identifikasi senyawa organik (reaksi, m l, teori)
Post on 19-Jun-2015
6.563 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAAN I
IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK
BERDASARKAN KELARUTANNYA
OLEH :
NAMA : NURFIAH
STAMBUK : A1C4 12 044
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : INDRA KURNIAWAN
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
ABSTRAK
Senyawa organik penting untuk di identifikasi karena untuk mengetahui apakah senyawa tersebut termaksud dalam senyawa polar atau nonpolar. Selain itu, juga untuk mengetahui sifatnya termaksud asam atau basa. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa organik berdasarkan sifat kelarutannya. Pada pengidentifikasian senyawa ini digunakan pelarut aquades, n-heksana, NaOH dan HCl. Berdasarkan percobaan diperoleh data senyawa yang digunakan sebagai senyawa uji yaitu NaCl, Alkohol, metanol, isopropil, urea dan alkohol.
Kata kunci : Identifikasi, senyawa organik, polar dan non polar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata organik merupakan istilah yang digunakan pada awal
perkembangan ilmu kimia yang ditandai dengan adanya pengelompokan
senyawa-senyawa kimia menjadi dua golongan besar, yaitu senyawa organik
dan senyawa anorganik. Senyawa organik yang merupakan satu golongan besar
senyawa yang dikaji secara khusus dalam kimia organik, banyak manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu senyawa organik adalah hidrokarbon.
Identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang sering
dihadapi dalam laboratorium kimia organik. Senyawa organik tersebut dapat
diperoleh dari hasil suatu reaksi maupun isolasi bahan-bahan alam. Dalam
melakukan identifikasi senyawa organik yang belum diketahui perlu dilakukan
pemisahan dan pemurnian komponen-komponen penyusun campuran. Semua
metode pemisahan didasarkan pada perbedaan sifat fisika dari komponen-
komponen penyusun campuran. Teknik pemisahan seperti ekstraksi, yang
didasarkan pada perbedaan kelarutan, destilasi fraksinasi dan destilasi uap,
yang didasarkan pada perbedaan tekanan uap.
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang
molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon.
Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di antara
senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan
komponen penting dalam biokimia.
Senyawa organik penting untuk di identifikasi karena untuk mengetahui
apakah senyawa tersebut termaksud dalam senyawa polar atau nonpolar. Selain
itu, juga untuk mengetahui sifatnya termaksud asam atau basa. Apabila kita
mengetahui sifat dari senyawa organik tersebut maka kita juga lebih
memahami cara penanggulangan apabila terjadi ketumpahan senyawa organik
tersebut pada organ tubuh kita saat bekerja dilaboratorium.
B. Tujuan Praktikum
Praktium identifikasi senyawa organik ini bertujuan untuk
mengidentifikasi senyawa organik berdasarkan sifat kelarutannya.
C. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan ini adalah identifikasi senyawa organik
berdasarkan sifat kelrutannya dapat dilakukan dengan melarutkan senyawa
tersebut dalam air, eter, NaOH 10%, dan HCl 10%.
BAB II
TEORI PENDUKUNG
Langkah pertama dalam menentukan struktur suatu senyawa organik
adalah menentukan rumus molekulnya. Sebelum sampai pada rumus molekul,
terlebih dahulu di tentukan rumus empiris di mana rumus empiris yaitu
perbandingan relatif unsur-unsur penyusunnya. Untuk menentukan banyaknya
karbon dan hydrogen di lakukan dengan mengoksidasi senyawa organik tersebut,
dan kemudian zat hasil oksidasi tersebut di selediki. Alkana yaitu senyawa non
polar sehingga gaya tarik antara molekul lemah. Alkena mudah larut dalam
pelarut zat-zat organic non polar. Misalnya benzene, karbon tetra klorida, eter dan
kloroform tidak larut dalam air dan zat-zat pelarut polar (Respati , 1986).
