pussainsa.sains.lapan.go.idpussainsa.sains.lapan.go.id/event/assets/file/lakin_pussainsa_2019_final.pdf ·...
Post on 12-Feb-2020
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pengukuran dan evaluasi kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2019 ini dilakukan melalui
tahap-tahap yang diperlukan untuk melihat pencapaian target yang ditetapkan. Laporan ini
juga memuat tujuan, sasaran, perencanaan strategis, perjanjian kinerja, dan akuntabilitas
kinerja. Hasil pengukuran dan evaluasi dari indikator kinerja utama dan targetnya
menunjukkan bahwa dari 6 (enam) indikator kinerja utama yang ditetapkan, secara rata-rata
pencapaian indikator kinerja utama tahun 2019 adalah sebesar 197%. Secara umum
melampaui target yang ditetapkan, kecuali satu indikator tidak sesuai dengan target yang
ditetapkan yaitu jumlah publikasi nasional terakreditasi.
Pencapaian untuk indikator kinerja utama jumlah model sains antariksa yang operasional
sebesar 100%, berupa 5 model sudah sesuai target. Jumlah pengguna yang memanfaatkan
layanan iptek di bidang sains antariksa menunjukkan pencapaian yang sesuai target yaitu 75
instansi dari 75 instansi yang ditargetkan (100%), sama dengan tahun sebelumnya yang
mencapai 75 instansi. Tingkat kepuasan masyarakat yang mendapatkan layanan dari Pusat
Sains Antariksa juga dijadikan sebagai satu indikator kinerja utama. Pencapaian indeks
kepuasan masyarakat sebesar 87,3, diatas target yang dicanangkan sebesar 80. Indeks ini
diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada pengguna layanan Pussainsa, dan
menganalisis nilai dan umpan balik yang diberikan. Terkait dengan jumlah publikasi nasional
terakreditasi di bidang sains antariksa, pencapaiannya hanya 7 dari 12 makalah yang
ditargetkan (58%). Ketidakberhasilan ini disebabkan karena penerbitan yang seringkali
lambat dan banyaknya peneliti yang sedang melaksanakan tugas belajar di luar negeri
sehingga mengurangi produktifitas untuk menghasilkan publikasi nasional di Indonesia.
Untuk publikasi internasional melebihi jumlah yang ditargetkan (313%) dengan
menghasilkan 25 makalah internasional dari delapan yang ditargetkan dan diterbitkan dalam
publikasi internasional terindeks. Sedangkan untuk HAKI berstatus diusulkan sudah tercapai
lima dari yang ditargetkan satu.
iv
Selain kinerja utama, Pusat Sains Antariksa juga melaksanakan pengembangan perangkat
pengamatan, evaluasi dan monitoring. Evaluasi dan pemantauan (monitoring) dilakukan
melalui evaluasi I, II, dan evaluasi akhir, serta dalam rapat struktural setiap bulan. Evaluasi
dan pemantauan juga dilakukan terhadap setiap pegawai melalui laporan bulanan yang
disampaikan kepada atasan langsung. Selain itu, evaluasi juga dilakukan melalui rapat
khusus untuk suatu kegiatan dan juga melalui laporan kegiatannya.
Dari pagu DIPA sebesar Rp. 158.898.661.000,- terealisasi sebesar Rp. 142.398.541.400,- atau
89,62% dari pagu anggaran. Realisasi anggaran yang tidak mencapai 100% ini disebabkan
karena adanya belanja barang modal kurang terserap maksimal. Anggaran belanja ini
meliputi anggaran belanja pengadaan teleskop dan rumah teleskop 3,8 meter,
pembangunan gedung laboratorium mekanik, laboratorium pengamatan antariksa serta
gedung sarana pendukung observatorium nasional di Timau.
Selama tahun 2019 telah dilakukan upaya untuk mencapai target akhir Renstra 2015 – 2019.
Ini dapat dilihat dari indikator kinerja utama yang telah tercapai rata-rata sesuai atau
melebihi target. Upaya peningkatan kinerja juga telah memberikan dampak positif dengan
meningkatnya kegiatan layanan bimbingan teknis pemanfaatan hasil riset sains antariksa.
Dari segi kompetensi juga terlihat adanya peningkatan kualitas publikasi khususnya pada
publikasi internasional terindeks.
Semua capaian ini menjadi modal utama dalam menghadapi tantangan dalam penetapan
target Resntra berikutnya. Peningkatan kompetensi yang diwujudkan dengan diperolehnya
model/metode/prototype yang dapat digunakan untuk memprediksi cuaca antariksa,
kemasan informasi yang yang mudah dimanfaat oleh pengguna, jalinan komunikasi dengan
pengguna yang telah dibangun, dan sarana penyampaian informasi cuaca antariksa yang
telah dirintis, semuanya menjadi dasar pencapaian Renstra 2015 - 2019.
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Ringkasan Eksekutif iii
Daftar Isi v
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar viii
Daftar Lampiran x
Bab I Pendahuluan 1
A. Umum 1
B. Organisasi 1
C. Sumber Daya dan Lokasi Fasilitas 3
D. Peran Strategis Pusat Sains Antariksa 6
E. Sistematika Penyajian Laporan 7
Bab II Perencanaan Kinerja Pusat Sains Antariksa 8
A. Rencana Strategis 2015-2019 8
B. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2019 12
C. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019 12
D. Mekanisme Pengumpulan Data Kinerja 15
Bab III Akuntabilitas Kinerja Pusat Sains Antariksa 16
A. Analisis Capaian Kinerja 16
B. Capaian Lainnya 46
C. Akuntabilitas Keuangan 61
1. Realisasi Anggaran 61
2. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya 63
BAB IV Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 64
BAB V Penutup 65
vi
DAFTAR TABEL
TABEL 1-1 Komposisi Pegawai di Pusat Sains Antariksa 3
TABEL 1-2 Komposisi Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Golongan 3
TABEL 1-3 Komposisi Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Tingkat Pendidikan 3
TABEL 1-4 Komposisi Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Tingkat Jenjang
Fungsional 3
TABEL 1-5 Perangkat Pengamatan Cuaca Antariksa 6
TABEL 2-1 Rencana Kerja Tahunan Pusat Sains Antariksa Tahun 2019 12
TABEL 2-2 Perjanjian Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2019 13
TABEL 2-3 Internal Proses dan Learn and Growth Perspektive Pussainsa 2019 14
TABEL 3-1 Capaian Kinerja Pusat Sains Antariksa Tahun 2019 17
TABEL 3-2 Contoh hasil rekapitulasi dari proses scaling 26
TABEL 3-3 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 1 30
TABEL 3-4 Capaian Indikator Kinerja Utama 2 31
TABEL 3-5 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 2 32
TABEL 3-6 Capaian Indikator Kinerja Utama 3 33
TABEL 3-7 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 3 36
TABEL 3-8 Judul HKI dan Inventornya 37
TABEL 3-9 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 4 37
TABEL 3-10 Capaian Indikator Kinerja Utama 5 39
TABEL 3-11 Bimtek dan Diseminasi Tahun 2019 39
TABEL 3-12 Rekapitulasi Layanan Pengguna Tahun 2019 40
TABEL 3-13 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 5 44
TABEL 3-14 Capaian Indikator Kinerja Utama 6 45
TABEL 3-15 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 6 46
TABEL 3-16 Capaian lainnya di Pusat Sains Antariksa tahun 2019 47
TABEL 3-17 Rekapitulasi kerjasama untuk peningkatan SDM dan fasilitas 48
vii
TABEL 3-18 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 7 50
TABEL 3-19 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 8 51
TABEL 3-20 DSS Cuaca Antariksa yang sudah operasional di Pussainsa 52
TABEL 3-21 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 9 52
TABEL 3-22 Pedoman dan standar pengolahan data Sains Antariksa 54
TABEL 3-23 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 10 54
TABEL 3-24 Pedoman dan standar pengelolaan data dan informasi Sains Antariksa 54
TABEL 3-25 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 11 55
TABEL 3-26 Nilai Competency Gab Indeks Peserta Bimtek 56
TABEL 3-27 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 12 56
TABEL 3-28 Jumlah pegawai yang mengikuti dan lulus pelatihan 2019 57
TABEL 3-29 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 13 59
TABEL 3-30 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 14 60
TABEL 3-31 Realisasi anggaran berdasarkan sasaran strategis (dalam rupaiah) 61
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Struktur Organisasi Pusat Sains Antariksa 2
Gambar 1-2 Topologi network Pusat Sains Antariksa (a) dan topologi jaringan
transfer data (VPN)
5
Gambar 1-3 Balai, stasiun kerjasama dan jenis perangkat pengamatan
antariksa tahun 2019
6
Gambar 2-1 Peta Strategi BSC Level 2 Pussainsa 10
Gambar 2-2 Mekanisme pengumpulan data dan pelaporan capaian kinerja
Pussainsa
15
Gambar 3-1 Arsitektur long short term memory 19
Gambar 3-2 Metodologi sistem otomatis deteksi lubang korona, evolusi
lubang korona yang bersifat geoefektif, prediksi kecepatan angin
surya dan prediksi skala akvitivas geomagnet. Kotak berwarna
oranye merupakan bagian yang ditampilkan dalam situs DeLuNa
20
Gambar 3-3 Tampilan grafik near-realtime perubahan luas CH yang bersifat
geoefektif terhadap waktu
21
Gambar 3-4 Bentuk tampilan hasil prakiraan flare sinar-X untuk tanggal 06
Desember 2019 menggunakan metode random forest (RF) yang telah
diunggah pada situs DeLuNa
22
Gambar 3-5 Alur algoritma model penjalaran CME 24
Gambar 3-6 User interface penentuan waktu penjalaran CME dan tekanan
dinamiknya
24
Gambar 3-7 Tampilan resume evaluasi ionosfer menggunakan file template 26
Gambar 3-8 Rangkain peta prediksi B2A dalam menu Application pada web
SWIFtS.
27
Gambar 3-9 Hasil training model 28
Gambar 3-10 Hasil uji RBFNN untuk bulan Januari 28
Gambar 3-11 Hasil model tiap bulan 29
Gambar 3-12 Dokumentasi Bimtek MFTKR 25-27 Juni 2019 40
Gambar 3-13 Dokumentasi layanan pengguna tahun 2019 44
Gambar 3-14 Dokumentasi penandatangan PKS tahun 2019 49
ix
Gambar 3-15 Dokumentasi penetapan PUI Layanan Informasi dan Prediksi
Cuaca Antariksa tanggal 2 Desember 2019 di Jakarta oleh
Menristek/Kepala BRIN
51
Gambar 3-16 Nilai efisiensi kinerja anggaran 2019 Pussainsa (sumber SMART
DJA 2019)
63
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 RKT Pusat Sains Antariksa Tahun 2019
Lampiran 2 Penetapan Kinerja Pusat Sains Antariksa 2019
Lampiran 3 Rencana Aksi Penetapan Kinerja Pusat Sains Antariksa 2019
Lampiran 4 Capaian Kinerja Pussainsa Tahun 2019
Lampiran 5 Capaian Kinerja Pussainsa pada Renstra 2015-2019
Lampiran 6 SK Tim Penyusunan LAKIN 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Sistem manajemen kinerja instansi pemerintah mewajibkan seluruh instansi pemerintah
untuk menyusun Rencana strategis (Renstra) sebagai acuan pelaksanaan kegiatan dalam
jangka waktu lima tahun. Hasil pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan perencanaan
dalam Renstra dilaporkan setiap tahun melalui Laporan kinerja (LAKIN) sesuai dengan
instruksi Presiden nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP). Sebagai tindak lanjut Pusat Sains Antariksa menyusun LAKIN sebagai perwujudan
pertanggung jawaban pelaksanaan akuntabilitas kinerjanya. Laporan kinerja sebagai kendali
dan pemicu peningkatan kinerja merupakan amanat peraturan Pemerintah nomor 8 tahun
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden
nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53
tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Pusat Sains Antariksa (Pussainsa)
menyusun Laporan kinerja tahun 2019.
B. Organisasi
Berdasarkan Perka LAPAN nomor 8 tahun 2015, Pusat Sains Antariksa mempunyai tugas
melaksanakan penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatannya serta
penyelenggaraan keantariksaan di bidang sains antariksa (Pasal 64). Sedangkan fungsi yang
diembannya meliputi (Pasal 65):
a. penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang sains antariksa;
b. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis di bidang sains antariksa;
c. penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatan sains antariksa;
d. pengelolaan fasilitas penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatan di
bidang sains antariksa;
e. pelaksanaan kegiatan diseminasi hasil penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan
pemanfaatan di bidang sains antariksa;
f. pemberian informasi khusus dan bantuan teknis tentang sains antariksa;
2
g. pemberian peringatan dini, mitigasi, dan penanganan bencana akibat cuaca antariksa
dan benda jatuh antariksa;
h. pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang penelitian, pengembangan,
perekayasaan, dan pemanfaatan sains antariksa;
i. pelaksanaan kerja sama teknis di bidang sains antariksa; dan
j. pelaksanaan administrasi keuangan, penatausahaan Barang Milik Negara, pengelolaan
rumah tangga, sumber daya manusia aparatur, dan tata usaha pusat.
Pusat Sains Antariksa adalah unsur pelaksana dari sebagian tugas dan fungsi Kedeputian
Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer yaitu menyelenggarakan fungsi penelitian,
pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan
di bidang sains antariksa yang meliputi litbang tentang cuaca antariksa, lingkungan antariksa,
dan astrofisika. Pusat Sains Antariksa membawahi 2 (dua) bidang, satu bagian, dan dua sub
bagian seperti pada gambar 1-1. Rinciannya adalah sebagai berikut:
1. bidang Program dan Fasilitas;
2. bidang Diseminasi;
3. bagian Administrasi;
4. sub bagian Keuangan dan Barang Milik Negara;
5. sub bagian Sumber Daya Manusia dan Tata Usaha.
Gambar 1-1: Struktur organisasi Pusat Sains Antariksa (Perka LAPAN no. 8 tahun 2015)
Bagian Administrasi
Pusat Sains Antariksa
Bidang Program & Fasilitas
Bidang Diseminasi
Subbagian
Keuangan &
Barang Milik Negara
Subbagian
Sumber Daya
Manusia & Tata Usaha
Kelompok Jabatan Fungsional
3
C. Sumber Daya dan Lokasi Fasilitas
Tahun 2019 jumlah sumber daya manusia di Pusat Sains Antariksa adalah sebanyak 123
pegawai dengan komposisi seperti pada Tabel 1-1, 1-2, 1-3, dan 1-4. Dari sejumlah itu
terdapat 90 Aparatur Sipil Negara (ASN, 73%) dan 33 Pegawai Tidak Tetap (PTT, 27%).
Berdasarkan jabatan fungsional, jabatan fungsional peneliti merupakan mayoritas sumber
daya manusia di Pusat Sains Antariksa. Berdasarkan golongan, pegawai negeri sipil mayoritas
golongan III.
Tabel 1-1: Komposisi pegawai di Pusat Sains Antariksa
Aparatur Sipil Negara Pegawai
Tidak Tetap Fungsional Tertentu Non-
Fungsional Peneliti Perekayasa Litkayasa Lainnya
44 3 11 7 25 32
(49%) (3%) (12%) (8%) (28%)
Tabel 1-2: Komposisi Aparatur Sipil Negara berdasarkan golongan.
Golongan IV Golongan III Golongan II
16 72 2
(18%) (80%) (2%)
Tabel 1-3: Komposisi Aparatur Sipil Negara berdasarkan tingkat pendidikan.
Strata-3 Strata-2 Strata-1 < Strata-1
7 31 39 13
(8%) (34%) (44%) (14%)
Tabel 1-4: Komposisi Aparatur Sipil Negara berdasarkan tingkat jenjang fungsional.
Fungsional Utama Madya Muda Pertama Umum
Penyelia* Lanjutan* Pelaksana* Pemula*
Peneliti 2 11 25 6 25
Perekayasa 0 0 1 2
Litkayasa* 6 4 1 0
Lainnya 7
Sarana litbang berupa peralatan pengamatan, sistem pemroses data, sistem layanan
informasi dan prediksi cuaca antariksa (SWIFtS, Bank Data Ionosfer Regional Indonesia,
4
Sarana Layanan Prediksi Frekuensi dan Pelatihan). Prasarana litbang meliputi gedung
laboratorium (gedung: ruang peneliti, ruang pemroses data, dan lain-lain), stasiun
pengamatan, sistem/ server basis data (untuk penelitian), dan sistem transfer data stasiun-
pusat basis data.
Gedung Pusat Sains Antariksa terletak di Jl. Dr. Djundjunan, 133, Bandung. Fasilitas gedung
terdiri dari ruang pejabat struktural, ruang administrasi, ruang peneliti, ruang rapat, ruang
seminar, ruang pemroses data, workshop atau laboratorium teknis untuk perbaikan dan
pemeliharaan peralatan, ruang server basis data, ruang layanan online (ruang SPICA/SWIFtS).
Sejauh ini, kondisi ruang telah dilengkapi dengan fasilitas standar (listrik, penerangan,
pengatur suhu ruangan, dan akses internet) yang memadai sebagai gedung/laboratorium
riset. Telah tersedia pula sarana pendukung lainnya seperti kamar mandi dengan pasokan air
mencukupi, arena parkir bagi karyawan dan tamu, lapangan upacara, masjid, dan kantin.
Selain itu, tersedia sistem transfer data pengamatan yang menghubungkan setiap stasiun
pengamatan dengan server basis data di Pusat Sains Antariksa. Topologi networks Pusat Sains
Antariksa dan jaringan transfer data ditunjukkan pada gambar 1-2.
