implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik...
Post on 04-Jun-2020
36 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN
BEHAVIORISTIK DALAM METODE PEMBELAJARAN
AKIDAH AKHLAK PADA MI AL FALAH KALIANGKRIK
DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
FADHOIL, S.AG
NIM. M1.13.022
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
i
2
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN
BEHAVIORISTIK DALAM METODE PEMBELAJARAN
AKIDAH AKHLAK PA DA MI AL FALAH KALIANGKRIK
DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
FADHOIL, S.AG
NIM. M1.13.022
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Sebagai pelengkap Persyaratan
Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 25 September 2015
ttd
Dr. H.M. Zulfa, M.Ag
Pembimbing 1
Ii
4
P ROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama : Fadhoil, S.Ag
NIM : M1.13.022
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi : PAI
Tanggal Ujian : 25 September 2015
Judul Tesis : Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik
Dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlak pada
MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo
Bandongan Magelang Tahun pelajaran 2014/2015
Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji : Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag __________________
2. Sekretaris : Dr. Winarno, M.Pd. __________________
3. Penguji I : Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. __________________
4. Penguji II : Dr. H. Miftahuddin, M.A __________________
5. Penguji III : Dr. H.M. Zulfa, M.Ag. __________________
Iii
5
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya saya
sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa
pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang
lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau Ijasah pada Institut
Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 25 September 2015
Yang Membuat Pernyataan
Fadhoil, S.Ag
NIM.M1.13.022
iv
6
ABSTRAK
Fadhoil. 2015. Implementasi pendidikan humanistik dan Behavioristik dalam Metode
Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al
Islam Tonoboyo Bandongan Magelang Tahun ajarn 2014/2015
Dosen Pembimbing: Dr. H.M.Zulfa, M.Ag.
Kata Kunci : Humanistik , Behavioristik dan metode Akidah akhlak
Penelitian ini mengenai implementasinya pendidikan humanistik dan
behavioristik dalam metode pembelajaran akidah akhlaq di Madrasah
Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan
magelang tahun ajaran 2014/2015. Dengan permasalahan penelitian yang
meliputi: (1) Bagaimana aplikasi metode pembelajaran akidah akhlaq di
Madrasah?(2)Bagaimana guru mengimplementasikan pendidikan
humanistik dan behavioristik di Madrasah ?
Adapun hasil penelitian menunjukkan dalam pelaksanaan
pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah dan MI Al Islam dalam
perencanaannya dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran melalui RPP dan
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Dalam
pengelolaan pembelajaran Akidah Akhlak guru menerapkan metode,
diantaranya : ceramah , tanya jawab, diskusi dan demonstrasi
Implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam
pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah dan MI Al Islam dapat dilihat
dalam proses pembelajaran, Guru sudah cukup mampu
mengimplementasikan pendidikan humanistik dan behavioristik kedalam
metode pembelajaran akidah akhlak. Hal ini guru sudah cukup mampu
melaksanakan dalam pembelajaran yang sudah ada interaksi yang
komunikatif antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa. Penciptaan
suasana kelas yang nyaman tanpa ancaman. Siswa dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran menjadi berpusat pada siswa, sedangkan guru
berpindah sebagai fasilitator dan si swa diberi kebebasan untuk
berpendapat. Pendidikan humanistik dan behavioristik sudah dapat
ditwrapkan oleh guru akidah akhlak misalnya adanya pendidikan yang
bersifat terbuka, pendidikan mandiri dan pendidikan yang berpusat pada
siswa.
7
v
PEDOMAN
TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988
A. Konsonan Tunggal.
Huruf
Arab
Nama Huruf
Latin
Keterangan
Alif - Tidak ا
dilambangkan
- Ba‟ B ب
- Ta‟ T ت
Sa S S dengan titik ث
diatas
- Jim J ج
HA‟ H H dengan titik ح
dibawah
- Kha‟ Kh خ
- Dal D د
Zal Z Z dengan titik ذ
diatas
- Ra‟ R ر
- Za‟ Z ز
- Sin S س
- Syin Sy ش
Sad S S dengan titik ص
dibawah
Dad D D dengan titik ض
dibawah
T T T dengan titik ط
dibawah
8
ظ
Za‟ Z Z dengan titik
dibawah
ع
‟ain „ Koma terbalik
(apotrof tunggal)
- Gain G غ
- Fa‟ F ف
- Qaf Q ق
- Kaf K ك
- Lam L ل
- Mim M م
- Nun N ن
Waw W و
- Ha‟ H ه
Hamzah . Koma lurus ء
miring (tidak
untuk awal kata)
- Ya‟ Y ى
‟Ta ة
Marbutah
H Dibaca ah ketika
mauquf
‟Ta ة...
Marbutah
H / t Dibaca ah / at
ketika mauquf
B. Vokal Pendek
ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH
- A Bunyi fathah
pendek افل
- I Bunyi kasrah
pendek سلم
- U Bunyi dammah
pendek احد
vii
9
C. Vokal Panjang
ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH
A Bunyi fathah ا
panjang كان
/ ى
ي
I Bunyi kasrah
panjang فيك
و- U Bunyi dammah
panjang كونو
D. Diftong
ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH
....–
و
Aw Bunyi fathah
diikuti wau موز
...
ي
Ai Bunyi fathah
diikuti ya كيد
E. Pembauran kata sandang tertentu.
ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH
ال ...aL-Qa Bunyi al
Qomariyyah القمر
–ال
ش
Asy-sy
…
Bunyi al
Syamsiyyah
dengan / (el)
Diganti huruf
berikutnya
الشمسية
ل ...وا Wal /
Wasy-
sy
Bunyi al
Qomariyyah / al
Syamsiyyah
diawali huruf
hidup, maka tidak
terbaca mandiri
والمعاملة
والتربية
viii
10
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang
menguasai seluruh alam jagat raya. Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan,
dan atas limpahan rahmat, taufiq, beserta hidayah-Nya kita masih diberikan ketetapan
iman dan taqwa kepada-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan pada Nabi Muhammad
SAW, yakni yang telah merubah zaman kegelapan (jahiliah) menjadi zaman yang
terang benderang dengan manusia yang berakhlak melalui ajaran agama Islam yang
dibawanya, serta syafaatnya senantiasa kita harapkan di hari kiamat kemudian.
Atas pancaran ilmu-Nya yang dianugerahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Implementasi Pendidikan Humanistik dan
Behavioristik Dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq pada MI Al Falah
Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang Tahun Pelajaran
2014/2015), dengan baik, dan lancar serta dapat menempuh perjalanan panjang yang
penuh dengan perjuangan. Semua ini tidak lain adalah atas pertolongan dari Allah
SWT.
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
ix
11
3. Bapak Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. selaku pembimbing yang penuh
dengan keihlasan, kesabaran dan kejelian untuk memberikan
bimbingan dan arahan sampai terselesainya penyusunan tesis ini.
4. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag dan Dr. Budiono Saputro, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah di Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang
pernah berpesan kepada Mahasiswa dengan kalimat “ yang penting
dijalani/teko dilakoni, alon-alon wathon kelakon”, beserta seluruh
dosen dan karyawan Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.
5. Bpk Ibu Guru pada MI Al Falah Kaliangkrik, Bapak Rozib Sulistyo,
M.PdI (Kepala Madrasah dan guru MI Al Islam Tonoboyo
Bandongan Magelang), beserta seluruh dewan guru, karyawan dan
peserta didiknya yang telah memberikan kesempatan dan bantuan
demi terselesainya penelitian kepada penulis.
6. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan mohon
kekuatan, tidak lupa semoga amal baik mereka mendapat balasan yang lebih dari-
Nya. Amin.
Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan
bahkan kekeliruan dari Tesis ini, penulis meyadari bahwa semua itu adalah
kekurangan dari diri pribadi penulis, dengan ini mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari seluruh pembaca untuk menjadi yang lebih baik
x
12
Penulis berharap semoga Tesis ini memberikan kemanfaatan dan
kemaslahatan khususnya pada diri pribadi penulis dan pembaca serta dalam ilmu
pendidikan secara umum. Amin ya robbal’alamin.
Salatiga, 25 September 2015
Penulis,
Fadhoil, S.Ag
NIM. M1. 13.022
xi
13
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
Berusaha tanpa berdo‟a itu sombong
Berdo‟a tanpa berusaha itu bohong
Maka hiasilah hidupmu dengan Berusaha dan berdo‟a
xii
14
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tuaku, yang telah membesarkan dan mendidikku hingga
aku dewasa;
2. Kedua mertuaku yang selalu mendo‟akan aku;
3. Istriku dan anak-anakku tercinta yang selalu menyayangi dan
memotivasi aku;
4. Drs. H. Achmad Sa‟i, Mandur Adha.S.PdI, dan rekan rekan semua di
jajaran kaliangkrik yang selalu memberikan motivasi kepada saya.
5. Kakak- kakakku , beserta keluarga yang selalu mendukungkku;
6. Keluarga besar mertua, yang ikut mendo‟akan aku; dan
7. Kepada teman-teman PPs IAIN salatiga angkatan 2013 yang saya
cintai.
8. Seluruh pembaca yang budiman
xiii
15
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .. ................................................................................. iii
ABSTRAK....................................................................................................... ........... iv
PANDUAN TRANSLITERASI ................................................................................. v
KATA PRAKATA ..................................................................................................... viii
MOTTO............................................................................................................ ........... xi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ................. xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Balakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah. .................................................................. 5
C. Tujuan dan manfaat penelitian ................................................ 5
D. Tinjuauan pustaka.................................................................. .... 6
E. Penegasan Istilah ...................................................................... 11
F. Metode Penelitian ..................................................................... 14
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 18
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 20
A. Humanistik ................................................................................ 20
B. Behavioristik. ............................................................................ 31
C. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak....................................... 57
D. Pengertian, Dasar,dan Tujuan Akidah Akhlak............................ 62
xiv
16
BAB III HASIL PENELITIAN PENELITIAN ......................................... 70
A. Gambaran Madrasah Ibtidaiyah Al Falah kaliangkrik .......... 70
B. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 70
1. Tinjauan historis ................................................................ 70
2. Visi dan misi ....................................................................... 71
3. Tinjauan Geografis ............................................................ 72
4. Data sarana dan Prasarana ............................................... 73
5. Kegiatan Ekstrakulikuler .................................................. 77
6. Kedaan guru dan karyawan .............................................. 79
7. Keadaan siswa .................................................................... 79
C. Gambaran Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo ............. 83
D. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 82
1. Tinjauan historis ................................................................ 82
2. Tinjauan Geografis ............................................................ 82
3. Visi dan misi ....................................................................... 83
4. Kedaan guru dan karyawan Data sarana dan Prasarana 88
5. Keadaan siswa ................................................................... 89
6. Data sarana dan Prasarana .............................................. 89
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................. 93
A. Pemahaman guru Tentang Pendidikan humanistik
dan behavioristik ..................................................................... 93
B. Analisis Metode pembelajaran akidah Akhlak......................... 99
C. Implementasi Pendidikan humanistik dan Behavioristik dalam
Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq. ................................... 102
D. Kelebihan dan kekurangan Metode humanistik dan
Metode Behavioristik............................................................. .... 111
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 117
1. Simpulan .................................................................................... 117
2. Saran.. ....................................................................................... 118
17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 120
LAMPIRAN ..................................................................................... 124
BIOGRAFI PENULIS............................................................................161
xiv
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang sistim pendidikan menjadikan peserta didik
sebagai manusia yangtercabut dari realitas sekarang, karena guru telah
mendidik mereka menjadi orang lain bukan menjadi dirinya sendiri, artinya
kebebasan dan pengakuan dari guru kurang mendapat perhatian yang
maksimal. Akhirnya pendidikan bukan menjadi sarana untuk
menumbuhkan potensi anak didik akan tetapi malah menjadikan mereka
manusia yang siap cetak untuk kepentingan tertentu.1
Dalam pengajaran didalam kelas kebanyakan guru hanya
memberikan metode ceramah, dilihat dari dominasi guru lebih banyak dari
pada siswa. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran diera sekarang ini
perlu adanya penyegaran dan kombinasi dalam penyampaian pelajaran
dengan baik dan fariatif.
Konsep humanistik mengajarkan manusia memiliki rasa
kemanusiaan yang mendalam dari seorang guru terhadap peserta didik
dalam proses belajar dan mengajar.Menghilangkan rasa egois, otoriter, dan
1 Mansour Fakih dkk, Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis,Yogyakarta:
Insist , 2001, 42.
19
individualis dan tidak semena mena melakuakan lawan bicara memahami
atau masuk pada pembicaraan kita.Pendidikan humanistik adalah
pendidikan yang memandang manusia sebagai manusia yaitu makhluk
ciptaan Allah dengan fitrah – fitrah tertentu untuk dikembangkan secara
optimal. Pendidikan Humanistik atau konsep belajar humanistik
tentunya tidak bisa dipisahkan dengan psikologi humanistik.Pahampsikologi
humanistik inilah yang dapat dinyakini beberapa ahli menjadi dasar atau
munculnya konsep pendidikan humanistik. Aliran ini yang mendorong
peningkatan kualitas manusia melalui penghargaan terhadap potensi positif
yang ada pada setiap manusia. Seiring dengan perubahan dan tuntutan
zaman, proses pendidikan selalu berubah. Dengan adanya perubahan dalam
strategi pendidikan dari waktu ke waktu, humanistik memberikan arahan
yang signifikan dalam pencapaian tujuan ini.2 Psikologi humanistik
membantu upaya perbaikan dalam salah satunya dengan pendekatan
humanistik.Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada
ranah kognitif, afektif dan Psikomotorik pada siswa. Dalam prakteknya
siswa diberi pengalaman belajar, diakui, diterima, dan dimanusiakan,
sehingga pada akhirnya peserta didik menjadi optimis untuk sukses.
Behavioristik merupakan suatu teori psikologi yang berfokus materi
kajiannya hanyalah prilaku nyata (overt behavior ) tidak terkait dengan
hubungan kesadaran atau konstruksi mental. Teori behavioristik pada
mulanya telah lahir semenjak abad kesembilan belas, pengkondisian klasik
2 Ratna Syifa‟a Rachmahana, “Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam
Pendidikan”, El tarbawi: Jurnal pendidikan Islam http://Journaluii.ac.id : 16 diacses 23
Nopember 2014.
20
menurut Ivan P. Pavlov yang merupakan cikal bakal perkembangan teori
behavioristik dikemudian hari.
Ciri utama teori behavioristik adalah guru bersikap otoriter dan
sebagai agen induktrinasi dan propaganda dan sebagai pengendali masukan
prilaku. Hal ini dikemukakan karena behavioristik menganggap bahwa
manusia itu bersifat pasif dan segala sesuatunya tergantung pada stimulus
yang didapatkan.
Pengajaran Akidah Akhlak adalah sebagai suatu sistem yang terdiri
dari komponen komponen yang terjalin sangat erat satu sama lain, dan
apabila komponen tersebut terjalin dengan baik maka akan bereaksi secara
optimal. Komponen komponen tersebut adalah : komponen tujuan
pendidikan, komponen pendidik, komponen anak didik, komponen materi,
komponen metode, dan komponen evaluasi pendidikan.
Sebagai salah satu komponen pendidikan adalah satu faktor yang
penting. Tujuan pengembangan pembelajarannya adalah untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik untuk meningkatkan
potensi kenyakinan, pemahaman, dan pengalaman siswa sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.3
Dalam menentukan metode pengajaran Akidah akhlak di suatu
madrasah diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Agar dalam
pengajaran lebih bermakna maka perlu adanya pengakuan peserta didik
sebagai subyeknya yaitu dengan melihat teori Humanistik dan behavioristik.
3 Ramayulis,Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, 22.
21
Peran guru dalam pengajaran ini sebagai fasilitator bagi para siswa,
sedangkan Guru memberi motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kondisi siswa. Dan peran guru mengfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa serta mendampingi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
siswa berperan sebagai pelaku utama.
Sebagian guru sekarang banyak yang menggunakan metode-metode
klasik yang hanya menggunakan metode ceramah dan kurang
mengkombinasikan dengan metode lain. Hal ini kurang memperhatikan
potensi potensi kemanusiaan siswa , karena siswa hanya cenderung
menerima saja tanpa ada feed beck tentang pelajaran yang diperoleh.
Akhirnya siswa hanya memperoleh memperoleh materi Akidah Akhlak pada
saat akan ujian saja, sedangkan dalam berlangsungnya pelajaran mereka
hanya cenderung kurang berminat dan hadir dikelas secara fisik saja
,sementara psikhisnya tidak terlibat.
Di MI Al Falah Kaliangkrik Kabupaten Magelang yang merupakan
Madrasah yang cukup berkembang dalam kegiatan keagamaan.Madrasah
ini terletak di sebelah pedesaan yang sebagian penduduknya bertani. Dengan
kedaan orang tua yang kurang dalam pemahaman terhadap
keagamaan,maka mereka akan berusaha untuk mendukung kegiatan dan
mendukung kegiatan yang bersifat dan berkaitan dengan agama islam.
Dengan banyaknya kepercayaan orang tua terhadap pengembangan
kegiatan keagamaan yang dilakukan di Madrasah maka disini penulis akan
mencoba meneliti tentang bagaimana proses pengajaran Akidah akhlaq
22
apakah sejalan dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan di luar
pembelajaran yang cukupberkembang.
Dengan mencetuskan teori belajar Humanistik Arthur Comb dan
Abraham Maslow, penelitian ini lebih mengarah kepada Implementasi dari
pendidikan humanistik yang diambil dari teori belajar humanistik Carl
Rogers yang dapat diterapkan dalam metode pembelajaran Akidah Akhlak
di MI Al Falah Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Rogers memilki implikasi
yang signifikan terhadap metode pembelajaran akidah Akhlak. Hal ini
dalam teori belajar humanistik carl rogers dapat dikembangkan dalam
mewarnai metode pembelajaran. Dengan adanya pendidikan Humanistik
diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya
secara positif dan menimalisir potensi dirinya yang negatif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah kaliangkrik
dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang?
2. Bagaimana Implementasi Pendidikan humanistik dan behavioristik dalam
pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah kaliangkrik dan MI Al Islam
Tonoboyo Bandongan Magelang?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
23
a. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran akidah akhlak
di MI
Al Falah kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan
b. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi pendidikan humanistik
dan
behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al
Falah Kaliangrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang?
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang pendidikan humanistik
dan pendidikan behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah
Akhlak
b. Untuk menjadi pertimbangan Guru Akidah Akhlak di MI Al FAlah
Kaliangkrik Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang
dalam memilih metode pembelajaran untuk Akidah Akhlak
c. Untuk menambah wawasan pemikiran tentang pendidikan humanistik
dan behavioristik
d. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain sehingga dapat melakukan
pengembangan lebih lanjut.
D. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka dimaksud sebagai kajian ilmiah yang berguna untuk
memberikan kajian kejelasan dn batasan pemahaman informasi yang
digunakan , diteliti melalui khazanah pustaka dan sebatas jangkauan yang
24
didapatkan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan tema
penulisan
Tesis yang ditulis oleh M. Mukhlis Fahruddin.Konsep Pendidikan
Humanis dalam Perspektif Al-Qur'an.Tesis. Program Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.Yogyakarta. 2008. Hakikat
pendidikan adalah proses memanusiakan anak manusia, yaitu menyadari
akan manusia yang merdeka, kreatif yang terwujud di dalambudayanya.
Namun hingga saat ini menurut beberapa pakar, pendidikan belum mampu
mencapai titik idealnya yakni memanusiakan manusia, yang terjadi justeru
sebaliknya yakni merendahkan derajat dan martabat
manusia(dehumansisasi). Gagalnya pendidikan untuk menanamkan nilai
humanismeterlihat dengan menempatkan Indonesia termasuk negara yang
korup, banyak sekolah-sekolah khusus bagi para pemodal, orang kaya dan
yang miskin tidak mendapatkannya, sekolah seolah menjadi pemicu
marjinalisasi terhadap mereka yang tidak mengenyam pendidikan yang
layak, banyak kasus tawuran antara pelajar, kekerasan guru terhadap
muridnya pendidikan dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Hal ini
semakin menutupnya nilai humanisdalam pendidikan.
