Sifat pemberian biaya tambahan28 Tingkat kerawanan indikasi korupsi
G. Demografi Responden29 Jenis kelamin30 Tingkat pendidikan31 Jenis pekerjaan32 Jenis industri / sektor pekerjaan33 Usia34 Rata-rata pengeluaran total per bulan
Tabel 6. Struktur Pertanyaan dalam Kuesioner Surevei Integritas 2008
62
LAMPIRAN
D. Alat Analisis dan Pengolahan Data
Data diolah dengan menggunakan bantuan software
pengolahan data. Dalam hal ini, software yang
digunakan terdiri dari QPSMR Reflect Software, SPSS
versi 13 dan Microsoft Excell. Sejak dari input hingga
running data, kontrol kualitas dilakukan secara ketat
oleh ahli statistik. Hasil dari pengolahan data tersebut,
disajikan dalam bentuk nilai indeks 0-10. Besarnya
nilai indeks akan menunjukkan posisi ranking dari unit
layanan yang dinilai.
63
LAMPIRAN
Lampiran 2. Nilai Integritas Instansi dan Layanan Tingkat Pusat
NAMA INSTANSI SKOR INTEGRITAS
PERINGKAT UNIT LAYANAN SKOR INTEGRITAS
PERINGKAT
PERUM PEGADAIAN 8.56 1 LAYANAN PEGADAIAN BARANG 8.56 2
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
8.53 2 LAYANAN UNTUK MENDAPATKAN SERTIFIKAT HALAL
8.53 3
BANK INDONESIA (BI) 8.12 3 LAYANAN KAS KE BANK UMUM (BANK INDONESIA)
8.39 5
LAYANAN PENUKARAN UANG KECIL / CASH MANAGEMENT
8.07 9
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PRINSIP DAN IZIN USAHA BPR
8.31 6
LAYANAN KREDIT 6.3 73
PT. POS INDONESIA 8.08 4 LAYANAN PENGAMBILAN UANG PENSIUN 8.08 8
PT. TASPEN 7.94 5 LAYANAN ASURANSI PENSIUNAN 7.94 12
BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM)
7.84 6 LAYANAN PENYELIDIKAN OBAT DAN MAKANAN 7.51 26
LAYANAN PEMBERIAN /PENDAFTATRAN MD & ML 8.45 4
LAYANAN PENGAWASAN TRAPETIK , NAPZA, TRADISIONAL
7.6 22
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM)
7.81 7 LAYANAN PEMBERIAN IZINAN PASAR MODAL/ BAPEPAM LK
7.81 17
DEPARTEMEN KOPERASI DAN UKM
7.69 8 LAYANAN PINJAMAN PERMODALAN UKM 8.06 10
LAYANAN PENGESAHAN BADAN HUKUM KOPERASI
7.23 43
DEPARTEMEN KESEHATAN 7.58 9 IZIN PERDAGANGAN BESAR FARMASI (PBF ) 7.3 40
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYALURAN ALAT KESEHATAN
7.21 44
LAYANAN PEMBERIAN IZIN RUMAH OBAT 7.74 18
BADAN PENGAWASAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI (BAPPEBTI)
7.58 10 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PERDAGANGAN BERJANGKA
7.94 11
LAYANAN PEMBERIAN IZIN WAKIL PIALANG 8.14 7
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA
5.69 83
BANK MANDIRI 7.57 11 LAYANAN PINJAMAN (KREDIT MULTIGUNA, KPR,KPA)
7.57 23
PT. PELNI 7.41 12 LAYANAN PENJUALAN TIKET 7.41 32
PT. PERTAMINA 7.38 13 LAYANAN PENENTUAN DISTRIBUTOR TABUNG GAS 3 KG DAN ASESSORISNYA
7.31 38
LAYANAN DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BBM 7.42 31
LAYANAN DISTRIBUSI DAN PEMASANGAN NON BBM
7.31 35
LAYANAN DISTRIBUSI DAN JARINGAN PELAYANAN DOMESTIK
7.3 39
PT. SUCOFIDO 7.32 14 LAYANAN JASA PEMERIKSAAN PRODUK 7.31 37
LAYANAN JASA STANDAR INTERNASIONAL 7.31 36
BADAN URUSAN LOGISTIK (BULOG)
7.23 15 LAYANAN PENYALURAN BERAS 7.23 42
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL-BKPM
7.21 16 LAYANAN PEMBERIAN IZIN ANGKA PENGENAL IMPORT TERBATAS (APIT)
6.65 57
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN PMDN
7.4 34
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN PMA
7.46 28
PT. ASABRI 7.15 17 LAYANAN SANTUNAN ASURANSI 7.15 46
64
LAMPIRAN
Lampiran 2. Lanjutan...
