indeks kebersihan gigi dan karies
Post on 02-Jan-2016
169 Views
Preview:
TRANSCRIPT
INDEKS KEBERSIHAN GIGI DAN KARIES
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Hasil penelitian Natamiharja (2010) menunjukkan gambaran
hubungan nilai pengetahuan dengan indeks OHIS. Kelompok yang
pengetahuaannya ditingkatkan dengan penyuluhan mengalami penurunan
indeks OHIS sebesar 1,53 dan terlihat adanya perbedaan bermakna ( p =
0,0001 ) dimana skor OHIS sebelum penyuluhan adalah 3,54 dan setelah
penyuluhan adalah 2,01. Untuk nilai pengetahuan juga terjadi peningkatan
sebesar 49,72 dan terlihat adanya perbedaan bermakna sebelum dan setelah
penyuluhan kedua dilakukan ( p = 0,0001 ). Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan sample dengan indeks OHIS nya.
Penelitian yang dilakukan peneliti sekarang adalah hubungan tingkat
pengetahuan tentang upaya menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan indeks
kebersihan gigi dan mulut anak usia 9-12 tahun di Dusun Bagek Kedok
Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur. Desain penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan
metode simple random sampling. Data diambil secara langsung dengan
instrumen kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah Chi-Square dengan
tingkat kemaknaan 0,05.
Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu
sama-sama menilai indeks kebersihan gigi dan mulut. Perbedaannya yaitu
penelitian sekarang tidak diberi perlakuan, sedangkan penelitian terdahulu
diberi perlakuan. 6
2.2 LANDASAN TEORETIK
2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah seseorang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Dari tahap penginderaan, sampai dihasilkan
pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo 2003).
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya dan merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
7
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang
sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek (Muhariani 2008).
2.2.2 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan gigi adalah bagian integral dari kesehatan umum,
sehingga perlu bagi tenaga kesehatan gigi untuk senantiasa meningkatkan
kemampuan sesuai dengan perkembangan kesehatan pada umumnya.
Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat
salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan
gigi dan mulut (Notoatmodjo 2003). Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya
8
pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut. Anak masih
sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan
kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan
gigi dibanding orang dewasa. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut
anak lebih buruk yang mana salah satu faktornya adalah kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang beresiko menyebabkan kerusakan gigi
(karies). Pentingnya perawatan gigi dan mulut serta usaha untuk menjaga
kebersihannya merupakan hal mutlak harus dilakukan karena mulut bukan
sekedar pintu masuknya makanan dan minuman saja, tetapi mulut juga
bisa menjadi pintu masuknya mikroorganisme yang dapat menyebabkan
kerusakan pada gigi (Notoatmodjo 2003).
Menurut Bloom (1908), terdapat tiga domain untuk mengukur
perilaku manusia terhadap kesehatan, yaitu pengetahuan, afektif dan
psikomorik. Dimana disini dikatakan bahwa pengetahuan merupakan hal
yang sangat penting karena pengetahuan tentang kesehatan mancakup apa
yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan.
Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10
besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia.
Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan
mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan
penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat. Hal yang sangat
mempengaruhi masalah tersebut, faktor pendidikan merupakan faktor
kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi terhadap
pengetahuan sikap, dan perilaku seseorang untuk hidup sehat, sehingga
9
diharapkan seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih
tinggi mampu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang
kesehatan. Dan alangkah baiknya berbagi dengan masyarakat yang tingkat
pendidikanya rendah, dan membutuhkan lebih banyak lagi informasi
(Depkes 1994).
Pemberian pengetahuan ini bisa dilakukan oleh dokter gigi di
praktek ataupun saat dilapangan, atau tenaga kesehatan khususnya tenaga
kesehatan gigi. Pendidikan kesehatan yang diberikan adalah meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut, masyarakat harus semakin sadar bahwa
perawatan gigi dan mulut merupakan tindakan yang segera dan tidak boleh
dianggap remeh ( Depkes 1994).
Dengan demikian diharapkan rencana pembangunan kesehatan
menuju Indonesia Sehat 2010, yang menggariskan arah pembangunan
kesehatan yang mengedepankan paradigma sehat, khususnya
penanggulangan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta
pencegahannya akan terwujud. Mari kita mulai pola hidup sehat dengan
menjaga kesehatan secara utuh dan menyeluruh dengan maksimal (Depkes
1994).
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan
kesehatan gigi terutama pada anak usia sekolah perlu mendapat perhatian
khusus karena pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh
kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap
perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Penyebab timbulnya
10
masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak salah satunya adalah faktor
perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut
dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi
dan mulut (Depkes 1994).
