implementasi peraturan daerah provinsi jambi nomor 6 tahun
Post on 15-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Studi Kasus Di Sungai Tembuku Kota Jambi)
Skripsi
EKA TUSRIANA NIM (SIP.151957)
PEMBIMBING :
Dr. Rahmi Hidayati, M.HI Juharmen, S.HI.,M.SI
KONSENTRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROGRAM ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 1439 H / 2019 M
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim...
“...Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah
kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;...“
(Asy Syu'araa' 26 : 183)
Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk,
Bapak (Poniran) terima kasih atas limpahan kasih sayangmu
Ibu (Sukarti) terimakasih atas limpahan Do’a dan kasih sayang yang tak
terhingga dan selalu memberikan yang terbaik
Serta Adik semata wayangku (Lintang Alqoriyah), terima kasih atas dukungan
moril dan limpahan do’a-do’anya, Kamu adalah penyemangat saya disaat saya
mulai lelah supaya kembali bersemangat untuk menyelesaikan semuanya, dan
selalu menemani saya disaat suka maupun duka.
Teman-teman sahabat seperjuangan yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu
(Program Studi Ilmu Pemerintahan angkatan 2015), serta seluruh teman-teman
sahabat UIN STS Jambi.
Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari Dan memberikan
kemudahan dalam segala hal.
Aammiiinn...
ABSTRAK
Eka Tusriana (SIP.151957), Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 6
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Di Sungai
Tembuku Kota Jambi)
Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Tembuku Kota Jambi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Implementasi Peraturan Daerah Provinsi
Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Di
Sungai Tembuku Kota Jambi) terhadap pengelolaan lingkungan di dalam sungai
dan disekitar aliran Sungai Tembuku Kota. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif deskriptif dengan melakukan observasi secara langsung
dilapangan. menggunakan pendekatan survey sebagai alat pengumpul data.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu : Observasi, Wawancara,
dan Dokumentasi. Secara keseluruhan penelitian ini menyimpulkan bahwa
kesadaran masyarakat disekitar sungai tembuku masih sangat rendah dalam hal
menjaga dan mengelola lingkungan hidup,adanya PERDA Provinsi Jambi No. 6
tahun 2012 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sepertinya belum berjalan
dengan baik dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sehingga banyak yang
belum mengetahui adanya PERDA tersebut.
Kata Kunci : Implementasi, Pengelolaan, Lingkungan Hidup
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR.............................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iv
PENGESAHAN SKRIPSI / TUGAS AKHIR ......................................... v
MOTTO ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Batasan Masalah .............................................................................. 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 6
E. Kerangka Konseptual ....................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 14
BAB II METODE PENELITIAN ............................................................ 17
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 17
B. Pendekatan penelitian ........................................................................ 17
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 18
D. Unit Analisis ..................................................................................... 20
E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 21
F. Teknis Analisis Data........................................................................... 25
G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 26
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN ...................................... 28
1. Letak Geografis Sungai Tembuku Kota Jambi ................................... 28
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ............................................ 30
A. Potret Lingkungan Hidup di Sungai Tembuku Kota Jambi.............. 30
B. Upaya Pemerintah dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang
terjadi di sungai tembuku Kota Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.................................................................................................. 31
C. Dampak Peraturan Daerah Provinsi Jambi no. 6 tahun 2012 tentang
pengelolaan lingkungan hidup terhadap kesadaran masyarakat dalam
menjaga lingkungan hidup................................................................ 36
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 42
A. Kesimpulan ....................................................................................... 42
B. Saran ................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 47
LAMPIRAN................................................................................................ 49
CURRICULUM VITTAE.......................................................................... 52
DAFTAR SINGKATAN
IESIN : International Earth Science Information Network
WHO :World Health Organization (Badan Kesehatan Dunia)
BPS : Badan Pusat Statistik
IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah
UU : Undang-Undang
BWSS : Balai Wilayah Sungai Sumatera
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
JFC : Jambi Flood Control
DAS : Daerah Aliran Sungai
PERDA : Peraturan Daerah
TPA : Tempat Pembuangan Akhir
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang
memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.1 Menurut data
International Earth Science Information Network (IESIN) pada 2012,2
Indonesia adalah negara terbersih dengan rangking 134 dari 140 negara
yang dinilai. Dari penilaian tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia
adalah negara terkotor ketujuh di dunia.3 Berbeda dengan data yang
didapat dari IESIN, menurut WHO, ternyata Indonesia termasuk negara
terkotor ke tiga di dunia. Predikat yang disematkan oleh badan kesehatan
dunia ini melihat dari segi kualitas kebersihan sanitasinya, dimana di
Indonesia, baru sekitar 36% masyarakat, atau kurang lebih 80 juta warga
yang memiliki sanitasi sangat bagus dari total penduduk sekitar 230 juta
jiwa saat ini. Penilaian WHO dilihat dari bagaimana masyarakat di suatu
negara menjunjung tinggi kebersihan dan kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari mereka.4
1 Prof. Dr. K.E.S Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2016),
hlm.238. 2 Jaringan Informasi Sains Bumi Internasional Universitas Columbia.
3https://www.beritasatu.com/kesra/222306-indonesia-adalah-negara-terkotorketujuh-di-dunia.html,
diakses tanggal 20 Desember 2018. 4 https://www.kompasiana.com/nunung_nuraida/2255115c068133119745bc5f9b/indonesia-
negara-terkotor-ke-3-di-dunia. Diakses tanggal 1 januari 2019.
Hal tersebut juga terjadi di beberapa tempat di Kota Jambi
khususnya di sungai yang ada di Kota Jambi. Berikut ini adalah beberapa
faktor penyebab sungai di Kota Jambi masih kurang terjaga
kebersihannya:
a. Masih banyak perusahaan, rumah sakit, hotel, gerai makan dan
restoran, cucian mobil dan usaha-usaha lain adalah sumber penghasil
limbah maupun limbah padat ke sungai salah satu contoh nya di sungai
tembuku Kota Jambi yang berdampak pada penurunan kualitas air. Hal
ini disebabkan masih banyaknya badan-badan usaha yang belum
memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga limbah
yang dihasilkan dan dibuang ke saluran air, ke sungai, dan ketempat-
tempat yang tidak semestinya.5
b. Kurangnya kesadaran dari sebagian masyarakat dalam menjaga
lingkungan.
Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat kota jambi
khususnya yang membuang sampah tidak pada tempatnya, salah satu
contohnya membuang sampah di sungai. Hal tersebut jika terus
menerus dilakukan maka akan membuat sungai menjadi kotor dan
tercemar, sehingga air sungai tidak dapat digunakan lagi untuk
kehidupan sehari-hari.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan
hidup di Indonesia masih sangat minim sekali. Hal ini juga menjadi
5 https://media.neliti.com/media/publications/146565-ID-respon-sosial-perempuan-melayu-jambi-
ter.pdf. Diakses tanggal 7 ferbuari 2019.
kendala di beberapa daerah termasuk di kota Jambi khususnya di sungai
tembuku Kota Jambi. Sungai tembuku Kota Jambi berada di kawasan
Jalan Pamuk, Kelurahan Kasang, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi.
