iii objek dan metode penelitian 3.1 objek penelitian...
Post on 10-Aug-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
24
III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah gaya kepemimpinan ketua umum dan kinerja
karyawan di KSU Tandangsari. Sedangkan subjek penelitian ini adalah para
karyawan di KSU Tandangsari.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan pendekatan
kuantitatif, pendekatan ini berusaha mengoperasionalkan konsep-konsep abstrak
menjadi dapat diukur. Metode ini menghimpun informasi dari sampel yang
diperoleh dari suatu populasi, dengan tujuan untuk melakukan generalisasi populasi
darimana sampel itu diambil.
3.2.1 Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di KSU Tandangsari Kecamatan Tanjungsari Kabupaten
Sumedang Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut :
1) Merupakan koperasi yang bergerak dalam pengembangan ternak sapi perah di
Kabupaten Sumedang.
2) KSU Tandangsari merupakan suatu koperasi serba usaha dimana karyawannya
melayani anggota dari kalangan peternak dan non peternak.
25
3.2.2 Penentuan Responden
Penentuan responden dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Penggalian data kuantitatif dalam
penelitian ini diperoleh dari beberapa responden, yaitu:
1) Ketua Umum KSU Tandangsari
2) Pengurus KSU Tandangsari
3) Karyawan KSU Tandangsari
Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
proportional random sampling. Teknik ini merupakan pengambilann sampel secara
proporsi dilakukan dengan mengambil responden dari setiap wilayah ditentukan
secara seimbang dengan banyaknya responden dalam masing-masing wilayah
(Arikunto, 2006).
Ukuran responden dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
Rumus Parel dkk. (1983), yang menyatakan bahwa metode tersebut merupakan
desain pengambilan sampel yang setiap elemen tunggal dalam peluang mempunyai
peluang diketahui dan sama untuk terpilih menjadi subjek. Rumus Parel dkk. (1983)
yang digunakan sebagai berikut:
πβ =πβ
πΓ π
Keterangan :
nh = Jumlah responden sampel pada kelompok
Nh = Jumlah populasi pada kelompok
N = Jumlah populasi seluruh kelompok
n = Jumlah responden sampel
26
Ukuran sampel yang diambil berjumlah 31 karyawan dari 54 karyawan untuk
mewakili karyawan KSU Tandangsari. Hal ini berdasarkan pada ketentuan bahwa
sampel yang besar jika jumlahnya lebih besar atau sama dengan (β₯) 30, maka akan
mendekati kurva distribusi normal (Singarimbun dan S. Efendi, 1989). Ukuran
masing-masing responden pada setiap bidang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ukuran Responden di KSU Tandangsari
No Bidang Jumlah
Pegawai
Jumlah
Responden
1 Data dan Akuntansi 1 1
2 Keuangan 1 1
3 Administrasi Umum 4 2
4 Pembelian dan Penjualan Susu 4 2
5 Produksi dan Distribusi Susu Murni 21 12
6 Makanan Ternak 5 3
7 Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan 9 5
8 Simpan Pinjam 8 4
9 Penyuluhan dan Recording 1 1
Jumlah 54 31
Berdasarkan rumus yang telah diuraikan, penentuan sampel untuk masing-
masing bidang sebagai berikut :
1) Bidang Data dan Akuntansi
π1 =1
54Γ 30 = 0,5 β 1
2) Bidang Keuangan
π2 =1
54Γ 30 = 0,5 β 1
3) Bidang Administrasi Umum
π4 =4
54Γ 30 = 2,2 β 2
4) Bidang Pembelian dan Penjualan Susu
π5 =4
54Γ 30 = 2,2 β 2
5) Bidang Produksi dan Distribusi Susu
π6 =21
54Γ 30 = 11,6 β 12
6) Bidang Makanan Ternak
π7 =5
54Γ 30 = 2,7 β 3
27
7) Bidang Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan
π8 =9
54Γ 30 = 4,9 β 5
8) Bidang Simpan Pinjam
π9 =8
54Γ 34 = 4,4 β 4
9) Bidang Penyuluhan dan Recording
π10 =1
54Γ 30 = 0,5 β 1
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tanpa melalui
perantara) dan data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Pengumpulan data pada penelitian ini akan menggunakan teknik
pengumpulan data:
1) Wawancara
Wawancara merupakan cara yang sangat penting untuk mengajukan
pertanyaan, tujuannya adalah untuk menangkap presepsi, pikiran, pendapat,
perasaan orang terhadap suatu gejala, peristiwa, fakta, atau realita. Metode
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka, yaitu
wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan diajukan mengundang jawaban
yang terbuka (Emzir, 2012). Dengan demikian wawancara jenis ini diharapkan
dapat memperoleh lebih banyak informasi yang dibutuhkan peneliti.