(a)
5
(b)
Gambar 1-2. Topologi network Pusat Sains Antariksa (a) dan (b) untuk topologi jaringan
transfer data (VPN).
Peralatan pengematan sebanyak 53 peralatan yang ditempatkan dan dioperasikan di 16
lokasi di seluruh Indonesia (gambar 1-3). Dari sejumlah itu, 75% peralatan beroperasi dengan
baik dan sisanya 25% dalam tahap perbaikan. Komposisi jumlah peralatan terdiri dari 7
perangkat (13%) merupakan peralatan untuk mengamati kondisi matahari, 11 perangkat
(21%) untuk mengamati kondisi medan magnet bumi, dan 35 perangkat (66%) peralatan
untuk mengamati kondisi lapisan ionosfer (tabel 1-5). Kondisi matahari diamati dengan
teleskop optik dan teleskop radio di Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA)
Sumedang (Tanjungsari), BPAA Pasuruan (Watukosek), dan Stasiun Kerjasama LAPAN-
UNSRAT di Tomohon, Manado. Kemudian, kondisi medan magnet di magnetosfer (hingga
ketinggian ~ 30.000 km) diamati dengan flux-gate magnetometer yang ditempatkan di
beberapa stasiun, dari Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam (Kototabang) di barat
hingga stasiun kerjasama LAPAN-BMKG di Jayapura. Selanjutnya, keadaan lapisan ionosfer
diamati dengan radar HF (ionosonde), resiver sinyal satelit, All-Sky Imager, dan jaringan radio
Automatic Link Establishment (ALE) di berbagai lokasi (gambar 1-3). Sebagian besar peralatan
beroperasi secara otomatis selama 24 jam/hari, kecuali teleskop optik yang dioperasikan
secara manual oleh operator, dan teleskop radio hanya beroperasi pada siang hari saja.
Secara umum rata-rata durasi operasional peralatan adalah ~ 21,3 jam per hari. Rata-rata
perolehan data mentah (digital) seluruh perangkat pengamatan dalam sehari adalah ~ 1000
MB atau ~ 18,9 MB untuk setiap peralatan dalam sehari.
Data Center - Bandung
Internet
BUTPAAG
Pameungpeuk
Garut
Network Bandung
BPAA Tanjungsari-
Sumedang
BPAA Agam-
Kototabang
BPAA Watukosek
Pasuruan
Stasiun Kerjasama
BMKG, Jayapura Stasiun Kerjasama
Unsrat-Manado
Stasiun Kerjasama
BMKG,Negare Bali
Stasiun Kerjasama
Undana-Kupang
BPAA Biak
BPAA Pontianak
FO = 5MBPS
FO = 5MBPS
FO = 10MBPS
FO = 2MBPS
FO = 5MBPS FO = 5MBPS FO = 1MBPS FO = 1MBPS
FO = 5MBPS
FO = 70MBPS
60MBPS
GSM=512KBPS
6
Tabel 1-5: Perangkat pengamatan Cuaca Antariksa
Jumlah lokasi pengamatan : 16 lokasi
Jumlah peralatan pengamatan : 53 perangkat (sistem)
Jumlah peralatan pengamatan aktif : 40 perangkat (75%)
Jumlah peralatan dalam perbaikan : 13 perangkat (25%)
Jumlah peralatan pengamatan matahari : 7 perangkat (13%)
Jumlah peralatan pengamatan magnetosfer : 11 perangkat (21%)
Jumlah peralatan pengamatan ionosfer : 35 perangkat (66%)
Rata-rata durasi operasional peralatan : 21,3 jam per hari
Rata-rata volume data mentah yang
diperoleh
: 1000,6 MB per hari
(18,9 MB per alat)
Gambar 1-3. Balai, stasiun kerjasama dan jenis perangkat pengamatan antariksa tahun 2019
D. Peran Strategis Pusat Sains Antariksa
Pusat Sains Antariksa mempunyai peran strategis yang pelaksanaannya dijamin oleh
peraturan perundang-undangan. Undang-Undang nomor 21 tahun 2013 tentang
Keantariksaan memberikan peran sebagai berikut:
1. memberikan informasi khusus tentang cuaca antariksa, mitigasi dan peringatan dini;
2. memberikan bantuan teknis terkait bencana akibat cuaca antariksa;
3. mengidentifikasi benda jatuh antariksa di wilayah Republik Indonesia.
7
Sedangkan peraturan Presiden nomor 45 tahun 2017 tentang Rencana Induk
Penyelenggaraan Keantariksaan tahun 2016-2040 memberi peran dalam hal penguasaan
sains antariksa melalui pemajuan sains antariksa di Indonesia yang berkelas dunia.
E. Sistematika Penyajian Laporan
LAKIN Pusat Sains Antariksa berisi tentang pencapaian kinerja (performance result) periode
tahun 2019. Pengukuran pencapaian kinerja tahun 2019 diperbandingkan dengan Perjanjian
Kinerja (performance agreement) tahun 2019 sebagai tolok ukur dan indikator keberhasilan
organisasi dalam melaksanakan target yang telah ditentukan dan realisasi kinerjanya.
Analisis atas realisasi kinerja terhadap rencana kinerja ini berfungsi untuk mengidentifikasi
adanya celah perjanjian kinerja sehingga dapat dipergunakan untuk meminimalisir terjadinya
kesalahan dan sebagai landasan dalam memperbaiki kinerja dan mencari solusi terhadap
permasalahan yang terjadi di masa yang akan datang. Berdasarkan kerangka fikir diatas,
maka sistematika penyajian LAKIN Pusat Sains Antariksa tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1. Ringkasan Eksekutif
Menjelaskan pencapaian kinerja Pusat Sains Antariksa secara singkat di tahun 2019.
2. Bab I Pendahuluan
Menjelaskan tentang organisasi, sumber daya, lokasi fasilitas dan isu strategis yang
dihadapi organisasi.
3. Bab II Perencanaan Kinerja
Menjelaskan tentang proses perjanjian kinerja tahun 2019.
4. Bab III Akuntabilitas Kinerja
Menjelaskan tentang pencapaian kinerja dibandingkan dengan target yang telah
ditetapkan.
5. Bab IV Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja
Menjelaskan langkah perbaikan terhadap hasil rekomendasi Inspektorat.
6. Bab V Penutup
Memberikan kesimpulan pencapaian kinerja organisasi dan langkah untuk meningkatkan
kinerja.
8
BAB II
PERENCANAAN KINERJA PUSAT SAINS ANTARIKSA
A. Rencana Strategis 2015-2019
Perencanaan kinerja Pusat Sains Antariksa mengacu kepada Rencana strategis (Renstra)
tahun 2015-2019 Pusat Sains Antariksa yang telah disusun dan ditetapkan. Renstra tersebut
merupakan penjabaran dari rencana strategis LAPAN, khususnya Arah kebijakan 1, huruf a
yaitu pengembangan kapasitas Iptek penerbangan dan antariksa dengan menerapkan
kompetensi bidang sains antariksa dan atmosfer. Strategi pencapaiannya meliputi:
1. pembangunan pusat unggulan cuaca antariksa;
2. pembangunan pusat unggulan sains atmosfer;
3. pengembangan Decision Support System (DSS) untuk mitigasi cuaca antariksa, dinamika
atmosfer, dan perubahan iklim;
4. kerjasama dengan institusi litbang atmosfer dan antariksa di dalam dan luar negeri;
5. kerjasama dengan perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam pembangunan
observatorium nasional.
Visi Pusat Sains Antariksa adalah menjadi pusat unggulan sains antariksa untuk
mewujudkan Indonesia yang maju dan mandiri. Visi ini merupakan penjabaran dari visi
Kedeputian Sains Antariksa dan Atmosfer yaitu menjadi pusat unggulan sains antariksa dan
atmosfer untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan mandiri yang juga merupakan
penjabaran dari visi LAPAN yakni menjadi pusat unggulan penerbangan dan antariksa untuk
mewujudkan indonesia yang maju dan mandiri.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang harus dijalankan oleh Pusat Sains Antariksa
adalah:
1. meningkatkan kualitas sains antariksa bertaraf internasional;
2. meningkatkan kualitas produk penelitian dan pengembangan serta informasi di bidang
sains antariksa dalam memecahkan permasalahan nasional;
3. melaksanakan penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan nasional.
9
Tujuan penyelenggaraan kegiatan penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan sains
antariksa adalah:
1. mewujudkan sumber daya litbang sains antariksa yang berkualitas dengan produk
publikasi dan HKI yang unggul;
2. mewujudkan kemitraan internasional dalam bidang sains antariksa yang saling
menguntungkan;
3. mewujudkan sistem layanan dan informasi sains antariksa yang terpercaya, tanggap, dan
mutakhir untuk memberikan manfaat bagi masyarakat;
4. melaksanakan penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan nasional.
Sasaran strategis Pusat Sains Antariksa selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. penguasaan Iptek di bidang sains antariksa yang maju;
2. layanan data dan informasi sains antariksa yang prima;
3. dihasilkannya publikasi nasional terakreditasi, publikasi internasional, dan HKI di bidang
sains antariksa;
4. meningkatnya kapasitas Iptek di bidang sains antariksa;
5. tersedianya DSS yang operasional di bidang sains antariksa untuk mitigasi bencana;
6. tersedianya pedoman dan standar pengolahan data serta pengelolaan data dan
informasi di bidang sains antariksa;
7. terlaksananya pelayanan teknis yang efektif di bidang sains antariksa;
8. terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan Pusat Sains Antariksa.
Dalam mewujudkan visi dan misi diperlukan peta strategi yang bermuara pada kebutuhan
pengguna. Peta strategi yang dibuat untuk mewuudakan visi dan misi ini khusus untuk Pusat
Sains Antariksa diperlihatkan dalam peta strategi (balanced score card) sebagai berikut:
10
Gambar 2-1. Peta strategi BSC level 2 Pussainsa
Dalam rangka pencapaian visinya, yaitu menjadi institusi yang dapat mendorong tercapainya
Pusat Unggulan Sains Antariksa untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan mandiri, maka
Pusat Sains Antariksa perlu menerapkan strategi yang mendukung arah kebijakan yang telah
ditentukan. Strategi tersebut meliputi:
1. pemanfaatan dan layanan publik Iptek penerbangan dan antariksa dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan menerapkan strategi meningkatkan
spaceawareness masyarakat Indonesia;
2. pengembangan kapasitas Iptek penerbangan dan antariksa dengan menerapkan strategi:
(a) membangun pusat unggulan cuaca antariksa; (b) meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas sumber daya LAPAN; (c) meningkatkan fasilitas dan produktivitas litbang; (d)
menjalin kerjasama dengan institusi litbang atmosfer ekuator-antariksa di dalam dan
luar negeri;
3. melanjutkan RB LAPAN sesuai dengan RB Nasional yang meliputi penerapan human
capital management dan implementasi tata kelola TI.
STA
KE
HO
LD
ER
PE
RS
PE
CT
IVE
CU
ST
OM
ER
PE
RS
PE
CT
IVE
INT
ER
NA
L P
RO
CE
SS
PE
RS
PE
CT
IVE
LE
AR
N &
GR
OW
TH
PE
RS
PE
CT
IVE
PETA STRATEGI BSC LEVEL 2 PUSSAINSASS1
Penguasaan iptek di
bidang sains antariksa
yang maju
SS2
Layanan data dan
informasi sains
antariksa yang prima
SS3
Dihasilkannya publikasi
nasional terakreditasi,
publikasi internasional, dan
HKI di bidang sains antariksa
SS4
Meningkatnya
kapasitas iptek di
bidang sains
antariksa
SS5
Tersedianya DSS yang
operasional di bidang
sains antariksa untuk
mitigasi bencana
antariksa
SS8
Terwujudnya reformasi
birokrasi di lingkungan pusat
sains antariksa
MASYARAKAT ILMIAH PEMERINTAH, PENGGUNA, DAN MASYARAKAT UMUM
HUMAN CAPITAL, INFORMATION CAPITAL, ORGANIZATION CAPITAL, FINANCIAL CAPITAL
SS6
Tersedianya pedoman
dan standard
pengolahan data serta
pengelolaan data dan
informasi sains
antariksa
SS7
Terlaksananya
pelayanan teknis
yang efektif di
bidang sains
antariksa
11
Indikator kinerja utama (IKU) Pusat Sains Antariksa yaitu:
1. jumlah prototipe bidang sains antariksa yang dihasilkan atau model pemanfaatan Iptek
di bidang sains antariksa yang operasional untuk mitigasi bencana antariksa;
2. jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang sains antariksa;
3. jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang sains antariksa;
4. jumlah HKI yang diusulkan di bidang sains antariksa;
5. jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan iptek di bidang sains antariksa;
6. indeks kepuasan masyarakat atas layanan iptek di bidang sains antariksa.
Sistem nilai merupakan orientasi dan rujukan dalam bertindak bagi setiap pegawai.
Berdasarkan peraturan Kepala LAPAN nomor 3 tahun 2016 tentang Rencana Strategis LAPAN
2015-2019, sistem nilai yang berlaku di LAPAN adalah:
1. Pembelajar
Mempunyai kemauan belajar dan kemampuan beradaptasi dengan hal-hal yang baru.
2. Rasional
Apapun yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah.
3. Akuntabel
Anggaran dan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi.
4. Konsisten
Pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan rencana jangka pendek, menengah
dan panjang yang sudah ditetapkan.
5. Berorientasi pada layanan publik
Berupaya memberikan pelayanan prima sesuai dengan kebutuhan publik.
12
B. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2019
Rencana Kerja Tahunan adalah penjelasan dari rencana strategis yang telah dibuat oleh
Pusat Sains Angariksa dalam bentuk yang mendetail dan terukur dengan target yang
ditentukan. Rencana Kerja Tahunan bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan
berfokus pada hasil rencana pencapaian strategis yang telah ditentukan. Rencana Kerja
Tahunan Pusat Sains Antariksa tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2-1: Rencana Kerja Tahunan Pusat Sains Antariksa tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja utama Target
Meningkatnya
penguasaan dan
kemandirian Iptek di
bidang sains antariksa
yang maju
Jumlah prototipe bidang sains
antariksa yang dihasilkan atau
model pemanfaatan Iptek di
bidang sains antariksa yang
operasional untuk mitigasi bencana
antariksa.
6 model
Jumlah publikasi nasional
terakreditasi di bidang sains
antariksa.
13 makalah
Jumlah publikasi internasional yang
terindeks di bidang sains antariksa.
8 makalah
Jumlah HKI yang diusulkan di
bidang sains antariksa.
1 judul
Meningkatnya layanan
data dan informasi sains
antariksa yang prima
Jumlah instansi pengguna yang
memanfaatkan layanan iptek di
bidang sains antariksa.
120 instansi
Indeks kepuasan masyarakat atas
layanan iptek di bidang sains
antariksa.
80
C. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019
Perjanjian kinerja digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian
tujuan dan sasaran strategis organisasi. Selain itu perjanjian kinerja merupakan upaya untuk
mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel, dan
berorientasi pada hasil. Perjanjian kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2019 disajikan pada
tabel 2-2.
13
Tabel 2-2: Perjanjian Kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja utama Target
Meningkatnya
penguasaan dan
kemandirian Iptek di
bidang sains antariksa
yang maju
IKU 1. Jumlah prototipe bidang sains
antariksa yang dihasilkan atau model
pemanfaatan Iptek di bidang sains
antariksa yang operasional untuk
mitigasi bencana antariksa.
5 model
IKU 2. Jumlah publikasi nasional
terakreditasi di bidang sains
antariksa.
12 makalah
IKU 3. Jumlah publikasi internasional
yang terindeks di bidang sains
antariksa.
8 makalah
IKU 4. Jumlah HKI yang diusulkan di
bidang sains antariksa.
1 judul
Meningkatnya layanan
data dan informasi sains
antariksa yang prima
IKU 5. Jumlah instansi pengguna
yang memanfaatkan layanan iptek di
bidang sains antariksa.
75 instansi
IKU 6. Indeks kepuasan masyarakat
atas layanan iptek di bidang sains
antariksa.
80
Pada tahun 2019 untuk mendukung pencapaian layanan yang diberikan kepada stakeholder
dan customer yaitu masyarakat ilmiah dan masyarakat umum. Pusat Sains Antariksa juga
mengukur capaian indikator-indikator yang terdapat pada internal proses dan learn and
growth perspective. Kedua perspektif tersebut bagian pengungkit yang mempengaruhi
kinerja layanan Pusat Sains Antariksa. Tabel berikut menyajikan target indikator kinerja yang
terdapat pada perspektif pada internal proses dan learn and growth perspective.
