implementasi program adiwiyata di sd …tempat sampah sesuai dengan jenisnya di depan kelas 135...
Post on 01-Feb-2018
255 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI
KOTAGEDE 3 TAHUN AJARAN 2016/ 2017
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh :
Nur Rochmah Fajarina
NIM 13108241046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JULI 2017
i
IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI
KOTAGEDE 3 TAHUN AJARAN 2016/ 2017
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh :
Nur Rochmah Fajarina
NIM 13108241046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JULI 2017
ii
IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI
KOTAGEDE 3 TAHUN AJARAN 2016/ 2017
Oleh:
Nur Rochmah Fajarina
NIM 13108241046
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program
adiwiyata serta faktor pendukung dan penghambat implementasi program
adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/ 2017.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Subyek penelitian
adalah Kepala Sekolah, guru dan siswa. Obyek penelitian yaitu situasi sosial yang
menunjukkan implementasi program adiwiyata meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data kualitatif menggunakan model interaktif Miles
& Huberman meliputi pengumpulan data, kondensasi data, display data, dan
penarikan kesimpulan. Uji Keabsahan menggunakan teknik triangulasi sumber
dan teknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Implementasi Program Adiwiyata
di SD Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/2017 dilakukan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari masing-masing komponen Adiwiyata
yaitu; kebijakan sekolah berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan,
kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana pendukung
ramah lingkungan. Secara umum implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri
Kotagede 3 sudah dilaksanakan dengan baik sesuai standar dan perencanaan yang
telah disusun. Namun, pelaksanaan program masih perlu ditingkatkan lagi untuk
membentuk perilaku warga sekolah yang bekarakter peduli lingkungan. (2) Faktor
pendukung implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 antara lain
kondisi lingkungan sekitar, partisipasi dan dukungan warga sekolah, kemampuan
guru, kebijakan pemerintah, sumber dana, dan jenis kegiatan. Faktor penghambat
implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 antara lain kurangnya
kepedulian dan partisipasi warga sekolah, beban tugas guru terlalu berat,
kurangnya kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) atau media, dan kondisi lingkungan sekitar yang kurang mendukung.
Kata Kunci: Program Adiwiyata
iii
THE IMPLEMENTATION OF ADIWIYATA PROGRAM IN
ELEMENTARY SCHOOL
By:
Nur Rochmah Fajarina
NIM 13108241046
ABSTRACT
This study aims to describe the implementation of adiwiyata program as
well as the factors of the implementation of the adiwiyata program in elementary
school.
This research was a qualitative research of phenomenology. The Subjects
were the principals, teachers and students. The object was social situation which
shows the implementation of adiwiyata program including planning,
implementation, and evaluation. Data collection techniques used observation,
interviews, and documentation. Data analysis techniques used Miles & Huberman
interactive models including data collection, data condensation, data display, and
conclusions. The Validity Test used source and techniques triangulation.
The results indicate that (1) The Adiwiyata Program is implemented based
on the components of adiwiyata consisted of environmentally school policy,
environment-based curriculum, partisipatory-based school activities, and
management of enviromentally support facilities through planning,
implementation, and evaluation. The Adiwiyata Program is implemented
according to the standards and plans that have been prepared. However, the
implementation of the program needs to be improved to developing environmental
based behavior. (2) The supporting factors of the adiwiyata program are
environmental condition, participation and support, teacher’s ability, policy, funds,
and activities. The obstacle factors are lack of concern and participation, teacher’s
task load, and lack of the teacher’s ability.
Keyword: Adiwiyata Program
iv
v
vi
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis persembahkan
karya ini kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta beserta keluarga.
2. Almamater.
3. Nusa dan Bangsa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas nerkat rahmat dan karunia-Nya,
Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana pendidikan dengan judul “Implementasi Program
Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017” dapat disusun
sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Ali Mustadi, S. Pd., M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi
yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama
penyusunan Tugas Akhir Skripsi.
2. Bapak Kharisma Arief Abdullah selaku reviewer instrumen penelitian tugas
akhir skripsi yang telah memberikan saran sehingga penelitian ini tugas akhir
skripsi dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
3. Dr. Ali Mustadi, S. Pd., M. Pd., Drs. Sigit Dwi Kusrahmadi, M. Pd., dan
Nurtanio Agus Purwanto, M. Pd. selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji
yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap
Tugas Akhir Skripsi ini.
4. Bapak Suparlan, M. Pd. I. selaku ketua jurusan pendidikan sekolah dasar yang
telah mendukung kelancaran penyelesaian tugas akhir skripsi ini.
5. Ibu Lilik Marmawati, S. Pd. selaku Kepala SD Negeri Kotagede 3 yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian tugas akhir skripsi di SD Negeri
Kotagede 3.
6. Para guru dan staf SD Negeri Kotagede 3 yang telah memberikan ijin dan
bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam
penyusunan tugas akhir skripsi.
8. Semua pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan skripsi ini.
ix
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan
Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak
lain yang membutuhkannya.
Yogyakarta, 20 Juni 2017
Penulis
Nur Rochmah Fajarina
NIM 13108241046
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN iv
HALAMAN PERSETUJUAN v
HALAMAN PENGESAHAN vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 7
C. Fokus Penelitian 8
D. Rumusan Masalah 8
E. Tujuan Penelitian 8
F. Manfaat Penelitian 8
BAB II LANDASAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 10
1. Pengertian Adiwiyata 10
2. Tujuan Adiwiyata 15
3. Pelaksana Adiwiyata 20
4. Prinsip Adiwiyata 23
5. Komponen Adiwiyata 26
a. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan 26
1) Perencanaan 27
2) Pelaksanaan 30
3) Evaluasi 34
b. Kurikulum Berbasis Lingkungan 35
1) Perencanaan 35
2) Pelaksanaan 38
3) Evaluasi 40
c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Lingkungan 41
1) Perencanaan 41
xi
2) Pelaksanaan 42
3) Evaluasi 45
d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan 45
1) Perencanaan 45
2) Pelaksanaan 47
3) Evaluasi 48
6. Pembinaan Adiwiyata 49
7. Manfaat Adiwiyata 50
B. Penelitian yang Relevan 52
C. Pertanyaan Penelitian 54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian 57
B. Tempat dan Waktu Penelitian 58
C. Subyek dan Obyek Penelitian 58
D. Sumber Data 59
E. Teknik Pengumpulan Data 59
F. Instrumen Penelitian 61
G. Teknik Analisis Data 68
H. Keabsahan Data 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Sekolah 73
1. Lokasi Sekolah 73
2. Visi, Misi, dan Tujuan SD Negeri Kotagede 3 75
B. Deskripsi Hasil Penelitian 76
1. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan 76
a. Perencanaan 76
b. Pelaksanaan 83
c. Evaluasi 90
d. Faktor Pengaruh Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan 93
2. Kurikulum Berbasis Lingkungan 96
a. Perencanaan 96
b. Pelaksanaan 99
c. Evaluasi 103
d. Faktor Pengaruh Kurikulum Berbasis Lingkungan 107
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 109
a. Perencanaan 109
b. Pelaksanaan 116
c. Evaluasi 122
d. Faktor Pengaruh Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 124
4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan 127
a. Perencanaan 127
b. Pelaksanaan 132
xii
c. Evaluasi 139
d. Faktor Pengaruh Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah
Lingkungan 142
C. Pembahasan
1. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan
a. Perencanaan 145
b. Pelaksanaan 151
c. Evaluasi 156
d. Faktor Pengaruh Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan 159
2. Kurikulum Berbasis Lingkungan 161
a. Perencanaan 161
b. Pelaksanaan 163
c. Evaluasi 166
d. Faktor Pengaruh Kurikulum Berbasis Lingkungan 168
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 169
a. Perencanaan 169
b. Pelaksanaan 172
c. Evaluasi 175
d. Faktor Pengaruh Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 177
4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan 178
a. Perencanaan 178
b. Pelaksanaan 181
c. Evaluasi 186
d. Faktor Pengaruh Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah
Lingkungan 189
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 191
B. Saran 191
DAFTAR PUSTAKA 193
LAMPIRAN 196
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi 62
Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Kepala Sekolah 63
Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator
Kebijakan Berwawasan Lingkungan 64
Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator
Kurikulum Berbasis Lingkungan 64
Tabel 5. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator
Kegiatan Berbasis Partisipatif 65
Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator
Sarana dan Prasarana Ramah Lingkungan 65
Tabel 7. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Siswa 66
Tabel 8. Kisi-Kisi Check-list Dokumentasi 67
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Analisis Data Kualitatif Model Interactive Miles &
Huberman 69
Gambar 2. Triangulasi Sumber 72
Gambar 3. Triangulasi Teknik 72
Gambar 4. Visi, Misi, dan Tujuan sekolah yang terpasang di lobby
sekolah 78
Gambar 5. Sertifikat little vet, sebagai salah satu misi sekolah mendidik
siswa menjadi manusia humanis peduli lingkungan 78
Gambar 6. Dokumen RKAS jangka panjang 2011- 2018 81
Gambar 7. Dokumen RKAS jangka pendek 2016-2017 81
Gambar 8. Salah satu yel-yel terkait visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 85
Gambar 9. Papan alokasi penggunaan dana BOS di lobby sekolah 87
Gambar 10. Kalender Pendidikan SD Negeri Kotagede 3 87
Gambar 11. Salah satu tata tertib yang terpasang di sudut kelas 89
Gambar 12. Dokumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) 91
Gambar 13. Papan Laporan Penggunaan Dana BOS oleh SD Negeri
Kotagede 3 92
Gambar 14. Salah faktor pendukung kebijakan sekolah berwawasan
lingkungan adalah partisipasi warga sekolah 94
Gambar 15. Masih ada siswa masih membeli makan dan minum di luar
sekolah ketika pulang sekolah. 96
Gambar 16. Buku Kurikulum SD Negeri Kotagede 3 99
Gambar 17. Pembelajaran membatik menggunakan zat pewarna alami 102
Gambar 18. Majalah dinding tempat memajang hasil karya siswa dalam
pembelajaran 102
Gambar 19. Angket kemampuan guru mengembangkan indikator dan
instrumen pembelajaran LH 106
xv
Gambar 20. Siswa aktif melaksanakan pengamatan lingkungan
sekitarnya untuk menemukan panjang, lebar dan luas benda-
benda di sekelilingnya 107
Gambar 21. Beberapa siswa kurang dapat mengikuti pembelajaran
menggunakan metode diskusi dengan tertib 109
Gambar 22. Daftar Kegiatan Partisipatif Siswa 113
Gambar 23. Kegiatan PHBS Siswa SD Negeri Kotagede 3 113
Gambar 24. Salah satu surat perjanjian kerja sama SD Negeri Kotagede 3 116
Gambar 25. Siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka 120
Gambar 26. Siswa membersihkan kebun kelas 120
Gambar 27. Bukti Kemitraan SD Negeri Kotagede 3 dengan Stasiun TV
RCTI 122
Gambar 28. Siswa mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan
pembuatan kompos oleh INSTIPER Yogyakarta 122
Gambar 29. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan penyuluhan
pembuatan pupuk kompos 126
Gambar 30. Siswa belum dapat berpartisipasi dalam kegiatan ‘Rasater’
dengan baik 127
Gambar 31. Surat pemberitahuan bantuan peralatan untuk lomba kantin
sehat 128
Gambar 32. Peraturan/ tata tertib kantin 132
Gambar 33. Tempat sampah sesuai dengan jenisnya di depan kelas 135
Gambar 34. Buku pendukung pendidikan lingkungan hidup 135
Gambar 35. Area kebun sekolah yang dihiasi oleh mural/ lukisan siswa 137
Gambar 36. Kantin sekolah sudah tidak menggunakan plastik sebagai
pembungusnya 138
Gambar 37. Wadah bekas makan siswa dikembalikan dan di cuci oleh
penjaga kantin 138
Gambar 38. Sapu berserakan di sudut salah satu kelas 140
xvi
Gambar 39. Masih ada siswa masih membeli makan dan minum di luar
sekolah ketika pulang sekolah 142
Gambar 40. Kantin sekolah yang penuh ketika istirahat 144
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan Reviewer 197
Lampiran 2. Lembar Observasi Catatan Anekdot 198
Lampiran 3. Instrumen Wawancara dengan Kepala Sekolah 199
Lampiran 4. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Kebijakan
Berwawasan Lingkungan 203
Lampiran 5. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Kurikulum
Berbasis Lingkungan 204
Lampiran 6. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Kegiatan
Berbasis Partisipatif 205
Lampiran 7. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Sarana dan
Prasarana Ramah Lingkungan 206
Lampiran 8. Instrumen Wawancara dengan Siswa 208
Lampiran 9. Instrumen Dokumentasi 211
Lampiran 10. Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan
Guru 212
Lampiran 11. Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Siswa 245
Lampiran 12. Kondensasi Data Hasil Observasi 289
Lampiran 13. Dokumentasi 305
Lampiran 14. Penyajian Data Triangulasi 315
Lampiran 15. Analisis Tujuan Program Adiwiyata 2016 350
Lampiran 16. RPP Terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup 357
Lampiran 17. Struktur Kurikulum 2006 (KTSP) dan 2013 (K13) 361
Lampiran 18. Contoh Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SD
Negeri Kotagede 3 363
Lampiran 19. Kemitraan SD Negeri Kotagede 3 366
Lampiran 20. Web Sekolah 368
Lampiran 21. Surat Keputusan Sekolah Adiwiyata Tahun 2016 369
Lampiran 22. Surat Izin Penelitian 373
Lampiran 23. Surat Keterangan Penelitian 374
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup dan berinteraksi di dalam sebuah lingkungan. Lingkungan
mencakup semua benda hidup dan mati yang ada di dalam ruang yang ditempati
oleh makhluk hidup. Lingkungan dapat digambarkan sebagai tempat interaksi,
interrelasi dan interdependensi semua makhluk yang ada di bumi ini. Kondisi
lingkungan merupakan hal yang sudah seharusnya menjadi perhatian manusia saat
ini, khususnya untuk masyarakat Indonesia. Hal tersebut terjadi karena kerusakan
lingkungan banyak terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
menyatakan bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah
mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Kerusakan karena faktor alam seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami
dan angin topan atau badai merupakan kerusakan lingkungan yang tidak dapat
dihindari. Namun, kerusakan lingkungan akibat faktor eksternal seharusnya dapat
ditekan.
Kerusakan lingkungan akibat faktor eksternal merupakan kerusakan akibat
oleh ulah manusia seperti pembangunan pabrik secara besar-besaran mau tidak
mau akan mengubah kondisi lingkungan disekitarnya misalnya pencemaran udara
karena cerobong asap. Contoh lainnya adalah penebangan hutan secara liar yang
berakibat pada erosi, tanah longsor dan banjir yang baru-baru ini marak terjadi di
2
Indonesia. Kerusakan yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi manusia
memang tidak sebesar kerusakan yang diakibatkan faktor alam, namun sekecil
apapun kerusakan yang ditimbulkan tidak dapat diabaikan begitu saja.
Dalam rangka mengubah perilaku dan tata laku seseorang atau sekelompok
manusia untuk memperhatikan lingkungan diperlukan program-program yang
mendidik terutama bagi anak-anak generasi penerus bangsa. Membangun
kehidupan yang berwawasan lingkungan bukanlah perkara mudah yang dapat
dilakukan secara instan. Perlu adanya sarana yang benar-benar tepat dan
dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Pendidikan merupakan jalur yang
tepat untuk menerapkan prinsip berkelanjutan dan etika lingkungan hidup.
Program Adiwiyata merupakan salah satu program pengelolaan lingkungan
hidup melalui jalur pendidikan. Program tersebut adalah program untuk
mewujudkan lingkungan belajar yang berlandaskan pada lingkungan hidup.
Program Adiwiyata ini merupakan program hasil kesepakatan kerja sama antara
Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Lingkungan hidup pada tahun
1996. Kesepakatan tersebut diperbaharui pada tahun 2005 dan 2010. Kementerian
Lingkungan Hidup mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui Program Adiwiyata pada tahun
2006. Pada awalnya program ini dilaksanakan oleh 10 sekolah di pulau jawa
sebagai model yang melibatkan perguruan tinggi dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan hidup.
3
Menurut Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Adiwiyata, Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli
dan berbudaya lingkungan, sedangkan Program Adiwiyata adalah program untuk
mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Program Adiwiyata
merupakan sebuah program yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kementerian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adiwiyata sendiri
mempunyai arti sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala
ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita‐cita
pembangunan berkelanjutan.
Program Adiwiyata diharapkan dapat menciptakan warga sekolah,
khususnya peserta didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus
mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter
bangsa terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam
mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah. Program Adiwiyata menganut
sistem pemberian penghargaan yang merujuk pada kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kemendikbud. Dengan
demikian sekolah yang berminat untuk mengikuti Program Adiwiyata tidak akan
merasa terbebani.
Program Adiwiyata ini memiliki 4 (empat) komponen dalam
pelaksanaannya yaitu: (1) kebijakan berwawasan lingkungan, (2) pelaksanaan
kurikulum berbasis lingkungan, (3) kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan
4
(4) pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Nomor 05 Tahun 2013 Program Adiwiyata ini dilandaskan pada prinsip
edukatif, partisipatif, dan berkelanjutan. Komponen kebijakan berwawasan
lingkungan merupakan komponen yang berkaitan dengan kurikulum dan RKAS
(Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah). Komponen pelaksanaan kurikulum
berbasis lingkungan ini meliputi pelaku dalam kegiatan yaitu tenaga pendidik dan
peserta. Komponen kegiatan lingkungan berbasis partisipatif mencakup
pelaksanaan kegiatan yang melibatkan peran pihak lain. Komponen Pengelolaan
sarana pendukung ramah lingkungan mencakup ketersediaan dan kualitas sarana
dan prasarana.
Komponen kebijakan berwawasan lingkungan berkaitan dengan kurikulum,
namun perubahan kurikulum yang diterapkan tidak berdampak buruk pada
pelaksanaan Program Adiwiyata. Program Adiwiyata tetap dapat dilaksanakan
meskipun terdapat perubahan kurikulum. Program Adiwiyata merupakan program
pendidikan lingkungan hidup melalui pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
dalam kurikulum manapun. Namun demikian, standar Program Adiwiyata yang
berkaitan dengan kurikulum disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan
sehingga terdapat kesesuaian pelaksanaan Program Adiwiyata dengan kurikulum
yang digunakan.
Sekolah Adiwiyata Mandiri saat ini terdapat 111 sekolah, sedangkan
Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional sejumlah 489 sekolah. Pada tingkat Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) terdapat 5 sekolah dasar (SD) yang memiliki
5
gelar penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi D.I.Y pada tahun 2016.
Sekolah Dasar (SD) Negeri Kotagede 3 yang terletak di Jalan Pramuka Sidikan,
Kota Yogyakarta, D.I.Yogyakarta, 55161 merupakan salah satu Sekolah
Adiwiyata tingkat Provinsi Yogyakarta. SD Negeri Kotagede 3 merupakan
Sekolah Adiwiyata tingkat Kota Yogyayakarta 2014, kemudian mendapatkan
penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi peringkat IV pada tahun
2016. Pada tahun 2017, SD Negeri Kotagede 3 mempersiapkan dan mengajukan
diri untuk menuju Sekolah Adiwiyata tingkat nasional. Dalam upaya untuk
menjadi Sekolah Adiwiyata tingkat nasional, sekolah harus lolos baik dalam
berkas maupun visitasi yang dilakukan oleh Tim Adiwiyata Nasional.
Program Adiwiyata bukan program yang dapat dilakukan secara instan
melainkan harus dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut dikarenakan
program adiwiyata merupakan program pembiasaan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sehingga terbentuk perilaku warga sekolah yang
peduli terhadap keadaan lingkungan hidup. Oleh karena itu, diperlukan
perencanaan yang matang sehingga pelaksanaan program dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan studi pendahuluan di SD Negeri Kotagede 3 pada 2 dan 3
Maret 2017 ditemukan bahwa lingkungan sekitar SD Negeri Kotagede 3 bersih
dan tertata dengan rapi, tidak adanya sampah plastik di kantin sekolah, tanaman-
tanaman di SD Negeri Kotagede 3 tertata dengan rapi karena adanya peraturan
mengenai pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di sekitar sekolah.
6
Kegiatan-kegiatan pembelajaran di SD Negeri Kotagede 3 juga disesuaikan
dengan pendidikan lingkungan hidup. Kegiatan pembelajaran memanfaatkan
lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar siswa dan juga sebagai sarana
siswa untuk menerapkan ilmu tentang lingkungan yang telah didapatkannya. SD
Negeri Kotagede 3 sendiri terletak di lingkungan yang tak jauh dari pemukiman
warga dan dekat dengan lingkungan persawahan.
Kebijakan yang diterapkan di Sekolah Adiwiyata seyogyanya memiliki
wawasan lingkungan. Kebijakan tersebut merupakan aturan-aturan yang
digunakan dalam operasional kegiatan sekolah berkaitan dengan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kebijakan tersebut dapat
tertuang dalam visi, misi dan tujuan sekolah serta dalam kurikulum yang
digunakan di sekolah tersebut. SD Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/
2017 menggunakan Kurikulum 2013 untuk kelas 1 dan 4, sedangkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas 2, 3, 5, dan 6. Penerapan
Kurikulum 2013 akan dilakukan secara bertahap seiring dengan pergantian tahun
ajaran baru sehingga semua kelas akan menggunakan Kurikulum 2013.
Kurikulum manapun yang digunakan di Sekolah Adiwiyata dalam
pembelajarannya memuat pendidikan lingkungan hidup. Pada dasarnya kurikulum
yang digunakan berbasis pada lingkungan.
Selain kebijakan dan kurikulum, kegiatan sekolah yang melibatkan
partisipasi siswa dalam gerakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
merupakan hal yang wajib ada di Sekolah Adiwiyata. Kegiatan siswa di SD
7
Negeri Kotagede 3 antara lain seperti piket harian di dalam kelas, piket
membersihkan lingkungan sekitar kelas, Kecil Menanam Dewasa Memanen
(KMDM), dokter kecil, ecobricks, pembuatan pupuk daun, lomba kebersihan
antar kelas dan lain sebagainya. Kebijakan berwawasan lingkungan, kurikulum
berbasis lingkungan dan kegiatan lingkungan di sekolah berbasis partisipatif
sudah seharusnya diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai dan
ramah lingkungan. Sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana dan prasarana
untuk mengatasi masalah lingkungan maupun sarana dan prasarana untuk
menunjang pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini
bermaksud untuk meneliti implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri
Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/ 2017.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasikan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. kebijakan berwawasan lingkungan berupa kegiatan-kegiatan dalam Program
Adiwiyata,
2. kurikulum berbasis lingkungan dan pelaku dalam kegiatan Adiwiyata,
3. kegiatan lingkungan berbasis partisipatif berupa kesadaran melaksanakan
kewajiban menjaga lingkungan, dan
4. pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan yang meliputi ketersediaan
dan kualitas sarana dan prasarana penunjang Program Adiwiyata.
8
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan, fokus penelitian ini
terdapat pada implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 tahun
ajaran 2016/ 2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 pada
tahun ajaran 2016/2017?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi Program Adiwiyata
di SD Negeri Kotagede 3 tahun ajaran 2016/ 2017?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu untuk
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan dan memaknai implementasi Program Adiwiyata di SD
Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/ 2017.
2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat implementasi Program
Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/ 2017.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembang
pendidikan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Adiwiyata secara
9
nyata sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan atau
pengayaan Program Adiwiyata.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Sebagai sumber refleksi dan evaluasi pelaksanaan Program Adiwiyata yang
telah dilakukan dan bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana kegiatan dan
anggaran sekolah mengenai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Program
Adiwiyata.
b. Bagi Guru
Sebagai pedoman guru untuk melakukan berbagai kegiatan berbasis
lingkungan dalam pembelajaran sebagai salah satu kegiatan dalam Program
Adiwiyata.
10
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Adiwiyata
Lingkungan merupakan tempat hidup manusia dengan segala interaksinya.
Menurut Mulyanto (2007: 1) Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang
mempengaruhi suatu organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup
(biotic factor), atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor). Faktor
organisme meliputi manusia, hewan dan tumbuhan, sedangkan faktor tidak hidup
misalnya suhu, curah hujan, angin, dan arus laut. Sedangkan Mujiharto, Fauzan
dan Eko (2007: 87) mengartikan lingkungan sebagai tempat kita (manusia) berada
atau tinggal, bahkan bumi ini juga dinamakan dengan lingkungan.
Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 32 tahun 2009
bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan digambarkan sebagai tempat
interaksi, interrelasi dan interdependensi semua benda hidup dan mati yang ada di
bumi ini. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa Lingkungan hidup merupakan
lingkungan tempat manusia hidup dan berinteraksi sehari-hari meliputi semua
faktor biotik (hewan dan tumbuhan) dan faktor abiotik (tanah, udara, dan air)
dalam kehidupan manusia.
11
Isu lingkungan merupakan permasalahan yang menjadi bahasan oleh
berbagai negara dunia termasuk Indonesia pada saat ini. Terjadi penurunan
kualitas lingkungan hidup yang mengancam kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu diperlukan sebuah gerakan yang
mengedepankan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH).
Pendidikan dianggap menjadi salah satu sarana atau media untuk menggerakkan
roda PPLH dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan. Gerakan PPLH dalam dunia pendidikan sering kali
disebut sebagai pendidikan lingkungan hidup (PLH).
Pendidikan lingkungan hidup terdiri atas dua hal yaitu pendidikan dan
lingkungan hidup. Pendidikan atau edukasi berasal dari bahasa Latin ‘educare’
yang berarti pembimbingan secara berkelanjutan (Suhartono, 2008: 15). Dari arti
tersebut mencerminkan pendidikan sebagai sebuah usaha untuk membimbing
manusia menjadi pribadi yang lebih baik secara terus-menerus secara lahir
maupun batin dan dapat dilakukan secara individual maupun sosial. Driyarkara
(Siswoyo, dkk, 2013: 21) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha
memanusiakan manusia muda. Manusia muda yang dimaksud adalah manusia
yang belum sempurna, masih tumbuh dan berkembang, dan dipersiapkan untuk
tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya yang utuh dalam potensi
maupun wawasannya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Maida (2012: 9) bahwa
pendidikan dapat definisikan sebagai upaya humanisasi atau memanusiakan
manusia agar dapat bereksistensi sesuai martabatnya sebagai manusia.
12
Lingkungan hidup tidak hanya tentang keadaan lingkungan di sekitarnya
tetapi juga mengetahui masalah yang terjadi, apa penyebabnya, bagaimana cara
mengatasi, dan cara mencegah suatu permasalahan yang berkaitan dengan
lingkungan. Dengan begitu pendidikan lingkungan hidup memiliki makna
pembimbingan terencana secara fisik maupun nonfisik kepada manusia menjadi
pribadi yang paham dan memiliki wawasan mengenai lingkungan hidup dan
bagaimana melindungi dan mengelolanya dengan baik. Hal tersebut didukung
pernyataan Daryanto & Suprihatin (2013: 2) yang menyatakan Pendidikan
lingkungan hidup (Environmental Education) merupakan pendidikan yang
mengedepankan wawasan lingkungan kepada peserta didik. Pendidikan
lingkungan hidup adalah proses membangun manusia yang sadar dan peduli
lingkungan secara keseluruhan termasuk masalah-masalah yang ada di lingkungan
saat ini dan pemecahannya serta bagaimana cara penanggulangan yang tepat agar
tidak muncul masalah baru.
Generasi muda menjadi sasaran utama dalam pembentukan karakter peduli
lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan. Hal tersebut sesuai dengan Salim (1985: 217) yang
menyebutkan bahwa generasi berusia muda adalah generasi yang paling
berkepentingan dalam pelaksanaan eco-development. Eco-development adalah
pembangunan dengan mengedepankan pengembangan lingkungan hidup. Salim
(1985: 218-19) menyebutkan bahwa generasi muda memiliki tahapan dalam
penghayatan lingkungan hidup, yaitu tahap mengenal berbagai masalah
13
lingkungan, tahap pembangkitan kesadaran lingkungan, tahap keterlibatan secara
langsung dalam penanggulangan pencemaran dan masalah lingkungan, serta tahap
peranan generasi muda sebagai motivator lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.
Pendidikan lingkungan hidup terbagi atas 3 (tiga) area, yaitu pendidikan
lingkungan hidup formal, pendidikan lingkungan hidup informal, dan pendidikan
lingkungan hidup nonformal (Daryanto & Suprihatin, 2013: 20). Pendidikan
lingkungan hidup formal merupakan kegiatan lingkungan hidup yang dilakukan di
sekolah formal baik tingkat dasar, menengah, dan tinggi secara terstruktur dan
berjenjang dalam sebuah kurikulum. Pendidikan lingkungan hidup informal
dilakukan diluar sekolah secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan lingkungan
hidup nonformal dilakukan diluar sekolah secara tidak terstruktur dan tidak
berjenjang. Program Adiwiyata sendiri termasuk dalam pendidikan lingkungan
hidup formal di tingkat dasar dan menengah secara terstruktur dan berjenjang
dalam kurikulum.
Adiwiyata merupakan sebuah program yang berkaitan dengan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Program ini merupakan hasil tindak lanjut dari
kesepakatan Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Lingkungan
Hidup. Kesepakatan kerjasama antara Departemen Pendidikan Nasional dan
Kementerian Lingkungan Hidup terjadi pada tahun 1996 yang diperbaharui pada
tahun 2005 dan 2010. Program Adiwiyata merupakan program pendidikan
lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
dikembangkan sejak tahun 2006.
14
Adiwiyata memiliki makna tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang menjadi
dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan terwujudnya cita-cita
pembangunan berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 3). Dengan
begitu, Program Adiwiyata adalah program untuk mewujudkan sekolah yang
mampu mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Hal tersebut sesuai
dengan Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Adiwiyata yang menggambarkan Program Adiwiyata sebagai program
untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Dengan
demikian Adiwiyata dapat dikatakan sebagai sarana pendidikan lingkungan hidup.
Program Adiwiyata dibentuk untuk mempercepat pengembangan
pendidikan lingkungan hidup (PLH) formal tingkat sekolah dasar dan menengah.
Selain itu, juga merupakan sarana untuk mengembangkan karakter cinta atau
peduli lingkungan pada anak-anak generasi penerus bangsa sehingga paham isu
lingkungan dan mengetahui bagaimana cara menangani sertas mencegah masalah
baru muncul. Sebagai sarana pengembang pendidikan lingkungan hidup,
Adiwiyata memperkuat salah satu pilar pembangunan nasional. Pilar
pembangunan nasional berkelanjutan menurut Budiati (2014: 20) meliputi: (1)
ekonomi, (2) sosial, dan (3) lingkungan hidup. Adiwiyata merupakan penguat dari
pilar lingkungan hidup. Pilar lingkungan hidup menekankan pada pengelolaan
sumber daya alam (SDA) dan lingkungan berkelanjutan (Daryanto & Suprihatin,
15
2013: 6). Oleh karena itu, Program Adiwiyata meliputi kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan dan partisipatif.
Inti dari pendidikan lingkungan hidup adalah kesadaran diri seseorang.
kesadaran diri seseorang memang tidak mudah untuk didapatkan dan melalui
proses yang berkelanjutan, terus berkembang dan meluas dari satu tahap ke tahap
yang lainnya. Proses menuju kesadaran lingkungan hidup itulah pendidikan
lingkungan hidup. Oleh karena itu pelaksanaan Program Adiwiyata yang
merupakan salah cara pendidikan lingkungan hidup di sekolah formal harus
benar-benar direncanakan dengan matang dan terkonsep sehingga esensi dari
Program Adiwiyata tentang pendidikan berwawasan lingkungan yang melibatkan
partisipasi aktif pelaksana kegiatan dapat tersampaikan dengan baik.
2. Tujuan Adiwiyata
Tujuan Program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012). Program Adiwiyata
menuntut setiap individu dalam lingkungan sekolah untuk berpartisipasi secara
aktif dalam kegiatan lingkungan yang diselenggarakan. Sedangkan menurut
Gunawan (2016), tujuan dari Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi
ideal bagi sekolah sebagai tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah
(guru, siswa dan karyawan). Dengan begitu sekolah dapat bertanggung jawab
dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan yang
16
berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut Harris & Afdaliah (2016: 318)
mengungkapkan bahwa “The program is aimed at involving every school member
in school activities that focus on creating healthy environment, environmentally
friendly behavior and avoiding negative impact of the environment”. Dengan
begitu tujuan Program Adiwiyata adalah untuk mengikutsertakan setiap warga
sekolah dalam rangka mewujudkan lingkungan sehat dan membentuk perilaku
peduli lingkungan serta menghindari kerusakan pada lingkungan sekitarnya.
Dengan melaksanakan Program Adiwiyata warga sekolah terutama peserta
didik akan lebih akrab dengan kegiatan lingkungan untuk menciptakan perilaku
peduli dan berbudaya lingkungan. Selain itu juga untuk membentuk, mendukung
dan mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter terhadap bidang
ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
World Commision for Environment and Develompment atau WCED
(Sastrapradja, 2010: 5), pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi-
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembangunan
bekelanjutan ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan sumber daya yang
ada secara bijak dalam pemenuhan kebutuhan yang diperlukan saat ini.
Pembangunan berkelanjutan digambarkan sebagai perpaduan sistem terencana
antara kehidupan manusia dengan alam. Sejalan dengan hal tersebut, Budiati
(2014: 20) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan dilaksanakan untuk
mencapai kesejahteraan generasi sekarang dan di masa yang akan datang dengan
17
bersendikan pada pembangunan ekonomi, sosial budaya serta lingkungan hidup
yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan memperkuat satu
sama lain. Sendi pembangunan ekonomi dan sosial budaya merupakan sistem
kehidupan manusia sementara lingkungan hidup merupakan sistem kehidupan
alam. Namun demikian, sistem kehidupan manusia dan sistem kehidupan alam
merupakan sebuah kesatuan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
Indonesia aktif membahas dan berperan aktif dalam mengatasi kemerosotan
kualitas lingkungan hidup sejak adanya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Pembangunan Berkelanjutan atau World Summit on Sustainable Development
(WSSD) yang diadakan di Johannesburg pada tahun 2002. Pembangunan
berkelanjutan menekankan pada bagaimana menggunakan sarana pemenuhan
kebutuhan saat ini secara bijak sehingga tidak berdampak buruk pada pemenuhan
kebutuhan di masa yang akan datang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Program Adiwiyata memiliki tujuan untuk menanamkan sikap peduli/ cinta
lingkungan pada anak-anak sekolah hingga mencapai kesadaran lingkungan hidup
dan dapat memanfaatkan sumber daya yang ada secara bijak.
Tujuan Program Adiwiyata sejalan dengan tujuan dari pendidikan
lingkungan hidup yang dijabarkan oleh Daryanto & Suprihatin (2013: 11-12)
kedalam 6 (enam) kelompok, yaitu kesadaran, pengetahuan, sikap, keterampilan
partisipasi, dan evaluasi. Hal yang sama diungkapkan oleh Harris & Afdaliah
(2016: 313-314) mengenai PLH yang membuat tujuan dalam beberapa kategori
yaitu awareness, knowledge, attitude, skill, participation, dan evaluation. Tujuan
18
pendidikan lingkungan hidup dalam kelompok kesadaran/ awareness
dimaksudkan untuk mendorong kesadaran dan kepekaan individu terhadap
lingkungan disekelilingnya. Hal ini sejalan dengan Program Adiwiyata yang
ditujukan untuk menanamkan sikap peduli lingkungan sejak dini. Dalam
kelompok pengetahuan (knowledge), pendidikan lingkungan hidup diharapkan
mampu memberikan pengalaman dan pemahaman dasar tentang lingkungan dan
masalahnya. Dalam kelompok sikap (attitude) ditujukan untuk membentuk sikap
peduli dan peran serta secara aktif dalam peningkatan dan perlindungan
lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup juga dimaksudkan untuk mengembangkan
keterampilan (skill) individu dalam mengidentifikasi dan mencari solusi
permasalahan lingkungan disekitarnya. Tujuan partisipasi (participation)
pendidikan lingkungan hidup berkaitan dengan tujuan sikap pendidikan
lingkungan hidup yaitu untuk mendorong peran serta secara aktif masing-masing
individu dalam gerakan-gerakan pengelolaan lingkungan hidup. Tujuan terakhir
yang dijabarkan oleh Daryanto & Suprihatin dan Harris & Afdaliah adalah
evaluasi (evaluation), yaitu agar dapat mendorong setiap individu memiliki
kemampuan mengevaluasi pengetahuan lingkungan baik dari segi ekologi, sosial,
ekonomi, politik, dan faktor-faktor pendidikan.
Tujuan-tujuan pendidikan lingkungan hidup yang dijabarkan oleh Daryanto
& Suprihatin serta Harris & Afdaliah memiliki kaitan erat dengan tujuan dari
Program Adiwiyata baik dari segi kesadaran, pengetahuan, sikap, keterampilan,
19
partisipasi, dan evaluasi. Dapat dikatakan bahwa Program Adiwiyata memiliki
tujuan yang sama dengan pendidikan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan
Program Adiwiyata merupakan salah satu bagian atau program yang mendukung
perkembangan pendidikan lingkungan hidup saat ini, khususnya pendidikan
lingkungan hidup sekolah formal.
Puspita R (bp2sdm.menlhk.go.id, 2015) menyatakan bahwa tujuan Sekolah
Adiwiyata adalah untuk membentuk masyarakat sekolah yang peduli dan
berbudaya lingkungan dengan menciptakan sekolah yang lebih baik sehingga
menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup. Program Adiwiyata juga bertujuan untuk
mendorong dan membantu sekolah melaksanakan upaya pemerintah dalam
pelestarian dan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan, dan warga
sekolah turut bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup
dan pembangunan berkelanjutan. Pada dasarnya Program Adiwiyata bertujuan
untuk memberikan pendidikan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan kepada peserta didik sehingga dapat memberikan
manfaat baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Dalam
lingkup yang lebih luas, Adiwiyata bertujuan untuk mendorong sekolah-sekolah
di Indonesia ikut serta melaksanakan upaya-upaya pemerintah menuju pelestarian
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang
maupun yang akan datang. Sistem pengelolaan atau manajemen yang baik dan
20
sesuai dengan prinsip Adiwiyata dari semua pihak yang terlibat sangat dibutuhkan
dalam Program Adiwiyata.
3. Pelaksana Adiwiyata
Pelaksana atau pelaku dalam sebuah program merupakan kunci utama dari
kesuksesan sebuah program. Sistem yang baik perlu diimbangi dengan tim
pelaksana yang mampu menjalani rangkaian program dengan baik. Program
Adiwiyata merupakan program pendidikan lingkungan yang menuntut partisipasi
dan atau keikutsertaan secara aktif dari para pelaksana program. Tim pelaksana
Program Adiwiyata terdiri atas 4 (empat) tim. Keempat tim tersebut adalah tim
nasional, tim provinsi,tim kabupaten/ kota, dan tim sekolah.
Setiap tim memiliki unsur dan peran serta tugas masing-masing. Peran dan
tugas tersebut harus dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing pihak
sehingga mampu mewujudkan sistem pendidikan lingkungan hidup yang baik
melalui Program Adiwiyata. Berikut ini adalah penjelasan secara lebih rinci
mengenai tim pelaksana Program Adiwiyata.
a. Tim Nasional
Tim nasional adalah tim pelaksana Program Adiwiyata yang ditetapkan oleh
Kementerian Lingkungan hidup melalui Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Tim nasional ini terdiri atas Kementerian Lingkungan Hidup
yang bertindak sebagai koordinator, kemudian terdapat Kementerian Pendidikan
Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, LSM pendidikan
21
lingkungan, perguruan tinggi, media dan swasta. Peran dan tugas pokok tim ini
adalah sebagai berikut (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 5-6).
“Mengembangkan kebijakan, program, panduan, materi pembinaan dan
instrumen observasi, melakukan koordinasi dengan Pusat Pengelolaan
Ekoregion (PPE) dan provinsi, melakukan sosialisasi program dengan
provinsi, melakukan bimbingan teknis kepada Tim provinsi dalam rangka
pembinaan sekolah, menetapkan penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat
nasional, dan melakukan evaluasi dan pelaporan keterlaksanaan Program
Adiwiyata kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup tembusan kepada
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.”
Dengan begitu, peran dan tugas dari Tim Nasional terkait dengan
perencanaan Program Adiwiyata secara umum termasuk kebijakan, panduan,
materi, dan instumen observasi. Tim Nasional juga bertanggungjawab akan
pelaksanaan progam Adiwiyata mulai dari sosialisasi dan pembinaan tim provinsi
hingga evaluasi dan pelaporan kegiatan Adiwiyata secara umum.
b. Tim Provinsi
Tim Provinsi adalah tim pelaksana Program Adiwiyata yang ditetapkan oleh
gubernur melalui Surat Keputusan Gubernur. Badan Lingkungan Hidup Provinsi
berperan sebagai koordinator dengan anggota Dinas Pendidikan, Kanwil Agama,
LSM pendidikan lingkungan, media massa, perguruan tinggi dan swasta. Adapun
peran dan tugas pokok dari tim ini adalah sebagai berikut (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2012: 6).
“Peran dan tugas pokok tim Adiwiyata provinsi adalah mengembangkan
Program Adiwiyata tingkat provinsi, koordinasi dengan kabupaten/ kota,
melakukan sosialisasi program ke kabupaten/ kota, bimbingan teknis kepada
kabupaten/ kotadalam rangka pembinaan sekolah, membuat pilot project
untuk 4 satuan pendidikan yang berbeda (SD, SMP, SMA, SMK) setiap
provinsi, menetapkan penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi, dan
22
melakukan evaluasi dan pelaporan keterlaksanaan Program Adiwiyata
kepada Gubernur tembusan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup.”
Tugas tim Adiwiyata tingkat provinsi adalah mengembangkan Program
Adiwiyata di tingkat provinsi untuk kemudian melakukan pembinaan dan
penghargaan kepada Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi. Tim ini berperan dalam
melakukan sosialisasi program adiwiyata yang telah dikembangkan kepada tim
adiwiyata tingkat kabupaten/ kota. Tim provinsi juga memiliki tanggungjawab
untuk melakukan evaluasi dan memberikan laporan keterlaksanaan Program
Adiwiyata kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Tim Adiwiyata tingkat provinsi memiliki peran dalam pilot
project Program Adiwiyata di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK).
c. Tim Kabupaten/ Kota
Tim Kabupaten/ Kota ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati/
Walikota dengan Badan Lingkungan Kabupaten/ Kota sebagai koordinator.
Lembaga lain dalam tim tingkat Kabupaten/ Kota ini adalah Dinas pendidikan,
Kantor agama, LSM pendidikan lingkungan, media, perguruan tinggi, swasta, dan
Sekolah Adiwiyata mandiri. Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 7)
menjelaskan peran dan tugas pokok dari tim kabupaten/ kota sebagai berikut.
1) Mengembangkan dan melaksanakan Program Adiwiyata tingkat Kabupaten/
Kota.
2) Melakukan sosialisasi Program Adiwiyata.
23
3) Membuat pilot project pada 4 (empat) satuan pendidikan yang berbeda (SD,
SMP, SMA, dan SMK) Kabupaten/ Kota.
4) Menetapkan penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat Kabupaten/ Kota.
5) Melaksanakan evaluasi dan laporan pelaksanaan Program Adiwiyata kepada
Bupati/ Walikota tembusan Badan Lingkungan Hidup Provinsi.
d. Tim Sekolah
Tim sekolah ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah dan terdiri
atas guru, siswa dan komite sekolah. Peran dan tugas pokoknya adalah sebagai
berikut (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 7).
1) Mengkaji kebijakan, kurikulum, kegiatan, dan sarana prasarana sekolah.
2) Membuat rencana kerja dan anggaran sekolah berdasarkan hasil kajian, dengan
disesuaikan pada komponen, standar, dan implementasi Adiwiyata.
3) Melaksanakan rencana kerja sekolah.
4) Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kepada kepala sekolah
tembusan badan lingkungan hidup Kabupaten/ Kota dan Instansi terkait.
Dari penjabaran tersebut dapat dilihat bahwa setiap tim memiliki
keanggotaan, peran, dan tugas pokok masing-masing. Meski demikian tim-tim
tersebut saling terkait satu sama lain untuk bekerja sama secara sinergis sehingga
tercipta sebuah sistem yang baik dan keberhasilan dari Program Adiwiyata.
4. Prinsip Adiwiyata
Prinsip Adiwiyata merupakan pedoman dasar pelaksanaan Program
Adiwiyata. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun 2013
24
Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata, Program Adiwiyata
diaksanakan berdasarkan pada 3 (tiga) prinsip dasar yaitu: a) edukatif, b)
partisipatif, dan c) berkelanjutan. Sedangkan dalam panduan Adiwiyata
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 3-4) terdapat 2 (dua) prinsip dasar
pelaksanaan Program Adiwiyata yaitu prinsip partisipatif dan berkelanjutan.
Prinsip edukatif tidak dimasukkan kedalam prinsip pelaksanaan Program
Adiwiyata karenakan Program Adiwiyata dilakukan di lingkungan pendidikan
(sekolah) dimana tujuannya jelas untuk mengedukasikan atau mendidik siswa
terutama mengenai karakter peduli lingkungan. Edukatif sendiri memiliki makna
bahwa seluruh kegiatan memiliki tujuan yang bersifat mendidik.
Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 3) menggambarkan prinsip
partisipatif dimana semua unsur komunitas sekolah terlibat dalam manajemen
sekolah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai
tanggungjawab dan peran masing-masing. Budiati (2014: 122) menyatakan bahwa
partisipasi masyarakat dalam pembangunan lingkungan hidup mutlak diperlukan
karena tanpa adanya partisipasi masyarakat, pembangunan hanyalah menjadikan
obyek semata. Hal ini juga berlaku dalam Program Adiwiyata di sekolah.
Partisipasi dari setiap pihak sangat dibutuhkan agar pelaksanaan program ini
berjalan secara lancar dan memiliki sinergi yang baik. Setiap pihak dalam
komunitas ditempatkan sebagai subyek pelaksana program sehingga diharapkan
memiliki kesadaran, kepedulian dan berperan secara aktif dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi program.
25
Prinsip partisipatif dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan Program Adiwiyata sejalan dengan pendekatan Atur-Diri-Sendiri
(ADS) yang disampaikan oleh Soemarwoto (2001: 107-108) yang memperhatikan
karakter egoistis manusia untuk meminimalisir bentrokan antaa pengelolaan
lingkungan hidup dengan egoisme. Pendekatan ADS dalam pembangunan
lingkungan menekankan bahwa tanggungjawab dalam menjaga kepatuhan dan
penegakan hukum perlindungan lingkungan terletak pada masyarakat. Pendekatan
ADS dalam pembangunan lingkungan dan prinsip partisipatif memiliki kesamaan
mengenai keikutsertaan, peran dan tanggung jawab pihak terkait dalam menjaga
dan mengelola lingkungan secara bijak.
Prinsip berkelanjutan memiliki makna kontinuitas pelaksanaan kegiatan.
Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 4) menyatakan prinsip berkelanjutan
bahwa seluruh kegiatan dilakukan secara terencana dan terus menerus secara
komprehensif. Dalam artian Program Adiwiyata bukanlah sebuah program hanya
dilakukan pada saat itu tetapi harus memiliki kelanjutan kegiatan sebagai bentuk
tindak lanjut atas kegiatan yang sudah dilakukan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Program Adiwiyata terus berkembang.
Prinsip berkelanjutan dalam Program Adiwiyata ini sejalan dengan program
pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan pemerintah sebagai bentuk
pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak
pemenuhan kebutuhan generasi mendatang (Budiati, 2014: 20). Prinsip
berkelanjutan ini menggambarkan perencaaan terstruktur yang akan dilakukan
26
manusia pada saat ini dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Apa yang baik
dilakukan pada masa ini dilakukan terus-menerus dan memberikan dampak yang
baik pada keadaan di masa yang akan datang.
5. Komponen Adiwiyata
Untuk mencapai tujuan Program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat)
komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai Sekolah
Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut (Peraturan
Menteri Nomor 05 tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Adiwiyata).
a. Aspek kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan.
b. Aspek kurikulum sekolah berbasis lingkungan.
c. Aspek kegiatan lingkungan berbasis partisipatif.
d. Aspek pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.
Penjelasan mengenai keempat komponen Adiwiyata dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kegiatannya akan dijabarkan sebagai berikut ini.
a. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan
Pada umumnya sebuah program memerlukan sebuah pengelolaan atau
manajemen. Manajemen memiliki arti sebagai sebuah proses, sebagai sebuah
kolektivitas kumpulan orang yang melakukan kegiatan pengelolaan, dan sebagai
sebuah seni dan ilmu (Indrastuti, dkk, 2009: 95). Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen atau pengelolaan bukan hanya sekedar melaksanakan suatu program
tetapi memiliki kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengaturan hal-hal
27
yang berkaitan dengan tujuan dari pengelolaan itu sendiri. Ismawanto (2009: 95)
menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu tindakan untuk mengurus,
mengatur, mengarahkan, mengemudikan, menjalankan, membina, memimpin, dan
melakukan pengawasan. Semua kegiatan dalam manajemen saling terkait satu
sama lain sehingga menciptakan kinerja yang rapi dan berjalan dengan baik.
Amirin, dkk (2013: 7-8) juga mengungkapkan bahwa manajemen dapat
diartikan sebagai proses atau kegiatan untuk menyelenggarakan atau
melaksanakan sesuatu. Manajemen sebuah program mudahnya adalah pengaturan
sebuah program yang terbagi atas tiga hal, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan
Evaluasi. Begitu pula dalam komponen program adiwiyata kebijakan sekolah
berwawasan lingkungan diperlukan sebuah manajemen yang terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1) Perencanaan
Perencanaan atau Planning adalah kegiatan menyusun rencana tindakan
yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Ismawanto
(2009: 101) menyebutkan bahwa perencanaan adalah pemilihan fakta dan usaha
menghubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain, kemudian membuat
perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa
yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang
dikehendaki. Dengan kata lain, perencanaan berkaitan dengan tujuan yang akan
dicapai dengan waktu untuk mencapainya. Hal tersebut diperkuat pendapat Sa’ud
& Makmun (2006: 17) bahwa perencanaan adalah proses penyusunan berbagai
28
keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Indrastuti, dkk (2009: 102) menyebutkan bahwa perencanaan yang baik
adalah perencanaan yang mengandung unsur 5W dan 1H, yaitu what (apa), why
(mengapa), where (dimana), when (kapan), who (siapa), dan how (bagaimana).
Pada intinya perencanaan adalah kegiatan untuk menyusun sebuah strategi yang
akan digunakan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Perencanaan juga meliputi tahap pengorganisasi atau pengelompokkan
atau pembagian kerja. Pembagian kerja menimbulkan sebuah struktur organisasi,
dan dari struktur organisasi tersebut memunculkan hal, kewajiban dan tanggung
jawab kerja sesuai dengan porsinya untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Sa’ud & Makmun (2006: 27) memaparkan hal-hal yang tidak bisa lepas dari
perencanaan yaitu tujuan yang akan dicapai, keadaan yang akan dicapai, keadaan
sekarang, alternatif kebijakan dan prioritas, dan strategi pencapaian tujuan.
Berdasarkan hal tersebut maka perencanaan seharusnya memiliki target dan cara
pencapaian target secara rinci.
Kebijakan disusun untuk menciptakan keadaan yang mendukung dan sesuai
dengan tujuan sebuah program. Rohman (2012: 86) menyebutkan kebijakan
dalam pendidikan atau educational policy sebagai sebuah keputusan berupa
pedoman bertindak yang disusun melalui proses politik untuk suatu arah tindakan,
program, serta rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan.
Mudahnya kebijakan pendidikan adalah kebijakan yang mengatur penyerapan
29
sumber, alokasi, dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam
pendidikan. Kebijakan pendidikan lingkungan hidup diciptakan untuk mendorong
semua pihak berperan serta dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup
dan pelestarian lingkungan hidup (Daryanto & Suprihatin, 2013: 21), maka
kebijakan sekolah berwawasan lingkungan merupakan pedoman/ aturan
penyelenggaran pendidikan yang mengandung tujuan, rancangan, dan aturan
dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah yang terkait dengan
lingkungan agar sejalan dengan tujuan dari Program Adiwiyata.
Perumusan kebijakan dalam dunia pendidikan dapat dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan tertentu. Rohman (2012: 91-94) menjelaskan
pendekatan yang digunakan dalam perumusan kebijakan pendidikan dapat berupa
social demand approach dan man-power approach. Social demand approach
adalah pendekatan yang berdasarkan pada aspirasi, tuntutan, dan kepentingan
masyarakat. Sementara man-power approach lebih menekankan pada kemampuan
SDM. Hal tersebut sesuai dengan yang dipaparkan oleh Sa’ud & Makmun (2006:
233-247) mengenai pendekatan perumusan kebijakan pendidikan meliputi
pendekatan kebutuhan sosial, kebutuhan ketenagakerjaan, dan efisiensi biaya.
Dengan begitu, pendekatan yang digunakan dalam perumusan kebijakan dalam
dunia pendidikan dapat berupa pendekatan kebutuhan sosial (social demand),
kebutuhan ketenagakerjaan (man-power), dan efisiensi biaya.
Perencanaan kebijakan sekolah berwawasan lingkungan juga berkaitan
dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). RKAS tidak hanya
30
merencanakan kegiatan pengelolaan dan perlindungan lingkungan tetapi juga
tentang alokasi dana yang digunakan dalam kegiatan yang direncanakan. Oleh
karena itu, sumber dana merupakan salah satu pertimbangan dalam penyusunan
RKAS. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata pasal 15 menerangkan bahwa
pendanaan pelaksanaan Program Adiwiyata dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah provinsi, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/ kota.
Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 8) menyatakan bahwa pendanaan
Program Adiwiyata diperoleh dari berbagai sumber yaitu Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi dan Kabupaten/ Kota dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa anggaran
dana dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah merupakan sumber
utama pendanaan pelaksanaan Program Adiwiyata.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan merupakan hal yang sangat penting setelah
perencanaan selesai disusun. Pelaksanaan merupakan tindakan nyata dari kegiatan
yang telah disusun sedemikian rupa dalam tahap perencanaan. Pelaksanaan
program yang baik adalah pelaksanaan yang tidak menyimpang jauh dari apa yang
telah direncanakan. Pelaksanaan dapat berupa actuating (penggerakan) dan
controlling (pengawasan). Ismawanto (2009: 105) menggambarkan actuating
31
sebagai sebuah kegiatan untuk menggerakkan diri sendiri secara umum,
menggerakkan orang lain dengan memberi arahan (directing), menggerakkan
orang lain dengan perintah (commanding), menggerakkan orang lain dengan
nasihat dan masukan (motivating), menggerakkan orang lain dengan memberikan
jabatan (staffing), dan menggerakkan orang lain dengan memberi contoh
(leading). Dalam hal ini, menunjukkan bahwa pelaksanaan program tidak hanya
dapat dilakukan secara individual tetapi memerlukan kerjasama dan partisipasi
dari pihak-pihak lain yang terkait. Pengawasan atau Controlling digambarkan
sebagai sebuah kegiatan yang berhubungan dengan mengendalikan atau
mengawasi setiap pekerjaan serta melakukan tindakan koreksi (Ismawanto, 2009:
106). Pengawasan dilakukan selama proses kegiatan suatu program berlangsung
baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan dan evaluasi sehingga kegiatan
yang dilakukan tidak melenceng dari apa yang akan dicapai.
Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan dilaksanakan dengan penerapan
kurikulum dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) terkait
lingkungan dalam mewujudkan pendidikan lingkungan hidup yang baik. Sebelum
adanya kebijakan pemerintah mengenai penerapan kurikulum baru yaitu
kurikulum 2013, kebijakan sekolah berwawasan lingkungan memiliki standar
sebagai berikut ini (Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 10).
a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
32
b) Rencana kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) memuat program dalam
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Setelah adanya penerapan sistem kurikulum baru yaitu kurikulum 2013
standar kebijakan sekolah berwawasan lingkungan menyesuaikan dengan
kurikulum yang digunakan pada saat itu. Hal ini karena Program Adiwiyata
merupakan sebuah program pendidikan lingkungan hidup yang dapat
diintegrasikan kedalam kegiatan dalam proses pembelajaran menggunakan
kurikulum manapun, baik kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) maupun
kurikulum 2013. Sekolah-Sekolah Adiwiyata yang diputuskan pemerintah untuk
menggunakan kurikulum 2013 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor: 374/KEP/D/KR/2016, menyesuaikan
standar yang digunakan dalam penyusunan kebijakan sekolah berwawasan
lingkungan dalam kurikulum 2013.
Standar kebijakan sekolah berwawasan lingkungan meliputi kurikulum
memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta RKAS
memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Standar kurikulum memuat upaya perlindungan dan pengelolaan hidup dapat
diimplementasikan dengan Visi, misi, dan tujuan sekolah serta struktur kurikulum
yang memuat mata pelajaran wajib, muatan lokal dan pengembangan diri terkait
dengan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu,
mata pelajaran wajib dan Mulok yang terkait PLH juga harus dilengkapi dengan
ketuntasan belajar minimal (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 11-12).
33
Implementasi visi, misi, dan tujuan sekolah memuat kebijakan perlindungan
tercapai ketika visi, misi, dan tujuan tersusun dengan memuat upaya pelestarian
fungsi lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan
hidup. Struktur kurikulum memuat muatan lokal, pengembangan diri terkait
peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dicapai dengan
memasukkan pelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran,
dan kerusakan lingkungan hidup pada komponen mata pelajaran wajib, muatan
lokal, dan pengembangan diri. Pada kurikulum 2013, mata pelajaran telah
diintegrasikan ke dalam tema-tema yang mengandung sub-sub tema dengan 6
(enam) pembelajaran untuk setiap minggunya. Ketuntasan minimal belajar yang
terkait pelestarian fungsi lingkungan dan pencegahan pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup merupakan hal yang mutlak ada sebagai bentuk pencapaian
salah satu implementasi standar kurikulum yang memuat upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup diimplementasikan melalui RKAS yang memuat program
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, meliputi: kesiswaan, kurikulum
dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran
masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu. Dengan begitu,
diharapkan agar sekolah memiliki anggaran untuk upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebesar 20% dari total anggaran sekolah. Anggaran
34
sekolah yang dialokasikan disusun secara proporsional untuk kegiatan kesiswaan,
kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran
masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu.
3) Evaluasi
Evaluasi program dibutuhkan setelah pelaksanaan program berlangsung.
Evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang memiliki arti penilaian.
Evaluasi merupakan kegiatan yang memiliki makna sebagai sebuah tindakan
untuk melihat apakah suatu program yang direncanakan telah mencapai tujuan
atau belum, berharga atau tidak berharga, dan untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Hal tersebut sesuai dengan Sukiman (2012: 4) yang menyatakan
evaluasi sebagai kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga
merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu.
Dengan begitu evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
perencanaan suatu program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Arifin (2012:
8) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.
Oleh karena itu, Evaluasi dapat dianggap sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan langkah perencanaan selanjutnya.
Evaluasi kebijakan berwawasan lingkungan dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana kebijakan berwawasan lingkungan berjalan sesuai dengan tujuan
35
yang hendak dicapai. Evaluasi ini merupakan hasil dari adanya pengawasan
(controlling). Pengawasan merupakan kegiatan yang diperlukan sebagai sarana
untuk memeriksa persyaratan lingkungan dipatuhi dalam pelaksanaan program
(Soemarwoto, 2003: 82). Pengawasan terhadap kebijakan berwawasan lingkungan
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program, pembanding
dengan standar yang telah ditentukan, kemudian dapat digunakan untuk
memperbaiki penyimpangan yang terjadi selama proses pelaksanaan berlangsung.
Evaluasi juga berguna untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan sudah
tepat atau perlu diperbaiki lagi.
b. Pelaksanaan Kurikulum sekolah berbasis Lingkungan
1) Perencanaan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Dengan demikian terdapat hal yang harus diperhatikan. Pertama,
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Kedua, cara
yang digunakan dalam pembelajaran. Kurikulum sekolah berbasis lingkungan
memiliki makna seperangkat pembelajaran yang berdasarkan pada pendidikan
lingkungan hidup untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pendidikan lingkungan
hidup dikategorikan menjadi awareness, knowledge, attitude, skill, participation,
dan evaluation (Harris & Afdaliah, 2016: 313-314).
36
Standar pelaksanaan kurikulum sekolah berbasis lingkungan adalah bahwa
tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup dan peserta didik yang mampu melakukan
kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
(Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 10). Hal tersebut juga sesuai dengan
Cheang, et al (2016: 258) bahwa “Without the experience and the competence of
the teachers, any well-designed educational tool would not be able to achieve its
educational value”. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi guru sangat penting dalam rangka mencapai tujuan dan nila dari
pembelajaran yang dilakukan.
Tenaga pendidik dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan
hidup melalui beberapa kegiatan perencanaan pembelajaran seperti berikut ini:
a) menerapkan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara aktif misalnya dengan demonstrasi, diskusi
atau Focus Group Discussion (FGD), simulasi (bermain peran), debat,
simposium, laboratorium (praktek langsung), penugasan, observasi, project
percontohan, dan lain sebagainya. Dalam kurikulum 2013 pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan scientific yang menekankan pada kegiatan 5M
(Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan) yang
dilakukan oleh siswa;
b) pembelajaran lingkungan hidup yang mengembangkan isu lokal maupun
global sebagai materi pembelajaran;
37
c) mengembangkan indikator pembelajaran dan instrumen penilaian yang terkait
dengan pembelajaran perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
d) menyusun rancangan pembelajaran terkait perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas,
laboratorium, maupun kegiatan di luar kelas;
e) mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran lingkungan hidup; dan
f) mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran melalui majalah
dinding, buletin sekolah, pameran, website, radio, Televisi (TV), surat kabar,
jurnal, dan lain sebagainya.
Perencanaan pembelajaran dalam kurikulum berbasis lingkungan dilakukan
menggunakan pendekatan terintegrasi. Hal tersebut sesuai dengan Essa (2014: 11)
yang menyebutkan bahwa “Developmentally Appropriate Practice for this age
group, as for earlier ages, involves an integrated approach”. Pendekatan
terintegrasi baik digunakan untuk pembelajaran anak-anak usia dini hingga anak
sekolah dasar. Pendekatan terintegrasi dalam kurikulum bisa juga disebut sebagai
kurikulum terintegrasi. Menurut Suryosubroto (2004: 36) kurikulum terintegrasi
berarti meniadakan batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Kurikulum terintegrasi ini
diterapkan pada kurikulum 2013 yang mana tidak memiliki batasan mata
pelajaran dalam setiap tema dan sub tema yang digunakan. Pembelajaran dalam
KTSP juga dapat dilakukan secara terintegrasi dengan menggabungkan materi-
38
materi yang relevan dari berbagai mata pelajaran ke dalam satu kegiatan
pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan tidak lepas dari proses
pembelajaran dan peserta didik. Peserta didik merupakan faktor penting lain
dalam sebuah proses pembelajaran selain kemampuan tenaga pendidik. Peserta
didik merupakan pelaku yang menerima proses pembelajaran untuk memperoleh
ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh tenaga pendidik atau guru. Tenaga
pendidik harus mempunyai kemampuan memecahkan masalah lingkungan hidup
yang baik dengan mengaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, tenaga pendidik mampu memberikan
contoh dan membimbing peserta didik untuk menerapkan pengetahuan
lingkungan hidup yang dimiliki untuk memecahakan masalah dalam kehidupan
kesehariannya. Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah terkait
lingkungan hidup saja tidak cukup bagi peserta didik. Peserta didik harus mampu
mengkomunikasikan hasil pembelajaran yang didapatkannya melalui berbagai
cara dan media seperti majalah sekolah, buletin sekolah, pameran, website, radio,
TV, surat kabar, jurnal, dan lain sebagainya.
Partisipasi aktif dari peserta didik diperlukan dalam pembelajaran agar
terbentuk lingkungan belajar yang maksimal. Ozsoy (2012: p.23) menyebutkan
keterkaitan antara kegiatan pembelajaran lingkungan dengan partisipasi aktif
39
siswa dalam kegiatan lingkungan di sekolah untuk menemukan berbagai
pengetahuan sebagai berikut ini.
“Eco-schools provide a learning environment both in and out school in
which to explore what a sustainable lifestyle means. With eco-school
application, students found rich learning settings in which they can
participate environmental activities actively.”
Sekolah lingkungan menyediakan pembelajaran lingkungan baik di dalam
maupun luar sekolah dengan menggali makna dari pembangunan berkelanjutan.
Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran berbasis
lingkungan yang diselenggarakn oleh sekolah agar mendapatkan informasi dan
pengetahuan mengenai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekitarnya. Model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip partisipatif dalam
kegiatan pembelajaran lingkungan ini salah satunya adalah model belajar
penemuan oleh Jerome Bruner. Belajar penemuan ini cocok dilaksanakan di
Sekolah Adiwiyata yang mengedepankan pembelajaran berbasis lingkungan
karena dalam model pembelajaran ini siswa belajar melalui partisipasi aktif
dengan konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh pengalaman dan percobaan-
percobaan yang membuatnya menemukan prinsip-prinsip itu dengan sendirinya
(Dahar, 2011: 79). Dengan belajar penemuan dalam pembelajaran lingkungan,
siswa memiliki kebebasan untuk mempelajari sesuatu dengan mengamati stuktur
atau kerangka dasar pengetahuan dari lingkungan sekitarnya secara aktif.
Kebebasan dalam mempelajari sesuatu dengan melibatkan pengalaman anak juga
diungkapkan oleh Essa (2014: 11) berikut ini.
40
“Integrated curriculum acknowledges the importance of all aspects of
human development- social, emotional, physical, cognitive, language, and
creative- rather than focusing primarily on the cognitive. It also involves
learning experiences that promote all aspects of development rather than
separating the day into discrete times.”
Pembelajaran berbasis lingkungan dapat dilakukan dengan kurikulum
terintegrasi karena dalam kurikulum terintegrasi tidak menitik beratkan pada
aspek kognitif saja tetapi memperhatikan semua aspek perkembangan manusia
yang meliputi sosial, afektif, fisik, kognitif, bahasa dan kreativitas dari peserta
didik. Kurikulum terintegrasi juga menyediakan kesempatan pengalaman belajar
secara langsung bagi peserta didik untuk mengembangkan semua aspek
perkembangan manusia. Oleh karena itu, pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan seharusnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi.
3) Evaluasi
Evaluasi terhadap kurikulum berbasis lingkungan dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan dengan tujuan
yang disusun. Evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran dalam kurikulum berbasis
lingkungan dilakukan secara sistematis dan tersetruktur dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal setiap mata pelajaran, muatan lokal, dan kegiatan
pengembangan diri lain. Arifin (2012: 8) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan
arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk
membuat suatu keputusan.
41
Evaluasi dalam pembelajaran menurut Suryosubroto (2004: 48) dapat
berupa tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif adalah evaluasi yang dilakukan
setelah pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa. Tes sumatif adalah evaluasi
yang dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar selesai dilakukan dalam jangka
waktu tertentu (caturwulan/ semester). Teknik tes sendiri terdiri atas tes lisan
tertulis dan tes lisan. Tes tertulis menurut Suryobroto (2004: 49) memiliki bentuk
tes essay atau tes obyektif (pilihan ganda, benar salah, isian/ melengkapi,
menjodohkan, dan jawab singkat).
c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
1) Perencanaan
Partisipasi atau peran serta secara aktif tidak hanya dalam kurikulum
berbasis lingkungan tetapi juga dibutuhkan dalam kegiatan lain, terutama kegiatan
lingkungan di sekolah. Berawal dari sebuah peran serta secara aktif akan
menumbuhkan rasa memiliki dan peduli pada lingkungan yang ada di sekitarnya.
Menumbuhkan sikap dan perilaku partisipatif tidaklah mudah. Perlu adanya
pembiasaan sejak dini sehingga menjadi sebuah kesadaran untuk berperan serta
secara aktif oleh masing-masing individu. Perencanaan kegiatan yang baik
merupakan salah satu cara agar pembiasaan dapat dilakukan secara maksimal.
Kegiatan berbasis partisipatif direncanakan dengan pendekatan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah) yang melibatkan orang tua dalam kegiatan
pembelajaran, perencanaan pengembangan sekolah dan pengelolaan kelas
(Mustadi, dkk, 2015: 22-23). Selain melibatkan orang tua, MBS juga melibatkan
42
peran serta masyarakat dalam berbagai program sekolah seperti dalam
pengambilan keputusan tentang pendidikan di tingkat sekolah, imlab swadana,
dan pengembangan sponsorship/ kemitraan. Keterlibatan orang tua dalam
kegiatan berbasis partisipatif merupakan hal yang vital dan berpengaruh. Mustadi
(2012: 100) menyebutkan bahwa orang tua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan karakter anak karena anak belajar lingkungan sejak dari rumah
bersama orang tuanya. Dengan demikian, partisipasi orang tua dalam kegiatan
lingkungan sangat diperlukan untuk membantu perkembangan karakter anak yang
peduli terhadap lingkungannya.
2) Pelaksanaan
Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dilaksanakan berdasarkan prinsip
partisipatif. Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 3) menggambarkan prinsip
partisipatif dengan semua unsur komunitas sekolah terlibat dalam manajemen
sekolah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai
tanggungjawab dan perannya. Budiati (2014: 122) menyatakan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan lingkungan hidup mutlak diperlukan karena
tanpa adanya partisipasi masyarakat, pembangunan hanyalah obyek semata.
Pelaksanaan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif menurut Kementerian
Lingkungan Hidup (2012: 10) memiliki standar untuk melakukan kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga
sekolah dan menjalin kemitraan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media
43
massa, sekolah lain, dan instansi lain). Kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah meliputi pemeliharaan dan
perawatan gedung dan lingkungan sekolah, pemanfaatan lahan dan fasilitas
sekolah, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler, kreativitas dan inovasi warga
sekolah, dan keikutsertaan dalam berbagai kegiatan aksi lingkungan hidup
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 15-18). Kegiatan pemeliharaan dan
perawatan gedung dan lingkungan sekolah dilakukan oleh warga sekolah melalui
kegiatan piket kebersihan kelas, Jumat bersih, lomba kebersihan kelas, kegiatan
pemeliharaan taman oleh masing-masing kelas dan lain sebagainya. Pemanfaatan
lahan dan fasilitas sekolah dilakukan oleh warga sekolah sesuai dengan kaidah-
kaidah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Lahan dan fasilitas
sekolah dapat dimanfaatkan dalam pemeliharaan taman, tanaman obat keluarga,
rumah kaca (green house), hutan sekolah, pembibitan, kolam, dan pengelolaan
sampah. Semua kegiatan tersebut menuntut partisipasi aktif dari seluruh warga
sekolah.
Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan
mempertimbangkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan antara lain adalah pramuka,
karya ilmiah remaja, dokter kecil, palang merah remaja, dan pecinta alam.
Kegiatan ekstrakurikuler tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran terkait
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup seperti: pengomposan, tanaman
obat keluarga, biopori, daur ulang sampah, pertanian organik, dan biogas. Selain
44
kegiatan ekstrakurikuler masih terdapat kegiatan kreativitas dan inovasi warga
sekolah yang diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu: daur ulang
sampah, pemanfaatan dan pengolahan air, karya ilmiah, karya seni, hemat energi,
dan energi alternatif. Keaktifan dan partisipasi tenaga pendidik dan peserta didik
merupakan hal yang harus dikembangkan. Setidaknya terdapat 6 tenaga pendidik
dan 6 peserta didik ikut dalam kegiatan aksi lingkungan yang diadakan pihak luar.
Kemitraan atau kerja sama dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup merupakan standar kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
selanjutnya. Kemitraan ini dilakukan dengan memanfaatkan narasumber untuk
meningkatkan pembelajaran lingkungan hidup. Narasumber yang dapat
dimanfaatkan dalam upaya peningkatan pembelajaran lingkungan hidup antara
lain: orang tua, alumni, LSM, Media (pers), dunia usaha, konsultan, instansi
pemerintah daerah terkait, dan sekolah lain. Dukungan dari narasumber terkait
dapat berupa materi kegiatan pendidikan lingkungan hidup seperti pelatihan
PPLH, pengadaan sarana ramah lingkungan, dan pembinaan dalam upaya PPLH.
Peran komite sekolah sebagai fasilitator untuk membangun kemitraan dalam
rangka mewujudkan pembelajaran lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup merupakan hal yang penting dan tidak bisa
dianggap remeh. Komite sekolah merupakan media yang memfasiltasi kemitraan
sekolah dengan pihak yang lainnya. Kemitraan yang dimaksud bukan hanya
menempatkan sekolah sebagai pihak yang mendapatkan materi dan dukungan,
melainkan juga menempatkan sekolah sebagai narasumber pembelajaran
45
lingkungan hidup bagi sekolah lain, seminar, pemerintah daerah, dan lain
sebagainya. Dukungan yang dapat diberikan oleh sekolah dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup antara lain: bimbingan teknis
pembuatan biopori, pengelolaan sampah, pertanian organik, dan biogas.