Proses pendidikan yang berlangsung seharusnya diarahkan pada
tumbuhnya kreatifitas, kemandirian anak didik, tercipta hubungan
25
yanghumanis antara pendidik dan peserta didik, serta mampu
mengoptimalkan potensi yang ada.4
Karya ilmiah yang ditulis Nanang khoirudin, jurusan pendidikan
bahasa Arab fakultas Tarbiyah UIN Yogyakarta tahun 2005 dengan judul “
Pendidikan Humanistik dan Aplikasinya dalam Proses Pembelajaran Bahasa
arab (Telaah atas pemikiran Paulo Freire)” menyimpulkan tentang
problematika PBM Bahasa arab yang salah ini terjadi karena salah satunya
menggunakan gaya bank, yang menganggap bahwa anak didik tidak
dianggap sebagai manusia yang mempunyai potensi dan tidak adanya
kesempatan untuk berekpresi pada akhirnya peserta didik mengalami
kekurang dalam kegiatan pembelajaran.5
Tesis yang ditulis oleh Murtmainnah, Juruasan Pendidikan Agama
islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta
tahun2011 dengan Judul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan Pendekatan Humanis di MAN Wates 1 Kulon
Progo”.Menyimpulkan tentang analisis terhadap pembelajaran PAI yang
menggunakan pendekatan Humanistis, yang melihat apakah dalam Proses
pembelajaran PAI sudah mencakup tiga aspek pendidikan, yaitu ranah
4M. Mukhlis Fahruddin. Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif Al-
Qur'an.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga.Yogyakarta, 2008. 5Nanang khoirudin, Pendidikan Humanistik dan Aplikasinya dalam Proses Pembelajaran
Bahasa arab (Telaah atas pemikiran Paulo Freire) jurusan pendidikan bahasa Arab fakultas
Tarbiyah UIN Yogyakarta , 2005.
26
kognitif, Afektif dan Psikomotorik baik dalam perencanaan pembelajaran
maupun pelaksanaa pembelajarannya.6
Tesis Muhammad Yusuf, jurusan Tarbiyah UIN 2007 dengan judul”
Pendidikan Humanis dan Aplikasinya dalam Pendidikan Akidah Akhlak
(Telaah atas pemikiran Abdul munir Mulkhan” menyimpulkan Konsep
pendidikan humanis menurut Abdul Munir Mulkan yang meliputi pokok
pokok , yaitu : Hakikat manusia,hakikat pendidikan humanis yang disertai
dengan sistim aplikasi pendidikan humanis Abdul Munir mulkan dalam
Pendidikan agama islam mengenai tujuan, kurikulum, metode, evaluasi,
pendidik dan peserta didik.7
Sejauh pengamatan penulis, belum ada satu tesispun yang membahas
secara mendalam tentang teori behavioristik. Namun ada beberapa skripsi
yang cukup relevan dengan permasalahan yang akan penulis teliti, antara
lain :
Karya Ilmiah berjudul Studi Komparasi Teori Behavioristik Dan
Humanistik (kajian metode pembelajaran bahasa arab), oleh Mansata Indah
Dwi Uteri (2012). Karya ini memaparkan dua teori tersebut dalam
memandang pembelajaran bahasa arab dan mengkomparasikan keduanya
terhadap metode yang sesuai untuk pembelajaran bahasa arab. Hasil dari
penelitian ini bahwa teori Behavioristik sudah tidak banyak digunakan
6Murtmainnah,Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Pendekatan Humanis di MAN Wates 1 Kulon Progo Juruasan Pendidikan Agama islam,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta, 2011. 7 Muhammad Yusuf, Pendidikan Humanis dan Aplikasinya dalam Pendidikan Akidah
Akhlak (Telaah atas pemikiran Abdul munir Mulkhan” Jurusan Tarbiyah UIN, 2007 .
27
dalam pembelajaran bahasa arab, karena dianggap masih banyak
kekurangan dibandingkan dengan teori Humanistik.8Penelitian ini berbeda
dengan penelitian penulis, karena penulis meneliti implementasi pendidikan
humanistik dan behavioristik terhadap metode pembelajaran.
Karya Ilmiah berjudul Pendekatan Behavioristik Skinner Dalam
Pembelajaran Ahlak (kajian metodologi ahlak anak usia pra sekolah berdasarkan
kurikulum Departemen Agama), oleh Muhammad Nawawi B (2006). Karya
ilmiah ini mengungkapkan bagaimana pendekatan Behavioristik Skinner
dalam pembelajaran ahlak anak usia pra sekolah, meliputi metode dan
strategi pembelajarannya. Dengan hasil penelitian bahwa pendekatan
Behavioristik Skinner cocok dengan kurikulum Departemen Agama
terhadap pembelajaran ahlak usia pra sekolah.9 Penelitian ini berbeda
dengan penelitian penulis, karena penulis mengkaji keseluruhan teori
humanistik dan behavioristik, mulai dari teori, pendekatan, dan metodenya.
Karya ilmiah berjudul Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab
di MAN Sawit Boyolali (prespektif teori belajar behavioristik), oleh Nur Azizah
Al-Mubarokah (2012).Karya ini menjelaskan guru bahasa arab di MAN
Sawit Boyolali menerapkan teori belajar behavioristik dalam proses
8 Mansata Indah Dwi Uteri “Studi Komparasi Teori Behavioristik Dan Humanistik
(kajian metode pembelajaran bahasa arab)”.Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Bahasa
Arab,Fakultas Islam Tarbiyah dan Keguruan,Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga,
2011. 8
Muhammad Nawabi B, Pendekatan Behavioristik Skinner Dalam Pembelajaran Ahlak
(kajian metodologi ahlak anak usia pra sekolah berdasarkan kurikulum Departemen Agama)”,
Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2006.
28
pembelajarannya.10
Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis karena
jenis penelitian yang berbeda (penulis menggunakan Library research), dan
penulis juga mengkaji teori humanistik dan behavioristik secara teroritik
mendalam bukan aplikatif
Dari tujuh judul diatas membahas pendidikan humanis dan
pendidikan behavioris lebih mengungkapakan teori-teori yang terdapat
didalamnya dengan diadakan kajian literature untuk mengupas tentang
pendidikan humanistik dan behaviorisme. Adapun pembahasan dalam
penelitian penulis adalah tentang implementasi dari pendidikan Humanistik
dan Behavioristik dalam metode Pengajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah
kaliangrik Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari pemahaman yang tidak dikehendaki mengenai
beberapa kata yang ada di dalam judul tesis ini, maka dijelaskan beberapa
istilah kunci dalam penelitian sebagai berikut ini.
Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari kata Latin
humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia.Humanus
berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia11
.Sebagai
paham, pendukungnya disebut humanis.Paham humanis adalah suatu aliran
10
Nur Azizah Al-Mubarokah, “Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di MAN
Sawit Boyolali (prespektif teori belajar behavioristik)”, Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Bahasa
Arab, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga,
2011, t.d. 11
Abdurrahman Mas‟ud. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme
Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Gema Media. 2004, 135.
29
untuk mempelajari dan menyelidiki buku-buku pengetahuan yang
ditinggalkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi.Buku-buku tersebut
dicetak lagi dan diberi penjelasan. Selain humanus, terdapat istilah umanista,
yakni jargon zaman Renaissance yang sejajar dengan artista (seniman) atau
iurista (ahli hukum). Umanista adalah guru atau murid yang mempelajari
kebudayaan, seperti gramatika, retorika, sejarah, seni puisi, atau filsafat
moral.12
Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap
manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan
alamiahnya (fisik nonfisik) secara penuh.
Abdurrahman Mas‟ud mengemukakan bahwa humanisme dimaknai
sebagai kekuatan atau potensi individu untuk mengukur dan mencapai
ranah ketuhanan dan menyelesaikan permasalahan-permasalah sosial.
Menurut pandangan ini, individu selalu dalam proses menyempurnakan diri.
Humanisme sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia
itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan
kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri.Pandangan ini disebut
pandangan humanistis atau humanisme.13
Pemakaian istilah humanisme mula-mula terbatas pada pendirian
yang terdapat di kalangan ahli pikir di zaman Renaissanceyang
12
Haryanto Al-Fandi. Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis. Jogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011, 71. 13
Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern dari Machiacelli sampai Nietzsche.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.
30
mencurahkan perhatian kepada pengajaran kesusateraan Yunani dan
Romawi Kuno dan kepada perikemanusiaan.
Posisi humanisme sama denganreformasi.Keduanya sama-sama
mengunggulkan pencapaian individu.Perbedaannya adalah bahwa
humanisme, kebenaran yang mereka pikirkan tidak terikat pada kebenaran
Tuhan.Manusia adalah pusat, bukan Tuhan.Pemikiran tersebut dipengaruhi
oleh ilmu alam, kelak menjadi aliran rasionalisme.Senaliknya aliran
reformasi tidak memuja manusia dan keindahan, tetapi memuja
Tuhan.Kebahagiaan bukan di dunia, melainkan di surga.14
Istilah "Implikasi/Implication" adalah "Keterlibatan/melibatkan atau
keadaan terlibat", juga berarti "Apa yang termasuk atau tersimpul dari
sesuatu yang disugestikan tetapi tidak dinyatakan", Begitu juga dengan
menggunakan kata Implementasi/Implementation yakni sesuatu yang di
terapkan, pelaksana/penerapan15
, sedangkan mengimplementasikan itu
bermakna menerapkan. Dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan
kata implementasi karena lebih cocok di gunakan untuk proses kemudahan
dalam memehami judul tesis , sehingga dapat dipergunakan dalam
menerapkan pembelajaran di Madrasah, utamanya dalam menopang tugas
guru pendidikan agama Islam di dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan. Dalam hali ini siswa dapat kita arahkan menjadi orang lebih
14
Indratno, A. Feri T. (ed). Negara Minus Nurani, Esai-esai Kritis Kebijakan Publik.
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009.
15.Merriam Webster, Webster‟s Third New International Dictionary and Seven Language
Dictionary ( Encyclopedia Britannica), America, Volume II H to R, 1961, 1135.
31
baik,
"Madrasah" yakni terdapat dua model sekolah pada masa
prakolonial, yakni pertama, belajar dengan mendatangi guru-guru (kyai),
dan kedua bersekolah di Madrasah.Dalam tesis ini penulis menggunakan
dalam arti "Tempat orang untuk menuntut ilmu agama atau belajar
mengenal Allah.
Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan pendidikan
dan pengajaran yang berada di bawah naungan Departemen Agama.
Madrasah tidak lain adalah kata arab untuk sekolah artinya tempat belajar.
Jadi, yang dimaksud dengan judul “Implementasi Pendidkian
Humanistik dan Behavioristik dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlak
di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan
Kabupaten Magelang” dalam hal ini adalah suatu usaha yang dikerahkan
dengan sungguh-sungguh oleh seorang guru dan keterlibatannya dalam
melaksanakan tugas-tugas sebagai guru akidah Akhlak kepada peserta
didik.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis
32
fenomena, peristiwa sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individual maupun kelompok.16
Penelitian pada tesis ini bersifat deskriptif analitik. Adapun
maksudnya adalah menjabarkan dan menganalisis secara kristis segala
fenomena yang ditentukan di lapangan sehingga menghasilkan
kesimpulanpenelitian yang obyektif. Hal ini sesuai dengan definisi
penelitian kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan psikologi.Maksudnya bahwa dalam penjelasan dan analisis
tesis ini penulis banyak menggunakan teori-teori psikologi pendidikan.
Adapun teori psikologi yang berkaitan adalah psikologi pendidikan yaitu
terkait dengan situasi atau tempat yang berhubungan dengan belajar dan
mengajar, proses dalam belajar mengajar, dan hasil yang dicapai oleh
proses belajar mengajar.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan sumber untuk memperoleh
keterangan peneltian.Adapun yang dimaksud dengan sumber datadalam
penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.17
16
Lexi j Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif.cet ke dua puluh tiga Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2007, 56. 17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka
Cipta, 2002, 107.
33
Adapun subyek penelitian ini adalah :
a. Guru PendidikanAgama mapel Akidah Akhlak MI Al Falah
Kaliangkrik Magelang dan MI al Islam Tonoboyo Bandongan
magelang
b. Siswa-siswi kelas V MI Al Falah Kaliangkrik Magelang dan siswa
siswi kelas V MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang
4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
a. Observasi
(Ketika guru sebelum mengajar,mengajar,setelah
mengajar)melihat dan mendengarkan secara langsung)
Obeservasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
langsung dengan cermat dan sistematis bukan asal-asalan saja
terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti. Metode ini juga
melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan.Penulis melakukan pengamatan
langsung saatu pembelajaran Aqidah akhlak dilaksanakan.Hal ini
untuk mendapatkan data tentang bagaimana implementasi
pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode penbelajaran
Akidah Akhlak.
b. Wawancara
Wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara jenis
non terstruktur dan terstruktur.Wawancara non terst ruktur adalah
34
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya.Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan18
.dalam daftar pertanyaan
ditujukan pada 3 orang guru yang mengajar materi Akidah Akhlak di
MI Al Falah kaliangkrik kabupaten Magelang dan MI Al Islam
Tonoboyo Bandongan Magelang
Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang
pertanyaannya telah disusun oleh pewawancara yang didasarkan atas
masalah dalam desain peneltian.Wawancara tersebut penulis
gunakan untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan
humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah
Akhlak dan bagaimana pengaruhnya bagi siswa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang bersifat
dokumentatif, seperti :Daftar Nilai, Buku catatan Pribadi, keadaan
siswa, keadaan guru, struktur organisasi, absensi siswa, hasil belajar
siswa/nilai, dan catatan perubahan perilaku siswa baik dalam aspek
kognitif, psikomotor, dan afektif.
5. Metode Analisis Data
18
Sugiona, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif R@D cet kedelapan,
Bandung, Alfabeta, 2009 ,167.
35
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan langsung, dan bahan-
bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.
Dalam menganalisis data kuantitatif, penulis menggunakan teknik
deskriptif analitik yaitu teknik mengumpulkan dan menyusunnya kemudian
menganalisis dan menafsirkan data yang sudah terkumpul.Teknik ini
memudahkan peneliti dalam menganalisis menggunakan landasan teori yang
ditetap. Secara umum, langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa
dikemukakan LexyJ. Meleong adalah sebagai berikut :19
a. Menelaah seluruh data
Penulis mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi dipelajari dan dipahami secara mendalam.
b. Reduksi data
Reduksi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk merangkum data-data
yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi,
dipilih hal-hal yang pokok dan penting, dicari pola dan temuannya.
c. Menyusun data dalam satu kesatuan
Proses ini dilakukan mulai dari awal sampai pengumpulan data selesai.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi
langsung dianalisis.
d. Kategorisasi
19
Lexi j Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif.cet ke dua puluh tiga Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2007, 248.
36
Kategorisasi berarti penyusunan kategori yang merupakan
pengumpulan data dan pemilihan data yang berfungsi untuk
memperkaya uraian unit menjadi satu kesatuan.
e. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dengan pengecekan terhadap
kebenaran data penafsirannya.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi
lima bagian. Garis besar pembahasannya sebagai berikut :
Bab I memuat tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, landasan teori,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.Kesemuanya berisi
gambaran umum uraian Bab II sampai Bab V dari penulisan tesis ini.
Bab II memaparkan pengertian Umum tentang Pendidikan Humanistik
dan Behavioristik. Uraiannya membahas secara rinci mengenai pembelajaran
Humanistik dan Behavioristik diMadrasah, Penerapan metode pembelajaran
Akidah Akhlak , dan tentang Madrasah, guru-gurunya, kompetensi guru itu
sendiri.
Bab III memaparkan detesis mengenai sejarah berdirinya Madrasah
MI Al Falah kaliangkrik Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo
BandonganKabupaten Magelang. Tujuan dan program kerja Madrasah,
37
sumber dana, organisasi Madrasah.MI Al Falah kaliangkrik Magelang dan
MI Al Islam Tonoboyo Bandongan beserta pelaksanaan hasilnya.
Bab IV menganalisis hasil penelitian di lapangan (Madrasah)
implementasinya dengan pembelajaran di Madrasah. Analisisnya membahas
Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik dalam Metode
Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam
Tonoboyo Bandongan Kabupaten Magelang.
Bab V penutup. Pada bagian ini penulis menarik kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan dalam sub bab kesimpulan, dilanjutkan dengan
pemberian saran-saran, dan diakhiri dengan uraian penutup.
38
BAB II
KAJIAN TEORI
1. HUMANISTIK
a. Teori Pendidikan Humanistik
Teori Pendidikan yang cocok dalam Penerapan pendidikan
humanistik dalam pembahasan psikologi adalah teori belajar
humanistik.
Belajar merupakan suatu perubahan pada diri individu yang
disebabkan oleh pengalaman. Belajar terjadi dengan banyak cara.
Kadang-kadang disengaja, ketika siswa memperoleh informasi yang
disampaikan oleh guru di kelas, atau ketika mereka sedang berperilaku
sehari-hari.20
Dalam perspektif humanistik, pendidik seharusnya
memperhatikan pendidikan lebih responsive terhadap kebutuhan kasih
sayang ( affective ) siswa. Kebutuhan afektif ialah kebutuhan yang
20
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2006,
120.
39
berhubungan dengan emosi, perasaan, nilai, sikap, predisposisi, dan
moral.
Beberapa tokoh yang berperan membidangi kelahiran teori
belajar humanistik adalah :
1. Arthur Combs (1912 – 1999 )
Arthur Combs menjelaskan bagaimana persepsi ahli-ahli
psikologi dalam memandang tingkah laku.Untuk mengerti tingkah
laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini
dilihat dari sudut pandangnya. Untuk mengerti orang lain, yang
penting adalah melihat dunia sebagaimana yang dia lihat, dan untuk
menentukan bagaimana orang berfikir, merasa tentang dia atau
tentang dunia.21
Menurut Combs belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai
atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Combs menyatakan
bahwa tingkah laku menyimpang adalah akibat yang tidak ingin
dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia harus melakukan.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan
dengan berasumsi bahwa setiap mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Akan
tetapi pembelajaran itu tidak bermakna bagi siswa.sehingga yang
penting ialah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh makan
21
Sri Esti WuryaniDjiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2006,
181.
40
bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya..
Dilihat dari faktor kemauan untuk maju, guru dikelompokkan
menjadi tiga jenis:22
1. Guru robot, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka
hanya masuk kelas, mengajar lalu pulang. Mereka hanya peduli
pada beban materi yang harus disampaikan kepda siswa, mereka
tidak punya kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam
menerima materi, apalagi kepedulian terhadap sesama guru dan
sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mmirip robot
yang selalu menjalankan perintah sesuai program yang telah
disusun.guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan
2. Guru materalistis, yaitu guru yang selalu melakuakan
perhitungan, mirip dengan aktifitas jual beli. Parahnya yang
dijadikan patokan adalah hak yang mereka terima, barulah
kewajiban mereka akan dilaksanakan sesuai hak yang mereka
terima.pada awalnya guru ini merasa profesional, tetapi akhirnya
akan terjebak pada kesombongan dalam bekerja sehingga tidak
tampak manfaatnya dalam bekerja.
3. Gurunya manusia, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam
mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai kenyakinan bahwa
target pekerjaannya adalahmembuat para siswa berhasil
22
Munif Chatib, Gurunya Manusia : menjadikan semua anak istimewa dan
semua anak juara, bandung,: kaifa learning, 2012.
41
memahami materi yang akan disampaikan. Guru yang ikhlas
akan berintrospeksi apabila ada siswa yang tidak memahami
materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk
belajar sebab mereka sadar, profesi gurutidak boleh berhenti
untuk belajar.guru yang keinginannya kuat dan serius ketika
mengikuti pelatihan dan pengembangan kompetensi.