2) Observasi
Metode observasi adalah bagian dalam pengumpulan data, observasi berarti
mengumpulkan data langsung di lapangan. Observasi dapat diartikan sebagai
28
proses yang disengaja dan dilakukan secara sistematis terencana, terarah, pada
suatu tujuan dengan mengamati fenomena yang terjadi pada orang maupun
kelompok untuk mendapatkan informasi yang dibutukan dalam penelitian.
3.2.4 Operasional Variabel
Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya,
maupun dalam tingkatannya. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
1) Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gaya
Kepemimpinan Ketua Umum KSU Tandangsari.
2) Variabel Terikat
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan
KSU Tandangsari.
3.2.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah gaya kepemimpinan Ketua
Umum KSU Tandangsari. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi
yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai
sasaran organisasi. Menurut Danim (2012) ada tiga macam gaya kepemimpinan
yang memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu gaya
kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan
permisif. Pengukuran variabel gaya kepemimpinan dapat diukur melalui indikator
sebagai berikut :
29
1) Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan perbuatan sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus
memiliki tanggung jawab untuk orang-orang di bawah kepemimpinannya, dalam
hal ini dikategorikan berdasarkan :
a) Rendah : Pemimpin tidak melaksanakan kewajibannya sesuai peraturan
yang telah ditetapkan (skor 1).
b) Sedang : Pemimpin terkadang melaksanakan kewajibannya sesuai peraturan
yang telah ditetapkan (skor 2).
c) Tinggi : Pemimpin selalu melaksanan kewajibannya sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan (skor 3).
2) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan keyakinan terhadap integritas, kemampuan atau
karakter seseorang atau sesuatu. Kepercayaan dapat membuat seseorang menjadi
percaya diri, terbuka, jujur, bersedia mengambil risiko dan merasa lebih nyaman
dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Seorang pemimpin perlu memberikan
kepercayaan kepada karyawannya untuk setiap pekerjaan yang diberikan, dalam hal
ini dikategorikan berdasarkan :
a) Rendah : Seorang pemimpin tidak mempercayai hasil pekerjaan
bawahannya (skor 1).
b) Sedang : Seorang pemimpin mempercayai hasil pekerjaan bawahannya
(skor 2).
c) Tinggi : Seorang pemimpin mempercayai dan menghargai hasil pekerjaan
bawahannya (skor 3).
30
3) Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan, gagasan atau pikiran seorang
karyawan kepada pemimpin atau sebaliknya, secara langsung atau tidak langsung.
Dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:
a) Rendah : Komunikasi antara pemimpin dan karyawannya dilakukan kurang
dari 2 kali dalam satu bulan (skor 1).
b) Sedang : Komunikasi antara pemimpin dan karyawannya dilakukan 2
sampai dengan 3 kali dalam satu bulan (skor 2).
c) Tinggi : Komunikasi antara pemimpin dan karyawannya dilakukan lebih
dari 3 kali dalam satu bulan (skor 3).
4) Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan proses penerjemahan dari sebuah
keinginan-keinginan berbagai pihak. Pengambilan keputusan dalam menyelesaikan
masalah dilakukan oleh pemimpin setelah melalui proses diskusi dengan para
karyawan. Pengambilan keputusan dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:
a) Rendah : Pengambilan keputusan dilakukan pemimpin 1 kali dalam sebulan
(skor 1).
b) Sedang : Pengambilan keputusan dilakukan pemimpin 2 sampai 3 kali dalam
sebulan (skor 2).
c) Tinggi : Pengambilan keputusan dilakukan pemimpin lebih dari 3 kali
dalam sebulan (skor 3).
5) Empati
Empati merupakan sikap bagian kecerdasan emosi yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin untuk dapat memahami karyawannya dan dapat
31
mepertimbangkan keadaan karyawannya seputar pekerjaan. Empati dalam hal ini
dikategorikan berdasarkan:
a) Rendah : Pemimpin kurang memahami keadaan karyawannya (skor 1).
b) Sedang : Pemimpin bersedia untuk mendengarkan permasalahan yang
dialami karyawannya (skor 2).
c) Tinggi : Pemimpin bersedia untuk mendengarkan permasalahan yang
dialami karyawannya dan memberikan solusi (skor 3).
