ii. tinjauan pustaka 2.1 teori produksi 2.1.1 fungsi produksi ii.pdf · x = input (x1, x2, x3, …,...
Post on 29-Oct-2020
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Produksi
2.1.1 Fungsi produksi
Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau
masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi
(Salvatore, 1994).
Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan
dalam proses produksi (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, … 𝑋n) secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut (Nicholson, 1995):
𝑄 = 𝑓 (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3,. . . 𝑋n)
Di mana:
Q = output
X = input (X1, X2, X3, …, Xn)
Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara
input dengan output, dan juga dapat diketahui hubungan antar input itu sendiri.
Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas modal (K)
dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat diformulasikan
menjadi (Nicholson, 1995):
𝑄 = 𝑓 (𝐾, 𝐿)
Di mana:
Q = output
K = input modal
L = input tenaga kerja
9
10
Fungsi produksi di atas menunjukkan maksimum output yang dapat
diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif dari modal dan tenaga kerja
(Nicholson, 1995).
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis
yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan
yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara faktor-faktor yang digunakan
dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa mempehatikan
harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk
(Epp & Malone, 1981).
Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
𝑌 = 𝑓 (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, . . 𝑋n)
Di mana:
Y = tingkat produksi atau output yang dihasilkan
X1, X2, X3,…, Xn = berbagai faktor produksi atau input yang digunakan.
Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk
yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi
belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk
dan faktor produksi tersebut (Heady & Dillon, 1972). Untuk dapat memberikan
penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya
yang spesifik antara lain:
1. 𝑌 = a + b𝑋 (fungsi linear)
2. 𝑌 = a + b𝑋 – c𝑋2 (fungsi kuadratis)
2.1.2 Hubungan antara PM, PT, dan PR
Produk marginal (PM) merupakan tambahan satu-satuan faktor produksi X
yang dapat menyebabkan penambahan atau pengurangan satu-satuan output Y, dan
11
PM dapat ditulis dengan ∆Y/∆X. Apabila nilai PM konstan maka dapat diartikan
bahwa setiap tambahan unit faktor produksi X, menyebabkan tambahan satu-satuan
unit output Y secara proposional (constans productivity). Apabila tambahan satu-
satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output Y turun
(decreasing productivity), maka PM akan menurun. Apabila penambahan satu-
satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output Y meningkat
secara tidak proposional maka peristiwa ini disebut produktivitas yang meningkat
(increasing productivity) (Soekartawi 2002).
Gambar 2.1
Tahapan dari Suatu Proses Produksi.
Menurut Soekartawi (2002) dengan mengaitkan Produk Marginal (PM),
Produk Rata-rata (PR), dan Total Produk (PT), maka dapat diketahui elastisitas
produksi usaha dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau tinggi.
12
Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat ketika PT naik maka nilai PM
positif. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol. Bila PT sudah
mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif dan bila PT naik pada tahapan
increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate (Soekartawi, 2002).
Hubungan antara PM dan PR dapat dilihat pada Gambar 2.1 PR merupakan
perbandingan antara PT per jumlah faktor produksi. Adapun rumus mencari
PR yaitu:
PR = Y/X
Di mana :
PR = Produk Rata-rata
Y = Output
X = Faktor Produksi
Dengan demikian hubungan PM dan PR yaitu bila PM lebih besar dari pada
PR, maka posisi PR masih dalam keadaan meningkat. Bila PM lebih kecil dari PR,
maka posisi PR dalam keadaan turun. Bila terjadi PM sama dengan PR, maka PR
dalam keadaan maksimum.
Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya Ep
yaitu: (Soekartawi, 2002).
1. Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM.
2. Ep = 0 bila PM = 0 dalam situasi PR sedang turun.
3. Ep > 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik di daerah I,
maka petani mampu memperoleh keuntungan ketika jumlah faktor produksi
ditambah.
4. 1 < Ep > 0 menunjukkan tambahan sejumlah faktor produksi tidak
diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh.