NAMA INSTANSI SKOR INTEGRITAS
PERINGKAT UNIT LAYANAN SKOR INTEGRITAS
PERINGKAT
DEPARTEMEN LUAR NEGERI
7.14 18 LAYANAN LEGALISASI BAGI DOKUMEN YANG AKAN DIGUNAKAN DI LUAR NEGERI
7.48 27
LAYANAN KEPENGURUSAN VISA 7.09 48
LAYANAN KEPENGURUSAN PASPOR DINAS 6.44 67
LAYANAN PEMBERIAN IZIN KE LN (EXIT PERMIT) 7.51 25
DEPARTEMEN PERTANIAN 7.1 19 LAYANAN IZIN PENDAFTARAN PUPUK ORGANIK 6.42 69
LAYANAN IZIN INVESTASI BIDANG USAHA HORTIKULTURAL
6.86 55
LAYANAN SERTIFIKASI PERUSAHAAN FUMIGASI DENGAN METIL BROMIDA and SERTIFIKASI PERUSAHAAN KAMASAN KAYU
7.94 14
RS FATMAWATI 7.08 20 LAYANAN TES FISIK NARKOBA UNTUK SURAT BEBAS NARKOBA
7.08 49
DEPARTEMEN ENERGI SUMBERDAYA MINERAL (ESDM)
7.05 21 LAYANAN PENERBIT SKT 6.91 53
LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA PENUNJANG PERTAMBANGAN/IZIN USAHA (SEMENTARA DAN TETAP)/SERTIFIKASI PRODUK PERALATAN DAN PEMANFAATAN TL
7.19 45
RS CIPTO MANGUN KUSUMO (RSCM)
6.99 22 LAYANAN RAWAT INAP 6.5 63
LAYANAN RAWAT JALAN 7.45 29
LAYANAN ASKESKIN 7.05 50
PT. TELKOM 6.92 23 LAYANAN PASANG SAMBUNGAN BARU 6.57 58
LAYANAN PEMULIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN 6.99 51
LAYANAN TAGIHAN TUNGGAKAN 7.43 30
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN
6.92 24 LAYANAN PEMBERIAN IZIN OPERASI KAPAL PERIKANAN
7.25 41
LAYANAN PEMBERIAN IZINAN USAHA PENAGKAPAN IKAN
7.11 47
LAYANAN SEWA RUANG PENDINGAN (COLD STORAGE)
5.48 87
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN
7.88 15
PT. KERETA API INDONESIA
6.9 25 LAYANAN PENJUALAN TIKET KERETA API 6.9 54
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
6.81 26 LAYANAN PEMBERIAN IZIN OPERASIONAL TAMAN KANAK- KANAK
5.21 92
LAYANAN PEMBERIKAN IZIN/ AKREDITASI PTS 7.94 13
LAYANAN PEMBERIAN IZIN MENGADAKAN KURSUS- KURSUS
6.29 74
LAYANAN PEMBERIAN IZIN POLITEKNIK 8.6 1
DEPARTEMEN AGAMA 6.57 27 LAYANAN ADMINISTRASI PERNIKAHAN, TALAK,RUJUK, DAN CERAI ( KUA)
5.43 88
LAYANAN PENYELENGGARAAN HAJI 7.54 24
LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENDIDIKAN AGAMA / SEKOLAH AGAMA
6.49 64
LAYANAN PEMBERIAN IZINAN PENYELENGGARAAN HAJI
6.54 61
DEPARTEMEN TENAGA KERJA
6.51 28 LAYANAN KEBERANGKATAN DAN KEPULANGAN TKI
6.44 68
LAYANAN PENDIRIAN BALAI LATIHAN KERJA 7.86 16
LAYANAN PENGUJIAN K3 6.45 65
LAYANAN IZIN TENAGA KERJA ASING 5.98 79
65
LAMPIRAN
NAMA INSTANSI SKOR INTEGRITAS
PERINGKAT UNIT LAYANAN SKOR INTEGRITAS
PERINGKAT
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN
6.45 29 LAYANAN PEMBUATAN TDP 5.12 95
LAYANAN TEKNIS PENGUJIAN DAN KALIBRASI 7.64 20
LAYANAN SERTIFIKASI STANDAR NASIONAL INDONESIA ( SNI ) DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAGEMENT MUTU
7.41 33
PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)
6.39 30 LAYANAN PEMBERIAN IZIN PENYAMBUNGAN DAN PEMASANGAN LISTRIK
6.16 77
LAYANAN JARINGAN / TAMBAHAN DAYA 6.57 60
PELAYANAN GANGGUAN 6.36 72
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
6.23 31 LAYANAN PEMBERIAN IZIN TRAYEK 6.44 68
LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN LAUT
5.98 79
LAYANAN PEMBERIAN IZIN USAHA ANGKUTAN DARAT DAN IZIN USAHA ANGKUTAN UDARA
6.41 70
DEPARTEMEN PERDAGANGAN
6.17 32 LAYANAN PERIJINAN EKSPOR DAN IMPORT & LAYANAN PEMBERIAN IJIN USAHA PERDAGANGAN BAHAN BERBAHAYA
5.27 89
LAYANAN PENDAFTARAN KEAGENAN / DISTRIBUTOR (BARANG ATAU JASA DALAM NEGERI)
5.72 82
LAYANAN PENDAFTARAN USAHA WARALABA 7.71 19
KEPOLISIAN RI 6.13 33 LAYANAN KEPENGURUSAN SIM 5.22 91
LAYANAN PELANGGARAN LALU LINTAS 6.53 62
LAYANAN PENGADUAN (CURANMOR, PERAMPOKAN, DLL )
5.65 85
LAYANAN KEPENGURUSAN STNK DAN BPKB 6.98 52
DEPARTEMEN SOSIAL 5.99 34 LAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA ( NARKOBA )
6.38 71
LAYANAN DAN REHABILITASI TUNA SOSIAL 5.76 81
PT. PELABUHAN INDONESIA II (PELINDO II)
5.44 35 LAYANAN BARANG 5.68 84
LAYANAN KAPAL 5.13 94
PT. ANGKASA PURA II 5.32 36 LAYANAN SEWA TEMPAT BANDARA 4.94 96
LAYANAN PARKIR BANDARA 5.14 93
LAYANAN PEMBERIAN IZIN TAKSI BANDARA 7.63 21
LAYANAN CARGO 4.92 97
DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM
5.25 37 LAYANAN PERMOHONAN PASPOR, PASPOR HILANG / RUSAK, PERUBAHAN PASPOR RI UNTUK WNI
5.83 80
LAYANAN LEMBAGA PERMASYARAKATAN 2.99 103
LAYANAN KENOTARISAN 6.81 56
LAYANAN FIDUSIA ( JAMINAN ATAS BARANG BERGERAK )
6.19 75
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
5.07 38 LAYANAN BALIK NAMA HAK TANAH 5.26 90
LAYANAN PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH / PENGGABUNGAN SERTIFIKAT
4.56 99
PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL 5.59 86
LAYANAN HAK TANGGUNGAN 4.85 98
DEPARTEMEN KEUANGAN 5.06 39 LAYANAN PEMERIKSAAN SPT 6.57 59
LAYANAN BEA MASUK 4.48 100
LAYANAN KPPN 2.75 104
MAHKAMAH AGUNG 4.43 40 PN JAKARTA BARAT 2.52 105
PN JAKARTA UTARA 3.07 102
PN JAKARTA PUSAT 4.47 101
PN JAKARTA SELATAN 6.19 76
Lampiran 2. Lanjutan...
