hubungan sarapan dengan prestasi belajar pada...
Post on 06-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN SARAPAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA
KEPERAWATAN SEMESTER 2 PADA MODUL BSN III UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
ENY SYARIFAH HANIF
NIM : 1112104000039
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/2016M
ii
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
SyarifHidayatullah State Islamic University Jakarta
Thesis, June 2016
Eny Syarifah Hanif, NIM: 1112104000039
Breakfast Relationship with Student Learning Achievement in 2nd
Semester on BSN III module
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016
XVI +80pages + 13 tables + 5 Appendix
ABSTRACT
Breakfast for students are very important, because students need more energy and calories
significantly. Impact of no breakfast can lower learning ability because glucose can increase
the memory. The purpose of this study was to look at the relationship between breakfast and
academic achievement in nursing students UIN SyarifHidayatullah second half of 2016.
Design of this research is quantitative with correlation cross sectional design. The samplesare
69 nursing students' second semester of UIN SyarifHidayatullah Jakarta. This study use total
sampling as a sampling tehnique. The study was conducted in FKIK SyarifHidayatullah State Islamic University in Jakarta on March 2016. This study use 24-hour food recall
questionnaire and questionnare about digestive on BSN III module. This study used Chi-
Square (α: 0.05) as data analysis approach.The results showed that most students did the
breakfast which is about 48 respondents (69.6%) and the breakfast calories in the category of
good enough as 36 respondents (80%) with a good achievement or graduation. Based on the
data analysis show that there is corellation between breakfast and students achievement,
pvalue = 0.000 (P value <0.05). The researcher suggest to pay attention for breakfast habits
and choose nutritious foods in order to concentrate and perform better for students.
Keywords: calorie breakfast, nursing students, achievement
References: 66 (2006-2015)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Eny Syarifah Hanif, NIM: 1112104000039
Hubungan Sarapan dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Semester 2 pada Modul BSN III
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016
XVI+80 Halaman+ 13 tabel + 5 Lampiran
ABSTRAK
Sarapan bagi pelajar sangatlah penting, karena pelajar membutuhkan energi dan kalori yang
cukup besar. Dampak dari tidak sarapan dapat menurunkan kemampuan belajar karena
glukosa dapat meningkatkan daya ingat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar pada mahasiswa keperawatan semester 2
UIN Syarif Hidayatullah 2016. Design penelitian ini adalah kuantitaif dengan korelasi cross
sectional. Jumlah sampel sebanyak 69 mahasiswa keperawatan semester 2 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Teknik pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian dilakukan
di FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Maret 2016.
Penelitian ini menggunakan instrument berupa food recall 24 jam dengan nutrisoft dan
kuesioner soal tentang materi pencernaan pada modul BSN III. Analisa data yang digunakan
adalah Chi-Square (α : 0,05).Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa
melakukan sarapan yaitu sekitar 48 responden (69,6%) dan kalori sarapan dalam kategori
cukup sebanyak 36 responden (80%) dengan prestasi baik atau lulus. Berdasarkan analisa
data menunjukkan adanya hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar mahasiswa,
didapatkan nilai p value=0,000 (P value < 0,05). Saran peneliti kepada mahasiswa untuk
memperhatikan kebiasaan sarapan dan memilih makanan yang bergizi agar dapat
berkonsentrasi serta lebih berprestasi.
Kata kunci: kalori sarapan, mahasiswa keperawatan, prestasi
Daftar bacaan: 66 (2006-2015)
v
vi
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : ENY SYARIFAH HANIF
Tempat, Tanggal Lahir : Surakarta, 01 Agustus 1996
Status Pernikahan : Belum Menikah
NIM : 1112104000039
Alamat : Jl. SD Impres RT.04 RW.08 No.38 Cirendeu-Ciputat Timur-
Tangsel
Telepon : 085732945714
E-mail : hanifsyarifah@gmail.com/ syarifah_hanifa@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
1. SD Bina Insan Bekasi [2000-2001]
2. SD Negeri 1 Wonokusumo [2001-2007]
3. SMP Negeri 1 Ngoro [2007-2010]
4. MA Aksel Ammanatul Ummah [2010-2012]
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [2012-sekarang]
Riwayat organisasi:
1. Staff Ahli Departemen Komunikasi dan Informasi
CSSMoRA UIN Jakarta
2. Sekretaris dan Bendahara Departemen Komunikasi dan
Informasi CSSMoRA UIN Jakarta
3. Anggota PMII
(2013-2014)
(2014-2015)
(2013-2014)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya sebagai peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul
“Hubungan Sarapan dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Keperawatan Semester 2
di Modul BSN 3 UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2016” yang disusun dan diajukan sebagai
salah satu persyaratan untuk seminar proposal penelitian sebelum melakukan penelitian.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, pembawa syari`ah-Nya bagi seluruh makhluk.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, peneliti menyadari betul bahwa tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang peneliti hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan
bantuan yang luar biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dnegan sebaik-baiknya. Dengan ini, peneliti
ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak terhingga
dengan hati yang tulis, kepada:
1. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.An selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Karyadi, S.Kp., PhD selaku pembimbing pertama yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran selama membimbing dan memberikan banyak masukan
kepada peneliti.
x
4. Ibu Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep. selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran selama membimbing peneliti dan banyak
memberikan masukan, pengetahuan kepada peneliti.
5. Ibu Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep, selaku penguji pertama yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan masukan pada penelitian ini.
6. Ibu Ratna Pelawati, S.Kep., M.Biomed selaku penguji kedua yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan masukan dan pengetahuan kepada penelitian ini.
7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah Assyifa (duo puji, ani, irma, lia, khaira, indah,
nur) yang sering memberikan support dan semangat bagi peneliti.memberikan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama perkuliahan.
8. Orang tuaku, Bpk. Edy Setyatmoko. S.PddanIbuNuryani yang telahmendidik,
mencurahkansemuakasihsayangtiadatara, mendo’akankeberhasilanpenulis,
sertamemberikanbantuanbaikmorilmaupunmaterilkepadapenulisselama proses
menyelesaikanskripsiini. Taklupa, Adikku, Evy Rasyidah Azmi, Egy Hasan Rosyad
dan Eky Husein Rosyidsertaseluruhkeluarga besar yang
selalumemberikansemangattanpapamrih.
9. Segenap teman-teman PSIK 2012 yang bersama-sama berjuang dalam meraih gelar
sarjana.
10. Kepada teman-teman CSSMoRA UIN Jakarta yang telah menjadi keluargatempat
kembali.
11. Seluruh anggota kosan Assyifa (Irma, Emilia, Khaira, Indah, Ani, duo Puji dan
Nurhidiyati) yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi peneliti.
xi
Semoga dalam melakukan penelitian ini, baik penulis maupun pihak yang
terlibat dapat memperoleh pembelajaran yang berharga dan mendapatkan balasan
yang mulia dari Allah SWT. Demikian, penulis berharap semoga karya ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca. Amiin Ya
Rabbal ‘Alamin.
Ciputat, Juni 2016
Eny Syarifah Hanif
xii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 8
C. PENTANYAAN PENELITIAN .................................................................. 9
D. TUJUAN PENELITIAN .............................................................................. 9
E. MANFAAT PENELITIAN ....................................................................... 10
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN .......................................................... 11
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 12
A. SARAPAN ................................................................................................. 12
1. Pengertian Sarapan............................................................................... 12
2. Manfaat ................................................................................................ 13
3. Kerugian tidak Sarapan ........................................................................ 15
4. Kebutuhan Gizi .................................................................................... 16
B. KONSENTRASI BELAJAR ..................................................................... 22
1. Pengertian Kosentrasi Belajar .............................................................. 22
2. Ciri-ciri Kosentrasi............................................................................... 24
C. KONSEP MEMORI .................................................................................. 25
1. Pengertian Memori .............................................................................. 25
2. Tahapan Memori ................................................................................. 26
3. Faktor yang Mempengaruhi Memori .................................................. 28
4. Pemanggilan Kembali dan Lupa .......................................................... 30
5. Hubungan Memori dan Belajar ........................................................... 31
D. PRESTASI BELAJAR............................................................................... 35
1. Pengertian Prestasi Belajar .................................................................. 35
2. Tujuan Belajar ...................................................................................... 37
3. Cara Mengukur Prestasi ....................................................................... 38
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ...................................................... 39
xiii
E. HUBUNGAN SARAPAN DENGAN FUNGSI KOQNITIF
DAN PRESTASI ....................................................................................... 46
F. KERANGKA TEORI ................................................................................ 48
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH .............................. 49
A. KERANGKA KONSEP............................................................................. 49
B. DEFINISI OPERASIONAL ...................................................................... 51
C. HIPOTESA ................................................................................................ 52
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 53
A. DESAIN PENELITIAN............................................................................. 53
B. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN ................................................... 53
C. POPULASI DAN SAMPEL ...................................................................... 53
D. INSTRUMEN PENELITIAN .................................................................... 55
E. UJI VALIDITAS DAN REABILITAS ..................................................... 56
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ......................................................... 58
G. TEHNIK ANALISA DATA ...................................................................... 60
H. ETIKA PENELITIAN ............................................................................... 62
BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................................. 63
A. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ..................................... 63
B. ANALISA UNIVARIAT ........................................................................... 63
C. ANALISA BIVARIAT .............................................................................. 65
BAB VI PEMBAHASAN...................................................................................... 68
A. GAMBARAN UMUM .............................................................................. 68
B. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PRESTASI BELAJAR............................................................................... 71
C. KETERBATASAN PENELITIAN ........................................................... 78
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 80
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 80
B. SARAN ...................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 81
xiv
DAFTAR SINGKATAN
SMA : Sekolah Menengah Atas
SD : Sekolah Dasar
BSN : Basic Science Nursing
Depkes : Departemen Kesehatan
WHO : World Health Organization
AKG : Angka Kesehatan Gizi
TPB : Tes Prestasi Belajar
IQ : Intelegensi Quatient
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN : Universitas Islam Negeri
URT : Ukuran Rumah Tangga
ATP : Adenosin Tripospat
AMPA : Aminohydrocyl Methyl Isocazolep Tropionix
NDMA : Nmethyl Daspartat Reseptor
EPSP : Exitatory Post Synaptic Potential
LTP : Long Term Potentiation
xv
DAFTAR BAGAN
BAGAN 2.1 KERANGKA TEORI ....................................................................... 48
BAGAN 3.1 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ....................... 49
xvi
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 BAHAN MAKANAN SUMBER KARBOHIDRAT ........................................... 17
TABEL 2.2 BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN HEWANI ...................................... 18
TABEL 2.3 BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN NABATI ....................................... 19
TABEL 2.4.1 BAHAN MAKANAN LEMAK TAK JENUH ................................................. 20
TABEL 2.4.1 BAHAN MAKANAN LEMAK JENUH ........................................................... 20
TABEL 2.5 BAHAN MAKANAN SUSU ............................................................................... 21
TABEL 2.6 ANGKA KECUKUPAN GIZI.............................................................................. 22
TABEL 3.1 DEFINISI OPERASIONAL ................................................................................. 51
TABEL 5.1 KALORI SARAPAN ............................................................................................ 64
TABEL 5.2 PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ................................................................ 64
TABEL 5.3 STATUS GIZI KOMPOSISI SARAPAN ............................................................ 65
TABEL 5.4 HUBUNGAN SARAPAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ............................ 66
TABEL 5.5 HUBUNGAN KONSUMSI ENERGI SARAPAN DENGAN PRESTASI ......... 66
xvii
LAMPIRAN
Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Lampiran 2 LEMBAR KUESIONER
Lampiran 3 KUESIONER MINAT
Lampiran 4 UJI JUDGMENT EXPERT
Lampiran 5 HASIL OLAHAN SPSS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan dari siswa menuju mahasiswa membutuhkan sebuah
proses adaptasi. Dunia perkuliahan merupakan hal baru bagi siswa karena
lingkungan dan situasi yang berbeda dari SMA, dimana nantinya
mahasiswa mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang baru,
maka proses studi tidak akan terganggu. Proses penyesuaian diri ini
termasuk salah satu faktor kecerdasan emosional yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar (Joanne, 2014).
Belajar merupakan kegiatan berproses yang dilakukan setiap orang
disetiap jenjang pendidikan. Manfaat belajar yaitu dimana seseorang akan
mengembangkan diri misalnya dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu
karena tanpa belajar sesungguhnya tidak akan ada pendidikan. Kemudian,
belajar juga penting dalam mempertahankan kehidupan manusia
dikarenakan memiliki sejumlah ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia
akan dapat membangun benteng pertahanan diri dengan persepsinya.
Dengan kekuatan tersebut, manusia dapat terhindar dampak negatif dari
ilmu pengetahuan dan teknologi (Syah, 2010). Terutama pada program
studi ilmu keperawatan terdapat materi-materi yang sangat dasar yang
harus diketahui oleh mahasiswa, terutama yaitu Basic Science Nursing III.
Modul BSN ini juga sering disebut Ilmu Dasar Keperawatan III yang
merupakan modul terintegrasi dari berbagai ilmu dasar yang sebelumnya
2
terpisah dalam mata kuliah tersendiri yang berisi tentang anatomi,
fisiologi, biokimia, mikrobiologi dan parasitologi dalam sistem
pencernaan, perkemihan, endokrin, thermoregulasi (Mafthuhah, 2013).
Modul tersebut sangat dasar bagi mahasiswa keperawatan dalam mengerti
bagaimana perjalanan penyakit disetip sistem dan bagaimana asuhan
keperawatan yang harus diberikan. Sehingga sangatlah penting untuk
dikuasai.
Konsentrasi akan sangat diperlukan untuk menguasai sejumlah
pengetahuan dan wawasan dalam proses pembelajaran, dimana belajar
adalah sebuah tuntutan yang wajib dilakukan oleh seorang pelajar.
Konsentrasi adalah kemampuan memusatkan perhatian yang erat
kaitannya dengan memori atau ingatan. Konsentrasi juga merupakan
kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan dan segenap
panca indra ke satu obyek di dalam satu aktiitas tertentu, dengan disertai
usaha untuk tidak memperdulikan obyek lain yang tidak ada hubungannya
dengan proses belajar (Suntari, 2012).
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting, dimana jika
seseorang tidak berkonsentrasi dalam belajar maka pelajar tersebut sulit
menyerap materi yang disampaikan. Sebaliknya bila dalam belajar siswa
dapat berkonsentrasi terhadap materi maka siswa dapat menyerap materi
yang diberikan. Banyak faktor yang mempengaruhi konsentrasi
diantaranya, yaitu ketidaksiapan menerima pelajaran, kondisi fisik, kondisi
psikologis, modalitas belajar, adanya sesuatu yang menganggu baik dari
TV, Radio dan lain lain (Susanto, 2014). Selain faktor diatas, rasa lapar
3
karena kurangnya pemenuhan gizi dipagi hari dapat mempengaruhi
konsentrasi belajar.
Konsentrasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh glukosa. Glukosa
terdapat dalam komposisi dari makanan dan komposisi makanan
mempengaruhi fungsi kognitif melalui saluran pencernaan. Menurut
Penelitian Caroline pada tahun 2008 menyatakan bahwa makanan tinggi
serat dengan indeks glikemik yang rendah akan memperlambat proses
pencernaan dan mengeluarkan glukosa dalam aliran darah ke otak.
Oatmeal dalam studi Caroline, termasuk makanan yang mengandung
glukosa dengan pengeluaran yang perlahan dibandingkan dengan sereal
siap saji yang mengandung glukosa dengan pengeluaran yang tajam atau
tinggi indeks glikemiknya. Hasil dari penelitian diatas menunjukkan
bahwa indeks glikemik yang rendah dapat memperbaiki memori pada
remaja, sedangkan di penelitian lain menjelaskan bahwa antara indeks
glikemik yang rendah maupun tinggi efeknya sama pada orang dewasa
yaitu penurunan memori dan penurunan proses regulasi dari glukosa.
(Caroline, 2008).