14
Tabel 2-3: Internal Proses dan Learn and Growth Perspektive Pussainsa 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja utama Target
Internal Process Perspektive
Meningkatnya kapasitas
IPTEK di bidang Sains
Antariksa
IKU 7. Jumlah kerjasama litbang di
bidang Sains Antariksa
4 kerjasama
IKU 8. Jumlah pusat unggulan di
bidang Sains Antariksa
1
Tersedianya DSS di bidang
Sains Antariksa untuk
mitigasi bencana dan
perubahan iklim
IKU 9. Jumlah DSS lintas sektoral di
bidang Sains Antariksa
1 DSS
Tersedianya pedoman dan
standar pengolahan data
serta pengelolaan data
dan informasi Sains
Antariksa
IKU 10. Jumlah pedoman dan
standar pengolahan data Sains
Antariksa
7 pedoman
IKU 11. Jumlah pedoman dan
standar pengelolaan data dan
informasi Sains Antariksa
2 pedoman
Terlaksananya diseminasi
hasil litbang di bidang
Sains Antariksa yang
efektif
IKU 12. Competency gap indeks
peserta bimbingan teknis di bidang
Sains Antariksa
30
Learn and Growth Perspektive
Meningkatnya kapasitas
SDM aparatur lingkup
Pusat Sains Antariksa
IKU 13. Jumlah pegawai yang
mengikuti pelatihan dan atau lulus
pelatihan per tahun
15 pegawai
Terkelolanya DIPA Pusat
Sains Antariksa secara
optimal
IKU 14. Persentase penyerapan
DIPA Pusat Sains Antariksa
95%
15
D. Mekanisme Pengumpulan Data Kinerja
Mekanisme pengumpulan data kinerja di Pusat Sains Antariksa LAPAN dilakukan secara
bottom-up. Data hasil capaian kinerja untuk JFT pertama dan muda serta JFU dikumpulkan
setiap bulan ke kepala bidang dan kepala bagian administrasi untuk dilaporkan ke kepala
pusat. Sedangkan JFT Madya dan Utama capaian kinerja setiap bulan langsung ke Kepala
Pusat. Setiap triwulan laporan kinerja dikompilasi untuk diinput ke sistem pelaporan
berbasis teknologi informasi yang dikembangkan LAPAN yaitu SiforenMonev yang beralamat
di kinerja.lapan.go.id untuk dilakukan monitoring dan di evaluasi capaian kinerjanya melalui
serangkaian perhitungan data target dan realisasi indikator kinerjanya.
Dalam proses pelaksanaannya kepala pusat menunjuk kepala bidang program dan fasilitas
beserta perwakilan bidang dan bagian untuk mengumpulkan dan mengolah data sebagai
bahan penyusunan laporan triwulan dan LAKIN satuan kerja. Konsep akhir LAKIN satuan
kerja disampaikan kepada Biro Perencanaan dan Keuangan untuk diriviu. Selanjutnya LAKIN
hasil riviu yang telah diperbaiki disahkan oleh Kepala Pusat dan disampaikan kembali ke Biro
Perencanaan dan Keuangan untuk diteruskan ke Inspektorat untuk dinilai dan dipublikasikan
di website pusat.
Gambar 2-2. Mekanisme pengumpulan data dan pelaporan capaian kinerja Pussainsa
Kepala Pusat
KepalaBidang/Bagian
Laporan Pegawai(JFT
Pertama/Mudadan JFU)
Laporan Pegawai(JFT
Pertama/Mudadan JFU)
Laporan FungsionalMadya/Utama
16
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT SAINS ANTARIKSA
A. Analisis Capaian Kinerja
Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2019 dilakukan dengan cara
membandingkan target masing-masing indikator kinerja utama dengan realisasinya. Jika
capaian kinerja sesuai dengan targetnya, maka tingkat capaiannya 100%. Jika capaian kinerja
lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan, maka tingkat capaiannya > 100%, dan
sebaliknya. Dengan cara ini dapat diketahui tingkat keberhasilan dari masing-masing
indikator. Tingkat keberhasilan ini merupakan ukuran untuk mengevaluasi pencapaian
kinerja Pusat Sains Antariksa selama tahun 2015-2019, dan akan digunakan sebagai rujukan
dalam menentukan target kinerja 5 tahun berikutnya. Jadi, analisis terhadap pencapaian
kinerja ini akan menentukan tingkat keberhasilan yang akan datang. Indikator kinerja utama
(IKU) dinyatakan berhasil jika capaiannya ≥ 100% dari target yang telah ditetapkan.
Secara keseluruhan, rataan persentase capaian kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2019
adalah 197% (tabel 3-1). Indikator kinerja utama (IKU) 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 berturut-turut
realisasinya mencapai 100%, 58%, 313%, 500%, 100% dan 109%. Jumlah pengguna yang
memanfaatkan layanan Iptek di bidang sains antariksa mencapai 75 instansi atau 100% dari
target 75 instansi. Target layanan pengguna sesuai target, hal ini disebabkan cukup
optimalnya sosialisasi dan diseminasi terkait sains antarikasa. Jumlah publikasi pada jurnal
nasional terakreditasi tidak mencapai jumlah yang ditargetkan. Dari target 12 (duabelas)
makalah terbit pada publikasi nasional terakreditasi, hanya 7 (tujuh) yang dicapai.
Sebaliknya dari target 8 (delapan) makalah publikasi internasional terindeks, realisasinya 25
makalah publikasi internasional yang dapat dicapai. Hal ini disebabkan adanya minat peneliti
untuk publikasi internasional lebih tinggi daripada publikasi nasional. Selain itu wadah jurnal
internasional lebih banyak dari jurnal nasional untuk bidang Sains Antariksa.
17
Tabel 3-1: Capaian Kinerja Pusat Sains Antariksa tahun 2019
Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian
1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di bidang sains antariksa yang
maju.
IKU 1 Jumlah prototipe bidang sains antariksa
yang dihasilkan atau model pemanfaatan
Iptek di bidang sains antariksa yang
operasional untuk mitigasi bencana
antariksa.
5 Model/
Prototipe
5 Model/
Prototipe
100%
IKU 2 Jumlah publikasi nasional terakreditasi di
bidang sains antariksa.
12
Makalah
7
Makalah
58%
IKU 3 Jumlah publikasi internasional yang
terindeks di bidang sains antariksa.
8
Makalah
25
Makalah
313%
IKU 4 Jumlah HKI yang diusulkan di bidang sains
antariksa.
1 Judul 5 Judul 500%
2. Meningkatnya layanan data dan informasi sains antariksa yang prima.
IKU 5 Jumlah instansi pengguna yang
memanfaatkan layanan iptek di bidang
sains antariksa.
75
Instansi
75
Instansi
100%
IKU 6 Indeks kepuasan masyarakat atas layanan
iptek di bidang sains antariksa.
80 87.3 109%
Rata-rata Capaian 197 %
Sasaran strategis ke-1 bertujuan untuk mewujudkan salah satu tujuan dalam Undang-
Undang nomor 21 tahun 2013 yaitu mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing
bangsa dan negara dalam penyelenggaraan keantariksaan. Sasaran strategis ke-1 terdiri dari
4 (empat) IKU yang dapat menggambarkan upaya pencapaian sasaran strategis tersebut.
Indikator kinerja tersebut yaitu jumlah prototipe bidang sains antariksa yang dihasilkan atau
model pemanfaatan Iptek di bidang sains antariksa yang operasional untuk mitigasi bencana
antariksa, jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang sains antariksa, jumlah publikasi
internasional yang terindeks di bidang sains antariksa, dan jumlah HKI yang diusulkan di
bidang sains antariksa. Pada periode pengukuran tahun 2019 capaian sasaran strategis 1
adalah 243% dengan penjelasan sebagai berikut:
Sasaran Strategis ke-1
Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di bidang sains antariksa yang
maju.
18
INDIKATOR KINERJA UTAMA 1:
Jumlah prototipe bidang sains antariksa yang dihasilkan atau model pemanfaatan Iptek di
bidang sains antariksa yang operasional untuk mitigasi bencana antariksa
IKU ini bertujuan untuk menghitung jumlah model/prototipe operasional yang dihasilkan
oleh Pussainsa LAPAN. Selain menghasilkan model, Pussainsa juga menghasilkan prototipe,
modul dan pedoman untuk mitigasi bencana antariksa. Sehingga capaian yang diukur untuk
IKU ini adalah model/prototipe, modul dan pedoman yang dikembangkan sebagai Sistem
Pendukung Keputusan atau Decision Support System (DSS). DSS merupakan sistem berbasis
komputer yang berfungsi untuk membantu pengguna dengan informasi yang dibutukan
dalam proses pengambilan keputusan. Pembangunan DSS merupakan kemitraan untuk
memastikan informasi yang dihasilkan (output) dapat meningkatkan kinerja pengguna
(outcome) dan memberikan manfaat bagi stakeholder (impact), sehingga meningkatkan
akuntabilitas. Target pada IKU 1 adalah 5 model/prototipe bidang sains antariksa yang
operasional untuk mitigasi bencana antariksa. Realisasi dari IKU 1 adalah 5 model dengan
capaian kinerja sebagai berikut:
a. Model Prediksi Kecepatan Angin Surya dan DST dengan Input Coronal Hole (CH) dengan
Neural Network
DeLuNa merupakan perangkat lunak yang mendeteksi keberadaan lubang korona
berdasarkan citra dari SDO/AIA193 menggunakan pemrograman Matlab. Metode DeLuNa
pada dasarnya menggunakan teknik thresholding dan segmentasi citra berdasarkan
intensitas yang teramati. Pendekatan ini banyak digunakan dalam identifikasi dan
karakterisasi lubang korona (Krista and Gallagher (2009); Verbanac et al. (2010); Lemen et
al. (2012); Rotter et al. (2012); Garton et al. (2018)). Revisi dari versi sebelumnya
dilakukan dengan menambahkan informasi luas lubang korona yang bersifat geoefektif
dengan ditunjukkan pada kotak berupa garis putus-putus berwarna merah, kemudian
revisi dalam menyesuaikan threshold untuk mendeteksi lubang korona terutama yang
berada di kutub. Hal yang penting adalah citra SDO/AIA193 yang dapat diolah
menggunakan DeLuNa hanya terbatas pada citra yang memiliki resolusi 512x512 piksel
serta citra berada ditengah frame sesuai default dari sumber data SDO.
Prediksi kecepatan angin surya yang dilakukan merupakan prediksi deret waktu yang
bersifat multi-step-a head serta menggunakan multi input dalam hal ini lubang korona
19
dan kecepatan angin surya itu sendiri. Output yang diharapkan adalah deret waktu
kecepatan angin surya jam-an selama 24 jam kedepan. Deep Learning yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah LSTM (Long Short-Term Memory). LSTM pertama kali
diperkenalkan oleh Hochreiter and Schmidhuber (1997). LSTM neural network merupakan
salah satu bidang dalam Deep Learning yang memiliki konfigurasi Recurrent Neural
Network (RNN) serta mampu mempelajari data yang sangat panjang. LSTM umumnya
terdiri dari sel, gerbang input, gerbang output dan gerbang forget. Sel akan mengingat
nilai selama interval waktu yang telah ditentukan dan tiga gerbang mengatur aliran
informasi masuk dan keluar dari sel. LSTM sangat cocok untuk proses klasifikasi,
memproses dan membuat prediksi berdasarkan data deret waktu. Hal ini disebabkan
data dalam deret waktu tersebut mungkin memiliki durasi kelambatan (lag) yang tidak
diketahui diantara peristiwa/fitur penting dalam deret waktu tersebut. Arsitektur LSTM
diperlihat pada gambar 3-1.
Gambar 3-1. Arsitektur Long Short-Term Memory (sumber: Medium.com)
Selain itu juga membangun sistem otomatis terkait informasi lubang korona, prediksi
kecepatan angin surya dan prediksi skala aktivitas geomagnet. Gambar 3-2 menunjukkan
metodologi sistem diseminasi tersebut. Archive dari sistem otomatis tersebut berupa
data citra hasil DeLuNa, file CSV hasil deteksi DeLuNa, file input untuk model LSTM, file
output hasil prediksi LSTM dan plot grafik hasil prediksi kecepatan angin surya.
20
Gambar 3-2. Metodologi sistem otomatis deteksi lubang korona, evolusi lubang korona
yang bersifat geoefektif, prediksi kecepatan angin surya dan prediksi skala akvitivas
geomagnet. Kotak berwarna oranye merupakan bagian yang ditampilkan dalam situs
DeLuNa
Untuk dapat melakukan perhitungan luas lubang korona secara near-realtime, maka
DeLuNa dimodifikasi agar mampu melakukan perhitungan untuk seluruh citra yang telah
diunduh (batch). Selain itu, hasil perhitungan disimpan kedalam bentuk file CSV yang
berisi informasi tanggal, waktu, luas total lubang korona, luas lubang korona yang bersifat
geoefektif, prediksi skala aktivitas geomagnet, dan prediksi waktu tiba badai geomagnet.
Langkah selanjutnya adalah menampilkan data dari file CSV tersebut ke dalam bentuk
grafik. Bahasa pemrograman HTML dan D3.js (javascript) digunakan untuk menampilkan
perubahan luas lubang korona yang bersifat geoefektif terhadap waktu. Program untuk
proses unduh dan menurunkan resolusi citra dilakukan secara otomatis dengan membuat
batch file windows yang dipanggil menggunakan System Scheduler setiap 1 jam sekali.
Sedangkan web untuk menampilkan grafik perubahan luas lubang korona terhadap waktu
ditunjukkan oleh gambar 3-3.
21
Gambar 3-3. Tampilan grafik near-realtime perubahan luas CH yang bersifat geoefektif
terhadap waktu
b. Model Prakiraan Flare Berdasarkan Klasifikasi Mcintosh dan Hale dan Fitur Non
Potensial Medan Magnet Daerah Aktif
Flare matahari adalah peristiwa peningkatan intensitas radiasi pada berbagai gelombang
yang berlangsung sangat kuat dan cepat di lapisan kromosfer matahari. Berdasarkan
keluaran daya sinar-X maksimum, flare dibagi menjadi kelas B, C, M, dan X dengan fluks
minimum saat intensitas puncak masing-masing sebesar 10 −7 , 10 −6 , 10 −5 , dan 10 −4
Wm −2 . Salah satu dampak flare terhadap atmosfer bumi adalah radiasi yang dapat
mengakibatkan atmosfer atas bumi terionisasi dan mengembang sehingga mengganggu
komunikasi radio yang memanfaatkan lapisan ionosfer bumi. Energi yang dilontarkan
pada peristiwa flare berupa energi magnet disimpan di dalam medan magnet daerah
aktif. Dengan kata lain, grup bintik batahari adalah sumber utama peristiwa flare
matahari.
Kelas McIntosh dan Hale yang dilengkapi dengan fitur non-potensial medan magnet dapat
digunakan sebagai proxy dari daerah aktif dalam menghasilkan flare. Fitur non-potensial
medan magnet daerah aktif diharapkan dapat meningkatkan akurasi prakiraan flare,
sehingga dapat menunjang kegiatan SWIFtS dalam menyediakan informasi mengenai
aktivitas matahari dan potensi dampaknya terhadap cuaca antariksa.
Hasil prakiraan flare sinar-X berdasarkan penelitian dapat diakses secara daring berupa
teks melalui situs DeLuNa seperti gambar 3-4. Proses prediksi dan
22
pengunggahan/pembaruan hasil prediksi telah berjalan secara otomatis setiap hari pukul
02 UT (09 WIB). Dengan demikian, prakirawan hanya perlu melihat hasil prediksi flare
melalui situs DeLuNa saja untuk mendukung kegiatan SWIFtS tanpa perlu menjalankan
program secara manual. Sebagai pengingat, dari pengujian model RF hasil penelitian
diperoleh akurasi 75% untuk prakiraan tanpa-flare, 41% untuk prakiraan flare C, 45%
untuk flare M, dan 77% untuk flare X.
Gambar 3-4. Bentuk tampilan hasil prakiraan flare sinar-X untuk tanggal 06 Desember 2019
menggunakan metode random forest (RF) yang telah diunggah pada situs DeLuNa
Parameter daerah aktif yang berkontribusi paling besar terhadap prakiraan flare
adalah luas, kelas Hale, dan posisi bujur daerah aktif dalam 24 jam menjelang
peristiwa flare. Sementara itu, kontribusi terendah diberikan oleh kelas Hale, jumlah
bintik, dan kelas McIntosh daerah aktif dalam 48 jam menjelang peristiwa flare. Hal ini
menunjukkan bahwa prakiraan flare lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi fisis daerah
aktif dalam 24 jam terakhir.
c. Model Prediksi Badai Geomagnet Indonesia Berbasis Multi Input (CME dan Coronal
Hole, Solar Wind, IMF)
Parameter-parameter yang diperlukan untuk dapat memprediksi terjadinya badai
geomagnet dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sumber gangguan, dinamika di medium
antar planet dan dinamika didalam magnetosfer. Umumnya sumber gangguan badai
geomagnet adalah aktivitas ekstrem di matahari berupa lontaran massa korona (CME)
ataupun lubang korona (CH). Pada saat ini, prediksi badai geomagnet jangka menengah
dengan orde hari dianggap mencukupi untuk keperluan peringatan dini.
23
Metoda prediksi badai geomagnet telah dibuat dengan menggunakan perangkat
observasi parameter angin matahari dan medan magnet antarplanet. Berdasarkan studi
kasus yang dilakukan pada penelitian yang sama diketahui bahwa, gangguan geomagnet
di Indonesia memiliki korelasi yang baik dengan indeks Dst. Persamaan Wang, et.al., 2003
yang menghubungkan parameter angin surya dengan Dst minimum menghasilkan kaitan
antara gangguan geomagnet di Indonesia dengan parameter durasi dan menghasilkan korelasi yang baik meskipun tidak sangat kuat. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh penggunaan konstanta yang tidak tepat atau
ketidaklengkapan data pada saat pengolahan. Selain itu tampak terlihat bahwa untuk
gangguan di stasiun local Indonesia pergerakan gangguan berasal dari Timur ke Barat.