66
LAMPIRAN
Lampiran 3. Skor Pengalaman dan Potensi Integritas Tingkat PusatINSTANSI UNIT LAYANAN PENGALAMAN
INTEGRITAS POTENSI
INTEGRITAS PERUM PEGADAIAN
Layanan Pegadaian Barang 9.21 7.00 MAJELIS ULAMA INDONESIA
Layanan untuk Mendapatkan Sertifikat Halal 9.11 7.15 BANK INDONESIA
Layanan Kas ke Bank Umum 8.69 7.66 Layanan Penukaran Uang Kecil / Cash Management 8.40 7.30 Layanan Pemberian Izin Prinsip dan Izin Usaha BPR 9.00 6.65 Layanan Kredit 6.29 6.32
PT. POS DAN GIROLayanan Pengambilan Uang Pensiun 8.63 6.76
PT. TASPENLayanan Asuransi Pensiunan 8.47 6.69
BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM)
Layanan Penyelidikan Obat dan Makanan 8.21 5.85 Layanan Pemberian/Pendaftaran MD & ML 9.41 6.16 Layanan Pengawasan Trapetik, Napza, Tradisional 8.17 6.25
BAPEPAMLayanan Pemberian Izin Pasar Modal/ Bapepam LK 8.41 6.38
KOPERASI DAN UKMLayanan Pinjaman Permodalan UKM 8.55 6.89 Layanan Pengesahan Badan Hukum kKperasi 7.51 6.55
DEPARTEMEN KESEHATANLayanan Pemberian Izin Penyaluran Alat Kesehatan & Izin Perdagangan Besar Farmasi (PBF )
7.83 6.02
Layanan Pemberian Izin Penyaluran Alat Kesehatan 7.74 5.97 Layanan Pemberian Izin Rumah Obat 8.40 6.17
BADAN PENGAWASAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI – BAPPEBTI
Layanan Pemberian Izin Perdagangan Berjangka 8.74 6.04 Layanan Pemberian Izin Wakil Pialang 8.81 6.51 Layanan Pemberian Izin Perusahaan Pialang Berjangka 6.12 4.67
BANK MANDIRILayanan Pinjaman (Kredit Multiguna, KPR, KPA) 7.97 6.61
PT. PELNILayanan Penjualan Tiket ( Pelni ) 7.77 6.56
PT. PERTAMINALayanan Penentuan Distributor Tabung Gas 3 kg dan Asessorisnya
7.71 6.35
Layanan Distribusi dan Pemasaran BBM 7.84 6.41 Layanan Distribusi dan Pemasangan non BBM 7.59 6.65 Layanan Distribusi dan Jaringan Pelayanan Domestik 7.66 6.46
PT. SUCOFIDOLayanan Jasa Pemeriksaan Produk 7.76 6.24 Layanan Jasa Standar Internasional 7.80 6.14
BADAN URUSAN LOGISTIKLayanan Penyaluran Beras 7.64 6.27
BKPMLayanan Pemberian Izin Angka Pengenal Import Terbatas (APIT)
6.83 6.21
Layanan Pemberian Izin Pendirian Perusahaan PMDN 7.97 6.05 Layanan Pemberian Izin Pendirian Perusahaan PMA 7.92 6.35
PT. ASABRILayanan Santunan Asuransi 7.47 6.38
67
LAMPIRAN
INSTANSI UNIT LAYANAN PENGALAMAN INTEGRITAS
POTENSI INTEGRITAS
DEPARTEMEN LUAR NEGERILayanan Legalisasi bagi Dokumen yang akan Digunakan di Luar Negeri
8.03 6.18
Layanan Pengurusan Visa 7.47 6.20 Layanan Pengurusan Paspor Dinas 6.69 5.85 Layanan Pemberian Izin ke LN (Exit Permit) 8.00 6.37
DEPARTEMEN PERTANIANLayanan Izin Pendaftaran Pupuk Organik 6.58 6.04 Layanan Izin Investasi Bidang Usaha Hortikultural 7.30 5.82 Layanan Sertifikasi Perusahaan Fumigasi dengan Metil bromida and Sertifikasi Perusahaan Kemasan Kayu
8.60 6.35
RS FATMAWATILayanan Tes Fisik Narkoba untuk Surat Bebas Narkoba 7.48 6.13
ESDMLayanan Penerbit SKT 7.32 5.94 Layanan Pemberian Izin Usaha Penunjang Pertambangan/Izin Usaha (sementara dan tetap) / sertifikasi produk peralatan dan pemanfaatan TL
7.73 5.89
RS CIPTO MANGUN KUSUMOLayanan Rawat Inap 7.11 5.04 Layanan Rawat Jalan 8.13 5.83 Layanan Askeskin 7.70 5.51
PT. TELKOMLayanan Pasang Sambungan Baru 6.69 6.30 Layanan Pemulihan Pemutusan Hubungan 7.18 6.53 Layanan Tagihan Tunggakan 7.61 7.01
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Layanan Pemberian Izin Operasi Kapal Perikanan 7.56 6.53 Layanan Pemberian Izin Usaha Penangkapan Ikan 7.51 6.17 Layanan Sewa Ruang Pendingin (cold storage) 5.59 5.23 Layanan Pemberian Izin Pengembangan Usaha Perikanan 8.30 6.88
PERUM KERETA API INDONESIALayanan Penjualan Tiket Kereta Api 7.23 6.11
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALLayanan Pemberian Izin Operasional Taman Kanak- Kanak 5.19 5.26 Layanan Pemberian Izin/ Akreditasi PTS 8.33 7.01 Layanan Pemberian Izin Mengadakan Kursus- Kursus 6.72 5.25 Layanan Pemberian Izin Politeknik 9.02 7.59
DEPARTEMEN AGAMALayanan Administrasi Pernikahan, Talak, Rujuk, dan Cerai (KUA)
5.41 5.47
Layanan Penyelenggaraan Haji 7.96 6.55 Layanan Pemberian Izin Pendidikan Agama/ Sekolah Agama 6.76 5.82 Layanan Pemberian Izin Penyelenggaraan Haji 6.77 5.99
DEPARTEMEN TENAGA KERJALayanan Keberangkatan dan Kepulangan TKI 6.72 5.75 Layanan Pendirian Balai Latihan Kerja 8.41 6.52 Layanan Pengujian K3 6.97 5.20 Layanan Izin Tenaga Kerja Asing 6.25 5.32
DEPARTEMEN PERINDUSTRIANLayanan Pembuatan TDP 5.21 4.91 Layanan Teknis Pengujian dan Kalibrasi 8.27 6.14 Layanan Sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Sertifikasi Sistem Management Mutu
8.10 5.77
PT. PLNLayanan Pemberian Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik
6.50 5.35
Layanan Jaringan / Tambahan Daya 6.94 5.68 Pelayanan Gangguan 6.37 6.34
Lampiran 3. Lanjutan...
