hubungan antara motivasi olahraga dengan performance pada...
Post on 08-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN
PERFORMANCE PADA PADA PEMAIN BASKET DI SALATIGA
OLEH
SEKARING PAMBAYUN WIDYANINGTYAS
802010 057
TUGAS AKHIR
Ditujukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Mememenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Progam Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PERFORMANCE PADA
PEMAIN BASKET DI SALATIGA
Sekaring Pambayun Widyaningtyas
Berta Esti Ari P.
Jusuf Tjahjo P.
Progam Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi olahraga terhadap
performance pemain basket di Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan teknik pengambilan data purposive sampling dan metode analisis korelasi Spearman
rho. Partisipan penelitian ini melibatkan 79 pemain basket di Salatiga dengan kriteria subjek
yaitu laki-laki atau perempuan, berusia 15-30 tahun, tergabung dalam tim, pernah mempunyai
pelatih atau pernah di latih, dan memiliki pengalaman bertanding 2-3 kali baik kejuaraan
antar SMA, antar Universitas, provinsi, kabupaten atau tingkat nasional. Dalam penelitian ini
diskriminasi item yang digunakan adalah 0,25. Kedua alat ukur ini memiliki normalitas yang
baik namun tidak memiliki hubungan yang linear. Skala motivasi olahraga dan penilaian
performance memiliki reliabilitas yang baik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
motivasi olahraga terhadap performance tidak ada korelasi negatif yang signifikan.
Kata Kunci : Motivasi olahraga, performance.
Abstract
This study assesses the correlation about the sport motivation towards basketball player’s
performance in Salatiga. The quantitative method is used in this study with purposive
sampling technique as the data collection method and Spearman Rho as data analysis method.
The participant of this study involved 79 basketball players in Salatiga with characteristic i.e
male or female by age about 15-30 years old, incorporeted in team, has a coach or ever has
been trained and has match experience about 2-3 times, whether among high schools,
universities, provinces, districts, or nasional level. In this study aitem discrimination used
0,25. Sport motivation and performance rating have a good normality but no linearity
corellation. Sport motivation and performance rating scale is reliability. The
resultindicatesthatsport motivation has no significant negative corelation towards basketball
player’s performance.
Keywords: Sport motivation, performance.
1
PENDAHULUAN
Dalam berolahraga manusia sering menunjukkan tingkah laku yang
berbeda dengan yang lainnya yang tidak berolahraga (Husdarta, 2011).
Menurut Husdarta (2011) dampak olahraga terhadap individu yang satu
dengan lainnya berbeda, contohnya ada orang yang berolahraga untuk
kesehatan, ada yang untuk kesenangan dan ada orang yang berolahraga
untuk melepaskan atau melampiaskan stres. Hal ini tergantung dan
disebabkan karena sifat-sifat individual yang berbeda. Seperti bakat, minat,
dan motif-motif yang berbeda menyebabkan individu memilih cabang
olahraga tertentu.
Ada berbagai jenis olahraga di dunia, salah satunya adalah olahraga
basket. Permainan bolabasket merupakan permainan yang membutuhkan
teknik agar dalam bermain kita dapat bermain dengan baik dan benar.Dinata
dalam Arifin (2013) dalam penelitiannya menyebutkan beberapa teknik yang
digunakan adalah shooting, dribble,dan passing. Dalam permainan basket ini
tiap pemain harus dapat menempatkan diri sesuai dengan posisinya,
mengkoordinasikan setiap tindakan, dan dituntut untuk dapat bekerjasama
dengan tim.Selain itu pemain juga harus dapat membaca situasi di lapangan
dan mengetahui waktu yang tepat dalam memberi operan kepada
rekannya(Novarida, dkk (2011)).
Dalamolahraga tim, performancesangat penting karena dengan
performance tim dapat mencapai tujuan dan memperbaiki skill sehingga
dapat menghasilkan performance yang tinggi (Starkes & Ericsson, 2003).
Performance yang tinggi tidak dapat ditampilkan tanpa latihan yang keras
2
(Vallerand, 2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa variabel
internal dan eksternal memberi efek pada performance pemain.Aspek
psikologis yang menunjang performance adalah motivasi yang tinggi,
aspirasi yang kuat, dan kematangan kepribadian. Sedangkan aspek yang
menggaggu performance adalah ketegangan dan kecemasan, motivasi
rendah, absesi, gangguan emosional, dan keraguan atau takut (Husdarta,
2011).
Performance tidak terlepas dari motivasi,dalam hal ini motivasi yang
digunakan adalah motivasi olahraga. Motivasi olahraga sangat penting
karena motivasi merupakan salah satu kunci keberhasilan yang memfasilitasi
bukan hanya performance namun juga pengalaman positif dalam olahraga
(Vallerand, 2004). Dalam motivasi olahraga ini juga terdapat motivasi yang
ada dalam diri sendiri atau yang biasa disebut dengan motivasi intrinsik dan
motivasi dari luar seperti dari pelatih, teman setim, tim official, penonton,
keluarga atau bisa juga berupa hadiah dan pujian atau yang biasa disebut
dengan motivasi ekstrinsik yakni motivasi yang berasal dari lingkungan.Jadi
motivasi adalah untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, dilandasi oleh
adanya keinginan untuk mencapai atau memuaskan suatu kebutuhan
(Gunarsa, 2004).