Untuk badai yang didahului dengan SC tidak tampak adanya jeda wakktu antara Dst
dengan gangguan geomagnet Indonesia dan jeda waktu antara interplanetary shock
dengan SC di rekaman data landas bumi stasiun di Indonesia berkisar antara 1-1.5 jam.
Sedangkan untuk badai geomagnet tipe gradual lebih sulit untuk menentukan
karakteristiknya. Hasil yang telah diperoleh ini masih belum mencukupi untuk menjawab
kebutuhan peringatan dini, maka pada penelitian kali ini akan dikembangkan model
prediksi badai geomagnet dengan mempelajari sifat-sifat sumber gangguan yang berasal
dari matahari, sehingga diperoleh metoda prediksi badai geomagnet jangka menengah.
Penjalaran CME dalam model ini menggunakan studi kasus peristiwa CME pada 20
Februari 2014 sekitar pukul 08.00 UT. Parameter CME yang digunakan adalah pusat pusat
lontaran (pa), lebar sudut lontaran (da), kecepatan, percepatan/perlambatan dan waktu
lontaran. Parameter-parameter tersebut dapat diperoleh dari katalog Cactus maupun
LASCO. Asumsi yang digunakan adalah bahwa percepatan/perlambatan partikel dianggap
sama setiap saat. Model yang dibangun ini juga belum memperhitungkan efek medan
magnet.
Model dibuat dengan cara menghitung kecepatan cme dan tekanan dinamik pada setiap
grid di medium antarplanet. Rotasi matahari sudah dimasukan sebagai salah satu
konstrain pergerakan CME. Algoritmanya adalah sebagai berikut :
24
Gambar 3-5. Alur algoritma model penjalaran CME
Dari algoritma tersebut, kemudian dibuat user interface untuk memudahkan pengguna.
Tampilan user interface-nya sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3-6.
Gambar 3-6. User interface penentuan waktu penjalaran CME dan tekanan dinamiknya.
Software tersebut juga menghitung tekanan dinamik dan kemungkinan waktu tiba
partikel CME di bumi. Dengan menggunakan 9 peristiwa CME yang dipilih dengan harapan
Input parameter CME: pa,da,vcme,a,dt
Input parameter matahari : vrotasi, Rs
Hitung kecepatan awal (v0) pada saat t=0 (waktu terjadi
cme) dengan menambahkan faktor rotasi matahari dan
posisi semburan
Hitung kemungkinan jarak matahari-bumi sebenarnya (realS)
dengan mempertimbangkan kelengkungan matahari dan posisi
pa dan da
Hitung kemungkinan waktu yang dibutuhkan cme sampai ke
bumi (konstrain iterasi) berdasarkan jarak reals
Hitung kecepatan pada waktu t sesuai konstrain dan posisi pa dan da
Hitung tekanan dinamik pada waktu t dan posisi pa dan da loop
Hitung jarak yang sudah ditempuh pada waktu t dan posisi pa dan da
Kontur kecepatan
kontur tekanan dinamik
25
mewakili beberapa kasus CME yang berbeda, diperoleh hasil waktu berbeda. Waktu
keterlambatan pun bervariasi antara 5 hingga 26 jam. Sedangkan yang lebih cepat ada
yang sekitar 6 jam dan 28 jam. Penyebabnya kemungkinan karena perhitungan waktu tiba
masih menggunakan percepatan/perlambatan yang tetap selain itu efek tumbukan
partikel dan medan magnet belum diperhitungkan.
d. Model Pengembangan Metode Prediksi-Evaluasi Kondisi Ionosfer dan Kemasan
Informasi untuk SWIFtS
Informasi (ionosfer) yang disediakan SWIFtS belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan
pengguna. Informasi (ionosfer) yang disediakan SWIFtS belum bisa digunakan sebagai
salah satu materi kegiatan pembinaan teknis komunikasi radio. Metode evaluasi dan
prediksi masih belum efektif (dan kadang kala tidak konsisten) karena masih bergantung
kepada hasil analisis forecaster. Pengembangan kemasan informasi yang lebih aplikatif
(mudah dipahami, bisa digunakan, mendukung kegiatan bintek). Pengembangan metode
yang lebih konsisten, cepat, dan mudah diterapkan oleh forecaster. Sehingga diperlukan
untuk mendapatkan metode prediksi dan evaluasi kondisi ionosfer, serta kemasan
informasinya untuk sistem layanan informasi SWIFtS, yang bermanfaat untuk
mengoptimalkan kinerja sistem komunikasi radio.
Hasil pengembangan metode secara keseluruhan seperti ditunjukkan pada gambar 3-7.
Tim pelaksana scaling (TISD) melakukan scaling khusus yang hasilnya disimpan dituliskan
dalam format tertentu pada sheet scaled-data pada file template ScaledData4SWIFtS.xlsx.
Kemudian grafik dan evaluasinya secara otomatis akan tampil pada sheet
evaluation&prediction dan sheet checklist. Informasi evaluasi yang disediakan dalam
sheet evaluation&prediction meliputi evaluasi kenaikan fmin (LUF enhancement),
penurunan foF2 (MUF Depression), kondisi ionosfer, durasi kejadian Spread F, durasi
kemunculan E-Sporadis, dan durasi total blanketing oleh lapisan E-Sporadis.
26
Gambar 3-7. Tampilan resume evaluasi ionosfer menggunakan file template
File template untuk scaling baku telah dilengkapi metode verifikasi secara otomatis,
sehingga lebih mudah dan lebih cepat dalam melakukan verifikasi hasil kerja tim
scaling/TSID. Rekapitulasi hasil scaling secara otomatis akan terlihat seperti tabel di
bawah ini.
Tabel 3-2: Contoh hasil rekapitulasi dari proses scaling
REKAPITULASI HASIL SCALING Stasiun: Pameungpeuk Bulan: October 2019
Parameter ionosfer fmin h'E foE h'Es foEs fbEs h'F foF1 h'F2 foF2 fxF2 h'F3 foF3 fxF3
Jumlah data semestinya (N ) 744 372 372 744 744 744 744 372 372 744 744 372 372 372
Jumlah data yang ada (n ) 732 211 222 491 538 528 585 314 316 636 673 0 0 0
Persentase (%) 98 57 60 66 72 71 79 84 85 85 90 0 0 0
Tidak ada pengamatan (ND) 0 Persentase (% ) ND 0 Persentase (%) pengamatan 100
Dalam perkembangan selanjutnya, menu “Aviation“ dikembangkan menjadi
menu “Application“ yang memuat informasi lebih sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Di dalam menu yang baru, selain peta prediksi frekuensi Base to Area
(B2A) juga disediakan informasi indeks T regional Indonesia. Peta B2A disiapkan
dengan software ASAPS versi terbaru yang lebih menarik tampilannya dibuat untuk
memenuhi kebutuhan komunikasi penerbangan sipil ( gambar 3 - 8). Indeks
regional, baik evaluasi maupun prediksi, disediakan untuk lembaga pengguna
yang telah memiliki software ASAPS seperti TNI-AL dan TNI-AD.
27
Gambar 3-8. Rangkaian peta prediksi B2A dalam menu Application pada web
SWIFtS.
e. Model Peningkatan/Perbaikan Akurasi Model ESF dengan RBFNN dan
penerapannya
Studi kemunculan spread F sampai saat ini masih terus dilakukan. Fenomena spread
F terkait gangguan lapisan ionosfer, beberapa laporan mengasosiasikan dengan
kumunculan gelembung plasma dan gangguan ketidakstabilan Rayleight-Taylor.
(Abdu et al.,1999; Fagundes et al., 1999; Becker-Guedes et al., 2004). Kajian
pemodelan data runtun waktu parameter ionosfer telah banyak dilakukan, salah satu
metode yang digunakan adalah neural network (Altinay et al., 1997; Weigel et al.,
1999; Wintoft and Cander, 1999; Lamming and Cander, 1999; Poole and McKinnell,
2000; Tulunay et al., 2000; McKinnell, 2002; Oyeyemi et al., 2005a,b, 2006), Muslim
et al ().Aplikasi neural network untuk pemodelan tersebut menjadi kontribusi ilmu
dalam studi model ionosfer.
Fokus penelitian adalah pengembangan metode untuk membangun model spread F
dan sintilasi ionosfer. Titik berat adalah metode radial basis fungsional neural
network RBFNN. Untuk tahap pertama model yang dibangun adalah model spread F
sebagai fungsi waktu (temporal), belum memasukkan fungsi perubahan lintang
(spasial). Jenis penelitian adalah penelitian dasar dengan melakukan analisis data
28
runtun waktu untuk mendapatkan model prediksi. Algoritma dibangun adalah
jaringan syaraf tiruan berbasis fungsi radial basis.
Model telah di bangun dengan input indeks Kp , F10.7 dan waktu yang menggunakan
fungsi radial basis neural network. Telah diperoleh hasil awal dengan training pada
gambar 3-9. Nilai sebaran pada saat ditetapkan sebesar 0,1. Setelah dilakukan data
uji selama satu tahun dengan mengambil nilai sebaran dari 0.1 hingga 5 diperoleh
prediksi seperti ditujukkan pada gambar 3-10. Secara keseluruhan hasil model tiap
bulan ditunjukkan pada gambar 3-11 dan hasil simpangan model pada tabel 1.
Gambar 3-9. Hasil training model
Gambar 3-10. Hasil uji RBFNN untuk bulan Januari
0 07 08 09 10 11 120
5
10
15
20
25
30
35
Tahun
Pers
en K
emun
cula
n Sp
read
F
Januari
0 10 20 30 40 50 60 70 80-5
0
5
10
15
20
25
30
35
Data
Training
29
Gambar 3-11. Hasil model tiap bulan
Hasil prediksi model masih menghasilkan akurasi yangg rendah walaupun hasil
training model RBRNN nya dengan data latih akurasinya tinggi. Demikian juga
dengan hasil pada bulan-bulan yang lain, hasil model akurasinya masih sangat
rendah yang memerlukan peningkatan dan pengujian lebih lanjut.
30
Adapun capaian IKU 1 yaitu jumlah prototipe bidang sains antariksa yang dihasilkan
atau model pemanfaatan IPTEK di bidang sains antariksa yang operasional untuk
mitigasi bencana antariksa dalam periode 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3-3: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 1
IKU-1 Jumlah prototipe bidang sains antariksa yang dihasilkan atau model pemanfaatan Iptek di bidang sains antariksa yang operasional untuk mitigasi bencana antariksa (model/prototype)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 4 4 5 5 5
Realisasi 4 4 5 5 5
Persentase 100 100 100 100 100
Capaian IKU 1 merupakan pengembangan lanjutan dari model-model yang sudah ada
dan pengembangan model-model baru dari hasil litbang Pussainsa. Terjadinya
peningkatan terhadap model pemanfaatan IPTEK bidang sains antariksa disebabkan
karena implementasi untuk meningkatkan performansi operasional dan layanan kepada
pengguna. Upaya untuk meningkatkan capaian IKU 1 antara lain dengan meningkatkan
kapasitas SDM dengan pendidikan formal dan informal serta mengikuti seminar
nasional/internasional. Fokus utama pengembangan model ini untuk mendukung
operasional DSS SWIFtS untuk layanan pengguna terkait cuaca antariksa. Model hasil
pengembangan selanjutnya diimplementasikan pada sistem DSS Cuaca Antariksa
(SWIFtS). DSS Cuaca Antariksa sendiri merupakan sistem layanan Pussainsa terhadap
pengguna secara online dan setiap hari diupdate baik informasi saat ini maupun
prediksinya.
INDIKATOR KINERJA UTAMA 2:
Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang sains antariksa
IKU 2 bertujuan untuk menghitung jumlah makalah yang diterbitkan dalam publikasi
ilmiah nasional terakreditasi berdasarkan kriteria LIPI dan DIKTI. Pada tahun 2019
Pussainsa menargetkan 12 makalah, dan realisasi menghasilkan 7 makalah di bidang
sains antariksa, dengan uraian sebagai berikut:
31
Tabel 3-4: Capaian Indikator Kinerja Utama 2
No Judul Penulis Media Publikasi
1. ANALISIS PROBABILITAS SPREAD F
IONOSFER LINTANG
RENDAH SEKTOR
INDONESIA (PROBABILITY ANALYSIS
FOR THE OCCURRANCE
OF IONOSPHERIC SPREAD F IN THE
LOW LATITUDE INDONESIAN
SECTOR)
Asnawi Husin,
Prayitno Abadi, Jiyo Jurnal Sains Dirgantara
Vol 16 No 1 Desember
2018:33-42
2
MODEL MEDAN DIPOL
GEOMAGNET : ANALISIS UNTUK
EFEK MEDAN MAGNET
ANTARPLANET ARAH UTARA-
SELATAN (DIPOLE GEOMAGNETIC
FIELD MODEL: ANALYSIS
OF EFFECTS OF NORTH-SOUTH
COMPONENT OF
INTERPLANETARY MAGNETIC FIELD)
La Ode Muhammad
Musafar Kilowasid
Jurnal Sains Dirgantara
Vol 16 No 1 Desember
2018:11-22
3
PRAKIRAAN FLARE SINAR-X
MATAHARI BERDASARKAN EVOLUSI
DAERAH AKTIF (PREDICTION OF
SOLAR X-RAY FLARES BASED ON
ACTIVE REGIONS EVOLUTION)
Santi Sulistiani dan
Tiar Dani Jurnal Sains Dirgantara
Vol 16 No 1 Desember
2018
4
ANALISIS PROPAGASI GELOMBANG
RADIO HF MODE ANGKASA UNTUK
KEGIATAN PATROLI LAUT BEA
CUKAI
Varuliantor Dear,
Annis Siradj Mardiani,
Harpan Budi Santoso,
Gatot Wikantho
Buletin Pos dan
Telekomunikasi Vol. 17
No.1 (2019): 17-30.
5
KECEPATAN ANGIN MATAHARI DAN
DAYA ULF Pc5 DI LINTANG RENDAH
SEBAGAI PREKURSOR GANGGUAN
DAN PENINGKATAN FLUKS
ELEKTRON AKIBAT CME GEOEFEKTIF
(SOLAR WIND SPEED AND Pc5 ULF
POWER AT LOW-LATITUDE AS
PRECURSOR OF DISTURBANCE AND
ENHANCEMENT OF ELECTRON FLUX
DUE TO GEOEFFECTIVE CMEs)
Siska Filawati dan
Fitri Nuraeni
Jurnal Sains Dirgantara
Vol. 16 No. 2 Juni 2019:
55-
66, http://dx.doi.org/10.
30536/j.jsd.2019.v16.a30
84.
6
PERBANDINGAN ANTARA
PENGARUH BADAI GEOMAGNET 17
MARET DAN 23 JUNI 2015
TERHADAP PERBEDAAN RESPONS
TEC IONOSFER (COMPARISON
BETWEEN THE 17 MARCH AND 23
JUNE 2015 GEOMAGNETIC STORM
EFFECT ON DIFFERENT RESPONSE
OF IONOSPHERIC TEC)
Sri Ekawati dan
Anwar Santoso
Jurnal Sains Dirgantara
Vol. 16 No. 2 Juni 2019:
67-
78, http://dx.doi.org/10.
30536/j.jsd.2019.v16.a30
84.
7
RELIABILITAS FREKUENSI KRITIS
DAN KETINGGIAN LAPISAN
IONOSFER HASIL SCALING
Jiyo, Niko Danusaid
Nugroho, dan Robin
Bravo Mavin
Jurnal Sains Dirgantara
Vol. 16 No. 2 Juni 2019:
105—118,
32
OTOMATIS MENGGUNAKAN
SISTEM PINTAR ESIR-CADI
(RELIABILITY OF THE AUTO-SCALED
IONOSPHERIC CRITICAL
FREQUENCIES AND HEIGHT BY
USING ESIR CADI SMART SYSTEM)
http://dx.doi.org/10.305
36/j.jsd.2019.v16.a3066
Adapun capaian IKU 2 yaitu jumlah publikasi nasional terakreditasi dalam periode 2015-
2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3-5: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 2
IKU-2 Jumlah publikasi nasional terakreditasi dibidang sains antariksa (makalah)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 10 10 10 12 12
Realisasi 9 4 9 7 7
Persentase 90 40 90 58 58
Capaian IKU 2 berdasarkan tabel diatas, realisasi dari tahun 2015-2019 tidak tercapai
dan presentase capaian mengalami penurunan dari tahun 2017 sampai 2019. Tidak
tercapainya ini karena terbatasnya kuota dan jumlah publikasi nasional yang diterbitkan
oleh LAPAN melalui Jurnal Sains Dirgantara yaitu 5 makalah untuk sekali terbit dan
terbit 2 kali dalam setahun. Jurnal tersebut untuk mengakomodir peneliti sains
antariksa dan juga sains atmosfer serta peneliti/dosen diluar LAPAN. Selain itu jurnal
nasional sangat terbatas yang dapat mengakomodir penelitian sains antariksa serta
minimnya minat peneliti memanfaatkan jurnal terbitan lembaga lain. Peneliti untuk
naik jenjang fungsional masih fokus pada jumlah nilai angka kredit walaupun tidak ada
publikasi nasional terakreditasi dalam hal ini jurnal nasional terakreditasi terutama
pada unsur utama penilaian. Sehingga cascading dari IKU Pusat yang didistribusikan ke
peneliti tidak terlaksana. Upaya Pussainsa dalam usaha memenuhi target Renstra 2015-
2019 yaitu meningkatkan dan mengintensifikan komunikasi ilmiah melalui kolokium
dan FGD, training penulisan karya tulis ilmiah, dan memotivasi peneliti
mempublikasikan tulisan di jurnal nasional terakreditasi lainnya serta dukungan
pendanaan publikasi. Dengan aturan baru untuk fungsional peneliti maka untuk naik
jenjang peneliti memerlukan hasil karya minimal yang didalamnya mensyaratkan
kontributor publikasi ilmiah nasional terakreditasi menjadi pemicu untuk keberhasilan
IKU 2 di Renstra selanjutnya. Selain itu setelah Pussainsa ditetapkan sebagai pusat
33
unggulan Iptek oleh Kemenristekdikti tanggal 2 Desember 2019 mendorong semua
peneliti untuk lebih produktif menulis publikasi di jurnal nasional dengan target
minimum sekitar 20 publikasi.
