institutional repository uin syarif hidayatullah jakarta:...
Post on 29-Jan-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
i
PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN
HOTEL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
Retno Handayani Rahayuningtyas
NIM: 1110070000053
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015
-
ii
PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL
TERHADAP KEPUASAN HIDUP
KARYAWAN HOTEL
Skripsi
Diajukan Kepada Psikologi Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
RETNO HANDAYANI RAHAYUNINGTYAS
NIM : 1110070000053
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436H/2015
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL
TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN HOTEL” telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 24 Maret 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 24 Maret 2015
-
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Retno Handayani Rahayuningtyas
NIM : 1110070000053
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH
OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN
HIDUP KARYAWAN HOTEL” adalah benar merupakan karya sendiri dan
tidak melakukan tindakan plagiat dalam menyusun karya tersebut. Adapun
kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya tersebut telah dicantumkan
sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan
proses semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara
prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 24 Maret 2015
Yang Menyatakan,
NIM. 1110070000053
Retno Handayani R.
-
v
MOTTO
“HIDUP ADALAH PROSES BELAJAR DAN BERJUANG
TANPA BATAS”
(Andrie Wongso)
PERSEMBAHAN
“Karya ini dipersembahkan untuk semua orang yang selalu ada disekitar penulis,
yang menanti-nanti selesainya penyusunan karya penulis dan tak kenal lelah untuk
mensupport penulis baik dalam bentuk materi maupun non-materi,
dipersembahkan khususnya kepada kedua orang tua penulis yaitu
Bapak Ir. Suwito dan Ibu Yanih Apriyanti”
-
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) Maret 2015
(C) Retno Handayani Rahayuningtyas
(D) Pengaruh Optimisme dan Dukungan Sosial Terhadap Kepuasan Hidup Karyawan Hotel
(E) xv + 96 halaman + 30 lampiran
(F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan hidup karyawan hotel. Penulis berteori bahwa variabel optimisme (permanence, pervasiveness, dan personalization) dan dukungan sosial (tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging support) serta variabel jenis kelamin sebagai faktor demografi mempengaruhi kepuasan hidup karyawan hotel.
Penelitian ini melibatkan 149 karyawan hotel maharadja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala likert dimana peneliti memodifikasi skala kepuasan hidup yaitu Satisfaction With Life Scale, membuat sendiri skala optimisme dan mengadaptasi skala dukungan sosial yaitu Interpersonal Support Evaluation List. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software SPSS, sedangkan pengujian analisis konstruk menggunakan Lisrel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada optimisme (permanence, pervasiveness, dan personalization), dukungan sosial (tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging support) dan variabel demografi (jenis kelamin) terhadap kepuasan hidup karyawan hotel. Meskipun ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa dari 8 variabel independen hanya terdapat satu variabel independen yang signifikan mempengaruhi kepuasan hidup karyawan hotel yaitu self-esteem.
Peneliti berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya dengan menambah variabel lain yang terkait dengan kepuasan hidup karyawan hotel dapat dianalisis sebagai variabel bebas yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap kepuasan hidup karyawan hotel dan selain dari variabel independen dalam penelitian ini.
(G) Bahan bacaan : 25; buku : 7 + jurnal : 15 + artikel : 3
-
vii
ABSTRAK
(A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta
(B) March 2015
(C) Retno Handayani Rahayuningtyas
(D) Effect of Optimism and Social Support Against Life Satisfaction’s
Employees Hotel
(E) xv + 94 pages + 30 attachments
(F) This study was conducted to determine the factors that affect life satisfaction of hotel employees. The author theorizes that optimism variables (permanence, pervasiveness, and personalization) and social support (tangible support, appraisal support, self-esteem support and belonging support) and the gender variable demographic factors affect life satisfaction of hotel employees.
This study involved 149 employees of Maharadja Hotel. The sampling technique used was nonprobability sampling. Instruments in this study using a modified scale of Satisfaction With Life Scale, create my own scale of optimism and adapted of social support scale that was Interpersonal Support Evaluation List. The method of data analysis used multiple regression techniques using SPSS software, and construct validity testing using Lisrel.
The result showed that there was a significant effect of optimism (permanence, pervasiveness, and personalization), social support (tangible support, appraisal support, self-esteem support and belonging support) and the gender variable demographic factors affect life satisfaction of hotel employees. Although it was found that the results showed that from 8 independent variables there is only one independent variable that significantly affects the life satisfaction of the hotel employees was self-esteem.
The author hope the implications of the results of this study can be reviewed and developed in future studies. For example, by adding other variables associated with life satisfaction of employees can be analyzed as an independent variable that may have a major influence on life satisfaction of hotel employees and other independent variables in this study.
(G) References : 25; books : 7 + journals : 15 + articles : 3
-
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
nikmat Nya kepada manusia. Banyak pihak yang telah membantu sehingga karya
ini terselesaikan, maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan
feedback kepada penulis serta kepada seluruh jajarannya yang telah
memfasilitasi mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan yang
berakhlak dan berkualitas.
2. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan dukungan dan doa serta selalu berusaha
meluangkan waktu untuk mahasiswa.
3. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan limpahan ilmu dan pelajaran yang tidak
ternilai kepada penulis.
4. Pihak HRD dan karyawan hotel cipta 2 dan Mahardja yang telah bersedia
mengizinkan dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dalam skripsi ini.
5. Bapak Ir. Suwito dan Ibu Yanih Apriyanti, Retno (wulan), dan Ernesto
(bagus) serta keluarga besar lainnya yang selalu sabar menunggu,
memberikan support, motivasi dan doa yang tiada henti kepada penulis.
-
ix
6. Eci, Cica, Dwi, Yanti, Andre, Iqbal, Stevyn, Sinta, Devi, Alin, Vira, Saras,
Mayang Rena, dan Ka Stevany serta teman dan sahabat SD, SMP, SMA
lainnya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
7. Untuk semua keluarga Psikologi khususnya B’2010, yang selalu
menghiasi hari-hari dan menjadi inspirasi penulis Ainun, Latul, Sunny,
Acing, Winda, Nita, Ajeng, Gina, Estu, Putri, Niken, Dhila, Adila, Aini,
Isti, Saul, Yuni, Qory, Azkya, Syifa, Nisyub, Isnia, Shintia, Tyass, Sabe,
Katty, Viny, Chintya, Didik, Haris, Derry, Hilmi, Danar, Iki, Gian, Booby,
Adit, dan Lian.
8. Seorang pembuka mata dan penyemangat baru yang telah dihadirkan dan
dipertemukan kepada penulis.
9. Teman seperjuangan dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penelitian ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis, pembaca, dan pihak-pihak terkait.