Sarlito (2006) juga menjelaskan motivasi merupakan istilah umum,
yang menunjukkan kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang
mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang
ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau
perbuatan. Motivasi dan keikutsertaan individu dalam setting
3
performanceyang berbeda-beda baik untuk dicoba individu agar dapat
meningkatkan hasil dalam olahraga dan musik, dan untuk meningkatkan
hasilnya maka perlu mengandalkan kognitif, afeksi, dan perilaku (Martin,
2007). Menurut George yang dikutip Husdarta (2011), motivasi adalah
keinginan di dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertindak. Harold
(Husdarta, 2011) menjelaskan bahwa motivasi menunjukkan dorongan atau
usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan atau untuk
mencapai suatu tujuan. Motivasi intrinsik adalah sumber utama bagi energi
untuk perilaku manusia dan memudahkan perilaku individu untuk
memelihara kehadiran dan kesetiaan dalam mengikuti latihan atau olahraga
tertentu. Dan yang mendasari motivasi ekstrinsik adalah motif seseorang
dalam mengikuti olahraga dan hadiah membuat individu berada dalam
situasi kemungkinan atau ketidakmungkinan untuk memiliki kesetiaan
dalam mengikuti latihan atau olahraga tertentu (Kilpatrick, Herbert, &
Bartholomew, 2005).
Prestasi seringkali tidak dapat tercapai jika tekad diri dalam individu
pemain rendah yang akan menghasilkan motivasi rendah dan pada akhirnya
akan menghasilkan performance yang rendah (Gillet,Vallerand &Rosnet,
2009). Seperti dalam penelitian Gilet dkk, dapat disimpulkan dari hasil study
1 dan study 2 bahwa atlit tenis yang memiliki motivasi yang rendah adalah
karena mereka kurang memiliki tekad diri yang positif dan keahlian yang
cukup sehingga menyebabkan performance menjadi rendah.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah kita kurang mengetahui proses
motivasi yang mendasari performance pemain basket, sehingga performance
4
yang ditampilkan tidak selalu mencapai tujuan yang di inginkan (Gillet, dkk
(2009)).
Menurut Husdarta (2011), dalam olahraga setiap atlet selalu
berinteraksi dengan orang lain, yaitu interaksi dengan sesama tim, interaksi
dengan pelatih, interaksi dengan lawan, serta interaksi dengan penonton dan
lingkungan sekitarnya. Hal inilah yang menimbulkan konflik-konflik
psikologis tertentu. Jadi berdasarkan pernyataan di atas dan fenomena yang
ada di lapangan, bahwa prestasi pemain adalah sesuatu yang sangat
diperlukan bukan hanya untuk diri para pemain sendiri tetapi juga untuk
anggota tim dan pelatih. Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui apakah
motivasi olahraga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
performanceyang nantinya akan memunculkan prestasi pada pemain basket.
TINJAUAN PUSTAKA
Performance
Menurut Gunarsa (2004) performance atau penampilan adalah apa
yang terlihat atau apa yang diperlihatkan pemain dalam suatu permainan
atau pertandingan. Performance merupakan hasil interaksi atau berfungsinya
antara motivasi, kemampuan, dan persepsi pada diri seseorang.
Dalam sebuah studi kasus, performance dapat ditingkatkan dengan
psycho-educational workshops dan dukungan secara psikologi. Dalam studi
ini orang tua diberikan workshop sehingga mereka mengerti apa yang
dibutuhkan anak sebagai atlit dan untuk pelatih diberikan pendidikan
mengenai atlit secara psikologi, agar lebih mengenal latar belakang atlit
5
sehingga dapat memahami atlit. Dan alit juga diberikan pendidikan psikologi
agar lebih berkomitmen, berkomunikasi, memiliki kontrol, kepercayaan dan
konsentrasi (Steptoe, 2013).
Ada beberapa faktor yang berpengaruh besar pada performance atau
penampilan atau kemampuan bermain seorang pemain (Gunarsa, 2004) :
1. Fisik
Faktor fisik terdiri dari stamina, kekuatan, fleksibilitas, dan
koordinasi. Jika membicarakan mengenai faktor fisik, maka tidak
dapat disangkal perlunya proses untuk membentuk suatu kondisi fisik
menjadi seperti apa yang ditargetkan. Hal ini dicapai melalui suatu
prosedur latihan yang baik, teratur, sistematis, dan terencana,
sehingga dapat membentuk kondisi siap untuk bertanding atau untuk
berpenampilan sebaik-baiknya.
Namun demikian, perlu diingat bahwa ada kondisi fisik yang
berkaitan dengan bakat atau kondisi khusus yang ada, yang
merupakan faktor bawaan sejak lahir atau faktor keturunan (gen,
gene factors). Artinya, ada faktor-faktor yang bisa dikembangkan,
tetapi dalam mengembangkan faktor-faktor tertentu, tentu tidak dapat
melewati kerangka batas dari faktor keturunan yang diperoleh sejak
lahir. Misalnya, stamina yang berkaitan dengan kapasitas vital paru-
paru yang dimiliki menjadi sesuatu yang khas bagi diri seorang
pemain atau atlet, yang membedakannya dengan atlet lain.
6
Pada kondisi fisik ini juga, sering kali tampak adanya faktor
dominan yang dimiliki seorang atlet, yang merupakan gabungan
antara bakat dan latihan.
