ii - e-theses.iaincurup.ac.ide-theses.iaincurup.ac.id/650/1/pola komunikasi dakwah kh.m.d… ·...
Post on 10-Nov-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ii
iii
iv
ii
MOTTO
Hargailah gurumu karna ia sumber ilmumu
keterlambatan bukanlah akhir dari segalanya,
tetapi belajarlah untuk lebih awal
ada tiga kunci kesuksesan pertama, ,ibadah.
Kedua, doa orang tua.ketiga hargai waktu
( ZULPIKAR BIN ZAHRI)
iii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan coretan tinta sederhana ini kepada orang-orang yang
sangat ku hormati dan ku cintai :
1. Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Untuk kedua orang tuaku, salam takdzim anakmu, Ibundaku
(Mariati,A,Ma.Pd) yang telah mengajarkan apa artinya kehidpuan, dan
Ayahanda (Zahri) yang telah memberikan didikan dan motivasi hidup,
bahwa jangan pernah berputus asa dalam mencapai cita-citaa. Ayunda
tercinta, Leny Siptita Arisanti,S.Pd dan adinda Tri Purnama yang selalu
memeberikan motivasi, semangat dan dukungannya terima kasih untuk
dukunganya semangatnya, Ayo tuliskan tinta-tinta berharga dalam
kehidupan sehingga kita mampu memberikan kebanggaan dan senyuman
haru untuk Ayah dan Ibu khususnya.
2. Sahabat-sahabat seperjuangan
Tidak terlupakan teman-teman KPM Suro Muncar Kelompok 9,Wahid
Husen, Berilian Kusuma Bangsa,Mutia,Merisa,Agnes Sextin Ledi,Zulpa
Nadia,Diati Karlina,Dian yang selalu memberika inspirasiku.
3. Keluarga besar Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Curup angkatan
2014 yang luar biasa dari awal hingga akhir, yang sama-sama memberikan
motivasi untuk menyelesaikan studi ini. Salam Sukses untuk semuanya
semoga terus menebar kebaikan dimana saja kita tinggal nantinya.
iv
4. Keluarga Besar Almamater Organisasiku
Terimakasih ilmu-ilmu dan pengalaman-pengalaman berharganya,
Ikatan Keluarga Besar Mahasiswa Semende (IKBMS) Curup
Bengkulu
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Curup
5. Sahabat-sahabat saur bareng dan geng PS yang hampir siang malam selalu
kumpul bersama, Aryadi Cahyadi, Salihin, Ari Yanto, Ajran Apriansyah,
Rohmatullah, Alpaqih Andopa, serta adik-adik yang luar biasa Rifki
Hariansyah, Muslim Ansori, Wiwin Candra, dan seluruhnya yang tak
mampu penulis sebutkan satu persatu.
6. Seseorang yang sudah mengukir beberapa cerita dalam kehidupan,
terimakasih semangat dan motivasinya.
7. Almamater Tercinta
Program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin
Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup.
v
Pola Komunikasi Dakwah KH.M.Dainawi
Di Kecamatan Semende Darat Ulu
ZULPIKAR
14521019
Abstrak: Penelitian ini di landasi pemikiran bahwa pola dakwah sangat di
perlukan setiap da‟i atau penceramah untuk menghadapi manusia yang berbagai
ragam bentuk, latar belakang dan setatus sosialnya, karena itu di perlukan berbagai
macam cara atau pola,serta perangkat-perangkat lainya yang di rasa mampu untuk
menunjang dan mewujudkan apa yang igin di capai dalam dakwah islam. Di
kecamatan semende daraat ulu ini KH.M.Dainawi tentu saja ada faktor-faktor
pendukung dan penghambatnya dalam berdakwah.
Fokus permaslahan dalam penelitian ini adalah pola komunikasi dakwah
KH.M.Dainawi di semende. Dengan menggunkan jenis penelitian lapangan (fild
research) yang menggunakan metode deskriftif kualitatif, informal dalam penelitian
ini adalah sumber data yang di ambil yaitu data sekunder dan primer, tekhnik
pengumpulan data, menggunakan observasi, wawancara serta dokumentasi, tekhnik
analisa mengunakan deduktif dan induktif.
Hasil penelitian ini di simpulkan bahwa pola komunikasi dakwah
KH.M.Dainawi di semende dengan menggunkan bahasa lokal serta menerpakan
pendidikan dengan pola pakaiyan ala santri yaitu menggunakaan sarung dan kupiah
bulat. Tidak terlepas juga faktor pendukung seperti dukungan pemerintahan,
masyrakat serta wali murid. Faktor penghmbat seperti sarana dan prasarana yang
kurang memungkinkan serta umur yang suda memasuki lanjut usia.
Kata kunci: komunikasi,Dakwah
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyusun karya tulis sebuah skripsi yang berjudul: “Pola Komunikasi dan Dakwah
KH.M.Dainawi di kecamatan semende darat ulu” ini dengan baik.
Tidak lupa penulis mengucapkan sholawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah merubah tatanan kehidupan manusia dalam kehidupan
yang tidak beradab menuju keadaan yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti sekarang ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
(Strata Satu) Jurusan Komunikasi Penyiaran islam di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Curup.
Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga
dapat tersusun dengan baik. Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hidayat., M. Ag., M. Pd selaku Rektor Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Curup.
vii
2. Bapak Hendra Harmi M. Pd selaku Wakil Rektor I, Bapak Dr H.
Hameng Kubuwono, M. Pd selaku Wakil Rektor II, dan Bapak H. Dr.
Kusen,M.Ag, selaku Wakil Rektor III Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Curup
3. Bapak Dr.Idi Warsah,M.Pd,I. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Adab dan Dakwah
4. Ibu Yuyun Yumiarti,M.T Selaku Pembimbing II Dan Bapak
Drs.Mahpuz,M.Pd.I selaku pembimbing I
5. Anrial,M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
6. Rekan-rekan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2014
yang ikut membantu memberikan informasi serta motivasi kepada
penulis selama penulisan skripsi ini.
7. Keluaraga besar Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Curup
8. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Curup yang memberikan bantuan,
petunjuk dan bimbingan kepada penulis selama duduk dibangku
perkuliahan,
Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan dan kesalahan maka dari itu penulis mengharapkan keritik dan
saran yang bersifat membangun. Semoga bermanfaat. Amin.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Curup, Januari 2019
Penulis
Zulpikar
NIM: 14521019
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................. iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
E. Manpaat Penelitian ..................................................................................... 7
F. Sistematika Penelitian ................................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Pola Komunikasi............................................................. 10
B. Unsur-Unsur dan Proses Komunikasi................................................ 10
C. Pengertian Pola Dakwah................................................................... 11
D. Tinjauan tentang Dakwah................................................................. 12
E. Tujuan Dakwah ........................................................................................... 15
F. Juru Dakwah ............................................................................................... 16
G. Unsur-unsur Dakwah ................................................................................. 17
H. Komunikasi Dakwah ................................................................................... 21
I. Kompunen Komunikasi Dakwah ............................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
ix
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 34
B. Subjek Penelitian ........................................................................................ 35
C. Sumber Jenis Data Penelitian ..................................................................... 35
D. Tekhnik Pengumpulan Data ....................................................................... 36
E. Tekhnik Analisis Data ................................................................................ 38
F. Tekhnik Pengelolaan Data ......................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Dakwah KH.M.Dainawi di Semende Darat Ulu .......... 40
1. Riwayat Hidup KH.M.Dainawi ............................................................ 40
2. Sejarah Dakwah KH.M.Daianwi di Semende Darat Ulu ..................... 42
3. Karya Inteliktual KH.M.Daianwi ......................................................... 43
4. Visi dan Misi Dakwah KH.M.Daianwi di Semende Darat Ulu ........... 43
5. Letak Geografis Kecamatan Semende Darat Ulu ................................ 44
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 46
1. Bagaimana Pola Komunikasi Dakwah KH.M.Dainawi ....................... 46
2. Paktor Pendukung dan Penghambat Dakwah KH.M.Dainawi.............. 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 54
B. Saran ........................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah pada hakekatnya merupakan gerakan pembangunan yang
dilakukan dalam rangka amar ma‟ruf dan nahi munkar untuk mewujudkan
kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Dalam hal ini, setiap manusia
baik pria maupun wanita di tuntut berpartisipasi aktif untuk mereralisasikan
risalah Islam, yaitu meneruskan risalah Islam, meneruskan tugas Rasullah
SAW dalam menyampaikan dinul Islam kepada umat manusia agar islam itu
benar-benar menjadi rahmatan lil alamin ( rahmat bagi sekalian alam).
Amar makruf merupakan landasan untuk selalu memikiran sesuatu
yang baik dan terbaik bagi manusia, baik menurut sariat maupun menurut
akal, sehingga membawa dampak positif konstruktif bagi kehidupan manusia.
Sedangkan nahi munkar merupakan usaha untuk mencega segala yang tidak
baik menurut akal, sehingga manusia terhindar dari kemungkaran dan
kesesatan1
Dakwah merupakan bagian cukup penting bagi umat saat ini tatkala
manusia di landa kegersangan spritual, rapunya akhlak, maraknya kenakalan
1 Pusat Studi Keislmaan dan Kebudayaan PSKK, Komunikasi Islamika, (Pusat Studi
Keislman dan Kebudayaan STAIN Curup , 2009) , h. 151-152
2
remaja serta kerusuhan terjadi dimana-mana, kecurangan dan sederek
tindakan tindakan lainya. Dalam kondisi seperti ini sangat diharapkan dakwah
mampu memberikan rangsangan perubahan secara nyata dengan melakukan
tindakan dakwah baik dakwah lisan, dakwah bil qalam maupun dakwah bilhal
untuk mengajak manusia melakukan perubahan dari kondisi yang tidak baik
menjadi baik dan kondisi baik menjadi lebih baik dalam kerangka
mengharapkan rido Allah SWT hingga mencapai kebahagian dunia dan
akhirat.2
Dakwah dapat diartikan sebagai penyebar ilmu agama Islam yang
dilakukan oleh sesorang atau suatu lembaga keagamaan kepada khlayak
banyak. Akan tetapi, dakwah tidak bisa diartikan begitu saja. Karena pada
dasarnya, dakwah tersebut memiliki arti yang lebih luas dan cara penyampain
sangat beragam, karena ada beberapa cara yang digunakan untuk berdakwah,
bisa secara langsung atau bertatap muka dalam artian sesorang dai atau
penceramahlangsung berhadapan dengan pendengarnya untuk menyampaikan
tausiyah-tausiyah agama dalam satu ruang dan waktu.