Metanol dahulu dibuat dari kayu melalui pendinginan dan kadang-kadang
dinamakan alkohol. Umumnya metanol digunakan sebagai bahan baku pembuatan
formaldehida dan bahan baku kimia lain, dan juga digunakan sebagai pelarut anti
beku. Dengan berkurangnya minyak bumi, metanol dapat digunakan sebagai
bahan bakar motor. Keuntungannya adalah rendahnya pencemaran udara yang
diakibatkan oleh hasil pembakarannya (Hart, 1987).
Alkohol memiliki gugus fungsi -OH yang melekat pada rantai alkil.
Alkohol yang paling sederhana adalah metanol dan alkohol yang lebih tinggi lagi
adalah etanol. Baik metanol maupun etanol banyak digunakan sebagai pelarut dan
sebagai zat antara untuk sintesis kimia lebih lanjut. Nama sistematik alkohol
diperoleh dengan mengganti akhiran -ana dari alkana bersangkutan dengan -anol
dan menggunakan awalan numerik, bila perlu untuk mengidentifikasi atom karbon
yang dilekati oleh gugus -OH (Oxtoby, 1998).
Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil yang terikat
pada atom jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R merupakan
alkil, alkil tersubtitusi hidrokarbonsiklik. Alkohol disini tidak memiliki gugus
fenol (gugus hidroksil berikatan dengan aromatik), enol (gugus hidroksil berikatan
dengan karbon vinilik) karena sifat-sifatnya berbeda. Alkohol diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok alkohol primer, sekunder dan tersier (Riswayanto, 2009).
Molekul organik non polar seperti hidrokarbon dan halo karbon di tolak
dari air, senyawa tersebut di katakan hidrofob (benci air). Air dan minyak tidak
bercampur, tetapi jika kita campurkan dua cairan non polar, keduanya membentuk
larutan. Zat yang mudah di ingat zat yang melarutkan zat sejenisnya, dengan
prinsip tersebut alkohol yang merupakan turunan dari keduanya mempunyai sifat
yang serupa. Alkohol mempunyai sampai empat karbon yang menyusunnya, larut
dalam air dalam semua perbandingan. Kelarutan alkohol dengan dengan rantai
empat karbon atau lebih menjadi lebih rendah. Rantai karbon bersifat non polar
dan hidrofob, tetapi gugus hiddroksil yang berikatan hidrogen besifat hidrofil
(suka air). Alkohol rantai pendek larut dalam air, sedangkan yang berantai
panjang tidak larut. Beberapa alkohol yang rantai karbonnya tidak terlalu panjang
hanya sedikit larut. Eter lebih larut di banding hidrokarbon dan halokaron, tetapi
kurang larut di banding alkohol. Alasannya oksigen dalam eter adalah penerima
elektron, tetapi eter tidak mempunyai hidrogen hidroksil untuk di sumbangkan
kepada ikatan hidrogen. Rendahnya kelarutan ini di banding alkohol di atas
apabila lebih dari satu ikatan eter dalam molekul. Dioksan senyawa siklik dengan
dua ikatan eter, larut dalam air pada semua perbandingan, tetapi di etil eter tidak,
sekalipun jumlah karbonnya sama (Antony, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi senyawa organik
adalah sebagai beriku :
1. Tabung reaksi 12 buah
2. Pipet tetes 4 buah
3. Gelas ukur 25 ml 1 buah
4. Rak tabung 1 buah
5. Botol semprot 1 buah
Bahan yang digunakan dalam praktikum identifikasi senyawa organik
adalah sebagai berikut :
Pelarut :
1. Air
2. n-hexan
3. NaOH 10 %
4. HCl 10 %
Senyawa uji
1. NaCl (Senyawa A)
2. Metanol (Senyawa B)
3. Alkohol (Senyawa C)
4. Isopropil (Senyawa D)
5. Urea (Senyawa E)
6. kertas lakmus
B. Prosedur Kerja
1. Kelarutan dalam aquades
Senyawa Uji
(Senyawa uji A, B, C, D dan E)
Sampel A
ditambahkan 1 ml aquades
dikocok kuat – kuat
diamati kelarutannya
Larut EmulsiLarut EmulsiLarut
diambil lapisan atasnya
diuji dengan kertas lakmus
lakmus tetap merah
Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E
dimasukkan kedalam 5 buah tabung reaksi 0,2 mL
2. Kelarutan dalam Eter
dimasukkan kedalam 5 buah tabung reaksi 0,2 mL
ditambahkan 1 ml n-hexan
dikocok kuat – kuat
diamati kelarutannya
Senyawa Uji
(Senyawa uji A, B, C, D dan E)
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E
Emulsi EmulsiLarut EmulsiEmulsi
diambil lapisan atasnya
ditambahkan 1 ml n-hexan
Emulsi Larut LarutLarut
3. Kelarutan dalam Larutan NaOH 10%
dimasukkan kedalam 2 buah tabung reaksi 0,2 mL
ditambahkan 1 ml NaOH
dikocok kuat – kuat
diamati kelarutannya
Senyawa Uji
(Senyawa uji C dan E)
Sampel C Sampel E
Larut sebagian
diambil lapisan atasnya
ditambahkan beberapa tetes HCl
Tidak larut dan tidak terdapat endapan
Larut sebagian
4. Kelarutan dalam HCl 10 %
dimasukkan kedalam 2 buah tabung reaksi 0,2 mL
ditambahkan 1 ml HCl 10 %
Senyawa Uji
(Senyawa uji C dan E)
Sampel C Sampel E
dikocok kuat – kuat
diamati kelarutannya
Larut sebagian
diambil lapisan atasnya
ditambahkan beberapa tetes HCl
Larut sebagian
Larut dan terdapat endapan
Larut sebagian dan terdapat endapan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Data Pengamatan
No. PelarutSenyawa Uji
A B C D E
1. Aquades (+++) (+++) (+--) (+++) (+--)
2. n-hexan (+--) (+++) (+++) (+++) (+++)
3. NaOH 10% - - (+--) - (+--)
4. HCl 10 % - - (+--) - (+--)
Keterangan : (+++) = larut sempurna
(+--) = larut sebagian (Emulsi)
B. Reaksi Lengkap
1.
2.
B. Pembahasan
Senyawa organik dapat di klafikasikan sesuai dengan sifat kelarutannya
dalam sejumlah pelarut dan larutan tertentu. Senyawa dikatakan dapat larut
apabila 0,1 gram padatan atau 0,2 mL cairan dapat larut dalam 3 mL pelarut.
Secara umum senyawa organik di klasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam
pelarut organik adalah senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa
non polar larut dalam pelarut non polar. Dalam kelarutannya senyawa organik
dalam suatu larutan dapat memberi informasi tentang klasfikasi larutan yang
bersifat basa. Klasifikasi ini dapat dilakukan dengan menentukan sifat
kelarutannya dalam larutan basa, netral atau larutan asam.
Air merupakan senyawa polar, senyawa-senyawa polar akan larut dalam
air sementara senyawa-senyawa non polar tidak larut dalam air. Senyawa-
senyawa seperti alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, ester, amida, juga
nitril dapat larut dalam air namun mempunyai batas kelarutan. Senyawa-
senyawa tersebut dengan jumlah atom C sampai dengan empat dapat larut
dalam air, tetapi dengan bertambahnya atom C pada deret homolog tersebut
gugus non polar menjadi semakin besar sehingga kelarutannya dalam air
semakin berkurang.
Pada percobaan identifikasi senyawa organik berdasarkan kelarutannya
digunakan empat pelarut yang berbeda yaitu aquades, n-heksan, NaOH 10%
dan HCl 10%. Pada percobaan kelarutan dalam air, terdapat 3 senyawa yang
larut dalam air yaitu sampel A, B dam D sedangkan untuk sampel C dan E
tidak larut dalam air. Air merupakan pelarut polar, sehingga senyawa yang
larut di dalam air termaksud senyawa polar, sedangkan senyawa non polar
tidak dapat larut dalam air. Hal ini berarti sampel A, B dan D merupakan
senyawa polar dan sampel C dan E merupakan senyawa non polar. Senyawa
yang dapat larut dalam air meliputi alkohol, aldehid, keton, ester, asam
karboksilat amina, amida dan nitril. Senyawa ionik seperti NaCl dapat larut
dalam air karena bersifat polar, hal ini di sebabkan kelarutan senyawa polar
bergantung pada pengaruh gugus polar yang relatif terhadap gugus non polar.