INDIKATOR KINERJA UTAMA 3:
Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang sains antariksa
IKU 3 bertujuan untuk menghitung jumlah makalah yang diterbitkan pada publikasi
ilmiah internasional terindeks (yang terdaftar dalam database publikasi internasional).
Pada tahun 2019 Pussainsa menargetkan 8 makalah internasional dan akhir tahun
terealisasi sebanyak 25 makalah internasional di bidang sains antariksa. Adapun rincian
publikasi internasional yang terindeks, sebagai berikut:
Tabel 3-6: Capaian Indikator Kinerja Utama 3
No Judul Penulis Media Publikasi
1
A Circularly Polarized
Circularly-Slotted Patch
Antenna with Two
Asymmetrical Rectangular
Truncations for
Nanosatellite Antenna
Peberlin P. Sitompul, Josaphat
T. Sri Sumantyo,Farohaji
Kurniawan, Cahya Edi Santosa,
Timbul Manik, Katsumi Hattori,
Steven Gao, dan Jann-Yenq Liu
Progress In
Electromagnetics
Research C, Vol. 90,
225–236, 2019.
2
The updated statistics of
binary star clusters in the
Large Magellanic Cloud
Rhorom Priyatikanto,
Mochamad Ikbal Arifyanto,
Hesti R.T.Wulandari dan Suryadi
Siregar
The 6th International
Conference on
Mathematics and
Natural Sciences Journal
of Physics: Conf. Series
1127 (2019) 012053IOP
Publishing
doi:10.1088/1742
6596/1127/1/012053.
3
Axial Ratio and Gain
Enhancement of a Circular-
Ring Slot Antenna Using a
Pair of Asymmetrical
Rectangular Slots and a
Parasitic Patch for a Radio
Beacon on a Nanosatellite
Peberlin Parulian Sitompul,
Josaphat Tetuko Sri Sumantyo,
Farohaji Kurniawan,and
Mohammad Nasucha.
Aerospace 2019, 6, 39;
doi:10.3390/aerospace6
040039
www.mdpi.com/journal/
aerospace.
4 Solar coronal holes and
their geo effectiveness
Santi Sulistiani dan Dhani
Herdiwijaya
2019 J. Phys.: Conf. Ser.
1127 012052.
5 The Particle-In-Cell
simulation on LEO
spacecraft charging and the
Nizam Ahmad, Hideyuki Usui,
Yohei Miyake
2019 Japan Society for
Simulation Technology J.
ADV. SIMULAT. SCI. ENG.
34
wake structure using EMSES Vol. 6, No. 1, 21-31.
6 Resolution Enhanced of
GRBR Observation-Based
Ionospheric Tomography in
Indonesia.
Timbul Manik, Adi Purwono,
Musthofa Lathif, Mario
Batubara, Mamoru Yamamoto
PROC. INTERNAT. CONF.
SCI. ENGIN. Volume 2,
2019. Pages 259-295
7 Construction of a meteor
orbit calculation system for
comprehensive meteor
observation at Kochi
University of Technology.
Satoshi Mizumoto, Masa-yuki
Yamamoto, Mario Batubara.
Planetary and Space
Science 173 (2019) 35–41.
8 Ionospheric earthquake
signatures on GPS TEC.
B Muslim, Asnawi, H
Haralambous and C Oikonomu.
Journal of Physics:
Conference Series 2019
J. Phys.: Conf. Ser. 1170
012070.
9 Analysis of Total Electron
Content (TEC) Near Real
Time Using Dual Frequency
GPS Data (Study Case:
Surabaya)
Mokhamad Nur Cahyadi, Almas
Nandityo Rahadyan, and Buldan
Muslim.
E3S Web of Conferences
94, 05005 (2019)
https://doi.org/10.1051/
e3sconf/20199405005.
10 Earthquake Monitoring
Using Variometric GPS Data
Processing.
Mokhamad Nur Cahyadi, Ririn
Wuri Rahayu, Buldan Muslim.
E3S Web of Conferences
94, 04007 (2019)
https://doi.org/10.1051/
e3sconf/20199404007.
11 Atmospheric drag effect on
LAPAN A1 orbit during
geomagnetic storm 2017.
Nindhita Pratiwi, Robiatul
Muztaba, Annisa Novia Indra
Putri and Rhorom Priyatikanto.
IOP Conf. Series: Earth
and Environmental
Science 258 (2019)
012005
doi:10.1088/1755-
1315/258/1/012005.
12 Observations of low-
latitude traveling
ionospheric disturbances by
a 630.0-nm airglow imager
and the CHAMP satellite
over Indonesia.
Aysegul Ceren Moral, Kazuo
Shiokawa, Shin Suzuki, Huixin
Liu, Yuichi Otsuka, and Clara
Yono Yatini.
Confidential manuscript
submitted to JGR-Space
Physics cite this article
as doi:
10.1029/2018JA025634.
13 Preliminary Report of Light
Pollution in Indonesia Based
on Sky Quality Observation.
A. G. Admiranto, R.
Priyatikanto, S. Maryam,
Ellyyani, and N. Suryana.
Journal of Physics:
Conference Series 2019
J. Phys.: Conf. Ser. 1231
012017
doi:10.1088/1742-
6596/1231/1/012017.
14 Two 0.5-m robotic
telescopes for Timau
National Observatory in
eastern Indonesia.
M T Bumbungan, R P
Priyatikanto, M D Danarianto,
M B Saputra1, F Rohmah1, M D
Murti1, F Mumtahana, M Z
Nurzaman and N D Legita.
Journal of Physics:
Conference Series 2019
J. Phys.: Conf. Ser. 1231
012008
doi:10.1088/1742-
6596/1231/1/012008.
15 The robotic telescopes
system for GRB optical
follow-up in Timau
National Observatory.
M D Danarianto and M B
Saputra.
Journal of Physics:
Conference Series 2019
J. Phys.: Conf. Ser. 1231
012007
35
doi:10.1088/1742-
6596/1231/1/012007.
16 Prediction of maximum
amplitude of solar cycle 25
using machine
learning.
T Dani and S Sulistiani. Journal of Physics:
Conference Series 2019
J. Phys.: Conf. Ser. 1231
012022
doi:10.1088/1742-
6596/1231/1/012022.
17 Radial Fourier transforms in
exoplanetary imaging and
potential uses at Timau
National Observatory.
H Albanna, D Doelman and F
Mumtahana.
Journal of Physics:
Conference Series 2019
J. Phys.: Conf. Ser. 1231
012014
doi:10.1088/1742-
6596/1231/1/012014.
18 Photospheric Vector
Magnetic Field Parameters
as A Predictor of Major
Solar Flares.
M Z Nurzaman and T Dani. Journal of Physics:
Conference Series 2019
J. Phys.: Conf. Ser. 1231
012020
doi:10.1088/1742-
6596/1231/1/012020.
19 Pattern recognition as tools
for understanding night sky
brightness variabilities.
M Rezky, R Priyatikanto, A G
Admiranto and E Soegiartini.
Journal of Physics:
Conference Series 2019
J. Phys.: Conf. Ser. 1231
012001
doi:10.1088/1742-
6596/1231/1/012001.
20 Map of Sky Brightness over
Greater Bandung and the
Prospect of Astro-Tourism.
Rhorom Priyatikanto, Agustinus
Gunawan Admiranto, Gerhana
Puannandra Putri, Elyyani, Siti
Maryam, and Nana Suryana.
Indonesian Journal of
Geography Vol.51 No.2,
August 2019 (86-93)
DOI: http://dx.doi.org/1
0.22146/ijg.43410.
21 Decrease of Total Electron
Content During the 9 March
2016 Total Solar Eclipse
Observed at Low Latitude
Station, Indonesia.
Wahyu Srigutomo, Alamta
Singarimbun, Winda Meutia, I
Gede Putu Fdjar Soerya Djadja,
Buldan Muslim, and Prayitno
Abadi.
Annales Geophysicae.
Discuss.,
http://doi.org/10.5194/
angeo-2019-11.
22 Overturning and apparent
anisotropic pressure in
Eddington-inspired Born-
Infeld theory on compact
stars.
M. D. Danarianto and A.
Sulaksono.
American Physical
Society PHYSICAL
REVIEW D 100, 064042
(2019). Received 12 April
2019; published 24
September 2019. DOI:
10.1103/PhysRevD.100.
064042.
23 Accuracy Analysis of The
Ionospheric Mitigation
Effect Using Klobuchar
Model And Ionosphere Free
LC Method
A Santoso , B Muslim and
Erlansyah
The 4th International
Conference of
Indonesian Society for
Remote Sensing, IOP
Conf. Series: Earth and
Environmental Science
280 (2019) 012024,
36
doi:10.1088/1755-
1315/280/1/012024.
24 Harmonic Analysis of
Ionospheric Total Electron
Content (TEC) Using Kalman
Filter.
Buldan Muslim, Charisma Juni
K, and Erlansyah
The 2019 Conference on
Fundamental and
Applied Science for
Advanced Technology,
Journal of Physics:
Conference Series 1373
(2019) 012015,
doi:10.1088/1742-
6596/1373/1/012015.
25 HF Skywave Polarized
MIMO Channels with
Oblique One-Hop Paths.
Umaisaroh, Gamantyo
Hendrantoro, and Varuliantor
Dear
Progress In
Electromagnetics
Research C, Vol. 94,
119–130, 2019.
Adapun capaian IKU 3 Jumlah publikasi internasional terindeks dalam periode 2015-
2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3-7: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 3
IKU-3 Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang sains antariksa (makalah)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 2 4 7 8 8
Realisasi 3 24 10 9 25
Persentase 150 600 143 113 313
Capaian IKU 3 berdasarkan tabel di atas, realisasi tahun 2019 melebihi target dan
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Peneliti mempunyai pilihan
lebih banyak jurnal/prosiding internasional terindeks untuk media publikasi. Peneliti
Pussainsa pada saat ini cenderung memilih jurnal dan prosiding internasional sebagai
media publikasi karya ilmiahnya. Hal ini disebabkan dukungan yang kuat untuk
publikasi internasional dan sudah mulai menjadi sasaran kinerja pegawai sehingga etos
kerja peneliti semakin meningkat. Pussainsa dalam usaha memenuhi target publikasi
internasional pada Renstra 2015-2019 adalah meningkatkan dan mengintensifikan
komunikasi ilmiah melalui kolokium dan FGD, training penulisan karya tulis ilmiah, dan
memotivasi peneliti mempublikasikan tulisan di jurnal internasional terindeks lainnya
dengan memberikan dana seminar dan publikasi. Dengan aturan baru untuk fungsional
peneliti ahli madya dan utama maka untuk naik jenjang peneliti memerlukan hasil karya
37
minimal yang didalamnya mensyaratkan kontributor publikasi ilmiah internasional
terindeks menjadi pemicu untuk keberhasilan IKU 3 ini.
INDIKATOR KINERJA UTAMA 4:
Jumlah HKI yang diusulkan di bidang sains antariksa
IKU 4 bertujuan untuk menghitung jumlah hasil karya dibidang IPTEK sains antariksa
yang diusulkan dan telah didaftarkan untuk mendapat granted/sertifikat dari
Kementerian Hukum dan HAM. Pada tahun 2019 Pussainsa menargetkan satu usulan
HKI di bidang sains antariksa, tetapi terealisasi 5. Hal ini disebabkan mulai dipahaminya
HKI dengan tidak ada keraguan untuk mengusulkan HKI oleh peneliti dan perekayasa.
Tabel 3-8: Judul HKI dan Inventornya
No Judul Inventor
1 Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi
Menggunakan Tiga Penerima GNSS
Variometer (P00201905053)
Buldan Muslim
2 Sistem Peringatan Dini Tsunami
Menggunakan Multi GNSS Real Time
(P00201905051)
Buldan Muslim
3 Metode Perhitungan Prediksi Flare Matahari
Berdasarkan Pengamatan Bintik Matahari
(S0020190524)
Tiar Dani, Jalu Tejo Nugroho, Emmanuel
Sungging Mumpuni, Nana Suryana
4 Sistem Peringatan Dini Tsunami Reflektor
Doppler Meter GNSS (S0020190763)
Buldan Muslim, Fitri Nuraeni
5 Metode Penentuan dan Kalibrasi TEC
Ionosfer dari Data GNSS Real Time
(S0020190771)
Buldan Muslim, Visca Wellyanita
Adapun capaian IKU jumlah HKI dalam periode 2015-2019 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3-9: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 4
IKU-4 Jumlah HKI yang diusulkan dibidang sains antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 0 0 1 1 1
Realisasi 0 0 0 2 5
Persentase 0 0 0 200 500
38
Upaya Pussainsa dalam usaha memenuhi target HKI adalah mengidentifikasi hasil
litbang yang berpotensi diusulkan HKI, training pengusulan HKI, memberikan
penghargaan kepada peneliti/perekayasa yang mengusulkan dan dapat granted HKI,
dan selalu memotivasi peneliti/perekayasa untuk berinovasi serta mengusulkan hasil
penelitian/perekayasaan untuk mendapatkan HKI.
Sasaran strategis ke-2 bertujuan mengukur peningkatan pemanfaatan dan layanan
publik iptek bidang sains antariksa dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, serta berstandar internasional dan berkesinambungan. Sasaran
strategis ke-2 terdiri dari 2 (dua) IKU yang dapat menggambarkan upaya pencapaian
sasaran strategis tersebut. Indikator kinerja utama tersebut yaitu Jumlah instansi
pengguna yang memanfaatkan layanan iptek di bidang sains antariksa dan indeks
kepuasan masyarakat atas layanan iptek di bidang sains antariksa. Pada periode
pengukuran tahun 2019 capaian sasaran strategis 2 adalah 104,5% dengan penjelasan
sebagai berikut:
INDIKATOR KINERJA UTAMA 5:
Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan iptek di bidang sains antariksa
IKU 5 bertujuan untuk menghitung banyaknya pengguna yang telah mendapatkan
layanan iptek di bidang sains antariksa. Target pada tahun 2019 adalah 75 instansi dan
pada akhir tahun 2019 terealisasi sebanyak 75 instansi terdiri dari
Kementerian/Lembaga/ Perguruan Tinggi yang telah memanfaatkan layanan Pussainsa
di bidang sains antariksa. Berikut tabel yang menyajikan daftar pengguna layanan Iptek
bidang Sains Antariksa sepanjang tahun 2019. Rekapitulasi jumlah instansi pengguna
yang memanfaatkan layanan Iptek di bidang sains antariksa disajikan dalam Tabel 3-10
berikut :
Sasaran Strategis ke-2
Meningkatnya layanan data dan informasi sains antariksa yang prima
39
Tabel 3-10: Capaian Indikator Kinerja Utama 5
No Layanan Iptek Sains Antariksa Jumlah Instansi
1 Layanan Diseminasi, Sosialisai dan Bimtek -
2 Layanan Kunjungan Ilmiah dan Narasumber 75
Jumlah 75
Keberhasilan Pussainsa dalam mencapai target capaian ini dikarenakan upaya-upaya
yang dilakukan oleh semua pihak, upaya-upaya tersebut antara lain:
1. Meningkatnya minat pengguna akibat keberhasilan kegiatan diseminasi berupa
sosialisasi, bimtek dan layanan berbasis web.
2. Ketersediaan data dan informasi serta kompetensi SDM Pussainsa sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
3. Manajemen layanan termasuk prosedur dan yang jelas dan mudah dilaksanakan oleh
pengguna dan tim layanan Pussainsa, sehingga produk litbang Pussainsa semakin
dikenal oleh pengguna.
