identifikasi perkembangan motorik halus anak tk … · halaman pernyataan ... dini mengalami...
Post on 05-Mar-2019
251 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK TK
KELOMPOK B KELURAHAN BALECATUR GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Maria Indriyani
NIM 12111244027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2016
MOTTO
Arti penting pengembangan motorik halus bukanlah pada seberapa banyak
kegiatan motorik yang diberikan dan diselesaikan oleh anak, namun lebih pada
seberapa jauh suatu kegiatan benar-benar mampu mengembangkan kemampuan
anak menuju keterampilan dan kemandirian diri dalam melakukan berbagai
aktivitas motorik halusnya.
(Ricard D.)
“Salah satu manfaat anak mempelajari keterampilan motorik adalah
menumbuhkan sikap percaya diri dan mandiri”
(Ernawulan Syaodih)
v
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini
saya persembahkan kepada:
1. Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan, membimbing, dan membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bekal
ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi masa depan saya.
3. Agama, Nusa, dan Bangsa.
vi
IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK TK
KELOMPOK B KELURAHAN BALECATUR GAMPING SLEMAN
YOGYAKARTA
Oleh
Maria Indriyani NIM 12111244027
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan motorik halus
anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur Kecamatan Gamping, Sleman,
Yogyakarta. Perkembangan motorik halus ini meliputi kegiatan meronce sesuai
dengan pola, menyalin angka 1-20, membentuk dengan plastisin sesuai contoh
guru, menempel dengan tepat, mewarnai gambar sederhana, dan menggambar
orang dengan lengkap dan proporsional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode
survei. Populasi dalam penelitian ini adalah anak TK Kelompok B Kelurahan
Balecatur yang berjumlah 260 anak dengan sampel sebesar 155 anak. Teknik
pengambilan sampel menggunakan sampel kuota. Subjek dalam penelitian ini
adalah anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur. Sedangkan objek
penelitiannya adalah identifikasi perkembangan motorik halus. Metode
pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 155 anak tidak ada anak yang
berada dalam kategori Belum Berkembang (BB). Kategori Mulai Berkembang
(MB) terdiri dari 2 anak atau sebesar 1,3%. Kategori Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) terdiri dari 63 anak atau sebesar 40,65%. Kategori Berkembang Sangat
Baik (BSB) terdiri dari 90 anak atau sebesar 58%. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus anak TK Kelompok B
Kelurahan Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta sudah sesuai dengan standar
tingkat pencapaian perkembangan.
Kata kunci: perkembangan motorik halus, anak TK B
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr.wb.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Anak TK
Kelompok B Kelurahan Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta”. Penulisan
skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) di Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan skripsi ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakrta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Yogyakarta
yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian. 4. Ibu Dra. Sudaryanti M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Nur
Cholimah, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini. 5. Ayahanda Ngadino dan Ibunda Karsilah serta kakak Yusuf Andri Wibowo
tercinta yang selalu memberikan motivasi, doa serta dukungan moril dan
materiil untuk terselesaikannya skripsi ini. 6. Kepala sekolah, guru, staf karyawan dan peserta didik TK Indriyasana
Nyamplung, TK ABA Sumber, TK Mutiara Ngaran, TK ABA Gejawan, TK
viii
ABA Temuwuh Lor, TK ABA Jatimas, dan TK ABA Perengdawe yang
telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam penelitian ini.
7. Bapak Sarimin, Ibu Bertha, Sugeng Prinurhardi P., Bapak Sumpono, Ibu
Suminten, Deni Astuti, Tia Dwi Yunita dan Kuat Rahayu yang selalu
mendukung dan memberi semangat. 8. Sahabat-sahabat saya di Program Studi PG PAUD angkatan 2012 tercinta. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, baik dari
segi materi maupun isi penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi semua.
Wassalamu’alaikum, wr.wb.
Yogyakarta, Juli 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
ABSTRAK .............................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................................ 7
C. Batasan Masalah ............................................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah............................................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian............................................................................................................ 8
G. Definisi Operasional ....................................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Motorik AUD ...................................................................................... 10
1. Pengertian Perkembangan Motorik AUD ............................................................ 10
2. Macam-macam Keterampilan Motorik ................................................................ 11
3. Prinsip Perkembangan Motorik AUD ................................................................... 12
4. Faktor-faktor Perkembangan Motorik AUD ....................................................... 15
5. Tujuan Perkembangan Motorik AUD ................................................................... 17
x
6. Manfaat Perkembangan Motorik AUD ................................................................ 19
B. Perkembangan Motorik Halus AUD .......................................................................... 21
1. Pengertian Perkembangan Motorik Halus AUD ............................................... 21
2. Prinsip Perkembangan Motorik Halus AUD ...................................................... 23
3. Tujuan dan Fungsi Perkembangan Motorik Halus AUD ................................ 26
4. Pembelajaran Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus AUD .. 27
C. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun .... 30
D. Kajian Penelitian Yang Relefan .................................................................................. 40
E. Kerangka Berfikir ............................................................................................................. 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................................................. 42
1. Jenis Penelitian ............................................................................................................ 42
2. Pendekatan Penelitian ................................................................................................ 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................................... 42
1. Tempat Penelitian ....................................................................................................... 42
2. Waktu Penelitian ......................................................................................................... 43
C. Populasi dan Sampel ....................................................................................................... 44
D. Variabel Penelitian .......................................................................................................... 44
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian............................................ 44
1. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................... 44
2. Instrumen Penelitian .................................................................................................. 45
F. Validitas dan Reliabilitas................................................................................................ 46
1. Validitas ......................................................................................................................... 46
2. Reliabilitas .................................................................................................................... 47
G. Teknik Analisis Data ...................................................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................................................. 50
1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ....................................................................... 50
B. Pembahasan ....................................................................................................................... 65
C. Keterbasan Penelitian ..................................................................................................... 78
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 79
B. Saran .................................................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 81
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 84
xii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Daftar TK Kelompok B Gugus Balecatur ................................................... 43
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus ...................................... 45
Tabel 3. Lembar Penilaian Perkembangan Motorik Halus ..................................... 45
Tabel 4. Rubrik Penilaian Perkembangan Motorik Halus ....................................... 46
Tabel 5. Kategori Kemampuan Motorik Halus .......................................................... 49
Tabel 6. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Meronce ............................... 58
Tabel 7. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Menyalin Angka 1-20 ...... 59
Tabel 8. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Membentuk Plastisin ........ 60
Tabel 9. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Menempel ............................ 61
Tabel 10. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Mewarnai ............................. 62
Tabel 11. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Menggambar ....................... 63
Tabel 12. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Kelompok B ........................ 64
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir ............................................................................... 41
Gambar 2. Histogram Perkembangan Motorik Halus ................................................. 64
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 85
Lampiran 2. Analisis Data Hasil Observasi ................................................................... 98
Lampiran 3. Foto Hasil Penelitian .................................................................................... 110
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini menurut Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 adalah
anak yang berada pada usia lahir hingga usia enam tahun. Pada masa anak usia
dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat sehingga
membutuhkan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Stimulasi tersebut
salah satunya dapat diperoleh dari pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak
usia dini merupakan upaya pembinaan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Menurut Yudha M Saputra & Rudyanto (2005: 115) anak usia dini mengalami
masa peka yaitu masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang
siap merespon rangsangan dari lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk
meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan aspek fisik motorik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, dan Nilai Agama Moral (NAM). Senada dengan
Mulyasa (2012: 20-21) anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik,
dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Pada masa
ini stimulasi seluruh aspek perkembangan memiliki peran penting untuk tugas
perkembangan selanjutnya. Sel-sel tubuh dan pertumbuhan otak pun sedang
1
mengalami perkembangan yang sangat pesat demikian halnya dengan
pertumbuhan dan perkembangan fisiknya.
Aspek perkembangan terdiri dari aspek kognitif, bahasa, fisik motorik,
sosial emosional, dan NAM (Nilai Agama dan Moral). Masa usia dini merupakan
waktu yang sangat tepat untuk mempelajari dan melatih aspek-aspek
perkembangan tersebut. Aspek perkembangan yang membutuhkan pengendalian
gerak tubuh dan otak sebagai pusat gerakan adalah aspek fisik motorik. Aspek
fisik motorik juga membutuhkan keterampilan. Hal ini didukung oleh Ernawulan
Syaodih (2005: 30-31) perkembangan keterampilan motorik hendaknya dikuasai
anak pada masa kanak-kanak karena pada diri anak akan terbentuk rasa percaya
diri, mandiri, dan mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya.
Gerakan yang menggunakan otot-otot halus disebut motorik halus
cenderung digunakan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting,
menempel, dan melipat. Keterampilan motorik memiliki dua fungsi, yaitu
memperoleh kemandirian dan membantu mendapatkan penerimaan sosial.
Sementara itu Sumantri (2005: 143) motorik halus adalah kemampuan
pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang
membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang
mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137
Tahun 2014 tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (TPPA) pada
lingkup perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun meliputi
menggambar sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan
2
berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dan alat makan dengan
benar, menggunting sesuai dengan pola, menempel gambar dengan tepat,
mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci. Menurut standar
isi PAUD (Depdiknas, 2007) indikator motorik halus anak usia 5-6 tahun adalah
memegang pensil dengan benar (antara ibu jari dan dua jari), membuat berbagai
bentuk dengan plastisin/playdough, meniru membuat garis tegak, datar, miring,
lengkung, dan lingkaran, meniru melipat kertas sederhana (5-6 lipatan), menjahit
bervariasi dan lain-lain.
Menurut Sumantri (2005: 147-148) prinsip pengembangan motorik halus
anak usia TK yaitu berorientasi pada kebutuhan anak, belajar sambil bermain,
kreatif dan inovatif, serta berdasarkan tema. Pemilihan tema hendaknya
disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak agar anak mampu
mengenali berbagai konsep secara mudah dan jelas. Penjelasan tema tersebut
hendaknya disertai dengan contoh yang konkret sehingga anak dapat
menghubungkan pengetahuan dan pengalamannya dengan pengetahuan barunya.
Menurut Elizabeth Hurlock (1978: 151-152) prinsip perkembangan motorik
tergantung pada kematangan otot dan syaraf, tidak terjadi sebelum anak matang,
dan mengikuti pola yang diramalkan.
Hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Elizabeth
Hurlock (1978: 157) yaitu membutuhkan kesiapan belajar anak, kesempatan
berpraktek, model yang baik, bimbingan, dan motivasi. Anak diberi waktu untuk
berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan.
Meskipun demikian kualitas praktek lebih penting daripada kuantitasnya. Menurut
3
Sumantri (2005: 49) tujuan dan fungsi pengembangan penguasaan keterampilan
dapat dilihat dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik. Kualitas motorik
terlihat dari seberapa jauh anak menyelesaikan tugas motorik yang diberikan
dengan tingkat keberhasilan tertentu. Jika tingkat keberhasilan motorik yang
dicapai anak tinggi artinya motorik yang dilakukan efektif dan efisien. Pentingnya
perkembangan motorik halus bagi anak usia dini maka sangat dibutuhkan kegiatan
pembelajaran yang dapat menstimulasi perkembangan motorik halus anak.
Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 di
TK Kelompok B Kelurahan Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta. TK yang
diobservasi adalah TK Indriyasana Nyamplung, TK ABA Sumber, TK Mutiara
Ngaran, TK ABA Gejawan, TK ABA Temuwuh Lor, TK ABA Jatimas, dan TK
ABA Perengdawe. TK yang diobservasi sudah ada yang menerapkan kegiatan
yang dapat menstimulasi perkembangan motorik halus anak. Kegiatan yang sudah
ada yaitu meronce, menulis, membentuk dengan plastisin, menempel, mewarnai,
menggambar, menganyam, mencocok, dan lain-lain. Namun belum semua TK
sudah menerapkan kegiatan pembelajaran yang dapat menstimulasi perkembangan
motorik halus anak.
Di beberapa TK Kelompok B Kelurahan Balecatur, guru jarang sekali
memberikan kegiatan membentuk dengan plastisin. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru yang mengatakan bahwa bahan plastisin kurang awet dan mudah
sekali keras sehingga guru jarang menggunakan plastisin pada kegiatan
pembelajarannya. Kemampuan anak dalam membentuk dengan plastisin pun
hasilnya belum begitu baik.
4
Menurut hasil observasi, kegiatan membentuk dengan plastisin belum
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun
2014 tentang tingkat pencapaian perkembangan fisik motorik halus usia 5-6 tahun
salah satunya adalah meniru bentuk. Kegiatan membentuk dengan plastisin juga
belum sesuai dengan standar isi PAUD (Depdiknas, 2007) tentang indikator
motorik halus anak usia 5-6 tahun salah satunya adalah membuat berbagai bentuk
dengan plastisin/playdough, tanah liat, pasir, dan lain-lain.
Menurut teori Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 36-37) indikator
motorik halus anak usia 5-6 tahun salah satunya adalah menggambar orang
dengan lengkap dan proporsional. Senada dengan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang tingkat pencapaian
perkembangan fisik motorik halus anak usia 5-6 tahun salah satunya adalah dapat
mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail.
Pada penilaian portofolio anak ditemukan bahwa tidak semua anak TK
Kelompok B dapat menggambar orang dengan lengkap dan proporsional.
Lengkap artinya adalah dapat menggambar mulai dari kepala (mata, hidung,
mulut, telinga, dan rambut), badan, tangan, dan kaki. Proporsional artinya antara
ukuran gambar dan kertas sudah sesuai. Proporsional yaitu gambar tidak terlalu
kecil dan dapat menyesuaikan dengan ukuran kertas. Berdasarkan hasil observasi
pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur belum semuanya dapat
menggambar orang dengan lengkap dan proporsional. Ada anak yang
menggambar orang sangat kecil dan belum sesuai dengan ukuran kertas sehingga
belum dapat dikatakan proporsional.
5
Dari hasil observasi perkembangan motorik halus diketahui tidak ada anak
yang masuk kategori Belum Berkembang (BB). Namun masih ada anak yang
masuk kategori Mulai Berkembang (MB). Anak yang masuk kategori MB ini saat
mengerjakan tugas banyak bertanya pada guru, belum dapat menyelesaikan semua
tugas dari guru, dan masih sangat membutuhkan bantuan guru. Kategori MB tidak
terlalu banyak jumlahnya. Kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sudah
cukup banyak. Anak kategori BSH ini dapat memahami materi yang disampaikan
guru dengan baik. Anak yang masuk kategori BSH hanya sesekali bertanya pada
guru, dapat mengerjakan tugas sesuai dengan indikator, tepat waktu, dan mandiri.
Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) belum begitu banyak ditemukan. Anak
kategori BSB dapat dengan cepat dan mudah memahami materi pembelajaran dari
guru. Anak kategori BSB dapat menyelesaikan tugas dengan mandiri, hasil
pekerjaannya sangat bagus, rapi, dan selesai sebelum waktunya.
TK Kelompok B Kelurahan Balecatur juga memiliki kegiatan ekstra sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing TK. Kegiatan ekstra yang ada
meliputi jarimatika, melukis, drumband, tari, dan iqro. Salah satu kegiatan ekstra
yang dapat menstimulasi motorik halus anak adalah melukis. Namun tidak semua
TK menerapkan kegiatan ekstra melukis. Apabila tidak menerapkan kegiatan
ekstra melukis pun guru kelas tetap dapat mengajari anak. Berdasarkan hasil
observasi ditemukan bahwa TK yang tidak menerapkan kegiatan ekstra melukis,
pada penilaian portofolio dan hasil karya anak jarang sekali ada gambar orang.
Kalaupun ada gambar orang, gambarnya sangat kecil dan masih belum lengkap
dan proporsional. Pada penilaian portofolio ditemukan ada anak yang sama sekali
6
tidak menggambar orang. Hal ini berarti tidak semua TK mengajarkan
menggambar orang dengan lengkap dan proporsional.
Berdasarkan hasil observasi di TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
diketahui bahwa pada kegiatan membentuk dengan plastisin dan menggambar
orang belum sesuai dengan teori yang ada. Kegiatan membentuk dengan plastisin
dan menggambar orang termasuk aspek motorik halus. Perkembangan motorik
halus tidak hanya dalam kegiatan membentuk dengan plastisin dan menggambar
namun masih banyak kegiatan lain seperti meronce, menyalin angka, menempel,
mewarnai, dan lain-lain. Menurut hasil observasi yang ada maka peneliti tertarik
untuk meneliti perkembangan motorik halus anak TK Kelompok B.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang ada maka dapat diidentifikasikan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Masih adanya anak yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang (MB)
dalam perkembangan motorik halus.
2. Guru jarang memberikan kegiatan membentuk dengan plastisin sehingga
menyebabkan anak kurang terampil dan terlatih dalam membentuk dengan
plastisin.
3. TK yang tidak memiliki kegiatan ekstra melukis menunjukkan kemampuan
menggambar orang masih kurang baik.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi
masalah pada “Perkembangan Motorik Halus Anak TK Kelompok B”.
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disampaikan maka rumusan
masalah dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan berikut: Apakah perkembangan
motorik halus anak TK kelompok B Kelurahan Balecatur Gamping Sleman
Yogyakarta sudah sesuai dengan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan maka tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan motorik halus anak TK
Kelompok B Kelurahan Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian secara teoritis adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perkembangan motorik halus anak sesuai dengan standar tingkat
pencapaian perkembangan.
2. Penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian yang akan datang
mengenai perkembangan motorik halus.
3. Penelitian ini dapat digunakan untuk menilai tingkat pencapaian
perkembangan motorik halus anak diwaktu yang akan datang.
Manfaat secara praktis adalah:
1. Bagi siswa
Dapat terstimulasi perkembangan motorik halusnya sesuai dengan standar
pencapaian perkembangan.
8
2. Bagi guru
a. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan guru mengenai perkembangan
motorik halus anak dalam kegiatan meronce sesuai dengan pola, menyalin
angka 1-20 dengan tepat, membentuk dengan plastisin sesuai contoh guru,
menempel dengan tepat, mewarnai gambar sederhana, dan menggambar
orang dengan lengkap dan proporsional.
b. Penelitian ini dapat menambah wawasan guru untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus anak.
3. Bagi sekolah
Sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana untuk mengembangkan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak sehingga dapat
menstimulasi aspek perkembangan motorik halus anak.
G. Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus.
Perkembangan motorik halus adalah kematangan gerakan yang melibatkan otot-
otot halus yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan serta ketelitian.
Perkembangan motorik halus untuk anak TK usia 5-6 tahun dalam penelitian ini
meliputi kegiatan meronce sesuai dengan pola, menyalin angka 1-20 dengan tepat,
membentuk dengan plastisin sesuai tema pembelajaran, menempel dengan tepat,
mewarnai gambar sederhana, dan menggambar orang dengan lengkap dan
proporsional.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Menurut Yudha M Saputra & Rudyanto (2005: 113-114) perkembangan
mengacu pada kemajuan dan kemunduran yang terjadi sepanjang akhir hayat yang
meliputi segala aspek dari perilaku manusia. Motorik adalah bentuk perilaku
gerak manusia. Perkembangan motorik merupakan proses yang sejalan dengan
bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, gerakan individu
meningkat dari keadaan sederhana, tidak terkoordinasi dan tidak terampil menuju
keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik.
Elisabeth Hurlock (1978: 159) menyatakan perkembangan motorik adalah
unsur kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat gerakan.
Perkembangan tersebut memerlukan usaha yang aktif dari anak dan dukungan dari
lingkungan sehingga dapat mengembangkan motorik halus anak. Senada dengan
Harun Rasyid (2009: 111) perkembangan motorik dilaksanakan dengan praktek
secara individu yang membutuhkan frekuensi dan kesempatan untuk dapat
mengembangkan aktifitas fisik secara fundamental.
Menurut Suherman (dalam Sumantri, 2005: 123) pengembangan
keterampilan motorik merupakan kegiatan yang mengaktualisasikan seluruh
potensi anak berupa sikap, tindakan, dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah
menuju pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Oleh karena itu
pengembangan keterampilan motorik merupakan bagian dari pendidikan terutama
10
melalui pengalaman-pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak secara menyeluruh.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
motorik adalah perubahan perilaku motorik yang memperlihatkan kematangan
pengendalian gerak tubuh.
2. Macam-macam Keterampilan Motorik
Menurut Ernawulan Syaodih (2005: 30-31) gerakan yang banyak
menggunakan otot-otot kasar disebut motorik kasar (gross motor) yang digunakan
untuk melakukan aktivitas berlari, memanjat, melompat atau melempar.
Sementara gerakan yang mengunakan otot-otot halus yang disebut motorik halus
(fine motor) cenderung digunakan untuk aktivitas menggambar, meronce,
menggunting, menempel, atau melipat. Berbagai kemampuan yang dimiliki anak
dalam menggunakan otot-otot halus dan kasar dapat menimbulkan rasa percaya
diri pada anak.
Menurut Suyadi (2010: 68) perkembangan fisik motorik terdiri dari dua
jenis yakni:
a. Perkembangan gerak motorik kasar
Menurut Soetjiningsih (1995: 116) gerakan motorik kasar yaitu
kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak
misalnya berlari. Senada dengan Santrock (2007: 213) keterampilan motorik kasar
adalah keterampilan yang melibatkan otot-otot besar seperti menggerakan tangan
dan berjalan.
11
b. Perkembangan gerak motorik halus
Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya
pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf kecil seperti
meremas kertas, menyobek, menggambar, menulis, dan lain-lain. Menurut Dini P
dan Daeng Sari (1996: 72) motorik halus adalah aktivitas motorik yang
melibatkan otot-otot kecil atau halus yang memerlukan koordinasi mata dan
tangan serta pengendalian gerak yang baik yang membutuhkan ketepatan,
kecermatan dan konsentrasi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gerakan motorik
ada dua macam yaitu motorik kasar yang melibatkan otot-otot besar dan motorik
halus yang melibatkan otot-otot kecil, koordinasi mata dan tangan serta ketelitian.
3. Prinsip Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Menurut Elizabeth Hurlock (1978: 151-152) prinsip perkembangan motorik
adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan motorik tergantung pada kematangan otot dan syaraf
Perkembangan pusat syaraf yang lebih rendah, yang bertempat dalam urat
syaraf tulang belakang, pada waktu lahir berkembangnya lebih baik daripada
pusat syaraf yang lebih tinggi yang berada dalam otak, maka gerak reflek
pada waktu lahir lebih baik dikembangkan.
b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang
Sebelum sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik, upaya untuk
mengajarkan gerakan terampil bagi anak akan sia-sia. Pelatihan mungkin
12
menghasilkan beberapa keuntungan sementara, tetapi dalam jangka panjang
pengaruhnya tidak akan berarti.
b. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan
Setiap tahap perkembangan akan berbeda satu sama lain, masing-masing
bergantung pada tahap yang mendahuluinya dan mempengaruhi tahap
berikutnya.
c. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik
Norma tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk bagi orang tua untuk
mengetahui dan menilai kenormalan perkembangan anak.
Menurut Sumantri (2005: 48-49) salah satu prinsip perkembangan motorik
anak usia dini yaitu perubahan fisik dan psikis sesuai dengan masa
pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status
kesehatan, dan stimulasi aktivitas gerak yang sesuai dengan masa
perkembangannya.
Menurut Morrison (1998) (dalam Harun Rasyid, 2012: 225) tumbuh kembangnya motorik anak ditentukan oleh beberapa prinsip dasar seperti: (a) sekuensial atau urutan pokok berdasarkan kejadian penting; (b) sistem kematangan motorik; (c) pengembangan motor dari kepala ke kaki; (d) perkembangan motorik dari proximal ke distal.
Hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Elizabeth
Hurlock (1978: 157) adalah kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model
yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan motorik harus dipelajari
secara individu, keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu agar anak lebih
dapat menguasai keterampilan motorik halus.
13
a. Kesiapan belajar
Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar maka
keterampilan yang akan dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh
orang yang sudah siap akan lebih unggul daripada orang yang belum siap.
b. Kesempatan berpraktek
Anak harus banyak diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan
untuk menguasai suatu keterampilan meskipun demikian kualitas praktek
lebih penting daripada kuantitasnya.
c. Model yang baik
Mempelajari keterampilan motorik membutuhkan model yang baik untuk
memainkan peran yang penting.
d. Bimbingan
Bimbingan membantu anak membetulkan kesalahan sebelum kesalahan
tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.
e. Motivasi
Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan.
Mempelajari sumber motivasi umum adalah kepuasaan pribadi yang
diperoleh anak dari kegiatan tersebut.
f. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu
Setiap jenis keterampilan mempunyai perbedaan tertentu sehingga setiap
keterampilan harus dipelajarin secara individu.
14
g. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu
Mempelajari berbagai macam keterampilan motorik secara serempak,
khususnya apabila menggunkan otot yang sama, akan membingungkan anak
dan akan menghasilkan keterampilan yang jelek. Apabila keterampilan sudah
dikuasai, maka keterampilan lain dapat dipelajari tanpa menimbulkan
kebingungan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip perkembangan
motorik anak tergantung pada kematangan otot dan syaraf yang dilalui anak. Anak
mempelajari keterampilan motorik membutuhkan kesiapan, kesempatan,
pengalaman, bimbingan, dan motivasi.
4. Faktor-faktor Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Prinsip uatama perkembangan motorik menurut Malina & Bouchard
(dalam Martini Jamaris, 2005: 10-12) adalah sebagai berikut:
a. Kematangan syaraf
Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang
bertugas mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurological maturation
(kematangan neurologis) yang merupakan hal yang penting dan berpengaruh pada
kemampuan anak dalam mengontrol gerakan motoriknya. Pada usia 5 tahun
syaraf-syaraf berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangan
dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik secara luas. Perkembangan motorik
membutuhkan kematangan syaraf anak sehingga anak lebih siap untuk
mempelajari keterampilan motorik.
15
b. Urutan
Proses perkembangan fisiologis manusia berlangsung dengan urutan:
1) Pembedaan yaitu mencakup perkembangan secara perlahan dari gerakan
motorik kasar yang belum terarah menuju ke gerakan yang lebih terarah
sesuai dengan fungsinya gerakan motorik kasar.
2) Keterpaduan yaitu kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik yang
saling berlawanan dalam koordinasi gerakan yang baik seperti berlari dan
berhenti.
c. Motivasi
Kematangan motorik dapat memotivasi anak untuk melakukan aktivitas
motoriknya dalam lingkup lebih luas. Motivasi dapat didukung dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak.
d. Pengalaman dan latihan
Guru perlu memberikan berbagai kesempatan pengalaman yang dapat
meningkatkan keterampilan motorik anak dengan didukung fasilitas yang berguna
bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan halus.
Faktor-faktor dalam pencapaian suatu keterampilan menurut Mahendra
(1998) (dalam Sumantri, 2005: 110-113) adalah faktor proses, pribadi, dan
situasional. Penjelasan faktor keterampilan dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
a. Faktor proses belajar (learning proces)
Proses pembelajaran motorik harus dilakukan berdasarkan tahapan-
tahapan yang digariskan oleh teori belajar yang diyakini kebenarannya serta
dipilih berdasarkan nilai manfaatnya, berbagai tanda dan langkah yang
16
menimbulkan perubahan dalam perilaku anak ketika sedang belajar gerak motorik
harus diupayakan dihadirkan.
b. Faktor pribadi (personal factor)
Setiap orang merupakan individu yang berbeda-beda baik dalam fisik,
mental sosial, maupun kemampuan-kemampuannya. Ada anak yang lebih cepat
menguasai keterampilan motorik sedangkan anak yang lain membutuhkan waktu
yang lebih lama. Hal ini pertanda bahwa individu yang memiliki ciri, kemampuan,
minat, kecenderungan dan bakat yang berbeda-beda.
c. Faktor situasional (situational factors)
Faktor situasional berhubungan dengan faktor lingkungan dan faktor-
faktor lain yang memberikan perubahan makna serta situasi pada kondisi
pembelajaran yang meliputi tugas yang diberikan, peralatan yang digunakan
termasuk media pembelajaran, dan kondisi sekitar saat pembelajaran berlangsung.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
perkembangan motorik dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam yang berasal dari
dalam diri individu itu sendiri dan faktor luar berasal dari luar individu itu sendiri.
Faktor dari dalam diantaranya kematangan syaraf dan motivasi sedangkan faktor
dari luar meliputi keadaan lingkungan, pengalaman, dan latihan.
5. Tujuan Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Menurut Sumantri (2005: 49) tujuan dan fungsi pengembangan
penguasaan keterampilan dapat dilihat dalam kemampuan menyelesaikan tugas
motorik. Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak menyelesaikan tugas
motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Tingkat
17
keberhasilan motorik yang dicapai anak tinggi artinya motorik yang dilakukan
efektif dan efisien.
Menurut Yudha M Saputra & Rudyanto (2005: 115) tujuan dari
pengembangan motorik kasar dan halus yaitu:.
a. Tujuan pengembangan motorik kasar yaitu: 1) Mampu meningkatkan
keterampilan gerak; 2) mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran
jasmani; 3) mampu menanamkan sikap percaya diri; 4) mampu bekerjasama;
4) mampu berperilaku disiplin, jujur, dan sportif.
b. Tujuan pengembangan motorik halus: 1) Mampu memfungsikan otot-otot
kecil seperti gerakan jari tangan; 2) mampu mengkoordinasikan kecepatan
tangan dengan mata; 3) mampu mengendalikan emosi.
Kategori fungsi keterampilan anak menurut Elizabeth Hurlock (1978: 163)
yaitu keterampilan bantu diri, keterampilan bantu sosial, keterampilan bermain,
dan keterampilan sekolah,. Penjelasan fungsi keterampilan anak adalah:
a. Keterampilan bantu diri (self-help)
Untuk mencapai kemandiriannya anak harus mempelajari keterampilan
motorik yang memungkinkan anak mampu melakukan segala sesuatu bagi
diri mereka sendiri. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan makan,
berpakaian, merawat diri, dan mandi.
b. Keterampilan bantu sosial (social-help)
Untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima dalam keluarga,
sekolah, masyarakat, dan tetangga anak harus menjadi anggota yang
18
kooperatif. Penerimaan kelompok diperlukan keterampilan tertentu seperti
membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah.
c. Keterampilan bermain
Untuk dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau untuk menghibur diri
di luar kelompok sebaya anak harus mempelajari keterampilan bermain bola,
menggambar, melukis, dan memanipulasi alat bermain.
d. Keterampilan sekolah
Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki semakin baik
pula penyesuaian sosial yang dilakukan dan semakin baik prestasi
sekolahnya, baik prestasi akademis maupun prestasi non akademis.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perkembangan
motorik anak usia dini adalah untuk melatih otot-otot besar dan kecil agar dapat
meningkatkan keterampilan dan dapat melakukan gerakan yang bermanfaat bagi
diri sendiri dan orang lain.
6. Manfaat Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Penguasaan-penguasaan keterampilan fisik untuk anak usia dini dapat
merupakan sumber kesenangan dan prestasi. Anak menjadi senang karena dengan
menguasai berbagai keterampilan fisik ia dapat bermain dan melakukan berbagai
aktivitas yang diinginkannya. Begitu pula unsur pengalaman dalam melakukan
berbagai aktivitas tersebut membuat anak menjadi semakin mahir dan terampil
serta menjadi kaya dan bervariasi dengan keterampilan-keterampilan baru (Conny
R, Semiawan, 1998: 49).
19
Menurut Sumantri (2005: 120-121) pelatihan motorik dan kegiatan fisik
merupakan elemen yang sangat penting dalam pengembangan sosial anak. Hal ini
sagat berguna saat anak bersosialisasi dengan teman sebaya, terutama dalam hal
kepemimpinan dan kompetisi dan penyelesaian masalah. Kegiatan fisik untuk
melatih keterampilan motorik merupakan salah satu komponen kunci dalam
pengembangan kognitif, sosial dan emosional anak. Keterampilan motorik yang
membentuk kognitif anak melalui kemampuan anak mengenali, membandingkan,
menghubungkan, menyelesaikan masalah sederhana dan mempunyai banyak
gagasan tentang konsep dan gejala alam sederhana di lingkungan. Sementara itu
pengembangan sosial emosional anak dapat terbentuk melalui kegiatan bermain.
Kurangnya pengalaman bermain dan kesempatan berpartisipasi dapat
memperlambat pertumbuhan fisik maupun intelektualnya.
Menurut Elizabeth Hurlock (1978: 150) sumbangan perkembangan
motorik adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan yang baik
Kesehatan yang baik sebagian bergantung pada latihan penting bagi
perkembangan dan kebahagiaan anak. Apabila koordinasi motorik sangat
jelek sehingga prestasi anak berada di bawah standar kelompok sebaya, maka
anak kurang merasakan kepuasan.
b. Katarsis Emosional
Melalui latihan yang berat, anak dapat melepaskan tenaga yang tertahan dan
membebaskan tubuh dari ketegangan, kegelisahan, dan keputusasaan.
20
c. Kemandirian
Semakin anak banyak melakukan sendiri, semakin besar kebahagiaan dan
rasa percaya atas dirinya, kebergantungan menimbulkan kekecewaan dan
ketidakmampuan diri.
d. Hiburan diri
Pengendalian motorik memungkinkan anak terlibat dalam kegiatan yang akan
menimbulkan kesenangan baginya.
e. Sosialisasi
Perkembangan motorik yang baik turut menyumbang bagi penerimaan anak
dan menyediakan kesempatan untuk mempelajari keterampilan sosial dan
belajar peran kepemimpinan.
f. Konsep diri
Pengendalian motorik menimbulkan rasa aman secara fisik dan melahirkan
perasaan aman secara psikologis yang akan menimbulkan rasa percaya diri
serta dapat mempengaruhi perilaku.
Dapat disimpulkan bahwa manfaat perkembangan motorik anak usia dini
adalah meningkatkan keterampilan motorik kasar dan halus serta untuk
menunjang aspek-aspek perkembangan yang lain.
B. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
Menurut Harlimsyah (2008) (dalam Ayu Thabita & Kili Astarani, 2012: 7)
perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
21
belajar dan berlatih. Menurut Santrock (2007: 216) motorik halus merupakan
keterampilan menggunakan media dengan koordinasi mata dan tangan, sehingga
gerakan tangan perlu dikembangkan dengan baik agar keterampilan dasar yang
meliputi membuat garis horizontal, garis vertikal, garis miring ke kiri, atau miring
ke kanan, lengkung atau lingkaran dapat terus ditingkatkan.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (dalam Tanti
Darmastuti, 2012: 4) motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya. Senada dengan Sri Rumini (1987:45)
kemampuan motorik halus adalah kemampuan untuk menggunakan otot tangan
dengan baik terutama jari-jari tangan antara lain dengan melipat jari,
menggenggam, menjepit dengan jari, dan menempel.