3) Evaluasi
Evaluasi kegiatan lingkungan berbasis lingkungan juga dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan program adiwiyata dan standar
yang telah di tetapkan. Hasil evaluasi kegiatan lingkungan berbasis lingkungan
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana kegiatan pada
periode yang akan datang. Sukiman (2012: 4) menyatakan evaluasi sebagai
kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang
mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu. Dengan begitu
evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan perencanaan
suatu program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Arifin (2012: 8)
menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan
untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan. Evaluasi merupakan bahan
pertimbangan dalam menentukan langkah perencanaan selanjutnya.
d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan.
1) Perencanaan
Sarana merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
sarana pendukung ramah lingkungan merupakan alat-alat yang digunakan untuk
46
mengatasi permasalahan dan mendukung pembelajaran lingkungan hidup di
sekolah. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan
meliputi ketersediaan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan
hidup di sekolah dan ketersediaan sarana prasarana untuk mendukung proses
pembelajaran lingkungan hidup di sekolah (Kementerian Lingkungan Hidup,
2012: 19-20). Perencanaan dilakukan setelah melakukan kajian terhadap
lingkungan yang ada di sekitar sekolah agar sarana yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan sekolah.
Tersedianya sarana prasarana harus diimbangi dengan peningkatan kualitas
pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan.
Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah yang ramah lingkungan sesuai dengan
fungsinya, seperti: ruangan memiliki pengaturan cahaya dan ventilasi udara secar
alami, pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh dan penghijauan, dan
penggunaan paving block. Peningkatan pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas
sanitasi sekolah memiliki 4 (empat) unsur mekanisme pengelolaan dan
pemeliharaan sarana meliputi: penanggung jawab, tata tertib, pelaksana (daftar
piket), dan pengawas.
Peningkatan sarana prasarana sekolah juga meliputi peningkatan kualitas
pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan. Kantin melakukan 3 (tiga) upaya
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah
lingkungan. Dalam hal ini kantin tidak menjual makanan/ minuman yang
mengandung bahan pengawet/ pengenyal, pewarna, perasa yang tidak sesuai
47
dengan standar kesehatan, tidak menjual makanan yang terkontaminasi,
kadaluarsa, dan tidak menjual makanan yang dikemas tidak ramah lingkungan
seperti: plastik, styrofoam, aluminium foil.
Pada dasarnya komponen pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan
merupakan kegiatan manajemen sarana prasarana sekolah. Amirin, dkk (2013: 79)
mengungkapkan bahwa manajemen sarana prasarana merupakan proses
pendayagunaan semua komponen sarana dan prasarana sekolah dalam menunjang
proses pendidikan untuk mencapai tujuan dari pendidikan tu sendiri. Dalam
konteks Program Adiwiyata maka pengelolaan sarana prasarana difokuskan pada
sarana prasarana pendukung upaya PPLH dan PLH yang ramah lingkungan.
Kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana meliputi pengadaan, pendistribusian,
penggunaan dan pemanfaatan, pemeliharaan, inventarisasi, dan penghapusan
barang-barang yang dimililki oleh sekolah (Amirin, dkk, 2013: 79-87). Kegiatan-
kegiatan dalam pengelolaan sarana tersebut terkait dan mempengaruhi satu sama
lain.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan harusnya
dilaksanakan sesuai dengan standar pengelolaan sarana pendukung ramah
lingkungan meliputi ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah
lingkungan dan peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang
ramah lingkungan di sekolah (Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 11). Sarana
prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah sesuai
48
standar dari Permendiknas nomor 24 tahun 2007 seperti: air bersih, sampah
(penyediaan tempat sampah terpisah dan komposter), tinja, air limbah/ drainase,
ruang terbuka hijau, dan kebisingan/ getaran/ radiasi. Sarana prasarana pendukung
proses pembelajaran lingkungan hidup antara lain; pengomposan, pemanfaatan
dan pengelolaan air, hutan/ taman/ kebun sekolah, green house, tanaman obat
keluarga, kolam ikan, biopori, sumur resapan, dan biogas. Pelaksanaan kegiatan
pengadaan dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan melibatkan
partisipasi dari semua warga sekolah sesuai dengan Kementerian Lingkungan
Hidup (2012: 3) bahwa prinsip partisipatif dimana semua unsur komunitas
sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran masing-masing.
3) Evaluasi
Evaluasi terhadap sarana pendukung ramah lingkungan merupakan salah
satu bagian dalam manajemen sarana prasarana yaitu inventarisasi dan
penghapusan (Amirin dkk, 2012: 78-79). Melalui inventarisasi dapat diketahui
jumlah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
lingkungan di sekitar sekolah dan mendukung kegiatan pembelajaran berbasis
lingkungan. Sarana yang tidak mendukung kemudian dapat dihapuskan atau
digantikan dengan yang baru. Hasil inventarisasi dan penghapusan tersebut dapat
digunakan sebagai acuan dalam analisis kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan
program.
49
6. Pembinaan Adiwiyata
Pembinaan Adiwiyata adalah tindakan yang dilakukan oleh organisasi/
lembaga atau pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan Adiwiyata melakukan
pembinaan untuk meningkatkan pencapaian kinerja Program Adiwiyata yang
membawa dampak positif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 10). Pembinaan Adiwiyata merupakan
suatu rangkaian yang dilakukan untuk membina, mendampingi dan mengawasi
jalannya pelaksanaan Program Adiwiyata. Pembinaan Adiwiyata dalam Permen
Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata meliputi
sosialisasi, bimbingan teknis, pembentukan sekolah model atau percontohan,
pendampingan, dan monitoring serta evaluasi program. Dengan kata lain
pembinaan Adiwiyata dimulai sejak awal dimulainya program hingga evaluasi
program yang sudah berjalan.
Pembinaan Program Adiwiyata dilakukan oleh tim pembina yang terdiri dari
tim nasional, tim provinsi, dan tim kabupaten/ kota. Tim pembina kabupaten/ kota
melakukan pembinaan ke sekolah dan melaporkan hasil pembinaan kepada tim
pembina provinsi dengan tembusan kepada tim nasional. Demikian pula dengan
tim provinsi yang melakukan pembinaan terhadap tim dari kabupaten/ kota, maka
laporan hasil diserahkan kepada tim pembina nasional. Tim pembina nasional
melakukan pembinaan terhadap tim pembina provinsi dan melaporkannya kepada
menteri bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta menteri
pendidikan. Pembinaan Program Adiwiyata dilakukan dengan berdasarkan pada
50
komponen-komponen Program Adiwiyata, standar pelaksanaan dalam setiap
komponen serta prinsip dasar pelaksanaan Program Adiwiyata.
Tujuan pembinaan Adiwiyata menurut Kementerian Lingkungan Hidup
(2012: 10) adalah untuk meningkatkan kemampuan sekolah dalam mewujudkan
Sekolah Adiwiyata, meningkatkan kemampuan kelembagaan dan sumber daya
manusia dalam pengelolaan Program Adiwiyata, dan meningkatkan kinerja
pengelolaan Adiwiyata baik di provinsi maupun di kabupaten/ kota termasuk
sekolah dan masyarakat sekitar. Pembinaan Program Adiwiyata dilakukan secara
berkala dan berkelanjutan. Pembinaan dilakukan dalam rangka menuju penilaian
Adiwiyata. Penilaian Adiwiyata sendiri dilakukan berdasarkan kesiapan dari pihak
sekolah. Sekolah yang merasa telah memenuhi standar yang telah ditentukan
dapat mengajukan diri sebagai calaon Sekolah Adiwiyata dengan menyampaikan
dokumen berdasarkan lembar evaluasi Sekolah Adiwiyata. Setelah dinyatakan
lolos verifikasi dokumen maka akan dilakukan visitasi sekolah untuk melihat
kondisi nyata sekolah sesuai dengan dokumen yang telah diberikan.
7. Manfaat Adiwiyata
Program Adiwiyata merupakan program yang bergerak dalam bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan untuk
mencapai keseimbangan lingkungan baik di masa kini maupun di masa yang akan
datang. Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 4) menjabarkan beberapa
keuntungan mengikuti Program Adiwiyata, diantaranya adalah sebagai berikut ini.
“Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompertensi dasar dan standar
kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah, meningkatkan
51
efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui penghematan dan
pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan energi, menciptakan
kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang lebih
nyaman dan kondusif, menjadi tempat pembelajaran tentang nilai‐nilai
pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi
warga sekolah dan masyarakat sekitar, dan meningkatkan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meIalui kegiatan
pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi
lingkungan di sekolah.”
Puspita R (bp2sdm.menlhk.go.id, 2015) menyatakan bahwa sekolah yang
menerapkan Program Adiwiyata dapat merasakan manfaat baik bagi penerapan
sistem belajar, proses belajar, dan hasil pembelajaran. Program Adiwiyata
memberikan dampak positif bagi warga sekolah pada umumnya dan peserta didik
pada khususnya. Gunawan (2016: 94) menyampaikan bahwa keberadaan sekolah
peduli dan berwawasan lingkungan akan membangun pondasi pada diri anak
sebagai dasar dalam pembentukan etika lingkungan. Penanaman Pendidikan
Lingkungan Hidup sedini mungkin melalui lingkungan sekolah akan menjadi
bekal yang kuat bagi anak untuk mewujudkan kesadaran dan kedisiplinan
sehingga menghasilkan budaya bersih dan sehat, serta munculnya perilaku dan
upaya pelestarian lingkungan, penghijauan dan perilaku hemat energi yang dapat
mendukung pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Landriany (2014: 84) menyatakan bahwa penghargaan Sekolah Adiwiyata,
terutama Sekolah Adiwiyata mandiri dilakukan setelah penilaian yang ditekankan
pada nilai perilaku dan sikap warga sekolah terhadap penyelamatan lingkungan
dan penyelamatan bumi. Perilaku dan sikap yang dimaksud seperti bagaimana
warga sekolah memelihara dan merawat lingkungannya, memanfaatkan sumber
52
daya secara bijak, mengelola sampah, dan lain sebagainya. Dengan begitu,
Program Adiwiyata adalah program untuk membiasakan peserta didik belajar dan
terlibat langsung dalam mengenali lingkungan dengan segala permasalahan dan
cara-cara mengatasinya. Program Adiwiyata membawa dampak baik bagi
perkembangan pola pikir peserta didik agar bersikap bijak dalam memanfaatkan
sumber daya yang ada dan menjaga keberadaannya di masa yang akan datang.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah penelitian
oleh Tri Astuti Rokhmani tentang implementasi pendidikan karakter peduli
lingkungan di SD Negeri Gedongkiwo pada tahun 2016. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan di SD
negeri Kotagede 3 dilaksanakan melalui (a) kebijakan sekolah berwawasan
lingkungan, (b) pelaksanaan kurikulum sekolah berbasis lingkungan, (c) kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif, dan (d) pengelolaan sarana pendukung ramah
lingkungan. Implementasi di SD Negeri Gedongkiwo sudah sampai pada tahap
tindakan moral, namun belum sampai pada tahap pembiasaan karena masih perlu
diingatkan untuk selalu peduli lingkungan.
Relevansi penelitian yang dilakukan Tri Astuti Rokhmani dengan penelitian
ini yaitu Program Adiwiyata yang dilakukan di SD Negeri Gedongkiwo. Adapun
perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan setting penelitian. Fokus
penelitian Tri Astuti Rokhmani adalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan beserta
kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan
53
di SD Negeri Gedongkiwo. Penelitian ini terfokus pada pelaksanaan Program
Adiwiyata dalam komponen- komponen yang harus dicapai beserta faktor
pendukung dan penghambat yang dihadapi SD Negeri Kotagede 3.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Ika
Maryani tentang pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata ditinjau dari aspek
kegiatan partisipatif di SD Negeri Ungaran pada tahun 2014. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan program dalam aspek kegiatan partisipatif
berjalan dengan baik dilihat dari capaian rerata pada aspek context, input, process,
dan product. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program Sekolah
Adiwiyata antara lain merger sekolah yang mengakibatkan manajemen sekolah
sulit, kurangnya monev terkait kegiatan siswa dan guru mengenai pendidikan
lingkungan hidup, minimnya bahan ajar, kurangnya kedasaran guru untuk
melakukan penelitian mengenai pendidikan lingkungan hidup, dan rotasi guru
yang membuat kinerja program menjadi kurang maksimal.
Relevansi penelitian Ika Maryani dengan penelitian ini yaitu pelaksanaan
Program Adiwiyata di Sekolah Adiwiyata. Adapun perbedaan penelitian terletak
pada setting penelitian dan fokus penelitian. Penelitian Ika Maryani memiliki
setting tempat penelitian di SD Negeri Ungaran, sedangkan penelitian ini
memiliki setting tempat di SD Negeri Kotagede 3. Fokus penelitian yang
dilakukan Ika Maryani adalah pelaksanaan Program Adiwiyata dari segi kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif. Fokus penelitian ini adalah pelaksanaan Program
Adiwiyata berdasarkan komponen program dan kendala yang dihadapi.
54
Penelitian oleh Ellen Landriany tentang implementasi kebijkan Adiwiyata
dalam upaya mewujudkan pendidikan lingkungan hidup di SMA Kota Malang
pada tahun 2014 merupakan penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian Ellen Landriany menunjukkan bahwa kebijakan lingkungan hidup
di sekolah dituangkan dalam SK dan terintegrasi dalam masing-masing pelajaran.
Sosialisasi kegiatan dilakukan dengan pendekatan pada siswa. Faktor penghambat
pelaksanaan Program Adiwiyata adalah satuan tugas yang tidak tepat waktu,
sekelompok siswa yang belum paham pelestarian dan pengelolaan lingkungan
hidup, sumber dana, dan dukungan masyarakat dan instansi lain.
Relevansi penelitian yang dilakukan Ellen Landriany dengan penelitian ini
yaitu pelaksanaan Program Adiwiyata. Adapun perbedaan penelitian terletak pada
setting penelitian dan fokus penelitian. Setting penelitian Ellen Landriany terletak
di SMA Kota Malang, sedangkan penelitian ini dilaksanakan dengan setting
temapt di SD Negeri Kotagede 3. Fokus penelitian Ellen Landriany adalah
implementasi kebijakan Adiwiyata dalam upaya mewujudkan pendidikan
lingkungan hidup, sedangkan penelitian ini memiliki fokus penelitian pada
implementasi Program Adiwiyata dan faktor pendukung dan penghambat
implementasi Program Adiwiyata.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka pertanyaan penelitian ini
adalah:
55
1. Bagaimana pelaksanaan Program Adiwiyata dalam komponen kebijakan
sekolah berwawasan lingkungan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasinya?
2. Bagaimana pelaksanaan Program Adiwiyata dalam komponen pelaksanaan
kurikulum sekolah berbasis lingkungan meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasinya?
3. Bagaimana pelaksanaan Program Adiwiyata dalam komponen kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasinya?
4. Bagaimana pelaksanaan Program Adiwiyata dalam komponen pengelolaan
sarana pendukung ramah lingkungan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasinya?
5. Apasaja pendukung dan penghambat yang ditemui selama pelaksanaan
Program Adiwiyata dalam komponen kebijakan sekolah berwawasan
lingkungan?
6. Apasaja pendukung dan penghambat yang ditemui selama pelaksanaan
Program Adiwiyata dalam komponen pelaksanaan kurikulum sekolah
berbasis lingkungan?
7. Apasaja pendukung dan penghambat yang ditemui selama pelaksanaan
Program Adiwiyata dalam komponen kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif?
56
8. Apasaja pendukung dan penghambat yang ditemui selama pelaksanaan
Program Adiwiyata dalam komponen sarana pendukung ramah lingkungan?
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Ghony & Almanshur
(2012: 25) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi. Penelitian
kualitatif menekankan pada kualitas atau hal terpenting dari suatu barang atau jasa
berupa data-data verbal dan bukan merupakan angka-angka. Sugiyono (2007: 9)
menjelaskan bahwa:
“penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologi
(phenomenology) yaitu penelitian kualitatif dimana pengumpulan data dilakukan
dengan observasi partisipan untuk mengetahui fenomena esensial partisipan dalam
pengalaman hidupnya (Sugiyono, 2011: 14). Penelitian fenomenologi dilakukan
untuk menggambarkan suatu peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang
yang terlibat dalam situasi tersebut dengan menggunakan data berdasarkan
kenyataan yang ada di lapangan. Dengan begitu, data-data dalam penelitian ini
adalah data-data verbal yang sistematis dan apa adanya mengenai pelaksanaan
Program Adiwiyata dan kendala-kendala yang ditemui di SD Negeri Kotagede 3.
58
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kotagede 3 yang terletak di Jalan
Jalan Pramuka Sidikan, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta, 55161. Penelitian
dilakukan sejak bulan Maret-April 2017.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ditentukan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu tersebut misalnya orang yang dianggap paling tahu mengenai data yang
diteliti atau seseorang yang memiliki wewenang sehingga memudahkan peneliti
dalam mengeksplorasi obyek atau situasi yang diteliti. Dengan demikian, subyek
penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa SD Negeri Kotagede 3.
Kepala Sekolah merupakan narasumber utama selaku pemimpin dan penanggung
jawab Tim Adiwiyata SD Negeri Kotagede 3, Empat orang guru yang terdiri atas
koordinator setiap bidang dalam Tim Adiwiyata SD Negeri Kotagede 3, dan 12
siswa dari kelas 1-6 yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Program Adiwiyata.
Obyek penelitian dinyatakan sebagai sebuah situasi sosial. Spradley
(Sugiyono, 2007: 215) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif terdapat
social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Obyek penelitian merupakan aktivitas seseorang atau sekelompok orang pada
tempat penelitianyang berkaitan dengan data penelitian. Obyek penelitian dalam
penelitian ini adalah aktivitas warga SD Negeri Kotagede 3 yang berkaitan
59
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Program Adiwiyata beserta
dengan faktor pendukung dan penghambatnya.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan warga SD
Negeri Kotagede 3 yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Adiwiyata yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara. Selebihnya merupakan sumber data
tambahan dokumen berupa kurikulum, silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan foto.
E. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan utama dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data-data. Oleh
karena itu diperlukan sebuah teknik pengumpulan data. Dengan demikian teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Peneliti dalam penelitian ini melakukan pengamatan di SD Negeri Kotagede
3 mengenai bentuk-bentuk kegiatan dalam Program Adiwiyata baik dalam
pembelajaran di dalam kelas maupun pembelajaran di luar kelas. Aspek yang
diamati adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
dari empat komponen Program Adiwiyata, yaitu kebijakan sekolah yang
berwawasan lingkungan, kurikulum sekolah berbasis lingkungan, kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif, dan pengelolaan sarana pendukung ramah
60
lingkungan. Observasi dilakukan menggunakan catatan anekdot dan juga catatan
lapangan.
2. Wawancara
Wawancara atau interview memiliki banyak jenis atau macam wawancara.
Esterberg (Sugiyono, 2007: 233) mengemukakan bahwa terdapat beberapa macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstrukur, dan tidak terstruktur.
Adapun dalam penelitian ini menggunakan wawancara semiterstrukur kategori in-
depth interview, dimana pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan
wawancara terstrukur. Wawancara ini dilakukan untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka dengan pihak narasumber memberikan pendapat dan ide-
idenya mengenai topik yang diberikan oleh pewawancara. Peneliti dalam
penelitian ini melakukan wawancara terhadap Kepala Sekolah sebagai narasumber
utama. Kemudian wawancara kepada empat orang guru yang berperan sebagai
koordinator bidang dalam Tim Adiwiyata SD Negeri Kotagede 3, serta 12 siswa
SD Negeri Kotagede 3 yang terdiri atas kelas 1 hingga kelas 6.
3. Dokumentasi
Peneliti dalam penelitian ini mengumpulkan data berupa foto kegiatan
implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3, artikel, berita terkait,
serta surat-surat keputusan atau surat resmi lainnya baik dari kepala sekolah
maupun badan terkait yang mendukung pengimplementasian Program Adiwiyata
di SD Negeri Kotagede 3. Dengan begitu teknik pengumpulan data menggunakan
dokumentasi adalah kegiatan mendokumentasikan atau merekam semua kegiatan
61
terkait Program Adiwiyata yang berlangsung selama penelitian dilaksanakan di
SD Negeri Kotagede 3 serta mengumpulkan dokumen-dokumen yang sudah ada
di SD Negeri Kotagede 3 berupa surat keputusan, kurikulum, RPP, Silabus,
peraturan, foto-foto, dan dokumen lain yang terkait dengan penelitian. Hasil
dokumentasi digunakan sebagai data tambahan dan atau pendukung penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Arikunto (2002: 136) memaparkan bahwa instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga hasilnya mudah diolah. Instrumen penelitian
banyak jenisnya, antara lain adalah angket, ceklis (check-list) atau daftar centang,
pedoman wawancara, dan pedoman pengamatan. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Lembar Observasi Catatan Anekdot
Lembar observasi menggunakan catatan anekdot digunakan sebagai
panduan peneliti dalam melaksanakan pengamatan terhadap subyek dan obyek
penelitian di SD Negeri Kotagede 3. Kisi-kisi lembar observasi catatan anekdot
disusun dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan standar dari empat
komponen Program Adiwiyata yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program serta kendala yang dihadapi oleh pelaksana Program Adiwiyata.
Adapun kisi-kisi instrumen lembar observasi anekdot pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
62
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi
No Variabel Indikator
1 Kebijakan Sekolah
Berwawasan
Lingkungan
a. Visi, Misi, dan Tujuan
b. Struktur kurikulum dalam mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri
c. Ketuntasan Minimal
d. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
e. Faktor Pendukung dan Penghambat
2 Kurikulum Sekolah
Berbasis Lingkungan
a. Pelaksanaan Pembelajaran
b. Media sosialisasi hasil pembelajaran
c. Faktor Pendukung dan Penghambat
3 Kegiatan
Lingkungan Berbasis
Partisipatif
a. Pelaksanaan kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
b. Kemitraan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
c. Faktor Pendukung dan Penghambat
4 Pengelolaan Sarana
Pendukung Ramah
Lingkungan
a. Ketersediaan sarana dan prasarana
b. Pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana
c. Pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan
d. Faktor Pendukung dan Penghambat
2. Pedoman Wawancara Mendalam (In-depth Interview)
Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan peneliti dalam
melaksanakan wawancara dengan narasumber di SD Negeri Kotagede 3. Kisi-kisi
lembar observasi disusun berdasarkan standar komponen Program Adiwiyata
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Wawancara
dilakukan kepada Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa. Kisi-kisi pedoman
wawancara dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan yang dapat berkembang
seiring dengan perkembangan data penelitian yang ditemukan. Berikut ini adalah
kisi-kisi pedoman wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru koordinator masing-
63
masing komponen Program Adiwiyata, dan Siswa SD Negeri Kotagede 3 yang
terlibat dalam pelaksanaan Program Adiwiyata.
Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Kepala Sekolah
No Variabel Indikator
1 Kebijakan Sekolah
Berwawasan
Lingkungan
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
Kebijakan Sekolah
Faktor Pendukung dan Penghambat
2 Kurikulum Sekolah
Berbasis Lingkungan
Perencanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Faktor Pendukung dan Penghambat
3 Kegiatan Lingkungan
Berbasis Partisipatif
Kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan
Kemitraan sekolah
Faktor Pendukung dan Penghambat
4 Pengelolaan Sarana
Pendukung Ramah
Lingkungan
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana
Pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan
Faktor Pendukung dan Penghambat
Wawancara juga dilakukan kepada guru SD Negeri Kotagede 3 sejumlah 4
orang yang tergabung dalam Tim Adiwiyata SD Negeri Kotagede 3. Keempat
narasumber tersebut merupakan guru koordinator bidang kebijakan berwawasan
lingkungan, guru koordinator bidang kurikulum berbasis lingkungan, guru
koordinator bidang kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan guru
koordinator bidang sarana dan prasarana ramah lingkungan. Kisi-Kisi
berkembang menjadi butir-butir pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman
wawancara kepada koordinator bidang kebijakan berwawasan lingkungan Tim
64
Adiwiyata SD Negeri Kotagede 3. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman
wawancara kepada guru koordinator kebijakan berwawasan lingkungan.
Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator
Kebijakan Berwawasan Lingkungan
No Variabel Indikator
1 Kebijakan Sekolah
Berwawasan
Lingkungan
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
Kebijakan Sekolah
Faktor Pendukung dan Penghambat
Pertanyaan-pertanyaan selama wawancara dapat berkembang sesuai dengan
data yang diperoleh selama kegiatan wawancara. Pertanyaan yang diajukan
meliputi kegiatan perencaaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta faktor-faktor
pendukung dan penghambat dalam kebijakan sekolah berwawasan lingkungan.
Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator
Kurikulum Berbasis Lingkungan
No Variabel Indikator
1 Kurikulum Sekolah
Berbasis Lingkungan
Perencanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Faktor Pendukung dan Penghambat
Kisi-Kisi berkembang menjadi butir-butir pertanyaan yang digunakan
sebagai pedoman wawancara kepada koordinator bidang kurikulum berbasis
lingkungan Tim Adiwiyata SD Negeri Kotagede 3. Pertanyaan meliputi kegiatan
guru maupun siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
serta kendala yang dihadapinya. Pertanyaan-pertanyaan selama wawancara dapat
berkembang untuk menggali data-data yang diperlukan dalam penelitian.
65
Tabel 5. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator
Kegiatan Berbasis Partisipatif
No Variabel Indikator
1 Kegiatan Lingkungan
Berbasis Partisipatif
Kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan
Kemitraan sekolah
Faktor Pendukung dan Penghambat
Kisi-Kisi tersebut berkembang menjadi butir-butir pertanyaan yang
digunakan sebagai pedoman wawancara kepada koordinator bidang kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif Tim Adiwiyata SD Negeri Kotagede 3.
Pertanyaan-pertanyaan selama wawancara dapat berkembang agar memungkinkan
peneliti untuk menggali data-data yang diperlukan dalam penelitian. Pertanyaan
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan faktor pendukung dan
penghambat kegiatan lingkungan berbasis partisipatif.
Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator Sarana
dan Prasarana Ramah Lingkungan
No Variabel Indikator
1 Pengelolaan Sarana
Pendukung Ramah
Lingkungan
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana
Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
Faktor Pendukung dan Penghambat
Kisi-Kisi tersebut berkembang menjadi butir-butir pertanyaan yang
digunakan sebagai pedoman wawancara kepada koordinator bidang sarana dan
prasana ramah lingkungan Tim Adiwiyata SD Negeri Kotagede 3. Pertanyaan-
pertanyaan selama wawancara dapat berkembang agar memungkinkan peneliti
untuk menggali data-data yang diperlukan dalam penelitian. Pertanyaan meliputi
66
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sarana dan prasana ramah
lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 serta kendala yang dihadapi.
Setelah Kepala Sekolah dan Guru, wawancara juga dilakukan kepada siswa
SD Negeri Kotagede 3 mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Berikut ini adalah kisi-
kisi pedoman wawancara kepada siswa SD Negeri Kotagede 3.
Tabel 7. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Siswa
No Variabel Indikator
1 Kebijakan Sekolah
Berwawasan
Lingkungan
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Peraturan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Sekolah
2 Kurikulum Sekolah
Berbasis Lingkungan
Pelaksanaan Pembelajaran
Faktor Pendukung dan Penghambat
3 Kegiatan Lingkungan
Berbasis Partisipatif
Kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan
Kemitraan sekolah
Faktor Pendukung dan Penghambat
4 Pengelolaan Sarana
Pendukung Ramah
Lingkungan
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana
Pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan
Faktor Pendukung dan Penghambat
Kisi-kisi pedoman wawancara kepada siswa dikembangkan menjadi butir-
butir pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa narasumber mulai dari kelas 1
hingga kelas 6. Pertanyaan dalam kegiatan wawancara dapat berkembang sesuai
dengan keadaan yang ditemukan di lapangan.
3. Dokumentasi
Instrumen dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan bentuk check list,
yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya (Arikunto, 2010: 202).
Dengan menggunakan check-list peneliti menggunakan tanda atau tally untuk
67
setiap pemunculan gejala yang dimaksud. Berikut ini adalah kisi-kisi check list
dokumentasi dalam penelitian ini.
Tabel 8. Kisi-Kisi Check-list Dokumentasi
No Variabel Indikator
1 Kebijakan Sekolah
Berwawasan
Lingkungan
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Surat Keputusan
RKAS
Peraturan Sekolah
2 Kurikulum Sekolah
Berbasis Lingkungan
Kurikulum
Silabus
RPP
Foto Pembelajaran
Media Sosialisasi Hasil Belajar
3 Kegiatan Lingkungan
Berbasis Partisipatif
Daftar Kegiatan Siswa
Kemitraan
Foto Kegiatan Siswa
4 Pengelolaan Sarana
Pendukung Ramah
Lingkungan
Jadwal Piket
Inventaris Sekolah
Foto Sarana dan Prasarana Sekolah
Kantin Sekolah
Kisi-kisi tersebut merupakan pedoman dokumentasi yang dapat berkembang
sesuai dengan keadaan alami yang ada di lapangan. Dokumen-dokumen
pendukung Program Adiwiyata dapat bertambah seiring dengan perkembangan
penelitian yang dilakukan.
4. Lembar Catatan Lapangan
Catatan lapangan atau Fieldnotes merupakan hasil rekaman berupa kata/
kalimat yang dicatat dalam sebuah format tertentu berdasarkan temuan konkret di
lapangan (Herdiansyah, 2015: 148). Catatan lapangan memuat detail kejadian
terkait dengan subyek dan obyek penelitian yang terjadi di lapangan di luar
68
observasi anekdot, wawancara dan dokumentasi selama berlangsungnya kegiatan
penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan hingga setelah selesai di lapangan. Data yang diperoleh menggunakan
teknik pengumpulan data kemudian dipilih dan dianalisis untuk memperoleh suatu
kesimpulan penjelasan mengenai apa yang sedang diteliti. Sugiyono (2011: 333)
menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Penyusunan sistematis data tersebut dapat berupa pengorganisasi
data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif model Interactive Miles & Huberman (Miles, Huberman & Saldana,
2014: 7). Analisis data kualitatif model Interactive memiliki empat kegiatan yaitu
data collection, data condensation, data display, dan conclusion drawing/
verifying. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan analisis data kualitatif Model
Interactive menurut Miles & Huberman berikut ini.
69
Miles dan Huberman menjelaskan bahwa langkah-langkah analisis data
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut.
1. Pengumpulan data atau Data collection
Data Collection atau pengumpulan data adalah tahap dimana peneliti
mengumpulkan data terkait subyek dan obyek penelitian sebanyak mungkin.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Data yang terkumpul selanjutkan diseleksi sehingga menghasilkan data-data yang
valid dan dapat disajikan atau jika data yang ditemukan telah mengalami suatu
titik jenuh maka data tersebut dapat segera disajikan.
2. Data condensation
Data condensation memiliki konsep yang sama dengan reduksi data. Data
yang diperoleh di lapangan akan terus bertambah jumlahnya dan harus segera
Data collection
Data display
Data
condensation
Conclusion
drawing/
verifying
Gambar 1. Bagan Analisis Data Kualitatif Model Interactive Miles &
Huberman
70
dicatat atau diketik secara teliti dalam bentuk yang uraian yang rinci. Data-data
yang diperoleh tersebut harus segera direduksi yaitu dipilih hal-hal pokok,
difokuskan pada hal-hal yang penting, dan dicari pola atau temanya untuk
memudahkan analisis data. Secara singkat, dalam tahap data condensation
terdapat reduksi data yang merupakan kegiatan untuk menyusun data-data yang
ada secara singkat sistematis agar mudah untuk dipahami.
3. Penyajian Data atau Data Display
Penyajian data atau data display merupakan kegitan menampilkan data ke
dalam uraian singkat, bagan, grafik, matrik, hubungan antar kategori, flowchart,
dan sejenisnya. Penyajian data dilakukan untuk memudahkan pemahaman
terhadap apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah
dipahami.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifkasi atau Conclusion Drawing/ Verifying
Data yang diperoleh dianalisis sejak awal. Data-data tersebut merupakan
sumber pertimbangan pengambilan kesimpulan awal. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah seiring berkembangnya
data yang ditemukan dalam penelitian. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
merupakan penemuan baru yang belum pernah ada berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih gelap sehingga setelah diteliti
menjadi lebih jelas (Sugiyono, 2011: 343). Kesimpulan akhir penelitian dilakukan
secara induktif, yaitu kesimpulan diambil setelah seluruh data yang terkumpul
selesai dianalisis.
71
Dalam sebuah penelitian kualitatif tahapan analisis data tidak selalu runtut
dan sistematis. Tahapan analisis data saling terkait satu sama lain dan dapat
berkembang sesuai dengan data yang ditemukan di lapangan. Penelitian kualitatif
akan terus dilaksanakan hingga data-data yang ditemukan mengalami suatu titik
kejenuhan dimana data-data yang di dapatkan dengan berbagai teknik dan
berbagai sumber memiliki kesamaan dan tidak ada sesuatu yang baru ditemukan
dalam kegiatan penelitian.
H. Keabsahan Data
Keabsahan data maksudnya adalah bahwa temuan-temuan dalam penelitian
dapat dipercaya. Sugiyono (2011: 365) menerangkan bahwa salah satu uji
keabsahan data dalam penelitian kualitatif adalah uji kredibilitas. Uji kredibilitas
ini dilakukan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi sendiri memiliki
makna pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi
teknik sebagai berikut ini.
1. Triangulasi Sumber; yaitu cara menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dari beberapa
sumber tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama,
yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber yang didapatkan
tersebut. Data-data yang telah dianalisis tersebut akan menghasilkan suatu
kesimpulan yang selanjutnya dimintakan persetujuan atau kesepakatan dari
narasumber.
72
2. Triangulasi Teknik; yaitu cara menguji kredibilitas dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda untuk mengecek
apakah hasil data yang didapatkan sama tau tidak ketika menggunakan teknik
yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik berupa
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari ketiga
teknik tersebut dianalisis mana yang sama dan mana yang berbeda, sehingga
dapat segera dipastikan kebenarannya.
Kepala Sekolah
Guru Siswa
Gambar 2. Bagan Triangulasi Sumber
Observasi
Wawancara Dokumentasi
Gambar 3. Bagan Triangulasi Teknik
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Lokasi Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kotagede 3 yang beralamat di
Jalan Pramuka, Sidikan, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota
Yogyakarta. SD Negeri Kotagede 3 merupakan Sekolah Adiwiyata tingkat
provinsi sejak tahun 2016, setelah sebelumnya merupakan Sekolah Adiwiyata
tingkat kota pada tahun 2015. SD Negeri Kotagede 3 merupakan salah satu
sekolah yang memiliki kemitraan dengan salah satu stasiun televisi swasta pada
tahun 2007 untuk membangun gedung sekolah yang rusak akibat gempa bumi
pada tahun 2006.
SD Negeri Kotagede 3 memiliki dua gedung sekolah, gedung utama terletak
di utara jalan dan merupakan gedung berlantai dua yang berisi ruang kepala
sekolah, ruang guru, kelas-kelas, ruang kesenian, ruang BK, UKS, ruang koperasi,
perpustakaan, kantin, mushola, aula, kamar mandi, ruang komputer, lapangan
upacara, rumah penjaga, tempat parkir guru dan siswa, area hidroponik, kandang
burung, kolam ikan, dan taman kelas. Gedung lain merupakan lapangan olahraga
milik SD Negeri Kotagede 3 yang terletak di sebelah barat daya gedung utama. Di
dalam lapangan olahraga tersebut terdapat kebun sekolah yang dikelola oleh
setiap kelas. Selain itu terdapat area kandang ayam dan kelinci, area bank sampah,
rumah penjaga, dan gudang penyimpanan alat olahraga.
74
Secara umum, SD Negeri Kotagede 3 memiliki kondisi fisik yang baik,
walaupun lapangan olahraga SD Negeri Kotagede 3 sedang tidak terawat karena
sedang ada proyek pembangunan gedung baru. Kondisi lingkungan SD Negeri
Kotagede 3 cukup aman dan tidak bising karena tidak terletak di pinggir jalan
utama. Namun, SD Negeri Kotagede 3 cukup mudah ditemukan karena terdapat
papan petunjuk untuk menuju sekolah tersebut. Sebelah timur SD Negeri
Kotagede 3 berbatasan dengan jalan dan kawasan rumah penduduk, di sebelah
utara dan barat berbatasan dengan rumah penduduk, sedangkan sebelah selatan
berbatasan dengan jalan dan area persawahan. Fasilitas listrik dan air di SD
Negeri Kotagede 3 memadai serta terdapat saluran telepon dan jaringan internet.
SD Negeri Kotagede 3 merupakan Sekolah Adiwiyata sehingga di halaman
sekolah maupun lapangan olahraga terdapat tanaman peneduh yang membuat
lingkungan sejuk dan teduh. Selain tanaman peneduh, gedung utama SD Negeri
Kotagede 3 memiliki taman-taman berisi tanaman hias dan bunga yang dikelola
setiap kelas serta pot-pot hidroponik berisi tanaman hias. Kebun kelas yang berisi
berbagai tanaman obat dan sayur atau buah yang membuat suasana lebih hijau dan
asri terdapat di area lapangan olahraga SD Negeri Kotagede 3. Dinding-dinding
lapangan olahraga dihiasi dengan kreasi mural dan lukisan siswa-siswi SD Negeri
Kotagede 3. Sarana yang dimiliki oleh SD Negeri Kotagede 3 pun mendukung
pendidikan berbasis lingkungan seperti tempat sampah, komposter, wastafel,
mesin pencacah daun, dan alat-alat kebersihan yang mudah ditemui di kelas
maupun di beberapa titik sudut sekolah.
75
2. Visi, Misi, dan Tujuan SD Negeri Kotagede 3
SD Negeri Kotagede 3 memiliki visi, misi, dan tujuan seperti berikut ini.
a. Visi SD Negeri Kotagede 3
Terwujudnya sekolah unggul dan berkarakter, peduli lingkungan, beriman,
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Misi SD Negeri Kotagede 3
1) Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK untuk tercapainya prestasi bagi
seluruh warga sekolah.
2) Mengimplementasikan pendidikan karakter lngsung terintegrasi ke seluruh
pembelajaran
3) Menciptakan situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang bersih, sehat, indah,
dan nyaman untuk pelaksanaan pembelajaran.
4) Mendidik siswa menjadi manusia humanis yang peduli lingkungan.
5) Mendidik dan meneladani siswa berbudi pekerti luhur, beriman, dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Tujuan SD Negeri Kotagede 3
Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, kepribadian,
berakhlak mulia untuk hidup mandiri dan melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.
76
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan
a. Perencanaan
Perencanaan kebijakan sekolah berwawasan lingkungan terbagi atas
perencanaan visi, misi, dan tujuan sekolah, perencanaan RKAS, dan perencanaan
kebijakan atau peraturan sekolah.
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Kepala sekolah menjelaskan visi, misi, dan tujuan sekolah yang
direncanakan telah mencakup upaya pengelolaan dan perlindungan lingkungan
hidup dan sudah ada sejak tahun 2011 sebagai bentuk dukungan terhadap
PAIKEM dan kemudian semakin dikembangkan wawasan lingkungannya melalui
Program Adiwiyata. Pernyataan kepala sekolah mengenai perkembangan visi,
misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 adalah sebagai berikut.
“Sudah lama sekali mbak. Sebelum Adiwiyata. Saya pindah ke sini tahun
2011 terus melihat visi-misi kok rasanya perlu diperbaharui. Waktu itu pas
PAIKEM itu mbak. PAIKEM kan lingkungannya harus mendukung ya, nah
dari situ mulai dikembangkan pendidikan lingkungannya kemudian setelah
itu baru ada tentang Sekolah Adiwiyata itu mbak dan pendidikan
lingkungannya semakin digerakkan.”(wawancara I A.2a, LM: 14 Maret
2017)
Pernyataan kepala sekolah tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan
guru sebagai berikut.
“Perlindungan dan pengelolaan hidup sudah meskipun belum secara tersurat
tapi secara tersirat ada pengelolaan lingkungan hidup. Di visi salah satunya
ada yang menunjukkan peduli terhadap lingkungan. Itu di papan visi, misi di
lobby depan bisa dilihat mbak. Disitu ada salah satunya tentang sekolah
berwawasan lingkungan hidup. Kalau untuk misinya untuk mewujudkan visi
peduli lingkungan contohnya rasater, ada taman juga, taman itu yang
77
mengelola siswa di bantu forum kelas. Memang anak yang menanam tapi
kan namanya anak-anak pada perawatannya kurang maksimal, nah itu nanti
di bantu oleh forum.”(wawancara I A.1b, NS: 14 Maret 2017)
“Karena saya baru disini ya, jadi sudah berarti berawal kalau nggak salah
tahun 2014 itu kan sekolah kita juara sekolah sehat dan setelah itu baru
sekolah kita merintis jadi Sekolah Adiwiyata.”(wawancara I A.2b, NS: 14
Maret 2017)
Berdasarkan pernyataan guru, Visi, misi dan tujuan SD Negeri Kotagede 3
sudah memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara
tersirat dalam salah satu visi yaitu peduli lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup antara lain
rasater dan taman yang dikelola oleh kelas dan forum kelas, dan kebun. Visi, misi,
dan tujuan tersebut sudah sejak lama dimulai pada tahun 2014 saat menjuarai
sekolah sehat dan mulai merintis Sekolah Adiwiyata.
Peneliti menanyakan tentang proses perencanaan visi, misi, dan tujuan SD
Negeri Kotagede 3. Kepala sekolah (wawancara I A.3a, LM: 14 Maret 2017)
menyatakan bahwa visi, misi, an tujuan sekolah dilakukan melalui rapat antara
kepala sekolah, guru, dan perwakilan komite dengan mengumpulkan ide-ide dari
berbagai pihak kemudian mendiskusikan yang paling baik dan tepat untuk
dipergunakan sebagai visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3. Hal ini
didukung oleh pernyataan guru mengenai visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede yang berkaitan dengan upaya pengelolaan dan perlindungan lingkungan
ditentukan melalui rapat sekolah dengan mempertimbangkan pengarahan oleh
BLH Kota Yogyakarta bahwa “Tentunya sekolah yang menetapkan lewat rapat.
Untuk Sekolah Adiwiyata ada pengarahan dari BLH, karena sekolah ada
78
kerjasama dengan BLH Kota Yogyakarta.” (wawancara I A.3b, NS: 14 Maret
2017)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru dapat ditarik
kesimpulan bahwa visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 sudah mencakup
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sejak sebelum dinobatkan
sebagai salah satu Sekolah Adiwiyata. Penentuan visi, misi, dan tujuan sekolah
dilakukan melalui rapat sekolah dengan mempertimbangkan ide, kritik dan arahan
dari berbagai pihak. Data tersebut diperkuat dengan adanya dokumentasi yang
membuktikan bahwa terdapat visi, misi, dan tujuan sekolah yang berkaitan dengan
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dokumen sertifikat juara
harapan II lomba little vet “fauna sahabat anak” tahun 2016 juga merupakan salah
satu bukti bahwa SD Negeri Kotagede 3 mengikuti berbagai kegiatan terkait
lingkungan sebagai misi dalam mewujudkan sekolah yang berwawasan dan peduli
lingkungan.
Gambar 4. Visi, Misi, dan Tujuan
sekolah yang terpasang di lobby
sekolah
Gambar 5. Sertifikat little vet, sebagai
salah satu misi sekolah mendidik siswa
menjadi manusia humanis peduli
lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara yang diperkuat dengan hasil dokumentasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
79
Kotagede 3 telah disesuaikan dengan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup bahkan sejak sebelum dinobatkan sebagai salah satu Sekolah
Adiwiyata tingkat Kota Yogyakarta dan tingkat Provinsi Yogyakarta. Sekolah
menentukan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai pertimbangan dan dari
berbagai pihak, salah satunya adalah BLH Kota Yogyakarta yang ikut
memberikan pengarahan dalam perencanaan kegiatan Sekolah Adiwiyata sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Perencanaan RKAS dilakukan melalui rapat sekolah dengan berbagai
pertimbangan sepeti dalam perencanaan visi, misi, dan tujuan sekolah. Kepala
sekolah menyatakan bahwa RKAS disusun melalui rapat dengan pertimbangan
ide-ide yang muncul dan disesuaikan dengan anggaran dana BOS dan BOSDA
yang ada.
“Dengan Rapat mbak. Kaya penentuan visi misi tadi. Dikumpulkan ide-
idenya nanti baru dikupas tuntas dan diputuskan bersama mana yang
sekiranya bisa digunakan. Kadang ada ide dari wali murid lewat forum kelas
disampaikan ke Wali Kelas dan nanti disampaikan di rapat besar mbak. Nah
dari ide-ide kegiatan yang ada itu dipilah disesuaikan dengan anggaran dana
BOS dan BOSDA yang ada.”(wawancara I B.1a, LM: 14 Maret 2017)
Sementara guru (wawancara I B.1b, NS: 14 Maret 2017) menyatakan hal
yang sama dengan kepala sekolah tentang penyusunan RKAS dilakukan oleh tim
penyusun melalui rapat dan sosialisasi kepada guru lain sebelum pengesahan
untuk mendapatkan kritik, saran dan masukan yang membangun. Ketika terdapat
kegiatan yang belum direncanakan sebelumnya tetapi harus dilaksanakan maka
80
perlu pertimbangan skala prioritas kebutuhan sekolah. Guru (wawancara I B.2b.1),
NS: 14 Maret 2017) juga menyatakan bahwa kondisi lingkungan dan sumber dana
merupakan pertimbangan dalam penyusunan RKAS. Selain itu pendekatan
lingkungan yang digunakan dalam penyusunan kegiatan dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di SD Negeri Kotagede 3 adalah
pemilahan dan pengelolaan sampah, yang kemudian diikuti dengan
mengedepankan hemat energi, cinta satwa dan keanekaragaman hayati
(Wawancara I B.2b.2), NS: 14 Maret 2017). Hal tersebut didukung dengan
pernyataan kepala sekolah sebagai berikut.
“Kondisi lingkungan sekitar, Dana dan yang pasti pastisipasi. Partisipasi
dari orang tua penting loh mbak. Kalau orang tuanya aja tidak peduli ya
susah mbak untuk mengadakan kegiatan.”(wawancara I B.2a.1), LM: 14
Maret 2017)
“Iya ada pendekatannya. Kalau disini sampah yang paling utama karena
melihat sampah yang dihasilkan itu banyak sekali setiap harinya jadi terpikir
bagaimana untuk menguranginya. Selain sampah, ada keanekaragaman
hayati dan juga energi.”( wawancara I B.2a.2), LM: 14 Maret 2017)
Kepala sekolah menjelaskan bahwa lingkungan, dana, dan partisipasi
merupakan pertimbangan dalam penyusunan RKAS. Pendekatan lingkungan yang
digunakan sebagai pertimbangan perencanaan RKAS adalah pengelolaan sampah
sebagai pendekatan utama dan pendekatan lain seperti keanekaragaman hayati dan
energi.
Kepala sekolah (wawancara I B.3a, LM: 14 Maret 2017) mengungkapkan
bahwa RKAS diperlukan untuk mengatur kegiatan dan anggaran yang dimiliki
oleh sekolah agar dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal tersebut didukung dengan
pernyataan guru (wawancara I B.3b, NS: 14 Maret 2017) yang mengungkapkan
81
bahwa RKAS dibutuhkan untuk menata kegiatan dan anggaran SD Negeri
Kotagede 3. Dengan begitu, RKAS diperlukan untuk mengatur kegiatan dan
anggaran yang dimiliki sekolah sehingga memiliki manfaat yang semaksimal
mungkin.
Berdasarkan hasil dokumentasi didapatkan bahwa SD Negeri Kotagede 3
memiliki RKAS yang terdiri atas RKAS jangka panjang dan RKAS jangka
pendek. RKAS jangka panjang disusun mulai tahun 2011 hingga tahun 2018.
Sementara RKAS jangka pendek disusun untuk kegiatan dan anggaran periode
2016-2017. Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa anggaran dana dalam RKAS
di SD Negeri Kotagede 3 sebesar Rp. 565.610.000,00 yang berasal dari dana BOS
Rp. 277.600.000,00; dana BOSDA sebesar Rp. 260.250.000,00; dan dana BOS
provinsi sebesar Rp. 27.760.000,00. Sekitar Rp. 113.122.000 atau 20% dari total
anggaran dana telah digunakan untuk kegiatan terkait dengan lingkungan hidup di
SD Negeri Kotagede 3 dan akan ditingkatkan lagi penggunaan anggaran dana
sekolah dalam upaya PPLH dan PLH pada periode selanjutnya hingga 70%.
Gambar 6. Dokumen RKAS jangka
panjang 2011- 2018
Gambar 7. Dokumen RKAS jangka
pendek 2016-2017
Berdasarkan dari hasil wawancara dan dokumentasi dapat disimpulkan
bahwa RKAS disusun untuk mengatur kegiatan dan anggaran baik secara jangka
82
panjang maupun jangka pendek melalui rapat sekolah dengan pertimbangan
berbagai hal. Pertimbangan tersebut seperti lingkungan sekitar, sumber dana,
partisipasi warga sekolah dan orang tua, pendekatan lingkungan yang digunakan,
dan kritik, saran atau masukan yang membangun dari guru di luar tim penyusun
RKAS.
Peraturan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup di Sekolah
Peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sekolah ini
meliputi peraturan-peraturan atau tata tertib yang disusun sekolah dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Menurut kepala sekolah
penyusunan peraturan atau tata tertib sekolah dilakukan melalui rapat seperti pada
penyusunan visi, misi, dan tujuan sekolah serta penyusunan RKAS seperti berikut
ini.
“Sama seperti dengan RKAS melalui rapat. Kalau menyusun peraturan
sekolah disesuai dengan program dan kegiatan yang dilakukan di sekolah
misalnya untuk hemat energi ada peraturan mematikan lampu pada siang
hari.”(wawancara I C.1a, LM: 14 Maret 2017)
Kepala sekolah menjelaskan bahwa peraturan atau tata tertib yang ada di
lingkungan sekolah disesuaikan dengan RKAS yang telah disusun sebelumnya.
Sementara guru (wawancara I C.1b, NS: 14 Maret 2017) mengungkapkan bahwa
penyusunan kebijakan dan peraturan hampir sama dengan RKAS berdasarkan
pada kebutuhan sekolah. Dari data yang diungkapkan kepala sekolah dan guru
tersebut dapat disimpulkan bahwa peraturan atau tata tertib SD Negeri Kotagede 3
83
disusun melalui rapat dengan pertimbangan kegiatan, program dan kebutuhan
sekolah sesuai dengan RKAS yang telah disusun.
Hal tersebut diperkuat dengan adanya dokumen RKAS jangka panjang dan
jangka pendek yang memuat berbagai kegiatan sekolah memiliki aturan-aturan
pelaksanaan tersendiri. Misalnya program kantin bebas sampah yang dimulai
sejak tahun 2016 mengharuskan pedagang di kantin untuk tidak menggunakan
plastik sebagai bahan pembungkus makanan dan minuman melainkan
menggunakan kotak makan kecil, piring, mangkuk, dan gelas. Dengan begitu,
kebijakan atau peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup akan
disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah serta RKAS yang telah disusun.
b. Pelaksanaan
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Kepala sekolah (wawancara I D.1a, LM: 14 Maret 2017) memaparkan
bahwa penginternalisasian visi, misi, dan tujuan sekolah sudah dilakukan dengan
pembiasaan kegiatan sehari-hari menggunakan contoh dan teladan nyata dari guru
kepada siswa-siswa dan bukan hanya menggunakan nasehat. Selain itu terdapat
lagu dan pemasangan papan tentang visi, misi, dan tujuan sekolah di depan lobby.
Hal serupa juga diungkapkan oleh guru seperti berikut ini.
“Sosialisasi ketika upacara kemudian ketika apel. Kemudian sekolah juga
membuat visi misinya itu dibuat lagu yang dinyanyikan oleh anak kan
otomatis anak-anak hafal. Selain itu dengan memasang plang-plang visi-
misi di lobby, di kelas. Pelaksanaannya itu tidak terjadwal jadi include
dengan pembelajaran juga bisa.” (wawancara I D.1b, NS: 14 Maret 2017)
84
Menurut guru, visi, misi,dan tujuan sekolah disosialisasikan kepada siswa
ketika upacara maupun apel. Sekolah memiliki cara khusus agar anak-anak hafal
dengan visi dan misi SD Negeri Kotagede 3, yaitu dengan cara membuat lagu atau
yel-yel berisi visi dan misi sekolah. Pemasangan papan visi, misi, dan tujuan
sekolah juga terpasang diberbagai sudut sekolah seperti lobby sekolah dan kelas-
kelas. Pelaksanaan visi, misi, dan tujuan sekolah sendiri dapat dimasukkan ke
dalam kegiatan pembelajaran siswa. Sebagaian siswa SD Negeri Kotagede 3
mengetahui visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3, namun beberapa masih
belum hafal dan mengetahui visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3.
“Tahu, yang sekolah unggul peduli lingkungan itu.”(wawancara V A.1a,
NB: 17 Maret 2017)
“Enggak, eh... yang di nyanyian itu o mbak? Aku tapi lupa e mbak.”
(wawancara V A.1c, TG: 18 Maret 2017)
“Visinya tahu. SD N KG 3 terwujudnya sekolah unggul, berkarakter peduli
lingkungan, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kalau
misinya enggak.” (wawancara V A.1g, SY: 25 Maret 2017)
“Pernah di kasih tahu sama bu guru. Nggak hafal.”(wawancara V A.1j, FI: 1
April 2017)
Sebagian besar siswa SD Negeri Kotagede 3 sudah mengetahui adanya visi,
misi, dan tujuan yang terkait dengan lingkungan hidup. Siswa juga mengetahui
bahwa SD Negeri Kotagede 3 merupakan Sekolah Adiwiyata yang berwawasan
peduli terhadap lingkungan sekitar seperti berikut ini.
”Tahu. Sekolah yang peduli dengan lingkungan sekitar.” (wawancara V
A.2b, AN: 17 Maret 2017)
“Tahu. Sekolah yang memperhatikan lingkungan.” (wawancara V A.2d, SL:
18 Maret 2017)
Kls: “Tahu. sekolah yang peduli lingkungan.” (wawancara V A.2l, KL: 1
April 2017)
85
Berdasarkan data dari wawancara dapat disimpulkan bahwa visi, misi, dan
tujuan sekolah telah diinternalisasikan kepada siswa melalui berbagai cara seperti
sosialisasi, teladan, lagu, pemasangan papan visi, misi, dan tujuan diberbagai
sudut sekolah, dan memasukkannya dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa
siswa yang belum memahami visi, misi, dan tujuan sekolah meskipun siswa telah
mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 merupakan Sekolah Adiwiyata yang
berwawasan dan peduli terhadap lingkungan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa visi, misi, dan tujuan disosialisasikan
menggunakan media sosialisasi berupa papan visi, misi, dan tujuan sekolah di
berbagai tempat seperti lobby sekolah, ruang kepala sekolah, ruang guru ruang
perpustakaan, dan setiap ruang kelas. Visi dan misi sekolah juga dikenalkan
melalui sebuah lagu atau yel-yel. Hal tersebut didukung dokumentasi lirik yel-yel
visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 dan dokumentasi pemasangan papan
visi, misi, dan tujuan sekolah di sudut sekolah seperti di lobby (Gambar 4).
Pelaksanaan visi, misi, dan tujuan sekolah di SD Negeri Kotagede 3 sudah
dilakukan dengan baik dan dengan cara yang menarik perhatian dan minat siswa.
Gambar 8. Salah satu yel-yel terkait visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3
86
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
RKAS dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Kepala sekolah memaparkan bahwa RKAS dilakukan secara
berkelanjutan dengan melibatkan seluruh warga sekolah baik guru dan karyawan
maupun siswa-siswi SD Negeri Kotagede 3 sebagai berikut ini.
“Kegiatan yang disusun dalam RKAS tentu saja dilaksanakan kalau yang
kaitannya dengan lingkungan itu ada perawatan taman sekolah, perawatan
kebun, Rasater atau Radius Satu Meter, jadi kalau ada sampah yang
jaraknya satu meter dari siswa diambil dan dimasukkan dalam sampah
sesuai dengan jenisnya dan masih banyak lagi kegiatan lainnya mbak.
Dalam pelaksanaannya itu harusnya guru dan karyawan juga memiliki peran
selain memberi pengarahan guru itu juga memberikan contoh kepada anak-
anak. Dan itu nggak bisa hanya dilakukan sekali tapi harus
berkelanjutan.”(wawancara I E.1a, LM: 14 Maret 2017)
“Pastinya ya ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang sudah disusun
tadi. Guru bertugas untuk mengarahkan dan membimbing siswa. Begitu
juga orang tua harus memiliki partisipasi. Seperti kemarin pas Hari
Menanam Nasional itu kita mengadakan kegiatan penanaman pohon yang
melibakan orang tua. Kalau contoh partisipasi warga sekolah itu seperti
Bank Sampah itu kan dikelola bersama nanti anak-anak ikut mengumpulkan
sampah-sampah yang kira-kira bisa di daur ulang seperti kertas-kertas tak
terpakai itu. Lalu ada juga kegiatan ecobrick, siswa mengumpulkan sampah-
sampah yang dimiliki di rumah dimasukkan ke dalam botol nanti setelah
penuh dibawa ke sekolah dan diserahkan ke wali kelas. Saya dan guru-guru
lain juga begitu mbak. Biar anak-anak itu melihat contohnya.” (wawancara I
E.2a, LM: 14 Maret 2017)
Berdasarkan wawancara kepala sekolah tersebut, kegiatan sekolah terkait
upaya perlindungan dan pengelolaan sampah yang ada dalam RKAS antara lain
perawatan taman sekolah, perawatan kebun, Rasater (Radius Satu Meter) yaitu
siswa wajib untuk mengambil sampah yang ada dalam jarak satu meter di
sekelilingnya kemudian membuangnya ke tempat sampah sesuai jenisnya,
kegiatan penanaman pohon, dan ecobrick. Seluruh warga sekolah memiliki peran
dan wajibt berpartisipasi dalam kegiatan yang telah direncanakan dalam RKAS.
87
Hal serupa juga diungkapkan oleh guru (wawancara I E.1b, NS: 14 Maret
2017) yang mengungkapkan bahwa RKAS digunakan sebagai acuan atau
pedoman pelaksanaan kegiatan yang melibatkan seluruh warga sekolah. Guru
memberikan contoh kegiatan yang dilakukan antara lain adalah Rasater (Radius
Satu Meter), Semutlis (Sepuluh Menit Untuk Lingkungan Sekolah), dan Jumat
Bersih. Guru juga mengungkapkan bahwa semua warga sekolah memiliki peran
aktif dalam pelaksanaan RKAS sebagai salah satu bentuk pendidikan karakter
peduli lingkungan (wawancara I E.2b, NS: 14 Maret 2017).
Dalam observasi, peneliti menemukan bahwa RKAS dilaksanakan secara
transparan karena dalam pengamatan ditemukan papan yang menunjukkan
pengalokasian dana BOS dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Hal tersebut diperkuat
dengan adanya dokumentasi papan alokasi penggunaan dana BOS dan juga
kalender pendidikan SD Negeri Kotagede 3 yang terdapat di lobby sekolah.
Gambar 9. Papan alokasi penggunaan
dana BOS di lobby sekolah
Gambar 10. Kalender Pendidikan SD
Negeri Kotagede 3 di lobby sekolah
Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah dan guru serta diperkuat
dengan hasil observasi dan dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa RKAS di SD
Negeri Kotagede 3 dilaksanakan dengan baik secara transparan dan melibatkan
partisipasi seluruh warga sekolah. Kegiatan yang dilaksanakan dalam RKAS
88
antara lain rasater, semutlis dengan piket kelas, jumat bersih dengan perawatan
tanaman di taman dan kebun, bank sampah, dan ecobrick
Peraturan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup di Sekolah
Pelaksanaan kebijakan atau peraturan di SD Negeri Kotagede 3 dilakukan
dengan berbagai cara seperti mengadakan penyuluhan kebijakan dan peraturan
kepada siswa dan orang tua/ wali, memasang papan tata tertib, dan memberi
contoh menaati tata tertib. Hal tersebut sesuai kepala sekolah yang menyatakan
bahwa sekolah memberikan penyuluhan baik pada siswa maupun orang tua dan
juga memasang papan tata-tertib sekolah (wawancara I F.1a, LM: 14 Maret 2017).
Pernyataan kepala sekolah didukung oleh pernyataan guru terkait pelaksanaan
kebijakan dan peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
melibatkan seluruh warga sekolah dan orang tua siswa dalam sosialisasi kebijakan
sekolah dan pelaksanaan kebijakan di SD Negeri Kotagede 3 sebagai berikut.
“Kebijakan dan peraturan disosialisasikan tidak hanya kepada siswa tetapi
juga orang tua. Agar siswa mengingat tata tertib sekolah memasang papan-
papan tata tertib dan juga guru memberi contoh serta mengingatkan siswa.”
(wawancara I F.1b, NS: 14 Maret 2017)
Guru menyebutkan bahwa pemasangan papan tata tertib dan memberikan
contoh secara nyata dapat membantu siswa mengingat tata tertib yang harus
ditaati selain melalui upaya sosialisasi. Hasil wawancara dengan siswa
menunjukkan bahwa siswa mengetahui dan terlibat secara aktif dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di sekitarnya. Peraturan yang
diketahui oleh siswa diantaranya adalah membuang sampah pada tempatnya,
menghemat air, menghemat listrik, merawat tanaman, melakukan jadwal piket,
89
menjaga kebersihan, kerja bakti pada hari Jumat setelah senam, membeli makan
di tempat yang sudah di sediakan, mengurangi sampah plastik, tidak merusak
fasilitas sekolah, radius satu meter (rasater), dan sepuluh menit untuk lingkungan
sekolah (semutlis). Sepuluh menit untuk lingkungan sekolah dilakukan oleh
masing-masing siswa sebelum masuk sekolah dengan merawat lingkungan
sekolah agar tetap bersih dan asri.
Hasil observasi menunjukkan bahwa peraturan atau tata tertib di SD Negeri
Kotagede dibuat tertulis dan di pasang di beberapa tempat seperti ruang kepala
sekolah, perpustakaan, ruang guru, setiap ruang kelas, taman sekolah, dekat
wastafel dan tempat wudhu mushola sekolah. Pelaksanaan peraturan masih
terkendala dengan adanya siswa yang belum menaati peraturan/ tata tertib sekolah.
Dengan begitu, guru masih harus mengingatkan dan menasehati siswa yang
melanggar peraturan. Data tersebut didukung dengan adanya dokumentasi
mengenai papan peraturan yang harus ditaati oleh setiap siswa SD Negeri
Kotagede 3. Poster-poster mengenai kegiatan berhemat dan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) ditempelkan di berbagai sudut sekolah dan kelas.
Gambar 11.Salah satu tata tertib yang terpasang di sudut kelas
90
c. Evaluasi
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Kepala sekolah mengungkapkan bahwa Pengamatan terhadap sikap warga
sekolah merupakan salah satu cara mengetahui tingkat internalisai visi, misi, dan
tujuan SD Negeri Kotagede 3 sebagai berikut ini.
“Diamati, mbak. Sejauh ini siswa tahu sudah tapi belum konsisten
pelaksanaannya. Masih harus selalu diingatkan apalagi untuk anak-anak SD.
Untuk mengetahui apakah sudah terinternalisasi tentunya dengan
mengadakan evaluasi bisa secara lisan maupun dilihat tindakannya.”
(wawancara I G.1a, LM: 14 Maret 2017)
Dalam wawancara tersebut kepala sekolah memberikan penilaian bahwa
internalisasi visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 masih perlu ditingkatkan,
mengingat masih terdapa warga sekolah yang mengetahui visi, misi, dan tujuan
sekolah tetapi belum dapat melakukan tindakan sesuai dengan visi, misi dan
tujuan sekolah. Hal tersebut didukung pernyataan guru yang menyatakan bahwa
siswa harus diamati sikap dan tindakan agar sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
sekolah yang telah ditetapkan (wawancara I G.1b, NS: 14 Maret 2017)
Siswa sendiri sudah mengetahui bahwa visi, misi, dan tujuan sekolah
diperlukan untuk mewujudkan sekolah yang diharapkan, meskipun beberapa
siswa masih kurang peduli terhadap keberadaan visi, misi, dan tujuan sekolah
serta fungsinya seperti pada hasil wawancara berikut ini.
“Penting. Biar menang lomba Adiwiyata.”(wawancara V C.1a, NB: 17
Maret 2017)
“Ya perlu. Buat apa ya? Nggak tahu.” (wawancara V C.1c, TG: 18 Maret
2017)
“Nggak, nggak tahu ding.” (wawancara V C.1e, AR: 18 Maret 2017)
91
“Perlu. Biar sekolahnya bagus terus bisa ikut Adiwiyata terus
menang.” .”(wawancara V C.1h, AG: 25 Maret 2017)
Evaluasi visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 yang dilakukan
melalui pengamatan kepala sekolah dan guru serta penilaian diri oleh siswa di
dukung dengan adanya dokumentasi analisis tujuan Program Adiwiyata dalam
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) tahun 2016 (Lampiran 15).
Gambar 12. Dokumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS)
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Menurut kepala sekolah (wawancara I H.1a, LM: 14 Maret 2017) RKAS
yang telah direncanakan oleh SD Negeri Kotagede 3 berjalan baik dan harus
diusahakan untuk terlaksana seluruhnya sesuai dengan perencanaan. Kegiatan
insidental berhasil dilaksanakan meskipun belum maksimal. Sedangkan menurut
guru (wawancara I H.1b, NS: 14 Maret 2017) Kegiatan dan anggaran SD Negeri
Kotagede 3 berjalan sesuai dengan RKAS dengan berbagai pertimbangan prioritas
untuk kegiatan insidental.
Hasil observasi menunjukkan bahwa evaluasi RKAS dilakukan secara
transaparan dengan bukti dokumentasi adanya papan pengumuman di depan ruang
kepala sekolah yang memaparkan laporan penggunaan dana BOS. Dengan begitu,
Evaluasi RKAS yang telah disusun SD Negeri Kotagede 3 dilakukan secara
92
transparan terhadap warga sekolah dan orang tua dan atau wali murid. Dalam
evaluasi RKAS terlihat bahwa RKAS berjalan cukup baik tetapi masih perlu
dimaksimalkan sesuai dengan skala prioritas sekolah.
Gambar 13. Papan Laporan Penggunaan Dana BOS oleh SD Negeri Kotagede 3
Peraturan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup di Sekolah
Evaluasi peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah oleh kepala sekolah (wawancara I I.1a, LM: 14 Maret 2017) diungkapkan
bahwa warga SD Negeri Kotagede 3 sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
kebijakan dan peraturan yang berlaku. Sementara itu, guru menambahkan bahwa
masih terdapat siswa yang belum menaati peraturan seperti dalam pernyataan “Ya
sudah cukup berhasil. Meskipun ya masih ada aja anak yang masih harus
diingatkan untuk mematuhi tata-tertib ( wawancara I I.1b, NS: 14 Maret 2017)”.
Evaluasi diri siswa menunjukkan bahwa siswa mengetahui alasan
dibentuknya peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah serta memahami bahwa menaati peraturan merupakan kewajibannya
sebagai seorang siswa agar tidak mendapatkan hukuman dan menciptakan
lingkungan sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Namun, masih
ada siswa yang memerlukan bimbingan untuk memahami bahwa peraturan
93
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah diperlukan untuk
mewujudkan sekolah yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuannya.
Hasil observasi menunjukkan bahwa evaluasi kebijakan sekolah dilakukan
oleh guru dan kepala sekolah melalui pengamatan sikap dan kemudian
mengadakan bimbingan, bahkan SD Negeri Kotagede 3 memiliki ruang
bimbingan tersendiri. Hasil dokumentasi menunjukkan dokumen evaluasi diri
sekolah (gambar 12) dan analisis tujuan Program Adiwiyata (lampiran 15).
d. Faktor pengaruh kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
Faktor pendukung kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
Kepala sekolah mengungkapkan bahwa terdapat banyak faktor pendukung
dalam komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan yang meliputi visi,
misi, tujuan sekolah; RKAS; dan kebijakan atau tata tertib sekolah sebagai berikut
ini.
“Banyak. Kalau untuk perencanaan dan pelaksanaan saya kira hampir sama
mbak kaya dana, tenaga, lahan, dan kegiatannya. Kalau tenaganya serempak
dan bisa kontinu waktu kegiatan yang ada, ya kegiatannya bisa optimal.
Optimal dengan memanfaatkan masa yang ada. Kalau evaluasi
pendukungnya ya kesediaan dan keterbukaan dari pihak-pihak yang di
evaluasi itu yang memudahkan evaluasi kegiatannya apalagi kalau evaluasi
lisan itu kan keaktifan dan partisipasi anak membantu sekali.”(wawancara I
J.1a, LM: 14 Maret 2017)
Berdasarkan pernyataan tersebut, bentuk dukungan perencanaan dan
pelaksanaan kebijakan sekolah berwawasan lingkungan adalah ketersediaan dana,
tenaga, lahan dan jenis kegiatan. Sedangkan untuk evaluasi keaktifan, partisipasi,
dan keterbukaan subyek evaluasi menjadi bentuk dukungan pelaksanaan evaluasi
kebijakan sekolah berwawasan lingkungan. Faktor pendukung lain juga
94
diungkapkan bahwa “Untuk yang mendukung seperti Dana BOS dan BOSDA,
Power dari kepala sekolah, guru dan siswa yang terlibat aktif, lingkungan yang
menjamin, dan juga komite sekolah” (wawancara I J.1b, NS: 14 Maret 2017).
Pernyataan tersebut diperkuat dokumentasi yang menunjukkan bahwa warga
sekolah mengikuti kebijakan sekolah berwawasan lingkungan yang direncanakan.
Gambar 14. Partisipasi warga sekolah dalam melaksanakan kebijakan
berwawasan lingkungan SD Negeri Kotagede 3
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pelaksanaan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan sekolah berwawasan
lingkungan meliputi:
1) ketersediaan dana,
2) partisipasi warga sekolah dan komite,
3) lingkungan yang mendukung, dan
4) kegiatan yang selaras.
Faktor penghambat kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
Kepala sekolah mengungkapkan faktor penghambat dalam komponen
kebijakan sekolah berwawasan lingkungan (wawancara I K.1a, LM: 14 Maret
2017) antara lain seperti masih ada guru yang hanya memberikan anak perintah
dan tidak memberikan contoh yang benar. Selain itu pihak luar sekolah yang
95
kadang kurang mendukung pelaksanaan aturan dan kegiatan yang telah dibuat
oleh SD Negeri Kotagede 3. Sementara guru mengungkapkan faktor penghambat
seperti berikut ini.
“Kalau untuk perencanaan dan pelaksanaan ya paling beban tugas guru yang
tidak sebanding dengan jam kerjanya mbak. Kebanyakan bebannya, jadi
yang kurang maksimal. Terus adanya orang tua yang kurang peduli,
maksudnya di sekolah anak sudah diberi tahu ini itu untuk menjaga
lingkungan, buang sampah sesuai dengan tempatnya dan jenisnya tapi
ketika dirumah balik lagi orang tua tidak mengingatkan atau saat kegiatan
yang melibatkan orang tua tapi orang tuanya kurang peduli dan kurang aktif.
Kalau evaluasinya itu masih terkendala dengan penyusunan laporan mbak.
Laporan sih sudah tapi mungkin analisisnya kurang mendalam. Sebabnya ya
tadi itu jam kerja dan beban tugasnya tidak sebanding. Ya bisa dikatakan
kurang personil.” (wawancara I K.1b, NS: 14 Maret 2017)
Berdasarkan pada penyataan guru, faktor penghambat dalam kebijakan
sekolah berwwasan lingkungan adalah beban tugas tugu yang terlalu berat,
kurangnya kepedulian orang tua, serta kurang mendalamnya analisis laporan
evaluasi karena beban tugas guru dan kekurangan personel. Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa faktor penghambat kebijakan sekolah berwawasan sekolah
antara lain:
1) kurangnya kepedulian dari beberapa pihak-pihak terkait,
2) tidak sebandingnya beban tugas dengan jam kerja guru,
3) kurang mendalamnya analisis laporan evaluasi, dan
4) kurangnya personil.