Glukosa mempunyai efek yang berbeda disetiap umur. Penelitian
Nesrine (2004), menyatakan bahwa terjadi penurunan kognitif pada orang
dewasa dengan glukosa yang meningkat atau intoleransi glukosa. Terdapat
hasil pengukuran verbal memory sebanyak 35% dan kecepatan memproses
informasi sebanyak 45% pada orang dewasa dengan tinggi glukosa. Pasien
diabetes atau orang dewasa dengan intoleransi glukosa yang dapat
4
mengkontrol glukosa hanya berefek kecil pada fungsi kognitifnya.
(Nesrine, 2004).
Konsentrasi merupakan salah satu aspek yang akan mendukung
prestasi. Apabila dalam kelas konsentrasi berkurang maka belajar secara
pribadi pun akan terganggu. Penilaian terhadap hasil belajar seorang
pelajar untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar
inilah yang disebut prestasi belajar. Menurut Ilyas (2009), prestasi belajar
adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar yang diberikan atas pengukuran tertentu. Prestasi belajar
juga hasil belajar dijenjang pendidikan dapat dinyatakan dengan skor atau
nilai. Efektifitas proses belajar akan tampak pada kemampuan mahasiswa
yang menguasai materi pelajaran (Ilyas, 2009).
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu salah satunya
terdapat pada faktor fisiologis yang merupakan kecukupan energi atau
nutrisi. Salah satu dari kecukupan sendiri yaitu dengan sarapan. Sarapan
adalah salah satu pemenuhan nutrisi yang sangat berperan dalam
mengaktifkan daya kerja tubuh dan tidak gampang lelah. (Hidayat, 2011).
Sarapan adalah aktifitas makan pertama dipagi hari setelah tidur yang akan
membantu daya tahan tubuh dan memberi energi untuk mengisi aktifitas
yang lain setiap hari, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk-pauk.
Sarapan dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-
10 jam dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi
belajar dan kemampuan fisik (Martianto, 2005).
5
Energi dari sarapan untuk anak-anak dianjurkan berkisar 20-25%
yaitu 300 kalori. Tetapi, pada mahasiswa membutuhkan asupan nutrisi
lebih besar dari pada anak-anak karena pertumbuhan fisik. Mahasiswa
sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan pembelajaran
ataupun diluar pembelajaran seperti organisasi eksternal. Pada usia 19
tahun untuk remaja putra membutuhkan 2900 kkal/hari, sedangkan untuk
remaja putri membutuhkan 2200 kkal (Arisman, 2013).
Sarapan menyumbang 15-30% pemenuhan kalori dari kebutuhan
sehari-hari seorang remaja. Sangat disayangkan sebesar 26,1% anak
Indonesia hanya mengkonsumsi minuman (air putih, atau susu) dan sekitar
44,6% yang kurang atau bahkan tidak sarapan. Hasil Riskesdas 2010
menunjukkan 40,6% penduduk mengkonsumsi makanan dibawah
kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari angka kecukupan gizi) yang
dianjurkan tahun 2004. Berdasarkan kelompok umur dijumpai 54,5%
adalah remaja (Riskesdas, 2010).
Meninggalkan sarapan akan menyebabkan tubuh kekurangan
glukosa yang akan menyebabkan tubuh menjadi lemah sehingga
konsentrasi berkurang karena tidak adanya suplai energi dalam tubuh. Hal
tersebut disebut dengan hipoglikemi karena jika tidak ada cadangan
glukosa dalam tubuh, tubuh akan membongkar persediaan energi dari
jaringan lemak tubuh, bahkan bisa mengalami penurunan kadar glukosa
dalam tubuh. (Marsetyo, 2005).
6
Menurut penelitian Elnovriza (2014) dihasilkan bahwa hampir 50%
remaja terutama remaja akhir tidak sarapan. Penelitian lain juga
membuktikan masih banyak remaja yang meyakini kalau sarapan memang
penting yaitu sebanyak 89%. Tetapi mereka yang sarapan secara teratur
hanya 60%. Menurut Elnovriza ini mayoritas yang melewatkan sarapan
adalah remaja putri, bahkan mereka melewatkan dua kali waktu makan
dan lebih memilih kudapan (Elnovriza, 2014). Dalam data tersebut,
dihasilkan bahwa remaja sudah mengetahui tentang pentingnya sarapan,
tetapi masih banyak pula yang tidak mengaplikasikan pengetahuannya
dalam keseharian.
Penelitian Purwanto (2009) yang menghubungkan antara makan
pagi dan status gizi dengan prestasi pada pelajar tingkat SD menghasilkan
hipotesa yaitu tidak ada hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar.
Sedangkan penelitian yang menghasilkan hipotesa sebaliknya yaitu ada
hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar menyatakan bahwa
karbohidrat mempunyai pengaruh positif untuk kemampuan mengingat
dan berkonsentrasi (Wesner, 2003).
Sedangkan menurut penelitian Zaeni (2011) menghasilkan bahwa
ada hubungan antara sarapan dengan kadar Hb terhadap prestasi belajar
siswa SMA dengan presentasi yang sarapan 20% menghasilkan prestasi
yang baik dan yang tidak sarapan 79% yang mempunyai prestasi menurun
(Zaeni, 2011).Melewatkan waktu sarapan berarti terjadi keterlambatan
asupan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) sehingga dapat
menurunkan daya konsentrasi pelajar sewaktu belajar yang timbul karena
7
rasa malas, lemas, lesu, pusing, serta mengantuk. (Jalal&Sumali, 2000),
konsentrasi belajar tergangu karena cadangan dari makan malam sudah
menurun (Sunarti, 2006), gangguan ingatan jangka pendek, tidak bisa
menyelesaikan masalah, perhatian terganggu (Giovannini, 2008).
Hal ini sangat disayangkan sekali, karena sarapan adalah makanan
pertama yang dikonsumsi sebelum beraktifitas yang membutuhkan energi.
Jika tidak punya cukup energi, akan berdampak pada kegiatan yang akan
dilakukan. Seseorang yang tidak sarapan berarti perutnya kosong sejak
makan malam. Hal ini akan menyebabkan konsentrasi belajar menurun,
kecepatan bereaksi menurun tajam sehingga kemampuan memecahkan
suatu masalah juga menjadi sangat menurun. Hal tersebut akan
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.
Menurut hasil studi pendahuluan pada bulan Januari oleh peneliti,
dihasilkan data dari 10 mahasiswa terdapat 6 yang selalu sarapan sebelum
berangkat kekampus dan 4 mahasiswa yang terkadang atau tidak sarapan
sebelum berangkat ke kampus. Terdapat 1 dari 6 mahasiswa yang tidak
dapat berkonsentrasi dengan baik saat perkuliahan, dan sisanya 5 orang
yang berkonsentrasi dengan baik selama 30 menit. Sedangkan dari 4 orang
yang terkadang atau tidak sarapan sebelum berangkat kuliah, terdapat 2
mahasiswa yang tidak dapat konsentrasi dengan baik dan 2 mahasiswa
yang terkadang berkonsentrasi saat perkuliahan berlangsung hanya dalam
15 menit. Dilihat dari prestasi, dari 6 mahasiswa yang sarapan terdapat 4
mahasiswa yang Indeks Prestasi sementara sangat baik yaitu 4.00,
8
sedangkan 4 orang yang tidak sarapan terdapat 2 mahasiswa yang
mempunyai IP rendah yaitu 3,33.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tentang pentingnya
sarapan sebagai pelajar atau mahasiswa dan penelitian terkait yang masih
menghasilkan hipotesa yang berbeda, maka penulis merasa perlu
mengadakan penelitian mengenai Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan
Prestasi Belajar pada Mahasiswa Keperawatan Semester 2 di Modul BSN
3 UINSyarif Hidayatullah Jakarta.
B. RUMUSAN MASALAH
Rendahnya prestasi belajar mahasiswa banyak dikaitkan dengan
beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah berkaitan dengan kondisi
tubuh mengenai pemenuhan nutrisi yaitu adanya rasa lapar. Lapar akan
mengakibatkan hipoglikemi atau rendahnya glukosa dalam tubuh yang
berperan sebagai energi. Glukosa akan digunakan secara perlahan dalam
tubuh untuk membantu meningkatkan konsentrasi dan daya ingat.
Sehingga jika energi dalam tubuh rendah akan berpengaruh proses belajar
mengajar yang membutuhkan konsentrasi.
Konsentrasi belajar yang rendah akan menyebabkan terganggunya
proses belajar, dimana akan timbul rasa malas dan bosan sehingga
berpengaruh pada prestasi belajar.Rasa lapar ang dialami akan
menimbulkan keinginan untuk mencari dan mendapat makanan yang
menyebabkan seseorang itu hanya fokus pada hal tersebut. Sehingga
konsentrasi untuk belajar menurun. Mahasiswa hedaknya melakukan
9
sarapan untuk mencegah menurunnya konsentrasi dan nutrisi yang
dikonsumsi harus diperhatikan agar mencukupi suplai energi untuk
memulai aktivitas di pagi hari, sehingga mahasiswa dapat lebih fokus
kepada proses belajar mengajar.
Studi pendahuluan yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa
mahasiswa keperawatan semester 4 UIN Jakarta tidak melakukan sarapan
sebelum mengikuti kegiatan perkuliahan. Padahal sarapan ini merupakan
hal penting yang dapat memberikan energi yang cukup untuk mengikuti
kegiatan perkuliahan, dimana dimungkinkan sarapan ini dapat
berpengaruh pada konsentrasi belajar mahasiswa. Penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebuah informasi ataupun bukti empirik bahwa perilaku
sarapan memiliki kaitan dengan prestasi akademik mahasiswa. Oleh sebab
itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan sarapan dengan prestasi
mahasiswa keperawatan semester 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Adakah hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar pada
mahasiswa keperawatan UIN Jakarta semester 2di modul BSN 3?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahu hubungan sarapan
dengan prestasi belajar pada mahasiswa keperawatan semester 2 pada
modul BSN III di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kalori sarapan pada mahasiswa
keperawatan semester 2 pada modul BSN III UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Untuk mengetahui gambaran prestasi belajar dari nilai tes soal
pada mahasiswa keperawatan semester 2 pada modul BSN III UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Untuk mengetahui gambaran komposisi sarapan pada mahasiswa
keperawatan semester 2 pada modul BSN III UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
d. Untuk mengetahui hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar
pada mahasiswa keperawatan semester 2 pada modul BSN III UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
e. Untuk mengetahui hubungan antara komposisi sarapan dengan
prestasi belajar pada mahasiswa keperawatan semester 2 pada
modul BSN IIIUIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. MANFAAT PENELITIAN
Sejalan dengan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah
1. Bagi responden
Diharapkan dapat memberikan pemahaman secara umum mengenai
pengetahuan tentang pentingnya sarapan, dan praktek tentang
kebiasaan sarapan agar memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi
sebelum memulai aktifitas dan mempengaruhi tingkat konsentrasi
11
belajar mahasiswa sehingga dapat meningkatkan indeks prestasi
mahasiswa.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan masukan untuk memperkaya bahan pustaka yang
berguna untuk pembaca secara keseluruhan dan penelitian selanjutnya.
Serta dapat memberikan informasi mengenai pentingnya sarapan yang
merupakan bagian dari pola makan yang benar sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi dan menghasilkan mahasiswa yang
berkualitas dan berprestasi.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi atau sumber data dan motivasi untuk
penelitian sejenis berikutnya dengan menggunakan metode dan
variabel yang lebih kompleks.
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian tentang hubungan sarapan dengan konsentrasi yang
dilakukan pada mahasiswa aktif program studi ilmu keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan desain
penelitian deskriptif cross-sectional yaitu dengan pengambilan data dalam
satu waktu mengenai hubungan kualitas sarapan terhadap prestasi belajar
pada mahasiswa ilmu keperawatan semester 2 UIN SyarifHidayatullah
Jakarta. Dengan metode pengambilan data primer dan sekunder berupa
angket dan wawancara mendalam terhadapmahasiswa.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SARAPAN
1. Pengertian Sarapan
Sarapan adalah kebutuhan manusia yang seharusnya dilakukan
secara teratur setiap pagi, akan kebutuhan nutrisi dan perkembangan otak
bagi seorang anak dimulai sejak dini. (Waryono, 2010). Manusia
membutuhkan sarapan karena dalam sarapan diharapkan terjadinya
ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan
aktivitas. Akibat tidak sarapan akan menyebabkan tubuh tidak
mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada
proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses
oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-
paru dan otot-otot tubuh lainnya.
Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi
hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul
10.00 pagi. Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi
kerja pencernaan, sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun
dengan kadar lemak rendah. Selain itu, mengkonsumsi protein dan kadar
serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang
hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010).
Konsumsi sarapan dimulai antara bangun pagi sampai jam 9 untuk
memenuhi sebagian kebutuhkan gizi harian atau sekitar 15-30% dari
12
13
kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan
cerdas dengan kadar tidak lebih dari 300-400 kkal atau 25% dari
kebutuhan kalori harian sebesar 1.400-1.500 kkal (Hardinsyah, 2012).
Barton et al (2005) dan Affenito et al (2005) di Amerika menetapkan
sarapan dari jam 5-10 pagi pada hari sekolah dan jam 5-11 pagi pada hari
libur. Batasan ini tidak tepat karena jam 10 adalah saatnya morning tea
atau snack pagi. Sarapan yang baik adalah bila selalu dilakukan pada pagi
hari bukan menjelang makan siang dan tidak perlu dibedakan antara saat
hari kerja/sekolah dan hari libur (Hardinsyah, 2012).
Sarapan yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena
akan merangsang glukosa dan mikronutrisi dalam otak yang dapat
menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar
membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan
penyerapan pelajaran (Moehji, 2009).
2. Manfaat
Menurut Depkes (2011) sarapan sangat penting diberikan kepada
pelajar karena bukan sekedar pengganjal perut, tapi juga memberikan
energi agar kita bisa beraktivitas dengan baik, otak bekerja lebih optimal
dan tidak cepat mengantuk. Sarapan juga dapat mengembalikan fungsi
metabolisme tubuh dan membiasakan sarapan akan membantu fokus
dalam mengerjakan tugas. Penelitian menunjukkan bahwa sarapan
berhubungan erat dengan kecerdasan mental, dalam artian, sarapan
memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak, otak menjadi lebih
cerdas, peka dan lebih mudah untuk berkonsentrasi. Hal ini secara tidak
14
langsung akan mendatangkan pengaruh positif terhadap pelajar (Depkes,
2011).
Menurut Sunarti (2006), kebiasaan makan pagi sangat penting bagi
tubuh karena lambung akan terisi kembali setelah 8-10 jam kosong serta
kadar gula akan menurun sehingga pasokan energi ke otak kurang ketika
meninggalkan makan pagi.
Sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,
sarapan dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan
tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak
sekolah, sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan
penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan,
2010). Menurut Khomsan, (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh kalau
seseorang melakukan sarapan, antara lain :
1. Sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan
untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah
yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa
lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan
produktifitas.
2. Pada dasarnya sarapan akan memberikan kontribusi penting akan
beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak,
vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk
berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh.
Seseorang yang tidak sarapan, pastilah tubuh tidak berada dalam
keadaan yang cocok untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini
15
dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan
mengambil cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan
lemaklah yang diambil (Moehji, 2009).
Sarapan termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam
pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam
akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh
dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan
pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa
lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000).
3. Kerugian Tidak Sarapan
Seseorang tidak sarapan berarti perutnya dalam keadaan kosong
sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Bila anak
sekolah yang tidak sarapan maka kadar gulanya akan menurun. Jika
kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula
darah dengan mengambil cadangan glikogen. Dalam keadaan seperti ini,
tubuh pasti tidak berada dalam kondisi yang baik untuk melakukan
pekerjaan yang baik(Khomsan, 2010).Selain itu, bila tidak sarapan dapat
menyebabkan konsentrasi belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun
tajam, sehingga kemampuan memecahkan suatu masalah juga menjadi
sangat menurun. Dengan demikian prestasi belajar juga ikut menurun
(Khomsan, 2010).