Maka oleh sebab itu tugas dakwah Islamiyah merupakan tanggung
jawab umat Islam, baik secara individual maupun kolektif sebagaiman yang
termaktub dalam Al-Qur‟an Surah Yusuf ayat 108 yang berbunyi :
2 Samsul Munir, Ilmu Dakwah, ( Jakarta : Amzah, 2013 ).hal. 1-2
3
Artinya: Katakanlah inilah jalan (agama) ku,aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak kepada hujjah yang nyata mahasuci
Allah,dan aku tidak termasuk orang orang yang musyrik.3
Ayat di atas menjelaskan bahwa Rasul diperintahkan oleh Allah untuk
menyatakan berdakwah merupakan jalan hidupnya dan ayat tersebut juga
melibatkan orang-orang mengikuti belaiu, yaitu umat Islam, baik secara
individual maupun kolektif, maka setiap umat Islam harus memiliki semangat
dakwah. Kapan, dimana,dan kondisi apapun.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dakwah adalah segala usaha
atau aktifitas sesorang atau kelompok dalam rangka mengajak, memanggil,
membimbing, menyeru manusia untuk mengikuti dan mentaati sariat/agama
Allah agar mendapatkan keselamatan dan kebahgian di dunia dan di akhirat.4
Tidak terlepas KH. Muhammad Dainawi atau sering dikenal dengan
sebutan KH.Gerentam dengan gaya dakwahnya yang begitu khas dan kalimat
yang muda di cernah, membuat para jama‟ah tertarik dengan dakwahnya.
Dengan cara penyampaian yang bagus dan mudah dicerna oleh masyarakat
yang mendengarkan dan memadukan materi ceramah dan humor yang dapat
menyegarkan suasana mad‟u, KH.Muhammad Dainawi mampu merenggut dari
3 Depertemen Agama RI 1989 Al-Qur’an Dan Terjemah, Semarang : CV. Toha Putra
4 Ngadri Yusro, Etika Komunikasi Dakwah, (Curup: Lp2 STAIN Curup, 2013), h. 97
4
berbagai kalangan, bahkan banyak dari jam‟ah yang ingin belajar dan menjadikan
beliau sebagai pengasuh dari Majlis mereka.
Beliau berdakwah dari masjid kemasjid terutama dilingkungannya
sendiri karena beliau ingin lingkungannya selalu disirami dengan siraman
rohani, beliau juga berdakwah ke luar daerah yaitu kota Muara Enim dan
Tanjung Enim, Palembang, yang waktunya hanya sebulan sekali. Karena
beliau mendahulukan lingkungan terlebih dahulu, oleh karena itu setiap hari
beliau mengajar di Majlis-majlis Ta‟lim yang terletak pada tempat yang sama,
walaupun berbeda desa. Walau pun beliau Memiliki jam terbang untuk
mengisi pengajian-pengajian namun disekelilngnya tetap ia pedulikan karena
beliau tidak ingin tetangganya, lingkungan sekelilingnya khususnya, dan
umumnya masyarakat luas, jatuh pada kemudharatan, atau larut dalam
kebutaan dengan tanapa ilmu pengetahuan.
Dalam berdakwah beliau tidak pernah mengenal yang namanya kelas
atas dan kelas bawah, yang terpenting bagi beliau adalah bagaimana dakwah
itu tersalurkan bagi yang membutuhkannya. Karena dakwah merupakan
warisan dari Rasulullah SAW, walaupun tantangan dakwah itu sulit,
susah,besar, namun dakwah Islam harus tetap terlaksakan.
KH.Muhammad Dainawai tertarik dengan dunia dakwah karena
dakwah merupakan salah satu tugas mulia dan juga perintah Allah SWT dan
Rasulnya. Dalam Al-Qur‟an “ ud’u “ajaklah atau serulah manusia dalam
5
kebaikan. Jika senantiasa mengajak saudara-saudari kita menuju jalan yang
diredohi Allah SWT maka itu sangat mulia dihadapan Allah SWT. Dan tugas
mulia ini merupakan perintah Allah SWT. Dan tanpa pamrih, tidak
mengaharapkan balasan suatu apapun, jika mengikuti apa yang kita serukan,
ajakan, maka berarti kita telah menyelamatkan mereka. Maka dari itu beliau
beliau sangat tertarik dengan tugas mulia itu, seperti yang dikatan oleh
penyair Arab: ”khoirunnas anfa‟ ahum linnas” artinya, sebaik- baik manusia
berguna bagi manusia lainya. Dakwah beliau cukup terkenal hingga sampai ke
luar kota lebih lagi di sumatra selatan.
Berbicara tentang dakwah juga berbicara tentang komunikasi karena
komunikasi adalah kegiatan inpormatif, yakni agar orang lain mengerti dan
mengetahui. Kegiatan persuasip yaitu orang lain bersedia menerimah suatu
paham atau keyakinan, melakukan kegiatan atau perbuatan perbuatan lainya.5
Untuk menyampaikan dakwah yang maksimal seorang da‟i dituntut
untuk memahami pola komunikasi, serta pola dakwah, dan mampu
memilihnya dengan akurat sehingga sesuai dengan kondisi objek dakwahnya,
tanpa penggunaan pola komunikasi dakwah yang tepat, aktifitas dakwah tidak
akan mendapatkan hasil yang maksimal, bahkan memenuhi bisa hasil yang
kontra prudoktif, tidak jarang seorang da‟i melancarkan dakwahnya tanpa
menggunakan pola komunkasi yang tepat yang sesuai kondisi objeknya
5Nong Uchjana Efendi,Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, ( Bandung: Rosdakarya,2002 ), h.
.9
6
sehingga pesan dakwahnya tidak diterima objeknya dengan baik, bahkan
dakwah tersebut tidak jarang malah menimbulkan perpecahan umat sendiri.
Melihat kenyataan tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti pola komunikasi dakwah KH.Muhamad Dainawi dalam berdakwah
di semende darat ulu tersebut dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan
pemahaman bagi para da‟i dalam berdakwah, sehingga dakwah bisa
tersampaikan dengan baik.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas maka peneliti membatasi
permasalahan yang akan diteliti untuk menghindari meluasnya penelitian ini,
sehingga menjadi suatu penghambat dalam penyelesainya nantinya, maka
dalam hal ini peneliti hanya membahas tentang bagaimana pola komunikasi
dakwah KH.Muhamad Dainawi di Kecamatan Semende Darat Ulu.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka agar
penelitian ini lebih terarah dan sistematis serta sesuai dengan metodologi
penulisan ilmiyah, penulis menggunakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaiman pola komunikasi dakwah KH.Muhamad Dainawi dalam
berdakwah di Kecamatan Semende Darat Ulu.?
2. Apakah paktor pendukung dan penghambat pola komunikasi dakwah
KH.M.Dainawi di kecamatan semende darat ulu?
7
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi dakwah KH.Muhamad
Dainawi dalam menyampaikan pesan dakwahnya di Kecamatan
Semende Darat Ulu
2. untuk mengetahui apa saja paktor pendukung dan penghambat pola
komunikasi dakwah KH.Muhamad Dainawi dalam menyampaikan
pesan dakwahnya di Kecamatan Semende Darat Ulu.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu :
1. Manfaat yang bersifat teori
a. Menambah pemahaman bagi para da‟i bagaaimana cara
menyampaikan pesan dakwah agar pesan dakwah tersampaikan
kepada mad‟unya.
b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi para praktisi
dakwah, da‟i mubaligh, komunikator yang selalu istiqomah dalam
melaksankan dakwah di masyrakat.
2. manfaat yang bersifat peraktis
8
a. Dapat di jadikan acuan bagi para da‟i bagaimana strategi yang di
gunakan agar dakwah tersampaikan kepada mad‟unya.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan pada peneliti masa
mendatang.
c. Akademik, penelitian ini dapat bermanpaat dan menjadi bahan
referensi untuk ara akademik dalam menyelesaikan tugas akhir dari
perkuliahan
d. Peneliti, sebagai sumbangsi pemikiran untuk semua orang yang
merasa perlu akan adanya penelitian ini dan untuk meraih gelar sarjana
komunikasi yang propisonal.
F. Sistematika Penelitian
Dalam sistematis proposal ini, untuk mempermudah dalam memahami
isi proposal ini, sistematis sebagai berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
Yang menguraikan latar belakang, Rumusan Masalah,
Batasan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, dan
Sistem Penulisan.
Bab II : LANDASAN TEORI
Yang memuat tentang landasan teori yang mengemukakan
tentang pola komunikasi, dan dakwah secara umum yang
didalamnya terdiri, pola komunikasi dan dakwah.
Bab III : METODEOLOGI PENELITIAN
9
Yang memuat tentang jenis penelitian, subyek penelitian,
jenis data, teknik pengumpulan data, serta analisis data.
Bab IV : LAPORAN PENELITIAN
Yang memuat, pola komunikasi dan dakwahnya, dalam
penyampain pesan dakwah pada masyarakat.
Bab V : PENUTUP
Yang memuat tentang kesimpulan saran-saran serta daftar
pustaka, dan lampiran-lampiran.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi terdiri dari dua kata, yakni pola dan komunikasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola berarti sistem, cara
kerja, bentuk (struktur) yang tetap.6 Komunikasi yang dalam Bahasa Inggris
disebut communication, yang berasal dari kata latin, communicatio, yang
bersumber dari kata communis yang memiliki arti „sama makna‟. Termin ini
merujuk pada adanya proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang
lain.7 Jadi, Pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola
hubungan dua orang atau lebih, dalam proses pengiriman dan penerimaan
pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
B. Unsur-Unsur dan Proses Komunikasi
. Setiap unsur ini akan saling bergantung satu sama lain dan memiliki
peranan penting dalam membangun proses komunikasi. Proses
berlangsungnya komunikasi dapat diuraikan sebagai berikut: komunikator
(source) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain,
mengirimkan sebuah pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang
disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat
6 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976),
hal. 763 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), hal. 9
11
simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua belah pihak. Pesan (message) itu
disampaikan atau dibawa melalui suatu media (channel) atau saluran, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Komunikan (receiver) menerima
pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke
dalam bahasa yang dimengerti kedua pihak. Komunikan (receiver)
memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang
dikirimkan kepadanya.8 Di dalam komunikasi tersebut, akan terlihat efek atau
pengaruh, berupa perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Di samping
itu, lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi.