68
LAMPIRAN
INSTANSI UNIT LAYANAN PENGALAMAN INTEGRITAS
POTENSI INTEGRITAS
DEPARTEMEN PERHUBUNGANLayanan Pemberian Izin Usaha Angkutan Darat and Izin Usaha Angkutan Udara
6.70 5.72
Layanan Pemberian Izin Usaha Angkutan Laut 6.03 5.88 Layanan Pemberian Izin Trayek 6.73 5.76
DEPARTEMEN PERDAGANGANLayanan Perizinan Ekspor dan Import & Layanan Pemberian Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya
5.39 4.99
Layanan Pendaftaran Keagenan / Distributor (barang atau jasa dalam negeri)
5.88 5.32
Layanan Pendaftaran Usaha Waralaba 8.31 6.29 KEPOLISIAN NEGARA RI
Layanan Pelanggaran Lalu Lintas 6.98 5.45 Layanan Pengurusan SIM 5.45 4.67 Layanan Pengurusan STNK dan BPKB 7.45 5.87 Layanan Pengaduan (Curanmor, Perampokan, dll ) 5.81 5.28
DEPARTEMEN SOSIALLayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza (narkoba)
6.90 5.13
Layanan dan Rehabilitasi Tuna Sosial 6.34 4.37 PT. PELINDO II
Layanan Barang 5.89 5.20 Layanan Kapal 5.14 5.10
PT. ANGKASA PURA IILayanan Sewa Tempat Bandara 4.88 5.08 Layanan Parkir Bandara 5.20 5.00 Layanan Pemberian Izin Taksi Bandara 8.07 6.57 Layanan Kargo 4.92 4.92
DEPARTEMEN HUKUM DAN HAMLayanan Paspor, Paspor Hilang / Rusak, Perubahan Paspor RI untuk WNI
6.12 5.14
Layanan Lembaga Permasyarakatan 2.63 3.84 Layanan Kenotarisan 7.08 6.16 Layanan Fidusia (Jaminan Atas Barang Bergerak ) 6.41 5.67
BPNLayanan Balik Nama Hak Tanah 5.30 5.15 Layanan Pembuatan Sertifikat Tanah/ Penggabungan Sertifikat
4.51 4.67
Layanan Pengukuran dan pemetaan kadastral 5.82 5.04 Layanan Hak Tanggungan 4.84 4.86
DEPARTEMEN KEUANGANLayanan Pemeriksaan SPT 6.89 5.80 Layanan Bea Masuk 4.38 4.75 Layanan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) 2.22 4.01
MAHKAMAH AGUNGPN jakarta barat 2.45 2.69 PN Jakarta Utara 2.99 3.27 PN Jakarta Pusat 4.64 4.06 PN Jakarta Selatan 6.53 5.36
Lampiran 3. Lanjutan...
69
LAMPIRAN
Lampiran 4. Nilai Integritas Daerah dan LayanannyaDaerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota Gorontalo
Total Integritas 8.52 1 PDAM 8.94 9KTP 8.77 1SIUP 8.14 5IMB 9.42 1
Pengalaman Integritas 9.04 1 PDAM 9.39 2KTP 9.54 1SIUP 8.53 2IMB 9.73 1
Potensi Integritas 7.28 3 PDAM 7.86 5KTP 6.97 8SIUP 7.19 9IMB 8.68 1
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten MAGELANG
Total Integritas 8.30 2 PDAM 8.12 9KTP 8.94 1SIUP 8.03 5IMB 8.34 4
Pengalaman Integritas 8.65 2 PDAM 8.45 15KTP 9.38 2SIUP 8.21 5IMB 8.9 3
Potensi Integritas 7.45 2 PDAM 7.34 10KTP 7.9 1SIUP 7.59 5IMB 7.01 6
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota BALIKPAPAN
Total Integritas 7.9 3 PDAM 8 12KTP 7.99 6SIUP 7.06 18IMB 8.37 3
Pengalaman Integritas 8.4 3 PDAM 8.79 6KTP 8.41 7SIUP 7.34 20IMB 9.06 2
Potensi Integritas 6.7 10 PDAM 6.11 44KTP 6.97 7SIUP 6.41 16IMB 6.7 8
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten JEMBRANA
Total Integritas 7.84 4 PDAM 7.99 13KTP 7.38 11SIUP 7.49 11IMB 8.48 2
Pengalaman Integritas 8 5 PDAM 8.27 20KTP 7.48 16SIUP 7.39 19IMB 8.82 4
Potensi Integritas 7.48 1 PDAM 7.32 11KTP 7.15 5SIUP 7.74 3IMB 7.67 2
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota YOGYAKARTA
Total Integritas 7.72 5 PDAM 8.8 3KTP 6.93 20SIUP 7.89 6IMB 7.21 14
Pengalaman Integritas 7.93 7 PDAM 9.18 3KTP 7.03 23SIUP 7.98 7IMB 7.44 18
Potensi Integritas 7.22 5 PDAM 7.89 4KTP 6.71 12SIUP 7.68 4IMB 6.64 9
70
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten BARITO UTARA
Total Integritas 7.63 6 PDAM 7.94 17KTP 7.42 9SIUP 7.66 7IMB 7.51 8
Pengalaman Integritas 7.84 12 PDAM 8.11 26KTP 7.7 13SIUP 7.88 8IMB 7.68 14
Potensi Integritas 7.11 7 PDAM 7.55 9KTP 6.73 11SIUP 7.11 11IMB 7.09 4
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten KUDUS
Total Integritas 7.51 7 PDAM 7.22 36KTP 7.83 8SIUP 7.55 8IMB 7.32 10