Kebiasaan tidak sarapan yang berlama-lama juga akan
mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang
sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian
16
seorang anak yang biasa tidak sarapan dalam jangka waktu lama akan
berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah
menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan, 2010).
4. Kebutuhan Gizi Mahasiswa Remaja
Menurut Susianto (2010), remaja (13-19 tahun) adalah masa anak
mengalami pertumbuhan yang cepat dan pesat sehingga membutuhkan
nutrisi tinggi. Konsumsi makanan yang bervariasi, kebutuhan protein
dapat tercukupi dengan mudah. Sumber protein yang dapat diberikan,
antara lain kacang, roti, sereal, mentega, tahu, dan susu kedelai. Buah dan
lemak tidak mengandung protein yang cukup, sedangkan gabungan
protein nabati yang dimakan sepanjang hari sudah cukup menyediakan
asam amino esensial yang dibutuhkan (Susianto, 2010).
Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan untuk
deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja
juga lebih tinggi dibandingkan dengna rentan usia sebelum dan
sesudahnya. Apalagi masa remaja merupakan masa transisi penting
pertumbuhan dari anak-anak menuju dewasa. Gizi seimbang pada masa
tersebut akan sangat menentukan kematangan mereka di masa depan
(Dedeh dkk, 2010).Energi dari sarapan untuk anak-anak dianjurkan
berkisar 20-25% yaitu 300 kalori (Arisman, 2013).
Sarapan menyumbangkan gizi sekitar 25% sehari yang
merupakan bagian dari pemeuhan gizi seimbang serta dapat
mempengaruhi daya pikir dan aktivitas seseorang seharian, terlebih lagi
pada usia remaja. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori
17
dan protein 50 gram sehari untuk orang dewasa, maka sarapan
menyumbangkan 500 kalori dan 12,5 gram protein. Sisa kebutuhan
energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan malam dan
makanan selingan diantara dua waktu makan (Khomsan, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) menganjurkan rata-
rata konsumsi energi makanan sehari adalah10-15% berasal dari protein,
15-30% dari lemak dan 55-75% dari karbohidrat (Almatsier, 2009).
a. Karbohidrat
Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber “bahan
bakar” atau energi utama bagi tubuh. Sumber karbohidrat utama
dalam pola makanan Indonesia adalah beras. Di beberapa daerah,
selain beras digunakan juga jagung, ubi, sagu, sukun dan lain-
lain. Karena sebagian besar energi berasal dari karbohidrat, maka
makanan sumber karbohidrat digolongkan sebagai makanan
pokok (Dedeh dkk, 2010). Bahan makanan sumber hidrat arang
sebagai makanan pokok: 1 satuan penukar mengandung 175
kalori, 4 gram protein dan 40 gram hidrat arang.
Tabel 2.1
Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
Bahan Makanan Berat (g) URT
Nasi 100 ¾ gls
Nasi tim 200 1 gls
Bubur beras 400 2 gls
Nasi jagung 100 ¾ gls
Kentang 200 2 bj sdg
Singkong (*) 100 1 ptg sdg
Biskuit meja 50 4 bh
Roti putih 80 4 ins
Kraker 50 4 bh bsr
Maizena (*) 40 8 sdm
Tepung beras 50 8 sdm
18
Mie basah 100 1 ½ gls
Mie kering 50 1 gls
Bihun 50 ½ gls
Keterangan: URT (ukuran rumah tangga), gls (gelas), ptg (potong),
bj sdg (biji sedang), ptg sdg (potong sedang), bh (buah), bh bsr
(buah besar), sdm (sendok makan).
Bahan makanan yang ditandai (*) kurang mengandung
protein, hingga perlu ditambah ½ sayuran penukar bahan
makanan sumber protein. (Supariasa, 2002).
b. Protein
Protein diperlukan untuk proses metabolik, terutama
pertumbuhan, perkembangan dan merawat jaringan tubuh. Asam
amino merupakan elemen struktur otot, jaringan ikat, tulang
enzim, hormone, antibody, protein juga mensuplai sekitar 12%-
14% asupan energi selama masa remaja. AKG protein remaja dan
dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-
66 gr per hari untuk laki-laki (Dedeh dkk, 2010).
Bahan makanan sumber protein hewani digunakan sebagai
lauk pauk satuan penukar mengandung 95 kalori, 10 gram protein
dan 6 gram lemak.
Tabel 2.2
Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
Bahan Makanan Berat (g) URT
Daging sapi 50 1 ptg sdg
Daging ayam 50 1 ptg sdg
Hati sapi 50 1 ptg sdg
Dadih sapi 50 2 ptg sdg
Babat sapi 60 2 ptg sdg
Usus sapi 75 3 bulatan
Telur ayam kampung 75 2 btr
Telur ayam negeri 60 1 btr besar
19
Telur bebek 60 1 btr
Ikan segar 50 1 ptg sdg
Ikan asin 25 1 ptg sdg
Ikan teri 25 2 sdm
Udang basah 50 ¼ gls
Bakso daging 100 10 bj besar
Keterangan: URT (ukuran rumah tangga), gls (gelas), ptg (potong),
bj sdg (biji sedang), ptg sdg (potong sedang), bh (buah), bh bsr
(buah besar), sdm (sendok makan), btr (butir).
Bahan makanan sumber protein nabati umumnya digunakan
juga sebagai lauk. Satu satuan penukar mengandung 80 kalori, 6
gram protein, 3 gram lemak, dan 8 gram hidrat arang.
Tabel 2.3
Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
Bahan Makanan Berat (g) URT
Kacang hijau 25 2 ½ sdm
Kacang kedelai 25 2 ½ sdm
Kacang merah 25 2 ½ sdm
Oncom 50 2 ptg sdg
Tahu 100 1 bj bsr
Tempe 50 2 ptg sdg
Keterangan: URT (ukuran rumah tangga), ptg sdg (potong sedang),
bj bsr (biji besar), sdm (sendok makan),
c. Lemak
Lemak juga sebagai sumber asam lemak esensial yang
diperlukan oleh pertumbuhan, sebagai sumber suplai energi yang
berkadar tinggi dan sebagai pengangkut vitamin yang larut dalam
lemak. Cara yang digunakan untuk mengurangi diet berlemak
adalah dengan memanfaatkan aneka buah dan sayur dan produk
padi-padian dan serelia. Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara
mutlak. WHO menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30%
dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan.
20
Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak essensial dan
untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier,
2006). Menurut Depkes (2014) kandungan asam lemak, minyak
dibagi menjadi 2 kelompok:
1) Lemak tak jenuh
Satu satuan penukar mengandung 50 kkal dan 5 gram lemak.
Tabel 2.4.1
Bahan Makanan Lemak tak Jenuh
Bahan Makanan URT Berat dalam
gram
Alpokat ½ buah besar 60
Margarin jagung ¼ sendok teh 5
Mayonaise 2 sendok makan 25
Minyak biji kapas,
jagung, matahari,
kedelai, kacang
tanah,
safflower,zaitun.
1 sendok teh 5
2) Lemak Jenuh
Satu satuan penukar mengandung 50 kkal dan 5 gram lemak.
Tabel 2.4.1
Bahan Makanan Lemak Jenuh
Bahan Makanan URT Berat dalam
gram
Mentega 1 sendok makan 15
Santan (peras) 1/3 gelas 40
Kelapa, keju krim 1 potong kecil 15
Minyak kelapa,
sawit
1 sendok teh 5
(Depkes, 2014).
Sayuran merupakan sumber vitamin terutama karotin dan vitamin C dan
juga mineral (kalsium, zat besi, zat fosfor). Hendaknya digunakan
campuran dari daun-daunan seperti: bayam, kangkung, daun singkong
dengan kacang panjang, buncis, wortel, labu kuning, dan sebagainya.
21
Seratus gram (100 g) sayuran campur adalah kurang lebih 1 gelas
(setelah dimasak dan ditiriskan), mengandung 50 kkalori, 3 g protein, dan
10 g karbohidrat.
Beligo Daun singkong Labu waluh
Bayam Daun talas Lobak
Biet Daun ubi Nangka muda
Buncis Daun waluh Oyong (gambas)
Bunga kol Genjer Pare
Cabe hijau Jagung muda Pecay
Daun bawang Jantung pisang Pepaya muda
Daun bluntas Jamur segar Rebung
Daun kecipir Kacang panjang Sawi
Daun koro Kacang kapri Selada
Daun labu siam Kangkung Seledri
Dau melinjo Kool Terong
Daun pakis Kucai Tomat
Daun pepaya Labu siam Wortel
Susu merupakan sumber protein, lemak, hidrat arang, vitamin
(terutama vitamin A dan niasin), serta mineral (kalsium dan fosfor). Satu
satuan penukar mengandung 110 kalori, 7 garm protein, 9 gram hidrat
arang, dan 7 gram lemak.
Tabel 2.5
Bahan Makanan Susu
Bahan Makanan Berat (g) URT
Susu sapi 200 1 gls
Susu kambing 150 ¾ gls
Susu kerbau 100 ½ gls
Susu kental tak manis 100 ½ gls
Yoghurt 200 1 gls
Keterangan: URT (ukuran rumah tangga), gls (gelas). (Supariasa, 2002).
Anjuran asupan kalori bagi remaja (indonesia)
Laki-laki: Perempuan
10-12 tahun: 2.050 kkal/hari
13-15 tahun: 2.400 kkal/hari
16-18 tahun: 2.600 kkal/hari
10-12 tahun: 2.050 kkal/hari
13-15 tahun: 2.350 kkal/hari
16-18 tahun: 2.200 kkal/hari
22
Tabel 2.6
Angka kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat dan air yang
dianjurkan untuk orang indonesia (per orang per hari) Depkes (2012).
Kelompok
Umur
BB
(kg)
TB
(cm)
Energi
(kkal)
Prote
in (g)
Lemak (g) Karbohi
drat (g)
Serat
(g)
Air
(mL)
Total n-6 n-3
Laki-Laki
10-12 34 142 2100 56 70 12,0 1,2 289 30 1800
13-15 46 158 2475 72 83 16,0 1,6 340 35 2000
16-18 56 165 2675 66 89 16,0 1,6 368 37 2200
19-29 60 168 2725 62 91 17,0 1,6 375 38 2500
Perempuan
10-12 36 145 2000 60 67 10,0 1,0 275 28 1800
13-15 46 155 2125 69 71 11,0 1,1 292 30 2000
16-18 50 158 2125 59 71 11,0 1,1 292 30 2100
19-29 54 159 2250 56 75 12,0 1,1 309 32 2200
B. KONSENTRASI BELAJAR
1. Pengertian Konsentrasi Belajar
Hendrata (2007) berpendapat konsentrasi adalah sumber kekuatan
pikiran dan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa dimana pikiran tidak
dapat bekerja untuk lupa dan ingat dalam waktu bersamaan. Apabila
konsentrasi seseorang mulai lemah maka akan cenderung mudah melupakan
suatu hal dan sebaliknya apabila konsentrasi masih cukup kuat maka akan
dapat mengingat dalam waktu yang lama.
Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan
fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan
sebagainya. Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi dalam bentuk perhatian
yang terpusat pada suatu pelajaran. Maka dari itu konsentrasi merupakan
salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik
dan apabilakonsentrasi ini berkurang maka dalam mengikuti pelajaran di
23
kelas maupun belajar secara pribadi akan terganggu. Berdasarkan beberapa
pengertian konsentrasi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
belajar adalah pemusatan fungsi jiwa dan pemikiran seseorang terhadap
objek yang berkaitan dengan belajar (penerimaan informasi tentang
pelajaran) dimana konsentrasi belajar ini sangat penting dalam proses
pembelajaran karena merupakan usaha dasar untuk dapat mencapai prestasi
belajar yang lebih baik.
Menurut Slameto (2010) seseorang sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi, yang disebabkan karena: kurang berminat terhadap mata
pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan (bising,
keadaan yang semrawut dan lain-lain), pikiran kacau/masalah-masalah
kesehatan yang terganggu (badan lemah), bosan terhadap pelajaran/sekolah
dan lain-lain.Aspek-aspek konsentrasi belajar menurut Nugroho (2007)
mengungkapkanaspek-aspek konsentrasi belajar sebagai berikut :
a. Pemusatan pikiran : Suatu keadaan belajar yang membutuhkan
ketenangan, nyaman, perhatian seseorang dalam memahami isi
pelajaran yang dihadapi.
b. Motivasi : Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri
individu untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang
lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Rasa kuatir : Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa
tidak optimal dalam melakukan pekerjaannya.
d. Perasaan tertekan : Perasaan seseorang yang bkan dari individu
melainkan dorongan / tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.
24
e. Gangguan pemikiran : Hambatan seseorang yang berasal dari dalam
individu maupun orang sekitar. Misalnya : masalah ekonomi,
keluarga, masalah pribadi individu.
f. Gangguan kepanikan : Hambatan untuk berkonsentrasi dalam bentuk
rasa waswas menunggu hasil yang akan dilakuakan maupun yang
sudah dilakukan oleh orang tersebut.
g. Kesiapan belajar : Keadaan seseorang yang sudah siap akan
menerima pelajaran, sehingga individu dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
2. Ciri-Ciri Konsentrasi
Ciri-ciri konsentrasi belajar Engkoswara (2012) menjelaskan
klasifikasi perilaku belajar yang dapat digunakan untuk mengetahui
ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi adalah sebagai berikut:
a. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah
pengetahuan, informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada
perilaku kognitif ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat
dilihat melalui :
1) Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila
diperlukan,
2) Komprehensif dalam penafsiran informasi,
3) Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh,
4) Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang
diperoleh.
25
b. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi.
Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat
dilihat dari :
1) Adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu.
2) Respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan
3) Mengemukakan suatu pandangan atau keputusan
sebagaiintegrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.
c. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki
konsentrasi belajar dapat dilihat dari adanya :
1) Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan
petunjuk guru,
2) Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-
gerakan yang penuh arti.
3) Perilaku berbahasa.
C. KONSEP MEMORI
1. Pengertian Memori
Menurut buku John, (2009) memori atau ingatan adalah penyimpanan
informasi di setiap waktu. Para psikolog pendidikan mempelajari
bagaimana informasi pada awalnya ditempatkan atau dikodekan menjadi
ingatan, bagaimana informasi disimpan seteah dikodekan dan bagaimana
informasi ditemukan atau dipanggil kembali untuk tujuan tertentu di waktu
yang akan datang. Tanpa memori, anda tidak bisa menghubungkan apa
yang terjadi pada anda kemarin dengan apa yang terjadi dalam hidup. Para
psikologi pendidikan menekankan bahwa penting untuk tidak memandang
26
memori dalam hal bagaimana anak-anak menambahkan sesuatu ke
dalamnya, tetapi lebih untuk menegaskan bagaimana anak-anak secara
aktif menyusun memori mereka (Schacter, 2001).
2. Tahapan Memori
Dalam bahasa sehari-hari, pengodean mempunyai banyak persamaan
dengan perhatian dan pembelajaran. Ketika siswa mendengarkan guru ia
mengodekan informasi ke dalam memori. Selain perhatian, pengodean
terdiri atas sejumlah proses: pengulangan, pemrosesan yang mendalam,
elaborasi, pembentukan gambaran, dan organisasi (Santrock, 2009).
Pengulangan adalah mengulang informasi secara sadar untuk
meningkatkan lamanya informasi tingga dalam memori. Tetapi
pengulangan tidak berfungsi dengan baik untuk menyimpan informasi
dalam jangka panjang karena seringnya hanya melibatkan repetisi informsi
di luar kepala tanpa menanamkan arti apapun didalamnya. Teori tingkat
pemrosesan (level of processing theory) menyatakan bahwa pemrosesan
memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, dengan
pemrosesan yang lebih mendalam menghasilkan memori yang lebih baik.