Di dalam komunikasi tersebut, akan terlihat efek atau pengaruh,
berupa perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh
penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Di samping itu, lingkungan
atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya
komunikas
C. Pengertian Pola Dakwah
Dakwah adalah sebagai intepretasi konvensional yang umum berlaku
pada umat islam. Diartikan secara prakmatis dengan tablig yaitu aktifitas
penyampaian ajaran islam baik secara lisan maupun secara tulisan. Konsepsi
8 http://digilib.unila.ac.id/1353/7/BAB%20II.pdf (diakes pada hari kamis, tanggal 09/01/2019,
pukul 22.04)
12
dakwah bahwa masyarakat adalah sebuah sasaran yang harus diubah baik
secara individual atau secara kelompok, kelemahan Mad‟u adalah suatu
kewajiban yang harus diketahui oleh Da‟i supaya apa yang disampaikan oleh
Da‟i sesuai dengan keadaan.
Dan dakwah memiliki beberapa pola pendekatan yang harus diketahui
oleh Da‟i antara lain:
1) Dakwah struktural
2) Dakwah kultural
3) Dakwah sentripetal dan sentrifugal
4) Dakwah rasional
5) Dakwah tranformatif
Pelaksanaan dakwah merupakan suatu mandat yang secara normatif
menjadi bagian suatu ibadah yang penting dalam islam dan menjadikan orang
yang melaksanakannya mendapat pahala serta tergolong kepada orang yang
beruntung. Perintah berdakwah diturunkan menjadi dua konsekwensi
yaitu fardhu kifayah dan fardhu ai’n. Realitas membuktikan bahwa dakwah
merupakan kebutuhan dalam masyarakat sekaligus menjadi strategi
pengembangan masyarakat yang sangat efektif.9
9 http://juwitazahara.blogspot.com/2016/06/pola-dakwah.html jam 13:07
13
D. Tinjauan tentang Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah secara etimologi atau kebahasaan mengandung arti
menyeru, mengajak, teriakan atau memanggil.10
Dakwah bisa juga
di artikan sebagai permohonan. Dari beberapa makna yang
berfariasi tersebut, mengandung unsur usaha atau upaya yang
dinamis.
Sedangkan menurut terminologi dakwah merupakan suatu cara
atau proses mengajak untuk berpindah dari suatu keadaan yang
tidak baik menuju keadaan atau situasi yang baik. Menyeru atau
mengajak disini sekiranya wajib bagi setiap muslim untuk
berdakwah menegakkan kalimat Allah meskipun satu ayat.
Dakwah merupakan suatu pekerjaan yang mulia dan merupakan
suatu keharusan yang telah ditetapkan hukumnya wajib oleh nash
Al-Qur‟an. Berbicara mengenai kewajiban berdakwah juga telah
disinggung oleh Jum‟ ah Amin Abdul Aziz dalam bukunya Fiqih
Dakwah yang merupakan studi atas berbagai prinsip dan kaidah
yang harus dijadikan acuan dalam dakwah islamiah. Dalam buku
tersebut menjelaskan bahwasannya, setiap muslim yang membawa
identitas islam (baik secara akidah atau syariat) mengetahui, bahwa
10
A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah; Rekayasa Membangun Agama dan
peradaban Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 27
14
ia diperintahkan untuk menyampaikan Islam kepada seluruh
manusia. Sehingga manusia dapat bernaung di bawah keteduhan
naungannya.11
Banyak para pakar bidang keilmuan islam mendefinisikan
dakwah. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menurut M.Quraish Shihab dakwah merupakan ajakan atau
seruan kepada keinsyafan atau usaha merubah diri sendiri atau
masyarakat kepada yang lebih baik dan sempurna.12
b. M.Natsir mendefinisikan dakwah sebagai usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat
tentang pandangan dan tujuan hidup manusia didunia ini yang
meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam
media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing
pengalamannya dalam perikehidupan perorangan, berumah tangga
(usrah) bermasyarakat dan bernegara.13
Definisi dakwah secara istilahi juga diutarakan oleh Dr. H.
Asep Muhiddin, M.A. dalam bukunya yang berjudul Dakwah dalam
Perspektif Al-Qur‟ an, ia mengatakan dakwah adalah upaya mengajak
11
Jum‟ ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah
Islam. (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h 34 12
A. Suriani, Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralis Indonesia. (Ciputat:
The Media Of Social and cultural communication, 2005) 13
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi. (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2003), h.34
15
dan mengembalikan manusia pada fitrah dan kehanifannya secara
integral, serta merupakan upaya penjabaran nilai-nilai ilahi menjadi
amal shaleh dalam kehidupan nyata.14
Ahmad Ghalwasy dalam kitabnya Ad-Da‟ wat Al-Islamiyyat
menjelaskan bahwasannya dakwah adalah pengetahuan yang dapat
memberikan segenap usaha yang bermacam-macam yang mengacu
kepada upaya penyampaian ajaran islam kepada seluruh manusia yang
mencakup Aqidah, Syariah dan Akhlah.15
E. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah sasran perilaku
dakwah agar mau menerima ajaran islam dan mengamalkanya dalam
tatanan kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan
dengan maslah peribadi, keluarga, maupun sosial kemasyrakatan, agar
terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan samawi dan
keberkahan ardhi (QS. Al-A‟raf: 56), mendapat kebaikan dunia dan
akhirat, serta terbebas dari azab neraka ( QS. Al-Baqarah: 202).16
F. Juru Dakwah
Menurut Abu Al-Fath al-Bayanuni juru dakwah yaitu
orangyang menyampaikan dan mengajarkan serta mengamalkan
14 Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Bandung: CV Pustaka Media), 15
Faizah dan Law Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2006), h 6 16
Abdul Rahman, Metode Dakwah, ( LP2 STAIN CURUP, 2010), h.22
16
ajaran ajaran islam. Orang yang seperti itulah baru bisa di katakan
sebagi sorang juru dakwah. Hal ini sesuai dengan firman Allah surah
al-Ahzab ayat 45-46.
Artinya :Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan
pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan,Dan untuk jadi penyeru
kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang
menerangi.17
Sementara itu, Amin Abdul Aziz berpendapat bahwa juru dakwah
yaitu pendidik dan pembangunan generasi yang islami. Dalam hal ini lebih
jauh beliau mengatakn bahwa pelaku dakwah adalah orang yang menyeru
manusi kepada islam yang hanif keutuhan dan keuniversalnya, dengn syiar-
syiar dan syriatnya, dengan akidah dan kemuliaan akhlaknya, dengan metode
dakwahnya yang bijaksana dan sarana sarananya yang unik dan serta dengan
cara penyampaian yang benar.18
17
18 Op, cit,
17
G. Unsur-Unsur Dakwah
a. Da'i
Merupakan orang yang mengajak kepada kebaikan,19
banyak
pendapat-pendapat para-para ahli tentang da'i ini. Adapun para ahli berbagi
pendapat bahwa dai Menurut A.Hasyimi, dalam bukunya struktur dakwah
menurut Al-Qur'an, bahwa imam Al-Ghazali mengemukakan pendapatnya
bahwa da'i itu adalah para penasehat, para pemimpin dan para pemberi
ingat, yang memberikan nasehat dengan baik, yang mengarang dan
berkhutbah, yang memusatkan jiwa raganya dalam wa'ad dan wa'id (berita
pahala dan siksa) dan dalam memberikan kampong akhirat untuk
melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang dunia.
Dapat dipahami bahwa da'i adalah orang perorangan dan atau
lembaga/badan yang bertugas membawa orang lain kepada jalan kebenaran
dilakukan melalui hikmah, baik oleh pemimpin, pengarang/penulis ataupun
oleh siapapun sesuai dengan profesinya berusaha meningkatkan, kalbu dan
mengembangkan kesadaran orang perorangan dan mesyarakat pada agama
Islam dan bersedia mengamalkannya. Apa yang diuraikan di atas memberi
isyarat bahwa setiap orang yang mengajak manusia kepada yang baik, dan
mencegah dari perbuatan yang keji atau perbuatan mungkar adalah da'i.
19
Drs. Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah Pendekatan Filosifis dan
Praktis. (Bandung : Widya Padjadjaran, 2009), h. 74
18
jadi hakekat da'i itu adalah setiap kegiatan perbuatan yang mencegah orang
ataupun badan dari perbuatan mungkar dan mengajak kepada yang makruf.
b. Mad‟u
Unsur dakwah yang kedua adalah mad'u, yaitu manusia yang
menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragam Islam
maupun tidak : atau secara keseluruhan manusia.
Kepada manusia yang belum beragama islam, dakwah bertujuan
untuk mengajak mereka mengikuti agama islam, sedangkan kepada orang-
orang yang sudah beragama islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas
iman, islam, ihsan.
Mad'u (mitra dakwah) terdiri dari berbagai macam golongan
manusia. Oleh karena itu, golongan mad'u sama dengan menggolongkan
manusia itu tediri, profesi, ekonomi dan seterusnya.
Muhammad abduh membagi mad'u menjadi tiga golongan yaitu:
1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir
secara kritis, cepat menangkap persoalan.
2. Golongan awam, yaitu, kebanyakan orang yang belum dapat berpikir
kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang
tinggi.
19
3. Golongan yang berbeda dengan golongan diatas mereka senang
membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup
mendalam benar.
Jadi yang dikatakan mad'u adalah orang yang menjadi sasaran
dakwah dimana mad'u terdiri dari berbagai macam keadaan yang harus
disiasati oleh para pendakwah untuk sesaui memberikan dakwah sesaui
dengan kemampuan mad'unya, maka seorang da'i harus tepat membaca
mad'unya.
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang
harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, keseluruhan
ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-
Nya, yang pada pokoknya mengandung tiga prinsip, yaitu:
1. Aqidah, yang menyangkut sistem keimanan atau kepercayaan
terhadap Allah SWT. dan ini menjadi landasan yang fundamental
dalam keseluruhan aktifitas seorang muslim, baik yang
menyangkut sikap mental maupun sikap lakunya dan sifat-sifat
yang dimiliki.
2. Syariat, yaitu rangkaian ajaran yang menyangkut aktivitas
manusia muslim di dalam semua aspek hidup dan kehidupannya,
mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh, mana
yang halal dan haram, mana yang mubah dan sebagainya. Dan ini
20
juga menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya (hablun
minallah dan hablun minannas).