2.2.3 Upaya Menjaga Kebersihan Gigi Dan Mulut
Termasuk dalam pengetahuan kesehatan gigi yang harus diketahui
oleh masyarakat adalah tentang cara-cara menjaga kebersihan gigi dan
mulut (Herijuliyanti 2002):
a) Sikat Gigi Dan Manfaatnya
Ada berbagai ukuran, corak, bentuk dan pola sikat gigi yang
dapat diperoleh masyarakat. Terdapat sikat dengan kepala yang
panjang, kepala yang pendek, dengan tangkai yang lunak, serta dengan
berbagai derajat kekerasan dari bulu sikat alami dan bulu sikat plastik.
Alasan untuk mendapat sikat gigi yang baik, cukup banyak, tetapi
belum pernah dibicarakan secara menyeluruh pada lingkungan
profesional (Herijuliyanti 2002).
1) Desain dan bentuk sikat gigi telah sering mengalami perubahan
selama bertahun tahun, tetapi walaupun demikian, banyak dokter
gigi yang masih menggunakan konsep lama tersebut ( Harijuliyanti
2002).
2) Pandangan kita terhadap pembersihan telah berubah. Kita
memandang lebih penting untuk memperhatikan plak dan gingiva
11
daripada menghilangkan sisa makanan dan memoles atau
memutihkan enamel ( Harijuliyanti 2002).
b) Pasta Gigi
Pasta gigi dimaksudkan untuk membersihkan dan
menghaluskan permukaan gigi geligi dan dapat memberikan rasa serta
aroma yang nyaman dalam rongga mulut. Selain itu, pasta gigi juga
berfungsi sebagai media melekatkan fluor pada jaringan gigi. Bubuk
pasta gigi berisi bahan yang abrasive, pembersih, bahan penambah rasa
dan pewarna serta pemanis. Disamping mengandung juga bahan
pengikat, ‘pelembap’, pengawet dan air. Kebanyakan pasta gigi
yangberedar dipasaran juga mengandung fluor. Sebagian kecil lainnya
berisi bahan desensitisasi (Herijuliyanti 2002, Kidd 1992).
c) Frekuensi Menyikat Gigi
Kesehatan mulut tidak lepas dari etiologi, dengan plak sebagai
salah satu faktor terjadinya karies. Penting di sadari bahwa plak pada
dasarnya di bentuk terus-menerus. Dalam waktu setengah jam bakteri
dalam plak dapat berkolonisasi, untuk itu gigi dan gusi harus sering
dibersihkan. Namun, bagi banyak orang, sulit untuk mncapai
kebersihan mulut yang demikian teliti. Berapa kali gigi harus disikat
untuk mencegah karies, lebih sukar dijawab. Sebuah penelitian
melaporkan, tentang penelitian yang berusaha membuat korelasi,
antara frekuensi menyikat gigi dan frekuensi karies. Didapatkan hasil
yang bertentangan. Meskipun suatu hubungan yang positif, antara
frekuensi menyikat dan frekuensi karies, belum merupakan bukti
12
bahwakaries gigi dapat dicegah, dengan menggosok gigi hanya
hubungan kedua faktor (Herijuliyanti 2002, Kidd 1992, Suryo 1993)
Pada umumnya menyikat gigi dua kali sehari. Saat yang dipilih
adalah pada pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Tetapi
ada yang berpendapat bahwa menyikat gigi sekali sehari, asalkan
efektif dapat menguntungkan bagi kesehatan gigi dan mulut (Ratih
2000)
d) Tujuan Menyikat Gigi
Tujuan menyikat gigi adalah untuk membersihkan,dan
menghilangkan semua sisa-sisa makanan dan plak yang menempel
pada gigi geligi,dan memijat gusi untuk melancarkan peredaran darah
di gigi.Frekuensi mengosok gigi yang disarankan adalah dua kali
sehari,pagi hari dan malam sebelum tidur (Kidd 1992, Suryo 1993)
e) Waktu Menyikat Gigi
Bersihkan gigi yang tepat waktu adalah pagi hari dan
sebelum tidur,sehingga kebiasaan menyikat gigi saat mandi tidak
betul.Sebab sesudah bersikat gigi pagi di saat mandi,orang akan makan
pagi.Setelah makan pagi,kalau hana berkumu-kumur akan
kotor.Demikian juga,apabila bersikat gigi pada saat mandi sore
hari.Padahal menurut beberapa ahli,kuman paling aktif dapat merusak
email gigi,ialah sekitar setengah jam sejak saat selesai makan.Pada saat
itu sisa makanan segera di rubah oleh kuman,menjadi asam yang dapat
melunakkan email itu.Oleh karena itu , menyikat gigi yang benar
13
adalah setiap setelah makan,dan sebelum tidur.Bila hanya 3 kali, yang
terakhir sebaiknya menjelang tidur,sbebab antara saat makanan hendak
tidur mungkin saja masih makan-makanan kecil (Ratih 2000)
f) Teknik Menyikat Gigi
Walaupun kita selalu mengatakan telah menyikat gigi dua kali
sehari, namun sebagian besar orang tetap memiliki plak dalam
mulutnya. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembersihan yang
dilakukan belum tepat. Ada beberapa metode yang disarankan para
ahli namun belum dapat dibuktikan metode mana yang terbaik (Pratiwi
2009).