13
Peristiwa ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah faktor produksi
yang diberikan maka PT tetap naik pada tahapan decreasing rate.
5. Ep < 0 yang berada di daerah III menunjukkan PT dalam keadaan turun,
nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan turun. Setiap upaya
penambahan faktor produksi tetap merugikan petani.
2.1.3 Efisiensi produksi
Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem
atau proses untuk setiap unit masukan (Downey & Erickson, 1992). Efisiensi
produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi tertentu. Efisiensi akan tercapai
jika nilai produk marginal (PM) untuk suatu input sama dengan harga input (P)
tersebut atau dapat ditulis dengan rumus:
𝑁𝑃𝑀𝑥 = 𝑃𝑥
, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑁𝑃𝑀𝑥
𝑃𝑥 = 1
Di mana:
Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian
NPMx = Nilai Produk Marginal
Dalam kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi
adalah NPMx / Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai
efisien, input X perlu ditambah. NPMx / Px < 1, artinya penggunaan input X tidak
efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu dikurangi. NPMx / Px = 1, artinya
penggunaan input X sudah efisien dan diperoleh keuntungan maksimal
(Soekartawi, 1990).
Untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor
produksi komoditas pertanian digunakan persamaan sebagai berikut.
14
PRx = 𝑌
𝑋
𝑃𝑀𝑥 = 𝛽. 𝑃𝑅𝑥
𝑁𝑃𝑀𝑥 = 𝑃𝑀. 𝑃𝑦
𝑁𝑃𝑀𝑥1
𝑃𝑥1
= 𝑁𝑃𝑀𝑥2
𝑃𝑥2 =
𝑁𝑃𝑀𝑥𝑛
𝑃𝑥𝑛
= 1
Di mana:
Y = Jumlah produksi komoditas pertanian
X = Jumlah faktor produksi komoditas pertanian
PR = Produk rata-rata
PM = Produk marginal
Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian
Py = Harga komoditas pertanian
β = Elastisitas produksi komoditas pertanian
Efisiensi produksi merupakan banyaknya hasil produksi secara fisik yang
diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Terkait dengan penelitian ini
maka efisiensi yang dianalisis meliputi :
1. Efisiensi Teknis (ET) adalah perbandingan antara produksi aktual dengan
tingkat produksi potensial yang dapat dicapai oleh petani
(Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini produksi dikatakan
efisien bilamana faktor produksi yang dipergunakan menghasilkan produksi
maksimum.
2. Efisiensi Harga atau Efisiensi Alokatif (EA) adalah perbandingan antara
produktivitas marginal masing-masing input dengan harga inputnya sama
dengan satu (Epp & Malone, 1981). Oleh karena itu dalam penelitian ini
dikatakan dapat mencapai efisiensi harga apabila nilai produksi marginal
sama dengan harga faktor produksinya.
3. Efisiensi Ekonomis (EE) adalah hasil kali antara seluruh efiensi, baik
efisiensi teknis maupun harga dari seluruh faktor input
(Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini bilamana dapat
15
mencapai efisiensi ekonomis bilamana usaha pertanian tersebut mencapai
efisiensi teknis sekaligus efisiensi harga.
2.1.4 Fungsi produksi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (2005), Produksi hasil komoditas pertanian (on-farm)
sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan
untuk menghasilkan komoditas pertanian. Untuk menghasilkan suatu produk
diperlukan hubungan antara faktor produksi atau input dan komoditas atau output.
Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi
produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel independent (X) dan
variabel dependent (Y).
Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam
bentuk double logaritme natural (ln), sehingga merupakan bentuk linear berganda
(multiple linear) yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil
(ordinary least square) yang dirumuskan sebagai berikut:
fungsi produksi Cobb-Douglas:
𝑌 = 𝛽0𝑋1β1𝑋2
β2 … 𝑋iβi … 𝑋n βn𝑒π
Setelah ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln):
𝐿𝑛 𝑌 = 𝐿𝑛 𝛽0 + 𝛽1 𝐿𝑛 𝑋1 + 𝛽2 𝐿𝑛 𝑋2 + 𝛽3 𝐿𝑛 𝑋3 + ⋯ + 𝛽n 𝐿𝑛 𝑋n + 𝑒
Di mana:
Y = Produksi
Xi = Faktor Produksi (X1, X2, X3, …, Xn)
Dalam proses produksi Y dapat berupa produksi komoditas petanian dan X
dapat berupa faktor produksi pertanian seperti lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan
sebagainya.