3. Akhlaq, yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik secara
vertikal dengan Allah swt. maupun secara horizontal dengan
sesama manusia dan seluruh makhluk-makhluk Allah.20
d. Thariqah (Metode Dakwah)
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu
"meta" (melalui) dan "hodos" (jalan, cara). Dengan demikian kita
dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa
metode berasal dari bahasa jerman Methodica ajaran tentang metode.
Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan
yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Apabila kita artikan secara
bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui Proses
pemikiran untuk mencapäi suatu maksud.
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh
seorang da'i (Komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan
atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa
pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human
oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.
20
M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas,
1993), h. 146
21
H. Komunikasi Dakwah
1. Pengertian Komunikasi Dakwah
Seorang pakar komunikasi, Heat dan Bryan (2000:49)
mendepinisikan komunikasi sebagai suaatu proses atau seperangkat
tindakan dimana masyrakat bersama sama dalam simbol-simbol
yang mereka ciptkan melalui interaksi.
Komunikasi diartikan sebagai suatu proses atau seperangkat
kebiatan dimana orang-orang mempunyai andil dalam simbol-
simbol dan mereka menciptkan makna melalui makna interaksi.
Tatanan atu model komunikasi (Communication Setting), Effendi,
1996: 52, sering kali mempengaruhi pemilihin pesan dan tekhnik
penyampainya. Semantara itu, Albert (dkk, 2007: 237)
mengunkapkan bahwa untuk beljar komunikasi lebih baik dari
tatatanan kelompok kecil.21
I. Komponen Komunikasi Dakwah
Komunikasi dakwah islam dapat berlangsung bila terpat
kompunen yang merupakan pelaku dan pendukung aktifitas
komunikasi dakwah yang konsen terhadap kemajuan islam dan
perkembangan siaaranya. Kompunen komunikasi dakwah ada yang
bersipat inti, naamaun ada pula yang bersipat pendukung. Bila
21
Bambang S. Ma‟arif, Komunikasi Dakwah,( Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010),
h. 33
22
kompunen dakwah inti tidak ada, komunikasi dkwah tidaka dapat
berjalaan, sedangkan ketidakadaan kompunen pendukung akan haanya
mengurangi efektitivitas dakwah, namun komunikasi dakwah tetap
akan berjalan.
Dalam perspektif komunikasi, aktipitas dakwah adalah
kegiatan penyampaianajaran agama, dan pesan-pesan informasional
yang memerlukan kesamaan unsur-unsur yang patut di perhatikan
oleh para pelaku komunikator dakwah. Suparta menyatakan ada
beberapa hal yang penting yaitu :
1). Komunikator Dakwah (Da‟i)
2). Komunikasi Dakwah (Mad‟u/persuade)
3). Materi Dakwah (Pesan)
Sementara itu ahli ilmu dakwah yang lain menambahkan ada
dua kompunen lain, yaitu
1. Metode, dan
2. Media.
komponen inti komunikasi dakwah
a. Komunikator dakwah (dai)
Dalam konteks komunikasi dakwah, komunikator dakwah
adalah individu yang menyampaikan pesan-pesan keagamaan
komunikator dakwah diakui sebagai orang yang saleh. perilaku dan
23
sikapnya akan menjadi sumber penilaian dan rujukan prilaku
masyarakat. seorang komunikator dakwah dituntuk menjadi pribadi
yang bersih, baik dalam lingkungan keluarga, pergaulan maupun
pekerjaannya, yang mampu mencerminkan sikap dan prilaku yang
dapat dijadikan panutan. ia menjadi figur teladan yang dapat
dijadikan rujukan dslsm enyelesaikan berbagai persoalan hidup dan
kehidupan. jika komunikator dakwah mampu memberikan arah
yang tepat, ia sangat berpengaruh dalam dakwahnya.
Basis keberhasilan komunikator dakwah adalah faktor hati.
orang yang hatinya tidak beris tidak akan mampu memunculkan
reaksi atau respon orang lain. seorang juru dakwah yang hatinya
masih kotor tidak mungkin menggugah hati jemaahnya untuk
mengikuti ajakannya. Komunikator dakwah merupakan tokoh yang
dianggap memiliki kelebihan, baik dari niat, ilmu, maupun amalnya
(karya). Komunikator dakwah mampu meningkatkan kualitas
moral, yakni membangun hati sebagai nurani, di harapkan seluruh
tata nilai yang terkandung dalam ajaran agama dapat
diakutalisasikan dalam kehidupan jadi, pribadi setiap orang di
pahami secara intergral, antara penghayatan dan tindakan.
b. Komunikasi Dakwah (Mad‟u)
Komunikasi dakwah mad‟u merupakan pihak yang diaajak
kejalan islam. secara umum, komunikasi dakwah mempunyai
24
kemampuan yang berbeda-beda. ada 2 (dua) potensi dalam diri
komunikan yang dapat dijadikan acuan oleh komunikator dakwah
dalam menyampaikan pesanya yaitu, (1) kemampuan berfikir (rasio),
mengarah kepada sampai berapah jauh komonikan senang berfikir
mendalam, dan (2) kemampuan merasa (perasaan), mengaruh kepada
apakaha komunikan lebih senang imbauan emosional peasan-pesan
yang menggembirakan atau pesanyang sedih. kedua hal tersebut tepat
untuk digunakan sebagai pendekataaan dalam komonikasi dakwah.
Kemampuan berfikir komunikan adalah berbeda-beda.
Berdasarkan kemampuan berfikirnya. komunikan di bagi menjadi tiga
kelompok yaitu, satu kumonikan terpelajar, menengah, dan awal. Al-
Qur‟an menisyaratkan pada satu sisi terdapat orang-orang yang pandai
dan dapat berfikir optimal (panjang) yang dikenal sebagai al-ulama,
ulul-albab, ulul „I-lim, ulul „i-Absha, ulil „I Nuha dan Al- Rosikhuna fi
I-„ilm. padalain sisi, terdapat orang-orang yang sedikit berfikir, tidak
suka berfikir mendalam yang diistilahkan sebagai Juhala da L-Sufaha.
Kemampun kedua kelompok tersebut dalam menggunakan Rasanya
tidak dapat depersamakan. ada orang yang memiliki kemampuan
berfikir abstrak dan jauh ke depan, namun ada pula yang tidak
memilikinya
Dari sekian perbedaan, ada satu hal yang dapat digaris bawahi,
yaitu mereka memiliki kemampuan berfikir yang diistilhkan sebagai
25
konsep need for cognition dan berperasaan yang diistilahkan sebagai
konsep need for ofect. Need for cognition merupakan kesenagan
seseorang untuk berfikir mendalam, dan adapun yang cendrung
berfikir secara dangkal (kurang senang befikir mendalam). sementara
konsep Need for afffect merupakan suatu kondisi di mana seseorang
merasakan bahagia dan senang terhadap suatu kondisi sehingga ada
pesan-pesan disenangi karena dipandang olehnya lebih menyentuh
perasaannya. Selain itu, ketaatan beragam komonikasi menjadi faktor
yang perlu dicermati juga karena ada kecendrungan penentangan
terhadap nilai-nilai agama yang disampaikan kepada komunika
dakwah, seperti tergambar dalam surah al-Quran surah fathir ayat 32.
Artinya : Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang
kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara
mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di
antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka
ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin
Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.22
22 Al-Qura‟n dan Terjemahan-nya . Bandung. Sinar Baru Algensindo. Hal. 903
26
Melalui ayat tersebut, kita memahami bahwa kualitas
keimanan dan keislaman komunikan dakwah tidaklah sama.
c. Pesan Dakwah (Materi dakwah)
Pesan dakwah merupakan piranti lunak yang disampaikan oleh
komunikator dakwah melalui ceramah atau tablig. pesan komunikasi
dakwah berupa nilai-nilai keagamaan yang bersumber dari ajaran
islam, baik diambil dari Al-Quran , maupun sunah. ajaran islam
merupakan pemandu kehidupan umatnya yang autentik dan universal.
Pesan-pesan dakwah hendaknya mampu membangkitkan atau
motivasi bagi komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan karena
ada keinginaan mereka hanya mendengar, tidak mau melaksanakan,
atau bahkan menolak, serta antipati dan aptis terhadap pesan tersebut.
dalam Al-Quran, ada 2 (dua) jenis pesan, pertama , pesan maknanya
memanggil akal atau dalam Al-Quran di istilahkan sebagai
pendayagunaan akal, seperti kalimat afala ta‟qilun (tidaklah engkau
memikirkan). Dimana kecendrungannya manfaat potensi pancaindra,
dan kemudian diproses oleh akal (reason). Kedua, pesan yang
maknaya menghimbau rasa serta hati atau dalam istilah Al-Quran
disebut sebagai pendayagunaaan rasa, seperti kalimat afala tasy‟urun
(tidaklah engkau merasakan). Rasa dan rasio sebagai landasan berpijak
bagi perancangan pesan-pesan komunikator dakwah.
27
Dalam implementasinya, ada pesan pesan yang bersifat Rasio
sebagi landasan berpinak bagi perancangan pesan-pesan komunikator
dakwah.
Dalam implementasinya, ada pesan-pesan bersifat rasioal dan
yang bersifat emosional. Baik pesan yang rasional maupun emosional,
akan memberi motivasi. namaun, kekuatan motivasi yang sebenarnya
dalam diri manusia buknlah pada rasio, melainkan emosi. Karenanya,
setiap komunikator dakwah yang bermaksud mengubah tatanan yang
ada atau membangun tatanana tidak akan melangkah maju tanpa
mengikuti emoai komunikannya. melalui pesan inilah, komunikator
dakwah mengajak sasaran (jamaah) pada tiga (3) hal , yakni (1)
motivasi dengan janji dunia, meliputi janji kehidupan yang baik,
pemberian kesusaaan atas bumi, penambahan segala macam kebaikan
yang disertai dengan rasya syukur, pertolongan dan taufiknya (2)
motivasi dengan menyebutkan sunatullah yang berlaku pada masa lau
(3) motivasi dengan menyebut amal kebaikan yang kelak akan dibahas
oleh allah dan (4) motivasi dengan cara menggambarkan kesenangan
orang-orang beriman dalam syurga.
Pesan-pesan komunikasi dakwah yang brupa komunikasi yang
dapat motivasi audiens (jamaah), diambil dari ajaran agama disertai
dengan penjabarannya. informasi yang tidak benar harus dihindara
karena hanya akan memicu kerusakan komonikasi dan sikap negatif.