Jakarta, Februari 2015
Penulis
-
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii LEMBAR PENGESHAN ................................................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................. 12
1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................................. 12 1.2.2 Perumusan Masalah .................................................................. 13
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 13 1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 13 1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 14
BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................................... 15
2.1 Kepuasan Hidup .................................................................................. 15 2.1.1 Definisi Kepuasan Hidup .......................................................... 15 2.1.2 Teori Kepuasan Hidup ............................................................. 16 2.1.3 Pengukuran Kepuasan Hidup .................................................. 20 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup ............. 21
2.2 Optimisme .......................................................................................... 23 2.2.1 Definisi Optimisme .................................................................. 23 2.2.2 Aspel-aspek Optimisme ........................................................... 24 2.2.3 Pengukuran Optimisme ........................................................... 26
2.3 Dukungan Sosial ................................................................................ 27 2.3.1 Definisi Dukungan Sosial ........................................................ 27 2.3.2 Aspek-aspek dalam Dukungan Sosial ..................................... 29 2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang mendapatkan
Dukungan Sosial ..................................................................... 30 2.3.4 Pengukuran Dukungan Sosial .................................................. 31
2.4 Kerangka Berpikir .............................................................................. 31 2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 36
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 38 3.1 Populasi dan Sampel ............................................................................. 38
3.1.1 Populasi .................................................................................... 38 3.1.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 38
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 39
-
xi
3.2.1 Variabel Penelitian ................................................................... 39 3.2.2 Definisi Operasional Variabel .................................................. 40
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 41 3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 41 3.3.2 Alat Ukur Penelitian ................................................................. 41
3.3.2.1 Skala Kepuasan Hidup .................................................. 41 3.3.2.2 Skala Optimisme ........................................................... 42 3.3.2.3 Skala Dukungan Sosial ................................................. 44
3.4 Uji Validitas Konstruk ......................................................................... 45 3.4.1 Uji Validitas Skala Kepuasan Hidup ........................................ 47 3.4.2 Uji Validitas Skala Optimisme ................................................. 49
3.4.2.1 Uji Validitas Skala Permanence ................................... 49 3.4.2.2 Uji Validitas Skala Pervasiveness ................................ 51 3.4.2.3 Uji Validitas Skala Personalization ............................. 53
3.4.3 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial ....................................... 55 3.4.3.1 Uji Validitas Skala Tangible Support ........................... 56 3.4.3.2 Uji Validitas Skala Appraisal Support ......................... 58 3.4.3.3 Uji Validitas Skala Self-esteem Support ....................... 60 3.4.3.4 Uji Validitas Skala Belonging Support ......................... 63
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 65 3.6 Prosedur Penelitian .............................................................................. 68
BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 70 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................................................... 70 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ..................................................................... 71
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel ....................................................... 72 4.3 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 73
4.3.1 Pengujian proporsi varians independent variable .................... 79
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ......................................... 83 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 83 5.2 Diskusi ................................................................................................. 84 5.3 Saran .................................................................................................... 88
5.3.1 Saran metodologis .................................................................... 88 5.3.2 Saran praktis ............................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 92 LAMPIRAN ...................................................................................................... 95
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Kepuasan Hidup ...................................................... 42 Tabel 3.2 Blue Print Skala Optimisme ............................................................... 43 Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial ..................................................... 44 Tabel 3.4 Muatan faktor item variabel kepuasan hidup ..................................... 47 Tabel 3.5 Muatan faktor item variabel kepuasan hidup setelah di drop ............ 48 Tabel 3.6 Muatan faktor item variabel permanence .......................................... 50 Tabel 3.7 Muatan faktor item variabel permanence setelah di drop .................. 50 Tabel 3.8 Muatan faktor item variabel pervasiveness ........................................ 52 Tabel 3.9 Muatan faktor item variabel pervasiveness setelah di drop ............... 53 Tabel 3.10 Muatan faktor item variabel personalization ................................... 54 Tabel 3.11 Muatan faktor item variabel personalization setelah di drop .......... 55 Tabel 3.12 Muatan faktor item variabel tangible support.................................. 57 Tabel 3.13 Muatan faktor item variabel tangible support setelah di drop ......... 57 Tabel 3.14 Muatan faktor item variabel appraisal support ............................... 59 Tabel 3.15 Muatan faktor item variabel appraisal support setelah
di drop ............................................................................................. 60 Tabel 3.16 Muatan faktor item variabel self-esteem support ............................. 61 Tabel 3.17 Muatan faktor item variabel self-esteem support setelah
di drop ............................................................................................. 62 Tabel 3.18 Muatan faktor item variabel belonging support ............................... 63 Tabel 3.19 Muatan faktor item variabel belonging support setelah
di drop ............................................................................................. 64 Tabel 4.1 Subjek Penelitian................................................................................ 70 Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ............................................................................. 71 Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ................................................................. 72 Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................ 73 Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ...................................................... 74 Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ................................. 75 Tabel 4.7 Koefisien Regresi ............................................................................... 76 Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV ................. 80
-
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 36 Gambar 3.1 Path Diagram Kepuasan Hidup ...................................................... 48 Gambar 3.2 Path Diagram Permanence ............................................................. 51 Gambar 3.3 Path Diagram Pervasiveness .......................................................... 53 Gambar 3.4 Path Diagram Personalization ....................................................... 55 Gambar 3.5 Path Diagram Tangible Support ..................................................... 58 Gambar 3.6 Path Diagram Appraisal Support ................................................... 60 Gambar 3.7 Path Diagram Self-esteem Support ................................................. 62 Gambar 3.8 Path Diagram Belonging Support ................................................... 65
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yaitu, latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak lahir, manusia diciptakan untuk belajar dimana belajar merupakan
proses sepanjang hidup. Menjadi pembelajar sepanjang masa akan
menambah kualitas hidup manusia itu sendiri. Individu akan mempelajari
keterampilan-keterampilan untuk meningkatkan kemampuan dengan
memanfaatkan pelatihan, praktik kerja, maupun pendidikan formal. Hal
tersebut dapat dilakukan oleh setiap individu kapan saja dan di mana saja
sehingga dapat memperkaya kehidupan individu tersebut, tetapi apakah
kepuasan hidupnya menjadi lebih baik. Bila belajar sudah menjadi
kebiasaan yang menyenangkan, pasti hidup akan lebih menarik dan
menggairahkan (Steinbach, 2002).
Berbagai pembangunan diberbagai bidang telah membuahkan
kemajuan diberbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Dalam bidang
pembangunan kualitas hidup manusia, bangsa Indonesia menunjukkan
peningkatan yang pesat dan berkelanjutan dari keadaan pada tahun 1970.
Bila angka harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 1970 hanya mencapai
-
2
47,6 tahun, angka harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2010
mencapai 68 tahun. Tingkat pendidikan masyarakat pun mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Persentasi keikutsertaan dalam
pendidikan wajib meningkat dari 74,6% pada tahun 1975 menjadi 95,3%
pada tahun 2009. Peningkatan juga terjadi pada bidang ekonomi.
Pendapatan kotor nasional (Gross National Income; GNI) per kapita
Indonesia meningkat dari US$ 80 pada tahun 1970 menjadi US$ 2.500
pada tahun 2010 (The World Bank, 2012). Dengan kata lain, bangsa
Indonesia dewasa ini hidup lebih lama, mengindikasikan derajat kesehatan
yang lebih tinggi, lebih terdidik, dan lebih makmur.
Seperti yang didapatkan data menunjukkan adanya ketertinggalan
dalam hal kepuasan hidup masyarakat. Menurut Human Development
Report (UNDP, 2010), tingkat kepuasan hidup bangsa Indonesia berada
pada angka 5.7, dari skala 0 (sama sekali tidak puas) s/d. 10 (sangat puas).
Sebagai pembanding, dengan skala yang sama Malaysia menunjukkan
tingkat kepuasan hidup sebesar 6.6. Sebanyak 63% masyarakat di
Indonesia menyatakan puas dengan pekerjaan yang dimiliki, 83% dengan
kondisi kesehatan, dan 62% menyatakan puas dengan standar hidupnya.
Sedangkan di Malaysia sebanyak 86% menyatakan puas dengan pekerjaan,
87% kondisi kesehatan, dan 68% menyatakan puas dengan standar
hidupnya. Dengan kata lain, sekalipun secara nyata bangsa Indonesia telah
mencapai banyak kemajuan dalam bidang pembangunan manusia, namun
pada aspek-aspek kesehatan secara komparatif bangsa Indonesia masih
-
3
tertinggal dari bangsa-bangsa lain. (cpmh.psikologi.ugm.ac.id – 3 Juli
2014)
Dengan adanya ketertinggalan dalam hal kepuasan hidup
masyarakat di Indonesia yang telah dibandingkan dengan masyarakat di
Malaysia, lalu bagaimana dengan tingkat kepuasan hidup karyawan di
Indonesia. Ditemukan bahwa tingkat kepuasan para pekerja di Indonesia
adalah rendah (Siringo-ringo, 2014). Accenture, sebuah lembaga
konsultasi bisnis dan manajemen asal Amerika Serikat mengeluarkan hasil
studi terbaru mereka dimana studi tersebut mempelajari tingkat kepuasan
kerja pada karyawan yang menunjukkan pekerja atau karyawan yang
bekerja di Indonesia paling tidak bahagia di dunia. Didapatkan hanya 18
persen dari kelompok responden karyawan di Indonesia yang mengatakan
puas dengan kualitas kehidupan serta kebahagiaannya di tempat kerja.
Indonesia berada di urutan pertama negara tempat orang-orang memiliki
tingkat kepuasan dan kebahagiaan terendah di dunia. Masalah insentif dan
keseimbangan karier serta kehidupan personal dianggap menjadi penyebab
utama pada kepuasan tersebut.
Pada karyawan yang bekerja di sektor industri, baik dalam produk
barang jadi maupun industri jasa telah memainkan peran yang begitu
penting bagi perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan reputasi dan kinerja
perusahaan yang terus meningkat. Pencapaian kepuasan hidup tentunya
akan menyebabkan karyawan dalam melakukan pekerjaannya akan
memberikan seluruh potensi dan kemampuannya bagi pertumbuhan dan
-
4
kemajuan perusahaan, namun sebaliknya apabila kepuasan hidup
karyawan tidak tercapai akan menyebabkan perusahaan sulit untuk dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
Seperti pada industri perhotelan yang merupakan industri jasa,
artinya banyak sekali melibatkan tenaga kerja yang kompeten dan
profesional yang merupakan aset utama untuk konsumen. Dimana hotel
merupakan suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil,
disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan menginap,
makan, minum dan juga mengadakan acara atau event – event tertentu.
Pada karyawan yang bekerja di hotel, dengan jabatan dan tugas
yang berbeda-beda pada setiap individunya merupakan hal yang sesuai
dengan minat (interest) dan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan
tersebut (UU. No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan). Seperti halnya
satpam atau security yang berjaga di area hotel, guest service agent yang
bertugas memberikan penerangan/penjelasan seputar hotel/daerah
sekitarnya yang biasanya standby di area lobby, bellboy yang bertugas
memberikan pelayanan pengangkatan barang tamu tiba, dan waitress yang
bertugas melayani kebutuhan makanan dan minuman, serta housekeeper
yang bertugas membersihkan kamar-kamar tamu dan area umum yang
dimiliki hotel.
Namun, bagaimana dengan kehidupan karyawan hotel berkaitan
dengan kepuasan hidupnya tersebut jika terjadi kasus seperti ini. Seperti
halnya yang dikatakan oleh seorang istri yang dimuat dalam popbali.com
http://www.popbali.com/�
-
5
“Saat tidak puas, wisatawan lokal marahnya ke staff (bellboy, house
keeper, waitress, dll). Tidak jarang diantara mereka yang rata-rata orang
kaya memarahi staff hotel seperti mengomeli babu di rumahnya sendiri.”
Dengan kasus tersebut, maka secara tidak langsung orang-orang tersebut
menganggap dan memandang dengan sebelah mata mengenai jabatan dan
tugas yang dimiliki oleh karyawan hotel. Oleh karena itu, dalam mencapai
tingkat kepuasan hidup yang tinggi, karyawan tersebut tentu berhubungan
dengan lingkungan yang mereka jalani.