2. Teknik
Penampilan seorang pemain atau atlet juga dipengaruhi oleh
faktor keterampilan khusus yang dimiliki, yang harus dikembangkan
menajdi suatu tampilan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Psikis
Seseorang tidak mungkin mencapai prestasi yang luar biasa
apabila tidak memiliki dorongan yang kuat dalam dirinya untuk
berprestasi sebaik-baiknya. Sering kali, kemauan yang kuat saja
masih belum dapat menajmin seorang pemain meraih prestasi yang
baik. Hal ini harus disertai dengan berfungsinya akal sebagai taktik
dan strategi bermain. Ini merupakan faktor kecerdasan atau
kecerdikan yang harus ditampilkan dalam suatu permainan atau
pertandingan yang menjadi faktor penentu untuk meraih prestasi.
Menurut hsu ching-tze (2004), tsai yi-chuan (2004),Trninics ( 2000
), dan john &Joseph (1999), kondisi psikologis pemain, keterampilan dasar,
kondisi fisik, dan kecerdasannya akan lebih terlihat dari catatan ofensif dan
defensif dalam setiap permainan. Maka dari pernyataan di atas maka
dihasilkan kriteria untuk evaluasi performancepadapemain (Kun-Tzu Yu,
Zhong-Xin Su, Rui-Chen Zhuang; 2008)yaitu:
7
1. Poin per musim pertandingan (PPG)
2. Point yang dibuat dalamlapangan(FGM)
3. Rebound yaitu usaha untuk mendapatkan penguasaan bola dari
lawan setelah teman se tim melakukan shoot, lay up, atau free
throw yang gagal
4. Assists yaitu memeberi umpan kepada teman se tim untuk
mencetak poin
5. Blok yaitu menghalau shoot atau passing lawan
6. Steals yaitu mengambil bola dari lawan untuk di kuasai
7. Turnovers yaitu pemain kehilangan pengendalian bola saat
sedang menguasai bola
8. Foul yaitu banyaknya pelanggaran yang dibuat oleh pemain
Motivasi Olahraga
Sarlito (2006)menjelaskan bahwa motivasi merupakan istilah yang
lebih umum, yang menunjukkan kepada seluruh proses gerakan itu,
termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri
individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau
akhir dari gerakan atau perbuatan.
Menurut George dalam Moekijat (2004), motivasi adalah keinginan
di dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertindak. Harold (Moekijat,
2004) menjelaskan bahwa, motivasi menunjukkan doronganatau usaha untuk
memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu
tujuan.
8
Jadi motivasi olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif-
motif) di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga,
menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Gunarsa, 2004).
Pelletier, dkk (1995) mengemukakan beberapa tipe motivasi atlet, yaitu:
1. Motivasi intrinsik untuk mengetahui adalah motivasi intrinsik yang
melibatkan atlit untuk terlibat dalam aktifitas untuk kesenangan akan
belajar atau berusaha untuk mengetahui hal baru.
2. Motivasi intrinsik untuk mencapai atau menyelesaikan adalah motivasi
intrinsik yang melibatkan atlit dalam aktifitas untuk kesenangan akan
mencoba untuk melampaui diri sendiri untuk mencapai tujuan atau
menyelesaikan masalah.
3. Motivasi intrinsik untuk mendorong pengalaman adalah motivasi
intrinsik yang melibatkan atlit dalam aktifitas yang berhubungan
dengan panca indera dan kesenangan estetis.
4. Motivasi ekstrinsik untuk mengenal regulasi adalah motivasi ekstrinsik
yang melibatkan partisipasi di dalam aktifitas, yang bertujuan untuk
kepentingan hasil dari perilaku.
5. Motivasi ekstrinsik untuk introjected adalah motivasi ekstrinsik yang
memulai atlet berpikir alasan apa yang membuat atlet melakukan aksi
dalam olahraga.
6. Motivasi ekstrinsik untuk regulasi eksternal adalah motivasi ekstrinsik
yang berupa memperoleh hadiah (medali, piala, pujian, uang) dan
9
menghindari paksaan (tekanan sosial, seperti dari pelatih, teman se-tim,
dan penonton).
7. Tidak termotivasi adalah keadaan dimana atlet merasa tidak mampu dan
tidak mampu mengendalikan bakat dan pada akhirnya kehilangan
motivasi yang sangat penting.
METODE PENELITIAN
A. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah pemain basket di Salatiga.
Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil, peneliti
mengambil sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Jumlah populasi pemain basket berjumalah kurang lebih 100 orang
pemain. Maka penelitian ini melibatkan sejumlah 79 pemain, dari tim
SMA 9 pemain, tim Fakultas Psikologi 20 pemain, tim Fakultas Bahasa
dan Sastra 16 pemain, Fakultas Fiskom 17 pemain, dan tim Umum 17
pemain seluruhnya berjenis kelamin pria dan wanita, berusia antara 17
sampai 30 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive samplingkarena karakteristik sampelnya sudah ditentukan atau
diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya.Kriteria
subjek adalah laki-laki atau perempuan, berusia 15-30 tahun, tergabung
dalam tim, pernah mempunyai pelatih atau pernah di latih, dan memiliki
pengalaman bertanding 2-3 kali baik kejuaraan antar SMA, antar
Universitas, provinsi, kabupaten atau tingkat nasional.