Menurut Kartini Kartono (1988: 97) motorik halus adalah ketangkasan
atau keterampilan tangan, jari-jari serta pergelangan tangan serta penguasaan
terhadap otot-otot dan urat wajah. Menurut Astati (1995: 21) kemampuan motorik
halus adalah gerak yang hanya menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motorik halus
adalah gerakan yang melibatkan otot-otot kecil, membutuhkan koordinasi mata
dan tangan serta ketelitian.
22
2. Prinsip Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
Prinsip-prinsip pengembangan motorik halus anak usia TK menurut
(Sumantri, 2005: 147-148) yaitu:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak
Jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan
yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan
anak.
b. Belajar sambil bermain
Stimulasi yang diberikan pendidik pada anak hendaknya dilkaukan dalam
situasi yang menyenangkan, menngunakan pendekatan bermain, anak diajak
bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat
dengannya sehingga diharapkan kegiatan lebih bermakna.
c. Kreatif dan inovatif
Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik dengan kegiatan
yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berfikir kritis dan menemukan hal-hal baru.
d. Lingkungan kondusif
Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan
anak dalam bermain. Penataan ruang harus disesuaikan dengan ruang gerak
anak dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi anak dengan pendidik
serta temannya.
23
e. Tema
Pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan
anak. Penggunaan tema agar anak mampu mengenali berbagai konsep secara
mudah dan jelas.
f. Mengembangkan keterampilan hidup
Pengembangan keterampilan hidup didasarkan atas dua tujuan yaitu: (1)
Memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), disiplin, dan
sosialisasi; (2) memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan pada
jenjang selanjutnya.
g. Menggunakan kegiatan terpadu
Kegiatan pengembangan hendaknya dirancang dengan menggunakan model
pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik minat anak.
h. Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak yang meliputi:
1) anak belajar sebaik-baiknya apabilla kebutuhan fisiknya terpenuhi dan
merasa aman serta tentram secara psikologis; 2) siklus belajar anak selalu
berulang; 3) anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan
anak-anak lain; 4) minat anak dan rasa ingin tahunya memotivasi anak
belajar; 5) perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan
individual.
Menurut Depdiknas (dalam Tanti Darmastuti, 2012: 5) prinsip-prinsip
pengembangan motorik halus anak TK berusia 4-6 tahun adalah memberikan
kebebasan berekspresi, pengaturan waktu, bimbingan, menumbuhkan keberanian,
24
memberikan rasa gembira, dan pengawasan. Penjelasan prinsip pengembangan
motorik adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan berekspresi kepada peserta didik di TK. Ekspresi
adalah proses mengungkapkan perasaan dan jiwa secara jujur dan langsung
dari dalam diri anak oleh karena itu perlu dipupuk dan dikembangkan.
b. Melakukan pengaturan waktu, tempat dan media (alat dan bahan) agar dapat
merangsang peserta didik di TK untuk kreatif. Untuk mendukung peserta didik
di TK dalam merangsang kreativitasnya dan perlu dialokasikan waktu, tempat
dan media yang cukup.
c. Memberikan bimbingan kepada peserta didik di TK untuk menemukan tehnik
atau cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.
d. Menumbuhkan keberanian dan menghindari petunjuk yang dapat merusak
keberanian serta perkembangan peserta didik di TK. Agar anak bisa
termotivasi dengan kata-kata yang positif sehingga anak didik termotivasi terus
mengembangkan kemampuan mereka.
e. Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang menyenangkan.
f. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip perkembangan
motorik halus anak usia dini sebaiknya direncanakan dan dilaksanakan dengan
matang dan tepat agar dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar maupun
halus sesuai dengan tahapan usia anak.
25
3. Tujuan dan Fungsi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
a. Tujuan Perkembangan Motorik Halus
Menurut Sumantri (2005: 146) tujuan perkembangan motorik halus adalah
mengembangkan keterampilan kedua tangan serta koordinasi mata dan tangan.
Penjelasan dari tujuan perkembangan motorik halus adalah:
1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan
dengan keterampilan gerak kedua tangan
2) Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-
jemari seperti kesiapan menulis, menggambar, dan memanipulasi benda
3) Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan
4) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Secara khusus tujuan pengembangan motorik halus anak untuk anak TK
(4-6 tahun) untuk menggerakan kemampuan anggota tubuhnya dan terutama
koordinasi mata dengan tangan sebagai persiapan menulis (Puskur, Balitbang
Depdiknas, 2002).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan perkembangan
motorik halus adalah untuk melatih otot-otot halus, jari-jari, dan koordinasi mata
dan tangan.
b. Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Tanti Darmastuti, 2012: 4)
fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan individu adalah:
a. Anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang.
26
b. Anak dapat beranjak dari kondisi helplessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan
pertama kehidupannya ke kondisi yang independence (bebas dan tidak
bergantung).
c. Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia
prasekolah, anak dapat dilatih menggambar, melukis, baris-berbaris,
menggunting, meronce, menganyam, persiapan menulis dan lain sebagainya.
Menurut Yudha M Saputra & Rudyanto (2005: 116) fungsi pengembangan
motorik halus adalah:
a. Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan
b. Mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata
c. Melatih penguasaan emosi
4. Pembelajaran Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus di TK
Menurut Sumantri (2005: 151-152) berbagai macam pembelajaran motorik
halus di TK yaitu:
a. Meronce
Meronce adalah kegiatan menguntai dengan dengan bahan-bahan yang
berlubang kemudian disatukan dengan tali atau benang. Dalam memasukan
benang atau tali tersebut dapat dengan dibantu jarum. Kegiatan meronce ini
dapat melatih koordinasi mata dan tangan. Untuk mendapatkan hasil roncean
yang menarik perlu kreatif dan terampil.
27
b. Melipat
Melipat adalah kegiatan keterampilan tangan untuk menciptakan bentuk-
bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat atau lem. Melipat juga
membutukan koordinasi mata dan tangan, ketelitian, kerapian, dan kreatifitas.
c. Menggunting
Menggunting dapat menggunakan kertas dengan mengikuti alur, garis atau
bentuk-bentuk tertentu. Perkembangan motorik halus anak berkembang
ketika anak dapat menggunting sesuai dengan garis atau pola.
d. Mengikat
Kegiatan mengikat contohnya mengikat tali sepatu dan mengikat hasil
roncean yang sudah selesai.
e. Membentuk
Kegiatan membentuk dapat menggunakan berbagai bahan seperti tanah liat,
plastisin, lilin (malam), dll yang tentunya aman bagi anak.
f. Menulis awal
Dalam menulis awal anak belajar membentuk ragam garis seperti garis tegak,
datar, lingkaran, segitiga, silang, dan lain-lain
g. Menyusun
Kegiatan menyusun dapat dilakukan dengan menyusun balok, puzzle, lego,
dan lain-lain. Kegiatan menyusun dapat dilakukan secara individu maupun
berkelompok.
28
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran atau
kegiatan untuk melatih motorik halus membutuhkan koordinasi mata dan tangan,
serta ketelitian.
Sementara itu menurut Sumantri (2005: 153- 158) contoh-contoh kegiatan
pengembangan motorik halus diusia TK (4-6 tahun) adalah:
a. Menyusun menara kubus: untuk mengembangkan koordinasi mata dan tangan
serta pengembangan daya fikir dan daya cipta.
b. Mengikat tali sepatu: melatih koordinasi mata dan tangan, kelentukan otot
kaki, dan punggung serta konsentrasi.
c. Membentuk tanah liat/ plastisin/ lilin/ bahan sejenisnya: melatih koordinasi
mata dan tangan.
d. Membuat garis dan belajar menggunting: untuk mengembangkan
keterampilan membuat garis dan lingkaran yang akan digunakan untuk
melatih koordinasi mata dan tangan serta konsentrasi sebagai persiapan awal
menulis.
e. Melipat kertas: melatih koordinasi mata dan tangan serta konsentrasi
Menurut Hainstock (dalam Tanti Darmastuti, 2012: 5) aktivitas untuk
menstimulasi motorik halus agar dapat meningkatkan perhatian adalah sebagai
beikut ini:
a. Meronce dengan memasukkan tali ke manik-manik.
b. Meronce dengan manik-manik hingga berbentuk gelang atau gantungan kunci.
c. Menguntai tali hingga berbentuk kepang.
d. Menjahit yaitu memasukkan tali kedalam lubang-lubang
29
e. Bermain plastisin menjadi bentuk-bentuk yang sederhana seperti: bentuk bola,
bentuk persegi, dan bentuk persegi panjang.
f. Menggunting kertas yang ketebalannya sudah diatur mengikuti garis lurus.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterampilan motoik halus anak TK diantaranya meronce, melipat, menggunting,
melipat, membentuk, menulis awal, dan menyusun hendaknya diberikan sesuai
dengan tahapan usia anak, diberikan secara konsisten, menggunakan media dan
metode yang lebih bervariasi agar anak lebih bersemangat dan bereksplorasi.
C. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun
Menurut standar isi PAUD (Depdiknas, 2007) aspek perkembangan fisik
motorik halus anak usia 5-6 tahun untuk perkembangan dasarnya adalah dapat
melakukan koordinasi mata dan tangan. Indikator perkembangan motorik halus
adalah sebagai berikut:
a. Mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan, misalnya makan, mandi, menyisir
rambut, memasang kancing, mencuci tangan, dan mengikat tali sepatu.
b. Memegang pensil dengan benar (antara ibu jari dan dua jari).
c. Membuat berbagai bentuk dengan plastisin/playdough, tanah liat, pasir, dan
lain-lain.
d. Meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung, dan lingkaran.
e. Meniru melipat kertas sederhana (5-6 lipatan).
f. Menjahit bervariasi (jelujur dan silang) dengan tali rafia, benang wol, tali
sepatu dan lain-lain.
30
g. Menggunting dengan berbagai media berdasarkan bentuk/pola (lurus,
lengkung, segitiga).
h. Mencocok bentuk.
i. Menyusun berbagai bentuk dari balok-balok.
j. Membuat lingkaran dan persegi dengan rapi.
k. Meronce dengan manik-manik sesuai pola.
l. Meronce dengan berbagai media. Misalnya: (bagian tanaman, bahan bekas,
karton, kain perca, dan lain-lain).
Sementara itu menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 36-37)
tingkat pencapaian perkembangan, capaian perkembangan, dan indikator motorik
halus anak usia 5-6 tahun adalah:
1. Tingkat pencapaian perkembangan dan capaian perkembangan menggambar
sesuai gagasannya dengan indikator:
a. Menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis, pensil warna,
krayon, arang, spidol, dan bahan-bahan alam) dengan rapi.
b. Menggambar bebas dari bentuk titik garis, lingkaran, segitiga, segi empat.
c. Menggambar orang dengan lengkap dan proporsional.
d. Tingkat pencapaian perkembangan dan capaian perkembangan meniru
bentuk dengan indikator: 1) Meniru membuat garis tegak, datar, miring,
lengkung, dan lingkaran; 2) meniru melipat kertas sederhana (1-7 lipatan);
3) mencocok bentuk; 4) membuat lingkaran, segitiga, dan bujur sangkar,
dengan rapi; 5) meronce 2 pola dengan berbagai media (manik-manik,
31
sedotan, kertas); 6) menganyam dengan berbagai media misalnya kain
perca, daun, sedotan, kertas.
e. Tingkat pencapaian perkembangan dan capaian perkembangan melakukan
eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan dengan indikator: 1) Membuat
berbagai bentuk dari daun, kertas, kain perca, dan kardus; 2) menciptakan
bentuk dari balok; 3) menciptakan bentuk dari kepingan geometri; 4)
menciptakan berbagai bentuk menggunakan playdough, tanah liat, dan pasir; 5)
permainan / warna dengan berbagai media; 6) membuat berbagai bunyi dengan
berbagai alat; 7) membentuk irama; 8) menciptakan alat perkusi sederhana dan
mengekspresikan dalam bunyi yang berirama.
f. Tingkat pencapaian perkembangan dan capaian perkembangan menggunakan
alat tulis dengan benar dengan indikator: 1) Memegang pensil dengan benar
(antara ibu jari dan 2 jari); 2) membuat berbagai macam coretan.
g. Tingkat pencapaian perkembangan dan capaian perkembangan menggunting
sesuai pola dengan indikator: menggunting dengan berbagai media berdasarkan
bentuk/pola (lurus, lengkung, gelombang, zig-zag, lingkaran, segitiga,
segiempat).
h. Tingkat pencapaian perkembangan dan capaian menempati gambar dengan
tepat sesuai indikator:
1) Membuat gambar dengan teknik kolase, dengan berbagai media (kertas,
ampas kelapa, biji-bijian, kain perca, batu-batuan).
2) Membuat gambar dengan teknik mozaik dengan memakai berbagai
bentuk/bahan (segiempat, segitiga, dan lingkaran).
32
i. Tingkat pencapaian perkembangan dan capaian perkembangan
mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail dengan
indikator: 1) Mewarnai bentuk gambar sederhana; 2) mewarnai benda tiga
dimensi dengan berbagai media; 3) membatik dan jumputan; 4) melukis
dengan jari (finger painting).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137
Tahun 2014 tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak pada lingkup
perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun diantaranya:
a. Menggambar sesuai gagasannya
b. Meniru bentuk
c. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
d. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar
e. Menggunting sesuai dengan pola
f. Menempel gambar dengan tepat
g. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci.
Senada dengan Sujiono dkk (2009: 1-14) ciri umum perkembangan motorik
halus pada anak usia 5-6 tahun mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Peningkatan perkembangan otot kecil yaitu koordinasi mata dan tangan
yang berkembang baik.
b. Mningkatan penguasaan dalam menggunakan palu, pensil, gunting; c)
menjiplak gambar geometris.
c. Bermain pasta dan lem.
d. Keterampilan tangan yang semakin baik.
33
e. Memegang kertas dengan satu tangan dan mengguntingnya.
f. Menjiplak, meniru dan menulis beberapa huruf sederhana.
g. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari.
h. Menggambar orang dengan lengkap.
i. Memotong bentuk-bentuk sederhana.
j. Belajar menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar tempel.
k. Menjiplak lingkaran dan bujur sangkar.
Hal yang sama juga diungkapkan Rita Eka Izzaty (2008: 87) indikator
perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun adalah menggunting,
membentuk tanah liat, bermain membuat kue-kue, menjahit, mewarnai,
menggambar bebas, menggambar orang.
Senada dengan Rosmala Dewi (2005: 4) tingkat pencapaian perkembangan
motorik halus anak usia 5 sampai 6 tahun yaitu:
a. Anak dapat mencontoh bentuk silang (+, x), lingkaran, bujur sangkar, dan
segitiga secara bertahap.
b. Anak mampu menjiplak angka 1 sampai dengan 5.
c. Anak mampu menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu, benang
wol, tali rafia, dan sebagainya.
d. Anak mampu menjiplak bentuk-bentuk yang telah tersedia.
Menurt Roberton dan Halverson (dalam Yudrik Jahja, 2011: 184-185)
perkembangan motorik halus anak usia 4,5 - 5,5 tahun diantaranya: menggunting,
menggambar orang; meniru angka dan huruf sederhana, dan membuat susunan
yang kompleks dengan kota kotak. Senada dengan Seifert, dkk (dalam Harun
34
Rasyid, 2012: 94) indikator perkembangan motorik halus meliputi menyentuh,
menggenggam, menggunting, dan meronce.
Sementara itu Depdiknas (dalam Tanti Darmastuti, 2012: 4) karakteristik
keterampilan motorik halus anak TK antara lain:
a. Usia 3 tahun kemampuan motorik halusnya belum terlalu berbeda dari gerakan
halus saat bayi. Meskipun anak dapat menjumput benda dengan jempol dan
telunjuk jarinya namun gerakannya masih kaku.
b. Usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak sudah mengalami kemajuan.
c. Usia 5 tahun koordinasi motorik halus sudah lebih sempurna. Anak telah
mampu melakukan kegiatan majemauk seperti kegiatan dalam proyek.
d. Usia 6 tahun belajar menggunakan jari-jari dan pergelangan tangan untuk
memegang ujung.
Menurut GBPKB (1994) dalam Kamtini dan Husni Wardi Tanjung (2005:
126) kemampuan keterampilan anak TK usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:
a. Anak mampu menarik garis datar, tegak, miring kanan, miring kiri, lengkung,
berulang-ulang dengan alat tulis secara bertahap.
b. Anak mampu mencontoh bentuk silang, kali, lingkaran, bujur sangkar, dan
segitiga secara bertahap.
c. Anak mampu menjiplak angka, mencontoh angka, mencontoh bentuk
sederhana.
d. Anak mampu menulis angka, menggambar bentuk silang, lingkaran, dan
segitiga secara bertahap.
35
e. Anak mampu meronce, menciptakan mainan, menggambar, mewarnai,
menyusun menara, bertepuk tangan dengan berbagai macam pola, membatik,
menciptakan kreasi dengan stempel, melukis dengan jari.
f. Anak mampu bermain dengan permainan warna seperti mencampur dua warna
untuk mendapatkan warna yang berbeda.
