hubungan nilai apache
Post on 12-Jan-2016
3 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ARTIKEL ASLI
Hubungan Nilai APACHE-II dengan Mortalitas dan
Lama Perawatan di Unit Perawatan IntensifSaad Ahmed Naved, Shahla Siddiqul dan Fazal Hameed Khan
ABSTRACT
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan nilai APACHE-II dengan mortalitas dan lama
perawatan di ICU
Tehnik penelitian: Penelitian Kohort
Tempat dan waktu pelaksanaan penelitian: ICU Rumah Sakit Universitas Aga Khan,
Karachi, dari bulan Mei 2005 sampai bulan Mei 2006
Metode penelitian: Semua orang dewasa yang dirawat di ICU termasuk dalam penelitian ini.
Nilai APACHE-II di hitung saat hari kedua dan hari ketujuh dari saat masuk ke ICU. Pasien
yang keluar dari ICU dalam keadaan hidup atau meninggal setelah dilakukan penilaian
APACHE-II score pada hari kedua dihitung sebagai hasil penelitian yang pertama untuk
mengetahui tingkat mortalitas. Penilaian APCHE-II score yang kedua digunakan untuk
memperkirakan lama perawatan di ICU. Korelasi Koefisien Pearson ( r ) ditentukan p< 0,05
Hasil: Untuk nilai yang terendah katagori 3-10, 27 dari 30 pasien (90%) dikeluarkan dan
hanya 3 pasien (10%) meninggal. Terdapat 39 pasien yang memiliki nilai APACHE-II yang
berada pada katagori nilai yang tinggi 31-40, hasil pengamatan mendapatkan sebanyak 33
pasien (84,6%) telah meninggal. Dari hasil ini terlihat bahwa mungkin resiko kematian pasien
lebih besar pada pasien dengan nilai APACHE-II yang tinggi (p=0,001). Selain itu ditemukan
hasil yang tidak signifikan namun berbanding terbalik (r= -0.084, p<0,183) antara nilai
APACHE-II dan lama perawatan di ICU.
Kesimpulan: Penilaian dengan system APACHE-II ditemukan berguna untuk
mengklasifikasikan pasien berdasarkan tingkat keparahan pasien. Terdapat hubungan
berbanding terbalik antara tingginya nilai dan lama perawatan di ICU serta resiko terjadi
kematian pada pasien
1 Journal of The Colege of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, Vol. 21 (1): 4-8
Kata Kunci : APACHE-II. Hasil. Mortalitas. Lama Perawatan. Intensive Care Unit.
2 Journal of The Colege of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, Vol. 21 (1): 4-8
PENDAHULUAN
Karena keterbatasan tenaga kesehatan dan
meningkatnya biaya manajemen kesehatan,
prognosa dari penyakit menjadi pengetahuan
kesehatan yang sangat penting.1 Penaksiran hasil
pengobatan medis telah dimulai sejak tahun 1863.
Florence Nightingale adalah orang pertama yang
mempelajari perihal ini.2 Banyak sistem penilaian
yang telah dikembangkan untuk penilaian di ruang
ICU. Sistem penilaian ini memberikan perkiraan
secara kasar tentang resiko kematian pada pasien-
pasien yang dirawat di ICU. Sistem penilaian yang
paling sering digunakan adalah , APACHE-II
(acute physiology and chronic health evaluation
II). APACHE-III (acute physiology and chronic
health evaluation III), SAPS II (simplified acute
physiology score II) dan MPM II (mortality
probability model II).3,4
Sistem penialaian APACHE-II dan APACHE-III
ditemukan oleh Knaus et al. masing-masing pada
tahun 1985 dan 1991.2,4 Penilaian APACHE-II
terdiri dari 3 komponen (Tabel I). Acute
physiology score (APS), merupakan komponen
APACHE-II yang paling besar dari 12 buah
pengukuran klinis yang ada dan penilaian
dilakukan dalam waktu 24 jam setelah pasien
masuk ke ICU. Pengukuran yang paling tidak
Department of Anaesthesia, The Aga Khan University Hospital,
Karachi.
……………………………
Correspondence: Dr. Saad Ahmed Naved, Flat No. 4, Block-26,
PHA,Gulihan-e-Johar, Block-10, Karachi.