10
Dalam penellitian ini subjek yang digunakan sebanyak 79 pemain
basket yang tergabung dalam tim, rata-rata mereka telah mengikuti
pertandingan kurang lebih 5-10 kali. Dan mereka sudah bermain basket
4-7 tahun. Tim-tim ini terdiri dari pemain laki-laki dan perempuan yang
berusia antara 15-27 tahun. Pengambilan data dilakukan pada saat
pemain selesai mengikuti latihan di Gor Putra Abadi dan Gor Hebat
SMA Lab. Untuk penilaian performance pemain di isi oleh pelatih
berlisensi B yaitu Aditya Krisnha P dan asisten pelatih yang berlisensi C
yaitu Putra Pamungkas. Para pelatih dan asisten pelatih ini cukup
berpengalaman dalam dunia basket dan cukup mengenal pemain-pemain
yang dinilai oleh mereka. Pengambilan data ini di lakukan pada tanggal
25 Februari sampai 6 Maret 2015.
B. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala
untuk mengungkap respon pribadi subjek dan penilaian kemampuan
dalam bermain basket. Skala yang digunakan yaitu skala motivasi
olahraga, dan skala penilaian performance :
1. Skala Motivasi Olahraga
Untuk mengukur motivasi olahraga peneliti menggunakan The
Sport Motivation Scale (SMS-28) berupa skala likert dari
Pelletier,Fortier, Vallerand, Tuson, Briere, & Blais (1996) dalam
bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yang
11
terdiri dari 28 item. Skala ini terdiri dari 7 pilihan jawaban yang
dapat di pilih oleh responden, yaitu (1) Sangat Tidak Sesuai, (2-3)
Sedikit Sesuai, (4) Agak Sesuai, (5-6) Sesuai, dan (7) Sangat Sesuai.
Karena nilai 2-3 dan 5-6 memiliki skor yang sama maka peneliti
memodifikasi pilihan jawaban menjadi 5 pilihan jawaban menjadi
(1) Sangat Tidak Sesuai, (2) Sedikit Sesuai, (3) Cukup Sesuai, (4)
Sesuai, dan (5) Sangat Sesuai. Berikut ini merupakan aspek-aspek
beserta contoh item untuk tiap-tiap aspeknya. Motivasi intrinsik
untuk mengetahui (Saya merasa puas jika saya berusaha untuk tahu
lebih banyak tentang olahraga basket), motivasi intrinsik untuk
mencapai atau menyelesaikan (Saya merasa puas jika menguasai
teknik latihan yang sulit), motivasi intrinsik untuk mendorong
pengalaman (Saya merasa puas jika saya hidup dalam pengalaman
yang menarik), motivasi ekstrinsik untuk mengenal regulasi
(Menurut saya, bermain basket adalah kebiasaan yang baik untuk
bertemu dengan orang lain), motivasi ekstrinsik untuk introjected
(Saya harus melakukan olahraga untuk merasa baik), motivasi
ekstrinsik untuk regulasi eksternal (Saya merasa dihargai jika orang-
orang yang saya kenal menghormati saya), dan tidak termotivasi
(Saya pernah memiliki alasan yang baik untuk bermain basket, tetapi
sekarang saya bertanya pada diri saya sendiri apakah saya harus
terus bermain basket).
Untuk mengetahui apakah item dalam alat ukur ini memiliki
koefisien diskriminasi item yang memadai dan reliabilitas yang
12
cukup, maka digunakan try out terpakai. Skala ini telah di uji
cobakan pada 10 orang pemain basket yang biasa bermain di
lapangan basket UKSW. Uji coba ini di lakukan untuk mengetahui
apakah bahasa yang digunakan mudah di pahami dan apakah ada
kesulitan untuk menentukan pilihan jawaban. Hasilnya adalah
mereka dapat mengisi skala ini tanpa kesulitan dan 7 orang memiliki
motivasi yang tinggi sedangkan sisanya memiliki motivasi yang
sedang. Dalam penelitian ini standar untuk diskriminasi item adalah
sebesar 0,25. Setelah dilakukan penghitungan menggunakan spss
didapatkan bahwa sebanyak 3 item (no 16, 18 dan 28) gugur karena
memiliki diskriminasi item di bawah 0,25, yaitu untuk no 16 sebesar
0,236, no 18 sebesar 0,162 dan untuk no 28 adalah sebesar -0,054.
Sedangkan yang lain sudah memennuhi standar diskriminasi item
yang digunakan. Dan untuk reliabilitas alat ukur ini adalah sebesar
0,781 > 0,5. Yang berarti bahwa alat ukur ini memiliki reliabilitas
yang tinggi.
2. Skala Performance
Untuk mengukur performance pada pemain, peneliti terdahulu
menggunakan alat ukur yang dimodifikasi antaraAnalytic Hierarchy
Process (AHP)dengantechnical performance Indices (TPI). Dengan
9 pilihan jawaban, karena terlalu banyak pilihan jawaban, maka
peneliti memodifikasi pilihan jawaban menjadi 7 pilihan jawaban.