Kondisi sungai tembuku saat ini sangat memprihatinkan karena
banyaknya sampah yang menumpuk dan hal ini kerap terjadi saat datang
musim penghujan, hingga menghambat proses sirkulasi air, salah satunya
di sekitar Sungai Tembuku dan anak Sungai Tembuku.6 Akibatnya tidak
jarang masyarakat yang melintasi kawasan tersebut mencium aroma tak
sedap dari sampah yang bercampur dengan limbah itu, persoalan lain juga
berdampak buruk bagi warga yang bermukim disekitar anak sungai ini,
ketika hujan turun dengan intensitas tinggi dan tidak berfungsinya aliran
sungai menyebabkan kediaman mereka terendam banjir.7
Di satu sisi sebenarnya pemerintah telah mengeluarkan regulasi
seperti Peraturan Daerah Provinsi Jambi No.6 Tahun 2012 yang mengatur
tentang pengelolaan lingkungan hidup. Namun ternyata peraturan daerah
tersebut sepertinya tidak berpengaruh terhadap pengelolaan lingkungan
hidup khususnya di sungai tembuku kota jambi. Berkubik-kubik aneka
limbah kembali menumpuk di aliran sungai. Selain menggunduk, aroma
sampah menimbulkan bau tak sedap yang menyengat hidung. Gundukan
sampah rumah tangga di Sungai Tembuku yang tak jauh dari Rumah Dinas
6 Observasi awal di Lingkungan Sungai Tembuku Kota Jambi, 15 desember 2018.
7 Ibid.
Gubernur Jambi ini dibiarkan menumpuk tak terangkut oleh Dinas
Kebersihan.8
Sebelumnya Pemerintah Kota Jambi bersama Balai Wilayah
Sungai Sumatera VI, telah berupaya melakukan normalisasi sungai
tembuku dan anak sungai tembuku, dengan memasang alat untuk
membersihkan sampah yang berada di pintu air, sehingga ketika sampah
menumpuk secara otomatis alat tersebut menaikkan sampah ke dalam
mobil pengangkut sampah. Hanya saja alat tersebut dinilai masih belum
maksimal mengatasi persoalan ini.9
Jika hal tersebut terus-menerus dilakukan maka akan
mengakibatkan kualitas lingkungan hidup semakin menurun dan dapat
mengancam keberlangsungan kehidupan manusia dan mahluk hidup
lainnya, sehingga perlu dilakukan pengelolaan lingkungan hidup yang
sungguh-sungguh. Agar pengelolaan, pelestarian dan pembangunan yang
dilakukan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan maka dibuatlah
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
di Provinsi Jambi.
Melaksanakan peraturan yang berupa suatu konsep tentunya tidak
akan mudah karena adanya beberapa faktor penghambat dari dalam
maupun dari luar. Oleh karena itu, perlu adanya analisis terhadap peraturan
8 http://jambi.tribunnews.com/tag/sungai-tembuku. Diakses tanggal 15 januari 2019.
9 Ibid.
yang bertujuan untuk mengawasi jalannya peraturan tersebut sehingga
tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan.10
Dengan latar belakang yang seperti itu maka saya tertarik untuk
meneliti bagaimana “Implementasi Peraturan Daerah No. 6 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Di Sungai
Tembuku Kota Jambi)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis
dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana potret lingkungan hidup di sekitar sungai tembuku Kota
Jambi ?
2. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi pencemaran
lingkungan yang terjadi di sungai tembuku Kota Jambi Berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup ?
3. Bagaimana dampak Peraturan Daerah Provinsi Jambi no. 6 tahun 2012
tentang pengelolaan lingkungan hidup terhadap kesadaran masyarakat
dalam menjaga lingkungan hidup ?
C. Batasan Masalah
Oleh karena keterbatasan kemampuan menulis dan waktu
penelitian, maka penulis memberi batasan masalah yaitu hanya melakukan
penelitian di sekitar Sungai Tembuku yang terletak di Jalan Pamuk,
10
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup Di Provinsi Jambi.
Kelurahan Kasang, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi tentang
Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Di Sungai Tembuku Kota
Jambi). Penelitian ini pertama kali dilakukan pada januari 2019.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang tetah dirumuskan
sebelumnya, maka dalam penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan
beberapa tujuan penelitian, yaitu :
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui potret lingkungan hidup di sekitar sungai tembuku
kota jambi
b. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam mengatasi pencemaran
lingkungan yang terjadi di sungai tembuku Kota Jambi Berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup
c. Untuk mengetahui dampak peraturan daerah provinsi jambi no. 6 tahun
2012 tentang pengelolaan lingkungan hidup terhadap kesadaran
masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.
b. Menjadi pengetahuan bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga
kelestarian dan kebersihan lingkungan hidup.
c. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1)
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
E. Kerangka Konseptual
Sebagai landasan dalam penelitian ini diperlukan suatu kajian
yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti dilapangan
dengan kerangka konseptual yang diperlukan dan diinvestasikan sebagai
berikut :
1. Implementasi
Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan
publik. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan
dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu
rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada
masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil
sebagaimana yang diharapkan.11
Implementasi Peraturan Daerah pada prinsipnya adalah cara agar
sebuah Peraturan Daerah dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan
kurang. Untuk mengimplementasikan Peraturan Daerah, maka ada dua
pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam
bentuk program- program atau melalui formulasi peraturan derivate atau
turunan dari peraturan tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk undang-
undang atau Peraturan Daerah adalah jenis kebijakan yang
11
Afan Gaffar,Implementasi Peraturan Daerah, (Bandung : Binacipta, 2009), hlm.295.
memerlukan kebijakan publik penjelas atau sering diistilahkan sebagai
peraturan pelaksanaan.12
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.13
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan
asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat
bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.14
Adapun sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :
a. Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan
antara manusia dan lingkungan hidup
12 Ibid
13 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. 14
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta : Mutiara 1982), hlm.34.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insane lingkungan
hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan
membina lingkungan hidup
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi
masa depan
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia
terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah Negara
yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup bukan semata-mata menjadi
tanggung jawab pemerintah. Swasta dan masyarakat juga sangat
penting peran sertanya dalam melaksanakan kebijaksanaan
pengelolaan lingkungan hidup. Negara hukum sebagai konsep yang
mapan termasuk didalamnya meliputi alat-alat perlengkapan negara,
khususnya alat-alat dari pemerintah yang dalam tindakan-tindakannya,
baik terhadap pra warga negara maupun dalam hubungannya dengan
institusi negara lain, tidak boleh sewenang-wenang, melainkan harus
memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Begitupun
dengan para anggota masyarakat, dalam hubungan kemasyarakatan
juga harus tunduk pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban berperan serta dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup, sehingga dapat tercapai
kelestarian fungsi lingkungan hidup.15
Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya
untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lain, sedangkan daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain
yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.16
Upaya perlindungan lingkungan dilakukan berdasarkan baku
mutu lingkungan, baik berupa kriteria kualitas lingkungan maupun
kualitas buangan atau limbah. Baku mutu lingkungan hidup adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang
ada atau harus ada dan unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Baku mutu sebagai tolok ukur untuk menetapkan apakah lingkungan
telah rusak atau apakah suatu kegiatan telah merusak lingkungan perlu
dilaksanakan dan diacu dalam kegiatan pembangunan nasional. Baku
mutu lingkungan dapat berbeda untuk setiap wilayah atau waktu
yang berbeda mengingat adanya perbedaan kondisi lingkungan, tata
ruang dan teknologi. Pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya
alam menjadi masalah mendasar dalam keberlanjutan pembangunan dan
15
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku I (Bandung : Binacipta, 1980), hlm.67. 16
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Ilmu Negara Hukum dan Politik.(Jakarta : Eresco,1991),
hlm.37.
perekonomian nasional. Krisis lingkungan hidup dan kerusakan
sumber daya alam menjadi fenomena umum pembangunan.17
3. Studi Kasus
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial.
Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan
longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang
disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis
dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan
pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi
riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan dan
menguji hipotesis.18
Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi
riset, penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar
kehidupan nyata. Strategi ini dapat menyertakan bukti kuatitatif yang
bersandar pada berbagai sumber dan perkembangan sebelumnya dari
proposisi teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal
memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data
studi kasus kuantitatif.19
17
Seputar Pengetahuan.Com, Pengertian Lingkungan Hidup,
https://www.seputarpengetahuan.com/2016/03/9-pengertian-lingkungan-hidup-menurutpara-ahli.html,
diakses tanggal 30 desember 2018. 18
https://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus. Diakses tanggal 28mei 2019 19
Ibid
Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, pada
dasarnya peneliti yang menggunakan metode penelitian studi kasus
bertujuan untuk memahami objek yang ditelitinya. Meskipun demikian,
berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus bertujuan
secara khusus menjelaskan dan memahami objek yang ditelitinya secara
khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa tujuan
penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekadar untuk
menjelaskan seperti apa objek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan
bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Dengan
kata lain, penelitian studi kasus bukan sekadar menjawab pertanyaan
penelitian tentang ‘apa’ objek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan
komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ objek
tersebut terjadi dan terbentuk sebagai dan dapat dipandang sebagai suatu
kasus.20
Ada lima komponen dari proses yang dinamis dan interaktif yang
terdapat dalam studi kasus penelitian ini antara lain sebagai berikut :
a. Inventarisasi
Secara tradisional, dan laporan mendokumentasikan basis sumber
daya alam, dan penggunaannya. Sekarang ada beberapa teknologi baru
yang memungkinkan pegeseran dari pola bentang darat yang statis ke
pendekatan yang Parametris, yang memfokuskan pada hal-hal
20
https://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus. Diakses tanggal 28 mei 2019.
lingkungan dan diperlukan untuk membentuk proses- proses
bentang darat dan jawaban-jawaban biologis.
b. Evaluasi
Pemakaian data abiotik (cuaca, lapangan tanah, dan substrate)
sebagai basis untuk mengevaluasi tanah dan gunanya untuk pertanian,
penggembalaan dan penebangan hutan sudah lama berjalan.21
c. Perencanaan
Definisi-Definisi resmi tentang perencanaan menunjukkan bahwa
ada aneka ragam pendekatan untuk proses yang sangat penting ini.
Apabila berhasil, perencanaan harus memperhitungkan faktor- faktor
tertentu seperti faktor fisik, biologis, ekonomis, sosial, budaya,
hukum, dan administratif.22
d. Pengelolaan
Belum ada yang namanya bidang pengelolaan lingkungan hidup
atau ahli pengelolaan lingkungan hidup, tetapi ahli pengelolaan dari
bidang lain dapat dicari untuk mengelola lingkungan hidup, misalnya
dari bidang pembangunan perkotaan dan industri; pertambangan;
kehutanan; pariwisata ekologis, serta pengelolaan tanaman-tanaman
yang dilindungi.
e. Pemantauan
Masalah yang terakhir, tetapi tidak kurang pentingnya,
pengelolaan lingkungan hidup tidak akan berhasil tanpa adanya
21
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku I, (Bandung : Binacipta, 1982), hlm.38. 22
Ibid
pemantauan berjalannya sistem tersebut, apakah di tingkat
nasional, propinsi, lokal, atau suatu sistem produksi tertentu.23
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian mengenai analisis lingkungan hidup banyak
dibahas oleh beberapa peneliti baik yang dituangkan dalam skripsi
maupun thesis. Berikut ini adalah beberapa contoh penelitian yang
meneliti tentang pengelolaan lingkungan hidup:
1. Penelitian yang ditulis oleh Dewi Mardikawati24
dengan judul skripsi
Pencemaran Lingkungan di Sungai Dawe ditulis tahun 2015.
Penelitian ini membahas tentang Akibat Kegiatan Pembuangan
Limbah Industri Pabrik Tahu. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif. Dalam penelitian ini membahas tentang pencemaran sungai
yang sangat mengkhawatirkan dan minimnya kesadaran masyarakat
terhadap peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah pusat maupun
daerah, sehingga menyebabkan pencemaran sungai yang berdampak
tercemarnya sumur warga sekitar.25
23
Desni Bram, Politik Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Malang : Setara Press, 2013)
,hlm 3. 24
Mahasiswi Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Judul skripsi Penelitian tentang Pencemaran Lingkungan di Sungai Dawe Akibat Kegiatan Pembuangan Limbah Industri Pabrik Tahu (Kabupaten Kudus) ditulis tahun 2015.
25 Ibid
2. Penelitian yang ditulis oleh Mustofa Niti Suparjo26
dengan judul
skripsi Kondisi Pencemaran Perairan Sungai Babon Semarang ditulis
tahun 2008. Dalam penelitian ini membahas tentang pencemaran dan
kualitas mutu perairan di Sungai Babon Semarang.27
3. Penelitian yang ditulis oleh Azwir28
dengan judul skripsi
Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri
Kelapa Sawit Pt. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar ditulis
tahun 2006. Dalam penelitian ini membahas tentang Daerah Aliran
Sungai Tapung Kiri dengan pengukuran tingkat pencemaran dan
beban pencemaran dari pembuangan Limbah industri kelapa sawit PT.
Peputra Masterindo.29
Sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang implementasi
peraturan daerah nomor 6 tahun 2012 tentang pengelolaan lingkungan
hidup (studi kasus di sungai tembuku kota jambi).
Jadi antara penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh
penulis saat ini memiliki perbedaan dan persamaan. Perbedaan dalam
penelitian ini adalah dari studi kasus dan metode penelitian yang
digunakan, sedangkan persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama
menganalisa peraturan daerah tentang pengelolaan lingkungan hidup yang
26 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Judul skripsi Kondisi Pencemaran Perairan Sungai Babon Semarang ditulis tahun 2008.
27 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Judul skripsi Kondisi Pencemaran Perairan
Sungai Babon Semarang ditulis tahun 2008. 28
Mahasiswa Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Judul skripsi Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri Kelapa Sawit Pt. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar. Ditulis tahun 2006.
29Ibid
meliputi pencemaran,pembuangan limbah,dan sampah yang dibuang tidak
pada tempatnya.
Dari hasil penelitian diatas berbeda dengan penelitian penulis yaitu
Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Di Sungai Tembuku Kota
Jambi), akan memperjelas bagaimana upaya pemerintah mengatasi
permasalahan tersebut melalui Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 6
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, hal ini tentunya
perlu partisipasi dari masyarakat yang tinggal disekitar sungai agar
ditumbuhkan kesadarannya dalam hal menjaga dan mengelola lingkungan
hidup dengan baik.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sungai Tembuku yang berada di
kawasan Jalan Pamuk, Kelurahan Kasang, Kecamatan Jambi Timur, Kota
Jambi. Pemilihan tempat ini disengaja dengan mempertimbangkan hasil
pra-penelitian yang dilakukan oleh penulis yang melihat bahwa lokasi
penelitian ini sangat cocok dan dapat membantu penulis untuk menjawab
rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian ini
mengkaji tentang Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 6
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Di
Sungai Tembuku Kota Jambi). Penelitian ini dilakukan dari Bulan
Desember 2018 sampai dengan Maret 2019.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui
penerapan peraturan daerah dalam kehidupan masyarakat tentang
pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian ini juga menggunakan
pendekatan empiris karena penulis melakukan observasi secara langsung
dilapangan, dan pendekatan penelitian ini menunjukkan pada UU yang
didasari pada Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 6 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga pendekatan
penelitian ini pada lokasi tempat yang peneliti lakukan dalam sebuah
penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang
berbentuk penelitian lapangan (field research) merupakan metode untuk
menemukan secara spesifik tentang apa yang sedang terjadi pada suatu
saat ditengah-tengah masyarakat dan menjelaskan fakta-fakta yang terjadi
secara jelas. Analisis deskriptif ini mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya dari hasil penelitian dan untuk dianalisis maksud dan tujuan
dari penelitian ini.30
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta
di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini ada dua data yang digunakan yaitu data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun
30
Sugiono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, (bandung: Alfa Beta.2014), hal.205.
dari lokasi objek penelitian atau keseluruhan data hasil penelitian
yang diperoleh dari lapangan.31
Data primer dalam penelitian ini
berupa hasil wawancara dan observasi langsung ke lokasi
penelitian yang terletak di sekitar sungai tembuku kota jambi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang
diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber perantara.