Hal tersebut didukung dengan dokumentasi foto kegiatan yang
menunjukkan masih kurangnya kepedulian beberapa pihak terhadap kebijakan
yang dibuat sekolah. Berikut ini adalah dokumentasi dari kondisi luar sekolah
96
ketika pulang sekolah dimana banyak penjual yang masih tetap berjualan di luar
sekolah meskipun sudah dilarang oleh pihak SD Negeri Kotagede 3. Selain itu,
beberapa siswa masih tetap membeli makan dan minum dari penjual di luar
sekolah meskipun sudah dilarang. Hal tersebut dikarenakan beberapa siswa
tersebut beranggapan makanan dan minuman dari penjual di luar sekolah sama-
sama sehat dan enak dengan makanan dan minuman yang dijual di kantin sekolah.
Gambar 15. Beberapa siswa membeli makan dan minum di luar sekolah ketika
pulang sekolah.
2. Kurikulum Sekolah Berbasis Lingkungan
a. Perencanaan
Kurikulum yang digunakan oleh SD Negeri Kotagede 3 adalah kurikulum
2013 dan KTSP. Kurikulum 2013 untuk kelas 1 dan 4, sedangkan KTSP
digunakan pada kelas 2, 3, 5, dan 6. Kepala sekolah memaparkan bahwa dalam
perencanaan kurikulum sekolah berbasis lingkungan berdasarkan pada silabus dari
pusat (wawancara II A.1a, LM: 14 Maret 2014). Guru dapat mengembangkan dan
menyusun Indikator dan kegiatan pembelajaran dalam RPP terintegrasi dengan
pendidikan lingkungan hidup. Dengan begitu Kompetensi Inti (KI) dalam
kurikulum 2013 atau Standar Kompetensi dalam KTSP dan Kompetensi Dasar
(KD) yang digunakan guru dalam pembelajaran sudah berdasar pada acuan
97
silabus dari pusat dan guru hanya mengembangkan indikator serta kegiatan
pembelajaran. Guru mengungkapkan hal yang sama dengan kepala sekolah
sebagai berikut ini.
“Silabus sudah ada acuannya. Indikator dan RPP bisa dikembangkan. Untuk
yang terintegrasi dengan pendidikan lingkungan, sebelum memilih mana
yang bisa diintegrasikan harus punya GBIM tentang Pendidikan
Lingkungan Hidup. Dari situ dapat dicupliki yang sesuai, tergantung mata
pelajaran dan materi yang diajarkan. Kalau di K13 malah lebih gampang
kan sudah ada tema-temanya biasanya di dalamnya sudah ada tentang PLH-
nya.”(wawancara II A.1b, RN: 15 Maret 2017)
Berdasarkan pada pernyataan kepala sekolah dan guru tersebut dapat
disimpulkan bahwa perencanaan kurikulum berbasis lingkungan dilakukan
dengan menggunakan silabus yang sudah ada dari pusat sebagai acuan kompetensi
inti atau standar kompetensi serta kompetensi dasar pembelajaran. Guru dapat
mengembangkan indikator dan kegiatan-kegiatan dalam RPP terintegrasi dengan
pendidikan lingkungan hidup sesuai dengan mata pelajaran dan materi yang
sedang di pelajari.
Banyak kegiatan pembelajaran berbasis lingkungan yang pernah
direncanakan oleh guru SD Negeri Kotagede 3 kepala sekolah mengungkapkan
contoh kegiatan pembelajaran terintegrasi dengan lingkungan hidup yang pernah
direncanakan SD Negeri Kotagede 3. Kegiatan tersebut antara lain adalah
berkebun, memilah sampah, daur ulang, pengamatan lingkungan sekitar yang
diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran seperti IPA, Olahraga, dan SBK
tergantung pada materi yang dipelajari (wawancara II A.2a, LM: 14 Maret 2017).
Contoh lain juga diungkapkan oleh guru sebagai berikut.
98
“Banyak, contohnya Pengelolaan sampah, rasater, terus kegiatan kegiatan
memperingati hari-hari terkait lingkungan. Itu semua bisa dimasukkan
dalam pembelajaran di dalam kelas tapi ya cari yang sesuai dengan materi
yang dipelajari.”(wawancara II A.2b, RN: 15 Maret 2017)
Menurut kepala sekolah perbedaan penggunaan kurikulum 2013 dengan
KTSP tidak mempengaruhi pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan dalam
Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3. Kepala sekolah mengungkapkan
bahwa pembelajaran berbasis lingkungan tetap dapat berjalan meskipun
kurikulum berganti seperi berikut ini.
“Saya kira tidak masalah. Walaupun kurikulumnya berganti Program
Adiwiyata akan tetap bisa dilakukan. Tidak ada perbedaan mencolok
kecuali mungkin dalam K13 ada tema-tema yang memang sudah terintegrasi
dengan PLH jadi guru malah lebih mudah melakukan pembelajaran
terintegrasi dengan lingkungan hidup.” (wawancara II A.3a, LM: 14 Maret
2017).
Guru (wawancara II A.3b, RN: 15 Maret 2017) juga mengungkapkan hal
yang sama bahwa pembelajaran lingkungan hidup tetap berlangsung meskipun
terdapat pergantian kurikulum karena tetap dapat diintegrasikan kedalam kegiatan
pembelajaran. Data perencanaan kurikulum berbasis lingkungan SD Negeri
Kotagede 3 dari kepala sekolah dan guru diperkuat dengan adanya dokumentasi
terkait kurikulum berbasis lingkungan di SD Negeri Kotagede antara lain struktur
kurikulum sekolah (lampiran 17), RPP (lampiran 16), buku kurikulum sekolah
yang memuat silabus pembelajaran setiap kelas baik dengan kurikulum 2013
maupun KTSP, serta terdapat angket pengembangan indikator oleh guru.
99
Gambar 16. Buku Kurikulum SD Negeri Kotagede 3
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan dilakukan dengan berbagai
pendekatan dan metode pembelajaran. Kepala sekolah mengungkapkan tentang
pendekatan dan metode yang digunakan oleh guru-guru SD Negeri Kotagede 3
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis lingkungan bahwa
pembelajaran “Disesuaikan dengan materi dan juga kebutuhan saat itu”
(wawancara II B.1a, LM: 14 Maret 2017).
Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah tersebut, pendekatan dan
metode yang digunakan guru dalam pembelajaran disesuaikan dengan materi yang
dipelajari serta apa yang sedang dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut.
Sedangkan dari hasil wawancara pada guru didapatkan hasil bahwa pendekatan
dan metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran bervariasi
tergantung pada materi dan kebutuhan pembelajaran. Guru juga mengungkapkan
alasan menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang bervariasi
beserta contohnya sebagai berikut ini.
“Bervariasi mbak biar nggak bosen dan disesuaikan dengan materi
pembelajaran, keadaan kelas, dan kebutuhan siswa. Contohnya pas SBK itu
lebih ke kegiatan yang membuat sesuatu dengan memanfaatkan misalnya
100
kertas koran, plastik, botol jadi sebuah hiasan.” (wawancara II B.1b, RN: 15
Maret 2017).
Pembelajaran di luar kelas juga pernah dilakukan oleh guru SD Negeri
Kotagede 3. Kepala sekolah (wawancara II B.2a, LM: 14 Maret 2017
mengungkapkan bahwa pembelajaran di luar kelas yang pernah di lakukan oleh
guru misalnya ecobrick, praktek penjernihan air, dan pengamatan lingkungan
sekitar. Hal serupa juga diungkapkan oleh guru bahwa pembelajaran di luar kelas
pernah di lakukan oleh guru misalnya pengamatan pencemaran lingkungan sekitar
dan pemilahan sampah (wawancara I B.2.a.2).2), RN: 15 Maret 2017). Selain
pembelajaran di luar kelas, guru SD Negeri Kotagede 3 juga pernah mencoba
untuk mengangkat isu lingkungan dan mengembangkannya dalam pembelajaran
berbasis lingkungan seperti keterangan kepala sekolah dan guru berikut ini.
“Bisa saja. Misalnya guru mengadakan pembelajaran tentang pupuk organik
karena melihat banyak sampah organik yang ada di sekolah kemudian
dicoba untuk dijadikan bahan pembelajaran salah satunya dengan
menjadikannya pupuk organik melalui komposter.” (wawancara II B.3a,
LM: 14 Maret 2017)
“Ada mbak. Itu tadi yang sampah kan bisa dijadikan sumber untuk
dikembangkan dalam pembelajaran.” (wawancara II B.3b, RN: 15 Maret
2017))
Dengan banyaknya kegiatan pembelajaran yang bervariatif tentu saja
terdapat hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri
Kotagede 3 tidak dibiarkan begitu saja melainkan diseleksi yang terbaik untuk
dipamerkan. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh kepala sekolah
berikut ini.
“Media sosialisasi di SD sini ada web, mading juga. Kalau produk-produk
biasanya diambil ang paling bagus terus dipajang, di etalase depan itu. Atau
misalnya taplak meja hasil membatik bisa digunakan untuk taplak meja
101
setiap kelas. Pokoknya disesuaikan saja.”(wawancara II B.4a, LM: 14 Maret
2017)
Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah didapatkan bahwa media
sosialisasi hasil pembelajaran disesuaikan dengan produk yang dihasilkan antara
lain web, mading, dan pameran. Guru juga mengungkapan hal yang sama dengan
kepala sekolah bahwa media sosialisasi produk hasil belajar siswa SD Negeri
Kotagede 3 bervariasi, untuk koleksi perpustakaan, mading, hingga dipajang
untuk dijadkan hiasan atau sekedar dipamerkn kepada siswa lain dan pengunjung
SD Negeri Kotagede 3 (wawancara II B.4b, RN: 15 Maret 2017).
Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa pernah
mempelajari materi pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar,
menggunakan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran untuk mengamati
pencemaran di lingkungan sekitar seperti memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai obyek pengamatan, memanfaatkan sampah untuk bahan dasar kerajinan,
dan menggunakan bahan-bahan pewarna alami dari sekitar dalam pelajaran
membatik. Siswa juga pernah melakukan pembelajaran secara langsung di
lingkungan sekitarnya seperti di halaman sekolah, taman dan kebun sekolah, serta
area luar sekolah seperti sungai kecil di sebelah barat sekolah dan area
persawahan di depan sekolah. Menurut siswa pembelajaran berbasis lingkungan
yang dilakukan di luar kelas menyenangkan dan tidak membosankan seperti
berikut ini.
“Seneng, ora mboseni”(wawancara VI A.4c, TG: 18 Maret 2017)
“Di luar lebih seru” (wawancara VI A.4f, FL: 18 Maret 2017)
102
“Seneng banget” (wawancara VI A.4i, SN: 25 Maret 2017)
Data yang diperoleh dari wawancara dengan dengan kepala sekolah, guru
dan siswa diperkuat dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa SD Negeri
Kotagede 3 sudah melaksanakan pembelajaran terintegrasi dengan lingkungan
sekitar. Terbukti dengan adanya berbagai metode dan kegiatan dalam
pembelajaran yang telah melibatkan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber
belajar. Kegiatan dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru-guru sudah
bervariasi dan tidak monoton. Pembelajaran juga sudah melibatkan keaktifan
siswa. Kemudian, produk hasil Pembelajaran yang berupa produk dipamerkan di
etalase depan ruang guru atau digunakan sebagai hiasan, terdapat juga papan
majalah dinding untuk menempelkan hasil karya siswa, bahkan terdapat koleksi
kliping mengenai lingkungan hidup yang dibuat oleh siswa.
Hasil dokumentasi menunjukkan bukti web sekolah (lampiran 20), foto
kegiatan pembelajaran, daftar media sosialisasi hasil inovasi pembelajaran, dan
juga foto majalah dinding yang memuat hasil karya siswa dalam pembelajaran.
Gambar 17. Pembelajaran membatik
menggunakan zat
pewarna alami
Gambar 18. Majalah dinding tempat
memajang hasil karya
siswa dalam pembelajaran
103
c. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dengan kurikulum berbasis lingkungan dilakukan
mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran
dilakukan oleh guru tergantung pada kebutuhan saat itu. Kepala sekolah dan guru
sama-sama mengungkapkan bahwa evaluasi dalam pembelajaran sangat
diperlukan seperti pada pernyataan berikut ini.
“Perlu sekali untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran tapi itu
tergantung pada apa yang dibutuhkan pada waktu itu. Misalnya untuk
evaluasi setiap bab menggunakan ulangan harian.”(wawancara II C.1a, LM:
14 Maret 2017)
“Sangat diperlukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Biasanya include
dengan mapel bisa tertulis bisa lisan. Tergantung apa yang
dibutuhkan.”( wawancara II C.1b, RN: 15 Maret 2017)
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa sebuah evaluasi memang sangat
diperlukan. Oleh karena ibu, SD Negeri Kotagede melakukan evaluasi terhadap
pembelajaran bebasis lingkungan yang telah dilakukan. Menurut wawancara
dengan kepala sekolah evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran dengan cara lisan ataupun tulisan baik pre-test maupun post-test
(wawancara II C.4a, LM: 14 Maret 2017). Guru juga mengungkapkan bahwa
evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing guru
dan pembelajarannya sebagai berikut ini.
“Setiap guru melakukan evaluasi sesuai kebutuhannya. Misalnya
pembelajaran SBK dilihat dari hasta karyanya atau misalnya ecobrick
dilakukan dengan melihat produk siswa di hari sampah.”( wawancara II
C.4b, RN: 15 Maret 2017)
104
Dengan adanya evaluasi maka terdapat kriteria penilaian dalam evaluasi.
Kepala sekolah (wawancara II C.2a, LM: 14 Maret 2017) menyatakan bahwa
sistem penilaian dalam pembelajaran lingkungan terintegrasi dengan mata
pelajaran dilakukan dengan teknik dan instrumennya berdasarkan kebutuhan
penilaian menurut guru. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran
ditentukan bersama dalam rapat sekolah. Guru mengungkapkan hal yang
mendukung pernyataan kepala sekolah berikut ini.
“Penilaiannya kadang lisan kadang tertulis. “(wawancara II C.2b.1), RN: 15
Maret 2017)
“ KKM tergantung pada mapelnya mbak dan itu ditentukan secara bersama-
sama lewat rapat.” “(wawancara II C.2b.2), RN: 15 Maret 2017)
Siswa juga mengungkapkan bahwa guru sering mengadakan evaluasi.
Evaluasi tersebut dilakukan tergantung pada kebutuhan kelas. Evaluasi dapat
dilakukan baik dengan tes tertulis maupun tes lisan. Bentuk tes tersebut seperti
quiz, ulangan harian, Tes Pengendali Mutu (TPM), Ujian Tengah Semester (UTS),
dan Ujian Akhir Semester (UAS). Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah,
guru, dan siswa dapat disimpulkan bahwa evaluasi kurikulum berbasis lingkungan
di SD Negeri Kotagede 3 telah dilakukan dengan baik, baik secara lisan maupun
tertulis dengan KKM yang telah ditentukan.
Kepala sekolah mengungkapkan alasan pembelajaran dilaksanakan dengan
berbasis lingkungan yaitu untuk mengembangkan rasa peduli siswa terhadap
lingkungannya serta mengetahui bagaimana cara mengelola dan mengatasi
masalah lingkungannya (wawancara II C.3a, LM: 14 Maret 2017). Kepala sekolah
juga menyebutkan bahwa pembelajaran dengan kurikulum berbasis lingkungan
105
sudah menunjukkan keberhasilan namun penanaman karakter pada warga sekolah
masih harus terus ditingkatkan (wawancara II C.5a, LM: 14 Maret 2017). Hal
yang sama juga diungkapkan oleh guru seperti berikut ini.
“Setiap yang kita lakukan dalam pembelajaran tidak lepas dari anak. Jadi
lingkungan sekitar siswa juga terlibat dalam proses pembelajaran agar siswa
lebih mudah memahami materi yang diajarkan karena dekat dengan
kehidupannya.”(wawancara II C.3b, RN: 15 Maret 2017)
“Menurut saya sudah lumayan berhasil dalam pembelajaran. tapi ya
namanya penanaman karakter itu kan lama ya mbak dan nggak bisa Cuma
sekali jadi harus terus berlanjut dan ditingkat dari hari ke hari.”(wawancara
II C.5b, RN: 15 Maret 2017)
Siswa NB (wawancara VI B.1a, NB: 17 Maret 2017) menyatakan guru sering
melakukan evaluasi pembelajaran ketika materi selesai, tengah semester, dan
akhir semester. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari beberapa siswa berikut
ini.
“Kalau materinya sudah selesai.” (wawancara VI B.1c, TG: 18 Maret 2017)
“Iya ada tes, kadang lisan tapi ada tertulis juga. Kaya TPM.” (wawancara VI
B.1g, SY: 25 Maret 2017)
“Ya, ada ulangan kalau materinya sudah selesai” (wawancara VI B.1i, SN:
25 Maret 2017)
Dengan bergitu, evaluasi pembelajaran dilakukan guru sesuai dengan
kebutuhan. Evaluasi dapat dilakukan baik dengan tes tertulis maupun tes lisan.
Tes yang pernah dilakukan oleh guru SD Ngeri Kotagede 3 terhadap siswa antara
lain adalah quiz, ulangan harian, TPM, UTS, dan UAS. Selain itu, siswa juga
dapat mengungkapkan alasan dan manfaat dari pembelajaran menggunakan
kurikulum berbasis lingkungan sebagai berikut ini.
“Biar bisa mengamati secara langsung kan jadi menyenangkan dan mudah
dimengerti.”( wawancara VI B.2b, AN: 17 Maret 2017)
“Jadi lebih tahu tentang keadaan lingkungan.” (wawancara VI B.3b, AN: 17
Maret 2017)
106
“Agar tidak bosan di dalam kelas” (wawancara VI B.2d, SL: 18 Maret
2017)
“Nggak ngebosenin” (wawancara VI B.3d, SL: 18 Maret 2017)
“Agar pelajarannya menyenangkan dan kita jadi lebih kenal sama
lingkungan” (wawancara VI B.3i, SN: 25 Maret 2017)
Berdasarkan pernyataan siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran perlu
melibatkan lingkungan sekitar diantaranya adalah untuk lebih mengenal
lingkungan sehingga lebih memudahkan siswa dalam memahami materi, serta
dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif, kreatif, variatif, dan
menyenangkan. Berdasarkan hasil observasi ditemukan data bahwa kepala
sekolah dan guru lain terlibat dalam penilaian produk hasil pembelajaran siswa
yang akan dipamerkan karena pada pembelajaran membatik dengan teknik jumput
dan menggunakan bahan pewarna alami yang menghasilkan produk berupa taplak
meja, guru lain dan kepala sekolah terlibat dalam pemilihan produk yang paling
baik. Dokumentasi yang mendukung kegiatan evaluasi kurikulum berbasis
lingkungan adalah dokumen evaluasi diri sekolah (gambar 12) dan analisis tujuan
Program Adiwiyata (lampiran 15) serta adanya bukti angket kemampuan guru
dalam mengembangkan indikator dan instrumen pembelajaran lingkungan hidup
di SD Negeri Kotagede 3.
Gambar 19. Angket kemampuan guru mengembangkan
indikator dan instrumen pembelajaran LH
107
d. Faktor pengaruh kurikulum berbasis lingkungan
Faktor pendukung kurikulum berbasis lingkungan
Faktor pendukung kurikulum berbasis lingkungan menurut kepala sekolah
adalah kemampuan guru, lingkungan yang mendukung, dan keaktifan siswa
(wawancara II D.1a, LM: 14 Maret 2017). Guru juga mengungkapkan tentang
faktor pendukung kurikulum berbasis lingkungan yang meliputi lingkungan,
kemampuan guru, dukungan pihak terkait dan semangat anak (wawancara II D.1b,
RN: 15 Maret 2017).
Sementara itu, siswa menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis lingkungan
menyenangkan karena beberapa faktor, antara lain (1) kegiatan yang bervariatif,
(2) keterlibatan (partisipasi siswa), dan (3) lingkungan sekitar sekolah yang
mendukung. Hasil observasi menunjukkan bahwa kesadaran siswa untuk
berpartisipasi aktif dan keadaan lingkungan sekitar merupakan faktor pendukung
kurikulum berbasis lingkungan di SD Negeri Kotagede 3. Hal tersebut juga
didukung dengan adanya dokumentasi kegiatan pembelajaran yang melibatkan
keaktifan siswa.
Gambar 20. Siswa aktif melaksanakan pengamatan lingkungan
sekitarnya untuk menemukan panjang, lebar dan luas
benda-benda di sekelilingnya.
108
Faktor penghambat kurikulum berbasis lingkungan
Kurikulum berbasis lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 memiliki
beberapa faktor penghambat, berikut ini adalah faktor penghambat menurut
kepala sekolah.
“Kendalanya dari siswanya itu lebih pada konsentrasi atau fokus anak dan
motivasinya yang kurang. Kalau untuk guru terkendala dalam menyiapkan
medianya cukup atau enggak.”(wawancara II E.1a, LM: 14 Maret 2017)
Berdasarkan pernyataan tersebut, kepala sekolah menyatakan bahwa faktor
penghambat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbasis
lingkungan adalah konsentrasi (fokus) siswa, motivasi siswa yang kurang, dan
kemampuan guru untuk menyediakan media. Guru (wawancara II E.1b, RN: 15
Maret 2017) juga mengungkapkan hal yang tidak jauh beda dengan apa yang telah
diungkapkan oleh kepala sekolah, yaitu bahwa fakor penghambat perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbasis lingkungan adalah kemampuan
guru dalam penyusunan RPP terintegrasi lingkungan, kepedulian warga sekolah
kurang, dan kurangnya dukungan orang tua.
Siswa mengungkapkan bahwa kesulitan pembelajaran berbasis lingkungan
terletak pada pengkondisian kelas yang terkadang ramai jika di luar kelas dan
keadaan lingkungan yang kurang mendukung kenyamanan belajar di lingkungan
secara langsung, misalnya cuaca yang sangat panas. Dari observasi terlihat bahwa
penghambat kurikulum berbasis lingkungan adalah kesadaran dan tanggungjawab
109
siswa yang kurang. Dokumentasi pembelajaran juga menunjukkan beberapa siswa
yang tidak mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tertib.
Gambar 21. Beberapa siswa kurang dapat mengikuti pembelajaran
menggunakan metode diskusi dengan tertib
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
a. Perencanaan
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di SD Negeri
Kotagede 3 meliputi kegiatan pemeliharaan, pengelolaan dan pemanfaatan
lingkungan hidup terutama yang berada di sekitar sekolah. Kepala sekolah
mengungkapkan bahwa sekolah memiliki strategi perencaan pemeliharaan gedung
dan lingkungan sekolah yang dilakukan oleh semua pihak baik siswa, guru,
maupun karyawan. Siswa diwajibkan untuk memiliki jadwal piket yang terdiri
atas piket kelas, piket taman, dan piket kebun. Kerja bakti membersihkan
lingkungan sekolah juga dilakukan secara bersama-sama seluruh warga sekolah
setiap hari jumat setelah senam (wawancara III A.1a, LM: 14 Maret 2017). Hal
tersebut juga diungkapkan oleh guru sebagai berikut.
“Ada jadwal piket. Ada semutlis atau sepuluh menit untuk lingkungan
sekolah, anak-anak menyisihkan sepuluh menit setiap harinya untuk
lingkungan sekolah. Jumat setelah senam juga dilakukan kerja bakti yang
110
diikuti semua siswa, biasanya yang kecil di taman, yang gedhe-gedhe di
kebun yang di lapangan olahraga itu. Ada juga bank sampah” (wawancara
III A.1b, AT: 25 Maret 2017)
Dengan begitu, pemeliharaan gedung dan fasilitas SD Negeri Kotagede 3
direncanakan untuk dilakukan oleh seluruh warga sekolah dengan cara
membentuk jadwal piket, mencanangkan kegiatan semutlis (sepuluh menit untuk
lingkungan sekolah), menggerakkan kerja bakti jumat pagi, dan juga bank sampah.
Untuk kegiatan piket harian, siswa juga mengungkapkan keterlibatannya dalam
penyusunan jadwal piket sebagai berikut ini.
“Ada kelompoknya urut absen.” (wawancara VII A.1e, AR: 18 Maret 2017)
“Kelompoknya urut absen tiap hari beda-beda. Kalau piket kebun sam piket
taman bareng sama kelas B. Soalnya kan kebun sama tamannya ada satu.”
(wawancara VII A.1h, AN: 25 Maret 2017)
“Giliran tiap anak.” (wawancara VII A.1k, AF: 1 April 2017)
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa jadwal piket dibuat oleh siswa
bersama guru. Semua siswa akan mendapatkan giliran untuk melaksanakan piket.
Setiap hari dilakukan oleh satu kelompok. Untuk anggota kelompok dapat
dilakukan secara acak maupun urut absen, tergantung dari guru. Khusus untuk
piket kebun dan taman jadwal piket dilakukan dengan menggabungkan kelas A
dan kelas B.
Pemanfaatan lahan dan fasilitas sekolah juga sudah direncanakan sekolah
dengan pembagian yang adil bagi setiap kelasnya. Kepala sekolah dan guru sama-
sama mengungkapkan tentang pembagian lahan untuk taman kelas di gedung
utama dan kebun kelas yang berada di area lapangan olahraga SD Negeri
Kotagede 3 sebagai berikut ini.
111
“Perkelas memiliki lahannya sendiri-sendiri. kalau untuk taman ada di
lingkungan sini dan kebunnya ada di lapangan olahraga sana. Untuk kebun
itu akan tetap sama tempatnya meskipun kelasnya naik. Jadi misal kelas 1
dapat bagian utara ya sampai kelas 6 nanti tetap disitu. Kalau kelas 6 udah
lulus, nah lahan bekan kelas 6 itu untuk kelas 1 yang baru masuk. Di
lapangan olahraga itu juga ada lukisan dinding yang buat juga siswa dari
kelas 4, 5, dan 6.” (wawancara III A.2a, LM: 14 Maret 2017)
“Ada pembagiannya. Di kotak-kotak yang akan dibagi ke setiap kelas dan
area itu pemiliknya tetap. Tidak akan berubah kecuali sudah lulus.”
(wawancara III A.2b, AT: 25 Maret 2017)
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa terdapat pembagian lahan taman
dan kebun untuk setiap kelas. Taman berada di kawasan gedung utama SD Negeri
Kotagede 3, sedangkan untuk kebun berada di wilayah lapangan olahraga. Kebun
tersebut akan menjadi milik kelas yang sama dari kelas 1 hingga kelas 6. Ketika
kelas 6 lulus, maka kebun tersebut akan menjadi milik kelas 1 yang baru. Dinding
lapangan olahraga yang sekaligus kebun SD Negeri Kotagede 3 dihaisi dengan
lukisan dinding yang dibuat oleh siswa dari kelas 4, 5, dan 6.
SD Negeri Kotagede 3 juga memiliki perencanaan mengenai kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi lainnya.
Kepala sekolah (wawancara III A.3a, LM: 14 Maret 2017) menyebutkan kegiatan
ekstrakurikuler pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang secara
langsung terlibat dengan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
menuntut partisipasi aktif dari setiap siswa SD Negeri Kotagede 3. Hal serupa
juga diungkapkan oleh guru sebagai berikut ini.
“Ekstrakurikuler banyak, mbak. Tapi yang terkait pelestarian lingkungan
misalnya pramuka. Dalam pramuka itu siswa kan dikenalkan bagaimana
lingkungan sekitarnya” (wawancara III A.3b, AT: 25 Maret 2017)
112
Dengan begitu, kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan kegiatan
berbasis partisipatif SD Negeri Kotagede 3 yang memuat pendidikan lingkungan
hidup di dalam pelaksanaannya. Ekstrakurikuler lain hanya sekedar memberikan
penguatan atau motivasi untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan.
Kegiatan lain yang direncanakan oleh SD Negeri Kotagede 3 dalam
mengembangkan kreativitas dan inovasi siswa diungkapkan oleh kepala sekoalh
dan guru dalam pernyataan berikut ini.
“Ada ecobrick, rasater. Ecobrick berawal dari sebelum kantin sehat jadi di
kantin itu masih menggunakan plastik belum box makanan seperti sekarang.
Setiap harinya sampah plastik itu banyak sekali nah dari situ tercetus
bagaimana jika sampah itu digunakan untuk ecobrick. Kalau sekarang
karena sudah kantin sehat, anak-anak kalau di rumah ada sampah plastik, di
potong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam botol sampai penuh. Nanti
kalau sudah penuh di setorkan ke sekolah lewat wali kelasnya. Sekarang
sudah berjalan seperti itu mbak. Tapi belum jadi apa-apa karena masih
menunggu penuh. Nggak cuma siswa sebenarnya, guru juga melakukan itu.”
(wawancara III A.4a.1), LM: 14 Maret 2017)
“Membuat kerajinan dari barang-barang bekas juga pernah. Pigura dari
koran bekas, bunga dari plastik dan botol bekas. Itu yang dipajang di depan
kantor guru itu semuanya adalah hasil kreativitas dari anak-anak. Kegiatan-
kegiatan seperti ini penting mbak, bisa jadi sarana pengembangan imajinasi
dan kreativitasnya siswa. Kadang ada anak yang kreatif sekali dalam
memanfaatkan barang bekas jadi barang-barang yang bagus tapi ya ada
yang biasa saja.” (wawancara III A.4a.2), LM: 14 Maret 2017)
”Pemanfaatan sampah bekas menjadi kerajinan-kerajinan yang di pajang di
depan kantor guru itu. Semua itu di buat oleh siswa dari bahan-bahan yang
tidak terpakai misalnya koran bekas jadi pigura, pewarna alami untuk
membatik, plastik jadi tas atau bunga pernah juga daun nangka dibuat jadi
mahkota untuk keperluan lomba apa ya dulu itu, nari kalau tidak salah. Ada
ecobrick juga. Jadi di ecobrick siswa mengumpulkan sampah plastik kering
di potong kecil-kecil dimasukkan ke botol bekas sampai kalau diremas tidak
berbunyi, tidak ada ruang kosong lagi, nanti kalau udah penuh dibawa ke
sekolah untuk dibentuk menjadi kerajinan tertentu. Kegiatan kegiatan itu
bisa dilakukan di luar kelas maupun di dalam kelas tapi biasanya di dalam
kelas kalaupun luar kelas paling ya waktu pramuka,” (wawancara III A.4b,
AT: 25 Maret 2017)
113
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pengembangan kreativitas dan inovasi bagi warga sekolah contohnya adalah (a)
ecobrick (pengumpulan sampah plastik dalam botol untuk dibentuk menjadi
sebuah karya), (b) hasta karya menggunakan bahan-bahan dari barang tidak
terpakai atau daur ulang, dan (c) pemanfaatan bahan-bahan alami dalam
pembelajaran. Kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi diperlukan untuk
mengasah perkembangan kreativitas dari siswa dan dapat dilakukan baik di dalam
maupun luar kelas, seperti ekstrakurikuler pramuka. Berdasarkan hasil observasi
didapatkan hasil bahwa kepala sekolah dan guru mensosialisasikan kepada
seluruh siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan baik melalui lisan.
Sekolah memasang banner tentang karakter yang harus dimiliki siswa yang salah
satunya adalah peduli lingkungan sebagai pengingat siswa untuk meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Data dokumentasi juga menunjukkan adanya daftar kegiatan berbasis partisipatif
siswa, daftar kegiatan dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan
terdapat jadwal piket siswa
Gambar 22. Daftar Kegiatan Partisipatif
Siswa
Gambar 23. Kegiatan PHBS Siswa SD
Negeri Kotagede 3
114
Kemitraan
Kegiatan berbasis partisipatif lain yang direncanakan oleh SD Negeri
Kotagede 3 adalah mengenai kerja sama atau kemitraan sekolah dengan pihak lain.
Kepala sekolah (wawancara III B.2a, LM: 14 Maret 2017) menyatakan bahwa SD
Negeri Kotagede 3 memiliki kemitraan dengan beberapa pihak luar untuk
mendukung dan membantu penyelenggaraan berbagai kegiatan di SD Negeri
Kotagede 3. Masyarakat, Badan Lingkungan Hidup (BLH), LSM Lingkungan,
organisasi pengepul sampah, orang tua/ wali murid, dan berbagai pihak lain
seperti stasiun televisi, perguruan tinggi dan merek produk tertentu merupakan
mitra kerja SD Negeri Kotagede 3. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh guru sebagai berikut.
“Pelu, biar bisa membantu kegiatan-kegiatan yang ada disini.”(wawancara
III B.1b, AT: 25 Maret 2017)
“Untuk yang Adiwiyata.. BLH, komite sekolah, orang tua, masyarakat,
LSM Lestari apa itu pokoknya bergerak di bidang lingkungan hidup. Bank
sampah juga dengan pengepul.” (wawancara III B.2b, AT: 25 Maret 2017)
Guru tersebut mengungkapkan bahwa sebuah kemitraan diperlukan untuk
dapat membantu penyelenggaraan kegiatan di SD Negeri Kotagede 3. Mitra kerja
SD Negeri Kotagede 3 dalam Program Adiwiyata antara lain BLH, komite
sekolah, orang tua/ wali murid, masyarakat, lembaga lingkungan hidup seperti
LSM Lestari Indonesia dan pengepul sampah. Dengan begitu, kemitraan yang
dijalin oleh SD Negeri Kotagede 3 dimaksudkan untuk membantu
penyelenggaraan kegiatan sekolah terutama kegiatan pendukung Program
Adiwiyata. Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3 dalam upaya perlindungan dan
115
pengelolaan lingkungan hidup meliputi; BLH, LSM lingkungan, organisasi
pengepul sampah, orang tua/ wali, komite sekolah, dan instansi/ perguruan tinggi
tertentu.
Mitra kerja didapatkan dengan beberapa cara. Kepala sekolah (wawancara
III B.3a, LM: 14 Maret 2017) mengungkapkan bahwa mitra kerja SD Negeri
Kotagede 3 didapatkan melalui penawaran dari pihak luar yang kemudian di
seleksi oleh pihak SD Negeri Kotagede 3. Selain itu, SD Negeri Kotagede 3 juga
berinisiatif untuk mencari mitra kerja yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan
di SD Negeri Kotagede 3. Hal serupa diungkapkan oleh guru sebagai berikut ini.
“Ada yang menawarkan kadang juga kita yang cari. Situasional sih
mbak.”(wawancara III B.3b, AT: 25 Maret 2017)
Dengan begitu, dapat diambil kesimpulan bahwa mitra kerja SD Negeri
Kotagede 3 didapatkan melalui seleksi penawaran yang masuk ke SD negeri
Kotagede 3 dan permintaan kerja sama oleh sekolah kepada pihak yang
dibutuhkan. Hal ini didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa
kemitraan atau kerjasama SD Negeri Kotagede 3 didapatkan dari tawaran pihak
lain dan dipertimbangkan oleh sekolah. Contohnya dengan adanya pihak
mahasiswa INSTIPER Yogyakarta yang menawarkan kepada sekolah mengenai
sosialisasi cara pembuatan kompos organik menggunakan alat pencacah daun dan
komposter. Tawaran tersebut kemudian dipertimbangkan oleh pihak sekolah
setelah melalui diskusi dengan pihak terkait. Data dokumentasi juga menunjukkan
adanya surat perjanjian kerja sama sekolah dengan beberapa pihak.
116
Gambar 24. Salah satu surat perjanjian kerja sama SD Negeri Kotagede 3
b. Pelaksanaan
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang di SD
Negeri Kotagede 3 dilakukan dengan baik sesuai dan berbasis partisipatif. Warga
sekolah sudah sebagian besar ikut berpartisipasi secara sadar dan aktif dalam
berbagai kegiatan terkait pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup di SD
Negeri Kotagede 3. Meski demikian baik guru, karyawan maupun siswa harus
saling mengingatkan satu sama lain agar pembentukan karakter peduli dan
berbudaya lingkungan berlangsung secara berkelanjutan. Hal tersebut terlihat dari
pernyataan kepala sekolah sebagai berikut ini.
“Sudah sadar, aktif juga dalam kegiatan lingkungan yang dilakukan.
Pedulinya sudah kelihatan tapi ya masih tetep harus saling mengingatkan
kan Adiwiyata itu harus berjalan secara terus-menerus
berkelanjutan.“(wawancara III C.1a.1), LM: 14 Maret 2017)
“Ya itu tadi mbak harus saling mengingatkan baik guru, siswa, maupun
karyawan. Untuk sistem denda yang sering digunakan itu sebenarnya
kurang aktif ya untuk mengembangkan sikap mau, peduli, dan berbudaya
lingkungan” (wawancara III C.1a.2), LM: 14 Maret 2017)
Guru (wawancara III C.1b, AT: 25 Maret 2017) mengungkapkan bahwa
partisipasi warga SD Negeri Kotagede 3 sudah baik karena warga sekolah sudah
mau untuk ikut berperan aktif dalam berbagai kegiatan. Hal tersebut didukung
117
dengan hasil wawancara dengan siswa yang menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa memang sudah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan
lingkungan secara aktif.
“Piket kelas, piket kebun, piket taman. Aku belom ikut ekstra.” (wawancara
VII B.1d., SL: 18 Maret 2017)
“Rasater, semutlis, ecobrick. Tapi ecobrick bikinnya di rumah. jadi
bungkus-bungkus sampah plastik dipotong-potong masukin ke botol sampe
nggak bisa dipencet pencet. Nanti nek udah penuh dibawa ke sekolah.”
(wawancara VII B.1h, AN: 25 Maret 2017)
“Ikut rasater, bank sampah, piket, ecobrick, kalau ekskulnya ikut pramuka
yang ada lingkungannya.” (wawancara VII B.1i, SN: 25 Maret 2017)
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa siswa SD Negeri Kotagede
memang telibat dalam berbagai kegiatan sekolah terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di sekitarnya seperti bank sampah, piket kelas,
piket kebun, piket taman, rasater, ecobrick, semutlis, kerja bakti,
danekstrakurikuler pramuka. Siswa juga sudah dapat melaksanakan kegiatan
wajibnya seperti jadwal piket rutin sesuai jadwal masing-masing. Namun, masih
terdapat beberapa siswa yang memang masih perlu untuk diingatkan tentang
kewajibannya tersebut seperti siswa (wawancara VII B.2c, TG: 18 Maret 2017)
yang melakukan piket sesuai jadwal meski terkadang lupa. Terdapat siswa
(wawancara VII B.2d, SL: 18 Maret 2017) yang mengatakan bahwa dirinya
melakukan piket sesuai jadwal meski terkadang malas karena terdapat temannya
yang tidak melakukan piket sesuai dengan jadwal. Siswa tahu apa yang harus
dilakukan ketika mendapat giliran piket.
Siswa sendiri sudah mengetahui apa yang harus dilakukan olehnya ketika
mendapat giliran piket. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa ketika piket antara
118
lain menyapu, membersihkan papan tulis, mengatur letak meja, menyusun buku-
buku, menyirami tanaman, mencabuti rumput liar di kebun dan taman kelas.
Selain kegiatan piket rutin siswa, siswa juga terlibat secara aktif dalam kegiatan
untuk melatih kreativitas dan inovasi dari bahan bekas. Bahkan siswa merasa
senang mengikuti kegiatan yang dilakukan tersebut. Kegiatan tersebut antara lain
membuat bunga dari bahan bekas seperti plastik, botol atau sedotan, membatik
dengan pewarna alami, dan membuat hiasan cetak timbul.
Siswa aktif dalam berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
sekolah. Sementara untuk kegiatan aksi lingkungan yang dilakukan diluar sekolah
beberapa siswa pernah mengikuti dan sebagian lagi belum pernah bahkan tidak
mengikuti kegiatan aksi lingkungan yang diadakan di luar sekolah seperti berikut
ini.
“Kadang ikut kerja bakti di depan sekolah. Waktu itu juga pernah ikut kerja
bakti di taman situ itu lho mbak. Terus menanam pohon juga pernah.”
(wawancara VII B.5a, NB:17 Maret 2017)
“Apa to, mbak?” (wawancara VII B.5d, SL:18 Maret 2017)
“Aku enggak. Tapi nggak tahu kalo yang lain.” (wawancara VII B.5f, FL:
18 Maret 2017)
“Pernah. Kerja bakti di lingkungan sekitar seperti di depan sama samping
sekolah.” (wawancara VII B.5g, AG: 25 Maret 2017)
“Di sekolah ikut, tapi di luar Nggak ngerti.” (wawancara VII B.5l, KL:1
April 2017)
Hasil observasi di SD Negeri Kotagede 3 menunjukkan bahwa terdapat
banyak kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang melibatkan
partisipasi warga sekolah terutama siswa SD Negeri Kotagede 3. Diantaranya
adalah:
1) piket kelas, piket taman, dan piket kebun;
119
2) semutlis (sepuluh menit untuk lingkungan sekolah);
3) pemasangan poster-poster untuk menjaga lingkungan, membuang sampah
pada tempatnya dan menghemat energi
4) ekstrakurikuler pramuka,
5) adanya berbagai tanaman dan hewan yang dipelihara di lingkungan untuk
melatih kepedulian siswa terhadap makhluk hidup lain dengan terlibat
menjaga dan merawatnya seperti menyirami tanaman, mencabuti gulma,
memberi makan hewan dan membersihkan kandangnya,
6) rasater (radius satu meter),
7) terdapat juga program kegiatan inovatif dan kreativitas seperti menghias pot-
pot hidroponik, atau hiasan cetak timbul;
8) hidroponik;
9) bank sampah; dan
10) pembibitan tanaman.
Kegiatan yang telah direncanakan oleh sekolah melibatkan warga sekolah
terutama siswa secara aktif, meskipun pada kenyataannya masih terdapat beberapa
siswa yang kurang peduli dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut dan masih
harus diingatkan dan dibimbing oleh bapak dan ibu guru serta kepala sekolah. Hal
tersebut dengan dokumentasi pelaksanaan berbagai kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan yang melibatkan partisipasi warga SD Negeri Kotagede 3
dalam kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup seperti membersihkan kebun kelas..
120
Gambar 25. Siswa mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka
Gambar 26. Siswa membersihkan
kebun kelas
Kemitraan
Kemitraan sekolah dilaksanakan dengan cukup baik, baik dalam bentuk
berupa kerja sama penyelenggaraan kegiatan maupun dalam bentuk pengadaan
barang. Kepala sekolah (wawancara III D.1a, LM: 14 Maret 2017) menyatakan
bahwa bentuk kemitraan SD Negeri Kotagede 3 dengan berbagai pihak dapat
berupa kegiatan maupun barang. Misalnya kerja sama untuk mengadakan
pelatihan dengan lembaga atau institusi tertentu, kerja bakti bersama dengan
masyarakat sekitar, dan bisa juga dalam bentuk barang seperti BLH yang
memberikan bantuan barang berupa tempat sampah. Hal serupa juga diungkapkan
oleh guru seperti berikut ini.
“Pengarahan, pembinaan untuk peningkatan kemampuan sekolah dalam
Adiwiyata. Misalnya pembinaan pengelolaan sampah atau kantin sehat
dengan begitu kan sekolah jadi lebih tau. Ada guru khusus untuk pelatihan
recycle dan reuse limbah atau sampah unorganik. Ada juga workshop
seperti workshop cinta satwa yang diikuti oleh perwakilan
siswa.”(wawancara III D.1b, AT: 25 Maret 2017)
Kegiatan kemitraan memang berjalan dengan cukup baik. Namun begitu
bukan berarti siswa mengetahui kemitraan atau kerja sama yang dilakukan oleh
sekolah dengan pihak lain. Sebagian besar siswa tidak mengetahui tentang
121
kemitraan atau kerja sama yang dilakukan oleh sekolah dengan pihak lain
meskipun dirinya ikut berpatisipasi aktif dalam setiap kegiatan hasil kemitraan
tersebut. Beberapa siswa mengetahui bahwa kegiatan yang diikutinya adalah hasil
kerja sama sekolah dengan pihak lain. Namun, selebihnya sebagian besar siswa
hanya mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah tanpa mengetahui kegiatan
tersebut terselenggara atas kerja sama sekolah dengan pihak lain. Siswa hanya
menganggap bahwa kegiatan yang dilakukan menarik dan seru, serta dapat
menambah pengetahuan mereka tentang lingkungan hidup di sekitar sekolah dan
tempat tinggalnya.
Hasil observasi menunjukkan bahwa kemitraan sekolah dilakukan dengan
orang tua siswa dan pihak lain seperti lembaga pendidikan lain, puskesmas
setempat, dan jasa “Fotocopy Rahayu”. Kemitraan tersebut dapat diperoleh
setelah melalui diskusi dan dengan pertimbangan kebermanfaatan untuk sekolah.
Dokumentasi juga menunjukkan bukti adanya pelaksanaan kemitraan seekolah
dengan pihak lain sebagai berikut ini dan pada lampiran 19 mengenai kemitraan
SD Negeri Kotagede 3 dengan Yayasan Lestari Indonesia dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan serta dengan UD Aneka Jaya sebagai
pengepul sampah dalam kegiatan bank sampah. Dokumentasi juga menunjukkan
mengenai kerja sama antara SD Negeri Kotagede 3 dengan stasiun RCTI dalam
pembangunan infrastruktur sekolah setelah adanya gempa bumi pada tahun 2006
dan kegiatan penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos oleh INSTIPER
Yogyakarta pada bulan Maret 2017.
122
Gambar 27. Bukti Kemitraan SD
Negeri Kotagede 3 dengan Stasiun TV
RCTI
Gambar 28. Siswa mengikuti kegiatan
penyuluhan dan pelatihan pembuatan
kompos oleh INSTIPER Yogyakarta
c. Evaluasi
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Evaluasi Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di SD
Negeri Kotagede 3 menurut kepala sekolah (wawancara III E.1a, LM: 14 Maret
2017) sudah sesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
karena dikembangkan menggunakan pendekatan lingkungan hidup. Selain itu,
kepala sekolah juga mengungkapkan bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dapat dilihat dari
kepedulian dan kesadaran lingkungan dari warga sekolah yang sudah menjadi rasa
dalam diri masing-masing individu sehingga warga sekolah menjadi berbudaya
lingkungan (wawancara III E.2a, LM: 14 Maret 2017). Hal yang sama juga
diungkapkan oleh guru sebagai berikut ini.
“Ya tentu sesuai karena perencanaan kegiatan itu disesuai dengan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.” (wawancara III E.1b, AT:
25 Maret 2017)
“Ketika karakter siswa, guru, maupun karyawan sudah peduli pada
lingkungan dan tidak hanya pada satu waktu tapi masih terus berproses dari
waktu ke waktu, berkelanjutan.” (wawancara III E.2b, AT: 25 Maret 2017)
123
Kegiatan yang dilakukan oleh SD Negeri Kotagede 3 sudah sesuai dengan
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan karena perencanaan kegiatan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan lingkungan hidup. Indeks
keberhasilan sendiri terlihat dari karakter peduli lingkungan dari warga sekolah
yang sudah menjadi budaya dan dilakukan secara berkelanjutan. Hasil wawancara
siswa menunjukkan bahwa siswa mengetahui apa yang harus dilakukannya dalam
kegiatan-kegiatan yang menuntut partisipasinya secara aktif berikut ini.
“Mengingatkan temannya”(wawancara VII D.1a, NB: 17 Maret 2017)
“Bilangin ke bu guru biar di nasehati.”(wawancara VII D.1c, TG: 18 Maret
2017)
“Dicatet terus kasihin ke bu guru.”(wawancara VII D.1d, SL: 18 Maret
2017)
“Mengajak piket” (wawancara VII D.1l, KL: 1 April 2017)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa ketika terdapat
teman yang tidak melaksanakan jadwal piket siswa mampu mengingatkan dan
mengajak temannya untuk piket. Selain itu, siswa juga meminta guru untuk
menasehati dan mengingatkan temannya. Hasil observasi menunjukkan bahwa
evaluasi kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan baik
melalui pengamatan maupun tes lisan. Kepala sekolah dan guru sering melakukan
pengamatan terhadap sikap dan perilaku partisipatif siswa sehari-hari. Guru juga
melakukan evaluasi secara lisan misalnya dengan menanyakan pelaksanaan
jadwal piket pada hari itu tentang siapa siswa yang tidak melaksanakan piket
dengan baik. Evaluasi tidak hanya dilakukan secara lisan dan pengamatan tetapi
juga dianalisis dalam analisis tujuan Program Adiwiyata (lampiran 15) dan dalam
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) (gambar 12).
124
Kemitraan
Evaluasi kemitraan sekolah juga dilakukan dengan cara yang hampir sama
dengan evaluasi kegiatan lain seperti dengan analisis tujuan Program Adiwiyata
(lampiran 15) dan dalam Evaluasi Diri Sekolah (EDS) (gambar 12). Kemitraan
yang telah dilakukan harus dilakukan evaluasi agar sekolah mengetahui apakah
kemitraan tersebut menguntungkan sekolah atau tidak. Menurut kepala sekolah
(wawancara III F.1a, LM: 14 Maret 2017), kemitraan mampu meringankan beban
kerja sekolah dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup Program Adiwiyata. Hal serupa juga diungkapkan oleh guru
(wawancara III F.1b, AT: 25 Maret 2017) tentang kemitraan yang mampu
digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri Kotagede 3
termasuk dalam hal sarana dan prasarana pendukung kegiatan pendidikan.
Sebagian besar siswa memang tidak mengetahui kemitraan atau kerjasama
yang dilakukan oleh SD Negeri Kotagede 3 dengan pihak lain. Hal tersebut
dikarenakan kebanyakan siswa hanya mengikuti kegiatan yang diselenggarakan
sekolah tanpa memperhatikan penyelenggara kegiatan tersebut. Meski demikian,
siswa mengetahui perlunya sebuah kerjasama agar pekerjaan lebih mudah dan
ringan sehingga tujuan yang ingin dicapai lebih mudah dicapai.
d. Faktor pengaruh kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
Faktor pendukung kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
Kepala sekolah mengungkapkan faktor pendukung kegiatan lingkungan
berbasis partisipatif SD Negeri Kotagede 3 sebagai berikut ini.
125
“Untuk dukungan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif itu ya kewajiban
dari pemerintah untuk mengadakan kegiatan yang melibatkan siswa. Siswa
kan fokus dalam sebuah pendidikan, ya siswanya harus
terlibat.”(wawancara III G.1a, LM: 14 Maret 2017)
Faktor pendukung dalam kegiatan berbasis partisipatif adalah kewajiban
dari pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan dengan melibatkan siswa
secara aktif sebagai subyek pendidikan. Sementara itu, guru (wawancara III G.1b,
AT: 25 Maret 2017) mengungkapkan bahwa kebutuhan sekolah merupakan faktor
pendorong kegiatan lingkungan berbasis partisipatif di SD Negeri Kotagede 3.
Dengan begitu, kewajiban penyelenggaraan pendidikan melibatkan keaktifan
siswa serta kebutuhan sekolah merupakan faktor pendukung sekolah
merencanakan kegiatan berbasis partisipatif di SD Negeri Kotagede 3. Siswa
sendiri mengungkapkan bahwa faktor pendukung kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 adalah kegiatan yang bervariasi,
keinginan siswa untuk berkembang, dan pengemasan kegiatan yang menarik dan
tidak hanya di kelas dan melibatkan seluruh siswa.
Hasil observasi menunjukkan bahwa kesadaran untuk berpartisipasi secara
aktif dari siswa, guru, karyawan maupun masyarakat sekitar merupakan faktor
yang mendukung keberhasilan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif di SD
Negeri Kotagede 3. Dokumentasi foto selama kegiatan sekolah seperti penyuluhan
pembuatan pupuk kompos juga menunjukkan adanya partisipasi aktif dari siswa
seperti berikut ini.
126
Gambar 29. siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
penyuluhan pembuatan pupuk kompos
Faktor penghambat kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
Faktor penghambat dari kegiatan berbasis partisipatif tidak jauh dari
kesadaran untuk berpartisipasi. Kepala sekolah (wawancara III H.1a, LM: 14
Maret 2017) mengungkapkan bahwa kesadaran warga sekolah juga merupakan
kendala yang paling sering ditemui dalam kegiatan sekolah berbasis partisipasi
warga sekolah karena masih saja warga sekolah terutama siswa yang masih belum
sadar untuk berpartisipasi aktif dan harus selalu diingatkan. Guru (wawancara III
H.1b, AT: 25 Maret 2016) juga menyatakan bahwa kendala dalam kegiatan
sekolah berbasis partisipasi berasal dari anak-anak yang masih kurang peduli dan
kurang aktif sehingga masih memerlukan pembinaan dan bimbingan.
Siswa tidak merasa mengalami kesulitan atau kendala yang dalam
mengikuti kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan sekolah. Hanya saja
rasa malas dan lingkungan teman sebaya yang tidak berpartisipasi membuat siswa
tidak berpartisipasi. Hasil observasi menunjukkan masih terdapat siswa yang
kurang dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diadakan sekolah sehingga
127
siswa yang lain menjadi malas untuk berpartisipasi. Hasil dokumentasi berikut
merupakan salah satu bukti kurangnya kesadaran berpartisipasi.
Gambar 30. Kurangnya Kesadaran Partisipatif Siswa dalam Kegiatan “Rasater”
4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
a. Perencanaan
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Terlebih dalam pendidikan lingkungan hidup, sarana dan prasarana
yang digunakan dituntut agar mampu mengatasi masalah lingkungan hidup dan
mendukung kegiatan pembelajaran. Sarana dan prasarana yang digunakan tentu
haruslah ramah lingkungan. Kepala sekolah (wawancara IV A.1a, LM: 14 Maret
2017) mengungkapkan bahwa SD Negeri Kotagede 3 menggunakan RAPBS
dengan sumber dana utama BOS dan BOSDA dalam merencanakan kegiatan
melengkapi sarana dan prasarana dan juga tambahan bantuan ataupun hadiah dari
pihak luar sekolah. Kekurangan sarana dan prasarana dalam kegaitan
pembelajaran dapat dilengkapi oleh masing-masing guru kelas tergantung
kebutuhan saat itu. Guru juga mengungkapkan mengenai RAPBS dalam
128
perencanaan ketersediaan sarana dan prasaran ramah lingkungan di SD Negeri
Kotagede 3 sebagai berikut ini.
“Ada APBS. Disitu sudah direncanakan anggaran untuk melengkapi sarana
dan prasarana. Ada juga bantuan dari luar misalnya bak sampah, komposter,
media pembelajaran juga ada tapi beberapa, biasanya sih guru yang
menyiapkan kalo media pembelajarannya kurang.”(wawancara IV A.1b,
WJ: 25 Maret 2017)
Dengan begitu, sarana dan prasarana di SD Negeri Kotagede 3 dapat
dilengkapi menggunakan RAPBS dengan sumber dana utama BOS dan BOSDA,
bantuan dari pihak luar sekolah, dan inisiatif guru untuk melengkapi kekurangan
sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran saat itu. Hal tersebut didukung
dengan hasil dokumentasi berupa daftar inventaris sarana dan prasarana SD
Negeri Kotagede 3 dan surat pemberitahuan bantuan penyediaan sarana dari Dinas
Pendidikan seperti berikut ini.
Gambar 31. Surat pemberitahuan bantuan peralatan untuk lomba kantin sehat
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran lingkungan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
129
1) memberlakukan jadwal piket siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan dan
juga menjaga dan merawat alat-alat kebersihan yang digunakannya, seperti
sapu, kemoceng, kain pel, dan tempat sampah;
2) peraturan untuk menjaga fasilitas, misalnya peraturan untuk tidak boleh
mencoret-coret dinding sekolah; dan
3) memberikan contoh tindakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
secara langsung kepada siswa.
Hal tersebut berdasar pada pernyataan kepala sekolah dan guru berikut ini.
“Untuk upaya pemeliharaan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana
itu bisa dengan mengadakan piket, piket kelas, piket kebun, piket taman.
Piket kelas itu nggak cuma nyapu ngebersihin kelasnya tapi juga menjaga
agar alat-alat, barang yang ada di kelas itu tetap dalam keadaan baik. Nyuci
lap/ kain pel juga tugas anak-anak. Sapu dan kemoceng diletakkan kembali
di tempatnya dengan benar agar tidak cepat rusak. Anak-anak harus
dikenalkan bukan hanya menjaga kebersihan tapi juga menjaga alat-alat
kebersihannya. Tempat sampah juga dicuci.”(wawancara IV B.1a, LM: 14
Maret 2017)
“Ya dengan mengajak anak-anak untuk menjaga sarana dan prasarananya.
Dengan peraturan misalnya dilarang mencorat-coret tembok dan fasilitas
lain. Anak-anak itu harus dipandu dengan contoh, tidak bisa hanya dengan
kata-kata.”(wawancara IV B.1b, WJ: 25 Maret 2017)
Perencanaan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
akan disosialisasikan kepada warga sekolah melalui berbagai cara. Kepala sekolah
(wawancara IV B.2a, LM: 14 Maret 2017) menyebutkan bahwa sosialiasi
dilakukan kepada warga sekolah ketika upacara, apel, atau dalam pembelajaran.
Selain sosialisasi, pemasangan poster-poster untuk menghemat energi
ditempelkan di beberapa titik di sekolah seperti lobby, kelas, dekat wastafel, dan
kamar mandi untuk mengingatkan warga sekolah untuk menggunakan sumber
130
energi secara bijak. Hal serupa juga diungkapkan oleh guru (wawancara IV B.2b,
WJ: 25 Maret 2017) yang mengatakan bahwa perencanaan pemanfaatan fasilitas
sekolah secara bijaksana disosialiasikan menggunakan poster hemat energi yang
dibuat oleh siswa dalam lomba membuat poster.
Siswa sendiri mengungkapkan bahwa Bapak/ Ibu guru mengajarkan kepada
siswa untuk menggunakan listrik, air, dan alat tulis kantor (ATK) secara hemat
dengan cara memberikan nasehat melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
maupun di luar KBM, dan juga menggunakan poster. Hasil observasi yang
menunjukkan bahwa rencana pengelolaan dan pemeliharaan sarana ramah
lingkungan disosialisasikan kepada warga sekolah secara lisan oleh kepala
sekolah. Dokumentasi menunjukkan bahwa terdapat jadwal piket yang
ditempelkan di dinding kelas ataupun di dekat taman sekolah.
Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
Kantin sehat dan ramah lingkungan yang direncanakan oleh SD Negeri
Kotagede 3 pada tahun 2016/ 2017 adalah kantin bebas sampah plastik. Kepala
sekolah (wawancara IV C.1a, LM: 14 Maret 2017) menyampaikan bahwa kantin
SD Negeri Kotagede 3 menerapkan prinsip kantin sehat bebas sampah plastik.
Makanan yang di jual merupakan makanan sehat. Tempat yang digunakan adalah
tempat makan kecil, piring, mangkuk, dan gelas sehingga tidak ada sampah
plastik. Tempat makan yang sudah digunakan dikembalikan ketempat yang
disediakan untuk dicuci oleh penjualnya. Penjaja makanan di luar sekolah juga
sudah diminta untuk tidak berjualan di sekitar sekolah, tetapi tidak efektif karena
131
para penjual tetap kembali setelah beberapa hari. Siswa yang telah diberi
pengetahuan tentang makanan sehat dan makanan tidak sehat pun masih sering
jajan di luar sekolah ketika pulang. Hal serupa juga diungkapkan oleh guru
sebagai berikut ini.
“Sudah satu semester ini kantin disini menerapkan kantin bebas sampah
plastik. Jadi, semua makanan tidak ada yang dibungkus plastik.
Makanannya ditempatkan dalam tempat kecil-kecil, kalau minumannya
gelas. Nanti kalau udah selesai dikembalikan dan dicuci oleh
penjualnya.”(wawancara IV C.1b, WJ: 25 Maret 2017)
Dengan begitu, kantin SD Negeri Kotagede 3 menerapkan prinsip kantin
sehat bebas sampah plastik. Makanan yang dijual merupakan makanan sehat.
Tempat yang digunakan adalah tempat makan kecil, piring, mangkuk, dan gelas
sehingga tidak ada sampah plastik. Tempat makan yang sudah digunakan
dikembalikan ketempat yang disediakan untuk dicuci oleh penjualnya. Penjual
makanan di luar sekolah sudah diminta untuk tidak berjualan di sekitar sekolah.
Kantin sehat dan ramah lingkungan yang bebas sampah plastik ini
direncanakan oleh SD Negeri Kotagede 3 dengan pertimbangan untuk
mengurangi jumlah sampah plastik yang sebelumnya sangat banyak seperti yang
diungkapkan oleh kepala sekolah dan guru berikut ini.
“Pertimbangan utamanya pengurangan sampah plastik. Dulu itu sampah
plastik yang dari kantin itu sangat banyak setiap harinya.” (wawancara IV
C.2a, LM: 14 Maret 2017)
“Pertimbangannya ya kesehatan makanannya dan kebersihan. Untuk satu
semester ini kita menggalangkan kantin bebas sampah plastik jadi ya
pertimbangannya itu pengurangan penggunaan plastik.” (wawancara IV
C.2b, WJ: 25 Maret 2017)
Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa terdapat peraturan dalam
pelaksanaan kantin sehat dan ramah lingkungan yang bebas sampah plastik di SD
132
Negeri Kotagede 3. Selain itu juga terdapat surat pemberitahuan bantuan oleh
Dinas Pendidikan berupa sarana penunjang kantin sehat SD Negeri Kotagede 3
(gambar 30).
Gambar 32. Peraturan/ tata tertib kantin
b. Pelaksanaan
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana ramah lingkungan di SD Negeri Kotagede 3
digunakan untuk mengatasi masalah lingkungan hidup di sekitar sekolah dan atau
sebagai penunjang kegiatan pembelajaran lingkungan hidup. Kepala sekolah
(wawancara IV D.1a, LM: 14 Maret 2017) mengungkapkan bahwa alat-alat yang
digunakan untuk mengatasi berbagai masalah di lingkungan sekolah seperti
tempat sampah yang dipisahkan berdasarkan jenis sampahnya, komposter, dan
mesin pencacah daun. Sedangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
pembelajaran disesuaikan dengan materi yang dipelajari. Jika alat atau bahan yang
dibutuhkan tidak ada di sekolah, maka guru dan siswa mempersiapkan secara
bersama-sama dari rumah dan tidak memberatkan siswa.
133
Guru juga mengungkapkan bahwa alat-alat yang digunakan untuk mengatasi
berbagai masalah di lingkungan sekolah sudah cukup baik dengan adanya barang-
barang seperti komposter, tempat sampah, mesin penggiling sampah, dan mesin
pencacah daun. Sedangkan untuk sarana penunjang kegiatan pembelajaran
dinyatakan sebagai berikut ini.
“Tergantung materi dan juga pelajaran yang dipelajari. Kalau di pelajaran
olahraga pembelajaran lingkungan hidup itu bisa menggunakan lingkungan
sekitar sebagai sarana pembelajaran, misalnya pemilahan sampah-sampah
yang ada di sekitar lapangan olahraga diintegrasikan dalam pelajaran
olahraga menggunakan permainan estafet pemilihan sampah berdasarkan
jenisnya.”(wawancara IV D.1b, WJ: 25 Maret 2017)
Siswa juga telah mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan yang
dimiliki sekolah seperti tempat sampah sesuai jenisnya, alat kebersihan,
komposter dan mesin pencacah daun. Dengan begitu, sarana yang digunakan
untuk mengatasi berbagai masalah di lingkungan sekolah seperti tempat sampah
yang dipisahkan berdasarkan jenis sampahnya, komposter, mesin penggiling
sampah, dan mesin pencacah daun. Sedangkan sarana penunjang kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup di sekolah disesuaikan dengan mata pelajaran dan
materi yang dipelajari. Lingkungan sekolah merupakan sarana pembelajaran yang
dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Guru dan siswa dapat melengkapi
sarana pembelajaran dari rumah dengan catatan tidak memberatkan siswa.
Pernyataan kepala sekolah, guru dan siswa SD Negeri Kotagede 3 tersebut
didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa sarana pendukung
ramah lingkungan yang disediakan sekolah antara lain:
1) tempat sampah berdasarkan jenis sampahnya,
134
2) alat kebersihan seperti sapu, kemoceng, penghapus papan tulis,
3) mesin pencacah daun,
4) komposter,
5) tempat pembuangan sampah sementara,
6) daerah serapan air/ biopori,
7) wastafel, dan
8) buku-buku pendukung pendidikan lingkungan hidup.
Dokumentasi juga menunjukkan adanya sarana pendukung ramah
lingkungan yang digunakan untuk mengatasi masalah lingkungan sekitar maupun
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu sarana pendukung ramah
lingkungan yang ada di SD Negeri Kotagede 3 adalah sarana tempat sampah yang
telah di klasifikasikan berdasarkan jenis sampahnya. Tempat sampah berwarna
hijau merupakan tempat sampah untuk sampah organik, sisa makanan, kulit buah,
dan dedaunan. Tempat sampah berwarna merah merupakan tempat sampah untuk
sampah plastik, kresek, gabus, dan plastik kemasan. Tempat sampah berwarna
kuning digunakan untuk menampung sampah kertas, kardus, koran, dan box/
kotak. Sarana pendukung kegiatan pembelajaran yang disediakan antara lain buku
pegangan pendidikan lingkungan hidup untuk setiap kelas dari kelas 1 hingga
kelas 6.
135
Gambar 33. Tempat sampah sesuai
dengan jenisnya di depan kelas
Gambar 34. Buku pendukung
pendidikan lingkungan hidup
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kepala sekolah (wawancara IV E.1a, LM: 14 Maret 2017) mengungkapkan
bahwa siswa sudah terlibat dalam upaya pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah sebatas pada menjaga alat-alat kebersihan saat piket. Guru (wawancara IV
E.1b, WJ: 25 Maret 2017) juga mengungkapkan hal yang sama mengenai siswa
yang sudah terlibat dalam upaya pemeliharaan sarana prasarana dengan melihat
contoh yang diberikan oleh warga sekolah yang lain. Siswa sendiri juga
mengungkapkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan untuk memelihara sarana
dan prasarana ramah lingkungan di sekolah seperti berikut ini.
1) Mengembalikan barang yang dipakai ketempat semula
2) Membersihkan dan merawatnya dengan baik
3) Tidak menggunakannya sebagai mainan.
Siswa memahami bahwa semua warga sekolah termasuk dirinya memiliki
tanggungjawab atas kebersihan lingkungan sekitar sekolah. Siswa mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk menghemat listrik, air dan ATK seperti mematikan
lampu dan alat elektronik lain bila tidak dipakai dan mematikan kran air setelah
memakainya. Siswa juga mengetahui bahwa sarana dan prasarana sekolah perlu
136
dipelihara agar terawat dan dapat dipakai dalam jangka waktu lama dan harus
melaporkan kerusakan pada sarana dan prasarana yang diketahuinya kepada guru
agar diperbaiki atau diganti.
Hasil observasi menunjukkan bahwa Kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan sarana pendukung ramah lingkungan yang dilakukan oleh warga SD
Negeri Kotagede 3 antara lain adalah:
1) membersihkan tempat sampah,
2) mengembalikan alat kebersihan yang dipakai ketempat semula dengan baik
dan benar,
3) mengembalikan buku ketempat semula
4) membersihkan alat-alat seperti mesin pencacah daun.
5) menggunakan air dengan seperlunya, dan
6) menggunakan dinding lapangan olahraga sebagai tempat mural/ lukisan siswa
untuk mengurangi tindak vandalisme yang merusak.
Dokumentasi dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sarana pendukung
ramah lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 terlihat dalam gambar 29 dimana
siswa berpartisipasi aktif dalam menggunakan mesin pencacah daun dan ikut
membersihkannya ketika mengikuti kegiatan penyuluhan cara membuat pupuk
kompos. Selain itu juga terlihat dalam foto lingkungan kebun sekolah yang dihiasi
oleh mural/ lukisan siswa berikut ini.
137
Gambar 35. Area kebun sekolah yang dihiasi oleh mural/ lukisan siswa
Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
Kantin SD Negeri Kotagede 3 direncanakan sebagai kantin bebas sampah
plastik. Pada pelaksanaannya, kepala sekolah (wawancara IV F.1a, LM: 14 Maret
2017) dan guru (wawancara IV F.1b, WJ: 25 Maret 2017) mengungkapkan bahwa
kantin bebas sampah di SD Negeri Kotagede 3 dikelola oleh sekolah dan pihak
luar sebagai penjual makanan. Sekolah hanya bertindak untuk mengawasi
jalannya kantin bebas sampah sesuai dengan kebijakan yang telah disusun. Kepala
sekolah dan guru juga mengungkapkan bahwa kantin di SD Negeri Kotagede 3
merupakan kantin sehat karena makanan dan minuman yang dijual sudah
makanan dan minuman yang sehat dan bergizi, serta sudah ramah lingkungan
karena merupakan kantin bebas sampah plastik.
Sebagian besar siswa lebih suka makan di kantin sekolah karena sudah
memahami bahwa makanan kantin sekolah lebih bersih dan lebih sehat daripada
makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima di luar sekolah. Masih ada siswa
yang membeli makanan pada pedagang keliling di luar sekolah ketika pulang
sekolah, padahal ketika istirahat siswa sudah dilarang membeli makan di luar.
Begitu pula hasil observasi yang menunjukkan bahwa:
138
1) kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan kantin sehat yang bebas sampah
plastik,
2) semua makanan dan minuman yang dijual dibungkus menggunakan wadah
yang dapat di pakai ulang seperti box makanan kecil, piring, mangkuk dan
gelas,
3) siswa mengembalikan bekas wadah makan dan minumnya ketempat yang telah
disediakan,
4) pedagang kantin akan mencuci bekas wadah makan dan minum siswa,
5) kantin sekolah dikelola oleh tiga orang penjual dengan pengawasan dari guru
dan kepala sekolah, dan
6) kantin sekolah hanya melayani pembelian ketika jam istirahat.
Hasil dokumentasi mengenai pelaksanaan kantin sehat dan ramah lingkungan
yang bebas sampah plastik di SD Negeri Kotagede 3 menunjukkan bahwa
makanan dan minuman yang dijual sudah tidak dijual menggunakan plastik
sebagai pembungkus tetapi menggunakan tempat makan dan minum yang akan
dicuci oleh penjual setelah digunakan oleh siswa sebagai berikut ini.
Gambar 36. Kantin sekolah sudah tidak
menggunakan plastik sebagai
pembungusnya.
Gambar 37. Wadah bekas makan
siswa dikembalikan dan di cuci oleh
penjaga kantin
139
c. Evaluasi
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah dievaluasi dengan daftar
inventaris sarana dan prasarana sekolah dan juga menggunakan analisis tujuan
Program Adiwiyata (lampiran 15) dalam dokumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS)
(gambar 12). Kepala sekolah (wawancara IV G.1a, LM: 14 Maret 2017)
mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana di SD Negeri Kotagede 3 sudah
cukup memadai dan masih harus ditingkatkan lagi. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh guru dan siswa SD Negeri Kotagede 3 sebagai berikut ini.
“Saya kira sudah cukup memadai.”(wawancara IV G.1b, WJ: 25 Maret
2017)
“Sudah cukup.” (wawancara VIII E.1a, NB: 17 Maret 2017)
“Sudah.” (wawancara VIII E.1e, AR: 18 Maret 2017)
“Sudah.” (wawancara VIII E.1k, AF: 1 April 2017)
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Evaluasi dari pemanfaatan dan pemeliharaan sarana pendukung ramah
lingkungan SD Negeri Kotagede 3 juga dilakukan menggunakan analisis tujuan
Program Adiwiyata (lampiran 15) dalam dokumen EDS (gambar 12). Kepala
sekolah (wawancara IV H.1a, LM: 14 Maret 2017) mengungkapkan bahwa
kesadaran warga sekolah untuk menggunakan fasilitas sekolah secara bijak sudah
mulai terlihat, meskipun beberapa orang masih memerlukan bimbingan lebih
lanjut. Guru (wawancara IV H.1b, WJ: 25 Maret 2017) juga mengatakan bahwa
sikap peduli lingkungan warga sekolah sudah mulai terlihat dengan kesadaran
140
untuk menghemat energi listrik dan air. Sedangkan siswa sendiri mengetahui
bahwa perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat habis.
Hasil observasi menunjukkan bahwa kepala sekolah dan guru melakukan
pengecekan secara langsung terhadap kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan
sarana pendukung ramah lingkungan di SD Negeri Kotagede 3. Dokumentasi
kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana pendukung ramah lingkungan di
SD Negeri Kotagede 3 antara lain gambar 29 yang menunjukkan bahwa siswa
dapat berpartisipasi secara aktif dalam menggunakan mesin pencacah daun dan
ikut membersihkannya setelah menggunakan serta gambar dimana alat (sarana)
kebersihan di suatu kelas terlihat berantakan dan tidak teratur pada salah satu hari
sebagai berikut ini.
Gambar 38. Sapu berserakan di sudut salah satu kelas
Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
Kantin sehat dan ramah lingkungan yang bebas sampah plastik di SD Negeri
Kotagede 3 dievaluasi melalui analisis tujuan Program Adiwiyata (lampiran 15)
dalam dokumen EDS (gambar 12). Menurut kepala sekolah (wawancara IV I.1a,
LM: 14 Maret 2017) warga sekolah menanggapi kebijakan kantin secara positif.