Para peneliti menemukan bahwa individu-individu mengingat informasi
dengan lebih baik ketika mereka memprosesnya pada tingkat yang
mendalam (Otten, Henson, & Rugg, 2001). Meskipun demikian para
psikolog kognitif segera mengakui bahwa pengodean yang lebih baik
daripada pemroses mendalam. Elaborasi adalah luasnya pemrosesan
informasi yang terlibat dalam pengodean. Jadi ketika anda menyampaikan
27
konsep demokrasi kepada para siswa, kemungkinan besar mereka akan
mengingatnya dengan lebih baik apabila mereka memiliki contoh yang
bagus tentang hal tersebut. Para remaja kemugkinan besar menggunakan
elaborasi secara spontan dibandingkan anak-anak. Untuk mengingat
sepotong informasi, seperti nama, pengalaman, atau fakta tentang georafi
siswa harus mencari kode yang memuat informasi diantara banyaknya
kode dalam memori jangka panjang mereka. Proses pencarian ini lebih
mudah apabila kode itu unik (Santrock, 2009).
Pembentukan gambaran yaitu kita sedang mengelaborasi informasi.
Apabila para siswa mengatur informasi ketika mereka melakukan
pengodean, hal tersebut bermanfaat bagi memori mereka. Semakin anda
menyampaikan informasi dalam cara yang teratur, semakin mudah siswa
mengingatnya. Terutama mengatur informasi dan menguraikannya. Lalu
pengelompokan informasi ke dalam unit-unit yang lebih penting juga
dapat mengingatnya lebih baik (Santrock, 2009).
Setelah mengodekan informasi, mereka harus menyimpan informasi
tersebut. Penyimpanan memori melibatkan 3 jenis memori dengan
kerangka waktu yang berbeda: memori sensoris, memori jangka pendek
dan memeori jangka panjang.
a. Memori sensoris adalah menyimpan informasi dari dunia dalam bentuk
sensoris aslinya hanya untuk waktu sekejap, dalam beberapa detik.
b. Memori jangka pendek atau short-term memory adalah sistem memori
dengan kapasitas yang terbatas di mana informasi disimpan selama 30
28
detik, kecuali infomrasi tersebut diulang atau diproses lebih lanjut,
karena jika diproses informasi bisa disimpan lebih lama. Dibandingkan
dengan memori sensoris, memori jangka pendek memiliki kapasitas
yang terbatas, tetapi durasi lebih lama.
c. Memori jangka panjang atau long-term memory adalah jenis memori
yang menyimpan banyak sekali informasi untuk periode waktu yang
lama dalam cara yang relatif permanen. Kapasitas memori jangka
panjang manusia sangatlah mengejutkan dan efisien di mana individu
bisa mendapatkan kembali informasi sangatlah mengesankan. Hanya
dibutuhkan waktu sebentar untuk mencari informasi yang kita inginkan.
3. Faktor yang mempengaruhi memori
Memori manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
kondisi fisik. Di antara kondisi fisik yang sangat berpengaruh dalam
mengingat adalah kekurangan tidur dan sakit. Seseorang yang dalam
kondisi lelah, kurang tidur, dan sakit akan mengalami kesulitamn untuk
mengingat sesuatu. Faktor lain juga mempengaruhi ingatan adalah usia.
Ingatan yang paling kuat terjadi pada anak-anak, yaitu pada usia 10-14
tahun. Sedangkan orang yang lanjut usia akan mengalami kesulitan jika
diminta untuk mengingat apa yang sudah dipelajarinya ataupun
dialaminya. Adapun faktor-faktor yang ternyata dapat mempengaruhi daya
kerja ingatan, antara lain :
a. Faktor usia, ingatan paling tajam pada diri manusia kurang-lebih pada
masa kanak-kanak (10-14 tahun) dan ini berlaku untuk ingatan yang
bersifat mekanis yakni ingatan untuk kesan-kesan penginderaan.
29
Sesudah usia tersebut kemampuan untuk mencamkan dalam ingatan
juga dapat dipertinggi akan tetapi untuk kesan-kesan yang mengandung
pengertian (daya ingatan logis) dan ini berlangsung antara usia 15-50
tahun.
b. Kondisi fisik, misalnya kelelahan, sakit dan kurang tidur dapat
menurunkan daya kerja atau prestasi ingatan.
c. Faktor emosi. Dalam hal ini seseorang akan mengingat sesuatu lebih
baik, apabila peristiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan-perasaan,
sedangkan kejadian yang tidak menyentuh emosi seringkali diabaikan.
d. Minat dan Motivasi. Dalam pengalaman sehari-hari, kita sering
mengamati remaja yang tidak lupa suatu lirik lagu walaupun dalam
bahasa asing. Orang-orang yang sering bepergian, mempunyai ingatan
tentang ilmu bumi yang jauh lebih baik daripada yang tidak pernah
kemana-mana. Artinya disini seseorang yang mengingat segala sesuatu
tentang hal yang disukainya jauh lebih baik dari pada hal yang tidak
disukainya. Jelaslah minat sangat meningkatkan motivasi dan pada
gilirannya akan meningkatkan daya ingat. Menurut paris dan tuner
bahwa lingkungan dapat meningkatkan motivasi seoarang siswa untuk
mempelajari hal-hal tertentu atau berprilaku dalam cara-cara tertentu.1
Jadi motivasi akan meningkatkan rasa ingin tahu dan menyimpannya ke
dalam memori sebagai hasil belajar yang sangat bermakna untuk
diungkapkan kembali (Ormrod, 2008).
30
4. Pemanggilan kembali dan lupa
Setelah para siswa melakukan pengodean informasi dan kemudian
menyampaikannya dalam memori, mereka mungkin bisa mendapatkan
kembali beberapa informasi tersebut, tetapi mungkin juga melupakan
beberapa informasi. Dalam efek posisi serial, ingatan lebih baik untuk
hal-hal di awal dan di akhir sebuah daftar daripada untuk hal-hal
ditengah. Pada peristiwa juga dapat diterapkan bahwa bila anda
membentangkan pelajaran sejarah selama satu minggu dan kemudian
menanyai siswa-siswa tentang pelajaran itu pada hari senin berikutnya,
kemungkinan besar mereka memiliki memori terbaik akan apa yang
anda katakan pada hari jumat minggu sebelumnya (Santrock, 2009).
Pertimbangan lain dalam memahami pemanggilan kembali adalah
prinsip kekhususan pengodean: bahwa asosiasi terbentuk pada saat
pengodean atau pemberlajaran cenderung merupakan petunjuk
pemanggilan kemabali yang efektif. Kekhususan pengodean dan
elaborasi menunjukkan betapa pengodean dan pemanggilan kembali
saling bergantung (Santrock, 2009).
Aspek pemanggilan kemabli yang lain adalah sifat dari tugas
pemanggilan kembali itu sendiri. Pengingatan kembali adalah tugas
memori di mana individu-individu harus mendapatkan kembali
informasi yang diperlajari sebelumnya, seperti yang harus dilakukan
siswa-siswa ketika mengerjakan pertanyaan esai atau isian. Pengenalan
adalah tugas memori di mana individu hanya harus mengidentifikasikan
31
informasi, yang sering kali merupakan kasus dalam ujian pilihan ganda
(Santrock, 2009).
Lupa yang bergantung pada petunjuk adalah kegagalan
pemanggilan kembali karena kurangnya petunjuk pemanggilan kembali
yang efektif. Gagasan lupa yang bergantung pada petunjuk bisa
menjelaskan mengapa seorang siswa bisa gagal mendapatkan kembali
fakta yang dibutuhkan untuk ujian meskipun ia yakin ia mengetahui
informasi tersebut (Santrock, 2009).
Prinsip lupa yang bergantung pada petunjuk konsisten dengan
teori interferensi, yang menyatakan bahwa kita lupa bukan karena kita
benar-benar kehilangan memori dari penyimpanan, tetapi karena
informasi lain menghalangi apa yang berusaha kita ingat. Teori
interferensi mengimplikasikan bahwa, apabila anda memiliki lebihd ari
satu ujian untuk dipelajari, anda harus terlebih dahulu mempelajari apa
yang diujiankan terakhir kali. Strategi ini juga sesui dengan efek akhir
(Santrock, 2009). Memori menghilang pada kecepatan yang berbeda.
Beberapa memori begitu nyata dan bertahan untuk periode waktu yang
lama, terutama ketika memori tersebut memiliki ikatan emosional.
5. Hubungan Memori dan Belajar
Para ahli bersepakat bahwa terdapat hubungan yang erat antara
memori dan belajar. Seperti yang telah dikemukakanbahwa memori
sesungguhnya adalah fungsi mental yang berkerja menangkap informasi
dari stimulus, menyimpannya, mengungkapkannya kembali bila
32
diperlukan. Dalam setiap proses belajar, penting sekali fungsi ingatan,
ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah
dipelajari atau diketahui sebelumnya yaitu:
a. Rekolasi, menimbulkan kembali ingatan suatu pristiwa,
b. Pembaruan ingatan, timbul ketika ada hal yang berlangsung dari
ingatan tersebut.
c. Memeanggil kembali ingatan,
d. Rekognisi, mengingat kembali sesuatu hal setelah menjumpai
sebagian hal tersebut.
e. Mempelajari kembali, terjadi ketika kita mempelajari sesuatu yang
dulu pernah kita pelajari, maka untuk mempelajari hal yang sama
untuk kedua kalinya, banyak hal-hal yang akan diingat kembali,
sehingga tempo belajar jauh lebih singkat (Sarwono,2008).
Proses belajar yang kita ketahui adalah sebuah proses yang
melibatkan pengolahan dan penyimpanan informasi, dan hasil belajar
bisa diketahui melalui proses pengungkapan kembali apa yang telah
diketahui. Dengan demikian, dalam belajar dibutuhkan pemanfaatan
kemampuan memori oleh siswa guna menyerap informasi yang
diterima, menyimpannya dan memunculkannya kembali saat
menjawab soal ulangan atau ujian. Hubungan antara memori dan
belajar ini sangat lah penting karna berpengaruh terhadap kerja otak,
kesehatan, aktivitas belajar seorang pelajar (Sarwono,2008).
Kaitannya dengan proses kerja otak, protein dalam bentuk asam
amino seperti glisin, glutamate, tyrosine dan tryptophan sangat
33
diperlukan untuk membentuk neurotransmitter penghantar impuls
saraf dan mempengaruhi perilaku seperti emosi, kontrol diri dan
konsentrasi (Mariana, 2011). Konsentrasi berkaitan dengan
kemampuan otak untuk mengiuti rangsang eksternal maupun internal.
Konsentrasi didefinisikan sebagai suatu mekanisme pemilihan
rangsang yang lebih penting untuk dijadikan fokus perhatian oleh
otak.kapasitas untuk berkonsentrasi dan menjaga perhatian
berhubungan dengan kemampuan untuk mengabaikan rangsang
lainnya (Higgins & George, 2007). Konsentrasi erat kaitanya dengan
memori atau ingatan. Proses mengingat akan di lakukan oleh salah
satu bagian otak yaitu hipocampus. Hipocampus juga menyebabkan
timbulnya dorongan untuk mengubah ingatan jangka pendek menjadi
jangka panjang dengan cara hipocampus menjalarkan sinyal yang
membuat pikiran berulang-ulang melatih informasi baru sampai
menjadi ingatan permanen. Sinyal akan dihantarkan melalui
neurontrasitter dengan potensiasi memori jangka panjang, terjadi
modifikasi sebagai akibat peningkatan penggunaan pada sinas yang
akan meningkatkan kemampuan neuron presinaps untuk mengeksitesi
neuron postsinaps pada masa depan. Semakin sering digunakan
koneksinya akan semakin kuat sehingga pembentukan EPSs
(Excitatory Postsinaptic Potential) semakin banyak dan lebih banyak
potensial aksi yang dikirimkan sepanjang sel postsinaps ke neuron
lainny. LTP (long term potentiation) yang terjadi di hipocampus ini
memerlukan waktu berhari-hari sampai berminggu-minggu untuk
34
mengkonsolidasi memori jangka pendek menjadi memori jangka
panjang (Sherwood, 2014).
LTP dimulai saat neuron presinaps melepas neurotransmitter
eksitatori glutamate sebagai respon atas potensial aksi. Glutamat
mengikat 2 jenis reseptor yaitu AMPA dan NMDA. Reseptor AMPA
merupakan kanal reseptor yang dimediasi oleh kimia yang membuka
pada pengikatan glutamat dan menyebabkan masuknya ion Na+.
Selanjutnya terjadi pembentukan EPSP pada neuron postsinaps.
Reseptor NMDA merupakan kanal reseptor yang menyebabkan Ca2+
dapat masuk saat kanal ini terbuka. Kanal ini membuka pada
pengikatan glutamate, namun tidak menyebabkan Ca2+
masuk. Hal itu
disebabkan karena adanya penyumbatan dari Mg2+
. Depolarisasi
tambahan neuron postsinaps yang dihasilkan oleh EPSP akibat
pengikatan glutamate pada reseptor AMPA dibutuhkan untuk
mendepolarisasi neuron postnaps guna memaksa Mg2+
keluar dari
kanal. Oleh karena itu, meskipun glutamate berikatan dengan reseptor
NMDA, kanal tersebut tidak akan membuka sampai sel postsinaps
terdepolarisasi sebagai akibat aktivitas eksitatori yang lainnya.
Masuknya kalsium setelah ekspulsi Mg2+
bermanfaat untuk
mengaktifkan jalur second messager Ca2+
pada neuron postsinaps.
Jalur tersebut memicu insersi secara fisik reseptor AMPA tambahan
pada membrane postsinaps. Peningkatan reseptor AMPA ini
mengakibatkan sel postsinaps memperlihatkan respon EPSP yang
lebih besar oleh pengaruh pelepasan glutamate dari neuorn presinaps.
35
Mekanisme ini berperan untuk membantu penjagaan LTP. Selain itu,
aktivasi second messager Ca2+
pada neuron postsinaps menyebaban
sel tersebut melepaskan parakrin retrograde. Parakrin tersebut akan
berdifusi ke neuron presinaps untuk meningkatkan pelepasan
glutamate pada neuron presinaps. Modifikasi yang terjadi selama LTP
tetap dijaga sampai waktu yang lama sesudah aktivitas ini berhenti.
Dengan begitu, informasi yang ditransmisikan lebih efektif saat
diaktivasi di masa depan. Jalur antara input presinaps inaktif yang lain
dan sel postsinaps yang sama tidak berpengaruh (Sherwood, 2014).
Dapat dihasilkan bahwa memori jangka pendek disimpan dalam
bentuk perubahan sementara proses yang telah ada. Memori jangka
pendek dapat hilang bila terjadi distrasksi sebelum memori tersebut
disimpan dalam bentuk yang lebih permanen.
D. PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian PrestasiBelajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegaitan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Menurut
Mas`ud Hasan Abdul Dahar menyatakan prestasi adalah apa yang telah
dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara
36
sederhana, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri
individu. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas dalam belajar.Prestasi dapat didefinisikan yaitu nilai
merupakan perumusah terakhir yang dapat diberikan oleh guru
mengenai kemajuan prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Jadi
prestasi adalah hasil usaha siswa selama masa tertentu melakukan
kegiatan (Sumadi, 2006).
Prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan
berdasarkan atas pengukuran tertentu (Ilyas, 2008). Prestasi belajar
adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan
dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar
siswa, baik yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi
karsa (Syah, 2006). Sedangkan prestasi belajar menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2005) mempunyai arti yaitu: (a). Penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan guru, (b). Kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau
dapat diamati (actual ability) dan yang dapat diukur langsung dengan
tes tertentu.
Jadi prestasi belajar dapat disimpulkan yaitu pengukuran
pencapaian hasil belajar pada pelajar, atau hasil dari suatu proses
belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk angka yang khusus
37
diberikan untuk proses evaluasi. Dalam prestasi belajar membutuhkan
konsentrasi agar fokus dan perhatian dengan mata ajar.