Data ini diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain,
sehingga tidak bersifat autentik, karena sudah diperoleh dari tangan
kedua, ketiga, dan seterusnya.32
Data sekunder yang digunakan
berasal dari jurnal dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Sumber Data
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat
deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang bersumber
dari informasi-informasi dari beberapa responden melalui hasil
wawancara dilapangan. Beberapa responden atau informan yang telah
memberikan informasi antara lain adalah Ketua pengawas pintu air
sungai tembuku dan perwakilan dari balai wilayah sungai sumatera VI
(BWSS), ketua RT 03, ketua RT 06, ketua RT 08, dan beberapa warga
yang tinggal disekitar sungai tembuku kota jambi dan wilayahnya
berada di sekitar sungai tembuku kota jambi. Menurut lofland sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.
31 Tim penyusun, pedoman penulisan skripsi, (Jambi : fakultas syariah dan syariah press,
2012), hal.45 32
Ibid.
Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam
kata-kata dan tindakan,sumber data tertulis, dan foto.33
D. Unit Analisis
Penelitian ini dilakukan terhadap Implementasi Peraturan
Daerah Provinsi Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Pemilihan Sungai Tembuku Kota Jambi sebagai
unit analisis penelitian ini didasari dengan beberapa pertimbangan
pokok yaitu berkaitan dengan lingkungan sehingga mempermudah
penulis untuk melakukan unit analisis, dekatnya jarak lokasi penelitian
sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian secara
langsung.
Dengan digunakan unit analisis tersebut, maka subjek
penelitiannya berupa informan-informan yang berasal dari narasumber
yang bertugas sebagai pengawas pintu air sungai Tembuku atau
perwakilan dari Balai Wilayah Sungai Sumatera VI (BWSS) dan
masyarakat di lingkungan sungai tembuku kota jambi, sungai ini
terletak di kawasan Jalan Pamuk, Kelurahan Kasang, Kecamatan
Jambi Timur, Kota Jambi.
33
Lexi J Moloeng, metodologi penelitian kualitatif, (Bandung : Binacipta, 2010), hlm.157.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. Untuk penelitian kualitatif
alat utama yang digunakan adalah si peneliti itu sendiri (human
instrument). Dalam hal ini peneliti tidak bisa diganti oleh orang lain
atau instrument lain untuk melakukan penelitiannya. Jadi peneliti
terjun langsung dengan menggunakan alat-alat pengumpulan data
seperti observasi dan wawancara34
.
1. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
observasi non partisipan karena penelitian ini tidak ikut serta dalam
kegiatan yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan penulis pada
saat observasi yaitu penulis melihat adanya ketidaksesuaian antara
upaya yang pemerintah lakukan melalui dibentuknya perda tentang
analisis dampak lingkungan dengan tanggapan dan prilaku
masyarakat yang terjadi saat ini, sepertinya upaya yang dilakukan
pemerintah belum berjalan secara efektif dan efisien.
Observasi sebagai tehnik pengumpulan data mempunyai
ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan tehnik lainnya, yaitu
wawancara. Jika wawancara dilakukan dengan cara selalu
berkomunikasi dengan orang lain, maka observasi tidak terbatas
34
Sayuti Una, pedoman penulisan skripsi, Edisi Revisi, cet, ke-2 (Jambi : Syariah Press, 2014), hlm.37.
pada orang, tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.35
Sutrisno
mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan peringatan.36
Observasi (observation) pengamatan
merupakan suatu tehnik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.37
Observasi pertama dilakukan pada akhir desember
2018 dengan melakukan peninjauan secara langsung ke lokasi
Sungai Tembuku Kota Jambi dan melakukan wawancara dengan
informan-informan yang bertugas membersihkan sungai tembuku
Kota Jambi.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut.38
Wawancara (interview)
pengumpulan data dengan pengajuan pertanyaan secara langsung
35
Sugiono , metode penelitian kualitatif kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.145. 36
Ibid, 145. 37
Nana Syaodih Sukmadinata, metode penelitian pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), hlm, 145.
38 Lexi J Moloeng, metodologi penelitian kualitatif, cet, ke 1-24, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1989), hlm.186.
oleh pewawancara/pengumpul data kepada responden, selanjutnya
jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam.39
Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah
wawancara tidak terstruktur.40
Wawancara ini bersifat bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
data. Pedoman yang digunakan dalam wawancara jenis ini
hanyalah berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga
peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh
responden.
Penulis memilih wawancara sejenis ini karena ingin
mendapatkan data yang luas mengenai permasalahan yang diteliti.
Dengan jenis wawancara ini, peneliti mendapatkan data sesuai
dengan yang dibutuhkan dan tidak terfokus dalam bahan
wawancara akan tetapi tidak melebar dan keluar dari koridor
wawancara yang dibutuhkan.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan ke beberapa
narasumber seperti kepada ketua pengawas pintu air sungai
tembuku dan salah satu anggota dari Balai Wilayah Sungai
Sumatera VI (BWSS), ketua RT setempat yang ada disekitar
39 Encarta Encyclopedia, penelitian tengan diwawancarai respondensosiologi, (Jakarta : CV
Habsa Jaya, 2001), hlm. 98. 40
wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
sungai tembuku, dan beberapa warga yang tinggal di sekitar sungai
tembuku Kota Jambi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data yang cara
pengambilannya melalui pencatatan yang telah ada tanpa
pengolahan. Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan
metode dokumentasi dan kepustakaan untuk memperkuat
kebenaran data yang akan dianalisis. Metode dokumentasi adalah
metode atau tehnik pengumpulan data dari dokumen resmi internal
berupa catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, dan sebagainya.41
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi,
peraturan, dan kebijakan. Dokumen berbentuk gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,
film, dan lain-lain.. studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.42
41 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hlm.239.
42 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R & D, cet, ke-7, (Bandung : Alfabeta
2009), hlm. 240.
F. Teknis Analisis Data
Setelah selesai mengumpulkan data yang berhubungan
denganpenelitian maka, tahap selanjutnya adalah analisis data, karena
penelitian ini bersifat kualitatif maka analisis data bersifat analisis
kualitatif.
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan,
pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis
dilokasi penelitian.43
Dalam hal ini penulis mereduksi data dengan
memfokuskan pada rumusan masalah yang ada pada penelitian ini.
Penelitian ini lebih banyak pada dokumentasi, hal tersebut
bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang pengelolaan
lingkungan hidup di sungai tembuku kota jambi.
b. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data disini merupakan sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Data-data dikumpulkan dari lapangan melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Data-data yang terkumpul tersebut
direduksi kemudian setelah dipilih hal-hal pokok mengenai
masalah penelitian, data tersebut bisa disajikan dalam bentuk-
43
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Alamshur, metodologi penelitian kualitatif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 307.
bentuk teks yang bersifat naratif dan jika diperlukan penyajian
data juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan
chart.
c. Penarikan Kesimpulan
Setelah data yang terkumpul direduksi, yang selanjutnya
disajikan, maka langkah terakhir dalam menganalisis data adalah
penarikan kesimpulan mengenai sistem pengklasifikasian seperti
apa yang digunakan di daerah sungai tembuku, masalah dan
kendala-kendala apa saja yang ditemukan disana, apa faktor yang
menyebabkan tercemarnya sungai tembuku, dan upaya-upaya
untuk mengatasi kendala tersebut. Kesimpulan dalam penelitian
ini diharapkan dapat menjawab masalah penelitian yang telah
dirumuskan sejak awal.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan dan penyusunan dalam skripsi
agar berjalan dengan baik dan berjalan dengan apa yang telah penulis
tentukan sebelumnya, maka ditentukan susunan dan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang masalah,
Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Kerangka teori, dan Tinjauan Pustaka.