Sudah mulai membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan plastik. Jika siswa
141
terpaksa menggunakan plastik untuk tempat makan dari rumah, plastik bungkus
makanan tersebut dibawa pulang dan dapat digunakan untuk ecobrick.
Guru (wawancara IV I.1b, WJ: 25 Maret 2017) juga mengungkapkan
pendapatnya mengenai warga sekolah sudah mulai terbiasa untuk mengurangi
penggunaan plastik untuk mewujudkan kantin sehat dan ramah lingkungan yang
bebas sampah plastik. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan bagi siswa
SD Negeri Kotagede 3 karena menurut mereka makanan dan minuman yang
disediakan kantin enak, bersih, sehat, bergizi, dan murah. Kepala sekolah
(wawancara IV I.2a, LM: 14 Maret 2017) dan guru (wawancara IV 1.2b, WJ: 25
Maret 2017) mengungkapkan bahwa SD Negeri Kotagede 3 sudah pernah
meminta agar pedagang makanan tidak berjualan di depan sekolah, namun hal
tersebut hanya bertahan sementara. Hal itu disebabkan karena pedagang tersebut
akan kembali berjualan di depan sekolah setelah beberapa hari.
Berdasarkan hasil observasi, kontrol terhadap pelaksanaan kantin bebas
sampah plastik di SD Negeri Kotagede 3 dilakukan oleh kepala sekolah dan guru
dengan melakukan pengecekan secara langsung terhadap keadaan kantin sekolah.
Dokumentasi menunjukkan bahwa kantin sekolah sudah tidak menggunakan
plastik sebagai pembungkusnya (gambar 36). Dokumentasi juga menunjukkan
bahwa masih terdapat penjual makanan di luar sekolah ketika jam pulang sekolah
meskipun sudah ada peraturan yang melarang penjual untuk berjualan di area SD
Negeri Kotagede 3. Beberapa siswa masih membeli makanan atau minuman di
luar sekolah ketika pulang sekolah meski terdapat larangan jajan sembarang bagi
142
siswa. Hal tersebut karena siswa masih beranggapan bahwa makanan dan
minuman di dalam dan luar sekolah sama-sama enak dan sehat. Selain itu juga
disebabkan karena kantin yang terlalu sempit dan sesak.
Gambar 39. Masih ada siswa masih membeli makan dan minum di luar
sekolah ketika pulang sekolah.
d. Faktor pengaruh pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan
Faktor pendukung pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan
Komponen sarana pendukung ramah lingkungan dalam Program Adiwiyata
di SD Negeri Kotagede memiliki beberapa faktor pendukung antara lain adalah
partisipasi dan kesadaran warga sekolah dan dukungan orang tua. Hal ini sesuai
dengan yang disebutkan oleh kepala sekolah dan guru sebagai berikut ini.
“Apa ya mbak, mungkin ya partisipasi dan kesadaran dari warga sekolah
sendiri untuk mengelola sarana dan prasarana yang dimiliki
sekolah.”(wawancara IV J.1a, LM: 14 Maret 2017)
“Dukungan dari orang tua itu membantu sekali dalam pengelolaan sarana
dan prasarana sekolah. Kalau orang tua peduli kan lebih mudah untuk
mengkondisikan.”(wawancara IV J.1b, WJ, 25 Maret 2017)
Sementara itu, siswa menyebutkan mengenai faktor pendukung sarana
kantin sehat dan ramah lingkungan yang bebas sampah di SD Negeri Kotagede 3.
Faktor yang menyebabkan kantin sekolah menjadi kantin sehat dan ramah
lingkungan adalah menurut siswa adalah makanan dan minuman yang dijual
143
adalah makanan dan minuman sehat serta tidak menggunakan plastik sebagai
pembungkus makanan dan minumannya.
Hasil observasi menunjukkan bahwa faktor pendukung pengelolaan sarana
pendukung ramah lingkungan antara lain adalah kesadaran dari siswa untuk
menjaga, merawat dan memelihara sarana yang dimiliki sekolah tanpa harus
disuruh atau diminta oleh guru serta partisipasi dan kesadaran dari pihak lain
seperti pedagang di kantin sekolah. Hal tersebut juga terlihat dari dokumentasi
kegiatan yang menunjukkan bahwa siswa mampu berpartisipasi secara sadar dan
aktif tanpa paksaan dari pihak manapun dalam memelihara sarana dan prasarana
sekolah (gambar 29) serta kesadaran dari pedagang di kantin sekolah yang
menjalankan kantin sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sekolah
(gambar 36& gambar 37).
Faktor penghambat pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan
Faktor penghambat sarana pendukung ramah lingkungan menurut kepala
sekolah (wawancara IV K.1a, LM: 14 Maret 2017) berasal dari masyarakat yang
ikut memanfaatkan tetapi kurang peduli untuk merawat sarana dan prasarana SD
Negeri Kotagede 3. Sedangkan menurut guru (wawancara IV K.1b, WJ: 25 Maret
2017) pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan terutama
dalam penyelenggaraan kantin sehat dan ramah lingkungan terhambat oleh siswa
dan pedagang keliling yang kurang menyadari bahwa makanan yang dijual di luar
belum terjamin kebersihan dan kesehatannya. Selain itu pedagang di luar sekolah
144
yang masih tetap berjualan meskipun sudah terdapat peraturan untuk tidak
berjualan di area sekolah.
Siswa sendiri mengungkapkan kekurangan dari pelayanan sarana kantin
sehat dan ramah lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 antara lain karena terlalu
sesak karena lahan yang sempit sedangkan jumlah anak banyak, budaya antri
kurang, dan juga sikap malas anak untuk mengembalikan bekas tempat makan dan
minumnya. Dalam hasil observasi terlihat bahwa faktor penghambat pengelolaan
saran pendukung ramah lingkungan antara lain:
1) siswa yang kurang sadar akan pentingnya menjaga dan merawat fasilitas
sekolah,
2) pihak lain yang kurang bisa mendukung program sekolah, contohnya
pedagang makanan dan minuman di luar sekolah, dan
3) kondisi kantin yang kurang luas sehingga siswa harus berdesak-desakan.
Dokumentasi berupa foto yang menunjukkan masih ada siswa masih
membeli makan dan minum di luar sekolah ketika pulang sekolah (gambar 39)
dan foto keadaan kantin sekolah saat istirahat berikut ini merupakan salah satu
bukti faktor penghambat pelayanan kantin sehat.
Gambar 40. Kantin sekolah yang penuh ketika istirahat
145
C. Pembahasan
Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 merupakan salah satu
program pendidikan lingkungan hidup formal yang dilakukan di sekolah formal
tingkat dasar secara terstruktur dan berjenjang dalam sebuah kurikulum. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Daryanto & Suprihatin (2013: 20) yang
menyatakan area pendidikan lingkungan hidup formal, informal, dan nonformal.
Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 dilaksanakan berdasarkan
komponen-komponen Program Adiwiyata seperti yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Adiwiyata.
Komponen tersebut adalah kebijakan sekolah berwawasan lingkungan, kurikulum
berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan pengelolaan
sarana pendukung ramah lingkungan. Implementasi setiap komponen Adiwiyata
terbagi atas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan
a. Perencanaan
Perencanaan komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan SD
Negeri Kotagede 3 mengandung unsur tujuan yang akan dicapai dan deskripsi
bagaimana cara mencapai keadaan sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Hal
tersebut sesuai dengan Indrastuti, dkk (2009: 102) yang menyatakan bahwa
perencanaan yang baik adalah perencanaan yang mengandung unsur 5W dan 1H,
yaitu what (apa), why (mengapa), where (dimana), when (kapan), who (siapa), dan
how (bagaimana). Serta sesuai dengan Sa’ud & Makmun (2006: 27) memaparkan
146
hal-hal yang tidak bisa lepas dari perencanaan yaitu tujuan yang akan dicapai,
keadaan yang akan dicapai, keadaan sekarang, alternatif kebijakan dan prioritas,
dan strategi pencapaian tujuan. Unsur dalam perencanaan ini tidak hanya ada
dalam komponen kebijakan berwawasan lingkungan tetapi juga dalam
perencanaan komponen lainnya.
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Visi SD Negeri Kotagede 3 adalah Terwujudnya sekolah unggul dan
berkarakter, peduli lingkungan, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan begitu, visi SD Negeri Kotagede 3 sudah terkait dengan lingkungan
hidup dengan mewujudkan sekolah yang peduli lingkungan. Misi SD Negeri
Kotagede 3 telah memuat pendidikan lingkungan hidup, yaitu menciptakan situasi
dan kondisi lingkungan sekolah yang bersih, sehat, indah, dan nyaman untuk
pelaksanaan pembelajaran dan mendidik siswa menjadi manusia humanis yang
peduli lingkungan. Visi dan misi tersebut digunakan untuk mewujudkan tujuan
sekolah yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, keterampilan,
kepribadian, berakhlak mulia untuk hidup mandiri dan melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi. Dengan visi, misi, dan tujuan tersebut maka SD Negeri
Kotagede 3 telah memiliki susunan visi, misi, dan tujuan sekolah yang memuat
upaya pelestarian fungsi lingkungan.
Visi, misi, dan tujuan sekolah tersebut disusun sejak sebelum SD Negeri
Kotagede 3 belum memiliki gelar sebagai salah satu Sekolah Adiwiyata. Visi,
misi, dan tujuan sekolah yang terkait dengan pelestarian fungsi lingkungan
147
disusun untuk mendukung kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang
terintegrasi dalam kurikulum yang digunakan oleh SD Negeri Kotagede 3. Dalam
Hal ini, SD Negeri Kotagede 3 menggunakan kurikulum 2006 (KTSP) untuk kelas
2, 3, 5, dan 6, serta kurikulum 2013 (K13) untuk kelas 1 dan 4. Dalam setiap
kurikulum terdapat pendidikan lingkungan hidup yang terintegrasi kedalam mata
pelajaran wajib dan/ atau muatan lokal seperti seni batik dan/ atau kegiatan
pengembangan diri seperti ekstrakurikuler pramuka yang wajib bagi siswa SD
Negeri Kotagede 3. Hal tersebut sesuai dengan standar kebijakan berwawasan
lingkungan dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 11) yaitu bahwa
kurikulum yang memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dengan salah satu indikatornya adalah tersusunnya visi, misi dan tujuan sekolah
yang memuat upaya pelestarian fungsi lingkungan, pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup. Visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 telah disusun
tujuan PLH sesuai dengan Daryanto & Suprihanto (2013: 11-12) dan Harris &
Afdaliah (2016: 313-314) tentang tujuan PLH yang meliputi aspek kesadaran
(awareness), pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), keterampilan (skill),
partisipasi (paticipation), dan evaluasi (evaluation).
Penyusunan visi, misi, dan tujuan sekolah dilakukan melalui rapat sekolah
dengan berbagai pertimbangan termasuk ide, kritik dan arahan dari berbagai pihak
termasuk BLH. Hal ini sesuai dengan Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 7)
yang menyebutkan peran dan tugas pokok tim Adiwiyata tingkat sekolah untuk
mengkaji kondisi lingkungan hidup sekolah, kebijakan sekolah, kurikulum
148
sekolah, kegiatan sekolah, dan sarana prasarana. Dilihat dari pertimbangan yang
digunakan dalam perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah, SD Negeri Kotagede 3
menggunakan pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach) seperti
yang diungkapkan oleh Rohman (2012: 91) dan Sa’ud & Makmun (2006: 233-
237) bahwa pendekatan kebutuhan social (social demand approach) cenderung
untuk menjawab tuntutan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah disusun sebagai suatu landasan
dalam penyelenggaraan pendidikan di sebuah sekolah. Rencana kegiatan dan
anggaran SD Negeri Kotagede 3 terbagi atas dua, yaitu rencana jangka panjang
dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang SD Negeri Kotagede 3 berisi
mengenai program kerja jangka panjang mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2018.
Sedangkan untuk rencana jangka pendek sendiri dilakukan setiap tahun ajaran
baru dan berisi program kegiatan tahunan.
RKAS disusun dengan berbagai pertimbangan. SD Negeri Kotagede 3
menggunakan pertimbangan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dalam menyusun RKAS. Pendekatan lingkungan hidup yang digunakan
dalam penyusunan RKAS tahun 2016/ 2017 di SD Negeri Kotagede 3 terfokus
pada pengelolaan sampah. Dengan begitu, kegiatan-kegiatan yang dilakukan SD
Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/ 2017 banyak berkaitan dengan
pengelolaan sampah, misalnya ecobrick dan penyuluhan tentang pengolahan
sampah organik menjadi kompos. Lebih dari 20% Rencana kegiatan dan anggaran
149
SD Negeri Kotagede 3 sudah memuat upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup baik dari segi kegiatan kesiswaan, kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, tenaga pendidik, maupun sarana prasarana sekolah. Bahkan pada
pada EDS tahun 2016 diungkapkan bahwa RKAS sudah memuat 70% upaya
PPLH dan akan ditingkatkan menjadi 100%.
Anggaran dana sekolah berasal dari dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) yang kemudian
dikelola sebagaimana mungkin untuk berbagai hal termasuk pembiayaan kegiatan
kesiswaan, kegiatan pembelajaran dan peningkatan mutu lainnya dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekitar sekolah. Sumber dana
menjadi salah satu pertimbangan yang muncul dalam rapat pembuatan rencana
kerja dan pengalokasian anggaran sekolah. Selain sumber dana, kajian kondisi
lingkungan sekitar, partisipasi warga sekolah dan orang tua, kemampuan dari guru
untuk mengadakan kegiatan serta pendekatan lingkungan yang digunakan menjadi
pertimbangan SD Negeri Kotagede 3 dalam rapat penyusunan RKAS.
SD Negeri Kotagede 3 telah melakukan tugas dan peran dalam penyusunan
RKAS sesuai dengan tugas dan peran tim Sekolah Adiwiyata menurut
Kementerian Lingkungan Hidup (2012) yaitu untuk membuat rencana kerja dan
mengalokasikan anggaran sekolah berdasarkan hasil kajian kondisi lingkungan
hidup sekolah, kurikulum sekolah, kegiatan sekolah, dan sarana prasarana
sekolah. RKAS jangka panjang dan jangka pendek SD Negeri Kotagede 3 sudah
sesuai dengan standar dari Kementerian Lingkungan Hidup (2012:11) yang
150
menyatakan bahwa RKAS dalam Program Adiwiyata memuat program dalam
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Anggaran yang digunakan
untuk upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di SD Negeri
Kotagede 3 sudah melampaui standar dari Kementerian Lingkungan Hidup (2012:
11) yang sebesar 20% dari total anggaran sekolah. Sementara itu, dilihat dari
pertimbangan-pertimbangan penyusunan RKAS, pendekatan yang digunakan
dalam perumusan kebijakan RKAS adalah pendekatan kebutuhan sosial (social
demand approach), kebutuhan ketenagakerjaan (man-power approachi), dan juga
efisiensi biaya sesuai pendapat Rohman (2012: 91) dan Sa’ud & Makmun (2006:
233-237) yang mengungkapkan bahwa perumusan kebijakan pendidikan dapat
dilakukan dengan pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach),
kebutuhan ketenagakerjaan (man-power approach), dan juga efisiensi biaya.
Peraturan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup
Peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah
merupakan peraturan atau tata tertib yang harus ditaati oleh siswa dalam upaya
pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup. Dengan begitu, peraturan atau tata
tertib yang disusun berdasarkan pada RKAS yang telah disusun oleh SD Negeri
Kotagede 3. Peraturan tersebut dibutuhkan untuk mewujudkan rencana-rencana
yang telah disusun. Misalnya, untuk mendukung program kantin bebas sampah
plastik SD Negeri Kotagede 3 yang dimulai sejak tahun 2016 sekolah membuat
kebijakan agar pedagang di kantin tidak menggunakan plastik sebagai bahan
pembungkus makanan dan minuman tetapi menggunakan kotak makan kecil,
151
piring, mangkuk, dan gelas serta larangan bagi siswa untuk membeli makanan di
luar kantin sekolah. Dengan begitu, perencanaan peraturan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan telah disusun berdasarkan pada pendekatan kebutuhan
sosial atau social demand approach seperti yang digambarkan oleh Rohman
(2012: 91) dan Sa’ud & Makmun (2006: 233-237) bahwa social demand
approach atau pendekatan kebutuhan sosial cenderung untuk menjawab tnututan
dari lingkungan sekitarnya.
b. Pelaksanaan
Secara umum pelaksanaan setiap komponen dalam Program Adiwiyata di
SD Negeri Kotagede 3 tidak hanya dengan melakukan tindakan nyata dari
perencanaan yang telah disusun, tetapi juga termasuk kegiatan penggerakan dan
pengawasan. SD Negeri Kotagede 3 telah melakukan pelaksanaan penggerakan
diri sendiri baik diri guru, karyawan maupun siswa. Sekolah juga telah
memberikan arahan, perintah, masukan, nasehat, jabatan serta contoh yang nyata
dalam mewujudkan pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ismawanto (2009: 105) bahwa kegiatan penggerakan dalam
pelaksanaan meliputi kegiatan untuk menggerakkan diri sendiri, orang lain dengan
memberi arahan (directing), orang lain dengan perintah (commanding), orang lain
dengan nasihat dan masukan (motivating), orang lain dengan memberikan jabatan
(staffing), dan orang lain dengan memberi contoh (leading).
Pelaksanaan komponen tidak lepas dari kegiatan pengawasan. Kegiatan
pengawasan sendiri termasuk dalam kegiatan pelaksanaan namun terkait dengan
152
kegiatan evaluasi setelah pelaksanaan. Hal tersebut sejalan dengan Ismawanto
(2009: 106) yang menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebuah kegiatan
yang berhubungan dengan mengendalikan atau mengawasi setiap pekerjaan serta
melakukan tindakan koreksi.
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Visi, misi, dan tujuan sekolah yang dimiliki SD Negeri Kotagede 3
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan melalui berbagai hal
seperti sosialisasi, teladan, lagu/ yel-yel, pemasangan papan visi, misi, dan tujuan
diberbagai sudut sekolah seperti di lobby sekolah, ruang kepala sekolah, ruang
bimbingan & konseling, ruang perpustakaan dan masing-masing ruang kelas.
Sosialiasi visi, misi, dan tujuan sekolah dalam upaya PPLH juga dapat
diintegrasikan ke dalam komponen kegiatan mata pelajaran wajib, muatan lokal,
dan/ atau pengembangan diri.
Visi, misi, dan tujuan sekolah di SD Negeri Kotagede 3 sudah
diimplementasikan dengan baik menggunakan cara yang menarik perhatian dan
minat siswa. Namun demikian, masih terdapat siswa kelas rendah belum
memahami visi, misi, dan tujuan sekolah walaupun mengetahui bahwa SD Negeri
Kotagede 3 merupakan Sekolah Adiwiyata yang berwawasan dan peduli
lingkungan. Hal tersebut terjadi karena siswa kelas rendah masih cenderung hanya
mengikuti apa yang dicontohkan dan pembiasaan visi, misi, dan tujuan sekolah
pada anak kelas rendah belum cukup lama. Siswa-siswa tersebut memerlukan
pembinaan dan bimbingan dalam memahami visi dan melaksanakan misi untuk
153
mencapai tujuan SD Negeri Kotagede 3 yang telah direncanakan. Pembinaan dan
bimbingan kepada siswa tidak berhenti sekali saja, tetapi terus berjalan dan
berkembang dari waktu ke waktu.
Implementasi visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 dilakukan dengan
baik sesuai dengan salah satu indikator dari standar kebijakan berwawasan
lingkungan yang diungkapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (2012), yaitu
struktur kurikulum yang digunakan terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Implementasi visi, misi, dan tujuan sekolah dilaksanakan sesuai
dengan prinsip Program Adiwiyata dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 05 Tahun 2013 dan Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 3-4) yaitu
prinsip edukatif, berkelanjutan, dan partisipatif. Implementasi visi, misi, dan
tujuan sekolah dengan prinsip edukatif, berkelanjutan, dan partisipatif mampu
mendorong perkembangan karakter peduli lingkungan warga sekolah karena
warga sekolah terlibat secara langsung dan terus-menerus.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
SD Negeri Kotagede 3 telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan RKAS
yang direncanakan baik RKAS jangka panjang tahun 2011-2018 maupun RKAS
jangka pendek tahun ajaran 2016/ 2017. Kegiatan tersebut antara lain rasater,
semutlis dengan piket kelas, jumat bersih dengan perawatan tanaman di taman dan
kebun, bank sampah, ecobrick, kantin sehat dan ramah lingkungan yang bebas
sampah plastik, hidroponik, dan lain sebagainya. Pelaksanaan RKAS di SD
Negeri Kotagede 3 dilakukan secara transparan oleh pihak sekolah dan melibatkan
154
partisipasi berbagai pihak baik warga sekolah maupun pun pihak dari luar sekolah
seperti komite sekolah, masyarakat, orang tua siswa dan mitra kerja SD Negeri
Kotagede 3. Hal tersebut sesuai dengan salah satu peran dan tugas pokok tim
Adiwiyata sekolah dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 7) yaitu untuk
melaksanakan rencana kerja yang disusun sekolah.
Kegiatan dan Anggaran SD Negeri Kotagede 3 direncanakan bukan hanya
tentang kegiatan dan sumber dana sekolah melainkan tentang bagaimana sekolah
mengalokasikan sumber daya yang ada secara proporsional untuk kegiatan-
kegiatan yang sesuai dengan Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 12) yaitu
mengenai kegiatan kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan
kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, budaya dan
lingkungan sekolah, peran masyarakat dan kemitraan, serta peningkatan dan
pengembangan mutu pendidikan. Kegiatan-kegiatan tersebut haruslah melibatkan
partisipasi pihak-pihak terkait yang menjadi subyek dalam upaya PPLH dan PLH.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip pelaksanaan Program Adiwiyata dalam
Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 3) dan Budiati (2014: 22) yaitu prinsip
partisipatif dimana semua unsur komunitas sekolah harus terlibat sesuai dengan
tanggung jawab dan perannya masing-masing.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di SD Negeri Kotagede 3 sudah 70%
lebih memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
meliputi kegiatan kesiswaan seperti ekstrakurikuler dan kegiatan pengembangan
kreativitas dan inovasi siswa, kegiatan pembelajaran terintegrasi dengan
155
pendidikan lingkungan hidup, hingga pengadaan sarana pendukung yang ramah
lingkungan. Hal tersebut tentu sudah melampaui standar Sekolah Adiwiyata
tentang anggaran sekolah dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 11-12)
yaitu bahwa anggaran sekolah untuk upaya PPLH adalah 20% dari total anggaran
sekolah.
Anggaran dana untuk kegiatan SD Negeri Kotagede 3 juga sudah sesuai
dengan asal sumber dana yang diungkapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata
pasal 15 dan Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 8) yang menerangkan bahwa
pendanaan pelaksanaan Program Adiwiyata diperoleh dari berbagai sumber yaitu
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kabupaten/ Kota dan sumber lain yang
tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup di Sekolah
Peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di SD Negeri
Kotagede 3 diwujudkan dengan berbagai peraturan dan tata tertib yang sesuai
dengan kegiatan dan program sekolah. Peraturan tersebut digunakan untuk
menciptakan kondisi sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. oleh
karena itu, masing-masing warga sekolah harus mengetahui dan memahami
peraturan tersebut. Untuk itu di SD Negeri Kotagede 3 melakukan penyuluhan
tentang kebijakan dan peraturan kepada warga sekolah dan juga orang tua/ wali
siswa. Orang tua/ wali perlu mengetahui peraturan sekolah agar orang tua/ wali
156
dapat berpartisipasi dalam membentuk sekolah yang sesuai dengan yang
diharapkan dengan cara mengingatkan siswa ketika dirumah.
Selain mengadakan penyuluhan, SD Negeri Kotagede 3 juga melakukan
pemasangan papan tata tertib dan poster berisi tata tertib di berbagai sudut sekolah.
Hal ini untuk mengingatkan siswa tentang peraturan yang ada di SD Negeri
Kotagede 3 setiap saat. Sosialiasasi dan pemasangan papan tata tertib memang
sudah menjadi cara yang selalu digunakan untuk membentuk siswa yang menaati
peraturan tanpa harus diingatkan. Guru, kepala sekolah, dan karyawan tidak hanya
mengingatkan siswa tentang peraturan tetapi juga ikut menaati peraturan yang ada.
Dengan begitu, siswa akan mengikuti apa yang dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, dan karyawan tanpa paksaan. Pelaksanaan peraturan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 melibatkan partisipasi siswa
dan warga sekolah lainnya secara aktif. Hal tersebut sesuai dengan Kementerian
Lingkungan Hidup (2013: 3) dan Budiati (2014: 122) tentang prinsip partisipatif
dengan semua unsur komunitas sekolah terlibat sebagai subyek dengan
tanggungjawab dan peran masing-masing.
c. Evaluasi
SD Negeri Kotagede 3 melakukan evaluasi terhadap komponen-komponen
Adiwiyata untuk mengetahui kualitas atau mutu Program Adiwiyata di SD Negeri
Kotagede 3. Hal ini sesuai dengan tugas dan peran tim Adiwiyata sekolah
menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 7) untuk melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap pelaksanaan komponen-komponen Adiwiyata yang telah
157
direncanakan termasuk kebijakan berwawasan lingkungan dalam Program
Adiwiyata. Dan juga sesuai dengan Arifin (2012: 8) yang menyatakan evaluasi
adalah suatu proses sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas
sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Evaluasi terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana visi, misi, dan tujuan sekolah telah berhasil dilaksanakan. Visi, misi,
dan tujuan SD Negeri Kotagede telah memuat upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan dalam visi untuk mewujudkan sekolah berkarakter peduli
lingkungan dan dengan misi untuk menciptakan situasi dan kondisi lingkungan
sekolah yang bersih, sehat, indah, dan nyaman untuk pelaksanaan pembelajaran
serta mendidik siswa menjadi manusia humanis yang peduli lingkungan.
Evaluasi terhadap visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 dilakukan
melalui pengamatan oleh kepala sekolah dan guru terhadap pengetahuan siswa
mengenai visi, misi, dan tujuan sekolah dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai Sekolah Adiwiyata. SD Negeri Kotagede 3
melakukan evaluasi terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah pada evaluasi diri
sekolah yang dilakukan setiap tahunnya dengan membandingkan tingkat
pencapaian implementasi visi, misi, dan tujuan sekolah pada akhir tahun dengan
target pencapai yang disusun pada awal tahun ajaran. Kegiatan evaluasi visi, misi,
dan tujuan sekolah SD Negeri Kotagede 3 dilaksanakan sesuai dengan pendapat
Sukiman (2012: 4) bahwa evaluasi merupakan kegiatan membandingkan tujuan
158
awal dengan hasil dan untuk menentukan kualitas sesuatu sebagai pertimbangan
dalam membuat keputusan baru. Hal tersebut sesuai dengan Arifin (2012: 8) yang
menyatakan evaluasi adalah suatu proses sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Evaluasi terhadap RKAS dilakukan setiap akhir tahun melalui evaluasi diri
sekolah dan rapat tahunan penyusunan laporan pertanggungjawaban. Dalam
evaluasi RKAS tersebut akan dibahas mengenai semua kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanakan dengan kendala dan cara mengatasinya. Seluruh
kegiatan yang telah direncanakan oleh SD Negeri Kotagede 3 diusahakan untuk
dapat dilaksanakan seluruhnya dan juga dievaluasi keseluruhan program tersebut
termasuk evaluasi untuk penggunaan dana BOS. Selain melakukan evaluasi, tim
sekolah juga menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada kepala sekolah dengan
tembusan badan lingkungan hidup kota serta intansi terkait lainnya.
Evaluasi RKAS sendiri memang dilakukan oleh tim sekolah sebagai salah
satu tugasnya sesuai dengan Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 7) yang
menyatakan tugas tim sekolah untuk melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan rencana kegiatan yang sudah disusun. Pemantauan dan
evaluasi ini akan berguna dalam perencanaan tujuan yang akan dicapai berikutnya
sesuai dengan pendapat Sukiman (2012: 4) dan Arifin (2012: 8) yang menyatakan
evaluasi adalah suatu proses sistematis dan berkelanjutan untuk membandingkan
159
tujuan hasil dan menentukan kualitas berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan baru.
Peraturan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup di Sekolah
Peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup juga dieveluasi
dengan cara yang sama dengan evaluasi terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah
serta RKAS. Evaluasi dilakukan dengan pengamatan sikap warga sekolah
terhadap peraturan yang berlaku dan kemudian menganalisis keadaan dalam
evaluasi diri sekolah. Evaluasi terhadap kebijakan SD Negeri Kotagede 3
menunjukkan bahwa warga sekolah sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
kebijakan yang berlaku. Namun, beberapa siswa belum menaati peraturan yang
telah dibuat oleh sekolah. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
ketidaksempurnaan proses sosialiasi peraturan serta tidak adanya sanksi yang
tegas terhadap siswa pelanggar peraturan. Tugas SD Negeri Kotagede 3 untuk
mengurangi jumlah siswa yang melanggar peraturan dapat dilakukan dengan
bimbingan terhadap siswa yang masih belum menaati kebijakan sehingga dapat
membentuk warga sekolah terutama siswa yang berkarakter peduli lingkungan.
d. Faktor pengaruh kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
Faktor pendukung kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
Dalam suatu tindakan atau terdapat faktor-faktor yang mendorong sesuatu
untuk menjadi tindakan atau kegiatan yang baik dan bermanfaat. Banyak hal yang
mendukung kebijakan berwawasan lingkungan di SD Negeri Kotagede 3. Faktor
160
pendukung tersebut antara lain adalah ketersediaan sumber dana, partisipasi warga
sekolah dan komite, lingkungan yang mendukung, dan jenis kegiatan yang selaras.
Ketersediaan sumber dana menjadi faktor pendukung kebijakan berwawasan
lingkungan karena sumber dana memiliki pengaruh yang besar dalam penyusunan
RKAS. Jumlah sumber dana akan mempengaruhi anggaran kegiatan yang akan
dilakukan sekolah. Selain sumber dana faktor lingkungan sekitar yang mendukung
juga menjadi faktor pendukung untuk kebijakan berwawasan lingkungan.
Lingkungan yang mendukung juga merupakan faktor yang mempengaruhi RKAS
yang disusun. Lingkungan yang mendukung dan sumber dana yang memadai akan
mendorong perencanaan kegiatan yang bervariatif dan inovatif. Kegiatan yang
variatif dan inovatif tersebut diharapkan untuk menarik minat warga sekolah
untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan tersebut. Partisipasi aktif dari
warga sekolah dalam pelaksanaan kebijakan berwawasan lingkungan akan
menciptakan keadaan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
Faktor penghambat kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
Kebijakan berwawasan lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 memiliki
faktor penghambat dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasinya. Faktor
penghambat terebut antara lain kurangnya kepedulian dari beberapa pihak-pihak
terkait, tidak sebandingnya beban tugas dengan jam kerja guru, kurang
mendalamnya analisis laporan evaluasi, dan kurangnya personil. Kepedulian
pihak lain antara lain adalah kepedulian dari orang tua. Ketika kebijakan sekolah
disosialisasikan kepada siswa dan orang tua, masih terdapat orang tua yang
161
kurang peduli terhadap kebijakan yang diterapkan sekolah sehingga siswa msih
terkadang melanggar kebijakan yang ditentukan karena orang tua di rumah tidak
mengingatkan anak. Selain itu, partisipasi orang tua dalam berbagai kegiatan dan
kebijakan menghambat jalannya kebijakan berwawasan lingkungan.
Guru dituntut untuk dapat berpartisipasi aktif baik dalam sosialisasi,
pelaksanaan, maupun evaluasi kebijakan berwawasan lingkungan. Sayangnya,
jam kerja guru dengan beban tugas yang dimiliki tidak seimbang. Hal tersebut
mengakibatkan guru kurang maksimal dalam menjalankan tugas dan perannya.
Misalnya saja dalam kegiatan evaluasi diri sekolah, analisis yang dilakukan
kurang mendalam karena beban tugas guru yang telalu berat sehingga tahap
analisis data kurang maksimal. Beratnya beban tugas guru tersebut juga antara
lain dikarenakan oleh kurangnya kemampuan atau personil tim.
2. Kurikulum Sekolah Berbasis Lingkungan
a. Perencanaan
SD Negeri Kotagede 3 merupakan salah satu sekolah yang menerapkan
kurikulum 2013 sebagai kurikulumnya. Pelaksanaan kurikulum 2013
dilaksanakan secara bertahap mulai dari kelas 1 dan 4. Sedangkan kelas 2, 3, 5,
dan 6 masih menggunakan kurikulum 2006 (KTSP). Meski demikian, pendidikan
lingkungan hidup tetap dapat diintegrasikan dalam dua kurikulum tersebut. Dalam
kurikulum 2013, pendidikan lingkungan hidup terintegrasi dalam pembelajaran
melalui tema dan subtema yang digunakan setiap harinya. Dalam KTSP
pendidikan lingkungan hidup terintegrasi kedalam materi dalam mata pelajaran
162
tertentu. Dengan perubahan kurikulum, pendidikan lingkungan tetap harus
dirancang berdasarkan kurikulum yang digunakan dengan memperhatikan rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan dalam pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran dilakukan oleh masing-masing guru dengan
berdasarkan pada silabus yang sudah ada. Pada perencanaan pembelajaran dengan
KTSP guru menggunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari silabus
sedangkan indikator dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Begitu pula dengan rencana pembelajaran dalam Kurikulum 2013, Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar berasal dari buku panduan sementara indikator
dikembangkan oleh guru.
Kegiatan dalam pembelajaran juga ditentukan oleh guru dengan
pertimbangan kebutuhan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di
dalam kelas maupun luar kelas dengan berbagai variasi strategi, pendekatan,
model,dan metode pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berbasis lingkungan di
SD Negeri Kotagede 3 sudah merata dari kelas 1 hingga kelas 6. Perbedaan
kurikulum yang digunakan tidak mempengaruhi perencanaan pembelajaran
berbasis lingkungan di SD Negeri Kotagede 3. Hal ini terjadi karena pendidikan
lingkungan hidup tetap dapat diintegrasikan kedalam kegiatan pembelajaran
dalam kurikulum apapun. Tentunya dengan diimbangi dengan kompetensi guru
yang mumpuni untuk merencanakan pembelajaran berbasis lingkungan yang
menarik dan menyenangkan bagi siswa.
163
Perencanaan kurikulum berbasis lingkungan dilaksanakan SD Negeri
Kotagede 3 sebagai salah satu tugas sekolah. Perencanaan kurikulum dilakukan
oleh masing-masing guru untuk memenuhi standar dari Kementerian Lingkungan
Hidup (2012: 10) mengenai pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan adalah
bahwa tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup. Hal tersebut juga sesuai dengan Cheang, et al
(2016: 258) yang menyatakan bahwa tanpa pengalaman dan kompetensi guru,
saran pembelajaran sebaik apapun tidak akan mampu digunakan untuk mencapai
tujuan dan nilai dari pendidikan. Dengan demikian, seorang guru sudah
seharusnya mengembangkan kompetensinya agar dapat memanfaatkan fasilitas
pembelajaran dengan baik dalam rangka mencapai tujuan dari pendidikan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap mulai dari kelas
1 dan 4. Sedangkan kelas 2, 3, 5, dan 6 masih menggunakan kurikulum 2006
(KTSP). Meski demikian, pendidikan lingkungan hidup tetap dapat diintegrasikan
dalam dua kurikulum tersebut. Dalam kurikulum 2013, pendidikan lingkungan
hidup terintegrasi dalam pembelajaran melalui tema dan subtema yang digunakan
setiap harinya. Dalam KTSP pendidikan lingkungan hidup terintegrasi kedalam
materi dalam mata pelajaran tertentu. Guru bertugas dan berperan dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terintegrasi dengan
pendidikan lingkungan baik dalam kurikulum 2013 maupun KTSP.
164
Pelaksanaan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan tenaga
pendidik tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan dari peserta didik. Baik tenaga
pendidik maupun peserta didik memiliki pengaruh yang sama terhadap
pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan. Kegiatan pembelajaran berbasis
lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 telah dilakukan dengan baik karena telah
menggunakan variasi kegiatan dan metode pembelajaran baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Selain itu, guru juga sudah mencoba untuk mengangkat isu
lingkungan di sekitar siswa ke dalam materi pembelajaran. Misalnya, isu
mengenai sampah, guru mengadakan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan sampah sebagai bahan pembelajaran dan menghasilkan produk
belajar berupa barang-barang daur ulang sampah yang di pajang di etalase sekolah
atau ruang kelas sebagai hiasan. Dengan mengangkat isu lingkungan di sekitar
siswa ke dalam kegiatan pembelajaran, siswa dapat lebih memahami upaya PPLH
serta materi pembelajaran yang dipelajari saat itu.
Partisipasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan
oleh guru sangat diperlukan mengingat pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini
akan berdampak pada evaluasi kurikulum berbasis lingkungan SD Negeri
Kotagede 3. Untuk mengembangkan partisipasi siswa, guru di SD Negeri
Kotagede 3 menggunakan pembelajaran terintegrasi dengan pendekatan student
centered dimana siswa merupakan fokus utama dalam pembelajaran dan subyek
pembelajaran. Selain itu metode yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan
pembelajaran juga divariasikan dengan mempertimbangkan keterlibatan siswa
165
dalam kegiatan pembelajaran. Siswa sendiri sudah berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa dapat mengikuti berbagai
metode dan model pembelajaran yang diterapkan. Siswa juga sudah memiliki
kemampuan untuk mengkomunikasikan hasil belajarnya dihadapan orang lain
dengan cara pameran atau memasangnya pada majalah dinding yang
menampilkan hasil karya siswa.
Pelaksanaan pembelajaran terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup
dalam kurikulum 2013 maupun KTSP sesuai dengan Suryosubroto (2004: 36)
yang menyatakan bahwa dalam kurikulum terintegrasi tidak ada batas antara
berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan. Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum berbasis lingkungan
berpusat pada siswa sebagai subyek pembelajar. Hal tersebut sesuai dengan
standar kurikulum berbasis lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (2012:
10) mengenai peserta didik yang mampu melakukan kegiatan pembelajaran
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kegiatan pembelajaran
berbasis lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 dilaksanakan dengan prinsip
edukatif, partisipatif, dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip Program Adiwiyata
yang termuat dalam Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Adiwiyata. Pembelajaran di SD Negeri Kotagede 3
dilakukan dengan prinsip edukatif dimana tujuan pembelajaran tersebut adalah
untuk mendidik siswa mengenai karakter peduli lingkungan. Hal ini juga sesuai
dengan Ozsoy (2013: p.23) karena siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan
166
pembelajaran lingkungan yang dilakukan oleh guru baik di dalam maupun luar
kelas. Secara umum kegiatan pembelajaran berbasis lingkungan SD Negeri
Kotagede 3 dilaksanakan dengan baik dan lancar meskipun masih terdapat
beberapa siswa yang kurang mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik. Pembelajaran kurikulum berbasis lingkungan di SD Negeri Kotagede 3
dilakukan dengan terintegrasi agar siswa dapat mengembangkan semua aspek
perkembangan manusia sesuai dengan Essa (2014: 11) berikut ini yang
mengungkapkan bahwa kurikulum terintegrasi memuat semua aspek
perkembangan manusia yang meliputi aspek sosial, afektif, fisik, kognitif, bahasa,
dan kreativitas. Selain itu, kurikulum terintegrasi melibatkan pengalaman peserta
didik secara langsung dalam pembelajaran. Pengalaman secara langsung tersebut
membuat siswa lebih senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga
akan lebih mudah untuk memahami isi materi yang disampaikan. Pembelajaran di
alam terbuka memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman secara langsung lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran di
dalam kelas. Oleh karena itu, pembelajaran dengan melibatkan alam atau
lingkungan sekitar peserta didik sangat dianjurkan dalam penyelenggaraan
pendidikan dengan kurikulum berbasis lingkungan.
c. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran SD Negeri Kotagede 3 dilakukan berdasarkan pada
kebutuhan kelas masing- masing. Evaluasi dapat dilakukan baik dengan tes
tertulis maupun tes lisan. Tes yang dilakukan seperti quiz, ulangan harian, TPM,
167
UTS, dan UAS. Tes tersebut dapat berupa pilihan ganda, isian singkat, dan/ atau
essay. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan afektif siswa peduli terhadap
lingkungan guru dan kepala sekolah dapat mengamati sikap siswa pada
pembelajaran dan setelah pembelajaran berlangsung. Evaluasi pembelajaran juga
dapat dilakukan dengan memperhatikan produk hasil belajar siswa yang
dipamerkan baik di etalase hasil karya siswa maupun majalah dinding, web
sekolah dan lain sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan Suryosubroto (2004: 48)
yang menyatakan bahwa evaluasi dapat berupa tes formatif yang dilakukan
setelah pokok bahasan selesai dipelajari atau tes sumatif yang dilakukan setelah
kegiatan belajar mengajar selesai dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan
teknik tes lisan tertulis maupun tes lisan. Bentuk tes dalam evaluasi pembelajaran
SD Negeri Kotagede 3 sesuai dengan bentuk tes tertulis menurut Suryobroto
(2004: 49) yaitu tes essay dan tes obyektif yang dapat berupa pilihan ganda, benar
salah, isian/ melengkapi, menjodohkan, atau jawab singkat.
Evaluasi terhadap pembelajaran lingkungan hidup dilakukan baik oleh
masing-masing guru maupun sekolah secara bersamaan. Evaluasi diri sekolah
yang dilakukan setiap tahun merupakan salah satu cara mengevaluasi kegiatan
pembelajaran kurikulum berbasis lingkungan di SD Negeri Kotagede 3 secara
umum. Dalam EDS tersebut akan dikupas tuntas mengenai pelaksanaan
kurikulum berbasis lingkungan beserta kendala yang muncul untuk menemukan
solusi yang tepat mengatasi kendala tersebut. Untuk itu, sekolah juga meminta
masing-masing guru untuk mengisi angket pengembangan indikator dan
168
instrumen kegiatan pembelajaran. Angket tersebut akan digunakan oleh sekolah
dalam analisis tujuan Program Adiwiyata komponen pelaksanaan kurikulum
berbasis lingkungan.
Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan.
Hal tersebut sesuai dengan Arifin (2012: 8) yang menyatakan bahwa evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas
(nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu
untuk membuat suatu keputusan, dan Sukiman (2012: 4) yang menyatakan
evaluasi sebagai kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga
merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu.
d. Faktor pengaruh kurikulum berbasis lingkungan
Faktor pendukung kurikulum berbasis lingkungan
Kurikulum berbasis lingkungan memiliki faktor yang mendukung
keberhasilan pembelajaran terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup.
Faktor tersebut antara lain adalah kemampuan guru, kegiatan yang bervariatif,
keterlibatan (partisipasi siswa), dukungan pihak lain dan lingkungan sekolah yang
mendukung. Faktor pendukung tersebut saling terkait satu sama lain sehingga
menciptakan pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan yang sesuai dengan
standar Sekolah Adiwiyata yang ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup.
Kemampuan guru untuk menciptakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
variatif, inovatif dan menarik akan meningkatkan keterlibatan siswa di dalam
169
pembelajaran. Dengan keterlibatan siswa secara aktif tanpa paksaan tersebut,
siswa akan lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran yang dipelajarinya.
Selain itu keadaan lingkungan sekitar SD Negeri Kotagede yang memungkinkan
guru untuk melaksanakan pembelajaran langsung di alam mendukung
keberhasilan kurikulum berbasis lingkungan yang direncanakan. Dukungan dan
partisipasi orang tua mendorong siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Faktor penghambat kurikulum berbasis lingkungan
Faktor penghambat pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan yang
dialami SD Negeri Kotagede 3 berkebalikan dengan faktor pendukungnya. Meski
sebagian besar guru memiliki kemampuan untuk menyusun rencana pembelajaran
berbasis lingkungan dengan baik, namun masih terdapat guru yang kurang mampu
menyusun RPP yang terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup dan belum
menyediakan media pembelajaran lingkungan hidup yang tepat dalam kegiatan
pembelajarannya. Hal tersebut berdampak pada fokus dan motivasi belajar siswa
yang kurang saat berlangsungnya pembelajaran. Selain itu, lingkungan sekitar
termasuk warga sekolah lain dan orang tua siswa terkadang kurang mendukung
berlangsungnya kegiatan pembelajaran berbasis lingkungan di sekolah.
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
a. Perencanaan
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perencanaan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
SD Negeri Kotagede 3 sebenarnya dilakukan dengan menggunakan RKAS.
170
RKAS tersebut memuat berbagai kegiatan sekolah terkait dengan pemeliharaan
dan pengelolaan lingkungn hidup yang terencana bagi warga sekolah. Kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di SD Negeri Kotagede 3
meliputi kegiatan pemanfaatan dan perawatan lahan dan fasilitas sekolah, kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi warga sekolah
serta keikutsertaan dalam kegiatan aksi lingkungan di luar sekolah.
Kegiatan yang direncanakan oleh SD Negeri Kotagede 3 disusun untuk
terkait dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam
perencanaan kegiatan disebutkan bahwa semua warga sekolah meliputi guru,
siswa dan karyawan akan terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan. Bahkan,
pihak luar seperti komite sekolah, orang tua siswa dan masyarakat juga akan
dilibatkan dalam berbagai kegiatan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Hal ini sesuai dengan Kementerian Lingkungan Hidup (2012:
3) dan Budiati (2014: 122) yang menyatakan bahwa partispasi semua unsur
komunitas sekolah dalam manajemen sekolah yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam kegiatan
upaya PPLH dan pembangunan lingkungan hidup agar upaya PPLH dan
pembangunan lingkungan tidak hanya menjadi obyek semata.
Perencanaan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif SD Negeri Kotagede
3 memenuhi standar komponen kegiatan lingkungan berbasis lingkungan seperti
dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 15-16) yaitu melaksanakan
171
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi
warga sekolah yang diimplementasikan melalui kegiatan seperti berikut ini.
1) Terdapat kegiatan sekolah untuk memelihara dan merawat gedung dan
lingkungan sekolah dengan melibatkan warga sekolah.
2) Sekolah dapat memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai kaidah PPLH
3) Terdapat kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan upaya PPLH.
4) Terdapat kegiatan kreativitas dan inovasi warga sekolah dalam upaya PPLH.
5) Partisipasi dalam kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan pihak luar.
Kemitraan
Kegiatan kemitraan atau kerja sama diperlukan untuk membantu
meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah
dengan bantuan dari pihak lain. Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3 dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi; BLH, LSM lingkungan,
organisasi pengepul sampah, orang tua/ wali, komite sekolah, dan perguruan
tinggi tertentu. Bentuk kerja sama yang dilakukan dapat berupa kerja sama fisik
seperti bantuan fasilitas maupun non-fisik seperti pelatihan dan penyuluhan. Mitra
kerja SD Negeri Kotagede 3 didapatkan melalui seleksi penawaran yang masuk ke
SD negeri Kotagede 3 dan permintaan kerja sama oleh sekolah kepada pihak yang
dibutuhkan. Kemitraan tidak hanya diwujudkan dengan kegiatan yang dilakukan
di lingkungan SD Negeri Kotagede 3 tetapi juga kemitraan dengan pihak lain di
luar lingkungan sekolah dalam upaya PPLH. Perencanaan kemitraan di SD Negeri
Kotagede 3 sesuai dengan Kementerian Lingkungan Hidup (2013: 3) dan Budiati
172
(2014: 122) tentang prinsip partisipatif yang melibatkan semua unsur komunitas
sekolah terlibat dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaanlingkungan hdiup
sebagai subyek dengan tanggungjawab dan peran masing-masing unsur komunitas
sekolah.
b. Pelaksanaan
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan
mempertimbangkan partisipasi aktif dari warga sekolah dan juga keberlanjutan
kegiatan tersebut. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
melibatkan seluruh elemen sekolah dan dilakukan secara terus menerus sebagai
upaya pembentukan karakter peduli lingkungan. Kegiatan-kegiatan di SD Negeri
Kotagede 3 sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan standar kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif yang melaksanakan kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah. Kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ini meliputi kegiatan
pemanfaatan, perawatan, dan pemeliharaan fasilitas sekolah; pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler; pengembangan kegiatan pengembangan kreativitas dan
inovasi; dan keikutsertaan dalam kegiatan lingkungan di luar lingkungan sekolah.
Kegiatan-kegiatan tersebut direncanakan dalam upaya daur ulang sampah, hemat
energi, pengelolaan air, dan pemanfaatan lingkungan.
Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup telah sesuai
dengan Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 10) bahwa kegiatan lingkungan
173
berbasis partisipatif memiliki standar untuk melakukan kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah. Selain itu juga
sesuai dengan Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 16) bahwa kegiatan
kreativitas dan inovasi dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup meliputi daur ulang sampah, pemanfaatan dan pengolahan air, karya ilmiah,
hemat energi, dan energi alternatif. SD Negeri Kotagede 3 telah mengembangkan
kegiatan kreativitas dan inovasi dalam hampir seluruh kategori tersebut. Namun
lebih fokus pada sampah dan cara pengelolaannya.
Pelaksanaan kegiatan berbasis partisipatif SD Negeri Kotagede 3 juga telah
dilaksanakan berdasarkan prinsip Program Adiwiyata seperti dalam Kementerian
Lingkungan Hidup (2012: 3-4) dan dan Budiati (2014: 122) bahwa Adiwiyata
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip partisipatif dimana semua unsur
komunitas sekolah terlibat sebagai subyek dengan tanggungjawab dan peran
masing-masing. Unsur komunitas termasuk orang tua dan masyarakat. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Mustadi, dkk (2015: 22-23) bahwa Kegiatan
berbasis partisipatif dalam pendekatan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) yang
melibatkan orang tua dalam kegiatan pembelajaran, perencanaan pengembangan
sekolah dan pengelolaan kelas.
Kegiatan partisipatif siswa juga sesuai dengan Soemarwoto (2001: 107-108)
mengenai pendekatan Atur-Diri-Sendiri (ADS) yang memperhatikan karakter
egoistis manusia untuk meminimalisir bentrokan antaa pengelolaan lingkungan
hidup dengan egoisme. Pendekatan ADS dalam kegiatan lingkungan berbasis
174
partisipatif dapat dilihat dalam tanggungjawab individu dalam menjaga dan
mengelola lingkungan hidup dengan baik tanpa adanya paksaan dari pihak
atasannya. Pendekatan Atur-Diri-Sendiri menuntut pihak yang terlibat sebagai
pelaksana serta pengawas bagi dirinya sendiri.
Kemitraan
Pelaksanaan kemitraan oleh SD Negeri Kotagede 3 dengan pihak lain sudah
cukup baik. SD Negeri Kotagede 3 memiliki berberapa mitra kerja yang bekerja
sama baik secara fisik maupun non-fisik. Kerja sama yang dilakukan oleh SD
Negeri Kotagede 3 tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh sekolah. Kerjasama atau
kemitraan yang dilakukan SD Negeri Kotagede 3 dapat berupa kerjasama fisik
maupun kerjasama non-fisik. Kerja sama fisik dapat berupa bantuan sarana
ataupun dana untuk mengembangkan kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Kerja sama non fisik dapat berupa upaya peningkatan mutu
atau kualitas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3 dapat berasal dari mana saja asalkan
sesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Mitra kerja
SD Negeri Kotagede 3 antara lain LSM lingkungan, Lembaga pendidikan lainn,
media massa, masyarakat sekitar, dan puskesmas. Hal ini sesuai dengan standar
kegiatan lingkungan berbasis partisipatif terkait dengan kemitraan dalam
Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 17) yang mana sekolah dapat menjalin
kemitraan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan
175
berbagai pihak yang meliputi masyarakat, pemerintah, swasta, media dan sekolah
lain. Kemitraan berjalan dengan baik bahkan tanggapan siswa dalam kegiatan
hasil kemitraan sekolah dengan pihak lain sendiri antusias dan dapat melibatkan
diri secara aktif. Akan tetapi, beberapa siswa masih tidak mengetahui bahwa
kegiatan tersebut merupakan kegiatan hasil kerja sama sekolah dengan pihak lain.
Hal tersebut terjadi karena siswa masih kurang peduli siapa yang
menyelenggarakan kegiatan di sekolahnya dan hanya mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan sekolah hanya karena kewajiban yang ditentukan oleh sekolah.
c. Evaluasi
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Evaluasi kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
kegiatan lingkungan berbasis partisipatif perlu dilakukan. SD Negeri Kotagede 3
telah melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi kegiatan
pemeliharaan dan pemanfaatan fasilitas dan lingkungan sekolah, kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan pengembangan inovasi dan kretivitas siswa serta
kegiatan aksi lingkungan di luar sekolah. Evaluasi dilakukan ketika suatu kegiatan
selesai dilakukan atau dalam kurun waktu tertentu seperti melalui evaluasi diri
sekolah dengan melakukan analisis tujuan Program Adiwiyata apada akhir tahun.
Analisis tersebut menggambarkan keadaan yang telah dicapai saat ini dan keadaan
yang akan dicapai pada periode selanjutnya. Dengan begitu, evaluasi tidak hanya
untuk mengetahui tingkat kualitas kegiatan perlindungan dan pengelolaan
176
lingkungan hidup tetapi juga menentukan cara untuk mengatasi kendala yang
ditemui demi mendapatkan pencapaian yang lebih baik lagi.
Evaluasi dilaksanakan oleh SD Negeri Kotagede 3 sebagai salah satu tugas
dan peran sekolah dalam Program Adiwiyata sesuai dengan Kementerian
Lingkungan Hidup (2012: 7) yang menyatakan tugas dan peran tim Adiwiyata
sekolah adalah melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanakan. Evaluasi untuk mengetahui kualitas kegiatan
PPLH sesuai dengan pendapat Sukiman (2012: 4) dan Arifin (2012: 8) yang
menyatakan evaluasi sebagai proses sistematis dan berkelanjutan untuk
membandingkan tujuan dengan hasil dan menentukan kualitas berdasarkan
kriteria tertentu sebagai pertimbangan pembuatan keputusan baru.
Kemitraan
Evaluasi terhadap kemitraan sekolah dilakukan dengan cara yang sama
dengan evaluasi terhadap kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Evaluasi dilakukan melalui evaluasi diri sekolah menggunakan analisis
tujuan Program Adiwiyata. Dalam analisis tersebut digambarkan bagaimana
keadaan kemitraan pada saat ini dan diputuskan apa yang menjad target
pencapaian pada periode yang akan datang. Evaluasi kemitraan di SD Negeri
Kotagede 3 melibatkan seluruh mitra kerja sekolah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kebermanfaatan kemitraan yang dilaksanakan.
Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3 antara lain BLH Kota Yogyakarta, LSM
Yayasan Lestari Indonesia, dan INSTIPER Yogyakarta sebagai narasumber dalam
177
peningkatan kualitas pembelajaran lingkungan hidup. Dengan begitu, kemitraan
SD Negeri Kotagede 3 sesuai dengan standar kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 17) pada hal kemitraan
yang menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat 3 (tiga) mitra kerja yang
dimanfaatkan narasumber untuk meningkatkan pembelajaran lingkungan hidup.
Evaluasi kemitraan dilakukan SD Negeri Kotagede 3 dilakukan sebagai
tugas dan peran sekolah dalam Program Adiwiyata sebagaimana dijabarkan dalam
Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 7) bahwa tim sekolah memiliki tugas dan
peran untuk melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanakan. Evaluasi kemitraan SD Negeri Kotagede 3
bertujuan untuk mengetahui kualitas kemitraan sebagaimana Sukiman (2012: 4)
dan Arifin (2012: 8) yang menyatakan evaluasi adalah suatu proses sistematis dan
berkelanjutan untuk membandingkan tujuan hasil dan menentukan kualitas
berdasarkan kriteria tertentu sebagai pertimbangan pembuatan keputusan baru.
d. Faktor pengaruh kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
Faktor pendukung kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
Kewajiban penyelenggaraan pendidikan melibatkan keaktifan siswa serta
kebutuhan sekolah merupakan faktor pendukung SD Negeri Kotagede 3 untuk
merencanakan kegiatan berbasis partisipatif. Orang tua juga merupakan faktor
pendukung dalam kegiatan lingkungan berbasis lingkungan untuk membentuk
karakter peduli lingkungan anak dari rumah. Hal tersebut sesuai dengan Mustadi
(2012: 100) bahwa orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter
178
anak karena anak belajar lingkungan sejak dari rumah bersama orang tuanya.
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup dan
kemitraan dipengaruhi oleh jeniss kegiatan yang rencanakan oleh sekolah. Variasi
kegiatan akan menarik perhatian dan minat siswa untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pengembangan diri siswa tersebut. Pengemasan kegiatan yang menarik
sangat mendukung kegiatan berbasis partisipatif di SD Negeri Kotagede 3.
Faktor penghambat kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
Kegiatan berbasis partisipatif di SD Negeri Kotagede 3 memiliki faktor
penghambat kesadaran siswa untuk berpartisipasi. Rendahnya kesadaran
partisipasi siswa akan menghambat pelaksanaan kegiatan berbasis partisipatif.
Seluruh warga sekolah dan orang tua yang kurang peduli dan kurang
berpartisipasi secara aktif akan menghambat pelaksanaan kegiatan berbasis
partisipatif SD Negeri Kotagede 3.Siswa yang melihat temannya tidak
berpartisipasi sering kali berpikir untuk apa berpartisipasi jika temannya tidak
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan upaya PPLH SD Negeri Kotagede 3.
4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
a. Perencanaan
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan
pendidikan yang dituntut agar mampu mengatasi masalah lingkungan hidup dan
mendukung kegiatan pembelajaran. SD Negeri Kotagede 3 telah melakukan
kajian terhadap sarana dan prasarana yang ada dan dibutuhkan oleh sekolah
179
kemudian membuat anggaran untuk melengkapi sarana dan prasarana pendukung
upaya PPLH dan PLH. Hal tersebut sesuai dengan salah satu tugas dan peran tim
Adiwiyata sekolah dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 7) untuk
mengkaji kondisi sarana prasarana sekolah dan membuat rencana kerja dan
pengalokasian anggaran. Melihat tujuan dari perencanaan kelengkapan saran
untuk mengatasi masalah lingkungan dan mendukung pembelajaran maka dapat
disimpulkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kelengkapan
sarana dan prasarana adalah pendekatan kebutuhan sosial (social demand
approach) seperti yang diungkapkan oleh Rohman (2012: 91) dan Sa’ud &
Makmun (2006: 233-237) bahwa pendekatan kebutuhan social (social demand
approach) cenderung untuk menjawab tuntutan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Perencanaan ketersediaan sarana pendukung ramah lingkungan ini juga
sesuai dengan manajemen sarana prasarana sekolah yang disampaikan oleh c
bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan sarana prasarana sekolah meliputi
kegiatan pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemanfaatan, pemeliharaan,
inventarisasi, dan penghapusan barang-barang yang dimililki oleh sekolah. Sarana
dan prasarana di SD Negeri Kotagede 3 dapat dilengkapi menggunakan RAPBS
dengan sumber dana utama BOS dan BOSDA, bantuan dari pihak luar sekolah
seperti mitra kerja, dan inisiatif guru untuk melengkapi kekurangan sarana dan
prasarana kegiatan pembelajaran saat itu. Hal ini sesuai dengan Kementerian
Lingkungan Hidup (2012: 8) yang mengungkapkan bahwa pembiayaan Program
180
Adiwiyata berasal dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/ Kota, dan
sumber lain yang tidak mengikat sesuai undang-undang.
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Perencanaan terhadap pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
lingkungan dilakukan seiring dengan perencanaan kelengkapan sarana dan
prasarana pendukung ramah lingkungan dan kegiatan pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan sekolah. Pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana
melibatkan seluruh warga sekolah bahkan masyarakat dan orang tua/ wali siswa.
Hal tersebut terjadi karena pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah tidak hanya
cukup dilakukan oleh beberapa orang tetapi harus semua pihak terkait untuk
memelihara sarana dan prasarana sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Dalam pengelolaan sarana dan prasarana ramah lingkungan SD Negeri
Kotagede 3 semua pihak berperan aktif sesuai dengan peran dan tanggungjawab
masing-masing. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab, guru sebagai
pengawas dan siswa sebagai pelaksana tata tertib pengelolaan sarana dan
prasarana yang ada. Hal tersebut sesuai dengan standar pengelolaan sarana
pendukung ramah lingkungan dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 19)
bahwa pengelolaan dan pemeliharaan sarana memiliki 4 (empat) unsur mekanisme
yaitu penanggung jawab, tata tertib, pelaksana (daftar piket), dan pengawas.
Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
Kantin sekolah merupakan salah satu fasilitas yang harus dimiliki sebuah
sekolah. Kantin untuk Sekolah Adiwiyata haruslah sebuah kantin yang sehat dan
181
juga ramah lingkungan. Kantin SD Negeri Kotagede 3 sudah menerapkan
peraturan bahwa makanan dan minuman yang dijual di kantin adalah makanan
yang sehat dan bergizi, tidak kadaluarsa dan tidak menggunakan bahan pengemas
plastik lagi. Hal ini mengingat kajian lingkungan SD Negeri Kotagede 3 pada
tahun 2016. 2017 yang mengedepankan sampah dan pengelolaannya sehingga
kantin SD Negeri Kotagede 3 merupakan kantin sehat ramah lingkungan yang
bebas sampah plastik. Makanan dibungkus menggunakan kotak makan kecil,
piring, atau mangkuk, sedangkan minuman menggunakan gelas plastik.
Perencanaan kantin sehat ramah lingkungan yang bebas sampah plastik di SD
Negeri Kotagede 3 ini sesuai dengan standar kantin yang sehat dan ramah
lingkungan menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 20), yaitu kantin
sekolah yang tidak menjual makan/ minuman yang mengandung bahan pengawet/
pengenyal, pewarna atau perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, tidak
menjual makanan dan minuman yang telah kadaluarsa atau terkontaminasi, dan
tidak menjual makanan atau minuman yang dikemas dengan bahan yang tidak
ramah lingkungan seperti plastik, styrofoam, dan aluminium foil.
b. Pelaksanaan
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dn prasarana dipenuhi melalui RKAS dan juga
kemitraan. Sarana dan prasarana yang disediakan oleh SD Negeri Kotagede 3
terbagi atas sarana dan prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup
dan sarana prasarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup. Sarana
182
mengatasi permasalahan lingkungan hidup di SD Negeri Kotagede 3 meliputi
saluran air bersih, sampah (penyediaan tempat sampah terpisah, mesin pencacah
daun, dan komposter), saluran tinja, saluran air limbah/ drainase, dan ruang
tebuka hijau (taman dan kebun). Sementara untuk sarana pendukung pembelajaran
lingkungan hidup antara lain adalah pengomposan, pemanfaatan dan pengelolaan
air, hutan/ taman/ kebun sekolah, green house, TOGA, kolam ikan, bioporim
sumur resapan, dan biogas.
Hal tersebut sesuai dengan standar pengelolaan sarana pendukung ramah
lingkungan dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 19) bahwa ketersediaan
sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan meliputi sarana untuk
mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah dan juga sarana prasarana
pendukung pembelajaran lingkungan hidup di sekolah. Selain itu juga sesuai
dengan standar sarana dan prasarana sekolah dalam Permendiknas nomor 24
tahun 2007 meliputi air bersih, sampah (penyediaan tempat sampah terpisah,
komposter), tinja, air limbah/ drainase, ruang tebuka hijau, dan kebisingan/
getaran/ radiasi.
SD Negeri Kotagede 3 telah menyediakan sarana dan prasarana untuk
mengatasi masalah lingkungan di sekolah. Air bersih di SD Negeri Kotagede 3
sudah baik dengan adanya 3 (tiga) sumur di lingkungan sekolah yang tepatnya
berada di lapangan olahraga dan kebun sekolah, di lingkungan gedung utama
sekolah, dan di rumah penjaga sekolah. Untuk menjamin kebersihan dan
kelayakan air sekolah bahkan melakukan uji kelayakan terhadap air dari ketiga
183
sumur tersebut. Untuk memudahkan siswa dalam menggunakan air bersih,
sekolah telah mengalirkan air ke setiap kamar mandi, tempat wudhu, bahkan
wastafel yang ada di beberapa sudut sekolah.
Masalah sampah di SD Negeri Kotagede 3 sudah ditangani dengan sarana
dan prasarana yang baik mengingat bahwa kajian lingkungan dalam Program
Adiwiyata tahun 2016/ 2017 di SD Negeri Kotagede 3 adalah tentang sampah dan
pengelolaannya. Tempat sampah yang terpisahkan berdasarkan jenisnya sudah ada
di setiap kelas dan di beberapa sudut sekolah. Tempat pengumpulan sampah
sementara juga sudah ada di sebelah barat sekolah. Mesin pencacah daun dan
komposter juga sudah disediakan oleh SD Negeri Kotagede 3 untuk
memanfaatkan sampah organik di lingkungan sekolah menjadi pupuk kompos.
Saluran pembuangan tinja dan sistem drainase di SD Negeri Kotagede 3
juga sudah baik. Lingkungan gedung utama sekolah terdapat titik-titik biopori dan
daerah resapan air. Lapangan upacara di gedung utama menggunakan paving
block sehingga air hujan tetap dapat terserap tanah. Sedangkan lapangan olahraga
dibiarkan tetap menggunakan tanah. Tahun sebelumnya sudah diadakan
penanaman rumput di lapangan olahraga akan tetapi karena sedang ada
pembangunan gedung di sekitar lapangan olahraga perawatan rumput di lapangan
olahraga menjadi kurang sehingga banyak yang mati. Ruang terbuka hijau di SD
Negeri Kotagede 3 sudah cukup memadai karena di seluruh penjuru sekolah
ditanami berbagai macam tanaman sehingga lingkungan sekolah nampak sejuk,
hijau, dan asri.
184
Sarana dan prasarana pendukung kegiatan pembelajaran lingkungan hidup
SD Negeri Kotagede 3 juga sudah cukup memadai. Sekolah telah menyediakan
alat untuk membuat kompos (mesin pencacah daun dan komposter), taman
sekolah, kebun sekolah, Tanaman Obat Keluarga (TOGA), hidroponik, kolam
ikan, kandang hewan (burung, ayam, dan kelinci), biopori. Sekolah juga
menyediakan buku-buku bacaan siswa tentang pemeliharaan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Sarana dan prasarana tersebut dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran berbasis lingkungan di SD Negeri Kotagede 3. Guru dan siswa
dapat mempersiapkan sarana dan prasarana lain yang belum ada di sekolah. Orang
tua biasanya juga terlibat dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan pembelajaran yang belum dapat disediakan oleh sekolah.
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan oleh seluruh
warga SD Negeri Kotagede 3 dengan cara seperti mengembalikan barang yang
dipakai ketempat semula, membersihkan dan merawatnya dengan baik, dan tidak
menggunakannya sebagai mainan. Pada dasarnya, pemanfaatan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana ramah lingkungan dilakukan agar sarana dan prasarana
tersebut terawat dan dapat dipakai secara maksimal dalam jangka waktu lama.
Kerusakan sarana harus segera diperbaiki agar tidak mengganggu pelaksanaan
upaya PPLH. Kegiatan yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3 tersebut
diatas merupakan beberapa kegiatan yang dilakukan sebagai upaya pemeliharaan
sarana dan prasarana sekolah sebagaimana dalam Kementerian Lingkungan Hidup
185
(2012: 19) yang menyatakan bahwa peningkatan kualitas pengelolaan dan
pemanfaatan sarana dan prasarana lingkungan hidup dapat dilakukan dengan
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah ramah lingkungan dan fasilitas sanitasi
serta memanfaatkan sumber energi listrik, air dan ATK secara bijaksana.
Pemingkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana ramah
lingkungan sekolah memiliki garis tanggung jawab, pengawas dan pelaksana
(daftar piket) dalam pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah. Masing-masing
siswa memiliki tugas piket setiap harinya secara bergantian yang terbagi atas piket
kelas, piket taman, dan piket kebun. Teman sebaya dapat menjadi pengawas
jalannya piket namun lebih pada guru kelas yang menjadi pengawas pelaksanaan
piket. Selain itu terdapat tata tertib yang harus ditaati oleh masing-masing siswa.
Tata tertib tersebut selain disosialiasikan secara lisan juga disosialisasikan
menggunakan poster-poster seperti poster membuang sampah pada tempatnya,
menghemat listrik dan air, serta larangan untuk merusak tanaman. Hal ini sesuai
dengan standar pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan dalam
Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 19) bahwa pengelolaan dan pemeliharaan
sarana memiliki 4 (empat) unsur mekanisme yaitu penanggung jawab, tata tertib,
pelaksana (daftar piket), dan pengawas.
Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
Kantin sehat dan ramah lingkungan yang direncanakan oleh SD Negeri
Kotagede 3 adalah kantin yang sehat dan bebas dari sampah plastik. Pelayanan
kantin SD Negeri Kotagede 3 sudah baik. Pedagang mengikuti peraturan yang
186
dibuat oleh sekolah untuk menjual makanan dan minuman bersih dan sehat yang
tidak lagi dibungkus menggunakan plastik. Pelayanan kantin SD Negeri Kotagede
3 juga sudah baik dengan pedagang yang ramah dan murah senyum. Pedagang
kantin juga menaati peraturan untuk tidak melayani siswa yang membeli makan
dan minum pada saat jam pelajaran masih berlangsung.
Pedagang di kantin sekolah sudah menjual makanan menggunakan kotak
makan kecil, piring, atau mangkuk dan minuman menggunakan gelas. Bekas
tempat makan dan minum siswa dicuci oleh pedagang kantin. Jumlah sampah
plastik di SD Negeri Kotagede sudah berkurang banyak karena kantin sudah tidak
lagi menyisakan sampah plastik setiap harinya. Pelayanan kantin sekolah selalu
dikontrol oleh guru dan kepala sekolah. Hal tersebut sesuai dengan tugas dan
peran tim sekolah dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 7) untuk
memberikan pemantauan pada jalannya kegiatan yang sudah direncanakan.
c. Evaluasi
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah dapat dievaluasi dengan melihat
daftar inventaris sarana dan prasarana sekolah pada awal tahun ajaran baru dan
akhir tahun ajaran baru. Apakah terjadi peningkatan jumlah sarana dan prasarana
sekolah atau justru penurunan jumlah sarana dan prasarana pendukung ramah
lingkungan di SD Negeri Kotagede 3. Kelengkapan sarana dan prasarana ramah
lingkungan dianalisis dalam analisis tujuan Program Adiwiyata pada evaluasi diri
sekolah setiap tahunnya untuk mengetahui sejauh mana sarana dan prasarana
187
dapat mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah serta ketersediaan
sarana dan prasarana pendukung kegiatan pemebelajaran lingkungan hidup. Hal
tersebut sesuai dengan standar ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
ramah lingkungan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 19) tentang
ketersediaan sarana dan prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan
hidup di sekolah serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pemebelajaran lingkungan hidup. Evaluasi kelengkapan sarana dan prasarana juga
sesuai dengan pendapat Amirin dkk (2012: 78-79) yang menyatakan tentang
kegiatan dalam manajemen sarana prasarana terkait pengadaan, pendistribusian,
inventarisasi, dan penghapusan barang yang tidak sesuai standar.
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Evaluasi dari pemanfaatan dan pemeliharaan sarana pendukung ramah
lingkungan SD Negeri Kotagede 3 juga dilakukan dengan cara yang sama dengan
evaluasi kelengkapan sarana dan prasarana ramah lingkungan SD Negeri
Kotagede 3. Hal tersebut karena kelengkapan dan pemanfaaatan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan saling terkait
satu sama lain. Pemanfaatan dan pemeliharaan yang baik akan membuat sarana
dan prasarana pendukung ramah lingkungan bertahan lama dan dapat
dimanfaatkan secara maksimal. Dalam hal ini, semua warga sekolah terlibat
dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana lingkungan. Bahkan
masyarakat sekitar juga ikut terlibat di dalamnya. Guru dan kepala sekolah
memiliki tugas untuk mengawasi dan mengevaluasi pemanfaatan dan
188
pemeliharaan sarana dan prasarana ramah lingkungan secara rutin dari satu waktu
ke waktu untuk megetahui kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas sarana dan
prasarana lingkungan dengan rancangan awal juga sesuai dengan pendapat
Sukiman (2012: 4) dan Arifin (2012: 8) yang menyatakan evaluasi adalah suatu
proses sistematis dan berkelanjutan untuk membandingkan tujuan hasil dan
menentukan kualitas berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai
pertimbangan dalam membuat keputusan baru.
Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
Kantin sekolah merupakan salah satu sarana dan prasarana sekolah. oelh
karena itu evaluasi terhadap pelayanan kantin juga dilakukan dengan cara yang
sama dengan evaluasi terhadap sarana dan prasarana pendukung ramah
lingkungan yang lain. Kantin SD Negeri Kotagede 3 sudah memenuhi standar
yang ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 20)yaitu bahwa kantin
sehat dan ramah lingkungan tidak menjual makanan/ minuman yang tidak sesuai
dengan standar kesehatan dan/ atau makanan yang terkontaminasi dan kadaluarsa
serta tidak menjual makanan menggunakan kemasan yang tidak ramah lingkungan
seperti plastik, styrofoam, dan aluminium foil. Sayangnya masih terdapat penjual
makanan dan minuman yang berjualan di luar sekolah ketika jam pulang sekolah.
Padahal sekolah sudah pernah meminta agar pedagang keliling tersebut tidak
berjualan di area lingkungan SD Negeri Kotagede 3. Awalnya area sekolah bersih
dari pedagang keliling selama beberapa hari, namun kemudian pedagang tersebut
189
kembali lagi berjualan di depan sekolah. Siswa memang sudah diberikan
pengetahuan mengenai bahaya dari membeli makan dan minum sembarangan,
tetapi masih terapat siswa yang tetap membeli makanan dan minuman
sembarangan ketika pulang sekolah.
d. Faktor pengaruh pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan
Faktor pendukung pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan
Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan memiliki faktor
pendukung yaitu partisipasi dan kesadaran warga sekolah dan dukungan orang tua.
Partisipasi dan kesadaran warga sekolah dalam melaksanakan pengelolaan dan
pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah secara bijak menyebabkan
keberhasilan sekolah dalam menyediakan sarana dan prasarana sesuai standar
yang telah ditentukan dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
lingkungan maupun mendukung pembelajaran berbasis lingkungan di SD Negeri
Kotagede 3. Dukungan orang tua dan masyarakat juga memiliki dampak positif
dalam pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan SD Negeri Kotagede 3.
Orang tua dan masyarakat dapat berperan aktif dalam memberikan contoh yang
baik dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan
kepada peserta didik.
Faktor penghambat pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan
Selain faktor pendukung, pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan
juga sering kali menghadapi faktor penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor
penghambat tersebut antara lain kurangnya kepedulian dan tanggungjawab
190
beberapa oknum masyarakat sekitar dalam upaya pemanfaatan dan pengelolaan
sarana dan prasarana sekolah secara bijak agar dapat dimanfaatkan secara
maksimal dalam jangka waktu yang cukup lama. Tidak hanya masyarakat sekitar
sekolah, tetapi kepedulian siswa sendiri masih perlu ditingkatkan lagi. Beberapa
siswa masih kurang dapat bertanggungjawab dalam pemeliharaan sarana dan
prasarana pendukung ramah lingkungan SD Negeri Kotagede 3.
Pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan yang bebas sampah plastik
sendiri memiliki beberapa kendala seperti kondisi kantin yang terlalu sesak karena
lahan yang sempit sedangkan jumlah anak banyak, budaya antri kurang, dan juga
sikap malas anak untuk mengembalikan bekas tempat makan dan minumnya.
Beberapa faktor tersebut yang menyebabkan terhambatnya pelayanan kantin
sekolah secara maksimal. Belum lagi oknum pedagang keliling yang masih
berjualan di lingkungan sekolah meskipun sudah diberikan pengertian mengapa
terdapat larangan untuk berjualan di lingkungan SD Negeri Kotagede 3.
191
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut ini.
1. Implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran
2016/2017 dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari
masing-masing komponen Adiwiyata yaitu; kebijakan sekolah berwawasan
lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Secara
umum implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 sudah
dilaksanakan dengan baik sesuai standar dan perencanaan yang telah disusun.
Namun, pelaksanaan program masih perlu ditingkatkan lagi untuk membentuk
perilaku warga sekolah yang bekarakter peduli lingkungan.
2. Faktor pendukung implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3
antara lain kondisi lingkungan sekitar, partisipasi dan dukungan warga sekolah,
kemampuan guru, kebijakan pemerintah, sumber dana, dan jenis kegiatan.
Faktor penghambat implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3
antara lain kurangnya kepedulian dan partisipasi warga sekolah, beban tugas
guru terlalu berat, kurangnya kemampuan guru dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau media, dan kondisi lingkungan sekitar
yang kurang mendukung.
192
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut ini.
1. Kepala sekolah dan guru harus lebih tegas dalam menyikapi siswa yang tidak
peduli terhadap lingkungan hidup disekitarnya.
2. Kepala sekolah perlu memberikan motivasi dan apresasi kepada guru dalam
pembuatan RPP menggunakan metode, media, dan kegiatan yang bervariasi.
3. Kepala sekolah perlu menyusun kembali menyusun tugas dan peran masing-
masing guru dalam Program Adiwiyata agar beban tugas guru tidak terlalu
berat sehingga guru dapat bekerja secara maksimal.
4. Kepala sekolah dan guru perlu mengadakan pendampingan dan pembimbingan
secara rutin dalam kegiatan berbasis partisipatif siswa untuk meningkatkan
partisipasi siswa.
5. Kontrol terhadap sarana dan prasarana sekolah sebaiknya dilakukan secara
rutin untuk mengetahui kualitas sarana dan prasarana sekolah.
6. Pemberian motivasi, pendampingan dan pembimbingan terhadap orang tua/
wali murid perlu ditingkatkan.
7. Kerjasama antar penanggungjawab perlu ditingkatkan agar pelaksanaan
Program Adiwiyata lebih maksimal.
193
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, T.M; Sutiman; Sudiyono; Wahyuningrum, MM; Suyud; Niron, M.D.;
Raharja, S.; Bustari, M; Sutapa, M; Agus P, N.; Lestari, S.; Diat P, L.; dan
Rahmawati, T. (2013). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Kemenag
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
V. Jakarta: Rineka Cipta
Budiati, L. (2014). Good Governance dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Bogor: Ghalia Indonesia
Cheang, C.C.; Winnie So, W.M.; Zhan, Y.; and Tsoi, K.H. (2017). Education for
sustainability using a campus eco-garden as a learning environment.
International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 18 Issue: 2
pp.242-262 diakses dari https://doi.org/10.1108/IJSHE-10-2015-0174 pada
12 Juni 2017
Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Daryanto & Suprihatin, A. (2013). Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup.
Yogyakarta: Gava Media
Essa, E.L. (2014). Introduction to Early Childhood Education, Seventh Edition,
International Edition. Wadsworth: Cengange Learning
Ghony, M. D & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Gunawan, Z. (2016). Pengembangan Program Adiwiyata dalam Mewujudkan
Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Jurnal Pendidikan Vol. 3 (No. 2,
Januari - Juni 2016). Hlm 82-95. Diakses dari
http://pedagogik.jurnal.iainuruljadid.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/
15/18 pada 10 Januari 2017
Harris, I. & Afdaliah. (2016). Promoting the Greening Curriculum: A note on the
Implementation of Environmental Education in Indonesian School.
International Journal of Applied Environment Sciences volume 11, Number
1 (2016), pp. 309-323. Diunduh pada 31 Mei 2017 dari
https://www.ripublication.com/ijaes16/ijaesv11n1_24.pdf
Herdiansyah, H. (2015). Wawancara, Observasi, dan Focus Group sebagai
Instumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Indrastuti, dkk. (2009). Ekonomi dan Kehidupan SMA/ MA untuk Kelas XII.
Jakarta: Depdiknas
Ismawanto. (2009). Ekonomi 3: untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Depdiknas
194
Kemdikbud. (2016). SK Dirjen Dikdasmen Nomor: 374/KEP/D/KR/2016. Diakses
pada 1 Januari 2017 pukul 18: 15 WIB dari
http://dikdasmen.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/07/SK-Dirjen-
Dikdasmen_Satuan-Pendidikan-Pelaksana-K13.zip
Kementerian Lingkungan Hidup. (2009). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Diakses dari
https://www.google.co.id/jdih.menlh.go.id/pdf/ind/UU-1-2009-UU-No-32-
2009_Combine.pdf pada 16 Januari 2017 pukul 19: 47WIB
. (2012). Panduan Adiwiyata: Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup
. (2013). Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2009
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata. Diakses pada 2 Januari
2017 dari http://blh.jogjaprov.go.id/po-content/uploads/Permen-LH-No-05-
th-2013-Tentang-Pedoman-Adiwiyata.pdf
Landriany, E. (2014). Implementasi Kebijakan Adiwiyata dalam Upaya
Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang. Jurnal
Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 2 (Nomor 1, January
2014). Hlm 82-88. Diakses dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jmkpp/article/viewFile/1739/1834 pada
1 Februari 2017 pukul 13:51 WIB
Maida, K. (2012). Kitab Suci Guru: Motivasi Pembakar Semangat Guru.
Yogyakarta: Araska
Miles, Mathew B., Huberman, A. Michael, & Saldana, Johnny. (2014).
Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. Thousand Oaks: SAGE
Publication, Inc.
Mujiharto; Fauzan, M.U; & Eko, H. (2007). Pengetahuan Sosial Geografi Kelas
XI SMA/ MA. Jakarta: Sinar Grafika
Mulyanto, H.R. (2007). Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mustadi, A. (2012). Optimalisasi Peran Orang Tua dalam Character Building
Anak dalam Setting Keluarga. Proceeding Seminar Nasional IKA UNY
2012. Diakses Pada 15 Juni 2017 pukul 15.00 WIB dari
https://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&hl=en&user=
dq4z5iAAAAAJ&cstart=20&pagesize=80&citation_for_view=dq4z5iAAA
AAJ:MXK_kJrjxJIC
Mustadi, A.; Ambarwati, U.; Murti, R.C.; dan Supartinah. (2015). Evaluasi
Penerapan Program Manajemen Berbasis Sekolah pada Sekolah Dasar di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan,
Volume 8, Nomor 1, Maret 2015. Diakses dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpip/issue/view/827 pada 02 Juni 2017
195
Ozsoy, S. (2012). Can eco-shools improve elementary school student
environmental literacy levels?. Asia-Pacific Forum on Science Learning and
Teaching, Volume 13, Issue 2, Article 3, p.1-p.25. Diunduh dari
https://www.ied.edu.hk/apfslt/download/v13_issue2_files/ozsoy.pdf pada 31
Mei 2017
Puspita R, Heny. (2015). Adiwiyata Mewujudkan Sekolah yang Berbudaya
Lingkungan. Diakses dari
http://bp2sdm.menlhk.go.id/emagazine/index.php/umum/59-adiwiyata-
mewujudkan-sekolah-yang-berbudaya-lingkungan.html pada tanggal 21
November 2016 pukul 09:10 WIB.
Ristekdikti. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Diakses dari https://www.google.co.id/
kelembagaan.ristekdikti.go.id/UU_no_20_th_2003.pdf pada tanggal 16
Januari 2017 pukul 19: 47 WIB
Rohman, A. (2012). Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan
Implementasi. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Salim, E. (1985), Lingkungan Hidup & Pembangunan. Jakarta: Mutiara
Sastrapradja, S. D. (2010). Memupuk Kehidupan di Nusantara: Memanfaatkan
Keanekaragaman Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Saud, U.S. & Makmun, A.S. (2006). Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan
Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Siswoyo, D.; Sulistyono, T.; Dardiri, A.; Rohman, A.; Hendrowibowo, L.; dan
Sidharto, S. (2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Soemarwoto, O. (2003). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
. (2004). Atur Diri Sendiri: Paradigma Baru Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sukiman. (2011). Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani
. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
2010. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suhartono, S. (2008). Wawasan Pendidikan: Sebuah Pengantar Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
196
LAMPIRAN
197
Lampiran 1. Surat Keterangan Reviewer
198
Lampiran 2. Lembar Observasi Catatan Anekdot
LEMBAR OBSERVASI
PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA
DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 YOGYAKARTA
Hari/Tanggal : ............................................................................
Lokasi : ............................................................................ No Variabel Indikator Deskripsi Hasil Observasi
1 Kebijakan Sekolah
Berwawasan
Lingkungan
f. Visi, Misi, dan Tujuan
g. Struktur kurikulum dalam mata pelajaran, muatan
lokal, dan pengembangan diri
h. Ketuntasan Minimal
i. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
j. Faktor Pendukung dan Penghambat
2 Kurikulum Sekolah
Berbasis Lingkungan
d. Pelaksanaan Pembelajaran
e. Media sosialisasi hasil pembelajaran
f. Faktor Pendukung dan Penghambat
3 Kegiatan Lingkungan
Berbasis Partisipatif
d. Pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan
e. Kemitraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
f. Faktor Pendukung dan Penghambat
4 Pengelolaan Sarana
Pendukung Ramah
Lingkungan
e. Ketersediaan sarana dan prasarana
f. Pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
g. Pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan
h. Faktor Pendukung dan Penghambat
199
Lampiran 3. Instrumen Wawancara dengan Kepala Sekolah
PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA
DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 YOGYAKARTA DENGAN KEPALA SEKOLAH
Sub-Variabel Indikator Pertanyaan
Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan
Perencanaan Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah
1. Apakah visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 sudah memuat aspek perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup?
2. Sejak kapan visi, misi, dan tujuan tersebut dicetuskan?
3. Bagaimana proses penentuan visi, misi, dan tujuan sekolah?
RKAS 1. Bagaimana proses perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah?
2. Bagaimana pertimbangan dalam penyusunan RKAS di SD Negeri Kotagede 3?
3. Apakah RKAS diperlukan? Mengapa begitu?
Kebijakan Sekolah 1. Bagaimanakah penyusunan kebijakan atau peraturan sekolah?
Pelaksanaan Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah
1. Bagaimana cara/ kegiatan yang dilakukan sekolah sehubungan dengan penginternalisasian visi,
misi, dan tujuan sekolah?
RKAS 1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan dan anggaran sekolah yang disusun dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup?
2. Bagaimanakah peran warga sekolah dalam pelaksanaan RKAS yang telah disusun?
Kebijakan Sekolah 1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan atau peraturan yang diterapkan di SD N Kotagede 3?
Evaluasi Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah
1. Apakah visi, misi, dan tujuan sekolah sudah terinternalisasikan dengan baik dalam diri seluruh
warga sekolah?
RKAS 1. Bagaimanakah prosentase keberhasilan pelaksanaan RKAS yang telah disusun?
Kebijakan Sekolah 1. Bagaimanakah sikap dan perilaku warga sekolah menyikapi kebijakan sekolah?
Faktor Pengaruh Faktor Pendukung 1. Bagaimanakah bentuk hal-hal dukungan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari
kebijakan sekolah berwawasan lingkungan?
Faktor Penghambat 1. Bagaimanakah kendala yang ditemui baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun
dari evaluasi kebijakan sekolah berwawasan lingkungan?
200
Kurikulum Sekolah Berbasis Lingkungan
Perencanaan Pembelajaran 1. Apakah bapak/ ibu guru menyusun indikator, silabus, dan RPP lingkungan hidup?
Bagaimanakah cara?
2. Bagaimanakah contoh kegiatan pembelajaran terintegrasi dengan lingkungan hidup yang
pernah dilaksanakan oleh bapak/ ibu guru?
3. Dengan adanya perubahan peralihan kurikulum dari KTSP ke K13, bagaimanakah perbedaan
pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup diantara keduanya?
Pelaksanaan Pembelajaran 1. Bagaimana sistem pembelajaran (pendekatan dan metode) yang digunakan bapak/ ibu guru
dalam pembelajaran?
2. Bagaimana sistem penilaian dalam pembelajaran lingkungan hidup?
3. Apakah bapak/ ibu pernah melakukan pembelajaran di luar kelas, langsung dari alam, atau
laboratorium?
4. Apakah isu lingkungan yang ada saat ini pernah coba bapak/ ibu kembangkan menjadi sebuah
materi pembelajaran di dalam kelas?
5. Mengapa pelaksanaan pembelajaran perlu melibatkan lingkungan sekitar siswa?
Evaluasi Pembelajaran 1. Apakah evaluasi pembelajaran diperlukan? Mengapa?
2. Apakah bapak/ ibu guru melakukan refleksi kegiatan pembelajaran? Bagaimana caranya?
3. Bagaimana tingkat keberhasilan pembelajaran terintegrasi lingkungan hidup menurut bapak/
ibu?
Faktor Pengaruh Pendukung 1. Bagaimanakah bentuk hal-hal yang mendukung perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran berbasis lingkungan?
Penghambat 1. Apakah kendala yang bapak/ ibu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
berbasis lingkungan?
Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Perencanaan Kegiatan
Pemeliharaan dan
1. Bagaimana strategi dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah?
2. Bagaimana pemanfaatan lahan dan fasilitas sekolah oleh warga sekolah?
201
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1. Apakah kegiatan ekstrakurikuler yang direncanakan sesuai dengan pendidikan lingkungan
hidup?
2. Apakah sekolah menyediakan kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi bagi warga
sekolah?
Kemitraan Sekolah 1. Apakah kemitraan atau kerja sama sekolah diperlukan? Mengapa?
2. Siapakah yang menjadi mitra kerja sekolah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup?
3. Bagaimana cara sekolah mendapatkan mitra kerja dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup?
Pelaksanaan Kegiatan
Pemeliharaan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1. Bagaimanakah partisipasi dari warga sekolah dalam pelaksanaan seluruh kegiatan yang
direncanakan?
Kemitraan Sekolah 1. Bagaimanakah bentuk kemitraan/ kerja sama sekolah dengan pihak lain?
Evaluasi Kegiatan
Pemeliharaan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1. Menurut bapak/ ibu, apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan?
2. Bagaimana kriteria sebuah kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan dikatakan
berhasil?
Kemitraan Sekolah 1. Bagaimanakah keuntungan yang diperoleh sekolah melalui kemitraan tersebut?
Faktor Pengaruh Pendukung 1. Faktor seperti apakah yang mendorong perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif?
Penghambat 1. Kendala apakah yang ditemui dalam kegiatan sekolah berbasis partisipasi warga sekolah?
Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Perencanaan Kelengkapan Sarana
dan Prasarana
1. Bagaimanakah cara sekolah melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan?
Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana
1. Bagaimana langkah yang direncanakan sekolah dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan
kualitas sarana dan prasarana pendukung pembelajaran lingkungan?
2. Bagaimana langkah yang direncanakan sekolah dalam upaya pemanfaatan fasilitas sekolah
202
secara bijaksana?
Pelayanan Kantin
Sehat dan Ramah
Lingkungan
1. Bagaimana kebijakan sekolah dalam peningkatan kualitas layanan kantin sekolah yang sehat
dan ramah lingkungan?
2. Apakah pertimbangan utama dalam penyusunan kebijakan mengenai kantin sekolah?
Pelaksanaan Kelengkapan Sarana
dan Prasarana
1. Apakah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk mengatasi berbagai masalah
lingkungan di sekolah?
2. Apakah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai pendukung kegiatan pembelajaran
lingkungan hidup di sekolah?
Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana
1. Bagaimana keterlibatan siswa dalam upaya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah?
Pelayanan Kantin
Sehat dan Ramah
Lingkungan
1. Siapakah yang mengelola kantin?
2. Bagaimana pelaksanaan kantin sehat dan ramah lingkungan di SD Negeri Kotagede 3?
Evaluasi Kelengkapan Sarana
dan Prasarana
1. Apakah sarana dan prasarana yang sudah tersedia di sekolah sudah dapat mengatasi masalah
dan mendukung pembelajaran lingkungan di sekolah?
Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana
1. Menurut bapak/ibu, bagaimana sikap warga sekolah dalam menanggapi penggunaan fasilitas
sekolah secara bijak?
Pelayanan Kantin
Sehat dan Ramah
Lingkungan
1. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah sikap warga sekolah dalam menanggapi adanya kebijakan
kantin sehat dan ramah lingkungan?
2. Bagaimana tindak lanjut bapak/ ibu terhadap penjual makanan yang masih menjajakan
makanan menggunakan plastik, terutama pada penjual yang ada di luar lingkungan sekolah?
Faktor Pengaruh Pendukung 1. Bagaimanakah bentuk faktor pendukung pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah
lingkungan?
Penghambat 1. Bagaimana kendala yang dihadapi Penghambat oleh sekolah dalam pengelolaan sarana dan
prasarana pendukung ramah lingkungan?
203
Lampiran 4. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Kebijakan Berwawasan Lingkungan
PEDOMAN WAWANCARAPELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA
DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 DENGAN GURU KOORDINATOR KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Sub-Variabel Indikator Pertanyaan
Perencanaan Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah
1. Apakah visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 sudah memuat aspek perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup?
2. Sejak kapan visi, misi, dan tujuan tersebut dicetuskan?
3. Bagaimana proses penentuan visi, misi, dan tujuan sekolah?
RKAS 1. Bagaimana proses perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah?
2. Bagaimana pertimbangan dalam penyusunan RKAS di SD Negeri Kotagede 3?
3. Apakah RKAS diperlukan? Mengapa begitu?
Kebijakan Sekolah 1. Bagaimanakah penyusunan kebijakan atau peraturan sekolah?
Pelaksanaan Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah
1. Bagaimana cara/ kegiatan yang dilakukan sekolah sehubungan dengan penginternalisasian visi,
misi, dan tujuan sekolah?
RKAS 1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan dan anggaran sekolah yang disusun dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup?
2. Bagaimanakah peran warga sekolah dalam pelaksanaan RKAS yang telah disusun?
Kebijakan Sekolah 1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan atau peraturan yang diterapkan di SD N Kotagede 3?
Evaluasi Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah
1. Apakah visi, misi, dan tujuan sekolah sudah terinternalisasikan dengan baik dalam diri seluruh
warga sekolah?
RKAS 1. Bagaimanakah prosentase keberhasilan pelaksanaan RKAS yang telah disusun?
Kebijakan Sekolah 1. Bagaimanakah sikap dan perilaku warga sekolah menyikapi kebijakan sekolah?
Faktor
Pengaruh
Pendukung 1. Bagaimanakah bentuk hal-hal dukungan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari
kebijakan sekolah berwawasan lingkungan?
Penghambat 1. Bagaimanakah kendala yang ditemui baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun dari
evaluasi kebijakan sekolah berwawasan lingkungan?
204
Lampiran 5. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Kurikulum Berbasis Lingkungan
PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA
DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 DENGAN GURU KOORDINATOR KURIKULUM BERBASIS LINGKUNGAN
Sub-Variabel Indikator Pertanyaan
Perencanaan Pembelajaran 1. Apakah bapak/ ibu guru menyusun indikator, silabus, dan RPP lingkungan hidup? Bagaimanakah
cara?
2. Bagaimanakah contoh kegiatan pembelajaran terintegrasi dengan lingkungan hidup yang pernah
dilaksanakan oleh bapak/ ibu guru?
3. Dengan adanya perubahan peralihan kurikulum dari KTSP ke K13, bagaimanakah perbedaan
pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup diantara keduanya?
Pelaksanaan Pembelajaran 1. Bagaimana sistem pembelajaran (pendekatan dan metode) yang digunakan bapak/ ibu guru dalam
pembelajaran?
2. Bagaimana sistem penilaian dalam pembelajaran lingkungan hidup?
3. Apakah bapak/ ibu pernah melakukan pembelajaran di luar kelas, langsung dari alam, atau
laboratorium?
4. Apakah isu lingkungan yang ada saat ini pernah coba bapak/ ibu kembangkan menjadi sebuah
materi pembelajaran di dalam kelas?
5. Mengapa pelaksanaan pembelajaran perlu melibatkan lingkungan sekitar siswa?
Evaluasi Pembelajaran 1. Apakah evaluasi pembelajaran diperlukan? Mengapa?
2. Apakah bapak/ ibu guru melakukan refleksi kegiatan pembelajaran? Bagaimana caranya?
3. Bagaimana tingkat keberhasilan pembelajaran terintegrasi lingkungan hidup menurut bapak/ ibu?
Faktor Pengaruh Pendukung 1. Bagaimanakah bentuk hal-hal yang mendukung perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran berbasis lingkungan?
Penghambat 1. Apakah kendala yang bapak/ ibu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
berbasis lingkungan?
205
Lampiran 6. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Kegiatan Berbasis Partisipatif
PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA
DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 DENGAN GURU KOORDINATOR KEGIATAN BERBASIS PARTISIPATIF
Sub-Variabel Indikator Pertanyaan
Perencanaan Pemeliharaan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1. Bagaimana strategi dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah?
2. Bagaimana pemanfaatan lahan dan fasilitas sekolah oleh warga sekolah?
3. Apakah kegiatan ekstrakurikuler yang direncanakan sesuai dengan pendidikan lingkungan
hidup?
4. Apakah sekolah menyediakan kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi bagi warga
sekolah?
Kemitraan Sekolah 1. Apakah kemitraan atau kerja sama sekolah diperlukan? Mengapa?
2. Siapakah yang menjadi mitra kerja sekolah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup?
3. Bagaimana cara sekolah mendapatkan mitra kerja dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup?
Pelaksanaan Pemeliharaan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1. Bagaimanakah partisipasi dari warga sekolah dalam pelaksanaan seluruh kegiatan yang
direncanakan?
Kemitraan Sekolah 1. Bagaimanakah bentuk kemitraan/ kerja sama sekolah dengan pihak lain?
Evaluasi Pemeliharaan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1. Menurut bapak/ ibu, apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan?
2. Bagaimana kriteria sebuah kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan dikatakan
berhasil?
Kemitraan Sekolah 1. Bagaimanakah keuntungan yang diperoleh sekolah melalui kemitraan tersebut?
Faktor Pengaruh Pendukung 1. Faktor seperti apakah yang mendorong perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif?
Penghambat 1. Kendala apakah yang ditemui dalam kegiatan sekolah berbasis partisipasi warga sekolah?
206
Lampiran 7. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Sarana dan Prasarana Ramah Lingkungan
PEDOMAN WAWANCARAPELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI KOTAGEDE 3
DENGAN GURU KOORDINATOR SARANA DAN PRASARANA RAMAH LINGKUNGAN
Sub-Variabel Indikator Pertanyaan
Perencanaan Kelengkapan 1. Bagaimanakah cara sekolah melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan?
Pemanfaatan dan
Pemeliharaan
1. Bagaimana langkah yang direncanakan sekolah dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan
kualitas sarana dan prasarana pendukung pembelajaran lingkungan?
2. Bagaimana langkah yang direncanakan sekolah dalam upaya pemanfaatan fasilitas sekolah
secara bijaksana?
Pelayanan Kantin
Sehat dan Ramah
Lingkungan
1. Bagaimana kebijakan sekolah dalam peningkatan kualitas layanan kantin sekolah yang sehat
dan ramah lingkungan?
2. Apakah pertimbangan utama dalam penyusunan kebijakan mengenai kantin sekolah?
Pelaksanaan Kelengkapan 1. Apakah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk mengatasi berbagai masalah
lingkungan di sekolah?
2. Apakah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai pendukung kegiatan pembelajaran
lingkungan hidup di sekolah?
Pemanfaatan dan
Pemeliharaan
1. Bagaimana keterlibatan siswa dalam upaya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah?
Pelayanan Kantin
Sehat dan Ramah
Lingkungan
1. Siapakah yang mengelola kantin?
2. Bagaimana pelaksanaan kantin sehat dan ramah lingkungan di SD Negeri Kotagede 3?
Evaluasi Kelengkapan 1. Apakah sarana dan prasarana yang sudah tersedia di sekolah sudah dapat mengatasi masalah
dan mendukung pembelajaran lingkungan di sekolah?
Pemanfaatan dan
Pemeliharaan
1. Menurut bapak/ibu, bagaimana sikap warga sekolah dalam menanggapi penggunaan fasilitas
sekolah secara bijak?
Pelayanan Kantin
Sehat dan Ramah
1. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah sikap warga sekolah dalam menanggapi adanya kebijakan
kantin sehat dan ramah lingkungan?
207
Lingkungan 2. Bagaimana tindak lanjut bapak/ ibu terhadap penjual makanan yang masih menjajakan
makanan menggunakan plastik, terutama pada penjual yang ada di luar lingkungan sekolah?
Faktor Pengaruh Pendukung 1. Bagaimanakah bentuk faktor pendukung pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah
lingkungan?
Penghambat 1. Bagaimana kendala yang dihadapi Penghambat oleh sekolah dalam pengelolaan sarana dan
prasarana pendukung ramah lingkungan?
208
Lampiran 8. Instrumen Wawancara dengan Siswa
PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA
DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 DENGAN SISWA
Sub-Variabel Indikator Pertanyaan
Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan
Pelaksanaan Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah
1) Apakah kamu tahu visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3?
2) Apakah kamu tahu SD Negeri Kotagede 3 adalah sekolah adiwiyata? Dan apakah adiwiyata
itu?
Kebijakan Sekolah 1) Apakah peraturan sekolah tentang lingkungan yang ada di sekolah?
2) Bagaimana peranmu dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan di SD Negeri Kotagede
3?
3) Bagaimanakah kegiatan rutin terkait lingkungan hidup yang dilakukan warga SD Negeri
Kotagede 3?
Evaluasi Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah
1. Menurutmu, apakah kamu kamu perlu mengetahui visi, misi, dan tujuan sekolah? Mengapa?
Kebijakan Sekolah 1) Menurutmu, mengapa terdapat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah?
2) Mengapa kamu perlu menaati peraturan sekolah?
3) Apakah kamu sudah melakukan tindakan sesuai dengan peraturan sekolah?
Kurikulum Sekolah Berbasis Lingkungan
Pelaksanaan Pembelajaran 1) Apakah kamu sudah pernah belajar materi yang berkaitan dengan lingkungan?
2) Apakah kamu pernah melakukan pembelajaran dengan media dari lingkungan sekitar?
Bagaimanakah pelaksanaan pembelajarannya? Ceritakanlah pengalamanmu dalam
pembelajaran tersebut!
3) Dimanakah pembelajaran tersebut dilakukan?
4) Bagaimanakah perasaanmu ketika mengadakan pembelajaran di luar kelas?
Evaluasi Pembelajaran 1) Apakah bapak/ ibu sering mengadakan ulangan harian atau tes? Kapan dilaksanakan?
209
2) Menurutmu, mengapa pembelajaran dilakukan dengan melibatkan lingkungan sekitarmu?
3) Apakah manfaat yang kamu dapatkan dari pembelajaran berkaitan dengan lingkungan?
Faktor Pengaruh Pendukung 1) Menurutmu, apakah yang menyebabkan pembelajaran berbasis lingkungan menyenangkan?
Penghambat 1) Apakah kesulitan yang kamu temui dalam menerima pembelajaran berbasis lingkungan?
Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Perencanaan Kegiatan
Pemeliharaan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1) Bagaimana jadwal piket harian di kelasmu?
Pelaksanaan Kegiatan
Pemeliharaan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1) Kegiatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?
2) Apakah kamu melakukan jadwal piket harian dengan baik dan rutin?
3) Apakah yang kamu dan teman-temanmu lakukan ketika melakukan piket harian?
4) Apakah kamu pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan bekas yang ada di sekitarmu?
Jika sudah, apa yang kamu buat? Bagaimana perasaanmu?
5) Apakah kamu dan teman-temanmu pernah mengikuti kegiatan aksi lingkungan baik di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah?
Kemitraan Sekolah 1) Apakah kamu mengetahui kerjasama yang dilakukan sekolah dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan?
2) Bagaimanakah kegiatan yang dilakukan sekolah dengan pihak dari luar sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang pernah kamu ikuti?
Evaluasi Kegiatan
Pemeliharaan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1) Bagaimanakah tindakan yang kamu lakukan ketika ada siswa yang tidak melaksanakan piket?
Kemitraan Sekolah 1) Menurutmu, mengapa sekolah bekerjasama dengan pihak luar dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup?
Faktor Pengaruh Pendukung 1) Apakah yang membuat kamu senang dan ingin mengikuti kegiatan sekolah dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan?
210
Penghambat 1) Apakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti kegiatan sekolah dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan?
Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Perencanaan Pemanfaatan dan
Pemeliharaan
1) Apakah bapak/ ibu guru mengajarkanmu untuk berhemat dalam menggunakan listrik, air, dan
ATK?
Pelaksanaan Kelengkapan 1) Apakah sarana pendukung ramah lingkungan SD Negeri Kotagede 3 yang kamu ketahui?
Pemanfaatan dan
Pemeliharaan
1) Apakah yang kamu lakukan untuk memelihara sarana dan prasarana ramah lingkungan di
sekolah seperti alat-alat kebersihan dan gedung sekolah?
2) Siapakah yang bertugas untuk membersihkan lingkungan sekolah?
3) Apakah yang kamu lakukan ketika melihat sarana dan prasarana sekolah rusak?
4) Mengapa kamu perlu memelihara sarana dan prasarana sekolah?
5) Apakah kegiatan yang kamu lakukan untuk menghemat listrik, air, dan ATK?
Pelayanan Kantin
Sehat dan Ramah
Lingkungan
1) Apakah kamu lebih suka membeli makan di kantin sekolah/ luar sekolah? Mengapa?
Evaluasi Kelengkapan 1) Menurutmu, bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan sekolah? Apakah sudah
memadai dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup?
Pemanfaatan dan
Pemeliharaan
1) Menurutmu, mengapa perilaku hemat dalam penggunaan listrik, air, dan ATK diperlukan?
Pelayanan Kantin
Sehat dan Ramah
Lingkungan
1) Menurutmu, bagaimana kualitas makanan dan minuman yang disediakan di kantin sekolah?
2) Menurutmu, bagaimana pelayanan kantin sekolah?
Faktor Pengaruh Pendukung 1) Apakah yang menjadi alasan pelayanan kantin di sekolahmu sehat dan ramah lingkungan?
Penghambat 1) Menurutmu, apakah kekurangan dari pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan di SD
Negeri Kotagede 3?
211
Lampiran 9. Instrumen Dokumentasi
CHECK-LIST DOKUMENTASI
IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA SD NEGERI KOTAGEDE 3
Berikan tanda centang (√) pada indikator yang telah diperiksa.
No Variabel Indikator Ketersediaan
(√)
Keterangan
1 Kebijakan
Sekolah
Berwawasan
Lingkungan
Visi, Misi, dan Tujuan
Sekolah
Surat Keputusan
RKAS
Peraturan Sekolah
2 Kurikulum
Sekolah
Berbasis
Lingkungan
Kurikulum
Silabus
RPP
Foto Pembelajaran
3 Kegiatan
Lingkungan
Berbasis
Partisipatif
Daftar Kegiatan
Siswa
Foto Kegiatan Siswa
4 Pengelolaan
Sarana
Pendukung
Ramah
Lingkungan
Jadwal Piket
Inventaris Sekolah
Foto Sarana dan
Prasarana Sekolah
212
Lampiran 10. Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru
Kondensasi Data Hasil Wawancara
Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan Program Adiwiyata
Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017
(Wawancara I)
A. Perencanaan Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
1. Apakah visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 sudah memuat aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup?
No Narasumber Jawaban Kondensasi Kesimpulan
a. LM Sudah, mbak. Visi, Misi, dan Tujuan SD Negeri Kotagede
3 sudah memuat aspek perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
SD Negeri Kotagede 3 memiliki
Visi, Misi dan Tujuan yang
berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan. b. NS Perlindungan dan pengelolaan hidup sudah
meskipun belum secara tersurat tapi secara tersirat
ada pengelolaan lingkungan hidup. Di Visi salah
satunya ada yang menunjukkan peduli terhadap
lingkungan. Itu di papan visi, misi di lobby depan
bisa dilihat mbak. Disitu ada salah satunya tentang
sekolah berwawasan lingkungan hidup. Kalau untuk
misinya untuk mewujudkan visi peduli lingkungan
contohnya rasater, ada taman juga, taman itu yang
mengelola siswa di bantu forum kelas. Memang
anak yang menanam tapi kan namanya anak-anak
pada perawatannya kurang maksimal, nah itu nanti
di bantu oleh forum.
Visi, Misi, dan Tujuan SD Negeri Kotagede
3 sudah memuat aspek perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
2. Sejak kapan visi, misi, dan tujuan tersebut dicetuskan?
a. LM Sudah lama sekali mbak. Sebelum adiwiyata.
Saya pindah ke sini tahun 2011 terus melihat visi-
misi kok rasanya perlu diperbaharui. Waktu itu
pas PAIKEM itu mbak. PAIKEM kan
lingkungannya harus mendukung ya, nah dari situ
Visi, misi, dan tujuan sekolah berkaitan dengan
lingkungan sudah ada sejak 2011 sebagai dukungan
terhadap PAIKEM kemudian setelah adanya
Program Adiwiyata visi, misi, dan tujuan tentang
lingkungan semakin dikembangkan.
Visi, Misi, dan Tujuan SD
Negeri Kotagede 3 tentang
lingkungan sudah ada sejak
lama, bahkan sebelum
melaksanakan program
213
mulai dikembangkan pendidikan lingkungannya
kemudian setelah itu baru ada tentang Sekolah
Adiwiyata itu mbak dan pendidikan
lingkungannya semakin digerakkan.
adiwiyata.
b. NS Karena saya baru disini ya, jadi sudah berarti
berawal kalau nggak salah tahun 2014 itu kan
sekolah kita juara sekolah sehat dan setelah itu
baru sekolah kita merintis jadi sekolah adiwiyata.
Visi, misi, dan tujuan sekolah berkaitan dengan
lingkungan hidup sudah ada sejak lama dan benar-
benar kelihatan ketika menjuarai lomba sekolah
sehat pada 2014 dan seterusnya.
3. Bagaimana proses penentuan visi, misi, dan tujuan sekolah?
a. LM 1) Ya itu tadi mbak karena ada PAIKEM
awalnya terus Visi, Misi dan Tujuannya
diperbaharui agar menciptakan lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan PAIKEM.
Siapa yang terlibat dalam penentuan visi, misi,
dan tujuan sekolah?
2) Ya semuanya mbak. Ada kepala sekolah,
guru, dan juga perwakilan komite. Guru
biasanya menyampaikan ide dalam rapat
dengan sosialisasi. Kemudian nanti akan
dibahas dan dikupas bersama dalam rapat
untuk mencari yang paling baik.
Penentuan visi, misi, dan tujuan sekolah dilakukan
melalui rapat antara kepala sekolah, guru, dan
perwakilan komite. Ide-ide yang terkumpul dibahas
dan dicari yang paling baik dan tepat dipergunakan
di sekolah.
Visi, misi, dan tujuan
sekolah yang berkaitan
dengan lingkungan
ditetapkan oleh sekolah
dan perwakilan komite
melalui rapat dengan
mempertimbangkan
pengarahan dari BLH.
b. NS Tentunya sekolah yang menetapkan lewat rapat.
Untuk sekolah adiwiyata ada pengarahan dari
BLH, karena sekolah ada kerjasama dengan BLH
Kota Yogyakarta.
Visi, misi, dan tujuan sekolah ditentukan oleh
sekolah dengan pengarahan dari BLH.
B. Perencanaan RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah)
1. Bagaimana proses perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah?
a. LM Dengan Rapat mbak. Kaya penentuan visi misi
tadi. Dikumpulkan ide-idenya nanti baru dikupas
RKAS disusun oleh sekolah melalui rapat dengan
mempertimbangkan ide-ide yang dikemukakan baik
RKAS disusun melalui
rapat oleh tim penyusun
214
tuntas dan diputuskan bersama mana yang
sekiranya bisa digunakan. Kadang ada ide dari
wali murid lewat forum kelas disampaikan ke
Wali Kelas dan nanti disampaikan di rapat besar
mbak. Nah dari ide-ide kegiatan yang ada itu
dipilah disesuaikan dengan anggaran dana BOS
dan BOSDA yang ada.
oleh guru maupun wali murid melalui forum kelas
masing masing dan disesuaikan dengan anggaran
dana BOS dan BOSDA.
dengan pertimbangan ide
dari guru-guru ataupun
forum kelas.
b. NS Kondisional mbak. Kadang ada kegiatan yang
belum direncanakan tapi harus dilakukan yang
tidak masalah jika harus dilaksanakan karena
memang dibutuhkan. Kalau biasanya disusun
lewat rapat gitu kan ada Tim Penyusun RKAS,
sebelum diputuskan disosialisasikan dulu ke
guru-guru agar dapat kritik atau masukan. Tim itu
juga yang nantinya menyusun laporan RKAS.
RKAS disusun oleh Tim Penyusun dengan
mempertimbangkan kritik dan masukan dari guru-
guru. Kegiatan yang direncanakan bisa bertambah
apabila memang harus dilakukan.
2. Bagaimana pertimbangan dalam penyusunan RKAS di SD Negeri Kotagede 3?
a. LM 1) Kondisi lingkungan sekitar, Dana dan yang
pasti pastisipasi. Partisipasi dari orang tua
penting loh mbak. Kalau orang tuanya aja
tidak peduli ya susah mbak untuk
mengadakan kegiatan.
Dalam program adiwiyata terdapat beberapa
kajian atau pendekatan lingkungan yang
digunakan dalam kegiatannya. Pendekatan
manakah yang digunakan SD Negeri Kotagede
3?
2) Iya ada pendekatannya. Kalau disini sampah
yang paling utama karena melihat sampah
yang dihasilkan itu banyak sekali setiap
harinya jadi terpikir bagaimana untuk
menguranginya. Selain sampah, ada
Kondisi lingkungan, sumber dana, dan Partisipasi
orang tua menjadi pertimbangan dalam penyusunan
RKAS di SD Negeri Kotagede 3.
Kajian atau pendekatan lingkungan yang digunakan
SD Negeri Kotagede 3 fokus pada pengelolaan
sampah kemudian keanekaragaman hayati dan
Kondisi lingkungan dan
sumber dana menjadi
pertimbangan dalam
penyusunan RKAS di SD
Negeri Kotagede 3
Kajian atau pendekatan
lingkungan yang
digunakan SD Negeri
Kotagede 3 fokus pada
215
keanekaragaman hayati dan juga energi. penghematan energi. pengelolaan sampah.
Namun demikian, kegiatan
yang lain seperti
keanekaragama hayati,
peduli lingkungan dan
penghematan energi juga
dilaksanakan.
b. NS Dana BOS dan BOSDA dan Lingkungan mbak.
Dalam program adiwiyata terdapat beberapa
kajian atau pendekatan lingkungan yang
digunakan dalam kegiatannya. Pendekatan
manakah yang digunakan SD Negeri Kotagede
3?
Hemat energi jelas, peduli lingkungannya yang
ditekankan. Lebih ke ini sampah. Pemilahan
sampah kemudian pengelolaan daur ulangnya
sampah. Kemudian ada cinta satwa juga. Itu ada
hewan-hewan di kandang depan itu, di lapangan
olahraga juga daa ya walaupun kenyataannya
akhirnya mati. Keanekaragaman tanaman juga
ada. Kalau di sekolah khusus tanaman hias.
Kalau di kebun sana ada apotek hidup, sayuran
dan tanaman keras.
Kondisi lingkungan dan sumber dana menjadi
pertimbangan dalam penyusunan RKAS di SD
Negeri Kotagede 3.
Kajian atau pendekatan lingkungan yang digunakan
SD Negeri Kotagede 3 fokus pada pemilahan dan
pengelolaan sampah tetapi juga mengedepankan
hemat energi, cinta satwa, dan keanekaragaman
hayati.
3. Apakah RKAS diperlukan? Mengapa begitu?
a. LM Tentu saja. Agar kegiatan yang dilakukan itu
teratur dengan baik dan dana yang ada dapat
dimanfaatkan dengan baik.
RKAS diperlukan untuk mengatur kegiatan dan
anggaran yang dimiliki SD Negeri Kotagede 3 agar
dapat dimanfaatkan dengan baik.
RKAS diperlukan untuk
mengatur kegiatan yang
akan dilakukan dengan
anggaran yang dimiliki
sehingga memiliki manfaat
yang maksimal.
b) NS Ya perlu dong, mbak. Biar kegiatan dan
anggarannya itu tertata dengan baik.
RKAS dibutuhkan untuk menata kegiatan dan
anggaran di SD Negeri Kotagede 3.
C. Perencanaan Kebijakan Sekolah
1. Bagaimanakah penyusunan kebijakan atau peraturan sekolah?
a. LM Sama seperti dengan RKAS melalui rapat. Kalau Kebijakan atau peraturan sekolah disusun melalui Kebijakan atau peraturan
216
menyusun peraturan sekolah disesuai dengan
program dan kegiatan yang dilakukan di sekolah
misalnya untuk hemat energi ada peraturan
mematikan lampu pada siang hari.
rapat dan disesuaikan dengan program dan kegiatan
yang berlaku di sekolah.
sekolah disusun melalui
rapat seperti penyusunan
RKAS dengan
pertimbangan kebutuhan
SD Negeri Kotagede 3. b. NS Hampir sama dengan RKAS. Kebijakan dan
peraturan sekolah disesuaikan dengan kebutuhan
sekolah.
Proses penyusunan kebijakan dan peraturan hampir
sama dengan RKAS berdasarkan kebutuhan sekolah.
D. Pelaksanaan Visi, Misi, dan Tujuan
1. Bagaimana cara/ kegiatan yang dilakukan sekolah sehubungan dengan penginternalisasian visi, misi, dan tujuan sekolah?
a. LM Melalui pembiasaan sehari-hari. Memberikan
contoh bagaimana baiknya. Memberi teladan itu
yang penting apalagi dengan anak-anak SD yang
masih sangat perlu contoh secara nyata bukan
Cuma nasehat saja. Kalau biar anak-anak tahu
visi-misinya ada lagunya mbak selain itu juga ada
tulisan-tulisan tentang visi-misi itu di lobby.
Penginternalisasian visi, misi, dan tujuan sekolah
dilakukan dengan pembiasaan kegiatan sehari-hari
menggunakan contoh dan teladan nyata dari guru
kepada siswa-siswa dan bukan hanya menggunakan
nasehat. Selain itu terdapat lagu dan pemasangan
papan tentang visi, misi, dan tujuan sekolah di depan
lobby.
Penginternalisasian visi,
misi, dan tujuan sekolah
dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti:
1) sosialisasi,
2) teladan,
3) lagu.
4) pemasangan papan visi,
misi, dan tujuan, dan
5) memasukkannya dalam
pembelajaran.
b. NS Sosialisasi ketika upacara kemudian ketika apel.
Kemudian sekolah juga membuat visi misinya itu
dibuat lagu yang dinyanyikan oleh anak kan
otomatis anak-anak hafal. Selain itu dengan
memasang plang-plang visi-misi di lobby.
Pelaksanaannya itu tidak terjadwal jadi include
dengan pembelajaran juga bisa.
Penginternalisasian visi, misi, dan tujuan sekolah
dilakukan melalui sosialisasi setiap upacara dan
apel, lagu, pemasangan papan visi, misi, dan tujuan
sekolah serta memasukkannya dalam pembelajaran.
E. Pelaksanaan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan dan anggaran sekolah yang disusun dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup?
a. LM Kegiatan yang disusun dalam RKAS tentu saja
dilaksanakan kalau yang kaitannya dengan
lingkungan itu ada perawatan taman sekolah,
perawatan kebun, Rasater atau Radius Satu
Meter, jadi kalau ada sampah yang jaraknya satu
RKAS dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di sekolah adiwiyata dilakukan
secara berkelanjutan dengan melibatkan seluruh
warga sekolah baik guru dan karyawan maupun
siswa-siswi SD Negeri Kotagede 3. Kegiatan yang
Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup di SD N Kotagede
dilakukan dengan
menggunakan RKAS
217
meter dari siswa diambil dan dimasukkan dalam
sampah sesuai dengan jenisnya dan masih banyak
lagi kegiatan lainnya mbak. Dalam
pelaksanaannya itu harusnya guru dan karyawan
juga memiliki peran selain memberi pengarahan
guru itu juga memberikan contoh kepada anak-
anak. Dan itu nggak bisa hanya dilakukan sekali
tapi harus berkelanjutan.
dilakukan seperti Rasater (Radius Satu Meter),
perawatan tanaman di taman dan kebun.
sebagai acuan atau
pedoman pelaksanaan.
Kegiatan yang dilakukan
antara lain:
1) rasater,
2) semutlis dengan
piket kelas, dan
3) jumat bersih dengan
perawatan tanaman
di taman dan
kebun.
b. NS RKAS itu kan bisa dijadikan sebagai pedoman
pelaksanaan. Kalau untuk pelaksanaannya yang
berdasarkan RKAS itu. Untuk yang kegiatan
berkelanjutan itu ada Rasater, yaitu Radius satu
meter di sekeliling siswa kalau ada sampah
diambil dan dimasukkan kedalam sampah, ada
Semutlis, Sepuluh menit untuk lingkungan
sekolah itu bisa piket membersihkan kelas seperti
menyapu dan membuang sampah. Ada juga itu
tiap Jumat bersih setelah senam biasanya siswa
dan guru bersama-sama membersihkan taman
dan kebun kelas. Taman kelas itu ada di
lingkungan sini kalau untuk kebunnya ada di
lapangan olahraga sana. Biasanya itu untuk
taman dan kebun kelas itu selalu sama setiap
tahun tempatnya jadi selama enam tahun kelas itu
akan bertanggungjawab dengan sepetak tanah itu.
RKAS digunakan sebagai acuan atau pedoman
pelaksanaan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut
melibatkan seluruh warga sekolah. Contoh kegiatan
yang dilakukan ada Rasater (Radius Satu Meter),
Semutlis (Sepuluh Menit Untuk Lingkungan
Sekolah), dan Jumat Bersih.
2. Bagaimanakah peran warga sekolah dalam pelaksanaan RKAS yang telah disusun?
a. LM Pastinya ya ikut berpartisipasi dalam kegiatan-
kegiatan yang sudah disusun tadi. Guru bertugas
untuk mengarahkan dan membimbing siswa.
Begitu juga orang tua harus memiliki partisipasi.
Seperti kemarin pas Hari Menanam Nasional itu
Warga sekolah memiliki peran yang sangat penting.
Guru memiliki tugas untuk mengarahkan dan
membimbing siswa dalam pelaksanaan kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Guru dan kepala sekolah tidak hanya memberikan
Pelaksanaan RKAS tidak
lepas dari peran aktif
warga sekolah dalam setiap
kegiatannya.
218
kita mengadakan kegiatan penanaman pohon
yang melibakan orang tua. Kalau contoh
partisipasi warga sekolah itu seperti Bank
Sampah itu kan dikelola bersama nanti anak-anak
ikut mengumpulkan sampah-sampah yang kira-
kira bisa di daur ulang seperti kertas-kertas tak
terpakai itu. Lalu ada juga kegiatan ecobrick,
siswa mengumpulkan sampah-sampah yang
dimiliki di rumah dimasukkan ke dalam botol
nanti setelah penuh dibawa ke sekolah dan
diserahkan ke wali kelas. Saya dan guru-guru lain
juga begitu mbak. Biar anak-anak itu melihat
contohnya.
nasehat atau perintah kepada siswa tetapi juga
dengan memberikan contoh tindakan secara nyata
seperti pengumpulan sampah-sampah bekas yang
dapat digunakan dalam bank sampah dan juga dalam
ecobrick.
b. NS Ya semua warga sekolah harus berpartisipasi
mbak. Adiwiyata kan bukan sekedar lomba mbak
tapi kan pendidikan karakternya yang penting.
Semua warga sekolah memiliki peran aktif dalam
pelaksanaan RKAS sebagai salah satu bentuk
pendidikan karakter peduli lingkungan.
F. Pelaksanaan Kebijakan Sekolah
1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan atau peraturan yang diterapkan di SD Negeri Kotagede 3?
a. LM Memberi tahukan adanya kebijakan peraturan itu
tidak hanya kepada anak tapi juga orang tua
ketika awal masuk itu sehingga orang tua juga
bisa mengingatkan anak. Pas terima rapor juga
diingatkan lagi. Di penjuru sekolah juga di
pasang tata-tertib untuk mengingatkan siswa.
Sekolah memberikan penyuluhan baik pada siswa
maupun orang tua dan juga memasang papan tata-
tertib sekolah.
Pelaksanaan kebijakan atau
peraturan di SD N
Kotagede 3 dilakukan
dengan cara:
a) mengadakan
penyuluhan kebijakan
dan peraturan kepada
siswa dan orang tua/
wali,
b) pemasangan papan tata
tertib,
c) memberi contoh
menaati tata tertib.
b. NS Disosialisasikan kepada siswa dan juga orang tua.
Di kelas kelas di pasang papan tata-tertib. Di
beberapa sudut sekolah termasuk lobby juga ada.
Jadi siswa bisa membaca dan ingat tata tertib.
Guru juga berperan untuk memberikan contoh
dan mengingatkan siswa.
Kebijakan dan peraturan disosialisasikan tidak hanya
kepada siswa tetapi juga orang tua. Agar siswa
mengingat tata tertib sekolah memasang papan-
papan tata tertib dan juga guru memberi contoh serta
mengingatkan siswa.
219
G. Evaluasi Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
1. Bagaimanakah cara bapk/ ibu mengetahui visi, misi, dan tujuan sekolah sudah terinternalisasikan dengan baik atau kurang dalam diri seluruh warga
sekolah?
a. LM Diamati, mbak. Sejauh ini siswa tahu sudah tapi
belum konsisten pelaksanaannya. Masih harus
selalu diingatkan apalagi untuk anak-anak SD.
Untuk mengetahui apakah sudah terinternalisasi
tentunya dengan mengadakan evaluasi bisa
secara lisan maupun dilihat tindakannya.
Pengamatan terhadap sikap warga sekolah
merupakan salah satu cara mengetahui tingkat
internalisai visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3. Warga sekolah sudah tahu akan visi,
misi, dan tujuan sekolah, akan tetapi masih perlu
ditingkatkan lagi internalisasinya.
Evaluasi Internalisasi visi,
misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 dilakukan
dengan pengamatan sikap
warga sekolah dan
internasinalisasi masih
harus ditingkatkan lagi
baik dari segi pengetahuan,
sikap, maupun tindakan.
b. NS Diamati, mbak. Untuk siswa harus masih selalu
diingatkan. Namanya juga siswa kan masih
sering lupa.
Guru melakukan pengamatan dan mengingatkan
siswa untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan
visi, misi, dan tujuan sekolah.
H. Evaluasi RKAS
1. Bagaimanakah evaluasi dari RKAS yang telah disusun?
a. LM Harus 100% terlaksana semua sesuai dengan
rencana dan LPJ. Nanti kalau ada uang sisa yang
dikembalikan. Kalau kegiatan insidental banyak
yang berhasil hanya saja perawatan kebun dan
taman itu kurang maksimal karena kadang jadwal
piket taman dan kebun itu tidak terlaksana.
Sejauh ini RKAS yang telah direncanakan oleh SD
Negeri Kotagede 3 berjalan baik dan harus
diusahakan untuk terlaksana seluruhnya sesuai
dengan perencanaan. Kegiatan insidental berhasil
dilaksanakan meskipun belum maksimal.
Evaluasi RKAS
menunjukkan bahwa
pelaksanaan RKAS yang
disusun SD Negeri
Kotagede 3 berjalan cukup
baik dan masih perlu
dimaksimalkan sesuai
dengan skala prioritas
sekolah.
b. NS 75% sudah terlaksana dengan baik tapi yang
sudah direncanakan harus dilaksanakan
semuanya. Kalau ada yang mendadak dan harus
dilaksanakan ya harus dipikirkan prioritasnya.
Kegiatan dan anggaran SD Negeri Kotagede 3
berjalan sesuai dengan RKAS dengan berbagai
pertimbangan prioritas untuk kegiatan insidental.
I. Evaluasi Kebijakan Sekolah
1. Bagaimanakah evaluasi sikap dan perilaku warga sekolah dalam menyikapi kebijakan sekolah?
a. LM Ya sudah baik. Sudah lumayan tertib. Warga SD Negeri Kotagede 3 sudah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan
dan peraturan yang berlaku.
Evaluasi kebijakan sekolah
menunjukkan bahwa warga
SD Negeri Kotagede 3 sudah
cukup menaati kebijakan dan b. NS Ya sudah cukup berhasil. Meskipun ya masih ada Warga SD Negeri Kotagede 3 sudah cukup
220
aja anak yang masih harus diingatkan untuk
mematuhi tata-tertib.
menaati tata-tertib SD Negeri Kotagede 3. peraturan SD Negeri
Kotagede 3. Namun,
sosialisasi masih tetap
dilakukan. Salah satunya
melalui pemasangan papan
tata tertib di sudut-sudut
sekolah.
J. Faktor Pendukung
1. Bagaimanakah bentuk hal-hal dukungan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kebijakan sekolah berwawasan lingkungan?
a. LM Banyak. Kalau untuk perencanaan dan
pelaksanaan saya kira hampir sama mbak kaya
dana, tenaga, lahan, dan kegiatannya. Kalau
tenaganya serempak dan bisa kontinu waktu
kegiatan yang ada, ya kegiatannya bisa optimal.
Optimal dengan memanfaatkan masa yang ada.
Kalau evaluasi pendukungnya ya kesediaan dan
keterbukaan dari pihak-pihak yang di evaluasi itu
yang memudahkan evaluasi kegiatannya apalagi
kalau evaluasi lisan itu kan keaktifan dan
partisipasi anak membantu sekali.
Bentuk dukungan perencanaan dan pelaksanaan
kebijakan sekolah berwawasan lingkungan adalah
ketersediaan dana, tenaga, lahan dan jenis
kegiatan. Sedangkan untuk evaluasi keaktifan,
partisipasi, dan keterbukaan subyek evaluasi
menjadi bentuk dukungan pelaksanaan evaluasi
kebijakan sekolah berwawasan lingkungan.
Faktor pendukung
pelaksanaan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
kebijakan sekolah
berwawasan lingkungan
meliputi:
a) ketersediaan dana,
b) partisipasi warga sekolah
dan komite,
c) lingkungan yang
mendukung, dan
d) kegiatan yang selaras. b. NS Untuk yang mendukung seperti Dana BOS dan
BOSDA, Power dari kepala sekolah, guru dan
siswa yang terlibat aktif, lingkungan yang
menjamin, dan juga komite sekolah.
Faktor pendukung kebijakan sekolah berwawasan
lingkungan melputi dana, power kepala sekolah,
partisipasi guru dan siswa, keadaan lingkungan,
dan juga pihak komite sekolah.
K. Faktor Penghambat
1. Bagaimanakah kendala yang ditemui baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun dari evaluasi kebijakan sekolah berwawasan lingkungan?
a. LM Kendalanya itu kalau guru hanya sekedar “ndawuhi” saja,
padahal memberikan contoh itu kan lebih baik daripada
cuman menyuruh anak untuk melakukan. Selain itu juga
kadang dari pihak luar sekolah itu menjadi kendala
tersendiri seperti contohnya pembakaran sampah. Kita
Kendala perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
seperti masih ada guru yang hanya memberikan
anak perintah dan tidak memberikan contoh
yang benar. Selain itu pihak luar sekolah yang
Kebijakan sekolah
berwawasan
lingkungan SD Negeri
Kotagede 3 memiliki
kendala sebagai
221
sudah menghimbau untuk tidak membakar sampah tapi ya
kadang masih ada, masih harus diingatkan lagi. Kalau
sekarang sih sudah nggak ada yang bakar sampah disekitar
sini. Terus untuk program sekolah sehat itu kan kita punya
aturan tidak boleh ada pedagang yang jualan di luar
sekolah, kalau setelah dikasih tahu ya bersih nanti setelah
beberapa minggu balik lagi, namanya juga orang jualan
mbak.
kadang kurang mendukung pelaksanaan aturan
dan kegiatan yang telah dibuat oleh SD Negeri
Kotagede 3.
berikut:
5) kurangnya
kepedulian dari
beberapa pihak-
pihak terkait,
6) tidak
sebandingnya
beban tugas
dengan jam kerja
guru,
7) kurang
mendalamnya
analisis laporan
evaluasi, dan
8) kurangnya
personil.
b. NS Kalau untuk perencanaan dan pelaksanaan ya paling beban
tugas guru yang tidak sebanding dengan jam kerjanya
mbak. Kebanyakan bebannya, jadi yang kurang maksimal.
Terus adanya orang tua yang kurang peduli, maksudnya di
sekolah anak sudah diberi tahu ini itu untuk menjaga
lingkungan, buang sampah sesuai dengan tempatnya dan
jenisnya tapi ketika dirumah balik lagi orang tua tidak
mengingatkan atau saat kegiatan yang melibatkan orang
tua tapi orang tuanya kurang peduli dan kurang aktif.
Kalau evaluasinya itu masih terkendala dengan
penyusunan laporan mbak. Laporan sih sudah tapi
mungkin analisisnya kurang mendalam. Sebabnya ya tadi
itu jam kerja dan beban tugasnya tidak sebanding. Ya bisa
dikatakan kurang personil.
Perencanaan dan pelaksanaan kebijakan sekolah
berwawasan lingkungan terkendala dengan
perbandingan beban tugas guru dan jam kerja
yang tidak sebanding serta kurang pedulinya
orang tua dengan aturan dan kegiatan yang
dicanangkan oleh SD Negeri Kotagede 3.
Sementara untuk evaluasi terkendala dengan
analisis dalam laporan yang kurang mendalam
sebagai akibat dari beban tugas yang terlalu
banyak dan kurangnya personil.
Kondensasi Data Hasil Wawancara
Kurikulum Sekolah Berbasis Lingkungan Program Adiwiyata
Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017
(Wawancara II)
A. Perencanaan Pembelajaran
1. Apakah bapak/ ibu guru menyusun indikator, silabus, dan RPP lingkungan hidup? Bagaimanakah cara?
a. LM Kurikulum yang digunakan di sini KTSP dan
K13. KTSP untuk kelas 2,3,5 dan 6. K13 kelas 1
Silabus sudah ada acuan dari pusat. Indikator dan
kegiatan pembelajaran dalam RPP terintegrasi
Silabus sudah terdapat
acuannya yang berasal dari
222
dan 4. Untuk silabus sudah ada acuan dari pusat.
Indikator dan RPP yang terintegrasi dengan
pendidikan lingkungan hidup disusun oleh
masing-masing guru kelas. Biasanya juga melalui
KKG (Kelompok Kerja Guru) guru dapat
mengembangkan kegiatan-kegiatan
pembelajaran.
dengan pendidikan lingkungan hidup dapat
dikembangkan dan disusun sendiri oleh guru.
pusat. Guru dapat
mengembangkan indikator
dan kegiatan-kegiatan
dalam RPP terintegrasi
dengan pendidikan
lingkungan hidup sesuai
dengan mata pelajaran dan
materi yang sedang di
pelajari. b. RN Silabus sudah ada acuannya. Indikator dan RPP
bisa dikembangkan. Untuk yang terintegrasi
dengan pendidikan lingkungan, sebelum memilih
mana yang bisa diintegrasikan harus punya
GBIM tentang Pendidikan Lingkungan Hidup.
Dari situ dapat dicupliki yang sesuai, tergantung
mata pelajaran dan materi yang diajarkan. Kalau
di K13 malah lebih gampang kan sudah ada
tema-temanya biasanya di dalamnya sudah ada
tentang PLH-nya.
Silabus sudah ada acuannya. Indikator dan kegiatan
dan RPP dapat dikembangkan oleh guru dengan
penyesuaian materi pendidikan lingkungan hidup
dengan mata pelajaran dan materi yang diajarkan.
2. Bagaimanakah contoh kegiatan pembelajaran terintegrasi dengan lingkungan hidup yang pernah direncanakan oleh bapak/ ibu guru?
a. LM Banyak. Berkebun, memilah sampah, daur ulang,
pemanfaatan lingkungan sekitar, bahkan
mengamati pencemaran yang terjadi di
lingkungan sekitar itu sudah termasuk kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup. Biasanya itu
masuk dalam pelajaran IPA, Olahraga atau SBK,
pelajaran lain juga bisa tergantung pada
materinya.
Contoh kegiatan pembelajaran terintegrasi dengan
lingkungan hidup yang pernah direncanakan SD
Negeri Kotagede 3 diantaranya adalah berkebun,
memilah sampah, daur ulang, pengamatan
lingkungan sekitar yang diintegrasikan dalam
berbagai mata pelajaran seperti IPA, Olahraga, dan
SBK tergantung pada materi yang dipelajari.
Banyak kegiatan
pembelajaran terkait
dengan lingkungan hidup
yang pernah direncanakan
oleh guru-guru di SD
Negeri Kotagede 3.
Kegiatan tersebut harus
diperhatikan kesesuaian
dengan materi yang
dipelajari contohnya
kegiatan daur ulang
sampah yang dimasukkan
dala mata pelajaran SBK,
b. RN Banyak, contohnya Pengelolaan sampah, rasater,
terus kegiatan kegiatan memperingati hari-hari
terkait lingkungan . Itu semua bisa dimasukkan
dalam pembelajaran di dalam kelas tapi ya cari
yang sesuai dengan materi yang dipelajari.
Banyak kegiatan pembelajaran terkait dengan
lingkungan hidup yang pernah direncanakan oleh
guru-guru di SD Negeri Kotagede 3. Kegiatan
tersebut disesuaiakan dengan materi yang dipelajari.
223
atau pengamatan terhadap
pencemaran lingkungan
melalui mata pelajaran
IPA.
3. Dengan adanya perubahan peralihan kurikulum dari KTSP ke K13, bagaimanakah perbedaan pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup diantara
keduanya?
a) LM Saya kira tidak masalah. Walaupun kurikulumnya
berganti program adiwiyata akan tetap bisa
dilakukan. Tidak ada perbedaan mencolok
kecuali mungkin dalam K13 ada tema-tema yang
memang sudah terintegrasi dengan PLH jadi guru
malah lebih mudah melakukan pembelajaran
terintegrasi dengan lingkungan hidup.
Peralihan kurikulum dari KTSP 2006 ke Kurikulum
2013 tidak menjadi masalah bagi program adiwiyata.
Program adiwiyata tetap dapat berjalan.
Perbedaannya mungkin hanya terletak pada kegiatan
pembelajarannya. Dalam Kurikulum 2013 tema-
tema yang digunakan mayoritas sudah terintegrasi
dengan PLH.
Peralihan kurikulum dari
KTSP 2006 ke Kurikulum
2013 tidak membawa
perbedaan pelaksanaan
pembelajaran yang besar.
Pelaksanaan pendidikan
lingkungan hidup tetap
terintegrasi dengan
pelaksanaan pembelajaran.
Perbedaan keduanya
teletak pada orientasi yang
digunakan, K13
menggunakan orientasi
pada tema sedangkan
KTSP menggunakan
orientasi pada mata
pelajaran.
b) RN Tidak ada perbedaan. Sama-sama include dalam
mata pelajaran. Hanya saja K13 berdasarkan
tema kalau KTSP murni mapel yang sesuai.
Peralihan kurikulum dari KTSP 2006 ke Kurikulum
2013 tidak membawa dampak perbedaan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran keduanya terintegrasi dalam proses
pembelajaran hanya saja K13 berorientasi pada
tema, sedangkan KTSP berorientasi pada mapel.
B. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Bagaimana sistem pembelajaran (pendekatan dan metode) yang digunakan bapak/ ibu guru dalam pembelajaran?
a. LM Disesuaikan dengan materi dan juga kebutuhan
saat itu.
Pendekatan dan metode yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan
materi yang dipelajari dan kebutuhan pembelajaran.
Pendekatan dan metode
yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran
bervariasi sesuai dengan
materi dan kebutuhan
pembelajaran.
b. RN Bervariasi mbak biar nggak bosen dan
disesuaikan dengan materi pembelajaran,
keadaan kelas, dan kebutuhan siswa. Contohnya
Pendekatan dan metode yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran bervariasi tergantung
pada materi dan kebutuhan pembelajaran.
224
pas SBK itu lebih ke kegiatan yang membuat
sesuatu dengan memanfaatkan misalnya kertas
koran, plastik, botol jadi sebuah hiasan.
2. Apakah bapak/ ibu pernah melakukan pembelajaran di luar kelas, langsung dari alam, atau laboratorium?
a. LM Kalau di luar kelas pernah. Kalau laboratorium
belum kelihatannya. Ada ecobrick, hidroponik,
ada juga menjernihkan air atau sekedar
mengamati lingkungan sekitar juga pernah.
Pembelajaran di luar kelas pernah di lakukan oleh
guru misalnya ecobrick, praktek penjernihan air, dan
pengamatan lingkungan sekitar.
Guru pernah melakukan
pembelajaran di luar kelas
dengan pertimbangan
materi yang dipelajari.
b. RN Ada mbak. Misalnya pas materi pencemaran
siswa diajak untuk mengamati pencemaran yang
terjadi di lingkungan sekitar terus diajak untuk
memilah sampah-sampah yang ada di sekitar
sekolah.
Pembelajaran di luar kelas pernah di lakukan oleh
guru misalnya pengamatan pencemaran lingkungan
sekitar dan pemilahan sampah.
3. Apakah isu lingkungan yang ada saat ini pernah coba bapak/ ibu kembangkan menjadi sebuah materi pembelajaran di dalam kelas?
a. LM Bisa saja. Misalnya guru mengadakan
pembelajaran tentang pupuk organik karena
melihat banyak sampah organik yang ada di
sekolah kemudian dicoba untuk dijadikan bahan
pembelajaran salah satunya dengan
menjadikannya pupuk organik melalui
komposter.
Isu lingkungan yang pernah dikembangkan
dikembangkan dalam materi pembelajaran terkait
dengan pengelolaan sampah organik menjadi pupuk
organik melalui komposter.
Isu lingkungan yang
pernah dikembangkan
dalam pembelajaran terkait
dengan pengelolaan
sampah
b. RN Ada mbak. Itu tadi yang sampah kan bisa
dijadikan sumber untuk dikembangkan dalam
pembelajaran.
Isu lingkungan yang pernah dikembangkan dalam
pembelajaran terkait dengan pengelolaan sampah.
4. Bagaimanakah media sosialisasi produk hasil pembelajaran siswa di SD Negeri Kotagede 3?
a) LM Media sosialisasi di SD sini ada web, mading
juga. Kalau produk-produk biasanya diambil ang
paling bagus terus dipajang, di etalase depan itu.
Atau misalnya taplak meja hasil membatik bisa
digunakan untuk taplak meja setiap kelas.
Media sosialisasi produk hasil belajar siswa SD
Negeri Kotagede 3 bervariasi, mulai dari web,
mading, hingga dipajang untuk dijadkan hiasan atau
sekedar dipamerkn kepada siswa lain dan
pengunjung SD Negeri Kotagede 3.
Media sosialisasi produk
hasil belajar siswa SD
Negeri Kotagede 3
bervariasi, mulai dari web,
mading, hingga dipajang
225
Pokoknya disesuaikan saja. untuk dijadkan hiasan atau
sekedar dipamerkn kepada
siswa lain dan pengunjung
SD Negeri Kotagede 3.
b) RN Oh, hasil belajarnya apa dulu... kalau kliping-
kliping gitu bisa ditaruh di perpustakaan atau di
ruang kepala sekolah sebagai arsip. Kalau poster,
puisi atau gambar bisa di pajang di mading.
Kalau barang-barang kerajinan bisa dimanfaatkan
sebagai hiasan atau sekedar dipamerkan di etalase
depan ruang guru, itu.
Media sosialisasi produk hasil belajar siswa SD
Negeri Kotagede 3 bervariasi, untuk koleksi
perpustakaan, mading, hingga dipajang untuk
dijadkan hiasan atau sekedar dipamerkn kepada
siswa lain dan pengunjung SD Negeri Kotagede 3.
C. Evaluasi Pembelajaran
1. Apakah evaluasi pembelajaran diperlukan? Mengapa?
a. LM Perlu sekali untuk mengetahui keberhasilan
pembelajaran tapi itu tergantung pada apa yang
dibutuhkan pada waktu itu. Misalnya untuk
evaluasi setiap bab menggunakan ulangan harian.
Evaluasi pembelajaran diperlukan untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan atau pencapaian
pembelajaran siswa. Evaluasi dilakukan oleh guru
tergantung pada kebutuhan saat itu.
Evaluasi pembelajaran
diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana
keberhasilan pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran
dilakukan oleh guru
tergantung pada kebutuhan
saat itu.
b. RN Sangat diperlukan untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Biasanya include dengan mapel bisa
tertulis bisa lisan. Tergantung apa yang
dibutuhkan.
Evaluasi pembelajaran diperlukan untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Evaluasi dilakukan oleh guru
tergantung pada kebutuhan saat itu.
2. Bagaimana sistem penilaian dalam pembelajaran lingkungan hidup?
a. LM Pembelajaran lingkungan hidup kan terintegrasi
dengan mata pelajaran lain dan ada KKMnya
masing-masing. KKM itu ditentukan bersama.
Kalau cara penilaiannya atau instrumennya itu
tergantung gurunya dan keperluannya.
Penilaian dalam pembelajaran lingkungan
terintegrasi dengan mata pelajaran dilakukan dengan
teknik dan instrumennya berdasarkan kebutuhan
penilaian menurut guru. KKM dalam penilaiannya
ditentukan bersama.
Penilaian dalam
pembelajaran lingkungan
terintegrasi dengan mata
pelajaran dilakukan dengan
teknik dan instrumennya
baik lisan maupun tertulis
berdasarkan kebutuhan
penilaian menurut guru.