Pola dasar pengukuran penilaian performance ini mengikuti pola
13
metode skala likert. Pilihan jawaban memiliki 7 alternatif yaitu (1)
Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Agak Buruk, (4) Baik, (5) Sangat Baik,
(6) Hampir Sempurna, (7) Sempurna. Semakin tinggi skor yang
diperoleh subjek berarti semakin baik performance nya dan
sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti
semakin rendah performance nya.
Dalam TPIadabeberapa kriteriaperformance yang
akandinilaiolehpelatihatauasistenpelatihyaitupoin per musim
pertandingan (PPG), point yang dibuat dalamlapangan(FGM),
rebound, assists, blok,steals, turnovers, dan fouls (Kun-Tzu Yu,
Zhong-Xin Su, Rui-Chen Zhuang; 2008).
Forminiakandinilaisesuaidengankemampuanparapemainbasket.
Skala penilaian pemain ini di uji cobakan oleh salah satu
pelatih yang belum mendapatkan lisensi namun sudah pernah
melatih beberapa tim di Salatiga sehingga di anggap mampu untuk
menilai performance pemain. Uji coba ini dilakukan untuk
mengetahui apakah penilaian untuk pemain membingungkan pelatih
atau tidak. Setelah dilakukan uji coba maka didapatkan bahwa
pelatih mampu untuk memahami penilaian yang di modifikasi oleh
peneliti. Setelah dilakukan pengujian diskriminasi item maka
didapatkan bahwa salah satu item gugur yaitu item no 8 dengan hasil
uji diskriminasi item sebesar -0,254< 0,25. Sedangkan untuk
reliabilitas didapatkan sebesar 0,860 > 0,5 yang berarti bahwa alat
ukur ini memiliki reliabilitas yang tinggi.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari
penelitian ini menunjukkan hasil bahwa kedua variabel berdistribusi dengan
normal, yaitu variabel motivasi olahraga dengan K-S Z 0,860 yang memiliki
signifikansi 0,451 (p>0,05), dan variabel performance dengan K-S Z 0,771
yang memiliki signifikansi 0,592 (p > 0,05).
Uji Linearitas
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel
motivasi olahraga dengan performance maka peneliti melakukan uji
linearitas (p<0,05). Dari hubungan tersebut kedua variabel motivasi dengan
performance tidak memiliki hubungan yang bersifat linear, yaitu uji
linearitas antara motivasi olahraga terhadap performance (F = 0.032) yang
memiliki signifikansi sebesar 0,859 (p > 0,05).
Analisis Data Deskriptif
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas. Peneliti menguji
statistik deskriptif setiap variabel. Untuk mengetahui tinggi rendah nilai
sampel, maka dilakukan kategorisasi terhadap skala yang dipakai dalam
penelitian ini.
15
Tabel 1
Kategorisasi Skor Skala Motivasi Olahraga
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD
Sangat
Tinggi
82 > 125 69 79,7%
Tinggi 63 ≤ X < 82 10 12,6%
Sedang 44 ≤ X < 63 97,32 10,87
Rendah 25 ≤ X < 44
Sangat
Rendah
X <25
Keterangan :
x : skor subjek
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui
terdapat69 pemain (79,7%) menyatakan bahwa motivasi olahraga dalam
kriteria sangat tinggi dan 10 pemain (12,6%) menyatakan bahwa motivasi
olahraga dalam kriteria tinggi. Rata-rata dari skor motivasi olahraga sebesar
97,32 dengan SD 10,87. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata subjek memiliki motivasi olahraga yang masuk dalam
kategori sangat tinggi.
16
Tabel 2
Kategori Skor Skala Penilaian Performance
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD
Sangat
Tinggi
38,5 ≥ 49 6 7,5%
Tinggi 28 ≤ X < 38,5 44 55,6%
Sedang 17,5 ≤ X < 28 29 36,7% 24,83 4,98
Rendah 7 ≤ X < 17,5
Sangat
Rendah
X< 7
Keterangan :
x : skor subjek
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat
6 pemain (7,5%) menyatakan bahwa performance pemain dalam kriteria
sangat tinggi, 44 pemain (55,6%) menyatakan bahwa performance dalam
kriteria tinggi. Dan 29 pemain (36,7%) menyatakan bahwa performance
dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor performance sebesar 24,83
dengan SD 4,89. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-
rata subjek memiliki performance yang masuk dalam kategori tinggi.
17
Uji Korelasi
Setelah dilakukannya uji asumsi, peneliti melakukan uji korelasi
dari masing-masing variabel penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk
melihat hubungan masing-masing variabel dalam penelitian dengan
menggunakan Spearman correlation. Mengapa menggunakan Spearman
correlation karena hasil dari uji asumsi menunjukkan bahwa ke dua alat
ukur memiliki normalitas yang sesuai namun tidak linearitas. Besarnya
hubungan antara variabel performance dengan motivasi olahraga sebesar r =
-0,50 dengan sig = 0,662 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
kedua variabel negatif dan tidak signifikan artinya jika jumlah motivasi
meningkat maka performance tidak meningkat juga.
Correlations
motivasi performance
Spearman's rho motivasi Correlation Coefficient 1.000 -.050
Sig. (2-tailed) . .662
N 78 78
performance Correlation Coefficient -.050 1.000
Sig. (2-tailed) .662 .