Email: saad.ahmed@aku.edu
Received April 26, 2010; accepted December 15. 2010
normal dipilih untuk dimasukkan ke dalam
komponen APS pada penilaian APACHE-II. Bila
variable belum bisa diukur, nilainya menjadi nol.
Variabel-variabel yang diminta antara lain suhu
tubuh, nadi, tekanan darah rata-rata (MAP),
frekuensi pernapasan, oksigenasi, pH arterial,
serum sodium, serum potassium, serum creatinin,
hematokrit, jumlah sel darah putih dan Glasgow
coma scale. Komponen kedua meliputi: nilai satu
sampai enam diberikan pada pasien yang berumur
lebih dari 44 tahun. Komponen ketiga dari
APACHE-II adalah evaluasi kesehatan kronis.
Penilaian tambahan diperuntukkan pada pasien
dengan kegagalan organ yang kronik dan berat
meliputi organ jantung, paru-paru, ginjal, hati, dan
sistem imun.
Keterbatasan yang ditemukan pada sistem
penilaian ini adalah sistem ini menggambarkan
karakteristik populasi dan budaya kesehatan pada
negara dimana sistem ini pertama kali ditemukan.5
Masalah yang sama juga ditemukan pada
APACHE-II. Jadi sebelum penilaian sistem ini
diaplikasikan, disarankan diujicobakan terlebih
dahulu di lingkungan kesehatan sekitarnya.
Literatur tentang pembahasan ini dalam bahasa
Pakistan sangat terbatas. Penelitian ini dibuat
untuk mengetahui hubungan sistem penilaian
APACHE-II dengan tingkat mortalitas serta lama
perawatan yang diperlukan pasien di internsive
care unit.
3 Journal of The Colege of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, Vol. 21 (1): 4-8
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di 10 tempat tidur, ICU,
Rumah Sakit Universitas Aga Khan, Karachi,
menggunakan pendekatan multidiisiplin untuk
merawat pasien.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Institusi
Komite Etik Peneltian, penelitian ini kemudian
dilaksanakan dari tanggal 10 Mei 2005 sampai
dengan tanggal 10 Mei 2006. Semua pasien
dengan operasi atau tanpa operasi dari umur 12
tahun atau lebih dan menetap di ICU lebih dari 24
jam, dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien
dengan variable data yang tidak lengkap, pasien
post-CABG dan pasien yang menetap kurang dari
24 jam di ICU, dikeluarkan dari penelitian ini.
Data demografi, indikasi agar masuk ICU serta
ada tidaknya penyakit penyerta kronis juga dicatat
pada form pendataan pasien. Setelah 24 jam
pasien menetap di ICU, APACHE-II dihitung
menggunakan 12 variabel fisiologis. Pemberian
point dipilih berdasarkan pada harga paling jelek
pada setiap variabelnya sesuai dengan protokol
peraturan penghitungan penilaian APACHE-II.
Usia dan penyakit kronis juga ikut dihitung
dengan peraturan yang sama. Jumlahkan A, B, C
untuk menghitung APACHE-II pada setiap pasien.
Glasgow Coma Scale digunakan untuk menilai
tingkat kesadarannya. Pada pasien yang baru saja
dioperasi, dan masih dalam pengaruh anastesi,
penilaian dilakukan setelah efek anastesinya
hilang. Untuk pasien yang diintubasi, penilaian
dihitung berdasarkan kemampuannya untuk
melakukan perintah, tanpa menyuruhnya bicara.
Hasil perawatan akhir pada pasien (meninggal
atau dipindahkan) dan total lama perawatan di
ICU juga dicatat. Semua data penilaian APACHE-
II telah dicatat oleh tim peneliti.
Analisa statistik telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS versi-10.0. Variabel respon
angka seperti usia dan lama perawatan di ICU di
tulis sebagai nilai rata-rata ±SD. Semua variable
katagori seperti nilai APACHE-II, kelompok usia,
hasil perawatan pasien baik meninggal maupun
dipindahkan ditulis dalam bentuk frekuensi dan
presentase, chi-square test dilakukan untuk
penghitungan penilaian APACHE-II, usia, serta
hasil perawatan pasien. Korelasi Pearson koefisien
dilakukan untuk mengetahui hubungan nilai
APACHE-II dengan usia dan lamanya waktu
perawatan di rumah sakit. Untuk mendapatkan
perhitungan statistik yang signifikan digunakan
nilai p kurang dari 0,05.