16
Ilustrasi penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas:
𝐵12.3 𝐵13.2 𝑌𝑖 = 𝐵1.23 𝑋 2i 𝑋3i
Setelah diambil log-nya dengan bilangan pokok
𝑙𝑛 𝑌𝑖 = 𝐵0 + 𝐵12.3 𝑙𝑛 𝑋2i + 𝐵13.2 𝑙𝑛 𝑋3i
Di mana:
Y = output
X3 = modal
X2 = tenaga kerja dalam satuan
B0 = 1n B1.23
Contoh manfaat penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah B12.3
dan B13.2 mengukur elastisitas output terhadap tenaga kerja dan modal. Jumlah B12.3
+ B13.2 memberikan informasi mengenai return to scale yaitu besarnya reaksi output
terhadap perubahan input secara proporsional. Jika B12.3 + B13.2 = 1 berarti return to
scale berada pada keadaan konstan, artinya jika input menjadi dua kali, maka secara
proporsional output juga menjadi tetap dua kali. Jika B12.3 + B13.2 < 1 (kurang dari
1) berarti terjadi penurunan return to scale, artinya jika input menjadi dua kali,
maka secara proporsional output akan menjadi kurang dari dua kali. Jika B12.3 +
B13.2 >1 (lebih besar dari 1) berarti akan terjadi kenaikan return to scale, artinya jika
input menjadi dua kali, maka secara proporsional output menjadi lebih dari
dua kali.
Menurut Soekartawi (2002) terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penggunaan penyelesaian fungsi produksi yang selalu
dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, yaitu:
1. Tidak ada pengamatan variabel penjelas (X) yang bernilai nol, sebab logaritma
dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
2. Dalam fungsi produksi, diasumsikan tidak terdapat perbedaan teknologi pada
17
setiap pengamatan. Dalam arti bahwa kalau fungsi ini dipakai sebagai model
dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih
dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan
bukan pada kemiringan garis (slope) model fungsi produksi tersebut.
3. Tiap variabel X adalah perfect competition.
4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan u.
5. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan (Y).
2.2 Faktor Produksi
Faktor produksi disebut dengan input. Input merupakan hal yang mutlak,
karena proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah
faktor produksi tertentu. Misalnya untuk menghasilkan jagung dibutuhkan lahan,
tenaga kerja, tanaman, pupuk, pestisida, tanaman pelindung, dan umur tanaman.
Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisis teknologi
tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk
menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin (Riyadi, 2007).
Untuk menguji peran masing-masing faktor produksi, maka dari sejumlah
faktor produksi dianggap variabel, sedangkan faktor produksi lainnya dianggap
konstan (Mubyarto, 1994). Menurut Soekartawi (2005), ada lima faktor
produksi yaitu:
1. Lahan pertanian
Lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian
banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani
misalnya sawah, legal, dan pekarangan. Sedangkan, tanah pertanian adalah tanah
18
yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara
tradisional perlu dipahami agar dapat ditransfomasi ke ukuran luas lahan yang
dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah
juga diperhatikan.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam
proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya
tenaga kerja saja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan.
Jumlah tenaga kerja ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas
tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja
ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi.
3. Modal
Dalam proses produksi pertanian, modal dibedakan menjadi 2 macam, yaitu (1)
modal tidak bergerak (biasanya disebut modal tetap). Faktor produksi seperti tanah,
bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. (2)
Sebaliknya modal tidak tetap atau modal variabel, adalah biaya yang dikeluarkan
dalam proses produk dan habis dalam satu kali dalam proses produksi, misalnya
biaya produksi untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau yang dibayarkan
untuk pembayaran tenaga kerja.