N 78 78
Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian dan dari hasil uji korelasi penelitianini
di dapatkan bahwa hubungan antara motivasi olahraga dengan
18
performanceadalah tidak ada korelasi negatif yang signifikan, karena r = -
0,50 dengan sig = 0,662 (p < 0,05). Hasil ini tampaknya menunjukkan
bahwa motivasi olahraga saja tidak cukup dalam memunculkan adanya
performancepada individutetapi ada juga hal lain.
Tujuan awal dari dilaksanakannya penelitian ini adalah meneliti
apakah motivasi olahragadapat memunculkanperformance pada pemain
basket di Salatiga.Peneliti sebelumnya mengatakan bahwa adanya hubungan
antara motivasi dengan performance pada atlet (Gillet,Vallerand &Rosnet,
2009).
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa variabel internal dan
eksternal memberi efek pada performance pemain. Menurut Husdarta
(2011) aspek psikologis yang menunjang performance adalah motivasi yang
tinggi, aspirasi yang kuat, dan kematangan kepribadian. Sedangkan aspek
yang mengganggu performance adalah ketegangan dan kecemasan, motivasi
rendah, absesi, gangguan emosional, dan keraguan atau takut. Jelas bahwa
pada penelitian sebelumnya banyakyang mendukung bahwa motivasi
merupakan faktor munculnya performance.
Namun menurut penelitian sebelumnya yakni Ericsson, Krampe,
dan Romer (1993) bakat yang diimbangi dengan latihan dapat menghasilkan
performance yang baik. Hal ini di dukung juga olehWolstencroft (2002)
bahwabakat merupakan salah satu faktor munculnya performanceselain
motivasi. Dalam penelitiannya di Skotlandia semua atlet-atlet yang memiliki
bakat di latih lebih keras agar dapat mencapai performance yang di inginkan
selain itu dalam penelitiannya disebutkan pentingnya dukungan teman
19
sebaya atau teman se tim serta pentingnya dukungan sosial. Begitu pula
menurut Bush dan Salmela (2001) bahwa motivasi bukanlah satu-satunya
yang menyebabkan performance pemain menjadi lebih baik, tetapi ada hal-
hal yang lebih utama dibandingkan dengan motivasi itu sendiri, seperti
latihan yang keras, dukungan keluarga, pelatih dan guru yang kompeten dan
fisik yang memadai.
Bakat juga membutuhkan komitmen yang kuat pada olahraga
maupun dunia seni yang akan berdampak pada performance. Keputusan
dalam membuat komitmen untuk mengikuti suatu aktifitas berhubungan
dengan tingkat kemampuan dan karakteristik motivasi pada diri individu.
Jika seorang individu memiliki komitmen yang kuat pada kegiatan yang
individu tersebut ikuti maka individu tersebut akan termotivasi agar lebih
giat berlatih sehingga kemampuan dalam diri individu tersebut meningkat
(Patrick, Ryan, Liro, Fredricks, Hruda, dan Eccles(1999)). Banyak juga
penelitian yang mendukung bukan hanya bakat yang menjadi salah satu
faktor muculnya performance namun ada juga latihan. Bahkan banyak orang
sudah mengetahui bahwa latihan merupakan salah satu cara untuk
membantu mengembangkan kemampuan individu agar tampil lebih baik.
Seperti dalam penelitian Plucker (2010) bahwa bakat saja tanpa latihan
adalah tugas yang sangat berat. Karena bakat harus diiringi dengan latihan
agar mencapai performance yang diinginkan. Ericsson (1993) mengatakan
bahwa untuk menjadi pemenang dibutuhkan 10 tahun atau 10.000 jam
latihan. Oleh sebab itu motivasi saja belum cukup untuk meningkatkan
performance, karena motivasi hanya dorongan atau keinginan yang belum
20
terwujud dalam tindakan sehingga jika individu ingin performanceberhasil
maka diperlukan bakat serta latihan yang keras yang nyata. Misalnya saja
pada pemain basket yang ingin menguasai berbagai teknik tetapi tidak
pernah hadir untuk mengikuti latihan dan tidak memiliki bakat, atau pemain
ini hanya menonton video tentang teknik bermain basket atau melihat
temannya bermain basket dan tidak pernah mempraktekannya maka
performance yang baik itu tidak akan muncul hanya karena keinginan atau
dorongan tetapi memang harus diikuti dengan bakat dan komitmen sehingga
menghasillkan performance yang baik.