BAB II Membahas tentang Metode Penelitian, yang didalamnya
membahas tentang tempat dan waktu penelitian, pendekatan
penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis data, instrumen
pengumpulan data, dan tehnik analisis data, dan sistematika penulisan.
BAB III Gambaran umum lokasi penelitian terdiri dari : historis dan
geografis.
BAB IV Hasil penelitian dari Implementasi Peraturan Daerah Provinsi
Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Studi Kasus Di Sungai Tembuku Kota Jambi).
BAB V Penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
1. Letak Geografis Sungai Tembuku Kota Jambi
Sungai Tembuku terletak di Jalan Pamuk, Kelurahan Kasang,
Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi. Sungai ini memiliki lebar 6 Meter
dan panjang ±3000 Meter. Sungai ini melintasi beberapa wilayah seperti
Kelurahan Talang Banjar, Tanjung Sari dan Kasang Jaya Kecamatan Jambi
Timur.44
Letak geografis Sungai Tembuku Kota Jambi adalah 3o 15’ lintang
selatan sampai dengan 5o 5’ lintang selatan dan diantara 103
o 31’ bujur
timur menjadi 105o 30’ bujur timur.
Sungai Tembuku melintasi beberapa wilayah seperti Kelurahan Talang
Banjar, Tanjung Sari dan Kasang Jaya Kecamatan Jambi Timur, dengan
lebar sungai ±6 Meter dan panjang. Sungai tembuku terletak di pinggir jalan
utama penghubung antara Muaro Jambi dengan Kota Jambi.
Jaman dahulu Sungai Tembuku adalah sungai yang bersih. tapi sejak
tahun 1999 masyarakat mulai membuang sampah, limbah rumah tangga,
dan limbah-limbah lainnya ke sungai tersebut. Akibatnya sekarang Sungai
Tembuku menjadi salah satu sungai terkotor di Provinsi Jambi. Aroma tidak
sedap dapat tercium bahkan ketika berdiri dengan jarak puluhann meter dari
Lokasi tersebut.
44
www.kectelanaipura.jambikota.go.id. Diakses tanggal 12 maret 2019
Pencemaran lingkungan juga terjadi karena tumpahan Sampah limbah
kotor dari plastik dan limbah rumah tangga bercampur. Sudah terlalu
banyak sampah dan limbah yang dibuang disungai tersebut, jika musim
hujan datang maka pemukiman warga yang berada disekitar aliran sungai
Tembuku akan terendam banjir.45
Di sungai tembuku telah dibuat pintu air oleh Balai Wilayah Sungai
Sumatera VI (BWSS) dalam hal ini diawasi langsung oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Jambi. Pada
awalnya fungsi pembuatan pintu air tersebut adalah untuk menekan debit air
jika air Sungai Batanghari sedang meluap agar tidak masuk ke pemukiman
warga. Karena sampah terus-menerus menumpuk dipintu air, maka
dibuatlah alat pengangkut sampah otomatis. Alat tersebut bekerja
mengangkut sampah dari dasar sungai dan langsung diarahkan ke dalam
mobil pengangkut sampah.46
45 Observasi kedua di lingkungan sungai tembuku kota jambi, tanggal 11 maret 2019
46 Ibid
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Potret Lingkungan Hidup di Sungai Tembuku Kota Jambi
Pada tanggal 28 Maret 2018 lalu telah digelar Hari Air Sedunia di
kawasan pintu air Sungai Tembuku, Kasang, Kota Jambi. Lokasi ini juga
tempat digelarnya peringatan hari air sedunia tahun 2017 lalu.
Potret lingkungan di sekitar Sungai Tembuku Kota jambi yang terletak
di kawasan Jalan Pamuk, Kelurahan Kasang, Kecamatan Jambi Timur, Kota
Jambi terbilang memprihatinkan. Akibat Sampah yang menumpuk tidak
jarang masyarakat yang melintasi kawasan tersebut mencium aroma tak
sedap dari sampah yang bercampur dengan limbah, persoalan lain juga
berdampak buruk bagi warga yang bermukim disekitar anak sungai ini,
ketika hujan turun dengan intensitas tinggi dan tidak berfungsinya aliran
sungai menyebabkan kediaman mereka terendam banjir.
Untuk diketahui pintu air Sungai Tembuku dibangun oleh Balai
Wilayah Sungai Sumatera (WBSS) VI, Direktorat Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), selain
berfungsi untuk mengendalikan banjir terhadap kawasan Kota Jambi,
pembangunan Jambi Flood Control (JFC) yang diresmikan tahun2016 lalu,
disebutkan juga memiliki peran sebagai penyaring tidak masuknya sampah
ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.47
47
http://brandanews.co.id/jambi-peringati-hari-air-seduia-disungai-tembuku.html. Diakses tanggal 12 Maret 2019
Sungai Tembuku terbilang sangat kotor, penuh dengan sampah yang
mayoritas merupakan sampah rumah tangga yang dibuang masyarakat ke
sungai tersebut, sehingga sungai menjadi sangat kotor dan berbau
menyengat.48
B. Upaya Pemerintah dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang
terjadi di sungai tembuku Kota Jambi Berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan
publik. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan
dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu
rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada
masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil
sebagaimana yang diharapkan.49
Implementasi Peraturan Daerah pada prinsipnya adalah cara agar
sebuah Peraturan Daerah dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan
kurang. Untuk mengimplementasikan Peraturan Daerah, maka ada dua
pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam
bentuk program- program atau melalui formulasi peraturan derivate atau
turunan dari peraturan tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk undang-
undang atau Peraturan Daerah adalah jenis kebijakan yang
48
Observasi kedua di lingkungan sungai tembuku kota jambi, tanggal 11 maret 2019 49
Afan Gaffar,Implementasi Peraturan Daerah, (Bandung : Binacipta, 2009), hlm.295.
memerlukan kebijakan publik penjelas atau sering diistilahkan sebagai
peraturan pelaksanaan.50
Pemerintah daerah telah melakukan beberapa upaya untuk
mengembalikan fungsi awal sungai tembuku dan membuat sungai
tembuku menjadi bersih. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang terjadi di Sungai
Tembuku adalah dengan terus melakukan peninjauan ke lokasi Sungai
Tembuku Kota Jambi, guna untuk memantau debit air, sampah, dan
limbah yang masuk ke sungai tembuku agar tidak mencemari pemukiman
warga di sekitar sungai.
Langkah antisipasi serta tindakan cepat diupayakan Pemerintah
Provinsi Jambi dan Pemkot Jambi di lokasi hilir aliran air menuju Sungai
Batanghari agar Sampah yang menumpuk menimbulkan bau bahkan
menebarkan penyakit tidak masuk ke aliran sungai batanghari.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh bapak Rizal Manaf, SE selaku
ketua pengawas pintu air tembuku sebagai berikut :
“pemerintah daerah khususnya pemerintah kota telah melakukan
peninjauan ke sungai tembuku. Peninjauan tersebut dilakukan oleh
kementerian PUPR dan Balai Wilayah Sungai Sumatera VI.
Peninjauan tersebut dilakukan untuk mengetahui debit air, sampah,
dan limbah yang masuk ke sungai tembuku dan dilakukan upaya
pencegahan agar tidak masuk ke pemukiman warga yang berada
disekitar sungai tembuku”51
50 Ibid 51
wawancara dengan Bapak Rizal Manaf. SE, kepala pengawas pintu air Tembuku Kota Jambi, 11 maret 2019.