Kepuasan hidup menurut Diener (dalam Bailey, et.al., 2007)
merupakan evaluasi koginitif yang dinilai secara global dalam kehidupan
seseorang. Kepuasan hidup mungkin mencerminkan pengalaman batin
yang menyenangkan dalam memotivasi orang untuk mencapai tujuan. Hal
ini merupakan proses yang bersifat subyektif dari persepsi dan evaluasi
yang mengacu pada perspektif masa lalu yang mempengaruhi hal tersebut
(Kasprzak, 2010). Pendapat lainnya mengatakan bahwa kepuasan hidup
adalah struktur yang lebih stabil daripada pengalaman indrawi, disatu sisi
Dalam wawancara yang dilakukan terhadap salah satu HRD di
hotel mahardja ditemukan bahwa dari skala 1 sampai 10 untuk tingkat
kepuasan hidupnya sebagai karyawan hotel berada diangka 5 yang artinya
tingkat kepuasannya rendah. Meskipun dalam segi kenyamanan dengan
lingkungan dan suasana kerjanya kondusif, namun dari segi
professionalnya kurang baik karena dari segi jenjang karir serta kepastian
untuk menjadi karyawan tetapnya tidak ada.
-
6
hal tersebut bukan sebagai kehendak kehidupan (Czapinski, 2004) namun
berkaitan dengan kualitas hidup (Nettle, 2005). Pavot dan Diener (dalam
Yalcin, 2011) mendapatkan juga bahwa kepuasan hidup melibatkan aspek
penilaian, dimana individu mengevaluasi kualitas hidup mereka
berdasarkan kriteria tertentu.
Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kepuasan
hidup. Beberapa penelitian mengenai kepuasan hidup telah ditemukan.
Selim (dalam Yalcin, 2011) berpendapat bahwa penelitian tersebut telah
berkembang dari waktu ke waktu dan dilakukan dalam satu Negara atau
dikaitkan dengan kelompok tertentu dengan terdapat elemen demografi,
pribadi, dan budaya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ilhan Yalcin
(2011) hasilnya menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan
menggunakan analisis regresi bahwa dukungan keluarga, dukungan
fakultas, dan optimisme signifikan sebagai prediktor (hal yang
mempengaruhi) pada kepuasan hidup.
Berdasarkan penelitian yang ditemukan, kepuasan hidup dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah
individual/kolektif, self-esteem, dan penguasaan perasaan (Yetim, 2003),
dukungan organisasi dan work-family conflict (Dixon & Sagas, 2007),
harapan dan optimisme (Bailey, et.al., 2007), etnik/ras, status
ekonomisosial, kesehatan dan hubungan sosial (Barger, Donoho &
Wayment, 2009), dukungan sosial dan optimisme (Yalcin, 2011).
-
7
Dari beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan
hidup, ada salah satu faktor yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Faktor
tersebut adalah faktor optimisme. Hipotesis mengenai hubungan antara
kepuasan hidup (life satisfaction) dan optimisme dalam penelitian ini
didasarkan pada beberapa literatur. Bailey, et.al. (Yalcin, 2011)
berpendapat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, optimisme telah
menerima banyak perhatian dalam menilai dan memprediksi kepuasan
hidup. Bailey, et.al. (2007) berpendapat bahwa kepuasan hidup merupakan
komponen pada definisi dan penilaian kehidupan, meskipun dalam
beberapa kasus dimana kualitas kehidupan meliputi kemampuan objektif
dan fungsional pada kehidupan umumnya. Dua konstruksi yang terpisah
namun berhubungan telah menerima perhatian dalam memprediksi dan
menilai kepuasan hidup yaitu optimisme dan hope.
Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Yalcin (2011) yang
menemukan optimisme berkaitan dengan kepuasan hidup mahasiswa. Dan
ditemukan hasil bahwa optimisme signifikan sebagai prediktor kepuasan
hidup, dengan kata lain optimisme berpengaruh terhadap kepuasan hidup.
Oleh karena itu, Schweizer et.al. (dalam Yalcin, 2011) berpendapat bahwa
optimisme mungkin diharapkan memiliki pengaruh pada kepuasan hidup
individu karena berhubungan dengan sikap terhadap masa depan dan
penilaian umum kehidupan.
Optimisme berasal dari kata bahasa inggris yaitu optimism yang
berarti keadaan selalu berpengharapan baik. Seligman (2006) menyatakan
-
8
bahwa optimisme merupakan suatu pandangan secara menyeluruh, melihat
yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri
Faktor selanjutnya yang berkaitan dengan kepuasan hidup adalah
dukungan sosial.
.
Optimisme merupakan harapan umum yang relatif stabil tentang masa
depan “percaya bahwa hal-hal yang baik daripada yang buruk akan
terjadi” menurut Scheir & Carver (dalam Snyder, et.al. 2002). Sedangkan
pesimis memiliki kecenderungan untuk percaya bahwa hal buruk akan
terjadi dalam hidupnya. Asumsi yang masuk akal bahwa perbedaan ini
akan berhubungan dengan kepuasan hidup.
Cohen (dalam Cohen, et.al, 1985) berpendapat bahwa dukungan
sosial merupakan suatu hal yang diperkirakan berpengaruh terhadap
kesehatan mental dan fisik melalui emosi, kognisi, dan perilaku.
Dukungan sosial tersebut terjadi melalui komunikasi apa yang diharapkan,
norma-norma yang sesuai, penghargaan dan hukuman, serta melalui
pemberian bantuan dalam mengatasi suatu masalah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Deniz (dalam
Yalcin, 2011), hasilnya ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara dukungan sosial dan kepuasan hidup.
Menurut Cohen, et.al (dalam Yalcin, 2011), ada empat aspek atau
tipe sumber sistem dukungan sosial, yaitu (a) tangible support atau
dukungan nyata, seperti uang, barang dan jasa; (b) appraisal support atau
dukungan penilaian, seperti saran dan masukan dari berbagai masalah
pribadi; (c) self-esteem support atau dukungan harga diri, seperti
-
9
pernyataan positif dan evaluasi mengenai pencapaian; dan (d) belonging
support atau dukungan yang dimiliki (pribadi), seperti berbagi kegiatan
waktu luang dan memiliki seseorang untuk menghabiskan waktu bersama.
Pada dukungan nyata (tangible support), biasanya dukungan yang
diberikan itu berupa uang, barang dan jasa. Hal tersebut dapat dilihat dari
besaran gaji atau upah yang diberikan oleh perusahaan terhadap
karyawannya. Tetapi ada dukungan lain seperti hubungan atasan dan
ataupun rekan sekerja yang dapat memberikan dukungan jasa baik dalam
fasilitas yang diberikan kepada karyawan tersebut sehingga akan
mempengaruhi kepuasan hidup pada karyawan tersebut. Dixon dan Sagas
(2007) menyatakan dalam penelitiannya menghasilkan pengaruh langsung
dari dukungan organisasi terhadap kepuasan hidup.
Selanjutnya dukungan penilaian (appraisal support) sangat penting
juga bagi kualitas hidup individu. Seperti halnya dalam membuat
keputusan bagi individu untuk bekerja di hotel. Oleh karena itu, saran dan
penilaian-penilaian sangat diperlukan bagi individu sehingga akan
mempengaruhi kepuasan hidupnya. Dalam penelitian Edward dan Lopez
(dalam Yalcin, 2011) melaporkan bahwa dukungan keluarga yang
dirasakan merupakan prediktor yang siginifikan dari kepuasan hidup.
Adapun penelitian lainnya, Henry dan Chang et.al. (dalam Yalcin, 2011)
menemukan bahwa dukungan orangtua berhubungan positif dengan
kepuasan hidup. Dengan demikian, hal tersebut mendukung bahwa
dukungan dari keluarga yang berupa masukan dan penilaian-penilaian
-
10
yang diberikan oleh keluarga berpengaruh terhadap kepuasan hidup
anaknya.
Begitu juga dengan dukungan harga diri (self-esteem support) baik
antara individu dan company juga berkontribusi dalam kepuasan hidup.
Seperti halnya dukungan yang diberikan oleh company tersebut terhadap
evaluasi kegiatan (tugas) dan pernyataan positif atas kerja karyawan. Hal
tersebut mengukur sejauhmana individu merasa puas terhadap
penghargaan yang diberikan berdasarkan hasil kerja. Seperti yang
ditemukan dalam penelitian
Dukungan lainnya yaitu belonging support hal tersebut
berhubungan dengan rekan kerja, teman dan keluarga. Dimana mereka
memberikan dukungan terhadap individu yang nyaman sehingga dapat
meningkatkan kepuasan hidupnya. Misalnya rekan kerja yang
menyenangkan atau hubungan dengan rekan kerja yang rukun, begitu juga
dengan teman dan keluarga yang dapat meluangkan atau menyediakan
waktu untuk menghabiskan waktu bersama dengan individu tersebut,
sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepuasan hidupnya.
Sax, et.al. (dalam Yalcin, 2011) bahwa
dukungan yang dirasakan dari fakultas terkait dengan berbagai hasil yang
positif, seperti kesejahteraan emosional. Bersamaan dengan penelitian
tersebut menunjukan pentingnya dukungan sosial dari berbagai bentuk
terhadap pengalaman kepuasan hidup mahasiswa.