Metode tersebut diantaranya:
1) Scrub memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakakan
sikat secra horizontal. Ujung bulu sikat diletakkkan pada area batas
gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-
ulang (Pratiwi 2009).
2) Roll memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakan memutar
mulai dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh
permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi
dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu tegaknya gigi
(Pratiwi 2009)
3) Bass meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil
membentuk sudut 45o dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi
digetarkan ditempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat
(Pratiwi 2009).
14
4) Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari
arah gusi ke gigi secara berulang. Setelah sampai di permukaan
kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada
area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45o dengan
sumbu tegak gigi seperti metode bass (Pratiwi 2009).
5) Fones mengutarakan metode garakan sikat secara horizontal
sementara gusi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan
dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gig atas dan
bawah (Pratiwi 2009).
6) Charters meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu
sikat menghadap permukaan kunyah atau oklusal gigi. Arahkan 450
pada daerah leher gigi. Tekan pada daerah leher gigi dan sela sela
gigi kemudian getarkan minimal 10 kali pada tiap tiap area dalam
mulut. Gerakan berputar dilakukan terlebih dulu untuk
membersihkan daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk
membersihakan plak di daerah sela-sela gigi, pada apsien yang
memakai alat orthodontik cekat atau kawat gigi dan pada pasien
dengan gigi tiruan yang permanen (Pratiwi 2009).
Setiap metode yang telah disarankan oleh beberapa
Dokter Gigi ahli memiliki kesulitan tersendiri. Bagi anak-anak
disarankan memulai dengan metode scrub dan dilanjutkan dengan
metode bass. Secara umum sampai saat ini disimpulkan bahwa cara
sikat gigi yang paling efektif adalah dengan mengkombinasikan
metode-metode tersebut (Pratiwi 2009).
15
2.2.4 Status Kebersihan Gigi dan Mulut
2.2.4.1 Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan mulut sangat penting karena kurangnya
kebersihan gigi dan mulut memungkinkan terjadinya penimbunan
plak dan sisa-sisa makanan. Karbohidrat dapat mengalami
peragian, terutama sukrosa, merupakan substrat utama untuk
menghasilkan asam-asam metabolis oleh bakteri-bakteri yang
terjerat. Plak menetralisasi asam dan mencegah penyebaran
bakteri. Asam akan menghancurkan lapisan email gigi dengan
jalan dekalsifikasi (Kidd 1992, Pratiwi 2009).
Kebersihan gigi dan mulut yang maksimal dapat tercapai
dengan baik dengan cara membersihkan gigi dan mulut dari sisa
makanan yang tertinggal diantara gigi atau fissure. Gigi yang
bersih sedikit sekali kemungkinannya terkena karies gigi. Dari
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebersihan gigi dan
mulut adalah suatu keadaan dimana gigi gedligi yang berada dalam
rongga mulut dalam keadaan yang bersih, bebas dari plak dan
kotoran lain yang berada diatas permukaan gigi seperti debris,
karang gigi dan sisa makanan serta tidak terciumbau mulut dalam
mulut (Kidd 1992, Pratiwi 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan
mulut adalah menggosok gigi, karena salah satu pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut adalah menggosok gigi, yang meliputi
frekuensi menggosok gigi, cara menggosok gigi, dan bentuk sikat
16
gigi. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi kebersihan gigi
dan mulut (Kidd 1992, Pratiwi 2009).
2.2.4.2 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S)
Pemeriksaan OHI-S (Simplified Oral Hygiene Index) adalah
pemeriksaan gigi dan mulut dengan menjumlahkan debris Index
(DI) dan Calculus Index (CI). DI adalah score/nilai dari endapan
lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada
gigi penentu. CI adalah score/nilai dari endapan keras/karang gigi
terjadi karena debris yang mengalami pengapuran yang melekat
pada gigi penentu. Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan
pada gigi tertentu dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut
(Herijuliyanti 2002, pratiwi 2009), yaitu :
Untuk rahang atas yang diperiksa:
a. Gigi M1 kanan atas pada permukan bukal.
b. Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial.
c. Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal.
Untuk rahang bawah, yang diperiksa :
a. Gigi M1 kiri bawah, permukaa lingual.
b. Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial.
Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual.