Salah satu upaya pemerintah dalam mengembalikan fungsi sungai
tembuku juga berlandaskan aturan-aturan yang terdapat pada Peraturan
Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup Di Provinsi Jambi seperti yang tercantum dalam BAB.
IV tentang Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 7 sebagai
berikut :
Dalam Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi mempunyai
wewenang :
a. mengelola dan mengoordinasikan pengendalian lingkungan hidup lintas
Kabupaten / Kota ;
b.merencanakan, mengevaluasi dan melaksanakan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup;
c. mengatur pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatannya sesuai
dengan kewenangannya ;
d. mengatur dan mengamankan kelestarian sumber daya air dan lahan
lintas Kabupaten/Kota ;
e. melakukan penilaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) bagi setiap kegiatan yang potensial menimbulkan dampak
besar dan penting, baik yang berdampak positif maupun negatif yang
lokasinya lebih dari satu kabupaten/kota dan kegiatannya berada dalam
rentang kendali Pemerintah Provinsi ;
f. melakukan pengawasan dan pengembangan sumber daya alam,
konservasi lintas kabupaten / kota ;
g. menyelenggarakan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup lainnya
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Penjabaran operasional dan wilayah kewenangan lintas
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.52
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Rizal, disebutkan
bahwa salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai
berikut:
“Upaya pemerintah yang terus dilakukan adalah mengurangi
tumpukan sampah setiap harinya dengan cara dibangun alat
pengangkut sampah otomatis yang bisa mengangkut sampah dari
dasar sungai dan langsung diarahkan ke mobil pengangkut sampah.
Supaya tidak mencemari air sungai batanghari, Pemerintah Daerah
juga membangun stasiun pompa tembuku untuk menyaring air
limbah agar tidak masuk ke Daerah Aliran Sungai (DAS)
Batanghari”.53
Menurut pengakuan Bapak Rizal, upaya yang dilakukan oleh
pemerintah tersebut dinilai dapat mengurangi debit sampah yang masuk
setiap harinya ke sungai tembuku, walaupun hasil yang didapatkan belum
maksimal tapi pemerintah akan terus berupaya membersihkan sungai
tembuku dari sampah dan limbah-limbah lainnya.
Hal ini terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
PERDA No. 6 tahun 2012 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup Bagian
Kedua Pasal 3 yang bertujuan sebagai berikut :
52
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup Di Provinsi Jambi seperti yang tercantum dalam BAB. IV tentang Wewenang Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 7 53
wawancara dengan Bapak Rizal Manaf. SE, kepala pengawas pintu air Tembuku Kota
Jambi, 11 maret 2019.
a. Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
masyarakat dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup;
b. Menjamin kesehatan, keselamatan, dan kehidupan manusia;
c. Menjamin kelangsungan kehidupan mahluk hidup dan
kelestarian ekosistem;
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
lingkungan hidup;
f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan
generasi masa depan;
g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan
hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara
bijaksana
i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.54
Kesimpulan dari uraian diatas adalah Pemerintah Daerah telah
melakukan beberapa upaya guna mengembalikan fungsi awal Sungai
Tembuku dengan cara mengimplementasikan Peraturan Daerah Provinsi
Jambi no. 6 tahun 2012 tentang pengelolaan lingkungan hidup melalui
program-program yang telah dilaksanakan secara langsung seperti melakukan
54
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Provinsi Jambi.
peninjauan ke lokasi Sungai Tembuku Kota Jambi, guna untuk memantau
debit air, sampah, dan limbah yang masuk ke Sungai Tembuku agar tidak
mencemari pemukiman warga di sekitar sungai.
C. Dampak Peraturan Daerah Provinsi Jambi no. 6 tahun 2012 tentang
pengelolaan lingkungan hidup terhadap kesadaran masyarakat dalam
menjaga lingkungan hidup.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dampak dari
penerapan Peraturan Daerah tersebut belum berjalan sebagaimana
mestinya. Hal tersebut ditandai dengan kesadaran masyarakat yang masih
sangat rendah dalam hal menjaga kebersihan dan lingkungan hidup.
Dari hasil observasi diatas dibenarkan juga oleh pernyataan kepala
pengawas pintu air sungai tembuku, Bapak Rizal Manaf, SE sebagai
berikut:
“Dulu sekitar tahun 1980 keadaan di sungai tembuku sangat bersih
dan terawat. Air sungainya pun bisa digunakan untuk keperluan
sehari-hari seperti mandi,mencuci,mencari ikan,dan kegiatan-
kegiatan lainnya. Tapi keadaan sungai tembuku mulai berubah
sekitar tahun 1990 ketika mulai terjadinya pertumbuhan penduduk
yang sangat pesat di sekitar sungai tembuku. Hal tersebut menjadi
salah satu penyebab kotor dan tercemarnya sungai tembuku karena
banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai”.55
Menurut penuturan Ketua Pengawas pintu air Sungai Tembuku
sekaligus anggota dari Balai Wilayah Sungai Sumatera VI (BWSS)
sebagai berikut :
55
wawancara dengan Bapak Rizal Manaf. SE, kepala pengawas pintu air Tembuku Kota
Jambi, 11 maret 2019.
“PERDA Provinsi Jambi no. 6 tahun 2012 tentang pengelolaan
lingkungan hidup sepertinya belum berjalan sebagaimana mestinya
karena kesadaran masyarakat masih sangat rendah dalam hal
menjaga kebersihan lingkungan, masih banyak masyarakat yang
dengan sengaja membuang sampah dan limbah-limbah lainnya ke
sungai tembuku”.56
Dijelaskan lagi oleh Bapak Rizal dalam kutipan wawancara
sebagai berikut :
“Sepertinya sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui
adanya peraturan daerah tersebut dan selama ini tidak ada sanksi
yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang
membuang sampah dan limbah-limbah lainnya ke sungai
tembuku”.57
Pernyataan diatas dibenarkan oleh bapak selamet selaku ketua rt 08
yang berada disekitar sungai tembuku :
“dulu sekitar tahun 2016 sudah dilakukan sosialisasi tentang
adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan
lingkungan hidup dalam hal ini disampaikan langsung oleh Balai
Wilayah Sungai Sumatera VI kepada warga yang berada disekitar
sungai tembuku. Disampaikan juga bahwa ada sanksi jika masih
ada warga yang membuang sampah dan limbah-limbah lainnya ke
sungai tembuku. Setelah itu keadaan di sungai tembuku mulai
membaik ditandai dengan berkurangnya sampah yang ada disungai
tersebut.
Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena masyarakat
kembali kepada kebiasaan mereka yaitu membuang sampah ke
sungai.”58
Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara dengan bapak
budi selaku ketua RT 06 yang berada di sekitar sungai tembuku kota
jambi:
56
Observasi Kedua Di Lingkungan Sungai Tembuku Kota Jambi, tanggal 11 maret 2019 57
wawancara dengan Bapak Rizal Manaf, SE kepala pengawas pintu air Tembuku, 11 maret 2019
58 wawancara dengan Bapak Selamet ketua RT 08 yang berada disekitar Sungai Tembuku, 11
maret 2019
“warga di RT 06 sepertinya banyak yang belum mengetahui
adanya perda yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan
hidup. Tapi sampah-sampah yang menumpuk di sungai tembuku
tidak semua nya berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar
sungai tembuku. Sampah-sampah tersebut sebagian merupakan
sampah kiriman dari luar daerah seperti dari kelurahan jelutung,
dan dari arah rumah sakit bhayangkara dan dr. Bratanata. Namun
yang terkena dampak nya adalah warga yang tinggal disekitar
sungai tembuku kota jambi”.59
Hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak samino, ketua RT 03
yang berada di sekitar sungai tembuku kota jambi :
“sebagian masyarakat mungkin ada yang sudah mengetahui adanya
PERDA yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup, dan
PERDA tersebut beberapa waktu yang lalu sempat dipasang di
sekitar pagar sungai tembuku dalam bentuk spanduk. Tapi sampah
yang ada bukan hanya dari warga sekitar, namun banyak juga
kiriman dari beberapa daerah yang berada tidak jauh dari sungai
tembuku kota jambi, dan wilayah yang terkena dampak paling
parah dari tercemarnya sungai tembuku adalah RT 03, RT 06, dan
RT 08 yang berada paling dekat dengan sungai tembuku”.60
Dari peryataan diatas bisa disimpulkan bahwa sosialisasi sudah
dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat disekitar sungai tembuku
agar mereka dapat menjaga dan mengelola lingkungan hidup dengan baik.