Pengalaman Integritas 7.62 19 PDAM 7.45 38KTP 7.95 9SIUP 7.6 14IMB 7.45 17
Potensi Integritas 7.24 4 PDAM 6.69 22KTP 7.54 2SIUP 7.42 6IMB 7.02 5
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten KAPUAS
Total Integritas 7.5 8 PDAM 7.62 25KTP 8.3 4SIUP 6.32 30IMB 6.87 20
Pengalaman Integritas 8.02 4 PDAM 8.19 22KTP 8.74 4SIUP 6.47 30IMB 7.39 19
Potensi Integritas 6.27 17 PDAM 6.28 36KTP 7.25 3SIUP 5.95 22IMB 5.62 26
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten BARITO KUALA
Total Integritas 7.45 9 PDAM 8.1 10KTP 7.42 10SIUP 7.17 15IMB 7.09 16
Pengalaman Integritas 7.79 15 PDAM 8.63 9KTP 7.86 11SIUP 7.47 16IMB 7.21 22
Potensi Integritas 6.63 12 PDAM 6.85 16KTP 6.36 16SIUP 6.46 15IMB 6.81 7
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten PROBOLINGGO
Total Integritas 7.44 10 PDAM 7.62 26KTP 6.13 33SIUP 8.13 4IMB 7.87 7
Pengalaman Integritas 7.54 20 PDAM 7.61 34KTP 5.91 39SIUP 8.45 4IMB 8.19 7
Potensi Integritas 7.2 6 PDAM 7.64 7KTP 6.65 14SIUP 7.38 7IMB 7.09 3
71
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota PALEMBANG
Total Integritas 7.42 11 PDAM 8.33 5KTP 7.24 15SIUP 7.1 17IMB 7.24 12
Pengalaman Integritas 7.96 6 PDAM 9 4KTP 7.63 15SIUP 7.69 11IMB 7.85 9
Potensi Integritas 6.12 22 PDAM 6.75 19KTP 6.32 17SIUP 5.66 29IMB 5.78 20
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten BREBES
Total Integritas 7.4 12 PDAM 8.45 4KTP 8.05 5SIUP 7.52 9IMB 5.5 40
Pengalaman Integritas 7.64 17 PDAM 8.66 7KTP 8.68 5SIUP 7.62 12IMB 5.67 42
Potensi Integritas 6.83 9 PDAM 7.95 3KTP 6.54 15SIUP 7.28 8IMB 5.11 38
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten KOTAWARINGIN BARAT
Total Integritas 7.4 13 PDAM 7.95 16KTP 7.84 7SIUP 6.82 23IMB 6.96 18
Pengalaman Integritas 7.9 9 PDAM 8.47 13KTP 8.56 6SIUP 7.14 20IMB 7.39 20
Potensi Integritas 6.21 20 PDAM 6.69 21KTP 6.11 22SIUP 6.05 22IMB 5.95 15
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten PASIR
Total Integritas 7.37 14 PDAM 7.77 21KTP 8.41 3SIUP 6.17 30IMB 7.15 15
Pengalaman Integritas 7.79 14 PDAM 8.18 23KTP 8.94 3SIUP 6.44 31IMB 7.61 15
Potensi Integritas 6.37 15 PDAM 6.78 18KTP 7.16 4SIUP 5.5 34IMB 6.06 14
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten JEPARA
Total Integritas 7.37 15 PDAM 9.02 1KTP 6.79 23SIUP 7.05 19IMB 6.6 25
Pengalaman Integritas 7.52 21 PDAM 9.63 1KTP 6.76 29SIUP 7.01 24IMB 6.66 27
Potensi Integritas 7 8 PDAM 7.57 8KTP 6.88 10SIUP 7.15 10IMB 6.45 10
72
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten JEMBER
Total Integritas 7.35 16 PDAM 8.24 8KTP 7.29 13SIUP 8.25 2IMB 5.47 41
Pengalaman Integritas 7.93 8 PDAM 8.96 5KTP 7.9 10SIUP 8.98 1IMB 5.81 38
Potensi Integritas 5.96 25 PDAM 6.54 27KTP 5.83 29SIUP 6.51 14IMB 4.66 43
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten KARANGASEM
Total Integritas 7.34 17 PDAM 7.26 35KTP 6.89 21SIUP 8.32 1IMB 6.91 19
Pengalaman Integritas 7.63 18 PDAM 7.56 37KTP 6.97 24SIUP 8.53 3IMB 7.48 16
Potensi Integritas 6.65 11 PDAM 6.56 26KTP 6.68 13SIUP 7.81 2IMB 5.54 29
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota PADANG
Total Integritas 7.28 18 PDAM 7.87 18KTP 6.75 25SIUP 7.12 16IMB 7.25 11
Pengalaman Integritas 7.88 10 PDAM 8.5 12KTP 7.35 19SIUP 7.75 10IMB 7.85 10
Potensi Integritas 5.85 31 PDAM 6.36 32KTP 5.31 39SIUP 5.63 31IMB 5.81 18
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota BANDA ACEH
Total Integritas 7.25 19 PDAM 7.8 19KTP 6.77 24SIUP 6.94 21IMB 7.39 9
Pengalaman Integritas 7.8 13 PDAM 8.44 16KTP 7.18 21SIUP 7.39 18IMB 8.06 8
Potensi Integritas 5.92 26 PDAM 6.28 37KTP 5.79 31SIUP 5.88 23IMB 5.76 22
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota PEKANBARU
Total Integritas 7.19 20 PDAM 7.6 27KTP 6.98 17SIUP 7.52 10IMB 6.72 24