HASIL
4 Journal of The Colege of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, Vol. 21 (1): 4-8
Dua ratus lima puluh tiga pasien dimasukkan
dalam penelitian, 124 pasien adalah laki-laki dan
129 pasien adalah perempuan. Seratus tiga puluh
lima pasien tidak perlu operasi dan 118 pasien
diindikasikan untuk operasi. Rata-rata usia pasien
adalah 51,26 ±17,9 (antara 15 sampai 84 tahun).
Sebanyak delapan puluh Sembilan pasien berusia
kurang dari 45 tahun. Mayoritas sebanyak 89
pasien (67,4%) bertahan hidup dan dipindahkan
dari ICU. Sebaliknya, terdapat 71 pasien berusia
lebih dari64 tahun, 25 pasien (35,2%) bertahan
hidup sedangkan 46 pasien (64,8%) meninggal
dunia.Ditemukan hubungan yang signifikan
(p=0,001) terhadap usia pasien (gambar 1). Nilai
rata-rata APACHE-II pada penelitian ini adalh
20,84. Pasien dengan nilai APACHE-II yang
tersebut, dibagi dalam 5 grup. Grup pertama yaitu
pasien dengan nilai APACHE-II 3-10, grup kedua
memiliki nilai 11-20, grup ketiga memilki nilai
21-30, grup keempat memiliki nilai 31-40, dan
grup kelima memilki nilai> 40.
Gambar 1: Hubungan usia dengan hasil perawatan akhir (n=253) Hubungan yang signifikan antara tingginya usia dengan resiko kematian pada pasien (2 = 17.28, p=0.002).
Pada grup pertama, memilki 30 pasien. Dua puluh
tujuh pasien (90%) dipindahkan dan 3 pasien
(10%) meninggal dunia. Grup kedua memiliki 100
pasien; 71 (71%) pasien dipindahkan dan 29
pasien (29%) meninggal dunia. Terdapat delapan
puluh tiga pasien di grup III, 33 pasien
dipindahkan (39%), sedangkan 50 pasien (61%)
meninggal dunia. Grup IV memiliki 39 pasien; 33
(84,6%) pasien meninggal dan hanya 6 pasien
(15,4%) yang bertahan hidup. Dan hanya tersisa
satu pasien yang berada pada grup V, dengan nilai
APACHE-II >40, dan telah meninggal dunia
(100%). Hal ini menunjukkan adanya resiko
kematian yang lebih besar pada pasien dengan
nilai APACHE-II yang tinggi (p=0,001), dan
kesempatan yang besar untuk keluar dari ICU
pada pasien dengan nilai APACHE-II yang rendah
(Tabel II, Gambar 2). Rata-rata masa perawatan
pada pasien yang akhirnya meninggal di ICU
adalah 6,65 hari (± 4,76 rerata dari 1 sampai 20)
sedangkan pada pasien yang bertahan dan
dikeluarkan dari ICU mendapatkan masa
perawatan 7,34 hari (±7,01 rerata dari 1 sampai
51). Hal ini menunjukkan perbedaan yang tidak
signifikan dari rata-rata lama perawatan di ICU
antara pasien yang meninggal dunia dan pasien
yang bertahan hidup (p=0,365). Hubungan yang
tidak signifikan namun berbanding terbalik (r=-
0,084, p<0,183) ditemukan antara nilai APACHE-
II dengan lama perawatan di ICU.
5 Journal of The Colege of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, Vol. 21 (1): 4-8
Gambar 2: Hubungan antara nilai APACHE-II dengan hasil perawatan akhir pasien (n = 253).*Hubungan yang signifikan antara hasil akhir perawatan dengan nilai APACHE-II (2 = 58.7,p=0.001).