Tapi sepertinya masih sangat banyak masyarakat yang tidak mengetahui
atau tidak peduli dengan adanya peraturan-peraturan daerah yang
mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup. Dalam hal ini pemerintah
sudah menjalankan tugasnya dengan cara memberikan sosialisasi kepada
masyarakat tentang adanya Peraturan Daerah Provinsi Jambi nomor 6
tahun 2012 tentang pengelolaan lingkungan hidup di provinsi jambi.
59
wawancara dengan Bapak Budi ketua RT 06 yang berada disekitar Sungai Tembuku, 30 maret 2019
60 wawancara dengan Bapak Samino ketua RT 03 yang berada disekitar Sungai Tembuku, 30
maret 2019
Hal tersebut tentunya sudah diatur didalam Peraturan Daerah
Provinsi Jambi nomor 6 tahun 2012 tentang pengelolaan lingkungan hidup
di provinsi jambi pasal 8 sebagai berikut :
Dalam menjalankan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada
Pasal 7, Pemerintah Provinsi memiliki tanggung jawab sebagai berikut :
a. melakukan koordinasi dan/atau kerja sama dengan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak lain ;
b. meningkatkan pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam
pengelolaan lingkungan hidup ;
c. memberikan pelayanan pengaduan dan mediasi kasus/sengketa
lingkungan hidup
d. melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan hidup ;
e. bekerja sama dengan swasta dan masyarakat dalam memberdayakan
pengelolaan lingkungan hidup ;
f. bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan sehat;
g. mendorong pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota
berdasarkan koordinasi dan kerja sama yang saling menguntungkan.61
Dalam masalah diatas dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya
koordinasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang adanya perda yang
mengatur pengelolaan lingkungan hidup di provinsi jambi, sehingga masih
banyak masyarakat yang tidak mengetahui aturan-aturan yang ada didalam
61
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi Pasal 8
perda dan tidak mengetahui bahwa ada sanksi-sanksi tertentu yang
diterapkan kepada siapa saja yang melanggar aturan-aturan didalam perda
tersebut.
Selanjutnya Bapak Rizal Manaf, SE mengatakan bahwa telah ada
kerjasama beberapa pihak dalam upaya membersihkan sungai tembuku.
“Sampah-sampah di sungai tembuku mulai berkurang karena
pemerintah telah melakukan berbagai upaya salah satu nya adalah
bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat (PUPR) dan Balai Wilayah Sungai Sumatera VI
(BWSS)”.62
Sampah-sampah yang berhasil diangkat dari sungai langsung di
bawa ketempat pembuangang akhir (TPA) Talang Gulo seperti dalam
kutipan wawancara dibawah ini:
“Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara melakukan
pembersihan setiap hari dan mengangkut sampah untuk dibuang ke
tempat pembuangan akhir (TPA) Talang gulo, lalu membuat
penyaringan air supaya air limbah tidak masuk ke Daerah Aliran
Sungai (DAS) Batanghari”.63
Seharusnya masyarakat harus memiliki pemahaman dan kesadaran
dalam hal menjaga lingkungan hidup karena menjaga lingkungan hidup
adalah kewajiban semua masyarakat. Seperti yang tertuang dalam
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 tahun 2012 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup BAB III tentang Hak dan Kewajiban Pasal
5, dalam pengelolaan lingkungan hidup setiap orang berhak :
1. Memanfaatkan sumber daya alam secara sah yang berwawasan
lingkungan;
62
wawancara dengan Bapak Rizal Manaf, SE kepala pengawas pintu air tembuku, 11 maret 2019
63 Observasi kedua dilapangan, tanggal 11 maret 2019
2. Memperoleh informasi tentang pengelolaan lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagai bagian hak asasi manusia;
3. Berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Menyiapkan laporan/pengaduan terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup;64
Pasal 6 :
1. Dalam pengelolaan lingkungan hidup setiap orang wajib :
a. Memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup:
b. Mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup;
c. Menanggulangi kerusakan dan pemulihan lingkungan
hidup;
d. Melakukan efisiensi secara terpadu dan terarah terhadap
pemanfaatan sumber daya alam;
2. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar, akurat,
terbuka, dan tepat waktu mengenai pengelolaan lingkungan
hidup.65
64
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup Di Provinsi Jambi. 65
Ibid.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya, berdasarkan instrumen-instrumen yang telah digunakan
maka penulis dapat menyimpulkan hasil dari Implementasi Peraturan
Daerah Provinsi Jambi No. 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Studi Kasus di Sungai Tembuku Kota Jambi)
adalah sebagai berikut :
Sungai tembuku Kota Jambi berada di kawasan Jalan Pamuk,
Kelurahan Kasang, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi. Kondisi
sungai tembuku saat ini sangat memprihatinkan karena banyaknya
sampah yang menumpuk dan hal ini kerap terjadi saat datang musim
penghujan, hingga menghambat proses sirkulasi air, salah satunya di
sekitar Sungai Tembuku dan anak Sungai Tembuku. Akibatnya tidak
jarang masyarakat yang melintasi kawasan tersebut mencium aroma
tak sedap dari sampah yang bercampur dengan limbah itu, persoalan
lain juga berdampak buruk bagi warga yang bermukim disekitar anak
sungai ini, ketika hujan turun dengan intensitas tinggi dan tidak
berfungsinya aliran sungai menyebabkan kediaman mereka terendam
banjir.
Sebelumnya Pemerintah Kota Jambi bersama Balai Wilayah
Sungai Sumatera VI, telah berupaya melakukan normalisasi sungai
tembuku dan anak sungai tembuku, dengan memasang alat untuk
membersihkan sampah yang berada di pintu air, sehingga ketika
sampah menumpuk secara otomatis alat tersebut menaikkan sampah ke
dalam mobil pengangkut sampah. Hanya saja alat tersebut dinilai
masih belum maksimal mengatasi persoalan ini.
1. Potret lingkungan di sekitar Sungai Tembuku Kota jambi terbilang
buruk dan memprihatinkan. Akibat Sampah yang menumpuk tidak
jarang masyarakat yang melintasi kawasan tersebut mencium
aroma tak sedap dari sampah yang bercampur dengan limbah,
persoalan lain juga berdampak buruk bagi warga yang bermukim
disekitar anak sungai ini, ketika hujan turun dengan intensitas
tinggi dan tidak berfungsinya aliran sungai menyebabkan kediaman
mereka terendam banjir. Aroma tidak sedap dapat tercium bahkan
ketika berdiri dengan jarak puluhan meter dari Lokasi tersebut.
Pencemaran lingkungan juga terjadi karena tumpahan Sampah
limbah kotor dari plastik dan limbah rumah tangga bercampur. Jika
sampah dan limbah-limbah tersebut terus dibiarkan maka bisa
menjadi sumber penyakit.