Tujuan pendidikan humanistik menurut Combs :
a. Menerima kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa serta
menciptakan pengalaman dan program untuk perkembangan
keunikan potensi siswa.
b. Memudahkan aktualisasi diri siswa dan perasaan diri mampu.
c. Memperkuat perolehan keterampilan dasar ( akademik, pribadi,
antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi ).
d. Memutuskan pendidikan secara pribadi dan penerapannya.
e. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi dalam
proses pendidikan.
f. Mengembangankan suasana belajar yang menantang dan bisa
dimengerti, mendukung, menyenangkan, serta bebas dari
ancaman.
g. Mengembangan siswa masalah ketulusan, respek, menghargai
orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.23
2. Maslow ( 1986 )
23
Sri Esti WuryaniDjiwandono, Psikologi Pendidikan , Jakarta: Grasindo, 2006, 181-182.
42
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa didalam diri individu
ada dua hal :
a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu beperilaku dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada diri masing-
masing orang mempunyai berbagai perasaan takut, seperti rasa takut untuk
berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi disisi lain,
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan,
keunikan diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan
diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri
sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi tujuh
herarki.Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk
bisa mempertahankan hidup. Bila seseorang telah dapat memenuhi
kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat
menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan rasa aman, setelah itu merasa aman. Iaingin memenuhi
nkebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai
dan kebutuhan akan harga diri dari kelompok, selanjutnya kebutuhan yang
lebih tinggi yaitu presstasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya
aktualisasi diri.
43
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai
implikasi yang penting yang harus dilaksanakan oleh guru pada waktu ia
mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar
ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Dan untuk tingkat sekolah dasar kebutuhan ini hanya sampai kepada
pemenuhan harga diri dari kelompok, belum sampai ketingkjat aktualisasi
diri.
3. Rogers ( 1986, 1983 )
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif dan
experimental. Menurut bRogers yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran, yaitu :
a. Menjadi manusia nberarti memiliki kekuatan yang wajar
untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang
tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan baha dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
c. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses.
Prinsip belajar humanistik menurut Rogers, melalui bukunya
yang sangat popular freedom to learn and freedom to learn for the 80’s, dia
44
mengajukan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat
belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan lebih berarti.
a) The desire to learn( Keinginan untuk belajar)
Rogers percaya bahwamanusia secara wajar mempunyai
keinginan untuk belajar. Keinginnan ini dapat dilihat dengan
memperhatikan keingintahuan yang sangat dari seorang anak ketika
menjelajahi.
Dalam kelas yang menganut faham humanistic, anak diberi
kebebasan untuk memuasakn keingintahuan mereka,untuk mengikuti
minat mereka yang tidak dapat dihalangi untukmenemukan diri
mereka sendiri, serta apa yang penting dan berarti tentang dunia
yang mengelilingi dunia mereka.
b). Significant Learning( Belajar secar signifikan)
Rogers telah mengidentifikasi bahwa belajar secara signifikan
terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kehidupan
kebutuhan dan tujuan siswa. Contohnya, pikiran siswa yang belajar
dengan menggunakan tehnologi berupa computer akan menikmati
permainan, atau siswa yang cepat belajar dengan menghitung uang
pengemalian ketika berbelanja
c). Lerning without Threat( Belajar tanpa ancaman)
Dalam proses belajar dapat dipertinggi ketika siswa dapat
menguji kemampuan mereka,mencoba pengalaman baru, bahkan
45
membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan
celaan.
d). Self initiated Learning ( Belajar atas inisiatif sendiri)
Belajar akan paling signifikan atanu meresap ketika belajar
itu atas inisiatif sendiri. Dengan memilih pengarahan dari orang yang
sedang belajar itu sendiri dan akan member motivasi tinggi dan
kesempatan kepada siswa untuk belajar. Dlam belajar atas inisiatif
sendiri dan belajar harus melibatkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
e). Learning and change ( Belajar dan Berubah)
Prinsip dari Rogers telah mengidentifikasi belajar yang paling
ber,manfaat adalah belajar merupakan suatu proses belajar. Apa
yang dibutuhkan sekarang menurut Rogers adalah individu yang
mampu belajar dalam lingkungan yang mampu belajar dalam
lingkungan yang berubah.
a. Aplikasi humanistik dalam Pembelajaran Rogers.
Beberapa aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran
adalah :
1. Pendidikan Terbuka
Pendidikan terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas
dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan
46
sebagai pembimbing. Ciri utama dari belajar ini adalah lingkungan fisik
kelas yang berbeda dengan kelas lainnya (tradisional), karena murid
bekerja secara individual atau dalam kelompok- kelompok kecil.Dalam
kelompok ini mengsyaratkan adanya pusat pusat kegiatan yang
mengekplorasikan bidang bidang pelajaran, tema-tema, Ketrampilan dan
minat minat terntentu. Pusat ini dapat memberikan petunjuk untuk
mempelajari sesuatu topik tanpa kehadiran guru dan dapat mencata
partisipas dan kemajuan murid untuk nantinya dibicarakan dengan
seorang guru.24
Adapun kriteria yang disyaratkan dengan model ini adalah :
1. Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar, artinya berbagai
macam bahan yang diperlukan untuk belajar harus ada. Murid tidak
dilarang bergerak secara bebas di ruang kelas, tidak dilarang bicara,
tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat kecerdasan.
2. Adanya suasana penuh kasih saying, hangat, hormat dan terbuka. Guru
menangani masalah-masalah perilaku dengan jalan berkomunikasi
secara pribadi dengan murid yang bersangkutan, tanpa melibatkan
kelompok.
3. Adanya kesempatan bagi guru dan murid untuk bersama-sama
mendiagnosis peristiwa-peristiwa belajar, artinya murid memeriksa
pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan.
24
Rumin, S. dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, 1993, 111.
47
4. Pengajaran yang bersifat individual, sehingga tidak ada tes ataupun
buku kerja.
5. Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui
murid dan membuat catatan dan penilaian secara individual, hanya
sedikit sekali diadakan tes formal.
6. Adanya kesempatan untuk pertumbuhan professional bagi guru, dalam
arti guru boleh menggunakan bantuan orang lain termasuk rekan
sekerjanya.
7. Suasana kelas yang hangat dan ramah sehingga mendukung proses
belajar yang membuat murid nyaman dalam melakukan sesuatu.25
b. Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan dasar yang baik untuk meningkatkan
dorongan berprestasi murid. Dalam praktiknya, belajar koopertifmemiliki
tiga karakteristik :
a.) Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil ( 4-6 orang anggota ) dan
komposisi ini tetap selama seminggu.
b.) Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan
bersifat
akademik dan melakukannya secara kelompok.
c). Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar presentasi kelompok.
Adapun teknik-teknik dalam belajar kooperatif ini ada empat
macam, yakni :
25
Ratna Syifa‟a Rachmana, Psikologi Humanistik…,,9.
48
a.) Team – Games – Turnament
Dalam teknik ini murid-murid yang kemampuan dan
jenis kelaminnya berbeda disatukan dalam tim yang bterdiri
dari empat sampai lima anggota. Setelah guru menyajikan
bahan pelajaran, lalu tim mengerjakan lembaran-lembaran
kerja, saling mengajukan pertanyaan, dan belajar bersama
untuk persiapan menghadapi perlombaan atau turnamen yang
diadakan sekali seminggu. Dalam turnamen, penentuan
anggota tim berdasarkan kemampuan pada minggu
sebelumnya. Hasilnya, murid-murid yang berprestasi paling
rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang sama
untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai murid yang
berprestasi paling tinggi.
Adapun jalannya turnamen adalahpara murid secara
bergantian mengambil kartu dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang tertera pada kartu itu, yakni pertanyaan
yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari selama
seminggu itu. Pada akhir turnamen, guru menyiapkan lembar
berikut tentang tim-tim yang berhasil dan skor-skor tertinggi
yang dicapai.
Meskipun keanggotaan tim tetap sama, tetapi tiga
orang yang mewakili tim untuk bertanding dapat berubah-
ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing
49
anggota. Misalnya saat ini prestasi murid rendah dan ia
bertanding dengan murid lain yang kemampuannya serupa,
maka mingguberikutnya ia bisa saja bertanding melawan
murd-murid yang berprestasi tinggi manakala ia menjadi lebih
baik.
b). Student Teams – Achivement Divisions
Teknik ini menggunakan tim yang terdiri dari empat
sampai lima orang anggota, akan tetapi kegiatan turnamen
diganti dengan saling bertanya selama lima belas menit,
dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terlebih dulu
disusun oleh tim. Skor-skor pertanyaan diubah menjadi skor-
skor tim, skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari
pada skor-skor yang lebih rendah, disamping itu juga ada skor
perbaikan.
c).Jigsaw
Murid dimasukkan kedalam tim-tim kecil yang bersifat
heterogen, kemudian tim diberi bahan pelaja ran. Murid
mempelajari bagian masing-masing bersama-sama dengan
anggota tim lain yang mendapat bahan serupa. Setelah itu
mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk
mengajarkan bagian yang telah dipelajarinya bersama dengan
anggota tim lain tersebut, kepada teman-teman dalam
timmnya sendiri. Akhirnya semua tim dites mengenai seluruh
50
bahan pelajaran. Adapun skor yang diperoleh murid dapat
ditentukan melalui dua cara,yakni skor untuk masing-masing
murid dan skor yang digunakan untuk membuat skor tim.
d). Group investigation
Disini para murid bekerja di dalam keolmpok-
kelompok kecil untuk menanggapi berbagai proyek kelas.
Setiap kelompok membagi tugas tersebut menjadi sub-sub
topic yang dibebankan kepada setiap anggota kelompok untuk
menelitinya dalam rangka mencapai tujuan kelompok. Setelah
itu setiap kelompok mengajukan hasil penelitiannya kepada
kelas.
c. Pembelajaran Mandiri
Pembelajaran mandiri adalah proses pembelajaran yang
menuntut murid menjadi subyek yang harus merancang, mengatur,
dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara bertanggungjawab.
Dalam pelaksanaan pembelajaran mandiri menuntut kemandirian
yang besar dari peserta didik.Di sini pendidik menjadi seorang
fasilitator, dan menjadi tempat bertanya dan bahkan sangat
diharapkan dalam pendidikan adalah seorang ahli dalam bidang yang
dipelajari siswa.
d. Student Centered Learning ( Belajar yang terpusat pada siswa)
51
Student Centered Learning atau disingkat SCL merupakan
strategi pembelajaran yang menempatkan peserta didik secara aktif
dan mandiri, serta bertanggung jawab atas pembelajaran yang
dilakukan. Dengan SCL peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan keterampilan berfikir secara kritis,
mengembangkan system dukiungan sosial untuk pembelajaran
mereka, mampu memilih gaya belajar yang paling efektif dan
diharapkan menjadi life-long learner dan memiliki jiwa entrepreneur.
2. BEHAVIORISTIK
Teori Behavioristik sering juga disebut sebagai Associatonism Theory
terlahir pada abad ke Sembilan belas, yang dimulai dari langkah pemikiran
Ivan P. Pavlov (1848- 1936 M).26
Istilah Behaviorisme lebih dikenal gencar
dikembangkan oleh J.B.Watson (1878-1958 M) sehingga dia disebut sebagai
bapak Behaviorisme.
Behavioristik adalah satu aliran teori psikologi yang materi kajiannya
adalah prilaku yang tidak berhubungan dengan kesadaran atau struktur
mental.Menurut Jhon B. Watson (1913) Behaviorisme merupakan satu
cabang ilmu pengetahuan alam yang secara penuh bersifat ekperimental dan
objektif, dengan tujuan meramalkan dan mengontrol perilaku.
26
Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab
Bandung, 2009, Humaniora, 8.
52
Teori-teori behavioristik yang cukup dikenal saat ini adalah
purposivebehavior milik E.C. Tolma, systematic behavior dari CL Hull,
descriptive behavior dari B.F. Skinner, dan continguity theory dari Guthrie.27
Teori Behavioristik membedakan teori-teorinya menjadi teori
pemerolehan dan teori belajar.Untuk informasi lebih jelas penulis
memaparkan perbedaan dari keduanya.
a. Teori Pemerolehan Behavioristik
Teori Behavioristik adalah teori yang hanya mempelajari
perilaku nyata (overt behavior) tanpa meneliti lebih jauh sebabnya.
Teori ini pun membedakan antara teori pemerolehan dan belajarnya.
Teori Pemerolehan adalah teori yang mempelajari bagaimana
anakmemperoleh bahasannya tanpa sadar.Sedangkan teori belajar
adalah penguasaan bahasa anak secara sadar.
Adapun teori pemerolehan behavioristik diantaranya teori
tabularasa (kertas kosong), teori verbal, teori mediasi, dan teori
perantaian respons.28
b. Teori Belajar Behavioristik
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa teori belajar merupakan
teori sadar yang dilakukan anak untuk mempelajari akidah akhlak.
27Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab
Bandung, 2009, Humaniora, 27. 28
.Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab
Bandung, 2009, Humaniora , 28.
53
Teori belajar yang ditawarkan oleh Behavioristik sendiri adalah teori
penguatan (tipe S, S-R), atau teori pengkondisian instrumental (tipe
R,S-R-R).
Teori pengkondisian klasik (classical conditioning) sering juga
disebut Pavlovianism yang dicetuskan oleh Ivan Petrovich Pavlov
(1849-1936).Diteori ini Pavlov menyimpulkan bahwa belajar
membutuhkan stimulus yang berkelanjutan, dan akan hilang
responya jika stimulus tergaggu sehingga harus dilakukan
pengkondisian ulang.
Teori belajar pengkodisian operan (operant conditioning) yang
dicetuskan oleh B.F. Skinner, menerima pengkondisian klasik, namun
disini dia membagi penguat menjadi dua bagian yaitu penguat negatif
dan penguat positif. Kemudian akan mempengaruhi respon
selanjutnya jika stimulus dilakukan lagi. Bisa disimpulkan dalam
pembentukan perilaku maka dilakukan memanipulasi penguat.
Teori pengkondisian berdasar kontinguitas (continguous
conditioning) oleh Edwin R. Guthrie berpegang bahwa ; suatu
kombinasi stimulus akan cenderung diikuti jika dengan gera kan
yang sama kombinasi stimulus terjadi kembali. Teori ini memberikan
54
cara pemutusan kebiasaan dengan :incompatible respons, exhaustive of
fatigue, change ofenvironment, dan thers hold.29
c. Pendekatan Behavioristik
Dalam sebuah teori akan ditemukan istilah pendekatan,
metode, dan teknik yang berdasarkan teori tersebut. Meskipun cukup
sulit untuk membedakan, pada dasarnya ketiga hal tersebut sangatlah
berbeda.Pendekatan merupakan tingkat asumsi atau pendirian
terhadap objeknya.Metode merupakan tingkat yang menerapkan
teori-teori pada tingkat pendekatan.Sedangkan teknik mengacu pada
pengertian dari objek tersebut.
Pendekatan behavioristik mulai dikenal semenjak Skinner
mencetuskannya pada tahun 1957. Pendekatan ini menekankan
bahwa dalam sebuah proses belajar dikendalikkan dari luar,
stimulus-respon.
Berikut asumsi-asumsi pendekatan behavioristik mengenai pembelajaran
:
a. Semua belajar adalah hasil dari pengalaman dan halini dapat dilihat
dengan adanya perubahan perilaku.
b. Belajar merupakan proses pembentukan kebiasaan secara mekanis.
c. Belajar secara analogi bukan secara analisis.
29Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab
Bandung, 2009, 61.
55
d. Kesalahan merupakan hasil inferensi B1 dan harus dihindari dan
dibetulkan bila terjadi.
e. Tujuan mengajar akidah akhlak untuk mengembangkan
penguasaan akidah akhlak sebagai system koordinatsuatu system
yangbebas tanpa adanya campur aduk dengan system lain (B1)
f. Kesalahan dapat dihindari apabila kesalahan itu dapat diramalkan.
d. Metode Behavioristik
Pendekatan belajar behavioristik menjelaskan belajar itu
adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai
secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan
hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi
penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak,
berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan
ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (Stimulus-
Respon).
Penekanan pendekatan Behvioristik ini adalah perubahan
tingkah laku setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pelopor-
pelopor pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada
keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu
proses belajar dan karena itu perilaku tersebut dapat diubah dengan
56
belajar juga. Pendekatan Behavioristik ini berpangkal pada beberapa
keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah
dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu :
1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus
atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku
baik atau buruk, tepat atau salah. Berdasarkan bekal keturunan
atau pembawaan dan berkat interaksi antara bekal keturunan
dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang
menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya.
2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri,
menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta
mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri
pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar.
4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya
pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam pendekatan
Behavioristik ini lebih menekankan atau mementingkan pada :
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan
mempergunakan metode obyektif.
57
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu
Tokoh penting dalam pendekatan belajar Behavioristik ini antar a
lain Edward L Thorndike, Ivan P Pavlov, BF Skinner, Robert Gagne dan
Albert Bandura.
A. Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme
Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog
yang berkebangsaan Amerika.Lulus S1 dari Universitas Wesleyen
tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di
Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain
Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904),
Animal Intelligence (1911), A teacher’s Word Book (1921),Your City
(1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut
stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan
dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan
organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang.Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam
sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan
antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk
memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau
58
percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error)
terlebih dahulu.Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and
error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung
menurut hukum-hukum tertentu.Oleh karena itu teori belajar yang
dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan
Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia
pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh
pelopor dalam psikologi pendidikan.
Percobaan Thorndike yang terkenal dengan menggunakan
kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang
tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop
yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan
tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and
conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba
dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing
tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang
tidak mempunyai hasil. Setiap response menimbulkan stimulus yang
baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi,
demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
S R S1 R1 dst
59
Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangka r
makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara
meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak sengaja kucing telah
menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan
kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk
beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali,
kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut
apabila di luar diletakkan makanan.
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum
belajarsebagai berikut :30
1. Hukum Kesiapan (law of readiness),
yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu
perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat.Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar
sebagai suatu kegiatan yang membentuk asosiasi (connection) antara
kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika
anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka
ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia
merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi
memuaskan.
30
Rumin,S. dkk. 1993.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, 111.
60
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika
kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan
merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan
lain.Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia
tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya,
ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan
ketidakpuasannya.Masalah ketiganya adalah bila tidak ada
kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah
ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin
kuat.
Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang
merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat
karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara
keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan
bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering
diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon
cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk
61
pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil
perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan
cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya,
suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung
dihentikan dan tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah”
hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak
mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika
sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan
membentuk sikapnya
Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar
binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia,
walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang
tanpa diperantarai pengartian. Binatang melakukan respons-respons
langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis.
Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai
berikut:
a. Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response).
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali
oleh prooses trial dan error yang menunjukkan adanya
bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang
tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
62
b. Hukum Sikap ( Set/ Attitude).
Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar
seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus
dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada
dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial , maupun
psikomotornya.
c. Hukum Aktifitas Berat Sebelah (Prepotency of Element).
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses
belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai
dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi ( respon
selektif).
d. Hukum Respon by Analogy.
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam
melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami
karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi
yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah
dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-
unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur
yang sama maka transfer akan makin mudah.
e. Hukum perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari
situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan
secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi
63
sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur
lama.
Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam
perjalanan penyamapaian teorinya thorndike mengemukakan
revisi Hukum Belajar antara lain :31
1. Hukum latihan ditinggalkan ka rena ditemukan
pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat
hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa
pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu
diperlemah.
2. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa
yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah
hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan
kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan
respon.
4. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang
lain maupun pada individu lain.
Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of
training, yaiyu kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang lain. Perkembangan
31
Rumin,S. dkk. 1993.Psikologi Pendidikan ,Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, 111.
64
teorinya berdasarkan pada percobaan terhadap kucing dengan
problem box-nya.
B. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan
Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi
seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke
Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan
bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur
departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan
memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov
meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun
1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi
psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of
Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes (1927).32
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik)
adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap
anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan
stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan
reaksi yang diinginkan.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain
tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana
gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini
32
Winarno Surahmad, Behaviorisme Sebagai Psikologi Prilaku Modern, Tarsito bandung,
1986 ; 173.
65
sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam
hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara,
melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana
baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu
(Bakker, 1985).
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah
sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan
eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia
menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun
demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia
berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi
leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari
luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah
air liur anjing tersebut. Dalam percobaan tersebut, sebelum makanan
diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih
dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar
pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang,
maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah
saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah
rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian
66
dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan
syarat (kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing tersebut.
Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun
dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip
tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak
reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau
pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus
alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang
dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing
keluar sebagai respon yang dikondisikan.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia?
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama
seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim
Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin
suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka
nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari
yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si
penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian
di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu
membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi
67
goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat
atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan
strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya.
C. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990).
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner
mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah
laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul
The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia
mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi
diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam
masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi
dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors
yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh
behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan
meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses
operantconditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku
68
organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam
lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh
lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar
dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan
latihan. Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha
untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan
yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak
memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Selanjutnya Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah
dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah
dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi
makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya,
dan lantai yang dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus
beruasaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak
kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan
tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara
bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus,
proses ini disebut shapping.
69
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung
merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar
adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk
melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu
penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk
penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang.
Berdasarkan percobaan tersebut Skinner mengemungakan
beberpa prinsip belajar, antara lain :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan
sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal
variabel rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.
70
D. Robert Gagne ( 1916-2002).
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan
amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of
learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang
dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian
mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk
mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi
media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software
instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru
untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan
gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi
dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam
hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui
kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal
yang paling sederhana dilanjutnkan pada yanglebih kompleks
(belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar
konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan
dan pemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap
mengacu pada asosiasi stimulus respon
E. Albert Bandura (1925-masih hidup).
71
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare
alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal
dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri.
Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari
orang dewasa disekitarnya. Bandura juga dikenal dengan konsep
belajar melalui observasi (Observational Learning) yang mencakup
konsep modeling dan imitasi.
Bandura menjelaskan faktor-faktor yang berproses dalam
belajar observasi adalah:
- Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik
pengamat.
- Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean
simbolik.
- Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan
meniru, keakuratan umpan balik.
- Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaanterhadap
diri sendiri
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau
teladan mempunyai prinsip prinsip sebgai berikut:
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara
simbolik kemudian melakukannya.
72
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan
nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau
panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya
mempunyai nilai yang bermanfaat
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motivasi, teori Bandura
dilihat dalam kerangka Teori Behaviou Kognitif. Teori belajar sosial
membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan
psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura
menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam
berbagai pendidikan secara massal.
Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik
adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
melalui prosedur stimulus respon
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk
sebelumnya
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan
paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam
73
bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus
dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak
banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-
contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan
pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan
harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku
yang tampak.
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang
berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi
pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak
berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai
persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak
setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan
74
kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan
kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti :Kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer,
berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru
dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti
diberi permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran
yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid
dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi
oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan
hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
75
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode merupakan
tingkat pendekatan asumsi-asumsi yang ada ditingkat pendekatan.
Ada tiga metode penerapan pembelajaran akidah akhlak yang
didasari oleh pandangan teori behavioristik, yaitu: metode langsung
(direct method), metode audiolingual (aural-oral method), dan
pendekatan alami (natural approach).
a. Metode Langsung (Direct Method)
Tujuan dari metodeini adalah agar siswasecara lisan dapat
berkomunikasi, berfikir, bahkan menggunakan mimikdari
bahasa kedua (bahasa target). Peranan guru di kelas merupakan
bagian dari partner selama proses pembelajaran. Target dari
pembelajaran ini adalah kemampuan lisan, maka penulisan tidak
terlalu diperhatikan.
System evaluasi metode ini adalah dengan penggunaan
bahasa kedua secara nyata, seperti halnya wawancara. Bila
terjadi kesalahan dalam penggunaan kalimat, siswa diharapkan
untuk melakukan koreksi terhadap diri sendiri (self correction).
b. Metode Audiolingual (Aural-Oral Method)33
Metode ini merupakan hasil dari pendekatan behavioristik
milik Skinner. Asumsi bahasa kedua dan bahasa pertama antara
33
Winarno Surahmad, Behaviorisme Sebagai Psikologi Prilaku Modern, Tarsito bandung,
1986 ; 173.
76
metode langsung, dan audiolingual sama, yaitu dalam
pembelajarann bahasa kedua digunakan sebagai alat komunikasi.
Prinsip utama metode ini adalah „ajarkan berbicara
kemudian menulis‟ dalam artian bahwa dalam belajar
mendengarkan dan berbicara dahulu, baru kemudian membaca
dan menulis. Prinsip ini sama dengan prinsip anak kecil saat
mempelajari bahasa ibunya.
Perbedaan metode ini dengan metode langsung adalah
peran guru dimetode ini sebagai pemberi model. Guru bisa
mengontrol perilaku bahasa siswa, sedangkan siswa mengulang
dan menirukan dengan cepat dan tepat. Imitasi dan repetisi
disajikan dalam bentuk dialog hingga bisa menambahkan kosa
kata dan struktur bahasa kedua.
Keterampilan ini mementingkan empat keterampilan yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan menekankan
pada keterampilan menyimak dan berbicara. Posisi bahasa
pertama dianggap sebagai interferensi, dan analisis kontrastif bisa
membantu kelancaran pembelajaran.
Kesalahan dalam pembelajaran dianggap bisa diatasi dan
diprediksi oleh pendidik. Sistem evaluasi yang digunakanpun
bersifat deskriptif.
77
c. Metode Pendekatan Alami (Natural Approach)34
Metode ini dikenalkan oleh Stepen Kresen dan Terrell (1982).
Kresen berpendapat bahwa orang dewasa seharusnya
mendapatkan bahasa kedua sama halnya seperti yang dilakukan
oleh anak-anak, yaitu pemerolehan tanpa disadarinya.
Kresen membagi pembelajaran menjadi dua bagian, yaitu
pemerolehan dan pembelajaran. Pemerolehan adalah penerimaan
materi dibawah kesadaran seseorang. Sedangkan pembelajaran
adalah penerimaan secara sadar. Menurut Kresen, sifat
pembelajaran (learning) hanyalah sebagai editor saja, dan
pemerolehan tanpa sadar merupakan transfer materi yang
sesungguhnya.
Guru pada awalnya bertugas untuk menyampaikan yang
mudah dipahami oleh siswa tanpa siswa harus menjawabnya. Para
pelajar tidak dituntut untuk mengucapkan apa-apa hingga mereka
sudah siap merespon.
Setelah murid menjalani ‟periode membisu‟, guru membuat
suasana menjadi lebih bersahabat, dan nyaman tanpa membuat
anak merasa tertekan dengan pembelajaran. Periode ini siswa
diharapkan tidak ada rasa takut akan kesalahan.
34
H. Dougls Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Jakarta: kedubes AS,
2008, 85.
78
Evaluasi metode ini melalui observasi sederhana terhadap
perilaku pelajar. Gurupun berhak mengkoreksi kesalahan-
kesalahan pokok, tapi tidak boleh secara menonjol.
C. METODE PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK
Dalam sebuah Al Quran juga pernah disebutkan yakni dalam
Surat An Nisa ayat 63 juga dapat dijadikan petunjuk dalam
membicarakan metode Humanistik dalam mengajar,
yang artinya ; “ Mereka itu adalah orang orang yang mengetahui apa
yang ada didalam hati mereka. Karena itu berpalianglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada
mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.35
Dalam surat Attin ayat 4 juga dijelaskan,
Artinya ; “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan
bentuk yang sebaik- baiknya”36
Disamping kedua surat tersebut, juga dijelaskan dalam surat Al
Baqoroh ayat 48, yaitu:
35
Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART,
2005, 1079. 36
Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART,
2005, 1079.
79
وإذ قلنا للملئكة اسجدوا لدم فسجدوا إلا إبليس أبى
واستكبر وكان من الكافرين
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka
kecuali Iblis(b); ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir.”37
Metode dalam bahasa arab dikenalsebagai istilah Thoriqoh yang berarti
langkah – langkah yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Metode ini harus diwujudkan dalam proses pembelajaran dalam rangka
pengembangan sikap mental dan kepribadian peserta didik.38
Diantara metode pembelajaran Akidah Akhlak adalah :
a. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang
dapat membantu kekurangan – kekurangan yang terdapat pada
metode ceramah. Anak didik yang biasanya kurang mencurahkan
perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan dengan metode
ceramah akan berhati – hati terhadap pelajaran yang diajarkan
melalui metode tanya jawab. Sebeb anak didik tersebut sewaktu-
37
Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART,
2005, 46. 38
Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. ,Bandung : JART,
2005, 129.
80
waktu akan mendapat giliran untuk menjawab suatu pertanyaan
yang akan diajukan kepadanya.
Metode Tanya jawab adalah salah satu cara mengajar yang
dilakukan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta
didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang
telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara
peserta didik.
b. Metode Humaniora
Metode ini mengutamakan kerja sama antara pendidik dan
peserta didik, juga keselarasan antara teori dan praktik riil dalam
kehidupan nyata. Metode humaniora menempatkan manusia secara
utuh.39
c. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan
memecahkan suatu masalah.
d. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu diluar
sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Tujuan karya
wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
dari obyek yang dilihat.
39
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksa
ra, 1995, 307.
81
e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
alat untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada
anak didik. Dengan metode demonstrasi guru a tau murid
memperlihatkan pada seluruh anggota kelas suatu proses, misalnya
bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah.40
f. Metode Diskusi
Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan
pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada kelompok-
kelompok untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai altenatif pemecahan atas segala masalah.
Materi yang relevan dengan diskusi sebaiknya materi - materi yang
controversial sehingga lebih menarik dalam pembahasannya.
g. Metode Mengajar Beregu
Metode mengajar beregu ialah suatu pengajaran yang
dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah
peserta didik yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau
tingkat kelas.41
Semua materi Aqidah Akhlak relevan dengan metode ini,
misalnya materi tentang Akhlak terpuji dan akhlaq tercela.
47
Baharudi dan Moh Makin, Pendidikan Humanistik...,202. 41
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksae
ra, 1995, 307.
82
h. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan cara
pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-
kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai
tujuan. Materi-meteri yang relevan dengan metode ini diantaranya
adalah materi tentang asmaul husna.
i. Metode Situasional
Metode ini mendorong peserta didik untuk belajar dengan
perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan. Metode ini
dapat memberikan kesan-kesan yang menyenangkan, sehingga kesan
tersebut melekat dalam ingatan peserta didik
Suatu metode dilakukan dalam praktik pembelajaran. Belajar
memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan penugasan tentang
sesuatu.sedangkan pembelajaran adalah usaha sistematis yang
memungkinkan terciptanya pendididkan untuk meraih internalisasi
ilmu pengetahuan sebagai proses pengalaman khusus yang bertujuan
menciptakan perubahan secara terus menerus dalam pe rilaku dan
pemikiran manusia.
Pembelajaran Akidah Akhlak merupakan suatu proses transfer
of knowledge dan transfer of value melalui upaya secara sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
83
memahami,menghayati, mengimani, berakhlak mulia, mengamalkan
ajaran Islam dari sumber utamanya Al Qur`an dan Hadits
D. PENGERTIAN DASAR, DAN TUJUAN AKIDAH AKHLAK
1. Pengertian Akidah Akhlak
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu
[ عقد -يعقد -عقد ] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian.
Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang
harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta
terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh
badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan
bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya
dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan
keraguan.42
Berdasarkanpengertian-pengertian di atas dapat
dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan
atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran
Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber
keyakinan yang mengikat.
42
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksae
ra, 1995, 307.
84
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu
,yang artinya tingkah laku, perangai tabi‟at [أخالق] jamaknya [خلق]
watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi,
akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan
secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika
tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka
disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak
mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu
berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela
atau akhlakul madzmumah.
2. Dasar Akidah Akhlak
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang
merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur‟an dan
Al Hadits. Al Qur‟an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam
Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu
perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama
adalah Al Qur‟an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi
Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi
Muhammad SAW adalah Al Qur‟an.”
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik
dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut
85
dikatakan dalam Al Qur‟an. Karena Al Qur‟an merupakan firman
Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya
“Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu
sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang
menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang
yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan
kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan
menunjuki meraka ke jalan yang lurus.”
Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah
Al Hadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur‟an lebih
terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti aja ran Rasulullah
SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat
dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).
3. Tujuan Akidah Akhlak
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim.
Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan
86
aqidah
akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :
a) Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak
lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak
dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman
Allah dalam surah Al-A‟raf ayat 172-173 yang artinya “Dan
(Ingatlah), ketika Tuhanmu menguluarkan kehinaan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini
Tuhanmu? “, mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami),
kami jadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari
kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan
tuhan)” atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu,
sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang
(datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan
membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat
dahulu?” Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk
mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-
beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan.
Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan
87
keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang
dengan benar
b) Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang
luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia
senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan
dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya
serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari
pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi
tujuan dalam aqidah akhlak.
c) Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang
menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk
lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-
pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-
kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal
pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia
terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat
4. Hubungan Akidah dengan Akhlak
Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa
memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik
dan benar, dengan itu ia akan mampu mengimplementasikan
tauhid ke dalam akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah). Karena
88
barang siapa mengetahui Sang Penciptanya dengan
benar, niscaya ia akan dengan mudah berperilaku baik
sebagaimana perintah Allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh
atau bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah
ditetapkan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT dan kelakuannya
terhadap Allah SWT. Ditentukan mengikut nilai-nilai aqidah
yang ditetapkan. Begitu juga akhlak terhadap manusia
dicorakkan oleh nilai-nilai aqidah seorang muslim, sebagaimana
yang ditetapkan di dalam Al-Qur‟an yang merupakan ajaran dan
wahyu dari Allah SWT
1. Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah
aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena
akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh
karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscaya
akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula
sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.
Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan
keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar
2. Jujur
89
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang
berhubungan dengan aqidah. Jujur dapat terwujud apabila
seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan
dengan aqidah. Dengan dijalankannya konsep-konsep aqidah
tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik.
Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa.
Akhlak Islami adalah perangkat tata nilai yang
bersifat samawi dan azali yang mewarnai cara berpikir,
bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya,
Allah dan Rasul-Nya, sesamanya dan lingkungannya.
a. Akhlak merupakan dimensi kehidupan seorang Muslim
yang mencakup akidah, ibadah, dan syariah
b. Samawi adalah akhlak yang bersumber dari Al-qur‟an
dan Alhadist
c. Azali adalah akhlak islami yang bersifat tetap, tidak
berubah walaupun tata nilai dan norma dalam
kehidupan bermasyarakat berubah sesuai dengan
perubahan masa dan keadaan
Cakupan dari Akhlak islami sangat luas diantaranya :
1. Ethos: Mengatur hubungan seseorang dengan Khaliknya, seperti
terhadap Rasul Allah dan Kitab-Kitabnya
90
2. Ethis: Mengatur hubungan seseorang dengan dirinya dan terhadap
sesamanya dalam kegiatan kehidupan sehari-hari
3. Moral: Mengatur hubungan dengan sesamanya tapi berlainan jenis
menyangkut kehormatan tiap pribadi
4. Estetika: Rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk
meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah
menuju kesempurnaan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
perubahan yang sangat mendalam terhadap berbagai segi tatanan
kehidupan manusia mulai dari berfikir, bersikap, dan bertingkah
laku termasuk mengeluarkan ide yang bermuara pada friksi-friksi
kemanusiaan walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa perubahan yang besar dan luar biasa. Dengan
permasalahan tersebut, maka diperlukan dakwah sebagai petunjuk
hidup.
Menurut Yusuf Qardhawi, ada 3 ancaman terhadap akhlak manusia:
- Ananiyyah : sikap individualisme yang menjadi ciri manusia modern.
- Madiyyah atau sikap materialistik : kecintaan pada kehidupan duniawi
secara berlebihan.
- Naf‟iyyah atau pragmatis : menilai sesuatu hanya berdasarkan aspek
kegunaan semata.
91
Ketiga ancaman terhadap akhlak ini hanya bisa diatasi manakala
manusia memiliki landasan aqidah yang kuat.
92
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang
1. Diskripsi MI Al Falah Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang
a. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik,
kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang
Pendidikan adalah merupakan upaya meningkatkan
kemampuan dalam kehidupan berbangsa dan beragama, artinya
kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya.
Disamping itu dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia
tahun 1945 mengamanatkan pemerintah tentang pendidikan, bahwa
dalam pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, relefansi dan efisiensi managemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan,
sehinga perlu dilakukan perencanaan pendidikan secara terarah dan
berkesinambungan.43
Dari segi perencanaan pendidikan Undang Undang No. 20
tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional, dan Amandemen
Undang Undang Dasar1945 yang menetapkan alokasi anggaran
43
Buku Pedoman MI Al Falah, Kaliangkrik, Magelang 2014/2015.
93
pendidikan 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
ini adalah merupakan angin segar yang perlu direspon positif bagi
kalangan dunia pendidikan, artinya ini menunjukan perhatian
pemerintah pada dunia pendidikan secara besar.
Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya laju
teknologi dan informasi memaksa dunia pendidikan harus adaptif
terhadap perkembangan tersebut, tuntutan untuk menciptakan akan
suatu pendidikan yang bermutu, berkwalitas inilah yang menjadi
ganjalan di setiap lembaga pendidikan Madrasah maupun madrasah
penyelenggara pendidikan, khususnya adalah Madrasah Ibtidaiyah Al
Falah Kaliangkrik Kabupaten Magelang.
Guna mengimplentasikan pendidikan Madrasah yang bermutu
dan berkwalitas kami mengusulkan program-program perencaan
pendidikan sebagai langkah untuk memajukan lembaga pendidikan
demi terciptanya cita-cita kami dan masyarakat, yang memiliki suatu
lembaga pendidikan yang bermutu sesuai standar pendidikan yang
bersifat nasional maupun internasional.44
b. Visi, Misi dan tujuan Madrasah Ibtidaiyah Al Falah kaliangkrik
1) Visi Madrasah :
Terwujudnya Madrasah yang dapat membentuk Generasi
Relegius, Disiplin dan Peduli.
44
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014.
94
2) Misi Madrasah :
a). Menciptakan lingkungan belajar yang Relegius
b). Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi
c). Memberdayakan seluruh potensi peserta didik untuk peduli
terhadap lingkungannya.
3) Tujuan Madrasah
a) Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari
hari
b) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam aspek
akademik maupun non akademik dalam kehidupan pribadi
dan sosial
c). Terbentuknya siswa yang peduli terhadap lingkungan.45
4). IdentitasMadrasah
1. Nama Madrasah : MI AL FALAH KALIANGKRIK
2. No. Statistik Madrasah (NSM) : 111233080174
3. Akreditasi Madrasah : B ( Baik )
4. Alamat Lengkap Madrasah : Kauman
Desa / Kelurahan : Kaliangkrik
Kecamatan : Kaliangkrik
Kab/ Kota : Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
45
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014.