28
pesan-pesan keagamaaan akan diarahkan untuk menangkat derajad
manusia. Karena tersebut dapat ditangkap melaului dalam AL-Qur‟an
surah Al-isra ayat 70.
Artinya : Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam,
kami angkut mereka di daratan dan di lauta, kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk
yang Telah kami ciptakan.23
Dalam komunikasi, pesan komunikasi yang bersifat pemaksaan
dihindarkan karena langka itu bertentangan dengan ajaran dan nilai-
nilai islam. Misalnya, Nabi Musa dan Harun diperintahkan untuk
mendakwahi Firaun dengan pesan dengan cara yang halus, karena
perkataannya yang kasar berati sesuatu tantangan kepada penguasa.
benturan antara dakwah dan kekuasaan kadang dapat menghambat
dakwah. meski itu tidak bearti meninggalkan prinsip dalam berjuang
menengakan yang benar.
Pesan dakwah memiliki karakteristik : (1) islam sebagai agama
fitrah (2) islam sebagai agama yang rasional, pemikiran, dan
argomentatif (3) islam adalah agama hati. arahan suatu pesan dapat
23 Al-Qura‟n dan Terjemahan-nya . Bandung. Sinar Baru Algensindo. Hal. 570
29
didasarkan kepada pijakan ini. ketiga karakter tersebut menjadi
panduan kita merancang suatu pesan pada komunikasi dakwah.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif, artinya akan menjelaskan tentang
“Pola Komunikasi Dakwah KH.Muhamad Dainawi di Kecamatan Semende
Darat Ulu”. Metode deskriptif adalah “melakukan analisis hanya pada taraf
deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga
dapat lebih mudah untuk dapat dipahami dan disimpulkan.24
Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana yang dikutip Meloeng dan
dikutip lagi Sukarman Syarnubi mengemukakan bahwa metode penelitian
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang di amati.25
Pada penelitian ini penulis manganilisis dan menyajikan fakta
secara sistematik tentang Pola Komunikasi Dakwah KH.Muhamad Dainawi di
Kecamatan Semende Darat Ulu.
Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data yang terdapat
di lapangan penelitian yaitu, mengambil data dari Dai‟nya dan Masyrakat
Semende Darat Ulu.
24
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), h. 6 25
Sukarman Syarnubi, Metode Penelitian Kuantitaif &Kualitatif, (Rejang Lebong : LP2
STAIN Curup, 2011), h. 164
31
B. Subjek Penelitian
Yang dimaksud dengan subjek adalah sebagian objek yang akan
diteliti.26
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek atau
informan adalah bagian dari seluruh objek penelitian yang dianggap dapat
mewakili yang diteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga diperlukan
subjek atau informan penelitian. Yang dimaksud subjek atau informan
penelitian adalah benda, orang, tempat dan data untuk variabel yang
dipermasalahkan.27
Subjek penelitian ini adalah, KH.Muhamad Dainawi
(Da‟i).
C. Sumber Jenis Data Penelitian
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) dengan menggunakan metode dekriptif kualitatif dengan tujuan
untuk membuat deskriptif kualitatif dengan tujuan membuat deskriptif secara
sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat sifat populasi atau
daerah tertentu.28
Dalam pengumpulan data peneliti juga menggunakan sumber
data yang bersifat primer dan sekunder sebagai berikut:
3 Amirudin Hadi dan Haryono,Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Pustaka Setia,
1998),h. 108
4 Suharsimi Arikunto, Prosedor Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka
Cipta,1998),h. 121 28
Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006),
h.80
32
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan dari sumbernya
yaitu, pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti masyrakat desa.
Data primer ini diperoleh langsung dari wawancara yang diajukan kepada
yaitu,dainya, masyrakat dan informan yang relevan dengan permasalahan
penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
telah disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain
misalnya dalam bentuk tabel, diagram. Dapat pula sebagai sumber pendukung
yaitu wawancara serta data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku,
internet, majalah koran, dan lain-lain.29
Data sekunder yaitu data yang bersifat penunjang. Adapun sumber
data sekunder dalam penelitian ini adalah semua pihak yang dianggap penting
dalam penelitian ini, yang meliputi buku-buku yang berhubungan dengan
penelitian.
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dari penelitian ini, maka
penulis akan menggunakan metode sebagai berikut:
29 Huseain umar, Metode Penelitien untuk Skripsi dan Tesis,(Jakarta : Raja Grapindo
Persada), 2005 h. 42
33
a. Observasi
Nasution sebagaimana yang dikutip Sugiyono menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Artinya penelitian sesuaidengan
fakta dan kenyataan yang ada di lapangan yang di peroleh melalui observasi. Dan
data yang di dapat kumpulkan.30
Teknik observasi digunakan untuk mereka medata wilayah penelitian
seperti; kondisi obyektif lokasi penelitian, data kelurahan, dengan demikian data
yang didapat akan terlihat lebih akurat dan dapat diuji. Dalam peneletian ini
penulis terlibat langsung dalam kegiatan pesantren dalam upaya menjadikan da‟i
serta merekam data-data yang terkait dengan Pola Komunikasi Dakwah
KH.Muhamad Dainawi di Kecamatan Semende Darat Ulu.
b. Wawancara
Nasution mengemukakan wawancara (interview) adalah “suatu bentuk
komunikasi verbal oleh satu orang atau lebih dengan tujuan untuk
memperoleh suatu informasi”.31
Jadi teknik wawancara dalam penelitian ini
digunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari informan, untuk
mencari informasi dan data yang lebih jelas. Dalam wawancara ini peneliti
melakukan wawancara secara langsung dengan KH.Muhamad Dainawi dan
Masyrakat Semende Darat Ulu guna mendapatkan informasi data tentang Pola
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif, R dan D, (Bandung : Alfabeta, 2012), h.
226 31
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta : Bumi Aksara,1995), h. 26
34
Komunikasi Dakwah KH.Muhamad Dainawi di Kecamatan Semende Darat
Ulu.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian dan dokumentasi merupakan catatan
pristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk gambar (photo),
tulisan (catatan harian, biografi), atau karya-karya monomental dari
seseorang(gambar).
E. Tekhnik Analisis Data
Setelah data terekam secara lengkap,selanjutnya dilakukan analisa.Ana
lisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua metode,
antara lain:
1. Metode deduktif
yaitu proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum
yang menjelaskan suatu fenomena, fakta dan realita yang terjadi.
2. Metode induktif
yaitu proses logika yang berasal dari data empiric melalui
observasi menuju suatu teori.32
Selanjutnya di kembangkan menjadi
hipotesis.33
32
Azwar Saifudin, Op, Cit., h. 36 33
Sugiyono. Op Cit., h. 245
35
F. Tekhnik Pengolahan Data
a) Pengumpulan Data
Setelah penulis memperoleh data primer dan data sekunder, maka
selanjutnya adalah menganalisis kembali data tersebut.
b) Klasifikasi Data
Sumber data dan data yang diperoleh diklasifikasikan sesuai dengan
kebutuhan yang dibutuhkan oleh peneliti.
c) Analisis
ada beberapa sumber data yang diperoleh, maka penelitian dan di
analisis sehingga menjadi data yang valid.
36
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Dakwah KH.M.Dainawi di Semende Darat Ulu
1. Riwayat Hidup KH.M.Dainawi
Pendiri sekaligus pengasuh pesantren Al-Haromain Al-Islami dan
membinah Majelis Taklim di semende saat ini adalah. KH.Muhammad
Dainawi atau lebih populer KH.Gerentam Boemi. Yang lahir di Pajar
Bulan 02 Agustus 1952. Beliau memulai pendidikan pertama di desa
kelahiran, Pajar Bulan Semende Darat Ulu, mengaji kepada Ulama‟
Semende diantaranya ayah beliau sendiri KH. Boenyamin Thohir Al-
Hafidz, Mu‟allim Basroh, KH. Hasan, KH. Yusuf dan KH. Abdul Jabbar.
Setelah menempuh pendidikan formal Sekolah Dasar di desa Pajar Bulan
dan Sekolah Menengah Pertama di Desa Pulau Panggung. Kiayi Gerentam
remaja melanjutkan pengembaran ilmu ke tanah Jawa, tepatnya di
Lembaga Pon-Pes Darul Hadist Al-Faqhiyah Kota Malang Jawa Timur,
di bawah asuhan Prof. Dr. Al-Muhadist Al-Habib Abdullah Bin Abdul
Qodir Bil Faqih selama 9 tahun, menyempatkan diri menyelesaikan
pendidikan formal satara SMA, di Madrasah Mu‟allimin Nahdahatul
Ulama Kota Malang tersebut.
Selanjutnya pada tahun 1977 M beliau kembali melakukan
pengembaraan ilmu ke Bumi Al-Haromain ; 2 kota suci umat Islam
37
Makkah Al-Mukarramah dan Madinah Al-Munawwarah di bawah asuhan
Prof. Dr. Al-Muhadist Al-Habib Muhammad Bin Alawi Al-Maliki serta
beberapa Ulama Makkah saat itu, diantaranya ; As-Syekh Abdullah Al-
Lahji, As-Syekh Abdullah Dardum, As-Syekh Ahmad Jabir Jubran, As-
Syekh Isma‟il Zain, Al-Habib Ahmad Masyhur Al-Haddad, Al-Habib
Abdul Qodir Ahmad As-Seggaf, As-Syekh Hasan Al-Masyath, As-Syekh
Yasin Al-Padani dan lain-lain sampai pada tahun 1983 H.
Setelah menyelesaikan pendidikan agama selama enam tahun di
Makkah dan Madinah, beliau kembali ke tanah air, menyebarkan ilmu
agama, merintis pusat pendidikan dan berda‟wah di jalan Allah SWT
hingga saat ini. Selain sebagai pengasuh Pon Pes Al-Haramain dan Kepala
Madrasah Aliyah Barakah Al-Haromain, beliau juga dipercaya sebagai
pengasuh beberapa Majlis Ta‟lim se-Kabupaten Muara Enim, ketua MUI
Kab Muara Enim 2015-2020. Adapun pendidikanya sebagai berikut:
Pendidikan Formal :
1) SDN I Pajar Bulan (1969).
2) SMPN I Pulau Panggung (1972).
3) MA Kota Malang Jawa Timur (1973).
4) Sertifikat Takhassus Ummul Qura‟ Universitiy Makkah Al-
Mukar ramah (1977).
38
Pendidikan Non Formal :
1) Pon Pes Darul Hadits Al-Faqhiyyah Kota Malang Jawa Timur
(1973).