Layanan Bimtek dan Diseminasi merupakan kegiatan bimbingan dan pelayanan kepada
pelajar sekolah menegah atas ataupun mahasiswa perguruan tinggi, juga kepada
instansi-instansi pengguna baik pemerintah maupun swasta baik dalam maupun luar
negeri yang dilaksanakan di Pussainsa. Layanan Bimtek dan Diseminasi dikuti oleh 19
peserta dari berbagai instansi. Kegiatan ini bukan atas permintaan pengguna sehingga
hanya dipergunakan untuk menghitung nilai competency gap indeks seperti yang
terlihat dalam tabel 3-11 berikut:
Tabel 3-11: Bimtek dan Diseminasi Tahun 2019
No Uraian Waktu Keterangan
1 Bimtek MTFKR Jakarta, 25-27 Juni 2019 Penyelenggara LAPAN
40
Gambar 3-12. Dokumentasi Bimtek MFTKR 25-27 Juni 2019
Selain program bimbingan teknis terkait sains antariksa, Pussainsa juga memiliki
kegiatan layanan kunjungan untuk instansi pemerintah, perguruan tinggi, serta
masyarakat umum. Selain itu juga melayani permintaan narasumber untuk kegiatan
ilimiah, wawancara media cetak dan elektronik. Pada tahun 2019, jumlah layanan di
bidang sains antariksa sebanyak 75 instansi. Rekapitulasi layanan bidang sains antariksa
disajikan dalam tabel 3-12 berikut:
Tabel 3-12: Rekapitulasi Layanan Pengguna tahun 2019
No Instansi Tanggal Jenis Layanan
1. Fakultas Teknik Elektro
Universitas Muhamadiyah
Malang
Bandung, 14 Januari 2019 Kunjungan
2. Fakultas Teknik
Telekomunikasi Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya
Bandung, 16 Januari 2019 Kunjungan
3. Radio PR FM Bandung 16 Januari 2019 Narasumber
4. Himpunan Mahasiswa
Matematika Universitas Islam
Bandung
Bandung, 22 Januari 2019 Kunjungan
5. Fakultas Teknik Informatika
Universitas Bina Darma
Palembang
Bandung, 23 Januari 2019 Kunjungan
6 Fakultas Teknik Geodesi
Universitas Gajah Mada
Bandung, 31 Januari 2019 PKL
Fakultas Teknik Elektro
Universitas Gajah Mada
Bandung, 09 Oktober 2019 Kunjungan
7. Politeknik Negeri Padang Bandung, 01 Februari 2019 PKL
Bandung, 01 Agustus 2019 Kunjungan
8. Fakultas FMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia
Bandung, 01 Februari 2019 Narasumber
Bandung, 16 Mei 2019 Narasumber
Bandung, 10 Oktober 2019 Narasumber
Bandung, 25 November 2019 Narasumber
9. STMIK Sinar Nusantara Bandung 04 Februari 2019 Kunjungan
41
10. Fakultas Sains dan Teknologi
UIN SUSKA Riau
Bandung 07 Februari 2019 PKL
11. Fakultas FMIPA UNS Surakarta Bandung 14 Februari 2019 PKL
12. Pemkab Siak Bandung 15 Februari 2019 Narasumber
13. Fakultas Arsitektur Universitas
Trisakti
Bandung, 19 Februari 2019 Permintaan Data
14. ISTN Bandung 20 Februari 2019 Narasumber
15. Fakultas Teknik Elektro
Universitas Telkom
Bandung, 22 Februari 2019 PKL
16. Tim Pembina Olimpiade
Astronomi
Bandung 08 Maret 2019 Narasumber
17. STMIK Pranata Indonesia Bandung 13 Maret 2019 Kunjungan
18. Fakultas Magister Teknik
Elektro STEI ITB
Bandung 27 Maret 2019 Kunjungan
19. Direktorat Penindakan dan
Penyidikan Bea Cukai
Bandung, 01 April 2019 Narasumber
20. Gerakan Indonesia Emas Bandung, 08 April 2019 Narasumber
21. HIMA Fisika FMIPA UnHas Bandung, 13 April 2019 Narasumber
22. Dikbud – OSP Bandung, 23 April 2019 Narasumber
23. PP IPTEK Bandung, 25 April 2019 Narasumber
24. Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 30 April 2019 Kunjungan
Bandung, 01 Juni 2019 PKL
Bandung, 17 Juni 2019 PKL
Bandung, 16 Juli 2019 PKL
25. Sekolah Tinggi Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika
Bandung, 08 April 2019 Permintaan Data
26. UIN Walisongo Bandung, 07 Mei 2019 Narasumber
Bandung, 28 November 2019 Narasumber
27. Pangkalan Sarana Operasi
DJBC
Bandung, 13 Mei 2019 Narasumber
28. Pesantren Daarut Tauhid
Serua
Bandung, 18 Mei 2019 Narasumber
29. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Gunung Djati
Bandung, 01 Juni 2019 PKL
30. Fakultas FMIPA Universitas
Negeri Padang
Bandung, 12 Juni 2019 Narasumber
Bandung, 17 Juni 2019 Permintaan Data
31. Fakultas Rekayasa Industri
Universitas Telkom
Bandung, 17 Juni 2019 PKL
32. Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim
Bandung, 01 Juli 2019 PKL
33. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi Universitas Nasional
Pasim
Bandung, 01 Juli 2019 PKL
Bandung, 01 Oktober 2019 PKL
34. Fakultas FMIPA Astronomi ITB Bandung, 10 Juli 2019 PKL
Bandung, 22 Juli 2019 PKL
Bandung, 16 Desember 2019 PKL
Bandung, 12 Agustus 2019 Narasumber
35. UIN Sunan Ampel Surabaya Bandung, 10 Juli 2019 Kunjungan
42
36. RiTECH EXPO di Bali Bali, 12 Juli 2019 Narasumber
37. Fakultas FMIPA Universitas
Sriwijaya Palembang
Bandung, 15 Juli 2019 PKL
38. Politeknik Negeri Bandung Bandung, 16 Juli 2019 PKL
39. Salman ITB Bandung, 16 Juli 2019 Narasumber
40. SETI Internasional Bandung, 19 Juli 2019 Narasumber
41. Tim Anak Bertanya Bandung, 28 Juli 2019 Narasumber
42. BMKG Bandung, 01 Agustus 2019 Narasumber
43. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Bandung
Bandung, 01 Agustus 2019 PKL
Bandung, 20 Desember 2019 PKL
44. Fakultas Ekonomi Univ
Komputer Indonesia
Bandung, 05 Agustus 2019 PKL
45. TNI AD Koppasus
Perhubungan
Bandung, 07 Agustus 2019 Permintaan Data
46. Fakultas Teknik, Perencanaan,
dan Arsitektur Universitas
Wiyana Mukti Sumedang
Bandung, 15 Agustus 2019 Kunjungan
47. Indonesia Space Science
Society
Bandung, 16 Agustus 2019 Kunjungan
48. Diskominfo Pemkab Jayapura Bandung, 22 Agustus 2019 Kunjungan
49. Fakultas Teknik Elektro
Universitas Muhammadiyah
Palembang
Bandung, 30 Agustus 2019 Kunjungan
50. Fakultas FMIPA Universitas
Padjajaran
Bandung, 31 Agustus 2019 PKL
51. Fakultas FMIPA UIN Sunan
Kalijaga
Bandung, 31 Agustus 2019 Narasumber
52. Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya
Wacana
Bandung, 1 September 2019 PKL
53. TNI AL Mabes Diskomlek Bandung, 11 September 2019 Narasumber
54. Pemkab Kuningan Bandung, 11 September 2019 Narasumber
55. Fakultas Keguruan dan
Pendidikan
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Bandung, 11 September 2019 Kunjungan
56. Kementerian Pertahanan Bandung, 19 September 2019 Narasumber
57. Himpunan Astronomi Amatir
Jakarta
Bandung, 21 September 2019 Narasumber
58. Puspiptek Innovation Festival Tangerang, 03 Oktober 2019 Narasumber
59. Perum LPPNPI AirNav
Indonesia
Papua, 04 Oktober 2019 Narasumber
Tangerang, 18 November 2019 Narasumber
60. Gereja Masehi Injil di Timor
2019
NTT, 17 Oktober 2019 Narasumber
61. Bandung Champion City Bandung, 17 Oktober 2019 Narasumber
62. Majelis Klasis Amfoang Selatan Kupang, 17 Oktober 2019 Narasumber
63. Bappeda Kuningan Kuningan, 01 November 2019 Narasumber
43
64. TNI AU Yayasan Ardhya Garini Bandung, 04 November 2019 Narasumber
65. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Penerbangan
Indonesia
Bandung, 11 November 2019 Kunjungan
66. Universitas Telkom (Tim
W.A.F.I)
Bandung, 21 November 2019 Kunjungan
67. Fakultas Teknik Universitas
Mataram
Mataram, 21 November 2019 Narasumber
68. Fakultas Teknik Animasi
Universitas Bina Nusantara
Jakarta
Bandung, 22 November 2019 Narasumber
69. WIR Group (DISRUPTO 2019) Jakarta, 23 November 2019 Narasumber
70. Sistem Informasi Pengawasan
(SIP) Ristekdikti
Bandung, 25 November 2019 Narasumber
71. Universitas Multimedia
Nusantara
Bandung, 03 Desember 2019 Narasumber
72. Fakultas FMIPA Universitas
Gajah Mada
Bandung, 03 Desember 2019 Kunjungan
73. Badan Informasi Geospasial Bandung, 13 Desember 2019 Narasumber
74. Fakultas Teknik Teknologi
Kebumian ITB
Bandung, 16 Desember 2019 PKL
75. Astronomy Day Bandung, 18 Desember Narasumber
Universitas Muhamadiyah Malang
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Universitas Bina Darma Palembang
STMIK Sinar Nusantara Solo
44
Bea dan Cukai Tanjung Priok
Dinas Kominfo kabupaten Jayapura
Diskomlek TNI AL
UPI Bandung
Gambar 3-13. Dokumentasi layanan pengguna tahun 2019
Adapun capaian IKU Jumlah instansi pengguna layanan Iptek bidang sains antariksa
dalam periode 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3-13: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 5
IKU-5 Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan iptek di bidang sains
antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 20 30 45 75 75
Realisasi 45 32 58 75 75
Persentase 225 107 129 100 100
Kegiatan layanan di bidang sains antariksa meliputi layanan prediksi frekuensi
komunikasi radio triwulanan dan insidental, layanan Buletin Cuaca Antariksa,
pemanfaaatan data dan informasi sains antariksa, dan bimbingan teknis dibidang sains
antariksa. Berdasarkan tabel diatas persentase layanan 2019 sama dengan tahun
sebelumnya. Capaian layanan pengguna sudah sesuai target. Hal ini menunjukkan
45
bahwa kebutuhan pengguna akan informasi sains antariksa cukup banyak. Masyarakat
semakin memahami kebutuhan informasi terkait sains dan petugas pelayanan
cenderung sigap dalam melayani kebutuhan pengguna.
INDIKATOR KINERJA UTAMA 6:
Indeks kepuasan masyarakat atas layanan iptek di bidang sains antariksa
IKU 6 bertujuan untuk menghitung tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari
hasil pengukuran kuantitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh layanan
iptek di bidang sains antariksa, dengan target 80. Kegiatan survei dilakukan mulai awal
Januari 2019 dan dilakukan pengukurannya pertriwulanan dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan data kepuasan masyarakat penerima
pelayanan dengan 8 unsur pelayanan publik yang diukur adalah: 1) persyaratan
pelayanan, 2) prosedur pelayanan, 3) waktu pelayanan, 4) produk/hasil pelayanan, 5)
kompetensi pelaksana, 6) perilaku pelaksana, 7) maklumat pelayanan, dan 8)
penanganan-pengaduan dan saran. Proses penyebaran kuesioner kepada responden
dilakukan melalui pengisian langsung atau email setelah menerima layanan. Responden
berasal dari eksternal yaitu masyarakat atau pengguna pelayanan.
Tabel 3-14: Capaian Indikator Kinerja Utama 6
Indikator Kinerja
2019
Tahunan Triwulan
I
Triwulan
II
Triwulan
III
Triwulan
IV
Indeks kepuasan
masyarakat atas
layanan iptek di
bidang sains antariksa
83,9 82,6 91,2 91,6 87.3
Survei kepuasan masyarakat yang dilaksanakan sebagai tolok ukur dalam menilai
tingkat kualitas pelayanan publik dan untuk mengetahui kinerja pelayanan yang
dilakukan Pussainsa. Pada triwulan II nilai SKM mengalami penurunan yang
mengindikasikan adanya penurunan layanan terutama manajamen waktu layanan yang
kadang-kadang tidak sesuai jadwal, tetapi secara umum nilai SKM dari triwulan I sampai
46
triwulan 4 lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan kinerja petugas
pelayanan sangat baik dan pengguna puas dengan layanan yang diberikan.
Tabel 3-15: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama 6
IKU-6 Indeks kepuasan masyarakat atas layanan iptek di bidang sains antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 78 78,5 79 80 80
Realisasi 78,78 87,9 83,2 83,89 87,3
Persentase 101 112 105 105 109
Berdasarkan data diatas menunjukkan realisasi melebihi target yang ditetapkan.
Pengguna secara umum puas akan layanan yang diberikan Pusat Sains Antariksa.
Layanan yang diberikan sangat baik dan diterima oleh masyarakat dari 2015-2019. Hal
ini akan dipertahanankan dan terus ditingkatkan untuk pelayanan kepada masyarakat
pada periode Renstra berikutnya.
B. Capaian Lainnya
Selain mengukur pencapaian Penetapan Kinerja tahun 2019, Pusat Sains Antariksa
melakukan juga pengukuran terhadap capaian indikator-indikator yang terdapat pada
perspektif internal process dan learn and growth (tabel 3-16). Kedua perspektif
tersebut adalah faktor pengungkit yang mempengaruhi kinerja layanan Pusat Sains
Antariksa. Dengan tercapainya sasaran strategis pada perspektif internal process dan
learn and growth, maka LAPAN dapat secara maksimal memberikan hasil layanannya.
47
Tabel 3-16. Capaian Lainnya di Pusat Sains Antariksa tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja utama Target Realisasi Capaian
Internal Process Perspektive
Meningkatnya
kapasitas IPTEK di
bidang Sains
Antariksa
IKU 7. Jumlah kerjasama
litbang di bidang Sains
Antariksa
4
kerjasama
6
kerjasama
150%
IKU 8. Jumlah pusat
unggulan di bidang Sains
Antariksa
1
ditetapkan
PUI
1
ditetapkan
PUI
100%
Tersedianya DSS di
bidang Sains
Antariksa untuk
mitigasi bencana
dan perubahan
iklim
IKU 9. Jumlah DSS lintas
sektoral di bidang Sains
Antariksa
1 DSS 1 DSS 100%
Tersedianya
pedoman dan
standar
pengolahan data
serta pengelolaan
data dan informasi
Sains Antariksa
IKU 10. Jumlah pedoman
dan standar pengolahan
data Sains Antariksa
7
pedoman
7
pedoman
100%
IKU 11. Jumlah pedoman
dan standar pengelolaan
data dan informasi Sains
Antariksa
2
pedoman
2
pedoman
100%
Terlaksananya
diseminasi hasil
litbang di bidang
Sains Antariksa
yang efektif
IKU 12. Competency gap
indeks peserta
bimbingan teknis di
bidang Sains Antariksa
30 20 150%
Learn and Growth Perspektive
Meningkatnya
kapasitas SDM
aparatur lingkup
Pusat Sains
Antariksa
IKU 13. Jumlah pegawai
yang mengikuti pelatihan
dan atau lulus pelatihan
per tahun
15
pegawai
39
pegawai
260%
Terkelolanya DIPA
Pusat Sains
Antariksa secara
optimal
IKU 14. Persentase
penyerapan DIPA Pusat
Sains Antariksa
95% 89,62% 94%
48
INDIKATOR KINERJA 7:
Jumlah kerjasama litbang di bidang Sains Antariksa
Indikator kinerja ini mengukur seberapa banyak kerjasama yang dilakukan Pusat Sains
Antariksa dan efektif dalam peningkatan kualitas SDM dan fasilitas litbang sains
antariksa. Melalui kerjasama diharapkan percepatan terhadap peningkatan kapasitas
Iptek dapat segera terwujud. Pada tahun 2019 telah dilakukan pembahasan kerjasama
dengan instansi dalam dan luar negeri, dan telah ditandatangi sebanyak enam
perjanjian kerjasama. Target yang ditetapkan tahun ini telah tercapai dan realisasinya
melebihi yang ditetapkan.
Tabel 3-17: Rekapitulasi kerjasama untuk peningkatan SDM dan fasilitas
No Instansi Perihal Kerjasama
1 Electronic Navigation Research
Institute (ENRI) of National Institute of
Maritime, Port and Aviation
Technology of Japan on Ionosphere
and Upper Atmosphere Research,
Observation and Monitoring
Kerjasama penelitian Sains Antariksa
2 Fakultas Sains dan Teknik-Universitas
Nusa Cendana (UNDANA Kupang NTT)
Penelitian, Pengembangan, dan
Pemanfaatan Sains Antariksa di
Wilayah Indonesia Bagian Tengah
3 Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
Pendidikan, Penelitian Pengabdian
Kepada Masyarakat, dan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia dalam Bidang Sains dan
Teknologi Penerbangan dan Antariksa
4 Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam-Universitas Riau
(UNRI)
Penelitian, Pengembangan dan
Pemanfaatan Kedirgantaraan di
Wilayah Riau dan Sekitarnya
5 Fakultas Sains dan Teknologi-
Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau (UIN Suska Riau)
Penelitian, Pengembangan, dan
Pemanfaatan Sains Antariksa
6 PPPKS BIG Riset Cuaca Antariksa untuk
Mendukung Layanan Percepatan
Pemetaan Skala Besar dan Navigasi
Teliti
Sasaran Strategis ke-3.
Meningkatnya kapasitas IPTEK di bidang Sains Antariksa
49
Kerjasama diatas dilandasi dengan Memorandum of Understanding (MoU) yang
ditandatangai kedua belah pihak.
Gambar 3-14. Dokumentasi penandatangan PKS tahun 2019
Adapun capaian IKU jumlah kerjasama litbang di bidang sains antariksa dalam periode
2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
50
Tabel 3-18: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 7
IKU-7 Jumlah kerjasama litbang di bidang Sains Antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 2 2 3 3 4
Realisasi 2 4 3 0 6
Persentase 100 200 100 0 150
Pencapaian realisasi tahun ini melebihi target. Hal ini disebabkan proses pembahasan
substansi kerjasama memerlukan pembahasan yang cukup panjang untuk mencapai
kesepakatan sudah dimulai dari tahun sebelumnya. Pembahasan kerjasama akan
dilanjutkan pada tahun berikutnya sampai sepakat untuk beberapa draf perjanjian
kerjasama yang sudah disusun. Hal ini juga perlu pemetaan dan pembahasan yang
intensif untuk mencapai target kerjasama tahun berikutnya. Pussainsa akan melakukan
komunikasi intensif dalam pembahasan kerjasama dengan mitra dan memerlukan
dukungan dari Biro KSHU yang lebih kuat untuk mencapai target berikutnya. Semua
naskah kerjasama yang telah disepakti akan diimplentasikan dalam kerangka kerja
bersama dengan mitra tersebut dan secara periodik akan di monev oleh Biro KSHU.