KKM dalam penilaiannya
ditentukan bersama.
b. RN 1) Penilaiannya kadang lisan kadang tertulis.
Untuk KKM seperti apa bu?
2) KKM tergantung pada mapelnya mbak dan
itu ditentukan secara bersama-sama lewat
rapat.
Penilaian dilakukan baik secara lisan maupun
tertulis. KKM ditentukan bersama.
226
3. Mengapa pelaksanaan pembelajaran perlu melibatkan lingkungan sekitar siswa?
a. LM Sangat penting melibatkan lingkungan siswa
dalam pembelajaran yang dilakukan. Dengan
begitu siswa jadi tahu keadaan lingkungan
sekitarnya dan bagaimana cara mengelola dan
mengatasi masalah-masalah lingkungan yang ada
di sekitarnya.
Pelaksanaan pembelajaran yang
melibatkan lingkungan sekitar siswa
sangat penting untuk mengembangkan
rasa peduli siswa terhadap
lingkungannya serta mengetahui
bagaimana cara mengelola dan
mengatasi masalah lingkungannya.
Pelaksanaan pembelajaran yang
melibatkan lingkungan sekitar siswa
sangat penting karena dengan
pembelajaran melibatkan lingkungan
sekitar siswa dapat mengembangkan
rasa peduli siswa terhadap
lingungannya dan melatih siswa untuk
mengelola dan mengatasi masalah-
masalah lingkungan yang terjadi di
sekitarnya. Selain itu, siswa lebih
mudah memahami materi yang terkait
dengan lingkungan yang dekat dengan
kehidupan siswa sehari-hari.
b. RN Setiap yang kita lakukan dalam pembelajaran
tidak lepas dari anak. Jadi lingkungan sekitar
siswa juga terlibat dalam proses pembelajaran
agar siswa lebih mudah memahami materi yang
diajarkan karena dekat dengan kehidupannya.
Pelaksanaan pembelajaran tidak lepas
dari diri siswa dan lingkungan
sekitarnya agar siswa lebih mudah
memahami materi yang diajarkan
karena lebih dekat dengan
kehidupannya.
4. Apakah bapak/ ibu guru melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran? Bagaimana caranya?
a. LM Ya. Evaluasi pembelajaran dilakukan guru sesuai
dengan kebutuhannya bisa dalam bentuk lisan
ataupun tertulis, pre-test ataupun post-test.
Evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran dengan
cara lisan ataupun tulisan baik pre-test
maupun post-test.
Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh
masing-masing guru sesuai dengan
kebutuhan pembelajarannya melalui
pre-test ataupun post-test baik secara
lisan maupun tertulis dan melalui
produk. b. RN Setiap guru melakukan evaluasi sesuai
kebutuhannya. Misalnya pembelajaran SBK
dilihat dari hasta karyanya atau misalnya
ecobrick dilakukan dengan melihat produk siswa
di hari sampah.
Evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing guru,
salah satunya melalui produk hasil
pembelajaran.
5. Bagaimana tingkat keberhasilan pembelajaran terintegrasi lingkungan hidup menurut bapak/ ibu?
a. LM Menurut saya pembelajaran terintegrasi
lingkungan hidup disini kalau dilihat secara
langsung nyata sudah menunjukkan keberhasilan
yang tinggi, tapi ya namanya anak-anak masih
harus sering diingatkan. Jangankan anak-anak,
yang dewasa saja kadang masih harus terus
Pembelajaran terintegrasi lingkungan
hidup sudah menunjukkan keberhasilan
namun penanaman karakter pada warga
sekolah masih harus terus ditingkatkan.
Pembelajaran terintegrasi lingkungan
hidup sudah menunjukkan keberhasilan
namun penanaman karakter pada warga
sekolah masih harus terus berlanjut dan
ditingkatkan.
227
diingatkan.
b. RN Menurut saya sudah lumayan berhasil dalam
pembelajaran. tapi ya namanya penanaman
karakter itu kan lama ya mbak dan nggak bisa
Cuma sekali jadi harus terus berlanjut dan
ditingkat dari hari ke hari.
Pembelajaran terintegrasi lingkungan
hidup sudah menunjukkan keberhasilan
namun penanaman karakter pada warga
sekolah masih harus terus berlanjut dan
ditingkatkan.
D. Faktor Pendukung
1. Bagaimanakah bentuk hal-hal yang mendukung perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbasis lingkungan?
a. LM Hal-hal yang mendukung pembelajaran berbasis
lingkungan hidup antara lain kemampuan guru,
keaktifan siswa, lingkungan yang mendukung.
Faktor pendukung pembelajaran
berbasis lingkungan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasinya adalah kemampuan guru,
lingkungan yang mendukung, dan
keaktifan siswa.
Faktor pendukung dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
berbasis lingkungan antara lain:
a) kemampuan guru,
b) kondisi lingkungan,
c) keaktifan siswa, dan
d) dukungan pihak terkait (orang tua
dan komite). b. RN Lingkungan, kemampuan guru, dukungan orang
tua, komite dan semangat anak.
Faktor pendukung pembelajaran
berbasis lingkungan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasinya adalah lingkungan,
kemampuan guru, dukungan orang tua
dan komite serta semangat anak.
E. Faktor Penghambat
1. Apakah kendala yang bapak/ ibu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbasis lingkungan?
a. LM Kendalanya dari siswanya itu lebih pada
konsentrasi atau fokus anak dan motivasinya
yang kurang. Kalau untuk guru terkendala dalam
menyiapkan medianya cukup atau enggak.
Kendala perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran berbasis
lingkungan adalah konsentrasi (fokus)
siswa, motivasi siswa yang kurang, dan
kemampuan guru untuk menyediakan
media.
Kendala perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran berbasis
lingkungan adalah:
a) kemampuan guru kurang,
b) konsentrasi dan motivasi siswa
kurang,
c) kepedulian warga sekolah
kurang, dan b. RN Untuk kendala biasanya dalam penyusunan RPP
terintegrasi lingkungan kadang tidak nyambung
Kendala perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran berbasis
228
antara PLH dengan mapelnya. Terus kurang
pedulinya siswa dan beberapa guru dan karyawan
terhadap pendidikan lingkungan hidup, kadang
juga ada orang tua yang kurang peduli terhadap
kegiatan sekolah terkait lingkungan hidup.
lingkungan adalah kemampuan guru
dalam penyusunan RPP terintegrasi
lingkungan, kepedulian warga sekolah
kurang, dan kurangnya dukungan orang
tua.
d) dukungan orang tua kurang.
Kondensasi Data Hasil Wawancara
Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif Program Adiwiyata
Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017
(Wawancara III)
A. Perencanaan Kegiatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Bagaimana strategi dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah?
a. LM Dengan jadwal piket setiap kelas, ada piket kelas,
piket taman, dan piket kebun. Selain jadwal piket
siswa, petugas kebersihan sekolah dan guru juga
memiliki tanggungjawab dalam pemeliharaan
gedung dan lingkungan sekolah. ada juga kerja
bakti bersama seluruh warga sekolah biasanya
setiap jumat setelah senam.
Pemeliharaan gedung dan lingkungan
sekolah dilakukan baik oleh siswa,
guru, maupun karyawan. Siswa
memiliki jadwal piket yang terdiri atas
piket kelas, piket taman, dan piket
kebun. Kerja bakti membersihkan
lingkungan sekolah juga dilakukan
secara bersama-sama seluruh warga
sekolah setiap hari jumat setelah senam.
Pemeliharaan gedung dan lingkungan
sekolah dilakukan oleh seluruh warga
sekolah dengan cara:
a) jadwal piket,
b) kegiatan semutlis (sepuluh menit
untuk lingkungan sekolah),
c) kerja bakti jumat pagi, dan
d) bank sampah
b. AT Ada jadwal piket. Ada semutlis atau sepuluh
menit untuk lingkungan sekolah, anak-anak
menyisihkan sepuluh menit setiap harinya untuk
lingkungan sekolah. Jumat setelah senam juga
dilakukan kerja bakti yang diikuti semua siswa,
biasanya yang kecil di taman, yang gedhe-gedhe
di kebun yang di lapangan olahraga itu. Ada juga
bank sampah.
Pemeliharaan gedung dan lingkungan
sekolah dilakukan dengan jadwal piket,
kegiatan semutlis (sepuluh menit untuk
lingkungan sekolah), kerja bakti jumat
pagi, dan bank sampah.
2. Bagaimana pemanfaatan lahan dan fasilitas sekolah oleh warga sekolah?
a. LM Perkelas memiliki lahannya sendiri-sendiri. kalau Setiap kelas memiliki lahan taman dan Terdapat pemabagian lahan taman dan
229
untuk taman ada di lingkungan sini dan kebunnya
ada di lapangan olahraga sana. Untuk kebun itu
akan tetap sama tempatnya meskipun kelasnya
naik. Jadi misal kelas 1 dapat bagian utara ya
sampai kelas 6 nanti tetap disitu. Kalau kelas 6
udah lulus, nah lahan bekan kelas 6 itu untuk
kelas 1 yang baru masuk. Di lapangan olahraga
itu juga ada lukisan dinding yang buat juga siswa
dari kelas 4, 5, dan 6.
kebun masing-masing. Taman berada di
kawasan gedung utama SD Negeri
Kotagede 3, sedangkan untuk kebun
berada di wilayah lapangan olahraga.
Kebun tersebut akan menjadi milik
kelas yang sama dari kelas 1 hingga
kelas 6. Ketika kelas 6 lulus, maka
kebun tersebut akan menjadi milik kelas
1 yang baru. Dinding lapangan olahraga
yang sekaligus kebun SD Negeri
Kotagede 3 dihaisi dengan lukisan
dinding yang dibuat oleh siswa dari
kelas 4, 5, dan 6.
kebun untuk setiap kelas. Taman berada
di kawasan gedung utama SD Negeri
Kotagede 3, sedangkan untuk kebun
berada di wilayah lapangan olahraga.
Kebun tersebut akan menjadi milik
kelas yang sama dari kelas 1 hingga
kelas 6. Ketika kelas 6 lulus, maka
kebun tersebut akan menjadi milik kelas
1 yang baru. Dinding lapangan olahraga
yang sekaligus kebun SD Negeri
Kotagede 3 dihaisi dengan lukisan
dinding yang dibuat oleh siswa dari
kelas 4, 5, dan 6.
b. AT Ada pembagiannya. Di kotak-kotak yang akan
dibagi ke setiap kelas dan area itu pemiliknya
tetap. Tidak akan berubah kecuali sudah lulus.
Teradapat pembagaian lahan taman dan
kebun untuk setiap kelas dengan
pemilik yang sama setiap tahunnya
hingga kelas tersebut lulus.
3. Apakah kegiatan ekstrakurikuler yang direncanakan sesuai dengan pendidikan lingkungan hidup?
a. LM Kalau ekstakurikuler banyak. Ada pramuka,
drumband, qira’ah, athletik. Tapi mungkin yang
terkait dengan pendidikan lingkungan hidup itu
pramuka. Tidak semua kegiatan di sekolah kan
bisa diintegrasikan dengan pendidikan
lingkungan hidup. Mungkin sekedar
mengingatkan untuk peduli pada lingkungan
sekitarnya bisa, misalnya setelah selesai
dihimbau untuk mengembalikan alat-alat
ketempat semula dan tidak meninggalkan
sampah.
Kegiatan ekstrakurikuler yang memuat
pendidikan lingkungan hidup di SD
Negeri Kotagede 3 adalah
ekstrakurikuler pramuka.
Ekstrakurikuler lain hanya sekedar
memberikan penguatan atau motivasi
untuk mengembangkan karakter peduli
lingkungan.
Ekstrakurikuler pramuka merupakan
kegiatan ekstrakurikuler SD Negeri
Kotagede 3 yang memuat pendidikan
lingkungan hidup di dalam
pelaksanaannya. Ekstrakurikuler lain
hanya sekedar memberikan penguatan
atau motivasi untuk mengembangkan
karakter peduli lingkungan.
b. AT Ekstakurikuler banyak, mbak. Tapi yang terkait
pelestarian lingkungan misalnya pramuka. Dalam
Ekstrakurikuler SD Negeri Kotagede 3
yang terkait pelestarian lingkungan
230
pramuka itu siswa kan dikenalkan bagaimana
lingkungan sekitarnya.
hidup adalah pramuka.
4. Apakah sekolah menyediakan kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi bagi warga sekolah?
a. LM 1) Ada ecobrick, rasater. Ecobrick berawal dari
sebelum kantin sehat jadi di kantin itu masih
menggunakan plastik belum box makanan
seperti sekarang. Setiap harinya sampah
plastik itu banyak sekali nah dari situ tercetus
bagaimana jika sampah itu digunakan untuk
ecobrick. Kalau sekarang karena sudah kantin
sehat, anak-anak kalau di rumah ada sampah
plastik, di potong kecil-kecil dan dimasukkan
ke dalam botol sampai penuh. Nanti kalau
sudah penuh di setorkan ke sekolah lewat
wali kelasnya. Sekarang sudah berjalan
seperti itu mbak. Tapi belum jadi apa-apa
karena masih menunggu penuh. Nggak cuma
siswa sebenarnya, guru juga melakukan itu.
Selain ecobrick, ada kegiatan lain tidak bu?
2) Membuat kerajinan dari barang-barang bekas
juga pernah. Pigura dari koran bekas, bunga
dari plastik dan botol bekas. Itu yang
dipajang di depan kantor guru itu semuanya
adalah hasil kreativitas dari anak-anak.
Kegiatan-kegiatan seperti ini penting mbak,
bisa jadi sarana pengembangan imajinasi dan
kreativitasnya siswa. Kadang ada anak yang
kreatif sekali dalam memanfaatkan barang
bekas jadi barang-barang yang bagus tapi ya
ada yang biasa saja.
Kegiatan pengembangan kreativitas dan
inovasi bagi warga sekolah contohnya
adalah ecobrick (pengumpulan sampah
plastik dalam botol untuk dibentuk
menjadi sebuah karya), hasta karya
menggunakan bahan-bahan dari barang
tidak terpakai atau daur ulang. Kegiatan
pengembangan kreativitas dan inovasi
diperlukan untuk mengasah
perkembangan kreativitas dari siswa.
Kegiatan pengembangan kreativitas dan
inovasi bagi warga sekolah contohnya
adalah:
a) ecobrick (pengumpulan sampah
plastik dalam botol untuk dibentuk
menjadi sebuah karya),
b) hasta karya menggunakan bahan-
bahan dari barang tidak terpakai
atau daur ulang, dan
c) Pemanfaatan bahan-bahan alami
dalam pembelajaran.
Kegiatan pengembangan kreativitas dan
inovasi diperlukan untuk mengasah
perkembangan kreativitas dari siswa
dan dapat dilakukan baik di dalam
maupun luar kelas, seperti
ekstrakurikuler pramuka.
231
b. AT Pemanfaatan sampah bekas menjadi kerajinan-
kerajinan yang di pajang di depan kantor guru itu.
Semua itu di buat oleh siswa dari bahan-bahan
yang tidak terpakai misalnya koran bekas jadi
pigura, pewarna alami untuk membatik, plastik
jadi tas atau bunga pernah juga daun nangka
dibuat jadi mahkota untuk keperluan lomba apa
ya dulu itu, nari kalau tidak salah. Ada ecobrick
juga. Jadi di ecobrick siswa mengumpulkan
sampah plastik kering di potong kecil-kecil
dimasukkan ke botol bekas sampai kalau diremas
tidak berbunyi, tidak ada ruang kosong lagi, nanti
kalau udah penuh dibawa ke sekolah untuk
dibentuk menjadi kerajinan tertentu. Kegiatan
kegiatan itu bisa dilakukan di luar kelas maupun
di dalam kelas tapi biasanya di dalam kelas
kalaupun luar kelas paling ya waktu pramuka.
Kegiatan pengembangan kreativitas dan
inovasi bagi warga sekolah contohnya
adalah pemanfaatan sampah bekas
menjadi kerajinan-kerajinan tangan
(hasta karya), pemanfaatan bahan-bahan
alami dalam pembelajaran, ecobrick
(pengumpulan sampah plastik dalam
botol untuk dibentuk menjadi sebuah
karya). Kegiatan pengembangan
kreativitas dan inovasi dapat dilakukan
di dalam maupun di luar kelas,
misalnya dalam ekstrakurikuler
pramuka.
B. Perencanaan Kemitraan Sekolah
1. Apakah kemitraan atau kerja sama sekolah diperlukan? Mengapa?
a. LM Sangat perlu, ya untuk mensupport
mendukung berbagai penyelenggaraan
kegiatan di sekolah.
Kemitraan atau kerjasama dengan pihak lain
diperlukan oleh SD Negeri Kotagede 3
untuk mendukung dan membantu
penyelenggaraan berbagai kegiatan di SD
Negeri Kotagede 3.
Kemitraan atau kerjasama dengan pihak
lain diperlukan oleh SD Negeri
Kotagede 3 untuk mendukung dan
membantu penyelenggaraan berbagai
kegiatan di SD Negeri Kotagede 3
b. AT Pelu, biar bisa membantu kegiatan-kegiatan
yang ada disini.
Kemitraan atau kerjasama dengan pihak lain
diperlukan SD Negeri Kotagede 3 agar dapat
membantu terselenggaranya berbagai macam
kegiatan di sekolah.
2. Siapakah yang menjadi mitra kerja sekolah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup?
a. LM Untuk kemitraan ada dari masyarakat
sekitar, RW sekitar sekolah, BLH, LSM di
Masyarakat, BLH, LSM Lingkungan,
organisasi pengepul sampah, orang tua/ wali
Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3
dalam upaya perlindungan dan
232
bidang lingkungan juga ada, Komite
sekolah, Orang tua siswa juga, Bank Sampah
itu juga kerja sama dengan pengepul,
Kadang ada dari produk susu atau makanan-
makanan. Ada juga dari mahasiswa
universitas dan masih banyak lagi. SD kita
juga pernah dapat bantuan dari RCTI untuk
pembangunan sarana dan prasarananya.
murid, dan berbagai pihak lain seperti
stasiun televisi, perguruan tinggi dan merek
produk tertentu merupakan mitra kerja SD
Negeri Kotagede 3.
pengelolaan lingkungan hidup meliputi;
a. BLH,
b. LSM lingkungan.
c. organisasi pengepul sampah,
d. orang tua/ wali,
e. komite sekolah, dan
f. perguruan tinggi tertentu.
b. AT Untuk yang adiwiyata.. BLH, Komite
sekolah, Orang tua, Masyarakat, LSM
Lestari apa itu... pokoknya bergerak di
bidang lingkungan hidup. Bank sampah juga
dengan pengepul.
Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3 berkaitan
dengan program adiwiyata meliputi BLH,
masyarakat, LSM lingkungan, komite
sekolah, orang tua/ wali murid, dan
organisasi pengepul sampah.
3. Bagaimana cara sekolah mendapatkan mitra kerja dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup?
a. LM Untuk mendapat mitra kerja itu banyak
caranya. Ada yang datang menawarkan ke
sekolah. Kalau memang dibutuhkan ya
diterima. Terus bisa juga dengan minta
informasi, inisiatif untuk mencari mitra kerja
dalam pelaksanaan kegiatan tertentu.
Misalnya untuk perbaikan jalan depan
sekolah ini saya coba untuk
mendiskusikannya dengan ketua ketua RW
sekitar sini biar bersama-sama memperbaiki
jalan itu.
Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3
didapatkan melalui penawaran dari pihak
luar yang kemudian di seleksi oleh pihak SD
Negeri Kotagede 3. Selain itu, SD Negeri
Kotagede 3 juga berinisiatif untuk mencari
mitra kerja yang dapat membantu
pelaksanaan kegiatan di SD Negeri
Kotagede 3.
Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3
didapatkan melalui seleksi penawaran
yang masuk ke SD negeri Kotagede 3
dan permintaan kerja sama oleh sekolah
kepada pihak yang dibutuhkan.
b. AT Ada yang menawarkan kadang juga kita
yang cari. Situasional sih mbak.
Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3
didapatkan secara situasional baik melalui
penawaran yang datang kepada SD Negeri
Kotagede 3 maupun penawaran dari sekolah
ke pihak yang dibutuhkan.
C. Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
233
1. Bagaimanakah partisipasi dari warga sekolah dalam pelaksanaan seluruh kegiatan yang direncanakan?
a. LM Sudah sadar, aktif juga dalam kegiatan
lingkungan yang dilakukan. Pedulinya sudah
kelihatan tapi ya masih tetep harus saling
mengingatkan kan adiwiyata itu harus
berjalan secara terus-menerus berkelanjutan.
Bagaimana dengan warga yang kurang
berpartisipasi, bu?
Ya itu tadi mbak harus saling mengingatkan
baik guru, siswa, maupun karyawan. Untuk
sistem denda yang sering digunakan itu
sebenarnya kurang aktif ya untuk
mengembangkan sikap mau, peduli, dan
berbudaya lingkungan.
Partisipasi dari warga sekolah sudah cukup
baik.Warga sekolah sudah berpartisipasi
secara sadar dan aktif dalam berbagai
kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Untuk meningkatkan
partisipasi dan membentuk sikap peduli dan
berbudaya lingkungan, warga sekolah harus
saling mengingatkan satu sama lain dan
dilakukan secara terus-menerus.
Warga sekolah ikut berpartisipasi secara
sadar dan aktif dalam berbagai kegiatan
terkait pemeliharaan dan pengelolaan
lingkungan hidup di SD Negeri
Kotagede 3. Meski demikian baik guru,
karyawan maupun siswa harus saling
mengingatkan satu sama lain agar
pembentukan karakter peduli dan
berbudaya lingkungan berlangsung
secara berkelanjutan.
b. AT Semua berpartisipasi baik guru, siswa,
maupun karyawan. Sejauh ini partisipasi dari
warga sekolah sudah baik, ikut berperan
aktif dalam berbagai kegiatan.
Partisipasi warga SD Negeri Kotagede 3
sudah baik. Warga sekolah ikut berperan
aktif dalam berbagai kegiatan.
D. Pelaksanaan Kemitraan Sekolah
1. Bagaimanakah bentuk kemitraan/ kerja sama sekolah dengan pihak lain?
a. LM Bentuk kemitraan atau kerja sama yang
didapatkan itu bisa berupa kegiatan seperti
pelatihan, kerja bakti bersama. Bisa juga
dalam bentuk barang, misalnya dari BLH itu
ada bantuan tempat sampah.
Bentuk kemitraan SD Negeri Kotagede 3
dengan berbagai pihak dapat berupa kegiatan
maupun barang.
Bentuk kemitraan SD Negeri Kotagede
3 dapat berupa kegiatan maupun dalam
bentuk pengadaan barang.
b. AT Pengarahan, pembinaan untuk peningkatan
kemampuan sekolah dalam adiwiyata.
Misalnya pembinaan pengelolaan sampah
atau kantin sehat dengan begitu kan sekolah
Bentuk kemitraan SD Negeri Kotagede 3
dapat berupa kegiatan pengarahan dan
pembinaan sekolah.
234
jadi lebih tau. Ada guru khusus untuk
pelatihan recycle dan reuse limbah atau
sampah unorganik. Ada juga workshop
seperti workshop cinta satwa yang diikuti
oleh perwakilan siswa.
E. Evaluasi Kegiatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Menurut bapak/ ibu, apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan?
a. LM Sudah ya mbak. Kan memang kegiatan-
kegiatan tersebut direncanakan dengan
pendekatan lingkungan, jadi ya harus sesuai
dengan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh SD
Negeri Kotagede 3 sudah sesuai dengan
upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena dikembangkan
menggunakan pendekatan lingkungan hidup.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
SD Negeri Kotagede 3 sudah sesuai
dengan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan karena
perencanaan kegiatan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan lingkungan
hidup. b. AT Ya tentu sesuai karena perencanaan kegiatan
itu disesuai dengan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Perencanaan kegiatan yang akan dilakukan
disesuaikan dengan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
2. Bagaimana kriteria sebuah kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan dikatakan berhasil?
a. LM Ketika kepedulian dari warga sekolah tidak
hanya tampak secara tindakan saja tetapi
sudah menjadi rasa dalam diri warga
sekolah. Jadi ketika warga sekolah sudah
sadar dan peduli pada lingkungan di
sekitarnya bukan karena tuntutan peraturan
tapi dari hatinya.
Kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan SD Negeri Kotagede 3 dikatakan
berhasil ketika kepedulian dan kesadaran
lingkungan dari warga sekolah sudah
menjadi rasa dalam diri masing-masing
individu sehingga warga sekolah menjadi
berbudaya lingkungan.
Kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan SD Negeri Kotagede 3
dikatakan berhasil ketika karakter
peduli lingkungan dari warga sekolah
sudah menjadi budaya dan
berkelanjutan.
b. AT Ketika karakter siswa, guru, maupun
karyawan sudah peduli pada lingkungan dan
tidak hanya pada satu waktu tapi masih terus
berproses dari waktu ke waktu,
berkelanjutan.
Kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan SD Negeri Kotagede 3 dikatakan
berhasil ketika warga sekolah memiliki
karakter peduli lingkungan yang
berkelanjutan dari waktu ke waktu.
F. Kemitraan Sekolah
1. Bagaimanakah keuntungan yang diperoleh sekolah melalui kemitraan tersebut?
235
a. LM Kemitraan itu meringankan beban dari
sekolah. kan ibaratanya ada yang ngewangi
apalagi mengingat beban tugas guru kelas
yang sudah banyak dan masih harus
mengurus adiwiyata juga.
Kemitraan mampu meringankan beban kerja
sekolah dalam pelaksanaan kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup program adiwiyata.
Kemitraan memiliki dampak postiif
bagi SD Negeri Kotagede 3,
diantaranya adalah:
a. meringkankan beban kerja sekolah
termasuk guru yang memiliki beban
tugas yang tinggi,
b. peningkatan kualitas pendidikan,
dan
c. peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan.
b. AT Tentunya membawa dampak positif. Adanya
peningkatan kualitas sekolah baik secara
akademik maupun sarana prasarana
pendukung kegiatan pendidikan. Dengan
adanya pelatihan-pelatihan kan membuat
sekolah jadi lebih tahu bagaimana yang
sebaiknya.
Kemitraan mampu meningkatkan kualitas
pendidikan di SD Negeri Kotagede 3
termasuk dalam hal sarana dan prasarana
pendukung kegiatan pendidikan.
G. Faktor Pendukung
1. Faktor seperti apakah yang mendorong perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan lingkungan berbasis partisipatif?
a. LM Untuk dukungan kegiatan lingkungan
berbasis partisipatif itu ya kewajiban dari
pemerintah untuk mengadakan kegiatan
yang melibatkan siswa. Siswa kan fokus
dalam sebuah pendidikan, ya siswanya harus
terlibat.
Kewajiban dari pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan dengan
melibatkan siswa secara aktif sebagai subyek
pendidikan merupakan faktor pendorong
kegiatan lingkungan berbasis partisipatif.
Kewajiban dari pemerintah dan
kebutuhan untuk menyelenggarakan
kegiatan dengan melibatkan siswa
secara aktif sebagai subyek pendidikan
merupakan faktor pendorong kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif.
b. AT Kebutuhan sekolah tentunya mendorong
adanya kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif. Karena memang butuh ya harus
dilaksanakan.
Kebutuhan merupakan faktor pendorong
kegiatan lingkungan berbasis partisipatif di
SD Negeri Kotagede 3.
H. Faktor Penghambat
1. Kendala apakah yang ditemui dalam kegiatan sekolah berbasis partisipasi warga sekolah?
a. LM Kendala yang paling sering ditemui itu ya
kesadaran dari warga sekolah untuk
berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan
itu. Masih harus selalu dioprak-oprak,
Kesadaran warga sekolah merupakan
kendala yang paling sering ditemui dalam
kegiatan sekolah berbasis partisipasi warga
sekolah.
Faktor penghambat dalam kegiatan
sekolah berbasis partisipasi adalah
kurangnya kesadaran dan kepedulian
beberapa warga sekolah, terutama siswa
236
diingatkan terus. terhadap berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh SD Negeri
Kotagede 3. b. AT Kendalanya itu anak-anak yang kadang
masih kurang peduli, kurang aktif dalam
setiap kegiatan. Mereka masih perlu
pembinaan dan bimbingan.
Kendala kegiatan sekolah berbasis
partisipasi berasal dari anak-anak yang
masih kurang peduli dan kurang aktif dalam
berbagai kegiatan sehingga masih
memerlukan pembinaan dan bimbingan.
Kondensasi Data Hasil Wawancara
Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan Program Adiwiyata
Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017
(Wawancara IV)
A. Perencanaan Ketersediaan Sarana dan Prasarana
1. Bagaimanakah cara sekolah melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan?
a. LM Dianggarkan dalam RAPBS yang sumber
dana utamanya BOS dan BOSDA. Ada
usulan kebutuhan dari setiap kelas. Dari
usulan tersebut dibuat skala kepentingan.
Dipilih kira-kira mana yang lebih
dibutuhkan. Kadang juga ada bantuan sarana
dari BLH kaya tempat sampah karena
menang lomba. Kalau alat-alat yang
dibutuhkan dalam pembelajaran di kelas saat
itu biasanya guru yang menyiapkan kalau
alat yang di sekolah kurang.
SD Negeri Kotagede 3 menggunakan
RAPBS dengan sumber dana utama
BOS dan BOSDA dalam
merencanakan kegiatan melengkapi
sarana dan prasarana dan juga
tambahan bantuan ataupun hadiah dari
pihak luar sekolah. Kekurangan sarana
dan prasarana dalam kegaitan
pembelajaran dapat dilengkapi oleh
masing-masing guru kelas tergantung
kebutuhan saat itu.
Sarana dan Prasarana di SD Negeri Kotagede
3 dapat dilengkapi menggunakan RAPBS
dengan sumber dana utama BOS dan BOSDA,
bantuan dari pihak luar sekolah, dan inisiatif
guru untuk melengkapi kekurangan sarana dan
prasarana kegiatan pembelajaran saat itu.
b. WJ Ada APBS. Disitu sudah direncanakan
anggaran untuk melengkapi sarana dan
prasarana. Ada juga bantuan dari luar
misalnya bak sampah, komposter, media
pembelajaran juga ada tapi beberapa,
biasanya sih guru yang menyiapkan kalo
media pembelajarannya kurang.
SD Negeri Kotagede 3 membuat
anggaran kelengkapan sarana dan
prasarana dalam RAPBS. Selain itu
terdapat bantuan dari pihak luar dan
juga inisiatif guru untuk
mempersiapkan sarana prasarana yang
dibutuhkan dalam kegiatan
237
pembelajaran.
B. Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
1. Bagaimana langkah yang direncanakan sekolah dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendukung pembelajaran
lingkungan?
a. LM Untuk upaya pemeliharaan dan peningkatan
kualitas sarana dan prasarana itu bisa dengan
mengadakan piket, piket kelas, piket kebun,
piket taman. Piket kelas itu nggak cuma
nyapu ngebersihin kelasnya tapi juga
menjaga agar alat-alat, barang yang ada di
kelas itu tetap dalam keadaan baik. Nyuci
lap/ kain pel juga tugas anak-anak. Sapu dan
kemoceng diletakkan kembali di tempatnya
dengan benar agar tidak cepat rusak. Anak-
anak harus dikenalkan bukan hanya menjaga
kebersihan tapi juga menjaga alat-alat
kebersihannya. Tempat sampah juga dicuci.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan
kualitas sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran lingkungan
dapat dilakukan dengan
memberlakukan jadwal piket, yang
terbagi atas piket kelas, piket taman,
dan piket kebun. Dalam jadwal piket
tersebut siswa tidak hanya diajarkan
untuk menjaga kebersihan lingkungan
tetapi juga cara menjaga dan merawat
alat-alat kebersihan yang
digunakannya, seperti sapu,
kemoceng, kain pel, dan tempat
sampah.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kualitas
sarana dan prasarana pendukung pembelajaran
lingkungan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
4) memberlakukan jadwal piket siswa untuk
menjaga kebersihan lingkungan dan juga
menjaga dan merawat alat-alat kebersihan
yang digunakannya, seperti sapu,
kemoceng, kain pel, dan tempat sampah;
5) peraturan untuk menjaga fasilitas,
misalnya peraturan untuk tidak boleh
mencoret-coret dinding sekolah; dan
6) memberikan contoh tindakan
pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah secara langsung kepada siswa. b. WJ Ya dengan mengajak anak-anak untuk
menjaga sarana dan prasarananya. Dengan
peraturan misalnya dilarang mencorat-coret
tembok dan fasilitas lain. Anak-anak itu
harus dipandu dengan contoh, tidak bisa
hanya dengan kata-kata.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan
kualitas sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran lingkungan
dapat dilakukan dengan
memberlakukan peraturan seperti
dilarang mencoret-coret tembok dan
fasilitas lain. Selain peraturan, anak-
anak harus diberikan contoh.
2. Bagaimana langkah yang direncanakan sekolah dalam upaya pemanfaatan fasilitas sekolah secara bijaksana?
a. LM Dengan sosialisasi waktu upacara, apel pagi
atau juga dapat di dalam kelas terintegrasi
dengan pembelajaran. Menggunakan poster-
poster juga bisa. Misalnya, itu di lobi ada
Upaya pemanfaatan fasilitas sekolah
secara bijaksana dilakukan dengan
sosialiasikan kepada warga sekolah
ketika upacara, apel, atau dalam
Upaya pemanfaatan fasilitas sekolah secara
bijaksana dilakukan dengan sosialiasikan
kepada warga sekolah ketika upacara, apel,
atau dalam pembelajaran. Selain sosialisasi,
238
poster untuk menghemat listrik, di kelas-
kelas juga ada himbauan untuk mematikan
lampu ketika tidak dipakai di wastafel dan
kamar mandi ada himbauan untuk
menggunakan air secukupnya.
pembelajaran. Selain sosialisasi,
pemasangan poster-poster untuk
menghemat energi ditempelkan di
beberapa titik di sekolah seperti lobby,
kelas, dekat wastafel, dan kamar
mandi untuk mengingatkan warga
sekolah untuk menggunakan sumber
energi secara bijak.
pemasangan poster hemat energi yang dibuat
oleh siswa dalam lomba membuat poster SD
Negeri Kotagede 3. Poster yang terbaik
ditempelkan di beberapa titik di sekolah
seperti lobby, kelas, dekat wastafel, dan kamar
mandi untuk mengingatkan warga sekolah
untuk menggunakan sumber energi secara
bijak.
b. WJ Dengan sosialisasi, pemasangan poster
hemat energi. Poster itu yang buat siswa
juga. Melalui lomba membuat poster nanti
dipilih yang terbaik untuk ditempelkan di
penjuru sekolah.
Upaya pemanfaatan fasilitas sekolah
secara bijaksana dilakukan dengan
sosialiasi menggunakan poster hemat
energi yang dibuat oleh siswa dalam
lomba membuat poster.
C. Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
1. Bagaimana kebijakan sekolah dalam peningkatan kualitas layanan kantin sekolah yang sehat dan ramah lingkungan?
a. LM Sekarang sekolah sudah menerapkan kantin
sehat bebas sampah plastik. Jadi makanan
yang dijual di kantin itu makanan sehat dan
tempatnya sudah tidak menggunakan plastik
lagi tapi sudah menggunakan box makanan
kecil-kecil, pring, mangkuk, dan gelas. Nanti
setelah selesai makanan, tempatnya
dikembalikan ke tempat yang sudah
disedikana dan nanti akan di cuci oleh
penjualnya. Untuk penjualnya ada wali
murid siswa dan ada penjaga sekolah juga.
Untuk penjaja makanan di luar sekolah
bagaimana, bu?
Sudah diminta untuk tidak berjualan di
depan sekolah, setelah diberi tahu ya bersih
Kantin SD Negeri Kotagede 3
menerapkan prinsip kantin sehat bebas
sampah plastik. Makanan yang di jual
merupakan makanan sehat. Tempat
yang digunakan adalah tempat makan
kecil, piring, mangkuk, dan gelas
sehingga tidak ada sampah plastik.
Tempat makan yang sudah digunakan
dikembalikan ketempat yang
disediakan untuk dicuci oleh
penjualnya. Penjaja makanan di luar
sekolah juga sudah diminta untuk
tidak berjualan di sekitar sekolah,
tetapi tidak efektif karena para penjual
tetap kembali setelah beberapa hari.
Siswa yang telah diberi pengetahuan
Kantin SD Negeri Kotagede 3 menerapkan
prinsip kantin sehat bebas sampah plastik.
Makanan yang di jual merupakan makanan
sehat. Tempat yang digunakan adalah tempat
makan kecil, piring, mangkuk, dan gelas
sehingga tidak ada sampah plastik. Tempat
makan yang sudah digunakan dikembalikan
ketempat yang disediakan untuk dicuci oleh
penjualnya. Penjaja makanan di luar sekolah
juga sudah diminta untuk tidak berjualan di
sekitar sekolah.
239
nanti setelah beberapa hari balik lagi, ya
namanya orang cari rejeki jadi ya gitu mbak.
Kalau sudah begitu ya sekolah lebih
memberikan pengetahuan kepada siswa
tentang makanan sehat saja biar siswa bisa
memilih mana makanan sehat dan mana
yang tidak. Begitu saja masih saja ada anak-
anak yang jajan di luar apalagi pas pulang
sekolah.
tentang makanan sehat dan makanan
tidak sehat pun masih sering jajan di
luar sekolah ketika pulang.
b. WJ Sudah satu semester ini kantin disini
menerapkan kantin bebas sampah plastik.
Jadi, semua makanan tidak ada yang
dibungkus plastik. Makanannya ditempatkan
dalam tempat kecil-kecil, kalau minumannya
gelas. Nanti kalau udah selesai dikembalikan
dan dicuci oleh penjualnya.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3
menerapkan kantin bebas sampah
plastik sehingga semua makanan dan
minuman dilayani menggunakan
tempat makanan dan gelas yang
kemudian dikembalikan setelah
dipakai dan akan dicuci oleh penjual.
2. Apakah pertimbangan utama dalam penyusunan kebijakan mengenai kantin sekolah?
a. LM Pertimbangan utamanya pengurangan
sampah plastik. Dulu itu sampah plastik
yang dari kantin itu sangat banyak setiap
harinya.
Pertimbangan utama dalam
penyusunan kebijakan mengenai
kantin sekolah adalah pengurangan
sampah plastik.
Pertimbangan utama dalam penyusunan
kebijakan kantin SD Negeri Kotagede 3 pada
tahun ajaran 2016/ 2017 adalah upaya
pengurangan penggunaan plastik untuk
mewujudkan kantin bebas sampah plastik. b. WJ Pertimbangannya ya kesehatan makanannya
dan kebersihan. Untuk satu semester ini kita
menggalangkan kantin bebas sampah plastik
jadi ya pertimbangannya itu pengurangan
penggunaan plastik.
Pertimbangan dalam penyusunan
kebijakan mengenai kantin sekolah
adalah kesehatan, kebersihan dan
untuk sejak awal tahun pelajaran
2016/ 2017 pertimbangan utama
kantin sekolah adalah upaya
pengurangan penggunaan plastik.
D. Pelaksanaan Ketersediaan Sarana dan Prasarana
1. Apakah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan di sekolah?
a. LM Yang pasti ada tempat sampah. Tempat Alat-alat yang digunakan untuk Alat-alat yang digunakan untuk mengatasi
240
sampah sudah di sediakan di setiap kelas, di
sudut-sudut sekolah juga ada tempat sampah
yang sudah di pisahkan berdasarkan
jenisnya. Ada juga komposter, mesin
pencacah daun.
mengatasi berbagai masalah di
lingkungan sekolah seperti tempat
sampah yang dipisahkan berdasarkan
jenis sampahnya, komposter, dan
mesin pencacah daun.
berbagai masalah di lingkungan sekolah
seperti tempat sampah yang dipisahkan
berdasarkan jenis sampahnya, komposter,
mesin penggiling sampah, dan mesin
pencacah daun.
b. WJ Sarana dan prasarana yang tersedia sudah
cukup baik seperti ada komposter, tempat
sampah, mesin penggiling sampah, dan
mesin pencacah daun.
Alat-alat yang digunakan untuk
mengatasi berbagai masalah di
lingkungan sekolah sudah cukup baik
dengan adanya barang-barang seperti
komposter, tempat sampah, mesin
penggiling sampah, dan mesin
pencacah daun.
2. Apakah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai pendukung kegiatan pembelajaran lingkungan hidup di sekolah?
a. LM Tergantung pada materi yang dipelajari.
Kalau ada di sekolah ya pakai alat dan bahan
yang ada di sekolah. kalau tidak ada guru
dan siswa mempersiapkan alat-alatnya
bersama-sama, bisa bawa dari rumah, yang
penting tidak memberatkan siswa.
Sarana dan prasarana pendukung
kegiatan pembelajaran lingkungan
hidup di sekolah disesuaikan dengan
materi yang dipelajari. Jika alat atau
bahan yang dibutuhkan tidak ada di
sekolah, maka guru dan siswa
mempersiapkan secara bersama-sama
dari rumah dan tidak memberatkan
siswa.
Sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup di sekolah
disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi
yang dipelajari. Lingkungan sekolah
merupakan sarana pembelajaran yang dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran. Guru dan
siswa dapat melengkapi sarana pembelajaran
dari rumah dengan catatan tidak memberatkan
siswa.
b. WJ Tergantung materi dan juga pelajaran yang
dipelajari. Kalau di pelajaran olahraga
pembelajaran lingkungan hidup itu bisa
menggunakan lingkungan sekitar sebagai
sarana pembelajaran, misalnya pemilahan
sampah-sampah yang ada di sekitar lapangan
olahraga diintegrasikan dalam pelajaran
olahraga menggunakan permainan estafet
pemilihan sampah berdasarkan jenisnya.
Sarana dan prasarana pendukung
kegiatan pembelajaran di sesuaikan
dengan materi dan pelajaran yang
diajarkan. Lingkungan sekitar dapat
menjadi sarana pembelajaran.
241
E. Pelaksanaan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
1. Bagaimana keterlibatan siswa dalam upaya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah?
a. LM Kalau dalam upaya pemeliharaan sarana dan
prasarananya siswa itu sebatas piket saja,
merawat alat-alat kebersihan, mencuci lap
pel, mencuci tempat sampah.
Siswa terlibat dalam upaya
pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah sebatas pada menjaga alat-alat
kebersihan saat piket.
Siswa terlibat dalam upaya pemeliharaan
sarana dan prasarana sekolah sebatas pada
menjaga alat-alat kebersihan saat piket dengan
melihat contoh yang diberikan oleh warga
sekolah yang lainnya. b. WJ Siswa tentu terlibat dalam upaya
pemeliharaan sarana dan prasarana tapi
namanya anak SD harus dilakukan dengan
diberi contoh, dari bu kepala, dari guru-guru,
dari karyawan juga.
Siswa terlibat dalam upaya
pemeliharaan sarana prasarana dengan
melihat contoh yang diberikan oleh
warga sekolah yang lain.
F. Pelaksanaan Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
1. Siapakah yang mengelola kantin?
a. LM Kantin dikelola oleh pihak luar, ada wali
murid yang jualan. Tapi ya sekolah tetap
memantau.
Kantin sekolah dikelola oleh pihak
dari luar sekolah termasuk wali murid
dengan pengawasan dari sekolah.
Kantin bebas sampah di SD Negeri Kotagede
3 dikelola oleh sekolah dan pihak luar sebagai
penjual makanan. Sekolah bertindak untuk
mengawasi jalannya kantin bebas sampah
sesuai dengan kebijakan yang telah disusun. b. WJ Kantin ya dikelola oleh sekolah, walaupun
yang jualan dari luar. Sekolah cuma
mengawasi istilahnya.
Kantin sekolah dikelola sekolah
dengan penjual yang berasal dari luar
sekolah dan sekolah bertindak sebagai
pengawas.
2. Bagaimana pelaksanaan kantin sehat dan ramah lingkungan di SD Negeri Kotagede 3?
a. LM Sudah bagus. Makanan dan minuman yang
dijual sudah makanan sehat. Sudah ramah
lingkungan juga kan sudah bebas sampah
plastik.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3
sudah merupakan kantin sehat dan
ramah lingkungan karena makanan
dan minuman yang dijual sudah
makanan dan minuman yang sehat dan
bergizi, serta sudah bebas sampah
plastik.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan
kantin sehat karena makanan dan minuman
yang dijual sudah makanan dan minuman
yang sehat dan bergizi, serta sudah ramah
lingkungan karena merupakan kantin bebas
sampah plastik.
b. WJ Sudah baik. Sehat dan ramah lingkungan. Kantin di SD Negeri Kotagede 3
sudah baik, sehat dan ramah
242
lingkungan.
G. Evaluasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana
1. Apakah sarana dan prasarana yang sudah tersedia di sekolah sudah dapat mengatasi masalah dan mendukung pembelajaran lingkungan di sekolah?
a. LM Relatif. Ya sudah cukup mengatasi masalah
lingkungan tapi masih harus terus
ditingkatkan lagi.
Sarana dan prasarana di SD Negeri
Kotagede 3 sudah cukup memadai
dan masih harus ditingkatkan lagi.
Sarana dan prasarana yang tersedia di SD
Negeri Kotagede 3 sudah cukup memadai
untuk mengatasi masalah dan mendukung
pembelajaran lingkungan di sekolah. b. WJ Saya kira sudah cukup memadai. Sarana dan prasarana di SD Negeri
Kotagede 3 sudah cukup memadai.
H. Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
1. Menurut bapak/ibu, bagaimana sikap warga sekolah dalam menanggapi penggunaan fasilitas sekolah secara bijak?
a. LM Untuk saat ini sudah mulai kelihatan baik dari
bapak ibu guru, siswa mauapun karyawannya.
Kesadaran untuk menggunakan fasilitas secara
bijak sudah mulai muncul dari dalam diri
masing-masing, mungkin beberapa masih
perlu bimbingan lagi.
Kesadaran warga sekolah untuk
menggunakan fasilitas sekolah
secara bijak sudah mulai terlihat,
meskipun beberapa orang masih
memerlukan bimbingan lebih lanjut.
Warga SD Negeri Kotagede 3 sudah mulai
sadar untuk memanfaatkan fasilitas sekolah
secara bijak, terutama dalam penghematan
energi listrik dan air, meskipun beberapa
orang masih memerlukan bimbingan lebih
lanjut.
b. WJ Sudah mulai terbentuk sikap peduli terhadap
lingkungannya serta kesadaran untuk
menghemat energi listrik, air.
Sikap peduli lingkungan warga
sekolah sudah mulai terlihat dengan
kesadaran untuk menghemat energi
listrik dan air.
I. Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
1. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah sikap warga sekolah dalam menanggapi adanya kebijakan kantin sehat dan ramah lingkungan?
a. LM Ya tanggapannya positif. Sekarang sudah
mulai terbiasa untuk menggunakan tempat
makanan yang bisa dipakai ulang daripada
menggunakan plastik. Kalau misalnya anak-
anak ada yang bawa makan dari rumah
menggunakan plastik nanti sampah plastiknya
dibawa pulang untuk dimanfaatkan sebagai
ecobrick. Penjual-penjualnya juga sudah
Warga sekolah menanggapi kebijakan
kantin secara positif. Sudah mulai
membiasakan diri untuk mengurangi
penggunaan plastik. Jika siswa terpaksa
menggunakan plastik untuk tempat
makan dari rumah, plastik bungkus
makanan tersebut dibawa pulang dan
dapat digunakan untuk ecobrick.
Warga sekolah menanggapi kebijakan
kantin secara positif. Warga sekolah sudah
mulai membiasakan diri untuk mengurangi
penggunaan plastik. Jika terpaksa
menggunakan plastik, plastik tersebut
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
kreativitas maupun inovatif seperti
ecobrick.
243
paham kalau memang penggunaan plastik itu
harus dikurangi agar sampah yang dihasilkan
itu tidak banyak.
b. WJ Sudah mulai terbiasa sih mbak untuk
mengurangi sampah plastik.
Warga sekolah sudah mulai terbiasa
untuk mengurangi penggunaan plastik.
2. Bagaimana tindak lanjut bapak/ ibu terhadap penjual makanan yang masih menjajakan makanan menggunakan plastik, terutama pada penjual yang ada
di luar lingkungan sekolah?
a. LM Untuk penjual makanan di kantin sekolah
sudah tidak ada yang menggunakan plastik.
Kalau penjual di depan sekolah sudah pernah
diminta untuk tidak berjualan di depan
sekolah, mbak. Tapi ya balik lagi setelah
beberapa hari.
Penjual di kantin sekolah sudah tidak
ada yang menggunakan plastik
sebagai pembungkus makanannya.
Sedangkan untuk penjual di luar
sekolah, masih ada hingga sekarang.
Meskipun sudah pernah diminta
untuk tidak berjualan di depan
sekolah, tetapi para penjual tersebut
akan kembali setelah beberapa hari.
SD Negeri Kotagede 3 sudah pernah meminta
agar pedagang makanan tidak berjualan di
depan sekolah, namun hal tersebut hanya
bertahan sementara. Hal itu disebabkan karena
pedagang tersebut akan kembali setelah
beberapa hari.
b. WJ Dulu itu sudah bersih, tidak ada pedagang di
depan karena sudah ditegur. Tapi susah mbak,
setelah beberapa hari pedagang itu balik lagi.
Pedagang di depan sekolah pernah
ditegur oleh sekolah untuk tidak
berjualan di depan sekolah, tetapi
setelah beberapa hari kembali.
J. Faktor Pendukung
1. Bagaimanakah bentuk faktor pendukung pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan?
a. LM Apa ya mbak, mungkin ya partisipasi dan
kesadaran dari warga sekolah sendiri untuk
mengelola sarana dan prasarana yang dimiliki
sekolah.
Partisipasi dan kesadaran warga
sekolah merupakan faktor
pendukung pengelolaan sarana dan
prasarana pendukung ramah
lingkungan.
Faktor pendukung pengelolaan sarana dan
prasarana pendukung ramah lingkungan di SD
Negeri Kotagede 3 antara lain:
a) partisipasi dan kesadaran warga sekolah,
dan
b) dukungan orang tua. b. WJ Dukungan dari orang tua itu membantu sekali
dalam pengelolaan sarana dan prasarana
sekolah. Kalau orang tua peduli kan lebih
Dukungan orang tua merupakan
faktor pendukung pengelolaan
sarana dan prasarana ramah
244
mudah untuk mengkondisikan. lingkungan.
K. Faktor Penghambat
1. Bagaimana kendala yang dihadapi Penghambat oleh sekolah dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan?
a. LM Penghambatnya itu, kadang kan sekolah ini
digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan,
nah kadang ada masyarakat yang ikut
memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah
itu kurang peduli untuk merawat sarana dan
prasarana yang ada.
Penghambat pengelolaan sarana dan prasarana
pendukung ramah lingkungan berasal dari
masyarakat yang ikut memanfaatkan tetapi
kurang peduli untuk merawat sarana dan
prasarana SD Negeri Kotagede 3.
Penghambat pengelolaan sarana
dan prasarana lingkungan terletak
pada masyarakat yang kurang
bertanggung jawab atas sarana dan
prasarana sekolah yang ikut
dimanfaatkan.
Sedangkan, penghambat
penyelenggaraan kantin sehat dan
ramah lingkungan di SD Negeri
Kotagede 3 berasal dari pedagang
keliling yang berjualan di depan
sekolah, dan juga dari siswa yang
masih belum memahami bahwa
makanan yang dijual di luar
sekolah belum terjamin kebersihan
dan kesehatannya.
b. WJ Kalau dari evaluasi diri sekolah yang
dilakukan itu ditemukan bahwa faktor
penghambatnya itu besar pada faktor siswa
dan pihak luar seperti pedagang terutama
pedagang keliling yang di luar sekolah, itu
sangat menghambat dalam penyelenggaraan
kantin sehat dan ramah lingkungan. Kalau
pedagang di luar kan kita nggak tahu apakah
makanan yang di jual itu sehat atau enggak.
Siswanya juga kadang ngeyel masih aja jajan
di luar.
Pengelolaan sarana dan prasarana pendukung
ramah lingkungan terutama dalam
penyelenggaraan kantin sehat dan ramah
lingkungan terhambat oleh siswa dan pedagang
keliling yang kurang menyadari bahwa
makanan yang dijual di luar belum terjamin
kebersihan dan kesehatannya. Selain itu
pedagang di luar sekolah yang masih tetap
berjualan meskipun sudah terdapat peraturan
untuk tidak berjualan di area sekolah.
245
Lampiran 11. Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Siswa
Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Siswa
Kebijakan sekolah berwawasan lingkunganProgram Adiwiyata
SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017
(Wawancara V)
A. Pelaksanaan Visi, Misi, dan Tujuan
1. Apakah kamu tahu visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3?
No Narasumber Jawaban Kondensasi Kesimpulan a Nbl
(17-03-2017)
Tahu, yang sekolah unggul peduli
lingkungan itu.
Siswa mengetahui sebagian dari visi, misi, dan tujuan
SD Negeri Kotagede 3.
Sebagian siswa sudah mengetahui
visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3, namun masih
terdapat siswa yang belum hafal
dan juga belum mengetahui visi,
misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3.
b Any Mewujudkan sekolah unggul peduli
lingkungan.
Siswa mengetahui sebagian dari visi, misi, dan tujuan
SD Negeri Kotagede 3.
c Tgr
(18-03-2017)
Enggak, eh... yang di nyanyian itu o
mbak? Aku tapi lupa e mbak.
Siswa belum mengetahui visi, misi, dan tujuan SD
Negeri Kotagede 3.
d Sls
(18-03-2017)
Belum Siswa belum mengetahui visi, misi, dan tujuan SD
Negeri Kotagede 3.
e Arl
(18-03-2017)
Visi tu apa mbak? Siswa belum mengetahui visi, misi, dan tujuan SD
Negeri Kotagede 3.
f Fln
(18-03-2017)
Enggak. Siswa belum mengetahui visi, misi, dan tujuan SD
Negeri Kotagede 3.
g Syf
(25-03-2017)
Visinya tahu. SD N KG 3 terwujudnya
sekolah unggul, berkarakter peduli
lingkungan, beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Kalau misinya
enggak..
Siswa mengetahui visi SD Negeri Kotagede 3 tetapi
belum mengetahui misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede
3.
h Ang
(25-03-2017)
Visi tahu. nyanyi nggak apa-apa? Ah tapi
malu... pokoknya yang mewujudkan
sekolah unggul berkarakter peduli
lingkungan, beriman dan bertakwa kepada
Siswa mengetahui visi SD Negeri Kotagede 3 tetapi
belum mengetahui misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede
3.
246
Tuhan yang maha esa. Kalau misinya aku
nggak tahu.
i Sln
(25-03-2017)
Tahu. terwujudnya sekolah yang
unggul berkarakter lingkungan apa
ya... itu lho mbak yang di papan
merah-merah ada. Aku belum hafal.
Ada lagunya juga, mbak.
Siswa mengetahui visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 tetapi tidak hafal.
j Fia
(01-04-2017)
Pernah di kasih tahu sama bu guru.
Nggak hafal.
Siswa mengetahui adanya visi, misi, dan tujuan SD
Negeri Kotagede 3 tetapi tidak hafal.
k Af
(01-04-2017)
Tahu. Ada lagunya yang diajarin bu
guru.
Siswa mengetahui visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 tetapi tidak hafal.
l Kls
(01-04-2017)
Nggak. Siswa belum mengetahui visi, misi, dan tujuan SD
Negeri Kotagede 3.
2. Apakah kamu tahu SD Negeri Kotagede 3 adalah sekolah adiwiyata? Dan apakah adiwiyata itu?
a Nbl Tahu dong. Sekolah yang berwawasan
peduli lingkungan.
Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
Siswa mengetahui SD Negeri
Kotagede 3 merupakan sekolah
adiwiyata yang berwawasan dan
peduli pada lingkungan. b Any Tahu. Sekolah yang peduli dengan
lingkungan sekitar.
Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
c Tgr Tahu. Sekolah peduli lingkungan. Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
d Sls Tahu. Sekolah yang memperhatikan
lingkungan.
Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
e Arl Tahu. Sekolah lingkungan. Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
f Fln Tahulah. Sekolah yang berkarakter
peduli lingkungan.
Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
g Syf Tahu. sekolah yang peduli lingkungan. Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
h Ang Tahu. Sekolah peduli lingkungan. Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
247
i Sln Tahu. Sekolah yang memperhatikan
lingkungan.
Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
j Fia Tahu. Sekolah yang peduli pada
lingkungan.
Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
k Af Tahu. sekolah peduli lingkungan. Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
l Kls Tahu. sekolah yang peduli lingkungan. Siswa mengetahui bahwa SD Negeri Kotagede 3 adalah
sekolah adiwiyata dan mengetahui apa itu adiwiyata.
B. Pelaksanaan Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sekolah
1. Apakah peraturan sekolah tentang lingkungan yang ada di sekolah?
a Nbl Membuang sampah pada tempatnya,
menghemat listrik, menghemat air,
merawat tanaman.
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
Siswa mengetahui peraturan
sekolah tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan yang ada
di sekitarnya, diantaranya adalah:
a) membuang sampah pada
tempatnya,
b) menghemat air,
c) menghemat listrik
d) merawat tanaman,
e) melakukan jadwal piket,
f) menjaga kebersihan,
g) membeli makan di tempat
yang sudah di sediakan
h) mengurangi sampah plastik,
dan
i) tidak merusak fasilitas
sekolah.
b Any Tidak menggunakan listrik dan air
secara berlebihan, membuang sampah
berdasarkan jenisnya, piket kelas, piket
taman, piket kebun.
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
c Tgr Mematikan lampu, mematikan kipas
angin, mematikan kran air, merawat
tanaman.
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
d Sls Menyapu, membersihkan lantai,
membuang sampah, menghapus papan
tulis.
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
e Arl Membeli makanan yang sehat di kantin,
tidak menggunakan plastik, mematikan
lampu, mematikan kran air.
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
f Fln Jangan makan diluar sekolah,
membuang sampah pada tempatnya,
menggunakan listrik seperlunya.
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
g Syf Tidak menggunakan energi secara Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
248
berlebihan. Tidak merusak tanaman.
Bersihin kelas.
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
h Ang Tidak mencoret-coret dinding, tidak
mencoret-coret batang pohon, mencabuti
rumput di kebun, menyapu, mengepel.
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
i Sln Tidak boros energi, mematikan air
setelah dipakai, mematikan lampu, kipas
angin ketika tidak di pakai, membuang
sampah di tempatnya.
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
j Fia Membuang sampah pada tempatnya,
mengurangi plastik, menghemat air
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
k Af Menghemat listrik, menghemat air,
membersihkan kelas, membersihkan
kebun
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
l Kls Mencabuti rumput di kebun, membuang
sampah di tempatnya.
Siswa mengetahui peraturan sekolah tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
2. Bagaimana peranmu dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan di SD Negeri Kotagede 3?
a Nbl Ikut dalam kegiatan kegiatannya,
misalnya piket, kerja bakti, nanem
tanaman.
Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
Siswa berperan aktif dalam
kegiatan terkait upaya
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan seperti kerja bakti,
jadwal piket kelas, piket kebun,
dan piket taman.
b Any Ya ikut bersihin lingkungan sekolah. Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
c Tgr Yo nyapu-nyapu, buang sampah di
tempatnya, nggak merusak lingkungan
Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
d Sls Menjaga lingkungan tetap bersih. Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
e Arl Ya ikut Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
249
f Fln Apa yaaa... paling ikut bersih-bersih Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
g Syf Kerja bakti, piket, terus banyaklah mbak
pokoknya
Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
h Ang Membersihkan lingkungan sekolah,
nyapu, buangin sampah daun.
Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
i Sln Piket kebun, piket taman, piket kelas Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
j Fia Ya ikut kalo ada kegiatan gitu Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
k Af Nanem tanaman, merawat tanaman,
buang sampah, akeh
Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
l Kls Ikut kerja bakti mbak, bersihin kelas
juga
Siswa berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
3. Bagaimanakah kegiatan rutin terkait lingkungan hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3?
a Nbl Kerja bakti habis senam hari jumat di
lapanga, rasater.
Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu rasater dan kerja bakti setelah senam pada hari
Jumat.
Siswa mengetahui jenis kegiatan
rutin terkait lingkungan hidup
yang dilakukan warga SD Negeri
Kotagede 3, yaitu:
a) rasater,
b) semutlis (sepuluh menit untuk
lingkungan sekolah),
c) jadwal piket yang terbagi atas
piket kelas, piket kebun, dan
piket taman,
d) piket satwa, serta
e) kerja bakti membersihkan
lingkungan sekolah pada hari
Jumat setelah senam.
b Any Kerja bakti setiap jumat, nggak setiap
jumat ding mbak.. tapi biasanya jumat
habis senam
Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu kerja bakti setelah senam pada hari Jumat.
c Tgr Tadarus tiap pagi itu o, mbak?
Yang terkait lingkungan apa?
Oh, piket.
Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu jadwal piket.
d Sls Piket Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu jadwal piket.
e Arl Piket, bersihin kebun Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
250
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu jadwal piket.
f Fln Piket nyapu, bersihin papan tulis, buang
sampah
Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu jadwal piket.
g Syf Membersihkan kebun setiap hari gantian
tiap kelompok kelas A dan B. Terus ada
itu lho mbak sepuluh menit untuk
lingkungan sekolah yang buat bersih-
bersih sebelum masuk misale buang
sampah yang ada di laci.
Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu jadwal piket kebun yang bergantian kelompok
setiap hari dan Semutlis (Sepuluh menit untuk
lingkungan sekolah)
h Ang Nyapu setiap pagi, Rasater. Kalau tiap
pagi juga sebelum masuk habis tadarus
itu biasanya sama bu guru di minta
untuk bersihin tempat duduknya.
Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu jadwal piket, rasater, dan semutlis.
i Sln Piket kebun, piket taman, piket kelas.
Ada piket bersihin kandang burung juga
mbak. Biasanya bareng bu guru pak
guru tapi harinya nggak mesti.
Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu jadwal piket.
j Fia Piket Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu jadwal piket.
k Af Kerja bakti, piket Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu kerja bakti dan jadwal piket.
l Kls Piket, nyapu, ambilin sampah daun yang
deket terus masukin ke tempat sampah.
Siswa mengetahui jenis kegiatan rutin terkait lingkungan
hidup yang dilakukan warga SD Negeri Kotagede 3,
yaitu jadwal piket dan rasater.
C. Evaluasi Visi, misi, dan tujuan sekolah
1. Menurutmu, apakah kamu kamu perlu mengetahui visi, misi, dan tujuan sekolah? Mengapa?
251
a Nbl Penting. Biar menang lomba adiwiyata. Siswa sudah mengetahui bahwa visi, misi, dan tujuan
sekolah perlu untuk mewujudkan sekolah seperti yang
diharapkan.
Sebagian besar siswa sudah
mengetahui bahwa visi, misi, dan
tujuan sekolah diperlukan untuk
mewujudkan sekolah yang
diharapkan. Beberapa siswa masih
kurang peduli terhadap
keberadaan visi, misi, dan tujuan
sekolah serta fungsinya.
b Any Perlu. Ya biar sekolahnya bagus. Siswa sudah mengetahui bahwa visi, misi, dan tujuan
sekolah perlu untuk mewujudkan sekolah seperti yang
diharapkan.
c Tgr Ya perlu. Buat apa ya? Nggak tahu. Siswa sudah mengetahui bahwa visi, misi, dan tujuan
sekolah perlu tetapi belum mengetahui fungsi dari visi,
misi, dan tujuan sekolah.
d Sls Nggak tahu. Siswa belum mengetahui perlunya dan fungsi dari visi,
misi dan tujuan sekolah.
e Arl Nggak, nggak tahu ding. Siswa belum mengetahui perlunya dan fungsi dari visi,
misi dan tujuan sekolah.
f Fln Nggak tahu, mbak Siswa belum mengetahui perlunya dan fungsi dari visi,
misi dan tujuan sekolah.
g Syf Penting. Biar menang adiwiyatanya. Siswa sudah mengetahui bahwa visi, misi, dan tujuan
sekolah perlu untuk mewujudkan sekolah seperti yang
diharapkan.
h Ang Perlu. Biar sekolahnya bagus terus bisa
ikut adiwiyata terus menang.
Siswa sudah mengetahui bahwa visi, misi, dan tujuan
sekolah perlu untuk mewujudkan sekolah seperti yang
diharapkan.
i Sln Iya, biar sekolahnya nyaman. Siswa sudah mengetahui bahwa visi, misi, dan tujuan
sekolah perlu untuk mewujudkan sekolah seperti yang
diharapkan.
j Fia Perlu. Siswa sudah mengetahui bahwa visi, misi, dan tujuan
sekolah perlu tetapi belum mengetahui fungsi dari visi,
misi, dan tujuan sekolah.
k Af Perlu kayanya. Jadi sekolahnya bagus. Siswa sudah mengetahui bahwa visi, misi, dan tujuan
sekolah perlu untuk mewujudkan sekolah seperti yang
diharapkan.
252
l Kls Nggak. Eh...perlu ding, nggak tahu
kenapa.
Siswa belum mengetahui perlunya dan fungsi dari visi,
misi dan tujuan sekolah
D. Evaluasi Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sekolah
1. Menurutmu, mengapa terdapat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah?
a Nbl Untuk menjaga lingkungan. Siswa mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah untuk menjaga lingkungan sekolah.
Siswa mengetahui alasan
dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di sekolah
untuk menjaga lingkungan
sekolah dan mewujudkan sekolah
sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan sekolah sehingga menjadi
sekolah adiwiyata. Namun, masih
ada siswa yang memerlukan
bimbingan untuk memahami
bahwa kebijakan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup
di sekolah diperlukan untuk
mewujudkan sekolah yang sesuai
dengan visi, misi, dan tujuannya.
b Any Biar visi dan misinya terwujud. Siswa mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan
sekolah.
c Tgr Ra ngerti, mbak Siswa belum mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah.
d Sls Biar lingkungannya bersih Siswa mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah untuk menjaga lingkungan sekolah.
e Arl Buat apa ya ? nggak tahu deh Siswa belum mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah.
f Fln Biar sekolahnya bersih, bagus, terawat Siswa mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah untuk menjaga lingkungan sekolah.
g Syf Biar lingkungan bersih dan bisa jadi
adiwiyata.
Siswa mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah untuk menjaga lingkungan sekolah dan
mewujudkan sekolah adiwiyata.
h Ang Biar sekolahnya bisa jadi sekolah
adiwiyata
Siswa mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah untuk mewujudkan sekolah adiwiyata.
253
i Sln Menciptakan sekolah adiwiyata yang
lingkungannya bersih dan biar pohon-
pohonnya tetep hidup.
Siswa mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah untuk menjaga lingkungan sekolah dan
mewujudkan sekolah adiwiyata.
j Fia Nggak tahu Siswa belum mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah.
k Af Biar sekolahnya bersih Siswa mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah untuk menjaga lingkungan sekolah.
l Kls Biar sekolahnya bagus dan bersih. Siswa mengetahui alasan dibentuknya kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekolah untuk menjaga lingkungan sekolah.
2. Mengapa kamu perlu menaati peraturan sekolah?
a Nbl Kan kewajibannya. Biar sekolahnya
teratur, rapi, bagus
Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
Siswa mengetahui bahwa menaati
peraturan merupakan kewajiban
yang harus dilaksanakan sebagai
seorang siswa agar tidak
mendapatkan hukuman dan
menciptakan lingkungan sekolah
sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan sekolah.
b Any Kan kewajibannya menaati tata tertib
seekolah,
Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
c Tgr Biar nggak dihukum Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
d Sls Biar nggak dihukum Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
e Arl Biar sekolahnya bagus Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
f Fln Ben nggak dikasih hukuman sama bu
guru
Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
g Syf Agar sekolahnya jadi bagus terus kalo
lomba bisa menang
Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
h Ang Ya kan wajib menaati tata tertib Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
254
i Sln Biar lingkungannya bersih Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
j Fia Biar sekolahnya enak Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
k Af Agar jadi sekolah adiwiyata mbak Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
l Kls Biar sekolahnya bagus. Siswa mengetahui alasan untuk menaati peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
3. Apakah kamu sudah melakukan tindakan sesuai dengan peraturan sekolah?
a Nbl Sudah. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
Siswa sudah melakukan tindakan
sesuai dengan peraturan sekolah.
b Any Sudah. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
c Tgr Sudah. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
d Sls Udah. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
e Arl Dah, mbak. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
f Fln Udah, mbak. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
g Syf Sudah Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
h Ang Sudah mbak, dikit. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
i Sln Sudah, tapi masih sering diingetin. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
j Fia Udah kok. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
k Af Udah, masih sering lupa kadang. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
255
peraturan sekolah.
l Kls Udah. Siswa sudah melakukan tindakan sesuai dengan
peraturan sekolah.
Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Siswa
Kurikulum Berbasis Lingkungan Program Adiwiyata
SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017
(Wawancara VI)
A. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Apakah kamu sudah pernah belajar materi yang berkaitan dengan lingkungan?
a Nbl Pernah. Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
Siswa pernah mempelajari materi
pelajaran yang berkaitan dengan
lingkungan. b Any Pelajaran IPA pernah di luar. Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
c Tgr Enggak. Eh, pernah ding mbak. Belajar
tentang sampah-sampah itu.
Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
d Sls Pernah, belajar tentang tanaman-
tanaman di sekolah.
Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
e Arl Pernah kayake. Lupa e mbak. Nek nggak
salah belajar sampah-sampah itu.
Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
f Fln Pernah, belajar tentang sampah terus
tentang merawat tanaman juga.
Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
g Syf Pernah mbak. Pernah pas tema indahnya
lingkungan itu.
Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
h Ang Pernah mbak, mengamati lingkungan. Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
i Sln Pernah nyatet yang ada di lingkungan
sekitar waktu itu.
Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
j Fia Pernah. Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
256
k Af Udah. Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
l Kls Pernah. Siswa pernah mempelajari materi pelajaran yang
berkaitan dengan lingkungan.
2. Apakah kamu pernah melakukan pembelajaran dengan media dari lingkungan sekitar? Bagaimanakah pelaksanaan pembelajarannya? Ceritakanlah
pengalamanmu dalam pembelajaran tersebut!
a Nbl Pernah, mbak. Pas pelajaran IPA pernah
mengamati lingkungan sekitar,
pencemaran terus disuruh nyatet dan
diprensentasikan gitu.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
Siswa pernah menggunakan
lingkungan sekitar sebagai media
pembelajaran seperti
memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai obyek pengamatan,
memanfaatkan sampah untuk
bahan dasar kerajinan, dan bahan-
bahan pewarna alami dari sekitar
dalam pelajaran membatik.
b Any Udah pernah diminta ke luar kelas terus
liat kondisi lingkungan sekitar terus
nanti dicatat hasilnya dan
dipresentasikan di depan kelas.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
c Tgr Wis tau, mbak. Pokoknya di suruh
keluar kelas. Terus to liat lingkungan
sekitarnya gitu.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran.
d Sls Pernah disuruh nulis tanaman apa aja
yang ada di sekolahan.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
e Arl Pernah mbak. Misah-misah sampah itu.
Sampah plastik, sampah kertas, sama
sampah daun.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
f Fln Pake sampah mbak. Sampahnya disuruh
dipisah-pisahin gitu.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
g Syf Pernah ke sawah depan sekolah itu
mbak. Terus disuruh nyatet ada apa aja
di sawah itu. Pas mbatik juga pernah
pakai pewarna alami dari lingkungan
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
257
kaya daun jati, kunyit, biji pepaya.
h Ang Pernah buat kerajinan tangan dari
barang-barang bekas yang ada di sekitar
kita kayak kardus, plastik. Kemarin juga
pernah di suruh ke sawah mengamati
yang ada di sawah. Pelajaran Bahasa
Indonesia disuruh buat puisi. Mbatik
juga pernah pakai pewarna alami.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
i Sln Pernah. Kemarin mengamati lingkungan
terus disuruh nyatet benda-benda yang
ada di sawah. Pas pelajaran batik juga
pernah disuruh pakai pewarna alami
kaya kunyit, daun jati, bulet-bulet kecil
untuk warna ungu nggak tahu namanya,
terus daun suji, njuk itu apa.. isinya,
bijinya pepaya.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
j Fia Pernah. Belajar di kebun itu disuruh
nyatet ada tanaman apa aja.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
k Af Pernah disuruh ke lapangan olahraga
terus menulis ada tanaman apa aja.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
l Kls Pernah belajar di kebun liat tanaman-
tanaman di sana.
Siswa pernah menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran untuk mengamati pencemaran di
lingkungan sekitar.
3. Dimanakah pembelajaran tersebut dilakukan?
a Nbl Di lingkungan sekolah, di lapangan
sekolah, di kali dekat sekolah
Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah termasuk sungai dekat sekolah.
Pembelajaran melibatkan
lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah seperti kelas,
taman, dan kebun yang ada di b Any Sungai dekat sekolah atau sawah depan
sekolah.
Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
sungai dan sawah dekat sekolah.