Sedangkan menurut Martini Jamaris (2006: 14-15) keterampilan
koordinasi gerakan motorik halus anak TK yaitu:
a. Menggunting
b. Memasang dan membuka kancing dan resleting
c. Menggambar dan menulis
d. Memasukkan benang ke dalam jarum
e. Meronce manik-manik dengan benang dan jarum
f. Melipat kertas untuk dijadikan bentuk
g. Menggunting sesuai garis
Senada dengan Hidayat (dalam Ayu & Kili Astarani, 2012: 7)
perkembangan motorik halus pada usia prasekolah anak mulai memiliki
kemampuan menggerakkan jari-jari tangan, menggambar dua atau tiga bagian,
memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, mampu menjepit
benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan
bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, dan membuat
coretan di atas kertas
36
Menurut Caughlin (1991) (dalam Sumantri, 2005: 105-106) ciri-ciri
perkembangan keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun diantaranya:
a. Usia 5 tahun: 1) Menulis nama depan; 2) membangun menara setinggi 12
kotak; 3) mewarnai dengan garis-garis; 4) memegang pensil dengan benar
antara ibu jari dan dua jari; 5) menggambar orang beserta rambut dan hidung;
6) menjiplak persegi panjang dan segitiga memotong bentuk-bentuk
sederhana.
b. Usia 6 tahun: 1) Menggambar orang termasuk: leher, tangan dan mulut; 2)
menjiplak gambar wajik.
Menurut Sumantri (2005: 141- 141) karakteristik perkembangan motorik
halus anak usia dini umur > 4-5 tahun adalah:
a. Menempel
b. Mengerjakan puzzle
c. Mencoblos kertas dengan pensil atau spidol
d. Mewarnai
e. Mengancingkan kancing baju
f. Menggambar dengan gerakan naik turun
g. Menarik garis lurus, lengkung, miring
h. Melipat kertas.
37
Sementara itu menurut K.Eillen Allen & Lynn R. Marotz (2010: 150)
perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun meliputi:
a. Usia 5 tahun:
1) Membangun rakitan tiga dimensi dengan kubus kecil; 2) meniru gambar; 3)
menggambar atau menulis berbagai bentuk dan huruf: kotak, segitiga, A, I, O,
U, C, H, L, T; 4) menunjukkan pengendalian pada pensil; 5) mewarnai di
dalam garis; 6) menggunting sesuai garis (tidak sempurna); 7)
mengembangkan dominasi tangan (kanan & kiri).
b. Usia 6 tahun:
1) Membuat karya seni; 2) membentuk dengan lempung; 3) menggambar; 4)
mewarnai; 5) berkreasi dengan kayu; 6) menulis angka dan huruf; 7) menulis
terbalik atau bingung dengan beberapa huruf seperti: (b/d, p/g, g/q, t/f); 8)
menggambar dengan menjiplak; 9) melipat dan menggunting kertas menjadi
bentuk sederhana; 10) mengikat tali sepatu.
Menurut Bredekamp & Copple (1997) (dalam M. Ramli 2005, 191-192)
keterampilan perkembangan motorik halus anak usia 5 tahun sebagai berikut:
a. Menggunakan gunting
b. Membangun kerangka balok tiga dimensi
c. Mengerjakan 10 teka-teki dengan mudah
d. Paham tentang kanan kiri
e. Menyalin berbagai bentuk
f. Mengkombinasikan dua bentuk geometri atau lebih dalam gambar dan
konstruksi
38
g. Menggambar orang
h. Mencetak huruf secara kasar
i. Mencetak nama pertama
j. Membuka resleting
k. Mengikat tali sepatu dengan bantuan orang dewasa, berpakaian dengan cepat.
Sementara itu menurut Caplan & Caplan (1983) (dalam M. Ramli 2005,
195) keterampilan perkembangan motorik halus anak usia 6 tahun sebagai berikut:
a. Mampu membedakan tangan kanan dan kiri sendiri namun belum mampu
membedakan tangan kanan dan kiri orang lain.
b. Memegang pensil atau krayon antara ibu jari dan telunjuk.
c. Menggambar manusia dan rumah utuh.
d. Menyalin lingkaran, silang, dan empat persegi.
e. Menyalin huruf besar V, T, H, O, X, L, Y, U, C, A.
f. Dapat memasang benang jarum besar.
Menurut Harun Rasyid (2012: 240) motorik halus anak usia dini antara lain:
a. Kemampuan meronce, menjahit, dan mencocok
Kemampuan meronce, menjahit, dan mencocok sangat kental dengan
kecermatan yang harus dilatih dalam berbagai aktivitas permainan seperti
permainan menjahit sesuai pola, mencocok sesuai lubang, dan meronce
manik-manik atau sejenisnya dengan benang atau senar.
b. Kemampuan merobek, menggunting, dan melipat
Kemampuan merobek, menggunting, dan melipat perlu distumulasi dengan
aktivitas bermain yang menyenangkan bagi anak.
39
c. Kemampuan mencoret dan menarik garis
Kemampuan mencoret dan menarik garis dapat melatih koordinasi mata dan
tangan, pikiran serta gambaran potensi seni anak.
d. Kemampuan mewarna dan membentuk
Kemampuan mewarna dan membentuk harus dibiasakan dan dilatih terus
agar potensi seni juga dapat tumbuh.
Menurut Crim (dalam Harun Rasyid, 2012: 96) keterampilan motorik halus
harus didesain dengan berbagai jenis bermain seperti: bermain memegang,
menggenggam, mengepalkan tangan, mengkoordinasikan ketangkasan kedua
tangan, dan koordinasi mata dan tangan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pencapaian
perkembangan motorik halus anak dapat dijadikan standar untuk mengukur
seberapa jauh perkembangan motorik halus anak. Bagi perkembangan yang sudah
baik maka terus ditingkatkan dan bagi perkembangan yang kurang baik maka
harus lebih distimulasi.
D. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian berjudul "Motorik Halus pada anak Usia Prasekolah Ditinjau
dari Bender Gestalt" yang dilakukan oleh Puri Aquarisnawati, dkk pada tahun
2011 pada siswa TK Tunas Bangsa Surabaya. Subyek dalam penelitian tersebut
adalah siswa TK sebanyak 29 orang. Sampel penelitian menggunakan purposif
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: sebanyak 58,6 % (17 anak)
memiliki kematangan motorik halus yang berada di atas rata-rata dengan percentil
antara: 90-95; sebanyak 31 % (9 anak) memiliki kematangan motorik halus rata-
40
rata dengan percentil antara 75-80; dan sebanyak 10,3 % (3 anak) memiliki
kematangan motorik halus di bawah rata-rata dengan percentil 40-60.
E. Kerangka Berfikir
Perkembangan adalah kemajuan dan kemunduran yang terjadi sepanjang
akhir hayat yang meliputi segala aspek dari perilaku manusia. Motorik adalah
bentuk perilaku gerak manusia. Motorik halus adalah gerakan yang banyak
menggunakan otot-otot halus, membutuhkan koordinasi mata dan tangan serta
ketelitian. Sehingga perkembangan motorik halus adalah kematangan gerakan
yang banyak menggunakan otot-otot halus, membutuhkan koordinasi mata dan
tangan serta ketelitian. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (STTP)
motorik halus ada pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 137 Tahun 2014. STTP untuk aspek fisik motorik halus
anak usia 5-6 tahun meliputi: menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting
sesuai dengan pola, menempel gambar dengan tepat, mengekspresikan diri
melalui gerakan menggambar secara detail.
Gambar 2: Bagan Kerangka Berfikir Identifikasi Perkembangan Motorik
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei. Menurut Moh Nazir (2005: 56)
metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta
dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual,
baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari kelompok ataupun daerah
dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit baik
secara sensus atau dengan menggunakan sampel. Penelitian ini meneliti
perkembangan motorik halus anak kelompok B Kelurahan Balecatur.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan fenomena
berdasarkan pada teori yang dimiliki. Teori-teori yang diajukan menjadi sebuah
standar untuk menyatakan sesuai atau tidaknya sebuah gejala yang terjadi.
Orientasi dari penelitian kuantitatif adalah membuat simpulan yang dapat
digeneralisasikan secara lebih luas (Muhammad Idrus, 2009: 29).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
Kecamatan Gamping Sleman Yogyakarta. TK yang diteliti adalah TK Indriyasana
Nyamplung, TK ABA Sumber, TK Mutiara Ngaran, TK ABA Gejawan, TK ABA
Temuwuh Lor, TK ABA Jatimas, dan TK ABA Perengdawe.
42
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016
tepatnya pada bulan Maret hingga April 2016.
C. Populasi dan Sampel
Menurut Sofian Effendi & Tukiran (2012: 154) populasi yaitu jumlah
keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh anak TK kelompok B Kelurahan Balecatur yang
berjumlah 260 anak. Sedangkan menurut Wuradji (2006: 42) sampel adalah
sebagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri sama dengan populasinya.
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel kuota sampel.
Kuota sampel adalah cara pengambilan sampel dengan cara peneliti terlebih
dahulu menentukan berapa banyak jumlah subjek yang diinginkan untuk diambil
dalam penelitiannya (Muhammad Idrus, 2009: 97). Sampel dalam penelitian ini
adalah anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur yang berjumlah 155 anak.
Tabel 1. Daftar TK Kelompok B Kelurahan Balecatur Gamping Sleman,
Yogyakarta
No Nama TK Jumlah anak kelompok B
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 TK Indriyasana Nyamplung 10 8 18
2 TK ABA Sumber 5 9 14
3 TK Mutiara Ngaran 4 10 14
4 TK ABA Gejawan 6 14 20
5 TK ABA Temuwuh Lor 17 18 35
6 TK ABA Jatimas 19 20 39
7 TK ABA Perengdawe 7 8 15
Jumlah 68 87 155
43
D. Variabel Penelitian
Menurut Sofian Effendi & Tukiran (2012: 39) variabel adalah sesuatu
yang memiliki variasi nilai sehingga dapat diteliti secara empiris. Penelitian ini
menggunakan satu variabel yaitu perkembangan motorik halus. Perkembangan
motorik halus adalah kematangan gerakan yang melibatkan otot-otot halus,
membutuhkan koordinasi mata dan tangan serta ketelitan. Perkembangan motorik
halus yang diteliti meliputi kegiatan meronce, menyalin angka 1-20 dengan tepat,
membentuk dengan plastisin sesuai contoh, menempel dengan tepat, mewarnai
gambar, dan menggambar orang dengan lengkap dan proporsional.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan (Moh Nazir, 2005: 174). Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
(Muhammad Idrus 2009: 101). Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen kemampuan
motorik halus anak TK Kelompok B yang didapat dari Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 dan dari beberapa teori
lingkup perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun.
44
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus Anak TK Kelompok B
Variabel Kegiatan Indikator
Meronce Anak dapat meronce
sesuai dengan pola
Menyalin angka Anak dapat menyalin
angka 1-20 dengan tepat
Perkembangan Motorik Membentuk dengan Anak dapat membentuk
Halus plastisin dengan plastisin sesuai
contoh guru
Menempel Anak dapat menempel
dengan tepat
Mewarnai Anak dapat mewarnai gambar sederhana dengan
tidak keluar garis
Menggambar Anak dapat menggambar
orang dengan lengkap
dan proporsional
b. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 201) dokumentasi adalah mencari
informasi dari sumber tulisan, tempat, dan orang. Dokumentasi dalam penelitian
ini berupa hasil karya anak, penilaian portofolio dan saat proses pembelajaran.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2000: 134) adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dan dokumentasi
identifikasi perkembangan motorik halus anak TK Kelompok B. Tabel 3. Lembar Penilaian Perkembangan Motorik Halus Anak TK Kelompok B
Indikator
NNama
Meronce Menyalin MembentukMenempelMewarnaiMenggambar
o.
1
2 3 4
Keterangan: kolom di isi angka 1 jika BB, angka 2 jika MB, angka 3 jika BSH,
angka 4 jika BSB.
45
Tabel 4. Rubrik Penilaian Perkembangan Motorik Halus Anak TK Kelompok B
No. Kegiatan Penilaian
1. Meronce BB Anak belum dapat meronce sesuai dengan pola
MB Anak dapat meronce sesuai dengan pola sebanyak satu
BSH Anak dapat meronce sesuai dengan pola sebanyak tiga
BSB Anak dapat meronce sesuai dengan pola lebih dari tiga dan
rapi
2. Menyalin angka BB Anak dapat menyalin angka 1-5 dengan tepat
1-20 MB Anak dapat menyalin angka 1-10 dengan tepat
BSH Anak dapat menyalin angka 1-20 dengan tepat
BSB Anak dapat menyalin angka lebih dari 1-20 dengan tepat
3. Membentuk BB Anak belum dapat membentuk dengan plastisin sesuai
dengan plastisin contoh guru
sesuai contoh MB Anak dapat membentuk dengan plastisin hampir sesuai
guru contoh guru
BSH Anak dapat membentuk dengan plastisin sesuai contoh
guru
BSB Anak dapat membentuk dengan plastisin sesuai contoh
guru dan rapi
4. Menempel dengan BB Anak belum dapat menempel dengan tepat
tepat MB Anak mampu menempel hampir tepat
BSH Anak mampu menempel dengan tepat
BSB Anak mampu menempel dengan tepat dan rapi
5. Mewarnai gambar BB Anak belum dapat mewarnai gambar
sederhana MB Anak dapat mewarnai gambar banyak keluar garis
BSH Anak dapat mewarnai gambar sedikit keluar garis
BSB Anak dapat mewarnai gambar tidak keluar garis, rapi dan
diblok
6. Menggambar BB Anak belum dapat menggambar orang dengan lengkap
orang dengan
lengkap dan
MB Anak dapat menggambar orang dengan lengkap
proporsional
BSH Anak dapat menggambar orang dengan lengkap dan
proporsional
BSB Anak dapat menggambar orang dengan lengkap,
proporsional, dan rapi
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Menurut Wuradji (2006: 63- 66) validitas instrumen adalah kemampuan
instrumen untuk mengukur dan menggambarkan keadaan suatu aspek sesuai
dengan maksudnya untuk apakah instrumen tersebut disusun. Dalam penelitian ini
menggunakan validitas jenis expert judgment. Validitas jenis expert judgment
adalah konstruk yaitu validitas yang disusun berdasarkan pertimbangan-
46
pertimbangan rasional dan konseptual yang didukung oleh teori. Dalam
penyususnan instrumen peneliti harus berkonsultasi dengan para ahli dibidangnya.
Peneliti diajurkan untuk memperoleh masukan berupa penilaian, pertimbangan
dan kritik-kritik dari para ahli dibidangnya. Expert judgment dalam penelitian ini
adalah dosen pembimbing.
2. Reliabilitas
Menurut Sofian Effendi &Tukiran (2012: 141) reliabilitas adalah
konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Dalam
penelitian ini menggunakan reliabilitas observasi karena pengumpulan data
dengan observasi. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi.
Dalam penelitian ini dilakukan observasi pada saat pembelajaran, penilaian
portofolio, dan hasil karya anak. Dalam observasi ini dilakukan oleh dua orang
pengamat. Dari hasil observasi dua orang pengamat tersebut akan digunakan
teknik pengetesan reliabilitas pengamatan dengan rumus H.J.X. Fernandes (1984)
(Suharsimi Arikunto, 2000: 244):
KK = 2S
N1 + N2
Keterangan:
KK = koefisien kesepakatan
S = sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I
N2 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
47
Dalam uji reliabilitas untuk menguji instrumen dilakukan oleh dua orang
pengamat yang masing-masing menggunakan lembar observasi. Uji reliabilitas
dilaksanakan di TK Indriyasana Gancahan yang beralamat di Gancahan 8,
Sidomulyo, Godean, Sleman. TK Indriyasana Gancahan mempunyai dua
kelompok kelas yaitu kelas A dan B. Kelas B berjumlah 19 anak. Perhitungan uji
reliabilitas adalah sebagai berikut:
KK = 2S N1
+ N2
= 2 x 8
10 + 10
= 16
20
= 0,8
Jadi reliabilitas yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 0,8.
Dalam menentukan kriteria pengkategorian hasil penelitian meliputi belum
berkembang (BB), mulai berkembang (MB), berkembang sesuai harapan (BSH),
dan berkembang sangat baik (BSB) dalam penelitian ini mengacu pada skor
persentase untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan motorik halus
anak TK kelompok B. Kriteria skor persentase mengacu pada pendapat Acep
Yoni (2010: 176) yang terdiri dari lima interval dan kategori. Interval dimulai dari
0 hingga 100%. Kategori dimulai dari Belum Berkembang hingga Berkembang
Sangat Baik (BSB).
48
Tabel 5. Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak TK Kelompok B
No. Interval Kategori
1 76-100% Berkembang Sangat Baik (BSB)
2 51-75% Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
3 26-50% Mulai Berkembang (MB)
4 0-25% Belum Berkembang (BB)
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik
deskriptif. Menurut Sugiyono (2010: 207), statistik deskriptif adalah statistik yang
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Teknik analisis data
dalam penelitian ini adalah:
1. Memeriksa kelengkapan lembar observasi dan dokumentasi.
2. Memberikan nilai berupa BB, MB, BSH, dan BSB pada masing-masing
indikator dengan memberi nilai 1, 2, 3, dan 4.