DISKUSI
Hasil prediksi tentang prognosa pasien yang
dirawat di ICU akan selalu menjadi hal yang perlu
diperhatikan untuk para ahli serta untuk keluarga
pasien. Pengaruh dari prediksi ini akan
menentukan cara perawatan pasien seperti
misalnya terapi pengobatan, penentuan triase,
perawatan paliatif, dan banyak hal lainnya. Sistem
penilaian APACHE-II telah dikenal luas untuk
mengukur tingkat keparahan penyakit. Sudah
dibuktikan bisa secara akurat mengelompokkan
resiko kematian pada berbagai macam penyakit,
dan dalam keadaan kesehatan yang berbeda.6 Pada
penelitian yang baru-baru inin dipublikasikan,
penilaian APACHE-II ditemukan lebih akurat
daribada trauma score untuk memperkirakan
tingkat kematian pada pasien trauma.7 Meskipun
APACHE-II, mortality probability model II, dan
simplified acute physiology score II sepertinya
dapat diterapkan dengan baik dalam segala
keadaan, namun penilaian-penilaian seperti ini
belum tentu benar. Pada penelitian multicenter
sejumlah 26 ruang ICU di British dan Irish
menggambarkan keterbatasan yang potensial pada
penggunaan sistem penlaian APACHE-II bila
dilakukan pada populasi dengan nilai yang tidak
tervalidasi.7.8 Keterbatasan disebabkan oleh
perbedaan fasilitas dan variasi dari populasi pasien
yang dimasukkan dalam penelitian. Ditemukan
keterbatasan dalam penggunaan sistem penilaian
di Pakistan. Tidak ada penelitian yang mengenai
validasi sistem penelitian pada populasi masyrakat
Pakistan.
6 Journal of The Colege of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, Vol. 21 (1): 4-8
Rata-rata umur pasien pada penelitian ini adalah
51,26 (±17,9 antara 15 sampai 84) tahun yang
sebanding dengan penelitian di Brazil dengan rata-
rata umur 50 (±19 antara 13 sampai 91) tahun,
sebanding juga dengan penelitian di Hongkong
dengan rata-rata umur 53 (±19,5), dan dengan
penelitian dari Belanda dengan rata-rata umur 56
(±15,9).9-11 Rerata umur yang lebih tinggi
dipengaruhi oleh faktor tingkat mortalitas dan
hasil perawatan akhir yang buruk. Mahul, dan
teman-temannya telah menganalisa hasil
perawatan akhir dari 295 pasien yang dirawat di
ICU dengan umur > 70 tahun.12 Mereka telah
menemukan bahwa usia dan status kesehatan
sebelumnya memiliki nilai yang bisa diprediksi.
Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang kuat
(p=0,001) antara usia dan hasil perawatan akhir di
ICU. Pasien dengan usia > 65 tahun tidak hanya
memiliki nilai rerata APACHE-II yaitu 19,90
(±8,13) yang lebih tinggi (p<0,01) daripada
pasien dengan usia yang lebih muda yang memilki
rerata nilai 12,84 (±7,00), namun juga memiliki
resiko tingkat kematian observe (p<0,01) dan
prediktif (p>0,05) yang lebih tinggi.
Distribusi pasien pada interval penilaian
APACHE-II mayoritas adalah grup kedua (11-30),
dibandingkan dengan grup lain pada penelitian ini.
Distribusi pada pasien pada grup pertama (3-10)
sangat sedikit (11,8%) dibandingkan dengan
penelitian dari Amerika.13 Rata-rata nilai
APACHE-II pada penelitian ini adalah 20,84,
yang ternyata hampir sama dengan penelitian di
Hong Kong dengan nilai rata-rata 20, namun lebih
tinggi 10,7 poin, bila dibandingkan dengan
penelitian dari Amerika dengan nilai rata-rata
16,5, sedangkan penelitian dari Prancis 16,1, nilai
rata-rata 14,2 dari New Zealand dan nilai rata-rata
12,87 dari India.9,13,16 Hasil ini menandakan bahwa
keadaan pasien dalam keadaan buruk sekali saat
pertama kali masuk ICU. Satu alasan mengapa
nilai APACHE-II terlihat sangat tinggi adalah
karena kebijakan ICU yang sangat ketat
dikarenakan keterbatasan tempat tidur di ICU.
Presentase perbandingan jumlah tempat tidur di
penelitian ini dibandingkan dengan total tempat
tidur di rumah sakit adalah 1,8%, yang jumlahnya
sangat sedikit bila dibandingkan dengan negara
lain, khususnya Amerika,14 dimana penilaian
APACHE-II telah dikembangkan. Pada saat
dilakukannya penelitian oleh Knaus et al,
presentase tempat tidur di ICU mencapai 5,6%,14
dan meningkat sejumlah 10% pada tahun 1992,15
Di Eropa presentase ini antara 2,06% sampai
dengan 3,8%, dan di Jepang mencapai 2%.17
Secara keseluruhan tingkat mortalitas pada
penelitian ini adalah 54,2%, dimana sangat tinggi
bila dibandingkan dengan (8,9% sampai 38,3%)
penelitian yang dilakukan di negara lain.13,18-20
Nilai APACHE-II yang lebih dari 40
mengindikasikan kemungkinan tingkat kematian
yang sangat tinggi terhitung antara 27-72 jam
pertama.6 Hasil dari penelitian kami juga
menunjukkan hubungan yang berarti antara nilai
APACHE-II dengan resiko tingkat kematian.