2. Tujuan Belajar
Taxonomy Bloom dan Simpson (Syaodih, 2007) menyusun
suatu tujuan belajar yang harus dicapai oleh seserang yang belajar
sehingga terjadi perubahan dalam dirinya, perubahan terjadi pada tiga
ranah, yaitu:
a. Ranah kognitif, tentang hasil berupa pengetahuan, kemampuan
dan kemahiran intelektual. Terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi.
b. Ranah afektif, tentang hasil belajar yang berhubungan dengan
perasaan, sikap, minat, dan nilai. Terdiri dari: penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Ranah psikomotorik, tentang kemampuan fisik seperti
ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan
koordinasi syaraf. Terdiri dari: persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,
kreativitas.
Menurut Slameto (2010) berpendapat ciri-ciri perubahan tingkah
laku sebagai hasil belajar adalah:
1. Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional
2. Perubahan bersifat positif dan aktif
3. Perubahan bukan bersikap sementara
38
4. Perubahan bertujuan dan terarah
5. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
3. Cara mengukur prestasi
Pengukuran prestasi untuk mengetahui tingkat prestasi belajar
yang dicapai oleh mahasiswa dalam mempelajari materi. Pengukuran
prestasi belajar siswa dengan melakukan tes, ujian dan ulangan yang
biasa disebut TPB (Tes Prestasi Belajar). Sebuah proses belajar
mengajar untuk mendapatkan taraf keberhasilan sebuah pembelajaran
yaitu hasil prestasi atau pengkuran prestasi (Syah, 2010).Menurut
penelitian Asril (2011), instrumen pengukuran prestasi belajar
menggunakan skala kontinum seperti hasil raport atau hasil ujian
sehingga peneliti tidak menyusun secara baku alat ukur prestasi
belajar.
Tes prestasi belajar yang dimaksudkan adalah instrumen
pengukuran dan penilaian dalam pendidikan yang berbentuk tes baik
secara individu atau berkelompok bila ditinjau dari jumlah peserta atau
mahasiswa. Tes individual yaitu tes dimana pelaksana tes hanya
berhadapan dengan satu orang peserta. Tes kelompok yaitu tes di mana
pelaksana tes berhadapan dengan lebih dari satu orang anggota.
Jika ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, tes dibedakan
menjadi tiga golongan. Pertama, tes tertulis yang dikenal dengan
istilah pencil and paper test, yaitu tes di mana pelaksana tes dalam
mengajukan butir-butir pertanyaannya dilakukan secara tertulis dan
peserta tes memberi jawaban secara tertulis. Kedua, tes tidak tertulis
39
yang dikenal dengan istilah non-pencil and paper test, yaitu tes di
mana pelaksana tes dalam mengajukan butir-butir pertanyaannya
dilakukan secara tidak tertulis (lisan) dan peserta tes memberi jawaban
juga secara lisan. Ketiga, tes perbuatan yang diberikan dalam bentuk
tugas atau instruksi kemudian peserta tes melakukan tugas sesuai
instruksi tersebut dan hasilnya dinilai oleh pemberi tes. Penilaian
terhadap tes perbuatan dapat dilakukan terhadap hasil tugas atau pada
proses pelaksanaan atau penyelesaian tugas (Djaali, 2008).
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar ada pula
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar itu sendiri. Faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar secara tidak langsung dapat pula
mempengaruhi konsentrasi belajar karena kedanya memiiliki kaitan
yang erat.
Sedangkan menurut Syah (2010) dalam bukunya yag berjudul
psikologi pendidikan, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar
dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Faktor internal, yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani
pelajar meliputi 2 aspek:
1) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Untuk mempertahankan tonus
40
jasmaninya agar tetap bugar, siswa dianjurkan mengkonsumsi
makanan dan minuman yang bergizi yang mengandung
karbohidrat, lemak dan protein yang seimbang contohnya nasi
telur dengan sayur bayam atau ikan laut. Tidak hanya itu, ia juga
dianjurkan untuk berolah raga secara teratur dan cukup istirahat.
Selain kondisi umum siswa, ada pula kondisi organ-organ
khusus siswa yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan
di kelas. Seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera
penglihatan.
2) Aspek psikologis
Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan
perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah
dalam lingkungan sekitar dan keluarga. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi keadaan psikologis siswa, karena siswa akan kehilangan
semangat dan motivasi belajar mereka,tentunya akan berpengaruh juga
terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan semakin menurun.
Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih
esensial, yaitu:
a) Tingkat kecerdasan pelajar
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat
kecerdasan/inteligensi (IQ) merupakan salah satu faktor yang
41
menentukan keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi
seorang siswa maka semakin kecil pula peluang dalam memperoleh
kesuksesan. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan siswa akan
membantu mengarahkan dan merencakan bantuan yang akan
diberikan kepada peserta didik. Jadi intelegensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ
tubuh lainnya, tetapi peran otak lebih menonjol daripada organ
lainnya karena otak adalah pengontrol seluruh aktivitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan
lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin
tinggi inteligensi maka semakin besar peluang untuk meraih sukses
dan sebaliknya.
b) Bakat pelajar
Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara
umum bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya, seorang
anak yang berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar
biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child.
42
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan
sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Seorang
siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya akan jauh lebih
mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang
berhubungan dengan bidan tersebut dibanding dengan siswa lainnya.
c) Motivasi belajar
Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia atau
hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Berarti pemasok
daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam
motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi misalnya untuk kehidupan masa
depan siswa yang bersangkutan. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan
keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,
peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru dan
seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik
yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau
ketiadaan motivasi, baik yang berisfat internal maupun yang bersifat
eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam
melakukan proses belajar materi-materi pelajaran baik di sekolah
maupun di rumah. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih
signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni
43
dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh
orang lain.
Aspek yang memotivasi belajar mahasiswa, yaitu: (a) Adanya
sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki, karena dapat menghasilkan
kepuasan dalam dirinya, (b) Adanya sifat yang kreatif dan keinginan
selalu maju, (c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari
orangtua, guru dan teman-teman seperti penghargaan, pujian dan
rasa simpati, (d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan
yang lalu dengan usaha yang baru, baik kooperasi atau kompetisi. (e)
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran (Suryabrata, 2006).
d) Minat pelajar
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Umpamanya,
seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak. Kemudian, karena
pemusatan lebih intensif materi itulah yang memungkinkan siswa
tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang
diinginkan.
b. Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar pelajar. Terdiri atas
dua aspek yaitu:
1) Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial bagi siswa terdiri dari dua macam yaitu
lingkungan sekolah seperti guru, staf administrasi dan teman sekelas
44
dan lingkungan sosial tempat tinggal siswa seperti masyarakat dan
tetangga serta teman sepermainan.
2) Faktor lingkungan non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial yaitu gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar pelajar.
c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.
Prestasi belajar mempunyai hubungan erat dengan kegiatan belajar, menurut
Djamarah (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar
siswa adalah:
a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa
1. Faktor fisiologis terdiri dari:
(a) Kondisi fisiologis: orang yang ada dalam keadaan segar
jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam
keadaan lelah. Pelajar yang kekurangan gizi akan mudah lelah,
mengantuk, dan tidak dapat menerima pelajaran dengan baik.
(b) Kondisi panca indera: penglihatan dan pendengaran sebagai alat
manusia untuk menerima informasi. Sebagian besar orang belajar
dengan membaca, melihat contoh, melakukan observasi,
mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru dan
orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya.
45
2. Faktor psikologis
(a) Minat: kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan
disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Minat belajar
yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya.
(b) Kecerdasan: suatu kemampuan umum dari seseorang untuk belajar
dan memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi seseorang
rendah bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan
belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik niscaya
usaha belajar tidak akan berhasil.
(c) Bakat: kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu atau
suatu yang dibentuk dalam kurun waktu, sejumlah lahan dan
merupakan perpaduan taraf intelegensi. Pada umumnya komponen
intelegensi tertenu dipengaruhi oleh pendidikan dalam kelas,
sekolah, dan minat subyek itu sendiri. Bakat yang dimiliki
seseorang akan tetap tersembunyi bahkan lama-kelamaan akan
menghilang apabila tidak mendapat kesempatan untuk
berkembang.
(d) Motivasi: motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan
belajar. Peranan pentingnya adalah memberikan gairah, semangat
dan rasa senang dalam belajar sehingga mempunyai motivasi tinggi
46
mempunyai energi yang banyak untuk belajar. Motivasi intrinsik
berasal dari dalam diri misalnya senantiasa memikirkan masa
depan yang penuh tantangan dan harus mencapai cita-cita. Tetapi
harus juga didukung oleh motivasi ekstrinsik agar termotivasi
untuk belajar misalnya seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa.
b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa
1. Faktor lingkungan terdiri dari:
(a) Lingkungan alami: keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara yang
segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada suhu udara
yang panas dan pengap.
(b) Lingkungan sosial budaya: seseorang yang sedang belajar
memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang mondar-
mandir di dekatnya atau keluar masuk kamar.
2. Faktor instrumental
(a) Perangkat keras: gedung, perlengakapan belajar, alat praktikum
dsb.
(b) Perangkat lunak: kurikulum, program dan pedoman belajar
lainnya.
E. HUBUNGAN SARAPAN DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN
PRESTASI
Banyak kajian yang menunjukkan hubungan yang positif antara
pengambilan sarapan dan peningkatan keupayaan mental. Makan pagi
47
menunjukkan kesan positif pada kecerdasan dan pembentukan sikap positif
pada pembelajaran di jenjang pendidikan. Makanan yang berasaskan
karbohidrat meningkatkan kandungan glukosa di dalam otak. Glukosa
memainkan peranan penting bagi meningkatkan fungsi kognitif terutamanya
dalam bidang yang melibatkan aktivitas mengingat. (Issa, 2006)
Sarapan yang kita makan dapat mempengaruhi fungsi kognitif
secara berbeda sesuai dengan laju penghantaran glukosa di dalam darah.
Penelitian yang terkait tentang efek glukosa pada fungsi kognitif terutama
fokus pada periode earlier post-meal. Ketika dikaji, peningkatan yang
signifikan pada fungsi kognitif setelah makan makanan dengan indeks
glikemik rendah lebih dominan terjadi setelah periode berikutnya yaitu later
post-meal. Hasil dari studi tersebut, menunjukkan keuntungan pada
pengukuran fungsi kognitif pada periode setelah makan yaitu antara 75 dan
235 menit(Mahoney, 2005).
Pasokan gizi itu menjadi lebih penting ketika anak mulai sekolah.
Pada masa ini, anak cenderung mengikuti pola makan teman sebayanya, yang
kadang tidak mengandung cukup zat-zat pembangun. Aktivitas sekolah juga
membuat anak mengabaikan kebutuhan fisiknya. Menurut American Dietetic
Association, anak yang selalu sarapan akan memiliki daya konsentrasi,
keterampilan menyelesaikan masalah, serta koordinasi mata-tangan yang
lebih baik juga lebih kreatif, rajin. (Riyanti, 2007).
48
F. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1
Slameto, (2010); Syah (2010)
Faktor internal
- Fisiologis
- Psikologis
(Minat)
Faktor eksternal
- Lingkungan soial
- Lingkungan alami
- Lingkungan
instrumental
Konsentrasi
belajar
Prestasi
belajar
Sarapan
(Kebutuhan
energi, protein
dll)
- Fisiologis
Faktor pendekatan
belajar
49
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian ini mengacu pada Teori Syah (2010) dari
buku Psikologi Pendidikan yang mengkaitkan antara faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, yang dapat dilihat sebagai berikut:
BAGAN 3.1
Keterangan: Garis putus-putus adalah faktor lain yang
mempengaruhi prestasi belajar
Djamarah, (2006)., Slameto, (2010)., Syah (2010)
Berdasarkan Tinjauan Pustaka sebelumnya, mahasiswa atau pelajar
wajib mengikuti jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, sampai
perguruan tinggi. Dalam semua jenjang tersebut pelajar dituntut untuk
belajar. Belajar merupakan kegiatan berproses dan dalam belajar mutlak
membutuhkan konsentrasi maka akan dihasilkan prestasi.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa ada 2 macam
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut peneliti
Faktor fisiologis
(sarapan)
-kalori
-komposisi
Prestasi
belajar
Minat
49
50
menghomogenkan sehingga tidak terjadi bias dalam penelitian ini dengan
menggunakan kuesioner. Faktor internal terdapat faktor fisiologis yaitu
sarapan yang akan diteliti oleh peneliti karena dengan kecukupan energi
akan meningkatkan konsentrasi dalam belajar sehingga prestasi juga
meningkat, dan faktor psikologis yaitu minat, bakat, kecerdasan, motivasi
yang akan dihomogenkan dengan kuesioner minat dan kuesioner motivasi.
Sedangkan faktor eksternal sudah homogen karena mahasiswa mengikuti
belajar mengajar di kelas yang secara fisik sama yaitu di gedung FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan teman teman yang sama dalam satu
kelas. Dan yang terakhir yaitu faktor pendekatan belajar yaitu metode
belajar mahasiswa keperawatan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini
menggunakan metode satu arah dengan penjelasan dari dosen dan
terkadang juga terdapat feedback dari mahasiswa dengan adanya sesi
pertanyaan.
51
B. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variable-variabel penelitian bersifat operasional. Definisi dari operasiaonal
menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variebel tersebut (Wasis, 2008).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Kalori
Sarapan
Kalori yang konsumsi oleh
responden pada pagi hari
dari jam 06.00-10.00.
Pengisian angket
dan wawancara
tentang sarapan
Food recall dilakukan
dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi saat
sarapan pada seminggu
sebelum ujian.
1) Cukup bila
kalori 300-500
kkal
2) Kurang bila
kalori <300-500
kkal
(Arisman, 2013)
Ordinal
Prestasi
belajar
Adalah skor pencapaian
hasil tes atau ujian yang
diperoleh mahasiswa
dimana ujian tersebut
sebagai pengukuran hasil
belajar mahasiswa (Umar,
2010).
Observasi
dokumentasi nilai
ujian.
Kuesioner pertanyaan
terkait materi yang telah
disampaikan sebelumnya
yang terdiri dari 20 soal.
1) Lulus bila
nilai ujian ≥
median
2) Tidak lulus
bila nilai
ujian <
median
Nominal
52
Komposisi
sarapan
Adalah komposisi sarapan
pada responden yang
meliputi karbohidrat,
protein dan lemak
Pengisian angket
dan wawancara
tentang sarapan
Food recall dilakukan
dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi saat
sarapan pada seminggu
sebelum ujian.
1) Kurang bila
nilai asupan
energi
sarapan <
median
2) Cukup bila
nilai asupan
energi sarapn
≥ median
Ordinal
Minat Kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan
mengenai beberapa
kegiatan. (Djamarah,
2006)
Pengisian
kuesioner atau
angket dengan
skala likert yang
terdiri 15 soal.
Kuesioner IV yaitu tentang
minat mengikuti pelajaran
pada modul BSN yang
terdapat 15 soal.
1) Minat jika
nilai ≥ mean.
2) Tidak minat
jika nilai <
mean
Nominal
C. HIPOTESA
1. Ha: adanya hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar pada mahasiswa keperawatan semester 2 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta di modul BSN 3 .
2. Ho: tidak adanya hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar pada mahasiswa keperawatan semester 2 UIN Syarif
Hidatatullah Jakarta di modul BSN 3
53
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain
cross-sectional. Penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan yang secara
primer dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran
tentang sebab-akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis dan pertanyaan
spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori).
(Emzir, 2008)
Penelitian studi cross-sectional dapat digunakan untuk
memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat dan menghasilkan
hipotesis spesifik hingga dikatakan bahwa penelitian cross-sectional
merupakan penelitian peralihan antara studi deskriptif dan analitis. Dalam
penelitian ini dilakukan pengamatan tentang sarapan bersamaan dengan
pengambilan data tentang prestasi hasil dari pertanyaan dengan materi
terkait.
B. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret – April 2016 di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu
53
54
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 2 atau
angkatan 2015 yang mengikuti modul BSN 3 yaitu sebanyak 116
orang.