95
No. Telp. : -
5. NPWP Madrasah : 00 542 625 9 524 000
6. Nama Kepala Madrasah : Fadhoil, S.Ag
7. No. Telp./ HP Kepala
Madrasah : 081328841779
8. Nama Yayasan : MAARIF
9. Alamat Yayasan
:jln Magelang Jogja km 12
Palbapang
Mungkid Magelang 56511
10. No. Telp. Yayasan : 0293 782037
11. No. Akte PendirianYayasan : lk/3.C/1528/Pem.MI/7
12. Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan
a. Status Tanah :Wakaf
b. Luas Tanah : 1531.31 M2
13. Status Bangunan : Yayasan
14. Luas Bangunan : 1231 M2
15. E-mail :
5). Progam Kerja Madrasah
a. Sarana prasarana dan ketenagaan
(1) Meningkatkan pendayagunaan buku paket dan LKS bagi murid dan
guru
utamanya mata pelajaran ujian negara.
(2) Berusaha meningkatkan pendayagunaan tenaga yang ada secara
efesien dan efektif, serta berusaha meningkatkan ke rja sama semua
staf (karyawan/guru) dengan cara sebaik-baiknya.
(3). Mengupayakan peningkatan pengetahuan dan kemampuan
96
guru/pegawai
dengan cara :
i. Mengikutkan penataran baik yang diadakan oleh depag
(MIN/pengawas) lembaga Maarif atau KKM
- Pembinaan rutin
- Meningkatkan pelaksanaan monitoring terhadap guru /
karyawan terhadap tugasnya.46
- Meningkatkan usaha untuk pembekalan dan pembinaan
terhadap siswa. Utamanya pada kelas terakhir (tiga) dalam
rangka mempersiapkan siswa mengikuti Ujian Nasional (UN)
dengan memberikan les atau kegiatan-kegiatan pelatihan secara
rutin dan terprogram.
- Mengajukan permohonan pada pengurus Madrasah Ibtidaiyah
Al Falah untuk memperbaiki ruang-ruang yang kurang baik dan
menambah ruangan baru.
b.Kurikulum dan Evaluasi:
(1) Meningkatkan pembinaan kurikulum pada guru mata
(2) pelajaran melalui KKM dan lembaga pendidikan Islam.
(3) Menertibkan penelitian dan evaluasi melalui kegiatan
Ektra,
Intra dan Korikuler, baik melalui evaluasi formatif atau
sumatif.
46
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014
97
(4). Mengupayakan penuntasan penguasaan program
kurikuler
dengan melalui les atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat
menunjang penyelesaian.
c. Kesiswaan dan Porseni:
1. Meningkatkan pengenalan siswa terhadap lingkungan
Madrasah melalui orientasi siswa.
2. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT. melalui
pengajian diniyah setelah shubuh dan setelah maghrib
3. Meningkatkan pelatihan kepemimpinan siswa melalui
kegiatan Ekstra kurikuler yang berupa :
- Peringatan hari-hari besar islam
- Perlombaan-perlombaan ( Class Metting )
- Kepramukaan
- Kesenian47
d. Humas
1. Mengadakan kerja sama dengan Kemenag, Dikbud dan LP.
Islam sehubungan dengan pelaksanaan orientasi siswa baru.
2. Meningkatkan hubungan dengan masyarakat sekitar
dengan memberi penjelasan tentang kebijakasanaan
Madrasah, situasi dan perkembangan Madrasah.
3. Menampung saran-saran dan pendapat masyarakat untuk
47
Ur Kurikulum, Dokumentasi Data Kurikulum, MI Al Falah Kaliangkrik, 2014/2015
98
memajukan Madrasah.
e. Sumber dana
Sesuai dengan penjelasan Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Al Falah Kaliangkrik Magelang, bahwa biaya pendirian gedung
tersebut adalah swadaya murni masyarakat Kaliangkrik,
melalui musyawarah dengan beberapa tokoh masyarakat
sekaligus memberikan sumbangan yang relatif besar. Sumber
dana yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan
Madrasah, diantaranya:
a. Dari SPP murid.
b. Infaq dan Sadaqoh dari para dermawan.
c. Sumbangan dari instansi pemerintah.
Pendistribusian keuangan Madrasah untuk menunjang
kegiatan dapat dibagi beberapa kelompok antara lain untuk :
1. Honorarium guru / pegawai dan pembina ekstrakurikuler.
2. Kegiatan operasional guru.
3. Pengadaan fasilitas sarana dan prasarana yang sangat
penting.
4. Pembinaan profesional guru dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan kesejahteraan guru.
f. Bangunan gedung MI Al Falah Kaliangkrik Magelang
Bangunan yang dimiliki MI Al Falah Kaliangkrik itu
ada beberapa gedung.untuk lebih jelsnya lihat tabel dibawah
99
ini.
Tabel 1
Bangunan di MI Al Falah Kaliangkrik
No.
Ruang
Jumlah
Ukuran (M2)
1
Ruang kelas
9
6 x7
2
R. kepala sekolah
1
2,5x2,5
3
R. guru
1
6 x7
4
R. perpustakaan
1
4 x 6
5 R. UKS
1
4 x 6
6 R. koperasi
1
4 x 6
7 R. gudang
1
4 x 6
8 Kamar mandi dan
WC
11
3
2 x 3
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada denah MI Al Falah
kaliangkrik Magelang dalam lampiran I.
a. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di MI Al Falah
100
Kaliangkrik Magelang merupakan kegiatan aktif siswa yang tidak
bisa dipisahkan dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Sekolah .
Kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah :
1) Kegiatan yang bersifat keagamaan
2) Musabaqoh Tilawalil Qur'an (MTQ)
3) Peringatan hari besar Islam
4) Pengumpulan zakat fitrah
5) Penyembelihan hewan qurban
6) Pembagian daging qurban
7) Pesantren Kilat
8) Kegiatan Manasik Haji
9) Kegiatan yang bersifat umum
(a) Kepramukaan
(b) Kesenian, meliputi: Drum Band
10). Kegiatan yang bersifat Sosial
a. Latihan Dokter kecil
b. Cerdas cermat dokter kecil
b. Strukutur Organisasi
Struktur organisasi yang dipergunakan di MI Al Falah
Kaliangkrik Magelang adalah sebagai berikut:
101
Gambar 1
Struktur Organisasi MI Al falah Kaliangkrik Magelang
c. Kondisi Obyektif Guru dan Siswa
a. Jumlah Guru
Untuk mengetahui keadaan guru dan latar belakang
pendidikannya, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:48
48
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014
Depdikbub Kementerian
Agama
Yayasan Maarif Lembaga Pendidikan Maarif
Kepala Madrasah
Ibtidaiyah Al Falah
fadhoil,S.Ag
f
Fadhoil, S.Ag
Tata Usaha Efi Susilowati,S.PdI
Wk. Kurikulum Islamiyah, S.Ag
Wk.Sarana
Syaeful Mujib
Prasarana
WkKesiswaanAhmad yakup
Wk. Humas S Rodli
Wali Kelas Wali Kelas
Wali Kelas
Dewan
Guru
Siswa
102
Tabel 2
Daftar Guru MI Al Falah Kaliangkrik,
Kec. Kaliangkrik Kab.Magelang
No Nama Guru Ijazah Terakhir
1 Fadhoil S-1/Tarbiyah/PAI/1998
2 Islamiyah S-1/Ushuludin/Akidah filsafat/1995
3 Efi Susilowati S-1/Tarbiyah/PAI/2002
4 Masrifatul Amiroh S-1/Tarbiyah/PAI/2013
5 Istiqomah S-1/Tarbiyah/PAI/2011
6 Istna Maulida Sulistiana S-1/FKIP/BK/2012
7 Khairul Muna S-1/Tarbiyah/Bahasa Inggris/2010
8 Ahmad Yakup SMA/IPS/2007
9 Suciati S-1/Tarbiyah/PAI/2012
10 M. SyaefulMujib S-1/Tarbiyah/PAI/2011
11 Lina Dwi S S-1/Syariah/Ahwalus syahsiah/2010
12 M.Qobul S-1/Tarbiyah/PAI/2002
13 Slamet Rodli D-2/Tarbiyah/PAI/1998
b. Jumlah Siswa
Sedangkan untuk mengetahui jumlah siswa tahun ajaran 2014-2015
103
di MI Al Falah Kaliangkrik Magelang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Daftar Siswa MI Al Falah Kaliangkrik, Kec. Kaliangkrik. Kab. Magelang
Tahun Ajaran 2014-2015
NO Kelas Jml Kelas
Banyaknya Siswa
Jumlah
Keluarga
Miskin L P
1 1 1 19 17 36 36
2 11 1 27 14 41 41
3 I11 1 22 22 44 44
4 1V 1 25 10 35 35
5 V 2 18 20 38 38
6 V1 2 27 8 35 35
104
B. Diskripsi MI Al Islam Tonoboyo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten
Magelang
1. Sejarah berdirinya MI Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang
Madrasah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan Kabupaten
Magelang mempunyai sejarah pertumbuhan dan perkembangan sendiri.
Madrasah ini didirikan untuk dipersiapkan menjadi tempat belajar anak-
anak, lama kelamaan yayasan ini berencana untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekitar tonoboyo akhirnya di dirikan Madrasah Ibtidaiyah
(MI), karena perkembangan zaman yang semakin modern maka yayasan
berupa bagaimana meningkatkan sumber daya manusia yang ada di sekitar
desa tersebut,maka pada tahun 1965 berdirilah Madrasah Ibtidaiyah yang di
dirikan oleh yayasan Islam yang beranggotakan para pemuka agama dan
masyarakat sekitar.49
Dari perjalanan MI Al Islam tonoboyo mengalami dinamika yang
berarti, yaitu selain tempatnya kurang mendukung dan sarana prasarana
juga kurang memadai sehingga betul-betul perjuangan yang sangat luar
biasa.
Dinamika ini membawa MI Al Islam Tonoboyo semakin dewasa
dalam menapak perjalannya. Berbagai masalah yang muncul, dapat
terselesaikan dengan tuntas dengan baik
49
Wawancara dengan kepala Madrasah Bapak Rozib, M.Pd.I, 2015, Pukul 10.15 WIB
105
Dalam perkembangan kemudian MI Al Islam Tonoboyo mempunyai
sebidang tanah sendiri seluas + 470 M dengan dibangun gedung dan lokal
dengan luas + 430 untuk PBM dan pada tahun 1965, dimana setelah SK
pendirianya pada tanggal 01 Januari 1965 dengan no izin operasionalnya
adalah Lk/3.C/1513/PCM/MI/78 sehingga sekarang PBM dan kegiatan
lainnya pun bisa dijalankan dengan baik oleh Madrasah, ini semua berkat
kegigihan orang tua murid (Komite Madrasah), guru, pegawai dan instansi
terkait, dengan gedung yang megah di tanah yang luas hingga kini.
2. Letak Geografis
MI Al Islam Tonoboyo adalah terletak di Desa Tonoboyo, di
Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.Dan desa ini dilalui oleh
sebuah jalan protokol yang menghubungkan kecamatan Bandongan dengan
kecamatan-kecamatan lain disekitarnya, seperti kecamatan Kaliangkrik dan
Kecamatan Kajoran
Adapun desa Tonoboyo ini berbatasan dengan desa-desa disekitarnya,
yaitu sebelah utara dengan desa Kalegen Kecamatan bandongan, disebelah
selatan berbatasan dengan desa Bandongan Kecamatan Bandongan,
disebelah timur berbatasan dengan desa Mantusari, dan sebelah barat
berbatasan dengan desa Beseran Kecamatan Kaliangkrik.50
50
Tata Usaha, Dokumentasi data letak geografis, MI Al Islam Tonoboyo, 2015.
106
3. Struktur organisasi
Agar terjadi mekanisme kerja yang lancar dan tertib, maka
disusunlah struktur organisasi sekolah, adapun struktur organisasi MI Al-
Islam Tonoboyo tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut :
107
= Garis Intruksional
= Garis Koordinasi
Gambar 2
Bagan Organisasi MI Al Islam Tonoboyo
Tahun Pelajaran 2015
Ketua yayasan
Sie
Olah Raga
Dan UKS
Sie
Kesenian
Sie
Drum Band
Sie
Keagamaan
Sie
Pramuka Pa
Sie
Pramuka Pi
Wali Kelas
Dewan Guru
Peserta Didik MI Al Islam Tonoboyo
KOMITE MADRASAH TATA USAHA
Keterangan =
Ur. KURIKULUM Ur
KESISWAAN
Ur
SARPRAS
Ur
HUMAS
108
4. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi Madrasah
Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan kabupaten
Magelang sebagai lembaga pendidikan dasar berciri khas Islam perlu
mempertimbangkan harapan murid, orang tua murid, lembaga pengguna
lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. Madrasah
Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo, juga diharapkan merespon perkembangan
dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, era
reformasi dan globalisasi yang sangat cepat. Madrasah Al Islam Tonoboyo
kecamatan Bandongan kabupaten Magelang ingin mewujudkan harapan
dan respon dalam Visi Madrasah yaitu:
“Membentuk peserta didik Yang Unggul Dalam Mutu, Berbudi pakerti
luhur, Terampil, Beriman dan Bertaqwa Kepada Allah SWT serta cinta
Tanah Air dan Bangsa “
Indikator Visi :
1. Memiliki KTSP yang memadai.
2. Terpenuhi standar proses
3. Terpenuhi standar kelulusan
4. Terpenuhi standar tenaga kependidikan
5. Terpenuhi standar pengelolaan
6. Terpenuhi fasilitas pendidikan
7. Terpenuhi standar pembiayaan pendidikan
8. Terpenuhi standar penilaian
109
9. Memiliki budaya dan lingkungan Madrasah yang kondusi
b. Misi Madrasah :
1. Menyusun dan melaksanakan KTSP
2. Melaksanakan Pembelajaran sesuai standar proses
3. Melaksanakan pembimbingan karakter dan pengembangan diri.
4. Meningkatkan Kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
a. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien, dan relevan serta
berdaya saing tinggi
b Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif
dan
efektif
5. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
6. Mewujudkan sumber-sumber pembiayaan non pemerintah serta mengelola
keuangan dengan transparan dan akuntabel
7. Melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai standar penilaian
8. Melaksanakan Manajemen Madrasah yang berkarakter.
c. . Tujuan Madrasah :
Tujuan MI al Islam Tonoboyo jangka menengah (5 tahun kedepan) adalah :
1. Tercapainya nilai rata-rata semua mata pelajaran kategori A
2. Meningkatnya nilai KKM pada semua mata pelajaran
110
3. Meningkatnya ketercapaian nilai KKM untuk semua mata pelajaran
4. Meningkatnya penguasaan komputer dan internet pada setiap siswa
5. Keadaan Guru dan Karyawan
Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan kabupaten
Magelang mempunyai tenaga edukatif yang cukup baik bila ditinjau dari
jenjang pendidikan yang dimiliki. Dari masing-masing pendidik mengampu
bidang studi sesuai profesianya.
Tabel 4
Daftar Guru MI Al Islam Tonoboyo
Kec.Kaliangkrik. Kab.Magelang
No Nama Guru Ijazah Terakhir
1 Rozib Sulistiyo,
M.PdI
S2.UIN Yogyakarta
2 Lushandiyah,S.Ag S1.IAIN Walisongo Smrg
3 Eko Purwati, S.PdI UMM, Magelang
4 Maltufah MA Magelang
5 Mariyatul anisah,
S.PdI
STAIN Salatiga
6 Fauziyah S,S.kom UMM Magelang
7 Roechanal ma‟tufani SMA Magelang
8 Nisfu Ema fatimah MA Magelang
111
9 Muliatin Ni‟mah,S.Pd UNY Yogyakarta
10 Ahmad zamzani SMA Magelang
11 Islachudin SMA Magelang
12 Wachidun MA Magelang
6. Data siswa MI Al Islam
Sedangkan untuk mengetahui jumlah siswa tahun ajaran 2014-2015 di MI Al
Islam Tonoboyo dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Daftar Siswa MI Al Islam Tonoboyo.Kab.Magelang Tahun Ajaran 2014-2015
NO
Kelas
Jml Kelas
Banyaknya Siswa
Jumlah
Keluarga
Miskin L P
1 1 2 25 24 49 49
2 11 1 16 20 36 36
3 111 2 26 20 46 46
4 1V 2 16 20 36 36
5 V 1 7 6 13 13
6 V1 1 13 8 21 21
7. Sarana dan Prasarana
112
Pada saat penelitian berlangsung, Madrasah Ibtidaiyah Al Islam
Tonoboyo memiliki gedung yang bisa di gunakan untuk kantor, ruang
guru,UKS, perpustakaan, ruang TU, ruang tamu dan gudang.
Dalam tiap-tiap kelas dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar, seperti kursi guru dan siswa, meja guru dan
siswa, almari, papan tulis dan fasilitas lain. Untuk lebih jelas tentang fasilitas
yang ada dapat dilihat dalam tabel berikut51
:
Tabel 6
Sarana Dan Prasarana MI Al Islam Tonoboyo
Tahun 2014/2015
No Jenis Barang/Ruang Jumlah Kondisi Keterangan
1 Ruang Belajar 9 Baik -
2 Ruang kepala 1 Baik -
3 Ruang Guru 1 Baik -
4 Ruang Tamu 1 Baik -
5 Ruang
Perpustakaan
1 Baik -
6 Ruang Koperasi 1 Baik -
7 Ruang Tu 1 Baik -
8 Ruang UKS 1 Baik -
9 Papan Tulis 9 Baik -
51
Ur Sarana Dan Prasarana, Dokumen data MI Al Islam Tonoboyo, Magelang, 2015
113
10 Almari Besar 3 Baik -
11 Almari Kecil 2 Baik -
12 Kursi, Meja Guru 11 Baik -
13 Meja Siswa 76 Baik -
14 Kursi Siswa 152 Baik -
15 Komputer 3 Baik -
16 Papan garis 4 Baik -
17 Sound 1 Baik -
18 Telpon 1 Baik -
29 Alat Musik 1 Baik Drum Band
20 Bola Voli 2 Baik -
21 Bola Kaki 2 Baik -
22 Raket 6 Baik -
23 Net 1 Baik -
24 Lap Top 1 Baik -
25 Kamar Mandi 2 Baik -
26 WC 2 Baik -
27 Vidio Tape 1 Baik -
Dalam melakukan PBM dan dalam upaya memudahkan pemahaman
sekaligus penguasan materi oleh siswa, selain itu juga dalam rangka
pencapaian tujuan pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah Al Islam media
pendidikan untuk digunakan sebagai berikut :
a. Lap Top
b. LCD Proyektor
114
c. Bagan Peta (lokal, regional, Nasional, dan Dunia)
d. Tape
e. TV
f. Mikropo
g. DVD
h. Kaset
i. Spiker Aktif
j. Komputer
k. CD
l. Buku Perpustakaan
115
BAB 1V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Pemahaman Guru tentang pendidikan Humanistik dan
Behavioristik
1. Pendidikan humanistik
Menurut Bu Islamiyah adalah :
“Pendidikan Humanistik adalah suatu pendidkan yang dalam proses
pembelajaran dikelas berusaha untuk memanusiakan manusia dan memberi
keleluasaan kepada siswa dalam proses pembelajaran”.52
Menurut Bapak khoirul Muna adalah :
“Pendidikan humanistik adalah suatu pendidikan yang dalam metode
penyampaian dititik beratkan pada kebebasan siswa dan guru tidak bersifat
otoriter dalam penyampaian materi kepada siswa.”53
Menurut Bapak Ahmad Yakup adalah:
“ Pendidikan humanistik adalah Adanya suasana penuh kasih sayang,
hangat, hormat dan terbuka. Guru menangani masalah-masalah perilaku dengan
jalan berkomunikasi secara pribadi dengan murid yang bersangkutan,tanpa
52
Wawancara dengan Ibu Islamiyah, Tanggal 8 Juli 2015 53
Wawancara dengan Bapak Khoirul Muna, Tanggal 8 Juli 2015
116
melibatkan kelompok”.54
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Bapak Ibu Guru di MI Al
Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan dapat diambil
intisari bahwa mereka sudah memahami dan sudah tahu tentang arti dari
pendidikan humanistik tersebut yakni dalam pembelajaran berusaha untuk
memanusiakan manusia. Dalam arti bahwa guru tidak bersifat mutlak dan
otoriteir dalam pembelajaran, dan siswa diberi kebebasan dalam
pembelajaran kepada siswa dengan metode yang berfariatif dan berusaha
untuk bersifat kasih sayang, sehingga siswa akan leluasa dan akan mudah
menyerap pengetahuan secara menyeluruh.