Pengalaman Integritas 7.87 11 PDAM 8.47 14KTP 7.76 12SIUP 8.15 6IMB 7.18 23
Potensi Integritas 5.56 38 PDAM 5.52 44KTP 5.13 42SIUP 7.52 21IMB 5.62 27
73
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten BONDOWOSO
Total Integritas 7.12 21 PDAM 7.38 32KTP 5.93 36SIUP 7.18 14IMB 7.89 6
Pengalaman Integritas 7.37 23 PDAM 7.57 36KTP 6 35SIUP 7.4 13IMB 8.49 6
Potensi Integritas 6.53 13 PDAM 6.94 14KTP 5.75 32SIUP 6.64 17IMB 6.43 11
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten JOMBANG
Total Integritas 7.11 22 PDAM 7.37 33KTP 7.36 12SIUP 7 20IMB 6.8 23
Pengalaman Integritas 7.66 16 PDAM 7.75 30KTP 8.08 8SIUP 7.61 13IMB 7.33 21
Potensi Integritas 5.78 32 PDAM 6.46 30KTP 5.62 35SIUP 5.54 33IMB 5.52 30
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota BOGOR
Total Integritas 7.06 23 PDAM 7.41 30KTP 6.97 18SIUP 7.33 13IMB 6.54 26
Pengalaman Integritas 7.4 22 PDAM 7.63 33KTP 7.26 20SIUP 7.82 9IMB 6.87 25
Potensi Integritas 6.25 18 PDAM 6.9 15KTP 6.28 18SIUP 6.15 19IMB 5.74 23
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten SUBANG
Total Integritas 6.82 24 PDAM 7.49 29KTP 4.37 51SIUP 7.38 12IMB 8.05 5
Pengalaman Integritas 7.23 25 PDAM 8.53 10KTP 4.6 49SIUP 7.17 21IMB 8.76 5
Potensi Integritas 5.85 29 PDAM 5.02 47KTP 3.83 51SIUP 7.88 1IMB 6.37 12
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten KETAPANG
Total Integritas 6.8 25 PDAM 7.65 23KTP 6.64 26SIUP 5.72 36IMB 7.08 17
Pengalaman Integritas 7.3 24 PDAM 8.06 27KTP 6.95 25SIUP 6.46 30IMB 7.69 13
Potensi Integritas 5.6 37 PDAM 6.65 24KTP 5.91 27SIUP 3.97 49IMB 5.63 25
74
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota SURABAYA
Total Integritas 6.7 26 PDAM 8.25 7KTP 6.62 27SIUP 5.69 37IMB 6.11 29
Pengalaman Integritas 6.96 27 PDAM 8.33 18KTP 6.8 27SIUP 6.25 33IMB 6.39 33
Potensi Integritas 6.09 23 PDAM 8.07 2KTP 6.18 19SIUP 4.35 44IMB 5.43 31
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten BEKASI
Total Integritas 6.67 27 PDAM 6.62 43KTP 6.56 28SIUP 6.64 25IMB 6.84 22
Pengalaman Integritas 6.85 31 PDAM 6.8 45KTP 6.78 28SIUP 6.77 25IMB 7.07 24
Potensi Integritas 6.23 19 PDAM 6.2 38KTP 6.06 23SIUP 6.35 17IMB 6.31 13
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota SEMARANG
Total Integritas 6.61 28 PDAM 7.09 38KTP 7.01 16SIUP 6.44 26IMB 5.92 34
Pengalaman Integritas 6.93 28 PDAM 7.3 39KTP 7.7 14SIUP 6.72 26IMB 6 36
Potensi Integritas 5.87 28 PDAM 6.58 25KTP 5.36 37SIUP 5.79 26IMB 5.72 24
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten KENDAL
Total Integritas 6.61 29 PDAM 7.05 40KTP 5.73 39SIUP 6.73 24IMB 6.86 21
Pengalaman Integritas 7.18 26 PDAM 7.74 31KTP 5.64 40SIUP 7.53 15IMB 7.74 12
Potensi Integritas 5.25 43 PDAM 5.42 45KTP 5.95 26SIUP 4.81 39IMB 4.75 42
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten SLEMAN
Total Integritas 6.61 30 PDAM 7.98 15KTP 6.85 22SIUP 6.43 27IMB 5.37 42
Pengalaman Integritas 6.91 29 PDAM 8.32 19KTP 7.13 22SIUP 6.68 27IMB 5.73 40
Potensi Integritas 5.87 27 PDAM 7.17 12KTP 6.18 20SIUP 5.83 25IMB 4.51 44
75
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota MEDAN
Total Integritas 6.57 31 PDAM 7.99 14KTP 5.97 35SIUP 6.83 22IMB 5.55 39
Pengalaman Integritas 6.75 33 PDAM 8.4 17KTP 5.97 37SIUP 7.09 23IMB 5.68 41
Potensi Integritas 6.14 21 PDAM 7.02 13KTP 5.98 24SIUP 6.21 18IMB 5.22 35
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota DENPASAR
Total Integritas 6.5 32 PDAM 6.6 44KTP 7.26 14SIUP 5.99 34IMB 6.09 30
Pengalaman Integritas 6.68 36 PDAM 6.73 46KTP 7.42 17SIUP 6.12 36IMB 6.43 31
Potensi Integritas 6.06 24 PDAM 6.29 35KTP 6.9 9SIUP 5.7 28IMB 5.28 32
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota MANADO
Total Integritas 6.48 33 PDAM 7.39 31KTP 6.09 34SIUP 6.08 31IMB 6.22 27