INDIKATOR KINERJA 8:
Jumlah pusat unggulan di bidang Sains Antariksa
Indikator Kinerja ini mengukur jumlah satuan kerja setingkat Eselon II di lingkungan
LAPAN yang ditetapkan menjadi pusat unggulan oleh Kemenristekdikti. Tujuan
pembentukan PUI adalah untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan,
sumber daya dan jaringan iptek dari lembaga litbang dalam bidang prioritas spesifik
agar terjadi peningkatan relevansi dan produktivitas serta pendayagunaan iptek dalam
sektor produksi untuk menumbuhkan perekonomian nasional yang pada gilirannya
dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada tanggal 2 Desember 2019 Pusat Unggulan Iptek Layanan Informasi dan Prediksi
Cuaca Antariksa ditetapkan oleh Kemenristekdikti. PUI mengembangkan 3 (tiga)
kapasitas kelembagaan yang mencakup kapasitas lembaga mengakses informasi
(sourcing capacity), kapasitas riset (research and development capacity), dan kapasitas
diseminasi (disseminating capacity).
51
Gambar 3-15. Dokumentasi penetapan PUI Layanan Informasi dan Prediksi Cuaca
Antariksa tanggal 2 Desember 2019 di Jakarta oleh Menristek/Kepala BRIN
Adapun histori capaian pusat unggulan di bidang Sains Antariksa dalam periode 2015-
2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3-19: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 8
IKU-8 Jumlah pusat unggulan di bidang Sains Antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 0 0 0 0 0
Realisasi 0 0 0 1 1
Persentase 0 0 0 100 100
Dibandingkan dengan pencapaian sebelumnya, realisasi tahun 2018 masuk PUI
pembinaan. Selama satu tahun di masa pembinaan Pussainsa berusaha secara
maksimal untuk mencapai target ditetapkan menjadi PUI dan usaha keras tersebut
berhasil di capai dengan ditetapkan menjadi PUI tanggal 2 Desember 2019.
Untuk terwujudnya layanan prima di bidang sains antariksa bagi masyarakat, maka
aspek layanan kepada masyarakat menjadi hal utama yang harus menjadi landasan bagi
kegiatan litbangyasa di Pusat Sains Antariksa. Melalui sasaran strategis ini Pussainsa
ingin berkontribusi nyata menyediakan sistem teknologi informasi berbasis model sains
Sasaran Strategis ke-4.
Tersedianya DSS di bidang Sains Antariksa untuk mitigasi bencana dan perubahan
iklim
52
antariksa untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang terdampak bencana
dan berkontribusi dalam memberikan informasi terhadap perubahan iklim.
Pencapaian sasaran strategis ke-4 diukur melalui satu indikator kinerja yang dapat
menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu jumlah Decision Support
System (DSS) lintas sektoral di bidang Sains Antariksa.
INDIKATOR KINERJA 9:
Jumlah DSS lintas sektoral di bidang Sains Antariksa
DSS atau sistem pengambil keputusan adalah suatu sistem interaktif berbasis komputer,
yang berasal dari pemrosesan data dan informasi model sehingga menghasilkan
berbagai jawaban untuk membantu dalam mengambil keputusan. Indikator kinerja ini
mengukur ketersediaan sistem pendukung keputusan yang dihasilkan Pusat Sains
Antariksa dan telah operasional. Berikut adalah tabel DSS yang dihasilkan oleh Pusat
Sains Antariksa.
Tabel 3-20: DSS Cuaca Antariksa yang sudah operasional di Pussainsa
No Uraian Deskripsi
1 DSS Cuaca Antariksa Sebuah sistem untuk mendukung pengambil
keputusan terkait dampak cuaca anatariksa
Adapun perkembangan capaian IKU Jumlah DSS lintas sektoral di bidang Sains Antariksa
tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3-21: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 9
IKU-9 Jumlah DSS lintas sektoral di bidang Sains Antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 1 1 1 1 1
Realisasi 1 1 1 1 1
Persentase 100 100 100 100 100
DSS Pussainsa telah menunjukan pemanfaatan yang lebih luas dari 2015-2019 terutama
dalam hal kontribusi data dan informasi cuaca antariksa. Hal ini menunjukan bahwa
hasil litbang Pussainsa telah berkontribusi untuk mendukung kondisi cuaca antariksa
53
terutama untuk sektor telekomunikasi radio dan penerbangan. Setiap tahun ada
peningkatan modul/model yang diimplementasikan dalam sistem Cuaca Anariksa
berdasarkan hasil litbang yang sudah dilaksanakan. Peningkatan tersebut menunjukkan
tingkat akurasi atau kepecayaan akan output/keluaran informasi dan prediksi cuaca
antariksa semakin akurat. Selain itu juga peningkatan tersebut karena mengadopsi
kebutuhan pengguna akan informasi yang dibutuhkan seperti kebutuhan khusus
prediksi frekuensi radio.
Melalui sasaran strategis ini Pussainsa ingin menyusun pedoman dan standar
pengolahan data untuk menghasilkan informasi yang dapat diberikan ke masyarakat.
Untuk mendukung proses dan percepatan pengolahahan data memerlukan sistem
pengelolaan yang standar terhadap data dan informasi yang akan diberikan ke
masyarakat. Pencapaian sasaran strategis ke-5 diukur melalui dua indikator kinerja
yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu:
1. jumlah pedoman dan standar pengolahan data Sains Antariksa; dan
2. jumlah pedoman dan standar pengelolaan data dan informasi Sains Antariksa.
INDIKATOR KINERJA 10:
Jumlah pedoman dan standar pengolahan data Sains Antariksa
Pedoman dan standar pengolahan data Sains Antariksa yang telah disusun pada tahun
2019 dapat dilihat pada tebel berikut ini:
Tabel 3-22: Pedoman dan standar pengolahan data Sains Antariksa
No Uraian Prosedur
1 Pedoman dan standar koreksi data geomagnet untuk data R dan RS
Sasaran Strategis ke-5.
Tersedianya pedoman dan standar pengolahan data serta pengelolaan data dan
informasi Sains Antariksa
54
2 Pedoman dan standar pengolahan data Geomagnet untuk indeks K
3 Pedoman dan standar pengoperasian teleskop ekuatorial
4 Pedoman dan standar penyampaian informasi aktivitas matahari
5 Pedoman dan standar pengoperasian peralatan pengamatan matahari
6 Pedoman dan standar proses griding data citra matahari
7 Pedoman dan standar scaling Ionogram
Penyusunan pedoman dan standar tersebut dimaksudkan untuk mendukung proses
penelitian dan pengembangan serta pelayanan informasi cuaca antariksa. Pedoman ini
kedepannya akan diusulkan menjadi standar LAPAN atau SNI untuk informasi terkait
cuaca antariksa. Perkembangan capaian inditator ini tahun 2015 - 2019 disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3-23: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 10
IKU-10 Jumlah pedoman dan standar pengolahan data Antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 3 4 5 6 7
Realisasi 1 4 5 6 7
Persentase 33 100 100 100 100
Pencapaian indikator kinerja jumlah pedoman dan standar pengolahan data selama
periode Renstra tercapai kecuali tahun pertama tidak tercapai. Target indikator kinerja
tahun ini meningkat dibanding tahun sebelumnya dan tercapai.
INDIKATOR KINERJA 11:
Jumlah pedoman dan standar pengelolaan data dan informasi Sains Antariksa
Pedoman dan standar pengelolaan data dan informasi Sains Antariksa yang telah
disusun pada tahun 2019 dapat dilihat pada tebel berikut ini:
Tabel 3-24: Pedoman dan standar pengelolaan data dan informasi Sains Antariksa
No Uraian
1 Standarisasi Pengelolaan Data Sains Antariksa
2 Standar Pengelolaan Data dan Informasi Cuaca Antariksa Berbasis Web dan
Ponsel Pintar (Android)
Penyusunan pedoman dan standar tersebut dimaksudkan untuk mendukung proses
penelitian dan pengembangan serta pelayanan informasi cuaca antariksa. Pedoman ini
55
menjadi standar Pusat Sains Antariksa untuk informasi terkait cuaca antariksa. Target
indikator kinerja tahun ini sama dibanding tahun sebelumnya dan tercapai.
Perkembangan capaian indikator ini tahun 2015 - 2019 disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3-25: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 11
IKU-11 Jumlah pedoman dan standar pengolahan pengelolaan data dan informasi
sains Antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 1 1 1 2 2
Realisasi 1 1 1 2 2
Persentase 100 100 100 100 100
Pencapaian indikator kinerja jumlah pedoman dan standar pengelolaan data dan
informasi Sains Antariksa selama periode Renstra tercapai sesuai target. Tahun 2015-
2017 fokus ke standar pengelolaan data sains antariksa dan mulai tahun 2018 ditambah
standar informasi dan prediksi cuaca antariksa.
Melalui sasaran strategis ini Pussainsa ingin mengetahui seberapa besar pengetahuan
yang dapat diterima oleh peserta bimbingan teknis terkait Sains Antariksa. Pencapaian
sasaran strategis ke-6 diukur melalui satu indikator kinerja yang dapat menggambarkan
pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu competency gap indeks peserta bimbingan
teknis di bidang Sains Antariksa terutama telekomunikasi. Salah satu sistem
telekomunikasi yaitu dengan menggunakan radio HF yang dapat dipantulkan oleh
lapisan ionosfer. Ionosfer sendiri adalah daerah ruang angkasa pada ketinggian 80 km
sampai dengan 1000 km di atas permukaan bumi yang memiliki sifat ionisasi sehingga
dapat memantulkan gelombang radio. Komunikasi radio HF memiliki beberapa
kelebihan antara lain (1) dapat mencapai jarak yang cukup jauh, karena dipantulkan
ionosfer yang selalu disediakan oleh alam; (2) relatif murah, karena tidak memerlukan
penerus sinyal/repeater, juga tidak harus membayar pulsa seperti halnya pada
Sasaran Strategis ke-6.
Terlaksananya diseminasi hasil litbang di bidang Sains Antariksa yang efektif
56
komunikasi seluler; (3) independen, dalam arti dengan peralatan mendasar (radio
transceiver, antena, power supply).
INDIKATOR KINERJA 12:
Competency gap indeks (CGI) peserta bimbingan teknis di bidang Sains Antariksa
Berikut ini nilai competency gab indeks peserta bimtek yang di selenggarakan Pusat
Sains Antariksa tahun 2019 sesuai kebutuhan pengguna.
Tabel 3-26: Nilai competency gab indeks peserta bimtek
No Nama Bimtek CGI Pre
Test
CGI
Post Test
Keterangan
1 Bimbingan Teknis MFTKR
Hari 1 58 10 Bimtek tanggal 25-
27 Juni 2019 di
LAPAN Pekayon
Jakarta Timur
dengan jumlah
peserta 19 orang
Hari 2 59 30
Rata-rata 58,5 20
Perkembangan capaian indikator ini tahun 2015 - 2019 disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3-27: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 12
IKU-12 Competency gap indeks (CGI) peserta bimbingan teknis di bidang Sains
Antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 60 50 45 40 30
Realisasi 32 58 23 20,1 20
Persentase 188 86 196 200 150
Dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya presentase pencapaian indikator
kinerja ini mengalami penurunan, tetapi secara nilai rata-rata sedikit meningkat dari
tahun sebelumnya. Competency gap indeks peserta bimbingan teknis semakin kecil
mengambarkan peserta bimtek semakin mampu memahami dan menyerap
pengetahuan yang diberikan dibanding sebelum bimtek. Selama periode Renstra
indikator kinerja ini tercapai kecuali tahun 2016 realisasi dibawah target.
57
Melalui sasaran strategis ini Pussainsa ingin mengetahui seberapa besar pegawai yang
mengikuti dan atau lulus pelatihan terkait pengetahuan sains antariksa ataupun
administrasi. Pencapaian sasaran strategis ke-6 diukur melalui satu Indikator Kinerja
jumlah pegawai yang mengikuti pelatihan dan atau lulus pelatihan per tahun.
INDIKATOR KINERJA 13:
Jumlah pegawai yang mengikuti pelatihan dan atau lulus pelatihan per tahun
Berikut adalah tabel pegawai yang mengikuti pelatihan tahun 2019.
Tabel 3-28: Jumlah pegawai yang mengikuti dan lulus pelatihan 2019
No Nama Pegawai Jenis Pelatihan Keterangan
1 Vita Erika Pratiwi, S.E. Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; Bimtek Penulisan
Laporan, KAK dan Makalah Perencana
Lulus
2 Volvariella Volvacea, S.Si. Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; BackEnd Programming
Training; BELS+ GNSS Training;
Pelatihan Pembentukan Jabatan
Fungsional Peneliti
Lulus
3 Ayu Dyah Pangestu, S.Si. Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; BackEnd Programming
Training; Pelatihan Pembentukan
Jabatan Fungsional Peneliti
Lulus
4 Agri Faturahman, S.Si. Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; BackEnd Programming
Training; BELS+ GNSS Training;
Pelatihan Pembentukan Jabatan
Fungsional Peneliti
Lulus
5 Dina Dhaningrum, S.E. Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III
Lulus
Sasaran Strategis ke-7.
Meningkatnya kapasitas SDM aparatur lingkup Pusat Sains Antariksa
58
6 Eri Anggraeni, S.AP. Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III
Lulus
7 Idham Dwiawan, S.E. Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Bimtek dan Sosialisasi
Aplikasi Perjanjian Kinerja dan
Rencana Aksi Pegawai serat Layanan
Kepegawaian Melalui Sistem Tracking;
Pelatihan Dasar CPNS Golongan III
Lulus
8 Muhammad Faizal Eko
Saputro, S.Kom.
Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; BackEnd Programming
Training; BELS+ GNSS Training
Lulus
9 Elvina Ayu Ratnasari, S.Si. Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; BELS+ GNSS Training
Lulus
10 Faruk Afero, S.Si. Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; BackEnd Programming
Training; BELS+ GNSS Training;
Pelatihan Pembentukan Jabatan
Fungsional Peneliti
Lulus
11 Andi Pangerang
Hassanuddin, S.T.
Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; GNSS Summer School
2019 in Tokyo; BELS+ GNSS Training;
Pelatihan Pembentukan Jabatan
Fungsional Peneliti
Lulus
12 Siti Kurniawati Fatimah,
S.Kom.
Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; BackEnd Programming
Training
Lulus
13 Aullya Shabillina
Nappauline BG., S.Hum.
Diklat Orientasi Parameter Dirgantara
di Bogor; Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III; BackEnd Programming
Training; Bimtek Penyusunan DUPAK
Pustakawan
Lulus
14 Ari Nuryadi, S.AP. Bimtek SKP Arsiparis Lulus
15 Asep Sunarya, S.AP. Bimtek SKP Arsiparis Lulus
16 Saptari Rachman, S.AP. Bimtek SKP Arsiparis Lulus
17 Yadi Haryadi, S.AP. Bimtek SKP Arsiparis Lulus
18 Sucipto, S.AB. Bimtek Hukuman Disiplin; Bimtek
Penyusunan Proposal KTI Pranata
Humas; Pelatihan Penulisan Media
Internal LAPAN dan Reportase Liputan
Kegiatan Keantariksaan
Lulus
19 Yenny Hartini Bimtek Hukuman Disiplin Lulus
20 Annis Siradj Mardiani, S.T. BackEnd Programming Training;
BELS+ GNSS Training
Lulus
21 Drs. Gatot Wikantho BackEnd Programming Training Lulus
22 Santi Sulistiani, M.Si. BackEnd Programming Training Lulus
59
23 Christine Widianingrum,
S.Pd.
Sosialisasi dan Bimtek PPID 2019;
Bimtek Penyusunan Proposal KTI
Pranata Humas; Pelatihan Penulisan
Media Internal LAPAN dan Reportase
Liputan Kegiatan Keantariksaan;
BELS+ GNSS Training
Lulus
24 Adi Purwono, M.T. BELS+ GNSS Training Lulus
25 Anton Winarko, S.Si. BELS+ GNSS Training Lulus
26 Asnawi, M.Sc. BELS+ GNSS Training Lulus
27 Dessi Marlia, S.T., M.Eng. BELS+ GNSS Training Lulus
28 Dyah Rahayu
Martiningrum, M.Si.