Dengan demikian dalam membuat keputusan untuk bekerja
tersebut, individu sebaiknya memiliki optimise dan dukungan sosial dari
-
11
orang lain. Seperti anggota keluarga, teman, dan company (perusahaan).
Begitupun halnya dalam mencapai tingkat kepuasan hidup yang tinggi,
bagi karyawan yang bekerja di hotel hal tersebut tentu berhubungan
dengan lingkungan keluarga, teman dan perusahaan. Dimana keluarga
merupakan salah satu hal yang perlu diperioritaskan dan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan.
Selain optimisme dan dukungan sosial, faktor demografis seperti
jenis kelamin dapat mempengaruhi kepuasaan hidup seseorang. Dalam
garis gender, para pekerja laki-laki lebih banyak mengeluhkan
keseimbangan kehidupan pribadi dengan pekerjaan. Orang-orang yang
bekerja di kantor ingin pihak perusahaan menyadari bahwa tiap karyawan
memiliki keluarga di rumah, memerlukan jam berkualitas bersama
pasangan dan anak, serta kesempatan untuk mengaktualisasi diri lewat
komunitas. Sementara itu, para pekerja perempuan lebih meminta
penyesuaian preferensi mereka dalam hal gaji, tunjangan, serta bonus.
Meski demikian, hampir separuh dari total responden mengeluhkan hal
yang sama, yaitu keseimbangan waktu antara bekerja dan menikmati
waktu bersama keluarga (www.medanbisnisdaily.com).
Berdasarkan data dan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya
terutama dari wawancara yang telah dilakukan terhadap salah satu HRD
hotel mengenai kepuasan hidup sebagai karyawan hotel, maka peneliti
merasa penting dan tertarik untuk meneliti tentang “PENGARUH
http://www.medanbisnisdaily.com/�
-
12
OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN
HIDUP KARYAWAN HOTEL”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka perlu batasan
mengenai “ Pengaruh optimisme dan dukungan sosial terhadap kepuasan
hidup karyawan hotel.” Adapun pengertian konsep-konsep tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kepuasan hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan
penilaian atau evaluasi kognitif, dimana individu mengevaluasi
kualitias hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu dan dinilai secara
global. (Pavot dan Diener, 1993)
2. Optimisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
pandangan secara menyeluruh, melihat yang baik, berpikir positif, dan
mudah memberikan makna bagi diri terhadap suatu peristiwa atau
kejadian. (Seligman, 2006)
3. Dukungan sosial merupakan dukungan yang diterima individu dari
orang-orang tertentu yang berada dalam kehidupannya dan berada
dalam lingkungan sosial tertentu sehingga individu tersebut merasa
diperhatikan, dihargai dan dicintai. (Cohen, 1985)
4. Subjek penelitian ini adalah para pegawai/ karyawan yang bekerja di
hotel.
-
13
5. Variabel demografis jenis kelamin.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan optimisme, dukungan sosial dan
faktor demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel?
2. Seberapa besar pengaruh optimisme, dukungan sosial dan faktor
demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel?
3. Variabel apa yang signifikan mempengaruhi kepuasan hidup karyawan
di hotel?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan optimisme,
dukungan sosial dan faktor demografis terhadap kepuasan hidup
karyawan di hotel.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh optimisme, dukungan sosial dan
faktor demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel.
3. Mengatahui variabel apa yang signifikan mempengaruhi kepuasan
hidup karyawan di hotel.
-
14
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
berupa:
1. Secara Teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan Psikologi khususnya ilmu Psikologi
Industri dan Organisasi serta memberikan gambaran mengenai
pengaruh optimisme dan dukungan sosial terhadap kepuasan hidup
karyawan di hotel.
2. Secara Praktis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan
informasi kepada karyawan, keluarga, teman, dan perusahaan
(company) serta dapat dijadikan pertimbangan untuk karyawan bisa
mencapai kepuasan hidupnya dengan baik.
-
15
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab kajian teori ini dipaparkan teori kepuasan hidup, teori optimisme, teori
dukungan sosial, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Kepuasan Hidup
2.1.1 Definisi Kepuasan Hidup
Menurut Santrock (2002) kepuasan hidup adalah kesejahteraan psikologi
secara umum ataupun kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan.
Kepuasan hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan
psikologis pada setiap individu. Pendapatan, kesehatan, gaya hidup yang
aktif, serta jaringan keluarga dan pertemanan dikaitkan dengan jalan yang
memungkinkan tercapainya kepuasan hidup seseorang.
Selanjutnya, kepuasan hidup menurut Diener (dalam Bailey, et.al.,
2007) merupakan evaluasi koginitif yang dinilai secara global dalam
kehidupan seseorang. Kepuasan hidup mungkin mencerminkan
pengalaman batin yang menyenangkan dalam memotivasi orang untuk
mencapai tujuan. Pavot dan Diener (dalam Yalcin, 2011) juga berpendapat
bahwa kepuasan hidup melibatkan aspek penilaian, dimana individu
mengevaluasi kualitas hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu. Teori
tersebut sejalan dengan Shin dan Johnson (dalam Pavot & Diener, 1993)
yang menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah proses penilaian
-
16
seseorang, dimana individu tersebut menilai kualitas hidup mereka
berdasarkan kriteria yang unik terjadi dalam kehidupan individu tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas, Veenhoven (1996) berpendapat
bahwa kepuasan merupakan keadaa pikiran, yang mengevaluasi suatu
penilaian yang mengacu pada kedua kata “kepuasan” dan “kenikmatan”
karena hal tersebut mencakup penilaian kognitif dan afektif. Sedangkan
kepuasan hidup merupakan sejauh mana seseorang mengevaluasi kualitas
keseluruhan hidupnya secara positif.
Sedangkan kepuasan hidup menurut Kasprzak (2010) merupakan
sikap afektif dan reflektif umum terhadap kehidupan. Proses yang bersifat
subyektif dari persepsi dan evaluasi yang mengacu pada perspektif masa
lalu yang mempengaruhi hal tersebut.
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa kepuasan
hidup merupakan penilaian atau evaluasi kognitif, dimana individu
mengevaluasi kualitias hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu dan
dinilai secara global dengan menikmati pencapaian-pencapaian yang telah
didapat atau diraih.
2.1.2 Teori Kepuasan Hidup
Kepuasan hidup yang didasarkan oleh teori kebahagiaan (Snyder, 2002)
dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
1. Teori Kebutuhan dan Kepuasan Tujuan (Need and Goal
Satisfaction Theory)
-
17
Teori ini berpendapat bahwa suatu kebahagiaan didasari dengan adanya
pengurangan ketegangan melalui adanya kepuasan terhadap kebutuhan dan
tujuannya. Hal ini didasari oleh adanya usaha untuk mengurangi
ketegangan. Omodei dan Waering (dalam Snyder, 2002) menyetujui
pandangan ini, mereka menyatakan bahwa tingkatan kebutuhan seseorang
berhubungan positif dengan tingkat kepuasaan seseorang pada hidupnya.
Salah satu implikasi dari teori pengurangan ketegangan ialah
kebahagiaan terjadi setelah kebutuhan telah ditemukan dan targetnya dapat
dipenuhi. Dalam kata lain, kebahagiaan adalah keadaan akhir suatu hasrat
dimana seluruh kegiatannya dapat dilangsungkan.
2. Teori Proses atau Aktivitas (Process Or Activity Theory)
Teori ini berpendapat bahwa kebahagiaan dihasilkan oleh adanya
keterikatan dalam beberapa aktifitas atau pekerjaan dalam mencapai target
atau tujuannya. Csikszentmihalyi (dalam Snyder, 2002) menyatakan
bahwa seseorang akan merasa bahagia ketika mereka merasakan
keterikatan pada aktivitas tertentu yang sesuai dengan tingkat kemampuan
yang mereka miliki. Hampir serupa, Cantor (dalam Snyder, 2002) juga
menekankan pentingnya partisipasi dalam suatu kegiatan dalam tugas-
tugas kehidupan. Sebagai contoh, Harlow dan Cantor (dalam Snyder,
2002) menemukan bahwa partisipasi sosial merupakan prediktor kuat dari
kepuasan hidup pada kelompok lansia yang sudah pension.
Emmons (dalam Snyder, 2002) menyetujui bahwa mempunyai
target dan berusaha untuk mencapainya adalah indicator yang reliable dari
-
18
well-being dan oleh karena itu teori tujuan ini dapat dikombinasikan
dengan elemen-elemen dari pengurangan ketegangan dan rasa tenang
terhadap suatu kegiatan. Individu yang mempunyai tujuan cenderung lebih
energik, merasakan emosi-emosi positif dan merasa bahwa hidupnya
berarti.
3. Teori Kecenderungan Genetik dan Kepribadian (Genetic And
Personality Predisposition)
Teori ini berpendapat bahwa kebahagiaaan lebih berhubungan dengan
perilaku atau karakteristik kepribadian yang stabil berdasarkan genetik.
Walaupun memprediksi kebahagiaan seseorang pada setiap peristiwa itu
cukup sulit, ketika afek merasakan banyak kesempatan, maka pola
kestabilan yang muncul pada seseorang cenderung berbeda.