2) Masyru Muhammad Al-Maliki Al-Uthaibiyah Makkah Al-
Mukarramah (1977).
3) Halaqah Ilmiyah Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah
(1977).
Adapun kegiatan K.H.M.Dainawi adalah sebagai berikut:
1) Pengasuh Lembaga Pendidikan Pon Pes. AL-Haromain Al-Islami
sampai sekrang.
2) Dewan Pembina KBIH Al-Ghazali Kota Palembang dan KBIH Al-
Haromain Semende Sampai Sekarang.
3) Ketua MUI Kab. Muara Enim Sum-Sel( 2015-2020).
4) Pengasuh Lebih 15 Majlis-Majlis Ta‟lim Se-Kab Muara Enim Samapai
Sekarang.
2. Sejarah Dakwah KH.M.Dainawi di Kecamatan Semende Darat Ulu
KH.Muhammad Dainawi sebagai pengasuh pondok pesantren AL-
Haromain, serta beliau aktif mengahdiri ceramah atau dakwah mimbariyah
di masjid, mosholla, kantor, lembaga dan rumah keberbagai daerah di
Indonesia, Diantaranya : Jakarta, Jambi, Kalimantan, Jawa tengah, Jawa
39
barat, bahkan sampai diundang ke luar negeri seperti negara Saudi,
Arabiyyah, Malaysia, yaman. Beliau berdakwah dalam acara hari besar
islam dan sosial seperti, Maulid Nabi, isro mi‟ raj, nuzul qur‟ an,
akhirusana, pernikahan, sunnatan, tasyakkuran dan sebagainya.
KH.Muhammad Dainawi membina pengajian kaum ibu-ibu
sebanyak 17 pengajian sedang itu hanya disemendo darat laut belum
disemende darat tengah dan semende darat ulu.
Setiap hari beliau menjalankan aktivitas yang sangat padat dimulai
dari mengajar di pondok pesantren Al-Haromain dikediaman beliau
sendiri, dan mengajar pada majlis ta‟ lim sampai berdakwah diatas
mimbar, namun beliau tidak pernah lelah untuk berdakwah.
Dengan cara penyampaian yang bagus dan mudah dicerna oleh
masyarakat yang mendengarkan dan memadukan materi ceramah dan
humor yang dapat menyegarkan suasana mad‟ u, KH.Muhammad
Dainawi mampu merenggut dari berbagai kalangan, bahkan banyak dari
Majlis Ta‟ lim yang ingin belajar dan menjadikan beliau sebagai
pengasuh dari Majlis mereka. oleh beliau.
3. Karya Intlektual KH.Muhammad Dainawi
Adapun karya K.H.Muhammad Dainawi yang baru tercetak yaitu:
a. Haji Plus Umrah sama dengan syurga ( Manasik panduan Haji dan
Umroh).
40
b. Aslihatul munjiyah (Senjat-senjata penyelamat,kumpulan
wirid,zikir,doa dan shalwat-shalwat nabi).
c. Kumpulan ceramah agama ( Dalam penulisan).
d. Pedoman amalan tahuid, fiqih dan tasawwuf.
4. Visi Dan Misi Dakwah KH. M Dainawi
Dalam berdakwah seorang dai tentu memiliki visi dan misi
tersendiri. Agar dakwah tersebut dapat berjalan dengan baik. Dari hasil
wawancara dengan KH.M.Dainawi. Adapun visi dan misi nya adalah
sebagai berikut :
a). Visi
Menanamkan nilai-nilai ketahuitan di tengah tengah masyarakat.
b) Misi
Menanamkan akidah islamiah di tengah tengah masyrakat dan
menghidupkan peribadatan, sunah-sunah rasulullah, dan menanamkan satu
kesatuan.34
5. Letak Geografis Kecamatan Semende Darat Ulu
Posisi Geografis Kecamatan Semende Darat Ulu terletak di bagian
barat daya paling ujung dari kabupaten Muara Enim dengan luas wilayah
34
K.H.M.Dainawi Wawancara, 26 Juli 2018
41
sekitar 426,64 Km2, atau 2,79 persen dari total luas Kabupaten Muara
Enim35
.
Batas-Batas Wilayah Kecamatan Ini Adalah :
1) Sebelah Utara : Kecamatan Semende Darat Tengah
2) Sebelah Selatan : Propinsi Bengkulu
3) Sebelah Timur : Kabupaten OKU
4) Sebelah Barat : Kabupaten Lahat
Kondisi topogarafi pada umumnya berbukit dengan ketinggian
942-1105 meter dari permukaan laut36
. Semende Darat Ulu terletak di
daerah dataran tinggi yang tergabung ke dalam rangkaian pegunungan
barisan yang berhawa sejuk dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Beberapa bukut yang sudah cukup dikenal antara lain Bukit Jambu, Bukit
Hijau, dan bukit Berpagut. Daerah ini merupakan daerah ulu sungai, yaitu
ulu Sungai Enim. Selain itu, terdapat beberapa anak sungai seperti sungai
sepanas, sungai Meo dan Sungai Suwat.
Wilayah Kecamatan Semende Darat Ulu terdiri atas 10 desa, yaitu
Desa Segamit, Desa Siring Agung, Desa Aremantai, Desa Pajar Bulan,
Desa Tanjung Agung, Desa Datar Lebar, Desa Cahaya Alam, Desa
Tanjung Tiga, Desa Pelakat, dan Desa Danau Gerak. Ibukota kecamatan
35 Statistik Daerah Kecamatan Semende Darat Laut 2018, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Muara Enim 36
Op, Cit
42
adalah Desa Pajar Bulan yang berjarak sekitar 110 kilometer dari kota
Muara Enim yang merupakan ibukota kabupaten.
Jumlah penduduk kecamatan Semende Darat Ulu tahun 2013
tercatat sebanyak 16.431 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk laki-laki
sebnyak 8.224 jiwa. Penduduk terbanyak di kecamatan ini berada di Desa
Segamit sebanyak 3.030 jiwa, diikuti oleh Desa Aremantai sebanyak
2.824 jiwa, dan Desa Pajar Bulan sebanyak 2.721 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk paling sedikit berada di Desa Siring Agung sebanyak 641 jiwa.
TABLE I
Data Jumlah penduduk Semende Darat Ulu berdasarkan jenis kelamin37
Nama
Wilayah Nama Dusun
Jumlah
Laki-laki
Jumlah
Perempuan Total
SEMENDE
DARAT
ULU
Desa Segamit 1.516 1.514 3.030
Desa Siring
Agung 316 298 614
Desa Aremantai 1.380 1.462 2.842
Desa Pajar Bulan 1.322 1.399 2.721
Desa Tanjung
Agung 685 688 1.373
Desa Datar Lebar 316 298 614
Desa Cahaya
Alam 1.010 997 2007
Desa Tanjung
Tiga 788 697 1485
Desa Pelakat 341 321 662
Desa Danau
Gerak 375 390 765
Total 8.207 8.224 16.431
37 Data Kependudukan Kecamatan Semede Darat Ulu 11/10/2018
43
B. HASIL PENELITIAN
1. Pola Komunikasi Dakwah KH.M.Dainawi di Kecamatan Semende
Darat Ulu
Dalam berdakwah da‟i harus memahami pola komunikasi dalam
menyamaikan pesan dakwah agar mad‟u dapat mengerti dan memahami
apa yang di sampaikan. Berikut hasil wawancara dengan KH.M.Dainawi:
“Dalam berdakwah saya khususnya di semende ada beberapa pola
komunikasi dakwah yang saya lakukan seperti menggunakan bahasa
kearaipan lokal (semende,) kemudian dalam dunia pendidikan saya
berikan kewajiban kepada santri untuk berpakian muslim dan bersarung
serta berpeci putih dan saya pun setiap berdakwah tidak pernah
mnggunkan celana dasar dll.”38
Maka dari hasil wawancara dengan KH.M.Daianwi tersebut
peneliti memaparkan dan menjelasaskan kembali pola komunikasi dakwah
yang di lakukan di kecamatan semende darat ulu sebagai berikut:
a. Bahasa dengan kearifan lokal ( bahasa semende)
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyrakat
yang tidak dapat di pisahkan dari bahasa masyrakat itu sendiri.
Kearifan lokal (localwisdom) biasnya di wariskan secara turun
38 M.Dainawi Wawancara, 26 Juli 2018
44
menurun dari satu generasi kegenarasi melalui cerita dari mulut
kemulut.39
“Menurut KH.M.Danawi dalam menyampaikan pesan dakwah kepada
manusia kita harus selalu menggunkan bahasa lokal dimana tempat
kita berdakwah agar dakwah yang kita sampaikan dan pola
komunikasi yang di gunakan agar mempengaruhi mad‟unya”.40
Oleh karenah itulah, di antara kewajiban da‟i atau mubaligh
untuk dapat memahami dan memperhatikan penggunaan bahasa
terlebih bahasa lokal atau bahasa daerah, ketika menyampikan pesan
dakwah kepada masyrakat agar pesan dakwah yang kita sampaikan di
terimah oleh masyrakat.
a. Pakaian harus bersarung
Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan
tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk
melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan
perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai
simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang
memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada
adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-
39
https://id.m.wikipidia.org 40 M.Dainawi Wawancara, 26 Juli 2018
45
masing. Begitu juga bagi seorang da‟i harus menetukan bagaimana
pakayan yang akan di gunakan ketika berdakwah karena pakaiyan
merupakan simbol dari akhlak dan perilaku sesorang. Dari segi
pakaiyan banyak para dai yang menggunakan celana dasar baju kokoh,
gamis,pakai kupiah hitam,sorban dan bersarung.
Tidak terlepas KH.M.Dainawi yang merupkan da‟i yang sering
berdakwah kemana-mana. Namun ada satu keunikan dari beliau dari
cara berpakaian yaitu tidak pernah menggunkan celana dasar ataupun
kupiah hitam ketika beliau berdakwah bahkan yang sering beliau pakai
yaitu gamis beserta sorbandan itu juga di terapkan oleh para santri.