Indikator-indikator gaya kepemimpinan tersebut dirumuskan menjadi
beberapa pertanyaan dengan pemberian skor pada setiap jawaban responden. Nilai
masing-masing indikator diperoleh dari total skor jawaban responden atas
pertanyaan pada indikator tersebut. Setiap pertanyaan responden yang dinilai terdiri
dari tiga opsi skala ordinal yaitu 1, 2, dan 3 yang masing-masing menunjukan nilai
kualitatif rendah, sedang dan tinggi.
Pembagian ketiga kelas kategori dilakukan dengan menggunakan rumus kelas
interval. Untuk membuat kelas interval harus ditentukan terlebih dahulu batas atas
dan batas bawah. Batas atas adalah skor tertinggi sedangkan batas bawah adalah
skor terendah. Untuk menambah ketelitian data yang diperoleh maka skor tertinggi
ditambah 0,5 dan skor terendah dikurangi 0,5. Nilai batas atas dan batas bawah yang
diperoleh digunakan untuk menentukan rentang yaitu skor tertinggi atau batas atas
dikurangi skor terendah atau batas bawah (Sudjana, 2005). Perhitungan kategori
untuk setiap indikator dengan masing-masing 4 pertanyaan adalah sebagai berikut:
Batas Atas Kelas = (Jumlah Pertanyaan x 3) + 0,5
= (4 Γ 3) + 0,5
= 12,5
Batas Bawah Kelas = (Jumlah Pertanyaan x 1) β 0,5
32
= (4 Γ 1) β 0,5
= 3,5
Rentang = Batas Atas β Batas Bawah
= 12,5 β 3,5
= 9
0,5 = Nilai Koreksi
Panjang Interval = π πππ‘πππ
π΅πππ¦ππππ¦π πΌππ‘πππ£ππ πΎππππ
= 9
3
= 3
Kategori kelas untuk masing-masing indikator yaitu :
Apabila X :
3,5 β 6,5 : Rendah
6,6 β 9,5 : Sedang
9,6β 12,5 : Tinggi
Nilai gaya kepemimpinan (X1) diperoleh dari nilai total seluruh jawaban
responden pada semua indikator di variabel bebas. Berdasarkan variabel bebas
terdapat 20 pertanyaan. Skor total dari keseluruhan nilai variabel bebas
dikategorikan ke dalam tiga kategori berdasarkan kelas interval. Perhitungannya
sebagai berikut:
Panjang Interval = π΅ππ‘ππ π΄π‘ππ βπ΅ππ‘ππ π΅ππ€πβ
π΅πππ¦ππ πΌππ‘πππ£ππ πΎππππ
= ((20Γ3)+0,5)β((20Γ1)β0,5)
3
= 60,5β19,5
3
= 13,67 β 14
33
Kategori kelas untuk gaya kepemimpinan yaitu:
Apabila X1 :
19,5 β 33,5 : Gaya Kepemimpinan Kategori Rendah
33,6 β 47,5 : Gaya Kepemimpinan Kategori Sedang
47,6 β 60,5 : Gaya Kepemimpinan Kategori Tinggi
3.2.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah kinerja karyawan yang
diartikan sebagai suatu pencapaian hasil kerja sesuai dengan aturan dan standar
yang berlaku pada masing-masing organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu
maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja
organisasi.
Sedarmayanti (2009) mengemukakan bahwa terdapat lima indikator kinerja
yang merupakan aspek-aspek untuk menjadi ukuran dalam menilai kinerja.
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu, yaitu :
1) Kualitas Pekerjaan
Kualitas pekerjaan diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan
yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan. Kualitas pekerjaan karyawan dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:
a) Rendah : Hasil pekerjaan tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing divisi (skor 1).
b) Sedang : Hasil pekerjaan terkadang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing divisi (skor 2).
c) Tinggi : Hasil pekerjaan selalu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing divisi (skor 3).
34
2) Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang dinyatakan sesuai dengan aturan atau standar waktu yang telah ditetapkan
dalam bekerja. Ketepatan waktu dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:
a) Rendah : Bekerja tidak sesuai dengan peraturan waktu yang telah ditetapkan
(skor 1).
b) Sedang : Bekerja sesuai dengan peraturan waktu yang telah ditetapkan (skor
2).
c) Tinggi : Bekerja sesuai dengan peraturan waktu yang telah ditetapkan dan
tingkat kehadiran baik (skor 3).
3) Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam bekerja untuk menghasilkan
sesuatu yang baru atau asli atau menghasilkan suatu pemecahan masalah. Karyawan
yang memiliki inisiatif dengan segera dapat melihat masalah yang muncul dan
mencari solusi atas permasalahan tersebut. Inisiatif dalam bekerja dalam hal ini
dikategorikan berdasarkan:
a) Rendah : Tidak memiliki inisiatif dalam bekerja (skor 1).
b) Sedang : Terkadang memiliki inisiatif dalam bekerja (skor 2).
c) Tinggi : Memiliki inisiatif dalam bekerja dan dapat mencapai target sesuai
masing-masing divisi (skor 3).
4) Kemampuan
Kemampuan dalam bekerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang
karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Kemampuan ini sangat diperlukan seorang karyawan dalam melakukan
pekerjaannya. Kemampuan dalam bekerja dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:
35
a) Rendah : Tidak mampu mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan rencana
kerja masing-masing divisi (skor 1).
b) Sedang : Mampu mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan rencana kerja
masing-masing divisi namun hasilnya tidak sesuai harapan (skor
2).
c) Tinggi : Mampu mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan rencana kerja
masing-masing divisi dan hasilnya sesuai harapan (skor 3).
5) Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses dalam menyampaikan pesan dari seseorang
kepada orang lain dengan bertujuan untuk memberitahu, mengeluarkan pendapat,
mengubah pola sikap atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi dalam hubungan kerja sangat diperlukan agar terjalin hubungan yang
baik dengan pimpinan maupun rekan kerja. Komunikasi dalam hal ini dikategorikan
berdasarkan:
a) Rendah : Komunikasi yang terjalin dengan rekan kerja dilakukan kurang dari
2 kali dalam satu minggu (skor 1).
b) Sedang : Komunikasi yang terjalin dengan rekan kerja dilakukan 2 sampai 4
kali dalam satu minggu (skor 2).
c) Tinggi : Komunikasi yang terjakin dengan rekan kerja dilakukan lebih dari
4 kali dalam satu minggu (skor 3).
Indikator-indikator kinerja karyawan tersebut dirumuskan menjadi beberapa
pertanyaan dengan pemberian skor pada setiap jawaban responden. Nilai masing-
masing indikator diperoleh dari total skor jawaban responden atas pertanyaan pada
indikator tersebut. Setiap pertanyaan responden yang dinilai terdiri dari tiga opsi
36
skala ordinal yaitu 1, 2, dan 3 yang masing-masing menunjukan nilai kualitatif
rendah, sedang dan tinggi.
Pembagian ketiga kelas kategori dilakukan dengan menggunakan rumus kelas
interval. Untuk membuat kelas interval harus ditentukan terlebih dahulu batas atas
dan batas bawah. Batas atas adalah skor tertinggi sedangkan batas bawah adalah
skor terendah. Untuk menambah ketelitian data yang diperoleh maka skor tertinggi
ditambah 0,5 dan skor terendah dikurangi 0,5. Nilai batas atas dan batas bawah yang
diperoleh digunakan untuk menentukan rentang yaitu skor tertinggi atau batas atas
dikurangi skor terendah atau batas bawah (Sudjana, 2005). Perhitungan kategori
untuk setiap indikator dengan masing-masing 4 pertanyaan adalah sebagai berikut:
Batas Atas Kelas = (Jumlah Pertanyaan x 3) + 0,5
= (4 Γ 3) + 0,5
= 12,5
Batas Bawah Kelas = (Jumlah Pertanyaan x 1) β 0,5
= (4 Γ 1) β 0,5
= 3,5
Rentang = Batas Atas β Batas Bawah
= 12,5 β 3,5
= 9
0,5 = Nilai Koreksi
Panjang Interval = π πππ‘πππ
π΅πππ¦ππππ¦π πΌππ‘πππ£ππ πΎππππ
= 9
3
= 3
37
Kategori kelas untuk masing-masing indikator yaitu :
Apabila Y :
3,5 β 6,5 : Rendah
6,6 β 9,5 : Sedang
9,6 β 12,5 : Tinggi
Nilai kinerja karyawan (Y1) diperoleh dari nilai total seluruh jawaban
responden pada semua indikator di variabel terikat. Berdasarkan variabel terikat
terdapat 20 pertanyaan. Skor total dari keseluruhan nilai variabel terikat
dikategorikan ke dalam tiga kategori berdasarkan kelas interval. Perhitungannya
sebagai berikut:
Panjang Interval = π΅ππ‘ππ π΄π‘ππ βπ΅ππ‘ππ π΅ππ€πβ
π΅πππ¦ππ πΌππ‘πππ£ππ πΎππππ
= ((20Γ3)+0,5)β((20Γ1)β0,5)
3
= 60,5β19,5
3
= 13,67 β 14
Kategori kelas untuk kinerja karyawan yaitu:
Apabila Y1 :
19,5 β 33,5 : Kinerja Karyawan Kategori Rendah
33,6 β 47,5 : Kinerja Karyawan Kategori Sedang
47,6 β 60,5 : Kinerja Karyawan Kategori Tinggi
3.2.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang ada untuk menggambarkan
fenomena yang terjadi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan
statistik nonparametrik. Metode statistik nonparametrik merupakan metode statistik
38
yang dapat digunakan dengan mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi
penggunaan metode statistic parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi
normal. Salah satu uji statistic nonparametric yang digunakan dalam analisis data
ini yaitu uji koefisien korelasi rank spearman.