258
c Tgr Di kelas, di lapangan, di sekolah Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah.
lapangan olahraga SD Negeri
Kotagede 3. Selain itu,
pembelajaran juga dilakukan di
lingkungan luar SD Negeri
Kotagede seperti sungai kecil di
sebelah barat dan area persawahan
yang ada di depan sekolah.
d Sls Di kelas, di sekitar sekolah Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah.
e Arl Di lingkungan sekolah Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah.
f Fln Kelas to, mbak. Eh, nek yang di luar
kelas itu di lapangan olahraga itu mbak
Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah.
g Syf Di lingkungan sekolah, di sawah juga
pernah
Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah dan sawah depan sekolah.
h Ang Di sekitar sini, sawah depan sekolah
misalnya
Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah dan sawah depan sekolah.
i Sln Sawah depan sekolah, mbak Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan sawah
depan sekolah.
j Fia Di kelas, di lapangan, di sekolah Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah.
k Af Di sekolahan Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah.
l Kls Di sekitar sini. Pembelajaran melibatkan lingkungan dilakukan di
lingkungan sekolah.
4. Bagaimanakah perasaanmu ketika mengadakan pembelajaran di luar kelas?
a Nbl Senang. Siswa senang belajar di luar kelas. Siswa senang dan tidak bosan
belajar di luar kelas. b Any Senang. Siswa senang belajar di luar kelas.
c Tgr Seneng, ora mboseni Siswa senang dan tidak bosan belajar di luar kelas.
d Sls Seru, mbak. Siswa senang belajar di luar kelas.
e Arl Senang. Siswa senang belajar di luar kelas.
f Fln Di luar lebih seru. Siswa senang belajar di luar kelas.
g Syf Senang. Siswa senang belajar di luar kelas.
h Ang Senang sekali. Siswa senang belajar di luar kelas.
i Sln Seneng banget. Siswa senang belajar di luar kelas.
259
j Fia Seru. Nggak bosen. Siswa senang dan tidak bosan belajar di luar kelas.
k Af Senang. Siswa senang belajar di luar kelas.
l Kls Senang. Siswa senang belajar di luar kelas.
B. Evaluasi Pembelajaran
1. Apakah bapak/ ibu sering mengadakan ulangan harian atau tes? Kapan dilaksanakan?
a Nbl Kalau materinya sudah selesai, ulangan.
Ada tengah semester, sama semesteran
juga
Evaluasi dilakukan ketika materi selesai, tengah
semester, dan akhir semester.
Guru sering mengadakan evaluasi
tergantung pada kebutuhan.
Evaluasi dapat dilakukan baik
dengan tes tertulis maupun tes
lisan. Bentuk tes tersebut seperti
quiz, ulangan harian, TPM, UTS,
dan UAS.
b Any Ya, jika materinya sudah selesai.
Kadang, juga ada quiz.
Evaluasi dilakukan ketika materi selesai dan quiz.
c Tgr Kalau materinya sudah selesai. Evaluasi dilakukan ketika materi selesai
d Sls Ya. Tergantung bu guru. Evaluasi dilakukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan.
e Arl Ya. Nggak tau kapan tapi bu guru
biasanya ngasih tau.
Evaluasi dilakukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan.
f Fln Ya. Kapan ya, nggak tahu. Evaluasi dilakukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan.
g Syf Iya ada tes, kadang lisan tapi ada tertulis
juga. Kaya TPM.
Evaluasi dilakukan dengan tes lisan atau tertulis seperti
TPM.
h Ang Ya, tergantung materinya. Evaluasi dilakukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan.
i Sln Ya, ada ulangan kalau materinya sudah
selesai
Evaluasi dilakukan ketika materi selesai.
j Fia Ada ulangan, nggak tahu kapan. Evaluasi dilakukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan.
k Af Ada. Nggak tahu kapan. Evaluasi dilakukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan.
l Kls Ada. Evaluasi dilakukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan.
2. Menurutmu, mengapa pembelajaran dilakukan dengan melibatkan lingkungan sekitarmu?
a Nbl Biar lebih mengenal lingkungannya. Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar.
Siswa mengetahui alasan
pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar diantaranya
adalah untuk:
a) Lebih mengenal lingkungan,
b) Lebih memudahkan siswa
b Any Biar bisa mengamati secara langsung
kan jadi menyenangkan dan mudah
dimengerti.
Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
c Tgr Ben asyik Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
260
lingkungan sekitar memahami materi,
c) Menciptakan pembelajaran
yang inovatif, kreatif, variatif,
dan menyenangkan..
d Sls Agar tidak bosan di dalam kelas Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
e Arl Ben ra bosen Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
f Fln Biar menyenangkan dan nggak bosen Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
g Syf Ya biar kenal sama lingkungan
sekitarnya mbak.
Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
h Ang Biar kita tahu tentang lingkungan Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
i Sln Agar pelajarannya menyenangkan dan
kita jadi lebih kenal sama lingkungan
Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
j Fia Ben nggak bosan Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
k Af Biar seger, asyik, nggak bosen Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
l Kls Biar seneng, mbak Siswa mengetahui alasan pembelajaran perlu melibatkan
lingkungan sekitar
3. Apakah manfaat yang kamu dapatkan dari pembelajaran berkaitan dengan lingkungan?
a Nbl Lebih mengenal lingkungan dan paham
isinya.
Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
lebih mengenal lingkungan sekitarnya dan memahami
materi pelajaran.
Manfaat pembelajaran melibatkan
lingkungan bagi siswa antara lain:
a) lebih mengenal lingkungan,
b) lebih memahami isi/ materi
pelajaran, dan
c) pembelajaran lebih
menyenangkan dan tidak
membosankan.
b Any Jadi lebih tahu tentang keadaan
lingkungan.
Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
lebih mengenal lingkungan sekitarnya.
c Tgr Jadi seneng Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
lebih senang dalam belajar.
d Sls Nggak ngebosenin Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
tidak mudah bosan dengan pelajaran.
e Arl Lebih kenal lingkungan Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
261
lebih mengenal lingkungan
f Fln Mengenal lingkungan Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
lebih mengenal lingkungan
g Syf Lebih memahami materinya soalnya
secara langsung belajarnya
Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
lebih memahami materi pelajaran.
h Ang Lebih menyenangkan Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
lebih senang dalam belajar.
i Sln Lebih tahu lingkungan Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
lebih mengenal lingkungan
j Fia Lebih menyenangkan Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
lebih mengenal lingkungan
k Af Nggak jadi bosen sama pelajarannya Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
tidak mudah bosan dengan pelajaran.
l Kls Lebih mengenal lingkungan Dengan pembelajaran melibatkan lingkungan siswa
lebih mengenal lingkungan
C. Faktor Pendukung
1. Menurutmu, apakah yang menyebabkan pembelajaran berbasis lingkungan menyenangkan?
a Nbl Karena kegiatannya seru terus banyak Siswa senang belajar berbasis lingkungan sekolah
karena banyak kegiatan menarik yang dilakukan.
Pembelajaran berbasis lingkungan
menyenangkan karena beberapa
faktor, antara lain:
a) Kegiatan yang bervariatif,
b) Keterlibatan (partisipasi
siswa),
c) Lingkungan sekitar sekolah
yang mendukung.
b Any Soalnya kalo pelajaran di luar kelas kita
liat secara langsung jadi seneng
Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena dapat melihat lingkungan yang dipelajari secara
langsung.
c Tgr Soale di luar kelas. Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena pelajaran di luar kelas.
d Sls Soalnya bisa sambil lihat-lihat
pemandangan
Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena belajar dapat dilakukan seraya melihat
pemandangan.
e Arl Soalnya bisa jalan-jalan kalo di luar.
Sambil maen juga.
Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena belajar dapat dilakukan sambil bermain.
f Fln Di luar kelas silir mbak, nek di dalam Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
262
panas karena belajar di luar kelas lebih sejuk daripada di dalam
kelas yang panas.
g Syf Soale kan di luar kelas seger. Nggak
sumpek.
Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena belajar di luar kelas lebih sejuk.
h Ang Kalau di luar kelas, belajarnya nggak
kerasa soalnya sambil bermain sambil
lihat-lihat pemandangan.
Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena belajar di luar kelas sambil bermain dan melihat
pemandangan.
i Sln Seger. Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena belajar di luar kelas lebih sejuk
j Fia Seru aja, nggak ada temboknya, jadi silir Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena belajar di luar kelas lebih sejuk.
k Af Tidak membosankan. Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena belajar di luar kelas tidak membosankan.
l Kls Bisa melihat langsung, nggak cuman
ndengerin doang
Siswa senang belajar di lingkungan sekitar sekolah
karena dengan belajar di luar kelas siswa dapat terlibat
secara langsung dan tidak hanya mendengarkan ceramah
dari guru.
D. Faktor Penghambat
1. Apakah kesulitan yang kamu temui dalam menerima pembelajaran berbasis lingkungan?
a Nbl Rame, susah diatur Pengkondisian pembelajaran susah. Kesulitan pembelajaran berbasis
lingkungan terletak pada
pengkondisian dan keadaan
lingkungan.
b Any Susah diatur, mbak Pengkondisian pembelajaran susah.
c Tgr Nggak ada Siswa tidak mengalami kesulitan.
d Sls Apa ya, nggak ada kayaknya Siswa tidak mengalami kesulitan.
e Arl Nggak ada Siswa tidak mengalami kesulitan.
f Fln Enggak ada Siswa tidak mengalami kesulitan.
g Syf Nggak ada Siswa tidak mengalami kesulitan.
h Ang Males bawa barang nek di luar Pengkondisian pembelajaran susah.
i Sln Ramai Pengkondisian pembelajaran susah.
j Fia Panas Keadaan lingkungan yang kurang mendukung.
k Af berisik Pengkondisian pembelajaran susah.
263
l Kls rame Pengkondisian pembelajaran susah.
Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Siswa
Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif Program Adiwiyata
SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017
(Wawancara VII)
A. Perencanaan Kegiatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Bagaimana jadwal piket harian di kelasmu?
a Nbl Ganti-gantian mbak. Tiap hari beda-
beda kelompok. Kelompoknya yang
menentukan bu guru. Kalau piket kebun
bareng anak kelas A dan B.
Semua siswa mendapatkan giliran piket. Semua siswa mendapatkan giliran
piket. Setiap hari dilakukan oleh
satu kelompok. Untuk anggota
kelompok dapat dilakukan secara
acak maupun urut absen,
tergantung dari guru. Khusus
untuk piket kebun dan taman
jadwal piket dilakukan dengan
menggabungkan kelas A dan
kelas B.
b Any Gantian mbak. Semua siswa mendapatkan giliran piket.
c Tgr Giliran mbak. Semua siswa mendapatkan giliran piket.
d Sls Ditentukan sama bu guru Semua siswa mendapatkan giliran piket.
e Arl Ada kelompoknya urut absen. Semua siswa mendapatkan giliran piket.
f Fln Gantian tiap hari, mbak. Semua siswa mendapatkan giliran piket.
g Syf Tiap hari udah ada kelompoknya.
Kelompoknya secara acak.
Semua siswa mendapatkan giliran piket.
h Ang Kelompoknya urut absen tiap hari beda-
beda. Kalau piket kebun sam piket
taman bareng sama kelas B. Soalnya
kan kebun sama tamannya ada satu.
Semua siswa mendapatkan giliran piket.
i Sln Ganti-gantian per kelompok tiap hari.
Yang nentuin bu guru.
Semua siswa mendapatkan giliran piket.
j Fia Ganti-gantian. Semua siswa mendapatkan giliran piket.
k Af Giliran tiap anak. Semua siswa mendapatkan giliran piket.
l Kls Gantian Semua siswa mendapatkan giliran piket.
B. Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?
1. Bagaimanakah kegiatan sekolah yang kamu ikuti dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup? Misalnya kegiatan ekstrakurikuler atau
264
kegiatan lain yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
a Nbl Bank sampah, kita ikut mengumpulkan
sampah-sampah. Kalau ekstranya ada
drumband, pramuka, tari, qiraah.
Yang ada kaitannya dengan lingkungan
ekskul yang mana?
Pramuka, kadang disuruh bikin-bikin
dari barang bekas gitu.
Siswa terlibat secara dalam kegiatan lingkungan di
sekolah seperti dalam bank sampah dan ekstrakurikuler
pramuka.
Kegiatan sekolah terkait
lingkungan melibatkan partisipasi
dari siswa SD Negeri Kotagde 3.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara
lain:
a) bank sampah;
b) piket kelas, piket kebun, piket
taman;
c) rasater,
d) ecobrick,
e) semutlis,
f) kerja bakti, dan
g) ekstrakurikuler pramuka
b Any Gamelan, pramuka, tari tapi yang ada
lingkungan-lingkungannya gitu paling
cuma pramuka.
Siswa terlibat secara dalam kegiatan lingkungan di
sekolah sekolah seperti dalam bank sampah dan
ekstrakurikuler pramuka..
c Tgr Piket setiap hari, aku belum ikut
pramuka. Pramuka kan kelas 3,4,5,6
Siswa terlibat secara langsung dalam piket harian tetapi
belum terlibat dalam pramuka.
d Sls Piket kelas, piket kebun, piket taman.
Aku belom ikut ekstra.
Siswa terlibat secara langsung dalam piket harian tetapi
belum terlibat dalam pramuka.
e Arl Piket, kerja bakti Siswa terlibat secara langsung dalam piket dan kerja
bakti.
f Fln Rasater, sepuluh menit bersih-bersih itu,
piket njuk apa lagi ya. Kalau ekstranya
ada banyak pramuka, qiraah, drumband,
tari, athletik.
Yang ada kaitannya dengan lingkungan
ekskul yang mana?
Pramuka. Kayae cuma itu.
Siswa terlibat secara dalam kegiatan lingkungan di
sekolah seperti dalam rasater, semutlis, piket dan
ekstrakurikuler pramuka.
g Syf Drumband, karawitan. Eh, tapi itu
nggak terkait lingkungan ya. Pramuka
mbak pernah bikin barang-barang dari
barang bekas sama nyatet tanaman-
tanaman yang ada di sekitar sekolah
sama fungsinya.
Siswa terlibat secara dalam kegiatan lingkungan di
sekolah sekolah seperti ekstrakurikuler pramuka..
265
h Ang Rasater, semutlis, ecobrick. Tapi
ecobrick bikinnya di rumah. jadi
bungkus-bungkus sampah plastik
dipotong-potong masukin ke botol
sampe nggak bisa dipencet pencet. Nanti
nek udah penuh dibawa ke sekolah.
Siswa terlibat secara dalam kegiatan lingkungan di
sekolah sekolah seperti dalam rasater, semutlis, ecobrick
i Sln Ikut rasater, bank sampah, piket,
ecobrick, kalau ekskulnya ikut pramuka
yang ada lingkungannya.
Siswa terlibat secara dalam kegiatan lingkungan di
sekolah sekolah seperti dalam rasater, bank sampah,
piket, ecobrick dan ekstrakurikuler pramuka.
j Fia Piket, rasater Siswa terlibat secara dalam kegiatan lingkungan di
sekolah sekolah seperti piket dan rasater.
k Af Piket kelas, piket kebun, piket taman Siswa terlibat secara dalam kegiatan lingkungan di
sekolah sekolah seperti dalam piket harian.
l Kls Piket, kerja bakti Siswa terlibat secara dalam kegiatan lingkungan di
sekolah sekolah seperti dalam piket dan kerja bakti.
2. Apakah kamu melakukan jadwal piket harian dengan baik dan rutin?
a Nbl Ya piket. nyapu, bersihin papan. Siswa melakukan piket sesuai jadwal. Siswa melakukan piket sesuai
jadwal dan beberapa masih harus
diingatkan untuk melakukan
piket.
b Any Ya, kalau pagi bersih ya siang Siswa melakukan piket sesuai jadwal.
c Tgr Ya, kadang lupa tapi piket pulangnya Siswa melakukan piket sesuai jadwal meski terkadang
lupa.
d Sls Ya, kadang males wong temennya aja
nggak piket
Siswa melakukan piket sesuai jadwal meski terkadang
malas.
e Arl Sering lupa, tapi aku piket kok Siswa melakukan piket sesuai jadwal meski sering lupa
f Fln Ya Siswa melakukan piket sesuai jadwal.
g Syf Ya Siswa melakukan piket sesuai jadwal.
h Ang Ya masih sering diingetin pagi sama
siang
Siswa melakukan piket sesuai jadwal meski masih
sering diingatkan.
i Sln Ya Siswa melakukan piket sesuai jadwal.
j Fia Ya pulang sekolah nek aku Siswa melakukan piket sesuai jadwal.
k Af Ya pagi sama siang. Siswa melakukan piket sesuai jadwal.
266
l Kls Ya Siswa melakukan piket sesuai jadwal.
3. Apakah yang kamu dan teman-temanmu lakukan ketika melakukan piket harian?
a Nbl Nyapu, bersih-bersih papan, merapikan
buku
Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
Siswa tahu apa yang harus
dilakukan ketika mendapat giliran
piket.
Siswa tahu apa yang harus
dilakukan ketika mendapat giliran
piket contohnya menyapu,
membersihkan papan tulis,
mengatur letak meja, menyusun
buku-buku, menyirami tanaman,
mencabuti rumput liar di kebun
dan taman kelas.
b Any Nyapu,buang sampah, beresin meja.
Kalau di kebun ya cabutin rumput liar,
buang sampah-sampah yang ada
Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
c Tgr Nyapu, buang sampah, menyiram
tanaman
Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
d Sls Nyapu,bersihin kaca, menghapus papan
tulis
Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
e Arl Menyapu, menghapus papan tulis, buang
sampah
Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
f Fln Buang sampah, menyapu Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
g Syf Menyapu, beres-beres buku, nata meja,
hapus papan tulis
Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
h Ang Menyapu, menyiram tanaman Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
i Sln Mencabuti rumput liar di kebun Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
j Fia Nyapu, bersihin meja, menghapus papan
tulis, buang sampah, nyiram taneman
Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
k Af Nyapu, menghapus papan tulis Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
l Kls Buang sampah, menyapu, bersihin meja
dan papan tulis. Nyabutin rumput liar.
Siswa tahu apa yang harus dilakukan ketika mendapat
giliran piket.
4. Apakah kamu pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan bekas yang ada di sekitarmu? Jika sudah, apa yang kamu buat? Bagaimana perasaanmu?
a Nbl Pernah. Buat bunga dari bahan plastik.
Bahannya dari kita bawa dari rumah,
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
Siswa pernah membuat kreasi dan
inovasi dari bahan bekas dan
267
mau buat bunga kayak gimana terserah
kita.
Perasaannya gimana?
Seneng.
dilakukan. merasa senang dengan kegiatan
yang dilakukan. Kegiatan tersebut
antara lain:
a) membuat bunga dari bahan
bekas seperti plastik, botol
atau sedotan,
b) membatik dengan pewarna
alami, dan
c) membuat hiasan cetak
timbul.
b Any Pernah.cetak timbul dari koran. Bikin
hiasan kaya yang dipajang di depan itu.
bentuk yang mau di buat terserah kita
yang buat. Seneng mbak kalo buat buat
kaya gitu.
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
c Tgr Sudah. Membuat kerajinan dari kardus
bekas. Buatnya diberi contoh oleh bu
guru tapi nanti menghiasnya bebas
menurut kita. Seru rasanya.
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
d Sls Udah. Buat lipetan-lipetan dari kertas.
Diajarin sama bu guru. Perasaannya
seneng.
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
e Arl Sudah. Membuat kerajinan dari bahan-
bahan tidak terpakai. Yang nyuruh bu
guru tapi seneng buatnya.
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
f Fln Udah. Buat bunga dari bahan bekas
seperti botol aqua atau sedotan.
Bikinnya disuruh bu guru
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
g Syf Pernah. Membatik menggunakan
pewarna alami. Merah dari daun jati,
ungu dari buah naga, kuning dari kunyit,
hijau dari daun pandan sama suji. Yang
nyuruh pak guru, di kasih contoh sama
diajarin. Seneng mbak.
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
h Ang Sudah, membuat kerajinan dari barang-
barang bekas seperti kardus. Bikinnya
pas pelajaran SBK , kalau nggak selesai
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
268
di lanjutkan di rumah. perasaannya ya
senenglah mbak.
i Sln Sudah, membatik tapi pewarnanya dari
bahan-bahan alami. Itu pas pelajaran
membatik.
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
j Fia Dah, buat hiasan dari plastik bekas.
Buatnya sama bu guru, diajarin. Seneng
mbak tapi susah buatnya.
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
k Af Pernah. Buat hiasan-hiasan dari bahan-
bahan tidak terpakai.
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
l Kls dah pernah. Buat bunga sama vasnya
dari botol sama plastik sama sedotan.
Siswa pernah membuat kreasi dan inovasi dari bahan
bekas dan merasa senang dengan kegiatan yang
dilakukan.
5. Apakah kamu dan teman-temanmu pernah mengikuti kegiatan aksi lingkungan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah?
a Nbl Kadang ikut kerja bakti di depan
sekolah. Waktu itu juga pernah ikut
kerja bakti di taman situ itu lho mbak.
Terus menanam pohon juga pernah.
Siswa pernah mengikuti kegiatan aksi lingkungan di
sekolah dan di luar sekolah.
Sebagian siswa pernah mengikuti
kegiatan aksi lingkungan di
sekolah dan di luar sekolah.
b Any Pernah kerja bakti di luar sekolah.
kemarin juga ada yang kerja bakti
bersihin kali apa itu namanya.. tapi aku
nggak ikut.
Siswa pernah mengikuti kegiatan aksi lingkungan di
sekolah dan di luar sekolah.
c Tgr Pernah Siswa pernah mengikuti kegiatan aksi lingkungan di
sekolah dan di luar sekolah.
d Sls Apa to, mbak? Siswa tidak mengikuti kegiatan aksi lingkungan.
e Arl Pernah. Siswa pernah mengikuti kegiatan aksi lingkungan di
sekolah dan di luar sekolah.
f Fln Aku enggak. Tapi nggak tahu kalo yang
lain.
Siswa tidak mengikuti kegiatan aksi lingkungan.
269
g Syf Pernah. Waktu pramuka pernah di suruh
bersihin lingkungan sekitar sekolah.
Siswa pernah mengikuti kegiatan aksi lingkungan di
sekolah dan di luar sekolah.
h Ang Pernah. Kerja bakti di lingkungan
sekitar seperti di depan sama samping
sekolah.
Siswa pernah mengikuti kegiatan aksi lingkungan di
sekolah dan di luar sekolah.
i Sln Kadang ada kerja bakti mbak di luar
sekolah.
Siswa pernah mengikuti kegiatan aksi lingkungan di
sekolah dan di luar sekolah.
j Fia Di sekolah pernah. Di luar enggak. Siswa tidak mengikuti kegiatan aksi lingkungan di luar
sekolah.
k Af Enggak nek di luar. Siswa tidak mengikuti kegiatan aksi lingkungan di luar
sekolah.
l Kls Di sekolah ikut, tapi di luar Nggak
ngerti
Siswa tidak mengikuti kegiatan aksi lingkungan di luar
sekolah.
C. Pelaksanaan Kemitraan Sekolah
1. Apakah kamu mengetahui kerjasama yang dilakukan sekolah dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan?
a Nbl Yang sama kampus-kampus itu mbak?
Dulu ada yang kesini kegiatannya bikin
pupuk apa ya itu lupa.
Siswa mengetahui kegiatan yang merupakan kemitraan
sekolah dengan instansi lain.
Sebagian besar siswa tidak
mengetahui perihal kemitraan
yang dilakukan oleh sekolah
dengan pihak lain meskipun
dirinya ikut terlibat di dalam
kegiatan hasil kemitraan tersebut.
b Any Pernah ada yang kesini ngasih caranya
bikin pupuk kompos sama misah-misah
sampah, nggak tahu darimana.
Siswa mengetahui kegiatan yang merupakan kemitraan
sekolah dengan instansi lain.
c Tgr Maksudnya? Siswa tidak mengetahui tentang kemitraan sekolah.
d Sls Nggak tau Siswa tidak mengetahui tentang kemitraan sekolah.
e Arl Tidak tahu. Siswa tidak mengetahui tentang kemitraan sekolah.
f Fln Apa ya? Nggak tahu ah Siswa tidak mengetahui tentang kemitraan sekolah.
g Syf Hee enggak tahu. Siswa tidak mengetahui tentang kemitraan sekolah.
h Ang Yang dikumpulin di lapangan terus
dikasih materi sama orang darimana itu
tentang misah-misah sampah itu, mbak?
Siswa mengetahui kegiatan yang merupakan kemitraan
sekolah dengan instansi lain.
i Sln Nggak tahu Siswa tidak mengetahui tentang kemitraan sekolah.
270
j Fia Nggak Siswa tidak mengetahui tentang kemitraan sekolah.
k Af Enggak Siswa tidak mengetahui tentang kemitraan sekolah.
l Kls Tidak Siswa tidak mengetahui tentang kemitraan sekolah.
2. Bagaimanakah kegiatan yang dilakukan sekolah dengan pihak dari luar sekolah tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang pernah kamu
ikuti?
a Nbl Seru bisa nambah pengetahuan. Siswa menganggap kegiatan hasil kemitraan sekolah
dengan pihak lain seru dan dapat menambah
pengetahuan.
Sebagian besar siswa mengikuti
kegiatan hasil kerjasama sekolah
dengan pihak luar meskipun tidak
mengetahui bahwa kegiatan
tersebut adalah salah satu bentuk
kemitraan. Siswa menganggap
bahwa kegiatan yang dilakukan
menarik dan seru, serta dapat
menambah pengetahuan.
b Any Menarik Siswa menganggap kegiatan hasil kemitraan sekolah
dengan pihak lain menarik.
c Tgr Nggak tahu.
Kalau kegiatan seperti pelatihan
pemilahan sampah pernah atau bank
sampah pernah ikut?
Oh bank sampah pernah. Suruh
ngumpulin sampah terus dijual itu kan?
Seneng aku
Siswa mengikuti kegiatan hasil kerjasama sekolah
dengan pihak luar meskipun tidak mengetahui bahwa
kegiatan tersebut adalah salah satu bentuk kemitraan.
d Sls Belum pernah ikut.
Bank sampah pernah ikut?
Pernah.
Bagaimana?
Senang, sih.
Siswa mengikuti kegiatan hasil kerjasama sekolah
dengan pihak luar meskipun tidak mengetahui bahwa
kegiatan tersebut adalah salah satu bentuk kemitraan.
e Arl Kegiatan apa sih mbak?
Kegiatan seperti Bank Sampah?
Oh, seneng soalnya dapat uang tapi
uangnya ditabung.
Siswa mengikuti kegiatan hasil kerjasama sekolah
dengan pihak luar meskipun tidak mengetahui bahwa
kegiatan tersebut adalah salah satu bentuk kemitraan.
f Fln Gimana ya.. emm... seru Siswa menganggap kegiatan hasil kemitraan sekolah
271
dengan pihak lain menarik seru.
g Syf Kegiatan sekolahnya seru Siswa menganggap kegiatan hasil kemitraan sekolah
dengan pihak lain seru.
h Ang Seru mbak, kita jadi tahu kalau sampah
harus di pisah-pisah tempat sampah
hijau buat daun, kertas, merah kaca
logam, kuning sisa makanan. Eh iya
nggak ya, lupa
Siswa menganggap kegiatan hasil kemitraan sekolah
dengan pihak lain seru.
i Sln Apa ya mbak, lupa e
Bank sampah, misalnya.
Oh... ya seru mbak.
Siswa menganggap kegiatan hasil kemitraan sekolah
dengan pihak lain seru.
j Fia Nggak tahu.
Bank sampah pernah?
pernah. Mengumpulkan sampah buat
dijual.
Siswa mengikuti kegiatan hasil kerjasama sekolah
dengan pihak luar meskipun tidak mengetahui bahwa
kegiatan tersebut adalah salah satu bentuk kemitraan.
k Af Nggak tahu.
Kegiatan seperti Bank Sampah?
Oh, pernah. Seneng aku, mbak.
Siswa mengikuti kegiatan hasil kerjasama sekolah
dengan pihak luar meskipun tidak mengetahui bahwa
kegiatan tersebut adalah salah satu bentuk kemitraan.
l Kls Nggak tahu.
Kegiatan seperti Bank Sampah?
Ya, pernah.
Siswa mengikuti kegiatan hasil kerjasama sekolah
dengan pihak luar meskipun tidak mengetahui bahwa
kegiatan tersebut adalah salah satu bentuk kemitraan.
D. Evaluasi Kegiatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Bagaimanakah tindakan yang kamu lakukan ketika ada siswa yang tidak melaksanakan piket?
a Nbl Mengingatkan temannya Siswa mengingatkan temannya untuk piket. Ketika ada teman yang tidak piket
272
b Any Diajak piket Siswa mengajak temannya untuk piket. siswa mengingatkan dan
mengajak temannya untuk piket.
Selain itu juga meminta guru
untuk menasehatinya.
c Tgr Bilangin ke bu guru biar di nasehati Siswa meminta guru untuk menasehati temannya.
d Sls Dicatet terus kasihin ke bu guru Siswa meminta guru untuk menasehati temannya.
e Arl Diajak piket Siswa mengajak temannya untuk piket.
f Fln Mengingatkan Siswa mengingatkan temannya untuk piket.
g Syf Mengajak untuk piket Siswa mengajak temannya untuk piket.
h Ang Diingetin Siswa mengingatkan temannya untuk piket.
i Sln Mengingatkan Siswa mengingatkan temannya untuk piket.
j Fia Diajak piket Siswa mengajak temannya untuk piket.
k Af Dingetin aja Siswa mengingatkan temannya untuk piket.
l Kls Mengajak piket Siswa mengajak temannya untuk piket.
E. Evaluasi Kemitraan Sekolah
1. Menurutmu, mengapa sekolah bekerjasama dengan pihak luar dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup?
a Nbl Perlu, kan dengan kerja sama
pekerjaannya jadi ringan, lebih mudah.
Kerjasama diperlukan yaitu untuk meringankan
pekerjaan.
Masih ada sswa yang tidak
mengetahui alasan perlunya
kerjasama. Namun, sebagian
besar siswa tahu perlunya
kerjasama agar pekerjaan lebih
mudah dan ringan sehingga tujuan
yang ingin dicapai lebih mudah
dicapai.
b Any Biar tujuannya tercapai. Kerjasama diperlukan yaitu agar tujuannya tercapai.
c Tgr Lebih mudah Kerjasama diperlukan yaitu agar lebih mudah.
d Sls Nggak tau Siswa tidak tahu alasan perlunya kerjasama.
e Arl Agar mudah mengelola lingkungan Kerjasama diperlukan yaitu agar lebih mudah.
f Fln Biar lebih gampang Kerjasama diperlukan yaitu agar lebih mudah.
g Syf Biar jadi sekolah adiwiyata, paling... Kerjasama diperlukan yaitu agar mempermudah menjadi
sekolah adiwiyata.
h Ang Biar bisa menang adiwiyata Kerjasama diperlukan yaitu agar mempermudah menjadi
sekolah adiwiyata.
i Sln Biar sekolahnya bagus Kerjasama diperlukan yaitu agar menjadi lebih bagus.
j Fia Apa ya..Nggak tahu Siswa tidak tahu alasan perlunya kerjasama.
k Af Biar gampang melindungi
lingkungannya
Kerjasama diperlukan yaitu agar lebih mudah
melindungi lingkungan.
l Kls Biar sekolahnya bagus Kerjasama diperlukan yaitu agar lebih bagus.
F. Faktor Pendukung
273
1. Apakah yang membuat kamu senang dan ingin mengikuti kegiatan sekolah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan?
a Nbl Seru, menyenangkan Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena seru dan menyenangkan.
Faktor pendukung kegiatan
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan di SD Negeri
Kotagede 3 adalah:
a) kegiatan yang bervariasi,
b) keinginan siswa untuk
berkembang, dan
c) pengemasan kegiatan yang
menarik dan tidak hanya di
kelas dan melibatkan seluruh
siswa.
b Any Kalau ada kegiatan gitu bisa gabung
dengan kelas yang lain, jadi ramai
Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena dapat berkumpul dengan teman dari
kelas lain.
c Tgr Kegiatannya banyak tur seru Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena kegiatannya beragam dan seru.
d Sls Seneng aja Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena menyenangkan.
e Arl Soalnya kegiatan sekolah menarik Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena menarik.
f Fln Soalnya biar sekolahnya bagus Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena ingin sekolahnya bagus.
g Syf seru Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena seru.
h Ang Untuk menciptakan lingkungan yang
bersih
Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena ingin menciptakan lingkungan yang
bersih.
i Sln Biar sekolahnya jadi sekolah yang bagus
jadi harus melindungi lingkungan.
Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena ingin sekolahnya bagus dan dapt
menjaga lingkungan.
j Fia Seru, banyak temannya Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena seru dan banyak teman.
k Af Bisa sambil bermain Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena dapat sambil bermain.
l Kls Nggak cuma dikelas Siswa ikut kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena kegiatan tidak hanya di kelas.
G. Faktor Penghambat
1. Apakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti kegiatan sekolah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan?
274
a Nbl Nggak ada, seneng aja Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah.
Siswa tidak merasakan kesulitan
yang berarti ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan sekolah.
Hanya saja rasa malas dan
lingkungan teman sebaya yang
tidak berpartisipasi membuat
siswa tidak berpartisipasi.
b Any Apa ya, nggak ada deh mbak Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah.
c Tgr Nggak ada Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah.
d Sls Nggak ada, tapi kadang males ding Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah.
e Arl Nggak ada Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah. Hanya saja rasa malas terkadang membuat
siswa tidak berpartisipasi.
f Fln Nggak ada, paling kalo disuruh bawa-
bawa itu males
Siswa tidak merasakan kesulitan berarti ketika
mengikuti kegiatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan sekolah. Hanya saja rasa malas terkadang
membuat siswa tidak berpartisipasi.
g Syf Nggak ada Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah.
h Ang Nggak ada Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah.
i Sln Nggak ada Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah.
j Fia Kadang, males kalo temennya ada yang Siswa merasakan kesulitan ketika lingkungan teman
275
nggak ikut terus aku jadi pengen nggak
ikut
sebaya mempengaruhi keinginan siswa untuk tidak
berpartisipasi.
k Af Nggak ada Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah.
l Kls Nggak ada Siswa tidak merasakan kesulitan ketika mengikuti
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
sekolah.
Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Siswa
Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan Program Adiwiyata
SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017
(Wawancara VIII)
A. Perencanaan Pengelolaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
1. Apakah bapak/ ibu guru mengajarkanmu untuk berhemat dalam menggunakan listrik, air, dan ATK?
a Nbl Ya mengajarkan dan memberikan
contoh pas mau mau sekolah atau pas
pelajaran, pas pulang sekolah juga
Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat dengan memberikan
nasehat baik dalam pembelajaran maupun di luar
pembelajaran.
Bapak/ Ibu guru mengajarkan
siswa untuk menggunakan listrik,
air, dan ATK secara hemat
dengan cara memberikan nasehat
melalui KBM maupun di luar
KBM, dan juga menggunakan
poster.
b Any Ya, bu guru kadang mengajak untuk
membuat poster tentang hemat energi
nanti yang paling bagus di pajang
Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat dengan pembuatan
poster mengenai hemat energi.
c Tgr Ya Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat.
d Sls Ya, kadang-kadang Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat.
e Arl Iya mengajarkan Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat.
f Fln Ya berhemat listrik dan air, biasanya ada
poster-poster itu
Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat melalui poster.
276
g Syf Iya Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat
h Ang Ya Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat
i Sln Mengajarkan Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat
j Fia Mengajarkan Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat
k Af Ya Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat
l Kls Ya Bapak/ Ibu guru mengajarkan siswa untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK secara hemat
B. Pelaksanaan Kelengkapan Sarana dan Prasarana
1. Apakah sarana pendukung ramah lingkungan SD Negeri Kotagede 3 yang kamu ketahui?
a Nbl Komposter, mesin pencacah daun Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti komposter dan mesin
pencacah daun.
Siswa mengetahui sarana
pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti
tempat sampah sesuai jenisnya,
alat kebersihan, komposter dan
mesin pencacah daun.
b Any Tempat sampah berdasarkan jenisnya,
komposter, mesin pencacah daun
Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti tempat sampah sesuai
jenisnya, komposter dan mesin pencacah daun.
c Tgr Komposter, pencacah daun, tempat
sampah
Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti tempat sampah sesuai
jenisnya, komposter dan mesin pencacah daun.
d Sls Tempat sampah Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti tempat sampah.
e Arl Sapu, kain pel, Komposter Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti sapu, kain pel, dan
komposter.
f Fln Komposter Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti komposter.
277
g Syf Alat kebersihan, komposter Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti alat kebersihan dan
komposter.
h Ang Komposter Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti komposter.
i Sln Komposter, alat pencacah daun Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti komposter dan mesin
pencacah daun.
j Fia Nggak tahu Siswa tidak mengetahui sarana pendukung ramah
lingkungan yang dimiliki sekolah.
k Af Komposter Siswa mengetahui sarana pendukung ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah seperti komposter.
l Kls Ndak tahu Siswa tidak mengetahui sarana pendukung ramah
lingkungan yang dimiliki sekolah.
C. Pelaksanaan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
1. Apakah yang kamu lakukan untuk memelihara sarana dan prasarana ramah lingkungan di sekolah seperti alat-alat kebersihan dan gedung sekolah?
a Nbl Kalau memakai dikembalikan ke tempat
semula.
Siswa mengembalikan barang yang telah dipakai
ketempat semula.
Siswa melakukan hal-hal berikut
ini untuk memelihara sarana dan
prasarana ramah lingkungan di
sekolah.
4) Mengembalikan barang yang
dipakai ketempat semula
5) Membersihkan dan
merawatnya dengan baik
6) Tidak menggunakannya
sebagai mainan.
b Any Kalau memakai sapu dikembalikan ke
gantungannya. Terus jangan buat
mainan.
Siswa mengembalikan barang yang telah dipakai
ketempat semula dan tidak menggunakannya sebagai
mainan.
c Tgr Jangan dibuat mainan Siswa tidak menggunakannya sebagai mainan.
d Sls Dijaga Siswa menjaga sarana dan prasarana yang disediakan
sekolah.
e Arl Dirawat Siswa merawat sarana dan prasarana yang disediakan
sekolah.
f Fln Jangan dicoret-coret temboknya. Siswa tidak mencorat-coret dinding sekolah.
g Syf Dibersihin Siswa membersihkan sarana dan prasarana yang
disediakan sekolah.
h Ang Kalau pakai dikembalikan ke tempat Siswa mengembalikan barang yang telah dipakai
278
semula ketempat semula.
i Sln Sapu sama kemoceng jangan dibuat
pukul-pukulan biar nggak patah
Siswa tidak menggunakan alat kebersihan sebagai
mainan.
j Fia Dijaga Siswa menjaga sarana dan prasarana yang disediakan
sekolah.
k Af Dipelihara baik-baik Siswa memelihara dengan baik sarana dan prasarana
yang disediakan sekolah.
l Kls Dibersihakan Siswa membersihkan sarana dan prasarana yang
disediakan sekolah.
2. Siapakah yang bertugas untuk membersihkan lingkungan sekolah?
a Nbl Semuanya Semua warga sekolah bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
Semua warga sekolah
bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan meliputi siswa, guru,
karyawan bahkan masyarakat
sekitar.
b Any Warga sekolah Semua warga sekolah bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
c Tgr Siswa, guru Siswa dan guru bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
d Sls Semua Semua warga sekolah bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
e Arl Siswa dan guru Siswa dan guru bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
f Fln Semuanya Semua warga sekolah bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
g Syf Warga sekolah Semua warga sekolah bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
h Ang Seluruh warga sekolah Semua warga sekolah bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
i Sln Siswa, guru, pak bon, pak satpam,
penjual di kantin
Semua warga sekolah bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
j Fia Semua siswa dan guru Siswa dan guru bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
279
k Af Semuanya Semua warga sekolah bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
l Kls Semua Semua warga sekolah bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungan.
3. Apakah yang kamu lakukan ketika melihat sarana dan prasarana sekolah rusak?
a Nbl Kalo sapu yang rusak bilang sama bu
guru biar diganti
Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
Siswa melaporkan kerusakan
sarana dan prasarana kepada guru
agar diperbaiki atau diganti. b Any Bilang ke bu guru Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
c Tgr Memperbaiki kalo bisa Siswa mencoba memperbaiki kerusakan sarana dan
prasarana yang ditemuinya.
d Sls Bilang bu guru atau pak guru Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
e Arl Bilang sama guru Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
f Fln Bilang bu guru Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
g Syf Lapor ke bu guru biar nanti diperbaiki
atau diganti
Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
h Ang Bilang ke bu guru Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
i Sln Laporin ke ibu atau bapak guru Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
j Fia Bilang guru aja Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
k Af Lapor bu guru Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
l Kls Bilang sama bapak atau ibu guru Siswa melaporkan kerusakan sarana dan prasarana
kepada guru.
4. Mengapa kamu perlu memelihara sarana dan prasarana sekolah?
280
a Nbl Agar sarana dan prasarana sekolahnya
terawat dan dapat dipakai terus.
Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar
terawat dan dapat dipakai dalam jangka waktu lama.
Sarana dan prasarana sekolah
perlu dipelihara agar terawat dan
dapat dipakai dalam jangka waktu
lama. b Any Biar bisa dipakai terus Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar dapat
dipakai dalam jangka waktu lama.
c Tgr Biar awet Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar dapat
dipakai dalam jangka waktu lama.
d Sls Biar nggak cepet rusak Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar dapat
dipakai dalam jangka waktu lama.
e Arl Agar dapat dipakai terus Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar dapat
dipakai dalam jangka waktu lama.
f Fln Biar nggak rusak Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar dapat
dipakai dalam jangka waktu lama.
g Syf Agar terawat Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar
terawat.
h Ang Biar awet Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar dapat
dipakai dalam jangka waktu lama.
i Sln Agar tidak rusak Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar dapat
dipakai dalam jangka waktu lama.
j Fia Agar dapat digunakan lagi Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar dapat
dipakai dalam jangka waktu lama.
k Af Awet Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar dapat
dipakai dalam jangka waktu lama.
l Kls Terawat Sarana dan prasarana sekolah perlu dipelihara agar
terawat.
5. Apakah kegiatan yang kamu lakukan untuk menghemat listrik, air, dan ATK?
a Nbl Mematikan lampu yang tidak di pakai,
mematikan kipas angin, mematikan kran
air setelah dipakai, tidak mainan kertas
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
Siswa mengetahui apa yang harus
dilakukan untuk menghemat
listrik, air dan ATK seperti
mematikan lampu dan alat
elektronik lain bila tidak dipakai b Any Tidak menghidupkan lampu di siang
hari, mematikan kran air, menggunakan
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
281
air seperlunya dan mematikan kran air setelah
memakainya. c Tgr Mematikan lampu, kipas angin, TV,
matikan kran air tidak terpakai.
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
d Sls Menggunakan listrik dan air seperlunya. Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
e Arl Matiin lampu pas siang hari. Mematikan
kran air setelah di pakai.
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
f Fln Mematikan lampu, kipas angin di siang
hari. Menggunakan air secukupnya.
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
g Syf Kalo lampunya nggak dipakai
dimatikan. Kalo habis memakai kran
airnya dimatikan.
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
h Ang Mematikan alat-alat listrik yang tidak
dipakai. Mematikan kran air.
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
i Sln Mematikan lampu dan kipas angin yang
tidak dipakai dan menggunakan air
sedikit-sedikit.
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
j Fia Kalo siang lampunya dimatiin.
Menyalakan kran airnya kecil aja jangan
besar-besar.
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
k Af Mematikan lampu. Mematikan kran air
setelah memakainya.
Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
l Kls Matiin lampu. Matiin kran air. Siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
menghemat listrik, air dan ATK.
D. Pelaksanaan Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
1. Apakah kamu lebih suka membeli makan di kantin sekolah/ luar sekolah? Mengapa?
a Nbl di kantin soalnya lebih bersih. Siswa lebih suka membeli makan di kantin karena lebih
bersih.
Sebagian besar siswa lebih suka
makan di kantin sekolah karena
sudah memahami bahwa makanan
kantin sekolah lebih bersih dan b Any Makan di kantin lebih bersih. Tapi bawa
dari rumah juga kadang-kadang.
Siswa lebih suka membeli makan di kantin karena lebih
bersih.
282
c Tgr Dua-duanya. Soale dua-duane enak.
Tapi nek di luar pas pulang. Pas
istirahat kan nggak boleh jajan di luar.
Siswa suka membeli makan baik di kantin sekolah dan
luar sekolah karena menurutnya makanan dua tempat
tersebut sama-sama enak. Siswa membeli makanan di
luar sekolah ketika pulang karena ketika istirahat siswa
dilarang untuk membeli makanan di luar sekolah.
lebih sehat daripada makanan
yang dijual oleh pedagang kaki
lima di luar sekolah. Masih ada
siswa yang membeli makanan
pada pedagang keliling di luar
sekolah ketika pulang sekolah,
padahal ketika istirahat siswa
sudah dilarang membeli makan di
luar.
d Sls Di kantin. Soalnya makanannya enak
dan bergizi.
Siswa lebih suka membeli makan di kantin karena
makanan yang dijual enak dan bergizi.
e Arl Dua-duanya. Yo suka aja. Siswa suka membeli makan baik di kantin sekolah dan
luar sekolah.
f Fln Makan di kantin lebih sehat tapi sok
rame banget. Jadi, kadang makan di luar
juga kalau pulang sekolah. kan kalo
istirahat nggak boleh.
Siswa suka membeli makan baik di kantin sekolah dan
luar sekolah karena kadang kantin sekolah ramai sekali.
g Syf Di kantin. Bersih dan enak. Siswa lebih suka membeli makan di kantin karena lebih
bersih dan makanannya enak.
h Ang Kantin. lebih sehat. Siswa lebih suka membeli makan di kantin karena lebih
sehat.
i Sln Kantin. Siswa lebih suka membeli makan di kantin.
j Fia Di dalam dan luar. Kalo di dalam tuh
males balikin tempat makannya.
Siswa suka membeli makan baik di kantin sekolah dan
luar sekolah karena malas untuk mengembalikan tempat
makan yang dipakai oleh kantin sekolah.
k Af Kantin. enak dan bersih. Siswa lebih suka membeli makan di kantin karena lebih
bersih dan makanannya enak.
l Kls Kantin soalnya makanannya enak. Siswa lebih suka membeli makan di kantin karena
makanan yang dijual enak.
E. Evaluasi Kelengkapan Sarana dan Prasarana
1. Menurutmu, bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan sekolah? Apakah sudah memadai dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup?
a Nbl Sudah cukup. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
cukup memadai.
Sarana dan prasarana yang
disediakan sekolah sudah cukup
283
b Any Udah cukup. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
cukup memadai.
memadai.
c Tgr Udah. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
memadai.
d Sls Sudah. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
memadai.
e Arl Sudah. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
memadai.
f Fln Sudah. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
memadai.
g Syf Sudah. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
memadai.
h Ang Sudah. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
memadai.
i Sln Sudah. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
memadai.
j Fia Nggak tahu Siswa tidak tahu apakah Sarana dan prasarana yang
disediakan sekolah sudah memadai atau belum.
k Af Sudah. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sudah
memadai.
l Kls Ndak tahu Siswa tidak tahu apakah Sarana dan prasarana yang
disediakan sekolah sudah memadai atau belum.
F. Evaluasi Kegiatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Menurutmu, mengapa perilaku hemat dalam penggunaan listrik, air, dan ATK diperlukan?
a Nbl Perlu, agar energi tidak cepat habis Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
Perilaku hemat energi diperlukan
agar energi tidak cepat habis.
b Any Karena agar energinya nggak cepat
habis
Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
c Tgr Biar nggak boros Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
284
d Sls Agar nggak cepat habis Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
e Arl Biar awet Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
f Fln Biar nggak habis Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
g Syf Biar nggak cepat abis Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
h Ang Agar energinya tidak habis sehingga
tidak merusak lingkungan
Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis sehinga tidak merusak lingkungan.
i Sln Agar energi tidak cepat habis Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
j Fia Biar nggak boros Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
k Af Ya biar hemat Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
l Kls Biar nggak abis-abis Perilaku hemat energi diperlukan agar energi tidak cepat
habis.
G. Evaluasi Pelayanan Kantin Sehat dan Ramah Lingkungan
1. Menurutmu, bagaimana kualitas makanan dan minuman yang disediakan di kantin sekolah?
a Nbl Bersih, enak, sehat. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin bersih, enak, dan sehat.
Menurut siswa, makanan dan
minuman yang disediakan kantin
enak, bersih, sehat, bergizi, dan
murah. b Any Sehat, bergizi. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin sehat dan bergizi.
c Tgr Enak, murah. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin enak dan murah.
d Sls Sehat. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin sehat.
e Arl Bergizi. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin bergizi.
285
f Fln Sehat Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin sehat.
g Syf Enak, sehat. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin enak dan sehat.
h Ang Bersih, sehat, enak, bergizi. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin bersih, sehat, enak, bergizi.
i Sln Bersih dan enak. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin bersih dan enak.
j Fia Enak. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin enak.
k Af Enak, bersih. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin enak dan bersih.
l Kls Enak. Menurut siswa, makanan dan minuman yang disediakan
kantin enak.
2. Menurutmu, bagaimana pelayanan kantin sekolah?
a Nbl Ramah. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan. Pelayanan kantin sudah baik dan
memuaskan bagi siswa SD Negeri
Kotagede 3. b Any Memuaskan. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
c Tgr Penjualnya ramah dan baik. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
d Sls Baik penjualnya. Makanannya enak. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
e Arl Penjualnya lucu dan baik. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
f Fln Suka. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
g Syf Ramah. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
h Ang Memuaskan. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
i Sln Bagus. Penjualnya ramah dan baik. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
j Fia Udah baik. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
k Af Bagus. Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
l Kls Bagus sih. Penjualnya baik tapi sering
ngeledekin aku.
Pelayanan kantin sudah baik dan memuaskan.
H. Faktor Pendukung
1. Apakah yang menjadi alasan pelayanan kantin di sekolahmu sehat dan ramah lingkungan?
286
a Nbl Kan penjualnya udah nggak make
plastik buat pembungkus makanannya.
Jadinya kan kantinnya ramah
lingkungan.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena sudah tidak menggunakan
plastik sebagai pembungkus makanan dan minumannya.
Faktor pendukung kantin di SD
Negeri Kotagede 3 sebagai sehat
dan ramah lingkungan adalah:
a) makanan dan minuman yang
dijual adalah makanan dan
minuman sehat, dan
b) tidak menggunakan plastik
sebagai pembungkus
makanan dan minumannya.
b Any Sudah tidak menggunakan plastik
sebagai pembungkus makanannya.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena sudah tidak menggunakan
plastik sebagai pembungkus makanan dan minumannya.
c Tgr Penjualnya baik dan makanannya enak. Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena penjual yang baik dan
makanan yang enak..
d Sls Sudah tidak menggunakan plastik. Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena sudah tidak menggunakan
plastik sebagai pembungkus makanan dan minumannya.
e Arl Udah nggak make plastik tapi tempat
makanan dan gelas buat tempat makanan
dan minumannya.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena sudah tidak menggunakan
plastik sebagai pembungkus makanan dan minumannya.
f Fln Soalnya makanan yang dijual itu
makanan sehat.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena makanan dan minuman yang
dijual adalah makanan dan minuman sehat.
g Syf Sudah tidak menggunakan pembungkus
plastik.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena sudah tidak menggunakan
plastik sebagai pembungkus makanan dan minumannya.
h Ang Makanannya sehat, penjualnya baik dan
sudah tidak menggunakan plastik lagi.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena makanan dan minuman yang
dijual adalah makanan dan minuman sehat serta sudah
tidak menggunakan plastik sebagai pembungkus
makanan dan minumannya.
i Sln Sudah tidak ada plastik. Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena sudah tidak menggunakan
plastik sebagai pembungkus makanan dan minumannya.
287
j Fia Nggak make plastik lagi. Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena sudah tidak menggunakan
plastik sebagai pembungkus makanan dan minumannya.
k Af Karena sehat dan nggak ada plastik. Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena sudah tidak menggunakan
plastik sebagai pembungkus makanan dan minumannya.
l Kls Makanan dan minumannya sehat terus
tempatnya bukan plastik lagi.
Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan sehat dan
ramah lingkungan karena makanan dan minuman yang
dijual adalah makanan dan minuman sehat serta sudah
tidak menggunakan plastik sebagai pembungkus
makanan dan minumannya.
I. Faktor Penghambat
2. Menurutmu, apakah kekurangan dari pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan di SD Negeri Kotagede 3?
a Nbl Terlalu sempit. Kantin SD Negeri Kotagede 3 terlalu sempit. Kekurangan kantin SD Negeri
Kotagede 3 adalah:
a) terlalu sesak karena lahan yang
sempit sedangkan jumlah anak
banyak,
b) budaya antri kurang, dan
c) sikap malas anak-anak untuk
mengembalikan wadah bekas
makan dan minumnya.
b Any Kurang luas jadi sumpek. Kantin SD Negeri Kotagede 3 kurang luas sehingga
sesak. c Tgr Desel-deselan nek beli Kantin SD Negeri Kotagede 3 sesak dan budaya
antri kurang. d Sls Nggak bisa diatur kalo beli. Budaya antri masih kurang. e Arl Terlalu banyak anak. Banyak anak yang membeli makanan di kantin
yang sempit. f Fln Males balikin tempat makanan dan
minumannya. Siswa terkadang malas untuk mengembalikan
tempat makanan dan minuman. g Syf Sempit. Kantin SD Negeri Kotagede 3 terlalu sempit. h Ang Sering nggak kebagian tempat buat
duduk, jadi nek makan cari tempat lain
tapi harus balik lagi balikin wadahnya.
Kan ribet.
Kantin SD Negeri Kotagede 3 terlalu sempit
sehingga siswa mencari tempat lain untuk makan
dan menjadi malas untuk mengembalikan tempat
makanan dan minuman karena jauh. i Sln Terlalu sumpek. Kantin SD Negeri Kotagede 3 terlalu sesak.
288
j Fia Males bolak-balik. Siswa terkadang malas untuk mengembalikan
tempat makanan dan minuman. k Af Penuh banget Banyak anak yang membeli makanan di kantin
yang sempit sehingga kantin menjadi sangat penuh. l Kls Sempit Kantin SD Negeri Kotagede 3 terlalu sempit.
289
Lampiran 12. Kondensasi Data Hasil Observasi
Kondensasi Data Hasil Observasi
Implementasi Program Adiwiyata SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017
Variabel Sub
Variabel
Indikator Deskripsi Hasil Observasi Kesimpulan
Kebijakan
Sekolah
Berwawasan
Lingkungan
Pelaksanaan
Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah
10 Maret 2017 terdapat papan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 di lobby.
11 Maret 2017 terdapat papan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 di ruang kepala sekolah.
13 Maret 2017 terdapat papan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 di ruang guru.
Terdapat beberapa siswa yang menyanyikan
lagu atau yel-yel berkaitan dengan visi dan
misi SD Negeri Kotagede 3 di perpustakaan.
16 Maret 2017 terdapat papan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 di ruang perpustakaan.
Terdapat papan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 di ruang BK
20 Maret 2017 terdapat papan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 di ruang kelas 6A, 6B, 2A dan 2B
21 Maret 2017 terdapat papan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 di ruang kelas 5A, 5B, 4A, dan 4B.
29 Maret 2017 terdapat beberapa siswa di perpustakaan yang
menyanyikan lagu atau yel-yel berkaitan
dengan visi dan misi SD Negeri Kotagede 3 di
perpustakaan.
31 Maret 2017 terdapat papan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 di ruang kelas 1A dan 1B.
1 April 2017 terdapat papan visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Kotagede 3 di ruang kelas 3A dan 3B.
Visi, misi, dan tujuan SD
Negeri Kotagede 3
dilaksanakan dengan
menggunakan media
sosialisasi berupa papan
yang berisi visi, misi, dan
tujuan sekolah.
Papan tersebut dipasang di
berbagai tempat seperti
lobby sekolah, ruang kepala
sekolah, ruang guru, ruang
perpustakaan, ruang BK dan
setiap ruang kelas.
Visi, misi, dan tujuan
sekolah dikenalkan melalui
sebuah lagu atau yel-yel.
290
Peraturan/ Tata
tertib sekolah
11 Maret 2017 terdapat perintah untuk membuang sampah
pada tempatnya yang tertulis melalui poster
di dinding sebelah utara sekolah pintu
masuk.
Terdapat siswa yang terlambat masuk
sekolah. Datang ke sekolah ketika tadarus
sudah dimulai.
Terdapat siswa yang membuang sampah
kertas di koridor sekolah.
15 Maret 2017 terdapat peringatan atau larangan untuk
memetik daun/ bunga di dekat wastafel dan
taman sekolah.
18 Maret 2017 terdapat perintah untuk hemat air di tempat
wudhu mushola sekolah.
20 Maret 2017 terdapat papan tata tertib/ peraturan sekolah di
ruang kelas 2 A, 2B, 6A dan 6B.
21 Maret 2017 terdapat papan tata tertib/ peraturan sekolah di
ruang kelas 5A, 5B, 4A, dan 4B.
23 Maret 2017 terdapat papan tata tertib/ peraturan sekolah di
ruang kepala sekolah.
24 Maret 2017 terdapat papan tata tertib/ peraturan sekolah di
ruang guru.
27 Maret 2017 terdapat siswa yang tidak membuang sampah
sesuai dengan jenisnya, memasukkan
sampah kertas ke tempat sampah berwarna
hijau yang seharusnya untuk sampah
organik, sisa makanan, kulit buah, dan
dedaunan.
31 Maret 2017 terdapat papan tata tertib/ peraturan sekolah di
ruang kelas 1A dan 1B.
Terapat papan tata tertib/ peraturan sekolah
Peraturan atau tata tertib di
SD Negeri Kotagede dibuat
tertulis dan di pasang di
beberapa tempat seperti
ruang kepala sekolah,
perpustakaan, ruang guru,
setiap ruang kelas, taman
sekolah, dekat wastafel dan
tempat wudhu mushola
sekolah.
Masih terdapat siswa yang
tidak menaati peraturan/ tata
tertib sekolah.
Guru mengingatkan dan
menasehati siswa yang
melanggar peraturan.
291
di ruang kelas 3A dan 3B.
1 April 2017 salah satu guru mengingatkan siswa yang berada
di perpustakaan untuk makan di luar
perpustakaan dan mengembalikan tempat
makannya.
6 April 2017 salah satu guru mengingatkan siswa untuk segera
menghabiskan makan karena waktu istirahat
sudah habis.
RKAS 11 Maret 2017 terdapat papan yang mengambarkan alokasi
penggunaan dana BOS
RKAS dilaksanakan secara
transparan.
Evaluasi RKAS 22 Maret 2017 terdapat laporan penggunaan dana BOS yang
dipasang di papan informasi di depan ruang
kepala sekolah.
Laporan RKAS dilakukan
secara transparan
Peraturan/ Tata
tertib sekolah
16 Maret 2017 terdapat ruang BK yang di gunakan untuk
membimbing siswa yang melanggar
peraturan
Evaluasi dilakukan oleh guru
dan kepala sekolah melalui
pengamatan sikap dan
kemudian mengadakan
bimbingan.
Kurikulum
Sekolah
Berbasis
Lingkungan
Pelaksanaan
Pembelajaran 10 Maret 2017 poster hasil karya siswa dalam pembelajaran di
pajang di lobby sekolah.
11 Maret 2017 pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga
kelas 1A dan 1B digabung menjadi satu
dengan dua guru di lapangan olahraga milik
SD Negeri Kotagede 3. Ketika
pembelajaran olahraga siswa diminta untuk
membawa bekal minuman menggunakan
botol-botol minum yang dapat dipakai
ulang.
13 Maret 2017 Siswa kelas 2 melakukan kegiatan belajar
mandiri di perpustakaan dengan membaca
SD Negeri Kotagede 3 sudah
melaksanakan pembelajaran
terintegrasi dengan
lingkungan sekitar melalui
berbagai kegiatan dalam
pembelajarannya yang
melibatkan lingkungan
sekitar siswa sebagai sumber
belajar.
Kegiatan dan metode
pembelajaran yang dilakukan
oleh guru-guru sudah
292
buku-buku dan memperhatikan isi buku
tersebut.
Terdapat mading hasil pembelajaran siswa-
siswi yang terpajang di dinding depan kelas
6B disebelah timur lapangan upacara.
14 Maret 2017 kegiatan pembelajaran siswa kelas 5B mata
pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan di
perpustakaan untuk membaca buku dengan
tema sumber daya alam dan pemanfatannya
kemudian menuliskan informasi yang di
dapatkannya.
18 Maret 2017 siswa kelas 6 melakukan kegiatan membatik
dengan teknik jumput menggunakan bahan
pewarna alami dari lingkungan sekitarnya.
Terdapat etalase yang berisi hasil karya
siswa yang dipajang di depan ruang guru
serta beberapa hiasan bunga dari plastik dan
sedotan yang ada di ruang koperasi siswa.
25 Maret 2017 siswa kelas 3B mendapatkan tugas Bahasa
Indonesia untuk membaca buku cerita di
perpustakaan dan membedakan legenda,
cerita rakyat, fabel dan dongeng.
30 Maret 2017 siswa kelas 3A belajar matematika di luar kelas.
Mengamati benda-benda di lingkungan
sekitar sekolah kemudian diukur panjang
sisi-sisinya menggunakan mistar dan
menghitung luas dari benda tersebut.
5 April 2017 Tempat duduk di kelas 3A disusun menjadi
kelompok-kelompok kecil untuk
memudahkan kegiatan diskusi pelajaran
Pkn
bervariasi dan tidak
monoton. Pembelajaran
sudah melibatkan keaktifan
siswa.
Hasil Pembelajaran yang
berupa produk dipamerkan di
etalase depan ruang guru
atau digunakan sebagai
hiasan.
293
6 April 2017 terdapat hasil karya siswa yang tertata rapi di
belakang kelas 3A berupa miniatur
aquarium dari kardus bekas dan batu-
batuan. Di kelas 3B terdapat celengn tanah
liat yang telah dihias oleh siswa.
Evaluasi Pembelajaran 19 Maret 2017 hasil kegiatan membatik siswa diperlihatkan
kepada beberapa guru dan kepala sekolah
untuk dipilih yang paling baik untuk
digunakan sebagai taplak salah satu meja di
ruang kepala sekolah.
Kepala sekolah dan guru lain
terlibat dalam penilaian produk
hasil pembelajaran siswa yang
akan dipamerkan.
Faktor
Pengaruh
Faktor
Pendukung
13 Maret 2017 Siswa kelas 2 melakukan kegiatan belajar
mandiri membaca buku di perpustakaan
tanpa pengawasan guru.
14 Maret 2017 siswa kelas 5B mau membaca buku dan
mengerjakan tugas tanpa pengawasan guru.
18 Maret 2017 siswa kelas 6 mengikuti pembelajaran
membatik menggunakan teknik jumput dan
pewarna alami dengan antusias dan aktif.
Lingkungan sekitar siswa mendukung
kegiatan membatik menggunakan pewarna
alami.
25 Maret 2017 siswa kelas 3B mau mencari dan membaca
buku cerita di perpustakaan. Bahkan
bertanya kepada petugas perpus mengenai
buku cerita rakyat dan legenda.
30 Maret 2017 siswa kelas 3 antusias dan mau secara aktif
mengerjakan tugas dari guru. Banyak
benda-benda di lingkungan sekitar sekolah
yang dapat dijadikan sumber belajar.
Faktor pendukung kurikulum
berbasis lingkungan antara
lain:
Kesadaran siswa untuk
berpartisipasi aktif
Keadaan lingkungan sekitar
Faktor
Penghambat
13 Maret 2017 Beberapa siswa laki-laki kelas 2 hanya
bertahan untuk membaca selama beberapa
Faktor penghambat
pelaksanaan kurikulum
294
menit tanpa pengawasan guru, selebihnya
siswa tersebut bersenda gurau dengan
temannya.
30 Maret 2017 beberapa siswa kelas 3 belum menyelesaikan
tugas ketika jam pelajaran selesai karena
sebelumnya hanya bermain-main.
berbasis lingkungan antara lain
kesadaran akan tanggungjawab
siswa yang kurang.
Kegiatan
Lingkungan
Berbasis
Partisipatif
Perencanaan Kegiatan
Perlindungan
dan Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
10 Maret 2017 kepala sekolah mengumumkan agar setiap kelas
membawa semua tempat sampah ke
lapangan upacara untuk dibersihkan.
15 Maret 2017 terdapat banner besar bertuliskan pendidikan
karakter, salah satunya adalah peduli
lingkungan.
Kepala sekolah dan guru
mensosialisasikan kepada
seluruh siswa tentang
kegiatan yang akan
dilaksanakan baik melalui
lisan.
Untuk meningkatkan
patisipasi siswa dalam
kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup, sekolah memasang
banner tentang karakter
yang harus dimiliki siswa
salah satunya adalah peduli
lingkungan sebagai
pengingat siswa.
Kemitraan 27 Maret 2017 terdapat mahasiswa dari INSTIPER Yogyakarta
yang akan mengadakan penyuluhan cara
pembuatan kompos organik, kemudian
berkoordinasi dengan kepala sekolah.
30 Maret 2017 terdapat mahasiswa INSTIPER Yogyakarta
yang melakukan koordinasi pelaksanaan
penyuluhan cara pembuatan kompos
organik pada hari itu.
Kemitraan atau kerjasama
didapatkan dari tawaran pihak
lain dan dipertimbangkan oleh
sekolah.
Pelaksanaan Kegiatan 10 Maret 2017 terdapat siswa yang melakukan piket menyapu Terdapat banyak kegiatan
295
Perlindungan
dan Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
ruang kelas saat pulang sekolah.
Banyak tanaman hias yang tertata di
sekeliling sekolah.
11 Maret 2017 tempat sampah yang dikumpulkan kemarin
dibersihkan dan dikembalikan ke setiap
kelas.
Masih ada sampah di beberapa sudut
sekolah.
Tanaman di kebun sekolah yang ada di
lapangan olahraga SD Negeri Kotagede 3
kurang tertata karena masih ada
pembangunan gedung.
Terdapat papan pengingat program semutlis
(sepuluh menit untuk lingkungan) di lobby
sekolah.
Terdapat poster-poster hemat energi dan
menjaga lingkungan di lobby sekolah.
13 Maret 2017 terdapat kandang burung dan aquarium di
dekat lobby sekolah.
Terdapat tempat sampah di setiap kelas.
Tempat sampah kuning untuk sampah
kertas, kardus, koran, box/ kotak; merah
untuk sampah plastik, kresek, gabus, dan
kemasan; hijau untuk sampah organik, sisa
makanan, kulit buah, dan dedaunan.
14 Maret 2017 Di sekitar mushola sekolah terdapat poster
bertuliskan kebersihan sebagian iman.
Terdapat siswa yang belum menerapkan
program rasater.
Terdapat sampah yang berserakan di
beberapa sudut sekolah.
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang
melibatkan partisipasi warga
sekolah terutama siswa SD
Negeri Kotagede 3.
Diantaranya adalah:
11) piket kelas, piket taman,
dan piket kebun;
12) semutlis (sepuluh menit
untuk lingkungan
sekolah);
13) pemasangan poster-poster
untuk menjaga
lingkungan, membuang
sampah pada tempatnya
dan menghemat energi
14) ekstrakurikuler pramuka,
15) adanya berbagai tanaman
dan hewan yang
dipelihara di lingkungan
untuk melatih kepedulian
siswa terhadap makhluk
hidup lain dengan terlibat
menjaga dan merawatnya
seperti menyirami
tanaman, mencabuti
gulma, memberi makan
hewan dan membersihkan
kandangnya,
16) rasater (radius satu
meter),
296
15 Maret 2017 terdapat sampah yang tertumpuk di sudut
sekolah di lantai 2
Terdapat siswa yang sedang piket ketika
pagi sepuluh menit sebelum melakukan
tadarus (semutlis) dan pulang sekolah
membuang sampah di kelas ke tempat
penampungan sampah sementara di
samping sekolah.
16 Maret 2017 siswa melakukan piket pagi hari sepuluh menit
sebelum masuk (semutlis) dan siang hari
saat pulang sekolah.
Terdapat pot-pot hidroponik tanaman hias
di penjuru sekolah. Pot-pot tersebut
merupakan hasil kreativitas siswa. Di dalam
pot dipelihara ikan kecil untuk mengurangi
jentik-jentik nyamuk.
17 Maret 2017 siswa membuang sampah di tempat sampah
yang ada di kelasnya ke tempat
penampungan sampah sementara.
Guru mengingatkan siswa untuk
melaksanakan piket.
Siswa kelas 1 melaksanakan piket ketika
pulang sekolah dengan menyapu dan
membersihkan papan tulis.
Terdapat hiasan timbul bertuliskan SD
Negeri Kotagede 3 dari kertas koran bekas
yang merupakan hasil kreativitas dan
inovasi dari siswa-siswi SD Negeri
Kotagede 3.
18 Maret 2017 terdapat ekstrakurikuler untuk kelas 4 dan 5.
Kelas 4 melakukan kegiatan untuk membuat
17) terdapat juga program
kegiatan inovatif dan
kreativitas seperti
menghias pot-pot
hidroponik, atau hiasan
cetak timbul;
18) hidroponik;
19) bank sampah; dan
20) pembibitan tanaman.
Kegiatan yang telah
direncanakan oleh sekolah
melibatkan warga sekolah
terutama siswa secara aktif,
meskipun pada kenyataannya
masih terdapat beberapa siswa
yang kurang peduli dengan
adanya kegiatan-kegiatan
tersebut dan masih harus
diingatkan dan dibimbing oleh
bapak dan ibu guru serta
kepala sekolah.
297
hiasan menggunakan barang-barang bekas
seperti kardus dan koran. Siswa terlibat
secara aktif. Sedangkan kelas 5
mendapatkan materi tentang sndi morse,
21 Maret 2017 siswa melakukan piket sepuluh menit sebelum
tadarus (semutlis)
Terdapat siswa yang menerapkan program
rasater yaitu membuang sampah yang ada di
sekitarnya.
25 Maret 2017 lingkungan parkir siswa bersih dan rimbun
dengan pepohonan dan juga tanaman hias di
sekelilingnya.
27 Maret 2017 terdapat siswa yang mematikan komputer
perpustakaan setelah menggunakannya.
29 Maret 2017 terdapat jadwal piket taman dan kebun kelas
yang terpasang di dinding dekat taman dan
kebun kelas.
Terdapat tempat pembibitan pohon cabai
menggunakan gelas kertas bekas di sebelah
mushola, tetapi beberapa pohon mati.
Di dekat rumah penjaga sekolah, terdapat
kandang burung dan kolam ikan.
Terdapat barang-barang yang akan
digunakan untuk kegiatan bank sampah.
30 Maret 2017 terdapat hewan ayam, kalkun dan kelinci yang
dipelihara di kandang hewan yang berada di
sebelah selatan area lapangan olahraga dan
kebun sekolah.
Terdapat tempat khusus untuk melakukan
bank sampah.
Terdapat tempat penampungan sampah
298
khusus sampah organik.
31 Maret 2017 terdapat siswa yang membersihkan kebun
kelasnya.
Terdapat siswa yang mematikan kran air di
wastafel depan kelas setelah di pakai.
3 April 2017 terdapat siswa yang memberi makan ikan di
kolam sekolah.
Guru mengganti ikan yang mati di dalam pot
hidroponik dengan ikan yang baru.
4 April 2017 beberapa siswa tidak mengambil sampah yang
berada dalam radius satu meter di sekelilingnya.
Beberapa siswa melakukan piket membersihkan
sekolah ketika pulang sekolah.
Kemitraan 18 Maret 2017 terdapat orang tua siswa yang ikut membantu
membersihkan dan memanen kebun kelas. `
23 Maret 2017 kepala sekolah mengambil sampel air yang akan
digunakan untuk uji kelayakan air di SD N
Kotagee 3.
30 Maret 2017 Terdapat pelatihan pembuatan sampah organik
menggunakan komposter dari INSTIPER
YOGYAKARTA. Siswa terlibat secara
aktif dalam pelatihan tersebut.
3 April 2017 terdapat pemeriksaan jentik-jentik nyamuk di
sekolah, terutama pada pot-pot hidroponik oleh
pihak puskesmas.
6 April 2017 terdapat kerjasama dengan “Fotocopy Rahayu.”
Kemitraan sekolah dilakukan
dengan orang tua siswa dan
pihak lain seperti lembaga
pendidikan, puskesmas, dan
“Fotocopy Rahayu” .
Kemitraan di dapatkan setelah
melalui diskusi dan dengan
pertimbangan kebermanfaatan
untuk sekolah.
299
Evaluasi Kegiatan
Perlindungan
dan Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
11 Maret 2017 kepala sekolah melakukan pengecekan terhadap
tempat-tempat sampah yang dikumpulkan di
lapangan upacara apakah sudah dibersihkan
atau belum.