4. Manajemen
Dalam usaha tani modern, peranan manajemen sangat penting dan strategis,
yaitu sebagai seni untuk merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan serta
mengevaluasi suatu proses produksi, bagaimana mengelola orang-orang dalam
tingkatan atau tahapan proses produksi.
19
5. Produk
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Dalam bidang
pertanian, produk atau produksi itu bervariasi karena perbedaan kualitas.
Pengukuran terhadap produksi juga perlu perhatian karena keragaman kualitas
tersebut. Nilai produksi dari produk-produk pertanian kadang-kadang tidak
mencerminkan nilai sebenarnya, maka sering nilai produksi diukur menurut harga
bayangannya/shadow price.
2.3 Tanaman Jagung ( Zea mays L. )
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80 s.d. 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara satu sampai tiga meter, ada varietas yang dapat mencapai
tinggi enam meter. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011).
Menurut Tjitrosoepomo (1991), tanaman jagung dalam tata nama atau
sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
20
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan
amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan
amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi
lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui
mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen
dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan
karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih
banyak (Anonim, 2011).
Jika ditinjau dari bagaimana suatu kultivar (varietas) jagung di buat maka
dapat dilihat berbagai tipe kultivar jagung (Anonim, 2011) :
1. Galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih.
2. Komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang
diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul.
3. Sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki
keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam.
4. Hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau
empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata
12 s.d. 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih
sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak
daun. Panjang daun berkisar antara 30 s.d. 150 cm dan lebar daun dapat mencapai
21
15 cm. beberapa varietas mempunyai kecenderungan unutk tumbuh dengan cepat.
Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ).
Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar dua sampai empat cm
tergantung pada varietasnya. Genetik memberikan pengaruh yang tinggi pada
tanaman. Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang
sangat berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).
Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan
berat rata-rata 250 s.d. 300 mg. Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar
yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung
diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur
embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru
untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu
Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian
yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas hasil-hasil
terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan
berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga, memberikan pemahaman mengenai
posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan.
Berikut ini hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.
Penelitian tentang pengaruh penggunaan pupuk Nitrogen dan pupuk Fosfat
dalam budidaya jagung di District Winnipeg USA yang dilakukan oleh Yeh (1961).
Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah model Cobb-Douglas.
Dari penelitian didapat persamaan:
𝑌 = 7,55 𝑁 0,097 𝑃 0,244 dengan nilai 𝑅2 = 88%
22
Budi Suprihono (2003) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi
Usahatani Padi Pada Lahan Sawah di Kabupaten Demak (Studi Kasus di
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak)”. Data yang digunakan adalah data
time series dan cros section dengan variabel independen berupa : benih, pupuk,
pestisida, tenaga kerja dan luas lahan. Sedangkan, variabel dependennya adalah
produksi padi. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Frontier. Dengan
hasil bahwa: usahatani lahan sawah di Kabupaten Demak relatif menguntungkan
seperti yang ditunjukkan oleh nilai R/C Ratio > 1, Efisiensi teknis (ET) pada lahan
sawah tadah hujan lebih efisien dibanding dengan lahan jenis pengairan teknis.
Efisiensi harga pada lahan pengairan teknis lebih efisien bila dibanding lahan
tadah hujan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sisno (2001) dengan judul “Efisiensi Relatif
Usaha Tani Tembakau Berdasarkan Luas Lahan Garapan (Studi Kasus di Desa
Tuksari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Propinsi Jawa Tengah)”.
Data yang dipergunakan adalah data time series dan cros sections dengan variabel
independent berupa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja, sedangkan variabel
dependentnya adalah keuntungan produksi tembakau. Model yang digunakan
adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan hasil produksi tembakau rata-rata per
hektar petani kecil lebih besar dibandingkan dengan petani besar. Hasil estimasi
fungsi produksi sebagai fungsi keuntungan dibanding dengan petani besar. Petani
kecil maupun petani besar pada usahatani tembakau berada pada skala hasil yang
semakin menurun.