Peneliti mewawancari KH.M.Dainawi mengatkan bahwa:
“pakaian merupakan simbol dari akhlak sesorang sehingga pakayan
menjadi hal wajib yang harus digunakan. Terlebih seorang da‟i harus
mampu dalam menentukan pakayan yang di gunakan ketika
berdakwah. Karena pakayan menjadi pandangan utama sebelum
mad‟u melihat dari materi ya ng kita sampaikan. Namun saya dalam
berpakaiyan ketika berdakwah tidak pernah menggunkan celanan
dasar ataupun kupiah hitam, saya lebih sering mengunakan sarung dan
gamis serta imamah di atas kepala”.41
Di benarkankan juga oleh salah satu guru pengasuh pondok
pesantren AL-Haromain ustad Hakim Salis mengatkan bahwa:
“Memang benar ketika beliau berdakwah tidak pernah meninggalkan
dalam berpakaian gamis serta berimamah di atas kepala bahkan kami
pernah menanykan kepada beliau kenapa setiap berdakwah kiyai
selalu berpakian sarung atau gamis dan bahkan tidak pernah
meninggalkan imamah di atas kepala beliau mengatkan itu adalah
41 KH.M.Dainawi Wawancara 26 Juli 2018
46
simbol dan kebiasaan yang saya lakukan dan itu tidak bisa saya
tinggalkan”.42
Sesuai dengan buku Ilmu Dakwah. Karangan. Samsul Munir
Amin.M. Menjelaskan bahwah bentuk bentuk dan pola dakwah terdiri dari.
1. Dakwah Bil-Alisan
Secara substantif, dakwah adalah ajakan yang bersifat Islami.
Sedangkan kata lisan, dalam bahasa Arab berarti “bahasa”. Maka dakwah
bi al-lisan bisa diartikan: “penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa
ceramah atau komunikasi antara da‟i dan mad‟u (objek dakwah). Dakwah
adalah proses mengkomunikasikan pesan-pesan Ilahiah kepada orang lain.
Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahami dengan baik maka,
diperlukan adanya penguasaan terhadap teknik berkomunikasi yang efektif.
Dalam menyampaikan pesan dakwah, da‟i harus berbicara dengan
gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan
yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif
terhadap permasalahan yang dihadapi mad‟u, menyentuh kalbu,santun,
menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. Da‟i
dalam menyampaikan informasi ketika melakukan aktivitas dakwah,
hendaklah baik, benar dan mendidik. Kualitas perkataan seseorang
mencerminkan suasana hati. Lisan yang fasih, tegar dan penuh percaya diri
42
Hakim Salis wawancara 19 Januari 2019
47
merupakan gambaran kondisi hati seseorang yang tenang dan memiliki
semangat untuk menyampaikan kebenaran.
Dengan metode dakwh billisan ini KH.M.Dainawi menerpkan
dengan bahasa kearipan lokal ( Bahasa Semende) karana menurut beliau
dengan menggunkan bahasa semende ini para jamaah dapat mengerti dan
memahami apa yang saya sampaiakan terlebih berdakwah di semende.
Karena masyrakat lebih mengerti dengan bahasa semnde dibanding dengan
bahasa indonesia.
2. Dakwah Bil-Qalam
Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan
dakwah melalui tulisan, seperti buku, majalah, jurnal, artikel, internet dan
lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan
tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma‟ruf dan nahi
munkar. Format dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan
kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan waktu, bisa dibaca
dimana saja serta kapanpun. Apalagi publikasi saat ini semakin mudah,
jangkauannya juga luas dan tidak terbatas, terutama tulisan yang
disebarkan di internet bisa dibaca banyak orang diseluruh dunia. Sebuah
gagasan menjadi riil dan kongkrit bila ditulis, tidak hanya diucapkan.
Para da‟i harus mencontoh kreatifitas ulama salaf yang dikenal
gigih dan aktif menulis. Karya tulis mereka masih tetap eksis dan terus
dikaji hingga kini. Karena itulah buku disebut sebagai jendela ilmu, sebab
48
buku selalu menjadi sumber rujukan utama yang tidak mengenal basi.
Disamping melalui buku, pesan-pesan dakwah bisa dituangkan ke dalam
majalah, majalah dakwah bisa digunaka untuk menyoroti masalah sosial
atau dinamika yang terjadi di masyarakat. Kemudian mengupas masalah
tersebut di berbagai sudut pandang yang ditujukan kepada masyarakat
umum, dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh
banyak orang. Untuk mad‟u (objek dakwah) yang lingkupnya lebih kecil,
maka tulisan pesan dakwah dapat dipublikasikan lewat buletin, karena
formatnya sederhana. Tulisan dalam buletin umumnya singkat dan padat,
serta menggunaka bahasa yang formal dan yang menjadi objek sasaran
adalah komunitas tertentu, seperti para jamaah shalat jum‟at di masjid-
masjid.
Di era sekarang, peluang dakwah di internet terbuka lebar.
Berdakwah lewat internet bisa dengan membuat blog. Keunggulan internet
terletak pada kecepatan akses dan jangkauan jaringannya yang luas. Dari
sinilah, para da‟i dituntut tidak hanya memiliki kemampuan bicara, namun
juga kecakapan menuangkan gagasan-gagasannya dalam sebuah tulisan.
Salah satu karangan beliau yang sampai saat ini masih terpupoler
digunakan yaitu kitab Aslihatul munjiyah,Haji plus Sama dengan shurga
dan banyak lagi. Namun kami peneliti hanya memberikan dua ini aja.
Dari hasil wawncara beliau mengatkan bahwah:
49
“Dengan adanya tulisan akan mempermudah mad‟u dalam menerimah dan
memahami isi pesan dakwah yang di sampaikan. oleh karena itu saya tidak
lepas dalam berdakwah dengan menggunakan tulisan maka oleh sebap itu
saya menggunakan metode atau pola dengan tulisan agar nantinya mad‟u
dapat mengerti dan memahami salah satunya saya menarik perhatian mad‟u
atau masyrakat dengan membuat buku karangan yang berjudul aslihatul
munjiyah dan haji plus sama dengan syurga.”43
3. Dakwah Bil Hal
Dakwah bil-hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk
amal, kerja nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga
pendidikan Islam, kerja bakti, mendirikan bangunan keagamaan,
penyantunan masyarakat secara ekonomis atau bahkan acara-acara hiburan
keagamaan. Dakwah bil-hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang
dilakukan dengan tindakan nyata terhadap penerima dakwah. Sehingga
tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima
dakwah.
Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan
masyarakat sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit. Dakwah
dengan pendekatan amal nyata merupakan aktivitas dakwah yang harus
dilakukan bagi aktivis dakwah, sehingga dakwah tidak hanya dipahami
sebagai ceramah atau dakwah bi al-lisan saja. Karena sesungguhnya
dakwah juga dapat dilakukan melalui tindakan atau amal nyata yang
dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat.
43 KH.M.Dainawi Wawancara 26 Juli 2018
50
Dengan dakwah bilhal ini KH.M.Dainawi menerapkan dengan
metode akhlak dari segi pakaian serta pendidikan formal dan non formal
yang menerpakan santri bersaung.
Peneliti mewawancarai KH.M.Dainawi mengatkan bahwa:
“Dalam berdakwah saya menerpkan dengan saya sendiri dan para santri
yaitu dalam segi berpakaian yaitu dengan untuk menggunkan kupiyah
hitam. Dalam pendidikan formal dn non forma santri tetap menggunkan
sarung dan menggunkan sarung dan peci dan saya melarang santri
berkupiah hitam.”44
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pola Komunikasi Dakwah
KH.M.Dainawi di Kecamatan Semende Darat Ulu.
Menurut Cahyadi Kurniawan dalam bukunya mengatakan bahwa
jalan dakwah adalah jalan yang amat panjang dan tak terkira kesulitannya.
Sebab itu, para Da‟i yang akan melintasi jalan ini harus mempersiapkan
segalanya secara proporsional. Dan tak bisa dipungkiri pula, persiapan-
persiapan tersebut diperlukan oleh seorang Da‟i dengan bersifat madal
hayah, yang berarti seumur hidup. Sebab kewajiban berdakwah berlaku
selama itu pula. Tarbiyah Islamiyah merupakan salah satu kata kunci
dalam upaya persiapan dakwah. Gerakan dakwah tak bias dilepaskan dari
upaya pembinaan yang continue.45
Maka oleh sebap itu peneliti mewawancarai KH.M,Dainawi
mengatakan bahwa ada beberapa paktor pendukung dan penghambat
44
KH.M.Dainawi Wawancara 26 Juli 2018 45
http://madhanalbombaany.blogspot.com/2014/09/ilmu-dakwah.html jam 09:30
51
ketika berdakwah di kecamatan semende darat ulu di antaranya sebagai
berikut:
a. Faktor Pendukung Pola Dakwah KH.M.Dainawi
1. Dukungan pemerintah sangat besar
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki untuk kekuasaan
membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu.
Beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan. Sama halnya, terdapat
bermacam-macam jenis pemerintahan di dunia.46
Dalam berdakwah tentu membutuhkan dan melibatkan pemerintahan
karena karena indiktior utama dalam berdakwah adalah pemerinthan kalau
saja pemerintah tidak mendukung gerakan dakwah yang di lakukan suda
barang tentu dakwah tidak bisa berjalan dengan baik.
Oleh sebap itu KH.M.Dainawi tidak terlepas dari pemerinthan karena
beliau membutuhkan gerakan dan dukungan dari pemerintah agar dakwah
yang di lakukan berhasil dan berjalan dengan baik.
Salah satu cara beliau memanpaatkan pemerintahan dengan
mengundang setiap kegiatan yang berhubungan dengan gerakan dakwah
salah satunya mengundang kegiatan keagamaan seperti peringatan hari
besar islam dll.
46 Kamus besar Bahasa Indonesia
52
Salah satu dukungan pemerintah terhadap gerakan dakwah yang di
lakukan KH.M.Dainawi adalah dengan adanya bantuan salah satunya
adalah biasiswa bagi santri, sekolah geratis, dan pembangunan madtrasah.
Menurut KH.M.Dainawi ketika di wawncarai oleh peneliti
beliau mengatakan bahwa:
“Dengan adanya dukungan dan bantuan dari pemerintah
dakwah yang saya lakukan bisa berjalan dengan lancar terlebih
dalam bidang pembinaan santri dengan diberikanya pasilitas
sekolah dan bantuan biasiswa ini sangat membantu kami
selaku pimpinan pondok pesantren.maka dengan dukungan
inilah dakwah yang saya lakukan berjalan dengan lancar”.47
2. Masyrakat
Masyrakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup secara
bersama sama di suatu wilaya dan memebentuk sebuah sestem, baik semi
terbuka maupun semi tertutup. Dimana interaksi yang terjadi di dalamnya
adalah antara individu-individu yang ada di kelompok tersebut.48
Dalam berdakwah tentu sorang da‟i membutuhkan dukungan
masyrakat karna masyrakat adalah subjek utama dalam menyampaikan
pesan dakwah kalu berdakwah tidak ada masyrakatnya suda barang tentu
dakwah tidak bisa berjalan dengan baik. Maka oleh sebap itu seorang da‟i
terlebih mengenal dan memahami karakter masyrakat agar dakwah bisa di
lakukan dengan baik.