2. Pemerintah Daerah terus melakukan peninjauan ke lokasi sungai
tembuku kota jambi, guna untuk memantau debit air, sampah, dan
limbah yang masuk ke sungai tembuku agar tidak mencemari
pemukiman warga di sekitar sungai. Upaya pemerintah yang terus
dilakukan adalah mengurangi tumpukan sampah setiap harinya
dengan cara dibangun alat pengangkut sampah otomatis yang bisa
mengangkut sampah dari dasar sungai dan langsung diarahkan ke
mobil pengangkut sampah. Supaya tidak mencemari air sungai
batanghari, Pemerintah Daerah juga membangun stasiun pompa
tembuku untuk menyaring air limbah agar tidak masuk ke Daerah
Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dampak dari
penerapan Peraturan Daerah tersebut belum berjalan sebagaimana
mestinya. Hal tersebut ditandai dengan kesadaran masyarakat yang
masih sangat rendah dalam hal menjaga kebersihan dan lingkungan
hidup. Menurut penuturan Ketua Pengawas pintu air Sungai
Tembuku sekaligus anggota dari Balai Wilayah Sungai Sumatera
VI (BWSS), kesadaran masyarakat masih sangat rendah dalam hal
menjaga kebersihan lingkungan, masih banyak masyarakat yang
dengan sengaja membuang sampah dan limbah-limbah lainnya ke
sungai tembuku.
Sepertinya sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui
adanya peraturan daerah tersebut dan selama ini tidak ada sanksi
yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang
membuang sampah dan limbah-limbah lainnya ke sungai tembuku.
Sampah-sampah di sungai tembuku mulai berkurang karena
pemerintah telah melakukan berbagai upaya salah satu nya adalah
bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat (PUPR) dan Balai Wilayah Sungai Sumatera VI
(BWSS). Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara
melakukan pembersihan setiap hari dan mengangkut sampah untuk
dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Talang gulo, lalu
membuat penyaringan air supaya air limbah tidak masuk ke Daerah
Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
B. Saran
Dengan adanya kesimpulan yang telah dikemukakan di atas,
penulis menyarankan agar dilakukannya sosialisai Peraturan Daerah
Provinsi Jambi Nomor 6 tahun 2012 tentang Pengelolaan Hidup
kepada masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal disekitar aliran
sungai tembuku agar mereka mengetahui aturan-aturan yang telah
dibuat dalam PERDA tersebut supaya tidak ada lagi masyarakat yang
melanggar aturan dan membuang sampah serta limbah-limbah lainnya
ke sungai tembuku. Karena jika hal tersebut terus dilakukan maka akan
mengancam kelestarian lingkungan hidup dan sungai tembuku akan
semakin tercemar.
Akibat dari tercemarnya sungai tembuku akan dirasakan oleh
masyarakat itu sendiri. Sepertinya pemerintah juga harus mengambil
sikap tegas sesuai dengan aturan yang telah tertulis di dalam PERDA
tersebut dengan cara menerapkan sanksi bagi siapa saja yang
melanggar aturan dan bagi masyarakat yang tetap membuang sampah
ke sungai. Jika sanksi tegas diterapkan, mungkin dapat mengurangi
jumlah sampah yang dibuang ke sungai dan secara tidak langsung
masyarakat ikut menjaga kelestarian dan pengelolaan lingkungan
hidup.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Prof. Dr. K.E.S Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta :
Kharisma Putra Utama, 2016.
Jaringan Informasi Sains Bumi Internasional Universitas Columbia
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutiara, Jakarta,1982
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku I: Umum,
Binacipta,Bandung, 1980.
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Ilmu Negara Hukum dan Politik,Eresco,
Jakarta,1991.
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku IV, Global,
Binacipta,Bandung, 1982.
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku IV, Global,
Binacipta,Bandung, 1982.
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku IV, Global,
Binacipta,Bandung, 1982.
Desni Bram, Politik Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, Setara
Press,Malang, 2013.
Sugiono,Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,dan r % d,
Bandung: Alfa Beta.2014.
Sugiono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, dan r %
d,(bandung: Alfa Beta.2014.
Tim penyusun, pedoman penulisan skripsi, (Jambi : fakultas syariah dan
syariah press, 2012).
Ibid.
Lexi J Moloeng, metodologi penelitian kualitatif, cet, ke-1-24, Bandung:
2010.
Sayuti Una, pedoman penulisan skripsi, Edisi Revisi, cet, ke-2 Jambi
Syariah Press, 2014.
Sugiono , metode penelitian kualitatif kuantitatif R & D, CET KE-7,
Bandung: Alfabeta.
Ibid.
Nana Syaodih Sukmadinata, metode penelitian pendidikan, Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2000.
Lexi J Moloeng, metodologi penelitian kualitatif, cet, ke 1-24, Bandung :
Remaja Rosdakarya, 1989.
Encarta Encyclopedia, penelitian tengan diwawancarai
respondensosiologi, CV Habsa Jaya.
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1998.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R & D, cet, ke-7,
Bandung : Alfabeta 2009.
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Alamshur, metodologi penelitian
kualitatif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012).
B. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Provinsi Jambi.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
C. Jurnal
https://www.beritasatu.com/kesra/222306-indonesia-adalah-negara-
terkotorketujuh-di-dunia.html.
https://www.kompasiana.com/nunung_nuraida/55115c068133119745bc5f
9b/indonesia-negara-terkotor-ke-3-di-dunia.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180423183600-255-
292946/kesadaran-masyarakat-indonesia-akan-kebersihan-masih-rendah.
www.kectelanaipura.jambikota.go.id.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesia-
penyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180423183600-255-
292946/kesadaran-masyarakat-indonesia-akan-kebersihan-masih-rendah.
https://media.neliti.com/media/publications/146565-ID-respon-sosial-
perempuan-melayu-jambi-ter.pdf.
http://jambi.tribunnews.com/tag/sungai-tembuku.
Seputar Pengetahuan.Com, Pengertian Lingkungan
Hidup,https://www.seputarpengetahuan.com/2016/03/9-pengertian-
lingkungan-hidup-menurutpara-ahli.html.
http://brandanews.co.id/jambi-peringati-hari-air-seduia-disungai-
tembuku.html.
D. Lain-lain
Hasil Observasi awal di lapangan, pada tanggal 15 desember 2018
Skripsi Pencemaran Lingkungan di Sungai Dawe Akibat Kegiatan
Pembuangan Limbah Industri Pabrik Tahu (Kabupaten Kudus).
Thesis tentang pencemaran dan kualitas mutu perairan di Sungai Babon
Semarang.
Thesis tentang Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah
Industri Kelapa Sawit Pt. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar.
Observasi kedua dilapangan, tanggal 11 maret 2019
LAMPIRAN
Gambar 1
Ket : perbedaan warna air sungai tembuku dan sungai batanghari. Sungai
tembuku berwarna hitam pekat dan sungai batanghari berwarna cokelat.
Gambar 2
ket : kondisi sungai tembuku saat ini, sampah mulai berkurang karena
setiap 3 kali seminggu dilakukan pengerukan sampah oleh Balai Wilayah
Sungai Sumatera VI (BWSS).
Gambar 3
Ket : Perbatasan sungai tembuku dan sungai batanghari
Gambar 4
ket : narasumber penelitian ini, Bapak Rizal selaku ketua tim penjaga pintu
air sungai tembuku dan salah satu anggota dari Balai Wilayah Sungai
Sumatera VI (BWSS).
Gambar 5
ket : pintu air sungai tembuku dan alat penyaringan air supaya air limbah
tidak masuk ke sungai batanghari.
Gambar 6
Ket : kondisi sungai tembuku yang tercemar akibat sampah dan limbah
yang dibuang ke sungai tembuku.
top related