2. Sampel adalah sebagian dari obyek populasi dan jumlahnya lebih kecil
dari populasi atau sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Pengambilan sample dari penelitian yang dilakukan yakni dengan
metode total sampling, yaitu seluruh dari populasi yang terdapat 116
mahasiswa.
a. Kriteria sampel
Kriteria inklusi :
1) Mahasiswa Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2) Bersedia menjadi responden
Kriteria ekslusi :
1) Responden tidak kooperatif
2) Responden mendadak sakit
3) Responden tidak minat
4) Responden mengundurkan diri ditengah-tengah proses
penelitian
b. Jumlah sampel
Jumlah populasi mahasiswa keperawatan angkatan 2015 yang
berjumlah 116 mahasiswa adalah sampel yang seharusnya pada
penelitian ini. Tetapi pada kenyataannya, sesuai dengan kriteria inklusi
pada penelitian ini yaitu yang berminat dan bersedia menjadi
responden hanya terdapat 69 mahasiswa.
55
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berbentuk non-
tes yaitu kuesioner atau anget, wawancara dan observasi. Instrumen dari
variabel sarapan memiliki indikator yaitu mahasiswa mengetahui
konsumsi sarapan atau tidak, mengetahui jenis makanan yang sehat dan
seimbang untuk dikonsumsi. Sedangkan indikator dari konsentrasi dilihat
dari perilaku belajar mahasiswa (memperhatikan penjelesan dosen,
menerima informasi atau materi, mengetahui konsentrasi belajar).
1. Food recall adalah kegiatan yang mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode selama 24 jam.
Jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti
dengan menggunakan URT (sendok, gelas, piring, dll) dan
ukuran gram. Tetapi apabila responden tidak mengetahui berapa
gram pada makanan yang dikonsumsi, akan ditulis atau
ditentukan oleh peneliti.Tujuan food recall untuk mengukur
jumlah asupan nutrien dalam satu waktu tertentu (Hartono,
2006). Penelitian ini menggunakan food recall 24 jam sarapan
dikarenakan metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya,
murah dan mudah untuk menggambarkan kualitas atau kebiasaan
sarapan terhadap responden (Supariasa, 2012).
2. Nutrisurvey adalah software untuk mengukur energi(kalori) apa
saja yang dimakan mahasiswa saat sarapan.
56
3. Dokumentasi dengan melihat atau mengobservasi hasil belajar
mahasiswa yaitu hasil post test setelah materi kuliah
disampaikan.
E. UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
1. Uji Validitas
Validitas adalah sesuatu yangmengacu pada ketepatan
interpretasi hasil pengukuran (Grounlund dan Linn dalam Purwanto
2008). Dalam buku yang sama menyatakan bahwa alat ukur dikatakan
mempunyai nilai valid jika alat ukur tersebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Metode yang digunakan pada pengujian validitas
instrumen menggunakan validitas isi atau content validity yaitu cara
untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah dibuat sudah memenuhi
validitas isi, maka dapat dilakukan dengan meminta penilaian dari
orang yang kompeten (Brink dan Wood, 2000).
Pada metode uji validitas untuk kuesioner penyaringan yaitu
dengan metode “Pearson Product Moment” dengan kekuatan
kevalidan instrument apabila nilai r hitung>r tabel (0,233) pada N=52
atau nilai signikan 5%. Uji validitas pada kuesioner penyaringan
dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada bulan Maret 2016. Jumlah responden yang
digunakan pada uji validitas adalah 52 responden dari mahasiswa
57
semester 2 kelas A. Hasil dari uji validitas kuesioner minat ini hanya
terdapat 1 pernyataan yang tidak valid yaitu pada pernyataan 7 “saya
selalu berusaha hadir dalam kegiatan modul BSN III”, sehingga
pernyataan tersebut didrop out agar tidak mempengaruhi variabelnya.
Nilai paling tinggi uji validitas pada instrumen kuesioner minat ini
didapatkan hasil 0,597 dan nilai terendah yaitu 0,339.
Sedangkan uji validitas pada data penelitian ini menggunakan uji
konten atau “content validity” dengan 2 orang judgment expert yang
membuahkan hasil pada expert 1 semua pertanyaan esensial,
sedangkan expert 2 terdapat 2 pertanyaan yang tidak essensial yaitu
pada pertanyaan 1 dan 2, lalu ada satu pertanyaan yang tidak termasuk
sistem pencernaan, sehingga peneliti mengganti pertanyaan dan
menguji expertkembali. Hasil dari uji expert yang kedua dinyatakan
bahwa semua pertanyaan essesial dan dapat digunakan untuk
pengambilan data.
Uji Expert pertama Uji Expert kedua
Proses pencernaan adalah proses
pemecahan zat-zat makanan
sehingga dapat diserap oleh usus.
Jaringan penghubung pada
histologi saluran cerna yaitu
serosa.
Serosa adalah lapisan paling
dalam pada saluran pencernaan
Hati dan kandung empedu adalah
organ sistem pencernaan
tambahan
Parakrin adalah hormon yang
diproduksi oleh kelenjar endokrin
untuk mengaktivasi sel-sel
tetangga lokal
Lemak adalah makanan yang
paling lambat dalam pengosongan
makanan dari lambung ke
duodenum
2. Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam
mengukur apa yang diukurnya. Suatu hasil pengukuran dapat
58
dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek
memang belum berubah.
Pada dasarnya validitas mengacu pada ketepatan hasil
pengukuran, sedangkan reliabilitas mengacu pada ketetapan hasil
pengukuran. Bila alat ukur yang mempunyai reliabilitas yang tinggi
belum tentu secara otomatis mempunyai validitas yang tinggi.
Tingginya reliabilitas yang dihasilkan oleh suatu alat ukur jika
dibarengi dengan tingginya validitas dapat memberi informasi yang
salah tentang apa yang ingin diukur (Wasis, 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa
kuesioner yang memerlukan uji validitas dan reabilitas untuk
mendapatkan data yang valid dan reliabel. Untuk uji reliabilitasnya
menggunakan uji alpha Croncbach (α) yang mendapatkan r hasil
adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha> r tabel maka pertanyaa
tersebut reliable dan sebaliknya bila r alpha<r tabel maka pertanyaan
tersebut tidak reliabel(Siegel, 2011). Nilai tingkat keandalan alpha
croncbach minimum adalah 0,70 (Sugiyono, 2007).Uji realiable untuk
kuesioner penyaringan yaitu kuesioner minat menggunakan uji alpha
croncbach dengan hasil reliable 0,763 yang berarti reliabel.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk megumpulkan data (Nana dan
59
Ibrahim, 2008). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Membuat surat persetujuan pengambilan data mahasiswa
keperawatan semester 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Meminta persetujuan kepada ketua Prodi dalam pengambilan
data mahasiswa keperawatan semester 2 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
c. Memilah atau menscreening mahasiswa yang berminat.
Responden yang discreening yaitu dari kelas A dan B. Dari 51
mahasiswa kelas A didapatkan mahasiswa yang berminat
sebanyak 36 mahasiswa, sedangkan dari 52 mahasiswa kelas B
terdapat 33 mahasiswa yang berminat.
d. Pengambilan data mahasiswa keperawatan semester 2 dilakukan
pada bulan Maret.
e. Melakukan pengisian angket dan wawancara kepada responden
setelah meminta izin dengan menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden tentang sarapan dan jenis atau macam
makanan pagi para responden pada bulan Maret 2016.
1) Angket
Pengisian kuesioner juga dibutuhkan untuk menentukan
identitas seperti umur, jenis kelamin, BB TB. Angket
dilakukan bila peneliti tidak dapat mewawancarai satu
persatu dalam kebiasaan dan kualitas sarapan responden.
Pengisian kuesioner juga dilakukan oleh mahasiswa tentang
60
materi yang saat itu dipelajari. Pengisian kuesioner atau
pertanyaan tersebut dilakukan setelah materi disampaikan
oleh narasumber.
2) Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan berdialog
langsung dengan pihak yang dibutuhkan yaitu mahasiswa
tentang sarapan. Jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara terpimpin yaitu wawancara yang menyusun daftar
pertanyaan yang akan diajukan terlebih dahulu. Dengan
menggunakan instrumen food recall mahasiswa ditanya
tentang sarapan yaitu jenis atau macam, banyaknya (gram)
pada hari yang sama dengan test prestasi belajar.
f. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dilakuan
pengolahan data dan analisa data.
G. TEKNIK ANALISA DATA
Analisa data dilakukan dengan menggunakan software computer,
adapun analisa data yang dilakukan adalah:
a. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan gambaran
distribusi frekuensi dari variable dependen dan variable independen.
Variabel independen (sarapan) dan variabel dependen (prestasi belajar).
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji chi-square
61
untuk memeriksa lebih lanjut hubungan antara dua variabel. Tingkat
signifikansi yang ditetapkan sebesar p ≤ 0,05 dengan derajat
kepercayaan sebesar 95%, sehingga hasil perhitungan statistik
signifikan atau menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen, dan apabila nilai p>0,05 berarti hasil
perhitungan statistik tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen. Uji ini digunakan untuk
melihat variabel independen dengan variabel dependen dengan skala
kategorik atau data peringkat. Sebelum menggunakan uji chi square,
dilakukanlah uji normalitas dengan menggunakan metode kolmogrov
smirnovuntuk membandingkan distribusi data dengan distribusi normal
baku (Z ≥ 0,05) juga karena menggunakan sampel besar. Dan
didapatkan hasil bahwa data pada penelitian ini tidak normal (Z=0,000).
Sehingga pada penelitian ini menggunakan metode non parametrik
salah satunya metode chi square. Selain itu pada penelitian ini juga
menggunakan skala pengukuran kategorik yaitu ordinal sehingga
mendukung untuk menggunakan uji chi square. Didapatkan hasil
bahwa 23 mahasiswa lulus pada kelas A, dan 22 mahasiswa lulus atau
prestasi baik pada kelas B. Dan pada kelas A terdapat 17 mahasiswa
yang mendapat prestasi baik dengan kalori sarapan cukup. Sedangkan
kelas B terdapat 19 mahasiswa yang mendapatkan prestasi baik dengan
kalori sarapan cukup.
62
H. ETIKA PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakukan menekankan masalah etik yang
meliputi :
a. Lembar persetujuan (informed consent)
Lembaran persetujuan ini diberikan dan dijelaskan keada
responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan
disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan
responden dapat menegerti tujuan dan maksud penelitian
dilakukan. Bila subjek menolak maka penelitian tidak memaksa
kehendak dan menghormati hak-hak subyek.
b. Tanpa nama (Anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak
akan mencantumkan nama jelas subyek pada lembar penelitian
melainkan hanya mencantumkan inisial dari subyek yang diteliti.
c. Kerahasian (Confidentiality)
Kerahasian informasi mengenai responden dijamin peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
63
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini peneliti akan menjabarkan beberapa temuan selama melaukan
penelitian yang dibahas dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil
penelitian ini telah menjawab permasalahan yang telah dihipotesiskan.
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Program Studi Ilmu Keperawatan memiliki tujuan yaitu untuk
menghasilkan lulusan berkualitas yang dapat menajdi tenaga ahli terampil di
bidang keperawatan, beriman dan bertaqwa, berintegritas tinggi, berwawasan
luas dan profesional, berdasarkan relevansi dan kebutuhna pasar melalui
peginkatan kualitas penelitian dan pendidikan serta berperan serta dalam
pembangunan kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan terjadi perubahan
kurikulum conventional ke student centered learning dengan menggunakan
metode problem base learning, salah satu metode digunakan yaitu metode
seven jump. Dengan metode ini mahasiswa akan memahami materi dengan
cepat sehingga visi dan misi program studi ilmu keperawatan akan tercapai.
B. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi
frekuensi data responden sebanyak 69 orang. Data univariat ini berkaitan
dengan variabel bebas berupa kalori sarapan dan variabel terikeat yakni
prestasi belajar pada materi pencernaan yang masing-masing akan
digambarkan secara berturut-turut:
63
64
1. Kalori Sarapan
Analisis univariat distribusi frekuensi kalori sarapan mahasiswa
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 5.1
Kalori Sarapan Mahasiswa Keperawatan Semester 2 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Kategori Jumlah Persentase (%)
Kurang 29 42,0
Cukup 40 58,0
Total 69 100
Berdasarkan tabel diatas, distribusi frekuensi kalori sarapan
pada mahasiswa semester 2 keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang sarapan dalam kategori cukup sebanyak 40 orang (42,0%),
dan yang tidak sarapan atau sarapan dalam kategori kurang sebanyak 29
orang (58,0%). Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian mahasiswa
yang sarapan sebelum kuliah dimulai yang berkalori cukup.
2. Prestasi
Analisis univariat distribusi prestasi belajar pada materi
pencernaan di modul BSN 3, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 5.2
Prestasi Belajar Mahasiswa Semester 2 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada Materi Pencernaan BSN III
Kategori Prestasi Jumlah Persentase (%)
Tidak lulus 24 34,8%
Lulus 45 65,2%
Total 69 100
Berdasarkan tabel diatas, mahasiswa keperawatan semester 2
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mempunyai prestasi baik
atau lulus sebanyak 45 orang (65,2%) dan sebaliknya yang tidak lulus
dalam post test materi pencernaan terdapat 24 orang (34,8%). Secara
65
persentase dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa
mempunyai prestasi yang baik dengan minat yang besar.
3. Komposisi sarapan
Komposisi sarapan yang akan ditampilkan pada penelitian ini
hanya ada 3 jenis yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Dan masing-
masing jenis komposisi ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kurang,
cukup, dan lebih dengan menggunakan persentase.
Tabel 5.3
Status Gizi Komposisi Sarapan pada Mahasiswa Keperawatan
Semester 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kategori Jumlah Persentase
Asupan
Komposisi
Sarapan
(Energi)
Kurang 21 30,4%
Cukup 48 69,6%
Total 69 100%
Dari hasil tabel diatas, menunjukkan bahwa asupan energi
sarapan yang mempunyai komposisi karbohidrat, protein dan lemak
dengan kategori cukup atau gizi seimbang terdapat 48 responden (69,6%)
lebih besar dibandingkan dengan asupan energi sarapan dengan kategori
kurang 21 responden (30,4%).
C. Analisa Bivariat
1. Hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar
Analisa hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar
mahasiswa ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
materi pencernaan di modul BSN III, adalah sebagai berikut.
66
Tabel 5.4
Hubungan antara Sarapan dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kalori Prestasi Total pV OR
95%CI Tidak
lulus
Lulus
N % N % N % 0,000
20,000
Kurang 20 83,3% 9 20%
Cukup 4 16,7% 36 80%
Total 24 100% 45 100% 69 100%
Tabel diatas menunjukkan sebagian besar kelulusan
mahasiswa terjadi pada mahasiswa yang memiliki konsumsi kalori
yang cukup (80%) lebih besar dibandingkan dengan kelulusan pada
mahasiswa yang mengkonsumsi kalori kurang (20%). Hasil uji chi
square p=0,000 (p>0,05), yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara sarapan dengan prestasi belajar mahasiswa.
2. Hubungan komposisi sarapan dengan prestasi belajar
Analisa hubungan antara salah satu komposisi dari sarapan
yaitu karbohidrat dengan prestasi belajar mahasiswa ilmu
keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di modul BSN III,
disajikan sebagai berikut.
Tabel 5.5
Hubungan antara Konsumsi Energi Sarapan dengan Prestasi
Belajar Mahasiswa Keperawatan Semester 2 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Komsumsi
Energi
Sarapan
Prestasi Total pV OR
95%
CI
Tidak
lulus
Lulus
N % N % N % 0,000 42,000
Kurang 18 75% 3 6,7%
Cukup 6 25% 42 93,3%
Total 24 100% 45 100% 69 100%
67
Tabel diatas menunjukkan bahwa proporsi kelulusan pada
mahasiswa yang mengkonsumsi energi sarapan yang cukup terdapat
42 mahasiswa (93,3%) lebih besar dibandingkan mahasiswa yang
mengkonsumsi energi sarapan kurang dengan prestasi buruk 18
responden (75%). Hasil uji chi square p=0,000 (p>0,05), yang berarti
ada hubungan yang bermakna antara konsumsi asupan komposisi
sarapan yang seimbang dengan prestasi belajar mahasiswa ilmu
keperawatan semester 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
68
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Hasil penelitian pada 69 mahasiswa keperawatan semester 2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa rata-rata asupan kalori pada
saat sarapan masih sesuai dengan nilai rekomendasi yaitu 412,17 kkal
(300-500 kkal). Bila dijelaskan secara rinci terdapat 40 responden
(58%) yang memiliki nilai asupan kalori cukup, dan sisanya 29
reponden (42%) masih menyumbang asupan kalori yang kurang dari
standar (<300 Kkal).