Kepuasan hidup memiliki sinonim yaitu “kebahagiaan” dan
“kesejahteraan” (dalam Veenhoven, 1996). Salah satu keuntungan dalam
menggunakan istilah kepuasan hidup daripada menggunakan kata
kebahagiaan adalah dimana kepuasan hidup menekankan karakter
subjektif dari konsep. Sedangkan istilah kepuasan hidup memiliki
keuntungan daripada menggunakan istilah kesejahteraan adalah bahwa
kepuasan hidup mengacu pada evaluasi keseluruhan hidup daripada
perasaan saat ini. Evaluasi kogntif adalah evaluasi terhadap kepuasan
hidup. Evaluasi tersebut dapat dikategorikan menjadi evaluasi umum
(global) dan evaluasi khusus (domain tertentu), (Diener et.al., 1999). Ed.
-
19
Diener (dalam Diener et. al., 1999) membagi evaluasi kognitif menjadi dua
aspek, yaitu:
1. Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global, yaitu evaluasi
individu terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Penilaian umum ini
merupakan penilaian individu yang bersifat reflektif terhadap kepuasan
hidupnya (Diener, 2005). Kepuasan hidup secara global dimaksudkan
untuk merepresentasikan penilaian individu secara umum. Kepuasan hidup
secara global didasarkan pada proses penilaian dimana individu mengukur
kualitas hidupnya dengan didasarkan pada satu set kriteria yang unik yang
mereka tentukan sendiri. Secara lebih spesifik, kepuasan hidup secara
global melibatkan persepsi individu terhadap perbandingan keadaan
hidupnya dengan standar unik yang mereka miliki.
2. Evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu, yaitu penilaian yang
dibuat individu dalam mengevaluasi domain atau aspek tertentu dalam
kehidupannya, seperti kesehatan fisik dan mental, pekerjaan, rekreasi,
hubungan sosial, kehidupan dengan pasangan hidup dan kehidupan dengan
keluarga (Diener, 2005).
Kedua aspek tersebut tidak sepenuhnya terpisah. Evaluasi global
dan evaluasi terhadap domain tertentu memilik keterkaitan satu sama lain.
Dalam melakukan penilaian mengenai kepuasan hidup secara umum,
individu kemungkinan besar akan menggunakan informasi mengenai
kepuasan pada salah satu aspek hidup yang dianggap paling penting.
Evaluasi terhadapkepuasan hidup secara global merupakan refleksi dari
-
20
persepsi individu terhadap hal-hal yang ada di dalam hidupnya, ditambah
dengan bagaimana kultur mempengaruhi pandangan hidup positif
individu.
2.1.3 Pengukuran Kepuasan Hidup
Skala kepuasan hidup yang digunakan secara adalah Satisfaction With Life
Scale Diener et.al (dalam Yalcin, 2011). Skala ini dibuat oleh Ed. Diener,
Emmons Larsen dan Griffin pada tahun 1985. Skala ini terdapat 5 item
dan menggunakan skala Likert dimana terdapat tujuh alternatif jawaban
untuk setiap item, yaitu mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat
tidak setuju. Skor total didapatkan dengan menjumlah skor per item. Skor
total dipandang sebagai tingkat kepuasan hidup.
Seperti dalam penelitian Dixon dan Sagas (2007), Bailey, et.al
(2007), dan Yalcin (2011) menggunakan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Satisfaction With Life
Scale. Peneliti memodifikasi skala tersebut dengan menerjemahkan dan
menyesuaikan item agar mudah dipahami oleh responden dalam penelitian
dan hanya menggunakan empat kategori (alternative) jawaban.
Satisfaction With Life Scale
(SWLS) dalam penelitiannya. Sedangkan ditemukan pada penelitian
Barger, Donoho dan Wayment (2009) menggunakan pertanyaan sebagai
alat ukur kepuasan hidup “secara umum, bagaimana kepuasan hidupmu?”
dengan menggunakan 4 alternative jawaban dari sangat puas, puas, tidak
puas dan sangat tidak puas.
-
21
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup
Kepuasan hidup merupakan konsep yang luas untuk dipelajari. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup dipelajari satu persatu bagi
setiap aspeknya. Faktor-faktor ini terus berkembang seiring dengan
dipelajari lagi lebih dalam mengenai kepuasan hidup itu sendiri.
Individualime merupakan prediktor yang tinggi terhadap kepuasan
hidup dibandingkan dengan kolektif, sedangkan self-esteem dan
penguasaan perasaan juga merupakan prediktor yang tinggi terhadap
kepuasan hidup (Yetim, 2003). Hasilnya ditemukan bahwa individualime,
self-esteem dan penguasaan perasaan merupakan prediktor utama terhadap
kepuasan hidup.
Dalam penelitian Dixon dan Sagas (2007) menghasilkan bahwa
dukungan organisasi merupakan faktor yang berpengaruh secara langsung
terhadap kepuasan hidup. Sedangkan work-family conflict merupakan
salah satu faktor yang memediasi hubugan antara dukungan organisasi dan
kepuasan kerja. Dan kepuasan kerja memediasi pengaruh dukungan
organisasi dan work-family conflict terhadap kepuasan hidup.
Perbedaan ras/etnis, status ekonomi sosial (SES: pendidikan,
pendapatan, status pekerjaan, kekayaan), kesehatan, dan hubungan sosial
(ikatan sosial, dukungan emosional) berkontribusi dalam kepuasan hidup
untuk kesejahteraan di dalam dan di seluruh kelompok ras atau etnis
(Barger, Donoho & Wayment, 2009). Barger, Donoho dan Wayment
(2009) membandingkan kepuasan hidup pada etnis putih, hispanik dan
-
22
hitam dan juga mengevaluasi sejauh mana status ekonomi sosial,
kesehatan, dan hubungan sosial menjelaskan perbedaan kepuasan hidup
pada etnis-etnis tersebut. Hasilnya ditemukan bahwa baik etnis puti,
hispanik dan hitam cenderung tidak puas terhadap kehidupannya namun
pada etnis hitam terdapat kecenderungan yang lebih besar terhadap
ketidakpuasan hidup. Juga didapatkan bahwa SES, kesehatan, dan
hubungan sosial secara konsisten dikaitkan dengan kepuasan hidup,
dimana dukungan emosional memiliki hubungan paling kuat terhadap
kepuasan hidup
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ilhan Yalcin (2011)
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan pada variabel tersebut
dengan menggunakan analisis regresi bahwa dukungan keluarga,
dukungan fakultas, dan optimisme signifikan sebagai prediktor pada
kepuasan hidup.
.
Selanjutnya, terdapat penelitian kepuasan hidup di Kroasia yang
dilakukan oleh Perovic (2010) ditemukan pada Nilai Eropa Survey (EVS)
bahwa pada tahun 1999 kepuasan hidup lebih tinggi bagi orang-orang
yang menikah, mereka yang bekerja, dan mereka yang memiliki
penghasilan antara 5.001 dan 8.000 kuna Kroasia (HRK) per bulan.
Tampaknya ada sedikit korelasi antara kepuasan hidup dan tingkat
pendidikan. Berdasarkan analisis dari United Nations Development
Program (UNDP) tahun 2006, telah ditemukan bahwa pada tahun 2006
kepuasan hidup lebih tinggi bagi orang-orang yang sudah menikah,
-
23
mereka yang bekerja, mereka yang keluar dari tenaga kerja, mereka yang
memiliki gelar universitas, dan mereka yang memiliki pendapatan lebih
tinggi
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka pada penelitian kali ini akan
menggunakan dua variabel, yaitu optimisme dan dukungan sosial.
.
Peneliti menggunakan variabel optimisme dan dukungan sosial
karena dua variabel tersebut merupakan variabel prediktor penting
terhadap kepuasan hidup terutama bagi karyawan di Indonesia.
2.2 Optimisme
2.2.1 Definisi Optimisme
Optimisme berasal dari kata bahsa inggris yaitu optimism yang berarti
keadaan selalu berpengharapan baik. Makna optimisme sebetulnya lebih
dalam dari itu, dasar dari optimisme adalah bagaimana cara berpikir
seseorang ketika menghadapi suatu masalah. Seligman (2006) menyatakan
bahwa optimisme merupakan suatu pandangan secara menyeluruh, melihat
yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri.
Selanjutnya Carver dan Scheier (dalam Synder & Lopez, 2002)
mengatakan bahwa individu yang optimis merupakan individu yang
mengira akan terjadi hal-hal baik pada diri mereka, sedangkan individu
yang pesimis merupakan individu yang mengira akan terjadi hal-hal buruk
-
24
yang akan terjadi pada diri mereka. Scheier dan Carver juga menyatakan
bahwa optimisme merupakan dimensi kepribadian yang stabil.
Sedangkan Lopez dan Snyder (2002) berpendapat bahwa
optimisme merupakan suatu harapan yang ada pada diri individu bahwa
segala sesuatu akan berjalan menuju ke arah kebaikan. Perasaan
optimisme membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni percaya
diri akan kemampuan yang dimiliki. Sikap optimis menjadikan seseorang
keluar dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi karena adanya
pemikiran dan perasaan akan kemampuan yang dimiliki.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh akan suatu harapan
dan kejadian (peristiwa) dengan berpikir positif dan memaknai akan segala
sesuatunya berjalan menuju ke arah yang baik terutama untuk masa yang
akan datang.