7 Journal of The Colege of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, Vol. 21 (1): 4-8
Perbandingan interval nilai APACHE-II berturut-
turut, tingkat kematiannya semakin tinggi dari
pada interval awalnya. Penemuan kami sebanding
dengan Knaus et al.13 dan penelitian dari Brazil.10
Penemuan ini meyakinkan kemampuan sistem
penilaian ini untuk menggolongkan pasien sesuai
dengan tingkat keparahan penyakitnya. Hasil
penelitian kami menunjukkan korelasi yang baik
antara tingkat kematian dari hasil observasi dan
prediktif. Pada grup 1, pasien dengan nilai
APACHE-II 3-10, tingkat kematian observasi
mencapai 10%, sedangkan tingkat kematian
prediktif mencapai 11%. Kelompok berikutnya,
dengan nilai APACHE-II 11-20, tingkat kematian
observasi mencapai 29%, sedangkan tingkat
kematian yang diperkirakan mencapai 35,50%.
Didapatkan tingkat kematian observasi yang
hampir sama sejumlah 61% dan 84,6% pada
pasien dengan nilai APACHE-II 21-30 dan 31-40.
Tingkat kematian prediksi pada kelompok ini
masing-masing adalah 70,3% dan 91%. Hasil ini
menunjukkan estimasi yang berlebihan mengenai
tingkat kematian dengan menggunakan sistem
penilaian APACHE-II pada populasi ini, terutama
pada nilai APACHE-II yang tinggi. Hasil ini
kontradiksi dengan hasil penelitian di ICU Brazil.
Lama perawatan ICU adalah hal yang paling
penting untuk mengetahui biaya ICU dan tenaga
kesehatan yang dibutuhkan. Pada penelitian ini,
rata-rata lama perawatan pasien di ICU pada
pasien yang meninggal adalah 6,65 (±4,76 antara
1 sampai 20) hari sedangkan pada pasien yang
hidup dan dipindahkan adalah 7,34 (±7,01 antara 1
sampai 51) hari. Hal ini menunjukkan perbedaan
rata-rata lama perawatan di ICU antara pasien
meninggal dengan pasien yang bertahan hidup
(p<0,365). Pada penelitian yang sama di Hong
Kong,10 rata-rata lama perawatan di ICU adalah
4,2 hari, dimana lebih sebentar dari pada
penelitian ini. Tidak signifikan namun terdapat
hubungan berbanding terbalik (r=-0,084, p<0,183)
telah ditemukan antara nilai APACHE-II dengan
lama perawatan di ICU.
Hasil penelitian ini menunjukkan, APACHE-II
dapat mengelompokkan pasien berdasarkan
tingkat keparahan penyakit pada pasien dengan
kaitannya dengan tingkat kematian. Juga memiliki
kekuatan diskriminasi yang tinggi untuk
membedakan pasien yang bertahan hidup dengan
pasien yang meninggal. Namun APACHE-II tidak
cukup sensitive, spesifik, dan akurat untuk
memprediksi resiko tingkat kematian pada pasien
secara tepat. Juga tidak cukup akurat untuk
memperkirakan resiko kematian pada pasien
secara individual.
KESIMPULAN
Hasil dari penelitian ini menunjukkan kegunaan
sistem penilaian APACHE-II untuk
mengelompokkan pasien berdasarkan tingkat
keparahan penyakit pasien. Semakin tinggi nilai
APACHE-II, semakin tinggi resiko kematian pada
pasien.
8 Journal of The Colege of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, Vol. 21 (1): 4-8
Pemberitahuan: Ini adalah artikel berbasis
disertasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Apgar V. A proposal for a new method of evaluation of the new born infants. Curr Res Anesth Analg 1953; 32:260-7.