Beberapa penelitian lain menunjukkan hal yang sama seperti
pada penelitian Suntari (2012) dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar asupan kalori sarapan baik yang berjumlah 40
responden (78,4%), dan yang kurang 10 responden (19,6%). Dalam
penelitian Suntari ini seluruh responden memiliki status gizi baik dan
didapatkan nilai rata-rata kalori yang baik pula. Dalam penelitian
Suntari dijelaskan bahwa mayoritas responden mengkonsumsi asupan
energi dan protein yang cukup sehingga kualitas dan prestasi belajar
siswa akan meningkat. Berbeda dengan penelitian Pustika (2015) yang
mendapatkan hasil asupan energi sarapan dengan kriteria cukup hanya
25 responden (37%) dan dalam kriteria kurang asupan energi sarapan
terdapat 43 responden (63%). Dikarenakan pada penelitian Pustika
dijelaskan bahwa sarapan yang dikonsumsi siswa yaitu makanan yang
siap saji karena menurut responden tersebut akan lebih menghemat
68
69
waktu, sehingga kualitas sarapan pada siswa tidak cukup baik yang
akan mempengaruhi konsentrasi dan prestasi belajar siswa.
Almatsier (2010) menyatakan bahwa status gizi buruk, kurang
atau lebih akan memiliki nilai kebutuhan kalori yang berbeda.
Gambaran kalori sarapan yang diperoleh sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Almatsier (2010) dimana kalori tiap orang akan
berbeda antara satu dengan yang lainnya dan setiap bahan makanan
akan memiliki jumlah kalori yang berbeda. Teori lain Mahmud (2010)
menyatakan bahwa apa yang kita makan pada sarapan sangatlah
menentukan kualitas dan prestasi belajar anak-anak. Mahasiswa yang
melakukan sarapan terlebih dahulu, lebih dapat menerima materi yang
disampaikan dibanding dengan mahasiswa yang berangkat ke kampus
dalam keadaan perut kosong (Almatsier, 2010).
Hal yang menyebabkan mahasiswa tidak melakukan sarapan
salah satunya adalah kurangnya pengetahuan mahasiswa tentang kalori
sarapan yang baik, karena remaja perempuan yang berusia >18 tahun
akan memperhatikan bentuk tubuh (body image) daripada asupan
makanan yang dikonsumsi setiap harinya (Wong, 2009).
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata prestasi dari
kuesioner soal yang berisi 15 soal terdapat 9,72 yang tergolong cukup
baik, dengan nilai tengah 10. Dari 69 responden terdapat 45 responden
(65,2%) yang lulus atau tergolong prestasi baik dan sisanya 24
responden (34,8%) dengan prestasi rendah atau tidak lulus.
70
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitain yang dilakukan
oleh Masdewi (2011) yaitu hasil prestasi belajar siswa pada klasifikasi
baik yaitu 76,47% lebih besar dibandingkan dengan yang cukup baik
23,53%. Sedangkan dalam penelitian Pipit (2012) dihasilkan hasil
ulangan respondennya memiliki nilai rata-rata sebesar 64,94 dengan
nilai tertinggi 100 dan nilai terendah adalah sebesar 25.Hal ini
dikarenakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh kondisi kesehatan
fisik, tingkat kecerdasan dasar seseorang, kemauan, bakat, daya ingat
serta lingkungan. Sehingga dengan adanya kondisi kesehatan fisik
yang sehat dan segar atau fit, tinggiya tingkat kecerdasan dasar, adanya
kemauan dan kepemilikan bakat, daya ingat yang baik dan lingkungan
yang mendukung sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang
(Tu1u, 2004).
Masih adanya mahasiswa yang memiliki prestasi rendah
dikarenakan salah satunya faktor individu tersebut terdapat salah
satunya yaitu terpenuhinya status gizi atau energi. Energi tersebut
dapat dipenuhi oleh sarapan yang mempunyai manfaat dapat
menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan
gairah dan konsentrasi belajar bisa lebih baik sehingga berdampak
positif untuk meningkatkan prestasi belajar. Didukung oleh penelitian
Jumarni (2012) yang dihasilkan bahwa tidak terdapat hubungan
sarapan dengan prestasi belajar karena masih terdapatnya 13 siswa
yang tidak sarapan dan mendapat prestasi rendah. Hal ini terjadi
karena energi dalam tubuh sepanjang malam berkurang, sedangkan
71
organ tubuh harus terus bekerja. Oleh karena itu, setelah seseorang
tidak mengkonsumsi makanan selama 12 jam, kadar gula darah dalam
tubuh menjadi menurun. Padahal, glukosa darah adalah satu-satunya
penyuplai energi bagi otak untuk bekerja optimal. Bila glukosa darah
rendah, terutama <70 mg/dl, maka akan terjadi penurunan konsentrasi
atau daya ingat, tubuh juga melemah, pusing dan gemetar.
B. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar.
1. Hubungan sarapan dengan prestasi belajar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kalori sarapan dengan prestasi belajar mahasiswa keperawatan
semester 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mendapatkan nilai
p=0,000 (p<0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pustika (2015) dan Suntari (2012) yang melakukan
penelitian di berbagai sekolah dasar yang mengambil hasil prestasi
dari nilai semester atau disebut ujian akhir semester (UAS) yang akan
mempengaruhi sarapan.
Penelitian Suntari (2012) didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara kalori sarapan dengan kemampuan konsentrasi
(kecepatan, konstansi dan ketelitian) dengan nilai p=0,000. Rata-rata
kalori yang dikonsumsi respoden sebesar 306,17 Kkal yang berarti
masih dalam kisaran kalori yang cukup. Dalam penelitian Faizah
(2012) dan Subiono (2011) menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar. Penelitian
ini sejalan dengan teori Khomsan (2010) yang menyatakan bahwa
72
aktivitas makan pagi secara langsung dapat mempengaruhi prestasi
belajar karen sarapan menyediakan karbohidrat yang siap digunakan
untuk meningkatkan kadar gula dalam darah, dengan kadar gula darah
yang normal konsentrasi akan lebih baik sehingga berdampak pada
prestasi. Makan pagi sangat bermanfaat bagi orang dewasa untuk
mempertahankan ketahanan fisik, sedangkan bagi seorang pelajar
untuk meningkatkan kemampuan belajar, jika tidak makan pagi akan
menyebabkan konsentrasi berkurang sehingga menimbulkan rasa lelah
dan mengantuk (Almatsier, 2011).
Kalori sarapan yang baik menunjukkan terpenuhinya kebutuhan
tubuh akan zat-zat gizi. Ketersediaan kalori yang didapat bermanfaat
untuk berfungsinya proses fisiologis tubuh terutama otak untuk
melangsungkan proses metabolisme dan menghasilkan ATP sehingga
kemampuan kerja otak menjadi optimal. Selain itu, dengan cukupnya
energi akan merangsang glukosa dan mikrnutrien dalam otak sehingga
akan meningkatkan gairah dan memudahkan konsentrasi.
Otak merupakan bagian tubuh yang kecil yang membutuhkan
latiahn mental dan nutrisi khusus untuk meningkatkan kekuatan
memori, karena itu otak harus dirangsang secara aktif agar berfungsi
secara optimal. Otak yang hanya 2% dari berat badan ternyata
membutuhkan 20% energi tubuh pada saat istirahat. Karena daya
simpan energi di otak sangat kecil, maka tanpa glukosa, sel otak tidak
akan mampu bertahan hidup lebih dari 10 menit (Tortora, 2009).
73
Menurut Djaali (2012) faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar selain status gizi adalah kebiasaan sarapan pada pelajar,
dimana gizi untuk menunjang aktivitas pembelajaran agar tetap fit
sangat dipengaruhi oleh sarapan. Bila tidak sarapan, kadar gula darah
turun padahal merupakan energi utama bagi otak. Dampak negatifnya
adalah ketidak seimbangan sistem saraf pusat diikuti psing, badan
gemetar, rasa lelah, berkeringat dingin, gairah belajar menurun,
dengan demikian prestasi belajar anak akan menurun.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah
satunya adalah lingkungan, jika lingkungan pada saat pembelajaran
tidak nyaman ataupun bising akan menyebabkan pelajar tidak fokus
sehingga hasil dari belajar buruk dan sebaliknya (Soetjiningsih, 2012).
Penelitian yang berbeda lainnya mengatakan bahwa tidak ada
hubungan antara kedua variable tersebut yaitu pada penelitian
Purwanto (2009) yang menghubungan antara makan pagi dan status
gizi dengan prestasi pada pelajar tingkat SD. Penelitian lain dari
Bathesda (2014) tentang kebiasaan makan pagi dan status gizi dengan
prestasi juga menghasilkan hipotesa yang sama yaitu tidak ada
hubungan antarvariabel tersebut. Banyaknya responden yang tidak
memenuhi status gizi seimbang dikarenakan pengurangan waktu
makan remaja atau ketidakteraturan pola makan sehari-hari ataupun
konsumsi “Junk food” pola makan yang biasa dikonsumsi oleh remaja
dikota-kota besar.
74
2. Hubungan asupan komposisi sarapan seimbang dengan prestasi belajar
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan responden yang
mengkonsumsi komposisi sarapan yang cukup atau seimbang dengan
prestasi baik atau lulus sebanyak 42 responden (93,3%). Hal ini
menunjukkan bahwa dengan asupan komposisi sarapan yang
seimbang akan meningkatkan konsentrasi sehingga prestasi juga
meningkat. Dan kebanyakan responden pada penelitian ini
mengkonsumsi asupan yang mengandung karbohidat dan lemak.
Pada penelitian Febriani dan Margawati (2013) mendapatkan
hasilbahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi
selain jajanan dengan prestasi belajar (p=0,026).Penelitian ini
mendapatkan hasil bahwa terdapat 31 mahasiswa (44,9%) yang
mengkonsumsi karbohidrat pada saat sarapan. Dikarenakan peranan
utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi
sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa ini
sebagai nutrisi otak yang dapat mempengaruhi daya konsentrasi, daya
ingat dan kemampuan belajar, sehingga akan berdampak positif untuk
meningkatkan produktifitas dan gairah belajar seperti belajar lebih giat
dan mendapatkan prestasi yang baik (Almatsier, 2009).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa asupan lemak
sarapan pada responden tergolong dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 26 responden (89,7%). Berbeda dengan penelitian
Wulandari (2014) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara asam lemak omega 3 dengan kerja memori jangka pendek anak,
75
karena omega 3 bukan satu-satunya faktor utama terhadap
peningkatan memori jangka pendek anak, terdapat faktor lain seperti
zat besi dan lain-lain. Di dalam tubuh, simpanan lemak terutama
dalam bentuk trigliserida akan berada di jaringan otot serta jaringan
adipose. Ketika sedang berolahraga, simpanan trigliserida akan
dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas untuk kemudian
dimetabolisir sehingga menghasilkan energi. Selain itu trigliserida
berfungsi sebagai isolator, pelindung organ juga berfungsi penting
dalam metabolisme zat gizi, terutama penyerapan karoteniod, vitamin
A,D,E, dan K (Boyle and Roth, 2010, Brown, 2011). Lemak juga
merupakan sumebr energi kedua dari karbohidrat karena lemak akan
memecah glukosa melalui enzim lipase dalam sel adipose yang akan
menghidrolisis simpanan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
serta melepasnya kedalam pembuluh darah. Pada sel yang
membutuhkan, komponen tersebut kemudian dibakar dan
menghasilkan energi (Almatsier, 2009).
Protein juga berperan dalam menghasilkan energi, tetapi tidak
begitu terlalu signifikan. Karena protein terdiri atas rantai-rantai
panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida.
Protein berfungsi untuk pertumbuhan sel dan fungsi otak serta
perlindungan terhadap infeksi.
Penelitian tentang protein yaitu pada penelitian Lustika (2015)
yang mendapatkan hasil ada hubungan antara asupan protein dengan
prestasi belajar siswa. Asam amino membentuk struktur otak dan zat
76
pengantar, rangsang (neurotransmitter) pada sambungan sel saraf dan
merupakan komponen protein yang berperan sebagai neurotransmitter
atau bahan zat penghantar rangsang saraf dan mempengaruhi
konsentrasi. Asam amino berperan untuk mengatur pembentukan
senyawa serotonin yang terlibat didalam sistem saraf atau acetylcoline
yang penting untuk daya ingat. Leusin dan isolusin merupakan asam
amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak dan
menjaga keseimbangan nitrogen pada orang dewasa. Asam aspartat
sangat diperlukan untuk membantu kerja neurotransmitter (zat kimia
bekerja sebagai penghubung keseluruh jaringan saraf dan
pengendalian fungsi tubuh) ke otak (Gurnida, 2011).
Berbeda dengan penelitian Mingkid (2015) yaitu tidak terdapat
antara variable asupan protein dengan pretasi belajar anak.
Dikarenakan kemungkinan karena faktor lain yang mempengaruhi
prestasi belajar yang tidak diteliti dalam peneltiian ini antara lain
pengetahuan gizi, pendapatan orang tua, penyakit atau faktor
kesehatan.
Asupan protein adalah jumlah total protein yang bersumber dari
maknanan yang dikonsumsi seseorang dengan anjuran cukup jika
asupan protein ≥ 80% AKG (Handrawi, 2014). Terpenuhinya asupan
zat gizi seperti asupan protein pada siswa maka siswa akan terjaga
daya tahan tubuhnya sehingga dapat mempertahankan status gizi
normal, dan ebih aktif juga mudah berkonsentrasi (Koswara, 2008)..
Protein juga menyediakan materi untuk pembangunan struktur tubuh,
77
termasuk otak sehingga digunakan untuk meningkatkan fungsi mental
dan membangkitkan semangat. Apabila asupan protein yang masuk ke
dalam tubuh kurang dapat menyebabkan daya ingat atau konsentrasi
menurun juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
sehingga menyebabkan kerusakan fisik, mental, kemampuan berpikir,
dan menyebabkan gangguan otak (Taufiq, 2009).
Proses karbohidrat menjadi energi yaitu dengan cara glukosa
akan mengalami glikolisis atau dipecah menjadi 2 piruvat jika tersedia
oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP. Selanjutnya,
masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap
ini dihasilkan energi juga berupa ATP. Asetil KoA akan masuk ke
jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Jika sumber glukosa
berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak
dipecah melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa atau
glikogen. Glikogen ini akan disimpan dihati dan otot sebagai
cadangan energi jangka pendek. Jika kapasistas penyimpanan
glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi
jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika
kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen
dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis
diikuti dengan okisidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat. Jika
glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis,
maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus
digunakan. Jalur tersebut dinamakan glukoneogenesis karena
78
dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang
selanjutya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.
C. Keterbatasan Penelitian
Dari pembahasan hasil penelitian ini akan dikemukakan beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini.
1. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectionalyang
memberikan penjelasan hubungan sebab akibat saja, dan hanya
mengkaji variabel independen dan variabel dependen secara bersama-
sama pada saat berlangsungnya penelitian.
2. Penelitian ini mempunyai keterbatasan jumlah variabel yang diteliti,
dimana kemungkinan masih ada variabel-variabel bebas lainnya yang
justru mempunyai hubungan dengan variabel terikat seperti pada faktor
internal yaitu IQ, bakat, dan status gizi dan pada faktor eksternal
seperti perhatian orang tua, keadaan ekonomi, hubungan dalam
keluarga dan lingkungan sekolah.