Apabila gugus polar lebih dominan dari pada gugus non polar maka sifat
polarnya menjadi lebih kuat dan apabila sifat non polarnya lebih dominan dari
pada gugus polar maka sifat non polarnya menjadi lebih kuat. Pada umunya
senyawa dengan satu gugus polar per molekul akan larut dalam eter.
n-heksan merupakan pelarut organik yang non-polar. Senyawa-senyawa
organik yang semi polar dapat larut dalam n-heksan. Pada percobaan dengan
menggunakan n-heksan diperoleh hasil sampel B, C, D dan E dapat larut
dalam n-heksan sedangkan yang tidak dapat larut dalam eter adalah sampel A.
Sampel A merupakan senyawa polar ionik. Hal ini dikarenakan senyawa A
dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam n-heksan, senyawa ini
merupakan NaCl. Sedangkan untuk sampel B dan D yang dapat larut dalam
air dan n-heksan merupakan senyawa polar non ionik, contohnya alkohol dan
metanol.
Pada uji kelarutan dengan menggunakan pelarut NaOH 10% terlihat
senyawa C dan E tidak larut dalam NaOH sama seperti pada pelarut aquades.
Hal ini dikarenakan NaOH bersifat polar sama seperti air, sehingga senyawa
polar akan larut dalam pelarut ini, seperti garam-garam ionik yang pada
umumnya larut dalam air. Pada penambahan beberapa tetes HCl pada sampel
C dan E tidak terlihat terdapatnya endapan pada kedua sampel larutan ini. Hal
ini berarti tidak terdapat gugus asam pada kedua senyawa organik ini.
Pada uji senyawa dengan menggunakan pelarut HCl 10%, dari hasil
pengamatan terlihat sampel C dan E tidak dapat larut dalam HCl, dikarenakan
HCl bersifat non polar. Pada penambahan NaOH pada lapisan bagian atas
sampel C dan E terlihat adanya endapan pada kedua sampel. Hal ini berarti
sampel C dan E memiliki gugus fungsional basa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa sampel A merupakan senyawa polar ionik (NaCl), sampel
B dan D merupakan senyawa polar non ionik (Alkohol dan metanol), sampel
C dan E merupakan senyawa non polar bersifat basa (Urea dan isopropil).
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan pada percobaan kali ini yaitu pada
percobaan selanjutnya agar digunakan juga pelarut eter agar praktikan lebih
paham lagi tentang eter.
DAFTAR PUSTAKA
Antony, C.W. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
Hart, Harold. 1987. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Erlangga : Jakarta.
Oxtoby, David.W., dkk. 1998. Kimia Modern Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta
Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik. Jilid I. Aksara Baru. Jakarta.
Riswayanto, 2009. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAAN I
IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK
BERDASARKAN KELARUTANNYA
OLEH :
NAMA : NURFIAH
STAMBUK : A1C4 12 044
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : INDRA KURNIAWAN
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
VII. Tugas Setelah Praktikum
Senyawa-senyawa yang dapat di simpulkan sebagai identifikasi terhadap
senyawa-senyawa uji jika senyawa tersebut:
1. larut dalam air dan larut dalam eter?
2. larut dalam air tetapi tidak larut dalam eter?
3. tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter ?
4. tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter dan larut dalam NaOH 10%
5. tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter dan larut dalam HCl 10%
jawab :
1. senyawa polar non ionik
2. senyawa polar ionik
3. senyawa yang bersifat non polar
4. senyawa non polar dan bersifat asam
5. senyawa non polar dan bersifat basa.
top related