17
Bila ada kasus salah satu dari gigi gigi tersebut tidak ada
(telah dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi gigi
pengganti yang sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu :
a.) Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada,
penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atas atau rahang
bawah.
b.) Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada,
penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas/rahang bawah.
c.) Bila M1,M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada,
tidak dapat dilakukan penilaian.
d.) Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan
pada I1 kiri rahang atas.
e.) Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
f.) Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi I1 kanan rahang bawah
g.) Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
Bila terdapat kasus beberapa gigi diantara keenam gigi
yang seharusnya diperiksa tidak ada, debris index dan kalkulus
18
masih dapat dihitung apabila terdapat paling sedikit 2 gigi yang
dapat dinilai (Herijuliyanti 2002).
Penilaian dapat diperoleh dengan melakukan pemeriksaan
hanya pada gigi permanen.
1. Individu
a. Simplified Debris Index (DI-S)
Skor/kriteria :
0 : tidak ada debris maupun stain
1 : debris lunak menutupi tidak lebih 1/3 permukaan gigi /
extrinsic stains tanpa debris
2 : debris lunak menutupi lebih 1/3 s.d tidak lebih 2/3
permukaan gigi
3 : debris lunak menutupi lebih 2/3 permukaan gigi
b. Simplfied Calculus Index (CI-S)
Skor/kriteria :
0 : tidak ada calculus
1 : supragingival calculus menutupi tidak lebih 1/3
permukaan gigi
2 : supragingival calculus menutupi lebih 1/3 s.d tidak lebih
2/3 permukaan gigi / subgingival calculus sedikit
3 : supragingival calculus menutupi lebih 2/3 permukaan
gigi / subgingival calculus banyak
2. Kriteria OHI-S
19
baik : 0,1 – 1,2
sedang : 1,3 - 3,0
kurang : 3,1 – 6,0 (Herijuliyanti 2002).
2.2.5 Hubungan Pengetahuan Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut
Terhadap Status Kebersihan Gigi dan Mulut
Pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan 3 tingkatan perilaku.
Banyak yang bisa dikaitkan dari ketiga tingkatan tersebut. Pengetahuan
yang baik, sikap yang baik, belum tentu tindakan yang dilakukan baik juga.
Hal tersebut terjadi karena pengetahuan dan sikap sebatas perilaku tertutup,
artinya masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi.
Sedangkan tindakan merupakan perilaku terbuka, artinya telah dilakukan
atau telah dipraktekkan (Notoatmodjo 2003).
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan
sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk
melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk di antaranya
menyikat gigi (Trehan 1995).
Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor
yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh
faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu
penyikatan yang tepat. Tersedia berbagai variasi dalam desain sikat gigi,
berbagai metode penyikatan gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan waktu
penyikatan gigi (Trehan 1995, Pratiwi 2009).
20
Perubahan yang diharapkan terjadi dalam proses pendidikan
bukanlah sekadar penambahan atau pengurangan perilaku atau
keterampilan, namun perubahan struktur pola perilaku dan pola
kepribadian menuju pola yang makin sempurna (Notoatmodjo 2003).
Penelitian eksperimental semu oleh Riyanti dkk (2005) untuk
mengetahui tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sebuah sekolah
dasar setelah diberikan pendidikan kesehatan gigi menunjukkan perubahan
yang signifikan nilai rata-rata OHI-S antara sebelum dan sesudah
perlakuan. Perubahan yang signifikan juga terjadi selama proses
pendidikan dengan thitung -8,346. Kesimpulan dari penelitian ini terjadi
perubahan tingkat kebersihan gigi dan mulut antara sebelum dan sesudah
perlakuan pada kunjungan kedua, ketiga, dan keempat dan selama proses
pendidikan.
Hasil penelitian Natamiharja (2010) menunjukkan gambaran
hubungan nilai pengetahuan dengan indeks OHIS. Kelompok yang
pengetahuannya ditingkatkan dengan penyuluhan mengalami penurunan
indeks OHIS sebesar 1,53 dan terlihat adanya perbedaan bermakna ( p =
0,0001 ) dimana skor OHIS sebelum penyuluhan adalah 3,54 dan setelah
penyuluhan adalah 2,01. Untuk nilai pengetahuan juga terjadi peningkatan
sebesar 49,72 dan terlihat adanya perbedaan bermakna sebelum dan setelah
penyuluhan kedua dilakukan ( p = 0,0001 ). Berdasarkan jawaban
kuesioner sebelum penyuluhan, banyak penderita yang tidak mengetahui
fungsi dan cara penyikatan yang benar. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan sample dengan indeks OHIS nya.
21
Pendidikan cara-cara penyikatan gigi bagi anak-anak perlu
diberikan contoh suatu model yang baik serta dengan teknik yang
sesederhana mungkin. Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut
pada anak-anak harus dibuat semenarik mungkin, antara lain melalui
penyuluhan yang atraktif tanpa mengurangi isi pendidikan, demonstrasi
secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat gigi massal yang
terkontrol (Anningrum 2000).
22
top related