3. Mencari persentase yang diperoleh oleh setiap anak. Menurut Ngalim Purwanto
(2006: 102) persentase dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:
NP =
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap
4. Data ditabulasikan ke dalam tabel dan histogram.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode
survei untuk mengetahui sejauhmana perkembangan motorik halus anak TK
kelompok B di Kelurahan Balecatur. Penelitian ini dilaksanakan di 7 TK yaitu TK
Indriyasana Nyamplung, TK ABA Sumber, TK Mutiara Ngaran, TK ABA
Gejawan, TK ABA Temuwuh Lor, TK ABA Jatimas, dan TK ABA Perengdawe.
Subjek dalam penelitian ini adalah anak TK Kelompok B di Kelurahan Balecatur
yang berjumlah 155 anak.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi dan dokumentasi. Observasi dengan menggunakan lembar observasi dan
dokumentasi pada saat pembelajaran, penilaian portofolio, dan hasil karya anak
dalam aspek perkembangan motorik halus. Data yang telah diperoleh dianalisis
menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.
a. TK Indriyasana Nyamplung
TK Indriyasana Nyamplung terletak di Nyamplung Kidul, Balecatur,
Gamping, Sleman. TK Indriyasana Nyamplung memiliki dua kelompok kelas
yaitu kelas A dan B. Model pembelajaran yang ada di TK Indriyasana Nyamplung
adalah model pembelajaran kelompok. Guru di TK Indriyasana Nyamplung
berjumlah tiga orang dan satu diantaranya merangkap sebagai kepala sekolah.
Pembelajaran dimulai pukul 07.30, waktu istirahat pukul 09.30 WIB dan
50
pembelajaran berakhir pada pukul 10.00 WIB. Sarana prasarana yang ada meliputi
ruang kelas, kantor kepala sekolah dan ruang tamu, kamar mandi, ruang UKS dan
aula. Alat Permainan Edukatif (APE) yang dimiliki terdiri dari APE outdoor dan
APE indoor. APE outdoor terdiri dari ayunan, perosotan, kursi putar, bola dunia,
dan tangga pelangi. APE indoor ada bermacam-macam diantaranya balok, bola,
puzzle, lego, permainan alat memasak, dan miniatur buah-buahan. Perlengkapan
yang dimiliki sekolah diantaranya meja, kursi, papan tulis, loker alat tulis, almari,
jam dinding, lampu, printer dan karpet. Kegiatan ekstra yang ada meliputi
jarimatika, drumband, melukis, dan tari.
b. TK ABA Sumber
TK ABA Sumber terletak di Sumber, Balecatur, Gamping, Sleman. TK ini
memiliki satu kelompok kelas yaitu kelas B. Model pembelajaran yang
dilaksanakan adalah model pembelajaran kelompok. Guru berjumlah dua orang
dan satu diantaranya merangkap sebagai kepala sekolah. Pembelajaran dimulai
pukul 07.30, waktu istirahat pukul 09.30 WIB dan pembelajaran berakhir pada
pukul 10.30 WIB. Sarana prasarana yang ada di TK ABA Sumber meliputi ruang
kelas, kamar mandi, gudang, dan tempat parkir. Alat Permainan Edukatif (APE)
terdiri dari APE outdoor dan APE indoor. APE outdoor terdiri dari ayunan,
perosotan, dan terowongan. APE indoor ada bermacam-macam diantaranya balok,
bola, puzzle, dan lain-lain. Perlengkapan di dalam kelas meliputi meja kursi,
papan tulis, loker alat tulis, almari, jam dinding, kotak P3K, dan kipas angin.
51
c. TK Mutiara Ngaran
TK Mutiara Ngaran terletak di Ngaran, Balecatur, Gamping, Sleman. TK
Mutiara Ngaran memiliki dua kelompok kelas yaitu kelas A dan kelas B. Model
pembelajaran yang ada di TK Mutiara Ngaran adalah model pembelajaran
kelompok. Guru berjumlah dua orang dan satu diantaranya merangkap sebagai
kepala sekolah. Pembelajaran dimulai pukul 07.30, istirahat pukul 09.30 WIB dan
pembelajaran berakhir pukul 10.00 WIB. Sarana prasarana yang ada di TK
Mutiara Ngaran meliputi kantor kepala TK dan guru, ruang tamu, ruang kelas,
kamar mandi, gudang, dan tempat parkir. Untuk alat Permainan Edukatif (APE)
terdiri dari APE outdoor dan APE indoor. APE Outdoor terdiri dari ayunan,
perosotan, jungkat-jungkit, tangga pelangi, kursi putar, bola dunia, papan
panjatan, dan tangga majemuk. APE Indoor ada bermacam-macam diantaranya
balok, bola, puzzle, dan lego. Perlengkapan di dalam kelas meliputi meja kursi,
papan tulis, loker alat tulis, almari, jam dinding, karpet, rak sepatu, dan lampu.
Kegiatan ekstra yang ada adalah melukis.
d. TK ABA Gejawan
TK ABA Gejawan terletak di Gejawan Kulon, Balecatur, Gamping,
Sleman. TK ABA Gejawan memiliki dua kelompok kelas yaitu kelas A dan kelas
B. Model pembelajaran yang ada dilaksanakan adalah model pembelajaran
kelompok. Guru berjumlah tiga orang dan satu diantaranya merangkap sebagai
kepala sekolah. Pembelajaran di TK ABA Gejawan dimulai pukul 07.30, istirahat
pukul 09.30 WIB dan pembelajaran berakhir pukul 11.00 WIB. Sarana prasarana
yang ada di TK ABA Gejawan meliputi kantor kepala TK dan guru, ruang tamu,
52
ruang kelas, kamar mandi, aula, tempat parkir. Untuk alat Permainan Edukatif
(APE) terdiri dari APE outdoor dan APE Indoor. APE Outdoor terdiri dari
ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, tangga pelangi, kursi putar, bola dunia, papan
memanjat, terowongan. APE Indoor diantaranya balok, bola, puzzle, dan lego.
Perlengkapan di dalam kelas meliputi meja kursi, papan tulis, rak alat tulis,
almari, kalender pendidikan, jam dinding, karpet, dan kotak P3K. Kegiatan ekstra
meliputi drumband, tari, dan melukis.
e. TK ABA Temuwuh Lor
TK ABA Temuwuh Lor terletak di Dusun Temuwuh Lor, Balecatur,
Gamping, Sleman. TK ABA Temuwuh Lor terdapat dua kelompok kelas yaitu
kelas A, B1 dan B2. Guru berjumlah empat orang dan satu diantaranya merangkap
sebagai kepala sekolah. Model pembelajaran yang dilaksanakan adalah model
pembelajaran kelompok. Pembelajaran dimulai pukul 07.30 WIB, istirahat pukul
09.30 WIB dan pembelajaran berakhir pukul 10.30 WIB. Untuk sarana dan
prasarana yang ada di TK ABA Temuwuh Lor terdiri dari kantor kepala TK dan
guru, ruang tamu, ruang kelas, kamar mandi, ruang UKS, dapur, aula, gudang, dan
tempat parkir. Untuk alat Permainan Edukatif (APE) terdiri dari APE outdoor dan
APE Indoor. APE Outdoor terdiri dari ayunan, perosotan, kursi putar, bola dunia,
mandi bola, tangga majemuk. APE Indoor ada bermacam-macam diantaranya
balok, bola, puzzle, dan maze. Perlengkapan yang dimiliki sekolah antara lain
meja kursi, papan tulis, loker alat tulis, almari, kalender pendidikan, jam dinding,
karpet, kipas angin, lampu, piano, Al-quran, printer dan perlengkapan solat.
Kegiatan ekstra meliputi melukis, iqro, jarimatika, dan tari.
53
f. TK ABA Jatimas
TK ABA Jatimas terletak di Perum Jatimas Permai, Balecatur, Gamping,
Sleman. TK ABA Jatimas terdapat kelompok kelas terdiri dari A1, A2, B1, dan
B2. Model pembelajaran yang ada di TK ABA Jatimas adalah model
pembelajaran kelompok. Guru berjumlah delapan orang dan satu diantaranya
merangkap sebagai kepala sekolah. Pembelajaran dimulai pukul 07.30 WIB,
istirahat pukul 09.30 WIB dan berakhir pukul 10.30 WIB. Untuk sarana dan
prasarana yang ada di TK ABA Jatimas terdiri dari kantor kepala TK dan guru,
ruang tamu, ruang kelas, kamar mandi, gudang, halaman sekolah, dan tempat
parkir. Untuk alat Permainan Edukatif (APE) terdiri dari APE outdoor dan APE
indoor. APE Outdoor terdiri dari ayunan, perosotan, kursi putar, bola dunia,
mandi bola, tangga pelangi, dan papan panjat. APE indoor diantaranya balok,
bola, puzzle, lego, dan maze. Perlengkapan yang dimiliki oleh TK diantaranya
meja kursi, papan tulis, rak alat tulis, kalender pendidikan, jam dinding, karpet,
kipas angin, printer dan lampu. Kegiatan ekstra yang ada meliputi menari,
melukis, jarimatika, iqro, dan drumband.
g. TK ABA Perengdawe
TK ABA Perengdawe terletak di Perengdawe, Balecatur, Gamping,
Sleman. Kelompok kelas TK ABA Perengdawe terdiri dari dua kelompok kelas
yaitu kelas A dan B. Model pembelajaran yang dilaksanakan adalah model
pembelajaran kelompok. Guru berjumlah dua orang dan satu diantaranya
merangkap sebagai kepala sekolah. Pembelajaran dimulai pukul 07.30 WIB,
istirahat pukul 09.30 WIB dan berakhir pukul 10.30 WIB. Sarana dan prasarana
54
yang ada di TK ABA Perengdawe terdiri dari kantor kepala TK dan guru, ruang
tamu, ruang kelas, kamar mandi, gudang, ruang UKS, halaman sekolah, dan
tempat parkir. Alat Permainan Edukatif (APE) terdiri dari APE outdoor dan APE
indoor. APE outdoor terdiri dari ayunan, perosotan, dan bola dunia. APE indoor
diantaranya balok, bola, puzzle, lego, bola dan tempayan mainan. Perlengkapan di
dalam kelas meliputi meja kursi, papan tulis, kalender pendidikan, jam dinding,
karpet, kipas angin, dan lampu.
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu perkembangan
motorik halus. Penelitian ini meneliti enam kegiatan yaitu meronce sesuai dengan
pola, menyalin angka 1-20, membentuk dengan plastisin sesuai contoh guru,
menempel dengan tepat, mewarnai gambar sederhana, dan menggambar orang
dengan lengkap dan proporsional.
Penelitian ini menggunakan observasi dan dokumentasi dalam
pengumpulan data. Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Metode
dokumentasi dilakukan dengan melihat hasil karya anak dan penilaian portofolio.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif
kuantitatif. Penilaian masing-masing kegiatan menggunakan kriteria Belum
Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB), Berkembang Sesuai Harapan
(BSH), dan Berkembang Sangat Baik (BSB). Kriteria BB diberi nilai 1, MB diberi
nilai 2, BSH diberi nilai 3, dan BSB diberi nilai 4. Pemberian nilai melihat lembar
observasi yang ada.
55
Proses pembelajaran yang ada di Kelurahan Balecatur hampir sama setiap
TK nya. Mulai dari metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode tanya
jawab, pemberian tugas, dan bercakap-cakap. Metode pembelajaran yang paling
sering digunakan untuk aspek motorik halus adalah pemberian tugas.
Media pembelajaran yang digunakan untuk masing-masing TK sedikit
berbeda sesuai dengan keadaan dan kemampuan TK. Namun untuk penggunaan
Lembar Kerja Anak (LKA) masing-masing TK pasti ada. Untuk materi
pembelajaran seperti program kegiatan tahunan, rencana kegiatan semester,
rencana kegiatan mingguan, dan rencana kegiatan harian untuk masing-masing
TK di Kelurahan Balecatur hampir sama. Perbedaan perencanaan program
kegiatan pembelajaran terletak pada muatan keagamaan. TK ABA ditambah nilai
kemuhammadiyahan dan untuk TK umum sesuai dengan agama yang dianutnya.
Setiap awal tahun pembelajaran semua guru-guru di Kelurahan Balecatur
berkumpul untuk membuat rencana program kegiatan pembelajaran bersama-
sama. Pertemuan rapat satu kelurahan diadakan setiap dua bulan sekali.
Waktu pembelajaran untuk TK di Kelurahan Balecatur hampir sama.
Pembelajaran dimulai pukul 07.30, istirahat pukul 09.30 dan pulang sekolah pukul
10.30 untuk TK ABA dan pukul 10.00 untuk TK umum. Sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai, anak-anak berbaris di depan kelas terlebih dahulu dan
melakukan gerakan fisik sederhana seperti berjalan di tempat. Setelah masuk kelas
guru mengajak anak berdoa dan untuk TK ABA ditambah dengan hafalan surat-
surat pendek, hafalan doa-doa pendek dan hadist beserta isinya. Setelah selesai
56
berdoa, guru melakukan apersepsi dan menjelaskan pada anak apa yang akan
dipelajari anak pada hari itu.
Setelah apersepsi kemudian masuk pada kegiatan inti. Guru menjelaskan
tugas yang akan dikerjakan oleh anak. Sebelumnya guru memberikan contoh
bagaimana cara mengerjakan tugas tersebut pada anak. Kegiatan inti ada tiga
aspek perkembangan yaitu bahasa, kognitif, dan motorik. Setelah anak selesai
mengerjakan tugas kemudian dikumpulkan kepada guru. Guru selanjutnya
memberi nilai anak dengan menggunakan bintang satu samapi empat. Bintang
satu yaitu belum berkembang, bintang dua mulai berkembang, bintang tiga
berkembang sesuai harapan, dan bintang empat berkembang sangat baik.
Guru mempunyai kriteria dalam memberikan penilaian. Penilaian
dilakukan melihat proses yang dilalui oleh anak. Kriteria bintang satu bila anak
tidak mau mengerjakan tugas sama sekali, bintang dua jika anak mengerjakan
tugas masih banyak dibantu guru, bintang tiga jika anak dapat mengerjakan tugas
sesuai dengan indikator dan sesekali dibantu guru, dan bintang empat jika anak
dapat mengerjakan tugas dengan mandiri, cepat, dan rapi. Guru juga melakukan
evaluasi pada anak dengan recalling yaitu menanyakan kembali apa yang sudah
dipelajari oleh anak selama pembelajaran.
Berikut ini adalah hasil observasi dan dokumentasi perkembangan motorik
halus anak TK kelompok B Kelurahan Balecatur meliputi kegiatan meronce
sesuai dengan pola, menyalin angka 1-20, membentuk dengan plastisin sesuai
contoh guru, menempel dengan tepat, mewarnai gambar sederhana, dan
menggambar orang dengan lengkap dan proporsional.
57
a. Meronce Sesuai dengan Pola
Hasil observasi kegiatan meronce sesuai dengan pola anak TK Kelompok
B Kelurahan Balecatur Kecamatan Gamping disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 6. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Dalam Meronce Anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta
No Nama TK Kategori
BB MB BSH BSB
1 TK Indriyasana Nyamplung 2 (11,12%) 2 1 13 (11,12%) (5,56%) (72,23%)
2 TK ABA Sumber 0 3 1 10
(21,43%) (7,15%) (71,43)
3 TK Mutiara Ngaran 1 0 0 13
(7,15%) (92,86%)
4 TK ABA Gejawan 0 2 0 18
(10%) (90%)
5 TK ABA Temuwuh Lor B 1 0 1 0 16
(5,89%) (92,12%)
TK ABA Temuwuh Lor B 2 1 3 1 13
(5,56%) (16,67%) (5,56%) (72,23%)
6 TK ABA Jatimas B 1 0 0 0 19 (100%)
TK ABA Jatimas B 2 0 1 2 17 (5%) (10%) (85%)
7 TK ABA Perengdawe 0 1 2 12 (6,67%) (13,34%) (80%)
Jumlah 4 13 7 131
Persentase (%) 2,59 8,39 4,52 84,52
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan meronce
pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur hasilnya adalah kategori Belum
Berkembang (BB) terdiri dari 4 anak atau sebanyak 2,59%. Kategori Mulai
Berkembang (MB) terdiri dari 13 anak atau sebanyak 8,39%. Kategori
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdiri dari 7 anak atau sebanyak 4,52%.
Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari 131 anak atau sebanyak
84,52%.
58
b. Menyalin Angka 1-20
Hasil observasi kegiatan menyalin angka anak TK Kelompok B Kelurahan
Balecatur Kecamatan Gamping disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 7. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Dalam Menyalin Angka 1-20 TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
No Nama TK Kategori
BB MB BSH BSB
1 TK Indriyasana Nyamplung 1 0 1 16
(5,56%) (5,56%) (88,89%)
2 TK ABA Sumber 0 0 0 14 (100%)
3 TK Mutiara Ngaran 0 0 1 13 (7,15%) (92,86%)
4 TK ABA Gejawan 0 0 0 20
(100%)
5 TK ABA Temuwuh Lor B 1 0 0 0 17
(100%)
TK ABA Temuwuh Lor B 2 0 0 0 18
(100%)
6 TK ABA Jatimas B 1 0 0 0 19 (100%)
TK ABA Jatimas B 2 0 0 0 20 (100%)
7 TK ABA Perengdawe 1 0 0 14
(93,34%)
Jumlah 2 0 2 151
Persentase (%) 1,3 0 1,3 97,42
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan menyalin
angka 1-20 pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur adalah kategori
Belum Berkembang (BB) terdiri dari 2 anak atau sebanyak 1,3%. Tidak ada anak
yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang (MB) dan kategori Berkembang
Sesuai Harapan (BSH) terdiri dari 2 anak atau sebanyak 1,3%. Kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari 151 anak atau sebanyak 97,42%.