Pengalaman Integritas 6.91 30 PDAM 8 28KTP 6.43 33SIUP 6.4 32IMB 6.64 28
Potensi Integritas 5.44 41 PDAM 5.95 41KTP 5.29 40SIUP 5.31 36IMB 5.23 34
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota MAKASSAR
Total Integritas 6.42 34 PDAM 7.49 28KTP 6.32 31SIUP 6.37 28IMB 5.59 38
Pengalaman Integritas 6.71 34 PDAM 7.95 29KTP 6.57 31SIUP 6.67 28IMB 5.79 39
Potensi Integritas 5.73 35 PDAM 6.47 29KTP 5.72 33SIUP 5.65 30IMB 5.11 37
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota KEDIRI
Total Integritas 6.4 35 PDAM 8.06 11KTP 5.76 38SIUP 5.59 38IMB 6.06 31
Pengalaman Integritas 6.7 35 PDAM 8.64 8KTP 6 36SIUP 5.6 43IMB 6.56 29
Potensi Integritas 5.69 36 PDAM 6.69 24KTP 5.18 41SIUP 5.57 32IMB 4.86 42
76
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten SRAGEN
Total Integritas 6.38 36 PDAM 8.28 6KTP 5.4 41SIUP 5.95 35IMB 5.78 36
Pengalaman Integritas 6.35 39 PDAM 8.53 11KTP 4.73 48SIUP 6.16 34IMB 5.88 37
Potensi Integritas 6.44 14 PDAM 7.7 6KTP 6.99 6SIUP 5.47 35IMB 5.54 28
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten BANYUMAS
Total Integritas 6.36 37 PDAM 7.72 22KTP 5.91 37SIUP 5.58 39IMB 6.19 28
Pengalaman Integritas 6.78 32 PDAM 8.11 25KTP 6.28 34SIUP 6.02 37IMB 6.78 26
Potensi Integritas 5.36 42 PDAM 6.79 17KTP 5.03 44SIUP 4.52 42IMB 4.8 41
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
DKI JAKARTA
Total Integritas 6.24 38 PDAM 6.78 41KTP 6.55 29SIUP 5.49 40IMB 6.01 32
Pengalaman Integritas 6.45 37 PDAM 6.99 42KTP 6.74 30SIUP 5.79 42IMB 6.12 35
Potensi Integritas 5.76 34 PDAM 6.29 34KTP 6.11 21SIUP 4.79 40IMB 5.77 21
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten HULU SUNGAI TENGAH
Total Integritas 6.24 39 PDAM 6.71 42KTP 4.94 46SIUP 6.07 32IMB 7.23 13
Pengalaman Integritas 6.44 38 PDAM 6.82 44KTP 5 45SIUP 6.15 35IMB 7.78 11
Potensi Integritas 5.77 33 PDAM 6.47 28KTP 4.8 45SIUP 5.87 24IMB 5.93 16
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota TANGERANG
Total Integritas 5.85 40 PDAM 7.15 37KTP 5 44SIUP 5.41 42IMB 5.89 35
Pengalaman Integritas 6.02 40 PDAM 7.59 35KTP 4.86 46SIUP 5.49 46IMB 6.19 34
Potensi Integritas 5.45 40 PDAM 6.11 39KTP 5.33 38SIUP 5.23 37IMB 5.15 36
77
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota BANJARMASIN
Total Integritas 5.75 41 PDAM 7.79 20KTP 5 43SIUP 4.2 52IMB 5.21 43
Pengalaman Integritas 5.87 46 PDAM 8.24 21KTP 5.36 42SIUP 3.95 52IMB 4.97 48
Potensi Integritas 5.48 39 PDAM 6.72 20KTP 4.16 50SIUP 4.78 41IMB 5.8 19
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten KOTA BARU
Total Integritas 5.7 42 PDAM 7.3 34KTP 4.55 50SIUP 6.05 33IMB 4.72 48
Pengalaman Integritas 5.42 50 PDAM 7.65 32KTP 4 52SIUP 5.79 41IMB 4.24 50
Potensi Integritas 6.36 16 PDAM 6.46 31KTP 5.87 28SIUP 6.66 12IMB 5.85 17
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota MALANG
Total Integritas 5.65 43 PDAM 7.06 39KTP 4.9 47SIUP 4.97 46IMB 5.95 33
Pengalaman Integritas 5.57 48 PDAM 6.62 48KTP 5.02 44SIUP 4.66 50IMB 6.4 32
Potensi Integritas 5.85 30 PDAM 8.1 1KTP 4.62 46SIUP 5.72 27IMB 4.87 39
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten KUTAI KARTANEGARA
Total Integritas 5.59 44 PDAM 6.54 45KTP 6.23 32SIUP 4.88 49IMB 4.72 49
Pengalaman Integritas 5.92 42 PDAM 7.07 40KTP 6.47 32SIUP 5.08 48IMB 5.07 47
Potensi Integritas 4.79 46 PDAM 5.27 46KTP 5.65 34SIUP 4.39 43IMB 3.88 49
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten SERANG
Total Integritas 5.58 45 PDAM 7.63 24KTP 6.96 19SIUP 4.48 51IMB 3.67 52
Pengalaman Integritas 5.9 44 PDAM 8.16 24KTP 7.38 18SIUP 4.64 51IMB 3.91 51
Potensi Integritas 4.81 45 PDAM 6.35 33KTP 5.96 25SIUP 4.08 48IMB 3.09 52
78
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota PALANGKARAYA
Total Integritas 5.58 46 PDAM 6.18 50KTP 6.42 30SIUP 4.56 50IMB 5.03 46