18 Maret 2017 saat selesai melakukan kegiatan ekstrakuriler
pramuka mengenai pemanfaatan barang
bekas, pembina pramuka mengajukan
pertanyaan tentang pemanfaatan barang
bekas kepada siswa.
30 Maret 2017 ketika terdapat penyuluhan tentang pembuatan
kompos oleh INSTIPER Yogyakarta, siswa
mendapatkan pertanyaan seputar pembuatan
kompos setelah sebelumnya mendapatkan
penjelasan.
Evaluasi kegiatan
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dilakukan
baik melalui pengamatan
maupun tes lisan.
Faktor
Pengaruh
Faktor
Pendukung
10 Maret 2017 siswa melakukan piket tanpa disuruh oleh guru
16 Maret2017 siswa melakukan piket tanpa disuruh oleh guru
17 Maret 2017 guru mau mengingatkan siswa yang belum
menaati peraturan dan kesepakatan yang
dibuat dalam hal piket
Masyarakat sekitar sudah tidak membuang
sampah ke saluran irigasi di sebelah barat
sekolah sehingga lingkungan bersih.
Lingkungan persawahan di depan sekolah
juga bersih.
18 Maret 2017 siswa tanpa disuruh sudah berkumpul di
lapangan olahraga untuk mengikuti
ekstrakurikuler pramuka
21 Maret 2017 terdapat siswa yang dengan kesadaan
melakukan rasater
31 Maret 2017 siswa dengan aktif mengikuti dan mencoba
secara langsung proses pembuatan kompos.
Faktor pendukung
kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif antara lain
kesadaran akan partisipasi
aktif dari siswa, guru,
karyawan maupun masyarakat
sekitar.
300
Guru mendampingi dan terlibat dengan siswa
dalam penyuluhan proses pembuatan
kompos.
Faktor
Penghambat
17 Maret 2017 terdapat siswa yang tidak melakukan piket
30 Maret 2017 terdapat beberapa siswa yang tidak
memperhatikan ketika dilaksanakan
penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos
dan memilih untuk berbincang dengan
temannya sambil duduk-duduk di dekat
kebun sekolah.
4 April 2017 beberapa siswa tidak mengambil sampah yang
berada dalam radius satu meter di sekitarnya.
Faktor penghambat kegiatan
sekolah berbasis partisipatif
berasal dari siswa yang kurang
dapat berpartisipasi secara
aktif dalam kegiatan yang
diadakan sekolah.
Pengelolaan
Sarana
Pendukung
Ramah
Lingkungan
Perencanaan Pengelolaan dan
pemeliharaan
10 Maret 2017 kepala sekolah mengumumkan agar setiap kelas
membawa semua tempat sampah ke
lapangan upacara untuk dibersihkan.
Rencana pengelolaan dan
pemeliharaan sarana ramah
lingkungan di sosialisasikan
kepada warga sekolah secara
lisan
Pelaksanaan Ketersediaan
sarana dan
prasarana
10 Maret 2017 terdapat tempat sampah di beberapa sudut
sekolah.
Terdapat wastafel di depan kelas 6, kelas 1,
dan ruang guru
13 Maret 2017 Terdapat tempat sampah di setiap kelas. Tempat
sampah kuning untuk sampah kertas, kardus,
koran, box/ kotak; merah untuk sampah
plastik, kresek, gabus, dan kemasan; hijau
untuk sampah organik, sisa makanan, kulit
buah, dan dedaunan.
14 Maret 2017 terdapat buku-buku koleksi di perpustakaan
tentang sumber daya alam dan
pemanfaatannya.
Terdapat wastafel di sudut utara dan selatan
Sarana pendukung ramah
lingkungan yang disediakan
sekolah antara lain:
9) tempat sampah
berdasarkan jenis
sampahnya,
10) alat kebersihan seperti
sapu, kemoceng,
penghapus papan tulis,
11) mesin pencacah daun,
12) komposter,
13) tempat pembuangan
sampah sementara,
14) daerah serapan air/
301
kantin.
15 Maret 2017 terdapat daerah resapan air/ biopori
16 Maret 2017 buku perpustakaan banyak tentang lingkungan
hidup.
25 Maret 2017 Berbagai alat kebersihan seperti sapu dapat
ditemukan di berbagai sudut sekolah.
30 Maret 2017 terdapat mesin pencacah daun dan komposter
yang digunakan untuk pembuatan pupuk
kompos.
31 Maret 2017 terdapat lahan untuk melakukan bank sampah.
4 April 2017 dinding di lapangan olahraga dan kebun dihiasi
oleh lukisan siswa-siswi SD Negeri
Kotagede 3.
biopori,
15) wastafel, dan
16) buku-buku pendukung
pendidikan lingkungan
hidup.
Pengelolaan dan
pemeliharaan
11 Maret 2017 tempat sampah yang dikumpulkan kemarin
dibersihkan dan dikembalikan ke setiap kelas.
13 Maret 2017 terdapat siswa yang tidak mengembalikan
buku-buku di perpus dengan baik
14 Maret 2017 siswa mengembalikan buku-buku di perpus
dengan baik
15 Maret 2017 siswa mengembalikan alat kebersihan yang
digunakan untuk melaksanakan piket
16 Maret 2017 siswa mengembalikan alat kebersihan yang
digunakan untuk melaksanakan piket
21 Maret 2017 alat kebersihan yang digunakan saat piket tidak
dikembalikan dengan benar
25 Maret 2017 sebagian siswa tidak mengembalikan buku
yang dipakai dengan benar
30 Maret 2017 siswa yang ikut membersihkan mesin pencacah
daun
Terdapat siswa yang mematikan kran air di
wastafel depan kelas setelah di pakai.
Kegiatan pengelolaan dan
pemeliharaan sarana
pendukung ramah lingkungan
yang dilakukan oleh warga SD
Negeri Kotagede 3 antara lain
adalah:
7) membersihkan tempat
sampah,
8) mengembalikan alat
kebersihan yang dipakai
ketempat semula dengan
baik dan benar,
9) mengembalikan buku
ketempat semula
10) membersihkan alat-alat
seperti mesin pencacah
daun.
11) menggunakan air dengan
302
4 April 2017 dinding di lapangan olahraga dan kebun dihiasi
oleh lukisan siswa-siswi SD Negeri
Kotagede 3.
5 April 2017 siswa mengembalikan buku-buku di perpus
dengan baik
seperlunya,
12) menggunakan dinding
lapangan olahraga sebagai
tempat mural/ lukisan
siswa untuk mengurangi
tindak vandalisme yang
merusak.
Pelayanan
Kantin
11 Maret 2017 terdapat warung anak sehat yang terletak
diantara mushola, perpustakaan dan rumah
penjaga.
Kantin sekolah buka ketika jam istirahat
Terdapat tiga pedagang tetapi hanya buka dua
warung saja.
14 Maret 2017 kantin sekolah buka mulai jam istirahat pertama
Makanan dibungkus menggunakan boks kecil
atau menggunakan piring dan mangkuk.
Minuman dijual menggunakan gelas.
Siswa mengembalikan tempat makan dan
gelas ke tempat yang telah disediakan.
Penjual kantin mencuci tempat makan dan
minum yang digunakan siswa.
15 Maret 2017 tidak terdapat sampah plastik di kantin sekolah
Terdapat wastafel tempat siswa mencuci
tangan sebelum makan serta tempat untuk
penjual makanan mencuci bekas makan dan
minum siswa.
16 Maret 2017 terdapat penjual di luar sekolah dan masih
terdapat siswa yang membeli makanan dan
minuman di luar sekolah
17 Maret 2017 terdapat siswa yang membeli makanan dan
minuman di luar sekolah.
Kantin di SD Negeri
Kotagede 3 merupakan
kantin sehat yang bebas
sampah plastik.
Dengan demikian, semua
makanan dan minuman
yang dijual dibungkus
menggunakan wadah yang
dapat di pakai ulang
seperti box makanan kecil,
piring, mangkuk dan
gelas.
Siswa mengembalikan
bekas wadah makan dan
minumnya ketempat yang
telah disediakan.
Pedagang kantin akan
mencuci bekas wadah
makan dan minum siswa.
Kantin sekolah dikelola
oleh tiga orang penjual
dengan pengawasan dari
guru dan kepala sekolah.
303
20 Maret 2017 makanan di kantin ditata pada pukul 08.30.
terdapat tiga warung yang sudah buka.
25 Maret 2017 terdapat guru yang membeli makanan di kantin
menggunakan mangkuk
29 Maret 2017 terdapat berbagai poster tentang makanan sehat
dan bahaya makan dan minum sembarang di
kantin.
30 Maret 2017 salah sau pedagang di kantin diminta untuk
menyediakan air minum untuk peserta
pelatihan pembuatan pupuk kompos.
31 Maret 2017 kantin mulai ditata pukul 08.30 dan hanya
melayani ketika jam istirahat.
Kantin sekolah hanya
melayani pembelian ketika
jam istirahat.
Evaluasi Pengelolaan dan
pemeliharaan
11 Maret 2017 kepala sekolah melakukan pengecekan terhadap
tempat-tempat sampah yang dikumpulkan di
lapangan upacara apakah sudah dibersihkan
atau belum.
30 Maret 2017 guru dan kepala sekolah memeriksa kondisi
mesin pencacah daun dan komposter
Kepala sekolah dan guru
melakukan pengecekan secara
langsung terhadap kegiatan
pengelolaan dan pemeliharaan
sarana pendukung ramah
lingkungan.
Pelayanan
Kantin
25 Maret 2017 terdapat guru yang mengecek keadaan kantin
sekolah.
30 Maret 2017 kepala sekolah mengunjungi kantin sekolah
untuk melihat keadaan dan meminta salah
satu penjual untuk menyediakan minuman
bagi peserta pelatihan pembuatan kompos.
Kepala sekolah dan guru
melakukan pengecekan secara
langsung terhadap keadaan
kantin sekolah.
Faktor
Pengaruh
Faktor
Pendukung
14 Maret 2017 penjual kantin yang mau mengurangi
penggunaan sampah plastik untuk
mewujudkan kantin sehat bebeas sampah
plastik.
Faktor pendukung pengelolaan
sarana pendukung ramah
lingkungan antara lain adalah
ksadaran dari siswa untuk
304
Siswa mengembalikan buku-buku di perpus
dengan baik
15 Maret 2017 siswa mengembalikan alat kebersihan yang
digunakan untuk melaksanakan piket
16 Maret 2017 siswa mengembalikan alat kebersihan yang
digunakan untuk melaksanakan piket
30 Maret 2017 siswa mau membersihkan dan menggunakan
mesin pencacah daun secara baik.
5 April 2017 siswa mengembalikan buku-buku di perpus
dengan baik
menjaga sarana yang dimiliki
sekolah tanpa harus disuruh
atau diminta oleh guru serta
partisipasi dan kesadaran dari
pihak lain seperti pedagang di
kantin sekolah.
Faktor
Penghambat
13 Maret 2017 terdapat siswa yang tidak mengembalikan
buku-buku di perpus dengan baik
14 Maret 2017 kantin sekolah sangat penuh ketika jam istirahat
sehingga ada siswa yang tidak mendapatkan
tempat duduk
16 Maret 2017 terdapat siswa yang masih membeli makan dan
minum di luar sekolah
Pedagang yang masih berjualan di sekolah
meskipun sudah dilarang.
17 Maret 2017 terdapat siswa yang masih membeli makan dan
minum di luar sekolah
Siswa berdesak-desakan untuk membeli
makan dan minum di kantin sekolah
21 Maret 2017 alat kebersihan yang digunakan saat piket tidak
dikembalikan dengan benar
25 Maret 2017 sebagian siswa lain tidak mengembalikan buku
dengan benar
4 April 2017 kantin sekolah sangat penuh ketika jam istirahat .
Faktor penghambat
pengelolaan saran pendukung
ramah lingkungan antara lain:
4) siswa yang kurang sadar
akan pentingnya menjaga
dan merawat fasilitas
sekolah,
5) pihak lain yang kurang
bisa mendukung program
sekolah, contohnya
pedagang makanan dan
minuman di luar sekolah,
dan
6) kondisi kantin yang
kurang luas sehingga
siswa harus berdesak-
desakan.
305
Lampiran 13. Dokumentasi
DOKUMENTASI IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA SD NEGERI KOTAGEDE 3
No Variabel Indikator Ketersediaan
(√)
Gambar/ Keterangan
1 Kebijakan
Sekolah
Berwawasan
Lingkungan
Visi, Misi,
dan Tujuan
Sekolah
√
Gambar 1a. Papan visi, misi, dan tujuan sekolah di lobby, kelas, dan ruang Bimbingan Konseling
Surat
Keputusan √
Gambar 1b. Sertifikat little vet
Gambar 1c. Piagam Sekolah Adiwiyata
RKAS √
Gambar 1d. Papan alokasi penggunaan dana BOS di lobby sekolah
306
Gambar 1e. Dokumen Evaluasi Diri
Sekolah (EDS)
Gambar 1f. Papan alokasi waktu kegiatan di lobby
sekolah
Gambar 1g. Dokumen RKAS jangka
panjang 2011- 2018 dan jangka pendek
2016-2017
Gambar 1h. Laporan penggunaan dana BOS di papan
pengumuman depan ruang kepala sekolah
Peraturan
Sekolah √
Gambar 1i. Papan peraturan di ruang
perpustakaan
Gambar 1j. Poster peraturan membuang sampah
307
Gambar 1k. Peraturan/ tata tertib kantin
Gambar 1l. Tata tertib siswa yang terpasang di kelas
2 Kurikulum
Sekolah
Berbasis
Lingkungan
Kurikulum √
Gambar 2a. Buku kurikulum SD Negeri Kotagede 3
Silabus √
Gambar 2b. Angket kemampuan guru
mengembangkan indikator dan instrumen
pembelajaran LH
Gambar 2c. Salah satu contoh silabus pendidikan
lingkungan hidup
308
Kegiatan √
Gambar 2d. Pembelajaran membatik
menggunakan zat pewarna alami
Gambar 2e. Pembelajaran menggambar anak kelas 1
dengan setting kelas bebas
Gambar 2f. Pembelajaran di luar kelas
Gambar 2g. Pembelajaran di lingkungan lapangan
olahraga dan kebun sekolah
Gambar 2h. Pembelajaran menggunakan
metode diskusi
Gambar 2i. Pembelajaran Olahraga di lapangan
olahraga
309
Gambar 2j. Panduan pengembangan
materi pendidikan lingkungan hidup
Media
Sosialisasi
Hasil Belajar
√
Gambar 2k. Daftar Media Sosialisasi
Hasil Inovasi Pembelajaran
Gambar 2l. Majalah dinding tempat memajang hasil
karya siswa dalam pembelajaran
3 Kegiatan
Lingkungan
Berbasis
Partisipatif
Daftar
Kegiatan
Siswa
√
Gambar 3a. Daftar kegiatan partisipatif
siswa
Gambar 3b. Jadwal Piket Siswa
310
Gambar 3c. Jadwal Piket Taman dan
Kebun Siswa
Gambar 3d. Kegiatan PHBS Siswa SD Negeri
Kotagede 3
Kemitraan √
Gambar 3e. Salah satu surat perjanjian
kerja sama SD Negeri Kotagede 3
Gambar 3f. Bukti Kemitraan SD Negeri Kotagede 3
dengan Stasiun TV RCTI
Foto
Kegiatan
Siswa
√
Gambar 3g. Siswa mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka
Gambar 3h. Siswa membersihkan kebun kelas
311
Gambar 3i. Siswa melakukan piket
membersihkan kelas
Gambar 3j. Kunjungan anggota little vet ke suaka
margasatwa Paliyan 2016
Gambar 3k. Siswa mengikuti kegiatan
penyuluhan dan pelatihan pembuatan
kompos oleh INSTIPER Yogyakarta
Gambar 3l. Etalase hasil karya dan kreasi siswa-siswi
SD Negeri Kotagede 3 menggunakan bahan bekas
4 Pengelolaan
Sarana
Pendukung
Ramah
Lingkungan
Jadwal Piket √
Gambar 4a. Jadwal piket manfish
Gambar 4b. Jadwal piket di kelas 5a tertempel di
kelas tetapi tidak terawat
312
Inventaris
Sekolah √
Gambar 4c. Daftar Inventaris Sarana dan
Prasarana untuk mengatasi permasalahan
lingkungan hidup
Gambar 4d. Daftar Inventaris Sarana dan Prasarana
Pendukung Pembelajaran Lingkungan Hidup di
Sekolah
Foto Sarana
dan
Prasarana
Sekolah
√
Gambar 4e. Tempat sampah sesuai
dengan jenisnya di depan kelas
Gambar 4f. Sapu berserakan di sudut salah satu kelas
Gambar 4g. Siswa menggunakan mesin
pencacah daun dan ikut membersihkannya
Gambar 4h. Pembibitan salah satu sarana pendukung
pembelajaran lingkungan hidup
313
Gambar 4i. Hidroponik
Gambar 4j. Tempat pembuangan sampah sementara
Kantin
Sekolah
Gambar 4k. Kantin sekolah yang penuh
ketika istirahat
Gambar 4l. Wadah bekas makan siswa dikembalikan
dan di cuci oleh penjaga kantin
Gambar 4m. Kantin sekolah sudah tidak
menggunakan plastik sebagai
pembungusnya.
Gambar 4n. Masih ada siswa masih membeli makan
dan minum di luar sekolah ketika pulang sekolah.
314
Gambar 4o. Surat pemberitahuan bantuan
peralatan untuk lomba kantin sehat
Gambar 4p. Kondisi Kantin SD Negeri Kotagede 3
315
Lampiran 14. Penyajian Data Triangulasi
Penyajian Data Triangulasi Teknik dan Sumber
N
o
Variabel Sub-Variabel Indikator dan
Triangulasi
Teknik
Triangulasi sumber Kesimpulan
Kepala Sekolah Guru Siswa
1
Kebijakan
sekolah
berwawasan
lingkungan
Perencanaan Visi, Misi, dan Tujuan
Wawancara Visi, misi, dan tujuan sudah
memuat aspek berwawasan
lingkungan.
Visi, Misi, dan Tujuan
memiliki aspek berwawasan
lingkungan.
- Valid karena
data dari
kepala sekolah
dan guru
dibuktikan
dengan adanya
dokumen
pendukung
perencanaan
visi, misi, dan
tujuan SD
Negeri
Kotagede 3.
Sudah ada sejak 2011
sebagai dukungan
PAIKEM dan semakin
dikembangkan melalui
program adiwiyata.
Sudah ada sejak lama
terlebih ketika menjuarai
lomba sekolah sehat pada
2014 dan seterusnya.
Ditentukan melalui rapat
pembahasan usulan/ ide
kepala sekolah, guru, dan
perwakilan komite.
Ditentukan oleh sekolah
dengan pengarahan dari
BLH..
Observasi -
Dokumentasi 1a, 1b, 1c
RKAS
Wawancara Disusun oleh sekolah
melalui rapat dan
disesuaikan dengan
anggaran dana BOS dan
BOSDA.
Disusun oleh Tim Penyusun.
Kegiatan yang direncanakan
bisa bertambah sesuai
kebutuhan.
- Valid karena
data dari
kepala sekolah
dan guru
diperkuat oleh
dokumentasi
pendukung. Kondisi lingkungan,
sumber dana, dan
Kondisi lingkungan dan
sumber dana menjadi
316
Partisipasi orang tua
menjadi pertimbangan.
penyusunan RKAS
pertimbangan dalam
penyusunan RKAS
Kajian atau pendekatan
lingkungan yang digunakan
fokus pada pengelolaan
sampah kemudian
keanekaragaman hayati dan
penghematan energi.
Kajian atau pendekatan
lingkungan yang digunakan
fokus pada pemilahan dan
pengelolaan sampah tetapi
juga mengedepankan hemat
energi, cinta satwa, dan
keanekaragaman hayati.
Diperlukan untuk mengatur
kegiatan dan anggaran yang
dimiliki agar dapat
dimanfaatkan dengan baik.
Dibutuhkan untuk menata
kegiatan dan anggaran.
Observasi
Dokumentasi 1d, 1f, 1g
Kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup di sekolah
Wawancara Disusun melalui rapat dan
disesuaikan dengan
program dan kegiatan yang
berlaku di sekolah.
Proses penyusunan kebijakan
dan peraturan hampir sama
dengan RKAS.
- Valid karena
data dari
kepala sekolah
dan guru
diperkuat
dengan
dokumentasi
pendukung.
Observasi -
Dokumentasi 1g
Pelaksanaan Visi, Misi, dan Tujuan
Wawancara Diinternalisasikan melalui
pembiasaan kegiatan
sehari-hari menggunakan
contoh dan teladan nyata
Diinternalisasikan melalui
sosialisasi setiap upacara dan
apel, lagu, pemasangan
papan visi, misi, dan tujuan
Sebagian siswa
sudah mengetahui
visi, misi, dan tujuan
SD Negeri Kotagede
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan teknik
317
dari guru kepada siswa-
siswa dan bukan hanya
menggunakan nasehat.
Selain itu terdapat lagu dan
pemasangan papan tentang
visi, misi, dan tujuan
sekolah di depan lobby.
sekolah serta
memasukkannya dalam
pembelajaran.
3, namun masih
terdapat siswa yang
belum hafal dan juga
belum mengetahui
visi, misi, dan tujuan
SD Negeri Kotagede
3.
Siswa mengetahui
SD Negeri Kotagede
3 merupakan sekolah
adiwiyata yang
berwawasan dan
peduli pada
lingkungan.
menunjukkan
bahwa
internalisasi
visi, misi, dan
tujuan sekolah
dilaksanakan
dengan baik.
Observasi Visi, misi, dan tujuan SD Negeri Kotagede 3 dilaksanakan dengan menggunakan
media sosialisasi berupa papan yang berisi visi, misi, dan tujuan sekolah.
Papan tersebut dipasang di berbagai tempat seperti lobby sekolah, ruang kepala
sekolah, ruang guru ruang perpustakaan, dan setiap ruang kelas.
Visi, misi, dan tujuan sekolah dikenalkan melalui sebuah lagu atau yel-yel.
Dokumentasi 1a,
RKAS
Wawancara RKAS dalam upaya
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup di sekolah adiwiyata
dilakukan secara
berkelanjutan dengan
melibatkan seluruh warga
sekolah baik guru dan
karyawan maupun siswa-
RKAS digunakan sebagai
acuan atau pedoman
pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan-kegiatan tersebut
melibatkan seluruh warga
sekolah. Contoh kegiatan
yang dilakukan ada Rasater
(Radius Satu Meter),
Semutlis (Sepuluh Menit
Valid karena
data dari dua
sumber dan
tiga teknik
menunjukkan
bahwa RKAS
dilaksanakan
secara
transparan
318
siswi SD Negeri Kotagede
3. Kegiatan yang dilakukan
seperti Rasater (Radius
Satu Meter), perawatan
tanaman di taman dan
kebun.
Untuk Lingkungan Sekolah),
dan Jumat Bersih.
oelh seluruh
warga sekolah.
Warga sekolah memiliki
peran yang sangat penting.
Guru memiliki tugas untuk
mengarahkan dan
membimbing siswa dalam
pelaksanaan kegiatan
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup. Guru dan kepala
sekolah tidak hanya
memberikan nasehat atau
perintah kepada siswa
tetapi juga dengan
memberikan contoh
tindakan secara nyata
seperti pengumpulan
sampah-sampah bekas yang
dapat digunakan dalam
bank sampah dan juga
dalam ecobrick.
Semua warga sekolah
memiliki peran aktif dalam
pelaksanaan RKAS sebagai
salah satu bentuk pendidikan
karaker peduli lingkungan.
Observasi RKAS dilaksanakan secara transparan.
Dokumentasi 1d, 1f,
Kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah
Wawancara Sekolah
memberikan
Kebijakan dan peraturan
disosialisasikan tidak
Siswa mengetahui dan terlibat secara
aktif dalam upaya perlindungan dan
Valid karena
data dari
319
penyuluhan baik
pada siswa
maupun orang
tua dan juga
memasang
papan tata-tertib
sekolah.
hanya kepada siswa
tetapi juga orang tua.
Agar siswa mengingat
tata tertib sekolah
memasang papan-papan
tata tertib dan juga guru
memberi contoh serta
mengingatkan siswa.
pengelolaan lingkungan yang ada di
sekitarnya, diantaranya adalah:
a) membuang sampah pada
tempatnya,
b) menghemat air,
c) menghemat listrik
d) merawat tanaman,
e) melakukan jadwal piket,
f) menjaga kebersihan,
g) kerja bakti pada hari Jumat
setelah senam,
h) membeli makan di tempat yang
sudah di sediakan
i) mengurangi sampah plastik,
j) tidak merusak fasilitas sekolah.
k) rasater, dan
l) semutlis (sepuluh menit untuk
lingkungan sekolah).
ketiga sumber
dan teknik
telah
menunjukkan
pelaksanaan
kebijakan
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup di
sekolah.
Observasi Peraturan atau tata tertib di SD Negeri Kotagede dibuat tertulis dan di pasang di
beberapa tempat seperti ruang kepala sekolah, perpustakaan, ruang guru, setiap
ruang kelas, taman sekolah, dekat wastafel dan tempat wudhu mushola sekolah.
Masih terdapat siswa yang tidak menaati peraturan/ tata tertib sekolah.
Guru mengingatkan dan menasehati siswa yang melanggar peraturan.
Dokumentasi 1i, 1j, 1k, 1l
Evaluasi Visi, Misi, dan Tujuan
Wawancara Pengamatan terhadap sikap
warga sekolah merupakan
salah satu cara mengetahui
tingkat internalisai visi,
misi, dan tujuan SD Negeri
Guru melakukan
pengamatan dan
mengingatkan siswa
untuk bersikap dan
bertindak sesuai dengan
Sebagian besar siswa
sudah mengetahui bahwa
visi, misi, dan tujuan
sekolah diperlukan untuk
mewujudkan sekolah
Valid karena
data evaluasi
visi, misi, dan
tujuan SD
Negeri
320
Kotagede 3. Warga sekolah
sudah tahu akan visi, misi,
dan tujuan sekolah, akan
tetapi masih perlu
ditingkatkan lagi
internalisasinya.
visi, misi, dan tujuan
sekolah.
yang diharapkan.
Beberapa siswa masih
kurang peduli terhadap
keberadaan visi, misi, dan
tujuan sekolah serta
fungsinya.
Kotagede
sudah
ditunjukkan
oleh ketiga
sumber dan
dibuktikan
dengan adanya
dokumentasi. Observasi -
Dokumentasi 1e
RKAS
Wawancara Sejauh ini RKAS yang
telah direncanakan oleh SD
Negeri Kotagede 3 berjalan
baik dan harus diusahakan
untuk terlaksana seluruhnya
sesuai dengan perencanaan.
Kegiatan insidental berhasil
dilaksanakan meskipun
belum maksimal.
Kegiatan dan anggaran SD
Negeri Kotagede 3 berjalan
sesuai dengan RKAS dengan
berbagai pertimbangan
prioritas untuk kegiatan
insidental.
- Valid karena
data evaluasi
RKAS dari
kepala sekolah
dan guru
diperkuat
dengan data
observasi dan
dokumentasi.
Observasi Laporan RKAS dilakukan secara transparan.
Dokumentasi 1h
Kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup di sekolah
Wawancara Warga SD Negeri
Kotagede 3 sudah
melaksanakan kegiatan
sesuai dengan
kebijakan dan
peraturan yang
berlaku.
Warga SD Negeri
Kotagede 3 sudah cukup
menaati tata-tertib SD
Negeri Kotagede 3.
Siswa mengetahui alasan
dibentuknya kebijakan
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup di sekolah serta
memahami bahwa
menaati peraturan merupakan
kewajiban yang harus
dilaksanakan sebagai seorang
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan teknik
menyatakan
bahwa
kebijakan dan
pengelolaan
hidup di SD
321
siswa agar tidak
mendapatkan hukuman dan
menciptakan lingkungan
sekolah sesuai dengan visi,
misi, dan tujuan sekolah.
Namun, masih ada siswa
yang memerlukan bimbingan
untuk memahami bahwa
kebijakan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup di sekolah diperlukan
untuk mewujudkan sekolah
yang sesuai dengan visi,
misi, dan tujuannya.
Negeri
Kotagede 3
telah
dilakukan
evaluasi
melalui
evaluasi diri
sekolah.
Observasi Evaluasi dilakukan oleh guru dan kepala sekolah melalui pengamatan sikap dan
kemudian mengadakan bimbingan.
Dokumentasi 1e
Faktor
Pengaruh Faktor Pendukung
Wawancara Bentuk dukungan
perencanaan dan
pelaksanaan kebijakan
sekolah berwawasan
lingkungan adalah
ketersediaan dana, tenaga,
lahan dan jenis kegiatan.
Sedangkan untuk evaluasi
keaktifan, partisipasi, dan
keterbukaan subyek
evaluasi menjadi bentuk
dukungan pelaksanaan
evaluasi kebijakan sekolah
Faktor pendukung kebijakan
sekolah berwawasan
lingkungan melputi dana,
power kepala sekolah,
partisipasi guru dan siswa,
keadaan lingkungan
- Valid karena
data dari
kepala sekolah
dan guru di
dukung
dengan
dokumentasi
berbagai
kegiatan
sekolah yang
melibatkan
keaktifan
warga sekolah
322
berwawasan lingkungan. dalam
melaksanakan
kebijakan
sekolah.
Observasi -
Dokumentasi 3g, 3h, 3i, 3k, 4g, 4k, 4l, 4n
Faktor Penghambat
Wawancara Kendala perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi
kebijakan sekolah
berwawasan lingkungan
seperti masih ada guru yang
hanya memberikan anak
perintah dan tidak
memberikan contoh yang
benar. Selain itu pihak luar
sekolah yang kadang
kurang mendukung
pelaksanaan aturan dan
kegiatan yang telah dibuat
oleh SD Negeri Kotagede
3.
Perencanaan dan pelaksanaan
kebijakan sekolah
berwawasan lingkungan
terkendala dengan
perbandingan beban tugas
guru dan jam kerja yang
tidak sebanding serta kurang
pedulinya orang tua dengan
aturan dan kegiatan yang
dicanangkan oleh SD Negeri
Kotagede 3. Sementara untuk
evaluasi terkendala dengan
analisis dalam laporan yang
kurang mendalam sebagai
akibat dari beban tugas yang
terlalu banyak dan kurangnya
personil.
- Valid karena
data dari
kepala sekolah
dan guru di
dukung
dengan
dokumentasi
kendala yang
dihadapi
dalam
implementasi
kebijakan
sekolah
berwawasan
lingkungan.
Observasi -
Dokumentasi 4b, 4f, 4n
2 Kurikulum
Sekolah
Berbasis
Lingkungan
Perencanaan Pembelajaran
Wawancara Silabus sudah ada acuan
dari pusat. Indikator dan
kegiatan pembelajaran
dalam RPP terintegrasi
dengan pendidikan
lingkungan hidup dapat
Silabus sudah ada acuannya.
Indikator dan kegiatan dan
RPP dapat dikembangkan
oleh guru dengan
penyesuaian materi
pendidikan lingkungan hidup
- Valid karena
data dari
kepala sekolah
dan guru
diperkuat
dengan adanya
323
dikembangkan dan disusun
sendiri oleh guru.
dengan mata pelajaran dan
materi yang diajarkan.
dokumentasi
Contoh kegiatan
pembelajaran terintegrasi
dengan lingkungan hidup
yang pernah dilaksanakan
di SD Negeri Kotagede 3
diantaranya adalah
berkebun, memilah
sampah, daur ulang,
pengamatan lingkungan
sekitar yang diintegrasikan
dalam berbagai mata
pelajaran seperti IPA,
Olahraga, dan SBK
tergantung pada materi
yang dipelajari.
Banyak kegiatan
pembelajaran terkait dengan
lingkungan hidup yang
pernah dilakukan oleh guru-
guru di SD Negeri Kotagede
3. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan
memperhatikan
kesesuaiannya dengan materi
yang dipelajari.
Peralihan kurikulum dari
KTSP 2006 ke Kurikulum
2013 tidak menjadi masalah
bagi program adiwiyata.
Program adiwiyata tetap
dapat berjalan.
Perbedaannya mungkin
hanya terletak pada
kegiatan pembelajarannya.
Dalam Kurikulum 2013
tema-tema yang digunakan
mayoritas sudah
terintegrasi dengan PLH.
Peralihan kurikulum dari
KTSP 2006 ke Kurikulum
2013 tidak membawa
dampak perbedaan dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran
keduanya terintegrasi dalam
proses pembelajaran hanya
saja K13 berorientasi pada
tema, sedangkan KTSP
berorientasi pada mapel.
Observasi -
324
Dokumentasi Gambar 2a, 2b, 2c, 2i
Lampiran 16, Lampiran 17, Lampiran 18.
Pelaksanaan Pembelajaran
Wawancara Pendekatan dan metode
yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran
disesuaikan dengan materi
yang dipelajari dan
kebutuhan pembelajaran.
Pendekatan dan metode yang
digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran
bervariasi tergantung pada
materi dan kebutuhan
pembelajaran.
Siswa pernah
mempelajari materi
pelajaran yang
berkaitan dengan
lingkungan.
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan teknik
menunjukkan
bahwa
pelaksanaan
pembelajaran
telah
dilakukan
berdasarkan
kurikulum
berbasis
lingkungan
dengan
memanfaatkan
berbagai
sumber media
sebagai
sosialisasi
pembelajaran.
Pembelajaran di luar kelas
pernah di lakukan oleh guru
misalnya ecobrick, praktek
penjernihan air, dan
pengamatan lingkungan
sekitar.
Pembelajaran di luar kelas
pernah di lakukan oleh guru
misalnya pengamatan
pencemaran lingkungan
sekitar dan pemilahan
sampah.
Siswa pernah
menggunakan
lingkungan sekitar
sebagai media
pembelajaran seperti
memanfaatkan
lingkungan sekitar
sebagai obyek
pengamatan,
memanfaatkan
sampah untuk bahan
dasar kerajinan, dan
bahan-bahan
pewarna alami dari
sekitar dalam
pelajaran membatik.
Isu lingkungan yang pernah
dikembangkan
dikembangkan dalam
materi pembelajaran terkait
dengan pengelolaan
sampah organik menjadi
Isu lingkungan yang pernah
dikembangkan dalam
pembelajaran terkait dengan
pengelolaan sampah.
Pembelajaran
melibatkan
lingkungan
dilakukan di
lingkungan sekolah
seperti kelas, taman,
325
pupuk organik melalui
komposter.
dan kebun yang ada
di lapangan olahraga
SD Negeri Kotagede
3. Selain itu,
pembelajaran juga
dilakukan di
lingkungan luar SD
Negeri Kotagede
seperti sungai kecil
di sebelah barat dan
area persawahan
yang ada di depan
sekolah.
Siswa senang dan
tidak bosan belajar di
luar kelas.
Media sosialisasi produk
hasil belajar siswa SD
Negeri Kotagede 3
bervariasi, mulai dari web,
mading, hingga dipajang
untuk dijadkan hiasan atau
sekedar dipamerkn kepada
siswa lain dan pengunjung
SD Negeri Kotagede 3.
Media sosialisasi produk
hasil belajar siswa SD Negeri
Kotagede 3 bervariasi, untuk
koleksi perpustakaan,
mading, hingga dipajang
untuk dijadkan hiasan atau
sekedar dipamerkn kepada
siswa lain dan pengunjung
SD Negeri Kotagede 3.
Observasi SD Negeri Kotagede 3 sudah melaksanakan pembelajaran terintegrasi dengan
lingkungan sekitar melalui berbagai kegiatan dalam pembelajarannya yang
melibatkan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar.
Kegiatan dan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru sudah
bervariasi dan tidak monoton. Pembelajaran sudah melibatkan keaktifan siswa.
Hasil Pembelajaran yang berupa produk dipamerkan di etalase depan ruang guru
atau digunakan sebagai hiasan.
Dokumentasi Gambar 2d, 2e, 2f, 2g, 2h, 2i, 2k, 2l,3l
Lampiran 20.
Evaluasi Pembelajaran
Wawancara Evaluasi pembelajaran
diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana
Evaluasi pembelajaran
diperlukan untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Evaluasi
Guru sering
mengadakan evaluasi
tergantung pada
Valid karena
ketiga sumber
dan teknik
326
keberhasilan atau
pencapaian pembelajaran
siswa. Evaluasi dilakukan
oleh guru tergantung pada
kebutuhan saat itu.
dilakukan oleh guru
tergantung pada kebutuhan
saat itu.
kebutuhan. Evaluasi
dapat dilakukan baik
dengan tes tertulis
maupun tes lisan.
Bentuk tes tersebut
seperti quiz, ulangan
harian, TPM, UTS,
dan UAS.
menyatakan
bahwa
evaluasi
pembelajaran
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
pembelajarn
sudah berbasis
lingkungan .
Pembelajaran yang
melibatkan lingkungan
sekitar siswa sangat penting
untuk mengembangkan rasa
peduli siswa terhadap
lingkungannya serta
mengetahui bagaimana cara
mengelola dan mengatasi
masalah lingkungannya.
Pembelajaran tidak lepas dari
diri siswa dan lingkungan
sekitarnya agar siswa lebih
mudah memahami materi
yang diajarkan karena lebih
dekat dengan kehidupannya.
Siswa mengetahui
alasan pembelajaran
perlu melibatkan
lingkungan sekitar
diantaranya adalah
untuk:
a) lebih mengenal
lingkungan,
b) lebih
memudahkan
siswa memahami
materi,
c) menciptakan
pembelajaran
yang inovatif,
kreatif, variatif,
dan
menyenangkan..
Evaluasi pembelajaran
dilakukan sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran
dengan cara lisan ataupun
tulisan baik pre-test
Evaluasi pembelajaran
dilakukan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing
guru, salah satunya melalui
produk hasil pembelajaran.
Manfaat
pembelajaran
melibatkan
lingkungan bagi
siswa antara lain:
327
maupun post-test. a) lebih mengenal
lingkungan,
b) lebih memahami
isi/ materi
pelajaran, dan
c) pembelajaran
lebih
menyenangkan
dan tidak
membosankan.
Pembelajaran terintegrasi
lingkungan hidup sudah
menunjukkan keberhasilan
namun penanaman karakter
pada warga sekolah masih
harus terus ditingkatkan.
Pembelajaran terintegrasi
lingkungan hidup sudah
menunjukkan keberhasilan
namun penanaman karakter
pada warga sekolah masih
harus terus berlanjut dan
ditingkatkan.
Penilaian dalam
pembelajaran lingkungan
terintegrasi dengan mata
pelajaran dilakukan dengan
teknik dan instrumennya
berdasarkan kebutuhan
penilaian menurut guru.
KKM dalam penilaiannya
ditentukan bersama.
Penilaian dilakukan baik
secara lisan maupun tertulis.
KKM ditentukan bersama.
Observasi Kepala sekolah dan guru lain terlibat dalam penilaian produk hasil pembelajaran
siswa yang akan dipamerkan.
Dokumentasi 1e, 2b
Faktor
Pengaruh Faktor Pendukung
Wawancara Faktor pendukung
pembelajaran berbasis
lingkungan dalam
perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasinya adalah
kemampuan guru,
lingkungan yang
mendukung, dan keaktifan
siswa.
Faktor pendukung
pembelajaran berbasis
lingkungan dalam
perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasinya adalah
lingkungan, kemampuan
guru, dukungan orang tua
dan komite serta semangat
anak.
Pembelajaran
berbasis lingkungan
menyenangkan
karena beberapa
faktor, antara lain:
a) kegiatan yang
bervariatif,
b) keterlibatan
(partisipasi
siswa), dan
Valid karena
ketiga sumber
dan teknik
menunjukkan
bahwa terdapat
faktor-faktor
pendukung
kurikulum
berbasis
lingkungan.
328
c) lingkungan
sekitar sekolah
yang
mendukung.s
Observasi Faktor pendukung kurikulum berbasis lingkungan antara lain:
kesadaran siswa untuk berpartisipasi aktif, dan
keadaan lingkungan sekitar.
Dokumentasi 2d, 2e, 2f, 2g, 2h, 2i
Faktor Penghambat
Wawancara Kendala perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran berbasis
lingkungan adalah
konsentrasi (fokus) siswa,
motivasi siswa yang
kurang, dan kemampuan
guru untuk menyediakan
media.
Kendala perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran berbasis
lingkungan adalah
kemampuan guru dalam
penyusunan RPP terintegrasi
lingkungan, kepedulian
warga sekolah kurang, dan
kurangnya dukungan orang
tua.
Kesulitan
pembelajaran
berbasis lingkungan
terletak pada
pengkondisian dan
keadaan lingkungan.
Valid karena
ketiga sumber
dan teknik
menunjukkan
faktor-faktor
penghambat
kurikulum
berbasis
lingkungan.
Observasi Faktor penghambat pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan antara lain
kesadaran dan tanggungjawab siswa yang kurang.
Dokumentasi 2e, 2h,
3 Kegiatan
Lingkungan
Berbasis
Partisipatif
Perencanaan Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Wawancara Pemeliharaan gedung dan
lingkungan sekolah
dilakukan baik oleh siswa,
guru, maupun karyawan.
Siswa memiliki jadwal
piket yang terdiri atas piket
kelas, piket taman, dan
Pemeliharaan gedung dan
lingkungan sekolah
dilakukan dengan jadwal
piket, kegiatan semutlis
(sepuluh menit untuk
lingkungan sekolah), kerja
bakti jumat pagi, dan bank
Semua siswa
mendapatkan giliran
piket. Setiap hari
dilakukan oleh satu
kelompok. Untuk
anggota kelompok
dapat dilakukan
Valid karena
ketiga sumber
dan teknik
menunjukkan
perencanaan
kegiatan
perlindungan
329
piket kebun. Kerja bakti
membersihkan lingkungan
sekolah juga dilakukan
secara bersama-sama
seluruh warga sekolah
setiap hari jumat setelah
senam.
sampah. secara acak maupun
urut absen,
tergantung dari guru.
Khusus untuk piket
kebun dan taman
jadwal piket
dilakukan dengan
menggabungkan
kelas A dan kelas B.
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup di SD
Negeri
Kotagede 3.
Setiap kelas memiliki lahan
taman dan kebun masing-
masing. Taman berada di
kawasan gedung utama SD
Negeri Kotagede 3,
sedangkan untuk kebun
berada di wilayah lapangan
olahraga. Kebun tersebut
akan menjadi milik kelas
yang sama dari kelas 1
hingga kelas 6. Ketika kelas
6 lulus, maka kebun
tersebut akan menjadi milik
kelas 1 yang baru. Dinding
lapangan olahraga yang
sekaligus kebun SD Negeri
Kotagede 3 dihaisi dengan
lukisan dinding yang dibuat
oleh siswa dari kelas 4, 5,
dan 6.
Teradapat pembagaian lahan
taman dan kebun untuk
setiap kelas dengan pemilik
yang sama setiap tahunnya
hingga kelas tersebut lulus.
Kegiatan ekstrakurikuler
yang memuat pendidikan
Ekstrakurikuler SD Negeri
Kotagede 3 yang terkait
330
lingkungan hidup di SD
Negeri Kotagede 3 adalah
ekstrakurikuler pramuka.
Ekstrakurikuler lain hanya
sekedar memberikan
penguatan atau motivasi
untuk mengembangkan
karakter peduli lingkungan.
pelestarian lingkungan hidup
adalah pramuka.
Kegiatan pengembangan
kreativitas dan inovasi bagi
warga sekolah contohnya
adalah ecobrick
(pengumpulan sampah
plastik dalam botol untuk
dibentuk menjadi sebuah
karya), hasta karya
menggunakan bahan-bahan
dari barang tidak terpakai
atau daur ulang. Kegiatan
pengembangan kreativitas
dan inovasi diperlukan
untuk mengasah
perkembangan kreativitas
dari siswa.
Kegiatan pengembangan
kreativitas dan inovasi bagi
warga sekolah contohnya
adalah pemanfaatan sampah
bekas menjadi kerajinan-
kerajinan tangan (hasta
karya), pemanfaatan bahan-
bahan alami dalam
pembelajaran, ecobrick
(pengumpulan sampah
plastik dalam botol untuk
dibentuk menjadi sebuah
karya). Kegiatan
pengembangan kreativitas
dan inovasi dapat dilakukan
di dalam maupun di luar
kelas, misalnya dalam
ekstrakurikuler pramuka.
Observasi Kepala sekolah dan guru mensosialisasikan kepada seluruh siswa tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan baik melalui lisan.
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, sekolah memasang banner tentang karakter yang
harus dimiliki siswa salah satunya adalah peduli lingkungan sebagai pengingat
331
siswa.
Dokumentasi 3a, 3b, 3c, 3d
Kemitraan
Wawancara Kemitraan atau kerjasama
dengan pihak lain
diperlukan oleh SD Negeri
Kotagede 3 untuk
mendukung dan membantu
penyelenggaraan berbagai
kegiatan di SD Negeri
Kotagede 3.
Kemitraan atau kerjasama
dengan pihak lain diperlukan
SD Negeri Kotagede 3 agar
dapat membantu
terselenggaranya berbagai
macam kegiatan di sekolah.
Valid karena
data dari
kepala sekolah
dan guru
diperkuat
dengan adanya
hasil observasi
dan dokumen
perencanaan
kemitraan
dengan
lembaga lain
oleh SD
Negeri
Kotagede 3.
Masyarakat, BLH, LSM
Lingkungan, organisasi
pengepul sampah, orang
tua/ wali murid, dan
berbagai pihak lain seperti
stasiun televisi, perguruan
tinggi dan merek produk
tertentu merupakan mitra
kerja SD Negeri Kotagede
3.
Mitra kerja SD Negeri
Kotagede 3 berkaitan dengan
program adiwiyata meliputi
BLH, masyarakat, LSM
lingkungan, komite sekolah,
orang tua/ wali murid, dan
organisasi pengepul sampah.
Mitra kerja SD Negeri
Kotagede 3 didapatkan
melalui penawaran dari
pihak luar yang kemudian
di seleksi oleh pihak SD
Negeri Kotagede 3. Selain
itu, SD Negeri Kotagede 3
juga berinisiatif untuk
mencari mitra kerja yang
dapat membantu
Mitra kerja SD Negeri
Kotagede 3 didapatkan
secara situasional baik
melalui penawaran yang
datang kepada SD Negeri
Kotagede 3 maupun
penawaran dari sekolah ke
pihak yang dibutuhkan.
332
pelaksanaan kegiatan di SD
Negeri Kotagede 3.
Observasi Kemitraan atau kerjasama didapatkan dari tawaran pihak lain dan dipertimbangkan
oleh sekolah.
Dokumentasi Gambar 3e, Lampiran 19
Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Wawancara Partisipasi dari warga
sekolah sudah cukup
baik.Warga sekolah sudah
berpartisipasi secara sadar
dan aktif dalam berbagai
kegiatan pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan
hidup. Untuk meningkatkan
partisipasi dan membentuk
sikap peduli dan berbudaya
lingkungan, warga sekolah
harus saling mengingatkan
satu sama lain dan
dilakukan secara terus-
menerus.
Partisipasi warga SD Negeri
Kotagede 3 sudah baik.
Warga sekolah ikut berperan
aktif dalam berbagai
kegiatan.
Kegiatan sekolah
terkait lingkungan
melibatkan
partisipasi dari siswa
SD Negeri Kotagde
3. Kegiatan-kegiatan
tersebut antara lain:
h) bank sampah;
i) piket kelas, piket
kebun, piket
taman;
j) rasater,
k) ecobrick,
l) semutlis,
m) kerja bakti, dan
n) ekstrakurikuler
pramuka
Siswa melakukan
piket sesuai jadwal
dan beberapa masih
harus diingatkan
untuk melakukan
piket.
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan tekniik
telah
menunjukkan
pelaksanaan
kegiatan
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan SD
Negeri
Kotagede 3.
333
Siswa tahu apa yang
harus dilakukan
ketika mendapat
giliran piket.
Siswa tahu apa yang
harus dilakukan
ketika mendapat
giliran piket
contohnya menyapu,
membersihkan papan
tulis, mengatur letak
meja, menyusun
buku-buku,
menyirami tanaman,
mencabuti rumput
liar di kebun dan
taman kelas
Siswa pernah
membuat kreasi dan
inovasi dari bahan
bekas dan merasa
senang dengan
kegiatan yang
dilakukan. Kegiatan
tersebut antara lain:
a) membuat bunga
dari bahan bekas
seperti plastik,
botol atau
sedotan,
334
b) membatik dengan
pewarna alami,
dan
c) membuat hiasan
cetak timbul.
Sebagian siswa
pernah mengikuti
kegiatan aksi
lingkungan di
sekolah dan di luar
sekolah.
Observasi Terdapat banyak kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
melibatkan partisipasi warga sekolah terutama siswa SD Negeri Kotagede 3.
Diantaranya adalah:
a. piket kelas, piket taman, dan piket kebun;
b. semutlis (sepuluh menit untuk lingkungan sekolah);
c. pemasangan poster-poster untuk menjaga lingkungan, membuang sampah pada
tempatnya dan menghemat energi
d. ekstrakurikuler pramuka,
e. adanya berbagai tanaman dan hewan yang dipelihara di lingkungan untuk
melatih kepedulian siswa terhadap makhluk hidup lain dengan terlibat menjaga
dan merawatnya seperti menyirami tanaman, mencabuti gulma, memberi
makan hewan dan membersihkan kandangnya,
f. rasater (radius satu meter),
g. terdapat juga program kegiatan inovatif dan kreativitas seperti menghias pot-
pot hidroponik, atau hiasan cetak timbul;
h. hidroponik;
i. bank sampah; dan
j. pembibitan tanaman.
Kegiatan yang telah direncanakan oleh sekolah melibatkan warga sekolah terutama
335
siswa secara aktif, meskipun pada kenyataannya masih terdapat beberapa siswa
yang kurang peduli dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut dan masih harus
diingatkan dan dibimbing oleh bapak dan ibu guru serta kepala sekolah.
Dokumentasi Gambar 3g, 3h, 3i, 3j, 3k
Kemitraan
Wawancara Bentuk kemitraan SD
Negeri Kotagede 3 dengan
berbagai pihak dapat
berupa kegiatan maupun
barang.
Bentuk kemitraan SD Negeri
Kotagede 3 dapat berupa
kegiatan pengarahan dan
pembinaan sekolah.
Sebagian besar siswa
tidak mengetahui
perihal kemitraan
yang dilakukan oleh
sekolah dengan pihak
lain meskipun
dirinya ikut terlibat
di dalam kegiatan
hasil kemitraan
tersebut.
Sebagian besar siswa
mengikuti kegiatan
hasil kerjasama
sekolah dengan pihak
luar meskipun tidak
mengetahui bahwa
kegiatan tersebut
adalah salah satu
bentuk kemitraan.
Siswa menganggap
bahwa kegiatan yang
dilakukan menarik
dan seru, serta dapat
menambah
pengetahuan.
Valid karena
ketiga sumber
dan teknik
telah
menunjukkan
pelaksanaan
kemitraan atau
kerja sama
oleh SD
Negeri
Kotagede 3.
336
Observasi Kemitraan sekolah dilakukan dengan orang tua siswa dan pihak lain seperti lembaga
pendidikan, puskesmas, dan “Fotocopy Rahayu” . Kemitraan di dapatkan setelah
melalui diskusi dan dengan pertimbangan kebermanfaatan untuk sekolah.
Dokumentasi 3e, 3f, 3k
Evaluasi Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Wawancara Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh SD Negeri
Kotagede 3 sudah sesuai
dengan upaya perlindungan
dan pengelolaan
lingkungan karena
dikembangkan
menggunakan pendekatan
lingkungan hidup.
Perencanaan kegiatan yang
akan dilakukan disesuaikan
dengan upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Ketika ada teman
yang tidak piket
siswa mengingatkan
dan mengajak
temannya untuk
piket. Selain itu juga
meminta guru untuk
menasehatinya.
Valid karena
data dari
ketiga sumber
diperkuat
dengan hasil
observasi
menunjukkan
evaluasi
kegiatan
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup.
Kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan SD
Negeri Kotagede 3
dikatakan berhasil ketika
kepedulian dan kesadaran
lingkungan dari warga
sekolah sudah menjadi rasa
dalam diri masing-masing
individu sehingga warga
sekolah menjadi berbudaya
lingkungan.
Kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan SD
Negeri Kotagede 3 dikatakan
berhasil ketika warga sekolah
memiliki karakter peduli
lingkungan yang
berkelanjutan dari waktu ke
waktu.
Observasi Evaluasi kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan baik
melalui pengamatan maupun tes lisan.
Dokumentasi Lampiran 15, Gambar 12
Kemitraan
Wawancara Kemitraan mampu Kemitraan mampu Masih ada siswa Valid karena
337
meringankan beban kerja
sekolah dalam pelaksanaan
kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup program adiwiyata.
meningkatkan kualitas
pendidikan di SD Negeri
Kotagede 3 termasuk dalam
hal sarana dan prasarana
pendukung kegiatan
pendidikan.
yang tidak
mengetahui alasan
perlunya kerjasama.
Namun, sebagian
besar siswa tahu
perlunya kerjasama
agar pekerjaan lebih
mudah dan ringan
sehingga tujuan yang
ingin dicapai lebih
mudah dicapai.
data dari
ketiga sumber
menunjukkan
bahwa
evaluasi
terhadap
kemitraan
sekolah telah
dilakukan oleh
SD Negeri
Kotagede 3.
Observasi -
Dokumentasi Lampiran 15, Gambar 12
Faktor
Pengaruh Faktor Pendukung
Wawancara Kewajiban dari pemerintah
untuk menyelenggarakan
kegiatan dengan melibatkan
siswa secara aktif sebagai
subyek pendidikan
merupakan faktor
pendorong kegiatan
lingkungan berbasis
partisipatif.
Kebutuhan merupakan faktor
pendorong kegiatan
lingkungan berbasis
partisipatif di SD Negeri
Kotagede 3.
Faktor pendukung
kegiatan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan di SD
Negeri Kotagede 3
adalah:
a) kegiatan yang
bervariasi,
b) keinginan siswa
untuk
berkembang, dan
c) pengemasan
kegiatan yang
menarik dan tidak
hanya di kelas
dan melibatkan
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan teknik
menunjukkan
faktor
pendukung
kegiatan
berbasis
partisipatif di
SD Negeri
Kotagede 3.
338
seluruh siswa.
Observasi Faktor pendukung kegiatan lingkungan berbasis partisipatif antara lain kesadaran
akan partisipasi aktif dari siswa, guru, karyawan maupun masyarakat sekitar.
Dokumentasi 3c, 3g, 3h, 3i, 3j, 3k, 3l,
Faktor Penghambat
Wawancara Kesadaran warga sekolah
merupakan kendala yang
paling sering ditemui dalam
kegiatan sekolah berbasis
partisipasi warga sekolah.
Kendala kegiatan sekolah
berbasis partisipasi berasal
dari anak-anak yang masih
kurang peduli dan kurang
aktif dalam berbagai kegiatan
sehingga masih memerlukan
pembinaan dan bimbingan.
Siswa tidak
merasakan kesulitan
yang berarti ketika
mengikuti kegiatan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan sekolah.
Hanya saja rasa
malas dan
lingkungan teman
sebaya yang tidak
berpartisipasi
membuat siswa tidak
berpartisipasi
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan teknik
menunjukkan
faktor
penghambat
kegiatan
berbasis
partisipatif di
SD Negeri
Kotagede 3.
Observasi Faktor penghambat kegiatan sekolah berbasis partisipatif berasal dari siswa yang
kurang dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan yang diadakan sekolah.
Dokumentasi 4b, 4f
4 Pengelolaan
Sarana
Pendukung
Ramah
Lingkungan
Perencanaan Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Wawancara SD Negeri Kotagede 3
menggunakan RAPBS
dengan sumber dana utama
BOS dan BOSDA dalam
merencanakan kegiatan
melengkapi sarana dan
prasarana dan juga
SD Negeri Kotagede 3
membuat anggaran
kelengkapan sarana dan
prasarana dalam RAPBS.
Selain itu terdapat bantuan
dari pihak luar dan juga
inisiatif guru untuk
Valid karena
data dari
kepala sekolah
dan guru
mengenai
perencanaan
ketersediaan
339
tambahan bantuan ataupun
hadiah dari pihak luar
sekolah. Kekurangan sarana
dan prasarana dalam
kegaitan pembelajaran
dapat dilengkapi oleh
masing-masing guru kelas
tergantung kebutuhan saat
itu.
mempersiapkan sarana
prasarana yang dibutuhkan
dalam kegiatan
pembelajaran.
sarana dan
prasarana
sekolah
diperkuat
dengan adanya
dokumentasi
sekolah.
Observasi -
Dokumentasi 4c, 4d, 4o
Pengelolaan dan Pemeliharaan
Wawancara Upaya pemeliharaan dan
peningkatan kualitas sarana
dan prasarana pendukung
pembelajaran lingkungan
dapat dilakukan dengan
memberlakukan jadwal
piket, yang terbagi atas
piket kelas, piket taman,
dan piket kebun. Dalam
jadwal piket tersebut siswa
tidak hanya diajarkan untuk
menjaga kebersihan
lingkungan tetapi juga cara
menjaga dan merawat alat-
alat kebersihan yang
digunakannya, seperti sapu,
kemoceng, kain pel, dan
tempat sampah.
Upaya pemeliharaan dan
peningkatan kualitas sarana
dan prasarana pendukung
pembelajaran lingkungan
dapat dilakukan dengan
memberlakukan peraturan
seperti dilarang mencoret-
coret tembok dan fasilitas
lain. Selain peraturan, anak-
anak harus diberikan contoh.
Bapak/ Ibu guru
mengajarkan siswa
untuk menggunakan
listrik, air, dan ATK
secara hemat dengan
cara memberikan
nasehat melalui
KBM maupun di luar
KBM, dan juga
menggunakan poster.
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan teknik
telah
menunjukkan
perencanaan
pengelolaan
dan
pemeliharaan
lingkungan.
Upaya pemanfaatan Upaya pemanfaatan fasilitas
340
fasilitas sekolah secara
bijaksana dilakukan dengan
sosialiasikan kepada warga
sekolah ketika upacara,
apel, atau dalam
pembelajaran. Selain
sosialisasi, pemasangan
poster-poster untuk
menghemat energi
ditempelkan di beberapa
titik di sekolah seperti
lobby, kelas, dekat
wastafel, dan kamar mandi
untuk mengingatkan warga
sekolah untuk
menggunakan sumber
energi secara bijak.
sekolah secara bijaksana
dilakukan dengan sosialiasi
menggunakan poster hemat
energi yang dibuat oleh siswa
dalam lomba membuat
poster.
Observasi Rencana pengelolaan dan pemeliharaan sarana ramah lingkungan disosialisasikan
kepada warga sekolah secara lisan.
Dokumentasi 4a, 4b
Pelayanan Kantin
Wawancara Kantin SD Negeri
Kotagede 3 menerapkan
prinsip kantin sehat bebas
sampah plastik. Makanan
yang di jual merupakan
makanan sehat. Tempat
yang digunakan adalah
tempat makan kecil, piring,
mangkuk, dan gelas
sehingga tidak ada sampah
Kantin di SD Negeri
Kotagede 3 menerapkan
kantin bebas sampah plastik
sehingga semua makanan
dan minuman dilayani
menggunakan tempat
makanan dan gelas yang
kemudian dikembalikan
setelah dipakai dan akan
dicuci oleh penjual.
Valid karena
data data dari
guru dan
kepala sekolah
mengenai
pelayanan
kantin
diperkuat
dengan adanya
dokumentasi
341
plastik. Tempat makan
yang sudah digunakan
dikembalikan ketempat
yang disediakan untuk
dicuci oleh penjualnya.
Penjaja makanan di luar
sekolah juga sudah diminta
untuk tidak berjualan di
sekitar sekolah, tetapi tidak
efektif karena para penjual
tetap kembali setelah
beberapa hari. Siswa yang
telah diberi pengetahuan
tentang makanan sehat dan
makanan tidak sehat pun
masih sering jajan di luar
sekolah ketika pulang.
sekolah.
Pertimbangan utama dalam
penyusunan kebijakan
mengenai kantin sekolah
adalah pengurangan
sampah plastik.
Pertimbangan dalam
penyusunan kebijakan
mengenai kantin sekolah
adalah kesehatan, kebersihan
dan untuk sejak awal tahun
pelajaran 2016/ 2017
pertimbangan utama kantin
sekolah adalah upaya
pengurangan penggunaan
plastik.
Observasi
Dokumentasi 1k, 4o
Pelaksanaan Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Wawancara Alat-alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan Siswa mengetahui Valid karena
342
untuk mengatasi berbagai
masalah di lingkungan
sekolah seperti tempat
sampah yang dipisahkan
berdasarkan jenis
sampahnya, komposter, dan
mesin pencacah daun.
untuk mengatasi berbagai
masalah di lingkungan
sekolah sudah cukup baik
dengan adanya barang-
barang seperti komposter,
tempat sampah, mesin
penggiling sampah, dan
mesin pencacah daun.
sarana pendukung
ramah lingkungan
yang dimiliki sekolah
seperti tempat
sampah sesuai
jenisnya, alat
kebersihan,
komposter dan mesin
pencacah daun.
data dari
ketiga sumber
dan teknik
telah
menunjukkan
pelaksanaan
ketersediaan
saran dan
prasarana
ramah
lingkungan di
SD Negeri
Kotagede 3.
Sarana dan prasarana
pendukung kegiatan
pembelajaran lingkungan
hidup di sekolah
disesuaikan dengan materi
yang dipelajari. Jika alat
atau bahan yang dibutuhkan
tidak ada di sekolah, maka
guru dan siswa
mempersiapkan secara
bersama-sama dari rumah
dan tidak memberatkan
siswa.
Sarana dan prasarana
pendukung kegiatan
pembelajaran di sesuaikan
dengan materi dan pelajaran
yang diajarkan. Lingkungan
sekitar dapat menjadi sarana
pembelajaran.
Observasi Sarana pendukung ramah lingkungan yang disediakan sekolah antara lain:
a. tempat sampah berdasarkan jenis sampahnya,
b. alat kebersihan seperti sapu, kemoceng, penghapus papan tulis,
c. mesin pencacah daun,
d. komposter,
e. tempat pembuangan sampah sementara,
f. daerah serapan air/ biopori,
g. wastafel, dan
h. buku-buku pendukung pendidikan lingkungan hidup.
343
Dokumentasi 4e, 4f, 4g, 4j
Pengelolaan dan Pemeliharaan
Wawancara Siswa terlibat dalam upaya
pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah sebatas
pada menjaga alat-alat
kebersihan saat piket.
Siswa terlibat dalam upaya
pemeliharaan sarana
prasarana dengan melihat
contoh yang diberikan oleh
warga sekolah yang lain.
Siswa melakukan
hal-hal berikut ini
untuk memelihara
sarana dan prasarana
ramah lingkungan di
sekolah.
a. Mengembalikan
barang yang
dipakai ketempat
semula
b. Membersihkan
dan merawatnya
dengan baik
c. Tidak
menggunakannya
sebagai mainan.
Semua warga
sekolah
bertanggungjawab
atas kebersihan
lingkungan meliputi
siswa, guru,
karyawan bahkan
masyarakat sekitar.
Siswa melaporkan
kerusakan sarana dan
prasarana kepada
Valid karena
data dari ketga
sumber dan
teknik
menyatakan
bahwa
pengelolaan
dan
pemliharaan di
SD Negeri
Kotagede 3
telah
dilaksanakan
sebagaimana
mestinya.
344
guru agar diperbaiki
atau diganti.
Sarana dan prasarana
sekolah perlu
dipelihara agar
terawat dan dapat
dipakai dalam jangka
waktu lama.
Siswa mengetahui
apa yang harus
dilakukan untuk
menghemat listrik,
air dan ATK seperti
mematikan lampu
dan alat elektronik
lain bila tidak
dipakai dan
mematikan kran air
setelah memakainya.
Observasi Kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan sarana pendukung ramah lingkungan yang
dilakukan oleh warga SD Negeri Kotagede 3 antara lain adalah:
a. membersihkan tempat sampah,
b. mengembalikan alat kebersihan yang dipakai ketempat semula dengan baik dan
benar,
c. mengembalikan buku ketempat semula
d. membersihkan alat-alat seperti mesin pencacah daun.
e. menggunakan air dengan seperlunya,
f. menggunakan dinding lapangan olahraga sebagai tempat mural/ lukisan siswa
untuk mengurangi tindak vandalisme yang merusak.
345
Dokumentasi 3i, 4g, 4h, 4i
Pelayanan Kantin
Wawancara Kantin sekolah dikelola
oleh pihak dari luar sekolah
termasuk wali murid
dengan pengawasan dari
sekolah.
Kantin sekolah dikelola
sekolah dengan penjual yang
berasal dari luar sekolah dan
sekolah bertindak sebagai
pengawas.
Sebagian besar siswa
lebih suka makan di
kantin sekolah
karena sudah
memahami bahwa
makanan kantin
sekolah lebih bersih
dan lebih sehat
daripada makanan
yang dijual oleh
pedagang kaki lima
di luar sekolah.
Masih ada siswa
yang membeli
makanan pada
pedagang keliling di
luar sekolah ketika
pulang sekolah,
padahal ketika
istirahat siswa sudah
dilarang membeli
makan di luar.
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan teknik
menunjukkan
pelaksanaan
pelayanan
kantin sekolah
yang sehat dan
bebas sampah
plastik.
Kantin di SD Negeri
Kotagede 3 sudah
merupakan kantin sehat dan
ramah lingkungan karena
makanan dan minuman
yang dijual sudah makanan
dan minuman yang sehat
Kantin di SD Negeri
Kotagede 3 sudah baik, sehat
dan ramah lingkungan.
346
dan bergizi, serta sudah
bebas sampah plastik.
Observasi Kantin di SD Negeri Kotagede 3 merupakan kantin sehat yang bebas sampah
plastik.
Dengan demikian, semua makanan dan minuman yang dijual dibungkus
menggunakan wadah yang dapat di pakai ulang seperti box makanan kecil,
piring, mangkuk dan gelas.
Siswa mengembalikan bekas wadah makan dan minumnya ketempat yang telah
disediakan.
Pedagang kantin akan mencuci bekas wadah makan dan minum siswa.
Kantin sekolah dikelola oleh tiga orang penjual dengan pengawasan dari guru
dan kepala sekolah.
Kantin sekolah hanya melayani pembelian ketika jam istirahat.
Dokumentasi 4k, 4l, 4m, 4p
Evaluasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Wawancara Sarana dan prasarana di SD
Negeri Kotagede 3 sudah
cukup memadai dan masih
harus ditingkatkan lagi.
Sarana dan prasarana di SD
Negeri Kotagede 3 sudah
cukup memadai.
Sarana dan
prasarana yang
disediakan
sekolah sudah
cukup
memadai.
Valid karena data
dari ketiga sumber
menunjukkan bahwa
sarana dan prasarana
SD Negeri Kotagede
3 masih perlu
ditingkatkan. Observasi
Dokumentasi
Pengelolaan dan Pemeliharaan
Wawancara Kesadaran warga sekolah
untuk menggunakan
fasilitas sekolah secara
bijak sudah mulai terlihat,
meskipun beberapa orang
masih memerlukan
Sikap peduli lingkungan
warga sekolah sudah mulai
terlihat dengan kesadaran
untuk menghemat energi
listrik dan air.
Perilaku hemat
energi
diperlukan
agar energi
tidak cepat
habis.
Valid karena data
dari ketiga sumber
menyatakan bahwa
evaluasi pengelolaan
dan pemeliharaan
sarana ramah
347
bimbingan lebih lanjut.
lingkungan
dilakukan melalui
pengamatan perilaku
warga sekolah. Observasi Kepala sekolah dan guru melakukan pengecekan secara langsung terhadap
kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan sarana pendukung ramah
lingkungan.
Dokumentasi 4f, 4g
Pelayanan Kantin
Wawancara Warga sekolah menanggapi
kebijakan kantin secara
positif. Sudah mulai
membiasakan diri untuk
mengurangi penggunaan
plastik. Jika siswa terpaksa
menggunakan plastik untuk
tempat makan dari rumah,
plastik bungkus makanan
tersebut dibawa pulang dan
dapat digunakan untuk
ecobrick.
Warga sekolah sudah
mulai terbiasa untuk
mengurangi penggunaan
plastik.
Menurut siswa, makanan
dan minuman yang
disediakan kantin enak,
bersih, sehat, bergizi, dan
murah.
Valid karena
data dari
ketiga sumber
menunjukkan
kesamaan data
evaluasi
pelayanan
kantin sekolah
yang telah
dilaksanakan.
Penjual di kantin sekolah
sudah tidak ada yang
menggunakan plastik
sebagai pembungkus
makanannya. Sedangkan
untuk penjual di luar
sekolah, masih ada hingga
sekarang. Meskipun sudah
pernah diminta untuk tidak
berjualan di depan sekolah,
tetapi para penjual tersebut
akan kembali setelah
Pedagang di depan
sekolah pernah ditegur
oleh sekolah untuk tidak
berjualan di depan
sekolah, tetapi setelah
beberapa hari kembali.
Pelayanan kantin sudah
baik dan memuaskan bagi
siswa SD Negeri
Kotagede 3.
348
beberapa hari.
Observasi Kepala sekolah dan guru melakukan pengecekan secara langsung terhadap keadaan
kantin sekolah.
Dokumentasi 4m, 4n
Faktor
Pengaruh Faktor Pendukung
Wawancara Partisipasi dan kesadaran
warga sekolah merupakan
faktor pendukung
pengelolaan sarana dan
prasarana pendukung
ramah lingkungan.
Dukungan orang tua
merupakan faktor
pendukung pengelolaan
sarana dan prasarana
ramah lingkungan.
Faktor pendukung
kantin di SD Negeri
Kotagede 3 sebagai
sehat dan ramah
lingkungan adalah:
c) makanan dan
minuman yang dijual
adalah makanan dan
minuman sehat, dan
d) tidak menggunakan
plastik sebagai
pembungkus
makanan dan
minumannya.
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan teknik
menunjukkan
faktor
pendukung
pengelolaan
sarana
pendukung
ramah
lingkungan di
SD Negeri
Kotagede 3.
Observasi Faktor pendukung pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan antara lain
adalah ksadaran dari siswa untuk menjaga sarana yang dimiliki sekolah tanpa harus
disuruh atau diminta oleh guru serta partisipasi dan kesadaran dari pihak lain seperti
pedagang di kantin sekolah.
Dokumentasi 3i, 4e, 4g, 4l, 4p
Faktor Penghambat
Wawancara Penghambat pengelolaan
sarana dan prasarana
pendukung ramah
lingkungan berasal dari
masyarakat yang ikut
Pengelolaan sarana dan
prasarana pendukung ramah
lingkungan terutama dalam
penyelenggaraan kantin sehat
dan ramah lingkungan
Kekurangan kantin
SD Negeri Kotagede
3 adalah:
d) terlalu sesak
karena lahan yang
Valid karena
data dari
ketiga sumber
dan teknik
menunjukkan
349
memanfaatkan tetapi
kurang peduli untuk
merawat sarana dan
prasarana SD Negeri
Kotagede 3.
terhambat oleh siswa dan
pedagang keliling yang
kurang menyadari bahwa
makanan yang dijual di luar
belum terjamin kebersihan
dan kesehatannya. Selain itu
pedagang di luar sekolah
yang masih tetap berjualan
meskipun sudah terdapat
peraturan untuk tidak
berjualan di area sekolah.
sempit sedangkan
jumlah anak
banyak,
e) budaya antri
kurang, dan
sikap malas anak-
anak untuk
mengembalikan
wadah bekas makan
dan minumnya.
faktor
pendukung
pengelolaan
sarana
pendukung
ramah
lingkungan di
SD Negeri
Kotagede 3.
Observasi Faktor penghambat pengelolaan saran pendukung ramah lingkungan antara lain:
a. siswa yang kurang sadar akan pentingnya menjaga dan merawat fasilitas
sekolah,
b. pihak lain yang kurang bisa mendukung program sekolah, contohnya pedagang
makanan dan minuman di luar sekolah, dan
c. kondisi kantin yang kurang luas sehingga siswa harus berdesak-desakan.
Dokumentasi 4k, 4n
350
Lampiran 15. Analisis Tujuan Program Adiwiyata 2016
351
352
353
354
355
356
357
Lampiran 16. RPP Terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup
358
359
360
361
Lampiran 17. Struktur Kurikulum 2006 (KTSP) dan 2013 (K13)
362
363
Lampiran 18. Contoh Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SD Negeri Kotagede 3
364
365
366
Lampiran 19. Kemitraan SD Negeri Kotagede 3
367
368
Lampiran 20. Web Sekolah
369
Lampiran 21. Surat Keputusan Sekolah Adiwiyata Tahun 2016
370
371
372
373
Lampiran 22. Surat Izin Penelitian
374
Lampiran 23. Surat Keterangan Penelitian
top related