Peranan guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan
Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan tidak diragukan lagi,
bahwa peranan beliau-beliau dalam pendidikan yang tersusun rapi dan
menyeluruh sangat penting untuk mengangkat harkat dan martabat suatu
kaum agar menjadi kaum yang maju dan berperadaban. Pada konteks inilah
guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan Madrasah
Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan kabupaten Magelang, khususnya
guru-guru yang mengajar akidah akhlak memiliki peran strategis, yaitu
sebagai sarana dalam proses transformasi nilai-nilai ajaran Islam untuk
diterapkan. Sebab proses transformasi itu membutuhkan semangat untuk
mengajarkan akidah akhlak yang baik kepada peserta didik, dan mencegah
54
Wawancara dengan Bapak Ahmad yakup, Tanggal 8 Juli 2015
117
kemungkaran, dan mengentaskan kebodohan dengan cara mengajarkan
ilmu agama dengan sungguh-sungguh.
Bila pembelajaran semacam ini berkembang dan membudaya di
kalangan guru di Madrasah, bisa jadi ajaran humanistik dalam Islam
menjadi suatu ide-ide yang menjadikan para guru-guru untuk semangat
dalam mengajar dan mendidik pada peserta didik. Dan kata humanistik pada
bab terdahulu telah berasal dari bahasa inggris yang berarti
“Memanusiakan manusia,bersifat sayang dan santun dalam mengajar serta
penuh keakraban”.
Menurut pengamatan dan wawncara kami bahwa Guru-guru
Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Al
Islam Tonoboyo Bandongan mengetahui bahwa pendidikan humanistik
senantiasa disertai dengan sikap ketelitian dan kecermatan serta kebanggaan
terhadap pekerjaan yang bermutu. Pendidikan humanistik juga tidak
diperkenankan untuk takut pada celaan orang lain yang suka mencela, atau
takut kritik. Artinya, bahwa guru harus disertai dengan sikap terbuka, mau
menerima kritik dari siapap pun demi kebaikan hasil pekerjaannya
(usahanya). Orang yang mempunyai sikap humanistik seyogyanya memiliki
wawasan jangka panjang atau masa dengan yang lebih baik dan yang
diridhoi oleh-Nya.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi
fasilitator bagi para siswa dan guru memberi motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan sehari hari. Guru mengfasilitasi
118
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama
yang memaknai proses belajar sendi ri. Diharapkan siswa memahami potensi
diri, dan mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif
2. Pendidikan behavioristik
Pemahaman Guru tentang pendidikan behavioristik beragam,
diantaranya Pendidikan Behavioristik yang disampaikan P Rozib Sulistyo
adalah :
“ Pendidikan behavioristik adalah suatu pendidikan yang dalam
pembelajaran berdasarkan adanya stimulus dan respon.dimana dalam
pembelajarannya selalu memberikan suatu penguatan sikap dan pembiasaan”55
Pendidikan Behavioristik yang disampaikan B Lushandiyah
“Pendidikan behavioristik adalah suatu pendidikan yang dalam
pembelajarannya kepada siswa dengan sikap guru yang bersifat otoriter kurang
memberikan keleluasaan dalam belajar dan metode yang diberikan kurang
berfariatif”56
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kami bahwa
Pembelajaran dengan menggunakan Pendidikan behavioristik adalah
adanya pembelajaran yang menghubungkan stimulus dan respon. Dengan
kegiatan ini mendudukkan siswa dalam belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau prilaku tertentu menggunakan metode drill atau pembiasaan
55
Wawancara dengan Bapak Rozib Sulistiyo, Tanggal 9 Juli 2015 56
Wawancara dengan Ibu lushandiyah, Tanggal 9 Juli 2015
119
semata. Munculnya prilaku didalam kelas akan semakin kuat bila diberikan
suatu reinfocement dan akan hilang bila diberi suatu hukuman. Berdasarkan
teori ini siswa dianggap sebagai obyek yang pasif yang selalu membutuhkan
motivasi dan penguatan dari pendidik.
Oleh karena itu para Guru MI Al Falah dan Guru MI Al Islam
Tonoboyo dalam mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang
harus dicapai oleh para siswa, begitu juga dalam proses evaluasi belajar
diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal- hal
yang tidak dapat diamati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Jadi
implementasi dari pendidikan behavioristik yang diberikan guru didalam
kelas kurang dapat memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa un tuk
berkreasi, bereksperimen dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Sehingga berdasakan pengamatan kami di Madrasah Ibtidaiyah al
Falah kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan
magelang kurang banyak diterapkan oleh Bapak ataupun Ibu Guru karna
kurang dapat diminati oleh siswa dalam pembelajaran dan cenderung siswa
pasif dan membosankan. Dari hasil tes ataupun evaluasi hasil belajar kurang
berhasil dengan maksimal. Sebagai konsekuensinya para guru yang
menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran
dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang ha rus
dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak
120
memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara
hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada
hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki.
Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang
kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang tampak.
Menurut kami, Behavioristik adalah pembelajaran siswa yang
berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil
yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena
penggunaan teori behavioristik mempunyai persyaratan tertentu sesuai
dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa
memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan
kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
121
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru
dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
Menurut pengamatan kami bahwa Penerapan teori behaviroristik
yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya
proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru
sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipa ndang
pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru
dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan
siswa
B. Analisis Metode Pembelajaran Akidah Aklak Di MI Al Falah Kaliangkrik
dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan
Sumber data yang kami jadikan acuan dalam metode pembelajaran
adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam
Tonoboyo . Wawancara yang kami lakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni
2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut
tentang bagaimana pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik
?
122
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa
pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik setiap minggunya
terdiri dari dua jam untuk masing – masing kelas ( Kelas I s.d. VI ).setiap
jamnya terdiri 35 menit, jadi selama satu minggu menjadi 2 x 35 menit
Selain di dalam ruang kelas, pembelajaran aqidah akhlak juga
diterapkan di luar ruang kelas, misalnya menghafal surat-surat
pendek,menghafal doa-doa pendek dan asmaul husna bersama-sama setiap
kelas. Kegiatan ini dilakukan setiap hari lima belas menit sebelum pelajaran
dimulai, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di masjid besar
Kaliangkrik, peringatan hari – hari besar islam, seperti pesantren
ramadhan, pembagian zakat fitrah, pengajian, qurban, dan manasik haji
MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Tonoboyo dalam pengajaran dan
pembiasaan selain mengadakan pembelajaran aqidah akhlak secara rutin di
dalam jam pembelajaran di kelas juga melakukan pembelajaran –
pembelajaran di luar kelas. Kegiatan ini sangat baik untuk menunjang
kegiatan pembelajaran selain dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas
sehingga siswa bisa lebih memahami pembelajaran aqidah akhlak dan
mengamalkannya.
Wawancara yang kedua kepada Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah
Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari
Rabu, tanggal 3 Juni 2015 Pertanyaan yang disampaikan menyangkut
tentang apa yang menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran aqidah
akhlak ?
123
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru
Aqidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik itu sendiri dengan mengacu
pada standar kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) tingkat sekolah
dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran itu dengan mengembangkan SD dan KD yang
sudah ada.
Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik menjadikan SK dan
KD dari pemerintah sebagai sumber acuan dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran. Kemudian Guru Aqidah Akhlak berusaha untuk
mengembangkan SK dan KD itu dalam rangkaian proses pembelajaran yang
baik.
Penulis menemui Ibu islamiyah selaku guru aqidah akhlak Kelas V
MI Al Falah Kaliangkrik dan Bu Lushandiyah selaku guru MI Al Islam
Tonoboyo guna meminta data tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( RPP ) Aqidah Akhlak Kelas V.
Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui tentang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas V yang dibuat guru aqidah
akhlak untuk kemudian dianalisis mengenai implementasinya pendidikan
humanistik dan behavioristik dalam rencana pembelajarannya.
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3dan 4 Juni 2015, pukul
08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang
124
metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak
di kelas V MI Al Falah Kaliangkrik ?
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa dalam
proses pelaksanaan pembelajarnya Guru Aqidah Akhlak menggunakan
metode yang hampir sama di semua kelas yaitu menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi.
Guru Aqidah Akhlak di MI Alfalah Kaliangkrik dan MI Al Islam
Tonoboyo telah menggunakan beberapa metode pembelajaran seperti
metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi. Metode ini masih
termasuk kedalam metode konvensional yaitu dalam pembelajaran. Guru
Aqidah Akhlak belum cukup mampu mengembangkan menggunakan
metode – metode yang lebih bervariasi dan kurang dapat memberikan
implementasinya dalam pendidikan humanistik dan behavioristiknya karna
metode yang diterapkan belum mewarnai adanya pendidikan tersebut.
C. Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik Dalam Pengajaran
Akidah Akhlak
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V
MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan
kegiatan pembelajaran merupakan yang pertama dilaksanakan penulis di
125
MI Al Falah Kaliangkrik MI Al Islam Tonoboyo Bandongan. Hal – hal yang
kami amati adalah mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang
dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah
cukup kondusif , karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, setelah
bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama
menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
1. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu
guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru
memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengkaitkan materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku
percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu
guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa
mengenai perilaku tekun, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan
antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini
126
guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam
beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh
perilaku yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa
diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –
teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.
Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa
yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan
juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi
mereka
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan
pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan
kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru
sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu. Di dalam pem
belajaran aqidah akhlak di kelas itu, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan mereka sehingga
pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk
berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Sudah ada
implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode
pembelajarannya.
127
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik dan MI
Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari rabu dan kamis,
tanggal 10, 11 Juni 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang
disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode pembelajaran yang
digunakan oleh Guru Aqidah Akhlak.
Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam
pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan
metode diskusi. Dia mengatakan: “ kalau pelajarannya kayak gini enak
bu….,soalnya kita bisa saling tukar pendapat sama teman – teman. Kalau
pelajarannya diterangkan terus biasanya ngantuk bu …, kalau gini ka n bisa
ikut ngomong sama mikir kan jadinya tidak ngantuk.”
Siswa merasa senang dalam pembelajaran karena siswa diberi
kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka di depan teman – teman
mereka dan dilatih untuk berani dan mengahargai pendapat – pendapat
orang lain. Dengan metode itu siswa dapat saling bertukar pendapat
sehingga siswa menjadi aktif dan berperan di dalam kelas.
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V
MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam tonoboyo. Observasi pelaksanaan
kegiatan pembelajaran merupakan yang kedua dilaksanakan penulis di MI
Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yag diamati
mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik
Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.
128
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut :
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah
cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang
setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama
– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu
guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru
memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengakaitkan materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku
percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu
guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa
mengenai perilaku hemat, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan
antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat
Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini
guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam
beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh
perilaku tekun dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa
129
diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –
teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.
Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa
yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan
juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi
mereka
Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan
pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan
kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru
sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor
kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman –
teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat –
pendapat orang lain. Akan tetapi disini guru belum bias kreatif untuk bisa
mencari metode yang lebih menarik bagi siswa karena kegiatan
pembelajaran itu hamper sama dengan pertemuan sebelumnya.
Demonstrasi puasa dan pembagian zakat fitrah ini tidak dilakukan di
dalam kelas melainkan dilakukan bersama seluruh siwa di MI Al Falah
Kaliangkrik bersama dengan menyongsong hari raya idhul fitri. Pada
kegiatan ini semua siswa melakukan zakat fitrah bersama dengan dipimpin
oleh guru aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik.
130
Kegiatan puasa dan zakat fitrah dilakukan mulai dari berniat puasa,
sampai berbuka puasa. Latihan zakat fitrahi di lengkapi dengan orang orang
yang berhak menerima zakat fitrah dan cara membaginya.
Menurut peneliti kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa.
Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa bisa mengalami
sendiri tata cara puasanya. Siswa merasa sangat senang mengikuti kegiatan
tersebut. Karena mereka benar – benar diajak untuk mengikuti tata cara
zakat fitrah .sehingga siswa bisa lebih memahami tata cara zakat fitrah dan
dikemudian hari bisa melaksanakan dalam kehidupannya.
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik dan MI
Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Rabu dan kamis,
tanggal 1 dan 2 Juli 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang
disampaikan menyangkut tentang bagaimana kesan adanya kegiatan zakat
fitrah yang diselenggarakan oleh madrasah.
Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dia sangat
senang dan antusias mengikuti zakat fitrah. Karena menurut dia “ Kalau
kayak gini kita bisa melaksanakan sendiri karena kita melakukan
demonstrasi langsung zakat fitrah dilengkapi dengan syarat serta yang
berhak menerimanya. Kita senang karena kita jadi merasa seakan – akan
kita sedang melaksanakan haji zakat fitrah dirumah”.
Siswa cukup senang dan antusias mengikuti kegiatan zakat fitrah
yang diselengarakan madrasah.kegiatan ini sangat baik untuk menambahn
pengetahuan mereka
131
Sumber data selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran Aqidah
Akhlak kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan
pembelajaran merupakan yang ketiga dilaksanakan penulis di MI Al Falah
Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yag diamati mengenai
proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak
dan peserta didik di dalam kelas.
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut:
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah
cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang
setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama
– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
1. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu
guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru
memberikan apersepsi terhadap siswa. Karena materi pada pembelajaraan
saat itu adalah indicator pertama dari KD, jadi apersepsinya diberi
pertanyaan – pertanyaan singkat tentang materi yang akan dibahas. Materi
yang dibahas pada pertemuan ini adalah dermawan. Terlebih dahulu Guru
melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang arti dari dermawan bagi
siswa. Siswa menanggapi pertanyaannya dengan antusias. Setelah
132
memberikan penjelasan tentang pentingnya sholat, guru menyampaikan
kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara
singkat.
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Guru
menanyakan kepada siswa tentang arti dari dermawan sebelumnya. Guru
meminta beberapa siswa untuk menjelaskan arti dermawan di depan kelas.
Setelah beberapa siswa menjelaskan di depan kelas guru memberikan
koreksi tentang penjelasan dermawan dan kemudian semua siswa
menjelaskan dermawan dengan baik secara klasikal maupun individu
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjelaskan tentang dermawan di depan kelas secara individual
maupun kelompok. Kemudian menyimpulkan pelajaran yang telah
disampaikan saat ini. Peneliti menyimpulkan guru berhasil dalam
memberikan pembelajaran terhadap siswa, karena banyak diantara siswa
yang sudah bisa menjelaskan dermawan setelah pembelajaran dilakukan.
Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa
sehingga suasana kelas menjadi nyaman, siswa antusias, bebas
mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek
133
utama dalam pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat
bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015, pukul 09.00 –
09.30 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru aqidah akhlak ?
Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam
pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan
metode demonstrasi, dia merasa nyaman dengan metode itu karena bu guru
sangat menghargai apa yang disampaikan siswa. Dia mengatakan : “Bu
Guru tidak galak kok…, kalau disuruh baca hafalan di depan kelas saya
tidak takut, soalnya kalau saya salah baca gak dimarahi tapi nanti
dibenarkan sama bu guru”.
Siswa senang di dalam kelas karena apa yang dia sampaikan atau
ditampilkan sangat dihargai oleh guru, sehingga itu dapat menciptakan rasa
percaya diri untuk siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk ikut aktif dan
berperan didalam kelas.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa
secara garis besar penulis mempunyai kesimpulan bahwa pendidikan
humanistik dan behavioristik sudah diterapkan dalam proses belajar
mengajar di MI Al falah kaliangkrik. Akan tetapi di MI al islam Tonoboyo
Guru masih kurang memberikan metode yang variatif tetapi masih bersifat
konvensional yaitu metode ceramah, dalam kegiatan ini guru sudah
134
menerapkan variasi dalam penerapan metode pembelajarannya. Hal ini
terbukti bahwa siswa merasa senang dalam pembelajaran. Dalam penerapan
Behavioristiknya sudah tampak ketika dalam pembelajaran dengan
mengadakan praktek langsung yang bersifat latihan dan pembiasaan yang
dapatditerapakan dalam kehidupan sehari hari.
D. Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Humanistik dan Behavioristik
dalam Pembelajaran Akidah Akhlaq
1. Pendidikan Humanistik dalam Pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa dan guru memberi motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan sehari hari.
Guru mengfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses
belajar sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, dan
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajanya dari pada hasil belajarnya.
Adapun proses yang dilalui dalam pendidikan humanistik
dalam proses belajar mengajar adalah :
135
1. Merumuskan tujuan yang jelas.
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak
belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan
siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong siswa untuk berfikir kritis, dan memaknai
proses pembelajaran secara mandiri
5. Siswa didorong untuk mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan
menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adannya dan berusaha
untukmemahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara
normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab
atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai
dengan kecepatanya. Evaluasi diberikan secara individual
berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran bedasarkan pendidikan humanistik ini cocok
diberikan dan diterapkan pada materi-materi yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan pendidikan
humanistik ini adalah siswa merasa senang dan bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, prilaku dan sikap
136
atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang
bebas, berani dan tidak terikat pada pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri dengan tanggung jawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin atau etika yang berlaku.
2. Kekurangan Pendidikan Humanistik dalam pembelajaran
Kekurangan teori ini adalah Jika tidak terkontrol, murid akan
mempunyai sikap egois yang tinggi. Melakukan apa yang mereka
inginkan tanpa batas,
siswa tidak mengetahui bahwa dirinya memililiki kepribadian yang
unik.Karena dalam teori ini guru adalah sebagai fasilitator maka
kurang cocok diterapkan pada siswa yang pola pikirnya kurang aktif
atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif dia akan takut atau
malu untuk bertnyan pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh
teman-temanya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, padahal dalam
teori ini guru akan memberikan respons bila murid yang diajar juga
aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh guru.Karena siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) maka keberhasilan
proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri, peran
guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa
menjadi berkurang.
138
3. Kelebihan Pendidikan Behavioristik dalam Pembaelajaran
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara
simbolik kemudian melakukannya.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan
nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau
panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya
mempunyai nilai yang bermanfaat.
4. Dapat membantu dalam memahami dan memodifikasi perilaku
5. Aspek kognitif dalam pembelajaran lebih melibatkan atensi
ingatan dan motivasi
4. Kelemahan Pendidikan Behavioristik Dalam Pembelajaran
1. Pendidikan Behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara
stimulus respon dan penguatan terjadi dalam suatu proses
belajar. Pendidikan Behavioristik banyak dikritik karena sering
kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks,
sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon.
2. Pendidikan Behavioristik tidak mamapu menjaelaskan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan
139
stimulus dan respon.
3. Pandanagan behavioristik kurang dapat menjelaskan adanya
variasi tingkat emosi pelajar, walaupun mereka mempunyai
pengalaman penguatan yang sama
4. Pandangan Behavioristik tidak dapat menjelaskan mengapa dua
anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan
yang relatif yang sama, ternyata perilakunya terhadap suatu
pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda
tingkat tingkat kesulitanya.
5. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan
responyang dapat diamati, mereka tidak memperhatikan adanya
pengaruh pikiran atau perasaa yang mempertemukan unsur-
unsur yang diamati tersebut.
6. Pendidikan behavioristik juga cenderung mengarahkan pelajar
untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif, proses pembentukan atau shaping, yaitu yaitu
memmbawa siswa menuju atau berimajinasi.
Dari hasil wawancara dengan guru di MI Al Falah kaliangkrik
mereka sudah paham tentang pengertian tentang humanistik dan
behavioristik. Sehingga dalam pembelajaran memberikan suatu
arahan yang begitu anak antusias dalam mengikuti pembelajaran dan
mengadakan sutu perubahan yang begitu positif.