59
c. Membentuk dengan Plastisin sesuai Contoh Guru
Hasil observasi kegiatan membentuk dengan plastisin sesuai contoh guru
pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur Kecamatan Gamping disajikan
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 8. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Dalam Membentuk dengan Plastisin Sesuai Contoh Guru TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
No Nama TK Kategori
BB MB BSH BSB
1 TK Indriyasana Nyamplung 4 13 1 0
(22,23%) (72,23%) (5,56%)
2 TK ABA Sumber 2 6 6 0 (14,29%) (42,86%) (42,86%)
3 TK Mutiara Ngaran 5 7 2 0
(35,72%) (50%) (14,29)
4 TK ABA Gejawan 8 9 2 1 (40%) (45%) (10%) (5%)
5 TK ABA Temuwuh Lor B 1 0 11 5 1 (64,7%) (29,42%) (5,89%)
TK ABA Temuwuh Lor B 2 9 4 5 0
(50%) (22,23%) (27,78%)
6 TK ABA Jatimas B 1 0 14 5 0
(73,68%) (26,32%)
TK ABA Jatimas B 2 2 12 5 1 (60%) (25%) (5%)
7 TK ABA Perengdawe 1 11 3 0 (6,67%) (73,34%) (20%)
Jumlah 31 87 34 3
Persentase (%) 20 56,13 22,59 1,94
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan membentuk
dengan plastisin sesuai contoh guru pada anak TK Kelompok B Kelurahan
Balecatur hasilnya adalah kategori Belum Berkembang (BB) terdiri dari 31 anak
atau sebanyak 20%. Kategori Mulai Berkembang (MB) terdiri dari 87 anak atau
sebanyak 56,13% dan kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdiri dari 34
anak atau sebanyak 22,59%. Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari
3 anak atau sebanyak 1,94%.
60
d. Menempel dengan Tepat
Hasil observasi kegiatan menempel dengan tepat pada anak TK Kelompok
B Kelurahan Balecatur Kecamatan Gamping disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 9. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Menempel dengan Tepat Anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
No Nama TK Kategori
BB MB BSH BSB
1 TK Indriyasana Nyamplung 0 7 11 0 (38,89%) (61,12%)
2 TK ABA Sumber 0 2 11 1 (14,29%) (78,58%) (7,15%)
3 TK Mutiara Ngaran 0 3 8 3 (21,43%) (57,15%) (21,43%)
4 TK ABA Gejawan 0 2 15 3 (10%) (75%) (15%)
5 TK ABA Temuwuh Lor B 1 0 0 15 2
(88,24%) (11,77%)
TK ABA Temuwuh Lor B 2 0 1 14 3
(5,56%) (77,78%) (16,67%)
6 TK ABA Jatimas B 1 0 0 16 3 (84,22%) (15,79%)
TK ABA Jatimas B 2 0 0 13 7
(65%) (35%)
7 TK ABA Perengdawe 0 2 11 2 (13,34%) (73,34%) (13,34%)
Jumlah 0 17 114 24
Persentase (%) 0 10,97 73,55 16,13
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan menempel
dengan tepat pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur hasilnya adalah
tidak ada yang berada dalam kategori Belum Berkembang (BB). Kategori Mulai
Berkembang (MB) terdiri dari 17 anak atau sebanyak 10,97% dan kategori
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdiri dari 114 anak atau sebanyak 73,55%.
Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari 24 anak atau sebanyak
16,13%.
61
e. Mewarnai Gambar Sederhana
Hasil observasi kegiatan mewarnai gambar sederhana anak TK Kelompok
B Kelurahan Balecatur Kecamatan Gamping disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 10. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Mewarnai Gambar
Sederhana Anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
No Nama TK Kategori
BB MB BSH BSB
1 TK Indriyasana Nyamplung 0 0 14 4 (77,78%) (22,23%)
2 TK ABA Sumber 0 2 12 0
(14,29%) (85,72%)
3 TK Mutiara Ngaran 0 3 8 3
(21,43%) (57,15%) (21,43%)
4 TK ABA Gejawan 0 1 15 4
(5%) (75%) (20%)
5 TK ABA Temuwuh Lor B 1 0 0 9 8
(52,95%) (47%)
TK ABA Temuwuh Lor B 2 0 2 9 7
(11,12%) (50%) (38,89%)
6 TK ABA Jatimas B 1 0 0 17 2 (89,48%) (10,53%)
TK ABA Jatimas B 2 0 1 16 3
(5%) (80%) (15%)
7 TK ABA Perengdawe 1 2 10 2
(6,67%) (13,34%) (66,67%) (13,34%)
Jumlah 1 11 110 33
Persentase (%) 0,65 7 70,96 21,30
Berdasarkan tabel di atas, kemampuan mewarnai gambar sederhana pada
anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur hasilnya adalah kategori Belum
Berkembang (BB) terdiri dari satu anak atau sebanyak 0,65%. Kategori Mulai
Berkembang (MB) terdiri dari 11 anak atau sebanyak 7% dan kategori
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdiri dari 110 anak atau sebanyak 70,96%.
Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari 33 anak atau 21,30%.
62
f. Menggambar Orang dengan Lengkap dan Proporsional
Hasil observasi indikator menggambar orang dengan lengkap dan
proporsional anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur Kecamatan Gamping
disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 11. Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Menggambar Orang dengan Lengkap dan Proporsional Anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
No Nama TK Kategori
BB MB BSH BSB
1 TK Indriyasana Nyamplung 0 7 11 0
(38,89%) (61,12%)
2 TK ABA Sumber 1 10 3 0 (7,15%) (71,43%) (21,43%)
3 TK Mutiara Ngaran 0 6 7 1
(42,86%) (50%) (7,15%)
4 TK ABA Gejawan 5 7 8 0
(25%) (35%) (40%)
5 TK ABA Temuwuh Lor B 1 0 11 5 1 (64,7%) (29,42%) (5,89%)
TK ABA Temuwuh Lor B 2 0 9 9 0 (50%) (50%)
6 TK ABA Jatimas B 1 0 4 12 3 (21%) (63,16%) (15,79%)
TK ABA Jatimas B 2 1 1 15 3
(5%) (5%) (75%) (15%)
7 TK ABA Perengdawe 0 3 12 0 (20%) (80%)
Jumlah 7 58 82 8
Persentase (%) 4,52 37,42 52,9 5,17
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan
menggambar orang dengan lengkap dan proporsional pada anak TK Kelompok B
Kelurahan Balecatur hasilnya adalah kategori Belum Berkembang (BB) terdiri
dari 7 anak atau sebanyak 4,52%. Kategori Mulai Berkembang (MB) terdiri dari
58 anak atau sebanyak 37,42% dan kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
terdiri dari 82 anak atau sebanyak 52,9%. Kategori Berkembang Sangat Baik
63
(BSB) terdiri dari 8 anak atau sebanyak 5,17%. Secara keseluruhan hasil
penelitian dapat disimpulkan ke dalam tabel di bawah ini:
Tabel 12: Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta
No Indikator Kategori
BB MB BSH BSB
1 Meronce sesuai pola warna 4 13 7 131
ABCD-ABCD (2,59%) (8,39%) (4,52%) (84,52%
2 Menyalin angka 1-20 2 0 2 151 (1,3%) (1,3%) (97,42%)
3 Membentuk plastisin 31 87 34 3
(20%) (56,13%) (22,59%) (1,94%)
4 Menempel dengan tepat 0 17 114 24
(10,97%) (73,55%) (16,13%)
5 Mewarnai gambar sederhana 1 11 110 33
(0,65%) (7%) (70,96%) (21,30%)
6 Menggambar orang lengkap dan 7 58 82 8
proporsional (4,52%) (37,42%) (52,9%) (5,17%)
Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada tabel di atas maka dapat dibuat
histogram seperti di bawah ini:
Gambar 2: Histogram Perkembangan Motorik Halus Anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
64
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa kemampuan meronce
sesuai dengan pola pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur hasilnya
adalah kategori Belum Berkembang (BB) terdiri dari 4 anak atau sebanyak 2,59%.
Kategori BB kriteria adalah anak belum dapat meronce sesuai dengan pola.
Diantara empat anak yang masuk kriteria BB ini tidak mau meronce. Sedangkan
kategori Mulai Berkembang (MB) terdiri dari 13 anak atau sebanyak 8,39%
dengan kriteria anak dapat meronce sesuai dengan pola sebanyak satu. Untuk
kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdiri dari 7 anak atau sebanyak
4,52% dengan kriteria anak dapat meronce sesuai dengan pola sebanyak tiga.
Sementara untuk kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari 131 anak
atau sebanyak 84,52% dengan kriteria anak dapat meronce sesuai dengan pola
sebanyak lebih dari tiga. Anak yang masuk kategori BSB tersebut dapat
menyelesaikan semua roncean yang ada.
Sesuai hasil penelitian dapat diidentifikasi bahwa dalam kegiatan meronce
yang lebih unggul adalah TK ABA Jatimas kelompok B 1 dengan kategori BSB
19 anak atau 100%. Kegiatan meronce memang rutin dilaksanakan di TK ABA
Jatimas. Media untuk kegiatan meronce pun bervariasai, menggunakan bahan
alam dan buatan seperti sedotan, kertas, manik-manik, dan batang pepaya
(gelonggong). Satu kelas di TK ABA Jatimas diampu oleh dua orang guru,
sehingga saat pembelajaran berlangsung, satu guru dapat menjelaskan materi
pembelajaran dan satu guru lain dapat mengkondisikan anak agar memperhatikan
penjelasan guru dan tidak ramai sendiri atau mengobrol dengan temannya. Hal ini
65
dapat membuat anak-anak menjadi lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran dan
anak-anak lebih faham dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Rutinnya kegiatan meronce dan ketersediaan dua orang guru yang
mengajar dalam satu kelas inilah yang membuat anak TK ABA Jatimas khususnya
kelompok B 1 dapat menyelesaikan meronce sesuai pola dengan sangat baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan meronce di TK Kelompok B
Kelurahan Balecatur hasilnya sangat baik karena banyak anak masuk kategori
BSB.
Dari hasil observasi identifikasi perkembangan motorik halus anak TK
Kelompok B Kelurahan Balecatur dalam kegiatan meronce sudah sesuai dengan
teori standar isi PAUD (Depdiknas, 2007) tentang aspek perkembangan fisik
motorik halus anak usia 5-6 tahun dengan indikatornya meronce dengan manik-
manik sesuai pola.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa kemampuan menyalin
angka 1-20 pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur hasilnya adalah
kategori Belum Berkembang (BB) terdiri dari 2 anak atau sebanyak 1,3%.
Kategori BB ini kriterianya anak dapat menyalin angka 1-5 dengan tepat. Namun
pada saat observasi, anak yang masuk kriteria BB tersebut tidak mau menyalin
angka sehingga anak tersebut masuk dalam kriteria BB. Tidak ada anak yang
masuk kategori Mulai Berkembang (MB), dengan kriteria anak dapat menyalin
angka 1-10 dengan tepat. Kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdiri dari
2 anak atau sebanyak 1,3% dengan kriteria anak dapat menyalin angka 1-20
dengan tepat. Anak yang masuk kategori BSH tersebut belum dapat
66
menyelesaikan semua angka sehingga hanya dapat menyelesaikan menyalin angka
1-20 dengan tepat. Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari 151 anak
atau sebanyak 97,42% dengan kriteria anak dapat menyalin angka lebih dari 1-20
dengan tepat. Anak yang masuk dalam kategori BSB tersebut dapat
menyelesaikan menyalin semua angka yaitu 1-50 dengan tepat.
Sesuai hasil penelitian dapat diidentifikasikan bahwa kemampuan
menyalin angka 1-20 yang lebih unggul ada beberapa TK diantaranya TK ABA
Sumber, TK ABA Temuwuh Lor dan TK ABA Jatimas dengan kategori BSB
100%. Beberapa faktor yang dimungkinkan membuat anak TK ABA Sumber, TK
ABA Temuwuh Lor dan TK ABA Jatimas dapat menyalin angka 1-50 dengan
tepat diantaranya seringnya memberikan pekerjaan rumah yaitu berhitung dan
adanya kegiatan ekstra jarimatika yang membuat anak menjadi lebih dapat
mengenal dan terlatih menulis angka.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan menyalin
angka 1-20 di TK Kelompok B Kelurahan Balecatur hasilnya sangat baik. Banyak
anak yang masuk kategori BSB yang sudah dapat menyalin angka 1-50 dengan
tepat sehingga sudah sesuai dengan standar tingkat pencapaian perkembangan.
Kemampuan menyalin angka 1-20 juga sudah sesuai dengan teori GBPKB (1994)
dalam Kamtini dan Husni Wardi Tanjung (2005: 126) yang mengatakan bahwa
salah satu keterampilan anak TK usia 5-6 tahun adalah anak mampu menjiplak
angka, mencontoh angka, mencontoh bentuk sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dijelaskan bahwa kemampuan
membentuk dengan plastisin sesuai contoh guru pada anak TK Kelompok B
67
Kelurahan Balecatur hasilnya adalah kategori Belum Berkembang (BB) terdiri
dari 31 anak atau sebanyak 20% dengan kriteria anak belum dapat membentuk
dengan plastisin sesuai contoh guru. Diantara anak yang masuk dalam kategori
BB tersebut saat mengerjakan membentuk dengan plastisin masih terlihat bingung
menentukan apa dan bagaimana cara membentuk dengan plastisin. Anak masih
banyak bertanya pada guru bagaimana cara membentuk dengan plastisin,
meskipun sebelumnya sudah diberikan contoh bentuk apa saja dan cara
membentuk dengan plastisin. Anak masih sangat membutuhkan banyak
bimbingan dan bantuan dari guru. Banyak anak yang berkeinginan untuk
membentuk dengan plastisin sesuai dengan keinginannya sendiri-sendiri dan tidak
sesuai dengan contoh.
Kategori Mulai Berkembang (MB) terdiri dari 87 anak atau sebanyak
56,13% dengan kriteria anak dapat membentuk dengan plastisin hampir sesuai
dengan contoh guru. Anak yang masuk dalam kategori MB ini sudah bersedia
untuk membentuk dengan plastisin sesuai dengan contoh guru namun bentuknya
masih belum sama dengan contoh. Kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
terdiri dari 34 anak atau sebanyak 22,59% dengan kriteria anak dapat membentuk
dengan plastisin sesuai dengan contoh guru. Kategori Berkembang Sangat Baik
(BSB) dalam membentuk dengan plastisin terdiri dari 3 anak atau sebanyak 1,94%
dengan kriteria anak dapat membentuk dengan plastisin sesuai dengan contoh
guru dan rapi, dengan berbagai cara diantaranya ditekan, diremas, dan dirapikan.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diidentifikasikan bahwa
kemampuan membentuk dengan plastisin sesuai dengan contoh guru yang lebih
68
unggul adalah TK ABA Sumber dengan kategori BSH 6 anak dari 14 anak. TK
ABA Sumber terdiri dari satu kelas dan diampu oleh dua orang guru. Saat
kegiatan membentuk dengan plastisin berlangsung, guru satu bertugas
menjelaskan dan guru dua bertugas mengkondisikan anak sehingga anak dapat
memperhatikan penjelasan guru dan tidak ramai sendiri. Guru juga terlihat banyak
memberikan arahan dengan memberikan contoh dan aba-aba tentang bagaimana
cara membentuk dengan plastisin, misalnya dengan cara ditekan, diremas, dan
dirapikan. Hal ini membuat anak lebih mengerti bagaimana cara membentuk
dengan plastisin sehingga anak dapat membentuk sesuai contoh guru.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan membentuk
dengan plastisin sesuai contoh guru pada anak TK Kelompok B Kelurahan
Balecatur hasilnya belum baik karena banyak anak belum masuk kategori BSH,
sehingga belum sesuai dengan standar tingkat pencapaian perkembangan.
Kegiatan membentuk dengan plastisin belum sesuai dengan standar isi PAUD
(Depdiknas, 2007) tentang aspek perkembangan fisik motorik halus anak usia 5-6
tahun dengan indikatornya membuat berbagai bentuk dengan plastisin/playdough,
tanah liat, pasir, dan lain-lain. Kegiatan membentuk dengan plastisin juga belum
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun
2014 tentang tingkat pencapaian perkembangan fisik motorik halus usia 5-6 tahun
salah satunya adalah meniru bentuk.
Kegiatan membentuk dengan plastisin hampir tidak pernah diberikan pada
anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur. Menurut hasil wawancara dengan
guru yang mengatakan bahwa media plastisin kurang awet dan mudah keras
69
menjadi penyebab tidak pernah memberikan kegiatan membentuk dengan
plastisin. Hal ini membuat anak kurang terlatih dan terampil dalam membentuk
plastisin. Dengan demikian kegiatan membentuk dengan plastisin tidak sesuai
dengan teori Elizabeth Hurlock (1978: 157) yang mengatakan bahwa salah satu
hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik adalah kesempatan
berpraktek. Anak harus banyak diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang
diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Meskipun demikian kualitas
praktek lebih penting daripada kuantitasnya. Namun pada kenyataannya anak TK
Kelompok B Kelurahan Balecatur hampir tidak pernah berpraktek membentuk
dengan plastisin.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa kemampuan
menempel dengan tepat pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur hasilnya
adalah tidak ada yang berada dalam kategori Belum Berkembang (BB) dengan
kriteria anak belum dapat menempel dengan tepat. Kategori Mulai Berkembang
(MB) terdiri dari 17 anak atau sebanyak 10,97% dengan kriteria anak mampu
menempel hampir tepat. Anak yang masuk kriteria MB ini dapat menempel
namun masih belum tepat, misalnya saat kegiatan menyusun puzzle dan
menganyam dengan cara menempel masih ada anak yang belum sesuai pola.
Kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) kegiatan menempel terdiri
dari 114 anak atau sebanyak 73,55% dengan kriteria anak mampu menempel
dengan tepat. Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari 24 anak atau
sebanyak 16,13% dengan kriteria anak mampu menempel dengan tepat dan rapi.
Anak yang masuk kriteria BSB ini dapat menempel dengan tepat, rapi, dan tidak
70
keluar dari garis. Anak dapat mengisi pola dengan menempel hingga memenuhi
gambar, dalam menyusun puzzle dengan cara menempel gambarnya juga dapat
terusun dengan tepat, dalam menganyam dengan cara menempel hasilnya juga
dapat berselang-seling atas bawah.
Sesuai hasil penelitian maka dapat diidentifikasikan bahwa dalam kegiatan
menempel sesuai dengan pola yang lebih unggul adalah TK ABA Jatimas
kelompok B 2 dengan kategori BSH 13 anak dan BSB 7 anak dari 20 anak. TK
ABA Jatimas diampu oleh dua orang guru dalam satu kelas yang membuat anak
lebih mendapat perhatian, arahan, dan bimbingan dari guru sehingga anak lebih
fokus mengikuti pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
kegiatan menempel dengan tepat pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
sudah baik karena banyak anak yang masuk kategori BSH sehingga sudah sesuai
dengan standar tingkat pencapaian perkembangan. Kegiatan menempel dengan
tepat sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
137 Tahun 2014 tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan motorik halus pada
anak usia 5-6 tahun salah satunya adalah menempel gambar dengan tepat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa kemampuan
mewarnai gambar sederhana pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
hasilnya adalah kategori Belum Berkembang (BB) terdiri dari satu anak atau
sebanyak 0,65%. Kategori BB kriterianya anak dapat mewarnai gambar banyak
keluar garis. Kategori Mulai Berkembang (MB) terdiri dari 11 anak atau sebanyak
7% dengan kriteria anak dapat mewarnai gambar sedikit keluar garis. Anak yang
masuk kategori MB tersebut sedikit keluar garis, mewarnainya masih terlihat
71
belum rapat karena masih ada dibagian tengah-tengah yang masih belum
diwarnai. Kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdiri dari 110 anak atau
sebanyak 70,96% dengan kriteria anak dapat mewarnai gambar tidak keluar garis
dan diblok. Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari 33 anak atau
sebanyak 21,30% dengan kriteria anak dapat mewarnai gambar tidak keluar garis,
diblok, dan rapi.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diidentifikasikan bahwa dalam
kegiatan mewarnai gambar sederhana yang lebih unggul adalah TK ABA
Temuwuh Lor kelompok B 1 dengan kategori BSH 9 anak dan BSB 8 anak dari
17 anak. Kegiatan mewarnai adalah salah satu kegiatan yang disenangi oleh anak
TK ABA Temuwuh Lor. Anak-anak terlihat antusias dalam mewarnai dan saat
isitirahat pun dengan senang hati ada anak yang masih melanjutkan mewarnai
karena belum selesai, melihat hal ini anak-anak lain yang belum selesai menjadi
ikut melanjutkan mewarnai. Setelah selesai mewarnai, anak pun langsung
meminta nilai pada guru. Anak terlihat sangat senang dan puas jika pada saat itu
anak mendapat nilainya langsung dan mendapat bintang empat. Guru juga terlihat
sangat pandai dalam membimbing anak mewarnai, guru mengarahkan warna apa
yang sesuai, bagaimana mewarnai dengan rapi, warna untuk mengeblok gambar
yang tepat, dan lain-lain. Guru di TK ABA Temuwuh Lor Kelompok B 1 ini
memang sangat kreatif sehingga tak heran bila guru menguasai kesenian dalam
mewarnai gambar.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
mewarnai gambar sederhana pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur
72
sudah baik karena banyak anak yang masuk kategori BSH sehingga sudah sesuai
dengan standar tingkat pencapaian perkembangan. Kegiatan mewarnai gambar
sederhana juga sudah sesuai dengan teori Kementrian Pendidikan Nasional (2010:
36- 37) mengenai indikator motorik halus anak usia 5-6 tahun salah satunya
adalah mewarnai gambar sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa kemampuan
menggambar orang dengan lengkap dan proporsional pada anak TK Kelompok B
Kelurahan Balecatur hasilnya adalah kategori Belum Berkembang (BB) terdiri
dari 7 anak atau sebanyak 4,52% dengan kriteria anak belum dapat menggambar
orang dengan lengkap. Anak yang masuk kategori BB ini dalam menggambar
orang belum lengkap, diantaranya masih menggambar hanya kepala saja, dapat
menggambar kepala dan badan namun kepala belum digambar mata, hidung,
mulut, telinga, dan rambut.
Kategori Mulai Berkembang (MB) dalam kegiatan menggambar terdiri
dari 58 anak atau sebanyak 37,42% dengan kriteria anak dapat menggambar orang
dengan lengkap. Anak yang masuk dalam kategori MB ini dalam menggambar
sudah lengkap yang meliputi kepala disertai mata, hidung, mulut, telinga dan
rambut, badan, kaki, dan tangan namun belum dapat proporsional. Gambar belum
proporsional artinya ukuran gambar dan kertas yang digunakan belum sesuai,
misalnya ukuran gambar sangat kecil. Kategori Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) terdiri dari 82 anak atau sebanyak 52,9% dengan kriteria anak dapat
menggambar orang dengan lengkap dan proporsional. Anak yang masuk kategori
BSH sudah dapat menggambar orang dengan lengkap dan proporsional meliputi
73
kepala (mata, hidung, mulut, telinga, dan rambut), badan, tangan, kaki dan
proporsional antara ukuran gambar dan kertas.
Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) dalam kegiatan menggambar
terdiri dari 8 anak atau sebanyak 5,17% dengan kriteria anak dapat menggambar
orang dengan lengkap, proporsional, dan rapi. Anak yang masuk kategori BSB
sudah dapat menggambar orang dengan lengkap meliputi kepala (mata, hidung,
mulut, telinga, dan rambut), badan, tangan, kaki dan masing-masing sudah
proporsional (antara ukuran gambar dan kertas sudah sesuai dan gambar tidak
terlalu kecil) dan rapi.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diidentifikasikan bahwa dalam
kegiatan mengambar orang dengan lengkap dan proporsional yang lebih unggul
adalah TK ABA Jatimas kelompok B 2 dengan kategori BSH 15 anak dan BSB 3
anak dari 15 anak. TK ABA Jatimas mempunyai kegiatan ekstra melukis setiap
satu minggu sekali dan diampu oleh guru lukis. Dalam kegiatan melukis setiap
minggunya, anak-anak diajarkan menggambar berbagai macam, misalnya
menggambar orang, rumah, sekolah, dan lain-lain. Gambar yang paling sering
diajarkan oleh guru lukis adalah menggambar orang, dapat dilihat dari hasil
gambar pada penilaian portofolio kebanyakan gambar orang. Saat menggambar
guru mengajarkan secara detail bagaimana menggambar kepala (termasuk mata,
hidung, mulut, telinga, rambut), badan, tangan, dan kaki sehingga anak-anak
menjadi lebih paham dalam menggambar. Hal ini yang membuat kemampuan
anak dalam menggambar orang dengan lengkap dan proporsional dapat
berkembang dengan baik.
74
Dari hasil observasi, TK yang tidak memiliki kegiatan ekstra melukis
kemampuan menggambar orang dengan lengkap dan proporsional belum baik
karena anak jarang diajarkan menggambar orang dengan lengkap dan
proporsional. Dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan mengambar orang dengan
lengkap dan proporsional pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur belum
baik karena banyak anak yang belum masuk kategori BSH sehingga belum sesuai
dengan standar tingkat pencapaian perkembangan.
Kegiatan menggambar orang dengan lengkap dan proporsional belum
sesuai dengan teori Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 36- 37) tentang
indikator motorik halus anak usia 5-6 tahun salah satunya adalah menggambar
orang dengan lengkap dan proporsional. Kegiatan menggambar orang dengan
lengkap dan proporsional juga belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang standar nasional Pendidikan
Anak Usia Dini tingkat pencapaian perkembangan fisik motorik halus anak usia 5-
6 tahun salah satunya adalah dapat mengekspresikan diri melalui gerakan
menggambar secara detail.
Dari 6 kegiatan dalam penelitian ini yaitu meronce, menyalin angka 1-20,
membentuk dengan plastisin sesuai contoh guru, menempel dengan tepat,
mewarnai gambar sederhana, dan menggambar orang dengan lengkap dan
proporsional dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang paling menonjol adalah
menyalin angka 1-20. Kegiatan menyalin angka terdiri dari 151 masuk kategori
BSB dari 155 anak atau sebanyak 97,42% dengan kriteria anak dapat menyalin
angka 1-50 dengan tepat. Kegiatan yang paling tidak menonjol adalah
75
menggambar orang dengan lengkap dan proporsional dan membentuk dengan
plastisin sesuai contoh. Saat menggambar orang, anak mengeluh tidak bisa dan
dari penilaian portofolio ada yang jarang menggambar orang karena guru jarang
mengajarkan menggambar orang pada anak. Adapun gambar orang yang ada
bentuknya kecil dan dari setiap anak berbeda-beda bentuknya. Sedangkan saat
membentuk dengan plastisin anak mengalami kesulitan dalam membuat bentuk
yang sesuai dengan contoh guru. Kebanyakan anak cenderung ingin membentuk
dengan plastisin sesuai dengan keinginannya sendiri-sendiri.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik
halus pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur dalam kegiatan meronce,
menyalin angka, membentuk dengan plastisin, menempel, mewarnai, dan
menggambar orang tidak ada yang berada dalam kategori Belum Berkembang
(BB). Kategori Mulai Berkembang (MB) terdiri dari 2 anak atau sebanyak 1,3%,
kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdiri dari 63 anak, dan kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB) terdiri dari 90 anak atau sebanyak 58%.
Berdasarkan hasil identifikasi perkembangan motorik halus pada anak TK
Kelompok B Kelurahan Balecatur sudah sesuai dengan teori Elizabeth Hurlock
(1978: 151- 152) salah satu prinsip perkembangan motorik tidak terjadi sebelum
anak matang. Pada anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur terdapat beberapa
anak yang umurnya masih kurang dari 5-6 tahun. Dalam kemampuan motorik
halus anak tersebut berada di bawah anak-anak lain yang umurnya sudah 5-6
tahun terutama dalam kegiatan meronce, membentuk dengan plastisin,
menggambar orang, dan menempel.
76
Menurut hasil penelitian proses pembelajaran sudah sesuai dengan teori
Sumantri (2005: 147-148) yang mengatakan bahwa salah satu prinsip
pengembangan motorik halus anak usia TK yaitu berdasarkan tema. Pemilihan
tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak agar anak
mampu mengenali berbagai konsep secara mudah dan jelas. TK di Kelurahan
Balecatur sudah menggunakan tema untuk setiap pembelajarannya.
Sesuai dengan hasil observasi dalam proses pembelajaran sudah sesuai
dengan teori Elizabeth Hurlock (1978: 157) salah satu hal penting dalam
mempelajari keterampilan motorik adalah memberikan bimbingan. Bimbingan
membantu anak membetulkan kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur
dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Setiap kegiatan motorik
guru selalu memberikan contoh sebelum mengerjakan tugas. Guru juga bersedia
membimbing dan membantu anak yang masih kesulitan dalam mengerjakan tugas.
Kondisi lingkungan belajar yang ada TK Kelurahan Balecatur sudah sesuai
dengan prinsip-prinsip pengembangan motorik halus anak usia TK menurut
(Sumantri, 2005: 147-148) yaitu lingkungan fisik hendaknya memperhatikan
keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang harus
disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain dan tidak menghalangi
interaksi anak dengan pendidik serta temannya. Ruang kelas yang ada di
Kelompok B TK Kelurahan Balecatur cukup luas dan berukuran sekitar 8 x 6
meter sehingga anak dapat bergerak bebas. Lokasi setiap sekolah berada di
pinggir jalan. Keamanan lingkungan sekolah juga sudah cukup baik karena di
setiap sekolah terdapat pintu gerbang. Pintu gerbang tersebut ditutup pada saat
77
pembelajaran berlangsung sehingga anak tidak bebas keluar masuk sekolah. Pada
waktu istirahatpun anak-anak bermain di dalam lingkungan sekolah.
C. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian identifikasi perkembangan motorik halus anak TK Kelonpok B
Kelurahan Balecatur dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Dalam proses penelitian dan penulisan hasil pun tidak terlepas dari
kekurangan dan keterbatasan. Berikut ini dan kekurangan dan keterbatan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam pengambilan data kegiatan menggambar orang dengan lengkap dan
proporsional menggunakan dokumentasi, sehingga kurang dapat mengamati
waktu anak praktek secara langsung dan lebih kepada hasilnya.
2. Waktu observasi kurang dapat mengamati anak secara keseluruhan karena
jumlah anak yang cukup banyak.
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan identifikasi perkembangan motorik halus anak TK Kelompok
B Kelurahan Balecatur hasilnya adalah:
1. Kemampuan meronce sesuai dengan pola hasilnya adalah kategori Belum
Berkembang (BB) sebanyak 4 anak atau 2,59%. Kategori Mulai Berkembang
(MB) sebanyak 13 anak atau 8,39%. Kategori Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) sebanyak 7 anak atau 4,52%. Kategori Berkembang Sangat Baik (BSB)
sebanyak 131 anak atau 84,52%.
2. Kemampuan menyalin angka 1-20 kategori BB 2 anak atau 1,3%, kategori MB
tidak ada, kategori BSH 2 anak atau 1,3%, dan kategori BSB 151 anak atau
97,42%.
3. Kemampuan membentuk dengan plastisin sesuai contoh guru kategori BB 31
anak atau 20%, MB 87 anak atau 56,13%, BSH 34 anak atau 22,59%, dan BSB
3 anak atau 1,94%.
4. Kemampuan menempel dengan tepat kategori BB tidak ada, MB 17 anak atau
10,97%, BSH 114 orang atau 73,55%, dan BSB 24 orang atau 16,13%.
5. Kemampuan mewarnai gambar sederhana kategori BB 1 anak atau 0,65%, MB
11 anak atau 7%, BSH 110 anak atau 70,96%, dan BSB 33 anak atau 21,30%.
6. Kemampuan menggambar orang dengan lengkap dan proporsional kategori BB
7 anak atau 4,52%, MB 58 anak atau 37,42%, BSH 82 anak atau 52,9%, dan
BSB 8 anak atau 5,17%.
79
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari 155 tidak ada anak yang
berada dalam kategori Belum Berkembang (BB), kategori Mulai Berkembang
(MB) terdiri dari 2 anak atau sebanyak 1,3%. Kategori Berkembang Sesuai
Harapan (BSH) terdiri dari 63 anak atau sebesar 40,65%. Kategori Berkembang
Sangat Baik terdiri dari 90 anak atau sebanyak 58%. Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus anak TK Kelompok
B Kelurahan Balecatur sudah sesuai dengan standar tingkat pencapaian
perkembangan.
B. Saran
Guru diharapkan dapat memberikan kegiatan membentuk dengan plastisin
dan menggambar orang sehingga anak akan dapat pratktek langsung sehingga
lebih terlatih dan terampil. Apabila bahan plastisin tidak ada, maka dapat
menggunakan tanah liat, playdough, dan lain-lain. Cara membentuk dengan
plastisin dapat dengan ditekan dan diremas kemudian dibentuk sesuai dengan
contoh. Agar plastisin dapat awet digunakan maka guru hendaknya merawat dan
menyimpan plastisin di tempat yang tidak panas sehingga plastisin lebih awet dan
tidak mudah keras. Cara menggambar orang dimulai dari yang sederhana dahulu,
dimulai dengan menggambar kepala yang lengkap ada mata, hidung, mulut,
telinga, dan rambut. Kemudian dibawah kepala digambar leher dan badan.
Selanjutnya menggambar tangan dan kaki. Dalam penelitian perkembangan
motorik halus yang akan datang, seyogyanya tidak hanya mengamati kegiatan
meronce, menyalin angka, membentuk dengan plastisin, menempel, mewarnai,
dan menggambar namun masih banyak kegiatan yang dapat diamati.
80
DAFTAR PUSTAKA
Acep Yoni. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.
Astati. (1995). Terapi Okupasi, Bermain dan Musik untuk Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ayu Thabita Agustus Werdiningsih & Kili Astarani. (2012). “Peran Ibu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Terhadap Perkembangan”. Publica, Volume 5 Nomor 1, Juli 2012, halaman 1-17.
Conny Semiawan R. (1998). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru SD.
Daeng Sari dan Dini P. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009. Direktorat Jenderal Menejemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Pembinaan TK SD.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pembelajaran Bidang
Pengembangan Fisik Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan 137 Tahun 2014. Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar dan Menengah Pembinaan TK SD.