Menurut Elferink-Gemser & Visscher (2012) regulasi diri juga
berpengaruh pada performance pemain. Dalam masa menuju kedewasan
seseorang akan banyak belajar dan berlatih tentang sesuatu yang ingin di
tekuninya sehingga diharapkan setiap tahunnya individu dapat
meningkatkan performance. Individu dalam “waktu” nya tidak hanya
berkembang dalam hal fisik saja tetapi juga dalam kognitif, emosional dan
sosial. Dalam prosesnya seseorang akan mengalami anthropometry (tinggi
badan, berat badan, dan presentase lemak tubuh), karakteristik fisiologikal
(sistem energi aerobik dan anaerobik), keterampilan teknis (seperti drible,
shooting, passing jika dalam olahraga basket), keterampilan taktis
(keterampilan kognitif untuk membuat keputusan yang tepat di saat yang
tepat), keterampilan psikologis (seperti bagaimana mengelola emosi di
bawah tekanan saat bertanding). Dalam masa perkembangan individu tidak
terlepas dari lingkungan yang mempengaruhi karakteristik individu terutama
dalam tahap belajar dan latihan. Dalam lingkungan ini individu dapat
21
berlatih dan mengembangkan bakat yang dimiliki, pengembangan bakat ini
adalah interaksi antara individu dengan lingkungan yang berarti orang tua
dan pelatih atau guru sangat berperan. Orang tua dan guru atau pelatih harus
sadar akan apa yang mampu di lakukan oleh seorang anak dan apa yang
ingin di pelajari atau apa yang membuat anak tertarik. Dengan begitu
seorang anak dapat meraih kesuksesan dalam performance nya. Untuk
mencapai performance yang sempurna membutuhkan waktu yang sangat
panjang. Ketika mereka menghadapi pertandingan dan apa pun hasilnya
mereka tetap menganggap itu sebagai kesempatan untuk belajar dari
pengalaman, dengan begitu mereka tahu dimana kesalahan mereka dan
memperbaiki kesalahan mereka jika kalah dan jika menang mereka dapat
mempertahankan dan meningkatkan pola permainan mereka. Menurut
Elferink-Gemser (2013) inti dari semua proses untuk mencapai
performanceyaitu proses kedewasaan, belajar dan latihan.
Hal ini membuktikan bahwa antara bakat, motivasi olahraga,
komitmen yang kuat, serta regulasi diri yang baik dapat meningkatkan
kemampuan dan mencapai performance yang diinginkan. Dengan begitu
motivasi yang tinggi namun tidak memiliki bakat, komitmen yang buruk,
dan regulasi diri yang buruk maka belum tentu memiliki performance yang
baik. Tetapi jika di iringi dengan bakat, komitmen, regulasi diri serta
motivasi yang tinggi maka akan menghasilkan performance yang baik.Hal
ini berlaku untuk seluruh jenis cabang olahraga dan dalam dunia seni.
22
Kesimpulan, Kelemahan Penelitian dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
olahragaterhadapperformance tidak ada korelasi negatif signifikan. Bukan
berarti motivasi tidak memiliki pengaruh bagi performancepemain, hanya
saja motivasi olahraga bukan merupakan faktor utama untuk performance.
Karena ada faktor lain yang mempengaruhi performance juga seperti bakat,
dukungan dari orang-orang di lingkungan pemain, komitmen, dan regulasi
diri. Namun jika seseorang memiliki bakat dan tidak memiliki motivasi
olahraga maka performance yang diinginkan belum tentu mucul. Jadi antara
motivasi olahraga dengan bakat dan faktor lain harus seimbang sehingga
performance yang diinginkan muncul.
Kelemahan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu kurangnya
subjek yang sesuai dengan kriteria, subjektifitas yang tinggi dari pelatih
sehingga belum tentu pemain yang di nilai tersebut memiliki performance
yang buruk. Karena ada banyak faktor juga yang mempengaruhi
performance yang buruk seperti kelelahan pada pemain karena padatnya
aktifitas dan masalah yang dialami individu.
23
Saran
Penelitian Selanjutnya
Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengambil subjek
dengan membedakan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, antar
tim nasional atau budaya.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil atlet
nasional agar mempermudah dalam pengambilan data performance. Karena
jika mengambil atlet nasional biasanya sudah ada statistik performance
untuk setiap pemain yang sudah dinilai oleh pelatih atau asisten pelatih.
Pelatih
Pelatih diharapkan dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi
kekurangan-kekuranganperformance pemain di lapangan selanjutnya
memperbaiki cara melatih secara berkelanjutan agar pemain dapat memiliki
performance yang baik.
Pemain Basket
Pemain diharapkan lebih memiliki komitmen agar dapat
menumbuhkan bakat sehingga mampu untuk menunjukkan performance
yang baik di lapangan. Dan pemain juga diharapkan untuk meningkatkan
kemampuan dan menerima teknik-teknik bermain basket dari pelatih serta
belajar dari senior dalam tim. Karena dengan begitu pemain dapat mencapai
tujuan bersama dalam tim.
24
DAFTAR PUSTAKA
Abdin, J. M. (2010). Imagery for sport performance; comprehensive literature review.
Ball State Univeristy. Indiana.
Adler, E. S., Berry, M. J., & Doherty, D. (2012). Pushing “reset”: the conditional Effect
of coaching replacements on college football performance. Review of European
Studies, Vol 4 no 2,124- 137.
Arifin, S. (2012). Pengembangan Model Latihan Shooting (lay up, under ring, jump
shoot) pada mahasiswa JPOK FKIP UNNLAM tahun akademik 2012/2013.
Durand-Bush, N., & Salmela, J. H. (2001). The development of talent in sport.
Handbook of Research on Sport Psychology. Chapter 10, 269-284.
Elferink-Gemser, M. T. (2013). Olympia Exists Pushing Boundaries for Talented
Athletes. Talent Identification and Development in Sports Research Group. ISBN
978-90-820030-1-7.
Ericsson, K. A., Krampe, R. T., & Tesch-Romer, C. (1993). The role of deliberate
practice in the acquisition of expert performance. The American Psychological
Association, Vol. 100. No. 3, 363-406.
Gillet, N., Vallerand, R. J., & Rosnet, E. (2009). Motivational clusters and performance
in a real-life setting. Journal of Sport psychology. 33:49-62. Doi: 10.1007/s11031-
008-9115-z.