140
Berdasarkan hasil observasi penulis, Guru sudah menjalin
komunikasi yang cukup baik dengan siswa sehingga suasana kelas
menjadi nyaman, siswa antusias, bebas mengeluarkan pendapat tanpa
ancaman. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek utama dalam
pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat
bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan
siswa secara garis besar penulis mempunyai kesimpulan bahwa
pendidikan humanistik dan behavioristik sudah diterapkan dalam
proses belajar mengajar di MI Al falah kaliangkrik. Akan tetapi di
MI Al Islam Tonoboyo Guru masih kurang memberikan metode yang
variatif tetapi masih bersifat konvensional yaitu metode ceramah,
dalam kegiatan ini guru belum menerapkan variasi dalam penerapan
metode pembelajarannya. Hal ini terbukti bahwa siswa merasa
kurang senang dalam pembelajaran. Dalam penerapan
Behavioristiknya sudah tampak ketika dalam pembelajaran dengan
mengadakan praktek langsung yang bersifat latihan dan pembiasaan
yang dapat diterapakan dalam kehidupan sehari hari.
Hasil wawancara dengan siswa, anak merasa senang dengan
pembelajaran yang menggunakan metode yang berfariatif, anak
merasa tidak jemu dan tidak bosan. Dalam pembelajaran yang
diterapkan guru sudah menerapakan pedidikan humanistik dan
141
behavioristik sehingga guru sudah paham betul dan sudah
menggunakan metode yang berfariatif, sehingga anak bisa memahami
dan merasa senang dengan sistim pembelajaran tersebut
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah kami urikan
mengenai “Implementasi Pendidikan humanistik dan behavioristik dalam
metode pembelajaran Akidah akhlak di MI Al falah Kaliangkrik dan MI Al
Islam Tonoboyo Bandongan”maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai
berikut :
1. Metode pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al
Islam Tonoboyo terdapat dua tahapan pelaksanaan pembelajaran.Dalam
pelaksanaan pembelajarn Akidah akhlak kelas V di MI al falah kaliangkrik
dan MI Al Islam Tonoboyo terbagi dalam tiga tahapan yaitu perencanaan
pembelajaran, pengelolaan pembelajaran dan penilaian
pembelajaran.Dalam pembelajaran guru Akidah akhlak membuat RPP
sesuai SK dan KD yang telah ditentukan pemerintah berdasarkan
Permmendiknas no 41 tahun 2007, dalam pengelolaan pembelajaran guru
menerapakan beberapa metode diantaranya metode ceramah, tanya jawab
diskusi dan demonstrasi. Sedangkan dalam tahap penilaian guru
142
menggunakan tes (tertulis dan tes tidak tertulis) dan non tes(praktek dan
pengamatan terhadap prilaku siswa)
2. Implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode
pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam
Tonoboyo dapat dilihat dari dua tahapan yaitu proses perencanaan yang
ditulis dalam RPP yang dibuat guru akidah akhlak di MI al Falah
kaliangkrik dan MI al Islam Tonoboyo dari kesemua komponen tersebut
belum mampu mengembangkan ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.
Dalam proses pembelajaran Akidah akhlak guru sudah cukup mampu
mengimplementasikan pendidikan humanistik dan behavioristik kedalam
metode pembelajran akidah akhlak. Hal ini dapat terlihat dari dalam
pembelajaran sudah ada interaksi komunikasi antara guru dan siswa dan
antara siswa dengan siswa lainnya. Penciptaan suasana kelas yang nyaman
tanpa ancaman . Siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Guru bersifat sebagai
fasilitator serta dapat memberikan pendapat guru guru berusaha untuk
memberikan stimulus dan respon yang hasil dari pembelajaran dapat
diwujudkan dalam pembiasaan tingkah laku yang baik. Pendidikan
humanistik dan behavioristik sudah dapat diterapkan pada metode
pembelajaran akidah akhlak di kelas 5 secara terbuka, mandiri dan
berpusat pada siswa.
B. Saran saran
143
Setelah melihat kesimpulan diatas ,ada beberapa yang penlis ingin
sampaikan kepada pihak pihak terkait dan implementasi pendidikan
humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran akidah akhlak di
MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo.
1. Kepada Guru akidah akhlak
a. Hendaknya guru Akidah akhlak lebih bisa mengembangkan dalam
memilih
metode pembelajaran yang tepat agar siswa lebih bisa memahami dann
nyaman
dalam belajar.
b. Semestinya guru Akidah akhlak mampu memahami karakteristik siswa
sehingga mampu menyesuaikan dalam usaha pemilihan metode
pembelajaran yang cocok bagi siswa yang diajarnya.
2. Kepada pihak sekolah
a. Hendanya sekolah mengadakan pelatihan kepada guru khususnya guru
akidah akhlak tentang pembelajaran akidah akhlak yang
mengimplementasikan pada pendidikan humanistik dan behavioristik
agar bisa menciptakan pendidikan yang bermutu dan bermakna pada
siswa.
b. Madrasah menyediakan fasilitas fasilitas penunjang pendidikan dengan
mengikuti perkembangan zaman, karena sekarang zaman tehnologi yang
sudah sangat berkembang. Madrsah bisa menyediakan akses internet
yang untuk mencari informasi yang dibutuhkan oleh siswa.
144
3. Kepada siswa
a. Siswa hendaknya berlatih selalu aktif,baik bertanya atau menyimpilakn
pendapat orang lain agar pembelajaran bisa sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh siswa.
b. Kepada para siswa agar senantiasa membiasakan perilaku yang
bersifat positif dan mampu menerapkan kajian humanistik dan
behavioristik didalam kehidupan sehari-hari di rumah maupun
dilingkungan sekitar agar mampu membuat perubahan didalam
perilaku yang kurang baik menjadi perilaku budi pekerti yang
lebih baik. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Fakih, Mansour dkk. Pendidikan Popular Membangun kesadaran Kritis
Yogyakarta: Insist , 2001.
Rachmana, Ratna Syifa, “Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam
Pendidikan”, El tarbawi: Jurnal pendidikan Islam . Melalui http://Journal
uii.ac.id/ 16.htm (23/11/2014), 2002.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia,
2005.
Fahrudin, M. Mukhlis . Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif Al-
145
Qur'an.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga.Yogyakarta. 2008.
Murtmainnah. “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Pendekatan Humanis di MAN Wates 1 Kulon Progo “,Skripsi Juruasan
Pendidikan Agama islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan
Kalijogo Yogyakarta: 2011.
Dewi, Uteri Mansata Indah Dwi. “Studi Komparasi Teori Behavioristik Dan
Humanistik (kajian metode pembelajaran bahasa arab)”. Skripsi Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab,Fakultas Islam Tarbiyah dan Keguruan,
Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2011.
Muhammad, Nawabi B. Pendekatan Behavioristik Skinner Dalam
Pembelajaran
Ahlak (kajian metodologi ahlak anak usia pra sekolah berdasarkan kurikulum
Departemen Agama)”, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan
Kalijaga, 2006.
Al Mubarokah, Nur Azizah . Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di
MAN Sawit Boyolali (prespektif teori belajar behavioristik)”, Skripsi Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2011.
Mas‟ud, Abdurrahman. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik,
Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Gema
Media. 2004.
146
Al Fandi, Haryanto. Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis
Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Chatib, Munib. Gurunya Manusia menjadikan semua anak Istimewa dan Semua
Anak juara, Bandung : Kaifa , 2012.
Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern dari Machiacelli sampai Nietzsche.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Indratno, A. Feri T. (ed). Negara Minus Nurani, Esai-esai Kritis Kebijakan
Publik. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009.
Merriam, Webster, Webster‟s Third New International Dictionary and Seven
Language Dictionary ( Encyclopedia Britannica), America,Volume II H to R,
1961.
Moleong, Lexi j , Metodologi Penelitian Kuantitatif.cet ke dua puluh tiga
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta
Rineka Cipta, 2002.
Sugiona, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R@D cet
kedelapanl, Bandung Alfabeta,2009 .
147
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan Jakarta: Grasindo,
2006.
Rumin,S. dkk. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, 1993.
Bin Ibrahim, el-usahaili Abdul Aziz. Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa
Ara, Bandung, 2009.
Surahmad, Winarno. Behaviorisme sebagai Psikologi Prilaku modern, Tarsito
Bandung, 1986.
Brown, H. Dougls. Prinsip Pembelajaan dan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
kedubes AS, 2008.
Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung :
JART, 2005.
Daradjat, Zakiah, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bu
Aksae ra, 1995.
Buku Pedoman MI Al Falah, kaliangkrik, Magelang 2014/2015.
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik,
2013/2014
148
Ur Kurikulum, Dokumentasi Data Kurikulum, MI Al Falah
Kaliangkrik,2014/2015
Ur Kesiswaan, Dokumen keadaan siswa, MI Al Falah kaliangkrik, 2014/2015.
Wawancara dengan kepala Madrasah Bapak Rozib, M.Pd.I, 2015, Pukul
10.15 WIB
Tata Usaha, Dokumentasi data letak geografis, MI Al Islam Tonoboyo, 2015.
Ur Sarana Dan Prasarana, Dokumen data MI Al Islam Tonoboyo, Magelang,
2015
150
WAWANCARA DAN OBSERVASI DI MI AL FALAH KALIANGKRIK
KABUPATEN MAGELANG
Catatan Lapangan 1
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Senin, 25 Mei 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Pengamatan Letak Geografis MI Al Falah
Kaliangkrik
Deskripsi data :
Sumber data adalah kegiatan pengamatan dan dokumentasi letak dan
keadaan geografis MI Al Falah Kaliangkrik Magelang. Observasi dilakukan
pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB.
Dari hasil observasi penulis, diperoleh informasi bahwa MI Al Falah
Kaliangkrik secara geografis terletak di sebelah Utara Kantor KUA kurang
lebih 600 meter dari jalan utama Magelang – Kaliangkrik. Sedangkan
151
sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk. Untuk sebelah Timur
berbatasan langsung dengan MTs Damardjati dan MA Kaliangkrik.
Sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan masjid besar Kaliangkrik.
Berkaitan dengan proses belajar mengajar, lingkungan MI Al Falah
Kaliangkrik sangat mendukung karena letaknya jauh dari keramaian ..
Interpretasi :
Secara geografis MI Al Falah Kaliangkrik terletak di daerah strategis
yang mudah dijangkau oleh alat transportasi, dan cukup jauh dari
keramaian.
Catatan Lapangan 2
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Senin, 25 Mei 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Bapak Khoirul Muna, S.PdI
Deskripsi data :
Sumber data adalah Wakil Kepala MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2015, pukul 08.00 –
11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang sejarah
singkat MI Al Falah Kaliangkrik dan perkembangannya.
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa MI Al
Falah Kaliangkrik berdiri pada tahun 1945, akan tetapi secara rinci
sejarahnya tidak tertulis sehingga beliau sendiri juga kurang memahami hal
tersebut. Akan tetapi beliau mengungkapkan siapa- siapa saja yang pernah
menjabat kepala madrasah di MI Al Falah Kaliangkrik. tahun 1960-1970
adalah Bapak Suwarno, Tahun 1970 – 1994 Adalah Bapak Sihabudin, tahun
152
1994-1998 adalah Bapak Qobul tahun 2009 - sekarang adalah Bapak
Fadhoil, S.Ag.
Sedangkan untuk perkembangan MI Al Falah Kaliangkrik, beliau
bapak Khoirul muna mengungkapkan dalam prestasi US/M cukup baik dari
tahun ke tahun. Untuk akreditasi penilaian tentang US/M MI Al Falah
Kaliangkrik mengalami satu kali akreditasi yaitu tahun 2010 berakreditasi
B.
Interpretasi :
Dari hasil wawancara tersebut,penulis mendapatkan data tentang
sejarah MI Al Falah Kaliangkrik dan perkembangannya.
Catatan Lapangan 3
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Senin, 25 Mei 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Bapak khoirul muna,S.PdI.
Deskripsi data :
Sumber data adalah Wakil Kepala MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2015, pukul 08.00 –
11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang visi dan misi
MI Al Falah Kaliangkrik.
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa visi MI
Al Falah Kaliangkrik adalah Terwujudnya Madrasah yang dapat
Membentuk Generasi Relegius, Disiplin dan peduli
153
Sedangkan untuk misi MI Al Falah Kaliangkrik adalah Menciptakan
lingkungan yang relegius, menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan
terintegrasi, memberdayakan seluruh potensipeserta didik untuk peduli
terhadap lingkungannya.
Interpretasi :
MI Al Falah Kaliangkrik berupaya untuk mengimplementasikan visi
dan misi madrasah mewujudkan generasi yang relegius, disiplin yang
terintegrasi dan kepedulian pada lingkungan masyarakat di lingkungan
sekolah.
Catatan Lapangan 4
Metode pengumpulan data : Dokumentasi
Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Wakil Kepala Madrasah
Deskripsi data :
Penulis menemui wakil Kepala MI Al Falah Kaliangkrik guna
meminta data tentang struktur organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar
siswa, sarana dan prasarana.
154
Interpretasi :
Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui struktur
organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar siswa, sarana dan prasarana di
MI Al Falah Kaliangkrik.
Catatan Lapangan 5
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Ibu Islamiyah, S.Ag
Deskripsi data :
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 –
11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana
pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik ?
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa
pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik setiap minggunya
terdiri dari dua jam untuk masing – masing kelas ( Kelas I s.d. VI ).
155
Selain di dalam ruang kelas, pembelajaran aqidah akhlak juga
diterapkan di luar ruang kelas, misalnya menghafal surat-surat
pendek,menghafal doa-doa pendek dan asmaul husna bersama-sama setiap
kelas. Kegiatan ini dilakukan setiap hari lima belas menit sebelum pelajaran
dimulai, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di masjid besar
Kaliangkrik, peringatan hari – hari besar islam, seperti pesantren
ramadhan, pesta qurban, dan manasik haji
Interpretasi :
MI Al Falah Kaliangkrik selain mengadakan pembelajaran aqidah
akhlak secara rutin di dalam jam pembelajaran di kelas juga melakukan
pembelajaran – pembelajaran di luar kelas. Misalnya menghafal surat-surat
pendek ,doa-doa harian dan asmaul husna setiap hari, manasik haji dll.
Kegiatan ini sangat baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran selain
dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga siswa bias lebih
memahami pembelajaran aqidah akhlak dan mengamalkannya.
Catatan Lapangan 6
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Ibu Islamiyah
Deskripsi data :
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 –
11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang apa yang
menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran aqidah akhlak ?
156
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru
Aqidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik itu sendiri dengan mengacu
pada standar kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) tingkat sekolah
dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran itu dengan mengembangkan SD dan KD yang
sudah ada.
Interpretasi :
Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik menjadikan SK dan
KD dari pemerintah sebagai sumber acuan dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran. Kemudian Guru Aqidah Akhlak berusaha untuk
mengembangkan SK dan KD itu dalam rangkaian proses pembelajaran yang
baik.
Catatan Lapangan 7
Metode pengumpulan data : Dokumentasi
Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Ibu Islamiyah
Deskripsi data :
157
Penulis menemui Ibu islamiyah selaku guru aqidah akhlak Kelas V
MI Al Falah Kaliangkrik guna meminta data tentang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ) Aqidah Akhlak Kelas V.
Interpretasi :
Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui tentang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas V yang dibuat guru aqidah
akhlak untuk kemudian dianalisis mengenai implementasinya pendidikan
humanistik dan behavioristik dalam rencana pembelajarannya.
Catatan Lapangan 8
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Ibu Islamiyah
Deskripsi data :
158
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 –
11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang metode
pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas
V MI Al Falah Kaliangkrik ?
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa dalam
proses pelaksanaan pembelajarnya Guru Aqidah Akhlak menggunakan
metode yang hampir sama di semua kelas yaitu menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi.
Interpretasi :
Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik menggunakan
beberapa metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, dan diskusi. Metode ini masih termasuk kedalam metode
konvensional dalam pembelajaran. Guru Aqidah Akhlak belum cukup
mampu mengembangkan menggunakan metode – metode yang lebih
bervariasi.
Catatan Lapangan 9
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Rabu, 10 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data :
159
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V
MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran
merupakan yang pertama dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik.
Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang
dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut :
a. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah
cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang
setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama
– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu
guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru
memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengkaitkan materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku
percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu
guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa
mengenai perilaku tekun, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan
antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.
b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini
guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam
beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh
perilaku yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa
diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –
teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.
Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi te rhadap apa
yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan
juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi
mereka.
160
c. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan
pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan
kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru
sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.
Interpretasi :
Di dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas itu, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan mereka sehingga
pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk
berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Sudah ada
implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode
pembelajarannya.
Catatan Lapangan 10
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Rabu, 10 Juni 2015
Jam : 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : M.Usman Chasani
161
Deskripsi data :
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari rabu, tanggal 10 Juni 2015, pukul 09.00 –
10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana
metode pembelajaran yang digunakan oleh Guru Aqidah Akhlak.
Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam
pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan
metode diskusi. Dia mengatakan: “ kalau pelajarannya kayak gini enak
bu….,soalnya kita bisa saling tukar pendapat sama teman – teman. Kalau
pelajarannya diterangkan terus biasanya ngantuk bu …, kalau gini kan bisa
ikut ngomong sama mikir kan jadinya tidak ngantuk.”
Interpretasi :
Siswa merasa senang dalam pembelajaran karena siswa diberi
kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka di depan teman – teman
mereka dan dilatih untuk berani dan mengahargai pendapat – pendapat
orang lain. Dengan metode itu siswa dapat saling bertukar pendapat
sehingga siswa menjadi aktif dan berperan di dalam kelas.
Catatan Lapangan 11
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Rabu, 17 Juni 2015
Jam : 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data :
162
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V
MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran
merupakan yang kedua dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik.
Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang
dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut :
a. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah
cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang
setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama
– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu
guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru
memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengakaitkan materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku
percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu
guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa
mengenai perilaku hemat, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan
antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.
b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini
guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam
beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh
perilaku tekun dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa
diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –
teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.
Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa
yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan
juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi
mereka.
163
c. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan
pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan
kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru
sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.
Interpretasi :
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor
kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman –
teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat –
pendapat orang lain. Akan tetapi disini guru belum bias kreatif untuk bisa
mencari metode yang lebih menarik bagi siswa karena kegiatan
pembelajaran itu hamper sama dengan pertemuan sebelumnya.
164
Catatan Lapangan 12
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Rabu, 1 Juli 2015
Jam : 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Observasi kegiatan puasa romadhon dan
pembagian zakat fitrah
Deskripsi data :
Demonstrasi puasa dan pembagian zakat fitrah ini tidak dilakukan di
dalam kelas melainkan dilakukan bersama seluruh siwa di MI Al Falah
Kaliangkrik bersama dengan menyongsong hari raya idhul fitri. Pada
kegiatan ini semua siswa melakukan zakat fitrah bersama dengan dipimpin
oleh guru aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik.
Kegiatan puasa dan zakat fitrah dilakukan mulai dari berniat puasa,
sa, sa‟i, tampai berbuka puasa. Latihan zakat fitrahi di lengkapi dengan
orang orang yang berhak menerima zakat fitrah dan cara membaginya.
Interpretasi :
Menurut peneliti kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa.
Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa bisa mengalami
sendiri tata cara piasanya. Siswa merasa sangat senang mengikuti kegiatan
tersebut. Karena mereka benar – benar diajak untuk mengikuti tata cara
zakat fitrah .sehingga siswa bisa lebih memahami tata cara zakat fitrah dan
dikemudian hari bisa melaksanakan dalam kehidupannya.
165
Catatan Lapangan 13
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Rabu, 1 Juli 2015
Jam : 11.30 – 12.00 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : amin
Deskripsi data :
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2015, pukul 09.00 –
10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana
kesan adanya kegiatan zakat fitrah yang diselenggarakan oleh madrasah.
Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dia sangat
senang dan antusias mengikuti zakat fitrah. Karena menurut dia “ Kalau
kayak gini kita bisa melaksanakan sendiri karena kita melakukan
demonstrasi langsung zakat fitrah dilengkapi dengan syarat serta yang
berhak menerimanya. Kita senang karena kita jadi merasa seakan – akan
kita sedang melaksanakan haji zakat fitrah dirumah”.
Interpretasi :
Siswa cukup senang dan antusias mengikuti kegiatan zakat fitrah
yang diselengarakan madrasah.kegiatan ini sangat baik untuk menambahn
pengetahuan mereka.
166
Catatan Lapangan 14
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Rabu, 8 juli 2015
Jam : 07.00 – 08.45 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data :
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V
MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran
merupakan yang ketiga dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik.
Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang
dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut :
a. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah
cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang
setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama
– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu
guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru
memberikan apersepsi terhadap siswa. Karena materi pada pembelajaraan
saat itu adalah indicator pertama dari KD, jadi apersepsinya diberi
pertanyaan – pertanyaan singkat tentang materi yang akan dibahas. Materi
yang dibahas pada pertemuan ini adalah menghafalkan bacaan sholat.
Terlebih dahulu Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang
pentingnya sholat bagi kira. Siswa menanggapi pertanyaannya dengan
antusias. Setelah memberikan penjelasan tentang pentingnya sholat, guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada
siswa secara singkat.
167
b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Guru
menanyakan kepada siswa tentang bagaimana bacaan sholat yang telah hafal
sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa untuk menghafalkan bacaan
sholat yang telah mereka hafal di depan kelas. Setelah beberapa siswa
menghafalkan di depan kelas guru memberikan koreksi tentang bacaan
sholat anak dan kemudian semua siswa menghafalkan bacaan sholat baik
secara klasikal maupun individual.
c. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengulang bacaan mereka di depan kelas secara individual maupun
kelompok. Kemudian menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan saat
ini. Peneliti menyimpulkan guru berhasil dalam memberikan pembelajaran
terhadap siswa, karena banyak diantara siswa yang hafal bacaan shalat
setelah pembelajaran dilakukan.
Interpretasi :
Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa
sehingga suasana kelas menjadi nyaman, siswa antusias, bebas
mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek
utama dalam pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat
bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa.
168
Catatan Lapangan 15
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Rabu, 8 Juli 2015
Jam : 09.00 – 09.30 WIB
Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data : Siti Masruroh
Deskripsi data :
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik.
Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015, pukul 09.00 –
09.30 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru aqidah akhlak ?
Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam
pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan
metode demonstrasi, dia merasa nyaman dengan metode itu karena bu guru
sangat menghargai apa yang disampaikan siswa. Dia mengatakan : “Bu
Guru tidak galak kok…, kalau disuruh baca hafalan di depan kelas saya
tidak takut, soalnya kalau saya salah baca gak dimarahi tapi nanti
dibenarkan sama bu guru”.
Interpretasi :
Siswa senang di dalam kelas karena apa yang dia sampaikan atau
ditampilkan sangat dihargai oleh guru, sehingga itu dapat menciptakan rasa
percaya diri untuk siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk ikut aktif dan
berperan didalam kelas.
169
WAWANCARA DAN OBSERVASI DI MI AL ISLAM TONOBOYO
BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG
Catatan Lapangan 1
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Selasa, 26 Mei 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al IslamTonoboyo
Sumber data : Pengamatan Letak Geografis MI Al Islam
Tonoboyo bandongan
Deskripsi data :
Sumber data adalah kegiatan pengamatan dan dokumentasi letak dan
keadaan geografis MI Al Islam Tonoboyo bandongan. Observasi dilakukan
pada hari Selasa, tanggal 26 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB.
Dari hasil observasi penulis, diperoleh informasi bahwa MI al Islam
secara geografis terletak di sebelah Utara Kanto kecamatan Bandungan
kurang lebih 1000 meter dari jalan utama Magelang – Bandongan.
Sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk. Untuk
sebelah Timur berbatasan langsung dengan Balai desa . Sedangkan sebelah
Barat berbatasan dengan masjid besar Kaliangkrik. Berkaitan dengan
proses belajar mengajar, lingkungan MI Al Islam sangat mendukung karena
letaknya jauh dari keramaian..
Interpretasi :
170
Secara geografis MI Al Islam Tonoboyo terletak di daerah strategis
yang mudah dijangkau oleh alat transportasi, dan cukup jauh dari
keramaian.
Catatan Lapangan 2
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Selasa, 26 Mei 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Bapak RozibSulistyo, M.PdI
Deskripsi data :
Sumber data adalah Kepala MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara
dilakukan pada hari Selasa, tanggal 26 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB.
Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang sejarah singkat MI Al
Islam Tonoboyo
dan perkembangannya.
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa MI Al
Islam Tonoboyo berdiri pada tahun 1965, akan tetapi secara rinci sejarahnya
tidak tertulis sehingga beliau sendiri juga kurang memahami hal tersebut.
Akan tetapi beliau mengungkapkan siapa- siapa saja yang pernah menjabat
kepala madrasah di tahun 2009 - sekarang adalah Bapak Rozib Sulistyo,
M.PdI.
Sedangkan untuk perkembangan MI Al Islam Tonoboyo, beliau
bapak Rozib sulistyo mengungkapkan dalam prestasi US/M cukup baik dari
171
tahun ke tahun. Untuk akreditasi penilaian tentang US/M MI Al Islam
Tonoboyo mengalami satu kali akreditasi yaitu tahun 2010 berakreditasi B.
Interpretasi :
Dari hasil wawancara tersebut,penulis mendapatkan data tentang sejarah
MI Al Islam Tonoboyo dan perkembangannya.
Catatan Lapangan 3
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Selasa, 27 Mei 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Bapak Rozib Sulistyo, M.PdI
Deskripsi data :
Sumber data adalah Wakil Kepala MI Al Islam Tonoboyo.
Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 27 Mei 2015, pukul 08.00 –
11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang visi dan misi
MI Al Islam Tonoboyo.
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa visi MI Al
Islam Tonoboyo adalah Membentuk Peserta Didik yang Unggul dalam Mutu,
Berbudi pekerti luhur, trampil, Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT
serta cinta tanah air dan bangsa.
Sedangkan untuk misi MI Al Islam Tonoboyo adalah melaksanakan
KTSP,melaksanakan standar proses, pengembangan karakter,
meningkatkan sarpras,melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik,
melaksanakan standar penilaian dll.
172
Interpretasi
MI Al Islam Tonoboyo berupaya untuk mengimplementasikan visi
dan misi madrasah Membentuk Peserta Didik yang Unggul dalam Mutu,
Berbudi pekerti luhur, trampil, Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT
serta cinta tanah air dan bangsa.
Catatan Lapangan 4
Metode pengumpulan data : Dokumentasi
Hari/tanggal : Kamis, 4 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Kepala Madrasah
Deskripsi data :
Penulis menemui wakil Kepala MI Al Islam Tonoboyo guna meminta
data tentang struktur organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar siswa,
sarana dan prasarana.
Interpretasi :
Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui struktur organisasi,
daftar guru dan karyawan, daftar siswa, sarana dan prasarana di MI Al
Islam Tonoboyo
.
173
Catatan Lapangan 5
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Ibu Lushandiyah, S.Ag
Deskripsi data :
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo.
Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 4 Juni 2015, pukul 08.00 –
11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana
pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Islam Tonoboyo ?
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa pembelajaran
aqidah akhlak di MI Al Islam Tonoboyo setiap minggunya terdiri dari dua
jam untuk masing – masing kelas ( Kelas I s.d. VI ).
Selain di dalam ruang kelas, pembelajaran aqidah akhlak juga
diterapkan di luar ruang kelas, misalnya menghafal surat-surat
pendek,menghafal doa-doa pendek dan asmaul husna bersama-sama setiap
kelas. Kegiatan ini dilakukan setiap hari lima belas menit sebelum pelajaran
dimulai, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di masjid besar
Tonoboyo, peringatan hari – hari besar islam, seperti pesantren ramadhan,
pesta qurban, dan manasik haji
Interpretasi :
MI Al Islam Tonoboyo selain mengadakan pembelajaran aqidah
akhlak secara rutin di dalam jam pembelajaran di kelas juga melakukan
pembelajaran – pembelajaran di luar kelas. Misalnya menghafal surat -surat
pendek ,doa-doa harian dan asmaul husna setiap hari, manasik haji dll.
174
Kegiatan ini sangat baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran selain
dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga siswa bias lebih
memahami pembelajaran aqidah akhlak dan mengamalkannya
Catatan Lapangan 6
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Kamis, 4 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Ibu Lushandiyah,S.Ag
Deskripsi data :
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo.
Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 4 Juni 2015, pukul 08.00 –
11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang apa yang
menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran aqidah akhlak ?
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru
Aqidah Akhlak di MI Al Islam Tonoboyo itu sendiri dengan mengacu pada
standar kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) tingkat sekolah
dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran itu dengan mengembangkan SD dan KD yang
sudah ada.
Interpretasi :
Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo SK dan KD dari pemerintah
sebagai sumber acuan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran.
Kemudian Guru Aqidah Akhlak berusaha untuk mengembangkan SK dan
KD itu dalam rangkaian proses pembelajaran yang baik.
175
Catatan Lapangan 7
Metode pengumpulan data : Dokumentasi
Hari/tanggal : kamis. , 4 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Ibu lushandiyah,S.Ag
Deskripsi data :
Penulis menemui Ibu islamiyah selaku guru aqidah akhlak Kelas V
MI Al Islam Tonoboyo guna meminta data tentang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ) Aqidah Akhlak Kelas V.
Interpretasi :
Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui tentang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas V yang dibuat guru aqidah
akhlak untuk kemudian dianalisis mengenai implementasinya pendidikan
humanistik dan behavioristik dalam rencana pembelajarannya.
176
Catatan Lapangan 8
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : kamis, 4 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Ibu Lushandiyah
Deskripsi data :
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo.
Wawancara dilakukan pada hari kamis, tanggal 4 Juni 2015, pukul 08.00 –
11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang metode
pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas
V MI Al Islam
Tonoboyo ?
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa dalam
proses pelaksanaan pembelajarnya Guru Aqidah Akhlak menggunakan
metode yang hampir sama di semua kelas yaitu menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi.
Interpretasi :
Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo menggunakan beberapa
metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi,
dan diskusi. Metode ini masih termasuk kedalam metode konvensional
dalam pembelajaran. Guru Aqidah Akhlak belum cukup mampu
mengembangkan menggunakan metode – metode yang lebih bervariasi.
177
Catatan Lapangan 9
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Kamis, 11 Juni 2015
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data :
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al
Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan
yang pertama dilaksanakan penulis di MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yag
diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan
pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut :
d. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah
cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang
setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama
– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu
guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru
memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengkaitkan materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku
percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu
guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa
178
mengenai perilaku tekun, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan
antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.
e. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini
guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam
beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh
perilaku yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa
diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –
teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.
Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa
yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan
juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi
mereka.
f. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan
pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan
kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru
sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.
Interpretasi :
Di dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas itu, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan
mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi
kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka
179
dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain.
Sudah ada implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam
metode pembelajarannya.
Catatan Lapangan 10
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Kamis, 11 Juni 2015
Jam : 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Muhammad Anharul Asror
Deskripsi data :
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara
dilakukan pada hari kamis, tanggal 11 Juni 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB.
Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode
pembelajaran yang digunakan oleh Guru Aqidah Akhlak.
Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam
pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan
metode Ceramah dan kadang diskusi. Dia mengatakan: “ kalau pelajarannya
ceramah terus jadi ngantuk, tetapi jika diskusi kayak gini enak
bu….,soalnya kita bisa saling tukar pendapat sama teman – teman …, kalau
gini kan bisa ikut ngomong sama mikir kan jadinya tidak ngantuk.”
Interpretasi :
Siswa merasa senang dalam pembelajaran karena siswa diberi
kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka di depan teman – teman
mereka dan dilatih untuk berani dan mengahargai pendapat – pendapat
180
orang lain. Dengan metode itu siswa dapat saling bertukar pendapat
sehingga siswa menjadi aktif dan berperan di dalam kelas.
Catatan Lapangan 11
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Kamis, 18 Juni 2015
Jam : 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data :
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V
MI Al Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran
merupakan yang kedua dilaksanakan penulis di MI Al Islam Tonoboyo. Hal
– hal yang diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang
dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut :
a. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah
cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang
setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama
– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu
guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru
181
memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengakaitkan materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku
percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu
guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa
mengenai perilaku hemat, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan
antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.
b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini
guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam
beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh
perilaku tekun dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa
diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –
teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.
Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa
yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan
juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi
mereka.
c. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan
pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan
kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru
sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.
Interpretasi :
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor
kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman –
teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat –
pendapat orang lain. Akan tetapi disini guru belum bias kreatif untuk bisa
mencari metode yang lebih menarik bagi siswa karena kegiatan
pembelajaran itu hamper sama dengan pertemuan sebelumnya.
182
Catatan Lapangan 12
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Kamis, 2 Juli 2015
Jam : 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Observasi kegiatan pembagian zakat fitrah
Deskripsi data :
Demonstrasi pembagian zakat fitrah ini tidak dilakukan di dalam
kelas melainkan dilakukan bersama seluruh siwa di MI Al Islam Tonoboyo
bersama dengan menyongsong hari raya idhul fitri. Pada kegiatan ini semua
siswa melakukan zakat fitrah bersama dengan dipimpin oleh guru aqidah
akhlak di MI Al Islam Tonoboyo
Kegiatan puasa dan zakat fitrah dilakukan mulai dari berniat puasa,
sa, sa‟i, tampai berbuka puasa. Latihan zakat fitrahi di lengkapi dengan
orang orang yang berhak menerima zakat fitrah dan cara membaginya.
Interpretasi :
Menurut peneliti kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa.
Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa bisa mengalami
sendiri tata cara piasanya. Siswa merasa sangat senang mengikuti kegiatan
tersebut. Karena mereka benar – benar diajak untuk mengikuti tata cara
zakat fitrah .sehingga siswa bisa lebih memahami tata cara zakat fitrah dan
dikemudian hari bisa melaksanakan dalam kehidupannya.
183
Catatan Lapangan 13
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : Kamis, 2 Juli 2015
Jam : 11.30 – 12.00 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Afrizal Ghufron
Deskripsi data :
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara
dilakukan pada hari Kamis, tanggal 2 Juli 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB.
Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana kesan
adanya kegiatan zakat fitrah yang diselenggarakan oleh madrasah.
Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dia sangat
senang dan antusias mengikuti zakat fitrah. Karena menurut dia “kita bisa
melaksanakan sendiri karena kita melakukan demonstrasi langsung zakat
fitrah dilengkapi dengan syarat serta yang berhak menerimanya”.
Interpretasi :
Siswa cukup senang dan antusias mengikuti kegiatan zakat fitrah
yang diselengarakan madrasah.kegiatan ini sangat baik untuk menambahn
pengetahuan mereka.
184
Catatan Lapangan 14
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/tanggal : Kamis, 9 juli 2015
Jam : 07.00 – 08.45 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data :
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al
Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan
yang ketiga dilaksanakan penulis di MI Al Islam Tonoboyo Hal – hal yang
diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan
pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut :
1. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah
cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang
setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama
– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu
guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru
memberikan apersepsi terhadap siswa. Karena materi pada pembelajaraan
saat itu adalah indicator pertama dari KD, jadi apersepsinya diberi
pertanyaan – pertanyaan singkat tentang materi yang akan dibahas. Materi
yang dibahas pada pertemuan ini adalah menghafalkan bacaan sholat.
Terlebih dahulu Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang
pentingnya sholat bagi kira. Siswa menanggapi pertanyaannya dengan
antusias. Setelah memberikan penjelasan tentang pentingnya sholat, guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada
siswa secara singkat.
185
2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Guru
menanyakan kepada siswa tentang bagaimana bacaan sholat yang telah hafal
sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa untuk menghafalkan bacaan
sholat yang telah mereka hafal di depan kelas. Setelah beberapa siswa
menghafalkan di depan kelas guru memberikan koreksi tentang bacaan
sholat anak dan kemudian semua siswa menghafalkan bacaan sholat baik
secara klasikal maupun individual.
3. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengulang bacaan mereka di depan kelas secara individual maupun
kelompok. Kemudian menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan saat
ini. Peneliti menyimpulkan guru berhasil dalam memberikan pembelajaran
terhadap siswa, karena banyak diantara siswa yang hafal bacaan shalat
setelah pembelajaran dilakukan.
Interpretasi :
Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa
sehingga suasana kelas menjadi nyaman, siswa antusias, bebas
mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek
utama dalam pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat
bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa.
186
Catatan Lapangan 15
Metode pengumpulan data : Wawancara
Hari/tanggal : kamis, 9 Juli 2015
Jam : 09.00 – 09.30 WIB
Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data : Aini Masruroh
Deskripsi data :
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara
dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015, pukul 09.00 – 09.30 WIB.
Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru aqidah akhlak ?
Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam
pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan
metode demonstrasi, dia merasa nyaman dengan metode itu karena bu guru
sangat menghargai apa yang disampaikan siswa. Dia mengatakan : “Bu
Guru tidak suka marah kok…, kalau disuruh baca hafalan di depan kelas
saya tidak takut, soalnya kalau saya salah baca gak dimarahi tapi nanti
dibenarkan sama bu guru”.
Interpretasi :
Siswa senang di dalam kelas karena apa yang dia sampaikan atau
ditampilkan sangat dihargai oleh guru, sehingga itu dapat menciptakan rasa
percaya diri untuk siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk ikut aktif dan
berperan didalam kelas.
187
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : FADHOIL, S.AG
NIM : M1.13.022
Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 15 Nopember 1973
Alamat : Wanadri Rt 3 /Rw 4, desa Ngendrokilo,
Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang,
Propinsi Jawa Tengah. Kode Pos 563152
Pendidikan :
1. MI Al Huda Ngendrokilo (1986)
2. MTs Negeri Kaliangkrik (1989)
3. PGA Negeri Magelang (1992)
4. D2 STAIN Salatiga (1996)
5. SI PAI STAIN SALATIGA (1998)
6. S2 PPs STAIN SALATIGA. Masuk (2013
Salatiga, 25 September 2015
Penulis,
Fadhoil, S.Ag
NIM.M1.13.022
188
Struktur Organisasi MI Al Falah Kaliangkrik Kecamatan
Kaliangkrik Kabupaten Magelang
Depdikbub Departemen
Agama
Yayasan
Maarif
Lembaga Pendidikan
Maarif
Kepala Madrasah
Ibtidaiyah Al falah
Fadhoil, S.Ag Tata Usaha
M.Syaeful Mujib,S.Pd.I
Wk. Kurikulum Wk. Sarana
Prasarana
Wk Kesiswaan Wk. Humas
Wali Kelas Wali Kelas
Wali Kelas
Dewan
Guru
Siswa
189
Bagan Organisasi MI Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magealng
Tahun Pelajaran 2015
= Garis Intruksional
= Garis Koordinasi
Ketua yayasan
Sie
Olah Raga
Dan UKS
Sie
Kesenian
DanMading
Sie
Drum Band
Dan PKS
Sie
Keagamaan
Sie
Pramuka Pa
Sie
Pramuka Pi
Dan PMR
Wali Kelas
Dewan Guru
Peserta Didik MI Al Islam Tonoboyo
KOMITE MADRASAH TATA USAHA
Keterangan =
Ur. KURIKULUM Ur
KESISWAAN
Ur
SARPRAS
Ur
HUMAS
190
FOTO-FOTO WAWANCARA PADA MI AL FALAH KALIANGKRIK
DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN
2015
Wawancara dengan bapak Rozib Sulistyo,S.Ag
Wawancara dengan bapak Yakup, S.Pd.I
Wawancara dengan ibu Islamiyah, S.Ag
Wawancara dengan siswa
Wawancara dengan guru di MI Al Falah Kaliangkrik
top related