2.2.2 Aspek-aspek Optimisme
Seligman (2006) menjelaskan bahwa bagaimana cara individu memandang
suatu peristiwa di dalam kehidupannya berhubungan erat dengan gaya
individu dalam menjelaskan suatu peristiwa (explanatory style). Dengan
gaya penjelasan tersebut, seseorang yang optimis dapat menghentikan rasa
ketidakberdayaannya. Ditinjau dari perspektifnya, orang yang optimis
menjelaskan suatu kejadian atau pengalaman negatif diakibatkan oleh
faktor-faktor eksternal, dan bersifat sementara. Sedangkan orang yang
-
25
pesimis menjelaskan bahwa kejadian negatif dikarenakan oleh faktor
internal, bersifat stabil, dan diakibatkan oleh faktor-faktor global.
Selanjutnya, Seligman (2006) mengemukakan tiga macam gaya
penjelasan (explanatory style), yaitu permanence, pervasiveness, dan
personalization.
1. Permanence
Gaya ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa yang
terjadi, sebagai peristiwa yang bersifat sementara (temporary) atau
menetap (permanence). Pada orang yang optimis melihat peristiwa buruk
sebagai suatu hal yang hanya bersifat sementara, yang terjadi dengan kata
“kadang-kadang”, misalnya: “Dia kadang-kadang menjengkelkan.”
Sedangkan mereka melihat hal yang baik sebagai suatu hal yang bersifat
menetap (permanence), misalnya “Saya selalu beruntung.” Sebaliknya
pada orang yang pesimis akan mudah menyerah dan percaya bahwa
penyebab dari peristiwa buruk yang terjadi pada mereka sebagai sesuatu
yang menetap, mereka biasanya berpikir bahwa kejadian itu bersifat selalu,
tidak pernah, dan menetap, misalnya: “Dia selalu membuat saya jengkel.”
Sedangkan, orang pesimis melihat hal yang baik hanyalah sebagai hal
yang bersifat sementara, misalnya “saya beruntung hari ini
.”
2. Pervasiveness
Gaya penjelasan ini berkaitan dengan ruang lingkup dari peristiwa
tersebut, yang meliputi universal (menyeluruh) dan spesifik (khusus).
-
26
Orang yang optimis bila dihadapkan pada hal yang baik ia akan
menjelaskan hal itu diakibatkan oleh faktor yang bersifat universal.
Misalnya: “Saya mendapat nilai yang bagus karena saya pintar.” Namun,
bila dihadapkan pada kejadian yang buruk akan membuat penjelasan yang
spesifik dari kejadian itu, bahwa hal buruk terjadi diakibatkan oleh sebab-
sebab khusus dan tidak akan meluas kepada hal-hal yang lain. Misalnya:
“Meskipun nilai ulangan saya kemarin jelek, itu tidak akan membuat saya
gagal menjadi juara kelas.”
3. Personalization
Personalisasi merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan
sumber dari penyebab kejadian tersebut, meliputi internal dan eksternal.
Orang yang optimis akan menganggap hal yang baik merupakan hal yang
disebabkan oleh faktor internal, misalnya “Keberhasilan ini karena
kemampuan saya.
2.2.3 Pengukuran Optimisme
” Namun, menganggap hal yang buruk sebagai hal yang
disebabkan oleh faktor eksternal, misalnya “Dia tidak mau berdansa
dengan saya karena dia tidak suka berdansa.” Sebaliknya, orang yang
pesimis akan menganggap bahwa hal yang buruk itu terjadi karena faktor
internal. Sedangkan, bila dihadapkan pada peristiwa baik ia akan
menganggap bahwa hal itu disebabkan oleh faktor eksternal.
Skala Optimisme yang dapat digunakan secara umum salah satunya adalah
Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang telah disusun oleh Scheiver,
-
27
Carver & Bridges (1994) yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya (=
0.70 sampai = 0.80).
Pada skala asli terdapat 10 item dan lima pilihan jawaban (0-4),
yaitu dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Namun, untuk
kepentingan penelitian ini, karena skala tersebut tidak terdapat aspek-
aspek didalamnya, maka peneliti akan mengguakan skala yang disusun
oleh peneliti yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi dari optimisme
yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization dengan
menggunakan empat kategori (alternative) jawaban.
2.3 Dukungan Sosial
2.3.1 Definisi Dukungan Sosial
Kehadiran orang lain dalam kehidupan pribadi sangat diperlukan,
mengingat bahwa setiap individu saling membutuhkan untuk memberi
dukungan. Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan definisi-definisi
dukungan sosial, seperti didefinisikan oleh Cohen (dalam Cohen,
Mermelstein, Kamark dan Hoberman, 1985) bahwa dukungan sosial
merupakan suatu hal yang diperkirakan berpengaruh terhadap kesehatan
mental dan fisik melalui emosi, kognisi, dan perilaku. Dukungan sosial
tersebut terjadi melalui komunikasi apa yang diharapkan, norma-norma
yang sesuai, penghargaan dan hukuman, serta melalui pemberian bantuan
dalam mengatasi suatu masalah.
-
28
Selanjutnya yang dikemukakan oleh Taylor (2009) yang
mendefinisikan bahwa dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain
yang sayang dan memiliki perhatian, menghormati dan menghargai, dan
merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik
dari orang tua, pasangan hidup atau kekasih, relasi lain, teman, kontak
sosial dan lingkungan seperti keanggotaan gereka atau klub, atau bahkan
binatang peliharaan.
Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima
individu dari orang lain.
Schulz dan Schwarzer (dalam Nurullah, 2012) menyebutkan
dukungan sosial sebagai pengalaman menerima tindakan dan perilaku
yang dianggap mendukung oleh penerima dalam membina persahabatan,
kebutuhan emosional, instrumental, informasi, dan penilaian, jenis
dukungan tersebut dicari oleh penerima terhadap orang-orang yang berada
atau bersedia untuk berhubungan dekat (misalnya, pasangan, teman,
keluarga, kerabat, kelompok dll) dalam upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan dan efektif menangani krisis kehidupan.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
merupakan dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu
yang berada dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial
tertentu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan, dihargai dan
dicintai.
-
29
2.3.2 Aspek-aspek dalam Dukungan Sosial
Cohen, et.al (dalam Yalcin, 2011), menyimpulkan terdapat empat bentuk
dukungan sosial, yaitu :
(a) Dukungan Nyata (tangible support), atau bantuan-bantuan yang
bersifat pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-
hari maupun bantuan secara finansial (uang, barang dan jasa). Menurut
Cohen dan McKay (1984), tangible support atau dukungan nyata paling
efektif bila pemberian bantuan dipandang oleh penerima sesuai dengan
yang dibutuhkan.
(b) Dukungan Penilaian atau Informasi (appraisal support), atau
merupakan suatu bentuk bantuan yang membantu individu dalam
memahami kejadian yang menekan dengan lebih baik serta memberikan
pilihan strategi coping yang harus dilakukan guna menghadapi kejadian
tersebut seperti saran dan masukan dari berbagai masalah pribadi.
(c) Dukungan Harga Diri (self-esteem support), atau suatu bentuk bantuan
dimana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya dan
evaluasi mengenai pencapaian pada individu tersebut. Cobb (dalam Cohen
dan McKay, 1984), berpendapat bahwa dukungan self-esteem dapat
mendorong seseorang untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
(d) Dukungan Belonging (belonging support), atau suatu bentuk dukungan
dimana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika
ia ingin melakukan suatu kegiatan bersama, seperti berbagi pada kegiatan
waktu luang dan memiliki seseorang untuk menghabiskan waktu bersama.
-
30
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang Mendapatkan
Dukungan Sosial
Sarafino dan Smith (2011) menguraikan beberapa faktor yang
mempengaruhi perolehan dukungan dari orang lain, yaitu:
1. Penerimaan Dukungan (Recipients)
Seseorang tidak akan memperoleh dukungan bila mereka tidak ramah,
tidak mau menolong orang lain dan tidak membiarkan orang lain
mengetahui bahwa mereka membutuhkan pertolongan. Ada orang yang
kurang asertif untuk meminta bantuan, atau mereka berfikir bahwa mereka
seharusnya tidak tergantung dan membebani orang lain, merasa tidak enak
mempercayakan sesuatu pada orang lain atau tidak tahu siapa yang dapat
dimintai bantuannya.
2. Penyedia Dukungan (Provider)
Individu tidak akan memperoleh dukungan jika penyedia tidak memiliki
sumber-sumber yang dibutuhkan oleh individu, penyedia dukungan sedang
berada dalam keadaan stress dan sedang membutuhkan bantuan, atau
mungkin juga mereka tidak cukup sensitive terhadap kebutuhan orang lain.
3. Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial (Hubungan individu
dengan keluarga dan masyarakat)
Hubungan ini bervariasi dalam hal ukuran, yaitu jumlah orang
biasa dihubungi; frekuensi hubungan, yaitu seberapa sering individu
bertemu dengan orang tersebut; komposisi, yaitu apakah orang tersebut
adalah keluarga, teman, rekan kerja, atau lainnya; dan keintiman, yaitu
-
31
kedekatan hubungan individu dan adanya keinginan untuk saling
mempercayai.
2.3.4 Pengukuran Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat diungkap dengan skala Interpersonal Support
Evaluation List (ISEL). Skala ini dikembangkan oleh Cohen, Mermelstein,
Kamark dan Hoberman (1985). Skala ini dibuat untuk mengukur penilaian
seseorang akan tersedianya empat dukungan dari dukungan sosial, yaitu
tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging
support.