Pengalaman Integritas 5.95 41 PDAM 6.9 43KTP 6.86 26SIUP 4.69 49IMB 5.34 45
Potensi Integritas 4.68 48 PDAM 4.46 50KTP 5.36 36SIUP 4.26 46IMB 4.3 46
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten SAMBAS
Total Integritas 5.54 47 PDAM 6.24 47KTP 4.96 45SIUP 4.95 47IMB 5.71 37
Pengalaman Integritas 5.91 43 PDAM 7.02 41KTP 4.6 50SIUP 5.5 45IMB 6.54 30
Potensi Integritas 4.63 50 PDAM 4.36 51KTP 5.83 30SIUP 3.65 51IMB 3.71 50
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota PONTIANAK
Total Integritas 5.52 48 PDAM 6.19 49KTP 5.35 42SIUP 5.35 43IMB 5.1 45
Pengalaman Integritas 5.89 45 PDAM 6.68 47KTP 5.46 41SIUP 5.81 40IMB 5.49 43
Potensi Integritas 4.65 49 PDAM 5.01 48KTP 5.09 43SIUP 4.27 45IMB 4.17 47
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten BANDUNG
Total Integritas 5.39 49 PDAM 6.22 48KTP 4.7 48SIUP 5.17 45IMB 4.91 47
Pengalaman Integritas 5.68 47 PDAM 6.49 49KTP 4.83 47SIUP 5.83 39IMB 4.77 49
Potensi Integritas 4.69 47 PDAM 5.58 43KTP 4.39 47SIUP 3.6 52IMB 5.25 33
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kabupaten SUMENEP
Total Integritas 5.25 50 PDAM 6.28 46KTP 4.16 52SIUP 5.46 41IMB 5.13 44
Pengalaman Integritas 5.37 51 PDAM 6.45 50KTP 4.06 51SIUP 5.58 44IMB 5.42 44
Potensi Integritas 4.98 44 PDAM 5.88 42KTP 4.41 48SIUP 5.18 38IMB 4.43 45
79
LAMPIRAN
Lampiran 4. Lanjutan...
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota BANDUNG
Total Integritas 5.07 51 PDAM 5.08 51KTP 5.51 40SIUP 5.28 44IMB 4.62 50
Pengalaman Integritas 5.49 49 PDAM 5.3 51KTP 5.91 38SIUP 5.88 38IMB 5.13 46
Potensi Integritas 4.06 51 PDAM 4.57 49KTP 4.55 47SIUP 3.82 50IMB 3.39 51
Daerah Uraian Skor Peringkat Unit Layanan Skor Peringkat
Kota TANJUNG PINANG
Total Integritas 4.51 52 PDAM 4.73 52KTP 4.58 49SIUP 4.91 48IMB 3.87 51
Pengalaman Integritas 4.81 52 PDAM 5.13 52KTP 5.11 43SIUP 5.18 47IMB 3.81 52
Potensi Integritas 3.8 52 PDAM 3.78 52KTP 3.3 52SIUP 4.25 47IMB 4 48
80
LAMPIRAN
Lampiran 5. Nilai Pengalaman dan Potensi Tingkat Daerah
No. Pemerintah Daerah Pengalaman Integritas Potensi Integritas 1 DKI Jakarta 6.45 5.76 2 Kab. Bandung 5.68 4.69 3 Kab. Banyumas 6.78 5.36 4 Kab. Barito Kuala 7.79 6.63 5 Kab. Barito Utara 7.84 7.11 6 Kab. Bekasi 6.85 6.23 7 Kab. Bondowoso 7.37 6.53 8 Kab. Brebes 7.64 6.83 9 Kab. Hulu Sungai Tengah 6.44 5.77
10 Kab. Jember 7.93 5.96 11 Kab. Jembrana 8.00 7.48 12 Kab. Jepara 7.52 7.00 13 Kab. Jombang 7.66 5.78 14 Kab. Kapuas 8.02 6.27 15 Kab. Karangasem 7.63 6.65 16 Kab. Kendal 7.18 5.25 17 Kab. Ketapang 7.30 5.60 18 Kab. Kota Baru 5.42 6.36 19 Kab. Kotawaringin Barat 7.90 6.21 20 Kab. Kudus 7.62 7.24 21 Kab. Kutai Kartanegara 5.92 4.79 22 Kab. Magelang 8.65 7.45 23 Kab. Pasir 7.79 6.37 24 Kab. Probolinggo 7.54 7.20 25 Kab. Sambas 5.91 4.63 26 Kab. Serang 5.90 4.81 27 Kab. Sleman 6.91 5.87 28 Kab. Sragen 6.35 6.44 29 Kab. Subang 7.23 5.85 30 Kab. Sumenep 5.37 4.98 31 Kota Balikpapan 8.40 6.70 32 Kota Banda Aceh 7.80 5.92 33 Kota Bandung 5.49 4.06 34 Kota Banjarmasin 5.87 5.48 35 Kota Bogor 7.40 6.25 36 Kota Denpasar 6.68 6.06 37 Kota Gorontalo 9.04 7.28 38 Kota Kediri 6.70 5.69 39 Kota Makassar 6.71 5.73 40 Kota Malang 5.57 5.85 41 Kota Manado 6.91 5.44 42 Kota Medan 6.75 6.14 43 Kota Padang 7.88 5.85 44 Kota Palangkaraya 5.95 4.68 45 Kota Palembang 7.96 6.12 46 Kota Pekanbaru 7.87 5.56 47 Kota Pontianak 5.89 4.65 48 Kota Semarang 6.93 5.87 49 Kota Surabaya 6.96 6.09 50 Kota Tangerang 6.02 5.45 51 Kota Tanjung Pinang 4.81 3.80 52 Kota Yogyakarta 7.93 7.22
www.kpk.go.idJl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan - Indonesia
Telp. (021) 2557 8300Fax. (021) 5289 2448
MILLENNIUMCHALLENGE CORPORATION
U N I T E D S T A T E S O F A M E R I C A
top related