Chintya (2012) dalam penelitiannya yaitu analisis efisiensi usahatani padi
sawah menggunakan metode regresi linier berganda dengan model fungsi produksi
23
Cobb-Douglas untuk menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomi pada
usahatani padi sawah. Variabel yang dipergunakan dalam penelitiannya yaitu enam
variabel bebas yang meliputi bibit (X1), pupuk Urea (X2), pupuk NPK (X3), pupuk
organik (X4), pestisida (X5), tenaga kerja (X6), dan variabel terikat (Y) yaitu jumlah
produksi padi. Hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan tidak adanya variabel
bebas yang berada pada daerah elastisitas produksi I, variabel bebas X2, X3, dan X4
berada pada daerah elastisitas produksi II, sedangkan variabel bebas X1, X5, dan X6
berada pada daerah elastisitas produksi III. Hasil analisis efisiensi harga
menunjukkan seluruh variabel bebas tidak efisien sehingga dapat disimpulkan
penggunaan variabel bebas yang dilakukan petani tidak efisien sehingga
keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Ditinjau dari efisiensi ekonomi, seluruh
variabel bebas tidak efisien.
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian juga
menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan model fungsi
produksi Cobb-Douglas. Sedangkan, perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yaitu tidak menggunakan data time series dan cros sections dan berbeda lokasi
penelitian dengan penelitian sebelumnya.
2.5 Kerangka Pemikiran
Usaha tani secara umum adalah kegiatan untuk memproduksi di lingkungan
pertanian untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Untuk dapat mendapat
keuntungan tersebut banyak faktor yang mepengaruhinya seperti kesuburan tanah,
varietas bibit, tersedianya pupuk, tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Oleh
24
karena itu dapat upaya peningkatan pendapatan petani itu harus memperhitungkan
faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya.
Dalam produksi pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya
beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja (Mubyarto,
1994). Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil penelitian terdahulu,
ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam model ini yaitu tenaga kerja, bibit,
pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung,
seperti tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, penelitian ini
menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Persamaan fungsi produksi yang
digunakan yaitu model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma
natural. Dalam proses analisis ditetapkan beberapa kriteria yaitu kriteria ekonomi,
ekonometrika dan statistik, serta dilakukan uji validasi dengan membandingkan
nilai root mean square erorr (RMSE) dengan mean absolute error (MAE) untuk
menentukan metode peramalan yang lebih tepat digunakan, dan aplikasi model
untuk mengetahui apakah model sudah bagus dalam penelitian ini, sehingga dari
analisis tersebut dapat ditetapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi
jagung.. Setelah itu dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis,
harga, dan ekonomis sehingga akan diketahui apakah faktor produksi efisien atau
tidak. Mengacu pada teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu
model dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini
seperti Gambar 3.
25
Gambar 2.2
Skema kerangka pemikiran
Fungsi Produksi Cobb-Douglas :
𝑌 = 𝑏0𝑋1b1𝑋2
b2𝑋3b3𝑋4
b4 𝑋5b5
Pembangunan Pertanian di
Kabupaten Gianyar
Usahatani Jagung di Subak
Gunung Sari Kawan
Faktor Produksi Jagung
Tenaga Kerja
(X1)
Pestisida
(X5)
Bibit (X2)
Urea
(X3)
NPK
(X4)
Kriteria Ekonomi
Kriteria Ekonometrika
Kriteria Statistik
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi Jagung
Simpulan
Rekomendasi
Validasi Model
Aplikasi Model
Analisis Efisiensi :
𝑁𝑃𝑀𝑥
𝑃𝑥
Tingkat Efisiensi Faktor Produksi Jagung
26
2.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, serta uraian pada
penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran, maka dalam penelitian ini dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida berpengaruh
secara nyata terhadap produksi jagung.
2. Penggunaan input produksi jagung di Subak Gunung Sari Kawan, Desa
Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar masih dapat
ditingkatkan efisiensinya.
top related