Skala ini terdiri dari 40 item yang terdiri dari empat aspek, dimana
masing-masing aspek terdiri dari 10 item. Alat ukur ini dikembangkan
dalam bentuk skala Likert berskala 4, dengan menjumlahkan distribusi
respon sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Namun, untuk
kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan empat kategori
(alternative) jawaban mulai dari sangat tidak sesuai sampai sangat sesuai.
2.4 Kerangka Berpikir
Kepuasan hidup menurut Diener (Bailey, et.al., 2007) merupakan evaluasi
koginitif yang dinilai secara global dalam kehidupan seseorang.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, kepuasan hidup
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya seperti
individual/kolektif, self-esteem, dan penguasaan perasaan (Yetim, 2003),
dukungan organisasi dan work-family conflict (Dixon & Sagas, 2007),
-
32
etnik/ras, status ekonomisosial, kesehatan dan hubungan sosial (Barger,
Donoho & Waiment, 2009), dukungan sosial dan optimisme (Yalcin,
2011).
Yalcin (2011) menemukan bahwa dukungan sosial dan optimisme
secara signifikan merupakan prediktor dari kepuasan hidup. Sedangkan
Bailey et.al. (dalam Yalcin, 2011) menyatakan bahwa dalam beberapa
tahun terakhir, optimisme telah menerima banyak perhatian dalam menilai
dan memprediksi kepuasan dengan kehidupan. Berdasarkan penemuan
Ilhan dan Bailey tersebut, maka peneliti menjadikan optimisme dan
dukungan sosial sebagai variabel independen (IV) dalam penelitian ini.
Seperti halnya pada karyawan yang bekerja di hotel, dengan
jabatan dan tugas yang berbeda-beda pada setiap individunya merupakan
hal yang sesuai dengan minat (interest) dan kemampuan yang dimiliki oleh
karyawan tersebut (UU. No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).
Namun, bagaimana dengan kehidupan karyawan hotel jika terjadi kasus
dimana individu menganggap dan memandang dengan sebelah mata
mengenai jabatan dan tugas yang dimiliki oleh karyawan hotel. Oleh
karena itu, dalam mencapai tingkat kepuasan hidup yang tinggi, karyawan
tersebut tentu berhubungan dengan lingkungan yang mereka jalani.
Dengan optimisme individu akan mempunyai cara pandang yang
menyeluruh, dan berpikir positif, serta mudah memberikan makna bagi
diri. Orang-orang yang optimis umumnya memegang hal positif dalam
masa depan, sedangkan orang-orang yang pesimis umumnya memegang
-
33
bias negatif dan asumsi yang masuk akal bahwa perbedaan ini akan
berhubungan langsung dengan kepuasan hidup.
Seligman (2006) mengemukakan tiga macam gaya individu dalam
menjelaskan suatu peristiwa explanatory style, yaitu: 1) Permanence, gaya
ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa yang terjadi
sebagai peristiwa yang bersifat sementara atau menetap. 2) pervasiveness,
gaya ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa yang
terjadi berkaitan dengan ruang lingkup sebagai peristiwa yang bersifat
universal atau spesifik 3) personalization, gaya ini menggambarkan
bagaimana individu melihat peristiwa yang terjadi (suatu masalah)
berkaitan dengan sumber dari penyebab peristiwa tersebut meliputi
internal atau eksternal.
Selain optimisme, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi
kepuasan hidup pada karyawan hotel yaitu dukungan sosial. Seperti halnya
dalam membuat keputusan untuk bekerja di hotel, karyawan perlu
dukungan sosial dari orang lain. Seperti anggota keluarga, teman, dan
company (perusahaan). Begitupun halnya dalam mencapai tingkat
kepuasan hidup yang tinggi, bagi karyawan yang bekerja di hotel hal
tersebut tentu berhubungan dengan lingkungan keluarga, teman dan
perusahaan. Dimana keluarga merupakan salah satu hal yang perlu
diperioritaskan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan.
Selanjutnya terdapat empat aspek dukungan sosial. Menurut
Cohen, et.al. (dalam Yalcin, 2011), ada empat tipe sumber sistem
-
34
dukungan sosial, yaitu (a) tangible support atau dukungan nyata, seperti
uang, barang dan jasa; (b) appraisal support atau dukungan penilaian,
seperti saran dan masukan dari berbagai masalah pribadi; (c) self-esteem
support atau dukungan harga diri, seperti pernyataan positif dan evaluasi
mengenai pencapaian; dan (d) belonging support atau dukungan yang
dimiliki (pribadi), seperti berbagi kegiatan waktu luang dan memiliki
seseorang untuk menghabiskan waktu bersama.
Pada dukungan nyata (tangible support), biasanya dukungan yang
diberikan itu berupa uang, barang dan jasa. Hal tersebut dapat dilihat dari
besaran gaji atau upah yang diberikan oleh perusahaan terhadap
karyawannya. Selanjutnya dukungan penilaian (appraisal support) sangat
penting juga bagi karyawan dalam hal kualitas hidup. Seperti halnya dalam
membuat keputusan bagi individu untuk bekerja di hotel. Oleh karena itu,
saran dan penilaian-penilaian sangat diperlukan bagi karyawan-karyawan
hotel sehingga akan mempengaruhi kepuasan hidupnya. Begitu juga
dengan dukungan harga diri (self-esteem support) baik antara karyawan
dan company (hotel) juga berkontribusi dalam kepuasan hidup
karyawannya. Hal tersebut mengukur sejauhmana individu merasa puas
terhadap penghargaan yang diberikan berdasarkan hasil kerja. Setiap
individu ingin usaha, kerja keras, dan pengabdian yang dilakukannya
untuk kemajuan perusahaan dihargai dengan semestinya. Dukungan
lainnya yaitu belonging support hal tersebut berhubungan dengan rekan
kerja, teman dan keluarga. Dimana mereka dapat meluangkan atau
-
35
menyediakan waktunya untuk menghabiskan waktu bersama dengan
karyawan atau individu tersebut, sehingga hal tersebut akan berpengaruh
terhadap kepuasan hidupnya.
Selain optimisme dan dukungan sosial, faktor demografis seperti
jenis kelamin dapat mempengaruhi kepuasaan hidup seseorang. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Yalcin (2011) ditemukan dalam hasil t-test
bahwa kepuasan hidup pada mahasiswa perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Sedangkan, ditemukan juga
bahwa dalam garis gender, para pekerja laki-laki lebih banyak
mengeluhkan keseimbangan kehidupan pribadi dengan pekerjaan. Orang-
orang yang bekerja di kantor ingin pihak perusahaan menyadari bahwa
tiap karyawan memiliki keluarga di rumah, memerlukan jam berkualitas
bersama pasangan dan anak, serta kesempatan untuk mengaktualisasi diri
lewat komunitas. Sementara itu, para pekerja perempuan lebih meminta
penyesuaian preferensi mereka dalam hal gaji, tunjangan, serta bonus.
Meski demikian, hampir separuh dari total responden mengeluhkan hal
yang sama, yaitu keseimbangan waktu antara bekerja dan menikmati
waktu bersama keluarga (www.medanbisnisdaily.com). Asumsi penulis
tersebut dapat digambarkan melalui gambar di bawah ini:
http://www.medanbisnisdaily.com/�
-
36
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh IV yang diketahui
terhadap DV. IV dalam penelitian ini adalah optimisme, dukungan sosial,
dan jenis kelamin. Sedangkan DV-nya adalah kepuasan hidup (life
satisfaction).
Dalam hal ini, IV dari faktor demografis yang bersifat kategorik
yaitu jenis kelamin tidak peneliti masukkan ke dalam hipotesis mayor
karena IV tersebut bersifat kategorik sehingga analisisnya dilakukan
secara terpisah dan hanya dimasukkan ke dalam hipotesis minor.
Jenis Kelamin
Optimisme
Dukungan Sosial
Kepuasan Hidup
(Life Satisfaction)
Permanence
Pervasiveness
Personalization
Tangible
Belonging
Self-esteem
Appraisal
-
37
Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Hipotesis Mayor
H : Ada pengaruh yang signifikan optimisme dan dukungan sosial
serta jenis kelamin terhadap kepuasan hidup karyawan hotel.
2. Hipotesis Minor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi optimisme permanence
terhadap kepuasan hidup karyawan hotel.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi optimisme pervasiveness
terhadap kepuasan hidup karyawan hotel.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi optimisme personalization
terhadap kepuasan hidup karyawan hotel.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan antara tangible support terhadap
kepuasan hidup karyawan hotel.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan antara appraisal support terhadap
kepuasan hidup karyawan hotel.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem support terhadap
kepuasan hidup karyawan hotel.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan antara belonging support terhadap
kepuasan hidup karyawan hotel.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap
kepuasan hidup karyawan hotel.
-
38
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab metode penelitian ini dibahas mengenai populasi dan sampel, teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen
pengumpulan data, uji validitas konstruk, teknik analisis data dan prosedur
penelitian.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di hotel
bintang tiga yang terletak di Mampang, Jakarta Selatan. Dimana peneliti
mengambil populasi pada karyawan yang bekerja di Hotel Maharadja
berjumlah 213 karyawan.