47 M.Dainawi Wawancara 26 juli 2018 48
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-masyrakat.html
53
Begitu juga dengan KH.M.Dainawi dalam menyampikan pesan
dakwahnya beliau lebih mengutamakan kebutuhan masyrakat di
badingkan dengan lainya karna menurut beliau dakwah tanpa adanya
dukungan masyrakat maka dakwah tidak bisa berjalan dengan baik.
Dari hasil wawancara dengan KH.M.Dainawi beliau mengatakan bahwa:
“ masyrakat adalah objek utama dalam menyampaikan pesan dakwah
maka menurut saya dakwah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
dukungan dari masyrakat, namun alhamdulilah untuk di wilayah semende
ini dukungan masyrakatnya sangat besar sehingga dakwah yang saya
lakukan berjalan dengan baik”.49
a. Faktor penghmbat Dakwah KH.M.Dainawi di semende
Dalam berdakwah seorang dai pasti memiliki hambatan
hambatan dalam berdakwah baik itu sarana prasarana maupun yang
lainya. Begitu juga KH.M.Dainawi tidak terlepas dari berbagai
hambatan salah satunya adalah sebagai berikut:
1. Sarana prasarana yang tidak mendukung
Salah satu sarana dan perasarana yang tidak mendukung adalah
jalan dan alat transportasi yang tidak setabil.
Dari hasil wawancara dengan KH.M.Dainawi mengatkan bahwa:
“Transportasi yang ada di kecamatan semende darat ulu ini sangat
minim bahkan yang menjadi penghambat kalau saya hendak
berdakwah itu adalah jalan apa lagi jalan di kecamatan semende
darat ulu itu suda rusak parah maka saya sangat terhambat dengan
rusaknya jalan yang berada di semende ulu.”50
49 M.Dainawi Wawancara 26 juli 2018 50 M.Dainawi Wawancara 26 juli 2018
54
Dari wawancara di atas dapat di kaitkan dengan pungsi
transportasi khusunya jalan sebagai berikut:
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan
strategis dalam memperlancar roda perekonomian,
memperkukuh persatuan dankesatuan, mempengaruhi semua
aspek kehidupan bangsa dan Negara serta mempererat
hubungan antar bangsa. Pentingnya transportasi tersebut
tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan jasa
angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan ke seluruh
pelosok tanah air, bahkan dari dan ke luar negeri.51
2. Usia (Usia lanjut)
KH.M.Dainawi yang lahir di pajar bulan 02 agustus
1952 merupakan ulama yang ada di kecamatan semnde darat
ulu.beliau merupakan ulama yang masih bertahan sampai saat
ini meski umur beliau suda menyampai 67 tahun. Meski umur
beliau suda di katagorikan suda memasuki lanjut usia tapi
beliau tetap berdakwah. Namun dengan umur suda memasuki
lanjut usia inilah yang menjadi paktor penghambat belaiu
dalam berdakwah pertama beliau sering sakit sakitan dan kedua
logat bahasa yang tidak lagi lanacar.
51 http://e-journal.uajy.ac.id/2897/2/1HK09069.pdf/Jam 0046
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pola dakwah yang di lakukan KH.M.Dainawi di Keamatan Semende
Darat Ulu yaitu mengunkan bahasa lokal (bahasa semende) serta
menerapakn pendidikan ala santri dengan berpakaian sarung dan peci..
2. Adapun faktor faktor pendukung dan penghambat dakwah KH.M.Dainawi
di Keamatan Semende Darat Ulu sebagai berikut:
a. Paktor pendukung
1. Pemerintahan
Dalam berdakwah tentu membutuhkan dan melibatkan pemerintahan
karena karena indiktior utama untuk melihat keberhasilan dakwah
sesorang adalah bagaiman dukungan pemerintah.kalau saja pemerintah
tidak mendukung gerakan dakwah yang di lakukan suda barang tentu
dakwah tidak bisa berjalan dengan baik.
2. masyrakat.
Dalam berdakwah tentu sorang da‟i membutuhkan dukungan
masyrakat karna masyrakat adalah subjek utama dalam menyampaikan
pesan dakwah kalu berdakwah tidak ada masyrakatnya suda barang
tentu dakwah tidak bisa berjalan dengan baik. Maka oleh sebap itu
seorang da‟i terlebih mengenal dan memahami karakter masyrakat
agar dakwah bisa di lakukan dengan baik.
56
3. Faktor penghambat Dakwah KH.M.Dainawi di semende darat ulu
Dalam berdakwah seorang dai pasti memiliki hambatan hambatan dalam
berdakwah baik itu dari dalam maupun dari luar. Begitu juga
KH.M.Dainawi tidak terlepas dari berbagai hambatan salah satunya adalah
sebagai berikut:
a. Sarana prasrana yang tidak mendukung
Salah satu sarana prasarana yang tidak mendukung Seperti jalan yang
sering rusak di akibatkan longsor dan lain lain. Serta kendaran yang
terbatas.
b. Usia ( lanjut usa)
KH.M.Dainawi yang lahir di pajar bulan 02 agustus 1952 merupakan
ulama yang ada di kecamatan semnde darat ulu.beliau merupakan ulama
yang masih bertahan sampai saat ini meski umur beliau suda
menyampai 67 tahun. Dengan umur yang suda tua serta beliau yang
sering sakit sakitan menjadi paktor penghambat ketika beliau
menyampaikan pesan dakwah kepada mad‟uny (masyarakat).
B. Saran
1. Proses dakwah islamia dalam segala bidang kehidupan di wujudkan
dengan proses pelaksanaan dakwah islmiah, dakwah islamia harus di
organisir dengan tepat supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Di
samping itu proses dakwah yang di lakukan seyogyanya bukan hanya
sebatas menyampaikan isi pesan ajaran islam,namun lebih dari itu prose3s
57
dakwah yang di lakukan di kemas dengan sedemikian rupa sehingga
senantiasa sesuai dengan arah dan perkembangan zaman serta dapat
menjawab problematika kehidupan yang di hadapi masyrakat saat ini.
2. Bagi KH.M.Dainawi yang sering melakukan dakwah di tengah-tengah
masyrakat hendaknya selalu berpegang teguh dengan nilai nilai islam,
menjaga kometmen sebagi seorang da‟i dalam memperjuangkan dakwah
terhadap masyarkat indonesia khususnye masyrakat semende benaar-benar
mempersipkan dengan maksimal kegitan dakwah yang di lakukan. Hal ini
penting demi kelancaraan pelksanaan kegiatan dakwah.
3. Jalinlah kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah antara masyrakaat
setempat.agar dapat mendukung dakwah yang di lakukan dakwah di
daeraah tersebut.
58
DAFTAR PUSTAKA
Amin Munir Samsul, Ilmu Dakwah, Amzah, Jakarta: 2009
Amin Wijaya, Manajemen organisasi, Logos. Jakarta: 1991
Amin, Munir Samsul M, Ilmu Dakwah, Amzah. Jakarta: 2009
Anshar M. Hafi i, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, Al-Ikhlas,
Surabaya:1993
Arbi Armawati, Dakwah dan Komunikasi. Ciputat, UIN Press, Jakarta: 2003
AS Enjang dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah Pendekatan Filosifis
dan Praktis, Widya Padjadjaran, Bandung: 2009
Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur‟an, CV Pustaka Media,
Bandung: 2006
Aziz Abdul Amin Jum‟ ah, Fiqih Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah
Islam, PT Era Adicitra Intermedia, Solo: 2011
Endraswara Suardi, Metode Penelitian Kebudayaan, Gaja Mada Press,
Yogyakarta:2006
Faizah dan Law Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Prenada Media,
Jakarta: 2006
Furchan Arief, Pengantar Metode Penelitan Kualitatif, Usaha Nasional
Indonesia, Surabaya: 1992
Huseain, umar, Metode Penelitien Untuk Skripsi, Raja Grapindo,Persada,
Jakarta: 2005
Ismail Ilyas dan Hotman Prio, Filsafat Dakwah; Rekayasa Membangun
Agama dan peradaban Islam, Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2011
Ma‟arif Bambang S., Komunikasi Dakwah, Simbiosa Rekatama Media,
Bandung: 2010
Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah , Prenada Media , Jakarta: 2000
Munir Samsul, Ilmu Dakwah, Amzah, Jakarta: 2013
Norobuka Cholid dan Ahmadi, Metode Penelitian, PT.Bumi Askara,
59
Jakarta:1997
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta: 2005
Pusat Studi Keislmaan dan Kebudayaan STAIN Curup, Komunikasi
Islamika, 2009
Qonita Alya,Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar, PT.Indah
Jaya AdiPratama, Jakarta: 2009
Rafi Djaliel, Udin dan Abdul Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah, CV.
Pustaka Setia, Bandung: 1997.
Rahman Abdul, Metode Dakwah, LP2 STAIN Curup, 2010
Remaja Rosdakarya, Bandung: 1984
Siagian, “Analisis Serta Perumusan”
Statistik Daerah Kecamatan Semende Darat Laut 2018, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Muara Enim
Suriani, Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralis Indonesia.
The Media Of Social and cultural communication MSCL, Ciputat: 2005
Uchjana Efendi Nong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, bandung:
rosdakarya: 2002
Yusro Ngadri dan, Toni Hariya, Etika Komunikasi Dakwah, LP2 STAIN
Curup: 2013
Poerwadarminta W.J.S, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1976, hal. 763
Uchjana Effendy Onong, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 9
Haryono Akhmad, Etnografi Komunikasi: Konsep, Metode, dan Contoh
Penelitian Pola Komunikasi Jember: UPT Penerbitan UNEJ, 2005, hal. 18
http://digilib.unila.ac.id/1353/7/BAB%20II.pdf diakes pada hari kamis,
60
tanggal 09/01/2019, pukul 22.04
http://juwitazahara.blogspot.com/2016/06/pola-dakwah.html jam 13:07
Prio Hotman dan A. Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah; Rekayasa Membangun
Agama dan peradaban Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011,
H. 27
61
L
A
M
P
I
R
A
N
62
63
64
65
66
67
68
top related