2. Knaus WA, Draper EA, Wagner DP, Zimmerman JE. APACHEII:a severity of disease classification system. Crit Care Med 1985;13:818-29
3. Lemeshow S, Klar J, Teres D, Avrunin JS, Gehlbach SH,Repoport J, et al. Mortality probability models for patients in the intensive care unit for 48 or 72 hours: a prospective, multicenter study. Crit Care Med 1994; 22:1351-8.
4. Knaus WA, Wagner DP, Draper EA, Zimmerman JE, Bergner M, Bastos PG, et al. The APACHE-III prognostic system. Risk prediction of hospital mortality for critically ill hospitalised adults. Chest 1991; 100:1619-36. Comment in: Chest 1992; 102:1919-20.
5. Rowan KM, Kerr JH, Major E, McPherson K, Short A, Vessey MP. Intensive Care Society's APACHE-II study in Birtain and Ireland-II: outcome comparisons of intensive care units after adjustment for case mix by the American APACHE-II method. BMJ 1993; 307:977-81.
6. Markgraf R, Deutschinoff G, Pientka L, Scholten T. Comparison of acute physiology and chronic health evaluations II and III and simplified acute physiology score II: a prospective cohort study evaluating these methods to predict outcome in a German interdisciplinary intensive care unit. Crit Care Med 2000; 28:26-33.
7. Dossett LA, Redhage LA, Sawyer RG, May AK. Revisiting the validity of APACHE-II in the trauma ICU: improved risk stratification in critically injured adults. Injury 2009; 40:993-8. Epub 2009 Jun 16.
8. Rowan KM, Kerr JH, Major E, McPherson K, Short A, Vessey MP. Intensive Care Society's Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE-II) study in Britain and Ireland: a prospective, multicenter, cohort study comparing two methods for predicting outcome for adult intensive care patients. Crit Care Med 1994: 22:1392-401.
9. Chiavone PA, Sens YA. Evaluation of APACHI II system among intensive care patients at a teaching hospital. Sao Paulo Med J 2003; 121:53-7. Epub 2003 Jul 14.
10. OH TE, Hutchinsion R, Short S, Buckley T, Lin E, Leung D. Verification of acute physiology and chronic health evaluation scoring system in a Hong Kong intensive care unit. Crit Care Med 1993; 21:698-705.
11. Polderman KH, Grips AR, Thijs LG, van Schijndel RJ. Accuracy and reliability of APACHE-II scoring in two intensive care units. Anesthesia 2001; 56:47-81.
12. Mahul P, Perrot D, Tempelhoff G, Gaussorgues P, Jospe R, Ducreux JC, et al. Short- and long-term prognosis, functional outcome following ICU for elderly. Intensive Care Med 1991; 17:7-10.
13. Knaus WA, Draper EA, Wagner DP, Zimmerman JE. An evaluation of outcome from intensive care in major medical centers. Ann Intern Med 1986; 104:410-8.
14. Knaus WA, Le Gall JR, Wagner DP, Draper EA, Loirat P, Campos RA, et al. A comparison of intensive care in the USA and France. Lancet 1982; 2:642-6.
15. Zimmerman JE, Knaus WA, Jubson JA, Havill JH, Trubuhovich RV, Draper EA, et al. Patient selection for intensive care; A compariosion of USA and Newzealand hospitals. Crit Care Med 1988; 16:318-26.
16. Gupta R, Arora VK. Performance evaluation of APACHE-II score for an Indian patient with respiratory problems. Indian J Med Res 2004; 119:273-82. Comment in: Indian J Med Res 2004; 120:127.
17. Sirio CA, Tajimi K, Tase C, Knaus WA, Wagner DP, Hirasawa H, et al. An initial comparision of intensive care in Japan and the United States. Crit Care Med 1992; 20:1207-15. Comment in: p. 1197 8.
18. Jacobs S, Chang RW, Lee B. Audit of intensive care: a 30-month experience using the APACHE-II severity of disease classification system. Intensive Care Med 1988; 14:567-74.
19. Schafer JH, Maurer A, Jochimsen F, Emde C, Wegscheider K, Arntz HR, et al. Outcome prediction models on admission in a medical intensive care unit: do they predict individual outcome? Crit Care Med 1990; 18:1111-8.
20. Giangiuliani G, Mancini A, Gui D. Validation of a severity of illness score (APACHE-II) in a surgical intensive care unit. Intensive Care Med 1989; 15:519-22.
------ --------
9 Journal of The Colege of Physicians and Surgeons Pakistan 2011, Vol. 21 (1): 4-8
top related