3.1.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dari 200 kuesioner yang disebarkan, hanya 149 kuesioner yang
dikembalikan dan semua kuesioner tersebut layak untuk diolah. Maka,
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 149
responden.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non-probability sampling dimana peluang untuk terpilihnya
anggota populasi untuk menjadi sampel tidak diketahui. Dengan
menggunakan metode judgemental sampling dimana instrumen atau
-
39
kuesioner disebarkan kepada para karyawan, sesuai dengan karakteristik
yang diterapkan oleh peneliti. Adapun karakteristik subjek penelitian ini
adalah:
a. Subyek wanita dan pria yang bekerja di hotel
b. Subyek bekerja di hotel baik dalam Front Office Department,
Housekeeping Department, Food & Baverage Department, Accounting
Department, Engineering Department dan Personel Department.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kepuasan hidup
2. Optimisme (permanence (X1), pervasiveness (X2), dan personalization
(X3
3. Dukungan sosial (Dukungan Praktis (Tangible support) (X
).
4),
Dukungan Penilaian atau Informasi (appraisal support) (X5), Dukungan
Harga Diri (self-esteem support) (X6), Dukungan Belonging (belonging
support) (X7
4. Jenis Kelamin (X
).
8
Dalam penelitian ini yang berperan sebagai variabel terikat yaitu
kepuasan hidup. Variabel bebas yang pertama adalah optimisme dengan
tiga dimensi (permanence, pervasiveness, dan personalization). Variabel
bebas kedua yaitu dukungan sosial dengan empat dimensi (Tangible
)
-
40
support, appraisal support, self-esteem support, dan belonging support).
Dan variabel demografi yang turut diteliti adalah jenis kelamin.
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
a. Kepuasan Hidup (life satisfaction)
Kepuasan hidup adalah penilaian atau evaluasi kognitif, dimana individu
mengevaluasi kualitias hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu dan
dinilai secara global dengan menikmati pencapaian-pencapaian yang telah
didapat atau diraih yang diukur dengan skala kepuasan hidup.
b. Optimisme
Optimisme merupakan suatu pandangan secara menyeluruh akan suatu
harapan dan kejadian (peristiwa) dengan berpikir positif dan memaknai
akan segala sesuatunya berjalan menuju ke arah yang baik terutama untuk
masa yang akan datang yang diukur dengan skala optimisme melalui tiga
aspek yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization.
c. Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan dukungan yang diterima individu dari orang-
orang tertentu yang berada dalam kehidupannya dan berada dalam
lingkungan sosial tertentu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan,
dihargai dan dicintai yang diukur dengan skala optimisme melalui empat
aspek yaitu tangible support, appraisal support, self-esteem support dan
belonging support.
-
41
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian.
Pertama, bagian yang mengungkapkan diri responden. Kedua, bagian yang
mengungkap kepuasan hidup (life satisfaction). Ketiga bagian yang
mengungkap optimisme dan keempat mengungkap tentang dukungan
sosial. Untuk model skala, peneliti menggunakan model skala likert,
dimana variabel penelitian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-
item instrumen.
Adapun cara responden memberikan jawaban terhadap skala likert
ini adalah dengan menggunakan tanda ceklis (√) pada salah satu
alternative jawaban berkisar antar 1 sampai 4 untuk item positif
(favorable). Skor untuk jawaban sangat sesuai (SS) = 4, sesuai (S) = 3,
tidak sesuai (TS) = 2, sangat tidak sesuai (STS) = 1 dan sebaliknya untuk
item negatif (unforable) yaitu, jawaban sangat sesuai (SS) = 1, sesuai (S) =
2, tidak sesuai (TS) = 3, sangat tidak sesuai (STS) = 4. Skala dalam
penelitian ini terdapat 4 kategori jawaban dan masing-masing kategori
memiliki nilai tertentu.
3.3.2 Alat Ukur Penelitian
3.3.2.1 Skala Kepuasan Hidup
Skala kepuasan hidup yang digunakan secara umum adalah Satisfaction
With Life Scale (Diener et. al., 1985). Skala ini terdapat 5 item dan
menggunakan skala Likert dimana terdapat tujuh alternatif jawaban untuk
-
42
setiap item, yaitu mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak
setuju. Skor total didapatkan dengan menjumlah skor per item. Skor total
dipandang sebagai tingkat kepuasan hidup.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Satisfaction With Life
Scale. Peneliti memodifikasi skala tersebut dengan menerjemahkan dan
menyesuaikan item agar mudah dipahami oleh responden dalam penelitian
dan hanya menggunakan empat kategori (alternative) jawaban. Peneliti
menggunakan empat kategori (alternative) jawaban agar analisis dapat
dilakukn dengan baik. Sehingga hal tersebut dilakukan untuk menghindari
responden yang memilih jawaban “aman” dan secara netral, dan supaya
responden memilih kecenderungan ke salah satu jawaban bukan ditengah-
tengah (kalau menggunakan lima atau tujuh kategori).
Tabel 3.1 Blue Print Skala Kepuasan Hidup No. Komponen/
Aspek Indikator Item
Fav Unfav Total
1. Kepuasan hidup - Membuat penilaian kepuasan berdasarkan pertimbangan yang matang
- Membuat keputusan dengan tujuan hidup yang dimiliki
1, 2, 3, 4
5
5
Julmah 4 1 5
3.3.2.2 Skala Optimisme
Skala Optimisme yang dapat digunakan secara umum salah satunya adalah
Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang telah disusun oleh Scheiver,
Carver dan Bridges (1994) yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya
(= 0.70 sampai = 0.80). Skala ini berjumlah 10 item, dan pada skala asli
-
43
terdapat lima pilihan jawaban, yaitu dari sangat tidak setuju sampai sangat
setuju.
Namun, untuk kepentingan penelitian ini, karena skala tersebut
tidak terdapat aspek-aspek didalamnya, maka peneliti akan menggunakan
skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi dari
optimisme yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization dengan
menggunakan empat kategori (alternative) jawaban. Beberapa item dari
optimisme dimodifikasi dari skala optimisme yaitu Life Orientation Test-
Revised (LOT-R).
Tabel 3.2 Blue Print Skala Optimisme
No. Komponen/ Aspek Indikator Item Fav Unfav
Jumlah
1. Permanence
- Melihat peristiwa buruk sebagai suatu hal yang hanya bersifat sementara
- Melihat hal yang baik sebagai suatu hal yang bersifat menetap
1, 2, 3 4, 5, 7 6
7
2. Pervasiveness
- Menjelaskan hal yang baik diakibatkan oleh faktor yang bersifat universal
- Membuat penjelasan yang spesifik dari kejadian yang buruk
8, 10, 15 11 12, 13 14
7
3. Personalization
- Menganggap hal yang baik merupakan hal yang disebabkan oleh faktor internal
- Menganggap hal yang buruk sebagai hal yang disebabkan oleh faktor eksternal
9, 16 18 17 20 19, 21
7
Jumlah 13 8 21
-
44
3.3.2.3 Skala Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat diungkap dengan skala Interpersonal Support
Evaluation List (ISEL). Skala ini dikembangkan oleh Cohen, Mermelstein,
Kamark dan Hoberman (1985). Skala ini dibuat untuk mengukur penilaian
seseorang akan tersedianya empat dukungan dari dukungan sosial, yaitu
tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging
support.
Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial
No. Komponen/ Aspek
Indikator Item Fav Unfav
Jumlah
1. Tangible Support - Dukungan yang diterima dalam tindakan (jasa)
- Dukungan yang diterima dalam bentuk materi (barang dan uang)
2, 16, 9, 14, 18, 33 29, 39 23 35
10
2. Appraisal Support
- Dukungan yang diterima dalam memecahkan masalah/solusi dari berbagai masalah pribadi
- Dukungan yang diterima dengan memberikan saran dan masukan dari berbagai masalah pribadi
1, 11, 6, 17, 26 19, 22, 30, 36 38
10
3. Self-esteem support
- Dukungan yang diterima dimana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya
- Dukungan yang diterima berupa evaluasi mengenai pencapaian pada individu tersebut
4, 8, 24, 40 20 32, 37 3, 13, 28,
10
4. Belonging Support
- Dukungan yang diterima dalam berbagi pada waktu luang
- Dukungan yang diterima dalam melakukan suatu kegiatan untuk menghabiskan waktu bersama (hiburan/rekreasi)
5, 7, 10, 25 31 12, 21 15, 27 34
10
Jumlah 21 19 40
-
45
Skala ini terdiri dari 40 item yang terdiri dari empat aspek, dimana
masing-masing aspek terdiri dari 10 item. Alat ukur ini dikembangkan
dalam bentuk skala Likert berskala 4, dengan menjumlahkan distribusi
respon sangat tidak sesuai sampai sangat sesuai.
Namun, untuk kepentingan penelitian ini, peneliti menggunaan
item-item yang diadaptasi dari skala Interpersonal Support Evaluation List
(ISEL) yang terdiri dari empat aspek, dimana masing-masing aspek terdiri
dari 10 item dengan menggunakan empat kategori (alternative) jawaban.
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap
validitas konstruk ketiga instrument yang dipakai, yaitu 1) Kepuasan
Hidup; 2) Optimisme; dan 3) Dukungan Sosial. Untuk menguji validitas
konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan
software Lisrel 8.70. Adapun logika dari CFA (Umar, 2011) :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan
untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan
pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon
atas item-itemnya.
-
46
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga
tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun
subtes bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang
unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian
dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S.
Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada
p
top related