79
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan
dijabarkan pada bab-bab sebelumya, kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kalori sarapan pada mahasiswa mayoritas baik yaitu 40 responden
(58%),
2. Prestasi mahasiswa mayoritas baik yaitu sebanyak 45 responden
(65,2%),
3. Komposisi sarapan dalam asupan karbohidrat, protein dan lemak adalah
cukup sebanyak 41 responden (69,6%),
4. Ada hubungan antara sarapan dengan prestasi belajar mahasiswa
keperawatan semester 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
5. Ada hubungan antara komposisi atau energi sarapan dengan prestasi
belajar mahasiswa keperawatan semester 2 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
B. SARAN
1. Bagi peneliti
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih
lanjut dan mendalami mengenai faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan prestasi belajar seperti faktor eksternal atau
faktor internal.
80
80
b. Peneliti selanjutnya diharapakan menggunakan metode penelitian
yang lainnya seperti cohort atau pemberian intervensi untuk
mengetahui lebih dalam tentang pengaruh sarapan dengan prestasi.
c. Menambah besar sampel dan melakukan observasi atau wawancara
langsung dan lebih mendalam tentang kalori sarapan.
2. Bagi responden
Disarankan agar tetap memperhatikan kebiasaan sarapan yang baik
karena akan mempengaruhi kemampuan konsentrasi mahasiswa
sehingga dapat lebih berprestasi.
3. Bagi institusi
a. Dilakukannya promosi pentingnya sarapan, terutama bagi
mahasiswa untuk membantu mereka lebih berkonsentrasi dalam
menerima materi yang diberikan di kampus sehingga dapat
meningkatkan prestasi.
b. Membuat program untuk meningkatkan motivasi dan minat pada
mahasiswa dengan contoh seminar motivasi.
81
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta
RinekaCipta.
Arisman. 2013. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:EGC.
Boyle, MA and SL Roth. 2010. Personal Nutriotion. Wadsworth: Cengage
Learning
Brown, Kenneth G. 2011. Human Resource Management 2nd
Edition: Linking
Strategy to Practice. United State Of America: John Wiley and Sons, Inc
Dalyono. 2005. Prestasi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dedeh dkk. 2010. Sheat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT Penerbit
Sarana Bobo.
Depkes RI. 2011. Mengapa Sarapan itu penting. Jakarta: Depkes RI
Deswita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya Gunarsa.
Djaali dan Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT.
Grasindo.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Elnovriza D R, Bachtiar H. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
asupan , Yenrina zat gizi mahasiswa universitas andalas yang berdomisili di
asrama mahasiswa [serial online] Available from:
URL: Mayhttp://repository.unand.ac.id/648/ diakses pada tanggal 12
Desember 2015 pukul 12:00 WIB.
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Engkoswara & Komariah, Aan. 2012. Administrasi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Fox, Charles. 2010. Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2. Depok: Penerbit Plus.
Giovannini M, dkk. 2008. Breakfast: a Good Habit, not Repetitive Custom. The
journal of international Medical Research, (36): 613-624.
Gurnida, Dida A. 2011. Nutrisi bagi Kecerdasan Otak. Available from:
(http://pustaka.unpad.ac.id/archives/128976/) accessed 12 April 2016
Hardinsyah dan Aries M. 2012. Jenis Pangan Sarapan dan Perannya dalam
Asupan Gizi. Jurnal Gizi dan Pangan. (journal.ipb.ac.id)
82
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Ilyas. 2008. Fungsi dan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Irianto, Kus. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya
Issa, Zuraini Matt. 2006. Anakk Mahu Makan. Jakarta: PTS Millenia.
Jetvig, S. 2010. Smart Scholl Time Recipes: The Breakfast, snack and luch box
cookbook for Healthy kids and adults. BMJ Journal
(http://jech.bmj.com/content/early/2010/10/05/jec.full) diakses pada 31-12-
2015.
Kartasapoetra, G dan Marsetyo. 2005. Ilmu Gizi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Khomsan, Ali. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Kompas
Rajawali Sport.
Leonita. 2014. Fresh Update 99% Sukses Menghadapi Psikotes. Jakarta: Cmedia
Martianto, D. 2006. Kalau mau sehat jangan tinggalkan kebiasaan sarapan pagi.
[online]. Available from:
http://202.155.15.208/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=256022&kat_id
=105
&ka__id1= 150 diakses 20 Desember 2015 pukul 16:00 WIB.
Martianto. 2005. Hubungan Pola Asuh Makan dan Kesehatan dengan Status
GiziAnak Balita di Desa Mulya Harja. Jakarta: Jurnal Media Gizi Edisi.
Moehji, S. 2009. Ilmu Gizi 1 Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Bhratara
Niaga Media.
Nana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nugroho, W. 2007. Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Surabaya: Prestasi
Pustaka.
Nur`afni, Heni. 2009. Diet for muslimah: kiat mendapatkan bentuk tubuh ideal.
Bandung:PT mizan pustaka.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: pedomean skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Ormrod. 2008. Educational Psychologi: DevelopingHuman Learning 5th Edition.
NJ: Merrill/Prentic Hall
Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Riyanti, GW. 2007. Muslimah Cerdas & Kreatif. Jakarta: QultumMedia.
Roymond. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
83
Santrock, JW. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Siegel, Sidney. 2011. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Sosial. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Soekirman. 2003. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktoral Jenderal
PendidikanTinggi.
Sumadi, Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Suntari NP, Widianah, L. 2012. Hubungan kalori sarapan dengan kemampuan
konsentrasi anak usia sekolah di sd negeri 3 canggu tahun 2012.
Availablefrom:URL: http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/
download/6133/4624 diakses pada tanggal 14 Desember 2015 pukul 15:00
WIB.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B dan Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC.
Supariasa. 2012. Pendidikan dan Konsultan Gizi. Jakarta: EGC.
Suralaga, Fadhilah. 2010. Psikologi Pendidikan. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Susanto, H. 2006. Meningkatkan konsentrasi siswa melalui optimalisasi modalitas
belajarsiswa. Available from: URL: http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.46-
51MeningkatkanKonsentrasi.pdf diakses pada tanggal 14 Desember 2015
pukul 21:00WIB.
Susianto. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status
Gizi(IMT/U) pada Balita Vegetarian Lakto Ovo dan Non Vegetarian di DKI
Jakarta Tahun 2008. Jakarta: Universitas Indonesia
Susianto. 2008. Diet enak ala vegetarian. Jakarta: Penerbit Plus.
Susianto. 2010. The miracle of vegan. Jakarta: Penerbit qanita.
Susianto. 2010.The Miracle of Vegan. Jakarta: Qanita.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosda Karya.
Syaiful, Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful, Bahri Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Tandra, Hans. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tim visi adiwidiya. 2014. Buku Babon Tes TNI-Polri 2015 Sistem Cat. Jakarta:
Visimedia Pustaka.
Wardoyo, H.A dan Mahmudiono. 2013. Hubungan Makan Pagi dengan Tingkat
Konsumsi Zat Gizi dengan Daya Konsentrasi Siswa di Sekolah Dasar. Media
Gizi Indonesia
84
Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Wiharyanti, R. 2006.Anak yang sarapan daya ingatnya lebih baik. Available
from: URL: http://www.bernas.co.id diakses pada tanggal 15 Desember 2015
pukul 15:00 WIB.
Wirharyanti, Roslain. 2006. Anak yang Sarapan Daya Ingatnya Lebih Baik.
Availablefrom: http://www.bernas.co.id/news/CyberNas/
WACANA/3876.html. diakses pada 5 januari 2016 pukul 15:00 WIB.
Wong, Donna l dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta:
EGC
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
HUBUNGAN SARAPAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
SEMESTER 2 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Assalamu’alaikum WR. WB.
Salam sejahtera.
Nama : ENY SYARIFAH HANIF
NIM : 1112104000039
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan
penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan
sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar saudara/saudari bersedia
meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan jawaban
akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Saya ucapkan terimakasih atas bantuan dan partisipasi Adik dalam pengisian
kuesioner ini.
Apakah saudara/saudari bersedia menjadi responden?
YA / TIDAK
( )
Responden
Lampiran 2 No Responden:
LEMBAR KUESIONER
I. Identitas Responden
Nama : (L / P)
Alamat :
No.Hp :
TTL :
Umur :
BB : kg
TB : cm
II. Sarapan (Food recall)
Apakah anda sarapan hari ini ? Ya Tidak
Isilah sesuai dengan waktu, jenis atau macam makanan saat sarapan dengan URT dalam
tiga hari terakhir.
Waktu makan Nama makanan Bahan makanan
Jenis URT Gram
Keterangan:
URT: ukuran rumah tangga, misalnya: piring, mangkok, sendok, gelas, dan lain-
lain.
III. KUESIONER MINAT
Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia dengan jawaban sesuai dengan keadaan
saudara/saudari.
Keterangan:
SS= sangat setuju yaitu sangat cocok dengan situasi anda,
S= setuju yaitu cocok dengan situasi anda,
TS= tidak setuju yaitu tidak sesuai dengan situasi anda,
STS= sangat tidak setuju yaitu sangat tidak sesuai dengan situasi anda.
Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya senang terhadap materi di modul BSN III ini
2 Saya sangat menginginkan materi di modul BSN III ini
3 Saya merasa terpaksa belajar materi di modul BSN III ini
4 Saya sangat bersemangat belajar materi di modul BSN III
ini
5 Saya selalu ingin mereview ulang materi-materi BSN III di
rumah
6 Saya selalu berperan aktif dalam diskusi di modul BSN
III ini
7 Saya berusaha untuk selalu hadir dalam kegiatan di modul
BSN III
8 Saya aktif mencatat materi di modul BSN III ini
9 Saya merasa bosan dalam mengikuti perkuliahan di modul
BSN III ini
10 Saya selalu fokus mendengarkan penjelasan dosen pada materi
di modul BSN III ini
11 Saya akan bertanya jika saya tidak mengerti dengan penjelasan
dosen pada modul BSN III ini
Lampiran 3
SURAT KETERANGAN VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ................
NIP : ................
Setelah membaca, menelaah dan mencermati instrument penelitian berupa
kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian yang berjudul, “ Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Selama Kehamilan di Puskesmas
Ciputat Tangerang Selatan ” yang dibuat oleh :
Nama : Eny Syarifah Hanif
NIM : 1112104000003
Prodi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Dengan ini menyatakan instrument tersebut (√)
( ) Layak digunakan untuk mengambil data tanpa revisi
( ) Layak digunakan untuk mengambil data dengan revisi sesuai saran
( ) Tidak layak
Catatan bila perlu
.......................................................................................................................................................
...........................................................................................................................
Demikian keterangan ini dibuat dan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Validator
( )
Kuesioner soal
No Pertanyaan Essensial Berguna
tapi tidak
essensial
Tidak
dibutuhkan
Saran
1. Jaringan penghubung pada histologi saluran cerna yaitu serosa.
2. Hati dan kandung empedu adalah organ sistem pencernaan tambahan
3. Monosakarida adalah hasil penguraian karbohidrat pada proses
pencernaan
4. Polipeptida adalah hasil penguraian protein pada proses pencernaan
5. Trigliserida adalah hasil penguraian lemak pada proses pencernaan
6. Limfe merupakan organ yang bertugas melakukan penyerapan/absorbsi
pada proses pencernaan
7. Lemak adalah makanan yang paling lambat dalam pengosongan
makanan dari lambung ke duodenum
8. Produksi empedu adalah salah satu fungsi hati yang berkaitan dengan
fungsi pencernaan makanan berlemak
9. Salah satu fungsi dari asam lambung adalah membunuh bakteri dalam
makanan
10. Esofagus adalah organ yang tidak berfungsi dalam proses pencernaan
karena hanya berfungsi membawa makanan dari mulut ke lambung
11. Ileum adalah usus halus yang melakukan proses penyerapan zat
makanan secara sempurna dengan vili-vili atau jonjot usus
12. Proses cerna dalam mulut adalah secara mekanik dan kimia
13. Fungsi faring dalam proses pencernaan adalah memfasilitasi proses
menelan
14. Getah lambung diproduksi dalam sehari sekitar 2,5 lt
15. Yang bukan termasuk kandungan dari getah lambung adalah renin
Lampiran 4
Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
p1 30,55 7,213 ,597 ,660 ,727
p2 30,63 7,038 ,529 ,615 ,731
p3 30,45 7,173 ,421 ,368 ,744
p4 30,65 7,353 ,578 ,507 ,731
p5 30,75 6,994 ,524 ,375 ,731
p6 30,63 7,598 ,406 ,306 ,747
p7 29,96 8,158 ,090 ,160 ,783
p8 30,57 7,170 ,446 ,409 ,741
p9 30,51 7,175 ,386 ,294 ,749
p10 30,67 7,307 ,339 ,256 ,756
p11 30,53 7,294 ,359 ,371 ,753
Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
,763 ,776 11
Uji Normalitas
Data prestasi belajar
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
total ,204 69 ,000 ,950 69 ,008
a. Lilliefors Significance Correction
Data komposisi sarapan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
katgabu ,211 69 ,000 ,808 69 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Kalori sarapan
katkal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 29 36,3 42,0 42,0
cukup 40 50,0 58,0 100,0
Total 69 86,3 100,0
Missing System 11 13,8
Total 80 100,0
Prestasi
kattotal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak lulus 24 30,0 34,8 34,8
lulus 45 56,3 65,2 100,0
Total 69 86,3 100,0
Missing System 11 13,8
Total 80 100,0
Komposisi sarapan
good * katprest Crosstabulation
katprest
Total tidak lulus lulus
good kurang Count 18 3 21
% within katprest 75,0% 6,7% 30,4%
cukup Count 6 42 48
% within katprest 25,0% 93,3% 69,6%
Total Count 24 45 69
% within katprest 100,0% 100,0% 100,0%
Karbohidrat
katkarb
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 36 52,2 52,2 52,2
Cukup 31 44,9 44,9 97,1
Lebih 2 2,9 2,9 100,0
Total 69 100,0 100,0
Protein
katprote
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 26 37,7 37,7 37,7
cukup 22 31,9 31,9 69,6
lebih 21 30,4 30,4 100,0
Total 69 100,0 100,0
Lemak
katlemk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 25 36,2 36,2 36,2
cukup 29 42,0 42,0 78,3
lebih 15 21,7 21,7 100,0
Total 69 100,0 100,0
Hubungan sarapan dengan prestasi belajar
katkal * katpres Crosstabulation
katpres
Total tidak lulus lulus
katkal kurang Count 20 9 29
% within katkal 69,0% 31,0% 100,0%
cukup Count 4 36 40
% within katkal 10,0% 90,0% 100,0%
Total Count 24 45 69
% within katkal 34,8% 65,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 25,768a 1 ,000
Continuity Correctionb 23,234 1 ,000
Likelihood Ratio 27,230 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 25,394 1 ,000
N of Valid Cases 69
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,09.
b. Computed only for a 2x2 table
Nilai OR (Hubungan Kalori Sarapan dengan Prestasi Belajar)
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for katkal
(kurang / cukup) 20,000 5,459 73,272
For cohort katpres = tidak
lulus 6,897 2,637 18,034
For cohort katpres = lulus ,345 ,198 ,599
N of Valid Cases 69
Hubungan komposisi sarapan terhadap prestasi
Komposisi sarapan * katprest Crosstabulation
katprest
Total tidak lulus lulus
Komp
sarapa
n
kurang Count 18 3 21
% within katprest 75,0% 6,7% 30,4%
cukup Count 6 42 48
% within katprest 25,0% 93,3% 69,6%
Total Count 24 45 69
% within katprest 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 34,521a 1 ,000
Continuity Correctionb 31,368 1 ,000
Likelihood Ratio 35,766 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 34,020 1 ,000
N of Valid Cases 69
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,30.
b. Computed only for a 2x2 table
Nilai OR (Hubungan komposisi sarapan dengan prestasi belajar)
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for good (kurang
/ cukup) 42,000 9,448 186,703
For cohort katprest = tidak
lulus 6,857 3,179 14,789
For cohort katprest = lulus ,163 ,057 ,468
N of Valid Cases 69
top related