Ernawulan Syaodih. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Harun Rasyid, Mansur dan Suratno. (2012). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gama Media.
Harun Rasyid, Mansur dan Suratno. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Pressindo.
H.E Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hurlock Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Jamaris Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia TK. Jakarta: PT Grasindo.
81
K. Eillen Allen & Lynn R. Marotz. (2010). Profil Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks
Kamtini & Husni Wardi Tanjung. (2005). Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kartini Kartono. (1988). Psikologi Anak. Bandung: Alumni.
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
MS. Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Muhammad Idrus. (2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Erlangga.
Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Puri Aquarisnawati, Dewi Mustami'ah & Windah Riskasari. (2011). Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah Ditinjau Dari Bender Gestalt. Jurnal
INSAN Vol. 13 No. 03, Desember 2011: 149-156.
Pusat Kurikulum Balitbang. (2007). Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Rita Eka Izzaty. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Rosmala Dewi. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak Edisi ke Sebelas Jilid 1. (Med Mila Rachmawati). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Sistem Pendidikan Nasional.
Sofian Effendi & Tukiran. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sofyan & Priyati Yati. (1994). Penuntun Belajar Kerajinan Tangan dan Kesenian. Bandung : Ganeca Exact Bandung
Sri Rumini. (1987). Study Kolerasi Antara Kemampuan Motorik Halus dan Kemampuan Menulis Anak Tunagrahita. Penelitian : IKIP Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
82
. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pedagogia.
Sujiono, Bambang dkk. (2009). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tanti Darmastuti. (2012). “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Dalam Kegiatan Meronce Dengan Manik – Manik Melalui Metode
Demonstrasi Pada Anak Kelompok A Di Tk Khadijah 2 Surabaya”. Publica, Volume 10, Nomor 1, 2012, halaman 1-14.
Wuradji. (2006). Panduan Penelitian Survei. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.
Yudha M Saputra. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Yudrik Jahja. ( 2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
83
LAMPIRAN
84
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
Lampiran 2
Analisis Data Hasil Observasi
98
Hasil Uji Reliabilitas Identifikasi Perkembangan Motorik Halus TK Indriyasana Gancahan Pengamat 1 Nama Kegiatan
No Anak
Menyalin Membentuk Mewarnai Menggambar Total Meronce angka plastisin Menempel gambar orang
1 Tgr 4 3 1 3 3 2 16
2 Dio 4 4 1 3 3 2 17
3 Lvi 4 3 1 3 2 3 16
4 Mwr 4 4 1 3 3 4 19
5 Nyl 2 4 1 3 2 2 14
6 Vno 4 4 1 3 3 2 17
7 Ndc 4 4 1 3 3 3 18
8 Sta 4 4 1 3 3 2 17
9 Agn 4 4 1 3 3 2 17
10 Ega 4 4 1 3 3 3 18
11 Vra 4 4 1 3 3 3 18
12 Rva 1 2 1 4 3 3 14
13 Lon 4 4 1 3 3 3 18
14 Slo 4 4 1 4 3 3 19
15 Dsc 4 4 1 3 3 3 18
16 Jun 3 4 1 3 2 2 15
17 Tan 4 4 1 3 4 4 20
18 Rfl 4 3 1 3 3 3 17
19 Crt 4 4 1 3 3 3 18
99
Hasil Uji Reliabilitas Identifikasi Perkembangan Motorik Halus TK Indriyasana Gancahan Pengamat 2
Kegiatan
Nama Meronce Membentuk Menggambar
No Anak Menyalin dengan Menempel Mewarnai orang Total angka 1-20 plastisin gambar
1 Tgr 4 3 1 3 3 2 16
2 Dio 4 4 1 3 3 2 17
3 Lvi 4 4 1 2 2 2 15
4 Mwr 4 4 1 3 2 3 17
5 Nyl 2 4 1 3 2 2 14
6 Vno 4 4 1 3 3 2 17
7 Ndc 4 4 1 3 3 3 18
8 Sta 4 4 1 3 3 2 17
9 Agn 4 4 1 3 3 2 17
10 Ega 4 4 1 3 3 3 18
11 Vra 4 4 1 3 3 3 18
12 Rva 1 2 1 4 2 2 12
13 Lon 4 4 1 3 3 2 17
14 Slo 4 4 1 4 3 2 18
15 Dsc 4 4 1 3 3 2 17
16 Jun 3 4 1 3 2 2 15
17 Tan 4 4 1 3 4 4 20
18 Rfl 4 3 1 4 3 3 18
19 Crt 4 4 1 3 4 2 18
100
Lampiran Rekapitulasi Nilai Kemampuan Motorik Halus TK Indriyasana Nyamplung
Meronce Menggambar
Menyalin Membentuk Menempel Mewarnai orang
No Nama angka dengan plastisin gambar Total Presentase Kategori
1 Am 4 4 2 3 4 3 20 83,34 BSB
2 Ris 4 4 2 2 4 3 19 79,17 BSB
3 Pra 1 4 1 3 3 2 14 58,34 BSH
4 Yo 4 4 2 2 4 3 19 79,17 BSB
5 Ad 1 1 1 3 3 2 11 45,84 MB
6 Arv 2 3 1 2 3 2 13 54,17 BSH
7 Chr 2 4 1 2 3 2 14 58,34 BSH
8 De 4 4 2 3 4 3 20 83,34 BSB
9 O'o 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
10 Aur 4 4 2 3 3 3 19 83,34 BSB
11 Brt 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
12 Mau 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
13 Ntn 3 4 2 3 3 3 18 75 BSH
14 Hnf 4 4 3 3 3 3 20 83,34 BSB
15 Zfa 4 4 2 2 3 3 18 75 BSH
16 Arn 4 4 2 2 3 2 17 70,84 BSH
17 Bta 4 4 2 2 3 3 18 75 BSH
18 Vna 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
101
Lampiran Rekapitulasi Nilai Kemampuan Motorik Halus TK ABA Sumber
Menggambar
Meronce Membentuk orang
Menyalin dengan Menempel Mewarnai
No Nama angka plastisin gambar Total Presentase Kategori
1 Dms 4 4 3 3 3 2 19 79,17 BSB
2 Zhr 4 4 3 3 3 2 19 79,17 BSB
3 Int 4 4 3 3 3 2 19 79,17 BSB
4 Rwt 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
5 An 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
6 Nsa 2 4 2 3 3 2 16 66,67 BSH
7 Bgs 4 4 3 4 3 3 21 87,5 BSB
8 Rsa 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
9 Att 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
10 Fkr 2 4 2 2 2 2 14 58,34 BSH
11 Kna 4 4 1 3 3 2 17 70,84 BSH
12 Hya 4 4 3 3 3 2 19 79,17 BSB
13 Sdn 2 4 1 2 2 1 12 50 MB
14 Dnd 3 4 3 3 3 2 18 75 BSH
102
Lampiran Rekapitulasi Nilai Kemampuan Motorik Halus TK Mutiara Ngaran
Menggambar
Meronce Membentuk Mewarnai orang
Menyalin dengan Menempel gambar
No Nama angka plastisin Total Presentase Kategori
1 Sha 4 4 3 3 4 3 21 87,5 BSB
2 Ptr 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
3 Adl 4 4 2 3 4 3 20 83,34 BSB
4 Dnd 4 4 1 3 4 3 19 79,17 BSB
5 Snt 4 4 2 2 3 3 18 75 BSH
6 Hfd 4 4 1 2 3 3 17 70,84 BSH
7 Zdn 4 4 2 4 3 3 20 83,34 BSB
8 Rad 4 4 3 3 2 2 18 75 BSH
9 Nyl 4 4 1 3 3 4 19 79,17 BSB
10 Lst 4 4 1 2 2 2 15 62,5 BSH
11 Ntn 4 4 2 4 3 2 19 79,17 BSB
12 Hna 4 3 1 4 3 2 17 70,84 BSH
13 Sqi 1 4 2 3 3 2 15 62,5 BSH
14 Dla 4 4 2 3 2 2 17 70,84 BSH
103
Lampiran Rekapitulasi Nilai Kemampuan Motorik Halus TK ABA Gejawan
Menggambar
Meronce Membentuk Mewarnai orang
Menyalin dengan Menempel gambar
No Nama plastisin Total Presentase Kategori
1 Ans 4 4 1 4 4 3 20 83,34 BSB
2 Adm 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
3 Adr 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
4 And 4 4 1 3 3 2 17 70,84 BSH
5 Azs 4 4 2 4 3 2 19 79,17 BSB
6 Dny 4 4 4 3 3 2 20 83,34 BSB
7 Drm 4 4 2 3 3 2 18 87,5 BSB
8 Erc 4 4 1 3 3 1 16 66,67 BSH
9 Erk 4 4 2 3 4 3 20 83,34 BSB
10 Isn 4 4 2 3 2 1 16 66,67 BSH
11 Int 4 4 3 3 4 2 20 83,34 BSB
12 Krn 2 4 3 3 4 2 18 75 BSH
13 Lnt 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
14 Mrs 4 4 1 3 3 1 16 66,67 BSH
15 Nra 4 4 2 4 3 3 20 83,34 BSB
16 Nza 4 4 1 2 3 1 15 62,5 BSH
17 Qza 4 4 1 3 3 1 16 66,67 BSH
18 Rsd 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
19 Fln 4 4 1 3 3 3 18 75 BSH
20 Sti 4 4 1 2 3 3 17 70,84 BSH
104
Lampiran Rekapitulasi Nilai Kemampuan Motorik Halus TK ABA Temuwuh Lor B 1
Menggambar
Meronce Membentuk orang
Menyalin dengan Menempel Mewarnai
No Nama angka plastisin gambar Total Presentase Kategori
1 Wwn 4 4 4 3 4 2 21 87,5 BSB
2 Arg 2 4 3 3 4 3 19 79,17 BSB
3 Rfa 4 4 3 3 3 2 19 79,17 BSB
4 Rga 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
5 Adl 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
6 Nfa 4 4 2 3 4 3 20 83,34 BSB
7 Sfa 4 4 2 3 3 4 20 83,34 BSB
8 Nda 4 4 2 3 4 3 20 83,34 BSB
9 Blq 4 4 3 3 4 2 20 83,34 BSB
10 Lia 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
11 Sfn 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
12 Tia 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
13 Shf 4 4 3 4 4 2 21 87,5 BSB
14 Azk 4 4 2 3 4 3 20 83,34 BSB
15 Mla 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
16 Afn 4 4 3 3 3 2 19 79,17 BSB
17 Alg 4 4 2 4 4 2 20 83,34 BSB
105
Lampiran Rekapitulasi Nilai Kemampuan Motorik Halus TK ABA Temuwuh Lor B 2
Menggambar
Meronce Membentuk orang
Menyalin dengan Menempel Mewarnai
No Nama angka plastisin gambar Total Presentase Kategori
1 Kya 4 4 1 4 4 2 19 79,17 BSB
2 Iqb 4 4 1 3 2 2 16 66,67 BSH
3 Rvi 2 4 1 3 3 2 15 62,5 BSH
4 Dns 2 4 1 2 2 2 13 54,17 BSH
5 Dwi 1 4 3 3 3 3 17 70,84 BSH
6 Rni 4 4 2 3 4 3 20 83,34 BSB
7 Rhn 4 4 3 4 4 3 22 91,67 BSB
8 Dms 4 4 1 3 3 2 17 70,84 BSH
9 Stn 4 4 1 4 4 2 19 79,17 BSB
10 Ark 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
11 Sas 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
12 Abl 4 4 1 3 3 3 18 75 BSH
13 Dng 4 4 3 3 4 3 21 87,5 BSB
14 Ikb 4 4 1 3 3 3 18 75 BSH
15 Fzn 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
16 Rfa 4 4 3 3 4 2 20 83,34 BSB
17 Jti 3 4 3 3 3 3 19 79,17 BSB
18 Brn 2 4 1 3 4 3 17 70,84 BSH
106
Lampiran Rekapitulasi Nilai Kemampuan Motorik Halus TK ABA Jatimas B 1
Menggambar
Meronce Membentuk orang
Menyalin dengan Menempel Mewarnai
No Nama angka plastisin gambar Total Presentase Kategori
1 Nsa 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
2 Syl 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
3 Zhr 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
4 Rsy 4 4 2 3 3 4 20 83,34 BSB
5 Arl 4 4 3 3 3 3 20 83,34 BSB
6 Wfa 4 4 2 3 3 4 20 83,34 BSB
7 Sls 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
8 Rfa 4 4 3 3 3 3 20 83,34 BSB
9 Lna 4 4 2 3 4 4 21 87,5 BSB
10 Qns 4 4 3 4 4 3 22 91,67 BSB
11 Azm 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
12 Syf 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
13 Tdi 4 4 3 3 3 3 20 83,34 BSB
14 Fjr 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
15 Ysk 4 4 2 4 3 3 20 83,34 BSB
16 Wfq 4 4 3 4 3 3 21 87,5 BSB
17 Frl 4 4 2 3 3 2 18 75 BSH
18 Jhn 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
19 Kfa 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
107
Lampiran Rekapitulasi Nilai Kemampuan Motorik Halus TK ABA Jatimas B 2
Menyalin Membentuk Menempel Mewarnai Menggambar
No Nama Meronce angka plastisin dengan tepat gambar orang Total Presentase Kategori
1 Kvn 4 4 1 3 4 4 20 83,34 BSB
2 Adt 4 4 3 4 3 3 21 87,5 BSB
3 Wfi 4 4 2 3 2 3 18 75 BSH
4 Msi 3 4 2 3 3 3 18 75 BSH
5 Dzi 4 4 3 3 3 3 20 83,34 BSB
6 Zhr 4 4 3 4 3 3 21 87,5 BSB
7 Nna 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
8 Dsa 4 4 4 3 3 3 21 87,5 BSB
9 Akl 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
10 Hyu 4 4 3 3 3 3 20 83,34 BSB
11 Pni 4 4 2 4 3 4 21 87,5 BSB
12 Bgs 4 4 3 3 4 4 22 91,67 BSB
13 Byu 2 4 2 3 3 3 17 70,84 BSH
14 Arn 4 4 2 4 3 3 20 83,34 BSB
15 Rko 3 4 2 4 3 1 17 70,84 BSH
16 Nfs 4 4 2 4 4 3 21 87,5 BSB
17 Am 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
18 Flh 4 4 1 3 3 2 17 70,84 BSH
19 Asy 4 4 2 4 3 3 20 83,34 BSB
20 Nnd 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
108
Lampiran Rekapitulasi Nilai Kemampuan Motorik Halus TK ABA Perengdawe
Menggambar
Meronce Membentuk orang
Menyalin dengan Menempel Mewarnai
No Nama angka plastisin gambar Total Presentase Kategori
1 Frd 4 4 2 3 2 3 18 75 BSH
2 Blv 4 4 2 2 3 2 17 70,84 BSH
3 Aul 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
4 Hkm 3 4 1 3 3 3 17 75 BSH
5 Sfa 4 4 3 4 3 3 21 87,5 BSB
6 Fkr 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
7 Hra 2 4 2 3 4 3 18 75 BSH
8 Abm 4 4 2 3 3 3 19 79,17 BSB
9 Kfd 4 4 2 3 2 3 18 75 BSH
10 Shf 4 4 2 4 3 3 20 83,34 BSB
11 Dsv 4 4 3 3 3 3 20 83,34 BSB
12 Lna 3 4 3 3 3 3 19 79,17 BSB
13 Fnd 4 1 2 3 1 3 14 58,34 BSH
14 Rsa 4 4 2 2 3 2 17 70,84 BSH
15 Ark 4 4 2 3 4 2 19 79,17 BSB
109
Lampiran 3
Foto Hasil Penelitian
110
Meronce Sesuai Dengan Pola
Gambar 1: Meronce sesuai dengan pola kategori Belum Berkembang (BB)
Gambar 2: Meronce sesuai dengan pola kategori Mulai Berkembang (MB)
Gambar 3: Meronce sesuai dengan pola kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Gambar 4: Meronce sesuai dengan pola kategori Berkembang Sangat Baik (BSB)
Gambar 5: Menyalin angka 1-20 kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Gambar 6: Menyalin angka 1-20 Berkembang Sangat Baik (BSB)
111
Gambar 7: Membentuk plastisin kategori Belum Berkembang (BB)
Gambar 8: Membentuk plastisin kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Gambar 9: Menempel sesuai pola kategori Berkembang Sesuai Harapan (MB)
Gambar 8: Membentuk plastisin kategori Mulai Berkembang (MB)
Gambar 8: Membentuk plastisin kategori Berkembang Sangat Baik (BSB)
Gambar 10: Menempel sesuai pola kategori Berkembang Sangat Baik (BSH)
112
Gambar 11: Menempel sesuai pola kategori Berkembang Sangat Baik (BSB)
Gambar 12: Mewarnai gambar kategori Gambar 13: Mewarnai gambar kategori
Belum Berkembang (BB) Mulai Berkembang (MB)
Gambar 14: Mewarnai gambar kategori Gambar 15: Mewarnai gambar kategori
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Berkembang Sangat Baik (BSB)
113
Gambar 16: Menggambar orang kategori Belum Berkembang (BB)
Gambar 18: Menggambar orang kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Gambar 17: Menggambar orang kategori Mulai Berkembang (MB)
Gambar 19: Menggambar orang kategori Berkembang Sangat Baik (BSB)
114
top related