BELS+ GNSS Training Lulus
29 Haries Fathoni BELS+ GNSS Training Lulus
30 Drs. Jiyo, M.Si. BELS+ GNSS Training Lulus
31 Dr. Nizam Ahmad BELS+ GNSS Training Lulus
32 Dr. Prayitno Abadi BELS+ GNSS Training Lulus
33 Sefria Anggarani, S.Si. BELS+ GNSS Training Lulus
34 Siti Mutiara Fitry, S.Sos. BELS+ GNSS Training Lulus
35 Slamet Supriadi, M.Sc. BELS+ GNSS Training Lulus
36 Syahril BELS+ GNSS Training Lulus
37 Tiar Dani, M.Si. BELS+ GNSS Training Lulus
38 Varuliantor Dear, M.T. BELS+ GNSS Training Lulus
39 Dr. Emanuel Sungging
Mumpuni
Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat III
Lulus
Perkembangan capaian indikator ini tahun 2015 - 2019 disajikan dalam table berikut ini:
Tabel 3-29: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 13
IKU-13 Jumlah pegawai yang mengikuti pelatihan
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target - - 15 15 15
Realisasi 7 7 20 14 39
Persentase 100 100 133 93 260
Dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya pencapaian indikator kinerja ini
mengalami peningkatan cukup banyak, target tahun ini meningkat sementara jumlah
pelatihan baik teknis maupun administrasi cukup banyak sehingga tahun ini targetnya
terpenuhi. Tahun 2019 jumlah pegawai yang mengikuti diklat dan bimtek semakin
meningkat baik dari pembiayaan Biro SDM ORKUM maupun dari Pussainsa. Selama
periode Renstra target indikator kinerja tercapai kecuali 2018 tidak tercapai karena
keterbatasan jumlah kegiatan bimtek yang dapat diikuti pegawai Pussainsa.
60
Melalui sasaran strategis ini Pussainsa ingin mengetahui seberapa besar persentase
penyerapan anggaran dan efektifitas penggunaan anggaran untuk pencapaian target.
Pencapaian sasaran strategis ke-8 diukur melalui satu indikator kinerja persentase
penyerapan DIPA Pusat Sains Antariksa.
INDIKATOR KINERJA 14:
Persentase penyerapan DIPA Pusat Sains Antariksa
Persentase penyerapan anggaran Pussainsa 2019 tertinggi yaitu anggaran belanja
pegawai, kemudian belanja barang dan terendah belanja modal. Total penyerapan
anggaran 2019 yaitu 89,62 persen.
Perkembangan capaian indikator ini tahun 2015 - 2019 disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3-30: Perbandingan Capaian Indikator Kinerja 14
IKU-14 Persentase penyerapan DIPA Pusat Sains Antariksa
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 95 95 95 95 95
Realisasi 88,72 93,9 75,36 93,75 89,62
Persentase 93 99 79 99 94
Dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya pencapaian indikator kinerja ini
mengalami sedikit peningkatan, walaupun target tahun ini belum terpenuhi akibat
penyerapan anggaran belanja modal tidak maksimal yaitu biaya pembuatan teleskop
3,8 meter di Jepang, pembanguan gedung untuk rumah teleskop 3,8 meter,
pembangunan gedung laboratorium mekanik dan laboratorium pengamatan antariksa
tidak terserap karena proses konstruksi belum mencapai 100 persen, sedang gedung
penunjang sarana dan prasarana observatorium nasional di Timau sudah selesai sesuai
target. Selama periode Renstra penyerapan anggaran Pussainsa dibawah target. Hal ini
Sasaran Strategis ke-8.
Terkelolanya DIPA Pusat Sains Antariksa secara optimal
61
disebabkan proses pembangunan fisik observatorium nasional di Kupang antara
rencana dan realisasi tidak sama. Pembangunan fisik sering terkendala pada proses
pelelangan dan kesepakatan kontrak yang memakan waktu lama. Selain itu lokasi
pembangunan yang jauh yang berada di pegunungan dengan akses yang kurang
memadai menjadi penghambat proses pembangunan fisik terutama medan jalan yang
licin, menanjak dan sulit dilalui kendaraan pengangkut material bangunan terutama
pada saat musim hujan. Koordinasi dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat
terus dilakukan untuk mendukung proses perbaikan jalan menuju kawasan
pembangunan observatorium nasional. Koordinasi juga dalam rangka mensinkronkan
pelaksanaan pembangunan fisik di daerah dengan jadwal pembangunan OBNAS di
Kupang.
C. Akuntabiltas Keuangan
1. Realisasi Anggaran
Anggaran kegiatan Pusat Sains Antariksa untuk tahun 2019 adalah sebesar Rp.
158.898.661.000,- (seratus lima puluh delapan milyar delapan ratus sembilan puluh
delapan juta enam ratus enam puluh satu ribu rupiah). Dari anggaran sejumlah itu
direalisasikan sebesar Rp. 142.398.541.400,- atau 89,62%. Anggaran untuk belanja
pegawai (51) terserap 99,68%, anggaran untuk belanja barang (52) terealisasikan
sebesar 97,89%, dan penyerapan terkecil untuk anggaran belanja modal (53) sebesar
88,11%.
Adapun realisasi anggaran Pussainsa berdasarkan sasaran strategis dan indikator kinerja
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3-31: Realisasi anggaran berdasarkan sasaran strategis (dalam rupiah)
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Pagu Realisasi
1 Meningkatnya
penguasaan dan
kemandirian Iptek
di bidang sains
antariksa yang
maju
Jumlah prototipe bidang
sains antariksa yang
dihasilkan atau model
pemanfaatan Iptek di
bidang sains antariksa
yang operasional untuk
mitigasi bencana antariksa
5.394.122.000
5.339.230.149
Jumlah publikasi nasional
terakreditasi di bidang
sains antariksa
62
Jumlah publikasi
internasional yang
terindeks di bidang sains
antariksa
Jumlah HKI yang diusulkan
di bidang sains antariksa
2 Meningkatnya
layanan data dan
informasi sains
antariksa yang
prima
Jumlah instansi pengguna
yang memanfaatkan
layanan iptek di bidang
sains antariksa
Indeks kepuasan
masyarakat atas layanan
iptek di bidang sains
antariksa
3 Meningkatnya
kapasitas IPTEK di
bidang sains
antariksa
Jumlah kerjasama litbang
di bidang sains antariksa
Jumlah pusat unggulan di
bidang sains antariksa
4 Tersedianya DSS di
bidang sains
antariksa untuk
mitigasi bencana
dan perubahan
iklim
Jumlah DSS lintas sektoral
di bidang sains antariksa
5 Tersedianya
pedoman dan
standar
pengolahan data
serta pengelolaan
data dan informasi
sains antariksa
Jumlah pedoman dan
standar pengolahan data
sains antariksa
Jumlah pedoman dan
standar pengelolaan data
dan informasi sains
antariksa
6 Terlaksananya
diseminasi hasil
litbang di bidang
sains antariksa
yang efektif
Competency gap indeks
peserta bimbingan teknis
di bidang Sains Antariksa
7 Meningkatnya
kapasitas SDM
aparatur lingkup
Pusat Sains
Antariksa
Jumlah pegawai yang
mengikuti pelatihan dan
atau lulus pelatihan per
tahun
8 Terkelolanya DIPA
Pusat Sains
Antariksa secara
optimal
Persentase penyerapan
DIPA Pusat Sains Antariksa
TOTAL 5.394.122.000 5.339.230149
63
2. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Efisiensi penggunaan sumberdaya di Pusat Sains Antariksa mencakup efisiensi anggaran,
efisiensi penggunaan listrik, dan air serta sumberdaya manusia. Efisiensi penggunaan
anggaran yaitu dengan mengefisienkan perjalanan dinas dengan tidak menginap di
hotel terutama perjalanan dinas ke Balai yang memiliki mess, dan perjalanan dinas ke
Kupang yang sudah menyewa rumah untuk kantor sementara dan penginapan;
melakukan rapat di kantor dan tidak melakukan rapat di hotel; belanja pemeliharaan
peralatan dan mesin dioptimalkan dan meniadakan jamuan snack dan makan untuk
rapat internal sehingga belanja operasional dan belanja bahan lebih hemat. Efisiensi
penggunaan energi yaitu dengan memperbanyak informasi penghematan melalui stiker
yang ditempakan di kamar mandi untuk air dan ruang-ruang kantor untuk listrik. Hasil
penghematan energi dilaporkan ke LAPAN Pusat melalui Biro KSHU untuk diteruskan ke
Menteri ESDM. Efisiensi terhadap sumber daya manusia yaitu dengan mengoptimalkan
SDM yang ada dan melakukan rotasi tugas di bagian administrasi sesuai kompetensi
yang dimiliki pegawai. Efisiensi anggaran dihitung dari data kinerja anggaran
Kementerian Keuangan. Besarnya efisiensi yaitu -3,48%. Nilai efisiensi diperoleh
dengan asumsi bahwa minimal yang dicapai Kementerian/Lembaga dalam rumus
efisiensi sebesar -20% dan nilai paling tinggi sebesar 20%. Sehingga perlu dilakukan
transformasi skala efisiensi agar diperoleh skala nilai yang berkisar antar 0% sampai
dengan 100% dengan perhitungan nilai efisiensi adalah 50%+((Efisiensi/20)*50). Nilai
efisiensi anggaran Pussainsa tahun 2019 adalah 50% + ((-3,48/20)*50) sama dengan
41,3%.
Gambar 3-16. Nilai efisiensi kinerja anggaran 2019 Pussainsa (SMART DJA 2019)
64
BAB IV
INISIATIF PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA
Hasil evaluasi terhadap LAKIN Pussainsa dari Inspektorat menjadi dasar Pussainsa untuk
terus berbenah menghasilkan mesin birokrasi yang mengedepankan tata kelola yang
efektif dan berkinerja dengan lebih berorientasi output dan outcome. Pada tahun 2019,
Pussainsa telah merumuskan dan melaksanakan inisiatif strategis sebagai berikut:
a. Menyusun indikator kinerja berorientasi pada output dan outcome
Pada penyusunan LAKIN kali ini, kami memperbaiki kualitas penyajian narasi
informasi dengan membandingkan capaian selama periode Renstra.
b. Penyempurnaan cascading kinerja dari level eselon II sampai individu pegawai
Pelaksanaan cascading kinerja merupakan upaya untuk mendistribusikan peran dan
tugas secara merata sampai level individu pegawai. Untuk mendukung hal tersebut,
Pussainsa mengacu pada peraturan LAPAN nomor 7 tahun 2018 tentang Pemberian
Tunjangan Kinerja sekaligus juga menetapkan sistem reward dan punishment yang
lebih terukur.
c. Melakukan reviu terhadap kegiatan dan anggaran
Pelaksanaan reviu terhadap kegiatan dan anggaran untuk menunjang keselarasan
dengan IKU yang disempurnakan. Keselarasan IKU dilakukan terhadap seluruh
dokumen perencanaan strategis LAPAN seperti Renduk dan Pussainsa seperti
Renstra, PK dan RKT. Pengujian keselarasan juga dikaitkan dengan dokumen
penganggaran.
d. Menyusun perencanaan tahunan sesuai keberhasilan kinerja tahun sebelumnya
Perencanaan telah disusun untuk menunjang keselarasan kegiatan untuk
menunjang capaian target pada dokumen Penetapan Kinerja dengan
mencantumkan keselarasan pada output/komponen pada RKAKL 2019 dengan
komposisi anggaran yang melekat sehingga target kinerja yang direncanakan
tercapai yaitu komponen litbang dan komponen pelayanan.
65
BAB V
PENUTUP
Secara umum hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Sains Antarika pada tahun
2019 memberikan hasil yang sesuai atau melebihi target kecuali realisasi jumlah
publikasi ilmiah nasional terakreditasi yang jauh dari target. Dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya pencapaian kinerja ini secara persentase tidak jauh berbeda
dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi dari segi kuantitas mengalami kemajuan, karena
setiap tahun target diperbesar. Model maupun metode yang diperoleh tahun
sebelumnya maupun saat ini sudah diaplikasikan kedalam DSS Cuaca Antariksa di tahun
2019, misalnya untuk pembinaan teknis dan untuk layanan informasi dan prakiraan
cuaca antariksa serta untuk kegiatan edukasi masyarakat tentang keantariksaan yang
menjadi kompetensi Pusat Sains Antariksa.
Anggaran yang diserap secara persentase turun dibandingkan tahun yang lalu. Turunnya
persentase penyerapan anggaran disebabkan oleh anggaran belanja modal kegiatan
pembangunan observatorium nasional di Kupang yang cukup besar tidak terserap
seratus persen terutama pada pengadaan teleskop dan rumah teleskop 3,8 meter serta
laboratorium mekanik dan laboratorium pengamatan antariksa.
Untuk selanjutnya, dalam rangka memperkuat dan memastikan pencapaian target
diperlukan inisiatif-inisiatif strategis yang perlu diterapkan dan memperkuat proses
internal di dalam unit kerja Pussainsa, antara lain dengan meningkatkan kualitas
diseminasi, memperbanyak forum ilmiah diantara para peneliti untuk knowledge sharing
di dalam dan luar negeri, mendorong publikasi nasional dan internasional, mendorong
kontribusi dari para peneliti senior, memperkuat jaringan dan basis data, serta
membangun sinergi yang proaktif lintas sektoral untuk mempertahankan status Pusat
Unggulan Iptek (PUI).
Laporan akuntabilitas kinerja ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kinerja yang telah dicapai oleh Pusat Sains Antariksa dan proses pencapaian yang
dilakukan selama satu tahun, dan merupakan transparansi dalam mewujudkan tugas
pokok dan fungsinya. Kami menyadari bahwa meskipun laporan ini belum sempurna
dalam memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas yang diharapkan oleh
66
pemerintah maupun masyarakat, kami berharap laporan ini dapat memberikan
informasi maupun gambaran yang memadai mengenai kinerja Pussainsa. Kiranya LAKIN
ini dapat memenuhi kewajiban dalam akuntabilitas dan menjadi sumber informasi yang
berguna untuk peningkatan kinerja yang akan datang.
67
LAMPIRAN
Lampiran Capaian Kinerja Pussainsa Tahun 2019
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian
IKU 1 Jumlah prototipe bidang sains antariksa
yang dihasilkan atau model pemanfaatan
Iptek di bidang sains antariksa yang
operasional untuk mitigasi bencana
antariksa.
5 Model/
Prototipe
5 Model/
Prototipe
100%
IKU 2 Jumlah publikasi nasional terakreditasi di
bidang sains antariksa.
12
Makalah
7
Makalah
58%
IKU 3 Jumlah publikasi internasional yang
terindeks di bidang sains antariksa.
8
Makalah
25
Makalah
313%
IKU 4 Jumlah HKI yang diusulkan di bidang sains
antariksa.
1 Judul 5 Judul 500%
IKU 5 Jumlah instansi pengguna yang
memanfaatkan layanan iptek di bidang
sains antariksa.
75
Instansi
75
Instansi
100%
IKU 6 Indeks kepuasan masyarakat atas layanan
iptek di bidang sains antariksa.
80 87,3 109%
IKU 7 Jumlah kerjasama litbang di bidang Sains
Antariksa
4 6 150%
IKU 8 Jumlah pusat unggulan di bidang Sains
Antariksa
1 1 100%
IKU 9 Jumlah DSS lintas sektoral di bidang Sains
Antariksa
1 1 100%
IKU 10 Jumlah pedoman dan standar pengolahan
data Sains Antariksa
7 7 100%
IKU 11 Jumlah pedoman dan standar pengelolaan
data dan informasi Sains Antariksa
2 2 100%
IKU 12 Competency gap indeks peserta bimbingan
teknis di bidang Sains Antariksa
30 20 150%
IKU 13 Jumlah pegawai yang mengikuti pelatihan
dan atau lulus pelatihan per tahun
15 39 260%
IKU 14 Persentase penyerapan DIPA Pusat Sains
Antariksa
95 89,62 94%
Lampiran Capaian Kinerja Pussainsa pada Renstra 2015-2019 No Indikator Kinerja Utama (IKU) 2015 2016 2017 2018 2019
Satuan Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1 Jumlah prototipe bidang sains
antariksa yang dihasilkan atau
model pemanfaatan Iptek di bidang
sains antariksa yang operasional
untuk mitigasi bencana antariksa.
Model /
Prototipe
4 4 4 4 5 5 5 5 5 5
2 Jumlah publikasi nasional
terakreditasi di bidang sains
antariksa.
Makalah 10 9 10 4 10 9 12 7 12 7
3 Jumlah publikasi internasional yang
terindeks di bidang sains antariksa.
Makalah
2 3 4 24 7 10 8 9 8 25
4 Jumlah HKI yang diusulkan di
bidang sains antariksa.
Judul 0 0 0 0 1 0 1 2 1 5
5 Jumlah instansi pengguna yang
memanfaatkan layanan iptek di
bidang sains antariksa.
Instansi 20 45 30 32 45 58 75 75 75 75
6 Indeks kepuasan masyarakat atas
layanan iptek di bidang sains
antariksa.
78 78,78 78,5 87,9 79 83,2 80 83,9 80 87,3
7 Jumlah kerjasama litbang di bidang
Sains Antariksa
Kerjasama
2 2 2 4 3 3 3 0 4 6
8 Jumlah pusat unggulan di bidang
Sains Antariksa
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
9 Jumlah DSS lintas sektoral di bidang
Sains Antariksa
DSS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 Jumlah pedoman dan standar
pengolahan data Sains Antariksa
Pedoman
3 1 4 4 5 8 6 6 7 7
11 Jumlah pedoman dan standar
pengelolaan data dan informasi
Sains Antariksa
Pedoman 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
12 Competency gap indeks peserta
bimbingan teknis di bidang Sains
Antariksa
60 32 50 58 45 33 40 20,1 30 20
13 Jumlah pegawai yang mengikuti
pelatihan dan atau lulus pelatihan
per tahun
Pegawai - 7 - 7 15 20 15 14 15 39
14 Persentase penyerapan DIPA Pusat
Sains Antariksa
Persen 95 88,72 95 93,9 95 75,22 95 93,75 95 89,62
top related