Golby, J., Sheard, M., & Van Wersch, A. (2007). Evaluating the factor structure of the
psychological performance inventory. Perceptual & Motor skills, 105, 309-325.
Gray, H. J., & Plucker, J. A. (2010). “She’s a Natural”: Identifying and Developing
Athletic Talent. Journal for the Education of the Gifted. Vol. 33, No. 3, 361-380.
Green, T. D., & Holeman, S. (2004). Athletes’ attributions for team performance: a
theoretical test across sports and gender. Journal ofSocial Behaviour and
Personality, 32(2), 199-206.
Gunarsa, S., Zainuddin S., Henky E., Mudji H., Lidwina B., Mira R., Y. Singgih., Nitya
W., &Abdul H. (1989). Psikologi olahraga. Jakarta: Gunung Mulia.
Gunarsa, S. (2004). Psikologi olahraga prestasi. Jakarta: Gunung Mulia.
Hidayat, Y., & Sukadiyanto. (2012). Instrumen strategi multiteknik mental atlet usia 11-
13 tahun. Jurnl Iptek Olahraga, Volume 14, No 3, 268-287.
Husdarta. (2011). Psikologi Olahraga. Bandung. Alfabeta.
Kilpatrick, M, PhD., Hebert, E, PhD., & Bartholomew, J, PhD. (2005). College
students’ motivation for physical activity: differentiating men’s and women’s
25
motives for sport participation and exercise. Journal of American College Health,
Vol 54, No.2, 87-94.
Mach, M., Dolan, S., & Tzafrir, S. (2010). The differential effect of team members trust
on team performance: the mediation role of team cohesion. Journal of
Occupational and Organizational Psychology, Volume 83 No 771-794.
Martin, A. J. (2007). Motivation and engagement in music and sport: testing a
multidimensional framework in diverse performance settings. Journal of
Personallity, 76:1, 136-170. Doi: 10. 1111/j. 1467-6494.2007.00482.x.
Martono. (2012). Metode penelitian kuantitatif: analisis iai dan analisis data sekunder.
Jakarta: Rajawali Pers.
Massey, W. V., Meyer, B. B., & Hatch, S. J. (2011). Transtheoritical model; examining
readiness for psychological skills training. The Journal of Performance
Psychology, Volume 50, 187-206
Novarida, T., Hardjono., & Agustin, R. W. (2011). Hubungan antara reguasi emosi
dengan komunikasi interpersonal dengan kemampuan bekerjasama pada tim
basket SMA di Surakarta yag mengikuti kompetisi Honda DBL (development
basketball league). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas
Sebelas Maret.
Patrick, H., Ryan, A. M., Alfeld-Liro, C., Fredricks, J. A., Hruda, L. Z., & Eccles, J. S.
(1999). Adolescents' Commitment to Developing Talent:The Role of Peers in
Continuing Motivationfor Sports and the Arts. Journal of Youth and Adolescence,
Vol. 28, No. 6, 741-762.
Pelletier, L., Fortier, M., Vallerand, R., Tuson,K., Briere, N., & Blais, R. (1995).
Toward a new measure of intrinsic motivation, extrinsic motivation, and
amotivation in sports: The Sport Motivation Scale (SMS). Journal of Sport and
Exercise Psychology, 17, 35-53.
Puente-Diaz, R. (2012). The effect of achievment goals on enjoyment, effort,
satisfaction and performance. International Journal of Psychology, Volume 47 No
2, 102-110.
Rmzninezhad, R., Keshtan, M. H., Shahamat, M. D., & Kordshooli, S. S. (2009).The
relationship between collective efficacy, group cohesioin and team performance in
profesionall volleyball teams. Brazilian Journal of Biomotricity. V.3, n.1, p.31-39.
Sinulingga, A. (2011). Dampak olahraga kompetitif di kalangan pelajar dalam kaitannya
dengan motivasi berprestasi (studi komparatif: atlet dan non atlet di PLPP
Sumatra Utara). Edisi khusus No 1, 1-11..
Starkes, J. L., &Ericsson, K. A. (2003). Expert performance in sports: a champaign. IL:
Human Kinetics.
26
Steptoe, K. (2013). Case study 2: Provision of sport psychology services to an
International High Performance Tennis Centre: Models of practice as a function
of primary and secondary client needs. Sport & Exercise Psychology Review, Vol.
9 No. 1
Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Trinic, S., & Dizdar, D. (2000). System of the performance evaluation criteria weighted
per positions in the basketball game. Original scientific paper. 1:217-234.
Vallerand, R. J., Megeau, J. A., Elliot, A. J., Dumais, A., Demers, M. A., & Rousseau,
F. (2008). Passion and performance atttainment in sport. Journal of Psychology of
Sport and Exercise, 9 373-392.
Vallerand, R. J. (2004). Intrinsic and extrinsic motivation in sport. Encyclopedia of
Applied Psychology, Volume 2.
Wolstencroft, E. (2002). Talent identification and development: an academic review. A
report for sportscotland by The University of Edinburgh, ISBN 185060 418 5.
Yu, K. T., Su, &Zhuang, Z. X. (2008).An Exploratory Study ofLong-Term Performance
Evaluation for Elite Basketball Players.International Journal of Sports Science and
Engineering, Vol. 02 (2008) No. 04, pp. 195-203.
top related