3.2.5.1 Uji Korelasi Rank Spearman
Uji korelasi Rank Spearman merupakan uji statistik yang ditunjukan untuk
mengetahui hubungan dua variabel yang berskala ordinal. Pengujian dilakukan
setelah data dari masing-masing variabel dijumlahkan skornya. Kemudian skor
yang diperoleh dihitung menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan
program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 22. Adapun langkah-
langkah uji korelasi Rank Spearman sebagai berikut :
1) Membuka lembar kerja SPSS, kemudian klik variable view pada bagian name
dan tuliskan pada nomer 1 yaitu gaya kepemimpinan (X) dan pada nomer 2
yaitu kinerja karyawan (Y).
2) Kemudian klik data view dan masukkan skor dari masing-masing variabel.
3) Selanjutnya dari menu bar di layout SPSS klik analyze β correlate β
bivariate.
4) Setelah muncul kotak dialog dengan nama bivariate correlations, masukkan
variabel gaya kepemimpinan dan kinerja keryawan ke kotak variables lalu pada
bagian correlations coefficients hilangkan tanda ceklis pada pearson dan
berikan tanda ceklis pada spearman. Untuk kolom test of significance pilih two-
tailed dan berikan tanda ceklis pada flag significant correlations.
5) Terakhir klik OK agar memulai proses perhitungan lalu akan muncul layout
output.
39
Kemudian untuk menguji korelasi antara variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y) dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan prosedur
yang akan menghasilkan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis
(Hasan, 2006). Uji signifikasi terhadap hipotesis tersebut pada penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:
π‘βππ‘π’ππ = ππ βπ β 2
1 β ππ 2
Korelasi akan signifikan jika t hitung > t tabel dengan taraf nyata β = 0,01 artinya
variabel tersebut reliable. Hipotesis yang diajukan :
H0 : Tidak terdapat hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan Ketua
Umum KSU Tandangsari dengan kinerja karyawan di KSU Tandangsari.
H1 : Terdapat hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan Ketua
Umum KSU Tandangsari dengan kinerja karyawan di KSU Tandangsari
Kaidah keputusan :
Jika thitung β€ ttabel terima H0
Berarti tidak ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan ketua
umum dengan kinerja karyawan di KSU Tandangsari.
Jika thitung > ttabel tolak H0
Berarti ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan ketua umum
dengan kinerja karyawan di KSU Tandangsari.
Interpretasi tingkat hubungan diuji dengan interpretasi Guilford (1956).
Aturan Guilford membagi nilai rasio korelasi ke dalam beberapa tingkatan sebagai
berikut (Guilford, 1956 dalam Setiawan, 2009) :
40
Tabel 2. Interpretasi Tingkat Hubungan
Nilai Koefisien Hubungan
rs < 0,20 Hubungan dua variabel sangat lemah
0,20 β€ rs < 0,40 Hubungan dua variabel lemah
0,40 β€ rs < 0,70 Hubungan dua variabel cukup berarti
0,70 β€ rs < 0,90 Hubungan dua variabel kuat
0,90 β€ rs < 1,00 Hubungan dua variabel sangat kuat
top related